KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan II - 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan II2014 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalsel pada triwulan II 2014 mencatat pertumbuhan yang melambat dari 5,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,89% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari pelemahan kinerja sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pelemahan permintaan batubara dari Tiongkok menyebabkan terjadi penurunan hasil produksi tambang dan aktivitas perdagangannya. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapat menopang perekonomian Kalsel pada kisaran 5%. Sementara itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjung tercatat sebesar 6,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,88%, yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food akibat kebijakan pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC) dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan menjadi lebih tinggi. Dari sisi perbankan, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 menunjukkan pertumbuhan yang kembali meningkat. Pertumbuhan aset perbankan mencapai 12,68% (yoy), dana pihak ketiga tumbuh 8,25% (yoy) dan kredit tumbuh 5,12% (yoy). Kondisi tersebut mencerminkan intermediasi perbankan mencapai 89,98% dengan tingkat risiko kredit yang masih terjaga. Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
i
i
Kata Pengantar
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi masih mengalami perlambatan sesuai dengan pola historisnya. Perekonomian Kalsel pada triwulan III 2014 tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perlambatan terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalsel. Sementara itu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy). Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil. II juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik Banjarmasin, 15 Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN
Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif
ii
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................................. DAFTAR TABEL ........................................................................................................ DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... KETERANGAN DAN SUMBER DATA ........................................................................ TABEL INDIKATOR TERPILIH ....................................................................................
RINGKASAN EKSEKUTIF
.
.................
i iii v vii ix xi
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ............................. ......... 1. Sisi Permintaan ........................................................................................ 1.1 Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ............ 1.2 Pengeluaran Pemerintah ................................................................... . 1.3 Investasi ................................................................................. ........... 1.4 Perkembangan Ekspor ...................................................................... . 1.5 Perkembangan Impor ............................................................. ........... 2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah 2.1 Sektor Pertanian ................................................................................ 2.2 Sektor Pertambangan ...................................................................... .. 2.3 Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ............ BOKS 1 : Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Terhadap .......
7 7 8 9 9 11 12 13 14 15 16 18 19
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... ............................... 1. Kondisi Umum ........................... 2. Faktor................. BOKS 2 : Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster ..............
21 23 27 31
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... ........ 1. Perkembangan Bank Umum .................................. .................................. 1.1 Perkembangan Volume Usaha ......................................................... 1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ..................................................... 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................................ 1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit ...................................................... 1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 2. Perkembangan Bank Umum Syariah .......................................... ................ 3. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................................. 3.1 Transaksi Pembayaran Tunai .............................................. ............. 3.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................... ................ BOKS 3 : Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas (BISILK) ..................................................................................................................
33 35 35 36 37 38 38 39 40 41 42
BAB 4. KEUANGAN DAERAH .............................................. 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .......... ................................................. 2. Realisasi Belanjar Daerah ........................................................................
45 47 49
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
44
iii
Daftar Isi
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ......................................... ...................................................................... 2. Kesejahteraan .......... ................................................................................
51 53 54
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ....................... 1. Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi .... . ............................................. 2. Prakiraan Inflasi .......... ..............................................................................
59 61 62
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
iv
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3.
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan ........................................... Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok ........................................................................ Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................ Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ...............................................................
Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3.
Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalsel ................. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah ................................... Perkembangan Transaksi Melalui BI RTGS di Kalsel .....................
Tabel 4.1.
Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Juta) ............................................................................. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ....................................................................................... Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ..
Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 5.1. Tabel 5.2.
Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) ................................................................................................ Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan ..........................
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
8 13
24 26 27 35 39 43
47 48 50
56 58
v
v
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14. Grafik 1.15. Grafik 1.16. Grafik 1.17. Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21. Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24. Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 1.30. Grafik 1.31 Grafik 1.32. Grafik 1.33.
Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3. Grafik 2.4. Grafik 2.5. Grafik 2.6. Grafik 2.7. Grafik 2.8. Grafik 2.9.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan ..................... Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................... Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja ..................... Indeks Tedensi Konsumen ............................................................... Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan .............................................. Realisasi Investasi PMA ................................................................. Jumlah Proyek Investasi PMA ........................................................ Realisasi Investasi PMDN ................................................................. Jumlah Proyek Investasi PMDN ...................................................... Kredit Investasi ................................................................................ Volume Bongkar Barang Modal ...................................................... Nilai Ekspor LN Kalsel ...................................................................... Volume Ekspor LN Kalsel ................................................................. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas ...................................................................................... Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan ............... Nilai Impor LN Kalsel ....................................................................... Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) ................................. Produksi Karet Alam ........................................................................ Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek ........................................... Luas Lahan Panen Padi Kalsel ......................................................... Volume Ekspor Batubara ................................................................. Stok Batubara Taboneo .................................................................. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi ................................... Kredit Sektor Pertambangan ........................................................... Ekspor CPO Kalsel ............................................................................ Produksi CPO .................................................................................... Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan ....................... Kredit Sektor Industri Pengolahan .................................................. Aktivitas Perdagangan LN .............................................................. Aktivitas Perdagangan DN ............................................................. Tingkat Hunian Hotel Berbintang ................................................... Kredit Sektor PHR ............................................................................
7 8 8 9 9 10 10 10 10 11 11 12 12
Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional ... Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................................... Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................ Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan ............................................... Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw II 2014 .......................................................... Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab .......................... Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan ........................... Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global ....................... Perkembangan Kurs Rupiah ............................................................
23
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
12 12 13 13 14 14 15 15 15 15 16 16 17 17 17 17 18 18 18 18
25 25 25 25 27 28 30 30 vii
vii
Daftar Grafik
Grafik 2.10. Grafik 2.11.
Ekspektasi Inflasi Konsumen ............................................................ Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) ...................................
30 30
Grafik 3.1. Grafik 3.2.
Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan ..................... Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan ............................................................................... Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan ........................................................................... Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan .............................................................................................. Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha ................................. NPL Kredit UMKM Di Wilayah Kalimantan Selatan ....................... Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK, dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan ......................................................................... Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan ................... Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan .......... Pekembnagan Penukaran Uang Di KPw BI Wil. II (Kalimantan) ..... Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan ...................... Share Pecahan Uang Palsu Di Wilayah Kalimantan Selatan ........... Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring Di Kalimantan Selatan Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Di Kalimantan Selatan .....................................................................
36
Grafik 3.3. Grafik 3.4. Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.10. Grafik 3.11. Grafik 3.12. Grafik 3.13. Grafik 3.14.
Grafik 4.1.
36 37 37 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43
Grafik 4.4.
Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan II - 2014 ............................................................................. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal ......................... Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal ................................................................................. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total ....................
Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4. Grafik 5.5.
Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja .............. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................ Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ....... Upah Rill di Kalimantan Selatan ..................................................... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ..............................
54 54 55 55 56
Grafik 6.1. Grafik 6.2. Grafik 6.3.
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ........................................ Ekspektasi Kegiatan Usaha ............................................................. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang ...
61 61 63
Grafik 4.2. Grafik 4.3.
viii
49 49 50 50
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II
Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III
Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bab VI
Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
ix
ix
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona.
Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
x
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a.
Inflasi dan PDRB
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
xi
xi
b.
xii
Perbankan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
c.
Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
xiii
xiii
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 mengalami perlambatan dari 5,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,89% (yoy). Perlambatan ini terjadi karena penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 sebesar 4,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
perdagangan, melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran (PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih terkontraksi.
Memburuknya
dipengaruhi
oleh
kinerja
sentimen
sektor
negatif
pertambangan
dari
pelemahan
perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi batubara di negara tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi. Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan dipengaruhi oleh ekspor yang masih terkontraksi dan impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi
Ekspor yang masih terkontraksi dan impor yang meningkat menahan laju perekonomian Kalsel.
didorong oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang didominasi oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan Tingkok yang menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan kinerja ekspor pada triwulan tersebut. Dari
sisi
penawaran
atau
sektoral,
perlambatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor pertambangan pertambangan
dan
sektor
terpengaruh
oleh
PHR.
Kinerja
pelemahan
Sektor pertambangan dan sektor PHR menjadi penahan laju perekonomian Kalsel
produksi permintaan
Tiongkok terutama untuk komoditas batubara. Selain itu, belum diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih besi menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
1
Ringkasan Eksekutif
besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR mengalami perlambatan. Kondisi ini terjadi karena sektor PHR didominasi
oleh
perdagangan
komoditas
eskpor
seperti
batubara, CPO dan karet. Karena ekspor batubara mengalami tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.
ASESMEN INFLASI Laju inflasi Kalsel pada triwulan II 2014 sebesar 6,83% (yoy), kembali meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terpengaruh oleh kenaikan harga di kelompok volatile food dan administered price
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 4,88% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food. Beberapa komoditas seperti daging ayam ras, beras dan bumbu-bumbuan
akibat
kebijakan
pemerintah
dalam
pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC) dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan menjadi lebih tinggi. Searah dengan kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi inti juga sedikit mengalami peningkatan yang didorong oleh penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh peningkatan biaya produksi.
PERKEMBANGAN
PERBANKAN
DAN
SISTEM
perbankan,
kinerja
PEMBAYARAN Total aset tumbuh 12,68% (yoy) dan DPK tumbuh 8,25% (yoy).
Dari
berbagai
indikator
utama
perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 menunjukkan adanya peningkatan.
Pertumbuhan aset
perbankan mencapai 12,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,15% (yoy). Sementara itu, dana masyarakat yang dihimpun (DPK) oleh bank umum Kalimantan Selatan mencapai Rp38,4 triliun atau tumbuh 8,25% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya (5,51%, yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada simpanan dalam
2
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Ringkasan Eksekutif
bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami perlambatan. Kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Kalimantan Selatan (lokasi bank) pada triwulan II 2014 juga meningkat. Pada triwulan II 2014 kredit yang disalurkan mencapai Rp33,4 triliun atau tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
mencatat
Kredit perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh 5,12% (yoy). LDR mencapai 86,98% dan NPL tercatat sebesar 2,40%
pertumbuhan 4,61% (yoy). Sementara itu, total kredit yang disalurkan ke Kalsel (berdasarkan lokasi proyek) mencapai Rp45,6 triliun, tumbuh 10,78% (yoy) atau lebih lambat dari sebelumnya (12,79%, yoy). Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis penggunaannya,
kredit
mengalami
perlambatan.
disebabkan
oleh
investasi
dan
Penurunan
turunnya
kredit
konsumsi tersebut
investasi
tercatat terutama
pada
sektor
pertambangan. Dengan kondisi tersebut LDR berdasarkan lokasi bank pada mencapai 86,98%, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (NPL), juga mengalami peningkatan dari 1,69% menjadi 2,40%. Transaksi tunai dan non tunai baik melalui kliring maupun RTGS terindikasi mengalami peningkatan. Total perputaran aliran
uang
kartal
mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23 triliun. Peningkatan tersebut seiring peningkatan outflow dan menurunnya inflow sejalan dengan meningkatnya konsumsi dan
Transaksi pembayaran secara tunai dan non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi dan investasi
investasi. Sejalan dengan transaksi tunai, transaksi pembayaran non tunai melalui kliring dan BI-RTGS juga mengalami penurunan. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp43,37 triliun dan transaksi kliring mencapai Rp4,12 triliun.
PROSPEK EKONOMI Perekonomian
Kalimantan Selatan diperkirakan akan
sesuai dengan pola historisnya kembali melambat pada triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0% (yoy).
Perekonomian ke depan diperkirakan masih memiliki
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013 terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal,
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II 2014 diperkirakan sebesar 4,6%5,0% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 5,2% (yoy).
perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
3
Ringkasan Eksekutif
yang
tinggi.
Perekonomian
negara-negara
tujuan
ekspor
Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki pertumbuhan yang baik meskipun oleh beberapa lembaga keuangan
internasional
diperkirakan
akan
mengalami
perlambatan. Kondisi ini juga tercermin dari penurunan ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan. Adapun untuk sepanjang tahun 2014, perekonomian Kalsel diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy) Penurunan investasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di tengah penurunan kinerja sektor PHR dan bangunan.
Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang
perekonomian
Kalsel.
Dari
sisi
sektoral,
perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja sektor
pertambangan
dan
sektor
industri
pengolahan.
Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh penurunan permintaan Tiongkok dan terbitnya ketentuan baru mengenai perijinan ekspor batubara.
PROSPEK INFLASI Laju inflasi d triwulan III2014 diperkirakan pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy).
Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan mereda seiring hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (base effect). Penurunan inflasi yang terjadi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada kelompok administered price dan kelompok volatile food dengan kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan di wilayah Kalimantan Selatan. Pada
triwulan
III
2014,
inflasi
Kalimantan
Selatan
diperkirakan mencapai 4,4%-4,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II 2014 yang mencapai 6,8% (yoy). Sedangkan untuk tahun 2014, inflasi Kalimantan Selatan diperkirakan berada dalam kisaran 4,5%-5,5% (yoy).
4
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
8
2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 1
1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) pada triwulan II 1
2014 mengalami perlambatan, yaitu hanya tumbuh 4,89% (yoy) dari sebelumnya 5,50% (yoy) . Perlambatan ini terjadi karena adanya penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor perdagangan, melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran (PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih terkontraksi. Memburuknya kinerja sektor pertambangan dipengaruhi oleh sentimen negatif dari pelemahan perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi batubara di negara tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi mendorong impor tumbuh lebih tinggi dan menekan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II 2014 tersebut. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonoi Provinsi Kalimantan Selatan
Pertumbuhan Kalsel (yoy)
Pertumbuhan Nasional (yoy)
5,12% 4,89%
I
II
III
IV
I
2010
II
III
IV
2011
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
2014
Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan
1.
SISI PERMINTAAN
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan dipengaruhi oleh ekspor yang masih terkontraksi dan impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi didorong oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang didominasi oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan Tingkok yang menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan kinerja ekspor pada triwulan tersebut. 1
Terdapat perubahan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2014 oleh BPS pada tanggal 5 Agustus 2014 dari sebelumnya 5,87% (yoy). Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
7
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
2012
Penggunaan
I
II
2013 III
IV
I
II
2014 III
IV
I
Pangsa II
SOG
TwII 2014
Konsumsi Rumahtangga
5,2
5,5
5,5
7,8
7,8
7,4
6,9
6,58
6,62
7,09
45,92
3,19
Konsumsi Pemerintah
4,4
12,7
5,6
5,6
6,0
6,9
10,6
8,66
8,86
8,91
13,78
1,18
PMTB (Investasi)
6,4
8,2
9,3
13,8
10,0
10,3
10,0
7,03
7,10 10,77
19,46
1,98
Ekspor
0,5
2,2
-2,4
-5,5
12,4
-5,4
-5,2
-3,82
-7,62
-2,14
55,08
-1,26
Impor
19,0
16,9
15,0
7,6
3,8
0,6
3,6
3,24
3,44
6,01
-41,85
-2,49
6,29
5,94
4,79
5,98
5,57
5,05
4,77
5,40
5,50
4,89
PDRB
4,89
Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
1.1. Konsumsi Rumah Tangga Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,09% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi perekonomian yang secara umum mengalami perlambatan tidak menyurutkan aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga di Kalsel. Peningkatan konsumsi pada triwulan tersebut lebih didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan, persiapan menjelang bulan Ramadhan, persiapan umroh, dan liburan anak sekolah. Kondisi ini berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan karena adanya kenaikan penghasilan. Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja
150
170
145
160
140
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
150
135
140
130 125
130
120
115
optimis pesimis
IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini IEK - Ekspektasi Konsumen IKK - Indeks Keyakinan Konsumen
110 105
120
110 100
100
90
95 I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Hal tersebut tercermin dari survey konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II (Kalimantan) dimana Indeks Pembelian Barang Tahan Lama di Kota Banjarmasin mengalami penurunan, namun Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan. Dengan demikian, kenaikan konsumsi rumah tangga yang terjadi didorong oleh pembelian barang tidak tahan lama seperti bahan pangan, makanan jadi dan pakaian. Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat dalam hasil Indeks Tendensi Konsumen yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Kalsel, dimana pada triwulan II 2014 komponen pendapatan masyarakat mengalami penurunan.
8
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen 125
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalsel
Indeks
Kredit Konsumsi 25
120
gKredit Konsumsi (skala kanan)
Rp Triliun
yoy
45%
115
20
40%
15
15,82 35% 15,27 30%
110 105
25%
111,47
100
10
20%
107,86
15%
95
16,4%
5
90
50%
I
II
III
IV
I
2011
Indeks Tendensi Konsumsi
II
III
IV
2012
Kaitan inflasi dengan konsumsi
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Pendapatan rumah tangga
Konsumsi food & non food
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
10% 13,5% 5%
-
0% I
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan II 2014 tersebut juga tercermin dari meningkatkan realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan II 2014, kredit konsumsi tercatat mencapai Rp15,82 triliun, atau bertambah sebesar Rp549 miliar dari posisi akhir triwulan I 2014. Pertumbuhan kredit konsumsi yang masih tercatat tumbuh tinggi adalah untuk KPR (18%, yoy), otomotif (32%, yoy) dan elektronik (177%, yoy).
1.2. Pengeluaran Pemerintah Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan tersebut mencapai 8,91% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 hanya tumbuh 8,86% (yoy). Peningkatan ini turut disebabkan oleh lebih tingginya anggaran pemerintah daerah pada tahun 2014. Total belanja untuk konsumsi (di luar belanja modal) se-Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp14,37 triliun atau meningkat sebesar 13,5% (yoy). Pada triwulan II 2014, realisasi belanja operasional Pemprov Kalsel saja sudah mencapai 38,08%. Pencapaian tersebut lebih tinggi daripada tahun 2013 yang pada periode yang sama baru merealisasikan anggaran belanja operasional sebesar 35,44%. Dari realisasi belanja operasional sampai triwulan II 2014 tersebut, pertumbuhan terbesar adalah realisasi belanja barang dan jasa (23,9%, yoy), sementara pertumbuhan realisasi belanja pegawai hanya tumbuh 4,2% (yoy).
1.3. Investasi Masih menariknya Kalsel sebagai tempat investasi turut memperbesar aliran modal yang masuk ke Kalsel pada triwulan II 2014. Pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat sebesar 10,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,10% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
9
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
investasi PMA pada triwulan tersebut. Nilai investasi PMA tercatat mencapai US$170,24 juta (tumbuh 186,6%, yoy) untuk 23 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalsel dan rencana hilirisasi produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakuan UU Minerba mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi maupun instalasi pembersihan batubara. Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA 180
Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA
170,24 500%
Juta US$
160
148,6
400%
140 300%
120 100
200%
80
100%
60
0%
40 20 0 I
II
III
IV
I
2011
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
Realisasi Investasi PMA
38
40
350%
35
300%
30
250% 23
25
200%
20
150%
15
100% 50%
10
-100%
5
-200%
0
0% -50% -100% I
II
II
III
IV
I
2011
2014
II
III
IV
I
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
II
2012
III
IV
I
2013
Proyek Investasi PMA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN 4000
400%
Miliar Rp
3500
Grafik 1.9 Jumlah Proyek Investasi PMDN 1000%
30
400%
800%
25
300%
600%
20
400%
15
200%
10
3000 2500
200% 100%
2000 1500 1000
495,37
500 115
0 I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
Realisasi Investasi PMDN
IV
I
II
III
2013
IV
I
0%
5
-200%
0
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
9
0% -100%
5 -200% -300% I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
Proyek Investasi PMDN
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Meskipun terjadi peningkatan penanaman modal asing, kegiatan investasi dari perusahaan dalam negeri tercatat mengalami penurunan tajam. Pada triwulan II 2014, realisasi investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) hanya mencapai Rp495,37 miliar (turun 70,6%, yoy). Meskipun demikian, realisasi pada triwulan II tersebut sudah lebih baik daripada realisasi pada awal tahun 2014. Berdasarkan hasil liaison, beberapa perusahaan batubara skala kecil menengah menahan investasinya hingga kondisi harga batubara kembali membaik. Selain itu, perusahaan masih menunggu kondisi perekonomian dan politik pasca Pemilu 2014. Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalsel pada periode laporan turut disumbang oleh peningkatan belanja modal pemerintah pada tahun 2014. Total belanja modal pemerintah daerah seKalimantan Selatan pada tahun 2014 mencapai Rp5,93 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 33,8% dibandingkan dengan anggaran tahun 2013. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah masih terus
10
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang Gatot Subroto di Banjarmasin dan beberapa ruas jalan. Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai 26,29% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang hanya mencapai 21,25%. Peningkatan investasi juga terjadi pada pembangunan rumah/ konstruksi bangunan. Hal ini sejalan dengan peningkatan kinerja sektor bangunan dari semula tumbuh 7,28% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 7,65% (yoy) pada triwulan II 2014. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan/perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan penduduk dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume bongkar barang modal (berupa bahan bangunan dan kendaraan) di pelabuhan Banjarmasin yang mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 16,5%. Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh 12%. Meskipun melambat, namun kredit investasi yang disalurkan bertambah cukup besar mencapai Rp1,18 triliun dari triwulan sebelumnya. Grafik 1.10. Kredit Investasi Kredit Investasi 25
Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal
gKredit Investasi (skala kanan) 50%
Rp Triliun
yoy
45% 20
40% 15,05 35%
13,87
15
30%
5
12%
0 II
III IV
2011
1.4.
I
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Ribu Ton
120%
%, yoy
550
100%
500 435,0
450
80%
60%
411,5
40%
20%
350
16,5% 20%
15%
300
0%
10%
250
-20%
5%
200
0% I
600
Pertumbuhan yoy (skala kanan)
400
25% 10
Vol Bongkar Barang Modal
-40% I
II
III IV
I
2011
II
III IV
2012
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Sumber: KSOP Banjarmasin
Perkembangan Ekspor
Pada triwulan II 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor Kalsel mengalami penurunan sebesar 2,14% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 penurunan mencapai 7,62% (yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor Kalsel pada triwulan II 2014 tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral Kalsel seperti bijih besi tidak dapat dilakukan karena harus diolah/dimurnikan terlebih dahulu menggunakan smelter.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
11
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Nilai ekspor Kalimantan Selatan ke luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai US$2,02 miliar, sedikit lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,20 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga menunjukkan penurunan. Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan II 2014 hanya sebesar 34,92 juta ton, sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 36,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya, produk utama yang diekspor pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77% dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 15% dan produk kayu sebesar 3%. Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel Nilai Ekspor
Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel
Pertumbuhan (sb. kanan)
3.500
USD Juta 3.000
Volume Ekspor 140%
46.000
120%
41.000
100%
36.000
Pertumbuhan (sb. kanan) 120%
Ribu Ton
100% 36.932 34.918
2.500
2.200 80% 2.023
31.000
2.000
60%
26.000
60%
1.500
40%
21.000
40%
20%
16.000
0%
11.000
1.000 500
-20%
0
-40% I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
2012
I
II
III
2013
IV
I
II
Tiongkok 27%
20%
6.000 -8,4%
1.000
2014
Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Eropa LainnyaAS 4% 1% Taiwan5% 3% Korsel 5%
80%
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Kayu Karet 3% 3%
India 27%
II
III IV
2013
I
-20% II
2014
Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas
ASEAN 14% Hongkong 3%
I
0% -11,6%
Lain 2%
CPO 15%
Batubara 77%
Jepang 11%
1.5. Perkembangan Impor Impor Kalimantan Selatan (dari luar negeri dan provinsi lain) pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan sebesar 6,01% (yoy). Nominal impor pada triwulan tersebut tercatat sebesar Rp4,02 triliun (harga konstan) dimana sebanyak 74,5% merupakan aktivitas impor antar provinsi dan 25,5% merupakan aktivitas impor luar negeri. Peningkatan aktivitas impor disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan konsumsi rumah tangga, peningkatan kinerja perkebunan kelapa sawit (mendorong impor pupuk) dan masih tingginya investasi (impor barang modal).
12
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan Total Volume Bongkar Barang* 2.500
Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel Nilai impor
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
250
40%
Ribu Ton
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Pertumbuhan (sb. kanan) 150%
USD Juta
2.048 35%
1.955
2.000
30%
200
100%
25% 20%
1.500
46,2% 50%
150
15%
106,9
10%
1.000
3,1%
100
5%
0% 65,5
0% 500
50
-5%
-50%
-10% -
-15% I
II
III IV
I
2011
II
III IV
I
II
2012
III IV
2013
I
0
II
-100% I
2014
II
III IV
I
2011
II
III IV
I
II
2012
III IV
2013
I
II
2014
*) Total volume bongkar tidak termasuk batubara
Sumber: KSOP Banjarmasin
Peningkatan impor Kalsel ini juga terlihat dari meningkatnya aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. Pada triwulan II 2014, total barang yang dibongkar di pelabuhan tersebut (tidak termasuk batubara) sebanyak 2,04 juta ton, lebih tinggi dari aktivitas bongkar triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,95 juta ton. Peningkatan aktivitas impor antar daerah ini seiring dengan bertambahnya pasokan barang investasi. Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan II 2014 juga masih tumbuh tinggi, meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Total impor Kalsel mencapai US$65,5 juta, atau tumbuh sebesar 46,2% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 61,1 ribu ton dimana sebanyak 79% merupakan impor bahan baku dan 20% merupakan impor barang modal.
2.
SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan Lapangan Usaha
2012
2013
I
II
Pertanian
5,6
3,7
3,7
Pertambangan
5,9
5,0
0,0
Industri Pengolahan
2,8
3,4
3,6
Listrik, Gas, dan Air Bersih
7,0
7,0
Bangunan/Konstruksi
8,6
8,8
PHR
8,2
Pengangkutan & Komunikasi
5,8
Jasa Dunia Usaha Jasa-jasa PDRB
III
IV
2014 III
IV
3,1
4,2
2,6
2,4
2,20
2,59
3,18
24,08
1,18
-1,9
2,6
1,6
0,8
1,14
0,81
0,23
19,72
0,96
6,2
4,6
5,1
3,3
4,11
4,74
5,08
9,86
0,48
6,8
6,9
6,3
6,4
5,4
6,00
6,05
5,95
0,52
0,03
9,1
12,6
7,4
8,9
8,7
8,15
7,28
7,65
5,92
0,29
8,6
9,8
13,1
6,9
8,6
8,0 10,27 10,08
8,23
16,72
0,82
6,6
7,2
8,4
7,6
7,0
7,0
5,94
7,86
6,86
8,85
0,43
7,0
7,2
6,7
11,8
10,9
11,4
10,9
7,94
8,92
9,90
4,52
0,22
8,1
9,9
6,5
9,7
8,2
6,7
9,3 10,47
9,15
7,72
9,82
0,48
6,29
5,94
4,79
5,98
5,57
5,05
5,50
4,89
100
4,89
5,40
II
SOG
II
4,77
I
Pangsa
I
TwII 2014
SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
13
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dari sisi penawaran atau sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor pertambangan dan sektor PHR. Kinerja produksi pertambangan terpengaruh oleh pelemahan permintaan Tiongkok terutama untuk komoditas batubara. Selain itu, belum diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih besi menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR mengalami perlambatan. Kondisi ini terjadi karena sektor PHR didominasi oleh perdagangan komoditas eskpor seperti batubara, CPO dan karet. Oleh karena ekspor batubara mengalami tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.
2.1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian dapat tumbuh sebesar 3,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,59%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja di perkebunan kelapa sawit. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai 312,6 ribu ton, lebih besar daripada periode sebelumnya yang hanya menghasilkan 244,4 ribu ton kelapa sawit. Setelah mengalami kontraksi selama 3 triwulan berturut-turut, kinerja sub sektor perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh 11,6% (yoy) pada triwulan II 2014. Hal tersebut seiring dengan kondisi cuaca yang mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai berproduksinya lahan-lahan sawit baru. Grafik 1.18. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) 350
Grafik 1.19. Produksi Karet 120%
ribu ton
312,6
244,4
250
70
60%
60
40%
50
150 11,6%20%
0%
20%
80
80%
200
100
30%
90 100%
300
100
Ribu Ton
64,0 10% 58,8 0%
40 -10% -5,74%
30 20
50
-20%
-
-40% I
II
III
IV
2011 TBS Kalsel
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
-20%
10 -
-30%
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Produksi Karet (ton)
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan II 2014 dapat memproduksi 64 ribu ton karet alam. Meskipun masih mengalami kontraksi, namun secara year on year kinerjanya menunjukkan adanya perbaikan. Sementara itu, kinerja pertanian bahan makanan (padi) pada triwulan II 2014 secara siklusnya menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Luas lahan panen padi di Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai 166 ribu hektare (tumbuh sebesar 0,73%, yoy).
14
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek 6.000Rp Miliar
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Grafik 1.21 Luas Lahan Panen Padi Kalsel Ribu Ha
70% 5.179 5.025 60%
250,0
50%
200,0
100%
5.000
80%
4.000
166 60%
40% 41,90% 30%
150,0
40%
3.000 20% 2.000
20%
100,0
10%
0% 0,73%
50,0
0% 1.000
-
-
I
-20% I
II
III IV
I
2011
II
III IV
I
II
2012
Kredit Pertanian
III IV
2013
I
II
II
III IV
I
2011
II
III IV
2014
I
2012
II
III IV
2013
Luas Panen Padi Kalsel (Ha)
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
-20%
49
-10%
I
-40%
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalsel tetap tumbuh tinggi. Pada triwulan II 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,02 triliun atau tumbuh sebesar 41,9% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat mencapai 56,5% (yoy).
2.2. Sektor Pertambangan Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh melambat, yaitu hanya tumbuh sebesar 0,23% (yoy). Perlambatan terjadi pada pertambangan batubara dan pertambangan mineral yang terkena dampak UU Minerba. Belum siapnya smelter mineral seperti bijih besi pada periode tersebut menyebabkan beberapa perusahaan tambang mineral mengurangi aktivitasnya. Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara
Grafik 1.23 Stok Batubara Taboneo 10,0
Juta Ton 45 40
35,7 35
34,4
120%
9,0
100%
8,0
90%
juta ton
80% 70%
7,0
60%
25 20
40%
15 20%
10 0%
5
-3,2%
0
-20% I
II
III
IV
I
2011
Ekspor Batubara
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
60%
6,56
80%
30
6,0
6,30 50%
5,0
40%
4,0
30%
3,0
20%
2,0
1%
1,0
10% 0%
-
-10% I
II
III IV
I
II
III
2011 2012 Stok batubara Taboneo
IV
I
II
III
IV
I
II
2013 2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Pertumbuhan (sb. kanan)
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Selain itu, melemahnya perekonomian Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut turut menekan harga batubara internasional dan mempengaruhi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
15
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
kinerja perusahaan pertambangan batubara. Hal ini terlihat dari volume ekspor batubara Kalsel yang masih relatif tinggi di atas 6 juta ton. Meskipun demikian, untuk produksi batubara kalori menengah tinggi masih mencatat adanya pertumbuhan produksi meskipun melambat secara year on year. Produksi batubara kalori menengah tinggi di salah satu perusahaan batubara besar pada triwulan II 2014 mencapai 13,84 juta ton (tumbuh 2,3%). Bahkan perusahaan tersebut sudah mulai mengoperasikan area tambang yang baru di Kabupaten Balangan untuk memenuhi permintaan dari Thailand. Grafik 1.24. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi
Grafik 1.25 Kredit Sektor Pertambangan 4.000
20
juta ton
25% 18
120%
3.500
20%
3.000
15%
2.500
14,0 13,8 10%
2.000
16
140%
Rp Miliar
30%
100% 2.724 2.432 80%
60% 14
5% 2,3% 0%
12
40% 1.500
20%
1.000
0%
-5% 10
500
-20%
-
-24,49% -40% I II
-10% 8
-15% I
II
III
IV
I
2011
II
III
2012
Produksi batubara
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
Kredit Sektor Pertambangan
IV
I
II
III
2013
IV
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Pertambangan, BEI
Dari sisi pembiayaan perbankan, sektor pertambangan didominasi oleh perusahaan pemiliki ijin usaha pertambangan (IUP) yang memproduksi batubara kalori rendah. Harga batubara internasional yang masih rendah menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan perusahaan. Hal ini menyebabkan penyaluran kredit perbankan untuk sektor ini semakin terkontraksi menjadi sebesar -24,49% (yoy).
2.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada periode tersebut. Pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 5,08% (yoy), meningkat dari 4,74% (yoy) pada periode sebelumnya. Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini turut disumbang oleh peningkatan produksi CPO dan juga kayu lapis yang masih tumbuh tinggi. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar 13,2% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi karena supply bahan baku sudah cenderung stabil dan sebagai persiapan dalam mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Disisi lain ekspor CPO Kalsel cenderung melambat kisaran 31,5% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO terperngaruh dengan berlangsungnya masa panen sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Selain itu adanya penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO
16
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
untuk biodiesel relatif tertahan. Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional. Dimana pada triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton. Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel
Grafik 1.27. Produksi CPO 90
Ribu Ton 450 400
ribu ton
200%
419,9
81,2
200%
80
374,0 150%
350
150%
70 60
300 100% 250
100%
47,7
50 40
200
50%
150
50%
30
13,2%
20
0%
31,5%
100
0%
50
10 -
0
-50% I
-50% I
II
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
III
IV
2013
Volume Ekspor CPO
I
II
III
IV
I
II
2011
II
2014
III
IV
Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Trisakti Ribu Ton 150
II
2012
Produksi CPO
Pertumbuhan (sb. kanan)
I
III
IV
I
2013
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalsel
Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan Rp Miliar
2.500
100% 2.117
200%
2.000
130
II
1.727 60%
150%
110
97,6% 100%
90
38,96% 40%
1.500
113,6
70
95,5 50%
50
20%
1.000
0%
30
0%
500 -20%
10
(10)
80%
I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Volume Muat Kayu Lapis
I
II
III IV
2013
I
II
-50%
-
I
2014
Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
II
III IV
I
2011
II
III IV
2012
Kredit Sektor Industri
I
II
III IV
2013
I
II
-40%
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 97,6% (yoy). Dari data pengiriman barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke daerah lain mencapai 95,5 ribu ton. Dukungan pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 juga menunjukkan peningkatan. Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang cukup tinggi yaitu Rp2,1 triliun, tumbuh sebesar 38,96% (yoy). Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
17
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan pertumbuhan dari 10,08% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 8,23% (yoy) di triwulan II 2014. Perlambatan ini terutama terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi sektor ini sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan, perlambatan terjadi karena penurunan aktivitas perdagangan komoditas tambang. Kondisi ini terlihat dari peningkatan aktivitas perdagangan luar negeri maupun aktivitas dalam negeri di pelabuhan Banjarmasin. Total bongkar muat barang perdagangan luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai 17,08 juta ton (8,2%, yoy) dan untuk perdagangan dalam negeri mencapai 20,4 juta ton (-7,9%, yoy).
Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN Volume Bongkar 400
Grafik 1.31 Aktivitas Perdagangan DN
Volume Muat
Volume Bongkar 120
%, yoy
350
Volume Muat
%, yoy
100
300
80
250 200
60
150
40
100
20
50
0
0 I
-50
II
III IV
I
II
2011
-100
III IV
I
2012
II
III IV
2013
I
I
II
III IV
I
II
2011
2014
III IV
I
II
2012
III IV
2013
I
II
2014
-40
Sumber: KSOP Banjarmasin
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang 70,0
II
-20
Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR 50%
Tingkat Hunian
12.000
100%
Rp Miliar
90%
40%
65,0
9.749
10.000
80%
30%
60,0
20%
8.558 70%
8.000
60%
55,0 48,42
50,0
10%
6.000
0%
4.000
40%
45,41
45,0 -9,3% 40,0
50%
30%
-10%
20%
2.000
-20% I
II
III IV
2011
I
II
III IV
2012
Tingkat Hunian Hotel Bintang
I
II
III IV
2013
I
II
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
-
I
II
III
IV
I
2011 Kredit Sektor PHR
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
10% 11,26% 0% I II 2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: BPS Kalsel
Pada triwulan II 2014 tingkat hunian hotel berbintang sebesar 48,42%, atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 45,41%. Sementara itu, dari sisi pembiayaan perbankan terjadi perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan I 2014 total kredit yang disalurkan ke sektor ini mencapai Rp9,75 triliun, atau tumbuh sebesar 11,26% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya.
18
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
BOKS 1
Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Daerah terhadap Ekonomi Kalsel Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat terlepas dari peranan konsumsi dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini sudah tergambar jelas dari persamaan umum PDRB (produk domestik regional bruto) di sisi permintaan yaitu: Y=C+I+G+X
M
dimana Y adalah PDRB suatu daerah, C adalah konsumsi rumah tangga, I adalah kegiatan investasi yang dilakukan oleh rumah tangga maupun pemerintah, G adalah konsumsi pemerintah, X adalah ekspor dan M adalah impor. Meskipun demikian, belanja pemerintah daerah baik berupa belanja operasional ( masuk ke komponen G) dan belanja modal (masuk ke komponen I) ternyata dapat mempengaruhi kondisi perekonomian beberapa periode berikutnya. Oleh sebab itu, dalam kajian ini akan ditelusuri bagaimana pengaruh konsumsi dan investasi pemerintah daerah tersebut. Dengan menggunakan model REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang sedang dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II
Kalimantan, konsumsi dan investasi pemerintah dimasukkan ke
dalam blok fiskal. Blok Moneter Suku Bunga Simpanan
Disposable Income
C
Suku Bunga Kredit
Volume Kredit
Investasi Swasta
Investasi Pemda
I
Blok PDB-Permintaan
Blok Fiskal
PDB (Dunia, Nasional, Daerah Lain)
Nilai Tukar Riil
X
M
Output Gap
Inflasi Regional
Gc
PDRB
Blok Harga
Deflator Konsumsi
Blok PDB-Penawaran
Deflator Investasi
Output Potensial
Gambar A. Skema Umum Model REMBI Kalimantan Selatan * REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV 2012.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
19
Bab 1
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dengan menggunakan model tersebut, disimulasikan shock berupa kenaikan Konsumsi Pemda APBD sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan: -
Berdampak pada peningkatan PDRB pada periode/triwulan berikutnya sebesar 0,49% dan mencapai puncaknya pada periode ke-5.
-
Peningkatan Konsumsi Pemerintah berpengaruh langsung kepada peningkatan PDRB, dan akan menggerakan investasi yang pada akhirnya memberikan efek multiplier ke peningkatan PDRB.
Peningkatan 10% Konsumsi Pemda
Peningkatan 10% Investasi Pemda %
%
Periode
Periode
Gambar B. Impuls Response Peningkatan 10% Konsumsi Pemda APBD dan Peningkatan 10% Investasi Pemda APBD
Selanjutnya dengan metode yang sama disimulasikan disimulasikan shock berupa kenaikan Investasi Pemda APBD sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan: -
Berdampak pada naiknya PDRB pada awal periode sebesar 0,12% dan mencapai puncaknya pada periode ke 3.
-
Namun kenaikan investasi akan mendorong terjadinya impor barang modal yang cenderung menahan laju kenaikan PDRB.
Dengan melihat grafik shock pengaruh kenaikan konsumsi dan investasi Pemda yang memperlihatkan pengaruh cukup lama (kembali ke titik 0/hilangnya pengaruh kenaikan), memperlihatkan bahwa konsumsi dan investasi Pemda cukup penting dalam meningkatkan perekonomian Kalimantan Selatan dalam jangka panjang.
20
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 2
2
Perkembangan Inflasi Daerah
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 4,88% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food seperti daging ayam ras, beras dan bumbu-bumbuan akibat kebijakan pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC) dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan menjadi lebih tinggi. Searah dengan kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi inti juga sedikit mengalami peningkatan yang didorong oleh penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh peningkatan biaya produksi.
1. KONDISI UMUM Setelah pada triwulan sebelumnya inflasi Kalimantan Selatan mengalami penurunan, pada triwulan II-2014 inflasi Kalimantan Selatan menunjukan peningkatan. Peningkatan ini dipicu oleh beberapa permasalahan pasokan komoditas pangan strategis dan peningkatan permintaan masyarakat seiring adanya hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta persiapan bulan Ramadhan. Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 2,39% (qtq) atau secara tahunan sebesar 6,83% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15% (qtq) atau 4,89% (yoy), serta lebih tinggi dari inflasi Nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional 10
% yoy
9 Kalsel Kalimantan Nasional
8 7
7,32
7.30
6
7,57 6,83 6,70
5 4,89
4 3
TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI Tw II 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
23
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terutama bersumber dari peningkatan harga di berbagai komoditas dalam kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Tingkat inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 sebesar 4,08% (qtq) atau 11,0% (yoy), meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang tercatat mengalami inflasi 10,28% (qtq) dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 6,06% (qtq). Pada sub kelompok daging dan hasi-hasilnya, peningkatan inflasi terutama disumbang oleh kenaikan harga daging ayam ras, akibat meningkatnya permintaan serta permasalahan penurunan pasokan DOC akibat kebijakan pemerintah untuk menghindari kebangkrutan masal peternak ayam. Selain itu, semakin menipisnya pasokan beras lokal (unus dan siam) akibat belum mulainya masa panen raya dan berkurangnya pasokan bumbu-bumbuan terutama bawang merah akibat menurunnya produksi di daerah penghasil, turut mendorong inflasi triwulan II-2014. Peningkatan tekanan inflasi yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,93% (qtq), atau meningkat dari 7,6% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 10,6% (yoy) pada triwulan laporan. Tingginya inflasi kelompok tersebut didorong oleh peningkatan tarif angkutan udara selama triwulan II-2014, yang disebabkan oleh penerapan Permenhub No. 2/2014 yang mengatur besaran biaya tambahan (surcharge) pada bulan April 2014 dan peningkatan permintaan masyarakat seiring adanya hari libur, pelaksanaan ibadah Umroh, serta untuk persiapan mudik hari raya Idul Fitri. Pada triwulan ini, tarif angkutan udara tercatat mengalami inflasi sebesar 61,51% (qtq) dan setiap bulan selalu masuk dalam 10 komoditas penyumbang inflasi terbesar di Kalimantan Selatan dengan sumbangan terhadap inflasi triwulan II-2014 sebesar 1,22%. Tabel 2.1 Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok Inflasi yoy No
Kelompok Barang
Sumbangan Inflasi yoy
2013 Tw I
Tw II
Umum
5,2
4,7
1
Bahan Makanan
8,3
2
Mamin, Rokok & Tembakau
3
2014
Tw III
2013
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw I
Tw II
7,1
7,0
4,9
6,8
5,2
4,7
6,7
11,8
9,9
6,4
11,0
2,3
7,7
6,7
6,1
5,6
6,7
7,2
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
3,7
3,8
4,4
6,2
2,3
4
Sandang
0,8
(1,3)
(0,8)
(2,3)
5
Kesehatan
4,3
4,2
2,4
6
Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
3,0
3,4
7
Transportasi & Komunikasi
0,8
2,9
2014
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
7,1
7,0
4,9
6,8
1,8
3,3
2,8
1,3
2,3
1,8
1,6
1,4
1,3
1,6
1,8
3,8
0,8
0,8
0,9
1,2
0,5
0,8
1,0
0,9
0,1
(0,1)
(0,1)
(0,2)
0,1
0,1
3,3
2,4
3,9
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,2
2,1
2,4
2,1
2,2
0,1
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
11,1
12,4
7,6
10,6
0,1
0,4
1,6
1,8
1,2
1,8
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Selain itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 juga didorong oleh peningkatan harga pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Penyesuaian biaya produksi pada komoditas di sub kelompok makanan jadi seperti peningkatan harga ikan bakar, mie dan nasi dengan lauk, serta inflasi pada sub kelompok biaya tempat tinggal menjadi penyumbang utama dari kedua kelompok pengeluaran tersebut.
24
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 2
Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw I-2014 dan Tw II-2014
Bahan Makanan Lainnya
Padi-padian 12,00 7,00
Perkembangan Inflasi Daerah
Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I-2014 dan Tw II-2014 Jasa Keuangan
Daging & Hasilnya
2,00 Lemak & Minyak
Ikan Segar
-3,00
2,03
Sarana & Pnj Trans
Tw II-2014
-8,00
Tw I-2104
-13,00 Bumbu-bumbuan
Ikan Diawetkan
Buah-buahan
Kom & Pengiriman
Telur, Susu & Hasilnya
7,19
Transport % qtq -4,16
Kacang-kacangan
Sayur-sayuran -6,00
Tw I-2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
-2,00
2,00
4,00
6,00
8,00
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw II-2014
% mtm 2012
Transportasi
2,30
2013
Pendidikan
1,80
2014
1,30
0,76
Makanan, Rokok & Tbakau
-0,20
% mtm -0,27
Bahan Makanan
-0,35
-1,80 JAN
Apr
Perumahan, ALHBB
0,80 0,53
-0,70
Mei
Sandang
1,04
0,30
Jun
Kesehatan
rata-rata 5 thn
0,80
0,00
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan 2,80
-4,00
Tw II-2014
PEB MAR APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
-0,80
0,20
1,20
2,20
3,20
OKT NOV DES
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Jika dilihat secara bulanan, selama triwulan II-2014 realisasi inflasi Kalimantan Selatan lebih tinggi dari ratarata inflasi pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir. Laju inflasi bulanan Kalimantan Selatan pada bulan April, Mei dan Juni 2014 secara berturut-turut adalah 0,53% (mtm), 1,04% (mtm) dan 0,81% (mtm), lebih tinggi dari periode (bulan) yang sama pada tahun 2012 dan 2013. Salah satu yang mendorong peningkatan inflasi di triwulan II-2014 adalah tingginya inflasi bulan Mei 2014 yang mencapai 1,04% (mtm) dimana sangat berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi. Hal tersebut dikarenakan pada bulan Mei 2014 terjadi peningkatan tarif angkutan udara yang sangat signifikan dengan sumbangan terhadap inflasi Kalimantan Selatan sebesar 0,67%. Peningkatan tarif angkutan udara tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan karena banyaknya hari libur keagamaan dan hari libur nasional pada pertengahan Mei 2014, serta masuknya bulan Rajab dimana terjadi peningkatan intensitas ibadah umroh yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Perkembangan Inflasi Menurut Kota
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
25
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
Jika dilihat berdasarkan kotanya, Inflasi triwulan II-2014 untuk kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,81% (yoy) meningkat dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,83% (yoy). Sedangkan untuk kota Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 7,01% (yoy), juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,29% (yoy). Jika dilihat secara bulanan, pada bulan April 2014, kota Banjarmasin mengalami inflasi 0,55% (mtm) yang didorong oleh meningkatnya komoditas kelompok bahan makanan terutama ikan kembung dan ikan gabus akibat masih tingginya curah hujan pada bulan April 2014. Selain itu, efek dari kenaikan surcharge mengakibatkan peningkatan tarif angkutan udara yang sebelumnya mengalami penurunan selama 3 bulan berturut-turut. Peningkatan tarif angkutan udara mengalami puncaknya pada bulan Mei 2014 yang terlihat dari inflasi kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,24% (mtm) yang tertinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. Sedangkan untuk inflasi bulan Juni 2014 yang tercatat sebesar 0,79% (mtm) didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan permasalahan pasokan pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras akibat kebijakan pemerintah terhadap produksi DOC, berkurangnya pasokan padi lokal yang belum memasuki masa panen raya, serta komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah yang memasuki masa tanam di daerah penghasil. Tabel 2.2 Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok No
Kelompok Barang Umum
Tw II-2014 (mtm) Apr
Mei
Jun
Tw II-2014 (yoy) Apr
Mei
Jun
0.55
1.07
0.79
5.26
6.55
1 Bahan Makanan
1.07
0.58
2.13
7.44
9.00 10.90
2 Mamin, Rokok & Tembakau
0.65
0.61
0.56
6.82
7.15
7.17
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
6.81
0.21
1.23
0.38
2.07
3.21
3.67
-1.19
-0.85
-0.15
0.37
0.41
0.78
5 Kesehatan
0.76
0.84
0.01
2.74
3.58
3.57
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
0.19
0.13
0.05
1.95
2.12
2.17
7 Transportasi & Komunikasi
0.98
3.24
0.95
8.96 12.68 11.00
4 Sandang
Berbeda dengan inflasi di kota Banjarmasin, selama triwulan II-2014 kota Tanjung cenderung mengalami inflasi bulanan yang lebih rendah dari kota Banjarmasin. Hanya pada bulan Juni 2014 dimana kota Tanjung tercatat mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm), atau lebih tinggi dari kota Banjarmasin yang tercatat sebesar 0,79% (mtm). Inflasi kota Tanjung selama triwulan II-2014 lebih didominasi oleh permasalahan pasokan bahan makanan yang tercermin pada inflasi kelompok bahan makanan yang mencapai 0,99% (mtm) pada bulan April; 2,40 (mtm) pada bulan Mei; dan 3,24% (mtm) pada bulan Juni. Berbagai kendala dan permasalahan terkait pasokan dan distribusi memicu tingginya inflasi bahan makanan di kota Tanjung. Seperti halnya kota Banjarmasin, peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras, ikan gabus, telur ayam ras, bawang merah, ikan kembung dan tomat menjadi pendorong utama inflasi kota Tanjung pada triwulan laporan.
26
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
Di sisi lain, baik pada kota Banjarmasin maupun kota Tanjung, terdapat beberapa komoditas yang menjadi penahan inflasi pada triwulan II-2014 seperi emas perhiasan seiring dengan trend penurunan harga emas dunia dan komoditas cabai merah dan cabai rawit yang telah memasuki masa panen raya pada daerah produsen. Tabel 2.3 Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok No
Tw II-2014 (mtm)
Kelompok Barang
Apr
Umum
Mei
Jun
Tw II-2014 (yoy) Apr
Mei 6.41
Jun
0.37
0.66
0.98
5.66
1 Bahan Makanan
0.99
2.40
3.24
7.23 10.10 11.80
7.02
2 Mamin, Rokok & Tembakau
0.11
0.11
0.35
6.82
6.92
7.30
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
0.39
0.14
0.20
4.63
4.64
4.85
4 Sandang
0.00
0.02
0.20
2.37
2.65
2.79
5 Kesehatan
0.27
0.36
0.35
8.18
8.57
8.95
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga
0.00
0.00
0.00
2.89
2.89
2.89
7 Transportasi & Komunikasi
0.00
-0.30
0.01
4.39
4.37
4.38
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Tekanan inflasi yang meningkat dari 4,89 (yoy) menjadi 6,83% (yoy) di triwulan II-2014 bersumber dari peningkatan tekanan pada hampir semua kelompok, terutama kelompok volatile food dan administered price. Inflasi volatile food mengalami peningkatan yang paling signifikan dari 6,33% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 11,09% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 2,31% (qtq). Sedangkan untuk kelompok administered price mengalami peningkatan dari 10,95% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 14,14% (yoy) pada triwulan laporan, atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,53% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor inti secara triwulanan tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq) dan secara tahunan inflasi inti pada akhir triwulan II-2014 tercatat sebesar 4,12% (yoy). Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab % yoy 17.00
Inflasi IHK (yoy)
Adm Price
Volatile Foods
Core
14.14 12.00
11.09
10.95 7.00
6.33 4.12 3.21 4.88 6.83
2.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
-3.00
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Meningkatnya inflasi volatile foods pada triwulan II-2014 didorong oleh permasalahan pasokan dan peningkatan permintaan masyarakat. Pada awal triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile food di wilayah Kalimantan Selatan terutama didorong oleh komoditas yang berada dalam sub kelompok
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
27
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
ikan segar seperti ikan kembung/gembung dan ikan gabus, serta sub kelompok buah-buahan seperti melon dan semangka. Peningkatan harga pada kelompok ini terutama disebabkan masih tingginya curah hujan yang terjadi pada bulan April 2014 sehingga mengakibatkan penurunan pasokan ikan segar dan buah yang berasal dari wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, tekanan inflasi kelompok volatile food pada awal triwulan II-2014 juga didorong oleh kenaikan harga minyak goreng kemasan per 1 April 2014 yang dipicu oleh kenaikan harga bahan baku. Minyak goreng 1 liter yang sebelumnya dijual Rp14.000 naik menjadi Rp16.000 s.d Rp17.000 dan untuk minyak goreng kemasan 2 liter dijual Rp27.000 s.d Rp28.000 dari sebelumnya dijual sebesar Rp24.000. Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan 12,500
% mtm
Harga (Rp)
12,000 11,500
6.00
70,000
P Beras
5.00
60,000
Perubahan (mtm)
4.00
50,000
% mtm
Harga (Rp)
40.00
Perubahan (mtm)
30.00 20.00
3.00
11,000
2.00
10,500
1.00 0.00
10,000
40,000
10.00
30,000
0.00 -10.00
20,000
-20.00
-1.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun 2012
Harga (Rp)
2013
% mtm
65,000
2012
40.00
140,000
30.00
120,000
60,000
20.00
55,000 50,000
10.00
% mtm
8.00
6.00
100,000
4.00
80,000 2.00
Perubahan (mtm)
-10.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
35,000
2012
0.00
40,000
P Ikan Gabus
2013
% mtm
Harga (Rp)
-20.00
P Daging Sapi Perubahan (mtm)
20,000 -
2013
2012
30.00
-2.00
25,000
2013
% mtm
Harga (Rp)
20.00
30,000
-4.00
2013
25.00
35,000
20.00
15.00 20,000
10.00
15.00
25,000
10.00
20,000
5.00
15,000
0.00
5.00
15,000
0.00 10,000
-5.00
-5.00
10,000
-10.00
5,000 P Daging Ayam Ras
Perubahan (mtm)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
-
Harga (Rp)
2013
0.00
40,000
40,000
2013
-40.00
60,000
45,000
30,000
-30.00
-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
70,000
2013
-3.00
10,000
2012
2013
-15.00 -20.00
-10.00
P Telur Ayam Ras
5,000
-15.00
Perubahan (mtm) -
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
9,000
-2.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
9,500
50.00
P Bawang Merah
2013
2012
2013
-20.00
2013
Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Pada pertengahan triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile food sedikit mengalami penurunan yang didorong oleh koreksi harga komoditas bahan makanan strategis seperti cabai merah, cabai rawit, komoditas buah-buahan dan komoditas ikan segar, akibat meningkatnya pasokan yang berasal dari
28
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
peningkatan produksi komoditas tersebut. Namun demikian, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada bulan Mei 2014 didorong oleh kenaikan harga beras seiring menipisnya persediaan akibat pergeseran musim panen raya beras lokal di Kalimantan Selatan yang diperkirakan baru akan terealisasi pada bulan Agustus 2014. Selain itu, dengan adanya perayaan bulan Rajab dan Isra Mi raj yang secara tradisi dirayakan oleh masyarakat Kalimantan Selatan dengan cukup besar, mendorong peningkatan permintaan terhadap daging ayam ras dan telur ayam ras, yang pada akhirnya mendorong peningkatan harga komoditas tersebut. Peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food kembali terjadi pada akhir triwulan II-2014 yang didorong oleh beberapa komoditas pangan strategis seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur ayam ras. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga jual DOC maksimal Rp3.200/ekor dan memangkas produksi DOC hingga 15% yang bertujuan untuk menyelamatkan peternak rakyat, mendorong peningkatan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak. Hal ini berdampak pada kenaikan harga jual ayam ras pada konsumen, selain juga dipengaruhi adanya peningkatan permintaan masyarakat menjelang event tahunan bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan untuk harga bawang yang mengalami peningkatan selain disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat, juga karena menurunnya pasokan dari daerah penghasil akibat berlalunya masa panen untuk bawang merah. Tekanan Inflasi kelompok administered price pada triwulan II-2014 kembali mengalami peningkatan yang didorong peningkatan tarif angkutan udara. Setelah pada triwulan sebelumnya tarif angkutan udara mengalami koreksi cukup dalam, pada triwulan II-2014 terjadi peningkatan tarif angkutan udara sehingga mendominasi inflasi kelompok administered price. Adanya hari libur nasional dan keagamaan, tingginya intensitas ibadah Umroh, libur anak sekolah dan pembelian tiket untuk persiapan udara yang mengakibatkan naiknya tarif angkutan udara. Selain itu, peningkatan tarif angkutan udara juga didorong oleh penerapan Permenhub No. 2/2014 tentang peningkatan tarif surcharge dan semakin terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional pesawat. Tekanan inflasi pada kelompok administered price pada triwulan II-2014 juga turut didorong oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan Pertamina menaikkan harga LPG 12 Kg sebesar Rp1.000/kg pada tanggal 1 Juni 2014, yang merupakan kenaikan tahap kedua setelah kenaikan harga pada bulan Januari 2014. Selain itu, pada akhir triwulan II-2014 juga terjadi peningkatan harga LPG 3 Kg pada tingkat pengecer akibat penyesuaian biaya angkut yang dilakukan oleh pedagang. Tekanan inflasi dari kelompok inti sedikit mengalami peningkatan yang disebabkan oleh penyesuaian biaya produksi. Hal ini terjadi pada inflasi kelompok makanan jadi seperti ikan bakar, nasi dengan lauk, serta kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar seperti komoditas papan dan pasir yang menjadi pendorong inflasi kelompok inti di triwulan II-2014. Namun demikian, laju inflasi inti di triwulan II-2014 tertahan oleh masih berlanjutnya tren penurunan harga emas perhiasan akibat penurunan harga emas internasional seiring membaiknya ekonomi Amerika Serikat. Tekanan faktor eksternal mengalami peningkatan karena kembali melemahnya nilai tukar Rupiah dan kecenderungan naiknya harga komoditas global. Depresiasi nilai tukar Rupiah yang kembali
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
29
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
terjadi semenjak pertengahan Mei 2014 mendorong peningkatan biaya impor untuk bahan makanan, selain itu masih belanjutnya kecenderungan peningkatan harga beberapa komoditas global mendorong tekanan inflasi dari eksternal semakin meningkat. Namun, dengan melihat kondisi minimnya komponen impor yang dikonsumsi oleh masyarakat Kalimantan Selatan berakibat minimnya tekanan eksternal pada tingkat inflasi Kalimantan Selatan. Hal tersebut dikarenakan impor terbesar untuk wilayah Kalimantan Selatan berupa barang modal yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pertambangan seperti alat-alat berat. Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah
Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global 140
% yoy
120
gEmas
gJagung
gKedelai
100
gTerigu
gCPO
gMinas
80 60
40 20
00 -20
-40 -60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011
2012
2013
2014
Sumber: Bloomberg, data diolah
Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK)
Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen 200.000
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri) Inflasi IHK aktual (sk. Kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)
Indeks
% yoy
10.00
9.00
180.000
8.00
160.000
7.00 140.000 6.00
120.000
5.00
200.000
190.000 180.000
Indeks
Harga Umum Makanan Jadi, Min, Rokok & Tbk Sandang Transport, Kom dan Jasa Keu
Bahan Makanan Perumahan, LGBB Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan OL
170.000 160.000 150.000 140.000 130.000 120.000
100.000 80.000
4.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011
2012
2013
2014
3.00
110.000 100.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2012
2013
2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Ekspektasi inflasi di tingkat konsumen kembali menunjukan trend peningkatan. Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan I-2014 yang memperlihatkan peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat Kalimantan Selatan untuk periode 3 bulan yang akan datang, setelah adanya koreksi berbagai harga komoditas strategis pada triwulan I-2014. Berdasarkan survei tersebut, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi pada periode triwulan III-2014 cenderung mengalami peningkatan seiring adanya event musiman seperti bulan puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
30
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
BOKS 2 Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster
Dalam pengendalian inflasi, pasokan bahan pangan merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi inflasi volatile food. Pasokan bahan pangan di suatu daerah diperoleh dari produksi sendiri maupun mendatangkan dari daerah lain. Sebagian dari kebutuhan pangan di Kalimantan Selatan masih didatangkan dari Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui jalur laut. Kondisi logistik bahan pangan yang sangat tergantung dengan kondisi cuaca dan gelombang laut meningkatkan risiko peningkatan inflasi. Oleh sebab itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II membentuk klaster sebagai upaya peningkatan produksi bahan pangan. Pendekatan klaster dirasakan lebih tepat digunakan karena dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan memperbesar output produksi. Klaster yang sudah dibentuk antara lain:
1.
Klaster Cabai Besar Merah Kab. Hulu Sungai Selatan (HSS)
Klaster ini merupakan klaster untuk melakukan stabilisasi harga cabai besar merah di daerah khususnya di Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan komoditas penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada Tahun 2012 dengan peserta Klaster adalah : (1). Gapoktan Puspa Desa Telaga Langsat Kec. Telaga Langsat dan (2). Gapoktan Ruhui Rahayu Desa Kayu Abang, Kecamatan Angkinang Kab. HSS dengan menitik beratkan pada pengaturan pola tanam untuk peningkatan produksi dan pengaturan pemasaran melalui Rumah Pasar dengan menerapan POLA KANDANGAN dan pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) Muara Taniran bekerjasama dengan Pemkab. HSS yang sekarang ini telah mampu menyediakan cabai besar merah secara berkesinambungan dengan harga yang relatif stabil dibandingkan sebelum adanya klaster ini.
2.
Klaster Sapi Kabupaten Tanah Laut.
Klaster sapi di Kabupaten Tanah Laut dilakukan dalam rangka mengatasi kelangkaan daging di daerah ini, di mana Kab. Tanah Laut sebagai penyumbang 40% dari kebutuhan daging sapi di wilayah Kalimantan Selatan dan provinsi tetangga (Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang juga merupakan komoditas penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada Tahun 2013 dengan peserta Klaster, yaitu : (1). Poknak Harapan Makmur Kelurahan Sarang Halang Kec. Pelaihari dengan menekankan pada integritas Sapi Kelapa Sawit, dan (2). Poknak Bina Tani Desa Batu Tungku, Kecamatan Panyipatan dengan menekankan pada integritas Sapi integritas Sapi
Jagung yang akan dilanjutkan lagi pada tahun 2015 dengan menekankan pada
Jerami Padi. Klaster sapi ini dilakukan baik untuk pengembangan maupun pengemukan
sapi untuk dapat mendukung keberadaan Pasar Hewan Sarang Halang Pelaihari menjadi pasar terbesar dan termodern di Kalimantan dengan menerapkan sistem timbangan untuk penyediaan sapi yang cukup dan berkualitas khususnya di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan pada umumnya.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
31
Bab 2
Perkembangan Inflasi Daerah
3.
Klaster Padi Unggul Kabupaten Tanah Bumbu.
Pengembangan klaster padi unggul Kabupaten Tanah Bumbu telah berjalan sejak tahun 2013 dengan membangun kerjasama dan sinergi dengan SKPD terkait pada Kabupaten Tanah Bumbu dan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan yang pada tahun 2013 yang lalu telah meningkatkan produktivitas hasil pertanian : (a). Pada musim tanam I sebesar 0,4 ton/ha atau sebesar 5,84%; (b). Pada musim tanam II sebesar 0,35 ton/ha atau sebesar 5,47% dan (c). Adanya musim tanam III dengan hasil 6,5 ton/ha yang sebelumnya belum pernah ada.
Pengembangan klaster ini terus dilakukan dengan menekankan pada
keseragaman waktu tanam dalam kelompok sebagai upaya mengurangi kehilangan hasil panen oleh hama tikus dengan memaksimalkan penggunaan handtracktor dan alat pengusir tikus elektronik yang dilakukan bagi peserta klaster, yaitu : (1). Poktan Mattiro Wali, (2). Poktan Mattiro Deceng, dan (3). Poktan Baringin Desa Saring Sei Binjai Kecamatan Kusan Hilir Kab. Tanah bumbu.
4.
Klaster Bawang Merah Kabupaten Tapin.
Bawang merah sebagai komoditas penyumbang inflasi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia di luar Pulau Jawa termasuk juga di wilayah Kalimantan Selatan dan berdasarkan hasil penanaman pada tahun 2013 yang lalu untuk varietas Manjung di Kab. Tapin dengan rata-rata produksi sebesar 11,8 ton/ha. Hal ini menunjukkan prestasi produksi tertinggi untuk wilayah Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Karena itu pada APBD Kab. Tapin pada Tahun 2014 telah dicanangkan pengembangan bawang merah seluas 15 ha dan APBN untuk seluas 15 ha juga yang didukung dari swadaya petani seluas 8 ha. Dalam mendukung pengembangan kawasan ini menjadi sentra pengembangan bawang merah di Kalimantan Selatan, maka atas kesepakatan antara KPw BI Wilayah Kalimantan dan Pemkab. Tapin mengembangkan Klaster Bawang Merah di Poknak Harapan Bersama Desa Shabah Kec. Bungur Kab. Tapin dengan memberikan bantuan sarana produksi dan fasilitas pendukung lainnya dari PSBI KPw BI Wilayah Kalimantan yang diharapkan dapat memenuhi setidaknya sebagian kecil kebutuhan di Kalimantan Selatan.
32
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
49
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 3
3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
PERKEMBANGANPERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Dari berbagai indikator utama perbankan, kinerja perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan II
2014 tumbuh meningkat. Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, pertumbuhan
aset, DPK dan kredit berdasar lokasi banklebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.Sementara itu,kredit berdasar lokasi proyek tercatat tumbuh melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sehingga mendorong turun LDR berdasar lokasi proyek.Disisi lain, kredit bermasalah di Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin dari peningkatan angka NPL namun masih dalam batas kewajaran. Seiring dengan meningkatnya NPL, terjadi peningkatan tekanan pada stabilitas sistem keuangan, yang ditunjukkan dengan meningkatnya probability of default baik sektor korporasi maupun rumah tangga.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM 1.1.Perkembangan Volume Usaha Pada akhir triwulan II 2014, aset perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp50,19 triliun atau tumbuh 10,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp45,46 triliun. Secara tahunan aset perbankan Kalimantan Selatan tumbuh 12,68% (yoy), ataumeningkatbila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,15% (yoy). Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan
Jika dilihat dari kelompok bank, pertumbuhan aset usaha bank umum terutamaterjadi padakelompok bank swasta yang tumbuh21,80% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh17,80% (yoy). Sementara itu aset bank umum milik pemerintah tumbuh 9,64% (yoy), meningkatjika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya berkisar pada level4,79% (yoy).
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
35
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Grafik 3.1 Pertumbuhan Asset Bank Umum Kalimantan Selatan
Grafik 3.2 Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan Growth DPK (y-o-y)
Growth Giro (y-o-y)
Growth Tabungan (y-o-y)
Growth Deposito (y-o-y)
70,00% 60,00%
50,00% 40,00% 30,00% 20,00%
10,00% 0,00% -10,00%
II
III 2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II2014 mencapai Rp38,45 triliun, atau tumbuh8,25% (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelumnyayang tercatat 5,51% (yoy).Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan pertumbuhan terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami perlambatan. Pertumbuhan giro meningkat tajam dari -4,33% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi tumbuh 9,98% (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya, pertumbuhan ini didorong oleh kembali tumbuhnya giro pemerintah daerah (Pemda) sebesar 8,81% (yoy) pada triwulan II-2014 setelah mengalami penurunan 17,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Giro Pemda kembali tumbuh seiring dengan meningkatnya realisasi pendapatan daerah pada triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, simpanan berbentuk tabungan juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 7,49% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 7,98% (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya, pertumbuhan tabungan terbesar terjadi pada tabungan swasta perseorangan, yang meningkat 8,09% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tabungan ini terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor pertanian, yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu 36,84% dari total tenaga kerja. Pertumbuhan sektor pertanian yang didorong oleh mulainya musim panen padi serta meningkatnya aktivitas perkebunan, peternakan dan perikanan ini berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat yang kemudian disimpan di bank dalam bentuk tabungan. Di sisi lain, deposito terus dalam tren pertumbuhan yang melambat sejak triwulan III-2013, dimana pertumbuhan deposito pada triwulan II-2014 melambat menjadi 6,89% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,61% (yoy).Jika dilihat dari kepemilikannya, perlambatan pertumbuhan deposito disebabkan oleh turunnya deposito pemda sebesar -17% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,40% (yoy). Turunnya deposito Pemda terjadi seiring dengan meningkatnya realisasi belanja pemda pada triwulan laporan dibanding dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan deposito
36
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
swasta perorangan yang merupakan komponen terbesar dari deposito tumbuh meningkat dari 16,27% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 19,58% (yoy) pada triwulan II-2014.
1.3 Penyaluran Kredit Berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan II-2014 mencapai Rp33,4triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kredit ini tumbuhsebesar 5,12% (yoy), meningkatdibandingkan dengan triwulan sebelumnyayang tumbuh 4,61% (yoy). Sementara itu, kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (Kredit menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp45,6 triliun atau tumbuh sebesar 10,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 12,79% (yoy). Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis penggunaannya, kredit investasi dan konsumsi tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2014. Kredit investasi tumbuh sebesar 12,89% (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yangmencapai19,12% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya kredit investasi pada sektor pertambangan yang mencapai -44,17% (yoy) seiring dengan melemahnya kinerja sektor tersebut di tengah tekanan harga internasional. Hal yang sama juga terjadi pada kredit konsumsiyang juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan I-2014 yaitu dari 16,38% (yoy) menjadi 13,52%(yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan terjadi terutama pada kredit pemilikan rumah (KPR)yang hanya tumbuh 18,28%(yoy),jauh melambat dibandingkan dengan triwulan I-2014yang tumbuh mencapai 30,13% (yoy). Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.4 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
60,00%
50,00% 40,00%
30,00% 20,00%
10,00% 0,00%
II
III 2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
Growth Kredit (y-o-y)
Growth Modal kerja (y-o-y)
Growth Investasi (y-o-y)
Growth Konsumsi (y-o-y)
I
II
2014
Sementara itu,kredit modal kerja pada triwulan laporantumbuh6,01% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh4,20% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan signifikan terutama pada sektor industri pengolahan, yang pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 7,77% (yoy), menjadi tumbuh tajam sebesar 30,96% (yoy).
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
37
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Dengan
perkembangan
indikator
tersebut,
fungsi
intermediasi
perbankan
di
Kalimantan
Selatanmenunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Hal ini tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Kalimantan Selatan menurut lokasi proyek pada triwulan laporan yang mencapai 118,61%,atau mengalami penurunan dibandingkantriwulan I-2014 yang tercatat sebesar 121,15%.
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit Sementara itu, LDR berdasarkan lokasi bank pada triwulan II-2014 mencapai 86,98%, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Dari sisi manajemen risiko, penurunan LDR ini meningkatkan ketahanan likuiditas bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Sedangkan dari sisi intermediasi, angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran dan menunjukkan tingkat intermediasi perbankan yang cukup baik. Risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)tercatatsebesar 2,22%, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,78%. Ditinjau dari jenis penggunaannya, peningkatan rasio NPL tersebut terutama didorong oleh NPL pada kredit investasi yang mengalami peningkatan cukup besar yaitu dari 1,69% pada triwulan I-2014 menjadi 2,40% pada triwulan laporan.Sementara untuk NPL kredit konsumsidan kredit modal juga juga mengalami peningkatan namun tidak sebesar kredit investasi, yaitu masing-masing mengalami peningkatan dari 1,57% menjadi 1,74% dan dari 2,09% menjadi 2,56%. Sementara itu, jika dilihat dari sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL terbesar terjadi di sektor listrik, gas, dan air, yaitu dari 0,2% pada triwulan I-2014 menjadi 9,08% pada triwulan laporan. Hal ini terkait dengan realisasi proyek investasi infrastruktur kelistrikan di Kalimantan Selatan yang tidak sesuai jadwal sehingga pembayarannya terlambat yang akhirnya mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran kredit terkait dengan proyek tersebut.
1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) Perkembangan kredit yang disalurkan bank umum ke UMKM di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan, dimana pada akhir triwulan II-2014mencapai Rp11,06 triliun, atau tumbuh 18,34%(yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai14,38% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM ditengah penurunan kredit non UMKM, menyebabkanpangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22,08% pada triwulan I-2014 menjadi 24,25% pada triwulan laporan. Berdasarkan skala usahanya,penyaluran terbesar dari kredit UMKM kini berada pada kredit usaha menengah, bukan lagi usaha kecil.Pada triwulan laporan, kredit untuk usaha menengah memiliki pangsa 40,27%, atau meningkat dari 38,68% pada triwulan sebelumnya. Kredit usaha mikro juga mengalami peningkatan pangsa, dari 16,56% pada triwulan I-2014 menjadi 21,28% pada triwulan II-2014. Sebaliknya pangsakredit usaha kecil turun dari 44,76% pada triwulan sebelumnya menjadi 38,45% pada triwulan laporan.
38
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan,kredit UMKM terutama disalurkan dalam bentuk kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 65,57%,sedangkanuntuk kredit investasi sebesar 34,43%. Terkait kinerja kredit UMKM yang diperlihatkan oleh parameter Non Performing Loan (NPL) secara keseluruhan pada triwulan II-2014 sebesar3,87%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat3,72%. Peningkatan NPL tersebut terjadi pada semua jenis kredit UMKM, dimana peningkatan tertinggi terjadi pada kredit kecil yang meningkat dari 3,99% pada triwulan I-2014 menjadi 4,29% pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut juga terjadi pada kredit mikro dan menengah yang masing-masing tercatat sebesar 3,19% dan 3,83% pada triwulan laporan. Grafik 3.5 Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha
Grafik 3.6 NPL Kredit UMKM di Wilayah Kalimantan Selatan
2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH Sejalan dengan perkembangan perbankan secara umum, kinerja perbankan syariah juga masih menunjukkan perkembangan yang positif khususnya dari sisi aset. Pada akhir triwulan laporan, aset bank umum syariah dan unit usaha syariah di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp3,79 triliun, atau meningkat 3,39% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan perkembangan volume usaha kelompok syariah mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu dari 16,79% (yoy) pada triwulan I2014 menjadi 15,45% (yoy) pada triwulan laporan. Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah 2012 2013 Keterangan (Miliar Rp) II III IV I II III
Asset (Rp Miliar) Pembiayaan lokasi proyek (Rp Miliar) Dana (Rp Miliar) FDR lokasi proyek (%) NPF lokasi proyek (%)
2014 IV
I
II
2.494 2.737 3.020 3.138 3.282 3.468 3.711 3.665 3.789 2.045 2.260 2.481 2.870 3.199 3.477 3.677 3.716 4.006 1.948 2.062 2.242 2.296 2.231 2.359 2.707 2.549 2.634 105,01% 109,61% 110,66% 124,98% 143,42% 147,41% 135,81% 145,74% 152,13% 1,35% 2,45% 2,16% 2,77% 2,45% 1,68% 1,76% 2,04% 2,55%
Dari sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah pada akhir triwulan laporan mencapai Rp2,63 triliun atau tumbuh 18,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat 11,03% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis simpanan dalam bentuk giro yang tumbuh sebesar 50,05% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 33,57% (yoy). Begitu
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
39
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
pula untuk 2 (dua) jenis simpanan yang lain yaitu tabungan dan deposito masing-masing tumbuh 13,4% (yoy) dan 16,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing hanya tercatat sebesar 7,62% (yoy) dan 11,27% (yoy). Sementara itu, realisasi pembiayaan syariah yang disalurkan oleh perbankan (berdasarkan lokasi proyek) di provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mencapai Rp4,01 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat Rp3,72 triliun. Namun secara tahunan,pertumbuhan kredit syariah mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 29,47% (yoy) menjadi 25,23% (yoy). Dilihat dari jenis kreditnya, menurunnya pembiayaan syariah ini terjadi pada pembiayaan modal kerja yang tumbuh 37,66% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 58,34% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi syariah juga relatif mengalami perlambatan, dari 20,49% (yoy) menjadi 20,44% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, kredit investasi syariah mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 8,04% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 16,38% (yoy) pada triwulan II-2014. Dengan perkembangan tersebut, Financing to DepositRatio(FDR) menurut lokasi proyek pada triwulan II2014 tercatat152,13%, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 145,74%. Kondisi ini menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah pada triwulan laporan masih berjalan baik. Namun meningkatnyafungsi intermediasi ini tidak diikuti dengan membaiknya kinerja pembiayaan. Rasio Non Performing Financing (NPF) pada akhir triwulan laporan tercatat 2,55%, meningkat dibandingkantriwulan I-2014yang sebesar 2,04%. Peningkatan tingkat risiko pembiayaan ini terutama terjadi pada pembiayaan yang bersifat investasidimana NPF tercatat meningkat dari 2,40% pada triwulan I2014 menjadi 3,71%pada triwulan laporan. Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan
Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksipembayaran tunai di Kalimantan Selatan melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kaliamantan)selama triwulan II-2014, menunjukkan net inflow. Penukaran uang pecahan kecildan temuan uang palsu sedikit mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring dan RTGS mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
40
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
3.1 Transaksi Pembayaran Tunai Pada triwulan II-2014, total transaksi tunai melalui loket Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah II(Kalimantan) khususnya uang kartal masuk (inflow) tercatat mengalami penurunan, sedangkan uang kartal keluar (outflow) mengalami peningkatan.Hal ini sesuai dengan siklus ekonomi tahunan yang mulai menggeliat pada triwulan II.
a.
Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Total perputaran aliran uang kartal pada triwulan II-2014 sedikit mengalami peningkatan sebesar 16,6% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23 triliun. Peningkatan tersebut terutama terjadi pada aliran uang keluar (outflow) yang naik cukup tajam, yaitusebesar 72,77% (qtq) dari Rp1,02 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp1,76 triliun. Mulaiterealisasi proyek pemerintah dan swasta di kuartal kedua merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatanoutflow tersebut.Sementara itu, jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami penurunan sebesar 4,89% (qtq) yaitu dari Rp 2,66 triliun menjadi Rp 2,54 triliun. Untuk itu, transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatanpada triwulan II-2014 mengalami net inflow sebesar Rp 773 miliar. Grafik 3.9 Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan Inflow (Rp miliar)
Outflow (Rp Miliar)
Grafik 3.10 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan BI Wilayah II (Kalimantan
Net Inflow/Outflow (Rp Miliar)
Nominal (Rp Juta)
3.000 2.000
% Growth (qtq)
140.000
300%
120.000
250%
100.000
200%
150%
80.000
1.000
100%
60.000 II (1.000)
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II 2014
(2.000)
(3.000)
b.
50%
40.000
0%
20.000
-50%
-
-100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2009
2010
2011
2012
2013
2014
Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Selama triwulan II-2014, jumlah nominal penukaran uang baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di KPw BI Wilayah Kalimantan tercatat mencapai Rp54,58 miliar, atau meningkat 19,62% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp45,63miliar. Jika dilihat dari pecahannya, uang pecahan kecil yaitu Rp2.000, Rp5.000 dan Rp10.000 menjadi pecahan yang paling banyak diminta oleh masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di KPw BI Wilayah II (Kalimantan). Selain menerima penukaran uang rupiah melalui loket di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan), selama triwulan II-2014 Bank Indonesia juga melakukan penukaran langsung ke tengah masyarakat melalui kegiatan kas keliling sebanyak 12kali termasuk ke daerah terpencil. Kas Keliling tersebut merupakan salah satu upaya aktif Bank Indonesia untuk mendukung ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
41
Bab 3
c.
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Selama triwulan II-2014 tercatat sebanyak 167 lembar uang palsu yang ditemukan di wilayah Kalimantan Selatan.Jumlah temuan uang palsu tersebut relatif menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 177 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian.Seiring jumlah bilyet uang palsu pada triwulan II-2014 yang menurun, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga menurun dibandingkan dengan triwulan I-2014 yaitu dari 0,000332% menjadi 0,000329% pada triwulan laporan.Seperti pada triwulan sebelumnya, mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp50.000. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan. Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan Lembar Uang Palsu
Grafik 3.12 Share Pecahan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan
Rasio UPAL/UYD
Pecahan 2 ribu ke bawah
Pecahan 5 ribu
Pecahan 10 ribu
Pecahan 20 ribu
Pecahan 50 ribu
Pecahan 100 ribu
600
0,002500%
500
0,002000%
100%
0,001500%
80%
400
120%
300 0,001000%
200
60%
9% 43%
65% 17%
40%
100 0
II III IV I 2010
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2011
2012
2013
0,000500%
20%
0,000000%
0%
67%
21%
40%
13% I
II
55%
28%
30%
69%
74%
49%
19%
22%
15%
16%
12% 5%
12%
26% 4%
16% 10%
III
IV
I
II
III
IV
I
II
II 2012
2014
81%
69%
14%
36%
54%
2013
2014
3.2 Transaksi Pembayaran Non-Tunai Selama triwulan II-2014, transaksi pembayaran non tunai melalui BI-RTGS dan Kliring yang dilakukan melalui KPwBI Wilayah Kalimantan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya.Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di sesuai dengan siklus tahunannya.
a.
Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Transaksi non-tunai yang bernilai besar khususnya lebih dari Rp500 juta harus dilakukan melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Selama triwulan II-2014 ini transaksi melalui BI-RTGS mengalami peningkatanbaik dari sisi nominal maupun dari sisi volume transaksi.Nilai nominal transaksi melalui
42
BI-RTGS
pada
triwulan
laporan
tercatat
sebesar
Rp43,38
triliun
atau
meningkat
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
sebesar14,49%(qtq), sedangkan untuk volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 1,88% (qtq) dari 41.979 transaksi menjadi 42.769 transaksi. Tabel 3.3.Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan FROM Periode
Nilai
TO Nilai
Volume
(Miliar Rp)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2011
2012
2013
2014
b.
FROM - TO Nilai
Volume
(Miliar Rp)
19.292 19.362 21.262 23.349 23.216 31.699 24.859 28.709 29.824 35.465 24.719 21.801 18.241 21.854
17.164 12.032 18.696 20.305 17.547 21.394 21.048 22.721 20.355 20.769 18.523 20.003 18.298 18.841
13.419 13.713 15.923 18.066 18.201 22.743 14.982 17.406 15.097 16.537 15.681 16.345 14.162 15.473
TOTAL Nilai
Volume
(Miliar Rp)
21.756 22.081 22.815 25.107 21.627 23.651 22.437 24.750 21.371 22.214 20.081 21.560 18.997 19.334
Volume
(Miliar Rp)
4.735 4.628 5.038 5.777 5.114 6.634 5.327 6.160 4.921 5.646 6.395 6.543 5.485 6.050
4.977 5.056 5.165 5.700 4.775 5.272 5.055 5.619 4.784 4.847 4.786 5.146 4.684 4.594
37.446 37.702 42.223 47.191 46.531 61.076 45.168 52.275 49.842 57.648 46.795 44.688 37.888 43.376
43.897 39.169 46.676 51.112 43.949 50.317 48.540 53.090 46.510 47.830 43.390 46.709 41.979 42.769
Transaksi Kliring
Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, transaksi kliring pada triwulan II-2014 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan nominal transaksi kliring mencapai Rp4,12 triliunatau sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,18% (qtq) dari triwulan sebelumnya.Apabila dihitung dengan jumlah hari kerja pelaksanaan kliring, maka rata-rata harian perputaran kliring adalah sebesar Rp68,67miliar. Namun demikian, jumlah warkat yang ditransaksikan relatif tidak mengalami peningkatan yang signifikan, dari 78.153 lembar menjadi 80,037 lembar, atau rata-rata perputaran harian sebanyak 1.351lembar. Grafik 3.13 Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring di Kalimantan Selatan Nominal (Triliun Rp)
Nominal Per Hari (Juta Rp)
Transaksi (ribu lembar)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 II
III 2011
IV
I
II
III
2012
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Kalimantan Selatan
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
2014
Lembar Per Hari
5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 II
III
IV
I
2011
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I
II
2014
Sementara itu, penolakan cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan dalam transaksi kliring mengalami peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah transaksi.Dari sisi jumlah transaksi, rata-rata harian cek/bilyet giro kosong mencapai 40 lembar, meningkat dari triwulan sebelumnya yang berkisar pada 30 lembar. Secara nominal, jumlah cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan pada triwulan II-2014 rata-rata mencapai Rp2,04 miliar per hari, meningkat dari triwulan I-2014 yang sebesarRp1,70 miliar per hari.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
43
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BOKS 3 Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem InformasiLayanan Kas (BISILK)
Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kelancaran proses layanan kas untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar. Langkah terbaru yang ditempuh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan Surat Edaran no.16/6/DPU tanggal 17 April 2014 tentang penerapan Bank Indonesia Sistem Layanan Kas (BISILK). 1. BISILK merupakan sistem informasi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan digunakan oleh bank untuk menunjang kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang yang terdiri dari: a.
informasi posisi likuiditas;
b. transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) c.
rencana Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang; dan
d. laporan terkait kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang, yang diproses secara elektronik, on-line, dan tersentralisasi. 2. Penyelenggara BISILK adalah Bank Indonesia, sementara Bank peserta BISILK adalah kantor Bank yang ditunjuk sebagaikoordinator dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau PenarikanUang. Setiap Bank hanya dapat menunjuk 1 (satu) kantor Bankuntuk bertindak sebagai koordinator pada 1 (satu) wilayah kerjakantor Bank Indonesia setempat sebagai peserta BISILK. 3. BISILK mulai diimplementasikan pada tanggal 21 April 2014 untuk Bank yang berada di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia, dan tanggal 18 Agustus 2014 untuk Bank yang berada di luar wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui implementasi BISILK adalah: a.
meningkatkan
kecepatan,
keamanan,
keakuratan,
akuntabilitas,
transparansi,
dan
kenyamanan dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang; b. meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen kas perbankan; dan c.
mengoptimalkan proses sirkulasi uang Rupiah di masyarakat.
4. Informasi lebih lengkap mengenai SE ini dapat dilihat pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
44
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 4
Keuangan Daerah
BAB IV KEUANGAN DAERAH
46
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 4
4
Keuangan Daerah
KEUANGAN DAERAH
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 mengalami perbaikan. Hal ini ditunjukkan baik dari sisi realisasi pendapatan daerah maupun dari sisi realisasi belanja yang keduanya mengalami peningkatan. Kinerja APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada pos pendapatan daerah sampai dengan triwulan II2014 relatif membaik. Hal ini dicerminkan oleh realisasinya yang mencapai Rp2,42 triliun atau sebesar 51,44% dari Rp4,70 triliun anggaran pendapatan tahun 2014. Kinerja tersebut menunjukkan sedikit peningkatan dari triwulan II-2013, dimana realisasi berada pada tingkat 50,26% atau Rp2,2 triliun dari total anggaran sebesar Rp4,37 triliun. Tabel 4.1.Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Juta) Uraian Pos APBD Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Belanja Daerah Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga
APBD 2013 2014 4.369.706 4.701.326 2.751.770 2.975.594 1.270.215 1.374.101 347.721 351.632 4.973.326 5.266.326 3.963.757 3.919.559 999.569 1.336.767 10.000 10.000
Realisasi s/d Triwulan II 2013 2014 2.196.328 2.418.264 1.237.096 1.398.920 790.385 837.186 168.846 182.158 1.621.569 1.846.036 1.404.658 1.492.701 214.985 351.442 1.926 1.893
% Realisasi 2013 2014 50,26% 51,44% 44,96% 47,01% 62,22% 60,93% 48,56% 51,80% 32,61% 35,05% 35,44% 38,08% 21,51% 26,29% 19,26% 18,93%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan terserap 35,05%, atau Rp1,85 triliun dari Rp5,27 triliun yang dianggarkan. Penyerapan ini relatif meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun 2013, yaitu sebesar Rp1,62 triliun atau 32,61% dari Rp4,97 triliun anggaran.
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II2014 menunjukkan kinerja yang sedikit mengalami perbaikan dibandingkan periode sebelumnya.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
47
Bab 4
Keuangan Daerah
1
Efektivitas keuangan daerah , sebagaimana diukur melalui realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada triwulan laporan mencapai 47,01% dari total PAD yang dianggarkan. Hal ini menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
triwulan II-2013 yang hanya mencapai 44,96%.
Namun demikian, tingkat efektivitas keuangan daerah pada triwulan laporan belum dapat kembali ke tingkat yang sama seperti triwulan II-2012, yang mencapai 67,35% dari anggaran PAD. Tabel 4.2.Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) APBD 2013 2014 2.751.770 2.975.594 2.481.325 2.652.000 7.069 18.205 43.528 33.666 219.848 271.723 1.270.215 1.374.101 545.150 647.375 683.511 701.726 41.554 25.000 347.721 351.632 4.369.706 4.701.326
Uraian Pos APBD Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Daerah
Realisasi s/d Triwulan II 2013 2014 1.237.096 1.398.920 1.042.641 1.157.028 5.800 9.705 37.016 44.141 151.639 188.047 790.385 837.186 379.204 411.589 398.715 409.340 12.466 16.257 168.846 182.158 2.196.328 2.418.264
% Realisasi 2013 2014 44,96% 47,01% 42,02% 43,63% 82,04% 53,31% 85,04% 131,12% 68,97% 69,21% 62,22% 60,93% 69,56% 63,58% 58,33% 58,33% 30,00% 65,03% 48,56% 51,80% 50,26% 51,44%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan 2
Seiring dengan meningkatnya realisasi PAD, kemandirian daerah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 juga mulai mengalami peningkatan. Rasio kemandirian daerah mencapai 57,85%, membaik dibanding dengan triwulan yang sama pada periode sebelumnya yang hanya mencapai 56,33%. 3
Di sisi lain, kemampuan fiskal daerah Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit mengalami penurunan, dari 76,29% pada triwulan I-2013 menjadi 75,78%. Peningkatan realisasi PAD sebesar 13,08% (yoy) belum dapat menyamai peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat sebesar 13,84% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana perimbangan.
1
Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya. 2 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut 3 Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
48
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
Bab 4
Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah dalam APBD Triwulan II2014 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
67,35%
44,96%
47,01%
Tw2-2012
Tw2-2013
Tw2-2014
Keuangan Daerah
Grafik 4.2 Rasio Kemandirian Daerah/ Desentralisasi Fiskal 62% 61% 60% 59% 58% 57% 56% 55% 54% 53%
60,95%
56,33%
57,85%
Tw2-2012
Tw2-2013
Tw2-2014
Dilihat dari komponen pembentuk PAD, komponen yang mengalami peningkatan terbesar terjadi pada komponen retribusi daerah, yaitu mencapai Rp9,7 miliar, atau meningkat 67,33% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp5,8 miliar. Selain itu, Pajak Daerah juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari Rp1,24 triliun menjadi Rp1,4 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat serta dunia usaha di Kalimantan Selatan semakin meningkat dalam mendorong pembangunan melalui pembayaran pajak dan retribusi daerah. Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan cenderung menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu dari 62,22% pada triwulan II-2013 menjadi 60,93% pada triwulan laporan, walaupun realisasi nominal meningkat dari Rp790,39 miliar menjadi Rp837,19 miliar. Menurunnya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh sub komponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, yang menurun dari 69,56% pada triwulan II-2013 menjadi 63,58% pada triwulan II-2014.
2. Realisasi Belanja Daerah Sejalan dengan pos pendapatan, realisasi sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 tercatat sebesar 35,05%, atau mengalami peningkatan dari 32,61% pada periode yang sama tahun 2013. Dilihat dari nominalnya, realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 13,84 % (yoy), yaitu dari Rp1,62 triliun pada triwulan II-2013 menjadi Rp1,85 triliun pada triwulan laporan. Ditinjau dari komponen belanja daerah, baik belanja operasi maupun belanja modal mengalami peningkatan realisasi. Pada belanja operasi, realisasi pada triwulan II-2014 mencapai Rp1,49 triliun atau 38,08% dari total anggaran, meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp1,4 triliun atau 35,44% dari total anggaran. Meningkatnya prosentase realisasi pada triwulan II-2014 terutama didorong oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja barang dan jasa dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
49
Bab 4
Keuangan Daerah
Tabel 4.3.Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) Uraian Pos APBD Belanja Belanja Belanja Hibah Belanja Belanja Belanja Belanja
Operasi Pegawai Barang dan Jasa Bantuan Sosial Bantuan Keuangan Modal Tidak Terduga Total Belanja
APBD 2013 2014 3.963.757 3.919.559 806.693 866.944 1.028.254 1.276.271 421.620 396.546 422.781 10 1.284.409 1.379.788 999.569 1.336.767 10.000 10.000 4.973.326 5.266.326
Realisasi s/d Triwulan II 2013 2014 1.404.658 1.492.701 304.277 317.186 344.487 426.745 190.526 171.519 47 565.321 577.251 214.985 351.442 1.926 1.893 1.621.569 1.846.036
% Realisasi 2013 2014 35,44% 38,08% 37,72% 36,59% 33,50% 33,44% 45,19% 43,25% 0,01% 0,00% 44,01% 41,84% 21,51% 26,29% 19,26% 18,93% 32,61% 35,05%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Hal yang sama juga terjadi pada realisasi komponen belanja modal yang mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan II-2014, realisasi telah mencapai Rp351,44 miliar, atau 26,29% dari anggaran 2014. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013, dimana pada periode tersebut belanja modal terealisasi sebesar 21,51% dengan nominal Rp215 miliar. Peningkatan realisasi belanja modal tersebut mengindikasikan peningkatan perhatian pemerintah untuk penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Kondisi ini juga tercermin dari meningkatnya rasio realisasi belanja modal pemerintah terhadap realisasi belanja total yang mencapai 19,04% pada triwulan II-2014, meningkat signifikan dibanding triwulan II-2013 yang hanya mencapai 13,26%. Grafik 4.3 Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal
50
Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 11111111111111111111111111111111111111111411111111111044444 441100140014 014411014014 0 104
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 5
5
KETENAGAKERJAAN
DAN
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
KESEJAHTERAAN
Seiring dengan melambatnya kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan II-2014 ini kondisi ketenagakerjaan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari hasil liaison dan Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada triwulan laporan relative stabil. Namun demikian, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja khususnya pada sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran walaupun tidak terlalu besar. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti peningkatan daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel yang juga mengalami penurunan, serta adanya peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dan peningkatan garis kemiskinan.
1.
KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, jumlah penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan relatif stabil, hal ini dikonfirmasi
oleh sebagian besar contact liaison yang menyatakan bahwa contact tidak
menambah maupun mengurangi jumlah tenaga kerja. Sementara dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, indeks ketersediaan lapangan kerja yang merupakan persepsi masyarkat terhadap kondisi saat ini dibandingkan periode sebelumnya, mengalami penurunan dari 132,5 pada triwulan I-2014 menjadi 116,7 pada triwulan II-2014 (Grafik 5.2) Namun indeks tersebut masih berada di atas angka 100 yang artinya masyarakat masih optimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan di Kalimantan Selatan. Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II-2014 mengindikasikan kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja pada dunia usaha di Kalimantan Selatan, dimana tercermin dari angka saldo bersih tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja triwulan II2014 sebesar 8,06, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,50 (Grafik 5.1). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha, seiring meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan hotel dan restoran, khususnya menjelang bulan Ramadhan dan musim liburan sekolah. Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2014, dua dari tiga sektor utama (sektor pertanian dan sektor PHR) di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja, kecuali Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
53
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
sektor pertambangan yang menurun, seiring belum meningkatnya permintaan dan harga komoditas batubara yang mendorong pelaku usaha untuk tidak melakukan penambahan tenaga kerja. Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik 5.1 Saldo Bersih tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (Kalimantan)
2.
KPw BI Wilayah II
Sumber: Survei Konsumen
KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
KESEJAHTERAAN
Selama triwulan II-2014, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan mengalami penurunan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan laporan di bawah ini.
2.1. Daya Beli Masyarakat Bedasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan), Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan II-2014 sebesar 147,1 atau menunjukkan penurunan dari triwulan I-2014 yang mencapai 152,1. Hal ini juga tercermin dari nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan yang dirilis oleh BPS untuk triwulan II-2014 sebesar 107,86 atau menurun dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tercatat 111,47. Penurunan ini sejalan dengan turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainnya. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III-2014 menunjukkan masih berada
pada level yang optimis dan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu dari 147,1 menjadi 152,9.
54
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
Bab 5
Grafik 5.3 Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Sumber: Survei Konsumen
KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 5.4 Upah Riil di Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
2.2. Nilai Tukar Petani NTP adalah suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi untuk rumah tangganya dan untuk keperluan memproduksi produk pertanian. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang berkerja di sektor pertanian. Pada triwulan II-2014, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 99,89, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,12. Penurunan NTP pada triwulan laporan didorong oleh penurunan indeks harga yang diterima petani lebih besar daripada penurunan indeks harga yang dibayar petani. Dilihat dari sub sektornya, hampir seluruh subsektor mengalami penurunan NTP, dimana penurunan terbesar terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan, yaitu dari 97,8 menjadi 93,87 atau turun 4,02% jika dibandingkan triwulan lalu (qtq). Sementara itu, hanya subsektor peternakan yang mengalami kenaikan NTP, yaitu dari 108,97 menjadi 109,27. Namun, mengingat penurunan di 4 subsektor lainnya yang jauh lebih dalam dibandingkan kenaikan NTP di subsektor perkebunan, mengakibatkan NTP di Kalimantan Selatan mengalami penurunan sebesar 1,3% (qtq) atau 6,07% (yoy). Jika di bandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan ranking yang cukup besar, dimana saat ini berada pada urutan ke-24 sementara pada triwulan sebelumnya berada pada urutan ke-14. Sementara jika dibandingkan dengan propinsi lainnya di Kalimantan, NTP Kalimantan Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Tengah dengan NTP 101,23, kemudian Kalimantan Timur di urutan 3 dengan NTP 99,77 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP 97,05.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
55
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Grafik 5.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Tabel 5.1 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) Sektor, Kelompok dan Subkelompok Tanaman Pangan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Padi b. Palawija Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Hortikultura Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Sayur-sayuran b. Buah-buahan c. Tanaman Obat Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Tanaman Perkebunan Rakyat Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Tanaman Perkebunan Rakyat Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Peternakan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Ternak Besar b. Ternak Kecil c. Unggas d. Hasil Ternak Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Perikanan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Penangkapan Ikan b. Budidaya Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Gabungan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM
II
2012 III
IV
I
II
2013 III
IV
I
2014 II
Perubahan (%) qtq yoy
107,37 146,39 146,64 145,09 136,33 138,50 127,90
106,66 147,27 147,17 147,78 138,07 140,48 128,70
106,61 147,91 147,82 148,37 139,52 141,84 130,48
105,46 149,95 149,90 150,21 142,20 145,08 130,97
105,49 150,01 149,35 153,31 142,20 145,01 131,24
102,61 149,99 149,35 153,20 146,17 149,73 132,28
96,56 102,30 102,11 103,88 105,94 106,43 104,58
98,97 105,80 106,08 103,35 106,90 107,41 105,48
98,76 107,66 108,13 103,57 109,01 109,83 106,72
-0,21% 1,76% 1,93% 0,21% 1,97% 2,25% 1,18%
-6,38% -28,23% -27,60% -32,44% -23,34% -24,26% -18,68%
128,53 173,53 200,85 166,71
128,84 176,07 203,09 169,33
126,04 173,76 204,89 166,00
123,64 173,88 211,18 164,58
125,26 176,17 215,73 166,30
123,18 178,12 221,44 167,32
100,79 106,37 117,41 102,82
100,94 107,60 117,61 104,52
-2,06% 0,21% 0,85% -0,04%
-21,08% -38,79% -45,02% -37,17%
135,01 137,05 124,36
136,65 139,02 124,31
137,87 140,34 124,95
140,63 143,53 125,48
140,64 143,48 125,81
144,59 148,05 126,56
104,02 105,54 103,04
106,60 107,20 103,63
98,86 107,83 118,61 104,48 103,54 109,07 109,99 104,53
2,32% 2,60% 0,87%
-22,45% -23,34% -16,91%
93,66 124,59 124,59 133,02 137,61 120,52
94,28 127,12 127,12 134,83 139,83 121,21
95,34 129,41 129,41 135,74 140,89 121,70
95,71 132,20 132,20 138,13 144,08 121,89
93,07 128,53 128,53 138,10 143,95 122,17
90,70 128,95 128,95 142,17 148,81 124,04
98,92 104,71 104,71 105,86 106,47 103,40
97,80 104,43 104,43 106,77 107,51 103,76
93,87 102,22 102,22 108,90 109,85 105,02
-4,02% -2,12% -2,12% 1,99% 2,18% 1,21%
0,86% -20,47% -15,27% -20,46% -27,04% -14,04%
104,13 132,56 122,18 133,21 138,34 147,17 127,30 138,13 106,93
104,58 134,44 123,07 134,41 140,99 150,36 128,55 140,02 106,98
104,90 135,77 125,76 136,97 141,21 149,93 129,42 141,24 107,19
104,11 136,98 126,84 137,36 142,86 151,06 131,58 144,47 107,31
104,75 137,57 126,69 138,35 146,29 149,99 131,34 144,02 107,47
105,52 142,27 129,03 140,62 150,55 160,35 134,83 149,05 108,07
108,93 113,54 119,53 110,37 113,04 109,76 104,23 106,56 101,62
108,97 114,35 118,50 111,17 113,06 113,05 104,93 107,57 101,98
109,27 116,33 120,67 111,91 115,51 114,39 106,46 109,96 102,54
0,28% 1,73% 1,83% 0,67% 2,17% 1,19% 1,46% 2,22% 0,55%
4,32% -15,44% -4,75% -19,11% -21,04% -23,73% -18,94% -23,65% -4,59%
86,68 110,12 106,28 119,31 127,04 134,81 111,15
86,51 111,27 106,95 121,60 128,63 137,18 111,13
88,17 113,89 109,90 123,44 129,17 138,01 111,08
87,99 115,57 111,62 125,01 131,34 141,00 111,57
88,68 116,15 112,37 125,17 130,98 140,49 111,52
89,39 120,09 116,76 128,05 134,35 145,34 111,83
107,80 115,75 116,72 113,18 107,37 109,52 103,54
108,58 117,56 119,10 113,46 108,27 110,55 104,18
108,09 118,70 119,59 116,35 109,81 112,77 104,54
-0,45% 0,97% 0,41% 2,55% 1,42% 2,01% 0,35%
21,89% 2,20% 6,43% -7,05% -16,16% -19,73% -6,26%
107,78 144,51 134,08 137,78 123,01
107,57 146,02 135,75 139,81 123,50
107,00 146,55 136,96 141,07 124,62
106,23 148,21 139,53 144,27 125,05
106,34 148,32 139,48 144,13 125,28
104,26 149,47 143,36 148,88 126,29
100,44 106,19 105,72 106,65 103,56
101,21 107,92 106,63 107,67 104,18
99,89 108,54 108,66 110,11 105,21
-1,30% 0,57% 1,90% 2,27% 0,99%
-6,07% -26,82% -22,10% -23,60% -16,02%
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
56
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
2.3. Tingkat Kemiskinan Angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukan trend penurunan baik dari jumlah maupun prosentase penduduk miskin. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada bulan Maret 2014 mencapai 182.876 orang atau 4,68% dari total penduduk Kalsel. Jumlah tersebut menurun 1.423 orang atau sebesar 0,77% dibandingkan data September 2013. Dilihat dari lokasinya, penurunan kemiskinan ini terjadi di daerah pedesaan. Penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2014 tercatat 120.367 orang, atau menurun 2.626 orang (2,14%) dibandingkan dengan bulan September 2013. Sebaliknya, di perkotaan, penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar 62.509 orang, atau mengalami peningkatan dari bulan September 2013 sebesar 1.203 orang (1,66%). Sementara itu sebagai acuan dasar dari menentukan tingkat kemiskinan atau dikenal dengan Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan meningkat sebesar 2,72% dari Rp300.329 per kapita/bulan pada posisi September 2013 menjadi Rp308.512 per kapita/bulan di bulan Maret 2014. Kenaikan ini tampaknya didorong oleh cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainnya. Peningkatan garis kemiskinan terjadi baik pada komponen makanan dan komponen bukan makanan. Kontribusi garis kemiskinan dari komponen makanan pada Maret 2014 sebesar 71,71%, sedikit mengalami penurunan dibandingkan posisi September 2013 sebesar 71,81%. Walaupun secara umum angka kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang menurun, namun terdapat kecenderungan kesenjangan antar penduduk miskin semakin melebar. Hal tersebut dicerminkan oleh peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 0,61 pada September 2013 menjadi 0,63 pada Maret 2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami sedikit peningkatan dari 0,11 menjadi 0,14 pada Maret 2014. Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah Distribusi Pendapatan yang merupakan suatu gambaran tentang pemerataan maupun ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilihat dari angka Gini Ratio. Pada periode September 2013 sampai dengan Maret 2014 ketimpangan distribusi pendapatan masih dalam kategori ketimpangan sedang, walaupun terjadi kenaikan angka Gini Ratio dimana pada September 2013 sebesar 0,3555 menjadi 0,3594 pada bulan Maret 2014. Jika dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional yang pada Maret 2014 mencapai 11,25%, tingkat kemiskinan di Kalsel masih jauh lebih baik. Hal yang sama juga terjadi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya wilayah Kalimantan, dimana persentase penduduk miskin di Kalsel berada paling rendah diantara provinsi lain, yaitu Kalteng (6,03%), Kaltim (6,42%) dan Kalbar (8,54%).
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
57
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 5.2 Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan
Waktu
Garis Kemiskinan
Prov. Kalimantan Selatan Tingkat Tingkat Jumlah Persentase Kedalaman Keparahan Penduduk Penduduk Kemiskinan Kemiskinan Miskin Miskin (P0) (P1) (P2) 385.300 13,05 2,53 0,71 357.442 11,92 1,58 0,43 259.800 8,51 1,11 0,23 258.960 8,16 1,22 0,28 231.000 7,19 1,04 0,24 235.700 7,23 1,09 0,25 278.451 8,32 1,28 0,32 233.500 7,01 0,81 0,16 218.898 6,48 1,03 0,27 175.977 5,12 0,73 0,17 181.963 5,21 0,69 0,18 194.623 5,29 0,81 0.20 198.611 5,35 0,81 0,20
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Maret 2011 September 2011
74.441 86.515 98.596 114.151 121.879 128.598 147.915 161.514 180.263 195.787 210.850 238.535 249.487
Maret 2012
262.459
189.875
5,06
0,65
0,13
September 2012 Maret 2013
269.714 283.515
189.214 181.739
5,01 4,77
0,76 0,53
0,17 0,11
September 2013
300.329
184.299
4,76
0,61
0,11
Maret 2014
308.512
182.876
4,68
0,63
0,14
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
58
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
Bab 6
Prospek Ekonomi
BAB VI PROSPEK EKONOMI
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
81
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 6
6
Prospek Ekonomi
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan III 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan masih melanjutkan tren melambat. Sementara itu, laju inflasi diproyeksi cenderung mereda bila dibandingkan dengan triwulan laporan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan III 2014 diprakirakan berada pada kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 diperkirakan berada di bawah perkiraan sebelumnya atau berada pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy). Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir triwulan III-2014 cenderung turun dengan perkirakan berada pada kisaran 4,4% - 4,8% (yoy).
1.
PRAKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha 40
Realisasi Kegiatan Usaha
Ekspektasi Kegiatan Usaha (rhs)
40
30
30
20
20
10
10
0
0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-10
2010
2011
2012
2013
2014
-10
-20
-20
-30
-30
Sumber: SKDU - KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan akan sesuai dengan pola historisnya kembali melambat pada triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perekonomian ke depan diperkirakan masih memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013 terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki pertumbuhan yang baik Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
61
Bab 6 – Prospek Ekonomi
meskipun oleh beberapa lembaga keuangan internasional diperkirakan akan mengalami perlambatan. Kondisi ini juga tercermin dari penurunan ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan. Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalsel. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit listrik dan smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya di bidang pertambangan. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh penurunan permintaan Tiongkok. Selain itu terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menurunkan kinerja pertambangan batubara, seperti : a.
kekhawatiran terhadap larangan impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Tiongkok. Sebagian kalangan memperkirakan larangan ini akan diberlakukan pada awal tahun depan.
b. rencana menaikkan pajak impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Korea Selatan juga menjadi isu penarik kinerja ekspor batubara Kalimantan. Ekspor ke pasar Korsel sejak awal tahun cenderung konstan menunggu kepastian pemberlakuan kebijakan tersebut. c.
Dikeluarkannya ketentuan mengenai perijinan ekspor batubara oleh Kementerian ESDM
Sementara itu, perlambatan di sektor industri pengolahan lebih disebabkan karena penurunan permintaan luar negeri terhadap komoditas CPO. Pelemahan permintaan CPO asal Indonesia dari pasar internasional merupakan imbas kenaikan Bea keluar (BK) CPO yang ditetapkan Kementerian Perdagangan RI dari yang sebelumnya sebesar 10,5% menjadi 13,5%. Sedangkan, BK CPO Malaysia hanya sebesar 5,5%. Hal ini membuat importir lebih memilih CPO asal Malaysia yang harganya jauh lebih rendah. Naiknya harga BK CPO sebesar 13,5% yang ditetapkan Kementrian Perdagangan (Kemendag) terhitung sejak tanggal 1 April 2014. Penurunan permintaan diperkirakan juga terjadi karena adanya penurunan harga seiring dengan berlangsungnya masa panen kedelai, rapeseed dan bunga matahari yang digunakan sebagai bahan baku minyak nabati. Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 yang pada awal tahun diperkirakan tumbuh sebesar 5,2%-5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah berada pada kisaran 4,8%-5,2%. Dengan demikian, perekonomian Kalsel diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 5,18% (yoy).
2.
PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 diperkirakan mereda seiring hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (base effect), yaitu pada kisaran 4,44,8% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 6,8% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada kelompok administered price
62 Kaji an Eko nom
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
Bab 6
Prospek Ekonomi
dan kelompok volatile food dengan kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan di wilayah Kalimantan Selatan. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan berlalunya perayaan keagamaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pelaksanaan pemilihan presiden di triwulan II2014. Kembali normalnya permintaan masyarakat pada triwulan III-2014 akan mendorong koreksi berbagai harga komoditas dan tarif yang terdapat di kelompok volatile food seperti daging ayam ras, telur ayam ras dan beras, serta kelompok administered price seperti tarif angkutan udara dan tarif angkutan laut yang pada periode sebelumnya mengalami peningkatan. Sejalan dengan sisi permintaan, dari sisi pasokan/supply juga berpotensi untuk menurunkan tekanan inflasi. Masuknya panen raya beras lokal Kalimantan (Siam dan Unus) yang diperkirakan mulai bulan Agustus 2014 akan meningkatkan pasokan beras lokal sehingga akan diperkirakan akan terjadi koreksi harga beras. Namun demikian, dengan adanya kebijakan pemerintah terkait peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) serta kebijakan pemerintah terkait pembatasan BBM bersubsidi yang akan menahan penurunan tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014. Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi pada triwulan III-2014 mengalami penurunan. Hal ini terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, menunjukkan bahwa pada awal triwulan II-2014 mengalami penurunan. Namun, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi kembali meningkat pada triwulan IV-2014 seperti yang terlihat pada hasil survei konsumen pada akhir triwulan II-2014. Grafik 6.3 Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang 200.000
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri) Inflasi IHK aktual (sk. Kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)
Indeks
% yoy
10.00
9.00
180.000
8.00
160.000
7.00 140.000 6.00
120.000
5.00
100.000 80.000
4.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011
2012
2013
3.00
2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Ke depan, tekanan inflasi Kalsel sepanjang tahun 2014 diperkirakan berada dalam kisaran 4,5% - 5,5%. Masih relatif tingginya inflasi Kalsel tersebut terutama bersumber dari kelompok bahan makanan dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Selain itu, hal yang perlu diwaspadai terkait adanya sejumlah faktor risiko yang berpotensi mendorong inflasi tahun 2014 lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) risiko dari
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
63
Bab 6 – Prospek Ekonomi
kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi untuk mengamankan kuota dalam APBNP 2014 sebesar 46 juta Kilo Liter yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, 2) risiko dampak second round akibat kebijakan pembatasan penjualan BBM besubsidi terkait kenaikan tarif angkutan orang dan angkutan barang yang pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi, dan 3) masih adanya risiko el nino yang dapat mengakibatkan kondisi cuaca yang sulit diprediksi dan dapat berisiko untuk mengeser masa tanam/panen komoditas bahan pangan strategis.
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy) 2011
2012
I
II
2013 III
2013
IV
Pertumbuhan 6,12 5,73 5,57 5,05 4,77 5,40 PDRB, % yoy Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
I
5,18
5,50
2014 II
2014* III*
4,89
4,6-5,0
2014 II
III*
4,8
5,2
Inflasi
IHK, %yoy
2011
2012
3,98
5,96
I
2013 II
III
5,25
4,74
7,09
2013 6,98
I 4,89
6,8
4,4
4,8
2014* 4,5
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
64 Kaji an Eko nom
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II
2014
5,5
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
DAFTAR ISTILAH Administered price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi
Sumbangan perkembangan harga suatu terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi
Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Perimbangan
komoditas/kelompok
barang/kota
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Imported inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Investasi
Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Inflasi inti
Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas
Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm
Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya
Omzet
Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk
Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq
Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Saldo Bersih
Selisih
SBT
Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya. Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sektor ekonomi dominan
antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
Volatile food
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy
Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB Mokhammad Dadi Aryadi Maurids H. Damanik
KOORDINATOR PENYUSUN Triatmo Doriyanto
TIM PENULIS Agus Hartanto, Andika Surya Akbar, Daniel Agus Prasetyo , One Yusril Fikar, dan Rubiyanto
KONTRIBUTOR Tim Statistik, Survei dan Liaison Tim Akses Keuangan dan UMKM Tim Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin No. Telp. (0511) 4368182 ext. 8236 No. Fax.(0511) 3354678 Email :
[email protected]
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan