PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN TIPE TGT (Penelitian Kuasi Eksperimen di MAN 1 Bekasi)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH LISNAWATI NIM. 107016100998
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H /2014 M
ABSTRAK
Lisnawati (107016100998), Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT). Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bekasi pada kelas XI.1 (kelas STAD) dan kelas XI.3 (kelas TGT) pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan, tahun ajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontest. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kedua kelas tersebut. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posttest. Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung sebesar 4,81 dan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2,00. Dengan demikian, terlihat bahwa thitung > ttabel, sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan STAD. Hal tersebut terlihat dari rerata skor posttest antara kedua kelas tersebut. Kelas yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rerata skor posttest sebasar 61 dan kelas yang diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki rerata skor posttest sebasar 76.
Kata Kunci: Hasil belajar biologi, Student Achivement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT).
ii
ABSTRACT
Lisnawati (107016100998), The Comparison Of The Students’ Learning Result Between Cooperative Learning Model type Student Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT) . S1 Thesis, The Study Program of Biology Education, Department of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta, 2014.
The aim of this research was to find out the differences of biology learning result in two experiment classes through the cooperative learning model type STAD and TGT. The research was done in MAN 1 Bekasi. There were two classes involved in this research, they were XI.1 class (that was implemented STAD) and XI.3 class (that was implemented TGT) on the concept of the respiratory system in humans and animals,the school years 2014. Quasi eksperiment method was used in this research with purposive sampling technique. The instrument that used in this research is consist of two instrument, they are test and nontest. The result of the research showed that there are significant differences in biology learning result between two experiment classes. It can be conclude that based on the result of statistical test of hypothetical testing that used t-test in both of posttest score showed that tcount value is 4,81, and ttable value in degree of significance 5% is 2.00. It can be seen that tcount > ttable value, so that the null hypothesis is rejected. Moreover, the result of the research showed that cooperative learning model type TGT is better than STAD. It was showed by the average of posttest score between two experiment classes. The average of posttest score at class that implemented cooperative learning model type STAD is 61, and the average of posttest score that conducted TGT is 76.
Keyword: biology learning result, student achivement division (STAD), team games tournament (TGT).
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur atas segala rahmat dan hidayah Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan segala nikmat, kesabaran, dan kekuatan kepada penulis. Alhamdulillah, atas ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya, yang senantiasa menginspirasi penulis untuk selalu istiqomah menjadi ummatnya. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini tidak telepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mencurahkan segenap pikiran, memberikan dorongan, bantuan baik material maupun spiritual. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph, D., Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. 3. Ahmad Sofyan, M.Pd, dosen pembimbing I dan Meiry Fadilah Noor, M.Si, dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah di Jurusan Pendidikan IPA yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. 5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Abdul Hafidz dan Ibunda Saliyem yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, memberi dukungan berupa moril maupun spirituil dan mengajari penulis untuk selalu sabar dan tegar. 6. Suami tercinta Nirwan, serta adiku Haryani, Muzabin Choliq, dan Iis Maliah, yang selalu memberikan do’a, dukungan, dan motivasi kepada penulis. 7. Sahabat-sahabat Biologi A angkatan 2007 terutama genk cuap-cuap: Ane, Fuzy, Nafis, Endah, Iie, Ita, Puji, Maria dan Afifah atas dukungan dan semangat dari kalian, tak terasa kita bisa melalui semua ini dengan indah. 8. Teman-teman seperjuangan khususnya biologi 2007 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah berjuang keras melewati hari-hari perkuliahan yang penuh suka dan duka.
iv
9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Semoga semua kebaikannya dijadikan amal shaleh dan senantiasa diberikan kemuliaan, Amin. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 23 Mei 2014 Penulis
Lisnawati
v
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. i ABSTRAK ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 6 C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 7 D. Perumusan Masalah ................................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7 F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 BAB II. DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ...................................................................................... 8 1. Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 8 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...................................... 21 3. Model Pembelajaran Kooperatif TGT ................................................. 24 4. Persamaan dan Perbedaan STAD dan TGT ........................................ 28 5. Hakikat Belajar .................................................................................... 29 6. Hasil Belajar ........................................................................................ 31 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 34 C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 36 D. Pengajuan Hipotesis ................................................................................... 38 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 39
vi
B. Metode dan Desain Penelitian.................................................................... 39 C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 40 D. Teknik PengumpulanData .......................................................................... 40 E. Instrumen Penelitian................................................................................... 41 F. Kalibrasi Instrumen .................................................................................... 42 G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46 H. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 48 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 49 B. Analisis Data ............................................................................................. 50 C. Pembahasan ............................................................................................... 56 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 61 B. Saran .......................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 63 LAMPIRAN ........................................................................................................ 66
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif .................................... 17 Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional ................................................................................ 18 Tabel 2.3 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu ......................................... 23 Tabel 2.4 Perolehan Skor dan Penghargaan Tim Tipe STAD ................................... 23 Tabel 2.5 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif STAD ................................................ 24 Tabel 2.6 Cara Menentukan Penghargaan TGT ......................................................... 26 Tabel 2.7 Fase-fase dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT .................... 27 Tabel 3.1 Desain Penelitian........................................................................................ 39 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Objektif................................................................ 41 Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen ................................................................... 44 Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ................................................................. 45 Tabel 3.5 Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal ................................................. 46 Tabel 4.1 Data Pretest Kelas STAD dan TGT ........................................................... 49 Tabel 4.2 Data Posttest Kelas STAD dan TGT ......................................................... 50 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas STAD dan TGT ................................. 51 Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas STAD dan TGT................................ 51 Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas STAD dan TGT ............................. 52 Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas STAD dan TGT ............................ 52 Tabel 4.7 Hasil Uji “t” Posttest .................................................................................. 53 Tabel 4.8 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan TGT .............. 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Aturan TGT ........................................................................................... 27
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 RPP Kelas STAD.................................................................................... 66 Lampiran 2 RPP Kelas TGT ...................................................................................... 74 Lampiran 3 LKS STAD dan TGT .............................................................................. 82 Lampiran 4 Daftar Pertanyaan Kuis dan Turnamen .................................................. 90 Lampiran 5 Kisi-kisi Instrumen Valid ....................................................................... 94 Lampiran 6 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen .................................................................. 95 Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar .................................................................. 111 Lampiran 8 Rekap Analisis Butir Soal dengan Anates .............................................. 116 Lampiran 9 Lembar Pembagian Kelompok STAD dan TGT .................................... 117 Lampiran 10 Lembar Skor Kuis dan Turnamen .......................................................... 119 Lampiran 11 Tabel Nilai Pretest dan Posttest Kelas STAD ........................................ 120 Lampiran 12 Tabel Nilai Pretest dan Posttest Kelas TGT .......................................... 121 Lampiran 13 Penghitungan Mean, Median, Modus, Varians, dan Standar Deviasi .... 122 Lampiran 14 Uji Normalitas ........................................................................................ 131 Lampiran 15 Uji Homogenitas ..................................................................................... 135 Lampiran 16 Uji Hipotesis Statistik ............................................................................. 137 Lampiran 17 Lembar Observasi Kelas STAD dan TGT.............................................. 139 Lampiran 18 Penghitungan Lembar Observasi Kelas STAD dan TGT ....................... 140 Lampiran 19 Lembar Uji Referensi ............................................................................. 144
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin keberlangsungan hidup suatu negara dan bangsa. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk membangun manusia yang berperan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Perwujudan masyarakat atau bangsa yang berkualitas satu sisi menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik agar menjadi subyek yang dapat berperan secara aktif dalam pembangunan dengan menampakkan keunggulan dirinya yang tangguh, kretaif, mandiri, dan professional dalam bidangnya masing-masing. Kondisi yang disebutkan di atas sudah tertuang dalam tujuan pendidikan karena pendidikan yang mempunyai arti sebagai proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan perkembangan mental serta kualitas pengetahuan peserta didik. Selain itu pendidikan juga mempunyai tujuan yaitu terjadi perubahan, perkembangan, kemajuan, baik dalam aspek fisik-motorik, intelek, sosial emosional maupun sikap dan nilai. Pendidikan saat ini menjadi pegangan yang paling penting yang harus dimiliki manusia atau masyarakat. Istilah-istilah yang sering ditemui dalam dunia pendidikan antara lain kurikulum, sekolah, guru, siswa atau murid, pembelajaran, termasuk pemerintah dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam sistem pendidikan. Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa. Guru mengajar dan siswa belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk suatu konsep.1
1
Muhaemin, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi pada Siswa Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 melalui Pendekatan Konsep. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 4, nomor 1, 2006, h. 85.
1
2
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.2 Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran saat ini harus mengalami perubahan, yaitu siswa tidak hanya menjadi objek dalam pembelajaran, tetapi juga harus aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang biasa dilakukan adalah pembelajaran dimana guru berperan aktif dalam memberi informasi dan pengetahuan kepada siswa dan menjadi pusat kegiatan pembelajaran tanpa melibatkan peran aktif siswa (teacher centered), namun yang seharusnya berlaku sekarang adalah sistem pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa sehingga siswa mampu memperoleh pengetahuan dengan keaktifannya sendiri (student centered). Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa, sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain.3 Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran di kelas, komponen utama adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat, karena metode pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Rendahnya prestasi belajar siswa disebabkan karena lemahnya strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Penggunaan metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar, menyebabkan siswa lebih banyak pasif sehingga hasil belajarnya tidak optimal, Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar masih ditemukan berbagai kelemahan antara lain, 2
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarta : BSNP, 2006), h. 451. 3 Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta : Grasindo, 2005), cet. 4, h. 7.
3
yaitu kurangnya keaktifan dalam pembelajaran, kurangnya kemandirian dalam mengemukakan pendapat, kurang bekerjasama, kurangnya menghargai pendapat orang lain, kurang mengontrol diri, kurang sportif, dan kurangnya memotivasi teman belajar.4 Berbagai
metode
pembelajaran
dari
tahun
ke
tahun
telah
dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang dapat mengembangkan daya nalar, kreatifitas, dan keaktifan siswa. Berbagai upaya dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mendapatkan hasil belajar biologi yang lebih baik. Salah satu strategi yang digunakan oleh guru untuk memotivasi dan mengaktifkan siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok - kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat orang lain dan berkerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran dan meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Dengan adanya komunikasi antara anggota-anggota kelompok di dalam pembelajaran kooperatif, maka pengetahuan serta pengalamannya tersampaikan, sehingga dapat menambahkan pengetahuan, meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan hubungan sosial setiap anggota dalam kelompok.5 Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil, karena tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang diterimanya. Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, dua diantaranya adalah Student Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT). 4
Andi Makasau, ”Penerapan Model Kooperatif Teknik TGT dalam Pembelajaran Siswa”, Pendidikan & Pembelajaran, 1, 15, 2008, h. 61-62 5 Robert E. Slavin, Cooperative Learning teori, Risert dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 8, h. 5
4
Di dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa akan belajar bersama dalam kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat dari orang lain dan berkerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya, membantu memudahkan menerima materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berfikir dalam memecahkan masalah. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, mengembangkan sikap sosial siswa, meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar, motivasi, hasil belajar dan menyimpan materi pelajaran yang lebih lama.6 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dan memotivasi siswa untuk saling mendukung satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Sistem evaluasi dengan memberikan kuis secara periodik dalam STAD dapat melatih siswa agar terbiasa menghadapi soal-soal dalam tes dan membantu siswa untuk menguasai konsep-konsep dalam materi pelajaran sehingga dapat memberikan hasil belajar biologi siswa yang lebih baik. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa berkompetisi dalam meja-meja turnamen dengan siswa yang berkemampuan hampir sama untuk mewakili masing-masing kelompoknya. Dengan dilaksanakannya turnamen akademik ini siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Siswa akan berusaha membela kelompoknya agar dalam turnamen dapat mengumpulkan skor setinggi-tingginya, dan kelompok terbaik akan diberikan hadiah pada akhir turnamen, sehingga setiap kelompok berusaha untuk melaksanakan turnamen dengan sebaik-baiknya. Turnamen pada TGT dilakukan melalui permainan-permainan menarik sehingga siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang menyenangkan. Siswa menjadi termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan 6
Heri Mediastutik, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD Siswa SMAN 1 Krian Kabupaten Sidoarjo”, Vidya, 1, 14, 2006, h. 37-38
5
menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat mengaktifkan siswa dalam belajar, kemandirian dalam mengemukakan pendapat, bekerjasama, menghargai orang lain, mengontrol diri, sportif, dan memotivasi teman belajar.7 Adanya pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan STAD siswa dapat terlibat aktif dan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan STAD dan TGT terdapat kompetisi untuk memperebutkan predikat kelompok baik, sangat baik, dan super baik sesuai dengan hasil penilaian. Sehingga siswa dalam proses pembelajaran lebih termotivasi untuk memahami konsep dan diharapkan hasil belajar biologi pun dapat meningkat. Kedua model pembelajaran tersebut diharapkan dapat mengkondisikan
siswa
untuk
lebih
aktif
dalam
pembelajaran
dan
menumbuhkan motivasi belajar setiap individu, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa secara signifikan. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT yang paling efektif dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Konsep-konsep dalam ilmu Biologi diantaranya adalah konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan. Kompetensi dasar dari materi ini adalah menjelaskan
keterkaitan
antara
struktur,
fungsi,
dan
proses
serta
kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan (misalnya burung). Konsep ini siswa dituntut untuk menjelaskan organ/alat pernapasan manusia dan hewan, proses pernapasan, kapasitas paruparu, dan gangguan pada sistem pernapasan dan akibat merokok. Konsep sistem pernapasan termasuk konsep yang sulit dipahami karena konsep ini lebih banyak melibatkan kemampuan menghafal, yang membuat siswa merasa tidak tertarik untuk mempelajarinya. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran yang lebih kreatif bagi guru agar siswa dapat memahami konsep-konsep yang bersifat 7
Andi Makkasau, op. cit., h. 62.
6
hafalan tersebut secara baik. Jika metode yang digunakan oleh guru dalam materi tersebut hanya ceramah saja akan membuat siswa jenuh dan materi tidak akan dapat tersampaikan dan diingat secara maksimal. Model pembelajaran yang baik digunakan dalam rangka meningkatkan penguasaan konsep yang bersifat hafalan yaitu model pembelajaran yang menyenangkan, dan memudahkan siswa dalam menghafal dan memahami banyak konsep yang mereka anggap sulit, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Untuk mengatasi masalah tersebut pembelajaran model kooperatif tipe STAD dan TGT merupakan metode yang cocok untuk semua konsep,8 maka kedua model ini diduga dapat diterapkan pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan. Oleh karena itu jika dilihat dari persamaan dan perbedaan antara STAD dan TGT, serta konsep yang akan diberikan, maka perlu dilakukan penelitian untuk membedakan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT pada Konsep Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan.”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya mutu pendidikan berkaitan erat dengan rendahnya motivasi belajar siswa. 2. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 3. Penggunaan metode yang kurang tepat untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, sehingga siswa mengalami kejenuhan.
8
Anita Lie, op. cit., h. 59.
7
C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model STAD (Student Team Achievement Division) dan TGT (Team Games Tournament). 2. Hasil belajar yang diukur adalah aspek kognitif yaitu C1, C2, C3, dan C4. 3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pernapasan pada manusia dan hewan. 4. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI MAN 1 Bekasi
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT?”.
E. Tujuan Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe TGT.
F. Manfaat Adapun manfaat hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai motivasi guru untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dan bervariasi. Serta dapat meningkatkan profesionalisme guru. 2. Memberi masukan bagi guru dalam menyajikan materi pelajaran biologi agar mudah diserap dan dipahami oleh siswa. 3. Untuk bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT pada mata pelajaran biologi.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretis 1.
Model Pembelajaran Kooperatif a.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai “model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa atau suku yang berbeda (heterogen)”.1 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Davidson dan Wosham dalam Zulfiani adalah “model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan
menciptakan
mengintegrasikan
pendekatan
keterampilan
pembelajaran sosial
yang
yang
bermuatan
efektif
yang
akademis”.2
Pembelajaran kooperatif dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan memiliki keterampilan sosial, artinya adanya keterlibatan semua siswa dalam kelompok dalam membagi ide-ide untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Hassan S & Echols J.M istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris
yaitu “cooperative learning”. Dalam sebuah
kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasama dan Learning berarti pengetahuan atau pelajaran. Karena berhubungan dengan proses belajar mengajar maka istilah cooperative learning tersebut diartikan dengan pembelajaran kooperatif.3 Pembelajaran kooperatif menurut Arihi, L.S adalah model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap anggota kelompok harus saling kerja sama dan saling membantu untuk memahami materi, seehingga setiap siswa selain 1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 7, h. 242. 2 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2006), h. 130. 3 Ruhadi, “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetens”, Jurnal Pendidikan, vol.. 1, no. 6, 2008 , h. 44-45.
8
9
mempunyai tanggung jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung jawab dalam kelompok.4 Cooperative Learning menurut Sanjaya dalam Rusman adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara kelompok. Model pembelajaran kelompok adalah “rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tuujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”.5 Sedangkan menurut Agus Suprijono pembelajaran kooperatif adalah “konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.6 Menurut Kunandar pembelajaran kooperatif adalah “pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”.7 Sedangkan menurut Artzt dan Newman “bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”.8 Menurut Hamruni pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menerapkan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.9
4
La Iru dan La Ode, Analisis Pendekatan Metode, Strategi, dan Model-model pembelajaran. (Kendari: Multi Presindo, 2012), cet. 1, h. 47. 5 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. 3, h. 203. 6 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), cet. 7, h. 54. 7 Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Wali Press, 2007), cet. 1,h. 359. 8 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progreesif: Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet. 3, h. 56. 9 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2011), cet. 1, h. 121.
10
Cooperative Learning menurut Marjoko adalah “model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada pengalaman individual dan kelompok saling membantu, berdiskusi,
berargumentasi
dan
saling
mengisi
untuk
memperoleh
pemahaman bersama”.10 Sedangkan menurut Thomson pembelajaran kooperatif merupakan “suatu pembelajaran dengan menekankan pada aspek sosial. Siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen”.11 Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar selama berkerja satu kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman kelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.12 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif
merupakan
sistem
pembelajaran
yang
mengelompokkan siswa secara heterogen, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide antarsesama anggota kelompok sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, serta mampu mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama.
10
Marjoko, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik STAD di SMP Negeri Cilacap”, Jurnal Widyatama, vol. 1, no. 5, 2008, h. 65. 11 Suradi, “Tinjauan tentang Implementassi Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika”, Jurnal Ilmu Kependidikan, vol. 1, no. 2, 2005, h. 23-24. 12 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 41.
11
b.
Macam-macam pembelajaran kooperatif Beberapa model pembelajaran yang dikembangkan dari coopertive
learning menurut Muhamad surya diantaranya Jigsaw, STAD (Student Team Achiement Division), Team Games Tournamnet (TGT), dan pendekatan struktural yang meliputi TPS (Think Pair Share), serta NHT (Numbered Head Together).13 Tipe-tipe pembelajaran kooperatif menurut La Iru adalah sebagai berikut:14 1. Student Teams Achivement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. 2. Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan tingkat akademik. 3. Think Pair Share (TPS) TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. 4. Tim Ahli (Jigsaw) Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim heterogen yang beranggotakan 4-5 orang siswa, materi pelajaran yang diberikan pada siswa dalam bentuk teks setiap anggota bertanggung
13 14
Ibid., h. 49. La Iru dan La Ode, op. cit., h. 55-69.
12
jawab untuk mempelajari bagian tertentu bahan yang diberikan, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota tim lain. 5. Teams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbedabeda. 6. Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari suatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya. 7. Example Non Example Example Non Example adalah model pembelajaran kooperatif yang menggunakan gambar sebagai media alat peraga untuk mempermudah guru dalam menjelaskan materi. Melalui model pembelajaran Example Non Example siswa diharapkan dapat mengerti materi pelajaran dengan menganalisis contoh-contoh gambar yang ditampilkan oleh guru. Dan hasil dari analisisa tersebut dapat diuraikan di depan kelas. 8. Think Talk Write Merupakan model pembelajaran kooperatif di mana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu lewat kegiatan berpikir, berbicara/berdiskusi, bertukar pendapat, serta menulis hasil diskusi agar tujuan pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. 9. Investigasi Kelompok Investigasi Kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untu diterapkan. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang heterogen, selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh kelas.
13
c.
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Lie antara lain:
1. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling katergantungan bahan atau sumber, saling katergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah. 2. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih
mudah belajar dari sesamanya.ini juga mencerminkan konsep
pengajaran teman sebaya. 3. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberika sumbangan demi kemajuan kelompok.15 4. Partisipasi dan komunikasi Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Sebelum melakukan kooperatif, guru perlu 15
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), cet. 2, h. 40-41.
14
membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik, misalnya kemampuan
mendengarkan
dan
kemampuan
berbicara,
padahal
keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.16 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Carin sebagai berikut:17 a.
Setiap anggota mempunyai peran.
b.
Terjadi interaksi langsung antarsiswa.
c.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan temanteman kelompoknya.
d.
Peran guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan. keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok bila diperlukan. Arends
menyatakan
bahwa
pelajaran
yang
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
menggunakan
18
1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah 3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Rusman antara lain: a)
Pembelajaran secara tim
b) Didasarkan pada manajemen kooperatif c)
Kemauan untuk bekerja sama
d) Keterampilan bekerja sama.19
16
Wina Sanjaya, op.cit., h. 247. Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 132. 18 Trianto, op. cit., h. 47. 19 Rusman, op. cit., h. 207. 17
15
d.
Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson tidak semua kerja kelompok dapat
dianggap dalam keterampilan kooperatif. Untuk memperoleh hasil yang maksimal lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:20 1) Adanya saling ketergantungan yang positif (Positive Interdependence) Suasana dalam kegiatan pembelajaran kooperatif dapat diciptakan oleh guru yaitu situasi belajar yang kondusif. Situasi ini akan menimbulkan hubungan yang erat antar siswa sehingga akan timbul saling ketergantungan yang positif. Semangat kerja sama yag tinggi akan muncul dan betujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Beberapa cara membangun ketergantungan positif yaitu:21 a)
Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan tujuan mereka tidak akan tercapai.
b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mengaku berhasil mencapai tujuan. c)
Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompo hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. 2) Memiliki Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Pembelajaran kooperatif akan memunculkan sikap tanggung jawab siswa untuk melakukan yang terbaik. Dalam kelompok pembelajaran yang efektif setiap indiviu harus dievaluasi dan hasil evaluasi dikembalikan lagi ke individu dan anggota kelompoknya yang lain. Hal ini bertujuan untuk 20
Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo.2005), cet. 4, h. 31. 21 Agus Suprijono, op. cit., h. 59.
16
mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi secara individual. Sedangkan secara kelompok yaitu jika setiap anggota kelompok saling membantu, mereka harus tau siapa yang membutuhkan bantuan dan siapa yang akan membantu. 3) Adanya tatap muka (Face to face promotion interaction) Tatap muka antar siswa akan memksa siswa utntuk membangun dialog atau interaksi yang baik demi keberhasilan kelompok mereka. Interaksi antar anggota yang dilakukan secara langsung baik dalam mengerjakan tugas, berbagi pengetahuan antar anggota kelompok maupun dalam mendiskusikan konsep yang sedang dipelajari. Interaksi semacam ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dan mendiskusikan materi yang belum dipahami. 4) Komunikasi antar anggota (Participation communication) Dalam pembelajaran kooperatif komunikasi merupakan hal yang paling penting. Dengan komunikasi akan merangsang keaktifan siswa dalam berdiskusi bersama anggota kelompok untuk mendiskusikan masalah atau menyampaikan pendapatnya. 5) Evaluasi proses kelompok Yang dimaksud evaluasi kelompok adalah bahwa seluruh anggota kelompok mendiskusikan bagaimana peran mereka didalam kelompok , seberapa efektif mereka melakukan atau menyelesaikan pekerjaan, kemudian merefleksi setiap hal yang dikerjakan bersama dan memperbaiki apabila belum mencapai tujuan. Sedangkan menurut Muslimin Ibrahim ada tujuh unsur pembelajaran kooperatif yaitu:22 a.
Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
b.
Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.
c.
Siswa harus melihat semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 22
Kunandar, op. cit., h. 360.
17
d.
Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e.
Siswa dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompoknya.
f.
Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.
g.
Siswa akan diminta pertanggungjawaban secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Wina Sanjaya, ada empat unsur penting dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu: 1. adanya peserta dalam kelompok, 2. adanya aturan kelompok, 3. adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, 4. adanya tujuan yang harus dicapai23
e.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif. 24 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi
dan
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok – kelompok belajar Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar Fase 5 Mengetes materi Fase 6 Memberikan penghargaan
23
Wina Sanjaya, op.cit., h. 241-242. Trianto, op. cit., h. 48-49.
24
Kegiatan guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau bahan bacaan (teks) Guru menjelaskan kepada siswa bagaiamana caranya membentuk kelompok belajar agar melakukan perubahan yang efisien Guru membimbing kelompok– kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru memberikan cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
18
f. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Konvensional Dalam pembelajaran konvensional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional. Perhatikan tabel berikut : Tabel 2.2 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional25 Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan siswa adaya saling membantu dan saling memberikan siswa yang mendominasi kelompok motivasi sehingga ada interaksi promotif. atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas sering diabaikan mengukur penguasaan konsep pembelajaran sehingga tugas-tugas sering diborong tiap anggota kelompok, dan kelompok oleh salah seorang anggota kelompok, diberi umpan balik tentang hasil belajar para sedangkan anggota kelompok lainnya anggotanya sehingga dapat saling hanya enak-enak saja di atas mengetahui siapa yang memerlukan bantuan keberhasilan temannya yang dianggap dan siapa yang dapat memberikan bantuan. pemborong. Kelompok belajar heterogen baik Kelompok belajar biasanya homogen. kemampuan akademik, jenis kelamin, maupun ras atau suku. Pimpinan kelompok dipilih secara Pemimpin kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir untuk memberikan oleh guru atau kelompok dibiarkan pengalaman memimpin bagi anggotanya. untuk memilih pemimpinnya sendiri. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam Keterampilan sosial yang sering tidak kerja gotong royong seperti kepemimpinan, diajarkan secara langsung. kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung, guru terus melakukan intervensi sering dilakukan oleh guru pemantauan melaui observasi dan pada saat belajar kelompok sedang melakukan intervensi jika terjadi masalah berlangsung. dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara langsung Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada tugas tetapi juga hubungan antarpribadi penyelesaian tugas. yang saling menghargai.
25
Ibid., h. 43.
19
g. Keunggulan dan Kelemahan Kooperatif Ada banyak nilai lebih dari pembelajaran kooperatif di antaranya adalah: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. 5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 6. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. 7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. 8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai persfektif. 10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik 11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.26 Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Jhonson dan Jhonson, yakni:27 a. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial b. Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati c. Memungkinkan para siswa saling belajar d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen e. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 26 27
Sugiyanto, op. cit., h. 43-44. Kunandar, op. cit., h. 362-363.
20
f. Meningkatkan motivasi belajar g. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia i. Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar j. Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel sekolah. Selain keunggulan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan di antaranya sebagai berikut: 1) Untuk memahami dan mengerti filosofipembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat kooperatif learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan, akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu kerja sama dalam kelompok. 2) Ciri utama pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar yang demikian membuat siswa tidak memahami apa yang seharusnya dipahami. 3) Penilaian didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebebnarnya hasil atau prestassi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapannya. 5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemapuan yang sangat penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. 28
28
Hamruni, op. cit., h. 130.
21
2.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a.
Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut La Iru pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan
”salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali menyampaikan tujuan pembelajaran, penyampaian
materi,
kegiatan
kelompok,
kuis,
dan
penghargaan
29
kelompok”.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin dalam Isjoni adalah ”salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal”.30 Pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin dalam Trianto adalah ”siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian ssiwa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu”.31 Menurut Ruhadi STAD (student team achivement division) merupakan “salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan sebuah model pendekatan yang cocok untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif”.32
29
La Iru dan La Ode, op. cit., h. 55. Isjoni. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. (Bandung : Alfabeta, 2009), cet. 2, h. 51. 31 Trianto, op. cit., h.68-69. 32 Ruhadi, op. cit., h.48. 30
22
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif akan dijelaskan sebagai berikut:33 1. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah presentasi tersebut haruslah benarbenar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. 2. Tim Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan LKS atau materi lainnya. 3. Kuis Setelah kegiatan tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. 4. Skor kemajuan individual Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini. Setiap siswa diberikan skor ”awal”, yang 33
Robert E. Slavin, Cooperative Learning teori, Risert dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), cet. 8, h. 143-146.
23
diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor wal mereka. Tabel 2.3 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan Individu34 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Skor tes Lebih dari 10 poin di bawah nilai awal Antara 10 sampai 1 di bawah nilai awal Antara 0 sampai 10 di atas nilai awal Lebih dari 10 poin di atas nilai awal Nilai terbaik (tidak berdasarkan nilai awal)
Skor peningkatan 5 10 20 30 40
5. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi kelompok, dapat dilihat pada tabel 2.4 Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok Tipe STAD35 No 1 2 3
34
Rata-rata kelompok 15 20 25
Penghargaan Good Team (tim yang bagus) Great Team (tim yang hebat) Super Team (tim yang super)
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, op. cit., h. 141. Ibid
35
24
Tabel 2.5 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif STAD36 Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan memotivasi siswa
Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pembelajaran dan yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membimbing kelompok bekerja pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. dan belajar Mengevaluasi hasil belajar tentang materi Fase 5 Evaluasi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Mencari cara-cara untuk menghargai baik Fase 6 Memberikan penghargaan upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Fase 2 Menyajikan/menyampaikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
3.
Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament)
a.
Pengertian Model Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Menurut Afrisanti Lusita pembelajaran koperatif model TGT adalah
salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.37
36
La Iru, op. cit., h. 58. Afrisani Lusita, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif. (Yogyakarta: Araska, 2011), cet. 1, h. 80-81. 37
25
Menurut Rusman TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan
siswa
dalam
kelompok-kelompok
belajar
yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.38
b. Langkah-langkah Pembelajaran TGT Slavin menjelaskan ada lima komponen utama dalam metode TGT yaitu: pembelajaran awal, kelompok belajar (team study), permainan (games), turnamen/kompetisi
(tournament),
dan
pengakuan
kelompok
(teams
recognition).39 1) Pembelajaran awal Pembelajaran awal dalam metode TGT tidaklah berbeda dengan pengajaran biasa atau penajaran klasikal oleh guru, hanya pelajaran difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Tujuan pembelajaran awal adalah membentuk siswa dalam kecakapan komunikasi, menggali informasi, kecakapan bekerjasama dalam kelompok, dan kecakapan dalam memecahkan masalah. 2) Kelompok belajar (team study) Kelompok belajar di susun dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas, seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, ras/etnis. Pada kegiatan kelompok belajar, seluruh siswa mempelajari materi pelajaran dari berbagai sumber belajar (buku teks, internet) kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang 38 39
Rusman, op. cit., h. 224-225. Zulfiani, op. cit., h. 145-150.
26
disusun oleh guru. Setelah siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perwakilan siswa mempresentasikan hasil belajarnya. 3) Permainan (games) Permainan dalam pembelajaran kooperatif akan menimbulkan kekreatifan siswa. Kegiatan belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks. Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi-materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh mewakili masingmasing kelompok.setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut. 4) Turnamen (tournament) Turnamen adalah susunan beberapa games yang dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok pembehasan, setelah guru memberikan penyajian kelas dan kelompok telah mengerjakan lember kerjanya. Sebelum memulai pertandingan guru meminta siswa ke kelompok pertandingan. Pada meja pertandingan disediakan 1 set lembar pertandingan, kunci jawaban, kartu nomor (jumlahnya sesuai dengan nomor soal), dan format skor pertandingan. Pada awal periode permainan, umumkanlah penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu mana meja ”atas” dan yang ”bawah”. Mintalah salah satu siswa yang akan dipilih untuk membagikan satu lembar permainan, atau lembar jawaban, satu kotak kartu nomor, dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut. Pembaca pertama mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas. Dia lalu membacakan dengan keras soal yang berhubungan dengan nomor yang ada pada kartu, termasuk pilihan jawabannya jika soalnya adalah pilihan ganda.
27
Pemain 1 1. ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan. 2. bacalah pertanyaan dengan keras 3. cobalah untuk menjawab soal
Pemain 2 Menantang jika dia mau (dan memberikan jawaban berbeda) atau boleh melewatinya.
Pemain 3 Boleh menantang jika permainan 2 melewati, dan jika dia memang mau. Apabila semua pemain sudah menantang atau melewati, pemain 3 memeriksa jawaban. Siapa pun yang jawabannya benar berhak menyimpan kartunya. Jika si pembaca salah, tidak ada sanksi, tetapi jika kedua pemain 2 dan 3 salah, maka dia harus mengembalikan kartu yang telah dimenangkannya ke dalam kotak, jika ada.
Gambar 2.1 Aturan TGT
5) Penghargaan tim (team recognition) Setelah semua skor dihitung, guru segera memberikan penghargaan kepada tim. Pemberian penghargaan dapat berupa hadiah atau sertifikat atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. Kriteria penghargaan sesuai dengan tabel berikut: Tabel 2.7 Cara Menentukan Penghargaan Kriteria Rata-rata Tim 31-40 41-45 >46
Penghargaan (award) Cukup (Good team) Baik (Great team) Amat baik (Super tim)
28
Tabel 2.8 Fase-fase dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, yaitu:40 Fase
Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru memotivasi siswa belajar, dan Memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin menyampaikan tujuan dicapai pada pelajaran tersebut Fase 2 Guru menyajikan informasi dan memberikan Menyampaikan informasi materi pelajaran kepada siswa atau materi pelajaran Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengelompokkan siswa caranya membentuk kelompok agar melakukan secara heterogen transisi secara efisien dalam belajar Fase 4 Guru memotivasi serta membimbing kelompokMembimbing kelompok kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas belajar secara tournament bersama serta memandu siswa memainkan suatu permainan sesuai dengan struktur pembelajaran koopeartif Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar siswa Evaluasi menentukan skor individu dan skor rata-rata kelompok Fase 5 Guru memberikan penghargaan hasil belajar Memberikan penghargaan individual dan kelompok
4.
Persamaan dan Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan perbedaan dan persamaan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Persamaan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat dilihat dari kelompok belajar, dimana pada STAD dan TGT ini siswa dibagi menjadi kelompok kecil yang heterogen,41 jika dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, kedua model pembelajaran tersebut sama-sama melakukan diskusi kelompok siswa bekerja di dalam tim untuk menjawab pertanyaan LKS yang dibuat oleh guru dan memastikan seluruh anggota tim
40 41
La Iru, op. cit., h. 65. Trianto, op. cit., h. 84.
29
menguasai pelajaran tersebut,42 dan pada saat akhir dari pembelajaran kedua model pembelajaran ini sama-sama memberikan penghargaan (rekognisi tim) pada setiap kelompok yang terbaik.43 Sedangkan perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat dilihat dari sistem penilaian pangkatan individu, dalam STAD penilaian menggunakan kuis individual pada tiap akhir pelajaran,44 sedangkan dalam TGT penilaian menggunakan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota dari tim yang lain.45 Selain itu dalam model pembelajaran STAD sebelum menghitung skor perkembangan individu siswa diberikan skor awal, sedangkan TGT tidak terdapat skor awal tetapi langsung menghitung hasil poin turnamen siswa.46
5.
Hakikat Belajar Belajar menurut Winkel adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.47 Belajar akan mengalami perubahan tingkah laku yang terjadi melalui pengalaman dan latihan. Belajar menurut Oemar Hamalik adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.48 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, 42
Ibid., h. 84. Robert E. Slavin, op. cit., h. 167. 44 Ibid., h. 143. 45 La Iru, op. cit., h. 63. 46 Robert E. Slavin, op. cit., h. 162. 47 Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), cet. 1, h. 4. 48 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 36. 43
30
keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi hakikat belajar adalah perubahan.49 Belajar menurut Ernes ER. Hilgard adalah Learning is the process by which an activityoriginates or is charged hrought training procedures (whether in the laboratory or in the natural environments) as disitinguished from changes by factor not attributable to training. Artinya (seseorang dapat dikatakan belajar kalau dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan-latihan sehingga yang bersangkutan menjadi berubah.50 Belajar menurut Wittig dalam bukunya psychology of learning mendefinisikan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar itu adalah proses perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.51 Hintzman berpendapat bahwa belajar ialah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa memengaruhi tingkah laku organisme itu.52 Arthur T. Jersild dalam Syaiful Sagala menyatakan bahwa belajar adalah “ modification of behavior through experience and training” yaitu perubahan atau membawakan efek dari perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan.53 Zikri Neni berpendapat bahwa belajar atau yang disebut juga dengan learning, perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman.54
49
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet.2, h. 11. 50 Yatim Rianto, op. cit., h. 4. 51 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 14, h. 90. 52 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003) cet. 1, h. 220. 53 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. 8, h. 12. 54 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brothers, 2008), cet. 2, h. 82.
31
Belajar menurut Good dan Brophy merupkan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru.55 Dari berbagai teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Jadi belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar merupakan suatu proses yang terjadi secara internal yang meliputi perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan sebagainya yang tidak dapat dilihat dengan nyata.
6. Hasil Belajar Hasil belajar menurut Agus adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.56 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan.57 Nana Sudjana menyatakan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman mengajarnya.58 Sedangkan menurut Gagne hasil belajar meliputi informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.59
55
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), cet.
23, h. 85. 56
Agus Suprijono, op. cit., h. 7. Ibid., h. 5. 58 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), cet. 14, h. 22. 59 Ibid. 57
32
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar, dapat dilihat dari perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh orang tersebut. Jika sesesorang sudah menunjukkan suatu bentuk perubahan yang berarti atau suatu perubahan kearah yang lebih baik, maka orang tersebut dapat dikatakan sudah memperoleh keberhasilan dalam belajar. Namun jika seseorang tidak menunjukkan perubahan apa-apa atau bahkan perilaku dan tindakan menjadi lebih buruk maka orang tersebut dapat dikatakan belum berhasil dalam belajar atau gagal. Begitu juga dengan seorang pelajar, jika siswa sudah menunjukkan suatu perubahan kearah yang lebih baik maka siswa tersebut dikatagorikan berhasil dalam proses belajar di sekolah. Namun, jika tidak terjadi perubahan maka siswa tersebut dikatakan belum berhasil. Penilaian hasil belajar siswa dapat ditinjau dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.60 1.
Ranah kognitif Merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental atau
otak. Kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif adalah: hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). 2.
Ranah afektif Ranah ini berkaitan dengan sikap dan nilai siswa. Dapat terlihat pada
berbagai tingkah laku seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat pada guru, dan sebagainya. 3.
Ranah psikomotor Ranah ini berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak siswa setelah menerima pelajaran tertentu. Simpon menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi siswa merupakan skor yang diperoleh oleh seorang siswa 60
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), Cet ke-1, h. 14.
33
selama melakukan proses pembelajaran dan dapat dinilai melalui kemampuan kognitif, afektif dan kemampuan psikomotor. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Muhibbin Syah mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu:61 a. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: 1)
Aspek Fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat
kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya,
dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:1) tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa. b.
Faktor Eksternal Siswa Seperti faktor internal, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam,
yakni: 1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi belajar siswa. Selain itu yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. 2. Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alatalat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. 61
Muhibbin Syah, op. cit., h. 132.
34
c.
Faktor Pendekatan Belajar Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan dimuka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang mengaplikasikan pendekatan belajar suevace atau reproduktif. B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Jumrah, bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses belajar siswa yang berdampak pada peningkatan ketuntasan hasil belajar. 62 Hendrik Arung Lamba dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat perbedaan perolehan hasil belajar fisika yang signifikan antara pembelajaran kooperatif model STAD dan pembelajaran klasikal terhadap hasil belajar fisika siswa kelas satu SMA GKTS Imanuel Palu. Metode pembelajaran kooperatif lebih unggul dari pada metode pembelajaran klasikal dalam mempengaruhi hasil belajar fisika.63 Heri Midiastutik dalam penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.64 Leonard dalam penelitiannya menyatakan bahwa rata-rata peningkatan prestasi belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran 62
Jumrah, “Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Asam-Basa”, Jurnal Media Ekstra, vol. 2, no. 2, 2006, h.114. 63 Hendrik Lamba Arung, ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA”, Jurnal Ilmu Pendidikan, vol. 2, no. 13, 2006, h. 127. 64 Heri Midiastutik, “Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD siswa SMA Negeri 1 Krian Kabupaten Siduarjo”, Jurnal Vidya, vol. 1, no. 14, 2006, h. 46.
35
kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Rata-rata peningkatan prestasi belajar siswa untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 43% berada pada kriteria sedang, sedangkan untuk kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 29% berada pada kriteria rendah.65 Menurut Fitri Handayani, dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun afektif, selain itu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sangat disenangi siswa.66 Darsono sigit dan Fauziatul Fajaroh dalam penelitiannya bahwa hasil belajar biologi kelompok TGT lebih tinggi dibanding kelompok STAD dan kontrol. Hasil belajar kelompok STAD lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Baik model pembelajaran kooperatif STAD maupun TGT dapat diterapkan dalam pembelajaran koloid, dan ketertarikan siswa terhadap TGT tampaknya lebih besar dibanding terhadap STAD.67 Andi Makkasau dalam penelitiannya bahwa penerapan model kooperatif teknik TGT dalam pembelajaran strategi belajar sains untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa, meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif belajar mahasiswa baik secara perorangan maupun kelompok. Hasil belajar mahasiswa setelah pelaksanaan TGT ternyata cukup signifikan.68
65
Leonard, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia”, Jurnal Ilmu Exacta, vol. 2, no. 1, 2009, h. 97. 66 Fitri Handayani, “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri I Purwodadi Kabupaten Pasuruan Pada Materi Keragaman Bentuk Bumi”, Jurnal Kependidikan, vol. 2, no. 2, 2010, h. 175. 67 Darsono Singgit, Fauziatul Fajaroh, ”Implikasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD dan TGT terhadap Kualitas Proses Hasil Belajar Kimia Siswa SMA”, Jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol. 1, no. 13, 2006, h. 103. 68 Andi Makkasau, ”Penerapan Model Kooperatif Teknik TGT dalam Pembelajaran Siswa”, Jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol. 1, no. 15, 2008, h. 69.
36
Masriani dalam penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem eksresi manusia dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran di kelas cukup antusias.69 Budi Suseno dalam penelitiannya bahwa model TGT dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar siswa materi reproduksi invertebrate dan semakin besar rasa ingin tahu siswa akan materi dari suatu konsep biologi yang diajarkan oleh guru.70 Ircham Junaidi dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan strategi pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar dan dapat menimbulkan respon positif dan sangat membantu siswa dalam penguasaan konsep klasifikasi invertebrata.71
C. Kerangka Pikir Pembelajaran merupakan suatu sistem yang tersusun atas beberapa komponen
yang
saling
mempengaruhi
antara
guru,
siswa,
materi
pembelajaran, alat dan metode. Pendidikan biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses belajar mengajar IPA tidak hanya berlandaskan pada teori saja, tetapi lebih menekankan pada prinsipprinsip suatu proses belajar mengajar. Pembelajaran biologi yang diberikan di SMA bersumber dari guru dan buku teks saja. Proses pembelajaran bukanlah sekedar menyampaikan 69
Masriani, “Pengaruh Penereapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 21 Palu”, Jurnal Biodidaktis, vol. 1, no. 5, 2011, h. 33. 70 Budi Suseno, “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sistem Reproduksi Invertebrata Melalui Optimalisasi Media Charta dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TGT Kelas X.1 SMA Negeri 1 Weru Sukoharjo”, Jurnal Widyatama, vol. 2, no. 5, 2008, h. 68-69. 71 Ircham Junaidi, Penerapan Strategi Pembelajaran TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Klasifikasi Invertebrata Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kesesi Tahun Pelajaran 2006/2007, Jurnal Widyatama, vol. 3, no. 6, 2009, h. 66.
37
informasi pada siswa, tetapi membutuhkan keterlibatan siswa secara mental maupun fisik. Karena itu suatu pengetahuan tidak akan bertahan lama jika proses pembelajaran pada siswa hanya sekedar menerima informasi dari guru/menghafal dari buku. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kompetensi guru dalam menentukan model yang dapat memperbaiki proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan adanya perbaikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru di sekolah, dengan mengganti model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan belajar aktif, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sekaligus membuat pembelajaran biologi menjadi menyenangkan sehingga menumbuhkan semangat dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran yang saat ini dikembangkan antara lain adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan alternatif pengajaran yang memberikan suasana baru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dirancang dalam bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk saling bekerjasama, saling membantu dalam memahami materi pelajaran dan mengerjakan LKS serta siswa berkompetisi dalam meja-meja turnamen dengan siswa yang berkemampuan hampir sama untuk mewakili masing-masing kelompoknya. Turnamen dilakukan melalui permainanpermainan menarik sehingga pembelajaran dapat lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa merasa lebih rileks, berbeda dengan model pembelajar kooperatif tipe STAD karena tidak adanya persaingan individu antar tim sehingga kurang menimbulkan motivasi belajar siswa. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT tersebut, siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya, terutama penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang memiliki banyak keunggulan dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jadi, diduga terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada siswa yang diajar menggunakan model STAD.
38
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: ”terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT dan STAD, dan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT > STAD”.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Bekasi, yang beralamat di Jl. Wisma Asri Bahagia, Rt 04/07 no. 58, kecamatan Babelan-Bekasi, pada bulan Maret 2014 pada kelas XI semester genap.
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen (eksperimen semu) yaitu metode penelitian yang menguji hipotesis berhubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini peneliti ingin menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap hasil belajar biologi dengan cara menerapkan suatu kondisi perlakuan kepada satu kelompok eksperimen1 yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan membandingkan hasilnya dengan satu kelompok eksperimen2 yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah two group pretes posttest design. Adapun rancangan eksperimen dilakukan dengan pola sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelas
Pretest
Perlakuan
Posttest
XI.1
T1
X1
T2
XI.3
T1
X2
T2
Keterangan : XI.1 XI.3
= kelas eksperimen1 (yang diajar dengan STAD) = kelas eksperimen2 (yang diajar dengan TGT)
39
40
T1
= tes hasil belajar yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kelompok eksperimen1 dan eksperimen2) XI = perlakuan pada kelas eksperimen1 X2 = perakuan pada kelas eksperimen2 T2 = tes hasil belajar yang diberikan sesudah proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kelompok eksperimen1 dan eksperimen2) C. Populasi dan Sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.1 Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1 Bekasi, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas XI MAN 1 Bekasi, dan yang menjadi sampel adalah sebagian anggota populasi target yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.2 Pengambilan sampel didasarkan dari hasil rata-rata ulangan sebelumnya dan dibuktikan dengan hasil perhitungan uji homogenitas pada pretest yang menyatakan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama (homogen). Sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI.1 diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas XI.3 diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar biologi pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan berupa pilihan ganda dan non-tes berupa lembar observasi.
1
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung:Tarsito. 1996), cet. 6, h. 6. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007), cet. 3, h. 124. 2
41
E. Instrumen Penelitian 1.
Tes Objektif Tes objektif ini digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran yang
telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes yang digunakan adalah tes kognitif sebanyak 25 soal pilihan ganda dengan empat pilihan (option).3 Tes ini diberikan sebelum dan sesudah siswa mempelajari konsep dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen satu serta menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk kelas eksperimen dua. Dari jumah butir soal yang valid yaitu 26 butir soal, peneliti hanya menggunakan soal sebanyak 25 butir soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes kemampuan kognitif secara terperinci adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Objektif Sub Konsep
Indikator 1.
Organ pernapasan pada manusia Proses pernapasan
2. 3. 4. 5.
Kapasitas paru-paru 6.
Gangguan pada sistem pernapasan manusia dan akibat merokok Sistem pernapasan hewan
7.
8. 9.
Menjelaskan definisi pernapasan Menyebutkan organ pernapasan pada manusia Menjelaskan fungsi organ pernapasan pada manusia Menjelaskan proses pernapasan pada manusia Membedakan udara tidal, udara residu, udara suplementer, kapasitas vital paru-paru, dan kapasitas total paru-paru Menjelaskan komposisi kandungan gas dalam udara pernapasan Menjelaskan macammacam gangguan pada sistem pernapasan manusia Menjelaskan penyakit akibat merokok Menyebutkan alat pernapasan pada hewan Jumlah
3
Lampiran 6., h. 95.
C1
Aspek Kognitif C2 C3
C4
Jumlah 2
-
3
-
5
-
7
9
10
-
11
14,15
16
17
18
-
-
22
23
25
-
3
27
28
-
30
3
32
33, 34
36
-
4
39
37
41
-
43
44
-
-
2
6
10
6
4
26
3 4
2
3
42
Tabel 3.2 merupakan hasil dari instrumen penelitian yang telah diuji validitasnya, dapat dilihat pada lampiran.4
2.
Lembar Observasi Teknik nontes dalam penelitian ini berupa observasi. Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktifitas siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun TGT pada pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktifitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Aktivitas siswa dalam belajar kelompok dikonversi ke dalam lima aspek, yaitu rasa ingin tahu, keberanian berpendapat, saling menghargai, bertanggung jawab dan bekerjasama dalam kelompok.5
F. Kalibrasi Instrumen Setelah perangkat tes disusun, maka dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda soal dan tingkat kesukaran soal.. Setelah perangkat tes diuji cobakan, langkah selanjutnya dilakukan analisis dengan tujuan supaya instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benarbenar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi: 1.
Validitas Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih,
yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
4 5
Lampiran 7., h. 111. Lampiran 17., h. 139.
43
melakukan fungsi ukurnya.6 Validitas dilakukan terhadap soal tes kemampuan kognitif siswa. Untuk menghitung validitas soal objektif menggunakan rumus koefisien korelasi biserial:7
rbis: Keterangan: rbis(i): koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor idengan skor total Xi: rata-rata skor total responden manjawab benar butir soal nomor i Xt: rata-rata skor total semua responden St: standard deviasi skor total semua responden pi: proporsi jawaban benar untuk butir nomor i qi: proporsi jawaban salah untuk butir nomor i Perhitungan
validitas
dalam
penelitian
ini,
dilakukan
dengan
menggunakan program ANATES, dapat dilihat pada lampiran.8 Berdasarkan hasil analisis butir soal dengan menggunakan software Anates, dari 45 soal yang diberikan terdapat 26 soal yang valid yaitu nomor 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 22, 23, 25, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 39, 41, 43, 44. Sedangkan soal yang tidak valid sebanyak 15 soal. Dari jumah butir soal yang valid yaitu 26 butir soal, peneiti hanya menggunakan soal sebanyak 25 butir soal. 2.
Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai
apa yang dinilainya. Artinya, kapan pun alat penilaian tersebut digunakan
6
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN Press, 2006), Cet ke-1, h. 105. 7 Ibid, h. 109. 8 Lampiran 8., h. 116.
44
akan memberikan hasil yang relatif sama.9 Adapun kriteria besaran reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Koefisien Reliabilitas 0,91 – 1, 00 0,71– 0,90 0,41– 0,70 0,21 – 0,40 < 0,20
Berdasarkan pengujian reliabilitas instrumen tes dengan menggunakan software Anates, diperoleh reliabilitas tes sebesar 0,83 sehingga dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrument tes termasuk kategori tinggi.10 3.
Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran merupakan salah satu analisis kuantitatif
konvensional paling sederhana dan mudah.11 Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang, atau mudah maka soal tersebut diujikan dengan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus:12
P= Keterangan : P : proporsi (indeks kesukaran) B : banyak siswa yang menjawab soal dengan benar N : jumlah seluruh peserta tes
9
Nana Sudjana. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), cet. 14, h. 16. 10 Lampiran 8., h. 116. 11 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, op. cit., h. 103. 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. 10, h. 208.
45
Tabel 3.4 Kriteria Indeks Kesukaran Soal13 Skor Indeks Kesulitan Soal
Kriteria Soal
0,00 ─ 0,25
Sukar
0,26 ─ 0,75
Sedang
0,76 ─ 1,00
Mudah
Berdasarkan hasil pengujian tingkat kesukaran soal tes melalui perhitungan software ANATES, dengan kategori sukar sebanyak 3 soal yaitu 16, 30, dan 41, sedang 14 soal yaitu 5, 7, 10, 14, 15, 22, 25, 27, 32, 34, 36, 37, 43, dan 44, dan mudah sebanyak 9 soal yaitu 3, 9, 11, 17, 18, 23, 28, 33, dan 39 .14 4.
Daya Pembeda Soal Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa kurang pandai.15 Rumus yang digunakan adalah:
D=
B A BB PA PB JA JB
Keterangan : D : indeks diskriminasi (daya pembeda) BA :banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar JA : banyak peserta kelompok atas JB : banyak peserta kelompok bawah PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar16
13
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, op. cit., h. 103. Lampiran 8., h. 116. 15 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 211. 16 Ibid., h. 213-314.
14
46
Tabel 3.5 Pedoman Klasifikasi Daya Pembeda Soal17 Skor Daya Pembeda Soal(D)
Klasifikasi
0,00 ─ 0,20
Jelek
0,20 ─ 0,40
Cukup
0,40 ─ 0,70
Baik
0,70 ─ 1,00
Baik Sekali
Negatif
Semuanya tidak baik
Berdasarkan hasil pengujian daya pembeda soal tes melalui perhitungan software ANATES, dengan kategori baik sebanyak 18 soal yaitu 5, 9, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 22, 25, 28, 32, 33, 34, 36, 39, dan 44, dan kategori baik sekali sebanyak 4 soal yaitu 7, 27, 37, dan 43.18 G. Teknik Analisis Data Setelah data-data diperoleh maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: 1. Uji normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak.. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus Liliefors.19 Rumus : L0 = F(zi) – S(zi) Ket : L0 : peluang mutlak tersebar F (zi) : peluang angka baku S (zi) : proporsi angka baku Dengan langkah-langkah sebagai berikut: pertama pengamatan x1, x2, . . . , xn dijadikan bilangan baku z1, z2, . . . , zn dengan rumus z =
17
Ibid., h. 218. Lampiran 8., h. 116. 19 Sudjana, op. cit., hal. 466-467.
18
(x
47
dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku). Untuk setiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi)= P(z≤zi). Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, . . . , zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z i), maka S(zi)= Selanjutnya hitung selisih F(zi)- S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0. Kriteria pengujian uji normalitas adalah sebagai berikut : Apabila: L0< Ltabel, maka data berdistribusi normal L0> Ltabel, maka data berdistribusi tidak normal 2.
Uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk menguji sama atau tidaknya dua
variansi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji homogenitas variansi dua buah peubah bebas, dengan rumus Fisher:20 F= Dengan ketentuan: Jika Fhitung>Ftabel maka variansi kedua data homogen; F tabel = F (1-α) Jika Fhitung
Uji Hipotesis Untuk pengujian hipotessis, data dianalisis dengan menggunakan Uji
“t” (t-test), dengan rumus sebagai berikut:21 t
20 21
Ibid., h. 249. Ibid., h. 239.
=
48
dengan S2 = Keterangan: t : uji hipotesis X1 : rerata kelas eksperimen X2 : rerata kelas kontrol S : simpangan baku n : number of cases Kriteria pengujian: Jika thitung>ttabel maka Ho ditolak, Ha diterima Jika thitung
H. Hipotesis Statistik Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2 Keterangan: Ho = Hipotesis nol Ha = Hipotesis alternatif µ1 = nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe STAD µ2 = nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TGT
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian disini adalah data hasil pretest dan posttest dari dua data kelompok. Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT, kedua kelompok tersebut masing-masing diberikan pretest. Pretest ini bertujuan mengukur pengetahuan awal peserta didik mengenai konsep sistem pernapasan manusia dan hewan. Setelah itu masing-masing kelompok diberikan posttest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar peserta didik. Gambaran umum tentang data-data ini telah diperoleh meliputi nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata, median, modus, standar deviasi, dan varians dapat dilihat pada lampiran.1 1.
Deskripsi data Pretest Kelas STAD dan TGT Deskripsi data hasil pretest kelas STAD dan TGT dapat dilihat pada
tabel 4.1: Tabel 4.1 Data Pretest Kelas STAD dan TGT No.
Deskripsi
STAD
TGT
1.
Nilai Minimum
12
12
2.
Nilai Maksimum
48
52
3.
Rata-rata (mean)
27
30
4.
Median
30,6
32,5
5.
Modus
26,06
28,68
6.
Standar Deviasi
10,32
10,67
7.
Varians
106,6
113,9
1
Lampiran 13., h. 122.
49
50
2.
Rekapitulasi Hasil Belajar Posttest Deskripsi data hasil posttest kelas STAD dan TGT dapat dilihat pada
tabel 4.3 Tabel 4.2 Data Posttest Kelas STAD dan TGT No.
Deskripsi
1.
Nilai Hasil Belajar STAD
TGT
Nilai Minimum
40
52
2.
Nilai Maksimum
80
92
3.
Rata-rata (mean)
61
76
4.
Median
67
81
5.
Modus
64
77
6.
Standar Deviasi
12,4
12,5
7.
Varians
154,6
156,36
KKM
60
Berdasarkan data pada tabel 4.2, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD nilai posttest menunjukkan rata-rata hasil belajar 61 dengan nilai paling rendah 40 sedangkan nilai paling tinggi adalah 80. Bila dibandingkan dengan KKM yang ditetapkan yaitu 60, maka nilai rerata hasil belajar siswa kelompok STAD telah mencapai standar KKM. Data nilai posttest kelompok TGT menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar adalah 76 dengan nilai paling rendah adalah 52, sedangkan nilai paling tinggi adalah 92. Bila dibandingkan dengan nilai KKM yang ditetapkan yaitu 60, maka nilai rerata hasil belajar siswa kelompok TGT sudah mencapai bahkan melebihi standar KKM.
B. Analisis Data 1.
Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Sebelum dilakukan pengolahan data lebih lanjut maka dilakukan
pengujian prasyarat penelitian yaitu uji normalitas, setelah dilakukan
51
pengolahan data diperoleh normalitas pretest dan posttest untuk kelas STAD dan TGT. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan uji Liliefors. Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada lampiran.2 Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas STAD dan TGT No. 1
Data Nilai pretest kelas STAD
Nilai Lo 0,1118
Nilai Lt 0,161
2
Nilai pretest kelas TGT
0,1314
0,161
Keputusan Data berdistribusi normal Data berdistribusi normal
Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis Luntuk uji Liliefors pada taraf signifikan 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo (Lhitung) kedua data lebih kecil dari nilai Ltabel, sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal. Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelas STAD dan TGT No. 1
Data Nilai posttest kelas STAD
Nilai Lo 0,1121
Nilai Lt 0,161
2
Nilai posttest kelas TGT
0,0985
0,161
Keputusan Data berdistribusi normal Data berdistribusi normal
Nilai Ltabel diambil berdasarkan nilai pada tabel nilai kritis Luntuk uji Liliefors pada taraf signifikan 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas, yaitu jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka 2
Lampiran 14., h. 131.
52
dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lo (Lhitung) < Ltabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai Lo (Lhitung) kedua data lebih kecil dari nilai Ltabel, sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
2.
Uji Homogenitas Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi
normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji F (Fisher) yang disajikan pada lampiran.3 Berikut ini adalah hasilnya. Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas STAD dan TGT No. 1 2
Data Nilai pretest kelas STAD Nilai pretest kelas TGT
Nilai Varians 106,6 113,9
Nilai Fhitung
Nilai Ftabel
Keputusan
1,068
1,85
Kedua data homogen
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai Fhitung < Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen.
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelas STAD dan TGT No. 1
Data Nilai posttest kelas STAD Nilai posttest
2
kelas TGT 3
Lampiran 15., h. 135.
Nilai Varians
Nilai Fhitung
Nilai Ftabel
1,011
1,85
Keputusan
154,6 156,36
Kedua data homogen
53
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai Fhitung < Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen. Sebaliknya jika Fhitung > Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen.
3.
Uji Hipotesis Statistik Uji hipotesis ini menggunakan uji t (“t” test), untuk menguji hipotesis
nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar biologi antara siswa siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Untuk menguji hipotesis digunakan uji “t” pada taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = 58, adapun kriterianya adalah : jika thitung > ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, perhitungannya dapat dilihat pada lampiran.4 Hasil perhitungan untuk posttest kelas STAD dan TGT diperoleh thitung posttest 4,81 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikan 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = 58, diperoleh ttabel = 2,00. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Uji “t” Posttest Uji t
thitung
ttabel
Kesimpulan data
Posttest
4,81
2,00
Ho ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan data pada tabel 4.7, untuk posttest thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hasil posttest dalam penelitian ini dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT.
4
Lampiran 16., h. 138.
54
4.
Hasil Lembar Observasi Observasi dilakukan untuk mengadakan pencatatan mengenai aktifitas
siswa dalam belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun TGT pada pembelajaran di kelas. Data yang diperoleh dari lembar observasi bertujuan untuk mengetahui aktifitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT. Aktivitas siswa dalam belajar kelompok dikonversi ke dalam lima aspek, yaitu rasa ingin tahu, keberanian berpendapat, saling menghargai, bertanggung jawab dan bekerjasama dalam kelompok. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan TGT No. 1
2
3
4
5
Aspek Rasa ingin tahu
Indikator 1. 2.
Mengajukan pertanyaan Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah Keberanian 3. Berani mengemukakan pendapat 4. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat Sifat 5. Menghargai pendapat menghargai orang lain 6. Santun dalam mengemukakan pendapat Tanggung 7. Bertanggung jawab jawab terhadap tugas yang diberikan 8. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan Kerjasama 9. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 10. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan Jumlah Rata-Rata
STAD Pertemuan I II 40% 60% 40% 60%
TGT Pertemuan I II 40% 60% 40% 60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
60%
40%
80%
40%
60%
40%
80%
40%
60%
40%
80%
40%
60%
40%
80%
40%
60%
40%
68%
55
Berdasarkan data pada tabel 4.8 menunjukan data yang bervariasi dari pertemuan kesatu hingga pertemuan kedua. Dapat dilihat bahwa pencapaian indikator mengalami peningkatan pada tiap pertemuannya. Secara umum pada kelas STAD dan TGT terlihat aspek rasa ingin tahu, keberanian dan sifat menghargai, pada indikator kesatu sampai keenam sama-sama mengalami peningkatan yang sama pada awal pertemuan sebesar 40% dan pertemuan kedua mencapai 60%. Namun pada aspek tanggung jawab dan kerjasama, kelas TGT terlihat lebih tinggi dibandingkan dengan kelas STAD. Berarti pada kelas TGT siswa sudah menunjukkan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan, apabila ada anggota kelompoknya tidak mengerti maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya. Setiap siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran sebagai bekal saat turnamen agar siswa dapat menjawab soal turnamen tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Van Sickle bahwa “sistem belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT mendorong tumbuhnya tanggung jawab sosial dan individual siswa”.5 Pada aspek kerjasama kelas TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas STAD. Berarti pada kelas TGT siswa sudah menunjukkan kerjasama saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dan tugas yang diberikan dikerjakan secara bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ibrahim bahwa “dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT setiap anggota kelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompoknya”.6
5
Fitri Handayani, “Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri I Purwodadi Kabupaten Pasuruan pada Materi Keragaman Bentuk Bumi”, Jurnal Kependidikan, vol. 2, no. 2, 2010, h. 175. 6 Ibid., h. 173.
56
C. Pembahasan Pada penelitian ini, penulis bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe STAD dan TGT di MAN 1 Bekasi. Penelitian ini dilakukan selama dua kali pertemuan pada konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan yang dilaksanakan pada dua kelas eksperimen yaitu kelas XI.1 berjumlah 30 siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD, dan kelas XI.3 berjumlah 30 siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT. Jika terdapat hal-hal dari kegiatan belajar yang belum dimengerti oleh siswa dalam kelompok, peran guru di sini memberikan arahan, motivator, dan fasilitator sehingga setiap kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan secara bersama-sama dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh sebagian guru dalam menyampaikan materi ke siswa. Prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe STAD diantaranya diawali dengan membentuk kelompok terdiri 4-5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian guru menyampaikan materi dasar mengenai konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan, membagiakan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta siswa mengadakan diskusi kelompok untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan saling mengajarkan kepada teman sekelompoknya,
mempersilahkan
kepada
setiap
kelompok
untuk
mengumpulkan LKS, dan pada tahap akhir guru memberikan tes berupa kuis secara individu kepada siswa. Selama tes berlangsung siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama dalam kelompok. Sedangkan prosedur yang dijalankan oleh penulis yang bertindak sebagai guru dalam pengajaran model kooperatif tipe TGT diantaranya diawali dengan membentuk kelompok terdiri 4-5 siswa yang telah dibuat oleh guru secara heterogen, kemudian guru menyampaikan materi dasar mengenai konsep sistem pernapasan pada manusia dan hewan, membagikan lembar kerja pada setiap kelompok, meminta siswa mengadakan diskusi kelompok untuk mengerjakan lembar kerja siswa dan saling mengajarkan kepada teman
57
sekelompoknya,
mempersilahkan
kepada
setiap
kelompok
untuk
mengumpulkan LKS, dan pada tahap akhir guru memberikan tes berupa games turnamen dimana siswa berkompetisi dengan kelompok lain yang berkemampuan hampir sama. Sama halnya dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada TGT pun guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, tanggung jawab, keaktifan dalam proses pembelajaran. Pertemuan pertama pada kelas eksperimen STAD, aktivitas siswa terhadap skor kuis secara kelompok didapatkan rata-rata sebesar 21,6.7 Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar kelompok yang dilakukan dengan menggunakan kooperatif tipe STAD. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata skor kuis sebesar 22,4. Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa tidak bekerjasama dengan baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan masih belum terbiasa belajar kelompok dengan menggunakan kooperatif tipe STAD. Hal ini sesuai dengan data observasi pada kelas eksperimen STAD tersebut pada aspek kerjasama pada indikator bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mendapatkan nilai rata-rata sebesar 60%.8 Berarti siswa masih rendah dalam bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok. Pertemuan pertama pada kelas eksperimen TGT, aktivitas siswa terhadap skor turnamen secara kelompok didapatkan rata-rata 39,2.9 Pada tahap ini termasuk kategori baik karena siswa sudah terbiasa belajar kelompok yang dilakukan dengan menggunakan kooperatif tipe TGT. Pada pertemuan kedua didapatkan nilai rata-rata skor turnamen sebesar 43,2. Pada tahap ini termasuk kategori sangat baik karena siswa sudah sangat baik dalam mengerjakan LKS dalam kelompok dan mulai terbiasa belajar kelompok dengan menggunakan kooperatif tipe TGT. Hal ini sesuai dengan data observasi pada kelas eksperimen TGT tersebut pada aspek tanggung jawab 7
Lampiran 10, h. 119 Lampiran 18, h. 141 9 Lampiran 10, h. 119 8
58
dan kerjasama mendapatkan nilai rata-rata sebesar 80%.10 Berarti siswa sangat baik dalam hal bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan juga bekerjasama dan saling membantu dalam mengerjakan LKS dalam kelompok. Sesuai
dengan
hasil
penelitian
Leonard
yang
menyatakan
bahwa
“pembelajaran kooperatif tipe TGT selain dapat meningkatkan tanggung jawab, kerjasama dalam kelompok juga dapat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa”.11 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas XI MAN 1 Bekasi, setelah semua materi pada konsep sistem pernapasan manusia dan hewan telah selesai disampaikan, maka dilakukan posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap konsep yang telah diajarkan. Hasil tersebut dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dengan TGT, yaitu bahwa hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT, karena berdasarkan data posttes nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas TGT sebesar 76 lebih tinggi daripada nilai ratarata hasil belajar biologi kelas STAD sebesar 61. Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis “t” test didapatkan thitung = 4,81 dengan derajat kebebasan (dk) sebesar 58 (30+30-2) tidak ada dalam tabel maka digunakan dk yang mendekati yaitu 60, maka diperoleh ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,00. Jika dibandingkan dengan thitung > ttabel yaitu 4,81 > 2,00. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT. 10
Lampiran 18, h. 143 Leonard, ”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia”, Jurnal Ilmu Exacta, vol. 1, no. 2, 2009, h. 96-97. 11
59
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
lebih
baik
dibandingkan dengan STAD. Hal ini disebabkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT terdapat turnamen atau lomba yang diadakan setelah diskusi kelompok, dimana siswa berkompetisi dengan kelompok lain dalam satu meja secara homogen yang berkemampuan hampir sama. Pada tahap turnamen ini, setiap siswa bertanggung jawab menyumbangkan skor sebanyak-banyaknya untuk kemenangan kelompoknya. Siswa akan berusaha membela kelompoknya agar dalam turnamen dapat mengumpulkan skor setinggi-tingginya. Adanya pemberian hadiah/sertifikat pada kelompok pemenang lomba menyebabkan tumbuhnya minat belajar siswa sehingga siswa memiliki keinginan untuk belajar. Minat belajar siswa berpengaruh terhadap motivasi belajar. Dengan dilaksanakannya game turnamen ini siswa merasa tertantang dan termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Suseno yang menyatakan bahwa “model TGT memberikan peningkatan motivasi dan hasil belajar biologi siswa”.12 Pelaksanaan TGT juga membuat siswa merasa senang karena dalam pelaksanaan TGT siswa bermain sambil belajar, siswa merasa lebih semangat dalam belajar, siswa merasa lebih mudah mengingat dan memahami materi. Sesuai dengan hasil penelitian Leonard yang menyatakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengandung unsur permainan dan penguatan. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa merasa lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar”.13 Selain itu Masriani juga berpendapat bahwa 12
Budi Suseno, “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sistem Reproduksi Invertebrata Melalui Optimalisasi Penggunaan Media Charta, dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TGT Kelas X.I”, Jurnal Widyatama, vol. 2, no. 5, 2008, h. 68. 13 Leonard, op. cit., h. 84.
60
“permainan akan memacu siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan permainan, setiap siswa dalam kelompoknya terdorong untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam memahami pertanyaan dan menjawab pertanyaan.14 Sedangkan pada kelompok STAD tidak adanya persaingan antar individu yang mewakili masing-masing tim, tetapi hanya terdapat kuis yang dikerjakan secara individual sehingga siswa kurang termotivasi untuk berkompetisi terhadap kelompok lain. Pada kelompok STAD tugas yang diberikan tidak dikerjakan dan dipelajari secara bersama-sama terkadang ada siswa yang benar-benar berdiskusi semua, dan ada yang tidak hal ini mengakibatkan pemahaman terhadap materi tidak tersebar secara merata, hanya siswa yang aktif dan serius dalam mengerjakan tugas yang memiliki pemahaman yang lebih terhadap materi yang disampaikan dibandingkan siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran, sehingga menimbulkan sifat saling mengandalkan satu sama lain. Selain itu siswa kurang kondusif dan berpikir bersama dalam mengerjakan LKS masih kurang maksimal karena masih didominasi oleh siswa yang pandai, tanggung jawab individu masih kurang dan saling mengandalkan. Dengan demikian terdapat perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT, dinyatakan dari hasil belajar dan lembar observasi sikap siswa dalam bertanggung jawab dan kerjasama, dimana hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
14
Masriani, “Pengaruh Penereapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 21 Palu”, Jurnal Biodidaktis, vol. 1, no. 5, 2011, h. 33.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT, dimana hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada STAD. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil rata-rata nilai posttes dan pengujian hipotesis. Data posttes nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas TGT sebesar 76 lebih tinggi daripada nilai ratarata hasil belajar biologi kelas STAD sebesar 61, dan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t terhadap kedua nilai posstest. Berdasarkan pengujian hipotesis tersebut, diperoleh nilai thitung 4,81, dan nilai ttabel pada taraf signifikan 5% adalah 2.00. Dengan demikian, terlihat bahwa nilai thitung > ttabel (4,81 > 2,00), maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT. Dari data hasil lembar observasi aktivitas siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT pada aspek rasa ingin tahu, keberanian dan sifat menghargai mengalami peningkatan yang sama. Sedangkan pada aspek tanggung jawab dan kerjasama, kelas TGT lebih tinggi dibandingkan dengan kelas STAD.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kessimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1.
Untuk sekolah khususnya guru bidang studi biologi hendaknya model pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar, karena TGT ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
61
62
tanggung jawab dan kerjasama dan diharapkan ada pengembangannya di kelas. 2.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa pada konsep lain.
3.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini hanya membandingkan STAD dan TGT, sebaiknya dilakukan penelitian lain dengan mengkomparasikan model kooperatif lain untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Badan Standar Nasional (BSNP). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Hamruni. Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insan Madani, 2011. Handayani, Fitri. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri I Purwodadi Kabupaten Pasuruan Pada Materi Keragaman Bentuk Bumi. (Jurnal Kependidikan, vol.2, no. 2), 2010. Isjoni.
Cooperative Learning Mengembangkan Berkelompok. Bandung : Alfabeta, 2009.
Kemampuan
Belajar
Iru, La dan La Ode. Analisis Pendekatan Metode, Strategi, dan Model-model pembelajaran. Kendari: Multi Presindo, 2012. Jumrah. Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa SMAN 5 Palu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Model Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Asam-Basa. (Jurnal Media Ekstra, volume 2), 2006. Junaidi, Ircham. Penerapan Strategi Pembelajaran TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Klasifikasi Invertebrata Bagi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kesesi Tahun Pelajaran 2006/2007, (Jurnal Widyatama, 3, 6), 2009. Khasanah, Dwi rohmiyati “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN), tidak diterbitkan. Kusnandar. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Wali Press, 2007.
63
64
Leonard. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia. (Jurnal Ilmiah Excata, vol. 2, No.1), 2009. Lie, Anita. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo, 2005. Lusita, Afrisani. Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif, dan Inovatif. Yogyakarta: Araska, 2011. Makasau, Andi. Penerapan Model Kooperatif Teknik TGT dalam Pembelajaran Siswa. (Jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol. 15, no. 1), 2008. Marjoko, “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Cooperative Learning Teknik STAD di SMP Negeri Cilacap”, Widyatama, vol. 1, no. 5), 2008. Masriani, “Pengaruh Penereapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP Negeri 21 Palu”, (Jurnal Biodidaktis, vol. 1, no. 5), 2011. Mediastutik, Heri. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD Siswa SMAN 1 Krian Kabupaten Sidoarjo. (Jurnal Vidya, volume 14, Nomor 1), 2006. Neni, Zikri Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brothers, 2008. Rianto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009. Ruhadi. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. (Jurnal Pendidikan, volume 6, nomor 1), 2008. Rusman. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2009. Singgit, Darsono dan Fauziatul Fajaroh. Implikasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD dan TGT Terhadap Kualitas Proses
65
Hasil Belajar Kimia Siswa SMA. (Jurnal Pendidikan & Pembelajaran, vol. 13, no.1), 2006. Slavin, Robert E. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media, 2010. Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2003 Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Press, 2006. Sudjana. Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996. Sudjana, Nana. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya,2009. Sugiyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Yuma Pressindo, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2007. Suprijono, Agus. Cooperative Learning Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012.
(Teori dan Aplikasi Paikem).
Suradi, “Tinjauan tentang Implementassi Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika”, Ilmu Kependidikan, 1, 2, 2005. Suseno, Budi. “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi Sistem Reproduksi Invertebrata Melalui Optimalisasi Media Charta dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model TGT Kelas X.1 SMA Negeri 1 Weru Sukoharjo”, (Jurnal Widyatama, vol. 2, no. 5), 2008. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan: dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progreesif: Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007. Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: BumiAksara, 2009. Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2006.
82
Lampiran 3 Lembar Kegiatan Siswa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT Pertemuan Hari/Tanggal
: I/1 (satu) :
Standar Kompetensi :3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan / atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas Kompetensi Dasar :3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan (misalnya burung) Indikator : 3.4.1 Menjelaskan definisi pernapasan pada manusia 3.4.2 Menjelaskan alat dan fungsi organ pernapasan pada manusia 3.4.3 Menjelaskan proses pernapasan pada manusia Tujuan 1. 2. 3. 4. 5.
: Peserta didik dapat
Menjelaskan definisi pernapasan pada manusia Menyebutkan organ pernapasan pada manusia Menjelaskan fungsi organ pernapasan pada manusia Membedakan proses pernapasan dada dan pernapasan perut Membedakan kapasitas volume udara dalam paru-paru
Peraturan : 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 2. Kerjakan bersama kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru! 3. Gunakan buku pelajaran/ sumber belajar lain untuk menjawab seluruh pertanyaan! 4. Pastikan masing-masing anggota kelompok mengetahui semua jawaban hasil diskusi kelompok! 5. Sangat dibutuhkan kerjasama dalam kelompok! Nama kelompok : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Anggota
Jumlah Skor
Skor
83 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan respirasi?
2. Perhatikan gambar berikut!
Tuliskan nama bagian organ pernapasan dan fungsi yang ditunjukkan pada gambar! No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Organ Pernapasan
Fungsi
3. Lengkapilah tabel di bawah ini! Faktor Pembeda Otot diafragma Diafragma Tulang rusuk Volume rongga dada Tekanan di rongga dada Aliran udara Otot antar tulang rusuk luar Otot antar tulang rusuk dalam
Inspirasi Berkontraksi Mendatar ................ ................ ................ ................ Berkontraksi Relaksasi
Ekspirasi ............. Turun ............... ............... ............... Relaksasi Berkontraksi
4. Lengkapilah definisi dan volume kapasitas paru-paru pada tabel di bawah ini! No. Kapasitas paruDefinisi Volume paru 1. Udara tidal 2.
Udara komplementer
84 3.
Udara suplementer
4.
Udara residu
5.
Kapasitas paruparu
6.
Volume total paru-paru
Kesimpulan : Buatlah kesimpulan dengan mengaitkan antara jawaban-jawaban anda dari no. 1 s/d 5, dalam bentuk peta konsep!
85 Lembar Kegiatan Siswa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT Pertemuan Hari/Tanggal
: II/2 (dua) :
Standar Kompetensi :3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan / atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas Kompetensi Dasar :3.4 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan (misalnya burung) Indikator : 3.4.1 Menyebutkan macam-macam gangguan pada sistem pernapasan manusia 3.4.2 Menjelaskan pengaruh rokok terhadap kesehatan 3.4.3 Menyebutkan alat pernapasan pada hewan Tujuan 1. 2. 3. 4.
: Peserta didik dapat
Menyebutkan macam-macam kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan Menyebutkan kandungan asap rokok Menjelaskan macam-macam penyakit akibat merokok Menyebutkan alat pernapasan pada insekta, pisces, amphibi, dan aves
Peraturan : 1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 2. Kerjakan bersama kelompok yang sudah ditetapkan oleh guru! 3. Gunakan buku pelajaran/ sumber belajar lain untuk menjawab seluruh pertanyaan! 4. Pastikan masing-masing anggota kelompok mengetahui semua jawaban hasil diskusi kelompok! 5. Sangat dibutuhkan kerjasama dalam kelompok! Nama kelompok : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nama Anggota
Jumlah Skor
Skor
86
1. Perhatikan tabel di bawah ini, jodohkanlah antara nama penyakit dengan penjelasan yang sesuai. Jawablah pada tempat yang telah disediakan! No.
Penjelasan tentang penyakit pernapasan
1.
Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza (............)
2.
Nama Penyakit
A Asma
Radang pada sinus. Biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui B Kanker paruoperasi (............)
paru
3.
4.
Merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis C TBC (............) Penyumbatan pada rongga faring atau laring oleh D Bronkhitis lendir yang dihasilkan kuman. (............)
E Emfisema
5.
Radang pada cabang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam dan banyak menghasilkan lendir yang menyumbat batang F Mycobacteriu tenggorokan. (............) m tuberculosis
6.
Penyakit pembengkakan karena darahnya kemasukan udara (............)
pembuluh
G Asfiksi
7.
Gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan dan penggunaan oksigen yang disebabkan oleh: H Difteri tenggelam, keracunan CO (............)
8
Penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri I Sinusitis yang menyebabkan difusi O2 terganggu karena ada peradangan/bintil-bintil pada dinding alveolus J Influenza (............)
9.
Gejalanya, batuk, napas pendek, dahak berdarah, dan sakit dada, dapat diatasi dengan operasi, terapi (pengobatan) radiasi, dan kemoterapi. (............)
10
Bakteri penyebab TBC (............)
87 2. Bacalah penggalan artikel di bawah ini! Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Bahaya dari second hand smoke yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang yang bukan perokok karena berada disekitar perokok juga bisa disebut perokok pasif. Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna. Kandungan dalam asap sebatang rokok yang dihisap tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas 85 persen dan partikel. Komponen gas asap rokok adalah karbonmonoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen oksida dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Disarikan dari CGSE Biologi, 2003 a. Berdasarkan artikel di atas, jelaskan definisi perokok aktif atau perokok pasif? Mana yang lebih berbahaya perokok aktif atau perokok pasif? Mengapa demikian? ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________
88 b. Isilah efek dari bahan berbahaya rokok berdasarkan artikel yang terlampir! No.
Bahan berbahaya
Efek
3. Berilah tanda cheklis () pada kolom yang sesuai! Alat Pernapasan Hewan No. Jenis hewan Trakea Insang Kulit Paru-paru 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kambing Ikan mas Kupu-kupu Ular Cacing tanah Nyamuk Gajah Katak dewasa Ayam Burung
Pundipundi udara
89 4. Diskusikan mengapa alat pernapasan pada hewan berbeda-beda, jelaskan dengan membandingkan hewan tersebut berdasarkan habitat, perilaku hidup, dsb. (sebutkan minimal 5)! No.
Karakteristik
Insang
Alat Pernapasan Hewan Kulit Paru-paru Trakea
Pundi-pundi udara
Kesimpulan : Buatlah kesimpulan dengan mengaitkan antara jawaban-jawaban anda dari no. 1 s/d 6, dalam bentuk peta konsep!
92 Daftar Pertanyaan Kuis dan Games Pertemuan Ke-2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT No. Indikator
No. Soal 1
2
1
3
4
5 2 6
7 3
8
Pertanyaan Berikut ini yang bukan merupakan penyakit saluran pernapasan adalah…… a. bronchitis c. TBC b. pneumonia d. polio Berikut ini adalah gangguan pernapasan pada manusia: 1. asfiksi 3. Asma 2. TBC 4. Pneumonia Pernyataan yang paling tepat yang merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan oleh bakteri adalah . . . . a. 1 dan 3 c. 2 dan 4 b. 1 dan 2 d. 3 dan 4 Asfiksi merupakan gangguan pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh . . . . a. kerusakan pada pleura b. keracunan karbon monoksida c. keracunan karbon dioksida d. peradangan saluran pernapasan Pernyataan yang benar tentang efek jangka panjang dari merokok terhadap tubuh adalah . . . . a. tekanan darah menjadi rendah b. pernapasan menjadi terlambat c. kadar oksigen dalam darah lebih rendah d. pernapasan tidak teratur Berikut ini yang bukan gangguan akibat merokok adalah . . . . . . a. pneumonia c. stroke b. jantung koroner d. kanker paru-paru Bahan kimia beracun yang bersifat karsinogen adalah . ... a. nikotin b. karbon monoksida c. tar d. hidrogen sianida Alat pernapasan pada cacing adalah . . . . a. kulit c. insang b. trakea d. paru-paru Pernyataan yang tidak benar tentang fungsi kantong udara adalah . . . . a. menyimpan oksigen
Kunci Jawaban D
B
B
C
A
C
A
C
93
9
10
b. mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak c. menyimpan karbondioksida d. membantu pernapasan saat terbang Perhatikan daftar di bawah ini: 1. insang 2. Kulit 3. Paru-paru 4. Kantung udara 5. Trakea yang termasuk alat respirasi pada amfibi adalah . . a. 2 dan 3 . b. 3 dan 4 c. 2 dan 4 d. 3 dan 5 Alasan katak dewasa selalu membutuhkan air adalah . . .. a. kulit basah melarutkan oksigen untuk diserap ke dalam tubuhnya b. ada bagian tubuh katak yang tidak sesuai dengan lingkungan terrestrial c. masih tersisa insang yang tumbuh semasa berudu d. kulit katak sangat tipis dan banyak pembuluh darah
A
D
Lampiran 4
90 Daftar Pertanyaan Kuis dan Games Pertemuan Ke-1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TGT
No. Indikator
No. Soal 1.
2.
1
3.
4.
5. 2 6.
Pertanyaan Bernapas artinya menghirup dan menghembuskan udara. Udara segar yang diperlukan saat bernapas adalah udara yang mengandung gas . . . . a. nitrogen c. karbon dioksida b. oksigen d. H2O Fungsi utama oksigen yang kita hirup pada waktu bernapas adalah untuk . . . . a. pembentukan ATP di dalam tubuh b. pembentukan air di dalam tubuh c. pembentukan tenaga untuk pergerakan tubuh d. pembentukan hidrogen dari hasil metabolism tubuh Jika kamu menahan napas, keinginan untuk bernapas menjadi tidak terkendali, hal ini disebabkan . . . . a. kebanyakan karbondioksida dalam darah b. kebanyakan zat asam dalam jantung c. kekurangan zat asam dalam otak d. kekurangan karbondioksida dalam darah Orang yang tenggelam di laut akan mengalami gangguan pada alat pernapasannya, hal ini disebabkan karena . . . . a. adanya kebocoran pada alveolus b. pecahnya pembuluh darah paru-paru c. paru-paru tidak dapat berkontraksi d. alveolus terisi oleh air Selaput pembungkus paru-paru disebut…….. a. pleura c. diafragma b. kulit d. alveolus Berikut ini nama organ penyusun sistem pernapasan pada manusia : 1. bronkus c. laring 2. alveolus d. rongga hidung 3. bronkiolus urutan masuknya udara pernapasan yang benar adalah . . . . a. 5 – 4 - 1- 3 – 2 b. 5 – 4 – 3 – 2 – 1
Kunci Jawaban B
A
C
D
A
A
Lampiran 4
91
7.
8.
9.
3
10.
c. 5 – 4 – 1 – 3 – 2 d. 5 – 4 – 3 – 1 - 2 Jika struktur pleura rusak maka yang terjadi adalah ... a. paru-paru akan rusak b. penimbunan cairan di ruang pleura c. alveolus rusak d. diafragma tidak dapat berkontraksi Proses memasukkan udara ke paru-paru disebut sebagai proses . . . . . . a. inspirasi c. respirasi b. ekspirasi d. eksresi Udara yang masuk ke paru-paru mengandung oksigen sebesar . . . . % a. 20,95 c. 13,8 b. 79,01 d. 80,7 Udara residu adalah . . . . a. udara yang keluar masuk sebesar 0,5 liter b. udara yang tertinggal di dalam paru-paru c. udara yang tidak dapat kita embuskan dan selalu mengisi paru-paru d. udara sebanyak 2 liter yang dapat kita embuskan setelah kita mengembuskan udara pernapasan biasa
B
A
A
B
Lampiran 5
94
Kisi-kisi Instrumen
Standar Kompetensi : Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan / atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada saling temas. Kompetensi Dasar
: Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pernapasan pada manusia dan hewan (misalnya burung)
Sub Konsep Organ pernapasan pada manusia Proses pernapasan
Kapasitas paru-paru
Gangguan pada sistem pernapasan manusia dan akibat merokok Sistem pernapasan hewan
Indikator 1. Menjelaskan definisi pernapasan 2. Menyebutkan organ pernapasan pada manusia 3. Menjelaskan fungsi organ pernapasan pada manusia 4. Menjelaskan proses pernapasan pada manusia 5. Membedakan udara tidal, udara residu, udara suplementer, kapasitas vital paru-paru, dan kapasitas total paru-paru 6. Menjelaskan komposisi kandungan gas dalam udara pernapasan 7. Menjelaskan macam-macam gangguan pada sistem pernapasan manusia 8. Menjelaskan penyakit akibat merokok 9. Menyebutkan alat pernapasan pada hewan Jumlah
C1 1
Aspek Kognitif C2 C3 2,3*,4 6,7* 8,9*
C4 5* 10*
13
11*,12
14*,15*
16*
17*
18*,19
20
21
5
22*
23*,24
25*
26
5
27*
28*
29
30*,31
32*
33*,34*
35,36*
39*
37*,40
41*,42
43*
38,44*
45
8
17
13
Jumlah 5 5 6
5 5 5 4
7
45
Lampiran 5
94
95 Lampiran 6 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian
Mata Pelajaran
: Biologi
Jumlah soal
: 45
Bentuk Soal
: Pilihan Ganda
No. 1.
Indikator Soal Menyebutkan definisi
Jenjang Kognitif C1
pernapasan
2.
Menjelaskan tujuan
Pertanyaan
C2
bernapas
Proses menghirup oksigen dan mengembuskan karbon dioksida disebut . . . . a. oksidasi
c. respirasi
b. eksresi
d. ekspirasi
Tujuan bernapas adalah . . . .
Kunci
No.
Jawaban
Soal
C
1
C
2
B
3
a. mendapatkan karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen b. mengeluarkan karbon dioksida dan mendapatkan oksigen c. mendapatkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida d. mengeluarkan oksigen dan mendapatkan karbondioksida
3.
Menjelaskan proses oksidasi biologi
C2
Proses oksidasi biologi di dalam sel tubuh dapat ditulis dengan reaksi . . . . a. zat makanan + O2
CO2 + H2O
b. zat makanan + O2
CO2 + H2O + energi
c. zat makanan + O2
CO2 + H2O + gaya
d. zat makanan + O2
CO2 + O2 + energi
96 Lampiran 6 4.
Menganalisis udara
C4
dihembuskan
Untuk membuktikan bahwa udara yang diembuskan dari paru-paru
B
5
C
4
D
6
C
8
mengandung H2O, dilakukan percobaan yang memperoleh hasil . . . .
mengandung H2O
a. air kapur menjadi keruh setelah diembuskan udara dari paru-paru b. kaca/cermin menjadi keruh setelah kita embuskan udara dari paruparu c. kertas kobalt menjadi biru setelah kita embuskan udara dari paru-paru d. air kapur tetap jernih seetelah kita embuskan udara dari paru-paru
5.
Membedakan
C2
pernapasan eksternal
Perbedaan tempat berlangsungnya difusi gas pada pernapasan eksternal dan pernapasan internal adalah . . . .
dan internal
6.
Menjelaskan organ
C2
Pernapasan eksternal
Pernapasan internal
a.
di paru-paru
di dalam sel
b.
di dalam sel
di paru-paru
c.
di hidung
di paru-paru
d.
di dalam sel
di hidung
Pernyataan berikut yang benar untuk alat pernapasan adalah . . . .
pernapasan pada
a. kerongkongan tersusun atas otot lingkar
manusia
b. batang tenggorokan tersusun atas otot lingkar c. kerongkongan tersusun atas gelang-gelang tulang rawan d. batang tenggorokan tersusun atas gelang-gelang tulang rawan
7.
Mengklasifikasikan
C3
Perhatikan organ pernapasan di bawah ini!
97 Lampiran 6 organ pernapasan
1. Paru-paru
4. Laring
secara berurutan
2. Trakea
5. Bronkus
3. Hidung Berikut urutan saluran pernapasan manusia secara berurutan adalah . . . . a. 3, 1, 2, 4, dan 5 b. 3, 5, 2, 4, dan 1 c. 3, 4, 2, 5, dan 1 d. 3, 4, 1, 2, dan 5 8.
Mendeskripsikan
C2
organ paru-paru
Pernyataan yang benar di bawah ini adalah . . . .
B
7
B
9
a. paru-paru kanan lebih kecil daripada paru-paru kiri b. paru-paru kanan terdiri atas tiga gelembir c. paru-paru terletak di dalam rongga perut d. paru-paru dibungkus oleh selaput alveolus
9.
Mengidentifikassi fungsi rongga hidung
C3
Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini! 1. Tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida 2. Menyaring udara 3. Menyesuaikan suhu udara 4. Mengatur kelembapan udara 5. Mengatur jalan makanan dan pernapasan Pernyataan paling tepat yang merupakan fungsi rongga hidung adalah . . . .
98 Lampiran 6
10.
Menganalisis
C4
perangkat percobaan
a. 1, 2, 4
c. 2, 4, 5
b. 2, 3, 4
d. 3, 4, 5
Perhatikan gambar perangkat percobaan di samping!
A
10
A
11
A
14
Apabila lapisan karet pada model ditarik, maka . . . .
paru-paru
a. balon karet akan menggembung b. balon karet akan mengempis c. tekanan
udara
di
dalam
botol
akan
meningkat d. tekanan udara di dalam botol akan menurun 11.
Menjelaskan fungsi
C2
epiglotis
Epiglotis yang terdapat di pangkal tenggorok berfungsi untuk . . . . a. mengatur jalan makanan dan jalan pernapasan b. memperbesar getaran pita suara waktu udara lewat c. memperkuat gelang-gelang tulang rawan d. mengatur banyaknya udara yang masuk ke paru-paru
12.
Menunjukkan letak trakea dan bronkus melalui gambar
C3
Perhatikan gambar berikut! (untuk soal no……& no………)
99 Lampiran 6
1 2 3
5 4
Trakea dan bronkus ditunjukkan nomor . . . .
13.
Menunjukkan letak
C3
bronkiolus
14.
Menganalisis fungsi
C4
a. 1 dan 2
c. 1 dan 4
b. 2 dan 3
d. 2 dan 4
Alat pernapasan yang ditunjuk oleh nomor 4 adalah . . . . a. bronkus
c. alveolus
b. bronkiolus
d. trakea
Apakah yang akan terjadi jika struktur no 5 rusak?
alat pernapasan pada
a. diafragma tidak dapat berkontraksi
gambar
b. diafragma tidak dapat bergerak
C
15
C
16
C
12
c. penimbunan cairan di ruang pleura d. penimbunan cairan di rongga dada 15.
Menjelaskan fungsi rongga hidung
C2
Yang bukan merupakan fungsi rongga hidung adalah . . . . a. menyaring udara
100 Lampiran 6 b. menyesuaikan suhu udara c. tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida d. mengatur kelembapan udara 16.
Menjelaskan proses
C2
pernapasan dada
Pernapasan dada terjadi jika . . . .
B
18
B
19
A
17
a. rusuk terangkat, paru-paru mengembang, dan udara masuk b. rusuk terangkat, rongga dada mengembang, dan udara masuk c. rusuk terangkat, paru-paru mengembang, dan udara keluar d. rusuk terangkat, diafragma mendatar dan udara masuk
17.
Menjelaskan proses
C2
pernapasan perut
Tanda-tanda masuknya udara ke dalam paru-paru dengan cara pernapasan perut adalah . . . . a. diafragma mendatar, rongga dada mengecil b. diafragma mendatar, rongga dada membesar c. diafragma melengkung ke atas, rongga dada membesar d. diafragma melengkung ke atas, rongga dada mengecil
18.
Menyebutkan definisi inspirasi
C1
Proses memasukkan udara ke paru-paru disebut sebagai proses . . . . . . a. inspirasi
c. respirasi
b. ekspirasi
d. eksresi
101 Lampiran 6 19.
Mengidentifikasi
C4
B
21
A
27
proses pernapasan pada gambar
Gambar 1
gambar 2
Pada saat keadaan di gambar 1 berubah menjadi keadaan di gambar 2, peristiwa yang terjadi adalah . . . . a. otot antar tulang rusuk relaksasi dan udara mengalir masuk ke paruparu b. otot antar tulang rusuk relaksasi dan udara mengalir keluar dari paruparu c. otot antar tulang rusuk berkontraksi dan udara mengalir keluar dari paru-paru d. otot antar tulang rusuk berkontraksi dan udara mengalir masuk ke paru-paru 20.
Menyebutkan kandungan oksigen
C1
Udara yang masuk ke paru-paru mengandung oksigen sebesar . . . . % a. 20,95
c. 13,8
b. 79,01
d. 80,7
102 Lampiran 6 21.
Mengaplikasi posisi
C3
tulang dada, tulang
Menyebutkan definisi
C
20
B
22
B
23
C
24
Udara pernapasan akan terembus ke luar dari paru-paru pada posisi . . . .
rusuk, dan diafragma.
22.
Perhatikan tabel di bawah ini!
Tulang dada
C1
kapasitas vital paru-
Tulang rusuk
Diafragma
a. terangkat
menurun
mendatar
b. terangkat
terangkat
mendatar
c. menurun
menurun
melengkung ke atas
d. menurun
terangkat
melengkung ke atas
Udara maksimum yang dapat dikeluarkan dan dimasukkan ke paru-paru disebut . . . .
paru
a. kapasitas total paru-paru b. kapasitas vital paru-paru c. kapasitas paru-paru d. kapasitas daya paru-paru
23.
Menjelaskan definisi
C2
udara residu
Udara residu adalah . . . . a. udara yang keluar masuk sebesar 0,5 liter b. udara yang tertinggal di dalam paru-paru c. udara yang tidak dapat kita embuskan dan selalu mengisi paru-paru d. udara sebanyak 2 liter yang dapat kita embuskan setelah kita mengembuskan udara pernapasan biasa
24.
Menjelaskan volume
C2
Volume total paru-paru adalah hasil penjumlahan dari . . . .
103 Lampiran 6 total paru-paru
a. kapasitas
vital
paru-paru,
udara
suplementer,
dan
udara
komplementer b. kapasitas vital paru-paru, udara suplementer, udara residu c. kapasitas vital paru-paru, udara residu d. kapasitas vital paru-paru, udara tidal 25.
Mengklasifikasikan
C3
Perhatikan pernyataan di bawah ini!
volume udara
1. Udara pernapasan 0,3 L
pernapasan
2. Udara suplementer 1,5 L
B
25
D
28
C
30
3. Udara komplementer 1,5 L 4. Udara residu 2 L Volume udara pernapasan yang benar adalah nomor . . . .
26.
Menyebutkan
C2
komposisi kandungan
a. 1 dan 2
c. 3 dan 4
b. 2 dan 3
d. 1 dan 4
Udara yang masuk ke paru-paru mengandung zat nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida sebesar . . . .
zat nitrogen, oksigen,
a. 9%, 20%, dan 0,3%
dan karbon dioksida
b. 65,6%, 14,5%, dan 20,9% c. 64,7%, 20,9%, dan 14,4% d. 79,01%, 20,9%, dan 0,04%
27.
Mengaplikasikan
C4
Karbon dioksida yang masuk ke dalam paru-paru bersama dengan udara
104 Lampiran 6 kelebihan komposisi
sebanyak 0,04%, tetapi yang keluar sebaanyak 5,6%. Kelebihan 5,57% itu
karbon dioksida
berasal dari . . . . a. udara di dalam tubuh b. karbon dioksida dari luar c. zat sisa pernapasan d. sisa energi yang digunakan
28.
Mengklasifikasikan
C3
komposisi oksigen
Perhatikan tabel komposisi gas dalam udara! No.
masuk dan ke luar paru-paru
C
29
B
31
Udara masuk ke paru- Udara keluar dari pauparu
paru
1.
13,8
16,4
2.
20,95
13,8
3.
20,95
16,4
Kadar gas oksigen yang benar adalah nomor . . . .
29.
Menganalisis perbedaan persentase oksigen dalam udara
C4
a. 1
c. 3
b. 2
d. benar semua
Perhatikan tabel persentase gas utama pernapasan dalam udara yang dihirup, dalam alveolus, dan udara yang dikeluarkan berikut ini! Udara
Udara yang Udara
di Udara yang
pernapasan dihirup
alveolus
dikeluarkan
Oksigen
13,1%
15,3%
20,8%
105 Lampiran 6 Karbon
0,03%
5,2%
4,2%
dioksida Perbedaan persentase oksigen dalam udara yang masuk ke saluran pernapasan adalah . . . .
30.
Menyebutkan
C1
gangguan pada sistem
Menjelaskan definisi
C2
pneumonia
32.
Mengaplikasikan macam-macam
c. 3,2%
b. 5,5%
d. 2,2%
Berikut ini yang bukan gangguan penyakit sistem pernapasan pada manusia
C
32
B
33
A
35
adalah . . . .
pernapasan
31.
a. 7,7%
a. TBC
c. apendisitis
b. asfiksi
d. difteri
Gangguan pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru disebut . . . .
C3
a. TBC
c. asfiksi
b. pneumonia
d. difteri
Di bawah ini merupakan macam-macam radang pada sistem pernapasan manusia:
radang pada sistem
1. ranitis
4. sinusitis
pernapasan manusia
2. bronchitis
5. paroritis
3. apendisitis Pernyataan yang paling tepat yang merupakan macam-macam radang pada
106 Lampiran 6 sistem pernapasan adalah . . . .
33.
Mengklasifikasi
C3
a. 1,2, dan 4
c. 2, 3, dan 4
b. 1,4, dan 5
d. 2, 3, dan 5
Berikut ini adalah gangguan pernapasan pada manusia:
gangguan pernapasan
1. Pneumonia
3. Asma
yang disebabkan oleh
2. TBC
4. Asidosis
bakteri
B
36
C
34
D
40
D
26
Pernyataan yang paling tepat yang merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan oleh bakteri adalah . . . . a. 1 dan 3 b. 1 dan 2
34.
Menjelaskan
C2
penyebab gangguan
c. 2 dan 4 d. 3 dan 4
Pernyataan berikut yang tidak benar adalah . . . . a. asidosis disebabkan kenaikan kadar asam karbonat dan asam
pernapasan
bikarbonat dalam darah b. laringitis menyebabkan radang pada laring c. pneumonia menyebabkan radang pada faring d. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
35.
Menjelaskan
C2
kandungan pada
karena di dalam tembakau mengandung zat . . . .
rokok
36.
Menganalisis volume
Kebiasaan merokok dapat menimbulkan gangguan pada alat pernapasan,
C4
a. tar
c. solanin
b. oksigen
d. nikotin
107 Lampiran 6 udara pernapasan 6
pada grafik
5 4
A
3
B D
2 1 C
Pernyataan yang benar berkaitan deengan grafik di atas adalah . . . . a. D adalah kapasitas vital paru-paru, yaitu jumlah dari udara residu dan udara pernapasan. b. C adalah udara pernapasan, yaitu udara yang masih dapat diembuskan setelah melakukan ekspirasi biasa. c. B adalah udara residu, yaitu udara yang tersisa dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi maksimum. d. A adalah udara tidal, yaitu udara yang masuk dan keluar dalam sekali inspirasi dan ekspirasi. 37.
Menyebutkan gangguan akibat
C1
Berikut ini yang bukan gangguan akibat merokok adalah . . . . . . a. pneumonia
c. stroke
A
39
108 Lampiran 6 merokok 38.
Menjelaskan akibat
b. jantung koroner C2
merokok
d. kanker paru-paru
Pernyataan berikut yang tidak benar adalah . . . . . .
D
37
A
41
A
42
a. merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru b. merokok mengganggu kerja saraf c. perokok lebih mudah mengidap AIDS d. orang yang perokok, tidak terpengaruhi kesehatannya
39.
Mengklasifikasikan
C3
akibat merokok
Perhatikan pernyataan berikut: 1. kanker paru-paru 2. bronchitis 3. TBC 4. Gigi akan menjadi coklat 5. Rongga paru-paru akan menjadi kecil 6. Kadar CO2 mengganggu sirkulasi darah Di antara pernyataan di atas, yang merupakan akibat dari orang yang selalu merokok adalah . . . . . .
40.
Mengklasifikasikan bahan berbahaya akibat merokok
C3
a. 1,2,3,4
c. 1,2,5,6
b. 1,2,3,5
d. 1,3,5,6
Perhatikan tabel di bawah ini!
109 Lampiran 6 No.
Bahan berbahaya
Efek
1.
(a)
Kecanduan
2.
(b)
Bronkitis dan amfisema
3.
(c)
Gangguan sirkulasi darah
Untuk melengkapi bahan berbahaya yang terkandung di dalam rokok yang benar adalah . . . . a. nikotin, tar, karbon monoksida b. nikotin, karbon dioksida, tar c. nikotin, tar, karbon monoksida d. nikotin, karbon monoksida, tar 41.
Menyebutkan alat
C1
pernapasan serangga
42.
Menjelaskan alat
C2
pernapassan katak
Alat pernapasan pada serangga adalah . . . . a. kulit
c. insang
b. trakea
d. paru-paru
Katak melakukan pernapasan melalui kulit, karena . . . .
B
43
C
44
B
38
a. kulitnya tebal dan kering b. kulitnya memiliki insang c. kulitnya tipis, lembap, dan banyak pembuluh darah d. kulitnya berlubang-lubang
43.
Menjelaskan urutan pernapasan pada
C2
Pada waktu burung narik napas, udara akan mengalir melalui . . . . a. hidung
trakea
paru-paru
kantong udara
110 Lampiran 6 burung
44.
Mengidentifikasi
C3
b. hidung
trakea
kantong udara
c. hidung
kantong udara
paru-paru
d. hidung
kantong udara
trakea
paru-paru trakea paru-paru
Berikut ini beberapa hewan :
hewan yang bernapas
1. Burung
4. Lumba-lumba
dengan paru-paru
2. Katak
5. Belalang
3. Ikan
6. Cacing
B
45
A
13
Hewan yang bernapas menggunakan paru-paru adalah . . . .
45
Menyebutkan fungsi alveolus
C1
a. 1,2, dan 3
c. 1,2, dan5
b. 1,2, dan 4
d. 1,2, dan 6
Pertukaran gas oksigen dari udara atmosfer dengan karbon dioksida dari dalam tubuh terjadi di . . . . a. alveolus
c. bronkus
b. rongga hidung
d. trakea
Jumlah Soal
45
111
Lampiran 7 INSTRUMENT TES HASIL BELAJAR BIOLOGI Nama : Kelas : Petunjuk pengisian : 1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X)! 2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat! 3. Kerjakan berdasarkan kemampuan Anda sendiri! 1. Proses oksidasi biologi di dalam sel tubuh dapat ditulis dengan reaksi . . . . a. zat makanan + O2 CO2 + H2O b. zat makanan + O2 CO2 + H2O + energi c. zat makanan + O2 CO2 + H2O + gaya d. zat makanan + O2 CO2 + O2 + energi
2. Untuk membuktikan bahwa udara yang diembuskan dari paru-paru mengandung H2O, dilakukan percobaan yang memperoleh hasil . . . . a. air kapur menjadi keruh setelah diembuskan udara dari paru-paru b. kaca/cermin menjadi keruh setelah kita embuskan udara dari paru-paru c. kertas kobalt menjadi biru setelah kita embuskan udara dari paru-paru d. air kapur tetap jernih seetelah kita embuskan udara dari paru-paru 3. Pernyataan yang benar di bawah ini adalah . . . . a. paru-paru kanan lebih kecil daripada paru-paru kiri b. paru-paru kanan terdiri atas tiga gelembir c. paru-paru terletak di dalam rongga perut d. paru-paru dibungkus oleh selaput alveolus 4. Perhatikan pernyataan-pernyataan di bawah ini! 1. Tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida 2. Menyaring udara 3. Menyesuaikan suhu udara 4. Mengatur kelembapan udara 5. Mengatur jalan makanan dan pernapasan Pernyataan paling tepat yang merupakan fungsi rongga hidung adalah . . . . a. 1, 2, 4 c. 2, 4, 5 b. 2, 3, 4 d. 3, 4, 5 5. Perhatikan gambar perangkat percobaan di samping! Apabila lapisan karet pada model ditarik, maka . . . . a. balon karet akan menggembung b. balon karet akan mengempis c. tekanan udara di dalam botol akan meningkat d. tekanan udara di dalam botol akan menurun 6. Epiglotis yang terdapat di pangkal tenggorok berfungsi untuk . . . . a. mengatur jalan makanan dan jalan pernapasan b. memperbesar getaran pita suara waktu udara lewat c. memperkuat gelang-gelang tulang rawan d. mengatur banyaknya udara yang masuk ke paru-paru
112
7. Perhatikan gambar berikut! (untuk soal no. 7 s/d no. 9)
1 2 3
5 4
Trakea dan bronkus ditunjukkan nomor . . . . a. 1 dan 2 c. 1 dan 4 b. 2 dan 3 d. 2 dan 4 8. Alat pernapasan yang ditunjuk oleh nomor 4 adalah . . . . a. bronkus c. alveolus b. bronkiolus d. trakea 9. Apakah yang akan terjadi jika struktur no 5 rusak? a. diafragma tidak dapat berkontraksi b. diafragma tidak dapat bergerak c. penimbunan cairan di ruang pleura d. penimbunan cairan di rongga dada 10. Proses memasukkan udara ke paru-paru disebut sebagai proses . . . . a. inspirasi c. respirasi b. ekspirasi d. eksresi 11. Pernapasan dada terjadi jika . . . . a. rusuk terangkat, paru-paru mengembang, dan udara masuk b. rusuk terangkat, rongga dada mengembang, dan udara masuk c. rusuk terangkat, paru-paru mengembang, dan udara keluar d. rusuk terangkat, diafragma mendatar dan udara masuk 12. Udara maksimum yang dapat dikeluarkan dan dimasukkan ke paru-paru disebut . . . . a. kapasitas total paru-paru b. kapasitas vital paru-paru c. kapasitas paru-paru d. kapasitas daya paru-paru 13. Udara residu adalah . . . . a. udara yang keluar masuk sebesar 0,5 liter b. udara yang tertinggal di dalam paru-paru c. udara yang tidak dapat kita embuskan dan selalu mengisi paru-paru d. udara sebanyak 2 liter yang dapat kita embuskan setelah kita mengembuskan udara pernapasan biasa 14. Perhatikan pernyataan di bawah ini! 1. Udara pernapasan 0,3 L 3. Udara komplementer 1,5 L 2. Udara suplementer 1,5 L 4. Udara residu 2 L Volume udara pernapasan yang benar adalah nomor . . . .
113 a. 1 dan 2 b. 2 dan 3
c. 3 dan 4 d. 1 dan 4
15. Udara yang masuk ke paru-paru mengandung oksigen sebesar . . . . % a. 20,95 c. 13,8 b. 79,01 d. 80,7 16. Udara yang masuk ke paru-paru mengandung zat nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida sebesar . . . . a. 9%, 20%, dan 0,3% b. 65,6%, 14,5%, dan 20,9% c. 64,7%, 20,9%, dan 14,4% d. 79,01%, 20,9%, dan 0,04% 17. Karbon dioksida yang masuk ke dalam paru-paru bersama dengan udara sebanyak 0,04%, tetapi yang keluar sebaanyak 5,6%. Kelebihan 5,57% itu berasal dari . . . . a. udara di dalam tubuh b. karbon dioksida dari luar c. zat sisa pernapasan d. sisa energi yang digunakan 18. Berikut ini yang bukan gangguan penyakit sistem pernapasan pada manusia adalah . . . . a. TBC c. apendisitis b. asfiksi d. difteri 19. Gangguan pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru disebut . . . . a. TBC c. asfiksi b. pneumonia d. difteri 20. Berikut ini adalah gangguan pernapasan pada manusia: 1. Pneumonia 3. Asma 2. TBC 4. Asidosis Pernyataan yang paling tepat yang merupakan gangguan pernapasan yang disebabkan oleh bakteri adalah . . . . a. 1 dan 3 c. 2 dan 4 b. 1dan 2 d. 3 dan 4 21. Pernyataan berikut yang tidak benar adalah . . . . . . a. merokok dapat menyebabkan kanker paru-paru b. merokok mengganggu kerja saraf c. perokok lebih mudah mengidap AIDS d. orang yang perokok, tidak terpengaruhi kesehatan 22. Berikut ini yang bukan gangguan akibat merokok adalah . . . . . . a. pneumonia c. stroke b. jantung koroner d. kanker paru-paru 23. Perhatikan pernyataan berikut: 1. kanker paru-paru
114 2. bronchitis 3. TBC 4. Gigi akan menjadi coklat 5. Rongga paru-paru akan menjadi kecil 6. Kadar CO2 mengganggu sirkulasi darah Di antara pernyataan di atas, yang merupakan akibat dari orang yang selalu merokok adalah . . . . . . a. 1,2,3,4 c. 1,2,5,6 b. 1,2,3,5 d. 1,3,5,6 24. Alat pernapasan pada serangga adalah . . . . a. kulit c. insang b. trakea d. paru-paru 25. Katak melakukan pernapasan melalui kulit, karena . . . . a. kulitnya tebal dan kering b. kulitnya memiliki insang c. kulitnya tipis, lembap, dan banyak pembuluh darah d. kulitnya berlubang-lubang
115 Kunci Jawaban Instrument Hasil Belajar 1. B
10. A
19. B
2. B
11. B
20. B
3. B
12. B
21. A
4. B
13. B
22. D
5. A
14. B
23. A
6. A
15. A
24. B
7. A
16. D
25. B
8. C
17. C
9. C
18. C
116
118
Lembar Pembagian Kelompok dan Penempatan Meja Turnamen B. Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT No.
Responden
Peringkat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Kelamin P L L L L L L L L P P P P P P P L L P L L L P P P P P P P P
Kelompok A B C D E E D C B A A B C D E E D C B A A B C D E E D C B A
Nomor Turnamen 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 10
Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah
117
Lampiran 9 Lembar Pembagian Kelompok A. Kelompok Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30
Peringkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jenis Kelamin P P L P L L L L P P L L L P P P P L L P P P L L P P L L P L
Kelompok A B C D E E D C B A A B C D E E D C B A A B C D E E D C B A
Keterangan
Tinggi
Sedang
Rendah
119
Lampiran 10 Lembar Skor Kuis / Tes STAD No.
Kelompok
1 2 3 4 5
I II III IV V Total Rata-rata
Pertemuan I II 22 20 22 18 26 24 18 22 20 28 108 112 21,6 22,4
Total
Rata-rata
Penghargaan
42 40 50 40 48
21 20 25 20 24
Great Great Super Great Great
Total
Rata-rata
Penghargaan
84 84 92 84 68
42 42 46 42 34
Great Great Super Great Good
Lembar Skor Permainan (TGT) No.
Kelompok
1 2 3 4 5
I II III IV V Total Rata-rata
Pertemuan I II 36 48 32 52 52 40 40 44 36 32 196 216 39,2 43,2
120
Lampiran 11 Nilai Pretest dan Posttest Kelas STAD No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Rerata
STAD Pretest 20 48 12 32 16 28 20 20 32 44 40 48 28 16 32 48 40 16 20 12 36 28 20 28 16 24 32 28 28 28 27
Posttest 44 80 40 76 80 64 44 44 80 76 72 76 64 40 64 68 64 48 52 64 54 52 64 54 44 48 64 64 60 64 60,5
121
Lampiran 12 Nilai Pretest dan Posttest Kelas TGT No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Responden R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Rerata
TGT Pretest 48 40 12 20 28 32 44 16 32 20 28 36 28 48 20 28 36 28 52 20 36 24 16 40 28 36 32 12 28 16 30
Posttest 92 80 52 64 60 52 58 72 84 52 60 68 76 76 58 88 76 80 92 88 88 76 76 76 76 80 76 88 76 88 76
122
Lampiran 13 Penghitungan Daftar Distribusi Frekuensi
A. Kelas Eksperimen STAD 1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen STAD a. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi 1. Data Nilai Siswa 12 12 16 16 16 16 20
20
20
20
20
24
28
28
28
28
28
28
28
32
32
32
32
36
40
40
44
48
48
48
2. Menentukan Rentang Kelas J = Xmax - Xmin = 48 – 12 = 36 3. Menentukan Banyak Kelas K = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.875 = 5.875 = 6 (dibulatkan) 4. Menentukan Panjang Kelas P= = =6 5. Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen STAD Nilai fi xi f.xi Xi2 12-17 6 14 84 196 18-23 5 20 100 400 24-29 8 26 208 676 30-35 4 32 128 1024 36-42 3 39 117 1521 43-49 4 45 180 2025 Jumlah 30 176 817 5842
f.xi2 1176 2000 5408 4096 4563 8100 25343
123
b. Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean), Median, Modus, Varians, dan Standar Deviasi 1. Menentukan Nilai Mean X = = = 27,23 = 27 (dibulatkan) 2. Menentukan Nilai Median
1 N F Me b P 2 f 1 30 11 Me 23,5 6 2 8 = 23,5 + 7,125 = 30,6 3. Menentukan Nilai Modus
b Mo b P 1 b1 b2 3 Mo 23,5 6 3 4 = 23,5 + 2,568 = 26,06 4. Menentukan Nilai Varians S2
= =
fX 2 (
N
fX ) 2
N ( N 1) (
) ( (
) )
124
=
= 106,6
5. Menentukan Nilai Standar Deviasi (SD) =√ = 10.32 2. Hasil Posttest Kelas Eksperimen STAD a. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi 1. Data Nilai Siswa 40 40 44 44 44 44 48
48
52
52
54
54
60
64
64
64
64
64
64
64
64
64
68
72
76
76
76
80
80
80
2. Menentukan Rentang Kelas J = Xmax - Xmin = 80 – 40 = 40 3. Menentukan Banyak Kelas K = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.875 = 5.875 = 6 (dibulatkan) 4. Menentukan Panjang Kelas P= = = 6.6 = 7 (dibulatkan)
125 5. Tabel Distribusi Frekuensi Kelas Posttest Eksperimen STAD Nilai fi xi f.xi Xi2 40-46 6 43 258 1849 47-53 4 50 200 2500 54-60 3 57 171 3249 61-67 9 64 576 4096 68-74 2 71 142 5041 75-81 6 78 468 6084 Jumlah 30 363 1815 22819
f.xi2 11094 10000 9747 36864 10082 36504 114291
b. Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean), Median, Modus, Varians, Dan Standar Deviasi 1. Menentukan Nilai Mean X = = = 60.5 2. Menentukan Nilai Median
1 N F Me b P 2 f 1 30 13 60.5 7 2 9 = 60.5 + 6.61 = 67.11 3. Menentukan Nilai Modus
b Mo b P 1 b1 b2 6 60.5 7 67
= 60.5 + 3.23 = 63.73
126 4. Menentukan Nilai Varians S2
fX 2 (
N
=
fX ) 2
N ( N 1) (
) ( (
) )
= = = 154.6 5. Menentukan Nilai Standar Deviasi (SD) =√ = 12.43 B. Kelas Eksperimen TGT 1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen TGT a. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi 1. Data Nilai Siswa 12 12 16 16 16 20 20
20
20
24
28
28
28
28
28
28
28
32
32
32
36
36
36
36
40
40
44
48
48
52
2. Menentukan Rentang Kelas J = Xmax - Xmin = 52 – 12 = 40 3. Menentukan Banyak Kelas K = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.875 = 5.875 = 6 (dibulatkan)
127 4. Menentukan Panjang Kelas P= = = 6.6 = 7 (dibulatkan) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen TGT Nilai fi xi f.xi Xi2 12-18 5 15 75 225 19-25 5 22 110 484 26-32 10 29 290 841 33-39 4 36 144 1296 40-46 3 43 129 1849 47-53 3 50 150 2500 Jumlah 30 195 898 7195
f.xi2 1125 2420 8410 5184 5547 7500 30186
b. Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean), Median, Modus, Varians, Dan Standar Deviasi 1. Menentukan Nilai Mean X = = = 29.93 = 30 (dibulatkan) 2. Menentukan Nilai Median
1 N F Me b P 2 f 1 30 10 25.5 7 2 10 = 25.5+ 7 = 32.5
128 3. Menentukan Nilai Modus
b Mo b P 1 b1 b2 5 25.5 7 56 = 25.5 + 3.18 = 28.68 4. Menentukan Nilai Varians S 2
fX 2 (
N
=
fX ) 2
N ( N 1) (
) ( (
) )
= = = 113.9 5. Menentukan Nilai Standar Deviasi (SD) =√ = 10.67 2. Hasil Posttest Kelas Eksperimen TGT a. Menentukan Daftar Distribusi Frekuensi 1. Data Nilai Siswa 52 52 58 58 60 60 64
68
72
76
76
76
76
76
76
76
76
76
80
80
80
84
84
88
88
88
88
88
92
92
2. Menentukan Rentang Kelas J = Xmax - Xmin = 92 – 52 = 40
129
3. Menentukan Banyak Kelas K = 1 + 3.3 log 30 = 1 + 4.875 = 5.875 = 6 (dibulatkan) 4. Menentukan Panjang Kelas P= = = 6.6 = 7 (dibulatkan) 5. Tabel Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen TGT Nilai fi xi f.xi Xi2 52-58 4 55 220 3025 59-65 3 62 186 3844 66-72 2 69 138 4761 73-79 9 76 684 5776 80-86 5 83 415 6889 87-93 7 90 630 8100 Jumlah 30 435 2273 32395
f.xi2 12100 11532 9522 51984 34445 56700 176283
b. Menentukan Nilai Rata-Rata (Mean), Median, Modus, Varians, Dan Standar Deviasi 1. Menentukan Nilai Mean X = = = 75,76 = 76 (dibulatkan) 2. Menentukan Nilai Median
1 N F Me b P 2 f 1 30 9 Me 72,5 7 2 9
130 = 72.5+ 7. 1,16 = 80,62 = 81 (dibulatkan)
3. Menentukan Nilai Modus
b Mo b P 1 b1 b2 7 Mo 72,5 7 7 4 = 72,5 + 4,45 = 76,96 = 77 (dibulatkan)
4. Menentukan Nilai Varians S 2
=
fX 2 (
N
fX ) 2
N ( N 1) (
) ( (
) )
= = = 156,36 5. Menentukan Nilai Standar Deviasi (SD) =√ = 12,50
131
Lampiran 14 Uji Normalitas Data
A. Hasil Kelas Eksperimen STAD 1. Pretest Tabel Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen STAD xi 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 ∑
f 2 4 5 1 7 4 1 2 1 3 30
fxi 24 64 100 24 196 128 36 80 44 144 840
x-M -16 -12 -8 -4 0 4 8 12 16 20
zi -1,4535 -1,0659 -0,6783 -0,2893 0,0969 0,4845 0,8721 1,2597 1,6473 2,0349
zt 0.4265 0.3577 0.2518 0.1141 0.0359 0.1844 0.3078 0.3962 0.4505 0.4788
F(z) 0.0735 0.1423 0.2482 0.3859 0.5359 0.6844 0.8078 0.8962 0.9505 0.9788
fk 2 6 11 12 19 23 24 26 27 30
S(z) 0,06 0,20 0,36 0,40 0,63 0,76 0,80 0,86 0,90 1,00
|F(z)-S(z)| 0.0135 0,0577 0,1118 0,0141 0,0941 0,0756 0,0078 0,0362 0,0505 0,0212 Lo= 0,1118
M= 28, SD= 10,32, x= 27, Ltabel=0.161, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n=30 pada taraf signifikan 5%. Karena L0 < Ltabel (0,1118 < 0.161) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Normal.
132 2. Posttest Tabel Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen STAD xi 40 44 48 52 54 60 64 68 72 76 80 ∑
f 2 4 2 2 2 1 9 1 1 3 3 30
fxi 80 176 96 104 108 60 576 68 72 228 240 1808
x-M -20.26 -16.26 -12.25 -8.26 -6.26 -0.26 3.74 7.74 11.74 15.74 19.74
zi -1.6291 -1.3073 -0.9855 -0.6637 -0.5028 -0.0201 0.3016 0.6234 0.9452 1.2670 1.5888
zt 0.4484 0.4049 0.3365 0.2454 0.1915 0.0040 0.1179 0.2324 0.3289 0.3980 0.4441
F(z) 0.0516 0.0951 0.1635 0.2546 0.3085 0.496 0.6179 0.7324 0.8289 0.898 0.9441
fk 2 6 8 10 12 13 22 23 24 27 30
S(z) 0.06 0.20 0.26 0.33 0.40 0.43 0.73 0.76 0.80 0.90 1.00
|F(z)-S(z)| -0.0084 -0.1049 -0.0965 -0.0754 -0.0915 0.066 -0.1121 -0.0276 0.0289 -0.002 -0.0559 Lo= 0.1121
M=60.26, SD= 12.43 Ltabel=0.161, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n=30 pada taraf signifikan 5%. Karena L0 < Ltabel (0.1121 < 0.161) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Normal.
133
B. Hasil Kelas Eksperimen TGT 1. Pretest Tabel Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen TGT xi 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 ∑
f 2 3 4 1 7 3 4 2 1 2 1 30
fxi 24 48 80 24 196 96 144 80 44 96 52 928
x-M -18.93 -14.93 -10.93 -6.93 -2.93 1.07 5.07 9.07 13.07 17.07 21.07
zi -1.6804 -1.3055 -0.9306 -0.5557 -0.1808 0.1940 0.5688 0.9437 1.3186 1.6935 2.068
zt 0.4535 0.4049 0.3238 0.2123 0.0714 0.0754 0.2157 0.3264 0.4049 0.4545 0.4808
F(z) 0.0465 0.0951 0.1762 0.2877 0.4286 0.5754 0.7157 0.8264 0.9049 0.9545 0.9808
fk 2 5 9 10 17 20 24 26 27 29 30
S(z) 0.06 0.16 0.30 0.33 0.56 0.66 0.80 0.86 0.90 0.96 1.00
|F(z)-S(z)| -0.0135 -0.0649 -0.1238 -0.0423 -0.1314 -0.0846 -0.0843 -0.0336 0.0049 -0.0055 -0.0192 Lo= 0.1314
M= 30.93, SD= 10.67 Ltabel=0.161, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n=30 pada taraf signifikan 5%. Karena L0 < Ltabel (0.1314 < 0.161) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Normal.
134 2. Posttest Tabel Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen TGT xi 52 58 60 64 68 72 76 80 84 88 92 ∑
f 2 2 2 1 1 1 9 3 2 5 2 30
fxi 104 116 120 64 68 72 684 240 168 440 184 2260
x-M -23,3 -17,3 -15,3 -11,3 -7,3 -3,3 0.7 4,7 8,7 12,7 16,7
zi -1,904 -1,424 -1,264 -0,944 -0,624 -0,304 0,016 0,336 0,656 0,976 1,296
zt 0,4713 0,4222 0,3962 0,3264 0,2324 0,1179 0,0040 0,1331 0,2454 0,3365 0,4015
F(z) 0,0287 0,0778 0,1038 0,1736 0,2676 0,3821 0,504 0,6331 0,7454 0,8365 0,9015
fk 2 4 6 7 8 9 18 21 23 28 30
S(z) 0.06 0.13 0.20 0.23 0.26 0.30 0.60 0.70 0.76 0.93 1.00
|F(z)-S(z)| 0,0313 0,0522 0,0962 0,0564 0,0076 0,0821 0,096 0,0669 0,0146 0,0935 0,0985 Lo= 0,0985
M=75,3, SD= 12.5 Ltabel=0.161, diperoleh dari harga kritis uji liliefors untuk n=30 pada taraf signifikan 5%. Karena L0 < Ltabel (0,0985 < 0.161) maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Normal.
135
Lampiran 15 Perhitungan Uji Homogenitas Data A. Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok
Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas dua varian atau uji Fisher, rumus yang digunakan adalah: F hitung=
=
Dimana:
=
∑
∑
Dengan langkah sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho : data memiliki variansi populasi homogen Ha : data tidak memiliki variansi populasi homogen 2. Kriteria pengujian Jika F hitung< F tabel maka Ho diterima, yang berarti kedua variansi populasi homogen Jika F hitung> F tabel maka Ha diterima, yang berarti memiliki kedua variansi populasi tidak homogen 3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1= n-1=30-1=29 db2= n-1=30-1=29 4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan data persiapan uji homogenitas diperoleh S12=113,9 dan S22=106,6 sehingga dengan menngunakan rumus di atas diperoleh: F hitung=
=
=1,068
5. Tentukan nilai F tabel Untuk db pembilang 29 dan db penyebut 29 pada taraf signifikan 5% (0.05) merujuk ke tabel distribusi frekuensi didapat Ftabel sebesar 1,85 Karena Fhitung < Ftabel (1,068 < 1,85) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen.
136
B. Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas dua varian atau uji Fisher, rumus yang digunakan adalah: F hitung=
=
Dimana:
=
∑
∑
Dengan langkah sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho : data memiliki variansi populasi homogen Ha : data tidak memiliki variansi populasi homogen 2. Kriteria pengujian Jika F hitung< F tabel maka Ho diterima, yang berarti kedua variansi populasi homogen Jika F hitung> F tabel maka Ha diterima, yang berarti memiliki kedua variansi populasi tidak homogen 3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1= n-1=30-1=29 db2= n-1=30-1=29 4. Tentukan nilai F hitung Berdasarkan data persiapan uji homogenitas diperoleh S12=156,36 dan S22=154,6, sehingga dengan menngunakan rumus di atas diperoleh: F hitung=
=
=1,011
5. Tentukan nilai F tabel Untuk db pembilang 29 dan db penyebut 29 pada taraf signifikan 5% (0.05) merujuk ke tabel distribusi frekuensi didapat Ftabel sebesar 1,85 Karena Fhitung < Ftabel (1,011 < 1,85) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians homogen.
137
Lampiran 16 Pengujian Hipotesis Data A. Perhitungan Uji Hipotesis Data Pretest Kriteria pengujian: 1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima 2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 58 Menghitung nilai S gabungan S2
= =
(
)
(
)
(
) (
= S
)
=110,25
=√
=10,5
Mencari nilai thitung t=
=
√
√
=
√
(
)
= 1,14
Setelah thitung diperoleh, langkah selanjutnya yaitu menentukan ttabel. Karena dalam tabel distribusi dk=58 tidak ada dalam tabel maka digunakan dk yang mendekati yaitu 60, maka diperoleh ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,00. Kesimpulan: Karena didapat thitung < ttabel (1,14 < 2,00) maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT.
138
B. Perhitungan Uji Hipotesis Data Posttest Kriteria pengujian: 3. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima 4. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak Dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk = 58 Menghitung nilai S gabungan S2
= =
(
)
(
)
( (
= S
) )
=155,48
=√
=12,47
Mencari nilai thitung t=
=
√
√
=
√
(
)
= 4,81
Setelah thitung diperoleh, langkah selanjutnya yaitu menentukan ttabel. Karena dalam tabel distribusi dk=58 tidak ada dalam tabel maka digunakan dk yang mendekati yaitu 60, maka diperoleh ttabel pada taraf signifikan 0,05 sebesar 2,00. Kesimpulan: Karena didapat thitung > ttabel (4,81 > 2,00) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar biologi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT.
139
Lampiran 17 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD dan TGT Materi Pelajaran
: Biologi
Materi Pokok/Konsep : Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan Berilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda! No.
Aspek
1
Rasa ingin tahu
2
Keberanian
3
Sifat menghargai
4
Tanggung jawab
5
Kerjasama
Indikator 1. Mengajukan pertanyaan 2. Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah 3. Berani mengemukakan pendapat 4. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat 5. Menghargai pendapat orang lain 6. Santun dalam mengemukakan pendapat 7. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 8. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan 9. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 10. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
Jumlah Rata-Rata Per Kelompok
I
II
Kelompok III IV
V
Jumlah ratarata per indikator
140 Lampiran 18 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD Materi Pelajaran
: Biologi
Materi Pokok/Konsep : Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan Pertemuan ke-1 Berilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda! No. 1
2
3
4
5
Aspek Rasa ingin tahu
Keberanian
Sifat menghargai
Tanggung jawab
Kerjasama
Indikator 11. Mengajukan pertanyaan 12. Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah 13. Berani mengemukakan pendapat 14. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat 15. Menghargai pendapat orang lain 16. Santun dalam mengemukakan pendapat 17. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 18. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan 19. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 20. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
Jumlah Rata-Rata Per Kelompok
I
II
Kelompok III IV
Jumlah ratarata per indikator
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
50%
40%
40%
40%
V
40%
40%
40%
141 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen STAD Materi Pelajaran
: Biologi
Materi Pokok/Konsep : Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan Pertemuan ke-2 Berilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda! No. 1
2
3
4
5
Aspek Rasa ingin tahu
Keberanian
Sifat menghargai
Tanggung jawab
Kerjasama
Indikator 1. Mengajukan pertanyaan 2. Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah 3. Berani mengemukakan pendapat 4. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat 5. Menghargai pendapat orang lain 6. Santun dalam mengemukakan pendapat 7. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 8. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan 9. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 10. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
Jumlah Rata-Rata Per Kelompok
I
II
Kelompok III IV
V
Jumlah ratarata per indikator
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
70%
50%
60%
60%
142 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen TGT Materi Pelajaran
: Biologi
Materi Pokok/Konsep : Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan Pertemuan ke-1 Berilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda! No. 1
2
3
4
5
Aspek Rasa ingin tahu
Keberanian
Sifat menghargai
Tanggung jawab
Kerjasama
Indikator
I
II
1. Mengajukan pertanyaan 2. Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah 3. Berani mengemukakan pendapat 4. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat 5. Menghargai pendapat orang lain 6. Santun dalam mengemukakan pendapat 7. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 8. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan 9. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 10. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
Jumlah Rata-Rata Per Kelompok
Kelompok III IV
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
40%
Jumlah ratarata per indikator 40%
V
40%
40%
40%
40%
143 Persentase Hasil Observasi Siswa Kelas Eksperimen TGT Materi Pelajaran
: Biologi
Materi Pokok/Konsep : Sistem Pernapasan pada Manusia dan Hewan Pertemuan ke-2 Berilah tanda centang () pada kolom sesuai dengan pengamatan Anda! No.
Aspek
Indikator
I
1
Rasa ingin tahu
1. Mengajukan pertanyaan 2. Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah 3. Berani mengemukakan pendapat 4. Berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat 5. Menghargai pendapat orang lain 6. Santun dalam mengemukakan pendapat 7. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan 8. Bertanggung jawab terhadap pembagian tugas yang diberikan 9. Bekerjasama dengan baik dalam setiap kegiatan kelompok 10. Saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
2
3
4
5
Keberanian
Sifat menghargai
Tanggung jawab
Kerjasama
Jumlah Rata-Rata Per Kelompok
II
Kelompok III IV
V
Jumlah ratarata per indikator
60%
60%
60%
60%
60%
60%
80%
80%
80%
70%
70%
70%
60%
80%
70%
r44 Lampiran I9
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
: Lisnawati
NIM
: 107016100998
Judul Skripsi :"Perbedaanhasil belajar biologi arfiarasiswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan TGT''. Dosen
No.
Judul dan Halaman Referensi
Pembimbing
BAB I
I
1 . Badan StandarNasional Pendidikan(BSNP), Panduan
I
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, (Jakarta :
{
l/
BSNP,2006),h.451.
2.
Anita
Lie,
Cooperative Learning Mempraktikan
CooperativeLearning di Ruang-RuangKelas, (Jakarta: 2005),cet.4,h.7. Grasindo,
3 . Andi Makasau, "PenerapanModel Kooperatif Teknik 4.
5. 6.
f
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProsesPendidikan,(Jakarta:Kencana,2010),cet. 7.h.242. 2. Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi l.
PembelajaranSains, (Jakarta:LembagaPenelitianUIN, 2006),h.130. a
f 9 f l,
TGT dalam Pembelajaran Siswa", Pendidikan & Pembelaiaran, 1, 15,2008,h. 6l-62. Heri Mediastutik, "PeningkatanKualitas Pembelajaran Matematika Pokok BahasanPersamaanEksponen dan LogaritmaMelalui Metode STAD SiswaSMAN 1 Krian Kabuoaten Sidoario".Vidva.l. 14.2006.h. 37-38. Andi Makkasau, op.cit.,h.62 # La Iru dan La Ode Safiun,Analisis PendekntanMetode, Strategi,dan Model-modelpembelajaran.(Kendari:Multi Presindo,2012), cet.1,h.63. BAB II
Ruhadi, "Model PembelajaranKooperatif Tipe STAD
II
x
f $ I
il
f l f T tl
{
r
ja7 r45 Lampiran 19
4.
5.
Salah Satu Alternatif dalam Mengajarkan Sains IPA yang Menggunakan Kurikulum B,erbasis Kompetenso', Pendidikan,1,6,2008 , h.44-45. La Iru dan La Ode, Analisis PendekatanMetode, Strategi, dan Model-model pembelajaran. (Kendari: Multi Presindo,2012).cet. 1. h. 47. Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta:Rajawali Pers,2011), cet. 3.h.203.
6.
7.
8.
9.
f I !
r{
(/
Agus Suprijono, Cooperative Learning (feori dan Aplikasi Paikem), (Yogyakarta:PustakaPelajar, 2012), ce t.7 .h 5 . 4. / Kusnandar,Guru Profesional ImplementasiKTSP dan Sulcses dalam SertifikasiGuru, (Jakarta:Raja Wali Press, 2007),cet.l,h. 359. { Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgreesif: Konsep, Landasan Dan Implementasinya ( Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 6fSD. (Jakarta:KencanaPrenadaMedia Group,2010),cet. 3, h. 56. Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani,20lI), cet.1,h.I2l.
! $ )
I
/
1 0 . Marjoko, "Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS
i
Melalui Model CooperativeLearning Teknik STAD di { SMPNegeriCilacap", Widyatama,lo 5o2008, h. 65. 1 1 Suradi, "Tinjauan tentang ImplementassiPembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika"o llmu
l
/
Kependidikan, l, 2, 2005,h. 23-24,
12. Trianto,ModeI-modeI PembeIajaran Inovatif Ber ori entasi Konstruktivistih (Jakarta:PrestasiPustaka,2007),cet. 1, h.41.
1 3 . Ib i d .,h .4 9 . 1 4 . La Iru danLa Ode,op.cit.,h.55-69. 1 5 . Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: YumaPressindo, 2010),cet.2, h. 40-41. 1 6 . WinaSanjaya, op.cit.,h.247. 1 7 . Zulfiani,TonihFeronika,Kinkin Suartini,op. cit.,h.132. 1 8 . Trianto, op. cit.,h. 47.
t9. Rusman,op. cit.,h. 207.
f
)
{ '{
t
r /^
)
r /I ,Y v
146 Lampiran 19
20. Anita Lie, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-
(
RuangKelas, (Jakarta:Grasindo.2005),cet. 4,h.31.
21.
r"
22. Kusnandar,op. cit., h. 360. 23. Wina Sanjaya,op.cit., h. 241-242.
v
24. Trianto, op. cit.,h. 48-49.
r
25. I b i d . , h . 4 3 . 26. Sugiyanto,op. cit., h. 43-44.
(
27. Kusnandar, op. cit.,h. 362-363.
,r (
28. Hamruni,op. cit., h. 130.
r
29. La Iru danLa Ode,op.cit.,h.55. 30. Isjoni.
Cooperative
Learning
Mengembangkan
f I
KemampuanBelajar Berkelompok.(Bandung: Alfabeta, 2009),cet.2,h. 51.
t^
3 1 . Trianto,op.cit.,h.68-69. 32. Ruhadi,op.cit.,.h.48.
{
3 3 . RobertE. Slavin, CooperativeLearningteori, Risert dan (
Prahik, (Bandung:Nusa Media,2010),cet.8, h.143-146.
r
34. Zulfrani,Tonih Feronika,Kinkin Suartini,op. cit.,h. l4l. 3 5 . Ibid
6)
36, La Iru, op. cit.,h. 58.
(
37. Afrisani Lusita, Buku Pintar Menjadi Guru Kreatif Inspiratif, dan Inovatif, (Yogyakarta:Araska, 2011), cet. 1 .h . 8 0 -8 1 . 3 8 . Rusman,op. cit.,h. 224-225.
F
r
43. Ib i d .,h .8 4 . 44. RobertE. Slavin,op.cit., h.167.
1
.1
I
(
I-
{
4 1 . AfrisaniLusita,op. cit.,h. 8l-82.
42. Trianto,op.cit.,h.84
).
f T
39. Zulfrani,op. cit., h. 145-150. 40. La Iru, op. cit.,h. 65.
)
L.
( {
l^^
{
^.L
,{
I
[:
4 5 . Ib i d .,h .1 4 3 .
46. La Iru, op. cit.,h. 63.
f
it
t-
147 Lampiran19 47. RobertE. Slavin,op.cit., h.162.
Ir
48. Yatim Rianto, Paradigma Baru'Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: KencanaPrenadaMedia, 2009), cet.l, h.4. 49. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 36. 5 0 . Syaiful Bahd Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002\, cet.2,h. 11. 5 1 . Yatim Rianto,op. cit.,h.4.
52. Muhibbin
Syah.
Psilalogi
Pendidikan:
{
I
f
f (
2 0 0 8 ) ,c e t . 1 4 ,h . 9 0 .
5 3 . Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah,
I
(Bandung:PustakaSetia,2003)cet.1,h.220.
54. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( (Bandung: Alfabeta,20l0),cet.8, h.12. 5 5 . Zikri Neni lska, Psikologi PengantarPemahamanDiri dan Lingkungqn,(Jakarta:Kizi Brothers,2008), cet.2, h.
(
82. il
56. Ngalim
f,
{
dengan
Pendekatan Boru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
I I I
r n
y
Purwanto, Psikalogi Pendidikan, (Bandung:
RemajaRosdakarya,2007),cet.23, h. 85.
{
57. AgusSuprijono,op.cit.,h.7.
!' f
5 8 . Ibid.,h.5. 59. Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2009), cet. | 4, h. 22.
60. rbid. 61 . Ahmad Sofyan,Tonih Feronika,dan BurhanudinMilama,
{
r
Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, { (Jakarta: UIN Press,2006),Cetke-1, h.14.
62. MuhibbinSyah,op. cit.,h.132. 63. Jumrah, "PeningkatanKetuntasanHasil Belajar Siswa
f
SMAN 5 Palu Melalui PendekatanKeterampilanProses { Model KooperatifTipe STAD PadaPembelajaran AsamBasa",MediaEl<stra, 2, 2, 2006,h.114. 64. Hendrik Lamba Arung, "Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Gava Koenitif Terhadao
t
t\
'\r' t. \ I
F \
t^
T n
"h
,1.
148 Lampiran 19
Hasil BelajarFisikaSiswaSMA", Ilmu Pendidikan,2,13, 2 0 0 6 .h .t2 7 .
6s.
Heri Midiastutik, "Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
f
Matematika Pokok Bahasan Persamaan Eksponen dan Logaritma Melalui Metode STAD siswa SMA Negeri I Krian Kabupaten Siduarjo", Vidya, I, 14, 2006, h. 46.
66. Leonard, "Pengaruh Model PembelajaranKooperatif Tipe TGT Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada {
Konsep Sistem PencernaanManusia", Ilmu Exacta,2, l, 2009,h.97.
r
67. Fitri Handayani,"PembelajaranKooperatif Tipe Team Games Toumament (TGT) Untuk MeningkatkanHasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri I Purwodadi Kabupaten PasuruanPada Materi Keragaman Bentuk Bumi'', Kependidikan,2, 2, 2010,h. 167-I7 6. 6 8 . DarsonoSinggit,FauziatulFajaroh,"Implikasi Penerapan Model Pembelajaran KooperatifSTAD dan TGT terhadap Kualitas Proses Hasil Belajar Kimia Siswa SMA",
69. Andi Makkasau,"PenerapanModel Kooperatif Teknik
N
v \t
dalam Pembelajaran Siswa", Pendidikan &
Pembelajaran,1,15, 2008,h. 69.
)
!
{
Pendidikan & Pembelajaran,1,13,2006, h. 103.
TGT
I
{
7 0 . Masriani, "Pengaruh PenereapanModel Pembelajaran KooperatifTipe TGT TerhadapHasil BelajarSiswaSMP {
Negeri2l Palu",Biodidaktis,1,5,2011, h. 33.
I
7 1 . Budi Suseno,"PeningkatanMotivasi dan Hasil Belajar Materi
Sistem Reproduksi Invertebrata Melalui
(
OptimalisasiMedia ChartadenganMetodePembelajaran ["
KooperatifModel TGT KelasX.l SMA Negeri 1 Weru Sukoharjo",Widyatame, 2, 5, 2008,h. 68-69.
72. Ircham Junaidi, PenerapanStrategi Pembelajaran.TGT untuk MeningkatkanHasil Belajar Konsep Klasifikasi InvertebrataBagi Siswa Kelas X SMA Negeri I Kesesi TahunPelajaran2006I 2007,Widyatama,3, 6, 2009,h. 66.
f
)
t49 Lampiran l9
I
BAB III I
Sudjana, Metode Statistika, (Bandbng:Tarsito. 1996), cet. 6. h. 6.
2.
t
Kuantitutrt Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2007),cet.3, h. t24. a J.
Lampiran6.,h.95.
4.
Lampiran 7.,h.111
).
Lampiran17.,h,139.
$
{
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
il
v
f
t-
f
I
6.
Ahmad Sofyan,Tonih Feronika,dan BurhanudinMilama, EvaluasiPembelajaranIPA BerbasisKompetensi,(Jakarta
{
\
: UIN Press,2006),Cetke-1,h. 105. 7.
Ib i d .h .1 0 9 .
8.
Lampiran8.,h, 116.
9.
Nana Sudjana.Penelitia Hasil ProsesBelajar Mengajar, (Bandung:RemajaRosdakarya,2009), cet. 14,h. 16
/
f
J.
/
1,"" r
1 0 . Lampiran8.,h. 116. 1 1 . Ahmad Sofyan,Tonih Feronika,dan BurhanudinMilama, op.cit.,h.103.
/
I
12. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, {
(Jakarta: PT Bumi Aksara,2009),cet.10, h. 208. 1 3 . Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Btrhanudin Milama,
f
op. cit.,h. 103.
14, Lampiran8.,h. 116. 1 5 . SuharsimiArikunto, op. cit.,h. 2ll. 16. r b i d . " h . 2 I 3 - 3 1 4 . 1 7 . Ib i d ..h .2 t8 . 1 8 . Lampiran8.,h. 116.
t9. Sudjana,op.cit.,hal. 466-467. 20. Ib i d ." h .2 4 9 . 21. Ibid.,h.239.
')
t,
I
I
,t
/ ( ,/ '{v
/
r I
\
# I
I
I-^
h
l{, I
150 Lampiran 19
T
I
BAB IV I
Lampiran13.,h,I22"
2.
I-ampiran\4.,h,I37
a
Lampiran15.,h, 135.
p
4"
Lampiran16.,h, 138.
U
5.
Fitri Handayani, "PembelajaranKooperatif Tipe Team
{
Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
SMP Negeri I Purwodadi
F, [,
L,
{
I
I
Kabupaten Pasuruan pada Materi Keragaman Bentuk Bumi", Kependidikan,2, 2010, h. l7 5.
i
6.
I b i d, h . 1 7 3 .
7.
Budi Suseno, "Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Materi
L.
{/
Sistem Reproduksi
Invertebrata Melalui
Optimalisasi PenggunaanMedia Charta, dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Model
TGT
Kelas X.I",
0
t v
Widyatama,5,2008, h. 68. 8.
9.
I-eonard,"PengaruhModel PembelajaranKooperatif Tipe TGT Terhadap PeningkatanHasil Belajar Biologi Pada Konsep Sistem PencernaanManusia", Ilmu Exacta, l, 2, { 2009.h.84. Masriani, "Pengaruh Penereapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT TerhadapHasil Belajar Siswa SMP Negeri2I PaIu",Biodidaktis,l, 5,2011,h. 33. {^
v
10.
I ]
V
Jakarta,23 Mei2014 Yang mengesahkan,
Pembimbi
3 1020 N IP .1 9 6 5 0 1 1159 8 7 0 1
NIP. 198005162007102 001