KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988 Email :
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
1
2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali triwulan III 2015. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian
daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian – kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, 18 November 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Dewi Setyowati Kepala Perwakilan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
3
Daftar Isi Kata Pengantar
3
Infografis
12
Ringkasan Umum
14
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali 17 Bab I Ekonomi Makro Regional 21
1.1. KONDISI UMUM
23
1.2. SISI PENAWARAN
23
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
25
1.2.2. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
26
1.2.3. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate
27
1.2.4. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
28
1.2.5. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
28
30
1.2.6. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
1.2.7. Lapangan Usaha Jasa Perusahaan, Jasa Keuangan, dan Jasa Lainnya
31
1.2.8. Lapangan Usaha lainnya
32
32
1.3. SISI PERMINTAAN
1.3.1. Konsumsi
32
1.3.2. Investasi
34
34
1.3.3. Neraca Perdagangan
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
36
Bab II Perkembangan Inflasi 42
2.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
45
2.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
45
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
45
2.2.2. Inflasi Menurut Kota
49
2.3. DISAGREGASI INFLASI
51
a) Volatile Food 52 b) Administered Prices 52 c) Core Inflation 52
2.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI
53
2.5. INFLASI PERDESAAN
54
4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Bab III Perbankan dan Sistem Pembayaran 59
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM
61
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
62
3.1.2. Non Performing Loan (NPL)
64
3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
64
3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN KABUPATEN/KOTA
65
3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
67
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
67
3.4.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Nontunai
68
Bab IV Keuangan Pemerintah 76
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
79
4.2 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI
79
4.3 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN/KOTA DI BALI
80
4.4 PERANAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
81
Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 85
5.1 KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI
87
5.2 KONDISI KESEJAHTERAAN PROVINSI BALI
88
Bab VI Prospek Perekonomian 91
6.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL
93
6.2. INFLASI BALI TRIWULAN IV 2015
95
6.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
97
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
5
Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
23
Grafik 1. 2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan III 2015
24
Grafik 1. 3 Andil Kategori terhadap Perekonomian Provinsi Bali Triwulan III 2015
24
Grafik 1. 4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
25
Grafik 1. 5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
25
Grafik 1. 6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
25
Grafik 1. 7 Kreit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
26
Grafik 1. 8 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel
26
Grafik 1. 9 Perkembangan Produksi Padi di Bali
26
Grafik 1. 10 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan
26
Grafik 1. 11 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
27
Grafik 1. 12 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali
27
Grafik 1. 13 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
27
Grafik 1. 14 Kredit Kategori Konstruksi
27
Grafik 1. 15 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan
28
Grafik 1. 16 Perkembangan Total Penjualan
28
Grafik 1. 17 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
28
Grafik 1.18 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi
29
Grafik 1. 19 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa
29
Grafik 1. 20 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai
29
Grafik 1. 21 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali
29
Grafik 1. 22 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali
30
Grafik 1. 23 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
30
Grafik 1 .24 Indikator Industri Besar Sedang
30
Grafik 1. 25 Indikator Industri Besar Sedang
30
Grafik 1. 26 Kredit Kategori Industri
30
Grafik 1. 27 Konsumsi Listrik Industri
31
Grafik 1. 28 NTB Perbankan
31
Grafik 1. 29 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan
31
Grafik 1. 30 Kegiatan Dunia Usaha - Jasa jasa
31
Grafik 1. 31 Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah
32
6
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 1. 32 Konsumsi Listrik di Bali
32
Grafik 1. 33 Jumlah Pelanggan Listrik
32
Grafik 1. 34 Perkembangan Giro Pemerintah
33
Grafik 1. 35 Indeks Keyakinan Konsumen
34
Grafik 1. 36 Kredit Konsumsi
34
Grafik 1. 37 Kredit Investasi
34
Grafik 1. 38 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal
34
Grafik 1. 39 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
34
Grafik 1. 40 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
35
Grafik 1. 41 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama
35
Grafik 1. 42 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
35
Grafik 1. 43 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
35
Grafik 1. 44 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
35
Grafik 1. 45 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali
36
Grafik 1. 46 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali
36
Grafik 1. 47 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
36
Grafik 1. 48 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
36
Grafik 1. 49 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali
37
Grafik A. 1 Wide Impact IndoTERM
39
Grafik 2. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy)
45
Grafik 2. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)
45
Grafik 2. 3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
46
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
46
Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
47
Grafik 2. 6 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali 47 Grafik 2. 7 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
47
Grafik 2. 8 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
47
Grafik 2. 9 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali
48
Grafik 2. 10 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali
48
Grafik 2. 11 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
48
Grafik 2. 12 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
48
Grafik 2. 13 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
49
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
7
Grafik 2. 14 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
49
Grafik 2. 15 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
49
Grafik 2. 16 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
49
Grafik 2. 17 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
49
Grafik 2. 18 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
50
Grafik 2. 19 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy)
51
Grafik 2. 20 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
52
Grafik 2. 21 Perkembangan Indeks Harga Ekspor Non Migas
52
Grafik 2. 22 Nilai Penjualan Eceran
53
Grafik 2. 23 Ekspektasi Konsumen
53
Grafik 2. 24 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem
53
Grafik 2. 25 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem
54
Grafik 2. 26 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar
54
Grafik 2. 27 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar
54
Grafik 2. 28 Perkembangan Inflasi Pedesaan (mtm)
54
Grafik 2. 29 Perkembangan Inflasi Pedesaan (ytd)
54
Grafik 3. 1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit
61
Grafik 3. 2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank
61
Grafik 3. 3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
62
Grafik 3. 4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank
62
Grafik 3. 5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank
62
Grafik 3. 6 Pertumbuhan DPK
62
Grafik 3. 7 Pertumbuhan Kredit Perbankan
63
Grafik 3. 8 Komposisi Kredit
63
Grafik 3. 9 Perkembangan Suku Bunga
63
Grafik 3. 10 Perkembangan NPL Kredit
64
Grafik 3. 11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank
64
Grafik 3. 12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK
65
Grafik 3. 13 Loan to Deposit Ratio (LDR) 65 Grafik 3. 14 Jumlah Kantor Bank per 1.000 Penduduk Dewasa
66
Grafik 3. 15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi Bali
66
8
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Grafik 3. 16 Jumlah ATM per 10.000 Penduduk Dewasa
66
Grafik 3. 17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali
66
Grafik 3. 18 Perkembangan Uang Kartal di Bali
67
Grafik 3. 19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
67
Grafik 3. 20 Perkembangan Kliring
69
Grafik 3. 21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
69
Grafik 3. 22 Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali
69
Grafik 3. 23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali
69
Grafik C. 1 Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Kewajiban Rupiah kepada Stakeholders 75 Grafik C. 2 Leaflet Kewajiban Penggunaan Rupiah di NKRI
76
Grafik 4. 1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%)
80
Grafik 4. 2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
81
Grafik 4. 3 Pagu BelanjaAPBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
81
Grafik 4. 4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
81
Grafik 4. 5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kabupaten/Kota Prov. Bali
81
Grafik 4. 6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali
92
Grafik 4. 7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali
92
Grafik 5. 1 Perkembangan Jumlah Pengangguran di Prov. Bali
87
Grafik 5. 2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja Utama
87
Grafik 5. 3 Perkembangan Tenaga Kerja 2013-2015
88
Grafik 5. 4 Perkembangan Nilai tukar Petani (NTP) Prov. Bali
89
Grafik 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
93
Grafik 6. 2 Perkembangan Dunia Usaha
94
Grafik 6. 3 Proyeksi Inflasi Bali
95
Grafik 6. 4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd)
97
Grafik 6. 5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
97
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
9
Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)
24
Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
33
Tabel A. 1 Tabel Binding Constraints Provinsi Bali
38
Tabel 2. 1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran
50
Tabel 2. 2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Denpasar Triwulan III 2015 50 Tabel 2. 3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran
51
Tabel 2. 4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan III 2015 51 Tabel 3. 1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali
61
Tabel 3. 2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori
64
Tabel 3. 3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali
65
Tabel 3. 4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali September 2015
67
Tabel 3. 4 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
67
Tabel 3. 5 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
68
Tabel 3. 6 Perkembangan Transaksi RTGS
69
Tabel C. 1 Landasan Kewajiban Penggunaan Rupiah
74
Tabel 4. 1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015
80
Tabel 4. 2 APBD Provinsi Bali
83
Tabel 5. 1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja dan Pengangguran per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 88 Tabel 5. 2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali
89
Tabel 5. 3 Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
90
Tabel 6. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
93
Tabel 6. 2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
94
Tabel 6. 3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
95
Daftar Boks BOKS A PEMETAAN KENDALA UTAMA PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BALI (MOST BINDING
CONSTRAINT) MELALUI GROWTH DIAGNOSTIC 38 BOKS B ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI
56
BOKS C KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI
74
10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Seri Mengenal Bank Indonesia SERI MENGENAL BANK INDONESIA DAN EKONOMI “Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan”
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
70
11
perkembangan perkembanganperekonomia perekonomi Provinsi Provinsi Bali BaliTriwulan TriwulanIIIIII2015 2015 perkembangan inflasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali triwulan III mengalami peningkatan hingga tercatat sebesar 6,29% yoy. Dari sisi penawaran peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 bersumber dari peningkatan kinerja sebagian besar kategori lapangan usaha, terutama perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan peningkatan pertumbuhan bersumber dari peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT. Perkembangan harga menunjukkan penurunan dengan tingkat inflasi sebesar 6,56% yoy.
7,92%
yoy SINGARAJA
6,27%
yoy DENPASAR
6,56% yoy
perkembangan SISTEM PEMBAYARAN Rp
uang elektronik
TUNAI INFLOW
NET OUTFLOW
OUTFLOW
Rp3,6T
Rp1,23T
Rp4,8T
KLIRING
Rp
NON TUNAI
562 Lembar Rp14T
RTGS
Dari Bali Ke Bali Rp25,72T Rp15,7T
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
77,44% 12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
PENDAPATAN
52,9% BELANJA
an ian
6.29% perkembangan PERBANKAN
KREDIT
ASET
DPK
10,68% yoy
10,09% yoy
8,52% yoy
1,89
NPL
79,66
LDR
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
104,46
1,99%
NILAI TUKAR PETANI
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
PROYEKSI PEREKONOMIAN INFLASI TRIWULAN IV 2015 2015
PERTUMBUHAN EKONOMI
2,98% +- 1 YOY
6,57% +- 0.5 YOY
Kajian Ekonomi + dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali + Triwulan III 2015
2,98% - 1 YOY
6,28% - 0.5 YOY
13
Ringkasan Umum Sejalan dengan kondisi nasional, kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2015 juga
Perekonomian Bali
menunjukkan kinerja yang membaik. Perekonomian Bali pada triwulan III 2015 tumbuh
triwulan III 2015
sebesar 6,29% (yoy), meningkat dari triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 6,03% (yoy).
mengalami peningkatan
Pencapaian tersebut juga tercatat di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,73%
menjadi sebesar 6,29%
(yoy). Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari
(yoy)
peningkatan kinerja pada sebagian besar kategori lapangan usaha. Beberapa diantaranya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi yang terutama didorong oleh konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah. Secara spasial, kesenjangan antar kabupaten/kota di Provinsi Bali masih terjadi, khususnya antara wilayah Bali Selatan dan Bali non-Selatan. Wilayah Bali Selatan yang mendominasi aktivitas perekonomian dan pusat pertumbuhan industri pariwisata yang menjadi tonggak perekonomian Bali seperti Badung dan Denpasar mampu tumbuh tinggi mencapai 6,75%(yoy) dan 6,77%(yoy) pada tahun 2014. Sementara itu, Kabupaten Bangli yang berada di wilayah Bali non-Selatan hanya mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,67%(yoy) pada tahun 2014. Tren penurunan inflasi di Bali terus berlanjut. Inflasi Bali mengalami penurunan
Tekanan inflasi Provinsi
dibandingkan triwulan sebelumnya, hingga berada pada batas bawah proyeksi Bank
Bali pada triwulan III 2015
Indonesia. Pada triwulan III 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 6,56% (yoy), lebih rendah
melandai
dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 6,83% (yoy). Secara spasial, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 7,92% (yoy) pada September 2015. Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,27% (yoy). Meskipun demikian disparitas inflasi antara Denpasar dan Singaraja semakin menyempit, yang tidak lepas dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh TPID Kota Singaraja.Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh semua kelompok baik volatile food, core inflation maupun administered prices. Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali. Hasil pemantauan harga terhadap 7 komoditas (penyumbang utama inflasi Bali) di Kabupaten Karangasem menunjukkan bahwa sepanjang triwulan III 2015 harga-harga cenderung stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan penurunan harga cukup tinggi pada komoditas bawang merah.
14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Disisi lain tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di sepanjang triwulan III 2015 masih menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi pedesaan pada September 2015 tercatat sebesar 0,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang tercatat sebesar -0,02% (yoy). Hal ini mendorong TPID untuk terus mengintensifkan pengendalian inflasi, tidak hanya di daerah perkotaan, namun juga di perdesaan. Perekonomian masih
Pada triwulan III 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga, seiring
didukung oleh kinerja
dengan indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih terjaga. Bank
perbankan yang terjaga.
umum menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan asset yang masih mengalami pertumbuhan, seiring dengan NPL yang membaik dan LDR yang terjaga, meskipun trend perlambatan penyaluran kredit masih berlanjut. Sejalan dengan perkembangan bank umum, BPR mencatat kinerja yang terjaga seiring dengan perbaikan NPL dan LDR. Sementara itu, secara spasial penyaluran kredit perkabupaten/ kota di Provinsi Bali berdasarkan lokasi proyek serta perkembangan layanan perbankan masih terkonsentrasi di daerah Bali Selatan.
Sistem pembayaran tunai
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, sistem pembayaran tunai maupun
maupun nontunai
nontunai mengalami peningkatan pada triwulan III 2015. Posisi sistem pembayaran
mengalami peningkatan
tunai pada triwulan III 2015 berada pada posisi net outflow seiring dengan peningkatan
pada triwulan III 2015
kebutuhan selama hari raya keagamaan dan musim liburan. Sejalan dengan itu jumlah transaksi kliring di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan. Namun demikian perkembangan RTGS menunjukkan pertumbuhan yang melambat.
Realisasi pendapatan dan
Dukungan fiskal terhadap perekonomian Bali semakin membaik, sebagaimana
belanja triwulan III 2015
tergambar pada realisasi belanja modal yang berada di atas rata-ratanya selama 5
lebih rendah
tahun terakhir. Membaiknya realisasi belanja juga didukung oleh masih tingginya rasio
dibandingkan dengan
kemandirian fiskal Provinsi Bali.
tahun sebelumnya
Namun demikian, realisasi anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Bali pada triwulan III 2015 masih tercatat 77,44%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 83,9%. Demikian juga untuk realisasi anggaran belanja yang sebesar 52,90%, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi belanja triwulan III 2014 yang sebesar 55,94%. Secara spasial, sampai dengan triwulan III 2015, seluruh Kabupaten/Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan mencapai 72,51% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 55,81%. Pemerintah Kabupaten Tabanan tercatat memiliki realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 80,22%. Sementara realisasi belanja tertinggi tercatat di Kabupaten Jembrana, yaitu sebesar 63,62%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
15
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin pada
Perkembangan tenaga
angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada Agustus 2015 yang tercatat
kerja dan kesejahteraan
sebesar 1,99%, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional yang
Provinsi Bali pada triwulan III 2015 menunjukan
tercatat sebesar 6,16% pada periode yang sama.
perkembangan yang
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa
cukup baik
tahun terakhir terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini sebagaimana tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti tingkat kemiskinan dan Nilai Tukar Petani. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan antar penduduk juga mengalami perbaikan sebagaimana tercermin pada menurunnya angka gini ratio. Hasil tracking Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan III 2015 terhadap beberapa indikator perekonomian juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Bali . Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mayoritas Kabupaten/Kota di Bali telah memiliki kualitas hidup yang memadai. Dengan perkembangan terakhir, perkiraan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
Perekonomian Bali
mengalami perbaikan. Perekonomian Bali pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan
triwulan IV 2015
mengalami peningkatan pada kisaran 6,57% ± 1% (yoy) sehingga secara keseluruhan
diperkirakan tumbuh
tahun 2015 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,28%
± 1% (yoy).
pada kisaran 6,57% ±
Perlambatan perekonomian Bali di tahun 2015 terutama disebabkan oleh tertahannya
1% (yoy), dan pada tahun
kinerja ekspor
2015 di kisaran 6,28% ±
seiring dengan perlambatan perekonomian global serta kinerja
konsumsi pemerintah yang sempat tertahan sampai dengan pertengahan tahun 2015.
1% (yoy)
Dari sisi produksi, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari perlambatan kinerja beberapa kategori lapangan usaha, antara lain kategori lapangan pertanian, kehutanan, dan perikanan, kategori industri pengolahan, serta kategori lapangan usaha real estate. Dari sisi perkembangan harga, berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan
Inflasi Bali pada triwulan
IV 2015 inflasi Bali diperkirakan akan sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015
IV 2015 diperkirakan
sehingga diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang
pada kisaran 2,98%±1%
sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, melandainya inflasi pada triwulan IV
(yoy)
2015 terutama bersumber dari administered prices dan volatile foods. Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif stabil.
16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB DAN INFLASI Indikator
2014 I
II
III
IV
6.55
6.21
6.21
7.88
2014
2015 I
II
III
6.20
6.03
6.29
EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%)
6.72
Berdasarkan Kategori : -
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4.81
2.93
2.66
8.63
4.73
3.0
5.01
2.3
-
Pertambangan dan Penggalian
-5.16
-2.79
1.89
3.67
-0.60
-5.07
-6.11
-9.4
-
Industri Pengolahan
9.73
9.35
9.05
7.50
8.88
6.73
8.57
6.9
-
Pengadaan Listrik, Gas
-2.47
5.01
3.35
4.64
2.64
1.97
-6.5
-1.3
-
Pengadaan Air
5.49
7.75
9.19
7.15
7.40
0.93
1.1
0.8
-
Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
-1.04
1.46
2.21
4.60
1.80
2.67
3.61
6.1
8.87
5.89
6.34
8.07
7.27
7.66
6.87
8.9
-
Transportasi dan Pergudangan
7.04
6.22
5.70
4.04
5.71
4.48
4.73
5.8
-
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7.63
5.56
5.53
7.46
6.53
7.53
5.61
5.35
-
Informasi dan Komunikasi
6.32
7.04
7.06
8.40
7.21
9.79
9.05
10.8
-
Jasa Keuangan
10.26
10.87
5.97
10.93
9.49
10.93
6.92
10.7
-
Real Estate
8.74
8.66
9.56
8.60
8.89
5.86
4.95
4.9
-
Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
6.13
7.52
7.82
8.41
7.49
5.23
6.91
7.2
3.64
8.52
13.56
16.51
10.75
7.28
7.92
9.4 8.2
-
-
14.11
14.66
8.55
6.08
10.58
8.75
8.85
13.96
12.40
14.60
9.07
12.43
8.06
7.9
9.8
6.50
7.67
8.19
8.13
7.63
8.96
7.41
7.6
2.39
3.94
5.10
(0.48)
2.66
7.81
6.44
6.69
1.71
4.26
6.43
8.17
5.16
11.13
7.29
(3.86)
(7.26)
1.24
8.42 -1.9
7.33 -1.31
7.29 1.30
6.99
1.98
0.15
(25.07)
(8.63)
4.43
2.86
4.42
Berdasarkan Pengeluaran : -
1. Pengeluaran Konsumsi 1a. Konsumsi Rumah Tangga 1b. Konsumsi LNPRT 1c. Konsumsi Pemerintah
(7.48)
(3.21)
6.69
11.17
1.47
5.32
4.91
4.17
(6.47)
(2.65)
6.07
11.13
1.81
(36.19)
(18.77)
44.05
18.45
(12.52)
7.43 -83.08
7.61 -85.16
6.09 -80.77
3. Neraca Perdagangan Bersih 3a. Ekspor Luar Negeri 3b. Impor Luar Negeri 3c. Net Ekspor Antardaerah
1,022.2
(522.36)
31.77
(131.35)
(1,175.52)
18.55
25.41
-0.45
25.14 28.04
9.03 -4.68
-
2. Investasi 2a. PMTB 2b. Perubahan Inventori
-
14.49
21.74
19.33
19.96
18.93
38.81
7.75
5.10
12.48
17.14
-31.84 68.54
(30.27)
4.58
22.01
4.28
1.87
7.81
6.44
6.69
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
132.19
131.09
131.68
136.11
531.07
137.56
122.35
107.74
27.57
31.1
30.86
32.84
122.37
27.80
29.05
25.81
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
126.12
44.58
91.99
100.75
363.43
32.1
30.7
21.2
11.71
11.69
28.67
29.15
81.22
30.87
2.00
1.80
6.09
6.41
4.59
8.43
8.43
6.42
6.97
6.56
Ekspor
Impor
Laju Inflasi Provinsi Bali (% yoy)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
17
PERBANKAN 2013
Indikator
2015
2014
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
Total Asset (Rp Triliun)
64.85
68.04
73.19
75.55
75.05
79.50
83.83
85.78
85.39
88.52
92.28
DPK (Rp Triliun)
55.98
57.84
62.26
64.23
63.90
66.50
70.54
70.51
72.01
73.58
76.54
-
Giro (Rp Triliun)
11.90
12.05
13.38
11.71
12.23
13.83
14.11
11.96
12.86
13.70
15.00
-
Tabungan (Rp Triliun)
27.54
28.82
30.84
32.75
31.17
30.96
32.90
33.90
32.46
32.35
34.09
-
Deposito (Rp Triliun)
16.54
16.97
18.04
19.77
20.49
21.71
23.53
24.72
26.69
27.51
27.44
PERBANKAN
Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank
41.42
44.77
47.16
49.25
50.33
52.83
55.09
57.20
57.96
59.77
60.97
-
Modal Kerja
16.67
17.37
18.32
19.71
19.99
21.29
22.26
22.75
22.94
23.76
24.01
-
Investasi
8.65
10.27
10.66
11.08
11.35
11.90
12.55
13.40
13.62
13.87
14.14
-
Konsumsi
16.10
17.13
18.19
18.46
18.99
19.64
20.28
21.05
21.40
22.13
22.81
Kredit UMKM (Rp Triliun)
16.12
17.78
18.68
19.74
20.21
21.61
22.22
22.95
23.87
24.82
25.30
Loan to Deposit Ratio (%)
73.99
77.40
75.75
76.67
78.77
79.44
78.10
81.14
80.49
81.24
79.66
NPL gross (%)
0.61
0.54
0.51
0.49
0.70
1.66
0.95
0.91
1.34
1.91
1.89
INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Miliar Rp
Kabupaten/ Kota Jembrana
I Kredit DPK Kredit
Tabanan DPK Kredit Badung
DPK Kredit
Gianyar DPK Kredit Klungkung DPK Kredit Bangli DPK Kredit Karangasem DPK Kredit Buleleng DPK Kredit Denpasar DPK
18
2013
Indikator
II
2015
2014 III
IV
I
II
III
IV
I
II
1,504
1,578
1,652
1,718
1,776
1,863
1,955
2,058
2,118
2,248
775
791
846
877
882
967
1,045
1,043
1,072
1,058
3,695
3,881
3,943
4,204
4,306
4,569
4,793
4,975
5,215
5,466
1,608
1,704
1,725
1,775
1,801
1,870
1,906
1,869
1,992
2,008
12,565
14,084
15,537
16,176
16,501
17,622
18,742
20,555
21,125
21,584
6,731
7,488
7,652
8,020
7,826
8,286
8,509
11,307
11,724
11,831
3,682
3,883
4,103
4,354
4,474
4,761
4,991
5,316
5,418
5,589
1,969
2,072
2,245
2,211
2,217
2,225
2,391
2,336
2,402
2,487
1,133
1,185
1,228
1,261
1,282
1,330
1,376
1,411
1,451
1,520
704
742
777
807
843
935
975
959
1,037
1,098
1,115
1,161
1,216
1,262
1,297
1,373
1,435
1,479
1,530
1,599
557
603
711
724
699
742
837
829
826
853
1,634
1,746
1,818
1,877
1,958
2,092
2,209
2,282
2,378
2,506
1,058
1,086
1,171
1,223
1,208
1,303
1,458
1,467
1,497
1,486
3,718
4,183
4,309
4,449
4,770
5,269
5,309
5,547
5,595
5,914
2,321
2,441
2,737
2,756
2,824
2,908
3,098
3,036
3,036
3,039
21,796
23,004
24,367
25,517
26,186
27,085
28,334
29,399
29,395
30,140
40,258
40,913
44,393
45,843
45,596
47,263
50,318
47,664
48,425
49,721
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
III 2,260 1,118 5,548 2,146 21,993 12,610 5,668 2,723 1,536 1,159 1,639 915 2,555 1,569 6,058 3,266 30,822 51,039
SISTEM PEMBAYARAN Indikator
2013
2014
2015
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2,906
2,503
2,797
2.194
3.331
2.607
3.269
2.392
4,086
2,810
3,669
2,280
2,468
4,154
3.494
2.382
2.669
4.422
3.630
2,089
3,464
4,899
29,941
33,865
34,940
27.875
42.024
31.878
29.728
35.585
35,192
34,327
25,721
21,235
24,172
34,726
23,638
20.507
20.973
19.634
23.192
12,945
13,254
12,100
21,187
23,450
45,831
21,702
19.201
17.724
15.355
18.166
15,608
17,304
15,727
20,623
22,580
42,415
21,221
19.855
20.268
18642
21.460
14,002
14,337
12,775
3,990
4,144
9,280
4,038
3.866
4.281
4.840
6.219
4,076
5,226
4,713
5,107
5,630
9,692
5,029
4.631
4.677
4.260
5.197
3,468
3,618
3,192
11,782
12,467
13,009
13,616
12.853
12.833
13.753
14.507
13,548
10,096
14,002
529
541
525
553
543
540
553
574
551
408
562
323
344
326
410
321
314
522
640
356
354
343
8.17
8.42
7.75
8.39
8.06
9.09
8.56
7.60
8.05
7.95
8.4
SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai
Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) Vol. Kliring (Rb Lbr) Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr)
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
19
Halaman ini sengaja dikosongkan
20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
BAB I
ekonomi makro regional
kajian ekonomi dan keuangan regional
Sejalan dengan kondisi nasional, kinerja perekonomian Bali pada triwulan III 2015 juga menunjukkan kinerja yang membaik. Perekonomian Bali pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 6,29% (yoy), meningkat dari triwulan II 2015 yang tercatat sebesar 6,03% (yoy). Pencapaian tersebut juga tercatat di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,73% (yoy). Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari peningkatan kinerja pada sebagian besar kategori lapangan usaha. Beberapa diantaranya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi yang terutama didorong oleh konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah.
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
21
22
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
Kondisi Umum
Rp Miliar
PDRB
g PDRB (skala kanan)
34,000 33,000 32,000 31,000 30,000 29,000 28,000 27,000 26,000 25,000 24,000
6.29 6.03
I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
2014
II
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
%,yoy
1.1.
III
2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tahun dasar 2010
Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional
keuangan. Secara umum peningkatan terjadi seiring
yang mengalami peningkatan dari sebesar 4,67% (yoy)
dengan realisasi proyek pemerintah dan peak season
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 4,73% (yoy)
industri pariwisata dan berlangsungnya hari raya
pada triwulan III 2015, perekonomian Provinsi Bali
keagamaan.
turut menunjukkan perbaikan kinerja pada triwulan III 2015. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 mengalami peningkatan dari 6,03% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,29% (yoy). Secara agregat, output riil pada periode laporan tercatat mencapai Rp 32,8 triliun. Dari sisi penawaran, peningkatan
pertumbuhan
tersebut
terutama
bersumber dari peningkatan kinerja pada sebagian besar kategori lapangan usaha. Beberapa diantaranya adalah lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa keuangan. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali terjadi seiring dengan peningkatan konsumsi yang terutama didorong oleh konsumsi pemerintah seiring dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah. 1.2. Sisi Penawaran Dari
sisi
penawaran,
Perekonomian Provinsi Bali masih didominasi oleh industri pariwisata sebagaimana terlihat dari lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran yang memiliki pangsa masing-masing sebesar 23% dan 8%. Sementara itu, meskipun cenderung mengalami perlambatan kinerja, lapangan usaha pertanian masih menjadi lapangan usaha utama dengan pangsa mencapai 15% terhadap total perekonomian provinsi Bali (Grafik 1.2). Sementara dari sumbangan pertumbuhan ekonominya, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran dan konstruksi yang mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan III 2015, memberikan sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi Bali masingmasing sebesar 0,77% dan 0,56% (Grafik 1.3). Di sisi lain, meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
peningkatan
pertumbuhan
minum
masih
memberikan
sumbangan
terbesar
ekonomi Provinsi Bali pada triwulan III 2015 bersumber
kepada perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III
dari peningkatan kinerja sebagian besar kategori
2015 mencapai 1,05%. Selain itu, seiring dengan
lapangan usaha, terutama kategori perdagangan
perlambatan lapangan usaha pertanian sumbangan
besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda
lapangan usaha tersebut terhadap perekonomian
motor, konstruksi, administrasi pemerintahan, dan jasa
Provinsi Bali pada triwulan III 2015 turut mengalami
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
23
penurunan mencapai 0,33% dari sebelumnya yang
sebesar 0,75%.
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)* Komponen
2014 I
II
III
IV
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
4.81
2.93
2.66
8.63
Pertambangan dan Penggalian
-5.16
-2.79
1.89
Industri Pengolahan
9.73
9.35
Pengadaan Listrik, Gas
-2.47
5.01
Pengadaan Air
5.49
Konstruksi
-1.04
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2014
2015 I
II
III
4.73
3.0
5.01
2.3
3.67
-0.6
-5.07
-6.11
-9.4
9.05
7.5
8.88
6.73
8.57
6.9
3.35
4.64
2.64
1.97
-6.5
-1.3
7.75
9.19
7.15
7.4
0.93
1.1
0.8
1.46
2.21
4.6
1.8
2.67
3.61
6.1
8.87
5.89
6.34
8.07
7.27
7.66
6.87
8.9
Transportasi dan Pergudangan
7.04
6.22
5.7
4.04
5.71
4.48
4.73
5.8
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7.63
5.56
5.53
7.46
6.53
7.53
5.61
5.35
Informasi dan Komunikasi
6.32
7.04
7.06
8.4
7.21
9.79
9.05
10.8
Jasa Keuangan
10.26
10.87
5.97
10.93
9.49
10.93
6.92
10.7
Real Estate
8.74
8.66
9.56
8.6
8.89
5.86
4.95
4.9
Jasa Perusahaan
6.13
7.52
7.82
8.41
7.49
5.23
6.91
7.2
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.64
8.52
13.56
16.51
10.75
7.28
7.92
9.4
Jasa Pendidikan
14.11
14.66
8.55
6.08
10.58
8.75
8.85
8.2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
13.96
12.4
14.6
9.07
12.43
8.06
7.9
9.8
Jasa lainnya
6.5
7.67
8.19
8.13
7.63
8.96
7.41
7.6
PDRB
6.55
6.21
6.21
7.88
6.72
6.2
6.03
6.29
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali * Tahun Dasar 2010
Administrasi Pertambangan Jasa Kesehatan Jasa Pertanian, Pemerintahan, lainnya dan Penggalian Kehutanan, Pertahanan dan Jasa dan Kegiatan 1% 1% dan Perikanan Jaminan SosialPendidikan Sosial Industri 2% Jasa 15% Wajib Pengolahan 5% Perusahaan 5% 6% 1% Pengadaan Real Estate Listrik dan Gas 4% 0% Jasa Keuangan dan Asuransi Konstruksi 4% 9%
Informasi dan Komunikasi 5%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 23%
Transportasi dan Pergudangan 9%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Perdagangan Limbah dan Besar dan Daur Ulang Eceran, dan 0% Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8% Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 1.2 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan III 2015
24
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
Jasa lainnya
0.12
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.21
Jasa Pendidikan
0.43
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.59
Jasa Perusahaan
0.08
Real Estate
0.24
Jasa Keuangan dan Asuransi
0.45
Informasi dan Komunikasi
0.69
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.05
Transportasi dan Pergudangan
0.43
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.77
Konstruksi
0.56
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Pengadaan Listrik dan Gas
0.00 0.00
Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian
0.46 -0.12
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
-0.20
0.33
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 1.3 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan III 2015
1.2.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
yang cukup kompetitif turut berkontribusi dalam
dan Makan Minum
menahan
Jml Wisman
1,200
800
15 10
600 400
5
8.13
200
% yoy
Ribu orang
Australia 22%
20 969
2.37
0 (5)
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
pertumbuhan
g Wisman (skala kanan) 1,077 25
1,000
2011
laju
2013
2014
2015
Other Nationality Rusia 16% 1% India 2% New Zealand Netherland 3% 2%
PRC 19%
kunjungan
wisman.
Japan 6%
UK 5% France 4%
Germany 4% Malaysia 4% USA South of Singapore Korea 3% Taiwan 3% 3% 3%
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Grafik 1.4 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
Grafik 1.6 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
Perlambatan pertumbuhan wisman pada triwulan III
minum mengalami sedikit perlambatan dari sebesar
2015 yang tercatat sebesar 2,37% (yoy), jauh lebih
5,61% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar
rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
5,35% (yoy) pada triwulan III 2015. Berlangsungnya
sebesar 8,13% (yoy).
peak season pariwisata seiring dengan liburan sekolah dan hari raya keagamaan belum mampu mendorong kinerja lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum pada periode laporan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh erupsi gunung raung yang mengakibatkan
penutupan
Bandara
Internasional
Ngurah Rai selama beberapa hari di pertengahan Juli 2015 sehingga berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan. Selain itu, berdasarkan hasil survei dan liaison, membaiknya kondisi destinasi tropis di Negara kompetitor seperti Thailand, Hawaii, dsb dengan biaya
Berdasarkan klasifikasi negara asal wisman, perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kunjungan wisman asal Australia dari sebesar 4,22% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi kontraksi sebesar -12,75% (yoy). Kontraksi tersebut diindikasikan sebagai dampak penutupan bandara serta kondisi perkembangan perekonomian Australia2 yang tertahan seiring dengan penurunan harga komoditas batu bara. Namun demikian, penurunan masih tertahan oleh pertumbuhan jumlah kunjungan wisman asal Jepang dan Inggris. Disamping itu, implementasi penambahan negara bebas visa pada triwulan berjalan
Australia
PRC
UK
Japan
France
100
sehingga tercatat menjadi negara asal wisman terbesar
80
kedua setelah Australia.
60
%,yoy
mendorong pertumbuhan wisman asal Tiongkok
40
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kunjungan
20
wisman, perkembangan kredit penyediaan akomodasi
0 -20
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Grafik 1.5 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
makan, dan minum mengalami perlambatan dari 10,54% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 5,45%(yoy) pada triwulan III 2015. Kondisi ini seiring dengan persaingan di lapangan usaha ini yang semakin
1 Statement On Monetary Policy Reserve Bank of Australia (RBA) November 2015 : terjadi tren penurunan pendapatan per kapita in terms of trade. 2 Australia mendominasi kunjungan wisman dengan share sebesar 22%
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
25
300,000
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
2014
II
250,000
Ribu Ton GKG
80 70 60 50 40 30 20 10 0
%,yoy
Rp miliar
g Kr. Akmamin (skala kanan) 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I
319,121
350,000
Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
200,000
158,350
150,000 100,000 50,000 0 I
III
II
2015
III
2015 Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan
Grafik 1.7 Kredit Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum
Grafik 1.9 Perkembangan Produksi Padi di Bali
ketat sehingga menekan angka return on investment
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
industri pariwisata.
pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan
Di sisi lain, perkembangan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) menunjukkan kondisi berbeda. TPK hotel berbintang pada triwulan III 2015 mengalami peningkatan menjadi sebesar 66,48% dari sebesar 57,99% pada triwulan II 2015. Berdasarkan hasil survei dan liaison, peningkatan tersebut seiring dengan upaya promosi dari hotel (termasuk penurunan rate dan package untuk kelompok) yang dilakukan oleh perhotelan. Selain itu peningkatan TPK tersebut diindikasikan
merupakan
dampak
peningkatan
pertumbuhan.
Penurunan
terutama
terjadi
pada
subkategori tabama, subkategori holtikultura, dan subkategori
perikanan.
Dari
subkategori
tabama
pelambatan terutama bersumber dari penurunan produksi padi pada triwulan III 2015 yang mengalami penurunan produksi secara signifikan dari 319 ribu ton GKG pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 158 ribu ton GKG. Penurunan produksi tersebut seiring dengan berlangsungnya El Nino yang menyebabkan kekeringan yang terjadi di berbagai wilayah di Provinsi Bali.
kunjungan wisatawan domestik (wisdom) seiring
Sejalan dengan perlambatan subkategori tabama,
musim liburan sekolah dan libur lebaran.
subkategori perikanan turut mengalami perlambatan, terlihat dari perlambatan tangkapan ikan di PPN
Tangkapan Ikan
90
Rata2 menginap Bintang (skala kanan) Rata2 menginap Non Bintang (skala kanan)
8,000
50
3
30
2
2,000
10
1
0
0
Sumber : BPS Provinsi Bali
ton
4
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2014 2015
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 -200
10,000
70
-10
g Tangkapan Ikan (skala kanan)
12,000 5
Hari
%
TPK Non Bintang
6,000 4,000
%,yoy
TPK Bintang
I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015 Sumber : pipp.djpt.kkp.go.id, diolah
Grafik 1.8 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel
Grafik 1.10 Perkembangan Penangkapan Ikan PPN Pengambengan
1.2.2. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,
Pengambengan. Pertumbuhan tangkapan ikan di
PPN Pengambengan pada triwulan III 2015 tercatat
26
dan Perikanan
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
g Kredit Pertanian (skala kanan)
50
%,yoy
60
1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
40
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
2014
I
II
180
20 15
175 170
10
165
30
I
IHPR g IHPR (yoy) - (skala kanan)
185
%,yoy
Rp Miliar
Kredit Pertanian
160
20
155
10
150
0
145
III
5 0 I
II
2015
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II
III
2015
Sumber : Survei Harga Properti Residensial, Bank Indonesia
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
Grafik 1.13 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)
terkontraksi sebesar -10% (yoy), jauh lebih rendah
Perkembangan
dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang mencapai
triwulan III 2015 menunjukkan kinerja yang membaik.
36% (yoy). Berdasarkan hasil FGD dengan pelaku
Pada triwulan III 2015 lapangan usaha konstruksi
usaha di sektor perikanan, diperoleh informasi bahwa
tercatat tumbuh sebesar 6,1% (yoy), jauh lebih tinggi
penurunan hasil tangkapan tersebut salah satunya
dibandingkan triwulan II 2015 yang sebesar 3,61%(yoy).
merupakan dampak peraturan kemaritiman yang
Peningkatan tersebut seiring dengan berlangsungnya
menyebabkan penurunan efisiensi hasil tangkapan ikan
pembangunan
Provinsi Bali (larangan transshipment serta pelarangan
dengan peningkatan realisasi belanja pemerintah
penggunaan kapal asing).
pasca selesainya proses R-APBD dan realisasi yang telah
Seiring dengan perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit sektor pertanian juga turut mengalami perlambatan. Kredit pertanian pada triwulan III 2015 tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 25,16% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan II 2015 yang sebesar 27,29% (yoy). 1.2.3. Lapangan Usaha Konstruksi dan Lapangan Usaha Real Estate
dari tren peningkatan pertumbuhan konsumsi semen Provinsi Bali pada triwulan II 2015, seiring dengan pembangunan pemerintah yang memiliki lag period dengan pengadaan bahan bangunan. Di tengah-tengah peningkatan kinerja lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha real estate masih belum
Kr. Konstruksi
0
200 100 I
II III 2014
IV
I
II III 2015
Rp Miliar
300
IV
sejalan
lapangan usaha konstruksi tersebut juga terkonfimasi
20
II III 2013
pemerintah
pada
mencapai 53% pada triwulan III 2015. Perbaikan kinerja
g konsumsi semen - (skala kanan) % yoy 40
400
I
proyek-proyek
konstruksi
menunjukkan kinerja yang membaik. Pada triwulan III
500
0
usaha
g Kr. Konstruksi (skala kanan)
2,500
120
2,000
100 80
1,500
60
1,000
-20
500
-40
0
%,yoy
Konsumsi Semen Ribu Ton 600
lapangan
40 20 0 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.12 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali
Grafik 1.14 Kredit Kategori Konstruksi
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
27
2015, lapangan usaha real estate tercatat tumbuh stabil sebesar 4,9% (yoy) seiring dengan masih berlanjutnya
Total Penjualan
Rp Juta
mendorong sikap wait and see kontraktor di tengahtengah masih lesunya permintaan rumah. Sementara itu, sejalan dengan pertumbuhan kredit secara total, pertumbuhan kredit konstruksi masih
400000 350000 300000 250000 200000 150000 100000 50000 0
140 120 100 80 60 40 20 0 I
tertahan. Pada triwulan III 2015 kredit konstruksi
II
triwulan
II
2015
yang
mencapai
9,20%(yoy).
III
IV
I
2013
tercatat tumbuh sebesar 5,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan
%,yoy
tren kenaikan harga tanah di Provinsi Bali yang
gTotal(skala kanan)
II
III
IV
I
2014
II
III
2015 Sumber : Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.16 Perkembangan Total Penjualan
makanan mengalami peningkatan seiring dengan
1.2.4. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
promosi yang dilakukan pedagang serta peningkatan
kebutuhan menjelang hari raya keagamaan.
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Pertumbuhan kategori lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor menunjukkan
kinerja
yang
membaik
dengan
peningkatan pertumbuhan dari sebesar 6,87% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 8,9% (yoy)
Dari sisi pembiayaan pertumbuhan kredit perdagangan besar dan eceran mengalami perlambatan dari sebesar 18,17% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 14,69% (yoy) pada triwulan III 2015.
pada triwulan III 2015. Peningkatan tersebut sebagai
gKendaraan & Suku Cadangnya
gMakanan & Tembakau
gKerajinan, Seni & Mainan
gBahan Kimia
gBahan Bakar
Kr. Perdagangan Besar dan Eceran g. Kr. Perdagangan Besar dan Eceran
600
Rp miliar
500
%,yoy
400 300 200 100 0 -100 -200
I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
40
20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
%,yoy
700
gPeralatan Tulis
35 30 25 20 15 10 5 0 I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber : Survei Penjualan Eceran, KPwBI Prov. Bali
Grafik 1.15 Pertumbuhan Komoditas Utama Penjualan
Grafik 1.17 Penyaluran Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Eceran
dampak peak season pariwisata, liburan sekolah dan
1.2.5. Lapangan Usaha Transportasi dan
berlangsungnya hari raya keagamaan pada triwulan
Pergudangan
berjalan. Peningkatan yang terjadi juga terkonfirmasi
Pertumbuhan kategori transportasi dan pergudangan
dari hasil survei penjualan dan eceran yang mulai
mengalami peningkatan mencapai 5,8% (yoy) pada
menunjukkan
pertumbuhan
triwulan III 2015, lebih tinggi dari pertumbuhan
penjualan beberapa komoditas utama pada triwulan
triwulan II 2015 yang sebesar 4,73% (yoy). Peningkatan
laporan. Dari survei dan liaison didapatkan informasi
kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan
bahwa beberapa produk seperti kosmetik dan bahan
ini seiring dengan arus mudik dan arus balik lebaran
28
tren
KEKR TW III 2015
peningkatan
Ekonomi Makro Regional
Ribu Orang
3 2 1 0 SBT
-1
I
II
III
IV
I
2013
-2
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
-3 -4 -5
2,800 2,400 2,000 1,600 1,200 800 400 0
-6 -7
I
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III 2015
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Sumber : BUMN
Grafik 1.18 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi
Grafik 1.20 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ngurah Rai
serta musim liburan dan peak season pariwisata yang
II 2015 yang sebanyak 2,2 juta orang. Peningkatan
mendorong kunjungan wisnus ke Provinsi Bali. Hal
tersebut juga didorong oleh kebijakan penambahan
tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan
negara bebas visa yang mendorong kunjungan wisman
Dunia Usaha sektor Pengangkutan dan Komunikasi
ke Provinsi Bali.
yang mengalami peningkatan pada triwulan III 2015. Perkembangan
tersebut
juga
terkonfirmasi
Di sisi lain, meskipun arus penumpang laut terus
dari
mengalami peningkatan, pertumbuhan arus bongkar
peningkatan arus penumpang di Pelabuhan Benoa, dari
muat dan arus unit kapal di Provinsi Bali mengalami
sebesar 144 ribu orang pada triwulan II 2015 menjadi
perlambatan. Pertumbuhan arus bongkar muat pada
sebesar 176 ribu orang pada triwulan III 2015. DIsamping
triwulan III 2015 terkontraksi sebesar -1,67% (yoy), lebih
arus mudik dan arus balik lebaran, peningkatan pada
rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
arus angkutan laut ini juga terjadi seiring dengan
sebesar 17,23% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut arus
penutupan bandara yang terjadi pada beberapa
unit kapal juga mengalami kontraksi, tercatat sebesar
waktu silam. Sejalan dengan hal tersebut, meskipun
–18,42% (yoy). Hal ini turut mengindikasikan relatif
terjadi penutupan bandara pada periode peak, arus
rendahnya arus unit kapal dibandingkan periode yang
penumpang transportasi udara tetap mengalami sedikit
sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh semakin
peningkatan pada triwulan III 2015 mencapai 2,3
besarnya preferensi masyarakat dengan menggunakan
juta orang, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan
jalur darat terkait dengan tingkat efisiensi jalur darat
Ribu Orang 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Arus Bongkar Muat (Ribu Ton)
Ribu Ton 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 I
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III 2015
40 20 0 -20
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
Sumber : BUMN, diolah
Grafik 1.19 Arus Penumpang Laut Pelabuhan Benoa
% yoy
g Bongkar Muat (yoy) - (skala kanan)
IV
I
II III 2015
-40
Sumber : BUMN
Grafik 1.21 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Provinsi Bali
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
29
Industri Kayu & barang dr kayu
Unit Kapal g Unit Kapal (skala kanan)
15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00 -10.00 -15.00 -18.42-20.00 III
2,000 Unit
%,yoy
1,500 1,000 500 0 I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
2015 Sumber : BUMN
Grafik 1.22 Arus Kapal Pelabuhan Provinsi Bali
Industri Furnitur
30
Industri Pegolahan Lainnya
20 10 0 I
II
-10
III
II
III
IV
2014
I
I
II
2014
III
2015
-20
Kegiatan Dunia Usaha (skala kanan)
II
%
%,yoy
Rp miliar
2013
I
IV
Kapasitas Produksi Terpakai
35 30 25 20 15 10 5 0 IV
III
Grafik 1.24 Indikator Industri Besar Sedang
700 600 500 400 300 200 100 0 III
II
Sumber : BPS Provinsi Bali
g Kr. Transportasi dan Pergudangan
II
I
2013
Kr. Transportasi dan Pergudangan
I
IV
III
2
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1 0 -1 -2 -3 -4 I
2015
SBT
2,500
%,yoy
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
Sumber : BUMN
II
III
2015 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
Grafik 1.25 Indikator Industri Besar Sedang
yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalur laut.
dan industri pengolahan lainnya untuk industri besar
Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit kategori
pada triwulan III 2015.
dan transportasi mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 27,85%(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 12,61%(yoy) pada triwulan III 2015.
Perlambatan kinerja industri pengolahan ini juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan penurunan pada triwulan III 2015
1.2.6. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
untuk industri pengolahan baik dari kegiatan usahanya
Pada triwulan III 2015, pertumbuhan lapangan industri
ataupun kapasitas terpasang. Dari sisi pembiayaan
pengolahan mengalami perlambatan dibandingkan
perbankan, perlambatan juga terjadi pada penyaluran
dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kategori industri pengolahan melambat dari sebesar 8,57%(yoy) 2,500
pada triwulan III 2015. Perlambatan tersebut seiring
2,000
dengan kenaikan biaya produksi dengan berlanjutnya penguatan US dollar. Sementara itu, penurunan
10 5
kinerja industri pengolahan. Perlambatan tersebut
0
perlambatan
pertumbuhan
industri kayu dan barang dari kayu, industri furniture,
30
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
15
1,000 500
dengan
20
1,500
permintaan domestik dan luar negeri semakin menahan terkonfirmasi
25
gr. Kr. Industri Pengolahan (skala kanan)
Rp Miliar
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,9% (yoy)
0 -5 -10 I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Grafik 1.26 Kredit Kategori Industri
IV
I
II 2015
III
%,yoy
Kr Industri Pengolahan
40,000 35,000 30,000 25,000 20,000
I
II
2013
2014
Kr. Js. Keuangan g Kr. Js Keuangan (skala kanan) 70 60 50 40 30 20 10 0 -10
2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
I
II
III
IV
I
II
2013
2015
III
IV
I
2014
II
III
%,yoy
45,000
%, yoy Konsumsi Listrik Industri g konsumsi industri (skala kanan) 60 50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 III IV I II III IV I II III
Rp miliar
Ribu KWH 50,000
2015
Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah
Grafik 1.27 Konsumsi Listrik Industri
Grafik 1.29 Penyaluran Kredit di Kategori Jasa Keuangan
kredit industri pengolahan, seiring dengan peningkatan
dengan hal tersebut, penyaluran kredit jasa keuangan
resiko ketidakpastian ke depan terutama terkait dengan
turut mengalami peningkatan dari sebesar 6,16% (yoy)
kondisi permintaan global. Penyaluran kredit kategori
pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 10,63% (yoy)
industri pengolahan melambat dari 8,63%(yoy) pada
pada triwulan III 2015.
triwulan II 2015 menjadi terkontraksi sebesar -4,17% (yoy) pada triwulan III 2015.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, lapangan usaha jasa perusahaan yang turut menopang industri
1.2.7. Lapangan usaha Jasa Perusahaan, Jasa
pariwisata di Bali turut mengalami peningkatan dari
sebesar 6,91% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
Keuangan, dan Jasa Lainnya
Pada triwulan III 2015, lapangan usaha jasa mengalami
7,2% (yoy) pada triwulan III 2015. Peningkatan
peningkatan pertumbuhan. Lapangan usaha jasa
juga terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya yang
keuangan mengalami peningkatan dari sebesar 6,92%
mengalami peningkatan dari 7,41% (yoy) pada triwulan
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 10,07% (yoy).
II 2015 menjadi sebesar 7,6% (yoy) pada triwulan III
Peningkatan tersebut seiring dengan dimulainya tahun
2015. Peningkatan tersebut terkonfirmasi dari hasil
ajaran baru dan hari raya Galungan dan Kuningan
Survei Kegiatan Dunia Usaha untuk kategori jasa-jasa
yang mendorong kebutuhan uang di masyarakat.
yang menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2015.
Peningkatan tersebut terkonfirmasi dari peningkatan NTB dari sebesar 7,06% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 13,65% pada triwulan III 2015. Sejalan
Selain itu, seiring dengan peningkatan kinerja realisasi belanja pemerintah dan persiapan menjelang pilkada
25
10 8 6 4
15
2
SBT
%,yoy
20
10
0 -2
5
-4
I
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
2014
I
II
III
2015
-6
0 Tw I
Tw II
Tw III
2014
Tw IV
Tw I
Tw II 2015
Tw III
-8 -10 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha
Grafik 1.28 NTB Perbankan
Grafik 1.30 Kegiatan Dunia Usaha – Jasa Jasa
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
31
serentak, lapangan usaha administrasi pemerintah
2015 menjadi sebesar -9,4% (yoy) pada triwulan III
turut mengalami peningkatan dari sebesar 7,92%
2015 sebagai salah satu dampak dari penerapan Perda
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 9,4%
pelarangan sentra untuk Galian C (pasir dan batu).
(yoy). Peningkatan tersebut juga terkonfirmasi pada
Lapangan usaha penyediaan air
perkembangan penyaluran kredit dari sebesar 189%
perlambatan dari sebesar 1,1% (yoy) pada triwulan
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 581% (yoy) pada
II 2015 menjadi sebesar 0,8% (yoy) pada triwulan III
triwulan III 2015.
2015. Selain itu kontraksi yang terjadi pada lapangan
Kr. Adm Pemerintah
Rp miliar
600
20
%,yoy
25
800
400
15
200
10 5
0
0
-200 I
II
III
IV
2013
I
II
III
IV
I
2014
II
III
1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
% yoy
Jumlah Pelanggan
Ribu Unit
g Kr. Adm Pemerintah (skala kanan)
30
turut mengalami
g Jumlah Pelanggan (skala kanan)
10 8 6 4 2
I
2015
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III 2015
0
Sumber : BUMN, diolah
Grafik 1.31 Penyaluran Kredit di Adm. Pemerintah
Grafik 1.33 Jumlah Pelanggan Listrik
1.2.8. Lapangan usaha lainnya
usaha listrik dan gas sebesar -1,3% (yoy) pada triwulan
Kategori
informasi
dan
komunikasi
mengalami
III 2015 seiring dengan kenaikan TDL pada triwulan
peningkatan dari sebesar 9,05% (yoy) pada triwulan
laporan berjalan. Perlambatan pertumbuhan lapangan
II 2015 menjadi sebesar 10,8% (yoy) pada triwulan
usaha tersebut terlihat dari penurunan konsumsi listrik
III 2015 seiring dengan peningkatan penggunaan
pada triwulan III 2015.
komunikasi pada musim liburan dan hari raya. Di sisi lain, lapangan usaha pertambangan dan penggalian, lapangan usaha penyediaan air, dan lapangan usaha listrik dan gas mengalami perlambatan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan dari kontraksi sebesar -6,11% (yoy) pada triwulan II
1.3. Dari
SISI PERMINTAAN sisi
permintaan,
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi pada triwulan III 2015 bersumber dari peningkatan konsumsi yang terutama didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT. Sementara itu, peningkatan realisasi proyek pemerintah belum mampu mendorong peningkatan
juta KWH
Konsumsi Listrik
1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
g Konsumsi Listrik (skala kanan)
I
II III IV I 2012
II III IV I 2013
II III IV I 2014
II III
% yoy
kinerja investasi Provinsi Bali. Kondisi tersebut sejalan
50 40 30 20 10 0 -10 -20
dengan kinerja ekspor yang mengalami perlambatan
2015 Sumber : BUMN, diolah
Grafik 1.32 Konsumsi Listrik di Bali
32
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
seiring dengan penurunan permintaan global. 1.3.1. Konsumsi Komponen
konsumsi
secara
umum
mengalami
peningkatan dari 6,44% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,69% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan komponen pembentuknya, peningkatan
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
Komponen
2014
2014
I
II
III
IV
2.39
3.94
5.1
-0.48
Kons.RT
1.71
4.26
6.43
Kons.LNPRT
11.13
7.29
-3.86
Kons. Pemerintah
6.99
1.98
0.15
Investasi
-7.48
-3.21
PMTB
-6.47
Perubahan Inv Ekspor LN
Konsumsi
Impor LN Net Ekspor antar daerah PDRB
2015 I
II
III
2.66
7.81
6.44
6.69
8.17
5.16
8.42
7.33
7.29
-7.26
1.24
-1.9
-1.31
1.30
-25.07
-8.63
4.43
2.86
4.42
6.69
11.17
1.47
5.32
4.91
4.17
-2.65
6.07
11.13
1.81
7.43
7.61
6.09
-36.19
-18.77
44.05
18.45
-12.52
-83.08
-85.16
-80.77
14.49
21.74
19.33
19.96
18.93
18.55
25.41
-0.45
38.81
7.75
5.1
12.48
17.14
-31.84
25.14
9.03
-30.27
4.58
22.01
4.28
1.87
68.54
28.04
-4.68
6.55
6.21
6.21
7.88
6.72
6.2
6.03
6.29
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
tersebut bersumber dari konsumsi pemerintah yang
sebesar 1,30% (yoy) pada triwulan III 2015, seiring
meningkat dari 2,86% (yoy) pada triwulan II 2015
dengan persiapan pilkada serentak di awal Desember
menjadi sebesar 4,42% (yoy) pada triwulan III 2015.
2015.
Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh realisasi belanja Pemprov pada triwulan III 2015 yang secara akumulatif telah mencapai 53%. Beberapa komponen konsumsi pemerintah antara lain belanja pegawai seiring dengan pembayaran gaji ke 13 serta persiapan pelaksanaan pilkada serentak di awal Desember 2015. Selain itu, peningkatan ini juga terlihat dari perkembangan giro pemerintah yang menunjukkan sedikit penurunan pada triwulan III 2015. Sementara itu, konsumsi LNPRT turut mengalami peningkatan dari
Rp Triliun
sebesar -1,31% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga mengalami sedikit perlambatan dari sebesar 7,33% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 7,29% (yoy) pada triwulan III 2015. Perlambatan konsumsi ini tercermin juga pada hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Bali. Ketiga indeks hasil Survei Konsumen baik indeks keyakinan konsumsen, indeks ekspektasi konsumen, maupun indeks kondisi ekonomi saat ini, menunjukkan penurunan. Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan III 2015 tumbuh stabil
5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 I
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Grafik 1.34 Perkembangan Giro Pemerintah
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
33
Indeks
150
%, yoy Kr. Investasi growth Kr. Investasi (skala kanan) 70
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Rp Miliar 16,000
Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
14,000
60
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
12,000
50
10,000
Indeks = 100
40
8,000
30
6,000
100
4,000
20
2,000
10 0
0
50
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
I
I
II III 2015
II
III
IV
I
2013
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 1.35 Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.37 Kredit Investasi
Kr. Konsumsi %, growth Kr. Konsumsi (skala kanan)
Rp Miliar 25,000 20,000 15,000 10,000
30 25 20
80,000
15
60,000
10
40,000
5
0
0 II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
I
II
g Capital Goods (RHS) %, yoy
Juta USD
100,000
5,000 I
Capital Goods
yoy
20,000 0
III
2015
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
I
II III 2015
Grafik 1.36 Kredit Konsumsi
Grafik 1.38 Perkembangan Nilai Impor Barang Modal
sebesar 12,53% (yoy).
1.3.3. Neraca Perdagangan
700 600 500 400 300 200 100 0 (100) (200)
Kinerja neraca perdagangan pada triwulan III 2015
1.3.2. Investasi Pertumbuhan investasi yang ditunjukkan oleh PMTB pada triwulan III 2015 menunjukkan perlambatan dari sebesar 7,61% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 6,09% (yoy). Peningkatan realisasi proyek pemerintah belum mampu mendorong kinerja investasi untuk mengalami peningkatan pada triwulan III 2015.
menunjukkan perlambatan. Ekspor luar negeri pada triwulan III 2015 terkontraksi sebesar -0,45% (yoy), dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,41% (yoy). Berlangsungnya peak season pariwisata belum mampu mendorong kinerja ekspor jasa pada triwulan III 2015. Sementara itu, berdasarkan
Perlambatan tersebut seiring dengan masih tertahannya investasi swasta yang masih mengambil sikap wait and
see. Kondisi tersebut terlihat dari masih berlanjutnya
Juta USD 200
tren perlambatan pertumbuhan kredit investasi yang
160
mengalami perlambatan dari 16,62% (yoy) pada
120
triwulan II 2015 menjadi 12,66% (yoy). Sejalan dengan
80
perlambatan tersebut, pertumbuhan nilai impor barang
40
modal menunjukkan kontraksi yang mendalam dari sebesar -59,47% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar -94,60% (yoy) pada triwulan III 2015.
34
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
0
Nilai Ekspor
g Nilai Ekspor (RHS)
%, yoy 10 5 0 -5 -10 -15
I
II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014 2015
Grafik 1.39 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
-20
Ribu Ton 40
%, yoy
Volume Ekspor
10
g Volume Ekspor (RHS)
5
30
0 -5
20
-10
10 0
-15 I
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III 2015
-20
% yoy
60 40 20 0
I
II
(20)
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II
III
2015
(40) (60) Perikanan
Perhiasan
Grafik 1.40 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
Pakaian Jadi Wood Manufacture Grafik 1.42 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
hasil survei dan liaison, penurunan ekspor barang terjadi
triwulan III 2015 cenderung mengalami perlambatan
seiring dengan pelemahan permintaan dunia. Kondisi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya seiring
tersebut terlihat dari semakin dalamnya kontraksi baik
dengan penurunan permintaan dunia kecuali untuk
nilai ekspor barang maupun nilai impor barang.
negara Singapura.
Berdasarkan komoditasnya, komoditas ekspor Provinsi
Sejalan dengan berlanjutnya tren penguatan USD
Bali pada triwulan III 2015 masih didominasi oleh
pada triwulan laporan, pertumbuhan impor luar negeri
perikanan sebesar 23,76%, perhiasan sebesar 17,87%,
Provinsi Bali mengalami perlambatan dari 25,14%
pakaian jadi sebesar 17,18%, serta komoditas kayu
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 9,03% (yoy) pada
Furniture
olahan dan produk furniture masing-masing sebesar 10,25% dan 8,49%. Hampir semua komoditas unggulan
Other Countries 24.08%
tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan ekspor kecuali untuk komoditas pakaian jadi.
Germany 2.53%
Berdasarkan negara tujuan ekspor, Amerika Serikat masih menjadi negara tujuan utama untuk komoditas ekspor Provinsi Bali dengan pangsa tercatat sebesar 25,01%.
Cina 2.43% Spanyol 0.97%
Negara lainnya yang menjadi tujuan ekspor Bali di
Belanda 3.33%
antaranya adalah Australia 11,75%, Singapura 9,16%,
Inggris 2.67%
serta Jepang 7,36%. Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan ekspor ke negara tujuan tersebut pada Travel Goods 2.16%
Tekstil Elektrik Kayu 4.31% 0.20% sanitasi 0.28% 0.98% Lainnya 6.47%
Manufaktur Metal 2.87% Non Metalik Minerals 5.18%Furniture 8.49% Wood Manufactur e 10.25%
US 25.01%
Australia 11.75%
France 2.37%
Thailand 2.68%
Hongkong 5.66%
Grafik 1.43 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
Singapore Hongkong
US Australia Japan
%, yoy Perikanan 23.76%
Japan 7.36%
Singapore 9.16%
140 110 80
Perhiasan 17.87% Pakaian Jadi 17.18%
Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama
50 20 -10 -40 -70
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Grafik 1.44 Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
35
Juta USD 140
Nilai Impor
g Nilai Impor (RHS)
120
% yoy 200 150
100
100
80
0
40
(50)
20 0
I
II III IV 2012
I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III 2015
(100)
Grafik 1.45 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali
Ribu Ton
35 30 25 20 15 10 5 0
Capital Goods 18%
50
60
I
Volume Impor
II III IV 2012
I
% yoy
I
II III IV 2014
I
II III 2015
Raw Material & Auxiliary Goods 54%
Grafik 1.47 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
g volume impor (RHS)
II III IV 2013
Consumpti on Goods 28%
2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0 -200 -400
%,yoy
g Consumption Goods g Raw Material g Capital Goods
800 600 400 200 0 I (200)
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
III IV
2014
I
II
III
2015
Grafik 1.46 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali
Grafik 1.48 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
triwulan III 2015. Perlambatan tersebut terlihat dari
Perkembangan net ekspor antar daerah Provinsi Bali
berlanjutnya kontraksi impor luar negeri komoditas
selalu mengalami defisit selama beberapa tahun
pada triwulan III 2015 baik untuk nilai impor maupun
terakhir dan masih berlanjut sampai dengan triwulan III
volume impor. Nilai impor Provinsi Bali mengalami
2015. Namun perkembangan net ekspor antar daerah
penurunan dari sebesar -31,16% (yoy) pada triwulan
pada triwulan III 2015 menunjukkan perbaikan. Kondisi
II 2015 menjadi sebesar -76,96% (yoy) pada triwulan
tersebut seiring dengan upaya pemerintah untuk
II 2015. Sejalan dengan perkembangan volume impor
pengendalian ketersediaan pasokan kebutuhan barang
yang mengalami perlambatan dari kontraksi sebesar
di Provinsi Bali.
-82,88% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar -93,71% (yoy) pada triwulan III 2015.
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
Berdasarkan klasifikasi barang impor tersebut, impor
Di tengah tingginya laju pertumbuhan ekonomi Bali
barang mentah (raw material) masih mendominasi
pada beberapa tahun terakhir, Provinsi Bali masih
impor Provinsi Bali pada triwulan III 2015 yang mencapai
dihadapkan pada tantangan disparitas pertumbuhan
54%. Kemudian sisanya merupakan consumption
yang cukup tinggi. Sampai dengan tahun 2014,
goods sebesar 28%, serta capital goods sebesar 18%
disparitas pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali masih
yang didominasi oleh barang-barang permesinan.
terjadi. Secara konsisten kabupaten/kota yang memiliki
Ketiga jenis barang tersebut mengalami perlambatan
angka pertumbuhan di atas angka pertumbuhan Bali
seiring dengan masih berlanjutnya penguatan USD
merupakan kabupaten/kota yang berada di wilayah
yang mendorong peningkatan biaya.
Bali selatan yakni Denpasar, Badung, dan Gianyar.
36
KEKR TW III 2015
Ekonomi Makro Regional
Daerah ini merupakan konsentrasi pusat pemerintahan
perekonomian Kota Denpasar mampu mencapai 6,77%
sekaligus pusat perkembangan industri pariwisata yang
sedangkan pertumbuhan Kabupaten Klungkung hanya
menjadi andalan Provinsi Bali. Sedangkan kabupaten/
mencapai 6,59%.
kota lainnya cenderung memiliki angka pertumbuhan di bawah angka pertumbuhan Bali. Pada tahun 2014,
Buleleng 6.73
Bangli
6.71
Jembrana
5.67
2013
5.61
2014
Karangasem
5.88 2013
5.38
5.81
Giany ar
Tabanan 2013
2014
5.85
2014
6.59
6.35
2013
6.43
2014
6.03 2013
2013
2014
2014
Denpasar6.77 6.54
Badung
6.75
2013
Klungkung
5.82
5.71
2014
2013
2014
6.41
2013
2014
Grafik 1.49 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Provinsi Bali
Ekonomi Makro Regional
KEKR TW III 2015
37
BOKS A
“PEMETAAN KENDALA UTAMA PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BALI (MOST BINDING CONSTRAINT) MELALUI GROWTH DIAGNOSTIC”
Binding Constraints Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Berdasarkan hasil analisis kelayakan kerja dan business
pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan hotel
serta
persaingan
pasar
yang
dapat
menyebabkan sektor PHR menurun
environment analysis pada hasil Growth Diagnostics
3. Dari IHK Bali yaitu Kota Denpasar dan Kota
Tahap I, aspek yang dianggap paling kritikal terkait
Singaraja, dapat dilihat bahwa pergerakan inflasi
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali adalah Low
di Kota Singaraja cenderung lebih volatile jika
Social Return hal ini ditunjukkan dengan adanya
dibandingkan dengan Kota Denpasar. Hal ini
kendala pada jalur distribusi dan aspek infrastruktur
disebabkan karena Kota Singaraja memerlukan
antar Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
jalur distribusi yang lebih panjang 4. Pertumbuhan ekspor di Bali mulai mengalami tren
Melalui analisa awal metode analisis deskriptif dan
penurunan. Hal ini perlu diwaspadai mengingat
pengumpulan data sekunder, adapun hambatan
kompetitor yang semakin beragam.
yang terindikasi menjadi kendala bagi pertumbuhan
5. Keterbatasan
variasi
produk
dan
masih
di Provinsi Bali adalah:
rendahnya peranan Research and Development
1. Rendahnya kapasitas tenaga kerja dikarenakan
dalam menciptakan produk yang inovatif.
keterbatasan akses ke pendidikan menengah yang dapat menjadi kendala untuk mencapai
Dalam suatu bagan binding contraints Provinsi
pertumbuhan inklusif
Bali dapat dipersingkat dalam suatu tabel 1.
2. Belum adanya intervensi pemerintah dalam
Sebagaimana terlihat pada tabel, bahwa yang perlu
promosi pariwisata, belum optimalnya serta
menjadi perhatian adalah sehubungan dengan
belum
kuatnya
law
enforcement
regulasi
binding pada social return yaitu labor skill dan akses
Tabel A.1 Tabel Binding Constraints Provinsi Bali
38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
jalan (connectivity). Berikut root cause yang dapat
penerima beasiswa miskin, peningkatan APM
disampaikan secara sederhana sebagai pertimbangan
SMA/SMK/MA, dan pembangunan fisik.
dasar dalam simulasi reform impact assessment di Provinsi Bali.
Reform Impact Assessment Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Labor Skill 1
Pada
•
Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia
penerapan program pemerintah, tools yang akan
dipenuhi dari luar Bali
digunakan adalah CGE IndoTERM model sebagai alat
38% jumlah guru belum memenuhi kualifikasi
analisis konektivitas di Indonesia.
•
pendidikan •
ekonomi
melalui
regional, bottom-up, computable general equilibrium
Ketimpangan pembangunan bidang perhubungan udara antara Bali Utara dan Bali Selatan
(CGE) model of the Indonesian economy”. Melalui tools ini dapat dianalisa dari berbagai regional di Indonesia dan keterkaitannya satu sama lain.
•
Rendahnya penggunaan angkutan umum
•
Kemacetan lalu lintas khusus khususnya di Bali Selatan
•
pertumbuhan
CGE IndoTERM diartikan sebagai “a dynamic inter-
Wajib belajar 12 tahun belum tercapai
Infrastruktur •
analisis
Infrastruktur akses jalan hingga tingkat desa
Metode ini digunakan untuk melihat pengaruh dari penerapan program Pemerintah dimaksud ke dalam indikator perekonomian di Provinsi Bali.
masih perlu ditingkatkan Kendala
lain
yang
perlu
diperhatikan
adalah
adanya alih fungsi lahan di Provinsi Bali yang juga menyebabkan produktivitas pertanian di Provinsi Bali kian menurun. Pemenuhan kebutuhan pangan di Provinsi Bali akan terus terdesak seiring dengan banyaknya alih fungsi lahan dan maraknya wisatawan yang datang. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah
Provinsi
Bali
perlu
memperhatikan
pemenuhan kebutuhan pangan melalui peningkatan
Grafik A.1 Wide Impact IndoTERM
produktivitas pertanian. Menyikapi kendala tersebut, penanganan
Dengan menggunakan IndoTERM ini maka desain
hambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
shock yang akan diterapkan pada Provinsi Bali
melalui program – program sebagai berikut:
mengacu pada program pemerintah adalah sebagai
1. Rencana Pembangunan Bandara Internasional
berikut:
telah
direncanakan
berbagai
hal
Bali Utara dalam rangka peningkatan konektivitas dan pemerataan pembangunan 2. Pembangunan PLTU Celukan Bawang 3. 9% dari total RPJMD 2013 – 2018 yang difokuskan
kepada
peningkatan
persentase
1) Sumber BPS
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
39
Constraint
Rencana Pemerintah
Infrastruktur
Pembangunan PLTU Celukan
Shocks • Celukan Bawang nantinya akan
Bawang
memiliki kapasitas 380mw (Shocks pada peningkatan kapasitas seb. 14% pada sektor elecgas)
Connectivity
• Pembangunan Bandara
Pembangunan Bandara Internasional Bali Utara dalam
Internasional Bali Utara
rangka peningkatan konektivitas
(Shocks pada peningkatan investasi
dan pemerataan pembangunan
seb. 30 T pada sektor airtrans atau
percentage investasi seb. 100%) Labor Skill
9% dari total RPJMD 2013 – 2018
• Perbaikan pendidikan melalui
yang difokuskan kepada
sasaran peningkatan years of
peningkatan persentase penerima
schooling seb. 5,75%
beasiswa miskin, peningkatan APM
(Shocks pada year of schooling
SMA/SMK/MA, dan pembangunan
RPMJD dengan return to educ.
fisik
5.5%)
Simulasi Design Shocks CGE IndoTERM Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
dan kuning untuk simulasi shock ketiga. Grafik
Berdasarkan
dengan
juga menunjukkan pengaruh desain shocks akan
menggunakan asumsi shocks seperti bagaimana
pertumbuhan ekonomi di wilayah/regional lainnya.
disebutkan diatas, dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Nampak pada wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
Grafik diatas menunjukkan perkiraan tambahan
tidak terpengaruh. Berikut rincian hasil simulasi
pertumbuhan ekonomi dari basis tahun yang
IndoTERM:
hasil
simulasi
IndoTERM
shock pertama, hijau dengan simulasi shock kedua,
ditunjukan dengan warna merah untuk simulasi
40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
No. 1
Asumsi Shocks
Gainers
Hasil Simulasi
Kapasitas listrik meningkat
Pertumbuhan ekonomi
Perusahaan semen
sehubungan dengan
meningkat sebesar 1.25%
(14.8%),
pembangunan PLTU sehingga
dengan peningkatan pada
Tekstil (6.4%),
output Bali diasumsikan
sektor PHR sebesar 0.028%
Real estate (2.4%)
Pembangunan Bandara
Pertumbuhan ekonomi
Aircraft (18.4%),
Internasional akan memiliki
meningkat sebesar 0.9%
Transportation
kapasitas yang sama dengan
dengan peningkatan pada
service (10.1%),
existing Bandara Ngurah Rai
sektor PHR sebesar 0.020%
Tires (5.6%)
Adanya peningkatan return on
Pertumbuhan ekonomi
Pengrajin kulit
education berdasarkan year of
meningkat sebesar 0.4%
(1.6%),
schooling
dengan peningkatan pada
Furniture kayu
sektor PHR sebesar 0.023%
(1.5%)
meningkat (xtot 14%) 2
dan pengurangan cost pada biaya perdagangan (xcap 100% dan atradmar_cs 0,1%) 3
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
42
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI
kajian ekonomi dan keuangan regional
Tren penurunan inflasi di Bali terus berlanjut. Inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, hingga berada pada batas bawah proyeksi Bank Indonesia. Pada triwulan III 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 6,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 6,83% (yoy).
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
43
44
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
2.1.
PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
kelompok baik volatile food, core inflation maupun
Inflasi
Bali
administered prices.
mengalami
penurunan
dibandingkan
triwulan sebelumnya, hingga berada pada batas bawah proyeksi Bank Indonesia. Pada triwulan III 2015 inflasi Bali tercatat sebesar 6,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 6,83% (yoy).
2.2.
ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
2.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Penurunan tekanan inflasi pada periode berjalan terutama didorong oleh kelompok Perumahan, Listrik, Gas dan Air serta kelompok Transportasi, Komunikasi
Secara spasial, inflasi tertinggi terjadi di Kota Singaraja
dan Jasa Keuangan, seiring dengan penurunan harga
yang tercatat sebesar 7,92% (yoy) pada September
minyak dunia yang berpengaruh pada penurunan harga
2015. Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi
tarif listrik, bensin dan bahan bakar rumah tangga.
Kota Denpasar yang tercatat sebesar 6,27% (yoy).
Disamping itu musim panen tebu dan tembakau juga
Meskipun demikian disparitas inflasi antara Denpasar
turut andil dalam menahan laju inflasi triwulan berjalan,
dan Singaraja semakin menyempit, yang tidak lepas
terutama pada kelompok makanan jadi. Ditengah
dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh
peningkatan demand dan terbatasnya produksi, laju
TPID Kota Singaraja.
inflasi kelompok bahan makanan cukup terkendali.
Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh semua
Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam upaya pengendalian harga. Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan, diharapkan tren penurunan dapat berlanjut, sehingga dapat mendukung tercapainya
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8.72 6.6
pencapaian target inflasi nasional yang sebesar 4±1%
7.92
(yoy).
6.27
a) Kelompok Bahan Makanan Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 10,02% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang sebesar Denpasar
Singaraja
Tw II 2015
9,84%
Tw III 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
(yoy). Sejalan dengan hal tersebut, secara
triwulanan kelompok ini juga mengalami peningkatan tekanan inflasi dari -0,05% (qtq) menjadi 2,06%
Grafik 2.1 Inflasi Kota di Bali (%yoy)
(qtq). Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong 10
oleh peningkatan permintaan seiring dengan musim
8
liburan sekolah dan perayaan hari raya keagamaan
6
pada triwulan berjalan. Disamping itu, kondisi pasokan
4
sedikit terganggu akibat kemarau dan kekeringan yang
2
melanda beberapa sentra pertanian di Bali. Namun
0 I
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014 Nasional
I
II
III
2015
Bali
demikian, laju inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh berbagai upaya peningkatan produksi dan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
45
Karangasem dan Jembrana. 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6
%, qtq
Kekeringan juga mendorong gagal panen pada komoditas lainnya seperti cabai rawit, cabai merah dan bawang merah. Komoditas lainnya yang juga mengalami 2.06
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw TW TW Tw Tw Tw III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
peningkatan harga cukup tinggi yakni daging ayam ras. Kenaikan harga daging ayam terjadi sebagai dampak peningkatan harga pakan ternak dan Keputusan Menteri Pertanian dan Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) yang memangkas produksi bibit ayam Day Old Chicks (DOC) sebesar 40%. Pemangkasan
Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
produksi dilakukan untuk menaikkan harga jual ayam potong agar dapat menutupi kerugian peternak
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
mengingat harga jual sejak tahun 2014 nilai penjualan
%, qtq
dibawah HPP. Hal ini terkonfirmasi oleh hasil liaison 10.02
kepada salah satu contact yang menginformasikan terjadinya kenaikan harga ayam potong pada kisaran 15%-20% pasca pemberlakuan peraturan tersebut.
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.4 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Beras masih menjadi penyumbang inflasi tahunan dan triwulanan pada periode berjalan. Kenaikan harga beras ini disebabkan oleh mundurnya panen raya yang seharusnya terjadi di September menjadi Oktober 2015,
b) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau tercatat sebesar 4,09% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,25% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, kelompok ini mengalami penurunan secara triwulanan, dari sebesar 1,23% (qtq) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 0,12% (qtq).
sebagai dampak faktor cuaca (kekeringan). Kekeringan
Penurunan tekanan inflasi tahunan kelompok bahan
yang terjadi di beberapa sentra pertanian di Bali telah
makanan jadi terjadi pada semua sub kelompok, baik
berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas
kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol
panen beras. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi
serta tembakau dan minuman beralkohol. Beberapa
Bali, sampai dengan 18 Agustus 2015, terdapat 708,75
komoditas yang mengalami penurunan harga cukup
ha (0,87% dari total luas sawah) di Bali yang berada
tinggi diantaranya gula pasir, kue kering berminyak dan
dalam kondisi kekeringan. Berdasarkan skalanya/
roti manis. Musim giling tebu mendorong peningkatan
tingkat keparahannya, sebanyak 99,5 ha lahan
suplai
pertanian berada dalam kondisi puso, 113 ha berada
menyebabkan penurunan harga gula serta beberapa
dalam kondisi kering berat, 155,25 ha berada dalam
produk turunannya seperti kue kering dan kue manis.
kondisi kering sedang dan 341 ha berada dalam kondisi
Disamping itu, harga rokok juga mengalami penurunan
kering ringan. Kabupaten yang mengalami kekeringan
sebagai dampak penurunan harga tembakau seiring
diantaranya Kabupaten Buleleng, Tabanan, Badung,
dengan produksi yang berlimpah.
46
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
gula
pasir
pada
periode
berjalan
yang
3
%, qtq
2.5 2 1.5 1 0.5 0.12
0
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2013
2014
0.35 Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw TW TW Tw I Tw Tw III IV II III IV II III IV II III
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw TW TW Tw Tw Tw III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
%, qtq
2012
2015
2013
2014
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
12
%, yoy
%, yoy
10 8 7.73
6 4.09
4 2 0
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Grafik 2.8 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
c) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
masyarakat yang menyebabkan penundaan pembelian
Bahan Bakar
barang tahan lama. Disamping itu, harga besi beton
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik
juga mengalami penurunan seiring dengan penurunan
dan gas mengalami penurunan baik secara triwulanan
harga komoditas internasional.
maupun tahunan. Secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami penurunan dari 9,95% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 7,73% (yoy) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, secara triwulanan kelompok ini juga mengalami penurunan dari 1,06% (qtq) menjadi 0,35% (qtq).
d) Kelompok Sandang Inflasi pada kelompok sandang tercatat mengalami peningkatan,
baik
secara
triwulanan
maupun
tahunan. Pada September 2015 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 2,4% (qtq), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,84%
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan
(qtq). Sementara itu, secara tahunan kelompok ini
tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga seiring
tercatat mengalami inflasi sebesar 5,8% (yoy), atau
penurunan harga minyak dunia. Penurunan tekanan
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
inflasi pada kelompok ini juga didorong oleh penurunan
sebesar 3,89% (yoy).
harga barang tahan lama seperti blender dan kulkas, seiring dengan masih terbatasnya perbaikan daya beli
Peningkatan kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga sandang wanita (kebaya) seiring
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
47
%, qtq
3
5 2.40
2
2
0
-2
%, qtq
3
1
-1
4
Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw TW TW Tw I Tw Tw III IV II III IV II III IV II III 2012
2013
2014
1.93
1 0
2015
-1
Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw TW TW Tw I Tw Tw III IV II III IV II III IV II III 2012
2013
2014
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali
8
%, yoy
6
5.80
4 2 0 -2
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
-4
2013
2014
2015
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
%, yoy
5.24
Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.10 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali
Grafik 2.12 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
dengan perayaan hari raya keagamaan yang jatuh pada
masih stabil, sejalan dengan hasil liaison Bank Indonesia
periode laporan. Disamping itu, juga terjadi kenaikan
kepada beberapa Rumah Sakit Swasta di Bali yang
pada harga kelompok sandang anak-anak (pempers
menyatakan tidak ada penyesuaian tarif jasa pelayanan
dan kaus kaki).
kesehatan.
e) Kelompok Kesehatan
f) Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Tekanan
inflasi
kelompok
kesehatan
mengalami
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
peningkatan baik secara tahunan maupun triwulanan.
raga tercatat mengalami penurunan secara tahunan,
Pada September 2015 kelompok ini tercatat mengalami
namun meningkat secara triwulanan. Pada September
inflasi sebesar 5,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
2015 kelompok ini mengalami inflasi sebesar 4,29%
dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,63% (yoy).
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,72% (yoy).
sebesar 1,93% (qtq) atau lebih tinggi dibandingkan
Sementara secara triwulanan kelompok ini mengalami
dengan triwulan lalu sebesar 1,15% (qtq).
peningkatan
Peningkatan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan harga perawatan jasmani dan kosmetika. Sementara itu inflasi sub kelompok jasa kesehatan
48
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
menjadi
3,54%(qtq)
dari
sebesar
0,08%(qtq) pada triwulan lalu. Peningkatan tekanan inflasi kelompok ini secara triwulanan tidak lepas dari siklus musimannya seiring dengan dimulainya tahunan ajaran baru pada triwulan III 2015.
6 5
14
%, qtq
12
4
3.54
10
3
8
2
6
1
4
0
2
-1
Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw TW TW Tw I Tw Tw III IV II III IV II III IV II III 2012
2013
2014
2015
%, yoy
4.89
0 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.13 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Prov. Bali
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.16 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
mengalami inflasi sebesar 0,12% (qtq) atau lebih 8
%, yoy
7
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,69% (qtq). Penurunan tekanan inflasi
6 5 4.29
4
kelompok ini terutama terjadi karena penurunan harga
3
premium seiring dengan penurunan harga minyak
2
dunia.
1 0 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
2.2.2. Inflasi Menurut Kota Inflasi provinsi Bali memperhitungkan inflasi di Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota
Grafik 2.14 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga di Prov. Bali
Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi
g) Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada
Keuangan
oleh kelompok pengeluaran bahan makanan, makanan dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan
dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja. BAHAN MAKANAN
10 8
%, qtq
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
6 4 2 0 -2 -4 -6
0.12 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw TW TW Tw Tw Tw III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
26% 19% 19% 16% 9% 6%
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN
2015
Sumber : Badan Pusat Statistik
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik -8 2.15 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS, DAN BAHAN BAKAR
Grafik 2.17 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
jasa keuangan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kelompok ini tercatat
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
49
tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga. Sementara I. BAHAN MAKANAN
itu, tekanan inflasi kelompok lainnya relatif stabil.
II MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
27% 26% 19% 12% 6% 5% 4%
Kelompok yang tercatat mengalami inflasi tertinggi
III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS, DAN BAHAN BAKAR
adalah kelompok bahan makanan (10,31% yoy), seiring
IV. SANDANG
dengan peningkatan demand dan terbatasnya produksi
V. KESEHATAN
akibat faktor cuaca. Sementara itu kelompok yang
VI. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA
mencatat inflasi terendah adalah kelompok Makanan
VII. TRANSPOR, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN
Jadi.
Sumber : Badan Pusat Statistik
Grafik 2.18 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan III tahun 2015, maka 5 komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota Denpasar
a) Kota Denpasar Pada triwulan III 2015 laju inflasi Kota Denpasar mengalami penurunan dari 6,60% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 6,27% (yoy) pada triwulan III 2015. Penurunan terbesar terjadi pada kelompok perumahan, air dan LGA, yaitu dari 9,34% (yoy) menjadi 7,39%
adalah cabai rawit, beras, Sekolah Menengah Pertama, angkutan udara dan Sekolah Dasar. Sementara komoditas yang paling sering mengalami inflasi adalah beras, cakalang/sisik, susu kental manis, susu untuk tulang/manula, sawi hijau.
(yoy) yang didorong oleh penurunan tekanan inflasi Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran No. 1
mtm
2014 Tw III ytd
yoy
-0.09
2.78
2.48
Kelompok Barang Bahan Makanan
mtm
Tw I ytd
yoy
-0,13
0,26
7,65
mtm
2015 Tw II ytd
yoy
mtm
Tw III ytd
yoy
0.48
0.18
10.43
-1.26
1.94
10.31
2
Makanan Jadi
0.03
5.19
6.45
0,42
0,50
3,73
0.22
1.81
3.79
0.13
1.96
3.03
3
Perumahan, Air, LGA
0.96
4.05
4.98
-0,06
2,61
9,06
0.10
3.89
9.34
0.08
4.24
7.39
4
Sandang
0.15
2.43
2.99
-0,05
0,96
3,50
-0.19
1.25
2.81
1.73
3.77
4.95
5
Kesehatan
0.29
8.18
8.04
0,24
0,66
4,47
0.29
1.97
4.00
0.03
4.19
5.93
6
Pendidikan, Rekreasi, & OR
0.14
4.07
4.08
0,07
0,31
4,27
0.03
0.40
4.10
0.43
4.13
4.41
7
Transportasi & Komunikasi
-0.37
1.20
2.00
0,53
-5,00
3,45
-0.13
-3.49
4.58
-0.75
-3.37
4.82
0.21
3.59
4.14
0.14
-0.08
5.88
0.14
0.84
6.60
-0.22
1.90
6.27
UMUM Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel 2.2 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota DenpasarTriwulan II 2015
Komoditas CABAI RAWIT
Komoditas
Frekuensi*
BERAS
3
BERAS
0.28
CAKALANG/SISIK
3
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
0.16
3
ANGKUTAN UDARA
0.09
SEKOLAH DASAR
0.08
SUSU KENTAL MANIS SUSU UNTUK TULANG/MANULA SAWI HIJAU
*) Threshold > 0,01% (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
50
Sumbangan (qtq) 0.39
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
3 3
b) Kota Singaraja Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran 2014 No.
1
Kelompok Barang
Bahan Makanan
2015
mtm
Triwulan II ytd
yoy
-3.01
0.20
12.35
mtm
Triwulan I ytd
yoy
1,01
-0,90
6,31
mtm
Triwulan II ytd
yoy
mtm
Triwulan III ytd
yoy
-1.05
-0.79
7.02
0.29
2.76
8.62
2
Makanan Jadi
0.13
5.74
12.51
0,23
2,09
14,74
0.15
2.98
12.00
0.11
3.04
8.89
3
Perumahan, Air, LGA
0.34
2.64
7.19
-0,01
2,99
10,86
-0.02
3.19
10.56
0.27
3.63
9.30
4
Sandang
-0.13
2.07
6.17
0,73
1,26
6,83
1.64
4.65
8.93
0.45
6.72
9.73
5
Kesehatan
0.27
0.51
0.84
0,00
0,35
1,62
0.00
0.72
1.66
0.34
1.23
1.51
6
Pendidikan, Rekreasi, & OR
0.00
1.73
2.68
-0,14
0,41
9,12
0.04
0.45
8.00
1.25
3.05
3.68
7
Transportasi & Komunikasi
0.90
1.69
11.79
-0,03
-7,36
4,45
0.06
-5.32
5.55
-0.06
-5.24
5.25
UMUM
-0.61
2.30
9.56
0.34
0.15
8.99
-0.18
0.81
8.72
0.27
2.17
7.92
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Tabel 2.4 Ranking Komoditas Berdasarkan Sumbangan dan Frekuensi Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2015
Komoditas
Sumbangan (qtq)
Komoditas
Frekuensi*
DAGING AYAM RAS
0.26
KANGKUNG
3
BENSIN
0.20
GULA PASIR
3
KANGKUNG
0.15
BENSIN
3
TONGKOL PINDANG
0.09
DAGING AYAM RAS
2
BAWANG MERAH
0.08
CAKALANG/SISIK
2
*) Treshold > 0,005% (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sejalan dengan pergerakan inflasi Nasional dan
Singaraja adalah daging ayam ras, bensin, kangkung,
Denpasar, inflasi Kota Singaraja tercatat mengalami
tongkol pindang, dan bawang merah. Sementara
penurunan dari 8,72% (yoy) pada triwulan II 2015
komoditas yang paling sering mengalami inflasi
menjadi menjadi 7,92% (yoy). Disparitas inflasi antara
adalah kangkung, gula pasir, bensin, daging ayam ras,
Denpasar dan Singaraja semakin menyempit, yang
cakalang/sisik.
tidak lepas dari semakin solidnya upaya pengendalian inflasi oleh TPID Kota Singaraja.
2.3.
DISAGREGASI INFLASI
Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi
Berdasarkan kelompoknya, penurunan terjadi pada kelompok bahan makanan jadi, perumahan, air dan LGA serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Penurunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang cukup tinggi, dari 8% (yoy) menjadi 3,68% (yoy) merupakan dampak dari melandainya tekanan inflasi akademi (perguruan tinggi). Sementara itu tekanan inflasi kelompok lainnya masih meningkat. Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang Juli s/d September tahun 2015, maka 5 komoditas yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota
% yoy 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2013 2014 2015 yoy
CORE
VOLATILE
ADMINISTERED
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.19 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Penyebabnya (% yoy)
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
51
pada triwulan III tahun 2015 disebabkan oleh semua
maupun di daerah lain yang menjadi sumber pasokan
kelompok baik volatile food, core inflation maupun
Provinsi Bali.
administered prices.
b) Administered Prices Inflasi Administered Prices menurun, sehingga berada
a) Volatile Food Setelah melandai pada triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok volatile food pada triwulan laporan kembali menurun yang tidak lepas dari sinergitas upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID Provinsi Bali. Tren penurunan harga buah-buahan, sayur, daging, dan bumbu-bumbuan masih berlanjut, seiring dengan terkendalinya
kondisi
pasokan
dan
permintaan.
Ditengah melonjaknya permintaan daging sapi pada momen perayaan Hari Raya Idul Adha, harga komoditas ini di Provinsi Bali tercatat stabil. Hasil pemantauan harga di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Denpasar maupun Singaraja tercatat tidak terdapat kenaikan harga sebagai dampak terjaganya suplai. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dari luar Bali, Pemerintah Provinsi Bali meningkatkan kuota ekspor sapi. Dengan demikian, diharapkan kebutuhan sapi menjelang Hari Raya dapat dipenuhi, sehingga dapat menahan laju kenaikan harga. Namun demikian, laju penurunan harga yang lebih dalam masih tertahan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas seperti beras, cabai merah dan cabai rawit akibat kekeringan di sejumlah sentra pertanian di Bali
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.20 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
52
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
jauh dibawah rata-rata historisnya selama 5 tahun terakhir. Deflasi kelompok administered prices terutama disumbangkan
oleh
penurunan
harga
angkutan
udara, seiring dengan penurunan pertumbuhan arus penumpang udara. Penurunan
kelompok
administered
prices
juga
merupakan dampak penurunan harga minyak dunia, yang berpengaruh pada melandainya harga bensin, tarif listrik dan bahan bakar rumah tangga. PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menurunkan harga elpiji non subsidi kemasan 12 kilogram (kg). Untuk wilayah Bali, harga elpiji 12 kg di level agen turun Rp 6.400/ tabung terhitung sejak Rabu, 16 September 2015. Dengan perubahan harga tersebut, maka harga jual elpiji 12 kg di agen berada di kisaran harga Rp133.400/ tabung. Sementara harga di tataran konsumen akan bervariasi menyesuaikan dengan jarak suplai poin. Sebelumnya harga elpiji 12 kg di tingkat agen berada di kisaran Rp139.800/tabung.
c) Core Inflation Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti tercatat cukup stabil dan masih berada dalam tren penurunan. Di tengah bayang-bayang risiko pelemahan Rupiah pada triwulan III 2015, laju inflasi kelompok inti
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.21 Perkembangan Indeks Harga Komoditas Non Migas
160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 -
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 2010
2011
2012
growth (%,mtm)
2013
2014
140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80
250 200 150 100 50 0
2015
Nilai Penjualan Eceran (Rp Juta)
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 2010
2011
2012
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia
2013
2014
2015
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
Grafik 2.22 Nilai Penjualan Eceran
Grafik 2.23 Ekspektasi Konsumen
cukup stabil didukung oleh masih memadainya sisi
antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.
supply dan terjaganya ekspektasi inflasi.
Optimalisasi forum strategis TPID dalam pemeliharaan ekspektasi inflasi masyarakat dapat menjadi salah satu
Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh
alternatif solusi.
sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei
2.4.
PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON
Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia
SAMPEL INFLASI
Provinsi Bali.
Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi
Pergerakan Rupiah Nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS seiring dengan penguatan dollar AS terhadap hampir
Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali.
seluruh mata uang di dunia. Pada September 2015,
Hasil pemantauan harga terhadap 7 komoditas
secara point to point Rupiah melemah 9,3% dan ditutup
(penyumbang
pada level Rp 14.650 per dollar AS pada akhir September
Karangasem menunjukkan bahwa sepanjang triwulan
2015. Pelemahan Rupiah pada September 2015 sejalan
III 2015 harga-harga cenderung stabil dibandingkan
dengan mata uang negara peers lainnya, namun jauh
dengan triwulan sebelumnya, dengan penurunan harga
lebih rendah apabila dibandingkan dengan Real Brasil,
cukup tinggi pada komoditas bawang merah.
utama
inflasi
Bali)
di
Kabupaten
Ringgit Malaysia, Lira Turki dan Rand Afrika Selatan. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi
60,000 50,000 40,000
dan sistem keuangan.
30,000
Ekspektasi Inflasi
20,000
Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi
10,000
konsumen relatif stabil. Hal ini tercermin pada hasil
-
Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (grafik 2.23). Namun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat Bali masih relatif tinggi, sehingga pengendalian
ekspektasi
inflasi
sebagai
langkah
Beras Cabe Rawit
Cabe Merah Bawang Merah Sumber : SiGapura, diolah
Grafik 2.24 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Karangasem
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
53
70,000
2.5.
60,000
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat
50,000
ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumah
40,000
INFLASI PERDESAAN
Tangga Petani yang merupakan komponen dalam
30,000
Indeks Harga Yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri
20,000
dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran yaitu kelompok
10,000
bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok
-
perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, Daging Babi
Daging Ayam Sumber : SiGapura, diolah
Grafik 2.25 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Karangasem
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Tekanan inflasi pedesaan Bali yang dihitung dengan
Di lain sisi, pergerakan harga komoditas pertanian terpilih
menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di
di Kabupaten Gianyar menunjukkan peningkatan,
sepanjang triwulan III 2015 menunjukkan peningkatan
terutama untuk komoditas cabe merah dan cabai rawit.
dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi
Sementara itu, harga komoditas daging di Gianyar
pedesaan pada September 2015 tercatat sebesar 0,52%
menunjukkan pergerakan yang cukup stabil.
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan nasional yang
70,000
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 -0.5 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 -1 -1.5 2012 2013 2014 2015
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 -
Beras
Cabe Merah
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabe Rawit
Bali
Nasional
Sumber : SiGapura, diolah
Grafik 2.26 Pergerakan Harga Komoditas Pertanian di Kabupaten Gianyar
Sumber : BPS, diolah
Grafik 2.28 Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm)
70,000
10
60,000
8
50,000
6
40,000
4
30,000
2
20,000
0
10,000
-2
-
-4 Daging Babi
Daging Ayam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2014 Bali
2015 Nasional
Sumber : SiGapura, diolah
Grafik 2.27 Pergerakan Harga Komoditas Peternakan di Kabupaten Gianyar
54
KEKR TW III 2015
Perkembangan Inflasi
Sumber : BPS, diolah
Grafik 2.29 Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd)
tercatat sebesar -0,02% (yoy). Tingginya tekanan inflasi
Hal ini mendorong TPID untuk terus mengintensifkan
pedesaan disebabkan oleh adanya kenaikan bahan
pengendalian inflasi, tidak hanya di daerah perkotaan,
makanan yang juga terjadi di kota sampel inflasi di Bali.
namun juga di perdesaan.
Perkembangan Inflasi
KEKR TW III 2015
55
BOKS B
ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI DAERAH PROVINSI BALI
Upaya menjaga stabilisasi harga barang dan jasa
menjadi komitmen untuk dilaksanakan oleh semua
di daerah sangat ditentukan oleh perencanaan
pemangku kepentingan di daerah. Secara ringkas
program kerja yang terstruktur dan terintegrasi
dapat dijelaskan bahwa tujuan penyusunan roadmap
serta harus memiliki keselarasan dengan arah tujuan
pengendalian inflasi, yaitu :
pembangunan daerah dan nasional. Dalam kaitan
•
ini, TPID Provinsi Bali telah menyusun suatu roadmap pengendalian inflasi daerah yang berisi rencana
Sebagai policy guidance agar sinergi kebijakan efektif
•
Action plan bagi semua pihak untuk mencapai
pelaksanaan berbagai program kerja dalam upaya
inflasi yang rendah dan stabil baik untuk jangka
mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil yang
pendek maupun jangka menengah
mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional yang telah ditetapkan, yaitu pada tahun 2015 s.d 2017 sebesar 4% + 1% dan tahun 2018 sebesar 3,5% +1%.
•
b. Tahapan penyusunan Roadmap pengendalian inflasi daerah Penyusunan roadmap pengendalian inflasi daerah
a. Tujuan Penyusunan Roadmap Pengendalian Inflasi Daerah
Provinsi Bali dimulai dengan beberapa tahapan yaitu : •
Untuk mencapai sasaran inflasi yang telah ditetapkan tersebut diperlukan suatu roadmap pengendalian inflasi daerah yang terstruktur dan terintegrasi yang Inflasi Pangan
56
Pencapaian target inflasi daerah dan nasional
Infrastruktur pertanian dan distribusi yang masih perlu dioptimalkan Pasokan dipengaruhi oleh adanya keterbatasan beberapa produksi lokal Bali dan mata rantai distribusi yang masih cukup panjang Perubahan lahan pertanian menjadi lahan komersial (alih fungsi lahan) Produksi pangan rentan dengan gangguan pasokan (cuaca, iklim dan lain-lain) Kendala pasokan antar waktu dan konektivitas antar daerah masih kurang Durabilitas komoditas pangan tertentu (holtikultura) yang tidak tahan lama Akses pembiayaan petani masih perlu dioptimalkan Daerah surplus dan defisit pangan belum terkoneksi dengan baik
Melakukan identifikasi permasalahan pokok berbagai permasalahan inflasi dan tantangannya
•
Menetapkan
langkah-langkah
pengendalian
inflasi jangka pendek dan jangka menengah
Administered Prices
Inti
Ketergantungan transportasi darat pada BBM Penurunan BBM tidak diikuti oleh penurunan tarif angkutan Terbatasnya transportasi publik yang disubsidi Pemerintah Tarif angkutan udara yang mengalami lonjakan pada saat peak season, di mana Bali merupakan daerah tujuan wisata.
Ekspektasi inflasi masih cukup tinggi terhadap peningkatan harga sewa rumah, kontrak rumah dan tukang bukan mandor
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
•
Memperoleh dukungan dan peran pemerintah
Bali berdasarkan masing-masing kelompok inflasi
daerah,
(gabungan dari seluruh komoditas).
SKPD
serta
Kementerian/Lembaga
Langkah Pengendalian Inflasi Jangka Pendek
terkait.
dan Menengah
Identifikasi permasalahan inflasi dan
Langkah kebijakan pengendalian inflasi daerah
tantangannya
Provinsi Bali dari sisi waktu pelaksanaan dibagi atas
Dalam rangka mencapai sasaran inflasi yang telah
jangka pendek (2015 / 2016) dan jangka menengah
ditetapkan tersebut dihadapkan pada tantangan
(2017 / 2018) berdasarkan masing-masing kelompok
pengendalian inflasi, baik dari kelompok administered
inflasi (gabungan seluruh komoditas).
prices, volatile food, maupun inti.
Kebijakan pengendalian inflasi Daerah Provinsi
Berikut ini telah diidentifikasi permasalahan dan
Bali dalam Jangka Menengah (2017 sd 2018)
tantangan pengendalian inflasi daerah Provinsi Inflasi Pangan
Mempercepat penyelesaian pembangunan infrastruktur pertanian seperti waduk, irigasi dan bendungan, serta infrastruktur distribusi, dermaga dan pelabuhan. Memperluas kerjasama perdagangan antar daerah surplus defisit secara intensif yang dilakukan antar provinsi. Perbaikan pola tanam (menyesuaikan dengan kondisi iklim dan cuaca) Penanganan pasca panen untuk menjamin pasokan antar waktu (cold storage) Stabilisasi harga di tingkat Produsen dalam rangka menjamin kontuinitas produksi pangan oleh petani. Stabilitas harga di tingkat konsumen melalui pembentukan pasar penyeimbang di pasar secara berkesinambungan. Peran ini bisa dilaksanakan oleh Bulog atau PD. Pasar bekerjasama dengan Bulog. Melanjutkan dan memperluas Program Urban Farming, Puspasari a.l melalui penanaman cabe dan komoditas lainnya di pekarangan rumah yang menjadi sumber tekanan inflasi Implementasi secara efektif di daerah atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2015 tentang Penetapan dan Penyimpanan Harga Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Pengembangan dan optimalisasi informasi harga pangan sampai tingkat produsen.
Administered Prices
Mereview mekanisme distribusi BBM /LPG di daerah Mereview mekanisme kebijakan penetapan tarif angkutan di daerah Meningkatkan jumlah SPBU dan secara merata di seluruh wilayah Menerapkan sistem harga LPG 3 kg per wilayah Meningkatkan peran Pemda terhadap penetapan tarif angkutan di daerah
Inti Mengarahkan ekspektasi inflasi untuk mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil Meningkatkan penyediaan bahan baku lokal untuk mengurangi impor bahan baku
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
57
Kebijakan pengendalian inflasi Daerah Provinsi
Administered Prices
Inflasi Pangan
58
Menjaga ketersediaan/pasokan pangan di pasar dalam jumlah yang memadai, Mengkomunikasikan kepada publik tentang kondisi dan prognosa pangan pokok serta langkah-langkah antisipasi yang akan dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, Menambah produksi pangan melalui perluasan area tanam pertanian dan perbaikan irigasi serta penyediaan sarana produksi. Membuat perda lahan abadi sesuai dengan UU No. 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan mengutamakan daerah yang memiliki subak paling luas. Implementasi penerapan UU no. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani dalam hal asuransi bagi petani Melakukan program Program Urban Farming, Puspasari antara lain melalui penanaman cabe dan komoditas lainnya di pekarangan rumah yang menjadi sumber tekanan inflasi. Mengembangkan PIHPS untuk mengurangi asymetric information harga pangan di tingkat konsumen. Penguatan kelembagaan dan kapasitas SDM petani/peternak/nelayan serta dukungan implementasi teknologi tepat guna. Memperkuat dan memperluas peran Pemerintah dan Bulog dalam rangka melakukan stabilisasi harga pangan. Melakukan Operasi Pasar/Pasar Murah pada saat terjadi gejolak harga Melaksanakan Sidak terhadap aktivitas penimbunan pangan dan menindak para pelakunya secara hukum. Melakukan pemetaan surplus defisit komoditas pangan antar kabupaten dan melakukan perdagangan antar daerah (antar Kabupaten) antara daerah surplus dengan defisit dengan tujuan memperpendek rantai distribusi pangan. Melakukan antisipasi dampak El Nino pada gejolak harga pangan 2015 dan dampak La Nina pada harga pangan 2016
Bali dalam Jangka Pendek (2015 / 2016)
Menjamin kelancaran arus distribusi pasokan energi di daerah (BBM, Elpiji) Meningkatkan transparansi dan menjaga konsistensi dalam hal penetapan harga BBM termasuk langkah pengendaliannya terhadap penyesuaian tarif angkutan (antar kota dan dalam kota) Merumuskan penetapan HET di Kabupaten/Kota Melaksanakan operasi pasar oleh Pertamina (Elpiji 3 kg) saat terjadi kelangkaan pasokan di daerah Melaksanakan Sidak/pengawasan terhadap aktivitas peninbunan BBM dan Elpiji dan pengenaan sanksinya Memantau penetapan kebijakan penetapan tarif angkutan darat/laut/udara di daerah Memberikan ekpektasi positif ke masyarakat akan kecukupan energi di daerah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Inti Mengarahkan ekspektasi inflasi untuk mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil Meningkatkan penyediaan bahan baku lokal untuk mengurangi impor bahan baku
BAB III
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
kajian ekonomi dan keuangan regional
Pada triwulan III 2015, kinerja bank umum di Provinsi Bali masih terjaga, seiring dengan indikator fungsi intermediasi dan kualitas kredit yang masih terjaga. Bank umum menunjukkan kinerja yang cukup baik dengan asset yang masih mengalami pertumbuhan, seiring dengan NPL yang membaik dan LDR yang terjaga, meskipun trend perlambatan penyaluran kredit masih berlanjut. Sejalan dengan perkembangan bank umum, BPR mencatat kinerja yang terjaga seiring dengan perbaikan NPL dan LDR. Sementara itu, secara spasial penyaluran kredit perkabupaten/ kota di Provinsi Bali berdasarkan lokasi proyek serta perkembangan layanan perbankan masih terkonsentrasi di daerah Bali Selatan. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, sistem pembayaran tunai maupun nontunai mengalami peningkatan pada triwulan III 2015. Posisi sistem pembayaran tunai pada triwulan III 2015 berada pada posisi net outflow seiring dengan peningkatan kebutuhan selama hari raya keagamaan dan musim liburan. Sejalan dengan itu jumlah transaksi kliring di Provinsi Bali juga mengalami peningkatan. Namun demikian perkembangan RTGS menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
59
60
KEKR TW III 2015
Perbankan dan Sistem Pembayaran
3.1.
PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK
UMUM
campuran
mengalami
peningkatan
pertumbuhan
hingga mencapai 25,77% (yoy).
Stabilitas sistem keuangan Provinsi Bali pada triwulan III 2015 masih terjaga dengan sedikit perlambatan pertumbuhan asset dan sedikit penurunan indikator fungsi intermediasi. Sementara indikator kualitas kredit pada periode laporan mencatat perbaikan. Asset bank umum pada triwulan III 2015 mencapai Rp 92,28 triliun atau tumbuh sebesar 10,09% (yoy) dan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya (11,34%, yoy). Perlambatan pertumbuhan asset tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan kelompok asset bank umum pemerintah
Pada triwulan III 2015 share asset kelompok bank umum pemerintah dan kelompok bank umum asing mengalami peningkatan masing-masing sebesar 60,21% dan 2,68%. Sementara itu share asset kelompok bank umum swasta nasional mengalami penurunan menjadi sebesar 37,11%. Peningkatan share bank umum pemerintah yang diiringi oleh penurunan share asset kelompok bank umum swasta nasional berdampak pada peningkatan pengaruh bank pemerintah terhadap kinerja bank umum secara keseluruhan.
dan bank umum swasta Di sisi lain, asset bank asing Tabel 3.1 Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp)
2014
Indikator Bank Umum
I 75,053
Aset
g Asset (%, yoy)
I 85,393
IV 85,782
III 92,288
15.74
16.85
14.54
13.55
13.78
11.34
10.09
52,826
55,088
57,209
57,967
59,777
60,972
g Kredit (%, yoy) Modal Kerja Investasi Konsumsi
21.51 19,989 11,351 18,989
17.99 21,292 11,898 19,636
16.80 22,257 12,552 20,279
16.16 22,749 13,404 21,056
15.18 22,941 13,626 21,400
13.16 23,765 13,876 22,137
10.68 24,012 14,141 22,819
Kredit UMKM
20,210
21,611
22,224
22,951
23,879
24,826
25,307
40.16
40.91
40.34
40.12
41.19
41.53
41.51 76,545
Pangsa Kredit UMKM Dana Pihak Ketiga
63,896
66,500
70,536
70,510
72,015
73,580
g DPK (%, yoy)
14.14
14.97
13.29
9.77
12.71
10.65
8.52
Deposito
20,494
21,711
23,531
24,725
26,690
27,514
27,445
g Deposito (%, yoy) Giro
23.89
27.93
30.41
25.08
30.24
26.73
16.63
12,229
13,829
14,110
11,965
12,862
13,709
15,002
g Giro%, yoy)
2.76
14.82
5.46
2.15
5.17
-0.87
6.32
Tabungan
31,174
30,960
32,895
33,820
32,463
32,357
34,098
13.19
7.41
6.68
3.26
4.14
4.51
3.66
0.70 78.77
1.66 79.44
0.95 78.10
0.91 81.14
1.34 80.49
1.91 81.24
1.89 79.66
g Tabungan(%, yoy) NPL (Gross) LDR
%, yoy
Rp Miliar
Nominal Aset growth Aset growth Kredit (skala kanan) growth DPK Bali
100,000
II
III 2014
IV
I
II 2015
III
Share, %
Share Bank Pemerintah
Share Bank Asing & Campuran
Share Bank Swasta Nasional
growth Bank Swasta Nas
growth Bank Asing & Campuran
growth Bank Pemerintah
80,000
100%
%, yoy 30
60,000
80%
25
40,000
60%
20,000 I
III 83,829
50,329
Kredit Umum
40 35 30 25 20 15 10 5
II 79,504
2015 II 88,520
0
Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Asset, DPK dan Kredit
20 15
40%
10
20% 0%
5 I
II
III
IV
2014
I
II 2015
III
0
Grafik 3.2 Komposisi dan Pertumbuhan Asset Menurut Kelompok Bank
Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
61
3.1.1. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
3.1.1.1 Penghimpunan Dana
Fungsi intermediasi bank umum pada triwulan III
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) oleh bank
2015 menunjukkan kinerja yang cukup baik. Rasio
umum pada triwulan III 2015 mencapai Rp76,54 triliun,
Loan
to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan
atau tumbuh 8,52% (yoy). Pertumbuhan tersebut
ini cukup terjaga, tercatat sebesar 79,66%, sedikit
melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
lebih
sebelumnya
yang sebesar 10,65% (yoy). Perlambatan pertumbuhan
yang sebesar 81,24%. Penurunan tersebut seiring
DPK tersebut terjadi pada deposito dan tabungan
dengan peningkatan prinsip kehati-hatian perbankan
seiring dengan kebutuhan uang tunai masyarakat yang
yang lebih selektif seiring dengan peningkatan resiko
mengalami peningkatan pada kebutuhan hari raya dan
ketidakpastian di dunia usaha sebagai dampak
musim liburan sekolah.
rendah
dibandingkan
triwulan
ketidakpastian global.
LDR Bank Pemerintah LDR Bank Swasta Nasional LDR Bank Asing dan Campuran LDR
%
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
%
Bank Swasta Nasional
Bank Asing & Campuran
Bank Pemerintah
Total Bank Umum
30 25 20 15 10 5 0 I
II
III
IV
I
II
2014
I
III
III
IV
2014
Grafik 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)
%
II
2015
Bank Asing & Campuran
Bank Pemerintah
Total Bank Umum
Share Deposito Share Giro Growth Tabungan
%
80% 60% 40% 20%
III
IV
I
II
III
2015
100%
30 25 20 15 10 5 0 II
II
Grafik 3.5 Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank
Bank Swasta Nasional
I
I
III
0%
I
II
III 2014
IV
Share Tabungan %, Growth Giro Growth Deposito yoy 35 30 25 20 15 10 5 0 -5 I II III 2015
2014 2015 Grafik 3.4 Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank
Grafik 3.6 Pertumbuhan DPK
Berdasarkan kelompok bank, LDR terbesar pada
DPK jenis tabungan pada triwulan III 2015 tercatat
kelompok bank umum pemerintah terjaga sebesar
sebesar Rp34,09 triliun, atau tumbuh sebesar 3,66%
83,11%. Sedangkan pada kelompok bank umum
(yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
swasta nasional dan bank umum asing campuran
yang sebesar 4,51% (yoy). Selain itu, perlambatan
memiliki LDR lebih rendah dibanding bank umum
juga terjadi pada pertumbuhan deposito yang tercatat
pemerintah, yaitu masing-masing sebesar 76,74% dan
sebesar 16,63% (yoy) dengan nominal Rp 27,4 triliun,
38,75%.
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,73% (yoy). Penurunan tersebut seiring
62
KEKR TW III 2015
Perbankan dan Sistem Pembayaran
dengan penurunan suku bunga rata-rata tertimbang %, yoy 25
deposito pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar
Rp Miliar 70,000
7,46%, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
60,000
triwulan sebelumnya yang sebesar 7,64%.
50,000 40,000
15
Di sisi lain, Giro yang dihimpun oleh bank umum
30,000
10
di Provinsi Bali pada triwulan III 2015 mengalami peningkatan. Setelah terkontraksi sebesar -0,87% (yoy)
triwulan III 2015.
growth Kredit (skala kanan)
20
20,000
5
10,000
0
0 I
pada triwulan II 2015, giro tercatat tumbuh sebesar 6,32% (yoy) sehingga mencapai Rp 15 triliun pada
Kredit
II
II
III
2015
Konsumsi Investasi Modal Kerja growth Modal Kerja growth Kr. Investasi (skala kanan) growth Kr. Konsumsi (skala kanan)
share,%
%,yoy
100%
40
80%
30
tercermin dari tendensi peningkatan suku bunga
60%
perbankan.
40%
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar kredit
I
2014
Penyaluran kredit bank umum pada triwulan III 2015 seiring dengan peningkatan prinsip kehati-hatian
IV
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Perbankan
3.1.1.2. Penyaluran Kredit masih melanjutkan tren perlambatan pertumbuhan
III
20 10
20% 0%
I
II
yang disalurkan digunakan sebagai modal kerja dengan
III 2014
share mencapai 39,38% dari total kredit. Pada triwulan
Grafik 3.8 Komposisi Kredit
IV
I
II 2015
0
III
III 2015, kredit modal kerja tercatat sebesar Rp24 triliun, tumbuh sebesar 7,89% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,62% (yoy). Sementara itu, kredit produktif lainnya
12 10
mencapai Rp14,1 triliun, memiliki share sebesar
8
investasi tumbuh sebesar 12,66%(yoy), lebih rendah
8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
14
yaitu kredit investasi yang pada triwulan III 2015 23,19% dari total kredit. Pada triwulan III 2015 kredit
%
%
16
6 4 1
perlambatan pertumbuhan kinerja investasi swasta di Provinsi Bali yang masih tumbuh terbatas.
5
7
9 11 1
3
2013 Spread (rhs) SB Deposito SB LPS
dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar 16,62% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan
3
5
7
9 11 1
2014
3
5
7
9
2015 Suku Bunga Kredit BI Rate
Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga
Berdasarkan kategori ekonomi yang produktif, sejak beberapa tahun terakhir sebagian besar kredit yang
Di sisi lain, kredit konsumsi tumbuh stabil dari 12,73%
disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bali terkonsentrasi
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 12,53% (yoy)
kepada
dengan nominal sebesar Rp22,81 triliun pada triwulan
perkembangan pariwisata Provinsi Bali yaitu pelaku
III 2015. Stabilnya pertumbuhan kredit konsumsi pada
usaha kategori perdagangan besar dan eceran, serta
triwulan III 2015 ini seiring dengan mulai pulihnya daya
penyediaan akomodasi dan makan minum. Pada
beli masyarakat di Provinsi Bali meskipun belum mampu
periode laporan, kredit kategori perdagangan besar dan
kedua
kategori
yang
merepresentasikan
mendorong peningkatan pertumbuhan total kredit.
Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
63
Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Menurut Kategori (dalam miliar Rp)
2014
Sektor Ekonomi Perdagangan Besar dan Eceran Penyediaan Akomodasi dan M akan M inum Real Est at e, Usaha Persewaan, Jasa Perusahaan Indust ri Pengolahan Perant ara Keuangan Jasa Kemasyarakat an Konst ruksi Pert anian Lainnya
I 14,736 5,614 1,689 1,619 2,227 1,330 1,825 948 20,342
II 15,865 5,825 1,616 1,669 2,130 1,475 2,090 1,011 21,145
III 16,574 5,969 1,678 1,886 2,140 1,692 2,206 1,075 21,868
IV 17,460 6,252 1,779 1,935 2,185 1,452 2,230 1,146 22,768
I 17,966 6,515 1,775 1,838 2,168 1,310 2,167 1,219 23,008
2015 II 18,747 6,439 1,789 1,813 2,262 1,345 2,282 1,286 23,813
III 19,008 6,295 1,851 1,807 2,367 1,310 2,333 1,346 24,655
eceran memiliki share sebesar 31,18%. Kredit terbesar
Berdasarkan jenis penggunaannya, penurunan NPL
selanjutnya adalah kategori penyediaan akomodasi dan
tersebut bersumber dari penurunan NPL kredit investasi
makan minum dengan share mencapai 10,32%
dari sebesar 3,95% pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 3,19% pada triwulan III 2015. Sementara itu,
3.1.2. Non Performing Loan (NPL) Rasio kredit bermasalah atau biasa dikenal dengan Non
Performing Loan Provinsi Bali masih terjaga di bawah 5%. NPL pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar
rasio NPL kredit modal kerja dan kredit konsumsi relatif terjaga masing-masing pada level 2,34% dan 0,60% pada triwulan III 2015.
1,89% menunjukkan perbaikan jika dibandingkan
3.2.
PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN
triwulan sebelumnya yang sebesar 1,91%.
RAKYAT (BPR)
Sejalan dengan perkembangan bank umum, kinerja BPR pada triwulan III 2015 masih terjaga. Asset BPR NPL,% 6.00 4.00
NPL Total Kredit
pada triwulan III 2015 tumbuh mencapai 20,82%(yoy),
NPL Kredit Modal Kerja
sedikit lebih rendah dari triwulan II 2015 yang mencapai
NPL Kredit Investasi
21,22% (yoy). Di sisi lain, NPL BPR mengalami perbaikan
NPL Kredit Konsumsi
dengan penurunan NPL dari sebesar 3,10% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 3,03% pada
2.00
triwulan III 2015. Kondisi tersebut didukung oleh masih
0.00 I
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Grafik 3.10 Perkembangan NPL Kredit
terjaganya fungsi intermediasi BPR dengan LDR sebesar 80,54% pada triwulan III 2015. Pertumbuhan penyaluran kredit BPR pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan yaitu dari 18,77% pada triwulan sebelumnya menjadi 16,81% dengan nominal
NPL, % 3
Bank Pemerintah NPL Total Bank Asing & Campuran Bank Swasta Nasional
2 2
Rp7,95 triliun. Secara klasifikasi jenis penggunaan, kredit yang disalurkan oleh BPR didominasi oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi
1
dengan porsi masing-masing sebesar 51,03% dan
1
12,38% dari total kredit, sedangkan kredit konsumsi mencapai 36,58%.
0 I
II
III
IV
I
2014
II
III
2015
Grafik 3.11 NPL Berdasarkan Kelompok Bank
64
KEKR TW III 2015
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Disisi lain, penghimpunan dana dari masyarakat pada triwulan III 2015 oleh BPR tercatat sebesar Rp6,47
Tabel 3.3 Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp)
2014
Indikator BPR
I
Aset
7,982
g Asset (%, yoy)
2015
II
III
IV
I
II
8,250
8,719
9,380
9,604
III
10,001
10,534
23.89
18.98
17.57
21.80
20.31
21.22
20.82
6,257
6,520
6,808
7,120
7,328
7,744
7,952
g Kredit (%, yoy)
25.67
21.61
19.09
19.85
17.11
18.77
16.81
Modal Kerja
3,224
3,330
3,466
3,607
3,710
3,919
4,058
699
743
818
869
908
968
985
Konsumsi
2,334
2,447
2,524
2,643
2,710
2,857
2,909
Dana Pihak Ketiga
5,194
5,265
5,501
5,905
6,053
6,248
6,478
g DPK (%, yoy)
24.53
18.73
16.37
19.09
16.53
18.67
17.76
Deposito
3,520
3,510
3,515
3,774
4,039
4,444
4,644
23.29
18.95
10.62
12.65
14.74
26.58
32.11
1,675
1,755
1,985
2,131
2,015
1,805
1,834
27.23
18.28
28.18
32.50
20.30
2.83
-7.64
2.56
2.97
2.68
2.37
3.31
3.10
3.03
82.57
82.71
84.13
78.96
80.11
81.67
80.54
Kredit Umum
Investasi
g Deposito (%, yoy) Tabungan
g Tabungan(%, yoy) NPL (Gross) LDR
Miliar Rupiah
Aset
%
Growth Aset
30
% 90
10,000
25
85
8,000
20
80
6,000
15
4,000
10
2,000
5
12,000
Growth DPK
Growth Kredit
-
75 70 I
0 I
II
III 2014
IV
I
II
II
III
IV
I
2014
III
II
III
2015
2015
Grafik 3.12 Pertumbuhan Asset, Kredit dan DPK
Grafik 3.13 Loan to Deposit Ratio (LDR)
triliun atau tumbuh sebesar 17,76% (yoy), menurun
3.3.
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,67%
KABUPATEN/KOTA
(yoy). Perlambatan DPK disebabkan oleh kontraksi pada
Secara spasial, perkembangan industri perbankan dan
penghimpunan dana jenis tabungan yang tumbuh
kondisi financial inclusion di Provinsi Bali masih belum
negatif sebesar -7,64% (yoy), jauh lebih rendah
merata dan terkonsentrasi di Bali Selatan. Hal ini tidak
dibangingkan pertumbuhan pada triwulan II sebesar
terlepas dari masih terjadinya disparitas ekonomi antar
2,83% (yoy). Penurunan tabungan ini sejalan dengan
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
peningkatan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan hari raya. Di sisi lain, pertumbuhan deposito BPR pada triwulan III 2015 mengalami peningkatan mencapai 32,11% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 26,58% (yoy).
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Perkembangan terakhir akan persebaran ketersediaan layanan perbankan di Provinsi Bali masih didominasi oleh kuatnya peranan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Dari sisi ekonomi, perkembangan tersebut turut
Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
65
Kota Denpasar
0.46
Kab. Karangasem
0.16
Kab. Bangli
0.15
Kab. Klungkung
0.26
Kab. Gianyar
0.36
Kab. Badung
0.57
Kab. Tabanan
0.31
Kab. Jembrana
0.19
Kab. Buleleng
0.18 0.00
0.20
0.40
Kota Denpasar Kab. Karangasem Kab. Bangli Kab. Klungkung Kab. Gianyar Kab. Badung Kab. Tabanan Kab. Jembrana Kab. Buleleng
1.63 0.24 0.16 0.35 0.79 2.15 0.37 0.15 0.28
0.00
0.60
0.50
1.00
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Grafik 3.14 Jumlah Kantor Bank per 1.000
Kota Denpasar Kab. Karangasem Kab. Bangli Kab. Klungkung Kab. Gianyar Kab. Badung Kab. Tabanan Kab. Jembrana Kab. Buleleng
299 48
Kab. Bangli
25
Kab. Klungkung
35
Kab. Gianyar
134
Kab. Badung
253
Kab. Tabanan
105
Kab. Jembrana
39
Kab. Buleleng
85 0
100
200
2.00
2.50
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Grafik 3.16 Jumlah ATM per 1.000 Penduduk Dewasa
Kota Denpasar Kab. Karangasem
1.50
300
400
1053 71 26 47 295 959 126 30 130 0
200
400
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
600
800 1000 1200 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Grafik 3.15 Penyebaran Kantor Bank di Provinsi
Grafik 3.17 Penyebaran ATM di Provinsi Bali
berdampak pada ketidakseimbangan jasa pelayanan
yang minim sumber pendanaan cukup besar, terlihat
keuangan inklusif yang dilakukan perbankan di Bali.
dari hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi Bali
Salah satunya terlihat pada jumlah kantor bank yang
memiliki LDR lebih dari 100% seperti salah satunya di
di Kota Denpasar mencapai 299 kantor, sedangkan di
daerah Kabupaten Bangli yang memiliki Loan to Deposit
Kabupaten Bangli hanya terdapat mencapai 25 kantor
Ratio (LDR) mencapai 177%.
bank. Sama halnya dengan ketersediaan layanan ATM yang di Kota Denpasar mencapai 1053 sedangkan di Bangli hanya tersedia 26 ATM. Kondisi tersebut merupakan kondisi umum ketika bank follows the trade di mana pusat perkembangan perekonomian Provinsi Bali terkonsentrasi di Bali Selatan. Kondisi serupa juga terlihat dari persebaran DPK dan kredit per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada September 2015 dimana Kabupaten Badung dan Denpasar
masih
menjadi
Kabupaten/Kota
yang
mendominasi penyerapan kredit ataupun DPK di sistem keuangan Provinsi Bali. Di sisi lain, kebutuhan akan peran perbankan dalam perekonomian daerah-daerah
66
KEKR TW III 2015
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Tabel 3.4 Perkembangan Rekening DPK dan Kredit per Kabupaten di Bali September 2015
Bangli
Buleleng
DPK : Rp 0,9 T KREDIT : Rp 1,6T
DPK : Rp 3,2 T KREDIT : Rp 6,05 T
Jembrana
Karangasem
DPK : Rp 1,1 T KREDIT : Rp 2,2 T
DPK : Rp 1,56 T KREDIT : Rp 2,55 T
Tabanan
Klungkung
DPK : Rp 2,1 T KREDIT : Rp 5,54 T
DPK : Rp 1,15 T KREDIT : Rp 1,53 T
Badung
DPK : Rp 12,6 T KREDIT : Rp 21,9 T
Gianyar
Denpasar
DPK : Rp 2,7 T KREDIT : Rp 5,6 T
DPK : Rp 51T KREDIT : Rp 30,8 T
3.4.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian.
3.4.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran
Kondisi net outflow tersebut juga didorong oleh
peningkatan realisasi APBD pemerintah seiring dengan
Tunai
3.4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan
peningkatan belanja langsung.
Keluar (Outflow) serta Kegiatan
Penukaran
Outflow yang tercatat oleh Bank Indonesia pada triwulan
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran
laporan adalah sebesar Rp 4,8 triliun meningkat sebesar
uang kartal pada triwulan III 2015 menunjukkan
41,40% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Dengan
berlanjutnya tren net outflow. Kondisi tersebut seiring
demikian posisi aliran uang kartal pada periode laporan
dengan peningkatan kebutuhan uang untuk transaksi
tercatat sebesar Rp1,23 triliun (net outflow)
Tabel 3.5 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
2015 II
2014
Indikator
I
III
I
II
III
IV
Inflow (Rp Miliar)
3,331
2,607
3,269
2,392
4,086
2,810
3,669
Outflow (Rp Miliar)
2,382
2,669
4,422
3,630
2,089
3,464
Net Inflow/(Outflow)
949 84 1,155
(62) 81 1,001
(1,153) 94 986
(1,238) 93 1,591
4,899 (1,230)
Penukaran (Rp Juta) Temuan Uang Palsu (lembar)
1,996 64 1,477
(654) 16 882
17 1,013
Frekuensi
Juta Rp
Miliar Rp 6,000
30
18,000 16,000
5,000
25
14,000
4,000
20
12,000
3,000
10,000
15
8,000
2,000
10
6,000
1,000 0
4,000
I
II
(1,000)
III 2013
IV
I
(2,000)
Net Inflow/(Outflow)
II
III 2014
IV
Inflow
Grafik 3.18 Perkembangan Uang Kartal di Bali
I
II 2015
III
5
2,000 0
I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
2014
II 2015
III
0
Outflow Nominal Kas Keliling
Frekuensi (skala kanan)
Grafik 3.19 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
67
3.4.1.2. Penyediaan Uang Layak Edar Bank
Indonesia
terus
kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan
berkomitmen
dalam
meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh/rusak dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang dan kegiatan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan salah satu daerah terluar di Provinsi Bali.
peredaran uang palsu. 3.4.2. Perkembangan
Transaksi
Pembayaran
Nontunai 3.4.2.1. Perkembangan Kliring Seiring dengan peningkatan kinerja perekonomian, aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada triwulan III 2015 jumlah nominal perputaran kliring mencapai Rp14 triliun, meningkat sebesar 38,69%
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan uang kartal
(qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi
yang layak edar dan pecahan yang tepat Bank Indonesia
kliring pada triwulan III 2015 juga menunjukkan
melakukan kegiatan penukaran uang dan perkasan.
peningkatan sebesar 37,75% (qtq).
Kegiatan penukaran selain dilakukan melalui kegiatan kas keliling. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan III 2015 mencapai 20 kali.
Pada triwulan III 2015 jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong tercatat sebesar 8,4 ribu lembar dengan nominal sebesar Rp343 miliar. Jumlah lembar tolakan tersebut
Jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan III
mengalami peningkatan sebesar 5,26%(qtq) dibanding
2015 sebanyak 1013 lembar, meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,95 ribu
triwulan sebelumnya yang sebesar 882 lembar.
lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai 1,49% dari
Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor
total lembar kliring yang ditransaksikan pada triwulan
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus dilakukan
III 2015. Sedangkan secara nominal, tolakan cek/bilyet
kepada masyarakat umum dan pelaku usaha di Bali
giro kosong mengalami penurunan mencapai -3,1%
untuk meminimalisir peredaran uang palsu. Di samping
(qtq). Nominal tolakan tersebut mencapai 2,45% dari
itu,
keseluruhan nominal transaksi kliring triwulan III 2015.
Bank
Indonesia
senantiasa
mengintensifkan
Tabel 3.6 Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong 2014
Indikator
I
PERPUTARAN KLIRING Lembar (ribu) Nominal Kliring (Rp Miliar) - Rata-rata lembar per hari (ribu lembar) - Rata-rata nominal per hari (Rp miliar) TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (ribu) Nominal Cek/BG Kosong (Rp miliar) - Rata-rata lembar per hari (ribu lembar) - Rata-rata nominal per hari (Rp miliar rupiah)
68
KEKR TW III 2015
II
III
IV
2015 II
I
543 12,853
540 12,833
553 13,753
574 14,507
551 13,548
408 10,096
8.91
9.47
9.06
9.11
8.89
6.69
211
8.06
225
9.09
225
8.56
III 562 14,002 9.37
230
219
166
233
7.60
8.05
7.95
8.4
321
314
522
640
356
354
343
0.13
0.16
0.14
0.12
0.13
0.13
0.14
5.26
5.51
8.56
10.15
5.74
5.80
5.72
Perbankan dan Sistem Pembayaran
Miliar Rp 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
I
II III 2013
IV
I
II III 2014 Nominal Kliring
Ribu Lembar 800 700 600 500 400 300 200 100 0 I II III 2015 Lembar
IV
Volume
Miliar Rp 50,000
50,000
40,000
40,000
30,000
30,000
20,000
20,000
10,000
10,000
0
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
Nilai Transaksi (Miliar Rp)
Grafik 3.20 Perkembangan Kliring
I
II 2015
0
III
Jumlah Transaksi
Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali
Miliar Rp 700 600 500 400 300 200 100 0 I II III IV I II III 2013 2014 Nominal Cek/BG Kosong
Ribu Lembar 10
Miliar Rp
10,000
8,000
9,000
6
7,000
8,000
4
6,000
7,000
5,000
6,000
4,000
5,000
3,000
4,000
2 I
II III 2015 Lembar (skala kanan)
11,000
Jumlah Transaksi
9,000
8
IV
Volume
Nilai Transaksi (Miliar Rp)
10,000
0
2,000
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
I
II 2015
III
3,000
Grafik 3.21 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
Grafik 3.23 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali
3.4.2.2. Perkembangan Real Time Gross
penurunan tersebut, nilai transaksi RTGS ke Bali turut
Settlement (RTGS)
mengalami penurunan mencapai Rp15,7 triliun. Sama
Transaksi nontunai RTGS pada triwulan III 2015
halnya dengan transaksi RTGS yang terjadi di dalam
menunjukkan
Provinsi Bali juga mengalami penurunan dari Rp 5,26
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Transaksi RTGS dari Bali mencapai Rp25,72 triliun atau turun -4,18% (qtq).
triliun menjadi sebesar Rp 4,7 triliun.
Sejalan dengan Tabel 3.7 Perkembangan Transaksi RTGS
Indikator
2014 I
II
2015 III
IV
I
II
III
RTGS dari Bali Nilai transaksi (Rp Miliar)
42,024
31,878
29,728
35,585
35,129
34,327
25,721
Jumlah transaksi
20,507
20,973
19,634
23,192
12,945
13,254
12,100
Nilai Transaksi (Rp Miliar)
19,201
17,724
15,355
18,166
15,608
17,304
15,727
Jumlah Transaksi
19,855
20,268
18,642
21,460
14,002
14,337
12,775
Nilai Transaksi (Rp Miliar)
3,866
4,281
4,840
6,219
4,076
5,226
4,713
Jumlah Transaksi
4,631
4,677
4,260
5,197
3,468
3,618
3,192
RTGS ke Bali
RTGS Antara
Perbankan dan Sistem Pembayaran
KEKR TW III 2015
69
SERI KEBANKSENTRALAN
“PENTINGNYA STABILITAS SISTEM KEUANGAN” Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia mempunyai
diperlukan pengawasan secara makroprudensial
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara
maupun mikroprudensial. Berdasarkan UU No.21
kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,
tersebut mengandung dua aspek, yaitu kestabilan
Bank Indonesia (BI) bersama dengan Kementerian
nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan
kestabilan terhadap mata uang negara lain. Dalam
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) secara bersama
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung
– sama di dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem
oleh tiga bidang tugas antara lain; Menetapkan
Keuangan (FKSSK) berwenang untuk menjaga
dan Melaksanakan Kebijakan Moneter, Mengatur
stabilitas sistem keuangan. Dalam pasal 7 (tujuh)
dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran, serta
dijelaskan bahwa pengaturan dan pengawasan
Stabilitas Sistem Keuangan. Dalam seri periode kali
mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-
ini, kami akan menyajikan pemahaman singkat
hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup
terkait pentingnya stabilitas sistem keuangan.
pengaturan dan pengawasan mikroprudensial yang
Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional untuk berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau
menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan
dan
pengawasan
makroprudensial,
yakni pengaturan dan pengawasan selain yang diatur dalam pasal dimaksud, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia.
pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan
Apakah yang disebut dengan sistem keuangan?
dan stabilitas perekonomian nasional (PBI No.16/11/
Sistem keuangan merupakan kumpulan institusi
PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan
dan pasar yang mana terdapat interaksi di dalamnya
Makroprudensial).
stabilitas
dengan tujuan mobilisasi dana dari surplus unit (pihak
sistem keuangan, suatu negara diharapkan mampu
yang kelebihan dana) ke defisit unit (pihak yang
bertahan (resilience) dari shocks risiko sistemik
kekurangan dana), dengan menggunakan instrumen
yang terjadi baik di lingkungan eksternal maupun
keuangan.
Dengan
terjaganya
domestik sehingga dapat terhindar dari krisis. Krisis Asia 1997/1998 dan krisis global 2008 memberikan pelajaran bahwa biaya dari penanganan krisis sangat mahal (biaya pemulihan krisis 1997 – 1998 di Indonesia adalah sebesar 51% dari PDB). Selain itu, jangka waktu pemulihan kondisi perekonomian tersebut juga sulit untuk diprediksi. Mengingat pentingnya stabilitas sistem keuangan,
70
Sistem Keuangan terdiri atas lembaga keuangan, pasar keuangan, serta perusahaan non keuangan dan rumah tangga yang saling beinteraksi dalam pendanaan
dan/atau
penyediaan
pembiayaan
perekonomian yang didukung oleh suatu infrastruktur keuangan seperti sistem pembayaran, kliring efek, dan deposit insurance. Secara umum, institusi keuangan, dalam hal ini financial intermediaries, dapat dibagi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Sumber: Frederic S. Mishkin – The Economics of Money, Banking and Financial Markets
menjadi dua yaitu depository institution dan non-
mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi
depository institution. Depository Financial Institution
intermediasi yang seimbang dan berkualitas, dan
merupakan institusi yang menerima simpanan dari
meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses
surplus unit dan menyediakan kredit kepada deficits
keuangan.
unit melalui re-package jasa/instrumen yang tersedia
Ruang lingkup kebijakan makroprudensial adalah
(contoh: perbankan). Sedangkan Non-Depository
pengaturan
Institution memperoleh dana dari sumber selain
makroprudensial,
deposits (contoh: perusahaan pembiayaan, asuransi,
pengembangan akses keuangan. Adapun instrumen
securities firm, dana pensiun, dan lain sebagainya).
pengaturan makroprudensial antara lain adalah:
Tanpa adanya institusi keuangan, information cost
1. Memperkuat
dan transaction cost dari transaksi pasar keuangan dapat menjadi sangat mahal.
dan
pengawasan
bank
diarahkan
agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara maupun
individual,
dan
mampu
memelihara kepentingan masyarakat dengan baik serta bermanfaat bagi perekonomian nasional. Setelah terbitnya UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, pengawasan perbankan dan otoritas pengaturan telah dipindah dari Bank Indonesia (BI) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan PBI No. 16/11/PBI/2014 tanggal 1 Juli 2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial,
pengaturan
ketahanan
pengawasan
pengaturan
dan
permodalan
dan
mencegah leverage yang berlebihan fungsi
intermediasi
dan
mengendalikan risiko kredit, risiko likuiditas,
untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia menyeluruh
dan
2. Mengelola
Pengawasan Makroprudensial Pengaturan
makroprudensial,
dan
pengawasan
makroprudensial difokuskan pada mencegah dan
risiko nilai tukar, dan risiko suku bunga, serta risiko lainnya yang berpotensi menjadi risiko sistemik 3. Membatasi
konsentrasi
eksposur
(exposure
concentration) 4. Memperkuat ketahanan infrastruktur keuangan 5. Meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan Sedangkan untuk pengawasan makroprudensial terdiri dari: 1. Pemantauan
perkembangan
kondisi
sistem
keuangan 2. Identifikasi dan analisis risiko sistem keuangan 3. Penilaian risiko sistem keuangan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
71
4. Penyampaian sinyal risiko sistemik Bank
Indonesia
melakukan
permasalahan di suatu elemen sistem keuangan/ pengawasan
beberapa elemen sistem keuangan atau kondisi
makroprudensial melalui surveilans sistem keuangan
makroekonomi.
dan melakukan pemeriksaan terhadap systemically
PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan
important bank dan/atau bank lainnya yang memiliki
Makroprudensial, Risiko Sistemik adalah potensi
common exposure yang berpotensi memberikan
instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan
dampak sistemik dan lembaga lainnya yang memiliki
yang menular (contagion) pada sebagian atau
keterkaitan dengan bank jika diperlukan untuk
seluruh sistem keuangan karena interaksi dari faktor
meyakini risiko sistemik yang bersumber dari kegiatan
ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity),
usaha bank.
keterkaitan antar institusi dan/atau pasar keuangan
Terkait dengan pengaturan dan pengembangan akses keuangan, ruang lingkup kebijakan makroprudensial adalah (i) kebijakan keuangan inklusif dan (ii) kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui perbankan sebagai objek pengaturan dan pengembangan akses keuangan.
Berdasarkan
PBI
No.16/11/
(interconnectedness), serta kecenderungan perilaku yang berlebihan dari pelaku atau institusi keuangan untuk mengikuti siklus perekonomian (procyclicality). Parameter dan indikator analisis risiko sistemik ditinjau dari berbagai aspek seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, efisiensi, resiliensi, risiko konsentrasi, excessive lending growth, dan leverage.
Bank Indonesia mengawasi adanya gejala risiko
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk
sistemik yang mungkin pemicunya ditimbulkan oleh
menganalisa risiko sistemik adalah sebagai berikut:
Risiko Kredit
Risiko Likuiditas
Risiko Pasar
Efisiensi
- Pertumbuhan kredit - Komposisi portofolio - Konsentrasi exposure dan counterparty - Kualitas penyediaan dana secara total maupun per karakteristik kecukupan pencadangan - Debt service ratio
- Funding concentration - Kecukupan alat likuid - LDR
- PDN - Sensitivity SSB fixed
- Return on assset (ROA) - Rasio net interest margin (NIM) - BOPO - Cost to income ratio - Overhead cost to
Resiliensi
Excessive Lending Growth - Credit growth - Credit to GDP - Sectoral credit growth
- CAR - Pertumbuhan Modal/Pertumbuhan ATMR - Modal inti/ATMR - Modal inti/Total Aset - Pertumbuhan modal inti/Total Aset
72
rate - Marked to Market SUN - Net interest income
operational cost
Risiko Konsentrasi
Leverage
- Rasio Debitur Inti - Rasio Kredit per Sektor Ekonomi - Rasio KPR dan KKB
- Levarage Ratio - Debt to Equity Ratio Korporasi - Debt to Income Ratio
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
Melalui
pengawasan
perbankan
baik
secara
sinergi serta koordinasi antara Bank Sentral, Otoritas
makroprudensial maupun mikroprudensial, early
Jasa Keuangan, dan Pemerintah serta Lembaga
warning indicators akan suatu sistem keuangan
terkait, diharapkan stabilitas makroprudensial dapat
diharapkan dapat berjalan dengan baik sehingga
tercapai.
krisis dapat dihindari dan diminimalkan. Dengan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
73
KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NKRI
BOKS C
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai
ke luar negeri;
negara yang merdeka dan berdaulat memiliki Rupiah
3. transaksi perdagangan internasional;
sebagai salah satu simbol kedaulatan negara yang
4. simpanan di bank dalam bentuk valuta asing;
harus dihormati dan dibanggakan oleh seluruh rakyat
atau
Indonesia. Rupiah merupakan alat pembayaran yang sah sehingga wajib digunakan dalam kegiatan
5. transaksi pembiayaan internasional. •
Larangan Menolak Rupiah (Pasal 23 UU Mata
perekonomian di wilayah NKRI guna mewujudkan
Uang)
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Setiap pihak dilarang untuk menolak untuk
Adapun landasan utama penerbitan ketentuan
menerima Rupiah kecuali terdapat keraguan atas
kewajiban penggunaan Rupiah adalah sebagai
keaslian Rupiah atau pembayaran kewajiban
berikut:
tersebut telah diperjanjikan secara tertulis dalam Tabel C.1 Landasan Kewajiban Penggunaan Rupiah
Dimensi Hukum -
Dimensi Ekonomi
UU No.7 tahun 2011
Mengurangi tekanan demand Rupiah
tentang Mata Uang
valas di pasar domestik
memiliki martabat serta dapat
-
Peraturan Lainnya
Rupiah
Kewajiban Penggunaan Rupiah (Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang) Setiap orang wajib menggunakan Rupiah dalam transaksi yang dilakukan di Wilayah NKRI. Pengecualian Kewajiban Penggunaan Rupiah (Pasal 21 ayat (1) UU Mata Uang) Kewajiban penggunaan Rupiah tidak berlaku bagi: 1. transaksi tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN; 2. penerimaan atau pemberian hibah dari atau
74
dan
mendukung stabilitas nilai tukar
Rupiah adalah sebagai berikut:
•
berdaulat
UU Bank Indonesia
beberapa pasal terkait kewajiban penggunaan
•
yang
-
Dalam UU No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang,
•
Dimensi Kebangsaan
valuta asing. Selanjutnya, Kewajiban Penggunaan Rupiah tersebut kembali dipertegas dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/3/PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI dengan beberapa point penting sebagai berikut: •
Kewajiban penggunaan Rupiah berlaku untuk transaksi tunai dan non tunai.
•
Bank Indonesia berwenang untuk meminta laporan, keterangan, dan/atau data kepada setiap pihak yang terkait pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah dan
Bank Indonesia
melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
•
setiap pihak dalam melaksanakan kewajiban
infrastruktur strategis dan telah mendapatkan
penggunaan Rupiah.
persetujuan BI yang dibuat sebelum tanggal
Sanksi
terhadap
pelanggaran
kewajiban
1 Juli 2015, tetap berlaku sampai berakhirnya
penggunaan Rupiah untuk transaksi tunai, dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam UU Mata Uang (kurungan maksimal 1 Tahun dan denda maksimal Rp200 juta). Untuk
pelanggaran
Rupiah Indonesia
untuk
kewajiban
transaksi
berwenang
penggunaan
nontunai,
mengenakan
Bank sanksi
administratif berupa teguran tertulis, denda, dan/atau larangan untuk ikut dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan terhadap pelanggaran kewajiban kuotasi dalam Rupiah dan kewajiban penyampaian
laporan
dikenakan
sanksi
adminstratif berupa teguran tertulis. •
Adapun
perjanjian
tertulis
untuk
transaksi
non tunai yang disusun dalam valuta asing selain transaksi yang dikecualikan, atau proyek
perjanjian tersebut. Dalam rangka mendukung ketentuan tersebut, KPwBI Provinsi Bali terus melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi ke berbagai pihak, diantaranya sosialisasi kepada: •
Asosiasi pelaku usaha (pariwisata, travel agent,
cargo, dll); •
Hotel dan restoran;
•
Media dan humas Pemerintah Daerah;
•
Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank;
•
Travel agent;
•
Sekolah internasional;
•
Butik/kios di Bandara I Gusti Ngurah Rai; dan
•
Pelaku usaha lainnya.
Grafik C.1 Kegiatan Sosialisasi dan Edukasi Kewajiban Rupiah kepada Stakeholders
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
75
Grafik C.2 Leaflet Kewajiban Penggunaan Rupiah di NKRI
Selain melakukan sosialisasi dan edukasi, KPwBI
sebagai berikut:
Provinsi Bali juga menyebarkan leaflet Kewajiban
•
Meminta laporan, keterangan, data, dan/atau
Penggunaan Rupiah dan KUPVA Bukan Bank Berizin
dokumen
(Authorized Money Changer) di Bandara I Gusti
melibatkan instansi tertentu;
Ngurah Rai kepada para wisatawan mancanegara yang
berkunjung
ke
Bali.
Leaflet
Kewajiban
Penggunaan Uang Rupiah di NKRI berisi informasi terkait Peraturan Bank Indonesia
•
No.17/3/PBI/2015
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah
pendukung,
dengan
atau
tanpa
Melakukan pengawasan langsung terhadap setiap pihak; dan/atau
•
Menunjuk pihak lain untuk melakukan penelitian dalam rangka pengawasan terhadap kepatuhan setiap pihak.
NKRI. Beberapa poin penting dalam PBI tersebut
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, KPwBI Provinsi
diantaranya
penggunaan
Bali bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Bali telah
Rupiah baik dalam transaksi tunai maupun non
melakukan pengawasan langsung ke berbagai daerah
tunai, pengecualian dalam peraturan tersebut,
pariwisata di Provinsi Bali, diantaranya pengawasan
kewajiban pencantuman harga dalam Rupiah, serta
langsung ke wilayah Seminyak, Kuta, Amed, Tulamben,
sanksi/denda yang dikenakan. Adapun titik utama
Benoa, Canggu, dan berbagai daerah pariwisata
penyebaran leaflet adalah di Terminal Kedatangan
lainnya.
mengenai
kewajiban
Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai. Terkait dengan pengawasan kepatuhan terhadap peraturan tersebut, sesuai Pasal 13 PBI No.17/3/ PBI/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah NKRI, Bank Indonesia berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
setiap
pihak
dalam
melaksanakan
kewajiban penggunaan Rupiah dan kewajiban pencantuman harga barang dan/atau jasa dalam Rupiah. Dalam melakukan pengawasan tersebut, Bank Indonesia menempuh berbagai cara antara lain
76
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
BAB IV
KEUANGAN PEMERINTAH
kajian ekonomi dan keuangan regional
Dukungan fiskal terhadap perekonomian Bali semakin membaik, sebagaimana tergambar pada realisasi belanja modal yang berada di atas rata-ratanya selama 5 tahun terakhir. Membaiknya realisasi belanja juga didukung oleh masih tingginya rasio kemandirian fiskal Provinsi Bali. Namun demikian, realisasi anggaran pendapatan dan belanja Provinsi Bali pada triwulan III 2015 masih tercatat 77,44%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 83,9%. Demikian juga untuk realisasi anggaran belanja yang sebesar 52,90%, sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi belanja triwulan III 2014 yang sebesar 55,94%.
Keuangan Pemerintah
KEKR TW III 2015
77
78
KEKR TW III 2015
Keuangan Pemerintah
4.1
ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH
anggaran pada tahun 2015 yang sebesar 61,19%.
PROVINSI BALI
Porsi PAD yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Bali hingga
porsi Dana Perimbangan sebesar 23,29% dan lain-lain
triwulan III 2015 tercatat mencapai Rp 3,56 triliun
pendapatan yang sah sebesar 15,51%.
atau sebesar 77,44% dari target pendapatan. Capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat mencapai 83,90%. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya realisasi di pos Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara realisasi komponen lainnya dalam anggaran pendapatan Pemerintah Bali relatif stabil dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
4.2
ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH
PROVINSI BALI
Anggaran Belanja Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2015 ditargetkan sebesar Rp 4,99 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian, yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 69,41% dan belanja langsung dengan porsi 30,59%. Alokasi belanja modal lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014, tercermin dari rasio belanja modal terhadap
Realisasi pos Pendapatan Asli Daerah pada triwulan
total belanja yang sebesar 10,72% atau lebih besar
III tahun 2015 tercatat baru mencapai 76,88%,
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 9,73%.
jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode
Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Bali pada triwulan
yang sama pada tahun 2014 yang sebesar 92,46%.
III 2015 masih sedikit lebih rendah dibandingkan
Berdasarkan komponen PAD, penurunan persentase
dengan tahun 2014 secara persentase. Persentase
realisasi terhadap target terjadi di semua komponen
realisasi belanja daerah Provinsi Bali terhadap pagunya
pembentuknya, baik di Pendapatan Pajak Daerah,
di triwulan III 2015 tercatat sebesar 52,9%, atau
Retribusi Daerah, Hasil PMD dan Hasil Pengelolaan
sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama
Kekayaan Daerah yang dipisahkan, serta Lain-lain PAD
tahun sebelumnya yang mencapai 55,94%. Meskipun
yang sah. Terbatasnya realisasi PAD tersebut terjadi
demikian, secara nominal terjadi peningkatan realisasi
seiring dengan perlambatan kinerja perekonomian
belanja pemerintah dari Rp 2,51 triliun pada triwulan
Bali pada beberapa triwulan terakhir, yang terutama
III tahun 2014 menjadi Rp 2,63 triliun pada triwulan III
berdampak
tahun 2015.
pada
penurunan
retribusi
daerah.
Penurunan tingkat realisasi PAD pada periode berjalan juga merupakan dampak dari penurunan suku bunga simpanan (giro) pemerintah di perbankan.
Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan III 2015 tercatat sebesar Rp 1,83 triliun atau 52,96% terhadap pagu. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan
Sementara itu, pos Dana Perimbangan mengalami
dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar
peningkatan dari 70,51% pada triwulan III tahun 2014
60,65%.
menjadi 81,04%, terutama didorong oleh komponen
penurunan persentase realisasi terhadap pagu terutama
Dana Alokasi Khusus (DAK) yang sudah terealisasi
terjadi pada komponen Belanja Subsidi dan Belanja
sebesar 80,06% dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang
Bantuan Keuangan kepada Prov/Kab/Kota/Desa yang
sudah terealisasi sebesar 83,33% pada triwulan III 2015.
tercatat masing-masing sebesar 0% dan 45,29%
Meskipun realisasi pendapatan relatif terbatas, dari sisi kemandirian fiskal, kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai anggarannya cukup baik, sebagaimana tercermin dari rasio PAD terhadap total
Berdasarkan
komponen
pembentuknya,
atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat masing-masing sebesar 40% dan 66,63%. Sementara
itu
realisasi
belanja
Keuangan Pemerintah
langsung
KEKR TW III 2015
pada
79
Tabel 4.1 Rata-rata Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Periode 2012 – 2015
Uraian
Realisasi APBD Tw III 2012
Realisasi APBD Tw III 2013
Realisasi APBD Tw III 2014
Realisasi APBD Tw III 2015
dalam (%)
dalam (%)
dalam (%)
dalam (%)
Pendapatan Daerah
Rata-rata
78.34
85.1
83.9
77.44
81.20
83.4
93.49
87.15
74.01
84.51
Belanja Daerah
41.83
49.2
55.94
52.90
49.97
Belanja Tidak Langsung
44.57
51.44
60.65
52.96
52.40
Belanja Modal
16.85
31.62
25.27
48.42
30.54
Pendapatan Pajak Daerah
Sumber : Pemda Provinsi Bali
triwulan laporan tercatat sebesar 52,77%, lebih tinggi
Badung yang merupakan kabupaten dengan skala
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
ekonomi terbesar di Provinsi Bali. Pada tahun 2015
yang
komponen
Pagu Pendapatan Kabupaten Badung tercatat sebesar
pembentuknya, kenaikan tingkat realisasi belanja
Rp 3,6 triliun dan Pagu Belanja tercatat sebesar Rp 4,05
langsung terutama didorong oleh peningkatan realisasi
triliun. Di sisi lain, Kabupaten Bangli tercatat memiliki
belanja modal yang tercatat sebesar 48,42%, lebih
APBD terendah, dengan Pagu Pendapatan tercatat
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebesar Rp 826 miliar dan Pagu Belanja tercatat sebesar
sebelumnya yang tercatat sebesar 25,37%.
Rp 930 miliar.
sebesar
Perbandingan
45,83%.
antar
Berdasarkan
tahun
menunjukkan
bahwa
realisasi pendapatan triwulan III 2015 (77,44%),
Denpasar Tabanan
berada di bawah rata-ratanya selama 5 tahun terakhir
Klungkung
(81,20%). Realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah
Karangasem
tahun 2015 yang berada di bawah rata-ratanya selama
Jembrana Gianyar
5 tahun terakhir perlu mendapat perhatian pemerintah.
Buleleng
Pemerintah perlu menggali potensi sumber pendapatan
Badung
13.88 9.95 9.93 6.43
Bangli
lainnya untuk mempertahankan kemandirian fiskal di
39.34 40.12
16.90 16.46 11.36 7.91 16.57 8.70 14.73 7.90
0
kemudian hari.
27.66 21.45
78.07 75.15
20
40 2015
60
80
100
2014 Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Di sisi lain, realisasi belanja pada triwulan III 2015 (52,96%) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
Grafik 4.1 Rasio PAD Terhadap Total Pendapatan di Seluruh Kabupaten/Kota di Prov. Bali (%)
lima tahun terakhir (49,97%). Berdasarkan komponen
Dari
pembentuknya, realisasi belanja modal triwulan III 2015
belanjanya,
tercatat berada jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kemandirian fiskal tertinggi dibandingkan dengan
rata-rata 5 tahun terakhir. Hal ini seiring
dengan
Kabupaten/Kota lainnya di Bali. Hal ini sebagaimana
infrastruktur
tercermin dari rasio Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang diharapkan dapat menjadi sumber pertumbuhan
terhadap Total Pendapatan yang cukup tinggi, yakni
daerah.
sebesar 78,07%. Sementara itu, Kabupaten/Kota
program
peningkatan
pembangunan
4.3
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
KABUPATEN/KOTA DI BALI
Secara spasial, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tertinggi dimiliki oleh Kabupaten
80
KEKR TW III 2015
Keuangan Pemerintah
sisi
kemampuan Kabupaten
daerah
dalam
Badung
juga
membiayai memiliki
lainnya memiliki rasio kemandirian fiskal di bawah 50%, dan masih tergantung pada Dana Perimbangan dalam membiayai belanjanya. Kabupaten Jembrana tercatat memiliki rasio kemandirian fiskal terendah,
4,000,000 3,500,000
4,000,000
3,000,000
3,500,000
2,500,000
3,000,000
2,000,000
2,500,000
1,500,000
2,000,000
1,000,000
1,500,000
500,000
1,000,000
0
500,000
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
0
2014
Pagu
2015 Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Grafik 4.2 Pagu Pendapatan APBD diSeluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Realisasi
% Realisasi Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Grafik 4.4 Realisasi Pendapatan APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
4,500,000
4,500,000
70
4,000,000
4,000,000 3,500,000
60
3,500,000
50
3,000,000
3,000,000 2,500,000 2,000,000
2,500,000
40
2,000,000
30
1,500,000
1,500,000
1,000,000
1,000,000
500,000
500,000
0
20 10 0
-
2014
2015
Pagu
Realisasi
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
% Realisasi Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Grafik 4.3 Pagu Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
Grafik 4.5 Realisasi Belanja APBD di Seluruh Kab/Kota di Prov. Bali
yakni sebesar 8,7%.
Sampai dengan triwulan III 2015 seluruh Kabupaten/
Pagu anggaran seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Peningkatan pagu pendapatan terbesar terjadi di Kabupaten Klungkung, dari Rp 667 miliar menjadi Rp 838 miliar atau meningkat sebesar 31,67% (yoy). Sedangkan peningkatan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana,
Kota di Bali telah merealisasikan anggarannya, dengan rata-rata tingkat realisasi pendapatan 72,51% dan rata-rata tingkat realisasi belanja sebesar 55,81%. Pemerintah Kabupaten Tabanan tercatat memiliki realisasi pendapatan tertinggi, yakni sebesar 80,22%. Sementara
realisasi
belanja
tertinggi
terjadi
Kabupaten Jembrana, yang tercatat sebesar 63,62%.
meningkat dari Rp 766 miliar menjadi Rp 836 miliar
4.4
PERANAN KEUANGAN DAERAH
atau meningkat 9,19% (yoy).
TERHADAP PEREKONOMIAN BALI
Sementara itu peningkatan pagu belanja tertinggi terjadi di Kabupaten Klungkung yakni dari Rp 710 miliar menjadi Rp 1,016 triliun atau meningkat sebesar 43,22% (yoy). Peningkatan pagu belanja terendah terjadi di Kabupaten Jembrana (9,62% yoy), meningkat Rp 798 miliar menjadi Rp 875miliar.
di
Peranan APBD Provinsi Bali terhadap perekonomian Bali cukup terbatas, baik dari sisi konsumsi maupun investasi. Kontribusi Belanja Tidak Langsung terhadap komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDRB ADHB Bali pada tahun 2014 hanya sebesar 19,42%, sedikit meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 15,68%. Sementara itu, kontribusi Belanja Modal terhadap
Keuangan Pemerintah
KEKR TW III 2015
81
25
25%
20.46
19.42%
20%
%
20
18.58
18.49
15.68% 15%
15
14.42
14.10
13.13
10%
17.85
11.29 10
8.98
5% 1.01%
0.76%
0% Kontribusi Belanja Modal Kontribusi Belanja Langsung APBD Prov Bali thd Konsumsi Pemprov Bali thd Investasi Bali Pemerintah Provinsi Bali
5
0 Denpasar
Badung
Gianyar
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Tabanan
Buleleng
Karangasem Klungkung
Bangli
Jembrana
Sumber : Direktorat Jendral Perbendaharaan
Grafik 4.6 Peranan APBD Provinsi Bali Terhadap Perekonomian Bali
Grafik 4.7 Kontribusi APBD terhadap Perekonomian Kabupaten/Kota di Bali
komponen Investasi dalam PDRB ADHB Bali pada tahun
kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB terbesar di
2014 relatif kecil, hanya sebesar 0,76% atau menurun
Bali. Sementara kontribusi APBD terhadap PDRB ADHB
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar
terendah terjadi di Kota Denpasar.
1,01%.
Sebagai stimulus dalam perekonomian, belanja fiskal
Di sisi lain, peranan fiskal terhadap perekonomian
pemerintah diharapkan tidak hanya disalurkan dalam
seluruh Kabupaten/Kota di Bali cukup besar. Hal ini
bentuk belanja rutin, namun juga diarahkan pada
sebagaimana tercermin pada rata-rata kontribusi APBD
pembangunan
terhadap PDRB ADHB seluruh Kabupaten/Kota di Bali
berkualitas. Hal ini dapat diwujudkan melalui ekspansi
yang sebesar 15,26%. Kabupaten Bangli, Tabanan dan
belanja modal yang terarah dan mempertimbangkan
Karangasem merupakan 3 Kabupaten yang memiliki
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
82
KEKR TW III 2015
Keuangan Pemerintah
dan
perbaikan
infrastruktur
yang
Tabel 4.2 APBD Provinsi Bali (dalam jutaan Rupiah)
2015 URAIAN
APBD 2015
2014
REALISASI APBD TW III 2015
%
APBD P 2014
REALISASI APBD TW III 2014
%
PENDAPATAN DAERAH
4,608,608.72
3,569,105.38
77.44
3,958,173.01
3,320,891.79
83.90
PEND. ASLI DAERAH (PAD)
2,840,927.95
2,184,035.53
76.88
2,303,812.23
2,130,016.32
92.46
- Pendapatan Pajak Daerah
2,583,385.03
1,911,884.49
74.01
2,104,381.05
1,833,954.55
87.15
37,393.21
34,817.41
93.11
35,031.03
57,538.65
164.25
- Retribusi Daerah - Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan
87,040.11
105,133.39
120.79
74,476.43
89,047.65
119.56
- Lain-Lain PAD yg Sah
133,109.60
132,200.25
99.32
89,923.73
149,475.47
166.22
DANA PERIMBANGAN
1,025,947.17
831,415.26
81.04
1,065,533.03
751,268.42
70.51
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak
149,853.19
102,793.19
68.60
191,634.80
114,565.12
59.78
- Dana Alokasi Umum (DAU)
831,597.27
692,997.70
83.33
832,297.47
624,223.08
75.00
- Dana Alokasi Khusus (DAK)
44,496.71
35,624.37
80.06
41,600.75
12,480.23
30.00
74.64
588,827.75
439,607.05
74.66
63.16
4,316.60
178.74
4.14
- Dana Penguatan Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH - Pendapatan Hibah - Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya
-
-
741,733.60
553,654.58
4,316.60 -
2,726.15 -
- Dana Penyesuaian & otonomi khusus
525,647.00
394,691.72
75.09
391,318.65
285,437.79
72.94
- Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain
211,770.00
156,236.71
73.78
193,192.50
153,990.53
79.71
- Sumbangan Pihak Ketiga
-
- Alokasi Kurang Bayar DAK
-
-
BELANJA DAERAH
4,989,465.10
2,639,440.83
52.90
4,489,667.04
2,511,435.45
55.94
BELANJA TIDAK LANGSUNG
3,463,283.97
1,834,040.00
52.96
3,062,433.70
1,857,380.43
60.65
903,501.40
514,931.73
56.99
904,232.77
501,511.60
55.46
- Belanja Pegawai - Belanja Barang
-
10,000.00
4,000.00
40.00
546,223.79
74.36
690,470.77
497,579.00
72.06
159,280.60
93,047.35
58.42
156,441.22
108,964.00
69.65
977,284.57
385,884.42
39.49
755,723.90
396,715.00
52.49
648,609.49
293,749.31
45.29
523,168.60
348,610.00
66.63
30,000.00
203.40
0.68
22,396.44
1,526,181.13
805,400.83
52.77
1,427,233.34
- Belanja Subsidi
10,000.00
- Belanja Hibah
734,607.91
- Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda - Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa - Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG - Belanja Pegawai
-
-
654,055.00
45.83
91,026.73
51,667.31
56.76
47,282.65
26,404.00
55.84
900,637.01
494,897.01
54.95
942,988.21
516,815.00
54.81
- Belanja Modal
534,517.39
258,836.51
48.42
25.37
PEMBIAYAAN
380,856.38
- Belanja Barang dan Jasa
PENERIMAAN DAERAH Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) PENGELUARAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Penguatan Modal Pemerintah Daerah Sumber :PemerintahProvinsi Bali & Website DJPK
PEMBIAYAAN NETTO
-
436,962.48
110,836.00
531,494.03
819,710.00
580,856.38
905,742.78
155.93
751,494.03
1,039,710.00
138.35
580,856.38
905,742.78
155.93
751,494.03
1,039,710.00
138.35
200,000.00
200,000.00
100.00
220,000.00
200,000.00
200,000.00
380,856.38
-
220,000.00
-
705,742.78
185.30
531,494.03
Keuangan Pemerintah
-
KEKR TW III 2015
83
Halaman ini sengaja dikosongkan
84
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
BAB V
KETEnAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
kajian ekonomi dan keuangan regional
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali cukup baik, sebagaimana tercermin pada angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada Agustus 2015 yang tercatat sebesar 1,99%, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional yang tercatat sebesar 6,16% pada periode yang sama. Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini sebagaimana tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti tingkat kemiskinan dan Nilai Tukar Petani. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan antar penduduk juga mengalami perbaikan sebagaimana tercermin pada menurunnya angka gini ratio. Hasil tracking Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada triwulan III 2015 terhadap beberapa indikator perekonomian juga menunjukkan optimisme terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Bali . Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mayoritas Kabupaten/Kota di Bali telah memiliki kualitas hidup yang memadai.
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR TW III 2015
85
86
KEKR TW III 2015
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5.1
KONDISI KETENAGAKERJAAN DI BALI
60000
4 Pertanian
3.5
50000
3 40000
16%
2.5 2
30000
1.5
20000
1%
Konstruksi
4% 3%
Perdagangan
1 10000
Industri
22%
12%
0.5
0
Keuangan
0 Feb 12
Ags 12
Feb 13
Ags 13
Feb 14
Ags 14
Feb 15
Trans, Pergudangan, & Komunikasi
33%
9%
Jasa Kemasyarakatan
Ags 15
Lainnya (Pertambangan, Penggalian, LGA)
Jumlah Pengangguran
Tk Pengangguran Sumber : BPS
Sumber : BPS
Grafik 5.1 Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali
Grafik 5.2 Jumlah Tenaker Berdasarkan Lapangan Kerja Utama
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Bali pada
mengalami penurunan, sektor ini masih memiliki
Agustus 2015 tercatat sebesar 1,99%, atau sedikit
peranan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dari
lebih tinggi dibandingkan dengan Agustus 2014 yang
banyaknya jumlah penduduk yang bekerja di sektor
sebesar 1,9%. Meskipun meningkat, angka ini jauh
pertanian yaitu sebesar 520.775 orang atau sebesar
lebih rendah dibandingkan dengan TPT Nasional yang
22,4 % dari total penduduk yang bekerja. Sektor industri
tercatat sebesar 6,16% pada periode yang sama.
dan sektor jasa kemasyarakatan juga memiliki peranan
Peningkatan angka TPT di Bali merupakan dampak
yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja.
penurunan kinerja perekonomian pada dua triwulan
Penduduk yang bekerja di sektor industri pada bulan
terakhir. Namun demikian, Kantor Perwakilan Bank
Agustus 2015 berjumlah 287.534 orang (12,37%).
Indonesia Provinsi Bali optimis akan perbaikan kondisi
Sedangkan penduduk yang berkerja di sektor jasa
ketenagakerjaan di triwulan mendatang seiring dengan
kemasyarakatan pada bulan Agustus 2015 berjumlah
indikasi perbaikan perekonomian Bali pada periode
368.535 orang (15,85 %).
laporan.
Meskipun
tingkat
pengangguran
relatif
rendah,
Rasio jumlah pekerja yang bekerja secara penuh (full
kemampuan daya serap tenaga kerja di Bali masih
time) terhadap total pekerja pada Agustus 2015 adalah
perlu dioptimalkan. Penyerapan tenaga kerja akibat
sebesar 79,39%, lebih tinggi dibandingkan periode
adanya investasi tercatat kurang dari 3 ribu orang per
sebelumnya yaitu Februari 2015 sebesar 76,9% dan
1% pertumbuhan investasi. Kondisi ini berbeda dengan
Agustus 2014 sebesar 77,41%.
dua tahun sebelumnya, dimana setiap satu persen
Berdasarkan lapangan pekerjaan utama, mayoritas pekerja di Bali pada Agustus 2015 bekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan akomodasi, dengan
pertumbuhan investasi (PMTB) dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3,19 ribu sampai dengan 3,38 ribu tenaga kerja.
jumlah sebanyak 768.075 orang, atau sebesar 33,04 %
Seiring
dari total penduduk yang bekerja. Kontribusi penduduk
perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan
yang bekerja di sektor ini mengalami peningkatan
diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini
dibanding bulan yang sama di tahun sebelumnya yang
terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
mencapai 16,67%. Di sisi lain, meskipun kontribusi
KPwBI Provinsi Bali triwulan III 2015 yang menunjukkan
sektor pertanian dalam penyerapan tenaga kerja terus
adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia
dengan
perbaikan
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
optimisme
kondisi
KEKR TW III 2015
87
3 2 1 0 -1 -2 -3 -4
I
II
III
IV
I
II
2013
III
IV
I
II
2014
III
IV*
2015
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Pengangkutan dan komunikasi
Bangunan Sumber : SKDU triwulan III 2015
Grafik 5.3 Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 2013 – 2015 Tabel 5.1 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja dan Pengangguran per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Kabupaten/ Kota
TPAK (%) 2011
2012
TPT (%) 2013
2011
2012
2013
Jembrana
77,65
78.16
70.49
2,17
1.76
3.39
Tabanan
77,44
80.10
78.10
1,80
2.22
0.79
Badung
76,38
75.94
74.69
2,30
1.60
0.77
Gianyar
75,35
74.50
73.03
2,16
1.72
2.16
Klungkung
75,69
76.01
77.71
1,78
2.05
2.12
Bangli
78,98
88.19
86.38
1,00
0.95
0.75
Karangasem
76,65
83.29
83.33
1,99
1.34
1.34
Buleleng
76,10
77.75
75.76
1,97
3.15
2.13
Denpasar
75,88
70.48
69.90
3,69
2.41
2.64
Sumber : BPS, diolah
usaha pada 6 bulan yang akan datang (yad), terutama pada sektor bangunan, perdagangan hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa. Di samping itu, Hasil Survei Konsumen KPwBI Provinsi Bali triwulan III 2015 juga menunjukkan adanya optimisme penambahan lapangan kerja sebagaimana ditunjukkan oleh Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yad yang sebesar 101,5 (indeks diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen).
pada tingginya tingkat pengangguran. 5.2
KESEJAHTERAAN PROVINSI BALI
Tingkat kesejahteraan masyarakat Bali dalam beberapa tahun terakhir terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini sebagaimana tergambar pada tren perbaikan indikator kesejahteraan seperti tingkat kemiskinan dan Nilai Tukar Petani. Selanjutnya, distribusi kesejahteraan
antar
penduduk
juga
mengalami
perbaikan sebagaimana tercermin pada penurunan angka gini ratio. Sejalan dengan hal tersebut, hasil
Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
tracking Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
Kabupaten Jembrana dan Kota Denpasar merupakan
pada triwulan III 2015 terhadap beberapa indikator
dua wilayah dengan tingkat pengangguran yang
perekonomian
relatif tinggi dibandingkan wilayah lainnya. Pesatnya
kondisi kesejahteraan masyarakat Bali pada periode
pembangunan di Kota Denpasar telah menarik minat
laporan. Tingkat kemiskinan di provinsi Bali pada
migrasi masuk penduduk pendatang, yang berakibat
Maret 2015 tercatat sebesar 4,74%, lebih rendah
88
KEKR TW III 2015
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
menunjukkan
optimisme
terhadap
Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali
Keterangan
Mar-2014
Bali Nasional
Sep-2014
Mar-2015
4.53
4.76
4.74
11.25
10.96
11.22
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
dibandingkan dengan September 2014 yang tercatat
kondisi perekonomian pada triwulan III 2015 yang
sebesar 4,76%. Berdasarkan daerah tempat tinggalnya,
disertai dengan melandainya laju inflasi mendorong
penurunan tingkat kemiskinan terutama terjadi di
berlanjutnya kondisi kesejahteraan masyarakat. Hal
daerah perkotaan, yakni dari 4,35% pada September
ini ditandai dengan Indeks Ekspektasi Penghasilan 6
2014 menjadi 4,31% pada Maret 2015. Sedangkan
bulan yang akan datang Hasil Survei Konsumen Kantor
persentase penduduk miskin di daerah perdesaan
Perwakilan Bank Indonesia yang sebesar 112 (indeks
masih menunjukkan peningkatan dari 5,39% pada
diatas 100 menunjukkan optimisme konsumen).
September 2014 menjadi 5,44% pada Maret 2015. Indeks
Kedalaman
Keparahan
Kemiskinan
Kemiskinan
(P2)
(P1)
dan
juga
Indeks
menunjukkan
penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin di Bali cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin menyempit. Penurunan
Sejalan dengan hal tersebut, perkembangan terkini Nilai Tukar Petani (NTP) Bali, indikator untuk mencerminkan kondisi kesejahteraan penduduk yang bekerja pada sektor pertanian, juga menunjukkan perbaikan. Ratarata NTP Bali pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 104,46, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 103,34. Peningkatan ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang Dibayar Petani (IB) lebih tinggi
jumlah
terutama
dibandingkan dengan Indeks Yang Diterima Petani
didorong semakin meratanya distribusi pendapatan
(IT). Berdasarkan sub sektornya, peningkatan NTP
dan berkurangnya jumlah pengangguran. Tingkat
(triwulanan) terutama terjadi pada subsektor tanaman
ketimpangan
pangan, hortikultura dan peternakan. Sementara itu,
antar
kemiskinan
masyarakat
di
Bali
di
Bali
semakin
menyempit ditandai dengan penurunan Gini Ratio dari
NTP perkebunan rakyat dan perikanan relatif stabil.
0,44 pada September 2014 menjadi 0,37 pada Maret 2015 (kategori ketimpangan sedang).
Di samping
itu juga terjadi perbaikan distribusi pembangunan ekonomi yang dinikmati oleh kelompok menengah terbawah dan kelompok menengah. Pada September 2015 kelompok menengah terbawah dan menengah hanya menikmati 14,29% dan 35,7%, meningkat dari 18,15% dan 38,25% pada Maret 2015.
Indeks
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
I
II
III
2012
Hasil tracking terkini kondisi kesejahteraan yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali juga menunjukkan hal senada. Membaiknya
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KEKR TW III 2015
89
Secara spatial, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir
dibandingkan kabupaten lainnya. Membaiknya kualitas
lebih dari separuh wilayah Bali telah memiliki kualitas
hidup tidak terlepas dari membaiknya angka melek
hidup yang memadai. Indikator Indeks Pembangunan
huruf, usia hidup dan indikator hidup yang bersifat
Manusia (IPM) menunjukkan bahwa kota Denpasar dan
non-ekonomi.
kabupaten Badung memiliki kualitas hidup lebih baik Tabel 5.3 Indeks Pembangunan Manusia per Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Sumber : BPS Provinsi Bali, diolah
90
KEKR TW III 2015
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN
kajian ekonomi dan keuangan regional
Dengan perkembangan terakhir, perkiraan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali mengalami perbaikan. Perekonomian Bali pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan mengalami peningkatan pada kisaran 6,57% ± 1% (yoy) sehingga secara keseluruhan tahun 2015 perekonomian Bali akan tumbuh pada kisaran 6,28% ± 1% (yoy). Perlambatan perekonomian Bali di tahun 2015 terutama disebabkan oleh tertahannya kinerja ekspor seiring dengan perlambatan perekonomian global. Dari sisi perkembangan harga, berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan IV 2015 inflasi Bali diperkirakan akan sebesar 2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015 sehingga diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, melandainya inflasi pada triwulan IV 2015 terutama bersumber dari administered prices dan volatile foods. Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif stabil.
Prospek Perekonomian
KEKR TW III 2015
91
92
KEKR TW III 2015
Prospek Perekonomian
MAKRO EKONOMI REGIONAL
PDRB
gPDRB (skala kanan) 9
34,000 33,000
6.57 ± 0.5%
Rp miliar
32,000
7 6
6.29
31,000
8
5 4
30,000
%,yoy
6.1.
3
29,000
2
28,000
1 0
27,000 I
II
III
IV
I
II
2014
III
IVp
2015 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : IVp Angka Proyeksi Bank Indonesia
Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
Berdasarkan angka aktual pertumbuhan ekonomi
peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha. Dari
triwulan III 2015, maka perkiraan pertumbuhan
sisi penawaran, perkiraan peningkatan pertumbuhan
ekonomi di triwulan IV 2015 mengalami penyesuaian.
disebabkan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan IV 2015
akomodasi makan dan minum seiring dengan peak
diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,57 ± 0,5% (yoy)
season industri pariwisata menjelang akhir tahun dan
(Grafik 6.1), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015.
hari raya keagamaan. Seiring dengan peningkatan
oleh
lapangan
usaha
penyediaan
kinerja industri pariwisata, lapangan usaha pendukung
Optimisme peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
industri pariwisata lainnya salah satunya lapangan
triwulan IV 2015 tersebut didorong oleh perkiraan
usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan turut
Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Komponen
2015
2014
2015p
4.73
3.00
5.01
2.26
IVp 5.17 ± 0.5
(0.60)
(5.07)
(6.11)
(9.41)
0.97 ± 0.5
Industri Pengolahan
8.88
6.73
8.57
6.88
6.97 ± 0.5
7.29 ± 0.5
Pengadaan Listrik, Gas
2.64
1.97
(6.48)
(1.31)
1.87 ± 0.5
-1.03 ± 0.5
Pengadaan Air
7.40
0.93
1.10
0.76
1.07 ± 0.5
0.96 ± 0.5
Konstruksi
1.80
2.67
3.61
6.06
6.17 ± 0.5
4.65 ± 0.5
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan
7.27
7.66
6.87
8.86
8.95 ± 0.5
8.10 ± 0.5
5.71
4.48
4.73
5.78
5.98 ± 0.5
5.26 ± 0.5
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
6.53
7.53
5.61
5.35
6.92 ± 0.5
6.34 ± 0.5
Informasi dan Komunikasi
7.21
9.79
9.05
10.77
8.83 ± 0.5
9.61 ± 0.5
Jasa Keuangan
9.49
10.93
6.92
10.71
6.83 ± 0.5
8.79 ± 0.5
Real Estate
8.89
5.86
4.95
4.92
3.24 ± 0.5
4.72 ± 0.5
Jasa Perusahaan
7.49
5.23
6.91
7.15
6.83 ± 0.5
6.55 ± 0.5
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan
10.75
7.28
7.92
9.40
9.77 ± 0.5
8.68 ± 0.5
10.58
8.75
8.85
8.24
5.19 ± 0.5
7.71 ± 0.5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
12.43 7.63
8.06 8.96
7.90 7.41
9.77 7.60
5.45 ± 0.5 5.06 ± 0.5
7.78 ± 0.5 7.23 ± 0.5
6.72
6.20
6.03
6.29
6.57 ± 0.5
6.28 ± 0.5
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian
PDRB
III
II
I
3.87 ± 0.5 -4.86 ± 0.5
Sumber : BPS Provinsi Bali IVp2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia
Prospek Perekonomian
KEKR TW III 2015
93
Tabel 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Komponen
2015
2014
Konsumsi
2.66
7.81
6.44
6.69
Kons.RT
5.16
8.42
7.33
7.29
7.84 ± 0.5
7.71 ± 0.5
Kons. Pemerintah Investasi PMTB
II
III
2015p
IVp 7.50 ± 0.5
Kons.LNPRT
I
7.09 ± 0.5
1.24
(1.90)
(1.31)
1.30
5.72 ± 0.5
0.94 ± 0.5
(8.63)
4.43
2.86
4.42
6.23 ± 0.5
4.61 ± 0.5
1.47
5.32
4.91
4.17
6.31 ± 0.5
5.19 ± 0.5
1.81
7.43
7.61
6.09
6.91 ± 0.5
7.00 ± 0.5
(12.52)
(83.08)
(85.16)
(80.77)
-88.21 ±
-83.59 ±
Ekspor LN
18.93
18.55
25.41
-0.45 12.75 ± 0.5 13.26 ± 0.5
Impor LN
17.14
-31.84
25.14
9.03 14.89 ± 0.5 -0.17 ± 0.5
1.87
68.54
28.04
(4.68) 14.21 ± 0.5 19.24 ± 0.5
6.72
6.20
6.03
Perubahan Inv
Net Ekspor antar daerah PDRB
6.57 ± 0.5
6.29
6.28 ± 0.5
Sumber : BPS Provinsi Bali IVp 2015, 2015p angka proyeksi Bank Indonesia
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan
seiring dengan potensi peningkatan permintaan global
permintaan menjelang akhir tahun. Optimisme akan
menjelang akhir tahun
peningkatan kinerja perekonomian pada triwulan IV
jasa yang berasal dari industri pariwisata. Di sisi lain,
2015 juga didukung oleh lapangan usaha pertanian,
defisit net ekspor antardaerah diperkirakan mengalami
kehutanan, dan perikanan seiring dengan perkiraan
peningkatan seiring dengan perkiraan peningkatan
panen pada triwulan IV 2015 dan mulai turunnya hujan
permintaan pada semester II 2015.
serta peningkatan ekspor
di pertengahan bulan November 2015. Selain itu, tren perbaikan pada lapangan usaha konstruksi diperkirakan
Harga Jual
akan berlanjut seiring dengan peningkatan intensitas
40
realisasi proyek pemerintah di semester II 2015.
30
sisi
permintaan,
peningkatan
pertumbuhan
triwulan IV 2015 diperkirakan didorong oleh komponen
20
SBT (%)
Dari
10 0
konsumsi baik dari sisi konsumsi pemerintah, konsumsi
-10
swasta, dan konsumsi LNPRT. Dari sisi konsumsi
-20
pemerintah, peningkatan diperkirakan terjadi seiring
-30
dengan pelaksanaan pilkada pada bulan Desember serta realisasi proyek-proyek pemerintah. Dari sisi konsumsi
Kegiatan Dunia Usaha
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
IV
I
II
III
IV*
2015
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia
Grafik 6.2 Perkembangan Dunia Usaha
konsumsi
Perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada
seiring dengan hari raya keagamaan dan perayaan
triwulan IV 2015 sejalan dengan hasil Survei Kegiatan
akhir tahun. Dari sisi investasi, PMTB diperkirakan akan
Dunia Usaha yang dilakukan oleh Bank Indonesia,
mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan
yang menunjukkan perkiraan peningkatan Saldo Bersih
realisasi APBD. Selain itu, dari sisi neraca perdagangan
Tertimbang kegiatan usaha mencapai 21,46% pada
Provinsi Bali dipekirakan akan membaik. Kinerja ekspor
triwulan IV 2015, lebih tinggi dibandingkan dengan
luar negeri diperkirakan akan mengalami peningkatan
realisasi pada triwulan III 2015. Sejalan dengan hal
rumah
94
tangga,
perkiraan
KEKR TW III 2015
peningkatan
Prospek Perekonomian
Tabel 6.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
Negara
Pangsa Ekspor Bali
USA Japan Australia Singapore Hongkong World Output
25.01 7.36 11.78 9.16 5.66
Pertumbuhan Ekonomi 2013
2014
2015*
2016*
2.2 1.6 2.32 3.85 2.94 3.4
2.4 -0.1 2.7 2.9 2.5 3.4
2.6 0.6 2.4 2.2 2.5 3.1
2.8 1.0 2.9 2.9 2.7 3.6
Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) October 2015 Keterangan : *) angka proyeksi IMF
tersebut, perkiraan harga jual turut menunjukkan
panjang seiring dengan berlangsungnya El Nino. Selain
peningkatan pada triwulan IV 2015.
itu lapangan usaha real estate diperkirakan masih
Prospek perekonomian negara tujuan ekspor utama Provinsi Bali pada tahun 2015 secara umum mengalami peningkatan. Amerika Serikat sebagai negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan pada tahun 2015 meskipun tidak sekuat proyeksi sebelumnya. Namun demikian, seiring dengan perkembangan perekonomian global terakhir, terdapat revisi ke bawah akan perkiraan ekonomi ke depan. Revisi ke bawah juga berdampak pada perkiraan perlambatan perekonomian global di tahun 2015 sebesar 3,1% (yoy) dari sebelumnya yang mencapai 3,3% (yoy).
tertahan seiring dengan masih lesunya permintaan properti ditengah-tengah tren kenaikan biaya produksi dan harga tanah. Namun demikian, industri pariwisata yang diwakilkan oleh kategori penyediaan akomodasi makan dan minum dan kategori perdagangan besar dan eceran masih diperkirakan akan tetap tumbuh kuat pada tahun 2015 seiring dengan dukungan pemerintah akan promosi pariwisata yang cukup kuat, serta pembebasan visa untuk 30 negara tambahan yang berpotensi mendorong peningkatan kinerja industri pariwisata. Selain itu, program pembangunan proyekproyek pemerintah dan pelaksanaan Pilkada serentak masih mampu mendorong sisi konsumsi pemerintah
Dengan perkembangan terakhir, perekonomian Provinsi
dan lapangan usaha konstruksi.
Bali untuk keseluruhan tahun 2015 diperkirakan
6.2.
mengalami
perlambatan
dibandingkan
INFLASI BALI TRIWULAN IV 2015
dengan
perekonomian Bali tahun 2014 yang tumbuh sebesar
12
6,72% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2015
10
diperkirakan berada pada kisaran 6.28 ± 0.5% (yoy).
8
Dari sisi permintaan, penurunan permintaan global
6
pada 2015 berdampak pada perkiraan kinerja ekspor
4
luar negeri yang tidak sebaik sebelumnya. Selain itu, konsumsi rumah tangga di tahun 2015 tertahan oleh penurunan daya beli masyarakat dan resiko kenaikan
2 0 I
III 2008
I
III 2009
I
III 2010
I
III 2011
I
III 2012
harga BBM dan TTL di awal tahun 2015. Dari sisi
I
III 2013
I
III 2014
I
III 2015
I
III 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI
penawaran, perkiraan perlambatan perekonomian
Grafik 6.3 Proyeksi Inflasi Bali
bersumber dari kinerja lapangan usaha pertanian
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan triwulan
yang masih tertahan dengan adanya resiko kemarau
III 2015, inflasi Bali diperkirakan akan sebesar
Prospek Perekonomian
KEKR TW III 2015
95
2,98%±1% (yoy) pada tahun 2015, dan diharapkan
ke tanaman tembakau seperti di Kabupaten Buleleng
dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional
yang mencapai 600 hektar dan di Kabupaten Gianyar
yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya,
200 hektar, terjadinya pergeseran atau tunda tanam
melandainya inflasi pada triwulan IV 2015 terutama
yang terjadi di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar
bersumber dari administered prices dan volatile food.
dan Buleleng karena perbaikan jaringan irigasi pada
Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif
akhir tahun 2014 dan terjadinya kekeringan tanaman
stabil.
padi seluas 635,76 hektar yang tersebar pada enam
Penurunan tekanan inflasi kelompok administered price
Kabupaten di Provinsi Bali.
bersumber dari hilangnya pengaruh kenaikan Bahan
Tekanan inflasi kelompok inti juga diperkirakan stabil,
Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada November 2014.
seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah,
Di samping itu, tidak ada kebijakan kenaikan harga-
masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas
harga yang diatur oleh pemerintah seiring dengan
internasional dan ekspektasi inflasi yang terjaga.
masih berlanjutnya tren penurunan harga minyak dunia.
Setelah mengalami tekanan cukup kuat pada beberapa
Pemerintah telah menetapkan kebijakan periodesasi
periode terakhir, nilai tukar Rupiah mulai menunjukkan
harga BBM tiga bulan sekali, sehingga harga BBM akan
tanda-tanda penguatan. Kondisi terkini menunjukkan
stabil hingga Desember 2015. PT. PLN memutuskan
penguatan nilai Rupiah sehingga tercatat menyentuh
untuk menunda kenaikan tarif listrik golongan 450 KVa
level Rp13.288/USD pada 14 Oktober 2015, atau
dan 900 KVa dari rencana awal pada triwulan IV 2015
lebih baik dibandingkan dengan rata-rata September
menjadi tahun 2016.
2015 yang tercatat sebesar Rp14.396,1. Hal ini seiring
Harga kelompok volatile foods diperkirakan akan melandai seiring dengan kondisi cuaca yang mulai kondusif dan penurunan tekanan demand pasca perayaan 3 Hari Raya Keagamaan (Hari Raya Idul Fitri,
dengan sentimen positif baik dari eksternal (penundaan peningkatan Fed Fund Rate) dan internal (implementasi paket
kebijakan
perekonomian
oleh
Pemerintah
Republik Indonesia).
Galungan dan Kuningan) di triwulan III 2015. Namun
Optimisme terhadap terkendalinya tekanan inflasi
demikian penurunan harga lebih dalam diperkirakan
inti didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat
masih tertahan oleh penurunan produksi Gabah Kering
dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon
Giling (GKG) 2015 sebesar 0,81% dibandingkan tahun
permintaan. Ekspektasi konsumen terhadap perubahan
2014. Menurunnya produksi tersebut diperkirakan
harga ke depan cukup terjaga. Hasil Survei Konsumen
terjadi karena berkurangnya luas panen 2.658 hektar
(SK) periode September 2015 menunjukkan indeks
(1,86 persen), meskipun produktivitas mengalami
ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan
kenaikan
persen).
sebesar 172, menurun dibandingkan periode lalu yang
Berkurangnya luas panen sebagai dampak musim
sebesar 177,89. Demikian pula untuk indeks ekspektasi
kemarau itu paling tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan
perubahan harga periode 6 bulan ke depan sebesar
yang mencapai 1.924 hektar (5,22 persen), menyusul
178,5, menurun dibandingkan periode lalu yang sebesar
Kabupaten Karangasem 1.069 hektar (8,77 persen)
187,44. Sementara itu, sisi penawaran diperkirakan
dan Kabupten Buleleng 830 hektar (3,74 persen).
akan dapat merespon sisi permintaan. Pertumbuhan
Selain berkurangnya luas panen, beberapa hal yang
investasi pada beberapa tahun terakhir diperkirakan
juga berkontribusi terhadap menurunnya produksi
dapat meningkatkan kemampuan sisi pasokan dalam
padi di Bali yakni adanya pengalihan komoditi padi
mengimbangi tetap kuatnya permintaan ke depan.
96
sebesar
KEKR TW III 2015
0,65
kwintal
(1,08
Prospek Perekonomian
Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko
rangka menjaga kestabilan harga di Provinsi Bali
(upward risk) yang perlu diwaspadai, diantaranya: (i)
selama triwulan III 2015. Berbagai langkah kegiatan
Masih tingginya ketergantungan pasokan bahan pangan
pengendalian inflasi yang telah dilakukan tersebut,
dari luar Bali untuk memenuhi kebutuhan Provinsi Bali,
yaitu :
(ii) Masih belum optimalnya utilisasi sarana pelabuhan
1. Melakukan pertemuan rapat rutin koordinasi
yang tersedia (arus barang dan penumpang terpusat di
pengendalian inflasi daerah untuk tingkat Provinsi/
pelabuhan Gilimanuk) (iii) struktur pasar yang belum
Kabupaten/Kota maupun se-Provinsi Bali, baik
efisien dan pola perdagangan yang belum efektif, dan
rapat tim teknis maupun rapat tim kebijakan.
(iv) Berlanjutnya peningkatan harga properti di Singaraja
2. Mengelola
ekspektasi
masyarakat
dengan
seiring dengan wacana pembangunan bandara di
mengintensifkan komunikasi upaya pengendalian
wilayah tersebut, yang berpotensi mendorong inflasi
inflasi melalui berbagai media, diantaranya melalui
kelompok perumahan.
talk show dan press release. 3. Menjalin kerjasama dan membangun komunikasi yang terkait
lebih
intensif
dengan
dengan
upaya
berbagai
stabilisasi
harga
pihak dan
pemenuhan kecukupan pasokan melalui Focus
Group Discussion (FGD), termasuk FGD Langkah Inisiasi Dalam Menghadapi El Nino, diantaranya melalui
Pengalokasian
Pemberian
Bantuan
Benih dan Puput untuk 75.053 ha (93% luasan sawah di Bali), pengalokasian bantuan peralatan Sumber : Bank Indonesia
Grafik 6.4 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan (ytd)
mesin pertanian sebanyak 681 unit, termasuk di dalamnya bantuan pompa air sebanyak 246 unit, Pelaksanaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat
250
Usaha Tani (JITUT), koordinasi dengan stakeholder
200
terkait (BULOG, Subak dan PERPADI) dalam rangka
150
mengupayakan
stok
beras,
serta
berbagai proyek pembangunan embung.
100
4. Penyusunan model kerjasama antar daerah dan
50 0
kecukupan
penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia
antara PD. Pasar Kota Denpasar, PD. Pasar Kabupaten Buleleng dan PD. Pasar Kabupaten Badung tentang “Kerjasama Perdagangan Antar Daerah Untuk
Grafik 6.5 Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa
Pemenuhan Pasokan Komoditas Pangan Antar
6.3 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI BALI
Agustus 2015 yang dilakukan bersamaan dengan
Upaya-upaya pengendalian inflasi yang berkelanjutan
pelaksanaan High Level Meeting TPID se - Provinsi
secara intensif tetap dilakukan oleh Bank Indonesia
Bali. Nota kesepahaman ini merupakan langkah
bersama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik
awal inisiasi perdagangan antar daerah antara PD
di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota dalam
Pasar Kota Denpasar, PD Pasar Kabupaten Badung,
Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali “ pada tanggal 19
Prospek Perekonomian
KEKR TW III 2015
97
dan PD Pasar Kabupaten Buleleng
wilayah Bali
5. Melaksanakan program urban farming dalam rangka
mendorong
secara
luas
penanaman
ketersediaan stok melalui Sistem Harga Pangan
komoditas holtikultura di pekarangan rumah
Utama Komoditas Strategis (SiGapura) dalam
penduduk antara lain cabai, bawang merah dan
rangka menjaga ekspektasi inflasi masyarakat dan
komoditas lainnya penyumbang inflasi.
dalam rangka mendukung integrasi PIHPS nasional.
6. Melaksanakan kegiatan pasar murah di seluruh
98
7. Intensifikasi penyampaian informasi harga dan
KEKR TW III 2015
Prospek Perekonomian
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan III 2015
99