IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) mengingat Elsari merupakan UKM yang cukup berhasil dalam industri di Kota Bogor. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Maret 2012. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan, mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun usaha. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Perpustakaan LSI IPB serta jurnal dan artikel elektronik yang terkait dengan penelitian ini. Informasi tambahan yang mendukung penelitian ini menggunakan literatur-literatur yang relevan dengan objek permasalahan. 4.3. Metode Penentuan Responden Pencarian data primer dilakukan melalui wawancara dengan pihak internal dan eksternal perusahaan. Penentuan responden dilakukan menggunakan teknik purposive. Purposive merupakan metode penentuan responden yang memilih sampel dengan maksud dan tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Responden yang terpilih dari pihak internal perusahaan adalah pemilik Elsari Brownies and Bakery, karyawan bagian pemasaran, karyawan bagian keuangan, dan karyawan di bidang produksi. Pihak eksternal diwakili oleh masyarakat umum yang ada di sekitar perusahaan untuk mengetahui pengaruh keberadaan Elsari Brownies and Bakery terhadap kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan.
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator Casio fx-350TL dan Microsoft Excel 2007. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi tahap pengolahan data dan intrepretasi data secara deksriptif. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan Elsari Brownies and Bakery pada kondisi saat ini. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial mengkaji berbagai aspek mulai dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha Elsari Brownies and Bakery secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kriteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas dengan menggunakan variasi switching value. 4.5. Analisis Kelayakan Non Finansial Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Berdasarkan aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi jumlah permintaan, harga jual produk, penawaran, market share, dan bauran pemasaran. Aspek pasar dikatakan layak jika terdapat potensi pasar dan peluang pasar yang dapat diraih pelaku usaha dalam melakukan pengembangan usaha atas produk brownies panggang. Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi kondisi fisik, teknologi, lokasi usaha Elsari Brownies and Bakery, dan proses pembuatan brownies. Analisis dikatakan layak jika lokasi usaha, proses produksi, skala usaha, lay out, dan teknologi yang digunakan dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha. Berdasarkan aspek manajemen, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi bentuk organisasi, struktur organisasi, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Aspek manajemen dikatakan layak jika kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan.
Pada aspek hukum, variabel yang akan dianalisis adalah bentuk badan usaha dan izin usaha. Analisis berdasarkan aspek hukum dikatakan layak apabila usaha telah memenuhi legalitas yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan produksi. Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan mengkaji pengaruh usaha Elsari Brownies and Bakery terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar terutama dari sisi ekonomi. Elsari Brownies and Bakery dikatakan layak apabila keberadaan usahanya tidak bertentangan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar. 4.6. Analisis Kelayakan Finansial Analisis aspek finansial dalam rencana pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery dilakukan dengan melakukan serangkaian perhitungan kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah penilaian terhadap kelayakan Elsari sebelum adanya pengembangan usaha (Skenario I) untuk memastikan rencana pengembangan usaha perlu dilakukan. Selain itu, akan dilakukan penilaian terhadap kelayakan pengembangan usaha Elsari. Skenario II yaitu penyewaan bangunan yang akan digunakan sebagai gerai baru Elsari dengan dilengkapi counter penjualan kopi sedangkan skenario III ialah pembelian bangunan di wilayah strategis yang akan digunakan sebagai pabrik sekaligus gerai baru Elsari. Analisis yang dilakukan dalam aspek finansial mencakup nilai arus tunai (cash flow). Penilaian kelayakan secara finansial juga dilakukan berdasarkan kriteria investasi. Adapun kriteria kelayakan investasi yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Discounted Payback Period (DPP). 4.6.1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut Kadariah et. al (1999) adalah sebagai berikut :
∑ Keterangan: Bt
= penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t
Ct
= biaya (cost) bruto tahun ke-t
N
= umur ekonomis usaha
t
= tahun
i
= tingkat suku bunga (discount rate) Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV
suatu usaha lebih besar dari nol (NPV›0) berarti usaha tersebut layak dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, apabila NPV usaha kurang dari nol (NPV‹0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Apabila NPV sama dengan nol (NPV=0) maka manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan artinya proyek mengembalikan persis sebesar modal sosial. Dengan demikian, usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi. Namun, pada penelitian ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual. Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. 4.6.2. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi setiap rupiah yang diperoleh dari penerimaan. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari biaya bersih atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Net B/C
merupakan angka perbandingan antara jumlah nilai
sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang bernilai negatif. Rumus untuk menghitung Net B/C adalah :
∑ ∑ Dimana,
Keterangan: Bt
= manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct
= biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n
= jumlah tahun
i
= tingkat suku bunga (discount rate) Kerangka keputusan :
1) Jika Net B/C › 1 maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pengeluaran tersebut. 2) Jika Net B/C ‹ 1 maka proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran tersebut. Namun, pada penelitian ini perhitungan Net B/C tidak dilakukan secara manual. Perhitungan Net B/C dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. 4.6.3. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan. IRR juga merupakan nilai discount rate yang menjadikan NPV proyek sama dengan nol. Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Apabila nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 2.
NPV
NPV IRR
i
i’
i=discount rate (%)
NPV’ Gambar 2. Hubungan Antara NPV dan IRR (Sumber: Nurmalina et al 2009) Rumus untuk menghitung IRR adalah :
Dimana : i
= discount rate yang menghasilkan NPV positif
i’
= discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV
= NPV yang bernilai positif
NPV’ = NPV yang bernilai negatif Kerangka keputusan : 1) Apabila IRR = tingkat diskonto maka usaha tidak mendapat keuntungan maupun kerugian. 2) Apabila IRR ‹ tingkat diskonto maka usaha tidak layak untuk dilakukan. 3) Apabila IRR › tingkat diskonto maka usaha layak untuk dilakukan. Namun, pada penelitian ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual. Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007. 4.6.4. Discounted Payback Period (DPP) Metode ini mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali. DPP merupakan metode yang digunakan untuk mengatasi kelemahan dari metode payback period (PP) yang tidak memperhitungkan nilai waktu uang. Bisnis yang memiliki nilai discounted payback period singkat atau cepat pengembaliannya
kemungkinan besar akan dipilih oleh investor. Discounted payback period menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan discount rate. Adapun rumus untuk menghitung payback period adalah: Discounted Keterangan : I
= besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab discounted = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya yang telah dikalikan dengan discount rate. Menurut Umar (2007), nilai discounted payback period diperoleh melalui nilai investasi dikurangi saldo nilai tunai bersih sekarang dengan tingkat diskonto yang berlaku (present value net benefit). Lalu dilihat periode tahun yang dapat mengembalikan seluruh nilai investasi. Semakin kecil angka yang dihasilkan memiliki arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk dilaksanakan. 4.6.5. Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan tambahan manfaat bersih yang dapat diperoleh dengan membandingkan net present value dengan bisnis dan net present value tanpa bisnis. Contoh yang biasa digunakan dalam perhitungan incremental net benefit adalah tanah. Tanah yang diberakan tidak akan memiliki manfaat bersih tetapi jika diolah menjadi kawasan perkebunan maka akan menghasilkan manfaat bersih bagi pemilik usaha. Secara sistematis, perhitungan incremental net benefit dapat diperoleh sebagai berikut: Incremental net benefit=manfaat bersih dengan bisnis-manfaat bersih tanpa bisnis 4.7. Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis switching value merupakan variasi dari analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi perhitungan didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu mendatang.
Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada biaya dan manfaat yang akan menghasilkan keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Pada analisis switching value secara langsung memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha yaitu kenaikan harga input dan penurunan penjualan. Dengan analisis ini, akan dicari jumlah maksimum kenaikan biaya usaha yang dominan dan jumlah maksimum penurunan penjualan brownies yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan. 4.8. Laporan Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha Elsari Brownies and Bakery terdiri dari pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional, beban bunga, dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. 4.9. Definisi Operasional Definisi operasional dari penelitian ini adalah: 1) Espresso merupakan kopi yang dibuat dengan mengekstraksi biji kopi dengan menggunakan uap panas pada tekanan tinggi. 2) Coffee latte merupakan sejenis kopi espresso yang ditambahkan susu dengan rasio antara susu dan kopi 3:1. 3) Cappuccino merupakan sejenis kopi espresso yang diberi tambahan susu, krim, dan serpihan cokelat. 4) Barista merupakan seseorang yang mengoperasikan espresso machine serta ahli dalam membuat racikan kopi dan aneka latte art yang menarik. Latte art
merupakan seni menghias bagian atas kopi dengan foam susu yang dihasilkan melalui milk foather. 5) Shot merupakan satuan cairan kopi sebagai hasil dari ekstraksi biji kopi melalui espresso machine. Satu shot espresso berkisar antara 30-45 ml kopi. Dalam secangkir kopi biasanya terdiri dari satu shot espresso yang dihasilkan dari kurang lebih 10 gram biji kopi. 4.10. Asumsi Dasar Analisis kelayakan usaha Elsari Brownies and Bakery ini menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu: 1) Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga skenario usaha, yaitu kondisi perusahaan saat ini, penyewaan bangunan untuk membuka gerai baru di wilayah yang lebih strategis dengan dilengkapi dengan counter penjualan kopi, dan pembelian bangunan sebagai pabrik sekaligus gerai baru Elsari. 2) Usaha yang dijalankan adalah pembuatan brownies panggang dengan berbagai variasi topping, antara lain keju, kacang mede, meisis, choco chips, kacang almond, dll. 3) Investasi yang digunakan pada seluruh skenario usaha memiliki asumsi dibarukan kembali sesuai dengan harga yang berlaku di tahun 2012. Investasi tersebut merupakan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. Kegiatan produksi pada skenario I juga berdasarkan kondisi perusahaan pada saat ini, yang diukur melalui jumlah produksi di tahun 2011. Oleh karena itu, tidak ada tahap persiapan sehingga produksi di tahun pertama sudah berjalan dengan optimal. 4) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan Februari 2012 hingga Maret 2012 dan diasumsikan konstan hingga umur usaha berakhir. Harga jual brownies panggang melalui pemasaran langsung ialah sebesar Rp 30.000,00 per kotak. Namun, adanya strategi harga yang ditetapkan Elsari menghasilkan pendapatan penjualan per kotak brownies panggang ialah sebesar Rp 27.000,00. Nilai ini diperoleh melalui pendekatan going rate pricing yaitu penetapan harga di bawah harga yang ditetapkan pesaing.
5) Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survei lapang pada pemilik sekaligus pengelola usaha juga para karyawan Elsari Brownies and Bakery. 6) Tidak ada produk yang cacat atau gagal dan hasil produksi semuanya habis terjual. 7) Penentuan umur usaha berdasarkan lamanya umur investasi bangunan, yaitu 10 tahun. 8) Proses produksi dilakukan selama enam hari selama seminggu maka dalam satu bulan dilakukan 26 hari masa kerja. 9) Jumlah tenaga kerja pada skenario usaha I adalah 13 orang. Pada skenario usaha II dan III mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja menjadi 17 orang. Hal ini dikarenakan perluasan wilayah pemasaran memerlukan tenaga tambahan di bidang produksi dan pemasaran. 10) Kapasitas produksi Elsari Brownies and Bakery saat ini ialah 160 kotak brownies panggang ukuran 500 gram per hari sehingga menghasilkan produk sebanyak 49.920 kotak brownies panggang selama satu tahun. Produksi perusahaan pada skenario usaha I diasumsikan tetap hingga akhir umur proyek. 11) Kapasitas produksi Elsari Brownies and Bakery pada skenario usaha II dan III mengalami peningkatan yaitu 59.904 kotak pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha dan 74.880 kotak pada tahun ketiga hingga kesepuluh pengembangan usaha. Hal ini berarti terdapat peningkatan produksi brownies panggang Elsari setelah pengembangan usaha yaitu 192 kotak per hari pada tahun pertama dan kedua serta 240 kotak per hari pada tahun ketiga hingga kesepuluh. 12) Penetapan jumlah produksi kopi pada skenario pengembangan usaha didasarkan melalui usaha sejenis yang telah berjalan yaitu franchise coffee shop skala kecil. Pada tahun pertama dan kedua jumlah kopi yang dijual ialah 25 cangkir. Peningkatan penjualan terjadi pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha dikarenakan produk telah cukup dikenal oleh konsumen sehingga jumlah kopi yang dijual menjadi 50 cangkir.
13) Pemilik usaha mengajukan pinjaman ke Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 100.000.000,00 pada skenario usaha II. Sedangkan pada skenario III, pemilik meminjam uang sebesar Rp 400.000.000,00 untuk pengembangan usaha. 14) Kredit yang diajukan oleh Elsari kepada BRI adalah kredit korporasi. Hal ini dikarenakan kredit tersebut lebih fleksibel dan sesuai dengan kemampuan finansial Elsari. Kredit korporasi adalah kredit yang nilainya ditentukan dengan melibatkan pihak calon debitur. Pihak debitur akan dilibatkan dalam penentuan suku bunga, jangka waktu pengembalian, serta jaminan dan syarat lain dengan pihak bank. 15) Pada skenario usaha I, discount rate yang digunakan adalah sebesar 5,75 persen. Nilai ini diperoleh melalui rata-rata BI rate bulan Februari 2012Maret 2012. Pada skenario usaha II dan III akan dilakukan pengembangan usaha dengan melakukan pinjaman ke Bank Rakyat Indonesia sehingga discount rate yang digunakan sebesar 6,81 persen pada skenario II dan 6,79 persen pada skenario III. Nilai tersebut adalah Opportunity Cost of Capital (OCC) atau discount rate dengan rata-rata tertimbang antara suku bunga pinjaman BRI dan BI rate. Penentuan nilai ini dikarenakan modal yang digunakan untuk pengembangan usaha berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Suku bunga pinjaman yang digunakan adalah rata-rata suku bunga pinjaman BRI dari bulan Februari 2012 hingga Maret 2012, yaitu sebesar 9,875 persen. Pinjaman yang diajukan perusahaan pada skenario II ialah sebesar Rp 100.000.000,00 sedangkan guna pengembangan usaha pada skenario III akan dilakukan peminjaman sebesar Rp 400.000.000,00. Rumus penentuan OCC ialah sebagai berikut:
Dimana: i = tingkat bunga pinjaman (%) x = modal pinjaman (Rp) r = OCC (%) y = modal sendiri (Rp)
Dengan demikian, berdasarkan data tersebut, akan diperoleh OCC rata-rata tertimbang pada skenario usaha II sebesar 6,81 persen dan 6,79 persen untuk skenario usaha III. 16) Pengembalian pinjaman dilakukan selama sepuluh tahun dengan nilai angsuran tetap mulai tahun pertama hingga sepuluh, tanpa ada grace period dengan tingkat suku bunga pinjaman BRI 9,875 persen per tahun. Dengan demikian, nilai angsuran yang harus dibayarkan oleh Elsari per tahun adalah sebesar Rp 16.187.250,00 pada skenario II dan Rp 64.749.000,00 pada skenario III. Angsuran yang dibayarkan perusahaan diperoleh melalui penggunaan rumus capital recovery factor sebagai berikut:
Dimana: P = jumlah pinjaman (Rupiah) i = tingkat suku bunga (persen) n = jangka waktu pengembalian pinjaman (tahun) 17) Biaya yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan brownies panggang ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1. Biaya reinvestasi perlu dikeluarkan untuk peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 18) Nilai penyusutan dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis. 19) Pajak restoran yang digunakan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran sebesar 10 persen. 20) Bangunan yang akan digunakan sebagai tempat pengembangan usaha berada di Jalan Raya Padjajaran Kota Bogor. Bangunan tersebut merupakan rumah toko (ruko) yang memiliki tiga lantai dengan luas bangunan 4,5x16 m2. Harga sewa bangunan tersebut ialah sebesar Rp 120.000.000,00 per tahun sedangkan harga belinya ialah sebesar Rp 1.300.000.000,00.