1
TESIS
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA, LAMA TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
I NENGAH WIJAYA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
TESIS
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA, LAMATINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
I NENGAH WIJAYA NIM : 099 106 1010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
i
ii
PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA, LAMA TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997-2010
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NENGAH WIJAYA NIM : 099 106 1010
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 1 AGUSTUS JULI 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc NIP. 1947 0506 1973 021001
Dr. Ir. Md Adhika, MSP. NIP. 1959 1231 1986 011003
Mengetahui
Ketua Program Studi Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS NIP. 1944 0929 1973 021001
Direktur, Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP. 1959 0215 1985 102001
Tesis ini Telah Diuji pada
iv
Tanggal
8 Agustus 2011
Panitia Penguji Tesis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas, Nomor : 1472/UN.14.4/HK/2011 , Tanggal 8 Agustus 2011
Ketua
: Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc
Sekretaris : Dr. Ir. Md Adhika, MSP.
Anggota
: 1. Prof Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS 2. Prof. Dr. I Ketut Sudibia, SU 3. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar magister di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Denpasar, 21 Agustus 2011 Yang Menyatakan
I Nengah Wijaya
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) Atas rahmatnya, yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB Industri Pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. Tersusunnya tesis ini sampai selesai, berkat bantuan dan kerjasama dari semua pihak, begitu juga partisipasi rekan-rekan
serta pihak-pihak lain yang
banyak membantu dalam penulisisan tesis ini. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada : Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. I Made Bakta, Sp.Pd, (K) atas kesempatan, dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Direktur Program Pasasarjana Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
Universitas Udayana. Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Universitas Udayana Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS, yang telah memberi dorongan dan motivasi dalam penulisan tesis ini.
vii
Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc, selaku pembimbing I dengan segala kesabaran, kearifan dan tulus ikhlas membimbing, mengarahkan, serta memberikan motivasi dan inspirasi yang sangat berarti sejak awal penulis mengikuti pendidikan magister sampai terselesaikan penulisan tesis ini. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP, pembimbing II dengan penuh perhatian, kesabaran, dan kecermatan membimbing serta memberikan pandangan-pandangan positif untuk penyempurnaan tesis ini. Para penguji tesis yaitu Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS., Prof. Dr. I Ketut Sudibia, SU., dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi kesempurnaan dari penulisan tesis ini Instansi (cq. DIKTI, Depdiknas) yang telah memberikan Bantuan Pendidikan Pascasarjana (BPPS) melalui beasiswa BPPS untuk mendanai program Pendidikan Magister di Pascasarjana Universitas Udayana. Direktur Politeknik Negeri Bali Ir. I Made Mudina, M.Sc., yang telah memberikan kesempatan, dorongan dan bantuan untuk melanjutkan pendidikan Magister. Bapak /Ibu dosen Program Studi Magister Kajian Pariwisata atas bimbingan dan asuhan terhadap mata kuliah selama proses belajar mengajar. Seluruh Staf administrasi Program Studi Magister Kajian Pariwisata. Ibunda, dan Ayahanda yang telah dengan ikhlas, dan tanpa pamrih telah memdidik dan membesarkan, serta senantiasa memberikan doa yang tiada hentinya kepada penulis. Semua saudara beserta keluarga yang turut memberi doa restu agar
viii
pendidikan penulis berjalan dengan lancar, serta mertua yang memberikan dorongan moral dalam mengikuti proses belajar. Terkhusus kepada istriku Ni Wayan Putriadi, SS., dan anak-anak tercinta I Wayan Gde Wahyu PA. dan Ni Made Puspa Pawitri, dengan ketulusan hati dan keikhlasan memberikan semangat dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Rekan-rekan karya siswa angkatan 2009/2010 Program Magister Kajian Pariwisata, dan semua pihak yang tulus ikhlas telah membantu dan mendoakan bagi keberhasilan penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki tesis ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan tesis ini.. Semoga amal baik Bapak/Ibu dan rekan-rekan semua mendapat imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Denpasar,
Penulis
Juli 2011
ix
ABSTRAK PENGARUH JUMLAH WISATAWAN MANCA NEGARA, LAMA TINGGAL, DAN KURS DOLAR AMERIKA TERHADAP PENERIMAAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN BADUNG TAHUN 1997 – 2010
Industri pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Sebagai sumber penerimaan pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari pengaruh perkembangan jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Badung. Perkembangan pariwisata Kabupaten Badung telah terjadi perubahan segmen pasar dari semula yang didominasi oleh wisatawan asal Eropah dan Amerika kemudian didominasi oleh wisatawan Asia-Oceania. Guna mengetahui pengaruh dari jumlah wisatawan manca Negara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung digunakan teknik analisis regresi berganda, dengan uji t, dan uji F, dan koefisien determinasi. Dengan menggunakan data sekunder tahun 1997 – 2010 serta bantuan dari program SPSS versi 17,0, diperoleh hasil analisis regresi dengan persamaan, Y= -183,622 + 1,019X1 -11,019X2 + 0,036X3 + e Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial jumlah wisatawan manca negara, dan kurs dolar Amerika berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung, sedangkan lama tinggal berpengaruh tidak nyata terhadap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung. Secara simultan jumlah wisatawan manca negara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika berpengaruh nyata terhdap penerimaan Produk Domestik Regional Bruto industri pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai R2 dan R masing-masing sebesar 0,706, dan 0,840 dengan jumlah wisatawan mancanegara sebagai faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap penerimaan Produk Domesti Regional Bruto pariwisata Kabupaten Badung dengan nilai koefisien determinasi parsial (r2) atau zero order sebesar 0,506 atau 25,60%. Kata kunci
: jumlah wisatawan, lama tinggal, kurs dalar, dan PDRB
x
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF THE NUMBER OF FOREIGN TOURIST, THE LENGTH OF STAY, AND EXCHANGE RATE OF AMERICAN DOLLAR TO THE IN RELATION TO THE INCOME OF THE GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT TOURISM INDUSTRY IN BADUNG REGENCY 1997 – 2010
Tourism industry plays a very important role in Indonesia’s economy, both as a source of foreign exchange earning as well as job creation and business opportunities. As source of revenue receipts, tourism is inseparable from the influence of the growing amount of tourists, length of stay, and U.S. dolar exchange rate, toward the receipt of the Gross Regional Domestic Product in Badung regency. Badung Regency tourism development has changed from its original market segment dominated by tourists from Europa and America then dominated by Asia-Oceania tourists. To determine the influence of the number of foreign tourists, length of stay, and U.S. dolar exchange rate against the acceptance of the Gross Regional Domestic Product Badung tourism industry multiple regression analysis technique was applied, with the t test and F test, and coefficient of determination. By using secondary data of 1997-2010 as well as assistanse from the program SPSS 17.0 version, the results obtained by regression analysis equation, Y = -- 183.622 + 1.019X1— 11.019X2 + 0.036X3 + e. The result suggest that the partial number foreign tourists and the U.S. dolar exchange rate affect real and positive impact on the receipt of the Gross Regional Domestic Product in Badung tourism industry, while the length of stay did not affect the real toward the acceptance of the Gross Regional Domestic Product in Badung tourism industry. Simultaneously the number of foreign tourists, length of stay, and U.S. dolar exchange rare significantly affect the acceptance of the Gross Regional Domestic Product in Badung tourism industry with a value of R2 and R respectively 0.706 and 0.840 with the number of foreign tourists as the biggest factor against infuence on the receipt of the Gross Regional Domestic Product in Badung tourism industry with a value of the partial coefficient of determination (r2) or zero order of 0.506 or 25.60% Key words : the namber of tourists, length of stay, dollar exchange rate, the “GRDP”.
xi
RINGKASAN
Industri pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa maupun sebagai penciptaan lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Sebagai sumber penerimaan pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari pengaruh perkembangan jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, terhadap penerimaan
Produk
Domestik
Regional
Bruto
di
Kabupaten
Badung.
Perkembangan pariwisata Kabupaten Badung telah terjadi perubahan segmen pasar dari semula yang didominasi oleh wisatawan asal Eropa dan Amerika kemudian didominasi oleh wisatawan Asia-Oceania. Sasaran jangka panjang dari pembangunan nasional adalah terwujudnya perekonomian yang tumbuh secara seimbang dari berbagai aspek dan sesuai dengan amanat
pembangunan nasional, maka pembangunan
nasional tidak hanya
diarahkan untuk peningkatan di bidang ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga memperhatikan aspek pemerataan hasil pembangunan, yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya pembangunan ekonomi dalam
ruang
lingkup daerah secara keseluruhan, dimana perekonomian secara makro, memiliki tujuan untuk mencapai dan mempertahankan kesempatan kerja penuh (full employmen), mempertahankan stabilitas harga, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mencapai keseimbangan neraca pembayaran internasional.
xii
Pada umumnya bagi negara yang sedang berkembang dalam usaha membangun perekonomiannya mengalami kekurangan dana, baik dalam bentuk mata uang negara yang bersangkutan maupun valuta asing (devisa). Devisa diperlukan untuk mengimpor barang-barang modal yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri serta mengimpor bahan-bahan industri, dan
bahan-bahan pangan
untuk menutupi kelebihan permintaan barang-barang modal dari jumlah produksi yang ada. Dalam usaha tersebut maka negara sedang berkembang biasanya menggantungkan diri pada ekspor satu atau beberapa jenis barang-barang primer. Industri yang bersifat melengkapi ekspor barang-barang primer, yang berarti terjadi diversifikasi dalam bidang ekspor, hingga penghasilan devisa akan lebih stabil. Salah satu industri yang prospektif adalah industri pariwisata. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan Produk Domesti Regianal Bruto (PDRB) industri pariwisata Kabupaten Badung secara parsial maupun secara simultan. Dalam penelitian ini, jumlah wisatawan mancanegara dan kurs dolar Amerika faktor penentu sedangkan bagi peningkatan penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, sedangkan lama tinggal tidak berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hubungan sebab akibat dalam penelitian ini dibentuk oleh tiga variabel independen yaitu jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika dan satu variabel dependen yaitu penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam periode waktu 1997-2010. Teknik analisis data yang digunakan adalah model
xiii
regresi berganda dan uji asumsi klasik yang dianalisis dengan mengunakan program aplikasi SPSS versi 17.0 for Windows. Jumlah wisatawan mancanegara memiliki pengaruh positif terhadap variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 serta memiliki koefisien regresi β1 = + 1,019, hal ini berarti apabila jumlah wisatawan mancanegara meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan, maka
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
sebesar 1,019 persen. Sebaliknya, jika jumlah wisatawan mancanegara
meningkat menurun
sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung menurun 1,019 persen. Lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, dengan p value 0,360 lebih besar dari alpha 0,05 artinya lama tinggal tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,360 lebih besar dari α = 0,05 serta memiliki koefisien regresi β2 = -11,001, hal ini berarti apabila lama tinggal meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan, maka
penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung menurun sebesar 11.001,54 persen. Kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,003 lebih kecil dari α 0,05 dengan nilai koefisien regresi β3 = 0,036, hal ini berarti apabila kurs dolar Amerika meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel
xiv
independen lainnya konstan, maka penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung meningkat sebesar 0,036 persen. Sebaliknya apabila kurs dolar Amerika menurun sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung menurun sebesar 0,036 persen. Diperoleh koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,706
atau sebesar
70,60% yang artinya variasi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika secara simultan sebesar 70,60%. Sedangkan 29,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ke tiga faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi berganda dengan analisis data ke dua menghasilkan, nilai lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini disebabkan karena dalam periode analisis 1997-2010, terdapat data empiris nilai lama tinggal yang besarnya ada yang menurun yaitu tahun 2006. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, dan para pelaku industri pariwisata,dan masyarakat hendaknya menjaga pangsa pasar yang utama di Asia Fasifik, Eropa, Rusia, dan Amerika, sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan dari pada wisatawannya, serta berupaya meningkatkan Daya Tarik Wisata, dan rasa aman dan nyaman pada umumnya di Bali, dan khususnya di Kabupaten Badung, sehingga dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan mancanegara.
xv
DAFTAR ISI
Isi Halaman JUDUL .......................................................................................................... i SAMPUL DALAM ......................................................................................
ii
PERSYARATAN GELAR ..........................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...........................................................
v
PERNYATAAN ............................................................................................
vi
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................
vi
ABSTRACT ..................................................................................................
ix
ABSTRAK ....................................................................................................
x
RINGKASAN ...............................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................
xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xx
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xxi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xxii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................
7
1.4 Manfat Hasil Penelitian .................................................................
8
xvi
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL, HIPOTESIS PENELITIAN ............................................................
9
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................
9
2.2 Konsep Penelitian ..........................................................................
12
2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata ..............................................
12
2.2.2 Pengertian Pariwisata ...........................................................
14
2.2.3 Pengertian Wisatawan ..........................................................
16
2.2.4 Jumlah Wisatawan ...............................................................
16
2.2.5 Lama Tinggal Wisatawan .....................................................
17
2.2.6 Kurs Valuta Asing, dan Devisa ............................................
18
2.2.7 Jumlah Wisatawan akan Medorong Peningkatan Penda patan .....................................................................................
19
2.2.8 Lama Tinng gal dapat Berpengaruh terhadap Peningkatan Pendapatan ...........................................................................
21
2.2.8 Kurs Dolar Amerika dapat Berpengaruh terhadap Penda patan ....................................................................................
22
2.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................
25
2.3.1 Dari Segi Produksi ...............................................................
27
3.3.2 Dari Segi Pendapatan ...........................................................
27
3.3.3 Dari Segi Pengeluaran ..........................................................
27
3.4 Landasan Teori ................................................................................
28
3.4.1Teori Permintaan, dan Penawaran .........................................
28
3.4.2Teori Faktor Pendorong, dan Penarik (Push and Pull Faktors
xvii
Theory) .................................................................................
29
2.5 Model Penelitian ............................................................................
30
3.6 Hipotesis .........................................................................................
34
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................
35
3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
35
3.2 Lokasi, dan Waktu Penelitian ........................................................
35
3.3 Jenis, dan Sumber Data .................................................................
35
3.3.1Jenis Data ..............................................................................
37
3.3.2 Sumber Data .........................................................................
37
3.4 Variabel Penelitian .........................................................................
37
3.5 Teknik Pengumpulan Data .............................................................
38
3.5.1Teknik Wawancara ................................................................
38
3.5.2 Observasi ..............................................................................
38
3.5.3 Studi Kepustakaan ................................................................
38
3.5.4 Metode Dokumentasi ...........................................................
39
3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................
39
3.7 Alat Analisis ...................................................................................
39
3.7.1 Regresi Linier Berganda .......................................................
39
3.7.2 Uji t .......................................................................................
40
3.7.3 Uji F ......................................................................................
42
3.7.4 Analisis Koefisien Determinasi ............................................
44
3.7.5 Uji Asumsi Klasik ................................................................
44
xviii
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................
48
4.1 Uji Asumsi Klasik .........................................................................
48
4.1.1 Uji Multikolinearitas ...........................................................
48
4.1.2 Uji Autokorelasi ...................................................................
49
4.1.3 Uji Heteroskedastisitas .........................................................
50
4.2 Koefisien Korelasi Berganada .......................................................
51
4.3 Koefisien Determinasi Berganda ...................................................
51
4.4 Koefisien Regresi Berganda ..........................................................
52
4.4.1Variabel Jumlah Wisatawan Mancanegara (X1) ..................
53
4.4.2 Variabel Lama Tinggal (X2) ...............................................
53
4.4.3 Variabel Kurs Dolar Amerika
(X3) ..................................
54
4.4.4 Diperoleh Koefisien Determinasi (R2) ...............................
54
4.5 Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis) .................................
54
4.5.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto
terhadap Industri
Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t ..........................
55
4.5.2 Pengaruh Lama tinggal terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t ............................................................. 4.5.3 Pengaruh kurs dolar Amerika
56
terhadap Penerimaan
Prodak Domestik Regional Bruto Industri
Pariwisata
Kabupaten Badung dengan uji t .......................................... 4.5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal,
58
xix
dan Kurs
dolar Amerika secara simultan terhadap
Penerimaan
Produk
Domestik Regional
Bruto
Industri Pariwisata Kabupaten Badung ................................
60
BAB V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ......................................
64
5.1 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Badung ..........................
64
5.2 Potensi PasarWisatawan ................................................................
67
5.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pengaruh jumlah wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs secara parsial terhadap
penerimaan
Dolar Amerika PDRB
Industri
pariwisata Kabupaten Badung .......................................................
68
5.3.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara terhadap Penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung .................................................................................. . 5.3.2 Pengaruh Lama
Tinggal terhadap
68
penerimaan
PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung ................
72
5.3.3 Pengaruh Kurs Dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung ...............
75
5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika
secara
simultan
terhadap
Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung .......................................................
77
BAB VI. PENUTUP .....................................................................................
81
6.1 Simpulan ........................................................................................
81
xx
6.2 Saran ..............................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
84
LAMPIRAN ................................................................................................
87
xxi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................
49
Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Autokorelasi ...................................................
50
Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas .........................................
51
Tabel 4.4 Hasil Regresi Linier Berganda ......................................................
52
Tabel 4.5 Hasil Uji F .....................................................................................
62
xxii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian (Kerangka konsep) Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB industri Pariwisata Kabupaten Badung ...................................................................
33
Gambar 3.1 Peta Daerah Kabupaten Badung Uji t ......................................
36
Gambar 3.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t ..........................................................................................
42
Gambar 3.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji F .........................................................................................
43
Gambar 3.4 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji F Durbin Watson ................................................................
46
Gambar 4.1 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t untuk Jumlah Wisatawan Mancanegara .........................
56
Gambar 4.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t untuk Lama Tinggal ........................................................
58
Gambar 4.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t untuk Kurs Dolar Amerika .............................................
60
Gambar 4.4 Daerah Pengujian Penolakan Ho dengan Uji F untuk Penerimaan Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika secara simultan terhadap Penerimaa PDRB Industri Pariwisata Kabupaten Badung ....................................................................
62
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Jumlah Wisatawan mancanegara, yang berkunjung di Kabupaten Badung tahun 1997-2010 ....................................
87
Lampiran 2. Lama Tinggal Wisatawan, yang berkunjung di Kabupaten Badung tahun 1997-2010 ..........................................................
88
Lampiran 3. Perkembangan Kurs Doalar Amerika terhadap Rupiah di Kabupaten Badung tahun 1997-2010 ......................................
89
Lampiran 4. Perkembangan Penerimaan PDRB, industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .......................................
90
Lampiran 5. Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs Dolar Amerika, terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .....................................
91
Lampiran 6. Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs Dolar Amerika, terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997-2010 .....................................
92
Lampiran 7. Tabel Statistik untuk Uji t ........................................................
100
Lampiran 8. Tabel Statistik untuk Uji F .......................................................
101
Lampiran 9. Durbin Watson d Statistic: Significance point of dL at dU at 0.05 level Sinificance .......................................................................
102
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran jangka panjang dari pembangunan nasional adalah terwujudnya perekonomian yang tumbuh secara seimbang dari berbagai aspek dan sesuai dengan amanat pembangunan nasional, maka pembangunan nasional tidak hanya diarahkan untuk peningkatan di bidang ekonomi yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga memperhatikan aspek pemerataan hasil pembangunan, yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya pembangunan ekonomi dalam ruang lingkup daerah secara keseluruhan atau secara makro, dimana perekonomian secara makro seperti yang dijabarkan oleh Suparmoko (1991: 5), memiliki tujuan untuk mencapai dan mempertahankan kesempatan kerja penuh (full employment), mempertahankan stabilitas harga, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan mencapai keseimbangan neraca pembayaran internasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan produksi dalam artian fisik dan produksi tersebut harus senantiasa meningkat (Suparmoko, 1991: 8), karena jumlah penduduk selalu meningkat dari tahun ke tahun, sehingga produksi barang maupun jasa juga harus ditingkatkan supaya taraf
hidup penduduk tidak menurun, sehingga tingkat
kesejahteraan masyarakat bisa meningkat
1
2
Memacu pertumbuhan ekonomi perlu ditunjang oleh sektor ekonomi yang produktif, diantaranya sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Ketiga sektor produktif tersebut memegang peranan dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang nantinya akan menunjukkan suatu kondisi nyata bagi perekonomian dalam mengembangkan potensinya. Pada umumnya bagi negara yang sedang berkembang dalam usaha membangun perekonomiannya mengalami kekurangan dana, baik dalam bentuk mata uang negara yang bersangkutan maupun valuta asing (devisa). Devisa diperlukan untuk mengimpor barang-barang modal yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri serta mengimpor bahan-bahan industri, dan bahan-bahan pangan untuk menutupi kelebihan permintaan barang-barang modal dari jumlah produksi yang ada. Dalam usaha tersebut maka negara sedang berkembang biasanya menggantungkan diri pada ekspor satu atau beberapa jenis barang-barang primer. Industri yang bersifat melengkapi ekspor barang-barang primer, yang berarti terjadi diversifikasi dalam bidang ekspor, hingga penghasilan devisa akan lebih stabil. Salah satu industri yang prospektif adalah industri pariwisata yang tidak banyak memiliki kelemahan, kelemahan umum expor berupa barang-barang primer antara lain a) dasar tukar jangka panjang yang tidak menguntungkan; b) ekspor negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya terpusat pada satu atau beberapa barang primer saja; c) pasar ekspor yang dihadapi tidak stabil dan; d) ekspor barang–barang primer mempunyai efek yang tidak menguntungkan. Perkembangan perekonmian Indonesia juga tidak terlepas dari kegiatan ekspor migas maupun non migas. Menurut Hutabarat (1992: 2) sumber devisa negara kita yang terbesar sebelum tahun 1986 adalah dari hasil
3
ekspor minyak dan gas bumi (Migas) yang berkisar kurang lebih70%. Melihat harga minyak di pasaran dunia yang semakin merosot tajam, maka pemerintah telah berusaha sedapat mungkin untuk menggalakkan ekspor di luar minyak dan gas bumi (non migas), sehingga setelah tahun 1987/1988 hasil non migas termasuk pariwisata telah mencapai 64,1 % dari seluruh ekspor Indonesia. Pengembangan pariwisata sebagai suatu industri merupakan suatu hal yang penting bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Peranan pariwisata yang paling besar adalah sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dimana untuk tahun 1999 sebesar 2,56%, meningkat menjadi 2,60% untuk tahun
2001, untuk tahun 2007
pariwisata menyumbang sebesar 3,70%. Jika didakan perbandingan dengan nilai ekspor barang-barang dangan industri pariwisata telah mengalami pertumbuhan pesat. Penerimaan pendapatan industri pariwisata atau Prodak Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten
Badung dari tahun 2004-2007 telah mengalami
peningkatan. Rata-rata peningkatan penerimaan PDRB
industri pariwisata selama
periode 2004-2007 terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 11,44% per tahun. Tepatnya untuk periode tahun 2005 kenaikan Demikian mampu
juga
dari penerinaan itu adalah sebesar 25,09%.
halnya untuk tahun 2007 penerimaan PDRB
industri pariwisata
mengalami pertumbuhan lagi sebesar 13,86%, tetapi pada tahun 2006
penerimaan PDRB yang berasal dari industri pariwisata sedikit mengalami penurunan menjadi 6,82%, di bawah rata-rata pertumbuhan (BPS Kabupaten Badung, 2009) Industri pariwisata merupakan industri yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Dengan mengetahui keadaan pasar yaitu : permintaan. Menurut Morley (Ross. 1998 :8) permintaan industri pariwisata tergantung pada ciri-ciri wisatawan
4
seperti penghasilan, umur, motivasi, dan watak. Ciri-ciri ini akan mempengaruhi kecendrungan orang untuk berpergian mencari kesenangan. Kebijakan dan tindakan pemerintah dapat mendorong atau menurunkan permintaan faktor-faktor yang penting bagi wisatawan, dan faktor-faktor sosial juga dapat mempengaruhi permintaan, seperti sikap penduduk setempat pada wisatawan dan minat yang dibangkitkan oleh budaya setempat. Permintaan pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran pariwisata. Penawaran dari segi wisatawan dapat dituangkan ke dalam
lama tinggal, kegiatan dan penggunaan sumber daya oleh wisatawan,
kepuasan , dan pengeluaran. Perkembangan pariwisata sangat tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik. Jumlah kunjungan merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan pariwisata. Dalam kenyataan perkembangan pariwisata memang telah dapat menunjang perekonomian masyarakat Bali, namum demikian kunjungan wisatawan setiap tahunnya mengalami suatu fluktuasi seiring dengan berjalannya waktu. Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, yang juga mengandalkan pariwisata di dalam pembangunan perekonomiannya. Data jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2003 sampai dengan 2010 menunjukan peningkatan (Diparda Kabupaten Badung,
2010). Pada tahun 2010 lima besar pasar
utama Kabupaten Badung berdasarkan kebangsaan, pertama adalah wisatawan Australia, dengan jumlah kunjungan wisatawan 62.732 orang, ke dua Malaysia dengan jumlah kunjungan wisatawan 18.707 orang, ketiga adalah Jepang dengan jumlah kunjungan wisatawan 16.112 orang, ke empat adalah Singapura dengan jumlah
5
kunjungan wisatawan 14.748 orang, dan yang ke lima adalah Cina dengan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 11.113 orang (Diparda Kabupaten Badung, 2010) Mengenai lama tinggal wisatawan mancanegara di Kabupaten Badung sangat bervariasi,
faktor lama tinggal memang merupakan salah satu faktor yang
menentukan besar atau kecilnya pendapatan atau devisa yang diterima untuk negaranegara yang mengandalkan devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara tiap tahun dari tahun 20042009 adalah pada 2004 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10,6 hari, tahun 2005 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10,84 hari, tahun 2006 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 12,80 hari, tahun 2007 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 10,60 hari, tahun 2008 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 9,65 hari, dan tahun 2009 rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara 8,75 hari. Walaupun rata-rata lama tinggal wisatawan mancanegara pada tahun 2006, dan 2007 cendrung mengalami penurunan, mungkin itu disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adalah kemajuan teknologi dan informasi, di mana lalu lintas keberangkatan diperlancar, sehingga bisa mempersingkat masa tinggalnya. Kurs valuta asing adalah merupakan harga dari suatu mata uang yang diukur dalam mata uang lainnya. Permintaan dan penawaran valuta asing menentukan kurs valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing terjadi sebagai
6
akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah, perubahan cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial politik suatu negara. Mata uang dolar Amerika merupakan salah satu mata uang internasional, karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, dolar Amerika ditrima oleh siapapun sebagai alat pembayaran transaksinya. Perdagangan internasional mengharuskan adanya angka perbandingan antara nilai satu mata uang dengan mata uang lainnya. Angka perbandingan tersebut disebut dengan kurs devisa (Boediono, 1985:45). Perkembangan rata-rata kurs dolar Amerika selama beberapa tahun ini dari tahun 2008-2010 adalah pada tahun 2008 rata-rata kurs dolar Amerika Rp 9.805,56, tahun 2009 rata-rata kurs dolar Amerika Rp 10.408,00, dan tahun 2010 rata-rata kurs dolar Amerika Rp 9.123,75 (Diparda Kabupaten Badung, 2010). Perkembangan kurs dolar Amerika selama kurun waktu tiga tahun ini cukup stabil, yaitu jika nilai tukar dolar terhadap rupiah menguat maka nilai rupiah melemah, berarti daya beli wisatawan mancanegara meningkat menyebabkan minat wisatawan mancanegara berwisata ke Indonesia khususnya ke Kabupaten Badung semakin tinggi, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara dapat meningkat juga. Produk pariwisata sebagai invisible export, dimana menghasilkan devisa tanpa mengekspor barang-barang ke luar negeri. Ada kecendrungan semakin meningkatnya jumlah wisatawan, lama tinggal, dan lebih besar pengeluaran rata-rata semakin besar PDRB yang diterima, sehingga perlu diusahakan agar lebih banyak wisatawan yang datang, lama tinggal yang lebih panjang, dan lebih setabil nilai mata uang rupiah terhadap Dolar Amerika.
7
1.2. Perumusan Permasalahan Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan pokok permasalahan yaitu : 1.2.1 Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara
parsial
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.2.2 Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara simultan
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.3 Tujuan Penelitian ada dua yaitu: tujuan umum, dan tujuan khusus 1.3.1 Tujuan Umum : Untuk nengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Untuk nengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal , dan kurs dolar Amerika, secara parsial terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.3.2.2 Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara simultan
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.4 Manfaat Hasil Penelitian ada dua yaitu: Manfaat akademis, dan Manfaat praktis yaitu : 1.4.1 Manfaat Akademis
8
1.4.1.1 Bagi Mahasiswa penelitian ini dapat memberikan pemahaman teori, khususnya mengenai jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997 – 2010. 1.4.1.2 Bagi Lembaga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pembanding penelitian serupa atau obyek yang berbeda dengan penelitian ini 1.4.2 Manfaat Praktis yaitu : bagi pemerintah, masyarakat, dan pelaku pariwisata hasil penelitian
ini diharapkan
dapat memberikan
masukan untuk menentukan
kebijakan yang dapat ditempuh dalam hal peningkatan penerimaan industri pariwisata Kabupaten Badung.
PDRB
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Penelitian mengenai kepariwisataan sudah banyak dilakukan, tetapi sebagian masih bersifat umum dan terbatas, antara lain hasil penelitian sebelumnya: Ardhana (2004), dalam penelitiannya membahas pengaruh pendapatan per kapita, nilai tukar dan keamanan serta implikasinya pada perencanaan kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali, dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda, double log, semi log, dan log. Hasil menunjukkan bahwa wisatawan Jepang, Australia, Amerika, dan Inggris variabel pendapatan per kapita memberikan pengaruh positif signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, dengan model linier, double log, semi log, dan sedangkan dengan model log berpengaruh negatif. Kurs (nilai tukar) berpengaruh positif, dan keamanan juga berpengaruh positif. Untuk wisatawan Singpura, dan Amerika diperoleh bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif, kurs berpengaruh negatif, dan keamanan berpengaruh
negatif terhadap jumlah
kunjungan wisatawan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dlaksanakan, yaitu variabel yang digunakan dan teknik analisis. Bedanya adalah Ardhana
menggunakan variabel dependen
jumlah
kunjungan
wisatawan Jepang, Australia, Amerika, Inggiris, dan Singapura dari tahun 1989-2002, dan variabel keamanan diukur dengan keadaan aman sebagai variabel dummy (boneka),
9
10
sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu pendapatan Kabupaten Badung dari tahun 1997-2010. Eka Armoni (2009), dalam
penelitiannya mengkaji faktor-fator yang
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali secara simultan maupun secara partial. Dalam penelitian ini, pendapatan per kapita, dan nilai tukar memiliki faktor pendorong, sedangkan keamanan mewakili faktor-faktor penarik. Hubungan sebab akibat dalam penelitian ini dibentuk oleh tiga variabel independen yaitu pendapatan per kapita Korea Selatan, nilai tukar Won terhadap rupiah, dan keamanan yang diukur dengan banyaknya kasus yaitu jumlah kunjungan
wisatawan
Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang telah diverivikasi kebenarannya dalam periaode waktu tahun 1993-2007. Teknik analisis yang digunakan adalah model regresi berganda, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan per kapita, nilai tukar, dan keamanan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Bali. Faktor penentu ke dua adalah perubahan nilai tukar Won terhadap Rupiah, sedangkan keamanan dalam arti banyaknya kasus-kasus kriminal yang menimpa wisatawan asing selama mereka tinggal di Bali tidak menjadi faktor penting mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan Korea selatan ke Bali. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik analisis. Bedanya adalah Eka Armoni menggunakan variabel independen pendapatan per kapita, nilai tukar Won, dan keamanan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari tahun 1993-2007, dengan teknik linier berganda.
11
Lubis (2003) dalam penelitiannya mengkaji potensi wisatawan mancanegara terhadap sektor pariwisata kota Medan.Variabel yang diamati antara lain jumlah kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata. Analisis dalam penelitian tersebut menggunakan aplikasi model teori permintaan double logaritme natural
dengan menggunakan
metode Ordinary Least Square (OLS) dengan jangka pengamatan tahun 1981-2001. Hasil penelitian tersebut adalah seluruh variabel yang diamati berpengaruh positif dan signifikan terhadap sektor pariwisata kota Medan, kecuali variabel kebijakan promosi. Kebijakan promosi pariwisata pemerintah Indonesia kurang berhasil menumbuhkan potensi sektor pariwisata kota Medan. Dimana Lubis
meneliti
variabel jumlah
kunjungan, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata kota Medan tahun 1981-2001, dengan analisis model double logaritme natular metode Ordinary Least Square (OLS).
Bedanya adalah Lubis
menggunakan variabel independen jumlah kunjungan, pengeluaran, pendapatan riil wisatawan, kurs valuta asing, dan kebijakan pemerintah dalam promosi pariwisata. Kembar Sri Budhi (1999) dalam tulisannya berjudul “Efektivitas Pertumbuhan sektor Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali”, yang menggunakan data deret waktu 18 tahun terakhir. Pokok pembahasan yang dikaji dalam tulisan tersebut, yaitu tentang efektivitas pertumbuhan ekonomi sektor pertanian jika dibandingkan dengan sektor industri dan sektor jasa terhadap pertumbuhan perekonomian daerah Bali. Kesimpulan yang diperoleh, yaitu bahwa secara simultan variabel pertumbuhan sektor pertanian, industri dan jasa berpengaruh positip terhadap pertumbuhan ekonomi daerah Bali. Kontribusi pertumbuhan sektor pertanian terhadap
12
ekonomi Bali juga berpengaruh positif sebesar 0,33, yang berarti jika terjadi perubahan sektor primer sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah 0,33% cateris paribus. Kemudian kontribusi pertumbuhan sektor industri terhadap pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif sebesar 0,22, yang berarti jika terjadi perubahan
pertumbuhan sektor industri sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah 0,22% cateris paribus. Sedangkan kontribusi pertumbuhan sektor
jasa
terhadap
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positip sebesar 0,48, yang berarti jika terjadi perubahan pertumbuhan sektor jasa sebesar 1%, maka pertumbuhan ekonomi Bali berubah sebesar 0,48% cateris paribus. Sementara itu, efektifitas pertumbuhan sektor pertanian dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Bali dibandingkan dengan sektor industri dan jasa terlihat 50% lebih tinggi dibandingkan sektor industri, namun 31% di bawah sektor jasa selama 18 tahun terakhir. Secara prinsip penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan ini, yaitu variabel yang digunakan, dan teknik analisis. Bedanya adalah Kembar Sri Budi menggunakan variabel independen “sektor Pertanian dalam menunjang Pertumbuhan Ekonomi Bali”, yang menggunakan data deret waktu 18 tahun terakhir. 2.2 Konsep 2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian memberikan pengertian industri sebagai kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun untuk perekayasaan industri. Istilah industri pariwisata atau sektor
13
pariwisata, bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu, dan bukan merupakan cabang produksi tertentu. Barang dan jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal dari beberapa sektor, dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun dalam negeri (United Nations Conference on Trade and Development dalam Erawan, 1994 : 4). Selanjutnya berdasarkan penjelasan tersebut maka industri-industri yang dianggap termasuk industri pariwisata adalah : akomodasi; agen perjalanan; restoran dan cafetaria; perusahaan angkutan, dan lain-lainnya. Kata industri mengandung pengertian suatu rangkean perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang (product) tertentu. Produk wisata sebenarnya bukan merupakan suatu produk nyata , melainkan rangkain jasa barang yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga segi-segi yang bersifat sosial dan psikologis serta alam. Jasa-jasa yang diusahakan oleh berbagai perusahaan itu terkait menjadi satu produk wisata (Direktorat Jenderal Pariwisata, 1976 :40). Menurut Medlik dan Middleton (Yoeti, 1996:12) dalam tulisannya The Formulation in Tourism, yang diterbitkan oleh Association of International Expert & Scientific in Tourism (AIEST) dalam tahun 1973, yang dimaksud dengan product dalam industri pariwisata ialah semua jenis jasa-jasa (servicess) yang dibutuhkan wisatawan
semenjak
ia berangkat meninggalkan tempat
kediamannya sampai ia kembali ke rumah ia tinggal. Pada dasarnya ada tiga golongan pokok industri pariwisata tersebut yaitu : a) Tourist objects atau objek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata, yang menjadi daya
14
tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. b) Fasilitas yang diperlukan ditempat tujuan tersebut, seperti akomodasi, bar dan restauran, entertaiment dan rekreasi. c) Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan (tourist generating countries) dengan daerah tujuan wisatawan (tourist destination area) serta transportasi ditempat tujuan ke objek-objek pariwisata. 2.2.2 Pengertian Pawisata Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan atau mencari nafkah. Orang yang melakukan perjalanan disebut traveler, sedangkan orang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut tourist. Pariwisata pada hakekatnya adalah merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perseorangan
maupun
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dalam lingkungan hidup di dalam demensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 1989). Menurut Yoeti, (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan berkreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
15
Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan internasional Union Office Travel Organization, definisi wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara diluar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan ditempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup dua katagori wisatawan
mancanegara, yaitu : a) Wisatawan (tourism) adalah setiap
pengunjung seperti definisi tersebut yang tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak boleh lebih dari 6 bulan ditempat yang dikunjungi dengan
maksud
kunjungan antara lain : berlibur, rekreasi, dan olah raga, bisnis, mengunjungi teman, misi, menghadiri pertemuan, konferensi, kunjungan dengan alasan kesehatan, belajar dan keagamaan; b) Pelancong (excursionist) adalah setiap pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam ditempat yang dikunjungi (termasuk cruise passangers) yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan kapal atau kereta api, dimana mereka tidak menginap di akomodasi yang tersedia di negara tersebut. Batasan tersebut bisa berlaku wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing, akan tetapi tidak mengandung batasan waktu maupun ruang teritorial yang jelas. Menurut Marpaung (2002:13) menyatakan bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan
manusia dengan tujuan keluar dari
pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
16
2.2.3 Pengertian Wisatawan Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut wisatawan atau tourist. Batasan terhadap wisatawan juga sangat bervariasi, mulai yang umum sampai dengan yang khusus. Menurut Soekadijo (2000:3) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan untuk kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis) (Foster, D 1987:7, dalam Sukarsa 1999:10). 2.2.4 Jumlah Wisatawan Jumlah wisatawan mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud
memproleh pekerjaan dan penghasilan ditempat yang
dikunjungi, pada periode tertentu yang diukur dalam satuan orang. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung cendrung mengalami peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya bervariasi tergantung pada situasi ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 2.2.5 Lama Tinggal Wisatawan
17
Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima untuk negara-negara yang mengandalkan devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW),
semakin banyak uang yang
dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Lama tinggal wisatawan biasanya banyak tergantung pada: a. besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang bersangkutan; b. tour operator
setempat dapat mengemas paket wisata yang
dijual sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk membeli Option Tour; c. kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang ada; d. faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih betah berlama-lama tinggal di DTW tersebut; dan; e. faktor transportasi , telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut. Lama tinggal yang dimaksud adalah banyaknya hari yang dihabiskan oleh seorang wisatawan disuatu negara diluar tempat tinggalnya. Ada kecendrungan semakin jauh negara tempat tinggal wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan negara, lebih lama tinggal di Indonesia jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan laut (Biro Pusat Statistik Indonesia, 1995: 38) 2.2.6 Kurs valuta Asing, dan Devisa Kurs valuta asing adalah harga dari suatu mata uang yang diukur dalam mata uang lainnya. Permintaan dan penawaran valuta asing menentukan kurs valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing terjadi
18
sebagai akibat dari perdagangan barang dan jasa, perubahan aliran modal, aktivitas pemerintah, perubahan cadangan devisa, dan perubahan keadaan sosial politik suatu negara. Menurut Nopirin (1997: 147) kurs valuta asing suatu negara juga sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang diterapkan oleh negara tersebut. Mata uang Dolar Amerika merupakan salah satu
mata uang
internasional, karena sifatnya yang convertible sejalan dengan menanjaknya posisi Amerika Serikat di dalam perekonomian dunia, dolar Amerika diterima oleh siapapun sebagai pembayaran bagi transaksinya. Perdagangan internasional mengharuskan adanya angka perbandingan antara nilai satu mata uang dengan mata uang lainnya. Angka perbandingan tersebut disebut dengan kurs devisa (Boediono, 1985: 45) Devisa umumnya disebut sebagai alat pembayaran luar negeri, kata devisa berasal dari bahasa Belanda deviezen, sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah foreign exchange (Soediyono, 1990: 46) Uang atau foreign exchange mempunyai arti sebagai alat pembayaran; alat pertukaran; alat pengukur nilai; dan alat menyimpan. Dalam peredarannya devisa menpunyai berbagai macam atau bentuk, yaitu wesel luar negeri; saham perusahaan luar negeri; surat obligasi luar negeri; cheque atau giro luar negeri; rekening-rekening kita di luar negeri; uang kertas luar negeri, dan surat-surat berharga lainnya. Aktivitas perdagangan internasional yang salah satu kegiatannya berupa ekspor, dimana menghasilkan devisa dalam
19
bentuk mata uang asing, tentunya perubahan kurs dolar Amerika akan mempengaruhi besarnya devisa. 2.2.7 Jumalah Wisatawan akan mendorong Peningkatan Pendapatan Meningkatnya pendapatan per kapita merupakan salah satu indikasi telah terjadi perubahan struktur dalam proses pembangunan suatu negara. Perubahan struktur dalam proses pembangunan mencakup transformasi ekonomi, sosial dan budaya, idiologi, politik dan kelembagaan. Rostow dalam Sukirno (2006:168), menjelaskan bahwa transformasi masyarakat tradisional sebagai outcome dari pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berdemensi banyak. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan orientasi sosial yang pada mulanya mengarah ke dalam menjadi orientasi ke luar dan menyebabkan pula terjadi perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, yaitu semula yang menginginkan banyak anak menjadi lebih sedikit atau membatasi jumlah anggota keluarga. Perubahan orientasi sosial dan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga adalah salah satu aspek faktor pendorong untuk ingin berwisata sebagai perwujudan gaya hidup dan hak untuk berlibur, (Ross, 1998:21) Peningkatan pendapatan per kapita dari suatu waktu juga mempengaruhi perubahan pola konsumsi individu atau rumah tangga. Secara garis besar, komponen-komponen utama konsumsi dapat dibedakan atas tiga katagori, yaitu konsumsi a) barang tahan lama (kendaran bermotor, mebel dan perlengkapan rumah tangga, lain-lain), b) barang tidak tahan lama (makanan, pakaian dan sepatu, barang-barang energi, lain-lain), dan c) jasa (perumahan, transportasi,
20
berwisata, perawatan medis, lain-lain). Di negara-negara midle income dan highincome countries, kebutuhan dasar untuk makanan telah terpenuhi dan kesehatan, rekreasi dan pendidikan menuntut bagian yang lebih besar dari anggaran keluarga. Pola konsumsi rumah tangga mencerminkan tingkat kualitas hidup sebagai suatu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai faktor pendorong setiap individu untuk berwisata diakibatkan adanya berubahan orientasi sosial, nilai-nilai sosial dalam keluarga sebagai perwujudan gaya hidup dan hak-hak berlibur. Di samping itu pendapatan per kapita mempengaruhi tingkat konsumsi. Jika pendapatan meningkat maka konsumsi juga meningkat. Akan tetapi, semakin tinggi tingkat pendapatan pola konsumsi cenderung berubah yang dicirikan oleh menurunnya alokasi pengeluaran untuk katagori konsumsi makanan. Sebaliknya, terjadi peningkatan alokasi pengeluaran untuk konsumsi non makanan diantaranya pendidikan, kesehatan, dan rekreasi. Pariwisata internasional tercipta sebagai akibat kerjasama antar negara, dimana negara-negara yang pendapatan perkapitanya tinggi sebagai pihak pengirim wisatawan. Sebaliknya, negara-negara yang pendapatan per kapitanya yang memiliki potensi pariwisata sebagai pihak penerima wisatawan atau daerah tujuan wisata (DTW). Semakin meningkat pendapatan per kapita suatu negara, maka tingkat kecenderungan penduduknya semakin banyak bepergian untuk berwisata ke negara lain. Dengan semakin banyaknya wisatawan datang untuk berlibur, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara akan mengalami peningktan akan
21
menyebabkan pula meningkatnya devisa yang diterima oleh negara penerima atau yang menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) 2.2.8 Lama Tinggal dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Tingkat keamanan akan mempengaruhi rasa nyaman daerah tujuan wisata, seperti kasus-kasus kriminal, bencana alam, pencemaran limbah, dan masalah sosial di suatu Daerah Tujuan Wisata dalam periode waktu tertentu. Semakin banyak kasus-kasus yang terjadi yang menimpa wisatawan di Daerah Tujuan Wisata, maka tingkat keamanan dan kenyamanan di daerah tersebut akan semakain rendah. Sebaliknya, semakin sedikit kasus-kasus yang terjadi maka tingkat keamanan dan kenyamanan di Daerah Tujuan Wisata semakin baik atau kodusif. Faktor Lama Tinggal (Length of Stay) merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima oleh suatu negara yang mengandalkan devisa dari sektor pariwisata.
Menurut Yoeti (2008:65) bahwa
semakin lama seseorang wisatawan tinggal di suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), semakin banyak uang yang akan dibelanjakan di DTW tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal di situ. Agar devisa sektor pariwisata lebih banyak titerima, maka diusahakan wisatawan yang datang lebih banyak. Namun demikian wisatawan yang banyak jumlahnya belum tentu menjamin bahwa perolehan devisa akan menjadi banyak pula. Oleh karena itu faktor yang paling menetukan adalah pengeluaran wisatawan itu sendiri. Semakin banyak uang yang dibelanjakan di negara tersebut , semakin
22
banyak devisa yang diterima negara yang bersangkutan. Ada suatu faktor lain yang cukup menentukan, yaitu lama tinggal wisatawan. Kalau ketiga faktor itu dapat diusahakan semaksimal mungkin, maka barulah devisa pariwisata itu akan diterima lebih banyak seperti yang diharapkan. Yang paling idial adalah rata-rata pengeluaran wisatawan yang harus diikuti jumlah wisatawan yang besar, dan baru lama tinggal lebih panjang. Menurut Yoeti (2008:35) bahwa faktor rata-rata pengeluaran tiap wisatawan dianggap paling menentukan, karena walaupun banyak wisatawan datang tetapi uang yang
dibelanjakannya sedikit, maka
penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang akan diperoleh sedikit. Kalau ini terjadi berarti pariwisata yang kita kembangkan tidak efisien lagi. 2.2.9 Kurs Dolar dapat berpengaruh terhadap Pendapatan Setiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan atau menetapkan harga-harga setiap barang dan jasa yang ada. Kurs memainkan peranan penting dalam hubungan perdagangan internasional, karena dengan kurs memungkinkan untuk memperbandinmgkan harga-harga setiap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Kurs dapat dikemukan dengan dua cara, yakni sebagai harga mata uang asing dalam dolar (misalnya 1dolar per 9500 rupiah), atau sebaliknya harga dolar dalam mata uang asing yang bersangkutan ( misalnya 9500 rupiah per 1 doalar). Krugman dan Obstfeld (2005:42), mendefinisikan kurs sebagai besarnya nilai mata uang yang harus dibayarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing atau disebut sebagai valuta asing. Seandainya, kurs antara dua mata uang dari dua
23
negara diketahui, maka disparitas nilai harga domestik dan harga luar negeri suatu barang dapat ditentukan. Perubahan-perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu sebagai depresiasi (melemah), atau apresiasi (menguat). Apabila kondisi lainnya tetap (cateris paribus), depresiasi mata uang suatu negara membuat harga barang-barangnya menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri. Sebaliknya bila semua kondisi lainnya tetap, apresiasi mata uang suatu negara menyebabkan harga barang-barang menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri. Bila mata uang suatu negara mengalami depresiasi, ekspor bagi pihak luar negeri menjadi semakin murah, sedangkan impor bagi penduduk negara itu semakin mahal. Apresiasi menimbulkan dampak yang sebaliknya, harga-harga produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi semakin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik lebih murah dibandingkan sebelumnya. Menurut Hamdy (2001:24) kurs valuta asing dalam suatu negara juga sangat ditentukan oleh sistem kurs valuta asing yang ditetapkan oleh negara yang bersangkutan melalui suatu kebijakan yang disebut dengan kebijakan moneter. Berdasarkan praktek kebijakan moneter yang ditetapkan di berbagai negara dikenal tiga sistem penentuan nilai kurs, yaitu kurs baku (fixed exchange rates), sistem kurs mengambang (floating exchange rate), dan sistem kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rates). Sistem kurs tetap adalah kurs yang ditentukan oleh badan yang berwenang dibidang moneter. Untuk waktu tertentu kurs ini tidak berubah-ubah, apabila nilai mata uang negara tersebut berubah maka otomatis moneter yang
24
berhak mengambil kebijakan untuk mengembalikan nilai tukar yang ditetapkan. Berbeda dengan sistem kurs mengambang bebas, pemerintah tidak ikut campur tangan, sehingga kekuatan permintaan dan penawaran terhadap valuta asing sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar valuta asing. Sedangkan, pada sistem kurs mengambang terkendali nilai kurs valas juga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran valas. Namun apabila kurs berubah terlalu tinggi atau rendah sampai batas yang tidak diharapkan, maka pemerintah akan turut campur dengan menetapkan batas tinggi yang dilewati. Menurut Yoeti (2008:151) dalam rangka menarik lebih banyak wisatawan, kebijakan tentang nilai tukar mata uang cukup efektif untuk menarik wisatawan lebih banyak berkunjung ke negara penerima wisatawan. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi bila nilai mata uang negara penerima wisatawan melemah terhadap mata uang negara pengirim wisatawan . Pertama wisatawan mancanegara mrasakan murahnya belanjadi negara penerima sebagai akibat dari nilai tukar yang lebih menguntungkan mereka. Akibatnya, kunjungan wisatawan untuk jangka pendek akan meningkat. Kedua melemahnya nilai tukar negara penerima, mengurangi keinginan warga sendiri untuk melakukan promosi pariwisata keluar negeri, karena diperlukan jumlah uang dalam negeri yang lebih banyak untuk dibelanjakan diluar negeri. Akibatnya, karena kurangnya promosi maka kunjungan wisatawan mancanegara bisa menjadi menurun dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa perubahan kurs antara negara penerima dan pengirim wisatawan akan berpengaruh terhadap penerimaan
25
pendapatan atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah. Sepanjang proporsi penurunan nilai kurs tersebut lebih besar dibandingkan proporsi kenaikan harga-harag yang terjadi di negara-negara penerima wisatawan maka PDRB ke daerah tujuan akan meningkat. Demikian sebaliknya, jika proporsi penurunan nilai kurs negara penerima lebih kecil dibandingkan proporsi kenaikan harga-harga yang terjadi di negara-negara penerima maka PDRB ke daerah tujuan akan berkurang, karena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. 2.3 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendapatan
nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara
dapat diukur berdasarkan nilai nominal maupun nilai riil. PDB nominal adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa dalam satuan nilai uang yang dijual di pasar pada tingkat harga yang berlaku. Berdasarkan definisi ini, PDB nominal juga disebut PDB pada harga yang berlaku (GDP at current prices). PDB riil adalah jumlah barang dan jasa dalam satuan unit yang dijual di pasar pada harga konstan. Pendapatan nasional suatu negara yang besarnya mengalami peningkatan dibandingkan satu periode sebelumnya menandakan keadaan ekonomi di suatu negara mengalami pertumbuhan, (Hartono, 2006:125). Kalau menghitung pendapatan daerah untuk Provinsi maupun Kabupaten disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di daerah atau wilayah tertentu tanpa memperhatikan kepemilikan dari faktor-faktor produksi.
26
Pengertian PDRB tersebut dapat dipersempit menjadi PDRB menurut lapangan usaha, adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah
tertentu. Sedangkan PDRB menurut penggunaan adalah
jumla,barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi akhir. Komponen-komponen penggunaan PDRB meliputi : pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga suasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik regional bruto, perubahan stok dan ekspor netto. Untuk menghitung PDRB ada tiga metode perhitungan yang bisa digunakan yaitu : 2.3.1 Dari segi produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produk barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi disuatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut secara garis besar dikelompokkan
menjadi sembilan
lapangan usaha, yaitu : a. Pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; b. Pertambangan dan penggalian; c. Industri pengolahan; Listrik, gas dan air bersih; d. Bangunan; e. Perdagangan hotel dan restoran; f. Pengangkutan dan komonikasi; g. Lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; h. Jasa-jasa. 2.3.2 Dari segi pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Selain variabel tersebut, penysutan, pajak
27
tidak langsung, akan subsidi juga merupakan bagian dalam penyusunan PDRB melalui pendekatan pendapatan ini. 2.3.3 Dari segi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga sosial nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto. Secara teoritis, agregat PDRB dibedakan menjadi : PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai berdasarkan tahun dasar; PDRB atas dasar harga yang berlaku, adalah jumlah nilai produksi atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan; PDRB atas dasar harga pasar, merupakan penjumlahan nilai tambah bruto dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu, meliputi balas jasa faktor produksi (gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung. Produk Domestik Regional Bruto Netto (PDRBN) atas dasar harg, pasar adalah PDRB atas harga pasar dikurangi nilai pajak tidak langsung netto pada tahun yang bersangkutan. PDRBN atas dasar biaya faktor adalah PDRBN atas dasar harga pasar dikurangi nilai pajak langsung netto pada tahun bersangkutan (BPS,1998 :3) 2.4 Landasan Teori 2.4.1Teori Permintaan dan Penawaran Menururt Sadono Sukirno (2008: 76), bahwa teori penawaran dan permintaan (supply and demand), dimana permintaan adalah makin rendah harga suatu barang makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut, sedangkan
28
sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Dan penawaran adalah makin tinggi harga sesuatu barang
semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para
penjual, makin rendah harga sesuatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. Pada umumnya kurve penawaran naik dari kiri bawah kekanan atas. Arah pergerakannya berlawanan dengan arah kurve permintaan yaitu dari kiri atas kekanan bawah.
Selanjutnya keseimbangan pasar terjadi
apabila jumlah yang ditawarkan para penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Menurut Wahab (2003: 108) penawaran dan permintaan wisata adalah : 1) Penawaran pariwisata mencakup yang ditawarkan oleh distinasi pariwisata kepada wisatawan yang riil maupun yang potensial. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu: penawaran jasa-jasa, yang ditawarkan sifatnya kaku dalam arti sulit mengubah sasaran penggunaan diluar pariwisata, penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran jasa-jasa lain; 2) permintaan pariwisata dibagi menjadi permintaan potensial dan permintaan nyata (actual). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang memenuhi anasiranasir pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka dalam keadaan siap untuk bepergian ke suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). 2.4.2 Teori Faktor pendorong dan Penarik (Push and Pull Factors Theory) Menurut Goodal dalam Sharpley, (1994:98) menyatakan bahwa faktor pendorong merupakan person-specific motivation, yakni faktor internal dalam diri individu yaitu kebutuhan dan keinginan seseorang yang memotivasi wisatawan
29
untuk melakukan perjalanan, sedangkan faktor penarik merupakan distinationspcific atributs yang sesungguhnya faktor eksternal yang memotivasi wisatawan. Selanjutnya dikatakan bahwa pembedaan Pull and push faktor menjadi sangat penting dalam memahami peran motivasi dalam hubungannya dengan permintaan pariwisata. Ricardson dan Fluker (2004:67) menjelaskan pentingnya push and Pull faktor dan pariwisata sebagai berikut: faktor pendorong adalah semua kekuatan ekonomi, teknologi, dan kekuatan politik yang merangsang munculnya kebutuhan untuk melakukan aktivitas pariwisata yang mendorong konsumen pergi dari tempat tinggalnya ke suatu destinasi. Kekutan ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi konsumen ketika mereka memutuskan kemana mau pergi. Sedangkan faktor penarik adalah faktor-faktor yang menarik konsumen pergi kesuatu destinasi khusus (seperti: citra positif, keamanan, atraksi wisata, dan iklim). Bentuk-bentuk pariwisata berbeda diantara faktor-tawaran destinasi kepada wisatawan. Menurut Dann dalam Ross ( 1998:31) menyatakan bahwa dua faktor atau tahap dalam keputusan untuk melakukan perjalanan sebagai berikut: 1) Faktor pendorong adalah faktor yang membuat seseorang ingin bepergian; 2) Faktor penarik adalah faktor yang mempengaruhi kemana seseorang akan pergi setelah ada keinginan awal bepergian. Faktor-faktor tersebut “menarik: seseorang setelah yang bersangkutan”didorong” untuk ingin bepergian. Oleh karena itu faktor penarik harus didahului oleh kebutuhan untuk bepergian. 2.5 Model Penelitian
30
Permasalahan yang telah dirumuskan diperlukan kerangka, konsep atau model penelitian, yang merupakan kerangka kerja dalam penelitian. Dalam perkembangan pariwisata di Bali telah terjadi perubahan sigmen pasar dari yang didominasi oleh wisatawan
Eropa dan Amerika bergeser didominasi kunjungan
wisatawan kawasan Asia dan Fasifik. Jumlah kunjungan wisatawan kawasan Asia dan Fasifik dari tahun 1997-2010 terus menerus mengalami peningkatan, sedang jumlah kunjungan wisatawan lainnya cendrung menurun. Hal ini menandakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang datang di Kabupaten Badung akan terus
meningkat. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, maka diperlukan pendekatan teori, dan konsep untuk menggambarkan serta membahas fenomena masalah yang terjadi. Teori peningkatan jumlah wisatawan dipengaruhi oleh beberapa teori yaitu teori permintaan dan penawaran, serta teori faktor pendorong dan penarik (pull and push factors). Faktor yang mendorong, juga sesorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi daerah mana yang dituju tergantung pada berbagai faktor penarik yang dimiliki oleh Daerah Tujuan Wisata (DTW). Untuk lebih jelasnya Kerangka Berfikir dapat dilihat pada model penelitian. Faktor-faktor pendorong dan penarik ini merupakan faktor yang secara simultan memotivasi untuk melakukan perjalanan wisata dan memilih daerah tujuan yang ingin dikunjungi. Faktor-faktor pendorong berkaitan dengan kondisi negara asal wisatawan, sebaiknya faktor penarik berkaitan kondisi yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.
31
Pendekatan konsep seperti pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB. Dengan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PDRB diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika ke Kabupaten Badung. Teori dan Konsep dapat mendukung hipotesis, karena hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah yang harus diuji kebenarannya melalui uji statistik. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika baik secara parsial maupun secara simultan terhadap peneriman PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung digunakan analisis linier berganda. Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis maka dapat diperoleh hasil penelitian, kemudian dirangkum
untuk rekomendasi dan kebijakan, agar lebih
jelas alur penelitian ini dapat dilihat pada model penelitian Gambar 2.5
32
Pengembangan Pariwisata Bali
K unjunganWisatawan Manca negara
Jumlah wisatawan Manca negara
Lama Tinggal
Kurs dolar Amerika
PDRB Kab Badung Teori -Teori Permintaan dan Penawaran -Teori faktor pendo rong dan penaruk (push factor and pull factor) Konsep dan Landasan teori -Pariwisata -Wisatawan -Pendapatan -Nilai tukar dolar -Permintaan Pariwisata
Pokok Masalah
-Metode penelitian -Pendekatan kuantitatif
-Hasil pembahasan
-Simpulan dan -Saran
Gambar : 2.5 Model Penelitian (Kerangka konsep) Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama Tinggal, Kurs dolar Amerika terhadap Penerimaan PDRB industri Pariwisata Kabupaten Badung
dan
33
2.6 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah di atas, maka dapat dirumuskan dua hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini, yaitu : 2.6.1 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, parsial berpengaruh
nyata dan positif
secara
terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata Kabupaten Badung tahun 2007 – 2010. 2.6.2 Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika, secara simultan berpengaruh nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Bsdung tahun 2007 – 2010
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metoda kuantitatif, dua jenis variabel, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam
hal ini adalah jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs doalar Amerika. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini penerimaan PDRB industri pariwisata. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Badung, sedangkan sebagai objek penelitian ini adalah pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika,
terhadap
penerimaan
PDRB industri pariwisata Kabupaten
Badung tahun 1997 – 2010. Adapun Peta Daerah Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 3.1berikut :
34
35
Gambar : 3.1 Peta Daerah Kabupaten Badung
Sumer : BPS Kabupaten Badung Tahun 2010
36
3.3 Jenis, dan Sumber Data Penelitian jenis ini, dan sumber data yang digunakan untuk mendukung analisis adalah : 3.3.1 Jenis data 3.3.1.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang yang dalam
penelitian ini berupa data
berupa angka-angka dan dapat diukur,
mengenai nilai ekspor Kabupaten Badung,
penerimaan PDRB dari industri pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika. 3.3.1.2 Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang tidak berupa angka-angka, tetapi keterangan-keterangan mengenai variabel-variabel yang penelitian ini
berupa
berupa
akan diteliti, yang dalam
keterangan atau infomasi, penerimaan PDRB dari industri
pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs Dolar Amerika 3.3.2 Sumber data Data menurut sumbernya yang digunakan dalam penelitian ini sumber data sekunder yaitu data yang diolah dan disusun oleh lembaga pemerintah, seperti nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB dari industri pariwisata, jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar
Amerika yang diperoleh dari Diparda Kabupaten Badung, Diparda Provinsi Bali, maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.
37
3.4 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas, dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Dalam hal ini adalah jumlah wisatawan manca negara, lama tinggal, dan tingkat hunian kamar. Variabel terikat adalah suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain, dalam hal ini adalah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Di dalam teknik pengambilan data, digunakan beberapa pengambilan
teknik
yaitu :
3.5.1Teknik wawancara, yaitu
untuk mendapatkan
data
dengan
jalan
melakukan wawancara seperti nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB dari industri pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika yang diperoleh dari departemen kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bali maupun Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 3.5.2 Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung untuk mengetahui dari dekat tentang perkembangan nilai ekspor Kabupaten Badung, penerimaan PDRB dari industri
pariwisata, jumlah
wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs
dolar Amerika yang diperoleh dari departemen kebudayaan dan
Pariwisata
Provinsi Bali maupun Badan Pusat Statistik provinsi Bali. 3.5.3 Studi Kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan data dengan jalan literatur yang ada di perpustakaan.
menggunakan
38
3.5.4 Metode Dokumentasi, yaitu untuk mendapatkan data dengan
jalan dimana
pengumpulan datanya dari berbagai dokumentasi ataupun publikasi pihak yang berwenang seperti BPS Provinsi Bali, Diparda Provinsi Bali, Diparda Kabupaten Badung, dan BPS Kabupaten Badung. 3.6 Posedur Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder yang telah dipublikasikan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung, Bank Indonesia, dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Dari segi waktu pengumpulan data ini secara runtut waktu (time series) selama14 (empat belas) tahun, yaitu periode tahun 1997-2010. 3.7 Alat Analisis Alat Analisis untuk menganalisis pengaruh jumlah wisatawan, lamanya tinggal, dan kurs dolar Amerika digunakan beberapa analisis yaitu: 3.7.1 Regresi Linier Berganda Sebelum digunakan teknik analisis regresi berganda terlebih dahulu dilaksanakan
pengujian
untuk memenuhi persyaratan analisis secara klasik
yaitu : uji asumsi klasik. Untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, yang diberikan simbol (Y). Variabel bebas adalah jumlah wisatawan mancanegara disimbulkan dengan
39
(X1) lama tinggal wisatawan disimbulkan dengan (X2), dan kurs dolar Amerika yang disimbulkan (X3) Menurut Wirawan (1998:294), persamaan regresi linier berganda sampel dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : Y i = b0 + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + e ...………………....……….......……… (1) Keterangan : Yi = Penerimaan PDRB industri pariwisata = Bilangan konstan b0 b1, b2,b3 = Koefisien garis regresi X1 = Jumlah wisatawan mancanegara X2 = Lama tinggal wisatawan X3 = Kurs dolar Amerika ei = Kesalahan pengganggu 3.7.2 Uji t Analisis ini digunakan untuk menentukan signifikansi masing koefisien, pada persamaan regresi berganda pengaruh
variable Jumlah wisatawan
atau
untuk
masingmenguji
mancanegara (X1), Lama tinggal (X2),
dan Kurs dolar Amerika (X3) berpengaruh secara parsial terhadap Penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Menurut Wirawan (1998:306) pengujian secara parsial (uji t) dapat dilakukan dengan tahap pengujian sebagai berikut : Rumusan hipotesis 3.7.2.1 H
0
: β 1 = 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara tidak berpengaruh secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
H1 : β 1 > 0, berarti jumlah secara
nyata
wisatawan dan
mancanegara
positip
berpengaruh
terhadap penerimaan
industri pariwisata Kabupaten Badung
PDRB
40
3.7.2.2 H
0
: β 2 = 0, berarti lama tinggal wisatawan tidak berpengaruh secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB
industri
pariwisata Kabupaten Badung H 1 : β 2 > 0, berarti lama tinggal berpengaruh secara nyata dan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata
positif Kabupaten
Badung 3.7.2.3 H 0 : β 3 = 0,
berarti kurs dolar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwisata
Kabupaten Badung H 1 : β 3 > 0, berarti kurs dolar Amerika berpengaruh secara positip
terhadap
penerimaan PDRB
nyata dan
industri
pariwisata
Kabupaten Badung Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi dengan taraf nyata ( α ) sebesar 5%. Atau tingkat
keyakinan 95% sedangkan df = n – k, dengan n adalah
ukuran sampel. Pada regresi ini dan k adalah banyaknya variabel statistik uji satu sisi secara
regresi. Untuk menghitung nilai
parsial (t hitung), menurut Nata Wirawan (1998 : 306)
dapat dirumuskan sebagai berikut : b1 - β 1 Sb 1 Keterangan : t0
b1
β1 Sb1 I 1
=
..................................................................................
= koefisien regresi parsial yang ke – i (i = 1,2) dari regresi sampel. = koefisien parsial yang ke -i (i = 1,2) dari regresi populasi = kesalahan standar (standar error) koefisien regresi sampel. = sektor (i = 1,2, dan 3) = jumah wisatawan
(2)
41
2 3
= lamanya tinggal wisatawan = kurs dolar Amerika Adapun daerah kritisnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut : Daerah Penolakan H0
Ho Diterima t α (n-k) Gambar : 3.2 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji t - Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. - Apabila t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. 3.7.3 Uji F Digunakan untuk
menguji pengaruh variable bebas (jumlah wisatawan
mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika) secara simultan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan tahap pengujian sebagai berikut : Rumusan hipotesis. 3.7.3.1 H 0 : β 1= β 2 = β 3= 0, berarti jumlah w isatawan, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika tidak berpengaruh nyata dan simultan terhadap penerimaan PDRB indsustri pariwisata Kabupaten Badung. H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 = 0, atau paling tidak satu dari β 1 ≠ 0 (i = 1,2, dan dan 3), berarti jumlah wisatawan, lama tinggal, dan kurs Dolar Amerika
berpengaruh nyata dan simultan
terhadap penerimaan PDRB industri Kabupaten Badung.
pariwisata
42
3.7.3.2 Dengan menggunakan
tingkat kepercayaan 95% ( α
= 5%) derajat
kebebasan pembilang = (k-1), derajat kebebasan penyebut = (n-k), maka F tabel = F α (k-1) (n-k) 3.7.3.3 Untuk menghitung nilai statistik uji satu sisi secara simultan (F hitung) menurut Wirawan (1998 : 307) dapat dirumuskan sebagai berikut : R2 k-1 F =
……........………………………… (1 - R2 ) (n-k)
Keterangan : R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel dalam model regresi n = ukuran sampel
Liahat Gambar 3.3 berikut :
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
F α (k-1) (n-k) Gambar : 3.3 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji F - Apabila F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. - Apabila F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
( 3)
43
Kreteria pengujian : Pada level of signifikan α = 5% dan df (k-1)(n-k), didapatkan apabila nilai F - hitung > F – tabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima, ini berarti variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel terikat. Dan jika F – hitung ≤ F – tabel, maka H0 diterima yang berarti variabel bebas secara simultan tidak mempengaruhi variabel terikat 3.7.4 Analisis Koefisien Determinasi Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah
untuk mengetahui
besarnya pengaruh jumlah wisatawn (X1), pengaruh lama tinggal wisatawa (X2), dan kurs dolar Amerika (X3) terhadap penerimaan Pendapatan industri pariwisata Kabupaten Badung secara simultan. Menurut Nata Wirawan (1998:301) untuk mengetahui pengaruh tersebut digunakan rumus sebagai berikut: R2 =
b1 ∑YiXi1 + b2 ∑YiXi1 ……..………….....
( 4)
∑Y2 3.7.5 Uji Asumsi Klasik Persamaan Regresi memiliki keunggulan sebagai penaksir yang paling baik (Best Linier Unbias Estimate). Untuk menghasilkan penaksiran dan persamaan regresi yang dapat dianalisis secara ekonomis maka persamaan regresi tersebut harus bebas atau tidak mengandung salah satu fenomena sebagai berikut : 3.7.5.1 Multikolinieritas Menurut Gujarati (1993:157) Multikolinieritas adalah suatu kondisi sedemikian rupa dimana terdapat korelasi linier antara variabel yang satu dengan variabel bebas yang lain. Adanya multikolinieritas dalam model, mengakibatkan sangat
44
sulitnya untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat. Cara yang paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai R2, F, nilai t dan correlation matrik. Jika dari hasil pengujian statistik diperoleh nilai R2 yang tinggi, Uji F yang signifikan, tetapi beberapa atau mungkin seluruh uji t tidak ada yang signifikan, maka model regresi tersebut kemungkinan besar terdapat adanya masalah multikolinieritas. Cara
mengatasinya
adalah
yakni
dengan
menggunakan
informasi
sebelumnya untuk mendapatkan variabel yang mempengaruhi, baik yang diperoleh dari teori ekonomi maupun yang diperoleh dari hasil emperis orang atau dengan penambahan data baru.
3.7.5.2 Autokorelasi Menurut Gujarati (1993:201) Autokorelasi dapat diartikan sebagai ada tidaknya korelasi antara anggota serangkean data yang diurutkan. Autokorelasi ini timbul karena hal-hal sebagai berikut : inersia, bias spesifikasi karena adanya variabel yang tidak dimasukkan, bias spesifikasi keterlambatan (lag) dan manipulasi data. Alat pengujiannya adalah melaui Durbin Watson statistik yaitu : a. Melakukan regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS),
kemudian
dimpan residualnya b. Menghitung nilai dengan rumus ∑ (et - et-1) 2 d hitung
=
................................................ ( 5) ∑ et
2
45
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel bebas tertentu, diperoleh nilai dl dan du dalam tabel distribusi Durbin Watson c. Jika hipotesis H0 adalah bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif ataupun kedua-duanya. Maka jika : d < dl d > 4 - du d u < d < 4 - du d l ≤ d ≤ du (4 – du) ≤ d ≤ (4 – dl)
= = = = =
tolak H0 (ada autokorelasi +) tolak H0 (ada autokorelasi -) terima H0 (tidak ada autokorelasi) pengujian tidak bisa disimpulkan pengujian tidak bisa disimpulkan
Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.4 berikut :
Menolak Ho Autokorelasi
0
Daerah keragu -raguan
dL
du
Tidak ada Autokorel
2
Daerah kera rgu-raguan
4-du
4-dL
Menolak Ho Autokorelasi negatif
4d d
Gambar : 3.4 Daerah Pengujian Penolakan, dan Penerimaan H0 dengan Uji Watson
Durbin
3.7.5.3 Hetoroskedastisitas Salah satu asumsi dasar regresi linier adalah bahwa variasi residual (variabel gangguan) sama untuk semua pengamatan. Jika terjadi suatu keadaan dimana variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi, maka dikatakan dalam model regresi tersebut terdapat suatu gejala heterokedastisitas (Gujarati, 1993:177). Heteroskedastisitas akan menyebabkan penarikan koefisien regresi tidak efisien, sehingga kesimpulan yang akan dibuat akan menyesatkan karena terjadi underestimate atau overestimate. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala tersebut dapat
46
dilakukan dengan uji Park. Menurut Gujarati (1993:56) mekanisme uji Park dilakukan dengan menggunakan dua tahap yaitu : a. Melakukan regresi atas model dengan metode Ordinary Least Square (OLS) tanpa memperhatikan ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Dari hasil ini diperoleh besarnya nilai residual. b. Melakukan regresi dengan residual tadi sebagai variabel terikat regresi dilakukan satu persatu dengan masing-masing variabel bebas. Pengujian atas hasil estimit tersebut dapat ditulis sebagai berikut : e2 =
β 0 + β 1 X1
Keterangan : e X1 Ho H1
= = = =
residual variabel bebas E(µ 21) = δ E(µ 21) ≠ δ
Untuk menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilihat pada nilai koefisien β 1 persamaan. Apabila β 1 tidak signifikan maka H0 ditrima. Berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas dapat diatasi dengan
tranformasi log yaitu mengubah
bentuk persamaan ke dalam bentuk log. Dengan metode ini maka skala ukuran semua variabel diperkecil, sehingga masalah heteroskedastisitas dapat diperkecil. Gejala semacam ini biasanya terdapat pada data cross sectio, jarang terdapat pada data time series.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Uji Asumsi Klasik Sebelum dianalisis dengan teknik analisis linear berganda, maka model persamaan regresi harus diuji dulu dengan asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala multikolinieritas, gejala autokorelasi, dan hetoroskedastisitas. Pengujian yang dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17.0 adalah sebagai berikut: 4.1.1 Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya terdapat hubungan linear yang sempurna diantara semua variabel independent dari model regresi. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai toleransi lebih besar dari 10 persen (0,10) dengan Variace Inflation Factor (VIF) kurang dari 10, maka tidak terdapat multikolinearitas. Perhitungan
VIF X1= jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara, X2= lama tinggal, dan X3= kurs dolar Amerika dapat dilihat pada Tabel 4.1
47
48
Tabel 4.1 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas
Tolerance
Jumlah wisatawan mancanegara Lama tinggal Kurs dolar Amerika
Variance Inflation Faktor (VIF)
0,918 0,925 0,963
1,089 1,081 1,038
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6a Pengujian tersebut diperoleh hasil bahwa semua variabel independent mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10. Maka dapat dikatakan bahwa model ini tidak terdapat hubungan liniar yang sempurna semua variabel independent, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas. 4.1.2 Uji Autokorelasi Autokorelasi artinya ada tidaknya korelasi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam deret waktu terhadap variabel dependent, dengan uji Durbin-Watson tahapan uji Durbin-Watson sebagai berikut : Kreteria Pengujian - Tingkat Kepercayaan (α = 5%) - Durbin Watson tabel (K’=3; n = 14), maka : dl = 0,77;
du = 1,78
4-dl = 4 – 0,77 = 3,23 4-du = 4 – 1,78 = 2,22 Nilai Durbin Watson (d-hitung) = 1,551 (lampiran 6c)
49
Tabel 4.2 Hasil Analisis uji Autokorelasi Model
Change Statistic R Squre Change 0,706
1
Durbin Watson
F Chnge df1
df2
Sig. F Change
7,992
10
.0005
3
1,551
Sumer : Hasil Analisis Lampiran 6g Kriteria Pengujian d < dl
: ada autokorelasi positif
d > 4-dl
: ada autokorelasi negatif
du < d < 4-du
: tidak ada autokorelasi positif dan negatif
atau dl < d < du
: daerah keragu-raguan
4-du < d < 4-dl
: daerah keragu-raguan
Karena nilai dl < d < du, hasilnya adalah 0,77 < 1,551< 1,78 maka nilai d hitung terletak di daerah tidak ada autokorelasi positif dan negatif, dapat diartikan tidak terjadi autokorelasi. 4.1.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak samaan varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya tetap, maka disebut hemokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas antara pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika dapat dilihat pada Tabel 4.3. Uji ini dilakukan dengan uji Glejser yang meregres absolut residual terhadap variabel bebas. Hasil uji ini menunjukkan bahwa semua nilai βi tidak ada yang signifikan (taraf
50
signifikansi > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa model ini tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas Variabel Bebas
Koefisien Beta
Sig
X1 X2 X3
0,572 -0,171 0,676
0,010 0,360 0,003
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6c 4.2 Koefisien Korelasi Berganda Nilai atau koefisien korelasi berganda digunakan untuk menentukan kuat atau lemahnya hubungan antara penerimaan PDRB Industri pariwisata sebagai variabel dependent dengan jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika sebagai variabel independent Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi secara menyeluruh R adalah 0,840 berarti hubungan antara jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika terhadap penerimaan industri pariwisata Kabupaten Badung adalah kuat. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c 4.3 Koefisien Determinasi Dalam penelitian ini koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya variasi variabel independen X1 (jumlah wisatawan mancanegara), X2 (lama tinggal), dan X3 (kurs dolar Amerika) yang dapat dijelaskan variasi variabel dependen Y (PDRB). Berdasrkan hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706 atau 70,60%. Artinya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan
51
kurs dolar Amerika secara bersama-sama atau simultan sebesar 70,60%, dan 29,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ketiga faktor tersebut misalnya pelayanan, kenyamanan, dan keramah tamahan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6c 4.4 Koefisien Regresi Berganda Nilai koefisien regresi berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal (X2), dan kurs dolar Amerika (X3) terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y), diperoleh hasil seperti Tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil Regresi Linear Berganda Variabel bebas
Koefisien regresi
Standar Error
Standardiized Koefisien Regresi
t-hitung
Sig
X1
1,019
0,319
0,572
3,196
0,010
X2
-11,001
11,475
-0,171
-0,959
0,360
X3
0,036
0,009
0,676
3,889
0,03
Konstante = - 183,662 R Square = 0,706 Adjusted R = 0,617 Suber : Hasil Analisis lampiran 6c
Durbin Watson F – hitung Sig
= 1,551 = 7,992 = 0,005
Berdasarkan Variabel yang digunakan persamaan Regresi menjadi : Y= -- 183,662 +1,019 X1 -- 11,001 X2 + 0,036 X3 + e Model regresi tersebut dapat diinterprestasikan sebagai berikut : 4.4.1 Variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1) memiliki pengaruh positif terhadap variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,010 lebih kecil dari α = 0,05 serta memiliki
52
koefisien regresi β1 = + 1,019, hal ini berarti apabila jumlah wisatawan mancanegara (X1) meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan, maka Kabupaten Badung
penerimaan PDRB industri pariwisata
(Y) meningkat sebesar 1,019 persen. Sebaliknya, jika
jumlah wisatawan mancanegara (X1) menurun sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun persen 1,019. 4.4.2 Variabel Lama tinggal (X2) berpengaruh tidak signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, dengan p value 0,360 lebih besar dari alpha 0,05 artinya lama tinggal tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Hal ini dapat dilihat dari nilai p value 0,360 lebih besar dari α = 0,05 serta memiliki koefisien regresi β2 = -11,001 hal ini berarti apabila lama tinggal (X2) meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel indepennden lainnya konstan, maka penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun sebesar 11,001 persen. Sebaliknya, jika lama tinggal (X2) menurun sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) meningkat 11,001 persen. 4.4.3 Variabel kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,03 lebih kecil dari α 0,05 dengan nilai koefisien regresi β3 = 0,036, hal ini berarti apabila kurs dolar Amerika (X3) meningkat sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka penerimaan PDRB industri
53
pariwisata Kabupaten Badung (Y) meningkat sebesar 0,036 persen. Sebaliknya apabila kurs dolar Amerika (X3) menurun sebesar satu persen, sedangkan variabel independen lainnya konstan, maka variabel penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) menurun sebesar 0,036 persen. 4.4.4 Diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706 atau sebesar 70,60% yang artinya variasi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dipengaruhi oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal (X2), dan kurs dolar Amerika (X3)
secara bersama-sama sebesar 70,60%.
Sedangkan 29,40% dipengaruhi oleh faktor lain di luar ke tiga faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi berganda dengan analisis data ke dua menghasilkan, nilai lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y), (Lampiran 6c). Hal ini disebabkan karena dalam periode analisis 1997-2010, terdapat data empiris nilai lama tinggal yang besarnya ada yang menurun yaitu tahun 2009 (Lampiran 2). 4.5 Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis) 4.5.1 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t. Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh (besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu jumlah wisatawan mancanegara (X1) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut : Rumusan Hipotesis
54
H0 : β 1 = 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara tidak berpengaruh secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung H1 : β 1 > 0, berarti jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh
secara
nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kanan dengan taraf nyata ( α ) sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan n adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 -1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,5; 10) = 1,812 (Lampiran 7) Daerah pengujian apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.1
Daerah Penolakan Ho
Ho Diterima
0
1,812
3,196 t
Gambar : 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t untuk wisatawan mancanegara. Kesimpulan yang diperoleh, dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi variabel independen jumlah wisatawan mancanegara (X1) terhadap variabel
55
dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Tingkat signifikansi koefisien regresi (β1) diuji dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika
besar t hitung > t tabel, dapat diartikan bahwa koefisien regresi (β1)
signifikan secara statistik, sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka dapat disimpulkan tidak signifikan. Perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = 3,196, t tabel 1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti bahwa jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh positif signifikan terhadap PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. 4.5.2 Pengaruh Lama tinggal terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t. Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh (besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu Lama tinggal (X2) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut : Rumusan Hipotesis H 0 : β 2 = 0,
berarti lama tinggal wisatawan tidak berpengaruh secara nyata dan positip terhadap penerimaan PDRB industri
pariwista
Kabupaten Badung H1 : β 2 > 0,
berarti lama tinggal berpengaruh secara nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Badung
Kabupaten
56
Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kiri dengan taraf nyata (α )
sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan
n adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 - 1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,05; 10) = 1,812 (Lampiran 7) Daerah Pengujian Apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.2 Daerah Penolakan H0
Ho Diterima
-1,812
-0,959
0
t
Gambar : 4.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Daerah Uji t untuk Lama Tinggal. Kesimpulan : Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi variabel independen lama tinggal (X2) terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Tingkat signifikansi koefisien regresi (β2) diuji dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika besar t hitung > t tabel, dapat diartikan bahwa koefisien regresi (β2) tidak signifikan secara statistik, sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka dapat disimpulkan signifikan.
57
Dari perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = -0,959, t tabel -1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 menerima dan H1 ditolak yang berarti bahwa lama tinggal berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung 4.5.3 Pengaruh Kurs dolar Amerika terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung dengan uji t Pengujian koefisien regresi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh (besar dan arah) variabel independen secara parsial yaitu Kurs dolar Amerika (X3) terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y), langkah pengujiannya sebagai berikut : Rumusan Hipotesis H 0 : β 3 = 0, berarti kurs dolar Amerika tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung H 1 : β 3 > 0, berarti kurs dolar Amerika berpengaruh secara nyata dan positif terhadap penerimaan PDRB
industri
pariwisata Kabupaten
Badung Dalam penelitian ini menggunakan uji satu sisi kanan dengan taraf nyata ( α ) sebesar 5%. Atau tingkat keyakinan 95% sedangkan df = n – k - 1, dengan n adalah ukuran sampel yaitu : 14 – 3 -1 = 10, maka diperoleh t tabel untuk menentukan besarnya t tabel = t (5%); df (10) = t (0,5; 10) = 1,812 (Lampiran 7) Daerah Pengujian Apabila t hitung > t tabel (1,812), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
58
Apabila t hitung < t tabel (1,812), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Daerah pengujian seperti pada Gambar 4.3 Daerah Penolakan H0
Ho Diterima
0
1,812
3,173
t
Gambar : 4.3 Daerah penerimaan dan penolakan H0 Daerah Uji t untuk Kurs Dolar Amerika Kesimpulan : Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) hasil estimasi koefisien regresi variabel independen Kurs dolar Amerika (X3) terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Tingkat signifikansi koefisien regresi (β3) diuji dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Jika besar t hitung > t tabel, dapat diartikan bahwa koefisien regresi (β3) signifikan secara statistik, sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka dapat disimpulkan tidak signifikan. Dari perhitungan pada lampiran 6g diperoleh nilai t hitung = 3,889, t tabel 1,812 berarti nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan menerima H1 yang berarti bahwa Kurs dolar Amerika
berpengaruh positif signifikan terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung
59
4.5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika secara simultan terhadap Penerimaan Produk Domestik Regional Bruto Industri Pariwisata Kabupaten Badung. Pengujian ini digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel independen (Jumlah Wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika) secara simultan terhadap variabel dependen PDRB industri pariwisata Kaupaten Badung (Y) dengan menggunakan uji F. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : Rumusan Hipotesis : H 0 : β 1= β 2 = β 3= 0, berarti jumlah wisatawan, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika tidak berpengaruh nyata dan simultan terhadap penerimaan PDRB
industri
psriwisata Kabupaten
Badung H 1 : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ 0, atau paling tidak satu dari β i ≠ 0 (i = 1,2,
dan 3),
berarti jumlah wisatawan, lama tinggal wisatwan dan kurs Dolar Amerika berpengaruh nyata dan simultan terhadap
penerimaan PDRB
industri
paririsata
Kabupaten Badung Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen ( α = 5 persen) derajat kebebasan pembilang (k-1) = (4-1) =3, derajat kebebasan penyebut (n - k) = (144) = 10, maka F tabel = 3,71 (Lampiran 8) Kreteria pengujian : Apabila F hitung > F tabel (3,71) maka H0 ditolak dan H1 diterima.
60
Apabila F hitung < F tabel (3,71) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Untuk daerah penolakan dan penerimaan terlihat pada Gambar 4.4 Pengujian Koefisien Regresi (Uji Hipotesis)
Daerah Penolakan Ho
Daerah Penerimaan Ho
0
3,71
8,05
F
Gambar : 4.4 Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 dengan Uji F untuk Jumalah wisatawan mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs doalr Amerika secara simultan. Tabel 4.5 Hasil Uji F Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F Hitung
F Tabel
sig
Regresion
49088,427
3
16362,809
7,992
3,71
0,005
Residual
20474,148
10
2047,415
Total
69562,575
13
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6g Pada level of signifikan α = 5 persen dan df (4-1)(14-4), didapatkan apabila nilai F hitung > F – tabel, maka H0 ditolak, dan H1 diterima, ini berarti variabel
61
bebas X1, X2, X3 secara simultan mempengaruhi variabel terikat terhadap PDRB (Y) Kabupaten Badung. Jika F – hitung ≤ F – tabel, maka H0 diterima. Dari hasil perhitungan analisis regresi pada lampiran 6g diperoleh F hitung = 7,992 dan F tabel = 3,71. Karena F hitung lebih besar dari F tabel, maka H0 ditolak dan menerima H1, ini berarti bahwa variabel jumlah Wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika secara simultan atau serentak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen penerimaan PDRB industri pariwisata Kaupaten Badung.
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Badung Kabupaten Badung salah satu Kabupaten di Bali merupakan Daerah Tujuan Wisata dunia, sebagai pilihan Daerah Tujuan Wisata karena berbagai alasan diantaranya Kabupaten Badung memiliki keindahan alam seperti pegunungan, pantai, danau, taman laut, memiliki daya tarik wisata, penduduknya ramah tamah dengan wisatawan, sarana dan prasarana wisatawan, dan memiliki keunikan lainnya. Pariwisata Kabupaten Badung, merupakan penyumbang pendapatan yang terbesar, hal ini dapat dilihat dari sumber penerimaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), bahwa sektor pariwisata dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang paling tinggi jika dibandingkan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan, pertambangan dan galian, industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan, angkutan, pergudangan dan komonikasi, keuangan, ansuransi, usaha persewaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Badung (2010) kondisi ekonomi Kabupaten Badung tahun 2008 dapat dilihat dari struktur perekonomian, distribusi prosentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2008 masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 84,52%), sektor pertanian (16,96%), sektor jasa-jasa (8,37%). PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar Rp 10.478.390.000; dan PDRB atas harga kostan sebesar Rp 5.196.125.340.000; . Kontribusi sektor ini menyerap tenaga kerja
62
63
terbanyak dari seluruh dari tenaga kerja yang ada di Kabupaten Badung. Dengan demikian bahwa sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat menentukan bagi perekonomian Kabupaten Badung khususnya, dan Bali pada umumnya. Daya tarik wisata di Kabupaten Badung merupakan salah satu modal bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Badung. Jenis-jenis daya tarik wisata di Kabupaten Badung bervariasi yang terdiri dari alam, Budaya, dan ada perpaduan antara alam dan Budaya. Jumlah daya tarik wisata di Kabupaten Badung tahun 2009 tercatat 33 buah, yang tersebar di beberapa Kecamatan seperti Tabel 5.1 Tabel 5.1 Nama Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung, dan Lokasi dirinci per KecamatanTahun 2009
No
Nama Daya Tarik Wisata
Lokasi
Jenis Wisata Kecamatan
Desa/Kel
1
Kawasan Luar Pura Uluwatu
Wisata Budaya
Kuta Selatan
Pecatu
2
Pantai Suluban
Wisata Budaya
Kuta Selatan
Pecatu
3
Pantai Nyangnyang
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
4
Pantai Padang-Padang
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
5
Pantai Labuan Sait
Wisata Alam
Kuta Selatan
Pecatu
6
Pantai Batu Pageh
Wisata Alam
Kuta Selatan
Ungasan
7
Pantai Samuh
Wisata Alam
Kuta Selatan
Benoa
8
Pantai Gerger Sawangan
Wisata Alam
Kuta Selatan
Benoa
9
Pantai Nusa Dua
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
10
Pantai Tanjung Benoa
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
11
Pelestarian Penyu di Deluang
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
12
Sari Tanjung Benoa
Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa Bersambung ..
64
Sambungannya 13
Taman Rekreasi Hutan Bakau Wisata Alam
Kuta Selatan
T Benoa
14
Pantai Jimbaran
Wisata Alam
Kuta Selatan
Jimbaran
15
Garuda Wisnu Kencana
Wisata Buatan
Kuta
Jimbaran
(GWK) 16
Pantai Kedongan
Wisata Alam
Kuta
Kuta
17
Pantai Kuta
Wisata Alam
Kuta Utara
Kuta
18
Water Boom Park & Spa
Wisata Alam
Kuta Utara
Legian
19
Pantai Legian
Wisata Alam
Kuta Utara
Kerobokan
20
Pantai Peti Tenget
Wisata Alam
Kuta Utara
Canggu
21
Pantai Canggu
Wisata Alam
Mengwi
Munggu
22
Pantai Seseh
Budaya
Mengwi
Kapal
23
Pura Sada Kapal
Wisata Alam
Mengwi
Mengwi
24
Kawasan Luar Pure T Ayun
Budaya
Abiansemal
Baha
25
Desa Wisata Baha
Wisata Budaya
Abiansemal
Blahkiuh
26
Bumi Perkemahan Belahkiuh
Wisata
Abiansemal
Sangeh
27
Alas Pala Sangeh
Wisata Remaja
Petang
Sangeh
28
Tanah Wuk
Wisata Alam
Petang
Plage
29
Air Terjun Nungnung
Wisata Alam
Petang
Plage
30
Wisata Agro Pelaga
Wisata Remaja
Kuta Utara
Petang
31
Kawasan Luar Pure Pucak
Wisata Alam
Mengwi
Tibubeneng
32
Tedung
Wisata Alam
Kuta
Sedang
33
Pantai Brawa
Wisata Alam
Kuta
Legian
Sumber : Diparda Kabupaten Badung tahun 2010
65
Kabupaten Badung merupakan Daerah Tujuan Wisata Dunia memiliki beberapa kawasan, taman rekreasi, tempat pertunjukkan wisata, dan usaha wisata tirta sebagaimana yang ditetapkan dalam perda Kabupaten Badung No.7 Tahun 2005 tentang Obyek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung, hingga tahun 2009 Kabupaten Badung memiliki 24 buah daya tarik wisata alam, 7 buah
wisata budaya,1 buah
wisata remaja, dan 1 buah wisata buatan seperti Tabel 5.1 5.2 Potensi Pasar Wisatawan Pasar wisata dunia bersifat dinamis yang disebabkan oleh perubahanperubahan yang bersifat eksternal seperti perubahan dalam bidang ekonomi, demografi, sosial budaya, politik dan keamanan, teknologi, serta faktor internal seperti perubahan dalam hal kebutuhan dan keinginan pasar, kesediaan waktu luang, selera, persepsi, gaya hidup dan daya beli wisatawan, juga menimbulkan dampak pergeseran posisi pasar utama Kabupaten Badung, terutama pergeseran pasar konvensional Eropa ke tingkat 7, dan Amerika keluar dari posisi 10 pada pasar Kabupaten Badung. Posisi pangsa pasar Asia-Oseania juga mengalami pergeseran, posisi 1 adalah Australia pada tahun 2010, hal ini dikarenakan oleh pertumbuhan ekonomi Jepang melangalami kemunduran sehingga Malaysia hanya pada posisi 2, posisi 3 adalah Jepang, posisi 4 Singapure, posisi 5 adalah Cina, dan posisi 6 adalah Korea Selatan. Posisi pangsa pasar Eropa juga menghalami pergeseran, Perancis menduduki peringkat ke 7, disusul Jerman ke 8, Inggris ke 9, dan Belanda ke 10. Pangsa pasar Amerika menurun posisinya keluar dari 10 besar
66
Pemeliharaan pasar utama sangat penting untuk dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keberlanjutan pasar utama, sebagai pangsa pasar yang telah berkontribusi besar bagi kepariwisataan Kabupaten Badung. Dengan menjaga kepuasan dari pasar-pasar utama diharapkan kontribusi pasar utama akan semakin meningkat yang dapat ditandai dari jumlah kunjungan dan lama tinggal. Disamping pasar utama, pasar-pasar lainnya yang merupakan pasar potensial seperti Spanyol, India, dan Rusia. 5.3 Pembahasan Hasil Uji Hipotesis Pengaruh jumlah wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs Dolar Amerika secara parsial terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung 5.3.1 Pengaruh jumlah wisatawan Mancanegara terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung Jumlah wisatawan mancanegara adalah banyaknya wisatawan tiap tahun yang berkunjung ke suatu negara didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh pekerjaan dan penghasilan di tempat yang dikunjungi pada periode tertentu yang diukur dalam satuan orang. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kabupaten Badung cenderung mengalami peningkatan, walaupun tingkat pertumbuhannya bervariasi tergantung pada situasi ekonomi, sosial, teknologi, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam perkembangan pariwisata sebagai suatu industri, jumlah penduduk suatu negara selalu menjadi perhatian, selain Produk Nasional Bruto negara yang bersangkutan. Secara teoritis hanya penduduk yang berpenghasilan tinggilah yang bisa kemungkinannya melakukan perjalanan wisata. Meningkatnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara berarti negara tersebut memiliki
67
kemampuan untuk meningkatkan pembangunan, dan secara tidak langsung meningkatkan pendapatan per kapita penduduknya.
Pengembangan
pariwisata sebagai suatu industri merupakan hal yang penting bagi suatu negara, karena dapat meningkatkan penghasilan devisa negara. Apabila komoditi ekspor tidak memadai untuk memperoleh devisa, maka sektor pariwisata merupakan salah satu pilihan yaitu dengan mendatangkan wisatawan sebanyak mungkin. Pariwisata disebut sebagai invisible export, karena devisa diterima tanpa mengekpor barang-barang ke luar negeri yang perlu di usahakan adalah bagaimana bisa mendatangkan lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegra adalah merupakan gambaran tingkat keberhasilan dalam hal menarik wisatawan ke Daerah Tujuan Wisata. Data pada
Lampiran
1.
menunjukkan
bahwa
jumlah
kunjungan
wisatawan
mancanegara ke Kabupaten Badung dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan rata-rata di atas 7% walaupun tingkat pertumbuhannya sangat bervariasi tergantung pada situasi ekonomi, sosial, teknologi, dan politik yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti kebijakan pemerintah khususnya di bidang kepariwisataan. Pada periode tahun 1997-2001 tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar -5,22%, untuk periode tahun 2002-2006 tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,17%, dan untuk periode tahun 2007-2010 tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 14,16%. Tingginya tingkat pertumbuhan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Badung untuk periode tahun 2002-2006 tingkat pertumbuhan rata-rata dicapai per
68
tahun sebesar 19,56%, disebabkan banyak kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh Diparda Kabupaten Badung, masyarakat, dan pelaku pariwista pada berbagai kegiatan yang bersifat Internasional. Semakin banyak jumlah wisatawan mancanegara, maka tingkat penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung akan semakin meningkat. Sejalan dengan konsep tersebut, dan hasil pengujian hubungan variabel seperti pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara (X1) berpengaruh positif terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y). Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β1) 1,019, dan p-value = 0,010, maka dinyatakan signifikan. Hal ini menunjukkan perubahan jumlah wisatawan mancanegara searah dengan perubahan penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Karena itu, hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah yang menyatakan bahwa : pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, secara
parsial
terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997– 2010. Jika dilihat dari besaran signifikansi pada koefisien βi yang bernilai lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung telah terbukti kebenarannya. Pada lampiran 6a didapatkan koefisien 1,019X1 menunjukkan bahwa jika jumlah wisatawan mancanegara X1 naik sebesar satu persen, sedangkan variabel independent lainnya konstan maka akan menaikkan penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) sebesar 1,019 persen. Sebaliknya jika jumlah
69
wisatawan mancanegara X1 turun sebesar satu persen, sedangkan variabel independent lainnya konstan maka akan menurunkan penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung (Y) sebesar 1,019 persen, (ceteteris paribus). Jumlah
wisatawan
mancanegara
berpengaruh
positif
terhadap
penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Berdasarkan data penelitian (lampiran 1)
jika jumlah wisatawan mancanegara ke Kabupaten
Badung terus menerus mengalami peningkatan, yakni pada tahun 1997 jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Kabupaten Badung sebanyak 1.764.854 orang, dan tahun 2010 telah mencapai 2.493.058 orang. Dalam kurun waktu empat belas tahun rata-rata jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah 1.500.497,07 orang. Meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara mendorong meningkatnya terus menerus penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ardhana (2004), yang menyatakan bahwa faktor pendapatan dari suatu negara akan mendorong jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan ke DTW di suatu negara. Hal ini berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Demikian juga, mendukung hasil penelitian Eka Armoni (2009)
yang menyatakan bahwa faktor pendapatan dari suatu negara akan
mendorong jumlah wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan ke DTW di suatu negara. Hal ini berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan mancanegara dapat mempengaruhi
70
besarnya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, artinya selama jumlah wisatawan mancanegara mengalami kenaikan, selama itu pula penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung akan meningkat pula. 5.3.2 Pengaruh Lama Tinggal terhadap penerimaan PDRB industri Pariwisata Faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya devisa yang diterima untuk negara-negara yang mengandalkan devisa dari industri pariwisata. Secara teoritis, semakin lama seorang wisatawan tinggal si suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW),
semakin banyak uang yang
dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Lama tinggal wisatawan biasanya banyak tergantung pada : besarnya potensi wisata yang dimiliki DTW yang bersangkutan, Tour Operator
setempat dapat mengemas paket wisata yang
dijual sehingga dapat menarik banyak wisatawan untuk membeli Option Tour, kualitas pelayanan yang diberikan oleh akomodasi perhotelan dan restoran yang ada, faktor kaamanan dan kenyamanan dapat dijaga sehingga wisatawan lebih betah berlama-lama tinggal di DTW tersebut, faktor transportasi, telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi tersedia di DTW tersebut. Rata-rata beberapa lama tinggal wisatawan yang datang ke Daerah Tujuan Wisata adalah komponen yang sangat penting diketahui, terutama dalam menentukan perencanaan, berapa banyak kamar, dan fasilitas lainnya diperlukan termasuk untuk menentukan besarnya penerimaan devisa. Lama tinggal yang dimaksud disini yaitu banyaknya hari yang dihabiskan oleh seorang wisatawan disuatu negara diluar tempat tinggalnya. Ada
71
kecendrungan semakin jauh negara tempat tinggal wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan negara, lebih lama tinggal di Indonesia jika dibandingkan dengan wisatawan mancanegara yang meninggalkan Indonesia melalui pelabuhan laut. Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil pengujian hubungan variabel seperti pada lampiran 6g menunjukkan bahwa nilai tukar (X2) berpengaruh negatif terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. (Y). Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β2) sebesar – 11,001 dan p-value = 0,360, maka diputuskan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan lama tinggal terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tidak signifikan. Karena itu, hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah lama tinggal berpengaruh positf dan signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tidak terbukti kebenarannya. Lama tinggal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : potensi wisata, tour operator,
kualitas
jasa,
keamanan
dan
kenyamanan,
dan
transportasi,
telekomonikasi, dan fasilitas rekreasi. Keputusan wisatawan untuk memilih Kabupaten Badung pada khususnya, dan Bali pada umunya sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) lebih di tekankan oleh popularitas Kabupaten Badung yang telah dikenal sebagai DTW terbaik di dunia. Pada umumnya wisatawan memilih Kabupaten Badung sebagai pilihan DTW karena berbagai alasan antara lain : karena Kabupaten Badung memiliki a) keindahan alam seperti pegunungan, pantai, taman laut, b) memiliki daya tarik wisata yang variatif (peninggalan budaya, adventure, entertaiment), penduduknya yang ramah tamah dengan
72
wisatawan, sarana dan prasaran untuk wisatawan yang memadai, serta memiliki berbagai keunikan lainnya (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Bali, 2005). Pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah pariwisata budaya yang dijiwai oleh agama Hindu yaitu bahwa dengan pariwisata budaya akan dikembangkan pula bidang ekonomi melaui pariwisata bersamaan dengan melestariakan budayanya. Secara umum bahwa menurunnya masa tinggal wisatawan mancanegara dikarenakan adanya penurunan kualitas daya tarik wisata. Karena itu masa tinggal wisatawan mancanegara di Kabupaten Badung semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kualitas destinasi wisata di Kabupaten Badung menurun yakni munculnya banyak hotel dan vila yang mewah yang menawarkan kenyamanan buat wisatawan, tetapi ada suatu hal yang perlu mendapat perhatian yaitu faktor kemacetan lalu lintas, keamanan, kebersihan daya tarik wisata, pelayanan yang tidak setabil, ikut menurunkan kualitas kenyamanan distinasi wisata di Kabupaten Badung khususnya, dan umumnya di Bali. Selain faktor infrastruktur yang kualitasnya menurun di Kabupaten Badung, ada kecendrungan kian pendeknya lama tinggal
wisatawan berlibur di Kabnupaten Badung sepertinya juga
ditentukan pengenaan visa on arrival (VOA) yang pilihannya sangat terbatas, hanya ada dua jenis pilihan VOA yaitu visa untuk tinggal 7 hari, dan untuk visa tinggal 30 hari dengan harga yang bervariasi. Walaupun masa tinggal wisatawan menurun untuk menentukan pendapatan adalah jumlah wisatawan atau tingkat hunian hotel, yaitu artinya hotel tetap penuh dan pajak akan masih tetap tinggi yang dibayarkan.
73
5.3.3 Pengaruh Kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan atau menetapkan harga setiap barang dan jasa yang ada. Nilai tukar atau kurs adalah besarnya nilai mata uang yang harus dibanyarkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing atau valuta asing. Nilai kurs antara dua mata uang dari suatu negara menggambarkan disparitas nilai harga domestik dan harga luar negeri suatu barang. Selain itu, dengan adanya nilai kurs tertentu memungkinkan untuk membandingkan harga segenap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. Perubahan kurs dapat terjadi dalam dua arah yang berlawanan, yaitu depresiasi (melemah), atau sebaliknya apresiasi (menguat). Kurs antara dua mata uang dari dua negara sama dengan nisbah tingkat harga negara yang bersangkutan. Daya beli domestik dari mata uang suatu negara tercermin sepenuhnya pada tingkat ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik akan diiringi oleh depresiasi mata ungnya secara proposional dalam pasar paluta asing. Begitu pula sebaliknya, kenaikan daya beli mata uang domestik akan disusul dengan apresiasi mata uangnya secara proposional. Dengan demikian, perubahan kurs mata uang suatu negara disebabkan oleh terjadinya dan atau penyebab inflasi di negara tersebut. Berdasarkan uraian tersebut perubahan kurs antara negara penerima dan pengirim wisatawan akan berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tergantung pada tingkat perubahan harga yang terjadi di negara penerima. Sepanjang proposisi penurunan nilai kurs tersebut
74
lebih besar dibandingkan proposisi kenaikan harga yang terjadi di negara penerima wisatawan maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung akan meningkat. Demikian sebaliknya, jika proposisi menurun nilai kurs negara penerima lebih kecil dibandingkan proposisi kenaikan harga yang terjadi di negara penerima maka jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung akan menurun. Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil pengujian hubungan variabel seperti pada lampiran 6g menunjukkan bahwa nilai tukar (X3) berpengaruh positif terhadap jumlah penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. (Y). Analisis regresi menghasilkan koefisien beta (β3) sebesar 0,036 dan p-value = 0,003, maka diputuskan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar dolar Amerika terhadap rupiah searah dengan perubahan penerimaan jumlah PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung. Karena itu, hasil penelitian ini telah menjawab rumusan masalah kurs dolar Amerika berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung terbukti kebenarannya. 5.4 Pengaruh Jumlah Wisatawan Mancanegara, Lama Tinggal, dan Kurs dolar Amerika secara simultan terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung Keputusan untuk melakukan perjalanan wisata sifatnya lebih luas dibandingkan dengan mengambil keputusan untuk membeli barang-barang mewah kebutuhan rumah tangga. Banyak hal yang secara bersamaan mempengaruhi keputusan wisatawan untuk memilih daerah tujuan wisata yang ingin dikunjungi. Secara umum dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu faktor pendorong yang merupakan person-sficific
75
motovation, yakni faktor internal dalam diri individu kebutuhan dan keinginan seseorang yang memotivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific atributes, yang sesungguhnya faktor eksternal yang memotivasi wisatawan. Faktor-faktor pendorong adalah semua kekuatan ekonomi, sosial demografi, teknologi, dan kekuatan politik yang merangsang akan munculnya kebutuhan untuk melakukan aktivitas pariwisata yang mendorong konsumen pergi dari suatu tempat tinggalnya ke suatu distinasi. Kebutuhan ini merupakan faktor dominan yang mempengaruhi konsumen ketika mereka memutuskan kemana ingin pergi. Faktor penarik adalah faktor-faktor yang mendorong konsumen pergi ke suatu distinasi khusus (seperti citra positif, keamanan, atraksi wisata, dan iklim). Pendapatan, waktu luang, pelayanan, dan nilai tukar dolar Amerika dapat dipandang sebagai faktor pendorong sedangkan dilain pihak keramah-tamahan, dan budaya merupakan faktor penarik. Semua faktor tersebut secara simultan dapat mempengaruhi keputusan wisatawan untuk memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Sejalan dengan konsep tersebut dan hasil analisis (ANOVA) model regresi menunjukkan bahwa variabel jumlah wisatawan mancanegara (X1), lama tinggal (X2), dan kurs dolar Amerika (X3) secara simultan dapat memprediksi penerimaan PDRB industri pariwisa (Y). Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji anova regresi dengan F = 7,992 dan tingkat p value = 0,005 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,706 atau sebesar 70,60% yang artinya penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dijelaskan oleh variabel jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar
76
Amerika secara simultan sebesar 70,60 %. Sedangkan 29,40% dijelaskan oleh fakltor lain ke tiga faktor tersebut (Lampiran 6c) Hasil penelitian ini menunjukkan diantara ke tiga variabel yang mempengaruhi jumlah PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, variabel jumlah wisatawan mancanegara memberikan kontribusi yang paling besar (β1 = 1,019). Hal ini berarti bahwa faktor penentu PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung adalah jumlah wisatawan mancanegara yang terus menerus dijaga agar dapat memberikan peningkatan setiap tahun maka penerimaan PDRB
industri pariwisata akan terus
meningkat. Demikian sebaliknya, jika sepanjang jumlah wisatawan mancanegara mengalami penurunan setiap tahunnya maka penerimaan jumlah PDRB industri pariwisata akan menururn. Kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, hal ini mencerminkan keberhasilan destinasi yang mempunyai daya tarik yang tinggi. Faktor penentu ke dua, penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung adalah kurs dolar Amerika (β3 = 0,036). Perubahan kurs dolar Amerika terhadap rupiah akan berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tergantung pada tingkat perubahan nilai yang terjadi di negara penerima. Sepanjang kurs dolar Amerika terus menerus dijaga kestabilan nilai tukarnya terhadap rupiah, sehingga kunjungan wisatawan mancanegara terus meningkat, hal ini mencerminkan keberhasilan distinasi dalam mengembangkan daya tarik wisata yang tinggi. Faktor penentu yang ke tiga berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung adalah berkaitan dengan lama tinggal wisatawan (β2 = 11,001). Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik wisata yang merata dari daerah-daerah di Indonesia, dan juga di negara lain, teknologi dan komonikasi yang memungkinkan
77
wisatawan datang dan pergi lebih cepat, namun tidak akan banyak mempengaruhi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor utama adalah adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara secara terus menerus dari tahun 1997 hingga tahun 2010 faktor ke dua adalah berkaitan dengan perubahan nilai tukar atau kurs dolar Amerika terhadap Rupiah, yang mempengaruhi penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung, dan faktor ke tiga adalah lama tinggal wisatawan itu sendiri. Walaupun masa tinggal wisatawan cenderung menurun untuk menentukan pendapatan adalah jumlah wisatawan atau tingkat hunian hotel, artinya bahwa hotel tetap penuh dan pajak akan masih tetap tinggi yang dibayarkan sehingga tidak berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata di Kabupaten Badung.
BAB VI PENUTUP
6. 1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikaji baik secara kuantitatif maupun kualitatif, maka dapat disusun simpulan sebagai berikut : 6.1.1 Pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs dolar Amerika secara parsial adalah sebagai berikut : 6.1.1.1 Jumlah wisatawan mancanegara berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,010 (p value < 0,05) koefisien regresi β1 sebesar + 1,019. Setiap satu persen kenaikkan jumlah wisatawan mancanegara, sedangkan variabel independen lainnya konstan maka menaikkan 1,019 persen penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung, demikian sebaliknya 6.1.1.2 Lama tinggal berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung, hal ini dapat dilihat dilihat dengan p value 0,360 (p value > 0,05) β2 sebesar – 11,001. Setiap satu persen kenaikan lama tinggal, sedangkan variabel lainnya konstan maka dapat menurunkan penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung sebesar 11,002 persen demikian sebaliknya. 6.1.1.3 Kurs dolar Amerika berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung dengan p value 0,003 (p value < 0,05) koefisien regresi β3 sebesar + 0,036. Setiap satu persen kenaikkan kurs dolar Amerika terhadap
78
79
rupiah, sedangkan variabel independen lainnya konstan maka menaikkan 0,036 persen penerimaan PDRB Industri pariwisata Kabupaten Badung, demikian sebaliknya 6.1.1.4 Jumlah Wisatawan Mancanegra yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung dengan koefisien regresi terbesar dari ketiga dari variabel independen. 6.1.2 Pengaruh jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan kurs doalar Amerika secara simultan adalah berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PDRB Industri
pariwisata
Kabupaten
Badung.
Perubahan
jumlah
wisatawan
mancanegara adalah penentu pertama, kurs dolar Amerika terhadap Rupiah faktor penentu ke dua, dan lama tinggal merupakan faktor penentu yang ke tiga. 6.2 Saran Berdasarkan hasil analisis, dan simpulan dapat disusun saran sebagai berikut 6.2.1 Pemerintah Daerah Kabupaten Badung, dan para pelaku Industri pariwisata hendaknya menjaga pangsa pasar yang utama di Asia Fasifik, Eropa, Rusia, dan Amerika,
sehingga
dapat
meningkatkan
jumlah
kunjungan
dari
pada
wisatawannya. 6.2.2 Pemerintah Daerah Kabupaten Badung bersama-sama masyarakat, serta para pelaku Industri pariwisata hendaknya konsisten memjaga dan meningkatkan Daya Tarik Wisata, dan rasa aman dan nyaman pada umumnya di Bali, dan khususnya di Kabupaten Badung, sehingga dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan mancanegara. 6.2.3 Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini, dengan membahas lebih mendalam lagi mengenai faktor lama tinggal, bisa meningkatkan dan mempertajam Daya
80
Tarik Wisata (DTW) yang dikaitkan dengan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi.
81
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara. Ardhana, Putu. 2004. “Pengaruh Pendapatan per Kapita, Nilai Tukar, dan Keamanan Serta Implikasinya pada Perencanaan Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali” (Tesis) Denpasar: Universitas Udayana. Armoni, Ni Luh Eka. 2009. “Pengaruh Pendapatan per Kapita, Nilai Tukar, dan Keamanan terhadap Jumlah Kunjungan Wisatawan Korea Selatan ke Bali” (Tesis) Denpasar: Universitas Udayana. Badan Pusat Statistik. 2009. Badung Dalam Angka. Kabupaten Badung. Bapeda Tingkat I Bali. 1994, 1998. Bali Membangun, Denpasar. Boediono, 1985. Ekonomi Internasional. Jakarta: BPFE UGM. Dinas Pariwisata Provinsi Kabupaten Badung, 2010, Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Baung. Dinas Pariwisata Provinsi Bali kerja sama dengan Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kepariwisataan Unversitas Udayana, 2005, Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Bali.
Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan Pembangunan Kasus).Denpasar : Upada Sastra. Geriya, Wayan. 1996. Pariwisata dan Dinamika Global. Denpasar : Upada Sastra.
Ekonomi. (Bali Sebagai
Kebudayaan
Lokal, Nasional.
Gujarati, Damodar. 1993. Ekonomitrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hamdy, H. 2001. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Alpabeta Bandung.
82
Hutabarat, Rosalyne. 1992. Transaksi Ekspor Impor. Edisi 2. Jakarta: Erlangga. Jhingan, ML. 1994. Ekonomi Rajawali.
Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Penerbit CV
Supranto, J. 1994. Statistik Teori dan Aplikasi. Edisi ke lima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional : Teori dan Kebijakan. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia. Kembar Sri Budi, Made.1999. Efektivitas Pertumbuhan Sektor Pertanian Dalam Menunjang Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Bali. Buletin Studi Ekonomi, 4. Lubis, P. Risal. 2003. “Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata kota Medan”, Medan: Tesis Program Pascasarjana Universitas Sumatra Utara. Nopirin. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE UGM. Raharja, Prathama, dan Manurung Mandala. 2005. Teori Ekonomi Makro : Suatu Pengantar. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia. Reksoprayitno, Sudiyono. 1990. Ekonomi Internasional: Pengantar Lalulintas Pembayaran Internasional. Yogyakarta: Liberty. Ricardson, J. and M Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Sydney : Pearson Hospitality Press. Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Sharpley. 1994. Tourism, Tourism and Socciety. Huntingdom: ELM Publication Sudiarto. 1988. Ekonomi Moneter. Yogyakarta:BPFE UGM. Sugiono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta. Spillane, James. J. 1989. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. Sukarsa, I Made. 1999. Pengantar Pariwisata. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan. Jakarta: Premada Media Group.
83
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi,Teori Pengantar. Edisi Ketiga.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suparmoko. 1991. Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta : Penerbit BPFE. Universitas Udayana. 2010. Buku Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis dan Disertasi. Denpasar : Program Pascasarjana Universitas Udayan. Pendit, Nyoman S. 1995. Ilmu Ekonomi Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Yoeti, A, Oka. 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa. Yoeti, A, Oka. 2008. Anatomi Pariwisata Indonesia. Bandung: Angkasa. Wahab, Saleh. 2000. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Wirawan, I.G.P., Nata 2001. Satistik 2, untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Denpasar : Penerbit Keraras Emas. Anonimous. 1993-2001. Foreign Trade Satatistics. Jakarta: Biro Pusat Statistik Indonesia. …………..., 1993-2001. Foreign Visitor Satatistics. Jakarta: Biro Pusat Statistik Indonesia. …………..., 1993-2001, Pariwisata Indonesia Jakarta: Departemen Pariwisata Indonesia.
Kebudayaan dan
84
Lampiran 1. Jumlah wisatawan mancanegara, yang berkunjung di Kabupaten Badung tanun (dalam juataan) 1997-2010 Tahun
Jumlah Wisatawan
Pertumbuhan
Mancanegara (Orang)
%
1997
1.971.635
-
1998
1.087.153
-44,86
1999
1.335.782
22,87
2000
1.140.246
4,83
2001
1.248.246
-3,71
2002
1.279.489
2,51
2003
1.292.393
1,01
2004
1.357.280
5,02
2005
1.383.231
1,91
2006
1.458.178
5,42
2007
1.764.854
21,03
2008
1.966.318
11,42
2009
1.229.096
-37,49
2010
2.493.058
102,84
Sumber : Disparda Kabupaten Badung, dan BPS Kabupaten Badungtahun 2010
85
Lampiran 2. Rata-rata Lama Tinggal wisatawan mancanegara, yang di Kabupaten Badung tahun1997-2010 Tahun
berkunjung
Rata-rata Lama Tinggal
Pertumbuhan
Wisatawan Mancanegara (hari)
%
1997
10,55
-
1998
9,18
-22,46
1999
10,51
13,99
2000
12,26
16,65
2001
10,49
-14,44
2002
11,38
8,48
2003
10,93
-3,95
2004
10,60
-3,02
2005
10,84
2,26
2006
12,80
18,08
2007
10,60
-17,19
2008
9,65
-8,96
2009
8,75
-9,33
2010
9,20
5,14
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun 2010
86
Lampiran 3.Perkembangan Kurs Dolar Amerika terhadap Rp tahun1997-2010 Tahun
Rata-rata Kurs Dolar Amerika
Pertumbuhan
Terhadap Rp
%
1997
5.700
-
1998
8.100
42,11
1999
7.161
-11,59
2000
9.385
31,06
2001
10.400
10,82
2002
9.893
-4,88
2003
10.146
2,56
2004
10.020
-1,24
2005
9.032
-9,86
2006
10.051
11,46
2007
10.067
0,16
2008
9.806
-2,59
2009
10.408
6,14
2010
9.123
-12,35
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun, dan Bank Indonesia 2010
87
Lampiran 4. Perkembangan Penerimaan PDRB Industri Pariwisata Badung Rp tahun 1997-2010 Tahun
Kabupaten
Penerimaan PDRB Industri
Pertumbuhan
Pariwisata (Rp)
%
1997
948.425,33
-
1998
965.233,80
1,77
1999
972.042,26
0,71
2000
993.449,24
2,20
2001
1.022.038,50
2,88
2002
1.836.468,72
79,69
2003
1.962.963,68
6,89
2004
2.078.895,88
5,91
2005
2.199.159,98
5,79
2006
2.284.941,15
3,91
2007
2.422.521,52
6,02
2008
2.577.475.56
6,40
2009
2.742.433,80
6,40
2010
2.917.948,98
4,40
Sumber : Disparda Kabupaten Badung tahun 2010
88
Lampiran 5. Pengaruh Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997-2010 Tahun
PDRB
Lama Tinggal
(Y) 948.425,33
Jumlah Wisatawan (X1) 1.971.635
(X2) 10,55
Kurs Dolar Amerika (X3) 5700
1997 1998
965.233,80
1.087.153
9,18
8100
1999
972.042,26
1.335.782
10,51
7161
2000
993.449,24
1.140.246
12,26
9385
2001
1.022.038,50
1.248.246
10,49
10400
2002
1.836.468,72
1.279.489
11,38
9893
2003
1.962.963,68
1.292.393
10,93
10146
2004
2.078.895,88
1.357.280
10,60
10020
2005
2.199.159,98
1.383.231
10,84
9032
2006
2.284.941,15
1.458.178
12,80
10051
2007
2.422.521,52
1.764.854
10,60
10067
2008
2.577.475.56
1.966.318
9,65
9806
2009
2.742.433,80
1.229.0958
8,75
10408
2010
2.917.948,98
2.493.058
9,20
9123
Sumber : Data diolah dari Lampiran 1, 2, 3, dan 4
89
Lampiran 6. Pengaruh Jumlah wisatawan mancanegara, lama tinggal, dan Kurs dolar Amerika terhadap penerimaan PDRB industri pariwisata Kabupaten Badung tahun 1997-2010 Tahun
1997
PDRB (Rp. 10 M) (Y) 94,84
Jumlah Lama Tinggal Wisatawan ( 10.000) (X1) (X2) 197,16 10,55
1998
96,52
108,72
9,18
8100
1999
97,20
113,58
10,51
7161
2000
99,35
114,03
12,26
9385
2001
102,20
124,83
10,49
10400
2002
183,65
127,95
11,38
9893
2003
196,30
129,24
10,93
10146
2004
207,90
135,73
10,60
10020
2005
219,92
138,32
10,84
9032
2006
228,49
145,82
12,80
10051
2007
242,25
176,49
10,60
10067
2008
257,75
196,63
9,65
9806
2009
274,24
122,91
8,75
10408
2010
291,80
249,31
9,20
9123
Sumber : Data diolah dari Lampiran 5.
Kurs Dolar Amerika (X3) 5700
90
Lampiran
6a.
Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan Kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisata Kabupaten Badung
Regression Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1.85172142857143E2
7.315030639596922E1
14
Jumlahw Lamat Kursd
1.48620864285714E2 1.05271428571429E1 9.23520214285714E3
4.104715756979277E1 1.137293876989304E0 1.371642113471623E3
14 14 14
Correlations PDRB Pearson Correlation
PDRB
N
Lamat
Kursd
.506
-.222
.559
.506
1.000
-.255
-.163
Lamat
-.222
-.255
1.000
.140
Kursd
.559
-.163
.140
1.000
Jumlahw
Sig. (1-tailed)
Jumlahw
1.000
PDRB
.
.033
.223
.019
Jumlahw
.033
.
.189
.289
Lamat
.223
.189
.
.316
Kursd
.019
.289
.316
.
PDRB
14
14
14
14
Jumlahw
14
14
14
14
Lamat
14
14
14
14
Kursd
14
14
14
14
Coefficientsa
Keter angan -
Unstandardized Coefficients Model J 1u (Constant) m l Jumlahw a h Lamat w Kursd
B
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
-11.001 .036
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-1.138
.282
.572
3.196
.010
.918
1.089
11.475
-.171
-.959
.360
.925
1.081
.009
.676
3.869
.003
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB -
Standardized Coefficients
= Jumlah Wisatawan Mancanegara Lamat = Lama Tinggal Kursd = Kurs Dalar Amerika
91
Lampiran 6b. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dankurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda
Regression Coefficientsa Correlations Model 1
Zero-order Jumlahw
Collinearity Statistics
Partial
Part
Tolerance
VIF
.506
.711
.548
.918
1.089
Lamat
-.222
-.290
-.164
.925
1.081
Kursd
.459
.774
.664
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions
Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
1
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions
Dimensi Model
on
Eigenvalue
Condition Index
1
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan - Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
92
Lampiran 6c. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industry parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda Model Summaryb Model
R
R Square .840a
1
Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.706
.617
Durbin-Watson
4.524836813871809E1
1.551
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw b. Dependent Variable: PDRB
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
49088.427
3
16362.809
Residual
20474.148
10
2047.415
Total
69562.575
13
F
Sig. .005a
7.992
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw b. Dependent Variable: PDRB
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
Lamat
-11.001
Kursd
.036
Jumlahw
Keterangan - Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
Standardized Coefficients t
Beta
Sig.
-1.138
.282
.572
3.196
.010
11.475
-.171
-.959
.360
.009
.676
3.869
.003
93
Lampiran 6d. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisataKabupaten Badung dengan model Regresi Berganda Coefficientsa 95.0% Confidence Interval for B Model 1
Lower Bound (Constant)
Upper Bound -543.279
175.955
.309
1.730
Lamat
-36.568
14.567
Kursd
.015
.057
Jumlahw
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan - Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
94
Lampiran 6e. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda
Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
Jumlahw
.918
1.089
Lamat
.925
1.081
Kursd
.963
1.038
a. Dependent Variable: PDRB
Collinearity Diagnosticsa
Keter angan
Variance Proportions
Condition Model
Dimension
Eigenvalue
Index
- J u 1 m l a h w =
(Constant)
Jumlahw
Lamat
Kursd
1
3.922
1.000
.00
.00
.00
.00
2
.061
8.040
.00
.74
.02
.04
3
.014
16.775
.02
.02
.26
.81
4
.004
31.850
.98
.24
.72
.15
a. Dependent Variable: PDRB J umlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
95
Lampiran 6f. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
PDRB
1.85172142857143E2
7.315030639596922E1
14
Jumlahw
1.48620864285714E2
4.104715756979277E1
14
Lamat
1.05271428571429E1
1.137293876989304E0
14
Kursd
9.23520214285714E3
1.371642113471623E3
14
Correlations PDRB Pearson Correlation
PDRB
N
Lamat
Kursd
1.000
.506
-.222
.559
.506
1.000
-.255
-.163
Lamat
-.222
-.255
1.000
.140
Kursd
.559
-.163
.140
1.000
PDRB
.
.033
.223
.019
Jumlahw
.033
.
.189
.289
Lamat
.223
.189
.
.316
Kursd
.019
.289
.316
.
PDRB
14
14
14
14
Jumlahw
14
14
14
14
Lamat
14
14
14
14
Kursd
14
14
14
14
Jumlahw
Sig. (1-tailed)
Jumlahw
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
Variables Removed
Kursd, Lamat, Jumlahwa
1
Method . Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary Model 1
R
R Square .840a
Adjusted R Square
.706
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw
Keterangan - Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
.617
Std. Error of the Estimate 4.524836813871809E1
96
Lampiran 6g. Hasil Pengolahan data Jumlah wisatawan Mancanegara, Lama tinggal, dan kurs dolar Amerila terhadap penerimaan PDRB industri parariwisata Kabupaten Badung dengan model Regresi Berganda
Model Summaryb Model
R
1
.840a
R Square
Adjusted R Square
.706
Std. Error of the Estimate
.617
Durbin-Watson
4.524836813871809E1
1.551
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw b. Dependent Variable: PDRB
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
49088.427
3
16362.809
Residual
20474.148
10
2047.415
Total
69562.575
13
F
Sig. 7.992
.005a
a. Predictors: (Constant), Kursd, Lamat, Jumlahw b. Dependent Variable: PDRB
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-183.662
161.398
1.019
.319
Lamat
-11.001
Kursd
.036
Jumlahw
a. Dependent Variable: PDRB
Keterangan - Jumlahw = Jumlah Wisatawan Mancanegara - Lamat = Lama Tinggal - Kursd = Kurs Dalar Amerika
Coefficients t
Beta
Sig.
-1.138
.282
.572
3.196
.010
11.475
-.171
-.959
.360
.009
.676
3.869
.003
97
Lampiran 7. Tabel IV Statistik untuk Titik persentasi distribusi t df = 10 P(t> 1,812) = 0,05 P(t< - 1,812) = 0,05
Ho Diterima
1.12
0
1.812
∞ df 1 2 3 4 5
,25
,20
,10
,15
,05
,025
,01
,005
,005
1,000 ,816 ,765 ,471 ,727
1,376 1,061 ,978 ,941 ,920
1,963 1,386 1,250 1,190 1,156
3,078 1,886 1,638 1,533 1,476
6,314 2,920 2,353 2,132 2,015
12,706 4,303 3,812 2,776 2,571
31,812 6,965 4,541 3,747 3,365
63,812 9,925 5,841 4,604 4,032
636,619 31,598 12,941 8,610 6,859
6 7 8 9 10
,718 ,711 ,706 ,705 ,700
,906 ,896 ,889 ,883 ,879
1,134 1,119 1,108 1,100 1,093
1,440 1,415 1,397 1,383 1,732
1,934 1,895 1,860 1,833 1,812
2,447 2,365 2,396 2,262 2,228
3,143 2,998 2,896 2,821 2,764
3,707 3,499 3,355 3,250 3,169
5,959 5,405 5,041 4,781 4,587
11 12 13 14 15
,697 ,693 ,964 ,692 ,691
,876 ,875 ,870 ,868 ,866
1,088 1,083 1,079 1,076 1,074
1,363 1,363 1,350 1,345 1,341
1,769 1,769 1,771 1,761 1,753
2,201 2,179 2,160 2,145 2,131
2,718 2,681 2,650 2,624 2,602
3,106 3,055 3,012 2,977 2,947
4,347 4,318 4,221 4,140 4,073
16 17 18 19 20
,690 ,989 ,688 ,688 ,687
,865 ,863 ,862 ,861 ,860
1,071 1,069 1,067 1,066 1,064
1,337 1,333 1,330 1,328 1,325
1,764 1,740 1,734 1,729 1,725
2,120 2,110 2,101 2,093 2,086
2,583 2,567 2,552 2,539 2,528
2,921 2,898 2,878 2,861 2,845
4,015 3,965 3,922 3,883 3,850
21 22 23 24 25
,686 ,686 ,685 ,685 ,684
,859 ,858 ,858 ,857 ,856
1,063 1,061 1,060 1,059 1,316
1,323 1,321 1,319 1,318 1,708
1,721 1,717 1,714 1,711 1,708
2,080 2,074 2,069 2,064 2,060
2,518 2,508 2,500 2,492 2,485
2,881 2,819 2,807 2,397 2,787
3,819 3,792 3,767 3,745 3,752
98
Lampiran 8. Tabel Statistik untuk Distribusi Nilai F. 05 +
Nilai F. 05 + V2 1
2
3
4
V1 5
6
7
8
9
1 2 3 4 5
161 18,5 10,1 7,71 6,61
200 19,0 9,55 6,94 5,79
216 19,2 9,28 6,59 5,41
225 19,2 9,12 6,39 5,19
230 19,3 9,01 6,26 5,05
234 19,3 8,94 6,16 4,95
237 19,4 8,89 6,09 4,88
239 19,4 8,85 6,04 4,82
241 19,4 8,81 6,00 4,77
6 7 8 9 10
5,99 5,59 5,32 5,12 4,96
5,14 4,74 4,46 4,26 4,10
4,76 4,35 4,07 3,86 3,71
4,53 4,12 3,84 3,63 3,48
4,39 3,97 3,69 3,48 3,33
4,28 3,28 3,58 3,37 3,22
4,21 3,79 3,50 3,29 3,14
4,15 3,73 3,44 3,23 3,07
4,10 3,68 3,18 3,18 3,02
11 12 13 14 15
4,48 4,75 4,67 4,60 4,54
3,98 3,89 3,81 3,74 3,68
3,59 3,49 3,41 3,34 3,29
3,36 3,26 3,18 3,11 3,06
3,20 3,11 3,03 2,96 2,90
3,09 3,00 2,92 2,85 2,79
3,01 3,91 2,83 2,76 2,71
3,95 3,85 2,77 2,70 2,64
3,90 2,80 2,71 2,65 2,59
16 17 18 19 20
4,94 4,45 4,41 4,38 4,35
3,63 3,59 3,55 3,52 3,49
3,24 3,20 3,16 3,13 3,10
3,01 2,96 2,93 2,90 2,87
2,85 2,81 2,77 2,74 2,71
2,74 2,70 2,66 2,63 2,60
2,66 2,61 2,58 2,54 2,51
2,59 2,55 2,51 2,48 2,45
2,54 2,49 2,46 2,42 2,39
21 22 23 24 25
4,32 4,30 4,28 4,26 4,24
3,47 3,44 3,42 3,40 3,39
3,07 3,05 3,03 3,01 2,99
2,84 2,82 2,80 2,78 2,76
2,68 2,66 2,64 2,62 2,60
2,57 2,55 2,53 2,51 2,49
2,49 2,46 2,44 2,42 2,40
2,42 2,40 2,37 2,36 2,34
2,37 2,34 2,32 2,30 2,28
30 40 60 120 ∞
4,22 4,08 4,40 3,92 3,84
3,32 3,23 3,15 3,07 3,00
2,92 2,84 2,76 2,68 2,60
2,69 2,61 2,53 2,45 2,37
2,53 2,45 2,37 2,29 2,21
2,42 2,34 2,25 2,18 2,10
2,33 2,25 2,17 2,09 2,01
2,27 2,18 2,10 2,02 1,94
2,21 2,12 2,04 1,96 1,88
99
Lampiran 9. Durbin Watson d Statistic: Significance point of dL at dU at 0.05 level Sinificance
k=1
n
k= 2
k= 3
k= 4
dL
dU
dL
dU
dL
dU
dL
dU
6 7 8 9 10
0.610 0.700 0.763 0.824 0.879
1.049 1.356 1.332 1.320 1.320
0.467 0.559 0.629 0.697
1.895 1.777 1.699 1.641
0.368 0.455 0.525
2.287 2.128 2.016
0.296 0.376
2.588 2.414
11 12 13 14 15
0.927 0.971 1.000 1.045 1.087
1.324 1.337 1.340 1.350 1.361
0.658 0.812 0.861 0.905 0.936
1.604 1.579 1.562 1.550 1.543
0.595 0.658 0.715 0.767 0.823
1.929 1.864 1.816 1.779 1.750
0.444 0.512 0.574 0.632 0.685
2.283 2.177 2.094 2.030 2.977
16 17 18 19 20
1.106 1.132 1.168 1.180 1.201
1.371 1.381 1.391 1.401 1.411
0.982 1.015 1.046 1.074 1.100
1.539 1.534 1.528 1.510 1.501
0.857 0.897 0.952 0.967 0.999
1.728 1.710 1.696 1.685 1.676
0.734 0.779 0.820 0.859 0.984
2.935 2.900 2.872 2.848 2.828