Bab V Analisis dan Pembahasan
V.1. Analisis Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages) dan Kaitan ke Depan (Forward Linkages) Kaitan ke belakang (Backward Linkages) dan kaitan ke depan (Forward Linkages) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keterkaitan suatu kegiatan terhadap kegiatan lain dalam jalur distribusi minyak atsiri akar wangi. Kaitan ke belakang merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan kegiatan terhadap kegiatan lain yang menyumbang input kepadanya. Kaitan ke depan merupakan alat analisis untuk mengetahui derajat keterkaitan antara kegiatan yang menghasilkan output, untuk digunakan sebagai input bagi kegiatan yang berikutnya.
Tabel IV-6 menampilkan indeks daya penyebaran (Backward Linkages) dan indeks daya kepekaan (Forward Linkages). Berdasarkan Table IV-6 yang mempunyai indeks daya penyebaran (Backward Linkages) lebih dari satu adalah penyuling sebesar 1.0264 dan distributor 1.4179. Tingginya kaitan ke belakang menunjukkan tingginya penyebaran dampak perubahan dari kegiatan penyulingan akar wangi terhadap kegiatan lainnya yang berada di belakangnya (sebagai input) yaitu kegiatan petani antara lain penanaman, pemupukan pemeliharan dan lainlain (on farm). Output dari kegiatan pertanian ini akan menjadi input bagi penyulingan, pengumpul dan distributor sebagai kegiatan di depannya.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan ini tinggi terhadap kegiatan yang lain. Memang pada kenyataannya kegiatan perkebunan akar wangi masih sangat berpengaruh terhadap kegiatan penyulingan, karena kegiatan penyulingan yang kontinu tergantung ketersediaan bahan baku utama yaitu akar wangi. Keadaan ini disebabkan kebutuhan akan input bahan baku utama dari proses penanaman yaitu bibit unggul akar wangi masih menjadi permasalahan oleh petani tanaman akar wangi pada sektor perkebunan.
68
Kegiatan distributor menjadi penting dalam jalur distribusi karena distributor dapat menarik seluruh kegiatan di belakangnya. Output dari petani, penyuling dan pengumpul merupakan input bagi kegiatan distributor.
Dari Table IV-6 juga dapat diketahui indeks daya kepekaan (Forward Linkages) lebih dari satu adalah petani sebesar 1.1579 dan pengumpul dengan angka 1.1780. Angka ini menunjukkan bahwa kegiatan petani sensitif terhadap kegiatan penyuling sebagai industri pengolahan akar wangi menjadi minyak atsiri. Pada kondisi di lapangan kegiatan petani yang menghasilkan output akar menjadi input yang penting bagi penyulingan sebagai penghasil bahan mentah.
Pedagang pengumpul sensitif karena output dari kegiatannya menjadi input yang penting bagi distributor sebagai ujung pemasaran dari seluruh kegiatan pada jalur distribusi. Jadi dalam jalur distrbusi minyak atsiri akar wangi terdapat keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan yang dapat di plot ke dalam bentuk Gambar V-1.
Gambar V-1. Plot Analisis Backward Linkages dan Forward Linkages
V.2. Analisis Kebijakan Pengembangan IKM Minyak Atsiri Akar Wangi Berdasarkan analisis jalur distribusi minyak atsiri akar wangi yang digunakan untuk menganalisis Backward Linkages dan Forward Linkages dapat diambil suatu langkah untuk menyusun analisis kebijakan untuk pengembangan IKM
69
minyak atsiri akar wangi. Pada umumnya pelaku kegiatan di sekitar IKM minyak atsiri akar wangi belum mempunyai tingkat keterampilan yang tinggi. Ini diketahui dari hasil wawancara dengan para pelaku industri penyulingan minyak atsiri akar wangi dan juga terbukti pada pengolahan data dimana angka analisis Forward Linkages dibawah angka satu yaitu 0,9687.
Hal lain yang belum menunjang pengembangan IKM minyak atsiri juga ketersediaan peralatan untuk meningkatkan produksi dan mutu minyak atsiri sehingga produksi minyak yang diharapkan memenuhi kualitas ekspor belum bisa dihasilkan. Hal ini juga dapat dilihat dari nilai tambah yang didapat oleh penyuling juga kecil jika dibandingkan dengan petani dan pedagang pengumpul yaitu sebesar 3.203,25 seperti dapat dilihat pada Tabel IV-5.
Usaha untuk meningkatkan mutu produksi di sepanjang jalur distribusi akar wangi adalah menyediakan sarana pendidikan untuk para pelaku kegiatan di sepanjang jalur distribusi, menyediakan peralatan penyulingan yang menggunakan teknologi yang tepat guna sehingga kualitas dan nilai tambah menjadi lebih baik.
Jalur distribusi yang panjang juga menyebabkan harga minyak atsiri yang fluktuatif, sehingga perbedaan harga antara yang diterima oleh petani akar wangi dengan pelaku kegiatan di depannya seperti pengumpul sangat jauh berbeda. Dari pengolahan data juga dilihat bahwa nilai tambah pengumpul lebih tinggi daripada penyuling yaitu 10.756,80 seperti dapat dilihat pada Tabel IV-5.
Untuk mengatasi jalur distribusi yang panjang dibutuhkan suatu kebijakan yang dapat mempertemukan antara kegiatan industri penyulingan dengan pihak konsumen dengan cara menjadi mediator antara industri dengan konsumen. Hal ini sudah dimulai dengan mengadakan sosialisasi dan promosi baik di dalam dan ke luar negeri.
Kebijakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas produksi minyak atsiri juga sudah dimulai oleh pemerintah dengan mengadakan seminar dengan para pelaku
70
bagian penelitian dan pihak universitas untuk mendapatkan peralatan dan teknologi yang tepat untuk melakukan pengolahan lebih lanjut hasil penyulingan minyak atsiri akar wangi.
Kebijakan lain yang dibutuhkan adalah investasi untuk meningkatkan pengolahan minyak atsiri akar wangi dengan harapan industri penyulingan minyak atsiri akar wangi dapat berkembang menjadi industri menengah dan besar. Kaitannya dengan hasil produksi tidak lagi menjual minyak atsiri, akan tetapi diharapkan akan menjadi produk yang lebih hilir lagi yaitu industri produk jadi seperti industri sabun, industri kosmetik dan industri wangi-wangian.
Analisis jalur distribusi menggunakan model input output pada penelitian ini akan dibandingkan dengan beberapa metode pendekatan dalam analisis jalur distribusi. Pembandingan dilakukan bukan untuk menyatakan metode yang satu tidak bagus atau tidak bisa digunakan, tetapi lebih ditekankan untuk mengetahui kekhususan dari masing-masing metode tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena pada dasarnya masing-masing metode mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan seperti dapat dilihat pada Tabel V-2.
71
Tabel V-1. Analisis Kebijakan No.
Hasil Pengolahan Data
Analisis
Rancangan Kebijakan
1. Analisis Backward Linkages (1,0264) dan Pelaku kegiatan di sekitar IKM minyak a. Forward Linkages penyuling minyak
atsiri yang kurang terampil
atsiri akar wangi (0,9687)
Perlu
kebijakan
untuk
melakukan
pendidikan dan latihan kepada pelaku IKM b. Kerjasama dengan institusi pendidikan untuk melakukan pendidkan kepada pelaku industri
Peralatan
penyulingan
yang
belum Memberikan peralatan yang berteknologi
mampu untuk meningkatkan kualitas tepat guna untuk meningkatkan mutu minyak minyak 2. Angka nilai tambah pada tabel input
Jalur
atsiri distribusi
yang
panjang Menjadi
mediator
yang
mempertemukan
output penyuling minyak atsiri akar wangi menyebabkan fluktuasi harga
langsung antara pelaku industri dengan
(3.203,25)
konsumen Kurangnya modal untuk meningkatkan Bekerjasama dengan pihak perbankan untuk industri kecil menuju industri menengah memberi investasi sebagai modal menuju dan besar
industri yang lebih hilir seperti industri kosmetik
72
Tabel V-2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pendekatan untuk Analisis Jalur Distribusi Model Optimisasi (Gresh et al., 2007)
Kelebihan 1. Dapat memodelkan perencanaan yang lebih baik dalam meningkatkan keuntungan dan efesiensi. 2. Model yang akurat dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana bahan baku diproses menjadi produk akhir, dengan memaksimasi potensial bahan mentah untuk memenuhi ramalan permintaan.
Kekurangan 1. Membutuhkan fungsi tujuan yang spesifik, 2. Model optimisasi tidak dapat digunakan oleh penggunanya jika berhubungan dengan non quantifiable cost seperti nilai potensial barang yang akan hilang jika dihadapkan kepada keputusan untuk melakukan substitusi daripada memproduksi dengan mesin sendiri dalam jalur distribusi.
Simulasi (Cope et al., 2007)
1. Mampu menangkap informasi dan struktur dari jalur distribusi serta mengimplementasikan dengan cepat. 2. Pengguna tidak perlu seorang ahli di bidang simulasi tetapi dapat menganalisis dan mengevaluasi skenario.
1. Jika ada salah satu komponen jalur distribusi yang tidak terdefenisi, maka simulasi tidak dapat dijalankan.
Input output
1. Menunjukkan aliran output dari sektor ke sektor lain atau dari produsen ke kosumen akhir pada jalur distribusi. 2. Dapat digunakan sebagai alat peramal mengenai pengaruh suatu perubahan situasi dan kebijakan ekonomi.
1. Aplikasi bersifat terbatas pada sistem yang statis dan struktur tertentu, membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang lama membuatnya. 2. Harus memenuhi konsistensi internal model karena total input dengan total output harus seimbang.
73
Berdasarkan hasil pembandingan di atas, model input output dapat digunakan untuk menggambarkan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen akhir, serta dapat mendeteksi pengaruh suatu perubahan situasi sehingga dapat digunakan untuk merancang suatu kebijakan ekonomi.
V.3. Analisis Simulasi Penggabungan Kegiatan Petani/Penyuling Berdasarkan model jalur distribusi yang telah dibuat dilakukan simulasi penggabungan kegiatan petani dengan penyuling dengan harapan posisi penyuling yang didapatkan pada pengolahan data dan berada pada kuadran III seperti dapat dilihat pada Gambar V-1 dapat didorong ke posisi yang lebih baik.
Proses simulasi dimulai dari model jalur distribusi. Kegiatan petani akar wangi digabung dengan kegiatan penyuling minyak atsir akar wangi seperti dapat dilihat pada gambar V-2.
Gambar V-2. Jalur Distribusi Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling IKM Minyak Atsiri
Pengolahan data berdasarkan data sebelumnya dari tabel IV-4 (lihat pada Lampiran E) dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel V-3, dimana nilai tambah penggabungan petani/penyuling menjadi 94,727.25 yang artinya jika petani juga sekaligus penyuling, maka nilai tambah yang diperoleh akan bertambah besar dibandingkan sebelum simulasi.
74
Tabel V-3. Tabel Input Output Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling Petani/penyuling Petani/penyuling
3,236.40
Pengumpul 2,018.25
Distributor
Permintaan akhir
Tot. Output
1,700.00
6,274.00
13,228.65
Pengumpul
0
0
9,396.00
1,368.00
10,764.00
Distributor
0
0
4.64
2,448.00
2,452.64
Nilai tambah
94,727.25
10,756.80
2,443.36
Total Input
97,963.65
12,775.05
13,544.00
Dari tabel input output dilanjutkan dengan pengolahan data untuk analisis Backward Linkages dan Forward Linkages (lihat Lampiran F) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel V-4.
Tabel V-4. Indeks Keterkaitan Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling
Kegiatan Petani/Penyuling Pengumpul Distributor
Forward Linkages 1.1128 1.5634 0.3238
Kegiatan Petani/Penyuling Pengumpul Distributor
Backward Linkages 0.4278 0.4033 2.1689
Pada analisis Backward Linkages dan Forward Linkages sebelumnya diketahui posisi penyuling berada pada kuadran III di Gambar V-1, dengan simulasi penggabungan menjadi bergeser ke kuadran II di Gambar V-2. Hal ini berarti memberikan hasil positif atau lebih baik karena sebelum digabung penyuling tidak termasuk pada sektor kunci tetapi setelah digabung penyuling naik dari kuadran III ke kuadran II dan sekaligus memperpendek jalur distribusi.
75
Tinggi Rendah
KAITAN KE DEPAN
KAITAN KE BELAKANG Tinggi
Rendah
Kuadran I
Kuadran II Pengumpul Petani/Penyuling Kuadran IV
Kuadran III Distributor
Gambar V-3. Plot Analisis Backward Linkages dan Forward Linkages Simulasi Penggabungan Petani/Penyuling Berdasarkan analisis di atas, analisis kebijakan yang dibutuhkan dari pemerintah antara lain seperti: 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia dengan kegiatan: -
Melaksanakan
pendidikan,
pelatihan,
dan
penyuluhan
untuk
meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat menghasilkan minyak atsiri yang sesuai dengan standar standar internasional. -
Meningkatan kualitas unit-unit pendidikan dan sekolah kejuruan yang dapat menghasilkan hasil-hasil penelitian yang berguna untuk meningkatkan kualitas minyak dan diharapkan sekaligus menjadi produk yang siap pakai untuk konsumen akhir.
2. Pengembangan teknologi tepat guna: -
Memberikan bantuan alat penyulingan yang tepat guna supaya menghasilkan minyak yang sesuai dengan permintaan ekspor dan juga dapat diolah langsung menjadi produk yang lebih hilir yaitu untuk minyak wangi, kosmetik dan sabun.
-
Memberikan bantuan alat refraksinasi pemurnian minyak atsiri untuk pengolahan lebih lanjut untuk mengaplikasikan kegunaan minyak atsiri sebagai bahan dasar produksi kosmetik, sabun dan wewangian.
76
3. Pemberian subsidi kepada petani/penyuling: -
Memberikan subsidi dalam bentuk insentif bagi kelompok-kelompok yang berhasil memproduksi minyak yang siap dipasarkan langsung ke distributor tanpa melalui jalur pengumpul sehingga termotivasi untuk tetap pada kegiatan petani dan penyuling walaupun terjadi fluktuasi harga dipasaran karena ada persaingan dengan produk negara lain.
-
Memberikan bantuan jaminan sistem kerjasama dengan pihak pihak perbankan yang bersangkutan.
4. Pengusulan kepada Departemen Perkebunan untuk rancangan kebijakan: -
Mengadakan sistem penanaman silang dalam rangka menjaga kekontinuan bahan mentah tanaman penghasil minyak atsiri sebagai bahan baku utama proses penyulingan sehingga kestabilan harga tetap terjaga dengan masa panen yang bergantian setiap tahun.
-
Memberikan bantuan bibit unggul tanaman penghasil minyak atsiri untuk meningkatkan mutu produksi minyak atsiri.
77
Tabel V-5. Analisis Kebijakan Simulasi Penggabungan Kegiatan Petani/Penyuling No. Hasil Pengolahan Data 1. Backward Linkages petani/penyuling minyak atsiri akar wangi (1.1128)
2. Forward Linkages petani/penyuling minyak atsiri akar wangi (0.4278)
Analisis Rancangan Kebijakan Kegiatan petani yang sekaligus menjadi a. Memberikan saran untuk Departemen penyuling mempunyai angka diatas satu Perkebunan untuk mengadakan sistem menandakan kegiatan tersebut berada di penanaman silang sehingga kontiniutas atas rata-rata berarti dapat menarik bahan baku dapat terjaga sebagai bahan kegiatan di belakangnya yaitu kegiatan utama dari proses penyulingan minyak diperkebunan (on farm) dimana output atsiri sehingga ada pergantian masa dari perkebunan adalah input untuk panen. kegiatan petani/penyuling. b. Memberikan bantuan bibit unggul tanaman penghasil minyak atsiri untuk meningkatkan kualitas tanaman sehingga setelah diolah menjadi minyak atsiri yang berkualitas. Forward Linkages masih dibawah satu a. Memberikan subsidi berupa insentif berarti kegiatan ini masih sentisitf kepada kelompok-kelompok yang dengan kegiatan di depannya karena berhasil memproduksi minyak yang dapat masih belum mampu menghasilkan langsung dipasarkan ke distributor dan produk yang dapat langsung dipasarkan konsumen akhir. ke distributor dan konsumen akhir tapi harus melalui kegiatan pedagang b. Memberikan jaminan untuk dapat pengumpul. menjalin kerjasama dengan pihak perbankan sehingga dapat menambah investasi dan pada akhirnya sanggup memproduksi minyak atsiri sesuai permintaan konsumen.
78
3. Angka nilai tambah pada tabel input Kenaikan angka nilai tambah dari Meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui: output petani/penyuling minyak atsiri akar sebelumnya memberikan hasil yang a. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan wangi (94,727.25) posisif karena mempunyai angka paling sehingga dapat mengubah pola pikir yang besar dibandingkan dengan kegiatan tradisional kearah yang lebih modern. lainnya yaitu pengumpul dan distributor, jadi disini diperlukan b. Peningkatan kualitas unit-unit pendidikan peningkatan dari keadaan yang sudah dan sekolah kejuruan sehingga dapat ada menghasilkan penelitian yang dapat meningkatkan mutu minyak bahkan diharapkan menjadi produk yang siap dipasarkan langsung ke konsumen akhir. Peralatan penyulingan yang masih Memberikan bantuan peralatan yang sederhana sehingga belum mampu berteknologi tepat guna: untuk meningkatkan kualitas minyak a. Untuk meningkatkan mutu minyak atsiri atsiri sehingga permintaan dari sesuai dengan standar internasional. konsumen belum dapat terpenuhi. b. Untuk refraksinasi minyak atsiri sehingga dapat dilanjutkan kepada pengolahan lebih hilir yaitu industri kosmetik, sabun dan wewangian.
79