IV 4.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak
Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang Jalan Kayu Ambon nomor 23, Pasar Panorama, Lembang, Bandung, Jawa Barat dan pabrik susu PT Industri Susu Alam Murni yang berlokasi di Jalan Rumah Sakit nomor 114, Ujung Berung Bandung, Jawa Barat. Kegiatan penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2010. Tempat penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbanganpertimbangan tertentu. Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan lokasi adalah KPSBU Jawa Barat merupakan sentra produksi susu segar terbesar di Jawa Barat. 4.2.
Data dan Instrumentasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer yang digunakan adalah data yang diperoleh dengan observasi langsung di tempat penelitian, hasil wawancara dengan responden yang merupakan pihak pengurus dari KPSBU Jawa Barat yang merupakan pengambil keputusan dalam KPSBU Jawa Barat, pihak pengelola PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM), serta hasil wawancara dengan petugas dari dinas pemerintahan yang terkait. Data sekunder yang digunakan adalah data BPS, Dirjen Peternakan, Laporan Tahunan ke-37 tahun 2008 KPSBU Jawa Barat, serta berbagai literatur baik berupa buku maupun hasil penelitian sebelumnya. Instrumentasi atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan, alat perekam, dan alat pencatat. 4.3.
Metode Pengumpulan Data Waktu yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah selama dua
bulan, yaitu dimulai dari bulan April 2010 hingga Mei 2010. Lokasi dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah KPSBU Jawa Barat, PT ISAM, dinas-dinas pemerintahan dan lembaga terkait serta perpustakaan LSI-IPB. 29
Responden yang berasal dari pengurus KPSBU, pengelola PT ISAM, serta petugas dinas pemerintahan dan lembaga terkait ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling karena pihak-pihak tersebut dianggap sebagai pihakpihak yang paling paham mengenai kondisi perusahaan dan industri yang terkait. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah : 1. Wawancara langsung dan mendalam dengan KPSBU, pengelola PT ISAM, serta petugas dinas pemerintahan dan lembaga terkait. 2. Observasi langsung di lapangan mengenai proses pengolahan susu. 3. Pencarian di internet untuk pencarian beberapa data dan literatur. 4. Studi pustaka untuk pencarian literatur dari berbagai pustaka. Adapun tabel jenis, macam dan sumber data disajikan di bawah ini : Tabel 4. Jenis, Contoh dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Jenis Data
Contoh Data
Sumber Data
Primer
Harga produk, Bahan baku dan penolong, Biaya produksi, Merek lain (pesaing), Lingkungan persaingan Permintaan dan penawaran susu
Internal KPSBU, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Manajemen Hypermart Bandung Indah Plaza BPS, Ditjennak
Sekunder
4.4.
Metode Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft
Excel dan dibantu oleh alat bantu lainnya seperti kalkulator. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan produksi susu sterilisasi pada KPSBU Jawa Barat diihat dari aspek-aspek nonfinansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia, aspek manajemen dan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan produksi susu sterilisasi dari segi aspek finansial. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kelayakan investasi dan analisis switching value. Analisis kelayakan investasi digunakan dengan melibatkan beberapa
30
kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periode (PP). 1.
Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai kini arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu (Gittinger 1986). Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut:
Keterangan : Bt = Penerimaan total pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Pengeluaran total pada tahun ke-t (Rupiah) t = Tahun proyek (t = 0, 1, 2, 3, ... , n), di mana n = 10 i = Tingkat suku bunga / diskonto (persen per tahun) Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: NPV = 0, artinya usaha tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. NPV > 0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya. NPV < 0, artinya usaha yang diperoleh dari usaha tersebut lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan. Dengan kata lain, usaha tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. 2. Internal Rate Return (IRR) IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga 31
yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Keterangan : i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i‟ = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV‟ = NPV yang bernilai negatif 3.
Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Rasio) merupakan angka perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah:
Keterangan : Bt = Penerimaan total pada tahun ke-t (Rupiah) Ct = Pengeluaran total pada tahun ke-t (Rupiah) t = Tahun proyek (t = 0, 1, 2, 3, ... , n), di mana n = 10 i = Tingkat suku bunga / diskonto (persen per tahun) Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Rasio adalah: Net B/C = 1, berarti usaha tidak untung dan tidak rugi, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Net B/C > 1, berarti usaha menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan. Net B/C < 0, berarti usaha merugikan dan tidak layak untuk dilaksanakan. 4.
Tingkat Pengembalian Investasi / Pay Back Period (PP) Penilaian PP dilakukan untuk mengetahui pada umur berapakah investasi dapat dikembalikan oleh perusahaan melalui usaha yang dilakukan. 32
Semakin cepat pengembalian investasi, maka semakin lancar perputaran modalnya dan semakin baik usaha tersebut dapat dijalankan. Pada dasarnya semakin cepat Payback Period menandakan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor. 5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis) Analisis nilai pengganti (analisis switching value) adalah suatu variasi dari analisis sensitivitas (Gittinger dalam Nurmalina 2009). Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari. Bila melebihi switching value tersebut, maka bisnis tidak layak atau NPV < 0. Analisis switching value dilakukan dengan menghitung secara cobacoba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow (Nurmalina et al 2009). Setelah mengetahui persentase yang menyebabkan NPV positif dan negatif, kemudian dihitung interpolasi untuk mengetahui batas perubahan yang menyebabkan NPV = 0. Rumus untuk mencari interpolasi adalah sebagai berikut : NPV Interpolasi = p +
(p‟ – p) NPV – NPV‟
Keterangan : p = Perubahan komponen inflow atau outflow yang menghasilkan NPV positif p‟= Perubahan komponen inflow atau outflow yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV‟ = NPV yang bernilai negative
33
4.5.
Asumsi Dasar Terdapat beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis
kelayakan usaha produksi susu sterilisasi pada penelitian ini, yaitu : 1.
Skenario I merupakan usaha produksi susu sterilisasi „Fresh Time‟ yang dilakukan oleh KPSBU dengan mengadakan kontrak kerjasama berbentuk subkontrak produksi dengan PT Industri Susu Alam Murni (PT ISAM) milik GKSI. Dalam hal ini, KPSBU melakukan „penitipan‟ produksi pada pabrik pengolahan susu PT ISAM, sedangkan bahan baku, kemasan dan label disediakan oleh KPSBU.
2.
Skenario II merupakan usaha produksi susu sterilisasi „Fresh Time‟ yang dilakukan oleh KPSBU dengan melakukan pembangunan pabrik terlebih dahulu dan mengadakan investasi mesin-mesin pengolahan serta peralatan dan perlengkapan lainnya dan berproduksi dengan volume produksi yang sama dengan skenario I.
3.
Skenario III merupakan usaha produksi susu sterilisasi „Fresh Time‟ yang dilakukan oleh KPSBU dengan melakukan pembangunan pabrik terlebih dahulu dan mengadakan investasi mesin-mesin pengolahan serta peralatan dan perlengkapan lainnya dan mengolah seluruh susu yang tidak dapat dipasok pada FFI (16 ton) menjadi produk olahan susu.
4.
Umur usaha untuk ketiga skenario adalah 15 tahun. Hal ini didasarkan pada umur ekonomis investasi yang paling lama yaitu bangunan pabrik.
5.
Sumber modal yang digunakan pada skenario I seluruhnya berasal dari KPSBU, sedangkan skenario II dan III modal berasal dari KPSBU dan juga pinjaman dari bank (dalam hal ini BNI 46). BNI 46 digunakan karena koperasi memiliki simpanan di bank tersebut.
6.
Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan untuk skenario I adalah sebesar 6,75 persen yang merupakan tingkat suku bunga simpanan Bank BNI 46, sedangkan untuk skenario II dan III adalah sebesar 11 persen yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman Bank BNI 46.
7.
Tahun pertama usaha pada skenario I, II dan III adalah tahun 2010.
8.
Jumlah produksi pada kedua skenario semakin meningkat setiap tahunnya dengan asumsi peningkatan tersebut disebabkan oleh kegiatan promosi yang 34
dilakukan oleh KPSBU dan juga semakin dikenalnya produk oleh masyarakat. 9.
Kapasitas produksi pada skenario I dan II mengacu pada kapasitas produksi yang dimiliki oleh pabrik PT ISAM yaitu kapasitas mesin autoclave sebesar 4.000 botol perjam atau sekitar 0,93 ton perjam. Adapun frekuensi produksi susu sterilisasi Fresh Time adalah dua kali seminggu yaitu sesuai dengan kesepakatan antara PT ISAM dengan KPSBU Jawa Barat.
10. Kapasitas produksi pada skenario III mengacu pada kapasitas mesin pasteurisasi yaitu 5 ton perjam dan mesin steril botol (autoclave) yaitu 0,93 ton perjam dengan melakukan produksi setiap harinya selama 16 jam perhari. 11. Pada skenario II dan III, koperasi mulai berproduksi pada saat semester kedua tahun kedua, karena memerlukan waktu selama satu setengah tahun atau 18 bulan untuk melakukan pengurusan perijinan lahan, perijinan pendirian pabrik, pembangunan pabrik, pembelian serta instalasi mesin-mesin dan peralatan. 12. Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan, hal ini untuk mempermudah penghitungan cashflow. Perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam analisis switching value. 13. Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis laba rugi berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan.
35