IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa peternakan ini merupakan usaha yang bergerak di bidang penggemukan domba dan kambing terbesar di Desa Citapen dan merupakan usaha yang memiliki prospek yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari keunggulan yang membedakan usaha tersebut dengan peternak lainnya di Desa Citapen yaitu peternakan yang berorientasi kepada bisnis bukan pendapatan sampingan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Februari 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama umur usaha baik biaya investasi maupun biaya operasional, serta penerimaan dari usaha penggemukan domba dan kambing selama umur ekonomis usaha. Sedangkan data primer yang digunakan diperoleh dari data historis usaha, studi literatur beberapa buku yang berkaitan dengan penelitian, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Peternakan. Selain itu data yang diperoleh juga berasal dari observasi lapangan.
4.3 Metode Penentuan Narasumber Penentuan narasumber dilakukan dengan metode purposive sampling, dilakukan untuk penentuan sumber informasi, baik pemilik maupun karyawan. Narasumber dipilih berdasarkan penilaian bahwa pemilik dan karyawan usaha penggemukan domba dan kambing adalah orang yang tepat dan baik untuk dijadikan sumber informasi karena merupakan faktor penentu dan memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai usaha. Teknik tersebut digunakan karena kajian penelitian ini membahas mengenai analisis kelayakan dari usaha yang dijalankan perusahaan, sehingga narasumber tersebut dianggap memiliki sejumlah informasi internal perusahaan yang dibutuhkan oleh peneliti.
4.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di usaha penggemukan dan lokasi yang terkait dengan penelitian ini serta wawancara dengan pemilik dan karyawan. Data primer sebagian besar diperoleh dengan menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan. Data sekunder diperoleh penulis dari hasil studi pustaka dan literatur berbagai buku, skripsi terdahulu dan data internal perusahaan, serta penelusuran ke beberapa instansi terkait, seperti Ditjen Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), perpustakaan IPB, serta referensi dari media massa, baik cetak maupun elektronik.
4.5 Metode Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif yang dilakukan merupakan analisis deskriptif yang berupa gambaran sistem usaha dan aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, budaya, serta aspek lingkungan dari usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan milik Bapak Sarno. Sedangkan analisis data secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penggemukan domba berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C dan PP yang diolah menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel. Melalui switching value analysis, data yang ada dicoba untuk dirubah dengan menaikkan input dan penurunan output untuk melihat kemampuan usaha tersebut bertahan terhadap perubahan. 39
4.6 Analisis Kelayakan Non Finansial 4.6.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar yang akan dilakukan pada usaha penggemukan domba dan kambing pada peternakan Bapak Sarno yaitu untuk menilai apakah usaha tersebut melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran, seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan. Kemudian bagaimana strategi pemasaran yang akan dijalankan untuk menangkap peluang pasar yang ada. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran jika usaha tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon pembeli) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Pada aspek teknis, kriteria kelayakan usaha usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah permintaan lebih besar dari produk yang dihasilkan, ketepatan strategi pemasaran yang digunakan yaitu produk, harga, tempat dan promosi.
4.6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis akan menunjukkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses penggemukan domba dan kambing akan dilaksanakan, jumlah ternak yang digemukkan, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan dan peralatan, lokasi usaha dan pengawasan kualitas yang dilakukan dalam usaha penggemukan domba dan kambing. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek teknis dan teknologi jika berdasarkan hasil analisis usaha dapat dibangun dan dijalankan dengan baik. Pada aspek teknis kriteria kelayakan usaha yang dianalisis adalah kelayakan lokasi untuk menjalankan usaha, besarnya jumlah ternak yang digemukkan untuk mencapai tingkatan skala ekonomis. Kriteria 40
pemilihan peralatan dan teknologi untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing tersebut, layout bangunan dan fasilitas lainnya.
4.6.3 Aspek Manajemen Dalam aspek manajemen akan dilihat berdasarkan pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan distribusi tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha ini dan struktur organisasi. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan di peternakan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang sesuai. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek manajemen adalah jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha penggemukan domba dan kambing dan usaha tersebut dapat dijalankan sesuai waktu yang diperkirakan. Pada aspek manajemen kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dianalisis adalah kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang baik dan sesuai dengan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan usaha.
4.6.4 Aspek Hukum Aspek hukum yang akan dianalisis pada peternakan milik Bapak Sarno adalah melihat kelengkapan dan keabsahan dokumen yang berkaitan dengan usaha penggemukan domba dan kambing, mulai dari bentuk badan usaha sampai dengan ijin-ijin yang dimiliki. Hal ini dikarenakan aspek hukum dari sebuah kegiatan usaha diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain. Usaha penggemukan domba dan kambing dikatakan layak berdasarkan aspek hukum jika usaha tersebut sesuai dengan ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perijinan di wilayah tersebut. Untuk aspek hukum, kriteria kelayakan usaha aspek nonfinansial hal yang akan dianalisis adalah legalitas usaha yang dijalankan, bentuk badan usaha yang 41
akan digunakan yang berkaitan dengan kekuatan hukum serta melihat adanya jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana berupa pinjaman ke lembaga keuangan seperti bank.
4.6.5 Aspek Ekonomi dan Sosial Penelitian dalam aspek ekonomi pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah dengan melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika usaha tersebut dijalankan. Pengaruh tersebut terutama terhadap ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di peternakan tersebut serta dampak sosialnya terhadap masyarakat sekitar. Pada aspek ekonomi, kriteria kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing yang dilihat adalah seberapa besar usaha tersebut mempunyai dampak terhadap masyarakat sekitarnya. Dengan adanya usaha tersebut apakah dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat dan dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
4.6.6 Aspek Lingkungan Aspek lingkungan yang diteliti pada usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno ini adalah menganalisis seberapa besar dampak usaha tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya, baik terhadap tanah, air, dan udara yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Pada aspek lingkungan, kriteria kelayakan yang dilihat pada usaha penggemukan domba dan kambing adalah bagaimana pengaruh usaha penggemukan domba dan kambing tersebut terhadap lingkungan udara, tanah dan sekitarnya, apakah dengan adanya usaha tersebut menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak.
42
4.7 Analisis Kelayakan Finansial Untuk mengetahui kelayakan usaha penggemukan domba dan kambing maka dilakukan perbandingan antara biaya dan manfaat kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode (PP).
4.7.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
n
NPV i 0
Bt Ct t (1i )
Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t
= Tahun kegiatan bisnis
i
= Tingkat Discount Rate (DR)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
NPV = 0, artinya bisnis tersebut mampu mengembalikan sebesar modal yang dikeluarkan. Dengan kata lain bisnis tersebut tidak untung dan tidak rugi.
NPV > 0, artinya suatu bisnis dinyatakan menguntungkan dan memberikan manfaat dan dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
NPV < 0, artinya bisnis tersebut dinyatakan merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
4.7. 2 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen.
43
Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR). Rumus untuk menghitung IRR adalah:
Keterangan: i1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif NPV2 = NPV negatif
4.7.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satuan kerugian bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: n
Net B/C Ratio =
i 0 n
i 0
Keterangan: Bt Ct n i
Bt Ct t (1 i ) Bt Ct t (1 i )
Untuk Bt – Ct > 0
Untuk Bt – Ct < 0
= Manfaat pada tahun t = Biaya pada tahun t = Umur bisnis = Discount Rate (%)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah:
Net B/C = 1, maka bisnis tidak untung dan tidak rugi
Net B/C > 1, maka bisnis menguntungkan
Net B/C < 1, maka bisnis merugikan 44
4.7.4 Payback Period (PP) Payback Period merupakan jangka waktu kembalinya seluruh jumlah investasi yang ditanamkan dalam satuan waktu. Semakin cepat waktu pengembalian, maka semakin baik bisnis tersebut untuk diusahakan. Akan tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Namun dengan demikian pada penelitian ini nilai waktu uang (time value of money) diperhitungkan yaitu dengan adanya discount rate (DR) sehingga cash flow setelah periode payback juga tidak diabaikan Rumus untuk menghitung pengembalian investasi adalah:
Dimana: I
= Besarnya biaya investasi yang diperlukan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
4.7.5 Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue (TR) sama dengan total cost (TC). Selama usaha masih di bawah break event, maka perusahaan masih menggalami kerugian. Semakin lama mencapai titik pulang pokok, semakin besar kerugian karena keuntungan yang diterima masih menutupi segala biaya yang dikeluarkan. Break Event Point dirumuskan sebagai berikut:
BEP (unit) = Total Biaya tetap/(harga jual per unit- biaya variabel per unit)
4.7.6 Laba Rugi Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Proyeksi laba rugi terdiri dari beberapa komponen, yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC), Total Cost 45
(TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Laba rugi dirumuskan sebagai berikut: Π = TR -TC Keterangan : π
: Keuntungan
TR
: Total Revenue (total penerimaan)
TC
: Total Cost (total biaya)
4.7.7 Incremental Net Benefit Incremental Net Benefit merupakan manfaat bersih tambahan yang didapatkan dari usaha dan diperoleh dari manfaat bersih dengan bisnis (net benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit without business). Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan. Secara matematis Incremental Net Benefit rumus yang digunakan pada penelitian ini adalah: Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis - Manfaat bersih tanpa bisnis
4.8 Switching Value Analysis Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maximum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak. Dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan harga input dan penurunan otput yaitu penjualan. Harga input adalah harga bakalan ternak domba dan kambing. Sedangkan output yang dimaksud yaitu penurunan harga jual ternak. Penentuan switching value pada variabel bakalan merupakan variabel input tersebut, berdasarkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk variabel tersebut sangat besar dan pada suatu waktu dapat berubah, begitu pula halnya dengan variabel output. Oleh karena itu perlu dilakukan switching value untuk menguji 46
usaha tersebut pada perubahan-perubahan agar diketahui batas kekuatan usaha tersebut pada perubahan yang terjadi.
4.9 Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian usaha penggemukan domba dan kambing milik Bapak Sarno adalah sebagai berikut : 1) Lahan dan bangunan yang digunakan adalah milik sendiri. 2) Umur ekonomis usaha ditetapkan delapan tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha yaitu kandang domba dan kambing. 3) Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada saat penelitian dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik. 4) Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu : Penyusutan =
Nilai beli nilai sisa Umur ekonomis
5) Pajak pendapatan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu : Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen. Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. 6) Pada kondisi pengembangan usaha, pemilik usaha melakukan pinjaman modal kepada Bank Mandiri. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga kredit Bank Mandiri pada tahun 2012, yaitu sebesar 12 persen. 7) Pada saat sebelum pengembangan, dalam satu tahun terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 150 ekor (75 ekor domba dan 75 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga 47
periode ternak yang digemukkan adalah 450 ekor (225 ekor domba dan 225 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 150 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 300 ekor (150 ekor domba dan 150 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode pertama merupakan masa persiapan seperti pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 8) Pada saat pengembangan, dalam satu tahun juga terdapat tiga periode penggemukan. Setiap satu periode ternak yang digemukkan 270 ekor (135 ekor domba dan 135 ekor kambing). Sehingga dalam satu tahun yang terdiri dari tiga periode ternak yang digemukkan adalah 810 ekor (405 ekor domba dan 405 ekor kambing). Dalam setiap tahunnya diasumsikan seluruh hasil produksi laku terjual. Namun pada tahun pertama jumlah ternak yang digemukkan lebih sedikit karena hanya terdapat dua periode penggemukan yaitu 270 ekor per periode dikalikan dengan dua periode yaitu 540 ekor (270 ekor domba dan 270 ekor kambing). Hal ini disebabkan pada tahun pertama, periode
pertama
merupakan
masa
persiapan
pengembangan
seperti
pembangunan kandang sehingga tidak dilakukan penggemukan domba dan kambing. 9) Penerimaan dalam usaha ini terdiri dari penjualan ternak, penjualan kotoran dan nilai sisa. Besarnya penerimaan penjualan ternak ditentukan berdasarkan bobot hidup ternak dikalikan dengan harga per kilogramnya. 10) Dalam analisis finansial, digunakan dua kondisi yaitu analisis finansial usaha pada kondisi sebelum pengembangan (aktual) dan kondisi kedua yaitu analisis finansial usaha setelah melakukan pengembangan dengan penambahan jumlah ternak domba dan kambing serta pembangunan kandang baru. 11) Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain selain harga bakalan kambing dan harga penjualan kambing tidak berubah (cateris peribus).
48