HASlL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelompok Ternak Domba Mekar Jaya Kabupaten Dati 11 Majalengka adalah salah satu kabupaten di Propinsi Dati I Jawa Barat yang memiliki Pdensi Agribisnis yang cukup besar, dan dari sektor ini pulalah, PendapatanAsli Daerah (PAD) terbesar didapat oleh Kabupaten Majalengka. Kelompok Ternak Domba Mekar Jaya (KMJ) berada di tanggulhantaran Sungai Cilutung, Dusun Cangkring, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat. Desa Kadipaten terdapat di wilayah bagian utara dari Kabupaten Majalengka. Berada pada ketinggian 6 derajat di atas perrnukaan lauf dan bersuhukan rata-rata 32 derajat celcius disertai curah hujan yang relatii rendah. Desa Kadipaten berpenduduk sebanyak 1.038 j i i dengan perbandingan 30 persen laki-laki dewasa , 43 persen i
perempuan dewasa dan 27 persen anak-anak.
Secara geografi, Desa Kadipaten memiliki batasan wilayah sebagai berikut :
-
Batasutara
: Desa Kertajati
-
Batas timur
: DesaDawuan
-
Batas-
: Desa Tomo, Sumedang
Kelompok Temak domba Mekar Jaya (KMJ) saat ini beranggotakan 79 orang, dengan rincian 42 orang anggota yang aktii, dan 37 orang anggota tidak aktii. Anggota tidak aktii di sini adalah mereka yang sudah tidak memiliki lagi ternak domba, tapi masih tercatat sebagai anggota kelompok dan masih mengikuti kegiatan atau pertemuan kelompok. "
Sojarah Perkembangan kelompok
Betemak domba merupakan ha1 yang biasa ditemukan dalam kehiiupan masyarakat pedesaan. Begitu juga dengan masyarakat Desa Kadipaten. Sudah menjadi kebiisaan dari sebagian besar penduduknya untuk be~sahaternak domba , terutama di Dusun Cangkring ( blrasi kandang sekarang ), hanya saja masih kurang memperhatikan kesehatan lingkungan. Lokasi kandang masih bersatu dengan ~ m a h tempat tinggal. Oleh karena itu, diadakanlah penyuluhan tentang sanitasi kesehatan deh BKKBN sekitar tahun 1987. Setelah melalui proses sosialisasi yang cukup lama, akhimya masyarakat menyadari tentang perlunya sanitasi kesehatan yang baik untuk keluarganya. Terjadi musyawarah antara para perangkat desa d m tokoh masyarakat untuk membicarakan tentang perlunya bkalisasi kandang temak domba yang terpisah dari pemukiman rnasyarakat. Hasilnya, disetujui adanya lokalisasi kandang temak domba dengan mengambil tempat di tanah pengairan yang ada di ujung utara wilayah Cangkring. Dimulailah proses ldcalisasi temak yang dilanjutkan dengan pembentu,kan kelompok temak domba ( waktu Yu belum diberi nama ) dengan jumlah anggota p g terdaftar sekitar 20 orang. Kejadin ini terjadi pada tahun 1989, dan lokasi ini Visa dipanggil kandang bakmg pengblliran.
SeZaiah kebmpok Wfi da;tanglah berbagai bantuan dari pihak luar. Bantuan
yang diterima kekmpok adalah bantuan yang diberikan deh Institut Pertanian Bogor yang diwakili oleh staf pengajar di lnstitut Pertanian Bogor, jurusan Sosial Ekonomi Petemakan. Dalam ha1 hi ia mt4wakili instiiusi untuk melakukan program pengabdiin masyarakat. Bantuan ini b e ~ p pemberian a temak domba unggul ymg merupakan bibi pilihan dari pasar hewan domba Mipaten. Bantuan diberikan kepada sekitar 22 orang anggota kebmpok dan 8 orang yang berada di perkarnpungan. Masing-masing
mendapatkan satu ekor temak domba. Selain itu. bantuan inipun diberikan juga ke kelompok yang ada di Babakan Anyar dan Paku Beureum. Proses yang terjadi waktu itu sangat teratur. Di awali dengan pengumpulan seluruh anggota di Balai Desa Kadipaten, bersarna-sama bemwsyawarah dengan dihadiri juga deh aparat desanya. Bantuan ini datang dalam dua tahap. Menurut penuturan salah satu anggota, bantuan tahap kedua berasal dari Kanada dengan jumlah bantuan sama besamya dengan bantuan tahap pertama. Jenis bantuan yang diberikan tidak menggunakan sistem kredit, tetapi berupa sistem bagi hasil. Jangka waktu pengembalinnya adalah empat tahun. Misalnya, dari satu ekor jantan dan betina, berkembang menjadi 14 ekor, rnaka 6 ekor diserahkan ke IPB sebagai cicilan
dan 6 ekor bagi petemak, sedangkan dua ekor lagi tetap sebagai modal usaha. Untuk anggota dapat membayar bagian cicilannya masingbantuan IPB ini, hampir s e l u ~ h masing, cum8 satu atau dua orang yang tidak mampu membayar dengan semestinya, misalnya dad enam ekor yang seha~snyadibayarkan, ia hanya mampu membqyar empat ekor. Bahkan ada satu orang yang sama sekali gagal, tidak mampu mengembalikansatu ekor pun. Untuk ha1seperti hi mendapat kebijaksanaan tersendiri. Sebaglan besar dari anggota yang mampu mengembaliin bantuan adalah
anggotol yang benar-benar hobi dan berpeng&aman dalam betemak domba. anggota yang hanya ikut-iku&n akan k e W n d a h hasilnya nanti. Proses pengawasan juga dhkukan deh Perguruan Tinggi (IPB) tendama tentang perkembangantemak domba. Sayangnya waktu itu, bekrm &la yang rnau dulu hasil temak yang telah dikembangkan sebelum d
i
m ke PT. Kesan anggota tentang keberadaan bantuan yang
diberikan deh PT sangat positii. Bantuan PT berlangsung sampai s e k i r tahun 1994. Lokasi kandang di kandang balong pengairan bertahan selama kurang lebih enam tahun, yaitu dad tahun 1989 sampai tahun 1995. Setelah itu ada isyu bahwa "
kandang balong akan dijadikan sebuah komplek perunahan umum. Maka dimulailah proses pemindahan bkasi kandang ke bkasi lain. Aparat desa menyarankan bkasi dipindahkan ke tanggul /bantaran sungai Cilutung. Di sini terjadi perbeciaan penciapat antara Ketua dengan anggota. Ketua berpendapat bahwa iokasi tanggul pengairan sungai cilutung terlalu jauh untuk dijangkau oleh penduduk. la lebih rnenginginkan kandang masih di tanah penduduk sekiir pesisir desa. Tetapi, anggata lain berpendapat berbeda. Mereka berpikiitak masalah pindah ke tanggul Cilutung. Karsna
kalah suara, maka bkasipun dipindahkan ke tanggul bantaran Cilutung, tetapi terjadi penyerahan posisi ketua. Di lokasi inilah nama Mekar Jaya muki digunakan. Bantuan yang datang setelah bantuan PT adalah bantuan dari BKKBN. Bantuan ini terjadi sekitar tahun 1995. Jenis bantuan yang diberikan adalah bantuan kredii lunak dengan bunga 0.5 %. Jangka waktu pengembaliin diberikan selama setahun dengan tiga kali cicilan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan dalam waktu tiga bulan domba sudah dapat berkembang biik. Wktu pemberian bantuan ini, lokasi kandang ten~ak
sudah pindah dari Wi kandang babng pengairan Sungai Cilutung. Jumlah anggota yang ada saat itu sekitar enam puluh orang dan sebagian di a n t m y a acfalah perempuan. Hal ini didasarkan bahwa yang tepat berpartisipasi aktii dalam bidang
BKKBN ardalah kaum wanita. Mengenai bantuan BKKBN ini bisa dikatakan t masalah dalam
pengembaiiannya.
Hsrmpir sebagii
i ada
besar anggota dapat
mengembalikan pinjaman kredit yang diberikan. Selanjutnya bantwrn yang datang setelah bantuan dari BKKBN adaiah bantuan dad Dinas Sosial. Bentuk dari bantuan sama dengan bantuan dari BKKBN yaitu bentuk kredit hnak dengan jumlah kredit yang diberikan juga sama dengan bantuan sebelumnya. Mengenai bantuan yang satu hijuga tidak terjadi masalah berarti dengan
pengembaliinnya. Bisa dikatakan tepat waktu dan hampir seluruh anggda dapat mengembalikan pinjaman yang diberikan. Dari ketiga bantuan yang telah diberikan ini, bantuan yang dirasakan paling banyak rnanfaatnya adalah bantuan jenis pertama , yaitu bantuan dari PT. Hal ini disebabkan tiga alasan : a. Jangka waktu pengembalin bantuan dari PT lebih lama periodenya diianding jangka waktu pengembalian yang diberikan oleh BKKBN dan Dinas Sosial. Hal ini mengakibatkananggota lebih tenang dalam b e ~ ~ a dan h a tidak terkejar-kejar waktu untuk pengembaiiin. b. Bantuan yang diberikan oleh PT adalah bantuan berupa ternak dengan kuaiiis
unggul. Hal ini membuat anggota tidak usah capek lagi mencari bibit temak yang baik.
c. Sistem bagi hasil yang dipakai membawa anggota ke suatu sikap kerja kerns dan sungguh-sungguh dalam berusaha temak, karena akan menentukan hasil ya,ng dipedeh. Jika bekerja sernakin k e r n maka hasil yang dipedeh akan semakin baik, begitu juga sebaliknya.
d. Figur wakil PT lebih dipemya oleh anggota KMJ dibanding fylur-figur pemberi bantun lam. Hal ini d i e m k m gelar dokt01 yang disandang d m keahlian serta pagalamannya yang sudah tewji &lam bidang pengembangan petemakan dan usaha pertanian.
Bantuan terakhir yang pemah diterima keiompok Mekar Jaya adalah bantuan dari Dinas Peternakan yang disebut bantuan UPSUS (Upaya Khusus). Bantuan UPSUS adalah bantuan kredit yang dberikan kepada kelompok dengan bunga no1 persen dan hams dikembalikan dalam jangka waktu tiga tahun, berarti tahun 2002 "
adalah tahun terakhiu pengembalian Mitersebut, karena bantuan UPSUS diberikan tahun 1999. Bantwm ini berasal dari dana APBN, dengan jumlah alokasi sebesar Rp. 3.600.000/anggota dengan total bantuan lima ratus juta rupiah. Kekmpok menerima dalam bentuk temak, tetapi dalam kenyataannya tidak sernua anggata kelompdc menerima temak yang diberikan dengan alasan tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya hanya rnenerima lima ekor dari sepuluh yang direncanakan. Ada lagi sebagian anggota yang membeli ke dirinya sendiri artinya uang yang diberikan dibelikan ke temak miliknya sendiri. Keadaan ini berlangsung tanpa penindakan tegas
dari apatat yang bertugas. Hal ini mengakibatkan k i i hari kelompok sernakin t i i k terkendali. Ada sebagian anggota yang menjual ternaknya untuk mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-had, ada juga yang tidak membelanjakan bantuan untuk membeli temak , malah untuk membeli barang mewah. Tetapi ada juga sebagian yang tetap bertahan dalam beternak domba, yaitu mereka yang mernang berminat dan hobi beternak domba. Dalam Bantuan UPSUS ini, pihak yang tertibat di lapangan adalah Pimpro, Kacadin waktu itu ,dan PPL. Bantuan UPSUS d i b e r i h untuk rnembeli temak,
pkan dan obat-.
DaIm pelaksanaannya, ada sekelompok petugas yang ikut
mengamMl baglarr dwi Wit UPSUS yang dsperuntukkan bagi kekmpok Para anggda berpendapat bahwa Bantuan UPSUS mmbawa dampak yang kurang baik dibandiig bantuan-bantuan sebelumnya. Hal hi dikarenakan beberapa
alasan, pertamr, bantuan t i i k mengenai sasaran yang tepat. Pada awal pembsrian, bantuan ini dimaksudkan untuk mengurangi pengangguran yang ada di Desa Kadipaten. Daripada melakukan hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik mengerjakan usaha temak domba. Maka anggotapun bertambah dengan angguta baru yang sebetuhya tidak memiliki pengalaman dan minat yang timggi dalam usaha temak "
domba. Dengan keadaan ini, anggota tersebut tidak dapat sukses dalam berusaha ternak karena sifatnya hanya pengisi waktu dan ikut-ikutan, tidak ada rasa sungguhsungguh dalam melakukannya. Dengan hi pernbayaran cicilanpun tidak lancar dilakukan. Kedua, Ada sekelompok orang atau aparat dinas yang tidak memberikan
contoh yang baik. Mereka ikut mengambil bagian dana bantuan yang diperuntukkan bagi kelompok. Padahal mereka tidak memiliki kandang satupun. Selain itu, tidak ada
yang memberi m t o h melakukan pernbayaran ciciian kredit. Keadaan demikian
membawa dampak
yang
kurang baik terhadap
perkembangan kelompok. Para anggota banyak yang tidak bersemangat lagi dahm be~sahatemak di kelompok, karena tidak ada f ~ u yang r bisa mereka contoh. Lalu banyak melakukan penyelewengan-penyelewengan. Ada yang membelanjakan uang kredit untuk mernbeli barang-barang mewah, seperti motor, n/ atau ada juga untuk modal usaha lain. Hal inilah yang sebenamya yang menjadi cikal bakal pewrunan kondisi kelompok temak domba menjadi sekarang ini. Apalagi anggota yang dukr hanya kut-ikutan, menjadi benar-benar tidak aktif. Hanya saja kondisi ini masih ditdong oleh adanya anggota-anggota yang mernang benar-benar hobi dan minat dalam betemak domba. Setelah membanding-bandingkan di antara bantumbntuan yang pemah dierima, a n m a rnengatakan bahwa bantuan yang diberikan PT kbih terasa manfaatnya dibanding bantuan-bantuan lain. Dan bantuan yang paling terasa membawa dampak b u ~ adalah k bantuan UPSUS ini. Jadi dalam perkernbangannya, KMJ telah menerima empat bantuan dari pihak luar, yaitu secara berumtan dimulai deh PT ( IPB ), Bantuan BKKBN, Bantuan Dinas Sosial, dan Bantuan UPSUS. Selain itu, telah terjadi empat penggantiin ketua. KMJ pun telah mengaiami pasang surut jumlah anggota. Dimulai pada waktu pendirian "
w----------.--
~~h~~
------
Gambar 8. Skema tahapan perkembangan KMJ
evaiuasi
Faktor internal kelompok
Karakteristik Anggota
Gambaran tentang karakteristik responden menunjukkan bahwa terjadi pembandingan lurus dan terbalik pada beberapa indikator. lndikator umur berbanding lwus dengan pendidikan non formal, pengalaman betemak domba, masa keanggotaan, akan tetapi berbandhg tehlik dengan tingkat pendidikan dan tiigkat pendapatan responden. Gambaran selengkapnya disajikan dalam tabulasi silang dengan tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Tabel 2. Sebaran Persenbse Umur dan TSngkat Pendidikan Anggota Kamktersitik Muda (< 34 th)
Umur
-
Rendah(<SD) 0
Pendidikan Sedang(SD) 4.7
Tinggi (SMP) 0
SedaW (34-53)
60
76.6
100
limgi (>53th)
40 100
18.75 100
0 100
4
-
Pads Tabel 2 dapat dilihat temyata tid& ada anggota yang bemrnur di bawah 34 tahun yeng tldak taMlat s e k d a h dasar. Selain itu, tiiak ad8 anggota yang berumur
di atas 53 tahun yaw tamat SNIP. 100 persen dari anggota yang berpendiiikan tinggi
berada pada usia sedang, yaitu antara 34
- 53 tahun. Dalam tabulasi silang ini
diketahui bahwa sebaran bersymt dalam ketiga baris adalah tMak sarna, artinya menandakan ba&raterdapat hubungan antara umur dan pendidikan. Hubungan yang terjadi adalah hubungan yang tewik, artinya sernakin tinggi umur anggota, temyata pendidikannya semakin rendah.
T a k l 3 . Sobaran Persentas8 Umw dan Tinght Pendapahn Anggota
1 umur
Muda ( 4 4 th) S e d q (3453 )
1
Tingkat PendapatanAnggota Rendah (< Rp.25") Sedang (2550) Tinggi (>SO) 7.7 0 0
Tinggi (>53 th)
I
60.7
85.2
25.6
14.8
0
100
100
100
Ket.:' dalam kelipatan 10.000 Dari segi pendapatan, tidak ada anggata yang berusia muda memiliki pendapatan di atas Rp. 250. 000,00, dan sebaliknya tidak ada anggota yang berusia tua memiliki pendapatan di atas Rp. 500.000,00 (Tabel 3). Sebanyak 66.7 persen dari
anggota berpendapatan rendah adalah berusia sedang dan 100 persen dad anggota yang berpendapatan tiiggi juga tergolong dalam usia sedang. Terlihat bahwa anggota yang berpendapatan tinggi kesemuanya berada pada kategori sedang. Di sini tejadi hubungan terbalik, yaitu semakin tua us& , pendapatannya semakin rendah.
Tabel 4. Sebaran Persentase Umur dan Pendidikan Non Formal Anggota P"----,Karakteristi k 1 Pendidikannon Formal Karakteristik \ Rendah Sedang Tinggi 0 1.75 10.5 WJda(3
1
L t Keterangan : Pend.non faJmai rendah (QX), sedang (2-3 X),tinggi (>3X)
I
'I
Pada Tabel 4 dijekkan hubungan antara umur dengan pendidikan non f o m l . Oalam pgndidikan non formal , &pat dilihat bahwa anggota yang berusia muda tidak memiliki pendidikan non formal rendah, dan tidak ada anggda berusia tua yang berpendidikan non formal rendah. Sebagian besar anggota memiliki pendidikan non formal sedang, yaitu antara dua sampai empat Mi. Dapat dikatakan semakii tua usia, "
-
pendidikan non formalnya semakh tiiggi (sebaran bersyarat da&m kedua baris tidak ).
Tabel 5. Sebaran Persenbso Umur dan Nhsa Keanggotaan Ang~ota Kmkteristik\
Muda
I
(a th) -
Sedang (34-53th) Umr
Tinggi (>53 th)
I
1
--
Rendah 7.7
Sedan~ 0
7"Inggi 0
89.7 2.6
I
Keterangan :MK terbagi dalam rendah (4th), sedang (5-10 th), dan tinggi (>I0 th)
I
Dilihat dari masa keanggotaannya (label 5) , ternyata 89.7 % yang tergobng dalam masa keanggotaan yang rendah dimiliki oleh anggota yang bemsia sedang clan , hanya 2.6 persen dari mereka rnemiliki masa keanggotaan yang tinggi. Dapat dilihat juga bahwa tidak anggda yang berusia muda memiliki masa keanggotaan sedang dan tinggi. W ini menandakan adanya hubungan lurus antara umur dan m k a keanggataan, yaitu sernakin tinggi us&, maka semakin tinggi rnasa keanggotaannya.
.
Tabel 6. Sobaran Persenbso Pendidikan dan Pengalaman Betemak Domba .Kara#eristik
Rendah
Rendah (<SO) Tinggi I
(SMP)
1
-
Sedang
3.85
2.9
69.2
91.2
26.9
5.9
Tinggi 15.8 5.26 1
1
Keterangan : Pengalamanterbagi menjadi rendah (8th), sedang (5-10 th),tinggi (>lo th)
Gambaran yang tersaji pada Tabel 6 antara pendidikan dan pengalaman beternak domba memperlihatkan hubungan yang tetbalik , yaitu semakin tinggi "
p e n d i i i temyata pengalaman betemak dornba semakin rendah. Dapat dilihat bahwa t e w i kecendenrngan semakin tunrnnya
nilai persentase pengalaman beternak
domba dengan semakin timgginya tingkat pendidikan anggota.
Tabel 7. Sobaran Persentase Masa Keanggotaan dan Pengahmm Betemak Domba 4
Karakteristik
Karaktdstik
I Masa Keanggotaan
Rendah Sedang
Tinggi
1
Rendah 65.4
Pengalaman Beternak Dornba Sedang Tinggi 50 26.3
30.8
20.6
26.3
3.9
29.4
47.4
100
100
100
1
Keterangan :Pengalaman dan MK : rendah (~Sth),sedang (510 th),tinggi (>I0 th)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa 65.4 % dari anggota yang berpengalaman rendah , rnemiliki rnasa keanggotaan yang rendah juga. Hal ini dlunjukkan pada Tabel 7. 50 % ciari anggota yang berpengalaman sedang, mediliki
masa keanggotaan yang rendah, yaitu kurang dari lima tahun, sedangkan 47.4 % dari
anggota yang berpengalaman tinggi, memiliki masa keanggataan yang tiggi, sisanya dibagi rata antara anggota yang mellliliki masa keanggotaan s d m g dan rendah. Hal
hi merwnjukkan mhya kecendenargan anggota yang memiliki masa keanggotaan tinggi m e W pengalaman yang tinggi pula. Hal hi diperkuat dengan fakta yaitu hanya 3.9 % anggota yang betpengalaman rendah walaupun masa keanggotaannya tinggi.
Tab.18. Sobaran Persentase Pendapatan &n Pengalaman Bebrrurk Domba
I
Karakte~istik
II
1
Pendaman Beternak domba
I
I loo
100
100
I Ketermgan :Pengalaman dan MK : rendah (<5th), sedang (510 th),tinggi (>I0th) Pendapatan : berada dalam kelipatan 10.000
I1
Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbesgr yaitu 91.2 % dari anggota berpengalaman sedang, memiiiki pendapatan sedang, yaitu Rp. 250.000,00
- Rp.
500.000,00. Tabel di atas juga memperlihatkan adanya kecenderungan hubungan negatif antara pendapatan dm pengalaman. Dapat dilihat bahwa terjadi penumnan persentase tingkat pendapatan dengan semakin tingginya pengalaman betemak domba.
-
/
Tabel 9. Sobaran Penentase Tingkat Pendidikan don PendapatanAnggota' f-Kamkte~istik
Meristik
1
Rendah (< SD ) Pendidikan Sedang (SD)
T
w
(wp)
1 I
I
Pendapatan
Rendah (Rp 25)
sedang(dp 2550)
10.3
3.7
Ting~i(>Rp 50) 0
87
81.5
76.9
7.7 100
14.8
23
100
100
I
Dapat dilhat ddm setbp baris Tabel 9, t e w i penurunan persentase kecuali pada anggota yang berpendiiikantinggi. Hubungan antara pendidikan d m pendapatan temyata berbandimg kmms, yaitu semakii tinggi pendidikan, semakin tinggi juga pendapatan yang dimiliki.
Tabs1 10. Sebirran Persentas8 Masa Keanggohan dan Pendap8tanAnggota
I
Ket-
1
: Masa Keanggotaanrendah ( < 5 th ), sedang ( 510 th), linggi (>lo thn) Tingkat Pendapatan berada pada kelipatan 10.000
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa 66.7 % dari anggota yang berpendapatan sedang, memiliki masa keanggotaan yang rendah yaitu di bawah 5 tahun. Fakta bin bahwa 38.5 % dari anggota berpendapatan rendah memiliki masa keanggotaan tinggi.
Dapat dilihat bahwa terjadi perbandingan t e b l i k antara masa keanggotaan dan pendapatan anggota, yang berarti masa keanggotaan berbanding Iums dengan umur dan pengahman beternak domba , sedangkan pendapatan berbanding l u ~ dengan s pendidikan anggota. Sernakin tinggi masa keanggotaan, temyata tingkat pendapatan anggata malah semakin rendah.
I
-
Tabel 11. &burn Persentase Faktor Internal Kelompok dan Umur bakkistik
krdi#or F.lntar~i
Muda(c34th) 0
R andah
MothrPri
S
~
m3gi
W
Umu Seclanp(3C53lh) 37
T(a53th) 35.7
100
61.3
429
o
1.61
21.4
1m
100
100
Rendah
0
35.5
14.3
sikap thd Usaha
ssdang
66.7
46.8
429
Tmak domba
linggi
33.3
17.74
429
100
100
100
Rendah
0
39.4
sew
66.7
48.5
57.14
n ~ g i
33.3
12.1
28.6
100
100
100
Rendah
0
8.06
0
Sedang
33.3
74.2
57.1
mid
66.7
17.7
42.9
100
100
100
Sikap thd Klp
Norma Klp
.
14.3
/
Dapat dilihat pada Tabel 11 bahwa dalam hubungan umur anggota densan m o t h i , sebagian besar anggota memiliki tingkat motivasi sedang, dan tidak ada anggota yang b e ~ s i a muda yang memiliki tingkat rnotivasi tiiggi. Hal yang serupa juga terjadi dengan thgkrrt gikap anggota temadap usaha t e m k dcmba, sikap anggda terhadap kekmpdr, dan norma kekmpok. Kecendewgannya adalah berbanding hrus antara rimur dengan keempat faktor internal tersebut. Khusus untuk gambaran norma
kelompok, t i i k ada anggota yang telah berusia lanjut ( > 53 tahun ) yang memiliii rnotivasi rendah. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar dari anggota yang berusia lanjut ini adalah anggota yang memiliki masa keanggotaan tinggi ( di atas 5 dan 10 tahun ) dan merupakan anggota yang aktif sampai sekarang.
Tab1 12. Sebaran Persentase Faktor Internal dan Pendidikan Anggota Rendah MathrPsi
siksp thd Usaha T m k domba
Sihp thd Klp
NP
Pendidikan Sedang
Tigi 76.9
Randah
20.5
Sedang
69.23
37 63
linggi
10.26
0
0
100
100
100
Rendah
20
25
70
Sedang
60
50
20
linggi
20
25
10
100
100
100
23.1
Rendah
40
34.4
60
Sedang
60
56.3
30
Tinggi
0
9.4
10
100
100
100
Rendah
0
8.1
0
Sedang
33.3 66.7
74.2
57.14
17.7
42.86
100
100
100
Tinggi
Terjadi hubungan yang negatif antara pendidikan dengan motivasi, sikap I
snggota terhadap usaha temak domba, sikap anggota terhadap kebmpok. Dapat juga
di#hat bahwa ada 69.23 % anggota berusia muda yang memiliki tingkat m o t i i i
sedang. Selaii itu 70 % dari anggota yang berpendidikan tinggi, rnemitiki sikap temadap usaha ternak domba yang rendah dan hanya 20 % dari anggota
berpendidikan rendah yang memiliki sikap terhadap usaha temak domba yang rendah. Terlihat juga pada hubungan antara pendidikan anggota dengan sikap anggota terhadap kebmpok, ya#u pada anggotglranggota yang berpendidikan tinggi, temyata 60 % memiliki sikap terhadap kelompok yang rendah.
Tabel 13. Sobaran Persentroo Faktor Internal Kebmpok dan Pendidikan Non Formal Anggota Rendah 0
Pendidkan Nm F a d Sedang 38.6
Tinggi 31.6
100
57.9
57.9
0
3.5
10.5
100
100
100
Rendah
66.7
36.8
5.3
Sikap fhd Usaha
Sedang
33.3
43.9
57.9
Temak dumb
r f ~ d
Rendah
Mobhnsi
S
m
TiWgi
Sikap fhd Mp
0
19.3
36.8
100
100
100
Rendah
0
42.1
31.6
s h g
100
50.9
52.6
0
7
15.8
100
100
100
Rendah
0
8.8
0
sadrng
100
70.2
63.2
0
21
36.8
100
100
100
mtgi
Norma KIP
Tinggi
/
Gambaran dari tabel 13 adalah bahwa terjadi hubungan yang positif anbra pendidikan non formal anggota dengan tiigkat motivasi anggota rnenjadi anggota kekmpok, sikap anggota terhadap kekmpok, sikap anggota t e m p usaha temak domba, dan norma kelompok.Sebagai contoh, pada sikap an-
terhadap kelompok,
dapat diiat bahwa tidak ada satupun dad mggota yang memilikj sikap p
g tinggi,
memiliki pendidikan non formal yang rendah. Begitu juga dengan norma kelompok dan sikap anggda terhadap usaha temak domba. Kecenderungan ini terjadi karena bertahannya para anggota aMif dalam kekmpok.
Tab.114. Sebaran Persentase Faktor tntemal Kelompok dan Tmgkat Pendapatan anggota
-
Karakterirtik Rendah 20.5
Pendapatan Stdang 37
Tinggi 76.9
s-
69.2
63
23.1
ling@
10.3
0
0
100
100
100
Rendah
20.5
37
46.1 5
Sikap thd Usaha
s h g
48.7
44.4
46.15
Ternak domba
n ~ g i
30.8
18.5
7.7
100
100
100
Rendah
25.6
33.3
84.6
s d g
61.5
63
7.7
n ~ g i
12.8
3.7
7.7
100
100
100
Rcndah
2.6
11.1
7.7
Sedang
74.4
66.7
61.5
23
22.2
30.7
100
100
100
Indikobc F.lntemal
Rendah Modivosi
Sikap fhd KJp
Norma Klp
linggi
I
Dapat dilihat pada Tabel 14, bahwa tingkat motivasi menjadi anggota,slkap anggota terhadap usaha ternak domba, dan sikap anggota terherdap kelwnpdc
cendenmng berbanding terbalik dengan tingkat pendapatan anggota. m
y
a sdalah
urmekkl tinggi pendapatan, cendenmg memiliki motivasi, sikap temadap usaha temak
dtxnba, dan sikap anggota t e m p kekmpok semakin rendah, sedangkan antara pendapatan dan nonna kebmpok cendenmg t i k memiliki hubungan atau hubungan yang lemah. Hal ini terlihat dengan tingkat motiisi menjadi anggda kelonysok, yalu tidak ada satupun dari anggota yang berrnotivasi tinggi memiliki tingkat pendapatan yang sedang dan tinggi.
Tabel 15. Sebaran Persentase Faktor Internal Kelompok dan Pengahman Betemak Domba
Rendah
Wvui
sV ~ g i
Pengdaman Bet& Rendah Sedang 34.6 38.24
Dornba
linggi 31.6
65.4
58.82
52.6
0
2.94
15.8
100
100
100
Rendah
65.38
17.65
5.26
Siktp lhd Usaha
sang
34.62
55.9
47.37
Tmmk Domba
Tinggi
0
26.5
47.37
100
100
100
Rendah
30.77
70.83
26.32
Sedang
65.4
25
47.37
Tinggi
3.85
4.17
26.32
100
100
100
Rendah
11.54
8.33
0
S
88.46
37.5
68.42
0
54.17
31.58
100
100
100
Sikap lhd Klp
MP
m
Ting%i
.
Pada Tabel 15 terlihat bahwa anggota yang memiliki pengabmm b e t e k
domba rendah cenderung tidak memHiki rnotivasi menjadi anggota yang tinggi. Keamderungan laiinya adalah anggota yang berpengalaman sedang memilii motivasi sedang. Hubungan yang terjadi adalah poslti. Begjitu juga dengan sikap anggota temadap usaha temak domba dan sikap anggota tehadap kehpok. Pengalaman beternak dornba cenderung tidak memilii hubungan dengan norrna kelompok. Dapat
d l i juga bahwa ada sebagim k d anggota yang memiliki t i i k a t pengalaman sedang temyata rnemiliki sikap tehadap usaha temak domba dan kekmpok yang rendah. Hal hi kbih dikarenakan tingkat pendapatananggotanya yang rendah.
Tabol18. Sobaran Persentase Faktor Internal Kelompok dan Masa Keanggotaan Anggota
w
Rendah 30.8
Masa keanggobrr -Sedang 30
d
I
35
Tinggi
Sikap #d Klp Tinggi
I
N
~
V
MP I ~
Sedang
12.82
35
100
100
35 20(1w
Keterangan : Masa Keanggotaan rendal I (6 th), sedang (5-10 th), tinggi (>I0 th)
Kecende~nganyang terj8di pada Tabel 16 yaitu terjadi hubungan yang p a Y i di antam variabehrariabel yang ada. Dapat dilihat terjadi kenaikan persentase pada s e t i i baris dari anggota yang memiliki mdivasi tinggi, sikap terhadap usaha temak Yang tkrggi, sikap tethadap kelompok
thggi, dm norma kelompdr yang tinggi.
Faktor eksdernal kelompok
Faktor ekstemal ymg mempengaruhi kelompok adalah bantuan dari pihak pemerintah daerah, bantuan dari pihak Perguruan Tinggi (PT), dan intensitas penyuluhan yang dilakukan. Bantuan Pemerintah Daerah yang dimaksud adalah bantuan dari Dinas Petemakan sebagai representatif dari beberapa jenis bantuan
pemerkdah daerah yang telah diberikan pada kebmpok, karena sistem yang diiunakan
nya sama. Sebaran anggota berdasarkan pendapatnya terhadap faktor eksternal adalah sebagai berikut :
Tab1 17. Sebaran Persentase Faktor Eksbernal Kelompok dan Keberlanjubn Kelompok Bantuan PEMDA
PPK
I
Bantuan PT
I
Intensitas P.
S
T
Oari tabel di atas memperlihatkan kecende~nganterjadi hubungan negatii antara bantuan PEMDA dengan struktw kelompok dan pernbinaan clan pengembangan kelompok, dengan struktur kebmpok rendah disebabkan oleh 88.9 % bantuan PEMDA yang tinggi dan tidak terjadi PPK yang tinggi dengan tingginya bantuan PEMDA. Dalam ha1 hubungannya dengan variabel yang lain, Bantuan PEMDA cenderung rnemiliki hubungan yang lemah.
1
Bantuan Perguruan Tlnggi (PT) cende~ngmemiliki hubungan positif dan kuat dengan s t ~ k t u rkekmpdc dan hubungan lemah dengan variabel internal lainnya. Terlihat dengan 94.4 % struktur kebmpok yang rendah disebabkan oleh rendahnya bantuan dari PT dan terjadi kenaikan persentase tingginya struktur kebmpok dengan
semakin tingginya bantuan dari PT. Lain halnya dengan intensitas penyuluhan yang cenderung memiliki hubungan kuat clan positiff dengan efektiiitas kebmpok, yaitu dengan 94.4 % rendahnya efektiias disebabkan deh rendahnya intensitas penyuiuhan.
Peranan Pemirnpin Informal dalam Keberlanjutan Kelompok
Sebaran anggota berdasarkan pendapatnya terhadap peranan yang dilakukan deh tokoh masyarakat atau pemimpin informal dalam keberlanjutan kelompok adalah
seperti yang tersaji pada Tabel 18. Kelima peranan pemimpin informal, yaitu Mernbantu h h a p a i tujuan. Memenuhi kebutuhan anggda, mewujudkan nilai kebmpok, mevdkili
pendapat anggota dalam lnteraksi dengan kelompok lain, dan fasilitator penyelesai
konfiik dihubungka deslgan tingkat mthrasi menjadi anggota, sikap anggota terhadap
usaha temak domba, sUrap anggota terhadap kelompok, dan norma kelompok.
Tabel 18. -ran
Persentatso Pemnan Pemimpin informal dan Faktor Internal Keiompok
R
R 33
MT S 34
T 44
R 50
MK S 33
T i k 8 t M S
67
60
56
50
6l
0
55
T
O
6
0
0
6
0
0
100
100 100
100
100
100
T 100
R 31
NK S 39
25
F S 40
T 29
MP T
R
S
T
R
33
45
31
2? 64
75
58
57
6
14
0
2
14
100
100
100
100
100 100
R
67
30
22
50
30
34
21
50
20
14
S
33
46
56
25
29 48
0
Silcrp Thd
100
52
41
50
33
50
57
U.rh.trn8k
T
0
24
22
25
22
0
18
25
29
17
21
28
100
100 100
100
100
100
100
100
100
100 1M)
100
I
I
Sitcap thd KJp
R
3 3 3 7 4 4 5 0
37
0
38
44
22. 25
43
20
S
67
52
58
58
0
55
47
83
58
52
21
0
5
T
P l m a iUp.
38
0
11
12
7
100
6
100
100 100
100
100
100
100
R
O
8
O
O
7
0
S
67
8g
78
88
88
0
76
63
71
75
71
71
T
33
23
22
12
24
100
24
24
22
17
24
14
0
Q
14
17
100
100
loo loo
13
7
8
5
0
1
loo 100 100 100 100 100 100 100 100 Keterangan : Rsrendah, S= sedang, T-finggi MT= membardu anggota nencapai tujuan relompok, MK = mernbantu 100
100
100
memenuhi keMuhan anggota, NK : mewujudkan ni ti kelornpok, MP = mewkili pendapat anggota daam interak i dengan kela ipok lain, F = Fasilit@or penyelesai HI^
Dari kelima peranan pemimpin informal, ha1 yang mencobk terlihat pada hubunganantam peranan memenuhi kebutuhhn anggota (MK) dengan tingkat motivasi menjadi ~ O g a t kekwrrpdr a dan sikap anggota temadap kebmpok. 100 % dad anggota yang bermotivasi rendah cenderung menyatakan peranan MK tinggi, dan 100 % anggota yang memW sikap temadap kebmpok yang tinggi, cenderung menyatakan peranan MK tinggi. Hubungan peranan pemimpin informal dengan variabehreriabel internal laiinya cenderung memiliki hubungan yang rendah.
4
100
Keberknjutan Kelompok
Unsur keberlanjutan kekmpok adalah struktur kelompok, suasana kelompok, pembinaan dan pengembangan kelompok (PPK), dan efektivitas kebmpok. Hubungan bisa terjadi dengan semua unsur keberlanjutan kelompok atau salah satu dari unsurunsur tersebut.
Tabel 19.Sebaran Persentase Faktor Internal Kelompok dan Keberlanjubn Kelompok PPK
R
R T
R
S
UI.hakmrJ<
T
50
39 54 50 7 11 100 100 39
S
R S
8 89
T I
64
31 0 29 49 U 50 57 18 25 50 14 100 100 100 100
T
Norm8 Klp.
25
56
33
R
SilcrpThd Klp
41
R
S
71 22 29 71 7 3 5 2 5 0 100 100 100 100 100
Tingkat Moehnri S
SlkapThd
T
S 31
6
76 24 19 66 5 10 0 100 100 100
25 75
0
5
52 43 100
69 75
23 25 25 100 100 100 I
31 43 26 100
I
7 76 17 100
EhkWtas Klp
Suasana Klp R S T
T
0 0 100 100
25 37 75 61 0 2 100 100
0
29 33 42 17 29 100 100
39
25 42 0 58 51 10017 7 100 100 100
39 54 7
100
0 8 7 0 67 68 100 25 25 100 100 loo
4 73 23 100
0
I
Keteianoan : PPK = Pmbinaan dan Pengembangan Kelompok
38
100 23 62 15 100
100 100
35
11
50
0
30
50
I
I
Terdapat kecenderungan hubungan positif antara tingkat rnotivasi rnenjadi anggota kebmpok, sikap anggota terhadap usaha ternak domba, sikap anggota t e h d a p kelompok
dengan p e m b i n dan pengembangan kebmpok, yaitu
pembinaan dan pengembangan kelompok berada pada kondisi tinggi dikarenakan
..
.
Tabel 20. Nilai Konlasi Antara Faktor indsrnal dengan keberlanjutan kelompok Suasana PPK Efektivitas Umur
0.18
Ketwanom :
0.01
-0.15
0.05
"menunjukkantaraf kepercayaan0.01 * menunjdckantarad kepercayaan 0.05
Tingkat pendidikan pada kenyataannya berkorelasi positif dengan tingkat pendapatan anggota dan berbanding terbalik dengan pengalarnan anggota. Anggota yang bsrpendidikan dan berpendapatan lebih tinggi k m n g memiliki pengalarnan dalam betemak domba, karena sebagian besar berprofesi sebagai pedagang dan para pensiunan, sehingga dalam pelaksanaan beternak dombapun, menyuruh orang lain. Hal ini mengakibatkan kurangnya tingkat pengawasan dan kesungguhan dari anggota
tersebut untuk betemak domba, sehingga pa& akhimya ha1 ini mempengaruhi kondisi internal kelompok, dan produktifiis kelompok. Hal ini berbeda dengan anggota akti yang mta-mta memiliki tingkat pengalaman yang tinggi dabm beternak domba, walaupun memiliki tingkat pendiidikan dan pendapatan lebih rendah dibanding anggota tidak aktif. Variabel yang memiliki nilai korelasi paling signifihn adalah hubungan antara
motivasi anggcl(a dengan tiigkat pernbinaan dan pengembangan kelompok dengan nUai sebesar 0.56. Tingkat m d i i yang tinggi dipertunjukkan oleh para anggota aktif di &lam merawat domba dan rnempertahankan keberadaan kebmpok, selain itu juga
akti melakukan pertemuan harnpir setiap hari. Banyak ha1 yang dibiirakan, baik yang bemubungan dengan kelompok, temak, ataupun perrnasalahan yang dihadapi.
.
Be~sahatemak domba telah rnenjadi k e b i n atau hobi dad sebagian besar masyarakat Desa Kadipaten. Minat dan faktor suka akan betemak domba telah mendorong sebagian masyarakat Kadipaten untuk hidup berkelompok clan mempertahankannya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi yang positif d m signifikan (0.40) antara sikap anggota terhadap usaha temak &mba dan efektkbs kelompok. Berbeda dengan anggota tidak aktif, yang sebagian besar masuk menjadi
anggota hanya ikut-ikutan dan kurang terbiasa dengan usaha temak domba. Variabel terdchir yang
memiliki tingkat
hubungan
sign^^
dengan
keberlanjutan kelompok adalah sikap anggota teddap kebmpok yaitu 0.41 dengan p e m b i n dan pengembangan kebmpok. Sebagian besar dari anggota aktii terlibat
langsung semenjak pendirian kekmpok (1989 ) sampai sekarang. Dengan motivasi dan mirret yang tinggi untuk hiiup berkekxnpok, telah membuat bertahan menjadi anggota sampai saat ini. Sedangkan kebanyakan dari anggota tidak aktif baru masuk menjadi
anggota sekitar bhun 1997 yaitu saat digulirkannya bantuan 'UPSUS* dari D i v s Peternakan.
Hubungan Antara Faktor Eksteral dengan Keberlanjutan Kelompok
Faktor yang berasal dari luar ( e k s t e d ), yaitu bantuan dad P i k Pemerintah Daerah, bantuan dari pergunran tbrggi (PT), dan intensitas penyuluhan. Dari tabel dapat dilihat kesernua variabel tersebut merniliki hubungan dengan keberlanjutan kelornpok dengan tiigkat signifikansi tinggi, yaitu Bantuan PEMDA dengan niM -0.43, PT (0.51) dan intensitas penyuluhan (0.35). Terlihat bahwa hubungan yang paling kuat diperdeh Perguruan Tinggi. Bantuan dari PT dan intensitas penyuluhan berbetnding lurus dengan keberlanjutan kelompok, sedangkan bantuan PEMDA berbanding te-ik dengan keberlanjutan kelompok, berarti jika bantuan PEMDA ditingkatkan akan
..
mempercepat proses pembubaran kebmpok. Kondisi ini sebenamya menunjukkan bahwa intervensi pemeiintah daerah temadap kelompok sudah tidak diharapkan lagi.
Tab01 21. Nilai Korelasi Antara Faktor eksbrnal dengan keberlanjutan kelompok Sbuktur
Suasana
-0.09 Bantuan PEMDA -0.430.51" 0.23" PT 0.23' Intensitas Penyuluhan 0.25" Keterangan : * menunjukkantaraf kepemyaan 0.01
PPK -0.06 -0.05 -0.13
Efektivitas -0.01 0.07 . 0.35
menunjukkantaraf k6percayaan0.05
Diketahui bahwa fenomena pembandingan terbalik antara Bantuan PEMDA dan keberlanjutan kelompok disebabkan beberapa ha1 : a. Adanya kesalahan sasaran daiam penyaluran bantuan. Banyak anggota yang masuk menjadi anggota kelompok karena diminta oleh pegawai dinas supaya dana dapat habis tersalurkan. Masalahnya adalah anggota baru sebagian besar tidak berpengalaman , dan dari segi ekonomi, rnasih ada orang lain yang v i h t
membutuhkan. Sehingga beberapa tahun kemudiin, tidak dapat mempertahankan produktiisnya. b. Adanya penyelewengan kewenangan penyaluran bantuan oleh oknum petugas.
Sebagian pengarnbil keputusan dan pgnyalur proyek mengambH bagian dari dana tersebut. Di antaranya dengan menjadi anggota juga. Hal ini menyebabkan adanya pandangan negatif dad anggota.
c. Tidak adanya panutan bagi anggota untuk mencicil pembayaran kredii, karena petugas yang ambil bagian tidak rnemberi contoh pembayaran kredit, begitu juga dengan ketua kebmpok. Akhimya, ha1 ini membawa dampak yang kurang baik t e h d a p kondisi internal kelompok, seperti kehadiran kurang karena takut ditagih, hubungan kurang harmonis dengan pegawai dinas dan ketua.
d. Adanya pandangan bahwa dana bantuan adalah miiik rakyat dan tidak perlu dikembalikan. Pandangan ini berasal sebagian &ri anggota sendiri, tetapi ada juga berasal dari kebmpok lain, seperti dari mahasiswa. Keempat aiasan ini menyebabkan struktur kebmpok goyah karena ketua umum tidak lagi aktif, suasana menjadi kurang harmonis, terjadi ketidakaktifan anggota, dan penu~nanjumlah temak yang seha~snyabertambah karena dijual untuk membeli
Keadaan di atas baru terjadi pada rnasa bantuan 'Upsus" tahun 1997, tidak terjadi pada bantuan-bantuan pemerintah yang diberikan sebekrmnya, yaitu bantuan dad BKKBN, dan dinas sosial. Hanya saja dua bantuan tersebut tidak cukup membawa pengaruh banyak terhadap perkembangan kebmpok karena masa pengembalin hanya setahun dan jumlah bantuan hanya sedikii, yaitu Rp. 700.000,00/anggota. Selai itu, sistem yang digunakan kurang tepat bagi suatu program pemberdayaan karena kurang mendidik anggota untuk sungguh-sungguh merawat ternaknya. Berdasarlpan pendapat sebagian besar anggota aktii, sistem yang dikehenhki adalah sistem bagi hasil seperti yang dipraktekkan oleh pihak PT. Keadaan ini rnenggamhrkan adanya interaksi yang negatif antrrra kekmpok Mekar Jaya dengan pemerintah daerah seperti yang digambarkan pada Gambar 10. Terjadi pergeseran dari Tipe A menjadi Tipe B, yaitu keadaan yang terjadi ketika antar kelompok masyarakat saling terpencar dm menghindari hubungan dengan pemerintah daerah. Korrdisi seperti ini cukup rnernbahayakan apabila tens dbiarkan. Berkurangnya kepemyaan terhadap pemerintah dikhawatirkan suatu saat nanti akan berakumulasi dan mengakibatkan gejolak-geplak sosial yang lebih parah. Terjadinya pemisahan kehidupan antara rakyat dan pernerintah yang bukan diawali oieh adanya interaksi yang positif akan berdampak kurang baik untuk kehidupan dalam jangka panjang.
Tipe B
Tipe A
Ket:
0
Klp.TemakDomba Mekar Jaya
Gambar 9. Interaksi negatif ( Hubungan Pengaruh) antara kelompok dengan pemerintah
Beralih ke bantuan yang diberikan PT terhadap kelompok. Korelasi yang terjwfi antara PT dengan struldur kelompdr sebesar 0.51. Hubungan ini bisa kuat disebabkan oleh beberapa ha1 : a. Jangka waktu pengembalm bantuan dari PT tebih lama peridenya dibanding jangka waktu pengembalin yang diberikan deh BKKBN d m Dinas Sosd. Hal hi mengakibatkan anggota lebih tenang dalam berusaha dan tidak terkejar-kejar waMu untuk pengembalin.
b. Bantuan yang diberikan oleh PT adaiah bantuan berupa ternak dengan kualitas unggul. Hal ini membuat anggota tidak perlu sulit lagi mencari bibii temak domba yang baik dan menambah rnotivasi anggota untuk memeliharanya. c. sistem bagi hasil yang dipakai membawa anggota ke suatu sikap kerja keras dan
sungguh-sungguh dalam berusaha temak, karena akan menentukan hasil yang diperdeh. Asumsinya Jika bekerja sernakin keras maka hasil yang diperoleh akan semakii baik, begitujuga sebaliknya. d. Figur wakil perguruan tinggi lebih dipercaya oleh anggota dibanding figur-figur pemberi bantuan lain. Hal ini dikarenakan gelar doktor yang disandang dan keahlin serta pengalamannya yang sudah teruji dalam bidang pengembangan peternakan dan usaha pertanian. Dari tabel lain dapat juga diketahui bahwa PT memang dapat mempengaruhi beberapa faktor internal kelompok. Hal ini terlihat dari nilai korelasi antara PT dan sikap anggota terhadap kelompok 0.42.
(
Tabel 22. Nilai Korelasi Antara Faktor Eksternal dan Faktor Internal Sikap Thd. Klp
Sikap Thd.Usaha Ternak
PT
0.24" I
Intensitas Penyuluhan
0.42 I
0.48"
0.16
Keterangan :"menunjukkan Taraf kepenayaan 0.01
Faktor eksternal terakhir adalah intensitas penyuluhan (IP). IP memiliki hubungan yang cukup kuat dengan efektiviis kelompok (keberlanjutan) dengan nilai 0.63, akan tetapi dibanding bantuan dari PT, IP memiliki nilai korelasi lebih kecl. Hal ini dikarenakan penyuluhan sudah enam bulan terakhir berkurang drastis, semenjak ada konflik internal akibat bantuan Upsus dan tidak semua pelatihan yang diberikan berhasil, yang akhimya mernpengaruhi kesungguhan anggota untuk mengaplikasikan hasil pelatihan, di antaranya inseminasi buatan.
Hubungan Peranan Pemimpin Informal dengan Keberlanjutan Kelompok Peranan Pemimpin Informalyang diamati adalah : 1. Membantu kebmpok mencapai tujuan (MT) 2. Membantu memenuhi kebutuhan anggota kelompok (MK) 3. Mewujudkan nilai kebmpok (NK) 4. Mewakili pendapat anggda dalam berinteraksidengan kelompok lain (MP)
5. Menjadi fasiliiator kebmpok dalam menyelesaikan konflik (F)
Tab1 23. Nilai Korelasi Antara Peranan Pemimpin Informal dan Keberlanjutan Kelompok
Dari tabel 23 dapat dilihat bahwa kesemua peranan itu telah dilakukan oleh pam pemirnpin informal ( ada yang lebih dari satu ) dalam kehidupan kelompok, dengan nilai korelasi dalam hubungannya dengan keberlanjutan kebmpok adalah signinkan (kuat). Peranan yang memiliki nikd korelasi terbesar adalah mewakili pen&@ anggda dalam interaksi dengan kekmpok lain yaitu sebesar 0.55. Kesemua nilai korelasi yang signifikan bemilai positif atau berbanding lurus dengan keberlanjutan kelompok. Peranan Membantu Mencapai Tujuan rnemiliki nilai korelasi signifikan dengan sttuktur kelompok ,yaitu 0.51, sedangkan dalam hubungannya dengan suasana kebmpok,
p e m b i i dan pengembangan kelompok, dan efektiviias kebmpok, peranan ini kurang memiliki signifikansi yang kuat. Peranan Membantu Memenuhi Kebutuhan Anggota memiliki nilai hubungan yang sedang dengan suasana kebmpok (0.33),akan tetapi kurang memiliki signifikansi dengan ketiga unsur keberlanjutan kelompok yang lainnya. Sedangkan peranan Mewujudkan nilai kelompok rnemiliki hubungan yang kuat dengan struktur kelompok (0.52).
Peranan fasiliator dalam menyelesaikan konflik memiliki nilai korelasi sangat kuat dengan suasana kelompok yaitu sebesar 0.52.. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa hampir dalam s e t i i peristiwa besar dalam kelompok, muncul satu pemimpin yang dapat menyelesaikan konflik yang ada. Kelompok Mekar Jaya telah mengalami empat kali pergantian ketua umum kelompok. Dua kali dikarenakan adanya perpindahan bkasi yang disertai dengan konflik intemal dan dua lagi pada saat krisiskonflik akbat dampak dari bantuan ekstemal yang terjadi pa& kelompok. Dapat diketahui juga hubungan antara peranan pemimpin informal dan faktor internal kelompok. Selaii itu dalam hubungmnya dengan keberlanjutan kelompok, peranan pernimpii informal dipengaruhi oleh faktw ekstemal kelompok. Dari Tabel 23, dapat diketahui bahwa Faktor bantuan dari pihak Perguruan Tinggi memiliki hubungan yang kuat dengan peranan pemimpin informal, terutarna peranan mewakili pendapat anggota dalam interaksi dengan kelompok lain. Sedangkan, faktor bantuan dari Pemerintah Daerah memiliki hubungan yang kuat dan berkorelasi negatif dengan peranan mewujudkan nilai kelompok. Dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi hubungan yang dekat antara para pemimpin kebmpok dengan wakil perguruan tinggi.
Tabel 24. Nilai Komlasi Antara Faktor Eksfernal dengan Peranan Pemimpin Informal F.Ekstemal
1 Bantuan PEMDA 1
Perguruan Tinggi -0.1 1 0,28" 0.05 4.08 0.25' -0.29" 0.36" -0.17 0.09 0.05 Keterangan : * menunjukkan Taraf Kepercayaan 0.05 "menunjukkan Taraf ~epercayaan0.01
1
Peranan PI Membantu Mencapai Tujuan Memenuhi Kebutuhan Anggota Mewujudkan Nilai Kelompok Meakili Pendapat Anggota Fasilitator PenyelesaiKonflik
I.Penyuluhan
1
0.22* 0.15 0.21 0.10 0.16
Dari hasil analisis dengan teknik sosiometri, dapat diketahui bahwa mereka yang termasuk pemimpin informal (PI) oleh anggota ada lima orang. Para pemimpin informal tersebut terpilih berdasarkan pilihan Mik-klik yang ada dalam kelompok seperti yang digambarkan pada Gambar 10. Kelima pemimpin informal tersebut adalah PI I (55 %), PI 11 (21 %) , PI 111 (10 % ) dan PI IV (9 %) PI V (5 %). Kesemuanya adalah
orang-orang yang terlibat semenjak pendirian kelompok pada tahun 1989, hanya saja PI IV tidak lagi aMi di kelompok karena pemah berselisih pendapat dengan sebagfan anggota yang lain. Sedangkan PI V tidak lama aktif, dikarenakan beberapa ha1sebagai berikut : a. Ide-idenya sebagian kurang dimengerti oleh anggota kelmpk. Ide untuk rnemtiasakan membeli temak jika ada kerjasama dengan pihak luar kepada anggota kelompok sendiri, kurang bisa d i m a oleh kelompok. Padahal, PI V mengusulkannya dengan maksud untuk memajukan kesejahteraan para anggota kelompok. b. Belum memelopori untuk melunasi &Ian kredi bantuan Upsus. Dalam ha1 ini, PI V mengakui bahwa ia tidak bersemangat untuk membayar cicilan karena perilaku sebagian oknum aparat PEMDA yang tidak membayar cicilan kredit
76
c. Sibuk dengan usaha lain sehingga menkrggalkan kelompok sejak tahun 1999. Berdasarkan keterangan dari PI V, ia bukan meninggalkan kelompok, tetapi sibuk menjadi konsultan pengembangan kelompok karena ia merupakan sahh satu KTNA yang menonjol. la juga menyatakan bahwa telah mendelegasikanwewenang
ketua kelompok kepada wakil ketua, hanya saja tidak dimusyawarahkan. Hal mi berakbat banyak anggota yang tidak mengetahuinya sehingga memiliki kesan negatif terhadap PI V. Dari wawancara khusus dapat diketahui bahwa PI V memiliki perselisihan dengan PI IV dan PI II. PI V berpendapat bahwa ada kelompok yang ingin merebut posisi ketua kelompok darinya. la bertekad mempersilahkan posisinya digantikan oleh orang lain asal ia dapat bekerja lebih baik darinya. Dengan alasan inilah, ia mencoba menyibukkan diri dalam kegiadan lain dengan maksud memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk menjadi ketua kehpok. Dalam kenyataannya, tanpa kepemimpinan PI V kebmpok menjadi stagnan.
f
I
Sedangkan PI II me~pakanpengganti sementara dari PI V pada saed belw
sudah tMak aktii mi. Dari hasil pengamatan d m wawancara langsung dan mencialam dengan yang bersangkutan, dapat diketahui berhwa ia merupakan tokoh yang d i l c a n
dan rnemiliki nilai kesabaran yang tinggi d&m hidup berkelompok. la rnemberi contoh kepada genetasi muda bahwa usaha betemk domba bisa menjadi a n d a h &dam kehidupan ekonomi kekrarga. Sekarang ia memiliki sekiar sembilan belas ekor domh yang ditempatkan di &lam kandang kebmpok. la merupakan figur yang sarat
pengataman, hanya saja terkesan lambat walaupun ha1 itu lebih dikarenakan faktor pengalaman dan pemikirannya yang penuh pertimbangan. Mengenai PI Ill, dim adalah ketua sementara pengganti PI IV, sebelum dipindahtangankan ke PI V. Dad segi pemilikan jumlah temak, dia lebih sedikii dibanding pemirnpin yang lain, tetapi ia
..
rnemiliki sernangat dan mdivasi serta rela berkdan untuk orang Kin yang tinggi. Jadi
- - -
urutan penggantian ketua umum KMJ adalah sebagai berikut : PI N
PI Ill
PI V
PI 11
Pemimpin informal yang paling berpengaruh bagi anggota adalah PI I.Di lihat dari pendapatan secara keseluruhan, iapun tidak menonjol dibmding yang Win. Dan
segi pengalaman sebagai seorang pemimpin, ia sama sekaii behm pernah menjabat sebagai ketua umum, bahkan ketua subkebmpokpun belum pemah. Temyata ia memiliki kelebihan dalam pengalaman b€WU~ahatemak domba dibanding anggota yang lain, hanya PI ll yang mampu rnenyamainya. Kelebihan dia dibandiig Pi IIadalah dari
sifat pemberani dan cenderung berani mati untuk membela orang lain. Setip ada konflik yang dihadapi kebmpok, maka PI I akan membelanya. Siat kesedemnaan yang ia miliki mendorongnya untuk memilih tidak menjadi ketua umum, akan tetapi ia memiliki peranan dalam mempengaruhi anggota lain untuk mendukung ketua yang terpilih. Jika hasil analisis sosiometri ini digambarkan maka akan tampak seperti 9
gambar 70. Terlihat adanya klik-klik dalam Kelompok Mekar Jaya. Masing-masing klik rnemiliki pemimpin di dalamnya. Akhimya, gambaran klik ini memperlihatkan suatu jaringan komunikasi (CommunicationNetwork ) &lam kebmpok Mekar Jaya.
Klik 5 /
0
Keterangan : Klik 5 : 1,2,7,13 Klik 4 : 56,59,61.62,66.67.68,78 Klik 3 : 3,6,13,11, 12,15,17,20, 22 Klik 2 : 23.27.29. 31.32.33,34,37.38.40,44,46,49,51,52,53,54 Sisanya yaitu 55 % berada pada klik 1 (data anggota pada lampiran >
Gambar 10. Klik dalam kelompok dan pemimpinnya
Tingkat Keberlanjutan Kelornpok
Perkembangan Kekmpok Temak Domba Mekar Jaya (W)didasarkan atas faktor-faktor pengikat sebagai berikut : a. Adanya kepentingan bersarna antara anggotanya. b. Adanya kesamaan kondisi sumberdaya atam dalam berusaha temak domba c. Adanya kondisi masyarakat dan kehidupan sosial yang sarna
d. Adanya saling pemya-mempercayai antara sesarna anggota. Pada awal pembentukan jumlah anggota sebanyak 30 orang. Semua anggota sama-sarna ingin meningkatkan usaha temaknya dan meningkatkan kesehatan lingkungan di sekbr tempat tinggal. Selain itu , keadaan alam yang mendukung keberlangsungan usaha temak domba, yaitu dekat dengan bantaran sungai Cilutung dan di kelilingi oleh hamparan-hamparan sawah yang mendukung penyedim pakan
bagi temak domba. Tingkat kesejahteraan dan status sosial yang tidak jauh berbeda di I
antara anggota kelompok ( sebagian besar buruh clan petani ) mendorong urltuk bekerjasarna &lam kekmpok. Dapat diketahui juga bahwa pada awal pembentukan, para anggota kelompok rnemiliki tingkat saling percaya yang tinggi. Setelah era bantuan &ri P e r g u m Tinggi (Pl), tujuan kebmpok mengalami pergesem dad peningkatan produktivhs temak menjadi pemenuhan pembayaran kredit bantuan. Hal ini terlihat juga dari perbedaan jangka waktu pengembalii antara bantuan yang diberikan oleh PT dan Bantuan-bantuan dari Dinas seternpat. Bantuan kredii yang diberikan oleh pemerintah setempat memiliki persyaratan bahwa pengembalian dalam jangka waktu sangat cepat yaitu setahun. Berbeda dengan bantuan PT yang rnemiliki syarat waktu pengembaliin dalam empat tahun dengan sistem yang berbeda yaitu sistem bagi hasif. Dalam hai ini, resikopun iebih besar dalam
jenis bantuan dari Pemerintah. Keadaan ini rnembawa anggota kelompok ke dalam sikap tertekan. Selab, itu terbentuk sikap di mana inklusi anggota dipenga~hioleh jenis bantuan yang diberikan, sehingga pembentukan pengurus yang ada bersifat terburuburu dan kurang stabil. Hal ini rnenyebabkan terjadinya konflik intemal dan mempengaruhi kebertahanan dari kelompok itu sendiri. Banyak dana bantuan yang tersalurlran secara tidak tepat sasaran. Posisi ketuapun relatif berubah-ubah. Walaupun tujuan dapat tercapai, tetapi berdarnpak kurang baik terhadap kesinambungan dari kelompok itu sendiri. Sebagian anggota yang aktif rnenjadi pilar inti dari keberlanjutan kebmpdc ternak domba Mekar Jaya. Mereka merniliki potensi dan motivasi yang cukup tinggi untuk tetap mempertahankan keberlangsungan dan rnengembangkan kelompok. Kelornpok Temak Dornba Mekar Jaya telah rnernasuki kelima tahap perkernbangan kekmook. Permasalahannya adalah tidak semua tahapan itu dapat dilalui dengan sempuma. Pada saat behentinya bantuan dari PT dan mulai datangnya berbagai bantuan dari pihak pernerintah daerah, terjadi proses pembentukan kernbali
nonna b r u &lam kelompok yang berbeda dengan norma yang sudah terbangun pada masa sebelumnya. Perbedaan tersebut adalah : 1. Sikap kesungguhan dan kerja kerns yang sudah terbangun pada masa bantuan Pihak Perguruan Tinggi (PT) berubah rnenjadi sikap asal, yaitu asal tumbuh, dan
asal terbayar. Hal ini dikaremkan jangka pengembalian dari kredit yang begitu pendek dan kurangnya kontrol akan kualiias pemeliharaan ternak. 2. Ada kesan kumngnya memperhatikan kualitas pada masa bantuan pihak pernerintah daerah. Hal ini berbeda dengan pa& masa sebelumnya yang sangat rnemperhatikan kualitas dan pengawasan. Hal ini berdampak pada kehidupan kelompok. Struktur kelompok menjadi goyah, dengan kurang tersaringnya anggota
..
yang masuk ke dalam kdompok, baik dari segi motivasi, ataupun pengalaman mereka. Sehin itu hubungan anggota dengan pemimpin pun menjadi kurang harrnonis lagi. Alasan di atas menjadi penyebab ketidakberhasilan anggota dalam mencapai tujuan kelompok, yaitu produktivis temak domba yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Saat ini, kelompok berada pada tahap evaluasi yaitu tahap ketika kelompok mengevaluasi diri tentang tercapai atau tidaknya tujuan yang diinginkan &h kelompok. Melalui penetapan metode tangga terhadap perkembangan kelompok, bahwa tercapainya tujuan sebagai sebuah cita-cita kelompok diberi skor maksimum 10, sebagian besar anggota ( 62 persen ) mengatakan bahwa mereka saat ini berada pada skor 4, padahal pada sekitar lima tahun yang lalu mereka sudah dapat mencapai skor 6, yaitu ketika mereka merasakan kemantapan berkelompok pada era kerjasama
dengan perguruan tinggi. Sisanya malah mengatakan bahwa mereka sekarang berada pada skor 2.
I
Pada tahap evaluasi inipun terjadi perurnusan kebijakan untuk rnasa yang akan datang. Pertama, Didakan penghimpunan kernbaii anggota yang benar-benar aktif, baik dari produktivitas kegiatan maupun temak domba ke dalam satu ikatan yang lebih kuat. M u a , pada rnasa yang akan datang akan diiakan penyeleksian baik itu formal ataupun informal bagi anggota baru yang rnasuk.
Perkembangan Kelompok sebagai Perubahan Terencana (Planned Change)
Berdasarkan sejarahnya, perkernbangan kelompok Mekar Jaya sesuai dengan tahapan perubahan Terencana. Dalam Perubahan Terencana, ada proses hubungan
antam kekmpdc dengan agen pembahant (AP). Pihak yang berperan sebagai AP pada perkembangan K e h p o k Mekar Jaya adalah Pihak Perguruan Tinggi (AP I)d m
Pemerintah Daemh (AP 11). Terdapat proses yang cukup sisternatis datam hubungan mereka.
a. Fase I:Fase pembentukan Kebutuhan untuk Berubah Hubungan Kelompok Mekar Jaya dengan AP I mentpakan hubungan t i e ketiga, yaitu ketika kelompok sudah sadar akan pentingnya perubahan dan rnulai mencari dukungan dari luar. Kesadaran untuk melokalisir kandang ternak domba
dm rnembentuk kelompok adalah awal dari keinginan untuk berubah. Saat da+ng AP Ihubunganpun dimulai.
Tipe hubungan ketiga ini adalah suatu tipe ideal dari suatu program pernberdayaan, yaitu ketika klien (kebmpdt) sudah menyqdari pentingnya suatu perubahan.
b. Fase II:Pembentukan hubungan Seteiah adanya kesadaran dan kesiapan dari masing-masing pihak, hubunganpun terjadi. Dalam fase ini, terdapat proses saling menduga kernampuan rnasing-masing untuk mengadakan perubahan. Selain itu, di antara mereka terdapat proses saling menduga keuntungan yang akan didapat oleh mereka nantinya. Harapan kelompok adalah mereka akan dapat meningkatkan produktiviias temak
..
domba mereka. Sebagai seorang akademisi dan praktisi, AP I metakukan pengabdian pada masyarakat sebagai pengejawantahan tri dharma perguruan tinggi.
c. Fase 111 : Diagnosa Permasahhan Setelah terbentuk hubungan, langkah pertama yang dilakukan adalah mendignosis permasalahan yang terjadi dalarn kelompok. Sebagai kelompdc pemula saat itu, seperti halnya kelompok pemula pada umumnya, Kebmpok Mekar Jaya merasakan lemah dalam pengetahuan dan teknologi dalam usaha temak domba. Selain itu mereka ingin bisa meningkatkan kesejahteraan mereka melahi usaha ternak domba, sehingga langkah yang diambil oleh AP
I adalah
mendatangkan bantuan ternak domba unggul dan mendidik kelompok dalam penguasaan teknologi pemeliharaan temak domba. Di sini, peranan kelornpok sebagai kelas belajar dan wahana kerjasama dengan pihak luar benar-benar terjadi.
d. Fase IV : Penyusunan Maksud dan Tujuan Dalam fase ini, terjadi penjelasan tentang arah perubahan yang dimaksud dari
huhungan AP1 dan Kebmpok Mekar Jaya. Cara yang teratur dan sistematis telah dilakukan oleh AP I dalam fase-fase pertama ini. Adanya musyawarah bersama antara AP I, anggota kebmpok dan seluruh aparat desa telah menjadi tolak awal yang bagus untuk melangkah ke fase berikutnya.
e. Fase V :Transhr dan stabilisasi Perubahan lnisiasi perubahan yang ideal adalah diawali oleh salah satu subbagian dari kelompok. Di sinilah, peran pemimpin informal sebagai opinion leader dibutuhkan.
..
Keempat orang peftarna dari pemimpin informal hasil penelitian adalah orang-orang yang mendapat kepercayaan sebagai penyebar perubahan ke seluruh bagian kelompok. Peranan mereka sebagai wakil anggota dalam berinteraksi dengan
kelompok lain cukup besar. Merekalah yang pertama kali berinteraksidengan AP I I
dan terlibat dengan aktii dalam fase-fase pertama dari pe~bahan terencana.
f. Fase VI :Generaliasi dan stabiliasi pembahan
Proses penyebaran perubahan terjadi pada fase ini. Proses adopsi yang tejadi pada fase V, dieruskan oleh pemimpin informal ke seluruh angggota pada fase VI ini. Peranan Mewujudkan nilai kelompok cukup besar. lnteraksi yang terjadi antara sesama anggota dan antara kelompok dengan AP Itelah membentuk sistem normatif dalam kelompok Mekar Jaya. Di antara sistem normati itu adalah sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh AP I dan diterima oleh anggota kelompok dan berlangsung sdama kurang lebih enam tahun.
I
g. Fase VII :Mencapai hubungan akhir Enarn tahun hubungan telah menghasilkan prestasi yang cukup baik dari kelompok dengan dapat memenuhi aturan bagj hasil yang tehh ditetapkan deh rnerek d a i AP. Sampai fase ini, mereka telah menjadi kelompok madya. Dengan berakhimya jangka pengembaiian temak bantuan, harapan AP adalah kelompok dapat rnenenrskan usaha ternak domba ini tanpa dukungan dari AP lagi secara langsung, okh karena itu hubunganpun berangsur berakhir.
Sesaat setelah hubungan berakhir, terjadi perpindahan lokasi dari kandang balong pengairan ke bantaran Sungai Cilutung. Pa& saat itu terjadi konflik intemal dan pergantian ketua. Di sini mulai terjadi perubahan struktur kelompok. Tetapi temyata setelah hubungan dengan AP I berakhir, datang AP II ke dalam kehidupan kelompok. Pada tahun 1995, datang bantuan dari BKKBN. Hanya yang menjadi permasalahan adalah sistem kerjasama yang ditawarkan berbeda dengan sistem kerjasama dengan AP+I. Sistem bagi hasil yang sudah menjadi kebiasaan kelompok diubah dengan sistem bantuan kredit walau dengan bunga kecil. Jangka pengembalian kredit ditetapkan hanya setahun. Hal ini mengaktbatkan terjadinya benturan norma antara norma yang dihasilkan okh AP I dan norma yang dihasitkan oleh AP II. Perbedaan norma ini diakibatkan oleh perombakan struktur kdompok yang sudah ada. Dengan datangnya bantuan BKKBN ini terjadi penambahan anggota dari 22 orang menjadi 60 orang. Terjadi perubahan pola keja di antara meteka. Unsur pembinaan dan pengembangan kelornpok tejadi pada masa ini. Keadaan jni diteruskan oleh bantuan berikutnya, yaitu bantuan dari Dinas Sosial. Perubahan struktur kelompok terus terjadi. Pada saat datang bantuan dari Dinas Petemakan dengan nama bantuan 'UPSUS' terjadi hgi perombakan jumlah angggota. Jumlah anggota bertambah dari 60 orang menjadi 100 orang dengan empat kelompok kecil. Sebelumnya terjadi pengeluaran anggota wanita. Jadikh kdompok Mekar Jaya menjadi Gabungan kekmpok tani temak. Di sinilah terjadi perombakan struktur secara besar-besaran dengan adanya perombakan pengurus inti kelompok. Dengan adanya perubahan struktur ini, maka lambat laun terkikislah norma lama yang dulu terbentuk pada saat berhubungan dengan AP I. Hubungan kdompok dengan Dinas Petemakan ini tidak berjalan mulus. Hubungan berhenti sebelum mencapai tahap berprestasi, dikatenakan konflik internal kelompok dengan AP.
..
Konflik ini rnengakibatkan struktur menjadi goyah, pada saat anggota banyak yang keluar dan tidak aktif serta ketua tidak lagi aktif mengurus kelompok. Tinggallah sekarang anggota-anggota yang benar-benar memiliki komitmen dan minat yang tinggi dalam bemsaha temak dan berkelompok.