BAB IV HASlL DAN PEMBAHASAN Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Pakan dan Konversi
1V.l.
Pakan (Growth Performance) Hasil penelitian yang telah di analisis ragarn faktorial 2 x 3 diikuti uji polinomial orthogonal baik linear maupun kuadratik antar perlakuan level clenbuterol dan bangsa babi serta interaksi kedua perlakuan terhadap performans pertumbuhan bangsa babi, yang meliputi pertambahan bobot badan, konsurnsi dan konversi pakan pada Tabel 5.
Dari Tabel 5 terlihat
bahwa pemberian level clenbuterol pada bangsa babi mernberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pertambahan bobot badan. Hasil pengamatan pengaruh penambahan level clenbuterol terhadap pertambahan bobot badan ternak babi periode grower menunjukkan bahwa perlakuan pada T I mempunyai rata-rata pertambahan bobot badan yang tertinggi, kernudian diikuti T2 dan TO masing-masing 5.93 kg; 5.37 kg; dan 5.34 kglrninggu. walaupun demikian setelah dianalisis statistik tidak berbeda nyata. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat dari Muir (1984); Rick et a/..(1984); Jones et a/.. (1985) dan Baker et a/.. (1984) menyatakan bahwa pernberian l3adrenergic agonist terutama clenbuterot dan cimaterol akan meningkatkan perturnbuhan. efisiensi pakan dan komposisi karkas ternak, sedang antar bangsa
menurut Whittemore (1980) setiap fase
pertumbuhan ternak babi
akan mernpunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda beda.
Tabel 5. Rataan Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Pakan dan Konversi Pakan
Keterangan: L : babi lokal. K : babi ketumnan import. C V : koefisien variasi, Lin.(CL): efek linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol, Un. (CL y B): efek linear (CL y B), kuad. (CL y B): efek kuadratik (CL g B), NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%).
Kecepatan pertumbuhan tertinggi pada ternak babi terjadi pada fase grower, sedang awal fase perturnbuhan cenderung perlahan-lahan. Laju
perturnbuhan pada ternak babi dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya urnur, nutrisi, lingkungan, berat lahir dan penyakit. Pada penefitian ini
digunakan ternak babi jantan kastrasi fase grower dari dua bangsa yaitu babi lokal dan keturunan impor. Hasil yang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata perlakuan dan bangsa babi terhadap pertambahan bobot badan, kemungkinan karena kesamaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti faktor nutrisional dan fisik. sehingga pemberian pakan dengan kandungan
nutrisi dan
pertumbuhan yang sama.
faktor
fisik
yang
sama
memungkinkan. laju
Dijelaskan lebih lanjut oleh Berg dan Butterfield
(1976). perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa dan individu ternak di
dalam suatu bangsa terutama disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh dewasa.
Ditambahkan pula saat menApai kedewasaan, berat total dari
pencernaan akan menurun yang diikuti dengan penurunan berat tubuh. Perlakuan pada bangsa babi periode grower, kurang banyak berarti dalarn mempengaruhi laju pertumbuhan karena dimungkinkan pada fase tersebut laju pertumbuhannya sama dan belum dicapai ukuran tubuh dewasa ternak. Pada penelitian ini diperoleh hasil penimbangan bobot badan yang selalu meningkat dalam tiap minggunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Parakkasi (1983) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak babi periode grower akan mengalami peningkatan bobot badan dalam tiap periode waktu.
Kesamaan ha1 ini didukung dengan pernyataan bahwa tingkat pertumbuhan ternak babi ada kaitannya dengan kandungan nutrisi pakan. temperatur lingkungan, sistem perkandangan dan tingkat pengendalian penyakit maupun parasit.
Peningkatan bobot badan ini diduga karena meningkatnya deposisi protein otot sebagai akibat dari proses pengharnbatan terhadap lipogenesis atau menurunnya deposisi lemak karkas (Kim et aL.1987). Untuk mendukung proses penghambatan terhadap lipogenesis tersebut diperlukan aktifitas 8-reseptor. Menurut Judge et a/.,
(1989) R-adrenergic agonist seperti
clenbuterol mempunyai keefektifan dalam mengaktifkan B-reseptor dan menstimulir lipolisis. Akibat dari pemakaian senyawa l3-adrenergic agonist tersebut, nutrien yang tersedianya untuk lipogenesis dibelokkan kearah peningkatan deposisi lean meat. Sesuai dengan pendapat Kochmarie ef a/., (2995) pemakaian senyawa R-adrenergic agonisf mampu meningkatkan
produksi lean meat dan efisiensi dalam penggunaan pakan pada domba. Perlakuan pada T2, pertambahan bobot badannya mengalami penurunan. Hal ini diduga karena dampak clenbuterol yang ditambahkan dalam pakan kemungkinan berpengaruh lebih tinggi terhadap detak jantung dan diikuti penurunan laju detak jantung yang lambat ke dalam kondisi laju yang normal. Dalam kondisi yang demikian memungkinkan ternak mengalami cekaman atau stres yang tinggi sehingga mempengaruhi jumlah konsurnsi pakan dan pertambahan bobot badan. Menurut Buttery et a/..
(1987). dampak pemakaian senyawa 8-
adrenergic agonisf dalam jangka pendek akan meningkatkan laju detak jantung dan selanjutnya pemakaian yang terus menerus tidak mempunyai efek lebih lanjut terhadap detak jantung karena laju detak jantung berangsurangsur akan kembali normal pada tingkat sebelum pemberian senyawa ini.
Hal ini memungkinkan pula bahwa pemakaian level yang lebih tinggi terhadap senyawa ini berpengaruh dalam kelambanan penurunan ke kondisi normal laju detak jantung sehingga waktu yang diperlukan akan lebih lama. Kondisi yang demikian merupakan cekaman atau stres bagi ternak. Pada waktu stres atau terjadinya cekaman, kelenjar adrenal melepas adrenalin kedalam darah yang mengakibatkan naiknya detak jantung dan tekanan darah, sehingga ternak akan menggunakan energi cadangan yang berupa gula dan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi selama stres. Hasil-hasil penefitian ini sesuai juga dengan pemyataan dari Muir. (1988) bahwa ada kalanya tidak diperoleh tanggapan sama sekali dalam pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan pada domba-domba yang diberi P-AA. Juga sesuai dengan apa yang diperoleh oleh Baker, et
a/. (1984) pada
penelitiannya tidak mendapat peningkatan pertambahan bobot badan pada domba-domba kastrasi, walaupun mereka rnemakai dosis yang jauh lebih tinggi (1-100 ppm) dan dengan ulangan yang cukup'banyak 20 ekor tiap kelompok perlakuan. Begitu juga penelitian Shackelford, et a/. 7992, yakni tidak ada perbedaan-perbedaan yang nyata dalam bobot badan akhir, PBBIhari dan konversi pakan pada domba-domba jantan kebirian 30.6 kg yang diberi 1 ppm P-AA L 644,969 sampai mencapai bobot badan akhir 56,1 kg yang dikutip oleh Saka, (1997). Tidak adanya interaksi di antara level clenbuterol dengan bangsa babi, berarti penarnbahan dosis ctenbuterol akan memberikan respon yang sama antar bangsa babi terhadap pertambahan bobot badan babi, jadi faktor tersebut lebih bersifat independen.
IV.2. Konsurnsi Pakan Hasil sidik ragarn antar perlakuan level clenbuterol dan bangsa babi serta interaksi kedua perlakuan memberikan perbedaan yang tidak nyata. terhadap konsumsi pakan. Perlakuan pada T O menunjukkan tingkat konsumsi pakan tertinggi kemudian diikuti perlakuan T I dan T2 masing-masing 17,70 kg; 17.31 kg dan 16.18 kglrninggu. Walaupun demikian setelah dianalisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyaia. Banyak faktor yang mempengaruhi suatu ternak dalam mengkonsurnsi pakan. Menurut Lubis (1963). konsurnsi pakan suatu ternak akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya palatabilitas pakan, bentuk fisik pakan. berat badan, jenis kelamin,
temperatur
lingkungan,
keseimbangan
hormonal
dan
fase
pertumbuhan. Tidak adanya perbedaan yang nyata antara bangsa babi lokal dan babi keturunan impor terhadap konsumsi pakan disebabkan fase pertumbuhan kedua bangsa babi sarna dan belurn dicapainya ukuran tubuh dewasa dari salah satu dari dua bangsa tersebut, sehingga respon terhadap konsumsi pakan memiliki taraf yang sama pada kandungan gisi dan bentuk fisik pakan yang sama. Sedang bentuk fisik pakan berupa tepung yaitu carnpuran jagung
giling.
bekatul. dan konsentrat.
Perbedaan tingkat
konsumsi pada individu temak dalam satu bangsa atau antar bangsa dipengaruhi oleh kandungan energi pakan. dimana kandungan energi pakan yang rendah akan meningkatkan jumlah konsumsi pakan, sedang kandungan energi yang tinggi ternak akan c e n d e ~ n gmengkonsumsi pakan dalam
jumlah sedikit (Church,
1977).
Penambahan clenbuterol dalam pakan
cenderung menurunkan jumlah konsumsi pakan dan menurunnya konsumsi ini diduga karena pengaruh R-reseptor yang diaktifkan oleh senyawa clenbuterol
dalarn aksinya
menghambat lipogenesis,
dengan
adanya
hambatan lipogenesis dalam tubuh temak rnaka energi yang dibutuhkan ternak akan lebih kecil. Keadaan demikian akan menurunkan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Jumlah konsumsi pakan yang menurun dapat pula diduga oleh pengaruh dampak pemakaian clenbuterol terhadap peningkatan laju detak jantung. Efek terhadap peningkatan laju detak jantung di atas normal merupakan suatu cekaman bagi ternak yang ahkirnya menyebabkan kurang atau hilangnya napsu makan. Menurut Buttery et a/., (1987). peningkatan laju detak jantung akibat pemakaian clenbuterol juga dialami pada domba dan pedet. Selanjutnya dijelaskan bahwa meningkatnya laju detak jantung akan kembali berangsur-angsur dalarn kondisi sebelurn pemberian clenbuterol. Laju detak jantung yang meningkat dan waktu untuk kembali pada tingkat laju detak jantung yang normal akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan.
Hasit-hasil ini sesuai dengan hasil yang dilaporkan oleh
Jones et a/..(1985) bahwa babi-babi yang diberi 0.25: 0.50 dan 1 ppm cimaterol masing-masingjumlah konsumsi pakan hariannya berkurang 5.0 %; 7.4 % (Pc0.05) dan 8.7 % (Pc0.05). Hal ini dipertegas lagi oleh pernyataan
Reeds dan Marsmann (1991) bahwa P-AA cenderung menurunkan konsumsi
pakan. sehingga densitas nutrien pakan hewan-hewan resipien hams ditingkatkan,
ditarnbahkan
pertumbuhan juga perlakuan P-AA.
pula
bahwa
efisiensi
energi
bruto
lebih rendah pada hewan-hewan yang
dari
rnenerima
Tetapi Kim et a/., (f988) tidak rnenemukan adanya
kecenderungan penurunan dan perbedaan yang nyata dalarn rataan konsumsi pakan harian antara anak-anak domba yang diberi 14 ppm cimaterol seIama 90 hari dengan yang tidak diberi cimaterot. Michell ef
a/..
(1990) juga rnenemukan bahwa babi dari line yang cenderung rnemproduksi lebih banyak lernak dan lebih sedikit lean (daging sedikit lemak) yang diberikan ransum yang rnengandung protein rendah memberikan tanggapan paling besar terhadap perbaikan komposisi karkas yang dikutip oleh Saka (1997).
IV.3. Konversi Pakan Hasil uji sidik ragam dengan
pofinomial orthogonal
menunjukkan
perlakuan-perlakuan level clenbuterol dan bangsa babi serta interaksi kedua perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konversi pakan.
Konversi pakan antara perlakuan bangsa babi lokal dan keturunan
impor dari hasil penelitian ini mendekati sama secara kuantitatif variasinya sangat kecil.
Konversi pakan pada babi lokal adalah 3.3 dan pada babi
keturunan irnpor 3.2. Hasit tersebut menunjukkan bahwa babi keturunan impor mampu memanfaatkan pakan lebih baik dari pada babi lokal.
Data
konsurnsi pakan menunjukkan bahwa babi lokal rata-rata jumlah konsumsi pakannya lebih tinggi diikuti dengan rata-rata pertambahan bobot badannya. Narnun demikian perbandingan pertambahan bobot badan dengan konsumsi pakan pada babi keturunan impor menunjukkan nilai yang lebih baik. Hal ini berarti pernanfaatan energi pakan pada babi keturunan impor lebih efisien. Penambahan level clenbuterol dalam pakan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konversi pakan. Perlakuan pada T I menunjukkan nilai konversi pakan paling baik diikuti periakuan T2 dan TO masing-masing 3.06; 3.15 dan 3,87. Narnun hasil analisis statistik menunjukkan ketiga perlakuan
TO. T I dan T2 tidak berbeda nyata. ~erlajtuanpenambahan level clenbuterol rnempunyai
efek
mernperkecil angka
konversi
pakan,
yang
berarti
menggambarkan pemanfaatan pakan yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena ternak sedikit menurunkan jumlah konsurnsi pakan akibat efek clenbuterol terhadap laju detak jantung dan aksinya dalam mengaktifkan Rreseptor untuk menghambat lipogenesis.
Hambatan pada lipogenesis
rnernungkinkan kearah peningkatan deposisi lean meat yang lebih tinggi. Menurut Judge et a/.,(1989). ternak yang, rnenerirna senyawa R-adrenergic agonist akan rnenghasilkan karkas dengan ukuran otot atau total protein
karkas yang meningkat dan jumlah lemak karkas yang menurun. Adanya peningkatan ukuran otot menyebabkan kenaikan bobot badan ternak sehingga ha1 ini akan berpengaruh terhadap nilai konversi pakan.
-
IV.4. Ukuran ukuran Karkas Ukuran-ukuran karkas meliputi rata-rata tebal lemak punggung, luas urat daging mata rusuk (UDMR), panjang karkas, lemak total (abdominal fat) dan tebal lemak ham dapat dilihat pada Tabel 6.
Untuk tebal lemak
punggung dari masing-masing perlakuan mulai yang paling tebal adalah TO
29,4 rnm; T I 28,2 mm dan T2 26,4 mm dari data yang ada penurunan tebal lemak punggung setiap adanya kenaikan level clenbuterol. Tetapi setelah dianalisis statistik tidak berbeda nyata. Ini sesuai dengan pendapat dari Prince, et a/. (1985) dan Moser, et a/. (1986) yang dikutip oleh Cromwell, et a/. (1988) yang menyatakan pemberian R- adrenergic agonist (cimaterol dan clenbuterol) dapat meningkatkan lean dan menurunkan deposisi lemak pada karkas. Diantara bangsa babi ternyata babi lokal mempunyai data lebih tebal lemak punggungnya dibandingkan dengan bangsa babi ketumnan impor masing-masing 28,6mm dan 27,4mm. Ini sesuai dengan pendapat Knapp, et al. (1989) bahwa tebal lemak punggung, luas area longissirnus dorsi (LD),
persentase lemak kidneys, pelvic, head (KPH) dan yield grade dipengaruhi oleh faktor bangsa. Hasif ini sesuai penelitian yang dilaporkan oleh Saka, (1997) bahwa pemberian injeksi clenbuterol menurunkan tebal lemak punggung domba agak banyak (20,6%) pada level clenbuterol 10 dan 20 dan jauh lebih kecil (14%) pada clenbuterol 5 bila dibandingkan dengan kontrolnya tidak adanya pengaruh clenbuterol yang nyata (P<0,05) terhadap karakterist~kdan kornpos~slkarkas serta penampiIan perturnbuhan adalah karena masih mudanya umur atau kecilnya bobot badan
domba- domba
yang dipakai penelitian, karena seperti telah dibuktikan oleh Baker, et a/.
(1 984) bahwa tanggapan domba terbaik dlunjukkan oleh domba-domba.yang mempunyai bobot badan di atas 40 kg.
5 5
m * 2 .-
2 Z Y"
4
3 0 Lokal
2
'
I Import
0
Gambar 9. Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap Bobot badan. Konsumsi dan Konversi Pakan
sehubungan dengan pengaruh umur atau bobot badan terhadap tanggapan hewan pada pemberian (3-AA. Mersmann, ~ ea/. t (1987) melaporkan bahwa tidak ada pengaruh nyata (Pe0.05) terhadap pertumbuhan, karakteristik dan komposisi karkas pada anak-anak babi yang diberi cimaferol. Begitu juga Muir, (1988) juga menganjurkan bahwa untuk memperoleh tanggapantanggapan yang optimal hendaknya j3-AA diberikan dekat dengan waktu pemasaran hewan (finishing)atau pada bobot badan yang cukup tinggi ketika efisiensi pertumbuhan hewan maksimal.
Untuk ukuran UDMR nya diantara
ketiga perlakuan clenbuterol, ternyata ada peningkatan luas UDMR berturutturut T2 29,9 cm2, yang paling luas diikuti dengan T I 27,4 cm2 dan T O 26,7 cm2, ini sesuai dengan hasil dari Yen, penambahan I3-adrenergic agonist
et a/. (1990) yang menyatakan
cimaterol pada
pakan babi akan
memberikan hasil yang lebih tinggi, berat karkas, persentase karkas serta luas UDMR dibandingkan kontrolnya. Menurut Kretchmer, et at. (1990) yang menggunakan jenis p-AA L 644969 pada 11 pasang ( 1 I ekor kontrol dan 11 ekor kelompok yang diberi p-AA
anak-anak domba jantan kebirian (32,2 f 0,35kg) sebanyak 4 ppm selama 6 minggu dengan nyata meningkatkan konformasi karkas ( l 8 , 2 % ) ,menurunkan tebal lemak terukur dan sangat nyata ( P & , o I )
meningkatkan luas UDMR
27,6% dibandingkan dengan kontrolnya. Sedang antar bangsa babinya luas UDMR pada babi keturunan irnpor yang lebih luas dibandingkan
dengan
bangsa babi lokalnya yaitu sebesar 29.45 cm2 dan 26,06 cmZ ini
menceminkan secara tidak langsung bahwa produksi daging babi keturunan impor lebih banyak bila dibandingkan babi lokalnya. Tabel 6. Rataan Ukuran-ukuran Karkas
Keterangan: L : babi lokal, K : babi keturunan irnpor. CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik ctenbuterol. tin. (CL Y B): efek interaksi berpola linear (CL y 6); kuad. (CLy B): efek interaksi berpola kuadratik (CL y 6). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%).- r berbeda nyata (Pc0,05). Superskrip pada kolorn dan peubah yang sama berbeda nyata para taraf (PC 0.05)
Karena luas area longissirnus dorsi (LD) berpengaruh terhadap kuantitas daging, semakin luas area LD suatu karkas. cenderung semakin besar proporsi dagingnya (Romans dan Ziegler. 1974).
Tetapi setelah
dianalisis secara statistik baik antar perlakuan. bangsa babi rnaupun interaksinya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Untuk panjang
karkas antar berbagai level perlakuan clenbuterol dan jenis bangsa babi mulai dari yang tertinggi yaitu T2, T O dan T I , masing-masing 72.56, 71.81 dan 73.49 cm. Diantara bangsa babi justru babi keturunan impor yang Iebih panjang dari pada lokal.
Tetapi setelah dianalisis secara statistik ternyata
panjang karkas tidak berbeda nyata. Ini sesuai dengan pendapat Yen et al.. (1990) yang menyatakan bahwa panjang karkas dan rata-rata tebal lemak punggung tidak berbeda nyata.
Peningkatan yang amat kecil terjadi pada
panjang karkas, secara kuantitatif variasinya sangat kecil.
Panjang karkas
dan luas urat daging mata rusuk (UDMR) walaupun tampak ditingkatkan oleh clenbuterol tetapi pengaruhnya tidak nyata. Panjang karkas dipengaruhi oleh pertumbuhan ruas-ruas tulang belakang (columna vertebralis) yang berada antara batas- batas depan (tulang msuk pertama) dan belakang {os coxae) dari pengukuran panjang karkas yang terdiri dari vertebrae thoracalis dan
vertebrae lumbalis.
Jaringan ini tumbuh dan berkembang dini sehingga
ukuran linearnya lebih sulit dipengaruhi oleh sesuatu perlakuan pakan atau lainnya selama pertumbuhan postnatal hewan (Huxley. 1932; Berg dan Butterfield.
1976) yang dikutip oleh (Saka, 1997). Laporan sebelumnya
menyatakan bahwa panjang karkas babi dengan nyata (Pc0.05) diturunkan
masing-masing 1,7 dan 1.0 % karena pemberian 0.25 dan 0.50 ppm cimaterol dan tidak nyata diturunkan 1.2% oleh 1 ppm cimaterol relatif terhadap kontmlnya (Jones et
a/.. 1985). Perbedaan-perbedaan ini mungkin
disebabkan oleh karena perbedaan dalarn tingkat protein pakan yang diberikan kepada hewan-hewan bersangkutan karena Mersmann et a/..
(1987) telah rnenunjukkan bahwa panjang karkas dan luas UDMR lebih tinggi pada babi-babi yang diberi pakan berprotein tinggi (18%) dari pada yang diberikan pakan berprotein rendah (14%) dan keduanye rnendapat 0.25 atau
0.50 mg cimaterol/kg pakannya.
Pada panjang karkas interaksinya antar
level clenbuterol dan bangsa babi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) begitu juga pengaruh level linear clenbuterol dengan bangsa babi menghasilkan perbedaan yang sangat nyata (Pc0.01). Berarti setiap penambahan level clenbuterol akan diikuti penurunan panjang karkas pada bangsa babi keturunan impor dan sebaliknya akan terjadi peningkatan panjang karkas pada bangsa lokal. polinomial model linear Y
Ini ditunjukkan dengan persamaan
= 1,838 + 0.198 X untuk bangsa babi lokat, sedang
untuk bangsa babi keturunan impor persamaan polinomial model linear Y =
1.877
- 0,196 X dengan koefisien deterrninasi (R2) masing-masing 0.643 dan
0,809.
Pada lemak total internal (abdominal fat) diantara perlakuan
berturut-turut dari yang paling berat yaitu TO 1131.2g; T I 956,8g dan T2
872.59. Jadi T2 yang paling sedikit iemak totalnya. ini sesuai dengan pendapat dari Cromwell et a!., (1988) rnenyatakan bahwa penambahan f3adrenergic agonist akan menyebabkan turunnya deposisi lemak pada karkas
72
babi karena P-adrenergic agonist mampu memacu lipolisis didalam jaringan adiposa dan menghambat degradasi nitrogen pada jaringan otot, dengan demikian akan diperoleh karkas yang sedikit lemak (lean meat) dan banyak daging (Ricks, et a/. 1984). Sedang antar bangsa babi ternyata babi lokal mempunyai jumlah lemak total lebih besar dari babi keturunan impor masingmasing sebesar I 112, 9 g dan 860,8 g. Tetapi setelah dianalisis dengan uji statistik ternyata antara perlakuan, bangsa babi maupun interaksinya terdapat perbedaan yang tidak nyata.
Ada perbedaan yang besar antara
P-
AA dalam potensinya untuk memblok lipogenesis dan menstimulir lipolisis (Duquette dan Muir, 1985) dikutip oleh Muir. 1988). Perbedaan yang ditimbulkan antara bangsa babi itu mungkin disebabkan oleh keberadaan genetik bangsa , pakan dan bobot awal. Tidak adanya pengaruh clenbuterol yang nyata (P<0,05)terhadap karakteristik dan komposisi karkas serta penarnpilan pertumbuhan adalah karena masih mudanya urnur atau kecilnya bobot badan ternak yang dipakai dalam penelitian ini. Ini telah dibuktikan oleh Baker, et a/.(1984) bahwa tanggapan domba terbaik ditunjukkan oleh domba-domba yang mempunyai
bobot
badan di atas 40 kg. Sehubungan dengan pengaruh umur atau bobot badan terhadap tanggapan hewan pada pemberian P-AA, Mersrnann, et a/. 7987, melaporkan bahwa tidak
ada
pengaruh
nyata
terhadap pertumbuhan.
karakteristik dan komposisi karkas pada anak-anak cimaterol. Alternatif
babi yang diberi
lain mengenai kurang nyatanya efek clenbuterol
terhadap pengurangan teba! lemak atau jumlah lemak karkas domba adalah obat yang mempunyai daya karena diantara p-AA itu, clenbuterol m e ~ p a k a n stimulasi lipolisis dan potensi penghambatan lipogenesis paling rendah dibandingkan dengan jenis derivat-derivat P-AA
lainnya. Uwtan-urutan
potensi p-AA untuk penghambatan lipogenesis diukur dengan konsentrasi efektif 50%. adalah sebagai berikut lsoproterenol > BRL 35135 > L 640,033 > Clenbuterol.
Perbandingan yang sama untuk stimulasi lipolisis adalah
sebagai berikut; BRL 35135 > lsoproterenol 7 L 640.033 > Clenbuterol. Ada perbedaan yang besar antara P-AA dalam potensinya untuk memblok lipogenesis dan rnenstimulasi lipolisis (Duquette dan Muir, 1995, yang dikutip oleh Muir. 1988).
Pedakuan
+8. Lemak Abdominal ~-
Gambar 10.
.
-
- -
-
~
-
~-
Tebal Lemak Punggung, Luas UDMR, dan Berat Lernak Abdominal.
IV.5.Karakteristik Fisik Karkas (Carcass Characteristics) Data rataan karakteristik fisik karkas meliputi berat potong, berat karkas panas, persentase karkas serta jumlah komponen karkas meliputi daging, tulang dan lemak (meat, bone, fat ratio) terlihat pada Tabel 7 . Berat potong dan berat karkas, interaksinya mempunyai pengaruh sangat nyata
(P<0.01) ini berarti adanya dependensil saling ketergantungan antar faktor-
faktor yang diamati dalam menghasilkan respon pada berat potong dan berat karkas.
Pada interaksinya berpola linear dan kuadratik antara level
clenbuterol dan bangsa babi mempunyai pengaruh yang nyata (P<0,01), dimana pada bangsa babi keturunan impor level clenbuterol memberikan pengaruh mula-mula menurun kernudian meningkat berat potongnya, sedang pada bangsa babi lokal dengan level clenbuterol mula-mula meningkat kernudian menurun berat potongnya. Hubungan antara berat potong dengan level clenbuterol pada babi keturunan impor, dalam bentuk persarnaan polinomial model kuadratik dengan persamaan Y = 4.905-0.852 X + 1.449 x2 dengan koefisien determinasi (R') 0.253. dan titik kritis minimum berada pada titik (0.294; 4,780).
Sedang hubungan antara berat potong dengan level
clenbuterol pada babi lokal dalam bentuk persamaan polinomial model kuadratik Y = 4.784 + 0.687 X
- 1,505 X'
dengan koefisien deterrninasi (R')
0.4508, dan titik kritis maksimumnya pada titik (0.228;4,863). Pada interaksi
pola kuadratik antara level clenbuterol dan bangsa babi memberikan pengaruh yang sangat nyata (Pc0.01). pada berat karkas bangsa babi keturunan irnpor level clenbuterol memberikan pengaruh mula-mula menurun
kernudian rneningkat berat karkasnya ini ditunjukkan dengan persamaan polinornial model kuadratik Y
= 4.763
- 1.057 X + 1.785 x2dengan koefisien
determinasi ( R ~ )0,241, dengan titik kritis rninimumnya pada titik (0.296 ;4.606).
Pada bangsa babi lokal level clenbuterol rnemberikan pengaruh
mula-mula meningkat kemudian menurun berat karkasnya, ini ditunjukkan dengan bentuk persarnaan polinornial model kuadratik Y 1.745
x2
= 4,631 + 0.70 X
dengan koefisien deterrninasi ( R ~ )0.633.
rnaksimumnya terletak pada titik (0.2 ;4,70).
-
dengan titik kritis
Persentase karkas antar
bangsa. babi impor lebih tinggi dari pada babi lokal yaitu 73.3 % dan 72.4% sedang antar perlakuan level ctenbuterol persentase karkas berturut-turut sebagai berikut; TO 74.6%; T1 72.5% dan T2 71.5%.
Pengaruh level
clenbuterof berpola linear nyata (Pc0,05), berarti setiap penambahan level clenbuterol akan diikuti oteh penurunan terhadap persentase karkas baik pada babi lokat maupun babi keturunan impor dengan persarnaan polinomial model linear Y
= 1.857
- 0.21 1 X dan Y = 1.846 + 0.012 X. Sedang interaksi
berpola kuadratik antara tevel clenbuterol dan bangsa babi untuk berat potong, ditunjukkan dengan persamaan polinornial model kuadratik 4.905
- 0.852
X + 1.449
Y =
x2dengan titik kritis rninimumnya terletak pada titik
(0.294; 4,780) untuk babi keturunan irnpor, persamaan plinornial kuadratiknya Y = 4.784 + 0.687 X - 1,505 XZ dengan titik kritis maksimumnya terletak pada
titik (0.228 ;4,863) untuk bangsa babi lokal. Persentase karkas dipengaruhi oleh pakan, jenis kelamin. horrnon. bangsa. konformasi, bobot hidup dan umur (Preston dan Willis, 1974) serta persentase komponen non-karkas
(Judge et at., 1989). Ukuran karkas yang bervariasi sangat kecil diantara bangsa babi dapat menunjukkan adanya perbedaan kualitas jaringan, terutama tulang, daging dan lemak seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7.Rataan Karakteristik Fisik dan Komponen Karkas
Keterangan: L : babi lokat. K : babi k e t u ~ n a n impor, CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol. Lin. (CL y B): efek interaksi berpola linear (CL y 8). kuad. (CL y 6):efek interaksi berpola kuadratik (CL Y B). NS :tidak berbeda nyata pada taraf uji (a= 5%).* : berbeda sangat nyata (Pc0.01). *: berbeda nyata (Pc0.05). Superskrip pada kolom dan peubah yang sama berbeda nyata para taraf (PC0.05)
Komponen utama karkas terdiri dari daging. tulang dan femak. Bobot dan persentase daging. tulang dan lemak tidak berbeda nyata diantara bangsa babi, begitu juga antar perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata.
Bobot kornponen karkas berbeda diantara bobot potong, yaitu
semakin tinggi dengan rneningkatnya bobot potong. Babi lokal mernpunyai berat dan persentase lebih tinggi dari babi irnpor. sedangkan persentase dan berat lemak lebih kecil pada babi keturunan irnpor. Babi yang mempunyai persentase lemak karkas tinggi cenderung mempunyai persentase daging
dan tulang yang rendah. Berg dan Butterfield (1976). menyatakan bahwa dengan meningkatnya persentase lemak karkas akan rnenyebabkan persentase otot dan tulang menurun. Menurut Tulloh (1978). proporsi komponen karkas dipengaruhi oleh umur. bangsa. pakan, penyakit dan stres. Persentase tulang menurun dengan meningkatnya bobot potong. Hal ini disebabkan karena tulang sebagai kerangka tubuh dan merupakan kornponen yang tumbuh dan berkembang paling dini. kemudian disusul oteh daging dan jaringan lemak (Forrest et a/., 1975 ; Berg dan Butterfieid. 1976). Sedang antar berbagai Ievel perlakuan clenbuterol kornponen daging ya"g
terbanyak adalah
berturut-turut T2 44.8%; T1 36.9% dan TO 31.8%. ini sesuai dengan pendapat dari Beermann ef a/.. (1986) melaporkan bahwa pemberian cimaterol
dapat
mempertinggi adanya
retensi
nitrogen,
clenbuterol dapat mernpertinggi retensi N sampai 40
- 80
begitu juga
persen. dengan
demikian dapat memberikan indikasi bahwa rnakin tinggi retensi nitrogen dalam jaringan justru akan meningkatkan produksi jaringan otot (Herbart et
at., 1985).
Pengaruh interaksi antara level clenbuterol berpola kuadratik
dengan bangsa babi rnemberikan pengaruh yang nyata (Pc0.05) terhadap persentase daging.
50
40 x
m
Ei
30 20
aLokal I Im port
10 0
Gambar 11 : Pengaruh Perlakuan Cienbuterol terhadap Persentase Komponen Karkas (lemak,daging dan tulang)
Pada bangsa babi impor mula-mula menurun kemudian meningkatkan persentase daging, sedang pada bangsa babi lokal meningkat persentase dagingnya.
Hubungan antara persentase daging dengan level clenbuterol
pada babi ketuwnan impor dalam bentuk persamaan polinomial model kuadratik Y = 2.74
- 2.235
X + 5.821 X' dengan koefisien deterrninasi ( R ~ )
0.617. dan titik kritis minmumnya terletak pada titik (0.191 ; 2.525). Pada babi lokal hubungan antara persentase daging dengan level clenbuterol dalam bentuk persamaan polinomial model kuadratik dengan persamaan Y = 2,589 + 1.784 X
- 3,808 x2dengan koefisien determinasi ( R ~0.344. )
dan titik kritis
maksimumnya terletak pada tiik ( 0.234; 2.798). Komponen lemak terendah berturut-turut pada perlakuan T l 33.2%; T2 34.5% dan TO 45.7%, ini sesuai dengan pendapat dari (Jones ef a/.. 1985 ; Beerrnann et a/..1986 dan Kim et
a/., 1987) yang menyatakan cirnaterol atau R-adrenergic agonist dapat merubah komposisi karkas dengan adanya peningkatan protein otot bertambah, dan pengurangan adanya deposisi lemak, karena B-adrenergic agonist mernacu lipolisis pada jaringan adiposa, sehingga diperoleh daging sedikit berlemak (Ricks et a/.. 1984). Kemungkinan perbedaan-perbedaan hasil yang didapatkan adalah karena adanya perbedaan dalam bobot awal. bangsa hewan yang dipakai, level clenbuterol, lama pemberian p-AA, rnacam derivat p-AA yang dipakai. serta pembatasan pakan bahkan mungkin pula perbedaan-perbedaan dalam jumlah ulangan hewan yang dipakai dan rancangan penelitian.
IV.6. Analisis Proksimat Daging Data rataan komposisi kimia daging babi pada keempat pertakuan dan bangsa babi seperti kadar air. protein, abu dan lemak terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kornposisi Klmia Daging Babi
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor. CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol. kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol. Lin. (CL y B): efek interaksi berpola linear (CL Y B), kuad. (CL y B): efek interaksi berpola kuadratik (CL y 8). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%). *: berbeda nyata (Pc0.05). Superskrip pada kolom dan peubah yang sama berbeda nyata para taraf (Fc0.05)
Kadar air untuk babi lokal lebih rendah dari pada babi keturunan impor, sedang berbagai level perlakuan clenbuterol mulai dari yang tertinggi berturut-turut yaitu T I . T2 dan TO.
81
Kadar air babi lokal 65,l O b r dan kadar air babi keturunan impor adalah 65,s Orb secara kuantitatif bervariasi sangat kecil. Diantara level perlakuan ctenbuterol T3 lebih tinggi dari pada T2 dan TO masing-masing adalah 65,g0rb, 63.8% dan 63.Z0rb.Perbedaan kadar air diantara bangsa babi dan jenis perlakuan clenbuterol mempunyai potensi yang berbeda terhadap penimbunan lemak marbling (intramuskuler), walaupun demikian secara statistik tidak berbeda nyata. Sedang berbagai level pengaruh clenbuterol terhadap komposisi kimiawi karkas, komposisi kimiawi tubuh dan hasil sampingan karkas juga tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian denbuterol.
Menurut Minish dan
Fox, (1979) kandungan lemak daging mempunyai korelasi negatif dengan kandungan air daging, sehingga semakin tinggi kadar lemak daging akan menyebabkan sernakin rendahnya kadar air. Rataan kadar air pada masing-masing bangsa babi dan berbagai level clenbuterol masih berada pada kisaran kadar air daging pada umurnnya, yaitu antara 65
- 80% (Judge,
et al. 1989). Disamping itu kadar air juga
berhubungan erat dengan protein daging yaitu sifat hidrofilik protein daging dalam mengikat molekul-molekul air (Soeparno, 1992). Kadar protein daging babi lokal lebih tinggi dari pada babi keturunan impor masing-masing 21,6% dan 20,5%, sedangkan antara ketiga perlakuan tidak berpengaruh secara nyata , mulai dari yang tinggi berturut-turut sebagai berikut; T1, TO dan T2 % dan 20,7%. Secara kuantitatif variasi kadar masing-masing 21,4%, 21.I
protein diantara bangsa babi dan diantara perlakuan clenbuterol adalah kecil.
Pada umumnya daging mengandung protein dalam jumlah yang relatif konstan dan kemungkinan adanya perbedaan diantara bangsa dan perlakuan adalah kecil. Perbedaan protein daging di antara bangsa babi dapat disebabkan oleh perbedaan struktur daging. yang terutama terdiri dari protein miofibril dan jaringan ikat (Kramlich et at.. 1973). Kadar air yang berbeda diantara bangsa babi juga dapat menyebabkan perbedaan kadar protein. karena protein mempunyai hubungan yang erat dengan kadar air daging. terutama sifat hidrofilik protein otot dalam mengikat molekul-molekul air daging.
Kadar lemak dan abu, diantara bangsa babi dan berbagai level
perlakuan clenbuterol tidak rnenunjukkan perbedaan nyata (Pc0,05). pada kadar lemak, sedang pada kadar abu level clenbuterol rnemberikan pengaruh nyata (Pe0.05).
Sedang pengaruh level clenbuterol berpola
linear
mempunyai pengaruh yang nyata (Pe0.05) baik pada kadar abu maupun kadar lemak.
Berarti setiap penambahan level clenbuterol akan diikuti
meningkatnya kadar abu dan menurunkan kadar lemak ditunjukkan dengan persamaan polinomial linear masing-masing untuk kadar abu babi keturunan impor
(K) Y = 0.0001
- 0.5098 X, dan untuk babi lokal (L) Y = 0.002 + 0,482
X. Sedang untuk kadar lemak. babi impor (K) Y = 1.315 + 0.338 X dan untuk babi lokal Y
= 1.334
- 2,060
X.
Dijelaskan oleh Soeparno (1992) bahwa
komposisi kimia karkas secara proporsional dapat berubah. bila salah satu variabel berubah. Namun dari hasil yang diperoleh kadar lemak daging babi lokal cenderung lebih rendah dari pada bangsa babi keturunan impor masingmasing 17.2 % dan 18.3 % (Tabel 8). Menurut Judge et a/..(1989) kadar
lemak daging bervariasi dan dapat dipengatuhi oleh bangsa, umur. species. lokasi otot dan pakan. Kadar abu daging secara retatif adalah konstan dan diantara bangsa babi maupun pertakuan clenbuterol mempunyai variasi yang kecil.
Menurut Forrest et a/.. (1975), kadar abu daging berhubungan erat
dengan air dan protein daging serta jaringan bebas lemak.
Daging sedikit
lemak secara relatif lebih banyak mengandung mineral.
Sedang antar
bangsa babi temyata babi keturunan impor mempunyai kadar lemak lebih tinggi dari bangsa babi lokal.
sedang dari berbagai pertakuan level
clenbuterol ternyata TO tertinggi kemudian T2 dan T I , masing-masing 21.I%; 16.3% dan 15.8%.
Ini sesuai dengan pendapat Muir (1994) bahwa
penambahan level clenbuterol pada ransum temak akan menyebabkan terjadinya lipolisis jaringan adiposa lemak. dan meningkatnya penimbunan protein pada jaringan otot, dengan demikian akan diperoleh daging yang sedikit lemak (lean meat) Ricks et a/.. 1984).
Hasil-hasil yang diperoleh
dalam penelitian ini mengenai pengaruh p-AA terhadap peningkatan kadar protein dan penurunan lemak tubuh, sesuai dengan apa yang didapat dari pengamatan Morgan et al.. (1989) pada ayam-ayam yang diberi makan 1 ppm cimaterol selama 56 hari mempunyai persentase protein tubuh keseluruhan amat nyata lebih tinggi dan lemak tubuh yang nyata (P<0,05) lebih rendah dari kontrolnya.
Tetapi penelitian pada 42 hari dan 49 hari
penelitian. tidak ada perbedaan dalam persentase air, protein. dan lemak tubuh antara ayam yang diberi cimaterol dengan kontrolnya.
IV.7. Analisis Fisik Daging Dalam analisis fisik daging rnenggunakan dua jenis otot daging yaitu otot yang relatif pasif diwakili oteh urat daging rnata rusuk (UDMR) dan otot yang relatif aktif diwakili oleh otot Biceps fernoris (BF) dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10.
Clenbuterol (CL)
Gambar 12. Pengaruh Perlakuan Clenbuterol Terhadap Persentase Lernak dan Abu
85
Tabel 9. Analisa Fisik Otot Longissirnus Dorsi
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor, CV : koefsien variasi, Lin.(CL): efek linear clenbuterol. kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol. Lin. (CL y 6): efek linear (CL y 8). kuad. (CL y 6): efek kuadratik (CL y 8). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5 5)
Cooking lost (susut masak) dilihat antar bangsa babi, antara babi bangsa lokal dan babi bangsa keturunan impor ternyata babi lokal Iebih besar daripada bangsa babi keturunan impor masing-masing 31.4% dan 28.4Oh ini berarti daging babi keturunan impor relatif lebih baik, karena kehilangan nutrisi selama masak relatif Iebih sedikit, pada perlakuan berbagai level clenbuterol mulai dari yang tertinggi, adalah T I , T O dan T2 masing-masing 34,l %; 27,9% dan 27,Oh.
Tabel 10. Analisis Fisik Otot Biceps Femoris (BF)
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor. CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear denbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik denbuterol. tin. (CL 6): efek interaksi berpola linear (CL y B). kuad. (CL 6): efek interaksi berpola kuadratik (CL y B). NS :tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%). *: berbeda nyata (P
Pada jenis otot longissimus dorsi (UDMR) dan biceps femoris (BF) antar perlakuan clenbuterol urutannya yaitu T I 33.2%; T O 3 0 , 4 O / b
dan T2
27,6%.Tetapi setelah dianalisis statistik cooking loss pada otot longissimus dorsi
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, lain dengan otot biceps
femofls
(SF), interaksi Ievel clenbuterol berpola kuadratik dengan bangsa
babi menunjukan perbedaan yang nyata (Pc0,05).
loss yang didapat baik
Semua hasil cooking
pada otot longissimus dorsi maupun biceps
femoris masih pada kisaran normal 1540% (Soeparno, 7994). Susut masak terjadi akibat menurunnya daya ikat air oleh protein otot ( Romans dan
Ziegler,
1974).
Variasi timbunan lemak intramuskuler daging akan
mempengaruhi susut masak. dijelaskan oleh Lawrie (1979) bahwa otot dengan lemak intramuskuler yang lebih banyak akan meningkatkan daya ikat air, karena lemak intramuskuler akan menutup jaringan mikrostruktur daging sehingga susut rnasak lebih sedikii waktu dimasak.
Di samping lernak
intramuskuler, susut masak juga dipengaruhi oleh daya ikat air (DIA) Forrest et al.. (975). Selanjutnya dijelaskan bahwa susut masak mempunyai korelasi negatif dengan DIA, meningkatnya DIA akan menurunkan susut masak. Dalam penelitian ini kadar lemak dan DIA antara otot BF dan LD berbeda. sehingga susut masak juga berbeda. ~ ainil sesuai dengan hasil penelitian Browning e l al., (1990). bahwa otot-otot paha antara biceps femoris
(BF).
triceps brachii (TB) dan semitendinosus (ST) mempunyai susut masak yang relatif lebih tinggi dari pada otot longissirnus dorsi (LD). Faktor - faktor fain yang mempengaruhi susut masak yaitu panjang serabut otot, waktu atau lama pemasakan, ukuran dan penampang rnelintang daging (Bouton et a/.. 1976). perbedaan susut rnasak daging babi diantara bangsa, diduga disebabkan oleh adanya variasi timbunan temak intramuskuler. Cooking loss (susut masak) pada otot biceps fernoris (BF), level clenbuterol mempunyai pengaruh yang nyata berpola kuadratik yang nyata (Pe0.05) dengan susut masak, berarti setiap penarnbahan level clenbuterol akan terjadi peningkatan susut masak, kemudian menurun lagi pada babi keturunan impor, sedang pada babi lokal terjadi peningkatan cooking loss (susut masak). Hubungan ini dapat dilihat antara cooking loss dengan level clenbuterol pada babi
keturunan impor dalam bentuk persamaan polinomial model kuadratik Y = 1,479 + 1.164 X
- 2.708
x2 dengan
koefisien deterrninasi (R')
0.6271.
Sedang hubungan antara cooking loss dengan level clenbuteml babi jenis lokal dalam bentuk persamaan polinomial model kuadratik Y = 1,517 + 0,093 X
-
0,794
x2 dengan
koefisien determinasi (R') 0.032. Diambahkan ofeh
Bouton et at.. (1976) bahwa susut masak semakin meningkat dengan sernakin pendeknya serabut otot, demikian pula sebaliknya semakin panjang . serabut otot susut masak semakin menurun.
Daging yang berkualitas
mempunyai susut masak yang rendah. Derajat keasarnan (pH) daging babi baik antar bangsa babi jenis lokal dan keturunan impor, begitu juga antar berbagai level clenbuterol masing-masing T O 5.65; T1 5.71 dan T2 5.70 hampir tidak jauh perbedaannya. masih dalam kisaran normal yaitu 5.4
- 5.8.
Walaupun setelah dianalisis statistik menunjukbn perbedaan yang tidak nyata. sama dengan apa yang tejadi pada jenis otot biceps fernoris. baik antar bangsa babi, perlakuan berbagai level clenbuterol maupun interaksinya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tetapi dari jenis ototnya nilai pH otot BF lebih tinggi dari pada otot LD dan tidak berbeda nyata diantara bangsa babi (Tabel 9 dan 10). Sedang peneliti-peneliti lain (Bekaert et a/.. 1987. Cole et a/.. 1987, Van Weerden. 1987). yang dikutip oleh Geesink et a/.. 1993) tidak menemukan efek atau suatu peningkatan yang kecil dalam
pH. pH telah diameti pada otot-otot babi (Warris et a/..1990 dan Filan e f a/.. 1990) yang dikutip oleh Geesink et a/., 1993. ada kecenderungan rneningkatnya pH paralel dengan meningkatnya level clenbuterol. (Tabel 9
dan 10) mengindikasikan bahwa tingkat atau laju giikogenotisis meningkat dengan meningkatnya level clenbuterol sehingga berakibat makin sedikitnya pula cadangan glikogen otot dan hati. sehingga tingginya pH sampel-sampel otot individual dalam penelitian ini adalah karena rendahnya cadangan glikogen otot oleh adanya pengaruh clenbuterol yang memaw perombakan glikogen otot dan hati (glikogenolisis) yang secara simultan juga rnenghambat sintesis glikogen di dalarn hati dengan dipengaruhi enzim defosfo glikogen sintase yang aktif menjadi fosfo glikogen sintase yang tidak aktif oleh protein kinase yang aktif dengan rnengorbankan ATP Lehninger (1975). Hal ini telah dibuktikan oleh (Lee dan Kim. 1993). bahwa otot SM anak-anak domba yang diberi 5 ppm cimaterol selarna 7 minggu amat nyata (P
Potensi
timbunan glikogen diantara bangsa babi, diduga tidak berbeda nyata. sehingga pH daging diantara bangsa berbeda tidak nyata.
Dijelaskan oleh
Romans dan Ziegler (1974) yang dikutip oleh Rusman (1997) bahwa besamya nilai pH tergantung kandungan glikogen pada saat ternak dipotong. Apabila hewan terlalu banyak bergerak sebelum dipotong maka persediaan
glikogen otot akan berkurang, karena sebagian glikogen dipergunakan untuk aktivitas (Forrest et a/..1975). Dijelaskan oleh Thomton dan Gracey (1974) bahwa
kondisi
kelelahan
fisiologis
sesaat
menjelang
pemotongan,
rnengakibatkan rendahnya glikogen otot. sehingga glikolisis selarna post rnortum sangat terbatas, yang rnengakibatkan penurunan pH sangat kecil. Tinggi rendahya glikogen otot berkorelasi dengan istirahat dan ketenangan dari pada ternak (Buckle et
a/..1987). Perbedaan pH diantara otot dapat
disebabkan oleh aktifitas otot waktu hidup. Otot yang aktif mempunyai cadangan glikogen yang lebih rendah dari pada otot yang kurang aktif (Lawrie. 1979). Otot BF lebih aktif daripada otot LD. Sehingga persediaan glikogen otot BF lebih rendah dari pada otot LD yang tidak banyak bergerak. Otot yang aktif mempunyai cadangan glikogen yang lebih rendah dari otot yang kurang aktif (Lawrie,
1979; Swatland, 1984). Kemungkinan lain
penyebab tinggi pH otot pada babi penelitian ini (>5,8) termasuk kontrolnya adalah karena cekaman (Stress) dan cekaman psikologis (Psychologicai stress) yang dialami menjelang waktu penyernbelihan dan selarna proses penyembelihan seperti telah rnenghabiskan glikogen otot (Shorthose, 1978). Oleh
karena
cekarnan
yang
tejadi
segera
sebelurn
penyernbelihan
rnernpunyai efek-efek penting terhadap kuafitas daging. karena hewan-hewan tidak rnernpunyai waktu untuk rnernulihkan tingkat glikogen otot (resintesis)
turnover glikogen tidak terjadi sebelum hewan-hewan tersebut disernbelih. Keernpukan dan tektur daging rnerupakan penentu yang paling penting pada kualitas daging. Pada bangsa babi ternyata babi keturunan impor lebih
tinggi nilai keempukannya dibandingkan dengan bangsa babi lokal walaupun sangat kecil, baik pada otot longissimus dorsi (UDMR) dan otot biceps femoris
(BF).
Ini
sesuai
dengan
pendapat
Soeparno,
(1994)
yang
menyatakan bahwa keernpukan bisa bervariasi diantara species, bangsa, potongan karkas dan diantara otot serta pada otot yang sama. Sedang antar perlakuan pelbagai level clenbuterol. dimana yang tertinggi diperoleh oleh T2, T1 dan T O masing-masing 1.22; 1.16 dan 1.14 (Tabel 9) ini sesuai dengan pendapat (Kim et a/.. 1987 ; Jone et a/..1985 dan Beermann ef al., 1986) yang menyatakan bahwa pemberian Raganist akan meningkatkan protein otot dan menurunkan deposisi lemak karkas dengan dernikian dapat memberikan indikasi meningkatnya daya ikat air oleh protein daging serta jus daging (Hamm. 1960 dan Bouton et a/.. 1971) yang dikutip oleh Soeparno (1994). Tetapi setelah dianalisis secara statistik baik antar bangsa babi maupun
antar
berbagai level perlakuan clenbuterol baik
pada
otot
longissimus dorsi maupun otot biceps femoris tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan keempukan diantara otot BF dan LD, begitu juga diantara bangsa babi .diduga disebabkan oleh perbedaan kadar kolagen diantara otot dan bangsa babi. Karena daging dengan kadar kolagen yang tinggi akan lebih alot atau kurang empuk dibanding dengan daging kadar kolagen lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bouton et al.. (1971); Thornton dan Gracey. (1974) yang dikutip oleh Rusrnan (1997) menyatakan bahwa kandungan jaringan ikat, kadar kolagen, tingkat ikatan sitang. aktivitas otot, bangsa, umur dan ketebalan otot mempengaruhi keempukan daging.
Keernpukan juga diindikasikan dengan ukuran serabut otot, daging yang mernpunyai serabut otot kecil akan lebih ernpuk dari pada otot yang rnernpunyai serabut otot yang lebih besar. Di samping faktor-faktor di atas keempukan juga dipengaruhi oleh lemak intramuskuler atau marbling, semakin tinggi marbling daging akan sernakin empuk (Browning et a!., 7990). Water Holding Capacity (WHC) atau Water Binding Capacity (WBC)
adalah kernarnpuan daging untuk mengikat airnya atau air yang ditarnbahkan selama ada pengaruh kekuatan dari luar. Pada bangsa babi, ternyata babi lokal WHC nya lebih tinggi dari pada keturunan irnpor dengan variasi yang sangat kecil masing-masing 36.14% dan 35.96%. sedang diantara pertakuan berturut-turut rnulai dari yang tinggi TO, T1 dan T2 masing-masing 37.48%; 37.16% dan 33,25% (Tabel 9). Tetapi setelah diadakan analisis statistik ternyata tidak rnenunjukkan perbedaan yang nyata, baik antar bangsa. perlakuan maupun interaksinya antar perlakuan dan bangsa babi. Daya ikat air dipengaruhi oleh kandungan lernak intrarnuskuler dari daging itu sendiri. Dijelaskan oleh Lawrie (1979); Soeparno (1979) dan Soeparno (1992) bahwa otot dengan kandungan lernak intrarnuskuler yang lebih banyak akan meningkatkan kapasitas menahan air, karena lemak intramuskuler akan melonggarkan mikrostruktur daging dan mernberi lebih banyak ruangan pada protein-protein daging untuk rnengikat rnolekul rnolekul air.
Di samping itu
dijelaskan oleh Bouton et a/..(1971) bahwa dengan meningkatnya nilai pH akan
rneningkatkan DIA daging,
rneskipun kecil dan
penurunan pH
cenderung menurunkan DIA daging. pH titik isoelektrik protein-protein daging
yaitu antara 5.0
- 5.1 (Soeparno, 1992) pada pH daging yang Iebih tinggi dari
pH titik isoelektrik, terjadi pernbebasan muatan positip sehingga kelebihan rnuatan negatif yang mengakibatkan penolakan dari miofilamen dan rnemberi lebih banyak ruang untuk molekul air (Hamrn, 1963 dan Soeparno. 1992). Dinyatakan bahwa pada pH antara 5.4-5.8, belum mengakibatkan perbedaan yang nyata terhadap DIA daging. Nilai pH diantara bangsa babi dalam penelitian ini berbeda tidak nyata. sehingga DIA juga berbeda tidak nyata. Di samping lemak intramuskuler dan pH. DIA daging dapat dipengaruhi oleh species, urnur. fungsi otot. (Lawrie. 1979 dan Swatland. 1984) nutrisi, stres, prosessing serta jenis kelarnin (Lawrie, 1979). Sedangkan masing-masing level perlakuan clenbuterol untuk otot LD rnulai tertinggi adatah TO 37,5%; T I
37,1% dan T2 33,296, sedang untuk otot BF nilai yang tertinggi adalah T1 38% ; T2 37.1% dan TO 34.4%. penurunan
persentasenya,
Pada otot LD, WHCnya mengalami
dibanding
dengan
otot
BF
justru
ada
kecenderungan rneningkat setiap kenaikan level clenbuterol. Ini oleh karena tingginya pH otot BF yang didapat dalam penelitian ini, dibandingkan dengan otot LD (> 5,8) ini karena disebabkan oleh pengaruh pernberian clenbuterol seperti telah ditunjukkan oleh hasil-hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Lawrie. 1979). bahwa injeksi adrenalin menghasilkan pH otot yang tinggi karena habisnya cadangan glikogen otot akibat glikogenolisis. Oleh karena pH yang didapat lebih tinggi pada otot BF, ini yang me
daya ikat air (DIA) otot BF yang lebih tinggi dari otot LD.
IV.8. Rataan Bobot Potongan-potongan Kornersial Karkas Rataan potongan karkas komersial (primal cut) babi lokal dan babi keturunan impor disajikan pada Tabel 11. Masing-masing potongan karkas dibagi dengan
bagian potongan karkas dikalikan 100%. sedang antar
bangsa babi ternyata babi lokal mempunyai berat potongan karkas ham, boston butt, picnic, jowl serta loin yang lebih rendah dari pada jenis babi keturunan impor. Sedang babi jenis lokal mempunyai berat potongan karkas spareribs dan billy lebih tinggi dibandingkan dengan babi keturunan impor. Sedang antar perlakuan pelbagai level clenbuterol ternyata sangat bervariasi sekali antar potongan karkas komersial ini untuk potongan ham. loin, spareribs, picnic dan belly. Sedang untuk boston butt dan jowl berturut-turut TO, T2 dan T I seperti terlihat pada Tabel 11. Adanya perbedaan bobot potongan komersial karkas disebabkan oleh adanya perbedaan bobot karkas diantara jenis-jenis babi, sesuai dengan pendapat dari Berg dan Butterfreld (1976) bahwa karkas yang lebih berat akan mempunyai beberapa bagian karkas yang lebih berat pula. Adanya variasi bobot potongan-potongan ini dapat pula disebabkan oleh variasi bobot komponen penyusunnya termasuk ketebalan lemak subkutan.
Potongan komersial karkas (primal cut) di antara bangsa babi
lokal dan babi keturunan impor, serta perlakuan diantara ketiga level perlakuan clenbuterol. menunjukkan perbedaan secara kuantitatif sangat bervariasi. sebagian ada menunjukkan sangat nyata (P<0.01); nyata (Pc0.05) sampai tidak berbeda nyata.
Tabel II. Rataan Bobot Potongan-Potongan Karkas (primal cut) Ternak Babi
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor. CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol. Lin. (CL y B): efek interaksi berpola linear (CL Y 6). kuad. (CL y B): efek interaksi berpola kuadratik (CL y B), NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%). ': berbeda nyata (Pe0.05). Superskrip yang berbeda pada kolom dan peubah yang sama berbeda nyata (Pe0.05)
Potongan pada berat paha (ham) dimana diantara perlakuan level clenbuterol sangat nyata (Pe0.01). sedang diantara bangsa babi lokal dan babi keturunan impor pengaruhnya nyata (P<0.05). berpola
Pada level clenbuterol
linear mempunyai pengaruh sangat nyata (P<0.01). berarti setiap
peningkatan level clenbuterol akan diikuti penurunan dari berat ham. Pada potongan berat rahang (jowl), berat belly, berat picnic pada level clenbuterol,
pengaruh bangsa babi dan interaksinya menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Sedang potongan bahu (boston butt) ternyata pada pengaruh bangsa menunjukkan perbedaan nyata (Pc0.05). level clenbuterol dan interaksinya tidak berbeda nyata.
Pada potongan sparerib ada interaksi berpola linear
diantara bangsa babi dan level clenbuterol sangat nyata (Pc0,OI). berarti setiap peningkatan level clenbuterol pada babi lokal terjadi penurunan berat sparerib, sebaliknya
pada babi keturunan impor mula-mula menurun
kemudian meningkat Iagi. Sedang pengaruh level clenbuterol serta bangsa babi tidak nyata.
Perbedaan berat potongan ham yang didapatkan dalarn
penelitian ini, justru terbalik dengan apa yang didapatkan oleh Cromwell et a/.. (1988) persentase ham-loin paralel dengan meningkatnya level cimaterol yang diberikan pada ternak babi (Pc0.05) dibandingkan dengan kontrolnya. Kernungkinan juga perbedaan antar bangsa ini disebabkan oleh faktor genetik babi itu sendiri, karena babi yang gemuk mempunyai persentase loin yang lebih tinggi dari babi yang kurus yang diberikan P-AA cimaterol, begitu juga persentase ham nya dimana babi yang kurus mempunyai persentase ham yang lebih tinggi (Yen et al.. 1990). Perbedaan berat potongan komersial diantara bangsa babi lokal dan babi keturunan impor diduga karena perbedaan faktor genetik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan daging. Dijelaskan oleh Berg dan Butterfield (1976) bahwa faktor genetik diantara bangsa atau individu
dalam
suatu
bangsa
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi
berat, komposisi kimia dan komponen karkas (Soeparno. 1992). Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa babi impor mempunyai kornponen berat potongan komersial yang cukup menonjol dibandingkan dengan babi lokalnya. Bobot potongan-potongan karkas beserta komposisi fisik masingmasing karkas disajikan pada Tabel 11. Sejalan dengan bobot karkas dan komposisi fisik karkas yang tampak tidak dipengaruhi nyata oleh clenbuterol maka bobot potongan-potongan karkas serta komposisi fisik masing-masing potongan karkas tidak nyata dipengaruhi oleh clenbuterot. Ini disebabkan karena peubah-peubah yang terakhir dipengaruhi oleh peubah-peubah pertama (peubah bebas) Berg dan Butterfield 1976); Thompson ef a/.,1979). Diantara potongan-potongan karkas hanya potongan-potongan karkas dari ham
(paha
belakang)
menunjukkan adanya
dan
loin
penurunan
(pinggang) terlihat berat
pada
pada
babi-babi
Tabel
yang
11
diberi
clenbuterol dalam pakannya. Pada berat loin terjadi interaksi level clenbuterol berpola kuadratik dengan bangsa babi, berarti pada babi lokal mula-mula terjadi peningkatan kemudian menurun berat loinnya. ini ditunjukkan dengan persamaan polinomial model kuadratik Y = 8.672 + 1.341 X
-
-
3.428 X2,
dengan koefisien determinasi (R2) 0.275 dan titik kritis maksimumnya berada pada titik (0.195;8,803). Sedang pada babi keturunan impor mula-mula terjadi penurunan kemudian meningkat berat loinnya. ini ditunjukkan dengan persamaan polinomial kuadratik Y
= 8,879- 2.628 X
+
5.389 X2. Ini tidak
sejalan dengan pendapat Eisemann et al.. (1988)dan Mersmann (1998)yang menyatakan adanya perubahan-perubahan dalam aliran darah kebagian
belakang tubuh pada sapi yaitu aliran darah kebagian perernpatan belakang tubuh (hind quarter) relatif lebih banyak peningkatannya dibandingkan dengan aliran darah ke viscera, menarnbah pertumbuhan otot kerangka yang lebih besar. Juga tidak sesuai dengan penemuan Malony et a/.. 1990 pada sapi-sapi yaitu kebirian bahwa tejadi peningkatan proporsi lean pada perernpatan
belakang
karkas
yang
sangat
nyata
(Pe0.01)
dengan
rneningkatnya dosis p-AA, L 644.969, sedang proporsi lean pada perernpatan karkas depan (fore quarter) menurun (Pc0.05) yang dikutip o[eh Saka (1 997). Begitu juga hasil-hasil penelitian ini, yang berbeda dengan Chikhou et at., (1 993) mendapatkan bahwa potongan-potongan karkas yang berharga tinggi
yang ada pada perernpatan belakang karkas seperti (hindshin, silverside, inside round, strip loin) pada sapi jantan kebirian arnat nyata ditingkatkan
bobotnya oleh pemlj'erian 4 ppm cimaterol.
Penelitian ini sesuai dengan
pendapat dari Adeola et a/.,(1990) tidak menemukan adanya efek pemberian 200 ppm 'ractopamine pada babi-babi jantan kebirian yang diberi pakan
rnengandung protein cukup (37%) terhadap bobot potongan-potongan karkasnya. Bahkan pada ransurn bertaraf protein rendah pernberian p-AA ini dalarn level yang sama dengan nyata (P<0.05) rnenu~nkanbobot beberapa potongan karkas dikutip oleh Saka (1997). Perubahan- perubahan yang terjadi dalam karakteristik dan komposisi karkas adalah sebagai akibat efek pernilahan kembali (repartiiioning) dari p-AA seperti telah ditunjukkan oleh Eisernann et a/.,(1988) bahwa ada perubahan-perubahan yang berbeda
dalam ahran darah ke berbagai organ terrnasuk otot kerangka meningkat dan jaringan adiposa menurun dapat menerangkan beberapa atau semua efek pemilahan kernbali P-AA.
IV.9. Komponen Non- Karkas Bobot komponen non-karkas babi lokal dan babi keturunan import pada berbagai level perlakuan clenbuterot disajikan pada Tabel 12. Bobot darah antar bangsa babi, ternyata babi lokal rnempunyai darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan bobot darah
babi keturunan impor masing-masing
1806 g dan 1604 g. Sedangkan pada berbagai perlakuan clenbuterol berat darah rnulai dari yang tinggi berturut-turut sebagai berikut T2. T I dan TO masing-masing 1866 g; 1678 g dan 1572 g. Namun demikian setelah
..
dianalisis secara statistik baik antar bangsa, perlakuan dan interaksinya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Perlakuan clenbuterol bobot eksternal offal yang tertinggi adalah TO. T1 dan T2 masing-masing 6169 g, 5982 g. dan 5731 g.
Namun dernikian setelah dianalisis secara statistik baik antar
bangsa, perlakuan dan interaksinya tidak rnenunjukkan perbedaan yang nyata. Pada komponen non-karkas (internal offal) seperti paru-paru dimana babi keturunan IMPOR lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis babi lokal. Pada internal offal lainnya seperti hati. limpa. ginjar, jantung, jenis lokal lebih tinggi dibandingkan dengan babi jenis keturunan impor. Sebaliknya babi keturunan impor mempunyai berat komponen non-karkas lebih tinggi seperti
eksternal offal dan paru-paru. Untuk komponen non-karkas seperti total eksternal offal, hati. ginjal. limpa. paru-paru dan jantung
masing-masing
rnulai yang tertinggi adalah TO. T l , dan T2. Narnun demikian setelah dianalisis statistik ternyata tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. baik antar bangsa. perlakuan maupun interaksinya. Tapi ada juga yang sangat nyata (Pc0.01) yaitu interaksi level clenbuterol berpola kuadratik dengan dengan bangsa babi. berarti setiap peningkatan level clenbuterol mula-mula terjadi peningkatan berat hati pada babi lokal kernudian menurun. Sedang pada ginjal terjadi
pengaruh level
clenbuterol pola linear yang nyata
(Pc0.05) yaitu setiap peningkatan level clenbuterol akan diikuti penurunan berat ginjal. Pada kornponen paru-paru (PC 0.05) antar perlakuannya. Adanya perbedaan bobot komponen non-karkas internal, kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan aktivitas metabolik diantara bangsa babi. Dalarn hat ini babi jenis lokal mempunyai aktivitas rnetabolik yang lebih besar dari pada babi jenis impor seperti terlihat pada laju perturnbuhan (pertambahan bobot badan setiap rninggunya).
Tabel 12. Rataan Bobot Kornponen Non- Karkas
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor, CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik clenbuterol. Lin. (CL y B): efek interaksi berpola linear (CL y B), kuad. (CL y B): efek interaksi berpola kuadratik (CL y 6). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%). *: berbeda nyata (P~0.05).Superskrip yang berbeda pada kolorn dan peubah yang sama berbeda nyata (Pc0.05)
Ketiadaan pengaruh clenbuterol terhadap komponen-komponen nonkarkas pada penelitian ini adalah sejalan dengan apa yang terjadi pada karkas. Sebagian besar non-karkas adalah terdiri dari organ-organ dalam (viscera). Terlebih Iagi karena P-AA lebih cenderung meningkatkan aliran
darah kebagian perempatan belakang tubuh (hindquarter) dari pada ke viscera,
sehingga
lebih
memberi
kontribusi yang
lebih
besar
pada
pertumbuhan otot kerangka (Eisemann et a/.. 1988) yang dikutip oleh Saka (1997).
IV.lO. Data Analisa Kandungan Kolesterol Lernak daging rnengandung fosfolipid dan kolesterol dalam yang relatif sangat sedikit (Lea, 1962). Lemak
jumlah
intramuskuler mengandung
kolesterol dalam jumlah yang relatif kecil. Otot yang secara relatif tidak mengandung
marbling hingga mengandung marbling dalam jumlah yang
relatif sedang, mempunyai kolesterol yang lebih sedikit dari pada otot yang mengandung marbling lebih tinggi (Rhee, et
a/. 1982) yang dikutip oleh
Soeparno, (1994). Konsentrasi kolesterol daging lebih kecil dibandingkan daging organ atau telur. Sedang data analisis kadar kolesterol lemak babi terlihat pada Tabel 13, terlihat bahwa kandungan kolesterol pada bangsa babi lokal lebih tinggi dari pada bangsa babi keturunan import masing-masing 117 mgf1OO g dan 78 mgllOO g, sedang pada berbagai level clenbuterol perlakuan berturut-turut sebagai berikut : yang tertinggi TO 114mg/100g ; T I 97mg1100g dan terakhir T2 82mg/100g. Jadi semakin tinggi Ievel clenbuterol kadar kolesterol daging kecenderungan sernakin menurun seperti terlihat pada Tabel 13. Tapi setelah dianalisis secara statistik baik antar bangsa. perlakuan
maupun
interaksinya
antar
bangsa
dan
pedakuan
tidak
menunjukkan perbedaan nyata . Ini sesuai dengan pendapat dari Ricks, et,
a/.(1984) yang menyatakan bahwa penambahan clenbuterol pada pakan ternak akan dapat memacu terjadinya proses lipolisis dalam jaringan adiposa. dan menghambat terjadi degradasi nitrogen pada jaringan otot
Tabel 13. Hasil Analisis Kolesterol Babi
Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan impor. CV : koefisien variasi. Lin.(CL): efek linear clenbuterol. kuad.(CL): efek kuadratik cfenbuterol, Lin. (CL Y 6): efek interaksi berpola linear (CL B). kuad. (CL y 6): efek interaksi berpola kuadratik {CL y B). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5X). *: berbeda nyata (Pe0.05). Superskrip yang berbeda pada kolom dan peubah yang sama berbeda nyata (P<0.05)
Oleh karena itu rnenyebabkan diperolahnya karkas dengan kadar lemak rendah. Hasil analisis statistik diantara bangsa babi rnenunjukkan perbedaan yang nyata (Pe0.05) begitu juga interaksi berpola linear antara level clenbuterol dengan bangsa babi mempunyai pengaruh nyata (Pc0.05), berarti setiap peningkatan level clenbuterol akan diikuti peningkatan kadar kolesterol pada bangsa babi lokal dan penutunan kadar kolesterol pada babi
keturunan impor. Ini ditunjukkan dengan persamaan polinomial linear pada babi impor Y = 4,820
- 3,085
X dan persamaan polinomial linear untuk babi
lokal Y = 4.593 + 0.665 X. Kadar kolesterol bangsa babi lokal lebih tinggi dari pada bangsa babi irnpor. Karena menurut Martin et al.. (1984) menyatakan bahwa sintetis kolesterol datam tubuh dipengaruhi oleh faktor genetik diantara species, bahkan diantara individu ternak sehingga kadar kolesterol bisa berbeda. Kadar kolesterol juga dipengaruhi oleh tingkat perfemakan karkas dan daging, otot dengan marbling yang lebih tinggi mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi dari pada otot dengan marbling yang rendah (Rhee et a/..1982). Kadar lemak daging diantara bangsa dalam penelitian ini secara kuantitatif cenderung berbeda sehingga kadar kolesterol berbeda. Hal ini terlihat pada bangsa babi lokal yang secara kuantitatif mempunyai kadar lemak lebih tinggi. ternyata kadar kolesterolnya tinggi. Disamping faktor genetik dan tingkat perlernakan, kadar kolesterol daging dipengaruhi juga oleh tingkat kualitas karkas, pemasakan, pembatasan pakan,
asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Martin et a/., 1984).
Garnbar 13. Pengaruh Perlakuan Clenbuterol terhadap kolesterol lemak babi
fV.11. Kornposisi relatif asarnasam lernak jenuh dan tjdak jenuh.
Hasil analisis asarn-asam lemak jenuh dan tidak jenuh dari depot lemak subkutan babi tertera pada Tabel 14. Beberapa asam lemak yang dapat diamati pada bangsa babi lokal dan keturunan irnpor, maupun berbagai perlakuan level clenbuterol adalah asarn heksanoat (C6:O).asam caproat (C8:0), asam caprilat (CIO:O),asam laurat (C12:O). asarn myristat (C14:O). asam palmitat (C16:O) dan asam stearat (C18:O) untuk asarn lemak jenuh dan untuk asam-asam lernak tidak jenuh asam rnyristoleat (C14:P). asam palmitoleat (C16:l) serta asam oleat (C8:l) seperti teriihat pada Tabel 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi asam-asam lernak bervariasi diantara bangsa babi maupun level perlakuan clenbuterol, sebagian besar tidak berbeda nyata dan sebagian kecil berbeda nyata (Pe0.05). Perbedaan yang nyata (Pe0.05) ditunjukkan asam heksanoat, caproat dan asam laurat. pada asam heksanoat rnenunjukkan interaksi antara level clenbuterol berpola linear dengan bangsa babi, artinya setiap penambahan level clenbuterol pada babi lokal. tejadi penurunan pada asarn heksanoat ditunjukkan dengan persamaan polinomial kuadratik Y koefisien determinasi
(R')
= 1.126
- 6.140
X + 8.886
x2 dengan
0.946. Sedang pada bangsa babi keturunan
lMPOR (K) mula-mula terjadi peningkatan ditunjukkan dengan persarnaan polinomial kuadratik Y
= 0,374 - 2,880 X + 9,224 x2 dengan koefisien
determinasi (R') 0.330. Pada asam lemak caproat (C18:O) menunjukkan interaksi antara level clenbuterol berpola linear dengan bangsa babi.
106
Tabel 14. Data Analisis Persentase Relatif Asam-asam Lemak Babi A. Persentase Asam Lemak Jenuh
6. Persentase Asam Lemak Tidak Jenuh
koefisien variasi. Lin.(CL): efek Keterangan: L : babi lokal. K : babi keturunan import. CV : linear clenbuterol, kuad.(CL): efek kuadratik ctenbuterol. Lin. (CL y 6): efek linear (CL y 6). kuad. (CL y 0 ) :efek kuadratik (CL y 8). NS : tidak berbeda nyata pada taraf uji (a = 5%). ': berbeda nyata (Pc0.05). Superskrips yang berbeda pada kolom dan peubah yang sama berbeda nyata (Pc0.05)
Artinya
setiap penambahan
level, clenbuterol terjadi
penurunan
persentase lemak pada bangsa babi lokal, sebaliknya terjadi peningkatan pada babi keturunan impor, ditunjukkan denngan persamaan polinomial Y = 0,132 - 1.676 X untuk bangsa babi impor. sedang untuk babi lokal Y = 0.968
- 5,816 X.
pada asam lemak laurat (C 120) terlihat bahwa terjadi interaksi
yang nyata (Pc0,05) antara level clenbuterol berpola linear dengan bangsa babi artinya setiap peningkatan level clenbuteml akan diikuti penurunan persentase asarn lernak laurat pada bangsa babi lokal (L). sebaliknya terjadi peningkatan persentase asarn lemak laurat pada babi keturunan irnpor (K). Ditunjukkan dengan persarnaan polinomial kuadratik Y 2.824
x2 dengan
= - 0.726
- 0.228 X +
koefisien determinasi ( R ~0.274 ) untuk bangsa babi irnpor.
sedang untuk babi lokal persarnaan polinornial kuadratik Y
= 0.194 - 7.189 X
+ 12.162 X' dengan koefisien deterrninasi (R') 0.917. Sedang pada asam rnyristat. palmitat, stearat. rnyristoleat, palmitoleat dan oleat tidak berbeda nyata. Terlihat bahwa rataan total asarn lemak jenuh dan total asarn lemak tidak jenuh antara jenis bangsa babi dirnana bangsa babi lokal rnernpunyai rataan asarn lernak jenuh lebih tinggi dari rataan asarn lernak jenuh pada babi keturunan irnpor masing-masing untuk babi lokal 43.7 rngllOO g
dan babi
keturunan irnpor 38.10 rngllOO g. Sedang rataan asam-asam lemak tidak jenuh lebih tinggi pada babi keturunan irnpor yaitu 61.1 mg/lOO g dan babi lokal 55 rng/100 g seperti terlihat pada Tabel 14. Pada babi lokal berbagai level clenbuterol rataan asam-asam lemak jenuh rnulai dari yang tertinggi adalah TO, T I dan T2 masing-masing 47.8 ; 357 dan 39.5 mg/100 g. Sedang rataan asam-asam ternak tidak jenuh pada babi lokal mulai dari yang tertinggi adalah T2, T I dan TO masing-masing 65.4. 62,5 dan 37,5 mg/lOO g sedikit tebih tinggi dengan apa yang didapat oleh Forrest et a/.,(q975).
Komposisi relatif asam lemak jenuh dan tidak jenuh pada depot lemak subkutan ternak babi yang dominan adalah C16 dan C18 yaitu molekulrnolekul dengan rantai karbon 16 dan 18, sama dengan apa yang didapatkan dalam penelitian ini (Forrest, ef a/. (1975) ; Swatland, (1984) yang dikutip oleh Soeparno, (1994). Forrest. et al. (1975) menyatakan bahwa total asam lemak jenuh berkisar antara 41,5 antara 51,O
-
- 49 dan total asam lemak tidak jenuhnya
berkisar
58,5. Jadi kisaran as. lernak jenuh sesuai dengan apa yang
didapat dari hasil penelitian, sedang kisaran as lemak tidak jenuh justru lebih tinggi dari apa yang didapatkan dalam penelitian ini. Pada temak babi tingkat kejenuhan lemak karkas atau daging dipengaruhi oleh karakteristik as.lemak yang ditimbun. Tingkat kejenuhan mempekgaruhi kualitas daging, karena daging yang berlemak dengan titik leleh yang rendah akan tampak berminyak. Disarnping itu lemak yang seqara relatif banyak mengandung ikatan rangkap tidak jenuh mudah mengalami otoksidasi dan membentuk bau tengik atau ransid yang tidak enak (Lowrie; 1979). Tetapi setelah dianalisis, hasil penelitian secara statistik rnenunjukkan beberapa asam-asam lemak tidak jenuh, rnenunjukkan perbedaan yang tidak nyata, baik antar bangsa, perlakuan maupun interaksinya. Selanjutnya dinyatakan pula bahwa as. lemak tidak jenuh jamak poly unsaturated fatty acid (PUFA) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah terutama lipoprotein berdensitas rendah low density lipoprotein (LDL). Hal ini berarti daging babi keturunan impor cenderung menurunkan kadar kolesterol
darah
dibandingkan
dengan
daging
babi
jenis
lokal,
sehingga mengkonsumsi daging babi keturunan impor relatif lebih aman ditinjau dari segi kesehatan dan kernungkinan terjadinya penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis)dapat dihindari.
70
E
2 "Z 60 t_
5 so
45
ac m
m
+
E
x (.
s
-i- j
40 30 20
I A . Palmitoleat
o A. Oleat
10 0 TOL
TIL
T2L
TO1
T11
T21
Clenbuterol (CL)
A. Laurat OA. Palmitat
Clenbuterol (CL)
Garnbar 14.
Pengaruh Perlakuan Clenbuterol Relatif Asam asam Lemak
terhadap
Persentase
IV.12. Uji Organoleptik Daging Penilaian penampilan fisik daging babi lokal (L) dan babi ketumnan lmpor (I) oleh para panelis dapat dilihat pada Tabel 15. Uji penilaian fisik daging secara organoleptik yaitu uji panel cita rasa yang disebut panel faste meliputi hal-ha1 sebagai berikut; warna.. tektur, kilap, kekenyalan dan kebasahan.
HasiI penilaian para panelis seperti nampak pada Tabel 15.
warna merah pada perlakuan (TO) dengan jumlah panelis pemilih 57,I4%. merah cerah (TI) sebesar 57.14% dan pucat pada (T2) sebesar 42,85%. Jadi semakin meningkat kadar clenbuterol rnemberikan warna daging rnendekati warna pucat, pada babi lokat sedang pada babi keturunan irnpor berturutturut T O (rnerah cerah 42,85%); T I (merah cerah 57.14%) dan T2 (merah muda 71.42 %).
Pada TO dan T I panelis sama-sama rnemberikan skor
pilihan merah muda, sedang pada T2 panelis paling banyak memberikan skor merah muda 71.42 %. Skor yang didapat pada babi lokal dari merah, merah cerah dart pucat ini mungkin disebabkan oleh adanya faktor stres yang dialami oleh babi lokal, sehingga diperoleh daging babi yang pucat,lunak dan eksudatif yang lazirn disebut dengan daging PSE (Pale, soft, exudative) ini dikarenakan sistem peredaran darah tidak mampu mempertahankan kondisi fisiologis (Judge, 1969). Karena kemudahan terkena stres merupakan faktor yang menentukan kondisi ternak dan status glikogen (Lawrie.1979; Selye, 1936; yang dikutip oleh Soeparno. 1997). Apalagi babi termasuk ternak yang mudah terkena stres. Kondisi yang disebut Porcine Stress Syndrome (PSS) pada babi dapat menghasilkan daging dengan kualitas yang rendah.
Tabel 15. Hasil Penilaian Panelis terhadap Preferensi Penarnpilan Daging Babi Segar Parameter
Keterangan : Angka di depan kurung adalah skor panelis
Mengenai wama daging antar bangsa babi dimana pada babi keturunan impor lebih baik wama berkisar antara wama merah. Tekstur daging pada babi lokal T O (kasar 57.14%) T l dan T2 sarna-sama rnempunyai tekstur agak halus yaitu sebesar (85.71%) dan (57.14%).
Jadi makin
rneningkat level clenbuterol rnaka didapatkan skor tekstur daging yang agak halus. Sedang pada babi keturunan impor berturut-turut T I (kasar 57.14%). T O (agak halus 71,42%) dan T2 (halus 71.42%).
Jadi semakin rneningkat
level clenbuterol pada babi keturunan impor diperoleh skor tekstur daging rnakin halus. Ini disebabkan oleh respon jaringan terhadap stres tergantung pada kemarnpuan ternak rnengatasi stres dan rnekanisme merpertahankan horneostatis. Respon terhadap stres berbeda diantara spesies, dan diantara
individu temak pada species yang sama (Judge, 1969). Perbedaan respon ini dapat diketahui dari suatu kondisi daging, misalnya daging babi yang pucat, lunak (halus dan eksudatif) PSE.
Daging PSE disebabkan oleh
produksi asarn laktat postmortem dari glikogen yang sangat cepat dan tidak terkendali, sehingga menyakibatkan pH daging yang sangat rendah sesaat setelah pemotongan, sementara temperatur otot masih relatif tinggi (Briskey dan
Kauffman.
1971). Babi yang
berhasil mengatasi stres
sebelum
pemotongan, tetapi hampir kehabisan glikogen otot (Swatland, 1984) bila dipotong akan menghasilkan daging yang gelap, merah gelap, keras dan kering yang lazim disebut daging DFD (dark, firm, dry). Kilap, pada babi lokal didapatkan kilap berturut-turut sebagai berikut TO (sangat tidak mengkilap 57.14%);
TI
dan T2 sama-sama skomya tidak
mengkilap (85.71%).
Sedangkan pada babi keturunan impor didapatkan skor TO dan T I samasama skor tidak mengkilap (71.42%) dan pada T2 agak mengkilap (71,42%). Dengan hasil di atas memberikan indikasi bahwa daging babi impor lebih baik dari pada daging babi lokal karena agak mengkilap.
Sedangkan antar
perlakuan clenbuterol untuk babi lokal hampir sama tidak mengkilap.sedang pada babi keturunan impor lebih agak mengkilap. Daging yang sangat tidak mengkilap dan tidak rnengkilap pada babi lokal, kemungkinan dikarenakan babi kehabisan glikogen otot pada saat pemotongan (Swatland. 1984). bila dipotong akan menghasilkan daging yang gelap. keras dan kering (DFD) disebabkan karena defisiensi glikogen sesaat setelah pemotongan. sehingga proses glikolisis berlangsung sangat lambat, produksi laktat dan penurunan
pH otot menjadi sangat minimal (Forrest ef a1.,1975; Swatland, 1984). Kekenyalan, Pada babi lokal didapatkan kekenyalan sebagai berikut ; TO agak kenyal (71.42%); T7 dan T2 agak kenyal (57.14%) dan T I kenyal
(42.85%). Sedang pada babi keturunan impor didapatkan skor kekenyalan sebagai berikut TO kenyal (57.14%), T I agak kenyal (100%) dan T2 lembek
(57,14) Kebasahan, kebasahan daging babi lokal masing-masing untuk TO sama T I yaitu basah (57,1496) dan T2 agak basah (57.14%). sedang pada babi keturunan impor TO sama T I yaitu sangat basah (57,14Oh) dan T2 agak basah (57,14%) sama dengan hasil skor panelis pada babi lokal daging yang agak basah sampai basah dikarenakan oleh karena babi termasuk ternak yang mudah terkena stres suatu kondisi yang disebut porcine stress syndrome ( P S S ) pada babi dapat menhasilkan daging dengan kualitas yang
rendah. Jika babi PSS dipotong dapat menghasilkan daging yang sangat basah dan pucat, tekstur lunak, fasikuli otot mudah terpisah dan basah atau rnenjadi kering setelah pendinginan selama 18-24 jam (Forrest, et a/.(1975) ; Ludvigsen, (1954) yang dikutip oleh Soeparno, (1994).