KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI AGUSTUS 2016
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988 Email :
[email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
1
2
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Agustus 2016. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholders internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, keuangan, dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia berpandangan bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menjaga kestabilan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta pembangunan nasional merupakan agregasi dari pembangunan daerah dan semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral Republik Indonesia, menaruh perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional termasuk dalam upaya pengendalian inflasi daerah guna mencapai target inflasi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melakukan berbagai kajian dan diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders.
Salah satunya melalui KEKR yang berisikan kajian dan informasi mengenai perekonomian daerah dan dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini sesuai dengan kepentingan masing-masing dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi Bali di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ideide konstruktif yang dapat memberikan nilai tambah serta menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan ekonomi daerah melalui kebijakan maupun kajian – kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Daerah masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, 23 Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BALI TTD Causa Iman Karana Kepala Perwakilan
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
3
Daftar Isi Kata Pengantar
3
Ringkasan Eksekutif
14
Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali
18
Bab I Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
23
1.1. KONDISI UMUM
25
1.2. SISI PERMINTAAN
25
1.2.1. Konsumsi
26
1.2.2. Investasi
29
1.2.3. Neraca Perdagangan
30
1.2.4. Tracking triwulan berjalan: Sisi Permintaan
34
35
1.3. SISI PENAWARAN
1.3.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
37
1.3.2. Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan
38
1.3.3. Lapangan Usaha Konstruksi
40
1.3.4. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
40
1.3.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
42
1.3.6. Lapangan Usaha Industri Pengolahan
43
1.3.7. Tracking triwulan berjalan: Sisi Penawaran
43
45
1.4. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI BALI
Bab II Keuangan Pemerintah
49
2.1. GAMBARAN UMUM
51
2.2. REALISASI APBD PROVINSI BALI TRIWULAN II 2016
51
2.2.1. Penyerapan Pendapatan Triwulan II 2016
52
2.2.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali Triwulan II 2016
55
57
2.3. REALISASI APBD KABUPATEN/KOTA PROVINSI
2.3.1. Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/ Kota Provinsi Bali Triwulan II 2016
57
2.3.2. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota Provinsi Bali Triwulan II 2016
60
2.4. REALISASI APBN PROVINSI BALI TRIWULAN II 2016
62
2.4.1. Realisasi Belanja APBN Provinsi Bali Triwulan II 2016
62
Bab III Perkembangan Inflasi Daerah
65
4
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
3.1. PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
67
3.2. ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
68
3.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa
68
3.2.2. Inflasi Menurut Kota
74
77
3.3. DISAGREGASI INFLASI
a) Volatile Food 77 b) Administered Prices 79 c) Core Inflation 80
3.4. PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON SAMPEL INFLASI
82
3.5. INFLASI PERDESAAN
82
Bab IV Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
87
4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
89
4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
98
4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN)
102
4.4. AKSES KEUANGAN
104
Bab V Penyelenggaraan Sistem Pembayaraan dan Pengelolaan Uang Rupiah
111
113
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Bab VI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
121
6.1. KONDISI KETENAGAKERJAAN
123
6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
126
6.3. NILAI TUKAR PETANI
127
6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
128
Bab VII Prospek Perekonomian Daerah
133
7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL
135
7.2. IINFLASI BALI KESELURUHAN TAHUN 2016
138
Daftar Singkatan
140
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
5
Daftar Grafik Grafik 1. 1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Bali Grafik 1. 3 Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1. 4 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1. 5 Konsumsi Listrik RT Grafik 1. 6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 1. 7 Likert Scale Penjualan Domestik Grafik 1. 8 Pendaftaran Kendaraan Grafik 1. 9 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor Grafik 1. 10 Kredit Rumah Tangga
25 25 26 27 27 27 27 28 28 28
Grafik 1. 11 Perkembangan Giro Pemerintah Grafik 1. 12 Likert Investasi Grafik 1. 13 Perkembangan Volume Impor Barang Modal Grafik 1. 14 Perkembangan Investasi (SBT) Grafik 1. 15 Penjualan Semen Provinsi Bali Grafik 1. 16 Tingkat Penghunian Kamar Grafik 1. 17 Average Room Rate Bali Grafik 1. 18 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 19 Volume Ekspor Luar Negeri Bali Grafik 1. 20 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw II 2016 Grafik 1. 21 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik 1. 22 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1. 23 Pertumbuhan Nilai Ekspor berdasarkan Negara Tujuan Grafik 1. 24 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Grafik 1. 25 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali Grafik 1. 26 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1. 27 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 1. 28 Likert Scale Perkiraan Perkembangan Investasi Grafik 1. 29 Perkiraan Perkembangan Investasi Grafik 1. 30 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan II 2016 Grafik 1. 31 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II 2016 Grafik 1. 32 Perkembangan Usaha Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (SBT) Grafik 1. 33 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan Grafik 1. 34 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1. 35 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1. 36 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi (SBT)
28 29 29 30 30 31 31 31 31 32 32 32 32 33 33 33 33 35 35 37 37 37 38 38 38 39
6
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Grafik 1. 37 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan Grafik 1. 38 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai Grafik 1. 39 Jumlah Keberangkatan Kargo Internasional Bandara Ngurah Rai Grafik 1. 40 Arus Penumpang Angkutan Laut Provinsi Bali Grafik 1. 41 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan Grafik 1. 42 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali Grafik 1. 43 Perkembangan Total Penjualan Grafik 1. 44 Perkembangan Penjualan Kelompok Komoditas Grafik 1. 45 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor Grafik 1. 46 Pendaftaran Kendaraan Grafik 1. 47 Perkembangan Kategori Pertanian Grafik 1. 48 Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik 1. 49 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
39 39 39 40 40 40 41 41 41 41 42 42 42
Grafik 1. 50 Perkembangan Produksi Ikan Pengambengan Grafik 1. 51 Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Grafik 1. 52 Kegiatan Usaha Industri Pengolahan Grafik 1. 53 Kredit Kategori Industri Grafik 1. 54 Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1. 55 Share PDRB Kab/Kota Provinsi Bali Grafik 1. 56 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Grafik 1. 57 Share Lapangan Usaha Utama PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2015 Grafik 2. 1 Share Anggaran Komponen Pendapatan Grafik 2. 2 Perkembangan Anggaran Belanja Provinsi Bali 2012-2016 Grafik 2. 3 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali 2016 Grafik 2. 4 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali 2015 Grafik 3. 1 Inflasi Kota di Bali (%yoy) Grafik 3. 2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy) Grafik 3. 3 Perkembangan Inflasi Bali (% mtm) Grafik 3. 4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Grafik 3. 5 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali Grafik 3. 6 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Denpasar) Grafik 3. 7 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Singaraja) Grafik 3. 8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Grafik 3. 9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Grafik 3. 10 Inflasi Bulanan Komoditas Gula Pasir (Denpasar dan Singaraja) Grafik 3. 11 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Grafik 3. 12 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Grafik 3. 13 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali Grafik 3. 14 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali
42 43 43 43 45 45 46 46 54 57 62 62 67 67 68 69 69 69 69 70 70 70 70 71 72 72
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
7
Grafik 3. 15 Inflasi Bulanan Komoditas Emas Perhiasan Grafik 3. 16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Grafik 3. 17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali Grafik 3. 18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Grafik 3. 19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali Grafik 3. 20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali Grafik 3. 21 nflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali Grafik 3. 22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar Grafik 3. 23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja Grafik 3. 24 Disagregasi inflasi tahunan Denpasar Grafik 3. 25 Disagregasi inflasi tahunan Singaraja Grafik 3. 26 Perkembangan Harga Minyak Brent Grafik 3. 27 Perkembangan Harga Rata-rata LPG 3 kg di Denpasar dan Buleleng
72 73 73 73 73 74 74 74 74 77 77 79 80
Grafik 3. 28 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 3. 29 Nilai Penjualan Eceran Grafik 3. 30 Ekspektasi Konsumen Grafik 3. 31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah Besar Kabupaten/Kota Grafik 3. 32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit Merah Kabupaten/Kota Grafik 3. 33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Kabupaten/Kota Grafik 3. 34 Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm) dan Nilai Tukar Petani (NTP) Grafik 3. 35 Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd) Grafik 4. 1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Bali Grafik 4. 2 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Bali Grafik 4. 3 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi Saat Ini Grafik 4. 4 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang Grafik 4. 5 Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang Grafik 4. 6 Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi Grafik 4. 7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Bali Grafik 4. 8 Komposisi DPK Bali Grafik 4. 9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bali Grafik 4. 10 Komposisi DPK Perseorangan di Bali Grafik 4. 11 Pertumbuhan DPK Perseorangan Bali Tiap Jenis Penempatan Grafik 4. 12 Komposisi Kredit Perseorangan dan Non Perseorangan Grafik 4. 13 Komposisi Kredit Perseorangan Grafik 4. 14 Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Bali Grafik 4. 15 NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi di Provinsi Bali Grafik 4. 16 Komposisi Ekspor Bali Grafik 4. 17 Kondisi Kegiatan Usaha di Bali Grafik 4. 18 Kinerja Korporasi di Bali Berdasarkan Liaison Triwulan II 2016
80 81 81 82 82 82 83 83 89 89 90 90 90 90 91 93 93 93 93 94 94 95 95 98 99 99
8
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Grafik 4. 19 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Bali Grafik 4. 20 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral Grafik 4. 21 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4. 22 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4. 23 NPL Kredit Korporasi Grafik 4. 24 Pangsa Nominal Kredit UMKM Grafik 4. 25 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4. 26 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Kota/Kabupaten Grafik 4. 27 Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Grafik 4. 28 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4. 29 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja Grafik 5. 1 Perkembangan Kliring Grafik 5. 2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
100 100 101 101 102 105 105 105 105 106 106 113 113
Grafik 5. 3 Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik 5. 4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Grafik 5. 5 Perkembangan Transaksi Jual – Beli Valas di Provinsi Bali Grafik 5. 6 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman di Provinsi Bali Grafik 5. 7 Perkembangan Transaksi Penyelenggara KUPVA BB yang Berlokasi di Hotel Grafik 5. 8 Jumlah KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali Grafik 5. 9 Sebaran Jumlah Kantor per Kabupaten/Kota Grafik 5. 10 Share Penukaran Valas di Provinsi Bali Grafik 6. 1 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali Grafik 6. 2 Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU) Grafik 6. 3 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali Grafik 6. 4 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali Grafik 6. 5 NTP Bali dan Komponen Penyusunnya Grafik 6. 6 Perbandingan NTP Bali dan Nasional Grafik 6. 7 Perkembangan IPM Provinsi Bali Grafik 6. 8 Perbandingan IPM Bali dan Nasional Grafik 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 7. 2 Proyeksi Inflasi Bali
114 114 115 115 116 116 116 117 123 124 126 127 128 128 128 128 135 138
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
9
Daftar Tabel Tabel 1. 1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy) Tabel 1. 2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy) Tabel 1. 3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%,yoy) Tabel 2. 1 Anggaran & Realisasi APBD Provinsi Bali 2015-2016 (Rp Miliar) Tabel 2. 2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2015- 2016 (Rp Miliar) Tabel 2. 3 Anggaran Belanja Provinsi Bali 2015-2016 Tabel 2. 4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Bali Triwulan II 2015-2016 Tabel 2. 5 Pagu Anggaran Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali 2015-2016 Tabel 2. 6 Realisasi Nominal Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016 Tabel 2. 7 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016 Tabel 2. 8 Pagu Anggaran Belanja 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Tahun 2015-2016 Tabel 2. 9 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016 Tabel 2. 10 Realisasi Persentase Belanja Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016 Tabel 2. 11 Realisasi APBN Provinsi Bali Triwulan II 2015-2016 Tabel 3. 1 Penyesuaian Tarif Listrik Periode Mei – Juli 2016 Tabel 3. 2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran Tabel 3. 3 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016 Tabel 3. 4 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016 Tabel 3. 5 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran Tabel 3. 6 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016 Tabel 3. 7 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016 Tabel 3. 8 Pelaksanaan Pasar Murah se-Provinsi Bali periode April – Juni 2016 Tabel 4. 1 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Pengeluarannya Per Bulan Tabel 4. 2 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan Tabel 4. 3 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan Tabel 4. 4 Komposisi Jumlah Rekening Perseorangan Per Nilai Penempatan di Bali Tabel 4. 5 Penyaluran Kredit Perseorangan Secara Spasial Posisi Triwulan II 2016 Tabel 4. 6 Pertumbuhan dan NPL KPR di Bali Tabel 4. 7 Pertumbuhan dan NPL KKB di Bali Tabel 4. 8 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan II 2016 Tabel 4. 9 NPL Kredit Multiguna
10
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
26 36 45 52 53 56 56 58 58 59 60 61 61 62 71 75 75 75 76 76 76 78 91 92 92 94 95 97 97 97 97
Tabel 4. 10 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang Tabel 4. 11 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank di Bali Tabel 4. 12 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum di Bali Tabel 4. 13 Perkembangan Indikator BPR di Bali Tabel 5. 1 Perkembangan Perputaran Kliring Tabel 5. 2 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali Tabel 5. 3 Perkembangan Jumlah Agen LKD Tahun 2016 Tabel 6. 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang) Tabel 6. 2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang) Tabel 6. 3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang) Tabel 6. 4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang) Tabel 6. 5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang) Tabel 6. 6 Jumlah Penduduk Miskin Tabel 7. 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
101 102 103 104 113 114 120 123 124 125 125 126 127 138
Daftar Boks BOKS A TPID PROVINSI BALI BERHASIL MERAIH PENGHARGAAN TPID PROVINSI TERBAIK 84 BOKS B LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) MEMBANGUN DESA DAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BALI 107 BOKS C KINERJA DUNIA USAHA DIPERKIRAKAN TUMBUH LEBIH BAIK PADA TRIWULAN II-2016 129
Seri Kebanksentralan RELAKSASI KETENTUAN LTV DAN FTV
47
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
11
PERKEMBANGAN Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia pada keseluruhan Tahun 2016. Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy).
2,96% yoy SINGARAJA
3,83 yoy
DENPASAR
2,78 yoy
PERKEMBANGAN INFLASI
1
2
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
3 PERKEMBANGAN PERBANKAN
11,7% (yoy) growth 2,16% NPL TUNAI INFLOW
Rp3,3T Rp5,07T
OUTFLOW
Rp5,1T Rp2,9T
NET OUTFLOW
Rp1,7T
Rp2,1T (NET INFLOW)
NON TUNAI KLIRING
5,37% NPL 10,8% (yoy) growth
1,92% NPL 15,49% (yoy) growth
Rp21,4T (678 ribu lembar) Rp19,8T (633 ribu lembar)
12
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Tw II 2016 Tw I 2016
KREDIT RUMAH TANGGA
KREDIT KORPORASI
KREDIT UMKM
6,53% Tw II 2016
6,04% Tw I 2016 6,58% - 6,98% yoy
Triwulan IV 2016
6,15% - 6,55% yoy 2016
45,78%
30,36%
PENDAPATAN
BELANJA
3,39%
1% yoy
Triwulan IV 2016
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
KEUANGAN PEMERINTAH TW II 2016
PROYEKSI PEREKONOMIAN
4
5
6
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5,25%
2,12%
September 2015 TINGKAT KEMISKINAN
4,76% yoy
September 2014
Februari 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
1,37% yoy
Februari 2015
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
13
Ringkasan Eksekutif Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016 mencatat peningkatan pertumbuhan
Perekonomian Bali
yaitu sebesar 6,53% (yoy) dengan output riil mencapai Rp 33,9 triliun. Capaian tersebut
triwulan II 2016
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar
tumbuh meningkat
6,05% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan II 2016 tersebut juga lebih
menjadi sebesar
tinggi dibandingkan angka pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,18%
6,53% (yoy)
(yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan konsumsi pemerintah. Sementara, dari sisi penawaran, perekonomian Bali pada triwulan II 2016 didorong oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang memiliki share besar terhadap perekonomian Bali, yaitu Penyediaan Akomodasi Makan dan Minum, Transportasi dan Pergudangan, Konstruksi, Informasi dan Komunikasi, serta lapangan usaha lain yaitu Pertambangan dan Penggalian, Administrasi Pemerintahan, Jasa Pendidikan, dan Jasa Lainnya. Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan potensi peningkatan
Perekonomian
perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III 2016. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016
Bali triwulan III
diperkirakan berada pada kisaran 6,42% - 6,82% (yoy). Dari sisi permintaan, prakiraan
2016 diperkirakan
peningkatan kinerja perekonomian bersumber dari seluruh komponen sisi permintaan
mengalami
seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata serta adanya kebijakan
peningkatan pada
akomodatif Pemerintah untuk mendorong kinerja investasi dan kegiatan usaha di Provinsi
kisaran 6,42% - 6,82%
Bali. Memasuki triwulan III 2016, perkiraan peningkatan dari sisi penawaran didorong
(yoy)
oleh peningkatan lapangan usaha utama Provinsi Bali. Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata. Sejalan dengan peningkatan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran turut mengalami peningkatan. Realisasi pendapatan pemerintah daerah menunjukkan perlambatan di triwulan II 2016
Realisasi Belanja
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja, justru
daerah Provinsi Bali
menunjukkan peningkatan untuk periode yang sama. Serapan pendapatan triwulan II
pada triwulan II 2016
2016 tercatat sebesar Rp 2,572 triliun atau sebesar 45,78% terhadap pagu APBD 2016.
tercatat lebih tinggi
Capaian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan serapan pendapatan pada triwulan
dibandingkan dengan
II 2015 yang sebesar 49,38%. Sementara itu, realisasi belanja triwulan II 2016 mencapai Rp 1,806 triliun atau sebesar 30,36% dari pagu anggaran, lebih tinngi dibandingkan dengan realisasi belanja triwulan II 2015 dengan serapan sebesar 25,15%. Pagu anggaran pendapatan daerah (APBD) 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk tahun 2016 menunjukkan peningkatan dibandingkan pagu tahun 2015. Total pagu anggaran pendapatan daerah untuk seluruh kabupaten/kota tercatat tumbuh sebesar 21, 41% (yoy), yaitu meningkat dari Rp 13,18 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 15,99 triliun
14
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
periode yang sama tahun sebelumnya.
pada tahun 2016. Berdasarkan jenisnya, peningkatan pagu tertinggi adalah komponen pendapatan transfer, yang meningkat sebesar 44,69% (yoy). Sementara PAD tumbuh sebesar 13,51% (yoy) dan lain-lain pendapatan yang sah justru mengalami penurunan sebesar 16,80% (yoy). Tekanan inflasi Provinsi
Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan dibandingkan triwulan
Bali pada triwulan II
sebelumnya dan masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia untuk
2016, tercatat sebesar
keseluruhan tahun 2016. Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96%
2,96% (yoy), jauh lebih
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy).
rendah dibandingkan
Berdasarkan kota sampel inflasi di Bali, inflasi tertinggi masih terjadi di Kota Singaraja
dengan inflasi triwulan
yang tercatat sebesar 3,83% (yoy) pada Juni 2016. Realisasi inflasi di Singaraja berada
I 2016
di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 2,78% (yoy). Meski tercatat relatif tinggi pada triwulan II 2016, inflasi Kota Singaraja pada periode ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,72% (yoy). Terjaganya inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 merupakan bukti kerja dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian kegiatan pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Kinerja kredit korporasi
Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor rumah
dan rumah tangga
tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi, perilaku berutang yang
Provinsi Bali triwulan
masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga berdampak minimal pada
II 2016 masih terjaga
sistem keuangan. Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama masih rentan
baik. Penyaluran kredit
terhadap pelemahan ekonomi global. Meskipun demikian, masih kuatnya ekonomi
UMKM pada triwulan
domestik masih mendukung ketahanan stabilitas keuangan di Bali. Perkembangan
II 2016 menunjukkan
penyaluran kredit UMKM menunjukkan peningkatan terlihat dari laju pertumbuhan
peningkatan.
kredit UMKM dari 12,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 15,49% (yoy) di triwulan II 2016. Peningkatan laju penyaluran kredit UMKM didorong oleh peningkatan penyaluran kredit di kategori perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (60,75%) yang semula tumbuh 17,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 21,17% (yoy). Di samping itu, kategori penyediaan akomodasi makan dan minum juga tercatat mengalami peningkatan dari 20,7% (yoy) menjadi 24,55% (yoy), sehingga turut memberikan dampak positif terhadap kinerja kredit UMKM di triwulan II 2016. Perkembangan positif realisasi kredit tersebut diiringi dengan peningkatan kualitas kredit. Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun dari 2,01% menjadi sebesar 1,92%.
Sistem pembayaran
Aktivitas transaksi sistem pembayaran tunai Provinsi Bali pada triwulan II 2016 berada
nontunai tercatat
pada posisi net outflow, sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, transaksi
mengalami
pembayaran nontunai (dengan mekanisme kliring) mengalami peningkatan baik secara
peningkatan pada
nominal maupun jumlah transaksi. Peningkatan tersebut seiring dengan peningkatan
triwulan II 2016.
kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016.
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
15
Transaksi jual - beli valas di Provinsi Bali menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi jual - beli valas pada tahun 2015 mencapai Rp 30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, sampai dengan bulan Juni 2016, total transaksi jual - beli valas mencapai Rp 14,6 triliun, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp 7,2 dan Rp 7,4 triliun.
Perkembangan transaksi jual-beli valas di Provinsi Bali mengalami peningkatan pada triwulan II 2016.
Tingkat penyerapan tenaga kerja di Bali pada Semester I 2016 mengalami perlambatan dibanding Semester II 2015, sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah penduduk yang menganggur (6,76%) yang lebih tinggi dari pertumbuhan jumlah penduduk yang bekerja (0,31%). Kondisi ini berdampak kepada peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang pada Februari 2016 yang tercatat sebesar 2,12%, lebih tinggi dari Agustus 2015 yang sebesar 1,99%. Pada periode yang sama, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 0,23%. Meskipun
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan. Di sisi lain kemiskinan sedikit mengalami penurunan
mengalami perlambatan, kondisi ketenagakerjaan di Bali masih lebih baik dibanding
dengan diiringi kualitas
Nasional. Pada periode yang sama, TPT nasional tercatat sebesar 5,05% dan TPAK
hidup masyarakat yang
sebesar 68,06%.
terjaga seiring dengan
Kesejahteraaan masyarakat Bali secara umum menunjukkan peningkatan, sebagaimana tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan dari 4,74% (Maret 2015) menjadi 4,25%
peningkatan IPM dan penurunan Gini Ratio
pada Maret 2016. Sementara dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali pada Juli 2016 melanjutkan tren peningkatan. NTP Bali pada Juli 2016 tercatat sebesar 106,67 dan merupakan NTP tertinggi sejak Januari 2015. Nilai NTP tersebut juga lebih tinggi dari NTP Nasional yang tercatat sebesar 101,39 pada Juli 2016. Dari sisi distribusi pendapatan, kesejahteraan antar penduduk mengalami perbaikan sebagaimana tercermin dari penurunan angka Gini Ratio. Sementara itu, pembangunan manusia di Provinsi Bali berada dalam kondisi yang baik, tercermin dari nilai IPM yang jauh di atas rata-rata nasional dan merupakan IPM tertinggi ke-5 di Indonesia. Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan IV 2016 diperkirakan mengalami peningkatan yaitu akan tumbuh pada kisaran 6,58% - 6,98% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara itu dari sisi penawaran, peningkatan didorong oleh peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha utama antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi, penyediaan akomodasi makan dan minum, serta transportasi dan pergudangan. Dengan berbagai perkembangan tersebut, perekonomian Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan
16
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Perekonomian Bali triwulan IV 2016 diperkirakan tumbuh kisaran 6,58% 6,98% (yoy)
Perekonomian Bali tahun 2016
perekonomian Bali tahun 2015 (6,04% (yoy)). Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,15%-6,55% (yoy).
diperkirakan tumbuh pada kisaran 6,15% -
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan Juli 2016, inflasi Bali diperkirakan akan berada
6,55% (yoy)
pada kisaran 3,39%±1% (yoy) pada keseluruhan tahun 2016, dan diharapkan dapat
Inflasi Bali 2016
mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan
diperkirakan berada
disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2016 terutama bersumber dari
dalam kisaran
administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core inflation
3,39%±1% (yoy).
relatif stabil.
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
17
Tabel Indikator PDRB DAN INFLASI
18
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
KREDIT RUMAH TANGGA (LOKASI PROYEK) Miliar Rp
Miliar Rp
KREDIT KORPORASI (LOKASI PROYEK) Miliar Rp
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
19
PERBANKAN – BANK UMUM (LOKASI BANK)
INDIKATOR PERBANKAN KABUPATEN/KOTA Miliar Rp
20
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
SISTEM PEMBAYARAN
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
21
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Foto oleh: Putriana Nurman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
23
24
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
1.1.
KONDISI UMUM
2016 didorong oleh peningkatan kinerja beberapa lapangan usaha yang memiliki share besar terhadap perekonomian Bali, yaitu penyediaan akomodasi makan dan minum, transportasi dan pergudangan, konstruksi, informasi dan komunikasi, serta lapangan usaha lain yaitu pertambangan dan penggalian, administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, dan jasa lainnya. 1.2.
SISI PERMINTAAN
Peningkatan
8.00 7.00 5.00 4.00
oleh
6.74
6.20 6.22
II
III
2014
peningkatan
kinerja
konsumsi.
Konsumsi
ke 13 dan THR PNS. Pencairan gaji ke 13 dan THR tersebut turut mendorong kinerja konsumsi rumah
5.99 5.92
IV
pada
negara pada triwulan laporan serta pencairan gaji
NASIONAL
6.30
5.96 6.05
6.53
5.14 4.96 4.97 5.04 5.04 4.91 5.18 4.73 4.66 4.74
I
Bali
Pemerintahan didorong oleh peningkatan belanja
7.73
6.00
ekonomi
triwulan II 2016 dari sisi permintaan didorong
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.1 Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Bali
pertumbuhan
I
II
III
2015
IV
I
II
2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Provinsi Bali
tangga yang juga mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan liburan sekolah dan hari raya keagamaan (Ramadhan dan Idul Fitri). Sementara itu, Konsumsi LNPRT mengalami peningkatan seiring dengan
berlangsungnya
kegiatan
musyawarah
nasional organisasi nonprofit pada triwulan II 2016. Di sisi lain, kinerja PMTB dan ekspor luar negeri masih tumbuh meskipun tidak sekuat triwulan sebelumnya. Kinerja ekspor jasa juga meningkat seiring dengan
Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016
peningkatan kunjungan wisman, namun belum
mencatat peningkatan pertumbuhan sebesar 6,53%
mampu mendorong peningkatan kinerja ekspor luar
(yoy) dengan output riil mencapai Rp 33,9 triliun.
negeri secara keseluruhan pada periode berjalan.
Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
Investasi
pertumbuhan triwulan sebelumnya (triwulan I 2016)
didorong oleh peningkatan kinerja investasi non
yang sebesar 6,05% (yoy). Pertumbuhan ekonomi
bangunan yang tergambar dari impor barang modal
Provinsi Bali triwulan II 2016 tersebut juga lebih
yang mengalami peningkatan di triwulan II 2016,
tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional
dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan
yang sebesar 5,18% (yoy). Dari sisi permintaan,
PMTB juga didorong oleh optimisme pelaku usaha
peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan
terhadap perkembangan ekonomi seiring dengan
kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, dan
penurunan BI Rate dan perbaikan kondisi makro
konsumsi pemerintah. Sementara, dari sisi penawaran,
ekonomi regional.
(pmtb)
juga
mengalami
peningkatan,
pertumbuhan perekonomian Bali pada triwulan II
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
25
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan (%, yoy)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
1.2.1. Konsumsi
konsumsi makan dan minum, konsumsi kesehatan
Konsumsi Rumah Tangga
(masuknya musim penghujan yang menyebabkan
Konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen
rentannya penyebaran penyakit), pendidikan (tahun
terbesar sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
ajaran baru), konsumsi transportasi dan komunikasi,
Provinsi Bali dengan share sebesar 48,98%, yang
dan konsumsi restoran dan hotel.
pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan
108.78
105.84
108.4
indeks sepanjang triwulan II 2016 yang mengalami
105.42
102.36
Kondisi Ekonomi (IKE) yang menunjukkan rata-rata
111.66
113.13
hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yaitu Indeks
111.9
konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan
116.75
2016 menjadi sebesar 7,65% (yoy). Peningkatan
114.98
pertumbuhan dari 7,36% (yoy) pada triwulan I
I
II
peningkatan. Sejalan dengan kondisi tersebut, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) berdasarkan hasil survei BPS, pada triwulan II 2016 juga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terjadi pada
26
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
Sumber : BPS Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen
IV
2016
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber : BPS Grafik 1.6 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber : PLN distribusi Bali Grafik 1.5 Konsumsi Listrik RT
Sumber : Liaison KPwBI Bali, diolah Grafik 1.7 Likert Scale Penjualan Domestik
Penurunan harga BBM subsidi maupun non subsidi,
dengan kondisi tersebut, Hasil survei dan liaison
serta penurunan tarif listrik telah mendorong
yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan II
peningkatan pertumbuhan konsumsi listrik rumah
2016, turut mengkonfirmasi peningkatan tersebut,
tangga, sehingga turut mendorong peningkatan
sebagaimana terlihat dari peningkatan signifikan
kinerja konsumsi rumah tangga pada triwulan II
nilai likert scale penjualan domestik yaitu dari sebesar
2016. Selain itu, aktivitas musiman berupa perayaan
1,73 pada triwulan I 2016, menjadi sebesar 1,84 di
hari raya Idul Fitri dan libur sekolah serta pencairan
triwulan II 2016.
gaji ke 13 dan 14 PNS turut mendorong peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga. Peningkatan
kinerja
konsumsi
Peningkatan
kinerja
konsumsi
rumah
tangga
khususnya konsumsi transportasi dan komunikasi rumah
tangga
juga terlihat dari peningkatan jumlah pendaftaran
terkonfirmasi dari hasil survei konsumen Bank
kendaraan pada triwulan II 2016. Pendaftaran
Indonesia yang menunjukkan peningkatan indeks
kendaraan roda empat (mobil) tumbuh dari sebesar
ketepatan waktu pembelian barang tahan lama
36,21% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar
(survei konsumen) dari 87,67 pada triwulan I 2016,
79,79% (yoy) pada triwulan II 2016. Peningkatan
menjadi 92,96 pada triwulan II 2016. Sejalan
tersebut seiring dengan adanya pembebasan denda
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
27
Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.8 Pendaftaran Kendaraan
Grafik 1.10 Kredit Rumah Tangga
Konsumsi LNPRT dan Konsumsi Pemerintah Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan konsumsi pemerintah turut mengalami peningkatan. Konsumsi LNPRT mengalami peningkatan dari sebesar 6,72% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 12,17% (yoy) di triwulan II 2016, peningkatan tersebut didorong oleh adanya kegiatan musyawarah nasional organisasi nonprofit yang diikuti oleh 4.000 peserta dengan total biaya Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.9 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor
sebesar Rp 66 miliar. Konsumsi Pemerintah juga mencatat peningkatan pertumbuhan dari sebesar 4,91% (yoy) di triwulan I 2016 menjadi sebesar
untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan bea balik
9,49% (yoy) pada triwulan II 2016. Hal ini didorong
nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada 20 Juni
oleh realisasi belanja yang sebesar 30,36% pada
2016. Selain itu, peningkatan tersebut juga terjadi
triwulan II 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan
sesuai dengan pola musimannya seiring dengan
periode yang sama tahun lalu yang sebesar 24,62%.
peningkatan aktivitas mudik menjelang Idul Fitri serta
Peningkatan tersebut sesuai dengan pola musimannya
menjelang tahun ajaran baru.
serta realisasi gaji ke 13 dan 14 PNS pada Juni 2016.
terkonfirmasi dari peningkatan pertumbuhan kredit kendaraan bermotor pada triwulan II 2016. Selain kredit kendaraan bermotor, kredit konsumsi lainnya seperti kredit KPR dan kredit Ruko dan Rukan turut mengalami peningkatan. Secara keseluruhan pertumbuhan kredit rumah tangga menunjukkan peningkatan dari sebesar 0,87% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 0,95% (yoy) pada triwulan II 2016.
28
Rp Triliun
Peningkatan pendaftaran kendaraan tersebut juga 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0
Giro Pemerintah gGiro Pemerintah(skala kanan)
15 10 5 0 -5 TW I TW II TW III TW TW I TW II TW III TW TW I TW II IV IV 2014
2015
Grafik 1.11 Perkembangan Giro Pemerintah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
%yoy 20
2016
-10
Realisasi belanja pegawai pada triwulan II 2016
dari sebesar -14,79% (yoy) pada triwulan I 2016
yang mencapai 38,72%, lebih tinggi dibandingkan
menjadi sebesar 0,28% (yoy) pada triwulan II 2016.
triwulan II 2015 yang sebesar 35,34%. Kondisi ini
Selain itu, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
juga terkonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada
posisi giro pemerintah pada triwulan II 2016 yang
triwulan II 2016 turut menunjukkan peningkatan
tercatat mengalami kontraksi sebesar -1,74% (yoy).
perkembangan investasi dari sebesar -2,82% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,9% (SBT)
1.2.2. Investasi Kinerja investasi Provinsi Bali triwulan II 2016 mencatat pertumbuhan sebesar 9,49% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 9,67% (yoy). Perlambatan yang tejadi bersumber dari perlambatan pertumbuhan PMTB dari sebesar 9,54% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 9,46% (yoy) pada triwulan II 2016 dan perlambatan pertumbuhan perubahan inventori dari sebesar 46% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 16,2% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan investasi
pada triwulan II 2016. Berdasarkan hasil survei dan liaison pada triwulan II 2016, secara umum kontak melakukan
investasi
pengembangan
bangunan
untuk usaha. Sementara itu, peningkatan investasi bangunan Pemerintah terlihat dari peningkatan realisasi belanja modal pada triwulan II 2016 yang mencapai
26,72%,
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,43%. Peningkatan tersebut didorong oleh pengerjaan proyek infrastruktur strategis berupa
tersebut terkonfirmasi dari likert investasi (hasil survei dan liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali) yang mengalami sedikit penurunan dari sebesar 1,41 poin pada triwulan I 2016 menjadi 1,37 poin di triwulan II 2016. Berdasarkan hasil survei dan liaison, perlambatan tersebut juga disebabkan masih terdapat beberapa pelaku usaha yang mengambil sikap wait and see untuk menjaga margin perusahaan. Berdasarkan sub komponennya, perlambatan PMTB bersumber dari perlambatan PMTB non bangunan dari sebesar 9,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 5% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan tersebut terlihat dari perlambatan pertumbuhan impor barang modal dari sebesar 309% (yoy) pada
Sumber : Survei dan Liaison Bank Indonesia, diolah Grafik 1.12 Likert Investasi
%, yoy 500
Ribu Ton
15.0
400 300
10.0
triwulan I 2016 menjadi sebesar -57,26% (yoy) pada
100
triwulan II 2016. Peningkatan
kinerja
200 5.0
PMTB
bangunan
belum
mampu mendorong peningkatan kinerja PMTB
0 (100)
0.0
I
II III 2013
IV
I
II III 2014
IV
I
II III 2015
IV
(200)
I II 2016
secara keseluruhan. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan pertumbuhan penjualan semen
Capital Goods
g Capital Goods
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Impor Barang Modal
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
29
irigasi,
negeri mencatatkan peningkatan surplus dari Rp
pengamanan pantai dan penyediaan air minum serta
12,98 triliun di triwulan I 2016 menjadi sebesar Rp
pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali dan Rumah
14,9 triliun pada triwulan II 2016.
peningkatan
kapasitas
jalan,
jembatan,
Sakit Mata Indera yang ditargetkan selesai di tahun 2016.
Net Ekspor antar Daerah Kinerja net ekspor antar daerah menunjukan sedikit peningkatan, dengan pertumbuhan pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 14,7% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan 14,6% (yoy) pada triwulan I 2016. Hal tersebut didorong oleh peningkatan kinerja ekspor antar daerah yang sebesar 6,2% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 8,3% (yoy) pada triwulan II 2016. Kondisi tersebut ditopang oleh peningkatan produksi perikanan tangkap yang juga menjadi komoditas andalan ekspor yang mencapai
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha BI Grafik 1.14 Perkembangan Investasi (SBT)
pertumbuhan sebesar 30%, lebih tinggi dibandingkan -61% (yoy) pada triwulan I 2016. Disisi lain, impor antar daerah juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 8,8% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 10,6% (yoy) pada triwulan II 2016. Peningkatan tersebut seiring dengan
peningkatan
konsumsi
rumah
tangga,
mengingat Provinsi Bali mengimpor sebagian besar kebutuhan pokoknya dari daerah lain. Selain itu, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan turut mendorong permintaan bahan makanan. Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.15 Penjualan Semen Provinsi Bali
1.2.3. Neraca Perdagangan Perkembangan neraca perdagangan Provinsi Bali triwulan II 2016, mengalami perlambatan kinerja yang tergambar dari nilai surplus yang sedikit menurun yaitu sebesar Rp 3,4 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan surplus triwulan I 2016 (Rp 5,1 triliun). Penurunan nilai surplus tersebut didorong oleh peningkatan defisit neraca perdagangan antar daerah dari sebesar Rp 7,8 triliun pada triwulan I 2016 menjadi sebesar Rp 11,4 triliun pada triwulan II 2016. Sementara untuk neraca perdagangan luar
30
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Ekspor Luar Negeri Pada triwulan II 2016, kinerja ekspor luar negeri (barang dan jasa) Provinsi Bali mencatat pertumbuhan sebesar 11,15% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan I 2016 yang sebesar 11,68% (yoy). Hal tersebut
dipengaruhi
oleh
perlambatan
ekspor
jasa luar negeri pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 13,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,5% (yoy). Secara keseluruhan perlambatan ekspor luar negeri searah dengan penurunan Average Room Rate (ARR) hotel hasil survei Perolehan data Properti
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Grafik 1.16 Tingkat Penghunian Kamar
Grafik 1.18 Nilai Ekspor Luar Negeri Bali
Sumber: Survei PPKom Bank Indonesia Grafik 1.17 Average Room Rate Bali
Grafik 1.19 Volume Ekspor Luar Negeri Bali
Komersial (PPKom) yang menunjukkan penurunan pada triwulan II 2016 dan sejalan dengan penurunan TPK hotel berbintang dari sebesar 58,47% pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 57,3% pada triwulan II 2016.
Peningkatan
ekspor
peningkatan
kinerja
barang ekspor
didukung komoditas
oleh utama
Provinsi Bali dengan share terbesar antara lain adalah perikanan (27,52%), perhiasan (14,97%), pakaian jadi (14,56%), produk olahan kayu (14,56%), dan furniture
(8,42%).
Di sisi lain, meskipun masih mengalami kontraksi,
tersebut
seiring
ekspor barang Provinsi Bali mengalami perbaikan
permintaan negara tujuan ekspor antara lain Amerika
dimana kontraksi pertumbuhan pada triwulan II 2016
Serikat (untuk produk tekstil) serta negara tujuan
tercatat sebesar -9,1% (yoy), lebih baik dibandingkan
ekspor lain di Asia (Jepang, Singapura, Hongkong)
dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -15,2% (yoy).
dan semakin kompetitifnya harga jual produk (tidak
Perbaikan tersebut terkonfirmasi dari peningkatan
menaikkan harga jual), serta didukung penurunan
pertumbuhan nilai ekspor barang dari sebesar -11,6%
biaya produksi yang dapat dilakukan oleh contact
(yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 4,94%
melalui pengelolaan bahan baku (produk olahan
(yoy) pada triwulan II 2016. Perbaikan tersebut
kayu). Peningkatan volume ekspor olahan kayu, juga
didorong oleh perbaikan permintaan negara tujuan
didorong oleh dihapuskannya penerapan Sistem
ekspor Provinsi Bali.
Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang berlaku sejak
Secara dengan
umum, mulai
peningkatan meningkatnya
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
31
triwulan IV-2015 (Permendag nomor 89/M-DAG/
Negara tujuan ekspor Provinsi Bali masih didominasi
PER/10/2015 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri
oleh Amerika Serikat, Australia, Jepang, Singapura,
Kehutanan). Penghapusan tersebut berdampak pada
dan Hongkong, dengan share masing-masing sebesar
penurunan biaya pengiriman ekspor produk olahan
25,6%, 10,24%, 7,73%, 6,64%, dan 4,85%.
kayu, sehingga mendorong peningkatan volume
Pertumbuhan nilai ekspor ke sebagian besar negara
ekspor produk olahan kayu. Peningkatan kinerja
tujuan utama tersebut sepanjang triwulan II 2016
ekspor, juga terkonfirmasi dari peningkatan volume
mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan
dan nilai ekspor untuk produk tekstil dan olahan
sebelumnya. Perbaikan terjadi pada negara tujuan
kayu. Ekspor komoditas perikanan yang memiliki
Jepang, Australia, dan Singapura. Sementara untuk
share terbesar terhadap ekspor Provinsi Bali (27,52%)
negara tujuan Amerika Serikat, meskipun sedikit
turut menunjukkan peningkatan seiring dengan
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, nilai
cuaca yang kondusif dan masih dapat beradaptasinya
ekspor pada triwulan II 2016 masih mampu tumbuh
pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan
sebesar 4,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29
2,25% (yoy) pada triwulan II 2015. Kondisi tersebut
April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
terutama didorong oleh perbaikan perekonomian
Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai
Amerika Serikat dibandingkan dengan tahun lalu.
upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal.
Grafik 1.20 Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Tw II 2016
Grafik 1.22 Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
% yoy
60 40 20 0
II
III
IV
I
(20)
II
III
2014
IV
I
II
III
IV
2015
I
II
2016
(40) (60)
Perikanan
Perhiasan
Pakaian Jadi
Wood Manufacture
Furniture
Grafik 1.21 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
32
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor berdasarkan Negara Tujuan
Impor Luar Negeri
sebesar 11% dari total impor mengalami perlambatan
Perkembangan kinerja impor luar negeri pada triwulan
pertumbuhan dari sebesar 441,12% pada triwulan
II 2016 di Provinsi Bali tercatat sebesar 26,95% (yoy),
I 2016 terkontraksi sebesar -34,48% (yoy) pada
lebih rendah dibanding 34,68% (yoy) pada triwulan
triwulan II 2016. Hal ini dikarenakan adanya impor
I 2016. Perlambatan tersebut disebabkan oleh
kapal pada triwulan sebelumnya membuat nilai impor
perlambatan impor barang luar negeri dari sebesar
tercatat tinggi pada periode tersebut. Hal ini membuat
120,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar
capaian impor pada triwulan II 2016 tidak setinggi
62,3% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan
triwulan I 2016. Selain itu, perlambatan pertumbuhan
pertumbuhan nilai impor barang Provinsi Bali yang
investasi dikarenakan masih terdapat beberapa
mengalami kontraksi dari sebesar 43,52% (yoy) pada
pelaku usaha (khususnya industri) yang masih wait
triwulan I 2016 menjadi sebesar -17,66% (yoy) pada
and see ataupun berinvestasi menggunakan produk
triwulan II 2016. Sejalan dengan kondisi tersebut,
lokal turut menjadi penyebab perlambatan impor luar
volume impor barang turut menunjukkan kontraksi
negeri. Sementara consumption goods yang memiliki
sebesar -17,58% (yoy) pada triwulan II 2016.
share sebesar 5% turut mengalami perlambatan
Perlambatan kinerja volume dan nilai impor terjadi pada kelompok barang impor capital goods dan consumption goods. Capital goods yang memiliki share
Grafik 1.24 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri Bali Ribu Ton Volume Impor g volume impor (RHS)
35
sebesar -35,69% (yoy) pada triwulan II 2016 karena barang konsumsi dalam Pulau Bali dipenuhi
Grafik 1.26 Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
% yoy 1,200
30
1,000
25
800
20
600
15
400
10
200
5 0
tercatat dengan pertumbuhan yang terkontraksi
0 I
II III IV 2013
I
II III IV 2014
I
II III IV 2015
I II 2016
(200)
Grafik 1.25 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri Bali
Grafik 1.27 Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
33
dari dalam negeri dan pemanfaatan ketersediaan
PNS. Hal ini terkonfirmasi dari hasil survei Konsumen
stok.
Sejalan dengan kondisi tersebut, meskipun
Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan
mengalami sedikit perbaikan, pertumbuhan impor
nilai indeks untuk ketiga indikatornya di periode Juli
raw material masih menunjukkan pertumbuhan yang
2016. Indeks keyakinan konsumen menunjukkan
terkontraksi sebesar -0,82% (yoy) pada triwulan II
peningkatan dari 100,31 pada triwulan II 2016 menjadi
2016 seiring kecenderungan para pelaku usaha pada
102,92 di Juli 2016. Menguatnya konsumsi RT, juga
triwulan II 2016 untuk memanfaatkan persediaan
tercermin oleh peningkatan Indeks kondisi ekonomi
yang ada ataupun mensubtitusi bahan baku impor
saat ini dari 94,83 pada triwulan II 2016 menjadi 99
dengan bahan baku lokal. Selain itu, berdasarkan
Juli 2016. Sementara itu, indeks ekspektasi konsumen
hasil survei dan liaison, tertahannya impor juga terjadi
mengalami peningkatan dari 105,73 pada triwulan II
karena pembatasan impor untuk buah impor yang
2016 menjadi 106,83 pada Juli 2016. Peningkatan
digunakan oleh perhotelan.
konsumsi rumah tangga di periode triwulan berjalan,
Di
sisi
lain,
kinerja
impor
jasa
Provinsi
Bali
menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebesar 18,3% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 19,1% (yoy) pada triwulan II 2016. Peningkatan tersebut
seiring
dengan
penambahan
juga didorong oleh optimisme konsumen seiring dengan penurunan suku bunga kredit konsumsi dan rencana implementasi ketentuan relaksasi LTV untuk kredit pemilikan rumah (KPR) di Agustus 2016.
tenaga
Sejalan dengan hal tersebut, konsumsi Pemerintah
kerja asing pasca implementasi MEA di awal 2016.
diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring
Peningkatan terutama terjadi pada tenaga pariwisata
dengan tren realisasi (belanja) keuangan APBD Provinsi
untuk perhotelan terutama hotel dengan jaringan
Bali yang terus mengalami peningkatan. Sampai
internasional antara lain untuk tenaga chef, serta top
dengan posisi bulan Juli 2016, realisasi keuangan
level manager.
telah mencapai 37%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
1.2.4. Tracking triwulan berjalan :
sebesar 36,26% dan periode Juni 2016 yang sebesar
Sisi Permintaan
Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan potensi peningkatan perekonomian Provinsi Bali pada triwulan III 2016. Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016 diperkirakan berada pada kisaran 6,42% - 6,82% (yoy). Dari sisi permintaan, prakiraan
peningkatan
kinerja
perekonomian
30,16%. Peningkatan tersebut seiring dengan telah mulai berjalannya beberapa proyek dan pengadaan barang untuk tahun 2016. Meskipun demikian, pemangkasan anggaran dapat berpotensi menahan peningkatan kinerja konsumsi pemerintah yang lebih tinggi.
bersumber dari seluruh komponen sisi permintaan
Investasi
seiring dengan masuknya periode peak season
mengalami peningkatan seiring dengan rencana
pariwisata
akomodatif
relaksasi ketentuan LTV, pemberlakuan Tax Amnesty
Pemerintah untuk mendorong kinerja investasi dan
serta suku bunga perbankan yang akomodatif.
kegiatan usaha di Provinsi Bali.
Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil survei
serta
adanya
kebijakan
Meningkatnya konsumsi rumah tangga diperkirakan terjadi seiring dengan dampak pencairan gaji ke 14
34
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
pada
triwulan
III
2016
diperkirakan
dan liaison Bank Indonesia dimana pelaku usaha mengaku optimis terhadap perkembangan ekonomi dengan didukung oleh upaya Pemerintah untuk
mempermudah investasi serta reformulasi kebijakan 7 days repo rate yang telah efektif pada Agustus 2016. Perkiraan peningkatan tersebut terkonfirmasi dari hasil perkiraan perkembangan investasi SKDU yang mengalami peningkatan dari sebesar 7,9% (SBT) pada triwulan II 2016 menjadi sebesar 10,56% (SBT) pada triwulan III 2016. Sejalan dengan perkiraan peningkatan tersebut, realisasi fisik APBD Provinsi Bali turut menunjukkan peningkatan dari sebesar 46,05% di Juni 2016 menjadi sebesar 52,36% pada Juli 2016. Sementara
itu,
kinerja
ekspor
diperkirakan
mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode peak season pariwisata sesuai dengan pola musimannya sebagai dampak kegiatan libur sekolah dan libur musim panas Australia dan Eropa. Dari sisi ekspor barang, peningkatan didorong oleh kinerja ekspor seiring dengan mulai membaiknya kondisi
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 -2.00 -4.00 -6.00
I
II
III
IV
I
2014
II
III
IV
I
2015
II
III*
2016
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.29 Perkiraan Perkembangan Investasi
lokal berpotensi mendorong peningkatan ekspor tuna segar dengan pertumbuhan mencapai 112% (yoy) pada Juni 2016, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 32,56% (yoy) dan periode yang sama tahun lalu sebesar -65,10% (yoy).
ekonomi beberapa negara tujuan ekspor dan upaya
1.3.
SISI PENAWARAN
diversifikasi pasar tujuan ekspor oleh pelaku ekspor.
Dari
sisi
Selain itu, masa produksi ikan tuna yang diperkirakan
perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016,
akan berlangsung pada Agustus 2016 berpotensi
didorong oleh peningkatan kinerja lapangan usaha
mendorong peningkatan ekspor ikan yang merupakan
utama Provinsi Bali. Kondisi tersebut mendorong
komoditas ekspor utama. Masih dapat beradaptasinya
peningkatan kinerja lapangan usaha terkait yaitu
pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan
lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29
minum, lapangan usaha perdagangan besar dan
April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
eceran, serta lapangan transportasi dan pergudangan.
Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai
Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan
upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan
kinerja konsumsi seiring dengan masuknya musim
1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
1.50 1.37
penawaran,
peningkatan
kinerja
liburan sekolah, bulan Ramadhan, serta menjelang Idul Fitri yang mendorong aktivitas mudik musiman. Sejalan dengan peningkatan tersebut, beberapa lapangan usaha lainnya turut mengalami peningkatan antara lain lapangan usaha pertambangan, listrik dan gas, administrasi pemerintahan dan jasa pendidikan. Lapangan
I
II
III
2014
IV
I
II
III
2015
IV
I
II
III*
2016
Sumber : Hasil Survei dan Liaison Bank Indonesia Grafik 1.28 Likert Scale Perkiraan Perkembangan Investasi
usaha
administrasi
pemerintahan
mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kinerja konsumsi Pemerintah. Sementara itu, sesuai dengan pola musimannya, tahun ajaran baru mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha jasa
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
35
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran (%, yoy)*
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali * Tahun Dasar 2010
pendidikan. Di sisi lain, berlangsungnya panen raya
perikanan (15%), (3) konstruksi (9%), (4) transportasi
padi pada triwulan II 2016 belum mampu mendorong
dan pergudangan (9%), dan (5) perdagangan besar
peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian,
dan eceran (8%). Dominasi industri pariwisata
kehutanan, dan perikanan secara keseluruhan.
masih terlihat dari total pangsa lapangan usaha
Struktur perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016, didominasi oleh 5 komponen lapangan usaha utama antara lain: (1) penyediaan akomodasi makan dan minum (23%), (2) pertanian, kehutanan dan
36
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
terkait dengan industri pariwisata yang mencapai 31%. Sementara itu, berdasarkan dari sumbangan pertumbuhan
ekonominya,
lapangan
usaha
penyediaan akomodasi makan dan minum serta
lapangan usaha konstruksi menjadi lapangan usaha
I 2016 yang sebesar 6,61% (yoy). Peningkatan
yang memiliki sumbangan tertinggi masing-masing
kinerja lapangan usaha ini terkonfirmasi oleh hasil
sebesar 1,41% dan 0,9%. Di sisi lain, lapangan usaha
Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan Kantor
pertanian yang mengalami kontraksi pertumbuhan
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di triwulan
pada triwulan II 2016, mengalami penurunan
II 2016 yang menunjukkan peningkatan nilai Saldo
sumbangan secara signifikan menjadi hanya sebesar
Bersih Tertimbang (SBT) untuk lapangan usaha ini dari
-0,01% dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar -4,54% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi
mencapai 0,02%
sebesar 4,31% (SBT) di triwulan II 2016. Peningkatan kinerja lapangan usaha ini juga didorong oleh adanya faktor musiman, yaitu musim liburan sekolah serta menjelang hari raya Idul Fitri serta menjelang periode libur musim panas di benua Eropa dan Australia yang mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
domestik
mancanegara
(wisdom)
(wisman).
dan
Peningkatan
wisatawan wisman
juga didorong oleh penambahan direct flight dan chartered flight dari dan ke Bali dari beberapa negara asal wisman serta implementasi penambahan negara Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.30 Pangsa Kategori Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Triwulan II 2016
bebas visa dengan total 169 negara sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 pada Maret 2016. Selain itu, peningkatan juga didorong
JASA LAINNYA JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA PENDIDIKAN
0.13 0.21
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN … JASA PERUSAHAAN REAL ESTATE
JASA KEUANGAN DAN ASURANSI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
oleh 0.51
0.07 0.27 0.33
0.51 0.61
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN KONSTRUKSI PENGADAAN AIR, PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH… PENGADAAN LISTRIK DAN GAS INDUSTRI PENGOLAHAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN -0.01
0.02 0.02 0.15 0.07
kegiatan
Meeting,
Incentive,
Convention dan Exhibition (MICE) sepanjang triwulan 0.76
II 2016, beberapa di antaranya adalah Bali Interhash 2016 dengan jumlah peserta mencapai 6.000 wisman
0.59
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, DAN REPARASI…
pelaksanaan
1.41 0.90
-0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 1.31 Andil Kategori terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II 2016
dan Bali Coaltrans 2016 serta pelaksanaan event nasional musyawarah nasional organisasi nonprofit. 10.00
0.00 -5.00
1.3.1. Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi
-10.00
-15.00
dan Makan Minum
Perkembangan lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum mengalami peningkatan kinerja pada triwulan II 2016 yang tumbuh sebesar 7,24% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
4.31
5.00 I
II
III 2015
IV
I
II
-4.54 2016
-20.00 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.32 Perkembangan Usaha Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (SBT)
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
37
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.33 Kunjungan Wisman ke Bali Triwulanan
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.35 Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali
Peningkatan kinerja lapangan usaha ini terlihat dari
Australia menempati peringkat pertama yang pada
peningkatan kunjungan wisman pada triwulan II
triwulan II 2016 tercatat sebesar 25% diikuti oleh
2016 tercatat sebesar 21,84%(yoy), jauh lebih tinggi
wisman asal Tiongkok dengan share sebesar 18%.
dibandingkan triwulan I 2016 yang tercatat sebesar
Pada periode triwulan II 2016 ini, dampak nyata dari
15,27%(yoy).
pembebasan visa mulai terlihat dari peningkatan
Peningkatan kunjungan wisman pada triwulan II 2016 terjadi pada sebagian besar negara utama asal wisman
wisman asal Inggris sehingga menjadi negara utama asal wisman ketiga dengan share sebesar 5%.
antara lain Australia, Tiongkok, dan Jepang. Setelah
1.3.2. Lapangan Usaha Transportasi dan
pada periode sebelumnya mengalami perlambatan,
Pergudangan
wisman asal Australia mulai menunjukkan peningkatan
Kategori transportasi dan pergudangan mengalami
pertumbuhan dari sebesar 2,5% (yoy) pada triwulan I
peningkatan dari sebesar 6,25%(yoy) pada triwulan
2016 menjadi sebesar 17,97% (yoy) pada triwulan II
I 2016 menjadi sebesar 6,93% (yoy) pada triwulan
2016 seiring dengan peningkatan persepsi keuangan
II 2016. Peningkatan tersebut searah dengan
rumah tangga Australia . Sementara itu berdasarkan
peningkatan
share negara asal wisman, kunjungan wisman asal
mendorong peningkatan penggunaan transportasi ke
1
kinerja
industri
pariwisata
yang
Pulau Bali baik transportasi udara maupun transportasi laut. Selain itu, peningkatan lapangan usaha ini juga didorong oleh aktivitas mudik menjelang Idul Fitri serta liburan sekolah yang terkonfirmasi dari peningkatan kegiatan usaha sektor pengangkutan dan komunikasi hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia yang menunjukkan perbaikan dari kontraksi dari sebesar -2,06% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -0,34% (SBT) pada triwulan II 2016. Kondisi tersebut juga sejalan dengan Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 1.34 Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara
peningkatan pertumbuhan kredit transportasi dan pergudangan pada triwulan II 2016 yang mencapai
Statement On Monetary Policy Reserve Bank of Australia (RBA) August 2016 : Household perceptions of personal finances menunjukkan peningkatan pada beberapa bulan terakhir.
1
38
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
2.05
-0.60 I
II
III 2015
IV -2.26
I
II -0.84
-2.062016
-3.95
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.36 Kegiatan Dunia Usaha Pengangkutan dan Komunikasi (SBT)
Sumber : BUMN Grafik 1.38 Jumlah Penumpang Pesawat Udara Bandara Ngurah Rai
Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Transportasi dan Pergudangan
Sumber : BUMN Grafik 1.39 Jumlah Keberangkatan Kargo Internasional Bandara Ngurah Rai
33,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan
Transportasi Laut
triwulan I 2016 yang sebesar 30,6% (yoy).
Pada
Peningkatan kinerja lapangan usaha transportasi terkonfirmasi dari peningkatan kinerja transportasi udara baik penumpang dan kargo. Seiring dengan peningkatan kedatangan wisatawan, pertumbuhan jumlah
II
2016
perkembangan
kinerja
transportasi laut turut mengalami peningkatan seiring
Transportasi Udara
kedatangan
triwulan
penumpang
mengalami
peningkatan dari sebesar 18,28% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 22,75% (yoy) pada triwulan II 2016. Selaras dengan jumlah kedatangan penumpang, kargo internasional turut mengalami peningkatan pertumbuhan dari sebesar -0,13% (yoy)
dengan arus mudik menjelang hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah yang mendorong transportasi dari dan ke Pulau Bali. Selain itu, penurunan biaya penyebrangan Ketapang-Gilimanuk (dengan rata-rata penurunan tarif penyeberangan sebesar 2,5%), turut mendorong kinerja lapangan usaha ini. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan pertumbuhan arus penumpang dari sebesar 14,06% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 52,21% (yoy) pada triwulan II 2016.
pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 0,265% (yoy) pada triwulan II 2016.
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
39
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.40 Arus Penumpang Angkutan Laut Provinsi Bali
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi Semen Provinsi Bali
1.3.3. Lapangan Usaha Konstruksi
Bali triwulan II 2016 yang telah mencapai 26,72%,
Seiring dengan peningkatan kinerja komponen
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
investasi, lapangan usaha konstruksi, dan real estate
tahun sebelumnya yang sebesar 14,43%. Peningkatan
juga mengalami peningkatan. Lapangan usaha
tersebut seiring dengan realisasi proyek infrastruktur
konstruksi mengalami peningkatan dari sebesar
antara lain pembangunan irigasi, pembangunan
7,62% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar
prasarana pengendalian banjir, dan pengamanan
9,73% (yoy) pada triwulan II 2016. Peningkatan ini
pantai.
diindikasikan oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar 0,28% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I 2016 yang sebesar -14,98% (yoy). Selain itu, peningkatan kinerja lapangan usaha ini terlihat dari peningkatan kegiatan usaha sektor bangunan dari sebesar 0% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,45% pada triwulan II 2016. Peningkatan kinerja lapangan usaha ini juga terindikasi dari realisasi belanja modal APBD Provinsi 2.45
3.00 2.00
-1.00 -2.00
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor Pada triwulan II 2016, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
menunjukkan
perlambatan
pertumbuhan
dari sebesar 8,78% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 6,85% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran yang menunjukkan pertumbuhan yang terkontraksi pada triwulan II 2016 sebesar -10,87% (yoy) (Perlambatan pada lapangan usaha ini
1.00 0.00
1.3.4. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan
seiring dengan minimnya faktor musiman keagamaan I
II
III
IV
2015
I
II 2016
Hindu dibandingkan dengan periode sebelumnya (Galungan, Nyepi, Kuningan)). Berlangsungnya bulan Ramadan serta menjelang perayaan hari raya Idul
-3.00
Fitri belum mampu mendorong peningkatan kinerja
-4.00
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.41 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan
40
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Selain itu, masyarakat lebih banyak mengalokasikan pendapatannya untuk pengeluaran pendidikan seiring
Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1.43 Perkembangan Total Penjualan
Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.45 Pertumbuhan Pendaftaran Mobil dan Sepeda Motor
Sumber : Survei Penjualan Eceran Grafik 1.44 Perkembangan Penjualan Kelompok Komoditas
Sumber : DISPENDA Prov. Bali Grafik 1.46 Pendaftaran Kendaraan
dengan tahun ajaran baru serta untuk transportasi
oleh tahun ajaran baru yang mendekati perayaan
mudik
Idul Fitri sehingga konsumen cenderung menahan
menjelang
Idul
Fitri.
Kondisi
tersebut
terkonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, yang menunjukkan kontraksi pertumbuhan
pada
sebagian
besar
kelompok
komoditas antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau, pakaian jadi dan tekstil, suku cadang, serta barang kerajinan dan mainan. Perlambatan
juga
terlihat
dari
pengeluaran untuk membeli kendaraan roda dua. Di sisi lain, pertumbuhan pendaftaran kendaraan roda empat mengalami peningkatan seiring dengan adanya pembebasan denda untuk Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) pada 20 Juni 2016, sehingga secara keseluruhan pendaftaran kendaraan bermotor
pertumbuhan
pendaftaran kendaraan bermotor roda dua yang masih
di Provinsi Bali pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2016.
terkontraksi sebesar -12,08% (yoy) pada triwulan II 2016 yang berbeda dengan pola musimannya yang cenderung mengalami peningkatan menjelang tahun ajaran baru. Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
41
1.3.5. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan,
sektor pertanian yang terkontraksi sebesar -3,64%
(SBT) pada triwulan II 2016. Disamping itu, meskipun
dan Perikanan
Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan
terdapat panen raya padi, pertumbuhan produksi padi
mengalami penurunan pertumbuhan dari sebesar
di Provinsi Bali mengalami perlambatan yang masih
0,15% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar
terkontraksi sebesar -8,16% (yoy) pada triwulan II
-0,05% (yoy) pada triwulan II 2016. Penurunan
2016.
tersebut disebabkan oleh penurunan kinerja sub kategori perkebunan seiring dengan penurunan produksi
pisang
dan
jeruk
yang
mengalami
kemunduran masa panen ke triwulan III 2016 akibat anomali cuaca. Selain itu, komoditas jagung turut mengalami penurunan seiring dengan anomali cuaca (hujan) sehingga terdapat kerusakan 120 hektar tanaman jagung dikarenakan batang yang berair. Perlambatan tersebut tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia
Perlambatan
pada
lapangan
usaha
ini
juga
terkonfirmasi dari perlambatan pertumbuhan kredit pertanian dari sebesar 21,51% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 18,63% (yoy) pada triwulan II 2016. Peningkatan pertumbuhan tangkapan ikan PPN Pengambengan dari sebesar -61% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 30% (yoy) pada triwulan II 2016 belum mampu mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian pada triwulan II 2016.
yang masih menunjukkan kegiatan dunia usaha
I -2.29
II
III
IV
I
2015
II 2016-3.64
-8.22
-8.82
-8.27
-12.66 Grafik 1.49 Perkembangan Kredit Kategori Pertanian
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Grafik 1.47 Perkembangan Kategori Pertanian
10
300000
10,000
5
200000
-5
150000
-10
100000
-20
0
-25
I
II
III 2015
IV
I
II 2016
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Grafik 1.48 Perkembangan Produksi Padi di Bali
42
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
1400
g Tangkapan Ikan (skala kanan)
1200 1000
-15
50000
Hasil Tangkapan Ikan
8,000
ton
0
%,yoy
250000 Ton
12,000
15
800
6,000
600
%,yoy
350000
400
4,000
200 2,000 0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2012
2013
2014
2015
-200
2016
Sumber : PPN Pengambengan Grafik 1.50 Perkembangan Produksi Ikan Pengambengan
1.3.6. Lapangan Usaha Industri Pengolahan Pada triwulan II 2016, pertumbuhan lapangan industri pengolahan tercatat sebesar 2,08% (yoy), melambat
dibanding
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya yang sebesar 4,76%(yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison, perlambatan terjadi seiring dengan pemanfaatan persediaan stok yang telah diproses pada periode sebelumnya untuk pemenuhan permintaan pada triwulan II 2016. Masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah masa penyesuaian kebijakan transshipment yang dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal masih belum dapat mendorong peningkatan kinerja lapangan usaha
Grafik 1.53 Kredit Kategori Industri
industri pengolahan. Perlambatan ini bersumber dari perlambatan pertumbuhan Indeks Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Indeks Manufaktur Mikro Kecil dan Menengah (IMK). IBS mengalami perlambatan dari sebesar 0,41% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -5,89% (yoy) pada triwulan II 2016. Sementara itu, IMK mengalami perlambatan 12,34% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 8,99% (yoy) pada triwulan II 2016. Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukan penurunan dari sebesar 0,41% (SBT) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -0,33%(SBT) pada triwulan II 2016. Perlambatan tersebut juga terkonfirmasi dari perlambatan kredit industri pengolahan dari sebesar 21,98% (yoy) pada
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.51 Indikator Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK)
triwulan I 2016 menjadi sebesar 17,5% (yoy) pada triwulan II 2016. 1.3.7. Tracking Triwulan Berjalan : Sisi Penawaran
0.41 I
II III -0.90 2015
IV -1.24
-0.33 II
I
2016
-1.86
Memasuki triwulan III 2016, perkiraan peningkatan dari sisi penawaran didorong oleh peningkatan lapangan usaha utama Provinsi Bali. Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan
-3.33
masuknya periode peak season pariwisata. Beberapa kunjungan wisman yang telah terkonfirmasi adalah
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 1.52 Kegiatan Usaha Industri Pengolahan
kedatangan 10.500 turis asal Tiongkok pada bulan Juli 2016 serta 5.000 wisman asal Polandia yang
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
43
akan mendatangi Provinsi Bali pada triwulan berjalan.
Industri
Selain itu, penambahan negara bebas visa berpotensi
peningkatan pada triwulan III 2016 seiring dengan
semakin mendorong kunjungan wisman ke Provinsi
masih dapat beradaptasinya pelaku usaha di tengah
Bali yang sudah terkonfirmasi dari peningkatan
masa penyesuaian kebijakan transshipment yang
kunjungan
dilakukan pemerintah pada 29 April 2016 sesuai
wisman
asal
Inggris
dan
menjadi
pengolahan
diperkirakan
mengalami
negara ke tiga asal wisman terbesar pada triwulan
dengan
II 2016. Sejalan dengan peningkatan lapangan
Tangkap Nomor 1 Tahun 2016 sebagai upaya
usaha penyediaan akomodasi makan dan minum,
untuk mendorong peningkatan produksi ikan lokal
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
diperkirakan akan mendorong peningkatan kinerja
turut mengalami peningkatan yang terkonfirmasi
industri perikanan khususnya yang berbahan baku
dari hasil survei penjualan eceran yang menunjukkan
ikan tuna. Selain itu, ekspor industri pengolahan
perbaikan dari sebesar -8,00% (yoy) pada Juni 2016,
diperkirakan mengalami peningkatan permintaan
menjadi sebesar 0,65% (yoy) pada bulan Juli 2016.
dengan
Peningkatan lapangan usaha ini, juga didorong oleh
berpotensi mendorong peningkatan lapangan usaha
dampak pembayaran gaji PNS ke 14 yang telah
ini.
dibayarkan pada akhir Juni 2016 serta masuknya tahun ajaran baru di Juli 2016 yang mendorong peningkatan pembelian peralatan, perlengkapan dan seragam sekolah.
Peraturan
didukung
Lapangan
usaha
Direktur
oleh
Jenderal
diversifikasi
konstruksi
turut
Perikanan
pemasaran
mengalami
peningkatan, seiring dengan perbaikan ekspektasi seiring dengan berkurangnya ketidakpastian global serta mulai turunnya tingkat suku bunga perbankan
Dari sisi pertanian, perkiraan peningkatan didorong
khususnya suku bunga kredit konstruksi (merespon
oleh pergeseran musim panen komoditas hortikultura
penurunan BI Rate). Selain itu, relaksasi ketentuan
berupa jeruk, jagung dan kelapa serta pisang menjadi
LTV untuk KPR dan penurunan suku bunga KPR
Juli-Agustus 2016 akibat pengaruh hujan yang
berpotensi mendorong peningkatan permintaan
mulai terjadi di triwulan II-2016. Kondisi ini akan
rumah yang pada gilirannya meningkatkan lapangan
mendorong peningkatan kinerja pertanian dari sub
usaha
kategori hortikultura. Selain itu, adanya perbaikan
berpotensi mendorong peningkatan permintaan
jaringan irigasi primer (menggunakan anggaran
rumah tinggal. Dari sisi Pemerintah, sesuai dengan
APBN yang merupakan pengelolaan Balai Sungai),
pola musimannya, realisasi pembangunan proyek
yang diperkirakan akan selesai pada akhir Agustus,
infrastruktur Pemerintah mengalami peningkatan di
berpotensi akan mendorong peningkatan produksi
triwulan III 2016, terlihat dari realisasi belanja pada
di triwulan III dan IV tahun 2016. Perbaikan irigasi
triwulan II 2016 yang lebih tinggi dibandingkan
mencakup luasan lahan sebesar 6.204 hektar yang
periode
tersebar di Kab. Gianyar, Tabanan, Klungkung yang
diperkirakan terus berlanjut pada triwulan III dan IV
diperkirakan selesai pada Agustus 2016. Selain
2016. Proyek infrastruktur yang akan berlangsung
itu, program pengembangan produksi cabe (Dinas
pada tahun 2016 antara lain adalah peningkatan
Pertanian Provinsi Bali) seluas 80 hektar di Gianyar
kapasitas jalan, jembatan, irigasi dan penyediaan air
dan Klungkung diperkirakan akan mulai panen di
minum serta pembangunan Rumah Sakit Provinsi Bali
Agustus 2016.
dan Rumah Sakit Mata Indera.
44
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
konstruksi.
yang
Program
sama
tahun
tax
amnesty
sebelumnya
juga
dan
pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dengan share sebesar 69% masing-masing sebesar 22%, 23%, 11%, dan 10%. Sementara share terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bangli sebesar 3%. Sejalan dengan kondisi tersebut, angka pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh Kabupaten Gianyar yang sebesar 6,34% (yoy) yang menjadi bagian SARBAGITA. Sementara, angka pertumbuhan ekonomi terendah dicapai oleh Kabupaten Karangasem yang sebesar Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 1.54 Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha
6,00% (yoy) pada tahun 2015. Meskipun demikian,
1.4.
PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN
dan Klungkung berhasil mencatat peningkatan
EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
pertumbuhan pada tahun 2015, berbeda dengan
kabupaten yang berada di Bali Utara yaitu Bangli
BALI
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang secara total
Provinsi Bali yang juga dikenal dengan sebutan Pulau
mengalami perlambatan di tahun 2015.
Dewata, telah berhasil mencuri perhatian wisatawan
Jembrana 6%
domestik dan internasional sebagaimana terlihat Denpasar 22%
dari kontribusi pendapatan sektor pariwisata yang
Tabanan 10% Badung 23%
mencapai lebih dari 30% selama beberapa tahun terakhir. Sejalan dengan berkembangnya pariwisata di Provinsi Bali, dominasi pendapatan ekonomi
Buleleng 14%
di Provinsi Bali juga terjadi pada Kabupaten/Kota dengan dukungan infrastruktur pariwisata dan lokasi pariwisata yang dominan dimiliki oleh daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan atau sering disebut SARBAGITA. SARBAGITA sendiri mendominasi
Karangasem 7%
Gianyar 11% Bangli 3%
Klungkung 4%
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 1.55 Share PDRB Kab/Kota Provinsi Bali
Tabel 1.3 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (%,yoy)
Kabupaten Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Jembrana
2011
2012 6.11 7.07 7.15 6.11 6.14 5.43 6.44 7.16 5.89
2013 6.12 7.64 7.08 6.25 6.20 5.93 6.78 7.51 6.11
2014 6.45 6.82 6.82 6.05 5.94 6.16 7.15 6.96 5.69
2015 6.53 6.98 6.79 5.98 5.82 6.01 6.96 7.00 6.05
6.24 6.27 6.34 6.10 6.21 6.00 6.11 6.18 6.23
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
45
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Grafik 1.56 Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
pertumbuhan
peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan
perekonomian Provinsi Bali secara keseluruhan, share
dari 5,82%(yoy) pada tahun 2014 menjadi sebesar
PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali didominasi oleh
6,21%(yoy) pada tahun 2015. Peningkatan tersebut
lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan
didorong oleh share lapangan usaha pertanian yang
minum dan lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
mendominasi sebesar 27,3% dan lapangan usaha
perikanan dengan rata-rata masing-masing sebesar
penyediaan akomodasi makan dan minum sebesar
19,8% dan 16,7%. Kabupaten Bangli mengalami
13,03%.
TABANAN
BADUNG
GIANYAR KLUNGKUNG
B A N G L I K A R A N G A S E MB U L E L E N G
16.89
20.76
4.93 2.54
22.86 17.92 8.55 11.44 1.25 5.98 5.11
26.35 10.74 5.71 5.31 17.73 4.11 7.49
27.33 13.03 7.41 10.48 1.29 9.77 10.94
23.59 13.37 8.66 8.03 3.08 9.31 5.16
24.25 13.28 11.45 7.49 0.94 12.29 5.08
24.86 6.70 3.99 8.36 6.44 4.08 3.15
9.92 8.73 1.70 6.10 8.59
21.55 18.27
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Industri Pengolahan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
14.75
dengan
9.49 9.92
sejalan
28.40
umum,
7.14 9.24 9.13 3.05 6.75 4.64
Secara
DENPASAR JEMBRANA
Sumber : BPS Provinsi Bali,diolah Grafik 1.57 Share Lapangan Usaha Utama PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2015
46
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
SERI KEBANKSENTRALAN RELAKSASI KETENTUAN LTV DAN FTV Dalam rangka mendorong akselerasi pertumbuhan
dilakukannya pelonggaran kebijakan di bidang
ekonomi khususnya sektor properti dan upaya
makroprudensial melalui relaksasi ketentuan LTV dan
mendorong penyaluran kredit perbankan, Bank
financing to value (FTV), untuk kredit pembiayaan
Indonesia telah mengkaji rencana pelaksanaan
properti (rumah tapak, rumah susun atau ruko)
relaksasi terkait dengan ketentuan Loan To Value
setelah sebelumnya dilakukan pengkajian terhadap
(LTV) dan Financing to Value (FTV) untuk pembiayaan
kebijakan LTV dan FTV. Dengan pertimbangan
kredit pemilikan rumah tapak (KPR), rumah susun
tersebut, Bank Indonesia kembali menyempurnakan
atau rumah toko. Sebelumnya pada periode Juni
ketentuan mengenai tentang Rasio Loan to Value
2015, telah dilakukan relaksasi ketentuan untuk LTV
untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value
dan FTV untuk KPR, yang berubah dari sebelumnya
untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk
pembiayaan untuk fasilitas kredit ke satu sebesar
Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PBI
70% (down payment sebesar 30%) berubah menjadi
LTV/FTV). Hal tersebut, dilakukan untuk mendorong
pembiayaan sebesar 80% (down payment 20%), yang
berjalannya fungsi intermediasi perbankan dengan
juga diikuti oleh relaksasi untuk fasilitas kredit ke 2
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan
dan ke 3 untuk properti. Relaksasi ketentuan tersebut
perlindungan konsumen. Penyempurnaan ketentuan
ternyata telah dapat mendorong pertumbuhan
dilakukan melalui penerbitan ketentuan baru, yaitu
kredit properti, namun belum cukup kuat untuk
PBI No.18/16/PBI/2016 tanggal 26 Agustus 2016
mendorong pertumbuhan kredit KPR secara nasional
tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti,
dan regional Bali. Pertumbuhan tahunan kredit KPR di
Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti,
Bali sepanjang Juni 2015-Juni 2016 rata-rata tumbuh
dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan
sebesar 5,56% (yoy), lebih rendah dibandingkan
Kendaraan Bermotor (PBI LTV/FTV), berlaku sejak 29
pertumbuhan tahunan (yoy) rata-rata KPR di periode
Agustus 2016.
Juni 2014-Juni 2015 yang tumbuh sebesar 12,19% (yoy).
Dalam penyempurnaan kali ini, terdapat 4 (empat) penyempurnaan pokok ketentuan, yaitu:
Dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian
1. Perubahan rasio dan tiering untuk Kredit Properti
nasional yang telah menunjukkan tanda-tanda
(KP) atau Pembiayaan Properti (PP) untuk fasilitas
perbaikan, tingkat kualitas kredit KPR yang tetap
ke-1, fasilitas ke-2, fasilitas ke-3 dan seterusnya
baik, perkembangan kredit perbankan yang tumbuh
sehingga rasio LTV dan rasio FTV paling besar
melambat dan upaya untuk mendorong pertumbuhan
sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut :
ekonomi, Bank Indonesia memandang perlu untuk
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
47
2. Penyesuaian persyaratan Non Performing Loan
4. KP atau PP untuk pemilikan Properti yang belum
(NPL) atau Non Performing Financing (NPF) secara
tersedia secara utuh diperbolehkan sampai
total untuk penggunaan rasio LTV untuk KP dan
dengan urutan fasilitas kedua dengan pencairan
rasio FTV untuk PP dari gross menjadi net, dengan
bertahap.
rincian sebagai berikut : a. rasio Kredit bermasalah dari total Kredit atau rasio Pembiayaan bermasalah dari total Pembiayaan secara bersih (net) kurang dari 5% (lima persen); dan b. rasio KP bermasalah dari total KP atau rasio PP bermasalah
dari total PP secara bruto
Dengan penyempurnaan ketentuan ini, diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan dalam
rangka
meningkatkan
permintaan
domestik guna terus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
(gross) kurang dari 5% (lima persen).
Relaksasi ketentuan LTV dan FTV ini yang berbarengan
3. Kredit tambahan (top up) oleh Bank Umum dan
dengan implementasi kebijakan tax amnesty serta
Pembiayaan baru oleh Bank Umum Syariah atau
mulai membaiknya perkembangan ekonomi nasional
Unit Usaha Syariah yang merupakan tambahan
dan regional Bali, diharapkan dapat menjadi stimulus
dari pembiayaan sebelumnya menggunakan Rasio
sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi Bali pada
LTV KP atau rasio FTV PP yang sama sepanjang
tahun 2016. Kebijakan ini juga akan berpotensi
KP atau PP tersebut memiliki kualitas lancar. Hal
meningkatkan gairah dan menjadi pendorong pelaku
yang sama juga berlaku untuk KP atau PP yang
usaha properti, khususnya pengembang rumah tapak
diambil alih (take over) dengan kredit tambahan
di Bali untuk melakukan ekspansi dan pengembangan
(top up) atau disertai dengan Pembiayaan baru.
produk baru.
48
Foto oleh: Agus Mulyawan Dana
ran Usman
BAB II
Foto oleh: Um
KEUANGAN PEMERINTAH
49
50
Keuangan Pemerintah
2.1.
GAMBARAN UMUM
Sementara itu, realisasi belanja APBN di Provinsi Bali
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
pada triwulan laporan mencapai Rp 3,37 triliun atau
Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
sebesar 31,55% dari total realisasi belanja pemerintah
dijelaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja
di Provinsi Bali. Sementara itu, realisasi belanja APBD
Daerah
Provinsi mencapai Rp 1,81 triliun atau sebesar 16,88%
(APBD)
merupakan
rencana
keuangan
tahunan Pemerintahan Daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD secara garis besar terdiri atas pendapatan daerah dan belanja-transfer daerah. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sementara belanja daerah adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Sehingga APBD menggambarkan arah dan skala prirotas serta kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan di daerahnya. Dalam penyusunan APBD, diharapkan setiap daerah dapat melakukan sinergi dengan kebijakan penganggaran dengan berbagai kebijakan Pemerintah Pusat.
dari total realisasi belanja pemerintah. Secara umum, perkembangan realisasi belanja dan pendapatan pemerintah pada triwulan laporan dipengaruhi perkembangan
oleh
beberapa
ekonomi
faktor
regional
Bali
meliputi, triwulan
berjalan yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, adanya faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan sehingga mendorong realisasi belanja pemerintah khususnya belanja pegawai melalui pembayaran gaji PNS ke-13 dan THR (gaji ke- 14). Selain itu, akselerasi pembangunan proyek infrastruktur dalam upaya meningkatkan konektivitas ikut mendorong peningkatan realisasi belanja modal dan kebijakan pemutihan untuk pajak
Anggaran keuangan pemerintah daerah di Bali terdiri
kendaraan oleh Provinsi Bali yang mulai berlaku 20
atas anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD
Juni 2016 menahan laju Pendapatan Asli Daerah
Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota) dan keuangan
(PAD).
pemerintah pusat di daerah (APBN di Bali), dengan share terbesar adalah anggaran APBD Kabupaten/ Kota. Pada tahun anggaran 2016, pagu anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di Bali mencapai Rp 31,42 triliun yang terbagi atas APBD Provinsi 19%, APBD Kabupaten/Kota sebesar 54% dan APBN di Bali 27%. Sementara itu, pagu pendapatan daerah pada tahun 2016 sebesar Rp 21,61 triliun terbagi atas APBD Provinsi sebesar 26% dan APBD Kabupaten/Kota sebesar 74%.
2.2.
REALISASI APBD PROVINSI BALI
TRIWULAN II 2016
Realisasi pendapatan pemerintah daerah menunjukkan perlambatan di periode triwulan II 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja, justru menunjukkan peningkatan untuk periode yang sama. Serapan pendapatan triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 2,572 triliun atau sebesar 45,78% terhadap pagu APBD 2016. Capaian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan serapan
Realisasi belanja sampai dengan triwulan II 2016,
pendapatan pada triwulan II 2015 yang sebesar
mencatat porsi terbesar dikontribusikan oleh realisasi
49,38%. Sementara itu, realisasi belanja triwulan II
belanja APBD Kab/Kota, dibandingkan dengan
2016 sebesar Rp 1,806 triliun atau sebesar 30,36%
kelompok belanja lainnya. Realisasi belanja APBD
dari pagu anggaran, meningkat dibandingkan dengan
Kab/Kota di triwulan II 2016 mencapai Rp 5,52 triliun
realisasi belanja triwulan II 2015 yang terserap sebesar
atau sebesar 51,56% dari total realisasi belanja
25,15%.
Pemerintah di Provinsi Bali di triwulan laporan.
Keuangan Pemerintah
51
Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Provinsi Bali 2015-2016 (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Secara nominal, jumlah pendapatan yang terserap
2.2.1. Penyerapan Pendapatan Triwulan II 2016
pada triwulan II 2016 lebih tinggi dibandingkan
Total anggaran pendapatan Pemprov Bali tahun 2016
triwulan II 2015. Tercatat, realisasi pendapatan di
sebesar Rp 5,62 triliun. Jumlah tersebut meningkat
triwulan laporan sebesar Rp 2,572 triliun, meningkat
sebesar 14,66% dibandingkan APBD tahun 2015 yang
sebesar 6,30% dibandingkan penyerapan triwulan II
tercatat sebesar Rp 4,9 triliun. Peningkatan tertinggi
2015 yang sebesar Rp 2,42 triliun. Serapan pendapatan
berasal dari pendapatan transfer (dana perimbangan)
di triwulan laporan juga mengalami peningkatan
yang meningkat 71,66% menjadi Rp 1,95 triliun dari
sebesar 17,63% dibandingkan penyerapan triwulan
sebelumnya Rp 1,13 triliun. Peningkatan ini terutama
sebelumnya yang sebesar Rp 1,182 triliun. Begitu
didorong oleh meningkatnya Dana Alokasi Khusus,
pula dengan belanja yang meningkat menjadi Rp
dengan share anggaran terbesar dipergunakan untuk
1,81 triliun atau naik sebesar 29,13% dibandingkan
anggaran untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS) yang
periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara
dikelola oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Peningkatan
itu, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
juga terjadi pada komponen Pendapatan Asli Daerah
yang sebesar Rp 468,81 miliar, realisasi pendapatan
(PAD) yang meningkat sebesar 13,08% menjadi
di triwulan laporan meningkat sebesar 285%.
Rp 3,38 triliun dari sebelumnya Rp 2,99 triliun.
Pemerintah Provinsi Bali tercatat mengalami surplus pada triwulan II 2016, yaitu sebesar Rp 766,48 miliar seiring dengan realisasi pendapatan yang lebih besar bila dibandingkan dengan realisasi belanja. Kondisi
Sementara itu, komponen lain-lain pendapatan yang sah di periode yang sama mengalami penurunan sebesar -61,25% dibandingkan perode yang sama tahun sebelumnya.
yang mencatatkan surplus ini serupa dengan pola
2.2.1.1. Penyerapan Pendapatan APBD Provinsi
belanja pemerintah triwulan II selama kurun waktu
lima tahun terakhir. Suprlus pada triwulan II 2016
Total pagu anggaran pendapatan Pemrov Bali
lebih rendah dibandingkan triwulan II 2015 yang
tahun 2016 sebesar Rp 5,62 triliun. Jumlah tersebut
tercatat sebesar Rp 1,02 triliun.
meningkat sebesar 14,66% dibandingkan pagu
Bali Triwulan II 2016
anggaran pendapatan tahun 2015 yang tercatat
52
Keuangan Pemerintah
Tabel 2.2 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali 2015-2016 (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
sebesar Rp 4,90 triliun. Peningkatan pagu anggaran
Penyerapan pendapatan Provinsi Bali sampai dengan
tertinggi berasal dari dana pendapatan transfer yang
triwulan II 2016 sebesar 45,78% dari APBD 2016,
meningkat sebesar 71,66% menjadi Rp 1,956 triliun
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015
dari sebelumnya Rp 1,134 triliun. Peningkatan ini
yang sebesar 49,38%. Realisasi di triwulan ini juga
utamanya didorong oleh meningkatnya Dana Alokasi
lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata realisasi
Khusus (DAK) untuk Biaya Operasional Sekolah (BOS)
pendapatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir
yang sejak tahun 2016 BOS SMA/SMK dikelola oleh
yang sebesar 50,51%. Rendahnya pencapaian realisasi
Dinas Pendidikan Provinsi dari sebelumnya dikelola
pendapatan tersebut akibat penerimaan yang lebih
oleh Kabupaten/Kota. Peningkatan juga terjadi
rendah di seluruh komponen, baik PAD, pendapatan
pada komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
transfer dan lain-lain pendapatan yang sah. Secara
meningkat sebesar 13,08% menjadi Rp 3,379 triliun
nominal, realisasi pendapatan pada periode triwulan
dari sebelumnya Rp 2,988 triliun. Sementara itu,
II 2016 tetap mengalami pertumbuhan dibanding
komponen lain-lain pendapatan yang sah menurun
triwulan II 2015, dengan pertumbuhan sebesar
sebesar 62,25% menjadi Rp 294,03 miliar dari
6,30%. Pertumbuhan ini, terutama didorong oleh
sebelumnya Rp 778,98 miliar.
pertumbuhan komponen dana transfer sementara
Keuangan Pemerintah
53
untuk,
komponen
justru
mengalami
BOS kepada pemerintah provinsi. Sementara itu,
realisasi
penyerapan
pangsa realisasi komponen lain-lain pendapatan yang
pendapatan (PAD dan lain-lain pendapatan yang sah).
sah terhadap realisasi penyerapan total pendapatan
penurunan
nilai
lainnya
nominal
Penurunan realisasi PAD dan penurunan realisasi penyerapan pendapatan transfer ikut mempengaruhi
sebesar 4,18%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 14,26%.
realisasi penyerapan pendapatan daerah pada periode
Berdasarkan komponen PAD, sumber pendapatan
triwulan II 2016. Hal tersebut dikarenakan, sumber
utamanya berasal dari pendapatan pajak daerah,
utama pendapatan daerah Provinsi Bali berasal dari
dengan peran (pangsa) sebesar 79,20% terhadap
kedua pos tersebut. Pangsa realisasi penyerapan dana
total
PAD terhadap realisasi penyerapan total pendapatan
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
di triwulan II 2016 adalah sebesar 57,18%, lebih
(11,72%) dan lain-lain PAD yang sah (7,15%) serta
tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun
retribusi daerah sebesar 1,94%. Pada periode triwulan
sebelumnya yang sebesar 51,82%. Peningkatan
laporan, realisasi pajak daerah cenderung lebih
pangsa
adanya
rendah, sehingga menyebabkan penurunan realisasi
peningkatan di sub komponen hasil pengelolaan
penyerapan total pendapatan secara keseluruhan.
kekayaan daerah yang dipisahkan. Peningkatan
Tercatat, realisasi pajak daerah sebesar 38,20%, lebih
pada sub komponen ini, terutama didorong oleh
rendah dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
adanya peningkatan realisasi pendapatan dari laba
lalu yang mencapai 47,03%. Rendahnya realisasi
atas penyertaan modal Pemerintah Provinsi Bali
pajak daerah ini, disebabkan oleh melambatnya
pada perusahaan milik daerah/BUMD, yang tumbuh
pertumbuhan
sebesar 65,73% (yoy) pada triwulan II 2016, yaitu
periode triwulan laporan, terutama disebabkan oleh
menjadi sebesar Rp 170,53 miliar dari triwulan II
penurunan penjualan kendaraan jenis niaga (pick up)
2015 yang sebesar Rp 102,89 miliar. Sementara
dan perlambatan penjualan kendaraan bermotor roda
itu, pangsa realisasi komponen penyerapan dana
dua. Penurunan Hal ini disebabkan oleh masyarakat
pendapatan
yang
ini,
terutama
transfer
didorong
terhadap
oleh
realisasi
total
pendapatan
masih
transfer,
pendaftaran
memfokuskan
diikuti
oleh
kendaraan
untuk
hasil
baru
di
pemenuhan
penyerapan pendapatan sebesar 38,64%, lebih tinggi
kebutuhan primer dan adanya kecenderungan untuk
dibandingkan dengan pangsa di triwulan II 2015 yang
menunda pembelian kendaraan baru. Selain itu,
sebesar 23,89%. Peningkatan ini terutama berasal dari
adanya pembebasan denda untuk Pajak Kendaraan
meningkatnya alokasi DAK terkait dengan pemberian
Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang berlaku pada 20 Juni 2016, ikut mendorong penurunan pendapatan pajak. Kedua
4%
kondisi tersebut, menyebabkan serapan pajak Bea PEND. ASLI DAERAH (PAD)
39%
PENDAPATAN TRANSFER
PENDAPATAN
57%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH
Balik Kendaraan Bermotor (BBNKB) menjadi rendah. Meskipun demikian, penurunan pajak daerah ini dapat sedikit ditahan oleh kenaikan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan retribusi daerah, sehingga penurunan realisasi pendapatan
Grafik 2.1 Share Anggaran Komponen Pendapatan
54
Keuangan Pemerintah
tidak terlalu dalam. Pada triwulan laporan, hasil
pengelolaan
kekayan
daerah
yang
dipisahkan
2.2.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Bali
secara nominal meningkat menjadi 160,10%, dari
sebelumnya 99,38% pada triwulan II 2015.
Pada tahun 2016, APBD Provinsi Bali tercatat sebesar
Selanjutnya komponen Pendapatan Transfer (Dana Perimbangan),
sumber
pendapatan
utamanya
berasal dari DAU, dengan pangsa (peran) sebesar 49,89% dari total dana pendapatan transfer, diikuti oleh Dana Alokasi Khusus/DAK (40,94%) dan Dana Bagi Hasil (9,16%). Realisasi penyerapan komponen pendapatan transfer pada periode triwulan laporan tercatat sebesar 51,07% lebih tinggi dibandingkan periode triwulan II 2015 yang sebesar 50,99%.
Triwulan II 2016
Rp 5,95 triliun atau meningkat sebesar 6,96% dibandingkan APBD tahun sebelumnya yang sebesar Rp 5,56 triliun. Peningkatan tertinggi dialami oleh komponen belanja tidak langsung, yang meningkat sebesar 11,58% menjadi Rp 4,27 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 3,82 triliun. Peningkatan anggaran belanja tidak langsung ini terutama didorong oleh meningkatnya komponen belanja hibah dan belanja bantuan sosial.
Peningkatan realisasi penyerapan komponen ini,
Sementara itu, anggaran belanja langsung justru
terutama
realisasi
mengalami penurunan. Anggaran belanja langsung
penyerapan DAK dari 18,20% pada triwulan II 2015
menurun menjadi Rp 1,68 triliun, atau turun sebesar
menjadi 43,18% di triwulan laporan. Meningkatnya
3,2% dari sebelumnya yang sebesar Rp Rp 1,74
DAK ini akibat penyesuaian pengelolaan BOS SMA/
triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
SMK dari kabupaten/kota menjadi provinsi di tahun
penurunan anggaran belanja barang dan jasa yang
2016. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
mencapai 23,42%. Sedangkan anggaran belanja
tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, pengelolaan
modal menunjukkan peningkatan sebesar 26,60%
SMA/SMK saat ini berada dalam kewenangan
yang
pemerintah provinsi. adapun alokasi pemeberian
pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan
BOS di tahun 2016 tercatat sebesar Rp 759 miliar.
rumah sakit indera serta rumah sakit provinsi Bali
Peningkatan realisasi juga terjadi pada DBH yang
Mandara.
didorong
oleh
peningkatan
meningkat menjadi sebesar 59,26%, dari sebelumnya 40,87% di triwulan II 2015. Sedangkan realisasi DAU tercatat stabil dengan realisasi sebesar 58,33%.
dipergunakan
selain
untuk
mendukung
Selanjutnya, komposisi anggaran belanja tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pola historis beberapa tahun terakhir. Anggaran belanja pada APBD tahun
Lebih lanjut, komponen lain-lain pendapatan daerah
2016 masih didominasi oleh belanja tidak langsung
yang sah tercatat mengalami penurunan. Pada
dengan pangsa 71,74%, meningkat dibandingkan
triwulan laporan, realisasi pos ini tercatat sebesar
APBD tahun 2015 dengan pangsa 68,77%. Sementara
36,56%, menurun dibandingkan triwulan yang sama
itu, porsi anggaran belanja langsung di tahun 2016
di tahun 2015 yang sebesar 44,30%. Secara nominal,
tercatat sebesar 28,26%, menurun dibandingkan
realiasi penyerapan komponen ini juga mengalami
APBD tahun 2015 dengan pangsa sebesar 31,23%.
penurunan sebesar 68,85% dibandingkan realisasi penyerapan pada triwulan yang sama tahun 2015. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dana penyesuaian otonomi khusus dari Rp 261 miliar pada triwulan II 2015 menjadi hanya sebesar Rp 5 miliar pada triwulan II 2016.
Pada periode triwulan II 2016, realisasi belanja Provinsi Bali sebesar Rp 1,806 triliun atau mencapai 30,36% dari total anggaran belanja tahun 2016. Pencapaian realisasi belanja ini, lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode triwulan yang sama tahun 2015 yang
Keuangan Pemerintah
55
Tabel 2.3 Anggaran Belanja Provinsi Bali 2015-2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
sebesar 25,15%. Meningkatnya realisasi belanja ini
Pencapaian realisasi belanja tidak langsung mengalami
terjadi baik pada realisasi belanja langsung maupun
peningkatan pada triwulan laporan. Realisasi pada
realisasi belanja tidak langsung.
triwulan II 2016 tercatat sebesar 29,89% dari total anggaran belanja daerah tahun 2016, lebih tinggi bila
Tabel 2.4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Bali Triwulan II 2015-2016
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
56
Keuangan Pemerintah
dibandingkan dengan realisasi belanja pada periode
belanja barang dan jasa sebesar Rp 280,38 miliar atau
triwulan II 2015 yang sebesar 25,98%. Apabila
telah terserap sebesar 36,24% dari total anggaran.
ditinjau dari komponennya, belanja tidak langsung
Realisasi ini meningkat dibandingkan periode yang
terutama digunakan untuk belanja hibah, belanja
sama tahun lalu yang sebesar 27,87%. Peningkatan
pegawai dan belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota
juga terjadi pada sub komponen belanja pegawai
dan Pemda dengan masing-masing pangsa sebesar
yang tercatat sebesar Rp 34,85 miliar atau terserap
30,96%; 28,56% dan 16,05% dari total belanja tidak
sebesar 33,99% dari total anggaran. Capaian ini,
langsung.
lebih tinggi dibandingkan penyerapan anggaran
Komponen belanja bagi hasil kepada Prov/Kab/Kota dan Pemda mengalami peningkatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada periode
belanja di periode yang sama tahun lalu yang sebesar 34,76%, atau dengan nilai nominal sebesar Rp 31,50 miliar.
triwulan laporan, realisasi komponen tersebut sebesar
Sementara itu, realiasi belanja modal pada triwulan II
17,81%, lebih rendah bila dibandingkan dengan
2016 meningkat menjadi 26,72% atau tercatat sebesar
triwulan II 2015 yang sebesar 18,37%. Turunnya
Rp 215,05 miliar. Angka ini meningkat dibandingkan
realisasi ini sejalan dengan menurunnya PAD provinsi
triwulan II 2015 yang sebesar 14,43% atau tercatat
yang kemudian berdampak pada belanja bagi hasil
sebesar Rp 91,74 miliar. Peningkatan realisasi belanja
yang diberikan kepada Kab/Kota seperti terangkum
modal yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi pada
pada grafik 2.2.
awal tahun dan upaya untuk mengejar realisasi pembangunan beberapa proyek infrastruktur fisik dan mesin serta peralatan merupakan faktor pendorong
Rp Triliun 7,00 6,00
meningkatnya serapan anggaran untuk keseluruhan
5,00
pos belanja modal pada triwulan laporan. Adapun
4,00
realisasi belanja modal banyak digunakan untuk
3,00
2,00
pembangunan jalan dan pembangunan gedung
1,00
termasuk penyelesaian pembangunan rumah sakit
0,00
2012
2013
Belanja Lansung
2014
2015
2016
Belanja Tidak Langsung
Grafik 2.2 Perkembangan Anggaran Belanja Provinsi Bali 2012-2016
indera dan provinsi Bali Mandara. 2.3.
REALISASI APBD KABUPATEN/KOTA
PROVINSI BALI TRIWULAN II 2016
2.3.1. Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/
Kota Provinsi Bali Triwulan II 2016
Pada komponen belanja langsung, terjadi peningkatan
Pagu
anggaran
pendapatan
penyerapan anggaran belanja dibandingkan triwulan
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk tahun 2016
II 2015. Penyerapan belanja langsung meningkat
menunjukkan
dari 23,31% di periode triwulan II 2015 menjadi
anggaran pendapatan tahun 2015. Total pagu
31,54% pada triwulan II 2016. Peningkatan realisasi
anggaran pendapatan daerah untuk 9 kab/kota
belanja, terjadi pada semua jenis sub komponen
tercatat tumbuh sebesar 21, 41% (yoy), yaitu
belanja langsung baik belanja pegawai, belanja
meningkat dari Rp 13,18 triliun di tahun 2015 menjadi
modal maupun belanja barang dan jasa. Realisasi
Rp 15,99 triliun pada tahun 2016, seluruh kab/kota
peningkatan
(APBD)
pada
dibandingkan
Keuangan Pemerintah
9
pagu
57
menunjukkan peningkatan anggaran di tahun 2016
terendah, diperoleh Kabupaten Gianyar, yang hanya
dibandingkan tahun 2015. Berdasarkan jenisnya,
tumbuh sebesar 8,30% (yoy), dengan nilai nominal
peningkatan pagu tertinggi adalah pada komponen
tercatat sebesar Rp 1,45 triliun. Selanjutnya, daerah
pendapatan
sebesar
dengan pagu anggaran tertinggi di tahun 2016
44,69% (yoy), sedangkan PAD tumbuh sebesar
adalah Kabupaten Badung dengan nilai nominal pagu
13,51% (yoy), sementara lain-lain pendapatan yang
anggaran pendapatan tercatat sebesar Rp 3,83 triliun,
sah justru mengalami penurunan sebesar 16,80%
atau dengan pangsa mencapai 23,47% dari total
(yoy).
pagu anggaran 9 Kab/Kota di Provinsi Bali pada tahun
transfer,
yang
meningkat
Berdasarkan daerahnya, peningkatan pagu anggaran tertinggi diperoleh Kabupaten Karangasem yang meningkat sebesar 42,65% (yoy) dengan nilai nominal pendapatan daerah tercatat sebesar Rp 1,77 triliun. Sedangkan peningkatan pagu anggaran pendapatan
2016. Sementara itu, daerah dengan pagu anggaran pendapatan terendah adalah Kabupaten Bangli dengan nominal sebesar Rp 908,16 miliar. Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya, Kabupaten Bangli juga menjadi Kabupaten dengan pagu anggaran pendapatan terendah.
Tabel 2.5 Pagu Anggaran Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Tabel 2.6 Realisasi Nominal Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
58
Keuangan Pemerintah
Perkembangan realisasi pendapatan daerah untuk 9
sebesar 4,91% (yoy) dan juga penurunan lain-
kabupaten/kota pada triwulan II 2016 menunjukkan
lain pendapatan yang sah sebesar 99,81% (yoy) di
peningkatan secara nominal dibandingkan periode
triwulan II 2016.
yang sama tahun 2015. Adapun daerah dengan realisasi nominal pendapatan tertinggi dicatat oleh Kota Denpasar yang meningkat sebesar 34,48% (yoy), yaitu tumbuh dari Rp 686,65 miliar di triwulan II 2015 menjadi Rp 923,38 miliar pada triwulan II 2016. Peningkatan ini, terutama didorong oleh tingginya realisasi PAD yang tumbuh mencapai 21,57% (yoy) di triwulan II 2016. Peningkatan pendapatan transfer
Kabupaten Jembrana mencatat realisasi nominal pendapat terendah pada triwulan II 2016, yang pada triwulan II 2015 posisi ini dicapai oleh Kabupaten Bangli. Untuk triwulan II 2016, dengan pagu anggaran pendapatan terendah, Kabupaten Bangli mencatat realisasi nominal pendapatan yang lebih tinggi dari Kabupaten Jembrana.
Kota Denpasar yang sebesar 51,15% (yoy), juga ikut
Selanjutnya, realisasi penyerapan pendapatan seluruh
mendorong peningkatan total pendapatan daerah di
kabupaten/kota di Provinsi Bali pada triwulan II
triwulan II 2016.
2016 menunjukkan penurunan, yaitu dari 48,93%
Selanjutnya, daerah dengan pertumbuhan realisasi nominal pendapatan terendah pada triwulan II 2016 adalah Kabupaten Buleleng. Pertumbuhan realisasi nominal pendapatan Kabupaten Buleleng hanya mencapai 5,75% (yoy), dengan nilai nominal tercatat sebesar Rp 919,19 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 869,14 miliar. Rendahnya pertumbuhan realisasi nominal pendapatan di Kabupaten Buleleng, terutama disebabkan penurunan realisasi pendapatan
di triwulan II 2015 menjadi 47,48% pada periode triwulan II 2016. Jika memperhatikan realisasi penyerapan pendapatan setiap kabupaten/kota di triwulan II 2016, terdapat 4 kabupaten/kota yang menunjukkan penyerapan
peningkatan pendapatan
persentase
realisasi
dibandingkan
periode
yang sama tahun sebelumnya yaitu Kota Denpasar, Kabupaten
Gianyar,
Kabupaten
Badung
dan
Kabupaten Bangli. Sedangkan 5 daerah kabupaten lainnya menunjukkan penurunan persentase realisasi penyerapan pendapatan.
Tabel 2.7 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Keuangan Pemerintah
59
Daerah dengan persentase realisasi pendapatan
Selanjutnya, peningkatan pagu anggaran belanja
tertinggi di triwulan II 2016 adalah Kabupaten
tertinggi diperoleh Kabupaten Karangasem dengan
Gianyar, dengan persentase mencapai 55,45%.
persentase mencapai 40,97%, dengan nilai nominal
Tingginya realisasi Kabupaten Gianyar didorong
anggaran belanja sebesar Rp 1,81 triliun, sedangkan
oleh tingginya realisasi PAD yang mencapai 52,83%
peningkatan anggaran belanja terendah adalah
dan pendapatan transfer yang mencapai 62,46%.
Kabupaten Badung, dengan peningkatan sebesar
Sedangkan daerah dengan persentase realisasi
15,12%, dengan nilai nominal Rp 4,06 triliun,
penyerapan pendapatan terendah di triwulan II
sekaligus merupakan kabupaten dengan anggaran
2016
dengan
belanja tertinggi di tahun 2016. Sementara daerah
persentase 43,46% yang disebabkan menurunnya
dengan pagu anggaran terendah di tahun 2016
realisasi penyerapan pendapatan dari komponen PAD
adalah Kabupaten Klungkung dengan nilai nominal
dibandingkan triwulan II 2015.
sebesar Rp 1,13 triliun.
2.3.2. Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota
Realisasi belanja Kabupaten/kota pada triwulan II
2016 menunjukkan peningkatan yang signifikan
adalah
Kabupaten
Karangasem,
Provinsi Bali Triwulan II 2016
Pagu anggaran belanja APBD Kabupaten/Kota pada
dibandingkan triwulan II 2015. Realisasi belanja
periode tahun 2016 menunjukkan peningkatan bila
di triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp 5,51 triliun,
dibandingkan dengan tahun 2015. Jumlah pagu
meningkat sebesar 27,47% (yoy) dibandingkan
anggaran belanja kab/kota tercatat sebesar Rp 17,36
triwulan yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar
triliun, atau meningkat 24,07 % (yoy) dibandingkan
Rp 4,33 triliun.
periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 13,99 triliun. Peningkatan pagu angggaran belanja terjadi baik untuk belanja tidak langsung (meningkat 15,25%) dan belanja tidak langsung (meningkat 39,86%). Seluruh kab/kota di Provinsi Bali menunjukkan peningkatan pagu anggaran di tahun 2016 dibandingkan tahun sebelumnya.
Daerah dengan peningkatan tertinggi untuk realisasi belanja di triwulan II 2016 adalah Kabupaten Gianyar yang meningkat mencapai 46,62%, yaitu dari Rp 453,67 miliar di triwulan II 2015 menjadi Rp 665,18 miliar. Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan belanja langsung (42,52%) dan belanja
Tabel 2.8 Pagu Anggaran Belanja 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Tahun 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
60
Keuangan Pemerintah
tidak langsung (58,81%). Peningkatan tersebut
Persentase realisasi belanja Pemda kab/kota pada
disebabkan oleh upaya pemerintah Kabupaten Gianyar
triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan bila
untuk mempercepat penyelesaian pembangunan
dibanding triwulan II 2015. Kebijakan Pemerintah
proyek infrastruktur berupa pembangunan/perbaikan
daerah
jalan, jembatan, gedung kantor dengan total alokasi
belanja, khususnya untuk belanja barang dan belanja
belanja modal di tahun 2016 tercatat sebesar Rp
modal mendorong peningkatan realisasi belanja
460 miliar. Upaya yang ditempuh antara lain melalui
di triwulan II 2016. Selain itu, adanya pembayaran
percepatan kegiatan pengadaan dan lelang proyek
gaji PNS ke-13 dan THR (gaji ke-14), mendorong
mendorong peningkatan realiasasi belanja Pemerintah
akselerasi belanja pegawai. Secara umum, persentase
Daerah Kabupaten Gianyar di triwulan II 2016. Di sisi
realisasi belanja kab/kota di triwulan II 2016 mencapai
lain peningkatan realisasi anggaran belanja terendah
31,77%, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang
dialami oleh Kabupaten Karangasem, yang tumbuh
sama tahun sebelumnya 30,92%. Adapun daerah
sebesar 7,11% (yoy) dengan nilai nominal realisasi
dengan persentase realisasi belanja tertinggi adalah
belanja tercatat sebesar Rp 475,83 miliar di triwulan
Kabupaten Tabanan, dengan persentase realisasi
II 2016.
belanja mencapai 38,43% dari total anggaran belanja
untuk
mendorong
percepatan
realisasi
Tabel 2.9 Realisasi Persentase Pendapatan Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali Tabel 2.10 Realisasi Persentase Belanja Per Jenis Pendapatan 9 Kab/Kota di Wilayah Provinsi Bali Periode Triwulan II 2015-2016
Jembrana
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Bali
Keuangan Pemerintah
61
tahun 2016. Sementara Kabupaten Karangasem
triliun. Sedangkan belanja modal di tahun 2016
merupakan Kabupaten dengan persentase realisasi
memiliki pangsa sebesar 21% dengan nilai nominal
belanja terendah yang baru mencapai 26,33% di
tercatat sebesar Rp 1,79 triliun, lebih rendah baik
triwulan II 2016.
secara porsi maupun nominal dibandingkan tahun
2.4.
REALISASI APBN PROVINSI BALI
TRIWULAN II 2016
2015 dengan pangsa sebesar 25% dan nominal tercatat Rp 2,38 triliun. Penurunan pangsa dan
2.4.1. Realisasi Belanja APBN Provinsi Bali
Triwulan II 2016
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Provinsi Bali pada tahun 2016 mengalami penurunan sejalan dengan upaya pemerintah yang melakukan
nominal juga terjadi pada anggaran bantuan sosial dari sebelumnya memiliki porsi sebesar 2% dan nominal tercatat Rp 188, 42 miliar, turun pada tahun 2016 dengan porsi 0,9% dan nominal sebesar Rp 7,98 miliar.
penghematan anggaran. Kebijakan ini ditempuh dalam rangka menekan defisit anggaran pada tahun 2016, seiring dengan potensi tidak tercapainya target
APBN 2016
penerimaan. Tercatat, terjadi penurunan anggaran APBN sebesar 9,3% (yoy), dari sebelumnya pada triwulan II 2015 sebesar Rp 9,38 triliun menjadi Rp 8,51 triliun pada triwulan II 2016. Anggaran
tertinggi
dialokasikan
0%
21%
41%
Barang Modal Bantuan Sosial
38% untuk
Pegawai
belanja
pegawai untuk kementerian/ lembaga vertikal yang beroperasi di Provinsi Bali. Adapun porsi anggaran
Grafik 2.3 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali 2016
terbesar APBN di Provinsi Bali di tahun 2016 adalah
2%
untuk belanja pegawai dengan pangsa mencapai 41% dengan nominal sebesar Rp 3,53 triliun, lebih tinggi dibandingkan porsi di tahun 2015 yang mencapai 38% dengan nilai nominal sebesar Rp 3,52 triliun. Belanja barang memiliki pangsa 38% dengan nilai nominal mencapai Rp 3,19 triliun, porsinya lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 35%
25%
APBN 2015
38%
35%
Pegawai Barang Modal Bantuan Sosial
namun dengan nilai nominal yang lebih rendah dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 3,29
Grafik 2.4 Pangsa Belanja APBN Provinsi Bali 2015
Tabel 2.11 Realisasi APBN Provinsi Bali Triwulan II 2015-2016
Sumber: Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi bali
62
Keuangan Pemerintah
Realisasi belanja APBN di wilayah Provinsi Bali
oleh adanya kebijakan pembayaran gaji ke 13 pada
pada triwulan II 2016 menunjukkan peningkatan
minggu ke-2 Juni 2016 dan pembayaran THR (gaji ke-
dibandingkan triwulan II 2015. Peningkatan realisasi
14) di minggu ke- 4 Juni 2016.
ini, terutama didorong oleh peningkatan realisasi yang signifikan untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Kebijakan pemerintah untuk mempercepat realisasi anggaran melalui pelaksanaan pengadaan dan lelang khususnya untuk belanja modal dan barang ikut menentukan percepatan realisasi belanja di triwulan II 2016. Pada triwulan II 2016, realisasi belanja APBN mencapai 39,66%, lebih tinggi dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 27,33%.
Selanjutnya, realisasi belanja barang juga menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2016 dengan capaian sebesar 34,52% dengan nominal tercatat sebesar Rp 1,10 triliun atau meningkat sebesar 47,32% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 747,57 miliar atau dengan persentase capaian sebesar 22,71% dari total anggaran. Dalam upaya memberikan stimulus pada perekonomian dan upaya untuk mendorong peningkatan konektivitas antar daerah, pemerintah
Secara nominal, realisasi belanja APBN di triwulan
juga mendorong akselerasi belanja modal. Hal ini juga
II 2016 tercatat sebesar Rp 3,37 triliun, meningkat
terlihat dari realisasi belanja modal APBN, yang juga
sebesar 31,60% (yoy) dibandingkan triwulan II 2015
menunjukkan peningkatan yang signifikan (dari sisi
yang sebesar Rp 2,56 triliun. Peningkatan realisasi
nominal) di triwulan II 2016 sebesar 42,36% (yoy),
belanja yang signifikan secara nominal tersebut,
yaitu dari Rp 255,81 triliun menjadi Rp 364,17 triliun.
terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan
Peningkatan tersebut, juga ikut mendorong realisasi
realisasi belanja modal dan realisasi barang yang
pencapaian belanja modal dari 10,75% ditriwulan II
masing-masing tumbuh di atas 40% (yoy). Kebijakan
2015 menjadi 20,39% di triwulan II 2016. Sementara
untuk mendorong akselerasi belanja pemerintah
belanja bantuan sosial mengalami penurunan pada
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi,
triwulan II 2016 dibandingkan periode yang sama
telah memberikan akselerasi pada pertumbuhan
tahun sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun
ekonomi Bali di triwulan II 2016 yang tumbuh lebih
persentase realisasi.
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan realisasi belanja APBN di triwulan II 2016
Realisasi komponen belanja pegawai di triwulan II
juga didorong oleh peningkatan realisasi dana desa
2016 tercatat sebesar Rp 1,91 triliun dengan realisasi
dengan persentase di triwulan II 2016 telah mencapai
mencapai 54,12% dari total anggaran, lebih tinggi
60% dari total anggaran dana desa 2016, dengan
dibandingkan nominal realisasi triwulan II 2015
nominal tercatat sebesar Rp 249,76 miliar. Capaian
yang tercatat sebesar Rp 1,49 triliun atau dengan
realisasi dana desa ini jauh lebih tinggi dibandingkan
persentase realisasi mencapai 42,24%. Tingginya
triwulan II 2015 yang hanya mencapai persentase
realisasi belanja pegawai di triwulan II 2016, didorong
38,25% dan nominal sebesar Rp 70,93 miliar.
Keuangan Pemerintah
63
Halaman ini sengaja dikosongkan
64
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
Foto oleh: Agus Mulyawan Dana
BAB III
Foto oleh: Agus Mulyawan Dana
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
65
66
Perkembangan Inflasi Daerah
3.1.
PERKEMBANGAN UMUM INFLASI
Pada triwulan II 2016, inflasi Bali mengalami penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya,
masih berada pada rentang proyeksi Bank Indonesia pada keseluruhan Tahun 2016. Pada triwulan II 2016 inflasi Bali tercatat sebesar 2,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,45% (yoy). Berdasarkan kota sampel inflasi di Bali, inflasi tertinggi masih terjadi di Kota Singaraja yang tercatat sebesar 3,83% (yoy) pada triwulan II 2016. Realisasi inflasi di Singaraja berada di atas inflasi Kota Denpasar yang tercatat sebesar 2,78% (yoy). Meski tercatat relatif tinggi pada triwulan II 2016, inflasi Kota Singaraja pada periode ini tercatat jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,72% (yoy). Terjaganya inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 merupakan bukti kerja dan sinergi Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia dalam rangkaian kegiatan pengendalian inflasi yang dilakukan melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi pada triwulan II tahun 2016 disebabkan oleh semua kelompok baik volatile food, core inflation maupun administered prices.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.2 Perkembangan Inflasi Nasional dan Provinsi Bali (% yoy)
Sementara berdasarkan realisasi inflasi hingga Juli 2016, Bali mengalami inflasi sebesar 0,57% (mtm), berada dibawah laju inflasi Nasional yang tercatat inflasi sebesar 0,69% (mtm). Secara tahunan inflasi Bali tercatat sebesar 2,61% (yoy), juga tercatat berada dibawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 3,21% (yoy). Inflasi kumulatif Bali pada Januari–Juli 2016 tercatat sebesar 1,63% (ytd). Sementara inflasi kumulatif nasional Januari–Juli 2016 sebesar 1,76% (ytd). Secara spasial, inflasi Bali pada Juli 2016 didorong oleh peningkatan indeks harga konsumen (IHK) di kedua kota sampel Denpasar dan Singaraja, yang tercatat inflasi sebesar 0,51% (mtm) di Denpasar dan 0,88% (mtm) di Singaraja. Secara tahunan inflasi Kota Denpasar pada Juli 2016 tercatat sebesar 2,35% (yoy), sementara inflasi tahunan Singaraja tercatat mencapai 3,83% (yoy). Dengan demikian akumulasi inflasi Januari – Juli pada Tahun 2016 Kota Denpasar tercatat sebesar 1,43% (ytd), angka ini tercatat lebih rendah dari periode yang sama pada Tahun 2015 yang tercatat sebesar 1,78% (ytd). Sementara akumulasi inflasi Januari – Juli 2016 di Singaraja tercatat sebesar 2,54% (ytd), tercatat lebih tinggi dari periode yang
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.1 Inflasi Kota di Bali (%yoy)
sama pada Tahun 2015 sebesar 1,69% (ytd)
Perkembangan Inflasi Daerah
67
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.3 Perkembangan Inflasi Bali (% mtm)
Berdasarkan realisasi hingga Juli 2016 serta tracking
dapat diredam berkat peran TPID Provinsi Bali dan
pergerakan harga baik melalui Survei Pemantauan
seluruh TPID Kabupaten/Kota antara lain melalui
Harga (SPH) dan PIHPS Provinsi Bali SiGapura, pada
penyelenggaraan operasi pasar dan pasar murah.
triwulan III 2016 inflasi Bali diperkirakan meningkat
Dengan upaya yang konsisten dan berkelanjutan,
seiring dengan adanya peningkatan permintaan BBM
diharapkan tren penurunan dapat berlanjut, sehingga
dan elpiji 3 kg pada peak season, harga tiket pesawat
dapat mendukung tercapainya pencapaian target
dan bus yang mulai melambung seiring dengan
inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy).
momen peak season, penyesuaian tarif listrik pada golongan tarif industri/pemerintah/rumah tangga yang berlanjut, serta ekspektasi masyarakat seiring dengan gejolak harga dan ketersediaan stok. 3.2.
a)
Kelompok Bahan Makanan
Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II 2016 tercatat sebesar 7,70% (yoy), sama dengan triwulan sebelumnya dan tercatat lebih rendah
ANALISIS PERKEMBANGAN INFLASI
dibandingkan triwulan yang sama pada 2015 sebesar
3.2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang dan
9,84% (yoy). Secara triwulanan, laju inflasi kelompok
Jasa
ini mengalami penurunan dari 4,08% (qtq) menjadi
Kondisi inflasi Provinsi Bali sepanjang tahun 2016
deflasi sebesar -0,05% (qtq). Laju inflasi kelompok
(bulan Januari - Juni 2016) tercatat terus terkendali
bahan makanan secara tahunan tercatat cukup tinggi
dan pada kisaran yang cukup rendah. Faktor utama
didorong oleh peningkatan permintaan pada bulan
yang menahan laju inflasi yaitu adanya penurunan
Puasa, Libur Sekolah, serta perayaan Saraswati dan
komoditas
kelompok
Pagerwesi pada Juni 2016. Disamping itu, kondisi
Perumahan, Listrik, Air, dan Gas serta kelompok
pasokan sedikit terganggu seperti komoditas ikan-
Transportasi
dengan
ikanan disebabkan karena cuaca buruk sehingga
penurunan harga tarif angkutan umum. Sementara
hasil tangkap menurun. Namun demikian, laju inflasi
itu, bergesernya musim panen dan anomali cuaca
yang lebih tinggi tertahan oleh berbagai upaya
serta Hari Raya yang terjadi bersamaan membuat
peningkatan produksi dan distribusi yang dilakukan
indeks harga komoditas bahan makanan masih
oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
yang dan
tergolong Komunikasi
dalam seiring
tinggi. Meskipun demikian, tekanan inflasi masih
68
Perkembangan Inflasi Daerah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.4 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.6 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Denpasar)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.5 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.7 Inflasi Bulanan Komoditas Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Ras (Singaraja)
Komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras menjadi
mampu memenuhi kebutuhan Provinsi Bali dan
penyumbang utama inflasi pada triwulan II 2016.
berdasarkan informasi kontributor data PIHPS Provinsi
Berdasarkan informasi salah satu perusahaan peternak
Bali SiGapura, sentra produksi Brebes sebagai sumber
daging ayam ras (melalui liaison), peningkatan indeks
pasokan utama terdapat pengalihan varietas dari
harga komoditas daging ayam ras disebabkan adanya
bawang menjadi komoditas jagung dan aneka cabai
upaya peternak untuk mengurangi supply/hasil
sehingga produksi bawang menurun.
produksi ayam potong. Upaya ini dipicu oleh kondisi oversupply daging ayam ras pada triwulan I-2016. Seperti terlihat pada grafik 3.6 dan 3.7 inflasi bulanan komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras mulai mengalami peningkatan pada April 2016.
b)
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau
Secara tahunan tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman jadi, rokok dan tembakau pada triwulan II 2016 tercatat kembali meningkat menjadi
Selain itu, kenaikan harga yang sempat terjadi
sebesar 5,35% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
pada komoditas bawang merah dan bawang putih
sebelumnya yang sebesar 4,07% (yoy). Sejalan
disebabkan karena produksi lokal yang belum
dengan hal tersebut, kelompok ini juga mengalami
Perkembangan Inflasi Daerah
69
peningkatan secara triwulanan, dari sebesar 1,14%
Lebaran, turut mendorong inflasi pada kelompok ini.
(qtq) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,47%
Komoditas yang tercatat menjadi penyumbang inflasi
(qtq) pada triwulan II 2016.
utama pada kelompok ini adalah adanya peningkatan harga gula pasir yang juga terjadi secara nasional akibat pasokan tebu yang berkurang.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.10 Inflasi Bulanan Komoditas Gula Pasir (Denpasar dan Singaraja)
c)
Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan
Bahan Bakar
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan gas secara triwulanan mengalami sedikit peningkatan dari sebelumnya, namun masih tercatat deflasi dari -1,12% (qtq) menjadi sebesar -0,12% (qtq). Secara tahunan kelompok ini terus mengalami Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.9 Inflasi Tahunan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Prov. Bali
Peningkatan
tekanan
inflasi
kelompok
penurunan dari sebesar 0,91% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi deflasi sebesar -0,29% (yoy) pada triwulan laporan.
bahan
makanan jadi terjadi pada semua sub kelompok, baik kelompok makanan jadi, minuman tidak beralkohol serta tembakau dan minuman beralkohol. Peningkatan ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi. Selain
itu,
peningkatan
ekspektasi
masyarakat
seiring dengan gejolak harga dan ketersediaan stok menjelang Hari Raya Idul Fitri, peningkatan harga komoditas domestik, dan peningkatan konsumsi masyarakat terutama menjelang Ramadhan dan
70
Perkembangan Inflasi Daerah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.11 Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.12 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di Prov. Bali Tabel 3.1 Penyesuaian Tarif Listrik Periode Mei – Juli 2016
Sumber: PT. PLN (Persero) diolah
Peningkatan pada kelompok ini didorong oleh adanya
d)
Kelompok Sandang
penyesuaian tarif listrik pada bulan Mei, Juni, dan Juli
Inflasi pada kelompok sandang kembali tercatat
2016 pada ke-12 golongan tarif.
mengalami peningkatan secara tahunan. Namun
Perkembangan Inflasi Daerah
71
demikian, secara triwulanan kelompok ini tercatat
mengalami inflasi sebesar 7,48% (yoy) atau sebesar
mengalami
tercatat
1,57% (qtq) pada triwulan II 2016. Peningkatan
mengalami inflasi sebesar 7,48% (yoy) atau sebesar
kelompok ini juga didorong oleh adanya peningkatan
1,57% (qtq) pada triwulan II 2016, dan sebesar
permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta
6,69% (yoy) atau sebesar 3,30% (qtq). Peningkatan
perayaan Saraswati dan Pagerwesi hingga menjelang
kelompok ini juga didorong oleh adanya peningkatan
perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, peningkatan
permintaan pada bulan puasa, libur sekolah, serta
harga komoditas domestik seperti emas perhiasan
perayaan Saraswati dan Pagerwesi hingga menjelang
juga turut mendorong inflasi pada kelompok ini.
penurunan.
Kelompok
ini
perayaan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, peningkatan harga komoditas domestic seperti emas perhiasan juga turut mendorong inflasi pada kelompok ini.
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.15 Inflasi Bulanan Komoditas Emas Perhiasan
e)
Kelompok Kesehatan
Tekanan inflasi kelompok kesehatan mengalami
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.13 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Prov. Bali
penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan. Pada triwulan II 2016 kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 5,00% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,71% (yoy). Sementara secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,46% (qtq) atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 1,57% (qtq). Peningkatan inflasi kelompok ini terutama didorong oleh
kenaikan
harga
perawatan
jasmani
kosmetika. Sementara itu inflasi sub kelompok
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.14 Inflasi Tahunan Sandang di Prov. Bali
lainnya tercatat relatif stabil seiring dengan maraknya program diskon pada periode Hari Raya.
Inflasi pada kelompok sandang kembali tercatat mengalami peningkatan secara tahunan. Namun demikian, secara triwulanan kelompok ini tercatat mengalami
72
penurunan.
Kelompok
Perkembangan Inflasi Daerah
ini
dan
tercatat
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.16 Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.19 Inflasi Tahunan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.17 Inflasi Tahunan Kelompok Kesehatan di Prov. Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.18 Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga di Prov. Bali
f)
g)
Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa
Raga
Keuangan
Inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
Inflasi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa
raga tercatat mengalami penurunan baik secara
keuangan secara tahunan mengalami penurunan
triwulanan dan secara tahunan. Pada triwulan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan
II 2016 kelompok ini mengalami tercatat inflasi
tercatat stabil secara triwulanan. Kelompok ini tercatat
sebesar 3,99% (yoy), lebih rendah dibandingkan
deflasi sebesar -1,23% (qtq) atau sedikit lebih tinggi
dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
4,05% (yoy). Secara triwulanan kelompok ini juga
deflasi sebesar -1,45% (qtq). Secara tahunan, inflasi
mengalami penurunan menjadi 0,03%(qtq) dari
kelompok ini tercatat turun dari sebesar 0,34% (yoy)
sebesar 0,35%(qtq) pada triwulan lalu sesuai dengan
pada triwulan I 2016 menjadi deflasi sebesar -2,53%
pola historisnya.
(yoy) pada triwulan laporan. Hal ini sejalan dengan telah disepakatinya penurunan tarif Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di Bali sebesar 3,5%
Perkembangan Inflasi Daerah
73
27% 26% 19% 12% 6% 5% 4%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.20 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.23 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Singaraja
26% 19% 19% 16% 9% 6%
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Grafik 3.21 Inflasi Tahunan Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Prov. Bali
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.22 Bobot Tahun Dasar (2012=100) Kelompok Pengeluaran Kota Denpasar
dengan dasar penentuan tarif Surat Edaran No.15
a)
Tahun 2016 tentang Penyesuaian Tarif Angkutan
Pada triwulan II 2016 inflasi Kota Denpasar mengalami
Umum Kelas Ekonomi April 2016.
penurunan dari 3,41% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 2,78% (yoy). Penurunan tekanan
3.2.2. Inflasi Menurut Kota Inflasi provinsi Bali memperhitungkan inflasi di Kota Denpasar dan Singaraja. Karakteristik inflasi Kota Denpasar maupun Singaraja terutama dipengaruhi oleh
kelompok
pengeluaran
bahan
makanan,
makanan jadi dan perumahan sebagaimana tercermin pada dominannya bobot kelompok pengeluaran tersebut dalam keranjang IHK Kota Denpasar maupun Singaraja.
Kota Denpasar
inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran Transportasi
dan
Komunikasi
yang
mengalami
penurunan dari 0,34% (yoy) menjadi deflasi sebesar -2,19% (yoy) yang didorong oleh penyesuaian tarif angkutan umum kelas Ekonomi. Sementara itu, tekanan inflasi tertinggi masih didorong oleh kelompok pengeluaran
bahan
makanan
seiring
dengan
meningkatnya permintaan dan arus wisatawan jelang periode peak season pada triwulan II 2016. Kelompok Bahan Makanan tercatat meningkat dari 6,93% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,15% (yoy) pada triwulan laporan.
74
Perkembangan Inflasi Daerah
Tabel 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Denpasar Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 3.3 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016
Tabel 3.4 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Denpasar Triwulan II 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang triwulan
Tekanan inflasi pada triwulan II 2016 tertahan oleh
II tahun 2016, maka 3 komoditas yang memberikan
beberapa komoditas dengan rincian pada tabel 3.4.
sumbangan tertinggi terhadap inflasi Kota Denpasar dapat dilihat sebagaimana tabel 3.3.Adanya tekanan inflasi yang bersumber dari angkutan udara di Kota Denpasar dipicu oleh meningkatnya permintaan seiring dengan periode libur panjang/peak season di Bali mengingat lokasi Bali yang merupakan tujuan utama wisata di Indonesia.
Berdasarkan informasi kontributor data SiGapura, harga bawang merah dan cabai merah mengalami penurunan
dikarenakan
melimpahnya
pasokan.
Untuk bawang merah, kedepan dalam rangka tetap menjaga agar tidak terdapat gejolak harga, Pemerintah Pusat memberikan izin impor sebesar 5.000 ton kepada 2 BUMN (Bulog dan Berdikari) sebagai stok untuk melakukan Operasi Pasar dan memfasilitasi kerja sama yang lebih baik antara Bulog dengan petani untuk menyerap hasil panen.
Perkembangan Inflasi Daerah
75
b)
Kota Singaraja Tabel 3.5 Perkembangan Inflasi Kota Singaraja Per Kelompok Pengeluaran
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sejalan dengan pergerakan inflasi Nasional, inflasi
Apabila ditinjau pergerakannya sepanjang April -
Kota Singaraja tercatat mengalami penurunan dari
Juni tahun 2016, maka komoditas yang memberikan
4,42% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi 3,83%
sumbangan tertinggi terhadap inflasi Singaraja
(yoy) pada triwulan II 2016. Sama halnya dengan
mayoritas adalah komoditas pada kelompok bahan
pergerakan
berdasarkan
makanan dan juga komoditas gula pasir seiring
kelompoknya, penurunan terdalam terjadi pada
dengan berkurangnya pasokan yang juga terjadi
kelompok Transportasi dan Komunikasi. Sementara
secara nasional.
itu,
inflasi
tekanan
Kota
inflasi
Denpasar,
tertinggi
dari
kelompok
pengeluaran Bahan Makanan. Tabel 3.6 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Inflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
76
Perkembangan Inflasi Daerah
Sementara komoditas yang menahan laju inflasi pada triwulan II 2016 adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Komoditas Berdasarkan Sumbangan Deflasi di Kota Singaraja Triwulan II 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
3.3.
DISAGREGASI INFLASI
periode sebelumnya yang sebesar 1,02% (mtm). Sama
Berdasarkan penyebabnya, penurunan tekanan inflasi
halnya dengan Denpasar, disagregasi Singaraja juga
pada triwulan II tahun 2016 didorong oleh semua
tercatat didorong oleh semua kelompok disagregasi
kelompok baik volatile food, core inflation maupun
terutama pada kelompok volatile food yang mencapai
administered prices.
1,25% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya deflasi sebesar -0,03% (mtm). Kelompok administered prices pada kedua kota sampel juga tercatat mengalami inflasi yaitu sebesar 1,49% (mtm) di Denpasar dan 0,49% (mtm) di Singaraja. Sementara kelompok core inflation tercatat relatif stabil yaitu sebesar 0,05% (mtm) di Denpasar dan 0,63% (mtm) di Singaraja. a)
Volatile Food
Pada triwulan II 2016, inflasi kelompok volatile food di Denpasar tercatat sebesar 1,02% (mtm). Tekanan inflasi pada kelompok ini masih disebabkan adanya
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.24 Disagregasi inflasi tahunan Denpasar
peningkatan permintaan pada bulan Puasa, Libur Sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi. Peningkatan indeks harga terjadi pada komoditas Apel, Daging Ayam Ras, Jeruk, Tongkol Pindang, dan Telur Ayam Ras. Kenaikan harga buah-buahan disebabkan karena produksi lokal yang belum mampu memenuhi kebutuhan Provinsi Bali. Selain itu berdasarkan informasi kontributor data PIHPS Provinsi Bali SiGapura kenaikan harga buah-buahan diakibatkan karena meningkatnya permintaan jelang perayaan Hindu Saraswati dan Pagerwesi. Sementara
Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.25 Disagregasi inflasi tahunan Singaraja
untuk komoditas ikan-ikanan disebabkan karena
Berdasarkan disagregasi inflasi hingga Juli 2016,
Faktor-faktor
tekanan inflasi di Denpasar didorong oleh semua
harga kelompok volatile food pada awal triwulan II
kelompok disagregasi; volatile food, administered
2016 adalah bergesernya musim panen dan anomali
prices, dan core inflation. Kelompok volatile food
cuaca yang berujung pada lonjakan harga. Selain itu,
tercatat
adanya
peningkatan indeks harga pada kelompok volatile
peningkatan permintaan pada momen Libur Sekolah
food disebabkan karena adanya faktor musiman, yaitu
dan perayaan Hari Lebaran, terutama pada komoditas
peningkatan permintaan pada bulan Puasa, Libur
daging ayam ras dan cabai rawit. Inflasi kelompok
Sekolah, serta perayaan Saraswati dan Pagerwesi
volatile food di Denpasar tercatat sebesar 0,83%
pada bulan Juni.
inflasi
yang
didorong
karena
cuaca buruk sehingga hasil tangkap menurun. yang
mempengaruhi
pergerakan
(mtm) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
Perkembangan Inflasi Daerah
77
Pergerakan kelompok ini juga dipengaruhi oleh
lokasi berpenduduk padat dan relatif berpenghasilan
beberapa faktor yang diperkirakan dapat menahan laju
rendah
inflasi, seperti dimulainya panen komoditas strategis
keagamaan. Pasar murah yang merupakan kebijakan
seperti beras dan cabai merah serta berlanjutnya efek
dari pemerintah guna mengantisipasi kenaikan
penurunan harga bensin, tarif angkutan, dan solar.
harga turut melibatkan pelaku usaha lainnya untuk
Tertahannya inflasi pada periode ini juga disebabkan banyaknya pelaksanaan Pasar Murah dan Operasi Pasar di bawah koordinasi TPID se-Provinsi Bali yang dilakukan sebagai penyeimbang harga di lokasi-
umumnya
78
Perkembangan Inflasi Daerah
hari
raya
besar
berkontribusi. Kegiatan ini juga diharapkan dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat akan kenaikan harga. Adapun jadwal kegiatan Pasar Murah pada triwulan II 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8 Pelaksanaan Pasar Murah se-Provinsi Bali periode April – Juni 2016
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali
menjelang
Selain itu, beberapa upaya yang telah dilakukan
cukai. Selain itu, adanya penyesuaian tarif listrik
Bulog Divisi Regional Bali menjelang perayaan Idul
yang mengalami kenaikan pada awal Mei-Juni
Fitri juga mendukung kestabilan harga khususnya
2016 lantaran menguatnya harga minyak dunia
beras dan komoditas lain dengan berbagai upaya
juga mendorong inflasi administered prices. Tarif
sebagai berikut:
listrik tegangan rendah (TR) Rp1.365/kWh atau naik
1. Mendapat alokasi bawang merah dari Bima
Rp11,5 dari Mei 2016 yang sebesar Rp1.353/kWh.
sebanyak + 5 ton dan telah habis dipasarkan
Tarif listrik tegangan menengah (TM) Rp1.050/kWh,
melalui pasar murah diberbagai lokasi setiap
naik Rp9 dari Mei 2016 yang sebesar Rp1.041/kWh.
harinya.
Sementara tarif listrik tegangan tinggi (TT) Rp940/
2. Mendapat alokasi Gula Pasir dari Jatim sebanyak
kWh, naik Rp8 dari Mei 2016 yang sebesar Rp 932/
100 ton saat masih tersisa 45 ton dijual secara
kWh. Inflasi komponen administered prices tertahan
eceran langsung ke Konsumen melalui pasar
oleh penurunan harga bensin dan bahan bakar rumah
murah dan paketan.
tangga.
3. Mendapat Alokasi Daging Sapi Impor sebanyak 3,5 ton realisasi 2 ton dengan harga Rp 80.000,-/ Kg dan telah terjual habis sebagai akibat animo masyarakat akan daging sapi cukup tinggi. 4. Operasi Pasar Cadangan beras Pemerintah (OP CBP) yang memanfaatkan baru Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung dengan harga HET sebesar Rp7.900,-/kg menjelang hari raya dan pasca Hari Raya Idul Fitri dengan kuatum 25 ton. 5. Divre Bali juga melayani paket dari BUMN dengan realisasi sebanyak 3.500 paket masing-masing paket senilai Rp150.000,- yaitu dari Jasa Marga,
Sumber : Bloomberg Grafik 3.26 Perkembangan Harga Minyak Brent
Jasa Raharja dan PT. Perumnas yang berisikan Gula 2 Kg, Beras 10 Kg, Minyak 2 Liter. b)
Administered Prices
Selain itu, disparitas harga yang cukup tinggi pada bahan bakar rumah tangga LPG 3 kg antara Harga
Setelah mengalami tren penurunan pada triwulan I
Eceran Tertinggi (HET) dengan harga di pasar
2016 hingga April 2016, kelompok administered
(berdasarkan pemantauan lapangan TPID Kabupaten/
prices mulai mengalami inflasi yang besarnya 1,12%
Kota) telah ditindaklanjuti dengan sosialisasi lokasi
(mtm) pada bulan Mei dan 0,63% (mtm) pada
agen dan pangkalan resmi LPG 3 kg yang diutamakan
bulan Juni 2016. Hal ini merupakan akibat dari
di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng melalui
meningkatnya tarif angkutan udara yang disebabkan
leaflet.
oleh banyaknya permintaan seiring dengan periode liburan dan mudik Lebaran serta meningkatnya komoditas lain pada sub kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol sebagai dampak dari kenaikan
Perkembangan Inflasi Daerah
79
Gambar 2.1 Leaflet Sosialisasi Lokasi Agen dan Pangkalan Resmi LPG 3 kg (Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng)
Sumber : SiGapura, diolah Grafik 3.27 Perkembangan Harga Rata-rata LPG 3 kg di Denpasar dan Buleleng
Sumber : Reuters Grafik 3.28 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah
c)
dibandingkan Mei 2016 yang tercatat sebesar 0,14%
Core Inflation
Secara fundamental tekanan inflasi kelompok inti
(mtm). Ditinjau dari ekspektasi inflasi masyarakat Bali
tercatat cukup stabil. Laju inflasi kelompok inti cukup
berdasarkan Survei Penjualan Eceran yang dilakukan
stabil dengan menguatnya nilai tukar rupiah dan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali,
ekspektasi dari sisi pedagang yang cukup terjaga
hingga Juni 2016 ekspektasi dari sisi pedagang cukup
seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah. Pada
terjaga seiring dengan kembali menguatnya nilai tukar
Juni 2016, kelompok inflasi inti tercatat relatif stabil
rupiah pada awal Juni 2016 pasca pengumuman data
di tengah kenaikan harga gula pasir secara nasional
ketenagakerjaan AS.
yang tercatat sebesar 0,09% (mtm), menurun
80
Perkembangan Inflasi Daerah
Interaksi permintaan dan penawaran
media komunikasi lainnya, TPID Provinsi Bali juga
Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik
secara rutin melakukan pemantauan harga pasar,
oleh sisi penawaran.Hal ini terindikasi dari hasil Survei
operasi pasar dan pasar murah, serta penguatan
Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Koordinasi Kebijakan dengan Pemerintah Kabupaten/
Provinsi Bali.
Kota. Kegiatan pasar murah, pemantauan lapangan, dan operasi pasar telah dilakukan dengan lebih
Pergerakan Rupiah Pada Juni 2016, secara point-to-point (ptp), rupiah menguat 3,39% ditutup di Rp13.213 per dollar AS. Rupiah menguat pada Juni 2016 terutama dipengaruhi oleh meredanya ketidakpastian kenaikan Fed Fund Rate, terbatasnya dampak Brexit, dan meningkatnya sentimen positif atas pengesahan UU Pengampunan Pajak. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya,
sehingga
dapat
mendukung
terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
terkoordinir dan menjangkau daerah-daerah yang difokuskan pada Kota IHK dan daerah tertinggal di Pulau Bali. Kegiatan ini akan terus dilakukan dengan memperhatikan potensi gejolak harga dan kebutuhan masyarakat. Pasar murah diselenggarakan dengan tujuan dapat menjadi anchor acuan penetepan harga baik bagi penjual maupun bagi pembeli. Selain itu, pasar murah ini diharapkan dapat menjaga ekspektasi masyarakat sehubungan dengan ketersediaan bahan pangan dan kesiapan pemerintah meredam gejolak harga.
Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, terutama dari sisi penjual eceran relatif stabil. Hal ini tercermin pada hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Namun demikian, ekspektasi inflasi masyarakat Bali masih relatif tinggi, sehingga pengendalian ekspektasi inflasi sebagai langkah antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali terus berupaya dan
Sumber : Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia Grafik 3.29 Nilai Penjualan Eceran
melaksanakan kegiatan pengendalian inflasi di Tahun 2016 melalui berbagai kegiatan optimalisasi forum rapat untuk merumuskan rekomendasi dan langkah antisipatif bagi pemerintah dan stakeholder terkait, TPID juga telah melakukan upaya dan tindakan nyata seperti pelaksanaan Pemantauan Kondisi Lapangan, Pengelolaan Ekspektasi Masyarakat, Pengembangan dan
Pemanfaatan
PIHPS
Provinsi
Bali
dengan
sebutan ‘SiGapura (Sistem Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis)’. Selain pengelolaan ekspekstasi masyarakat melalui press release, talkshow, dan
Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia Grafik 3.30 Ekspektasi Konsumen
Perkembangan Inflasi Daerah
81
3.4.
PERGERAKAN HARGA DI KOTA NON
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan
SAMPEL INFLASI
penurunan harga cukup tinggi pada komoditas bawang merah. Kondisi ini juga terjadi pada kedua sampel inflasi di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja). Perbaikan harga pada komoditas pertanian didukung oleh membaiknya produksi pada triwulan II 2016.
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.31 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Merah Besar Kabupaten/Kota
Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.33 Pergerakan Harga Komoditas Bawang Merah Kabupaten/Kota
3.5.
INFLASI PERDESAAN
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga Yang Dibayar Petani. Sama dengan IHK sampel inflasi, IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) Sumber :SiGapura, diolah Grafik 3.32 Pergerakan Harga Komoditas Cabai Rawit Merah Kabupaten/Kota
Pemantauan pergerakan harga di kota-kota nonsampel
kelompok
pengeluaran
yaitu
kelompok
bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi.
inflasi di Bali dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi
Tekanan inflasi perdesaan Bali yang dihitung dengan
Daerah Provinsi Bali melalui Sistem Informasi Harga
menggunakan Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Komoditas Pangan Strategis (SiGapura) Provinsi Bali.
(IKRT) di sepanjang triwulan II 2016 menunjukkan
Hasil
beberapa
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
komoditas penyumbang utama inflasi Bali sepanjang
Tekanan inflasi perdesaan Bali pada triwulan II
triwulan II 2016, harga-harga cenderung stabil
2016 tercatat sebesar 0,43% (yoy), lebih rendah
82
pemantauan
harga
Perkembangan Inflasi Daerah
terhadap
dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional yang
sebesar 105,08 pada triwulan I 2016 menjadi sebesar
tercatat sebesar 0,59% (yoy). Selain itu, rata-rata
105,78 pada triwulan II 2016.
Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dari
Sumber : BPS, diolah Grafik 3.34 Perkembangan Inflasi Perdesaan (mtm) dan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber : BPS, diolah Grafik 3.35 Perkembangan Inflasi Perdesaan (ytd)
Perkembangan Inflasi Daerah
83
BOKS A TPID PROVINSI BALI BERHASIL MERAIH PENGHARGAAN TPID PROVINSI TERBAIK
Pada tanggal 4 Agustus 2016 telah diselenggarakan
berhasil meraih kategori penghargaan TPID Terbaik.
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) VII TPID Tahun
Dari 34 TPID Provinsi se-Indonesia, TPID Provinsi
2016 di Hotel Sahid, Jakarta. Rapat ini dipimpin dan
Bali bersama dengan TPID Jawa Tengah dan TPID
dibuka langsung oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Sumatera Utara menjadi TPID Provinsi Terbaik untuk
Dalam pembukaannya, Presiden RI mengapresiasi
masing-masing kawasan. Presiden Republik Indonesia
langkah dan upaya dari Pemerintah Daerah serta TPID
secara langsung menyerahkan penghargaan tersebut
yang telah bersinergi mengendalikan inflasi di daerah.
kepada daerah-daerah yang memiliki TPID dengan
Rakornas TPID VII 2016 sendiri diselenggarakan oleh
kinerja terbaik tahun 2015 yang mewakili Kawasan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia.
Bank Indonesia, dan Kementerian Dalam Negeri, dengan mengambil tema “Memperkuat Sinkronisasi Kebijakan Pusat dan Daerah Guna Mempercepat Pembangunan Infrastruktur dan Pembenahan Tata Niaga Pangan”. Turut hadir dalam Rakornas adalah para Menteri serta pimpinan lembaga terkait, Panglima TNI dan Kapolri. Selain itu, Rakornas VII TPID diikuti oleh 489 TPID dari 34 provinsi dan 455 kabupaten/kota.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, pemberian penghargaan TPID tidak hanya terdiri atas dua kategori, TPID Terbaik dan TPID Berprestasi, namun ditambah dengan TPID Inovatif. Kategori TPID Terbaik diberikan kepada daerah yang telah membentuk Dalam Rakornas VII TPID telah diumumkan pemenang
TPID dan menjadi sampel penghitungan inflasi IHK
dari penghargaan TPID yang telah terbentuk di
oleh BPS. Sedangkan TPID Berprestasi diberikan
seluruh Indonesia berdasarkan kinerja pada Tahun
kepada daerah yang telah membentuk TPID namun
2015. Berdasarkan hasil penilaian, TPID Provinsi Bali
belum menjadi sampel penghitungan inflasi IHK.
84
Tabel 1 TPID Award
Sementara untuk TPID Inovatif diberikan kepada TPID
TPID dalam menggerakkan masyarakat untuk turut
yang memiliki inovasi – inovasi dalam pelaksanaan
serta menanam komoditas holtikultura yang menjadi
pengendalian inflasi.
penyumbang inflasi di pekarangan/halaman rumah,
Selain TPID Provinsi Bali yang berhasil mendapatkan predikat terbaik, TPID Kota Denpasar dan TPID Kabupaten Badung juga berhasil masuk nominasi
sebagai penyangga terhadap pangan pada waktuwaktu tertentu melalui urban farming dan program puspasari.
kategori TPID Kota terbaik dan TPID Berprestasi,
Selain itu TPID Provinsi Bali dinilai memiliki program
meskipun belum meraih juara. TPID Terbaik 2015
khusus yang berhasil secara efektif mengendalikan
diperoleh TPID Kota Padang, TPID Kabupaten Jember,
harga.
dan TPID Kota Samarinda. Sementara TPID Berprestasi
Komitmen Bersama Pengendalian Inflasi dan SK
2015 diberikan kepada TPID Kota Tebing Tinggi, TPID
Pembentukan TPID di masing – masing wilayah
Kabupaten Lumajang, dan TPID Kabupaten Polewali
kerja secara serentak pada awal 2015 oleh Kepala
Mandar.
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pada
Keberhasilan TPID Provinsi Bali meraih TPID Provinsi Terbaik di Kawasan Timur Indonesia tidak terlepas dari koordinasi yang baik antar instansi seperti Pemprov, Pemkot/Pemkab, Bank Indonesia, TNI/POLRI, BINDA, Pertamina, Bulog, PPI, PD Pasar, distributor, dan instansi terkait lainnya, serta dukungan seluruh masyarakat
Bali
dalam
mengendalikan
inflasi.
Sinergitas upaya pengendalian inflasi dilakukan oleh TPID Provinsi Bali antara lain dengan pelaksanaan
Diantaranya
adalah
penandatanganan
kesempatan tersebut juga diluncurkan website Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Provinsi Bali dengan nama SiGapura – Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis. Dengan adanya website ini masyarakat luas dapat memperoleh informasi mengenai perkembangan harga komoditas pangan secara harian sehingga dapat mengelola ekspestasi
masyarakat
yang
diperlukan
dalam
mengendalikan inflasi.
pasar murah, operasi pasar, pemantauan jalur
Koordinasi antar TPID Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
distribusi, sidak, pengelolaan ekspektasi masyarakat
kembali ditingkatkan melalui penandatanganan Nota
melalui talkshow TPID di media radio dan televisi serta
Kesepahaman Kerjasama Perdagangan Antar Daerah
penyebaran press release mengenai kecukupan dan
Untuk Pemenuhan Pasokan Komoditas Pangan Antar
upaya menjaga ketersediaan barang menjelang Hari
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Nota kesepahaman
Raya Keagamaan.
Keterlibatan masyarakat dalam
ini merupakan langkah awal inisiasi perdagangan
upaya pengendalian inflasi juga terlihat dari program
antar daerah antara PD Pasar Kota Denpasar, PD
85
Pasar Kabupaten Badung, dan PD Pasar Kabupaten
pasokan,
Keterjangkauan
Buleleng. Melalui MoU ini dapat tercipta koordinasi
distribusi,
Komunikasi
yang intensif untuk menjamin ketersediaan pasokan
mengintegrasikan
dan kelancaran distribusi kebutuhan bahan pangan
dengan rencana kerja Pemerintah di tingkat pusat dan
pokok antar Kabupaten/Kota.
daerah. Ketiga, penguatan peran TPID provinsi dalam
TPID Provisi Bali melalui Dinas Pertanian juga mengupayakan melalui
peningkatan
program
produksi
pertanian
dan
Puspasari,
Simantri
penyediaan bantuan subsidi benih dan pupuk, dan pengembangan produksi cabai merah dan bawang merah di Kabupaten Bangli dan Klungkung sebagai sentra hortikultura di Provinsi Bali.
harga,
yang
roadmap
Kelancaran
efektif).
Kedua,
pengendalian
inflasi
mengoordinasikan TPID kab/kota untuk mendukung pencapaian
sasaran
meningkatkan
inflasi
kualitas
nasional.
data/informasi
Keempat, terkait
produksi, konsumsi, pasokan, stok, harga, termasuk juga penguatan PIHPS untuk mendukung kebijakan stabilisasi harga. Kelima, mengatur produksi/pola tanam antar daerah serta penguatan kerjasama antara daerah surplus dan daerah defisit. Keenam,
Melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh TPID,
meningkatkan
telah menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Tol Laut dengan perluasan cakupan daerah untuk
Inflasi Bali turun tajam dari 8,43% di tahun 2014
mengurangi disparitas harga. Terakhir, perlu upaya
menjadi sebesar 2,75% di tahun 2015. Angka
untuk mendorong perubahan preferensi masyarakat
tersebut juga merupakan angka inflasi terendah sejak
terhadap pola konsumsi.
1986 atau selama 29 tahun terakhir berdasarkan catatan BPS Provinsi Bali. Rata – rata inflasi 2011 – 2015 Bali tercatat sebesar 5,56% lebih rendah dari rata – rata nasional sebesar 5,63%.
intensitas
implementasi
Program
Penguatan koordinasi seluruh TPID melalui programprogram yang telah disepakati itu menjadi harapan masyarakat Indonesia agar inflasi menjadi rendah dan stabil. Inflasi yang stabil akan memberikan
Rakornas TPID mengangkat sejumlah isu penting
ketenangan dan kesejahteraan pada masyarakat
dalam pengendalian inflasi. Pertama, mempertegas
sebagai konsumen, petani sebagai produsen dan
kembali komitmen daerah dalam menjaga stabilitas
investor dalam melakukan pengembangan usaha.
harga dengan mewujudkan strategi 4K (Ketersediaan
86
Foto oleh: Agus Mulyawan Dana
BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 87
88
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
4.1.
ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
Rumah Tangga
Dalam sistem keuangan, rumah tangga merupakan obyek yang memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia dana dan sebagai penerima pendanaan dari institusi keuangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat pendapatan, tingkat pengangguran, oleh rumah tangga.
Sumber: BPS Provinsi Bali, diolah Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Bali
Pada triwulan II 2016, kinerja konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan turut menjadi faktor pendorong
peningkatan
perekonomian
Provinsi
Bali. Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan dari 7,36% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 7,65% (yoy) pada triwulan II 2016 dengan pangsa konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian sebesar 48,98%. Setelah mengalami perlambatan di tahun 2015, pertumbuhan konsumsi rumah tangga mulai menunjukkan perbaikan di tahun
160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60
indeks
pesimis optimi
tingkat konsumsi, dan kondisi pembiayaan/kredit
Kenaikan harga BBM Kenaikan harga BBM
Penurunan harga BBM
Penurunan harga BBM
Penurunan harga BBM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2014 IKK (Keyakinan Konsumen)
2015
2016
IKE (Kondisi Ekonomi Saat Ini)
IEK (Ekspektasi Konsumen)
2016 seiring dengan kenaikan UMK dan terjaganya
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.2 Indeks Keyakinan Konsumen Rumah Tangga Bali
harga BBM, TTL dan gas LPG.
seperti dikeluarkannya beberapa paket ekonomi dan
Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut sejalan dengan masih optimisnya rumah tangga dalam melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari
penurunan harga BBM bersubsidi pada tanggal 1 April 2016, turut menjaga tingkat ekspektasi rumah tangga terhadap perekonomian Bali.
rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama
Rumah tangga di Bali pada triwulan II 2016 masih
triwulan II 2016 yang mencapai 100,31. Meskipun
memiliki optimisme yang tinggi terhadap kondisi
demikian, dalam rentang waktu April-Juni 2016 terjadi
penghasilan mereka. Begitu pula untuk 6 bulan
pelemahan keyakinan konsumen seiring dengan
ke depan, rumah tangga masih melihat adanya
frekuensi hari raya keagamaan yang relatif lebih
peningkatan
sedikit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
masih optimis, namun terjadi pelemahan indeks
serta persiapan konsumen sebelum tahun ajaran
karena rumah tangga berubah menjadi pesimis
baru sekolah. Akan tetapi, rumah tangga masih
terhadap ketersediaan lapangan kerja. Masih adanya
melihat ada potensi perbaikan ekonomi di masa yang
ketidakpastian seiring dengan sikap wait and see
akan datang sehingga Indeks Ekspektasi Konsumen
investor menyebabkan ekspektasi rumah tangga akan
(IEK) mengalami peningkatan pada akhir triwulan
ketersediaan jumlah lapangan kerja akan semakin
II 2016 tersebut. Beberapa kebijakan pemerintah
berkurang.
pendapatan/penghasikan.
Meskipun
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
89
indeks
105.00 100.00 95.00 optimis
90.00 85.00
pesimis
80.00 75.00 70.00 65.00 60.00 Ketersediaan Penghasilan Saat Lapangan Kerja Ini
16-Apr
Mei-16
16-Jun
Pembelian Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.3 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi Saat Ini
indeks perubahan harga
indeks 120
pesimis
optimi s
110
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.5 Ekspektasi Perubahan Harga Oleh Rumah Tangga 3 Bulan Mendatang
109 107.54 106.5
112
109.5 103 104
110.5
103.02
200 180 160
100
140
90
120 100
80
80
70 60 Ekspektasi Penghasilan 16-Apr
Ekspektasi Lapangan Kerja Mei-16
Ekspektasi Kegiatan Usaha
16-Jun
Estimasi Juli-16
Estimasi Agustus-16
Estimasi Sept-16
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.4 Persepsi Rumah Tangga Bali Terhadap Ekonomi 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.6 Ekspektasi Perubahan Harga 3 Bulan Mendatang Berdasarkan Komoditi
Meskipun demikian, kondisi tersebut diperkirakan
4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga
tidak berlangsung lama dan akan terjadi peningkatan
Pada triwulan II 2016, penggunaan keuangan
kembali lapangan kerja di semester II 2016. Hal
rumah tangga masih didominasi oleh konsumsi
tersebut tercermin dari ekspektasi rumah tangga
sebesar 62%. Kondisi tersebut sejalan dengan
terhadap lapangan pekerjaan 6 bulan yang masih
peningkatan konsumsi rumah tangga pada triwulan
optimis didukung dengan optimisme peningkatan
II 2016 yang mendorong peningkatan perekonomian
kegiatan usaha.
secara keseluruhan. Peningkatan tersebut sesuai
Sumber kerentanan lainnya adalah terkait dengan adanya potensi tekanan harga. Pada triwulan III 2016 mendatang, rumah tangga akan dihadapkan pada perayaan Idul Adha, Galungan, Kuningan, dan Idul Fitri yang bersamaan dengan liburan sekolah dan peak season pariwisata (libur musim panas Australia dan Eropa). Tekanan harga bahan pangan dan makanan jadi pada triwulan III akan relatif lebih tinggi sesuai dengan pola musimannya.
90
dengan pola musimannya dan terutama didorong oleh pencairan gaji ke 13 dan gaji ke 14 PNS yang didominasi untuk pengeluaran akomodasi makan dan minum, transportasi seiring dengan aktivitas mudik menjelang Idul Fitri, serta konsumsi jasa pendidikan seiring dengan tahun ajaran baru. Realisasi gaji ke 13 dan 14 PNS tersebut mendorong keyakinan rumah tangga untuk melakukan konsumsi serta dapat menutupi pembayaran cicilan hutang dengan pangsa
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali diolah Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Bali Tabel 4.1 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Kategori Pengeluarannya Per Bulan
Penggunaan Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan Total
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt 66.3% 65.0% 19.8% 19.7% 13.9% 15.3% 100.0% 100.0%
Pengeluaran/bulan Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt 65.5% 60.7% 19.9% 23.9% 14.6% 15.4% 100.0% 100.0%
>Rp5 jt Rata-rata 54.4% 62.4% 29.9% 22.7% 15.7% 15.0% 100.0% 100.0%
sebesar 23% pada triwulan II 2016, lebih tinggi
30% pendapatannya (DSR>30%). Pada triwulan
dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar
II 2016, jumlah rumah tangga dengan DSR>30%
19%. Sementara itu dana yang disisihkan untuk
turun sebesar 19,6%, dibandingkan dengan triwulan
menabung relatif masih cukup stabil pada kisaran
sebelumnya. Namun terdapat peningkatan potensi
15%.
risiko pada kelompok pendapatan tertinggi (>Rp5
Apabila dilihat berdasarkan pendapatannya, tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi dilakukan oleh kelompok rumah tangga berpendapatan rendah
juta). Dimana pada kelompok pendapatan tersebut, peningkatan rumah tangga dengan DSR>30% mencapai 158%.
(Rp1-2 juta). Sementara semakin tinggi tingkat pendapatannya semakin kecil tingkat pengeluarannya untuk konsumsi. Sementara itu jika dilihat dari perilaku berutang, terdapat penurunan risiko dari sisi kredit karena secara agregat terjadi penurunan jumlah rumah tangga yang memiliki debt service ratio lebih dari
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
91
Tabel 4.2 Dana Rumah Tangga Untuk Membayar Cicilan dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan Triwulan II 2016 Debt Service Ratio (DSR)
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
65.8% -7.3% 7.6% 20.6% 57.9% 10.6%
10.6% -23.8% -50.9% -9.3% 158.0% -19.6%
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
3.0% 13.6% 15.4% 5.2% 2.2% 39.4%
20%-30%
10%-20%
TBM
0.5% 2.2% 1.8% 1.3% 0.3% 6.2%
3.7% 8.9% 6.7% 3.2% 1.5% 24.0%
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
-39.7% -17.1% -4.5% -8.6% 36.9% -12.1%
-53.9% -28.0% -40.7% -20.2% 10.6% -30.9%
-26.3% -16.1% -4.6% -50.9% -26.3% -19.3%
>30%
20%-30%
Pengeluaran/ bln
dana
>30%
pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan Bali. Hal ini tercermin dari pangsa DPK perseorangan pada triwulan II 2016 yang mencapai 66,8% dari keseluruhan DPK di Bali. Sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi RT, pertumbuhan DPK perseorangan di perbankan pada triwulan II 2016 turut mengalami
2016. Preferensi
rumah
tangga
dalam
melakukan
penempatan dana masih didominasi pada fasilitas tabungan dan deposito. Pada triwulan II 2016, porsi
tabungan
perseorangan
pada
perbankan
Bali mencapai 94,06% dibandingkan dengan total
Perubahan Tabungan* 10%-20%
10.6% -23.8% -50.9% -9.3% 158.0% -19.6%
0.8% 5.5% 3.7% 1.0% 0.5% 11.6%
0-10%
>30%
20%-30%
65.8% -7.3% 7.6% 20.6% 57.9% 10.6%
0.8% 7.2% 5.5% 2.2% 2.0% 17.8%
-39.7% -53.9% -26.3% -68.4% N/A 4.1.3. Dana Pihak Ketiga -17.1% -28.0% -16.1% -36.1% 458.0% Perseorangan Di -4.5% -40.7% -4.6% -32.4% 168.0% Perbankan -8.6% -20.2% -50.9% 194.8% N/A 36.9% -26.3% tangga 47.4% 65.8% Sektor10.6% rumah masih mendominasi -12.1% -30.9% -19.3% -26.3% 251.3%
I 2016 menjadi sebesar 4,64% (yoy) pada triwulan II >30%
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
0-10%
>30%
1.0% 5.0% 3.0% 2.7% 2.3% 14.1%
TBM
peningkatan dari sebesar 2,62% (yoy) pada triwulan
Triwulan II 2016 Tabungan
1.5% 6.5% 9.0% 3.0% 2.5% 22.6%
20%-30%
(>Rp4,1 juta).
Tabel 4.3 Dana Rumah Tangga Untuk Menabung dan Perubahannya Berdasarkan Pendapatan
Pengeluaran/ bln
untuk kelompok rumah tangga berpendapatan tinggi >30%
Pengeluaran/ bln
20%-30%
>30%
20%-30%
13.4% -4.0% 93.0% -15.8% -63.1% 15.6%
3.0% 0.8%pada 0.8%stabilitas 0.5% 3.7% berisiko keuangan daerah karena 13.6% 7.2% 5.5% 2.2% 8.9% dapat 5.5% mengganggu institusi keuangan 15.4% 3.7% 1.8% likuiditas 6.7% 5.2% 2.2% 1.0% 1.3% 3.2% dari sisi sumber dana. Meskipun demikian, terdapat 2.2% 2.0% 0.5% 0.3% 1.5% 39.4% 17.8% 11.6% 6.2% 24.0% yang menabung di atas penambahan rumah tangga
30% Perubahan pendapatannya (tabungan>30%) terutama Tabungan*
TMP = Tidak Memiliki Pinjaman/Cicilan * Perubahan triwulan II 2016 dibandingkan triwulan I 2016 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali, diolah
20%-30%
10%-20%
10%-20%
10%-20%
0-10%
-36.8% 5.9% -29.6% 10.6% -35.5% -13.9%
ebt Service Ratio (DSR)*
3.4% 4.0% 3.0% 5.8% 3.1% 5.6%
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
Perubahan Debt Service Ratio (DSR)* Pengeluaran/ bln
10%-20%
1.0% 5.0% 3.0% 2.7% 2.3% 14.1%
TBM
Rp3 juta. Rumah tangga yang tidak dapat menabung
10%-20%
1.5% 6.5% 9.0% 3.0% 2.5% 22.6%
berada pada kelompok pendapatan Rp2,1 juta s.d 0-10%
>30%
3.4% 9.4% 9.2% 2.7% 0.3% 25.0%
Pengeluaran/ bln
0-10%
20%-30%
3.0% 15.4% 10.7% 4.5% 1.2% 34.8%
wulan II 2016 ervice Ratio (DSR)
3.4% 9.4% 9.2% 2.7% 0.3% 5.0%
Triwulan II 2016
10%-20%
Rp1 - 2 jt Rp2,1 - 3 jt Rp3,1 - 4 jt Rp4,1 - 5 jt >Rp5 jt Total
menabung. Rumah tangga yang paling besar peningkatannya dalam hal tidak dapat menabung Tabungan
0-10%
Pengeluaran/ bln
Di sisi lain, terjadi peningkatan risiko pada perilaku
keseluruhan DPK. Sementara itu porsi DPK dalam TBM
-68.4% N/A -36.1% 458.0% -32.4% 168.0% 194.8% N/A 47.4% 65.8% -26.3% 251.3%
TMB = Tidak Menabung * Perubahan triwulan II 2016 dibandingkan triwulan I 2016 Sumber: Survei Konsumen KPw BI Bali, diolah
bentuk tabungan juga masih dominan dilakukan oleh nasabah perseorangan dengan porsi mencapai 59,65%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2016 yang sebesar 58,66%. Sementara itu, deposito memiliki share sebesar 34,42% pada triwulan II 2016, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
I 2016 yang sebesar 35,24% seiring
dengan tendensi peningkatan konsumsi masyarakat sehingga cenderung membutuhkan dana yang mudah dicairkan.
92
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
100%
Perseorangan
90% 80% 70%
20
50%
%,yoy
40% 30% 20%
15 10
10%
5
Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016 Tw I 2016 Tw II 2016
Total
Deposito
Tabungan
Perseorangan
Perseorangan
0
Giro
II
III
IV
I
II
2014
III
IV
I
2015
II 2016
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.10 Komposisi DPK Perseorangan di Bali
Non Perseorangan
35
DPK Total
30
30
25
25
20 %,yoy
20 15
15 10 5
10
0
5 0
I
Non Perseorangan
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.8 Komposisi DPK Bali
%,yoy
DPK Total
25
60%
0%
Non Perseorangan
30
-5 I
II
III
IV
I
2014
II
III 2015
IV
I
II
-10
I
II
III
IV
I
2014
III 2015
Giro
2016
II
Tabungan
IV
I
II 2016
Deposito
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.9 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bali
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.11 Pertumbuhan DPK Perseorangan Bali Tiap Jenis Penempatan
Dari sisi pertumbuhannya, DPK perseorangan pada
dan simpanan bernilai besar (>Rp20 M) dan rekening
tabungan masih tumbuh cukup tinggi sebesar
simpanan bernilai sedang (>Rp10 juta s.d
8,97% (yoy) pada triwulan II 2016 dan terus
miliar). Kondisi ini terjadi hampir di seluruh kota/
menunjukkan tren yang terus meningkat sejak awal
kabupaten yang ada di Bali. Adapun penambahan
tahun 2016 yang lalu. Sementara itu, pertumbuhan
rekening simpanan terbesar terjadi di Kota Denpasar
DPK perseorangan pada fasilitas deposito masih
(bertambah sebesar 6,3%) dan penambahan rekening
menunjukkan perlambatan, sama halnya dengan
terendah terjadi di Kabupaten Buleleng (bertambah
pertumbuhan DPK perseorangan fasilitas giro yang
sebesar 3,11%).
mengalami perlambatan pada triwulan II 2016 yang tercatat sebesar -2,16% (yoy). Dilihat dari jumlah rekening DPK perseorangan, pada triwulan II 2016 terdapat penambahan jumlah rekening sebesar 4,54% dibandingkan triwulan sebelumnya. Penambahan rekening tersebut terjadi pada kategori simpanan bernilai kecil (
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
93
Tabel 4.4 Komposisi Jumlah Rekening Perseorangan Per Nilai Penempatan di Bali DAERAH
Rek Kab. Buleleng
Δ% Rek
Kab. Jembrana
Δ% Rek
Kab. Tabanan
Δ% Rek
Kab. Badung
Δ%
Kab.Karang asem
>5M 10M
>10M 15M
218
115
40
4
-2.83
4.81
-12.88
17.65
-33.33
123,553
18,427
1,312
34
11
7
3
>15M 20M 0
>20M
1
3
-50.00
50.00
0
0
0
3.16
1.25
18.10
3.88
6.25
-50.00
75.00
50.00
171,385
138,294
30,189
2,758
75
44
25
0
0
0
0
4.07
1.62
16.93
5.03
-11.76
-16.98
47.06
403,215
318,403
69,517
11,021
1,346
597
325
51
13
6
3
13.62
4.92
-5.34
1.88
5.18
-12.07
0.00
-25.00
29,943
3,330
168
88
31
0
0
0
0
4.09
2.07
14.63
3.93
-6.15
14.29
3.33
75,580
62,504
11,726
1,231
65
44
10
0
0
0
0
3.23
2.32
8.37
2.75
-1.52
29.41
-9.09
67,634
54,726
12,045
805
44
14
0
0
0
0
0
3.22
-2.17
37.31
3.34
91.30
27.27
Rek
129,383
108,417
19,181
1,698
42
36
8
1
0
0
0
Δ%
3.89 1,764,62 4
3.78 1,441,29 1
5.25
-2.86
-10.64
28.57
-38.46
255,604
52,737
5,009
2,713
1,494
171
21
5.23 3,211,19 7
4.80 2,626,67 7
6.48
11.88
5.01
1.57
4.99
1.79
484,529
79,226
7,001
3,662
1,940
230
4.54
3.37
10.74
8.65
2.47
1.33
5.38
-1.71
Δ%
Δ%
Δ%
Δ% Rek
PROVINSI BALI
4,334
22.42
143,347
>2 M 5M
2.30
Rek Kota Denpasar
37,897
0.73
3.11
>1 M - 2 M
137,836
Rek Kab. Bangli
241,653
284,633
>500JT 1M
4.15
Rek Kab. Klungkung
>100JT 500JT
<10 JT
171,396
Rek Kab. Gianyar
>10 JT 100 JT
Jumlah
Δ%
10
13
0.00
44.44
34
17
19
-5.56
26.67
Rek = Jumlah rekening; D % = Perubahan jumlah rekening pada triwulan II 2016 dibandingkan dengan triwulan I 2016 Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah
direalisasikan untuk daerah ini pada triwulan II
Tangga
2016. Sebagian besar kredit perseorangan tersebut
Dari sisi kredit perbankan, rumah tangga di Bali
digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar 52%,
mendominasi penyaluran kredit. Hal ini terlihat dari
sedangkan
pangsa kredit untuk perseorangan yang mencapai
produktif seperti untuk modal kerja dan investasi
63,69% dibandingkan keseluruhan kredit yang
sebesar masing-masing 32% dan 16%.
sisanya
digunakan
untuk
kegiatan
32%
44%
47%
52%
9% 16% KPR
KKB
RT. Multiguna
Modal Kerja
Grafik 4.12 Komposisi Kredit Perseorangan dan Non Perseorangan
94
Investasi
Grafik 4.13 Komposisi Kredit Perseorangan
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Konsumsi
perseorangan. Penggunaan kedua terbesar adalah kredit multiguna yang mencapai pangsa 44%. Sementara itu kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) masih relatif kecil sebesar 9%. Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit perseorangan tumbuh sebesar 11,7% (yoy) pada triwulan II 2016, lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang tumbuh 11,19% (yoy). Peningkatan kredit perseorangan tersebut masih didorong oleh meningkatnya kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.14 Pertumbuhan Kredit Perseorangan di Bali
multiguna.
Sementara
itu,
kredit
kepemilikan
kendaraan bermotor masih mengalami kontraksi sebesar -8,08% (yoy), kontraksi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -4,63% (yoy). Sejalan dengan perkembangan tersebut, kredit kepemilikan rumah (KPR) turut menunjukkan tren melambat sejak awal tahun 2014. Pada triwulan II 2016, KPR hanya tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga kredit Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.15 NPL dan Suku Bunga Kredit Rumah Tangga & Kredit Konsumsi di Provinsi Bali
perseorangan menunjukkan arah yang relatif stabil
Kredit konsumsi oleh perseorangan digunakan
kredit perseorangan di Bali mencapai 12,83% per
untuk berbagai keperluan. Paling besar adalah kredit
tahun, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya
kepemilikan rumah (KPR) yang mencapai pangsa
yang mencapai 12,98% per tahun.
dan mulai mengarah ke suku bunga yang lebih rendah. Pada triwulan II 2016, suku bunga tertimbang
sebesar 47% dari keseluruhan kredit konsumsi Tabel 4.5 Penyaluran Kredit Perseorangan Secara Spasial Posisi Triwulan II 2016
Daerah Kab. Buleleng Kab. Jembrana Kab. Tabanan Kab. Badung Kab. Gianyar Kab. Klungkung Kab. Bangli Kab. Karangasem Kota Denpasar PROVINSI BALI
Kredit (Rp Miliar) 5,725 2,273 5,303 9,631 4,603 1,684 1,683 2,672 20,442 54,015
Pangsa % 10.60 4.21 9.82 17.83 8.52 3.12 3.12 4.95 37.84 100.00
JUMLAH REKENING KPR KKB Peralatan Multiguna 3,532 4,540 1,193 19,768 5,485 1,711 530 5,657 6,074 3,190 615 17,004 10,712 4,990 533 19,214 3,689 3,949 83 11,150 1,068 745 33 6,198 4,821 818 12 2,503 1,566 1,333 58 9,486 24,049 19,672 549 39,859 60,996 40,948 3,606 130,839
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
95
Dari sisi risiko kreditnya, maka risiko kredit pada
sebesar 1,44%. Risiko kredit yang perlu mendapatkan
kredit rumah tangga masih menunjukkan tekanan
perhatian dari institusi keuangan adalah pada
yang minimal. Hal ini tercermin dari NPL kredit
penyaluran KPA tipe sedang (T.21 s.d.T.70) yang telah
perseorangan yang berada pada level 2,16%. Bahkan
melampaui threshold 5%.
NPL pada kredit konsumsi perseorangan hanya berada pada level 0,59%. Namun apabila dibandingkan dengan NPL pada triwulan I 2016 maka terjadi sedikit peningkatan risiko kredit meskipun masih berada di bawah threshold 5%. Secara spasial, kredit perseorangan masih terkonsentrasi di daerah Bali Selatan, yaitu Kota Denpasar, dengan pangsa sebesar 37,84%, diikuti oleh penyaluran di Kabupaten Badung dengan pangsa sebesar 17,83%. Kredit Kepemilikan Rumah Masih berlanjutnya perlambatan pertumbuhan KPR di Bali menambah tekanan risiko pada pelaku usaha di bidang konstruksi perumahan dan penjualan real estate. Penjualan rumah baru yang masih rendah dapat menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan pelaku usaha konstruksi dan real estate. Hal ini juga tercermin dari melambatnya kinerja lapangan usaha real estate (PDRB) pada triwulan II 2016 yang hanya tumbuh sebesar 5,53% (yoy) dari triwulan sebelumnya 5,79% (yoy). Dari jenis KPR-nya,
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Bali masih terkontraksi sebesar _8,08% (yoy) pada triwulan II 2016, lebih dalam dari periode sebelumnya yang sebesar -7,10% (yoy). Berdasarkan hasil survei dan liaison, kontraksi tersebut disebabkan oleh perkembangan terakhir menunjukkan konsumen lebih cenderung membeli mobil secara tunai dengan harga yang lebih murah. Dari sisi risiko kredit KKB, meskipun pertumbuhan kreditnya mengalami kontraksi namun NPL gross kredit ini relatif rendah pada kisaran 0,64%, stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga tercatat sebesar 0,64%. KKB mobil mencatat NPL yang sangat rendah yaitu sebesar 0,51%. NPL tertinggi yang dicatat oleh kendaraan roda dua (motor) yaitu sebesar 2,74%, namun lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% dan masih di bawah threshold 5%.
perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada triwulan
Kredit Multiguna
II 2016 terjadi di hampir semua jenis KPR terutama KPA
Besarnya penggunaan kredit konsumsi perseorangan
dengan tipe kecil (s.d. T.21) dan tipe besar (> T.70).
secara multiguna menunjukkan bahwa kebutuhan
Meskipun demikian, terdapat perbaikan permintaan
pembiayaan rumah tangga masih cukup besar, diluar
untuk KPA tipe sedang (T.21
kebutuhan untuk memiliki rumah dan kendaraan
terkontraksi sebesar -1,35% (yoy) menjadi -0,52%
bermotor maupun peralatan rumah tangga. Hal
(yoy). Perbaikan tersebut salah satunya dipengaruhi
ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna
oleh mulai terdapatnya optimisme dalam penjualan
relatif
apartemen seiring dengan rencana relaksasi LTV dan
agunan yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu
perkembangan pariwisata yang masih cerah.
penggunaan dana yang diterima dapat secara leluasa
Dari sisi risiko kredit KPR, perilaku rumah tangga dalam melakukan pembayaran cicilan masih terjaga meskipun terdapat potensi peningkatan tekanan. Pada triwulan II 2016, NPL gross KPR mencapai 1,45% sedikit meningkat dari sebelumnya yang hanya
96
mudah
dengan
menggunakan
jaminan/
digunakan oleh rumah tangga dalam melakukan aktivitas konsumsi seperti merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya pendidikan, biaya pengobatan, maupun pembelian barang berharga/elektronik, dan bahkan dapat digunakan untuk modal usaha.
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Tabel 4.6 Pertumbuhan dan NPL KPR di Bali
Jenis KPR RT. KPR sd 21 RT. KPR sd 70 RT. KPR 70+ RT. KPA sd 21 RT. KPA sd 70 RT. KPA 70+ RT. Ruko KPR
Growth (%,yoy) NPL(%) Pangsa % TW I-16 TW II-16 TW I-16 TW II-16 24.23 -4.74 -5.43 0.29 0.24 27.11 6.09 6.79 1.18 1.24 28.45 6.74 6.52 1.97 2.01 0.26 0.02 -5.07 2.37 0.00 0.72 0.30 -0.52 19.18 19.06 0.37 -26.84 -27.11 4.05 4.04 2.18 11.24 11.06 0.75 0.89 100 3.37 3.30 1.44 1.45
*Lokasi Proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tabel 4.7 Pertumbuhan dan NPL KKB di Bali
Jenis KKB
Growth (%,yoy) NPL(%) Pangsa % TW I-16 TW II-16 TW I-16 TW II-16 92.32 -6.20 -6.96 0.50 0.51 5.34 -30.33 -12.83 3.75 2.74 1.22 18.26 -46.14 0.82 1.62 1.12 -5.11 -4.01 0.68 0.13 100 -7.10 -8.08 0.64 0.64
Mobil Sepeda Motor Truk lainnya KKB *Lokasi Proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Tabel 4.8 Komposisi Kredit Multiguna Posisi Triwulan II 2016 Besar Pinjaman <10 JT >10 JT - 50 JT >50 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M Jumlah
Berdasarkan Nominal (% pangsa) Jangka Waktu <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun >4-10 >10 tahun Jumlah 14.80 5.87 2.02 4.71 0.50 0.83 32.87 35.76 31.22 31.58 3.42 7.33 14.42 19.63 35.31 22.49 16.37 16.59 20.80 18.45 27.76 38.60 63.68 59.79 2.81 4.50 2.22 1.23 4.99 4.77 14.29 15.80 1.47 1.38 11.04 10.68 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Berdasarkan Jumlah Rekening (%) Jangka Waktu <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun>4-10 >10 tahun Jumlah 70.64 34.73 10.34 26.84 5.50 12.09 24.19 51.85 63.52 62.38 17.14 32.70 3.33 9.74 19.92 6.88 29.15 22.08 1.74 3.28 6.08 3.83 46.70 32.06 0.06 0.19 0.11 0.06 0.90 0.63 0.04 0.21 0.03 0.02 0.62 0.44 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Tabel 4.9 NPL Kredit Multiguna Besar Pinjaman <10 JT >10 JT >50 JT >100JT >500JT >1 M Jumlah
-
50 JT 100 JT 500JT 1M
Jangka Waktu <1 tahun 1-3 tahun >3-4 tahun >4-10 0.12 6.27 7.45 0.05 1.17 1.52 0.00 0.14 0.53 0.26 0.00 0.32 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.09 0.81 0.90
3.29 2.20 0.80 0.00 0.00 0.00 1.03
>10 tahun Jumlah 19.30 12.46 0.66 0.68 0.12 0.15 0.25 0.25 2.36 2.25 2.33 2.20 0.68 0.67
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Pada triwulan II 2016, kredit multiguna tumbuh
>Rp100 juta s.d Rp500 juta dengan jangka waktu
sebesar 19,76% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan
lebih dari 10 tahun yang mencapai 63,68% dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,63%
keseluruhan nominal kredit multiguna. Secara jumlah,
(yoy). Jika melihat dari pangsa berdasarkan besar
kelompok tersebut juga memiliki rekening paling
pinjamannya dan jangka waktu kreditnya, kredit
besar jumlahnya dengan pangsa sebesar 59,79%.
multiguna didominasi oleh kredit kelompok pinjaman
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
97
dan masih mencatat pertumbuhan volume ekspor yang meningkat sejak awal tahun 2016, namun perkembangan kinerja ekspor perikanan masih menghadapi tantangan untuk dapat tumbuh lebih tinggi. Salah satunya adalah semakin menurunnya volume tangkapan ikan dan semakin jauh serta luasnya wilayah tangkapan menyebabkan biaya tangkap lebih tinggi dibanding periode sebelumnya. Selain itu, dampak kebijakan pelarangan transshipment telah menahan laju peningkatan ekspor yang lebih
Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 4.16 Komposisi Ekspor Bali
Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk fasilitas multiguna berada dalam kondisi dengan risiko yang minimal. Pada triwulan II 2016, NPL kredit multiguna hanya sebesar 0,67% dan NPL pada konsentrasi kelompok terbesar hanya sebesar 0,25%. Adapun kredit multiguna dengan risiko kredit terbesar berada pada pembiayaan dengan nominal di bawah Rp10 juta dengan NPL diatas threshold 5%. Meskipun secara jumlah rekening pangsanya hanya sebesar 12,09% dari keseluruhan rekening multiguna, namun karena jumlah nominalnya hanya sebesar 0,83% maka risiko kredit tersebut masih berdampak minor pada stabilitas keuangan di Bali. Kondisi ini menunjukkan bahwa eksposur keuangan rumah tangga masih berdampak minimal pada institusi keuangan maupun pada stabilitas keuangan di Bali. 4.2.
penurunan produksi ikan segar (Tuna), sehingga berdampak pada penurunan volume ekspor ikan segar (meskipun permintaan akan komoditas tersebut masih tetap tinggi). Selain itu, dampak pelarangan penggunaan
eks.
kapal
asing
turut
menahan
peningkatan kinerja produksi perikanan. Berdasarkan hasil FGD dengan Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI),
terinformasi
bahwa
kebijakan
tersebut
menyebabkan beberapa pelaku usaha penangkapan tuna menghentikan usahanya dan ada juga yang beralih untuk menangkap komoditas laut lainnya yaitu cumi. Perkembangan tersebut berdampak pada resiko tertahannya perkembangan korporasi mengingat pelaku usaha industri pengolahan dengan komoditas perikanan juga mendominasi lapangan industri pengolahan. Meskipun demikian, relaksasi ketentuan terkait dengan transshipment berpotensi mendorong pertumbuhan volume ekspor.
ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Korporasi Meskipun ekonomi Bali secara agregat mengalami peningkatan pada triwulan II 2016, beberapa kinerja lapangan usaha utama Bali mengalami perlambatan antara lain industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan besar dan eceran. Dari sisi permintaan kinerja ekspor juga masih mengalami perlambatan dari sebesar 11,68% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 11,15% (yoy) pada triwulan II 2016. Komoditas
perikanan
dengan
pangsa
27,52%
masih mendominasi kinerja ekspor Provinsi Bali
98
tinggi, mengingat peraturan tersebut menyebabkan
Sementara itu, dari sisi ekspor jasa, meskipun pertumbuhan wisman mengalami peningkatan sejak awal tahun 2016, kinerja ekspor jasa mengalami perlambatan yang juga berdampak pada kinerja korporasi khususnya perhotelan. Berdasarkan hasil FGD dengan perbankan, resiko kinerja perhotelan bersumber dari adanya indikasi kejenuhan jumlah kamar yang terus bertambah yang tidak diimbangi dengan kecepatan tambahan kunjungan wisatawan. Kondisi tersebut menyebabkan perhotelan melakukan persaingan harga yang berdampak pada penurunan pendapatan.
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
tangga untuk akomodasi yang juga didorong oleh I
II
III
IV
2015
I
II
pencairan gaji ke 13 dan THR PNS pada Juni 2016 sebagai
2016
sektor
pendukung
industri
pariwisata.
Sektor perdagangan turut menujukkan tendensi peningkatan di atas rata-rata normalnya dengan likert scale penjualan domestik yang sebesar 2,5. Di sisi lain, masih terdapat sektor yang mengalami perlambatan antara lain jasa-jasa dan perikanan. Sektor perikanan mencatat perlambatan paling dalam
Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.17 Kondisi Kegiatan Usaha di Bali
dengan hasil likert scale penjualan ekspor sebesar 1, angka tersebut menunjukkan bahwa perlambatan
4.2.2. Kinerja Korporasi
yang terjadi sedikit berada di bawah rata-rata
Omzet Penjualan Sejalan dengan peningkatan kinerja perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II 2016, hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi di Bali pada triwulan II 2016 mengkonfirmasi peningkatan pada sektor utama Provinsi Bali antara lain sektor perdagangan, pengangkutan dan perhotelan. Sektor pengangkutan mencatat peningkatan tertinggi dengan nilai likert
normalnya. Sektor jasa-jasa turut menunjukkan perlambatan pertumbuhan dengan nilai likert scale penjualan domestik sebesar 1,5 yang menunjukkan bahwa perlambatan berada di bawah rata-rata normalnya. Sementara itu, industri pengolahan dan pertanian menunjukkan pertumbuhan yang tetap dengan nilai likert sebesar 2.
scale penjualan ekspornya sebesar 3. Peningkatan
Peningkatan penjualan korporasi tersebut terlihat
tersebut seiring dengan peningkatan arus wisatawan
pula dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
dan adanya arus mudik menjelang hari raya Idul
yang dilakukan oleh KPw BI Bali. Pada triwulan II
Fitri.
tersebut,
2016, kegiatan usaha menunjukkan saldo bersih
sektor perhotelan turut menunjukkan peningkatan
sebesar -1,78%, lebih baik dibandingkan triwulan
penjualan di atas rata-rata normalnya dengan nilai
sebelumnya yang memiliki saldo bersih sebesar
likert penjualan ekspor sebesar 2,3. Kondisi tersebut
-13,73%.
Sejalan
dengan
perkembangan
sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi rumah
Sumber: Liaison KPw BI Bali diolah Grafik 4.18 Kinerja Korporasi di Bali Berdasarkan Liaison Triwulan II 2016
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
99
Badung yang merupakan pusat pengembangan
TW II 2016
TW I 2016 5%
pariwisata Provinsi Bali memiliki UMK tertinggi sebesar Rp 2,1 juta diikuti oleh ibukota Provinsi Bali,
7%
35%
Kota Denpasar yang sebesar Rp 2,007 juta.
39%
Marjin Keuntungan 54%
60%
Kinerja korporasi dari sisi perolehan laba atau margin keuntungan secara umum mengalami penurunan,
Baik
Cukup
dan hanya pengangkutan yang dapat meningkatkan
Buruk
margin keuntungannya sama dengan rata-rata
Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.19 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Bali
normalnya. Pada triwulan II 2016, margin industri pengolahan tidak mengalami pertumbuhan terlihat dari skala likert sebesar 0. Hal tersebut sejalan
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
100%
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN
55%
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUM PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, REPARASI MOBIL DAN MOTOR
33%
52%
50%
KONSTRUKSI 0%
43%
43%
PERTANIAN, KEHUTANAN & PERIKANAN
Sama
0%
perlambatan seiring dengan kenaikan biaya bahan
7% 0%
51%
40%
dengan kinerja industri pengolahan yang mengalami
14%
100%
INDUSTRI PENGOLAHAN
Lebih baik
45%
0%
50%
baku. Sementara itu, margin pada perikanan, jasajasa, perhotelan, dan perdagangan masih tumbuh namun di bawah rata-rata normalnya. Berdasarkan
6%
hasil liaison, margin pada sektor perhotelan cenderung
10%
melambat disebabkan oleh persaingan perhotelan
Lebih buruk
Sumber: SKDU KPw BI Bali, diolah Grafik 4.20 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral
di Provinsi Bali yang semakin ketat sehingga pelaku perhotelan sulit untuk dapat menaikkan margin. Kondisi likuiditas keuangan korporasi Secara umum, dari hasil SKDU, kondisi keuangan
Biaya
korporasi dari sisi likuiditas menunjukkan posisi yang
Pada triwulan II 2016, hampir semua korporasi
lebih likuid. Pada triwulan II 2016, pangsa korporasi
menyatakan mengalami peningkatan biaya produksi
yang memiliki kondisi likuiditas baik mencapai 39%,
kecuali untuk jasa-jasa. Peningkatan terbesar dialami
meningkat daripada triwulan sebelumnya yang hanya
oleh korporasi industri pengolahan, perhotelan,
sebanyak 35% dari total responden korporasi di Bali.
dan pengangkutan dengan likert scale sebesar 2.
Meskipun demikian, pangsa korporasi dengan kondisi
Peningkatan biaya tersebut lebih disebabkan karena
likuiditas yang tidak baik mengalami kenaikan dari
adanya kenaikan harga bahan baku dan Upah
sebesar dari 5% menjadi 7%.
Minimum Provinsi (UMP).
Beban Angsuran Hutang Korporasi
Upah Minimum Provinsi Bali tahun 2016 mengalami
Dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi di
kenaikan menjadi Rp1,807 juta dari UMP 2015
Bali secara umum memiliki risiko yang relatif terjaga.
sebesar Rp1,621 juta (meningkat sebesar 11,5%).
Kondisi ini tercermin dari SKDU pada triwulan II
Peningkatan tersebut kemudian menjadi acuan untuk
2016 yang menunjukkan hanya terdapat 21%
Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Kabupaten
korporasi yang menyatakan bahwa beban angsuran
100
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Tabel 4.10 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang Memiliki Kredit Bank (% thd Total responden)
Sektor
Perkiraan Beban Angsuran (% Responden thd Responden Kredit) semakin berat
tetap
Semakin ringan
Pertanian, kehutanan & perikanan
20%
100%
0%
0%
Industri pengolahan
40%
14%
81%
5%
Konstruksi
0%
0%
0%
0%
Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor
57%
25%
50%
25%
Penyediaan akomodasi dan makan minum
29%
33%
50%
17%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
0%
Transportasi dan pergudangan Informasi dan komunikasi Real estate
0%
0%
0%
0%
All Sektor
36%
21%
66%
13%
Sumber: SKDU KPw BI BAli, diolah
perbankan ke depan akan semakin berat. Persepsi tersebut berasal dari korporasi pertanian dikarenakan tingginya alih fungsi lahan pertanian serta anomali cuaca yang berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas produksi pertanian. Sementara itu terdapat 13% korporasi yang sedang memiliki kredit perbankan menyatakan bahwa beban angsuran kredit ke depan akan semakin ringan terhadap pendapatan perusahaan. Jumlah responden SKDU yang masih memiliki hutang ke perbankan
Sumber: LBU, diolah Grafik 4.21 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi
hanya sebesar 36% dari keseluruhan responden. 4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Untuk menjaga stabilitas keuangan, kerentanan yang terjadi pada sektor korporasi tetap perlu diwaspadai meskipun eskposur kredit perbankan pada sektor ini hanya sebesar 32,4% dari total kredit di Bali. Hal tersebut mengingat, kondisi keuangan sektor rumah tangga yang menjadi eksposur dominan kredit perbankan di Bali juga dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi, terutama dari sisi penghasilan dan penyerapan tenaga kerja.
Sumber: LBU, diolah Grafik 4.22 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan
Kredit perbankan pada sektor korporasi di Bali pada
kredit investasi korporasi serta kontraksi kredit
triwulan II 2016 mencapai Rp27,5 triliun, tumbuh
konsumsi. Kredit investasi korporasi mengalami
sebesar 10,8% (yoy) lebih rendah daripada triwulan
perlambatan dari sebesar 16,18% (yoy) pada triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,08% (yoy).
I 2016 menjadi sebesar 8,62% (yoy) pada triwulan
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
101
II 2016. Sementara kredit konsumsi mengalami
Kredit Investasi Korporasi
penurunan dari pertumbuhan sebesar 0,21% (yoy)
Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan II 2016
pada triwulan I 2016 menjadi sebesar -10,91% (yoy)
mencapai Rp15,8 triliun. Sementara itu dari sisi risiko
pada triwulan II 2016. Di sisi lain, kredit modal kerja
kredit, meskipun mengalami peningkatan, NPL kredit
mampu mengalami peningkatan pertumbuhan dari
investasi korporasi masih memiliki risiko yang terjaga
sebesar 11,23% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi
di bawah threshold 5%. Pada triwulan II 2016, NPL
sebesar 14,15% (yoy).
kredit ini hanya sebesar 4,45%, sedikit lebih tinggi dibanding NPL pada periode sebelumnya yang
Sementara itu, dari sisi kualitas kredit terjadi penurunan
mencapai 4,08%.
seiring dengan NPL yang mengalami peningkatan dari sebesar 4,85% pada triwulan I menjadi 5,29%
4.3.
ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN
pada triwulan II 2016. Peningkatan tersebut didorong
(PERBANKAN)
oleh peningkatan di kredit korporasi modal kerja dan
4.3.1. Jaringan Kantor dan Aset
investasi.
Pada triwulan II 2016, jumlah bank umum di Bali mengalami pertambahan menjadi sebanyak 43 bank sementara jumlah BPR masih tetap sama yaitu sebanyak 137 BPR. Total aset perbankan di Bali pada triwulan II 2016 mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Meski secara nominal aset mengalami peningkatan, namun laju pertumbuhan aset perbankan tercatat hanya tumbuh sebesar 6,62% (yoy) atau menjadi Rp94,3 triliun, lebih rendah dibandingkan Sumber: LBU, diolah Grafik 4.23 NPL Kredit Korporasi
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar
Kredit Modal Kerja Korporasi
terjadi pada bank umum pemerintah dan bank asing
Posisi kredit modal kerja korporasi pada triwulan II
dan campuran. Bahkan pertumbuhan aset bank asing
2016 mencapai Rp11,5 triliun. Dari sisi risiko kredit
mengalami kontraksi (-16,96% (yoy)) pada triwulan
terjadi peningkatan, sebegaimana terlihat dari NPL
II 2016. Secara umum berdasarkan pangsanya, bank
yang meningkat dari 6,03% pada triwulan I 2016
pemerintah masih mendominasi industri perbankan di
7,12%(yoy). Perlambatan pertumbuhan aset tersebut
menjadi 6,48% pada periode triwulan II 2016. Tabel 4.11 Perkembangan Jumlah Bank dan Jaringan Kantor Bank di Bali
KATEGORI Bank Umum Jumlah Kantor BPR Jumlah Kantor Total Bank Umum & BPR Total Jumlah Kantor
2012 656 137 170 137 826
2013 652 137 286 137 938
2014 657 138 286 138 943
Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah
102
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
2015 42 704 138 286 180 990
I
2016
42 702 137 306 179 1,008
II
43 696 137 309 180 1,005
Bali dengan porsi aset mencapai 60,86%, sedangkan
turut mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
total bank swasta nasional mencapai 37,38% dari
dibanding kinerja di periode triwulan sebelumnya.
total aset perbankan di Bali.
Pada triwulan II 2016, kredit perbankan tumbuh sebesar 9,75% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan
4.3.2. Intermediasi Perbankan Bali
kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank umum pada triwulan II 2016 mengalami peningkatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan
8,81% (yoy). Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan sampai dengan triwulan II 2016 mencapai Rp65,6 triliun.
periode sebelumnya, yaitu dari 4,93% (yoy) di triwulan
Peningkatan penyaluran kredit tersebut lebih didorong
I 2016 menjadi 5,48% (yoy) di triwulan II 2016.
adanya perbaikan pada penyaluran kredit modal kerja
Peningkatan kinerja tersebut terjadi di tabungan,
dan kredit investasi. Pada periode triwulan II 2016,
sementara komponen giro dan deposito juga
kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar
menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan.
8,78% (yoy) setelah pada periode sebelumnya hanya
Pada
tabungan
tumbuh sebesar 6,43% (yoy). Sedangkan untuk
mencapai 9,92% (yoy), deposito tumbuh sebesar
kredit investasi pada periode triwulan II 2016 tercatat
1,9% (yoy) dan untuk giro mengalami pertumbuhan
sebesar Rp15,0 triliun atau tumbuh sebesar 8,41%
sebesar 2,12% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut,
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan periode
secara nominal jumlah dana yang berhasil dihimpun
sebelumnya yang tercatat hanya tumbuh sebesar
tersebut mengalami peningkatan dari Rp75,5 triliun
6,01% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi pada
di triwulan I 2016 menjadi Rp77,6 triliun di triwulan
periode triwulan II 2016 tercatat sebesar Rp24,7 triliun
II 2016.
atau tumbuh melambat sebesar 11,62% (yoy), lebih
periode
laporan
pertumbuhan
rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya
Kredit Sejalan dengan perkembangan kinerja penghimpunan
yang tercatat hanya tumbuh sebesar 13,14% (yoy).
dana yang mengalami peningkatan, fungsi penyaluran kredit perbankan oleh bank umum secara keseluruhan Tabel 4.12 Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum di Bali
Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
103
LDR dan NPL
kredit sebesar Rp8,5 triliun. Di sisi lain, penghimpunan
Kondisi intermediasi perbankan yang diindikasikan
DPK mencatat peningkatan dengan pertumbuhan
dengan indikator Loan to Deposit Ratio (LDR)
sebesar 21,17% (yoy) atau tercatat sebesar Rp7,5
menunjukan sedikit peningkatan bila dibandingkan
triliun, lebih tinggi dibandingkan periode triwulan
kinerja di periode sebelumnya. Pada triwulan II 2016
I 2016 yang tumbuh sebesar 19,87% (yoy). Kondisi
LDR bank umum di Bali mencapai 84,53%, sedikit
tersebut menyebabkan tingkat intermediasi BPR
lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang
mengalami penurunan yang disertai penurunan
mencapai 83,47%. Kondisi tersebut seiring dengan
kualitas risiko kredit pada periode triwulan II 2016.
pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertambahan penghimpunan dana dari masyarakat.
4.4.
AKSES KEUANGAN
4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM
Sejalan dengan perkembangan tersebut, kualitas
Sejalan dengan kondisi kredit perbankan secara
kredit perbankan menunjukkan perkembangan yang
umum, laju pertumbuhan kredit UMKM tercatat
stabil yang tercermin dari indikator Non Performance
mengalami peningkatan, dari yang semula tumbuh
Loans (NPLs) Gross yang stabil dari dari 2,38% pada
sebesar 12,27% (yoy) pada triwulan sebelumnya
triwulan I 2016 menjadi 2,35% pada triwulan II 2016.
menjadi sebesar 15,49% (yoy) di periode triwulan II 2016. Peningkatan laju penyaluran kredit UMKM
4.3.4. Bank Perkreditan Rakyat Di triwulan II 2016, kinerja BPR tetap tumbuh tinggi namun mengalami tren yang melambat. Aset BPR tumbuh sebesar 19,93% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 20,74% (yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai Rp11,9 triliun. Perlambatan aset BPR di Bali juga diikuti oleh melambatnya kinerja penghimpunan dana maupun penyaluran kredit perbankan ke masyarakat. Berdasarkan data yang ada, penyaluran kredit tumbuh melambat yaitu sebesar 10,61% (yoy) dengan nominal
dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran kredit di kategori perdagangan dengan pangsa kredit terbesar (60,75%) yang semula tercatat mampu tumbuh dari sebesar 17,37% (yoy) pada triwulan I 2016 menjadi sebesar 21,17% (yoy). Disamping itu, kategori penyediaan akomodasi makan dan minum juga tercatat mengalami peningkatan dari 20,7% (yoy) menjadi 24,55% (yoy) sehingga turut memberikan dampak positif terhadap kinerja kredit UMKM di periode triwulan II 2016.
Tabel 4.13 Perkembangan Indikator BPR di Bali
Sumber: LBU dan LBBR Bank Indonesia, diolah
104
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
.>50 JT - 100 JT
Buleleng 11%
6.73
.>20M
5.39
.>15M - 20M
1.85
.>10M - 15M
2.03
.>5M - 10M
Denpasar 34%
.>2 M - 5M
Tabanan 9%
14.12
.>1 M - 2 M
15.90
.>500JT - 1 M
11.33
.>100JT - 500JT
22.63
.>10 JT - 50 JT .<10 JT
Jembrana 4%
6.87
10.97 2.18 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Badung 18%
Karangasem 6% Bangli 4%
25.00
Klungkung 3%
Gianyar 11%
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.26 Pangsa Kredit UMKM Berdasarkan Kota/ Kabupaten
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.24 Pangsa Nominal Kredit UMKM
UMKM 35% Rp 29 T
Non UMKM 65% Rp 55 T
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit UMKM
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.27 Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit
Perkembangan positif realisasi kredit tersebut diiringi
Disamping itu, berdasarkan sektor ekonominya,
dengan kualitas kredit yang mengalami peningkatan.
pangsa kredit UMKM terbesar masih berada pada
Hal ini terlihat dari rasio NPL kredit UMKM yang turun
kredit sektor perdagangan yakni sebesar 60,75%.
dari 2,01% menjadi sebesar 1,92%. Penurunan
Sementara itu, berdasarkan nominal kreditnya, maka
tersebut
positif
pangsa realisasi kredit UMKM terbesar berada pada
kegiatan usaha UMKM di triwulan II 2016. Perbaikan
rentang nominal Rp100-Rp500 juta rupiah, yakni
kualitas kredit dialami oleh sebagian besar kategori
sebesar 22,6% dari total kredit UMKM yang ada di
utama di Provinsi Bali.
Bali.
Dari data yang ada, pangsa kredit UMKM di periode
Disisi lain, berdasarkan sebaran wilayahnya maka
triwulan
mengalami
konsentrasi realisasi kredit UMKM terbesar berada di
peningkatan yakni sebesar 35,03% dari total kredit,
Kota Denpasar yakni dengan pangsa sebesar 34%,
dibandingkan pangsa di triwulan sebelumnya yang
diikuti oleh Kabupaten Badung sebesar 18% dan
sebesar 33,68%. Hal tersebut menunjukan bahwa
Kabupaten Gianyar sebesar 11%. Perkembangan
perbankan turut memiliki perhatian dan kontribusi
tersebut didukung dengan kualitas kredit yang terjaga
positif dalam rangka pengembangan UMKM di Bali.
untuk Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar yang
seiring
triwulan
dengan
II
perkembangan
2016
tercatat
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
105
memiliki NPL relatif terjaga masing-masing sebesar
4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
1,46% dan 1,64%. Sementara itu, untuk Kabupaten
Indikator akses keuangan di Bali terutama dari sisi
Badung, meskipun NPLnya masih di bawah batas
penghimpunan
aman sebesar 5%, Kabupaten Badung memiliki
begitu juga dari sisi kredit. Rasio jumlah rekening
tingkat NPL tertinggi sebesar 3,49%.
DPK terhadap penduduk angkatan kerja di Bali tetap
Sementara itu, berdasarkan sektor ekonominya, realisasi kredit UMKM masih terkonsentrasi di sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa sebesar 64,8%, diikuti oleh sektor pertanian dengan pangsa sebesar 12,7%, sementara sektor ekonomi lainnya memiliki pangsa relatif rendah di bawah 5%. Lebih lanjut, penurunan tingkat NPL kredit UMKM di periode laporan secara sektoral disebabkan oleh penurunan tingkat NPL pada beberapa sektor utama seperti sektor konstruksi, perdagangan besar dan eceran, sektor akomodasi, sektor transportasi dan sektor pertanian. Sementara itu sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa terbesar relatif memiliki ketahanan risiko kredit yang lebih baik dengan tingkat NPL yang tercatat sebesar 1,7%, tidak mengalami perubahan jika dibandingkan tingkat NPL
dana
mengalami
peningkatan,
menunjukkan tren peningkatan, dimana pada triwulan II 2016 rasio tersebut tercatat sebesar 136,59%. Rasio yang lebih besar dari 100% yang menunjukkan bahwa terdapat penduduk angkatan kerja di Bali yang memiliki rekening simpanan lebih dari satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya penduduk bukan angkatan kerja yang juga memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun mahasiswa. Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja di Bali menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 26,03% di bulan Februari 2016. Masih rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan oleh masyarakat di Provinsi Bali dan masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa yang akan datang.
di periode triwulan I 2016.
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.28 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja
106
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.29 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
BOKS B LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) MEMBANGUN DESA DAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BALI Pengembangan lembaga keuangan mikro di Indonesia
Tabel 2 Persebaran Responden Nasabah LPD
tidak hanya didukung oleh aspek ekonomi, namun juga oleh aspek sosial dan budaya serta kearifan lokal. Salah satu bentuk dukungan aspek sosial budaya tersebut, adalah pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang beroperasi di Wilayah Provinsi Bali. LPD berfungsi sebagai lembaga keuangan dan ekonomi di desa pakraman, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup krama desa melalui pengelolaan potensi keuangan desa. Saat ini jumlah LPD telah mencapai 1.433 LPD, tersebar di Provinsi Bali dengan jumlah
Penelitian ini mengobservasi perkembangan kinerja
posisi aset di tahun 2015 tercatat sebesar Rp 13,9
LPD, atas dasar beberapa faktor penentu kinerja LPD
triliun. Mengingat potensi dan peran strategis LPD
yang meliputi aspek pemilik dan manajemen, kondisi
yang sangat penting dalam perekonomian di Provinsi
pasar dan persaingan serta strategi pemasaran.
Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
Dalam penelitian ini, kinerja LPD diukur berdasarkan
menginisiasi penelitian mengenai peran strategis
indikator capital, aset, management, earning, liquidity
LPD terhadap perekonomian Bali, khususnya dalam
dan sensitivity market to risk. Secara umum, penelitian
pemberdayaan UMKM di Provinsi Bali. Penelitian ini
ini bertujuan untuk melakukan pemetaan LPD
dilakukan pada tahun 2015 dan tahun 2016, dengan
berdasarkan kinerja keuangan dan melihat secara dini
melibatkan 148 LPD dan 426 nasabah LPD sebagai
kondisi LPD dari sisi aktivitas keuangannya, melakukan
responden yang tersebar secara proporsional di
identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seluruh Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali.
LPD di Provinsi Bali, dan untuk mengetahui dampak
Tabel 1 Persebaran Responden LPD
LPD terhadap tingkat penghasilan masyarakat di Provinsi Bali. Secara umum terdapat beberapa pokok-pokok hasil penelitian dengan rincian sebagai berikut: a. Keunggulan LPD di Bali muncul sebagai instrumen yang kedudukannya menjadi bagian lembaga adat di Desa Pakraman. LPD berfungsi sebagai lembaga keuangan dan ekonomi desa pakraman yang
Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
107
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup krama
b. Segmentasi
desa melalui pengelolaan potensi keuangan desa.
Berdasarkan kategori kinerja keuangan (diukur
Dalam kegiatan operasionalnya, LPD memiliki
menggunakan kaidah CAMEL), terdapat 70,3%
keunggulan bila dibandingkan dengan lembaga
LPD yang memiliki kategori sehat, 9,1% yang
keuangan lainnya yaitu:
masuk dalam kategori cukup sehat dan 5,4%
•
Kedekatan lokasinya dengan masyarakat
kurang sehat serta 15,1% masuk dalam kategori
•
Dimiliki oleh masyarakat adat, sehingga ada
tidak sehat. Hasil pemetaan wilayah berdasarkan
kedekatan emosional yang menjadikan LPD
kinerja keuangan LPD di 9 Kabupaten/Kota di
menjadi pilihan utama masyarakat Bali dalam
Provinsi Bali, LPD dikelompokkan menjadi 4
mengelola keuangannya.
segmen yaitu:
Dari sisi pembiayaan, nasabah merasakan
•
•
akses terhadap LPD lebih mudah didukung
Bangli dan Kabupaten Karangasem yang
oleh persyaratan kredit dan kecepatan
dicirikan oleh kualitas kredit dan tingkat
pencairan dana. Kemudahan layanan LPD
profit yang tinggi.
dibandingkan dengan lembaga keuangan
Segmen kedua adalah Kabupaten Jembrana dan
lebih mudah dan kecepatan pencairan
permodalan dan kas yang tinggi •
Kabupaten
Tabanan
dengan
ciri
Segmen ketiga adalah Kabupaten Badung,
pinjaman tanpa agunan hingga sejumlah nilai
Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung
tertentu kepada krama desa (nasabah LPD),
dengan ciri tingkat penyaluran kredit yang
menjadikan LPD sebagai pilihan yang unggul
tinggi
bagi krama desa untuk mendapatkan fasilitas
•
Segmen
keempat
adalah
Kabupaten
pembiayaan terutama untuk masyarakat yang
Buleleng dan Kabupaten Gianyar dengan ciri
tinggal di wilayah yang jauh dari perkotaan.
rasio efisiensi dan aspek manajemen yang
Salah
tinggi.
satu
produk
pembiayaan
yang
banyak diminati oleh masyarakat adalah pinjaman tanpa agunan dengan sejumlah nilai tertentu kepada krama desa yang menjadi nasabahnya. Selain itu, dalam mendukung perkembangan perekonomian, LPD menyediakan kredit untuk modal kerja dan konsumsi yang sangat membantu masyarakat dalam menjalankan usahanya. Dengan demikian, dampak kehadiran LPD dalam menggerakkan ekonomi sektor riil secara agregat cukup signifikan, terutama untuk skala usaha mikro dan kecil.
108
•
lainnya, dengan persyaratan kredit yang dana, serta tersedianya fasilitas pemberian
•
Segmen pertama terdiri dari Kabupaten
c. Manajemen & Operasionalisasi LPD menjadi satu-satunya pilihan masyarakat yang
tinggal
di
wilayah
yang
jauh
dari
perkotaan dalam mengelola dananya baik untuk menyimpan maupun meminjam dana. Semakin sedikit penduduk suatu wilayah dan rendahnya aktivitas ekonomi, maka perkembangan LPD menjadi terhambat bahkan cenderung tidak berkembang. Dampak kehadiran LPD dalam menggerakkan ekonomi sektor riil secara agregat cukup signifikan, dengan skala usaha mikro dan kecil. Dari sisi sosial keagamaan, kehadiran LPD
sangat membantu dalam mengurangi biaya
tinggi, berdampak pada skala aktivitas ekonomi
yang harus dikeluarkan oleh masyarakat terkait
yang lebih besar.
upacara keagamaan dan adat.
Dengan mengacu kepada Peraturan Gubernur
Dalam menjalankan aktivitas operasinya, peran
Bali No.11 tahun 2013 dan Peraturan Daerah
bendesa dalam LPD sangat strategis. Tidak saja
Provinsi Bali No. 8 tahun 2002 dan Peraturan
sebagai pengawas namun juga sebagai motivator
Daerah Provinsi Bali No. 4 tahun 2012 serta
dan penggagas ide bagi kemajuan LPD bersama-
dengan mengacu pada penelitian LPD yang telah
sama dengan pengurus LPD. Selain itu, aspek
dilaksanakan serta dalam rangka mengantisipasi
manajemen merupakan salah faktor utama yang
berbagai tantangan dan risiko ke depan, terdapat
menentukan tingkat kesehatan suatu LPD.
beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan dan ditindak lanjuti meliputi:
d. Kendala Kendala utama yang dihadapi oleh LPD dalam pengembangan
usaha
adalah
keterbatasan
jumlah dan kompetensi sumber daya manusia, serta masih terbatasnya jumlah LPD yang mempergunakan sistem informasi dalam kegiatan operasionalnya serta keterbatasan permodalan. LPD yang desa pakramannya memiliki penduduk
1. Sebagai lembaga keuangan yang didirikan dan tumbuh berbasis adat, LPD perlu memperkuat fungsi manajemen dengan berpegang pada nilai-nilai profesionalisme guna menghadapi tantangan ke depan dengan tetap berpegang pada adat (pasal 2 ayat 1 Peraturan Daerah No. 8 tahun 2002). 2. LPD
perlu
memiliki
standarisasi
dalam
yang lebih sedikit dan aktivitas ekonomi yang
penggunaan sistem teknologi informasi (TI)
rendah, cenderung perkembangan LPDnya relatif
yang disesuaikan dengan bidang lembaga
terhambat, dibandingkan dengan LPD yang
keuangan dan kebutuhan minimal masing-
memiliki jumlah nasabah yang lebih banyak.
masing LPD, tentunya didukung dengan
Selain itu dari sisi persaingan, saat ini telah
perangkat keras (hardware) dan perangkat
tumbuh koperasi di tingkat Banjar yang menjadi
lunak (software) yang memadai. Dengan
salah satu pilihan atau alternatif masyarakat Bali
adanya sistem penggunaan IT yang standar
dalam melakukan pinjaman ataupun menabung.
tersebut, diharapkan dapat mempermudah
Namun demikian, manfaat keberadaan koperasi
LPD dalam pengelolaan sistem akuntansi dan
untuk LPD ini, adalah koperasi dapat dijadikan
konsolidasi laporan keuangan (Peraturan
sebagai mitra LPD dalam penyaluran dana. Terkait
Daerah Provinsi Bali No .4 tahun 2012 pasal
dengan keterbatasan permodalan dari LPD,
17 dan Peraturan Gubernur Bali No.11 tahun
terlihat dari LPD yang kurang sehat, umumnya
2013 pasal 29-31).
memiliki modal yang minim dan dengan nilai aset
3. Dalam rangka meningkatkan peran dan
dibawah Rp 0,5 miliar. Dalam perkembangannya
konstribusi LPD terhadap perekonomian
LPD memiliki kemiripan dengan perkembangan
daerah, maka LPD diharapkan dapat berperan
perbankan, dimana LPD yang terletak dekat pusat
sebagai agen perubahan di wilayah kerjanya
kota dengan tingkat aktivitas ekonomi yang lebih
antara lain melalui pelaksanaan pelatihan
109
kewirausahaan dan pendampingan usaha
yang sangat strategis dalam mendorong
serta konsultasi manajemen atau bisnis
pertumbuhan ekonomi daerah, sementara
yang dapat difokuskan pada nasabah LPD
pada sisi lain terdapat potensi resiko yang
masing-masing. Dalam kaitan tersebut, perlu
akan menghambat bahkan menurunkan
dilakukan upaya secara berkesinambungan
kinerja LPD, sehingga dibutuhkan adanya
dan
lembaga pengawas khusus untuk LPD
konsisten
untuk
meningkatkan
kompetensi dan pengetahuan pegawai LPD
yang
terkait dengan kewirausahaan, manajemen
dan bertugas melakukan pengawasan dan
dan bisnis tentunya melalui fasilitasi Lembaga
pemeriksaan
Pemberdayaan (LP) LPD, sehingga dapat
jalannya LPD dan juga berperan sebagai
melakukan pendampingan dan monitoring
lembaga
usaha
mengenai kegiatan operasional LPD serta
terhadap
nasabahnya.
Dengan
lembaga
secara
yang
independen
periodik
mengenai
mengeluarkan
aturan
demikian, diharapkan dapat meningkatkan
lembaga
kualitas
mendorong
memastikan kepatuhan LPD terhadap seluruh
peningkatan kapasitas usaha LPD melalui
ketentuan dan peraturan yang mengikat
peningkatan penyaluran pinjaman (Peraturan
kegiatan operasional LPD serta sekaligus
Gubernur Bali No. 11 tahun 2013 di pasal 53
dapat mendampingi LPD dalam pengelolaan
ayat 1 dan pasal 56).
usaha (Peraturan Gubernur Bali No. 11 tahun
pinjaman
dan
4. Seiring dengan nilai aset dan jumlah LPD yang terus tumbuh dan berkembang (tahun 2015 aset tercatat sebesar Rp 13,9 triliun dan jumlah LPD sebanyak 1433) serta perannya
110
merupakan
tersebut
diharapkan
dapat
2013 di pasal 53 pada ayat 1 dan pasal 56).
BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 111
112
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
5.1.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1.1. Transaksi Kliring Tabel 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring
Grafik 5.1 Perkembangan Kliring
Grafik 5.2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong
Seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian,
8,3 ribu lembar. Lembar tolakan tersebut mencapai
aktivitas transaksi nontunai menunjukkan peningkatan
1,16% dari total lembar kliring yang ditransaksikan
baik secara nominal maupun jumlah transaksi. Pada
pada triwulan II 2016. Sedangkan secara nominal,
triwulan II 2016 jumlah nominal perputaran kliring
tolakan cek/bilyet giro kosong mengalami penurunan
mencapai Rp 21,4 triliun, meningkat sebesar 7,87%
sebesar 12,76% (qtq). Nominal tolakan tersebut
(qtq). Sejalan dengan hal tersebut, jumlah transaksi
mencapai 1,97% dari keseluruhan nominal transaksi
lembar kliring pada triwulan II 2016 juga menunjukkan
kliring triwulan II 2016.
peningkatan sebesar 7,11% (qtq).
5.1.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal
Pada triwulan II 2016 jumlah tolakan cek/bilyet giro
(Inflow dan Outflow)
kosong tercatat sebesar 7,9 ribu lembar dengan
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, aliran
nominal sebesar Rp 422 miliar. Jumlah lembar tolakan
uang kartal pada triwulan II 2016 menunjukkan posisi
tersebut mengalami penurunan sebesar 4,73%(qtq)
net outflow tercatat sebesar Rp 1,7 triliun, dengan
dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
outflow tercatat sebesar Rp 5,1 triliun, jauh lebih
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
113
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
triwulan sebelumnya yang sebesar 1.934 lembar.
yang sebesar Rp 2,9 triliun. Sementara inflow tercatat
Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah oleh Kantor
sebesar Rp 3,4 triliun pada triwulan laporan, lebih
Perwakilan
rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
dilakukan kepada masyarakat umum dan pelaku
yang sebesar Rp 5,07 triliun.
usaha di Bali untuk meminimalisir peredaran uang
Bank
Indonesia
Provinsi
Bali
terus
palsu. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mengintensifkan kerjasama dengan pihak kepolisian dalam menekan peredaran uang palsu. Bank
Indonesia
terus
berkomitmen
dalam
meningkatkan kualitas uang layak edar di masyarakat (clean money policy), dengan menarik uang lusuh/ rusak dari aliran uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Penyediaan uang layak edar tersebut dilakukan dengan kegiatan penukaran uang dan Grafik 5.3 Perkembangan Uang Kartal di Bali
kegiatan kas keliling. Di Provinsi Bali, kegiatan kas keliling dilakukan hingga ke Nusa Penida (Kabupaten Klungkung) yang merupakan salah satu daerah terpencil di Provinsi Bali. Frekuensi layanan kas keliling pada triwulan II 2016 mencapai 26 kali. 5.1.4. Perkembangan KUPVA BB di Provinsi Bali Perkembangan transaksi jual – beli valas di Provinsi Bali cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data transaksi Penyelenggara
Grafik 5.4 Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
5.1.3. Temuan Uang Palsu dan Penyediaan
Uang Layak Edar
KPw BI Provinsi Bali secara konsisten menekan peredaran uang palsu melalui kerjasama dengan pihak Polda Bali. Berdasarkan data terakhir, jumlah uang palsu yang teridentifikasi pada triwulan II 2016 sebanyak 1.409 lembar, menurun dibandingkan
114
KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi jual – beli valas pada tahun 2015 mencapai Rp30,17 triliun, meningkat sebesar 8,84% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, sampai dengan bulan Juni 2016, total transaksi jual – beli valas mencapai Rp14,6 triliun, dengan total pembelian dan penjualan masing-masing sebesar Rp7,2 dan Rp7,4 triliun.
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Sumber: LKPBUv2, diolah Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Jual – Beli Valas di Provinsi Bali
Meningkatnya perkembangan transaksi jual – beli
khususnya transaksi yang dilakukan wisman di hotel-
valas tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah
hotel yang telah bekerjasama dengan Penyelenggara
kunjungan wisman di sepanjang tahun 2015 dan
KUPVA BB Berizin. Hal tersebut terkonfirmasi dari
2016, yang selalu menunjukkan pertumbuhan positif.
total transaksi salah satu KUPVA BB yang memiliki 49
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Provinsi Bali,
(empat puluh sembilan) Kantor Cabang yang berlokasi
jumlah kunjungan wisman triwulan II 2016 tumbuh
di hotel di Provinsi Bali. Berdasarkan data yang
sebesar 21,48% (yoy) dibandingkan dengan triwulan
disampaikan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia
yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut sejalan
Provinsi Bali, jumlah transaksi KUPVA BB tersebut
dengan total transaksi jual – beli valas triwulan II 2016
pada tahun 2016 (sampai dengan bulan Juli 2016)
yang menunjukkan peningkatan sebesar 2,07% (yoy)
mencapai Rp114,83 miliar, meningkat signifikan
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebesar 1676% (yoy) dibandingkan periode yang
sebelumnya.
sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp6,46 miliar.
Selain itu, implementasi Kewajiban Penggunaan Rupiah di Provinsi Bali juga ikut mendorong peningkatan transaksi penukaran valas di Bali,
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Grafik 5.6 Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman di Provinsi Bali
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
115
Sumber: LKPBUv2, diolah Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi Penyelenggara KUPVA BB yang Berlokasi di Hotel
Selain itu, meningkatnya transaksi jual – beli valas
dari total 520 KC yang terdapat di Provinsi Bali, 85
juga didorong oleh meningkatnya jumlah KUPVA BB
diantaranya merupakan KC yang berlokasi di wilayah
Berizin di Provinsi Bali. Berdasarkan jumlah kantornya,
hotel yang terdapat di Provinsi Bali.
sampai dengan Agustus 2016, terdapat 659 Kantor KUPVA BB Berizin yang terdiri dari 139 Kantor Pusat (KP) dan 520 Kantor Cabang (KC). Jumlah tersebut meningkat sebanyak 48 Kantor dibandingkan akhir tahun 2015, dengan masing-masing peningkatan sebanyak 7 KP dan 41 KC.
Sumber: BISKOMVA, diolah Grafik 5.9 Sebaran Jumlah Kantor per Kabupaten/Kota
Dari 139 Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi pembelian dan penjualan didominasi oleh 5 (lima) besar KUPVA BB, dengan share mencapai 63,19% dari total transaksi seluruh KUPVA BB. Sumber: BISKOMVA, diolah Grafik 5.8 Jumlah KUPVA BB Berizin di Provinsi Bali
Dari 659 Kantor tersebut, sebaran jumlah kantor KUPVA BB masih belum merata, dan terkonsentrasi di Kab. Badung dengan jumlah mencapai 457 kantor
Walaupun share-nya cenderung menurun pada tahun 2016 seiring dengan bertambahnya jumlah KUPVA BB Berizin, namun secara nominal transaksinya masih cenderung menunjukkan peningkatan pada tahun 2016.
(69,35%), disusul Kota Denpasar dan Kab. Gianyar
Jika ditinjau lebih mendalam, berdasarkan jenis
dengan jumlah masing-masing sebanyak 82 kantor
valasnya, transaksi jual – beli valas di Provinsi Bali
(12,44%) dan 69 kantor (10,47%) Sedangkan
didominasi oleh 5 (lima) mata uang asing, yaitu
116
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
US Dollar (USD) (41,34%), Australian Dollar (AUD)
elektronik, dari metode pembayaran secara tunai
(29,29%), Euro (EUR) (12,15%), Japanesse Yen (JPY)
menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan
(6,97%), dan Singapore Dollar (SGD) (3,89%).
yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Sedangkan elektronifikasi pembayaran pemerintah merupakan baik
tata
berupa
cara
pembayaran
pembayaran
pemerintah
masyarakat
kepada
pemerintah maupun pembayaran pemerintah kepada masyarakat yang dilakukan secara elektronik (non tunai). Elektronifikasi diharapkan dapat membuka akses masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote area).
Sumber: Data Transaksi Harian, diolah Grafik 5.10 Share Penukaran Valas di Provinsi Bali
Sesuai dengan road map pengembangan sistem
5.1.5. Pengembangan Elektronifikasi
pembayaran ke depan, elektronifikasi pembayaran
Pembayaran
antara pemerintah dan masyarakat merupakan salah
Elektronifikasi secara umum didefinisikan sebagai
satu yang sasaran yang ingin dicapai dalam jangka
suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat
pendek (2015 – 2016) dan jangka menengah (2017
yang semula dilakukan secara manual menjadi
– 2020).
Gambar 5.1 Pengembangan Sistem Pembayaran
Sumber: Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
117
Gambar 5.2 Jenis-jenis Elektronifikasi Pembayaran Pemda
Hal
tersebut
merupakan
salah
satu
langkah
Merupakan skema berbagai macam pembayaran
reformasi pada modernisasi sistem pembayaran.
yang
Selain itu, hal tersebut juga sebagai langkah untuk
pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun
mendukung Peraturan Pemerintah yang tertuang
daerah.
dalam
Republik
pemerintah, maka transaksi P to G merupakan
Indonesia Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem
transaksi yang mendatangkan penerimaan bagi
Penerimaan Negara Secara Elektronik yang disusun
pemerintah. Untuk konteks pemerintah daerah,
dalam rangka meningkatkan kualitas penatausahaan
jenis penerimaan diklasifikasikan menjadi dua,
dan
negara,
yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan.
dengan menerapkan Sistem Penerimaan Negara
Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah
secara elektronik dan memanfaatkan teknologi
daerah
informasi. Penyempurnaan ini dilakukan untuk
nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
bersangkutan.
Peraturan
Menteri
pertanggungjawaban
Keuangan
penerimaan
hal pembayaran/penyetoran penerimaan negara,
•
serta untuk mewujudkan good governance.
dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Elektronifikasi
Pembayaran
Pemerintah
P2G
(Person to Government)
2
Pedoman kerja Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif, 2016
118
Oleh
yang
Elektronifikasi
oleh karena
diakui
masyarakat dibayarkan
sebagai
Pembayaran
kepada kepada
penambah
Pemerintah
G2P
(Government to Person)
Jenis-jenis elektronifikasi2 pembayaran pemerintah •
dilakukan
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Merupakan bentuk penyaluran dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk tujuan
pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
Bank Indonesia untuk mempercepat implementasinya
masyarakat. Alur pengeluaran pemerintah secara
di sektor penerimaan dan pengeluaran pemerintah,
umum dilakukan melalui rencana keuangan
termasuk
tahunan pemerintahan negara yang disetujui
masyarakat.
oleh DPR. Belanja negara dipergunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintah pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara sangat berperan penting dalam usaha mencapai
kesejahteraan
rakyat.
Mekanisme
belanja pemerintah pusat diatur dan ditetapkan oleh Kementerian Keuangan, sedangkan belanja daerah mengikuti mekanisme yang ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah. Manfaat
elektronifikasi
bagi
kaitannya
dengan
perbankan
dan
Sehubungan dengan hal tersebut dan menindaklanjuti penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI)
dalam
rangka
peningkatan
transaksi non tunai untuk layanan keuangan oleh pemerintah provinsi di seluruh Indonesia, KPwBI Provinsi Bali bersama dengan Pemerintah Kota Denpasar telah menandatangani Nota Kesepahaman No.17/9/PPTBI/PEKI/DPR tanggal 30 Juni 2015 tentang No.415.4/19/KB/BKS/2015
Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan
masyarakat
dan
Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali
Pemerintah Daerah diantaranya sebagai berikut:
dan Pemerintah Kota Denpasar. Salah satu tindak
•
lanjut Nota Kesepahaman tersebut diwujudkan
Bagi masyarakat: 1. Mempermudah
akses/mekanisme
fleksibilitas
melakukan
dalam
dan
transaksi
pembayaran;
penyusunan
bisnis
model
transaksi
penerimaan Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar yang dapat dimigrasikan menjadi non tunai, diantaranya
2. Mudah mengakses histori pembayaran; dan
penerimaan pajak Pemkot Denpasar. KPwBI Provinsi
3. Dapat mengurangi biaya korespondensi dan/
Bali bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar
atau transportasi. •
melalui
dan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali juga telah
Pemerintah Daerah: 1. Memperlancar
menyelenggarakan sosialisasi pembayaran PBB dan proses
penerimaan
dana
dari pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat; 2. Mempercepat rekonsiliasi data penerimaan dan penelusuran arus dana sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas; 3. Mengurangi
potensi
shadow
economy
(korupsi dan penggelapan); dan 4. Pengurangan dibutuhkan
jumlah dan
loket
efisiensi
tunai
yang
pengelolaan
rekening pemerintah yang tersentralisasi. Namun
demikian,
dalam
Pajak Air Tanah secara non tunai dalam rangka mendorong elektronifikasi transaksi pembayaran. 5.1.6. Perkembangan Layanan Keuangan
Digital (LKD) di Provinsi Bali
Dalam rangka meningkatkan akses masyarakat kepada
lembaga
keuangan
formal,
berbagai
otoritas telah mengeluarkan kebijakan di bidang keuangan. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia yang diterbitkan April 2014 telah berupaya untuk meningkatkan jangkauan dan memperluas penyediaan layanan jasa sistem pembayaran dan
perkembangannya
keuangan. Dalam aturan tersebut, dimungkinkan
akselerasi penggunaan non tunai dirasakan masih
bank dan Lembaga Selain Bank (LSB) penerbit uang
perlu ditingkatkan sehingga dibutuhkan inisiatif dari
elektronik bekerjasama dengan pihak ke tiga atau
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
119
Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Agen LKD Tahun 2016
agen yang bertindak atas nama bank untuk melayani
menunjukkan peningkatan di sepanjang tahun 2016.
kebutuhan masyarakat Indonesia di berbagai daerah
Sampai dengan bulan Mei tahun 2016, jumlah agen
akan layanan sistem pembayaran dan keuangan
LKD di Provinsi Bali mencapai 2.132 agen, dengan
formal. Layanan dimaksud dikenal dengan nama
jumlah agen terbanyak di Kota Denpasar sebanyak
Layanan Keuangan Digital (LKD).
870 agen (40,81%) dari total agen LKD di Provinsi
Berdasarkan data yang disampaikan PT. Bank Rakyat
Bali.
Indonesia (Persero), Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk, jumlah agen LKD di Provinsi Bali cenderung
120
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Foto oleh: Wilda Tri Farizqi
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
121
122
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
6.1.
KONDISI KETENAGAKERJAAN
kerja
berdampak
pada
meningkatnya
Tingkat
Pasokan tenaga kerja Provinsi Bali mengalami
Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2016.
peningkatan, terlihat dari jumlah penduduk usia kerja
TPT Provinsi Bali pada Februari 2016 tercatat sebesar
pada Februari 2016 yang mengalami peningkatan baik
2,12%, lebih tinggi dari TPT Agustus 2015 yang
secara tahunan maupun dibanding Agustus 2015.
sebesar 1,99% dan TPT Februari 2015 yang sebesar
Pada Februari 2016 jumlah penduduk usia kerja di
1,37%. Meskipun mengalami peningkatan, namun
Bali tercatat sebesar 3,16 juta orang, atau meningkat
TPT Bali tersebut masih jauh lebih rendah dibanding
1,50% dibanding Februari 2015 dan meningkat
TPT Nasional yang sebesar 5,50% pada Februari
0,74% dibanding Agustus 2015. Peningkatan jumlah
2016.
penduduk usia produktif tersebut menjadi indikasi peningkatan potensi tenaga kerja di Bali. Seiring dengan peningkatan usia kerja, jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 tercatat meningkat dibanding Agustus 2015. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2016 tercatat sebesar 2,38 juta jiwa atau meningkat
Tingkat
Partisipasi
Angkatan
kerja
(TPAK)
menunjukkan penurunan. TPAK yang mencerminkan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi, mengalami penurunan dibanding Agustus 2015. TPAK pada Februari 2016 tercatat
0,44% dibanding Agustus 2015. Seiring dengan hal tersebut, angkatan kerja yang bekerja juga mengalami peningkatan sebesar 0,31% dibanding Agustus 2015. Namun demikian, peningkatan jumlah penduduk usia kerja tersebut tidak dapat diserap secara optimal oleh lapangan kerja yang tersedia. Hal ini tercermin dari meningkatnya pengangguran di Bali pada Februari 2016. Jumlah angkatan kerja yang menganggur pada Februari 2016 tercatat sebesar 50,4 ribu jiwa, atau meningkat sebesar 6,76% dibanding Agustus 2015. Peningkatan jumlah pengangguran yang lebih besar daripada peningkatan jumlah angkatan
Sumber: BPS Provinsi Bali Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran di Provinsi Bali
Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (Ribu Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
123
sebesar 75,28%, lebih rendah dibanding Agustus
Struktur lapangan pekerjaan secara umum tidak
2015 yang sebesar 75,51%. Meskipun mengalami
mengalami perubahan. Sektor perdagangan masih
sedikit penurunan, TPAK tersebut masih jauh lebih
menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga
tinggi dari TPAK nasional yang pada Februari 2016
kerja di Provinsi Bali. Pada Februari 2016, lapangan
tercatat sebesar 68,06%.
usaha perdagangan masih menjadi penyumbang
Seiring
dengan
perbaikan
optimisme
kondisi
perekonomian ke depan, kondisi ketenagakerjaan diperkirakan akan mengalami perbaikan. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha KPwBI Provinsi Bali triwulan II-2016 yang menunjukkan adanya optimisme penambahan tenaga kerja oleh dunia usaha pada triwulan yang akan datang, terutama pada sektor industri pengolahan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor Jasa-jasa.
terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali, yaitu sebesar 708 ribu orang, atau 30,45% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Lapangan usaha pertanian kemudian menempati posisi kedua dengan 511,86 ribu orang bekerja pada lapangan usaha ini, atau sebesar 22,02% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Sementara lapangan usaha jasa kemasyarakatan menempati posisi ketiga dengan menyerap 418,86 ribu orang atau 18,02% penduduk yang bekerja di Bali. Terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada lapangan
pekerjaan
yang
selama
ini
menjadi
penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Bali. Pada Februari 2016, penyerapan tenaga kerja pada lapangan pekerjaan perdagangan mengalami penurunan sebesar 7,82% dibanding Agustus 2015. Sementara lapangan pekerjaan pertanian turun sebesar 1,71%, lapangan pekerjaan konstruksi turun Sumber: SKDU KPw BI Provinsi Bali Grafik 6.2 Penambahan Tenaga Kerja (Hasil SKDU)
sebesar 14,16%, dan lapangan pekerjaan lainnya turun sebesar -51,1%. Disisi lain, penyerapan tenaga
Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama (orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
124
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 6.3 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
kerja dari lapangan pekerjaan industri, transportasi,
Penyerapan tenaga kerja di Bali masih didominasi
pergudangan dan komunikasi, keuangan, serta
oleh penduduk yang tergolong pekerja penuh waktu
jasa kemasyarakatan pada Februari 2016 tercatat
(full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada
meningkat dibanding Agustus 2015.
kelompok 35 jam ke atas per minggu. Jumlah pekerja
Jenis pekerjaan yang dominan pada Februari 2016 adalah kelompok orang yang bekerja pada kegiatan informal. Penduduk yang bekerja pada kegiatan informal tercatat sebanyak 1,24 juta jiwa atau sebesar 53,07% dari total penduduk yang bekerja, sedangkan orang yang bekerja pada kegiatan formal tercatat sebanyak 1,09 juta jiwa atau sebesar 46,93% dari total penduduk yang bekerja pada periode yang sama. Komposisi tersebut relatif sama dengan kondisi
penuh waktu di Bali pada Februari 2016 tercatat sebanyak 1,36 juta jiwa atau sebesar 58,39% dari total penduduk yang bekerja di Bali. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding Agustus 2015 yang tercatat sebanyak 1,84 juta orang atau 79,39% dari total penduduk yang bekerja. Pada periode yang sama, jumlah pekerja berwaktu tidak penuh mengalami peningkatan, dari 479 ribu jiwa pada Agustus 2015 menjadi 970 ribu jiwa pada Februari 2016.
pada Agustus 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk Bali yang bekerja masih tergantung pada kegiatan informal. Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
125
Tabel 6.5 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan (Orang)
Sumber : BPS Provinsi Bali
Kualitas
pendidikan
penduduk
yang
bekerja
ribu jiwa pada Maret 2015 menjadi 81,20 ribu jiwa
mengalami sedikit perbaikan. Kondisi ini tercermin
pada Maret 2016. Sementara jumlah penduduk
dari meningkatnya penduduk yang bekerja tingkat
miskin di kota menurun dari 109,8 ribu jiwa pada
SMA/SMK keatas sebesar 4,2% pada Februari 2016
Maret 2015 menjadi 96,98 ribu jiwa pada Maret
dibanding posisi Agustus 2015. Disisi lain, jumlah
2016. Angka kemiskinan di Bali tersebut berada jauh
penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan
di bawah angka kemiskinan nasional yang tercatat
sampai dengan SMP mengalami penurunan sebesar
sebesar 10,86% pada Maret 2016.
2,96% pada periode yang sama. Namun demikian, dari sisi penyerapan tenaga, sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi sekitar 36,8% dari keseluruhan jumlah penduduk yang bekerja. Sementara pekerja berpendidikan tinggi mencakup 17,6%, dan sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah yang memilliki porsi sebesar 45,6%. 6.2.
PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN
Angka kemiskinan di Provinsi Bali pada Maret 2016 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 6.3 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Bali
periode yang sama tahun lalu. Tingkat kemiskinan Bali per Maret 2016 tercatat sebanyak 178,18 ribu
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa indeks
jiwa atau 4,25% dari jumlah penduduk Bali. Angka
keparahan dan kedalaman kemiskinan pada Maret
ini menurun dibanding periode yang sama tahun lalu,
2016 menurun dibanding posisi Maret 2015. Indeks
yang tercatat sebesar 4,74% dari jumlah penduduk.
Kedalaman Kemiskinan menurun dari 0,66 di Maret
Penurunan persentase jumlah penduduk miskin
2015 menjadi 0,51 di Maret 2016. Penurunan ini
tersebut didorong oleh penurunan jumlah penduduk
mengindikasikan
miskin yang berada di pedesaan dan perkotaan.
penduduk miskin cenderung semakin mendekati
Jumlah penduduk miskin di desa menurun dari 86,92
Garis Kemiskinan.
126
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
bahwa
rata-rata
pengeluaran
Tabel 6.6 Jumlah Penduduk Miskin
*) angka periode Maret Sumber : Badan Pusat Statistik
Sejalan
dengan
pergerakan
Indeks
Kedalaman
tahun 2015. Gini Ratio Bali pada tahun 2015 tercatat
Kemiskinan, tingkat keparahan kemiskinan Maret
sebesar 0,38, jauh lebih rendah jika dibandingkan
2016 turut mengalami penurunan. Indeks Keparahan
dengan Gini Ratio tahun 2014 yang sebesar 0,42 dan
Kemiskinan menurun dari 0,14 di Maret 2015
nasional sebesar 0,41.
menjadi 0,09 di Maret 2016. Hal ini mengindikasikan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin semakin berkurang.
6.3.
NILAI TUKAR PETANI
Seiring dengan penurunan angka kemiskinan di Bali, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Bali menunjukkan
Secara umum, tingkat kemiskinan di perdesaan
tren yang meningkat. Meskipun mengalami fluktuasi,
untuk Maret 2016 lebih parah dibanding perkotaan,
namun NTP Bali dari waktu ke waktu menunjukkan
sebagaimana periode-periode sebelumnya. Tingkat
tren peningkatan. Seperti dapat dilihat pada grafik
kemiskinan di perdesaan pada Maret 2016 tercatat
6.5, titik tertinggi NTP Bali dari awal tahun 2015
sebesar 5,23% sementara tingkat kemiskinan di
hingga Juli 2016 berada pada bulan Juli 2016 (106,67),
perkotaan sebesar 3,28%.
sementara titik terendah berada pada bulan April
Dari
sisi
pemerataan
pendapatan,
disparitas
pendapatan di Provinsi Bali mengalami perbaikan yang tercermin dari penurunan Gini Ratio pada
dan Mei 2015 (103,05). Peningkatan NTP tersebut mengindikasikan meningkatnya tingkat kemampuan/ daya beli petani di pedesaan. Peningkatan NTP terjadi pada sebagian besar subsektor, antara lain subsektor tanaman pangan, subsektor holtikultura, subsektor perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Pertumbuhan NTP tertinggi terjadi pada subsektor perkebunan rakyat yang tumbuh sebesar 5,54% (yoy). Sementara NTP subsektor holtikultura tumbuh sebesar 2,94% (yoy) diikuti oleh NTP subsektor peternakan
(tumbuh
sebesar
0,4%(yoy)),
dan
subsektor tanaman pangan yang tumbuh sebesar 0,04%(yoy). Sumber : BPS Provinsi Bali Grafik 6.4 Perkembangan Gini Ratio di Provinsi Bali
Peningkatan
NTP
pada
keempat
subsektor ini terjadi karena laju kenaikan Indeks Yang
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
127
Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.5 NTP Bali dan Komponen Penyusunnya
Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.7 Perkembangan IPM Provinsi Bali
Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.6 Perbandingan NTP Bali dan Nasional
Sumber : Badan Pusat Statistik Grafik 6.8 Perbandingan IPM Bali dan Nasional
Diterima Petani (IT) lebih tinggi dibanding Indeks Yang
lebih tinggi dibandingkan dengan IPM nasional. Data
Dibayar Petani (IB). Namun demikian, pada periode
terakhir menyebutkan IPM Provinsi Bali di tahun 2015
yang sama, NTP subsektor perikanan menunjukkan
sebesar 73,27, meningkat dibanding IPM Bali tahun
penurunan sebesar 1,81% (yoy), yaitu dari 105,08
2014 yang tercatat sebesar 72,48 dan lebih tinggi
pada Juli 2015 menjadi 103,18 pada Juli 2016. Relatif
dibanding IPM nasional tahun 2015 yang sebesar
tingginya kesejahteraan petani Bali juga tercermin
69,55. IPM Bali juga tercatat sebagai IPM tertinggi ke
dari nilai NTP Bali yang selalu lebih tinggi dibanding
5 di Indonesia.
NTP Nasional. Pada saat NTP Bali menunjukkan tren peningkatan sejak awal tahun 2016 hingga triwulan II 2016, NTP Nasional cenderung masih menunjukkan tren yang melambat. 6.4.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Pembangunan manusia di Provinsi Bali masih berada dalam kondisi yang baik dan mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Bali yang secara historis selalu
128
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
BOKS C Kinerja Dunia Usaha Diperkirakan Tumbuh Lebih Baik Pada Triwulan II-2016
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Kantor
Peningkatan kegiatan usaha di triwulan II-2016
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menunjukkan
juga terindikasi dari tingkat penggunaan tenaga
perkembangan kegiatan usaha di Provinsi Bali pada
kerja, sebagaimana tercermin oleh peningkatan SBT
periode triwulan II-2016 tumbuh lebih baik dibanding
penggunaan tenaga kerja triwulan II-2016 sebesar
triwulan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh
-2,41%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
membaiknya Saldo Bersih Tertimbang (SBT) secara
yang sebesar -7,89%. Peningkatan penggunaan
total dari -13,73% pada triwulan I-2016 menjadi
tenaga kerja, antara lain terjadi pada sektor bangunan
-1,78% pada triwulan II-2016. Peningkatan kegiatan
dengan nilai SBT 2,45%, lebih tinggi dibanding
usaha terindikasi terjadi pada sebagian besar sektor,
triwulan sebelumnya yang sebesar 0 dan sektor
terutama perdagangan hotel dan restoran yang
industri pengolahan yang meningkat dari -0,8% di
menunjukkan kenaikan SBT dari -4,54% pada triwulan
triwulan I-2016 menjadi -0,68% pada triwulan II-
I-2016 menjadi 4,31% di triwulan II-2016. Selain itu,
2016. Sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha,
sektor pertanian juga menunjukkan peningkatan SBT
rata-rata kapasitas produksi terpakai pada triwulan
dari -8,27% pada triwulan I-2016 menjadi -3,64% di
II-2016 juga menunjukkan peningkatan yaitu pada
triwulan II-2016. Sementara itu sektor pengangkutan
level 79,53%, lebih tinggi dibanding 76,20% di
dan komunikasi juga menunjukkan peningkatan
triwulan sebelumnya. Peningkatan kapasitas produksi
dari -2,06% di triwulan I-2016 menjadi -0,84%
di triwulan II-2016, terutama terjadi pada sektor
pada triwulan II-2016. Sektor bangunan dan sektor
pertanian dengan tingkat kapasitas produksi sebesar
keuangan juga menunjukkan peningkatan pada
89,83%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya
periode yang sama.
yang sebesar 82,78%. Seiring dengan peningkatan
Peningkatan kinerja dunia usaha juga terindikasi dari semakin membaiknya kondisi likuiditas dan rentabilitas pada triwulan II-2016 dibanding triwulan
kinerja dunia usaha, perkembangan investasi juga menunjukkan peningkatan dari -2,82% di triwulan I-2016 menjadi 7,90% pada triwulan II-2016.
sebelumnya. Saldo bersih kondisi likuiditas selama 3
Sektor
utama
yang
bulan terakhir tercatat sebesar 32,06%, meningkat
investasi adalah sektor perdagangan, hotel dan
dari triwulan I-2016 yang sebesar 29,13%. Selain
restoran (nilai SBT naik dari -1,03% pada triwulan
itu, kemampuan perusahaan untuk mencetak laba
I-2016
(rentabilitas) juga terindikasi meningkat di triwulan
Peningkatan juga terjadi pada sektor pertanian yang
II-2016, yang tercermin dari saldo bersih kondisi
mengalami kenaikan dari -4,09% di triwulan I-2016
rentabilitas sebesar 32,82%, naik dibanding triwulan
menjadi -1,05% pada triwulan II-2016. Selain itu,
sebelumnya yang sebesar 22,83%.
sektor bangunan dan sektor jasa keuangan juga
menjadi
menunjukkan
3,42%
di
peningkatan
triwulan
II-2016).
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
129
menunjukkan peningkatan investasi pada triwulan II-
serta sektor keuangan persewaan. Sejalan dengan
2016 dibandingkan triwulan sebelumnya.
ekspektasi
Tekanan harga jual pada triwulan II-2016 terindikasi meningkat, tercermin dari nilai SBT harga jual yang meningkat sebesar 1,39%, lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya
yang
sebesar
-0,91%.
Peningkatan harga jual terutama terjadi pada sektor perdagangan hotel dan restoran dengan nilai SBT sebesar 2,02% lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 0,19%. Sektor lain yang juga menunjukkan peningkatan harga jual adalah sektor pertanian dengan nilai SBT sebesar -3,54% di triwulan II-2016, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar -4,88%. Peningkatan
kinerja
kinerja
usaha
pada
triwulan III-2016, penggunaan tenaga kerja juga terindikasi menunjukkan peningkatan dengan nilai SBT perkiraan tenaga kerja sebesar 0,54%, lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Perkiraan peningkatan penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, sejalan dengan perkiraan ekspansi usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha di kedua sektor tersebut. Dengan ekspektasi peningkatan kinerja pada triwulan III-2016 tersebut, beberapa pelaku usaha
berencana
meningkatkan
investasi
yang
terindikasi dari peningkatan nilai SBT triwulan III-2016 sebesar 10,56%, lebih tinggi dibanding triwulan
akan
sebelumnya yang sebesar 7,90%. Pelaku usaha juga
berlanjut pada triwulan III-2016. Secara triwulanan,
memperkirakan terjadinya peningkatan harga jual
perkembangan
mengalami
seiring perkiraan meningkatnya volume penjualan
ekspansi pada triwulan III-2016 seperti tercermin
pada triwulan III-2016 yang tergambar dari nilai
dari SBT perkiraan kinerja usaha triwulan III-
SBT perkiraan harga jual sebesar 5,02% lebih tinggi
2016 sebesar 9,88%. Ekspansi kegiatan dunia
dibanding realisasi SBT triwulan II-2016 yang sebesar
usaha terutama diperkirakan terjadi pada sektor
1,39%.
usaha
usaha
peningkatan
diperkirakan
diperkirakan
pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran
Metodologi: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan survei triwulanan yang dilaksanakan sejak tahun 2008. Pada triwulan II-2016, jumlah responden mencapai 130 responden yang tersebar di seluruh Wilayah Provinsi Bali dan dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh responden baik melalui hardcopy kuesioner maupun secara online melalui website. Metode perhitungan dilakukan dengan metode saldo bersih (SB-net balance), yakni dengan menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “menurun” dan mengabaikan jawaban “sama”. Khusus untuk perhitungan saldo bersih kegiatan usaha, harga jual, penggunaan tenaga kerja, kondisi investasi dilakukan dengan metode saldo bersih tertimbang (SBT-Weighted net balance) yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/sub sektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/sub sektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Interpretasi dari hasil perhitungan SBT adalah: SBT > 0 : jumlah responden yang menjawab "meningkat" lebih banyak dari jawaban "menurun". SBT = 0 : jumlah responden yang menjawab "meningkat" dan jawaban "menurun" adalah seimbang. SBT < 0 : jumlah responden yang menjawab "menurun"lebih banyak dari jawaban "meningkat".
130
Tabel 1. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Kegiatan Usaha (Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
Tabel 2. Perkembangan Kapasitas Produksi Terpakai (Persentase)
Tabel 3. Perkembangan Indikator Lainnya (Persentase)
Tabel 4. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan Penggunaan Tenaga Kerja (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
131
Tabel 5. Perkembangan Realisasi Investasi (Persentase Saldo Bersih Tertimbang-SBT)
Tabel 6. Perkembangan Realisasi dan Perkiraan harga Jual (Persentase Saldo Bersih Tertimbang- SBT)
132
Foto oleh: Agus Mulyawan Dana
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 133
134
Prospek Perekonomian Daerah
7.1.
MAKRO EKONOMI REGIONAL
terdapat risiko yang berpotensi menahan peningkatan
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali pada triwulan
kinerja konsumsi pemerintah di triwulan II 2016, yaitu
IV 2016 diperkirakan mengalami peningkatan yaitu
pemotongan anggaran Kementerian dan Lembaga
tumbuh pada kisaran 6,58% - 6,98% (yoy). Dari
sebesar 10% seiring dengan pesimisme tercapainya
sisi permintaan, peningkatan terutama didorong
target realisasi penerimaan pajak di tahun 2016.
oleh peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi dan kinerja ekspor. Sementara itu dari sisi penawaran, peningkatan didorong oleh peningkatan kinerja sebagian besar lapangan usaha utama antara lain lapangan usaha pertanian, lapangan usaha industri pengolahan, konstruksi,
penyediaan
akomodasi
makan
dan
minum, dan transportasi dan pergudangan.
30000 25000
%,YOY
RP MILIAR
35000
20000 15000 10000 5000 0
gPDRB(skala kanan)
dengan
realisasi
pembangunan
proyek
infrastruktur oleh pemerintah pada triwulan IV 2016, kinerja investasi diperkirakan akan mengalami peningkatan yang dikontribusikan oleh pengerjaan proyek Pemerintah dan swasta. Peningkatan tersebut, sejalan dengan semakin tingginya optimisme pelaku usaha ke depan terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro regional, sehingga berdampak pada
9 8 6.53 6.58 - 6.98 7 6 6.42-6.82 5 4 3 2 1 0
40000
Sejalan
PDRB
semakin kondusifnya perkembangan usaha. Selain itu, optimisme pelaku usaha juga didorong oleh tendensi penurunan suku bunga kredit perbankan (investasi dan modal kerja) di Provinsi Bali menuju suku bunga single digit3 sebagai respon terhadap penurunan suku bunga BI Rate dan implementasi BI 7 days Repo rate serta didukung relaksasi LTV. Sementara
itu,
perkiraan
peningkatan
kinerja
komponen ekspor pada triwulan depan, didorong Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Bank Indonesia Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
oleh perkiraan perbaikan perekonomian negara tujuan ekspor4 dan upaya eksportir untuk terus melakukan diversifikasi pasar ekspor serta peningkatan kualitas
Sisi permintaan
produk agar dapat bersaing ditengah semakin
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Bali pada
ketatnya persaingan. Selain itu, kinerja ekspor jasa
triwulan III 2016, didorong oleh perkiraan peningkatan
diperkirakan turut mengalami peningkatan seiring
kinerja konsumsi pemerintah, investasi (PMTB),
dengan periode peak season pariwisata serta
ekspor, serta konsumsi rumah tangga. Peningkatan
didukung upaya beberapa hotel untuk meningkatan
kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan terindikasi
promosi serta penjualan melalui online booking, sales
oleh peningkatan tren realisasi fisik APBD Provinsi Bali
call, dan program discount. Sejalan dengan kondisi
mengikuti pola historisnya, Proyek infrastruktur yang
tersebut, konsumsi rumah tangga diperkirakan
akan berlangsung pada tahun 2016 antara lain adalah
turut mengalami peningkatan seiring dengan pola
peningkatan kapasitas jalan, jembatan, irigasi dan
musimannya di akhir tahun dengan didukung dengan
penyediaan air minum serta pembangunan Rumah
perkiraan stabilnya harga BBM, TTL, dan kebutuhan
Sakit Provinsi Bali dan Rumah Sakit Mata Indera yang
pokok.
ditargetkan selesai di tahun 2016. Sementara itu,
3 4
Berdasarkan informasi anekdotal dan FGD dengan pihak perbankan. Salah satu negara utama tujuan ekspor Provinsi Bali, USA menunjukkan peningkatan permintaan ekspor terutama untuk komoditas garmen.
Prospek Perekonomian Daerah
135
Sisi Penawaran Dari
sisi
Di sisi lain, risiko perlambatan pada triwulan IV
penawaran,
peningkatan
2016, berpotensi bersumber dari isu keamanan
pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2016
dankenyamanan serta resiko terjadinya bencana alam
didorong
kinerja
yang memiliki dampak signifikan terhadap industri
sebagian besar lapangan usaha, antara lain lapangan
pariwisata.. Terdapat potensi kondisi cuaca ekstem,
usaha
oleh
pertanian,
optimisme
perkiraan
peningkatan dan
peternakan,
yang akan mempengaruhi penurunan produksi akibat
konstruksi,
penyediaan
banjir akibat intensitas curah hujan yang tinggi.
akomodasi makan dan minum, serta transportasi
Potensi banjir diperkirakan akan terjadi pada periode
dan pergudangan. Sesuai dengan pola musimannya,
Nopember dan Desember 2016 khususnya di daerah
perkembangan produksi pertanian pada
triwulan
Jembrana dan Buleleng. Selain itu, meningkatnya
IV-2016, diperkirakan akan menghasilkan tingkat
ketidakpastian global turut berpotensi menahan
produksi yang lebih tinggi dibandingkan periode
laju peningkatan kinerja investasi. Pemotongan
yang sama tahun 2015 karena kondisi cuaca yang
anggaran Kementerian dan Lembaga sebesar 10%
diperkirakan lebih mendukung (sesuai ramalan
dan diperkirakan akan berlanjut pada rencana
BMKG), dengan tingkat curah hujan yang tinggi.
pemotongan anggaran tahap 2 termasuk transfer
Peningkatan tersebut juga didorong oleh adanya
daerah sebesar Rp 132 triliun turut berpotensi
panen komoditas tabama yang mulai terjadi di
menahan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali
beberapa daerah di Provinsi Bali dengan didukung
pada triwulan IV 2016.
industri
kehutanan,
pengolahan,
oleh pembangunan irigasi yang telah selesai di bulan Agustus 2016.
Perkiraan Ekonomi Provinsi Bali Tahun 2016 Dengan
perkembangan
terakhir,
perekonomian
Perkiraan meningkatnya lapangan usaha penyediaan
Provinsi Bali untuk keseluruhan tahun 2016 diperkirakan
akomodasi makan dan minum didorong oleh
akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan
berlangsungnya periode peak season pariwisata (natal
perekonomian Bali tahun 2015 (6,04% (yoy)).
dan tahun baru) serta didukung oleh implementasi
Pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016 diperkirakan
kebijakan bebas visa yang telah mencapai 169
berada pada kisaran 6,15%-6,55% (yoy). Dari sisi
negara per Maret 2016. Sejalan dengan hal tersebut,
permintaan, perkiraan peningkatan didorong oleh
lapangan usaha transportasi dan pergudangan
hampir semua komponen. Dari komponen konsumsi
diperkirakan turut mengalami peningkatan.
Pemerintah, perkiraan peningkatan terjadi seiring
Perkembangan lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan VI 2016 diperkirakan turut mengalami peningkatan, didorong oleh potensi semakin baiknya perkembangan ekonomi global (yang berorientasi ekspor luar negeri) dan periode musiman peningkatan permintaan di akhir tahun. Sementara itu, lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan turut mengalami peningkatan
seiring
dengan
realisasi
akselerasi
pengerjaan proyek infrastruktur pemerintah dan swasta yang tinggi di akhir tahun.
136
Prospek Perekonomian Daerah
dengan adanya pembayaran gaji PNS ke 14 yang mulai dilakukan pada tahun 2016 yang berpotensi mendorong realisasi belanja pemerintah. Disamping itu, akselerasi peningkatan dana desa dengan pagu tahun 2016 mencapai Rp 416 miliar, lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp 185 miliar diperkirakan dapat turut menjadi pendorong dimana realisasi dana desa tahun 2016 di Juni 2016 telah mencapai 60%, lebih tinggi dibandingkan realisasi Juni 2015 yang sebesar 38,25%. Komitmen
Pemerintah Daerah dalam mendukung pembangunan
alternatif segmen pasar baru (domestik dan ekspor).
perekonomian, terutama pembangunan infrastruktur
Meskipun
diperkirakan akan juga turut motor penggerak
pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tersebut masih
akselerasi peningkatan kinerja konsumsi pemerintah
menghadapi resiko antara lain risiko, berkembangnya
di tahun 2016.
isu keamanan yang berdampak terhadap industri
Sejalan dengan perkembangan tersebut, optimisme akselerasi pada komponen investasi didorong oleh optimisme pelaku usaha seiring dengan tendensi
demikian,
optimisme
meningkatnya
pariwisata, risiko anomali cuaca dan bencana alam, serta resiko seiring dengan revisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi global.
penurunan suku bunga kredit perbankan (investasi dan
Berdasarkan perkembangan terakhir (Juli 2016),
modal kerja) di Provinsi Bali menuju suku bunga single
sebagai dampak dari BREXIT, terdapat revisi prospek
digit sebagai respon terhadap penurunan suku bunga
perekonomian dunia pada tahun 2016 ke bawah.
BI Rate dan implementasi penggunaan BI 7-day Repo
Perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016
Rate. Dukungan kemudahan regulasi terkait dengan
yang sebelumnya diperkirakan sebesar 3,2% (yoy),
investasi dengan penghapusan bidang usaha restoran
direvisi ke bawah menjadi sebesar 3,1% (yoy), atau
dari Daftar Negatif Investasi dan penghapusan
sama dengan pertumbuhan ekonomi di tahun 2015.
sejumlah Perda, ditambah dengan rencana relaksasi
Penyesuaian proyeksi (revisi ke bawah) juga terjadi
ketentuan LTV untuk kredit Perumahan turut
pada beberapa negara tujuan utama ekspor Provinsi
mendukung optimisme peningkatan kinerja investasi.
Bali yaitu USA dan Jepang. Revisi ke bawah tersebut,
Peningkatan konsumsi rumah tangga di tahun 2016
terjadi seiring dengan peningkatan ketiakpastian
diperkirakan mengalami perbaikan seiring dengan
global dengan keputusan keluarnya Inggris dari
kenaikan UMP dan potensi menurunnya harga BBM
Uni Eropa yang berdampak pada gejolak di Pasar
dan LPG, serta terjaganya TTL sepanjang tahun 2016
Keuangan Global yang juga mempengaruhi keputusan
serta dengan pencairan gaji ke14 bagi PNS. Dari sisi
investasi. Dengan demikian, revisi pertumbuhan
penawaran, perkiraan peningkatan perekonomian
ekonomi ke bawah tersebut terutama terkonsentrasi
bersumber
kinerja
di negara- negara Eropa. Meskipun demikian,
lapangan usaha pertanian seiring dengan dukungan
indikator aktivitas perekonomian sepanjang tahun
program pengembangan peningkatan produktivitas
2016 menunjukkan perkembangan yang lebih baik
pertanian oleh pemerintah dan pembangunan irigasi,
dari ekspektasi terutama di negara emerging markets
serta perkiraan peningkatan pertumbuhan ekonomi
dengan perekonomian yang sedang berkembang dan
di tahun 2016 yang diperkirakan terjadi seiring
beberapa negara maju lainnya antaralain Amerika
dengan perkiraan peningkatan industri pariwisata
Serikat dan Jepang. Sejalan denan kondisi tersebut,
dan
kinerja perekonomian Tiongkok sepanjang tahun
dari
industri
diperkirakan
perkiraan
pengolahan. mengalami
peningkatan
Industri
pariwisata
peningkatan
seiring
2016 turut menunjukkan pertumbuhan yang lebih
dengan upaya pemerintah dalam me-rebranding
kuat dibandingkan dengan perkiraan didorong oleh
dan mempromosikan Provinsi Bali sebagai destinasi
investasi infrastruktur serta harga minyak dunia
pariwisata. Sementara, perkiraan peningkatan industri
yang mulai mengalami peningakatan. Hal tersebut
pengolahan didorong oleh upaya pelaku usaha dalam
juga terkonfirmasi dari hasil survei dan liaison
meningkatkan akses pasar dengan mengembangkan
yang menemukan adanya tendensi peningkatan
Prospek Perekonomian Daerah
137
Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali
Sumber : World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) Juli 2016 Keterangan : **) angka proyeksi IMF
permintaan negara-negara tujuan ekspor seiring
Peningkatan tekanan inflasi kelompok administered
dengan perbaikan perekonomian negara tersebut.
prices didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara,
Perkembangan
mendukung
tarif angkutan antar kota serta penyesuaian tarif
perekonomian
listrik akibat kenaikan harga minyak dunia. Sementara
Indonesia maupun Provinsi Bali pada tahun 2016 ini.
itu, gangguan produksi terjadi di Libya, Nigeria,
optimisme
7.2.
tersebut
akan
semakin
membaiknya
INFLASI BALI KESELURUHAN TAHUN 2016
dan Kanada juga mendorong percepatan kenaikan harga minyak dunia selama beberapa bulan terakhir. Sementara harga kelompok volatile food diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan demand pada perayaan Hari Raya Keagamaan (Hari Raya Idul Adha, Galungan dan Kuningan) di triwulan III 2016. Tekanan inflasi kelompok inti diperkirakan stabil, seiring dengan mulai membaiknya nilai tukar Rupiah, masih berlanjutnya tren penurunan harga komoditas internasional dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Optimisme terhadap terkendalinya tekanan inflasi
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Bali
Berdasarkan hasil tracking sampai dengan Juli 2016, inflasi Bali pada keseluruhan tahun 2016 diperkirakan akan sebesar 3,39%±1% (yoy) , dan diharapkan dapat mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4±1% (yoy). Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan IV 2016 terutama bersumber dari administered prices dan volatile food. Sementara itu tekanan kelompok core inflation relatif stabil.
138
Prospek Perekonomian Daerah
inti didukung oleh terjaganya ekspektasi masyarakat dan masih kuatnya sisi penawaran dalam merespon permintaan. Hasil Survei Konsumen (SK) periode Juli 2016 menunjukkan indeks ekspektasi perubahan harga periode 3 bulan ke depan sebesar 166,5, lebih rendah dibandingkan indeks triwulan I 2016 yang sebesar 173,37. Demikian pula untuk indeks ekspektasi perubahan harga periode 6 bulan ke depan sebesar 179,5, lebih rendah dibandingkan indeks triwulan lalu yang sebesar 181. Terjaganya perkiraan harga tersebut terjadi seiring dengan
perkembangan
investasi
pada
beberapa
tahun
Celukan Bawang sebagai jaringan transportasi
terakhir yang mendorong kemampuan pemenuhan
laut untuk pelayanan kapal penumpang, barang,
pasokan
dan pariwisata.
kebutuhan dalam mengimbangi tetap
kuatnya permintaan ke depan.
•
Bali yang terhambat isu kepemilikan gudang
Namun demikian, masih terdapat sejumlah risiko (upward risk) yang perlu diwaspadai mengingat karakteristik khusus perekonomian Bali. Posisi Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia mendukung tingginya pertumbuhan ekonomi Bali seiring dengan peningkatan kinerja industri pariwisata. Di sisi
Belum berjalannya Sistem Resi Gudang di Provinsi yang tersebar di Kabupaten/Kota.
•
Adanya
kendala
Bulog
Divre
Bali
dalam
memanfaatkan beras lokal (Bali) karena HPP Bulog yang selalu lebih rendah dari harga jual petani Bali.
lain, tingginya jumlah wisatawan berujung pada
Sehubungan dengan upaya pengendalian inflasi
peningkatan kebutuhan pangan dapat mendorong
daerah, adapun permasalahan dan tantangan utama
laju inflasi. Beberapa isu strategis dan tantangan
TPID dapat dibagi dalam beberapa aspek sebagai
dalam pengendalian inflasi di antaranya adalah:
berikut:
•
1. Aspek
Belum optimalnya jaminan/asuransi bagi usaha pertanian yang merujuk pada UU No. 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
•
Maraknya
alih
fungsi
lahan
dan
belum
tentang lahan pangan berkelanjutan dan UU No. 18 tahun 2012 terkait keharusan membentuk Badan Ketahanan Pangan masing-masing di setiap Provinsi/Kabupaten/Kota. Terhambatnya jembatan
•
2. Aspek produksi, produksi pangan belum mampu
distribusi
Tukadaya
karena
yang
potensi kenaikan jumlah wisatawan setiap tahunnya. 3. Aspek distribusi, Rantai distribusi masih relatif panjang khususnya untuk bahan pangan. 4. Aspek
edukasi,
perbaikan
belum
terbatasnya
mengenai
pemahaman
pentingnya
stabilitas
harga.
dapat
5. Aspek Infrastruktur dan konektivitas. Hambatan
diselesaikan sebagai jalur utama distribusi barang
pasokan bahan pangan yang bertumpu pada
dari Gilimanuk ke seluruh Provinsi Bali.
Pelabuhan Gilimanuk yang juga merupakan
Adanya hambatan distribusi pada jalur Ketapang -
sentra arus manusia dari dan ke Jawa – Bali.
Gilimanuk karena terdapat perbedaan kelas jalan
Konektivitas perdagangan antara daerah produksi
antara Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Bali.
dengan daerah konsumsi belum optimal. 6. Aspek Regulasi, belum adanya peraturan yang
distribusi karena kelebihan muatan.
terkait pengendalian inflasi daerah dan rangkaian
Perlunya dibangun Sistem Logistik Provinsi Bali
kegiatan stabilisasi harga melalui penyusunan
mengacu pada PP no 26 tahun 2012 tentang
anggaran APBD.
Cetak
•
optimalnya
kerjasama TPID antar Provinsi.
masyarakat
Hal ini berdampak pada penumpukan antrian •
belum
memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk
ditindaklanjutinya UU No. 41 tahun 2009
•
kelembagaan,
Logistik
7. Aspek Kajian, data suplus defisit belum tersedia
Nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan reliable serta belum terdapat studi mengenai
pasokan melalui kelancaran distribusi.
pemetaan arus perdagangan komoditas antar
Belum
Biru
Pengembangan
optimalnya
Sistem
pemanfaatan
Pelabuhan
daerah.
Prospek Perekonomian Daerah
139
Daftar Singkatan ADHB
Atas Dasar Harga Berlaku
Pilkada
Pemilihan Kepala Daerah
ADHK
Atas Dasar Harga Konstan
PLTU
Pembangkit Listrik Tenaga Uap
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja
PMD
Pembangunan Masyarakat Desa
Daerah
PMTB
Pembentukan Modal Tetap Bruto
ATM
Anjungan Tunai Mandiri
PPN
Pelabuhan Perikanan Nusantara
BBM
Bahan Bakar Minyak
qtq
quarter to quarter
BPR
Bank Perkreditan Rakyat
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka
CGE
Computable General Equilibrium
Menengah Daerah
DAK
Dana Alokasi Khusus
RT
Rumah Tangga
DAU
Dana Alokasi Umum
RTGS
Real Time Gross Settlement
DOC
Day Old Chicks
SBT
Saldo Bersi Tertimbang
FGD
Focus Group Discussion
SK
Survei Konsumen
GKG
Gabah Kering Giling
SKDU
Survei Kegiatan Dunia Usaha
HPP
Harga Pokok Penjualan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
IB
Indeks Yang Dibayar Petani
SMA
Sekolah Menengah Atas
IHK
Indeks Harga Konsumen
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
IHKP
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
TDL
Tarif Dasar Listrik
IKRT
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
TPID
Tim Pengendalian Inflasi Daerah
IPM
Indeks Pembangunan Manusia
TPK
Tingkat Penghunian Kamar
IT
Indeks Yang Diterima Petani
TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka
JITUT
Jaringan Irigasi Usaha Tani
TTL
Tarif Tenaga Listrik
LDR
Loan to Deposit Ratio
USD
United States Dollar
LGA
Listrik Air dan Gas
yoy
year on year
LNPRT
Lembaga Non Profit Rumah Tangga
mtm
month to month
NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia
NPL
Non Performing Loan
NTB
Nilai Tambah Bruto
NTP
Nilai Tukar Petani
PAD
Pendapatan Asli Daerah
PBI
Peraturan Bank Indonesia
PDB
Produk Domestik Bruto
PDRB
Pertumbuhan Domestik Regional
Bruto PHR
Perdagangan Hotel dan Restoran
PIHPS
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
140
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
TIM PENYUSUN Penanggung Jawab Causa Iman Karana
Koordinator Penyusun Suarpika Bimantoro
Editor Teguh Setiadi
Tim Penulis Umran Usman Putriana Nurman Ganis Arimurti Rai Gian Danny Ikhsan Utama
Kontributor Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Produksi dan Distribusi Ni Made Wiwik Sulasih
Foto Cover Agus Mulyawan Dana
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 Fax. (0361) 222988
KEKR Provinsi Bali Agustus 2016
141