IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah
Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Kecamatan Argapura. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. 4.2.
Metode Penentuan Responden Penentuan responden penelitian dilakukan melalui dua metode yaitu
metode purposive sampling dan snowball sampling. Metode purposive sampling digunakan untuk memilih Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Gunung Sari sebagai sampling frame untuk memudahkan penentuan petani sampel, dimana petani yang tergabung dalam Gapoktan Gunung Sari merupakan petani yang mengusahakan komoditas bawang merah. Penentuan petani sampel menggunakan metode snowball sampling dengan ketua kelompok tani sebagai sampel awalnya. Petani sampel merupakan petani yang melakukan budidaya bawang merah dalam kurun waktu satu tahun terakhir ketika penelitian dilakukan yaitu pada musim tanam tahun 2010. Pengambilan sampel berdasarkan petani yang tergabung dalam Gapoktan Gunung Sari yang terdiri dari delapan kelompok tani. Hal tersebut bertujuan agar sampel dapat mewakili keseluruhan petani yang berada di Desa Sukasari Kaler, karena pembagian kelompok tani berdasarkan wilayah hamparan lahan yang dimiliki petani. Akan tetapi, petani responden hanya diambil dari kelompok tani yang mengusahakan bawang merah pada lahan sawah yaitu kelompok tani Pakuwon, Sukasari Utara, Cilayur, Mengger dan Liang Julang dengan jumlah populasi sebanyak 330 orang. Sedangkan tiga kelompok tani lainnya, yaitu kelompok tani Teja Permana, Gunung Sari dan Tani Mukti tidak diambil karena usahatani bawang merah dilakukan pada lahan tegalan (tadah hujan). Petani responden diambil sebanyak 10 persen dari populasi. Akan tetapi, petani sampel hanya berjumlah 30 orang karena tiga orang lainnya sudah tidak
40
mengusahakan bawang merah. Selain itu, petani responden juga diambil dari kelompok tani yang mayoritas masih mengusahakan bawang merah, sehingga terdapat perbedaan antara jumlah rencana dan realisasi. Tabel 6 menunjukkan rencana dan realisasi jumlah petani sampel yang diambil dalam penelitian ini. Tabel 6. Responden Petani Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler No
Nama Kelompok Tani
Rencana (orang)
Realisasi (orang)
1
Pakuwon
9
7
2
Sukasari Utara
7
8
3
Cilayur
9
5
4
Mengger
4
7
5
Liang Julang
4
3
Jumlah
33
30
4.3.
Data dan Instrumentasi Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan, pembagian daftar pertanyaan yang telah disiapkan dengan teknik wawancara langsung kepada petani responden. Wawancara dilakukan dengan metode wawancara terstruktur. Data primer pada penelitian mencakup penguasaan asset pertanian, pemasukan dan pengeluaran usahatani bawang merah serta informasi lainnya yang berguna untuk menunjang penelitian ini. Data sekunder merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari sumber kedua atau literatur-literatur yang relevan. Data sekuder yang digunakan untuk mendukung data-data primer diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Badan Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Argapura, monografi Desa Sukasari Kaler. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian Pertanian Republik Indonesia, buku serta penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian. Data sekunder mencakup data produksi, produktivitas, luas areal tanam berbagai komoditas hortikultura serta informasi lainnya.
41
4.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
baik data primer maupun data sekunder adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani bawang merah di Desa Sukasari Kaler. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan usahatani bawang merah yang dilakukan para petani di Desa Sukasari Kaler. Data yang dikumpulkan melalui proses verifikasi dan validasi data terlebih dahulu. Selanjutnya data diolah menggunakan program Microsoft Excel, Minitab 14, dan Frontier 4.1. Microsoft Excel digunakan untuk proses input data dan pendapatan usahatani. Minitab digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
usahatani
dan program
Frontier
4.1.
digunakan untuk
mendapatkan estimasi nilai parameter dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Program Frontier 4.1. terdiri dari tiga tahap : 1)
Mengkalkulasikan nilai estimasi dari β dan σs2 menggunakan OLS (Ordinary Least Square) semua nilai estimasi β kecuali β0 unbias.
2)
Dua frase grid search dari fungsi likelihood digunakan untuk mengevaluasi nilai dari γ yang nilainya berkisar antara 0 dan 1.
3)
Nilai diseleksi melalui tahap kedua digunakan sebagai nilai awal dalam prosedur iteratif untuk mengestimasi nilai akhir maximum-likelihood.
4.4.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier (SF) Bentuk fungsi produksi yang digunakan adalah Stochastic Frontier CobbDouglas. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat digunakan dalam bentuk fungsi linear. Dugaan yang akan digunakan dalam penelitian ini, dirumuskan dalam persamaan berikut : Y = β0 Lβ1 Bβ2 TKβ3 Nβ4 P β5 K β6 Pc β7 Pd β8 Pk β9 evi – ui Untuk memudahkan pendugaan ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural dengan basis e (log natural) sebagai berikut : Y = ln β0 + β1 ln L + β2 ln B + β3 ln TK + β4 ln N + β5 ln P + β6 ln K + β7 ln Pc + β8 ln Pd + β9 ln Pk + vi - ui
42
Dimana : Y = Produksi total bawang merah (kg) L = Luas lahan (ha) B = Penggunaan bibit (kg) TK = Tenaga kerja (HOK) N = Jumlah pupuk N (kg) P = Jumlah pupuk P (kg) K = Jumlah pupuk K (kg) Pc = Pestisida cair (lt) Pd = Pestisida padat (kg) Pk = Pupuk kandang (kg) β0 = Intersep βi = Koefisien parameter penduga, dimana i = 1,2,3,…12 0 < βi < 1 (Diminishing return) vi - ui = Error term (ui = efek inefisiensi teknis dalam model) Variabel sisa (random shock) vi merupakan variabel acak yang bebas dan secara identik terdistribusi normal (independent-identically distributed/ i.i.d) dengan rataan (mathematical expectation/ ui) bernilai nol dan ragamnya konstan, σy2 (N(0, σv2)), serta bebas dari u i. Variabel kesalahan (residual solow) ui adalah variabel yang menggambarkan efek inefisiensi di dalam produksi, diasumsikan terdistribusi secara bebas diantara setiap observasi dan nilai vi. Variabel acak ui tidak boleh bernilai negatif dan distribusinya normal dengan nilai distibusi N(µ i, σu2) (Coelli dan Battese 1998). 4.4.2. Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis Metode efek inefisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese dan Coelli (1998). Variabel u i yang digunakan untuk mengukur efek inefisiensi teknis, diasumsikan bebas dan distribusinya terpotong normal dengan N(µ i, σ2). Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tingkat inefisiensi teknis petani bawang merah dalam penelitian ini adalah umur (Z1), pengalaman (Z2), pendidikan (Z3), dummy status kepemilikan lahan (Z4), dummy penyuluhan (Z5), dan dummy varietas bibit (Z6). Dengan demikian, parameter distribusi (µ i) efek inefisiensi teknis dalam penelitian ini adalah : µi = δ0 + δ1 Z1 + δ2 Z2 + δ3 Z3 + δ4 Z4 + δ5 Z5 + δ6 Z6+ wit
43
Beberapa hipotesis yang dikemukakan untuk model efek inefisiensi dalam persamaan diatas adalah : 1)
Semakin tua umur petani, diduga akan mempertinggi tingkat inefisiensi karena semakin tua petani maka kondisi fisiknya akan semakin lemah.
2)
Semakin lama pengalaman petani mengusahakan usahatani bawang merah, diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Pengalaman yang diperoleh petani dari usahatani sebelumnya akan menjadi pelajaran bagi petani untuk pengelolaan berikutnya.
3)
Semakin tinggi tingkat pendidikan petani, diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Tingginya tingkat pendidikan mengindikasikan tingginya pengetahuan petani dalam mengelola usahataninya.
4)
Dengan mengikuti penyuluhan diduga akan memperkecil tingkat inefisiensi teknis petani. Penyuluhan mampu memberikan informasi yang dapat membantu petani dalam mengelola usahataninya.
5)
Status garapan (dummy) diduga akan mempengaruhi keseriusan petani dalam mengolah lahannya. Petani penyewa cenderung lebih baik daripada petani non penyewa.
6)
Varietas bibit yang digunakan (dummy) diduga berpengaruh terhadap inefisiensi teknis. Seluruh parameter baik dalam fungsi stochastic frontier dan efek
inefisiensi secara simultan dapat diperoleh melalui program Frontier 4.1. Pengujian efek inefisiensi dilakukan dengan metode statistik. Hasil pengujian Frontier 4.1. akan memberikan nilai perkiraan varians dari parameter dalam bentuk parameterisasi berikut ini : σs2 = σv2 + σu2 dan γ = σu2 / σs2 Nilai parameter gamma (γ) berkisar antara nol dan satu. Untuk keputusan penerimaan hipotesis nol (diuraikan dalam bagian uji hipotesis) atau ditentukan oleh nilai kritis. Efisiensi teknis petani ke-i adalah nilai harapan dari (-ui) yang dinyatakan dalam rasio berikut ini : TEi =
44
Dimana TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i, dan yi adalah fungsi output deterministic (tanpa error term). Nilai efisiensi teknis tersebut berbanding terbalik dengan efek inefisiensi teknis di atas yang juga bernilai diantara nol dan satu. Nilai efisiensi teknis dalam persamaan di atas digunakan hanya untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu (cross section data) dan tidak untuk input yang bersifat logaritmik (panel data) (Coelli dan Battese 1998). 4.4.3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis hanya dilakukan untuk hasil output efek efisiensi teknis frontier. Untuk mengetahui apakah ada efek inefisiensi di dalam model menggunakan nilai LR test galat satu, sedangkan untuk masing-masing variabel penduga apakah koefisien dari masing-masing parameter bebas (δi) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (µi) dengan menggunakan t-hitung. Hipotesis pertama : H0 : γ = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = ………. δ10 = 0 H1 : γ = δ0 = δ1 = δ2 = δ3 = δ4 = ………. δ10 > 0 Hipotesis nol artinya efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model. Jika hipotesis ini diterima, maka model fungsi produksi rata-rata sudah cukup mewakili data empiris. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi-square. LR = -2 {ln[L(H0)/L(H1)]} Dimana L(H0) dan L(H1) adalah nilai dari fungsi likelihood di bawah hipotesis H0 dan H1. Kriteria uji : LR galat satu sisi > χ2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) maka tolak H0 LR galat satu sisi < χ2 restriksi (tabel Kodde dan Palm) maka terima H0 Tabel chi-square Kodde dan Palm adalah table upper and lower bound dari nilai kritis untuk uji bersama persamaan dan pertidaksamaan restriksi. Hipotesis Kedua : H0 : δ1 = 0 H1 : δ1 ≠ 0
45
Hipotesis nol berarti koefisien dari masing-masing variabel di dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masingmasing variabel penjelas dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi dalam proses produksi. Uji statistik yang digunakan: t-hitung
=
t-tabel
= t(α, n-k-1)
Kriteria uji : │t-hitung│> t-tabel t(α, n-k-1) : tolak H0 │t-hitung│< t-tabel t(α, n-k-1) : terima H0 Dimana : k = jumlah variabel bebas n = jumlah pengamatan (responden) S (δi) = simpangan baku koefisien efek inefisiensi 4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani Profitabilitas usahatani bawang merah dapat dikaji dengan dua indikator yaitu pendapatan usahatani dan R/C rasio. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan petani, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi et al. 1985). Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan (Soekartawi et al. 1985) adalah : TR
= PxQ
TC
= biaya tunai + biaya diperhitungkan
atas biaya tunai
= TR – biaya tunai
atas biaya total
= TR – TC
Dimana : TR TC P Q
: Total penerimaan usahatani (Rp) : Total biaya usahatani (Rp) : Harga output (Rp/Kg) : Jumlah output (Kg) : Pendapatan atau keuntungan (Rp)
46
Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Penerimaan atau revenue dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan penerimaan total. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, yaitu jumlah produk yang dijual dikalikan dengan harga jual produk. Penerimaan total usahatani merupakan keseluruhan nilai produksi usahatani baik yang dijual, dikonsumsi keluarga dan dijadikan persediaan. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Biaya atau cost juga dibagi menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai di dalam usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kebutuhan usahatani. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Biaya total adalah keseluruhan nilai yang dikeluarkan bagi usahatani, baik tunai maupun tidak tunai. Analisis R/C adalah salah satu ukuran efisiensi penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost rasio) yang menunjukkan perbandingan antara nilai output terhadap nilai inputnya yang bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilaksanakan. R/C rasio yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis R/C rasio dan biaya usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi et al. 1985) : R/C rasio atas biaya tunai
= TR / biaya tunai
R/C rasio atas biaya total
= TR / TC
Dimana : TR TC
= Total penerimaan usahatani (Rp) = Total biaya usahatani (Rp)
47
Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Tabel 7 memperlihatkan contoh perhitungan pendapatan usahatani. Tabel 7. Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio per Hektar per Tahun Tanaman Tahunan No
Keterangan
A B 1 2 3 4 5
Penerimaan Biaya Tunai Bibit Pupuk Kimia Pupuk Kandang Obat-obatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya yang Diperhitungkan Penyusutan Sewa Lahan Tenaga Kerja Keluarga Total Biaya yang Diperhitungkan Total Biaya (B+C) Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B) Pendapatan Atas Biaya Total (A-D) R/C Atas Biaya Tunai (A/B) R/C Atas Biaya Total (A/D)
C 1 2 3 D E F G H
Jumlah
Harga per Satuan (Rp)
Total (Rp)
Sumber : Soekartawi 1985
Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu :
48
Biaya Penyusutan = Dimana : Nb Ns N 4.5.
: Nilai pembelian (Rp) : Tafsiran nilai sisa (Rp) : Umur ekonomis (tahun)
Definisi Operasional Definisi operasional pada penelitian ini yaitu variabel yang diamati
merupakan data dan informasi usahatani yang diusahakan oleh petani bawang merah. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep di bawah ini : 1)
Produksi bawang merah (Y) adalah hasil produksi fisik berupa bawang merah yang dihasilkan dalam satu musim tanam. Satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).
2)
Luas lahan (L) adalah luas lahan yang digunakan untuk berusahatani bawang merah dengan satuan pengukuran adalah hektar (ha).
3)
Bibit bawang merah (B) adalah jumlah bibit bawang merah yang digunakan petani untuk satu kali musim tanam dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).
4)
Tenaga kerja (TK) adalah jumlah tenaga kerja total yang digunakan dalam proses produksi untuk berbagai kegiatan usahatani selama
satu musim
tanam. Tenaga kerja diukur dalam satuan Hari Orang Kerja (HOK) dan mengabaikan jenis tenaga kerja yang digunakan apakah dari dalam keluarga atau luar kelurga. 5)
Pupuk N (N) adalah jumlah kandungan pupuk N yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam, meliputi pupuk urea, ZA, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).
6)
Pupuk P (P) adalah jumlah kandungan pupuk P yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu kali musim tanam, meliputi TSP, phonska dan NPK. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).
49
7)
Pupuk K (K) adalah jumlah kandungan pupuk K yang digunakan petani untuk memupuk tanaman bawang merah selama satu musim tanam, meliputi pupuk phonska, NPK dan KCL. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg).
8)
Pestisida cair (Pc) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah liter (lt).
9)
Pestisida padat (Pd) adalah jumlah pestisida yang digunakan petani untuk pengendalian hama dan panyakit selama satu musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah dan kilogram (kg).
10) Pupuk kandang (Pk) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan petani untuk memupuk lahan bawang merah selama satu kali musim tanam. Satuan ukuran yang digunakan adalah kilogram (kg). 11) Umur petani (Z1) adalah usia petani saat musim tanam bawang merah yang diukur dalam tahun. 12) Pengalaman berusahatani (Z2) adalah lamanya petani dalam mengusahakan usahatani bawang merah yang diukur dalam tahun. 13) Pendidikan (Z3) adalah lamanya pendidikan formal yang diperoleh petani yang diukur dalam tahun. 14) Penyuluhan (Z4) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang mengikuti penyuluhan dan nol untuk petani yang tidak mengikuti penyuluhan. 15) Status kepemilikan lahan (Z5) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang memiliki lahan garap sendiri, HGP, dan sakap dan nol untuk sewa. 16) Varietas bibit (Z6) dalam bentuk dummy. Satu untuk petani yang menggunakan varietas Sumenep dan nol untuk petani yang menggunakan varietas Balikaret. 17) Bata adalah satuan luas setara dengan 14 m2, (1 Ha = 700 Bata).
50