Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Triwulan III 2014
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian
mengenai
perkembangan
ekonomi
Sulawesi
Tenggara
yang
meliputi
perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan.
Kendari, 17 November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Dian Nugraha Deputi Direktur
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
DAFTAR ISI i iii iv vi 1 BAB I.
ASESMEN MAKROEKONOMI
1.1
8
1.2
11
1.2.1
13
1.2.2
16
1.2.3
18
1.3
21
1.3.1
23
1.3.2
23
1.3.3
25
1.3.4
26
1.3.5
27
1.3.6
29
1.3.7
30
1.3.8 BAB II.
31 KEUANGAN PEMERINTAH
2.1
33
2.2
34
2.3 BAB III.
35 INFLASI DAERAH
3.1
37
3.2
39
3.3
42
3.4
44
3.5 BAB IV.
49 SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
4.1
52
4.1.1
54
4.1.2
61
4.1.3 4.2
63 STABILITAS SISTEM KEUANGAN
65
4.2.1
65
4.2.2
66
4.2.3 BAB V.
67 SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
5.1
68
5.1.1
68
5.1.2 BAB VI.
70 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
6.1
72
6.2
72
6.3
74
6.3.1
74
6.3.2 BAB VII.
76 PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH
7.1
78
7.2
82
LAMPIRAN DATA
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
DAFTAR GRAFIK No Halaman Grafik 1.1
9
Grafik 1.2
13
Grafik 1.3
14
Grafik 1.4
14
Grafik 1.5
15
Grafik 1.6
15
Grafik 1.7
15
Grafik 1.8
15
Grafik 1.9
17
Grafik 1.10
17
Grafik 1.11
18
Grafik 1.12
18
Grafik 1.13
19
Grafik 1.14
19
Grafik 1.15
20
Grafik 1.16
20
Grafik 1.17
20
Grafik 1.18
22
Grafik 1.19
24
Grafik 1.20
26
Grafik 1.21
27
Grafik 1.22
27
Grafik 1.23
29
Grafik 1.24
30
Grafik 1.25
31
Grafik 1.26
32
Grafik 3.1
39
Grafik 3.2
41
Grafik 3.3
41
Grafik 3.4
41
Grafik 3.5
46
Grafik 3.6
47
Grafik 3.7
48
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Grafik 4.1
52
Grafik 4.2
53
Grafik 4.3
53
Grafik 4.4
56
Grafik 4.5
57
Grafik 4.6
57
Grafik 4.7
57
Grafik 4.8
58
Grafik 4.9
58
Grafik 4.10
60
Grafik 4.11
64
Grafik 4.12
64
Grafik 4.13
64
Grafik 4.14
66
Grafik 4.15
66
Grafik 4.16
67
Grafik 4.17
67
Grafik 4.18
67
Grafik 4.19
67
Grafik 5.1 Perkembangan Outflow
69
Grafik 5.2 Perkembangan Inflow
70
Grafik 6.1
73
Grafik 6.2
73
Grafik 6.3
74
Grafik 6.4
74
Grafik 6.5
77
Grafik 7.1
81
Grafik 7.2
83
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL No Halaman Tabel 1.1
12
Tabel 1.2
12
Tabel 1.3
20
Tabel 1.4
21
Tabel 1.5
22
Tabel 1.6
28
Tabel 2.1
34
Tabel 2.2
34
Tabel 2.3
36
Tabel 3.1
44
Tabel 4.1
54
Tabel 4.2
55
Tabel 4.3
61
Tabel 4.4
61
Tabel 4.5
65
Tabel 5.1
71
Tabel 6.1
74
Tabel 6.2
76
Tabel 7.1
79
Tabel 7.2
80
Tabel 7.3
82
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH Setelah pada 2 (dua) periode sebelumnya tercatat mengalami perlambatan, perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi di periode triwulan III 2014. Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Triwulan III 2014 mencapai 4,06 triliun rupiah, atau tercatat tumbuh sebesar 7,69% (yoy). Angka tersebut tercatat mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 4,28% (yoy). Secara analisa tahunan terdapat 4 sektor utama yang memberikan kontribusi dominan terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, yaitu sektor pertanian (1,69%, yoy), sektor bangunan (1,20%, yoy), sektor PHR (1,67%, yoy) dan sektor jasa-jasa (1,59%, yoy). Sejalan dengan hal tersebut, secara triwulanan perekonomian Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 3,46% (qtq) setelah di periode triwulan sebelumnya tercatat tumbuh positif sebesar 4,76% (qtq), yang didorong oleh tingkat pertumbuhan pada sektor pertanian (2,57% qtq), sektor pertambangan (4,83%, qtq), sektor bangunan (4,81% qtq), sektor PHR (4,12%, qtq) dan sektor jasa-jasa (6,71%, qtq). Secara analisa triwulanan terdapat 4 sektor utama yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, yaitu sektor pertanian (0,70%, qtq), sektor bangunan (0,48%, qtq), sektor PHR (0,76%, qtq) dan sektor jasa-jasa (0,78%, qtq). Dari sisi permintaan, komponen konsumsi dan PMTB masih menjadi komponen utama yang mendorong perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara dengan nilai andil masing-masing sebesar 8,57% (yoy) dan 10,27% (yoy). Komponen ekspor masih tercatat tumbuh terkonstraksi sebesar 7,09% (yoy) sementara komponen impor masih tumbuh cukup tinggi sebesar 4,07% (yoy) sehingga net ekspor Sulawesi Tenggara tercatat sebesar -11,16% (yoy).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
1
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
KEUANGAN PEMERINTAH Kinerja penyerapan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 relatif menunjukkan penyerapan yang cukup optimal. Optimalnya penyerapan ini terutama pada sisi pendapatan, dimana realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp1.632,46 miliar atau sekitar 79,41% dari total anggaran pendapatan. Pencapaian ini berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi pendapatan pajak daerah, retribusi dan laba perusahaan daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. PAD pemerintah daerah Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 terealisasi sebesar Rp417,11 miliar atau mencapai 64,31% dari total PAD yang dianggarkan untuk tahun 2014. Penyumbang PAD terbesar adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp23,32 miliar atau sebesar 97,15% dari anggaran yang direncanakan untuk tahun 2014. Namun demikian, penyerapan anggaran belanja relatif masih belum optimal mengingat sepertiga tahun anggaran telah berjalan. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2.186,17 miliar, sebanyak 52,19% dari total anggaran belanja telah direalisasikan pada triwulan III 2014. Atau dengan kata lain sebanyak Rp1.140,93 miliar telah dipergunakan untuk keperluan belanja daerah. Persentase realisasi anggaran belanja terbesar ada pada belanja bagi hasil (transfer) dan belanja operasi, masing-masing sebesar 63,32% dan 62,51% dari anggaran masing-masing. Adapun belanja modal yang dianggarkan sebesar Rp617,98 miliar, pada triwulan II-2014 realisasinya baru mencapai Rp171,62 miliar atau baru sebesar 27,77% dari anggaran belanja modal tahun 2014.
INFLASI DAERAH Memasuki triwulan III 2014 terjadi tren penurunan tingkat inflasi kota Kendari, baik secara bulanan maupun secara analisa tahunan. Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar 0,13% (mtm) atau inflasi sebesar 1,05% (yoy) setelah di periode triwulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) atau sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tingkat inflasi didorong oleh koreksi harga yang cukup dalam pada kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,62% (mtm) atau sebesar 3,37% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 3,82% (mtm) atau 2,33% (yoy). Disisi lain, analisa triwulanan masih menunjukan adanya tren kenaikan inflasi di bulan September 2014 yang tercatat sebesar 1,58% (qtq). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi yang dominan yakni sebesar 2,98% (qtq), yang didorong
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
2
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
oleh inflasi yang cukup tinggi pada sub-kelompok ikan segar (7,33%, qtq) dan subkelompok lemak & minyak (7,61% (qtq). Lebih lanjut, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau juga tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi sebesar 1,54% (qtq) serta diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 2,01% (qtq). Sementara pergerakan inflasi beberapa kelompok lainnya tercatat berada pada level yang relatif rendah. Karakteristik penurunan tingkat inflasi tahunan yang terjadi di periode laporan lebih disebabkan oleh pola seasonal setelah selesai memasuki bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang mendorong koreksi harga kembali ke level yang wajar diserta relatif rendahnya tingkat permintaan masyarakat pada kelompok bahan makanan setelah sebelumnya mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan di periode triwulan II 2014.
SISTEM
KEUANGAN
DAN
PENGEMBANGAN
AKSES
KEUANGAN Kinerja perbankan Sulawesi Tenggara di periode laporan menunjukan perkembangan yang positif dengan pertumbuhan aset sebesar 4,83% (yoy). Sehingga secara total aset perbankan tercatat sebesar Rp. 18,76 Triliun. Perkembangan kredit tercatat tumbuh sebesar 11,22% (yoy), lebih besar dari perkembangan DPK yang tercatat sebesar 10,32% (yoy) sehingga mendorong angka LDR menjadi sebesar 112,09% di periode laporan. Kinerja BPR di periode laporan tercatat tumbuh positif, ditandai dengan pertumbuhan aset sebesar 45,81% (yoy) atau senilai Rp. 162,96 Miliar. Perkembangan aset di periode laporan didorong oleh perkembangan DPK dan Kredit yang masing-masing tumbuh sebesar 22,34% (yoy) dan 41,40% (yoy). Pada triwulan III 2014, kinerja perbankan syariah tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh penurunan aset yang tercatat sebesar -25,90% (yoy).
Meski demikian, pertumbuhan
positif komponen DPK dan komponen kredit masih mengindikasikan perkembangan positif dunia perbankan syariah di Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Kinerja DPK maupun kredit perbankan syariah di periode laporan tercatat tumbuh positif cukup tinggi yakni masing-masing sebesar 11,80% (yoy) dan 29,18% (yoy). Disamping itu, perkembangan positif perbankan syariah juga tercermin dari pertumbuhan laba di periode laporan sebesar Rp, 2,3 Miliar atau tumbuh positif sebesar 6,44% (yoy) dan secara triwulanan tercatat mengalami peningkatan laba sebesar Rp. 9,3 Miliar atau tumbuh sebesar 41,00% (qtq).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
3
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
Penurunan aset perbankan syariah di Sulawesi Tenggara didorong oleh penarikan sejumlah dana penempatan antar bank di salah satu bank syariah di Sulawesi Tenggara seiring kebutuhan likuiditas yang cukup di periode laporan.
SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG Sesuai dengan pola triwulanan, terjadi peningkatan aliran uang keluar (outflow) pada posisi periode triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp. 1.056 Triliun atau tumbuh positif sebesar 56,47% (qtq). Sementara aktivitas inflow tercatat sebesar Rp.416 Miliar atau tumbuh positif sebesar 44,57% (qtq). Sehingga net outflow tercatat tumbuh terakselerasi yaitu sebesar Rp 594 miliar pada periode laporan. Aktivitas kliring tercatat mengalami penurunan baik secara jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jumlah warkat yang terjadi pada periode laporan adalah sebesar 38.226 lembar turun yaitu sebesar -2,83% (qtq),sedangkan untuk nominal transaksi sebesar 838.756 juta yang mengalami penurunan sebesar -0,42% (qtq). Disisi lain, RTGS tercatat tumbuh positif baik berdasarkan jumlah warkat maupun nominal yang ditransaksikan. Berdasarkan jumlah warkat selama triwulan III tercatat sebesar 25.676 lembar atau tumbuh 10,22% jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan berdasarkan nominal transaksi tercatat sebesar 28,649 miliar atau tumbuh positif 12,17% (qtq) dari periode sebelumnya.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat mengalami penurunan di periode laporan, apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, tercermin dari indeks NTP yang berada di level 101,64 atau menurun sebesar 3,4% dari NTP periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 105,22%. Jumlah pengangguran terbuka di periode laporan tercatat mengalami peningkatan sebesar 29,64% (yoy). Angka kemiskinan tercatat mengalami peningkatan dari sebelumnya sebesar 12,83% menjadi sebesar 14,05% di periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
4
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
PROSPEK PEREKONOMIAN Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan kembali tumbuh positif cukup tinggi. Namun demikian, setelah di periode triwulan III tercatat tumbuh terakselerasi, memasuki triwulan IV 2014 diprakirakan perekonomian Sulawesi Tenggara akan kembali tumbuh melambat baik apabila dibandingkan posisi di triwulan sebelumnya, maupun apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Secara kumulatif tahun 2014, perlambatan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tenggara masih disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor tambang dan komponen ekspor akibat dari diberlakukannya UU Minerba terkait pelarangan aktivitas ekspor komoditas mineral mentah. Melambatnya tingkat pertumbuhan tahunan di triwulan IV 2014 diantaranya lebih disebabkan oleh base point effect yang terjadi di triwulan IV 2013 dimana pada posisi tersebut angka pertumbuhan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 8,18% (yoy) sehingga menyebabkan pergerakan angka pertumbuhan relatif rendah. Pada sisi penggunaan, masih sejalan dengan tren yang terjadi di periode sebelumnya, memasuki rentang waktu triwulan IV tahun 2014 diprakirakan komponen investasi dan konsumsi masih akan menjadi 2 (dua) komponen utama yang memberikan kontribusi positif yang cukup tinggi atas perkembangan kinerja ekonomi di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan sektor konstruksi atas realisasi pembangunan beberapa smelter di wilayah Sulawesi Tenggara dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat khususnya selama periode triwulan IV 2014 seiring dengan tibanya momen hari raya Idul Adha, hari raya Natal, serta penggantian tahun baru 2015. Disisi lain, komponen ekspor diprakirakan masih akan tumbuh terkontraksi seiring masih berhentinya aktivitas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas ekspor bahan tambang berupa mineral mentah. Pada sisi sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), sektor bangunan dan sektor pertanian diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Ketiga sektor tersebut, diyakini masih akan menjadi 3 sektor dominan dalam membangun perekonomian Sulawesi Tenggara di tahun 2014. Secara analisa triwulanan, pergerakan harga-harga di Kota Kendari pada riwulan IV 2014 diprakirakan cenderung akan mengalami penurunan
dibanding laju inflasi triwulan III
2014 yaitu sebesar 1,25% (qtq). Namun demikian secara analisa tahunan diperkirakan indeks harga akan mengalami kenaikan yakni sebesar 3,37% (yoy). Beberapa kelompok
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
5
Ringkasan Eksekutif
Triwulan III 2014
yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi yaitu kelompok bahan makanan, perumahan, serta kelompok transportasi. Potensi kenaikan inflasi di triwulan IV diantaranya dipicu oleh kemungkinan naiknya harga BBM bersubsidi di akhir periode triwulan IV 2014. Naiknya harga BBM bersubsidi diprakirakan akan memberikan baik efek langsung maupun tidak langsung atas kenaikkan indeks harga beberapa komoditas lainnya. Komoditas bensin dan solar merupakan 2 (dua) komoditas utama yang akan terkena dampak langsung atas naiknya harga BBM bersubsidi. Sementara itu, indeks harga pada komoditas bahan bahan bakar rumah tangga, tiket transportasi dan indeks harga bahan makanan diprakirakan merupakan beberapa komoditas lainnya yang akan terkena dampak tidak langsung atas naiknya harga BBM bersubsidi. Pada kelompok bahan makanan, tekanan inflasi akan muncul pada komoditas dari sub-kelompok bumbu-bumbuan, sub-kelompok sayur-sayuran, dan subkelompok ikan segar. Komoditas yang diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi di periode triwulan IV adalah komoditas bawang merah, cabai merah, cabai rawit, bayam, kangkung, tomat sayur, dan komoditas perikanan seperti ikan baronang, bandeng, cakalang dan ikan teri.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
6
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
Setelah pada 2 (dua) periode sebelumnya tercatat mengalami perlambatan, perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi di periode triwulan III 2014.
Berdasarkan harga konstan tahun 2000, PDRB Triwulan III 2014 mencapai 4,06 triliun rupiah, atau tercatat tumbuh sebesar 7,69% (yoy). Angka tersebut tercatat mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 4,28% (yoy).
Secara analisa tahunan terdapat 4 sektor utama yang memberikan kontribusi dominan terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, yaitu sektor pertanian (1,69%, yoy), sektor bangunan (1,20%, yoy), sektor PHR (1,67%, yoy) dan sektor jasa-jasa (1,59%, yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, secara triwulanan perekonomian Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 3,46% (qtq) setelah di periode triwulan sebelumnya tercatat tumbuh positif sebesar 4,76% (qtq), yang didorong oleh tingkat pertumbuhan pada sektor pertanian (2,57% qtq), sektor pertambangan (4,83%, qtq), sektor bangunan (4,81% qtq), sektor PHR (4,12%, qtq) dan sektor jasa-jasa (6,71%, qtq).
Secara analisa triwulanan terdapat 4 sektor utama yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, yaitu sektor pertanian (0,70%, qtq), sektor bangunan (0,48%, qtq), sektor PHR (0,76%, qtq) dan sektor jasajasa (0,78%, qtq).
Dari sisi permintaan, komponen konsumsi dan PMTB masih menjadi komponen utama yang mendorong perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara dengan nilai andil masing-masing sebesar 8,57% (yoy) dan 10,27% (yoy).
Komponen ekspor masih tercatat tumbuh terkonstraksi sebesar 7,09% (yoy) sementara komponen impor masih tumbuh cukup tinggi sebesar 4,07% (yoy) sehingga net ekspor Sulawesi Tenggara tercatat sebesar -11,16% (yoy).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
7
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
1.1 KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di triwulan III 2014 tumbuh sebesar 7,69% (yoy). Berbeda dengan 2 (dua) periode sebelumnya dimana perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat mengalami perlambatan, di periode triwulan III perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi, baik apabila dibandingkan dengan kondisi di periode yang sama di tahun sebelumnya (4,28%, yoy) maupun apabila dibandingkan dengan kondisi di periode triwulan sebelumnya (5,72%, yoy). Lebih lanjut, angka tersebut juga diketahui lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional di periode laporan yang tercatat sebesar 5,01% (yoy) (Grafik 1.1). Perkembangan dari sisi sektoral secara triwulanan masih sama seperti tren sebelumnya dimana sektor pertanian masih menjadi sektor yang memiliki pangsa terbesar dan diikuti oleh sektor PHR, sektor jasa-jasa dan sektor konstruksi. Sementara sektor lainnya memberikan share masing-masing dibawah 10%. Dari sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi dan investasi masih memegang peranan terbesar dalam pembentukan perekonomian Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian, sektor konstruksi, sektor PHR dan sektor jasa-jasa tercatat memberikan kontribusi yang dominan terhadap perkembangan ekonomi Sultra di Triwulan III 2014 dengan nilai masing-masing sebesar 1,69% (yoy), 1,20% (yoy), 1,67% (yoy) dan 1,59% (yoy). Sedikit berbeda dengan kondisi di triwulan sebelumnya, setelah diketahui memberikan andil negatif terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, sektor industri pengolahan tercatat mulai memberikan andil positif sebesar 0,69% (yoy). Sementara sektor pertambangan diketahui masih memberikan andil negatif (0,13%, yoy) terhadap perkembangan ekonomi Sultra di periode laporan. Secara analisa triwulanan, perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh cukup tinggi sebesar 3,46% (qtq) setelah sebelumnya tumbuh positif sebesar 4,76% (qtq). Tingkat pertumbuhan secara triwulanan diantaranya didorong oleh pertumbuhan positif sektor tambang, sektor konstruksi, sektor PHR dan sektor jasa-jasa masing-masing sebesar 4,83% (qtq), 4,81% (qtq), 4,12% (qtq) dan 6,71% (qtq) seiring dengan mulai pulihnya kinerja sektor tambang dan industri pengolahan sejalan dengan meningkatnya permintaan dari negara eksportir akan komoditas nikel olahan. Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp. 11,44 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp.4,06 Triliun. Nominal PDRB atas dasar harga konstan tersebut tercatat lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp. 3,93 Triliun. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
8
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (ADHK) Sulawesi Tenggara (yoy) Nominal PDRB 4,500
10.71%
4,000 3,500
Growth (YoY) 12%
11.29%
10%
9.59% 9.78%
10.06%
3,000
7.69% 8%
8.18%
5.72%
7.08%
2,500
6%
2,000 1,500
4%
4.28%
1,000
3.42%
2%
500 -
0% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
Q3
2014
Sumber: BPS Sultra diolah
Pada sisi penggunaan, masih sama dengan triwulan sebelumnya dimana perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara didorong oleh kontribusi positif dari komponen konsumsi rumah tangga (4,05%, yoy) dan diikuti oleh komponen PMTB (6,71%, yoy). Masih sama dengan periode sebelumnya, komponen PMTB di periode laporan juga diketahui kembali tumbuh terakselerasi secara signifikan (19,88%, yoy) baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahun lalu sebesar 7,59% (yoy), maupun apabila dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar 16,39% (yoy). Hal tersebut didorong oleh beberapa hal diantaranya realisasi investasi/konstruksi yang telah berjalan dan mulai memasuki tahap penyelesaian. Disamping itu, proses pembangunan smelter yang masih berlangsung juga turut mendorong perkembangan komponen investasi di periode laporan. Lebih lanjut, banyaknya realisasi anggaran dan program pemerintah terkait pembangunan dan perbaikan sarana/prasarana masyarakat umum di triwulan III juga turut mendorong tingginya tingkat pertumbuhan komponen PMTB di periode laporan. Sejalan dengan komponen PMTB, pertumbuhan komponen konsumsi yang dibentuk oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah juga diketahui mengalami tumbuh positif cukup tinggi yakni masing-masing sebesar 8,32% (yoy) dan 23,26% (yoy). secara triwulanan komponen konsumsi pemerintah dan dan komponen konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh terakselerasi sebesar 3,33% (qtq) dan 9,89% (qtq). Tingginya tingkat konsumsi rumah tangga diantaranya didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan bahan makanan selama bulan suci ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Disamping itu, relatif minimnya dampak inflasi yang terjadi di periode triwulan III 2014 diprakirakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
9
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
menjadi salah satu faktor yang mendukung meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara di triwulan III 2014. Komponen ekspor di periode laporan tercatat kembali tumbuh negatif. Data menunjukan bahwa perkembangan ekspor Sulawesi Tenggara tercatat mengalami kontraksi sebesar 25,28% (yoy). Pemberlakuan UU Minerba terkait pelarangan ekspor hasil tambang mineral mentah sehingga menyebabkan terhentinya aktivitas sektor tambang dan ekspor komoditas nikel mentah di Sulawesi Tenggara masih menjadi penyebab menurunnya kinerja ekspor di Sulawesi Tenggara. Disisi lain, kinerja impor di triwulan III 2014 justru tercatat masih tumbuh positif cukup tinggi yakni sebesar 11,86% (yoy) yang mana hal tersebut sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi. Meningkatnya aktivitas di sektor konstruksi fisik secara tidak langsung membuat aktivitas impor bahan/material konstruksi meningkat dari luar Sulawesi Tenggara menuju Sulawesi Tenggara. Lebih lanjut, impor Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh terakselerasi baik apabila dibandingkan dengan periode di triwulan sebelumnya maupun apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada sisi sektoral, tren perlambatan yang terjadi pada periode laporan masih didorong oleh menurunnya kinerja sektor tambang akibat dari pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang mineral mentah. Diberlakukannya UU Minerba No. 4 tahun 2009 pada Januari silam masih memberikan efek yang cukup signifikan terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pemberlakuan UU Minerba menyebabkan hampir sekitar 85% aktivitas produksi sektor tambang terhenti secara total sehingga memberikan dampak yang cukup dalam atas perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode laporan. Meski demikian, beberapa sektor lainnya masih mengalami perkembangan yang positif. Lebih lanjut, perkembangan sektor konstruksi diperkirakan cukup menahan laju perlambatan yang diakibatkan oleh terhentinya aktivitas di sektor pertambangan. Meski secara analisa tahunan sektor tambang tercatat masih tumbuh negatif, namun berdasarkan data hasil analisa triwulanan, sektor tambang diketahui sudah mulai tercatat tumbuh positif. Hal tersebut mengindikasikan adanya pemulihan kondisi ekonomi khususnya di sektor tambang seiring dengan mulai meningkatnya permintaan ekspor akan komoditas hasil tambang olahan dari negara-negara tujuan ekspor sejalan dengan mulai pulihnya kondisi ekonomi global. Berdasarkan data yang ada, secara analisa triwulanan sektor pertambangan diketahui tumbuh positif sebesar 4,83% (qtq) sementara sektor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
10
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
industri olahan tumbuh positif sebesar 1,36% (qtq). Disisi lain, secara analisa tahunan sektor pertambangan tercatat masih tumbuh terkontraksi sebesar 1,49% (yoy), namun sektor industri olahan tumbuh positif cukup tinggi sebesar 9,14% (yoy) di triwulan III 2014. Sementara itu, perkembangan beberapa sektor lainnya tercatat relatif moderat. Berdasarkan data yang, diketahui bahwa sektor pertanian, sektor tambang, sektor industri olahan, sektor LGA, sektor PHR dan sektor jasa-jasa adalah sektor yang tercatat tumbuh terakselerasi. Sementara sektor konstruksi, sektor angkutan dan sektor keuangan mengalami sedikit perlambatan namun masih bersifat moderat apabila dibandingkan dengan periode di triwulan sebelumnya.
1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN Pada sisi penggunaan, hal yang sama masih ditunjukkan sejalan dengan kondisi sebelumnya dimana posisi komponen PMTB masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 6,71% (yoy) dan tingkat pertumbuhan sebesar 19,88% (yoy). Kontribusi yang diberikan oleh komponen PMTB di periode pelaporan tercatat terus mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode-periode di triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, komponen PMTB tercatat berkontribusi positif secara dominan terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 6,71% (yoy). Secara triwulanan komponen PMTB tercatat tumbuh positif cukup tinggi sebesar 9,13% (qtq). Sementara secara analisa tahunan, komponen PMTB tercatat tumbuh positif cukup tinggi yakni sebesar 19,88% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah juga tercatat mengalami peningkatan kontribusi yang cukup signifikan sebesar 4,05% (yoy) dan 4,53% (yoy) apabila dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 3,67% (yoy). Meningkatnya kontribusi komponen konsumsi rumah tangga secara pola triwulanan diprakirakan didorong oleh momen bulan suci ramadhan dan hari raya idul fitri, masuknya tahun ajaran baru dan pola konsumtif masyarakat Sulawesi Tenggara saat dibagikannya gaji ke-13. Sejalan dengan hal tersebut, pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres) juga turut mendorong kenaikan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga. Lebih lanjut, relatif rendahnya dampak inflasi yang terjadi selama rentang periode triwulan III 2014 juga diprakirakan turut menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya konsumsi masyarakat di Sulawesi Tenggara. Disamping komponen PMTB dan konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah juga tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup tinggi yakni Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
11
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
sebesar 23,26% (yoy) baik apabila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,56% (yoy) maupun apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 19,84% (yoy). Selain itu, komponen konsumsi pemerintah juga turut memberikan kontribusi positif sebesar 4,53% (yoy) dari total pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Angka pertumbuhan dan kontribusi tersebut tercatat mengalami peningkatan baik apabila dibandingkan posisi di periode triwulan sebelumnya, maupun dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Dikurangi Impor PDRB
Q1 8.30% 4.22% 13.47% 1.68% 0.72% 9.78%
2013 Q2 Q3 6.87% 5.42% 4.09% 8.56% 9.60% 9.62% -0.98% 0.49% 0.40% 11.08% 7.08% 4.28%
Q4 6.69% 12.90% 16.88% -0.22% 10.68% 8.18%
2014 Q1 7.33% 13.67% 30.78% -25.81% 18.87% 3.42%
Q2 7.63% 19.84% 32.71% -29.22% 16.93% 5.72%
Q3 8.32% 23.26% 26.93% -25.28% 11.86% 7.69%
Sumber : BPS Sultra diolah
Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Dikurangi Impor PDRB
Q1 4.11% 0.81% 4.58% 0.53% 0.25% 9.78%
2013 Q2 Q3 3.31% 2.61% 0.78% 1.60% 3.42% 3.49% -0.30% 0.14% 0.13% 3.57% 7.08% 4.28%
Q4 3.27% 2.45% 6.13% -0.06% 3.60% 8.18%
2014 Q1 3.58% 2.49% 10.82% -7.54% 5.93% 3.42%
Q2 3.67% 3.67% 11.93% -8.25% 5.30% 5.72%
Q3 4.05% 4.53% 10.27% -7.09% 4.07% 7.69%
Sumber : BPS Sultra diolah
Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen dengan pangsa terbesar yaitu 48,92%, kemudian diikuti oleh komponen PMTB dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 44,97% dan 22,29%. Besarnya peranan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh karakteristik masyarakat Sulawesi Tenggara yang cenderung konsumtif. Sementara itu, tren defisit ekspor neto masih terjadi di triwulan III 2014 sebesar 16,18%, angka tersebut merupakan angka defisit neto tertinggi dalam rentang 5 tahun terakhir. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, defisit neto tersebut timbul akibat pelarangan aktivitas ekspor berupa hasil tambang mineral mentah seiring dengan telah diberlakukannya UU Minerba di awal tahun 2014. Sebagaimana diketahui, mayoritas 60% komoditas ekspor Sulawesi Tenggara merupakan komoditas bahan tambang berupa mineral mentah, sehingga dengan diberlakukannya UU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
12
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
tersebut mendorong terjadinya penurunan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara secara signifikan pada periode laporan.
Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy) Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Pemerintah
36.47%
39.26%
35.17%
38.15% 18.51%
18.21%
19.47%
48.83%
45.78%
19.80%
-6.26% Q3
44.97% 20.98%
22.29%
20.01%
48.92%
50.67% 48.14%
-3.10% Q2
Net Ekspor
44.47%
48.64% 48.11%
-2.20% Q1
PMTB
-7.20% Q4
48.98%
-15.15% Q1
2013
-15.74% Q2
-16.18% Q3
2014
Sumber: BPS Sultra diolah
1.2.1 KONSUMSI Kegiatan
konsumsi
rumah
tangga
pada
triwulan
III
2014
mengalami
perkembangan yang positif tercermin dari pertumbuhan tahunan sebesar 8,32% (yoy) (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut tercatat mengalami peningkatan baik apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di triwulan sebelumnya (5,42%, yoy) maupun apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya (7,63%, yoy) (Tabel 1.1). Pertumbuhan komponen konsumsi didorong oleh tingginya kebutuhan dan konsumsi masyarakat, baik makanan maupun non makanan seiring dengan momen bulan suci ramadhan dan hari raya idul fitri di periode laporan. Disamping itu, konsumsi rumah tangga masih memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yakni sebesar 4,05 % (yoy). Angka tersebut tercatat tumbuh terakselerasi baik apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (yoy), maupun apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2,61% (yoy). Hasil survei Bank Indonesia terhadap 100 responden konsumen di Kota Kendari juga mengkonfirmasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang terukur dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level optimis sebesar 136 pada September 2014 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh adanya optimisme kenaikan penghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan pada tahun sebelumnya dengan angka indeks sebesar 151 (Grafik 1.4)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
13
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Selain itu, tingginya pertumbuhan konsumsi juga terkonfirmasi dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berada pada level optimis sebesar 129,7 (Grafik 1.4). Lebih lanjut, optimisme akan kenaikan penghasilan saat ini juga tercermin dari peningkatan penerimaan pajak pada KPP Pratama Kendari sebesar 8,51% (qtq) (grafik 1.5) dibandingkan periode sebelumnya. Adapun besaran penerimaan pajak didominasi oleh penerimaan pajak penghasilan yang mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dikenai pajak. Lebih lanjut, salah satu faktor pendukung yang digunakan dalam menganalisa komponen konsumsi rumah tangga adalah meningkatnya jumlah konsumsi listrik di Sulawesi Tenggara (grafik 1.7).
Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen 180
IKK
160
IKE
Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 180
IEK
IPK
IKLK
IKU
IKE
160
140
140
120
120
100
100
80
80
60
60
40
40
20
20
-
-
Jul
Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun
2013
2014
Sumber : Survei Konsumen
Jul
Aug Sep
Jul Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun
2013
Jul Aug Sep
2014
Sumber : Survei Konsumen
Disamping penjelasan diatas, faktor lain yang mendukung pertumbuhan positif komponen konsumsi rumah tangga di periode laporan juga turut ditunjukan oleh tren peningkatan akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat yang pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 16,82% (y.o.y) (Grafik 1.8). Disamping itu, berdasarkan data yang diperoleh dari PLN area Kendari terlihat bahwa konsumsi listrik masyarakat juga mengalami peningkatan sebesar 9,84% (y.o.y) (Grafik 1.7). Kedua hal indikator tersebut menunjukan tren peningkatan konsumsi tumah tangga yang terjadi pada periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
14
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Grafik 1.5 Penerimaan Pajak 140
PPh Growth PPh (QtQ)
120
Grafik 1.6 Konsumsi Air
PPN dan PPnBM Growth PPN&PPnBM (QtQ)
150% 130% 110%
100
90%
80
70%
1,200
60
30%
40
10%
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
-5%
-10%
400
-15% 200
-20%
-
-25% Q1
Q2
Ribu
Q3
2012
0%
600
-50% Q2
10% 5%
-30%
-
15%
Growth (YoY)
800
-10%
20
Konsumsi Air Rumah Tangga
1,000
50%
Q1
Triwulan III 2014
Q3
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
2014
Sumber : KPP Kendari
Sumber : PDAM Kendari
Grafik 1.7 Pertumbuhan Konsumsi Listrik
Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi
90,000
Konsumsi Listrik (MW)
Growth (YoY)
80,000
35%
Nominal (Triliun)
30%
70,000 25%
60,000
Growth (YoY)
9
40%
8
35%
7
30%
6
50,000
20%
40,000
15%
4
10%
3
25%
5
30,000
10%
5%
1
5%
0%
-
TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW III IV III IV III IV III 2011
2012
2013
2014
0% Q1
Triliun
-
15%
2
20,000 10,000
20%
Q2
Q3
Q4
2012
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
Q3
2014
Sumber : PLN Area Kendari
Selain peningkatan konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 juga menunjukan akselerasi pertumbuhan yang sangat signifikan yaitu sebesar 23,26% (yoy). Angka tersebut tercatat jauh lebih tinggi baik apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (19,84%, yoy) maupun dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya (8,56%, yoy) (Tabel 1.1). Disamping itu, komponen konsumsi pemerintah di triwulan III 2014 tercatat memberikan andil positif yang cukup tinggi, yakni sebesar 4,53% (yoy), mengalami peningkatan baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,60% (yoy) maupun dengan periode triwulan sebelumnya sebesar 3,67% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan tingginya pertumbuhan pada sektor konstruksi dimana proses pembangunan gedung perkantoran di daerah yang mengalami pemekaran yang dimulai dari triwulan I 2014 masih berlanjut sampai dengan saat ini dan sudah mulai memasuki tahap penyelesaian. Disamping itu berdasarkan konfirmasi dari para dinas terkait diketahui bahwa masih terdapat proyek-proyek pemerintah yang mulai Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
15
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
direalisasikan pada periode laporan seperti proyek pembangunan jalan nasional 1,2,3 dan pembanguan bandara serta pelabuhan di Sulawesi Tenggara. Lebih lanjut, pertumbuhan yang cukup signifikan atas komponen konsumsi pemerintah di periode laporan juga turut didorong oleh meningkatnya gaji pegawai, realisasi belanja barang/jasa dan belanja bantuan sosial pemerintah terutama yang bersumber dari APBD. Hal tersebut diprakirakan menjadi faktor yang memberikan pengaruh signifikan atas tingginya tingkat pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah di periode laporan.
1.2.2 INVESTASI Perkembangan investasi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi yakni sebesar 19,88% (y.o.y) (Tabel 1.1), meningkat cukup tinggi baik apabila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 7,59% (yoy) maupun dengan periode laporan sebelumnya sebesar 16,39% (yoy). Secara triwulanan, komponen PMTB tercatat tumbuh sebesar 9,13% (qtq) setelah tercatat tumbuh sebesar 6,29% (qtq) di triwulan sebelumnya. Lebih lanjut, komponen investasi juga tercatat memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yakni sebesar 6,71% (yoy), meningkat baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,48% (yoy) maupun dengan periode sebelumnya sebesar 5,31% (yoy). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit sektor konstruksi dan PHR pada triwulan III 2014 yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 14,32% (yoy) dan 13,66% (yoy) (Grafik 1.9). Penyaluran kredit investasi sebagian besar direalisasikan terhadap pertumbuhan sektor industri yang mengalami pertumbuhan positif yang cukup tinggi di triwulan III 2014 sebesar 17,00% (yoy) (grafik 1.10). Lebih lanjut, peningkatan komponen PMTB diyakini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya proses realisasi pembangunan smelter yang masih berlangsung hingga saat ini yang diperkirakan akan selesai pada rentang waktu tahun 2015 yang akan datang. Disamping itu pelaksanaan beberapa proyek instansi seperti pembangunan beberapa power plant PLN dalam rangka mendukung ketersediaan pasokan listrik sejalan dengan realisasi pembangunan smelter. Disisi lain, pemerintah daerah juga memiliki beberapa proyek seperti pembangunan berapa ruas jalan nasional, pelabuhan dan bandara yang bertujuan untuk perbaikan infrastruktur yang ada di Sulawesi Tenggra. Lebih lanjut, peningkatan komponen PMTB selain ditandai oleh realisasi pengadaan semen, juga ditandai oleh adanya belanja modal yang terealisasi pada triwulan III yang mencapai 31% yang bersumber dari APBD.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
16
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Dengan relatif besarnya kontribusi komponen yang sesungguhnya merupakan physical investment (investasi fisik) tersebut, diharapkan bahwa kedepannya perekonomian Sulawesi Tenggara akan tumbuh lebih baik lagi. Grafik 1.9 Kredit Sektor Konstruksi dan PHR Sultra 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 -
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
Nominal Konstruksi (Miliar)
Nominal PHR (Miliar)
Growth Konstruksi (YoY)
Growth PHR (YoY)
Selain investasi pada sektor konstruksi, sektor industri pengolahan juga diketahui turut menjadi tujuan investasi utama. Pemberlakuan UU Minerba diyakini dapat memberikan dampak positif atas rencana dan realisasi investasi smelter di Sulawesi Tenggara. Diperkirakan realisasi pembangunan smelter sudah mulai berjalan paling cepat memasuki triwulan III dan IV di tahun 2014. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit investasi sektor industri yang pada periode laporan tumbuh positif sebesar 17,00% (yoy) (Grafik 1.10). Grafik 1.10 Kredit Sektor Industri Sultra 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 -
Nominal (Miliar)
Miliar
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20%
Growth (YoY)
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
17
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Meski tendensi peningkatan investasi tercatat cukup tinggi, namun masih terdapat kendala-kendala pengembangan investasi agar berkelanjutan antara lain; (1) kualitas sumber daya manusia yang masih cukup rendah menyebabkan pengembangan investasi berbiaya tinggi karena harus mendatangkan tenaga kerja dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, (2) infrastruktur jalan yang masih banyak rusak sehingga meningkatkan biaya transportasi, (3) masih terdapat masalah pembebasan lahan serta kurangnya infrastruktur pendukung seperti telekomunikasi, listrik dan pelabuhan.
1.2.3 EKSPOR & IMPOR Komponen ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 tercatat kembali tumbuh terkontraksi sebesar 25,28% (yoy). Meski demikian, angka tersebut tercatat mengalami perbaikan apabila dibandingkan periode triwulan sebelumnya sebesar 29,22% (yoy) (Tabel 1.1). Menurunnya ekspor Sulawesi Tenggara pada periode laporan masih disebabkan sebagai dampak atas pemberlakuan UU Minerba No. 4 Tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas bahan tambang mentah yang mayoritas adalah ore nikel terkena dampak secara langsung atas diberlakukannya UU Minerba tersebut. Aktivitas ekspor tambang Sulawesi Tenggara berhenti secara total memasuki bulan Februari tahun 2014. Meski demikian, berdasarkan analisa secara triwulanan komponen ekspor Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh positif cukup tinggi, yakni sebesar 6,52% (qtq). Kinerja positif komponen ekspor di periode laporan didorong oleh meningkatnya akitivtas ekspor komoditas aspal buton seiring dengan meningkatnya permintaan ekspor dari negaranegara tujuan ekspor komoditas aspal. Grafik 1.11 Ekspor Fero Nikel
Grafik 1.12 Eskpor Biji Nikel
7,000
300%
6,000
250%
5,000
200%
150%
4,000
100%
3,000
50%
2,000
0%
1,000
-50%
-
-100% Q1
Q2
Q3
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1
Q2
Q3
Ekspor FENI (metrik ton)
2014
Growth
Sumber: Salah Satu Pelaku Usaha Tambang
200%
150% 100% 50% 0% -50% -100% -150% Q1
Ribu
2012
Q4
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Ekspor Biji Nikel (metrik ton)
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
Growth
Sumber: Salah Satu Pelaku Usaha Tambang
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
18
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Lebih lanjut, penurunan komponen ekspor tercermin dari menurunnya baik nilai ekspor maupun volume ekspor di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 masing-masing sebesar -55,31% (yoy) -97,89% (yoy) (grafik 1.13 & 1.14). Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, penurunan kinerja ekspor juga terindikasi dari penurunan ekspor luar negeri yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang khususnya komoditas ore nikel dan ferro nikel, sebagai dampak dari pemberlakuan UU Minerba yang berimbas pada terhentinya aktivitas ekspor nikel antar negara. Grafik 1.13 Data Nilai Ekspor Sultra 400
Nominal (Juta USD)
Grafik 1.14 Data Volume Ekspor Sultra 40%
Growth (YoY)
350
20%
300
14,000
Volume (Ribu Ton)
150%
Growth (YoY)
12,000
100%
10,000
50%
0%
250
8,000
200
-20%
150
-40%
100
50 Q1
Q2
Q3 2012
Q4
Q1
Q2
Q3 2013
Q4
Q1
Q2 2014
Sumber: BPS Prov. Sultra diolah
Q3
0% 6,000 -50%
4,000
-60%
2,000
-80%
-
-100% -150% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
Sumber: BPS Prov. Sultra diolah
Berbeda dengan komponen ekspor, komponen impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan kembali menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya, yaitu dari 0,47% (yoy) menjadi 6,42% (yoy) (Tabel 1.1). Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Meningkatnya aktivitas impor di Sulawesi Tenggara sejalan dengan informasi arus bongkar yang didapat dari salah satu pelabuhan yang ada di kota Kendari yang menunjukan bahwa terjadi peningkatan kapasitas arus bongkar sebesar 8,32% (yoy) (grafik 1.15) apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Lebih lanjut, selain ditunjukan oleh peningkatan arus bongkar di di pelabuhan di Kota Kendari, meningkatnya komponen impor Sulawesi Tenggara juga ditunjukan dengan pertumbuhan positif baik nilai maupun volume impor Sulawesi Tenggara di periode triwulan III 2014 (grafik 1.16 & 1.17). Disamping itu, peningkatan impor pada periode laporan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan di sektor konstruksi dan komponen investasi, hal tersebut dikarenakan peningkatan pembangunan turut mendorong peningkatan impor bahan bangunan dari luar Sulawesi Tenggara menuju Sulawesi Tenggara. Disamping itu tingginya tingkat pertumbuhan sektor PHR atas aktivitas perdagangan antar pulau juga diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
19
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
meningkatnya aktivitas impor perdagangan komoditas bahan makanan menuju Sulawesi Tenggara. (Tabel 1.3) Grafik 1.15 Perkembangan Arus Bongkar Sulawesi Tenggara 450
Jumlah Arus Bongkar (T/M3)
60%
Growth (YoY)
400
50%
350
40%
30%
300
20%
250
10%
200
0%
150
-10%
100
-20%
50
-30%
-
-40%
Ribu
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
Sumber: Pelindo Kendari
Grafik 1.16 Data Nilai Impor Sultra 180
Nominal ( Juta USD)
Grafik 1.17 Data Volume Impor Sultra 140
Growth (YoY)
Volume (Ribu Ton)
90%
160
70%
140 120
50%
100
30%
80
Growth (YoY)
90%
120
70%
100
50%
80
30%
60
10%
-10%
40
-10%
20
-30%
20
-30%
-
-50%
-
10%
60
40
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
-50% Q1
Q3
Q2
Q3
Q4
2012
2014
Sumber: BPS Prov. Sultra diolah
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2013
Q3
2014
Sumber: BPS Prov. Sultra diolah
Tabel 1.3 Perkembangan Impor Sulawesi Tenggara 2012 Nominal ( Juta USD) Growth (YoY) Volume (Ribu Ton) Growth (YoY)
Q1 84.30 3192.97% 64.42 1206.69%
Q2 81.76 90744.44% 71.28 1187900.00%
Q3 75.06 -47.82% 73.34 -48.19%
Q4 77.07 33.66% 75.57 40.31%
Q1 112.28 33.19% 105.30 63.46%
2013 Q2 90.82 11.08% 86.35 21.14%
Q3 126.01 67.88% 111.91 52.59%
Q4 109.22 41.72% 104.19 37.87%
Q1 108.56 -3.31% 93.63 -11.08%
2014 Q2 117.03 28.86% 103.99 20.43%
Q3 171.09 35.77% 115.35 3.07%
Sumber : BPS Sultra
Perkembangan impor Sulawesi Tenggara pada pada triwulan III 2014 mengalami peningkatan baik dalam total volume maupun secara total nominal baik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013 maupun pada periode sebelumnya. Pada periode laporan total volume import Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 115,35 ribu ton Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
20
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
sedangkan, untuk total nominalnya adalah sebesar USD 171,09 Juta. Import Sulawesi Tenggara pada periode laporan lebih 90 % terdiri dari kelompok komoditi bahan bakar mineral. Sedangkan, negara asal import adalah negara Singapura, Tiongkok, Malaysia Philipina dan Vietnam.
1.3 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan III 2014 tercatat menunjukkan pertumbuhan yang positif hampir pada seluruh sektor kecuali sektor pertambangan yang tercatat kembali tumbuh terkontraksi di triwulan (Tabel 1.4). Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral (yoy) Sektoral 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa TOTAL PDRB
Q1 5.16% 25.50% 19.32% 17.08% 9.88% 11.18% 4.23% 11.68% 2.19% 9.78%
2013 Q2 4.45% 3.89% 13.17% 18.58% 6.66% 11.37% 6.52% 12.09% 2.51% 7.08%
Q3 4.38% -7.49% -6.19% 12.36% 5.93% 7.11% 7.13% 13.59% 7.68% 4.28%
Q4 5.68% 6.03% -3.83% 8.59% 12.67% 10.14% 10.60% 14.83% 11.48% 8.18%
2013 4.92% 6.74% 4.73% 13.95% 8.82% 9.89% 7.17% 13.11% 6.04% 7.28%
2014 Q1 4.71% -28.27% -6.05% 11.81% 15.68% 8.80% 7.91% 13.26% 10.71% 3.42%
Q2 5.67% -13.35% -0.82% 8.25% 13.72% 7.60% 5.29% 11.14% 13.58% 5.72%
Q3 6.25% -1.49% 9.14% 10.17% 12.12% 9.01% 4.60% 6.82% 13.67% 7.69%
Sumber : BPS Sultra diolah
Pada periode laporan, sektor konstruksi dan sektor jasa-jasa merupakan 2 (dua) sektor yang mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi yakni masing-masing sebesar 13,67% (yoy) dan 12,12% (yoy), sementara beberapa sektor lainnya tercatat masih tumbuh moderat apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Lebih lanjut, sektor pertambangan tercatat kembali mengalami tumbuh terkontraksi yakni sebesar 1,49 (yoy). Berdasarkan kontribusinya, sektor pertanian, sektor PHR dan sektor jasa-jasa diketahui memberikan sumbangan kontribusi tertinggi atas perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode triwulan III 2014. Dari data yang ada diketahui bahwa sektor pertanian berkontribusi sebesar 1,69% (yoy), sektor PHR sebesar 1,67% (yoy), dan sektor Jasa-jasa sebesar 1,59% (yoy). Lebih lanjut, sektor industri pengolahan yang di 2 (dua) periode sebelumnya tercatat memberikan kontirbusi negatif, pada periode laporan sektor industri olahan diketahui memberikan kontribusi positif sebesar 0,69% (yoy). Sementara sektor pertambangan tercatat masih memberikan kontribusi negatif yakni sebesar -0,13% (yoy) (Tabel 1.5).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
21
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Tabel 1.5 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) 2013 Q1 1.45% 2.50% 1.43% 0.14% 0.90% 1.98% 0.38% 0.74% 0.25% 9.78%
Sektoral 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa TOTAL PDRB
Q2 1.23% 0.37% 1.03% 0.15% 0.63% 2.00% 0.57% 0.80% 0.29% 7.08%
Q3 1.18% -0.71% -0.52% 0.10% 0.58% 1.28% 0.62% 0.88% 0.87% 4.28%
Q4 1.54% 0.51% -0.32% 0.08% 1.27% 1.86% 0.93% 1.00% 1.30% 8.18%
2013 1.35% 0.63% 0.38% 0.12% 0.85% 1.78% 0.63% 0.86% 0.69% 7.28%
2014 Q1 1.27% -3.17% -0.49% 0.11% 1.43% 1.58% 0.68% 0.85% 1.16% 3.42%
Q2 Q3 1.53% 1.69% -1.25% -0.13% -0.07% 0.69% 0.07% 0.09% 1.30% 1.20% 1.39% 1.67% 0.47% 0.41% 0.77% 0.48% 1.51% 1.59% 5.72% 7.69%
Sumber : BPS Sultra diolah
Pada periode laporan, sektor konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan diketahui mengalami penurunan kontribusi, sementara sektor lainnya diketahui mengalami peningkatan kontribusi di periode laporan. Kondisi tersebut sejalan dengan perkembangan kinerja sektor tambang dan industri olahan yang pada periode laporan diketahui mengalami perkembangan kontribusi positif apabila dibandingkan dengan kondisi di periode sebelumnya. Sementara itu dari sisi pangsa, sektor pertanian kembali mengalami penurunan pangsa, pasar. Hal tersebut diikuti oleh sektor-sektor lainnya yang tercatat mengalami penurunan pangsa. Terjadi fenomena pergeseran pangsa dari sektor primer ke sektor tersier. Disisi lain, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa justru tercatat mengalami peningkatan pangsa dibandingkan dengan periode sebelumnya. Meski demikian, pola pergerakan yang ada masih menunjukan perkembangan yang relatif moderat. (Grafik 1.16). Grafik 1.18 Pangsa Sektoral 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Q1
Q2
Q3 2013
1. Pertanian 3. Industri Pengolahan 5. Bangunan 7. Angkutan & Komunikasi 9. Jasa - jasa
Q4
Q1 2013
Q2
Q3
2014
2. Pertambangan & Penggalian 4. Listrik,Gas & Air Bersih 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
Sumber : BPS Sultra diolah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
22
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Untuk perkembangan masing-masing sektor ekonomi yang memiliki kontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan PDRB provinsi Sulawesi Tenggara akan dianalisis lebih dalam dalam sub bab berikut ini.
1.3.1 Sektor Pertanian Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian tercatat tumbuh terakselerasi cukup tinggi sebesar 6,25% (y.o.y) baik apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 5,67% (yoy) maupun dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 4,38% (yoy) (Tabel 1.4). Dari sisi kontribusi, sektor pertanian tercatat memberikan kontribusi terbesar atas pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 1,69% (yoy) di triwulan III 2014, mengalami kenaikan yang cukup tinggi apabila dibandingkan posisi di triwulan sebelumnya yang sebesar 1,53% (yoy). Berdasarkan data yang ada, kenaikan yang terjadi di triwulan III didorong oleh relatif stabilnya kondisi cuaca di beberapa sentra produksi di Sulawesi Tenggara. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya dimana triwulan III dikenal sebagai musim panen sehingga turut mempengaruhi kenaikan produksi panen di triwulan III 2014. Lebih lanjut, peningkatan luas lahan tanam juga turut mendorong meningkatnya kinerja produksi sektor pertanian di periode laporan. Lebih lanjut, tingginya tingkat pertumbuhan sektor pertanian di periode laporan juga didorong oleh para kesiapan para pelaku usaha tani baik dari komoditas tabama maupun palawija dalam mengantisipasi kebutuhan konsumsi masyarakat selama momen bulan puasa dan hari raya idul fitri. Disisi lain, perkembangan sektor pertanian juga tidak lepas dari kinerja dan kontribusi subsektor perikanan. Hal tersebut sejalan dengan realisasi pemberian fasilitas kapal penangkap ikan berskala besar kepada beberapa kelompok nelayan di Sulawesi Tenggara yang diharapkan dengan pemberian bantuan kapal tangkap tersebut nelayan dapat melaut lebih jauh hingga ke perairan laut dalam dan meningkatkan hasil produksinya. Sejalan dengan hal tersebut, sub-sektor tanaman bahan makanan juga diketahui tercatat mengalami sedikit peningkatan yang cukup signifikan apabila dibanding periode sebelumnya.
1.3.2 Sektor Pertambangan Sektor pertambangan tercatat kembali tumbuh terkontraksi pada periode laporan, terkoreksi cukup dalam akibat pemberlakuan UU Minerba terkait pelarangan aktivitas ekspor hasil tambang berupa mineral mentah. Berdasarkan hasil survey dan liaison diketahui bahwa hampir 90% pelaku usaha tambang berskala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
23
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
kecil yang ada di Sulawesi Tenggara telah tutup dan menghentikan aktivitas pertambangannya secara total. Hal tersebut menyebabkan sektor pertambangan tumbuh terkontraksi sebesar 1,49% (yoy), setelah sebelumnya tercatat tumbuh sebesar -13,35% (yoy) di triwulan II 2014 (Tabel 1.4). Selain mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan, sektor pertambangan juga tercatat memberikan kontribusi negatif di periode laporan Disisi lain, sektor pertambangan diketahui memberikan kontribusi negatif sebesar 0,13% (yoy) atas perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di triwulan III 2014. Meski demikian, secara analisa triwulanan diketahui bahwa sektor pertambangan kembali tumbuh positif cukup tinggi sebesar 4,83% (qtq). Pertumbuhan positif secara triwulanan diantaranya didorong oleh meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara sehingga mendorong kinerja produksi nikel sebagai bahan dasar pembuatan komoditas nikel olahan seperti Fero Nikel (Feni) dan Nickel Pig Iron (NPI). Lebih lanjut, meningkatnya produksi tambang komoditas aspal buton seiring dengan meningkatnya permintaan komoditas aspal dari negara tujuan ekspor juga turut mendorong kinerja positif sektor tambang secara triwulanan di periode laporan. Pemulihan kinerja sektor tambang yang terjadi di periode laporan juga dikonfirmasi oleh mulai meningkatnya pertambangan biji nikel oleh salah satu pelaku usaha tambang terbesar di Sulawesi Tenggara yang tumbuh terkontraksi sebesar 33,07% (qtq) (Grafik 1.17). Grafik 1.19 Produksi Bijih Nikel 1,400
Bijih Nikel (WMT)
80%
gBijih nikel (qtq)
60%
1,200
40%
1,000
20% 0%
800
-20% 600
-40%
400
-60% -80%
200
-100%
2012
2013
Q3
Q2
Q1
Q4
Q3
Q2
Q1
Q4
Q3
Q2
-120%
Q1
2014
Sumber: Salah satu produsen biji nikel Sulawesi Tenggara
Sejalan dengan telah berlakunya UU Minerba terkait pelarangan ekspor mineral mentah, maka fokus pemerintah saat ini beralih kepada realisasi pengembangan dan pembangunan industri pengolahan di wilayah Sulawesi Tenggara. Diharapkan dengan berdirinya pabrik pegolahan dan pemurnian mineral (smelter) disamping akan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
24
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
memberikan nilai tambah yang jauh lebih tinggi terhadap hasil pertambangan di Sulawesi Tenggara, juga dapat tetap menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi di sektor tambang sekaligus turut mendorong berkembangnya sektor industri pengolahan. Upaya pemerintah saat ini terlihat dari sudah berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral di salah satu kota/kabupaten di Sulawesi Tenggara. Meski masih pada tahap trial&error namun diharapkan dalam jangka waktu 1-2 tahun kedepan smelter tersebut telah dapat beroperasi secara optimal dan kembali mendorong perkembangan ekonomi di Sulawesi Tenggara. Disamping 2 (dua) pabrik pengolahan yang telah berdiri, berdasarkan hasil survey yang dilakukan beberapa waktu lalu terhadap responden pelaku usaha tambang, diketahui bahwa terdapat rencana pengembangan dan pembangunan 4 (empat) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral lainnya. Dari hasil survey yang didapat, diketahui bahwa diharapkan pembangunan smelter tersebut sudah dapat selesai pada tahun 2015-2016 dan beroperasi secara optimal di tahun 2017 nanti. Sejalan dengan hal tersebut,
peran
pemerintah
daerah
dalam
menjaga
sustainibilitas
pengolahan
pertambangan sangat diperlukan khususnya agar eksplorasi hasil pertambangan memiliki nilai tambah baik nilai tambah industri juga teknologi dan sumber daya manusia dalam pengolahan hasil pertambangan.
1.3.3 Sektor Industri Pengolahan Berbeda dengan dengan fenomena di triwulan sebelumnya, pada triwulan III 2014 sektor industri pengolahan diketahui tumbuh positif cukup tinggi baik secara tahunan sebesar 9,14% (yoy) maupun secara triwulanan sebesar 1,36% (qtq). Secara tahunan, angka tersebut tercatat jauh lebih tinggi baik apabila dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar -6,19% (yoy) maupun apabila dibandingkan dengan kondisi di triwulan sebelumnya sebesar -0,82% (yoy). Berdasarkan informasi yang ada, pertumbuhan positif
di sektor
industri pengolahan terutama disebabkan oleh
meningkatnya produksi dan ekspor kelompok industri logam dasar besi dan baja yaitu komoditas ferro nikel masing-masing-masing sebesar 2,65% (yoy) dan 230% (yoy). Disamping itu, selain mencatatkan pertumbuhan positif, sektor industri pengolahan juga diketahui memberikan kontribusi positif sebesar 0,69% (yoy) terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode laporan. Masih sejalan dengan penjelasan sebelumnya, pertumbuhan positif sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara dikonfirmasi dengan meningkatnya kapasitas produksi ferro nikel salah satu perusahaan industri pengolahan terbesar di Sulawesi Tenggara, yang pada periode laporan tumbuh positif sebesar 2,65% dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya (Grafik 1.18).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
25
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
Meningkatnya produksi dan ekspor komoditas fero nikel di Sulawesi Tenggara diantaranya didorong oleh mulai meningkatnya permintaan ekspor atas komoditas fero nikel dari negara tujuan ekspor seperti Belanda, Jepang dan Tiongkok. Lebih lanjut, dengan berdirinya 2 (dua) pabrik pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) baru di kota/kabupaten di Sulawesi Tenggara, serta rencana pengembangan dan pembangunan beberapa smelter lainnya, maka diharapkan kedepannya sektor industri pengolahan di Sulawesi Tenggara dapat kembali tumbuh positif sekaligus mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di sektor-sektor lainnya. Disisi lain, sejalan dengan analisa tahunan yang tercatat mengalami pertumbuhan positif, berdasarkan analisa secara triwulanan, sejalan dengan kinerja sektor pertambangan diketahui bahwa kinerja sektor industri pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan positif yakni sebesar 1,36% (qtq) setelah pada periode sebelumnya tercatat tumbuh positif cukup tinggi sebesar 11,56% (qtq). Kembali pulihnya permintaan akan komoditas nikel olahan khususnya fero nikel dari negara tujuan ekspor menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan kinera sektor industri pengolahan apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya. Grafik 1.20 Produksi Ferronikel Ferronikel (Ton Ni)
6
gFerronikel (yoy)
50% 40%
5 30% 4
20%
10% 3 0% 2
-10% -20%
1 -30%
2012
2013
Q3
Q2
Q1
Q4
Q3
Q2
Q1
Q4
Q3
Q2
-40%
Q1
2014
Sumber : salah satu industri pengolahan ferro nikel di Sultra
1.3.4
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada periode laporan tercatat masih tumbuh positif sebesar 9,01% (yoy). Secara analisa tahunan, sektor PHR diketahui tumbuh terakselerasi baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 7,11% (yoy), angka tersebut mencerminkan pertumbuhan positif kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara khususnya sektor PHR di Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
26
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
(Tabel 1.4). Lebih lanjut, dari sisi kontribusi sektor PHR juga tercatat memberikan kontribusi yang dominan dalam perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yakni sebesar 1,67% (yoy). Perkembangan sektor PHR didominasi oleh perkembangan kinerja pada subsektor
perdagangan besar
dan eceran sejalan dengan meningkatnya aktivitas
perdagangan di bulan ramadhan dan hari raya idul fitri. Perkembangan sektor PHR juga antara lain ditandai dengan naiknya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara yang sebesar 39,57 poin selama periode triwulan III (Grafik1.19). Lebih lanjut naiknya tingkat pertumbuhan sektor PHR di periode laporan juga didorong oleh tingginya tingkat pertumbuhan arus bongkar-muat barang di periode triwulan III yakni sebesar 34% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, beberapa faktor yang mendorong cukup tingginya pertumbuhan sektor PHR di periode pelaporan diantaranya adalah akibat meningkatnya aktivitas perdagangan antar pulau terutama seiring dengan masuknya bulan suci ramadhan dan menjelang hari raya idul fitri sehingga mendorong aktivitas impor khususnya komoditas bahan pangan dalam rangka memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat akan bahan makanan. Disamping itu pelaksanaan rapat oleh instansi pemerintahan dan swasta, serta bertambahnya berbagai pusat perbelanjaan/pasar grosir dan berbagai restauran yang menjamur seiring tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara. Lebih lanjut, pelaksanaan pemilu Pilpres di bulan Juli 2014 juga diperkirakan turut mendorong perkembangan positif sektor PHR di triwulan III 2014. Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat
Grafik 1.21 Tingkat Penghunian Kamar Hotel
60
50 40
Jumlah Arus Bongkar-Muat (T/M3)
600
70
100%
Growth (YoY) 54.56 52.51 58.64 55.1149.42 45.01 39.17
56.33 46.45 47.74
80%
500 46.43 51.58 45.42
48.50
40.58
40.21
39.70
60%
400
42.03
40%
30
32.93 30.71
26.96
20
300
20% 200
0%
10
100
-
-20%
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 2014
Ribu
2013
Sumber : BPS Sultra diolah
-40% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2011
2012
2013
2014
Sumber : Pelindo Kendari
1.3.5 Sektor Bangunan Masih sejalan dengan fenomena di triwulan sebelumnya, perkembangan sektor bangunan pada triwulan III 2014 tercatat menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 12,12% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
27
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
dengan posisi yang sama tahun lalu sebesar 5,93% (yoy) (Tabel 1.4). Angka tersebut tercatat diatas rata-rata historis pertumbuhan sektor konstruksi selama rentang 2 (dua) tahun terakhir. Lebih lanjut, sektor konstruksi diketahui memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yakni sebesar 1,20% (yoy) di triwulan III 2014. Tingginya pertumbuhan dan andil sektor konstruksi terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara tidak lepas dari dampak atas diberlakukannya UU Minerba No. 4 tahun 2009 terkait pelarangan aktivitas ekspor mineral mentah, sehingga hal tersebut mendorong beberapa pelaku usaha tambang untuk mendirikan smelter untuk melakukan proses pengolahan dan pemurnian mineral khususnya komoditas ore nikel menjadi komoditas bahan tambang olahan seperti nickel pig iron (NPI) ataupun feronikel. Disamping itu, fokus pemerintah atas lanjutan pengembangan infrastruktur beberapa kota/kabupaten seperti pembangunan gedung perkantoran dan beberpaa realisasi proyek swasta terkait pembangunan beberapa hotel dan komplek perumahan juga turut mendorong perkembangan pertumbuhan sektor konstruksi di triwulan III 2014. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa instansi terkait, diperkirakan kondisi tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan selama rentang tahun 2014 hingga tahun 2015. Disamping itu, terdapat beberapa hal lain yang turut mengkonfirmasi akselerasi pertumbuhan sektor bangunan adalah tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 283,25% (yoy) menjadi sebesar Rp 101,27 Milyar (Tabel 1.6), serta pertumbuhan kredit sektor konstruksi yang pada periode laporan tercatat tumbuh cukup tinggi sebesar 14,32% (yoy) (grafik 1.21). Tabel 1.6 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko
KPR KPA sampai tipe 70 KPR KPA diatas tipe 70 Konsumsi - Ruko dan Rukan
Q1 19,332 823 24,541
2012 Q2 Q3 16,261 8,739 801 778 27,272 30,396
Q4 5,106 756 32,830
Q1 1,527 6,337 25,950
2013 Q2 Q3 5,279 18,401 4,870 7,868 19,860 34,073
Q4 42,276 6,494 48,693
Q1 60,541 7,614 52,345
2014 Q2 39,090 10,860 65,057
Q3 18,910 11,147 71,208
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara di periode laporan adalah sektor bangunan. Pertumbuhan sektor konstruksi didukung oleh adanya pembangunan perkantoran terutama didaerahdaerah kota/kabupaten yang mengalami pemekaran, disamping itu adanya perbaikan sarana infrastruktur jalan baik jalan provinsi maupun jalan kota/kabupaten juga turut mendorong pertumbuhan positif di sektor konstruksi. Lebih lanjut, pembangunan perumahan oleh pihak swasta di beberapa kota/kabupaten juga pengembangan dan pembangunan 4 (empat) pabrik pengolahan dan pemurnian nikel di Sulawesi Tenggara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
28
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
juga turut memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan positif sektor bangunan di periode triwulan III 2014.
1.3.6 Sektor Angkutan dan Komunikasi Grafik 1.23 Jumlah Arus Pelabuhan Di Pelabuhan Kota Kendari 200 Jumlah Penumpang
180
80%
Sedikit
60%
perkembangan
40%
beberapa sektor sebelumnya,
Growth (YoY)
160 140 120
20%
100 0%
80 60
-20%
40
-40%
20
Ribu
-
berbeda
sektor
dengan kinerja
angkutan
komunikasi
dan Sulawesi
Tenggara di triwulan III 2014 tercatat
mengalami
sedikit
-60% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2011
2012
2013
Sumber : Pelindo IV Kendari
2014
perlambatan 4,60%
(yoy),
yakni baik
sebesar apabila
dibandingkan dengan posisi yang
sama di tahun sebelumnya sebesar 7,13% (yoy), maupun apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 5,39% (yoy).
Meski mengalami sedikit
perlambatan, namun angkat tersebut tercatat masih tumbuh cukup tinggi. (Tabel 1.4). Perlambatan yang terjadi di sektor angkutan dan komunikasi juga turut terkonfirmasi dari grafik perkembangan arus penumpang di pelabuhan kota Kendari yang tercatat tumbuh sebesar 13,38% (yoy). Meski tercatat masih tumbuh positif cukup tinggi, namun angka tersebut diketahui melambat apabila dibandingkan kinerja di triwulan sebelumnya sebesar 71,72%. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga tiket transportasi baik angkutan darat, laut maupun udara pada periode sebelumnya diperkirakan menjadi salah satu hal yang mendorong terjadinya perlambatan kinerja sektor angkutan dan komunikasi di periode laporan. Meski demikian, angka tersebut masih mencerminkan perkembangan positif kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara di periode laporan. Disamping itu, perkembangan dunia komunikasi yang cukup pesat turut mendorong tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi di Sulawesi Tenggara. Peningkatan tersebut juga didukung oleh semakin tingginya aksesbilitas daerah-daerah di Sulawesi Tenggara melalui penambahan penerbangan ke daerah Wangi-Wangi, Bau-Bau dan Kolaka. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa provider telekomunikasi di Kota Kendari, diketahui bahwa selama rentang periode triwulan III dan IV 2014 sedang ada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
29
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Triwulan III 2014
proyek pengembangan jaringan infrastruktur telekomunikasi di beberapa kota/kabupaten di Sulawesi Tenggara.
1.3.7 Sektor Keuangan Sejalan dengan perkembangan kinerja sektor angkutan dan komunikasi, kinerja sektor keuangan juga diketahui sedikit mengalami perlambatan, namun sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa tercatat masih tumbuh positif cukup tinggi yakni sebesar 6,82% (yoy). Angka tersebut tercatat mengalami perlambatan yang cukup dalam baik apabila dibandingkan dengan posisi di triwulan sebelumnya sebesar 11,14% (yoy), maupun dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar 13,59% (yoy). Lebih lanjut secara analisa triwulanan diketahui bahwa sektor keuangan bahkan tercatat tumbuh terkontraksi sebesar 0,46% (qtq). Perlambatan kinerja yang terjadi di sektor keuangan diperkirakan diantaranya didorong oleh melemahnya kinerja sektor perbankan di Sulawesi Tenggara sebagai bentuk dampak tidak langsung atas perkembangan kinerja sektor tambang. Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Perbankan Sulawesi Tenggara 80% 70%
(G) Total Kredit
(G) Kredit Modal Kerja
(G) Kredit Investasi
(G) Kredit Konsumsi
60% 50% 40% 30% 20%
10% 0% -10%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2010
2011
2012
2013
2014
-20%
Dari grafik diatas bisa dilihat bahwa tren perlambatan ekonomi di sektor keuangan yang terjadi di periode laporan didukung dengan perlambatan pertumbuhan kredit di Sulawesi Tenggara, baik itu pada kredit investasi, kredit konsumsi maupun kredit modal kerja. Lebih lanjut, kredit investasi tercatat mengalami sedikit penurunan meski masih berada pada level yang moderat. Namun demikian, kondisi yang ada masih mencerminkan kondisi positif perkembangan perbankan di Sulawesi Tenggara. Grafik 1.25 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Juta,%)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
30
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
25
Nominal (Triliun)
50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
Growth (YoY)
20
15 10 5 Q2
Triliun
Q1
Q3
Q4
Q1
2012
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
Q2
Q3
Sejalan
dengan
Triwulan III 2014
hal
diatas,
perkembangan aset perbankan di Sulawesi
Tenggara
tercatat
mengalami
perlambatan
apabila
dibandingkan dengan tren yang ada sebelumnya dan turut menahan laju perkembangan
kinerja
ekonomi
sektor keuangan di periode laporan.
2014
Dari data yang ada diketahui bahwa aset perbankan Sulawesi Tenggara di triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp 18,59 Triliun atau tumbuh melambat sebesar 4,57% (yoy) baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,27% (yoy) maupun apabila dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya sebesar 14,53% (yoy) (grafik 1.24). Meski berdasarkan perkembangan aset perbankan diketahui mengalami sedikit perlambatan, namun kinerja perbankan dalam melakukan penghimpunan dana dari pihak ketiga dan proses penyaluran kredit diketahui masih tumbuh positif cukup tinggi dan memberikan kontirbusi positif atas perkembangan kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara, hal tersebut dikarenakan oleh meningkatnya penyaluran kredit usaha dalam berbagai jenis produk serta kredit perumahan dengan persyaratan yang relatif mudah, serta meningkatnya penyaluran KUR dan UMKM.
1.3.8
Sektor Lainnya
Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) di triwulan III 2014 tercatat tumbuh positif berada pada level yang relatif tinggi sebesar 10,17% (yoy), angka tersebut diketahui tumbuh terakselerasi apabila dibandingkan periode triwulan sebelumnya
yang
tercatat
sebesar
8,25%
(yoy).
Relatif
tingginya
tingkat
pertumbuhan sektor LGA juga terkonfirmasi dari data konsumsi listrik yang menunjukan terjadinya akselerasi konsumsi listrik di area kota Kendari pada periode laporan (grafik 1.25). Hal tersebut sejalan dengan perkembangan proses pembangunan smelter yang ada, sehingga membutuhkan pasokan listrik guna melaksanakan kegiatan operasional. Lebih lanjut, sektor Jasa-jasa juga tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan yang signifikan, yakni sebesar 13,67% (yoy). Angka tersebut tercatat tumbuh positif cukup signifikan apabila dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar 7,68% (yoy). Perkembangan positif kinerja sektor jasa-jasa didukung oleh perkembangan positif yang ada di dalam kedua sektor ini yakni sub-sektor administrasi pemerintahan dan sub-sektor swasta. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
31
BAB I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Grafik 1.26 Perkembangan Konsumsi Listrik Area Kendari 90,000
Konsumsi Listrik (MW)
Growth (YoY)
35%
Triwulan III 2014
Sejalan dengan hal itu, sektor jasajasa
juga
tercatat
memberikan
30%
kontribusi positif yang cukup tinggi
25%
sebesar
50,000
20%
perkembangan ekonomi di Sulawesi
40,000
15%
80,000 70,000 60,000
30,000
10%
20,000
10,000 TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW TW TW I TW II TW III IV III IV III IV III
2011
2012
2013
2014
Tenggara
di
(yoy)
terhadap
periode
laporan,
5%
terakselerasi positif cukup tinggi
0%
apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar
Sumber : PLN Area Kendari
1,51%
0,29% (yoy).
Tingginya
tingkat pertumbuhan sektor LGA
secara kumulatif tahun 2013 diperkirakan didorong oleh pertumbuhan yang agresif pada sektor LGA didorong oleh peningkatan penggunaan gas rumah tangga seiring dengan beroperasinya stasiun gas di Kota Kendari. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh sudah dijalankannya proyek/kegiatan yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD. Disisi lain, sub-sektor swasta tercatat mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi karena jasa pendidikan yang sudah memasuki tahun ajaran baru.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
32
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB II – Keuangan Pemerintah
Triwulan III 2014
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 2.1 KONDISI UMUM Kinerja penyerapan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 relatif menunjukkan penyerapan yang cukup optimal. Optimalnya penyerapan ini terutama pada sisi pendapatan, dimana realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp1.632,46 miliar atau sekitar 79,41% dari total anggaran pendapatan. Pencapaian ini berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi pendapatan pajak daerah, retribusi dan laba perusahaan daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. PAD pemerintah daerah Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 terealisasi sebesar Rp417,11 miliar atau mencapai 64,31% dari total PAD yang dianggarkan untuk tahun 2014. Penyumbang PAD terbesar adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp23,32 miliar atau sebesar 97,15% dari anggaran yang direncanakan untuk tahun 2014. Namun demikian, penyerapan anggaran belanja relatif masih belum optimal mengingat sepertiga tahun anggaran telah berjalan. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp2.186,17 miliar, sebanyak 52,19% dari total anggaran belanja telah direalisasikan pada triwulan III 2014. Atau dengan kata lain sebanyak Rp1.140,93 miliar telah dipergunakan untuk keperluan belanja daerah. Persentase realisasi anggaran belanja terbesar ada pada belanja bagi hasil (transfer) dan belanja operasi, masing-masing sebesar 63,32% dan 62,51% dari anggaran masing-masing. Adapun belanja modal yang dianggarkan sebesar Rp617,98 miliar, pada triwulan II-2014 realisasinya baru mencapai Rp171,62 miliar atau baru sebesar 27,77% dari anggaran belanja modal tahun 2014.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
33
BAB II – Keuangan Pemerintah
Triwulan III 2014
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d.Triwulan III - 2014 (Rupiah) No 1 a b c d 2 a b c d
URAIAN Pendapatan Daerah PAD Dana Perimbangan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya Lain-lain Pendapatan Yang Sah Belanja Daerah Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Belanja Bagi Hasil (Transfer) Surplus (defisit)
APBD 2014 2.055.647.061.978 529.175.896.429 1.212.197.395.549 314.273.770.000 2.186.170.398.458 1.349.250.114.694 617.982.163.886 20.000.000.000 198.938.119.878 (130.523.336.480)
Realisasi Tw3-2014 1.632.458.081.032 340.287.855.194 983.656.433.359 235.280.022.500 73.233.769.979 1.140.931.485.952 843.349.653.336 171.622.230.721 125.959.601.895 491.526.595.079
% Thd.APBD 79,41% 64,31% 81,15% 74,86% 52,19% 62,51% 27,77% 0,00% 63,32% -376,58%
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
2.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN III 2014 Pada triwulan III 2014, realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp1.140,93 miliar atau baru sebesar 52,19% yang terserap dari total anggaran belanja pada APBD tahun 2014. Belanja operasional yang dianggarkan sebesar Rp1.349,25 miliar untuk tahun 2014 telah terealisasi sebesar 62,51% pada triwulan III 2014, dimana serapan tertinggi secara nominal pada belanja hibah dan belanja pegawai masingmasing sebesar Rp239,53 miliar dan Rp362,57 miliar atau telah terserap sebanyak 73,98% dan 65,39% dari masing-masing anggaran. Adapun penyerapan anggaran terendah terdapat pada belanja barang sebesar 49,91% atau sebesar Rp166,24 miliar. Tabel 2.2 Realisasi Belanja Hingga Triwulan III - 2014 (Rupiah) URAIAN BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Bunga Belanja Hibah Belanja Bantuan Keuangan BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan & Mesin Belanja Bangunan & Gedung Belanja Irigasi, Jalan, Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya BELANJA TIDAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga BELANJA TRANSFER Belanja Transfer ke Kab/Kota/Desa
APBD TA-2014 (1) 2.186.170.398.458 1.349.250.114.694 554.514.572.261 333.067.303.743 31.250.000.000 323.766.770.000 106.651.468.690 617.982.163.886 27.763.076.250 23.370.270.812 209.226.575.595 357.102.528.229 519.713.000 20.000.000.000 20.000.000.000 198.938.119.878 198.938.119.878
Realisasi Trw.3-2014 (2) 1.140.931.485.952 843.349.653.336 362.573.546.357 166.239.721.313 19.330.438.380 239.526.995.000 55.678.952.286 171.622.230.721 6.490.105.075 58.103.839.318 106.883.958.007 144.328.322 125.959.601.895 125.959.601.895
% THD APBD (3) 52,19% 62,51% 65,39% 49,91% 61,86% 73,98% 52,21% 27,77% 0,00% 27,77% 27,77% 29,93% 27,77% 0,00% 0,00% 63,32% 63,32%
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
34
BAB II – Keuangan Pemerintah
Triwulan III 2014
Sementara itu, kinerja belanja modal pada triwulan III 2014 masih sangat rendah dengan realisasi sebesar Rp171,62 miliar atau 27,77% dari anggaran yang dialokasikan. Apabila dilihat strukturnya, kecilnya realisasi belanja modal dikarenakan belum adanya realisasi belanja tanah dan masih belum optimalnya realisasi belanja irigasi, jalan, dan jaringan, serta belanja bangunan dan gedung. Dengan memperhatikan kondisi jalan propinsi yang banyak berlubang khususnya di kota Kendari, hendaknya pihak pemerintah provinsi dapat lebih memacu penyerapan anggaran belanja yang terkait dengan infratruktur terutama infrastruktur jalan raya dengan melakukan perbaikan permukaan jalan raya tersebut. Serapan anggaran belanja modal yang belum optimal pada triwulan III 2014 ini dikhawatirkan berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menjadi pendorong naiknya inflasi. Sebagai contoh kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik akan menyebabkan distribusi logistik bahan kebutuhan pokok antar daerah di Sulawesi Tenggara menjadi terganggu dan pada akhirnya akan menaikkan biaya transportasi. Kondisi tersebut hendaknya dapat dicegah agar tidak menjadi disinsetif bagi stabilitas inflasi dan iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Pembangunan infrastruktur yang baik dan berkelanjutan akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tenggara dan akan menjadi daya tarik investor asing untuk menanamkan modal di Sulawesi Tenggara. Selain itu, berdasarkan berbagai informasi yang dihimpun, para pengusaha yang telah lama berada di Sulawesi Tenggara maupun para calon investor mengakui bahwa infrastruktur lain yang perlu dibenahi maupun ditambah adalah infrastruktur
listrik.
Pembenahan/penambahan
infrastruktur
listrik
tersebut
dapat
direalisasikan melalui pembangunan pembangkit listrik baru agar dapat memperbesar pasokan listrik ke Sulawesi Tenggara. Diharapkan pada periode ke depan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dapat lebih menaruh perhatian pada pembangunan infrastruktur dengan melakukan optimalisasi penggunaan anggaran khususnya anggaran belanja modal.
2.3 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN III 2014 Realisasi pendapatan daerah pada triwulan III 2014 tercatat mengalami pencapaian yang optimal. Secara nominal, pendapatan yang diterima oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 sebesar Rp1.632,46 miliar atau sebesar 79,41% dari total anggaran pendapatan pada tahun 2014. Pencapaian ini berasal dari pendapatan transfer dan pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sumbangan pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah tercatat
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
35
BAB II – Keuangan Pemerintah
Triwulan III 2014
sebesar Rp340,29 miliar atau 64,31% dari target PAD sebesar Rp529,18 miliar. Penyumbang terbesar dalam pendapatan asli daerah tersebut bersumber dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp281,2 miliar, namun pencapaian terbesar disumbang oleh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dengan nominal sebesar Rp23,32 miliar atau 97,15% dari yang dianggarkan untuk tahun 2014 sebesar Rp24 miliar. Lebih lanjut pada pos Pendapatan Asli Daerah, pencapaian perolehan yang optimal juga disumbang oleh pos lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar Rp22,19 miliar atau 39,88% dari target pendapatan pos tersebut, serta hasil retribusi daerah sebesar Rp13,57 miliar atau 55,95% dari target pendapatan retribusi daerah yang dianggarkan untuk tahun 2014. Serapan anggaran pendapatan pada pos pendapatan lain yaitu transfer pemerintah pusat --- dana perimbangan dan transfer pemerintah pusat lainnya naik juga telah menunjukkan optimalisasi pendapatan yaitu masing-masing menjadi Rp983,66 miliar atau 40,26% dari yang anggaran dana perimbangan dan Rp235,28 miliar atau 74,86% dari anggaran transfer pemerintah pusat lainnya. Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan III URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
APBD TA-2014 (1) 2.055.647.061.978 529.175.896.429 425.267.142.325 24.260.959.800 24.000.000.000 55.647.794.304 1.526.471.165.549 60.039.385.162 1.053.636.011.000 58.750.010.000 314.273.770.000 314.273.770.000
2014
Real.Trw.3-2014 (2) 1.632.458.081.032 340.287.855.194 281.203.643.621 13.574.129.700 23.315.540.453 22.194.541.420 983.656.433.359 52.800.870.215 878.029.980.000 17.625.003.000 235.280.022.500 235.280.022.500
% APBD (3) 79,41% 64,31% 66,12% 55,95% 97,15% 39,88% 64,44% 87,94% 83,33% 30,00% 74,86% 74,86%
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
36
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
BAB III INFLASI DAERAH
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
BAB III INFLASI DAERAH
Memasuki triwulan III 2014 terjadi tren penurunan tingkat inflasi kota Kendari, baik secara bulanan maupun secara analisa tahunan. Kota Kendari tercatat mengalami deflasi sebesar 0,13% (mtm) atau inflasi sebesar 1,05% (yoy) setelah di periode triwulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) atau sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tingkat inflasi didorong oleh koreksi harga yang cukup dalam pada kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami deflasi sebesar 1,62% (mtm) atau sebesar 3,37% (yoy) setelah di triwulan sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 3,82% (mtm) atau 2,33% (yoy).
Disisi lain, analisa triwulanan masih menunjukan adanya tren kenaikan inflasi di bulan September 2014 yang tercatat sebesar 1,58% (qtq). Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi yang dominan yakni sebesar 2,98% (qtq), yang didorong oleh inflasi yang cukup tinggi pada sub-kelompok ikan segar (7,33%, qtq) dan sub-kelompok lemak & minyak (7,61% (qtq). Lebih lanjut, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau juga tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi sebesar 1,54% (qtq) serta diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 2,01% (qtq). Sementara pergerakan inflasi beberapa kelompok lainnya tercatat berada pada level yang relatif rendah.
Karakteristik penurunan tingkat inflasi tahunan yang terjadi di periode laporan lebih disebabkan oleh pola seasonal setelah selesai memasuki bulan ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang mendorong koreksi harga kembali ke level yang wajar diserta relatif rendahnya tingkat permintaan masyarakat pada kelompok bahan makanan setelah sebelumnya mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan di periode triwulan II 2014.
3.1 KONDISI UMUM DI TRIWULAN III 2014 Perkembangan harga di tingkat nasional pada triwulan III 2014 tercatat mengalami inflasi sebesar 4,53% (yoy). Kondisi inflasi tersebut mengalami sedikit penurunan apabila dibanding dengan inflasi di triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan jadi, minum, rokok, dan tembakau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
37
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
sebesar 0,51% (mtm); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,77% (mtm); kelompok kesehatan sebesar 0,29% (mtm); serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,68% (mtm). Sementara kelompok yang tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok bahan makanan sebesar 0,17% (mtm); kelompok sandang sebesar 0,17% (mtm); serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,24% (mtm). Realisasi inflasi kota Kendari tercatat lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi nasional. Sejalan dengan fenomena inflasi di tingkat nasional, tingkat inflasi di Kota Kendari juga tercatat mengalami penurunan di triwulan III 2014 sebesar 1,05% (yoy) dibanding posisi triwulan sebelumnya sebesar 4,21 (yoy). Secara analisa tahunan, perkembangan indeks harga di triwulan III 2014 menunjukan adanya penurunan tingkat inflasi. Tingkat inflasi kota Kendari tercatat sebesar 1,05% (yoy), menurun cukup signifikan apabila dibandingkan dengan inflasi di triwulan sebelumnya sebesar 4,21% (yoy). Inflasi yang terjadi di periode laporan didorong oleh kenaikan indeks harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 4,02% (yoy); kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar sebesar 3,76% (yoy) dan kelompok kesehatan sebesar 4,41% (yoy). Sementara kelompok bahan makanan tercatat menahan laju inflasi dengan memberikan sumbangan deflasi sebesar 3,37% (yoy). Disisi lain, pergerakan harga secara triwulanan justru menunjukan terjadinya tren peningkatan, yakni inflasi triwulanan sebesar 1,58% (qtq) setelah di periode triwulan sebelumya tercatat mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq). Terjadinya inflasi pada triwulan III 2014 disebabkan karena berdasarkan pergerakan harga secara bulanan, Kota Kendari kembali mengalami puncak inflasi yang cukup tinggi di bulan Juli yakni sebesar 1,82% (mtm), sehingga mendorong pergerakan indeks harga keatas secara triwulanan. Infasi yang terjadi didorong oleh kenaikan indeks harga yang cukup tinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,98% (qtq); kelompok perumahan sebesar 2,01% (qtq); dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,54% (qtq). Sementara pergerakan indeks harga beberapa kelompok lainnya tercatat relatif rendah. Tingginya tingkat inflasi secara triwulanan disebabkan oleh pola seasonal dimana puncak inflasi terjadi di bulan Juli seiring dengan tiba nya hari raya idul fitri sehingga mendorong kenaikan indeks harga khususnya pada komoditas bahan makanan. Lebih lanjut, secara agregat 10 kota indikator inflasi di wilayah Sulawesi Maluku Papua (Sulampua), diketahui bahwa kota Kendari merupakan kota dengan tingkat inflasi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
38
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
terendah yakni sebesar 1,05% (yoy), sementara kota Ternate merupakan kota dengan tingkat inflasi tertinggi yakni sebesar 5,46% (yoy) (Grafik 3.1).
Grafik 3.1 Inflasi Sulampua (yoy) Nasional
4.53
Ternate
5.46
Palu
5.40
Ambon
5.32
Jayapura
4.46
Mamuju
4.23
Makas…
4.00
Manok…
3.59
Manado
3.57 2.27
Goront…
1.05
Kendari
-
1
2
3
4
5
6
Sumber: BPS Sultra diolah
3.2 INFLASI TRIWULAN III 2014 Pada periode laporan, pergerakan inflasi harga di Kota Kendari diketahui mengalami inflasi sebesar 1,05% (yoy). Selanjutnya berdasarkan pergerakan data bulanan, kota Kendari tercatat mengalami puncak inflasi pada bulan Juli sebesar 1,82% (mtm) serta ditutup dengan deflasi yang terjadi pada bulan Agustus dan September masing-masing sebesar 0,11% (mtm) dan 0,13% (mtm) (Grafik 3.2). Lebih lanjut, tingkat Inflasi yang terjadi pada rentang periode triwulan III 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis selama rentang tahun 2010-2013 (Grafik 3.3). Penurunan tingkat inflasi di triwulan III 2014 lebih disebabkan oleh efek balik pasca kenaikan indeks harga di bulan ramadhan dan hari raya idul fitri, sehingga mendorong harga kembali ke level yang wajar. Disamping itu, base point effect dari tingginya tingkat inflasi di tahun sebelumnya turut menjadi salah satu faktor yang mendorong relatif rendahnya tingkat inflasi kota Kendari di periode laporan. Lebih lanjut, ketersediaan pasokan bahan pangan yang didukung lancarnya aliran distribusi komoditas bahan pangan dari luar Sulawesi Tenggara dan kondisi cuaca yang kondusif sehingga mendukung musim panen di periode laporan juga turut menjadi salah satu faktor yang mendorong rendahnya tingkat inflasi di periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
39
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
Meski secara analisa tahunan terjadi penurunan tingkat inflasi, namun secara analisa triwulan terjadi kenaikan tingkat inflasi di periode laporan, dari triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,28% (qtq) menjadi sebesar 1,58% (qtq) di periode laporan. Kenaikan tingkat inflasi di periode triwulan III 2014 didorong oleh puncak inflasi yang terjadi di bulan Juli, sehingga mendorong naiknya indeks harga secara triwulanan. Kenaikan indeks harga di bulan Juli sejalan dengan masuknya momen hari raya Idul Fitri. Tingginya tingkat permintaan masyarakat akan komoditas bahan pangan, ekspektasi masyarkat atas kenaikan harga bahan pangan, serta adanya indikasi para pelaku usaha pasar untuk menaikan harga atas komoditas bahan pangan memasuki hari raya Idul Fitri menjadi beberapa faktor yang mendorong naiknya indeks harga di periode triwulan III 2014. Disamping hal tersebut, kurang optimalnya proses distribusi barang khususnya bahan pangan dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara menjelang hari raya Idul Fitri, selain disebabkan oleh sarana/prasarana infrastruktur khususnya pelabuhan yang relatif masih minim, juga turut disebabkan oleh padatnya antrian kapal yang hendak berlabuh di pelabuhan Kota Kendari, sehingga hal tersebut membuat jalur antrian kapal dan proses bongkar muat membutuhkan waktu yang lebih lama yang pada akhirnya menimbulkan penambahan biaya operasional yang cukup besar, sehingga pada akhirnya turut mempengaruhi pembentukan harga atas bahan makanan yang didatangkan dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara di periode bulan Juli. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya jumlah arus penumpang baik embarkasi maupun debarkasi dan arus bongkar-muat barang dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara. Disamping itu, masuknya puncak musim angin timur di bulan Juli dan Agustus juga turut menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan indeks harga bahan pangan di periode triwulan III 2014. Tingginya gelombang permukaan air laut pada saat puncak angin timur menimbulkan kendala bagi para nelayan yang hendak pergi melaut. Berdasarkan hasil survey dan liaison ke pelaku usaha perikanan, penurunan produksi yang terjadi selama puncak musim angin timur diperkirakan mencapai 80%-90% dari kapasitas produksi normal. Hal tersebut terkonfirmasi dari tingginya tingkat inflasi pada subkelompok ikan segar, baik secara triwulanan maupun secara bulanan masing-masing sebesar 7,33% (qtq) dan sebesar 8,85% (mtm) di bulan Juli. Disisi lain, tingginya tingkat inflasi di periode triwulan III juga turut didorong oleh kenaikan indeks harga di kelompok perumahan sebesar 2,01% (qtq), khususnya pada subkelompok bahan bakar, penerangan, air, listrik dan gas sebesar 6,40% (qtq). kenaikan tersebut didorong oleh naiknya indeks harga pada komoditas tarif listrik yang tercatat mengalami kenaikan indeks harga secara bertahap di bulan Juli (3,23%, mtm), Agustus (4,58%, mtm) dan September (3,20%, mtm) sehingga secara analisa triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
40
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
komoditas tarif listrik tercatat mengalami kenaikan indeks harga sebesar 11,41% (qtq). Lebih lanjut, komoditas bahan bakar rumah tangga juga diketahui mengalami puncak kenaikan indeks harga di bulan September sebesar 3,93% (mtm), sehingga secara triwulanan diketahui mengalami inflasi sebesar 4,66% (qtq). Grafik 3.2 Inflasi Bulanan Kota Kendari %, YTD
Grafik 3.3 Inflasi Historis Kota Kendari
%, MTM
Tw III-14
Jul'14
Sep'14
Aug'14
7.09
5.30 8.09 0.94 2.13 4.85 0.74 1.19 0.20
4
(0.82)
5
6
7
8
9
5.294.78
10 11 12
1
2
3
4
1.82
1.05
2.34 2.10 0.941.82 2.23
0.31 0.25 (0.10) 0.04(0.05)0.31 (0.97) 0.08 (0.66) (0.76)
0.93
0.01
2.39
4.50 5.97 7.21 5.93 5.92 1.19
1.63
(0.11)
(0.11) (0.13)
5
6
7
8
(0.13) (0.67)
Triwulan III Rata-rata Jul'14 Rata-rata Aug'14 Rata-rata Sep'14 Rata-rata (yoy,%) Inflasi Tw (mtm,%) Inflasi Jul' (mtm,%) Inflasi Aug' (mtm,%) Inflasi Sep' III 20102010-2013 2010-2013 2010-2013 2013
9
2014
Sumber : BPS Sultra diolah
Sumber : BPS Sultra diolah
Dari tabel diatas, diketahui bahwa angka inflasi di periode laporan masih berada dibawah angka rata-rata inflasi historis selama rentang 4 (empat) tahun terakhir, terkecuali pada bulan September 2014 dimana tingkat inflasi yang terjadi berada diatas tingkat inflasi rata-rata historis.
Grafik 3.4 Perbandingan Inflasi Kendari Dengan Inflasi Daerah Asal Barang 8%
7%
7.11%
6% 5% 4%
6.57% 3.40% 4.60% 3.38%
5.09%
5.23% 4.41% 4.50%
7.59% 5.92% 6.22% 4.38% 3.57%
3.87%
3%
2.87% 1.87%
2% 1%
1.05%
0% 2009
2010
2011 Makassar
2012 Surabaya
2013
Tw III'14
Kendari
Sumber : BPS Sultra Diolah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
41
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
Melihat grafik diatas, jika dilakukan perbandingan antara inflasi di daerah asal barang atau sentra produksi barang konsumsi di Sulawesi Tenggara (Kendari) yaitu Sulawesi Selatan (Makassar) dan Jawa Timur (Surabaya), maka dapat diketahui bahwa Sulawesi Tenggara (Kendari) mempunyai tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding inflasi di daerah Jawa Timur (Surabaya) dan Sulawesi Selatan (Makassar) (Grafik 3.4).
3.3 DISAGREGASI INFLASI Sejalan dengan apa yang telah disampaikan diatas, berdasarkan disagregasinya tingkat inflasi yang terjadi pada periode laporan diprakirakan didorong oleh inflasi yang terjadi pada komponen volatile food dan administered price . Sementara pergerakan komponen inflasi inti relatif stabil dan moderat jika dibandingkan dengan triwulan II 2014. Kondisi tersebut sejalan dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya dimana mayoritas komoditas yang mewakili komponen volatile food seperti ikan segar, buah-buahan dan lemak minyak tercatat mengalami kenaikan indeks harga baik secara triwulanan selama rentang periode triwulan III 2014. Hal tersebut didorong oleh faktor musiman memasuki bulan ramadhan dan persiapan memasuki hari raya idul fitri di awal triwulan III 2014. Tingginya tingkat permintaan masyarakat akan kebutuhan bahan makanan disertai proses distribusi pasokan bahan makanan yang belum optimal menjadi salah satu hal yang mendorong kenaikan tingkat inflasi di periode laporan. Inflasi volatile food kota Kendari yang mayoritas dibentuk oleh komoditas bahan pangan diprakirakan masih tumbuh di level yang moderat yang didorong oleh tingginya permintaan masyarakat memasuki hari raya Idul Fitri. Berdasarkan data SPH yang ada, kelompok volatile food yang didominasi oleh bahan pangan/makanan utama masyarakat tercatat mengalami tingkat kenaikan harga yang lebih tinggi baik apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (TW III 2013) maupun dengan periodetriwulan sebelumnya. Tingginya tingkat inflasi volatile didorong oleh kenaikan harga bahan pangan khususnya pada sub-kelompok perikanan yakni komoditas ikan bandeng, bawal, cakalang, dan ikan teri yang masing-masing mengalami kenaikan sebesar 7,02% (qtq), 8,52% (qtq), 13,11% (qtq) dan 31,56% (qtq) di periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
42
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
Inflasi administered price Kota Kendari yang terdiri dari kelompok komoditas yang diatur oleh pemerintah diprakirakan menjadi komponen inflasi yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap laju inflasi secara triwulanan di periode laporan. Pergerakan inflasi komponen administered price di periode laporan diprakirakan didorong oleh kenaikan 2 (dua) komoditas utama dari kelompok yang diatur pemerintah yakni tarif dasar listrik dan bahan bakar rumah tangga. Berdasarkan analisa data SPH baik secara bulanan maupun triwulanan, 2 (dua) komoditas tercatat mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi selama periode laporan triwulan III. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menaikan harga tarif dasar listrik secara berkala masing-masing sebesar 3,23% (mtm, Juli), 4,58% (mtm, Agustus), 3,20% (mtm, September) sehingga secara kumulatif triwulan III dibanding dengan posisi di triwulan II komoditas tarif dasar listrik diketahui mengalami kenaikkan indeks harga sebesar 11,41% (qtq). Lebih lanjut, kenaikan indeks harga bahan bakar rumah tangga sebesar 4,66% (qtq) di periode laporan juga turut mendorong pergerakan tingkat inflasi komponen administered price di periode laporan. Sementara itu, penurunan tingkat harga tarif angkutan kota dan harga bensin di periode triwulan III diprakirakan menahan laju inflasi komponen administered price.
Disisi lain, pergerakan tingkat inflasi inti ( core inflation ) kota Kendari di TW III 2014 diprakirakan masih berada di level yang relatif moderat. Pergerakan tingkat inflasi yang terjadi pada komponen core inflation diprakirakan didorong oleh pergerakan harga pada beberapa sub-kelompok yang tergabung dalam komponen core inflation seperti sub-kelompok makanan jadi dan sub-kelompok sandang wanita. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah komoditas kue kering sebesar 4,98% (qtq), dan mie instan sebesar 7,33% (qtq). Disamping itu, kenaikan harga komoditas sandang khususnya sub-kelompok sandang wanita juga diprakirakan turut memberikan sumbangan atas laju inflasi komponen inti di periode laporan. Komoditas sandang wanita yang tercatat mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi diantaranya adalah blus sebesar 17,28% (qtq), celana panjang sersin sebesar 16,89% (qtq), dan gaun terusan sebesar 19,23% (qtq).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
43
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
3.4 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Tabel 3.1 Inflasi Kelompok Komoditas (QtQ, %) 2013
KELOMPOK
1
INFLASI IHK (QtQ) Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
0.18% 0.24% 0.65% 0.88% -1.03% 1.58% 0.66% -0.96%
2
1.94% 0.88% 0.95% 5.84% -7.33% 0.09% -0.04% 4.54%
3
4.79% 7.91% 1.69% 0.96% 1.60% 0.02% 0.42% 11.99%
4
-1.20% -5.15% 0.55% 0.79% -1.31% 1.04% 0.11% 0.19%
1
0.76% -4.69% 0.82% 0.76% 0.48% 1.05% 0.08% -0.21%
2014 2
1.28% 4.34% 1.01% 0.12% -0.34% 0.88% 0.30% 0.70%
3
1.58% 2.98% 1.54% 2.01% 0.36%
1.22% 0.66% 0.48%
Sumber : BPS Provinsi Sultra diolah
Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pergerakan tingkat inflasi pada triwulan III 2014 mengalami peningkatan yakni sebesar 1,58% (qtq) setelah sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,28% (qtq). Inflasi yang terjadi di periode laporan didorong oleh kenaikan indeks harga yang cukup tinggi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,98% (qtq); kelompok perumahan, listrik, air gas, dan bahan bakar sebesar 2,01% (qtq); kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,54%; serta kelompok kesehatan sebesar 1,22% (qtq). Sementara pergerakan beberapa kelompok lainnya tercatat relatif rendah dan stabil. Laju inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan secara dominan didorong oleh kenaikan indeks harga pada sub-kelompok ikan segar sebesar 7,33% (qtq), sub-kelompok buah-buahan sebesar 5,24% (qtq), dan sub-kelompok lemak minyak sebesar 7,61% (qtq). Sementara laju inflasi yang terjadi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar secara dominan didorong oleh kenaikan indeks harga pada sub-kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 6,40% (qtq). Sementara pergerakan tingkat inflasi pada beberapa kelompok lainnya tercatat moderat dan relatif stabil (Tabel 3.1). Pada sub bahasan selanjutnya akan dibahas beberapa kelompok yang memberikan kontribusi signifikan atas tingkat inflasi di kota Kendari pada triwulan III 2014, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar; kelompok kesehatan; serta kelompok makanan jadi. Kelompok bahan makanan kembali memberikan sumbangan inflasi. Pada periode laporan kelompok bahan makanan tercatat mengalami inflasi yang cukup signifikan yakni sebesar 2,98% (qtq), sedikit mereda setelah di periode sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 4,34% (qtq).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
44
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
Inflasi tersebut tersebut didorong oleh koreksi harga yang cukup signifikan pada subkelompok ikan segar sebesar 7,33% (qtq), sub-kelompokbuah-buahan sebesar 5,24% (qtq)
dan sub-kelompok lemak minyak sebesar 7,61%, (qtq). Sementara pergerakan
tingkat inflasi beberapa sub-kelompok lainnyta tercatat relatif stabil. (Grafik 3.7). Setelah pada periode sebelumnya tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi, kelompok bahan makanan tercatat kembali mengalami inflasi di periode laporan yang didorong oleh puncak inflasi secara bulanan di bulan Juli seiring dengan momen hari raya Idul Fitri. Meski demikian, diketahui bahwa pasca puncak inflasi di bulan Juli, terjadi penurunan tingkat inflasi secara triwulanan yang didorong oleh deflasi bulanan yang terjadi pada bulan Agustus dan September sebagai efek balik koreksi harga kebawah pasca kenaikan di hari raya Idul Fitri. Sub-kelompok lemak minyak tercatat mengalami kenaikan indeks harga yang paling tinggi sebesar 7,61% (qtq), diikuti oleh sub-kelompok ikan segar sebesar 7,33% (qtq) dan sub-kelompok buah-buahan sebesar 5,24% (qtq). Tingginya tingkat inflasi sub-kelompok ikan segar didorong oleh kenaikan harga yang cukup tinggi pada komoditas ikan bandeng (7,02%, qtq), ikan bawal (8,52% (qtq), ikan cakalang (9,80% (qtq), dan ikan teri (31,56%, qtq). Tingginya kenaikan harga disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan masyarakat akan kebutuhan bahan pangan seperti tomat buah dan minyak lemak seiring dengan momen hari raya Idul Fitri sehingga mendorong kenaikan harga komoditas tomat buah dan minyak goreng untuk kebutuhan memasak. Disisi lain, tingginya kenaikan indeks harga komoditas perikanan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: (1) Kecenderungan masyarakat nelayan untuk tidak pergi melaut selama rentang waktu 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah lebaran, menyebabkan ketersediaan stok ikan segar berkurang drastis, (2) puncak musim angin timur yang terjadi di bulan Juni dan Juli turut menjadi hal yang mendorong minimnya ketersediaan stok ikan segar di pasaran. Berdasarkan hasil survey dan liaison rendahnya pasokan di pasaran yang disebabkan oleh puncak musim angin timur yang terjadi di bulan Juni dan Juli sehingga mendorong kenaikan harga komoditas ikan segar di periode triwulan III khususnya pada bulan Juli, diperkirakan bahwa penurunan produksi ikan pada saat puncak musim angin timur mencapai hingga 90% dari kapasitas produksi normal. Meski demikian, berakhirnya pola musim angin timur di bulan agustus yang langsung dilanjutkan oleh musim panen ikan tangkap membuat harga ikan secara langsung terkoreksi kebawah, sehingga tercatat mengalami deflasi di bulan September sebesar 4,28% (qtq) sekaligus menahan laju inflasi sub-kelompok ikan segar secara triwulanan. Lebih lanjut, komoditas ikan bandeng, bawal, cakalang, ikan kembung dan ikan teri tercatat mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi yakni masing-masing sebesar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
45
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
7,02% (qtq), 8,50% (qtq), 9,80% (qtq), 13,11% (qtq), dan 31,56% (qtq). Disisi lain, pergerakan inflasi dari sub-kelompok lemak minyak didorong oleh tingginya kenaikan indeks harga minyak goring baik secara analisa triwulanan sebesar 8,74% (qtq) maupun secara spasial bulanan masing-masing sebesar 4,19% (mtm, Juli), 0,84% (mtm, Agustus) dan sebesar 3,50% (mtm, September). Sementara itu, pergerakan tingkat inflasi subkelompok buah-buahan secara dominan didorong oleh kenaikan indeks harga yang sangat tinggi pada komoditas tomat buah sebesar 36,58% (qtq). Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan BAHAN MAKANAN (2.98% , QTQ) BUAH-BUAHAN (5.24%, QTQ)
12%
IKAN SEGAR (7.33%, QTQ) LEMAK MINYAK (7.61%, QTQ)
9% 6% 3% 0%
-3% -6% -9% -12% 1
2
3
4
2012
1
2
3
4
1
2013
2
3
2014
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diolah
Kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar juga tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi yakni sebesar 2,01% (qtq), setelah sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,12% (qtq). Hal tersebut secara dominan didorong oleh kenaikan tingkat inflasi yang terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 6,40% (qtq) setelah pada periode sebelumnya tercatat mengalami inflasi sebesar 0,20 % (qtq). (Grafik 3.8). Disisi lain, pergerakan harga beberapa sub-kelompok lainnya tercatat relatif stabil. Berdasarkan hasil analisis data yang ada, kenaikan tingkat inflasi pada sub-kelompok bahan bakar, penerangan dan air secara dominan didorong oleh naiknya indeks harga komoditas tarif dasar listrik sebesar 11,41% (qtq) dan komoditas bahan bakar rumah tangga sebesar 4,66% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menaikan harga tarif dasar listrik secara berkala hampir untuk semua golongan. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi bulanan komoditas tarif dasar listrik masing-masing sebesar 3,23% (juli), 4,58% (Agustus), dan 3,20% (September).
Disisi lain, kenaikan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
46
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
harga gas elpiji pada bulan Agustus juga turut memberikan dorongan inflasi di periode laporan. Secara bulanan, komoditas bahan bakar rumah tangga tercatat mengalami puncak inflasi di bulan September yakni sebesar 3,93% (mtm), sehingga mendorong pergerakan tingkat inflasi triwulanan sebesar 4,66% (qtq). Lebih lanjut, pergerakan harga beberapa komoditas lainnya tercatat tidak mengalami pergerakan harga yang signifikan. selama rentang periode triwulan III 2014.
Grafik 3.6 Inflasi kelompok Perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar 0.10 0.08
0.06 0.04
0.02 0.00 -0.02
1
2
3
4
1
2012
2
3
4
2013
1
2
3
2014
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB (2,01%, QTQ)
BIAYA TEMPAT TINGGAL (0,41%, QTQ)
BAHAN BAKAR, PENERANGAN & AIR (6,40%, QTQ)
PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA (-0,24%, QTQ)
PENYELENGGARAAN RUMAH TANGGA (1,86%, QTQ)
Sumber : BPS Provinsi Sultra diolah
Disamping 2 (dua) kelompok yang telah dijelaskan diatas, kelompok makanan jadi turut memberikan sumbangan inflasi di periode laporan. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau tercatat mengalami kenaikan tingkat inflasi yakni sebesar 1,54% (qtq) setelah pada periode triwulan sebelumnya diketahui mengalami inflasi sebesar 1,01% (qtq). (grafik 3.9). Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa inflasi yang terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau didorong oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok makanan jadi yakni sebesar 2,05% (qtq) setelah sebelumnya diketahui mengalami inflasi 1,23% (qtq). Disamping itu, sub-kelompok rokok, tembakau dan minuman beralkohol juga tercatat mengalami inflasi yakni sebesar 1,83% (qtq) setelah di periode sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,21% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, diketahui bahwa kue kering dan mie instan mengalami kenaikan indeks harga tertinggi yakni masing-masing sebesar 4,98% (qtq) dan 7,33% (qtq). Disisi lain, dari sub-kelompok tembakau dan minuman beralkohol, seluruh komoditas rokok baik rokok kretek, rokok
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
47
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
kretek filter dan rokok putih tercatat mengalami kenaikan indeks harga masing-masing sebesar 2,52% (qtq), 1,45% (qtq) dan 2,17% (qtq). Faktor penyebab kenaikan indeks harga yang terjadi pada 2 (dua) sub-kelompok tersebut masih didorong oleh hal yang sama, yakni terkait pola musiman di hari raya Idul Fitri, tingginya tingkat permintaan masyarakat akan kue kering dan konsumsi rokok mendorong para pelaku usaha untuk menaikan harga jual atas komoditas dimaksud. Diketahui bahwa sub-kelompok sandang laki-laki, sub-kelompok sandang wanita, dan sub-kelompok barang pribadi & sandang lainnya tercatat mengalami deflasi masingmasing sebesar 0,63% (qtq), 0,03% (qtq) dan 0,75% (qtq). Tercatat bahwa hanya subkelompok sandang anak-anak saja yang mengalami pergerakan harga keatas yakni sebesar 0,04% (qtq). Deflasi yang terjadi di kelompom sandang didorong oleh penurunan harga pada beberapa komoditas diantaranya baju kaos berkerah (-0,63%, qtq), pembalut wanita (-0,28%, qtq) , emas perhiasan (-1,16%, qtq) dan tutup kepala/topi (-6,11%, qtq), sementara pegerakan harga komoditas-komoditas lainnya tercatat relatif stabil. Penurunan harga beberapa komoditas diatas sejalan dengan faktor pola musiman dimana menjelang memasuki bulan suci ramadhan di akhir periode triwulan II 2014 banyak penjual/pelaku usaha yang memberikan diskon/potongan terutama atas barang-barang sandang berupa pakaian seperti kaos, baju, kemeja serta beberapa komoditas-komodtas
fashion lainnya. Lebih lanjut, penurunan harga emas yang mengikuti pergerakan harga emas dunia juga turut menjadi salah satu faktor yang mendorong terjadinya deflasi pada kelompok sandang. Grafik 3.7 Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU (1,01%,QTQ) MAKANAN JADI (1,23%,QTQ) MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL (0.28%,QTQ) ROKOK, TEMBAKAU & MINUMAN BERALKOHOL (1.21%,QTQ)
5%
4% 3% 2%
1% 0% -1%
-2% -3% 1
2
3 2012
4
1
2
3
4
2013
1
2
3
2014
Sumber : BPS Provinsi Sultra diolah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
48
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
3.5 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Dalam rangka mengendalikan inflasi di tahun 2014, TPID telah melakukan penyusunan isu strategis serta rekomendasi kebijakan. Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi diantaranya adalah terkait penguatan ketahanan pangan daerah sesuai dengan konteks Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan. Terdapat 2 (dua) permasalahan utama yang dihadapi oleh TPID Provinsi Sulawesi Tenggara yakni dari sisi produksi dan dari sisi distribusi. Terkait sisi produksi, tingginya tingkat ketergantungan provinsi Sulawesi Tenggara atas pasokan bahan pangan dari daerah lain menjadi salah satu hal yang perlu menjadi perhatian utama bagi pemerintah provinsi. Disamping itu, dari fakta yang ada di lapangan diketahui bahwa terdapat konversi lahan pertanian subur menjadi lahan pertanian komoditas lainnya, disamping itu masalah permodalan juga kembali menjadi kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha tani di Sulawesi Tenggara. Disisi lain, relatif minimnya pengetahuan akan teknologi terkini terkait teknik budidaya dalam rangka mendukung peningkatan kinerja dan produktivitas juga masih menjadi kendala dalam rangka menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan di Sulawesi Tenggara. Sejalan dengan permasalahan diatas, tingginya tingkat gangguan hama dan penyakit pada tanaman pangan ternak juga turut berimbas atas rendahnya produktivitas dan ketahanan pangan. Disamping menyebabkan tingginya tingkat gangguan hama dan penyakit pada komoditas tanaman pangan dan komoditas ternak, relatif rendahnya penerapan teknologi budidaya juga turut menyebabkan sulitnya meningkatkan produksi atas komoditas tanaman pangan seperti sayur dan buah, serta komoditas ternak. Dari sisi distribusi, berdasarkan informasi yang berhasil didapat dari kondisi langsung di lapangan, sejalan dengan tingginya tingkat ketergantungan provinsi Sulawesi Tenggara akan pasokan bahan pangan dari luar Sulawesi Tenggara maka faktor infrastruktur seperti keterbatasan infrastruktur pelabuhan khususnya di kota Kendari dan relatif masih rendahnya infrastruktur jalan di sekitar provinsi Sulawesi Tenggara juga turut menjadi kendala yang perlu dicermati oleh pihak pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara. Menyikapi beberapa isu/permasalahan yang berhasil diidentifikasi, maka Bank Indonesia bekerja sama dengan TPID Provinsi Sulawesi Tenggara sepakat mengeluarkan beberapa rekomendasi kebijakan sebagai alternatif solusi atas permasalahan dimaksud. Beberapa rekomendasi kebijakan dimaksud diantaranya adalah optimalisasi dan sinergi pelaksanaan program pemerintah antara SKPD terkait sehingga arah kebijakan menjadi selaras sesuai dengan permasalahan yang ada dilapangan. Disamping itu upaya dalam rangka meningkatkan rasio land man dengan mengeluarkan peraturan pemerintah yang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
49
BAB III – Inflasi Daerah
Triwulan III 2014
mengatur penyediaan lahan beririgasi abadi. Disamping itu, pengembangan dan pengenalan teknologi baru yang tepat guna kepada para pelaku usaha tani serta peningkatan anggaran yang akan digunakan untuk keperluan riset dan pengembangan teknologi produksi serta pengolahan produk juga diharapkan dapat turut meningkatkan produktivitas yang berdampak pada terciptanya ketahanan pangan daerah. Lebih lanjut, pemerintah juga melihat perlu adanya pengembangan industri turunan hasil pertanian sehingga dapat menyerap komoditas hasil pertanian secara lebih optimal pada saat panen raya dan stok melimpah. Lebih lanjut, upaya pemerintah yang akan ditempuh dalam rangka mengatasi masalah distribusi diantaranya adalah peningkatan anggaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk perbaikan ruas jalan yang rusak di sekitar kota/kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara. Disamping peningkatan anggaran guna perbaikan sarana jalan, pemerintah juga merencanakan untuk merelokasi pelabuhan yang ada di kota Kendari ke tempat yang lebih strategis sehingga dapat mempermudah arus bongkar muat barang dari kapal-kapal yang masuk ke kota Kendari.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
50
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
BAB IV SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
BAB IV SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
Kinerja perbankan Sulawesi Tenggara di periode laporan menunjukan perkembangan yang positif dengan pertumbuhan aset sebesar 4,83% (yoy). Sehingga secara total aset perbankan tercatat sebesar Rp. 18,76 Triliun.
Perkembangan kredit tercatat tumbuh sebesar 11,22% (yoy), lebih besar dari perkembangan DPK yang tercatat sebesar 10,32% (yoy) sehingga mendorong angka LDR menjadi sebesar 112,09% di periode laporan.
Kinerja BPR di periode laporan tercatat tumbuh positif, ditandai dengan pertumbuhan aset sebesar 45,81% (yoy) atau senilai Rp. 162,96 Miliar. Perkembangan aset di periode laporan didorong oleh perkembangan DPK dan Kredit yang masing-masing tumbuh sebesar 22,34% (yoy) dan 41,40% (yoy).
Pada triwulan III 2014, kinerja perbankan syariah tercatat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Hal tersebut didorong oleh penurunan aset yang tercatat sebesar 25,90% (yoy).
Meski demikian, pertumbuhan positif komponen DPK dan
komponen kredit masih mengindikasikan perkembangan positif dunia perbankan syariah di Sulawesi Tenggara pada periode laporan.
Kinerja DPK maupun kredit perbankan syariah di periode laporan tercatat tumbuh positif cukup tinggi yakni masing-masing sebesar 11,80% (yoy) dan 29,18% (yoy). Disamping itu, perkembangan positif perbankan syariah juga tercermin dari pertumbuhan laba di periode laporan sebesar Rp, 2,3 Miliar atau tumbuh positif sebesar 6,44% (yoy) dan secara triwulanan tercatat mengalami peningkatan laba sebesar Rp. 9,3 Miliar atau tumbuh sebesar 41,00% (qtq).
Penurunan aset perbankan syariah di Sulawesi Tenggara didorong oleh penarikan sejumlah dana penempatan antar bank di salah satu bank syariah di Sulawesi Tenggara seiring kebutuhan likuiditas yang cukup di periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
51
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 kembali menunjukkan perkembangan yang positif, hal tersebut tercermin dari pertumbuhan positif aset sebesar 4,83% (yoy). Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan III 2014 menjadi Rp. 18,76 Triliun. Meski demikian, tingkat pertumbuhan aset tersebut tercatat mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya yang tercatat rata-rata sebesar 13,00% (yoy). Perkembangan aset perbankan diantaranya didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh cukup tinggi sebesar 11,22% (yoy). Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 10,32% (yoy) sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 112,09%, tercatat sedikit mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan rasio LDR di periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 111,18% (yoy). Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 2,67% (Tabel 4.1) meski mengalami sedikit kenaikan dari angka NPL di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,97% (yoy). Kinerja dan efisiensi perbankan juga tercermin dari Rasio BOPO dan NIM yang masing-masing sebesar 58,10% dan 10.88%. Pada periode laporan, komponen DPK
Grafik 4.1 Pangsa DPK Perbankan Sultra
masih didominasi oleh dana tabungan dengan pangsa sebesar 48,97% atau
22%
senilai Rp6,13 Triliun, diikuti oleh giro dan deposito dengan pangsa dan nilai masing-masing sebesar 29,30% (Rp3,67
29%
- Giro 3,67T)
(Rp.
- Tabungan (Rp. 6,13T)
49%
- Deposito (Rp. 2,72T)
Triliun) dan 21,72% (Rp2,72 Triliun) (grafik 4.1). Meski masih mendominasi komponen DPK, namun terjadi tren perlambatan pertumbuhan komponen tabungan dari sebelumnya tercatat sebesar 10,87% (yoy) menjadi sebesar 3,01% (yoy). Disisi lain, komponen deposito yang sebelumnya tercatat tumbuh terkontraksi sebesar -3,53% (yoy), tercatat tumbuh terakselerasi sangat tinggi sebesar 48,97% (yoy) di periode laporan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
52
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Grafik 4.2 Pangsa Kredit Perbankan Sultra
Lebih lanjut, untuk komponen kredit Modal Kerja (Rp. 4,02T)
28%
masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa sebesar 59,66% atau senilai Rp8,38 Triliun, dan diikuti oleh
60%
12%
Investasi (Rp. 1,65T)
Konsumsi (Rp. 8,38T)
kredit modal kerja dan kredit investasi dengan pangsa dan nilai masingmasing
sebesar
28,62%
(Rp4,02
Triliun) dan 11,72% (Rp1,65 Triliun) (grafik 4.2). Selain memiliki pangsa
tertinggi dari komponen pembentuk kredit, kredit konsumsi juga tercatat tumbuh terakselerasi cukup tinggi yakni sebesar 16,87% (yoy), mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi dibanding komponen kredit modal kerja maupun kredit investasi. Disisi lain, kredit investasi justru tercatat tumbuh menurun cukup dalam di periode laporan sebesar 7,56% (yoy).
Grafik 4.3 Perkembangan BOPO Perbankan 80%
3
70%
2
60% 2 50% 1 40% 1
20% Biaya Operasional (juta)
Q3-2010 Q3-2011 Q3-2011 Q3-2012 Q3-2012 Q3-2013 Q3-2014 528,964 697,246 697,246 755,073 755,073 825,323 1,162,940
Pendapatan Operasional (juta) 935,371 1,248,8641,248,8641,414,5061,414,5061,588,9232,001,625 Rasio BOPO
Sejalan
dengan
56.55%
hal
diatas,
55.83%
kinerja
55.83%
53.38%
53.38%
perbankan
51.94%
syariah
-
Triliun
30%
58.10%
menunjukkan
perkembangan yang menurun di periode laporan triwulan III 2014 dengan indikator pertumbuhan aset sebesar -25,90% (yoy). Penurunan pertumbuhan aset tersebut ditahan oleh pertumbuhan positif pada komponen DPK dan Kredit yang pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
53
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
periode laporan masing-masing tercatat tumbuh positif sebesar 11,80% (yoy) dan 29,18% (yoy). (Tabel 4.5). Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 148,82% (Tabel 4.5). Meski angka FDR tercatat cukup tinggi, namun demikian tingkat Net Performing Ratio (NPF) pada periode laporan masih terjaga dilevel yang relatif cukup rendah yakni sebesar 4,06%, dibawah ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 5,00%.
Tabel 4.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Indikator
2010 Q3
2011 Q3
2012 Q3
2013 Q3
2014 Q3
Aset (Juta) Total Aset 7,634,761 11,327,141 15,259,765 17,896,458 18,761,110 Bank Umum 7,568,889 11,253,696 15,166,217 17,784,694 18,598,150 BPR 65,872 73,444 93,548 111,764 162,960 DPK (Juta) Total DPK 5,660,861 8,014,479 10,077,553 11,353,393 12,525,011 Bank Umum 5,605,866 7,961,890 10,019,604 11,283,758 12,439,821 BPR 54,995 52,589 57,949 69,634 85,190 Kredit Yang Disalurkan (Juta) Total Kredit 5,687,753 7,634,933 10,014,662 12,622,965 14,039,812 Bank Umum 5,636,337 7,580,696 9,938,830 12,531,116 13,909,941 BPR 51,415 54,237 75,832 91,849 129,871 Loan To Deposit Ratio (LDR) Total LDR 100.48% 95.26% 99.38% 111.18% 112.09% Bank Umum 100.54% 95.21% 99.19% 111.05% 111.82% BPR 93.49% 103.13% 130.86% 131.90% 152.45% Non Performing Loan (NPL) Total NPL 144,615 172,771 166,779 249,133 374,221 Bank Umum 140,259 164,192 156,891 236,493 361,526 BPR 4,356 8,579 9,888 12,640 12,695 Total NPL 2.54% 2.26% 1.67% 1.97% 2.67% Bank Umum 2.49% 2.17% 1.58% 1.89% 2.60% BPR 8.47% 15.82% 13.04% 13.76% 9.78%
Pangsa Q3-2013 Q3-2014
Growth (y-o-y) Q3-2013 Q3-2014
99.38% 0.62%
99.13% 0.87%
17.28% 17.27% 19.47%
4.83% 4.57% 45.81%
99.39% 0.61%
99.32% 0.68%
12.66% 12.62% 20.16%
10.32% 10.25% 22.34%
99.27% 0.73%
99.07% 0.93%
26.04% 26.08% 21.12%
11.22% 11.00% 41.40%
99.88% 118.64%
99.75% 136.00%
11.88% 11.96% 0.80%
0.82% 0.69% 15.58%
94.93% 5.07%
96.61% 3.39%
49.38% 50.74% 27.83% 18.51% 19.55% 5.54%
50.21% 52.87% 0.44% 35.05% 37.72% -28.97%
4.1.1 Bank Umum Aset Bank Umum triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp18,60 Triliun, tumbuh 4,57% (yoy) dibanding triwulan III 2013 yang tercatat sebesar Rp17,78 Triliun. Pertumbuhan aset dimaksud diantaranya didorong oleh penghimpunan dana dan penyaluran kredit yang masing-masing tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 10,25% (yoy) dan 11,00% (yoy). Perkembangan aset perbankan di Sulawesi Tenggara diketahui mengalami pelambatan yang cukup dalam apabila dibandingkan posisi yang sama pada tahun 2013 yang mencapai 17,27%. Bahkan lebih lanjut, berdasarkan analisa secara triwulanan diketahui bahwa terjadi penurunan aset perbankan sebesar 2,63% (qtq). Melambatnya pertumbuhan aset secara tahunan dan penurunan aset secara triwulanan didorong oleh penurunan harga surat berharga di pasar global sehingga memberikan dampak langsung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
54
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
atas menurunnya nilai aset perbankan. Berdasarkan analisa lebih dalam, sejalan dengan hal tersebut diketahui bahwa bank yang mengalami penurunan aset terbesar adalah bank dengan kategori Buku 3 dan 4 yang memiliki pangsa aset dominan. Disisi lain, kinerja bank dalam menghimpun dana dari pihak ketiga dan dalam penyaluran kredit masih mencerminkan kinerja yang positif, terkonfirmasi dengan tingkat pertumbuhan DPK dan kredit masing-masing sebesar 10,25% (yoy) dan 11,00% (yoy). Penghimpunan DPK pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp12,40 Triliun atau tumbuh sebesar 10,25% (yoy). Pertumbuhan DPK dimaksud mengalami sedikit perlambatan apabila dibandingkan dengan posisi di Triwulan III 2013 yang tercatat tumbuh sebesar 12,62% (yoy). Perlambatan pertumbuhan DPK didorong oleh melambatnya tingkat pertumbuhan komponen pembentuk DPK yakni pada komponen giro dan tabungan. Sementara disisi lain, komponen deposito justru mengalami pertumbuhan yang signifikan yakni sebesar 49,91% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan naiknya tingkat suku bunga deposito regional di Sulawesi Tenggara, khususnya selama rentang 3 (tiga) triwulan terakhir. Hal ini mengindikasikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat terkait penempatan dana dari instrumen giro dan tabungan kepada instrumen deposito sebagaimana yang terjadi pada kondisi di triwulan sebelumnya. Namun demikian, meski mengalami perlambatan akan tetapi pertumbuhan instrumen perbankan pada periode triwulan III 2014 masih pada kategori cukup tinggi serta menunjukan akses perbankan yang semakin meningkat di Sulawesi Tenggara. Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Bank Umum
Indikator
Trw-III 2010 Trw-III 2011 Trw-III 2012 Trw-III 2013 Trw-III 2014
Pangsa
Growth
TW-III 2013 TW-III 2014 TW-III 2013 TW-III 2014
Total Asset DPK Bank Umum - Giro - Tabungan - Deposito Kredit Bank Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (cognos) KUR Loan to Deposit Ratio (LDR) NPLs BU (Gross) Rasio NPLs BU (Gross) Laba/Rugi
7,568,889 11,253,696 15,166,217 17,784,694 18,598,150 5,605,866 7,961,890 10,019,604 11,283,758 12,439,821 1,231,837 1,889,061 2,813,488 3,572,444 3,670,433 31.66% 3,277,826 4,405,454 5,341,306 5,920,152 6,084,274 52.47% 1,096,203 1,667,375 1,864,810 1,791,162 2,685,114 15.87% 5,636,337 7,580,696 9,938,830 12,531,116 13,909,941 1,953,527 2,592,187 3,130,407 3,604,801 3,917,743 28.77% 443,990 674,436 1,036,589 1,779,458 1,642,898 14.20% 3,238,820 4,314,074 5,771,834 7,146,857 8,349,300 57.03% 1,740,576 2,660,963 3,243,472 4,177,461 4,781,148 146,522 242,730 376,357 415,426 402,311 100.54% 95.21% 99.19% 111.05% 111.82% 140,259 164,192 156,891 236,493 361,526 2.49% 2.17% 1.58% 1.89% 2.60% 404,375 547,781 650,456 750,131 827,095
17.27%
4.57%
12.62%
10.25%
29.51%
26.98%
2.74%
48.91%
10.84%
2.77%
21.58%
-3.95%
49.91%
26.08%
11.00%
28.17%
15.15%
8.68%
11.81%
71.66%
-7.67%
60.02%
23.82%
16.82%
28.80% 14.45% 10.38% -3.16% 50.74% 52.87% 15.32% 10.26%
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
55
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Berdasarkan pangsanya, dominasi DPK masih terdapat pada tabungan dengan pangsa 48,91% atau sebesar Rp 6,08 Triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan dananya dalam bentuk current account yang dapat ditarik
setiap
saat
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Meski
demikian
terdapat
kecenderungan penurunan pangsa untuk komponen tabungan apabila dibandingkan dengan data di periode sebelumnya. Disisi lain, pangsa komponen deposito justru tercatat meningkat dari sebelumnya sebesar 15,87% di triwulan III 2013 menjadi sebesar 21,58% di periode laporan. Hal tersebut sejalan strategi dunia perbankan dengan meningkatkan tingkat suku bunga deposito seiring guna melakukan penghimpunan dana dari masyarakat. Grafik 4.4 Pertumbuhan Nominal dan (g) DPK Bank Konvensional Rp7
90%
Rp6
70%
Rp5
50%
Rp4
30%
Rp3
-10%
Rp2
-30%
Rp1
-50%
Rp0 Q3-2011
Q3-2012
Q3-2013
Q3-2014
Giro(Thn.Q3-2014,Rp3,67 T)
Tabungan(Thn.Q3-2014,Rp6,08 T)
Deposito(Thn.Q3-2014,Rp2,69 T)
(g) Giro(Thn.Q3-2014,2,74%)
(g) Tabungan(Thn.Q3-2014,2,77%)
(g) Deposito(Thn.Q3-2014,49,91%)
Triliun
10%
Masih sejalan dengan pola di periode sebelumnya dimana lebih tingginya tingkat pertumbuhan komponen kredit dibandigkan dengan komponen DPK mendorong pembentukan angka LDR yang lebih tinggi di periode laporan. Angka LDR Bank Umum Sulawesi Tenggara di periode laporan tercatat sebesar 111,82% (yoy), meningkat dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar 111,05% (yoy). Berdasarkan nominalnya, angka penyaluran kredit bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 mencapai Rp13,91 Triliun dengan peningkatan sebesar Rp1,38 Triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, atau tercatat tumbuh sebesar 11,00% (yoy).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
56
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Grafik 4.5 Pangsa dan Nominal DPK Triwulan III 2014 (%, Triliun)
Triwulan III 2014
Grafik 4.6 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan Triwulan III 2014 (%, Triliun)
- Giro (Rp. 3,67T)
22%
29%
28% - Tabungan (Rp. 6,08T)
49%
60%
Modal Kerja (Rp. 3,92T) Investasi (Rp. 1,64T)
12%
- Deposito (Rp. 2,69T)
Konsumsi (Rp. 8,35T)
Dari sisi penggunaan, melambatnya tingkat pertumbuhan kredit selain didorong oleh kredit investasi yang tumbuh terkontraksi (-7,67%) juga didorong oleh melambatnya tingkat pertumbuhan kredit konsumsi dari sebesar 23,82% di triwulan III 2013 menjadi sebesar 16,82% di triwulan III 2014. Sejalan dengan hal tersebut, kredit modal kerja juga tercatat tumbuh melambat dari sebesar 15,15% di triwulan III 2013 menjadi 8,68% pada triwulan III 2014 (Grafik 4.7). Dari sisi jenis penggunaan, pangsa kredit terbesar masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dengan nominal Rp 8,35 Triliun atau 60,02% dari total kredit. Sementara kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar Rp 3,92 Triliun dan Rp 1,64 Triliun dengan pangsa masing-masing sebesar 28,2% dan 11,8% dari total kredit (Grafik 4.5). Grafik 4.7 Pertumbuhan Nominal dan (g) Kredit Bank Konvensional Rp10
50%
Rp8 Rp6
30%
Rp4
10%
Rp2 Rp0 Q3-2011
Q3-2012
Q3-2013
Q3-2014
Triliun
-10% Modal Kerja(Thn.Q3-2014,Rp3,92 T)
Investasi(Thn.Q3-2014,Rp1,64 T)
Konsumsi(Thn.Q3-2014,Rp8,35 T)
(g) Modal Kerja(Thn.Q3-2014,8,68%)
(g) Investasi(Thn.Q3-2014,-7,67%)
(g) Konsumsi(Thn.Q3-2014,16,82%)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
57
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Dari sisi sektoral masih sama dengan karakteristik di periode sebelumnya yaitu secara keseluruhan sektor kredit mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, bahkan pada terdapat beberapa sektor kredit yang tercatat tumbuh terkontraksi. Dari data yang ada, diketahui bahwa terdapat tiga sektor yang tumbuh terkontraksi yaitu sektor pertanian sebesar -60,88%; sektor listrik, gas dan air sebesar -55,02% dan jasa dunia usaha sebesar -38,72%. Tercatat hanya kredit sektor jasa sosial yang tumbuh terakselerasi sebesar 16,07% (yoy) setelah di periode yang sama tahun sebelumnya tumbuh terkontraksi sebesar -8,36% (yoy).
Grafik 4.8 Pertumbuhan Kredit Sektoral Lainnya
Q3-2014
Jasa Sosial
Q3-2013
Jasa Dunia Usaha
Angkutan Perdagangan Konstruksi
Listrik, Gas & Air Industri Pertambangan Pertanian
-20%
30%
80%
130%
180%
Berdasarkan pangsanya, dominasi penyaluran kredit sektoral masih pada kredit sektor lainnya (non usaha) dan PHR dengan pangsa masing-masing sebesar 60,18% dan 30,07%. Sementara itu, sektor usaha yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dan konstruksi memiliki pangsa kredit relatif kecil masing-masing sebesar 0,90%, 0,57%, 1,27% dan 3,38%. Penyebab relatif kecilnya pangsa pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko khususnya pada sektor pertanian, serta dominasi pembiayaan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara di sektor pertambangan, industri dan konstruksi yang juga merupakan sektor padat modal, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi pihak perbankan untuk masuk lebih dalam kepada sektor-sektor tersebut.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
58
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Grafik 4.9 Pangsa Kredit Sektoral Lainnya
Jasa Sosial Jasa Dunia… Angkutan
60.18% 0.15% 2.86% 0.59%
Perdagangan Konstruksi
30.07% 3.38%
Listrik, Gas… 0.03% Industri
1.27% 0.57%
Pertanian
0.90%
Pangsa Kredit Per Sektor Usaha
Meskipun penyaluran kredit mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya, namun angka pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan III 2014 masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 11,00% (yoy). Disisi lain, perlambatan pertumbuhan kredit Sulawesi Tenggara sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di periode triwulan III 2014 yang tercatat sebesar 7,69% (yoy). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK mengakibatkan angka Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum berada pada angka yang cukup tinggi yaitu 111,82%. Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan LDR pada posisi yang sama tahun 2013 yang tercatat sebesar 111,05%. Kondisi ini menunjukkan bahwa DPK yang dihimpun telah digunakan secara optimal untuk pembiayaan kegiatan perekonomian Sulawesi Tenggara. LDR diatas 100% juga didorong oleh optimalisasi penyaluran kredit beberapa bank yang baru melakukan kegiatan operasional di Sulawesi Tenggara. Meski demikian, peningkatan angka LDR juga turut diikuti oleh meningkatnya angka NPL dari sebelumnya tercatat sebesar 1,89% menjadi 2,60%. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bagi dunia perbankan agar proses proses penyaluran kredit yang ada dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan dilakukan dengan analisa yang kuat terkait faktor-faktor risiko yang mungkin timbul di kemudian hari, sehingga bank dapat terhindar dari risiko kredit macet yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat kesehatan bank dan kinerja laba perbankan. Lebih lanjut, penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh relatif tinggi juga dibarengi efisiensi kegiatan usaha perbankan yang tercermin dari angka rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang relatif rendah. Rasio BOPO pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
59
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
triwulan III 2014 tercatat sebesar 58,10%, mengalami sedikit penurunan kinerja apabila dibandingkan posisi triwulan yang sama di tahun sebelumnya yaitu sebesar 51,94% (Grafik 4.10). Grafik 4.10 Perkembangan BOPO Bank Umum 80%
3
70%
2
60% 2 50% 1 40% 1
20% Biaya Operasional (juta)
Q3-2010 Q3-2011 Q3-2011 Q3-2012 Q3-2012 Q3-2013 Q3-2014 528,964 697,246 697,246 755,073 755,073 825,323 1,162,940
Pendapatan Operasional (juta) 935,371 1,248,8641,248,8641,414,5061,414,5061,588,9232,001,625 Rasio BOPO
56.55%
55.83%
55.83%
53.38%
53.38%
51.94%
-
Triliun
30%
58.10%
Selain rasio BOPO yang mencerminkan efisiensi perbankan, salah satu ukuran peningkatan kinerja perbankan adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga dari aktiva produktif yang dikelola bank meningkat sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio NIM bank umum di Sulawesi Tenggara, pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 10.88%, yang menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi Tenggara sudah cukup efektif menempatkan aktiva produktifnya. Rasio tersebut mengalami sedikit peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 10,75% maupun apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 10,52%. Peningkatan ini sejalan dengan perbaikan efisiensi yang terjadi pada perbankan.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
60
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Tabel 4.3 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum URAIAN
Q4 - 2011
Q3 - 2012
Q4 - 2012
Q3 - 2013
Q2- 2014
Q3- 2014
Penempatan pada BI 4)
166,856
223,981
199,258
227,842
291,277
263,892
Penempatan pada Bank lain 5)
813,484
1,487,234
1,089,093
1,250,176
1,466,336
1,190,533
Tagihan Spot dan Derivatif 6)
-
-
-
-
-
-
64,003
135,241
110,142
115,246
137,853
127,482
Reverse Repo 9)
-
-
-
-
-
-
Tagihan Akseptasi 10)
-
-
-
-
-
-
8,152,585
9,938,830
10,602,466
12,531,116
13,632,951
13,909,941
SURAT BERHARGA 7)
KREDIT YG DIBERIKAN 11) Penyertaan 12) Aktiva Produktif Akumulasi Aktiva Prod. (dr awal thn)
-
-
-
-
-
-
9,196,927
11,785,286
12,000,960
14,124,379
15,528,416
15,491,849
96,350,951
94,591,290
129,773,231
117,738,445
87,913,026
133,134,981
Rata-Rata Aktiva Produktif
8,029,246
10,510,143
10,814,436
13,082,049
14,652,171
14,792,776
1000 -
1. Pendapatan Bunga
1,427,350
1,234,984
1,695,898
1,441,295
1,127,973
1,789,654
1300 -
2. Beban Bunga
406,626
372,339
493,851
409,274
340,970
582,400
1000 -
1. Pendapatan Bunga
656
854
1,093
545
227
-
1300 -
2. Beban Bunga
9
3
4
18
1
1
Pendapatan Bunga Bersih
1,021,371
863,496
1,203,136
1,032,548
787,229
1,207,252
Pend. Bunga Bersih Disetahunkan
1,021,371
1,151,328
1,203,136
1,376,730
1,574,458
Net Interest Margin (NIM)
12.72%
10.95%
11.13%
10.52%
10.75%
1,609,670 10.88%
4.1.2 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan positif pada bank umum juga diikuti oleh perkembangan positif BPR di Sulawesi Tenggara yang tercermin dari pertumbuhan aset dan kredit yang cukup tinggi pada periode laporan. Saat ini, terdapat 12 BPR di Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 4 BPR milik swasta dan 8 BPR milik pemerintah daerah. Tabel 4.4 Perkembangan Indikator BPR 2010 Q3
Pangsa
2011 Q3
2012 Q3
2013 Q3
2014 Q3
Aset 65,872 Dana Pihak Ketiga (DPK) (Juta)
73,444
93,548
111,764
162,960
Total DPK
54,995
52,589
57,949
69,634
85,190
- Deposito
27,820
25,281
28,295
35,178
35,557
50.52%
41.74%
24.33%
1.08%
- Tabungan
27,175
27,308
29,654
34,456
49,633
49.48%
58.26%
16.19%
44.05%
21.12%
41.40%
Indikator
Growth
Q3-2013 Q3-2014 Q3-2013
Q3-2014
19.47%
45.81%
20.16%
22.34%
Kredit Yang Disalurkan (Juta) Total Kredit
51,415
54,237
75,832
91,849
129,871
- Modal Kerja
35,229
39,786
59,153
71,844
101,036
78.22%
77.80%
21.45%
40.63%
69
348
366
306
2,271
0.33%
1.75%
-16.25%
641.32%
16,117
14,103
16,313
19,699
26,564
21.45%
20.45%
20.75%
34.85%
4,810
6,093
11,876
14,416
14,517
15.70%
11.18%
21.39%
0.70%
-
23
26
152
610
0.17%
0.47%
486.73%
300.54%
830
1,274
1,914
2,281
2,398
2.48%
1.85%
19.15%
5.13%
-
13
8
69
-
0.07%
0.00%
756.25% -100.00%
- Investasi - Konsumsi
Kredit Sektoral (Juta) -Pertanian -Pertambangan -Industri -Listrik, Gas dan Air -Konstruksi -PHR -Transportasi -Jasa-Jasa -Lainnya
-
252
864
2,041
5,161
2.22%
3.97%
136.25%
26,218
28,789
40,224
46,063
70,368
50.15%
54.18%
14.52%
152.89% 52.76%
-
6
40
465
1,181
0.51%
0.91% 1051.89%
154.26%
3,296
3,573
4,433
6,301
9,007
6.86%
6.94%
42.13%
42.95%
16,262
14,214
16,446
20,061
26,629
21.84%
20.50%
21.99%
32.74%
1.04%
20.55%
Loan To Deposit Ratio (LDR) Rasio LDR 93.49% 103.13% 130.86% 131.90% 152.45% Non Performing Loan (NPL) 4,356 8,579 9,888 12,640 12,695 NPL Gross Rasio NPL 8.47% 15.82% 13.04% 13.76% 9.78%
27.83%
0.44%
0.72%
-3.99%
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
61
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Pada triwulan III 2014, aset 12 BPR dimaksud sudah mencapai Rp162,96 Milyar, atau tumbuh sebesar 45,81% (yoy). Sedikit berbeda dengan kondisi bank umum yang mengalami penurunan aset, perkembangan aset BPR di Sulawesi Tenggara justru tercatat tumbuh terakselerasi sangat tinggi. Pertumbuhan pada bulan laporan tersebut tercatat mengalami peningkatan jika dibandingkan periode triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 19,47%. Lebih lanjut, angka tersebut masih mencerminkan perkembangan positif BPR di Sulawesi Tenggara di periode laporan. Peningkatan pertumbuhan aset mendorong adanya peningkatan kredit yang disalurkan yaitu sebesar 41,40%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 21,12%. Penyaluran kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja yaitu sebesar Rp 101,04 Milyar atau 78,80% dari total kredit, yang disusul oleh kredit konsumsi sebesar Rp26,56 Milyar atau 20,45% dari total kredit sedangkan untuk kredit investasi adalah sebesar Rp 1,08 Milyar atau 1,75% (Tabel 4.4). Secara sektoral, penyaluran kredit BPR sama sejalan dengan karakteristik perbankan umum, masih terkonsentrasi di sektor PHR dengan nilai sebesar Rp 70,37 Milyar atau 54,18% dari total kredit, yang diikuti oleh sektor lainnya sebesar Rp 26,63 Milyar atau 20,50% dari total kredit dan sektor pertanian sebesar Rp 14,52 Milyar atau 11,18% dari total kredit yang disalurkan. Kemudian, dari sisi kategori debitur, penyaluran kredit BPR seluruhnya disalurkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Disisi lain, sejalan dengan komponen kredit, komponen DPK tercatat tumbuh terakselerasi apabila dibandingkan posisi yang sama di tahun sebelumnya, yakni dari 20,16% (yoy) menjadi sebesar 22,34% (yoy). Perkembangan instrumen DPK masih didominasi oleh perkembangan pada instrumen tabungan yang tumbuh sebesar 44,05% (yoy), atau tumbuh terakselerasi cukup signifikan dari posisi yang sama di tahun sebelumnya sebesar 16,19% (yoy), dengan pangsa sebesar 58,26%. Lebih lanjut, instrumen deposito juga diketahui tercatat tumbuh positif meski berada pada level yang relatif rendah yakni sebesar 1,08% (yoy) dengan pangsa sebesar 41,74%. (tabel 4.4). Kinerja BPR pada triwulan III 2014 tergolong baik jika dilihat dari pertumbuhan aset, kredit dan DPK. Disamping itu, kondisi positif lainnya tercermin dari menurunnya rasio NPL di periode laporan yang mana sebelumnya tercatat sebesar 13,76% di triwulan III 2013, menjadi 9,78% di triwulan III 2014. Meski mengalami penurunan, namun angka tersebut tersebut masih diatas batas normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%, sedangkan untuk fungsi intermediasi yang dilakukan oleh BPR, cukup tinggi yaitu sebesar 152,45% maka perlu diperhatikan sehingga tidak terkena resiko likuiditas.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
62
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
4.1.3 Perbankan Syariah Perbankan syariah telah menjadi sebuah daya tarik tersendiri di sektor keuangan sejak krisis keuangan global di tahun 1998. Hal ini disebabkan karakteristik keuangan syariah yang relatif lebih aman dari goncangan pasar keuangan modern saat ini yang penuh dengan spekulasi. Bank Indonesia dalam mengamankan sektor keuangan juga mendorong perkembangan perbankan syariah sebagai alternatif bagi masyarakat yang memiliki preferensi tingkat keamanan yang juga mendorong pengamalan nilai-nilai keagamaan. Perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sudah berdiri sejak tahun 2004, yang kemudian terus berkembang dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap kegiatan berbasis syariah. Sejalan dengan fenomena yang terjadi pada bank umum, pada triwulan III 2014 aset perbankan syariah tercatat tumbuh terkontraksi yakni sebesar -25,90% (yoy) setelah pada periode sebelumnya juga tercatat tumbuh terkonstraksi sebesar 8,29% (yoy).Kondisi tersebut tercatat mengalami penurunan yang cukup dalam jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang tumbuh positif sangat tinggi sebesar 143,98%. Berdasarkan informasi yang didapatkan, pernurunan aset perbankan syariah di Sulawesi Tenggara disebabkan oleh penarikan dana antar bank (placement/DP2) di periode laporan guna mendukung realisasi anggaran belanja dan program pembangunan pemerintah daerah. Disisi lain, meski mengalami perlambatan apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya, namun dalam hal perkembangan dan kinerja positif dari komponen DPK dan Kredit masih mengindikasikan perkembangan positif dunia perbankan syariah di Sulawesi Tenggara pada periode laporan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan positif komponen DPK dan Kredit masing-masing sebesar 11,80% (yoy) dan 29,18% (yoy) di periode laporan. Tingginya tingkat pertumbuhan DPK dan Kredit perbankan syariah di Sulawesi Tenggara mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat untuk bermain di sektor perbankan syariah semakin tinggi Lebih
lanjut,
komponen
laba
perbankan
syariah
tercatat
mengalami
perkembangan yang positif dengan menghasilkan laba sebesar Rp 37,97 Miliar atau tumbuh sebesar 6,44% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 35,67 Miliar.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
63
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
Grafik 4.11 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah Tw III 2014 150%
Rp350 Rp300
100%
Rp250 Rp200
50%
Rp150 Rp100
0%
Rp50 Rp0 Q3 - 2011
Q3 - 2012
Q3 - 2013
Giro(Thn.Q3 - 2014,Rp42,06 M) Deposito(Thn.Q3 - 2014,Rp215,36 M) (g) Tabungan(Thn.Q3 - 2014,5,53%)
Q3 - 2014
Miliar
-50%
Tabungan(Thn.Q3 - 2014,Rp311,07 M) (g) Giro(Thn.Q3 - 2014,40,77%) (g) Deposito(Thn.Q3 - 2014,17,15%)
Penghimpunan DPK yang tumbuh cukup tinggi juga mendorong pertumbuhan pembiayaan syariah yang relatif cukup tinggi. Pada triwulan III 2014, pembiayaan perbankan syariah mencapai Rp 846,02 Miliar, dengan pertumbuhan sebesar 29,18% (yoy). Berdasarkan pangsanya, penyaluran pembiayaan perbankan syariah terbesar dialokasikan pada kredit konsumsi sebesar 63,34% (yoy) (Rp 535,83 Miliar), diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 25,67% (yoy) (Rp 217,19 Miliar) dan kredit investasi sebesar 10,99% (yoy) (Rp 93,00 Miliar), yang mana kondisi tersebut masih sejalan dengan kondisi yang terjadi di periode sebelumnya. (Grafik 4.13).
Grafik 4.12 Pangsa dan Nominal DPK Triwulan III 2014
7%
Grafik 4.13 Pangsa dan Nominal Pembiayaan Jenis Penggunaan Triwulan III 2014
Giro (Rp. 42,06M)
38% 55%
Tabungan (Rp. 311,07M)
63%
Modal Kerja (Rp. 217,19M)
26% 11%
Investasi (Rp. 93,00M)
Deposito (Rp. 215,36M)
Disparitas
pertumbuhan
pembiayaan
Konsumsi (Rp. 535,83M)
dan
pertumbuhan
DPK
tersebut
menyebabkan FDR (Finance To Deposit Ratio) perbankan syariah sangat tinggi
yaitu
sebesar 148,82%, meningkat cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
64
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
sebelumnya sebesar 128,80% (Tabel 4.5). Kondisi ini mencerminkan bahwa animo dan antusiasme masyarakat terhadap pembiayaan perbankan syariah yang sangat tinggi. Selain pertumbuhan pembiayaan dan DPK yang sangat tinggi, kinerja positif perbankan syariah juga ditopang oleh tingkat kesehatan penyaluran pembiayaan syariah cukup baik dengan rasio NPF yang pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 4,06%, meski terjadi sedikit peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu namun masih berada dibawah ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan perbankan syariah di Sulawesi Tenggara masih terbuka dengan sangat baik yang disertai oleh dukungan kelancaran pembayaran oleh debitur yang tercermin dari angka NPF rendah. Tabel 4.5 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (Juta Rupiah, %) Indikator ASSET DPK Giro Tabungan Deposito KREDIT Modal Kerja Investasi Konsumsi FDR NPF NPF Ratio LABA
Q3 - 2010 220,875 207,107 12,885 118,837 75,385 181,394 139,173 109 42,112 87.58% 5,152 2.84% 12,492
Q3 - 2011 365,272 266,685 11,210 165,685 89,790 238,002 102,751 69,312 65,939 89.24% 7,774 3.27% 12,606
Q3 - 2012 Q3 - 2013 511,700 1,248,430 390,284 508,492 33,343 29,882 222,950 294,775 133,991 183,835 403,011 654,916 163,973 289,492 121,976 177,480 117,062 187,944 103.26% 128.80% 6,314 20,843 1.57% 3.18% 23,266 35,672
Growth (y.o.y) Q3 - 2014 Q3 - 2013 Q3 - 2014 925,070 143.98% -25.90% 568,496 30.29% 11.80% 42,064 -10.38% 40.77% 311,070 32.22% 5.53% 215,362 37.20% 17.15% 846,024 62.51% 29.18% 217,188 76.55% -24.98% 93,004 45.50% -47.60% 535,832 60.55% 185.10% 148.82% 34,373 230.11% 64.91% 4.06% 37,970 53.32% 6.44%
Pangsa Q3 - 2013 Q3 - 2014
5.88% 57.97% 36.15%
7.40% 54.72% 37.88%
44.20% 27.10% 28.70%
25.67% 10.99% 63.34%
4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 4.2.1 Ketahanan Sektor Utama Kredit yang disalurkan kepada sektor utama di wilayah Sulawesi Tenggara berada pada tren yang melambat dan cenderung menurun (Grafik 4.14). Pada triwulan III 2014, kredit sektor utama di Sulawesi Tenggara yang terdiri dari sektor pertanian, perdagangan, dan pertambangan masing-masing mengalami perlambatan dan pertumbuhan negatif. perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada sektor perdagangan, sedangkan sektor pertanian dan sektor pertambangan tercatat tumbuh negatif. Dari total kredit yang disalurkan sebesar Rp13,9 triliun hingga triwulan III 2014, sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa sebesar 0,57%, sektor pertanian sebesar 0,6%, dan sektor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
65
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Triwulan III 2014
perdagangan sebesar 27,19%. Adapun dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Sulawesi Tenggara, dapat dikatakan bahwa sektor utama daerah di Sulawesi Tenggara memiliki tingkat non-performing loan (NPL) pada kisaran 5%, dengan NPL kredit sektor pertambangan sebesar 3,97%, sektor perdagangan sebesar 4,77% dan sektor pertanian sebesar 5,14% (Grafik 4.14). Dengan demikian, ketahanan sektor utama di Sulawesi Tenggara masih berada dalam kategori cukup baik meski dibayangi risiko pengaturan ekspor komoditas tambang dalam bentuk mentah yang akan mempengaruhi kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Grafik 4.15 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama
4.2.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang dilihat dari penggunaan kredit konsumsi mengalami perlambatan pada triwulan III 2014 jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Kredit konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tenggara mengalami pertumbuhan sebesar 2,72% (qtq) pada triwulan III 2014 atau melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 7,15% (qtq). Dari total kredit yang tercatat telah disalurkan sebanyak Rp13,9 triliun hingga triwulan III 2014, kredit konsumsi telah mengambil pangsa sebesar 60,02% yang merupakan pangsa kredit terbesar di Sulawesi Tenggara dibandingkan kredit modal kerja yang sebesar 28,17% dan kredit investasi yang sebesar 11,81%. Lebih lanjut, pembiayaan kepada rumah tangga di Sulawesi Tenggara dinilai memiliki ketahanan yang cukup baik meskipun mengalami peningkatan NPL dibandingkan periode sebelumnya. NPL kredit konsumsi berada pada tingkat 1,07% atau masih terjaga pada level dibawah 5% triwulan III 2014 sehingga hal tersebut mengindikasikan ketahanan kredit konsumsi rumah tangga masih memiliki ketahanan yang cukup baik (Grafik 4.17).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
66
BAB IV – Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
Grafik 4.16 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Rumah Tangga
Triwulan III 2014
Grafik 4.17 Perkembangan NPL Kredit Konsumsi Rumah Tangga
4.2.3 Pembiayaan Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Laju pertumbuhan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sulawesi Tenggara mengalami perlambatan pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Kredit UMKM tercatat tumbuh sebesar 1,10% (qtq) setelah pada periode triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,71% (qtq). Kredit produktif kepada UMKM di Sulawesi Tenggara mengambil pangsa sebesar 34,37% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Tenggara dengan total nilai kredit yang disalurkan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut adalah sebesar Rp4,78 triliun. Kredit UMKM jenis investasi tercatat memiliki porsi sebesar 27,21% sedangkan kredit modal kerja memiliki pangsa sebesar 72,79%. Pembiayaan kepada UMKM di Sulawesi Tenggara dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan angka NPL yang masih berada di kisaran 5%. Pada triwulan II
2014, NPL kredit UMKM Sulampua tercatat sebesar 5,4%
(grafik 4.19). Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit UMKM
Grafik 4.19 Perkembangan NPL Kredit UMKM
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
67
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id)
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB V – Sistem Pembayaran dan Pengelolan Uang
Triwulan III 2014
BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG
Sesuai dengan pola triwulanan, terjadi peningkatan aliran uang keluar (outflow) pada posisi periode triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp. 1.056 Triliun atau tumbuh positif sebesar 56,47% (qtq). Sementara aktivitas inflow tercatat sebesar Rp.416 Miliar atau tumbuh positif sebesar 44,57% (qtq). Sehingga net
outflow tercatat tumbuh terakselerasi yaitu sebesar Rp 594 miliar pada periode laporan.
Aktivitas kliring tercatat mengalami penurunan baik secara jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jumlah warkat yang terjadi pada periode laporan adalah sebesar 38.226 lembar turun yaitu sebesar -2,83% (qtq),sedangkan untuk nominal transaksi sebesar 838.756 juta yang mengalami penurunan sebesar -0,42% (qtq).
Disisi lain, RTGS tercatat tumbuh positif baik berdasarkan jumlah warkat maupun nominal yang ditransaksikan. Berdasarkan jumlah warkat selama triwulan III tercatat sebesar 25.676 lembar atau tumbuh 10,22% jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, sedangkan berdasarkan nominal transaksi tercatat sebesar 28,649 miliar atau tumbuh positif 12,17% (qtq) dari periode sebelumnya.
5.1 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1.1 Perkembangan Pembayaran Tunai A. Aliran Uang Keluar/Outflow Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada triwulan III 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di Sulawesi Tenggara sebesar Rp 1,056 Triliun, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan posisi yang sama triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 675,03 Miliar. Angka tersebut tercatat mengalami peningkatan sebesar 56,47% (qtq). Pergerakan jumlah uang keluar yang terjadi di triwulan III 2014 relatif cukup besar apabila dibandingkan dengan tren pola yang sudah ada selama 3 (tiga) tahun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
68
BAB V – Sistem Pembayaran dan Pengelolan Uang
Triwulan III 2014
terakhir dan berada di kisaran Rp 600 Miliar sampai Rp 800 Miliar. Hal tersebut diantaranya didorong oleh keperluan masyarakat pada saat hai raya Idul Fitri, dimana masyarakat membutuhkan uang dengan pecahan kecil untuk dibagikan kepada sanak saudara. Berdasarkan pola historical yang ada, jumlah uang keluar diperkirakan masih akan mengalami penurunan pada triwulan IV 2014. Grafik 5.1 Perkembangan Outflow Sulawesi Tenggara 1,600
500%
perkembangan outflow (juta)
(g) yoy
1,400
400%
1,200
300%
1,000 200% 800
100% 600 0%
400
-100%
200
-200%
Miliar
Q1
Q2
Q3
Q4
2012
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2013
Q2
Q3
2014
B. Aliran Uang Masuk/Inflow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp 461,55 Miliar, mengalami peningkatan sangat tinggi sebesar 44,57% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, atau tercatat sebesar Rp 319,269 Miliar. Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Efek arus balik dari penarikan uang oleh perbankan di periode akhir tahun (triwulan IV) sehingga arus uang masuk kembali baru terjadi di rentang periode triwulan I dan triwulan II. 2. Kesadaran
dan
preferensi
masyarakat
yang
semakin
tinggi
untuk
menabung/menyimpan dananya di bank. Hal tersebut juga terlihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memiliki rekening di bank. 3. Ketentuan perputaran uang melalui Focus Group Perbankan sehingga hanya uang yang benar-benar tidak layak edar yang disetorkan ke Bank Indonesia. 4. Pemberlakuan UU Minerba secara tidak langsung turut memberikan dampak atas arus peredaran uang di masyarakat sehingga menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk melakukan penyimpanan dana/uangnya di bank.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
69
BAB V – Sistem Pembayaran dan Pengelolan Uang
Triwulan III 2014
Selanjutnya, Jika dilihat dari pola triwulanan selama 3 tahun terakhir, aliran uang masuk cenderung akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan di triwulan IV 2014. Hal ini disebabkan oleh faktor musiman yang mendorong penggunaan uang kartal yang relatif tinggi, diantaranya masuknya hari raya natal dan liburan akhir tahun sehingga bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri bagi umat muslim sehingga mendorong tingkat peredaran uang di masyarakat. Grafik 5.2 Grafik Perkembangan Inflow Sulawesi Tenggara
700
perkembangan inflow (juta)
350%
(g) QtQ
300%
600
250% 500
200%
400
150%
300
100%
50%
200
0% 100
-50% -100%
Miliar
-
5.1.2
Q1
Q2
Q3 2012
Q4
Q1
Q2
Q3 2013
Q4
Q1
Q2
Q3
2014
Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Peningkatan transaksi uang kartal inflow maupun otfflow tidak sejalan dengan
aktivitas pembayaran non tunai secara Kliring. Pada triwulan III 2014 aktivitas pembayaran menggunakan kliring baik secara jumlah warkat maupun nominal nilai transaksi mengalami penurunan yang cukup signifikan, sedangkan disisi lain untuk sarana pembayaran BI-RTGS diketahui mengalami peningkatan baik secara nominal maupun jumlah warkat yang ditransaksikan jika dibandingkan periode sebelumnya. Aktivitas kliring terlihat mengalami penurunan yang cukup signifikan baik dari jumlah transaksi (-2,83%) maupun dari nominalnya (-0,42%), dari 39.339 transaksi pada triwulan II 2014 menjadi 38.226 transaksi pada triwulan III 2014, sedangkan berdasarkan nominalnya dari Rp 842,27 miliar di triwulan II 2014 menjadi sebesar Rp. 838,75 Miliar di triwulan III 2014. (Tabel 5.1) Namun di sisi lain, kegiatan transaksi non tunai melalui sarana BI-RTGS menunjukkan peningkatan pada nominal sebesar 12,17% sedangkan untuk jumlah transaksi mengalami peningkatan sebesar 10,22%. Jumlah nominal transaksi triwulan III 2014 tercatat hanya sebesar Rp 28,649 Miliar yang mengalami peningkatan dari posisi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
70
BAB V – Sistem Pembayaran dan Pengelolan Uang
Triwulan III 2014
triwulan sebelumnya sebesar Rp 25,541 Miliar, sementara jumlah transaksi melalui BIRTGS pada triwulan II-2014 tercatat sebanyak 25.676 transaksi, meningkat jika dibandingkan posisi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 23.296 transaksi. (Tabel 5.1). Hal tersebut menunjukan perkembangan pola transaksi masyarakat yang cenderung lebih memilih RTGS dibandingkan dengan kliring. Peningkatan baik jumlah warkat maupun nominal transaksi tersebut juga menunjukan bahwa efek yang ditumbulkan oleh terhentinya aktivitas pada sektor tambang sudah mulai berkurang di Sulawesi Tenggara. Tabel 5.1 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara
Kegiatan
Q3 - 2012 Q3 - 2013 Q4 - 2013 Q1 - 2014 Q2 - 2014 Q3 - 2014
Sistem Pembayaran Non Tunai SKNBI - Jumlah Warkat Kliring (lembar) - Nominal Trans.Kliring (juta) RTGS - Jumlah Warkat RTGS (lembar) - Nominal Trans.RTGS (juta) Sistem Pembayaran Tunai - Aliran Uang Masuk (Inflow) - Aliran Uang Keluar (Outflow) - Net (Inflow - Outflow) - PTTB
36.127 35.330 866.139 1.062.666 21.678 25.297
24.609 30.663
29.766 44.549 704.020 901.688 39.800 34.745
21.472 22.108
320.634 572.069 397.256 632.398 741.868 1.221.269 1.429.526 120.281 (421.234) (649.200) (1.032.270) 512.117 8.182 93.135 68.880 79.039
39.339 842.270
38.226 838.756
23.296 25.541
25.676 28.649
319.269 461.555 675.033 1.056.194 (355.764) (594.639) 95.758 132.692
Growth (y.o.y) Growth (q.t.q) Q3 - 2013 Q2 - 2014 Q23- 2014
8,20% -11,69% -21,07% -6,59% 4,34% -6,57%
-2,83% -0,42%
8,49% 15,53%
10,22% 12,17%
-19,32% -49,51% -13,52% 461,21% -8,40% -169,47% 42,47% 21,15%
44,57% 56,47% 67,14% 38,57%
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
71
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Triwulan III 2014
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat mengalami penurunan di periode laporan, apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, tercermin dari indeks NTP yang berada di level 101,64 atau menurun sebesar 3,4% dari NTP periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 105,22%.
Jumlah pengangguran terbuka di periode laporan tercatat sebesar 48.090 orang, atau meningkat sebesar 29,64% (yoy) dari jumlah pengangguran terbuka periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 37.094 orang.
Angka kemiskinan tercatat mengalami peningkatan dari yang tercatat pada akhir tahun 2013 sebesar 305.830 jiwa atau sebesar 12,83% dari jumlah penduduk Sulawesi Tenggara menjadi sebesar 342.260 jiwa atau 14,05% dari jumlah penduduk di periode laporan.
6.1 KONDISI UMUM Pada triwulan III 2014 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang berada pada level 101,64 atau menurun sebesar 3,4% dari NTP triwulan III 2013 yang tercatat sebesar 105,22. Sedangkan jumlah pengangguran terbuka periode triwulan III 2014 mengalami peningkatan sebesar 29,64% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Lebih lanjut, angka kemiskinan mengalami peningkatan
dari12,83%
dari
jumlah
penduduk
pada
posisi
akhir
tahun
2013
menjadi14,05% pada triwulan III 2014.
6.2 KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data BPS posisi triwulan III 2014, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari 3,4% pada periode yang sama di tahun sebelumnya menjadi 4,43% dari jumlah keseluruhan angkatan kerja di Sulawesi Tenggara. Jumlah pengangguran meningkat dari 37.094 orang pada periode yang sama di tahun Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
72
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
sebelumnya menjadi 48.090 orang pada periode triwulan III 2014. Indikator ketenagakerjaan ini berbanding terbalik dibandingkan data pengangguran nasional yang menunjukkan penurunan tingkat pengangguran dari 5,82% pada triwulan III 2013 menjadi 5,7%.(Grafik 6.2) Dari sisi lapangan pekerjaan utama, meningkatnya tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara terutama dipengaruhi oleh turunnya penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian, industri, jasa, dan sektor pertambangan masing-masing turun sebesar 0,78%, 28,85%, 4,29% dan 13,07% (Tabel 6.1). Turunnya jumlah tenaga kerja yang relatif tinggi pada sektor industri dan sektor pertambangan ditengarai merupakan dampak lanjutan dari pemberlakuan UU Minerba yang melarang perusahaan pertambangan melakukan ekspor bahan mentah mineral sebelum dimurnikan terlebih dahulu sehingga perusahaan tambang yang tidak memiliki fasilitas pemurnian mineral terpaksa menutup usahanya dan berdampak pada ribuan buruh tambang yang kehilangan pekerjaan. Berdasarkan pangsanya, sektor pertanian masih merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar dengan pangsa 42,62% meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang tercatat sebesar 42,27%. Selain itu, sektor lain yang memiliki pangsa dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor jasa, sektor perdagangan dan rumah makan, dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, listrik gas & air minum, dan keuangan) masingmasing sebesar 18,89%, 18,65%, dan 12,16%, kemudian disusul dengan sektor industri dan sektor pertambangan yang masing-masing memiliki pangsa sebesar 5,15% dan 2,53%. (Tabel 6.1). Grafik 6.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara
Grafik 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional
Sumber : BPS
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
73
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
Tabel 6.1 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Utama Pertanian Industri Perdagangan, RM Jasa Pertambangan Lainnya *) Sulawesi Tenggara Sumber : BPS
TW-III 2013 445.609 75.085 192.590 204.714 30.185 106.104 1.054.287
Grafik 6.3 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
2014 TW-III Growth 442.148 -0,78% 53.423 -28,85% 193.476 0,46% 195.932 -4,29% 26.241 126.199 1.037.419
-13,07% 18,94% -1,60%
Pangsa 42,62% 5,15% 18,65% 18,89% 2,53% 12,16% 100,00%
Grafik 6.4 Persentase Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS
6.3 KESEJAHTERAAN 6.3.1
Nilai Tukar Petani (NTP)
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan angka indeks yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Indeks NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Indeks NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin Tinggi indeks NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
74
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
Pada akhir triwulan III 2014, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 101,64 atau mengalami penurunan 3,4% dibandingkan NTP pada periode yang sama tahun 2013 yang tercatat sebesar 105,22. Penurunan NTP pada akhir triwulan III 2014 tersebut dipengaruhi oleh penurunan indeks pada sebagian besar subsektor utama yakni subsektor hortikultura turun 17,51%, subsektor perkebunan turun 13,42%, dan subsektor perikanan turun 3,66%. Pada sisi lain, subsektor tanaman pangan dan peternakan mengalami peningkatan indeks masing-masing sebesar 13,54% dan 17,21%.(Tabel 6.2) Terjadinya penurunan NTP tersebut terutama disebabkan oleh lebih besarnya nilai Indeks yang Dibayar (Ib) petani dibandingkan nilai Indeks yang Diterima (It) oleh petani pada sebagian besar subsektor. Selain itu, pada sub sektor tanaman pangan, terjadi penurunan indeks yang diterima karena adanya peningkatan biaya operasional dalam bertanam akibat kenaikan harga bahan bakar. Selain itu, cuaca kemarau yang menyebabkan kekeringan di sebagian wilayah Sulawesi Tenggara pada periode laporan berdampak pada sulitnya pada petani dalam melakukan penanaman. Secara gabungan, Indeks yang Diterima (It) petani pada triwulan III 2014 juga mengalami penurunan sebesar 23,71% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Penurunan yang cukup besar ini disumbang oleh penurunan nilai Indeks yang Diterima (It) petani pada keseluruhan subsektor, masing-masing pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 12,97%, subsektor hortikultura turun sebesar 36,06%, subsektor perkebunan turun sebesar 31,37%, subsektor peternakan turun sebesar 7,21%, dan subsektor perikanan yang turun sebesar 19,78%. Lebih lanjut, Indeks yang Dibayar (Ib) petani pada Triwulan II 2014 juga mengalami penurunan yang cukup besar jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,02%. Penurunan ini disumbang oleh penurunan nilai Indeks yang Dibayar (Ib) petani pada keseluruhan subsektor, masing-masing pada subsektor tanaman pangan turun sebesar 23,34%, subsektor hortikultura turun sebesar 22,48%, subsektor perkebunan turun sebesar 20,73%, subsektor peternakan turun sebesar 20,83%, dan subsektor perikanan yang turun sebesar 16,73% (tabel 6.2).
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
75
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
Tabel 6.2 NTP Sub Sektor Sulawesi Tenggara
Sub Sektor 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 2. Hortikultura a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 4. Peternakan a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 5. Perikanan a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) Gabungan a. Indeks yang diterima (lt) b. Indeks yang dibayar (lb) c. Nilai Tukar Petani (NTPp)
Q3-2013
Q3-2014
Perubahan
120,62 147,34 81,86
104,98 112,95 92,94
-12,97% -23,34% 13,54%
170,31 146,13 116,55
108,90 113,28 96,14
-36,06% -22,48% -17,51%
176,44 142,47 123,84
121,09 112,93 107,22
-31,37% -20,73% -13,42%
122,86 138,79 88,52
114,00 109,88 103,75
-7,21% -20,83% 17,21%
150,03 136,42 109,98
120,36 113,60 105,95
-19,78% -16,73% -3,66%
149,76 142,33 105,22
114,25 112,41 101,64
-23,71% -21,02% -3,40%
Sumber: BPS
6.3.2 Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 14,05% dari jumlah penduduk atau sebesar 342,26 ribu jiwa, mengalami
peningkatan
sebanyak 36,43 ribu jiwa dibandingkan jumlah penduduk miskin Sulawesi Tenggara pada posisi akhir tahun 2013 yang tercatat sebesar 305,83 ribu jiwa atau 12,83% dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin pada posisi triwulan III 2014 tersebut telah menggunakan acuan garis kemiskinan yang meningkat dari Rp226.990,- per kapita per bulan pada posisi tahun 2013 menjadi Rp230.627,- per kapita per bulan pada posisi triwulan III 2014.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
76
BAB VI – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Triwulan III 2014
Grafik 6.5 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara
Sumber: data BPS (diolah)
Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 85,9% berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya sebesar 14,1% atau 48,25 ribu jiwa berada di daerah perkotaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di pedesaan pada periode triwulan III 2014 mengalami penurunan sebesar 3,59% dibandingkan periode akhir tahun 2013 yang tercatat sebesar 89,49%. Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan menjadi tantangan pembangunan ekonomi dan wilayah oleh pemangku kepentingan terkait khususnya pemerintah daerah, mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang dominan berada di pedesaan khususnya di sektor primer pertanian namun hasilnya belum secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan secara lebih luas.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
77
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Triwulan III 2014
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Triwulan III 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2014 diperkirakan akan kembali tumbuh positif cukup tinggi. Namun demikian, setelah di periode triwulan
III
tercatat
tumbuh
terakselerasi,
memasuki
triwulan
IV
2014
diprakirakan perekonomian Sulawesi Tenggara akan kembali tumbuh melambat baik apabila dibandingkan posisi di triwulan sebelumnya, maupun apabila dibandingkan dengan posisi yang sama di tahun sebelumnya. Lebih lanjut, selain diprakirakan akan kembali tumbuh melambat di triwulan IV, secara keseluruhan di tahun 2014 perekonomian Sultra diperkirakan masih akan tumbuh melambat apabila dibandingkan dengan kondisi di tahun 2013. Kondisi tersebut dikarenakan efek dari perlambatan ekonomi yang terlalu dalam yang terjadi di rentang periode triwulan I dan II 2014. Secara kumulatif tahun 2014, perlambatan ekonomi yang terjadi di Sulawesi Tenggara masih disebabkan oleh menurunnya kinerja sektor tambang dan komponen ekspor akibat dari diberlakukannya UU Minerba terkait pelarangan aktivitas ekspor komoditas mineral mentah. Melambatnya tingkat pertumbuhan tahunan di triwulan IV 2014 diantaranya lebih disebabkan oleh base point effect yang terjadi di triwulan IV 2013 dimana pada posisi tersebut angka pertumbuhan Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 8,18% (yoy) sehingga menyebabkan pergerakan angka pertumbuhan relatif rendah. Disamping itu, melemahnya kinerja sektor pertanian seiring dengan telah berakhirnya musim panen raya juga diprakirakan turut menjadi salah satu hal yang mendorong melambatnya kinerja ekonomi Sultra di periode triwulan IV 2014. Meski secara analisa tahunan diprakirakan akan mengalami perlambatan, namun secara analisa triwulanan diprakirakan bahwa ekonomi Sultra akan tumbuh terakselerasi. Kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi triwulanan Sultra di triwulan IV diperkirakan diantaranya didorong oleh mulai pulihnya kinerja di sektor tambang dan industri pengolahan setelah di periode triwulan sebelumnya tumbuh terkontraksi cukup dalam sebagai dampak dari diberlakukannya UU Minerba
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
78
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
sehingga secara triwulanan sektor pertambangan dan industri pengolahan kembali mencatat angka pertumbuhan positif meski belum sampai di tahap optimal. Lebih lanjut, tren positif di sektor konstruksi dan komponen investasi terkait realisasi beberapa proyek pembangunan smelter yang masih berlangsung hingga saat ini, pembangunan power plant seiring dengan peningkatan kapasitas pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan permintaan listrik industri pengolahan nikel, serta realisasi proyekproyek pemerintah seperti pelebaran dan perbaikan jalan serta pembangunan jembatan di beberapa ruas jalan di wilayah Sulawesi Tenggara juga turut mendorong tren positif perkembangan sektor konstruksi di periode triwulan IV 2014. Disisi lain, beberapa hal yang diprakirakan turut memberikan andil positif bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, baik dari sisi penggunaan konsumsi rumah tangga maupun dari sisi sektoral yakni sektor PHR, sektor angkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa adalah momen hari raya idul adha, hari raya natal serta momen pergantina tahun 2014. Sejalan dengan hal itu, realisasi anggaran pemerintah secara maksimal di triwulan IV juga diprakirakan turut mendorong perkembangan positif perekonomian Sultra di periode triwulan IV 2014. Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sektoral)
Sektoral
Q1 1. Pertanian 5.16% 2. Pertambangan & Penggalian 25.50% 3. Industri Pengolahan 19.32% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 17.08% 5. Bangunan 9.88% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 11.18% 7. Angkutan & Komunikasi 4.23% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan11.68% 9. Jasa - jasa 2.19% TOTAL PDRB 9.78%
2013 Q2 Q3 4.45% 4.38% 3.89% -7.49% 13.17% -6.19% 18.58% 12.36% 6.66% 5.93% 11.37% 7.11% 6.52% 7.13% 12.09% 13.59% 2.51% 7.68% 7.08% 4.28%
Q4 5.68% 6.03% -3.83% 8.59% 12.67% 10.14% 10.60% 14.83% 11.48% 8.18%
2013 4.92% 6.74% 4.73% 13.95% 8.82% 9.89% 7.17% 13.11% 6.04% 7.28%
2014 Q1 4.71% -28.27% -6.05% 11.81% 15.68% 8.80% 7.91% 13.26% 10.71% 3.42%
Q2 5.67% -13.35% -0.82% 8.25% 13.72% 7.60% 5.29% 11.14% 13.58% 5.72%
Q3 6.25% -1.49% 9.14% 10.17% 12.12% 9.01% 4.60% 6.82% 13.67% 7.69%
Q4P 5.06% 0.53% 10.82% 6.29% 7.48% 7.88% 3.18% 9.78% 15.44% 7.28%
2014P 5.43% -11.76% 3.15% 9.08% 12.00% 8.31% 5.19% 10.14% 13.44% 6.07%
Meski masih terkena dampak/multiplier effect dari menurunnya kinerja sektor tambang, namun diprakirakan dampak tersebut sudah mulai mereda memasuki triwulan IV 2014 sehingga sudah mulai menunjukan pemulihan kondisi ekonomi Sultra di periode triwulan IV 2014.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
79
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Penggunaan) Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Dikurangi Impor PDRB
Q1 8.30% 4.22% 13.47% 1.68% 0.72% 9.78%
Pada sisi penggunaan,
2013 Q2 Q3 6.87% 5.42% 4.09% 8.56% 9.60% 9.62% -0.98% 0.49% 0.40% 11.08% 7.08% 4.28%
Q4 6.69% 12.90% 16.88% -0.22% 10.68% 8.18%
2013 6.80% 7.54% 12.40% 0.24% 5.82% 7.28%
Q1 7.33% 13.67% 30.78% -25.81% 18.87% 3.42%
2014P Q2 7.63% 19.79% 33.84% -30.18% 17.38% 5.72%
Q3 8.32% 23.26% 26.93% -25.28% 11.86% 7.69%
Q4P 8.49% 28.10% 23.77% -24.95% 14.16% 7.28%
2014P 7.95% 21.54% 28.33% -26.31% 15.29% 6.07%
masih sejalan dengan tren yang terjadi di periode
sebelumnya, memasuki rentang waktu triwulan IV tahun 2014 diprakirakan komponen investasi dan konsumsi masih akan menjadi 2 (dua) komponen utama yang memberikan kontribusi positif yang cukup tinggi atas perkembangan kinerja ekonomi di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan sektor konstruksi atas realisasi pembangunan beberapa smelter di wilayah Sulawesi Tenggara dan tingginya tingkat konsumsi masyarakat khususnya selama periode triwulan IV 2014 seiring dengan tibanya momen hari raya Idul Adha, hari raya Natal, serta penggantian tahun baru 2015 . Disisi lain, komponen ekspor diprakirakan masih akan tumbuh terkontraksi seiring masih berhentinya aktivitas ekspor Sulawesi Tenggara yang didominasi oleh komoditas ekspor bahan tambang berupa mineral mentah. Lebih lanjut, komponen konsumsi khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan kembali mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, hal tersebut sejalan dengan masuknya hari raya Idul Adha, hari raya Natal, dan momen penggantian tahun 2015. Disisi lain, sejalan dengan perkembangan positif kinerja konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah juga diprakirakan akan memberikan kontribusi yang cukup tinggi atas perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut sejalan dengan realisasi proyek pemerintah yang sudah mulai berjalan memasuki periode triwulan IV 2014 dan sudah mulai memasuki tahap akhir penyelesaian. Proyek perbaikan dan pelebaran ruas jalan di beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara, proyek pembangunan jembatan di jalan akses menuju bandara Kendari, serta pembangunan komplek perkantoran khususnya di beberapa kabupaten yang mengalami pemekaran diharapkan akan memberikan sumbangan positif atas perkembangan kinerja komponen konsumsi pemerintah. Disisi lain, komponen ekspor diperkirakan masih akan tumbuh terkontraksi memasuki periode tahun 2014. Hal tersebut dikarenakan komoditas ekspor Sulawesi Tenggara yang selama ini didominasi oleh komoditas bahan tambang mineral mentah masih terkena dampak dari diberlakukannya UU Minerba No.4 Tahun 2009. Melihat kondisi yang ada, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
80
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
diperkirakan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara baru akan pulih kembali ke kondisi semula memasuki rentang waktu 2016 ketika proses pembangunan smelter telah selesai dilaksanakan sehingga komoditas bahan tambang olahan siap untuk di ekspor ke luar negeri. Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen 180
IKK
160
IKE
IEK
140 120 100 80 60 40
20 Jul Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
2013
2014
Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme responden Survei Konsumen atas ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang akan datang pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan nilai SB sebesar 136 sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya namun masih tetap berada di jalur yang optimis (Grafik 7.1). Optimisme pada Indeks Ekspektasi Konsumen tersebut menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang mendorong mereka dalam melakukan konsumsi. Komponen pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada enam bulan yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja tambahan pada enam bulan yang akan datang serta optimisme akan kondisi ekonomi yang membaik. Pada sisi sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), sektor bangunan dan sektor pertanian diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Ketiga sektor tersebut, diyakini masih akan menjadi 3 sektor dominan dalam membangun perekonomian Sulawesi Tenggara di tahun 2014.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
81
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
7.2 PROSPEK INFLASI Tabel 7.3 Proyeksi Inflasi 2013 Triwulan III
Triwulan I
Triwulan II
0.18%
1.94%
4.97%
3.02%
3.76%
7.30%
Triwulan IV Triwulan I Inflasi QtQ -1.20% -0.76% Inflasi YoY 5.92% 5.13%
Triwulan II
2014 Triwulan III
Triwulan IV
1.28%
1.58%
1.25%
4.21%
1.05%
3.37%
Secara analisa triwulanan, pergerakan harga-harga di Kota Kendari pada riwulan IV 2014 diprakirakan cenderung akan mengalami penurunan dibanding laju inflasi triwulan III 2014 yaitu sebesar 1,25% (qtq). Namun demikian secara analisa tahunan diperkirakan indeks harga akan mengalami kenaikan yakni sebesar 3,37% (yoy). Beberapa kelompok yang berpotensi memberikan tekanan terhadap inflasi yaitu kelompok bahan makanan, perumahan, serta kelompok transportasi. Potensi kenaikan inflasi di triwulan IV diantaranya dipicu oleh kemungkinan naiknya harga BBM bersubsidi di akhir periode triwulan IV 2014. Naiknya harga BBM bersubsidi diprakirakan akan memberikan baik efek langsung maupun tidak langsung atas kenaikkan indeks harga beberapa komoditas lainnya. Komoditas bensin dan solar merupakan 2 (dua) komoditas utama yang akan terkena dampak langsung atas naiknya harga BBM bersubsidi. Sementara itu, indeks harga pada komoditas bahan bahan bakar rumah tangga, tiket transportasi dan indeks harga bahan makanan diprakirakan merupakan beberapa komoditas lainnya yang akan terkena dampak tidak langsung atas naiknya harga BBM bersubsidi. Pada kelompok bahan makanan, tekanan inflasi akan muncul pada komoditas dari sub-kelompok bumbu-bumbuan, sub-kelompok sayur-sayuran, dan sub-kelompok ikan segar. Komoditas yang diperkirakan akan memberikan sumbangan inflasi di periode triwulan IV adalah komoditas bawang merah, cabai merah, cabai rawit, bayam, kangkung, tomat sayur, dan komoditas perikanan seperti ikan baronang, bandeng, cakalang dan ikan teri. Hal-hal yang mendorong kenaikan harga atas beberapa komoditas bahan makanan diatas diantaranya adalah, relatif kurang kondusifnya cuaca seiring masuknya musim penghujan khususnya di beberapa Sentra produksi komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran sehingga hasil panen menjadi tidak optimal. Lebih lanjut, naiknya indeks harga atas komoditas dimaksud diprakirakan turut didorong oleh naiknya harga BBM bersubsidi sehingga mendorong kenaikan biaya transportasi atas komoditas dimaksud, terutama yang didatangkan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara. Disisi lain, tingkat ketergantungan Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi akan pasokan bahan makanan dari luar wilayah Sultra yang diikuti disparitas harga yang cukup tinggi antara tingkat harga di daerah asal importir Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
82
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
barang dengan tingkat harga di Sultra turut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi selama rentang periode triwulan IV 2014. Sejalan dengan apa yang telah dijelaskan diatas, pergerakan harga pada kelompok transportasi dan komunikasi diprakirakan didorong oleh faktor naiknya harga BBM bersubsidi sehingga memberikan efek tidak langsung atas naiknya harga tiket angkutan baik angkutan darat, laut maupun udara. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga tiket angkutan umum baik transportasi darat, laut maupun udara secara langsung mendorong naiknya tingkat inflasi di periode laporan. Perkiraan kondisi inflasi tersebut juga tercermin dari angka ekspektasi inflasi 3 bulan 1
kedepan pada Survei Konsumen di Kota Kendari yaitu dengan angka Saldo Bersih (SB)175
yang mencerminkan optimisme ekspektasi masyarakat akan terjadinya kenaikan tingkat inflasi pada triwulan IV 2014.
Grafik 7.2. Inflasi bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari 200
Perubahan Harga 3 Bulan
180
Perubahan Harga 6 Bulan
Inflasi (mtm)
6% 5%
160
4%
140 120
3%
100
2%
80
1%
60
0%
40
-1%
20 -
-2% Jun
Jul Aug Sept Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun 2013
Jul Aug Sep
2014
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Mengacu kepada perkiraan inflasi tersebut, dirumuskan beberapa isu strategis yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi pada periode triwulan IV 2014, sebagai berikut: a. Ketergantungan yang masih cukup tinggi terhadap wilayah luar Sulawesi Tenggara, yang berdasarkan data I/O (Input/Output) BPS Sultra mencapai 85% dari total komoditas 1
Angka SB di atas 100 mencerminkan bahwa konsumen cenderung optimis bahwa akan terjadi kenaikan harga atau inflasi, sebaliknya jika dibawah 100 maka konsumen cenderung pesimis akan terjadi kenaikan harga atau inflasi.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
83
BAB VII – Prospek Perekonomian
Triwulan III 2014
konsumsi masyarakat. Beberapa komoditas utama yang didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara antara lain bumbu-bumbuan (bawang merah, cabe merah, tomat, sayuran), telur, daging ayam ras, gula pasir, minyak goreng, tepung dll. b. Sistem distribusi yang belum lancar akibat kendala dari sisi infrastruktur, cuaca serta alat transportasi yang terbatas. Sebagai ilustrasi, saat ini arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara melalui jalur laut dan darat yang masing-masing memiliki kendala keterbatasan infrastruktur sebagai berikut: i. Pelabuhan Kota Kendari sebagai pintu masuk utama jalur laut memiliki keterbatasan infrastruktur yang mencakup tempat sandar kapal, area parkir kontainer, dan angkutan penjemputan yang terbatas. Selain infrastruktur juga terdapat keterbatasan tenaga kerja bongkar muat serta juru pandu sandar kapal di pelabuhan. ii. Jalur darat di Sulawesi Tenggara yang mencakup jalan provinsi Kolaka Utara-Kendari sebagai jalur distribusi utama, saat ini dalam kondisi tidak mantap (75% dari total panjang jalan), sehingga menyebabkan peningkatan biaya transportasi yang diikuti peningkatan harga kebutuhan konsumsi masyarakat. Berdasarkan isu strategis tersebut, dalam pengendalian inflasi, Tim Pengendali Inflasi Daerah memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: a. Untuk pembentukan ekspektasi,
informasi harga secara rutin selain dipublikasikan
melalui media cetak koran sebagaimana yang sudah berjalan, juga perlu diperkuat melalui papan informasi harga elektronik yang ditempatkan pada pasar-pasar utama di Kota Kendari sebagaimana yang dilakukan di kota lain seperti Palangkaraya. b. Sebagai bentuk pengendalian inflasi pada jangka panjang, TPID memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah terkait kendala infrastruktur dan tenaga kerja pelabuhan sebagai berikut: 1. Mendirikan pusat pergudangan yang berguna sebagai tempat stok komoditas konsumsi sekaligus memberikan solusi perhentian kontainer yang datang, sehingga tidak harus mengantri di lapangan parkir kontainer pelabuhan. 2. Menganjurkan kepada Administrasi Pelabuhan agar membuat shift malam bagi tenaga buruh bongkar pelabuhan sehingga aktivitas bongkar dapat dilakukan pada malam hari.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara
84