BAB IV HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Lingkungan Percobaan
Pada saat akan dilakukan pemaparan gas 15N, keadaan tanaman dalam kondisi yang baik dengan ketinggian tanaman berkisar antara 70-80 crn. Sebelum pemaparan gas 15N dilakukan, kedudukan tanarnan disamakan ketinggiannya dengan menarnbah ketinggian lantai dasar agar penyerapan gas 15N merata. Kondisi lingkungan pada bilik gas diatur secara manual sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan yang diinginkan. Intensitas cahaya 1000 lux, suhu dan kelembaban relatif udara pada awal perlakuan masing-masing 30°C dan 60%. Selama pemaparan gas 15Nberlangsung suhu berkisar antara 29°C-3O0C, kelembaban dimulai pada 60% dan meningkat dengan nilai RH pada akhir percobaan 73*3% (kondisi gelap) dan 7826% (kondisi terang)
4.2 Serapan ''N Hasil analisa serapan I5N pada kondisi terang dan kondisi gelap pada berbagai parameter tanaman rnenunjukkan penyerapan yang be~ariasi.Hasil serapan 15Npada kondisi lingkungan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 rnenunjukkan besarnya serapan 15N pada 12 spesies tanaman yang diuji beragarn berkisar antara 22.17-199.57 pgI5Nlg. Dimana besarnya serapan 15N pada kondisi gelap berkisar antara 22.17-92.87 pgq5N/gdan besarnya serapan
pada kondisi terang 23.22-199.57 pg15~1g.Berdasarkan
1 5 ~
kemampuan tanaman
dalam
menyerap zat
pencemar 15N, tanaman
dikelompokkan rnenjadi 3 kelornpok yalu tanarnan serapan tinggi (>30 pg15~1g), serapan sedang (15-30 pgI5N1g),dan serapan rendah (< 15 wg15~lg). Tabel 4. Serapan I5Npada Kondisi Lingkungan yang Berbeda (Gelap dan Terang) pada Berbagai Tahapan Pemaparan Gas I5N
Dengan menggunakan kriteria ini maka 12 tanaman yang diuji termasuk dalam kelompok tanaman dengan serapan sedang sampai tinggi. Berarti ke-12 tanaman tersebut rnemiliki kemarnpuan yang baik dalam menyerap pencemar gas I5N. Urutan tanaman yang memiliki kemarnpuan menyerap gas I5N dari yang tertinggi sampai terendah ialah jati putih, jati super, asam jawa, kol banda, akalipa merah, dadap kuning, saga, mahoni, gayam, cemara angin, palaquium dan tusam. Kernampuan tanaman yang berbeda dalam menyerap pencemar diduga dipengaruhi oleh sifat genetik tanaman antara lain morfologi tanaman seperti stomata, tebal daun, berat jenis daun, serta faktor cahaya. Penyerapan gas 1
5 (NO?) ~ pada tanaman tidak
rneracuni tanaman karena
terdapat proses "detoksifkasf'. Hal ini berhubungan dengan proses asirnilasi N. Oksida nitrogen di udara, salah satunya (NO?)yang masuk rnelalui stomata daun
diubah menjadi nitrat yang disebut "fiksasi nitrogen". Selanjutnya akan diassimilasi tanaman menjadi asam amino yang merupakan sumber protein bagi tanaman.
4.3 Faktor Cahaya (Kondisi Gelap dan Terang) Terhadap Serapan '
5
~
Hasil analisa serapan 15N terhadap faktor cahaya yang berbeda yaitu pada kondisi gelap dan kondisi terang pada berbagai tahap pemaparan menunjukkan penyerapan yang beragam. Dimana penyerapan "N oleh tanaman pada kondisi terang lebih tinggi dibandingkan penyerapan oleh tanaman pada kondisi gelap, besarnya perbedaan jumlah serapan antara kondisi gelap dan terang dapat dilihat dari selisih serapan (Tabel 4). Dari histogram (Gambar 7) menggambarkan perbedaan serapan I5N tiap jenis tanaman yang digunakan pada kondisi gelap dan kondisi terang. Tabel 4 menunjukkan, ke dua kondisi lingkungan baik kondisi gelap maupun kondisi terang menunjukkan pola tingkat penyerapan yang sama pada berbagai kategori tanaman (ukuran daun, kecepatan tumbuh, dan wama daun). Pola penyerapan dengan jumlah serapan tersebut diatas menunjukkan bahwa ke-12 tanaman dapat menyerap polutan baik pada kondisi gelap maupun terang (siang dan malam hari).
Jadi bila digunakan pada jalur hijau jalan, ke-12
tanaman ini dapat berfungsi pada siang dan malam hari dalam menyerap polutan gas NO2. Selisih jumlah serapan "N tiap jenis tanaman yang digunakan pada kondisi lingkungan yang berbeda menunjukkan penyerapan "N oleh tanaman pada kondisi terang lebih tinggi dibandingkan kondisi gelap, besarnya perbedaan ini ditunjukkan oleh persentase selisih serapan (Tabel 4).
Hal ini diduga,
berhubungan dengan faktor membukanya stomata daun. Pada kondisi terang umumnya stomata daun akan terbuka lebih lebar sehingga gas pemcemar yang
masuk akan lebih banyak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Herdina (1990), membuka
dan
menutupnya
stomata
tergantung
terdapatnya
cahaya.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli dalam Sutriana (1992) menyatakan, pengaruh cahaya memegang peranan penting dalam berlangsungnya penutupan stomata pada kebanyakan tumbuhan; dimana pada waktu ada cahaya (siang hari) stomata akan terbuka, sebaliknya pada waktu gelap (malam hari) stomata banyak tertutup.
Terang
Jati Mahoni Asam Cemara Saga JaU GayamTusamPalaquiurn Kol Akalipa Dadap Putih Banda Merah Kuning Super Jawa Angin
Spesies Tanaman
Garnbar 7. Histogram Perbandingan Antara Serapan ' pada Kondisi Gelap dan Kondisi Terang.
5
dan ~ Spesies Tanaman
Selisih serapan pada kategori ukuran daun menunjukkan tanarnan asam jawa dengan ukuran daun kecil memiliki persentase serapan yang paling tinggi yaitu sebesar 36.71 %, kemudian mahoni 13.78 %, cemara angin 8.36%, dan jati super 8.23 %. Artinya, pada kondisi terang tanaman asam jawa marnpu menyerap gas pencemar 36.71 % lebih besar dibanding pada kondisi gelap, begitu pula untuk tanaman lainnya. Pada kategori kecepatan tumbuh diperoleh,
jati putih dengan kecepatan tumbuh tinggi memiliki persentase serapan yang paling tinggi pula yaitu sebesar 36.49 %, kemudian gayam 13.12 %, saga 8.91 % dan tusam 2.31 %. Pada kategori warna daun, urutan tanaman menurut
perbedaan serapan dari yang tertinggi ialah akalipa merah dengan persentase serapan sebesar 15.55 %, dadap kuning 14.69 %, kol banda 11.57 %, dan palquium 7.09 %. Diduga perbedaan selisih serapan pada berbagai kategori tanaman ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik setiap tanaman. Setiap tanaman memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap cahaya dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Assmann dan Shimazaki, 1999). Hal ini juga berhubungan dengan evapotranspirasi dan kelembaban udara relatif yang akhirnya juga berhubungan dengan proses membuka dan menutupnya stomata. Meningkatnya evapotranspirasi disebabkan kelembaban udara relatif yang tinggi. Dan kondisi lingkungan percobaan diperoleh kelembaban udara relatif pada kondisi terang menunjukkan kelembaban udara relatif yang lebih tinggi yaitu sebesar 78+6% dibandingkan pada kondisi gelap sebesar 73*3%. Meningkatnya evapotranspirasi pada tanaman, menyebabkan terjadi proses membukanya stomata, sejalan dengan penguapan air oleh tanaman tersebut. Sehingga gas pencemar masuk melalui stomata daun. Selisih serapan yang terbesar pada asam jawa. Hal ini kemungkinan disebabkan asam jawa pada kondisi gelap peka terhadap cahaya sehingga pada kondisi gelap banyak stomata yang tertutup. Dengan demikian penyerapan gas pencemar menurun.
4.4 Hubungan Faktor Cahaya dan Faktor Tanaman Terhadap Serapan
'
5
~
Hasil pengamatan, perhitungan dan pengukuran dilakukan terhadap kerapatan stomata, total klorofil, tebal daun, berat jenis daun dan jumlah serapan
pada kondisi gelap dan kondisi terang, serta pada berbagai kategori tanaman tertera pada Tabel 4. Hasil analisis regresi untuk melihat pengaruh faktor tanaman dan faktor cahaya terhadap serapan dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil analisis regresi secara rinci dapat dilihat pada Table Lampiran 1 sampai Tabel Lampiran 8. Untuk membuktikan bahwa faktor tanaman dan faktor cahaya mempengaruhi penyerapan
1 5 ~ ,
maka dilakukan analisis regresi. Hasil perhitungan dan
persamaan regresi menunjukkan pengaruh yang beragam pada kondisi cahaya yang berbeda.
4.1.1 Faktor Stomata dan Penyerapan "N pada FaktOr Cahaya yang Berbeda Hasil stomata pada berbagai tanaman dapat dilihat pada Tabel 5, dimana hasil yang didapat bewariasi berkisar antara 17.31-69.42 mmz. Kategori ukuran daun tanaman menunjukkan kerapatan stomata dari yang tertinggi sarnpai yang terendah baik pada kondisi gelap maupun terang ialah jati super dengan ukuran daun besar, asam jawa dengan ukuran daun kecil dan mahoni dengan ukuran daun sedang, dan kerapatan stomata yang terendah pada tanaman cemara angin dengan ukuran daun jarum.
Hal ini rnenunjukkan ukuran daun besar
dengan kerapatan stomata tinggi rnampu menyerap gas I5N lebih tinggi dibandingkan ukuran daun jarum dengan kerapatan stomata yang rendah. Kategori kecepatan tumbuh baik pada kondisi gelap maupun terang menunjukkan kerapatan stomata tertinggi pada tanaman jati putih, kemudian saga dan gayam yang termasuk dalam kategori tanaman yang sedang pertumbuhannya, sedangkan pada tusarn yang termasuk dalam kategori tanaman yang lambat tumbuh mempunyai kerapatan stomata yang paling rendah. Hal ini menunjukkan, tanaman dengan kecepatan tumbuh tinggi dan
Tabel 5. Rerata hasil analisis dan pengukuran faktor tanaman (kerapatan stomata, total klorofil, tebal daun, berat jenis daun) dan serapan "N pada kondisi yang berbeda (gelap dan terang) terhadap berbagai kategori tanaman
kerapatan stomata yang tinggi mampu menyerapan gas 15N lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lambat pertumbuhannnya dengan kerapatan stomata yang rendah. Kategori warna daun baik pada kondisi gelap maupun terang menunjukan, tanaman kol banda dengan warna daun kuning mempunyai kerapatan stomata yang tertinggi, kemudian akalipa merah, dadap kuning warna daun belang dan tanaman palaqium yang mempunyai kerapatan stomata yang terendah. Pada kategori ini menunjukkan, tanaman dengan kerapatan stomata yang tinggi mampu menyerapan gas 'N lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan kerapatan stomata yang rendah. Terlihat pada seluruh kategori tanaman dari semua tanaman yang diuji menunjukan semakin tinggi kerapatan stomata daun maka semakin tinggi kemampuan tanaman dalam menyerap gas 15N. Hasil uji statistik (Tabel 6) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara penyerapan dengan stomata baik pada kondisi gelap maupun kondisi terang. Untuk membuktikan keeratan hubungan antara kerapatan stomata dan penyerapan, dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi ( r ). Nilai koefisien korelasi yang diperoleh relatii tinggi Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Analisis Statistik pada Faktor Tanaman dan Faktor Cahaya terhadap Penyerapan lSN
Faktor Tanaman Stomz' -
I
~ a mCahaya r Gelap 1 Terang c .
I
2 '
Klnrnf
Keterangan :
S = Significant (berbeda nyata) NS = Non Significant (tidak berbeda nyata)
sebesar 0.84 (r = 0.84) baik pada kondisi gelap maupun terang membuktikan bahwa kerapatan stomata mempengaruhi serapan 15N. Hal ini juga menunjukkan bahwa antara kerapatan stomata tanaman dan penyerapan. '5N mempunyai
hubungan yang erat baik pada kondisi gelap maupun kondisi terang.
Hasil
analisis regresi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 dan 2. Pada grafik dan persamaan regresi menunjukkan korelasi positif (Gambar 8). Hubungan ini rnemperlihatkan bahwa semakin tinggi kerapatan stomata semakin tinggi pula penyerapan I5N baik pada kondisi terang maupun pada kondisi gelap.
I"'
IoO
.
0
i
.......,.,,.,,.,
...-. .
,,.,,.,.,
.,--. .
!
!
Y = 2.3926~ - 18.773
>
Ij
r = 0.84' (terang)
1 10
",.
#
20
30
40
50
60
70
80
STOMATA (mm2) Gelap
L i n e a r (Terang)
-
Terang -Linear (Gelap)
*
sienificant
=
Gambar 8. Grafik Hubungan Antara Serapan I5N dan Stomata Daun pada Kondisi Gelap dan Terang. Stomata atau mulut daun merupakan tempat masuknya gas pencemar. Bila terbuka, stomata merupakan jalan utama gas-gas yang bergerak dari daun ke udara atau sebaliknya (Tjitrosomo, 1983). Banyaknya jumlah stomata dalam satu satuan luas daun menyebabkan masuknya gas pencemar dalam daun lebih banyak sehingga gas pencemar lebih banyak terserap oleh tanaman. Oleh karena itu tingginya kerapatan stomata merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi besamya penyerapan gas pencemar oleh tanaman. penelitian
Nasrullah
(1997)
menyatakan
mempengaruhi tingkat serapan gas "N.
bahwa
kerapatan
Hasil
stomata
Tanaman dengan kerapatan stomata
yang tinggi kemungkinan akan mampu menyerap pencemar udara yang lebih banyak dibandingkan tanaman dengan kerapatan stomata yang rendah (Wilmer, 1983). Dan jenis tanaman dengan kerapatan stomata yang sedang sampai tinggi mempunyai potensi sebagai pereduksi pencemar yang baik (Grey & Deneke, 1978; Fakuara. 1987) Tabel 5 menunjukkan, tanaman dengan kerapatan stomata terendah yaitu tusam sebesar 17.31 mm2, tetapi jumlah serapan I5N yang ditunjukkan terrnas.uk
dalam kategori serapan sedang. Berdasarkan hasil tersebut
menunjukkan, kemampuan tanaman yang baik dalam menyerap gas I5Nsampai kerapatan stomata 17.31 mm2. Urutan tanaman dengan kerapatan stomata dan serapan yang tertinggi sampai yang terendah yaitu : jati putih, jati super, asam jawa, kolbanda, akalipa merah, dadap kuning, saga, mahoni, gayam, cemara angin, palaquium dan tusam.
4.4.2 Faktor Klorofil dan Penyerapan "N Pada Faktor Cahaya yang Berbeda.
Tabel 5 menunjukkan dilihat hasil analisis dan perhitungan total klorofil pada berbagai kategori tanaman, dimana hasil yang didapat bewariasi berkisar antara 0.21-1.79 mglg. Kategori ukuran daun, hasil pengukuran total klorofil yang tertinggi baik pada kondisi gelap maupun terang menunjukkan tanaman jati super, kemudian mahoni, cemara angin, sedangkan total Worofil yang terendah pada tanaman asam jawa.
Kategori kecepatan turnbuh rnenunjukkan, total klorofil tertinggi baik pada kondisi gelap rnaupun terang pada tanaman saga, kernudian jati putih, gayarn. dan total klorofil rendah pada tusarn. Kategori warna daun diperoleh urutan tanaman yang mernpunyai total klorofil pada kondisi gelap rnaupun terang, dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah dadap kuning, palaquiurn , akalipa merah dan kolbanda, Dari hasil uji statistik rnenunjukkan pengaruh jumlah klorofil ternyata tidak berbeda nyata terhadap penyerapan pada kondisi lingkungan yang berbeda (Tabel 6). Hasil analisis regresi secara rinci dapal dilihat pada Tabel Larnpiran 3 dan 4.
Dari nilai koefisien korelasi sebesar 0.13 (Garnbar 9) rnenunjukkan
korelasi yang rendah antara klorofil dan penyerapan 1
y = 14.157xt 50.616 r = 0.128 (terang)
Gelap - - .Linear (Gelap)
5 oleh ~ tanaman.
'
-Linear
Terang (Terang)
Garnbar 9. Grafik hubungan antara Serapan I5N dan Klorofil Daun pada Kondisi Gelap dan Terang
Total klorofil menunjukkan pengaruh yang tidak nyata dan korelasi yang rendah terhadap penyerapan gas 15N. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya serapan dan masuknya gas pencemar ke dalam daun tidak dipengaruhi oleh klorofil dalam daun tetapi lebih ditentukan oleh stomata daun sebagai tempat masuknya gas.
Selain itu adanya klorofil tidak berkaitan
langsung pada proses fotosintesis terhadap pembentukan glukosa dan juga proses asimilasi N, sehingga proses penyerapan gas '5N oleh tanaman tidak dipengaruhi
oleh
adanya
klorofil.
Banyak
penelitian
yang
dilakukan
mengungkapkan pengaruh pencemaran justru berpengaruh tehadap klorofil. Dimana pencemaran dapat menurunkan kadar klorofil daun bahkan gas NO2 ternyata dapat meningkatkan kadar klorofil daun (Darral & Jager, 1984).
4.4.3 Faktor Tebal Daun Penyerapan "N Pada Faktor Cahaya yang Berbeda Pengukuran tebal daun pada berbagai spesies tanaman menunjukkan tebal daun yang beragam berkisar antara 0.20-1 .OO mm (Tabel 5). Kategori ukuran daun baik pada kondisi gelap maupun terang menunjukkan urutan ketebalan daun dari yang paling tebal sampai yang paling tipis yaitu cemara angin, mahoni, jati super dan asam jawa memilki ukuran yang sama. Pada kategori kecepatan tumbuh pada kondisi gelap maupun terang menununjukkan tusam mempunyai ukuran ketebalan yang paling tinggi, kemudian gayam, saga dan paling tipis jati putih. Pada kategori warna daun pada kondisi gelap dan terang menunjukkan, tebal daun palaqium yang tertinggi, sedangkan akalipa merah dan dadap kuning mempunyai ketebalan yang sama, dan ukuran daun yang paling tipis pada kol banda.
Hal ini menunjukkan,
tanaman dengan ketebalan daun yang kecil (daun tipis) cenderung menyerap gas '5N lebih tinggi dibandingkan tanaman dengan ketebalan daun yang tinggi (Tabel 5).
Menurut Nasrullah (1997) selain stomata diduga ada aspek lain yang mempengaruhi penyerapan I5N. Tebal daun ternyata mempengaruhi penyerapan I5Nditandai dengan hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa ada beda nyata antara tebal daun dan penyerapan baik pada kondisi gelap maupun kondisi terang (Tabel 6). Pada grafik dan persamaan regresi menunjukkan korelasi negatif (Gambar 10). Hal ini menunjukkan semakin tebal daun maka penyerapan semakin rendah atau dapat dikatakan semakin tipis daun semakin tinggi penyerapan
15
N baik pada kondisi terang maupun pada kondisi gelap. Nilai
koefisien korelasi (~0.63) yang tinggi pada kondisi gelap maupun terang membuktikan bahwa tebal daun mempengaruhi penyerapan dan antara tebal daun tanaman dan penyerapan
1 5 ~ mempunyai
hubungan yang erat. Hasil
analisis regresi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5 dan 6.
0.10
0.30
0.50 0.70 0.90
1.10
TEBAL DAUN (mm) Terang L i n e a r rerang)
-
Gelap -Linear (Gelap) ' =significant
Gambar 10. Grafik hubungan antara Serapan 1 Gelap dan Terang.
5 dan ~
Tebal Daun pada Kondisi
Hubungan yang ditunjukkan dari persamaan regresi ialah hubungan yang berbanding terbalik, artinya semakin tebal daun maka penyerapan semakin rendah. Hal ini diduga berhubungan dengan rnorfologi daun, dimana semakin tebal daun maka lapisan jaringan daun juga tebal sehingga menyebabkan gas pencemar sulii menembus jaringan daun dan masuknya gas pencemar relati rendah atau gas yang terserap oleh daun relatif kecil. Oleh karena itu daun yang tipis akan rnenyebabkan gas lebih mudah terserap. Menurut Suryowinoto (1995) daun yang tipis menyebabkan zat pencemar mudah terserap. Tabel 5 menunjukkan tanaman yang menyerap gas "N paling rendah dari tanaman yang diuji dengan ketebalan daun tinggi adalah tanaman tusam, dengan tebal daun sebesar 0.080 mm, tetapi pada tanaman cemara angin walaupun ketebalan daun tinggi tapi menunjukkan penyerapan relatif tinggi. Berdasarkan hasil tersebut rnenunjukkan, kemampuan tanaman dalam menyerap gas
1 5 ~ memberikan
hasil penyerapan yang baik dengan ketebalan daun
mencapai 1 rnm. Dan 12 tanaman yang diuji dapat diurutkan tanaman yang paling tinggi penyerapannya dengan ketebalan daun yang paling tipis sampai daun yang paling tebal yaitu jati putih, jati super, asam jawa, kolbanda, akalipa merah, dadap kuning, saga, mahoni, gayam, cemara angin, palaquium dan tusam.
4.4.4
Faktor Berat Jenis Daun dan Cahaya Terhadap Penyerapan "N. Pengukuran berat jenis daun pada berbagai tahapan pemaparan pada
kondisi gelap dan terang menunjukkan berat jenis daun yang beragam berkisar antara 0.009-0.023g/cm2 (Tabel 5). Pada kategori ukuran daun pada kondisi gelap maupun terang rnenunjukkan, urutan berat jenis daun dari yang paling berat sampai yang paling ringan yaitu cemara angin, mahoni, asam jawa dan ukuran paling ringan yalu jati super.
Kategori kecepatan tumbuh, baik pada kondisi gelap maupun terang menununjukkan, tusam mempunyai ukuran berat jenis daun yang paling tinggi, kemudian gayam, saga dan yang paling ringan jati putih. Kategori warna daun, baik pada kondisi gelap maupun terang menununjukkan, berat jenis daun palaquium paling tinggi, kemudian dadap kuning, akalipa merah, dan ukuran berat jenis daun yang paling ringan pada kolbanda. Hasil uji statistik pada berat jenis daun dan penyerapan ternyata menunjukkan beda nyata (Tabel 6), sehingga dapat dikatakan bahwa berat jenis daun mempengaruhi penyerapan 15N baik pada kondisi gelap maupun kondisi terang. Grafik dan persamaan regresi pada Gambar 11 menunjukkan korelasi negative, berarti semakin berat daun suatu tanaman maka semakin rendah penyerapan "N atau dapat dikatakan semakin ringan daun tanaman maka semakin tinggi kemampuan daun dalam menyerapan I5N baik pada kondisi terang maupun pada kondisi gelap. Nilai koefisien korelasi (r=0.82 dan r=0.84) yang tinggi pada kondisi terang maupun gelap membuktikan bahwa berat jenis daun mempengaruhi penyerapan gas 15N, dan terdapat hubungan yang erat antara keduanya. Hasil analisis regresi secara rinci dapat dilihat pada Tabel Lampiran :? dan 8. Berat jenis daun merupakan perbandingan antara berat kering daun dengan luas daun. Hasil analisis regresi korelasi memperlihatkan bahwa berat jenis daun mempengaruhi penyerapan gas I5N. Hubungan berbanding terbalik dari persamaan regresi menunjukkan bahwa semakin besar berat jenis daun maka semakin rendah penyerapan I5N. Hal ini berhubungan dengan bobot daun. Dengan demikian semakin rendah bobot kering daun maka semakin besar penyerapan 15N. Selain itu di duga berhubungan dengan tebal daun, dimana
pada tanarnan yang rnernilki berat daun lebih berat cendemng memiliki ketebalan daun yang tinggi pula seperti yang telah dijelaskan bahwa daun yang tebal lebih kecil menyerap gas.
y = - 9979x + 721.20 r = 0.82' (terang)
0.008
0.013
0.018
0.023
0.028
BERAT JENlS DAUN (glcm ) Terang L i n e a r (Terang)
-
Gelap -Linear (Gela~) ' = signficant
Garnbar 11. Grafik hubungan antara serapan I5N dan berat jenis daun pada kondisi gelap dan terang. Tabel 5 rnenunjukkan tanartran yang rneyerap gas 1
5 paling ~
rendah dari
tanaman yang diuji dengan berat jenis daun yang tinggi (daun berat) adalah tanaman tusarn, dengan berat jenis daun sebesar 0.023 glcm2. Berdasarkan hasil tersebut rnenunjukkan, kernarnpuan tanaman mernberikan hasil penyerapan . berat jenis daun 0.023g/cm2. yang baik dalam rnenyerap gas 1 5 ~ sarnpai
Dari 12 tanarnan yang diuji dapat diurutkan mulai dari tanaman yang paling tinggi penyerapannya berdasarkan berat jenis daun yang paling ringan yaitu : jati putih, jati super, asam jawa, kolbanda, akalipa rnerah, dadap kuning. saga, rnahoni, gayam, cernara angin, palaquiurn dan tusarn.
4.5 Tanaman Penyerap Gas NO2dan Kaitannya Dengan Fungsi Lanskap Pepohonan sangat efektif dalam menyerap pencemar udara. Oleh karena itu pemilihan tanaman khususnya untuk jalur hijau jalan sebaiknya menggunakan tanaman yang mempunyai kemampuan besar dalam menyerap pencemar khususnya NO2. Dan hasil peneliian ini diperoleh tanaman-tanaman yang berpotensi dalam menyerap NO2. Dari ke-12 tanaman yang diuji semuanya termasuk dalam kelompok tanaman dengan serapan sedang sampai tinggi. Berdasarkan hasil analisis, tanaman yang memiliki kemampuan tertinggi menyerap NO2 adalah tanaman-tanaman yang memiliki kerapatan stomata tinggi, daun tipis dan berat jenis daun yang rendah.
Urutan tanaman yang
memiliki kemampuan menyerap NO2 mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah dengan kriteria tersebut adalah : jati putih, jati super, asam jawa, kol banda, akalipa merah, dadap kuning, saga, mahoni, gayam, cemara angin, palaquium dan tusam. Tanaman
selain
berfungsi menambah kualias
lingkungan juga
mempunyai nilai estetik. Tanaman-tanaman yang dapat memberikan nilai estetik dan rnenambah kualitas lingkungan ditinjau dari bentuk dan tekstur daun, serta warna daun.
Ketiga ha1 ini dapat menimbulkan efek visual dan psikologis.
Wama cerah akan memberikan kesan rasa senang, gembira dan kesan dekat, hangat; sedangkan warna lembut dapat memberikan rasa tenang, sejuk dan kesan jauh (Gambar 12). Bentuk dan tekstur tanaman atau daun dapat mempengaruhi psikis dan fisik yang memandangnya (Hakim, 1993). Penggunaan warna daun untuk tanaman jalur hijau jalan disesuaikan dengan fungsi dan peruntukkannya. Untuk kriteria warna daun sejuk adalah tanaman jati putih, jati super, asam jawa, saga, rnahoni, gayarn, cemara angin, palaquium dan tusam yang berwama daun hijau. Untuk tanaman dengan kriteria warna daun hangat adalah kolbanda, dan akalipa merah;
Gambar 12. Komposisi warna pada tanaman terhadap manusia.
sedangkan dadap kuning yang warna daunnya kombinasi kuning dan hijau termasuk peralihan antara wama sejuk dan hangat. Penggunaannya tanaman untuk tanaman pinggir jalan atau jalur hijau jalan menurut ktriteria warna daun ini, dapat digunakan secara tunggal yaitu dengan rnenggunakan satu jenis warna saja atau dapat pula digunakan secara rnassal dengan rnengkornbinasikan warna yaitu warna hangat dan warna sejuk. Dasar penentuan komposisi yang dapat memberikan kesan estetika menarik adalah tanaman yang disajikan secara massal, disusun secara kontinyu dan linier di sepanjang jalan, menggunakan berbagai variasi bentuk tajuk, warna dan ukuran daun, kombinasi antara penutup tanah, sernak, perdu dan pohon rnernberi focal pointlkontras dengan menggunakan display tanaman khusus pada ternpat-tempat tertentu (Direktorat Jendral Bina Marga, 1996).
Pemilihan tanaman yang dapat digunakan sebagai focal point dari tanaman yang diuji yaitu tanaman yang memilki warna terang seperti kolbanda, dadap kuning, dan akalipa merah dapat digunakan sebagai identiias (focal point). Sedangkan penggunaan warna yang lebih lembut (sejuk) dapat juga dijadikan identitas untuk daerah-daerah tertentu. Bentuk daun memberi kesan visual bagi yang melihat. Bentuk daun lebar misalnya jati super, cenderung memberi kesan sempit sehingga lebih sesuai bila digunakan pada sisi jalan yang lebar. Bentuk daun kecil cenderung memberi kesan luas. Efek visual tanaman tidak hanya ditentukan oleh bentuk daunnya tetapi oleh bentuk tajuk tanaman secara keseluruhan. Tanaman yang memiliki tajuk lebar seperti jati putih, asam jawa, saga, mahoni, gayam dan palaquium sesuai digunakan sebagai tanaman peneduh. Cemara dan tusam yang memiliki bentuk tajuk kolumnar dapat berfungsi sebagai pengarah. Tanaman dengan kecepatan tumbuh sedang dan ketinggian yang sedang baik digunakan untuk jalur hijau jalan sangat baik digunakan untuk jalur hijau jalan sehingga aspek fungsi dan manfaat tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh sedang adalah jati super, cemara angin, saga, gayam, dan dadap kuning. Tanaman dengan kecepatan tumbuh yang tinggi baik digunakan untuk kondisi jalan yang selalu mengalami pergantian suasana melalui penggunaan tanaman. Fakuara (1987) jenis tanaman yang memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sangat diperlukan untuk dapat berfungsi apabila jenis tanaman tersebut telah habis masanya dan perlu pergantian. Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yang cocok adalah jati putih dan akalipa merah.