KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 732033
Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang. Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, PT. Angkasa Pura II (Persero), Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.
Pontianak,
Mei 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Hilman Tisnawan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
i
Halaman ini sengaja dikosongkan
ii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GRAFIK
viii
RINGKASAN UMUM
1
Perkembangan Perekonomian Daerah
1
Perkembangan Inflasi Daerah
1
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan
2
Perkembangan Keuangan Pemerintah
3
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
3
Prospek Perekonomian Daerah
4
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
7
1.1 Kajian Umum
7
1.2 PDRB Menurut Penggunaan
7
1.3.1 Konsumsi
8
1.3.2 Investasi
9
1.3.3 Ekspor - Impor
10
1.3 PDRB Sektoral
12
1.3.1 Sektor Pertanian
13
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
15
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi
16
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan
16
1.3.5 Sektor Lainnya
18
BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT
20
II.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
23
2.1.
Gambaran Umum
23
2.2.
Inflasi Triwulanan
24
2.2.1.
Kelompok Bahan Makanan
25
2.2.2.
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
27
2.2.3.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
28
2.3.
Inflasi Tahunan
30
2.4.
Disagregasi Inflasi
30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
iii
2.4.1.
Faktor Fundamental
31
2.4.2.
Faktor Non Fundamental
33
III.
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
35
3.1
Perkembangan Indikator Umum Perbankan
35
3.2
Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
35
3.3
Penyaluran Kredit Sektor Produktif
37
3.4
Penyaluran Kredit Rumah Tangga
41
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
43
3.6
44
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS
45
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring
46
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA)
46
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang
47
3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI
47
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar
49
3.6.4.3 Pemusnahan
52
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu
53
IV.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH
55
4.1.
Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
56
4.2.
Realisasi Belanja Daerah
58
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
61
5.1
Ketenagakerjaan
61
5.2
Kesejahteraan
63
V.
5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP)
63
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014
64
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan
66
VI.
iv
Perkembangan Sistem Pembayaran
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
68
6.1
Prospek Perekonomian Daerah
69
6.2
Perkiraan Inflasi Daerah
71
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR ISTILAH
xv
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
v
DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) ........................................... 7 Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun) .............................. 9 Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ............. 10 Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) ......................................... 12 Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ..................................................................... 12 Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) ............................................................. 13 Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) ................................... 31 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) .................. 35 Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ........................................................................................... 37 Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .......................................................................... 39 Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ............. 40 Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar).................................... 41 Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ................................................................................................ 42 Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ............................................... 45 Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ......................................................................................... 46 Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 50 Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ............................................................................................ 51 Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat............................................................ 53 Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar) ............. 55 Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar) ................... 57 Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ........................................... 61 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ................................................................................... 65 Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ............................................ 67
vi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Halaman ini sengaja dikosongkan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
vii
DAFTAR GRAFIK Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat .............................................................................. 7 Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Konsumsi Rumah Tangga................................. 8
Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan ...................... 8 Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat .................................................................... 9 Grafik 1. 5 Ekspor Karet ........................................................................................................ 11 Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit...................................................................................................... 11 Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ............................................................... 11 Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ........................................................................ 13 Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ....................................................................... 13 Grafik 1. 10 Luas Panen Padi ................................................................................................. 14 Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ..................................................................... 14 Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)................................................................... 15 Grafik 1. 13 Volume Petikemas .............................................................................................. 15 Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ................................................ 16 Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang .................................................................... 16 Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat ......................................................................... 17 Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat .......................................................................... 17 Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO ..................................................................... 17 Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ............................................................... 18 Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat ..................................................................... 18 Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat ................................................................... 18 Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame .................................................................... 19 Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ..................................................... 23 Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional .................................................. 23 Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ...................................................... 23 Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 24 Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan ............................................................................................................ 25 Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ...... 26 Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi...................................................................................................... 27 Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang .......... 28 Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Transpor ............................................................................................................. 29 viii
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang ................ 29 Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)........................................................... 31 Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat .................................................................................................................. 32 Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat ........................................................................... 32 Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ......................................................... 33 Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ............................................ 33 Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ............................................................ 33 Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi ............................................................ 33 Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu ........................................................................................ 34 Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan ............................................................................................ 34 Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak....................................... 34 Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak34 Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) .............. 36 Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ................ 36 Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ................................. 36 Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ............... 37 Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ...................... 38 Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat .................................. 38 Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ...... 39 Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ......................... 40 Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat ...................................... 42 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ......... 42 Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ................................................... 43 Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) ................................................................................................................. 43 Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ..................................................... 44 Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil .................................. 48 Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ........................................... 49 Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ........................................ 51 Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow........................................... 53 Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014 ................................................. 55 Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56 Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar) ................................................................ 56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
ix
Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)............................................... 57 Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ............................................................... 58 Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) .............................................................. 58 Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ................................................................ 59 Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa) ................... 62 Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor ................. 62 Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat................................................................................. 64 Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ............................................................ 64 Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ....................................... 69 Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat......................................................... 69 Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ........................................................ 70 Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen .......................................................... 71 Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global ................................................................ 72
x
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
RINGKASAN UMUM Perkembangan Perekonomian Daerah Pada triwulan I 2014, perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69% (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang tercatat mencapai 6,37% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan nasional yang berada pada level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan berturut-turut selalu berada di atas pertumbuhan nasional. Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh sisi eksternal dimana kinerja ekspor melambat sementara impor tumbuh rlatif signifikan. Di sisi lain, permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada periode laporan. Di sisi sektoral kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,69%(yoy). Perlambatan terutama terjadi pada sektor pertanian, yang dipengaruhi oleh perlambatan kinerja subsektor tabama dan perkebunan karet, serta kontraksi pada sektor pertambangan seiring dengan diimplementasikannya Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait ekspor barang tambang mineral mentah. Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB.
Perkembangan Inflasi Daerah Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi triwulanan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari 1,05% (qtq) menjadi 2,17% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan Makanan, seiring pasokan yang relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin dari andil Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1
kelompok Bahan Makanan yang pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan harga subkelompok komoditas Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Di sisi lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014.
Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan. Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami 2
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).
Perkembangan Keuangan Pemerintah Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%. Berdasarkan komponennya, kenaikan realisasi pendapatan pada triwulan I 2014 terutama didorong oleh peningkatan realiasasi Dana Perimbangan. Tercatat realisasi Dana Perimbangan pada triwulan I 2014 mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami kenaikan realisasi pada triwulan I 2014, masing-masing mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 relatif lebih baik dari periode sebelumnya. Tercatat rasio penyerapan anggaran provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,92% dari target anggaran belanja 2014. Rasio tersebut relatif meningkat dibanding triwulan I 2013 yang mencapai 8,47.
Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari 2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
3
orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari 2012 sebesar 3,09%. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq) dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99.
Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan mengalami akselerasi jika dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 4,69% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4 5,6% (yoy). Akselerasi diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis pada triwulan mendatang. Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh konsumsi, baik konsumsi swasta maupun konsumsi pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan meningkat seiring dengan periode liburan sekolah pada akhir triwulan II 2014. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih belum optimal. Dari sisi sektoral, sektor yang diperkirakan mendorong akselerasi perekonomian di triwulan II 2014 adalah sektor angkutan dan jasa seiring dengan pelaksanaan Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif. Inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh hasil Survei Konsumen pada triwulan I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang berada di level yang relatif tinggi. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% dan musim liburan sekolah. Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan 4
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
pemilu yang relatif minimal, tren penurunan harga komoditas global dan nilai tukar Rupiah berada di level yang relatif stabil pada kisaran Rp11.000 per USD. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional. (4) Kondisi cuaca pada 2014 diperkirakan cenderung stabil, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi masih relatif lebar. (2) Nilai tukar masih berpotensi mengalami fluktuasi sehingga memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
5
2012
Indikator
Tw I
Tw II
2013 Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
2014 Tw I
Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)
6.67
5.43
5.87
5.29
4.48
6.73
6.70
6.37
Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) :
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,091
- Pertanian
2,299
1,776
2,037
2,117
2,364
1,978
2,210
2,281
2,466
146
146
152
162
153
153
159
169
152
1,302
1,313
1,387
1,399
1,351
1,384
1,435
1,463
1,395
- Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan, Hotel & Restoran
4.69
35
36
36
37
37
37
38
39
38
701
730
784
857
768
770
802
911
826
1,750
1,794
1,846
1,871
1,816
1,879
1,985
1,974
1,919
- Pengangkutan & Komunikasi
783
823
841
870
825
877
909
941
870
- Keuangan, Persewaan & Jasa
463
481
489
498
487
520
524
523
501
- Jasa
834
1,016
1,046
1,152
882
1,063
1,136
1,233
924
Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Perubahan Stok - Ekspor - Impor
8,311 4,401 78 941 2,300 348 2,581 2,337
8,115 4,427 79 979 2,346 (44) 2,651 2,324
8,618 4,552 83 1,047 2,436 453 2,577 2,530
8,963 4,615 85 1,238 2,465 445 2,697 2,583
8,684 4,676 81 1,013 2,357 213 2,645 2,301
8,661 4,715 85 1,073 2,392 (17) 2,723 2,310
9,196 4,813 88 1,163 2,491 476 2,710 2,545
9,534 4,893 90 1,303 2,655 350 2,861 2,619
9,091 4,988 101 1,119 2,590 236 2,695 2,638
Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton)
336 3,313
365 2,724
261 2,156
346 4,381
326 3,340
339 4,356
346 4,910
351 4,218
210 750
44 32
88 58
80 47
123 65
63 54
47 58
81 83
50 91
74 134
Indeks Harga Konsumen - Kota Pontianak - Kota Singkawang
97.54 98.96 99.13 100.1062
101.32 100.30
101.84 100.67
103.98 103.26
105.99 103.92
110.48 106.46
111.74 107.31
113.94 110.67
Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Kota Pontianak - Kota Singkawang
5.72 6.34
6.83 7.77
5.82 3.90
6.75 4.21
6.61 4.17
7.10 3.81
9.05 6.14
9.71 6.59
9.58 7.17
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) - Tabungan - Giro - Deposito
28,856 15,709 5,663 7,485
30,352 16,669 6,345 7,337
31,060 17,492 6,206 7,362
32,000 19,824 4,628 7,548
32,407 18,676 5,970 7,761
33,509 18,465 6,780 8,264
34,720 19,438 6,688 8,595
36,273 22,004 4,873 9,396
36,407 20,213 6,368 9,826
Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
19,217 6,704 4,221 8,292
21,071 7,620 4,536 8,915
21,918 7,699 4,646 9,572
23,826 8,811 4,993 10,022
24,757 8,569 5,791 10,397
26,390 9,369 6,076 10,945
27,452 9,501 6,471 11,480
28,923 10,135 7,034 11,753
28,108 9,969 6,180 11,959
Kredit UMKM (Rp Miliar) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi
6,108 4,106 1,970 32
6,629 4,595 2,001 34
6,759 4,861 1,870 28
7,368 5,380 1,961 28
7,649 5,609 2,018 22
8,696 6,141 2,538 17
9,011 6,365 2,634 13
9,624 6,763 2,851 10
10,039 6,910 3,128 1
Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gross (%)
69.42 0.98
72.23 0.96
73.48 0.94
77.30 0.80
79.49 1.44
82.34 1.45
82.84 1.47
83.55 1.12
84.33 1.24
897 790
1,142 918
1,160 987
1,399 1,180
1,093 965
1,175 972
1,167 886
1,197 938
952 956
141 4,227
188 4,937
157 5,383
139 3,859
142 3,982
160 4,018
183 4,412
170 3,944
Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton)
Perbankan
Sistem Pembayaran Transaksi RTGS - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar)
6
122 3,745
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH
I. 1.1 Kajian Umum Nilai g Kalbar (yoy)
12000
g Nasional (yoy)
10000
8
Pada
7
Kalimantan Barat tercatat tumbuh 4,69%
6
(yoy),
5
6000
4
4000 2000
0 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
I
lebih
2014, lambat
perekonomian dibandingkan
pertumbuhan di triwulan IV 2013 yang %
Miliar Rp
8000
triwulan
3
tercatat
2
Pertumbuhan
1
bahkan tercatat lebih rendah dibandingkan
0
pertumbuhan nasional yang berada pada
Q1
mencapai Kalimantan
6,37%
(yoy).
Barat
tersebut
level 5,21% (yoy), setelah tiga triwulan 2012
2013
2014
berturut-turut
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
selalu
berada
di
atas
pertumbuhan nasional. Pada sisi permintaan,
Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat
pertumbuhan didorong oleh pertumbuhan
permintaan domestik, sementara perlambatan terutama dipengaruhi dari sisi eksternal. Di sisi sektoral, pertumbuhan semua sektor tercatat mengalami perlambatan, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan sektor konstruksi/bangunan.
1.2 PDRB Menurut Penggunaan Tabel 1. 1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (Miliar Rp) Jenis Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga
2012 Q1
Q2
Q3
4,401
4,427
4,552
78
79
941 2,300
Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah PMTB
2013 Q4
2014
Q1
Q2
Q3
Q4
4,615
4,676
4,715
4,813
4,893
Q1 4,988
83
85
81
85
88
90
101
979
1,047
1,238
1,013
1,073
1,163
1,303
1,119
2,346
2,436
2,465
2,357
2,392
2,491
2,655
2,590
Perubahan Stok
348
(44)
453
445
213
(17)
476
350
236
Diskrepansi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ekspor
2,581
2,651
2,577
2,697
2,645
2,723
2,710
2,861
2,695
Dikurangi Impor
2,337
2,324
2,530
2,583
2,301
2,310
2,545
2,619
2,638
PDRB
8,311
8,115
8,618
8,963
8,684
8,661
9,196
9,534
9,091
Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat
Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 96,78% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Investasi juga menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi. Sementara itu, perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan kinerja, dimana ekspor mengalami perlambatan namun impor menunjukkan akselerasi yang relatif tinggi. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
7
1.3.1 Konsumsi Pada triwulan I 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 6,66% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,04% (yoy). Konsumsi pemerintah juga mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi mencapai 10,51% (yoy) dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh hanya 5,22% (yoy). Terjaganya konsumsi rumah tangga secara keseluruhan di Kalimantan Barat pada periode laporan antara lain didorong oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP), kenaikan gaji PNS sebesar 6% serta adanya pembayaran kompensasi guru. Peningkatan konsumsi masyarakat juga meningkat seiring dengan perayaan hari Raya Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur (Ceng Beng). Selain itu, konsumsi rumah tangga juga didorong oleh pelaksanaan masa kampanye Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif. Peningkatan konsumsi masyarakat diindikasikan oleh peningkatan Indeks Keyakinan Ekonomi (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masing-masing menjadi 135,78 dan 131,89 pada triwulan laporan dari 133,58 dan 122,83 pada triwulan IV 2013. Selain itu, indeks pembelian barang konsumsi tahan lama juga menunjukkan peningkatan menjadi 137,17 dari 119,50 pada triwulan sebelumnya. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga ditunjukkan oleh peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan menjadi 110,83 pada triwulan I 2014 dari 105,18 pada tahun sebelumnya. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada konsumsi bahan makanan, makan jadi serta transportasi dan komunikasi. Data BPS Provinsi Kalimantan Barat juga menunjukkan indeks tendensi konsumen (ITK) Kalimantan Barat meningkat menjadi 114,80 pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya 111,47 dan tahun sebelumnya 107,69. Sementara itu, tingginya konsumsi pemerintah didorong oleh penyerapan anggaran pemerintah pusat di daerah untuk rangkaian pelaksanaan Pemilu Calon Anggota Legislatif serta pembangunan infrastruktur. 112
155.00
110 108
145.00
106
135.00
104
125.00
102
115.00
100 98
105.00
Konsumsi Rumah Tangga
96
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1 2014
Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga
8
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks Harga Yang Dibayar Petani
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
95.00
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Q1 2014
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan dan Bukan Makanan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1.3.2 Investasi Investasi di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan kinerja yang meningkat, sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tercatat sebesar 9,87% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,71% (yoy), maupun tahun sebelumnya yang tumbuh 2,51% (yoy). Peningkatan investasi tercermin dari data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat, dimana pada triwulan I 2014 terealisasi investasi sebesar Rp4,20 Triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,65 Triliun. Peningkatan investasi terutama bersumber dari investasi pada sektor perkebunan, khususnya kelapa sawit. Selain itu, peningkatan investasi juga didorong oleh investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar seiring dengan implementasi Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 terkait pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah. Implementasi ketentuan tersebut mendorong pembangunan pabrik pengolahan/smelter di Kalimantan Barat. Pada triwulan I 2014, tercatat 15 proyek investasi dalam negeri untuk industri logam dengan nilai investasi mencapai Rp1,24 Triliun dan 3 proyek investasi asing dengan nilai investasi mencapai 334,45 juta USD. Tabel 1. 2 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp Triliun)1
2013
Keterangan
Q1 0.85 1.57
PMDN PMA PDKPM TOTAL
2.42
Q2 0.66 0.60 N/A 1.26
Q3 2.51 1.44
Q4 0.07 2.58
2014 Q1 1.35 0.90 1.95
3.95
2.65
4.20
Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat
Keterangan 14,000 12,000 10,000
2010 70,000
Volume Nilai -(Miliar RHS (USD) PMDN Rp)
2012
Membaiknya investasi di Kalimantan Barat juga
1,171.7 1,404.0 2,811.0 60,000 diindikasikan oleh pertumbuhan impor luar negeri 170.4 500.7 397.5
PMA (US$ Juta)
50,000
8,000
40,000
6,000
30,000
4,000
20,000
2,000
10,000
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012
2011
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia Grafik 1. 4 Impor Barang Modal Kalimantan Barat
barang
modal
yang
relatif
lebih
baik
dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi nilai, impor barang modal tercatat sebesar 11,61 ribu USD atau mengalami kontraksi 67,74% (yoy). Meskipun demikian, tingkat kontraksi tersebut tidak
sedalam
triwulan
sebelumnya
dimana
kontraksi mencapai 77,60% (yoy). Sementara itu dari sisi volume, impor barang modal tercatat mencapai 2,81 ton atau mengalami kontraksi
1
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
9
52,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 69,29% (yoy). Impor barang modal Kalimantan Barat tersebut terutama berasal dari negara Tiongkok dan Korea Selatan.
1.3.3 Ekspor - Impor Kinerja ekspor Kalimantan Barat menunjukkan perlambatan, dimana pada triwulan laporan tumbuh 1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 6,08% (yoy) dan triwulan I tahun sebelumnya yang tumbuh 2,49% (yoy). Pada sisi lain, impor Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh cukup signifikan mencapai 14,61% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hanya 1,40% (yoy), dan triwulan I 2013 yang mengalami kontraksi 1,53% (yoy). Net ekspor tercatat mengalami kontraksi hingga mencapai 83,40% (yoy) menjadi hanya sebesar Rp57 Miliar pada triwulan laporan. Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor tercatat sebesar 210,33 juta USD atau mengalami kontraksi 35,45% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat mencapai 750,45 ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 77,88% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas bauksit dan karet sebagai komoditas ekspor utama Kalimantan Barat. Tabel 1. 3 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) Golongan Barang (HS)
2012 Tw I
2013
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
2014
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Karet dan Barang dari Karet (HS40)
167,815
224,422
130,604
144,244
155,725
136,685
124,495
153,081
127,473
Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26)
96,845
74,938
70,221
136,281
104,795
137,937
163,950
137,140
18,880
Kayu, Barang dari Kayu (HS44)
61,682
48,525
45,508
46,019
49,475
45,452
40,500
46,323
39,454
1,647
1,730
2,443
2,239
2,512
2,263
2,784
3,547
3,813
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)
-
6,812
295
-
-
-
3,490
3,490
1,988
Tembakau (HS24)
390
4,913
1,420
2,149
2,769
2,224
2,819
2,678
-
2,998
1,945
1,822
2,717
1,233
2,292
1,582
1,929
2,866
Perabot, penerangan rumah (HS94)
258
771
717
1,003
540
357
490
690
646
Olahan dari Tepung (HS19)
673
356
602
622
523
561
239
476
262
Biji-bijian berminyak (HS12)
805
384
536
698
774
604
615
443
1,026
Total 10 Golongan
333,112
364,796
254,169
335,971
318,347
328,373
340,964
349,800
196,408
Total Ekspor
335,578
370,017
260,695
346,137
325,828
339,475
345,516
351,195
210,328
Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23)
Ikan dan Udang (HS03)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
10
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
250,000
Nominal (ribu USD)
30%
180,000
Nominal (ribu USD)
Growth-RHS (yoy)
20%
160,000
Growth-RHS (yoy)
10%
140,000
200,000 150,000 100,000 50,000 -
0%
120,000
-10%
100,000
-20%
80,000
-30%
60,000
-40%
40,000
-50%
20,000
-60%
2013
100% 50% 0% -50%
-
Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV 2012
150%
-100% Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV
2014
2012
Sumber : Bank Indonesia, diolah
2013
2014
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1. 5 Ekspor Karet
Grafik 1. 6 Ekspor Bauksit
450
Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet
400
mengalami
350
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
300
kontraksi
18,14%
(yoy)
cukup baik 6,13% (yoy). Kontraksi pada ekspor
250
karet
200
tersebut
antara
lain
perlambatan
100
perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara
50
tujuan ekspor utama karet Kalimantan Barat. I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
seiring
oleh
150
0
permintaan
didorong
dengan
Selain itu, kinerja ekspor karet masih dibayangi oleh pelemahan harga karet, dimana pada
2012
2013
2014
Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1. 7 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)
triwulan I 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 243,87 USD Cent/kg. Sementara itu, komoditas ekspor utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu bauksit, pada triwulan laporan mengalami kontraksi nominal ekspor hingga mencapai 81,98% (yoy). Kontraksi tersebut terjadi pasca optimalisasi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pertambangan bauksit pada tahun 2013. Pada periode laporan, dimana ketentuan pelarangan ekspor barang tambang mineral mentah sudah diimplementasikan, ekspor bauksit otomatis sudah tidak dapat dilakukan oleh para pelaku usaha. Namun demikian, pelaku usaha masih diperbolehkan melakukan ekspor sampai
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
11
tanggal 12 Januari 20142, sehingga masih tercatat data ekspor bauksit pada triwulan I 2014 dengan nominal sebesar 18,88 juta USD. Dari sisi impor, peningkatan signifikan impor provinsi Kalimantan Barat diindikasikan oleh impor luar negeri Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan relatif signifikan. Volume impor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat mencapai 133,56 ribu ton atau menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 149,19% (yoy). Dari sisi nominal, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 74,06 juta USD atau tumbuh 18,09% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, kapal serta pupuk. Tabel 1. 4 Volume Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (Ton) 2012
Golongan Barang (HS)
Tw I
2013
2014
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Garam, Belerang, Kapur (HS25)
5,016
12,079
18,603
29,876
28,261
35,622
43,319
49,948
55,903
Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89)
5,583
8,776
8,571
1,498
607
9,046
10,174
10,812
17,424
24
303
48
2
342
492
720
5,629
6,753
8,385
10,704
6,064
12,718
2,206
1,650
3,353
4,845
14,145
-
-
-
-
-
-
5
3,537
1,000
9
237
105
65
136
25
155
2,998
125
Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84)
3,038
10,707
3,026
9,701
3,993
1,990
2,967
2,477
1,846
Biji-bijian berminyak (HS12)
1,527
2,077
2,448
1,494
2,653
1,660
1,115
2,151
1,001
Besi dan Baja (HS72)
2,988
4,842
1,537
3,682
292
2,107
4,626
1,966
2,219
684
493
727
629
8,136
1,680
1,158
1,653
4,463
27,255
50,217
41,130
59,666
46,625
54,272
67,591
86,016
104,878
32,019
60,238
46,700
64,598
53,598
58,111
82,698
91,136
133,562
Bahan kimia anorganik (HS28) Pupuk (HS31) Bahan bakar mineral (HS27) Batu, Semen dan Mika (HS68)
Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23 Total 10 Golongan Barang Total Impor
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.3 PDRB Sektoral Tabel 1. 5 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) 2012
Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Angkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - jasa PDRB
Q1 4.82% 6.47% 6.03% 5.32% 12.07% 6.91% 6.49% 6.96% 8.20% 6.67%
Q2 0.96% 4.48% 2.16% 4.52% 8.64% 6.70% 9.44% 7.35% 9.85% 5.43%
Q3 5.28% 4.73% 3.30% 3.78% 8.94% 6.59% 5.61% 7.29% 6.79% 5.87%
2013 Q4 4.06% 4.99% 1.78% 4.85% 9.72% 6.23% 4.91% 5.50% 7.62% 5.29%
Q1 2.84% 5.33% 3.82% 4.13% 9.57% 3.79% 5.44% 5.28% 5.76% 4.48%
Q2 11.39% 4.92% 5.37% 3.89% 5.42% 4.79% 6.45% 8.18% 4.58% 6.73%
Q3 8.45% 4.32% 3.41% 4.85% 2.31% 7.56% 8.07% 7.17% 8.54% 6.70%
Q4 7.76% 4.28% 4.59% 5.02% 6.39% 5.46% 8.14% 5.02% 7.05% 6.37%
2014 Q1 4.30% -1.09% 3.23% 2.81% 7.58% 5.70% 5.40% 2.78% 4.85% 4.69%
Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat
Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan I 2014 ditandai dengan perlambatan kinerja pada hampir semua sektor, kecuali sektor bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), dibandingkan triwulan sebelumnya. Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sebesar 3,03% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan I
Informasi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat
12
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
sebesar 4,69%(yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 63,58% terhadap total PDRB. Jasa Keuangan
0.49% 0.16%
Angkutan
0.51%
PHR 21.11%
PHR Bangunan LGA
Industri 15.35%
0.67%
Lainnya, 36.08%
Jasa - jasa 10.17%
Bangunan 9.09%
0.01%
Industri
Pertanian 27.12%
0.50%
Pertambangan
Angkutan & Komunikasi 9.57%
1.19%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.51%
LGA 0.42%
-0.02%
Pertanian
Pertambangan 1.67%
1.17%
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 8 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan
Grafik 1. 9 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB
1.3.1 Sektor Pertanian Tabel 1. 6 PDRB Sektor Pertanian (Nominal-Miliar Rp) Sektor
2012
2013
2014
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
PERTANIAN
2,299
1,776
2,037
2,117
2,364
1,978
2,210
2,281
2,466
a. Tanaman Bahan Makanan
1,111
527
750
817
1,110
665
822
922
1,154
b. Tanaman Perkebunan
708
758
784
801
772
814
874
845
818
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
217
222
228
229
216
229
236
240
228
d. Kehutanan
88
92
94
90
88
90
91
89
87
e. Perikanan
173
176
181
180
177
180
187
185
179
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah
Sektor pertanian Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tumbuh sebesar 4,30% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat tumbuh mencapai 7,76% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 2,84% (yoy). Secara umum, kinerja sektor pertanian di Kalimantan Barat didominasi oleh tanaman bahan makanan (tabama), khususnya padi, dan tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit dan karet. Kinerja tabama pada periode laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,90% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan kinerja tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 225,04 ribu Ha, atau mengalami kontraksi sebesar 8,41% (yoy). Kontraksi tersebut disebabkan oleh kondisi cuaca kering sejak awal tahun yang membuat sejumlah lahan di hampir seluruh sentra produksi padi di Kalimantan Barat mengalami kerusakan. Selain permasalahan iklim, serangan hama penggerek dan ulat juga menjadi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
13
penyebab utama rendahnya produktivitas sektor tabama. Perlambatan kinerja tabama juga dipengaruhi oleh rendahnya produktivitas sayuran di Kalimantan Barat akibat kualitas air payau yang berdampak pada kerusakan tanaman. Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS)
300,000 250,000
80%
1,400,000
60%
1,200,000
40% 200,000
-20%
100,000
-40% 50,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
2013
Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah
Q1 2014
Ton
Hektar
0%
gProduksi-RHS (yoy)
30.00%
20.00%
1,000,000
20%
150,000
Produksi
800,000
10.00%
600,000
0.00%
400,000
-60%
200,000
-80%
-
-10.00% -20.00% Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
2013
Q1 2014
Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah
Grafik 1. 10 Luas Panen Padi
Grafik 1. 11 Produksi Tandan Buah Segar Sawit
Sementara itu, kinerja subsektor tanaman perkebunan menunjukkan akselerasi, dimana pada triwulan laporan subsektor tanaman perkebunan tumbuh 5,93% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,53% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit mencapai 961,84 ribu ton, atau tumbuh 18,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya dimana pertumbuhan tercatat negatif. Pengaruh cuaca yang lebih baik pada periode dua tahun sebelumnya berdampak pada membaiknya produktivitas tanaman sawit pada periode laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.724/kg, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.507/kg. Di sisi lain, produktivitas tanaman karet relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan produksi karet dipengaruhi oleh periode wintering atau gugur daun tanaman karet. Dari sisi harga, harga internasional karet juga masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 243,78 USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 267,17 USD cent/kg. Kinerja perkebunan karet pun masih dibayangi perlambatan seiring dengan perkiraan perlambatan perekonomian Tiongkok serta kondisi lahan tanaman karet di Kalimantan Barat yang membutuhkan peremajaan.
14
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pada triwulan I 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 5,70% (yoy) atau menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,46% (yoy) dan triwulan I 2014 yang tumbuh 3,79% (yoy). Berdasarkan subsektornya, peningkatan kinerja terjadi pada seluruh subsektor, baik perdagangan, hotel maupun restoran. Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 5,71% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,52% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume bongkar barang melalui pelabuhan Kota Pontianak sebesar 21,27% (yoy) menjadi sebesar 1,56 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,29 juta ton. Selain itu, peningkatan subsektor perdagangan juga diindikasikan oleh peningkatan volume petikemas yang mengalami akselerasi 29,69% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,28% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dimana terdapat perayaan Imlek, Cap Go Meh dan Sembahyang Kubur. V. Bongkar (ton) V. Impor (ton) Pertumbuhan-RHS (yoy)
1,800,000 1,600,000
60% 50%
1,400,000
Ton 600000
Dlm Negeri
Luar Negeri
500000
40%
1,200,000
400000
1,000,000
30%
800,000
20%
600,000
10%
400,000
0%
200,000 -
-10% Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1 2014
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 12 Volume Bongkar Barang (dalam ton)
300000 200000
100000 0 Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2013
Q1
2014
Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 13 Volume Petikemas
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
15
1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi Orang 10,000
Orang 360,000
350,000
8,000
340,000 6,000
330,000 320,000
4,000
310,000 2,000
300,000 -
290,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
2013
Q4
Q1 2014
Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
2013
Q4
Q1 2014
Sumber: PT. Pelindo II Cab. Pontianak PT. Angkasa Pura II Pontianak
Grafik 1. 14 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara
Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang
Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan tumbuh melambat sebesar 5,40% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 8,14% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang. Sementara itu, mobilitas penumpang, baik yang menggunakan pesawat udara maupun kapal laut, juga menunjukkan kontraksi, dimana jumlah penumpang kedua moda transportasi tersebut yang berangkat dari Kalimantan Barat tercatat sebanyak 315,18 ribu penumpang pada triwulan I 2014, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 326,81 ribu orang.
1.3.4 Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan menunjukkan perlambatan pada triwulan laporan dimana sektor industri pengolahan tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,59% (yoy) dan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,82% (yoy). Perlambatan terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sektor industri pengolahan karet, dimana produksi pada triwulan laporan tercatat mencapai 59,90 ribu ton atau tumbuh 12,43% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 28,25% (yoy). Perlambatan tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai konsumen utama produksi karet olahan Kalimantan Barat. Tren penurunan harga karet yang masih berlangsung juga berdampak pada perlambatan kinerja industri karet di Kalimantan Barat.
16
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Ton 70,000
Volume
gVolume-RHS (yoy)
40%
300,000
Produksi (ton)
gProduksi-RHS (yoy)
250,000
60,000 20%
50,000
30% 20%
200,000 10%
40,000
0%
30,000
150,000 0%
100,000
20,000
-20%
-10%
50,000
10,000 -
-40%
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012
2013
-20% Q1
Q2
2014
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar
Q3
Q4
2013
Q1 2014
Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah
Grafik 1. 16 Produksi Karet Kalimantan Barat
Sementara itu, kinerja sektor industri CPO
Grafik 1. 17 Produksi CPO Kalimantan Barat
menunjukkan akselerasi , dimana pada triwulan I
1200
2014 produksi CPO tercatat tumbuh positif
1000
setelah selama tahun 2013 terus mengalami
800
kontraksi. Pertumbuhan produksi CPO tercatat sebesar 16,34% (yoy) menjadi sebesar 215,91 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 10,41%
USD cent/kg
USD/metric ton
450 400 350 300 250
600
200
400
150 100
CPO Karet (RHS)
200
50
0
0 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
(yoy). Selain didorong oleh peningkatan produksi TBS, meningkatnya permintaan domestik yang didorong oleh komitmen pemerintah dalam mendorong
penggunaan
biodiesel
untuk
2012
2013
2014
Sumber : Bloomberg Grafik 1. 18 Harga Internasional Karet dan CPO
menekan impor minyak juga berdampak positif terhadap kinerja subsektor industri pengolahan CPO. Dari sisi harga, harga CPO internasional menunjukkan peningkatan, dimana pada triwulan laporan harga CPO tercatat sebesar 813,66 USD/metric ton, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 783,16 USD/metric ton. Peningkatan harga CPO internasional antara lain didorong oleh stok minyak nabati yang berkurang akibat cuaca buruk serta stok CPO di Malaysia yang mengalami penurunan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
17
1.3.5 Sektor Lainnya 80%
250,000
60%
200,000
Ton
40%
150,000 20%
100,000
0%
50,000 -
Kredit Konstruksi Pertumbuhan (yoy)
1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
50%
40% 30%
20% 10%
0%
-20%
TW I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2012
2013
60%
%
Volume Pertumbuhan-RHS (yoy)
Miliar Rp
300,000
2012
2014
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1. 19 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat
Grafik 1. 20 Kredit Konstruksi Kalimantan Barat
Kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,58% (yoy) , atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,39% (yoy). Akselerasi tersebut antara lain dipengaruhi oleh perkembangan kinerja investasi di Kalimantan Barat yang menunjukkan peningkatan. Kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan antara lain diindikasikan oleh realisasi pengadaan semen di Kalimantan Barat yang tercatat mencapai 254,94 ribu ton atau mengalami kontraksi 0,43% (yoy), tidak sedalam kontraksi di triwulan sebelumnya yang mencapai 6,15% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit konstruksi juga menunjukkan akselerasi sebesar 29,83% (yoy) pada triwulan laporan mencapai Rp835 Miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,30% (yoy).
Pada triwulan I 2014, kinerja sektor keuangan, persewaan
dan
jasa
perusahaan
mencatat
50,000
Total Aset Growth-RHS (yoy)
25.00%
40,000
20.00%
30,000
15.00%
20,000
10.00%
10,000
5.00%
lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,02% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain ditandai dengan perlambatan kinerja perbankan.
Pada
periode
laporan,
aset
perbankan di Kalimantan Barat yang tercatat
Miliar Rp
pertumbuhan sebesar 2,78% (yoy), atau lebih
-
0.00% TW I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV
sebesar Rp43,95 Triliun atau tumbuh 11,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan periode tahun
2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,46% (yoy). Grafik 1. 21 Aset Perbankan di Kalimantan Barat
18
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit perbankan di Kalimantan Barat. Meskipun demikian, kinerja perbankan tersebut masih cukup terjaga. 6,000
Total Pajak Hiburan dan Reklame Pertumbuhan (yoy)
5,000
80%
Sementara itu, pada triwulan laporan, sektor
70%
jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang
60% 4,000
50%
3,000
40%
2,000 1,000 Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
2013
Q4
melambat, sebesar 4,85% (yoy), atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang
30%
tercatat sebesar 7,05% (yoy). Perlambatan
20%
kinerja sektor jasa tersebut terjadi baik pada
10%
sektor
0%
pemerintah, masing-masing sebesar 5,08%
Q1
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1. 22 Perolehan Pajak Hiburan & Reklame
jasa
swasta
maupun
sektor
jasa
(yoy) dan 2,26% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain ditandai dengan pertumbuhan pajak hiburan dan reklame di Kota Pontianak yang tumbuh
3,22%
(yoy),
lebih
lambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,15% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
19
BOKS: DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN PENGATURAN EKSPOR BARANG TAMBANG MINERAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT Pasca terbitnya Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara serta Peraturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, ekspor barang tambang mineral tidak lagi diperkenankan untuk dilakukan mulai tanggal 12 Januari 2014. Implementasi ketentuan tersebut dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah material tambang, meningkatkan Penerimaan Negeri Bukan Pajak (PNBP), menyerap tenaga kerja serta mengembangkan industri dalam negeri. Namun demikian, dampak pemberlakuan peraturan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat yang memiliki komoditas tambang utama yaitu bauksit dan bijih besi. Bauksit yang diekpor oleh perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat umumnya merupakan bijih bauksit olahan (benefication ore) dengan kandungan Al2O3 di kisaran minimum 42%. Namun demikian, peraturan tersebut di atas mensyaratkan peningkatan nilai tambah mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian dengan batasan minimum produk bauksit untuk ekspor adalah smelter grade alumina (>98% Al2O3), chemical grade alumina (≥90% Al2O3 atau ≥90% Al(OH)3), atau logam alumunium (Al ≥ 99%). PDRB SektorTambang gSektorTambang(RHS) - yoy
7%
180,000
Nominal (ribu USD)
6%
160,000
Growth-RHS (yoy)
165
5%
140,000
160
4%
120,000
155
3%
100,000
150
2%
145
1%
140
0%
135
-1%
130
-2%
175 170
Q1
Q2
Q3
2012
Q4
Q1
Q2
Q3
2013
Q4
Q1 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik Perkembangan Sektor Pertambangan
150% 100% 50%
80,000
0%
60,000 40,000
-50%
20,000
-
-100% Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I II III IV II III IV 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik Perkembangan Ekspor Bauksit
Dampak langsung tercermin pada pertumbuhan sektor pertambangan yang mencatat kontraksi sebesar 1,09% (yoy). Selain kinerja sektor pertambangan, ekspor Kalimantan Barat juga tercatat mengalami perlambatan, terutama disebabkan oleh kontraksi pada ekspor luar negeri komoditas bauksit sebesar 81,98% (yoy). Kondisi ini disebabkan oleh terhentinya operasi perusahaan-perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memiliki pabrik smelter. Selain dampak ekonomi, dampak sosial juga dirasakan dimana sejumlah perusahaan memberlakukan kebijakan pengurangan tenaga kerja dengan merumahkan atau melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Permasalahan tenaga kerja tidak hanya terjadi pada sektor pertambangan, tetapi pada 20
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
sektor-sektor pendukungnya, terutama sektor angkutan. Berdasarkan hasil liaison dan quick survey Bank Indonesia terhadap sejumlah perusahaan pertambangan, seluruh responden menyatakan terdapat sejumlah kendala dalam upaya pembangunan smelter, yang terdiri dari: 1.
Tingginya nilai investasi yang harus dilakukan oleh para pengusaha. Pembangunan smelter membutuhkan biaya investasi yang sangat tinggi, untuk smelter dengan kapasitas produksi 1 juta ton alumina membutuhkan biaya investasi mencapai lebih dari Rp10 Triliun, sementara umumnya perusahaan pertambangan di Kalimantan Barat beroperasi dengan modal pada kisaran Rp10 Miliar.
2.
Tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik dari sisi tenaga kerja ahli maupun dari sisi teknologi industri.
3.
Keterbatasan infrastruktur, terutama infrastruktur listrik, dimana untuk mengoperasikan membangun pabrik smelter diperlukan kapasitas listrik yang besar. Terbatasnya infrastruktur listrik memaksa para pengusaha untuk juga membangun powerplant sendiri.
4.
Adanya tumpang tindih lahan dengan lahan perkebunan.
Selain kendala-kendala tersebut, pengusaha juga mengkhawatirkan terbatasnya pasar untuk komoditas alumina baik di dalam negeri maupun di luar negeri, mengingat Tiongkok sebagai negara importir utama bauksit sudah memiliki industri pengolahan alumina sendiri. Meskipun demikian, sejumlah perusahaan sudah melakukan pembangunan smelter, antara lain: No. 1.
Perusahaan PT. Indonesia Chemical Alumina
2.
PT. Eka Tambang Utama
3.
PT. Segoro Global Mandiri
4.
PT. Mulia Bravo
5.
PT. Sibelco
6.
Well Harvest Winning
Lokasi Tayan, Kab. Sanggau Kinande, Kab. Bengkayang Sei Raya, Kab. Kubu Raya Wajok, Kab. Pontianak Capkala, Kab. Bengkayang Kendawangan, Kab. Ketapang
Komoditas Bauksit
Keterangan Commissioning
Emas
Produksi
Emas
Konstruksi
Pasir zircon
Produksi
Ball clay
Produksi
Bauksit
Konstruksi
Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat
Sejumlah perusahaan lain juga sudah merencakan pembangunan smelter, antara lain PT. ANTAM (Tbk.), Putra Mining Group dan PT. Mekko Mining Group untuk komoditas bauksit, dan beberapa perusahaan tambang lainnya. Sementara perusahaan lainnya menempuh strategi lain untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan smelter, diantaranya dengan mengalihkan penjualan ke pasar domestic (untuk komoditas bijih besi) dan bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan investasi pembangunan smelter.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
21
Halaman ini sengaja dikosongkan
22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH3
II. 2.1. Gambaran Umum
Mengawali tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat di triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi mencapai 2,17% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan inflasi triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 1,41% dan 1,05% (qtq). Tingginya tekanan inflasi pada triwulan I 2014 tersebut salah satunya dipicu oleh kondisi cuaca yang mempengaruhi pasokan bahan makanan sehingga menyebabkan inflasi tahunan di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mencapai 8,98% (yoy) (Grafik 3.1 dan 3.2). %-yoy
Kalbar 8.53
%-qtq
Nasional
Kalbar
8.08
7.90
7.32
6.15
5.53
2.09 2.13
5.41
5.02
2.07
1.42
II
III
IV
2013
II
I
II
III
IV
I
2013
2014
Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional
%-mtm 3.50
di Kalimantan Barat selama triwulan I
3.00
2014, terlihat bahwa inflasi tertinggi pertengahan
I
2012
Berdasarkan dinamika inflasi bulanan
pada
0.63 0.41 IV
1.41
1.05 0.80
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional
terjadi
1.17
III
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
2.17
1.69
1.39
0.79
I
Nasional
3.81 3.78
8.98
8.90
triwulan
Kalbar
Nasional
2.50 2.00 1.50 1.00
(Grafik 3.3). Tercatat inflasi Kalimantan
0.50
Barat pada bulan Februari 2014 mencapai
-0.50
0.00 -1.00
2,56% (mtm). Tingginya laju inflasi pada
1
2
3
4
5
bulan Februari 2014 tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi pada kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, dari deflasi 6,19%
6
7
2013
8
9
10
11
12
1
2
3
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional
(mtm) pada bulan Januari 2014 menjadi inflasi 8,37% (mtm) pada Februari 2014. Kenaikan tarif
3
Mulai 2014, BPS melakukan perubahan tahun dasar dari 2007 menjadi 2012. Dikarenakan data IHK dengan tahun dasar 2012 belum sepenuhnya tersedia setiap bulan, maka perhitungan (rebase) inflasi triwulanan dan tahunan pada periode laporan berdasarkan angka inflasi bulanan yang dirilis resmi oleh BPS. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat 23 Triwulan I 2014
angkutan udara seiring berlangsungnya perayaan Cap Go Meh harga, Imlek dan Sembahyang Kubur pada pertengahan triwulan menjadi salah satu faktor pemicu inflasi. Tercatat sumbangan inflasi angkutan udara pada bulan Februari 2014 mencapai 1,69% (mtm). Pada akhir triwulan I 2014, pengaruh tekanan tarif angkutan udara relatif mereda, seiring berlalunya even Cap Go Meh , Imlek dan Sembahyang Kubur sehingga menyebabkan deflasi pada bulan Maret 2014 sebesar 0,70% (mtm). 2.2.
Inflasi Triwulanan
Secara triwulanan, laju inflasi di triwulan I 2014 terutama bersumber dari inflasi Bahan Makanan, seiring pasokan yang
Transpor
relatif terbatas. Kondisi tersebut tercermin
Pendidikan
dari andil kelompok Bahan Makanan yang
Kesehatan
pada triwulan laporan mencapai 1,78% (qtq). Tekanan
harga
subkelompok
2.17 1.05 2.17
Umum -0.66
4.34 -3.91 0.06 0.47 0.89 0.08 2.44 1.55 0.10
Sandang
-1.53
Perumahan
Andil I-2014
Sayuran dan Bumbu menjadi salah satu pemicu kenaikan harga. Tercatat inflasi triwulanan kedua
subkelompok
masing-masing
komoditas
mencapai
1.57 0.36 2.67 1.55 0.45 1.13 2.56 1.78
komoditas
tersebut
31,27%
dan
14,19% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 4,12% dan 0,51% (qtq). Kelompok lain yang memiliki
IV-2013
Makanan Jadi
I-2014
Bahan Makanan
-1.74 7.37
% (qtq) -8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
andil inflasi relatif besar pada triwulan I 2014 adalah kelompok Makanan Jadi, mencapai 0,45% (qtq). Berdasarkan komoditasnya, seluruh subkelompok komoditas yang menjadi komponen pembentuk inflasi Makanan Jadi mengalami kenaikan harga pada triwulan laporan, inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol sebesar 3,86% (qtq). Di sisi lain, kelompok komoditas Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki andil deflasi terendah pada triwulan laporan, mencapai 0,66% (mtm). Deflasi yang terjadi pada kelompok komoditas ini terutama disebabkan koreksi tarif tiket angkutan udara seiring berlalunya perayaan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014
24
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2.2.1.
Kelompok Bahan Makanan
Lemak dan Minyak
Bumbu Buah
-0.50
Sayur -1.84 -0.07 -2.11
Ikan Diawetkan Ikan Segar Daging
-13.01
Padi-padian BAHAN MAKAN -20
-0.50 -1.74
-10
0
pada
Makanan kembali mengalami inflasi pada triwulan I 2014. Tercatat inflasi
31.27
2014 mencapai 7,37% (qtq) dengan andil terhadap inflasi umum sebesar 1,78% (qtq). Laju inflasi pada kelompok Bahan Makanan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV
Andil
0.16 1.28
I-2014
0.33 1.50
IV-2013
1.78
deflasi
kelompok Bahan Makanan pada triwulan I
5.09 1.25 6.60
-1.61
mengalami
triwulan IV 2013, kelompok Bahan
0.17 5.91 2.42 2.72 3.31 0.81 5.99
Kacang
Telur, Susu
Setelah
0.03 9.01 1.57 0.17 3.35 3.67 0.81 14.19 0.71 0.48 7.77
Lainnya
2013 yang mengalami deflasi sebesar 1,74% (qtq).
7.37
10
20
30
40
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.5 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Bahan Makanan
Kenaikan harga pada Subkelompok Sayursayuran menjadi salah satu faktor pemicu inflasi kelompok Bahan Makanan. Tercatat, inflasi subkelompok Sayur-sayuran pada triwulan I 2014 mencapai 31,27% (qtq)
naik signifikan dibandingkan inflasi pada triwulan IV 2013 yang mencapai 3,31% (qtq). Kondisi cuaca yang cenderung kering menyebabkan air yang digunakan untuk pengairan menjadi payau sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan, terutama pada komoditas sawi hijau dan kangkung. Pengaruh cuaca juga terlihat pada komoditas Bumbu-bumbuan dan Ikan Segar yang masingmasing mengalami inflasi sebesar 14,19% dan 6,6% (qtq) dengan andil inflasi mencapai 0,81% dan 1,25% (qtq). Terkait dengan kenaikan harga komoditas Bumbu-bumbuan, selain faktor cuaca, faktor lain yang memicu kenaikan harga adalah bencana banjir yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi. Sementara berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Barat dengan salah satu kelompok petani tambak di wilayah Kabupaten Mempawah4, diketahui bahwa panen ikan pada Maret 2014 mengalami penurunan yang signifikan, terutama disebabkan oleh perubahan kualitas air menjadi lebih asam, sebagai akibat adanya kebakaran lahan di daerah sekitar pada saat curah hujan relatif rendah. Sementara itu, komoditas Daging dan Telur secara triwulanan juga mengalami kenaikan harga meskipun pasokan relatif terkendali, khususnya komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras. 4
Kabupaten Mempawah merupakan salah satu sentra produksi ikan di Kalimantan Barat, khususnya ikan Nila dan ikan Mas yang dibudidayakan dalam tambak. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
25
Tercatat, inflasi kedua komoditas tersebut pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai 1,28% dan 5,99% (qtq) dengan sumbangan inflasi mencapai 0,16% dan 0,81% (qtq). Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat, produksi telur di wilayah Kalimantan Barat, mencapai 168 ton per hari, sementara daya serap masyarakat sebesar 128 ton per hari sehingga mengalami kelebihan pasokan sebesar 40 ton per hari. Kondisi serupa juga terjadi pada komoditas daging ayam yang mengalami kelebihan pasokan mencapai 440 ribu ekor ayam per bulan.
5.0
Berdasarkan
% (qtq) Pontianak
4.0
daerahnya,
kedua
kota
yang menjadi dasar perhitungan inflasi
Singkawang
3.0
3.14
di
Kalimantan
2.0
1.97
kenaikan
Barat
inflasi
mengalami
dari
triwulan
1.0
sebelumnya. Inflasi yang terjadi di Kota
0.0
Pontianak pada triwulan I 2014 terutama II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang
disebabkan subkelompok Bumbu,
oleh Ikan
kenaikan
harga
pada
Segar,
Sayuran
dan
masing-masing
sebesar
3,46%,
15,97% dan 12,34% (qtq). Kondisi serupa
juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Bahan Makanan dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Ikan Segar, Sayuran dan Bumbu yang masing-masing mencapai 12,45%, 29,33% dan 12,36% (qtq). Di sisi lain, komoditas Telur di Kota Singkawang mengalami deflasi sebesar 3,12% (qtq), semakin dalam dibanding deflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 0,39% (qtq). Hal tersebut disebabkan pasokan telur ayam ras yang cukup besar di Kota Singkawang yang juga merupakan sentra produksi ayam di Kalimantan Barat. Kondisi tersebut menyebabkan inflasi bahan makanan di Kota Pontianak dan Singkawang mencapai 5,30% dan 6,74% (qtq).
26
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2.2.2.
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok 0.79
Tembakau dan minuman beralkohol
inflasi kelompok Makanan Jadi Minuman
3.86 2.09
Rokok dan Tembakau pada triwulan I 2014
1.26
2.19 0.69 0.45
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
2.56 1.13
andil I-2014
mencapai
I-2014
terhadap inflasi umum sebesar 0,45% (qtq).
IV-2013
1
2
3
4
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.7 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Makanan Jadi
2,56%
(qtq)
dengan
andil
Laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan
% (qtq) 0
Minuman
2014 kembali mengalami inflasi. Tercatat
0.69
Makanan jadi
Jadi
Rokok dan Tembakau pada triwulan I
3.23 1.40
Minuman tidak beralkohol
Makanan
5
inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 1,13% (qtq). Mayoritas subkelompok komoditas dalam Makanan
Jadi
Minuman
Rokok
dan
Tembakau pada triwulan laporan mengalami kenaikan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumbangan inflasi tertinggi dialami oleh subkelompok Makanan Jadi, sebesar 1,26%. Sementara laju inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, serta Tembakau dan Minuman Beralkohol, masing-masing mencapai 3,86% dan 3,23% (qtq). Kenaikan inflasi subkelompok Makanan Jadi tidak terlepas dari pengaruh inflasi bahan makanan sebagai bahan baku utama, dimana pada triwulan I 2014 berada di level yang relatif tinggi. Terkait dengan inflasi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, salah satu komoditas yang memicu kenaikan inflasi adalah es. Berdasarkan hasil survei singkat yang dilakukan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dapat diketahui bahwa rendahnya curah hujan berdampak terhadap kualitas air yang menjadi payau. Kondisi tersebut direspon oleh pelaku usaha (penjual/produsen es) yang beralih menggunakan air mineral dalam pembuatan es, sehingga mendorong kenaikan harga jual es. Sementara, kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10%, menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga rokok sehingga menyebabkan inflasi subkelompok Tembakau Minuman Beralkohol mengalami kenaikan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
27
Kenaikan inflasi kelompok Makanan Jadi, % (qtq)
Minuman,
Rokok
dan
Tembakau
di
3.09
Kalimantan Barat tercermin di kedua kota
Pontianak
Singkawang
yang menjadi dasar perhitungan inflasi. Tercatat
inflasi
Makanan
Jadi
di
Kota
0.87
Pontianak dan Kota Singkawang pada triwulan I 2014 masing-masing mencapai 3,09% dan 0,87% (qtq), naik dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 1,23% dan 0,72% (qtq). Secara umum, inflasi mayoritas kelompok
II
III
IV
I
2012
II
III 2013
IV
I 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.8 Inflasi Triwulanan Kelompok Makanan Jadi Kota Pontianak dan Singkawang
komoditas Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Kota Pontianak mengalami kenaikan. Subkelompok Makanan Jadi serta Tembakau dan Minuman Beralkohol mengalami inflasi sebesar 1,99% dan 3,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2013 yang mencapai 0,74% dan 1,57% (qtq). Sementara inflasi tertinggi di triwulan laporan terjadi pada subkelompok Minuman Tidak Beralkohol, mencapai 6,43% (qtq), naik dibanding triwulan IV 2013 yang mencapai 2,26% (qtq). Kondisi serupa juga terlihat di Kota Singkawang, dimana inflasi kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau dipicu oleh kenaikan inflasi pada subkelompok Makanan Jadi serta Tembakau dan Minuman Beralkohol yang masing-masing mencapai 0,70% dan 1,88% (qtq). Di sisi lain, kondisi bertolak belakang terjadi di subkelompok Minuman Tidak Beralkohol di Kota Singkawang yang mengalami deflasi sebesar 0,43% (qtq). Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya deflasi tersebut adalah penurunan harga gula pasir, seiring pasokan yang relatif terjaga. 2.2.3.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan I 2014, inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sehingga menjadi peredam tekanan inflasi umum di triwulan laporan. Tercatat pada triwulan I 2014, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 3,91% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2013 yang mencapai 4,34% (qtq) dengan andil deflasi mencapai 0,66% (qtq). Penurunan inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh penurunan inflasi pada subkelompok Transpor, dari 5,96% (qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 3,04% (qtq) di triwulan laporan. Berdasarkan komoditasnya, deflasi yang terjadi pada tarif angkutan udara menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan inflasi subkelompok Transpor. Berlalunya perayaan Cap Go Meh yang menyebabkan
28
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
penggunaan angkutan udara mengalami penurunan sehingga tekanan permintaan terhadap tiket angkutan udara relatif mereda dan harga cenderung turun. 12
0.00 0.13 0.00 0.14
Jasa keuangan Sarana dan penunjang transpor
0.24 -0.07 -0.26
Komunikasi dan pengiriman
TRANSPOR -3.91 % (qtq) -6
-4
1.51
0.15
andil
6
I-2014
4
IV-2013
2
Singkawang
0
5.96
2
4
-1.89
-4
4.34 0
-0.91
-2
-0.66
-2
Pontianak
8
-1.78 -3.04
Transpor
% (qtq)
10
II
6
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.9 Inflasi dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 menurut Kelompok Transpor
8
III
IV
2012
I
II
III 2013
IV
I 2014
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2.10 Inflasi Triwulanan Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang
Berdasarkan kotanya, penurunan inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan terjadi baik di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Pada triwulan ini, laju inflasi kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan di Kota Pontianak mengalami penurunan, dari 4,86%(qtq) di triwulan IV 2013 menjadi deflasi 1,89% (qtq) di triwulan I 2014. Sementara di Kota Singkawang, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,91% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,0% (qtq).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
29
2.3. Inflasi Tahunan Secara tahunan, tekanan inflasi di triwulan I 2014 berada di level yang relatif
tinggi,
terutama
8.98 8.90 8.98
Umum 2.39 Transpor
15.58 13.33
pada
0.53 Pendidikan
kelompok
Bahan
Makanan
8.83 9.24
dan
kelompok Transpor, Komunikasi dan
0.35 Kesehatan
9.39 7.94 0.19
Sandang
Jasa Keuangan.
1.91 3.14 2.31
Perumahan
11.09 9.81
Tekanan inflasi tahunan pada triwulan I
1.18 Makanan jadi
2014
terutama
dipengaruhi
oleh
penyesuaian harga komoditas setelah kenaikan 2013
harga
sehingga
BBM
dipertengahan
menyebabkan
IHK
berada di level yang relatif tinggi (base
Andil I-2014
7.10 6.54
IV-2013
2.36 Bahan Makanan
I-2014
6.01 9.70
% (yoy) 0
5
10
15
20
Sumber: BPS Kalbar, diolah
Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa
effect). Tercatat, tekanan inflasi tahunan terutama dipengaruhi oleh kelompok Bahan Makanan serta kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan dengan sumbangan inflasi masing-masing mencapai 2,36% dan 2,39% (yoy). Tekanan inflasi kedua kelompok tersebut juga berada di level yang relatif tinggi, mencapai 9,70% dan 13,33% (yoy). Selain itu, kelompok Perumahan juga memberikan pengaruh inflasi yang besar di triwulan I 2014, seiring penyesuaian harga LPG 12kg di awal triwulan. Tercatat inflasi kelompok Perumahan sebesar 9,81% (yoy) dengan sumbangan mencapai 2,31% (yoy). 2.4. Disagregasi Inflasi Laju inflasi Inti yang relatif terkendali pada triwulan I 2014 menjadi peredam tekanan inflasi umum ditengah lonjakan harga bahan pangan inflasi. Berdasarkan disagregasi inflasi, Tekanan inflasi komoditas yang bersifat non-fundamental mengalami kenaikan signifikan pada triwulan laporan. Hal tersebut terkait dengan kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan. Kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap inflasi kelompok Volatile Foods (VF) pada triwulan I 2014. Kenaikan laju inflasi triwulanan juga terjadi pada kelompok barang/jasa yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices-AP), seiring penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10% dan kenaikan LPG 12 kg di awal triwulan. Sementara itu, dari sisi fundamental, inflasi relatif terkendali seiring berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur. 30
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Inflasi yang masih terjadi pada seluruh kelompok disagregasi di triwulan I 2014 menyebabkan tingginya tekanan inflasi tahunan, terlebih IHK setelah kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2013 berada di level yang tinggi sehingga menyebabkan pengaruh base effect. Tabel 2.1 Tendensi Inflasi Triwulanan I 2014 Kalimantan Barat (%-qtq) Kelompok Tendensi Faktor Pengaruh Volatile Foods ï‚· Kondisi cuaca yang kurang baik ï‚· Bencana di beberapa daerah sentra produksi Inflasi Inti ï‚· Berlalunya perayaan even musiman Cap Go meh, Imlek dan Sembahyang Kubur. Adm Price ï‚· Penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10% ï‚· Kenaikan LPG 12 kg Menurun
Meningkat
Stabil
2.4.1. Faktor Fundamental Perkembangan
inflasi
pada
kelompok
komoditas
Inti
triwulan
I
cenderung
terkendali.
2014 satu
Rp1.000.000 Rp800.000
komoditas dalam kelompok ini yang
Rp600.000
mengalami
Rp400.000
penurunan kelompok
laju
inflasi
Transportasi.
Maskapai 2 Rata-rata
Rp1.200.000
kelompok
adalah
Salah
pada
Maskapai 1 Maskapai 3 Tren Rata-rata Harga Tiket
Rp1.400.000
Rp200.000 Rp0
Berlalunya perayaan even musiman Cap Go
Meh
yang
pertengahan tekanan
berlangsung
triwulan
permintaan
pada
I
III Feb-14
I
III Mar-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
menyebabkan terhadap
tiket
Grafik 2.11 SPH Komoditas Tiket Angkutan Udara (Rp)
angkutan udara relatif mereda dan harga tiket angkutan udara cenderung turun. Pergerakan penurunan harga tiket angkutan udara tersebut juga diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, dimana dalam triwulan I 2014, harga tiket angkutan udara mengalami penurunan mencapai 27,19% (mtm). Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di triwulan I 2014 mengalami penurunan, meskipun pada pertengahan triwulan terjadi lonjakan ekspektasi. Penurunan ekspektasi inflasi pada triwulan I 2014 terjadi seiring berlalunya even musiman Cap Go Meh yang berlangsung pada pertengahan triwulan. Ekspektasi masyarakat secara jangka pendek maupun jangka panjang mengalami puncaknya pada awal triwulan dengan angka indeks masing-masing mencapai 168,34 dan 173,50, kemudian mengalami penurunan pada akhir triwulan laporan dengan indeks mencapai 154,77 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
31
dan 146. Berdasarkan kelompok komoditasnya, penurunan ekspektasi inflasi tersebut terlihat di seluruh kelompok. Ekspektasi inflasi pada kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan, dari 191,50 di awal triwulan I 2014 menjadi 179 di akhir triwulan I 2014, seiring pasokan bahan pangan, khususnya padi, cabai dan bawang yang relatif terjaga. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi kelompok Transpor di triwulan I 2014 mencapai puncak pada pertengahan triwulan, mencapai angka indeks 158,5 seiring berlangsung even musiman Cap Go Meh dan mengalami penurunan di akhir triwulan dengan angka indeks mencapai 144,5. Saldo Bersih
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang Inflasi Aktual (aksis kanan)
190 180
% (qtq)
200
6
190
5
170 4
160
180 170 160
150
150
3
140
2
130
1
120
140 130 120 110
I-2014
IV-2013
III-2013
II-2013
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Bahan makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Kesehatan
Transpor
Pendidikan
I-2014
IV-2013
III-2013
-1 I-2013
100
II-2013
I-2013
100
0
110
Sandang
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat
Salah satu negara mitra dagang utama di Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi. Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan inflasi yang berpotensi memicu tekanan inflasi di Kalimantan Barat mengingat kedua wilayah tersebut memiliki berbatasan secara langsung. Inflasi Malaysia pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan, dari 3,20% (yoy) di triwulan IV 2013 menjadi 3,50% (yoy) di triwulan I 2014. Berdasarkan data Bank Negara Malaysia, secara lebih mendalam dapat diketahui bahwa kenaikan inflasi tersebut terutama dipicu oleh tingginya inflasi pada subkelompok komoditas Pangan yang mencapai 3,90% (yoy). Sementara tren harga emas dunia cenderung mengalami penurunan. berdasarkan data historis, terlihat bahwa siklus harga emas mencapai puncaknya pada pertengahan 2012 dan cenderung menurun.
32
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
7,0
% (yoy)
6,0
$/OZ
2000
China
1800
Malaysia
5,0
1600
Singapura 4,0
1400
3,0
2,0
1200
1,0
1000
0,0
Sumber: Bloomberg
Jan-14
Mar-14
Jul-13
Sep-13
Nop-13
Jan-13
Mei-13
Mar-13
Jul-12
Sep-12
Nop-12
Jan-12
Mei-12
Mar-12
Jul-11
Sep-11
Nop-11
Jan-11
Mei-11
Mar-11
Jul-10
600
2014
Sep-10
2013
800
I
Nop-10
IV
Jan-10
2012
III
Mei-10
II
Mar-10
I
Jul-09
IV
Sep-09
2011
III
Nop-09
II
Jan-09
I
Mei-09
IV
Mar-09
2010
III
Jul-08
II
Sep-08
I
Nop-08
IV
Jan-08
III
Mei-08
II
Mar-08
I
Sumber: Bloomberg
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang
Grafik 2.15 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional
2.4.2. Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi komoditas mengalami kenaikan yang signifikan pada triwulan laporan. Tingginya laju inflasi VF tersebut terutama dipicu oleh kondisi cuaca yang kurang baik dan bencana di beberapa daerah sentra produksi sehingga mempengaruhi produksi dan pasokan. Kenaikan inflasi komoditas VF diperkuat oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar tradisional dan empat pasar modern di Kota Pontianak. Berdasarkan hasil pantauan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas khususnya cabai menunjukkan kenaikan selama triwulan laporan. Sementara harga komoditas beras dan telur ayam ras relatif stabil sedangkan komoditas daging ayam ras dan bawang mengalami penurunan. Selain SPH, perkembangan inflasi VF juga diperkuat oleh hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Barat di empat pasar utama di Kota Pontianak, dimana kenaikan terutama terjadi pada komoditas cabai. 14.000
Rp/kg
22.000
Rp/kg
Sapi (Rp/Kg)
95.000
13.000
21.500
90.000
12.000
21.000
85.000 80.000
20.500
11.000
75.000
20.000
10.000
70.000
19.500
9.000 Beras Minyak Goreng Gula Pasir
8.000 7.000
65.000
19.000
60.000
18.500
55.000
18.000
50.000 I
6.000 I
II
III
IV
I
II
III
II
III
IV
I
III
IV
IV Feb-14
Feb-14
II
Mar-14
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.16 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir
Daging Ayam Ras
Mar-14 Telur
Daging Sapi (RHS)
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.17 SPH Daging Ayam, Telur dan Daging Sapi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
33
55.000
Rp/kg Cabe Merah Bawang Merah
50.000
Rp/kg
50.000
Cabe Rawit Bawang Putih
45.000
Ikan Bawal
Ikan Kembung
Ikan Tongkol
Udang
Ikan Tenggiri
45.000 40.000
40.000 35.000
35.000
30.000
30.000
25.000 25.000
20.000
20.000
15.000 10.000
15.000
I
II
III
IV
I
II
Feb-14
III
IV
I
III
IV
I
II
Feb-14
Mar-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
III
IV
Mar-14
Sumber : KPwBI Prov. Kalbar
Grafik 2.18 SPH Komoditas Bumbu 10.300
II
Grafik 2.19 SPH Komoditas Ikan
Rupiah/Kg
80.000
10.100
70.000
9.900
60.000
9.700
Rupiah/Kg
Bawang Merah
Bawang Putih
Cabe Merah Keriting
Cabe Merah Biasa
Cabe Rawit
50.000
9.500
40.000
9.300 30.000
9.100
20.000
8.900
8.700
10.000
Beras (IR 64) Beras Lokal (Medium)
8.500 1
2
3
4
-
5
6
7
8
9
10
2013
11
12
1
2
3
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.20 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2013
1
2
3
2014
Sumber: Disperindag Prov. Kalimantan Barat
Grafik 2.21 Perkembangan Rata-rata Harga Daging Ayam Ras dan Gula Pasir di Kota Pontianak
Sementara itu, inflasi kelompok Administered Price (AP) pada triwulan I 2014 mengalami kenaikan seiring realisasi beberapa kebijakan pemerintah di awal triwulan. Beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan inflasi AP antara lain penyesuaian harga rokok akibat kenaikan pajak tembakau daerah sebesar 10% dan penyesuaian harga LPG 12kg.
34
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
III.
SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN
3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Secara triwulanan, perkembangan volume usaha perbankan Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp43,95 Triliun, atau tumbuh sebesar 14,70% (yoy). Pertumbuhan total aset tersebut tercatat relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencapai 15,34% (yoy). Perlambatan yang terjadi dipengaruhi oleh perlambatan baik pada sisi aktiva, yaitu penyaluran kredit, maupun sisi pasiva pada penghimpunan dana pihak ketiga. Penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 19,19% (yoy) menjadi sebesar Rp30,70 Triliun atau lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tumbuh mencapai 22,53% (yoy). Sementara itu, dari sisi pasiva, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tumbuh 12,34% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,35% (yoy). Perlambatan pada penyaluran kredit yang lebih dalam dibandingkan penghimpunan DPK mendorong peningkatan rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (Loan to Deposit Ratio/ LDR) dari 83,55% pada triwulan IV 2013 menjadi 84,33% pada triwulan laporan. Tabel 3.3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp Miliar) INDIKATOR 1. Total Asset 2. DPK - Giro - Deposito - Tabungan 3. Kredit 4. LDR (%) 5. NPLs (%)
2014
2012 Tw II Tw III 35,654 36,755
Tw IV 38,145
Tw I 38,321
2013 Tw II Tw III 40,162 41,986
Tw IV 43,997
28,856 30,352 31,060 5,663 6,345 6,206
32,000 4,628
32,407 5,970
33,509 6,780
34,720 6,688
36,273 36,407 4,873 6,368
7,362 17,492
7,548 19,824
7,761 18,676
8,264 18,465
8,595 19,438
22,824 73.48 0.94
24,735 77.30 0.80
25,761 79.49 1.44
27,592 82.34 1.45
28,762 82.84 1.47
Tw I 33,290
7,485 15,709 20,031 69.42 0.98
7,337 16,669 21,922 72.23 0.96
9,396 22,004 30,308 83.55 1.12
Tw I 43,955
9,826 20,213 30,703 84.33 1.24
Pertumbuhan (%) q-t-q y-o-y (0.10) 14.70 0.37 12.34 30.67 6.66 4.58 26.61 (8.14) 8.23 1.30 19.19
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Secara umum, penghimpunan dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat tercatat tumbuh 12,34% (yoy) menjadi sebesar Rp36,41 Triliun. Pertumbuhan tersebut tercatat lebih lambat dibandingkan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar 13,35% (yoy), namun relatif lebih baik dibandingkan triwulan I 2013 yang tumbuh 12,30% (yoy). Dana pihak ketiga perbankan Kalimantan Barat masih didominasi oleh dana murah, terutama tabungan yang mencapai Rp20,21 Triliun. Tabungan tercatat tumbuh melambat sebesar 8,23% (yoy), dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 11,00% (yoy). Di sisi lain, giro dan deposito tercatat
mengalami akselerasi, masing-masing sebesar 6,66% (yoy) dan 26,61% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya, menjadi masing-masing sebesar Rp6,47 Triliun dan Rp9,83 Triliun.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
35
Akselerasi pada deposito yang dihimpun perbankan Kalimantan Barat antara lain didorong oleh pergerakan suku bunga deposito seiring dengan naiknya BI rate. Giro
Deposito
Tabungan 19,824
15,709
16,669
17,492
%
22,004
18,676 18,465
20,213
19,438
8
Deposito
BI Rate
Rp Miliar 12,000
SB Deposito
7
10,000
6 8,000
5
7,485
7,337
5,663 6,345
7,362 6,206
7,548
7,761
6,780 4,628
8,595
8,264
6,688
5,970
9,826
9,396
6,368 4,873
4
6,000
3
4,000
2 2,000
1 0 Tw I
Tw II
Tw III
tw IV
Tw I
2012
Tw II
Tw III Tw IV
2013
Tw I
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
-
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)
Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate
Berdasarkan
golongan
nasabah
pemilik
rekening, DPK yang dihimpun perbankan Perseorangan 75.77%
Sektor Swasta 11.15%
Lainnya 3.57% Pemerintah Daerah 9.51%
Kalimantan Barat didominasi oleh nasabah perorangan dengan pangsa yang cukup tinggi mencapai 75,77%. Jumlah DPK milik perorangan
tersebut
mencapai
Rp27,58
Triliun, atau tumbuh 13,52% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,35% (yoy). Sementara itu, penghimpunan DPK sektor swasta mencatat perlambatan,
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat
dimana
pada
triwulan
laporan
tumbuh
22,25% (yoy) dari 26,04% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK milik
pemerintah bahkan mencatat kontraksi sebesar 2,91% (yoy) menjadi sebesar Rp3,46 Triliun. Secara spasial, DPK paling tinggi dihimpun di Kota Pontianak, dengan nilai mencapai Rp23,81 Triliun atau 65,40% dari total DPK yang dihimpun bank umum di Kalimantan Barat. Tingginya DPK di Kota Pontianak didorong oleh faktor aktivitas perekonomian yang cukup tinggi dan tingginya dana APBD yang disimpan pada bank di Kota Pontianak. Grafik 3.4 menggambarkan sebaran penghimpunan DPK oleh bank umum menurut kabupaten/kota di Kalimantan Barat, dimana warna yang lebih tua menunjukkan tingkat penghimpunan DPK yang lebih tinggi. 36
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Daerah lain dengan DPK yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sintang dan Melawi, serta Kabupaten Sanggau dan Sekadau, masing-masing sebesar Rp3,07 Triliun, Rp2,04 Triliun dan Rp1,87 Triliun. Indikasi perlambatan penghimpunan DPK terjadi di seluruh daerah di Kalimantan Barat, terutama di Kab. Sambas. Perlambatan diperkirakan terjadi seiring dengan masih rendahnya harga internasional karet, dimana pada triwulan I 2014 tercatat 243,78 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada level 267,17 USD Cent/kg, yang mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat. Tabel 3. 2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) DPK Kabupaten Pangsa (Rp Miliar) Kab. Pontianak 1,460 4.01% Kab. Sambas 806 2.21% Kab. Ketapang 1,646 4.52% Kab. Sanggau & Sekadau 1,871 5.14% Kab. Sintang & Melawi 2,041 5.61% Kab. Kapuas Hulu 919 2.53% Kab. Bengkayang 256 0.70% Kab. Landak 523 1.44% Kab. Kubu Raya 6 0.02% Kota Pontianak 23,809 65.40% Kota Singkawang 3,070 8.43% Total 36,407 100.00% Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat
3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif Sejalan dengan perlambatan total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan pada triwulan laporan, pertumbuhan penyaluran kredit produktif kepada sektor korporasi juga mengalami perlambatan, dimana pada triwulan I 2014 tumbuh 21,97% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 26,10% (yoy). Outstanding kredit ke sektor produktif pada triwulan I 2014 tercatat mencapai Rp18,62 Triliun. Peranan kredit ke sektor produktif masih tetap dominan dalam mendukung pertumbuhan sektor riil. Pangsa kredit produktif terhadap total kredit pada triwulan laporan mencapai 60,65%, meskipun sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 60,83%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
37
Rp Miliar
Investasi gModal Kerja
12,000
Modal Kerja gInvestasi
terutama
terjadi
35
investasi
dari
30
27,42% (yoy). Sementara itu, kredit
11,000
40
10,000
9,000 8,000
27.42
7,000
Perlambatan penyaluran kredit produktif
%, yoy 45
25
modal
20
6,000
pada
jenis
41,51%(yoy)
kerja
tercatat
kredit menjadi
mengalami
15
akselerasi dari 16,66% (yoy) menjadi
4,000
10
5
18,05% (yoy) pada triwulan laporan.
3,000
18.05
5,000
2,000
Akselerasi pada penyaluran kredit modal
0
TW I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
2013
kerja terutama didorong oleh akselerasi
2014
pada sektor pertanian, sementara itu
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
perlambatan
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat
investasi
pada
terutama
melambatnya
penyaluran
kredit
dipengaruhi
pembiayaan
oleh
di
sektor
pertambangan. Akselerasi pada penyaluran kredit modal kerja tersebut di tengah kondisi perlambatan ekonomi menunjukkan masih cukup kuatnya optimisme dari para pelaku bisnis di Kalimantan Barat. Berdasarkan
sektor
ekonomi,
penyaluran kredit oleh perbankan di PPK, 13.84%
Kalimantan Barat masih didominasi oleh tiga sektor ekonomi utama,
IP, 2.67% Kon, 3.09%
KrBL, 40.31%
yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran (25,34% dari total kredit yang disalurkan), sektor pertanian (15,28% dari total kredit yang
PdgBE, 25.66% KBJ, 0.01%
TPKom, 5.15%
ReEst, 4.84%
PPK
Pik
Ptm
IP
LGA
Kon
PdgBE
PAMM
TPKom
PKeu
ReEst
AdPem
Jspen
Jskes
JsKem
JsOrg
BInt
KBJ
KrBL
disalurkan), serta sektor transportasi, pergudangan (5,09%
dari
disalurkan).
dan total
komunikasi kredit
Pertumbuhan
yang kredit
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat
sektoral pada triwulan laporan ditandai dengan akselerasi pada penyaluran kredit sektor pertanian sebesar 19,55% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17,00% (yoy). Subsektor utama yang mendorong pertumbuhan kredit Pertanian adalah perkebunan kelapa sawit yang tercatat dengan nominal mencapai Rp4,07 Triliun atau tumbuh 42,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 39,13% (yoy). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan subsektor perkebunan yang mengalami akselerasi sebesar 5,93% (yoy). Sementara itu, kredit sektor yang melambat terutama adalah sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh 19,47% (yoy), atau lebih lambat dari triwulan 38
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
sebelumnya yang tumbuh 39,24% (yoy). Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh implementasi Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2014 terkait pembatasan ekspor barang tambang mineral mentah yang menyebabkan sebagian besar perusahaan pertambangan bauksit di Kalimantan Barat berhenti beroperasi pada awal tahun 2014. Kondisi ini juga sejalan dengan kinerja sektor pertambanagn yang mengalami kontraksi -1,09% (yoy) pada triwulan I 2014. 20,000
Lokasi Proyek Lokasi Kantor
18,000
18,622 16,149
16,000
Outstanding kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk pembiayaan proyek produktif yang berlokasi di Kalimantan
14,000 12,000
Barat pada triwulan laporan mencapai
10,000
Rp16,15 Triliun atau tercatat tumbuh
8,000 6,000
12,46%
4,000
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
2,000
(yoy),
lebih
lambat
mencapai 24,39% (yoy). Penyaluran
Tw I
Tw II Tw III Tw IV
Tw I
Tw II Tw III Tw IV
2012
2013
Tw I 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
kredit untuk lokasi proyek di Kalimantan Barat tersebut seluruhnya dilakukan oleh perbankan yang berlokasi di Kalimantan
Grafik 3.7 Pernyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar)
Barat.
Namun
demikian,
angka
penyaluran kredit tersebut masih lebih
rendah dibandingkan dengan total kredit sektor yang disalurkan oleh perbankan yang berkantor di Kalimantan Barat (lokasi kantor) yang mencapai Rp18,62 Triliun. Hal ini mengindikasikan terdapat kredit dengan lokasi proyek di luar Kalimantan Barat yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat. Dari sisi spasial, penyaluran kredit industri perbankan
masih
Pontianak
dengan
dominan
ke
outstanding
Kota
Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah)
kredit
Kabupaten
Kredit Produktif (Rp Milyar) 1,754
10.86
Kab. Sambas
685
4.24
Kab. Ketapang
931
5.76
yang disalurkan di Kalimantan Barat. Hal
Kab. Sanggau
1,112
6.89
Kab. Sintang
1,249
7.74
tersebut didorong oleh pola bisnis para
Kab. Kapuas Hulu
417
2.58
Kab. Bengkayang
450
2.79
Kab. Landak
270
1.67
Kab. Sekadau
215
1.33
Kab. Melawi
138
0.86
29
0.18
mencapai Rp7,69 Triliun atau mencapai 47,65% dari total kredit sektor produktif
pelaku usaha yang masih terpusat di Kota Pontianak.
Selain
Kota
Pontianak,
kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat dengan tingkat penyerapan kredit sektoral
yang
Kabupaten
cukup Pontianak,
tinggi
adalah
Kabupaten
Kab. Pontianak
Pangsa (%)
Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya
278
1.72
Kota Pontianak
7,695
47.65
Kota Singkawang Total
925
5.73
16,149
100.00
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
39
Sintang, dan Kabupaten Sanggau. Penyerapan kredit di Kabupaten Pontianak didominasi oleh sektor usaha Perdagangan Besar dan Eceran, sementara itu penyaluran kredit di Kab. Sintang dan Sanggau terjadi pada sektor usaha Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, khususnya subsektor perkebunan. Kredit Produktif Pertanian Industri Bangunan PHR Pertambangan (RHS)
4.0 3.5
3.0 2.5
7.70 2.03
1.85
1.5 1.0
0.5 III
IV
8
kredit,
7
I
II
2012
III
2013
risiko
kredit
sektor
yang
tercermin dari rasio Non Performing
5
Loans (NPLs) gross perbankan tercatat
4
meningkat. Rasio NPLs gross kredit
1.53
3
0.90
2
sektoral
1
tercatat pada level 1,53%, sedikit
0.51 II
Di tengah perlambatan pertumbuhan
6
2.0
I
9
IV
-
I
pada
triwulan
laporan
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level
2014
1,42%. Peningkatan rasio NPL gross
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
terjadi Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat
terutama
Pertambangan,
pada
sektor
sektor
Bangunan
serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. NPL pada sektor pertambangan tercatat mencapai 7,70%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,57%. Kenaikan NPL pada sektor tersebut, baik dari sisi nominal maupun persentase, dipengaruhi oleh tekanan pada sektor pertambangan seiring dengan implementasi peraturan pemerintah terkait kegiatan pengolahan dan pemurnian hasil tambang mineral. Sementara itu, peningkatan NPLs pada sektor bangunan antara lain merupakan dampak dari implementasi ketentuan penyempurnaan loan to value dan kenaikan NPLs pada sektor perdagangan terjadi seiring dengan terjadinya perlambatan pada sektor tersebut. Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat 2012
2013
Kab. Pontianak
I 0.94%
II 0.97%
III 0.73%
IV 0.36%
I 0.93%
II 1.22%
III 0.94%
IV 0.69%
2014 I 0.73%
Kab. Sambas
1.75%
2.00%
1.99%
1.34%
1.62%
1.65%
1.81%
0.94%
1.37%
Kab. Ketapang
1.72%
2.01%
1.98%
2.71%
2.64%
2.40%
2.52%
2.06%
1.94%
Kab. Sanggau & Sekadau
1.59%
1.64%
1.39%
1.09%
1.74%
1.68%
1.77%
1.52%
1.93%
Kab. Sintang & Melawi
1.02%
1.33%
1.51%
1.41%
1.36%
1.54%
1.87%
2.01%
1.76%
Kab. Kapuas Hulu
3.61%
3.58%
3.15%
2.01%
2.61%
2.37%
3.10%
2.49%
3.03%
Kab. Bengkayang
0.07%
1.76%
0.29%
0.07%
0.15%
0.09%
0.07%
0.04%
0.12%
Kab. Landak
1.82%
1.46%
1.35%
0.44%
0.81%
0.75%
0.51%
0.26%
0.28%
Kota Pontianak
1.01%
0.87%
0.88%
0.69%
1.58%
1.61%
1.60%
1.02%
1.15%
Kota Singkawang
2.32%
2.17%
3.41%
2.77%
7.08%
6.67%
6.86%
5.33%
5.40%
Total
1.21%
1.13%
1.17%
0.94%
1.95%
1.95%
1.99%
1.42%
1.53%
Kabupaten
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
40
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Berdasarkan sebaran wilayahnya, risiko kredit tertinggi dialami oleh Kota Singkawang, dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat mencapai 5,40%. Hal ini terutama dipengaruhi oleh peningkatan NPLs pada sektor perekonomian utama di daerah tersebut, yaitu perdagangan besar dan eceran, terutama pada subsektor perdagangan eceran makanan dan minuman olahan. Selain Singkawang, daerah dengan risiko kredit yang relatif tinggi adalah Kabupaten Kapuas Hulu dimana persentase kredit non lancar (NPLs) tercatat pada level 3,03%. Risiko kredit di wilayah tersebut juga dipengaruhi oleh permasalahan kredit di sektor perdagangan besar dan eceran.
3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga Dari sisi penyaluran kredit ke rumah tangga, penyaluran kredit konsumsi ke debitur rumah tangga di Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp12,08 Triliun, atau tumbuh 15,14% (yoy). Sejalan dengan penyaluran kredit perbankan Kalimantan Barat secara umum, pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi tersebut tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 17,36% (yoy). Perlambatan penyaluran kredit rumah tangga dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan BI rate yang secara bertahap berdampak pada kenaikan suku bunga kredit, khususnya KPR. Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp Miliar) 2012 2013 I II III IV I II III IV KPR 2,111 2,512 2,349 2,438 2,688 3,099 3,361 3,535 KKB 107 123 129 128 134 188 197 195 Perlengkapan 9 10 6 5 7 5 5 4 Multiguna 4,495 4,863 6,438 6,720 6,908 6,736 6,761 6,838 Lainnya 1,634 1,487 738 823 756 1,018 1,271 1,299 Total kredit 8,356 8,995 9,659 10,115 10,492 11,045 11,595 11,871 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Jenis Kredit Rumah Tangga
2014 I 3,602 188 3 6,878 1,410 12,081
Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat sebagian besar merupakan kredit multiguna dengan outstanding mencapai Rp6,88 Triliun. Meskipun demikian, perkembangan penyaluran kredit multiguna menunjukkan kontraksi sebesar 0,44% (yoy). Pesimisme perkembangan penyaluran kredit tersebut disebabkan terutama oleh penyempurnaan kebijakan Loan To Value (termasuk di dalamnya larangan pemberian/pembiayaan untuk Down Payment) yang secara efektif berlaku mulai 30 September 2013. Selain multiguna, penyaluran kredit rumah tangga juga sebagian besar merupakan kredit kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp3,60 Triliun. Trend perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit rumah tangga, terutama KPR dan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), dimana masing-masing tumbuh 33,98% (yoy) dan 40,75% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 45,00% (yoy) dan 52,13% (yoy). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
41
Perlambatan kredit rumah tangga diperkirakan juga dipengaruhi oleh masih rendahnya harga komoditas utama Kalimantan Barat, khususnya karet. 100%
Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Kredit Rumah Pangsa Kabupaten Tangga (Rp Milyar) (%) Kab. Pontianak 673.02 5.57 Kab. Sambas 490.18 4.06 Kab. Ketapang 797.24 6.60 Kab. Sanggau & Sekadau 926.96 7.67 Kab. Sintang & Melawi 843.36 6.98 Kab. Kapuas Hulu 484.41 4.01 Kab. Bengkayang 241.86 2.00 Kab. Landak 400.33 3.31 Kab. Kubu Raya 0.55 0.00 Kota Pontianak 6,279.24 51.98 Kota Singkawang 943.54 7.81 Total 12,080.67 100.00 Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah
Total kredit KPR KKB Multiguna
80% 60%
40.75% 33.98%
40% 20%
15.14%
0% -20%
-0.44% I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.9 Perkembangan Kredit Rumah Tangga di Kalimantan Barat
Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga paling banyak disalurkan oleh perbankan di Kota Pontianak dengan outstanding mencapai Rp6,28 Triliun atau mencapai pangsa 51,98% dari total kredit rumah tangga yang disalurkan di Kalimantan Barat. Tingginya tingkat konsumsi rumah tangga di Kota Pontianak mendorong tingginya penyaluran kredit konsumsi di daerah tersebut. Daerah lainnya dengan outstanding penyaluran kredit rumah tangga yang cukup tinggi adalah Kota Singkawang, Kabupaten Sanggau & Sekadau serta Kabupaten Sintang & Melawi. Tingginya aktivitas perekonomian di sektor utama perekonomian daerah-daerah tersebut mendorong tingginya konsumsi masyarakat. Secara umum, risiko kredit yang tercermin
KPR KKB Multiguna Lainnya Perlengkapan
3.00%
2.50% 2.00%
dari rasio NPL gross kredit rumah tangga berada di batas aman di bawah 5%. Namun 1.67%
1.50%
1.25% 1.04%
1.00% 0.50%
0.41% 0.34%
0.00%
kredit yang terjadi, terjadi tren peningkatan rasio NPL gross kredit rumah tangga. Rasio NPL
gross
kredit
rumah
tangga
pada
triwulan laporan tercatat sebesar 0,79%. I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat
42
demikian, di tengah perlambatan penyaluran
Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit rumah tangga dengan tingkat NPL tertinggi adalah KPR dengan tingkat NPL mencapai 1,67%.
Peningkatan
NPL
KPR
selain
dipengaruhi oleh penyempurnaan kebijakan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
LTV pada triwulan III 2013 juga diakibatkan oleh cenderung meningkatnya suku bunga kredit perbankan seiring dengan kenaikan suku bunga kebijakan BI.
3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Di tengah perlambatan kredit secara umum, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tercatat mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kredit yang disalurkan untuk UMKM tercatat sebesar Rp10,04 Triliun atau tumbuh 31,62% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 30,97% (yoy). Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit produktif yang disalurkan oleh perbankan Kalimantan Barat pun tercatat cukup tinggi mencapai 53,90%. Rp Miliar 12,000
Nominal
%, yoy 40
Growth
35
10,000
Modal Kerja Investasi
30 8,000
25
6,000
20 15
4,000
10 2,000
5
-
1,970
2,001 1,870
1,961 2,018
2,538 2,634
2,851 3,128
6,365 6,763 6,910 5,609 6,141 4,861 5,380 4,595 4,106
I
II
III
2012
IV
I
II
III
IV
2013
I 2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar)
Porsi terbesar kredit UMKM disalurkan kepada usaha kecil (nominal antara Rp50 juta- Rp500 juta) mencapai 43,72% dari total kredit UMKM yang disalurkan atau sebesar Rp4,40 Triliun. Sementara itu, kredit untuk usaha menengah (nominal antara Rp500 juta sampai dengan Rp5 Miliar) dan usaha mikro (nominal kurang dari Rp50 juta), masing-masing tercatat sebesar Rp4,17 Triliun dan Rp1,48 Triliun. Ditinjau dari jenis penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM disalurkan untuk tujuan modal kerja, mencapai Rp6,91 Triliun. Sementara Rp3,13 Triliun disalurkan untuk kepentingan investasi. Penyaluran kredit tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian, perburuan dan kehutanan, terutama sub sektor perkebunan karet dan kelapa sawit.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
43
Peningkatan outstanding dan pangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kalimantan Barat mengindikasikan tetap tingginya komitmen perbankan untuk membiayai UMKM di Kalimantan Barat. Hal ini perlu didukung dengan penguatan UMKM dari sisi bankability serta percepatan pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) oleh pemerintah daerah sehingga akses UMKM terhadap pembiayaan perbankan ke depannya dapat lebih ditingkatkan. PPKD di Kalimantan sudah dibentuk di Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. % 3.50
Mikro
Kecil
Menengah
Kredit UMKM
Sejalan risiko
3.00
2.79 2.61
2.50
2.16
2.00
dengan kredit
tren
peningkatan
perbankan
umum
Kalimantan Barat, risiko kredit UMKM juga
tercatat
menunjukkan
peningkatan pada triwulan laporan.
1.50
1.35
1.00
Pada triwulan I 2014, rasio NPL gross
0.50
kredit UMKM tercatat sebesar 2,16%
0.00
atau Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2012
2013
2014
Sumber : LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM
lebih
tinggi
dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
2,00%.
Peningkatan
NPL
terutama terjadi pada debitur usaha mikro dan menengah, dimana masing-
masing tercatat sebesar 2,61% dan 1,35%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk usaha kecil mencatat penurunan NPL dari 2,82% menjadi 2,79%.
3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 mengalami penurunan. Nominal transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar 8,82% (qtq) menjadi sebesar Rp9,93 Triliun. Sementara transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) juga mengalami kontraksi, baik dari sisi nominal maupun pada jumlah transaksi yang dilakukan, masing-masing sebesar 10,89% (qtq) dan 13,53% (qtq). Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan I 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang masuk (inflow), namun mengalami penurunan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow). Jumlah uang masuk mengalami peningkatan yang relatif signifikan sebesar 318,51% (qtq) menjadi sebesar Rp1,86 Triliun. Sementara itu, jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 74,54% (qtq) menjadi sebesar Rp629,83 Miliar. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net inflow, dimana jumlah uang yang masuk lebih besar dibandingkan jumlah uang yang diedarkan. Jika ditinjau secara tahunan, transaksi sistem 44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan di sisi inflow yaitu sebesar 33,30% (yoy), begitupula di sisi outflow juga mengalami kenaikan sebesar 20,30% (yoy).
3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS Selama triwulan I 2014, transaksi RTGS menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun volume transaksi. Total nominal transaksi RTGS mengalami kontraksi 10,89% (qtq) menjadi sebesar Rp65,04 Triliun, sementara total volume transaksi mengalami kontraksi 13,53% (qtq) menjadi sebesar 49.474 transaksi. Berdasarkan perputarannya, transaksi RTGS keluar dan transaksi RTGS masuk Kalimantan Barat masing-masing mengalami penurunan sebesar 9,04% (qtq) dan 11,71% (qtq), menjadi sebesar Rp26,21 Triliun dan Rp26,72 Triliun. Hal yang sama juga terjadi pada transaksi RTGS lokal Kalimantan Barat yang mengalami penurunan sebesar 12,95% (qtq) menjadi sebesar Rp12,12 Triliun. Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh belum optimalnya realisasi proyek-proyek pada awal tahun. Secara tahunan, nominal total transaksi RTGS triwulan I 2014 mengalami kontraksi sebesar 0,83% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat mencapai Rp65,58 Triliun. Dari sisi volume transaksi, juga terjadi penurunan sebesar 14,51% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat 57.871 transaksi. Dilihat dari nominal per transaksinya selama triwulan I 2014 mengalami peningkatan sebesar 3,05% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp1,31 Miliar per transaksi apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1,28 Miliar. Secara tahunan nilai nominal per transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 16,00% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,13 Miliar per transaksi. Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ( Mi l i ar Rp) Keterangan
2012
2013 Tw II
Tw III
Tw IV
2014 Tw I
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
R TGS Keluar - J umlah T rans aks i - Nominal
22.298 21.513
26.242 26.543
27.422 25.846
30.618 29.806
27.745 27.208
29.414 30.097
26.770 27.685
27.865 28.810
24.282 26.205
R TGS Mas uk - J umlah T rans aks i - Nominal
20.381 23.838
22.610 30.295
23.014 30.311
25.469 32.843
21.765 26.182
23.018 29.912
21.096 31.673
21.463 30.264
18.301 26.720
R TGS L okal - J umlah T rans aks i - Nominal
7.102 11.185
8.040 13.941
8.781 13.414
10.008 15.711
8.361 12.194
8.809 14.036
7.954 14.178
7.890 13.919
6.891 12.116
TOTAL - J umlah Trans aks i - Nominal
49.781 56.536
56.892 70.779
59.217 69.571
66.095 78.360
57.871 65.584
61.241 74.045
55.820 73.536
57.218 72.993
49.474 65.041
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
45
3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring Transaksi kliring selama triwulan I 2014 menunjukkan kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,07 Triliun atau kontraksi 8,67% (qtq). Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi kontraksi sebesar 12,16% (qtq) menjadi sejumlah 233.404 lembar warkat. Ditinjau dari sisi kliring pengembalian atau penolakan cek dan bilyet giro kosong, nilai transaksi kliring mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,15% (qtq) menjadi sebesar Rp138,52 Miliar. Namun dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan mengalami kontraksi sebesar 4,74% (qtq) menjadi sejumlah 3.253 lembar warkat. Sementara itu, secara tahunan, total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat mengalami peningkatan sebesar 21,91% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp8,26 Triliun. Dari sisi jumlah warkat yang ditransaksikan, juga terjadi peningkatan sebesar 2,07% (yoy) yang pada triwulan I 2013 tercatat sebesar 228.669 lembar. Dilihat dari nominal transaksi per warkat, selama triwulan I 2014 terjadi peningkatan sebesar 3,91% (qtq) dengan nilai nominal sebesar Rp43,16 Juta per warkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp41,53 Juta per warkat. Secara tahunan nilai nominal transaksi per warkat juga mengalami peningkatan sebesar 19,43% (yoy) apabila dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp36,14 Juta per warkat. Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring Keterangan Kliring P enyerahan - J umlah Warkat (lbr) - Nominal - R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) - R ata-R ata Nominal/Hari Kliring P engembalian - J umlah Warkat (lbr) - Nominal - R ata-R ata Warkat/Hari (lbr) - R ata-R ata Nominal/Hari TOTAL - J umlah Warkat (lbr) - Nominal
Tw I
Tw II
Tw III
( Mi l i a r Rp) 2014 Tw IV Tw I
298.651 8.702 5.333 155
228.669 8.262 3.811 138
248.144 8.861 3.939 141
249.803 9.925 3.965 158
265.717 11.027 4.356 181
233.404 10.072 3.890 168
3.258 145 54 2,4
2.785 101 50 1,8
2.860 101 48 1,7
2.713 89 43 1,4
3.310 126 53 2,0
3.415 133 56 2,2
3.253 139 54 2,3
289.722 11.018
295.866 8.601
225.809 8.160
245.431 8.772
246.493 9.798
262.302 10.894
230.151 9.933
2012
2013
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
234.028 7.629 3.715 121
259.685 8.566 4.188 138
292.980 11.163 4.883 186
1.910 86 30 1,4
2.402 196 39 3,2
232.118 7.543
257.283 8.370
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta Asing (PVA) Pada triwulan I 2014, jumlah Pedagang Valuta Asing (PVA) di Kalimantan Barat tercatat
sebanyak 36 perusahaan atau tidak mengalami perubahan apabila
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan PVA di 46
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 cenderung mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari sisi pembelian, selama triwulan I 2014 jumlah pembelian valuta asing mencapai sebanyak Rp107,47 juta atau mengalami kontraksi sebesar 3,81% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp111,73 juta. Selanjutnya dari sisi penjualan, jumlah penjualan valuta asing mencapai sebanyak Rp106,69 juta atau juga mengalami kontraksi sebesar 6,50% (qtq) apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak Rp114,11 juta. Penurunan tersebut antara lain dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan tercatat 7.002 orang, sementara pada triwulan IV 2013 mencapai 8.570 orang
3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang diedarkan (outflow) oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp630,00 Miliar atau mengalami kontraksi sebesar 74,54% (qtq) dibandingkan dengan triwulan IV 2013 yang tercatat sebesar Rp2,47 Triliun. Secara tahunan, jumlah uang yang diedarkan tersebut mengalami peningkatan sebesar 20,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp524,00 Miliar. Berdasarkan denominasinya, uang yang diedarkan selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 4,63 juta lembar (21,96% dari total uang kertas yang diedarkan), diikuti oleh pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 4,17 juta lembar (19,78% dari total uang kertas yang diedarkan). Hal ini didorong oleh peningkatan kebutuhan uang pecahan kecil seiring dengan perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao. Selain itu, peningkatan jumlah uang yang diedarkan antara lain didorong oleh adanya kenaikan gaji sebesar 6% dan kompensasi guru yang baru dibayarkan pada bulan Maret 2014.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
47
35.000
Rp10.000
30.000
Rp5.000
25.000
Rp2.000
20.000
15.000 10.000 5.000
2012
2013
Mar
Jan
Nov
Sep
Jul
Mei
Mar
Jan
Nov
Sep
Jul
Mei
Mar
Jan
0
2014
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil
Sementara itu, jumlah uang yang masuk (inflow) ke khasanah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp1,86 Triliun atau mengalami peningkatan yang relatif signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 318,51% (qtq). Peningkatan inflow tersebut terutama terjadi pasca perayaan Imlek dan Cap Go Meh di akhir triwulan I 2014. Secara tahunan jumlah uang masuk tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 33,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp1,4 Triliun. Berdasarkan denominasinya, uang masuk selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 13,51 juta lembar (39,02% dari total uang kertas yang masuk), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 11,20 juta lembar (32,36% dari total uang kertas yang masuk). Jumlah aliran uang masuk yang lebih besar dari aliran uang yang diedarkan oleh KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mengakibatkan posisi net inflow sebesar Rp1,23 Triliun. Kondisi Net Inflow tersebut merupakan pola historis di awal tahun pasca adanya peningkatan outflow yang lebih besar dari pada peningkatan inflow di akhir tahun.
48
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
3.000
2.500 2.000
Miliar Rp
2.500
1.500
2.000
1.000
1.500
500 -
1.000
-500
500
-1.000
-
-1.500 Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw Tw I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 Inflow
2012 Outflow
2013
2014
Net Outflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat
3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka pelaksanaan
clean money policy , KPwBI Provinsi Kalimantan Barat
secara rutin melakukan pendistribusian uang hasil cetak sempurna (HCS) yang layak edar untuk menggantikan uang lusuh dan sudah tidak layak edar melalui sarana: (1) penarikan uang oleh perbankan; (2) penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat; dan (3) kegiatan kas keliling. Selain itu, KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga melakukan kerja sama dengan perbankan di Kalimantan Barat, baik bank umum maupun BPR, untuk melayani penukaran uang Rupiah bagi masyarakat. Kerja sama ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang layak edar dengan jangkauan yang lebih luas. Kegiatan penukaran uang melalui loket penukaran KPwBI Provinsi Kalimantan Barat selama triwulan I 2014 mencapai Rp29,88 Miliar, atau mengalami peningkatan sebesar 17,03% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 9,28% (qtq). Hal ini didorong oleh adanya perayaan Tahun Baru Imlek dan Cap Go Meh dimana masyarakat Kalimantan Barat memiliki budaya saling memberi angpao. Berdasarkan denominasinya, sebagian besar uang yang ditukarkan adalah uang kertas dengan denominasi Rp100.000,00 yang mencapai Rp19,56 Miliar atau sejumlah 195,55 ribu lembar serta pecahan Rp50.000,00 yang mencapai Rp9,28 Miliar atau sejumlah 185,50 ribu lembar. Berdasarkan data penukaran uang keluar, uang pecahan kecil yang paling diminati masyarakat adalah pecahan Rp2.000,00 dengan nominal mencapai Rp4,07 Miliar atau sebanyak 2,03 juta lembar serta pecahan uang logam Rp200,00 dengan nominal mencapai Rp310 Juta atau sebanyak 1,56 juta keping. Sementara itu, secara tahunan jumlah uang yang masuk melalui Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
49
penukaran langsung pada triwulan I 2014 meningkat 15,35% (yoy) dari triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp25,91 Miliar. Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) (Ribu Rp) P ec ahan Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang L ogam 1.000 500 200 100 50 25
Tw I 21.682.933 11.453.300 9.423.900 221.960 243.140 118.035 51.816 169.966 679 137 20.610 5.499 9.274 2.368 2.119 1.037 314
2012 Tw II Tw III 20.579.479 28.725.482 10.696.100 16.982.300 9.230.750 11.017.900 183.680 202.380 158.640 203.440 98.830 115.955 59.488 72.014 151.377 130.971 405 351 209 171 13.683 4.032 4.749 195 5.470 2.381 1.555 628 1.488 654 362 167 59 7
Tw IV 21.297.734 12.546.300 7.911.750 237.060 256.230 115.990 95.242 134.441 425 296 9.287 2.544 4.956 846 903 38 0
Total 92.285.627 51.678.000 37.584.300 845.080 861.450 448.810 278.560 586.755 1.859 813 47.612 12.987 22.080 5.397 5.164 1.604 380
Tw I 25.903.671 14.503.900 10.160.050 361.600 373.680 186.820 152.904 161.468 2.732 517 2.810 20 1.194 662 694 215 25
2013 Tw II Tw III 22.286.540 28.142.138 12.299.500 17.089.300 9.091.000 10.328.350 228.120 158.020 301.240 239.310 115.695 107.465 128.912 122.358 121.470 97.159 357 73 246 103 2.142 3.489 8 60 1.002 2.020 273 627 712 754 147 28 0 0
Tw IV 25.528.309 15.878.300 8.464.100 206.600 263.880 469.750 154.656 90.673 186 164 6.527 210 3.552 1.230 1.373 163 0
Total 101.860.658 59.771.000 38.043.500 954.340 1.178.110 879.730 558.830 470.770 3.348 1.030 14.968 298 7.768 2.792 3.533 553 25
2014 Tw I 29.880.243 19.555.000 9.275.000 244.800 402.340 125.205 176.376 101.054 188 280 2.768 225 1.891 838 1.013 823 0
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain melayani penukaran di loket pelayanan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, secara rutin Bank Indonesia juga melakukan kegiatan kas keliling. Kegiatan kas keliling bertujuan untuk menyediakan uan langsung kepada masyarakat khususnya di wilayah kabupaten/kota selain Kota Pontianak. Kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah di wilayah perbatasan, yang dalam pelaksanaannya KPwBI Provinsi Kalimantan Barat juga bekerja sama dengan PT. BPD Kalimantan Barat untuk menjangkau sejumlah daerah di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dengan wilayah Sarawak, Malaysia. Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang ditukarkan oleh masyarakat melalui kegiatan kas keliling mencapai Rp8,57 Miliar, atau mengalami kontraksi sebesar 4,82% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh frekuensi kegiatan kas keliling selama triwulan I 2014 yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan I 2014, kegiatan kas keliling tidak hanya dilaksanakan di dalam kota saja, namun juga dilaksanakan dibeberapa daerah antara lain yaitu di Kabupaten Sambas, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara. Secara tahunan jumlah uang yang ditukarkan melalui kegiatan ini juga mengalami kontraksi sebesar 44,38% (yoy) dari triwulan I 2013 yang tercatat sebesar Rp15,4 Miliar.
50
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling (Ribu Rp) Kas Keliling Uang Kertas 100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 500 100 Uang Logam 1.000 500 200 100 50 25
2011 Tw I 6.624.572 1.543.500 1.923.850 842.800 903.100 952.385 14.908 443.020 829 180 428 0 20 30 277 70 31
Tw II 7.918.414 2.303.400 2.467.650 1.219.420 909.640 723.795 27.420 266.543 506 41 120 0 0 0 100 20 0
2012
Tw III 13.200.800 4.178.500 5.136.000 1.164.240 1.200.070 1.043.825 120.336 355.985 1.446 399 0 0 0 0 0 0 0
Tw IV 3.436.625 1.561.200 706.850 442.140 386.470 219.785 33.408 86.705 39 29 0 0 0 0 0 0 0
Tw I 16.770.463 5.076.900 4.999.200 2.328.380 2.208.620 1.397.765 265.670 493.463 327 138 407 177 0 0 165 65 0
Tw II 11.599.900 3.241.700 3.390.650 1.317.820 1.478.080 1.215.055 471.798 484.137 69 591 100 0 0 0 100 0 0
2013 Tw III 14.572.079 6.138.199 3.645.500 1.802.480 1.595.600 875.555 177.712 337.030 3 0 310 100 150 0 50 10 0
Tw IV 6.491.400 1.675.500 1.609.300 964.240 1.128.880 528.390 316.404 268.234 378 74 0 0 0 0 0 0 0
Total 49.433.842 16.132.299 13.644.650 6.412.920 6.411.180 4.016.765 1.231.584 1.582.864 777 803 817 277 150 0 315 75 0
Tw I 15.400.000 5.028.000 3.521.200 2.485.980 2.400.280 1.093.310 514.880 356.334 14 3 0 0 0 0 0 0 0
Tw II 4.932.466 1.379.300 594.600 770.220 1.126.090 726.260 233.638 102.234 107 18 2.316 0 999 952 350 15 0
Tw III 18.750.000 9.772.700 3.431.100 1.869.360 2.071.590 953.670 362.664 288.916 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tw IV 8.993.981 2.484.000 3.211.200 1.051.060 1.252.100 635.025 247.456 113.004 121 15 6.019 508 3.808 664 915 124 0
2014 Tw I 8.565.873 3.068.900 3.109.000 803.540 851.790 394.205 252.584 85.815 19 20 27 0 0 0 27 0 0
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan uang tunai terutama di daerah terpencil, Bank Indonesia bekerjasama dengan bank umum untuk melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan Kas titipan dilaksanakan dalam rangka menjalankan misi Bank Indonesia di bidang pengedaran uang yaitu memenuhi kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar. Layanan kas titipan di Provinsi Kalimantan Barat dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat bekerja sama dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat Cabang Sintang. 150.000,00
100.000,00
50.000,00
-
Jan
Feb
Mar
2014
2014
2014
(50.000,00)
(100.000,00) Outflow
Inflow
Netflow
Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan
Selama triwulan I 2014, jumlah uang yang disetorkan (Outflow) melalui kas titipan mencapai Rp149,50 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp100.000,00 yang mencapai 1,07 juta lembar (55,37% dari total uang kertas yang disetorkan), diikuti dengan pecahan Rp50.000,00 yang tercatat sebanyak 0,85 juta lembar (44,27% dari total uang kertas yang disetorkan).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
51
Sementara itu, jumlah uang yang ditarik (Inflow) melalui kas titipan selama triwulan I 2014 tercatat sebesar Rp232,76 Miliar. Berdasarkan denominasinya, selama triwulan I 2014 didominasi oleh uang kertas dengan pecahan Rp50.000,00 yang mencapai 1,54 juta lembar (34,22% dari total uang kertas yang ditarik), diikuti dengan pecahan Rp100.000,00 yang tercatat sebanyak 1,47 juta lembar (32,67% dari total uang kertas yang ditarik).
3.6.4.3 Pemusnahan Dari hasil penukaran uang di loket KPwBI Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPwBI Provinsi Kalimantan Barat melakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar melalui peracikan dengan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK). Pelaksanaan pemusnahan uang dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan,
pengawasan
melekat
dan
good
governance
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan I 2014, jumlah uang kartal tidak layak edar yang dimusnahkan KPwBI Provinsi Kalimantan Barat mencapai Rp213,52 Miliar atau mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 30,70% (qtq) dimana pemusnahan tercatat sebesar Rp308,11 Miliar. Berdasarkan denominasinya, pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp2.000,00 yang mencapai 2,47 juta lembar, Rp50.000,00 mencapai 2,06 juta lembar, serta Rp10.000,00 dan Rp5.000,00 yang masing-masing mencapai 1,94 dan 1,89 juta lembar. Seiring dengan meningkatnya aliran uang masuk (cash inflow) dan menurunnya jumlah pemusnahan uang tidak layak edar, ratio pemusnahan uang layak edar terhadap aliran uang masuk mengalami kontraksi dari 69,25% pada triwulan IV 2013 menjadi sebesar 11,47% pada triwulan laporan. Rasio tersebut juga lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yang tercatat sebesar 13,16%.
52
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2.000
80%
1.800
70%
Miliar Rp
1.600
60%
1.400 1.200
50%
1.000
40%
800
30%
600
20%
400
10%
200
-
0% Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Tw I
Tw II
2012 Inflow
Tw III
Tw IV
2013 PTTB
Tw I
2014
Rasio PTTB thd Inflow (RHS)
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow
3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu Seiring dengan salah satu upaya Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat akan ketersediaan uang Rupiah yang layak edar, dalam pecahan yang sesuai serta tepat waktu, muncul permasalahan yang berkembang di masyarakat, yaitu maraknya peredaran uang palsu. Mengingat kebutuhan masyarakat akan uang yang sangat tinggi, uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar. Sebagaimana diamanatkan Undangundang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang palsu yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat
PERIODE 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tw I
100.000 111 239 389 312 643 522 522
50.000 596 531 286 322 264 41 41
J ENIS PECAHAN 20.000 10.000 5.000 12 7 12 3 9 0 12 10 5 3 1 1 1 1
2.000 2 7 1 6 2 0 0
0 0 0 12 0 0 0
1.000 0 2 0 0 0 0 0
J UMLAH (bilyet) 728 794 685 674 917 565 565
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat
Selama triwulan I 2014, ditemukan 565 lembar uang Rupiah palsu di Kalimantan Barat, yang sumber pelaporannya sebagian besar (96,99%) dilakukan oleh pihak perbankan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
53
Dilihat dari denominasinya, penemuan uang palsu didominasi oleh uang pecahan Rp100.000,00 sebanyak 522 lembar lalu diikuti oleh uang pecahan Rp50.000,00 sebanyak 41 lembar. Apabila dibandingkan dengan jumlah uang yang di edarkan (outflow), jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut hanya sebesar 0,008% (8/1000) dari jumlah uang pecahan Rp100.000,00 dan Rp50.000,00 yang diedarkan selama triwulan I 2014. Dalam rangka pencegahan peredaran uang palsu, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang dan melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara intensif ke berbagai lapisan masyarakat. Mengingat besarnya jumlah penemuan uang palsu yang beredar di masyarakat tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenal uang.
54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
IV.
PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH5
Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 menunjukkan perkembangan yang baik terutama dari sisi realisasi belanja. Pada triwulan I 2014, realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat mencapai 23,46% dari target APBD, lebih rendah dibanding realisasi triwulan I 2013. Sementara itu realisasi penyerapan belanja Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan I 2014 masih belum optimal karena baru mencapai 6,88% dari target APBD 2014 meski rasio penyerapan tersebut lebih tinggi dari triwulan I 2013 yang mencapai 6,49%. Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2013 (Rp Miliar)
Keterangan Pendapatan Belanja
Target Anggaran 2013 2014 3,307.93 3,729.90 3,469.97 3,754.90
Realisasi I 2013 I 2014 809.37 874.98 225.37 258.37
% Realisasi 2013 2014 24.47 23.46 6.49 6.88
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat 30
25
Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan
% 24.47
Barat pada triwulan I 2014 tercatat
23.46
I 2013 I 2014
20 15
sebesar Rp874,98 miliar atau mencapai 23,46%
dari
target
APBD
Tahun
Anggaran 2014. Meskipun secara nilai
10 6.49
6.88
realisasi
pendapatan
lebih
tinggi
5
dibandingkan triwulan I 2013 yang
0
mencapai Pendapatan
Belanja
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 1 Realisasi Belanja dan Pendapatan Triwulan I 2014
Rp809,37
miliar,
namun
kenaikan target pendapatan dalam APBD 2014
sebesar
12,76%
(yoy)
menyebabkan rasio realisasi pendapatan mengalami penurunan dari triwulan I
2013 yang mencapai 24,47%. Sementara itu, realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014 juga relatif belum optimal, tercermin dari realisasi penyerapan belanja pada triwulan I 2014 yang baru mencapai Rp258,37 triliun atau 6,88% dari target APBD. Kondisi tersebut dikarenakan pencairan anggaran di awal tahun masih dalam proses persetujuan sehingga mempengaruhi penyerapan anggaran belanja. Meskipun demikian, realisasi penyerapan belanja tersebut, baik secara nilai dan rasio menunjukkan perkembangan yang positif, tercermin dari realisasi penyerapan yang lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang mencapai Rp225,37 miliar atau 6,49% terhadap target tahun anggaran 2013. Penyerapan belanja pada triwulan I
5
Dikarenakan ketersediaan data yang terbaru, maka data yang dianalisa pada periode laporan hanya mencakup kinerja keuangan pemerintah provinsi. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
55
2014 tersebut diharapkan dapat lebih dioptimalkan pada periode-periode berikutnya, khususnya untuk belanja Modal serta Barang dan Jasa agar realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang telah direncanakan di awal tahun dapat terselesaikan tepat waktu dan sesuai target serta memberikan multiplier effect yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat. 4.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014 Berdasarkan komponennya, kenaikan
Lain-lain Pendapatan yang Sah 258.72
realisasi pendapatan pada triwulan I 2014
terutama
peningkatan
didorong
oleh
realiasasi
Dana
Perimbangan. Tercatat realisasi Dana Perimbangan
pada
triwulan
I
2014
mencapai Rp 765,18 miliar meningkat 9,86% (yoy) dari triwulan I 2013 yang mencapai Rp391,47 triliun. Selain itu, komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan yang Sah juga mengalami triwulan
kenaikan I
2014,
realisasi
pada
Dana Perimbangan 765.18
Lain-lain Pendapatan yang Sah 128.85
Dana Perimbangan 391.47
PAD 669.35
PAD 289.05
I 2013
I 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 2 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)
masing-masing
mencapai 5,58% dan 8,44% (yoy). Dibandingkan dengan target APBD 2013, realisasi ketiga komponen pendapatan tersebut relatif baik, masing-masing mencapai 18,42%, 28,46% dan 24,87%. Secara
lebih
mendalam
dapat
diketahui bahwa realisasi PAD pada
282.84 244.68
triwulan I 2014 terutama didorong oleh realisasi Pajak Daerah, sementara Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang
Sah
Tercatat,
realisasi
masing-masing
komponen tersebut pada triwulan I 2014
22.76
21.61
mangalami penurunan.
mencapai
Rp282,84
miliar,
Rp11,80 miliar dan Rp10,53 miliar.
I 2013
11.80
10.53
I 2014
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yg Sah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 3 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp Miliar)
Kontribusi terbesar dimiliki oleh Pajak Daerah mencapai 92,68% dengan tingkat kenaikan mencapai 15,60% dibandingkan triwulan I 56
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
2013. Sementara kontribusi dan Retribusi Daerah dan Lain-lain PAD yang Sah masing-masing mencapai 3,87% dan 3,45%. Jika dibandingkan dengan target tahun anggaran 2014, realisasi komponen Pajak Daerah mencapai 19,78%. Kenaikan realisasi Pajak Daerah tersebut salah satunya disebabkan oleh penyesuaian pajak tembakau daerah sebesar 10%.
DAU 430.07
DAU 381.57
Sementara
itu,
Perimbangan
realisasi
pada
Dana
triwulan
I
2014 didorong oleh tingginya realisasi (DAU). Dana Bagi Hasil Pajak & Non Pajak 9.90
Dana Pada
Alokasi triwulan
Umum laporan,
realisasi DAU di Provinsi Kalimantan Barat tercatat mencapai Rp430,07
-
I 2013 I 2014 Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 4 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp Miliar)
miliar,
meningkat
12,71%
dari
realisasi triwulan I 2013. Kenaikan realisasi DAU tersebut tidak terlepas dari persiapan pelaksanaan pemilu
legislatif yang dilaksanakan pada awal triwulan II 2014. Selain itu, penyaluran DAU juga dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan fiskal daerah dalam membiayai urusan pemerintahan daerah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Lebih lanjut, tingginya realisasi Dana Perimbangan yang lebih tinggi dibandingkan PAD pada triwulan I 2013 mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah masih belum optimal. Tercatat rasio PAD terhadap total penerimaan daerah pada triwulan I 2014 mencapai 39,53%, sementara rasio Dana Perimbangan mencapai 45,19%. Tabel 4.2 Indikator Kemandirian Fiskal Provinsi Kalimantan Barat 2013 (Rp Miliar)
PAD
Dana Perimbangan
669.35
765.18
Lain-lain Pendapatan yang Sah 258.72
Total Penerimaan Daerah 1,693.25
PAD/TPD
Dana Perimbangan/TPD
Lainlain/TPD
39.53%
45.19%
15.28%
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
57
Realisasi Belanja Daerah
4.2.
%
14
12,48
Realisasi
12,37
penyerapan
belanja
pemerintah Provinsi Kalimantan
12 I 2013
10
Barat
I 2014
8
pada triwulan I
2014
relatif lebih baik dari periode
6
sebelumnya.
4,59
4,12
4
penyerapan
2
Tercatat anggaran
rasio Provinsi
Kalimantan Barat pada triwulan I
0
Belanja Tidak Langsung
2014 mencapai 8,92% dari target
Belanja Langsung
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 5 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen
anggaran tersebut
belanja
2014.
relatif
Rasio
meningkat
dibanding triwulan I 2013 yang
mencapai 8,47%. Realisasi penyerapan belanja tersebut masih didorong oleh Belanja Tidak Langsung (Belanja Rutin). Tercatat pangsa Belanja Tidak Langsung pada triwulan I 2014 mencapai 77,17% dari total belanja, dengan rasio realisasi Belanja Tidak Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai 12,37%. Sementara pangsa realisasi Belanja Langsung (Belanja Non-Rutin), yang digunakan untuk membiayai berbagai proyek pemerintah, mencapai 22,83% dari target anggaran 2014. Rasio realisasi Belanja Langsung terhadap target anggaran 2014 mencapai 4,59%. Besarnya gap realisasi komponen belanja yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan proyek khususnya pembangunan infrastruktur masih dapat lebih dioptimalkan. Secara lebih mendalam, diketahui
180
Rp. Miliar
bahwa tingginya realisasi Belanja
160
I 2013
Tidak Langsung/rutin salah satunya
140
I 2014
didorong oleh penyerapan belanja hibah.
Kondisi
tersebut
relatif
120
100 60
persiapan
pemilu
40
legislatif yang dilaksanakan pada
20
awal
triwulan
II
triwulan I 2014,
2014.
Pada
nilai realisasi
belanja hibah mencapai Rp160,39
97,98 82,92
80
sejalan dengan alokasi DAU, terkait pelaksanaan
160,39 142,45
0 Belanja Pegawai
Belanja Hibah
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 6 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin)
miliar, atau 23,93% dari target tahun anggaran 2014. Sementara itu, realisasi belanja pegawai (gaji) mencapai Rp97,98 miliar 58
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
atau 16,99% dari target tahun 2014. Nilai realisasi belanja gaji pada triwulan I 2014 berada di level yang cukup tinggi, terutama dipengaruhi oleh kenaikan gaji PNS sebesar 6% dan pembayaran kompensasi guru. Sementara
Rp. Miliar
Belanja Modal 6,86
Belanja Modal 2,28 Belanja Barang & Jasa 53,85
Belanja Barang & Jasa 54,30
Belanja Pegawai 12,53
Belanja Pegawai 15,27
I 2013
I 2014
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Provinsi Kalimantan Barat Grafik 4. 7 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin)
itu,
realisasi
komponen
Belanja Langsung yang digunakan untuk pelaksanaan
proyek
masih
belum
optimal, mencapai 4,59% dari target APBD Tahun Anggaran 2014. Realisasi Belanja Langsung tersebut terutama didorong
oleh
penyerapan
Belanja
Barang dan Jasa yang secara nilai mencapai Rp54,30 miliar, atau 5,56% dari
target
tahun
anggaran
2014.
Penyerapan Belanja Barang dan Jasa tersebut
salah
satunya
dipicu
oleh
realisasi proyek pembangunan jalan lingkar bandara sepanjang 2,16 km dengan biaya pembangunan mencapai Rp10,7 miliar. Meskipun mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan I 2013, rasio penyerapan belanja Barang & Jasa pada triwulan I 2014 masih berada di level yang relatif rendah sebesar 5,56%, naik dari triwulan I 2013 yang mencapai 5,53%. Sementara itu, nilai realisasi belanja Modal pada triwulan I 2014 mencapai Rp6,86 miliar, atau 1,27% dibanding target 2014. Relatif kurang optimalnya penyerapan belanja Modal dan belanja Barang dan Jasa pada triwulan I 2014 tersebut perlu mendapat perhatian mengingat kedua komponen belanja ini berperan besar terhadap kelancaran pelaksanaan proyek pembangunan daerah.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
59
Halaman ini sengaja dikosongkan
60
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
V.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
5.1 Ketenagakerjaan Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 2.369 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 0,89% (yoy) jika dibandingkan hasil survei pada bulan Februari 2013. Dengan jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) yang tercatat meningkat 1,61% (yoy) menjadi sebanyak 3.280 ribu orang, maka Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menurun dari 72,74% pada Februari 2013 menjadi 72,21% pada Februari 2014. Jumlah penduduk bekerja mengalami peningkatan 1,45% (yoy) dibandingkan Februari 2013 menjadi sebanyak 2.309 orang. Namun demikian, jumlah pengangguran mengalami penurunan sebesar 17,81% (yoy) dibandingkan Februari 2013, menjadi sebanyak 60 ribu orang. Secara keseluruhan, penurunan tersebut mengakibatkan Tingkat Pengangguran Terbuka Kalimantan Barat pada Februari 2013 menurun menjadi sebesar 2,53%, dibandingkan Februari 2012 sebesar 3,09%. Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) Ket er angan J uml ah Penduduk Us i a Ker j a Angkat an Ker j a a. Beker j a b. Penganggur an Ti ngkat Par t i s i pas i Angkat an Ker j a ( %) Ti ngkat Penganggur an Ter buka ( %)
2012 Feb Ags 3. 031 3. 041 2. 258 2. 183 2. 182 2. 107 76 76 74, 50 71, 77 3, 36 3, 48
2013 Feb 3. 228 2. 348 2. 276 73 72, 74 3, 09
Ags 3. 068 2. 140 2. 054 86 69, 75 4, 03
2014 Feb 3. 280 2. 369 2. 309 60 72, 21 2, 53
Per ubahan Feb ' 14 Thdp Ags ' 13 ( %) Feb ' 13 ( %) 6, 91 1, 61 10, 69 0, 89 12, 42 1, 45 - 30, 51 - 17, 81
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
61
Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada sektor informal, yaitu mencapai 1.514 ribu orang, atau 65,57% dari total jumlah
381 536
penduduk yang bekerja. Penduduk yang
Berusaha sendiri
bekerja di sektor informal tersebut terdiri
Berusaha dibantu buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap
penduduk yang berusaha sendiri, penduduk
Buruh/ karyawan
103
Pekerja bebas
yang berusaha dibantu buruh tidak tetap,
494
Pekerja keluarga
pekerja bebas serta pekerja keluarga, yang jumlahnya masing-masing mencapai 25,17%, 32,63%,
6,80%
dan
35,40%
dari
81 714
total
penduduk yang bekerja di sektor informal. Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah
Sementara jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal, baik yang berstatus sebagai pengusaha
yang
memiliki
Grafik 5.1 Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (Ribu Jiwa)
buruh/karyawan
tetap, maupun sebagai buruh/karyawan, mencapai 795 ribu jiwa, atau 34,43% dari total penduduk yang bekerja.
Ditinjau 1,91% 1,17%
dari
sisi
sektoral,
tingkat
penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi
12,65% 14,77% 57,21%
di
sektor
pertanian,
dengan
pangsa
sebesar 57,21% dari total penduduk yang 4,68%
bekerja di Kalimantan Barat, diikuti oleh
3,16% 4,20%
oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
LGA
Konstruksi
Perdagangan
Transportasi
Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
yang
masing-masing
tercatat
sebesar
14,77% dan 12,65%. Tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian sejalan dengan struktur perekonomian Kalimantan
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.2 Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor
62
Barat yang masih ditopang oleh sektor pertanian, perburuan dan kehutanan.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
5.2 Kesejahteraan 5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan pemantauan harga di pedesaan pada akhir triwulan I 2014, atau bulan Januari 2013, NTP Gabungan Kalimantan Barat tercatat sebesar 96,40. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,15% (qtq) dibandingkan NTP gabungan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 96,26. Peningkatan NTP pada periode laporan dipengaruhi oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,63% (qtq) dibandingkan dengan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,02. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih besar, yaitu sebesar 1,77% (qtq) dibandingkan dengan posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99. Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan kecenderungan yang menurun dibandingkan tahun 2013. NTP bulan Maret 2014 mengalami penurunan sebesar 0,40% (yoy) dibandingkan NTP bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar 96,78. Hal ini dipengaruhi oleh indeks harga yang dibayar petani meningkat lebih besar dari indeks harga yang diterima petani. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 5,12% (yoy) dibandingkan dengan bulan Maret 2013 yang tercatat sebesar 104,44. Sementara indeks harga yang diterima petani juga meningkat lebih kecil yaitu sebesar 4,70% (yoy) dibandingkan dengan posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 101,08. Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan Maret 2014 sebesar 105,83, atau meningkat 1,77% (qtq) dibandingkan bulan Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,99. Peningkatan tersebut juga diikuti oleh adanya peningkatan pada indeks yang dibayar petani, meskipun tidak sebesar peningkatan indeks yang diterima petani. Pada bulan Maret 2013 indeks yang dibayar petani tercatat sebesar 109,78, atau meningkat 1,63% (qtq) dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani periode Desember 2013 sebesar 108,02. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) dan indeks yang dibayar petani (Ib), sebagaimana terlihat pada grafik 5.4, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
63
laju pertumbuhan It mengalami perlambatan, sementara pertumbuhan Ib cenderung lebih tinggi. Kondisi sektor pertanian yang kurang optimal menjadi salah satu penyebab melambatnya indeks yang diterima petani (lihat Bab I). Hal ini mengindikasikan bahwa laju kenaikan penghasilan yang diterima petani lebih lambat dibandingkan dengan laju peningkatan biaya yang harus dibayarkan untuk konsumsi dan pembelian barang modal. 112
101
110
100
108
99
106
98
104
97
102
2,50%
Pertumbuhan It
Pertumbuhan Ib
2,00% 1,50%
96
100
95
98
2012 NTP Indeks Diterima
2013
Mar
Des
Sep
Jun
Mar
92
Des
92
Sep
93
Jun
94
Mar
96
94
0,50% 0,00% Mar
2014
NTP Indeks Dibayar
1,00%
-0,50% NTP
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.3 NTP Petani Kalimantan Barat
Jun
Sep
2012
Des Mar
Jun
Sep
Des Mar
2013
2014
-1,00%
Sumber : BPS Prov. Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.4 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani
5.2.1.1 Pergerakan NTP Bulan Maret 2014 Pergerakan NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat pada bulan Maret 2014 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan Desember 2013. Periode Maret 2014 tercatat sebesar 96,40, atau meningkat 0,15% (qtq) apabila dibandingkan dengan periode Desember 2013 sebesar 96,26. Pada sisi pendapatan, secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami peningkatan dibandingkan posisi bulan Desember 2013. It yang mengalami peningkatan terbesar yaitu It subsektor Padi Palawija yang mengalami peningkatan sebesar 3,43% (qtq), diikuti It subsektor Hortikultura sebesar 2,76% (qtq), dan It subsektor Perikanan Tangkap sebesar 2,43% (qtq). Pada sisi penggunaan, secara keseluruhan subsektor Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami peningkatan. Ib yang mengalami peningkatan terbesar yaitu Ib subsektor Perkebunan Rakyat sebesar 1,81% (qtq), lalu diikuti oleh subsektor Perikanan Tangkap sebesar 1,63% (qtq), dan subsektor Padi Palawija sebesar 1,53% (qtq).
64
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor 2012 Mar J un Sep 1. I ndeks Har ga Yang Di t er i ma Pet ani 99, 57 99, 25 100, 23 1. 1. Padi Pal awi j a 99, 07 99, 22 100, 48 1. 2. Hor t i kul t ur a 102, 91 104, 73 105, 69 1. 3. Per kebunan Raky at 101, 62 99, 59 100, 18 1. 4. Pet er nakan 96, 47 96, 44 96, 72 1. 5. Per i kanan 100, 68 101, 08 102, 69 1. 5. 1. Per i kanan Tangkap 1. 5. 2. Per i kanan Budi day a 2. I ndeks Har ga Yang Di bayar Pet ani99, 30 100, 25 101, 78 2. 1. Padi Pal awi j a 99, 68 100, 65 102, 29 2. 2. Hor t i kul t ur a 99, 45 100, 41 102, 14 2. 3. Per kebunan Raky at 99, 45 100, 39 101, 79 2. 4. Pet er nakan 98, 78 99, 68 100, 97 2. 5. Per i kanan 100, 49 101, 39 102, 73 2. 5. 1. Per i kanan Tangkap 2. 5. 2. Per i kanan Budi day a 3. Ni l ai Tukar Pet ani 100, 27 99, 01 98, 47 3. 1. Padi Pal awi j a ( NTPP) 99, 38 98, 58 98, 23 3. 2. Hor t i kul t ur a ( NTPH) 103, 48 104, 31 103, 49 3. 3. Per kebunan Raky at ( NTPR) 102, 17 99, 19 98, 42 3. 4. Pet er nakan ( NTPT) 97, 66 96, 75 95, 80 3. 5. Per i kanan ( NTPN) 100, 17 99, 67 99, 95 3. 5. 1. Per i kanan Tangkap 3. 5. 2. Per i kanan Budi day a No
Ur ai an
Des 100, 74 102, 75 106, 15 98, 15 97, 34 102, 62
Mar 101, 103, 106, 98, 97, 103,
08 24 20 28 64 60
2013 J un Sep 100, 44 102, 00 102, 72 103, 97 105, 70 111, 35 96, 77 97, 08 98, 09 100, 68 104, 58 105, 90
102, 103, 103, 102, 101, 103,
74 17 27 90 82 58
104, 105, 104, 104, 103, 104,
44 05 97 45 52 49
104, 105, 105, 104, 103, 105,
88 49 48 92 82 02
107, 108, 107, 106, 105, 107,
98, 99, 102, 95, 95, 99,
05 60 80 38 61 06
96, 98, 101, 94, 94, 99,
78 28 17 09 33 12
95, 97, 100, 92, 94, 99,
76 37 22 22 50 56
95, 19 96, 22 103, 32 91, 03 95,09 98, 38
15 07 78 64 89 62
Des 103, 99 103, 83 112, 11 102, 71 101, 45 105, 74 107, 75 102, 73 108, 02 109, 08 108, 78 107, 39 106, 65 108, 32 108, 47 108, 10 96, 26 95, 19 103, 07 95, 64 95,13 97, 61 99, 33 95, 04
2014 Per t umbuhan t hd Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy) 105, 83 1, 77% 4, 70% 107, 39 3, 43% 4, 02% 115, 20 2, 76% 8, 48% 102, 93 0, 21% 4, 73% 102, 66 1, 19% 5, 14% 108, 04 2, 18% 4, 29% 110, 37 2, 43% 104, 56 1, 78% 109, 78 1, 63% 5, 12% 110, 75 1, 53% 5, 43% 110, 43 1, 52% 5, 20% 109, 33 1, 81% 4, 68% 108, 19 1, 44% 4, 51% 109, 97 1, 52% 5, 24% 110, 24 1, 63% 109, 57 1, 36% 96, 40 0, 15% - 0, 40% 96, 97 1, 87% - 1, 33% 104, 33 1, 22% 3, 12% 94, 15 - 1, 56% 0, 06% 94,89 - 0, 25% 0, 59% 98, 24 0, 65% - 0, 89% 100, 12 0, 80% 95, 43 0, 41%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Pada bulan Maret 2014 sebagian besar NTP subsektor mengalami peningkatan, kecuali NTP subsektor Perkebunan Rakyat dan subsektor Peternakan dimana masing-masing mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dan 0,25% (qtq). Peningkatan paling besar terjadi pada NTP subsektor Padi Palawija yaitu sebesar 1,87% (qtq) diikuti dengan kontraksi NTP subsektor Hortikultura dan NTP subsektor Perikanan Tangkap masing-masing sebesar 1,22% (qtq) dan 0,80% (qtq). NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada Maret 2014 sebesar 96,97 atau mengalami peningkatan sebesar 1,87% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,19. Relatif kecilnya NTP subsektor Tanaman Padi dan Palawija pada triwulan I 2014 (<100) disebabkan level indeks harga yang dibayar (Ib) petani Tanaman Padi dan Palawija lebih besar dari level indeks harga yang diterima (It) petani. Indeks harga yang dibayar petani padi palawija sebesar 110,75 atau meningkat sebesar 1,53% (qtq) dibandingkan Desember 2013. Sementara indeks harga yang diterima petani padi palawija mengalami peningkatan sebesar 3,43% (qtq) menjadi 107,39. NTP subsektor Tanaman Hortikultura pada Maret 2014 sebesar 104,33 atau mengalami peningkatan 1,22% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 103,07. Hal ini diindikasikan dengan adanya peningkatan indeks harga yang dibayar petani hortikultura lebih kecil dari peningkatan yang terjadi pada indeks harga yang diterima petani hortikultura. Indeks harga yang dibayar petani hortikultura sebesar 110,43 atau meningkat sebesar 1,52% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat sebesar 108,78. Sedangkan indeks harga yang diterima petani hortikultura mengalami peningkatan sebesar 2,76% (qtq) menjadi 115,20.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
65
NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat pada Maret 2014 sebesar 94,15 atau mengalami kontraksi sebesar 1,56% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,64. Indeks harga yang diterima petani perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar 0,21% (qtq) dari posisi Desember 2013 yang tercatat sebesar 102,71. Indeks harga yang dibayar petani perkebunan rakyat pada bulan Maret 2014 sebesar 109,33 atau mengalami peningkatan sebesar 1,81% (qtq). NTP subsektor Peternakan pada Maret 2014 sebesar 94,89 atau mengalami kontraksi sebesar 0,25% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 95,13. Indeks harga yang diterima petani subsektor peternakan pada Maret 2014 sebesar 102,66 atau meningkat sebesar 1,19% (qtq). Indeks harga yang dibayar petani subsektor peternakan juga mengalami peningkatan sebesar 1,44% (qtq) dibandingkan dengan Desember 2013 yang tercatat sebesar 106,65. NTP subsektor Perikanan pada Maret 2014 sebesar 98,24 atau mengalami peningkatan sebesar 0,65% (qtq) dibandingkan Desember 2013 yang tercatat 97,61. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani subsektor perikanan sebesar 2,18% (qtq) yang tercatat 108,04, begitupula dengan indeks harga yang dibayar petani subsektor perikanan yang juga mengalami peningkatan sebesar 1,52% (qtq) yang tercatat 109,97 dibandingkan dengan Desember 2013.
5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan Pada bulan Maret 2014, seluruh provinsi di wilayah Kalimantan mengalami peningkatan NTP gabungan dibandingkan dengan posisi Desember 2013. Peningkatan terbesar terjadi pada Provinsi Kalimantan Timur dengan peningkatan NTP sebesar 1,19% (qtq), selanjutnya diikuti oleh Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,77% (qtq), Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,15% (qtq) dan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,08% (qtq). Namun apabila dibandingkan dengan Bulan Maret 2013, sebagian provinsi di wilayah Kalimantan mengalami kontraksi kecuali Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan yang masing-masing mengalami peningkatan sebesar 1,22% (yoy) dan 0,02% (yoy). Kontraksi terbesar terjadi pada Provinsi Kalimantan Barat sebesar 0,40% (yoy), lalu diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 0,16% (yoy). Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP gabungan Provinsi Kalimantan Barat berada di bawah angka dasar indeks (100) yaitu sebesar 96,40, bahkan Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan NTP gabungan terendah apabila dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Kalimantan. NTP gabungan tertinggi 66
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Tengah yang tercatat sebesar 102,49, lalu diikuti oleh Kalimantan Selatan sebesar 101,21 dan Kalimantan Timur sebesar 99,71. Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan No 1 2 3 4
Ur ai an Kal i mant an Kal i mant an Kal i mant an Kal i mant an
Bar at Tengah Sel at an Ti mur
Mar 100, 27 102, 97 103, 10 102, 75
2012 2013 2014 Per t umbuhan t hd J un Sep Des Mar J uni Sep Des Mar Des 2013 ( qt q) Mar 2013 ( yoy) 99, 01 98, 47 98, 05 96, 78 95, 76 95, 19 96, 26 96, 4 0, 15% - 0, 40% 102, 37 102, 05 101, 75 101, 25 101, 49 100, 26 102, 41 102, 49 0, 08% 1, 22% 102, 66 102, 46 101, 92 101, 19 101, 29 99, 31 100, 44 101, 21 0, 77% 0, 02% 102, 42 102, 22 101, 30 99, 87 99, 32 98, 14 98, 54 99, 71 1, 19% - 0, 16%
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
68
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
VI.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
6.1 Prospek Perekonomian Daerah Perekonomian Kalimantan Barat
7.00%
pada triwulan II 2014 diperkirakan
6.50%
6.00%
mengalami
akselerasi
dibandingkan
triwulan
jika I
2014
5.50%
yang
5.00%
Perekonomian Kalimantan Barat
4.50%
pada
4.00%
diperkirakan tumbuh pada kisaran Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2012
Q3
Q4
2013
Q1 Q2P
5,1
tumbuh
triwulan
5,6%
diperkirakan
2014
4,69%
(yoy).
mendatang
(yoy).
Akselerasi
didorong
oleh
meningkatnya aktivitas bisnis pada
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy)
triwulan
mendatang.
terhadap
perkembangan
Optimisme ekonomi
pada triwulan mendatang juga ditunjukan oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana terdapat peningkatan SBT pada triwulan II 2014 sebesar 8,65% dibandingkan dengan
Q4
konsumsi
pemerintah, sebagai dampak dari pelaksanaan
Q1
Pemilihan Umum Calon Anggota Legislatif pada
akhir
triwulan
II
2014.
Peningkatan konsumsi juga ditunjukkan oleh
Q1
pada
2012
sekolah
Q4
April 2014. Konsumsi swasta juga diperkirakan meningkat seiring dengan periode liburan
Q3
maupun
baik
Q2
swasta
konsumsi,
Q3
konsumsi
oleh
Q2
didorong
2013
terutama
2014
Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan
Q1 Q2
triwulan I 2014.
Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan Realisasi Perkiraan
100
perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan
II
menunjukkan
2014
sebesar
optimisme
115,14,
yang
masyarakat
akan
kondisi ekonomi dibandingkan triwulan I 2014,
115.14 114.80 108.54 111.47 111.50 114.58 111.56 108.12 108.05 107.47 109.25 108.86 108.74 111.70 111.61 109.62 110.13 107.47 109.06 105
110
115
120
Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah Grafik 6.2 Indeks Tendensi Konsumen Kalimantan Barat
dimana realisasi ITK tercatat sebesar 114,80. Komponen permintaan lainnya, yaitu investasi, juga diperkirakan mengalami akselerasi khususnya di sektor perkebunan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal. Ekspor Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
69
Kalimantan Barat diperkirakan masih tumbuh lambat sebagai dampak terhentinya ekspor bauksit dan masih rendahnya ekspor karet. Permintaan karet diperkirakan relatif menurun seiring dengan tren perlambatan ekonomi yang terjadi di negara eksportir karet utama Kalimantan Barat, yaitu Tiongkok. USD cent/kg
USD/metric ton
1200 1000
Dari
600
CPO
Karet (RHS)
0
perekonomian di triwulan II 2014
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
akselerasi
300
adalah sektor angkutan dan jasa seiring
250
dengan pelaksanaan Pemilihan Umum Calon
Anggota
Legislatif.
Sektor
100
industri pengolahan juga diperkirakan
50
akan tumbuh lebih baik, khususnya
0 I
mendorong
yang
400
150
200
sektor
diperkirakan
200
400
sektoral,
450 350
800
sisi
II P
didorong oleh industri kelapa sawit, dimana
2014
permintaan
akan
CPO
diperkirakan meningkat, antara lain
Sumber : Bloomberg
didorong oleh permintaan CPO sebagai Grafik 6.3 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil
bahan baku biodiesel. Dari sisi harga
internasional, harga CPO juga diperkirakan masih akan berada pada tren peningkatan. Sementara itu, kinerja industri pengolahan karet diperkirakan masih belum optimal seiring dengan melemahnya permintaan Tiongkok. Di sisi lain, sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat, dimana sub sektor tabama, khususnya padi, sudah melewati masa panen, sehingga kinerja pada triwulan mendatang diperkirakan tidak akan optimal. Dari sisi sub sektor perkebunan, perkebunan karet juga diperkirakan tidak akan tumbuh optimal akibat berlangsungnya periode wintering tanaman karet pada awal triwulan mendatang. Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran 5,4%-5,9% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama bauksit dan perlambatan ekspor karet seiring dengan melambatnya
permintaan
dari
negara
Tiongkok.
Sementara
itu,
faktor
pendorong
perekonomian diperkirakan bersumber dari konsumsi yang antara lain didorong oleh pelaksanaan Pemilihan Umum. Kegiatan investasi juga masih tumbuh seiring dengan pengerjaan proyek-proyek MP3EI dan pembangunan pabrik CPO serta smelter. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertambangan. Sementara, faktor pendorong perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan didorong oleh sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, yang diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja perkebunan kelapa sawit dan industry pengolahannya. 70
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
6.2 Perkiraan Inflasi Daerah Inflasi
190 180
Provinsi
Kalimantan
Barat
pada triwulan II 2014 diperkirakan
170
masih berada pada level yang cukup
160 150
tinggi. Kondisi tersebut diperkuat oleh
140
I-2014
III-2013
II-2013
I-2013
120
IV-2013
Ekspektasi Inflasi Jangka Pendek Ekspektasi Inflasi Jangka Panjang
130
Sumber : Survei Konsumen BI, diolah Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen
hasil Survei Konsumen pada triwulan I 2014, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi
baik
untuk
jangka
pendek
maupun jangka panjang berada di level yang relatif tinggi. Tercatat, indeks ekspektasi
inflasi
masyarakat
dalam
jangka pendek (3 bulan yang akan datang) mencapai level 176, sementara ekspektasi jangka panjang (6 bulan yang akan datang) mencapai level 180. Kedua indeks ekspektasi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan IV 2013 yang masing-masing mencapai 154,8 dan 162,5. Beberapa hal yang diperkirakan berpotensi menjadi faktor pemicu inflasi pada triwulan II 2014 diantaranya adalah kenaikan tarif listrik khususnya untuk industri yang akan direalisasikan mulai bulan Mei 2014 berpotensi memberikan tekanan inflasi, meskipun lebih bersifat second round effect. Selain itu, rencana kenaikan tarif angkutan kapal laut sebesar 10%-27% berpotensi memicu kenaikan tekanan inflasi kelompok transportasi. Kondisi tersebut berpotensi semakin tinggi mengingat pada triwulan II 2014 berlangsung musim liburan sekolah yang dapat membuat tekanan permintaan jasa transportasi. Dari sisi produksi, masa tanam yang diperkirakan berlangsung pada awal triwulan II 2014 diperkirakan membuat ketersediaan pasokan bahan pangan khususnya beras menjadi lebih terbatas sehingga dapat berpengaruh terhadap kestabilan harga. Selain itu, kondisi cuaca yang diperkirakan mengalami fenomena El Nino menambah potensi tekanan produksi dan distribusi komoditas. Di sisi lain, beberapa faktor yang berpotensi menjadi peredam inflasi di triwulan II 2014, antara lain pengaruh pelaksanaan pemilu yang relatif minimal. Kondisi tersebut tercermin dari laju inflasi April 2014 yang mengalami deflasi sebesar 0,01% (mtm), dimana pada bulan April 2014 berlangsung pemilu legislatif.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
71
Dari
sisi
imported
penurunan seperti
harga
emas
inflation,
tren
komoditas
global
diperkirakan
dapat
memberikan pengaruh positif terhadap inflasi. Harga minyak secara global berada pada tren menurun disebabkan oleh
pasokan
khususnya
yang
bersumber
meningkat, dari
negara-
negara OECD. Selain itu, nilai tukar
Sumber : BI, diolah
Rupiah berada di level yang relatif stabil Grafik 6.5 Perkembangan Harga Komoditas Global
pada
kisaran
Rp11.000
per
USD.
Berdasarkan beberapa faktor yang mungkin terjadi tersebut, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 diperkirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy). Sementara untuk keseluruhan tahun 2014, inflasi Kalimantan Barat diperkirakan berada pada kisaran 7%+1% (yoy). Beberapa faktor yang diperkirakan menjadi peredam (down side risk) tekanan inflasi hingga akhir tahun 2014 antara lain (1) relatif minimalnya wacana terkait kebijakan penyesuaian harga energi strategis sehingga diperkirakan shock akibat lonjakan inflasi administered price cenderung terkendali. (2) Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi relatif terkelola dengan baik. Kondisi tersebut didukung dengan pemahaman pemerintah daerah terhadap inflasi yang semakin tinggi, seiring penguatan koordinasi pengendalian inflasi melalui pembentukan TPID di berbagai Kab./Kota. (3) Relatif meredanya kondisi supercycle harga komoditas internasional, ditandai dengan perkembangan harga komoditas yang cenderung melandai, seperti emas. (4) Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca pada 2014 cenderung stabil sehingga dapat mendukung produksi pangan dan menjaga ketersediaan pasokan, meskipun dibayangi potensi terjadinya El Nino dan (5) Berlalunya pengaruh kenaikan harga BBM yang telah direalisasi pada 2013. Namun demikian, masih terdapat beberapa faktor resiko yang berpotensi memicu (up side risk) inflasi 2014 menjadi lebih tinggi dari perkiraan, antara lain (1) Disparitas harga antar daerah dan pelaku ekonomi (produsen dan konsumen) masih relatif lebar. (2) Nilai tukar cenderung rentan terhadap kondisi eksternal sehingga berpotensi mengalami fluktuasi dan memicu tekanan imported inflation dan (3) kondisi sosial politik pasca pemilu presiden.
72
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
LAMPIRAN Inflasi Triwulanan Menurut Kota 2012
Kelompok
Tw I Ptk
2013
Tw II
Skw
Ptk
Tw III Skw
Ptk
Tw IV
Skw
Ptk
Tw I
Skw
Ptk
2014
Tw II
Skw
Ptk
Tw III
Skw
Ptk
Skw
4.51
Ptk
Tw I
Skw
Ptk
Skw
5.24 -1.66 -2.15
5.30
-1.28
Bahan Makanan
4.29
6.26
2.17
1.74
1.46
-1.19
1.77
0.52
3.60
4.56
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
1.06
-0.09
1.06
0.71
0.15
0.33
0.32
1.20
3.23
2.52
2.07
2.34
0.43
1.31
1.22
0.72
3.09
0.06
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
1.84
1.03
1.46
0.77
2.18
0.18
1.22
0.10
3.15
0.74
0.97
0.41
4.96
1.62
3.04
0.78
1.23
0.65
Sandang
0.90
0.73
0.68
-0.39
0.63
1.45
2.11
0.45
0.39
0.19
0.49 -1.07
3.23
1.16 -2.15
1.70
1.74
0.20
Kesehatan
0.78
0.06
1.42
1.33
2.06
-0.84
3.69
1.39
3.62
-0.43
1.23
1.91
2.39
2.33
2.63
1.53
2.84
1.05
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
0.21
0.79
0.09
-0.74
0.76
4.77
-0.24
0.16
0.48
0.67
0.17
0.11
7.68
7.18
0.38
0.92
1.15
0.39
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
2.26
-0.88
1.51
2.98
8.30
5.14
-3.66
-2.16
-2.73
1.19
9.18
3.20
5.90 -1.08
3.99
6.00 -1.89
-1.76
2.20
1.95
1.45
1.30
2.34
0.80
0.47
0.11
2.08
2.15
1.91
0.63
4.09
1.10
0.79
-0.34
Umum
-0.48 -1.34
Tw IV
2.45
1.97
Sumber: Badan Pusat Statistik
Andil I-2014
Umum
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Bahan Transpor Makanan
-0.66
Pendidikan 2012 Kelompok
Tw I Ptk
2013
Tw II Ptk
Skw
Tw IV
Tw I
Skw
Ptk
2014
Tw II
Skw
Tw III
Tw IV
Skw
Ptk
Kesehatan Tw I
Ptk
Skw
Ptk
Ptk
Skw
Ptk
Bahan Makanan
4.29
6.26
2.17
1.74
1.46
-1.19
1.77
0.52
3.60
4.56
-0.48
-1.34
4.51
5.24
-1.65
-2.15
5.30
6.74
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya
3.75
4.60
0.03
0.01
5.26
0.26
1.00
0.05
0.94
0.02
1.56
0.70
3.82
4.52
-1.10
2.66
1.31
1.67
12.10
5.88
-9.48
-7.29
-1.99
-3.20
8.27
-1.69
1.15
3.49
-4.26
-2.50
18.27
11.78
-12.32
-9.30
1.32
1.68
9.33 10.90 16.82
-1.97
-4.30
-0.26
8.61
4.38
5.02
-1.60
-1.13
4.31
4.67
0.24
-11.07
3.46
12.45
Andil I-2014 -0.65
Daging dan Hasil-hasilnya
Skw
Tw III
Skw
Ptk
Skw
Sandang
Perumahan
Ikan Segar
2.22
Ikan Diawetkan
3.19
-0.12
0.95 10.97
1.13
1.91
0.16
-3.87
1.69
2.00
13.20
8.47
2.43
3.63
5.53
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya
2.00
1.26
0.15
-1.04
0.71
-0.53
-1.75
-0.07
6.33
9.05
-0.22
-4.17
2.70
4.60
-2.08
Sayur-sayuran
6.98 14.48
5.33
0.24
4.36
0.16
8.14
-5.57
4.01 11.16
-2.23
-4.47
-6.30
7.35
4.12
1.91
0.04
1.62
0.06
4.93
1.68
2.92
2.78
-1.30
7.00
-0.28
-0.31 12.44
6.60
2.87
-0.44
-4.61
3.59
5.60
4.77
4.65
1.24
1.84
% (qtq)6.54 2.37
3.88
2.66 27.71 14.98
-7.90
-8.49
7.74
2.55
0.51
4.56
-8 12.34
-6 12.36
Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan
-0.24
2.95
0.19
4.82
3.12
4.91
-1.62
1.66 12.94
Lemak dan Minyak
4.22 11.37
Bahan Makanan Lainnya
0.55
0.00
3.34
2.92
-0.39
8.22
-3.12
-0.19
15.97
29.33
Bahan4.05 Makanan3.27 2.16
0.87
Makanan Jadi
5.69
-8.57
-4.75
1.46
-0.35
-1.92
1.62
-3.43
-5.29
-3.91
1.01
2.43
-0.85
-0.87
-4.00
2.05
5.02
0.04
3.67
2.14
2.76
0.00
-0.77
0.41
0.00
2.96
6.46
0.25
1.37
0.25
0.57
0.48
1.11
3.75
9.51
2.40
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2012 Kelompok
Tw I Ptk
Skw
Tw II Ptk
2013 Tw III
Skw
Ptk
Skw
Tw IV Ptk
Tw I
Skw
Ptk
Tw II
Skw
Ptk
2014 Tw III
Tw IV
Tw I
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
1.06 -0.09 1.07 0.59 0.15
0.47 0.32 0.92 3.31 2.85 2.09
2.34
0.43
1.31
1.23
0.72
3.09
- Makanan jadi
0.61
0.15 0.00 0.52 2.44 2.78 1.60
2.46
0.17
0.77
0.74
0.48
1.99
0.70
- Minuman tidak beralkohol
2.86 -3.01 2.04 0.81 0.17 -0.45 1.55 2.42 4.88 3.81 2.12 -2.07
1.26
2.92
2.26
1.68
6.43
-0.43
- Tembakau dan minuman beralkohol
0.69
0.37
1.38
1.57
0.62
3.63
1.88
0.00 0.00 0.19 0.05 1.65 3.05 1.11 0.39
1.54 0.04 0.69 4.17 2.16 3.37
4.86
0.87
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 2012 Kelompok
Tw I Ptk
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar - Biaya tempat tinggal - Bahan bakar, penerangan dan air - Perlengkapan rumah tangga Penyelenggaraan rumah tangga
Tw II
Skw
Ptk
Skw
2013 Tw III Ptk
Skw
Tw IV
Tw I
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Tw II Ptk
Skw
2014 Tw III
Ptk
Skw
Tw IV Ptk
Skw
Tw I Ptk
Skw
1.84
1.03 1.46 0.77 2.18 0.18
1.22
0.10
3.15 0.74
0.97 0.41
4.96 1.62
3.08 0.78
1.23 4.78
3.07
1.27 1.64 1.24 3.41 0.27
1.77
0.04
4.12 0.62
0.60 0.06
6.42 1.68
3.46 0.47
0.34 6.05
-0.11
0.08 0.07 0.03 0.13 0.01
0.07 -0.01
1.18 1.10
1.41 1.18
3.29 1.44
1.41 1.40
1.91 3.66
1.83
2.59 1.75 0.61 1.47 0.01
2.33
1.13
2.25 0.54
2.23 0.15
1.96 3.05
4.95 0.04
5.26 1.61
0.11
1.50 3.06 0.27 0.93 0.41
0.01 -0.16
2.86 0.14
1.07 0.28
3.21 0.25
3.21 1.59
1.62 3.27
Sumber: Badan Pusat Statistik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
xiii
-4
-2
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Sandang 2012 Kelompok
Tw I
2013
Tw II
Ptk
Skw
Ptk
Sandang
0.90
0.73
- Sandang laki-laki
1.25
- Sandang wanita
Tw III
Skw
Tw IV
Tw I
2014
Tw II
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Ptk
0.68 -0.39
0.63
1.45
2.11
0.45
0.39
0.19
0.97
1.60 -0.61
0.25
0.10
2.29
0.49 -0.15
1.24
0.23
0.51
0.11
1.06
0.46
0.21
0.01
- Sandang anak-anak
0.04
0.00
0.51 -0.19
0.33
0.52
6.75
- Barang pribadi dan sandang lain
0.82
1.94
0.14 -1.02
0.82
5.70
0.78
Tw III
Skw
Tw IV
Ptk
Skw
0.49 -1.07
3.23
1.26
0.39
0.35
1.37
0.54
0.22
0.11
0.09
0.10
1.30
1.31
0.33 -1.49
Ptk
Tw I
Skw
Ptk
Skw
1.16 -2.09
1.70
1.74
0.57
1.87
0.07
1.02
3.84
1.26
0.00
0.12
1.09
0.60
0.71
0.99
3.73
0.24
0.03
1.56
0.10
1.80
2.77
2.64
0.15
0.27 -5.70
6.97
4.71 -8.32 -1.43
0.20
3.30
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Kesehatan 2012 Kelompok
Tw I Ptk
2013
Tw II
Skw
Ptk
Tw III
Skw
Tw IV
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Tw I
2014
Tw II
Ptk
Skw
Ptk
Tw III
Skw
Ptk
Tw IV
Skw
Ptk
Skw
Tw I Ptk
Skw
Kesehatan
0.78
0.06
1.42
1.33
2.06
-0.84
3.69
1.39
3.62
-0.43
1.23
1.91
2.39
2.33
2.65
1.53
2.84
2.26
- Jasa kesehatan
0.05
0.00
0.00
0.04
5.38
0.00
7.93
0.00
4.02
0.00
1.33
0.17
2.78
1.73
1.56
0.53
3.86
2.53
-0.12
0.38
1.45
0.13
0.27
-5.13
0.89
5.67
5.11
-7.22
0.05
6.54
1.00
-0.11
3.12
3.00
0.29
1.20
- Jasa perawatan jasmani
3.74
0.00
0.00
0.00
0.89
5.25
5.87
0.00
4.85
2.41
0.86
0.00
9.48
1.13
9.47
9.24
9.86
0.25
- Perawatan jasmani dan kosmetik
0.98
-0.11
2.62
3.62
0.91
0.41
1.50
0.10
2.52
3.37
1.71
0.91
1.04
4.63
1.66
0.32
1.49
2.78
- Obat-obatan
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 2012 Kelompok
Tw I Ptk
2013
Tw II
Skw
Tw III
Ptk
Skw
Ptk
Tw IV
Skw
Ptk
Tw I
Skw
Ptk
Tw II
Skw
Ptk
2014 Tw III
Skw
Ptk
Tw IV
Skw
Ptk
Tw I
Skw
Ptk
Skw
Pendidikan, rekreasi dan olahraga
0.21
0.79
0.09
-0.74
0.76
4.77
-0.24
0.16
0.48
0.67
0.17
0.11
7.68
7.18
5.17
0.92
1.15
0.77
- Jasa pendidikan
0.00
0.37
0.00
0.00
0.48
0.00
0.00
0.00
0.00
1.29
0.00
0.05
11.81
5.95
16.51
0.82
0.00
0.52
- Kursus-kursus/pelatihan
0.83
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.82
0.00
0.00
0.28
3.40
0.00
5.77
1.22
- Perlengkapan/peralatan pendidikan
0.09
0.31
-1.15
-3.55
-0.53
2.12
-0.38
-0.26
0.53
0.47
1.33
-0.09
0.44
0.35
1.09
3.16
2.64
3.04
- Rekreasi
0.67
1.50
1.26
-0.27
2.83
17.14
-1.15
0.72
1.61
-0.32
-0.33
0.50
2.93
14.85
12.87
0.00
1.52
-0.14
- Olahraga
0.89
8.22
0.03
0.00
0.00
1.27
1.39
0.00
5.16
2.27
0.93
-1.48
0.27
0.00
0.18
0.00
5.62
0.00
Sumber: Badan Pusat Statistik
Inflasi Triwulanan Kota Pontianak dan Kota Singkawang Menurut Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 2012 Kelompok
Tw I Ptk
Tw II
Skw
2013 Tw III
Ptk
Skw
Ptk
Skw
Tw IV Ptk
Skw
Tw I Ptk
Tw II
Skw
Ptk 9.61
Transpor, komunikasi dan jasa keuangan
2.26 -0.88
1.58
0.99
8.65
1.83 -2.95 -0.71 -1.03
1.86
- Transpor
2.93 -1.40
2.15
1.64 12.65
2.99 -3.83 -1.24 -0.52
- Komunikasi dan pengiriman
0.03
0.00
0.00
0.00
0.29
0.00 -0.57
0.00
0.00
- Sarana dan penunjang transpor
2.45
0.00
1.23
0.09
0.08
0.00
1.79
- Jasa keuangan
0.00
0.00
0.00
0.00
0.79
1.15
0.00
2014 Tw III
Skw
Skw
Ptk
Skw
Skw
4.86
6.00
-1.89
-0.91
3.91 14.13
4.91 11.65 -1.77
7.04
9.15
-2.96
-1.54
0.00
0.05
0.00
0.29
0.00
0.19
0.00
-0.12
0.00
0.34
1.48 -0.51
0.23
0.02
1.76
0.80
0.31
-0.04
1.26
0.78
0.00
0.45
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber: Badan Pusat Statistik
xiv
Tw I Ptk
7.87 -1.08
0.66
3.20
Ptk
Tw IV
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
DAFTAR ISTILAH PDB- PDRB
Produk
Domestik
Bruto
adalah
sebuah
analisis
perhitungan
pertumbuhan ekonomi dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala nasional disebut PDB dan untuk skala daerah disebut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Inflasi
Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum dalam satu periode.
Umumnya
inflasi
diukur
dengan
perubahan
harga
sekelompok barang dan jasa yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK). Inflasi month to month
adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan harga Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan sebelumnya. Atau sering disingkat (mtm).
Inflasi Year to Date
atau sering disebut inflasi kumulatif, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (ytd).
Inflasi Year over Year
atau sering disebut inflasi tahunan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) perubahan
Indeks Harga Konsumen
bulan bersangkutan dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya. Atau sering disingkat (yoy) Inflasi Quarter to quarter
atau sering disebut inflasi secara triwulanan, adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah)/perubahan
Indeks Harga
Konsumen pada akhir bulan triwulan bersangkutan dibandingkan IHK akhir bulan triwulan sebelumnya. Atau sering disingkat (qtq). BI Rate
adalah suku bunga yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter. BI Rate merupakan tingkat suku bunga indikatif yang hanya merupakan reference rate sebagai sinyal respon kebijakan moneter Bank Indonesia.
BOPO
Rasio efisiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO maka semakin tidak efisien operasi bank.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014
xv
NIM
Singkatan dari Net Interest Margin, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga dibagi dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode.
NII
Singkatan dari Net Interest Income, adalah selisih nominal antara pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus dikeluarkan oleh bank.
NPLs
Singkatan dari: Non Performing Loans, adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong kolektibilitas non lancar, yaitu kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia.
LDR
Singkatan dari: Loan to Deposit Ratio, adalah perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang dikumpulkan bank.
ROA
Singkatan dari Return on Assets, adalah perbandingan laba bersih dengan rata-rata jumlah asset dalam satu periode
Inflow
adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia, misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.
Outflow
adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui proses penarikan tunai bank umum dari Giro di Bank Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.
Net Flow
Adalah selisih antara inflow dan outflow.
PTTB
Pemberian Tanda Tak Berharga, adalah kegiatan pemusnahan uang, sebagai upaya Bank Indonesia untuk menyediakan uang kartal yang Fit For Circulation untuk bertransaksi.
xvi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan I 2014