BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia lembar Bandung 1209-311, Wilayah Tegallega terletak pada 107o 32’ 45” BT – 107o 36’ 47” BT dan 6o 54’ 18” LS – 6o 57’ 45” LS. Secara administratif Wilayah Tegallega berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Wilayah Bojonegara
Sebelah Barat
: Kota Cimahi
Sebelah Timur
: Wilayah Karees
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bandung
Wilayah Tegallega terbagi menjadi lima kecamatan, yaitu Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. Luas total Wilayah Tegallega adalah
26,63 Km2, untuk perincian luas Wilayah Tegallega dapat
dilihat pada tabel 4.1.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.1. Luas Wilayah Tegallega Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Bandung Kulon
6,48
Babakan Ciparay
7,96
Bojongloa Kaler
3,03
Bojongloa Kidul
6,27
Astanaanyar
2,89
Wilayah
Tegallega
Total (Km2)
26,63
Sumber : BPS Kota Bandung (Hasil Regristrasi Penduduk 2002)
2. Iklim Menurut Rafi’I (1995:1) iklim merupakan “Keadaan cuaca pada daerah yang luas dan dalam jangka waktu yang lama diatas atmosfer permukaan bumi”. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen
ekosistem alam sehingga
kehidupan baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan prosesnya. Penentuan iklim suatu daerah dapat ditentukan dengan banyak cara, yaitu seperti klasifikasi iklim Junghun, Schimdt-Ferguson, Koppen, Thornthwaite, Trewartha, Thiessen, Penman dan Oldeman. Berdasarkan laporan dari penelitian Badan Meterologi dan Geofisika, secara umum Wilayah Tegallega berada di Kota Bandung, dimana iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh pegunungan di sekitarnya sehingga cuaca yang terbentuk sejuk dan lembab. Berdasarkan iklim Koppen, Kota Bandung termasuk wilayah tipe iklim Af atau hutan tropis. Suhu udara berkisar antara 19,0o-29,3o C dengan curah hujan rata-rata 161,0 mm dan hari hujan efektif 16 hari perbulan pada tahun 2007.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peta 4.1. Peta Administratif Wilayah Tegallega
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada bulan Oktober tahun 2005, suhu rata-rata Kota Bandung pernah meningkat tajam, hingga mencapai 31,4OC. Peningkatan suhu tersebut diduga oleh polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor. Walaupun demikian, suhu tetap normal dan curah hujan masih relatif tinggi di Kota Bandung. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai data dan kondisi cuaca di Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Cuaca Menurut Bulan di Kota Bandung Pada Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata 2007
Penguapan (mm) 3,5 3,2 4,0 3,6 3,2 3,1 3,3 3,7 4,0 3,7 3,2 3,2 3,5
Tekanan Udara 922,1 922,9 922,8 922,7 921,9 921,6 922,5 922,6 922,8 922,3 921,8 920,7 922,2
Kelembaban Nisbi (%) 83,0 85,0 84,0 83,0 82,0 85,0 80,0 77,0 79,0 81,0 81,0 84,0 82,0
Sumber : Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung, 2007
Menurut data monografi 2009, suhu maksimum dan minimum Wilayah Tegallega berkisar 26OC – 31OC, dengan curah hujan berkisar 2.600 mm/th. Dari data-data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Wilayah Tegallega memiliki faktor fisik pendukung yang baik, sehingga menjadi daya tarik bagi para investor untuk membangun industri di Wilayah Tegallega, faktor fisik yang paling mendukung para investor untuk membangun industri di Wilayah Tegallega diantaranya faktor iklim, dengan suhu rata-rata 26OC – 31OC tentunya menjadi pertimbangan investor untuk mendirikan sebuah industri di Wilayah Tegallega. Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Morfologi Berdasarkan hasil interpretasi peta Topografi Lembar 4522 III Bandung, Wilayah Tegallega memiliki tingkat kemiringan lereng yang seragam yakni wilayah dengan kemiringan lereng < 8 % (datar) terletak di keseluruhan 100 % Wilayah Tegallega yang menjadi wilayah dari objek penelitian yang meliputi Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. Untuk lebih jelasnya informasi kemiringan lereng dapat dilihat pada gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Tegallega. Dengan kondisi kemiringan lereng yang datar < 8 % di Wilayah Tegallega menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung wilayah tersebut untuk dijadikan sebagai wilayah industri. 4. Geologi Geologi dapat menunjukkan formasi batuan di suatu daerah daerah dengan cara melihat fisiografi yang berada di wilayah tersebut. Proses geologi di Wilayah Tegallega terjadi dari adanya proses vulkanisme Gunung Tangkuban Perahu. Jenis batuan yang terdapat di Wilayah Tegallega berdasarkan peta Geologi terbagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Jenis batuan (QVU) hasil gunung api tua yang teruraikan, yang terdiri dari breksi gunung api, lahar dan lava berselang-seling. Jenis batuan ini berada dihampir setiap Wilayah Tegallega, yakni di sebelah utara dan tengah Kecamatan Bandung Kulon, di sebelah utara dan tengah Kecamatan Babakan
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, di sebelah utara dan tengah Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Astanaanyar. b. Jenis batuan (QYU) hasil gunung api mudak tidak teruraikan, yang terdiri dari pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat < 8 %. Jenis Batuan ini hanya berada di wilayah barat daya dan selatan Kecamatan Bandung Kulon, di wilayah barat daya, selatan sampai tenggara Kecamatan Babakan Ciparay dan di sebelah barat daya dan tenggara Kecamatan Bojongloa Kidul. Jenis batuan QVU dan QYU sangat cocok untuk lahan yang dijadikan sebagai lokasi industri, dikarenakan sifat tanah hasil pelapukan dari batuan QVU dan QYU stabil dalam artian memiliki agregat yang sangat konsisten antar partikel-pertikelnya.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peta 4.2. Peta Geologi Wilayah Tegallega
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian Kondisi demografi merupakan gambaran penduduk yang melibatkan variabel demografi seperti jumlah, komposisi, persebaran, kelahiran, kematian, dan migrasi. Variabel-variabel tersebut dapat memberikan gambaran keadaan penduduk termasuk keadaan sosial-ekonominya. 1.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Wilayah Tegallega yang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu,
Kecamatan Bandung Kulon, Kecamatan Babakan Ciparay, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kecamatan Astana Anyar berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) adalah 528.112 jiwa (penduduk laki-laki 279.194 jiwa dan perempuan 248.918 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,88%. Rata-rata kepadatan penduduk Wilayah Tegallega 20.241,93 jiwa/Km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 38.645,80 jiwa/Km2. Tabel 4.3. Jumlah dan kepadatan penduduk Kota Bandung tahun 2010 No 1 2 3 4 5
Kecamatan Bandung Kulon Babakan Ciparay Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Astanaanyar Jumlah
Luas (Km2) 6,46 7,45 3,03 6,26 2,89 167,29
Jumlah Penduduk 138.664 143.151 117.218 82.450 66.649 2.417.288
Kepadatan Per Km2 21.465,01 19.214,89 38.645,80 13.170,92 23.061,93 14.449,69
Sumber : Hasil Survey Sosial Ekonomi Daerah 2010
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Peta 4.3. Peta Kepadatan Penduduk Wilayah Tegallega
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Menurut UU No. 56/1960 pengelompokan kepadatan penduduk suatu wilayah terbagi menjadi: 1 - 50 jiwa/km2 51 – 250 jiwa/km2 251 – 400 jiwa/km2 > 400 jiwa/km2
= = = =
Tidak padat Kurang padat Cukup padat Sangat padat
Berdasarkan acuan tersebut Wilayah Tegallega merupakan daerah yang memiliki tingkat kepadatan sangat padat karena seluruh wilayahnya memiliki kepadatan lebih dari 400 jiwa/km2. Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi sedangkan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Bojongloa Kidul. Tingkat kepadatan tinggi yang dimiliki seluruh kecamatan yang berat di Wilayah Tegallega disebabkan karena semakin banyaknya para pendatang yang mengadu nasib di Kota Bandung. Sebagai Kota besar Bandung memiliki banyak lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi di Wilayah Tegallega dapat dijadikan sebagai penunjang dari kebutuhan tenaga kerja dalam memenuhi sumber daya manusia bagi bidang industri.
2.
Komposisi Penduduk Menurut Umur Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur dapat digunakan untuk
mengetahui angka beban tanggungan. Angka tanggungan ini dijadikan sebagai salah satu indikator keadaan ekonomi suatu daerah. Angka tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan masyarakat dalam suatu wilayah. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap kesejahteran Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
anggotanya tersebut yaitu dari segi pemenuhan kebutuhan dan pendapatan yang harus diperoleh agar semua anggota keluarga mendapatkan kehidupan yang layak. Semakin maju suatu daerah maka angka beban tanggungannya semakin rendah, dan semakin besar penduduk yang berusia produktif akan memberikan petunjuk semakin kecil. Angka beban tanggungan dapat dihitung dengan cara membandingkan antara penduduk yang berusia tidak produktif dengan penduduk yang berusia produktif dikalikan 100. Untuk lebih jelasnya komposisi penduduk Wilayah Tegallega berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kelompok umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65+ Jumlah
Laki-laki
Perempuan
28.808 25.762 22.718 23.993 26.284 31.440 28.032 23.517 18.704 14.996 12.796 9.615 5.650 9.129 279.444
25.371 24.732 21.807 24.643 26.179 29.437 25.319 21.246 17.564 14.734 12.252 8.687 5.805 10.892 268.668
Jumlah 54.179 50.494 44.525 48.636 52.463 60.877 53.351 44.763 36.268 29.730 25.048 18.302 11.455 20.021 548.112
Sumber : Hasil Survei Sosial Ekonomi Daerah 2010
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk mengetahui jumlah angka tanggungannya yaitu dengan cara: jumlah usia tidak produktif x100 jumlah usia produktif 149.198
= 398.914 𝑥100 = 37,4 = 37 Dengan demikian hasil perhitungan menunjukan bahwa angka beban tanggungan Wilayah Tegallega adalah 37, artinya setiap 100 jiwa penduduk yang berusia produktif harus menanggung 37 jiwa penduduk yang berusia tidak produktif. Fakta fakta yang ada di daerah penelitian menunjukan bahwa penduduk usia produktif bisa menanggung beban yang di tanggung oleh penduduk usia non produktif. Dengan banyaknya usia produktif maka akan banyak tenaga kerja yang dapat disalurkan dalam bidang industri, oleh karena itu Wilayah Tegallega sangat cocok dalam pembangunan industri apabila dilihat dari faktor komposisi penduduk menurut umur.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Menurut UUD No.2 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Untuk mengetahui komposisi penduduk Wilayah Tegallega berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak/belum punya ijazah SD/MI/sederajat SMP/MTs/Sederajat SMA/MA/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah 17.554 18.014 35.568 64.916 69.816 134.732 52.681 51.336 104.017 71.302 61.045 132.347 20.421 18.354 38.775 226.874 218.565 445.439
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2010
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui tingkat pendidikan di Wilayah Tegallega paling tinggi adalah SD/MI/sederajat. Tingkat pendidikan di Wilayah Tegallega berimbang hanya pada tingkatan SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat dan SMA/MA/sederajat, sedangkan untuk tingkatan Tidak/belum tamat SD dan Perguruan Tinggi masih sangat kurang.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tidak/Belum Punya Ijazah Perguruan Tinggi SMP/MTs/sederajat SMA/MA/sederajat SD/MI/sederajat
Gambar 4.1 Piramida Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada piramida urutan paling bawah atau tingkatan yang jumlahnya lebih banyak
ditempati
oleh
tingkat
SD/MI/sederajat,
diikuti
oleh
tingkat
SMA/MA/sederajat diatasnya, sedangkan urutan teratas atau yang jumlahnya paling sedikit adalah penduduk dengan tingkat pendidikan Tidak/Belum Punya Ijazah. Dilihat dari piramida penduduk berdasarkan tingkat pendidikan Wilayah Tegallega sangat cocok untuk pembangunan industri dikarenakan kebutuhan pekerja
yang
diperlukan
dalam
bidang
industri
yaitu
dari
lulusan
SMA/MA/Sederajat.
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
PT. Lesindo Textile PT. Samudera Palapa PT. Tragon Karet PT. Budi Satya Pratama Pabrik Karung PT. Aneka PT. Winaya PT. Winwin Garment PT. Dongheung Textile Pabrik Rajut PT. Mandala PT. Anugerah Pharpindo Lestari PT. Tri Lindo Adi Busana PT. Mekarjaya PT. Armor Pabrik Plastik PT. Fajar Harapan PT. Indo Citra PT. Indo Mas Kimatama Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT. Masterindo Jaya Abadi PT. Rajawali Pratama Putra Textile PT. Mulya Jaya PT. RPP Textile PT. Alba Mulya Karet PT. Sun Anugerah PT. Cisangkan Genteng & Batako PT. Garuda PT. Bola Dunia
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
PT. Cahaya Bola PT. Sinar Indah PT. Cahaya Sakti Intraco PT. Buana Distrindo PT. Sinar Terang PT. Asta Karya PT. Subur Pratama PT. Supra PT. CBC PT. Intania PT. CPS PT. Digo PT. Trubustex Pabrik Mebel PT. Wijayatex Rajut Pabrik Ancuran Logam Pabrik Konpeksi PT. Megah Steel PT. Primalestari PT. Wijayatex PT. Cipta Rasa PT. Adi Karya Surya Utama PT. Juantex Pabrik Cokelat PT. Pupuk Sriwijaya PT. Nusantara Pabrik Sweater PT. Foximas Mandiri PT. Enseval
Sumber : Bappeda Kota Bandung Tahun 2010
Afrizal Fadhilah,2013
Pemanfaatan Citra Quickbird Untuk Evaluasi Kesesuaian Antara Lokasi Industri Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Tegallega Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu