H A S l L D A N PEMBAHASAN A s p e k t i n g k u n g a n Sosial Ekonomi Penyimpanan J a g u n g Di Tingkat Petani Hasil peneltian penyimpanan jagung d i tingkat petani y a n g dilakukan d i Kecamatan Amarasi dan Kecarnatan Kupang Tirnur, Kabupaten Propinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan b a h w a
100% responden
melakukan penyimpanan jagung dalam bentuk tongkol. pan,
jagung
Kupang
Sebelum disim-
dalarn bentuk tongkol diikat masing-masing
10 tongkol,
kemudian digantung pada k a y u d i atas t u n g k u dapur dalam bangunan bulat berbentuk r u m a h adat NTT. Bangunan tersebut terletak d i samping atau d i belakang r u m a h tinggal dan juga difungsikan sebagai dapur. Spesifikasi bangunan y a i t u dinding terbuat dari bebak (pelepah d a u n g e w a n g atau lontar), atapnya terdiri dari daun lontar atau alang-alang dan sebagian telah menggunakan atap seng.
Lantainya terbuat dari tanah.
Kegiatan pascapanen yang dilakukan sebelum penyimpanan, baru terbatas pada seleksi ukuran tongkol pada saat panen.
Jagung yang
u k u r a n tongkolnya kecil-kecil dipisahkan u n t u k segera dikonsumsi, sedang y a n g ukuran sedang d a n besar segera diikat, kemudian diangkut k e rumah d a n langsung disimpan (Gambar 81.
Pemisahan tongkol tersebut dida-
sarkan atas pengafaman mereka b a h w a pada umumnya biji jagung dari u k u r a n tongkol y a n g kecil-kecil atau kerdil kurang sehat, sehingga tidak b a i k u n t u k disimpan. J a g u n g yang ditanarn terdiri dari varietas Harapan, Arjuna d a n varietas lokal.
Penanaman dilakukan hanya satu kali dalam s a t u t a h u n y a i t u
pada a w a l rnusim hujan (Desember-Januari), dan panen pada a w a l m u s i m kemarau {Maret-Mei).
Lama penyimpanan urnumnya satu tahun,
sejak jagung tersebut dipanen sampai m u s i m panen berikutnya.
yaitu Petani
beranggapan b a h w a jagung y a n g disimpan tahan sampai m u s i m panen
Pengeringan Di Pertanaman dengan Menunda Waktu Panen
1
Pemanenan -
Ujung Tongkol Diikat
- Seleksi Ukuran tongkol - Jagung dalam bentuk tongkol diikat masing-masing 10 tongkol dan siap untuk disimpan
I
Penggkutan - Dipikul
:
Penyimpanan : Digantung di atas tungku dapur Garnbar 8.
berikutnya.
Kegiatan Pascapanen Jagung y a n g Dilakukan Sebelurn Penyimpanan
Petani
Dorosh dkk. (1987) telah rnelaporkan b a h w a penyirnpanan
jagung yang paling lama dilakukan adalah di Nusa Tenggara Timur diband i n g k a n dengan w i l a y a h lndonesia lainnya. M o t i v a s i petani rnelakukan penyirnpanan jagung adalah sebagai cadangan makanan dan benih.
Kenyataan ini diperkuat dengan peranan
jagung bagi rnasyarakat petani d i Kupang, yakni 100% responden m e n g g u n a k a n jagung sebagai makanan pokok pada kedua fokasi penelitian. Cara penyimpanan jagung yang dilakukan petani rnerupakan caracara y a n g diwariskan t u r u n rernurun. Sebelum jagung disirnpan, kebiasaan y a n g dilakukan petani adalah melakukan pengeringan jagung dengan rnen u n d a w a k t u panen y a n g berarti rnembiarkan jagung t e t a p pada tanaman
sampai kering dengan sendirinya. jagung kering.
Panen baru dilakukan setelah tongkol
kemudian masing-masing
ujungnya segera setetah panen.
tongkol jagung diikat bagian
Penundaan w a k t u panen dimaksudkan
agar t o n g k o l jagung yang masih di pertanaman akan mengering. karena sinar matahari.
Setelah kulit tongkol jagung mengering atau d a u n jagung
sudah kering, baru petani melakukan panen.
Waktu y a n g diperlukan
sampai panen pada umumnya sekitar empat bulan setelah tanam.
Pengi-
katan bagian ujung tongkol jagung dapat menghambat serangan hama, terutama untuk jagung yang kelobotnya tidak tertutup rapat. Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung Hasil usahatani jagung dikonsumsi sebagai makanan p o k o k masingmasing 1 192.59 kglrumahtangga (rt) d i Kecamatan Amarasi d a n 692.45 kg/rt di Kecamatan Kupang Timur selama satu tahun.
Produksi jagung
yang tidak dikonsumsi digunakan sebagai benih, yaitu sebanyak 98.41 k g / r t di Kecamatan Amarasi dan 58.44 kg/rt di Kecamatan Kupang Timur (Tabel 9). Produksi jagung pada kedua lokasi penelitian sebesar 1.84 tonlha di Kecamatan Amarasi dan 1.89 t o n l h a d i Kecamatan Kupang Timur dengan rata-rata produksi 1.86 tonlha.
Produksi jagung tersebut masih rendah
jika dibandingkan dengan target produksi menuju swasembada jagung, y a i t u sebesar 2.36 tonlha pada t a h u n 1996 (Adjid, 1994).
Rendahnya
produksi, antara lain disebabkan oleh belum dilakukannya penggunaan p u p u k d a n pengolahan tanah yang dilakukan masih tergolong tradisional. Pengolahan tanah untuk usahatani jagung hanya dilakukan dengan sistem tebas bakar.
Sistem ini dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari
semak dan rumput, kemudian dikumputkan, lalu dibakar. merusak sifat kimia tanah.
Kondisi ini akan
Setelah i t u lahan sudah siap u n t u k ditanami.
Tabel 9.
Rata-Rata Luas Tanam, Produksi, dan Penggunaan Prod u k s i Usahatani Jagung d i Kecamatan Amarasi dan Kecam a t a n Kupang Timur Kecamatan
..........................
Uraian
Kupang Timur (n=29)
Amarasi (n=31) Luas Tanarn (rt/ha)
0.96
Produksi ( kg/rt ) (kg/ha)
1 759.62
Konsumsi (kg/rt)
1 192.59
Keterangan : n rt
=
0.66
1 243 - 6 0 1 888.20
1 838-50
692.45
Total (n=60)
0.81 1 279.31 1 855.70 960 - 85
jumlah responden
= rumahtangga
Penanaman dilakukan dengan sistem tugal y a i t u sebanyak 5-6 bijillubang dengan jarak tanam 1 x 1 m2. Benih yang digunakan diperoleh dari jagung y a n g dipanen m u s i m sebelumnya.
Hal i n i rnenunjukkan b a h w a petani
dalam usahatani jagung belum menggunakan saprodi (sarana produksi pertanian) secara efisien. Biaya yang dikeluarkan seiama usahatani jagung hanya bersumber pada tenaga keluarga, benih dan lahan. Dorosh ( 1 987) melaporkan b a h w a u m u m n y a biaya usahatani jagung d i pedesaan Indonesia bersumber pada tenaga kerja keluarga dengan kebutuhan tenaga kerja 9 0 - 1 0 0 oranglha. Dalam analisis biaya d a n pendapatan usahatani jagung tenaga keluarga dikonversi berdasarkan upah buruh yang berlaku d i luar usahatani, y a i t u sebesar Rp 3 000,-Ihari, 1 0 0 000,-Ihalthn.
sedangkan s e w a lahan diasumsikan seharga Rp
M e n u r u t Gittinger ( 1 986). jika jumlah hari kerja di luar
usahatani harus berkurang agar tenaga kerja keluarga d a p a t i k u t serta d a l a m usahatani, m a k a biaya pekerja keluarga sama d e n g a n u p a h d i luar usahatani.
Analisis biaya d a n pendapatan usahatani jagung pada kedua
lokasi penelitian disajikan p a d a Tabel 10. Tabet 10. Analisis Rata-Rata Biaya d a n Pendapatan Usahatani Jag u n g Selama S a t u Tahun di Kecarnatan Amarasi d a n Kecamatan K u p a n g T i m u r Amarasi
Biaya dan pendapatan
------------Satuan
A. Biaya Produksi 1. Pengolahan - TK keluarga 2. Penanaman -TKkeluarga 3. Penyiangan - TK keluarga 4. Biaya Panen - TK keluarga 5. Benih (kg) 6. Sewa Lahan Total A 3 . Penerimaan/ Produksi jagung C. Pendapatan D. Revenue/Cost
(Rp)
Kupang Timuz
-------------Satuan
Total
-------------
( ~ p ) Satuan
(Rp)
26.38
79 140
21.90
6 5 700
24.22
72 660
6.16
18480
5.69
17 070
5.93
17 970
19.84
59 520
15.10
45 300
17.55
52 650
14.93 98.41
44 55 96 353
790 740 000 670
11.00 58.44
962 494 608 824 2.72
33 5 66 232
000 705 000 775
13.03 67.49
654 547 421 772 2.81
39 45 81 308
090 330 000 700
812 480 503 780 2.63
Keterangan : T k = tenaga keluarga Berdasarkan d a t a pada Tabel
10,
Rasio RIC pada
Kecamatan
A m a r a s i d a n Kecamatan Kupang T i m u r masing-masing 2 . 7 2 d a n 2.81. Rasio RIC pada kedua lokasi penelitian sebesar 2.63. Hal ini rnenunjukkan b a h w a usahatani jagung d i K u p a n g r n e n g u n t u n g k a n secara ekonomi, w a l a u p u n usahatani tersebut m a s i h dilakukan secara tradisional.
Rata-rata
p e n d a p a t a n dari usahatani jagung p a d a k e d u a lokasi penelitian sebesar
R p 5 0 3 780,-/thn/rt.
Kontribusi usahatani jagung terhadap rata-rata penerirnaaan rumaht a n g g a setiap tahun lebih tinggi pada Kecamatan Amarasi dibandingkan dengan Kecamatan Kupang Timur, y a i t u berturut-turut sebesar 4 2 . 0 5 % dan 3 1 .19%. Secara total, rata-rata kontribusi usahatani jagung sebesar 3 5 . 5 2 % dan merupakan sumber penerimaan rumahtangga terbesar dibandingkan dengan sumber penerimaan rumahtangga yang lain (Tabel 111. Berarti kontribusi usahatani jagung d i Kupang rebatif sangat tinggi dibandingkan J a w a dan luar Jawa.
M e n u r u t Sudaryanto dkk. ( 1 9 9 4 ) partisipasi
rurnahtangga dalam mengkonsumsi jagung pipilan d i pedesaan J a w a dan Tabel 1 1 . Analisis Konstribusi Berbagai Surnber terhadap Rata-Rata Penerirnaan Rumah Tangga/Tahun d i Kecamatan Arnarasi dan Kecamatan Kupang Tirnur Amarasi
Su&er
A. Ueahatani 1. T. Pangan
Kupang Timur
--------------
---------------
Nilai ( R p )
Nilai
Peneri-an
%
( ~ p )
Total
--------------Nilai (Rp)
%
%
2
1
-
Ja9-g Padi - Hortikultura 2. Ternak 3 . Perkebunan 4. Kehutanan B. Non Usahatani C. Total (A+B) 2
-
--
Keterangan : -
=
tidak ada penerimaan rurnahtangga
luar J a w a pusat produksi dan b u k a n p u s a t produksi jagung, berturut-turut sebesar
1 7 . 1 %, 28.2%.
dan 4.1 %.
Tingginya kontribusi usahatani
jagung terhadap rata-rata penerimaan rumahtangga karena jagung merupak a n makanan p o k o k dan tersedianya iahan yang kannya usahatani tersebut.
mendukung
dilaku-
Penerimaan
rumahtangga,
juga
bersumber dari
usahatani padi,
kacang tanah, hortikultura (sayur kol, sawi, dan semangka) dan usahatani ternak (sapi dan babi) pada kedua [okasi penelitian.
Sedangkan usahatani
perkebunan seperti kelapa dan kehutanan (kemiri) hanya terdapat pada daerah Amarasi. Kontribusi usahatani jagung sangat berpotensi u n t u k dapat ditingk a t k a n melalui penerapan intensifikasi pertanian seperti penggunaan pupuk d a n pengolahan tanah y a n g baik.
Partohardjona d k k . (1994)melaporkan
b a h w a dengan pola tanam introduksi { t u m p a n g sari jagung, kacang tanah, dan u b i k a y u ) dapat meningkatkan hasil jagung dan pendapatan petani. Penelitian y a n g dilakukan d i Camplong,
Kecamatan Fatuleu Kabupaten
Kupang rnenunjukkan b a h w a dengan pola tanam introduksi diperoleh hasil jagung sebesar 1.91-2.53 ton/ha, sedangkan dengan cara petani hasilnya berkisar 0 . 6 0 - 2 . 5 3 t o n h a .
Namun kendala dalam penerapan intensifikasi
ini adalah masih rendahnya tingkat pendidikan petani.
Hasil penelitian
m e n u n j u k k a n b a h w a rata-rata pendidikan petani tefgolong
rendah y a i t u
sebesar 6 5 . 0 % berpendidikan sekolah dasar dan hanya 2 8 . 3 %
berpendi-
dikan SLTP dan SLTA (Tabel Larnpiran 2). Analisis Biaya Penyimpanan Jagung Analisis biaya penyimpanan jagung d i tingkat petani pada Kecam a t a n Amarasi dan Kecamatan Kupang Timur dilakukan terhadap biaya t e t a p d a n biaya tidak tetap dalam penyimpanan jagung d i kedua lokasi tersebut.
Biaya tetap, y a i t u biaya bangunan yang terdiri dari biaya atap,
dinding, tiang, dan balok. tahun,
dengan
Amarasi,
biaya
Bangunan ini diperkirakan tahan selama empat
bangunan dalam
Kupang Timur,
satu tahun
untuk
dan secara t o t a l berturut-turut
R p 3 0 086,-, dan Rp 2 5 856,-.
Kecamatan
Rp 2 1
899,-
Biaya tidak tetap adalah alokasi biaya
Susut b o b o t selama penyim-
terhadap susut b o b o t selama penyimpanan.
panan d i h i t u n g berdasarkan susut b o b o t pada simulasi penyimpanan yang dilakukan d i Kupang.
Susut b o b o t dikonversi dengan menggunakan harga
pasar masing-masing Rp 500,-, Rp 600,- dan Rp 700,- u n t u k kuartal pertama, kedua dan kuartal ketiga. Hasil analisis penyimpanan jagung disajikan pada Tabel 12. menunj u k k a n b a h w a jurnlah biaya penyimpanan setiap bulan masih tergolong rendah pada kuartal pertama dibandingkan dengan kuartal kedua dan ketiga.
Biaya penyimpanan per k g meningkat m e n g i k u t i lama penyim-
panan, dan pada bulan kelima terlihat b a h w a biaya penyimpanan jagung p e r k g sudah tergolong tinggi y a i t u R p 40.40Ikg d i Kecamatan Amarasi d a n Rp 4 3 . 2 9 t k g d i Kecamatan Kupang Timur. Tabel 12. Analisis Biaya Penyimpanan Jagung dalam Setiap Bulan Selama S a t u Tahun d i Kecamatan Amarasi dan Kecamat a n Kupang Timur Amarasi
Lama Penyimpanan (Bulan)
--------------Biaya (Rp) Tiap --------------Bulan
kg
Kupang Timur
Total
----------------
----------------
Biaya
----------------
(Rp) Tiap
--------------Bulan
kg
Biaya
Eulan
(RpJ Tiap kg
Tingginya
biaya penyimpanan per
k g tersebut
disebabkan oleh
peningkatan susut b o b o t dan penurunan jumlah jagung yang disimpan. Jumlah jagung pada a w a l penyimpanan d i Kecamatan Amarasi, Kupang Timur, dan secara total masing-masing 1 2 9 1 .OO kg, 7 5 0 . 8 9 kg, dan 1 028.34 k g (Tabel 9).
Jumlah jagung dalam penyimpanan akan berku-
rang setiap bulan karena dikonsumsi sebagai makanan pokok.
Dorosh
dkk. ( 19 8 7 ) melaporkan bahwa konsumsi jagung per kapita paling tinggi di Nusa Tenggara Timur dibandingkan
dengan daerah lain d i Indonesia.
Komsumsi jagung d i Nusa Tenggara Timur per kapita per m i n g g u sebesar 1 0 1 7 g, sedangkan D. I. Yogyakarta,
untuk daerah J a w a Tengah, J a w a Timur, Sulawesi,
dan Nusa Tenggara Barat hanya berkisar 1 1 2 - 7 9 6 g l
kapita/rninggu. Kehilangan hasil dalam penyimpanan belum mendapatkan perhatian petani, karena selama penelitian betum ditemukan adanya usaha-usaha u n t u k rnengendalikan serangan hama ' f u f u k ' y a n g disebabkan o l e h Sirophi/us zeamais M o t s c h . dalam penyimpanan.
Hal ini disebabkan oleh adanya
anggapan b a h w a dengan cara penyimpanan yang mereka lakukan akan t a h a n sampai m u s i m panen berikutnya.
Dengan adanya hama ' f u f u k ' ini
m e n u n j u k k a n b a h w a penanganan pascapanen sangat perlu dilakukan, t e r u t a m a menghilangkan sumber infestasi hama sebelum penyimpanan. Disamping itu, untuk merubah anggapan petani t e n t a n g penyimpanan
jagung y a n g aman selama setahun, perlu dilakukan
penyuluhan
m e n g e n a i arti penting kehilangan hasil selama penyimpanan y a n g disebabk a n oleh kontaminasi cendawan dan hama, terutama oleh hama ' f u f u k ' y a n g disebabkan oleh S. zearnais.
Hama ' f u f u k ' ini telah m e n y e r a n g
jagung sejak d i pertanaman, terutama pada w a k t u pengeringan, sehingga d a p a t t e r b a w a k e t e m p a t penyimpanan.
Aspek Lingkungan Biologi Penyirnpanan J a g u n g D i Tingkat Petani Hasil penelitian penyimpanan jagung d i tingkat petani menunjukkan b a h w a jagung yang disimpan petani telah diserang oleh serangga harna, baik d i Kecamatan Arnarasi maupun d i Kecarnatan Kupang Timur.
Spesies
serangga dominan pada kedua lokasi penelitian adalah Sitophilus
zeamais
M o t s c h . dengan rata-rata populasi imago 250 e k o r l k g d i Kecamatan Arnarasi dan 21 9 ekor/kg d i Kecarnatan Kupang Timur (Tabel 13). Tabel 13.
Populasi Tiap Spesies Imago Serangga pada Jagung y a n g Disimpan dalam Bentuk Tongkot di Tingkat Petani, d i Kecamatan Amarasi dan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
*'
Populasi (ekor/kg>
Serangga
Lokasi
Amarasi
Sitophilus zeamais Motsch. (Curculiunidae) Tribolium castaneum Herbst (Tenebriunidae) Cryptoletes sp (Cucuj idae) Palorus sp (Tenebrionidae) Carpop&lus s p . (Nitidulidae)
.
.
Heterobos~chusaequalis W. Total Kupang Timur
(Bostrichidae)
Sitophilus z - i s Motsch. (Curculionidae) T r i b o L i ~castaneum ~ Herbst (Tenebrionidae) Palorus sp (Tenebrionidae) Cryptoletes sp. (Cucujidae) CZupophilus sp. (Nitidulidae)
.
Total
Keterangan : *I = rata-rata dari 3 ulangan Berdasarkan
Tabel
13, nampak
bahwa
terdapat
enam
spesies
serangga yang ditemukan pada lokasi penelitian setelah penyimpanan jagung sekitar ernpat bulan.
Kehadiran spesies serangga dalam penyim-
panan jagung d i tingkat petani ternyata telah menyebabkan kerusakan c u k u p serius, n a m u n ha1 ini oleh petani belum mendapatkan perhatian.
S u s u t b o b o t y a n g terjadi setelah penyimpanan jagung sekitar empat bulan d i tingkat petani berkisar 12.65-21.54%.
Rata-rata s u s u t bobot di
Kecarnatan Arnarasi dan Kecarnatan Kupang Timur berturut-turut 18.57% dan 1 6 . 2 1 %.
Susut b o b o t tersebut tergokong sangat tinggi, jika diban-
dingkan dengan susut b o b o t yang diperkenankan
d i Indonesia
yaitu
sebesar 1 .O-1.5% (Syarief dan Irawati, 1 9 8 8 ) . Susut bobot jagung dalam penyirnpanan yang sangat tinggi antara lain disebabkan oleh tingginya populasi S. zeamais yang merupakan hama primer jagung dalam penyimpanan (Tabel 1 3 ) dan tingginya butir rusak, yaitu 3 3 . 5 3 % d i Kecamatan Amarasi dan 3 0 . 4 5 % d i Kecamatan Kupang Tirnur. Hasil indentifikasi cendawan y a n g menyerang jagung d i Kecamatan Arnarasi dan Kecamatan Kupang Tirnur, menunjukkan adanya beberapa spesies c e n d a w a n yang dapat menghasilkan toksin seperti Aspergillus flavus Link, Penicillium citrinurn Thom, d a n R islandicum Sopp (Tabel 1 4 ) . Rata-rata populasi spesies cendawan yang ditemukan tergolong rendah, y a i t u berkisar 1.5-1 6 0 . 0 cfu/g.
Rendahnya populasi spesies cendawan ini
disebabkan oleh rendahnya kadar air jagung pada kedua lokasi penelitian. Rata-rata
kadar air jagung pada
Kecarnatan Arnarasi
Kupang Timur masing-masing 1 2 . 2 7 % d a n 12.32%. tersebut sangat ditunjang oleh iklirn (R,)
dan
Kecamatan
Rendahnya kadar air
d i Kupang yang sangat kering.
Hal i n i sesuai dengan pendapat Hall ( 19 7 0 ) , yang rnengemukakan b a h w a jagung dengan kadar air lebih rendah dari 1 3 % akan menghambat pertumb u h a n sebagian besar mikroorganisrne, sedangkan pada kadar air di b a w a h 7 0% sebagian besar mikroorganisrne tidak dapat rnenyelesaikan siklus
hidupnya.
M e n u r u t Pitt dan H o c k i n g (1 985), kadar air bahan atau produk
y a n g disirnpan akan mempengaruhi daya tahan bahan terhadap serangan mikroorganisme yang dinyatakan dengan A,.
( w a t e r activity) y a i t u jumlah
air bebas dalam bahan yang dapat digunakan oleh mikroorganisme u n t u k pertumbuhannya. Tabel 14.
Populasi Tiap Spesies Cendawan pada Jagung yang Disirnpan dalam Bentuk Tongkol d i Tingkat Petani, d i Kecamatan Amarasi dan Kupang Timur, Kabupaten Kupang
Lokasi
Cendawan
Amaras i
Populasi (cfu/g)* )
Aspergill us f l a w s Link A. penicilloides Spegazzini A. tamarii Kita Cladosporium cladosporioides Link Bdomyces fibuligera Lindner Euro tium cheval ieri Mangin E. repens de Bary Penicillium ci trinum Thorn P - islandicum Sopp Penicillium sp.
Kupang Timur
160.0 16.5 6.5
3.0 46.5
25.0 16-5 16-5 18-5 1.5
Aspergill us flavus Link A. tamarii Kita Cladosporium cladosporioides Link Euro tiurn chevalieri Mangin
5.0
-
18 0
E. repens de Bary Penicillium ci trinum Thorn P.
Keterangan :
*'
12-5
23.0
islandicum Sopp
27.5
= rata-rata dari 3 ulangan
Pengaruh Varietas d a n Cara Penyimpanan terhadap Kualitas J a g u n g Hasil pengamatan s p e s ~ e s serangga selama penyimpanan jagung pada varietas Arjuna dan varietas Harapan dengan menggunakan cara penyimpanan dslam bentuk tongkol,
penyimpanan jagung
pipil dalam
k a r u n g g o n i dan karung plastik d i Kelapa Lima Kupang ditemukan tujuh s pesies serangg a yaitu Sitophilus zeamais, Tribolium castaneum, Anisop-
teromalus calandrae Herbst (Tenebrionidae), Carpophilus sp., Palorus s p . , Cryptolestes
sp.,
Rhyzopertha
dan
(Gambar Lampiran 6).
dominica
Fabricius
(Bostrichidael
Cryptolestes sp. hanya ditemukan pada bulan
kedua d a n Carpophilus sp. hanya ditemukan pada bulan pertama.
Palorus
sp. d i t e m u k a n pada bulan kedua dan ketiga, sedangkan spesies serangga lainnya ditemukan pada varietas Arjuna dan Harapan serama penyimpanan.
Palorus sp. merupakan hama minor pada serealia d a n produk-produk serealia, dan sering berassosiasi dengan
S. zeamais.
Demikian halnya
d e n g a n A. calandrae dapat berassosiasi dengan beberapa hama penyimpanan,
khususnya S.
zeamais,
Callosubruchus spp.
(Bruchidae),
dan
Lasioderma serricorne Fabricius (Anobiidael. Serangga A . calandrae juga m e r u p a k a n parasit larva S. zeamais. H a m a sekunder y a n g ditemukan adalah T: castaneum dan Crypto-
Iestes sp.
7: castaneum bersifat kanibal dan juga merupakan predator
c e n d a w a n seperti Plodia interpunctella, Ephestia cautella, d a n Corcyra
cephalonica.
Sedangkan spesies Carpophilus sp. sering sebagai v e k t o r
c e n d a w a n dan bakteri baik dalam penyimpanan maupun d i lapang.
Keha-
d i r a n spesies ini dalam penyimpanan dapat digunakan sebagai indikator pengeringan bahan yang tidak sempurna.
Hama penting y a n g ditemukan
setama penyimpanan adalah S. zeamais dan R. dominica.
R. dominica
m e r u p a k a n hama penting biji-bijian yang belum diolah (NRI, 1991; Syarief d a n Hatid, 1993) M e n u r u t NRI (1991). S. zeamais merupakan h a m a primer pada jagung dalam penyimpanan dan juga sering ditemukan menyerang biji jagung d i pertanaman.
Dalam percobaan yang dilakukan spesies d o m i n a n
yang ditemukan adalah S. zearnais dengan populasi imago berkisar 3 4 . 6 7 5 3 9 . 3 3 ekorlkg, kemudian diikuti oleh A. calandrae dengan populasi imago berkisar 7 . 0 0 - 3 1 .OO ekorlkg selama penyimpanan (Tabel 15) Tabel 1 5 .
Spesies/ Perlakuan
Populasi Tiap Spesies Serangga pada Jagung Varietas Arjuna dan Varietas Harapan yang Disimpan dengan Cara Penyimpanan yang Berbeda
Rata-Rata Populasi Imago (ekor/kg) Bulan ke
............................................ 2
1
Si tophilus zeamais Motsch. VIAl V1A2 V1A3
VzA1 V2A2 V2A3
(Curculionidae)
1 6 2 67 110-00 88 - 0 0 204.67
-
539.33 349.67 149.33 416.67
92.33 66.00
388.33 104 67
-
Anisopteromal us calandrae Howard Vl Al
V1A2 V1A3 V2A1 V2A2 V2A3
3.67 3 -00 1.67 3.33 3.00 1.33
Rhyzopertha dominica Fabricius VIA1 VlA2 V1A3 V2Al V2A2 V2A3
1.33 2.00 1 33 1.33 1.67 1.33
-
(~teromalidae) 3 1-00 18-33 1-00 22 -00 8.33 2 -00
(Bostrichidae) 3.67 6.00 3-33 2.00 3.00 3.00
3
L a n j u t a n Tabel 15
Spesies/ Perlakuan
Rata-Rata Populasi Imago (ekor/kg) Bulan ke
............................................ 1
2
3
Palorus sp. {Tenebrionidae) VIAl VlA2 V1A3 V2 V2A2 V2 A3
0 0 0 0 0 0
Cryptolestes sp . (Cucuj idae) VIAl 0 VlA2 0 V1A3 0 V2Al 0 -J2A2 0 V2 A3 0
Carpophilus sp.
(Nitidulidae) 0.67 0.67 0.33 0.33 0.67 0.67
VIA1 v1A2 V1A3 V2A1 V2A2 V2 A3
Keterangan : V, = varietas Arjuna V, = varietas Harapan
Hasil analisis r a g a m
A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanandalam bentuk tongkol
m e n u n j u k k a n adanya p e n g a r u h n y a t a d a r i c a r a
p e n y i r n p a n a n t e r h a d a p p o p u l a s i i m a g o S. zeamais s e l a m a penyirnpanan, s e d a n g k a n interaksi antara varietas d a n cara p e n y i m p a n a n h a n y a berpen g a r u h n y a t a pada b u l a n k e d u a (Tabei L a m p i r a n 3 ) . H a l ini b e r a r t i b a h w a c a r a p e n y i m p a n a n tebih b e r p e r a n d a l a m m e n e n t u k a n p e r k e m b a n g a n S. zeamais d i b a n d i n g k a n d e n g a n varietas jagung.
Populasi i m a g o S. zeamais
s e l a m a p e n y i m p a n a n p a l i n g r e n d a h d i t e m u k a n pada p e r l a k u a n d e n g a n c a r a p e n y i r n p a n a n dalarn b e n t u k t o n g k o l d a n m e n u n j u k k a n p e r b e d a a n y a n g
n y a t a dengan cara penyimpanan lainnya (Tabel 16). i m a g o S.
Rendahnya populasi
zeamais pada jagung dengan cara penyimpanan dalam bentuk
tongkol,
kemungkinan
terhadap biji jagung.
kulit
tongkol
mempunyai
kemampuan
proteksi
Kulit tongkol dalam ha1 i n i berperan sebagai kemasan
terhadap biji jagung. sehingga dapat menghambat infestasi S. zeamais. Tabel 1 6 .
Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Populasi Imago S. zeamais pada Varietas yang Berbeda dan Uji BNJ
Populasi Imago S. zeamais (ekor/kg) Bulan ke
...............................................
perlab-
1
2
3
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. Preferensi hama
S. zeamais terhadap varietas jagung y a n g dicoba-
k a n hanya menunjukkan perbedaan y a n g n y a t a setelah tiga bulan p e n y i m panan.
Secara u m u m selama penyimpanan populasi imago S. zeamais
l e b i h t i n g g i pada varietas Arjuna dibandingkan dengan varietas Harapan (Tabel 17).
Hal ini rnenunjukkan b a h w a varietas Arjuna lebih disukai d a n
d a p a t m e n d u k u n g pertumbuhan dan perkembangan S. zeamais selama penyimpanan jagung, ( 1 5.89%)
walaupun kadar air a w a l jagung varietas Arjuna
lebih rendah dari varietas Harapan, y a i t u 18.05%.
Setelah tiga bulan penyimpanan populasi S. zeamais menurun, baik pada varietas Arjuna, m a u p u n pada varietas Harapan d a n m e n u n j u k k a n
adanya perbedaan yang nyata.
Penurunan populasi tersebut antara lain
disebabkan oleh tingginya poputasi parasit A. calandrae pada dua bulan penyimpanan.
Selain itu, juga
disebabkan oleh persaingan antara S.
zeamais terhadap makanan, karena setelah tiga bulan penyimpanan jagung telah mengalarni kerusakan yang berat.
Hal ini nampak pada tingginya
susut b o b o t baik pada varietas Arjuna (3.66%), maupun varietas Harapan
(3.11Yo). Tabel 17.
Perlakuan
Pengaruh Varietas terhadap Populasi I m a g o S. zeamais pada Cara Penyimpanan y a n g Berbeda d a n Uji BNJ
Populasi Imago S . zeamais (ekor/kg) Bulan ke ............................................. 0
Varietas Arjuna Varietas Harapan
I
7.00
120.22
12.00
21.00
3
2
346.11
286.89 b
303 -22
198 - 6 7 a
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. Tingginya populasi imago S. zeamais pada jagung selama penyimp a n a n antara lain karena jagung yang digunakan telah terinfestasi S. zeamais sejak di pertanaman. Rata-rata populasi i m a g o S. zeamais pada a w a l penyirnpanan u n t u k varietas Arjuna 7 ekor/kg d a n 12 e k o r l k g pada variet a s Harapan. Pertumbuhan populasi S. zeamais selama penyimpanan, juga d i i k u t i o l e h peningkatan susut b o b o t dan persentase kerusakan. Susut b o b o t jagung varietas Arjuna dan varietas Harapan pada berbagai cara penyimpanan rneningkat selama penyimpanan.
Susut b o b o t
terendah diternukan pada varietas Harapan yang disimpan dalam bentuk t o n g k o l (V,A,)
dan masih tahan sampai dengan tiga b u l a n penyimpanan
(Gambar 9). berdasarkan susut b o b o t y a n g dibolehkan, y a i t u 1 .O-1 .5%.
Keterangan : V, = varietas Arjuna V, = varietas Harapan
A , = penyimpanan dengan karung goni A, = penyirnpanan dengan karung plastik A, = penyirnpanan dalam bentuk tongkol
G a m b a r 9. P e n g a r u h Varietas d a n Cara P e n y i m p a n a n S u s u t B o b o t J a g u n g Selama P e n y i m p a n a n
terhadap
Cara p e n y i m p a n a n b e r p e n g a r u h n y a t a t e r h a d a p s u s u t b o b o t selama penyimpanan,
s e d a n g k a n p e r l a k u a n varietas h a n y a b e r p e n g a r u h n y a t a
p a d a d u a b u l a n p e n y i m p a n a n (Tabel L a m p i r a n 4).
Rata-rata s u s u t b o b o t
d a n Uji BNJ disajikan p a d a Tabel 18. m e n u n j u k k a n b a h w a p e n y i m p a n a n jagung varietas Harapan dengan berbagai cara penyimpanan dapat tahan s e l a m a d u a bulan, s e d a n g k a n v a r i e t a s A r j u n a h a n y a t a h a n selama s a t u bulan,
berdasarkan susut
(Syarief d a n I r a w a t i , 1988).
bobot
yang
diperkenankan
yaitu
1 .O-1 .5%
Tabel 18.
Pengaruh Varietas t e r h a d a p S u s u t B o b o t P e n y i m p a n a n y a n g Berbeda d a n Uji B N J
Rata-Rata Susut Bobot
(%)
pada
Cara
Bulan ke
....................................
Perlakuan
Varietas Arjuna
3
2
1
(V1)
0.89
2.09 b
3.66
Varietas Harapan (V21
0-72
1.14 a
3.11
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. P e r s e n t a s e k e r u s a k a n j a g u n g y a n g disebabkan o l e h h a m a S. zeamais b e r v a r i a s i d a n m e n i n g k a t selama
penyirnpanan.
l n t e r a k s i antara
v a r i e t a s d a n cara p e n y i m p a n a n h a n y a b e r p e n g a r u h n y a t a t e r h a d a p persentase
kerusakan jagung
setelah
dua
b u l a n penyimpanan,
sedang cara
p e n y i m p a n a n berpengaruh n y a t a sejak b u l a n p e r t a m a p e n y i m p a n a n (Tabel L a m p i r a n 5). Rata-rata persentase k e r u s a k a n
d a n Uji B N J disajikan p a d a
Tebel 19, m e n u n j u k k a n b a h w a p e r s e n t a s e kerusakan o l e h S. zeamais l e b i h r e n d a h p a d a varietas Harapan d a n berbeda n y a t a d e n g a n v a r i e t a s A r j u n a p a d a 2-3 b u l a n p e n y i m p a n a n . Tabel 19.
Pengaruh Varietas t e r h a d a p Persentase Kerusakan J a g u n g o l e h S. zeamais pada Cara P e n y i m p a n a n y a n g Berbeda d a n U j i B N J
Rata-Rata K e ~ s a k a n( % )
Perlakuan
Jagung Bulan ke
-----------------------------------------1
Varietas Ar juna (V1) Varietas Harapan (V2)
2
3
3.93
10.37 b
18.19 b
3.90
7.22 a
9.40 a
-
-
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05.
But-"
Gambar lOc.
k-
Suaut Bobot
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyirnpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalarn bentuk tongkol
G a ~ n b a r10. Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Populasi Imago S. zeamais, Persentase Kerusakan, dan Susut Bobot Jagung
Perubahan populasi i m a g o S. zeamais
A . calandrae dengan r = 0 . 7 2 .
diikuti o l e h perubahan populasi parasit A. calandrae selama penyimpanan (Gambar 7 t ). M e n u r u t Pedersen ( 1 9 9 2 ) ada e m p a t m u s u h alami S. zeamais dalam p e n y i m p a n a n , y a i t u Scenopinus fenistralis L., Anisopteromalus calandrae Howard,
Lariophagus distinguendus Forster.
Westwood,
s e d a n g k a n Natural
Research
Institute
b a h w a parasit larva S. zeamais ada tiga, y a i t u d a n L . distinguendus.
dan
Choetospi/a elegans ( 1 9 9 1 ) melaporkan
A. calandrae,
C. elegans,
Dalam percobaan ini d i t e m u k a n A. calandrae y a n g M e n u r u t W e n d k k . (19941, A.
r n e r u p a k a n parasit larva dari S. zeamais.
ca/andrae lebih e f e k t i f rnenekan populasi S. zeamais pada jagung diband i n g k a n d e n g a n parasit C. elegans.
Press d k k . (1 9 8 4 ) merekomendasikan
p e n g g u n a a n 2 0 pasang i m a g o A. calandrae u n t u k mengendalikan harna S. oryzae p a d a p e n y i m p a n a n beras dengan luas g u d a n g 4 4 . 7 m3. S u h u d a n kelembaban relatif (R,)
ruang p e n y i m p a n a n selama sirnu-
lasi p e n y i m p a n a n b e r t u r u t - t u r u t 27.0-32.S0C d a n 59.0-78.0%.
kondisi
s e p e r t i itu t e r n y a t a sesuai u n t u k perturnbuhan d a n p e r k e m b a n g a n populasi S. zeamais.
H a l ini sesuai dengan
b a h w a k o n d i s i s u h u 30°C d a n R, p e l e t a k a n telur, zeamais.
Throne (1994) yang melaporkan
7 5 % m e r u p a k a n kondisi o p t i m a l u n t u k
p e r t u m b u h a n d a n perkembangan larva d a n i m a g o S.
M e n u r u t Soekarna (19 7 7 ) ,
keadaan o p t i m u m u n t u k perkem-
b a n g b i a k a n k u m b a n g S. zeamais adalah pada s u h u
90%. d e n g a n s u h u m i n i m u m 17OC
28O d e n g a n R, 7 5 -
d a n rnaksimum 34OC, d a n
biji m i n i m u m 1 1 . 4 % d a n m a k s i m u m 1 6 % .
kadar air
Pada kadar air biji d i b a w a h
m i n i m u m , u m u m n y a telur tidak rnenetas, sedangkan bila d i atas kadar air biji m a k s i m u m , p e n e t a s a n telur a k a n terlambat.
0
1
z?
3
Bulan k e
Gambar I 1a. Hubungan Populasi lmago S. zeamais, Varietas. Cara Penyimpanan. dan Lama Penyimpanan (Bulan)
Gambar 11 b. Hubungan Populasi Imago A. calandrae. Varietas, Cara Penyimpanan. dan Lama Penyimpanan (Bulan) Keterangan : A , = A2 = A3 = V, =
penyirnpanan dengan karung goni penylmpanan dengan karung plastik penylrnpanan dalam bentuk tongkol varietas Arjuna V, = varietas Harapan
Garnbar 1 1 . Pengaruh Varietas J a g u n g d a n Cara P e n y i m p a n a n terhadap Populasi l m a g o S. zearnais d a n l m a g o Parasit A. calandrae
H a s i l analisis p r o f i l m e n u n j u k k a n b a h w a t i d a k ada p e n g a r u h n y a t a d a r i i n t e r a k s i antara l a m a p e n y i m p a n a n (bulan), varietas, d a n cara p e n y i m p a n a n t e r h a d a p p o p u l a s i i m a g o S. zeamais, s u s u t b o b o t , d a n persentase k e r u s a k a n oteh S. zeamais. U j i keberirnpitan m e n u n j u k k a n b a h w a interaksi c a r a p e n y i r n p a n a n d e n g a n varietas h a n y a b e r p e n g a r u h n y a t a t e r h a d a p p o p u l a s i i m a g o S. zeamais, sedangkan cara p e n y i r n p a n a n d a n varietas m a s i n g - m a s i n g berpengaruh terhadap s u s u t b o b o t d a n persentase kerus a k a n o l e h S. zeamais (Tabel Lampiran 6 ) . H a l ini m e m b u k t i k a n b a h w a y a n g b e r p e r a n secara n y a t a terhadap p e n i n g k a t a n s u s u t b o b o t d a n persent a s e k e r u s a k a n b i j i j a g u n g adalah cara p e n y i m p a n a n d a n varietas. Rata-rata p o p u l a s i i m a g o S. zeamais karena p e n g a r u h i n t e r a k s i cara p e n y i m p a n a n d a n varietas selarna p e n y i m p a n a n t e r e n d a h terjadi p e r l a k u a n V,A,,
kemudian diikuti oleh perlakuan V,A3 dan rnenunjukkan
p e r b e d a a n n y a t a d e n g a n perlakuan l a i n n y a (Tabel 20). Tabel 20.
Perlakuan
pada
Rendahnya popu-
U j i Keberimpitan Pengaruh l n t e r a k s i Cara P e n y i m p a n a n d e n g a n Varietas terhadap Populasi I m a g o S. zeamais u n t u k Seluruh W a k t u Pengamatan, s e r t a U j i BNJ
Populasi Imago S .
zeamais
(ekor/kg)
Keterangan : V, = varietas Arjuna A, = penyimpanan dengan karung goni V, = varietas Harapan A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang dylkutl huruf yang perbedaan nyata pada taraf 0.05
lasi p a d a k e d u a p e r l a k u a n tersebut,
menunjukkan bahwa penyimpanan
j a g u n g d a l a m b e n t u k t o n g k o l l e b i h b a i k d a l a m m e n e k a n p o p u l a s i S. zea-
mais d i b a n d i n g k a n d e n g a n p e n y i m p a n a n j a g u n g pipil d a l a m k a r u n g g o n i d a n k a r u n g plastik selama w a k t u p e n g a m a t a n .
Hal ini sesuai d e n g a n hasil
p e n g a m a t a n p o p u l a s i i m a g o S. zeamais, persentase kerusakannya, d a n s u s u t b o b o t p a d a berbabagai c a r a p e n y i m p a n a n (Tabel 21 ) . Tabel 2 1 .
Perlakuan
U j i Keberimpitan P e n g a r u h Cara P e n y i m p a n a n t e r h a d a p Populasi I m a g o S. zeamais, Persentase Kerusakan, d a n S u s u t B o b o t p a d a Varietas Berbeda u n t u k S e l u r u h W a k t u Pengamatan, serta U j i B N J
Populasi (ekor/kg)
Kerusakan
Susut Bobot
(%I
(%)
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada tiap lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. R e n d a h n y a p o p u l a s i i m a g o S. zeamais pada j a g u n g y a n g d i s i m p a n d a l a m b e n t u k tongkol, juga d i i k u t i o l e h r e n d a h n y a p e r s e n t a s e k e r u s a k a n dan susut b o b o t dibandingkan dengan penyimpanan jagung pipil dalam k a r u n g g o n i d a n k a r u n g plastik.
H a l ini m e n u n j u k k a n b a h w a k u l i t t o n g k o l
j a g u n g dalarn p e n y i m p a n a n s a n g a t b e r p e r a n d a l a m m e n g h a m b a t p e r t u m b u h a n d a n p e r k e m b a n g a n S. zeamais.
H a l ini d i t u n j a n g o l e h E d e n ( 1 9 5 2 )
y a n g m e l a p o r k a n b a h w a p e n g g u n a a n varietas j a g u n g y a n g m e m p u n y a i kelobot penutup bulir yang panjang dan rapat dapat mengurangi infestasi
serangga k u m b a n g d i lapang dan d i penyimpanan.
Pada bulir yang kelo-
b o t n y a tidak menutupi bulir secara lengkap, frekuensi infestasi oleh S. zeamais n y a t a lebih tinggi.
Disamping itu, penyimpanan dalam bentuk
t o n g k o l yang diletakkan d i atas t u n g k u dapur (cara penyimpanan petani) dapat menghambat pertumbuhan d a n perkembangan S. zeamais karena adanya asetaldehid, karbon aktif, dan benzo a pyrene dapur.
dari asap t u n g k u
M e n u r u t Winarno dkk. ( 1 980) k a y u keras yang digunakan pada
pengasapan daging dan ikan mengandung bahan-bahan p e n g a w e t kimia y a n g berasal dari pembakaran selulosa dan tignin, seperti formaldehid, asetaldehid, d a n asam-asam karboksilat. Hal yang sama akan terjadi pada dapur tradisional yang rnasih menggunakan bahan bakar kayu. Rata-rata populasi S. zeamais, persentase kerusakannya dan susut b o b o t pada varietas Harapan lebih rendah dan berbeda n y a t a dengan variet a s Arjuna (Tabel 22). walaupun populasi S. zeamais pada a w a l penyimpanan lebih rendah pada varietas Arjuna (7 ekorlkg) dibandingkan dengan varietas Harapan (7 2 ekor/kg).
Hal tersebut menunjukkan b a h w a varietas
Harapan relatif agak tahan (resisten) terhadap S. zeamais dibandingkan d e n g a n varietas Arjuna.
Resistensi tersebut bersifat n o n preferensi,
karena ternyata pada varietas Harapan, S. zeamais juga dapat t u m b u h dan berkembang biak.
Resistensi n o n preferensi adalah gejala tidak disukainya
suatu varietas oleh serangga u n t u k makan, bertetur, dan sebagai tempat berlindung.
N o n preferensi varietas Harapan disebabkan kulit tongkolnya
lebih rapih dan rapat dibandingkan dengan varietas Arjuna. Selain harna, organisme perusak pascapanen yang p e n t i n g lainnya ialah c e n d a w a n .
Spesies c e n d a w a n yang diisolasi pada saat survai
penyimpanan jagung
ditingkat
petani
ditemukan
beberapa
cendawan
t o k s i n seperti Aspergillus flavus dan Penicillium citrinum. Oernikian halnya
Tabel 2 2 .
Uji Keberimpitan Pengaruh Varietas terhadap Populasi l m a g o S. zeamais, Persentase Kerusakannya, dan S u s u t B o b o t pada Cara Penyirnpanan y a n g Berbeda, U n t u k Seluruh W a k t u Pengamatan d a n Uji BNJ
Perlakuan
Varietas Arjuna Varietas Harapan
Populasi (ekor/kg) 251.07 a 207.63 b
Kerusakan
Susut Bobot
(%)
(a)
10.83 a 6.84 b
2 -21 a 1.66 b
Keterangan : Angka pada tiap lajur yang diikuti huruf yang berbeda rnenunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. p a d a a w a l penyimpanan, juga telah d i t e m u k a n adanya c e n d a w a n t o k s i n s e p erti Asp ergillus fla vus, Euro tium chevalieri, d a n Penicillium citfinum, n a m u n populasinya m a s i h t e r g o l o n g rendah, baik p a d a penyimpanan d i t i n g k a t p e t a n i m a u p u n pada jagung y a n g b a r u dipanen. Spesies c e n d a w a n d o m i n a n p a d a a w a l p e n y i m p a n a n u n t u k varietas Arjuna adalah Eurotium chevalieri M a n g i n d e n g a n rata-rata populasi 5 6 8 . 5 cfu/g, d a n p a d a varie-
t a s H a r a p a n adalah Penicillium citrinum T h o m dengan rata-rata populasi
2 6 3 3 . 0 c f u l g (Tabel 2 3 ) .
Rendahnya populasi c e n d a w a n tersebut dise-
b a b k a n kadar air jagung pada s a a t survai tergolong r e n d a h y a i t u rata-rata 1 2 . 2 7 % . d a n p a d a a w a l p e n y i m p a n a n rata-rata kadar air 15.89% u n t u k varietas Arjuna d a n 1 8 . 0 5 % u n t u k varietas Harapan.
H a l ini dapat terjadi
karena kondisi l i n g k u n g a n K u p a n g y a n g sangat kering. Setelah tiga b u i a n p e n y i m p a n a n diternukan e m p a t g e n u s c e n d a w a n . y a it u Aspergillus, Penicillium, Euro tiurn, dan Fusarium p a da s e m ua per1a k u a n (Gambar Lampiran 7 ) .
Rata-rata populasi spesies c e n d a w a n setelah
tiga b u l a n p e n y i m p a n a n m e n i n g k a t dan berkisar antara 5 0 . 0 - 1 8 x 1 0 ~c f u l g , d e n g a n sembilan spesies y a i t u AspergiI/us f/avus, A. penicilloides, A . wentii, A. candidus, A. ochraceus, Eurotium chevalieri, E. repens, Fusa-
Tabel 23.
Populasi Tiap Spesies C e n d a w a n p a d a J a g u n g Varietas A r j u n a d a n Varietas Harapan pada A w a l Penyimpanan
Spesies Cendawan
~ a t a - R a t aPopulasi (cfu/g)
Varietas Ariuna Eurotium chevalieri Mangin Penicillium ci trinum Thorn Fusarium monil iforme Sheldon Aspergillus penicilloides Spegazzini E. repens de Bary Total Varietas H a r a D a r I Penicillium citrinum Thorn Euro tiu m chevali eri Mangin Aspergillus f l a w s Link. A. niger van Tieghem E. repens de Bary A. wentii Wehmer A. penicillioides Spegazzini A. tamarii Kita Total
rium moniliforme,
d a n Penicillium citrinum (Tabel 24).
Telah dil apor k a n
b a h w a A. f/avus d a n Fusarium moniliforme rnerupakan c e n d a w a n p e n g h a s i l t o k s i n d a n d a p a t m e n y e r a n g jagung, p a n e n (Siriacha dkk.,
1994).
b a i k s e b e l u m m a u p u n setelah
S e r a n g a n A . flavus sebelurn d a n setelah
panen, juga dilaporkan o l e h Q u i t c o (1 991 1, b a h w a b i j i j a g u n g pada t i n g k a t rnasak s u s u d i p e r t a n a m a n l e b i h r e n t a n terhadap i n f e k s i A. flavus diband i n g k a n d e n g a n b i j i jagung y a n g s u d a h rnasak.
Sedangkan Wilson dan
A b r a m s o n ( 1 992) rnelaporkan b a h w a Aspergillus flavus, Fusarium rnonili-
forme d a n Penicillium citrinum
merupakan cendawan penyimpanan dan
penghasil toksin yang penting.
N a m p a k n y a A. flavus d a n F: moniliforme
r n a r n p u rnenginfeksi jagung, n a m u n p e r k e m b a n g a n d a n p e r t u r n b u h a n l e b i h
Tabel 24.
Perlakuan VlAl
Populasi Tiap Spesies Cendawan pada Jagung, karena Pengaruh lnteraksi Varietas dan Cara Penyirnpanan, Setelah Tiga Bulan Penyirnpanan
Spesies Cendawan
Populasi {cfu/g)
Aspergillus peni cilloides Eurotium chevalieri Penicillium citrinum E . repens A. wentii Total
Eurotium chevalieri A - penicilloides Fusarium monilifonne Penicillium citrinum A. flavus Total
Penicillium citrinum Aspergi11us candidus Fusarium monilifome A , wentii A. flavus A. ochraceus Total
Penicillium citrinum Eurotium chevalieri E. repens Total
Penicillium citrinum wentii A. penicilloides Eurotium chevalieri E. repens A - ochraceus A. flavus A.
Total
Fusariurn moniliforme Penicillium citrinum Euroti um chevalieri Aspergillus candidus A. wentii A. penicilloides E. repens A - ochraceus Total
Keterangan : V, = varietas Arjuna V, = varietas Harapan
A , = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol
r n e n i n g k a t setelah panen terutarna ditempat ( 2 7 - 3 2 . 5 " C ) d a n R,
penyimpanan y a n g s u h u
( 5 9 - 7 8 % ) relatif kurang baik.
D i k e t a h u i dalam percobaan ini, populasi A. ffavus setelah t i g a b u l a n p e n y i m p a n a n pada berbagai perlakuan berkisar 0 - 2 3 3 3 . 5 c f u l g .
Ren-
d a h n y a populasi c e n d a w a n tersebut antara lain disebabkan oleh tingginya p o p u l a s i E moniiiforme, y a i t u berkisar 0-15 3 3 3 . 5 c f u l g .
Hal ini sesuai
d e n g a n Z u m m o d a n S c o t t ( 1 9 9 2 ) y a n g melaporkan b a h w a E m o n i / i f o r m e d a p a t m e n g h a m b a t p e r t u m b u h a n d a n perkembangan A. ffavus pada biji jagung.
Total populasi c e n d a w a n selarna penyirnpanan p a d a sernua perla-
k u a n rnasih tergolong relatif rendah d a n ha1 ini disebabkan oleh t u r u n n y a kadar air biji jagung selama penyimpanan.
Kadar air biji jagung setelah
t i g a b u l a n p e n y i m p a n a n berkisar 1 0 . 2 6 - 1 0 . 8 9 % d a n s u h u r u a n g p e n y i m p a n a n 30-32"c.
Disamping itu, juga disebabkan oleh relatif rendahnya R,
r u a n g p e n y i m p a n a n (Tabel 2 5 ) .
Dharmaputra d k k . ( 1 9 9 5 b ) rnelaporkan
b a h w a p a d a p e n y i m p a n a n jagung d i t i n g k a t petani d i propinsi L a m p u n g diternukan A.
f l a v u s d e n g a n populasi berkisar
168.5-1 3
833.0 cfufg.
Populasi A. f l a v u s tersebut lebih t i n g g i dibandingkan d e n g a n populasi A. f/avus di Kupang, karena kondisi iklim d i L a m p u n g t e r u t a m a R,
tebih
basah. Tabe1 2 5 .
S u h u d a n Kelembaban Relatif L i n g k u n g a n Ruang Pen y i m p a n a n Jagung, d i Kelapa Lima, K u p a n g
Lama Peny impanan (Bulan)
Suhu {OC)
Kisaran
Kelembaban R e l a t i f
Kisaran
(%)
Hasil analisis p r o f i l m e n u n j u k k a n b a h w a pada uji kesejajaran, intera k s i c a r a p e n y i m p a n a n dengan varietas berpengaruh n y a t a terhadap t o t a l p o p u l a s i c e n d a w a n (Tabel Lampiran 6). Rata-rata t o t a l populasi c e n d a w a n l e b i h r e n d a h pada varietas Arjuna dibandingkan dengan varietas Harapan p a d a cara penyirnpanan y a n g berbeda (Tabel 26).
Hal ini disebabkan oleh
r e n d a h n y a kadar air varietas Arjuna ( 1 5.89%) dibandingkan dengan varietas Harapan ( 1 8 . 0 5 % ) p a d a a w a l penyimpanan. Tabel 26.
Uji Kesejajaran Pengaruh lnteraksi Cara Penyimpanan d e n g a n Varietas terhadap Total Populasi Cendawan, U n t u k Seluruh W a k t u Pengamatan d a n Uji BNJ
Total Populasi C e n d a w a n (cfu/g)
Perlakuan
A, = penyirnpanan dengan karung goni Keterangan : V, = varietas Arjuna V, = varietas Harapan A, = penyimpanan dengan karung plastik A , = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang d~rkuti huruf yang berbeda rnenunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. C e n d a w a n pascapanen selain m e n u r u n k a n kualitas d a n k u a n t i t a s fisik jagung, juga s i ny a
to k s i n
.
menghasilkan
menurunkan
Spesies beberapa
kualitas gizi a t a u kimia karena d i p r o d u k -
Aspergillus, jenis
Penicillium,
mikotoksin.
dan
Fusariurn
Aspergillus
flavus
d a p at dapat
m e n g h a s i l k a n aflatoksin, aflatrem, d a n asam siklopiasonik, s e d a n g k a n A.
ochraceus menghasilkan okhratoksin d a n asam penisillik. Fusarium monili-
forme dapat menghasilkan toksin fumonisin, zearalenon, deoksinivalenol, d a n nivalenol (Smith dan Moss, 1 9 8 5 ; Wilson dan Abrarnson 1 9 9 2 ) . Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan b a h w a biji jagung d i pertanarnan yang berumur sekitar 9 0 hari sudah dapat tercernar mikotoksin.
Dari dua c o n t o h yang diambil pada pertanarnan jagung d i Tarus,
Kabupaten Kupang ditemukan aflatoksin dan nivalenol pada biji jagung, d e n g a n kandungan aflatoksin B, 2 0 . 7 8 ppb, B,
G, 4 . 5 5 ppb, dan Nivalenol 8 3 3 . 3 3 ppb.
23.47 ppb, G, 1 2 . 7 8 ppb,
Demikian pula pada simulasi
percobaan penyimpanan jagung varietas Arjuna d a n varietas Harapan d e n g a n cara penyimpanan berbeda, didapatkan b a h w a pada a w a l penyimpanan, jagung telah tercemar mikotoksin (aflatoksin). s i n B,
Kandungan aflatok-
d a n G I pada varietas Arjuna masing-masing adalah 25.49 d a n
25.00 ppb, sedangkan pada varietas Harapan masing-masing adalah 8 . 5 0 d a n 4.25 p p b pada a w a l penyimpanan.
Total aflatoksin (setara B,) pada
a w a l penyirnpanan pada varietas Arjuna 3 7 . 1 0 p p b d a n varietas Harapan 1 0 . 4 7 ppb. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Blaney d k k . ( 7 9 8 4 ) y a n g rnenernukan b a h w a jagung yang baru dipanen d i Queensland Utara telah tercernari rnikotoksin zearalenon yang dihasilkan oleh F: rnoni/iforme, serta Quitco ( 1 9 9 1 ) melaporkan b a h w a d i Philipina, 7 0 % jagung t o n g k o l d i pertanarnan telah terserang oleh A. flavus dan terkontarninasi oleh aflatoksin B, sebesar 9 2 9 ppb. Hasil analisis rnikotoksin setelah tiga bulan, rnenunjukkan b a h w a terjadi peningkatan jenis dan konsentrasi m i k o t o k s i n pada jagung yang disirnpan dengan cara yang berbeda (Tabel 2 7 d a n 2 8 ) . jenis t o k s i n Aspegi//us,
y a i t u aflatoksin B,, 8,.
Ditemukan lima
GI, G,, dan okhratoksin
(OKH), serta tiga jenis toksin Fusariurn, y a i t u zearalenon ( Z E N ) , nivatenol (NIV), dan deoksinivalenol (DON) (Gambar Larnpiran 8 - 1 0 ) .
Kandungan
Tabel 27. J e n i s d a n K a n d u n g a n A f l a t o k s i n p a d a J a g u n g karena P e n g a r u h lnteraksi Varietas d a n Cara Penyimpanan Setel a h T i g a Bulan P e n y i m p a n a n
Jenis Aflatoksin (ppb)
...............................
Perlakuan
B1
Keterangan :
*'
B2
G1
62
~ o t a l )* Aflatoksin (Setara B1)
G,, dan G, dikonversi ke 8, berdasarkan LO,, masing-masing aflatoksin (ppb) terhadap anak itik (B, = 18.2. 6, = 84.8, G, = 39.2, dan G, = 172.5) (Heathcote dan Hibbert, 1978) tt = t i d a k t e r d e t e k s i = 8,.
Tabel 28.
J e n i s d a n K a n d u n g a n M i k o t o k s i n p a d a J a g u n g karena P e n g a r u h l n t e r a k s i Varietas d a n Cara Penyimpanan Setel a h T i g a Bulan P e n y i m p a n a n
Jenis Mikotoksin (ppb)
-
Perlakuan
...................................... OKH
DON
ZEN
NIV
Keterangan : V, = varietas Arjuna A, = penyirnpanan dengan karung goni V, = varietas Harapan A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol ZEN = zearalenon OKH = okhratoksin DON = deoksinivalenol NIV = nivalenol
t o t a l aflatoksin setelah tiga bulan penyimpanan pada semua perlakuan berkisar 4 7 . 3 8 - 2 2 5 . 1 1
ppb,
ternyata
sangat
tinggi jika
dengan ambang batas yang ditetapkan oleh WHO, y a i t u sebesar 3 0 ppb.
dibandingkan
FAO, dan UNICEF,
Hal ini menunjukkan b a h w a dengan populasi A.
flavus y a n g relatif tergolong rendah ( 0 - 2 3 3 3 . 5 c f u / g l telah m a m p u mem-
p r o d u k s i toksin.
Produksi toksin tersebut ditunjang oleh kondisi iklim (R,)
y a n g kering dengan s u h u yang agak tinggi (27-32.5Oc),
sehingga me-
m u n g k i n k a n bertangsungnya metabolisme sekunder dari A. flavus. Kontaminasi aflaktoksin pada jagung, juga telah dilaporkan oleh Dharmaputra dkk. (199513) d i propinsi Larnpung yang menemukan b a h w a pada c o n t o h jagung y a n g diperoleh dari petani mengandung aflatoksin 8, (25.4-367.4 p p b l d a n aflatoksin 6, (1 2.5-1 2.7 ppb). Adanya kontarninasi mikotoksin pada jagung,
akan menjadi ham-
b a t a n dalam ekspor jagung pada saat panen raya, terutama dalam kaitann y a dengan semakin ketatnya standar yang akan ditetapkan oleh C A C (The C o d e x Alimentarius Commission), i 0 E (The lnternational O f f i c e of Epizootics), dan IPPC ( T h e International Plant Protection Convention).
.
M e n u r u t Syarief ( 1 9 9 6 ) dalam rancangan CAC akan ditetapkan kadar m i k o t o k s i n y a n g secara u m u m lebih rendah dari cemaran m i k o t o k s i n y a n g d i t e m u k a n pada p r o d u k pertanian Indonesia, y a i t u a n t r a 1 5 - 6 0 0 ppb. Sebagai contoh, C A C akan menetapkan tingkat cemaran aflatoksin M, pada susu sebesar 0 . 0 5 p p b dan B, pada kacang tanah 1 5 ppb.
Hal ini
rnenunjukkan b a h w a dalam memasuki era perdagangan bebas nampaknya terjadi pergeseran m u t u dari persyaratan m u t u kuantitatif k e kualitatif. Aflatoksin pada varietas Harapan dengan berbagai cara penyimp a n a n lebih rendah dibandingkan dengan kandungan aflatoksin pada variet a s Arjuna
(Gambar 121.
Adanya perbedaan aflatoksin
ini
kernung-
Gambar 12a. Toksin Aspergilllus fhvus P
P
~
OKH
DON
ZEN
NIV Mikotoksirt
Gambar 12b Tolcsin Aspergillus ochraceus dan FusannumrnoniGforme
Keterangan : V1 = varietas Arjuna = varietas Harapan V2 OKH = okhratoksin
DON = deoksinivalenol ZEN = zearalenon NIV = nivalenol
Gambar 12. Pengaruh Varietas terhadap Toksin Aspergiffus flavus. A. ochraceus, dan Fusarium monififorme, Setelah Tiga 8ulan Penyimpanan
k i n a n disebabkan perbedaan kandungan nutrisi d a n spesies c e n d a w a n y a n g terdapat antara varietas Arjuna d a n varietas Harapan.
Menurut
Diener d a n Davis ( 19 6 9 ) . faktor-faktor y a n g m e m p e n g a r u h i produksi aflat o k s i n pada bahan rnakanan antara lain galur c e n d a w a n , nutrisi, substrat, kadar air, kelembaban relatif, d a n suhu.
Dalam penelitian ini, rendahnya
k a n d u n g a n aflatoksin p a d a varietas Harapan, t e r u t a m a disebabkan oleh r e n d a h n y a persentase kerusakan biji jagung oleh S. zeamais
(6.84%)
d i b a n d i n g k a n d e n g a n varietas Arjuna ( 7 0 . 8 3 % ) . Kandungan t o t a l aflatoksin p a d a jagung varietas A r j u n a d a n varietas H a r a p a n y a n g disimpan
d a l a m k a r u n g goni, k a r u n g plastik, d a n dalarn
b e n t u k t o n g k o l setelah t i g a b u l a n p e n y i m p a n a n t e r n y a t a sangat tinggi jika d i b a n d i n g k a n dengan a m b a n g batas y a n g ditetapkan oleh WHO, FAO, d a n UNICEF y a i t u sebesar
30 ppb.
Kandungan o k h r a t o k s i n pada jagung
d e n g a n semua perlakuan y a n g d i c o b a k a n setelah t i g a b u l a n penyimpanan berkisar 0 . 9 8 - 5 4 . 8 6
ppb.
Kandungan okhratoksin tertinggi ditemukan
pada perlakuan V , A , d a n terendah pada perlakuan V,A,. Toksin Fusarium y a n g dihasilkan o l e h F: moniliforme adalah zearalenone, deoksinivalenol, d a n nivalenol.
Zearalenon h a n y a d i t e m u k a n p a d a
varietas Harapan y a n g disimpan dengan k a r u n g plastik (V,A,),
sedangkan
t o k s i n Aspergillus d i t e m u k a n pada jagung d e n g a n s e m u a perlakuan cara p e n y i m p a n a n , setelah tiga b u l a n p e n y i m p a n a n (Gambar 13). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, b a h w a w a l a u p u n populasi A. flavus m a s i h tergol o n g rendah, telah m a m p u m e m p r o d u k s i aflatoksin karena adanya tekanan R,
r u a n g p e n y i m p a n a n y a n g b e r i f a t kering.
Disamping itu, juga d i t u n j a n g
o l e h dominannya populasi A . ffavus p a d a p e n y i m p a n a n jagung d i t i n g k a t petani.
M e n u r u t Betina 11 989) zearalenone t e r m a s u k k e l o m p o k t o k s i n
y a n g t i d a k a k u t d a n p a d a dosis 20 juta p p b tidak m e n y e b a b k a n k e m a t i a n
6 2
€51
0
1
0 2 Aflatoknir,
Gambar 13a- l d 4 n AspergilIus flavus
OKH
DON
ZEN
NIV Mikotoksin
Gambar 13h Toksin AqwrgiXlus ochraceus d m Firsan-um moniliforme
Keterangan : A1 A2 A3 OKH DON
= penyimpanan dengan karung goni = penyimpanan dengan karung plastik = penyimpanan dalam bentuk tongkol = okhratoksin ZEN = zearatenon = deoksinivalenol NIV = nivalenol
Gambar 13. Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Toksin Aspergithts flavus. A. ocbraceus. dan Fusarium moniliforme, Setelah Tiga Bulan penyimpanan
p a d a tikus.
Deoksinivalenol paling t i n g g i d i t e m u k a n pada perlakuan V , A ,
( 7 3 . 7 6 ppb), sedangkan pada perlakuan V,A, v a l e n o l pada semua
tidak terdeteksi.
perlakuan m a s i h iebih rendah, jika
Deoksini-
dibandingkan
d e n g a n letal dosis pada tikus j a n t a n yaitu 7 0 000 p p b d a n pada tikus b e t i n a 7 6 6 0 0 ppb. Toksin nivalenol berkisar '1 6 0 . 0 0 - 6 4 0 . 0 0
p p b d a n tertinggi pada
p e r l a k u a n V I A l d a n terendah pada perlakuan V,A,.
K a n d u n g a n nivalenol
p a d a s e m u a perlakuan m a s i h lebih rendah, jika dibandingkan dengan letal dosis p a d a tikus y a i t u 4 1 0 0 ppb.
Hal tersebut m e n u n j u k k a n b a h w a
k a n d u n g a n t o k s i n pada jagung y a n g dihasilkan oleh E rnoniliforme masih t e r g o l o n g rendah, d a n ha1 ini disebabkan o l e h rendahnya populasi E moniliforme ( 0 - 1 5 3 3 3 . 5 c f u / g ) setelah tiga bulan penyimpanan.
Penelitian
D h a r m a p u t r a d k k ( 1 9 9 5 a ) , juga menernukan adanya t o k s i n Fusarium pada j a g u n g y a n g diperoleh dari petani d i Lampung, y a i t u DON ( 0 - 1 7 8 0 0 ppb), N I V ( 0 - 6 6 7 0 0 ppb), d a n ZEA (9.8-1 7 . 5 ppb). A d a n y a m i k o t o k s i n y a n g d i t e m u k a n pada biji jagung, baik d i pertanaman, a w a l penyimpanan, d a n d a l a m p e n y i m p a n a n rnenunjukkan b a h w a u n t u k m e n c e g a h k o n t a m i n a s i r n i k o t o k s i n perlu dilakukan perbaikan cara b e r c o c o k t a n a m d a n penanganan pascapanen. tanam
terutama
rnencegah
ditujukan
kepada
infeksi c e n d a w a n
Perbaikan cara bercocok
usaha-usaha
untuk
penghasil mikotoksin.
menekan
Menurut
atau
Syarief
( 1 9 9 6 ) p r a k t e k bertani d a n p e n a n g a n a n pascapanen y a n g baik, disebut G A P ( G o o d Agriculrural Practices) d a n GHP ( G o o d Handling Practices) s a n g a t diperlukan u n t u k rnenjarnin m u t u p r o d u k secara keseluruhan, sejak a w a l p r o d u k s i h i n g g a p r o d u k akhir, seperti yang dikembangkan oleh I S 0 d a n CAC, agar p r o d u k hasil pertanian Indonesia dapat bersaing d i pasaran
internasional.
Selanjutnya, dikernukakan b a h w a rnasalah penerapan GAP
d a n G H P di Indonesia adalah b e l u m adanya p e d o m a n GAP d a n GHP. Salah s a t u usaha G A P y a n g dapat diterapkan adalah penggunaan varietas
resisten terhadap c e n d a w a n penghasil rnikotoksin.
Zeringue
d k k . ( I 996) adanya s e n y a w a volatil (C,-C,,
Menurut
alkanal d a n alkenall
p a d a biji jagung d a p a t rnengharnbat p e r t u m b u h a n A. flavus d a n produksi aflatoksin.
Selanjutnya dilaporkan b a h w a kandungan asam l e m a k tidak
j e n u h (asarn linoleat) juga d a p a t m e n e k a n p e r t u m b u h a n A.
flavus d a n
p r o d u k s i aflatoksin, sehingga diharapkan penernuan t e r s e b u t d a p a t m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i terhadap pemulia t a n a m a n u n t u k m e n c i p t a k a n varietas j a g u n g y a n g t a h a n terhadap c e n d a w a n penghasil m i k o t o k s i n . U s a h a GHP y a n g d a p a t dilakukan u n t u k m e n e k a n serangan S. zeamais d a n c e n d a w a n penghasil rnikotoksin pada penyirnpanan jagung d i
K u p a n g adalah rnelakukan p a n e n t e p a t w a k t u .
Hal ini d i m a k s u d k a n u n t u k
r n e n c e g a h serangan S. zeamais d a n A. flavus pada w a k t u pengeringan d i pertanaman,
y a i t u dengan m e m b i a r k a n t o n g k o l jagung
sendirinya p a d a tanarnan.
Selain itu,
kering dengan
kondisi a w a l jagung sebelum disim-
p a n s a n g a t perlu diperhatikan terutarna kadar air d a n adanya kontaminasi hama dan cendawan.
J a g u n g y a n g rnenunjukkan adanya gejala serangan
h a m a d a n c e n d a w a n ( s u m b e r infestasi) dipisahkan sebelum penyimpanan. S e d a n g k a n kadar air jagung d i t u r u n k a n sampai 13-14%. sebelurn penyimp a n a n d e n g a n rnelakukan pengeringan.
Pengeringan ditakukan dengan
rnenjemur jagung l a n g s u n g setelah panen. p e n y i m p a n a n biji-bijian p a d a s u h u 22-30°C
M e n u r u t Syarief dengan kadar air
(1983), &
14%
r n e r u p a k a n p e n y i m p a n a n y a n g a m a n dari serangan c e n d a w a n , kharntr, d a n bakteri.
P e n g a r u h Varietas d a n l n f e s t a s i S. zeamais terhadap Kualitas J a g u n g H a s i l p e n g a m a t a n p o p u l a s i S. zeamais m e n u n j u k k a n b a h w a p o p u l a s i i m a g o S. zeamais m e n i n g k a t selama p e n y i m p a n a n pada j a g u n g varietas
5, 10, d a n 1 5 p a s a n g
A r j u n a d a n v a r i e t a s H a r a p a n d e n g a n infesatasi i m a g o S. zeamais.
S e d a n g k a n p a d a perlakuan varietas t a n p a infestasi,
s e l a m a p e n y i m p a n a n t i d a k d i t e m u k a n h a m a S. zeamais. Populasi i m a g o S. zeamais setelah 1-2 bulan, paling t i n g g i pada varietas H a r a p a n d e n g a n
i n f e s t a s i 1 5 p a s a n g i m a g o S. zeamais dibandingkan d e n g a n pertakuan lain, n a m u n b e l u m m e n u n j u k k a n p e r b e d a a n y a n g nyata. populasi
imago
S.
zeamais
pada
perlakuan yang
Setelah tiga bulan diinfestasi
berkisar
1 2 7 8 . 3 0 - 1 6 4 3 . 7 0 e k o r / 2 0 0 g (Tabel 2 9 ) . Tabel 29.
Perlakuan
Rata-Rata Populasi I m a g o S. zeamais, k a r e n a Pengaruh l n t e r a k s i Varietas d a n lnfestasi S. zeamais Selama Penyimpanan
Populasi S . zeamais (ekorj2OOg) Bulan ke .......................................... 1
Vl10 vlll
2
3
0.00 19.33
0.00 295.33
0.00 1 278.30
vl I2
32.67
360.00
1 454.30
v113
42 .OO
613.67
1 643.70
v210
0.00
0.00
v2 I1
19.67
368 - 3 3
1 642.30
v2 I2
33.67
501.33
1 585.30
v23 '
42.67
913.33
1 627 - 7 0
Keterangan : = varietas Arjuna V 1 = varietas Harapan ,I = tanpa infestasi V,
0 -00
I , = infestasi 5 pasang imago S.zeamais I, = infestasi 1 0 pasang imago S. zeamais I, = infestasi 1 5 pasang imago S. zearnais
Hasil analisis r a g a m m e n u n j u k k a n b a h w a tidak terdapat p e n g a r u h n y a t a dari i n t e r a k s i varietas d e n g a n i n f e s t a s i S. zeamais t e r h a d a p p o p u l a s i i m a g o S. zeamais seiama p e n y i m p a n a n .
Perlakuan f a k t o r varietas h a n y a
b e r p e n g a r u h n y a t a p a d a d u a bulan, s e d a n g k a n f a k t o r i n f e s t a s i S. zeamais berpengaruh nyata
selama
penyimpanan
terhadap
populasi imago
S.
zeamais (Tabel L a m p i r a n 7 ) .
Populasi
i m a g o S.
zeamais p a d a varietas Harapan l e b i h t i n g g i
d i b a n d i n g k a n d e n g a n varietas Arjuna, d a n berbeda n y a t a p a d a b u l a n kedua (Tabe! 30). Perbedaan ini k e m u n g k i n a n disebabkan oleh p e r b e d a a n kadar Tabel 30.
Pengaruh Varietas t e r h a d a p Populasi I m a g o S. zeamais pada Cara P e n y i m p a n a n y a n g Berbeda d a n U j i BNJ Populasi S . zeamais (ekor/200g) Bulan ke ..........................................
Perlakuan
2
1
Varietas Arjuna (V1) Varietas Harapan (VZ)
3
317.25 a 445.75 b
23.50 24.00
1 094.08 1 213.83
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. air a w a l , gizi d a n u k u r a n biji jagung.
Kadar air a w a l j a g u n g v a r i e t a s A r j u n a
1 5 . 8 9 % d a n v a r i e t a s Harapan 18.05%. s e d a n g k a n k a n d u n g a n gizi a t a u kimia jagung
pada
awal
penyirnpanan,
yaitu
karbohidrat
d a n 6.51 % u n t u k varietas Arjuna,
masing-masing 71.08%
v a r i e t a s Harapan m a s i n g - m a s i n g 74.38% d a n 6.94%.
dan
protein
dan untuk
Perbedaan kan-
d u n g a n gizi t e r s e b u t s a n g a t m e m p e n g a r u h i r e p r o d u k s i S. zeamais, t e r u t a m a kandungan protein.
Biji jagung v a r i e t a s Harapan lebih besar d a r i biji
j a g u n g v a r i e t a s Arjuna.
Painter ( 1 9 5 1 ) rnelaporkan b a h w a resistensi biji
j a g u n g t e r h a d a p serangga
d i t e n t u k a n o l e h b e n t u k d a n u k u r a n biji,
keke-
rasan kelobot, derajat kernatangan, dan kadar air biji.
Ukuran biji yang
lebih besar akan lebih rnendukung perturnbuhan dan perkembangan larva
S. zeamais dibandingkan dengan ukuran biji jagung yang lebih kecil. Rata-rata populasi imago S. zeamais pada varietas Arjuna dan Garietas Harapan dengan perlakuan infestasi S. zeamais yang berbeda menunjukkan bahwa populasi tertinggi ditetnukan pada infestasi denga)n 1 5 pasang imago S. zeamais dibandingkan dengan perlakuan lain yang dicobakan.
Tingginya, populasi imago S. zeamais
pada perlakuan I, rnenun-
jukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya pada bulan kedua. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan populasi awal dan ditunjang oleh tersedianya rnakanan. Hal ini nampak pada biji jagung yangbelum rnengalarni kerusakan yang berat dengan susut bobot tertinggi terjadi pada perlakuan I, dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Setelah tiga bulan
penyirnpanan, populasi S. zeamais pada perlakuan I, hanya berbeda nyata dengan perlakuan tanpa infestasi (Tabel 31). Tabel 31.
Perlakuan
Tidak adanya perbedaan
Pengaruh lnfestasi S. zeamais terhadap Populasi imago S. zeamais pada Varietas yang Berbeda dan Uji BNJ
Populasi S . zeamais (ekor/200g) Bulan k e .......................................... 1 2 3
Keterangan : In = tanpa infestasi I , = infestasi 5 pasang imago S. zeamais
= infestasi 10 pasang imago S. zeamais l 3 = infestasi 15 pasang imago S.zeamais
l2
Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05.
p e n g a r u h antara perlakuan infestasi (I,, 12,
d a n I,)
terhadap populasi S.
zeamais disebabkan oleh kurangnya persediaan rnakanan karena jagung
p a d a ketiga perlakuan tersebut telah mengalami kerusakan y a n g berat. H a l i n i ditunjang
o l e h tidak adanya perbedaan n y a t a d a n t i n g g i n y a s u s u t
b o b o t j a g u n g (35.68-42-2996) pada perlakuan I,, I,, d a n I,. Selarna penyimpanan, terjadi peningkatan populasi i m a g o S. zeamais p a d a perlakuan infestasi, kecuali pada perlakuan t a n p a infestasi.
Hal
ini sejalan d e n g a n peningkatan s u s u t b o b o t jagung d a n persentase kerus a k a n jagung oleh S. zeamais selama w a k t u penyirnpanan (Gambar 14). Perlakuan infestasi berpengaruh n y a t a terhadap s u s u t b o b o t d a n persentase
kerusakan jagung
oleh
S.
zeamais
selarna
penyirnpanan,
s e d a n g k a n interaksi antara infestasi dengan varietas, d a n perlakuan variet a s t i d a k berpengaruh nyata (Tabel Lampiran 8-9). a w a l S. zeamais
Hal ini berarti populasi
dalam p e n y i m p a n a n jagung sangat berperan terhadap
p e n i n g k a t a n s u s u t b o b o t d a n persentase kerusakan j a g u n g selarna disimpan.
Rata-rata s u s u t b o b o t terendah pada perlakuan t a n p a infestasi d a n
b e r b e d a n y a t a dengan perfakuan lainnya sejak d u a b u l a n penyimpanan. S u s u t b o b o t setelah d u a b u l a n penyimpanan p a d a perlakuan I,, I, d a n 1,
berkisar
5.72-42.29%
(Tabel 321,
tergolong sangat besar jika
d i b a n d i n g k a n dengan s u s u t b o b o t y a n g diperkenankan. p e r l a k u a n tanpa infestasi S. zeamais ( I , ) ,
Sedangkan p a d a
s u s u t b o b o t selarna p e n y i m p a n a n
berkisar 0 . 4 1 - 0 . 8 1 % d a n rnasih lebih kecit dibandingkan d e n g a n s u s u t y a n g diperkenankan yaitu 1 .O-1 . 5 % (Syarief dan Irawati, 1 9 8 8 ) .
Hal i n i
b e r a r t i b a h w a varietas Arjuna d a n Varietas Harapan h a n y a t a h a n disimpan selama s a t u bulan, apabila pada a w a l penyimpanan telah t e r ~ n f e s t a s i 5 p a s a n g / 2 0 0 g i m a g o S. zeamais.
D e n g a n demikian apabila pbda a w a l
p e n y i m p a n a n jagung terdapat 5 0 e k o r l k g i m a g o S. zeamais, m p k a a k a n m e n y e b a b k a n jagung hanya t a h a n disimpan selama s a t u b u l a n .
,
2
3 au4e.n
k e
Garnbar i 4 a . Grafik Populasi lmago S. reamais
euten
Garnbar 14b.
*e
Grafi k Psrsentase Kerusakan
euten k e
Garnbar 14c.
Keterangan : V , = varietas Arjuna V, = varietas Harapan I, = tanpa infestasi
Gratik Susut Bobot
I, = infestasi 5 pasang lmago S. zeamais = infestasi 1 0 pasang lmago S. zeamais I = ~nfestasi ' 15 pasang Imago S. zeamais J2
Gambar 1 4 . Grafik Popvlasi lmago S. zeamais, Persentase Kerusakan, dan Susut Bobot Jagung, karena Pengaruh lnteraksi Varietas dengan lnfestasi lmago S. zeamais Selama Penyimpanan
Tabel 32.
Pengaruh lnfestasi S. zeamais terhadap pada Varietas yang Berbeda dan Uji BNJ
Rata-Rata Susut Bobot
P e r 1akuan
(%)
Susut Bobot
Bulan ke
.......................................
3
2
1
Keterangan : l2 = infestasi 10 pasang imago S. zeamais I, = tanpa infestasi I , = infestasi 15 pasang imago S-zeamais = infestasi 5 pasang imago S. zeamais I, Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. Persentase kerusakan jagung y a n g disebabkan oleh S. zeamais meningkat selama penyimpanan, kecuali pada perlakuan tanpa infestasi. Rata-rata persentase kerusakan jagung oleh panan berkisar 0.67-97.06% (Tabel Tabel 33.
S. zeamais selama penyirn-
33). Kerusakan terbesar terjadi pada
Pengaruh tnfestasi S. zeamais terhadap Persentase Kerusakan J a g u n g oleh S. zeamais pada Varietas y a n g Berbeda dan Uji BNJ
Kerusakan ( % I B i j i O l e h S. zeamais Bulan ke
Perlakuan
............................................ 1
Keterangan : lo = tanpa infestasi I, = infestasi 5 pasang imago S. zeamais
2
3
l2 = infestasi f 0 pasang imago S. zeamais I, = infestasi 15 pasang imago S.zeamais
Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05.
perlakuan
I,
dan selama penyimpanan menunjukkan perbedaan n y a t a
dengan perlakuan tanpa infestasi.
Tinggginya kerusakan pada jagung
dengan infestasi S. zeamais disebabkan oleh populasi imago S. zeamais pada perlakuan tersebut meningkat, sehingga menyebabkan butir berlub a n g juga meningkat (Gambar 1 4 ) . Hasil analisis profil menunjukkan b a h w a hanya perlakuan infestasi i m a g o S. zeamais d a n lama penyimpanan yang berpengaruh nyata terhadap populasi imago S. zeamais, persentase kerusakan, d a n s u s u t b o b o t sefama penyimpanan (Tabel Lampiran 10).
Hal ini menunjukkan b a h w a
h a m a S. zearnais merupakan lingkungan biotik penyimpanan yang sangat rnenentukan peningkatan persentase bobot.
kerusakan biji jagung
dan susut
Hal ini ditunjang oleh adanya korelasi positif y a n g nyata antara
populasi i m a g o S. i r = 0.95) dan
zeamais dengan persentase
kerusakan biji jagung
dengan s u s u t b o b o t jagung (r = 0.98). Hal ini berarti
s e m a k i n tinggi populasi S. zeamais dan semakin lama disirnpan, rnaka semakin
tinggi pula s u s u t b o b o t dan persentase kerusakannya, sehingga
menyebabkan masa sirnpan menjadi lebih pendek, karena kualitas jagung akan c e p a t menurun. Rata-rata populasi imago S. zeamais, susut bobot. d a n persentase kerusakan jagung oleh S. zegmais selama penyimpanan y a n g disebabkan pengaruh infestasi S. zeamais pada varietas Arjuna dan varietas Harapan tertinggi diternukan pada perlakuan I, dan berbeda n y a t a dengan perlakuan lainnya {Tabel 34). Hal ini berarti b a h w a populasi a w a l S. zeamais sangat m e n e n t u k a n perubahan kualitas jagung, disimpan.
terutama susut b o b o t selarna
Varietas Arjuna d a n varietas Harapan yang disimpan tanpa
infestasi S. zeamais ternyata masih tahan selama simulasi penyimpanan, y a i t u tiga bulan berdasarkan peubah susut b o b o t (0.65%).
Tabel 34.
Uji Keberimpitan Pengaruh lnfestasi S. zeamais terhadap Populasi Imago S. zeamais, Persentase Kerusakannya. dan Susut Bobot U n t u k Seluruh Waktu Pengamatan, serta Uji BNJ
Perlakuan
Populasi S . zeamais (ekor/200g)
Kerusakan
Susut B o b o t
(%I
Keterangan : = tanpa infestasi I, = infestasi 5 pasang imago S. zeamais I,
I, = infestasi 1 0 pasang imago S. zeamais I, = infestasi 1 5 pasang imago S.zeamais
Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05.
Aspek Fisik-Kimia Jagung Kualitas Fisik J a g u n g Hasil analisis fisik jagung varietas Arjuna dan varietas Harapan pada a w a l penyimpanan menunjukkan b a h w a terdapat perbedaan, terutam a dalam ha! kadar air d a n butir w a r n a lain.
Kadar air Varietas Arjuna
15.89% lebih rendah dibandingkan dengan kadar air varietas Harapan yaitu
18.05%,
sedangkan butir w a r n a lain lebih tinggi pada varietas
Arjuna (5.63%) dibandingkan dengan varietas Harapan (3.64%).
Kea-
daan fisik jagung pada a w a l penyimpanan secara u m u m m a s i h memenuhi standar fisik,
jika
dibandingkan dengan persyaratan kuantitatif jagung
k u n i n g y a n g ditetapkan oleh Deptan. Depkop dan Bulog (Tabel 35).
Tabel 35.
Analisis Fisik Jagung Varietas Arjuna Harapan pada A w a l Penyirnpanan
Kualitas Awal
Varietas/ Komponen
M u t u Fisik Ja-g
dan
Varietas
~unin~*)
.......................... B
Varietas Ajuna
C
=
Kadar Air, maksimum
15.89%
Butir Rusak, maksimum
3 -36%
Warna Lain, maksimum
5.63%
Kotoran, maksimum
0 -36%
Varietas 18klrapan
:
Kadar Air, maksimum
18 -05%
14%
Butir Rusak. maksimum
3.14%
3%
6%
W a m a Lain, maksimum
3 -64%
5%
10%
Kotoran , maksimum
0.37%
3%
4%
Keterangan :
*' Purwadaria ( 1 988)
Pengaruh Varietas d a n Cara Penyimpanan Terhadap Kualitas Fisik J a g u n g Analisis ragam sifat fisik jagung menunjukkan b a h w a tidak ada p e n g a r u h interaksi antara varietas d a n cara penyimpanan terhadap air, k o t o r a n d a n b u t i r w a r n a lain selarna penyimpanan.
kadar
Sedangkan terha-
dap b u t i r rusak hanya berpengaruh n y a t a setelah tiga bulan penyirnpanan (Tabel Lampiran 11-14). Kadar
air jagung
selarna
disirnpan
mengalami
penurunan pada
semua perlakuan baik pada perlakuan varietas m a u p u n pada perlakuan cara penyimpanan.
Rata-rata
kadar air pada varietas Arjuna sampai
d e n g a n dua bulan penyimpanan berkisar
1 7.67-7 3.62%
lebih rendah
dibandingkan kadar air varietas Harapan y a i t u 12.03-1 4.19%. sedangkan
setelah t i g a b u l a n penyimpanan kadar air varietas Harapan tebih rendah dari varietas Arjuna, n a m u n tidak berbeda nyata (Tabel 36). Tabel 36.
Pengaruh Varietas terhadap Kadar Air Biji J a g u n g pada Cara Penyimpanan y a n g 8erbeda dan U j i B N J
Rata-Rata Kadar Air (3) Bulan ke ......................................
Perlakuan
1
Varietas Arjuna Varietas Harapan
3
2
13.62 a
11.67
14.19 b
12.03
10.54 10 -44
Keterangan : Angka pada tajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05 Cara penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar air jagung sampai dengan dua bulan penyimpanan.
Rata-rata kadar air jagung pada
berbagai cara penyimpanan lebih rendah pada cara penyimpanan dalam b e n t u k t o n g k o l dibandingkan dengan cara penyimpanan lain y a n g dicobak a n (Tabel 37). Tabel 37.
Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Kadar Air J a g u n g pada Varietas y a n g Berbeda d a n Uji B N J
Rata-Rata Kadar Air
Perlakuan
(%)
8iji
Bulan ke
....................................... 1
2
3
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05
Penurunan kadar air jagung pada berbagai cara penyirnpanan ternyat a t i d a k diikuti penurunan butir rusak. Secara urnurn butir rusak meningkat selama penyimpanan, terutama pada jagung yang disirnpan dalam karung goni d a n karung plastik (Tabel 3 8 ) . Peningkatan butir rusak i n i disebabkan o l e h adanya serangan harna, terutarna hama S. zeamais, karena poputasinya c u k u p t i n g g i selarna penyirnpanan.
Rata-rata butir rusak terendah
d i t e m u k a n pada cara penyimpanan dalam bentuk t o n g k o l (5.06-9.3S0h) d a n m e n u n j u k k a n perbedaan y a n g n y a t a pada 2-3 bulan dengan perlakuan lainnya.
Hal ini m e m b u k t i kan b a h w a penyimpanan dalarn b e n t u k tongkol
lebih baik dalarn rnenekan butir rusak dibandingkan dengan penyimpanan jagung dalam k a r u n g g o n i d a n k a r u n g plastik. Tabet 3 8 .
Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Butir Rusak pada Varietas yang Berbeda d a n Uji BNJ Rata-Rata Butir Rusak
(%)
Bulan ke
....................................... 1
2
3
Keterangan : A, = penyirnpanan dengan karung goni A, = penyirnpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalarn bentuk tongkol Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05 Rata-rata b u t i r rusak selama penyimpanan paling rendah ditemukan pada perlakuan VA ,, tiga b u l a n (Tabel 3 9 ) .
d a n berbeda n y a t a dengan perlakuan lainnya setelah Rendahnya butir rusak pada perlakuan V2A,
dise-
b a b k a n pada perlakuan tersebut populasi imago S. zeamais paling rendah selarna penyirnpanan.
Tabe1 39.
Pengaruh lnteraksi Varietas dan terhadap Butir Rusak dan Uji BNJ
Cara
Rata-Rata Butir Rusak ( % )
Penyimpanan
Bulan ke
........................................
Per1akuan
3
2
1
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol V, = varietas Arjuna V2 = varietas Harapan Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05 Rata-rata k o t o r a n y a n g ditemukan selama penyimpanan lebih rendah p a d a varietas Harapan dan berbeda n y a t a dengan varietas Arjuna setelah tiga b u l a n (Tabel 40). Tabel 40.
Perlakuan cara penyimpanan, hanya berpengaruh
Pengaruh Varietas terhadap Kotoran pada Cara Penyimpanan yang Berbeda dan Uji BNJ
Rata-Rata Kotoran ( % )
Perlakuan
1
Varietas Arjuna Varietas Harapan
Bulan Ice
......................................
0.59 0.54
2
0-72 0.64
3 1.24 a
1.01 b
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05
n y a t a terhadap kotoran setelah tiga bulan dan kotoran terendah ditemukan pada perlakuan A,
41 1.
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel
Tingginya k o t o r a n pada varietas Arjuna yang disimpan dalam karung
goni d a n karung plastik disebabkan oleh tingginya
zeamais pada perlakuan tersebut, kotoran.
populasi hama S.
sehingga menyebabkan peningkatan
Kotoran tersebut, terutama bersumber dari bubuk biji jagung
akibat gerekan serangga hama S. zeamais.
Selain itu, juga terdiri dari
p e c a h a n seludang d a n r a m b u t tongkol. Tabel 41.
Pengaruh Cara Penyirnpanan terhadap Varietas yang Berbeda dan Uji BNJ
Rata-Rata Kotoran ( % )
Perlakuan
Kotoran
pada
Bulan ke
....................................... 1
2
3
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05 Hasil pengamatan butir warna lain selama penyimpanan menunjukk a n b a h w a w a r n a tidak banyak mengalami perubahan selama penyirnpanan.
Hal ini t e r b u k t i dari hasil analisis statistika y a n g menunjukkan
b a h w a selama penyimpanan faktor cara penyimpanan dan interaksi cara p e n y i m p a n a n dengan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap butir w a r n a lain.
Rata-rata butir w a r n a lain selama penyimpanan lebih rendah pada varietas Harapan dibandingkan dengan varietas Arjuna d a n rnenunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata (Tabel 42). Butir w a r n a lain pada varietas harapan d a n varietas Arjuna pada urnurnnya berwarna putih. Hal ini sesuai d e n g a n Effendi dan Sulistiati ( 1 991), rnenyatakan b a h w a warna janggal pada jagung Harapan d a n Arjuna adalah adanya biji y a n g berwarna putih. Tabel 42.
Pengaruh Varietas terhadap Butir Warna Lain pada Cara Penyimpanan yang Berbeda dan Uji BNJ
Rata-Rata W a r n a Lain (%)
B u l a n ke
......................................
Perlakuan
Varietas Arjuna Varietas Hardpan
3
2
1
5.67 b
5.71 b
5.57 b
3.96 a
4.11 a
3.84
a
Keterangan : Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. Hasil analisis profil terhadap sifat fisik jagung menunjukkan b a h w a uji kesejajaran interaksi varietas dan cara penyirnpanan berpengaruh n y a t a t e r h a d a p b u t i r rusak dan kadar air. Sedangkan uji keberirnpitan rnenunjukk a n b a h w a varietas berpengaruh nyata terhadap kotoran dan butir w a r n a lain, d a n cara penyirnpanan hanya berpengaruh n y a t a terhadap kotoran (Tabel Larnpiran 6 ) . Rate-rata
butir
kemudian diikuti V,A,
rusak terendah (8.50%)
pada perlakuan
V,A,
(4.63%).
dan berbeda n y a t a dengan perlakuan
fainnya (Tabel 43). Hal ini berarti b a h w a varietas Harapan y a n g disimpan dalarn b e n t u k t o n g k o l secara nyata dapat menekan butir rusak dibandingk a n d e n g a n jagung pipil yang disimpan dalarn karung g o n i dan k a r u n g
plastik.
Sedangkan kadar air biji terendah pada V,A,,
n y a t a dibandingkan dengan V,A,
dan t i d a k berbeda
(Tabel 43). Kadar air biji m e n u r u n pada
semua perlakuan, karena pengaruh R,
tempat penyimpanan y a n g relatif
rendah (59.0-78.0%) dan suhu yang tinggi (27.0-32.5OC) selama penyimpanan Tabel 43.
Uji Kesejajaran lnteraksi Cara Penyimpanan dengan Varietas terhadap Butir Rusak Untuk Seluruh W a k t u Pengam a t a n dan Uji BNJ -
Butir R u s a k ( % I
Perlakuan
-
Kadar Air ( % I 12.39 ab 11.96 abc 11-47 C
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung ptastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol V, = varietas Arjuna V, = varietas Harapan Angka pada lajur yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05 Butir w a r n a lain dan k o t o r a n varietas Harapan berturut-turut 3 . 9 7 % dan 0.73% (5.65%)
lebih rendah d a n berbeda nyata dengan butir w a r n a lain
dan
kotoran
(0.85%)
varietas
Arjuna
selama
penyirnpanan
(Gambar 15). Selama penyimpanan. k o t o r a n terendah ditemukan pada penyimpanan jagung dalam bentuk tongkol d a n berbeda nyata dengan perlakuan
1 6
10
5
0
K-AIR
a. RUSAK
WARNA
KOTORAN
Gambar 15a. Histogram Sifat Fisik Jagung pada Varitas yang Berbeda
K-AIR
6. RUSAK
WARNA
KOTORAN SIT-t
Gambar 15b.
Fl-Ik
Histogram Sifat Fiaik Jagung pada Cam Penyimpanan yans Berbeda
Keterangan : V, A, A, A,
= varietas Arjuna
V, = varietas Harapan = penyimpanan dengan karung goni = penyirnpanan dengan karung plastik = penyimpanan dalam bentuk tongkof
Gambar 15. Histogram Kadar Air, 6dtir Rusak, Butir Warna Lain, dan Kotoran, karena Pengaruh Varietas pada Cara Penyimpanan yang Berbeda, serta Pengaruh Cara Penyimpanan pada Varietas yang Berbeda, Untuk Seluruh Waktu Pengamatan
cara penyirnpanan lainnya (Tabel 44).
Hal ini menunjukkan b a h w a kulit
t o n g k o l dapat berperan sebagai kemasan alami, terutama dalam rnelind u n g i biji jagung dari kerusakan fisik selama disimpan.
Soemardi ( 1980)
melaporkan penyimpanan jagung selama s a t u t a h u n dengan menggunakan a b u sekam yang dibungkus dalam karung plastik dapat menekan s u s u t 9-
10%. butir rusak 21 %, dan tidak tertihat serangan cendawan.
Menurut
Syarief dkk. ( 1 9 8 9 ) salah s a t u tujuan pengemasan adalah u n t u k melind u n g i bahan yang disimpan dari pencemaran serta gangguan fisik. Tabel 44.
Uji Keberirnpitan Pengaruh Cara Penyirnpanan terhadap K o t o r a n pada Varietas y a n g Berbeda U n t u k Seluruh W a k t u Pengamatan dan Uji B N J
Rata-Rata Kotoran ( $ 1
Perlakuan
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni A, = penyimpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Berdasarkan analisis sifat fisik jagung dapat disimpulkan b a h w a p e n y i m p a n a n jagung varietas Harapan dalam bentuk tongkol (V,A,) t a h a n selama tiga bulan.
dapat
Penyimpanan varietas Harapan dalam b e n t u k
t o n g k o l ternyata lebih baik dalam menekan jumlah butir rusak, kotoran, d a n kadar air serta perubahan butir w a r n a lain selarna penyimpanan. Analisis profil sifat fisik jagung mernbuktikan b a h w a lama penyimpanan, varietas, dan cara penyimpanan sangat menentukan jumlah butir rusak d a n penurunan kadar air biji jagung.
Pengaruh Varietas d a n lnfestasi
S. zeamais Terhadap Kualitas Fisik Jagung
Hasil analisis ragam sifat fisik jagung menunjukkan b a h w a selama p e n y i m p a n a n faktor perlakuan infestasi berpengaruh n y a t a terhadap kadar air, b u t i r rusak, butir w a r n a lain, d a n kotoran, sedangkan perlakuan varietas hanya berpengaruh n y a t a terhadap kadar air setelah dua bulan dan k o t o r a n pada s a t u bulan penyirnpanan. lnteraksi antara varietas d a n infestasi S. zearnais tidak berpengaruh n y a t a terhadap kadar air, butir rusak, b u t i r w a r n a lain. dan k o t o r a n selama penyimpanan (Tabel Lampiran 1518). Hal ini berarti b a h w a dalam penyimpanan jagung kehadiran hama S.
zearnais sangat berperan terhadap sifat fisik jagung,
terutama terhadap
perubahan kadar air, butir rusak, butir w a r n a lain. dan kotoran. Perubahan kadar air,
butir rusak, butir warna lain d a n kotoran,
karena p e n g a r u h varietas selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar
16.
Pada Gambar 16, nampak b a h w a selama penyirnpanan kadar air,
b u t i r rusak, dan kotoran meningkat, sedangkan butir w a r n a lain m e n u r u n drastis setelah tiga bulan penyimpanan, kecuali perlakuan tanpa infestasi S. zeamais. Turunnya w a r n a yang drastis ini disebabkan biji jagung telah mengalami kerusakan, karena serangan S. zeamais.
Butir rusak setelah
ciga b u l a n penyimpanan pada varietas Arjuna 65.14% dan p a d a varietas Harapan 64.07 %. Rata-rata butir rusak d a n kotoran pada varietas Arjuna dan varietas Harapan karena pengaruh infestasi S. zeamais meningkat selama penyimp a n a n d a n terendah pada
perlakuan tanpa infestasi (Tabel 45).
Butir
w a r n a lain sampai dengan dua bulan penyimpanan tidak b a n y a k berubah, n a m u n setelah tiga bulan penyimpanan butir warna lain pada perlakuan d e n g a n infestasi S. zeamais (I,, I,
d a n ),I
t u r u n secara drastis d a n berbe-
d a n y a t a dengan perlakuan tanpa infestasi (I,).
2
S
1
Butm ke
3
Bulan ke
Gambar I-. Histogram Kadar Air %
2
Gambar lab. Hitogram Butir R u d %
1
2
3 Bulan ke
Gambar 16c. Histogram W
Keterangan : V, V,
Bulan ks
~ M Lain
= varietas Arjuna = varietas Harapan
Gambar 16. Histogram Kadar Air, Butir Rusak, Butir Warna Lain, dan Kotoran, karena Pengaruh Varietas pada Cara Penyirnpanan yang Berbeda , Selama Penyimpanan
Tabel 45.
Pengaruh lnfestasi S. zeamais terhadap Kadar Air, Butir Rusak, Butir Warna Lain, d a n Kotoran p a d a Varietas y a n g Berbeda, serta Uji B N J
P e u b a h dan Perlakuan
P e n y i m p a n a n pada Bulan ke-
.................................... 1
Kadar A i r
2
3
(%)
I0
I1 I2 I3 Butir R u s e
(3)
I0 I1
=2
=3
B u t i r Wama Lain
I0 I1
I2 I3
Kotoran
(8)
I0 I1
I2 I3 Keterangan : I,
I, I,
= tanpa infestasi = infestasi 5 pasang imago S. zeamais = infestasi 1 0 pasang imago S. zeamais = infestasi 15 pasang imago S. zeamais
I, Angka pada lajur untuk tiap peubah yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0 . 0 5 .
Rata-rata kadar air pada perlakuan dengan infestasi S. zeamais meningkat, sedangkan pada tanpa infestasi menurun selama penyirnpanan. Kadar air pada perlakuan tanpa infestasi lebih rendah dibandingkan dengan kadar
air
pada
perlakuan
infestasi selama
penyimpanan
(Tabel 45).
Peningkatan kadar air tersebut sejafan dengan peningkatan populasi imago
S. zeamais (Tabel 3 4 ) . Penurunan kadar air pada varietas Arjuna
dan varietas Harapan
tanpa infestasi, antara lain disebabkan oleh aktivitas metabolisme biji jagung.
Biji jagung yang disimpan masih melakukan proses respirasi dan
menghasilkan kalor.
Adanya kalor ini mengakibatkan penguapan air dari
biji jagung selama disimpan.
Menurut Syarief dan Halid (19931,dalam
setiap proses respirasi dihasilkan kalor sebesar 2 820 kJ.
Adanya kalor
tersebut dapat menyebabkan biji-bijian mengering dengan sendirinya. Kadar air biji varietas Arjuna dan varietas Harapan yang diinfestasi dengan imago S. zeamais meningkat selama penyimpanan.
Pada Tabel
45, terlihat b a h w a semakin tinggi populasi imago S. zeamais, semakin tinggi kadar air jagung.
Hal ini disebabkan pada jagung dengan populasi
a w a l imago S. zeamais yang tinggi juga diikuti oleh persentase kerusakan biji y a n g tinggi (Gambar 13). sehingga menyebabkan bu.tir rusak yang tinggi.
Hal ini ditunjang oleh Painter ( 1 9 5 1 1 dan Haines (19 8 1 ) yang
melaporkan b a h w a perkembangan harna pascapanen dipengaruhi oleh keutuhan biji-bijian yang disimpan.
Biji-bijian yang rusak lebih m u d a h
diserang karena kemarnpuannya u n t u k mengatur kadar air biji lebih rendah. Akibatnya biji-bijian tersebut menjadi sangat higroskopis.
Selain itu,
keutuhan kulit dan h a s permukaan biji mempengaruhi proses absorbsi uap air dari lingkungan tempat penyimpanan.
Biji-bijian yang telah rusak atau
beriubang akibat serangan hama rnempunyai permukaan lebih luas sehing-
ga kemampuannnya mengabsorbsi air lebih tinggi biji utuh. oleh
dibandingkan dengan
Disamping itu, peningkatan kadar air jagung tersebut ditunjang
kondisi R,
ruang penyimpanan y a n g relatif tinggi.
yaitu
58.00-
88.00%. Analisis profil sifat fisik jagung menunjukkan b a h w a hanya perlakuan infestasi dan lama penyimpanan yang berpengaruh n y a t a terhadap kadar air, butir rusak, butir w a r n a lain, d a n kotoran
(Tabel Lampiran 1 0 ) .
Kenyataan ini menunjukkan b a h w a dalam penyimpanan jagung populasi a w a l S. zeamais d a n lama penyimpanan sangat menentukan perubahan kadar air, b u t i r rusak, butir warna lain, d a n kotoran. Rata-rata kadar air, butir rusak, dan kotoran berturut-turut 13.99%.
3.73%, d a n 0.45% lebih rendah pada perlakuan tanpa infestasi (I,) berbeda nyata dengan perlakuan infestasi.
dan
Semakin tinggi populasi a w a l
S. zeamais, semakin tinggi pula kadar air, b u t i r rusak, dan k o t o r a n selama penyimpanan.
Butir w a r n a lain lebih rendah pada perlakuan dengan infes-
tasi dibandingkan dengan tanpa infestasi.
Rendahnya butir w a r n a lain ini,
karena p a d a perlakuan dengan infestasi
S. zeamais, jumlah butir rusak
c u k u p tinggi, y a i t u berkisar 42.11 - 5 2 . 6 1 % (Tabel 46). Berdasarkan analisis fisik jagung tersebut, dapat disimputkan b a h w a lama penyimpanan dan populasi a w a l S. zeamais sangat mempengaruhi perubahan kadar air, butir rusak, penyimpanan.
butir w a r n a lain d a n k o t o r a n selama
Semakin tinggi populasi a w a l S. zeamais dan semakin
lama disimpan, semakin tinggi kadar air, butir rusak, dan kotoran, sedangk a n b u t i r w a r n a lain tidak banyak mengalami perubahan, kecuali pada kerusakan y a n g tinggi, m a k a b u t i r w a r n a lain turun secara drastis. Jagung varietas Arjuna m a u p u n varietas Harapan tanpa infestasi S.
zeamais t a h a n selama simulasi dilakukan, y a i t u selama tiga bulan.
Se-
dangkan jagung dengan infestasi 5, 10, dan 15 pasang imago S. zearnais, setelah tiga bulan penyimpanan telah rusak dan tidak layak lagi dikonsumsi berdasarkan sifat fisik jagung. Tabel 46.
Perlakuan
-
~-
p
Uji Keberimpitan Pengaruh Infestasi S zearnais terhadap Kadar Air, Butir Rusak, Butir Warna Lain, dan Kotoran pada Varietas yang Berbeda U n t u k Seluruh Waktu Pengamatan dan Uji BNJ
B u t i r Rusak
-
-
Keterangan : 1,
~
~
Kadar A i r
-
Warna L a i n
Kotoran
-
taopa infestasi infestasi 5 pasang imago S. zearnais 1, infestasi 10 pasang imago S. zeamais I, infestasi 15 pasang imago S. zeamais I, Angka pada lajur untuk tiap peubah yang diikuti huruf yang berbeda rnenunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0 . 0 5 . = = = =
Pengaruh Varietas dan Cara Penyirnpanan Terhadap Kualitas Kimia J a g u n g Analisis ragam sifat kimia jagung menunjukkan b a h w a interaksi ~ e r l a k u a nvarietas dan cara penyimpanan berpengaruh n y a t a terhadap k a n d u n g a n karbohidrat selama penyimpanan. sedangkan terhadap protein tidak berpengaruh nyata.
Pertakuan cara penyirnpanan berpengaruh n y a t a
terhadap protein pada 7 - 2 bulan penyimpanan (Tabel Larnpiran 1 9 - 2 0 ) . Rata-rata kandungan karbohidrat menurun pada semua perlakuan selama p e n y i m p a n a n (Tabel 47).
Penurunan karbohidarat tersebut antara
lain disebabkan oleh pengaruh R, s u h u y a n g tinggi (27.0-32.5°C)
yang relatif rendah (59.0-78.0%)
selama penyimpanan.
dan
Kondisi demikian
Tabel 47.
Pengaruh lnteraksi Cara Penyimpanan dan Varietas terhadap Kandungan Kabohidrat dan Uji Beda Nyata J u j u r
Pengamatan pada Bulan Ice
.....................................
Perlakuan
3
2
1
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni V, = varietas Arjuna A, = penyimpanan dengan karung plastik V, = varietas Harapan A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diiukuti huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taref 0.05. akan menyebabkan aktivitas respirasi biji jagung berlangsung lebih cepat, sehingga
meningkatkan
pembongkaran
karbohidrat.
Disamping
itu,
adanya c e n d a w a n (Tabel 23-24), juga menyebabkan penurunan karbohidrat.
Hal ini sesuai dengan Syarief d a n Halid (19931, menyatakan b a h w a
c e n d a w a n akan menyerang karbohidrat terlebih dahulu, kemudian protein. Katabolisme
karbohidrat tersebut
merupakan proses
oksidasi
biologis
dengan reaksi sebagai berikut : C,H,O,
+
6 0,
---------->6
CO,
+
6 HO ,
Dalam reaksi tersebut dilepaskan energi bebas sebesar glukosa.
686 k k a l l m o l
Apabifa y a n g digunakan cadangan energi molekuler berupa
s e n y a w a ATP (Adenusin Trifosfat), m a k a energi yang dibebaskan sebesar 423 k k a l l m o l gtukosa (Saeni, 19891, dengan reaksi sebagai berikut : Glukosa
+
6 0,
+
3 6 ADP
+
36 f o s f a t ---> 6 CO,
+
42 H,O
+
36 ATP
M e n u r u t Pomeranz (1 992).
penggunaan glukosa dalam aktivitas
respirasi biji akan dikonversi k e dalam karbon dioksida dan air, sehingga menyebabkan
penurunan karbohidrat biji selama penyimpanan.
Setelah
tiga b u l a n penyimpanan terjadi penurunan drastis karbohidrat, dan haf ini disebabkan oleh butir rusak yang tinggi, karena serangan hama S. zeamais (Tabel 20 d a n Tabel 21 ). Kandungan protein selama penyimpanan tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan perubahan karbohidrat.
Rata-rata kan-
d u n g a n protein. karena pengaruh cara penyimpanan terendah ditemukan pada perlakuan A, d a n berbeda n y a t a dengan perlakuan A, d e n g a n 2 bulan penyimpanan
(Tabel 48).
pada 1 sampai
Hal ini berarti b a h w a penyim-
p a n a n jagung dalam b e n t u k t o n g k o l lebih baik dalam menekan perubahan p r o t e i n dibandingkan dengan penyimpanan jagung pipil dalam karung goni d a n karung plastik. Tabel 48.
Pengaruh Cara Penyimpanan terhadap Kandungan Protein pada Varietas y a n g Berbeda dan U j i BNJ
Pengamatan pada Bulan ke
Perlakuan
..................................... 1
2
3
Keterangan : = penyimpanan dengan karung goni A, = penyirnpanan dengan karung plastik A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diiukuti huruf berbeda rnenunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0 . 0 5 . A,
Analisis profil sifat kimia jagung menunjukkan b a h w a uji kesejajaran interaksi cara penyimpanan dengan varietas berpengaruh nyata terhadap k a n d u n g a n karbohidrat, nyata.
sedangkan terhadap protein tidak berpengaruh
Uji keberimpitan menunjukkan b a h w a varietas berpengaruh nyata
terhadap kandungan protein {Tabel Lampiran 6). Rata-rata karbohidrat paling rendah pada varietas Harapan yang disimpan dalam b e n t u k t o n g k o l (V,A,) kuan lainnya (Tabel 49).
dan berbeda n y a t a dengan perla-
Hal ini disebabkan oleh aktivitas respirasi biji
jagung y a n g disimpan dalam b e n t u k t o n g k o l lebih tinggi, karena pengaruh perapian (suhul dari t u n g k u dapur, sehingga pembongkaran karbohidrat berlangsung lebih cepat. Tabel 49.
Perlakuan
Uji Kesejajaran Pengaruh lnteraksi Cara Penyirnpanan dengan Varietas terhadap Karbohidrat U n t u k Seluruh Waktu Pengamatan d a n Uji BNJ
Karbohidrat ( % )
Keterangan : A, = penyimpanan dengan karung goni V, = varietas Arjuna A, = penyimpanan dengan karung plastik V, = varietas Harapan A, = penyimpanan dalam bentuk tongkol Angka pada lajur yang diiukuti huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0 . 0 5 .
Kandungan protein varietas Arjuna (6.28%) lebih rendah dan berbeda n y a t a dengan varietas Harapan (6.67%).
Perbedaan tersebut disebab-
k a n oleh perbedaan kandungan a w a l protein, karena selama penyimpanan protein tidak banyak mengalami perubahan.
Kandungan protein varietas
Arjuna dan Harapan pada a w a l penyimpanan berturut-turut 6.51 % dan
6.94%. Pengaruh Varietas d a n lnfestasi Analisis
S. zearnais terhadap Kualitas Kimia J a g u n g
ragam terhadap sifat kimia jagung menunjukkan b a h w a
hanya perlakuan infestasi imago S. zeamais yang berpengaruh nyata terhadap karbohidrat d a n protein pada s a t u dan tiga bulan penyimpanan (Tabel Lampiran 21-22).
Hal ini berarti b a h w a populasi a w a l S. zeamais
sangat mempengaruhi perubahan karbohidrat dan protein jagung selama penyimpanan. Rata-rata kandungan karbohidrat pada varietas Arjuna d a n varietas Harapan karena pengaruh infestasi imago S. zeamais m e n u r u n selama p e n y i m p a n a n (Tabel 50).
Penurunan karbohidrat tersebut, selain dipe-
ngaruhi o l e h tingkat infestasi S. zeamais, juga oleh aktivitas metabolisme biji jagung yang disimpan.
Menurut Pomeranz (1992) dalam penyimpanan
biji-bijian y a n g berperan merusak p a t i adalah a d a n ,?I versi
menjadi maltosa.
g a n d u m selama
Selanjutnya
a w a l penyimpanan
selama hidrolisis pati.
dilaporkan meningkat,
amilase dan dikon-
bahwa
bobot
karena air
kering
digunakan
Dalam ha1 ini p a t i dihidrolisis rnenjadi gula sederha-
na (glukosa) dan selanjutnya digunakan dalam aktivitas respirasi. Kandungan karbohidrat pada tiga bulan penyimpanan mengalami penurunan y a n g drastis
dan menunjukkan perbedaan y a n g nyata antara
perlakuan infestasi S. zeamais pada varietas yang berbeda.
Rata-rata
karbohidrat terendah diternukan pada perlakuan 1,
(32.1 1 %) dan menun-
jukkan perbedaan n y a t a dengan perlakuan tanpa infestasi (I,) Rendahnya karbohidrat pada perlakuan I,, I,, Tabel SO.
{Tabel 50).
dan I, dibandingkan dengan
Pengaruh lnfestasi Imago S. zeamais terhadap Karbohidrat dan Protein pada Varietas yang Berbeda, serta Uji BNJ
. . . . . . . Pengamatan . . . . . . . . . . . . .pada . . . . . .Bulan . . . . . . .Ice ....
Peubah dan Perlakuan
1
2
3
Karbohidrat ( % )
69.73 a 66.47 ab 64-99 b 62.54 b
I0 I1 I2 I3 Protein ( % )
5-33 b 5.80 ab 5.67 b 6.28 a
I0 I1 I 2
I3
Keterangan : I,
tanpa infestasi infestasi 5 pasang imago zeamais infestasi 10 pasang imago S . zeamais I, infestasi 15 pasang imago S. zearnais I, Angka pada lajur untuk tiap peubah yang diiukuti huruf berbeda rnenunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. I,
= = = =
perlakuan t a n p a infestasi, karena pada perlakuan tersebut terjadi peningk a t a n poputasi imago S. zeamais yang menyebabkan peningkatan butir rusak, sehingga kadar air biji jagung rneningkat (Tabel 4 5 ) .
Kondisi demi-
kian menunjang perubahan karbohidrat rnenjadi bentuk sederhana, karena air d i b u t u h k a n dalam hidrolisis p a t i menjadi n rnaltosa d a n selanjutnya d e n g a n b a n t u a n enzim rnaltase dihidrolisis rnenjadi 2 n glukosa, dengan rekasi biokimia (Eskin dkk., 1971) sebagai berikut :
amiiase
Pati ---------HZ0
maltase
>
n Maltosa ---------H2 0
> 2 n Glukosa
Glukosa y a n g terbentuk, selanjutnya dikonversi menjadi air dan karbon dioksida melalui oksidasi biologis u n t u k mempertahankan kelangsungan h i d u p biji jagung. Hasil analisis profil terhadap sifat kimia jagung menunjukkan b a h w a uji keberimpitan infestasi imago S. zeamais berpengaruh n y a t a terhadap karbohidrat dan protein (Tabel Lampiran 10). Hal ini berarti b a h w a perub a h a n karbohidrat dan protein jagung selama disimpan dipengaruhi oleh p o p u l a s i a w a l S. zeamais den lama penyimpanan. Rata-rata karbohidrat dan p r o t e i n u n t u k seluruh w a k t u pengamatan disajikan pada Tabel 51,
dan menunjukkan b a h w a semakin tinggi populasi
a w a l i m a g o S. zeamais, semakin rendah kandungan karbohidrat pada varietas Arjuna dan varietas Harapan.
Kandungan karbohidrat terendah
d i t e m u k a n pada perlakuan I, dan berbeda n y a t a dengan perlakuan tanpa infestasi.
Rendahnya karbohidrat tersebut,
s u m b e r energi oleh biji jagung
karena digunakan sebagai
u n t u k mempertahankan
kelangsungan
hidupnya, karena adanya serangan h a m a S. zeamais y a n g mengakibatkan biji m e n j a d i rusak.
Hal ini sesuai dengan Syarief d a n Halid (7993) dan
Porneranz (1992) yang mengemukakan b a h w a yang pertama digunakan sebagai sumber energi u n t u k aktivitas metabolisme biji-bijian dalam pen y i m p a n a n adalah karbohidrat.
Setelah karbohidrat berkurang,
s u m b e r energi y a n g lain baru digunakan seperti protein. tingginya
populasi S.
zeamais akan meningkatken
maka
Disamping itu,
tersedianya
enzim
amilase, sehingga pemecahan karbohidrat berlangsung lebih cepat dengan m e n i n g k a t n y a kadar air biji.
Hal ini ditunjang oleh Syarief dan Halid
(1993)y a n g melaporkan b a h w a enzirn amilase yang berperan dalam hidro-
lisis p a t i berasal dari biji-bijian yang disimpan, juga bersumber dari serangg a h a m a penyimpanan. Tabel 5T.
Uji Keberimpitan lnfestasi Imago S. zearnais terhadap Karbohidrat dan Protein pada Varietas yang Berbeda, U n t u k Seluruh W a k t u Pengamatan. serta Uji BNJ
Karbohidrat
Perlakuan
Keterangan : ,I
(%
Protein (%)
tanpa infestasi infestasi 5 pasang imago S. zearnais infestasi 1 0 pasang imago S. zeamais I, infestasi 1 5 pasang imago S. zeamais I, Angka pada lajur untuk tiap peubah yang diiukuti huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada taraf 0.05. I,
= = = =
Kandungan protein jagung paling tinggi ditemukan
pada perlakuan
dengan infestasi 1 5 pasang imago S. zearnais dan berbeda n y a t a dengan periakuan lainnya. dianalisis
Kemungkinan ha1 ink disebabkan c o n t o h jagung yang
mengandung banyak larva S. zeamais, karena pada perlakuan
tersebut populasi S. zeamais dan butir rusak paling tinggi selama penyimpanan.
Hal ini sesuai dengan laporan Syarief d a n Halid ( 1 9 9 3 ) b a h w a
pada biji-bijian y a n g rusak persentase proteinnya lebih t i n g g i dari pada bijibijian yang masih baik.
Selain itu, juga didukung oleh Pomeranz ( 1 992)
y a n g melaporkan b a h w a pada biji gandum y a n g diinfestasi oleh Sitophilus oryzae pada a w a l penyimpanan kandungan t o t a l nitrogen 2.4 m g / 1 0 0 g
d a n setelah tiga b u l a n penyimpanan meningkat menjadi 2.73 m g / 1 0 0 g.
lndeks Kerusakan (Dl) Berdasarkan data iklim (Tabel Lampiran 23),m a k a indeks kerusakan dari lingkungan y a n g dinyatakan dengan Dl di Kecamatan Amarasi dan Kecamatan Kupang Timur
diperoleh Dl tinggi (6.08-7.53)pada bulan
Desember sampai dengan Maret,
D l sedang (2.05-3.65) pada bulan April
sampai dengan J u n i dan Oktober sampai dengan Nopember, dan Dl rendah
(1.08-1.66) pada bulan Juli sampai dengan September (Gambar 17). Hal ini berarti b a h w a w a k t u penyimpanan yang aman, hanya tiga bulan yaitu pada b u l a n J u l i sampai dengan September.
J
P
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
Bulan
Garnbar 17. Grafik lndeks Kerusakan d i Kupang dari Bulan k e Bulan dalam Penyimpanan Jagung Penyimpanan jagung ditingkat petani pada kedua lokasi penelitian dirnulai pada bulan Maret-Mei dengan indeks kerusakan lingkungan tergol o n g sedaog sampai tinggi (2.49-7.451, dan kenu i da in
Dl
m e n u r u n selama
penyimpanan sampai dengan bulan Oktober.
Hal ini berarti b a h w a pada
a w a l penyimpanan jagung sangat mernerlukan penanganan, karena kondisi lingkungan penyimpanan rnempunyai potensi sedang-tinggi u n t u k dapat m e n i m b u l k a n kerusakan dalam penyimpanan.
lndeks kerusakan tersebut,
n a m p a k dengan adanya infestasi harna 'fufuk' terhadap biji jagung pada saat m a s i h d i pertanaman. Hama 'fufuk'
y a n g disebabkan oleh Sitophi/us zeamais M o t s c h
dalam simulasi penyimpanan yang
dilakukan d i
m e n i n g k a t walaupun nilai Dl rnenurun (Tabel 52)
Kupang,
populasinya
Kenyataan ini menun-
jukkan bahwa Dl tidak dapat digunakan dalarn rnenifai potensi kerusakan
dari lingkungan biotik yang disebabkan oleh harna S. zeamais.
Hal ini
disebabkan oleh tingginya toleransi hama tersebut terhadap s u h u dan R ., S u h u d a n R, ruang penyimpanan selama simulasi penefitian dilakukan di Tabel 52.
Bulan April Mei Juni
Juli September
Rata-Rata Totat Popufasi Imago S. zeamais pada Simulasi Penyimpanan Jagung D i Kupang
Total Populasi (ekor/kg)
DI 2-49
9.50 120 -61 324.67
3-18 2.08 1.29
242.78
1.66
234 .5CIf) -
-
--
Keterangan : ' = data dari penyimpanan jagung di tingkat petani Kupang b e r t u r u t - t u r u t 27.0°-32.5OC merupakan kondisi s u h u dan R,
d a n 59.0-78.0%.
Kondisi seperti i t u
yang sesuai u n t u k pertumbuhan dan
perkernbangan harna S. zeamais. M e n u r u t Throne ( 1 994), s u h u 30%
R,
dan
7 5 % merupakan kondisi optimal u n t u k peletakan telur, pertumbuhan
dan perkembangan larva d a n imago S. zeamais. 1 1.4% d a n maksimum 16%.
Kadar air m i n i m u m
Kadar air dibawah minimum, u m u m n y a telur
t i d a k rnenetas, dan d i atas maksimum penetasan telur akan terlambat (Soekarna, 1 9 7 7 ) . Rata-rata t o t a l populasi cendawan selarna simulasi penyirnpanan jagung d i Kupang berkisar 1 7 4 0 - 7 6 5 2 2 c f u / g dan pada penyimpanan di t i n g k a t p e t a n i sebesar 2 4 3 c f u / g (Tabel 5 3 ) .
Populasi c e n d a w a n mening-
k a t dari b u l a n April sampai dengan Juli, dengan laju pertumbuhan ( r =
0.042) d a n dari J u l i sampai September menurun dengan
r
Tabe! 53. Rata-Rata Total Populasi Cendawan Penyimpanan Jagung D i Kupa.ng
=
pada
April Juli September Keterangan :
1 740
2-49
76 522
1.29
243*)
'
=
Simulasi
DI
Total Populasi (cfu/g)
Bulan
-0.090.
1.66
data dari penyimpanan jagung di tingkat petani
Berdasarkan Tabel 53, nampak b a h w a popufasi c e n d a w a n tergolong relatif rendah dan berfluktuasi m e n g i k u t i besarnya nilai Dl.
Rendahnya
populasi c e n d a w a n antara lain disebabkan oleh menurunnya kadar air biji jagung.
Kadar air setelah tiga bulan penyimpanan pada varietas Arjuna
10.54%, varietas Harapan 10.44%, d a n pada penyimpanan jagung sekitar e m p a t b u l a n d i tingkat petani 1 2 . 2 7 % di Kecamatan Amarasi dan 1 2 . 3 2 % di Kecamatan Kupang Timur.
Disamping i t u kondisi R, y a n g relatif rendah
d a n ditunjang oleh s u h u relatif tinggi
(Tabel 2 6 )
p e r t u m b u h a n dan perkembangan cendawan.
kurang mendukung
Penyimpanan yang tidak arnan terjadi pada bulan Desember-Maret d e n g a n D l tinggi (6.08-7.45). sehingga memerlukan penanganan seperti penggunaan teknik aerasi u n t u k rnembuang panas dan uap air yang dihasilkan.
Sebaliknya pada kondisi Dl tinggi tersebut, terutama pada bulan
Januari-Pebruari umurnmnya jagung d i pertanaman berada pada stadia m a s a k susu a t a u mernasuki stadia pematangan.
Hal ini rnenunjukkan
b a h w a penanganan prapanen sangat diperlukan, terutama u n t u k menceg a h i n f e k s i c e n d a w a n penghasil toksin seperti Aspergillus flavus.
Hal ini
d i t u n j a n g oleh O u i t c o ( 1 9 9 1 ) yang menernukan b a h w a jagung pada stadia m a s a k s u s u lebih rentan terhadap infeksi A. f/avus dibandingkan dengan biji y a n g sudah masak.
Selain itu, infestasi hama
S. zeamais juga telah
terjadi pada biji jagung, pada saat masih d i pertanaman.
fnfestasi hama
tersebut, selain rnerusak biji jagung, juga dapat rnenciptakan kondisi predisposisi bagi pertumbuhan d a n perkembangan cendawan toksin. Berdasarkan nilai Dl, maka u n t u k menjamin kualitas jagung secara m e n y e l u r u h p e r l u dilakukan penerapan praktek bertani yang baik atau GAP ( G o o d Agricultural Practices) dan praktek pananganan pascapanen yang baik a t a u GHP (Good Handling Practices). dilakukan
antara
lain
adalah
dengan
Untuk GAP, hat y a n g dapat
menggunakan varietas
resisten,
sedangkan u n t u k G H P dapat dilakukan dengan menghilangkan sumber infestasi hama d a n cendawan, serta penyimpanan dengan kadar air rendah ( 1 3-14%).
M e n u r u t Zeringue dkk. ( 19 9 6 ) senyawa volatil alkanal dan
aleknal dengan C,-C,*
pada jagung, dapat menyebabkan jagung tersebut
menjadi resisten terhadap toksin.
A. flavus
d a n dapat
menekan p r o d u k s i afla-