BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah selesai, dari mulai tahap pengumpulan data, sampai analisis, kemudian munculah sebuah desain ruangan tata letak PT. Santek khusus produk pembuatan special tool yang baru. Bagian-bagian tersebut telah disusun berdasarkan pertimbangan dan analisi diatas. Penempatan stasiun-stasiun kerja ditempatkan berdasarkan keterkaitan hubungan dan dari segi kebersihan dan keamanan terhadap stasiun kerja yang lain. Sehingga stasiun kerja yang memilik kesamaan proses atau hubungan semakin didekatkan. Karena jarak yang semakin didekatkan, maka aktivitas kerja yang tidak terlalu berguna dapat terpotong. Perpindahan dapat semakindiperpendek. Metode yang dipakai dalam penyusunan data adalah metode SLP. Langkah dalam metode SLP ini sangat sistematis, dengan membagi menjadi 3 tahapan. Yang pertama Tahap analisis meliputi analisis aliran material, analisis hubungan aktivitas, diagram hubungan aktivitas, analisi kebutuhan ruangan dan ruangan yang tersedia. Sedangkan tahap penelitian meliputi perencanaan diagram hubungan ruangan hingga pembuatan alternatif tata letak.
85
86
Adapun peta kerja yang dipakai
dalam metode SLP antara lain
Operational Process Chart (OPC), Flow Process Chart (FPC), Multi Produk Process Chart (MPPC), From to Chart (FTC), Activity Relathionship Chart (ARC), dan Area Relationship Diagram (ARD). Berdasarakn data penyusunan diatas, dimana proses pertama diawali dengan penghitungan data kapasitas mesin yang bisa dijalankan perbulan, yang sebelumnya diawali dengan penganilisisan proses per produk. Mulai dari operasi inspeksi, waktu longgar, dan bahan baku yang digunakan didalam suatu proses manufakturing yaitu mulai
datangnya
bahan baku
sampai ke proses
pembungkusan (packaging) dari produk jadi yang dihasilkan. Maka didapat lah waktu kapasitas produk perbulan. Selanjutnya, setela pembuatan peta proses operasi, hal berikunya yang dilakukan adalah embuatan MPPC. Tujuan dilakukanya adalah mengetahui hubungan keterkaitan antar mesin, sehingga produk yang dihasilkan dapat diketahui seperti pada gambar 4.19. Dimana disitu terdapat gambar grafik dari hasil analisa ke 4 part sebelum di assymbly. Setelah proses MPPC selesai, langkah analisis berikutnya adalah dengan pembuatan From to Chart. Di pembuatan from to chart disini terlah terlihat bagaimana urutna-urutan kerja permesinan dibuat serta beban material yang harus dipindahkan melalui sebuah data pada tabel. Hasil Output dari peta from tochart adalah penulis menjadi mengetahui hubungan dan material yang harus dipindahkan antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja yang lain.
87
Proses berikutnya pembuatan ARC. Activity Relationship Chart (ARC). Activity Relationship Chart (ARC) memetakan stasiun-stasiun kerja yang mana yang mutlak, sangat penting, penting bahkan yang biasa untuk didekatkan sampai stasiun-stasiun kerja mana yang tidak penting dan tidak diinginkan untuk didekatkan. Faktor alasan tertentu yang dipakai sebagai landasan apakah stasiun kerja satu didekatkan dengan stasiun kerja berikutnya atau bahkan perlu dijauhkan. Contohnya adalah antara turning center dan milling center memiliki proses berurutan letaknya saling berdekatan, serta warehouse yang tidak jauh dari tuninr dan milling center, karena awal pasti dimulai dari warehouse dan proses roughing di turning dan milling. Serta kedua stasiun tersebut diampit oleh ruang engineering yang berfungsi sebagai pengontro bagian. Adapun letak stasiun kerja yang diharapkan saling berjauhan yaitu Stasiun blackne dan heat treatment atau stasiun harden, karena di stasiun blacken mengandung bahan kimia serta di stasiun heat treatmen harus memakai safety khusu mengingat panasnya didaerah tersebut dan juga membutuhkan perhatian khusus. Dari Activity Relationship Chart (ARC) yang telah dibuat selanjutnya adalah menghitung luas lantai produksi. Perhitungan luas lantai produksi di setiap stasiun kerja disesuaikan dengan mesin/peralatan apa saja yang dipakai, alat bantu / peralatan lain, allowance untuk operator dan allowance dari aliran material. Perhitungan luas lantai produksi ini diupayakan untuk mengoptimalkan ketersedian luas area yang tersedia. Perhitungan luas lantai produksi juga memperhatikan peralatan tambahan yang perlu ada.
88
Pembuatan Activity Relathionship Chart (ARC) dan perhitungan luas lantai produksi akan dipakai sebagai dasar pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) beserta luasan yang dibutuhkan. Pembuatan Activity Relationship Diagram (ARD) akan memudahkan dalam pembuatan template layout. Untuk tahap seleksi dilakukan dengan jalan mengevaluasi alternatif tata letak yang dirancang. Setelah data dikumpul kan, dan setelah data-data tersebut diuarakian maka, langkah selanjutnya adalah merancang tata letak fasilitas pabrik PT. Santek. Mengacu pada banyak pertimbangn dan data yang ada, denah tata letak dapat dibuat. Semakin lengkap dan pengolahannya akan semakin memudahkan design layout yang baru. 5.1. Tipe Tata Letak Jumlah maupun luas area mesin yang diperlukan selesai ditentukan adalah mendapatkan prosedur atau metode pengaturan tata letak dari fasilitas-fasilitas produksi tersebut. Disina ada 4 macam tata letak yang secara klasik umum diapli kasikan dalam design layout yaitu letak fasilitas berdasarkan aliran produksi ( product layout ), tata letak proses (process layout ),tata letak material tetap (fixed product layout ) dan tata letak grup (group technology layout). Dari hasil penelitian pada proses produksi special tool, metode pengaturan dan penempatan mesin dibagi ke dalam stasiun-stasiun kerja.Dimana stasiunstasiun kerja tersebut dikelompokan berdasarkan part/komponen (produk layout) dikombinasikan dengan penempatan stasiun kerja berdasarkan proses operasi atau fungsinya.
89
5.2. Pola Aliran Material Setelah dihasilkan desain layout yang baru, kemudian penulis menentukan aliran material yang ada. Pola aliran material sebelumnya ada 5. Menurut desain yang ada, karena proses yang panjang dan terdapat proses balik, maka pola aliran material yang dipakai adalah Ushapped. Karena, panjangnya proses kerja yang ada dan dengan ruangan yang tidak terlalu luas, sehingga pola aliran material dibelokan. Berikut penulis sajikan melalui gambar gambar5.1 dan 5.2 pola aliran material, yang dibuat secara terpisah antara holder dan cartridge sehingga lebih mudah dipahami. Digambar terlihat, untuk proses awal selalu diawali dengan warehouse dan kemudian bergerak sejajar, menuju proses turning atau milling, kemudian baru dibelokan menuju ke proses QC, setelah di QC kemudian dibelokan menuju proses harden yang akan bergerak menuju blacken. Seteklah proses blacken inilah proses berbelok menuju finishing grinding dan kemudian berbelok lagi menuju QC baru bergerak sejajar hingga finish. Keuntungan pola U-shapped adalah panjang aliran material dapat dikurangi, sehingga memperpendek perpindahan material antara stasiun satu dengan stasiun yang lain. 5.3
Sistem Material Handling
Dari pola aliran material yang terjadi, bisa dianalisa sistem material handling yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Sistem material handling yang digunakan antara lain : a. Kereta dorong (troli)
90
Kereta dorong ukuran 75x50x50 cm. Kereta dorong ini digunakan untuk perpindahan material.
Kebanykan dari semua proses perpindahan material
menggunakan kereta dorong. Seperti, dari warehouse menuju turning dan milling center. Kemudian dari turning dan milling center menuju QC. Begitu pula saat menuju ke blacken maupun ke heat treatment proses. b.Crane Crane digunakan untuk memindahkan material yang datang menuju ke warehouse. Karena material yang datang masih berupa gelondongan besi yang panjang, maka dipergunakan lah crane. Selain itu crane juga digunakan untuk memindahkan material yang memang tidak bisa diangkat dengan tangan maupun troli. Berikut gambar sistem material yang terjadi, bisa dilihat pada Lampiran.
92