BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, yang berpendapat bahwa suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan, dengan masing – masing bagian saling mendukung. Analisis wacana dibagi menjadi 3 struktur atau tingkatan menurut Van Dijk, pertama adalah struktur makro. Struktur makro adalah makna umum atau global yang dapat terlihat dengan mengamati topik atau tema sebuah wacana/ berita. Struktur yang kedua adalah superstruktur. Superstruktur merupakan salah satu struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks dengan melihat bagian pendahuluan, isi, penutup, dan juga kesimpulan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya suatu teks. Struktur wacana yang terakhir adalah struktur mikro, yaitu makna yang dapat diamati dari bagian kecil teks seperti kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase dan juga gambar. Meskipun terdiri dari berbagai struktur dan elemen, semua struktur dan elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lain. Untuk menunjwukkan wacana apa yang ditonjolkan dan wacana yang terpinggirkan, serta untuk melihat ideologi yang dipakai oleh penulis, serta posisi penulis dalam suatu teks/berita maka dilakukan dengan cara membedah satu persatu, mulai dari bahasa dan bentuk teks yang ada dengan menggunakan elemen wacana menurut Teun A. Van Dijk. Untuk mendapatkan teks yang akan dianalisa, maka penulis mereduksi teks novel Sepatu Dahlan, sesuai dengan teori kepemimpinan menurut Ordway Tead & Goerge R. Terry. Teori tersebut menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat tersebut diantaranya memiliki kesehatan dan kekuatan secara jasmani dan rohani. Memiliki kestabilan emosi ditunjukkan dengan sabar, dan tidak mudah terpengaruh. Memiliki pengetahuan tentang relasi insani ditunjukkan dengan dapat menilai kelebihan ataupun kekurangan bawahan ,agar dapat memberikan tugas sesuai dengan kemampuan. Memiliki kejujuran baik pada diri sendiri maupun orang lain. Mampu bersikap obyektif dengan berani mencari bukti nyata dan alasan rasional atas sebuah penolakan. Memiliki dorongan pribadi berupa keikhlasan saat memberikan pelayanan dan pengabdian. Memiliki kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Memiliki kemampuan mengajar, pemimpin adalah seorang guru yang mampu memberikan saran - saran. Dan yang
44
terakhir adalah memiliki ketrampilan social berupa sikap ramah, terbuka, menghargai pendapat orang lain, sederhana dan apa adanya. 5.1Analisis Proses analisis novel dilakukan dengan terlebih dahulu melihat sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George Terry pada masing - masing bab di novel Sepatu Dahlan. Tabel 5.1 Tabel Sifat Kepemimpinan dalam Bab No
Bab
Sifat Kepemimpinan Ordway & George
1.
Tanah Tebu
Mahir berkomunikasi
2.
Muslihat Gagal
-
3.
Masa Orientasi
-
4.
Batik Tegal Arum
-
5.
Berhenti Merawat Luka
-
6.
Riwayat Sumur Tua
-
7.
Senyum Ibu
-
8.
Lolos Tanpa Mantra
-
9.
Gitar Kadir
-
10.
Miskin Harta Kaya Iman
-
11.
Sepeda Maryati
-
12.
Suara
–Suara
Tak -
Terkatakan 13.
Teguran Juragan Buah
14.
Pemberontakkan
-
Para -
Domba 15.
Ojo Kepingin Sugih
16.
Kepala Gading
-
17
Luka di Mata Zain
-
18.
“Logika Berdoa” untuk -
•
Dorongan Pribadi
•
Ketrampilan Sosial
Aisha
45
19.
Kupatan
-
20.
Jangan Terlalu Merasa Bahagia
21.
Smash!
-
22.
Si Kumbang dan Pesta Opor
23.
Tragedi Sepatu Bekas
24.
Patriot Sejati
•
Kemampuan Mengajar
•
Pengetahuan tentang Relasi Insani
25.
Misteri Purwodadi
-
26.
Kesaksian Kadir
-
27.
Perseteruan Murid Zen
Stabilitas Emosional
28.
Geletar Asing di jalan Takeran
29.
Akhirnya Punya Sepatu
30.
Di
Bawah
-
Rindang -
Trembesi 31.
Surat Penting
-
32.
Stasiun Madiun
Kejujuran
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat 5 bab yang memiliki sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George Terry. Bab tersebut kemudian akan dilihat secara mendalam dengan analisis wacana kritis.
46
5.1.1
Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan- Bab 1 “Tanah Tebu” Tabel 5.1.1 Hasil Penelitian
Hal Yang
Elemen
Keterangan
Diamati Temati
Topik
Mahir berkomunikasi (halaman 16)
Skemantik
Alur
Desember
1962,
Dahlan
menerima
ijazah
Sekolah Rakyat. Setelah menerima ijazah Dahlan tidak langsung pulang, tinggalah Dahlan seorang diri di halaman sekolah yang mulai sepi. Dahlan duduk dipelataran sekolah sambil memandangi ijazah yang dihiasi dua nilai merah untuk mata pelajaran Berhitung dan Bahasa Daerah, tiga angka
sembilan
untuk
mata
pelajaran
kegemarannya, yaitu Menulis, Gerak Badan, dan Menyanyi. Selebihnya nilai delapan dan tujuh dan enam. Dahlan pun takut untuk pulang ke rumah karena dua nilai merah di ijazahnya. Ia pun menuliskan ketakutan itu, di buku hariannya, “Maaf, Pak, Dahlan sudah mengecewakan Bapak dengan
dua
angka
merah.
Dahlan
sudah
berusaha, tapi hasilnya seperti ini, Pak. Dahlan masih boleh sekolah, kan?” Semantik
Latar
Kegemaran Dahlan dalam pelajaran Menulis membuatnya mendapatkan nilai yang baik dalam ijazah.
Detil
1. Dahlan mendapatkan nilai 9 untuk mata pelajaran Menulis, Gerak Badan, dan Menyanyi. 2. Dahlan
pandai
menulis,
ditunjukkan
dengan penulis mencantumkan tulisan
Dahlan pada buku hariannya. Maksud
Menunjukkan kepandaian Dahlan dalam bidang
47
Maksud
Menunjukkan kepandaian Dahlan dalam bidang menulis,
hal
ini
ditunjukkan
dengan
mencantumkan petikkan tulisan Dahlan dalam buku hariannya, selain itu mata pelajaran menulis mendapatkan nilai tinggi dalam ijazah Sekolah Rakyat milik Dahlan. Sintaksis
Koherensi
Koherensi yang digunakan adalah koherensi
Kondisional
kondisional
dengan
kata
‘yang’
untuk
menunjukkan anak kalimat atau sekedar kalimat penjelas negatif, seperti kutiban berikut ini, “Aku
masih
duduk
di
pelataran
sekolah,
memandangi ijazah yang dihiasi dua angka merah untuk pelajaran Berhitung dan Bahasa Daerah” Stilistik
Leksikon
memandangi ijazah yang dihiasi dua angka merah
Retoris Metafora Analisis Tabel 5.1.1
‘yang dihiasi’
1. Analisis Struktur Makro Struktur makro merupakan makna secara global atau umum dari suatu teks yang dapat dilihat dengan mengamati topik/tema yang diangkat pada suatu teks. Topik sendiri merupakan elemen dari tematik. Topik merupakan pokok pembicaraan dalam sebuah diskusi, ceramah atau karangan, juga kerap disandingkan dengan kata tema (Sobur, 2006 : 75). Dilihat dari sudut pandang sebuah tulisan yang telah selesai, tema dapat diartikan sebagai suatu amanat yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya (Keraf, 1980: 107), sehingga bila ditarik kesimpulan topik atau pun tema merupakan sebuah pokok yang terdapat dalam suatu teks, dimana pokok tersebut secara sengaja ditulis oleh penulis teks tersebut. Tema/ topik yang menonjolkan sisi kepemimpinan dalam bab 1 “Tanah Tebu” dalam novel Sepatu Dahlan adalah pemimpin yang mahir berkomunikasi. Dalam bukunya, Kartono menegaskan sifat kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya terdapat ketrampilan berkomunikasi yang ditunjukan dengan mahir berkomunikasi baik secara lisan ataupun tulisan. Dalam bab 1, kemahiran 48
berkomunikasi Dahlan ditunjukkan dengan nilai yang baik untuk mata pelajaran menulis, selain itu kemahiran berkomunikasi melalui tulisan ini dipertegas dengan dicantumkannya petikkan tulisan Dahlan yang ditujukan kepada Bapaknya. Pengambilan topik menurut Van Dijk merupakan sebuah pandangan penulis yang sedang meliput sebuah peristiwa dan memandang suatu masalah berdasarkan suatu mental atas pikiran tertentu. Kognisi atau mental penulis inilah yang kemudian terlihat sebagai topik yang dimunculkan oleh penulis. Karena topik disini dipahami sebagai mental atau kognisi wartawan, tidak mengherankan jika semua elemen dalam berita mengacu dan mendukung topik dalam teks (Eriyanto, 2001:230-231). Dalam bab ini topik yang dikembangkan oleh penulis adalah kemahiran berkomunikasi yang dimiliki oleh Dahlan Iskan. Mahir berkomunikasi menjadi salah satu kecakapan yang diperlukan oleh individu sekarang ini. Ini terjadi seiiring perkembangan media komunikasi yang semakin beragam. Dahlan Iskan merupakan salah satu individu yang mengikuti perkembangan dunia komunikasi. Ditunjukkan dengan memiliki akun di media sosial, seperti twitter.1 Bukan hanya memilki akun, Dahlan Iskan bahkan aktif menggunakan akun yang memiliki jumlah followers sebanyak 1.545.789. Dengan followers sebanyak ini, Dahlan Iskan memperlakukan mereka dengan sangat baik. Terbukti dengan selalu membalas mention
dar
followersnya. Selain memiliki akun Twitter, Dahlan Iskan bahkan aktif menulis di beberapa blog pribadinya, seperti Catatan Harian Dahlan Iskan2, dan blog yang baru – baru ini dibuatnya berkaitan dengan kasus korupsi yang dituduhkan padanya, Gardu Dahlan3. Dengan keadaan tersebut, membuat masyarakat berfikir bahwa Dahlan Iskan memang seseorang yang mahir berkomunikasi adalah sebuah realita. Dengan tema ini pula, penulis mendapatkan keuntungan. Tema yang dikembangkan dalam bab ini, merupakan salah satu syarat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R. Terry. Sehingga secara tidak langsung para pembaca novel ini diberikan keyakinan bahwa Dahlan Iskan adalah salah satu pemimpin yang dicari dan dibutuhkan Indonesia.
1
www.twitter.com/iskan_dahlan Catatanhariandahlaniskan.blogspot.com 3 Gardudahlan.com 2
49
2. Analisis Superstruktur Analisis pada tingkatan superstruktur dilakukan dengan melihat alur yang merupakan elemen skemantik. Alur cerita sendiri merupakan suatu rangkaian yang membentuk cerita dari awal hingga akhir, dengan urutan perkenalan, awal masalah, menuju klimaks, klimaks, dan penyelesaian (Ahmad, 1996:24). Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia alur adalah rangkaian yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakkan jalan cerita melalui kerumitan kea rah klimaks dan penyelesaian. Dalam topik kepemimpinan- mahir berkomunikasi pada bab 1 novel Sepatu Dahlan, alur cerita dimulai dari lulusnya Dahlan dari Sekolah Rakyat tempatnya menimba ilmu. Dahlan pergi sendiri untuk mengambil ijazahnya tersebut. Permasalahan mulai muncul saat Dahlan tidak langsung pulang ke rumah namun memilih duduk di plataran sekolah, dengan memandangi nilai- nilai yang tertera di ijazahnya. Dahlan takut menyerahkan ijazahnya kepada kedua orang tuanya karena terdapat 2 nilai merah untuk mata pelajaran berhitung dan bahasa daerah. Merasa takut dimarahi oleh orang tuanya, Dahlan menuliskan isi hatinya pada buku catatan harian miliknya. Petikkan catatan harian Dahlan menunjukkan penulis ingin menonjolkan bahwa gemeran Dahlan adalah menulis, ditambah lagi cerita bahwa nilai tertinggi dalam ijazah Sekolah Rakyat Dahlan adalah mata pelajaran menulis. 3. Analisis Struktur Mikro Latar merupakan elemen yang berguna karena peneliti dapat mengerti apa yang hendak disampaikan oleh penulis/ wartawan (Eriyanto, 2001:235). Latar yang digunakan dalam bab 1 novel Sepatu Dahlan adalah kegamaran Dahlan dalam pelajaran menulis membuatnya mendapatkan nilai baik di ijazahnya. Kegemarannya juga ditunjukkan dengan sering menulis di dalam buku harian. Detil cerita yang digunakan adalah Dahlan gemar menulis. Ditunjukkan dengan nilai 9 untuk mata pelajaran menulis terlebih lagi, penulis memberikan detil cerita mengenai gemaran Dahlan menulis dalam buku hariannya dengan menyantumkan kutiban curahan hatinya. Pemberitaan dengan detil besar, akan mengembangkan
bagaimana
wacana
dikembangan
oleh
media,
tentunya
menguntungkan pihak komunikator (Eriyanto, 2001: 238). Oleh karena itu, informasi
50
berkaitan dengan kegemaran Dahlan menulis dan ditambah dengan petikkan tulisannya dalam buku hariannya mendukung wacana dalam teks tersebut. Maksud merupakan penguraian secara eksplisit dan jelas, tujuan utamanya adalah public disajikan informasi yang mendukung komunikator (Eriyanto, 2001:247). Dalam teks novel tersebut diceritakan kepandaian Dahlan dalam mata pelajaran menulis. Ditunjukkan dengan nilai 9 dalam ijazahnya dan juga petikkan tulisan Dahlan dalam buku catatannya, semakin menguatkan bahwa Dahlan memang pandai dan gemar menulis. Kepandaian dan kegemaran Dahlan menulis dapat dipandang sebagai salah satu sifat seorang pemimpin, dimana seorang pemimpin harus memiliki ketrampilan berkomunikasi baik itu lisan maupun tertulis. Koherensi kondisional dapat menjadi penjelas mengenai bagaimana maksud tersembunyi diekspresikan dalam kalimat (Eriyanto, 2001: 245). Dalam teks berikut ini koherensi kondisional ditunjukkan dalam kalimat “Aku masih duduk di pelataran sekolah, memandangi ijazah yang dihiasi dua angka merah untuk pelajaran Berhitung dan Bahasa Daerah”. Kata ‘yang’ atau disebut sebagai kata hubung memberikan penjelasan bahwa terdapat dua kalimat, dimana kalimat kedua berfungsi sebagai penjelas. Dalam kalimat ini, kata ‘yang’ diikuti dengan kalimat ‘dihiasi dua angka merah’ menunjukkan penjelasan negatif pada kalimat tersebut.
5.1.2 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 15- “Ojo Kepingin Sugih” Tabel 5.1.2 Hasil Penelitian
Hal Yang
Elemen
Keterangan
Diamati Tematik
Topik
Kepemimpinan versi Tsanawiyah Takeran yang rendah hati, pasrah diri. (halaman 158)
Skemantik
Alur
Persahabatan Dahlan dan teman-teman Tsanawiyah terjalin begitu akrab, tak terasa sudah 1 tahun lamanya. Masuk
ke
tahun
ajaran
baru,
diadakan
pemilihan/pergantian pengurus ikatan santri. Pemilihan
51
diawali dengan mendengarkan sambutan dan tata cara pemilihan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Setelah mendengarkan arahan dari Kiai dan Ustad, maka diadakan pemilihan dan hasilnya Arif dan Dahlan terpilih sebagai pengurus ikatan santri yang baru. Bapak memberikan selamat dan juga wejangan kepada Dahlan. Setelah terpilih, diadakan pengukuhan dan pelantikan pengurus yang disaksikan orang tua murid dan santrisantri yang lain. Kebahagiaan Dahlan dicurahkan dalam buku hariannya. Semantik
Latar
Tahun ajaran baru di awali dengan pemilihan pengurus ikatan santri yang baru, dan kelas II A yang juga kelas Dahlan dijagokan karena berbagai prestasi yang diraih kelas IIA.
Detil
• Wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham mengenai kriteria pemimpin yang akan dipilih, hendaknya yang memiliki sifat tawaduk dan tawakal. Serta rasa ikhlas sebagai kunci seorang pemimpin. • Proses pemilihan pengurus ikatan santri, Dahlan sempat dijagokan menjadi salah satu pengurus.
Maksud
Memberikan
kriteria
pemimpin
yang
baik,
yang
memiliki keikhlasan, tawakal, dan tawaduk. Sifat itu ada dalam diri Dahlan. Sintaksis
Koherensi
“Anak-anakku
sekalian,
setiap
tahun
selalu
ada
Kata Hubung
pergantian pengurus Ikatan Santri. Hal ini kita lakukan
Konjungsi
sebagai cara untuk membiasakan kalian berorganisasi
“dan”
dan bekerja sama. Sebab, Ikatan Santri ini adalah penggerak kegiatan santri di pesantren yang kita cintai ini, kalian harus memilih santri-santri yang benar-benar layak menerima amanat, bertanggungjawab, dan mampu menjadi pemimpin. Hindari kebiasaan asal pilih.”
Stilistik
Leksikon
menjadi pelayan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Retoris
Metafora
• “Tawaduk dan tawakal” 52
• “Ojo kepingin sugih, lan ojo wedi mlarat” • “Sumber bening ora bakal golek timbo”
Analisis Tabel 5.1.2 1. Analisis Struktur Makro Hal yang diamati dalam struktur makro adalah elemen tematik berupa topik besar yang berkembang dalam sebuah teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh penulis dan topik tersebut menunjukkan konsep yang dominan dalam sebuah teks. Pada bagian ke 15 dari novel Sepatu Dahlan ini, topik yang dikembangkan oleh penulis adalah kepemimpinan versi Tsanawiyah Tekeran. Terlihat dari subtopik yang ditunjukkan oleh penulis. Subtopik yang dimaksud adalah pemilihan pengurus ikatan santri, dan wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Kedua subtopik tersebut memiliki garis merah yang sama yaitu kepemimpinan. Pemilihan pengurus ikatan santri berkaitan erat dengan jiwa kepemimpinan seseorang, hal ini terlihat dari kemauan untuk melayani sesama santri. Wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham berisi sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut ajaran Tsanawiyah Takeran. Pemilihan topik berdasarkan mental penulis, sehingga topik pemimpin versi Tsanawiyah Takeran yang rendah hati dan pasrah diri merupakan kognisi penulis. Hal ini diperkuat dengan elemen – elemen wacana yang mendukung topik tersebut. Sehingga penulisan bab ini, didasari oleh pemahaman penulis novel tentang pemimpin yang rendah hati dan pasrah diri. Kerendah hatian dan pasrah diri seorang Dahlan Iskan bukan hanya ditunjukkan dalam novel tersebut. Namun juga ditunjukkan dengan sikapnya saat menghadapi masalah dalam hidupnya. Seperti saat sukses membawa BUMN berkembang dan mampu bersaing di pasar internasional, yang ditunjukkan dengan suksesnya Pertamina masuk Fortune 500, PT Garuda Indonesia menjadi maskapai kelas ekonomi terbaik di dunia, dan PT Semen Indonesia menjadi pabrik semen terbesar di ASEAN. Dengan hasil kinerja tersebut, Dahlan Iskan tidak pernah menyombongkan diri dengan menunjukkan kesuksesannya di depan masyarakat. Hal ini membuat pemilihan topik pemimpin yang rendah hati bukan hanya keisengan semata, namun didasarkan pada suatu realita. 53
Selain rendah hati, Dahlan Iskan juga menunjukkan sikap pasrah diri saat menghadapi kasus yang sedang dituduhkan padanya. Pada kasus korupsi gardu induk yang dituduhkan, Dahlan Iskan tidak berusaha untuk datang ke media untuk melawan dan menunjukkan kebenaran menurut versinya. Dahlan Iskan memilih untuk diam, dan hanya bereaksi melalui tulisan di situs miliknya, yang dinamai Gardu Dahlan. Dalam situs tersebut Dahlan Iskan menuliskan bahwa Ia sebenarnya ingin pasrah kepada jaksa, dan tidak melawan4. Hal ini didasari oleh pemikirannya bahwa kebenaran yang sesungguhnya akan terkuak dengan sendirinya. Kepasrahan diri yang dimiliki Dahlan Iskan ini, juga merupakan realita yang terjadi. Realita yang terjadi, bahwa Dahlan Iskan merupakan orang yang rendah hati dan pasrah diri. Kedua sifat itu merupakan salah satu dari sifat kepemimpinan menurut Orway Tead & George R. Teddy. Sehingga penulis menggiring pembaca untuk berpikiran bahwa Dahlan Iskan memiliki sifat pemimpin. Ini merupakan sebuah keuntungan bagi penulis dan juga bagi Dahlan Iskan. 2. Superstruktur Hal yang diamati dari superstruktur adalah skemantik pada teks, atau bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam sebuah teks. Untuk melihat skema dan urutan tersebut dapat mengamati alur dari sebuah teks (Eriyanto, 2005:231). Dengan mengamati alur pada sebuah teks, dapat terlihat bagaimana teks tersebut dibentuk sehingga membentuk sebuah arti. Seperti pada bab 15 novel Sepatu Dahlan, alur cerita pada novel tersebut dimulai dari cerita persahabatan Dahlan dan teman-teman sekelasnya di Tsanawiyah yang telah berjalan selama 1 tahun lamanya. Pengambilan alur dengan menceritakan lama persahabatan Dahlan dan teman temannya dikarenakan penulis ingin menunjukkan Dahlan dan teman-temannya telah memasuki tahun ajaran baru. Dilanjutkan dengan tradisi di setiap ajaran baru, yaitu pemilihan pengurus ikatan santri, yang dimulai dengan sambutan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Alur yang kedua ini ingin menunjukan kepemimanan versi Tsanawiyah Tekeran, hal ini terlihat jelas melalui wejangan dari Kiai Irsyad dan Ustad Ilham. Alur yang ketiga adalah terpilihan Dahlan dan Arif menjadi pengurus ikatan santri. Bila dilihat dari alur pertama hingga ketiga penulis ingin menyampaikan bahwa Dahlan telah naik kelas
4
Gardudahlan.com/pakai-‐dan-‐tidak/
54
dan memasuki tahun ajaran baru, dan berhasil menjadi pengurus ikatan santri yang berarti Dahlan memiliki sikap seorang pemimpin versi Tsanawiyah Takeran. 3. Struktur Mikro Latar dalam teks digunakan sebagai alat untuk membongkar maksud yang ingin disampaikan seorang komunikator, juga dapat berfungsi sebagai cerminan ideologis dari pembuat pesan (Eriyanto, 2001: 235). Dalam bab “Ojo Kepingin Sugih” latar yang digunakan adalah persahabatan Dahlan dan teman-teman sekelasnya yang sudah berjalan kurang lebih dua tahun. Artinya Dahlan dan teman – temannya telah melewati kenaikan kelas, dan memulai tahun ajaran baru, dimana pada umumnya setiap tahun ajaran baru akan diadakan pemilihan pengurus santri yang baru. Pada bab “Ojo Kepingin Sugih” dituliskan bahwa kelas IIA yang juga kelas Dahlan dijagokan menjadi pengurus ikatan santri, dan Dahlan menjadi perwakilan kelas tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pesan yang sesungguhnya yang ingin disampaikan oleh penulis adalah Dahlan termasuk dalam deretan santri yang dijagokan menjadi pengurus. Dijagokan menjadi pengurus ikatan santri berarti Dahlan telah memiliki kriteria sebagai seorang pemimpin. Detil yang digunakan dalam bab ini adalah wejangan dari Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Wejangan tersebut berisi syarat yang harus dipenuhi oleh santri yang akan terpilih menjadi pengurus ikatan santri tersebut. Syarat yang ada adalah santri tersebut harus rendah hati, dan tawakal. Detil yang diberikan oleh penulis juga ditemukan pada pemilihan pengurus ikatan santri. Proses pemilihan hingga terpilihnya pengurus diceritakan secara mendalam oleh penulis. Dan hasilnya adalah Dahlan terpilih sebagai pengurus ikatan santri. Detil yang besar, akan mengembangkan bagaimana wacana dikembangkan oleh media, tentunya yang menguntungkan pihak komunikator (Eriyanto, 2001: 238). Berdasarkan kutipan diatas, detil yang besar dalam bab ini adalah wejangan dan pemilihan pengurus ikatan santri yang berujung pada terpilihan Dahlan sebagai pengurus, mengembangkan wacana bahwa Dahlan adalah pemimpin yang baik, karena memiliki syarat sebagai pengurus ikatan santri seperti yang disampaikan oleh Kiai Irsjad dan Ustad Ilham. Maksud merupakan penguraian secara ekplisit dan jelas. Tujuan utamanya adalah publik disajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Eriyanto, 2001: 240). Maksud yang digunakan dalam bab ini lebih cenderung kepada pesan eksplisit. 55
Seperti wejangan dari Kiai Irsjad tentang syarat menjadi pengurus dan juga terpilihnya Dahlan sebagai pengurus ikatan santri yang diuraikan secara gamblang dan jelas. Hal ini menerangkan bahwa menguntungkan komunikator, karena pesan yang ingin disampaikan dapat diterangkan secara gamblang dan jelas. Sehingga para pembaca dapat menangkap pesan bahwa Dahlan yang terpilih sebagai pengurus ikatan santri telah sesuai dengan syarat. Leksikon dapat menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap suatu realitas. Pilihan kata yang dipakai sebenarnya menunjukkan sikap dan ideologi tertentu (Eriyanto, 2001: 255). Leksikon yang digunakan dalam bab ini adalah “menjadi pelayan”. Dalam teks ini, penulis tidak menggunakan kata “pembantu” atau “pesuruh”. Hal ini dikarenakan makna yang ingin disampaikan bukanlah menjadi seorang pembantu atau pesuruh, melainkan menjadi seorang pelayan yang siap melayani, bukan hanya seorang yang membantu atau orang yang disuruh. Metafora yang dipakai oleh penulis cukup banyak. Terdapat kata “tawaduk dan tawakal” yang berarti rendah hati dan pasrah diri. Pemakaian metafora bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks (Eriyanto, 2001: 259). Metafora dalam kamus bahasa Indonesia adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan Dalam wejangan dari Kiai Irsjad diungkapkan bahwa syarat menjadi pemimpin adalah tawaduk dan tawakal, sehingga yang dimaksudkan adalah pemimpin haruslah rendah diri dan pasrah diri. Metafora lain yang digunakan adalah “Sumber bening ora bakal golek timbo”. Berasal dari pepatah Jawa yang artinya sumur yang bening tidak akan mencari timba. Makna sesungguhnya dari pepatah tersebut adalah hidup harus digunakan dengan baik, bukan untuk disiasiakan dengan mencari – cari, karena apabila kita ditakdirkan mendapatkan maka kita mendapatkan.
5.1.3 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 24 “Patriot Sejati” 56
Tabel 5.1.3 Hasil Penelitian
Hal Yang
Elemen
Keterangan
Diamati Tematik
Topik
Perjuangan dalam pertandingan. (halaman 266)
Skemantik
Alur
Pertandingan final bola voli antara Tsanawiyah Takeran melawan SMP Magetan diselimuti dengan peraturan yang janggal, dengan adanya syarat pemain harus memakai sepatu saat perlombaan. Peraturan baru ini membuat Dahlan tidak bisa mengikuti pertandingan, dan hanya bisa memberikan arahan sebagai ketua tim voli. Dahlan memberi arahan kepada anggota tim untuk bermain sesuai dengan kelebihan dan kekurangan masing – masing.
Semantik
Latar
Dahlan hanya bisa memberikan masukan sesuai kelebihan dan kekurangan anggota tim lainnya.
Detil
Masukan bagi masing – masing anggota tim, yaitu Arif, Imran, Dirham, Suprapto.
Sintaksis
Maksud
Bentuk pengenalan anak buah dengan baik.
Kata Ganti
Kita, dan kalian. Terdapat pada kalimat “Ingat, ini tim kita, bukan kalian.”
Stilistik
Leksikon
Daya dan lalai
Retoris
Metafora
Penipu ulung
Analisis Tabel 5.1.3 1. Struktur Makro Topik merupakan konsep dominan dalam suatu teks (Eriyanto, 2001: 229) maka pemilihan topik dapat menentukan konsep dominan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Pada bab Patriot Sejati, topik yang dipakai adalah perjuangan tim voli Tsanawiyah Takeran dalam pertandingan voli antar kecamatan. Perjuangan tersebut ditunjukan Dahlan sebagai kapten tim voli yang secara kebetulan tidak bisa mengikuti pertandingan karena terhambat peraturan tentang sepatu. Kemudian Dahlan harus 57
tetap memimpin timnya, walaupun hanya dengan memberikan strategi melalui pesan. Dalam pesannya, Dahlan memberikan semangat dan juga memberi arahan kepada anggota tim yang lain untuk bermain sesuai dengan kelebihan dan saling menutupi kekurangan mereka masing – masing. Topik yang dipilih menunjukkan mental penulis novel tersebut. Mental penulis tersebut, berupa kepercayaannya bahwa Dahlan Iskan merupakan orang yang mengenal anak buahnya dengan baik. Hal ini didasari oleh penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh penulis dalam penulisan novel ini. Sehingga pengenalan yang baik terhadap rekan satu tim merupakan realita yang terjadi di masyarakat. Hal ini ditunjukkan pula dengan rasa penyesalan Dahlan sebagai mantan pimpinan BUMN melihat anak buah yang sebelumnya digadang – gadang sebagai putra petir, yang akan membawa Indonesia sejajar dengan negara lain kini terjerat kasus korupsi seperti yang dikatakannya dalam Gardu Dahlan yang bertajuk Gardu KPA & P2K5. Hal ini semakin menambah realitas yang terjadi, bahwa Dahlan Iskan memang mengenal anak buah dengan baik. Karena hal ini berdasarkan realitas, maka masyarakat akan lebih mudah percaya akan masalah tersebut. Topik ini juga mendatangkan keuntungan yang sama bagi penulis dan Dahlan Iskan. Keuntungan ini didapatkan dari topic yang diambil merupakan syarat bagi pemimpin yang baik. Dengan kata lain, penulis novel ingin menyampaikan bahwa Dahlan Iskan memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin. 2. Superstruktur Untuk menganalisa struktur wacana, terlebih superstruktur, dapat dilihat melalui alur yang dipakai oleh penulis. Aluvr merupakan bagian bagian dari teks yang disusun secara rapi agar menjadi kesatuan arti (Eriyanto, 2001: 232). Pada bab ini, alur dimulai dari bagian final pertandingan bola voli antara Tsanawiyah Takeran dan SMP Magetan. Lalu alur menuju ke bagian kedua, yakni diterbitkannya aturan baru oleg panitia lomba yang mengharuskan pemain menggunakan sepatu. Peraturan ini membuat Tsanawiyah Takeran merasa dirugikan, dan akibatnya beberapa pemain tidak bisa melanjutkan pertandingan. Dahlan pun tidak bisa mengikuti perlombaan, dan hanya bisa memberikan saran dan petunjuk sebagai ketua tim bola voli kepada anggota tim bola voli yang lain. 5
Gardudahlan.com/KPA-‐&-‐P2K/
58
3. Struktur Mikro Latar yang digunakan dalam bab ini adalah tidak ikut sertanya Dahlan dalam pertandingan bola voli. Latar belakang atas sebuah peristiwa yang menentukan ke arah mana pandangan khalayak hendak dibawa (Eriyanto, 2001 : 235). Untuk itu tidak ikut sertanya Dahlan dalam pertandingan bola voli membuat Dahlan hanya bisa memberikan saran dan strategi bagi anggota tim lain. Saran yang diberikan Dahlan diambil dari kelebihan dan kekurangan anggota tim tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Dahlan mengenal anggota tim bola voli dengan baik, sehingga Ia tau apa yang harus disarankan kepada mereka masing – masing. Pengenalan akan anggota tim merupakan salah satu karakteristik kepemimpinan. Ordway Tead dan George R. Terry dalam Kartono (1995 : 37) mengatakan bahwa pemimpin yang baik memiliki sifat, watak dan perilaku bawahan agar bisa menilai kelebihan / kelemahan bawahan sesuai dengan tugas yang diberikan. Detil pada teks adalah bagian yang akan diungkapkan panjang lebar dan cenderung menguntungkan bagi penulis. Dalam bab ini, detil diberikan kepada saran dan arahan Dahlan kepada anggota tim yang lain. Seperti saran yang diberikan kepada Arif agar berjuang sekuat tenaga dan membuktikan bahwa Tsanawiyah takeran tidak bisa dikalahkan oleh peraturan. Saran lain yang juga diberikan Dahlan untuk Dirham, agar Ia tidak lalai karena godaan perempuan. Dalam saran – saran yang diberikan, Dahlan menjadi pribadi yang tegas dan berani untuk mengungkapkan kekurangan anggota tim yang lain. Menunjukan bahwa Dahlan adalah pribadi yang tegas dan tidak pandang bulu dalam bersikap. Detil ini dapat memberikan citra yang baik kepada diri Dahlan, selain karena Ia mengenal anggota tim dengan baik, tetapi juga berani dan tegas dalam bersikap. Elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas (Eriyanto, 2001: 240). Dalam bab ini, maksud juga ditunjukkan secara eksplisit dan jelas. Terlihat dalam saran yang diberikan oleh Dahlan kepada anggota tim, ditulis secara jelas dan gamblang. Hal ini seakan memberikan penekanan pada informasi bahwa Dahlan benar – benar memahami anggota tim sehingga bisa memberikan saran dan strategi kepada anggota tim yang lain. Dalam bab ini, terdapat kata ganti yang digunakan. Pada kalimat “Ingat, ini tim kita, bukan tim kalian.”. Kata ganti kita merujuk pada semua anggota tim bola 59
voli Tsanawiyah takeran. Sedangkan kata ganti kalian, seakan tidak mengikut sertakan diri dalam tim bola voli. Hal ini ditegaskan Dahlan kepada anggota tim, agar bersatu dan tidak seenaknya sendiri dalam bertindak. Dari stilistik dapat dilihat pada leksikon atau pilihan kata yang dipakai oleh penulis. Dalam bab ini, terdapat 2 kata yang dipilih penulis yaitu kata daya dan lalai. Kata daya dipilih penulis dalam kalimat “….agar mereka bisa tampil sepenuh daya di pertandingan puncak.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata daya berarti kemampuan untuk bertindak. Sehingga yang dimaksudkan olej penulis adalah agar anggota tim voli Tsanawiyah Takeran memampukan diri untuk bertindak di pertandingan puncak. Kata kedua adalah lalai, yang digunakan pada kalimat, “Kamu sering lalai karena godaan…”. Kata lalai memiliki arti tidak ingat karena asik akan sesuatu, sehingga penulis menggunakan kata lalai seakan ingin menegaskan bahwa Imran tidak ingat diri karena asik dengan godaan dari luar tim. Metafora yang dipakai oleh penulis berupa kata penipu ulung. Kata tersebut merupakan sebuah ungkapan yang berarti seseorang yang pandai penipu. Kalimat ini digunakan sebagai penegas kemampuan anggota tim voli Tsanawiyah Takeran yang dapat digunakan sebagai senjata untuk menghadapi lawannya, yaitu SMP Magetan. 5.1.4 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 27 “Perseteruan Murid Zen” Tabel 5.1.4 Hasil Penelitian
Hal Yang
Elemen
Keterangan
Diamati Tematik
Topik
Memperbaiki persahabatan (halaman 302)
Skemantik
Alur
Kejujuran Kadir tentang jati diri orang tuanya, membuat persahabatan Kadir, Dahlan dan teman – teman yang lain tidak baik. Terlebih dengan Imran yang merasa masih menyimpan dendam terhadap perbuatan ayah Kadir. Hali ini membuat Dahlan mencari cara agar persabatan mereka kembali akur. Dahlan meminta bantuan kepada ayahya untuk menyatukan kembali persahabatan mereka. 60
Semantik
Latar
Keinginan pribadi Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya yang sedang berselisih paham.
Detil
•
Keadaan
persahabatan
mereka
yang
sudah
renggang. •
Keprihatinan Dahlan akan keadaan persahabatan mereka
Maksud
Dahlan menjunjung tinggi perdamaian dan kerukunan dalam persahabatan.
Sintaksis
Kata Ganti
Kita
Stilistik
Leksikon
Tergelincir
Retoris
Metafora
Telur diujung tanduk
Analisis Tabel 5.1.4 1. Struktur Makro Topik dalam teks dapat menggambarkan gagasan apa yang sedang dikemukakan oleh penulis. Dalam bab ini, penulis menggambarkan mengenai persahabatan Dahlan dan teman – temannya sedang dalam masalah. Sehingga membuat Dahlan tidak tenang dan mencari cara untuk mendamaikan mereka. Dalam pengambilan topik menurut gagasan Van Dijk, penulis memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam suatu teks. Penulis memunculkan Dahlan yang ingin merukunkan teman – temannya dengan meminta bantuan sang ayah. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa penulis ingin menonjolkan gagasan mengenai sikap Dahlan yang dapat menahan emosi agar tidak masuk dalam pertengkaran, dan justru mencoba menciptakan kerukunan dan kedamaian dalam persahabatannya. Kognisi penulis dalam bab ini ditunjukkan dengan pemilihan topik. Dalam pengambilan topik menurut gagasan Van Dijk, pandangan seorang penulis yang sedang meliput suatu peristiwa dan memandang suatu masalah didasarkan pada suatu mental atau pikiran tertentu. Kognisi atau mental ini secara jelas dapat dilihat dari topik yang dimunculkan dalam teks. Sehingga tidak heran apa bila elemen – elemen mengacu dan mendukung topik.
61
Gambaran bangunan wacana yang berkembang di masyarakat sedikit berbeda dengan apa yang tertera di dalam novel. Di dalam novel diceritakan bahwa Dahlan Iskan merupakan seseorang yang membawa kerukunan dan kedamaian. Namun, di beberapa kehadirnya di media, Dahlan Iskan sering sekali membuat kehebohan. Ditunjukkan dengan tragedi kecelakaan bersama mobil pintarnya. Atau gebrakannya yang menjual tiket tol (GTO) di pintu masuk tol. Kedua hal tersebut sedikit membuat masyarakat merasa tidak nyaman dan cenderung berpikir bahwa tindakan Dahlan Iskan terkesan dilebih - lebihkan. Respon yang terjadi membuktikan bahwa bangunan wacana yang terjadi di masyarakat tidak sama dengan wacana apa yang dibangun melalui buku novel Sepatu Dahlan. Sehingga pada akhirnya, masyarakat pun tidak menganggap Dahlan Iskan sebagai pembawa kerukunan dan kedamaian. Dan wacana bahwa Dahlan Iskan adalah orang yang rukun dan damai yang coba dibangun, menjadi wacana yang tidak tersampaikan. 2. Superstruktur Alur dalam bab ini, berfungsi sebagai cara menggambarkan sebuah teks secara umum, namun terbagi dalam bagian bagian tersendiri. Alur dimulai dari pertengkaran yang terjadi antara teman – teman Dahlan akibat pengakuan tentang masa lalu orang tua Kadir. Pengakuan Kadir membuat Imran merasa terpukul, sejak saat itu Kadir dan Imran tidak saling tegur sapa. Keadaan ini membuat teman – teman disekitar mereka merasa tidak nyaman dan kasian, terutama Dahlan. Hingga akhirnya, Dahlan meminta bantuan Bapak untuk mendamaikan teman – temannya. Bapak bersedia membantu, dan dengan sebuah cerita mengenai perseteruan murid Zen yang berisi tentang makna untuk saling mengerti, mereka kembali rukun.
3. Struktur Mikro Latar dalam teks biasanya digunakan penulis untuk menentukan akan dibawa kemana pandangan pembaca (Eriyanto, 2001: 235). Latar pada bab ini adalah ketidakinginan Dahlan melihat perseteruan yang terjadi antara Kadir dan Imran. Dahlan berniat untuk mendamaikan kedua temannya, dengan meminta bantuan kepada Bapaknya. Dilihat dari latar yang ada, penulis ingin menyampaikan bahwa Dahlan adalah sosok yang mempunyai emosi yang stabil. Hal ini dapat terlihat dari 62
sikap Dahlan yang memilih untuk tidak ikut campur dalam persoalan, dan justru mencari cara untuk mendamaikan kedua sahabatnya. Terdapat 2 detil yang terdapat dalam bab ini, detil yang pertama adalah keprihatinan Dahlan dengan keadaan persahabatan mereka serta niat Dahlan untuk mendamaikan kedua temannya yang sedang berseteru. Ditunjukkan dengan menceritakan secara detil dan mendalam mengenai keadaan persahabatan mereka, mulai dari alasan hingga dampak dari perseteruan tersebut. Detil sebenarnya dapat digunakan penulis untuk mengkontrol informasi (Eriyanto, 2001: 238), dan dalam detil ini informasi mengenai keprihatinan dan inisiatif Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya ditulis dengan porsi besar. Menunjukkan bahwa penulis melakukan kontrol informasi dalam bab Perseteruan Murid Zen. Maksud merupakan penguraian secara eksplisit dan jelas untuk menyajikan informasi yang menguntungkan komunikator (Eriyanto, 2001 : 240). Maksud di bab ini ditemukan pada keinginan Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya. Keinginan Dahlan ini ditulis secara gamblang, dengan berusaha untuk mendamaikan teman – teman melalui bantuan Bapaknya. Keuntungan yang diambil oleh penulis yang dalam hal ini adalah komunikator adalah kesan bahwa Dahlan seseorang yang peduli dan dapat menciptakan suasana damai dan rukun di lingkungannya. Kata ganti orang yang digunakan adalah kata kita. Terdapat pada wejangan yang diberikan Bapak kepada Dahlan dan teman - teman. Kata kita yang merupakan kata ganti orang pertama jamak. Hal ini berartikata kita digunakan untuk menggantikan Bapak, Dahlan dan teman - teman. Sehingga kita disini bersifat jamak, mencakup semua orang, yang artinya wejangan Bapak berlaku untuk semua. Bukan wejangan yang hanya diperuntukkan untuk Dahlan, atau Imran. Hal ini digunakan untuk membangun kerukunan dan kedamaian bersama. Leksikon yang digunakan pada bab ini adalah kata tergelincir yang menerangkan keadaan jatuh karena terpeleset, terjerumus. Kata tergelincir dipih karena lebih menerangkan suatu keadaan. Metafora yang digunakan dalam bab ini adalah sebuah peribahasa. Penggunaan peribahasa dalam bab ini bertujuan untuk menggambarkan situasi yang sedang terjadi. “bagai telur diujung tanduk” memiliki arti suatu situasi dan kondisi yang berbahaya, kritis atau genting. Dengan menggunakan peribahasa tersebut, penulis ingin memperkuat keadaan persahabatan Dahlan dan teman – temannya
63
sedang dalam masa sulit. Hal ini dilakukan guna memperkuat pesan utama, bahwa Dahlan prihatin dengan keadaan persahabatannya dan ingin mendamaikan. 5.1.5 Analisis Teks Novel Sepatu Dahlan Bab 32 “Stasiun Madiun” Tabel 5.1.5 Hasil Penelitian
Hal Yang
Elemen
Keterangan
Diamati Tematik
Topik
Jujur pada diri sendiri
Skemantik
Alur
Setelah mendapatkan surat dari Aisha untuk bertemu 3 tahun lagi dengan gelar sarjana muda membuat Dahlan berusaha merayu Bapak dan Zain agar mengijinkan kuliah di luar kota. Dan setalah mengutarakan niatnya untuk pergi kuliah dan diijinkan oleh Bapak, barulah Dahlan berani membalas surat Aisha.
Semantik
Latar
Setelah 6 tahun memendam perasaan terhadap Aisha akhirnya Dahlan berani mengungkapkan isi hatinya kepada Aisha.
Detil
•
Merayu Bapak dan juga Zain agar diijinkan untuk kuliah di luar kota.
• Maksud
Membalas surat dari Aisha.
Ingin menunjukkan Dahlan jujur terhadap dirinya sendiri dengan membalas surat Aisha dan mengajaknya bertemu.
Sintaksis
Koherensi
“Akhirnya, keluar juga kalimat sakti yang paling
Kondisional
kutunggu.”
Stilistik
Leksikon
Geming
Retoris
Metafora
Melambung tinggi
Analisis Tabel 5.1.5 64
1. Struktur Makro Topik merupakan konsep dominan, sentral dan paling penting dari suatu teks, dan dalam teks topik dapat digunakan sebagai penggambaran suatu hal yang ingin diungkapkan oleh wartawan (Eriyanto, 2001 : 229). Topik yang terdapat dalam bab ini adalah usaha Dahlan untuk jujur terhadap dirinya sendiri mengenai perasaannya terhadap Aisha. Walaupun dengan berbagai rintangan, Dahlan mencoba memenuhi persyaratan yang diajukan Aisha. Dengan topik berani jujur pada diri sendiri, penulis novel seolah ingin mengatakan bahwa penulis mempercayai bahwa Dahlan Iskan merupakan seorang yang jujur. Ditunjukkan dengan elemen yang mengarah dan mendukung topik tersebut. Kejujuran sekarang ini menjadi hal yang dibicarakan oleh masyarakat, terlebih lagi kejujuran yang dimiliki oleh para elit politik, termasuk Dahlan Iskan. Dengan kasus yang baru menimpanya, mengenai tuduhan korupsi dana pembangunan gardu induk, membuat masyarakat mempertanyakan kejujuran Dahlan Iskan. Dahlan mengatakan dalam situs online Gardu Dahlan, bahwa Ia tidak melakukan korupsi, dan kejadian ini hanya kesalahan administratif semata. Kejujuran Dahlan ini diperkuat dengan hasil praperadilan atas kasusnya tersebut, yang mengabulkan seluruh gugatan praperadilan dan menghapus status tersangka karena tidak terbukti bersalah6. Dengan hasil praperadilan tersebut, menunjukkan sikap jujur yang dimiliki Dahlan Iskan adalah sebuah realita. Kejujuran terutama pada diri sendiri, merupakan syarat kepemimpinan meurut Orway Tead & George R. Teddy. Sehingga Dahlan Iskan memenuhi syarat kepemimpinan tersebut. 2. Superstruktur Alur cerita merupakan jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas fase perkenalan, awal masalah, menuju klimaks, klimaks dan penyelesaian (Ahmad, 1996: 24). Dalam bab ini, alur cerita dimulai dari usaha Dahlan untuk membujuk Bapak dan Zain agar mengijinkan kuliah di luar kota, sebagai salah satu syarat dari Aisha untuk pertemuan 3 tahun yang akan datang. Selama Dahlan membujuk Bapak dan Zain, surat dari Aisha tidak pernah Ia balas, karena Dahlan tidka ingin menjanjikan hal yang tidak pasti. Setelah Bapak mengijinkan untuk pergi kuliah, 6
www.bbc.com/indonesia/berita-‐indo diunduh Kamis, 20 Agustus 2015 pukul 15.30 WIB.
65
barulah Dahlan berani membalas surat Aisha, bahkan mengajaknya bertemu lebih cepat dari syarat yang diajukan Aisha. Dalam alur ini, bagian yang ditonjolkan terletak pada keberanian Dahlan menulis surat balasan untuk Aisha. Hal ini ditunjukkan dengan diceritakan di ujung bab, karena keberanian untuk jujur terhadap dirinya dipandang sebagai tujuan dari bab ini. Sedangkan saat Dahlan membujuk Bapak dan Zain merupakan rangkaian dari cerita pada bab ini, yang akhirnya membuat Dahlan mantap untuk membalas surat dari Aisha. 3. Struktur Makro Latar merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi arti yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penulis (Eriyanto, 2001 : 235). Latar belakang yang digunakan dalam bab ini adalah rasa suka Dahlan terhadap Aisha yang telah dipendam selama 6 tahun, yang selama ini coba disembunyikan oleh keduanya. Detil yang dijelaskan dalam bab ini adalah usaha Dahlan untuk merayu Bapak dan Zain agar mengijinkannya pergi kuliah. Usaha tersebut dilakukan agar dapat memenuhi syarat pertemuan 3 tahun lagi yang diajukan oleh Aisha Detil ini digunakan untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak (Eriyanto, 2001 : 238). Dengan menuliskan secara detil mengenai usaha Dahlan tersebut penulis ingin mengarahkan pembaca kepada citra baik Dahlan yang tidak patah menyerah dalam mencapai keinginannya. Detil kedua dalam bab ini adalah kejujuran Dahlan terhadap perasaannya selama ini, ditunjukan dengan membalas surat Aisha. Bahkan, Dahlan memberanikan diri untuk mempercepat pertemuannya, bukan3 tahun lagi namun esok pagi. Detil ini memberikan kesan bahwa Dahlan berani jujur akan perasaannya setelah Ia memastikan bias berkuliah, sehingga tidak memberikan harapan palsu terhadap Aisha. Maksud adalah informasi yang menguntungkan komunikator akan di uraikan secara eksplisit dan jelas (Eriyanto, 2001 : 240). Pada bab ini, maksud yang ingin disampaikan adalah menunjukkan kejujuran Dahlan terhadap dirinya sendiri. Maksud ini disampaikan untuk menjawab pertanyaan yang dibawa penulis di dalam novel, mengenai hubungan Dahlan dan Aisha. Dalam bab ini, koherensi yang digunakan adalah koherensi kondisional atau menunjukkan sebuah penjelasan. “Akhirnya, keluar juga kalimat sakti yang paling kutunggu”. Dari kalimat tersebut, terdapat induk da anak kalimat. Induk kalimat berupa kata keluar juga kalimat sakti, dan anak kalimat berupa yang paling 66
kutunggu. Dari anak kalimat, dapat dilihat bahwa penulis mencoba penjelaskan perasaan Dahlan bahwa Ia benar - benar menunggu kalimat sakti tersebut. Leksikon yang dipilih penulis adalah kata geming. Geming dalam kamus Bahasa Indonesia berarti diam saja. Kata geming digunakan dalam kalimat “Namun, apapun alasannya, mereka tetap bergeming.”. menunjukkan bahwa pesan yang ingin disampaikan adalah mereka yang dimaksud dalam teks tersebut hanya diam saja tanpa mengeluarkan alasan ataupun penolakkan. Metafora yang digunakan dalam bab ini adalah ungkapan melambung tinggi. Ungkapan tersebut sebagai tanda bahwa memiliki harapan besar akan sesuatu. Dalam hal ini, melambung tinggi digunakan pada kalimat “Harapanku melambung tinggi.” Menyatakan bahwa Ia sangat berharap akan sesuatu.
5.1.6 Analisis Kognisi Sosial Analisis wacana tidak hanya melihat pada struktur teks saja, namun juga melihat bagaimana teks tersebut diproduksi (Eriyanto,2001:259). Van Dijk meng`gunakan analisis kognisi sosial guna mengungkap mengenai kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Selain representasi mental penulis, kognisi sosial juga digunakan untuk mengetahui strategi penulis untuk memproduksi suatu teks (Eriyanto,2001:260) Setiap teks pada dasarnya dihasilkan melalui kesadaran, pengetahuan, prasangka atau pengetahuan tertentu atas suatu peristiwa (Eriyanto,2001:160). Novel Sepatu Dahlan, ditulis oleh seorang novelis bernama Khrisna Pabichara yang telah menulis 13 novel. Dalam penulisan novel ini, mental penulis dalam membentuk teks terlihat jelas. Representasi kognisi penulis dapat terlihat pada kisah Dahlan Iskan saat menjadi seorang ketua tim voli. Isi teks tersebut menceritakan kehebatan Dahlan sebagai seorang ketua tim. Kehebatan Dahlan ditunjukkan dengan tidak mudah putus asa, memberikan strategi dan semangat kepada teman - teman satu timnya seperti yang diceritakan pada bab Patriot Sejati. Hal ini dipandang sebagai representasi mental dari penulis novel dalam memandang sosok Dahlan Iskan. Pandangan, kepercayaan penulis bahwa Dahlan Iskan adalah sosok pemimpin yang mumpuni. 67
Sebelum menuliskan biografi Dahlan Iskan dalam sebuah novel, Krisna Pabichara terlebih dahulu melakukan penelitian mengenai keabsahan data diri Dahlan Iskan. Hal ini menunjukkan, bahwa sebagai penulis, Khrisna Pabichara menghasilkan teks lewat kesadaran dan pengetahuan akan peristiwa kehidupan Dahlan Iskan. Melakukan riset sebelum menuliskan novel, juga merupakan strategi penulis dalam pembentukan suatu teks. Strategi dalam pembentukan teks juga dilakukan penulis dengan menuliskan biografi elit politik dalam bentuk novel. 5.1.7 Analisis Konteks Konteks digunakan untuk melihat bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi (Eriyanto,2001:271). Dengan kata lain, analisis konteks digunakan untuk melihat bagaimana sebuah wacana diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Konteks yang digunakan dalam wacana ini adalah penulisan novel dan terbitnya novel Sepatu Dahlan ini menjelang Pemilihan Presiden 2014. Sebagaimana kita tahu, bahwa sebelumnya, masyarakat sedang mencari sosok pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Dan munculnya novel biografi ini, seakan memberikan alternatif pilihan kepada masyarakat, akan adanya calon pemimpin yang baik, yang ditunjukkan dengan carita hidupnya dalam novel tersebut. Dahlan Iskan dipandang masyarakat sebagai elit politik yang dekat dengan masyarakat, hal ini terlihat melalui akun media sosial Twitter. Dalam akunnya, Dahlan bisa mengobrol bebas dengan masyarakat, membicarakan segala macam topik permasalahan, akun tersebut juga digunakan hanya untuk bertegur sapa dengan masyarakat sosial media. Hal ini seakan memberikan sebuah pandangan baru, bahwa Dahlan Iskan adalah sosok elit politik yang low profile, terlihat pada kemauan Dahlan meluangkan waktu untuk mengobrol dengan masyarakat dunia maya. Hal ini merupakan proses produksi wacana yang dipakai untuk membentuk kesadaran bahwa Dahlan adalah pribadi yang merakyat. Kesadaran tersebut secara tidak langsung mengontrol masyarakat dengan mempengaruhi kondisi mental masyarakat, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan.
68
Baru – baru ini, Dahlan Iskan juga dikabarkan terlibat dalam kasus korupsi PLN dalam pengadaan gardu induk. Pemberitaan ini, mempengaruhi pandangan masyarakat kepada sosok Dahlan Iskan. Dahlan yang semula dipandang sebagai elit politik yang merakyat, kini dipandang sebagai seorang koruptor. Namun, Dahlan Iskan membatasi pikiran masyarakat dengan membuat situs pribadi berjudul Gardu Dahlan. Dalam situs tersebut, Dahlan menceritakan kejadian sebenarnya dari kasus tersebut. Pembuatan situs tersebut merupakan sebuah praktek kekuasaan Dahlan, dalam mengkontrol berita tentang dirinya dalam kasus korupsi. Dahlan Iskan tidak pernah memberikan pernyataan resmi kepada media bahwa dirinya tidak terlibat dalam kasus korupsi PLN. Pernyataan ketidakterlibatkan dalam kasus korupsi tersebut, disampaikan di situs Gardu Dahlan. Pengkontrolan informasi tentang kebenaran kasus tersebut berimbas positif pada citra Dahlan Iskan. Ditemui di media sosial, banyak masyarakat dunia maya tidak mempercayai Dahlan terlibat kasus korupsi tersebut. Ditambah dengan keputusan Pra Peradilan yang menyatakan bahwa Dahlan tidak terbukti sebagai tersangka, membuat citra Dahlan Iskan tetap baik di mata masyarakat. 5.2
Pembahasan Dalam analisis diatas, penulis menggunakan teori kepemimpinan menurut Ordway
Tead & George R Terry untuk menemukan topik mengenai kepemimpinan di dalam novel Sepatu Dahlan. Penyaringan dengan teori kepemimpinan tersebut mendapatkan hasil 5 bab novel Sepatu Dahlan, yang mengulas mengenai teori tersebut. 5 bab tersebut adalah bab 1 “Tanah Tebu” yang di dalamnya terdapat teori kepemimpinan yaitu ketrampilan berkomunikasi yang merupakan salah satu sifat pemimpin menurut Ordway Tead & George R Terry. Dalam bab tersebut, diceritakan bahwa Dahlan Iskan memiliki sifat mahir berkomunkasi, yang ditunjukkan dengan kegemarannya menulis. Pada bab 15 “Ojo Kepingin Sugih” juga terdapat teori kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry, yaitu memiliki ketrampilan sosial dan dorongan pribadi yang baik. Ketrampilan sosial yang dimaksudkan adalah memiliki sifat pemimpin yang sederhana dan apa adanya, sedangkan dorongan pribadi ditunjukkan dengan sifat memberikan pelayanan dan pengabdian secara tulus sebagai seorang pemimpin. Di dalam novel Sepatu Dahlan, kedua sifat tersebut terlihat dalam wejangan Kiai Irsjad dan Ustad Ilham, yang mengatakan bahwa sebagai seorang pemimpin haruslah tawaduk dan tawakal.
69
Teori kepemimpinan juga terlihat dari bab 24 “Patriot Sejati”. Di dalam bab tersebut, terdapat sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry berupa pengetahuan tentang relasi insani dan juga kemampuan mengajar. Pengetahuan tentang relasi insani ditunjukkan dengan menilai kelebihan dan kekurangan bawahan sesuai dengan tugas yang diberikan, dan kemampuan mengajar ditunjukkan dengan membuat orang belajar melalui saran saran yang diberikan untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan bawahan. Kedua sifat ini terlihat pada usaha Dahlan untuk membawa kemenangan bagi tim voli. Dengan memberikan startegi berupa saran kepada anggota tim dengan berdasarkan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masing – masing anggota tim. Pada bab ke 27 “Perseteruan Murid Zen”, ditemukan teori mengenai sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry, berupa stabilitas emosional yang ditunjukkan dengan pencapaian lingkungan sosial yang rukun, damai dan harmonis. Hal ini ditunjukkan dengan usaha Dahlan untuk mendamaikan teman – temannya yang sedang berselisih paham, dengan meminta bantuan Bapak. Dan bab terakhir yaitu bab 32 “Stasiun Madiun”, ditemukan teori mengenai sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry berupa kejujuran. Sifat kejujuran yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk bersikap jujur baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan keberanian Dahlan menemui Aisha sebagai jawaban atas perasaan Dahlan. Pada kelima bab tersebut, terdapat satu kesamaan, yaitu sama – sama mengandung sifat - sifat kepemimpinan menurut Ordway Tead & George R Terry. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya di dalam novel Sepatu Dahlan terdapat sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Pesan tersebut berupa di dalam diri Dahlan Iskan terdapat sifat kepemimpinan, berupa memiliki stabilitas emosional dengan maksud menjaga lingkungan sosial yang rukun, damai dan harmonis. Pengetahuan tentang relasi insani dengan dapat menilai kelebihan dan kelemahan bawahan sesuai tugas yang diberikan, kejujuran baik pada diri sendiri dan orang lain, memiliki dorongan pribadi berupa keikhlasan dalam memberikan pelayanan dan pengabdian kepada kepentingan umum, ketrampilan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis, kemampuan mengajar dengan memberikan saran – saran untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan bawahan, serta memiliki sifat trampil dalam kehidupan sosial dengan ramah, sederhana dan apa adanya. Wacana mengenai kepemimpinan dalam diri Dahlan Iskan ini, diterangkan secara baik oleh penulis. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati masyarakat agar melihat kepemimpinan di dalam diri Dahlan Iskan. Semua ini ditujukan untuk membangun kesadaran 70
palsu masyarakat akan kemampuan pemimpin yang dimiliki oleh Dahlan Iskan. Dengan demikian masyarakat akan melihat sosok pemimpin yang sedang mereka cari untuk maju dalam Pemilihan Presiden tahun 2014. Dengan melihat wacana kepemimpinan yang ada di dalam novel Sepatu Dahlan, maka dapat diklasifiksikan pada gaya kepemimpinan yang digunakan oleh Dahlan Iskan adalah gaya kepemimpinan yang auntentik. Gaya kepemimpinan yang spontan ini memiliki ciri kepemimpinan menurut Dahlan Iskan sendiri. Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan Dahlan Iskan
tidak termasuk dalam gaya kepemimpinan transformasional ataupun
transaksional, dan lebih kepada gaya kepemimpinan yang autentik. Gaya kepemimpinan yang autentik terlihat pada gaya kepemimpinan yang dapat dipercaya, yang ditunjukkan Dahlan Iskan dengan tidak mengecewakan atasan ataupun bawahannya. Seperti pada kasus gardu PLN,
Dahlan
menunjukkan
bahwa
dibawah
kepemimpinannya,
semua
hal
bisa
dipertanggungjawabkan. Terbukti dengan keputusan pra peradilan pada kasus gardu PLN yang memutuskan bahwa Dahlan Iskan tidak bisa dijadikan seorang tersangka kasus korupsi. Gaya kepemimpinan autentik juga berarti gaya kepemimpinan yang asli, maksudnya adalah gaya kepemimpinan Dahlan Iskan memang merupakan gaya kepemimpinan yang berasal dari dirinya, gaya asli diantaranya dekat dengan anak buah, memberikan pandangan kedepan terhadap setiap target – target yang dicapai serta memberikan dukungan penuh kepada bawahan saat melaksanakan tugas. Gaya kepemimpinan Dahlan Iskan yang memberikan pandangan mengenai target ke depan dimulai dengan berbagi mimpi bersama dengan bawahannya. Setelah berbagi mimpi tersebut, Dahlan mengajak bawahnya untuk bersama sama mewujudkan impian tersebut. Dan dalam proses perwujudan impian tersebut, Dahlan Iskan memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk berdiskusi dan membahas cara – cara mewujudkan impian bersama mereka. Hal ini terlihat, ketika Dahlan Iskan bermimpi Indonesia memiliki tol laut. Dan dari mimpi ini, Dahlan Iskan mengusahakan pembangunan jalan tol diatas laut di Indonssia. Dan gaya kepemimpinan berawal dari impian juga terlihat dalam novel Sepatu Dahlan, dimana Dahlan bermimpi membawa tim voli menang di perlombaan bola voli tingkat kecamatan dan berhasil mewujudkannya.
71