BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian atas karyawan PT Telkom di Kupang menghasilkan penemuan-penemuan meliputi karakteristik responden, deskripsi pengukuran variabel Motivasi Kerja, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasannya. 4.1 Deskripsi Tempat Penelitian PT Telekomunikasi Divisi Regional V terdiri dari Wilayah Telekomunikasi (Witel) Jawa Timur, yang berpusat di Surabaya, Bali, yang berpusat di Denpasar, Nusa Tenggara Barat, berpusat di Mataram, dan Nusa Tenggara Timur, yang berpusat di Kupang. Wilayah Telekomunikasi dipimpin oleh General Manager yang disebut Kepala Wilayah Telekomunikasi (Kawitel).Di bawah Wilayah Telekomunikasi adalah Kantor Daerah Telekomunikasi (Kandatel) yang dipimpin oleh Kepala Kantor Daerah Telekomunikasi (Kakandatel). Kantor Daerah Telekomunikasi mengatasi para Supervisor Pelaksana yang tersebar di Wilayah Telekomunikasi. Wilayah Telekomunikasi Nusa Tenggara Timur memiliki beberapa Supervisor Pelaksana, yaitu di Baa, Soe, Kefamenanu, Ende, Maumere, Lewoleba, Labuan Bajo, Bajawa, Ruteng, Larantuka, Waingapu, Waikabubak, Atambua, dan Seba.Di Kupang sendiri PT Telkom memiliki tiga unit kantor. Kantor Pusat Wilayah Telekomunikasi Nusa Tenggara Timur, terletak di Jalan W. J. Lalamentik, kota Kupang, berwenang dalam administrasi, teknis, kepegawaian, keuangan, logistik, dan lain-lain; Sentral Telepon Otomat (STO), terletak di Jalan Palapa, kota Kupang, berwenang menangani transmisi; dan Plasa, di Jalan Urip Sumoharjo, kota Kupang, berwenang dalam menangani niaga, kerjasama dengan pihak lain, dan lain-lain. 47
AW (2015), salah satu manager di Wilayah Telekomunikasi Nusa Tenggara Timur, dalam suatu pembicaraan singkat via telepon (1 September 2015, 08.00 WIB), mengatakan bahwa sejak tahun 1990-an PT Telekomunikasi Indoenesia telah memasuki era komputerisasi, sehingga segala pengendalian berpusat dari Kantor Pusat PT Telkom, yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat, sedangkan Wilayah Telekomunikasi di berbagai Divisi Regional merupakan pelaksana. 4.2 Deskripsi Responden Penelitian 4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No.
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
54
80.6%
2
Perempuan
13
19.4%
Total
67
100%
Karyawan PT Telkom di Kupang terdiri atas 54 laki-laki dan 13 perempuan. Persentase jumlah karyawan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui responden dalam penelitian ini saat data diambil adalah sebanyak 67 orang, yang terbagi menjadi 54 lakilaki dan 13 perempuan. Secara presentase laki-laki adalah 80.6% dan perempuan sebanyak 19,4%. 4.2.2 Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Usia Tabel 4.2Persentase Responden Berdasarkan Usia
48
No.
Usia Responden (tahun)
Jumlah
Persentase (%)
1
< 51
21
31.4%
2
≥ 51
46
68.6%
Total
67
100%
Tabel 4.2 menunjukkan keadaan responden berdasarkan usia pada saat data diambil adalah 46 responden berusia 51 tahun dan 21 responden berusia kurang dari 51 tahun. Secara presentase, responden yang berusia kurang dari 51 tahun sebanyak 31.4% dan responden yang berusia 51 tahun adalah 68.6%. 4.3 Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan penggambaran deskriptif data tersebut berdasarkan klasifikasi dengan tampilan tabel dan diagram. 4.3.1 Variabel Motivasi Kerja Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan terhadap diri mereka terkait motivasi kerja kepada diri sendiri dan orang lain. Artinya responden diminta menilai sendiri motivasi kerja mereka.Skala ini terdiri atas 29 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi sedang dan tinggi. Identifikasi interval tingkat motivasi kerja menggunakan rumus sebagai berikut: total aitem x Likert terendah total aitem x Likert tengah (pusat distribusi normal) total aitem x Likert tertinggi maka, 29 x 1 = 29 29 x 3 = 87 29 x 5 = 145 145 − 29 = 6
49
=
116 = 19.333 ≈ 20 6
Jumlah total aitem variabel Motivasi Kerja sebanyak 29 dikalikan skala Likert terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 29. Kemudian, total aitem Motivasi Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3, menghasilkan 87. Lalu, total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert tertinggi, yaitu 5, hasilnya adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala Likert dalam 5 skala. Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6 menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi. Interval skor dan ketagori Motivasi kerja tersebut kemudian dideskripsikan dalam Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui Motivasi Kerja Tinggi sebesar 20.90 persen dan Motivasi Kerja Sedang karyawan sebesar 79.10 persen.
Gambar 4.1 Interval Skor dan Kategori Motivasi Kerja sedang
rendah 67
87 20
50
tinggi 107 20
Tabel 4.3Deskripsi Pengukuran Motivasi Kerja Kategori
Interval Skor
Rendah Sedang Tinggi Minimum Maximum Mean
skor <67 67≤ skor <107 Skor ≥107 83 124 96,77
Frekuensi responden 0 53 14
Frekuensi dalam persen (%) 0 79.10 20.90
4.3.2 Deskripsi Pengukuran Mutlak Variabel Stres Kerja Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan terhadap diri mereka terkait stres kerja kepada diri sendiri dan orang lain. Artinya responden diminta menilai sendiri stres kerja mereka.Skala ini terdiri atas 30 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi rendah dan sedang. Identifikasi interval tingkat stres kerja menggunakan rumus sebagai berikut: total aitem x Likert terendah total aitem x Likert tertinggi maka, 30 x 1 = 30 30 x 5 = 150 150 – 30 6 120 = = 20 6
=
Gambar 4.1 menunjukkan Interval Skor dan Kategori Stres Kerja. Jumlah total aitem variabel Stres Kerja sebanyak 30 dikalikan skala Likert terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 30. Kemudian, total aitem
51
Stres Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3, menghasilkan 87. Lalu, total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert tertinggi, yaitu 5, hasilnya adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala Likert dalam 5 skala. Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6 menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi. Interval skor dan kategori Stres Kerja tersebut kemudian dideskripsi dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4 menunjukkan tingkat stres kerja kerja pada kategori sedang sebanyak 73.13 persen, sedangkan sisanya, 26.86 persen adalah karyawan yang stres kerja karyawan pada kategori rendah. Gambar 4.2 Interval Skor dan Kategori Stres Kerja sedang
rendah 70
90 20
52
tinggi 110 20
Tabel 4.4Deskripsi Pengukuran Stres Kerja Kategori
Interval
Rendah Sedang Tinggi Minimum Maximum Mean
skor < 50 50≤ skor < 70 skor ≥70 37 107 86.40
Frekuensi responden 18 49 0
Frekuensi dalam persen (%) 26,86 73,13 0
4.3.3 Deskripsi Pengukuran Mutlak Variabel Kepuasan Kerja Skala kepuasan kerja ini menggambarkan persepsi karyawan terhadap diri mereka terkait kepuasan kerja kepada diri sendiri dan orang lain. Artinya responden diminta menilai sendiri kepuasan kerja mereka.Skala ini terdiri atas 29 aitem pernyataan valid dengan klasifikasi Identifikasi interval tingkat kepuasan kerja menggunakan rumus sebagai berikut: total aitem x likert terendah total aitem x likert tertinggi maka, 29 x 1 = 29 29 x 5 = 145 145 − 29 6 116 = = 19 6
=
Gambar 4.3 memaparkan Interval Skor dan Kategori Kepuasan Kerja. Jumlah total aitem variabel Kepuasan Kerja sebanyak 29 dikalikan 53
skala likert terendah, yaitu 1, sehingga hasilnya adalah 29. Kemudian, total aitem Kepuasan Kerja dikalikan skala Likert tengah, yaitu 3, menghasilkan 87. Lalu, total aitem, sebanyak 29 dikalikan skala Likert tertinggi, yaitu 5, hasilnya adalah 145. Penelitian ini menggunakan skala Likert dalam 5 skala. Selanjutnya, hasil pengalian total aitem dengan skala Likert tertinggi, yaitu 145, dikurangi sebanyak hasil pengalian total aitem dengan skala likert terendah, 29, menghasilkan nilai 116, kemudian dibagi 6 menjadi 19,333. Hasilnya ini dibulatkan menjadi 20. Nilai 20 tersebut merupakan nilai interval antar kategori. 87 sebagai titik tengah, kemudian diinterval turun sebanyak 20 unit menjadi 67, dan diinterval naik 20 unit menjadi 107. Dengan demikian, skor 67 hingga 107 adalah kategori sedang. Kategori dengan skor lebih kecil daripada 60 menjadi kategori rendah, dan kategori dengan skor lebih dari 107 adalah kategori tinggi. Interval skor dan kategori kepuasan kerja tersebut kemudian dideskripsi dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5 menunjukkan tingkat kepuasan kerja kerja pada kategori Tinggi sebanyak 32.83 persen, sedangkan sisanya, 67.16 persen adalah karyawan yang memiliki kepuasan kerja pada kategori Sedang. Gambar 4.3 Interval Skor dan Kategori Kepuasan Kerja rendah
sedang 67
87 20
54
tinggi 107 20
Tabel 4.5Deskripsi Pengukuran Kepuasan Kerja Kategori
Interval
Rendah Sedang Tinggi Minimum Maximum Mean
skor <67 67≤ skor <107 Skor >107 85 137 105.52
Frekuensi responden 0 45 22
Frekuensi dalam persen (%) 0 67,16 32,83
4.4 Hasil Uji Statistik Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji Homogeneity of Variance (ANOVA). 4.4.1 Uji Normalitas Korelasi Multivariat Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu berdistribusi normal. Selain n itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau hampir berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengidentifikasian kenormalan distribusi skor dari masing-masing masing variabel dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi di atas nilai alpha (p>0.05). Parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi kenormalan distribusi adalah tabel Hypothesis Test Summary.. Adapun hasil uji normalitas data dat ditunjukkan sebagai berikut (tabel 4.6) Tabel 4.6Hypothesis Hypothesis Test Summary (Kesimpulan Uji Hipotesis)
55
Parameter tersebut menunjukkan bahwa Kepuasan Kerja terdistribusi normal dengan rata-rata rata 62.138 dan standar deviasi sebesar 12.51 setelah diidentifikasi menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test.. Normalitas data Kepuasan Kerja berada pada taraf signifikansi fikansi 0.86 (86%).Normalitas Kepuasan Kerja dapat juga diidentifikasi melalui histogram persebaran data dan grafik scatterplot. Menurut Santoso (2000), ), data dikatakan berdistribusi normal apabila ( shaped curve). Gambar 4.4 histogram berbentuk lonceng (bell menunjukkan data terdistribusi normal karena kurva membentuk lonceng, dengan standar deviasi 0.976. Gambar 4.4 Histogram Normalitas Kepuasan Kerja
Gambar 4.5 Scatterplot Normalitas
56
4.4.2 Uji Multikolineritas Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF MK
STRESS a. Dependent Variable: KK
,284
3,524
,284
3,524
Pengujian multikolinieritas adalah untuk mengidentifikasi nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Ghozali (2009) menyatakan multikolinieritas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10. Tabel 4.7 menunjukkan nilai variance inflation factor (VIF) variabel bebas Motivasi Kerja dan Stres Kerja lebih kecil dari 5, yaitu 3.524, sehingga bisa diduga bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas antar variabel bebas. 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas digunakan untuk mengidentifikasi ketidaksamaan varians sebuah model regresi dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka dapat disimpulkan telah terjadi homoskedastisitas (tidak terjadi masalah heteroskedastisitas). Pengidentifikasian heteroskedastisitas dapat melalui memantau persebaran titik pada grafik scatterplot, untuk menjelaskan nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID. Menurut Santoso (2000), apabila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Scatterplot pada Gambar 4.6 menunjukkan titik-titik terpencar dengan tidak membentuk pola-pola tertentu di sekitar garis diagonal, tetapi 57
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan kerja berdasarkan motivasi kerja dan stres kerja. Gambar 4.6 Grafik Scatterplot
4.4.4 Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan linear antara variabel bebas dan variabel terikat, dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan linearitas p > 0.05. Suatu data dikatakan memiliki hubungan linear jika nilai p < 0.05. Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja ANOVA Table Sum of Squares KK * MK Between Groups
58
df
Mean Square
F
Sig.
(Combined)
6355,204
30
211,840
2,979
,001
Linearity
4308,611
1
4308,611
60,590
,000
Deviation from Linearity
,992
,503
2046,593
29
70,572
Within Groups
2559,990
36
71,111
Total
8915,194
66
Gambar 4.7 Linearitas Motivasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja ANOVA Table Mean Sum of Squares KK * STRESS Between Groups
df
Square
F
Sig.
(Combined)
7666,472
33
232,317
6,139
,000
Linearity
4881,087
1
4881,087
128,993
,000
Deviation from Linearity
2,300
,010
2785,385
32
87,043
Within Groups
1248,722
33
37,840
Total
8915,194
66
Gambar 4.8 Linearitas Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja
59
Hasil pengujian pada Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi linearitas sebesar 0.00 (p<0.05) dan nilai signifikansi penyimpangan linearitas sebesar 0,503 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terpenuhinya syarat linearitas antara Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja. Gambar 4.7 menunjukkan scatterplot hubungan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja, yaitu meningkatnya nilai Motivasi Kerja diikuti oleh menurunnya nilai Kepuasan Kerja pada poin 90, dan pada poin 110, meningkatnya nilai Motivasi Kerja diikuti meningkatnya nilai Kepuasan Kerja. Hasil pengujian pada Tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi linearitas sebesar 0.00 (p<0.05) dan nilai signifikansi penyimpangan linearitas sebesar 0,010 (p>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terpenuhinya syarat linearitas antara Stres Kerja dan Kepuasan Kerja. Gambar 4.8 menunjukkan scatterplot hubungan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja, yaitu menurunnya nilai Stres Kerja diikuti oleh menurunnya nilai Kepuasan Kerja pada poin 60, namun pada poin 110, menurunnya nilai Stres Kerja diikuti meningkatnya nilai Kepuasan Kerja. 4.5 Hasil Uji Hipotesis 4.5.1 Analisis Regresi Multivariat Koefisien regresi berganda (r) adalah indeks yang digunakan untuk mengukur hubungan antar variabel. Dengan demikian, nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan tiga variabel tersebut. 4.5.2Pengujian Hipotesis 1 Ho Ha
60
: Motivasi Kerja dan Stres Kerja tidak berpengaruh secara simultan terhadap Kepuasan Kerja : Motivasi Kerja dan Stres Kerja berpengaruh secara simultan terhadap Kepuasan Kerja
4.5.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F adalah pengujian statistik untuk mengidentifikasi pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat. Parameter yang digunakan adalah nilai kolom F dan Sig. (taraf signifikansi) pada tabel ANOVA. Pengujian statistik secara simultan Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.10 Uji F Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja ANOVAa Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
5030.604
2
2515.302
Residual
3884.590
64
60.697
Total
8915.194
66
F 41.440
Sig. .000b
a. Dependent Variable: KK b. Predictors: (Constant), STRESS, MK
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Fhitungsebesar 41.440 dengan signifikansi 0.000 (p<0.05) dan Ftabel sebesar 3.14 (α=5%) menunjukkan terdapat pengaruh signifikan Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja. Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini diterima. 4.5.2.2 Koefisien Determinasi (R Square) Koefisien determinasi (coefficient of determination/R-squared) adalah ukuran yang menunjukkan berapa banyak variasi dalam data dapat dijelaskan oleh modelregresi yang dibangun (kamusbisnis.com). Koefisien determinasi pada regresi linear sering diartikan sebagai seberapa besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya (konsultanstatistik.com).
61
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Motivasi Kerja dan Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Model 1
Model Summary Adjusted R R Square Square
R .751a
.564
Std. Error of the Estimate
.551
7.791
a. Predictors: (Constant), STRESS, MK
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0.564 mengartikan Motivasi Kerja dan Stres Kerja dalam model regresi memiliki kemampuan sebesar 56.4% (0.564 x 100%) untuk menjelaskan varian data dari Kepuasan Kerja. Sedangkan sisanya sebesar 43.6% (diperoleh dari 100% − 56.4%) merupakan varian yang tidak dipengaruhi oleh Motivasi Kerja dan Stres Kerja, namun oleh faktor lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh variabel Motivasi Kerja dan Stres Kerjaterhadap Kepuasan Kerja adalah 56.4%, sedangkan sisanya (43.6%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. 4.5.2.3 Sumbangan Efektif Prediktor Sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui besar pengaruh tiap variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Sumbangan efektif semua variabel sama dengan koefisien determinasi (Budiono, 2004). Sumbangan efektif prediktor diidentifikasi menggunakan rumus berikut:
= SE = Sumbangan Efektif x = Koefisien korelasi Crossproduct = Crossproduct R2= Koefisien Determinan Regression = Regresi
62
.
.
Sebelum mengidentifikasi sumbangan efektif variabel Motivasi Kerja dan Stres Kerja, perlu diketahui nilai crossproduct tiap variabel bebas terhadap Kepuasan Kerja, melalui tabel 4.13 berikut: Tabel 4.12 Tabel Korelasi Motivasi Kerja, Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja Correlations MK MK
STRESS -,846**
,695**
,000
,000
7591,940
-11495,224
5719,328
115,029
-174,170
86,656
67
67
67
**
1
-,740**
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance N STRESS
Pearson Correlation
-,846
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance
,000 24301,910
-10891,269
-174,170
368,211
-165,019
67
67
67
**
**
1
Pearson Correlation
,695
Sig. (2-tailed) Sum of Squares and Cross-products Covariance
,000
-11495,224
N KK
KK
-,740
,000
,000
5719,328
-10891,269
8915,194
86,656
-165,019
135,079
67
67
67
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1) Sumbangan Efektif Motivasi Kerja Sumbangan efektif Motivasi Kerja diidentifikasi sebagai berikut: 0.263 × 5719.328 × 0.564 5030.604
=
= 0.16864 × 100%
= 16.86397 ≈ 16.86%
63
Sumbangan efektif Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja adalah sebesar 16.86%, diperoleh dari perkalian antara koefisien korelasi Motivasi Kerja, crossproduct Motivasi Kerja, dan koefisien determinasi dibagi regresi. Hasilnya dibulatkan dengan 100%. 2) Sumbangan Efektif Stres Kerja 0.324 × 10891.27 × 0.564 5030.604
=
= 0.395624 × 100%
= 39.56239 ≈ 39.56%
Sumbangan efektif Stres Kerja terhadap Kepuasan Kerja adalah sebesar 39.56% diperoleh dari perkalian antara koefisien korelasi Stres Kerja, crossproduct Stres Kerja, dan koefisien determinasi dibagi regresi. Hasilnya dibulatkan dengan 100%. Dengan demikian, total sumbangan efektif Motivasi Kerja dan Stres Kerja teridentifikasi sebagai berikut, ditampilkan dalam Tabel 4.14. Tabel 4.13 Deskripsi Persentase Sumbangan Efektif Variabel
Persentase Sumbangan Efektif
Motivasi Kerja
16.86%
Stres Kerja
39.56%
Total (sesuai Koefisien Determinasi [R2])
56.42% ≈ 56.4%
4.5.4.3 Uji T Uji T digunakan untuk mengetahui MK dan STRESS secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap KK, juga untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi 64
variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). 4.5.3 Pengujian Hipotesis 2 Ho Ha
: Tidak ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin : ada perbedaan kepuasan kerja ditinjau dari jenis kelamin
Tabel 4.14 Group Statistics Group Statistics Std. Error JK KK
N
Std. Deviation
Mean
Mean
Laki-laki
54
106,11
12,430
1,692
Perempuan
13
104,69
7,664
2,126
Tabel 4.16Independent Samples Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality t-test for Equality of Means
of Variances
KK
df
Std.
95% Confidence
Mean
Error
Interval of the
Sig. (2-
Differen
Differe
Difference
tailed)
ce
nce
F
Sig.
t
Lower
Upper
2,855
,096
,393
65
,696
1,419
3,614
-5,798
8,636
,522
29,349
,605
1,419
2,716
-4,134
6,972
Equal variances assumed Equal variances not assumed
65
Tabel 4.16 menunjukkan deskripsi pengelompokan karyawan lakilaki, yaitu sebanyak 54, dengan mean 106.11, dan karyawan perempuan sebanyak 13 orang, dengan mean sebesar 104.69. Mengacu pada Sebelum melakukan uji t test, lebih dulu dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levene’s Test). Hal ini berarti bahwa jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama), sedangkan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Tabel 4.16 menunjukkan probabilitas sebesar 0.096, lebih besar dari 0.05, sehingga memberi arti kedua varian yang diuji adalah sama. Selanjutnya, uji t dilakukan menggunakan kriteria sebagai berikut: Ho diterima jika t hitung < t tabel Haditerima jika t hitung > t tabel T hitung pada Tabel 4.20 adalah 0.393, sedangkan nilai t tabel berdasarkan derajat kebebasan pada Tabel 4.20 (65) adalah 1.997. Berdasarkan probabilitas, Tabel 4.20 menunjukkan P value (0.696 > 0.05), Dengan disimpulkan Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan kepuasan kerja antara karyawan laki-laki dan perempuan. 4.6 Pembahasan 4.6.1
Hipotesis 1
Pengujian simultanmenunjukkan bahwa nilai signifikansi dan syarat signifikansi telah terpenuhi sehingga motivasi kerja dan stres kerja terbukti secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini dibuktikan melalui nilai Fhitung sebesar 41.440 dengan signifikansi 0.000 (p<0.05) dan Ftabel sebesar 3.14 (a=5%) menunjukkan terdapat pengaruh signifikansi motivasi kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja dan stres kerja berpengaruh secara simultan terhadap kepuasan kerja. 66
Beberapa kemungkinan yang menjelaskan kesimpulan tersebut, yaitu pertama, sebagian besar karyawan Telkom menganggap bahwa motivasi kerja adalah bagian penting untuk mendorong mereka bekerja dengan produktif, ditambah dengan adanya tekanan kerja yang moderat dan menantang mereka untuk bekerja lebih produktif sehingga mereka mengalami kepuasan kerja. Pernyataan ini didukung oleh Li, Hu, Zhou, He, Fan, Liu, et al. (2014), Dwipalguna & Mujati (2015), dan Dewi & Netra (2015) yang mengatakan bahwa Motivasi Kerja dan Stres Kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja; Kedua, pada dasarnya karyawan PT Telkom menganggap bahwa keinginan berprestasi yang tinggi dan adanya dukungan afiliasi dari atasan, kolega, dan bawahan membuat mereka memiliki kekuatan untuk bekerja lebih produktif diikuti oleh tingkat stres yang moderat dapat membuat mereka menjadi produktif dan kepuasan mereka tercapai. Artinya keterlibatan satu sama lain setiap komponen kerja, baik dalam jenjang sejawat mapun antar level, dalam pekerjaan adalah hal yang penting untuk mencapai kebahagiaan individual, yang mana kebahagiaann individual tersebutlah yang mengantarkan karyawan pada kemampuan produktif terbaik. Dampak dari produktivitas inilah yang kemudian membawa karyawan mencapai kepuasan. Hal ini sejalan dengan Bajpai, Dave & Bajpai (2015) yang mengatakan bahwa “because the satisfied individual is the motivated, hapy individual who can contribute the best.” 4.6.2
Hipotesis 2
Semua karyawan mengalami kepuasan dalam pekerjannya, dan kepuasan tersebut tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan. Hal ini ditunjukkan melalui T hitung < T tabel (0.393 < 1.997) dan signifikansi lebih besar daripada 5% (0.696 > 0.05). Hal ini disebabkan oleh pertama, perbedaan jenis kelamin tidak menentukan tingkat kepuasan karyawan dalam bekerja; kedua, karyawan laki-laki maupun perempuan memiliki tingkat kepuasan kerja yang sama dalam menjalankan tugasnya.Hal ini sejalan dengan Rast & Tourani (2012) 67
mengatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja secara signifikan berdasarkan jenis kelamin. Dengan demikian para karyawan dapat menjalankan tugas dengan motivasi yang tinggi untuk berprestasi dan berafiliasi, siap menghadapi stres kerja dalam tingkat moderat, serta memperlakukan karyawan lakilaki dan perempuan dalam batas-batas yang wajar dalam upaya mencapai kepuasan kerja.
68