GLOBAL MARKET UPDATE Bayu Cahyadi
[email protected]
PROFITING FROM OIL PRICE CORRECTION
Turunnya harga minyak dunia cukup menguntungkan Indonesia yang merupakan net importir minyak. Defisit neraca berjalan Indonesia berpotensi membaik, menyentuh 2-2.5% GDP di tahun 2015, dengan asumsi rata-rata harga minyak dunia di level USD 80. Beberapa sektor juga akan terkena dampak positif dari turunnya harga minyak dunia terutama sektor Aviasi. Oleh karena itu, kami mencoba untuk melihat lebih detail PT Garuda Indonesia Tbk (BUY, TP 640/saham).
4 December 2014
www.profindo.com
Terkoreksi > 30%. Harga minyak dunia terkoreksi lebih dari 30% pada tahun 2014, melewati level psikologis USD 70/barel. Koreksi tersebut dipicu oleh booming shale gas di Amerika. Rusia Dirugikan. Sebagai dampaknya, negara-negara yang bergantung dari ekspor minyak pun dirugikan. Rusia menjadi negara yang paling dirugikan karena saat ini juga sedang menghadapi sangsi dari negara Barat akibat dari konflik Ukraina pada awal tahun ini. Indonesia Diuntungkan. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara net importer minyak sehingga cukup diuntungkan dari turunnya harga minyak dunia ini. Indonesia dapat menghebat sekitar USD 8 miliar per tahun akibat dari turunnya harga minyak dunia Positif untuk Perkapalan dan Penerbangan. Kami melihat sektor perkapalan dan penerbangan akan diuntungkan karena biaya operasional paling besar dari penggunaan minyak dan tidak menggunakan bahan bakar subsidi. Perusahaan seperti WINS, APOL, MBSS, TMAS dan GIAA diuntungkan karena biaya paling besar berasal dari minyak. Garuda Indonesia. Kami melihat, PT Garuda Indonesia Tbk menjadi perusahaan yang paling diuntungkan karena sejauh ini terus tertekan akibat dari tingginya harga avtur. GIAA juga tidak melakukan hedge harga minyak sehingga turunnya harga minyak akan menguntungkan. Secara operasional, permintaan penerbangan GIAA cukup tinggi, mencapai 25 juta penumpang di tahun 2013.
Profiting from Oil Price Correction
TABLE OF CONTENTS Executive Summary
1
Table of Contents
2
Oil Price Correction
3
Crude Oil Price Nightmare
3
Hammering Oil Exporter Countries
4
Any Future Uptrend for Oil Price?
5
What will Happen to Indonesia?
5
Benefiting Transportation Sector
5
Our Pick: PT Garuda Indonesia Tbk
6
Page |2
Profiting from Oil Price Correction
Oil Price Correction Diantara banyak energi, minyak merupakan primadona, terlihat dari tingkat konsumsi yang terus meningkat dari 59.9 juta barel per hari (bph) tahun 1980 menjadi 87.4 juta bph FY11. Menurut EIA, Amerika menjadi konsumen terbesar dengan tingkat konsumsi 18.5 juta barel perhari, disusul China sebanyak 9.9 juta bph pada tahun 2012. Secara logika, peningkatan tingkat konsumsi ini seharusnya terus menopang harga minyak dunia. Akan tetapi, sepanjang tahun 2014 harga minyak dunia terus turun hingga 39.02% dari level tertinggi Juni 2014. Saat ini harga minyak dunia berada di bawah level psikologis yaitu USD 70/barel. Dengan begitu, akan sangat penting mengetahui dampak yang akan terjadi dari turunnya harga minyak dunia. Exhibit 1. Five Year Crude Oil Price
Source: infomine.com
Crude Oil Price Nightmare Booming shale gas di Amerika menjadi bencana bagi harga minyak dunia karena diklaim lebih murah yang secara tidak langsung akan mengurangi permintaan minyak dunia. Trend digunakannya shale gas makin meningkat dengan semakin canggihnya teknologi dalam dekade terakhir, produksi pun meningkat dari 560 mtoe (million ton of oil equivalent) di tahun 2005 menjadi 664 mtoe, +18.57% di tahun 2013. Menurut penelitian, potensi jumlah shale gas di Amerika diestimasikan sebanyak 482 triliun kaki kubik. Produksi shale gas sendiri naik 12 kali lipat sejak tahun 2000, diharapkan trend ini terus meningkat dari 5 triliun kaki kubik menjadi 13.6 triliun kaki kubik di tahun 2035. Exhibit 2. U.S. Dry Gas Resources
Source: U.S. Energy Information Administration
Peningkatan produksi ini akan mampu menjaga kebutuhan energi dan mengurangi kebutuhan impor energi di Amerika. Proyek ini mendapatkan dukungan positif karena lahan pekerjaan bertambah untuk membangun fasilitas produksi shale gas. Tidak hanya itu, pendapatan pajak dan royalti untuk pemerintah juga meningkat. Berdasarkan laporan tahun 2011, industri shale
Page |3
Profiting from Oil Price Correction gas sendiri telah mempekerjakan 600.000 penduduk Amerika dan berkontribusi sebesar USD 118.2 miliar GDP bagi Amerika. Sementara itu, produksi minyak Amerika yang terus turun dari 534 juta ton tahun 1970 ke 305 juta ton di tahun 2008 telah berbalik naik 64% menjadi 499 ton di tahun 2013. Kenaikan produksi inilah yang menjadi salah satu penyebab turunnya harga minyak dunia. Ditambah lagi produksi shale oil di Amerika ternyata hanya sekitar USD 50/barel, lebih rendah dari Kanada dan Brazil yang berada dikisaran USD 70/barel.
Hammering Oil Exporter Countries Exhibit 3. US Natural Gas and Oil Production
Source: Energy Information Administration
Kenaikan produksi gas alam di Amerika ini menyebabkan perbedaan harga gas antara Amerika dengan Jerman dan Jepang semakin lebar. Hal ini menyebabkan impor gas dari luar ke Amerika terus mengalami penurunan. Selain itu, penggunaan batubara juga semakin turun, menyebabkan surplus penawaran batubara. Exhibit 4. World Natural Gas Prices
Source: IMF
Koreksi harga minyak merugikan negara-negara eksportir minyak seperti dapat dilihat di bawah. Terlihat Saudi Arabia dan Russia menjadi negara yang paling dirugikan karena turunnya harga minyak dunia. Russia menjadi negara yang paling terpukul karena penurunan harga minyak dunia yang juga dihadapi oleh sangsi dari negara Barat akibat dari konflik Ukraina. Koreksi harga minyak menyebabkan Gazprom, eksportir gas Rusia terpukul karena kontrak harga gas berkorelasi tinggi dengan harga minyak dunia. Kombinasi koreksi harga minyak dan sangsi dari negara Barat membuat Russia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi FY15 dari +1.2% menjadi +0.8%.
Page |4
Profiting from Oil Price Correction Saudi Arabia Russia United Arab Emirates Kuwait Iraq
Exhibit 5. Oil Exporter Countries 8865 Nigeria 7201 Qatar 2544 Iran 2347 Angola 2247 Venezuela Source: EIA
2224 1829 1728 1713 1712
Any Future Uptrend for Oil Price? Exhibit 6. Oil Price Chart
Terlihat dari grafik di atas, harga minyak terus turun menyentuh yang dinamakan uptrend line sejak akhir tahun 1998. Bila dilihat dari sejarah, harga minyak sempat menyentuh level USD 116/barel pada April 1980 dan terus terkoreksi sampai menyentuh bottom pada Desember 1998. Koreksi ini berpotensi terus berlanjut apabila supply minyak dunia tidak dikurangi, mengimbangi permintaan minyak yang melambat akibat dari booming shale gas di Amerika.
What will Happen to Indonesia Dari sisi makro, turunnya harga minyak dunia akan membantu perekonomian Indonesia yang merupakan net importir minyak. Kapasitas produksi BBM dalam negeri hanya 650.000 bph, tidak mampu menutupi kebutuhan sebesar 1.5 juta bph, memaksa Indonesia impor sebanyak 850K bph, setara USD 120-150 juta. Turunnya harga minyak berpotensi mengurangi beban senilai USD 24 juta perhari atau USD 8.76 miliar per tahun. Dampaknya pun mulai terlihat. Oktober 2014, neraca perdagangan tercatat surplus USD 23.2 juta, lebih baik dari ekspektasi defisit USD 60 juta. Melihat ekonomi Indonesia yang cenderung positif, terdapat potensi bagi investor asing untuk berinvestasi baik dalam bentuk FDI ataupun ke pasar modal. Presiden Jokowi pun sudah mempromosikan Indonesia dengan baik dan mengambil langkah agresif untuk menaikkan harga BBM subsidi.
Transportation Sector Secara industri, sektor transportasi akan diuntungkan karena biaya operasional akan cenderung turun. Indeks Dow Jones Transportation Average naik dari 7287 di awal tahun ke 8948.96, +22.8% YTD.
Page |5
Profiting from Oil Price Correction 1 Year Chart: Dow Jones Transportation Average
Source: YahooFinance
Sektor transportasi di Indonesia diuntungkan sama seperti sektor transportasi di Amerika, terutama perusahaan yang sebelumnya sudah menggunakan bahan bakar non-subsidi: industri perkapalan dan penerbangan. Sementara itu, sektor transportasi umum seperti taksi dan sewa kendaraan masih negatif akibat dari kenaikan harga BBM subsidi. Perusahaan yang menggunakan bahan bakar non-subsidi: SMDR, LEAD, WINS, MBSS, GIAA, TPMA, TRAM, CANI, BBRM, NELY dan APOL. Sedangkan perusahaan yang menggunakan bahan bakar subsidi: BIRD, TAXI, WEHA, LRNA, ASSA, ZBRA dan CPGT. Kami melihat perusahaan perkapalan diuntungkan karena turunnya harga minyak dunia dan dukungan pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Jokowi. Pada tanggal 9 November, presiden Jokowi menyatakan keinginannya mengembangkan 24 pelabuhan baru dalam lima tahun ke depan. Studi ke Pacific International Container Port, Tianjin, Cina yang merupakan pelabuhan tersibuk di dunia sudah dilakukan oleh pemerintah. Tahun 2015, Jokowi akan mulai membangun empat pelabuhan yang biayanya mencapai Rp 70 triliun/pelabuhan. Dengan dibangunnya pelabuhan, penggunaan kapal kami perkirakan akan meningkat. Biaya transportasi untuk perkapalan sendiri juga akan cenderung turun karena jumlah pelabuhan yang lebih banyak. Selama ini, banyak pengusaha mengeluh karena antrian di pelabuhan sangat panjang sehingga biaya menjadi mahal. Perusahaan yang diuntungkan dari turunnya harga minyak dunia adalah GIAA.
PT Garuda Indonesia Tbk – Profit Ahead
Garuda Indonesia merupakan perusahaan penerbangan dengan pelayanan kelas ekonomi terbaik di Indonesia. Terlihat juga jumlah penumpang yang menggunakan jasa Garuda juga terus meningkat mencapai 25 juta penumpang FY13, +22.3% YOY. Perseroan juga terus menambah jumlah pesawat akibat tingginya permintaan, menargetkan untuk mengoperasikan 169 unit pesawat pada tahun 2014.
Page |6
Profiting from Oil Price Correction Akan tetapi, kinerja perseroan sejauh ini terus merugi akibat dari tingginya harga avtur. Dengan turunnya harga minyak dunia, diharapkan kinerja perseroan akan membaik. Biaya bahan bakar pada 3Q14 merepresent sebesar 41.95% dari total revenue. Dengan asumsi turunnya harga avtur sebesar 30%, perseroan akan menghemat USD 470.6 juta. Dengan begitu, kami mengestimasi perseroan di tahun 2015 dapat mencatatkan laba bersih USD 172 juta, membaik dari yang sebelumnya merugi. Kami mengestimasikan harga wajar saham GIAA senilai Rp 640/saham, ditradingkan pada PER 8x FY15F dengan asumsi nilai tukar 1 USD = 12.000.
Page |7
Profiting from Oil Price Correction KANTOR PUSAT
KANTOR CABANG BANDUNG
http://www.profindo.com
Gedung Permata Kuningan, Lt. 19 Jl. Kuningan Mulia, Kav. 9C, Guntur Setiabudi Jakarta Selatan 12980 Phone : +62 21 8378 0888 Fax : +62 21 8378 0889
Jl. Sunda No. 50B Bandung, Jawa Barat Phone : +62 22 420 2678 Fax : +62 22 420 2676
EMAIL :
[email protected] [email protected]
DISCLAIMER This research report is prepared by PT PROFINDO INTERNATIONAL SECURITIES for information purposes only and is not to be used or considered as an offer or the solicitation of an offer to sell or to buy or subscribe for securities or other financial instruments. The report has been prepared without regard to individual financial circumstance, need or objective of person to receive it. The securities discussed in this report may not be suitable for all investors. The appropriateness of any particular investment or strategy whether opined on or referred to in this report or otherwise will depend on an investor’s individual circumstance and objective and should be independently evaluated and confirmed by such investor, and, if appropriate, with his professional advisers independently before adoption or implementation (either as is or varied).
Page |8