.$-,$1(.2120,5(*,21$/ -$:$7,085
75,:8/$1,,
%$1.,1'21(6,$685$%$<$
%DQN,QGRQHVLD6XUDED\D %LGDQJ(NRQRPL0RQHWHU -O3DKODZDQ1R 685$%$<$ 7HOS SVZ )D[ (PDLO NNHBVE\#ELJRLG %DKDQVRIWFRS\GDULNDMLDQLQLGDSDWGLGRZQORDGSDGDZHE%,KWWSZZZELJRLG
³0HQFDSDLGDQPHPHOLKDUDNHVWDELODQQLODLUXSLDKPHODOXLSHPHOLKDUDDQNHVWDELODQ PRQHWHU GDQ VLVWHP NHXDQJDQ XQWXN PHQGXNXQJ SHPEDQJXQDQ QDVLRQDO \DQJ EHUNHVLQDPEXQJDQ³
QDVLRQDO PDXSXQ LQWHUQDVLRQDO PHODOXL ³0HQMDGL EDQN VHQWUDO \DQJ NUHGLEHO VHFDUD SHQJXDWDQQLODLQLODLVWUDWHJLVVHUWDSHQFDSDLDQLQIODVL\DQJUHQGDKGDQVWDELO³
.RPSHWHQVL±,QWHUJULWDV±7UDQVSDUDQVL±$NXQWDELOLWDV±.HEHUVDPDDQ
³0HQGXNXQJ SHQFDSDLDQ NHELMDNDQ %DQN ,QGRQHVLD GL ELGDQJ PRQHWHU SHUEDQNDQ GDQVLVWHPSHPED\DUDQVHFDUDHILVLHQGDQRSWLPDOVHUWDPHPEHULNDQVDUDQNHSDGD 3HPGD GDQ OHPEDJD WHUNDLW ODLQQ\D GL GDHUDK GDODP UDQJND PHQGXNXQJ SHPEDQJXQDQHNRQRPLGDHUDK´
³0HQMDGL NDQWRU %DQN ,QGRQHVLD \DQJ GDSDW GLSHUFD\D GL GDHUDK PHODOXL SHQLQJNDWDQSHUDQGDODPPHQMDODQNDQWXJDVWXJDV%DQN,QGRQHVLD\DQJGLEHULNDQ´
Ringkasan Eksekutif
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ^ƵƌĂďĂLJĂ
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II – 2011 Assesmen Perkembangan Makro Ekonomi
Perekonomian provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II-2011 sebesar 7,25% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I-2011 sebesar 6,99% dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 6,50%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini didorong oleh konsumsi
masyarakat
dan
investasi,
sementara
konsumsi
pemerintah
mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2011, pertumbuhan konsumsi masyarakat menjadi pemicu meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jawa
Timur.
Pertumbuhan
konsumsi
tersebut
dikonfirmasi
peningkatan pada beberapa indikator konsumsi seperti hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia Surabaya, jumlah konsumsi listrik rumah tangga serta data penjualan sepeda motor baru. Selain itu, adanya momentum liburan sekolah dan cuti bersama ditambah dengan kegiatan promosi yang dilakukan para big tenant seperti Surabaya Shopping Festival (SSF) dan Malang Big Sale turut memicu peningkatan konsumsi masyarakat. Dari sisi penawaran, struktur perekonomian Jawa Timur pada triwulan I-2011 masih didominasi oleh tiga sektor utama yaitu Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Industri Pengolahan, dan Pertanian. Kombinasi ketiganya memberi sumbangan hingga sekitar 75% terhadap PDRB Jawa Timur. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Jatim, dengan peningkatan tertinggi secara berurutan pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) sebesar 8,86%, sektor Industri Pengolahan (6,01%) dan sektor Pertanian (5,11%). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini juga didukung oleh pertumbuhan sektor lainnya, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor Bangunan dan sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Membaiknya kinerja kedua sektor tersebut sebagai pendukung sektor utama, menunjukkan membaiknya proses bisnis usaha dari hulu hingga hilir, seiring makin beragamnya kebutuhan masyarakat saat ini.
ZŝŶŐŬĂƐĂŶŬƐĞŬƵƚŝĨ<ĂũŝĂŶŬŽŶŽŵŝZĞŐŝŽŶĂů:ĂǁĂdŝŵƵƌ dƌŝǁƵůĂŶ//ͲϮϬϭϭ
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ^ƵƌĂďĂLJĂ
Secara umum, tekanan kenaikan Indeks Harga Konsumen di Jawa Timur pada triwulan II-2011 menunjukkan penurunan.
Inflasi tahunan Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II-2011 tercatat
sebesar
6,26%,
menurun
dibandingkan
triwulan
sebelumnya yang mencapai 7,46% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi pada periode ini utamanya didorong oleh koreksi harga pada kelompok volatile food. Berdasarkan kelompok pengeluaran, sumbangan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi cuaca yang kondusif serta proses distribusi barang yang relatif tidak mengalami gangguan berarti menjadi salah satu faktor pendorong rendahnya inflasi Jatim pada periode laporan. Dari sisi eksternal, pergerakan harga beberapa komoditas internasional masih berpengaruh namun masih dalam taraf yang cukup terkendali.
Penurunan inflasi Jawa Timur terutama dipengaruhi oleh deflasi yang masih terjadi pada volatile food
Berdasarkan komponennya, panurunan laju inflasi tahunan terutama berasal dari faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food. Beberapa kebijakan kenaikan harga beberapa komoditas barang/jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti cukai rokok, dan tarif rumah sakit pada tahun 2011 mendorong inflasi administerd price pada triwulan ini, namun dengan magnitude yang tidak terlalu besar. Disisi lain laju inflasi inti sedikit meningkat dan persisten di level 5%.
Fungsi Intermediasi perbankan berjalan baik, dengan didorong oleh pertumbuhan kredit yang terus meningkat.
Kinerja perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik, khususnya penyaluran kredit yang mengalami pertumbuhan hingga 18,53% diatas pencapaian tahun sebelumnya (yoy) dengan jumlah mencapai Rp 174,08 triliun, dengan kualitas kredit (NPL) sebesar 3,62%. Total aset Bank Umum dan BPR sampai dengan akhir semester II tahun 2011 tumbuh 15,80% (yoy) sehingga mencapai Rp272,28 triliun rupiah. Kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR dalam bentuk tabungan, giro dan deposito pada beberapa periode terakhir menunjukkan tren peningkatan. DPK yang berhasil dihimpun oleh Bank umum dan BPR meningkat 4,43% (qtq) dari
ZŝŶŐŬĂƐĂŶŬƐĞŬƵƚŝĨ<ĂũŝĂŶŬŽŶŽŵŝZĞŐŝŽŶĂů:ĂǁĂdŝŵƵƌ dƌŝǁƵůĂŶ//ͲϮϬϭϭ
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ^ƵƌĂďĂLJĂ triwulan sebelumnya, atau tumbuh 14,31% (yoy) menjadi senilai Rp
228,1
triliun.
Pertumbuhan
kredit
yang
lebih
tinggi
dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan Loan to Deposit ratio (LDR) dari 74,85% menjadi 76,32%. Kondisi ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan pencapaian LDR di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 73,6%. Secara keseluruhan, pada kuartal II-2011 kondisi likuiditas perbankan di Jawa Timur masih cukup stabil. Kecenderungan ekspansi kredit pada bank umum selama periode ini masih diimbangi dengan terjaganya rasio kredit maupun pembiayaan bermasalah. Selain itu, dari sisi profitabilitas, perbankan di Jawa Timur masih mencatat pertumbuhan laba yang positif di akhir triwulan II 201 yaitu sebesar Rp 2,18 triliun.
Realisasi belanja APBD Jatim masih relatif terbatas.
Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Timur yang tercermin dari Anggaran
Pendapatan
pertengahan
tahun
dibandingkan
triwulan
dan 2011
Belanja
Daerah
mengalami
I-2010.
Pos
(APBD)
sedikit
hingga
perlambatan
pendapatan
maupun
pengeluaran menunjukkan tingkat realisasi yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Realisasi terbesar dari pos pendapatan dan belanja pun tidak jauh berbeda dari tahuntahun sebelumnya, yaitu pendapatan pajak daerah dari pos pendapatan daerah dan belanja pegawai dari pos anggaran belanja. Tingkat realisasi belanja Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011 sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Kondisi ini disebabkan karena menurunnya nilai realisasi belanja pemerintah baik langsung maupun tidak langsung. Realisasi tertinggi belanja terjadi pada pos belanja tidak terduga yang mencapai 64,61%. Tingginya realisasi belanja baik bagi hasil maupun bantuan keuangan pada kab/kota dan pemerintahan desa turut menyumbang kinerja belanja Pemprov pada periode ini. Percepatan penyaluran anggaran pada kab/kota mengindikasikan adanya perbaikan tata cara pelaporan pelaksanaan anggaran kab/kota atas anggaran periode sebelumnya sehingga dana dapat
ZŝŶŐŬĂƐĂŶŬƐĞŬƵƚŝĨ<ĂũŝĂŶŬŽŶŽŵŝZĞŐŝŽŶĂů:ĂǁĂdŝŵƵƌ dƌŝǁƵůĂŶ//ͲϮϬϭϭ
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ^ƵƌĂďĂLJĂ tepat waktu cair guna mendukung pembangunan infrastruktur di daerah. Secara keseluruhan komposisi realisasi anggaran belanja saat ini menunjukkan adanya perbaikan pada komposisi belanja pemerintah
dibandingkan
pemanfaatan
sebelumnya
yang
didominasi oleh belanja pegawai.
ǦʹͲͳͳ Ekonomi Jatim pada Tw II-2011 berpotensi untuk tumbuh lebih tinggi dengan tingkat inflasi yang relatif terjaga
Pada
triwulan
diproyeksikan
III-2011,
tumbuh
pada
pertumbuhan batas
tengah
ekonomi dari
Jatim
rentang
pertumbuhan 7,3% – 7,7%. Faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan ini yaitu konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi pemerintah dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Untuk konsumsi masyarakat didorong oleh momentum bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, dengan dampak lebih besar dibandingkan momentum triwulan II-2011, sehingga konsumsi pada triwulan ini diperkirakan
mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen
(IEK)
dan
Indeks
Ekspektasi
Penghasilan
yang
menunjukkan peningkatan. Laju inflasi Jawa timur pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada batas bawah kisaran 4,90% s/d 5,40%, atau lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan
II-2011.
Dari
sisi
non
fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) pada triwulan III-2011 diperkirakan akan meningkat. Tingginya konsumsi masyarakat pada periode Ramadhan dan hari raya Idul Fitri diyakini akan mendorong permintaan bahan makanan strategis seperti telur ayam, daging ayam dan daging sapi. Namun demikian, tibanya panen beras pada triwulan III-2011 diharapkan mampu menahan inflasi bahan makanan. Tekanan inflasi kedepan diyakini juga akan berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan ekpektasi masyarakat dari sisi konsumen dan sisi
ZŝŶŐŬĂƐĂŶŬƐĞŬƵƚŝĨ<ĂũŝĂŶŬŽŶŽŵŝZĞŐŝŽŶĂů:ĂǁĂdŝŵƵƌ dƌŝǁƵůĂŶ//ͲϮϬϭϭ
ĂŶŬ/ŶĚŽŶĞƐŝĂ^ƵƌĂďĂLJĂ produsen. Di sisi lain, risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya masih cukup tingg, khususnya yang berasal dari faktor eksternal dari jalur imported inflation terkait dengan tren kenaikan harga komoditas internasional serta kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya stabil. Di sisi lain, Inflasi administered prices diperkirakan tidak memberikan tekanan yang cukup berarti. Kebijakan pemerintah daerah (di 7 kota) untuk menaikkan tariftarif tertentu yang merupakan kewenangannya sebagian besar telah terealisasi di awal tahun, sehingga potensi inflasi kedepan dari kelompok administered price relatif terbatas.
ZŝŶŐŬĂƐĂŶŬƐĞŬƵƚŝĨ<ĂũŝĂŶŬŽŶŽŵŝZĞŐŝŽŶĂů:ĂǁĂdŝŵƵƌ dƌŝǁƵůĂŶ//ͲϮϬϭϭ
Bab 1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
.21',6,8080 3HUWXPEXKDQHNRQRPL-DZD7LPXUSDGDWULZXODQ,,VHEHVDU \R\ PHQJDODPLSHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQWULZXODQ , VHEHVDU GDQ OHELKWLQJJLGLEDQGLQJNDQSHUWXPEXKDQHNRQRPLQDVLRQDO\DQJWHUFDWDWVHEHVDU 'DUL VLVL SHUPLQWDDQ SHUWXPEXKDQ SDGD WULZXODQ LQL GLGRURQJ ROHK NRQVXPVL PDV\DUDNDWGDQLQYHVWDVL 'DUL VLVL SHQDZDUDQ VHNWRU 3HUGDJDQJDQ +RWHO GDQ 5HVWRUDQ 3+5 VHNWRU ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ GDQ VHNWRU 3HUWDQLDQ PHUXSDNDQ VHNWRU SHQGRURQJ SHUWXPEXKDQHNRQRPL-DWLP6HNWRUODLQQ\D\DQJPHQ\XPEDQJSHUWXPEXKDQSDGD WULZXODQ LQL DGDODK VHNWRU 3HQJDQJNXWDQ GDQ .RPXQLNDVL GDQ VHNWRU .HXDQJDQ 3HUVHZDDQGDQ-DVD3HUXVDKDDQ Gambar 1.2
Gambar 1.1
Struktur Perekonomian Prov. Jawa Timur
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Ekonom i
-DZD7LPXU Prov.Jawa
Timur
ϭϬϬй
,QGRQHVLD 7.16 6.99
7.14
>ŝƐƚƌŝŬ'ĂƐŝƌĞƌƐŝŚ
7.25
6.39
й
6.34
LJ Ž LJ
5.99
5.65
6.53
6.17
6.03
5.85
<ĞƵĂŶŐĂŶ
5.80
5.70
5.16
ϰϬй
5.18 4.95 4.96
й
4.98
4.58
ŶŐŬƵƚΘ<Žŵ
ϮϬй
4.37
ĂŶŐƵŶĂŶ
ϲϬй
6.17
5.35
dĂŵďĂŶŐ
6.9 6.5
5.82
6.27
ϴϬй
:ĂƐĂ
4.20 4.00
/ // /// /s / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // ,
WĞƌƚĂŶŝĂŶ
Ϭй ,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
/ŶĚƵƐƚƌŝ
,,
Sumber: BPS Jatim Sumber: BPS Jatim
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
W,Z
Sumber: BPS Jatim
6,6,3(50,17$$1 'DULVLVLSHUPLQWDDQSHUWXPEXKDQSDGDWULZXODQLQLGLGRURQJROHKNRQVXPVL PDV\DUDNDW GDQ LQYHVWDVL VHPHQWDUD NRQVXPVL SHPHULQWDK PHQJDODPL SHUODPEDWDQ GLEDQGLQJNDQWULZXODQVHEHOXPQ\D .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/ Gambar 1.3
Gambar 1.4
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
Sisi Permintaan PDRB Prov.Jawa Timur
D / > z Z
ϳϬ
<ŽŶƐZƵŵĂŚdĂŶŐŐĂ Ő<ŽŶƐZƵŵĂŚdĂŶŐŐĂ;ƌŚƐͿ
ϲϬ
<ŽŶƐWĞŵĞƌŝŶƚĂŚ Ő<ŽŶƐƵŵƐŝWĞŵĞƌŝŶƚĂŚ;ƌŚƐͿ
ϮϬй
ϰϬ ϯϬ
Z Ɖ
Ϭ /
ϭϬй
ϱй
Ϭй
// /// /s
/
ϮϬϬϳ
й
ϭϱй
ϮϬ ϭϬ
EĞƚŬƐƉŽƌ ŶƚĂƌWƵůĂƵ ŐEĞƚŬƐƉŽƌŶƚĂƌWƵůĂƵ;ƌŚƐͿ
ϰ
Ϯϱй
ϱϬ
EĞƚŬƐƉŽƌ ŐEĞƚŬƐƉŽƌ;ƌŚƐͿ
ϯϬй
// /// /s ϮϬϬϴ
/
// /// /s ϮϬϬϵ
/
// /// /s
/
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jatim
//
LJ Ž LJ
D / > z Z
Ϭй Ϯ
й
ϭ
ͲϭϬϬϬй
Ϭ Ͳϭ
Z Ɖ
ϭϬϬϬй
ϯ
ͲϮ
/ // /// /s / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
ͲϮϬϬϬй
LJ Ž LJ
ͲϯϬϬϬй
Ͳϯ ͲϰϬϬϬй Ͳϰ Ͳϱ
ͲϱϬϬϬй Sumber: BPS Jatim
D.RQVXPVL 3DGD WULZXODQ ,, SHUWXPEXKDQ NRQVXPVL PDV\DUDNDW PHQMDGL SHPLFX PHQLQJNDWQ\D SHUWXPEXKDQ HNRQRPL -DZD 7LPXU %HUGDVDUNDQ ULOLV %36 WHUFDWDW NRQVXPVLPDV\DUDNDWSDGDWULZXODQLQLPHQJDODPLSHQLQJNDWDQGLEDQGLQJNDQWULZXODQ VHEHOXPQ\D\DLWXGDUL\R\ PHQMDGLVHEHVDU3HUWXPEXKDQNRQVXPVL WHUVHEXW GLNRQILUPDVL SHQLQJNDWDQ SDGD EHEHUDSD LQGLNDWRU NRQVXPVL VHSHUWL KDVLO 6XUYHL 3HQMXDODQ (FHUDQ \DQJ GLODNXNDQ ROHK %DQN ,QGRQHVLD 6XUDED\D MXPODK NRQVXPVL OLVWULN UXPDK WDQJJD VHUWD GDWD SHQMXDODQ VHSHGD PRWRU EDUX 6HODLQ LWX DGDQ\D PRPHQWXP OLEXUDQ VHNRODK GDQ FXWL EHUVDPD GLWDPEDK GHQJDQ NHJLDWDQ SURPRVL\DQJGLODNXNDQSDUDELJWHQDQWVHSHUWL6XUDED\D6KRSSLQJ)HVWLYDO66) GDQ 0DODQJ%LJ6DOHWXUXWPHPLFXSHQLQJNDWDQNRQVXPVLPDV\DUDNDW .HJLDWDQ NRQVXPVL PDV\DUDNDW GLLQGLNDVLNDQ SXOD GHQJDQ PHPEDLNQ\D LQGHNV RPVHW ULLO VHODPD WULZXODQ ,, GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D 'HQJDQ SHQLQJNDWDQWHUWLQJJLWHUMDGLSDGDNHORPSRNDODWWXOLVGDQSDNDLDQ,QGLNDWRUODLQ\DQJ PHQMHODVNDQ SHQJXDWDQ NRQVXPVLPDV\DUDNDW DGDODK SHQLQJNDWDQ SHQMXDODQ VHSHGD PRWRU EDUX GL -DZD 7LPXU 6HPHQWDUD LWX SHQMXDODQ PRELO PHQJDODPL SHUODPEDWDQ \DQJGLLQGLNDVLNDQGLVHEDENDQROHKWLQJJLQ\DVXSSO\PRELOEHNDVWHUNDLWSHPEHUODNXDQ SDMDN WDPEDKDQ EDJL SHPLOLN NHQGDUDDQ OHELK GDUL VDWX GL DZDO WDKXQ 6HVXDL GHQJDQ NDUDNWHUQ\D SHQMXDODQ PRELO GDQ PRWRU PHUXSDNDQ FHUPLQDQ NH\DNLQDQ NRQVXPHQ DWDV NHEXWXKDQ NRQVXPVL XQWXN MDQJND SDQMDQJ NDUHQD VLIDW EDUDQJQ\D \DQJ UHODWLI PDKDO ELJ WLFNHW LWHPV GDQ WDKDQ ODPD GXUDEOH JRRGV ,QGLNDWRU NRQVXPVL OLVWULN UXPDK WDQJJD PHQXQMXNNDQ SHQLQJNDWDQ EDLN SDGD SHURUDQJDQ PDXSXQQLODLNHVHOXUXKDQQ\D
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/ Gambar 1.5
Gambar 1.6
Indeks Penjualan Eceran
Konsumsi Listrik Rumah Tangga
,QGHNV2P]HW5LLO 3HUDODWDQ57 3DNDLDQ 0DPLQ 7HPEDNDX $ODW7XOLV
;ŬǁŚͿ
/ E < ^
.RQVXPVLOLVWULN57 .Z+SHUSHODQJJDQ 57
;ŬǁŚͿ
Sumber: Survei Penjualan Eceran BI Surabaya
Sumber: PLN Distribusi Jatim
Gambar 1.7
Gambar 1.8
Penjualan Mobil Baru di Jawa Timur
Penjualan Motor Baru di Jawa Timur
3HQMXDODQ0RELO
J3HQMXDODQ0RELO
й LJ Ž LJ
h E / d
h E / d
J3HQMXDODQ6HSHGD0RWRU J3HQMXDODQ6HSHGD0RWRU
й LJ Ž LJ
Sumber: Dispenda Jatim
Sumber: Dispenda Jatim
6HPHQWDUD LWX SHUWXPEXKDQ VLPSDQDQ SHURUDQJDQ VHEDJDL VDODK VDWX VXPEHU SHPELD\DDQ NRQVXPVL PDV\DUDNDW PHQJDODPL SHQXUXQDQ GLEDQGLQJNDQ SHULRGH VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL \R\ PHQMDGL 3HQXUXQDQ LQL GLVHEDENDQ PHQXUXQQ\D VHOXUXK MHQLV QLODL VLPSDQDQ SHURUDQJDQ GHQJDQ SHQXUXQDQ WHUWLQJJL SDGD MHQLV JLUR VHEHVDU GLLNXWL ROHK MHQLV GHSRVLWR GDQ GHSRVLWR .RQGLVL LQL PHQJLQGLNDVLNDQ DGDQ\D SHQLQJNDWDQ SHPDQIDDWDQQ\D GDODP NHJLDWDQ NRQVXPVL PDV\DUDNDW 6XPEHU SHPELD\DDQ HNVWHUQDO ODLQQ\D \DQJ SHQWLQJ EDJL PDV\DUDNDW DGDODK NUHGLW NRQVXPVL SHUEDQNDQ \DQJ VHODPD WULZXODQ ,, PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GDUL \R\ PHQMDGL VHVXDL GHQJDQ NDUDNWHU UHDOLVDVLNUHGLWGLSHUWHQJDKDQWDKXQ
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
Gambar 1.1 1. 10
Kredit Konsumsi ϱϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ ϰϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Dana Simpanan Perbankan Perorangan
ŬƌĞĚŝƚŬŽŶƐƵŵƐŝ ŐŬƌĞĚŝƚŬŽŶƐƵŵƐŝ;ƌŚƐͿ
;ũƵƚĂ ƌƵƉŝĂŚͿ
;й͕ LJŽLJͿ
ϱϬ
ϰϱ
J'3.3HURUDQJDQ
J*LUR3HURUDQJDQ
J7DE3HURUDQJDQ
J'HS3HURUDQJDQ
ϰϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϰϬ
ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϯϱ
ϯϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϯϬ
й
Ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Ϯϱ
ϮϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϮϬ
LJ Ž LJ
ϭϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϭϱ
ϭϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϭϬ
ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϱ
Ͳ
Ϭ ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ
ϭϬ ϭϭ ϭϮ
ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ
ϭϬ ϭϭ ϭϮ
ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
Gambar 1.9 1.9
ϲ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
6HPHQWDUD LWX QLODL ,QGHNV .H\DNLQDQ .RQVXPHQ ,.. JDPEDU \DQJ WHUFHUPLQ GDUL KDVLO 6XUYHL .RQVXPHQ %DQN ,QGRQHVLD 6XUDED\D PHQXQMXNNDQ QLODL \DQJ UHODWLI VWDELO GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D 6HGDQJNDQ ,QGHNV .RQGLVL (NRQRPL ,.( JDPEDU PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ +LQJJD WULZXODQ ,, QLODL ,..PDVLKEHUDGDGLDWDV\DQJPHQFHUPLQNDQRSWLPLVPHQLODLLQGHNV\DQJGLDWDV EHUDUWL OHELK EDQ\DN UHVSRQGHQ \DQJ PHUDVD RSWLPLV GDULSDGD SHVLPLV WHUKDGDS NRQGLVLHNRQRPLVDDWLQL 5HODWLI VWDELOQ\D QLODL UDWDUDWD ,.. GL VHSDQMDQJ WULZXODQ ,, GLSLFX ROHK PHQLQJNDWQ\D ,.( GDQ PHODPEDWQ\D ,QGHNV (NVSHNWDVL .RQVXPHQ ,(. 0HQLQJNDWQ\DQLODL,.(GLSLFXROHKSHQLQJNDWDQUDWDUDWDQLODL,QGHNV3HQJKDVLODQ6DDW ,QL VHEHVDU \DQJ PHQXQMXNNDQ PHPEDLNQ\D SHQJKDVLODQ PDV\DUDNDW -DZD 7LPXUVHKLQJJDWXUXWPHPSHQJDUXKLWLQJNDWNRQVXPVLPDV\DUDNDW
Survei Konsumen – Kondisi Ekonomi Saat Ini
Survei Konsumen – Keyakinan Konsumen /ŶĚĞŬƐ<ĞLJĂŬŝŶĂŶ<ŽŶƐƵŵĞŶ;/<<Ϳ /ŶĚĞŬƐŬƐƉĞŬƚĂƐŝ<ŽŶƐƵŵĞŶ;/<Ϳ
/ŶĚĞŬƐ<ŽŶĚŝƐŝŬŽŶŽŵŝ^ĂĂƚ/Ŷŝ;/<Ϳ
ϭϰϬ ϭϮϬ
ϭϰϬ
/ŶĚĞŬƐ<ŽŶĚŝƐŝŬŽŶŽŵŝ^ĂĂƚ/Ŷŝ;/<Ϳ
/ŶĚĞŬƐ<ĞƚĞƌƐĞĚŝĂĂŶ>ĂƉĂŶŐĂŶ<ĞƌũĂ
/ŶĚĞŬƐWĞŶŐŚĂƐŝůĂŶ^ĂĂƚ/Ŷŝ
<ĞƚĞƉĂƚĂŶtĂŬƚƵWĞŵďĞůŝĂŶĂƌĂŶŐdĂŚĂŶ>ĂŵĂ
ϭϮϬ
ϭϬϬ
ϭϬϬ
/ ϴϬ E ϲϬ ϰϬ < ^ ϮϬ
/ E < ^
ϴϬ ϲϬ ϰϬ ϮϬ
Ϭ
Ϭ
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ
Gambar 1.12 1.12
Gambar 1.11 1.11
ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ
ya
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
E,QYHVWDVL 3DGD WULZXODQ ,, NHJLDWDQ LQYHVWDVL GL -DZD 7LPXU PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL \R\ PHQMDGL 0HVNLSXQ SHPHULQWDK PDVLK EHOXP RSWLPDO PHODNXNDQ SHUEDLNDQ LQIUDVWUXNWXU QDPXQ LQYHVWRU WHUXV PHODNXNDQ SHQLQJNDWDQ LQYHVWDVL \DQJ GLGRPLQDVLROHKNHJLDWDQSHQDPEDKDQNDSDVLWDVVHSHUWLSHPEHOLDQPHVLQGDQODKDQ LQGXVWUL 3HQLQJNDWDQ QLODL 307% SDGD WULZXODQ LQL GLVHEDENDQ NDUHQD SHQJKLWXQJDQ SHQDPEDKDQ LQYHVWDVL WLGDN KDQ\D PHQJDFX SDGD UHDOLVDVL LQYHVWDVL EDUX QDPXQ MXJD WXUXW PHPSHUKLWXQJNDQ SHPEHOLDQ PHVLQ GDQ ODKDQ JXQD SHQDPEDKDQ NDSDVLWDV VHUWD UHDOLVDVL SUR\HN SHPHULQWDK SDGD SHULRGH EHUMDODQ 'HQJDQ GHPLNLDQ PHVNLSXQ QLODL UHDOLVDVL SUR\HN EDUX SLKDN VZDVWD GL -DZD 7LPXU SDGD WULZXODQ ,, PHQJDODPL SHQXUXQDQ QDPXQ QLODL 307% WHWDS PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ 1LODL UHDOLVDVL LQYHVWDVL GL -DZD 7LPXU GLSHUNLUDNDQ WHUXV PHQJDODPL SHQLQJNDWDQPHQJLQJDWWLQJJLQ\DSRWHQVLVHNWRUSHUWDPEDQJDQNKXVXVQ\DJDVGDQ SDQDV EXPL \DQJ DNDQ PHQGRURQJ SHQLQJNDWDQ UHDOLVDVL LQYHVWDVL EDUX VHWHODK VHEHOXPQ\D PHQJDODPL SHUODPEDWDQ XQWXN MHQLV 3HQDQDPDQ 0RGDO $VLQJ 30$ GDUL 86' MXWD PHQMDGL 86' MXWD GDQ 3HQDQDPDQ 0RGDO 'DODP 1HJHUL 30'1 GDUL5SWULOLXQPHQMDGL5SWULOLXQ
Gambar 1.13 1.13
Gambar 1.1 1.14
Perkembangan Jumlah Proyek Investasi
Perkembangan Nilai Proyek Investasi
-XPODK3UR\HN30$
-XPODK3UR\HN30'1
3HUXEDKDQ-XPODK3UR\HN30$
3HUXEDKDQ-XPODK3UR\HN30'1
1LODL3UR\HN30'15SPLOLDU
J1LODL3UR\HN30$
J1LODL3UR\HN30'1
1LODL3UR\HN30$86'PLOOLRQ
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
Sumber: BPM Jawa Timur
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
Sumber: BPM Jawa Timur ,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
Sumber: BPM Jawa Timur
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
ϭϴ
Gambar 1.15
Gambar 1.1 1. 16
Perkembangan PMTB
Perkembangan Kredit Investasi
WDd
ŐWDd;ƌŚƐͿ
ϭϱ
D / ϭϮ > z ϵ ϲ Z Z Ɖ
Ϯϱй
Ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϮϬй
ϮϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ŬƌĞĚŝƚŝŶǀĞƐƚĂƐŝ
;ũƵƚĂ ƌƵƉŝĂŚͿ
ŐŬƌĞĚŝƚŝŶǀĞƐƚĂƐŝ;ƌŚƐͿ
;й͕ LJŽLJͿ
ϰϱ ϰϬ ϯϱ ϯϬ
ϭϱй
й
ϭϬй
LJ Ž LJ
ϭϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ Ϯϱ
ϱй
ϯ
ϮϬ ϭϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ ϭϱ ϭϬ
ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Ϭ
ϱ
Ϭй /
//
///
/s
/
//
///
/s
/
//
///
/s
/
//
///
/s
/
Ϭ
//
Ϭ ϭ
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ
ϭ
Ϯ
ϮϬϬϵ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ
ϮϬϭϬ
ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan, diolah
Sumber: BPM Jawa Timur
6HPHQWDUDLWXSHPEHUODNXDQEHEDVEHDPDVXNEDJLEDUDQJEDKDQEDNXGDQ EDUDQJ PRGDO GDUL VHEHOXPQ\D PHQMDGL SHU WDQJJDO $SULO WXUXW PHPSHQJDUXKL NLQHUMD LPSRU EDUDQJ PRGDO XQWXN SHQLQJNDWDQ NDSDVLWDV SURGXNVLWHUSDVDQJ GL -DZD 7LPXU SDGD WULZXODQ LQL %HUGDVDUNDQ GDWD \DQJ GLKLPSXQ%DQN ,QGRQHVLD 6XUDED\D NLQHUMDLPSRU EDUDQJPRGDOWXPEXK VHEHVDU TWT \DLWXGDUL86'MXWDPHQMDGL86'MXWDDWDXVHFDUDUDWD ± UDWDPHQLQJNDW GDUL \R\ PHQMDGL 'DODP SHODNVDQDDQNHELMDNDQ WDULI PDVXN EDUDQJ LPSRU WHUVHEXW SHPHULQWDK PHQJJXQDNDQ GXD VNHPD SHQJHQDDQ WDULI \DQJ EHUODNX KLQJJD DNKLU WDKXQ GHQJDQ VDVDUDQ SDGD LQGXVWUL PDNDQDQPHVLQHOHNWURQLNDGDQPDULWLP
Gambar 1.17 1.17
Perkembangan Impor Barang Modal
J7RWDO,PSRU
J &DSLWDO*RRGV
й LJ Ž LJ
Sumber: Bank Indonesia
,QGLNDWRU ODLQQ\D PHQJLQGLNDVLNDQ KDO \DQJ VDPD \DLWX SDGD WLQJNDW SHQMXDODQ VHPHQ GDQ WUXN EDUX \DQJ PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ VLJQLILNDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D 7HUFDWDW SHQMXDODQ VHPHQ SDGD WULZXODQ ,, WXPEXK VHEHVDU MXWD VDN VHPHQ DWDX \R\ GDUL VHEHOXPQ\D
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
MXWD VDN VHPHQ DWDX 6HPHQWDUD LWX NLQHUMD NUHGLW LQYHVWDVL PHQJDODPLSHUODPEDWDQGLEDQGLQJNDQWULZXODQVHEHOXPQ\DGDUL5SWULO\XQ DWDX \R\ PHQMDGL 5S WULO\XQ DWDX \R\ +DO LQL PHQXQMXNNDQ EDKZD NHJLDWDQ LQYHVWDVL GL -DZD 7LPXU SDGD WULZXODQ ,, GLGRPLQDVL ROHK PRGDO VHQGLUL6HODLQ LWXNRQGLVL LQL GLGXJDWXUXW SXOD GLSLFX ROHK SHQLQJNDWDQUDWD±UDWDVXNXEXQJDNUHGLWLQYHVWDVLGLSHUEDQNDQ
Gambar 1.18 1.18
Gambar 1.19 1.19
Perkembangan Volume Penjualan Semen
Perkembangan Perkembangan Penjualan Truk
9RO3HQMXDODQ 6HPHQ ;ƌŝďƵƐĂŬͿ
J3HQMXDODQ 6HPHQ ;й͕LJŽLJͿ
3HQMXDODQ7UXN
J3HQMXDODQ7UXN
h E / d
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia
LJ Ž LJ
й
Sumber: Dipenda Prov.Jawa Timur
F(NVSRU,PSRU
.LQHUMDSHUGDJDQJDQOXDUQHJHUL-DWLP\DQJWHUFHUPLQGDULNRQGLVLQHWHNVSRU WXPEXKPHODPEDWGDULVHEHOXPQ\DWXPEXKVHEHVDU\R\ DWDXVHQLODL5S WULO\XQPHQMDGLVHEHVDU5SWULO\XQ 3HUODPEDWDQSHUWXPEXKDQ LQL GLVHEDENDQ ROHK SHUWXPEXKDQ HNVSRU \DQJ WXUXW SXOD GLLPEDQJL GHQJDQ ODMXSHUWXPEXKDQ LPSRU 7HUFDWDW NLQHUMD HNVSRU PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GDUL VHEHOXPQ\D WXPEXK VHEHVDU \R\ DWDX VHQLODL 5S WULO\XQ PHQMDGL VHEHVDU5SWULO\XQ .LQHUMD HNVSRU -DWLP WXUXW GLSHQJDUXKL ROHK NHQDLNDQ KDUJD EHEHUDSD NRPRGLWDV GXQLD VHSHUWL WHPEDJD WLPDK GDQ NRSL PHVNLSXQ YROXPHQ\D VHGLNLW PHQJDODPL SHQXUXQDQ 6HODLQ LWX WLQJJLQ\D HNVSRU NLPLD RUJDQLN SDGD WULZXODQ LQL PHQMDGL SHQ\XPEDQJ WHUWLQJJL PHQLQJNDWQ\D NLQHUMD HNVSRU -DWLP 6HODQMXWQ\D VHFDUD EHUXUXWDQ NRPRGLWDV WHPEDJD SURGXN NHUWDV GDQ NDUWRQ NDUHW GDQ WXUXQDQQ\DVHUWDND\XGDQWXUXQDQQ\DWXUXWPHQMDGLSHQ\XPEDQJSHUEDLNDQNLQHUMD HNVSRU-DWLP 'LVLVLODLQNRQGLVLLPSRU-DWLPSXQPHQJDODPLSHQLQJNDWDQGDULVHEHOXPQ\D WXPEXKVHEHVDU\R\ DWDXVHQLODL5SWULO\XQPHQMDGLVHEHVDU 5SWULO\XQ 0HQLQJNDWQ\DLPSRUEDKDQEDNXGDQEDUDQJPRGDOSDGDWULZXODQ .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
LQL PHQMDGL SHPLFX SHQLQJNDWDQ LPSRU -DWLP VHGDQJNDQ LPSRU EDUDQJ NRQVXPVL PHQXUXQ GDUL \R\ PHQMDGL 3HPEHUODNXDQ SHQLQJNDWDQ WDULI EHD PDVXN GDUL PHQMDGL SHU WDQJJDO $SULO GL LQGXVWUL PDNDQDQ GLSHUNLUDNDQPXODLPHPSHQJDUXKLNLQHUMDLPSRUNRQVXPVL-DWLPSDGDWULZXODQLQL %HUGDVDUNDQ MHQLVQ\D QLODL LPSRU WHUWLQJJLPDVLK EHUXSDLPSRU EDKDQ EDNX GLLNXWLROHKLPSRUEDUDQJPRGDOGDQNRQVXPVL'RPLQDVLLPSRUEDKDQEDNXNH-DWLP KLQJJD WULZXODQ ,, PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ , GDUL VHEHOXPQ\D EHUDGD SDGD NLVDUDQ GL EDZDK PHQMDGL PHQLQJNDW SDGD NLVDUDQ +DO LQL GLSLFX ROHK PHQLQJNDWQ\D QLODL LPSRU EDUDQJ EDKDQ EDNX GDUL PHQMDGL6HGDQJNDQSURSRUVLLPSRUEDUDQJNRQVXPVLPHQXUXQGDUL PHQMDGL VHMDODQ GHQJDQ SHQXUXQDQ LPSRU EDUDQJ WHUVHEXW 'HQJDQ GHPLNLDQ NRPSRVLVL LPSRU -DWLP KLQJJD WULZXODQ ,, OHELK GLSHQJDUXKL ROHK NHELMDNDQ SHPHULQWDK SXVDW WHUNDLW NHJLDWDQ HNVSRU LPSRU GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ NHELMDNDQSHPEHUODNXDQ$&)7$GLDZDOWDKXQ
Gambar 1.21
Gambar 1.20 1.20
Perkembangan Perkem bangan Nilai Impor
Perkembangan Nilai Ekspor
;&KͲ h^Ϳ
1LODL(NVSRU
J1LODL(NVSRU
;й͕LJŽLJͿ
1LODL,PSRU
;&KͲ h^Ϳ
J1LODL,PSRU
;й͕LJŽLJͿ
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1.22
;&KͲ h^Ϳ
Gambar 1.23 1. 23
Pertumbuhan Volume Ekspor
Sumber: Bank Indonesia
9ROXPH(NVSRU
J9ROXPH(NVSRU
Pertumbuhan Volume Impor ;й͕LJŽLJͿ
;&KͲ h^Ϳ
9ROXPH,PSRU
J9ROXPH,PSRU
;й͕LJŽLJͿ
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
Gambar 1.24 1.24
Gambar 1.25
Nilai Impor per Jenis Barang
&RQVXPSWLRQ*RRGV
: h d
Ϳ
J&DSLWDO*RRGV J,QWHUPHGLDWH*RRGV J&RQVXPSWLRQ*RRGV
LJ Ž LJ
J7RWDO,PSRU
й
;
/ &
&DSLWDO*RRGV
h ^
Pertumbuhan Impor per Jenis Barang
,QWHUPHGLDWH*RRGV
Sumber: Bank Indonesia
Neraca Perdagangan Kumulatif
1HW(NVSRU
ϰϬϬϬй
ϮϱϬϬй ϮϬϬϬй ϭϱϬϬй
EĞƚŬƐƉŽƌ;LJŽLJͿ
ϯϱϬϬй ϯϬϬϬй
ϰϱϬϬй
Gambar 1.27 1.27
Gambar 1.26 1. 26
Neraca Perdagangan Luar Negeri
Sumber: Bank Indonesia
ϭϬϬϬй ϱϬϬй Ϭй ͲϱϬϬй
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
3HQLQJNDWDQ NLQHUMD HNVSRU OXDU QHJHUL -DWLP SDGD WULZXODQ ,, GDSDW WHUFHUPLQ SXOD SDGD LQGLNDWRU MXPODK NRQWDLQHU GDQ VKLS FDOOV SDGD SHUXVDKDDQ SHWLNHPDV WHUNHPXND GL 3HODEXKDQ 7DQMXQJ 3HUDN 6XUDED\D \DQJ PHQXQMXNNDQ SHQLQJNDWDQNLQHUMDGLEDQGLQJNDQGHQJDQWULZXODQVHEHOXPQ\D3HUPDVDODKDQSLSD JDV \DQJ PDVLK PHQMDGL SHQJKDPEDW SURVHV ERQJNDU PXDW GL 3HODEXKDQ 7DQMXQJ 3HUDN PDVLK EHOXP PHQHPXL VROXVL KLQJJD SHUWHQJDKDQ WDKXQ NDUHQD UXPLWQ\D SURVHV ELURNUDVL GL SHPHULQWDK SXVDW 'HQJDQ VHPDNLQ PHPEHVDUQ\D NHJLDWDQ SHUGDJDQJDQ OXDU QHJHUL -DWLP SLSD JDV GLPDNVXG SHUOX GLFDULNDQ VROXVL
DJDUWLGDNPHPRWRQJ$OXU3HOD\DUDQ%DUDW6XUDED\D$3%6
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
Gambar 1.28 1.28
Gambar 1.29 1.29
Statistik Kontainer di Tanjung Perak
Jumlah Ship Calls
7RWDONRQWDLQHU
J7RWDO.RQWUDLQHU5+6
^ , / W
d
h ^
> >
-XPODK6KLS&DOOV
Gambar 1.30
Gambar 1.31
Statistik Kontainer Internasional
Statistik Kontainer Domestik
,PSRU
'LVFKDUJHG
(NVSRU
d
/RDG
7RWDO
d h ^
h
^
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
7RWDO
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
%HUGDVDUNDQ QHJDUD WXMXDQ XWDPD HNVSRU OXDU QHJHUL -DWLP SDGD WULZXODQ ,, KDPSLU VHOXUXKQ\D PHQXQMXNNDQ SHQLQJNDWDQ \DLWX -HSDQJ &LQD 0DOD\VLD GDQ 7KDLODQG6HGDQJNDQ $PHULND6HULNDW GDQ6LQJDSXUD PHQJDODPL SHUODPEDWDQ 7HUXVPHPEDLNQ\DSHUHNRQRPLDQGXQLDVHUWDVHPDNLQPHOXDVQ\DSDVDUHNVSRUOXDU QHJHUL-DWLPPHQMDGLSHPLFXSHUEDLNDQNLQHUMDHNVSRUSDGDWULZXODQLQL .RPSRVLVL HNVSRU -DWLP PDVLK GLGRPLQDVL ROHK HQDP QHJDUD \DLWX -HSDQJ &LQD $PHULND 6HULNDW 0DOD\VLD 7KDLODQG GDQ 6LQJDSXUD (NVSRU NHHQDP QHJDUD LQL PHQFDSDL WRWDO QLODL HNVSRU -DZD7LPXU .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
Gambar 1.33 Perkembangan Ekspor menurut Tujuan -$3$1 55&
0$/$<6,$ 6,1*$325(
-DSDQ
2WKHUV
86$ 7+$,/$1'
: h d
86$
h ^
;
0DOD\VLD
& K
Ϳ
6SRUH
&KLQD
7KDLODQG
Gambar 1.32
Negara Tujuan Ekspor Jawa Timur Tahun 2011
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
.LQHUMDHNVSRU-DWLPNH$PHULND6HULNDWGLSHUNLUDNDQDNDQPHQLQJNDWSDVFD NULVLVJOREDOWDKXQGLGRPLQDVLROHKSURGXNIXUQLWXUDOXPXQLXPSHULNDQDQGDQ PDNDQDQ RODKDQ .KXVXV NLQHUMD SURGXN IXUQLWXU GDQ DOXPXQLXP GDQ PDNDQDQ RODKDQWHODKPHODPSDXLSRVLVLHNVSRUVHEHOXPNULVLVJOREDOVHGDQJNDQSURGXNIUHVK VHDIRRG GDQ RODKDQ SODVWLN VHGLNLW PHQXUXQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D *HPSD GDQ WVXQDPL \DQJ PHODQGD -HSDQJ GL DZDO EXODQ 0DUHW \DQJ SDGD DZDOQ\DGLSHUNLUDNDQWXUXWPHPSHQJDUXKLNLQHUMDHNVSRULPSRU-DZD7LPXUQDPXQ SDGD NRQGLVL ULLOQ\D EHOXP EHUGDPSDN VLJQLILNDQ WHUFHUPLQ GDUL SHQLQJNDWDQ HNVSRU -DWLPNH-HSDQJSDGDWULZXODQ,,VHLULQJVHPDNLQPHPEDLNQ\DSHUHNRQRPLDQ -HSDQJ
Gambar 1.34
Gambar 1.35
Komoditas Ekspor ke Amerika Serikat 2011
Perkembangan Ekspor Jatim ke Amerika Serikat
)XUQLWXUHEHGGLQJODPSV LOOXPVLJQV
)LVKFUXVWDFHDQVPROXVFV RWKLQYHUW 3UHSRIPHDWILVKFUXVW PROOXVFV
3DSHUDQGSDSHUERDUG
3ODVWLFVDQGDUWLFOHV WKHUHRI
& K
Ϳ
h ^
;
$OXPXQLXPDQGDUWLFOHV WKHUHRI
: h d
2WKHUV Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
6,6,3(1$:$5$1
'DUL VLVL SHQDZDUDQ VWUXNWXU SHUHNRQRPLDQ -DZD 7LPXU SDGD WULZXODQ , PDVLKGLGRPLQDVLROHKWLJDVHNWRUXWDPD\DLWX3HUGDJDQJDQ+RWHO 5HVWRUDQ3+5 ,QGXVWUL3HQJRODKDQGDQ3HUWDQLDQ.RPELQDVLNHWLJDQ\DPHPEHULVXPEDQJDQKLQJJD VHNLWDUWHUKDGDS3'5%-DZD7LPXU Gambar 1.36
Gambar Gambar 1.37
Pertumbuhan Tiga Sektor Utama
Pertumbuhan Sektor Pendukung
W,Z
ϯϬ
ŐW,Z;ƌŚƐͿ
/ŶĚƵƐƚƌŝ
WĞƌƚĂŶŝĂŶ
Ő/ŶĚƵƐƚƌŝ;ƌŚƐͿ
ŐWĞƌƚĂŶŝĂŶ;ƌŚƐͿ
ϭϲй
ϭϮй
ϮϬ
D / > z Z
ϴй й
Z Ɖ
ϭϱ
ϰй
ϭϬ
Ϭй
ϱ
LJ Ž Ͳϰй LJ
Ϭ
Ͳϴй
<ĞƵĂŶŐĂŶ Ő<ĞƵĂŶŐĂŶ;ƌŚƐͿ
ϯϬй
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
Ϯϱй
ϲ ϮϬй й
ϱ
ϯ
Z Ɖ
ϭϬй
Ϯ ϱй
ϭ
Ϭй
Ϭ /
ϮϬϭϭ
LJ ϭϱй Ž LJ
ϰ
/ // /// /s / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // ϮϬϬϳ
ŶŐŬƵƚΘ<Žŵ ŐŶŐŬƵƚΘ<Žŵ;ƌŚƐͿ
ϳ
Ϯϱ
D / > z Z
:ĂƐĂ Ő:ĂƐĂ;ƌŚƐͿ
ϴ
//
///
/s
/
//
ϮϬϬϳ
Sumber: BPS Jawa Timur
///
/s
/
//
ϮϬϬϴ
///
/s
ϮϬϬϵ
/
//
///
ϮϬϭϬ
/s
/
// ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar Gambar 1.38
Pertumbuhan Sektor Pendukung
ĂŶŐƵŶĂŶ ŐĂŶŐƵŶĂŶ;ƌŚƐͿ
ϯ
dĂŵďĂŶŐ ŐdĂŵďĂŶŐ;ƌŚƐͿ
>ŝƐƚƌŝŬ'ĂƐŝƌĞƌƐŝŚ Ő>ŝƐƚƌŝŬ'ĂƐŝƌĞƌƐŝŚ;ƌŚƐͿ
ϮϬй
D / > z Z Z Ɖ
ϭϬй
й
Ϯ
Ϭй
LJ Ž ͲϭϬй LJ
ϭ
ͲϮϬй
Ϭ
ͲϯϬй /
//
///
/s
/
//
ϮϬϬϳ
///
ϮϬϬϴ
/s
/
//
///
ϮϬϬϵ
/s
/
//
///
ϮϬϭϬ
/s
/
// ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jawa Timur
.HWLJDVHNWRUXWDPDWHUVHEXWPDVLKPHQMDGLVHNWRUSHQGRURQJSHUWXPEXKDQ HNRQRPL -DWLP GHQJDQ SHQLQJNDWDQ WHUWLQJJL VHFDUD EHUXUXWDQ SDGD VHNWRU 3HUGDJDQJDQ+RWHOGDQ5HVWRUDQ3+5 VHEHVDUVHNWRU,QGXVWUL3HQJRODKDQ GDQVHNWRU3HUWDQLDQ 3HUWXPEXKDQHNRQRPLSDGDWULZXODQLQLMXJD GLGXNXQJ ROHK SHUWXPEXKDQ VHNWRU ODLQQ\D GHQJDQ SHUWXPEXKDQ WHUWLQJJL SDGD VHNWRU %DQJXQDQ GDQ VHNWRU 3HQJDQJNXWDQ GDQ .RPXQLNDVL 0HPEDLNQ\D NLQHUMD NHGXDVHNWRUWHUVHEXWVHEDJDLSHQGXNXQJVHNWRUXWDPDPHQXQMXNNDQPHPEDLNQ\D .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
SURVHV ELVQLV XVDKD GDUL KXOX KLQJJD KLOLU VHLULQJ PDNLQ EHUDJDPQ\D NHEXWXKDQ PDV\DUDNDWVDDWLQL %HUGDVDUNDQ KDVLO 6XUYHL .HJLDWDQ 'XQLD 8VDKD 6.'8 \DQJ GLODNXNDQ %DQN,QGRQHVLD6XUDED\DWLQJNDWXWLOLVDVLNDSDVLWDVSURGXNVLGL-DZD7LPXUWHUFDWDW PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL PHQMDGL GLVHEDENDQ DGDQ\D SHQDPEDKDQ NDSDVLWDV WHUSDVDQJ JXQD PHPHQXKL SHUPLQWDDQ VHDVRQDO PRPHQWXP EXODQ 5DPDGKDQ GDQ ,GXO )LWUL GL WULZXODQPHQGDWDQJ 0HPEDLNQ\DNRQVXPVLPDV\DUDNDW\DQJGLUHVSRQGHQJDQSHQLQJNDWDQNLQHUMD VHNWRUDO -DWLP GLLQGLNDVLNDQ SXOD ROHK KDVLO NHJLDWDQ /LDLVRQ %DQN ,QGRQHVLD 6XUDED\D \DQJ PHPLOLNL HNVSHNWDVL RSWLPLV SDGD SHUHNRQRPLDQ -DWLP %HUEDJDL UHQFDQDSHQDPEDKDQNDSDVLWDVPDXSXQLQYHVWDVLEDUXPHQMDGLEDJLDQGDULUHQFDQD XVDKDSDUDSHELVQLVGL-DWLPJXQDPHUHVSRQSHUPLQWDDQGDODPGDQOXDUQHJHUL\DQJ WHUXV PHQLQJNDW .RQGLVL LQL VHODUDV GHQJDQ SHQLQJNDWDQ LPSRU EDKDQ EDNX GDQ EDUDQJPRGDONH-DWLP Gambar 1.39
Gambar 1.40
Utilisasi Kapasitas Produksi
Utilisasi Kapasitas Kapasitas Produksi Sektoral
^ d
й
3HUWDQLDQ ,QGXVWUL3HQJRODKDQ
7RWDO 3HUWDPEDQJDQ /LVWULN*DV$LU%HUVLK
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
Sumber: SKDU BI Surabaya
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
Sumber: SKDU BI Surabaya
3HQLQJNDWDQ QLODL UHDOLVDVL LQYHVWDVL GXQLD XVDKD SDGD WULZXODQ LQL GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D MXJD GLNRQILUPDVL GDUL DQJND LQGHNVKDVLO6XUYHL .HJLDWDQ 'XQLD 8VDKD 6.'8 WHUKDGDS SHODNX XVDKD GL -DZD 7LPXU \DQJ PHQXQMXNNDQSHQLQJNDWDQUHDOLVDVLXVDKDGDULPHQMDGL6HFDUDVHNWRUDO SHUEDLNDQ UHDOLVDVL XVDKD GL -DZD 7LPXU \DQJ WHUWLQJJL WHUMDGL SDGD 6HNWRU 3+5 GLLNXWL ROHKVHNWRU,QGXVWUL3HQJRODKDQVHUWDVHNWRU3HQJDQJNXWDQGDQ.RPXQLNDVL .RQGLVLLQLWHUNRQILUPDVLGDULNLQHUMDVHNWRUDO-DWLPSDGDWULZXODQLQL\DQJPHQJDODPL SHQLQJNDWDQSDGDNHWLJDVHNWRUWHUVHEXW
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
Gambar 1.41
Gambar 1.42
Indeks Realisasi Usaha
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
^ d
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
^ d
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
3+5
,QGXVWUL3HQJRODKDQ
3HUWDQLDQ
,QGHNV5HDOLVDVL8VDKD
Sumber: SKDU BI Surabaya
Sumber: SKDU BI Surabaya
D 6HNWRU3HUGDJDQJDQ+RWHO 5HVWRUDQ .LQHUMD VHNWRU 3HUGDJDQJDQ +RWHO 5HVWRUDQ 3+5 PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL \R\ PHQMDGL VHLULQJPHQLQJNDWQ\DNHJLDWDQWUDQVDNVLSHUGDJDQJDQGDQSDULZLVDWDSDGD WULZXODQLQL0HVNLSXQSHUWXPEXKDQVXEVHNWRU5HVWRUDQPHUXSDNDQ\DQJWHUWLQJJL QDPXQ QLODLQ\D PDVLK OHELKNHFLO GLEDQGLQJNDQ VXEVHNWRU SHUGDJDQJDQVHKLQJJD VHFDUD EHUXUXWDQ VXPEDQJDQ VHNWRU LQL EHUDVDO GDUL VXEVHNWRU SHUGDJDQJDQ UHVWRUDQGDQKRWHO 6XEVHNWRU 3HUGDJDQJDQ SDGD WULZXODQ LQL PHQXQMXNNDQ SHQLQJNDWDQ SHUWXPEXKDQ \DLWX GDUL \R\ PHQMDGL 0HQLQJNDWQ\D NHJLDWDQ WUDQVDNVLSHUGDJDQJDQGLSLFXROHKSHQLQJNDWDQSHUPLQWDDQSURGXN-DWLPGDULOXDU SXODX NKXVXVQ\D ,QGRQHVLD 7LPXU 3HUPLQWDDQ SURGXN SDGD WULZXODQ LQL GLGRPLQDVLROHKSURGXNSHUOHQJNDSDQVHNRODKVHSHUWLSDNDLDQDODWWXOLVGDQDODV NDNL6HODLQLWXSHQ\HOHQJJDUDDQNHJLDWDQ6XUDED\D6KRSSLQJ)HVWLYDO66) GDQ EHEHUDSD IHVWLYDO GL EHEHUDSD GDHUDK VHSHUWL -HPEHU )DVKLRQ &DUQDYDO -)& WXUXW PHQGRURQJ SHQLQJNDWDQ NLQHUMD VHNWRU SHUGDJDQJDQ PDXSXQ SDULZLVDWD 0RPHQWXP OLEXUDQ VHNRODK GDQ FXWL EHUVDPD SXQ WXUXW PHQGRURQJ SHUWXPEXKDQ NLQHUMD VHNWRU LQL GLWDPEDK GHQJDQ SRWHQVL SHQGDSDWDQ EHUXSD NHQDLNDQ UHPXQHUDVL JDML 71, GDQ 32/5, SDGD WULZXODQ LQL WXUXW PHPLFX NRQVXPVL PDV\DUDNDW\DQJSDGDDNKLUQ\DWXUXWPHQGRURQJNLQHUMDVHNWRUSHUGDJDQJDQ 3HQLQJNDWDQ NLQHUMD VHNWRU LQL MXJD GLLQGLNDVLNDQ GDUL SHQLQJNDWDQ DUXV ERQJNDU PXDW ORDG GDQ XQORDG NRQWDLQHU GL 3HODEXKDQ 7DQMXQJ 3HUDN \DQJ VHODUDVGHQJDQNHQDLNDQMXPODKNDSDOVLQJJDK
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/ Gambar 1.44
Gambar 1.43 Jumlah Kapal Singgah di Pel Tanjung Perak
^ , / W
d h ^
> >
Kontainer Load dan Unload di Tanjung Perak
-XPODK6KLS&DOOV
-PONRQWDLQHU XQORDG
-PONRQWDLQHU ORDG
Sumber: PT X, Tanjung Perak
Sumber: PT X, Tanjung Perak
6HODQMXWQ\D 6XEVHNWRU +RWHO SDGD WULZXODQ LQL PHQXQMXNNDQ SHQLQJNDWDQ SHUWXPEXKDQ\DLWXGDUL\R\ PHQMDGLVHMDODQGHQJDQPHQLQJNDWQ\D PRPHQWXPOLEXUDQGLWULZXODQLQLGLEDQGLQJNDQSHULRGHVHEHOXPQ\D\DQJWHUFHUPLQ GDUL SHQLQJNDWDQ WLQJNDW KXQLDQ KRWHO EHUELQWDQJ GL -DWLP GDQ SHQLQJNDWDQ ODPD WLQJJDO EDJL WDPX DVLQJ JDPEDU PHOLKDW REMHN ZLVDWD IDYRULW PDQFDQHJDUD *XQXQJ %URPR 6HODLQ LWX WLQJJLQ\D SHPDQIDDWDQ KRWHO GL .RWD 6XUDED\D GDQ VHNLWDUQ\D XQWXN XUXVDQ ELVQLV GDQ NHJLDWDQ 0HHWLQJV ,QFHQWLYHV &RQIHUHQFHV DQG ([KLELWLRQV 0,&( SXQ WXUXW PHPSHQJDUXKL NLQHUMD VHNWRU SHUKRWHODQ SDGD WULZXODQLQL 0HVNLSXQ NHJLDWDQ EHUZLVDWD PDV\DUDNDW -DWLP WXUXW PHPSHQJDUXKL NLQHUMD VXEVHNWRU SHUKRWHODQ QDPXQ WLGDN GHPLNLDQ WHUKDGDS NLQHUMD VXEVHNWRU UHVWRUDQ \DQJPHQJDODPLSHUODPEDWDQSHUWXPEXKDQGDUL\R\ PHQMDGL
Gambar 1.46
й
, Z /
73.+RWHO %HUELQWDQJ -DWLP
$VLQJ ,QGRQHVLD 727$/
Lama Tinggal Tamu di Hotel Berbintang Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
Gambar 1.45 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Jatim
Sumber: BPS Jawa Timur
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/ Gambar 1.47 1.47
Gambar 1.48 1. 48
Jumlah Wisatawan Asing melalui Bandara Juanda
Konsumsi Listrik Golongan Bisnis
.RQVXPVL/LVWULN%LVQLV
3HUWXPEXKDQ
< t Ś
-XPODK:LVPDQ 0HODOXL-XDQGD
й
K Z E '
Sumber: BPS Jawa Timur
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
'DUL VLVL SHPELD\DDQ NLQHUMD NUHGLW SDGD VHNWRU 3+5 PHQJDODPL VHGLNLW SHUODPEDWDQ SHUWXPEXKDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL \R\ PHQMDGL%HUGDVDUNDQGDWDGLODSDQJDQVHEDJLDQEHVDUSHUPRGDODQ VHNWRU3+5EHUDVDOGDULPRGDOVHQGLULVXEVHNWRUSHUGDJDQJDQGDQUHVWRUDQ GDQ 30$XQWXNVXEVHNWRUKRWHO
Gambar 1.49 1.49
Perkembangan Kredit PHR ϰϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϰϬ
<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌW,Z
Ő<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌW,Z ϯϱ
ϰϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϯϬ
ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ Ϯϱ ϯϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϮϬ
: Ƶ ƚ Ă
Ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Z Ɖ
ϭϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϭϱ ϭϬ
ϮϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϱ
й LJ Ž LJ
Ϭ ϭϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ Ͳϱ
ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ͲϭϬ
Ϭ
Ͳϭϱ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: BI, Laporan Bulanan Perbankan
E6HNWRU,QGXVWUL3HQJRODKDQ
0HPEDLNQ\D NRQVXPVL PDV\DUDNDW -DZD 7LPXU \DQJ GLLULQJL GHQJDQ SHQLQJNDWDQSHUPLQWDDQHNVSRUNHOXDUQHJHULWXUXWPHPSHQJDUXKLNLQHUMDVHNWRU ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ \DQJ PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ SHULRGH VHEHOXPQ\D 7HUFDWDW VHNWRU LQL PDPSX WXPEXK VHEHVDU \R\ GDUL VHEHOXPQ\D'LSHUNLUDNDQVHMDNSHPEHUODNXDQWDULIPDVXNLPSRUXQWXN SRVWDULI GDSDW WHUXVPHQGRURQJNLQHUMDVHNWRU LQL \DQJ GLLQGLNDVLNDQ GHQJDQ
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
PHQLQJNDWQ\DQLODLLPSRUEDUDQJPRGDOGDQEDKDQEDNXLQGXVWULSDGDWULZXODQ,, GLEDQGLQJNDQSHULRGHVHEHOXPQ\D
,QGLNDWRU ODLQQ\D WHUFHUPLQ GDUL SHQLQJNDWDQ NRQVXPVL XQWXN JRORQJDQ
LQGXVWUL JDPEDU 6HPHQWDUD LWX VXPEHU SHPELD\DDQ \DQJ EHUDVDO GDUL SHUEDQNDQ PHQJDODPL SHUODPEDWDQ \DQJ GLGXJD GLVHEDENDQ ROHK PHQLQJNDWQ\D VXNXEXQJDNUHGLWPRGDONHUMDGDQLQYHVWDVLSDGDWULZXODQLQL ϰϬ
Gambar 1.50
Gambar 1.51
Pertumbuhan Produksi Industri Pengolahan
Indeks Realisasi Usaha Sektoral
dǁ//ͲϮϬϭϬ
dǁ///ͲϮϬϭϬ
ϯϬ
ϮϬ
dǁ͘/sͲϮϬϭϬ
dǁ/ͲϮϬϭϭ
3HUWDQLDQ
,QGXVWUL3HQJRODKDQ
3+5
ϭϬ
ͲϮϬ
,
&RQVXPSWLRQ*RRGV
,QWHUPHGLDWH*RRGV
,,,
,9
,
,,
,,,
,9
,
,,
J7RWDO,PSRU J&DSLWDO*RRGV J,QWHUPHGLDWH*RRGV J&RQVXPSWLRQ*RRGV
й
LJ Ž LJ
,,
Ϳ
,
Perkembangan Pertumbuhan Impor
&DSLWDO*RRGV
/ &
,9
Gambar 1.53
;
,,,
Sumber: SKDU BI Surabaya
: h d h ^
,,
Perkembangan Nilai Impor Barang Bahan Baku
,
Gambar 1.52
,9
,,,
,,
Sumber: BPS Prov.Jawa Timur Sumber: BPS Jawa Timur
ͲϯϬ
<Ğ ƌ ƚĂ WĞ Ɛ ƌĐ Ğƚ ĂŬ ĂŶ Ăƌ <ŝ ĂŶ <Ă ŵ Ő ' ƌĞ ŝĂ ƚΘ Ăůŝ W ĂŶ ů ĂƐ ƚ ŝŬ ƵŬ ĂŶ > Ž ŐĂ > Ž ŵ <Ğ Ő Ă ŶĚ ŵ Ăƌ ĂĂ ĂƐ Ăƌ Ŷ Ğ ƌŵ Žƚ &Ƶ Žƌ ƌŶ ŝƚ Ƶ ƌĞ
Ɛƚŝ ů <Ă LJƵ
dĞ Ŭ
ŝŶ Ăŵ
ŵ ďĂ
dĞ
D
ͲϭϬ
ŬĂ Ƶ
Ϭ
^ d
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 1.54 1.54
Gambar 1.55
Konsumsi Listrik Golongan Industri
Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan
.RQVXPVL/LVWULN,QGXVWUL
3HUWXPEXKDQ
ϯϱ
Ő<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌ/ŶĚƵƐƚƌŝ ;ƌŚƐͿ
ϯϬ
ϰϬ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ Ϯϱ
ϯϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
й
: Ƶ ƚ Ă Z Ɖ
ϮϬ
ϯϬ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
й ϭϱ
Ϯϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ ϮϬ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϭϬ
ϭϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ ϭϬ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ Ϭ
ϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
LJ Ž LJ
ϱ
< t Ś
ϰϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϱϬ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌ/ŶĚƵƐƚƌŝ
Sumber: PLN Distribusi Jawa Timur
Ϭ
Ͳϱ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
F3HUWDQLDQ
.LQHUMD 6HNWRU 3HUWDQLDQ PHQJDODPL SHUEDLNDQ \DLWX PHQLQJNDW GDUL PHQMDGL 0HPEDLNQ\D NLQHUMD VHOXUXK VXEVHNWRU SDGD WULZXODQ LQL WXUXW PHPSHQJDUXKL NLQHUMD VHNWRU SHUWDQLDQ GHQJDQ SHUWXPEXKDQ WHUWLQJJL VHFDUD EHUXUXWDQSDGDVXEVHNWRUSHWHUQDNDQ WDQDPDQEDKDQPDNDQDQ SHULNDQDQ NHKXWDQDQ GDQWDQDPDQSHUNHEXQDQ 7LEDQ\D PXVLPSDQHQGLEHEHUDSDGDHUDKSDGDEHUEDJDLMHQLVWDQDPDQEDKDQPDNDQDQ VHSHUWL SDGL GDQ MDJXQJ VHUWD PHQXUXQQ\D ZLOD\DK \DQJ WHUNHQD EDQMLU PHQJDNLEDWNDQ SHQLQJNDWDQ NLQHUMD VXEVHNWRU WDQDPDQ EDKDQ PDNDQDQ SDGD WULZXODQLQL 'L VDPSLQJ LWX WHUGDSDW SRWHQVL SHQXUXQDQ KDVLO WDQDPDQ EDKDQ PDNDQDQ SDGL GLVHEDENDQ PHOXDVQ\D WDQDPDQ SDGL \DQJ WHUNHQD KDPD ZHUHQJ PHQMDGL ULEX +D GDQ ODKDQ SXVR PHQFDSDL ULEX +D .RQGLVL LQL SHUOX PHQGDSDW SHUKDWLDQGDULEHUEDJDLSLKDNDJDUPHQJXSD\DNDQVROXVLQ\DDJDUWLGDNPHQ\HEDU NH DUHDO WDQDP ODLQQ\D 6XPEHU SHPELD\DDQ VHNWRU SHUWDQLDQ \DQJ EHUDVDO GDUL SHUEDQNDQ PHQJDODPL SHUODPEDWDQ \DQJ GLGXJD GLVHEDENDQ ROHK PDVLK VXOLWQ\D SHUV\DUDWDQ SHQJDMXDQ NUHGLW VHNWRU SHUWDQLDQ WDQSD DJXQDQ DVHW VHSHUWL UXPDK GDQWDQDK
Gambar 1.56
Gambar 1.57
Luas Lahan Tanam dan Panen Padi di Jawa Timur
Luas Lahan Tanam dan Panen Jagung di Jawa Timur
/XDV3DQHQ 3DGL
/XDV3DQHQ -DJXQJ
/XDV7DQDP 3DGL
, Ğ Ŭ ƚ Ă ƌ
/XDV7DQDP -DJXQJ
, Ğ Ŭ ƚ Ă ƌ
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
, Ğ Ŭ
Gambar 1.59
Luas Lahan Puso di Jawa Timur
Perkembangan Kredit Sektor Pertanian
/XDV3XVR3DGL
/XDV3XVR-DJXQJ
ϲ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϰϬ
<ƌĞĚŝƚWĞƌƚĂŶŝĂŶ Ő<ƌĞĚŝƚWĞƌƚĂŶŝĂŶ;ƌŚƐͿ
ϯϬ
ϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ ϮϬ
: ϰ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ Ƶ ƚ Ă ϯ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϭϬ
Z Ɖ Ϯ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ͲϮϬ
ͲϯϬ
ϭ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
Ϭ
ͲϰϬ
ͲϱϬ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Jawa Timur
G.HXDQJDQ3HUVHZDDQGDQ-DVD
й
Ϭ ͲϭϬ
ƚ Ă ƌ
Gambar 1.58
3DGDWULZXODQ,,NLQHUMD6HNWRU.HXDQJDQ3HUVHZDDQGDQ-DVDUHODWLI
VWDELO GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D \DLWX GDUL VHEHOXPQ\D WXPEXK VHEHVDU \R\ PHQMDGL .RQGLVL LQL GLGXNXQJ ROHK DGDQ\D SHUEDLNDQ SDGD VXEVHNWRU NHXDQJDQ NKXVXVQ\D SHUEDQNDQ GL -DZD 7LPXU \DQJ GLWXQMXNNDQ GHQJDQ PHPEDLNQ\D UHDOLVDVL NUHGLW SHUEDQNDQ GDQ 'DQD 3LKDN .HWLJD '3. VHLULQJ PHPEDLNQ\D SHUHNRQRPLDQ -DZD 7LPXU 6HPHQWDUD LWX SHQGDSDWDQ IHH EDVHG LQFRPH GDQ 1HW ,QWHUHVW 0DUJLQ 1,0 SHUWXPEXKDQQ\D UHODWLI VWDELO 6HGDQJNDQSHQGDSDWDQLQWHUHVWEDVHGLQFRPHGLNDODQJDQSHUEDQNDQPHQJDODPL SHQXUXQDQ VHLULQJ PHQXUXQQ\D VXNX EXQJD NUHGLW SHUEDQNDQ SDGD WULZXODQ LQL 7HUFDWDW SHUWXPEXKDQ VXEVHNWRU SHUEDQNDQ SDGD WULZXODQ LQL UHODWLI VWDELO \DLWX WXPEXKVHEHVDU\R\ .LQHUMD OHPEDJD NHXDQJDQ QRQ EDQN SXQ PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ VHLULQJ PHQLQJNDWQ\D NHEXWXKDQ PDV\DUDNDW SDGD SURGXN GHQJDQ DNVHV \DQJ OHELK PXGDK 3HUWXPEXKDQ VXEVHNWRU LQL PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ VHEHVDU GDUL VHEHOXPQ\D \R\ PHQMDGL 3HQLQJNDWDQ LQL GLGXJD GLSLFX ROHK PHQLQJNDWQ\D NLQHUMD SHJDGDLDQ GDQ OHPEDJD NHXDQJDQ PLNUR ODLQQ\D \DQJ PHQDZDUNDQ MDVD JDGDL VHLULQJ PHQLQJNDWQ\D NHEXWXKDQ PDV\DUDNDW MDQJND SHQGHNGDODPPHQ\DPEXWWDKXQDMDUDQEDUX .LQHUMD VXEVHNWRU MDVD SHUXVDKDDQ WXPEXK WLQJJL SDGD WULZXODQ LQL \DLWX VHEHVDU \R\ DWDX WXPEXK VHEHVDU GLEDQGLQJNDQ SHULRGH VHEHOXPQ\D6HPHQWDUDLWXNLQHUMDVXEVHNWRUODLQQ\D\DLWXVXEVHNWRUSHQ\HZDDQ SXQ PHQJDODPL SHUEDLNDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ , GDUL VHEHOXPQ\D WXPEXK
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
LJ Ž LJ
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
VHEHVDU \R\ PHQMDGL .RQGLVL LQL GLSLFX ROHK SHQLQJNDWDQ ELD\D VHZD EDQJXQDQ NRPHUVLDO GDQ UHVLGHQVLDO GL -DWLP NKXVXVQ\D GL .RWD 6XUDED\D GDQ 0DODQJ .HGXD VXEVHNWRU LQL GLSHUNLUDNDQ WXUXW PHQGXNXQJ NLQHUMD VHNWRU NHXDQJDQ SHQ\HZDDQ GDQ MDVD SHUXVDKDDQ GHQJDQ NRPSRVLVL OHELK GDUL 6HPHQWDUD LWX NLQHUMD EDQN GDQ OHPEDJD NHXDQJDQ QRQ EDQN PDVLQJPDVLQJ PHQ\XPEDQJGDQ
Gambar 1.61 Perkembangan NIM Perbankan Jawa Timur
J'DQD3LKDN.HWLJD
J.UHGLW
й
1LODL1HW,QWHUHVW0DUJLQ1,0 J1HW,QWHUHVW0DUJLQ1,0
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
LJ Ž LJ
Z Ɖ
й
LJ Ž LJ
: Ƶ ƚ Ă
Gambar 1.60 Pertumbuhan Kredit dan DPK Perbankan Jawa Timur
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Gambar 1.63
Gambar 1.62
Perkembangan Interest--Based Income Perkembangan Interest
Perkembangan Fee Fee--Based Income )HH%DVHG,QFRPH J)HH%DVHG,QFRPH
,QWHUHVW%DVHG,QFRPH J,QWHUHVW%DVHG,QFRPH
: Ƶ ƚ Ă
Z Ɖ
й
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
LJ Ž LJ
: Ƶ ƚ Ă Z Ɖ
й LJ Ž LJ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
H%DQJXQDQ
3HQLQJNDWDQNLQHUMDVHNWRUEDQJXQDQSDGDWULZXODQ,,GDUL\R\ PHQMDGL GLLQGLNDVLNDQ EHUDVDO GDUL SHQLQJNDWDQ NLQHUMD VXEVHNWRU SHUXPDKDQUHVLGHQVLDOGDQNRPHUVLDOGL-DZD7LPXU.RQGLVLLQLGLNRQILUPDVLROHK LQGLNDWRU YROXPH SHQMXDODQ VHPHQ GL -DZD 7LPXU \DQJ PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ VHEHOXPQ\D 'DUL VLVL SHPELD\DDQ WLQJNDW SHQ\DOXUDQ .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
NUHGLW NRQVWUXNVL WHUXV PHQXQMXNNDQ SHUEDLNDQ 6HGDQJNDQ SHUWXPEXKDQ NUHGLW SURSHUWLPHQJDODPLSHUODPEDWDQGHQJDQQRPLQDOWHUWLQJJLEHUDVDOGDULSHPEHOLDQ UXPDK VHJPHQ PHQHQJDK NH EDZDK WLSH )HQRPHQD LQL PHQJLQGLNDVLNDQ PHPEDLNQ\D SHQGDSDWDQ PDV\DUDNDW WHUXWDPD NHORPSRN PHQHQJDK NH EDZDK VHODLQ DGDQ\D SURJUDP VXEVLGL EXQJD GDUL SHPHULQWDK VHKLQJJD UDWDUDWD VXNX EXQJD NUHGLW SURSHUWL XQWXN UXPDK WLSH EHUDGD GL NLVDUDQ VDWX GLJLW 6XNX EXQJD NUHGLW SHUEDQNDQ PDVLK PHQMDGL IDNWRU SHQWLQJ GDODP SHQMXDODQ SURSHUWL UHVLGHQVLDOGL-DZD7LPXUNDUHQDVHNLWDUUXPDKGLEHOLGHQJDQPHPDQIDDWNDQ NUHGLWSHUEDQNDQ
Gambar 1.64
Gambar 1.65
Volume Penjualan Semen di di Jawa Timur
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi ϲ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
;ƌŝďƵƐĂŬͿ9RO3HQMXDODQ 6HPHQ
J3HQMXDODQ 6HPHQ ;й͕LJŽLJͿ
ϱϬ
<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌ<ŽŶƐƚƌƵŬƐŝ
Ő<ƌĞĚŝƚ^ĞŬƚŽƌ<ŽŶƐƚƌƵŬƐŝ;ƌŚƐͿ
ϰϬ
ϱ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϯϬ
ϮϬ
й
ϭϬ
LJ Ž LJ
Ϯ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ϰ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
: Ƶ ƚ ϯ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ Ă
Ϭ
Z Ɖ ϭ͕ϬϬϬ͕ϬϬϬ
ͲϭϬ
Ϭ
ͲϮϬ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Sumber: Asosisasi Semen Indonesia
Gambar 1.67
Gambar 1.66
Perkembangan Kredit Properti per Jenis
Perkembangan Kredit Properti
Ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
:
<ƌĞĚŝƚWƌŽƉĞƌƚŝ
Ő<ƌĞĚŝƚWƌŽƉĞƌƚŝ;ƌŚƐͿ
ϳϬй
Ϯϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϲϬй
ϮϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Ƶ ƚ ϭϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ Ă
ϱϬй
ϭϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϯϬй
Z Ɖ
ϰϬй
ϮϬй ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
й LJ Ž LJ
: Ƶ ƚ Ă
ϮϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ƌƵŬĂŶͬƌƵŬŽ
хƚLJƉĞϳϬ
/ŶǀĞƐƚĂƐŝ
DŽĚĂů<ĞƌũĂ
фƚLJƉĞϳϬ
ϭϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ ϭϬ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
Z Ɖ
ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϭϬй Ͳ
Ϭй / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
Ͳ /
// /// /s /
// /// /s /
// /// /s /
// /// /s /
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
//
ϮϬϭϭ
Sumber: Laporan Bulanan Perbankan
I 7UDQVSRUWDVLGDQ.RPXQLNDVL
7LQJJLQ\D SHUWXPEXKDQ VHNWRU 7UDQVSRUWDVL GDQ .RPXQLNDVL SDGD WULZXODQ , PHQJDNLEDWNDQ SHUWXPEXKDQ VHNWRU LQL VHRODKRODK PHQJDODPL SHQXUXQDQ
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
SDGD WULZXODQ ,, PHVNLSXQ WHWDS PDPSX WLQJJL \DLWX VHEHVDU PHQXUXQGDULVHEHOXPQ\DEHUDGDSDGDOHYHO7LQJJLQ\DNHJLDWDQEHUZLVDWD PDV\DUDNDW GLLQGLNDVLNDQ GHQJDQ PHQLQJNDWQ\D WLQJNDW KXQLDQ KRWHO GDQ ODPD PHQJLQDS GL KRWHO EHUELQWDQJ 1DPXQ GRPLQDVL NHOXDUJD \DQJ PHPDQIDDWNDQ VDUDQD WUDQVSRUWDVL SULEDGL WLGDN EHUSHQJDUXK FXNXS EHVDU SDGD RPVHW VHNWRU WUDQVSRUWDVLSDGDWULZXODQLQLVHKLQJJDVHFDUDNHVHOXUXKDQPHQJDODPLSHQXUXQDQ GLEDQGLQJNDQWULZXODQVHEHOXPQ\D
Gambar 1.68 Arus Penumpang di Tanjung Perak
-PO3HQXPSDQJ
Arus Barang di Tanjung Perak
K Z E '
й
Z / h
9RO%DUDQJ
J-PO%DUDQJUKV
LJ Ž LJ
Z / h
J-PO3HQXPSDQJUKV
K Z E '
й LJ Ž LJ
Gambar Gambar 1.69
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
6HPHQWDUD LWX NLQHUMD VHNWRU DQJNXWDQ EDLN ODXW GDQ XGDUD PHQXQMXNNDQ NRQGLVL \DQJ UHODWLI VWDELO GHQJDQ VHGLNLW SHQXUXQDQ SDGD MXPODK YROXPH EDUDQJ 'DULVLVLSHPELD\DDQWLQJNDWSHQ\DOXUDQNUHGLWVHNWRULQLUHODWLIVWDELO
Gambar 1.71
Penumpang Domestik di Bandara Juanda
Penumpang Internasional di Bandara Juanda Juanda
Z
K Z E '
/ h
-PO3HQXPSDQJ'RPHVWLN J-PO3HQXPSDQJ'RPHVWLNUKV
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
й LJ Ž LJ
Z / h K Z E '
-PO3HQXPSDQJ,QWO
J3HQXPSDQJ,QWOUKV
й LJ Ž LJ
Gambar 1.70
Sumber: BPS Prov. Jawa Timur
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%,ʹ3(5.(0%$1*$1(.2120,0$.525(*,21$/
Gambar 1.72 1.72 Perkembangan Kredit Angkutan & Komunikasi <ƌĞĚŝƚŶŐŬƵƚĂŶΘ<ŽŵƵŶŝŬĂƐŝ Ő<ƌĞĚŝƚŶŐŬƵƚĂŶΘ<ŽŵƵŶŝŬĂƐŝ;ƌŚƐͿ
ϱ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
: Ƶ ƚ Ă Z Ɖ
ϰ͘ϱϬϬ͘ϬϬϬ ϰ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϲϬй ϱϬй
й
ϯ͘ϱϬϬ͘ϬϬϬ
ϰϬй
ϯ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ Ϯ͘ϱϬϬ͘ϬϬϬ
ϯϬй
Ϯ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ ϭ͘ϱϬϬ͘ϬϬϬ
ϮϬй
ϭ͘ϬϬϬ͘ϬϬϬ
ϭϬй
ϱϬϬ͘ϬϬϬ Ͳ
LJ Ž LJ
Ϭй / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // /// /s / // ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: BI, Laporan Bulanan Perbankan
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%9,.(6(-$+7(5$$10$6<$5$.$7
%2.6 $1$/,6,6+8%81*$13(5780%8+$1(.2120,7(5+$'$3 .(6(-$+7(5$$10$6<$5$.$73$'$:,/$<$+-$:$7,085-$:$ %$5$7'$1-$:$7(1*$+ 3DGD NRQGLVL LGHDO SHUWXPEXKDQ HNRQRPL GHQJDQ NHVHMDKWHUDDQ PDV\DUDNDW EHUEDQGLQJ OXUXV GLPDQD VHPDNLQ PHPEDLNQ\D SHUHNRQRPLDQ VXDWX GDHUDK PDND DNDQ PHQFLSWDNDQPDV\DUDNDW\DQJOHELKVHMDKWHUD1DPXQSDGDNRQGLVLULLOSHQLQJNDWDQ3'5% EHOXP WHQWX GLLULQJL GHQJDQ SHQLQJNDWDQ NHVHMDKWHUDDQ PDV\DUDNDW 6DODK VDWXQ\D GLOLKDW GDUL SHUEHGDDQ \DQJ VLIJQLILNDQ DQWDUD XSDK PLQLPXP SDGD VXDWX GDHUDK GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ SHQGDSDWDQ SHUNDSLWD GDHUDK .DMLDQ VLQJNDW LQL PHQJJXQDNDQ PHWRGH DQDOLVLV GHVNULSWLI GDQ XML NRUHODVL GHQJDQ VRIWZDUH ³0LQLWDE´ &DNXSDQ ZLOD\DK DQDOLVLV GLIRNXVNDQ SDGD3URYLQVL-DZD7LPXU-DWLP -DZD7HQJDK-DWHQJ GDQ-DZD%DUDW-DEDU
3HUWXPEXKDQ(NRQRPLYV1LODL7XNDU3HWDQL173 %HULNXWDGDODKGDWD1LODL 7XNDU3HWDQL173 SDGDWDKXQ±DWDVGDVDU VHUWDJUDILNNRQGLVL173WHUKDGDSSHUWXPEXKDQHNRQRPL 7DEHO1LODL7XNDU3HWDQL
%
-DEDU
-DWHQJ %
%
$QWDU:LOD\DK3HULRGH WĞƌƚƵŵďƵŚĂŶ^ĞŬƚŽƌĂůŶƚĂƌtŝůĂLJĂŚ;zKzͿ
+ 2 ++ +
! "#$% ! & !"#$ 5+6
+DVLO
3HUWXPEXKDQ6HNWRUDO\R\
+DVLOXML.RUHODVLDQWDUD3HUWXPEXKDQHNRQRPL GHQJDQ173 )DNWRU -DWLP -DEDU -DWHQJ %
EŝůĂŝdƵŬĂƌ WĞƚĂŶŝ
-DWLP
'ƌŽǁƚŚWZ
7DKXQ % % %
*UDILN*URZWK3'5%GHQJDQ1LODL7XNDU3HWDQL173
DQDOLVLV GHVNULSWLI GDQ XML NRUHODVL PHQJLQGLNDVLNDQ SHUWXPEXKDQ VHNWRU SHUWDQLDQ GL -DWLP WLGDN GLLNXWL ROHK SHUEDLNDQ NHVHMDKWHUDDQ SHWDQL \DQJ GLLQGLNDVLNDQ PHODOXL 1LODL 7XNDU 3HWDQL 173 1DPXQ WLGDN GHPLNLDQ GHQJDQ ZLOD\DK -DWHQJ GDQ -DEDU 0HQ\XVXWQ\D VXPEDQJDQ SHUWXPEXKDQ VHNWRU SHUWDQLDQ SDGD SHUHNRQRPLDQ -DWLP GLGXJD PHQMDGL VDODK VDWX SHQ\HEDEQ\D 6HODLQ LWX PDVLK UHQGDKQ\D QLODL \DQJGLWHULPD3HWDQL-DWLPGLEDQGLQJGDHUDKODLQ MXJD PHQMDGL IDNWRU SHQ\HEDE PDVLK UHQGDKQ\D WLQJNDWNHVHMDKWHUDDQSHWDQL .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%9,.(6(-$+7(5$$10$6<$5$.$7
3HUWXPEXKDQ(NRQRPLYV1LODL7XNDU1HOD\DQ171 %HULNXWDGDODKGDWD1LODL7XNDU1HOD\DQ171 SDGDWDKXQ±DWDVGDVDU VHUWDJUDILNNRQGLVL171WHUKDGDSSHUWXPEXKDQHNRQRPL 7DEHO1LODL7XNDU1HOD\DQ171 7DKXQ % % %
-DWLP
*UDILN*URZWK3'5%GHQJDQ1LODL7XNDU1HOD\DQ171
-DEDU
-DWHQJ
+DVLOXML.RUHODVLDQWDUD3HUWXPEXKDQHNRQRPL GHQJDQ171 )DNWRU -DWLP -DEDU -DWHQJ
%
!
"#$%
!
&
!"#$
+DVLO DQDOLVLV GHVNULSWLI GDQ XML NRUHODVL PHQJLQGLNDVLNDQ SHUWXPEXKDQ VHNWRU SHULNDQDQ GL -DWLP GDQ -DWHQJ GLLNXWL ROHK SHUEDLNDQ NHVHMDKWHUDDQ QHOD\DQ \DQJ GLLQGLNDVLNDQ PHODOXL 1LODL 7XNDU 1HOD\DQ171 1DPXQWLGDNGHPLNLDQGHQJDQZLOD\DK-DEDU.LQHUMDSURGXNVLGDQKDUJDMXDOLNDQ \DQJ OHELK EDLN GL -DWHQJ GDQ -DWLP GLLQGLNDVLNDQ VHEDJDL IDNWRU SHQ\HEDE EDLNQ\D WLQJNDW NHVHMDKWHUDDQ QHOD\DQ 1DPXQ SHUOX GLFHUPDWL EDKZD PDVLK EDQ\DN SXOD QHOD\DQ \DQJ WLGDN PHPLOLNLNDSDOVHKLQJJDWLQJNDWNHVHMDKWHUDDQQ\DPDVLKPLQLP
3HUWXPEXKDQ(NRQRPLYV7LQJNDW3HQJDQJJXUDQ7HUEXND737 %HULNXWDGDODKGDWD7LQJNDW3HQJDQJJXUDQ7HUEXND737 SDGDWDKXQ±DWDVGDVDU VHUWDJUDILNNRQGLVL737WHUKDGDSSHUWXPEXKDQHNRQRPL 7DEHO7LQJNDW3HQJDQJJXUDQ7HUEXND737 %
% %
+DVLOXML.RUHODVLDQWDUD3HUWXPEXKDQHNRQRPL GHQJDQ737 )DNWRU -DWLP -DEDU -DWHQJ %%
7LQJNDW3HQJDQJJXUDQ7HUEXND737
! &
йdWd
ŐƌŽǁƚŚWZ
3URYLQVL
*UDILN*URZWK3'5%GHQJDQ
!"#$ !! !& !!"#$ 5+6
'DULNHWLJDZLOD\DKWHUVHEXW737-DEDUPHUXSDNDQ \DQJWHUWLQJJLGLLNXWLROHK-DWHQJGDQ-DWLP 'HQJDQ WLQJNDW SHUWXPEXKDQ HNRQRPL \DQJ UHODWLI PLULS GHQJDQ -DWLP -DEDU PHPLOLNL QLODL 737 \DQJ WLQJJL .DUDNWHULVWLN SHUHNRQRPLDQ -DEDU \DQJ GLGRPLQDVL ROHK VHNWRU ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ GLGXJD PHQMDGL SHQ\HEDE UHQGDKQ\D SHQ\HUDSDQ WHQDJD NHUMD GL ZLOD\DK LQL -LND GLEDQGLQJNDQ GHQJDQNDUDNWHULVWLN SHUHNRQRPLDQ-DWLPGDQ-DWHQJ \DQJGLGRPLQDVLROHKVHNWRU3HUGDJDQJDQ +RWHOGDQ5HVWRUDQ3+5 VHUWDVHNWRU3HUWDQLDQPHPLOLNLQLODL737\DQJOHELKEDLNGLEDQGLQJNDQ -DEDU \DQJ GLGRPLQDVL ROHK VHNWRU ,QGXVWUL 3HQJRODKDQ 6HODLQ LWX KDVLO XML NRUHODVL -DEDU PHQXQMXNNDQEDKZDSHUHNRQRPLDQ\DQJWXPEXKWLQJJLWLGDNVLJQLILNDQPHPSHQJDUXKLQLODL737
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
%$%9,.(6(-$+7(5$$10$6<$5$.$7
3HUWXPEXKDQ(NRQRPLYV,QGHNV3HPEDQJXQDQ0DQXVLD,30 %HULNXW DGDODK GDWD QLODL ,QGHNV 3HPEDQJXQDQ 0DQXVLD ,30 SDGD WDKXQ ± DWDVGDVDU VHUWDJUDILN,30WHUKDGDSSHUWXPEXKDQHNRQRPL 7DEHO,QGHNV3HPEDQJXQDQ0DQXVLD 7DKXQ
%
%
%
*UDILN*URZWK3'5%GHQJDQ % %
+DVLOXML.RUHODVLDQWDUD3HUWXPEXKDQHNRQRPL GHQJDQ,30 )DNWRU -DWLP -DEDU -DWHQJ
,QGHNV3HPEDQJXQDQ0DQXVLD,30
!
&
!"#$
!
!"#$ & !
1LODL ,30 -DWLP UHODWLI OHELK UHQGDK GLEDQGLQJNDQ -DWHQJ GDQ -DEDU 1DPXQ GHPLNLDQ KDVLO XML NRUHODVL PHQJLQGLNDVLNDQ EDKZD WXPEXKQ\D SHUHNRQRPLDQ GL -DWLP GDQ -DWHQJ PHQJDNLEDWNDQ SHUEDLNDQ,30.RQGLVLLQLEHUEDQGLQJWHUEDOLNGHQJDQZLOD\DK-DEDU6HEDJDLPDQDGLNHWDKXL,30 GLEHQWXN GDUL HPSDW NRPSRQHQGDVDU\DLWXDQJNDKDUDSDQKLGXSDQJNDPHOHNKXUXIDQJND UDWD ± UDWD ODPD VHNRODK VHUWD SHQJHOXDUDQ SHU NDSLWD 'DODP NDMLDQ VLQJNDW LQL WLGDN GLODNXNDQ DQDOLVLV PHQGDODP PHQJHQDL NDUDNWHULVWLN IDNWRU SHPEHQWXN ,30 WHUVHEXW GL PDVLQJ ± PDVLQJ ZLOD\DK VHKLQJJD WLGDN GDSDW GLNHPXNDNDQ DODVDQ XWDPD SHQ\HEDE KXEXQJDQ EHUEDQGLQJ WHUEDOLNDQWDUDSHUWXPEXKDQHNRQRPLGDQ,30GL-DEDUGLEDQGLQJNDQGHQJDQ-DWLPGDQ-DWHQJ
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±
Bab 2
PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TIMUR
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2 PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM Inflasi tahunan Jawa Timur (Jatim) yang dihitung berdasarkan kenaikan indeks harga di 71 kota pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 6,26%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,46% (yoy). Berkurangnya tekanan inflasi pada periode ini utamanya didorong oleh koreksi harga pada kelompok volatile food. Berdasarkan kelompok pengeluaran, sumbangan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi cuaca yang kondusif serta proses distribusi barang yang relatif tidak mengalami gangguan berarti menjadi salah satu faktor pendorong rendahnya inflasi Jatim pada periode laporan. Dari sisi eksternal,
pergerakan
harga
beberapa
komoditas
internasional
masih
berpengaruh namun masih dalam taraf yang cukup terkendali. Gambar 2.1 Inflasi Jawa Timur & Nasional (yoy)
Gambar 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Timur ŝŶĨůĂƐŝdĂŚƵŶĂŶ;LJŽLJͿ /ŶĨůĂƐŝdƌŝǁƵůĂŶĂŶ;ƋƚƋͿ /ŶĨůĂƐŝƵůĂŶĂŶ;ŵƚŵͿ
й;LJŽLJͿ
ϴ͘ϬϬ
/ŶĨůĂƐŝ:Ăƚŝŵ;ϳ<ŽƚĂͿ
ϳ͘ϬϬ
ϴ͘ϬϬ
/ŶĨůĂƐŝEĂƐŝŽŶĂů;ϲϲ<ŽƚĂͿ
ϳ͘ϬϬ
ϲ͘Ϯϲ
ϲ͘ϬϬ
ϲ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
ϱ͘ϱϰ
ϰ͘ϬϬ ϯ͘ϬϬ
ϰ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ
ϯ͘ϬϬ
ϭ͘ϬϬ Ϭ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ
Ͳϭ͘ϬϬ
ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϭ
Ϯ
ϯ
ϰ
ϱ
ϲ
ϳ
ϴ
ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ
Ϯ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϬ
mulai
ϰ
ϱ
ϲ
ϮϬϭϭ
ϮϬϭϭ
Sumber : BPS, data diolah
Meski
ϯ
ϲ
menunjukkan
Sumber : BPS, data diolah
penurunan,
inflasi
tahunan
di
Jatim
dibandingkan dengan provinsi lain di kasawan Jawa masih cenderung lebih tinggi (Gambar 2.3). Disamping sebagai konsekuensi tingginya pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, hal ini juga disebabkan oleh tekanan inflasi inti yang persisten di level 5% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan beberapa provinsi
NRWDGL-DZD7LPXU\DQJPDVXNGDODPSHUKLWXQJDQLQIODVL1DVLRQDO6XUDED\D0DODQJ.HGLUL-HPEHU 3UREROLQJJR0DGLXQGDQ6XPHQHSGHQJDQERERWNRWDWRWDOVHEHVDU Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
27
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
lainnya di Jawa. Disisi lain, inflasi administerd price Jatim juga lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa provinsi lainnya di kawasan Jawa (Gambar 2.4). Gambar 2.3 Perbandingan Inflasi di Kawasan Jawa (yoy)
й;LJŽLJͿ
ϴ
:Ăƚŝŵ
:ĂďĂƌ
/z
ĂŶƚĞŶ
Gambar 2.4 Diagram Layang-layang Perbandingan Disagregasi Inflasi (yoy) /ŶĨůĂƐŝ/Ŷƚŝ
:ĂƚĞŶŐ
ϳ ϲ
ϳ ϲ
ϱ
ϱ
ϯ
ϰ
Ϯ
ϰ
ϯ
Ϯ ϭ Ϭ dǁ/
dǁ//
dǁ///
dǁ/s
ϮϬϭϬ
dǁ/
ŵŝŶŝƐƚĞƌĞ ĚWƌŝĐĞ
dǁ//
sŽůĂƚŝůĞ &ŽŽĚ
<ĂǁĂƐĂŶ:ĂǁĂ
ϮϬϭϭ
:ĂǁĂdŝŵƵƌ
Sampai dengan akhir triwulan II-2011, inflasi Jatim secara kumulatif/ year to date (ytd) mencapai 1,26%, dengan inflasi tertinggi terjadi di kota Surabaya (1,60%) dan Probolinggo (1,50%). Cukup rendahnya pencapaian inflasi kumulatif sampai dengan akhir semester I-2011 diyakini akan membawa inflasi Jatim pada rentang sasaran inflasi nasional, yaitu 5 %. Tabel 2.1 Inflasi Kumulatif (ytd) 7 Kota di Jawa Timur WILAYAH Nasional Jatim Surabaya Malang Kediri Jember Sumenep Probolinggo Madiun
Tw I 0.99 0.65 0.63 0.99 0.62 -0.01 0.52 0.72 0.83
2010 Tw II Tw III 2.42 5.28 2.06 5.53 1.93 5.95 2.24 4.86 2.60 4.89 1.99 4.39 1.97 5.73 2.55 6.10 1.99 4.42
Tw IV 6.96 7.10 7.34 6.70 6.81 7.10 6.75 6.68 6.53
2011 Tw I Tw II 0.70 1.06 0.99 1.26 1.25 1.60 0.72 0.96 -0.15 0.37 0.80 0.03 0.10 0.97 1.20 1.50 0.81 0.83
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
2.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Selama triwulan laporan, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) menunjukkan peningkatan sebesar 0,26% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,99% (qtq). Inflasi pada periode laporan paling tinggi terdapat pada kelompok sandang, disusul oleh kelompok kesehatan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Di sisi lain, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
28
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
kelompok bahan makanan mencatat deflasi dengan didorong oleh penurunan indeks harga pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang masih berlangsung. Tabel 2.2 Inflasi & Sumbangan Inflasi di Jawa Timur (qtq) ,1)/$6,474
KELOMPOK
680%$1*$1,1)/$6,474
Tw I
2010 Tw II Tw III Tw IV
2011 Tw I
Tw II
Tw I
2010 Tw II Tw III
Tw IV
UMUM
0.65
1.40
3.40
1.49
BAHAN MAKANAN
1.40
4.29
6.30
3.54
2011 Tw I Tw II
0.99
0.26
0.66
1.40
3.40
1.49
0.99
0.26
0.81
-1.14
0.29
0.93
1.40
0.80
0.18
-0.25
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM
1.41
0.38
2.00
1.94
1.20
0.71
0.26
0.07
0.36
0.35
0.22
0.23
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
0.82
0.44
2.49
0.61
1.01
0.65
0.18
0.10
0.54
0.13
0.22
0.14
SANDANG
-1.44
3.87
0.62
3.77
1.04
2.03
-0.09
0.25
0.04
0.25
0.07
0.14
KESEHATAN
0.53
0.27
0.71
0.48
1.64
1.46
0.03
0.01
0.03
0.02
0.08
0.07
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
-0.02
0.04
5.40
0.45
0.79
0.35
0.00
0.00
0.48
0.04
0.07
0.03
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
0.03
0.12
3.32
-0.58
1.06
0.17
0.01
0.02
0.61
-0.10
0.19
0.03
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
Penurunan laju IHK inflasi Jatim secara triwulanan dari 0,99% di Tw I-2011 menjadi 0,26% (qtq) disebabkan oleh koreksi harga pada kelompok bahan makanan yang mencatat deflasi sebesar 1,14% (qtq). Penurunan indeks harga khususnya berasal dari sub kelompok bumbu-bumbuan (-25,47%) seperti cabe merah, cabe rawit, bawang merah, dan bawang putih. Sementara itu, tekanan inflasi paling tinggi terdapat pada kelompok non food yaitu kelompok Sandang (2,03%) dan kelompok kesehatan (1,46%), disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,71%). Gambar 2.5 Inflasi (qtq) Triwulanan Jawa Timur
Gambar 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS Provinsi Jatim, data diolah
ϭϬ͘ϬϬ
Ͳϭ͘ϬϬ Ϯ͘ϬϬ
dǁ/s
dǁ/
dǁ//
ͲϯϬ͘ϬϬ
ϮϬϭϬ
Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah
ϮϬϭϭ
ƵŵďƵͲ ďƵŵďƵĂŶ
ƵĂŚͲ ďƵĂŚĂŶ
ĂŚĂŶDĂŬĂŶĂŶ >ĂŝŶŶLJĂ
ͲϮϱ͘ϬϬ
>ĞŵĂŬĚĂŶDŝŶLJĂŬ
ͲϮϬ͘ϬϬ
Ϭ͘ϬϬ
<ĂĐĂŶŐͲ ŬĂĐĂŶŐĂŶ
Ͳϭϱ͘ϬϬ
ϭ͘ϬϬ
^ĂLJƵƌͲƐĂLJƵƌĂŶ
ͲϭϬ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ
dĞůƵƌ͕^ƵƐƵĚĂŶ,ĂƐŝůͲŚĂƐŝůŶLJĂ
Ϭ͘ϬϬ Ͳϱ͘ϬϬ
/ŬĂŶ^ĞŐĂƌ
ϯ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
/ŬĂŶŝĂǁĞƚŬĂŶ
ϰ͘ϬϬ
DĂŬĂŶĂŶ:ĂĚŝ ^ĂŶĚĂŶŐ WĞŶĚŝĚŝŬĂŶ
ĂŐŝŶŐĚĂŶ,ĂƐŝůͲŚĂƐŝůŶLJĂ
ĂŚĂŶDĂŬĂŶĂŶ WĞƌƵŵĂŚĂŶ <ĞƐĞŚĂƚĂŶ dƌĂŶƐƉŽƌƚĂƐŝ
WĂĚŝͲƉĂĚŝĂŶ͕hŵďŝͲƵŵďŝĂŶ ĚĂŶ ,ĂƐŝůŶLJĂ
й;ƋƚƋͿ ϱ͘ϬϬ
й;ƋƚƋͿ Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah
Kondisi cuaca yang kondusif dengan curah hujan yang menurun secara substansial mendukung melimpahnya produksi cabe merah, bawang merah, tomat di wilayah sentra-sentra tanaman Holtikultura di Jawa Timur seperti Kediri, Malang, Jember dan beberapa kabupaten lainnya. Penurunan harga yang terjadi Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
29
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
sejak triwulan I-2011 hingga saat ini membawa harga cabe merah ke arah harga keseimbangan/ harga wajarnya. Gambar 2.7 Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Bumbu-Bumbuan ZƉͬ<Ő ϭϬϬ͕ϬϬϬ
DZ, tE'DZ,
Gambar 2.8 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Sayur- sayuran
Zt/d tE'Whd/,
dKDdh, <E'WE:E' ^t/,/:h
ZƉͬ<Ő
ϭϰ͕ϬϬϬ
ϵϬ͕ϬϬϬ
tKZd> <E'
<EdE' zD
ϭϯ͕ϬϬϬ
ϴϬ͕ϬϬϬ ϳϬ͕ϬϬϬ
ϭϮ͕ϬϬϬ
ϲϬ͕ϬϬϬ
ϭϭ͕ϬϬϬ
ϱϬ͕ϬϬϬ
ϭϬ͕ϬϬϬ
ϰϬ͕ϬϬϬ
ϵ͕ϬϬϬ
ϯϬ͕ϬϬϬ ϮϬ͕ϬϬϬ
ϴ͕ϬϬϬ
ϭϬ͕ϬϬϬ
ϳ͕ϬϬϬ
Ͳ
:ĂŶϮϬϭϭ
:ƵŶŝϮϬϭϭ
:ĂŶϮϬϭϭ
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
&ĞďϮϬϭϭ
DĂƌϮϬϭϭ ƉƌϮϬϭϭ DĞŝϮϬϭϭ
Ds
D/
D///
D//
D/s
D//
D/s
Ds
D/
D///
D//
D/s
Ds
D/
D///
Ds
D/
DĂƌϮϬϭϭ ƉƌϮϬϭϭ DĞŝϮϬϭϭ
D///
D//
D/s
D//
D/s
Ds
D/
&ĞďϮϬϭϭ
D///
D//
D/s
Ds
D/
D///
ϲ͕ϬϬϬ
:ƵŶŝϮϬϭϭ
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Sementara itu, sub kelompok lain yang mengalami deflasi pada triwulan II2011 adalah sub kelompok kacang-kacangan (-1,22%) dan sub kelompok lemak dan minyak (-0,30%). Penurunan harga minyak goreng terkait dengan penurunan harga CPO internasional, juga kenaikan
pajak
ekspor
diperkirakan sebagai pengaruh kebijakan
CPO
yang
berlaku
secara
progresif
dengan
mempertimbangkan level harga CPO di pasar internasional, sehingga pasokan bahan baku minyak goreng domestik cukup stabil dan terpenuhi. Gambar 2.9 Pergerakan Harga Minyak Goreng (Rata-rata Mingguan)
Gambar 2.10 Pergerakan Harga CPO Internasional
ZƉͬ<Ő
h^ͬDĞƚƌŝŬdŽŶ
ϭϯϬϬ ϭϮϬϬ ϭϭϬϬ ϭϬϬϬ ϵϬϬ ϴϬϬ ϳϬϬ ϲϬϬ
:ĂŶϮϬϭϭ
&ĞďϮϬϭϭ
DĂƌϮϬϭϭ ƉƌϮϬϭϭ DĞŝϮϬϭϭ
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Ds
D/
D///
D//
D/s
D/s
D//
Ds
D/
D///
D/s
D//
Ds
D/
D///
DŝŶLJĂŬ'ŽƌĞŶŐ
:ƵŶŝϮϬϭϭ
,ĂƌŐĂ<ŽŵŽĚŝƚĂƐWK/ŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
ϭϮ͕ϱϬϬ ϭϮ͕ϰϬϬ ϭϮ͕ϯϬϬ ϭϮ͕ϮϬϬ ϭϮ͕ϭϬϬ ϭϮ͕ϬϬϬ ϭϭ͕ϵϬϬ ϭϭ͕ϴϬϬ ϭϭ͕ϳϬϬ ϭϭ͕ϲϬϬ ϭϭ͕ϱϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Bloomberg
Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya yang pada triwulan lalu mencatat deflasi sebesar -5,28% (qtq), pada periode laporan mengalami Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
inflasi sebesar 3,65%. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga beras pada bulan Mei sebesar 0,94% dan 3,53% (mtm) di bulan Juni.
Gambar 2.11 Pergerakan Harga Mingguan Komoditas Beras
Gambar 2.12 Pergerakan Harga Beras Di Pasar Internasional h^ͬDĞƚƌŝŬ dŽŶ
ZƉͬ<Ő
ϵ͕ϱϱϬ
ϱϱϬ
ϵ͕ϱϬϬ ϵ͕ϰϱϬ
ϱϬϬ
ϵ͕ϰϬϬ ϵ͕ϯϱϬ
ϰϱϬ
ϵ͕ϯϬϬ ϵ͕ϮϱϬ
ϰϬϬ
6ϮϬϬ
ϯϱϬ
6
6
,ĂƌŐĂĞƌĂƐ/ŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů
ZĂƚĂͲƌĂƚĂ,ĂƌŐĂďĞƌĂƐĚŝWĂƐĂƌDŽĚĞƌŶΘdƌĂĚŝƐŝŽŶĂů
:ĂŶϮϬϭϭ
&ĞďϮϬϭϭ
DĂƌϮϬϭϭ ƉƌϮϬϭϭ DĞŝϮϬϭϭ
Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Surabaya
Ds
D/
D///
D/s
D//
D//
D/s
Ds
D/
D///
D//
D/s
Ds
D/
D///
6
:ƵŶŝϮϬϭϭ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
ϯϬϬ
6
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber : bloomberg
Meskipun naik dengan level moderat, namun bobot beras yang secara rata-rata cukup besar (5%) dalam nilai konsumsi masyarakat di Jatim menyebabkan tingginya sumbangan beras dalam mendorong inflasi pada sub kelompoknya. Kenaikan harga beras salah satunya disebabkan oleh gangguan hama wereng yang terjadi di beberapa wilayah kabupaten sentra beras di Jawa Timur seperti Lumajang, Jember, Bojonegoro dan Lamongan. Serangan wereng yang terjadi sejak awal tahun 2011 masih berlangsung hingga periode laporan, dengan total lahan yang mengalami puso seluas 22 Ha dan diperkirakan masih akan terus bertambah (data Dinas Pertanian Provinsi Jatim). Meskipun relatif kecil proporsinya dibandingkan dengan total luas tanam padi di Jatim yang mencapai 2,08 juta, namun kondisi ini sedikit banyak membangun ekspektasi kenaikan harga beras dari sisi petani dan pedagang. Faktor ekspektasi harga tersebut diyakini sebagai salah satu pemicu kenaikan harga, mengingat secara umum kondisi stok beras di Jatim relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sementara itu, ditengah kenaikan harga beras pada pasar domestik, harga beras di pasar internasional yang sejak triwulan III-2010 mengalami peningkatan, pada triwulan ini justru mulai menunjukkan penurunan harga (Gambar 2.12). Namun demikian penurunan harga beras di pasar internasional secara umum tidak berpengaruh terhadap penurunan harga beras, mengingat adanya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
31
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
kebijakan larangan impor beras di Jawa Timur yang ditetapkan selama ini dalam rangka melindungi dan meningkatkan kesejahteraan petani. Tabel 2.3 Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Di Jawa Timur Menurut Subround 2009-2011 8UDLDQ /XDV3DQHQ -DQXDUL$SULO 0HL$JXVWXV 6HSW'HVHPEHU -DQXDUL'HVHPEHU 3URGXNWLYLWDV -DQXDUL$SULO 0HL$JXVWXV 6HSW'HVHPEHU -DQXDUL'HVHPEHU 3URGXNVL7RQ -DQXDUL$SULO 0HL$JXVWXV 6HSW'HVHPEHU -DQXDUL'HVHPEHU
$UDP,
$UDP,,
.HW.XDOLWDV3URGXNVL3DGDDGDODK*DEDK.HULQJ*LOLQJ
3HUNHPEDQJDQ $EVROXW $EVROXW
Sumber : BPS, Jawa Timur
Sesuai dengan Aram II-2011, produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 diperkirakan sebesar 12,05 juta ton Gabah Kering GIling (GKG) atau setara dengan produksi beras sebesar 6,8 juta ton. Jika dikaitkan dengan kebutuhan konsumsi masyarakat Jawa Timur selama tahun 2011 yang diperkirakan sebesar 3,5 juta ton, maka akan terjadi surplus beras sebesar 3,3 juta ton. Ditengah kondisi produksi yang tercatat surplus, harga beras di Jatim pada tahun 2011 relatif tinggi dan berfluktuatif, kondisi ini diyakini terkait dengan banyaknya penjualan beras keluar provinsi yang kurang dapat dideteksi besaran nominalnya secara riil, serta struktur pasar dalam tata niaga perdagangan beras yang kurang efisien. Selanjutnya, kelompok bahan makanan lainnya yang mencatat inflasi pada triwulan ini adalah sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Inflasi pada sub kelompok ini terutama disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras yang terjadi pada bulan Mei (3,79%) dan bulan Juni (9,41%). Kenaikan harga ayam ras sebagaimana biasanya terkait dengan kenaikan harga pakan internasional, khususnya jagung yang sedang mencatat tren kenaikan harga. Meski tidak terlampau besar, tekanan dari sisi permintaan diyakini juga
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
32
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
berperan dalam kenaikan harga ayam ras. Tibanya liburan sekolah dan musim hajatan pada bulan Mei-Juni diyakini menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat atas komoditas ini (peningkatan permintaan dari sub sektor hotel & restoran). Gambar 2.13 Perkembangan Harga Mingguan Daging Ayam & Daging Sapi '/E'^W/
h^ͬƵƐŚĞů
ϳϵ͕ϬϬϬ ϳϴ͕ϬϬϬ ϳϲ͕ϬϬϬ
ϮϮ͕ϬϬϬ
ϳϱ͕ϬϬϬ ϳϰ͕ϬϬϬ
Ϯϭ͕ϬϬϬ
ϳϯ͕ϬϬϬ ϳϮ͕ϬϬϬ
ϮϬ͕ϬϬϬ
ϳϭ͕ϬϬϬ ϳϬ͕ϬϬϬ
ϭϵ͕ϬϬϬ
ϲϵ͕ϬϬϬ
ϭϴ͕ϬϬϬ
:ĂŶϮϬϭϭ
&ĞďϮϬϭϭ
DĂƌϮϬϭϭ ƉƌϮϬϭϭ
Sumber: Bloomberg
DĞŝϮϬϭϭ
:ƵŶŝϮϬϭϭ
Ds
D/
D///
D//
D/s
D//
D/s
Ds
D/
D///
D//
D/s
Ds
D/
ϲϴ͕ϬϬϬ
'/E'^W/ZƉͬ<'
ϳϳ͕ϬϬϬ
D///
'/E'zDZƉͬ<Ő
Ϯϯ͕ϬϬϬ
ϴ͘ϬϬ ϳ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ ϱ͘ϬϬ ϰ͘ϬϬ ϯ͘ϬϬ Ϯ͘ϬϬ ϭ͘ϬϬ Ϭ͘ϬϬ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
'/E'zDZ^
Ϯϰ͕ϬϬϬ
Gambar 2.14 Perkembangan Harga Pakan Ayam (Jagung) di Pasar Internasional
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Di sisi lain, komoditas daging sapi pada bulan April-Mei justru mencatat penurunan harga dan stabil pada bulan Juni 2011. Kebijakan yang bersifat sementara dari pemerintah Australia untuk melarang ekspor sapi hidup ke Indonesia pada awal Juni (kemudian dicabut kembali pada bulan Juli 2011) bagi Jawa Timur tidak banyak berpengaruh. Hal ini terkait dengan adanya kebijakan Pemerintah Provinsi Jatim yang melarang masuknya impor sapi hidup maupun daging sapi dari luar provinsi dan luar negeri, sebagai upaya untuk melindungi peternak Sapi lokal di Jatim yang tidak bisa menjual daging sapi dalam harga wajar. Tercatat harga daging sapi hidup sempat mencapai Rp. 16.000/kg, jauh lebih rendah dari harga normalnya (Rp.20-22ribu). Hal ini dipengaruhi oleh besarnya kuota daging impor di tahun 2010 untuk wilayah Jabodetabek yang merupakan salah satu pasar sapi Jatim. Untuk itu, kebijakan pemerintah Australia justru dianggap sebagai peluang yang sangat terbuka bagi peternak sapi potong Jatim untuk kembali masuk ke pasar daging sapi di Jabodetabek.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
33
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Inflasi triwulanan di Jatim pada periode laporan paling tinggi terjadi pada kelompok Sandang, dengan mencatat inflasi sebesar 2,03% (qtq) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,14%. Kenaikan IHK pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya khususnya untuk komoditas emas perhiasan. Tekanan inflasi dari komoditas emas perhiasan dikonfirmasi dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) di beberapa kota di Jawa Timur yang menunjukkan tren peningkatan harga emas ke level ±Rp352.000. Tren kenaikan harga emas internasional yang masih terus berlangsung menjadi sebagai salah satu faktor penyebab dari sisi ekternal atas kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Sementara itu maraknya penggunaan emas sebagai komoditas investasi baik secara langsung (disimpan oleh
masyarakat)
maupun
dengan
sistem
kontrak
pembelian
melalui
perusahaan investasi emas menjadi pendorong ekspektasi kenaikan harga emas dari sisi internal. Gambar 2.15 Pergerakan Harga Emas Dunia
Gambar 2.16 Pergerakan Harga Komoditas Emas Perhiasan di Surabaya
h^ͬdƌŽLJKŶƐ ZƉͬ'ƌĂŵ ϯϲϬ͕ϬϬϬ
ϭϲϬϬ͘ϬϬ ϭϱϬϬ͘ϬϬ
ϯϱϱ͕ϬϬϬ
ϭϰϬϬ͘ϬϬ
ϯϱϬ͕ϬϬϬ
ϭϯϬϬ͘ϬϬ
ϯϰϱ͕ϬϬϬ
ϭϮϬϬ͘ϬϬ
ϯϰϬ͕ϬϬϬ ϯϯϱ͕ϬϬϬ
ϭϭϬϬ͘ϬϬ
ϯϯϬ͕ϬϬϬ
ϭϬϬϬ͘ϬϬ
ϯϮϱ͕ϬϬϬ ϮϬ͕ϬϬϬ
ϴϬϬ͘ϬϬ
6
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
Ds
D/
D///
D//
D/s
D//
D/s
Ds
D/
D///
D//
D/s
ϮϬϭϭ :ĂŶϮϬϭϭ
Sumber: Bloomberg
Ds
D/
6 D///
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
ϵϬϬ͘ϬϬ
&ĞďϮϬϭϭ
DĂƌϮϬϭϭ
ƉƌϮϬϭϭ
DĞŝϮϬϭϭ
:ƵŶŝϮϬϭϭ
Sumber: Survey Pemantauan Harga, data diolah
Kelompok selanjutnya yang mencatat inflasi tertinggi pada periode laporan adalah kelompok kesehatan. Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok Jasa Kesehatan, yaitu kenaikan tarif rumah sakit di kota Kediri pada bulan April sebesar 4,82% (mtm) serta di Surabaya pada bulan Juni sebesar 1,02%. Sub kelompok lainnya yang mencatat kenaikan harga adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika, khususnya untuk beberapa produk kecantikan, sabun mandi dan shampoo. Hal ini disebabkan oleh Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
34
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
kebijakan kenaikan harga sebesar 2-10% oleh produsen terbesar produk perawatan jasmani (PT. Unilever) sebagai upaya penyesuaian biaya biaya produksi/ bahan baku berupa minyak sawit mentah (CPO) serta bahan baku kemasan plastik (produk turunan minyak bumi) yang terus meningkat. Selanjutnya, meskipun mencatat inflasi lebih rendah dibandingkan kelompok sandang dan kelompok kesehatan, yaitu sebesar 0,71% (qtq), kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada periode laporan memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu sebesar 0,23% (qtq). Faktor pendorong kenaikan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter di beberapa wilayah di Jatim sebagai lanjutan atas dampak kebijakan kenaikan cukai rokok di awal tahun 2011.
Strategi produsen rokok untuk melakukan
penyesuaian harga secara bertahap terkait dengan kebijikan kenaikan cukai rokok menyebabkan komoditas ini beberapa kali menjadi penyumbang inflasi bulanan di sepanjang semester I-2011. Meski demikian, tekanan inflasi pada kelompok ini cukup dapat ditahan oleh deflasi dari sub kelompok minuman beralkohol, khususnya yang berasal dari penurunan harga gula pasir, seiring dengan tibanya musim giling tebu yang sebagaimana biasanya selalu menjadi faktor yang menyebabkan koreksi harga pada komoditas ini. Gambar 2.17 Inflasi Triwulanan Kel. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Gambar 2.18 Pergerakan Harga Bulanan Gula Pasir Di Pasar Internasional
h^ͬK
ϰϬ͘ϬϬ
dĞŵďĂŬĂƵΘDŝŶƵŵĂŶĞƌĂůŬŽŚŽů
ϯϱ͘ϬϬ ϯϬ͘ϬϬ Ϯϱ͘ϬϬ
DŝŶƵŵĂŶdŝĚĂŬĞƌĂůŬŽŚŽů
ϮϬ͘ϬϬ ϭϱ͘ϬϬ ϭϬ͘ϬϬ
dǁ//ͲϮϬϭϬ
й;ƋƚƋͿ
Ϯ
Ͳϭ
Ϭ
ϭ
Ϯ
ϯ
,ĂƌŐĂ'ƵůĂ/ŶƚĞƌŶĂƐŝŽŶĂů
ϱ͘ϬϬ
dǁ//ͲϮϬϭϭ
Ͳ
ϰ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
DĂŬĂŶĂŶ:ĂĚŝ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: BPS, data diolah Sumber: Bloomberg
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
35
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2.3 INFLASI TAHUNAN (yoy) Tekanan inflasi di Jawa Timur secara tahunan pada triwulan II-2011 mencatat penurunan dari 7,46% (yoy) menjadi 6,26%. Berdasarkan kelompok barang, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan (9,69%), diikuti oleh kelompok sandang (7,64%), kelompok pendidikan, rekreasi dan oleh raga (7,08%), dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (5,98%). Kelompok lainnya yang mencatat inflasi cukup rendah adalah kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar (4,34%), kelompok kesehatan (4,34%) dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan (3,98%). Tabel 2.4 Inflasi Jawa Timur (yoy) Per Kelompok Barang ,1)/$6,<2< 680%$1*$1,1)/$6,<2<
KELOMPOK Tw I
2010 Tw II Tw III Tw IV
Tw I
UMUM
3.01
4.67
6.31
BAHAN MAKANAN
3.11
9.66
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM
6.99
5.76
5.98
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB
1.80
2.26
4.50
SANDANG
-1.21
6.39
KESEHATAN
1.80
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
5.61
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
1.27
2011 Tw II
Tw I
2010 Tw II Tw III
Tw IV
2011 Tw I Tw II
7.10
7.46
6.26
3.01
4.67
6.31
7.10
7.46
6.26
13.02 16.39
15.71
9.69
0.65
2.06
2.90
3.71
3.55
2.16
5.85
5.63
5.98
1.28
1.05
1.07
1.05
1.01
1.19
4.42
4.62
4.83
0.40
0.49
0.97
0.95
0.99
1.04
6.01
6.89
9.58
7.64
-0.08
0.42
0.38
0.45
0.63
0.51
1.88
1.95
1.99
3.11
4.34
0.09
0.09
0.09
0.09
0.15
0.21
5.01
5.91
5.89
6.75
7.08
0.49
0.44
0.52
0.52
0.59
0.62
0.88
2.73
2.87
3.93
3.98
0.24
0.17
0.50
0.52
0.71
0.71
Sumber: BPS, data diolah
Gambar 2.19 Persentase Sumbangan Inflasi Per-Kelompok Barang Triwulan II-2011 dZE^WKZ͕
WE//<E͕ Z
,Z'͕ ϵ͘ϵϬй
ϭϴ͘ϬϬ
,ED<EE
ϭϲ͘ϬϬ
D<EE:/͕D/EhDE͕ZK
ϭϰ͘ϬϬ
^EE'
ϭϮ͘ϬϬ
&+8+ 2+++6 ͘ϱϱй
<^,dE͕ ϯ͘Ϯϵй
Gambar 2.20 Pergerakan Inflasi Tiga komoditas penyumbang inflasi (yoy) tertinggi di Jawa Timur
ϭϬ͘ϬϬ ϴ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ
^EE'͕ϴ͘ϭϭй
ϰ͘ϬϬ Ϯ͘ϬϬ Ϭ͘ϬϬ WZhD,E͕/Z ͕>/^dZ/<͕'^Θ ͕ϭϲ͘ϱϱй
D<EE:/͕ D/EhDE͕ ZK
ͲϮ͘ϬϬ
dǁ/
dǁ//
dǁ///
dǁ/s
dǁ/
dǁ//
dǁ///
dǁ/s
dǁ/
dǁ//
Ͳϰ͘ϬϬ ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Perkembangan 3 (tiga) kelompok utama penyumbang inflasi terbesar di Jawa Timur menunjukkan terjadinya penurunan yang signifikan, terutama pada kelompok bahan makanan. Sementara itu kelompok sandang dan kelompok makanan
jadi,
minuman,
rokok dan
tembakau
cenderung
lebih
stabil.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
36
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipicu oleh penurunan harga komoditas yang merupakan produksi lokal, khususnya di sub kelompok bumbu-bumbuan (cabe merah, cabe rawit, bawang merah) seiring dengan membaiknya pasokan di level petani. Sementara itu sampai dengan akhir triwulan laporan, harga beberapa komoditas bahan makanan internasional dan minyak mentah masih menunjukkan tren peningkatan. Gambar 2.22 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Dunia
Gambar 2.21 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Dunia h^ͬƵƐŚĞů
h^ͬƵƐŚĞů
ϭϱ͘ϬϬ
ϵ͘ϬϬ
ϭϰ͘ϬϬ
ϴ͘ϬϬ ϭϯ͘ϬϬ ϭϮ͘ϬϬ
ϳ͘ϬϬ
ϭϭ͘ϬϬ
ϲ͘ϬϬ
ϭϬ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
ϵ͘ϬϬ
ϰ͘ϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϯ͘ϬϬ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
ϴ͘ϬϬ
ϮϬϭϭ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Bloomberg
Gambar 2.24 Perkembangan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia
Gambar 2.23 Perkembangan Harga Jagung di Pasar Dunia
h^ͬĂƌĞů
h^ͬƵƐŚĞů
ϭϮϬ͘ϬϬ
ϴ͘ϬϬ ϳ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ ϱ͘ϬϬ ϰ͘ϬϬ ϯ͘ϬϬ Ϯ͘ϬϬ ϭ͘ϬϬ ͘ϬϬ
ϭϭϬ͘ϬϬ ϭϬϬ͘ϬϬ ϵϬ͘ϬϬ ϴϬ͘ϬϬ ϳϬ͘ϬϬ ϲϬ͘ϬϬ ϱϬ͘ϬϬ ϰϬ͘ϬϬ ϯϬ͘ϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ
ϮϬ͘ϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg
2.4 INFLASI MENURUT KOTA Hingga akhir triwulan laporan, inflasi berjalan (year to date) 7 kota di Jawa Timur secara umum menunjukkan angka yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 1,60% (ytd), dan terendah di Jember (0,03%).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
37
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Gambar 2.25 Perbandingan Pencapaian Inflasi Year to Date (ytd) 7 Kota di Jawa Timur й;zƚĚͿ
ϭ͘ϴϬ ϭ͘ϲϬ
ϭ͘ϰϬ
ϭ͘ϮϬ
ϭ͘ϬϬ
^ƵƌĂďĂLJĂ͕ϭ͘ϲϬ WƌŽďŽůŝŶŐŐŽ͕ ϭ͘ϱϬ
6 ͘Ϯϲ ^ƵŵĞŶĞƉ͕Ϭ͘ϵϳ DĂĚŝƵŶ͕Ϭ͘ϴϯ
Ϭ͘ϴϬ
DĂůĂŶŐ͕Ϭ͘ϵϲ
Ϭ͘ϲϬ
Ϭ͘ϰϬ
<ĞĚŝƌŝ͕Ϭ͘ϯϳ
Ϭ͘ϮϬ :ĞŵďĞƌ͕Ϭ͘Ϭϯ
Ϭ͘ϬϬ Ϭ͘ϬϬ
Ϭ͘ϱϬ
ϭ͘ϬϬ
ϭ͘ϱϬ
Ϯ͘ϬϬ
Sumber: BPS, Data diolah.
Secara triwulanan, tren penurunan tekanan inflasi terjadi di 5 kota yaitu Surabaya, Malang, Jember, Probolinggo, dan Madiun, sedangkan Kediri dan Sumenep
mencatat
inflasi
triwulanan
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
sebelumnya. Peningkatan indeks harga konsumen tertinggi terjadi di Sumenep, yaitu sebesar 0,87% (qtq), sedangkan yang terendah di Jember dengan mencatat deflasi sebesar -0,76% (qtq). Selanjutnya inflasi tahunan tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 6,98% (yoy) dan terendah di Kediri (4,48%). Tabel 2.5 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur
,QIODVL7ULZXODQDQTWT :,/$<$+ -DZD7LPXU 6XUDED\D 0DODQJ .HGLUL -HPEHU 6XPHQHS 3UREROLQJJR 0DGLXQ
7Z,,
7Z,,,
7Z,9
7Z, 7Z,,
,QIODVL7DKXQDQ\R\ 7Z,
7Z,, 7Z,,,
7Z,9
7Z,
7Z,,
,QIODVL
Sumber : BPS, data diolah.
Secara umum, sumber tekanan inflasi berdasarkan kelompok barang di 7 kota masih berasal dari kelompok bahan makanan, kecuali di Kediri dan Probolinggo yang sumbangan inflasi tahunannya didominasi oleh kelompok bahan makanan, minuman, rokok dan tembakau.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
38
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Tabel 2.6 Inflasi 7 Kota di Jawa Timur per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I-2011 (yoy)
KELOMPOK BARANG UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
JATIM
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
6.26 9.69 5.98 4.83 7.64 4.34 7.08 3.98
5.46 6.81 5.16 5.12 10.89 5.03 7.35 2.03
5.37 7.64 6.83 3.05 6.51 2.88 9.57 1.70
4.48 3.95 6.97 4.45 6.09 4.26 6.98 1.48
5.04 5.59 8.49 3.26 4.82 5.29 6.17 2.82
Sumenep Probolinggo 5.70 8.46 5.82 5.38 10.53 2.91 3.37 0.59
5.59 6.84 5.44 3.62 8.24 1.48 1.81 8.48
Madiun 5.32 8.84 3.99 6.15 2.96 2.49 2.57 4.25
Sumber : BPS, data diolah.
Tabel 2.7 Sumbangan Inflasi 7 Kota di Jawa Timur Per Kelompok Barang & Jasa Triwulan I-2011 (yoy)
KELOMPOK BARANG UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN,ROKOK PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K
JATIM
Surabaya
Malang
Kediri
Jember
6.26 2.16 1.19 1.04 0.51 0.21 0.62 0.71
6.98 2.44 1.00 1.19 0.59 0.25 0.68 0.90
5.37 1.83 1.35 0.65 0.35 0.13 0.87 0.27
4.48 0.94 1.24 0.99 0.33 0.20 0.54 0.26
5.04 1.49 1.37 0.69 0.35 0.25 0.44 0.47
Sumenep Probolinggo 5.70 2.59 0.91 1.08 0.81 0.13 0.19 0.09
5.59 1.77 3.86 0.84 0.55 0.07 0.11 0.31
Madiun 5.32 2.71 0.63 1.24 0.23 0.11 0.15 0.67
Sumber : BPS, data diolah.
2.5 DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan komponennya, panurunan laju inflasi tahunan terutama berasal dari faktor non fundamental yang berasal dari koreksi harga pada kelompok volatile food. Beberapa kebijakan kenaikan harga beberapa komoditas barang/jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah seperti cukai rokok, dan tarif rumah sakit pada tahun 2011 mendorong inflasi administerd price pada triwulan ini, namun dengan magnitude yang tidak terlalu besar. Disisi lain laju inflasi inti sedikit meningkat dan persisten di level 5%. Gambar 2.26 Laju Inflasi Jatim per Komponen (mtm) й;ŵƚŵͿ
ϳ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ ϱ͘ϬϬ
Gambar 2.27 Laju Inflasi Jatim per Komponen (yoy) й;LJŽLJͿ Ϯϱ͘ϬϬ
hŵƵŵ sŽůĂƚŝůĞĨŽŽĚ ĚŵWƌŝĐĞ
ƵŵƵŵ
sŽůĂƚŝůĞĨŽŽĚ
ĚŵWƌŝĐĞ
ŽƌĞ/ŶĨůĂƚŝŽŶ
ϮϬ͘ϬϬ
ŽƌĞ/ŶĨůĂƚŝŽŶ
ϰ͘ϬϬ
ϭϱ͘ϬϬ
ϯ͘ϬϬ
ϭϬ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ ϭ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
ͲϮ͘ϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Ϭ͘ϬϬ ͘ϬϬ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌŝů DĞŝ :ƵŶŝ
Ͳϭ͘ϬϬ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌŝů DĞŝ :ƵŶŝ
Ϭ͘ϬϬ
Ͳϯ͘ϬϬ
Sumber : BPS, data diolah.
Sumber : BPS, data diolah.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
39
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Secara tahunan, tren penurunan volatile food yang berlangsung sejak awal tahun 2011 masih berlangsung hingga akhir periode laporan, dengan mencatat inflasi sebesar 2,39% (yoy). Namun jika dianalisa secara bulanan, beberapa komoditas volatile food seperti beras, daging ayam ras dan telur ayam ras kembali mencatat kenaikan harga cukup tinggi, sehingga mendorong inflasi bulanan pada kelompok ini sebesar 0,41% (mtm). Gambar 2.28 Perkembangan Inflasi Volatile Food й;ŵƚŵͿ ϳ͘ϬϬ
sŽůĂƚŝůĞ&ŽŽĚ;ŵƚŵͿͲ >,^
ϲ͘ϬϬ
sŽůĂƚŝůĞ&ŽŽĚ;LJŽLJͿͲ Z,^
Gambar 2.29 Perkembangan Inflasi Adm. Price й;LJŽLJͿ Ϯϱ͘ϬϬ
й;ŵƚŵͿ Ϯ͘ϱϬ
й;LJŽLJͿ ϴ͘ϬϬ
ĚŵŝŶŝƐƚĞƌĞĚWƌŝĐĞ;ŵƚŵͿͲ >,^ ĚŵŝŶŝƐƚĞƌĞĚWƌŝĐĞ;LJŽLJͿͲ Z,^
ϱ͘ϬϬ
ϮϬ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ ϭ͘ϱϬ
ϰ͘ϬϬ ϯ͘ϬϬ
ϭϱ͘ϬϬ
Ϯ͘ϬϬ
ϭ͘ϬϬ
ϰ͘ϬϬ
Ϭ͘ϱϬ Ϯ͘ϬϬ
Ϭ͘ϬϬ
ͲϬ͘ϱϬ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌŝů DĞŝ :ƵŶŝ
Ͳϭ͘ϬϬ
Ϭ͘ϬϬ
ϱ͘ϬϬ
Ͳϭ͘ϬϬ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ĞĐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌŝů DĞŝ :ƵŶŝ
ϭϬ͘ϬϬ
ϭ͘ϬϬ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
Ϭ͘ϬϬ
ϮϬϭϭ
ͲϮ͘ϬϬ
ͲϮ͘ϬϬ ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
Ͳϭ͘ϱϬ
ϮϬϭϭ
Ͳϯ͘ϬϬ
Ϭ͘ϬϬ
Sumber : BPS, data diolah.
ͲϮ͘ϬϬ
͘ϬϬ
Sumber : BPS, data diolah.
Tekanan inflasi di Jatim yang berasal dari faktor fundamental atau inflasi inti tercatat sebesar 5,02% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,95%). Secara umum tekanan inflasi inti bisa berasal dari faktor eksternal, peningkatan ekpektasi inflasi serta interaksi antara sisi permintaan dan penawaran. Tekanan dari faktor ekternal terutama berasal dari kenaikan harga komoditas strategis di pasar internasional seperti emas, CPO dan Minyak mentah. Kenaikan harga emas dunia yang dipicu oleh ekspektasi pelaku ekonomi internasional atas pelemahan ekonomi dunia menyebabkan kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik. Hal yang sama juga berlaku pada kenaikan harga minyak mentah dunia yang menjadi acuan dalam penetapan harga BBM non subsidi di Indonesia. Namun demikian, terjaganya nilai tukar rupiah di level yang cukup kuat diyakini dapat menahan tekanan inflasi yang berasal dari faktor eksternal (imported inflation). Peningkatan inflasi inti pada periode laporan salah satunya diperkirakan dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat yang cenderung meningkat. Ekspektasi konsumen maupun pedagang eceran yang tercermin dari perkembangan indeks Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
40
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
hasil survei atas ekspektasi konsumen (Survei Konsumen) maupun ekpektasi pedagang eceran (Survei Penjualan Eceran) atas perkembangan harga di Kota Surabaya yang cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompok barang peningkatan ekspektasi harga oleh konsumen searah dengan realisasi inflasi per kelompok barang yang paling tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta kelompok sandang. Gambar 2.30 Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya /ŶĨůƐŝŵƚŵ;йͿ ϭ͘ϰ
Gambar 2.31 Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang & JasaDi Surabaya ^
/ŶĨůĂƐŝ^ƵƌĂďĂLJĂ WĞƌƵďĂŚĂŶŚĂƌŐĂƵŵƵŵϯďƵůĂŶLJĂĚ WĞƌƵďĂŚĂŶŚĂƌŐĂƵŵƵŵϲďƵůĂŶLJĂĚ
ϮϬϬ
ϭ͘Ϯ
ϭϴϬ
/ŶĨůĂƐŝŵƚŵ;йͿ Ϯ͘ϱϬ
ϭϴϬ
Ϯ͘ϬϬ
ϭϲϬ
ϭ
ϭϳϬ
Ϭ͘ϴ
ϭϲϬ
ϭϰϬ
ϭ͘ϱϬ
ϭϮϬ
ϭ͘ϬϬ
ϭϬϬ
Ϭ͘ϲ ϭϱϬ Ϭ͘ϰ ϭϰϬ
ϴϬ
Ϭ͘ϱϬ
ϲϬ
Ϭ͘ϬϬ
ϰϬ
Ϭ͘Ϯ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Ϭ ϮϬ
Ͳϭ͘ϬϬ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĞŝ :ƵŶ :Ƶů ŐƐ ^ĞƉƚ KŬƚ EŽǀ ĞƐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĞŝ :ƵŶŝ :Ƶůŝ ŐƐ ^ĞƉƚ KŬƚ EŽƉ ĞƐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĞŝ :ƵŶŝ
:ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :Ƶů ƵŐ ^ĞƉ KĐƚ EŽǀ ĞƐ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĂLJ :ƵŶ :ĂŶ &Ğď DĂƌ Ɖƌ DĞŝ :ƵŶ ϮϬϬϵ
ͲϬ͘ϰ
ͲϬ͘ϱϬ
ϮϬ
ϭϯϬ
Ϭ ͲϬ͘Ϯ
ŬƐƉĞŬƚĂƐŝ,ĂƌŐĂϯƵůĂŶzĂĚ ŬƉĞŬƚĂƐŝŚĂƌŐĂϲƵůĂŶzĂĚ /ŶĨůĂƐŝ<ŽƚĂ^ƵƌĂďĂLJĂ
^
ϭϵϬ
ϮϬϬϵ ͲϬ͘ϲ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber Survei Konsumen, KBI Surabaya
Sumber Survei Pedagang Eceran KBI Surabaya
Sementara itu, interaksi antara sisi permintaan dengan penawaran diyakini tidak memberikan tekanan yang signifikan terhadap laju inflasi. Peningkatan permintaan masyarakat yang selalu meningkat pada periode liburan sekolah dan tahun ajaran yang secara umum masih mampu direspon oleh sisi produksi. Hal ini tercermin dari penggunaan kapasitas produksi berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur triwulan II-2011 yang menunjukkan peningkatan kapasitas produksi dari 73,26 menjadi 73,64. Gambar 2.33 Perkembangan Capacity Utilization
Gambar 2.32 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah ^ĂůĚŽĞƌƐŝŚ
Sumber: Kurs tengah Bank Indonesia
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
dǁ/
dǁ//
dǁ///
ϮϬϭϬ
dǁ/s
dǁ/
dǁ//
<ĂƉĂƐŝƚĂƐhƚŝůŝƐĂƐŝ
dǁ///
ϴϱϬϬ
ϬϯͲ:ĂŶͲϭϭ ϭϭͲ:ĂŶͲϭϭ ϭϵͲ:ĂŶͲϭϭ ϮϳͲ:ĂŶͲϭϭ ϬϳͲ&ĞďͲϭϭ ϭϲͲ&ĞďͲϭϭ ϮϰͲ&ĞďͲϭϭ ϬϰͲDĂƌͲϭϭ ϭϰͲDĂƌͲϭϭ ϮϮͲDĂƌͲϭϭ ϯϬͲDĂƌͲϭϭ ϬϳͲƉƌͲϭϭ ϭϱͲƉƌͲϭϭ ϮϲͲƉƌͲϭϭ ϱDĂLJϮϬϭϭ ϭϯDĂLJ͙ ϮϰDĂLJ͙ ϬϭͲ:ƵŶͲϭϭ ϭϬͲ:ƵŶͲϭϭ ϮϬͲ:ƵŶͲϭϭ ϮϴͲ:ƵŶͲϭϭ
ϴϲϬϬ
dǁ/s
ϴϳϬϬ
dǁ/
dǁ//
ϴϴϬϬ
dǁ/s
ϴϵϬϬ
dǁ//
ϵϬϬϬ
dǁ///
ϵϭϬϬ
ϴϭ͘ϬϬ ϳϵ͘ϬϬ ϳϳ͘ϬϬ ϳϱ͘ϬϬ ϳϯ͘ϬϬ ϳϭ͘ϬϬ ϲϵ͘ϬϬ ϲϳ͘ϬϬ ϲϱ͘ϬϬ
dǁ/
ϵϮϬϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: Survei Kegiatan Dunia usaha, KBI Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
41
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
Tabel 2.8 Perkembangan Capacity Utilization Industri pengolahan
No 1
2
3
4
SEKTOR
Tw I
Tw II
REALISASI PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAK A. Tanaman Pangan B. Tanaman Perkebunan C. Peternakan dan Hasil - hasilnya D. Kehutanan E. Perikanan PERTAMBANGAN A. Minyak dan gas bumi B. Pertambangan tanpa migas C. Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN A. Industri Non Migas 1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Tekstil, barang kulit dan alas kaki 3. Barang kayu dan hasil hutan lainnya 4. Kertas dan barang cetakan 5. Kimia dan barang dari karet 6. Semen dan barang galian bukan loga 7. Logam dasar, besi dan baja 8. Alat angkutan, mesin dan peralatann 9. Barang Lainnya LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH A. Listrik B. Gas C. Air bersih !% TOTAL SELURUH SEKTOR
Sumber Survei Kegiatan Dunia Usaha
2010 Tw III
2011 Tw IV
Tw I
Tw II
$%$
$ %
$%
$ %"!
$ %!
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
42
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
BOKS 2 KEGIATAN KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 7 KOTA DI JAWA TIMUR Sebagai upaya pengendalian harga di Jawa Timur, pertemuan koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) yang tersebar di 72 kota menjadi kegiatan yang penting untuk dilaksanakan. Melalui Rapat Koordinasi Wilayah (Rakorwil) TPID yang rutin diselenggarakan secara triwulanan ini dihasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yang diusulkan kepada pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam upaya pengendalian harga. Pada awal Juli 2011 bertempat di Ruang Rapat Binaloka Kantor Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, dilaksanakan Rakorwil TPID Jawa Timur Triwulan II-2011 yang dipimpin oleh Asisten Perekonomian & Pembangunan Setda Provinsi Jatim, serta dihadiri oleh pimpinan TPID dari 7 kota dan dinas – dinas/ instansi terkait seperti Bulog Divre Jawa Timur, Perusahaan Gas Negara (PGN), Pertamina Jawa Timur serta BP Migas. Disamping
membahas
mengenai
evaluasi
pencapaian inflasi Jawa Timur triwulan II2011 serta potensi risiko inflasi Jawa Timur kedepan,
pada
dikoordinasikan
pertemuan langkah-langkah
ini
juga
strategis
dalam rangka koordinasi ketersediaan Stok Barang dan Jasa menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1432H. Berdasarkan laporan dari masing-masing TPID maupun dinas & instansi terkait, diperoleh beberapa informasi strategis mengenai upaya pengendalian inflasi di 7 kota, serta berbagai potensi risiko inflasi kedepan, diantaranya : 1. Secara umum ketahanan pangan di Jawa Timur, khususnya menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri 1432 H dalam kondisi tercukupi, namun perlu tetap diwaspadai serangan hama wereng yang terjadi di beberapa sentra pertanian di Jatim. Terkait dengan hal ini Pemda Jatim telah mengambil berbagai tindakan pengendalian hama dimaksud. %
& ' &( '&) * $ * $ Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
43
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI
2. Sebagai upaya mencapai target pengadaan beras Bulog tahun 2011, Bulog Divre Jawa Timur pada tanggal 9 Juni 2011 telah menaikkan harga pembelian beras dari petani (insentif harga) sebesar Rp.200,- diatas HPP. Hal ini dilakukan guna menyesuaikan harga beras dipasaran yang secara rata-rata telah berada diatas HPP yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Dalam rangka pengamanan stok bahan makanan, Pemda Disperindag Kota Malang bersama Bulog Kabupaten Malang telah membentuk Tim Pengawasan Bahan Pokok untuk mengawasi gudang-gudang penyimpanan milik swasta guna mengantisipasi penimbunan komoditas bahan makanan strategis. 4. Perlu dicermati adanya potensi keterbatasa supply gas di Jawa Timur, yang dapat menghambat kegiatan sektor industry, sehingga dikhawatirkan dapat mendorong inflasi dari peningkatan biaya energy (cost push inflation). Selanjutnya, dalam pertemuan ini dihasilkan beberapa poin rekomendasi, antara lain : 1. Menambah pasokan beras murah di pasar melalui intervensi raskin oleh Bulog. Diusulkan untuk melakukan penyaluran raskin sekaligus dua kali pada bulan Agustus, yakni pada awal bulan dan akhir bulan. 2. Memastikan
kelancaran distribusi barang, melalui pengawasan gudang
penyimpanan yang dimiliki swasta dan pemerintah untuk menyakini agar tidak terjadi penimbunan bahan pokok di luar kewajaran, kesiapan jembatan timbang untuk mendukung arus distribusi bahan pokok yang meningkat, serta kesiapan aparatur pengawas. 3. Perlunya upaya menjaga ekspektasi masyarakat diantaranya : a. Kunjungan
ke
kabupaten/kota
pasar-pasar untuk
oleh
memastikan
pejabat
di
kecukupan
tingkat
provinsi/
pasokan
sekaligus
memberikan efek psikologis pada masyarakat tentang kesiapan pemda menghadapi hari raya agama. b. Memperbanyak aktivitas pasar murah dan berkelanjutan. 4. Mencermati dampak kebijakan penurunan pajak ekspor minyak sawit mentah CPO yang pada gilirannya berpotensi mengganggu supply / stok minyak goreng di pasar dalam negeri, maka perlu terus dilakukan upaya koordinasi antara Pemda dengan pihak produsen minyak goreng. 5. Perlunya membuat sistem informasi terintegrasi mengenai : a. Manajemen stok. b. Informasi harga di tingkat produsen, pedagang dan pengecer. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
44
Bab 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
3
PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik, tercermin dari peningkatan total aset Bank Umum dan BPR yang tumbuh sebesar 15,80% (yoy) sehingga mencapai Rp272,28 triliun rupiah. Sedangkan dari sisi pasiva, didorong oleh
peningkatan Kinerja
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum dan BPR dalam bentuk tabungan, giro dan deposito sebesar 4,43% (qtq) dari triwulan sebelumnya atau tumbuh 14,31% (yoy) menjadi senilai
Rp 228,1 triliun.
Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK mendorong peningkatan Loan to Deposit ratio (LDR) dari 74,85% menjadi 76,32%. Dari sisi aktiva, peningkatan total aset didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 6,41% (qtq) atau 18,53 (yoy) di atas pencapaian triwulan sebelumnya yang besarnya 2,86% dengan jumlah mencapai Rp 174,08 triliun, dengan kualitas kredit (NPL) sebesar 3,62%. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) di Jawa Timur INDIKATOR
Total Asset Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Kredit Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana (dpk) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) LDR (%) NPL Kredit
2010 Tw I
Tw II
2011 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
227,884,299.96 235,128,810.03 246,078,713.44 254,659,572.00 258,423,355.78 272,283,002.12 11.66 10.39 11.93 11.42 13.40 15.80 -0.29 3.18 4.66 3.49 1.48 5.36 136,312,965.84 146,867,664.71 152,729,119.59 158,937,636.98 163,484,826.45 174,082,459.90 14.86 20.01 20.77 19.89 19.93 18.53 2.82 7.74 3.99 4.07 2.86 6.48 196,437,961.31 199,546,163.46 205,864,566.65 218,606,344.02 218,420,685.91 228,102,053.47 9.17 7.83 8.96 10.88 11.19 14.31 -0.36 1.58 3.17 6.19 -0.08 4.43 69.39 73.60 74.19 72.70 74.85 76.32 3.05 2.93 3.08 2.99 3.30 3.62
Sumber: LBU- BI Surabaya, data diolah
3.1.
PERKEMBANGAN KINERJA BANK UMUM Kegiatan intermediasi bank umum di Jawa Timur pada triwulan II-2011 secara umum menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Kinerja total asset bank umum menunjukkan peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, baik secara triwulanan (qtq) yaitu sebesar 5,37% maupun tahunan yaitu sebesar 15,76% (yoy). Penyaluran kredit kepada masyarakat tumbuh stabil dan mencatat kinerja yang menggembirakan yaitu mencapai
___________________________________________________________________________________________ 45 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Rp 169,46 triliun, lebih tinggi 18,65% (yoy) atau 6,45% (qtq) dari periode sebelumnya. Sementara itu, penghimpunan DPK oleh bank umum sejak awal tahun 2011 juga menunjukkan peningkatan yaitu 4,44% (qtq) atau 14,30% (yoy) menjadi Rp 224,37 Triliun. Pertumbuhan DPK yang mengikuti pertumbuhan
kredit
diharapkan
mampu
mengurangi
gap
antara
pertumbuhan kredit dan DPK. Dalam jangka panjang gap ini berpotensi untuk menimbulkan shortage likuiditas jika tidak dilakukan upaya menyeimbangkan
pertumbuhan
kedua
indikator
kinerja
perbankan
tersebut. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum di Jawa Timur
INDIKATOR Total Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq %) Dana Pihak Ketiga (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (yoy %) Pertumbuhan (qtq) LDR (%) NPL (%)
2010 TW I 222.889.874 11,56 -0,38 193.347.650 8,99 -0,44 132.545.850 14,72 2,75 68,55 3.988.593,00
TW II TW III 229.896.301 240.608.858 10,25 11,79 3,14 4,66 196.308.308 202.513.764 7,62 8,83 1,53 3,16 142.824.021 148.551.644 19,90 20,85 7,75 4,01 72,75 73,35 4.125.797,00 4.495.146,00
TW IV 248.927.046 11,26 3,46 215.098.429 10,77 6,21 154.788.596 19,99 4,20 71,96 4.574.546,00
2011 TW I 252.560.212 13,31 1,46 214.842.023 11,12 -0,12 159.202.358 20,11 2,85 74,10 5.175.213,00
TW II 266.127.239 15,76 5,37 224.377.711 14,30 4,44 169.464.659 18,65 6,45 75,53 6.076.062,00
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.1 Perkembangan LDR
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.2 Perkembangan LDR per Kelompok Bank
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
___________________________________________________________________________________________ 46 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Pertumbuhan
kredit
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
pertumbuhan DPK yang mendorong peningkatan rasio LDR Bank Umum dari 74,78% menjadi 75,53%. Kondisi ini juga relatif lebih baik jika dibandingkan dengan LDR pada periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 72,75%. Berdasarkan kelompoknya, peningkatan LDR Bank Umum terjadi pada seluruh kelompok bank milik pemerintah, swasta dan asing dengan LDR masing–masing sebesar 98,53%, 58,58% dan 63,99%. Gambar 3.3 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
3.1.1.
Gambar 3.4 Pertumbuhan Indikator Utama Perbankan (qtq)
Sumber: Laporan Bank Umum- BI Surabaya, data diolah
ASET DAN AKTIVA PRODUKTIF Total aset bank umum di Jawa Timur pada triwulan II tahun 2011
adalah sebesar Rp 266,13 triliun atau tumbuh 5,37% (qtq) dan 15,76% (yoy). Kondisi ini lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,31% (yoy). Gambar 3.5 Perkembangan Total Aset Bank Umum
Gambar 3.6 Proporsi Aktiva Produktif Penempatan pada BI
Penempatan pada bank lain
Surat Berharga
Kredit 2% 4% 0%
94%
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
___________________________________________________________________________________________ 47 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Komponen aktiva produktif yang mempunyai proporsi cukup besar pada perhitungan total asset perbankan mencatat pertumbuhan yang relatif stabil. Pertumbuhan tertinggi terdapat di aktiva produktif dalam bentuk Surat Berharga yang meningkat 45,09% (qtq) menjadi sebesar 762,13 miliar Rupiah pada Triwulan II 2011. Berdasarkan komponen pembentuknya, aktiva produktif bank umum
di Jawa Timur didominasi
oleh penyaluran kredit kepada masyarakat (94%), diikuti oleh Penempatan pada Bank lain (4%) dan Penempatan pada Bank Indonesia (2%), sedangkan
aktiva
produktif
lainnya
dalam
bentuk
surat
berharga
mempunyai proporsi yang sangat kecil (0,4%). 3.1.2. DANA PIHAK KETIGA (DPK) Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Jawa Timur selama triwulan II-2011 meningkat sebesar Rp. 9,54 triliun, tumbuh 4,44% (qtq) atau 14,3 %(yoy) menjadi senilai Rp 224,38 triliun. Peningkatan pertumbuhan DPK yang cukup signifikan ini tidak lepas dari upaya perbankan untuk menghimpun dana masyarakat serta didorong oleh ekspansi
pertumbuhan
perekonomian
Jawa
Timur
yang
sedang
berlangsung. Gambar 3.7 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (q-t-q)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.8 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (y-o-y)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan jenisnya, kenaikan pertumbuhan DPK Bank Umum didorong oleh peningkatan simpanan tabungan maupun deposito yang tumbuh cukup signifikan yaitu masing-masing sebesar 21,42% dan 11,10% (yoy). Sementara pertumbuhan giro Bank Umum pada triwulan II 2011 hanya sebesar 7,11% (yoy). ___________________________________________________________________________________________ 48 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 3.9 Perkembangan DPK Per Jenis Simpanan (Rp. Juta)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
3.1.3.
KREDIT Perkembangan kinerja penyaluran kredit di Triwulan II tahun 2011
tumbuh cukup tinggi yaitu mencapai 18,65% (yoy). Kondisi fundamental makroekonomi Jawa Timur yang kondusif
serta tren pertumbuhan
ekonomi yang berada pada fase ekspansi menjadi salah satu penggerak peningkatan pertumbuhan kredit pada beberapa periode terakhir. Selama triwulan II tahun 2011 penyaluran kredit meningkat sebesar Rp 10,26 triliun atau tumbuh 6,45% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp 169,47 triliun. Gambar 3.10 Pertumbuhan Kredit (yoy)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan kredit masih didominasi oleh kelompok bank swasta dan pemerintah. Sumber pertumbuhan kredit pada triwulan laporan paling besar didorong oleh kelompok bank swasta yang tumbuh sebesar 6,68% (qtq) atau sebesar 28,82% (yoy). Sedangkan
___________________________________________________________________________________________ 49 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
kelompok bank pemerintah dan bank asing tumbuh lebih rendah di level 6,45% dan 4,41% (qtq). Gambar 3.11 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Gambar 3.12 Proporsi Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
5%
28% Modal Kerja
41%
Bank Pemerintah 54%
59% 13%
Investasi
Bank Asing
Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Bank Swasta
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Menurut jenis kredit yang disalurkan, penyaluran pembiayaan kepada sektor kegiatan produktif yaitu kredit modal kerja masih mendominasi dengan share sebesar 59,32%. Penyaluran kredit modal kerja yang menjadi salah satu indikator aktivitas dunia usaha secara triwulanan tumbuh 6,79% (qtq), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya yang hanya mencapai 2,85%. Gambar 3.13 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (q-t-q)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Gambar 3.14 Pertumbuhan Kredit Per Jenis Penggunaan (y-o-y)
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
___________________________________________________________________________________________ 50 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Jika ditilik dari sumber pertumbuhannya, jenis kredit konsumsi memiliki laju pertumbuhan cukup tinggi, yaitu sebesar 28,66% (yoy) sehingga berada diatas level pertumbuhan kredit secara umum. Dominasi pertumbuhan kredit konsumsi yang sedang berlangsung, pada dasarnya juga terjadi pada skala nasional. Suku bunga kredit konsumsi yang relatif lebih tinggi serta tenor kredit yang cenderung lebih pendek menarik perhatian perbankan untuk menyalurkan dananya pada jenis kredit ini. Sementara itu, secara sektoral penyaluran kredit Bank Umum di Jawa Timur masih didominasi oleh sektor industri dan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR), dengan proporsi masing–masing sebesar 27,96% dan 23,74%. Tingginya penyaluran kredit pada kedua sektor ini searah dengan dominasi kedua sektor tersebut dalam struktur perekonomian Jawa Timur. Secara umum, pertumbuhan kredit
di sejumlah sektor cukup stabil dan
mencatat pertumbuhan positif, kecuali sektor pertanian dan sektor Jasa Sosial yang mencatat kontraksi cukup dalam. Kontraksi pada sektor pertanian yang terjadi sejak awal tahun 2010, sempat mengalami penguatan pada bulan-bulan awal tahun 2011. Akan tetapi pada Triwulan II tahun 2011 penyaluran kredit Bank Umum kepada sektor pertanian kembali mengalami kontraksi sebesar 9,69% (yoy). Penurunan yang terjadi pada penyaluran kredit di sektor pertanian juga diringi oleh kualitas kredit yang terus menurun pada sektor ini. Rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertanian dari sisi perbankan terkait dengan anggapan mengenai tingginya faktor risiko yang dihadapi. Secara umum rasio kredit non lancar pada sektor ini memang cenderung lebih tinggi dibandingkan sektor – sektor lainnya, yaitu dengan NPL sebesar 6,05%, atau berada diatas NPL kredit Bank Umum sebesar 3,59%. Untuk memperbaiki kondisi ini perlu terus dilakukan upaya untuk mendorong penyaluran kredit perbankan pada sektor pertanian, khususnya usaha agrobisnis yang mampu memberikan nilai tambah produk pertanian sehingga pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani di Jawa Timur. Upaya–upaya ini
diantaranya melalui program pola kemitraan antara
perbankan dengan lembaga penjaminan kredit daerah, serta penciptaan skim–skim kredit yang tepat dalam penyaluran kredit di sektor ini, termasuk pula pemberdayaan peran Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB).
___________________________________________________________________________________________ 51 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 3.15 Proporsi Kredit Sektoral
Gambar 3.16 Perkembangan Kredit Sektoral
Sumber: Bank Indonesia, data diolah Sumber: Bank Indonesia, data diolah
Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sangat terbukanya peluang pembiayaan pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)1 di Jawa Timur menjadi perhatian perbankan untuk semakin fokus meningkatkan penyaluran kreditnya pada sektor ini. Hingga akhir periode laporan, penyaluran kredit Usaha Mikro Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Timur tumbuh 3,64% (qtq) dengan baki debet sebesar Rp. 61,35 triliun atau mencakup 36,2% dari total kredit yang disalurkan. Gambar 3.21 Perkembangan Penyaluran KUR di Jatim
Sumber: Kementrian Koordinator Perekonomian
1
Mengacu pada kriteria UMKM pada UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang selanjutnya telah diakomodir dalam pedoman Laporan Bank Umum (LBU) terbaru (LBU-2008), maka dilakukan perubahan data statistik kredit UMKM yang digunakan dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) Jawa Timur Tw I-2011 dan edisi selanjutnya. Sebelumnya statistik kredit UMKM yang digunakan mengacu pada besarnya plafon kredit yang disalurkan sehingga didalamnya termasuk data penggunaan kredit konsumsi. Data UMKM dalam LBU 2008 (data baru) didasarkan pada kriteria skala usaha debitur (omzet dan aset usaha), sehingga didalamnya hanya mengakomodir data kredit yang digunakan oleh sektor usaha/ kredit produktif.
___________________________________________________________________________________________ 52 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan modal UMKM lainnya adalah melalui
penyaluran
Kredit
Usaha
Rakyat
(KUR).
Berdasarkan
data
Kementerian Koordinator Perekonomian, realisasi penyaluran KUR oleh 6 bank umum penyalur KUR di Jawa Timur (BRI, BNI, Mandiri, BTN dan Bukopin, Bank Jatim) periode ini mencapai ±Rp 3,81 triliun dengan jumlah debitur mencapai 831.727 orang. Kedepan, integrasi kebijakan pemerintah daerah bersama-sama dengan industri perbankan dan pelaku usaha yang efektif diharapkan dapat terus mendukung peningkatan realisasi KUR kepada masyarakat, khususnya kepada sektor usaha produktif dalam skala mikro dan kecil. Potensi pasar kredit MKM di Jawa Timur yang masih cukup terbuka ditunjukkan oleh karakter dunia usaha di Jawa Timur yang sebagian besar diantaranya masuk dalam skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai salah satu wujud kepedulian perbankan di Jawa Timur terhadap pengembangan sektor riil dan UMKM, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jatim dan Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Jatim, dengan didukung oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada tanggal 6 s/d 10 Juli 2011 menyelenggarakan sebuah
event
“Bazar
Perbankan
&
UMKM
2011”
yang
mengetengahkan tema “Bersama Kita Galang Budaya Menabung dan Kembangkan UMKM Jawa Timur”. Lihat Boks : 3
3.2. STABILITAS SISTEM PERBANKAN Secara keseluruhan, pada kuartal II-2011 kondisi likuiditas perbankan di Jawa Timur masih cukup stabil yang tercatat sebesar 7,04%. Kecenderungan ekspansi kredit pada bank umum selama periode ini masih diimbangi dengan terjaganya rasio kredit maupun pembiayaan bermasalah dengan rasio NPL sebesar 3,59% yang masih di bawah NPL indikatif sebesar 5%. Selain itu, dari sisi profitabilitas, perbankan di Jawa Timur masih mencatat pertumbuhan laba yang positif di akhir triwulan II 201 yaitu sebesar Rp 2,18 triliun. 3.2.1. RISIKO KREDIT Risiko kredit perbankan yang tercermin dari rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau Non Performing Loan (NPL) Bank Umum di Jawa Timur pada periode laporan menunjukkan sedikit peningkatan dari sebesar 3,25% pada triwulan I Tahun 2011 menjadi sebesar 3,59%. Berdasarkan kelompok bank, NPL paling tinggi terjadi pada kelompok bank asing yang ___________________________________________________________________________________________ 53 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
mencapai 5,50%. Disusul oleh kelompok bank pemerintah dan bank swasta dengan rasio NPL masing-masing sebesar 4,17% dan 2,59%. Berdasarkan jenis penggunaan kreditnya, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja sebesar 4,32% (yoy), disusul kemudian dengan kredit investasi sebesar 4,08% (yoy) dan kredit konsumsi sebesar 1,76% (yoy). Tabel 3.3 Perkembangan NPL per-Kelompok Bank
Kelompok Bank NPL Bank Umum (%) a. Bank Pemerintah b. Bank Swasta c. Bank Asing
2008 TW III 2,96% 3,11% 2,56% 4,00%
2009 TW IV 2,39% 2,01% 2,41% 4,79%
TW I 3,26% 3,45% 2,76% 4,59%
TW II TW III 3,34% 3,15% 3,41% 3,30% 2,79% 2,53% 5,85% 5,59%
2010 TW IV TW I 3,15% 3,01% 3,33% 2,76% 2,42% 2,69% 6,06% 6,84%
TW II 2,89% 2,68% 2,56% 6,78%
2011 TW III TW IV 3,03% 2,96% 2,99% 3,14% 2,52% 2,32% 7,30% 6,13%
TW I TW II 3,25% 3,59% 3,56% 4,17% 2,55% 2,59% 5,76% 5,50%
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.22 Perkembangan Non Performing Loans
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.23 Perkembangan NPL per Jenis Penggunaan Kredit
Sumber: Bank Indonesia
Pada akhir semester II tahun 2011, penyaluran kredit masih terkonsentrasi pada sektor industri dengan proporsi sebesar 27,96% dan sektor perdagangan sebesar 23,74%. Namun, bila ditinjau dari kinerja NPL sektoral, NPL tertinggi masih terjadi pada sektor pertanian sebesar 6,05%, disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi kemudian perdagangan dan perhotelan dengan NPL masingmasing sebesar 5,59% dan 4,85%.
___________________________________________________________________________________________ 54 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 3.24 NPL Kredit Per Sektor Ekonomi
Tabel 3.4 Perkembangan NPL Kredit Per Sektor SEKTOR Tani Tambang Indus tri Lis trik,Gas Kons truks i Dagang/Hotel Angkut/Komnikas i J S .Dunia Us aha J S .S os ial Lain-2
Tw I 2,26% 0,65% 4,73% 0,01% 1,34% 3,28% 4,34% 1,54% 2,49% 2,19%
2009 Tw II Tw III Tw IV 2,51% 4,34% 2,79% 1,35% 2,29% 1,33% 4,47% 3,65% 4,45% 0,08% 0,00% 0,00% 1,59% 1,54% 1,39% 3,81% 3,75% 3,37% 4,86% 3,40% 3,96% 1,73% 2,05% 1,80% 1,67% 1,90% 1,33% 2,14% 2,17% 2,02%
Tw I 2,44% 0,27% 4,32% 0,04% 1,39% 3,25% 1,29% 1,28% 3,10% 2,30%
2010 Tw II Tw III Tw IV 2,95% 6,01% 7,17% 1,66% 0,99% 1,48% 3,55% 3,73% 3,72% 0,00% 0,06% 0,10% 1,88% 2,02% 1,82% 3,28% 3,77% 3,96% 1,29% 2,44% 3,07% 1,53% 1,76% 1,05% 2,51% 2,95% 2,47% 2,41% 1,83% 1,63%
2011 Tw I Tw II 6,21% 6,05% 1,50% 1,39% 3,82% 4,61% 0,47% 1,00% 2,45% 2,31% 4,50% 4,85% 5,95% 5,59% 1,08% 1,62% 2,71% 2,48% 1,84% 1,98%
3.2.2. RISIKO LIKUIDITAS Cash Ratio sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan perbankan untuk melunasi kewajiban – kewajiban jangka pendek dengan aktiva likuid yang dimiliknya tercatat sebesar 7,04%, lebih tinggi dari periode sebelumnya yang hanya mencapai 6,74%. Money position atau jumlah aset likuid yang dimiliki perbankan di Jawa Timur tercatat sebesar Rp 16,33 triliun, dengan komposisi terbesar berupa penempatan pada bank lain sebesar Rp 6,07 triliun, disusul dengan Kas dan penempatan pada Bank Indonesia masing – masing sebesar Rp 6,07 triliun dan Rp 4,18 triliun.
___________________________________________________________________________________________ 55 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 3.25 Money Position Perbankan di Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
3.3. PERBANKAN SYARIAH Kinerja perbankan Syariah di Jawa Timur kembali menunjukkan perkembangan positif selama triwulan-II 2011. Semakin menariknya keberadaan perbankan Syariah di masyarakat tercermin dari peningkatan rasio penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencapai 6,24% (yoy) dengan didukung oleh peningkatan aktivitas pembiayaan sebesar 60,12% (yoy).
Gambar 3.26 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (yoy)
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi kelembagaan, pada kuartal ini tercatat sebanyak 237 jaringan kantor yang dimiliki oleh 8 (delapan) Bank Umum Syariah (BUS)2 dan 9 Unit 3 Usaha Syariah (UUS) di seluruh wilayah Jawa Timur. Sepanjang triwulan II -
2
8 Bank Umum Syariah (BUS) di Jawa Timur : Bank Muamalat, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank Bukopin Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, dan BNI Syariah. 3 9 Unit Usaha Syariah (UUS) di Jawa Timur : BTN Syariah, BII Syariah, HSBC Syariah, Bank Danamon Syariah, Bank Niaga Syariah, Bank Permata Syariah, OCBC NISP Syariah, dan Bank Jatim Syariah. ___________________________________________________________________________________________ 56 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
2011 total aset perbankan syariah di Jawa Timur meningkat sebesar Rp 1,01 triliun dibanding periode sebelumnya atau tumbuh 12,62% (qtq) dan 58,86% (yoy) menjadi senilai Rp 9,02 triliun. Pertumbuhan aset yang cenderung naik tersebut menunjukkan semakin tingginya potensi bank syariah dalam melakukan pembiayaan baik dalam bentuk modal kerja, investasi,
maupun
konsumsi
yang
dapat
menjadi
stimulus
bagi
perekonomian kedepan. Kinerja penghimpunan DPK oleh perbankan syariah di Jawa Timur pada triwulan ini tumbuh 11,53% (qtq) atau 62,24% (yoy) menjadi senilai Rp 7,11 triliun. Berdasarkan komposisinya, DPK bank syariah di Jawa Timur didominasi oleh simpanan deposito dengan proporsi sebesar 56,79%, disusul oleh tabungan dan giro dengan proporsi masing-masing sebesar 35,24% dan 7,96%. Secara tahunan, pertumbuhan deposito mencatat pertumbuhan tertinggi dengan rasio 69,61% (yoy) dan 9,72% (qtq) yang diikuti dengan pertumbuhan giro sebesar 64,29% (yoy) dan 21,44% (qtq), serta tabungan sebesar 51,21% (yoy) dan 12,45% (qtq).
Gambar 3.27 Proporsi DPK Perbankan Syariah di Jawa Timur
Gambar 3.28 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Per jenis simpanan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi pembiayaan, setelah cenderung melambat pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan pembiayaan pada triwulan ini kembali berada pada level yang cukup tinggi. Tercatat sepanjang triwulan II tahun 2011 penyaluran pembiayaan tumbuh sebesar 13,04% (qtq) atau 60,12% (yoy) dengan baki debet sebesar Rp 7 triliun. Berdasarkan jenisnya, penyaluran pembiayaan konsumsi masih mendominasi dengan tren yang cenderung ___________________________________________________________________________________________ 57 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
meningkat dengan share sebesar 44,89% disusul oleh pembiayaan modal kerja dengan prosporsi sebesar 40,23% dan pembiayaan investasi sebesar 14,88%. Gambar 3.29 Pertumbuhan Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Gambar 3.30 Pangsa Pembiayaan Syariah Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Cukup besarnya proporsi pembiayaan konsumsi yang disalurkan oleh perbankan syariah terkait dengan ekspansi bank syariah kepada kebutuhan pembiayaan kepemilikan rumah/ properti, serta pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor yang sejalan dengan tingginya permintaan masyarakat atas kedua komoditas dimaksud.
Sementara itu meskipun mempunyai
share yang lebih kecil, pembiayaan pada kegiatan sektor produktif yang tercermin dari penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi pada triwulan ini juga menunjukkan pertumbuhan positif, bahkan secara tahunan telah tumbuh diatas level 50% (yoy). Tercatat pertumbuhan kredit untuk modal kerja, konsumsi dan investasi tahunan (yoy) pada triwulan II tahun 2011 masing-masing adalah sebesar 73,74%, 47,34%, dan 68,56%. Tren pertumbuhan kinerja perbankan syariah yang masih cukup tinggi hingga triwulan II tahun 2011 ini didorong oleh cukup giatnya upaya perbankan syariah melalui program kerja Asbisindo Jawa Timur bersama dengan Bank Indonesia di wilayah koordinator Jawa Timur untuk terus memperkenalkan produk – produk Islamic Banking kepada masyarakat. Upaya tersebut antara lain melalui kegiatan road show perbankan syariah, seminar –seminar pembiayaan kepada pengusaha dan masyarakat umum, serta
penyelenggaraan
pameran
produk
syariah
khususnya
terkait
pembiayaan properti.
___________________________________________________________________________________________ 58 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 3.31 Non Performance Financing (NPF) Perbankan Syariah Jawa Timur
Gambar 3.32 Financing to Deposits Ratio (FDR) Perbankan Syariah Jawa Timur
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Kinerja positif lain yang dicatat oleh perbankan syariah selama kuartal II 2011 adalah terjaganya rasio Non Performance Financing (NPF) sebesar 1,39% ditengah ekspansi pembiayaan yang dilakukan. Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) yang mencerminkan proprosi penyaluran kredit dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada kuartal II-2011 tercatat sebesar 98,45% atau meningkat 1,32% dari kuartal sebelumnya.
3.4.
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Pada Triwulan II tahun 2011 kinerja BPR di Jawa Timur mulai menunjukkan perbaikan yang tercermin dari kinerja total asset yang meningkat Rp 292,62 miliar (4,99%) dari triwulan sebelumnya menjadi Rp 6,16 Triliun. Begitu pula dengan penyaluran kredit yang cenderung meningkat 7,83% atau sebesar Rp 335,33 miliar dari triwulan sebelumnya sehingga menjadi sebesar Rp 4,62 triliun. Gambar 3.33 Perkembangan Indikator BPR
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.34 Perkembangan Indikator BPR (qtq)
Sumber: Bank Indonesia
___________________________________________________________________________________________ 59 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Total aset BPR di Jawa Timur pada triwulan laporan tumbuh 17,64% (yoy) didorong oleh perbaikan penyaluran DPK yang tumbuh sebesar 15,02% (yoy) menjadi sebesar Rp 3,72 triliun. Gambar 3.35 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Sumber: Bank Indonesia
Gambar 3.36 Proporsi Per Jenis Dana Pihak Ketiga Bank Perkreditan Rakyat
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan jenisnya, simpanan deposito masih mendominasi dengan share sebesar
69% dari total DPK dengan pertumbuhan relatif
stabil yang tercatat sebesar Rp 2,57 triliun, tumbuh 4,95% (qtq) atau 15,20% (yoy). Sementara itu, simpanan tabungan juga meningkat sebesar sebesar 2,14% (qtq) atau 14,63% (yoy) sehingga menjadi sebesar Rp. 1,15 triliun. Gambar 3.37 Pertumbuhan Kredit BPR per-Jenis Penggunaan (yoy)
Gambar 3.38 Proporsi Kredit BPR Per Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
sia
Ditengah ekspansi kinerja penyaluran kredit yang terjadi pada bank umum, realisasi penyaluran kredit pada BPR secara umum cukup stabil ___________________________________________________________________________________________ 60 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
dengan peningkatan sebesar 7,83 % (qtq). Secara tahunan pertumbuhan kredit BPR mencapai 14,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang besarnya 13,68% (yoy). Gambar 3.39 Proporsi Kredit Sektoral BPR
Sumber: Bank Indonesia
3.5.
BANK BERKANTOR PUSAT DI SURABAYA Ditengah perbaikan kinerja perbankan yang berlangsung secara
umum, kinerja 6 bank umum yang berkantor pusat di Surabaya secara triwulanan turut menunjukkan peningkatan. Secara keseluruhan, total aset 6 bank tersebut mempunyai proporsi sebesar 10,91% dari total aset bank umum di Jawa Timur. Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Bank Berkantor Pusat di Surabaya (dalam juta Rupiah) Total Aset Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq) Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan (yoy)
Tw I 24.235.582 1,64 8,69 18.872.411 -0,58
2010 Tw II 25.718.896 11,01 6,12 21.094.454 10,85
Tw III 25.361.355 4,11 -1,39 20.613.337 4,41
Tw IV 23.995.207 7,62 -5,39 18.327.649 9,93
2011 Tw I 26.170.817 7,99 9,07 20.726.092 9,82
Tw II 29.021.503 12,84 10,89 23.460.476 11,22
Pertumbuhan (qtq) Kredit Umum Pertumbuhan (yoy)
13,19 11.260.975 24,41
11,77 12.213.262 25,16
-2,28 12.714.485 18,26
-11,09 13.135.130 21,26
13,09 13.775.988 22,33
13,19 14.990.533 22,74
Pertumbuhan (qtq) LDR NPL
3,95 59,67% 0,77%
8,46 57,90% 0,81%
4,10 61,68% 0,94%
3,31 71,67% 0,79%
4,88 66,47% 0,85%
8,82 63,90% 1,07%
INDIKATOR
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.40 Perumbuhan Indikator Bank Ber-KP di Surabaya (yoy)
Sumber : Bank Indonesia
___________________________________________________________________________________________ 61 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Total asset 6 bank berkantor pusat di Surabaya pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan sebesar 10,89% (qtq), dan secara tahunan mampu mencatat pertumbuhan positif sebesar 12,84% (yoy) sehingga menjadi Rp. 29,02 triliun. Peningkatan jumlah asset tersebut didorong oleh peningkatan penghimpunan DPK sebesar 13,19% (qtq) atau 11,22% (yoy). Dari sisi komposisi DPK dapat dilihat bahwa Giro masih menempati urutan share terbesar yaitu 45%, diikuti dengan deposito 33% dan tabungan 22%. Gambar 3.41 Proporsi DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber KP di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.42 Pertumbuhan DPK Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia
Sementara itu, sebagaimana yang terjadi pada bank umum dalam skala industri, simpanan tabungan menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Sampai dengan akhir triwulan II-2011 simpanan tabungan tumbuh 26,47% (yoy) menjadi senilai Rp. 5,17 triliun. Tingginya pertumbuhan tabungan masyarakat di Jawa Timur sejalan dengan upaya pemerintah untuk menggalakkan kembali tabungan masyarakat melalui Gerakan Indonesia Menabung yang dicanangkan secara nasional pada bulan Februari 2010 yang lalu dan digaungkan kembali secara nasional pada tanngal 29 Mei 2011 di Malang. Gambar 3.43 Perkembangan Kredit Per Jenis Simpanan Pada Bank Ber-KP di Surabaya (qtq)
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 3.44 Proporsi Kredit Per Jenis Penggunaan Bank Ber KP di Surabaya
Sumber : Bank Indonesia
___________________________________________________________________________________________ 62 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Pertumbuhan penyaluran kredit tercatat sebesar 22,74 % (yoy) dengan baki debet pada periode pelaporan sebesar Rp 14,99 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi diiringi dengan kredit mendorong penurunan Rasio Loan to Deposit Ratio dari 66,47% pada Triwulan I Tahun 2011 menjadi sebesar 63,9%.
3.6. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang - Undang adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia berperan dalam memenuhi uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang pembayaran non tunai diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. 3.6.1
TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Transaksi sistem pembayaran tunai di Bank Indonesia tercermin dari beberapa kegiatan, yaitu : aliran uang keluar dan masuk dari perbankan ke Bank Indonesia (outflow dan inflow), kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar atau Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB), serta kegiatan penukaran uang pecahan kecil kepada masyarakat. a. Aliran Uang Masuk/Keluar (Inflow/Outflow) Sampai dengan akhir Triwulan II Tahun 2011, aliran uang kartal yang masuk/ keluar dari Bank Indonesia di wilayah Jawa Timur (KBI Surabaya, KBI Malang, KBI Kediri, dan KBI Jember) secara kumulatif menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah aliran uang yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih besar dibandingkan jumlah aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia melalui perbankan (inflow). Net outflow yang terjadi pada Triwulan II tahun 2011 merupakan pola musiman / cyclical selama 3 tahun terakhir yang disebabkan kenaikan permintaan uang kartal untuk keperluan anak sekolah dan musim liburan sekolah.
___________________________________________________________________________________________ 63 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Tabel 3.6 Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow) Kantor Bank Indonesia – Rp. Juta Wilayah
2010
Transaksi
2011
Tw II
Tw III
Tw IV
Outflow
2.396.038
4.805.629
2.468.381
2.000.130,88
3.859.961,16
Inflow
2.386.582
4.519.202
3.952.519
4.711.067,49
3.044.294,55
1.484.138
2.710.937
1.293.583
926.510,13
1.963.414,00
1.021.510,17
1.505.535,00
KBI Surabaya
(9.455)
Net Flow
1.551.735
Outflow
KBI Kediri
(286.427) 2.311.267
Tw I
Tw II
(815.667)
Inflow
672.385
1.239.546
725.625
Net Flow
(879.350)
(1.071.722)
(567.958)
Outflow
565.151
1.345.503
822.704
324.031,03
1.105.888,00 1.996.449,00
KBI Malang
95.000
(457.879)
1.224.773
1.807.196
1.393.413
2.319.335,73
Net Flow
659.622
461.693
570.709
1.995.305
890.561
Outflow
574.619
1.091.186
669.488
292.363,72
687.462,52 585.137,39
Inflow
KBI Jember
Inflow
694.052
1.129.336
764.637
940.678,06
Net Flow
119.433
38.150
95.149
648.314
Outflow
5.087.543
9.553.586
5.254.156
3.543.036
7.616.725,67
Inflow
4.977.792
8.695.280
6.836.194
8.992.591
7.131.415,94
1.582.038
5.449.556
JAWA TIMUR
(109.751)
Net Flow
(858.306)
(102.325)
(485.310)
Keterangan : Net Flow (+) : Net Inflow Net Flow (-) : Net outflow
Secara umum transaksi inflow maupun outflow pada 4 Kantor Bank Indonesia (KBI) di Jawa Timur pada Tw II-2011 menunjukkan kondisi yang bervariasi. Outflow meningkat sebesar 114,98% (qtq), dari Rp 3,54 triliun menjadi Rp 7,62 triliun, sedangkan inflow menurun sebesar 20,70% (qtq) dari Rp 8,99 triliun menjadi Rp 7,13 triliun. Peningkatan outflow yang cukup signifikan dan adanya penurunan inflow menyebabkan terjadinya net Outflow sebesar Rp 485,31 miliar. Gambar 3.45
Gambar 3.46
Perkembangan Arus Uang Tunai (Inflow –Outflow)
Perkembangan Net Inflow Jawa Timur
Dalam Juta Rupiah 12.000.000
8.000.000
10.000.000
6.000.000 8.000.000
4.000.000
6.000.000 4.000.000
Outflow
2.000.000
Inflow
2.000.000 Net Flow -
Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II IV IV
(2.000.000) (4.000.000)
2009
2010
Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II III IV III IV 2009
2010
2011
2011
(6.000.000) Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
___________________________________________________________________________________________ 64 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
b. Uang Kartal Tidak Layak Edar Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dilakukan sebagai bagian dari proses pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)/ rusak yang dilakukan secara rutin oleh Bank Indonesia di Jawa Timur (Surabaya, Malang, Kediri dan Jember) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat (Clean Money Policy). Tercatat selama triwulan II-2011, sebesar Rp 5,08 triliun uang kartal yang tidak layak edar dalam berbagai pecahan dimusnahkan. Kondisi ini cenderung menurun dibandingkan jumlah yang dimusnahkan pada triwulan sebelumnya yang mencapai Rp. 6,3 triliun sejalan dengan menurunnya aliran uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia. Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimusnahkan tersebut selanjutnya akan digantikan dengan Uang Layak Edar (ULE) yang siap digunakan untuk kebutuhan transaksi keuangan di masyarakat. Gambar 3.47
Gambar 3.48
Inflow, Outflow dan Netflow Gabungan
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (PTTB)
16.000.000
8.000.000
7.000.000,00
120,00
14.000.000
6.000.000
6.000.000,00
100,00
12.000.000
4.000.000
5.000.000,00
2.000.000
4.000.000,00
-
3.000.000,00
4.000.000
(2.000.000)
2.000.000,00
2.000.000
(4.000.000)
1.000.000,00
(6.000.000)
0,00
10.000.000
80,00
8.000.000
60,00
6.000.000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2009 Outflow
2010 Inflow
2011
Net Flow (Skala Kanan)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
40,00 20,00 0,00 Tw I
Tw II Tw III Tw IV TW I
TW II TW III TW IV Tw I
2009 PTTB (Juta Rupiah)
2010
Tw II
2011
Rasio PTTB terhadap Inflow (%)
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang kartal. Diharapkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki akan dapat memperpanjang usia edar uang kartal dan semakin mengurangi besarnya volume PTTB. Hal tersebut sangat diperlukan mengingat pemusnahan uang kartal berdampak pada besarnya biaya pencetakan uang baru yang harus dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk menggantikan uang yang dimusnahkan tersebut. ___________________________________________________________________________________________ 65 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
3.6.2 TRANSAKSI KEUANGAN SECARA NON TUNAI Transaksi sistem pembayaran non tunai dalam kajian ini mencakup kegiatan
transaksi
non
tunai
masyarakat
melalui
perbankan
yang
menggunakan sistem BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Gambar 3.7 Perkembangan Transaksi Non Tunai Di Jawa Timur
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
160,00 140,00 120,00 100,00 80,00
Share RTGS
60,00
Kliring (Rp triliun)
Share Kliring
40,00
RTGS (Rp Triliun)
20,00 -
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2008
2009
2010
2011
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 2008
2009
2010
2011
a. Transaksi RTGS ( Real Time Gross Settlement) Transaksi keuangan dengan menggunakan sistem RTGS di Jawa Timur pada triwulan II Tahun 2011 menunjukkan sedikit penurunan baik dari sisi nominal maupun transaksi. Tercatat volume transaksi RTGS (outgoing) dari 30 kota di Jawa Timur pada periode laporan adalah sebanyak 141.213 transaksi atau menurun sebesar 0,56% (qtq) dari periode sebelumnya. Nominal transaksi RTGS Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2011 adalah sebesar Rp 125,07 triliun, menurun 1,48% (qtq) dan secara yoy turun dari 18,08% menjadi (2,09)% diduga disebabkan adanya peralihan transaksi pelaku bisnis dari RTGS ke transaksi kliring.
___________________________________________________________________________________________ 66 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Gambar 5.6 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Timur
160,00
1.000.000
140,00 100.000 120,00 10.000 100,00 80,00
1.000
60,00 100 40,00 10 20,00 Sumber : Bank Indonesia Surabaya
1
0,00 Tw I 2009
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I 2010
Volume (transaksi)
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I 2011
Tw II
Nominal (Rp Triliun) Skala Kanan
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Searah dengan perkembangan perekonomian di beberapa kota di Jawa Timur, besarnya transaksi RTGS di tingkat kabupaten/ kota di Jawa Timur menunjukkan masih terpusatnya kegiatan perekonomian pada wilayah – wilayah tertentu. Berdasarkan asal kotanya, transaksi outgoing maupun incoming RTGS didominasi oleh beberapa kota/ kabupaten dengan karakteristik perekonomian yang cukup menonjol. Kota Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur mendominasi besarnya transaksi. Gambar 5.7 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Outgoing RTGS Terbesar Tw II -2011
Gambar 5.8 6 Kota dengan aktivitas Transaksi Incoming RTGS Terbesar Tw II -2011
70000
120000
60000
100000
50000
80000
40000
60000 30000
Nilai (Miliar Rp)
20000
Volume
40000
Nilai (Miliar Rp) Volume
20000
10000 0
0 Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
___________________________________________________________________________________________ 67 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Tercatat transaksi RTGS pada triwulan II-2011 dari kota Surabaya ke kota lainnya (outgoing) sebesar Rp 69,96 triliun dengan volume sebanyak 55.564 transasksi.
Sementara itu transaksi RTGS masuk ke rekening
perbankan di Surabaya (incoming) tercatat sebanyak 99.803 transaksi atau senilai Rp 88,97 triliun.
Selanjutnya, kota lain di Jawa Timur yang
memiliki transaksi RTGS cukup tinggi adalah kota Malang, Kediri, Gresik, Sidoarjo dan Batu.
b. Transaksi Kliring Dalam
rangka
mendukung
kelancaran
sistem
pembayaran,
khususnya melalui transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI),
kegiatan kliring di Jawa Timur diikuti oleh 419 kantor/bank
umum peserta yang tersebar di 38 kabupaten/ kota. Penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan di 4 (empat) Kantor Bank Indonesia (Surabaya, Malang, Kediri, Jember), serta sebanyak 15 bank penyelenggara kliring lokal yang telah ditunjuk untuk membantu pelaksanaan kegiatan kliring di wilayah yang relatif jauh dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Tolakan Cek, Bilyet Giro Tw II - 2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya Gambar
2008 2008
2009
2010
2009
2010
Tw I
Tw II
Tw III
-
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
1,100
Tw I
1,200
10.000 5.000
Tw II
1,300
15.000
Tw III
1,400
20.000
Tw IV
1,500
30.000 25.000
Tw I
1,600
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 -
Tolakan Kliring (Rp juta) Tolakan Kliring (Warkat-lembar)-Skala Kanan
900.000 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 -
Tw II
Warkat (Juta lembar)
Tw I
Nominal (Rp Triliun)
Rata-2 Penolakan Cek Persentase Rata-2 Penolakan Dan BG Kosong Sehari Cek Dan BG Kosong Sehari Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (%) (%) 810 30.158 4 5 92 2.233 5 4 57 1.193 6 4 53 1.019 6 5 1.012 34.603 1,48 1,71
Gambar 5.10 Tolakan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Tw III
5.9 Perkembangan Transaksi Kliring Di Jawa Timur
Tw II
Surabaya Malang Kediri Jember Jatim
Rata-2 Perputaran Jumlah Penolakan Cek Kliring Sehari Dan Giro Kosong Lembar Nominal Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) (satuan) (juta Rp) 57.531 1.704.636 16.211 601.944 5.319 175.117 1.839 44.721 3.087 93.282 1.156 24.076 2.460 56.265 1.051 20.299 68.396 2.029.246 20.257 691.041
Tw IV
Jumlah Perputaran Kliring ( D ) Kantor Peserta Lembar Nominal (satuan) (juta Rp) 248 1.151.030 34.096.970 59 106.219 3.496.575 70 61.895 1.868.101 42 49.130 1.123.273 419 1.368.274 40.584.919
Kota
2011
2011
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
___________________________________________________________________________________________ 68 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Secara nominal, transaksi perputaran kliring di Jawa Timur yang berlangsung pada triwulan II Tahun 2011 menunjukkan peningkatan. Tercatat sebanyak 1,37 juta warkat keuangan (cek, bilyet giro, nota kredit dan nota debet perbankan) ditransaksikan melalui kliring dengan nilai sebesar Rp 40,58 triliun, meningkat dari 11,34% (yoy pada triwulan I 2011) menjadi 19,85% (yoy pada triwulan II 2011) sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian Jawa Timur. Sementara itu, jumlah tolakan warkat kliring pada periode ini menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat sebanyak 20.257 lembar warkat, atau senilai Rp 691,04 milyar, lebih rendah dibandingkan tolakan warkat pada periode sebelumnya yang mencapai Rp 764,42 milyar.
3.6.3 PENEMUAN UANG PALSU DI PERBANKAN JAWA TIMUR Penemuan uang palsu di Jawa Timur pada Triwulan II tahun 2011 yang ditemukan melalui perbankan maupun berdasarkan laporan masyarakat ke Bank Indonesia secara umum menunjukkan peningkatan. Gambar 5.12 Statistik Uang Palsu yang ditemukan 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 -
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Lembar
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
2006
2007
Gambar 5.13 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (lembar)
2008
2009
2010
2011
Gambar 5.14 Statistik Uang Palsu yang ditemukan (nilai)
3%
3%
5%
5%
11%
11%
100.000
100.000 54% 27%
50.000
54% 20.000
27%
50.000 20.000
10.000
10.000
5.000
5.000
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
Sumber : Bank Indonesia Surabaya
___________________________________________________________________________________________ 69 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Tercatat sebanyak 6.084 lembar uang palsu dalam berbagai pecahan dengan nilai nominal sebesar Rp 471,96 juta, meningkat dibandingkan temuan uang palsu pada triwulan sebelumnya yang mencapai 5.250 lembar dengan
nilai
nominal
sebesar
Rp
411,49
juta.
Menghadapi
terus
meningkatnya jumlah penemuan uang, Bank Indonesia bersama instansi berwenang yang terkait berupaya untuk melakukan penanggulangan yang bersifat preventif maupun represif. Secara preventif, dilaksanakan melalui upaya – upaya memasyarakatkan pengetahuan mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah, meningkatkan unsur pengaman pada uang baru, serta peningkatan kerjasama dengan instansi terkait di dalam negeri maupun internasional.
Sementara
itu,
upaya
penanggulangan
secara
represif
dilaksanakan oleh Kepolisian dengan menangkap dan menghukum pembuat maupun pengedar uang palsu sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.
___________________________________________________________________________________________ 70 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
Boks 3 ”BAZAAR PERBANKAN & UMKM 2011” BERSAMA KITA GALANG BUDAYA MENABUNG DAN KEMBANGKAN UMKM JAWA TIMUR Sebagai
salah satu wujud kepedulian perbankan di Jawa Timur terhadap
pengembangan sektor riil dan UMKM, Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jatim dan Satgasda Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Jatim didukung oleh Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan “Bazar Perbankan & UMKM 2011” dengan tema ““Bersama Kita Galang Budaya Menabung dan Kembangkan UMKM Jawa Timur”. Acara dilaksanakan pada tanggal 6 – 10 Juli 2011 dan dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Timur yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Timur. Secara umum, kegiatan bazar perbankan dan UMKM Tahun 2011 dimaksudkan untuk: a. Meningkatkan daya serap kredit/pembiayaan UMKM di Jawa Timur dan membantu pengembangan pasar produk UMKM. b. Mempromosikan produk perbankan khususnya skim kredit produktif. c. Menyediakan informasi sumber-sumber alternatif pembiayaan non bank (lembaga keuangan mikro non bank, Pegadaian, Modal Ventura dan Lembaga Penjaminan kredit). d. Merupakan sarana edukasi bagi masyarakat tentang bank, khususnya perkreditan dan UMKM. e. Mempromosikan kemitraan UMKM debitur dengan bank kreditur dengan menampilkan berbagai produk unggulan hasil karya UMKM binaan. f. Turut serta dalam upaya mendorong peningkatan penggunaan produksi dalam negeri khususnya hasil produksi UMKM Jawa Timur (bagian dari kampanye “Aku Cinta Produk Dalam Negeri”). g. Berkontribusi pada upaya membangun UMKM Jawa Timur yang tangguh dan berdaya saing. h. Di masa mendatang ajang bazar diharapkan tidak hanya menjadi pasar retail produk UMKM tetapi juga menjadi rujukan bagi pemasaran grosir tingkat regional, nasional bahkan ekspor. i. Menyediakan informasi dan konsultasi, antara lain terkait dengan aspek perizinan oleh dinas teknis, penjaminan kredit oleh lembaga penjaminan kredit. ___________________________________________________________________________________________ 71 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 3 – Perkembangan Perbankan
j. Mempromosikan keberadaan BDS-P/KKMB dan menyediakan jasa konsultansi serta pendampingan pengembangan UMKM di Jawa Timur. Bertempat di Convention Hall Tunjungan Plaza 3 Surabaya, kegiatan ini rencanakan diikuti oleh kurang lebih 70 Bank, Institusi Pemerintah / Swasta serta puluhan stand pengusaha Mikro Kecil Menengah binaan Bank dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Selanjutnya, melalui kegiatan Bazar Perbankan & UMKM 2011 diharapkan dapat semakin meningkatkan akses UMKM kepada lembaga pembiayaan secara umum, dan khususnya kepada kredit perbankan dalam rangka pemberdayaan sektor riil dan UMKM yang berdaya saing.
Kegiatan Bazar Perbankan dan UMKM 2011
===***===
___________________________________________________________________________________________ 72 Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan II-2011
Bab 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
%$%,9ʹ3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+
3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+
8080 .LQHUMD NHXDQJDQ GDHUDK 3URSLQVL -DZD 7LPXU \DQJ WHUFHUPLQ GDUL $QJJDUDQ 3HQGDSDWDQ GDQ %HODQMD 'DHUDK $3%' KLQJJD SHUWHQJDKDQ WDKXQ PHQJDODPL VHGLNLW SHUODPEDWDQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ , 3RV SHQGDSDWDQ PDXSXQ SHQJHOXDUDQ PHQXQMXNNDQ WLQJNDW UHDOLVDVL \DQJ OHELK UHQGDK GDUL\DQJGLDQJJDUNDQGLEDQGLQJNDQSHULRGH\DQJVDPDWDKXQVHEHOXPQ\D7HUXWDPD GDULVLVL UHDOLVDVLEHODQMD \DQJWXPEXKPHODPEDWGDUL\R\ PHQMDGL .RQGLVLLQLPHUXSDNDQLQGLNDVLSHUODPEDWDQSHUWXPEXKDQNRQVXPVLSHPHULQWDKSDGD 3'5% SHQJJXQDDQ GDUL \R\ PHQMDGL PHVNLSXQ WHODK GLNHWDKXL EDKZD NHNXDWDQ $3%' WLQJNDW SURYLQVL PDVLK OHELK NHFLO GLEDQGLQJNDQ WRWDO $3%' WLQJNDWNDEXSDWHQGDQNRWDPDG\D6HGDQJNDQUHDOLVDVLSHQGDSDWDQGDHUDKPHQLQJNDW GDUL\R\ PHQMDGL5HDOLVDVLWHUEHVDUGDULSRVSHQGDSDWDQGDQEHODQMD SXQWLGDNMDXKEHUEHGDGDULWDKXQWDKXQVHEHOXPQ\D\DLWXSHQGDSDWDQSDMDNGDHUDK GDULSRVSHQGDSDWDQGDHUDKGDQEHODQMDSHJDZDLGDULSRVDQJJDUDQEHODQMD
5($/,6$6,3(1'$3$7$1'$(5$+
.LQHUMDSHQGDSDWDQGDHUDKKLQJJDWULZXODQ,,PHQJDODPLSHQXUXQDQ GLEDQGLQJNDQ UHDOLVDVL SDGD WULZXODQ ,, GHQJDQ SRVLVL WHODK PHQFDSDL 5S WULOLXQ 0DVLK VDPD GHQJDQ SRODSROD WDKXQ VHEHOXPQ\D VXPEDQJDQ SHQGDSDWDQ GDHUDK WHUWLQJJL EHUDVDO GDUL SRV 3HQGDSDWDQ $VOL 'DHUDK 3$' \DQJ EHUVXPEHU GDUL SDMDN GDHUDK \DLWX SDMDN NHQGDUDDQ EHUPRWRU 3HQJHQDDQ SDMDN SURJUHVLI SDGD NHQGDUDDQ EHUPRWRU VHMDN DZDO WDKXQ GLUHQFDQDNDQ DNDQ GLJXQDNDQ XQWXN PHPELD\DL SUR\HN LQIUDVWUXNWXU -DWLP GL WDKXQ +DOLQLVHVXDLGHQJDQNHWHQWXDQ\DQJGLUXPXVNDQGDODP881R7DKXQ \DQJPHQJDPDQDWNDQSHQGDSDWDQGDULSDMDNGLJXQDNDQXQWXNLQIUDVWUXNWXU
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±7DKXQ
%$%,9ʹ3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+ 7$%(/ 5($/,6$6,3(1'$3$7$1$3%'3523-$:$7,08575,:8/$1,,5SMXWD
1R
8UDLDQ
"./00/ 1(()
"./00/ 1(() 1(() 1(()
! !"
! ,(!"
3DMDN'DHUDK 5HWULEXVL'DHUDK +DVLO3HQJHORODDQ.HND\DDQ'DHUDK\DQJ 'LSLVDKNDQ /DLQ/DLQ3HQGDSDWDQ$VOL'DHUDK\DQJ6DK ! "(- +
'DQD%DJL+DVLO3DMDN%DJL+DVLO%XNDQ3DMDN 'DQD$ORNDVL8PXP 'DQD$ORNDVL.KXVXV ( )( ! !"* +,
3HQGDSDWDQ+LEDK 'DQD3HQ\HVXDLDQGDQ2WRQRPL.KXVXV
! !"#"$% &'
6XPEHU%LUR.HXDQJDQ3URS-DWLP
6XPEHU SHQGDSDWDQ GDHUDK 3URYLQVL -DZD 7LPXU \DQJ WHUEHVDU EHUDVDO GDUL 3HQGDSDWDQ$VOL'DHUDK3$' 3$'WHUGLULGDULSDMDNGDHUDKUHWULEXVLGDHUDKKDVLO SHQJHORODDQNHND\DDQGDHUDK\DQJGLSLVDKNDQGDQODLQODLQ3$'\DQJVDK6HEDJLDQ EHVDU 3$' EHUVXPEHU GDUL SDMDN GDHUDK WHUXWDPD WHUNDLW GHQJDQ SHQMXDODQ NHQGDUDDQ EHUPRWRU GDQ EDQJXQDQ \DQJ UHODWLI EHVDU GDQ PHQJDODPL SHQLQJNDWDQ VHWLDSWDKXQQ\D 3HQJHQDDQ SDMDN SURJUHVLI SDGD SHPLOLN NHQGDUDDQ OHELK GDUL VDWX EHUWXMXDQ XQWXN PHQJKLQGDUL NHSHPLOLNDQ EDQ\DN NHQGDUDDQ EHUPRWRU ROHK RUDQJ \DQJ VDPD GDQ PHQFHJDK SHQ\DODKJXQDDQ SUDNWLN OHDVLQJ 6HODLQ LWX PHQLQJNDWQ\D SXQJXWDQ EHD FXNDL GL WDKXQ MXJD PHQMDGL SRWHQVL NHQDLNDQ 3$' 3URYLQVL -DZD 7LPXU WDKXQ3RWHQVL3$'ODLQQ\DEHUDVDOGDULUHWULEXVLGDHUDK\DQJSHUOXGLRSWLPDONDQ SHQ\HUDSDQQ\DPHODOXLSHUEDLNDQSHOD\DQDQGDQNRQWUROSHQDJLKDQ
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±7DKXQ
%$%,9ʹ3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+ 7$%(/ 5($/,6$6,3(1'$3$7$1$3%'3529-$:$7,0857$+81±5SMXWD
727$/3(1(5,0$$1 '$(5$+
7$+81
7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9
3(1(5,0$$1 3(1(5,0$$1$6/,'$(5$+ '$1$ 5(75,%86, 3(5,0%$1*$1 3$'/$,1<$ 3$-$.
727$/3$'
6XPEHU%LUR.HXDQJDQ3URY-DWLP
5($/,6$6,%(/$1-$'$(5$+ 5HDOLVDVL EHODQMD 3HPHULQWDK 3URSLQVL -DZD 7LPXU SDGD WULZXODQ ,, VHGLNLWPHQXUXQGLEDQGLQJNDQSHULRGH\DQJVDPDWDKXQ\DLWXGDUL PHQMDGL .RQGLVL LQL GLVHEDENDQ NDUHQD PHQXUXQQ\D QLODL UHDOLVDVL EHODQMD SHPHULQWDK EDLN ODQJVXQJ PDXSXQ WLGDN ODQJVXQJ 5HDOLVDVL WHUWLQJJL EHODQMD WHUMDGL SDGD SRV EHODQMD WLGDN WHUGXJD \DQJ PHQFDSDL 7LQJJLQ\D UHDOLVDVL EHODQMD EDLN EDJL KDVLO PDXSXQ EDQWXDQ NHXDQJDQ SDGD NDENRWD GDQ SHPHULQWDKDQ GHVD WXUXW PHQ\XPEDQJ NLQHUMD EHODQMD 3HPSURS SDGD SHULRGH LQL 3HUFHSDWDQ SHQ\DOXUDQ DQJJDUDQ SDGD NDENRWD PHQJLQGLNDVLNDQ DGDQ\D SHUEDLNDQ WDWD FDUD SHODSRUDQ SHODNVDQDDQ DQJJDUDQ NDENRWD DWDV DQJJDUDQ SHULRGH VHEHOXPQ\D VHKLQJJD GDQD GDSDW WHSDW ZDNWX FDLU JXQD PHQGXNXQJ SHPEDQJXQDQ LQIUDVWUXNWXUGLGDHUDK6HFDUDNHVHOXUXKDQNRPSRVLVLUHDOLVDVLDQJJDUDQEHODQMDVDDW LQLPHQXQMXNNDQDGDQ\DSHUEDLNDQSDGDNRPSRVLVL EHODQMDSHPHULQWDKGLEDQGLQJNDQ SHPDQIDDWDQVHEHOXPQ\D\DQJGLGRPLQDVLROHKEHODQMDSHJDZDL /HPDKQ\D SRUVL EHODQMD PRGDO SDGD $3%' WLQJNDW SURYLQVL WHODK GLLPEDQJL GHQJDQEHODQMDEDJLKDVLOGDQEDQWXDQNHXDQJDQNHSDGDSURYLQVLNDEXSDWHQNRWDGDQ SHPHULQWDKDQGHVDVHVXDLGHQJDQNHWHQWXDQSHQHQWXDQSRVDQJJDUDQ$3%'WLQJNDW
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±7DKXQ
%$%,9ʹ3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+
SURYLQVL GL ,QGRQHVLD 3RUVL EHODQMD PRGDO SDGD XPXPQ\D OHELK EHVDU SDGD $3%' WLQJNDW NDEXSDWHQNRWD 6HODLQ LWX NHEXWXKDQ EHODQMD PRGDO XQWXN SHPEDQJXQDQ LQIUDVWUXNWXU GL ZLOD\DK SURYLQVL WHODK FXNXS EDQ\DN GLDORNDVLNDQ GDUL $3%1 PHODOXL GLQDVLQVWDQVLWHUNDLWGLGDHUDK 'DULWRWDOGDQD$3%'VHEHVDU5SWULO\XQ3HPSURS-DWLPPHQJDORNDVLNDQ 5SWULO\XQSDGDSRVDQJJDUDQUXWLQVHSHUWLEHODQMDSHJDZDLVHUWDEHODQMDEDUDQJ GDQ MDVD6LVDQ\D 5S WULO\XQ GLJXQDNDQ XQWXN SURJUDP SHPHULQWDK WHUNDLW XSD\D SHQJHQWDVDQ NHPLVNLQDQ SHQJDQJJXUDQ SHQLQJNDWDQ IDVLOLWDV NHVHKDWDQ GDQ SHQGLGLNDQSDGDPDV\DUDNDWNXUDQJPDPSXVHUWDSHPEDQJXQDQLQIUDVWUXNWXU 3DGD WULZXODQ ,, UHDOLVDVL EHODQMD GDHUDK 3HPHULQWDK 3URYLQVL -DZD 7LPXU PDVLK EHUDGD GL EDZDK WDUJHW VHEHVDU 7HUFDWDW UHDOLVDVL EHODQMD SDGD WULZXODQ LQL EDUX PHQFDSDL VHGLNLW PHQXUXQ GLEDQGLQJNDQ WULZXODQ ,, \DQJ PHQFDSDL 0DVLK PLQLPQ\D EHVDUDQ UHDOLVDVL $3%' 3URY -DZD 7LPXU MXJD WHUFHUPLQ SDGD SHQLQJNDWDQ VDOGR GDQD SHPHULQWDK GL SHUEDQNDQ SDGD WULZXODQ LQLOLKDWJDPEDU *$0%$5 '$1$3(0(5,17$+3529.$%.27$-$:$7,085',3(5%$1.$1
7DEXQJDQ
'HSRVLWR
*LUR
: Ƶ ƚ Ă Z Ɖ
6XPEHU.%,6XUDED\DGLRODK
5HDOLVDVL EHODQMD WLGDN WHUGXJD SDGD SRV EHODQMD WLGDN ODQJVXQJ PHPLOLNL WLQJNDW UHDOLVDVL EHODQMD WHUWLQJJL SDGD SHULRGH LQL VHEHVDU 1DPXQ GDUL VLVL QLODLPHPLOLNLQLODL\DQJUHODWLINHFLOVHVXDLGHQJDQSRVDQJJDUDQ\DQJWHODKGLWHWDSNDQ VHEHOXPQ\D 6HODQMXWQ\D WLQJJLQ\D UHDOLVDVL EHODQMD EDQWXDQ NHXDQJDQ NHSDGD SURYLQVLNDEXSDWHQNRWD DWDX VHEHVDU 5S PLO\DU VHODUDV GHQJDQ NHELMDNDQ SHPHULQWDK 3URSLQVL -DZD 7LPXU GDODP UDQJND XVDKD SHQLQJNDWDQ VXPEHU SHQGDQDDQ NHXDQJDQ NHSDGD NDEXSDWHQNRWD GDQ SHPHULQWDKDQ GHVD JXQD PHQLQJNDWNDQSHUHNRQRPLDQGLGDHUDK .DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±7DKXQ
%$%,9ʹ3(5.(0%$1*$1.(8$1*$1'$(5$+
6HPHQWDUD LWX UHDOLVDVL EHODQMD PRGDO $3%' -DWLP SDGD WULZXODQ LQL PDVLK VDQJDW PLQLP \DQJ PHQFDSDL DWDX VHEHVDU 5S PLO\DU PHVNLSXQ SHQFDSDLDQQ\DPDVLKOHELKEHVDUGLEDQGLQJNDQUHDOLVDVLEHODQMDPRGDOSDGDWULZXODQ ,,
7$%(/ 5($/,6$6,%(/$1-$$3%'3529-$:$7,08575,:8/$1,,5SMXWD
1R
8UDLDQ - (!5 +, + %HODQMD3HJDZDL %HODQMD%XQJD %HODQMD+LEDK %HODQMD%DQWXDQ6RVLDO
%HODQMDEDJLKDVLONHSDGDSURYLQVLNDEXSDWHQNRWD GDQSHPHULQWDKDDQGHVD
%HODQMDEDQWXDQNHXDQJDQNHSDGD SURYLQVLNDEXSDWHQNRWDGDQSHPHULQWDKDDQGHVD
%HODQMDWLGDNWHUGXJD - +, + %HODQMD3HJDZDL %HODQMD%DUDQJGDQ-DVD -.%34.
6XPEHU%LUR.HXDQJDQ3URY-DWLP
"./00/ 1(() 1(() 1(()
- !"
"./00/ 1(()
7$%(/ 5($/,6$6,$1**$5$1$3%'3529-$:$7,0857$+81
3(1*(/8$5$1 7$+81
7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9 7:, 7:,, 7:,,, 7:,9
727$/%(/$1-$
6XPEHU'-3.'HS.HXDQJDQ %LUR.HXDQJDQ3URY-DWLP
%(/$1-$ 02'$/
.DMLDQ(NRQRPL5HJLRQDOProvinsi Provinsi Jawa Timur Timur 7ULZXODQ,,±7DKXQ
Bab 6
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
5 5.1. UMUM
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) pada triwulan II-2011 yang kembali tumbuh pada level yang cukup tinggi diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada sektorsektor utama seperti sektor industi pengolahan dan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) mendorong penyerapan tenaga kerja, hal ini dikonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur di triwulan II-2011 yang mengindikasikan peningkatan penggunaan tenaga kerja pada sektor-sektor utama. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat pedesaan juga menunjukkan perbaikan, yang tercermin dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan berada diatas level 100.
5.2. KETENAGAKERJAAN 5.2.1. Angkatan Kerja dan Pengangguran Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Semester I yang dilakukan oleh BPS, jumlah angkatan kerja di Jawa Timur (Jatim) sebanyak 20,25 juta jiwa dan 19,40 juta diantaranya berstatus bekerja. Angka ini meningkat dibandingkan semester sebelumnya, dimana jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 19,52 juta dan jumlah penduduk bekerja sebanyak 18,69 juta jiwa. Peningkatan ini menyebabkan turunnya rasio penduduk yang menganggur, yang tercermin dari penurunan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 4,24% menjadi 4,18%. Tabel 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur (2009-2011)
)HE
$XJ
)HE
$XJ
)HE
%HNHUMD
0HQJDQJJXU
,QGLNDWRU.HWHQDJDNHUMDDQ $QJNDWDQ.HUMD
7LQJNDW3DUWLVLSDVL$QJNDWDQ.HUMD73$. 7LQJNDW3HQJDQJJXUDQ7HUEXND737 VXPEHU%363URYLQVL-DZD7LPXU6DNHUQDV
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
81
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Tabel 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja – Menurut Sektor Lapangan Kerja Utama /DSDQJDQ3HNHUMDDQ8WDPD
3HUWDQLDQ 3HUWDPEDQJDQ ,QGXVWUL /LVWULN*DVGDQ$LU .RQVWUXNVL 3HUGDJDQJDQ 7UDQVSRUWDVL .HXDQJDQ -DVD.HPDV\DUDNDWDQ /DLQQ\D 727$/ Sumber: BPS Jawa Timur
)HE
$XJ )HE $XJ
)HE
Secara sektoral, distribusi penyerapan tenaga kerja di Jatim didominasi oleh ketiga sektor unggulannya, yaitu sektor pertanian dengan proporsi sebesar 42,34%, disusul oleh sektor perdagangan dengan (20,08%) dan sektor industri yang menyerap 13% dari total tenaga kerja di Jatim. Dominasi sektor pertanian menjadi ciri dari wilayah pedesaan yang merupakan wilayah terluas di Jatim, namun demikian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan untuk pemukiman
maupun
industri
pada
beberapa
tahun
terakhir,
diyakini
berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja pada sektor ini dan beralih pada sektor usaha lainnya. 5.2.1. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Membaiknya kondisi ketenagakerjaan juga terkonfirmasi dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia di wilayah kerja Jawa Timur pada triwulan II-2011 yang menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tercatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) secara umum untuk indikator perkembangan penggunaan tenaga kerja meningkat dari 3,16 menjadi 17,62. Berdasarkan sektor ekonomi, peningkatan ini terjadi pada hampir semua sektor, kecuali sektor keuangan dan jasa perusahaan yang menunjukkan penurunan sedikit penurunan. Peningkatan SBT tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan, disusul oleh sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor pengangkutan & komunikasi.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
82
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tabel 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Jawa Timur
SEKTOR
I
REALISASI PERTANIAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH BANGUNAN PHR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN JASA - JASA TOTAL
-3.06 0.1 -2.52 0.00 -1.28 -1.52 -1.95 1.39 4.93 -2.68
II
III
IV
-2.17 0.98 0.35 -1.39 0.00 -0.61 2.79 0.1 -0.03 0.04
-1.39 0.00 -2.53 1.24 0.00 5.02 0.14 -0.92 5.21 6.77
3.13 1.97 -1.13 -1.20 0.66 -1.90 0.00 0.00 5.09 6.61
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia
I 2.92 -1.02 -2.41 -0.04 -0.39 3.45 1.13 -0.84 -0.37 2.44
II
III
IV
-2.18 0.00 2.02 -0.11 0.66 2.04 0.84 0.52 0.90 4.69
7.31 2.00 -1.94 -1.30 -0.37 3.36 -0.53 -0.17 -0.39 7.98
0.99 0.00 -0.54 0.00 0.51 -4.18 0.07 1.90 0.84 -0.42
I
II
2.89 0.00 -3.18 0.07 1.64 -0.58 -0.60 2.13 0.79 3.16
4.54 1.02 3.16 0.47 2.06 3.60 0.84 1.93 0.00 17.62
Gambar 5.2 Penyerapan Tenaga Kerja 3 Sektor Utama
Gambar 5.1 Penyerapan Tenaga Kerja – SKDU Jawa Timur ϴ
ϮϬ
ϭϳ͘ϲϮ
ϭϱ
ϳ͘ϯϭ
ϲ
WĞŶLJĞƌĂƉĂŶdĞŶĂŐĂ<ĞƌũĂ;й^dͿ
ϰ ϲ͘ϲϭ ϲ͘ϵϳ
ϲ͘ϳϳ ϰ͘ϲϵ
ϱ
ϯ͘ϭϲ
Ϯ͘ϰϰ Ϭ͘Ϭϰ
Ͳϱ
ϮϬϬϳ
Ͳϯ͘ϭ ͲϬ͘ϳϲ Ͳϱ͘Ϭϭ
ϮϬϭϬ
Ϭ͘Ϯϵ
Ϭ͘ϵϵ
Ϭ Ͳϭ͘ϭϵ /
//
Ͳϭ͘ϰϱ /// /s
/
//
///
ϮϬϬϴ Ͳϰ͘ϲϱ
Ͳϰ Ͳϲ
Ͳϵ͘ϴ
Ͳϭ͘ϯϵ / ͲϮ͘ϭϳ // /// /s / // /// ͲϮ͘ϭϴ Ͳϭ͘ϭϯ Ͳϯ͘Ϭϲ Ͳϭ͘ϵϬ ϮϬϬϵ ϮϬϭϬ
/s
/s
/
//
ϮϬϭϭ
WZdE/E
/Eh^dZ/WE'K>,E
W,Z
Ͳϴ
Ͳϭϰ͘ϭϱ
ͲϮϬ
Sumber: SKDU, KBI Surabaya
Gambar 5.3 Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral WZdDE'E E'
ϲ
>' <hE'E
E'hEE :^
ϱ ϰ ϯ ^ĂůĚŽďĞƌƐŝŚй
Ϭ͘ϱϵ
ϭ͘ϯϯ
Ϯ͘ϴϵ
ϮϬϭϭ
ͲϭϬ Ͳϭϱ
ϯ͘ϭϯϮ͘ϵϮ
Ϯ͘ϲϴ
ϮϬϬϳ
ͲϬ͘ϰϮ
ϮϬϬϵ
ϰ͘ϱϰ ϯ͘ϯ
Ϯ
ͲϮ
/ //
/s
/
// ///
/s
/
ͲϬ͘ϭϭͲϮ͘ϲϴ
ϮϬϬϴ
// ///
/// /s
/
//
/
/// /s
Ϭ
//
^ĂůĚŽĞƌƐŝŚ;^Ϳ
ϲ͘ϭϰ
ϳ͘ϵϴ
^ĂůĚŽĞƌƐŝŚ;^Ϳ
ϭϬ
Ϯ ϭ Ϭ Ͳϭ ͲϮ
/
//
///
/s
/
ϮϬϬϵ
//
/// ϮϬϭϬ
/s
/
// ϮϬϭϭ
Ͳϯ Sumber: SKDU, KBI Surabaya
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
83
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
6.3. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PEDESAAN Pertumbuhan sektor pertanian yang cukup baik di triwulan laporan yang mencapai 5,11% atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2011 (2,82%), diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan khususnya petani. Hal ini tercermin dari perbaikan pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada periode laporan. 6.3.1. Kesejahteraan Petani Nilai
1
Tukar Petani (NTP) di provinsi Jawa Timur pada triwulan II-2011
mengalami peningkatan dan telah melampaui level 100 yang mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani pada level yang cukup baik. Gambar 5.5 Perubahan NTP Nasional & Jawa Timur
Gambar 5.4 Perbandingan NTP Nasional & Jawa timur ϭϬϲ
ϲй
ϭϬϲ
EdWEĂƐŝŽŶĂů
EĂƐŝŽŶĂů
EdW:Ăƚŝŵ
:Ăƚŝŵ
ŐEdWEĂƐŝŽŶĂů
ŐEdW:Ăƚŝŵ
ϭϬϰ
ϰй
ϭϬϮ
Ϯй
ϭϬϰ ϭϬϮ
Ϭй
ϭϬϬ
ͲϮй
ϭϬϬ
ϵϴ
ϵϴ
ϵϲ
ϵϲ
ϵϰ
Ͳϴй
ϵϮ
ͲϭϬй
Ͳϰй
ϵϰ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬϭϭϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬϭϭϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ
Ͳϲй
ͲϭϮй
ϵϬ /
ϮϬϬϵ
Sumber: BPS Jawa Timur
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
//
///
ϮϬϬϴ
/s
/
//
///
/s
/
//
ϮϬϬϵ
Sumber: BPS Jawa Timur
///
ϮϬϭϬ
/s
/
// ϮϬϭϭ
Peningkatan NTP didorong oleh pertumbuhan indeks harga yang diterima petani (It) yang lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayarkan oleh petani (Ib). Tercatat angka NTP di Jawa Timur pada bulan Juni 2011 (akhir triwulan II-2011) meningkat 2,55 poin dari 99,76 menjadi 102,31. Peningkatan indeks harga yang diterima petani searah dengan tren kenaikan harga produk hasil pertanian yang masih berlangsung saat ini, seperti beras, kedelai dan jagung. Sementara itu, cukup terjaganya inflasi pada periode yang sama menjadi indikator penurunan indeks harga yang dibayarkan oleh petani.
1LODL7XNDU3HWDQL173 PHUXSDNODQVDODKVDWXLQGLNDWRUQLODLWXNDUWHUPRIWUDGH GDULSURGXNSHUWDQLDQ WHUKDGDSEDUDQJMDVD\DQJGLNRQVXPVLUXPDKWDQJJDSHWDQLPDXSXQELD\DSURGXNVLGDQSHPEHQWXNDQEDUDQJ PRGDO6HPDNLQWLQJJL173EHUDUWLVHPDNLQWLQJJLGD\DEHOLGLSHGHVDDQ Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
84
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Gambar 5.6 Perkembangan Indeks Harga yang Dibayarkan Petani ϭϲϬ
/ďEĂƐŝŽŶĂů
/ď:Ăƚŝŵ
Ő/ďEĂƐŝŽŶĂů
Gambar 5.7 Perkembangan Indeks Harga yang Diterima Petani Ő/ď:Ăƚŝŵ
ϭϰϬ ϭϮϬ
ϭϬϬ
ϲϬϬй
ϭϲϬ
ϱϬϬй
ϭϰϬ
ϴϬϬй
ϰϬϬй
ϭϮϬ
ϲϬϬй
ϭϬϬ
ϰϬϬй
ϴϬ
ϮϬϬй
ϲϬ
Ϭй
ϰϬ
ͲϮϬϬй
ϮϬ
ͲϰϬϬй
ϯϬϬй
ϴϬ ϮϬϬй
ϲϬ
/ƚEĂƐŝŽŶĂů
/ƚ:Ăƚŝŵ
Ő/ƚEĂƐŝŽŶĂů
Ő/ƚ:Ăƚŝŵ
ϭϬϬϬй
ϭϬϬй
ϰϬ
Ϭй
ϮϬ Ϭ
ͲϭϬϬй /
//
///
/s
/
ϮϬϬϴ
//
///
/s
/
//
ϮϬϬϵ
///
/s
/
ϮϬϭϬ
ͲϲϬϬй
//
/
//
ϮϬϭϭ
///
/s
/
//
ϮϬϬϴ
Sumber: BPS Jawa Timur
Ϭ
///
/s
/
//
ϮϬϬϵ
///
/s
ϮϬϭϬ
/
//
ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jawa Timur
6.3.2. Kesejahteraan Nelayan Sebagaimana yang ditunjukkan oleh indikator kesejahteraan petani (NTP), Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang mengindikasikan kesejateraan nelayan di Jawa Timur pada triwulan II-2011 menunjukkan peningkatan dan berada diatas level nasional. Perhitungan NTN di Jatim dilakukan pada 6 kabupaten/ kota di Jatim yang merupakan wilayah penghasil komoditas perikanan laut, yaitu Trenggalek,
banyuwangi,
Situbondo,
Tuban,
Lamongan
dan
Pamekasan.
Berdasarkan wilayahnya, indeks NTN tertinggi terjadi di Trenggalek
(207,17),
sedangkan yang terendah di kabupaten Pamekasan (120.36). Gambar 5.8 Perbandingan NTN Nasional & Jawa Timur
Gambar 5.9 Perubahan NTN Nasional & Jawa Timur EĂƐŝŽŶĂů
EdEEĂƐŝŽŶĂů
EdE:Ăƚŝŵ
:Ăƚŝŵ
ŐEdEEĂƐŝŽŶĂů
ŐEdE:Ăƚŝŵ
ϭϲϬ
ϴ
ϭϰϬ
ϭϰϬ
ϲ
ϭϮϬ
ϭϮϬ
ϰ
ϭϬϬ
ϭϬϬ
Ϯ
ϴϬ
ϴϬ
Ϭ
ϲϬ
ϲϬ
ͲϮ
ϰϬ
ϰϬ
Ͳϰ
ϮϬ
ϮϬ
Ͳϲ
Ϭ
Ϭ
ϭϲϬ
/
//
///
ϮϬϬϴ
/s
/
//
///
ϮϬϬϵ
Sumber: BPS Jawa Timur
/s
/
//
///
ϮϬϭϬ
/s
/
//
ϮϬϭϭ
Ͳϴ /
//
/// /s
ϮϬϬϴ
/
//
/// /s
ϮϬϬϵ
/
//
/// /s
ϮϬϭϬ
/
//
ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jawa Timur
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
85
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Gambar 5.10 NTN 6 Kabupaten di Jawa timur ϮϱϬ ϮϬϳ͘ϭϳ ϮϬϬ ϭϱϲ͘ϭϳ
ϭϱϰ͘ϱ ϭϯϬ͘ϭϮ
ϭϱϬ
ϭϰϮ͘ϴϲ ϭϮϬ͘ϯϲ
ϭϬϬ ϱϬ Ϭ dƌĞŶŐŐĂůĞŬ ĂŶLJƵǁĂŶŐŝ
^ŝƚƵďŽŶĚŽ
dƵďĂŶ
>ĂŵŽŶŐĂŶ
WĂŵĞŬĂƐĂŶ
Sumber: BPS Jawa Timur
6.4. PROFIL KEMISKINAN JAWA TIMUR Perkembangan perekonomian Jawa Timur yang menunjukkan kinerja yang menggembirakan pada beberapa tahun terakhir secara umum juga diiringi oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan lainnya tercermin dari angka kemiskinan yang dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Beradasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011 (SUSENAS), Jumlah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (penduduk miskin) di Jawa Timur pada bulan Maret 2011 sebanyak 5,35 juta atau 14,23 persen dari total penduduk di Jawa Timur, atau turun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 5,52 juta (15,26%). Gambar 6.11 Perkembangan Persentasi penduduk Miskin Di Jawa Timur 2005-2011
й
Ϯϱ ϭϵ͘ϵϱ
Ϯϭ͘Ϭϵ
ϭϵ͘ϵϴ ϭϴ͘ϱϭ
ϮϬ
ϭϲ͘ϲϴ ϭϱ͘Ϯϲ
ϭϱ
ϭϰ͘Ϯϯ
ϭϬ ϱ Ϭ ϮϬϬϱ
ϮϬϬϲ
ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
Sumber: BPS Jawa Timur
Berbagai progam pemerintah pusat maupun daerah yang dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan menunjukkan efektivitasnya dalam menekan angka kemiskinan. Salah satu contoh program yang dilaksankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait hal ini adalah Program Jalan lain menuju Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
86
BAB VI ʹ KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kesejahteraan Rakyar (Jalinkesra), yang didalamnya terdapat beberapa program pemberdayaan masyarakat di Jawa Timur. Penghitungan angka kemiskinan tidak lepas dari besaran Garis Kemiskinan (GK)
2
yang telah ditetapkan. Angka garis kemiskinan perkapita perbulan pada
tahun 2011 terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu makanan dan non makanan. Garis kemiskinan pada tahun 2011 (Maret 2010 s/d maret 2011) mengalami kenaikan sebesar 10,23% menjadi Rp. 219.727,-. Peningkatan angka garis kemiskinan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh laju inflasi tahunan di Jawa Timur. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir dan tempe. Untuk komoditi bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan dan kayu bakar. Pada kelompok non makanan pada 3 komoditas yang memiliki kontribusi teratas untuk masing-masing daerah (perkotaan dan perdesaan) yaitu perumahan, listrik dan pendidikan untuk daerah perkotaan, sedangkan daerah perdesaan terjadi pada komoditas perumahan, kayu bakar dan listrik. Tabel 6.4 Garis Kemiskinan, Jumlah & Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Th. 2008-2011
*DULV.HPLVNLQDQ5S.DSLWD%XODQ 'DHUDKWDKXQ
3HUNRWDDQ 0DUHW 0DUHW 0DUHW 0DUHW 3HGHVDDQ 0DUHW 0DUHW 0DUHW 0DUHW .RWD'HVD 0DUHW 0DUHW 0DUHW 0DUHW
3HUXEDKDQ -XPODK 3HUVHQWDVH 3HUVHQWDVH 3HQGXGXN0LVNLQ 3HQGXGXN0LVNLQ 3HQGXGXN0LVNLQ 5LEX
0DNDQDQ
%XNDQ 0DNDQDQ
7RWDO
*DULV.HPLVNLQDQ*. GLKLWXQJROHK%36GHQJDQPHQJJXQDNDQNRQVHSNHPDPSXDQPHPHQXKLNHEXWXKDQ GDVDU%DVLF1HHG$SSURDFK 7HUGLULDWDVGXDNRPSRQHQ\DLWX*DULV.HPLVNLQDQ0DNDQDQ*.0 GDQJDULV .HPLVNLQDQ %XNDQ PDNDQDQ *.%0 *.0 PHUXSDNDQ QLODL SHQJHOXDUDQ NHEXWXKDQ PLQLPXP PDNDQDQ \DQJGLVHWDUNDQGHQJDQ NNDORULSHUNDSLWD \DQJGLZDNLOLROHKMHQLVNRPRGLWDVGDVDU*.%0DGDODK NHEXWXKDQ PLQXPXQ XQWXN SHUXPDKDQ VDQGDQJ SHQGLGLNDQ GDQ NHVHKDWDQ \DQJ GLZDNLOL ROHK MHQLV NRPRGLWDV Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
87
Bab 7
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
BAB VII ʹ PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
6.1 PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi Jatim diproyeksikan tumbuh pada batas tengah dari rentang pertumbuhan 7,3% – 7,7%. Faktor pendorong pertumbuhan pada triwulan ini yaitu konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi pemerintah dan perdagangan luar negeri (net ekspor). Peningkatan konsumsi masyarakat didorong oleh momentum bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, dengan dampak lebih besar dibandingkan momentum triwulan II-2011. Perkiraan ini dikonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen KBI Surabaya, yang menunjukkan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Ekspektasi Penghasilan yang keduanya mengindikasikan peningkatan.
Gambar 6.1
Gambar 6.2
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Indeks Ekspektasi Penghasilan
,QGHNV.H\DNLQDQ.RQVXPHQ
,QGHNV(NVSHNWDVL.RQVXPHQ
/ E < ^
,QGHNV3HQJKDVLODQ6DDW,QL
(NVSHNWDVL3HQJKDVLODQ
/ E < ^
Kinerja
ekspor
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
Sumber: Survei Konsumen BI Surabaya
diperkirakan
terus
berada
dalam
tren
perbaikan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, seiring membaiknya perekonomian negara tujuan utama ekspor Jatim, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Selain itu, semakin dikenalnya beragam produk unggulan Jatim, seperti bahan kimia organik, buah – buahan
tropis, furnitur dan alas kaki, turut
mempengaruhi tingkat permintaan dunia internasional, selain permintaan untuk bahan baku industri, seperti tembaga, timah dan baja juga terus mengalami peningkatan. Inisiatif pemerintah daerah dalam mempromosikan produk unggulan Jatim ke negara – negara Afrika dan Timur Tengah, diperkirakan mulai terlihat hasilnya pada momentum persiapan Natal dan Tahun Baru, khususnya pada produk tahan lama seperti furnitur dan alas kaki. Seiring dengan tren Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
91
BAB VII ʹ PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
kenaikan ekspor, impor pun diperkirakan terus menguat, terutama impor bahan baku dan barang modal sebagai respon positif sektor industri pengolahan atas kebijakan pencabutan bea masuk impor dari 5% menjadi 0% yang diberlakukan April 2011. Sesuai dengan pola tahun-tahun sebelumnya, pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan pada triwulan III-2011, seiring telah direalisasikannya beberapa proyek perbaikan infrastruktur, seperti jalan antar kabupaten/kota dan provinsi, guna menyambut Hari Raya Idul Fitri. Ekspektasi pengusaha untuk merealisasikan rencana investasinya pada triwulan ini diperkirakan masih relatif stabil seiring meningkatnya perekonomian dalam dan luar negeri. Jalinan kerjasama yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan potensi investasi di Jatim dengan beberapa negara maju, seperti Korea, Cina dan Jepang, diharapkan dapat mulai terealisasi pada triwulan ini. Diiringi upaya peningkatan kapasitas terpasang berbagai fasilitas infrastruktur seperti pelabuhan dan bandar udara di Jatim yang semakin mendekati full capacity diharapkan tidak mengurangi minat terealisirnya investasi baru, terutama penanaman modal asing. Dari
sisi
penawaran,
kinerja
sektor
PHR
diperkirakan
mengalami
peningkatan dan mencapai puncaknya sebagai respon meningkatnya konsumsi masyarakat di awal tahun. Sektor industri pengolahan diperkirakan relatif stabil setelah sebelumnya meningkat tinggi sebagai respon atas persiapan permintaan masyarakat guna memenuhi kebutuhan tahun ajaran baru, bulan Ramadhan dan Idul Fitri, khususnya untuk produk tahan lama. Kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan, karena musim panen yang terbagi pada triwulan II dan III serta musim kemarau yang masih berlangsung di awal peride. Sektor lainnya yang diperkirakan mengalami pertumbuhan kinerja yang signifikan merupakan sektor pendukung kegiatan momentum bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan pertumbuhan sektor Jasa, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih diperkirakan mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya seiring
meningkatnya
kegiatan
ekonomi
masyarakat.
Kinerja
sektor
bangunan/konstruksi diperkirakan mengalami perlambatan seiring beralihnya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
92
BAB VII ʹ PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
konsumsi masyarakat pada kebutuhan jangka pendek. Demikian pula dengan kinerja sektor pertambangan diperkirakan mengalami perlambatan mengikuti pola – pola tahun sebelumnya. Kondisi sektoral pada triwulan III-2011 ini searah dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Surabaya yang menunjukkan optimisme pelaku usaha yang dituangkan dalam nilai indeks estimasi realisasi usaha dan penggunaan tenaga kerja sektoral tiga sektor utama.
ϰϬ ϯϬ
Gambar 6.3
Gambar 6.4
Estimasi Realisasi Usaha TwIII-2011
Estimasi Penggunaan Tenaga Kerja Tw III-2011
dKd>
WZdE/E
/Eh^dZ/WE'K>,E
W,Z
ϭϱ
ϱ
ϭϬ
^ d
Ϭ /
// /// /s /
// /// /s /
// /// /s /
// /// /s /
ͲϯϬ
/
//
/// /s
/
//
/// /s
/
//
/// /s
/
//
/// /s
/
// ///Ύ
Ͳϱ ϮϬϬϳ
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ
ͲϭϬ
ϮϬϬϳ ͲϮϬ
Ϭ
// ///Ύ
ͲϭϬ
WZdE/E W,Z
ϭϬ
ϮϬ
^ d
dKd> /Eh^dZ/WE'K>,E
ϮϬϬϴ
ϮϬϬϵ
ϮϬϭϬ
ϮϬϭϭ Ͳϭϱ ͲϮϬ
Sumber: SKDU KBI Surabaya
Sumber: SKDU KBI Surabaya
7.2 PERKIRAAN INFLASI JAWA TIMUR Laju inflasi Jawa timur pada triwulan III-2011 diperkirakan akan berada pada batas bawah kisaran 4,90% s/d 5,40%, atau lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 (6,26%). Dari sisi non fundamental, pergerakan harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) pada triwulan III-2011 diperkirakan akan meningkat. Tingginya konsumsi masyarakat pada periode Ramadhan dan Idul Fitri diyakini akan mendorong permintaan bahan makanan strategis seperti telur ayam, daging ayam dan daging sapi. Namun demikian, tibanya panen beras pada triwulan III-2011 diharapkan mampu menahan inflasi
bahan makanan.
Berdasarkan BMKG, sampai dengan akhir triwulan III-2011 sebagian besar wilayah di Jatim masih akan mengalami musim kemarau, dan sebagian kecil lainnya di bagian selatan Jatim akan memasuki musim hujan di bulan September 2011. (Gambar 7.7 & 7.8). Musim kemarau yang terjadi diyakini berlangsung dengan intensitas normal, sehingga relatif kondusif dalam mendukung produktivitas pertanian.
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
93
BAB VII ʹ PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Gambar 6.5 Proyeksi Inflasi Jawa Timur tahun 2011
Gambar 6.6 Growth Cycle Inflasi Jawa Timur Sumber: BPS, Data Diolah
ϴ͘ϬϬ
&ĂƐĞWĞŶƵƌƵŶĂŶ
ϳ͘ϬϬ ϲ͘ϬϬ ϱ͘ϬϬ
/ŶĨůĂƐŝ:Ăƚŝŵ
ϭϴ͘ϬϬ
ϭ
ϭϲ͘ϬϬ
Ϭ͘ϵ
ϭϰ͘ϬϬ
Ϭ͘ϴ
ϭϮ͘ϬϬ
Ϭ͘ϳ Ϭ͘ϲ
ϭϬ͘ϬϬ
ϰ͘ϬϬ
Ϭ͘ϱ
ϴ͘ϬϬ
Ϭ͘ϰ
WƌŽLJĞŬƐŝDŽĚĞƌĂƚ
WƌŽLJĞŬƐŝKƉƚŝŵŝƐ
ϲ͘ϬϬ
WƌŽLJĞŬƐŝWĞƐŝŵŝƐ
/ŶĨůĂƐŝ:Ăƚŝŵ
ϰ͘ϬϬ
Ϭ͘Ϯ
Ϯ͘ϬϬ
Ϭ͘ϭ
Ϭ͘ϬϬ
Ϭ &ĞďͲϭϭ
ŐƵƐƚͲϭϭ
&ĞďͲϭϬ
ŐƵƐƚͲϭϬ
&ĞďͲϬϵ
ŐƵƐƚͲϬϵ
&ĞďͲϬϴ
ŐƵƐƚͲϬϴ
&ĞďͲϬϳ
ŐƵƐƚͲϬϳ
&ĞďͲϬϲ
ŐƵƐƚͲϬϲ
&ĞďͲϬϱ
ŐƵƐƚͲϬϱ
&ĞďͲϬϰ
ŐƵƐƚͲϬϰ
&ĞďͲϬϯ
ŐƵƐƚͲϬϯ
ϮϬϭϭ
&ĞďͲϬϮ
ϮϬϭϬ
ŐƵƐƚͲϬϮ
ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ ϭ Ϯ ϯ ϰ ϱ ϲ ϳ ϴ ϵ ϭϬ ϭϭ ϭϮ
&ĞďͲϬϭ
Ϯ͘ϬϬ
Ϭ͘ϯ
ŐƵƐƚͲϬϭ
ϯ͘ϬϬ
Sumber: Proyeksi KBI Surabaya
Tekanan inflasi kedepan diyakini juga akan berasal dari peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat. Ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) dan Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan ekpektasi masyarakat dari sisi konsumen dan sisi produsen. Di sisi lain, risiko tekanan inflasi dari kenaikan biaya masih cukup tinggi, khususnya yang berasal dari faktor eksternal dari jalur imported inflation terkait dengan tren kenaikan harga komoditas internasional serta kondisi perekonomian global yang belum sepenuhnya stabil. Di sisi lain, Inflasi administered prices diperkirakan tidak memberikan tekanan yang cukup berarti. Kebijakan pemerintah daerah (di 7 kota) untuk menaikkan tarif-tarif tertentu yang merupakan kewenangannya sebagian besar telah terealisasi di awal tahun, sehingga potensi inflasi kedepan dari kelompok administered price relatif terbatas. Sementara itu berdasarkan analisis growth cycle tren inflasi tahunan Jawa Timur pada beberapa periode kedepan masih berada dalam fase penurunan (dibandingkan tahun 2010). Berdasarkan rata-rata fase kontraksinya, tren penurunan masih akan berlangsung sampai dengan akhir tahun 2011 (yoy).
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
94
BAB VII ʹ PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA
Gambar 6.7 Zona Musim Kemarau Di Jawa Timur s/d Juni 2011
Gambar 6.7 Prospek Awal Musim Hujan 2011/2012 Zona Musim Jawa Timur
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Timur Triwulan II – Tahun 2011
95