21
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ngarip, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung selama dua bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Desa ini dipilih secara sengaja menjadi wilayah penelitian karena beberapa pertimbangan, yaitu berada di Kabupaten Tanggamus yang merupakan wilayah pengembangan HKm, memiliki kelengkapan data pendukung yang baik dan desa ini telah mendapatkan izin HKm pada tahun 2007. Jenis dan Sumber Data Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder yang meliputi data biofisik dan sosial ekonomi. Data primer terdiri dari data vegetasi dan data sosial ekonomi dalam kondisi aktual dan kondisi yang direncanakan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terstruktur dan semi terstruktur dan studi literatur. Data sekunder meliputi data iklim (curah hujan, suhu, ketinggian tempat) dan jenis tanah. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Kecamatan Ulu Belu, Pekon Ngarip, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanggamus, Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, BPS, BPDAS Provinsi Lampung, literatur-literatur dan institusi yang terkait. Data biofisik yang dperlukan dalam penelitian ini adalah data vegetasi meliputi jenis dan jumlah tanaman. Data sosial ekonomi meliputi: (1) jumlah anggota keluarga (jenis kelamin, usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan), (2) luas lahan (lahan HKm dan lahan milik), (3) status kepemilikan, (4) produksi usahatani, biaya dan pendapatan dari seluruh komponen usahatani aktual per tahun, (5) pendapatan dan biaya dari usahatani yang direncanakan per tahun (6) input produksi meliputi bibit, pupuk, pestisida, peralatan dan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakan, (7) total pendapatan petani dan (8) total pengeluaran petani. (9) persepsi dan perspektif petani terhadap HKm. Sasaran, metode dan kegunaan data disajikan pada Tabel 4.
22
Tabel 4 Sasaran, metode dan kegunaan data No 1 2 3
4
5
Sasaran pengumpulan data Jenis tanaman dan pola tanam di lahan HKm (aktual) Jenis tanaman dan pola tanam yang direncanakan Sosial dan ekonomi (produksi, biaya, pendapatan dan pengeluaran) dari usahatani aktual dan luar usahatani Sosial dan ekonomi (produksi, biaya dan pendapatan) dari usahatani yang direncanakan Persepsi dan perspektif petani
Metode pengumpulan data Pengamatan langsung secara deskriptif Wawancara terstruktur (kuisioner) Wawancara terstruktur (kuisioner)
Wawancara terstruktur (kuisioner)
Wawancara semi terstruktur (kuisioner)
Kegunaan data Untuk mengetahui jenis pola tanam aktual Untuk mengetahui jenis pola tanam yang direncanakan Untuk menentukan karakteristik sosial ekonomi, ukuran garis kemiskinan, kebutuhan hidup layak, kebutuhan luas lahan dan modal yang tersedia Untuk menentukan pola tanam optimal dan kebutuhan luas lahan Untuk mengetahui prospek pengembangan HKm
Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel pola tanam dilakukan secara purposive sampling. Responden yang diambil sebagai sampel adalah petani yang memiliki lahan HKm dan memiliki pola tanam yang berbeda. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian minimal sebanyak 30 sampel (Sugiyono 2009). Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 66 responden dan tersebar di berbagai pola tanam. Analisis Pola tanam Analisis pola tanam dilakukan terhadap pola tanam aktual dan pola tanam yang direncanakan. Analisis pola tanam aktual dilakukan dengan mengamati jenis tanaman, jumlah setiap jenis dan pola tanam secara langsung di lapangan. Analisis pola tanam yang direncanakan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1) Identifikasi jenis tanaman yang ingin dikembangkan Identifikasi jenis tanaman dilakukan terhadap jenis-jenis tanaman yang ingin dikembangkan oleh petani secara deskriptif. Jenis tanaman tersebut dikelompokkan berdasarkan kelompok tanaman tajuk tinggi, sedang dan rendah. 2) Identifikasi pola tanam yang direncanakan Hasil identifikasi jenis digunakan untuk mengidentifikasi pola tanam yang direncanakan petani.
23
3) Analisis keuntungan pola tanam yang direncanakan Analisis keuntungan merupakan taksiran keuntungan yang akan diterima petani dari pola tanam-pola tanam yang direncanakan pada saat semua tanaman telah berproduksi. Analisis keuntungan dilakukan terhadap jenis tanaman yang ingin dikembangkan petani menggunakan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) yang terdiri dari penerimaan, biaya dan pendapatan (Soeharjo dan Patong 1973, Newnan 1990, Sinaga 1992, Brigham dan Gapenski 1991, Mulyadi 1992, Soekartawi 2002, Umar 2003). Perhitungan keuntungan per jenis tanaman ditentukan dengan struktur sebagai berikut: 1. Total penerimaan per jenis tanaman (TR) merupakan perkalian antara produksi tanaman dengan harga produk yang akan diterima ketika sudah menghasilkan dan dihitung dengan persamaan sebagai berikut: TR = YP Keterangan: TR= penerimaan per jenis tanaman (Rp/btg) Y = jumlah produksi tanaman (kg/btg) P = harga komoditas tanaman (Rp/btg) 2. Total biaya per jenis tanaman (TC) merupakan semua rencana biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi baik langsung maupun tidak langsung untuk setiap jenis tanaman. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi pajak lahan, iuran kelompok dan lainlain. Biaya tidak tetap meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, pengangkutan dan lain-lain. Total biaya per jenis tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut: TC = FC + VC Keterangan: TC = total biaya per jenis tanaman (Rp/btg) FC = biaya tetap (Rp/btg) VC = biaya tidak tetap (Rp/btg) 3. Keuntungan per jenis tanaman Keuntungan per jenis tanaman adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya yang dapat dirumuskan dengan persamaan berikut:
24
Π = TR – TC Keterangan: Π = keuntungan per jenis tanaman (Rp/btg) Harga komoditas dan produktivitas tanaman menggunakan data-data yang berlaku di lapangan pada saat penelitian. Harga komoditas menggunakan harga-harga yang berlaku di tingkat petani. Harga komoditas diperoleh melalui literatur, wawancara atau menggunakan harga di tempat lain yang terdekat jika tanaman belum berproduksi. Data produktivitas tanaman diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan literatur. 4) Analisis optimalisasi Analisis optimalisasi dilakukan terhadap masing-masing pola tanam yang direncanakan petani dengan beberapa pendekatan dan asumsi sebagai berikut: a) Hubungan antar variabel penentu adalah linear untuk fungsi yang dioptimalkan dan kendala-kendala b) Produktivitas dan harga dianggap konstan c) Selera petani terhadap jenis dianggap tetap d) Modal usaha tani yang dibutuhkan menggunakan pendekatan biaya yang digunakan selama proses produksi yang direncanakan petani e) Perhitungan optimalisasi dinilai pada tahun ke-7, yaitu ketika semua jenis tanaman telah berproduksi dan diasumsikan semua tanaman dapat hidup f) Ketentuan jumlah tanaman tajuk rendah yang dapat hidup di bawah naungan kopi dianggap sama di bawah semua jenis tanaman tajuk sedang lainnya. g) Jarak tanam semua tanaman tajuk sedang diasumsikan sama Analisis optimalisasi menggunakan linear programming dengan dua kelompok persamaan, yaitu persamaan fungsi tujuan dan persamaan kendala fungsional dengan struktur data sebagai berikut (Bungiorno dan Gilles 2003): a) Variabel keputusan (decision variable) Variabel keputusan adalah jumlah tanaman ke-i yang dinotasikan dalam Xi dalam satuan batang per hektar. b) Fungsi tujuan Fungsi tujuan dalam model ini adalah memaksimumkan keuntungan (Z) dengan rumus sebagai berikut:
25
𝑛𝑛
Keterangan:
� Πi𝑋𝑋i ≥ Z 𝑖𝑖=1
Πi = keuntungan tanaman ke-i (Rp/btg) Xi = jumlah tanaman ke-i (Btg/ha) Z = jumlah keuntungan seluruh tanaman (Rp/ha/th) c) Kendala Fungsional Kendala-kendala fungsional pada model ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1
Ketersediaan modal Perhitungan modal menggunakan pendekatan biaya (cost approach). Perhitungan modal dalam penelitian ini meliputi biaya-biaya yang digunakan selama proses produksi seperti biaya bibit, pupuk, obat-obatan, upah tenaga kerja, alat-alat pertanian, pajak lahan dan lain-lain. Pola tanam yang direncanakan tidak melebihi jumlah modal yang dimiliki petani (Mi ≤ M).
2
Ketersediaan HOK Ketersediaan HOK adalah jumlah hari kerja yang tersedia untuk mengelola usahatani tertentu dengan satuan hari orang kerja (HOK). Ketersediaan HOK setiap jenis dihitung sehingga diperoleh total kebutuhan HOK setiap pola agroforestry. Jumlah HOK pola tanam yang direncanakan harus melebihi jumlah HOK yang tersedia agar pola tanam terbentuk (HOKi ≥ HOK).
3
Kendala jumlah tanaman per hektar Jumlah tanaman harus disesuaikan dengan kapasitas lahan menumbuhkan tanaman yang optimal. Jumlah tanaman minimal ditentukan berdasarkan jumlah tanaman aktual yang ada di lahan petani maupun dari studi literatur. Jumlah minimal tanaman tajuk sedang adalah 1.300 tanaman per hektar dan jumlah maksimal adalah 1.600 tanaman per hektar. Penentuan jumlah ini berdasarkan jarak tanam yang dianjurkan oleh Dirjen Perkebunan 2006 untuk tanaman kopi. Jumlah maksimal tanaman tajuk tinggi adalah 150 batang per hektar. Penentuan ini berdasarkan tabel tegakan jenis kayu industri pada akhir daur (Suharlan et al. 1975). Komposisi MPTS dan kayu-kayuan menggunakan perbandingan 70% dan 30%. Jumlah maksimal tanaman tajuk rendah adalah 3.200 batang per hektar. Penentuan jumlah ini berdasarkan hasil wawancara
26
dengan petani yang mengemukakan bahwa penanaman tumpang sari tanaman tajuk rendah yang baik dilakukan dengan perbandingan 2 : 1 terhadap tanaman kopi, artinya dua tanaman tajuk rendah dinaungi oleh satu tanaman kopi. Penaung tidak hanya tanaman kopi, tetapi semua tanaman tajuk sedang. Analisis Ukuran Garis kemiskinan Ada tiga metode yang sering digunakan dalam melihat standar kemiskinan suatu rumah tangga atau seseorang. Pertama, ukuran garis kemiskinan menurut Sajogyo; kedua, ukuran garis kemiskinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS); ketiga, ukuran garis kemiskinan menurut Bank Dunia. Ukuran garis kemiskinan atau ukuran kebutuhan fisik minimum (KFM) menurut Sajogyo dihitung berdasarkan nilai tukar beras per kapita per tahun, yaitu 240 - 320 kilogram ×
harga beras (Rp/kg). Harga beras yang berlaku di daerah penelitian pada tahun 2011 adalah Rp 6.500 sehingga ukuran garis kemiskinan menurut Sajogyo adalah
Rp 130.000 - Rp 173.000. Ukuran garis kemiskinan menurut BPS (2010) yaitu Rp 189.000. Ukuran ini dinilai untuk tahun 2011 (future value) dengan mempertimbangkan tingkat inflasi rata-rata, dalam penelitian ini rata-rata diambil selama 3 tahun terakhir (tahun 2009, 2010 dan 2011). Tingkat inflasi rata-rata sebesar 4,5 (BPS 2011). Ukuran garis kemiskinan menurut Bank Dunia US$1 dan Bank Dunia US$2 per kapita per hari adalah Rp 8.900 dan Rp 17.800. US$1 sama dengan Rp 8.900 pada bulan November 2011 (Kemendag 2011). Ukuranukuran garis kemiskinan tersebut akan dibandingkan dengan total pendapatan aktual petani untuk mengetahui standar garis kemiskinan di wilayah penelitian. Total pendapatan aktual petani terdiri dari pendapatan dari lahan HKm, lahan milik, usaha ternak, tukang, buruh tani, penjualan kayu bakar, jasa transportasi, pembantu rumah tangga dan usaha lainnya. Satuan yang digunakan disamakan dalam rupiah per kapita per bulan pada tahun 2011. Analisis Kebutuhan Hidup Layak Kebutuhan hidup layak (KHL) petani adalah kebutuhan petani meliputi pakaian, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, keagamaan, rekreasi, kegiatan sosial dan tabungan hari tua. KHL aktual diukur pada setiap pola tanam
27
berdasarkan biaya yang dikeluarkan petani untuk memenuhi kebutuhan pangan, pendidikan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, keagamaan, rekreasi, tabungan dan kegiatan sosial. KHL aktual akan dibandingkan dengan standar KHL. Standar KHL adalah 250% dari ukuran garis kemiskinan tertinggi. KHL tertinggi dijadikan dasar dalam penentuan kebutuhan luas lahan yang seharusnya dimiliki petani. Penggunaan standar KHL tertinggi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Ngarip. Analisis Luas Lahan untuk Pemenuhan KHL Analisis kebutuhan luas lahan dilakukan terhadap pola tanam aktual dan pola tanam hasil optimalisasi. Pola tanam optimal adalah pola tanam hasil optimalisasi yang mampu memenuhi standar KHL. Standar KHL dipenuhi dengan menambah luas lahan atau tidak menambah luas lahan tergantung dari keuntungan pola tanam hasil optimalisasi. Petani perlu menambah luas lahan apabila keuntungan pola tanam aktual dan hasil optimalisasi tidak memenuhi standar KHL tertinggi (
KHL π
≥ 1). Analisis kebutuhan luas lahan dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
Lm =
KHL π
× 1 hektar
KHL = Kebutuhan hidup layak (Rp/KK/tahun) Lm
= Luas lahan minimal (ha)
π
= Keuntungan dari lahan HKm (Rp) Analisis Prospek Pengembangan HKm Analisis mengenai prospek pengembangan HKm dilakukan secara
deskriptif. Penilaian persepsi petani terhadap peranan HKm dalam meningkatkan kesejahteraan dilakukan sebagai dasar untuk melihat prospek pengembangan HKm ke depan. Persepsi petani terhadap HKm muncul dari pengalamanpengalaman petani. Petani akan menilai baik atau buruk HKm berdasarkan pengalaman mereka selama mengelola lahan HKm. Kontribusi pendapatan dari lahan HKm terhadap total pendapatan petani perlu diketahui. Kontribusi pendapatan yang tinggi akan memberikan pandangan positif terhadap HKm,
28
sebaliknya kontribusi yang rendah akan menimbulkan pandangan negatif terhadap HKm. Persepsi positif akan memunculkan harapan-harapan, keinginankeinginan dan dorongan-dorongan untuk mengembangkan HKm berdasarkan perspektif mereka.
29
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Umum Desa Ngarip Batas Administrasi Wilayah Desa Ngarip merupakan wilayah penelitian yang berada di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan luas wilayah 3.600 ha. Adapun batas administrasi wilayah meliputi: 1. Sebelah utara berbatasan dengan hutan lindung register 32 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukamaju 3. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Muara Dua/Pagar Alam 4. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Penantian Iklim Wilayah penelitian sebagian besar merupakan dataran tinggi dan berada pada ketinggian antara 850 – 1.200 meter di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan berkisar antara 1.500 -2.300 mili meter dengan jumlah bulan basah sebanyak 6 bulan dan suhu rata-rata adalah 22oC (Pekon Ngarip 2010). Jenis Tanah Tanah di daerah penelitian terdiri dari tanah dystropepts, humitropepts, hapludults, tropaquepts, dystrandepts dan tropofluvents. Tekstur tanah di dominasi oleh lempung dengan warna tanah sebagian besar berwarna merah kehitaman (BPKH 2010). Luas Penggunaan Lahan Lahan di Desa Ngarip terdiri dari lahan perkebunan, lahan pertanian dan hutan. Data penggunaan lahan beserta luasnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas Penggunaan dan produktivitas lahan Desa Ngarip Keterangan Kopi Lada Kakao Sawah Hutan HKm Sumber: Pekon Ngarip 2010
Luas (ha) 1400 2,5 10 62 1837 1446,88
Produktivitas (ton/ha) 0,8 0,5 0,6 3 Belum tercatat
30
Karakteristik Sosial Ekonomi Desa Ngarip Desa Ngarip memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Ulu Belu. Mata pencaharian sebagian besar adalah petani lahan kering. Data sosial ekonomi selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Data sosial ekonomi Desa Ngarip Keterangan Jumlah penduduk (jiwa) Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah keluarga (KK) Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Jumlah angkatan kerja usia produktif (orang) Suku (orang) Jawa Semendo Sunda Agama islam Jumlah petani pemilik lahan (orang) Jumlah petani penggarap (orang) Jumlah petani HKm Pemukiman penduduk (ha) Pekarangan (ha) Keluarga pra sejahtera (orang) Keluarga sejahtera I (orang) Keluarga sejahtera II (orang) Keluarga sejahtera III (orang) Keluarga sejahtera III plus Jarak ke ibukota kecamatan (km) Jarak ke ibukota kabupaten (km)
Jumlah Orang Persen (%) 4.798 2.509 52 2.289 48 1.015 133,28 2.580
53,77
3.260 1.500 37 4.798 1.000 15 735 108 108 253 232 242 279 9 0,5 65
68 31 1 100 99 1 72
24,9 22,86 23,84 27,49 0,009
Sumber: Pekon Ngarip 2010
Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Desa Ngarip memiliki satu Gabungan Kelompok HKm
(GAPOKTAN)
yang diberi nama Kelompok HKm Margo Rukun. Kelompok HKm Margo Rukun memiliki jumlah anggota sebanyak 735 penggarap.
Luas areal kelola HKm
adalah 1.446 hektar yang terdiri dari 1.081 hektar blok budi daya dan 365 hektar blok lindung. Jumlah petani sampel yang diambil sebanyak 66 responden. Data mengenai karakteristik responden disajikan pada Tabel 7.
31
Tabel 7 Data sosial ekonomi responden Keterangan -Mata pencaharian Petani HKm Usaha sampingan -Pendidikan SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Tidak sekolah -Usia produktif (15-55) -Usia tidak produktif
Jumlah Orang
% 66 16
100 24
44 11 5 6 53 13
67 17 8 9 80 20
Sumber: Pekon Ngarip 2010
Mata pencaharian utama sebagian besar responden adalah petani. Sebesar 24% petani memiliki pekerjaan sampingan sebagai pedagang, jasa transportasi, tukang, buruh tani, pedagang dan lain-lain. Pendidikan responden paling banyak setingkat SD yaitu 67%, sisanya setingkat SLTP dan SLTA. Usia responden adalah antara 25-70 tahun. Usia produktif sebanyak 80% (53 orang) dan usia tidak produktif sebanyak 20% (13 orang).