BAB V
HASlL DAN PEMBAHASAN 5.1. Model Tata Rumg Kota Tani dengan Tinjauan Ekonomis daa Ekologis.
Model tata ruang Kota Tani dalarn penelitian ini diartikan sebagai model yang dimun berdasarkan kepada aktivitas pertanian sebagai aktivitas utama,
konservasi clan wisaia serta pengembangan indus~ keciVrumah tangga (agroindustri) sebagai basis yang didukung oleh ptensi sumberdaya lainnya.
Aglomerasi wilayah yang merupakan &ah satu dam& dalarn aktivitas maupun penetapan hilitas Kota Tani, dlharapkan aka, meningkatkan kinerja ekonomi
wilayah dan memperbaiki faktor ekologis/lmgkungan. Dalam bab ini diuraikan
model tata ruang dengan pola pemdaatan sumberdaya dam, swnberdaya manusia dan sumberdaya buatan sebagai faktor pendukung. 5.2. Model Tata Ruang Kota Tani dengan Struktur Potensi Sumberdaya
Wilayah dm Kherja Ekonomi Wilayah. 52.1. Keterkaitan Nilai Kesesuaian Lahm dengan Aspek Ekologis
Untuk keterkaitan potensi s u m ~ y wilayah, a dalarn ha1 ini pemanfaatrtn laheln dengan kberapa sumbdaya seperti surnberdaya rnanusia, sumberdaya
buatan d m sumberdaya sosial yang akan menjadi penunjang, maka dilakukan
penilaian l a b atau kelas kesesuaian lahan pada kawasan Kota Tani dan wilayah hinterland (pinggiran) di kabupaten Gowa. Dengan penilaian lahan (skuring l a w , kemampuan lahan serta behapa komponen analisis penunjang, akan
memkikan gambaran bahwa kawasan Kota Tani memungkinkan menjadi pusat
kegiatan pertanian, konservasi, industri kecil dan rumah tangga maupun kegiatan pariwisata yang tetap berpedoman pada upaya-upaya pelestarian lingkungan.
Selanjutnya &pat dilihat tabel 15 b t e r i a peruntukan kawasan pertanian serta perkebunan menurut Penthum Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 1 997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Tabel 1 5. Kriteria P m t u k a n Kawasan PertanianPerkebunan. Kriteria Kawasan Jenis Kawasirn Kawasan Tanaman Kawasan yang sefllai untuk tanaman pangan lahan basah adalah yang mernpunyai sistem dan atau potensi Pangan Lahan Basah pengembangan pengairan meliputi: a Kethggiaa < 1OOO meter b. Kelerengan < 40%. c. Kedalam efektif lapisan tanah atas > 30 meter d. Curah hujan antara 1500 - 4000 rnrn per tahun b. Kawasan Tanaman Kawasan yang tidak mempunyai sistem atau potensi pengembangan pengairan dan memiliki : Pangan Lahan Kering a. Ketinggian < 1000 meter b, Kelet.engan< 40% c. Ksdalam efektif lapisan tanah atas > 30 meter d. Curah hujan antara 1500 - 4000 mm per tahun c. Kawasan Tanaman Kawasan yang sesuai mtuk tanarnan T a h d p e r k ebunan dengan mempertimbangkan TahundPerkebunan faktor-faktor: a. Ketinggian < 2000 meter b. Kelerengan < 40% c. Kedalam efektif lapisan tanah atas > 30 meter d. Curah hujan antara > 1500 mm per tahun a.
Sumber: Peraturan Pemerintah lU.Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Beberapa bentuk penjabarm dan implementasi dari kawasan peruntukm terdapat
di beberapa paragraf M u t ini. Semua implementasi yang masih bersifat sebagai dasar analisis dilakukan dengan kajian indeks kesesuaian lahan serta beberapa peta tematik yang dihasilkan melalui program GIs. 5.2.2. Analisis Kesesuaian Lilhan sebagai Kerangka Pikir Dagar Perencanarmn
Kawasan Kota Tani
Faktor peubah yang digunakan dalam analisis kesesuaian lahan, meliputi tiga kompnen utama yaitu jenis t a d seluruh kawasan kabupaten Gowa, kelas kemirjngan lereng (slope), serta intensitas curah hujan (mm/hari). Sedangkan
jenis-jenis tanah yang ternlapat pada Kota Tani antara lain: jenis alluvial, tanah mediteran merah kuning, jenis latosol dan jenis litosol. Menurut Sarief (1 986)
bahwa tanah: (1) jenis alluvial. Tanah ini disebut juga tubuh tanah endapan yang
belurn memiliki perkembangan profil yang baik. Tanah berwarna kekelabu kelabuan sampai kecoklat-coklatan, tekstur tanahnya adalah liat atau liat berpasir
dengan kandungan pasir kurang dari 50 persen. Strukturnya pejal atau &npa struktur sedangkan konsistensinya keras waktu kering dan teguh pada waktu
lembab. Dilihat dari kandungan mur haranya relatif kaya dan banyak tergantung kepada b h n i n d u k n ~Bahan induknya berasal dari bahan alluvial dan kolluvial dari berbagai macam asalnya. Bahan organiknya umumnya juga rendah
sedangkan reaksi tanahnya sangat bervariasi dari asam netral sampai b a a
Jenis tsinah ke (2) adalah jenis tanah mediteran merah kuning. Tanah ini mempunyai lapisan solum yang cukup tebal yaitu antara 90 sampai 200 cm, tetapi batas antara horison tidak begitu jelas, t e b y a agak bervariasi dari lempung
sampai liat dari struldm gumpal sampai gumpal bersudut sedan* konsistensinya adalah gembur sampai teguh. Kandungan bahan organiknya umumnya rendah, r&i
tanah yang d i c k h n dari nilai pH sekitar 6-7.5 adalah
netral, kadar uflsur hara yang terkandung urnumnya tinggi tetapi banyak tergantung pada bahan induknya. Bahan induknya adalah batu kapur, batu
endapan dan hrflvulkan, daya menahan air addah ssdang kgitupula permeabilitas
sedan& kepekaan terhadap biaya erosi adalah
sedang m p a i besar. Tanah ini
mempunya sifat-sifat fisik yang sedang sampai baik h
g sifat-sifat kimianya
umumnya bai k sehingga produktivitas tanah adalah sedrtng sampai tinggi. Dan jenis tanah ke (3) &ah tanah yang
jenis latoso1 ini memiliki lapisan solum
lebar sampai sangat tebal y&tu dari 130 cm sampai 5 meter bahkan
lebih, sedmgkm batas antara horison tidak begitu jelas. Warnanya merah coklai sarnpai kekuning-kuningan, kandungan bahm orgmhya antara 3 sampai 9 persen tapi biasanya 5 persen saja Reaksi tanah berkisar antara pH 4.5 - 6.5 yaitu
dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh solurn tanah ini umumnya liat sedangkan stmktumya rernah dan konsistensi adalah gembur. Dari w m bisa
dilihat kandungan wur haranya, semakin merah biasanya makin miskin, pada urnurnnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang, daya menahan air
cukup baik dan agak tahan terfiadap msi. Tanah ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah sedangkan prodddvitasnya dari &g hingga tanah ini memerlukan input yang memadai.
sampai tinggi
Untuk Jenis tanah ke (4) adalah jenis litosol tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang sangat tipis m p a i ti& & Paling tebal solumnya 50 cm saja
Oleh sebab itu lan-
merupakan lapisan bahan induk dengan pecahan-pecahan
batuan yang telah mengalami pelapukan, sedang bagian dibawahnya terdapat batuan induk pejal, keadaan ini mengalubatkan kandungan bahan o
m sangat
rendah sarnpai tidak ada. Kandungan unsur hara tumbuhan, m k s i tanah atau pH juga permeabilitasnya bervariasi. Tanah ini sangat peka terhadap erosi. Secara
umum tanah ini mempunyai sifat-sifat fisik d m kirnia yang jelek sehingga produktivitasnya rendah.
Dari 3 faktor peubah yaitu jenis tanah, kelas kemiringan lereng (slope), serta intensitas curah hujan
(rnmlhari), dihasilkan 6 kelas nilai skor yaitu nilai
&or 70, 80, 115, 125, 145 dan 165. Hasil ini kemudian dikelompokkan dalam 3
kategori nilai kesesuaian lahan masing-masing: skor 5 80, skor > 80 dan < 125, serta skor 2 125. Kelas ini dibuat lebih detail bedasarkan layak tidaknya suatu
lahan tersebut menjadi lahan pertanian (PP. RI. nomor. 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah). Indeks skor ini yang &pat menjelaskstn potensi
surnberdaya alam serta kamkteristik secara umum desa ataupun kelurahan yang ada d a r n wilayah Kota Tani, seperti skor n i l i lahan r e n d . dam dioptirnalkan
untuk fungsi budidaya pertanian yang ditunjukkan pada tabel 16, terlihat bahwa skor nilai lahan 70 - 80 mendominasi tingkat peroleham klasifhsi pada kawasan. Untuk nilai kesesuaian lahan kawasan Kota Tani secara keselumhan &pat
dilihatpada tabel: 16, 17 dan 18. TabeI 16. Nilai kesesuaian lahan dengan indeks skor 70 sampai 80. Jumlah
ARF,A(UI*) 1,86 1,669.000000 152,837.700000 1,687,114.000000 13,596.590000 437,893.900000
CH-ID 2
LRC-ID
TNH-ID
'.al'SkDl '
NAMA-DESA
1 1 1
2 2
2 2
I
2
1
2
70.00 Bontomanai 70.00 Bontomanai
3,505,298.000000
~~
2 ,
I
2 ,
70.00 , Bontoramba
8,157,263.000000
2
I
2
70.00
2 3
2
70.00 70.00 80.00
Mawang Bontomanai Bontomanai
2,291,442.1!HMW Kelurahan
Desa Bontoramba
Sumber: Analisis SIG 2003
Takl 1 7. Nilai kesesuaian lahan dengan indeks skor > 80 d m < 125.
Sumber Analisis SIG 2003
Untuk kelas nilai kesesuaian lahan bernilai rendah atau I80 mencirikan
wilayah dengm tingkat pruduksi pertanian optimal yang meliputi kelurahan Mawang, desa Bontoramba, kelurahan Bontomanai, Kelurahan Bontoramba,
kelurahan Borongloe, desa Pakkatto, kelurahan Parangkoa, desa Sokkolia, Kampili dan Romangloe. Ditinjau lebih dekat lagi dalam nilai kelas lereng, semua
desa yang disebutkan diatas relatif datar akan tetapi dilihat dari curah hujannya,
ada beberap desa tingkat curah hujan yang rendah, sehingga perlu penangaaan irigasi dan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan daerah tersebut yrtitu
Mawang ( 186.16 ha), sebagian Bontomanai (60.43 ha), Kelurahan Bontoramba (3 50.53 ha), Desa Bontorarnba (8 1 5.72 ha), dan sebagian kelurahan Boronglm ( 18.42 ha). kelurahan Parangbanoa (63 1 .80 ha), desa Sokkolia (68.7 1 ha), Kampili
(3 55.20 ha) clan Romangloe (46.15 ha). Tabel 18. Nilai kesesuaian khan dengan indeks skor 125 hingga 165.
Surnber: Analisis SIG 2003
Beberapa daerah
lainnya
dapat
diprediksi
tingkat
optirnalisasi
produktivitas wilayah sebagaimana yang akan dibahas lebih lanjut. Sedangkan
wilayah Kota Tani dengan
th&t
curah hujan yang relatif sedang mendekati
tinggi, dapat dimanfaatkan untuk perikanan darat (sebagai alternatif penunjang),
disamping dapat mengoptimalkan fungsi Iahan sebagai kawasan pertanian seperti pada h r a h Bontomanai (168.71 ha), Borongloe (55.90 ha), Pakkatto (1 18.08 ha),
Sokkolia (1-71 ha), dan Romangloe (42.7 1 ha) lebih jelas dalam tabel 16. Untuk kelas kesesuaian lebih besac 80 hingga skor nilai kurang dari 125
lebih difokuskan kepada aspek konservasi, walaupun dilihat drlri jumlah skor yang diperoleh rata-rata men-
nilai 1 1 5. Seperti yang telah ditentukan oleh PP.
RI.No. 47 tahun 1997 tentang rencam tata ruang wilayah nasional, maka kawasan
tersebut layak untuk kawasan hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas. Dugaan ini diperkuat dengan melihat kelas tanah yang ada pada kawasan tersebut, yang rata-rata mendapatkan angka 5 yang mengindikasikan bahwa tanah tersebut
peka terhadap erosi. Sehingga optimalisasi kawasan menjdi area konservasi sangat penting dilakukan, juga diperkuat dengan posisi letaknya yang berada di
bantaran DAS Jeneberang, dimana kondisi disekitar ban-
sungai dari aspek
lingkungan, sudah terganggu dengan banyaknya dilakukan penambangan bahan galian golongan C seperti batu, pasir, kerikil, tstnah urugan dan lainnya. Kawasan ketiga adalah kawasan dengan nilai skor lebih b e m sama
dengan 125 addah kawasan Borongloe (54.73 ha), Bontomanai (255.77 ha), Sokkolia (719.00 ha), Pakkatto (499.1 ha), Niramuang (690.21 ha), clan
Romangloe (1,375.74 ha), Desa Romangloe yang merupakan kawasan t e r k d a m wilayah ini dimungkhkan untuk dijadikan kawasan konservasi hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap serta hutan produksi konversi. Zonasi kawasan konservasi yang saat ini sedang dirintis ada di desa N b w g adalah kawasan konsewasi pduksi terbatas, dimana vegmi jati
putih mendominasi sebagian besar kawasan tersebut. Dengan adanya kerjasama
dengan Dinas Kehutanan, LSM dengan pihak aparat desa, program konservasi ini sudah berjalan dengan baik bahkan ada beberapa @an
sudah diproduksi (tebang
pilih). Ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan, kawasan ini termasuk penyandang fungsi sebagai paru-paru pada kawasaa Kota Tani, karena dengan adanya kawasan ini ketersediaan air tanah serta kebutuhan akan udara bersih dapat
terpenuhi. Peruntukan wnasi lainnya seperti pertanian tanaman pangan Iahan kering,
bahwa pa& kawasan ini merniliki c u d hujan relatif rendah (1 500-3500 mmlth) sehingga pengairan atau irigasi secara tern menerus sangat diperlukan. Dalam pengklasihian kesesuaian lahan, digunakan juga kelas ketinggian (elevasi)
yaitu untuk mengetahui lebih detail kelayakan suatu kawasan dijadikan lahan pertanian ataupun kawasan perkebunan, dan bisa ditanarn komoditas yang punya
nilai ekonomis dm dianjurkan oleh pemerintah dan masyarakat mengetahuinya.
Klasifikasi ketinggian dibagi menjadi 5 macam: yaitu (1) < 25, (2) 25- 100, (3) 100-500, (4) 500-1 000, dm (5) 1000-2000 m diatas permukaan laut. Kelas
klasifikasi ini dibuat dengan selang sedernikian pen& kabupaten Gowa yang relatif seragam serta pem-an
mengingat lahan di
daerahnya yang relatif
beragam* Merujuk dari Peratarm Pemerintah RI. N0.47 tahun 1997 tentang kriteria kawasan untuk lahan pertaniztn, maka kitwasan pertanian pagan lahan basah layak pada ketinggian < 1000 meter dpl, kemiringan Iereng < 40% dan curah hujan antara 1500 - 4000 mm per iahun. Sedangkm ddelurahan yang termasuk
kedalam kategori ini addah Bontomanai, Borongloe, Pakkatto,
Sokkolia, Nirannuang, dan Rommgloe. Akan tetapi permtukan kawasan pertanian ini, juga tidak tmlepas dari jenis tanah, curah hujan serta kemiringan
yang dimiliki pada masing - masing deia d a m kawasan Kota Tani, maka seperti yang telah dijelaskan pada skoring nilai kesesuaian lahan, keterangan ketinggian
kawasan merupakan keterangan tambahan untuk memperkuat argumen penetapan kawasan pertanian
Disamping lahan pertanian, dalam kawasm Kota Tani terdapat sekitar 53,708 m2 (5.37 Ha) pulau sungai yang direncanakan sebagai ternpat wisata air.
Beberapa penjelasan mengenai pernodelan dan zonasi kawasan wisata akan
diinterpretasikan pada bagian berikut ini. 5.3. Keterkaitan Nilai Kesesuahn Laban dengan Aspek Ekonomis
Keterhitan Kes~uaiamLahan dengan Komoditas Pertanian Terkait dengan kemampuan suatu lahan untuk berproduksi optimal maka dilakukan analisis pendahuluan mengenai komoditas utama dari masing-masing wilayah Kota Tani tersebut. Analisis pertama digunakan nilai LQ (Locution Quotient) yang secara urnurn &pat memberikan garnbaran sementara mengenai
indeks produksi yang dilakukan. Dalam ha1 ini digunakan nilai PDRB Kabupaten Gowa untuk tinjauan secara mum seperti terdapat di tabel 19 indeks nilai LQ. Dengan digunakannya data secara time series 5 tahun, &pat dilihat pola perkernbangan komoditas yang diharapkan marnpu dikembangkan oleh kawasan
Kota Tani. Pada tahun 1997 terlihat angka yang sigdikan bahwa tanaman balm makanan menrpakan komoditas pertanian utama terbesar yaitu LQ sebesar 56.29, dapat menjadi penunjang perekonomian. Akan tdapi sejak tahun 1998 hingga
T h l 19. Indeks Nilai LQ Kabupaten Gowa N h i LQ Witayah Kabupaten GOWA
Portrnislr
Pcrbmbm~ggatinn
- Minyak clan Gas Bumi
m*- Angkutan Rel
- Angkutan Jalan Raya - Angkutan h u t - Angkutan U d m - Jasa Penunjang Angkutm
Takl20. Produksi Perkebunan kabupaten Gowa dalarn satuan Ton. JENIS TANAMAN ( b b W W A )
2000
02. KELAPA DALAMItdl coconut
968.00
0 1. KELAPA HIP.lhibrida coconars
113.00
03. KOPI ROBUSTAlrohfa mfle
807.00
04. KOPI ARABIKAlaabica cqfe
943.00
06. CENGKEH/cIme
76.00
05. COKLATlcmoa
73.00
09. J AMBU MENTE/carhew nul
905 -00
Tak ada data
13. LADAtpapper
10. KEMIRVcadenut
577.00
I I . KAPOWhpok
530.00
Tak ada data
12. PANILUvanili
14. TEHl Camelio sinemis
120.00 20,365.00
08. TEBUlmgar cane
16.00
07. KAPASlcdton Jumlah:
25,493.00
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa
Indeks kesesuaian lahan tidak hanya membentuk karakteristik daerah dari sisi l a h e , tetapi juga membawa damp& terhadq produk-produk hortikultura
daerah tersebut. Beberapa produksi perkebunan di kabupaten Gowa secara umum dapat dilihat pada tabel 20. Dari besaran nilai produksi tanaman, terlihat ada yang
mengalami p e n m a n produksi yang dirnunglunkan oleh situasi pasar yang l e u , sehingga petani lebih suka untuk mengdihkm sebagian potensi l a h y a ke tanaman budidaya lainnya Potensi perkebunan di setiap kecamatan dengan
didasarkan pada kesesuaian lahannya, akan menjadi penggerak dan pendorong dalarn pengembangan Kota Tani, namun karena tidak semua produksi perkebunan yang ada pada kawasan Tota Tani rnerupakan kategori produksi yang layak u t u k
di ekspor ke daerah di luar kabupaten Gowa, maka dilakukan analisis keunggulan
komparatif untuk mengetahui jenis tanaman kompetitif, dan hasilnya dipadukan dengan indeks kesesuaian lahan pada 12 kecamatan sehingga didapatkan jenis
tanaman yang cocok ditanam p& daerah hinterland tersebut.
53.1. Komodih Terpilih Untuk Kawasan Kota Tani.
Untuk kberapa tanaman hortikultura, dilakukan analisis RCA (Revealed Commodity Advantage) untuk mengetahui sebempa besar indeks p d u k s i tersebut, dimma m b e r datanya juga Imdawrh pada indeks PDRB. Untuk
beberapa tanaman mengalami koreksi indeks, akan tetapi pertimbangan situasi pasar mungkin yang membawa darnpak tersebut terjadi. Beberapa uraian
mengenai tanaman yang layak dikembangkan bedasarkan hasil analisis keunggulan komparatif komdtas (RCA), dan indeks kesesuaian lakan addah
sebagai berikut. Komoditas jenis kelapa baik kelapa dalam mupun kelapa hibrida terus
mengalami indeks koreksi positif, hanya saja pada tahun 2000 keduanya sarnasarna mengalami indeks negatif (penurunan), akan tetapi penurunan indeksnya
tidak terlampau besar (BPS Gowa 2000). Untuk tumbuh dengan normal kelapa cocok dengan kondisi panas dan terik matahari yang cukup dengan perbedaan variasi suhu antara siang dan malam tidak terlampau besar. Temperatur ideal
bakisar antara 29 "C hingga 20 "C dengan curah hujan berkisar 1600 mmltahun hingga 3800 d t a h u n . Untuk kemiringan lahan (slope) relatif tumbuh baik dari Ph hingga 30%. Untuk kelernbaban udara relatif, kelapa dapat turnbuh normal
hingga 60%dan atau lebih.
Nilai indeks kesesuaian l a b M s a r antara 1 15 hingga 165, kelapa dapat tumbuh dengan normal. Beberapa kawasan Kota Tani d e w indeks tersebut diatas adalah kelurahan Borongloe, Mawang, Bontoramba, Bontomanai,
Parangbanoa, Desa Sokkolia, Kampili, Bontoramba d m desa Romangloe yang masing-masing berindeks 115. Indeks kesesuaian lahan ini relatif sangat cocok
untuk pertumbuhan keiap daiam rnaupun kelapa hibridra karena ditinjau dari
indeks curah hujan sama dengan 2 (rendah), lereng (slope) yang datar (dengan
nilai 1) serta jenis tanah dengan tingkat drstinase yang tinggi (sama dengan 5). Untuk beberapa daerah skor indeks 125 hingga 165 dapat dilihat pada tabel 18.
Akan tetapi jika dilihat dari analisis RCA kelapa &am ataupun kelapa hibrida tidak memiliki keunggulan komparatif yang terlihat dari mgka RCA < 1 (berkisar
antara 0.04 sarnpai 0.157) yang berarti komoditas ini belum rnampu mencapai angka untuk nilai ekspor. Jenis kopi h b i k a merupakan salah satu jenis kopi dengan nilai RCA
lebih tinggi (> 1) bila dibandingkan dengm kopi robusta (tabel 20). Jika dilihat dari pergerakan indeksnya yang relatif stabil, pada tahun 1997 bernilai 0.534 dan
terus mengalami kenailcan hmgga pada tahun 2000 menjadi 1.2. Penambahan angka (nilai indeks) ini, menunjukkan bahwa merupakan d a h satu komoditas yang layak untuk diperhitungkan bagaimma pengembangan budidayanya dapat
ditingkatkan (skala ekspor). Untuk dapat berkembang dengan baik beberapa p y a r a t a n lingkungan tumbuhnya yaitu, temperatur maksirnum hingga 30 "C
sedangkan suhu optimalnya berkisar 15 "C hingga 24 "C, curah hujan 800 hingga
pada 1400 hingga 1600 mmltahun. Untuk tingkat kemiringan lahan berkisar antara 0% hingga 30%. 2500 mmltahun dart optimal
Untuk jenis kopi robusta rnerupakan jenis kopi ymg mempunyai besaran
indeks kedua setelah kopi arabika. Walaupun pergerakan indeks RCA < 1 yaitu antara 0.044 hingga 0.846, jenis kopi ini juga dilirik pasar ekspor, akan tetapi
tingkat permin-
produksinya masih belum sepopuler kopi arabika. Pangsa
pasar menengah ke bawah banyak menggunakan jenis ini. Jenis kopi ini sangat
c m k di dataran tinggi dimma suhu relatif lebih rendah daripada dataran rendah pada umumnya. Temperatur tumbuh kopi robusta berkisar 18 - 32 "C dan crop (bunga) tidak toleran pada keadaan d j u . Kopi robusta dapat normal tumbuh pada curah hujan 1 OOO dan 2500 d t a h u n .
Komdtas cengkeh merupakan jenis tanaman komoditas ekspor yang
.
tinggi Tetapi pada daerah ini indeks RCA < 1 yaitu berkisar antara 0.11 5 hingga 0.179 yang berarti tanaman ini belum rnemiliki nilai komparatif sebagai tanaman
ekspor, terlihat juga pola pergerakan fluktuasinya tidak selalu krjdan dengan n o d . Hal ini dipengadi oleh indeks rupiah dipasarm. Pada kawasan dataran
rendah hingga kemiringan lahan sampai 20?! tanaman ini mas& dapat tumbuh
nonnal. Tanaman cengkeh tidak terlalu membutubkan peramtan yang intensif
dirnana @tor ini juga menentukan keuntungan dari segi ekonornis. Jenis tanah yang dibutuhkannya pun relatif tidak beragam yang terpenting cukup hara rnisalnya tanah alzntial cengkeh sudah dapat dengan sempurna berpmduksi.
tanaman lainnya belum diperhitmgkm, M yang banyak dilakukan &ah
dengan
menanam rumput penahan erosi karena memang rumput masih dapat toleran pada tempt yang asam. Dengan pola tanam yang baik serta dukungan waktu panen
tepat, akan menin&tkan nilai produksi teh,
Komoditas Tebu merupakan tanaman yang umumnya tumbuh di daerah dataran rendah dengan drainase baik serta intensitas penyinamn matahari yang
cukup. Temperatur efektif berkisar antara 15 hingga 45 "C dimana tanaman tebu dapat optimal krproduksi. Curah hujan tidak lebih dari 1300/mm, pada m u s h pertumbubamya dan kelembaban relatif hingga 7P?. Dengan memperhatkm h&ksRCA yang lebih be=
1 yaitu berkisar antara 6.586 hingga 10.1 77,jenis
tanaman ini cukup kompetitif untuk jenis tanaman ekspor. Untuk b e b p a tempat
di kabupten Gowa tanaman ini dikeiola oleh pemerintah semi PTPN yang pduksinya mensuplai Pabrik Gula Takalar.
Berdasarkan indeks kesesuaian lahan kawasan Kota Tani, tebu dapat tumbuh optimal. Untuk beberapa daerah sekitarnya (hinterlaM dengan
kemiringan lahan 5 30%, tentunya dengan drainase dan intensitas penyinaran yang cukup, tanaman ini sudah marnpu dioptimakan pertumbuhannya. Untuk
daerah dengan kemiringan I3P?,&pat dilihat pda takl 15 dan tabel 16. Jenis komoditas terakhir adalah kapas. Kapas juga term&
tanaman yang
layak untuk dipwhitungkan di kabupaten Gowa Jika memperhatikan h i 1 analisis RCA, tanaman ini memang belum dapat dikatakan sebagai tanaman yang komparatif untuk kategori ekspor, terlihat h i 1 RCA yang < 1 (berkisar antara 0.162 hingga 0.403). Tanaman ini juga sangat mendukung daerah dengan temper&
tinggi seperti beberapa kecamatan di kabupaten Gowa. Temperatur
optimalnya berkisar antara 18 hmgga 40 "C akan tetapi temperatur diatas 40 "C
dqat menyebabkan kerusakan yang fatal. Disamping itu curah hujm yang rendah berkisar 500 sampai 1000 d t a h u n sangat mendukung tanaman ini berkembang
di daerah dataran rendah.
Jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan optimal crop. Beberapa daerah dapat dikemhangkan budidaya tanaman kapas ini adalah lahan dengan indeks antara 70 sampai 1 15 seperti yang terdapat pada tabel 16 dan tabel 17.
Tabel 21. Analisis Keunggulan K o m w f (RCA) beberapa komoditas perkebunan. Jenis Komditi
1997
1998
1999
2000
Kelapa Warn
0.066
0.1 14
0.157
0.127
Kelapa Hybrida
0.040
0.062
0.096
0.06
Kopi Robusta
0.044
0.563
0.896
0.613
Kapi Arabika
0.534
0.561
1.11
1.2
Cengkeh
0.1 15
0.146
0.179
0.128
Kakao
0.005
0.008
0.008
0.006
Jarnbu Mente
0.253
0.253
0.397
0.63 1
Tak ada data
Tak ada data
Tak ada data
Tak ada data
Kerniri
0.219
0.368
0.487
1.5
Kapuk Panili
0.672
1.168
1.788
Tak ads data
Tak ada data Tak a h data
Tak ada data
Tak ada data
0.128
15,953.50
Lada
Teh
5.735
148.187
Tebu
6.586
10.177
K ~ P
0.403
0.169
Takadadata Takadadata 0.162
0.214
Surnber: Analisis RCA (Revealed Cummidi@Advantage) tanaman Perkebwm Utama.
53.2. Keterkslitan Kamuaian Lahan dengan Jumlah Penduduk.
Masyarakat ahu secara umum penduduk merupakan motor utarna penggaak roda pembangunan ti& terlepas dari kuantitas sects kualitasnya. Kota
Tani ymg mayoritas penduduknya rnenrpakaa petani merupakan sumberdaya utama dahm mengelola kawasan, mereka diharapkan dapat menin-
taraf
hidupnya dengan berbagai pola dm cara yang diterapkan pada sistem perranian yang berbasiskan agrobisnis dan agroindustri serta agrowisata. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab-bab terdahulu,bahwa kawasan yang didominasi oleh kawasan pe-
s e m misalnya kelumhm Mawang mempunyai laju pertumbuhan
terbesar kdua setelah desa Romangloe. Laju pertumbuhan ini sebarusaya menjadi
faktor pendorong kawasan Marn mengelola kawasan secara lebih efisien dengan mengabaikan faktor-faktor lain yang ditimbulkan dari laju pertumbuhan tersebut. Dengan melihat dari berbagai aspek keterkaitan dengan ketenagakerjaan
misalnya, waktu luang yang dimiliki petani seharusnya mendukung kenaikan
indeks produksi lahan seperti di k e l d a n Parangbanoa yang cukup besar jumlah penduduknya, waktu luangnya mash &pat dioptirnalkan untuk prodhi.
Beberapa asumsi digunakan untuk pendugaan bahwa jurnlah penduduk serta laju pertumbuhan yang tinggi m m p k a n ptensi, diantwauya indeks lahan yang besar a h memberikan potensi besar bila pemberdayaan penduduk setempat
dilakukan melalui teknik bimbingan ataupun penyuluhan larigsung, ha1 ini akan bolnyak manfaatnya bagi kinerja ekonorni pertanian sebab akan mengurangi tingkat penganggumn pada kelompok masyamkat tani.
Tabel 22. Laju pertumbuhan penduduk Kawasan Kota Tani. Laju Jumlah Penduduk (jiwa)
No DesaflCelurahan 1
2
Pertumbuhrrn Pddk per Thn 1997 2001
-
(%I
3
4
5
6
7
1997
1998
1999
2000
2001
8
I
Bontwamba
2,553.00
2,559.00
2,639.00 ' 2,753.00 2,819.00
2.5 1
2
Mawang
2,002.00
2,005.00
2,041.00
2,316.00
2,405.00
4.69
3
Bontomh
3,486.00
3,496.00
3,512.00
3,467.00
3,474.00
0.09
4
Kampili
3,336.00
3,432.00
3,437.00
3,675.00
3,680.00
2.48
5
ParanBoronglm
2,181.00
2,191.00
2,197.00
2,149.00
2,153.00
0.32
5,916.00
5,946.00
5,954.00
6,381.00
6,391.00
1.95
7 Bontomanai
3,163.00
3,153.00
3,165.00
3,299.00
3JW.00
1.06
8
Sokkolia
2,847.00
2,826.00
2,851.00
2,485.00
2,502.00
-3.18
9
Pakatto
3,697.00 3,739.00
3,751.00
4,039.00
4,033.00
2.20
10 Nirannuang
3,788.00
3,784.00
3,786.00 3,589.00
3,589.00
-1.34
I1
3,774.00
3,880.00
3,878.00
4,756.00
4,761.00
5.98
6
Romar@ae
Surnba: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gowa 2001
5.4. Interaksi-Intemksi Kawasan Kota Tani dengan Berbagai Variabel
Penduktmgnya 5.4.1. Kawasan Kota Tani dengan Indeks Fasilitas (Analisis Skalogram)
Perkembangan kawasan Kota Tani sangat krhubungan dengan fasiiitas yang dimiliki oleh kawasan serta fasilitas yang dimiliki oleh daerah-daerah yang
ada di sekitar kawasan tersebut. Seperti yang terdapat pada gambar 13 p f i k indeks fasilitas,terlihat behapa ketimpangan fasilitas yang dimiliki oleh masing-
masing keamataa Data tabulasi indeks fasilitas ini sengaja dibuat secara makro dengan mengambil b e t a yaug ada di masing masing kecamatan di kabupaten Gowa, karena menurut kondisi yang sebenamya dilapangan masing-masing desa
atau kelurahan di tiaptiap kecamatan relatif seragam dalam rnemiliki fasilitas.
Disamping itu untuk mernperkuat dugaan indeks penyebaran fasilitas di dalam suatu daerah
atau kawasan dilakukan analisis lanjutan yaitu analisis indeks
konsentrasi (C)serta lebih diperkuat lagi dengan pengukuran seberapa besar indeks konsentrasi tersebut dengan menggunakan analisis Distribution Quotient
(DQ).Dengan
adanya dua analisis lanjutan tmhadap indeks fasilitas yang
diperoleh, maka analisis struktur tata ruang kawasan Kota Tani akan lebih akurat. Dalarn pengklasifikasian dilakukan pengelompkan fasilitas menjadi 6
bagian pokok yaitu hilitas pendidikm, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas olahraga, fasiliias keamanan serta fasilitas ekonomi seperti ketersediaan pasar clan beberap koperasi unit desa (KUD). Kelutslhan Mawang dan Kelurahan
Bontoramba yang merupakan bagian dari Kecamatan Somba O p u memiliki indeks
fasilitas 0.920 yang lebih tin& daripada kecsunatan Bontornarannu 0.728 dan kecamatan Pallangga 0.428. Dilihat dari kepadatan penduduknya, wilayah
Bontoramba mencapai 2,819 jiwa d m M a m g 2,405 jiwa pada tahun 200 1 (BPS
Kab. Gowa 2002). Jika dibandingkan dengan indeks fasilitas seperti pada tabel 23, terlihat rats-rata masyarakat S o m h Opu telah memaafaatkan s e w fasilitas
untuk kesejabtmamya, k d x d a halnya dengan Bontomarannu yang merniliki indeks fasiiitas 0.728 dan kecamatan Pallangga sebesar 0.428.Wilayah kecarnatan
Pdlangga dengan luas 5,34 1.135 ha dan kecamatan Bontomarannu seluas 13,124.842 ha yang berarti bahwa playman fasilitas m u m masih kurang
- Interaksi Kawasan Kota Tani dengan Wihyah di Sekitarnysl (Hinterland) Dalam proses inte&i
ini diharapkm Kota Tani sebagai kawasan m i l i h
untuk pengembangan Agribisnis, Agroindustri serta Agrowisata rnendapatkan
dukungan dari daerah-ckrah disekitarnya. Interaksi ini sengaja diarahkan dengan tujuan kawasan Kota Tani menjadi pusat distribusi, pemasaran clan jernbatan
aliran barang, k a n a dengan proses dan koordinasi yang tepat, akan menjamin penerapan fungsi rnanajemen yang diharapkan membuahkan hasil bagi komunitas yang terlibat dalam pengeloiaan Kota Tani. Hal lain bahwa Kota Tani rnempunyai keterbatasan beberapa faktor, k e b g a n yang ada dhrapkan ditutupi dan
dipmuhi oleb wilayah hinterland. Disamping itu kegiatan agrowisata maupun aktifitas lainnya, juga turut menjadi pendorong bagi pengembangan kawasan ini. 5.46. Intedcsi Potensi daerah sekitar Kota Tani deagan Pendekatan
Kesesuaian Lahrn Kota Tani yang aktivitasnya d i d o m h i pertanian, tidak selamanya
mampu rnenyediakan segala kebutuhan untuk aktivitas tersebut. Ketehtasan
sumberdaya alam m h h y a lahan m a n , syarat tumbuh komoditas dan perkebunan tertentu, merupakan faktor pembatas dilakukannya proses interaksi
wilayah. Dengan adanya kelas kesesuaian lahan di selunrh kabupaten Gowa yang terintegrasi dengan beberap data mengenai indeks potensi suatu lahan disetiap
kecamatan maka dapat diketahui dengan jelas potensi pengembangan, dengan mengabaikan beberapa faktor pembatas. Uraian mengenai potensi daerahdaerah hinterland dijabarkan pada bagian berikut.
M e m p e r h a h relief kecamatan Tomblo Pm yang berbukit dm terletak pada dataran 500 hmgga 2000 meter diatas permukaan hut (elevasi) membawa
ciri khas dari kecamatan ini. Tanah Andosol &at
clan Litowl coklat kekuningan
mendominasi wilayah tersebut. Dengan memperhatjkan aspek kekuatan tanah
terhadap erosi, maka jenis tanah tersebut digoiongkan tanah yang rawan terhadap terjadinya erosi. Dengan luas daerah 2 1,084.773 ha (perhitungan melalui coverage kesesuaian 1-
tabel lampiran 15) memiliki beragam pmfil hasil perhian,
akan tetapi sampai penelitian ini dilakukan data mengenai produksi di kecamatan ini belum terdaftar di Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, mungkin disebabkan
oleh kecamatan ini merupakan kecamatan yang baru di resmikan sebagai
kecamatan definitif. Hasil pendugam dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta tematik dilakukan untuk mengetahui potensi secara lebih dekat.
Seperti yang terdapat di tabel lampiran 15 bahwa skoring lahan tertinggi adalah 215, suatu indeks nilai yang tinggi dan lay& dijadikan sebagai kawasan
k o w a s i contohnya kawasan hutan lindung, Dengan skoring yang sebesar i@ jenis tanahnya rawan terjadi erosi, curah hujan yang tinggi dan lereng yang relatif c u m . Dengan beragamnya relief ketinggian dimungkinkm sebgaian kecil
kawasamya &pat
dijadikan lahan untuk pertanian tahunan dan perkebunan
seperti teh, markisa, kopi dan sayur mayur. Dengan mengacu pada kriteria Departemen Pertanian (DEPTAN) maka ketinggian 2000 meter dari permukaan
laut, curah hujan pertahun 4000 rnm, kernkingan lahan 25
- 40%
sangat layak
untuk perkebunan teh, disamping itu juga pengembangan kawasan hutan produksi
dengan sistem tebang pilih dapat menjadi altematif dalm eksplorasi lahan yang lebih optimal. Pada kawasan budidaya pertanian (kemiringan 25 - 45%)
merupakan lahan untuk tanaman tahunan dan &pat juga sebagai Iokasi pengemhangan wisrtta.
D a d berikutnya adalah kecamatan Tinggi Moncong terletak disebelah
barat kecamatan Tomblo Pao sehingga relief datarannya sgak menyempai daerah
disebelah timurnya. Kawasan ini terkenal sebagai kawasan pariwisata bagi masyarakat Gowa khususnya clan Sulawesi Selatan umumnya. Kawasan yang terkenal dengan kawasan agrowisata puncak Malino ini berada pada ketinggian 500 sampai 1000 meter diatas perrnukaan laut. Suhu harian yang relatif rendah
mencapai 18 O C hingga 23 "C juga memungkinkan untuk dijadikan kawasan konservasi khususnya daerab resapan air. Dengan nilai kelas kesesuaian Man
minimal 1 15 dan maksimal21 5 (tabel Lampiran 1 5), jenis tanah yang didominasi oleh jenis Litosol Coklat Kekuningan dan sebagian Andosol Coklat juga merupakan tanah yang rawan terjadinya erosi tanah. Kawasan konservasi (menurut data Landuse) umumnya terdapat di damh Tinggi Moncong.
Disamping itu tanaman perkebunan selain Teh seperti Coklat dan Kopi dapat tumbuh dengan normal. Pemanfaatan lahan miring seperti daerah lereng,
disamping pegunungan dikembangkan budidaya tanaman tahunan serta tanaman konsemsi lainnya. Kecamatan Tompobulu terletak di selatan kecamatan Tinggi Moncong mempunyai keragaman dalam hal ketinggian. Ketinggiaa daerahnya berkisar dari 25 meter sampai 2000 meter dari permukaan laut, ketinggian 1000 sampai 2000
meter dpl hanya terdapat pada sebagian daerah saja, suhu pada siang hari yang relatif tinggi, Daerah Tompobulu mempunyai banyak potensi terutama dari sektor
perkebunan. Menurut data statistik tahun 2001 produksi kopi arabika men+ 820 ton tentu saja merupakan an& yang tinggi. Selain itu juga terdapat jambu
mente yang rnencapai p d u k s i hingga 460 ton. Keragaman lain yang ada di kecamttan Tompobulu addah terdapatnya Hutan Rakyat sebesar 3,502.45 ha.
pada kawasan ini banyak terdapat peternakan unggas misalnya ayam ras yang sudah mencapai 84,237 ekor. Beberapa usaha peternakan lainnya sepmti pnggemukan sapi sudah ada di kecamatan ini, yang kini sudah berjumlah 1620 ekor (BPS Gowa 2001). Untuk beberapa nilai kesesuaim l h y a dapat dilihat pada tabel lampiran 15.
Dengan pola ketinggian antara 25 sampai 500 meter d i m pemukaan
laut, data BPS tidak menyebutkan potensi yang ada didaerah ini karena kecamatan
Biringbulu tergolong kecamatan yang dimekarkan dari wilayah kecamatan Tompobulu dan kecamitan Bungaya dan tahun 2 0 2 baru didefinitihn. Kelas
kesesuaian lahan pada kecamatan ini minimal mempunyai skor 125 dm skor maksimal 195 (tabel lampiran 15). Mengacu pada peratwan pemerintah republik Indonesia Nomor 47 tahun 1997 tentang rencana tata ruang wilayah nasional, maka pada daerah dengm nilai skor lebih besar 175 layak untuk kawasan hutan
lindung. Peruntukm kawasan lindung ini dindsudkan disamping untuk menjaga
kestabilan air tanah, pencegah banjir, penahan erosi juga sangat berguna untuk mempertahankan kesuburan tanah. Menyerupai dengan kecmatan sebelumnya
kecarnatan Bungaya
merupakan salah satu kecamatan yang memiliki beragam ketinggian dari 25 hingga 1000 meter diatas permukaan laut. Indeks nilai lahan yang berkisar autara
90 hingga 205. Nilai indeks yang beragam tersebut sangat memunglunkan mtuk kegiatan pertmian, baik tanaman pwtanim dataran rendah ataupun pertmian
dataran tinggi. Jenis tanah yang umumnya rentan terhadap erosi (datarapt tinggi) berjumiah sekitar 30,6 16.0243 ha, merupakan jenis tanah litowl coklat
kekuningan yang umum terdapat di daerah ini. Untuk beberap daerah terdapat pola kesermaian lahan yang mernpunyai indeks curah hujan rendah yaitu berkisar 1000 - 2000 rnrnltahun, dengan indeks kesesuaian lahannya rata-rata k k i s a r
antara 165 hingga 185, pada kawasan ini sangat memungkinkan untuk kegiatan
pertanian hortikultura l a b kering serta penetapan kawasan penyangga berupa
hutan lindung merupakan kombinasi yang sangat dimungkinkan ditinjau dari aspek ekonomis dan ekologis.
Dengan Luas daerah 27,789.948 hektar, kecamatan Parangloe banyak
mem berikan dukungan terhadap pengembangan pemeliharaan 1ingkungan. Menurut studi implementasi peta tata guna l menjadi penyangga ka-
h kabupaten Gowa, kawasan ini
yang terletak dibawahnya seperti daerah Somba
Opu, Paiiangga, d m lainnya. Pada daerah ini terdapat bendungan Bili-Bili yang
menjadi penyangga resapan air serta pengatur debit air yang dikeluarkan ke daerah hilir, sehingga sekarang a l h DAS J e n e h g ti&
lagi mengalami
banjir h d a n g mush hujan. Nilai kesesuaian lahan Parangloe berkisar antara 80 hingga 2 15. Menurut data statistik, Parangloe banyak mengembangkan peternakan
unggas seperti peternakan ayarn ras. Disamping itu produksi di bidang p e r k e b m s e p d kelapa hibrida, kelapa dellam, kopi robusta, coklat, cengkeh belum
berproduksi optimal krbeda halnya dengan tebu milik PTPN XTV sudah rnencapai mgka 10,247.00 ton setiap tahunamya Produksi tebu ini terbesar hanya terdapat pada
daerah Parangloe. Menyinggung kembali relief muka buminya,
kawasm konservssi banyak terdapat pada damah ini. Tmamm-tauamau t a h m penahan air dan beberapa spesies lainnya rnendominasi wilayah ini. P d a a t a n
ptensi lingkungan Parangloe untuk kegiatan permian sangat intensif dan seperti yang dikemukakan sebelufnnya, terdapatnya kegiatan perkebunan oleh PTPN XlV
berarti pemerintah juga huut mendukung perkembangan kawasan hi.
T o p o m Kecamatan Bontonompo umumnya daerah dataran rendah sebingga persawahamya relatif besar. Data statistik menunjukkm produksi padi
sekitar 28,339.00 ton d a m setahmya serta produksi kacang hijau yang term mervngkat hingga penelitian ini dilakukan sebesar 1,660.00 ton setiap tahunnya.
Indeks nilai skor kesesuaian lahannya hanya bergerak antara 60 hingga 70 (tabel lampiran 15). Sebagaa besar persawahannya addah jenis lahan hasah dimana sistem pengairan pada daerah ini merupakan aliran irigasi sintesis yang baik, aktifitas ptanian cukup memadai tennasuk produksi buah-buahan seperti semangka, melonjuga sayur-sayuraayang sasaran pasarnya ke Makassar.
Kecamatan Bajeng mempunyai luas yang ti&
begitu besar kira-kira
hanya 7,171.42 ha. Serupa dengan kecamatan Bontonompo kisaran indeks kesesuaian lahannya bergerak mtara 60 sampai 70 saja. Sawahnadang dengan sistem pengairan teknis banyak terdapat pada damah ini mencapai 3,3 18.28 ha. Sistem irigasi modern sudah terdapt pada daerah ini, produksi padi sawah yang terus meningkat hingga sekarang mencapai 32,052 ton setiap tahunnya.
Peternakan di kecamatan Bajeng umumnya adalah kerbau, sapi dan unggas.
Jumlah unggas yang sangat besar hingga m e n ~ p a i204,349 ekor, daerah ini fasilitas pendidikannya termasuk memadai sarana dan prasarananya. Untuk kecmatan Barombong adalah daerah kajian bahasan pendukung
kawasan Kota Tani yang terakhir. Dengan luas daerah 2,807.3 1 8 ha, mempunyai luasan sawah sekitar 8,98 1.20 ha. Sesuai dengan keadaan topograhya, daerah ini berpotensi untuk dijadikan kawasan tanaman dataran rendah seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa tanaman pangan didaerah ini sangat mendukung
kawasan sekitarnya. Dengan pola irigasi yang ada, baik itu irigasi yang dibuat oleh pemerintah dalarn p e n w a n indeks kesejahteman hidup masyarakat
maupun irigasi yang ada secara swadaya dibuat oleh masyarakat, membuat pola gerakan pergantian taaaman produksi cepat sekali, sehingga rata-rata indeks
produksi secara kontinu terlihat n o d setiap tahunnya Indeks kesesuaim lahan hanya terdapat nilai 70 yang merupakan suatu indikator yang menunjukkan indeks lahan yang sangat potensil untuk tanaman d
d dataran rendah. Beberapa
produksi seperti jagung yang mencapai 27.3 ton dalarn satu tahun.
wisatawan domestik. Alur distribusi tenaga kerja juga menjadi bagian dsri
penjabarm diagram tersebut. Faktor tmaga kerja maupakan salah satu faktor penting dalam interaksi spasial wilayah. Pembangunan wilayah juga tidak terlepas &ri pduksi hasil perranian serta semua kegiatan yang berhubungan dengan
pertanian termasuk arus ekspornya ke rnanca negara. Pada diagram alir tersebut
dijelaskan bahwa seluruh diran keluar masuk produksi pertanian semuanya melalui Kota Tani dan konsep inilah yang dimaksud dengan konsep aglomerasi wilayah.
KOTA PVtA#ASSAR PelabuhelnLauf
- - - - - - - -1
I
A
I
Kec. k m b n g
t 1
P d W 26,161
I *"a-
i
7
Penduduk 1,130,384jiwa Luas Wilayah 175,770 Ha
20 Kilometer
10 aometer
S Bandat udma
1
HUTA SUNGGUMINASA
I
Pmduduk 74,960 jiw L w W i 2 2 $ 8 0 Ha
U b . Mwos
A
*
1
6 Kilometer
a
l
a
-+ 1- ' I
mmawl
------• T
+---J
KOTA TANI
.rnl
c
I
i :t r ; F
:
Kec.Parangloe Fend&
i
25,440
*"......I.~I~I~.C)..I 1
Pendutfuk 3,555.99 jiwa Luas Wilayah 7,079.08 Ha
................. ;i '
Kota Mdino
Penduduk 5,899
I - -
Ketemnmn D h 8 m AUr Interaksi
Alur w h a #amit Wisatawan rnwmegara Teknologi dm swam ppoduksi
1
- --
--
Alur distribusi:
-
H a d pertmian seperti pangan
Tenaga kwja r ~omaditleksport + Jasa
"r
--
--- -
I
AlurWdtepfpaaeanh PdaihEmhW*
,- S&mapd&i - -
5.4.4. Potensi Fasilitas (hileksfailk)dengan Whyah Hinterland
Dari h i 1 perhitungan indeks penyebaran fasilitas kawasan di sekitzlr Kota
Tani dan kawasan Kota Tani sendiri, terlihat hasil yang diperoleh pada masingmasing kccamatan nilainya sarna dengan 0 (not value, takl lampiran 14), ha1 hi
mernbuktikan bahwa tidak ada penyebaran fasiiitas di ddam kecamatan. Adapun alasan pengelompolcan
dibatasi dalam masing-masing keamatan karena dalarn
aplikasinya diharapkan potensi utama yang terdapat dirnasing-masing kecamatan
hinterland Kota Tani dapat menjadi wilayah penyokong ataupun pendukung
dalam interaksinya. Adapun uraiannya sebagai berikut: Kecamatan Somba Opu Kecamatan Somba Opu mmpakan salah satu b e a n wilayah dari Kota
Tani, Keragaman fasilitas di kecamatan ini juga berpengaruh terhadap tingkat pelayanan pada komunitas Kota Tani dalm menyelenggarakan aktivitas, terutarna
kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Sebagairnana disebuhn diatas
bahwa indeks konsentrasi (C), rata-mta di semua kecarnatan adalah 0, suatu indikator bahwa penyebaran fasilitas didalam keamatan atau antar desa tidak ada.
Dalam analisis indeks ko~l~entmsi( C ) q u n Distribution Quotient (DQ) digunakan data luasan daerah sertajarak ke pusat dan beberapa variabel lainnya.
Fasilitas di kecamatan ini antara lain seperti rumah sakit umum yang h y a terpusaf pach daerah keluarahan Batangkaluku dengan indeks komntrasi
95.37 yang berarti terpusat di Batangkaluku kecarnatan Somba Opu sedangkan Distribution Quotient (DQ)adalah 21.608 yang merupakm indikator daerah
Batangkaluku yang menjadi konsenbrasi a l d i t a s pelayanan rumah sakit. Untuk
fasilitas BKZA (Balai Kesehatan lbu dan Anak) ada di daerah S
w
Pandang-pandang, Batang Kaluku dan K e l u r a h Bontoramba, Poliklinik
didaerah Pandang-pandang, akan tetapi untuk hilitas Puskesmas pembantu terdapat dua daerah yang mernilikinya yaitu Kelurahan Bontoramba dan
Kelurahan Pacinongan dengan memperhatikan nilai
Distribution Quotient
tertinggi yaitu s e k 6.625 dimiliki okh Kelurahan Bontors~mbymg bermti
pelayanan Puskesrnas pembantu relative terkonsenirasi di Kelurahan Bontoramba.
Indeks penyebaran lainnya seperti balai pengobatan terpusat (indeks penyebaran rendah) di bekrapa daerah seperti Pandmg-Panclang, tempt praktek
di Sunggumhsa, pos persalinan di Kelurahan Bontoramba, Posyandu di daerah Pandang-Pandang, htangkaluku dm Sungguminasa, Apotik di daerah S
w serta toko obat di Tamarunang. Untuk fasilitas aktivitas
prekonomian yaitu umufnnya berupa pasar didominasi oleh daerah Sungguminasa dengan DQ sebesar 19.244 untuk pasar mum, sedmgkan paw
hewan didominasi oleh daerah Batangkduku dengan DQ sebesar 2 1 -607. Fasiiitas rnisalnya mesjid dorninan pada daerah
penunjang lainnya berupa tempt ib&
Batang Kaluku dengan DQ sebesar 2.520. Mernperhatikan nilai akumulasi dari C
=
0 yang dalam tabel lampiran
dikenali dengan x-y,memhikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Kelurahm dan Desa di Keamatan Somba Opu tidak terdistribusi,
sehiagga pelayanan pada masyarakat kurang optimal. Kecamataa ParangLoe Uraian pertama difokuskan pada beberapa fasilitas kesehatan berupa
polklinik yang terfokus di Kelurahan Lanna dengan indeks konsentrasi (C)
97.206 serta DQ setxsar 35.789 yang krarti terpusat di Kelurahan Lrtnna,
sebagabmm diperkuat akumulasi nilai C untuk poliklinik sama dengan nol. Puskesrnas p e m b t u yang rnemiliki nil& C sebesar 8.3 17 dan dilihat dari DQ
sebesar 3.976 terdapat di kelurahan Lanna, Pwkesmas ini juga terpusat pelayanannya di Kelurahan hma, namun pelayanan Puskesmas pembantu di Kecafnatan Parangloe hampir merata di Kelurahan dan Desa, ha1 ini diketahui dari
jumlah C atau dalam takl lampiran x-y akumulatif untuk puskesaas pembantu sebesar 3.91 atau lebih besar dari no1 (tabel lampiran 14). DQ sebesar 1.955
dimiliki juga oleh beberapa fasilitas seperti mesjid, s m u , serta lapangan sepakbola yang tepusat di desa Manuju. Untuk behapa fasilitas olahraga seperti lapangan bola voli rnemiliki indeks penyebaran kumulatif relatif lebih besar yaitu
sebesar 3.45. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat peyehmmya disetiap desa c u k q merata, pernusatan aktivitasnya
di kelurahan L a m begitupun dengan
lapangan tenis meja dan bulu tanglus. Berbeda halnya dengan fasilitas ekonomi
yang indeks penyeharamya sama dengan 0 yang berar~i hilitas tersebut
cenderung untuk memusat. Untuk fasilitas pasar mum hanya ada di Pattalikang dengan DQ sebesar 2.63, Moncongloe dengan DQ sebesar 3.26, Manuju dengan DQ terbesar yaitu sebesar 4.04, Tamalatea dengan DQ sebesar 2% dan Borisallo
dengan DQ sebesar 128. Kelurahan dan Desa lainnya di Kecamatan Parangloe
nilai DQ nya sebesar no1 yang berarti ti&
tersedia pelayanan hilitas pasar
umum di wilayah tersebut.
Akan tetagi secara mum pelayanan fasilitas di k m t a n Parangloe terjadi penyebaran merata di setiap desa atau kelwahamya, ha1 ini terbukti
dengan jumlah nilai C yang tidak sama dengan no1 pada sebagian besar fasilitas yang tersedia di Kecamatan itu.
Kecamatan PaUangga. Menurut data statistik yang ada di kecamatan ini memiliki fasilitas kesehatan yang tidak terlampau banyak dan penyebarannya kurang merata yaitu
hanya Puskesmas Paliangga dan Puskesmas Kampili serta rumah bersalin Anugemh
di Pallangga Fasilitas ibadah cenderung ti& ada indeks penyebaran
atau cendrung memusat, seperti mesjid yang nilai C sebesar 7.17 dengan DQ sebew 2.07 terpusat di Jenetallasst serta surau di Panakkukang dengan indeks konsentrasi (C) sebesar 13.16 dengan DQ sebesar 4.76. Indeks-indeks pernusatan
fasitas yang lain seperti sepkbola yang terpusat di Panakkukang begitupun juga dengan bola voli dan tenis meja. Untuk lapangan bulu tangkis d m tenis lapangan terpusat pada wilayah Tetebatu. Frtsilitas ekonomi seperti pasar hanya terdapat di kelurahan Pdlangga dengan DQ sebesar 5 -93. Memperhatikan nilai akumdasi dari C
=
0 yang dalarn tabel lampiran
dikedi dengan x-y, memberikan i n d i h i bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Keiurahan dan Desa di Kecarnatan Pallangga tidak terdistribusi, sehingga pelayanan pada masyarakat kurang optimal.
Kecamatan Bungaya. Untuk
fasilitas kesehatan
seperti puskesmas terpusat
di desa
Bontolempangan dengan DQ sebesar 7.67 dan di Desa Sapaya dengan LIQ sebesar
2.25. Untuk puskesmas pembantu terpusat di desa Bissoloro dengan indeks DQ
sebesar 4.70, Pafanglompoa dengan DQ sebesar 4.60, clan Bontoloe dengan DQ sebesar 3.77. Fasilitas persalinan desa dengan indeks DQ sebesar 6.55 di
Jdumatene, Bissoloro dengan DQ sebesar 4.70 dan Buakkang dengan DQ sebesar
2.53. Untuk hilitas kesehatan lainnya seperti posyandu terpusat di desa Ulujangan dengan indeks DQ sebsar 2.35. Weks pernusatan fasilitas ibadah relatif sama untuk semua desa di kecamatan ini,fasilitas olahraga seperti bola voli
dan @bola
terpusat di desa Bontotangnga dengan indeks DQ masing-masing
seksar 2.71 dan 3.39 . Untuk fasiltas tenis meja terpusat di desa Lassa-Lassa dengan indeks DQ sebesar 4.24 begitupun dengan lapangan bulu tangkis yang terpusat p u h di desa Paranglompoa dengan indeks DQ sesebesar 13.807. Untuk
hilitas ekonomi umumnya mempunyai tingkat penyebaran pernusatan yang
relatif memta tetapi dilihat dari indeks konsentrasinya (C) sama dengan 0 yang mengindikasikan bahwa tidak ada penyebaran yang sangat signifikan pada aktivitas ini, seperti rnisalnya fasilitas pasar terpusat di desa Bontotangnga dengan indeks DQ s e w 2.6 1. Memperhatdcan nilai akumulasi dari C
=
0 yang dalam tabel lampiran
dikenali dengan x-y, mernberikan indikasi bahwa penyebaran hilitas dirnasingmasing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bungaya tidak terdistribusi, sehingga
pelayanan pa& masyarakat kurang optimal. Kecamatan Bontonompo
Untuk fasilitas kesehatan m i h y a rumah bersalinlBKIA terpusat di kelurahstxl Kahsefena dengan indeks DQ sebesar 6.37, Poliklinik terpusat penuh di desa Sengka dengan indeks DQ sebesar 15.09 begitupun dengan fasilitas
Puskesmas yang terpusat di kelurahan bhserena dengan indeks konsentrasi (C) 96.07 dengan indeks DQ sebesar 25.48. Untuk Puskesmas pernbantu terpusat di
desa Salajo dengan indeks DQ sebesar 7.846. Untuk fasilitas olah raga rnisalnya Sepak b l a tepusat di kelurahan Tamallayang dengan indeks DQ sebesar 8.52
begitupun juga dengan fasilitas bola voli dengan in&ks DQ sebesar 8.51. semuanya di kelucahan Tamallayang juga terjadi pada hilitas tenis meja dan bdu tangkis ymg masing-masing mempunyai indeks DQ sebesar 10.760 dm 17.037
(tabel lampiran 14). Menurut data BPS tahun 2003 pada kecamatan Bontonompo
ini kurang fasilitas Pasar umum ataupun pasar lokal, dan fasilitas Koperasi Unit Desa
(KUD)tidak menyebar di seluruh desa hanya memusat pada desa Tanrara
dengan indeks DQ sebesar 4.084. Menunit h i 1 peninjauan lapang fasilitas pasar ada juga yang berupa pasar kaget atau pasar yang tidak rutin pelayanannya,
menurut data kestatistikafi belum dikategorikan sebagai paw. Mernperhatikan nilai akumulasi dari C
=
0 yang dalarn tabel lampiran
d i k d i dengan x-y, memberikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Kelurahan dm Desa di Kscamatan Bontonompo tidak terdistribusi,
sehingga pelayanan pada masyarakat kurang optimal. Kecamatan Bontornarannu
Pada kecamatan ini fasilitas kesehatm yang ada terlihat terbatas, dengan jarak yang relatif dekat dengan kecamatan Somba Opu semua fasilitas kesehatan
dapat terjmgkau. Beberapa fasilitas kesehatan misalnya rumah berdinlBKIA terpusat di kelurahan Borongloe dengan indeks LlQ sebesar 15.80 beserta
poliklinhya Untuk fasilitas Puskesmas terpusat penuh di kelurahan Bontomanai dengan indeks DQ sebesar 21.74, puskesmas pembantu yang terpusat di desa
Sokkolia dengan indeks DQ sebesar 2.59. Fasilitas lainnya misalnya balai pengobatan clan pos persalinan desa di kelurahan Borongloe dengan indeks DQ masing-masing 2 1.07 dan 4.2 1, ha1 ini juga terjadi polda hilitas posyandu d m
toko obat. Untuk fasilitas ibadah dominan misalnya mesjid terdapat di desa Nirannuang begitupun dengan gereja. Untuk fasilitas olahmga rnisalnya lapangan
s@bola
juga dominan terdapat di
desa Nirannuang dengan indeks DQ sebesar
3.14 begitupun juga dengan lapangan bola voli dengan indeks DQ seksar 2.572.
Fasilitas oldwaga yang lainnya se@ Bontomanai, bulu tan&
tenis meja terpusat di kelurahan
di desa Nirannuang serta tenis lapangan didesa
Niraunuang. Untuk fasilitas ekonorni seperti pasar umum tepusat di desa
Nirannuang dengan indeks DQ s e b 5.651 tetapi pa&
beberapa desa juga
terdapat pasar yang rnemungkinkan aktivitasnya lebih padat daripada di desa
Nirannuang karena perhitungan ini hanya bedasarkan kepada jarak terdekat beserta -1
yang kecmtan dan desa yang ditinjau. Untuk hilitas ekonomi
p g lain seperti Koperasi Unit Desa (KUD) menurut data t e d d i r BPS tahun 2002 ti&
dijumpai di kecamatan ini wztlaupun hilitas ekonomi dengan
intensitas kegiatan yang tidak terlalu padat dijumpai pada kecamatan ini seperti kredit kecil usaha tani banyak dijumpai dilapangan (tabel lampiran 14).
Memperhatikan nilai akumulasi dari C
=
0 yang dalam takl lampiran
dikenali dengan x-y, memberikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bontomarannu tidak terdisbibusi, sehingga pelayanan pada masyarakat kurzing optimal.
Kecamatrra Biringbub
Fasilitas Kesebatan pda kecamatan ini r e M lengkap dibandingkan dengan heberapa kecamatan di Kabupaten Gowa. Hal ini mungkin disebabkan oleh jarak yang jsuh dari pusat pelayanan kota. Beberapa fasilitas kesehatan misalnya puskesmas pembantu terpusat di desa Batumppe dengan indeks DQ seksar 1.729, pos persalinan desa di desa Parangloe kgitupun dengan
posyandunya, untuk behapa fasilitas kesehatan lainnya seperti apotik, toko obat ti&
di jumpai pada daerati ini. Untuk fasilitas olahraga misalnya seperti
lapngan sepakbola terpusat di desa Parangloe, bola voli di desa Taring dan tenis meja di d m Baturappe begitupun juga dengan fasilitas olahraga lainnya dominan
terdapat di desa Baturappe. Akan tetapi u t u k fasilitas ekonorni seperti pasar urnum ataupun pasar hewan serta koperasi desa seperti KUD menurut pendataan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik @PSI ti&
dijumpai pada daerah ini,
namun saat peneliti melakukan kunjungan, terdapat pasar-pasar kecil yang hari pasarnya dua kdi seminggu serta unit usaha kecil menengah seperti kmjinan
rumah tangga dapat di temui pada daerah ini.
Mempehtikan nihi akumulasi dari C
=
0 yang dalam tabel lampiran
dikenali dengan x-y, memkikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas dirnasing-
masing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Biringbdu ti& p l a y a m p d a m a s y d a t kurang optimal.
terdistribusi, sehingga
Kecamatan Barombong. Dengan unit luasan kecamatan yang relatif kecil, kecamatan ini juga memiliki beberapa fasilitas relatif lengkap seperti rumah bersalin/BKIA ymg terpusat di kelurahan Moncobalang, begitupun juga puskesmas dengan indeks
DQ sebesar 6.04, puskesmas pembantu di desa Biringngala serta posyandu di kelurahan Moncohalang. Untuk fasilitas ibadah seperti mesjid terpusat di desa Lembangprang, surau di desa Tinggimae. Fasilitas lain yang ada di kecamatan ini
adalah fasilitas olahraga misalnya lapangan sepakbola yang dominan pada daerah Moncobalang dengan indeks DQ seksar 6.04 begitu pula dengan lapangan bola voli, tenis meja dan yang lainnya Satu hal yang penting di kecamatan ini tidak
tersedia addah hilitas perekonomian yaitu berupa pasar mum ataupun pasar lainnya, fasilitas yang ada adalah perbelanjaan kecil, terlalu lokal dan h i f a t sementara maka badan pusat statistik (BPS) belum mengkategorikannya sehgai
fasilitas ekonomi. Hal ini terkait dengan keberadaan kemmatan sebagai temuda u m m y a di kabupaten Gowa, merupakan pemekaran dari Kecamatan Pallangga
Memperhatikan nilai akumulasi dari C = 0 yang dalam tabel lampiran 14 dikenal dengan x-y, rnemkrbn indikasi bahwa penyebaraa hilitas dimasing-
masing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Barombong tidak terdistribusi, sehingga pelayanan pada masyarakat kurang optimal. Kecamatan Bajeng
Ditinjau dari segi keadaan geografinya kecamatan Bajeng terletak
bersebelahan dengan kecamatan Barombong. Untuk beberap fasilitas terlihat dominan terdapat pada beberapa tempat saja misalnya fasilitas kesehatan, untuk
tempat rumah bersalidBKIA terpusat pada kelurahm Kalebajeng dengan indeks
DQ s e h 18.46 begitupun juga dengan poliklinik dengan indeks DQ sebesar 36.92. Hal yang sama juga terjadi pada fasilitas Puskesrnas, puskesmas pembantu, balai pengobatan, tempt praktek, apotik, dan tempt obat. Pos persalinrtn dew
terpusat di dew Manjalling, posyandu di desa Panciro. Fasilitas ibadah seperti mesjid,
fllrau
krpusat di kelurahan Limbung daa dew Maccinibaji.
Untuk
fasilitas ekonominya kecamatan Bajeng memiliki 2 buah pasar umum yaitu di
desa Persiapan Paraikatte dan desa Persiapan Matadlo akm tetapi menurut indeks DQ s e w 18.55 1 terdapat di desa Persiapan Matadlo. Mempwhatikan nilai t i u l a s i dari C
=
0 yang dalam tabel Iampiran
dikenali dengan x-y, memberikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Bajeng tidak terdistribusi, sehingga pelayaaan pada masyarakat kurang optimal.
Kecamatan Tombolo Pao Kecamatan yang berada di dataran tinggi ini memiliki beberapa fasilitas
kesehatan yaitu puskesmas yang dominan pelayammya pada kelurahsn Tamaona dengan indeks komtrasi (C) 95.07 yaug berati terpusaf dalam satu wilayah serta
indeks DQ s e k m 20.29, begitupun juga dengan fasilitas puskesmas pernbantu dengan indeks DQ sebesar 6.765 balai pengobatan dengan DQ sebesar 20.29, pos
persalinan desa dengan DQ s e k 20.29 dan posyandu dengan DQ sebesar 10.14 semuanya masih Impusat di Tamaoaa. Untuk beberapa fasilitm olah raga dan
hilitas ekonomi laimya sementara sampai penelitian ini dilakukan Badan Pusat Statistik
(BPS) klum terdapat data yang menyebutkan akan keberadaan fasilitas
tersebut . Nmun pada umutnnya di lapangan failitas tersebut sudah ad* ha1 hi
mungkin disebabkan oleh karena kecamatan ini termasuk kecamatan barn d i d e ~ t i f k a nyang mempakan p e m e h dari Kecamatan Tinggirnoncong.
Memperhah nilai akumulasi dari C
= 0
yang U a m tabel lampiran
dikenali dengan x-y, memberikan i n b i bahwa penyebaran fasilitas dimasingmasing Kelurahan clan Desa di Kecamatan Tombolo Pao ti&
terdistribusi,
sehingga pelayanan pada masyarakat kurang optimal.
Kecsmatan Tompobulu Untuk fasilitas kesehatan temasuk lengkap dm umurnnya hanya terpusat di bekrapa daerah saja, seperti puskesmm yang terpusat di kelurahan Malakaji
dengan indeks DQ sebesar 19.635 dan indeks C sebesar 94.907. Untuk beberapa puskesrnas pembantu yang terpusat di kelurahan Garing dengan nilai DQ sebesar
2.39, balai pengobatan dan ternpat praktek terpusat di kelurahan Malakaji dengan indeks DQ sebesar 19.63 6.Untuk beberapa fasilitas kesehatan lainnya seperti pos
persalinan desa terpu~afdi desa Bontobuddung dengan indeks DQ sebesar 3-55 1,
posyandu di keluraban Mdrlkaji dengan indeks DQ sebesar 1.84. Untuk fasilitas olah raga misalnya sepak bola juga terpusat didaerah Mdakaji dengan indeks DQ
sebesar 3.93 begitupun juga dengan bola voli dengan indeks indeks DQ sebesar 3.93, beberapa fasilitas lain urnumnya juga terdapat di kelurahm Malakaji seperti tenis meja dengm indeks DQ sebesar 9.8 17 serta bulu tangkis dengan DQ sebesa~
14.727 bahkan fasilitas ekonomi pun seperti pasar mum ada di kelurahan ini
dengan indeks DQ s e W 6.545. untuk fasilitas pasar umum ini juga tdapat di desa Cikoro dan desa Rappoiemba.
Memperhatikan nilai akumulasi dari C
=
0 yaug dalarn tabel lampiran
dikenali dengan x-y, memberikan indikstsi bahwa penyebaran fasilitas dimasiirnasing Kelurahan dan Desa di Kecamatan Tompobdu ti&
terdistribusi,
sehingga playanan pada masyarakat kurang optimal.
Kecamatan Tinggi Moncong Mempakan k-tan
terakhir dalam bahasan indeks penyebaran dan
pernusatan fasilitas. M g a n mernperhatikan indeks hasil dari perhitungan analisis
terlihat pernusatan fasilitas pada s a t u daerah saja seperti fasilitas rumah bersalin/BKIA dengan indeks DQ sebesar 13 -36 serta indeks C sebesar 92.5 1, begitupun dengan poliklinik, puskesmas, puskesmas p e m h t u , Mi pengobatan, pos persalinan desa clan toko obat memiliki indeks pernusatan yang sama serta
sama-sama terpusat di kelurahan Malino, Untuk posyandu juga terpusat di kelurahan Mdino dengan indeks DQ sebesar 3.824, nilai indeks yang ti&
begitu
besar karena pada tingkat fasilitas ini terjadi penyebaran walaupun tidak terlalu s i g n i b . Untuk fasilitas olahraga sampai penelitian berjdan pihak BPS ti& mendatanya meskipun kenyahan dilapangan ads beberapa fasilitas olahraga yaitu
pada keluraban Malino khususnya sudah terkenal sebagai tempat rekreasi. Untuk aktivitas perekonomian kecamatan Thggi Moncong memiliki fasilitas pasar
mum yang terpusat di desa Manimbahoi, fasilitas ini juga terdapat di kelurshan Malino, Sicini, dan Parigi. Masing-masing daerah tersebut menjadi sentm kegiatan ekonomi masyarakat Tinggi Moncong.
Memperhatikm nilai akmdasi dari C
=
0 yang dalam tabel lampiran
dikenali dengan x-y, memberikan indikasi bahwa penyebaran fasilitas d i i i n g masing Kelurahan d m Desa di Kwumtan Tinggi Moncong ti&
terdistribusi,
sehingga pelayanan pada masyarakat kurang optimal. 5.5. Zonasi Kawasan Peruntukan Kota Taai
Dalarn menentukan wnasi kawasan digunakan pendekatan ambang batas dalarn perencanaan lingkungan sebagaiman dikemukakan oleh Kozlowski dalarn Barnbang Purbuwaseso (1 995), yang menyatakan bahwa pemcanaan lingkungan yang rasiod diartikan sebagai satu proses bagairnana kowrvasi sumberdaya
regional dan nasional atau rencm pembangunam dibuat dalam satu cara secara
sadar, gum meminidkan efek negatif jangka panjang pada tingkat kualitas lingkungan. Proses ini umumnya terdiri dari 2 komponen yaitu (1) rencana institusional yang dirancang bersama-sama dalam masyarakat, lernbaga-lernbaga
dan pembiayaan yang menekankan pa& &ah
konservasi yang spesifik dan (2)
rencana fisik dirancang untuk menmjukkan hubungan fisik yang tepat antara aktivitas 1lngkunga.n dan pembangumm untuk mencapai tujuan atau sasaran
konservasi. Dalam aplikasi penentuan pola zonasi perm* untuk beberapa peta tematik Kota Tani. Bebe-
ruang dilakukan overlay peta tematik itu diantaranya
peta topografi (kemiringan lahan), curah hujan dan jeais tanah Untuk analisis tanaman perkebunan diperlukan peta tematik yaitu peta ketinggian (elevasi). Guna
memperkuat hasil analisis juga digunakan peta geologi untuk mengethi beberapa potensi mpa bumi secara spasial.
Dengan digunakannya teknik intersect pada program SIG Ardinfo hasil overlay dapat lebih mudah di inteqretasi. Kejadian efek komputer yang tidak
diinginkan berupa bias luasan yang dipemleh sedikit tahindari. Dengan interpretasi sebagaimana dikemukakan oleh AronoH (1 989), kawasan Kota Tani
dibagi menjadi beberapa kawasan peruntukan sesuai dengan indeks nilai yang diperoleh dari proses overlay. Sebagai gatnbaran spasirtlnya terdapat pada gambar lampiran 2 dan gambar Iampiran 3. Pada tarnpilm spasial tersebut diunrtkzln
5 5 3 . K a w m Perkebunae.
TeEcnik ovmIay h m a n perkebunm digudm 2 maam hteqmtasi data ya;tU in* k e s e s m h Man pets k t h g g h @levmi).Disampii itn lemg
yang kagam tetajii tidak terlalu curam (< 40%) dan ketinggian < 2000 rn diatas
permukaan laut juga turut mendukung andisis kesesuaian kawasan ini. B e h p a
komditi seperti kelapa dalarn, kelapa hibrida, kopi robusta, kopi arabika, tebu, kapas dan lainnya dapat dibudidayakan pada areal ini. Sebagai gambamn, daerah kawasannya dapat di simak pada gambar lampiran 29 sedangkan untuk wna
penetapan spasialnya dapat dilihat pa& gambar lampican 6. 5.5.4. Kawasan Buah-buahan.
Menyerupai dengan penetapan kawasan perkebunan, kawasan ini juga menggunakan dua macam peta hasil overlay yaitu peta kesesuaian lahan yang
terdiri dari komponen (tanah, lereng dan curah hujan) dan peta ketinggian (elevasi). Dengan luasan berkisar 414.150 hektar, nilai indeks lahan 125, jenis tanahnya litosol serta c
d hujan yang sedang (3000-4000 mm/tahun) kawasan
ini berpotensi untuk pengembangan hortikdtura dengan temperatur 20 "C hingga 32 "C. Pad. kawasan ini juga digunakan area penymgga sebesar 100 meter,
pembuatan area ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan pergeseran lahan yang ti&
terkendali serta penyediaan ruang terbuka yang kian hari semakin
berkmg. Pengembangan areal ini menjadi lebih luas midnya diadakan pergeseran kearah lahan perkebunan mas& dirnungkinkan dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem yang telah ada (eksisting). Dengm
rnemperhatikan kondisi umum wilayah penelitian terdrtpat beberapa komoditi tanaman buah sesuai dengan iklim dan rona wilayah Gowa urnurnnya dan
kawasan Kota Tani khususnya addah alpukat, mangga, rambutan, nangka, sea&
jeruk, pisang dan lainnya Akan tetapi semua jenis buahan-buahan
tersebut sebagian besar hanya berskala konsumsi rumah tangga dan pasar local, belum dapat masuk pada skala ekspor yang kualitas dan kuantitasnya diseleksi ketat termasuk produksinya yang terjamin kotinuitasnya. 5.5.5. Kawman Hutan Produksi Konverrsi
Kawasan ini terletak pada disekitar bantaran DAS Jeneberang yang merupkan lahan dengan indeks nilai 115. Dengan adanya kawasan hutan
produksi terbatas pola pengembangan daerah disekitarnya seperti pengembangan
areal wisata, area perikanan masih dapat dimungkinkan karena hutan ini
dikhususkan untuk d a n g a n konversi lahan. Jenis tanaman yang ada di area ini a d d a h jenis tanaman produksi ataupun tanaman pendukung kerajinan rumah
tangga. Interaksi spasial atau yang khusus lagi, dapat terjadi pada k a w m sekitar
sehingga pola hubungan keterkaitan surnberdaya yang lestari rnasih dapat terjadi.
Daerah yang termasuk ka-
hutan p d u k s i konversi sebagian
kelurahan Bomngloe dan sebagian lagi Rornangloe dengan jumlah luasan areanya mencapai 369.8 19 hektar. Memperbatikan kecukupan areanya kemampuan hutan
ini sebagai pendukung ketmdiaan ruang terbuka hijau masih layak apalagi didukung dengan letaknya yang bersebelahan dengan kawasan budidaya dan kawasan hutan lainnya (gambar lampiran 32). 5.5.6. Kawwan Hutan Produksi Terbatas.
Indeks hutan praduksi terbatas kawasan Kota Tani berkisar antara 145 hingga 1 65 yang menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 57 tahun I 997 layak sebagairnana penjelasan sebelumnya. Menurut hasil survey lapangan yang dilakukan kawasan ini terletak pada kawasan non potensial yang dikamukan daerah batuan mendominmi. Dilihat dari sisi ekonomisnya kawasan
ini juga &pat menjadi lahan pendapatan masyarakat sekitarnya misalnya dengan
produksi kayu hutan dengan sistem tebang pilih. Sebagai fakta dilapangan pada kawasan ini sudah di jadikan kawasan hutan Jati Puth, walaupun kepemilikannya
mash bersifat swadaya yang didukung oleh Departemen Kehutanan dan lembaga swadaya rnasyarakat dengan pola bagi hasil. Pada gambar lampiran 19 dan
gambar lampiran 20 meruprtkan kawasan hutan produksi terbatas yang sudah bqalan 3 tahun. Investasi lainnya yang juga rnenjanjikan addah tanaman jati (Tectona grandis), dimma s e h g sedang dipromosikan jenis jati emas dengan
kemampuan berprduksi lebih cepat daripada jati pada wnumnya. Jati emas pada umumnya dapat k p d u k s i optimal 15 tahun. 5.5.7. Kawasrrn Peternakan
Menurut Peraturan Pemerintah RepubIik Indonesia No.47 tahun 1 997 bahwasanya pemntukan kawasan peternakan diharuskan berada pada ketinggian <
1000 meter diatas permukaan laut, serta pada kawasan tersebut terdapat daerah
yang agak luas sebagai paclang rumput makanan temak. Jika dipebtikan pada kawasan Kota Tani terlihat semua daerah berpotensi untuk dikembangkan
petemakan, akan tetapi zona ini harus dipertimbangkan mengingat limbah dari peternakan yang tidak dapat langsung dipergunakrln untuk kebutuhan pertanian,
walaupun a h hubungan saling ketergantungan antar dua komponen tersebut. Faktor yang ke dua adalah tidak semua jenis temak dapat toleran pada tempat-
tempat tertentu. Untuk beberapa jenis temak dapat berkembang dengau normal misalnya jenis ayam ras dan beberapa jenis unggas. Hingga sekarang jenis
peternakan yang sedang d i k e m u addah penggemukan sapi yang dinilai oleh dinas p e t d a n merupakan suatu bentuk usaha dalam mengatasi masalah krisis yang sedang didami masyarakat Indonesia pada umumnya. 5.5.8. Kawasan Perikanan
Kawasan ini relatif ada p d a kelerengan < 8 % dimana kecukupan air sangat mempengaruhi untuk membentuk kawasan ini. Untuk beberapa daerah
bantaran sungai merupakan daerah yang direkomendasikan sebagai kawasan
perikaaan. Dengan luasan 193.34 helctar serta indeks yang hanya berkisar 11 5 b e r w macam budidaya ikan dapat dilakukan (gambar lampiran 30). Sebagai gambamn bahwa daerah kawasan ini berdekatan dengan kawasan w i s e sehingga
pola pengembangan ikan hias dapat rnenjadi prioritas utama. Kawasan wisatajuga &pat menjadi penarik bagi calon investor perikanan karena jika diiihat dari posisi
geografinya kawasan ini sangat menunjang terutama untuk pengembangan berkelanjutan. 5.5.9. Kawasm Industri kecivrumah tangga
Kawasan industri pada perencanam Kota Tani difokuskan pada kegiatan
industri kecil atau industri rurnah tangga. Pemanfaatan lahan non-potensial d a r n konteks bahwa lahan tidak diprgumkm untuk k e g h n budidaya pertanian
sehingga semua bahan baku industri tersebut rnerugdum bahan yang diambil dari
lahan yang masuk kawasan Kota Tani tersebut, sebagai contoh industri kerajiaan gerabah serta beberapa souvenir dari tanah liat (gambar lampiran 2 1 clan 22).
hingga tahun 2027 dengan beberapa variakl, diantamnya luas lahan, penduduk serta beberapa v a r i h l pendukung lainnya. Bentuk dari wisata alam
yang
a h
pa& kawasan Kota Tani secara umum adalah rekreasi kawasan zonasi, yaitu pada setiap zonttsi diberikan satu area khusus unhk fasilitas wisata dengan bahgai
sarana pendukung dm jalur sirkdasi sebagai punjang utama kawasan tersebut. Untuk mendukung konsep kawasan wisata tersebut, dikaji kberapa aspek penunjang kawasm wisata seperti dibawah ini. 5.6.1. Pmgmrn Ruang
Program ruang menunjukkaa pembagian ruang yang mengakomodasikan suatu fungsi, aktivitas, dm
fasilitas yang dikembangkan, ha1 ini didasarkan pada
mumsi dan pernyataan Gold (1 980). Pemusan m g ini juga menyangkut p l a pola sirkulasi yang akan diterapkan pada kawasm Kota Tani. Alokasi penataan ruang ditentukan juga o1eh nilai kesesuaian lahan. Penataan ruang yang
komprehensif akan membawa dampak pada pelestarian lingkungan sesuai dengan maksud tata ruang Kota Tani, seperti pada upya untuk men*
keseimbangan
antara lingkungan &ngm beberapa faktor bukan iingkungan seperti fasilitas, perurnahan dm beberapa komponen lainnya. Pengembangan areal ruang wisata Kota Tani meliputi daerah area penerirnaan, area wisata utama, dan area wisata penunjang. Kawasan area penerirnaan meliputi kantor pengelola, pusat infomi, tempat parkir, dan kendaraan wisata. Untuk area wisata utama meliputi permainan
air (water game), mernancing,foto hunting, pengamatan flora dm fauna (gambar
21) sedangkan untuk area wisata penunjang meliputi area kawasan perkebunan
dimana aktivitas kemah (camping) dapat dilakukan yang difasilitasi dengan pondok inap, lapangan olahraga dan lainnya. 5-62. Konsep Sirkuhsi
Pola sirkulasi dibentuk dengan pola organik, yaitu meldui jalur sirkulasi
primer dan sekunder. Jalur sirkulasi primer dipersiapkan untuk pengunjung agar dapat dengan mudah mengakses keseluruhan area. Pengembangan bentuk berupa jalur sirkulasi sekunder dimaksudkan agar pengunjung dapat langsung mengarah
pada objek m t u yang merupakan cabang dari jdur primer. Dengan demikian
segala bentuk dm jenis wisata yang diingiakan dapat terakomodasi didalamnya.
Hasil analisis dan rancangan sickulasi dapat dilihat pada &ambar 20 yaitu terdapat 3 gerbang utama, haI ini dirnaksudkan agar para pengunjung dapat mengakses
dengan mudah untuk masuk ke kawasan tersebut. Dengan jdur-jalur yang dibuat sesuai kawasan perm-
maka akses antar kawasan dapat dengan mudah
dicapai sehingga semua kegiatan wisata bisa terjaugkau secara cepat. Untuk kegiatan wisatanya sendiri dikategorikan dengan 2 jenis wisata
yang dapat ddakukan ptlda kawasan Kota Tani, diantamnya adalah kegiatan wisata harian (thy use) dan kegiatan wisata menginap (overnight use). Untuk
kegiatan wisata harian sesuai diagram kegiatan yang direncanakan, terlihat ada 6 macam kegiatan yang dapat dilakukan, mulai dari mendatangi pusat informasi,
kegiatan memancing di danau, melihat atau bahkan melakukan proses belajar pada
industri kerajinan kecil, menuju rekmsi utama untuk melihat tanaman budidaya termasuk dapat melakukan fmhunting. Sedangkan wisata menginap (overnight
use) (garnbar 24) seiain track atau jarak tempuh cukup l a m atau jauh, pada
kegiatan tersebut ditambahkan kegiatan perkemahan (camping g r o u 4 . Dengan m e n g d tab1 24, maka trrmpak pola-pla pengembangan daerah kawasan penmtukan Kota Tani, sehingga kebutuhan akomodasi dan fasilitas rekreasi secara
optimal &pat diprediksi lebih tepat dan akurat sebelum ada di kawasan. Secara spasid tampilan sebuahjaringan sirkulasi dapat dilihat pada gambar lampham 5.63. Konsep Zonasi Ruang Kawasan Pemtukan
Dalam prmcanaan Kota Tani untuk peoataan vegetasi terdiri
atas
vegetasi pengarah, pembentuk kesan, pembuat ruang, koridor angin, naungan, dan
konservasi. Vegetasi pengarah dan pembentuk kesan terdapat pada ruang penerha dm sepanjang jalur sirkulasi. Vegetasi pembuat ruang, koridor angin,
dan naungan terdapat pada ruang r e b i . Vegetasi konservasi terdapat di daerah konservasi dan pin-
sungai. Dengan pola penataan yang telah direncanakan
maka harapan untuk rnemperoleh kenyamanan baik dalam melakukan aktivitrts ataupun dalam keadaan mtai dapat t q u h i . Disamping itu pemilihan jenis vegetasi yang cocok untuk berbagai jenis atau mgam ternpat. Sebagai bentuk
penerapan konsep tata hijau ini, nantinya akan disandingkan dengan pola-pola
permukiman yang telah dibuat pada kawasan Kota Tani. Hal ini dilakukan mengingat bahwa efek daripada ruang terbuka hijau yang tersedia berkorelasi positif dengan kenyamanan yang dirasakan oleh penduduk.
v Pusllt I n f m i
Ken-
Foto Hmting Pengamatan Flora dan F-
Wisata
Gambar 2 1. Konsep ruang wisata Kob Tani.
Konsep zonasi ruang dilakukan dengan menggunakan sistem inserf luyer yang merupakan salah satu pendekatan dari analisis SIG (Sisrem Informai
Geografl. Dalam proses insert peta digunakan penomoran sesuai dengan letak
grid yang secolra otomatis muncul pads peta tematik (Gambar Lampiran 7). Beberapa bentuk konsep ruang wisata Kota Tani terdapat pada gambar 2 1.
Jalu M k T 4 k Kawasm
Kw. Bdidaya m i a n
Kw.P a i k a t l a n h M a w a q g A
m
v
Kw.Pamukiman
Idur b u k
-
h Kw.h h b m n
Garnbar 22. Konsep dan Sintesis Sirkulasi Wisata Kota Tani.
~Lnrotmasi (Mg-1
Mad
Tau Bwhhy& For0 H I ~ R (Kw I ~ Budidava1
Gambar 23. Skema Kegiatan Wisata Harian (day use).
A
Kw.
Gambar 24. Skema Kegiatan Wisata Menginap (overnight use)
Tabel 24. Konsep pengemman wisata kawasan zoning. No
Jenis Peruntukm Kawasan
1
Kawasan Permukhan
Pengembangan Wisata Permukiman
adat
yang
Fasilitas Penunjang (jalur
merupakan Sirkulasi
permukhan eksisting menipakan sdah alternatif terdekai).
satu nilai tersendiri sebagai investasi rekreasi,
penyelenggaraan
khusus misalnya pelan2
tokoh adat.
memancing,
melihat-lihat Pondokan (tempat
(aqwculture-education).
istirahat) dilengkapi
Kawasan Perikanan Danau Kegiatan Mawang.
event-event
kamar
an rnandilwc,
tempat
memancing. 3
Kawasan
Budidaya Jalan-jalan disekitar pertanian budidaya, Jenis
Pertanian.
kegiatan
memobet,
kegiatan
(camping groud).
sirkulasi
kemah organik, pndokan, tempat istirahat khww.
4
Kawasan Hutan P d u k s i Kemah
Terbatas
(camping ground),
pengamatan
satwa
liar,
memotret, JalurItrack baik itu pengamatan secara alami atau
burung.
buatan,
pondokan
kecil
tempat
istirahat. 5
Kawman Perkbunan.
Area perkernahan, serta berbagrti bentuk Pondokan
educationai recreation.
fasilitas
dengan
Yaw
mengakomodasi kegiatan
kawasan perkebunan. 6
Kawasan Pertemakan.
Melihat berbagai jenis ternak budidaya, dapat juga melakukan kegiatan pelatihan
singkat mengenai peternakan yang ssdang
pada
dikembangkan. 7
Kawasan Industri Kecil / Pengamatan b e b p a jenis hail kerajinan, Jalur yang sudah
pernbelajaran cepat (short course) tentang diakomodir
Rumah Tangga.
berbagai bentuk kerajinan.
8
9
sedemilcian rum.
Kawasan Hutan Pmduksi Futo hunting, pengamatan berbagai jenis Jaludsirkulasi yang Konversi.
tanaman hutan, perkemahan (camping baik.
Kawasan Buah-Buahan.
ground)MeIihat-lihat koleksi tanaman buah, dapat Pondokan, juga melakukan kegiatan perkemsthan dan bermain.
tempat bemain. Untuk bebwapa tarnpilan secara -id
mengenai zonasi kawasan Kota
Tani dan fasilitas pendukungnya dapt dilihat pada m b a r lampiran 8 hingga lampiran 16. Khusus untuk lampiran 16 ditampilkan mcana jalan lingkar kawasan, dengan jalan tersebut k
s untuk mengmgkut basil-hasil praduksi
dan
pergerakan barang serta untuk mencapai obyek wisata lebih optimal. Bentuk dari
masing-masing pembagian kawasan Kota Tani addah sebagai berikut: - Kawasan Kota Tfni 1. Dalam areal ini dijabarkan beberapa kombinasi
kegiahn yang dapat dilakukan oleh penduduk setempat disamping sebagai
pengelola kawasan wisata Dalam hal ini juga akan ditinjau beberap fasilitas yang sudah ada serta fasilitas yang dibutuhkaa dalam kawasan tersebut, baik
sebagai penunjang kawasan wisata -pun
sebagai pelengkap dari kawasan
permukiman. Dengan hasan sebesar 3,034.01 hektar kombinasi kegiatan yang dapat
dilakukan dapat dilihat pada gambar, wdangkan model ekonomis dan
ekologis yang dikembangkan dalam kawasan d i u r a i h seperti berikut ini. Seklum model ini dijabarkan terlebih dahulu discs- dengan model kesesuaian lahan ymg terkait &ngan kriteria peruntukan sebagai mana berikut ini :
jlndeks Kesesuaian Lahan = [Indeks -- - - -
--
- ... .. .-
+
x ~ o b o t ] [Indeks Lereng x Bobot]
+ [JenisTan& x Bobot]
.. . ,
1... 1
5.1
tempat
Rumman diatas, dijadikan @oman
dalam pemUSBn selanjutnya yang
digunzlkan sebagai patokan mengadisis lahan dimana indeks (nilai) nya merupakan h i 1 penjumlahan indeks kesesuaian lahan dengan sistem informasi gsografi. Berikut ini addah rumusan model indeks kesesuaian lahan Kota Tani.
165
.
=
.-
(3) ICH
+
(3) Lrg
+
(--5 ) TNH] -
Keterangan:
ICH
=
Indeks Curah Hujan
Lrg TNH
=
Indeks Lereng Indeks Tanah
=
Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI. No. 47 tahun 1997 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional bahwa kelas lereng yang ada meliputi (1) 0 - 8 % yang temasuk datar, (2) 8 - 1 5% adalah kelas landai (3) 15 - 25% &ah
kelas agak curam. U n a indeks curah hujan yang termasuk kedalarn kelas diatas &ah
kelas (2) yrtitu antara 13.6 - 20.7 m d H H atau dapat dikatakan indeks
curah hujan yang rendah dan kelas (3) 20.7 - 27.7 mm/HH adalah indeks curah
hujan sedang. Komponen berikutnya addah jenis tanah, pada jenis tanah diatas terdiri dari dua kelas yaitu kelas (2) yang terdiri dari tanah latosol yang agak peka terhadap erosi dan kelas (3) meliputi pegosol, litosol, organowl, dan renzina yang sangat peka terhadap erosi tanah. Hal yang terakhir yang merupakm penentu
kelas kesesuaian adalah kelas ketinggian (elevnsi) yang menentukan jenis perkebunan ataupun jenis kornoditas buah-buahan.
Adapun keterangan dari model diuraikan sebagai berikut: Kota Tani zonasi 1
b e d a s a k m insert satu pada peta lampiran diperoleh penjabran luasan kawasan sesuai h i 1 analisis SIG, dirnana indeks 0.70 adalah prosentase kawasan budidaya
pertanian pada zonasi 1 dan pada kawasan ini secara total menam-
kawasan
perikanan, ini dimungkinkan bahwa kawasan lainnya tidak ada kawasan p e r k a m
teridenti-i.
Selanjutnya 0.90 dab prosentase kawasan buah-buahan, dengan
dernikian pada zonasi lainnya tersisa kawasan buah-buahan 0.10 dan ditambahkm 0.22 kawasan hutan pduksi konversi, sehingga pada zonasi lainnya masih tersisa 0.78 kawasm hutan p d u k s i konversi. Kemudian ditambahkan 0.50 kawasan
industri kecil, zonasi lainnya masih tersisa kawasan industri kecil sebesar 0.50, selanjutnya ditarnbahkan 0.05 kawasan perkebunan yang berarti kawasan lainnya masih tersisa kawasan ini sebesar 0.95 lalu ditambahkm dengan 0.03 kawasan peternakan, pada zonasi lainnya kawasan ini masih t e r s i ~sebesar 0.70 dan
terakhir ditambabkm 0.02 kawasan hutan produksi tabatas, ha1 ini juga M bahwa pada kawasm lainnya masih tersisa 0.98 kawasan yang sama. Demikian seterusnya penjabaran dari KT yang masing-masing wnasi ditandai dengan angka
8 sebagai section 8 di peta sebagai insert 8 rnasing-rnasing kawasan peruntukan.
Pengdm dari sketsa model kombinasi kegiatan Kota Tani 1 clapat disampahn, bahwa bulan yang tercantum mulai dari Januari yang disimbulkan
dengan 1 sampai dengan Desember dengan sirnbol 12 d a b waktu yang akan
digunrlkan untuk beraktifitas s e p d dapat dicontohkan bahwa pada bulan 1 (Januari) p t a m dapat meiakukan kegiataa perkebunan ditambah ptermkan, juga kebun buah-buahanditambah perikanan, selanjutnya dengan pelayanan wisatawan
dm pada saat yang bersamaan ada budidaya j&padi,
juga kegiatan ind&
rumah tangga dan pemeliharaan
dan penanaman untuk hutan produksi konversi ditambah hutan pruduksi terbatas. Masing-masing area kawasan peruntukan sudah ditentukan luasannya yang diperoleh dari analisis SIG berchrkan kesesuaian laham Dengan dernikian komunitas Kota Tani dapat dibagi habis waktunya untuk
beraktifitas dengan berbagai kombinasi yang dikuasainya, sehingga w a h luang kemungkhnnya sangat kecil yang be&
dioptimalkan.
produktifiias masyarakat petani dapat
Dengan sketsa model kombinasi kegiatan dalam kawasan dalam area tersebut setidaknya dapat memberikan garnbaran secara sistematis sebuah kegiatan yang
dapat dilakukaa dalarn kurun walctu satu tahun sehingga sebuah lahan &pat
diarnbil manfaatnya (secara ekonomis) sekaligus juga fungsinya sebagai penyangga (ruang terbuka hijau) untuk kelestarian Iingkungan dimasa sekarang
dan masa yang akan datang, Untuk jenis fasilitas yang ada dalarn kawasan Kota Tani 1 terdapat pada tabel dibawah ini dan untuk melihat lebih jelas secara spasial dapat disimak pada gmbar lampiran 8. Inventarisasi fasilitrts ini juga digunakan sebagai bahan kajian perencanaan maupun perancmgan kawasan untuk
penyempumaan kawasan lebih lanjut Untuk jenis kornoditas perkebunan dan komoditas buah-buahan yang akan dikombinasikan sesuai dengan uraian analisis
komoditas dengan RCA (analisis keunggulan komparatif) tawman komoditas sehingga pada bagian ini kurang banyak diuraikan.
Takl25.Jenis fasilitas Kawasan Kota Tani 1. Ruang Penerima
Funpi Penerima Pengelolaan
Rekreasi Pilihan
Rest Area Rekreasi
R e b i
Rekreasi
Pendukung RekreasiUtama
Rekreasi
Aktivitas
Parkir Administrasi Informasi Pengaturan Istirahat Piknik Bermain Sightseeing Menginap Event khusus
Fasilih Tempat parkir. Kantor pengelola. h k e t karcis, Pos jaga Warung makan.
Area piknik. Area bemain anak Gazebo, Dek. Pondok inap Panggung. pengamata& Truck (jdur wisata) pembelajaran serta yang sudah terakornodasi, area pelatihan. re-i air, warung makan, sertatempat
pemancingan.
Kawasan Kota Tllni 2. Kawasan ini merupakan kawasan penunjang dari
kawasan Kota Tani 1. Seperti pada gambar lampiran 9 hanya terdapat beberapa area wisata penunjang disertai dengan jalur (track) daripada kegiatan wisata
tersebut.
ditujukaa mtuk pengenalan daerah dan behagai macam jenis produksi Kota Tani,
perkebunan yang ada pada ka-
Kawnsan Kota Tani 3. Menyerupai dengan daerah yang ada pada kawasan Kota
Tani I , kawasan ini merupakan kawasan penunjang yang didalamnya terdapat
danau Mawang sebagai sarana rekreasi air dan area pernancingan disamping terdapat kawasan hutan produksi konversi dan beberapa jalur (truck) untuk
kegiatan wisata pengamatan atau kegiatan perkemahan. Area terbesar ddam kawasan ini &ah
kawasan budidaya pertmian yaitu sekitar 419.41 hektar yang
didalamnya terdapat beberapa jdur untuk digunakan sebagai area pengamatan berbagai tanaman yang ada dalam kawasan tersebut. (Garnbar lampiran 10)
Tabel 27. Jenis fasilitas Kawasan Kota Tani 3.
_
Ruang Rekreasi Pendukung
Faagsi Rekreasi
Aktivitas Piknik Bermain Sightseeing
Rekreasi Rekreasi
R e b i Pilihan
+
i
air/memancing Menginap Event khusus
A
Fagilitas Area piknik serta Track. Area bermain anak Gazeb, Dek. Tempt pemancingan serta beberapa fasilitas lainnya. Pondok inap Panggmg.
Model kornbinasi nilai ekonomis dan ekologis lahan Kota Tani 3 .--.--
IK T ~ - K.A = + 0.30K. HPK + 0.14K. BDP + 0.50K.M + 0.06K. Bh + 0 . 0 8 ~P. k r .5-5
KT
: Kawasan Kota Tani
K.Pi
: Kawasan Perikanan
K. HPK
: Kawasan Hutan P d u k s i Konversi
K.BDP
: Kawasm Budidaya Pertanian
K.IK
: Kawasan Industri Kecil
K. Bh
: Kawasan B u a h - B h
K.Ptk
: Kawasan Peternakan
L
Kawami Kah Tami 4. Sempwckqgn
m m p h hm h a n g dad pada ~ ~
i
a
i ~
~
i
k ~
a
p ~
j
-
sebehmp &vagm hiKQW ~ r t n i 1. P & *'I
~
~
~
y
~ b
g
~
~ i
~
K d
o
f
a ~
T
skasz Model U~~
K E g h n I€&
Bdm
Tani 4
Ks;wamm Kota
Irehwa
T d 6. Pada hwsau ini hanya ads satu jenis Irombhasi
Hal 'mi Mubungan d m g w dawahnya yang hanya didomhmi oleh n W d a y a& P (gmb%rlampiran 13). Se$angkm gambar dibwah
Rmg R;ekrwsi Penduhmg
re^^
m@
&hemi
Rekasi
r
Kmsmasi paMengbp
K
d
WV~W)
Fasiws
Twk Pondok inap, Wmung makan
Area-&&
serta
jdmnyar (Pmk).
R Itebasi Paadukung
-
F-i
R e M
F*
AkMtm
KO& pv~~
Track Qalt~rklmsus], Wanmgmakan_ Pond6k idrabt sej& (bbo).
Mudel ymg d i d q a b n adalah s e w bed& ],KT, =0.05K. HPT +O.UlKPl(r +0.03K. BDP
I ..................... 5.9
A
5.6.4. Pengelolaan Areal WLata.
Pengelolaan areal wisata Kota Tani merupakan salah satu aspek yang penting untuk menjamin kelangsungan penggunaan wisata tersebut serta
hubungannya dengan kelestarian lingkungan. Mengacu pada konsep daya dukung
lingkungan yang memberikan pembatasan kapasitas, rnaka pengetolaan sum kawasan menuju kawasan yang lingkungamya lestari sangat diperlukan. Tujuan umum dari kegiatan pariwisata yaitu melepaskan kejenuban atau kelelahan setelah
behapa h x i bekerja Murdianto (1 991) mengatakan bahwa kegiatan pariwisata baik dalam rnaknanya yang sempit yaitu sekedar pesiar, memanfaatkan waktu
senggang maupun dalam makna yang luas yaitu menymgkut berbagai macam
motivasi perjdanan, akan membawa pengaruh terhadap segi-segi kehidupan perorangan maupun rnasyarakat. Sektor pariwisata menlpakan salah satu sektor
yang mampu membuka peluang usaha khususnya disekitar obyek wisata. Dari pemy-
terakhir, Wwa sektor pariwisata @at
mernbuka peluang usaha bag^
rnasyarakat sekitarnya, maka pengelolaan yang bersifat kooperatif akan lebih menguntungkan terutama segi keamanan lingkungan. Menurut Tisdel(2000), Pengunjunglwisahwandapat memberikan dampak positif dan dam&
negatif pada sumbedaya dam, sumkdaya butan dan
lingkungan sosial budaya. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dengan kegiatan keprtriwisataan antara lain: 1. Erosi pada jdur tapak yang padat, pedestrian dm lainnya
2. Kunjungan k e l w masuk
rstng
mengakibatkan hubmgan langsung pada
obyek yang dikunjungi memerlukan perlinduugm khusus. 3. Peningkatan pengrusakan setiap saat seiring dengan ksarnya kunjungan.
4. Perencanaan
yang
jelek
terhadap
persiapan
&pat
kunjungan
mengakibatkan kerusakan pada vegetasi d m mengganggu kehidupm satwa.
5. Ketersediaan infrastruktur yang menunjang bangunan s@
fasilitas
pembuangan sampah dan jalan, dapat berbahaya hgi lingkuagan jika salah dalm ~ c a n a a n . 6. Kedatangan pengunjung ke lokasi kadang-kadang melebihi daya dukung sumberdaya alam akibat dari kepentingan ekonomi yang berlebihaa
7. Sosial-budaya yang dibawa oleh pengunjung akan berdampak peningkatan
pengaruh pada penduduk setempat. Dalam
pembuatan jadual
pemeliharaan
kawasau
rekreasi
hendaknya
dikiasifikasikan terlebih dahulu luasan area wisata yang sedang dikelola. Menurut Carpenter et al(1975) untuk membuat jadwal yang baik maka
harus melalui tabap-tdq sehagai brikut: 1
.
2.
Mengklasifikasikan area berdasarkan tingkat pernelhraannya. Membuat daftar tanaman yang ada dalam area yang hams dipelihara dan tentukan jenisnya (semak, phon, herba) karena jenis aktivitas
pemeliharaan tergantung dari jenis tanaman tersebut.
3.
Menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai
pemeliharaan yang diinginkan. Konsep pemeliharaan secara lebih detail pada kawasan rekreasi dapat
dikemukakan h h w a format jadual pemeliharaan sebaiknya dilengkapi, jadi tidak hanya berisi jenis kegiatan dan jumlah tenaga kerja saja. Menurut Sterenloff dan
Warren (1984) dalam membuat perencenam jadual rutin harus mencakup:
-
Standar pemeliharaan area, fasilitas dan pemeliharaan. Penentuan standar
ini fmgsinya untuk menjelaskan kondisi yang harus te-
dalam
kegiatan pemeliharaan. Penentuan standar hams jelas, contohnya: area taman harus bersih dan bebas dari sampah.
-
Pembuatan d a b kebutuhan pemeliharaan rutin secara spesifik untuk
mencapai stmdar perneliharaan. Pa& contoh di atas, standar yang
diinginkan adalah area taman bersih dan bebas dari sampah, rnaka kegiatan yang harus dilakukan addah penyapuan dan pembwngan sampah.
-
Penjelasan metode yang paling efisien. Misalnya untuk kegiatan penyapuan dan pembuangan sampah metode yang efisien adalah menyapu dulu hmgga t e r b p u l sampah, baru sampah tersebut dibuang.
-
Penentuan hkuensi tugas pemeliharaan. Misalnya pada contoh di atas, kegiatan penyapuan dan pembersihan sampah dilakukan setiap hari.
-
Penentuan kebutuhan tenaga kerja Penentuan ini membutubkttn data kapasitas kerja yang dapat dilakukan oleh pekerja secara optimal, sehingga
jumlah tenaga kerja yang teralokasikan untuk melakukan kegiatan penyapuan dan pembersihan mph efisien.
-
Penentuan kebutuhan bshan dan @atan.
Kebutuhan bahan dan peralatan
hams dipersiapkan sebelum kegiatan dilaksaaakan. Misdnya pada contoh
di atas, bahan yang hams dipersiapkan adsltah kantong plastik hitam untuk tempat sampah. Sedangkan pedatannya adaiah sapu lidi.
-
Penetapan perkiraan waktu @&anam.
Perkiraan waktu pelaksanaan ini
k b a r k a n kapasitas kerja yang dapat dilakukan pekerja secara optimal,
luas m a n yang hams dipelihara dm jumlah tenaga keja yang
dialokasikan untuk kegiatan tersebut.
Dengan pembuatan format jaduerl pemeliharaan yang lengkap diharapkan clapat memberikan i n f o m i yang tepat dan benar sehingga tidak m e n i m b h
kesollah pahaman pekerja lapang. Selain itu W p k a n kegiatan pemeliharaan bejalan dengan efektif dan efisien. 5.65. Konsep Penyebann Permukiman kawasan.
Dalam penyebaran penduduk diasumsikan 1 Kepala KeIuarga (KK)terdiri dari 4 jiwa sehingga dengan mernakai acuan jumlah p d u d u k Kota Tani tahun
2006 adalah sebesar 3,767.06j i w atau sebew 941-765 KK akan tersebar pada beberapa zonasi kawasan. Dengan zonasi, penyebaran failitas maupun beberapa jenis pelayanan lainnya dapat dioptimrtlkan. Zonasi juga m e d a a t k a n konsep
kernudahan sirkulasi, dimana efek pelayanan dari pada fasilitas-hilitas yang ada &pat terdistribusi merata pada setiap individu atau p d u d u k yang ada dalarn
wilayah tersebut. Mengacu pada pernyataan Soeriaa~madj a (2000), mengatakan
bahwa sumbedaya adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya manusia, sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya
alam buatan.
5.7. Run Model dan Simulmi Komputer Kawasan Kota Tani
Setelah dibangun logika hubungan antara komponen terkait dengan sub-
komponen & interaksinya, maka diperoleh model simulasi interaksi antara produlcsi pangan Kota Tani, pertumbuhan penduduk, jurnlah faditas, pen-
lahan, l w m kebutuhan ruang terbuka hijau, luasan pennukiman dan ketemdiaan
~~. Dalam pernodelan ini terintegrasi sub model laju koreksi terhadap lahan Kota Tani hingga laju perkembangannya pada tahun 2027. Asumsi waktu awal
simulasi digunakm tahun 2001 b n a jenis data-data sekunder urnumnya didapat
pada tahuu tersebut, sedan&m rentang waktu yang digunakan sampai tahun 2027 sebagaimana yang telah disebutkan pada tujuan awal dari penelitian. Dalam tenggang waktu 25 tahun tersebut dhrapkan pola perkembangan suatu kawasan yaitu Kota Tani dapat terlihat s a m e ke prediksi jangka panjang.
Asumsi+zsruttsi yang digunakan llalampemodelan s h - i
adalah:
1. Untuk indikator variabel fasilitas pendidikan digunakan beberapa asumsi
konversi luasan (dalarn hektar) karena pada umumnya fasilitas pendidikan didapatkan dalarn satuan unit. Beberapa standar konversinya sebagai berikut (Sumber: Keeble, 1959 dalam Jayadinat* JT., Tata Guna Tanah dalarn Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah): r
1 Unit Taman Kanak-Kanak (TK) terdiri daFi 3 ruang dan dapat menampung 20 murid dengan luas 700 m2 untuk 700 jiwa penduduk.
v
1 Unit Sekolah Dasar (SD) terdiri dari 6 ruang dan dapat menampung 40
murid dengan luas 800 m2 untuk 3,200 j iwa penduduk.
+ I Unit Sekolah Lanjutan Pertama (SLP) terdiri dari 7 ruang dan dapat menampung 30 murid dengan luas 1 0000 rn2untuk 14000 jiwa penduduk. 1
1 Unit Sekolah Lanjutan Atas (SLA) terdiri dari 14 ruang
dan dapat
menampung 30 murid dengan luas 20000 m2 untuk 42000 jiwa penduduk.
2. Asumsi penggunzlaan tanah per 1 0 0 penduduk (taman dm sebagainya) adalah 5000 II? sehingga diperoleh penggmaan tanah perorang adalah s e w 5 m2. 3. Pmukiman yang digunakan oleh penduduk dab 0.435 (Sumber Keeble, 1959 dalarn Jayadinab, JT., Tata Guna Tanah dalam Perencaman Pedesaan
Perkotaan dan Wilayah).
4. Untuk konversi energi yang dipakai, digunakan Wor-faktor sebagai berikut:
(Sumber: Sastrapraja, Setijati dan Muhilal, 1989. Widyakarya Pangan dan Gizi). r
Satuan energi adalah joule. Karena joule terldu kecil untuk keperluan gizi
praktis, digunakan kilojoule (16)yang disetarakan dengan 1 kilokalori (kcal). r
Konsumsi rumah tangga perunit kdori perhari diperkotaan dan perdesaam di Sulawesi Selatan rata-rata 2,685 (1.06). 1 kcal = 4,19 kJ.
r
Konsurnsi protein (grarn) rumah tangga perunit Mori perhari diperkotaan dan perdesaan Sulawesi Selatan rata-rata 67 (1.31) angka ddam kurung menunjukkan ratio terhadap 1 unit protein (5 1 gram).
* Menu seimbang ideal 60 - 65 % Karbohidrat, 20 % Lemak, sisanya lebih kurang 15 % sumber protein seperti kacangan, ikan, daging, susu, dan telur.
Kebutuhan protein hewani rata orang Indonesia 10 gram per kapita perhari.
* Dengan rincian 4 gram perkapita perhari berasal dari ternak. r
6 gram perkapita perhari berasal dari ikan.
r
Dengan asumsi: 1 kilogram ikan sarna dengan 0.8 5 kilogram daging ikan.
+ 1 gram protein ikan sama dengan 6.870 gram daging ikan. r Beras
masih merupakan sumber protein utarna dalam menu penduduk.
Indonesia yaitu sekitar 45 sampai 55 %. r 1 grarn karbohidrat menghasilkan 16 kiloJoule (3.75 Kilokalori). r
I gram lemak menghasilkan 3 8 kilojode (9 Kilokalori).
r
1 gram protein menghasilkan 1 7 kilojoule (4 Kilokalori).
5. Fasilitas perurnahan atau perrnukiman adalah sebesar 0.00435hektar per jiwa. 6 . Fasilitas ruang terbuka adalah sebesar 0.00037 hektar per jiwa.
7. Fasilitas kesehatan sebesar 0.02 hektar per jiwa. 8. Fasilitas ibadah yang dig&
0.025 h e m .
9. Fasilitas berolahraga sekaligus tempat bermah sebesar 0.4 hektar per jiwa. 10. Fasiritas pasar dan toko sebesar 0.15 hektar per jiwa.
11. Fasilitas kamanan yaitu sebesar 0.025 hektar per j iwa 12. Fungsi delay atau kelambatan waktu dalam sistem dapat berupa kebijakan, atau aturan yang dikeluarkan mtulr mendukung d i s i s agar sesuai rencana
Pada garnbar dibawah ini mempakan model Run Simulasi yang terdiri dari
2 sub model. Pemhagii rnenjadi 2 sub model d i s i s ini dikarenakan tampilan (interface daripada sistem yang kurang mendukung jika tampilan diagram dibuat
secara pen& fill screen), akan tetapi tarnpilan menyeluruh simulasi sistem yang dibuat secara hardcopy dapat dilihat pada gambar lampiran. Dengan 2 sub model, dapat dilihat sub diagram yang dibuat tanpa harus ada -tongan
yang tidak
jelas dengan sub diagram berikutnya. Berikut addah sub diagram model pertarna
-bar
33. Sub model intenhi (1) yang terdiri dari pangan Kota Tani, laju
pmduksi pangan, konsumsi penduduk, diversifbi pangan, serta pertumbuban penduduk sebagai variabel utarna.
Dengan bedasarkan gambar 33, pada madel diuraikan hal sebagai berikut: laju produksi pangan merupakan &tor yang rnernpengaruhi pertambahan pangan Kota Tani. Selain itu juga terdapat faktor-fkktor pendukung lainnya seperti
konsurnsi penduduk, laju konsumsi penduduk d m diversifikasi pangan. Untuk beberapa faktor tasebut, sangat rnernpengaruhi pola peningkatan daTl penurunan
pangan Kota Tani. Akan tetapi sebagai faktor utama dari bebrapa faktor diatas
adalah pertumbuhan jumlah penduduk. Dengan prtumbuhan penduduk yang meningkat, secara langsung mempenganh beberap faktor in-r
lainnya
Gambar 34. Sub model interaksi (2) terdiri dari fasilitas beserta variabel pendukungnya, luas permukiman dengan variabe1 pendukungnya, lahan Kota Tani dengan variabel pdukungnya serta laju koreksi
lahan beserta vstriabel-variabel pengikutnya Dengan mengamati jenis sub madel (gambar 33 dan 341, terlihat sub rndel
gambar 34, lebih kompleks daripada sub model pada gambar 33. Dengan indeks pertumbuhan penduduk sebagai bagian utarna dan diikuti oleh beberapa faktor yang terkait dengan sistem, diantaranya yAtu fasilitas dengan beberapa variabel
sub sistem, luas permukhan dengan beberapa variabel sub sistem, ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) yang merupakan indikator tunggal dan yang terakhir
adalah laju koreksi terhadap lahan Kota Tani dengan babagai faktor seperti Iuas
lahan terkoreksi, lahan terkoreksi serta indikator-indikator lainnya seperti indeks
fasilitas, indeks ruang terbuka hijau (RTH),serta indeks permukiman. Semua
Pertumbdm pendud& merapakan d a h s%tu fd&r daminau dab r n m ~ b e b e m p a ~ ~ ' a @ u ~ I ~ y a ~ ~ y a l a i n ~ ~ ~ j o l e uh b e bg a a paa f a k~ u r ~ y a
dm t '. ~ a t ~ l ~ p e r ~ Mrrzas i m u l a s i d i ~ j ~ ~ @ ~ m 2 0 2 7 ~ ~ & optimal &dm Ingun wafrtu 25 #ahams e M 14,662.89 j h D b plerjtdttukm addah ket-
b
h l i ; m , imi-
a-
u
fimBi
perlambah w d m perm&*
F g
Perturn-
==ld- fungsi p d d &
term ebil
se~~~~lfamnifanf.B.Dbse~wa%taBtabm~ (2007) p e r b d d m pedmduk masih lmgdc path level 3,8?2.78 jiwtt, ~
~
~
t
~
~
p
r
o
d
u
k
s
i
~
~
k
o
n
pdud&~lve~l~ituseaditi~~5tffhun(tahun20Q8bingga
tahuu 2012) 1me1pertubuhan pendud& ham mmdddd mgka 4,000.66 hingga 4,760.62 jiwa, beghipun juga setemsnyahingp tahm 2021.
l
m
Atold
numg tab&
bijaaKota Tani
area 7,079.08 helrtar sangat
p e n t i n g d i ~ - ~ ~ m & a n - ~ P r a f l l r g d m 40,
flddmtX
la@ M a w d b n man$ terbuka hi@ d m m g kgemk bhwx 2WZ mslsih gebww 5981.76 h&m. Pergerab Sni mu^
P$dw tahm 2027 SLWW berjdah
M&mif ~
i
h&au
~
~
Webih
2 @ht
0
2
6088.26 he&.
0
~
~
~
EM hi tajd
5,260,tB
~
~
m. ~
a
kxhitan d q m
r
p
i
s
ketersediaan fasilitas yang ada pada Kota Tani, kawasan permukiman, clan keberadaan lahan Kota Tani itu sen& serta perturnbuhan penduduk Kota Tani. Jika memperhatikan hasil simdasi pada tabel 33, laju perhmbahan jumlah
penduduk tahun 2019 (7,439.77 jiwa) lebih m d a h daripada laju pertumbuhmya dari 2020 ke tahun 2021 (8,686.66 jiwa), ha1 ini terjadi hingga tahun 2027.
Demikian juga terlihat pada luasan fasilitas p d a tahun 2001 hingga pada tahun 2027 terus mengalami pergerakan yang fluktuatif hingga mencapai angka seksar 21,650.61 hektar, sebagaimana telah dijelaskan diatsts bahwa laju ini akan
berimplikasi pads ketersediaan ruang terbuka hijau. Hal yang terakhir yang mempengrtruhi ketersediaan ruang terbuka hijau adalah luas permukhm yang
ada pada kawasan tersebut, terlihat kenaikan angka tahun 201 9 ke tahm 2020 (4 1-41 h e m ) tidak sebesac kenaikan angka p g tqadi pada tahm sebelumnya.
P e r u h tersebut juga terjadi setelah tahun 2020 yang mengalami kenaikan angka sebesar 42.80 hektar, dan jelas akan mengwmgi k e k r s e d h ruang terbuka
hijau s e b a g a i ~ ~ nyang a terlihat pada gambar 40. h g a n demikian ketersediaan ruang terbuka hijau mengalami pergerakan yang f l h t i f sesuai dengan
pergerakan beberapa vztriabel terkait sebagai variabl yang mempengaruhinya,
apalagi jumlah penduduk Kota Tani di tahun 2027 sudah mencapai angka 14,662.89jiwa. Kekhawatiran akan kekurangan ketersdiaan m g terbuka hijau (RTH)
masih dalam hatas-batas toleransi namun untuk antisipasi sejak dini, pemeriniah daerah setempat dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan penahan dalam penggunaan ruang. Kebijakan akan efek dari pemekaran wilayah tersebut harus
diantisipsi sejak dini, sebab kemungkrnan pola pembangunan yang tidak terkenaali dapat terjadi dan akibablya seperti yang kita lihat pada kota-kota besar
di Indonesia dimana terlihat gedung-gedung raksasa bermunculan tanpa mengin*
ketersediaan ruang terbuka.
Pola perkembangan lahan terbuka menjadi lahm terbaugun h a m di proteksi d a m konteks pembaagunan dibidang i n f h h h u dianjurkaa untuk ti&
banyak menggumkm ruang yang terkait dengan luas kawasan, melainkan
dengan p l a pertumbuhan secara vertikal yang konsekwensinya pada biaya yang bertambah. Permasalahan dalam mengatasi problematika ruang terbuka hijau
sangat
komplek d m jika ditinjau dari beberapa aspek shulasi yang
rnempengaruhinya seperti pertumbuhan penduduk, kebutuhan RTH perorang,
jumlah fasilitas yang dibutuhkan di Kota Tani, s&
penggunaztn lahan untuk
budidaya pertanian, jelas sangat memperkecil indeks lahan Kota Tani yang tersedia. Pergerakan indeks hilitas seperti tampak pada graftk gambar 38 sangat
fluktuatif, disini ketemedaan ruang terbuka hijau bagi penduduk yang semakin berkurang tidak selamanya dapat difasilitasi oleh ketersediaan fasilitas. Hubungan
sebab skibat akan ketergantungan indeks simulasi yang satu dengan indeks yang
lain merupakan satu kesatuan dalam analisis sistem.
Takl 33. Hasil p&i
Ketersediaan RTH, Lahan Kota Tani, Fasilitas,
Pemukiman dan Jumlah Penduduk tahun 200 1 m p a i tahun 2027
Bagi seorang perencana suatu kawasan, manajemen pengendalian pertumbuhan -1
mutlak diperlukan guna mengetahui seberap besar
pengalihan laban yang terjadi pads. kawasan tersebut. Pada kawasan Kota Tani juga diadakan pola manajemen lahan dengan beberapa variabel yang terdiri dari
faktor permukiman, luasan fasilitas serta ketersediaan ruang terbuka hijau masyarakat Kota Tani, Dalam interaksinya dengan lahan terkoreksinya lahan Kota Tani terjadi satu Mi titik perpotongan yaitu di tahun 2006. Patokan pola lahan terkoreksi adalah hasil krtlkulasi data coverage a n t - 2 kecamatan yaitu kecamatan Pallangga dm kecamatan Bontomarannu. Untuk kecarnatan Sombaopu
secara sengaja tidak dimasukkan dalam coverage pemekaran khan, karma menurut Rencam Tata Ruang Daerah (RTRD) kecamatan tersebut dikhususkan untuk daerah pemekam kota Sungguminasa Kota Tani yang ditinjau berdasarkan
grafik hasil analisis memperlihatkan bahwa pada tahun 2006, perpotongan antara
grafik lafian Kota Tani dengan grafik l a b terkoreksi adalah pertemuan antara kondisi aktual penggunaan lahan yang disiapkan sebagai lahan rencana batas pengembangan dengan penggunaan Iahan yang merupakan prediksi simulasi yang
dilakukan, dari kondisi tefsebut dapat diinterpretasi bahwa posisi ruang dan penggunaannya di tahun 2006 tersebut, bila dipedomani pmporsinya maka hasil
ditahun akhir perencana. yaitu tahun 2027 lahm Kota Tani luasannya sebesar 18,583 hektar (Gambar 431, hd inilah yang membutuhkrtn kebijakan ddam
pelaksanaannya yaitu berupa aturan-aturan yang membatasi setiap pertumbuhm yang m e l e b i p n t a s e yang a& dari hasil analisis. Kondisi ini dilakukan dalam
rangka tinjauan a k a has3 rencana yang dapat membuktikan bahwa komunitas Kota Tani temyata pendaphmya meningkat s i g n i h t e r m pengelolaan
kawasan, dan inilah yang akan membuktikan validitas drtri model Kota Tani yang
dihasilkan.
Upaya menstabilkan penggunaan lahan Kota Tani melalui pengendalian
faktor utruna yang mempengaruhi lahan diantaranya yaitu fasilitas, permukiman, dan ruang terbuka hijau (RTH) maka pada selang waktu antara 2007 hingga 2014 lahan terkoreksi mengalami pen-
mgka yang signifikan. Upaya penstabilan
mengikuti laju (searah) dengan lahan Kota Tani, dapat dikendalikan dengan ( I )
jumlah lahan s e k 7,118.83 hektar tahun 2006, tidak melebihi kondisi lahan terkoreksi, (2) merupakan titik awal iahan terlcoreksi dalam usaha mensejajukan
(pola perkembangannya) dengan l
h Kota Tani daIarn rangka menstabilkan
penggunaan ruang oleh fasilitas, permukimoln serta ruang terbuka hijau. Hal ini
terjadi karena dalam proses normalisasi data sebelum data tersebut mmgikuti laju data pembandingnya terlebih dahulu
bergerak negatif atau cenderung menurun.
Sehingga untuk menstabilkan membutuhkan proses dan waktu, namun yang
paling penting disini adalah sinyal yang diberikam oleh grafik kearah mana
kecenderungan pertumbuhan itu terjadi, s e u pengendaliannya dapat dilakukan melalui pengaturan dan kebijakan. Seperti prosentase penggunaan lahan
tahun 2006, proporsinya &pat dijadikan acum sehingga lahan yang disiapkan untuk pengembangan yaitu semua luasan Kecamatan Bontomarannu dan
Kecamatan Pallangga tidak terlampaui pada tahun 2027, dengan demikian penyiapan fbilitas untuk menjamin kesejahtemm bagi komunitas kawasan
melalui penyediaan dan pernenuhan minimal kebutuhan dasar dari aspek ekonomi dan ekologinya dapat direncanakan.
Gambaran Faailitas dan Mode1 Kawasan Kota Tani yang berorientasi Ekonomis dan Ekologis
Tabel 34. Gambaran Fasilitas dan Model Kawasan Kota Tmi Yang Berorientasi Ekonomis dm Ekologis
: Tidak Tersedia : Tersedia dengan Pola Penyebaran Merata (DQ > 0) : Sedikit Tersedia dengan Pola Penyebaran Tidak Merata (C=O)
Tabel 35. Gambaran Fasilitas dm Model Daerah Hinterland Kawasan Kota Tani
-
: Tidak Tersedia
+
: Tersedia dengan Pola Penyebaran Merata (DQ > 0)
f
: Sedikit Tersedia dengan Pola Penyebaran Tidak Merata (4%)
Pdd
Keterangan:
: Penduduk:
WST : Kawasan Wisata
FP
:Fasilitas Pendidikan
BDP: Kawasm Budidaya P d a n
FKs
: Failitas Kesehatan
HTP
FI
: Fasilitas Ibadah
HPK : Hutan Produksi Konversi
FO
: Fasilitas Olahraga
PKN : Perkebunan
FKm :Fasilitas Keamanan : Fasilitas Ekonomi FE IKL
: Indeks Kesesuaian Lahan
PMK :Perrnukiman
: Hutan Tanaman Pduksi
PTN
: Petemakan
KLK
: Kawasm Industri Kecil
PRKN : Perikanan BHN : Kawasan Buah-Burlhan
Untuk pernodelan variabel kawasan Kota Tani terdapat formula yang
dikemas khusus oleh PowerSIM seperti dituajukkan pada paragraf dibawah ini. Variabel formula itu sendiri teroliri dari Initial, $ow, Unit, auxiliary, constant, serta specijication.
Semua variabel ini mew+
rumusan dasar dalm
perencanam k a m Kota Tani dimasa yang akan datang.
Formuhi Model Tata Ruang Kota Tani yang berorientasi Ekonomis clan
Ekologis init
Lahm terkoreksi = 1 85 83
flow
Lahan terkoreksi = dt*Laju-Koreksi
unit
Lahan terkoreksi = Hektar
init
Fasilitas = 250
flow
Fasilitas = +dt*Laju-Fasilitas
unit
Fasilitas = He&
init
Labat-KokTani
flow
Lahar-Kota -Tani = +dt*Laju-Lahan-Kota-Tani
unit
Lahan-Kota-Tani
init
Luaspermukiman=153.17
flow
Lwpermukiman = +dt *Laju-Permukiman
unit
Luasperxllukiman = Hektar
init
Pangan-Kota-Tani
= 7079.08
=H e m
=
76532
flow
Pangan-Kota -Taui = +dt*Laj~~Produksi~Pangan
unit
Pangan-Kota-Tani
init
Penduduk_Kota_Tani = 3 55 5.09
flow
Penduduk_Kota-Tani
= Ton
= -dt*Kematian
+dt*Kelahiran unit
Penduduk-KO&-Tani
aux
Kclahiran = (Penduduk_KohTani Fraksi-Kelahiran) Imigrasi
unit
Kclahiran = JiwalTahun
aux
Kematim = (F'enduduk-Kota-Tani* Fraksi-Kematian) *Transmigrasi
unit
Kematiau = J i d a h u n
am
Laju-Fasilitas
unit
Laju-Fasilitas = He&/Tahun
aux
Laju-Koreksi
= Jiwa
= Fasilitasl(PendudukukKota~Tani*Indeks-Fasilitas)
= DELAYMTR(Fslt,3,2,0) +
DELAYMTR(Pennukiman,3,1,0) + DELAYMTR(RTH,2,2,0) = Hektarmahun
unit
Laju-Koreksi
aux
Laju-Lahan-Kota-Tani
=
(((Pendudul-Kota-Tani *Del ay-Keb-Tanah)+Laj u-Failitas)) unit
Laju-Lahan-Kota-Tani
aux
Laju-Pemukiman
= Hek/Tahun
=
Lahan-Kota-Tanil(Luasqermukhan* Fraksi-Pemukiman) = HektarKahun
unit
Laju-Pemukiman
aux
Laju-Produksi-Pangan
=
(Pangan-Kota-Tani Fraksi-Produksi)Penduduk~Kota~Tani unit
Laju-Prodhi-Pangan
aux
Delay-KebTanah
= Ton/Tahun
=
D E L A m F r a k s i - P e n m T A p e r - k g , 10,2,0) aux
DiversiWi-Pangan
unit
DiversifikasiPangan = Ton
aux
Fslt = GAP*Kons-Faslitas
unit
Fslt = Hektar
aux
GAP = Lahan terkoreksi-Lahan-Kota-Tafii
unit
GAP = Hektar
= Pendud&-Kota-Tani
Fakto~~Diversifhsi
aux
Imigrasi = DELAYMTRwons_Imigrasi,25,1,0)
aux
Kebu--RTH
=
*fkiksi-RTH)
m-Kota-Td(Penduduk_Kota-Tani = Hektar
unit
Kebuiuhan-RTH
aux
K~nsumsi~Penduduk = Pendudul-Kota-Tani* KebW-Energi-Per-m-DELA
YMTR
(Diversifhi-Pangan, 1 0,1,0) unit
Konsumsi-Penduduk
aux
Laju-Komumsi-Penduduk
= P~flg8n~KotaTani/Konsumsi-Penduduk
unit
Laju-Konsumsi-Penduduk
= Toflahun
aux
Pemukiman = GAP*Kons-Permukhan
unit
Permukiman = Hektar
aux
RTH = GAP*Kons-RTH
unit
RTH = Hektar
aux
Transmigrasi = DELAYMTR(kom-~migrasi,25,1,0)
= Ton
const Faktor-Diversi fikasi = 0.09 1 const Fraksi-Kelahiran = 0.0152
Persen
unit
Fraksi-Kelahiran
=
COTlSt
Fraksi-Kematian
= 0.0001
unit
Fraksi-Kematian
= Persen
const
Fraksi-Pe-Tanahperorang
unit
Fraksi-PenggunslanTanshperOrang = Hektar1Jidahun
= 0.0005
const FraksiPemukiman = 0.435 unit
FraksiiPermukhm = Hektar/JiW8/Tahun
COIlSt
Fraksi-Produksi
= 0.001
unit
Fraksi-Produksi
= Persen
const Wsi-RTH unit
fraksi-RTH
= 0.00037 = HektarIJiwalTahun
const Indeks-Fasilitas = 0.001 = Hektar/JiMahua
unit
Indeh-Fasilitas
const
Kebutuhm-Energ-er-Orang
= 0.273
unit
Kebutuhan-Energi-Per-Orang
= Toflahun
const Kom-Faslitas unit
= 0.001
Kens-Faslitas = Hektar/Jiwa/Tahun
const Kom-Imigrasi
= 10
unit
=J i d a h u n
Kons-Iinigrasi
const KonsPemukiman = 0.435
unit
Kons-Permukiman = HektarIJiMahun
corn
Kens-RTH = 0.0037
unit
Kom-RTH = Hektar/Jiwa/Tahun
const kons-transmigrasi = 0.05
unit
kons-transmigrasi = JiMahun
spec
start = 2001.00000
spec
stop = 2027.00000
S
dt = 1.00000
F
spec
method = Euler O[ixedstep)
Dengan memperhatikan berbagai penjabaran yang telah dilakukan pada bab
pembahasan diaias, maka secara eksplisit Model Tata Rnang Kota Tani yang berorientasi Ekonomis dan Ekologh d a p t dilihat pada hkl. Tabel dibawah ini
memuat kombinasi hasil analisis sistern i n f o m i geugrafis (GIs) dengan adisis sistem denganpowersim. Tabel 36. Model Zonasi Kawasan Kota Tani 200 1-2027.
Zonasi Kawasan
2006
2001
(Hektar)
(Hektar)
2027
(Hektar)
Budidaya Pertanian
2,995 -78
3,141.15
11,670.08
Buah-buahan
414.15
434.03
1,612.52
Perkebunan
1,440.35
1,509.50
5,608.14
Perikanan
193.34
202.03
750.61
Peternakan
388.89
407.14
1,512.63
Industri Kecil
3 10.50
324.94
1,207.25
Kawasan Hutan
369.81
387.17
1,438.43
1,055.00
1,106.20
4,109.78
153.17
455.80
965.94
250.00
282.79
387.20
483.09
458.44
130.55
Produksi Konversi Kawasan Hutan
Pduksi Terhtas
Area Permukiman dan Tempat Berusaha
Fasilitas (Sarana dan p1 -
Ketersediaan Ruaug Terbuka Hijau (RTI-I)
Tabel 37. Peruntukm Ruang Ekologis - Ekonomis Kawasan Kota Tani, 2006
2027
(Hektar)
(Hew)
(Hektar)
1,055.00
1,106.20
4,109.78
369.81
387.1 7
1,438.43
1,424.81
1,493.37
5,548 -21
18.82
23.27
18.96
388.89 310.50
699.39
407.14 324.94 732.08
1,512.63 1,207.25 2,719.88
9.23
11.41
939
Zonasi Kawasm Peruntukan EkologbEkonomis 1. Budidaya P d a n 2. Buah-Buahan 3. Perkebunan 4. Perikanan
2,995.78
3,141.15
11,670.08
414.15 1,440.3 5 193.34
Jumlah
5,043.62
434.03 1,509.50 202.03 3,453.03
1,6 12.52 5,608.14 750.6 1 19,641 -35
66.62
53.81
67.12
2001
2006
2027
153.17 250.00 403.17
455.80 282.79 738.59
965.94 387.20 1,353.14
532
11.51
4.62
2001
Zonasi Peruntukan RTH sebagai kawasan Ekologk
Kawasao Produksi Terbatas 2. Kawasan Hutan Produksi Konversi
Jumlab P m t a s e dari Luas
Keseluruhan (%). Zonasi Peruntukaa Kawasan Ekonomis 1. Peternakan 2. I n d d Kecil Jwnlah Persentase dari Luas Keseluruhan (%).
P e r s e n e dari Luas Keselunrhan (YO).
Zonasi Pernubman dm Faflilitas 1. Area Permukhan 2. Area Fasilitas Jdah Persentase dari Luas Keseluruhan (96).
Kota Tani Tahun 2001
0Iontomanal 0Borongloe
I Desa. Bontoramba Kel. 0ontoramba Mawang Nlrannuang Pakkato Parangbanoa Romangtoe Sokkolla
SIMUIASI LAHAN KOTA TAN1 TAHUN 2027 norww)
772~4
??40w
77~00
n m
7moooo
~ 8 2 0 ~
~&IOW
7m00
3 Tahun 2027
N
0
0.9
1.8
2.7 Kilometers
-E 5
Gambar 43. Peta Thematik Kota Tani 2027