KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan
Triwulan III - 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan III‐ 2014 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak‐ pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalsel pada triwulan III 2014 mencatat pertumbuhan yang stabil sebesar 4,8% (yoy). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapat menopang perekonomian Kalsel pada triwulan tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjung tercatat sebesar 4,80 % (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,83%, yoy). Menurunnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama didorong oleh penurunan indeks harga kelompok barang lainnya khususnya kelompok bahan makanan. Beberapa komoditas pangan strategis mengalami koreksi harga berkat membaiknya pasokan dan distribusi dari daerah produsen maupun dari kapasitas lokal. Dari sisi perbankan, kinerja intermediasi perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 menunjukkan perlambatan. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,40% (yoy) dan kredit tumbuh 9,66% (yoy), dengan tingkat LDR mencapai 123,35%. Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi Kalimantan pada triwulan IV 2014 tumbuh pada kisaran 4,7% ‐ 5,1% (yoy). Peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan kinerja sektor perkebunan kelapa sawit dan karet. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalsel. Di sisi lain, tekanan inflasi pada
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
i
i
Kata Pengantar
triwulan IV 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu pada kisaran 5,3%‐5,7% (yoy). Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan perbankan, serta hasil‐hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas‐dinas terkait, BPS Kalimantan Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, serta berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar‐ besarnya kepada pihak‐pihak tersebut yang telah membantu penyusunan buku ini. Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih banyak langkah‐langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang akan datang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik
Banjarmasin, 17 November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN
Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif
ii
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Daftar Isi
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................................ DAFTAR TABEL .......................................................................................................... DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................ KETERANGAN DAN SUMBER DATA ......................................................................... TABEL INDIKATOR TERPILIH ......................................................................................
i iii v vii ix xi
RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………….……….................
1
BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ............................. ......... 1. Sisi Permintaan .......................................................................................... 1.1. Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ........... 1.2. Pengeluaran Pemerintah ................................................................... 1.3. Investasi ................................................................................. ........... 1.4. Perkembangan Ekspor ...................................................................... 1.5. Perkembangan Impor ........................................................................ 2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah………………………….……............. 2.1. Sektor Pertanian ................................................................................ 2.2. Sektor Pertambangan ...................................................................... . 2.3. Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 2.4. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ...........
9 9 10 11 11 13 14 15 16 17 18 19
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH……….…………... ............................... 1. Kondisi Umum …………………………………….………...........................… 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi…………….………… .................. BOKS : Hubungan Kenaikan BBM dan UMP Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari Sisi Suplai ...............................................................................................
23 23 28
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... ........ 1. Perkembangan Perbankan .................................. ..................................... 1.1. Intermediasi Perbankan .................................................................... 1.2. Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi ............................... 1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga ..................................................... 1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) .......................... 2. Perkembangan Sistem Pembayaran ............................................................ 2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai .............................................. ..... 2.2. Transaksi Pembayaran Tunai .................................... ....................... BOKS : Bank Indonesia Luncurkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) .........
37 37 38 39 40 41 42 42 43 45
BAB 4. KEUANGAN DAERAH ………………………... ............................................... 1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .......... .................................................. 2. Realisasi Belanjar Daerah ......................................................................... BOKS : Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan .................
49 49 51 53
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... .......................................... 1. Ketenagakerjaan …....……. ........................................................................ 2. Kesejahteraan .......... .................................................................................. BOKS : UMP dan Daya Saing Tenaga Kerja Kalimantan Selatan .......................
57 57 60 63
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
32
iii
Daftar Isi
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ........................ 1. Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi …....……. .............................................. 2. Prakiraan Inflasi .......... ...............................................................................
67 67 68
DAFTAR ISTILAH TIM PENYUSUN
iv
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2.
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3.
Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5.
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan ........................................... Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok .......................................................................... Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................. Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................ Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ............................................................................ Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ........................................................................................ Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) .. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama 2012 – 2014 ......................................................................................... Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2012 – 2014 ......................................... Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan 2012 – 2014 (%) ................................... Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan 2012 – 2014 (%) .............. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) ..........................................................................
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
9 15
24 26 27
49 50 52
57 58 58 59 62
v
v
Daftar Grafik
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4. Grafik 1.5. Grafik 1.6. Grafik 1.7. Grafik 1.8. Grafik 1.9. Grafik 1.10. Grafik 1.11. Grafik 1.12. Grafik 1.13. Grafik 1.14. Grafik 1.15. Grafik 1.16. Grafik 1.17. Grafik 1.18. Grafik 1.19. Grafik 1.20. Grafik 1.21. Grafik 1.22. Grafik 1.23. Grafik 1.24. Grafik 1.25. Grafik 1.26. Grafik 1.27. Grafik 1.28. Grafik 1.29. Grafik 2.1. Grafik 2.2. Grafik 2.3. Grafik 2.4. Grafik 2.5.
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan ...................... Indeks Keyakinan Konsumen ............................................................ Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja ..................... Indeks Tedensi Konsumen ................................................................ Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan ............................................... Realisasi Investasi PMA ................................................................... Jumlah Proyek Investasi PMA ......................................................... Realisasi Investasi PMDN .................................................................. Jumlah Proyek Investasi PMDN ....................................................... Kredit Investasi .................................................................................. Volume Bongkar Barang Modal ....................................................... Nilai Ekspor LN Kalsel ....................................................................... Volume Ekspor LN Kalsel .................................................................. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................... Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas ........................................................................................ Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan ............... Nilai Impor LN Kalsel ......................................................................... Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek ............................................ Luas Lahan Panen Padi Kalsel .......................................................... Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) .................................. Produksi karet ................................................................................... Volume Ekspor Batubara .................................................................. Stok Batubara Taboneo ................................................................... Produksi Batubara ............................................................................. Kredit Sektor Pertambangan ............................................................ Ekspor CPO Kalsel ............................................................................. Produksi CPO ..................................................................................... Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan ........................ Kredit Sektor Industri Pengolahan ..................................................
9 10 10 11 11 12 12 12 12 13 13 14 14 14 14 15 15 16 16 17 17 17 17 18 18 19 19 19 19
Grafik 2.6. Grafik 2.7. Grafik 2.8. Grafik 2.9. Grafik 2.10. Grafik 2.11.
Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional ... Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan ................................. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ... Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan ................................................ Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw III – 2014 .......................................................... Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab ........................... Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan ........................... Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global ....................... Perkembangan Kurs Rupiah ............................................................. Ekspektasi Inflasi Konsumen ............................................................. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) ....................................
26 28 29 30 30 31 31
Grafik 3.1. Grafik 3.2. Grafik 3.3. Grafik 3.4.
Kinerja Penyaluran Kredit Perbankan .............................................. Kinerja Kredit, DPK dan LDR ........................................................... Penyaluran Jenis Kredit Perbankan ................................................ Pertumbuhan Kredit Sektor Utama ................................................
37 38 38 39
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
24 25 25 26
vii
vii
Daftar Grafik
Grafik 3.5. Grafik 3.6. Grafik 3.7. Grafik 3.8. Grafik 3.9. Grafik 3.10. Grafik 3.11. Grafik 3.12.
NPL Kredit Sektor Utama .................................................................. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga ............................................... NPL Kredit Rumah Tangga ............................................................... Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM .............................................. Transaksi RTGS Per Hari .................................................................... Transaksi Kliring ................................................................................. Perkembangan Inflow – Outflow .................................................... Perkembangan Jumlah Uang Palsu ...................................................
Grafik 4.1.
Grafik 4.4.
Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan III - 2014 .............................................................................. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal .......................... Prosentase Realisasi Belanja OperasiTerhadap Anggaran Belanja Total ..................................................................................... Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total ....................
52 52
Grafik 5.1. Grafik 5.2. Grafik 5.3. Grafik 5.4.
TPAK dan TPT Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalsel .......................... Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ....... Upah Rill di Kalimantan Selatan ...................................................... Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel ...............................
59 60 60 61
Grafik 6.1. Grafik 6.2. Grafik 6.3.
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ......................................... Ekspektasi Kegiatan Usaha .............................................................. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang ...
67 67 70
Grafik 4.2. Grafik 4.3.
viii
39 41 41 42 43 43 43 43
51 51
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
KETERANGAN DAN SUMBER DATA Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I
Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II
Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III
Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Bab IV
Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V
Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bab VI
Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
ix
ix
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork.
Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona.
Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
x
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a.
Inflasi dan PDRB TAHUN 2011
INDIKATOR
TAHUN 2012
TW - I
2013 TW - II TW - III TW - IV
2014 TW - II
TW - I
TW - III
MAKRO IHK Kalimantan Selatan Inflasi Kalimantan Selatan (y-o-y) IHK Banjarmasin Inflasi Banjarmasin (y-o-y) IHK Tanjung Inflasi Tanjung (y-o-y) PDRB Harga Konstan (Rp Miliar) Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (y-o-y) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
b.
135,4 3,98 135,4 3,98
143,47 5,96 143,47 5,96
146,00 5,25 146,00 5,25
145,71 4,74 145,71 4,74
151,02 7,09 151,02 7,09
153,49 6,98 153,49 6,98
108,32 4,89 108,22 4,84 109,57 5,49
110,91 6,81 110,91 6,81 111,79 7,02
111,66 4,81 111,63 4,67 112,10 6,54
7.544 7.256 3351 166 1839 5121 2873 1343 3061 6,12% 9.783 122.229 682,5 279,2
7.815 7.448 3.487 178 2.020 5.631 3.075 1.453 3.322 5,72% 9.552 130.479 626,3 197,4
1.384 1.867 888 46 504 1.385 776 385 832 5,57% 2.417 40.329 69,4 26,5
2.244 1.891 902 47 528 1.485 796 395 876 5,05% 2.233 39.506 44,8 31,5
2.599 1.876 914 48 550 1.574 843 404 925 4,77% 1.795 31.277 124,8 68,3
1.823 1.891 931 49 605 1.667 871 417 979 5,40% 2.217 40.556 62,3 49,0
1.420 1.882 930 48 541 1.524 837 420 908 5,50% 2.200 36.932 106,9 56,6
2.315 1.895 948 50 569 1.607 851 434 944 4,81% 2.023 34.918 65,5 61,1
2.655 1.903 958 51 592 1.703 898 439 1.000 4,78% 1.784 32.153 34,6 50,2
Perbankan INDIKATOR
2011
2012
Tw - I
2013 Tw - II Tw - III
Tw - IV
Tw - I
2014 Tw - II
Tw - III PERBANKAN Bank Umum (Rp miliar) 33.092 41.257 42.031 44.542 45.975 45.707 45.457 50.192 50.612 Total Asset 27.728 33.827 34.264 35.515 36.003 36.229 36.152 38.447 39.028 DPK 6.223 8.199 8.600 9.589 9.085 7.697 8.228 10.547 10.495 Giro 15.543 18.288 17.477 17.261 17.827 19.911 18.785 18.639 18.643 Tabungan 5.963 7.340 8.187 8.664 9.091 8.621 9.138 9.261 9.890 Deposito 36.460 38.831 41.163 43.901 42.761 43.796 45.600 48.142 Kredit - Lokasi Proyek 28.278 9.297 12.486 14.078 13.912 15.669 14.540 14.670 14.749 15.882 Modal Kerja 8.263 11.332 11.629 13.314 13.554 13.181 13.853 15.030 16.072 Investasi 10.718 12.642 13.124 13.937 14.678 15.040 15.274 15.821 16.187 Konsumsi 101,98% 107,78% 113,33% 115,90% 121,94% 118,03% 121,15% 118,61% 123,35% LDR - Lokasi Proyek 20.688 26.633 27.284 29.253 30.421 31.567 31.812 33.440 33.923 Kredit - Lokasi Bank 7.338 9.457 9.288 9.746 10.087 10.557 10.438 10.868 11.157 Modal Kerja 5.450 7.027 7.372 8.073 8.176 8.416 8.551 9.139 9.052 Investasi 7.900 10.149 10.625 11.435 12.158 12.594 12.823 13.432 13.715 Konsumsi 74,61% 78,73% 79,63% 82,37% 84,50% 87,13% 88,00% 86,98% 86,92% LDR NPL 1,61% 1,24% 1,44% 1,42% 1,42% 1,38% 1,78% 2,22% 2,79%
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
xi
xi
c.
Sistem Pembayaran 2013 Indikator
Posisi Kas Gabungan (Rp miliar) Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Pemusnahan Uang (Rp miliar) Nominal Transaksi RTGS (Rp Miliar) Volume Transaksi RTGS (ribu lbr) Nominal Kliring (Rp Miliar) Volume Kliring (ribu lbr) Rata-rata Harian Nominal Kliring Rata-rata Harian Volume Kliring (ribu lbr) Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Pengembalian (lembar) Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong (%) Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong (%)
xii
2014
2011
2012
10.493
12.890
3.150
3.156
4.838
3.814
5.363 5.129
7.310 5.578
2.417 733
1.783 1.373
2.630 2.208
2.990
1.020
335
263
164.581
205.048
49.842
185
196
16.100 304 64,62
Tw - I
Tw - II
Tw - III Tw - IV
Tw - I
Tw - II
Tw - III
3.686
3.185
5.215
1.645 2.168
2.666 1.020
1.881 1.304
3.120 2.096
479
790
404
466
706
57.648
46.795
44.688
37.888
36.393
33.443
47
48
43
47
42
42
36
16.637
4.387
4.183
3.038
4.349
4.108
4.324
3.699
321 67,82
81 73,01
83 66,40
56 67,62
82 71,30
78 65,52
93 73,29
76 60,65
1,22
1,31
1,35
1,32
1,26
1,34
1,30
1,57
1,25
437
794
117
106
161
387
118
153
113
6.985
8.037
2.135
2.297
2.419
2.311
2.207
3.050
2.384
1,71
1,93
1,95
1,68
2,55
6,34
1,93
2,51
1,85
27
32
36
36
38
38
36
50
39
1,98
2,00
2,23
2,03
2,32
8,45
2,46
2,21
1,79
2,27
2,49
2,16
2,30
2,52
2,34
2,32
2,26
2,26
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
Ringkasan Eksekutif
RINGKASAN EKSEKUTIF PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh relatif stabil yakni sebesar 4,8% (yoy). Stabilnya pertumbuhan ini terjadi ditopang oleh perbaikan kinerja sektor pertambangan
dan
disepakatinya
hasil
sektor
industri
renegosiasi
pengolahan. kontrak
Pasca
perusahaan
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 sebesar 4,8% (yoy), masih stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
pertambangan batubara mendorong pelaku usaha tambang untuk mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di sektor pertambangan. Selain itu, mulai dioperasikannya smelter bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut mendorong
perbaikan
kinerja
sektor
tersebut.
Namun,
menurunnya kinerja produksi pertanian, khususnya tanaman bahan makanan (padi), menyebabkan perlambatan kinerja sektor pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan tersebut. Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan investasi namun tertahan oleh
ekspor
yang
terkontraksi. Peningkatan
konsumsi
terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih
Kegiatan konsumsi dan investasi sebagai penopang perekonomian Kalsel di tengah kegiatan ekspor yang masih terkontraksi.
berlangsungnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu, ekspor Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok. Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 ditopang oleh membaiknya aktivitas produksi di sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Kinerja produksi pertambangan yang membaik didorong oleh adanya
Stabilnya sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan menjadi penopang stabilnya laju pertumbuhan perekonomian Kalsel
peningkatan produksi batubara dan telah beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan Idul Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
1
Ringkasan Eksekutif Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sementara itu, kinerja sektor pertanian yang melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi padi terkait dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III 2014.
ASESMEN INFLASI Laju inflasi Kalsel pada triwulan III 2014 sebesar 4,80% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya karena hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM dan terjaganya pasokan komoditas pangan
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 (6,83%, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM yang terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan inflasi pada perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya pasokan
dan
kembali
normalnya
permintaan
masyarakat
terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III 2014 mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi Kalimantan Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 didorong oleh kelompok administered prices yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 Kg dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan pada kelompok inti (core inflation), inflasi terjadi pada kelompok biaya/tarif
pendidikan,
rekreasi
dan
olahraga;
kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
PERKEMBANGAN
PERBANKAN
DAN
SISTEM
PEMBAYARAN Pada triwulan III 2014, pertumbuhan DPK melambat menjadi 8,40%(yoy), kredit perbankan tumbuh 9,66% (yoy).
Kinerja
intermediasi
Selatan
mengalami
penghimpunan penyaluran
Dana
kredit.
perbankan
Provinsi
perlambatan, Pihak
baik
Ketiga
Pertumbuhan
Kalimantan
(DPK)
dari
sisi
maupun
penghimpunan
DPK
mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada Triwulan II-2014 menjadi 8,40% (yoy) pada Triwulan III-2014. Perlambatan penghimpunan DPK dipicu oleh perlambatan dari dana tabungan yang tumbuh melambat sejalan dengan penurunan suku bunga
2
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Ringkasan Eksekutif dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit perbankan juga tumbuh melambat dari 11,20%(yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 9,66%(yoy)pada triwulan III 2014. Perlambatan
kinerja
pertumbuhan
kredit
kredit modal
dipicu kerja
oleh
dan
melambatnya
kredit
konsumsi.
Melambatnya kredit modal kerja dipengaruhi oleh kinerja sektor pertanian yang melambat terkait turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Sementara itu, perlambatan kredit konsumsi merupakan konsekuensi dari meningkatnya suku bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45% (Suku Bunga Tertimbang). Perlambatan kredit konsumsi ini terutama terjadi pada kredit barang elektronik dan kredit perumahan, yang merupakan dampak penerapan kebijakan Loan-to-Value (LTV) Bank Indonesia. Kualitas kredit yang disalurkan kepada sektor ekonomi maupun sektor rumah tangga Provinsi Kalimantan Selatan mengalami sedikit penurunan pada triwulan III 2014, walaupun masih dalam batas aman. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sektor ekonomi meningkat dari 2,21% pada tiwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III 2014. Kenaikan ini terutama dipicu oleh tekanan di sektor
NPL sektor ekonomi mengalami peningkatan dari 2,21% pada triwulan II 2014 menjadi 2,79% pada triwulan III 2014. NPL rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 1,74% menjadi 1,79%.
pertanian, PHR, pertambangan dan konstruksi. Rasio NPL sektor rumah tangga juga meningkat dari 1,74% pada tiwulan II 2014 menjadi 1,79% pada triwulan III 2014. Kondisi ini diperkirakan terkait pendapatan masyarakat yang mengalami penurunan sebagaimana terindikasi dari hasil Indeks Penghasilan Konsumen pada Survei Konsumen yang turun dari 147,1 pada triwulan II2014 menjadi 139,6 pada triwulan III-2014.
Perlambatan terjadi pada transaksi pembayaran secara non tunai, walaupun secara tunai mengalami peningkatan. Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan melemahnya aktivitas perekonomian pada
Transaksi pembayaran secara non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan, sedangkan transaksi pembayaran secara tunai mengalami peningkatan.
triwulan III-2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari melambat -14,60% (yoy) dengan pertumbuhan volume sebesar 15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
3
Ringkasan Eksekutif Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan pada Triwulan III-2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95% (yoy) dengan pertumbuhan volume -14,10% (yoy). Transaksi pembayaran
tunai
pada
peningkatan
dibandingkan
triwulan triwulan
III-2014 II-2014.
mengalami Data
terkini
mencatat net inflow sebesar Rp 1,03 triliun pada triwulan III2014, atau meningkat sebesar 77,61% (qtq) dari Rp 576,57 miliar pada triwulan II-2014. Meskipun jumlah uang keluar (outflow) mengalami peningkatan seiring persiapan tahun ajaran baru dan bulan Ramadhan serta hari raya Idul Fitri, namun jumlah uang masuk (inflow) juga meningkat lebih tajam. Meningkatnya aliran uang masuk diperkirakan berasal dari masyarakat luar daerah yang datang ke Kalimantan Selatan untuk berbelanja sekaligus merayakan Hari Raya Idul Fitri dan sisa libur sekolah menjelang tahun ajaran baru.
KEUANGAN DAERAH Realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan belum optimal dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013.
Sampai dengan triwulan III-2014, realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan relatif masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan daerah tercatat mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan realisasi sebesar 1,59%. Sementara untuk belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif relatif masih mengikuti pola realisasi anggaran yang 58,03% baik pada triwulan III-2014 maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 sebesar Rp3,07 triliun dari rencana belanja daerah sebesar Rp5,29 triliun.
4
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Ringkasan Eksekutif
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Seiring dengan tren perlambatan kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan III-2014 kondisi ketenagakerjaan memperlihatkan adanya pelemahan. Pada
triwulan
laporan,
memperlihatkan
penyerapan
kecenderungan
tenaga
melambat
Pelemahan ketenagakerjaan akibat kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan yang masih terbatas
kerja
sebagaimana
terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan yang mencatat beberapa penurunan pada beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada indikator
pengangguran.
ketenagakerjaan,
tingkat
Sejalan
dengan
kesejahteraan
kondisi
masyarakat
Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum juga memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen
memperlihatkan
Konsumen
Terhadap
bahwa
Penghasilan
Indeks
Saat
Ini
Keyakinan mengalami
mengalami penurunan. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan laporan.
PROSPEK EKONOMI Pada triwulan IV 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami peningkatan di tengah tekanan inflasi yang cenderung meningkat. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan IV 2014
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan IV 2014 diperkirakan sebesar 4,7%5,1% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 – 5,2% (yoy).
diprakirakan berada pada kisaran 4,7% - 5,1% (yoy). Adapun untuk keseluruhan tahun 2014, perkiraan perekonomian Kalsel berada pada kisaran 4,8% - 5,2% (yoy). Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan
konsumsi
rumah
tangga
seiring
dengan
peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam periode sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan permintaan dari India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang perekonomian
Kalsel
dengan
adanya
beberapa
proyek
Pergeseran masa panen padi dan cuaca yang mendukung kelapa sawit dan karet akan mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel yang bersumber dai sektor pertanian dan industri pengolahan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
5
Ringkasan Eksekutif pembangunan infrastruktur dan smelter. Dari sisi sektoral, peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014 diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut, selain itu kondisi cuaca yang mendukung produksi kelapa sawit dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang melimpah, produksi CPO diperkirakan akan meningkat dan mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan masih berlangsungnya konsolidasi berkaitan dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi ekspor ke India.
PROSPEK INFLASI Laju inflasi d triwulan IV2014 diperkirakan pada kisaran 5,3%-5,7% (yoy).
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan terakhir di tahun 2014 diperkirakan terus meningkat, bahkan berpotensi melampaui sasaran inflasi yang ditetapkan jika Pemerintah
menaikan
harga
BBM
bersubsidi.
Dengan
mempertimbangkan berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun diprakirakan mencapai 5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada triwulan
IV,
khususnya
bulan
November
dan
Desember
cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya inflasi di akhir 2014. Sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong
tingginya
inflasi
di
akhir
2014
antara
lain
peningkatani Tarif Tenaga Listrik (TTL), kenaikan tarif batas atas angkutan udara, terjadinya El Nino, kenaikan harga LPG 12KG, dan berhentinya penyaluran RASKIN. Dari sisi permintaan diperkiraan juga akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang didorong oleh wacana peningkatan BBM berubsidi, khususnya pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk hortikultura, beras, dan telur ayam ras.
6
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
8
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
1
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan III 2014 tumbuh stabil pada kisaran 4,8% (yoy). Pada periode tersebut, stabilnya perekonomian Kalimantan Selatan didorong oleh
peningkatan
kinerja
sektor
pertambangan
dan
sektor
industri
pengolahan.
Telah
ditandatanganinya renegosiasi kontrak perusahaan pertambangan batubara menyebabkan perusahaan tersebut mengejar target produksi dan meningkatkan kinerja di sektor pertambangan. Telah dioperasikannya smelter bijih besi dan diberikannya izin ekspor konsentrat turut mendorong perbaikan kinerja sektor tersebut. Sementara itu, menurunnya produksi tanaman bahan makanan (padi) menyebabkan perlambatan kinerja sektor pertanian dan menahan laju perekonomian di triwulan tersebut.
Pertumbuhan Kalsel (yoy)
Pertumbuhan Nasional (yoy)
5,1% 4,8% I
II
III
IV
I
II
2010
III
IV
I
II
2011
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
III
2014
Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
1.
SISI PERMINTAAN
Penggunaan Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Pemerintah
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan 2013 2014 Pangsa % I
II 7,8
III
IV
I
II
7,4
6,9
6,6
6,6
III 7,1
SOG %
Tw III 2014 7,4
44,7
3,2
6,0
6,9
10,6
8,7
8,9
6,7
9,2
14,0
1,2
PMTB (Investasi)
10,0
10,3
10,0
7,0
7,1
10,8
12,1
19,8
2,2
Ekspor
12,4
-5,4
-5,2
-3,8
-7,6
-2,1
-1,2
51,9
-0,7
Impor
3,8
0,6
3,6
3,2
3,4
6,0
3,2
-39,6
-1,3
5,6
5,1
4,8
5,4
5,5
4,8
4,8
PDRB
4,9
Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
9
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dari sisi permintaan, stabilnya perekonomian disebabkan oleh peningkatan konsumsi dan investasi namun tertahan oleh ekspor yang terkontraksi. Peningkatan konsumsi terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan dari sektor pertambangan dan industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi didorong oleh masih berlangsungnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik dan jembatan. Sementara itu, ekspor Kalimantan Selatan yang didominasi oleh ekspor komoditas batubara masih mengalami kontraksi seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok.
1.1.
Konsumsi Rumah Tangga
Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 7,1% (yoy). Perbaikan kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan masih memberikan keyakinan kepada rumah tangga untuk menerima tambahan penghasilan. Peningkatan konsumsi pada triwulan tersebut juga didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan terutama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. 145
170
140
160
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
135
150
130 125
140
120
130
115
120
110
110
IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini IEK - Ekspektasi Konsumen IKK - Indeks Keyakinan Konsumen
105 100
100
95 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II 2014
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
III
90 I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja
Kondisi tersebut tercermin juga dari hasil Survei Konsumen (Bank Indonesia) dan Indeks Tendensi Konsumen (BPS). Pada survei konsumen, konsumsi lebih banyak terjadi pada pembelian barang konsumsi tahan lama seperti otomotif dan perlengkapan rumah tangga. Sementara itu, dari indeks tendensi konsumen terjadinya peningkatan juga didorong oleh meningkatnya konsumsi makanan dan minuman. Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan III 2014 tersebut juga tercermin dari meningkatkan realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan III 2014, kredit konsumsi tercatat mencapai Rp16,2 triliun, atau bertambah sebesar Rp364 miliar dari posisi akhir triwulan II 2014.
10
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
125
Kredit (Rp triliun)
Indeks
120
17,0
115
15,8 16,2
15,0
110
25,0 20,0
13,0
105
15,0
11,0
100
13,5
9,0
95 90
%, yoy 30,0
19,0
10,0 10,3
5,0
7,0
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
III
5,0
0,0 I
2014
Indeks Tendensi Konsumsi
Pendapatan rumah tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi
Konsumsi food & non food
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
Kredit Konsumsi
II
III
2014
gKredit Konsumsi (sk. Kanan)
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan
1.2. Pengeluaran Pemerintah Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan III 2014 tercatat mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya.
Pertumbuhan
konsumsi
pemerintah pada triwulan tersebut mencapai 9,2% (yoy), sementara pada triwulan II 2014 hanya tumbuh 6,7% (yoy). Hal ini terlihat dari realisasi belanja operasi yang lebih baik daripada realisasi tahun lalu pada periode yang sama. Realisasi belanja operasi Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 berhasil mencapai 62,25% dari total anggaran. Sementara itu pada triwulan III 2013 yang lalu, realisasi belanja operasional hanya mencapai 62,07% dari total anggaran. Dari realisasi belanja operasi tersebut yang mengalami pencapaian terbesar adalah belaja bantuan sosial (realisasi 69,78%) dan belanja pegawai (60,78%).
1.3. Investasi Kegiatan investasi di Kalimantan Selatan turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014. Pertumbuhan investasi tercatat sebesar 12,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 10,8% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi investasi PMDN pada triwulan tersebut. Nilai investasi PMDN tercatat mencapai Rp1,7 triliun (tumbuh 488,9%, yoy) untuk 14 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalimantan Selatan dan rencana hilirisasi produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakukan UU Minerba mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi. Pada penanaman modal asing, kegiatan investasi tercatat mengalami perlambatan. Pada triwulan III 2014, realisasi PMA hanya sebesar US$77,5 juta, tumbuh 0,3% (yoy). Peningkatan investasi juga terjadi investasi bangunan. Hal ini sejalan dengan peningkatan kinerja sektor bangunan dari semula tumbuh 7,3% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,6% (yoy) pada
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
11
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
triwulan III 2014. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan/ perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan penduduk dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume bongkar barang modal (berupa bahan bangunan) di pelabuhan Banjarmasin yang mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 24,0% (yoy). Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh 18,5% (yoy). 180
Juta US$
160
500%
40
400%
400%
35
350%
140 300%
120
200%
100 80
300%
30
250%
25
200%
20
150%
15
100%
100%
60
0%
40 20 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
Realisasi Investasi PMA
II
50%
10
-100%
5
-200%
0
0% -50% -100%
III
I
2014
III
IV
I
II
2012
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
III
IV
I
II
2013
Proyek Investasi PMA
III
2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA
4000
II
Miliar Rp
3500
Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA
1000%
30
400%
800%
25
300%
600%
20
400%
15
200%
10
3000 2500
200% 100%
2000
0%
1500
-100%
1000 500 0 I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
2013
Realisasi Investasi PMDN
II
0%
5
-200%
0
III
2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN
-200% -300% I
II
III
IV
I
2012 Proyek Investasi PMDN
II
III
IV
I
2013
II
III
2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN
Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalimantan Selatan pada periode laporan turut disumbang oleh peningkatan realisasi belanja modal pemerintah. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah masih terus berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang Gatot Subroto di Banjarmasin, beberapa jembatan, peningkatan dan pelebaran beberapa ruas jalan. Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mencapai 46,1% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang hanya mencapai 44,1%.
12
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kredit (Rp triliun)
%, yoy 50,0
19,0 17,0
16,1 15,0
45,0
550
40,0
500
35,0
15,0
600
%, yoy
Ribu Ton
30%
24,0% 20% 10%
450
30,0 13,0
25,0
11,0
20,0
350
9,0
18,5 15,0
300
10,0
12,4
7,0
-10% -20%
250
5,0
5,0
0,0 I
II
III
IV
2012
Kredit Investasi
I
II
III
IV
2013
I
II
III
2014
gKredit Investasi (sb.kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.10. Kredit Investasi
1.4.
0%
400
-30%
200 I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
2012 2013 2014 Vol Bongkar Barang Modal Pertumbuhan yoy (skala kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal
Perkembangan Ekspor
Pada triwulan III 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor Kalimantan Selatan mengalami penurunan sebesar 1,2% (yoy), setelah pada triwulan II 2014 turun sebesar 2,1% (yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan batubara ke luar negeri. Penurunan ekspor batubara tersebut lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Meskipun demikian, ekspor batubara ke India yang semakin membesar menyebabkan arah ekspor Kalimantan Selatan menjadi lebih baik. Perbaikan juga disumbang oleh ekspor hasil smelter bijih besi yang sudah beroperasi dan mendapatkan rekomendasi ekspor. Berdasarkan data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai, nilai ekspor Kalimantan Selatan ke luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai US$1,78 miliar, lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,02 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga menunjukkan penurunan. Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan III 2014 hanya sebesar 32,1 juta ton, sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 34,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya, produk utama yang diekspor pada triwulan III 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77% dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 14% dan produk kayu sebesar 3%. Sementara jika dilihat dari negara tujuannya, terjadi pergesaran dominasi ekspor ke Tiongkok menjadi ekspor ke India.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
13
Bab 1 – Perkemba angan Ekono omi Makro Regional R
3.000
USD D Juta
%,yoy
40% 30%
2.500 2.000
1.784 4
45.000 40.000
20% 35.000
10% 1.500 0% 1.000
-10%
500
30.000 25.000
-20%
0
-30% I
II
III
IV
2012
N Ekspor Nilai
I
II
III
IV
2013
I
II
20.000 I
III
III
IV
2012 Volum me Ekspor
2014
Pertumbuh han (sb. kanan)
Grafik 1..12. Nilai Eksspor LN Kaliimantan Sellatan
III
40% 35% 30% 25% 32.153 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% % % -15% II III
%, yoy
Ribu Ton T
I
II
III
IV
I
2013 2014 Pertumbuhan (sb. kanan)
Grafik 1.13 3. Volume Ekkspor LN Ka alimantan Selattan
Karet Kayu 3% 3%
Laain 3 3%
CPO 14%
Batubara 77%
Grafik 1 1.14. Pangsa a Ekspor Kallimantan Se elatan Berdasark kan Negara Tujuan
Grafik 1.1 15. Pangsa EEkspor Kalim mantan Selata an Berdasarkkan Komoditas
Di sisi ekspor antar daaerah, penin ngkatan akti vitas muat barang b untuk dalam neggeri pada pe elabuhan ung perbaika an ekspor K Kalimantan Selatan. S Pada a triwulan II I 2014, tota al barang Banjarmassin menduku yang dimu uat untuk dikkirim ke dae erah lain men ncapai 1,29 ribu ton, ata au tumbuh ssebesar 20,2 2% (yoy). Komoditass yang tercaatat mengalami peningkkatan dieksp por ke daera ah lain adallah CPO, ka aret alam olahan dan n bijih besi.
1.5. Perrkembangan Impor Impor Ka alimantan Selatan (d dari luar n negeri dan provinsi lain) l pada triwulan III 2014 mengalam mi perlamb batan sebesar 3,2% ((yoy). Nominal impor pada triwulaan tersebut tercatat sebesar Rp p11,13 triliu un (harga berlaku) dimaana sebanya ak 77,1% merupakan m aaktivitas imp por antar provinsi dan 22,9% merupakan m aktivitas imp por luar neg geri. Melambatnya aktivvitas impor terutama n impor dari luar negeri. disebabkan penurunan
14
K Kajian Ekono omi Keuangan n Regional Prrovinsi Kalima antan Selatann Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
3.000
Ribu Ton
39,4%
250
50% 40%
2.500
150%
USD Juta
200
100%
150
50%
100
0%
30%
2.000
20% 1.500 10% 1.000
0%
500 -
-20% I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
I
II
2013
Total Volume Bongkar Barang*
-50%
50
-10%
-100%
0
III
I
2014
II
III
IV
I
2012
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
II
III
IV
2013
Nilai impor
I
II
III
2014
Pertumbuhan (sb. kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalimantan Selatan
Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan *) Total volume bongkar tidak termasuk batubara
Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan III 2014 menunjukkan penurunan. Total impor Kalimantan Selatan yang berasal dari negara lain mencapai US34,6 juta, atau mengalami kontraksi sebesar 72,3% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 50,2 ribu ton dimana sebanyak 79% merupakan impor bahan baku dan 21% merupakan impor barang modal. Sementara dari sisi impor antar daerah, peningkatan aktivitas bongkar barang di pelabuhan Banjarmasin menunjukkan impor antar daerah masih menopang impor Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Pada triwulan III 2014, total barang yang dibongkar berasal dari daerah lain mencapai 19,4 ribu ton, atau tumbuh sebesar 5,6% (yoy). Komoditas impor dari daerah lain yang tercatat meningkat adalah beras, jagung dan tepung terigu.
2.
SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan 2013
Lapangan Usaha I
II
Pangsa %
2014 III
IV
I
II
III
SOG %
Tw III 2014
Pertanian
4,2
2,6
2,4
2,2
2,6
3,5
2,2
26,03
Pertambangan
2,6
1,6
0,8
1,1
0,8
0,1
1,4
18,66
0,89
Industri Pengolahan
4,6
5,1
3,3
4,1
4,7
4,6
4,9
9,40
0,45
Listrik, Gas, dan Air Bersih
6,3
6,4
5,4
6,0
6,0
5,9
6,3
0,50
0,02
Bangunan/Konstruksi
7,4
8,9
8,7
8,1
7,3
7,6
7,6
5,81
0,28
PHR
6,9
8,6
8,0
10,3
10,1
8,1
8,2
16,70
0,80
Pengangkutan & Komunikas
7,6
7,0
7,0
5,9
7,9
6,9
6,5
8,81
0,42
10,9
11,4
10,9
7,9
8,9
7,7
8,5
4,30
0,21
Jasa Dunia Usaha Jasa-jasa PDRB
1,25
8,2
6,7
9,3
10,5
9,1
8,2
8,1
9,80
0,47
5,6
5,1
4,8
5,4
5,5
4,8
4,8
100
4,78
SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
15
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Dari sisi penawaran atau sektoral, stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 ditopang oleh peningkatan sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Kinerja produksi pertambangan meningkat seiring dengan peningkatan produksi batubara dan telah beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh tinggi seiring dengan faktor musiman liburan sekolah dan penyelenggaraan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri turut mendorong peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Sementara itu, kinerja sektor pertanian yang melambat menahan laju perekonomian Kalimantan Selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi padi terkait dengan cuaca yang lebih kering di triwulan III 2014.
2.1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian hanya tumbuh sebesar 2,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,5%. Perlambatan tersebut terutama terjadi pada produksi tanaman bahan makanan (tabama) padi. Kredit (Rp triliun)
250,0
%, yoy 70,0
6,0
%, yoy
Ribu Ha
5,3 5,0
80%
60,0
5,0
200,0 60%
50,0
4,0
150,0
40%
100,0
20%
40,0 3,0 30,0 2,0
29,2
0%
20,0
50,0
1,0
-7,51%-20%
10,0
0,0
0,0 I
II
III
IV
2012
Kredit Pertanian
I
II
III 2013
IV
I
II
-
III
2014
I
II
III
IV
I
2012
gKredit Pertanian (sb.kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan
100%
Luas Panen Padi Kalsel (Ha)
II
III
2013
IV
I
II
III
-40%
2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kalimantan Selatan
Grafik 1.18. Kredit Sektor Pertanian
Grafik 1.19. Luas Lahan Panen Padi Kalimantan Selatan
Pada subsektor tabama, perlambatan kinerja dipengaruhi oleh penurunan produksi padi pada triwulan III 2014. Selama periode tersebut, luas panen padi hanya sebesar 197,9 ribu hektar, atau mengalami kontraksi sebesar 7,5% (yoy). Meskipun Kalimantan Selatan mengalami panen raya pada triwulan tersebut namun cuaca yang lebih kering menyebabkan terjadinya pergesaran panen dan gagal panen di beberapa daerah. Sementara itu, perlambatan kinerja sektor pertanian dapat tertahan oleh peningkatan produksi perkebunan kelapa sawit dan karet. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mencapai 244,5 ribu ton, atau tumbuh 17,2% (yoy) lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 11,6% (yoy). Hal tersebut seiring dengan kondisi cuaca yang mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai berproduksinya lahan-lahan sawit baru. Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan III 2014 dapat memproduksi 66,7 ribu ton karet alam, tumbuh sebesar 2,4% (yoy).
16
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
350
120%
%, yoy
ribu ton
300 250
100 90
25%
80%
80
20%
70
15%
60
10% 2,35% 5%
200 40%
50
20%
40
0%
30
-5%
20
-10% -15%
150
0%
50
-20%
10
-
-40%
-
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
TBS Kalsel
30%
100%
60%
100
%, yoy
Ribu Ton
-20% I
III
2014
II
III
IV
I
2012 Produksi Karet (ton)
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
II
III
IV
I
II
III
2013 2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Grafik 1.21. Produksi Karet
Grafik 1.20. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar)
Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalimantan Selatan tetap tumbuh tinggi. Pada triwulan III 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,3 triliun atau tumbuh sebesar 29,2% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat mencapai 41,9% (yoy).
2.2. Sektor Pertambangan Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 tumbuh sebesar 1,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada pertambangan batubara dan pertambangan bijih besi. Beroperasinya smelter bijih besi di Pulau Sebuku turut mendorong pertambangan bijih besi kembali berproduksi. Sementara itu pada pertambangan batubara, produksi menunjukkan adanya peningkatan meskipun masih terbatas seiring dengan masih melemahnya permintaan batubara dari Tiongkok. Produksi batubara pada triwulan III 2014 mencapai 41,9 juta ton (tumbuh 6,1%). Peningkatan produksi batubara salah satunya didorong oleh meningkatnya permintaan batubara dari India. %, yoy
Juta Ton 45
35%
40
30%
35
25% 20%
30
10,1%
25
15% 10%
20
10,0 8,0 7,0
4,0 3,0
10
-5%
2,0
5
-10%
1,0
0
-15% II
III
IV
2012
Ekspor Batubara
I
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Pertumbuhan (sb. kanan)
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara
5,28
5,0
0%
I
6,30
6,0
5%
15
rata-rata bulanan (juta ton)
9,0
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013 Stok batubara Taboneo
IV
I
II
III
2014
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Grafik 1.23. Stok Batubara Taboneo
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
17
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
50 45
120% Kredit (Rp triliun)
juta ton 42,3 42,0
40
80% 3,5
35
60% 3,0
30
%, yoy
4,0 100%
3,6
100,0 80,0 2,4
40% 2,5
25
60,0 40,0
6,1% 20% 2,0
20
14,0
0% 1,5
15
120,0
20,0
-20%1,0
0,0
5
-40%0,5
-20,0
-
-60%0,0
10
I
II
III
IV
I
2012
II
III
IV
2013
Produksi batubara
I
II
III
-40,0 I
II
IV
I
2012
2014
Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
III
Kredit Pertambangan
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
gKredit Pertambangan (sb.kanan)
Sumber: Kementerian ESDM
Grafik 1.24. Produksi Batubara
Grafik 1.25. Kredit Sektor Pertambangan
Dari sisi pembiayaan perbankan, membaiknya sektor pertambangan turut mendorong peningkatan kredit ke sektor tersebut. Pada triwulan III 2014, kredit ke sektor pertambangan mencapai Rp3,6 triliun. Dengan pencapaian tersebut pertumbuhan kredit sektor pertambangan mencapai 14,0% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -24,49% (yoy).
2.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan III 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan turut menopang stabilnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode tersebut. Pertumbuhan sektor industri pengolahan mencapai 4,9% (yoy), meningkat dari 4,6% (yoy) pada periode sebelumnya. Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini terutama disumbang oleh peningkatan produksi CPO. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar 15,5% (yoy). Pada triwulan III 2014, permintaan CPO untuk pasar dalam negeri mengalami peningkatan. Pengiriman CPO melalui pelabuhan untuk perdagangan dalam negeri tercatat tumbuh sebesar 57,7% (yoy) pada triwulan tersebut. Kondisi ini merupakan dampak dari semakin tingginya kebutuhan biodiesel di dalam negeri. Adapun ekspor CPO Kalimantan Selatan ke luar negeri masih berada dalam tren yang melambat pada kisaran 23,3% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO terpengaruh dengan berlangsungnya masa panen sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed dan bunga matahari. Selain itu adanya penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO untuk biodiesel relatif tertahan. Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional. Dimana pada triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton.
18
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
450
Ribu Ton
100%
%, yoy
90
200%
ribu ton
80
400
80%
350
60%
150%
70 60
300
40% 23,3%
250
20%
200
0%
150 100
-20%
50
-40% -60%
0 I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
Volume Ekspor CPO
III
100%
50 40
50% 15,5%
30 20
0%
10 -50%
I
2014
II
III
IV
I
II
2012 Produksi CPO
Pertumbuhan (sb. kanan)
III
IV
I
II
III
2013 2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Grafik 1.27. Produksi CPO
Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalimantan Selatan
Ribu Ton
%, yoy
200%
150
Kredit (Rp triliun)
%, yoy
2,5
2,1
130 110
150%
2,0
100%
1,5
30,0 20,0 10,0
70 72,3% 50%
50 30
0%
1,0
0,0 -10,0
0,5
-20,0
10 (10)
40,0
38,9 30,0
90
50,0
I
II
III
IV
I
2012
Volume Muat Kayu Lapis
II
III
2013
IV
I
II
III
-50%
2014
Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Trisakti
0,0
-30,0 I
II
III
IV
I
2012
Kredit Sektor Industri
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
gKredit Industri (sb.kanan)
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan
Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor industri pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 72,3% (yoy). Dari data pengiriman barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke daerah lain mencapai 81,3 ribu ton. Meningkatnya sektor industri pengolahan juga mendorong tumbuhnya pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014. Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang cukup tinggi yaitu Rp2,1 triliun, tumbuh sebesar 30,0% (yoy).
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menopang perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 dan dapat tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor PHR pada triwulan ini mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy). Hal ini terutama terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi sektor PHR sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan, peningkatan terjadi karena membaiknya aktivitas
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
19
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
perdagangan komoditas tambang. Selain itu, aktivitas perdagangan yang meningkat juga tercermin dari peningkatan aktivitas bongkar-muat di pelabuhan Banjarmasin. Total bongkar muat barang perdagangan luar negeri pada triwulan III 2014 mencapai 17,45 juta ton (5,1%, yoy) dan untuk perdagangan dalam negeri mencapai 20,6 juta ton (6,4%, yoy). 40
300
%, yoy
250
%, yoy
30
200
20
150
10
100
0 50
I
II
-10
0 I
-50
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
2013
II
III
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
III
2014
-20
2014
-30
-100 Volume Bongkar Sumber: KSOP Banjarmasin
Volume Muat
Volume Bongkar
Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN
70,00
Grafik 1.31. Aktivitas Perdagangan DN
10%
Tingkat Hunian
Volume Muat
Sumber: KSOP Banjarmasin
Kredit (Rp triliun)
%, yoy 60,0
12,0
60,00
5%
9,7
10,0
50,00
10,0
50,0
0%
40,00
8,0
40,0
6,0
30,0
4,0
20,0
-5% 30,00 -10%
20,00
-11,4% -15%
10,00
10,0
2,0 11,3
0,00
-20% I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
Tingkat Hunian Hotel Bintang
IV
I
II
III
2014 Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
6,4
0,0 I
II
III
IV
I
2012
Kredit Sektor PHR
II
III 2013
IV
I
II
0,0
III
2014
gKredit PHR (sk. Kanan)
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang
Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR
Sementara itu, pada sisi subsektor hotel menunjukkan adanya perlambatan kinerja. Pada triwulan III 2014 rata-rata tingkat hunian hotel berbintang hanya sebesar 45,52%, atau lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat mencapai 48,42%. Dari sisi pembiayaan, terjadi perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan III 2014 total kredit yang disalurkan ke sektor ini mencapai Rp10,0 triliun, atau tumbuh sebesar 6,4% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya. Meskipun melambat, realisasi kredit perbankan di Kalimantan Selatan kepada sektor ini masih mencatatkan adanya peningkatan nilai kredit. Pada triwulan III 2014 tersebut, kredit kepada sektor PHR bertambah sebesar Rp300 miliar.
20
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
2
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat 4,80% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 (6,83%, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM yang terjadi pada triwulan II 2013, serta relatif terjaganya tekanan inflasi pada perayaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Terjaganya pasokan dan kembali normalnya permintaan masyarakat terhadap komoditas pangan strategis pada akhir triwulan III 2014 mendorong terjadinya deflasi pada kelompok volatile food yang menjadi salah satu faktor penurunan inflasi Kalimantan Selatan. Di sisi lain, tekanan inflasi pada triwulan III 2014 didorong oleh kelompok administered prices yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga LPG 12 Kg dan kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) tahap kedua. Sedangkan pada kelompok inti (core inflation), inflasi terjadi pada kelompok biaya/tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.
1. KONDISI UMUM Setelah pada triwulan sebelumnya tekanan inflasi terjadi akibat adanya kenaikan permintaan bertepatan dengan hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta persiapan bulan Ramadhan, pada triwulan III 2014 tekanan inflasi Kalimantan Selatan relatif berkurang. Realisasi inflasi triwulan tersebut tercatat sebesar 4,80% (yoy) atau 0,87% (qtq) lebih rendah bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,83% (yoy) atau 2,39% (qtq). Penurunan tekanan inflasi tersebut terjadi akibat hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi pada tahun sebelumnya dan sebagai bagian dari proses normalisasi permintaan pada mekanisme stok rumah tangga. Selain dipengaruhi oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi pada tahun sebelumnya, turunnya tekanan inflasi pada triwulan III 2014 juga didorong oleh penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan, sandang, serta transportasi dan komunikasi. Membaiknya pasokan lokal komoditas pangan strategis serta normalisasi tingkat permintaan menjadi penyebab terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan. Selain itu, rendahnya curah hujan pada bulan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
23
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
September juga meningkatkan pasokan beberapa komoditas buah - buahan dan ikan segar yang berasal dari Kalimantan Selatan.
10 Kalsel
9
Kalimantan
8
7,57
Nasional
7
6,83
6
5,06
6,70
5
4,80
4
4,53
3 2 1 0 I
II
III
2010
IV
I
II
III
2011
IV
I
II
III
IV
I
2012
II
III
2013
IV
I
II
III
2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional
Pada triwulan III 2014, koreksi harga terjadi pada sejumlah komoditas pangan strategis seperti semangka, bawang merah, cabai merah, tomat sayur, udang basah, daging ayam ras, dan ikan gabus. Selain komoditas bahan makanan, koreksi harga juga terjadi pada komoditas sandang dan tiket pesawat. Penurunan tekanan inflasi pada kedua komoditas tersebut terjadi seiring dengan menurunnya permintaan musiman bertepatan dengan berlalunya perayaan Idul Fitri. Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok Kelompok Barang Tw I Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi & Komunikasi
5,2 8,3 7,7 3,7 0,8 4,3 3,0 0,8
Inflasi yoy 2013 Tw II Tw III Tw IV Tw I 4,7 7,1 6,7 11,8 6,7 6,1 3,8 4,4 (1,3) (0,8) 4,2 2,4 3,4 2,1 2,9 11,1
7,0 9,9 5,6 6,2 (2,3) 3,3 2,4 12,4
4,9 6,4 6,7 2,3 1,0 2,4 2,1 7,6
2014 Tw II 6,8 11,0 7,2 3,8 0,9 3,9 2,2 10,6
Sumbangan Inflasi yoy 2013 2014 Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 4,8 5,6 7,4 4,2 (1,0) 9,4 3,7 2,2
5,2 2,3 1,8 0,8 0,1 0,1 0,1 0,1
4,7 7,1 1,8 3,3 1,6 1,4 0,8 0,9 (0,1) (0,1) 0,1 0,1 0,2 0,1 0,4 1,6
7,0 2,8 1,3 1,2 (0,2) 0,1 0,1 1,8
4,9 1,3 1,6 0,5 0,1 0,1 0,1 1,2
6,8 2,3 1,8 0,8 0,1 0,2 0,1 1,8
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Meksipun demikian, tekanan inflasi yang meningkat pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi penahan penurunan inflasi di Kalimantan Selatan. Tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau lebih disebabkan karena adanya penyesuaian peningkatan biaya produksi terutama kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) industri. Selain itu, peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Hal ini terutama karena adanya kenaikan harga bahan bakar LPG 12Kg dan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) di sektor rumah tangga. Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), kenaikan harga LPG 12 kg pada level pengecer dapat mencapai Rp21.000 - Rp22.000 per tabung (kenaikan resmi dari Pertamina sebesar Rp1.500/kg atau Rp18.000 per tabung). Hal tersebut diikuti
24
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
0,2 (0,7) 0,9 0,6 (0,2) 0,1 1,3 (0,4)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
dengan peningkatan permintaan LPG 3 kg karena adanya konsumen LPG 12 kg yang beralih menggunakan LPG 3 kg. Peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga yang dipicu oleh kenaikan tarif perguruan tinggi dan akademi. Hal ini terjadi karena beberapa perguruan tinggi dan akademi di Kalimantan Selatan ini baru menerapkan peraturan SE Dirjen Dikti No. 972/E/KU/2013 pada Februari 2013 tentang penerapan UKT (Uang Kuliah Tunggal) dan penghapusan pemberlakuan uang pangkal bagi mahasiswa baru program S1 Reguler. Sesuai dengan penerapan UKT tersebut, tarif pendidikan utama yang dibebankan kepada mahasiswa akan disusun berdasarkan tarif berjenjang dan subsidi sesuai dengan kondisi ekonomi mahasiswa.
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
‐0,36
Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuanga
%, mtm Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
1,34
3,50 3,00
0,14
2,50
‐0,24
2,00 1,50 1,00
1,04 0,81
0,76
0,50
1 2012
2
3
0,55 0,87
‐0,72
‐0,35
2013
Jul
0,01 0,02
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Bahan Makanan
Bulan
‐1,00 0
Agust
0,69
0,53 ‐0,28
Sandang
Sep
0,00 ‐0,50
Kesehatan
4
5 2014
6
7
8
max 5 tahun
9
10
11
12
‐4,00‐3,00‐2,00‐1,000,001,002,003,004,005,006,00
min 5 tahun
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di TW III-2014
Bila dilihat secara bulanan, inflasi Kalimantan Selatan selama bulan Juli, Agustus, dan September 2014 masih berada di tengah rentang tingkat inflasi bulanan selama 5 tahun terakhir. Pada bulan Agustus 2014, inflasi berada di level terendah selama 5 tahun terakhir (0,01%, mtm) dan di bawah tingkat inflasi nasional (0,47%, mtm). Koreksi harga terjadi pada beberapa kelompok barang yang permintaannya tinggi pada bulan sebelumnya bertepatan dengan perayaan Idul Fitri
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
25
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
seperti: tarif angkutan udara, kelompok bumbu-bumbuan (bawang merah dan bawang putih), serta aneka daging dan hasilnya. Perbaikan terhadap pasokan kebutuhan pokok serta kondisi fundamental makroekonomi yang lebih baik pasca berlangsungnya pemilihan umum presiden tahun 2014 menyebabkan tingkat inflasi yang rendah pada Agustus 2014. Triwulan III 2014 ditutup pada tingkat inflasi bulanan sebesar 0,02% setelah sebelumnya diprediksi terjadi penurunan harga pada beberapa kelompok barang berlanjut di September 2014 hingga menyebabkan deflasi.
Perkembangan Inflasi Menurut Kota Jika dilihat berdasarkan kota, inflasi triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin tercatat sebesar 4,67% (yoy), menurun bila dibandingkan dengan triwulan II 2014 yang tercatat sebesar 6,81% (yoy). Sedangkan untuk Kota Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 6,54% (yoy) yang juga menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya (7,01%, yoy). Tingkat inflasi Kota Banjarmasin pada bulan Juli 2014 tercatat sebesar 0,69% (mtm) atau 5,23% (yoy). Peningkatan harga berbagai komoditas pangan strategis dan tiket angkutan udara seiring dengan tingginya permintaan ketika Ramadhan hingga Idul Fitri menjadi kontributor utama inflasi pada bulan tersebut. Komoditas pangan strategis yang mengalami kenaikan harga meliputi daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, dan beras. Kemudian pada bulan Agustus 2014 tercatat inflasi sebesar 0,02% (mtm) atau 3,93% (yoy). Koreksi harga terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Inflasi di akhir triwulan III 2014 untuk Kota Banjarmasin berada pada level 0,18% (mtm) atau 4,67% (yoy) dengan adanya peningkatan tekanan pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi & Komunikasi
Tw III-2014 (mtm) Jul Agt Sep 0,69 0,02 0,18 2,10 (0,59) (0,79) 0,86 0,64 0,90 0,22 0,73 0,54 0,64 (0,18) (0,25) 0,14 5,54 0,11 (0,04) 1,08 1,34 (0,16) (2,98) (0,40)
Tw III-2014 (yoy) Jul Agt Sep 5,23 3,93 4,67 8,04 2,25 5,08 7,21 7,25 7,45 3,86 4,28 4,34 1,77 0,18 (1,39) 3,70 9,40 9,44 2,13 2,25 3,40 3,86 1,33 2,13
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Sementara itu, tekanan inflasi di Kota Tanjung terjadi pada awal periode laporan dan akhir periode laporan. Pada bulan Juli 2014 inflasi di Kota Tanjung tercatat sebesar 0,40% (mtm) atau 7,47 (yoy). Pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri, seluruh jenis kelompok barang mengalami inflasi. Sejumlah komoditas pangan strategis yang naik
26
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
tajam pada bulan tersebut meliputi beras, kacang panjang, ikan nila, dan daging ayam kampung. Barang lain yang mengalami kenaikan tajam yaitu baju muslim dan emas. Daya tarik permintaan dipastikan menjadi faktor utama pendorong inflasi di Kota Tanjung meski tingkat inflasi tidak sebesar di Kota Banjarmasin. Kemudian pada bulan Agustus Kota Tanjung justru mengalami deflasi meskipun di Banjarmasin terjadi inflasi. Tercatat pada bulan tersebut kota Tanjung mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm) atau 6,87% (yoy). Hal tersebut karena permintaan yang berkurang pasca perayaan Idul Fitri langsung terjadi di bulan berikutnya, tercermin dari kontribusi deflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan (inflasi -1,26%, mtm) dan tarif angkutan (inflasi -0,02%, mtm). Di akhir triwulan III 2014, inflasi Kota Tanjung tercatat sebesar 0,42% (mtm) atau 6,54% (yoy). Seluruh kelompok barang mengalami inflasi dengan kontribusi terbesar berasal dari kelompok bahan bakar rumah tangga (LPG) sebesar 1,39% (mtm) dan kelompok tarif pendidikan sebesar 2,54% (mtm).
Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok
No 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok Barang Umum Bahan Makanan Mamin, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transportasi & Komunikasi
Tw III-2014 (mtm) Jul Agt Sep 0,40 (0,12) 0,42 0,11 (1,26) 0,26 0,34 0,30 0,42 0,16 0,13 0,70 1,62 0,01 (0,09) 0,07 0,48 0,48 2,43 1,69 1,33 0,21 (0,02) 0,20
Tw III-2014 (yoy) Jul Agt Sep 7,47 6,87 6,54 11,91 10,28 11,78 7,67 7,91 6,56 5,02 5,02 2,90 4,84 4,85 4,76 9,03 8,92 9,44 5,40 6,83 8,25 4,59 2,32 2,52
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Pemerintah Daerah dan pihak terkait melalui TPID di Kalimantan Selatan telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga tingkat harga dan pasokan komoditas pangan strategis selama bulan Ramadan dan persiapan Idul Fitri tahun 2014. Operasi pasar dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten dan kota sebelum Ramadhan sampai menjelang hari raya. Potensi inflasi pada tarif angkutan udara juga lebih dapat diredam karena mayoritas masyarakat telah memesan tiket angkutan udara (pesawat) sejak jauh-jauh hari (tercatat bahwa pembelian tiket pesawat mencapai puncaknya di bulan Juni 2014). Kemudian memasuki Agustus 2014 sejumlah harga pangan strategis yang pada bulan sebelumnya sempat naik namun masih dalam tingkat yang wajar, terkoreksi dengan laju penurunan yang lebih cepat di Kota Tanjung. Selanjutnya pada bulan September 2014, inflasi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 0,02% (mtm) atau 4,80 (yoy). Setelah sebelumnya diprediksi tren penurunan harga akan berlanjut setelah melewati Agustus 2014, inflasi Kalimantan Selatan pada bulan September 2014 dipicu oleh kenaikan tarif pendidikan (perguruan tinggi), makanan jadi, dan administered prices yaitu kenaikan harga bahan bakar LPG nonsubsidi sebesar Rp. 1.500/kg.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
27
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Dilihat dari sisi pendukung transportasi dan distribusi, kuota bahan bakar solar per awal Oktober 2014 telah mencapai 230 kiloliter dari kuota awal sebesar 253 kiloliter. Tingginya kebutuhan energi dalam menunjang interkoneksi darat untuk kepentingan distribusi berbagai barang kebutuhan pokok di Kalimantan (termasuk Kalimantan Selatan) pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan harga di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu kenaikan harga LPG 12 kg yang diberlakukan per 10 September 2014 ikut berkontribusi dalam mendorong inflasi Kota Banjarmasin dan Tanjung pada periode laporan. Konsumen LPG 12 kg dilaporkan dapat menerima kenaikan harga yang ada namun di lapangan terjadi kelangkaan stok LPG ukuran tersebut sehingga kenaikan harga juga berimbas pada LPG 3 kg. Kenaikan harga LPG nantinya akan terus dilakukan oleh Pertamina secara gradual hingga 2016 untuk menyesuaikan harga jual dengan harga ekonominya.
2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Tekanan inflasi menurun dari 6,83% (yoy) menjadi 4,80% (yoy) pada triwulan III 2014. Penurunan tersebut terjadi terutama pada infkasi administered prices dan volatile food. Inflasi administered prices mengalami penurunan yang paling signifikan dari 14,14% (yoy) menjadi 5,66% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan mengalami deflasi sebesar 2,14%. Penurunan inflasi terbesar kedua berasal dari volatile food yaitu dari 11,08% (yoy) menjadi 5,47% (yoy). Sedangkan dari inflasi inti mengalami peningkatan dari 4,10% (yoy) menjadi 4,36% (yoy) atau secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,75%. %, yoy 18,00
Inflasi IHK (yoy) VF
16,00
Adm Price Core
14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII 2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab
Penurunan inflasi volatile food pada triwulan III 2014 didorong oleh kembali normalnya tingkat permintaan masyarakat serta kapasitas pasokan dari lokal Kalimantan Selatan dan pasokan dari luar pulau yang terjaga. Pada awal triwulan tersebut, tekanan inflasi pada kelompok volatile food
28
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
didorong oleh kenaikan harga di sejumlah komoditas pangan strategis seperti beras, udang basah, ikan patin, ikan nila, serta harga buah-buahan seperti semangka dan apel. Peningkatan permintaan terhadap beras menghadapi terbatasnya pasokan karena belum tibanya masa panen raya. Di sisi lain, tingginya tingkat curah hujan juga menyebabkan tersendatnya pasokan hasil laut. Selanjutnya, pada bulan Agustus 2014 tekanan inflasi volatile food turun seiring dengan mulai kembali normalnya tingkat permintaan pasca Ramadhan dan Idul Fitri. Penurunan permintaan pada periode tersbeut juga didukung oleh lancarnya pasokan. Terdapat beberapa komoditas pangan strategis yang mengalami koreksi harga antara lain udang basah, semangka, bawang merah, daging ayam ras, ikan gabus, ikan layang, tomat sayur, dan cabai merah. Harga (Rp.)
%, mtm
14.000
P Beras
12.000
Perubahan (mtm)
0,30
2.000
2011
2012
2013
‐0,2 ‐0,25
Harga (Rp.)
2011
2012
2013
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
Sep
Jan
2014
Mei
‐ Jan
‐0,30
‐0,15
Mar
‐
‐0,1
4.000
Nop
‐0,20
Jul
‐0,10
10.000
‐0,05
Sep
20.000
0
6.000
Mei
0,00
0,05
8.000
Nop
30.000
0,15
10.000
Jul
0,10
Sep
40.000
0,2
0,1
Mei
0,20
Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep
50.000
Mar
60.000
Jan
P Ikan haruan %, mtm 0,40 Perubahan (mtm)
Mar
Harga (Rp.) 70.000
2014
%, mtm
140.000
0,1
P Daging sapi 120.000
Perubahan (mtm)
100.000
Harga (Rp.)
0,08
70.000
0,06
60.000
%, mtm 0,50
P Bawang merah
0,40
Perubahan (mtm)
0,30 80.000
0,04
60.000
0,02
40.000
50.000
0,20
40.000
0,10
30.000
0,00
0
‐0,10
20.000
2012
2013
‐0,40
2014
0,50
50.000
P Daging ayam ras
2012
Jul
Sep
Mei
Mar
Jan
Jul
Sep
2013
Nop
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
2011
%, mtm
Harga (Rp.) 45.000
‐0,30
‐
Jan
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Jul
Sep
Jan
2011
Mei
Mar
Nop
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
‐0,04
Sep
‐
‐0,20 10.000
Mei
‐0,02
Mar
20.000
2014
%, mtm
Harga (Rp.)
0,30
60.000
0,40
Perubahan (mtm)
40.000
0,30
35.000
0,20
30.000
0,20 50.000
0,10 0,00
40.000
‐0,10
0,10
25.000 0,00
20.000
‐0,10
15.000 10.000
‐0,20
5.000
‐0,30
30.000
‐0,20
P Telur ayam ras
‐0,30
Perubahan (mtm)
20.000
‐0,40 ‐0,50
10.000
2011
2013
2014
Jul
Sep
Mei
Jan
Mar
Nop
Sep
Jul
Mei
Mar
Jan
Nop
Jul
2012
Sep
Mei
Mar
Jan
Nop
Sep
Jul
Mei
Jan
Mar
‐0,40
‐0,60 ‐
‐0,70
Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep Nop Jan Mar Mei Jul Sep
‐
2011
2012
2013
2014
Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
29
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2014 cenderung mengalami peningkatan yang didorong oleh kebijakan kenaikan harga LPG nonsubsidi pada akhir triwulan. Pada awal triwulan tekanan inflasi administered prices tercatat 0,17% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya (3,44%, mtm). Kebijakan kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) serta tarif angkutan laut dan udara pada arus mudik menjadi pemicu utama. Kemudian pada bulan Agustus 2014 secara bulanan kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 2,53% (mtm), didorong oleh koreksi tarif angkutan udara yang mengalami deflasi sebesar 27,52% (mtm). Meskipun demikian, deflasi pada Agustus 2014 tertahan oleh adanya peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) tahap ke-2. Selanjutnya memasuki September 2014, tekanan inflasi administered prices kembali meningkat. Kebijakan kenaikan LPG 12 kg tahap ketiga dari Pertamina menyebabkan harga LPG 12 kg naik sebesar Rp1.500/kg per 10 September 2014 setelah sebelumnya pada tanggal 1 Juni 2014 telah dilakukan kenaikan tahap kedua sebesar Rp1.000/kg. Sementara itu, tekanan inflasi dari kelompok inti mengalami peningkatan namun masih berada dalam batas yang wajar. Selama triwulan III 2014 inflasi inti dipicu oleh kenaikan harga pada makanan jadi, tarif layanan kesehatan, tarif pendidikan, rekreasi dan olahraga. Pemantauan inflasi terus dilakukan melalui TPID mengingat potensi inflasi volatile food dan administered prices memiliki dampak tidak langsung terhadap kenaikan harga barang lainnya yang bila persisten nantinya akan mengarah kepada inflasi inti. Tekanan faktor eksternal seperti melemahnya nilai tukar Rupiah dapat sedikit diredam oleh penurunan harga komoditas dunia. Pada triwulan III 2014, nilai Rupiah melemah dengan nilai rata-rata kurs lebih tinggi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ketidakpastian politik pasca Pilpres 2014 turut mempengaruhi terjadinya fenomena outflow dari sebagian investor asing. Namun begitu pada triwulan III 2014 terjadi penurunan harga dunia pada sejumlah komoditas konsumsi, CPO, tambang (termasuk Harga Batubara Acuan sebagai salah satu barang ekspor utama Kalimantan) , serta emas.
140,0
% yoy
gEmas gTerigu
gJagung gCPO
gKedelai gMinas
IDR/USD 12.400
11.838 (Q1) 12.200
90,0
11.619 (Q2)
12.000
12.163 (Q4)
12.014
11.800
40,0
11.600
11.759 (Q3) IDR/USD Average of Q1 Average of Q2 Average of Q3 Average of Q4*
11.400
‐10,0
11.200
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2011
2012
2013
2014
Sumber: Bloomberg, data diolah
2014
Sumber: Bloomberg, data diolah
Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global
30
Jan Mar Mei Jul 01‐Sep‐14 03‐Sep‐14 05‐Sep‐14 07‐Sep‐14 09‐Sep‐14 11‐Sep‐14 13‐Sep‐14 15‐Sep‐14 17‐Sep‐14 19‐Sep‐14 21‐Sep‐14 23‐Sep‐14 25‐Sep‐14 27‐Sep‐14 29‐Sep‐14 01‐Okt‐14 03‐Okt‐14 05‐Okt‐14 07‐Okt‐14 09‐Okt‐14 11‐Okt‐14 13‐Okt‐14 15‐Okt‐14 17‐Okt‐14 19‐Okt‐14 21‐Okt‐14
11.000
‐60,0
Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Inflasi aktual (yoy)
200,00
10,00 9,00
180,00
8,00 160,00 7,00
Harga Umum Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tebakau Sandang Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Bahan Makanan Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
170,00 160,00 150,00
140,00 6,00 120,00 5,00
140,00 130,00 120,00
100,00
4,00
110,00 80,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2011
2012
2013
2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen
3,00
100,00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) 2014
Di sisi lain, ekspektasi inflasi di tingkat konsumen menunjukan peningkatan. Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III 2014 tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan II 2014 yang menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat Kalimantan Selatan. Peningkatan ekspektasi inflasi tersebut terutama terjadi karena adanya ketidakpastian dan isu-isu pada kebijakan energi terutama terkait dengan rencana pengurangan subsidi BBM.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
31
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
BOKS Hubungan Kenaikan BBM dan UMP dalam Mempengaruhi Tekanan Inflasi dari sisi Suplai
Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi pada November 2014 dan UMP di 2015. Kondisi perekonomian saat ini relatif moderat di mana secara nasional pertumbuhan ekonomi di triwulan III 2014 diperkirakan mencapai 5,2% dan realisasi inflasi sebesar 4,53% (yoy) dengan tren perlambatan pada tingkat konsumsi rumah tangga. Sementara itu Kalimantan Selatan diprediksi tumbuh 4,82% di triwulan III. Survei Konsumen yang dilakukan pada triwulan III 2014 menunjukkan kecenderungan penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen; tendensi konsumsi rumah tangga Kalimantan Selatan juga menurun. Kenaikan BBM Quick survey yang dilakukan di Kalimantan Selatan terhadap beberapa sektor industri menunjukkan sentimen yang berimbang terhadap rencana kenaikan BBM. Sektor properti, kelapa sawit, dan jasa teknik las yang banyak melayani pertambangan batubara menjadi sektor yang paling keberatan terkait dengan rencana kenaikan BBM. Sektor properti lokal hanya dihadapkan oleh pilihan untuk menaikkan harga di tengah lesunya pasar properti menengah ke bawah. Dengan mayoritas sistem pembelian yang berdasarkan pesanan, tingkat permintaan yang rendah, serta potensi kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan BBM, harga properti diperkirakan tidak seprospektif harapan developer. Meskipun demikian, developer besar tetap optimis dengan pertumbuhan harga propertinya karena memiliki segmen tersendiri. Sementara itu jasa las berencana menaikkan tarif jasa las listrik kepada pelanggannya yang mayoritas perusahaan tambang batubara. Sektor lain yaitu perkebunan kelapa sawit, berencana untuk melakukan pengurangan SDM dan pencarian energi alternatif. Pilihan terakhir paling tidak praktis (membutuhkan riset) sehingga kemungkinan besar penyesuaian terjadi pada operasional dan harga jual. Kebutuhan CPO yang luas untuk industri manufaktur mencakup makanan, minuman, kosmetik, dan sebagainya. Tekanan terhadap sisi suplai dapat berpotensi meningkatkan harga produk (hilir).
3 harga jual 2
kapasitas produksi
2
spesifikasi
1
teknologi mesin alternatif energi
1
penggunaan energi 0 properti
Grafik 1. Pendapat terhadap rencana kenaikan BBM
32
Jasa Teknik
Perkebunan
Grafik 2. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan BBM
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kenaikan UMP Rencana kenaikan UMP 2015 direspon dengan strategi berupa menaikkan harga jual barang/jasa, seperti yang dikutip dari responden quick survey yaitu dari sektor perkebunan, properti, industri pengolahan dan kerajinan, serta jasa teknik. Kenaikan harga barang dan jasa yang diberlakukan sebagai imbas dari kewajiban pengusaha untuk menaikkan upah pegawai meski tidak secara langsung seiring dengan kenaikan harga BBM.
25,00%
25,00%
50,00%
tenaga kerja
harga jual
sistem kontrak tenaga kerja
Grafik 3. Langkah penyesuaian terhadap kenaikan UMP 2015
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
33
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
49
Bab b 3 – Perkem mbangan Pe erbankan daan Sistem Pe embayaran
3
PERKKEMBANNGAN PEERBANKAAN DAN SISTTEM PEM MBAYARA AN
Kinerja intermediasi perba ankan dan ttransaksi sisstem pemba ayaran non n tunai di Ka alimantan 2 menga alami perlam mbatan. Me eskipun melaambat, secara nominal Selattan pada trriwulan III 2014 penyaaluran kredit masih me encatat ada nya penamb bahan realissasi kredit ssehingga ma asih dapat meno opang perekkonomian Ka alimantan Seelatan pada periode p terse ebut. Selain itu, risiko krredit masih terkendali meskip pun terdapatt sedikit peniingkatan tek kanan dari sissi nonperform rming loan (N NPL). Di sisi ayaran non tunai mengalami penurrunan seiringg dengan terbatasnya lain, transaksi sisstem pemba t mengaalami kenaik kan seiring aktiviitas ekspor dan impor. Sementara itu, kebutuhan uang tunai dengan peningkaatan konsum msi secara m usiman khussusnya terkait dengan p erayaan Harri Raya Idul Fitri.
1.
PERKEM MBANGA AN PERB ANKAN
Secarra umum, peerkembangan sistem keu uangan teruttama kinerja a perbankan di Kalimanttan Selatan masih h dalam keaadaan yang baik meskip pun masih mengalami m perlambatan. p . Hal ini sala ah satunya terlihat dari penyyaluran kredit perbankan n di Kalimantan Selatan pada triwulaan III 2014 yang y masih da dalam trren yang melambat m seiiring dengan kondisi perekonomia n Kalimanta an Selatan berad maup pun nasional yang masiih tumbuh tterbatas. Da ari jenis penggunaannyaa, perlambattan kinerja kreditt ini dipicu oleh adanyya melambaatnya kredit konsumsi dan d kredit modal kerja a. Dari sisi sekto oral, perlambatan kinerrja penyaluraan kredit didorong d ole eh perlambaatan kredit di sektor konsttruksi, sektorr pertanian, dan sektor PPHR.
Grrafik 3.1. Kine erja Penyalurran Kredit Perrbankan
Kajian n Ekonomi Keeuangan Reg gional Provinssi Kalimantan Selatan Triw wulan III 20144
37
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
1.1.
Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan Provinsi Kalimantan Selatan relatif terbatas, hal ini tercermin dari penurunan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dari 87,0% pada triwulan II 2014 menjadi 86,9% pada triwulan III 2014. Terbatasnya intermediasi perbankan ini diakibatkan oleh perlambatan dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan penghimpunan DPK mengalami perlambatan dari 9,55% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 8,40% (yoy) pada triwulan III 2014. Perlambatan penghimpunan DPK disebabkan oleh perlambatan dari dana tabungan yang tumbuh melambat dari 8,09% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 4,58% (yoy) pada triwulan laporan. Salah satu pendorong turunnya penghimpunan dana tabungan karena adanya penurunan suku bunga dari 1,94% pada triwulan II 2014 menjadi 1,92% pada triwulan III 2014. Sementara itu, perlambatan kinerja kredit dipicu oleh melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Melambatnya kredit modal kerja didominasi oleh sektor pertanian yang melambat dari pertumbuhan triwulan II 2014 sebesar 47,85% (yoy) menjadi 3,79% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan ini dipengaruhi oleh turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit untuk semua umur pohon. Di sisi lain, perlambatan kredit konsumsi merupakan konsekuensi dari meningkatnya suku bunga kredit konsumsi dari 12,39% menjadi 12,45%. Perlambatan kredit konsumsi ini terutama terjadi pada kredit barang elektronik yang melambat dari 176,79% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 161,36% pada triwulan III 2014 (yoy). Selain itu, kredit perumahan dan apartemen yang memiliki porsi terbesar dalam kredit konsumsi juga masih mengalami perlambatan seperti triwulan sebelumnya, yaitu dari 20,5% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 12,6% (yoy) pada triwulan laporan. 50%
100%
60%
40%
50%
30%
80% 86,98% 86,92% 60%
20%
40% 11,20% 9,66%
30%
10%
20%
9,55% 8,40%
20%
13.03% 18.58%
0%
0%
7,50%
10%
13.54% 10.28%
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
2014
LDR (skala Kanan)
Growth DPK (y‐o‐y)
Growth Kredit (y‐o‐y)
BI Rate
Grafik 3.2 Kinerja Kredit, DPK dan LDR
yoy %
40% Tw II‐14 Tw III‐14
0% Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw III IV III IV III 2012 TOTAL KALSEL KREDIT INVESTASI
2013
11.20%
9.66%
7.11%
1.36%
2014 KREDIT MODAL KERJA KREDIT KONSUMSI
Grafik 3.3. Penyaluran Jenis Kredit Perbankan
Walaupun secara umum kinerja kredit melambat, pertumbuhan kredit investasi justru mengalami peningkatan menjadi 18,58% (yoy) pada triwulan III 2014 dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II 2014 yang sebesar 13,03% (yoy). Peningkatan kredit investasi ini dipicu oleh pertumbuhan kredit investasi di sektor konstruksi seiring dengan pembangunan smelter di Provinsi
38
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Berdasarkan informasi hasil liaison, smelter di Provinsi Kalimantan Selatan yang saat ini masih dalam tahap pembangunan berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Kotabaru.
1.2. Ketahanan Sektor Keuangan dari Sisi Korporasi Perlambatan kinerja kredit dipicu oleh terbatasnya kinerja beberapa sektor utama Kalimantan Selatan. Sektor utama yang menyebabkan perlambatan kinerja kredit yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor Perdagangan, Hotel dan restoran (PHR). Namun, pertumbuhan sektor pertambangan mengalami peningkatan seiring dengan adanya perbaikn kinerja produksi batubara pada triwulan III 2014. Kinerja penyaluran kredit pada sektor pertanian menunjukan tren perlambatan dari 41,90% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 29,61% (yoy) pada triwulan III 2014. Perlambatan ini terutama terjadi pada penyaluran kredit pada sub sektor perkebunan sawit, yang memiliki porsi terbesar seluruh kredit sektor pertanian Provinsi Kalimantan Selatan, melambat dari 53,27% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,84% (yoy). Ketahanan sektor pertanian mengalami tekanan pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014. Rasio NPL naik dari 1,08% menjadi 1,62%. Berdasarkan data anekdotal, tekanan ini terjadi seiring turunnya harga TBS di Kalimantan Selatan untuk semua umur pohon pada triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014. Meksipun terjadi peningkatan risiko namun secara umum kondisi penyaluran kredit pada sektor pertanian masih berada pada batas terkendali.
140%
yoy %
7.00%
120%
6.00%
100%
5.00%
80%
Tw II‐14
Tw III‐14
60%
41.90%
29.61%
40%
38.96%
30.07%
20%
11.20%
9.66%
0%
11.26%
6.44%
‐12.44%
‐4.19%
‐24.49%
16.44%
‐20% ‐40%
Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw II III IV II III IV II III 2012
2013
2014
Sektor Ekonomi
PERTANIAN
PERTAMBANGAN
INDUSTRI
KONSTRUKSI
PHR
Grafik 3.4. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Tw II‐14 Tw III‐14
4.00%
3.44% 3.76%
3.00%
2.48%
3.41%
2.00%
2.21%
2.79%
1.00%
1.80%
2.16%
0.00%
1.08%
1.62%
2.57%
1.18%
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2012
2013
Sektor Ekonomi PERTAMBANGAN KONSTRUKSI
2014 PERTANIAN INDUSTRI PHR
Grafik 3.5. NPL Kredit Sektor Utama
Perlambatan kinerja penyaluran kredit juga terjadi pada sektor industri pengolahan, yakni dari 38,96% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,07% (yoy) pada triwulan III 2014. Serupa dengan sektor pertanian, kenaikan tingkat suku bunga kredit pertanian dari 10,76% menjadi 10,83% juga merupakan salah satu pemicu perlambatan kinerja kredit sektor industri pengolahan. Selain itu, perlambatan juga disebabkan oleh penyaluran kredit pengolahan karet yang menurun dari 14,42% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi -28,11% (yoy).
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
39
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Ketahanan sektor industri pengolahan mengalami perbaikan sejalan peningkatan produksi CPO yang tumbuh meningkat sebesar 15,5% (yoy). Rasio NPL masih berada dalam level aman, bahkan mengalami penurunan dari 2,57% menjadi 1,18%. Sementara itu, penyaluran kredit sektor PHR mengalami perlambatan dari 11,26% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 6,44% pada triwulan III 2014. Perlambatan terjadi pada sub sektor perdagangan dalam negeri berupa makanan, minuman dan tembakau lainnya dari 55,84% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 30,22% (yoy) pada triwulan III 2014, dan sub sektor restoran dan rumah makan yang turun dari 28,13% (yoy) menjadi 27,08% (yoy). Ketahanan sektor PHR mengalami tekanan. Tekanan terjadi pada sub sektor perdagangan ekspor batu bara dan jasa akomodasi lainnya dengan peningkatan rasio NPL dari triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing masing dari 1,38% menjadi 3,93% dan dari 1,17% menjadi 3,10% seiring masih belum pulihnya kinerja sektor pertambangan batubara hingga triwulan laporan. Di sisi lain, penyaluran kredit pertambangan dan konstruksi mengalami tren meningkat dari triwulan II 2014 dibandingkan triwulan III 2014, masing-masing dari -24,49% (yoy) menjadi 16,44% (yoy) dan dari -12,44% (yoy) menjadi -4,19% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit sektor pertambangan dipicu oleh kenaikan pertumbuhan kredit konstruksi seiring adanya pembangunan smelter di Provinsi Kalimantan Selatan untuk pengolahan pasir besi menjadi sponge iron. Selain itu, kinerja kredit pada sub sektor pertambangan batu bara juga mengalami perbaikan dari -25,79% (yoy) menjadi 14,04% (yoy). Sementara itu, meskipun terjadi pertumbuhan kredit yang meningkat namun rasio NPL untuk sektor pertambangan dan konstruksi juga mengalami peningkatan pada triwulan II 2014 ke triwulan III 2014, masing-masing dari 1,80% menjadi 2,16% dan dari 2,48% menjadi 3,41%. Hal ini sebagai dampak masih lemahnya kinerja sektor pertambangan batubara seiring rendahnya harga batubara internasional dan rendahnya permintaan dunia.
1.3. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Pada triwulan III 2014, pertumbuhan penyaluran kredit rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 2014. Perlambatan paling dalam terjadi pada kredit elektronik. Pertumbuhan kredit elektronik yang melambat ini sejalan dengan turunnya minat/kebutuhan konsumen akan barang elektronik yang tercermin dari turunnya Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama (kondisi saat ini dibandingkan 6 bulan lalu) dari 135,4 pada triwulan II 2014 menjadi 123,7 pada triwulan III 2014.
40
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 150% yoy %
yoy % 1400%
6%
1200%
5%
100%
1000% 800%
50% 0% ‐50%
Tw II‐14 Tw III‐14
4%
20.49% 12.62%
3%
600%
Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw III IV III IV III 2012
2013
2014
‐100%
400%
14.56% 14.85%
200%
13.54% 10.28%
0% ‐200% ‐400% ‐600%
6.61% 4.65% 176.79% 161.36% ‐11.58% ‐11.48%
Tw II‐14 Tw III‐14 4.51% 4.58% 2.85%
2.57%
2.36%
2.65%
2%
1.74%
1.79%
1%
1.66%
1.36%
0.65%
0.69%
0% TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 2012
2013
2014
TOTAL
Perumahan dan Apartemen
TOTAL
Perumahan dan Apartemen
Otomotif
Multiguna
Otomotif
Elektronik
Lainnya
Elektronik (Skala Kanan)
Multiguna
Lainnya
Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
Grafik 3.7. NPL Kredit Rumah Tangga
Secara umum, ketahanan sektor rumah tangga mengalami sedikit tekanan pada triwulan III 2014. Rasio NPL untuk kredit rumah tangga meningkat dari 1,74% dari triwulan II 2014 menjadi 1,79% pada triwulan III 2014. Peningkatan rasio NPL turut terindikasi dari hasil Survei Konsumen, dimana Indeks Penghasilan Konsumen (Kondisi Ekonomi Saat Ini) mengalami penurunan dari 147,1 pada triwulan II 2014 menjadi 139,6 pada triwulan III 2014 sehingga secara normal mengurangi repayment capacity konsumen. Tekanan tertinggi terjadi pada kredit perumahan, khususnya KPR, yang naik dari 2,45% pada triwulan II 2014 menjadi 2,63% pada triwulan III 2014. Hal ini sejalan dengan adanya kenaikan suku bunga kredit (suku bunga tertimbang) untuk kredit perumahan tipe 70 dari 11,13% menjadi 11,28% pada kredit perumahan. Selain itu, dengan jumlah NPL yang tetap, perlambatan pada kredit perumahan yang dipengaruhi oleh kebijakan LTV Bank Indonesia turut meningkatkan rasio NPL pada triwulan III 2014.
1.4. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan di triwulan III 2014 dibandingkan triwulan II 2014. Perlambatan ini terutama terjadi pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang usaha Perdagangan Besar dan Eceran (porsi paling dominan di dalam kredit debitur UMKM dengan persentase sebesar 47,2% pada Triwulan III 2014). Sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi pada triwulan II 2014, pertumbuhan kredit pada Debitur UMKM yang bergerak di bidang usaha Perdagangan Besar dan Eceran juga melambat dari 13,57% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 10,26% (yoy) pada triwulan laporan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
41
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
6%
yoy % 35%
5%
30% 25%
4%
20% 3%
Tw II‐14 Tw III‐14 3.87%
4.86%
18.33% 14.58%
15% 2%
10%
1%
5% 0%
0% TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 TW1 TW2 TW3 2012
2013 g‐Kredit (skala kanan)
2014 Rasio NPL
Grafik 3.8. Kinerja Kredit dan NPL Kredit UMKM
Ketahanan sektor UMKM masih dalam batas aman walaupun mengalami tekanan pada triwulan III 2014. Secara umum, meskipun masih berada dalam level aman (dibawah 5%) namun rasio NPL sektor UMKM harus menjadi perhatian karena mengalami peningkatan dari 3,87% pada triwulan II 2014 menjadi 4,86%. Tekanan terkonsentrasi pada sektor UMKM yang bergerak di bidang pertambangan dan penggalian dengan kenaikan rasio NPL dari 4,44% pada triwulan II 2014 menjadi 11,00% pada triwulan III 2014. Kondisi ini terjadi karena berhentinya beberapa perusahaan pertambangan batubara dengan skala kecil di Provinsi Kalimantan Selatan seiring lemahnya permintaan batubara dunia.
2. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 2.1. Transaksi Pembayaran Non Tunai Transaksi pembayaran non tunai nominal besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian pada triwulan III 2014, khususnya pada sektor utama Provinsi Kalimantan Selatan. Pertumbuhan nilai transaksi RTGS Per Hari melambat -14,60% (yoy) dengan pertumbuhan volume sebesar -15,08% (yoy). Sejalan dengan peningkatan transaksi BIRTGS, transaksi pembayaran non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan pada Triwulan III 2014, baik dari sisi volume maupun nominalnya. Pertumbuhan nilai transaksi SKNBI Per Hari melambat -15,95% (yoy) dengan pertumbuhan volume -14,10% (yoy).
42
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab b 3 – Perkem mbangan Pe erbankan daan Sistem Pe embayaran 1,800
90.00 0miliar m Rp
1,600
80.00 0
Tw w II‐14 Tw III‐14
1,400
70.00 0
913.98
1,200
60.00 0
1,568
1,254
1,000
50.00 0
73.29
60.65
800
40.00 0
600
30.00 0
400
20.00 0
200
0 10.00
1,400
1,200 miiliar Rp
1,200
1,000
1,000
800
1,09 99.73
800 600
93 37.77
600 400
400
200
200 ‐
‐ TW1
TW2
TW3
TW4
2013 Nominaal (Rp. Juta)
TW1
TW2 2
TW3
2014 4 Volume (lembar warkat)
Grafik 3.9 9. Transaksi RTGS R Per Harii
789.40
‐
Tw II‐14 Tw III‐14
‐ TW1
TW2
TW3
TW4
TW1
2013 Nom minal (skala kanan)
TW2
TW3
2014 Volume
Gra afik 3.10. Tran nsaksi Kliring g
2.2. Transakssi Pembay yaran Tun nai Transsaksi pembayyaran tunai pada triwulaan III 2014 mengalami m peningkatan dibandingka an triwulan II 2014. Data terkini mencatat net inflo ow sebesar Rp 1,03 triliun pada trriwulan III 2014, 2 atau Rp 576,57 miliar m pada trriwulan II 20014. Meskip pun jumlah meningkat sebessar 77,61% (qtq) dari R galami penin ngkatan seirring persiapan tahun ajjaran baru dan bulan uang keluar (outflow) meng Ramaadhan serta hari h raya Idul Fitri, namu n jumlah ua ang masuk (iinflow) juga meningkat lebih tajam yang berasal dari masyarakatt luar daerah h terutama Kalimantan K Tengah yang datang ke Kalimantan K kaligus merayyakan Hari Raya R Idul Fitrri dan sisa libbur sekolah menjelang Selataan untuk beerbelanja sek tahun n ajaran baru u.
Grrafik 3.11. Perrkembangan Inflow –Outfflow
Grafik 3.12. Perkembang gan Jumlah Uang U Palsu
Selam ma triwulan III 2014, jum mlah lembar uang palsu turun dari 167 lembar pada triwulan II 2014 menjadi 126 lem mbar pada triwulan IIII 2014. Uang palsu te ersebut diteemukan dari kegiatan g di loket Bank Indon nesia, kegia atan kas ke eliling, lokett perbankan n, setoran penukaran uang pun yang dila aporkan massyarakat atau u ditemukan n oleh pihak kepolisian. perbaankan, maup Seirin ng jumlah bilyet uang palsu p pada ttriwulan II 2014 yang menurun, m rassio jumlah uang u palsu terhaadap aliran uang u masuk (inflow) jug ga menurun dibandingk kan dengan triwulan II 2014 2 yaitu dari 0 0,000339% menjadi 0,000202% p pada triwulan III 2014.Seperti pada triwulan se ebelumnya,
Kajian n Ekonomi Keeuangan Reg gional Provinssi Kalimantan Selatan Triw wulan III 20144
43
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp100.000 dan pecahan Rp50.000. Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran dari masyarakat melalui berbagai macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
44
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
BOKS BANK INDONESIA LUNCURKAN GERAKAN NASIONAL NON TUNAI (GNNT) Dibandingkan negara-negara ASEAN, penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik yang dilakukan masyarakat Indonesia relatif masih rendah, sementara dengan kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup besar, masih terdapat potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem pembayaran di Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia bersama perbankan sebagai pemain utama dalam penyediaan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat perlu memiliki visi yang sama dan komitmen yang kuat untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai oleh masyarakat dalam mewujudkan Less Cash Society/ LCS. Dalam rangka itu, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo meresmikan peluncuran Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014 di Jakarta. GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang lebih menggunakan instrumen non tunai (Less Cash Society/LCS) khususnya dalam melakukan transaksi atas kegiatan ekonominya. Di Kalimantan Selatan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II-Kalimantan (KPw BI Wilayah Kalimantan bekerjasama dengan perbankan penerbit uang elektronik di Kalimantan (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT Bank Mandiri (Persero, Tbk, dan PT Bank Central Asia, Tbk.) juga telah menginisiasi penerapan kawasan transaksi non tunai perguruan tinggi di Kalimantan. Rangkaian kegiatan yang telah dilakukan adalah : Soft Launching Kegiatan soft launching dilaksanakan melalui sosialisasi kepada dosen dan karyawan (diikuti 125 peserta), sosialisasi kepada mahasiswa penerima beasiswa/ GENBI (26 peserta), dan sosialisasi kepada pengurus dan petugas koperasi. Grand Launching Grand Launching GNNT di Kalimantan Selatan dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 di Auditorium IAIN Antasari Banjarmasin. Pelaksanaan kegiatan tersebut bertepatan dengan kegiatas orientasi mahasiswa baru. Grand Launching diikuti ±1.800 peserta dari kalangan civitas akademika, sebagian besar merupakan mahasiswa baru IAIN Antasari. Rangkaian kegiatan selama grand launching yaitu: 1. Sosialisasi pengenalan uang elektronik 2. Penekanan bel dan pelepasan balon sebagai seremoni dimulainya GNNT di IAIN Antasari. 3. Simbolis pembelanjaan uang elektronik oleh tamu VIP di Koperasi Pegawai Negeri IAIN Antasari. 4. Pembukaan booth bank peserta untuk melayani informasi mengenai uang elektronik 5. Pembagian uang elektronik gratis kepada para mahasiswa dan latihan top up. 6. Masing-masing bank peserta menyediakan 1000 uang elektronik gratis. Gratis yang dimaksudkan dalam hal ini pembebasan biaya administrasi kartu sebesar Rp20.000,00Rp25.000,00. 7. Mahasiswa yang telah menerima uang elektronik dan melakukan top up melakukan pembelanjaan ke koperasi yang menyediakan layanan uang elektronik tersebut. 1. P ekan dan Bulan Belanja Non Tunai Kegiatan belanja non tunai dibagi dalam 2 tahap, yaitu: 1. Pekan belanja Dilaksanakan pada tanggal 1-5 September 2014. Dalam pekan belanja ini ditunjuk 1 koperasi yaitu Koperasi pegawai Negeri IAIN Antasari untuk memberikan pelayanan transaksi khusus untuk uang elektronik. Konsumen yang melakukan transaksi berhak mengikuti pengundian hadiah. Di samping itu, koperasi juga memberikan diskon barang yang dibeli menggunakan uang elektronik.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
45
Bab 3 – Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
2. Bulan belanja Bulan belanja dilaksanakan pada tanggal 8-30 September 2014. Dalam bulan belanja ini, 4 koperasi dapat menerima transaksi uang elektronik. Selanjutnya, untuk menarik minat para konsumen maka konsumen yang melakukan transaksi dan top-up akan memperoleh hadiah undian. Pengundian hadiah dilakukan setiap minggu. Hadiah yang diberikan dapat berupa topup dan uang elektronik.
3. Aktivitas Transaksi Transaksi uang elektronik dimulai pada event grand launching. Civitas akademika IAIN Antasari sangat antusias dalam melakukan transaksi pada event itu. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya transaksi menggunakan uang elektronik selama grand launching. Total kartu yang dikeluarkan pihak bank dan langsung digunakan peserta yaitu 1.742 kartu. Dari data di atas, disimpulkan bahwa setidaknya satu mahasiswa baru yang mengikuti acara GNNT di IAIN Antasari telah memiliki setidaknya satu produk uang elektronik yang diperkenalkan selama acara berlangsung. Dari hasil rekapitulasi bank, selama bulan dan pekan belanja tercatat total jumlah kartu yang beredar adalah 4.055 kartu dengan frekuensi transaksi 4.804. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama sebulan pelaksanaan GNNT, 49% civitas akademika IAIN Antasari telah memiliki uang elektronik. Ke depan, dalam rangka mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, aman dan andal dengan tetap menjunjung tinggi aspek perlindungan konsumen, memperhatikan perluasan akses dan kepentingan nasional, Bank Indonesia akan meningkatkan elektronifikasi transaksi pembayaran dan peningkatan infrastruktur sistem pembayaran.
46
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 4 – Keuangan Daerah
BAB IV KEUANGAN DAERAH
48
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 4 – Keuangan Daerah
4
KEUANGAN DAERAH
Sampai dengan triwulan III 2014, realisasi keuangan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan relatif masih belum optimal. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013, realisasi pendapatan daerah tercatat mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang baru mencapai 74,51% atau sedikit mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang realisasinya mencapai 76,21%, atau mengalami penurunan realisasi sebesar 1,59%. Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Uraian Pos APBD Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah Belanja Daerah Belanja Operasi Belanja Modal Belanja Tidak Terduga
APBD 2013 2014 4,369,706 4,734,618 2,751,770 2,975,594 1,270,215 1,403,290 347,721 355,734 4,551,706 5,299,618 3,542,137 3,928,322 999,569 1,361,296 10,000 10,000
Realisasi s/d Triwulan III 2013 2014 3,330,299 3,527,618 1,862,966 1,944,710 1,214,646 1,310,730 252,687 271,815 2,641,558 3,075,162 2,198,554 2,443,494 441,079 627,775 1,926 1,893
% Realisasi 2013 2014 76.21% 74.51% 67.70% 65.36% 95.63% 93.40% 72.67% 76.41% 58.03% 58.03% 62.07% 62.20% 44.13% 46.12% 19.26% 18.93%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sedangkan untuk belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan relatif memperlihatkan tingkat realisasi yang cenderung stabil, dengan realisasi yang mencapai 58,03% baik pada triwulan III 2014 maupun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 sebesar Rp3,07 triliun dari rencana belanja daerah sebesar Rp5,29 triliun.
1.
Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Perkembangan realisasi pendapatan daerah Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan menunjukan kinerja yang menurun dibandingkan periode yang sama pada 1
tahun sebelumnya. Efektivitas keuangan daerah , sebagaimana diukur melalui realisasi 1
Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
49
Bab 4 – Keuangan Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada triwulan laporan mencapai 65,36% dari total PAD yang dianggarkan. Angka rasio tersebut sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun 2013 (67,7%), hal ini menunjukkan adanya penurunan kinerja dari pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan jika dibandingkan dengan total Pendapatan Daerah. Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan realisasi hasil pajak daerah sebesar 3,8% dan penurunan realisasi hasil retribusi daerah sebesar 31,73%, dimana khusus pajak daerah yang merupakan kompenen terbesar dari pendapatan asli daerah dengan share 80,81% sangat menentukan kinerja dari realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Penurunan tersebut terjadi seiring dengan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan semenjak triwulan I-2014 yang didorong oleh faktor eksternal yaitu melemahnya permintaan Tiongkok terhadap batubara yang merupakan komoditas ekspor utama Kalimantan Selatan. Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar) Uraian Pos APBD Pendapatan Asli Daerah Hasil Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah Pendapatan Daerah
APBD 2013 2014 2,751,770 2,975,594 2,481,325 2,652,000 7,069 18,205 43,528 33,666 219,848 271,723 1,270,215 1,403,290 545,150 647,375 683,511 701,726 41,554 54,190 347,721 355,734 4,369,706 4,734,618
Realisasi s/d Triwulan III 2013 2014 1,862,966 1,944,710 1,564,805 1,571,670 8,152 15,178 38,154 44,376 251,855 313,487 1,214,646 1,310,730 613,888 685,317 569,593 584,771 31,165 40,642 252,687 271,815 3,330,299 3,527,256
% Realisasi 2013 2014 67.70% 65.36% 63.06% 59.26% 115.31% 83.37% 87.65% 131.81% 114.56% 115.37% 95.63% 93.40% 112.61% 105.86% 83.33% 83.33% 75.00% 75.00% 72.67% 76.41% 76.21% 74.50%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan 2
Seiring dengan penurunan realisasi PAD, rasio kemandirian daerah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan III-2014 juga mulai mengalami penurunan. Rasio kemandirian daerah mencapai 63,24%, yang mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 70,53%. 3
Selain itu, kemampuan fiskal daerah Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit mengalami penurunan, dari 55,94% pada triwulan III-2013 menjadi 55,13% pada triwulan laporan. Peningkatan realisasi PAD sebesar 4,4% (yoy) belum dapat mengimbangi peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat sebesar 16,4% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana perimbangan.
2
Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
3
50
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 4 – Keuangan n Daerah
Sumbeer: Biro Keuanga an Provinsi Kalim mantan Selatan, d diolah
Graffik 4.1. Perba andingan Realisasi Pendap patan Daerah dala am APBD Triw wulan III-2014 4
Sumber: S Biro Keu uangan Provinsi K Kalimantan Sela atan, diolah
Grafik 4.2. Rasio Kema ndirian Daera ah/ Desentralisasi D i Fiskal
Dilihaat dari komp ponen pemb bentuk PAD , pajak daerah yang memiliki porsii paling besar dalam penyu usunan PAD D mengalam mi penurunaan realisasi yang cukup p signifikan yaitu dari 63,06% menjadi 59,26% pada triwullan III 2014. Jika dilihat dari nilainya, pada triwuulan III 2014, realisasi m pe ertumbuhann sebesar 0,4 4% (yoy). pajakk daerah mencapai Rp1,57 triliun, attau hanya mengalami Hal ini seiring dengan d adan nya perlamb batan pertum mbuhan eko onomi Kalim mantan Selattan yang gsung terhad dap capaian realisasi paja ak daerah. berpeengaruh lang Sedan ngkan untukk prosentase e realisasi daana perimba angan juga cenderung m mengalami menurun diban ndingkan peeriode yang sama tahun sebelumnya a, yaitu dari 95,63% paada triwulan n III-2013 menjadi 93,4% pada triwula an laporan. Namun dem mikian, realissasi tersebutt masih cuku up tinggi dengan capaian realisasi r suda ah mencapaii diatas 90% % pada triwulan III.
2.
Realisasi Belanjja Daera ah
Berbeda dengan pos pend dapatan ya ng mengalami penuru unan, kinerrja realisasi sisi pos nja Pemerin ntah Provin nsi Kalimanttan Selatan n selama triiwulan III 22014 tercata at relatif belan stabiil dibanding gkan period de yang sam ma pada tah hun sebelum mnya deng gan tingkat realisasi sebesar 58,03% %. Dilihat darri nominalnyya, realisasi belanja b meng galami peninngkatan sebe esar 16,4 % (yyoy), yaitu dari Rp2,64 triliun t pada triwulan III 2013 menja adi Rp3,07 ttriliun pada triwulan laporran. Namun demikian, besar b realisassi belanja da aerah terseb but masih beelum optima al karena seharrusnya dapatt mencapai 75% 7 seperti halnya penccapaian realissasi pendapaatan daerah. Ditinjjau dari kom mponen belanja daerah, baik belanja a operasi ma aupun belannja modal mengalami ada triwulann III 2014 mencapai m sedikkit peningkattan realisasi. Pada belaanja operasi,, realisasi pa Rp2,4 44 triliun ataau 62,25% dari total an nggaran, relatif stabil dibandingkan triwulan ya ang sama pada tahun sebelumnya yang g realisasinyaa mencapai sebesar 62,07% dari tootal anggaran. Relatif atan pada stabillnya prosentase realisasi belanja pad a triwulan III 2014 disebabkan adanyya peningka Kajian n Ekonomi Keeuangan Reg gional Provinssi Kalimantan Selatan Triw wulan III 20144
51
Bab 4 – Keuangan Daerah
realisasi belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja bantuan sosial, namun diimbangi oleh terjadinya penurunan realisasi pada belanja bantuan keuangan. Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
APBD 2013 2014 3,542,137 3,928,322 806,693 867,415 1,028,254 1,280,462 422,781 400,658 1,284,409 1,379,788 999,569 1,361,296 10,000 10,000 4,551,706 5,299,618
Uraian Pos APBD Belanja Operasi Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tidak Terduga Total Belanja
Realisasi s/d Triwulan III 2013 2014 2,198,554 2,445,494 472,353 527,237 584,959 754,612 292,364 279,569 848,878 884,077 441,079 627,775 1,926 1,893 2,641,558 3,075,162
% Realisasi 2013 2014 62.07% 62.25% 58.55% 60.78% 56.89% 58.93% 69.15% 69.78% 66.09% 64.07% 44.13% 46.12% 19.26% 18.93% 58.03% 58.03%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sedangkan untuk realisasi komponen belanja modal sedikit mengalami peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2014, realisasi telah mencapai Rp627,77 miliar, atau 46,12% dari anggaran 2014, yang mengalami peningkatan dari realisasi periode yang sama tahun 2013 sebesar 44,13%. Dengan melihat capaian realisasi belanja modal sampai dengan akhir triwulan III-2014 yang belum mencapai 50%, hal ini menunjukkan masih kurang optimalnya peran Pemerintah Daerah dalam mendorong perekonomian Kalimantan Selatan, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Namun demikian, jika dilihat dari komposisi belanja operasional dan belanja modal terhadap belanja total, terdapat peningkatan rasio belanja modal terhadap total belanja dan penurunan rasio belanja operasional terhadap belanja total. Dari komposisi tersebut mengindikasikan adanya peningkatan porsi perhatian pemerintah daerah Kalimantan Selatan terhadap belanja modal.
86.00%
Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja Total Poly. (Rasio Realisasi Belanja Operasi terhadap Belanja Total)
30.00%
83.56%
84.00% 80.00%
77.82%
78.00%
74.12%
72.98%
25.69%
24.93% 21.96%
20.00%
74.95%
76.00%
16.31%
15.00% 10.00%
72.00% 70.00%
5.00%
68.00% 66.00%
0.00% Tw3‐2010
Tw3‐2011
Tw3‐2012
Tw3‐2013
Tw3‐2014
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja Operasi Terhadap Anggaran Belanja Total
52
26.88%
25.00%
82.00%
74.00%
Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total Poly. (Rasio Realisasi Belanja Modal terhadap Belanja Total)
Tw3‐2010
Tw3‐2011
Tw3‐2012
Tw3‐2013
Tw3‐2014
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan, diolah
Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 4 – Keuangan Daerah
BOKS Keterkaitan Perekonomian dan PAD di Kalimantan Selatan
Dengan diberlakukannya era-otonomi daerah sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, setiap daerah diberi kewenangan yang luas untuk menggurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit mungkin adanya campur tangan dari pemerintah pusat. Dengan demikian, pemerintah daerah dituntut untuk menciptakan kemandirian daerah dalam membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Sebagai salah satu indikator kemandirian daerah daerah dalam hal keuangan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) mempunyai peran yang cukup besar dalam menopang pendapatan daerah. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2014, PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dengan melihat porsi dari penyusun PAD, komponen pajak daerah memberikan sumbangan yang paling dominan dengan porsi sebesar 80-85% dari total PAD. Hal tersebut memperlihatkan kondisi bahwa PAD dipengaruhi oleh kinerja ekonomi di daerah tersebut. Semakin besar kinerja perekonomian suatu daerah akan mendorong semakin besarnya aktivitas ekonomi dan mendorong PAD lebih besar (dari pajak, retribusi, laba BUMD dan lain-lain). Bukti empiris pengaruh kinerja perekonomian pada PAD di Kalimantan Selatan dapat dilihat dari salah satu persamaan pendapatan asli daerah (OREVNL) di Blok Fiskal dalam REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II – Kalimantan dengan menggunakan metode Error Correcting Model (ECM). PENDAPATAN ASLI DAERAH (OREVNL) Persamaan Jangka Panjang Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen)
Koefisien Regresi
C
Konstanta
‐12.95
***
GDRPNL
PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal
1.94
***
Menggunakan Dummy Waktu (t) : 2004.Q4≤t≤2009.Q1; t≤2011.Q1 Persamaan Jangka Pendek Komponen yang Mempengaruhi (Var. Independen)
Koefisien Regresi
C
Konstanta
0.03
***
GDRPNL
PDRB Provinsi Kalimantan Selatan nominal
0.43
***
ECM_OREVNL(‐1) ECM Persamaan Pendapatan Asli Daerah ‐0.20 Menggunakan Dummy Waktu (t) : (t=2002.Q1)+(t=2005.Q1); (t=2008.Q1)+(t=2010.Q1); 2009.Q1≤t≤2009.Q3; 2004.Q2≤t≤2005.Q3; t=2004.Q1 Diagnostic Test
***
Adjusted R‐Squared
0.88
Durbin Watson Stat
1.82
LM Test Stat
0.68
Heteroscedasticity Test Stat
0.42
***signifikan pada α = 1%
* REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV 2012.
Hasil estimasi pada persamaan pendapatan asli daerah tersebut memperlihatkan secara jangka panjang PDRB Provinsi Kalimantan Selatan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah, hal tersebut sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Sama halnya dengan persamaan jangka panjang, untuk persamaan jangka pendek PDRB Provinsi Kalimantan Selatan juga berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah dengan koefisien elastisitas sebesar 0,43. Sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
53
Bab 4 – Keuangan Daerah
setiap penambahan 1% PDRB Provinsi Kalimantan Selatan secara nominal akan meningkatkan PAD Kalimantan Selatan sebesar 0,43%. Dengan kata lain untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar 1% diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar 2,32%. Dengan kondisi PDRB Kalsel (ADHB) tahun 2013 sebesar Rp75,93 triliun dan realisasi PAD Kalsel tahun 2013 adalah Rp2,54 triliun, jika menggunakan persamaan di atas maka untuk meningkatkan PAD Kalsel sebesar Rp25,4 miliar, diperlukan penambahan PDRB Kalsel (ADHB) sebesar Rp1,76 triliun. Pada prakterknya, PDRB Provinsi Kalimantan Selatan dapat berkontribusi lebih terhadap PAD Kalimantan Selatan apabila sumber-sumber pendapatan dimaksimalkan seperti melalui : 1. Mengoptimalkan pendapatan daerah melalui sistem online (pembayaran pajak daerah, retribudi dan lain sebagainya). 2. Menggunakan sistem pembayaran non tunai dalam menerima pembayaran dari masyarakat. 3. Mengoptimalkan laba dari BUMD terutama yang bergerak pada sektor-sektor unggulan dan bekelanjutan (agroindustri, perikanan dan kelautan) dan, 4. Meningkatkan PMA dan PMDN di wilayah Kalsel dengan upaya menyiapkan berbagai macam infrastruktur pendukung baik fisik maupun regulasi yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan PDRB Provinsi Kalimantan Selatan.
54
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
11111111111111111111111111111111111111111111111111111111111 11111111111111111111111111111111111111111411111111111044444 441100140014 014411014014 0 104
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
5
KETENAGAKERJAAN
DAN
KESEJAHTERAAN
Pada triwulan III 2014 kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan memperlihatkan adanya pelemahan seiring dengan melambatnya kinerja sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja terbesar. Pada triwulan laporan, penyerapan tenaga kerja memperlihatkan kecenderungan melambat sebagaimana terindikasi dari hasil survei Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan yang mencatat beberapa penurunan pada beberapa indikator ketenagakerjaan dan peningkatan pada indikator pengangguran. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum juga memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti daya beli masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Selain itu Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel juga mengalami penurunan pada triwulan laporan.
1.
KETENAGAKERJAAN
Tingkat pengangguran terbuka di Kalimantan Selatan berdasarkan data Agustus 2014 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh penyerapan penduduk yang bekerja. Dalam satu tahun terakhir angkatan kerja mengalami peningkatan sebanyak 40,9 ribu orang menjadi 1,94 juta, sedangkan tambahan penduduk yang bekerja hanya sebesar 36,6 ribu orang. Sehingga terdapat tambahan 4,3 ribu pengangguran menjadi total 73,76 ribu atau mengalami peningkatan sebesar 6,18% (yoy). Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama 2012 - 2014 Uraian
Feb 2012 Agst 2012 Feb 2013 Agst 2013 Feb 2014 Agst 2014
Angkatan Kerja (juta jiwa)
1.81
1.94
1.86
1.90
2.02
1.94
a. Bekerja (juta jiwa)
0.08
1.84
0.08
1.81
1.94
1.87
b. Pengangguran (juta jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja/TPAK (%) Tingkat Pengganguran Terbuka/TPT (%)
0.76
0.10
0.76
0.07
0.08
0.07
71.24
71.93
71.88
69.08
72.95
69.46
4.32
5.14
3.91
3.66
4.03
3.80
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Secara sektoral, penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi di sektor pertanian. Meskipun demikian, jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut mengalami penurunan sebesar 0,74% dibandingkan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
57
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
periode yang sama pada tahun 2013. Penurunan pada sektor pertanian diimbangi dengan adanya peningkatan pada sektor perdagangan yang mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,86% menjadi 23,28% dari total penduduk yang bekerja pada data Agustus 2014. Terjadinya penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian seiring dengan kondisi tidak kondusifnya sektor pertanian, terutama tanaman pangan akibat fenomena alam yang menyebabkan terjadinya kegagalan panen komoditas utama pangan Kalimantan Selatan. Tabel 5.2. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2012 – 2014 (%) Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Jasa Kemasyarakatan
Feb 2012
Agust 2012
Feb 2013
Agust 2013
38.38 41.51 38.67 40.55 10.31 7.11 10.86 7.32 5.25 5.35 6.45 5.49 20.71 21.34 21.6 21.42 14.43 13.61 13.41 14.94 ***) 10.92 11.08 9.02 10.28 Lainnya Total 100 100 100 100 ***) Sektor lainnya terdiri dari: Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Angkutan dan keuangan
Feb 2014
Agust 2014
36.84 10.78 6.63 19.71 14.66 11.39 100
39.81 6.04 5.36 23.28 15.05 10.46 100
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Selatan terserap di 1
sektor informal . Proporsi pekerja Kalimantan Selatan yang mempunyai status pekerjan utama formal dan informal setiap periode dalam 3 tahun terkahir hampir selalu persisten dengan share ± 63,5% untuk sektor informal dan ± 36,5% untuk sektor formal. Namun demikian, untuk data Agustus 2014, terjadi penurunan porsi atau persentase pekerja di sektor formal dari 63,74% pada posisi data Agustus 2013 menjadi 63,03% pada periode laporan. Tabel 5.3. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan 2012 – 2014 (%) Status Pekerjaan Feb 2012 Berusaha Sendiri 19.81 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ 19.39 buruh tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh 3.58 dibayar Buruh/karyawan/pegawai 32.92 Pekerja bebas 5.72 Pekerja tak dibayar 18.58 Total 100
Agust 2012 19.16
Feb 2013 19.85
Agust 2013 21.49
Feb 2014 23.4
Agust 2014 22.49
18.75
18.55
17.21
18.26
17.12
3.64
3.13
3.38
3.02
2.93
32.4 7.28 17.76 100
33.64 5.69 19.13 100
32.88 7.28 17.76 100
33.55 5.27 16.5 100
34.04 6.31 17.11 100
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Dari sisi kualitas, tenaga kerja di Kalimantan Selatan menunjukan adanya perbaikan. Perbaikan kualitas tersebut tercermin dari peningkatan tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMA atau setingkat, yang seiring dengan penurunan pada tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SD dan/atau SMP. Tenaga kerja dengan pendidikan SMA atau setingkat pada periode Agustus 2014 meningkat sebesar 9,62% dari periode yang sama tahun 2013. Sementara itu, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
1
Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain sektor formal yaitu berusaha dibantu buruh tetap/baruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai
58
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
terakhir Diploma atau Universitas hanya mengalami peningkatan sebesar 1,9% pada periode Agustus 2014 dibandingkan periode yang sama pada tahun 2013. Tabel 5.4. Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012 – 2014 (%) Presentase Penduduk Menurut Pekerjaan Rendah Menengah Tinggi Total
Feb 2012
Agust 2012
Feb 2013
Agust 2013
Feb 2014
Agust 2014
72.35 19.36 8.29 100
72.44 19.72 7.84 100
73.49 19.5 7.01 100
71.34 19.73 8.93 100
78.11 19 8.89 100
69.88 21.2 8.92 100
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, persentase penangguran terbuka di kelompok angkatan kerja yang memiliki pendidikan menengah (SMA atau setingkat) dan pendidikan tinggi (Diploma dan Universitas) mengalami peningkatan. Sementara itu, kelompok pendidikan rendah (SD dan SMP) mengalami penurunan persentase penangguran terbuka. Hal ini memperlihatkan pertambahan angkatan kerja dengan pendidikan lulusan pendidikan menengah dan tinggi tidak diimbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang membutuhkan spesifikasi lulusan pendidikan menengah dan tinggi. Untuk tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tertinggi dan Tingkat Penangguran Terbuka Terendah (TPT) pada periode Agustus 2014 terdapat pada Kabupaten Balangan dengan TPAK sebesar 78,26% dan TPT sebesar 1,34%. Sedangkan untuk Kabupaten Tapin menjadi Kabupaten yang memiliki penurunan TPT terbesar (3,64%) dari TPT pada periode Agustus 2013 sebesar 5,43% menjadi 1,79% pada periode laporan. TPT terbesar pada periode Agustus 2014 terdapat di Kota Banjarmasin dengan besar 6,02% dan Kota Banjarbaru dengan besar 5,35%. Peningkatan TPT pada dua kota tersebut seiring dengan adanya penurunan pekerjaan formal pada periode laporan yang lebih banyak terkonsentrasi pada dua kota besar di Kalimantan Selatan. TPAK (%) Ags 2013 72.42
TPAK (%) Ags 2014 74.29
71.29
65.79
70
65.27
69.51
TPT (%) Ags 2013
4.05 3.37 4.12
2.62
2.93
2.21
10
4
3.8
3
2.65
2 1
1.34
Tanah Bumbu
Tabalong
Hulu Sungai Utara
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Selatan
Tapin
Barito Kuala
Banjar
Kota Baru
5 3.79
2.2
1.74
1.79
2.82
2.83
2.64
0
Tanah Laut
5.24
4.76
0
Kalimantan Selatan
3.29
3.4
Banjarbaru
3.94
6 5.35
Banjarmasin
3.12
7
4.42
4.6
9 8
6.02
5.43
40
20
60.18
7.32
50
30
10 69.46 64.28
61.15
60
TPT (%) Ags 2014
78.26
75.05 72.93
Balangan
80
77.71
Grafik 5.1. TPAK dan TPT Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
59
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
2.
KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014 kembali melanjutkan tren penurunan semenjak awal tahun. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan laporan di bawah ini.
2.1. Daya Beli Masyarakat Seiring dengan meningkatnya tekanan inflasi di Kalimantan Selatan pada triwulan III 2014, daya beli masyarakat Kalimantan Selatan menunjukan indikator penurunan. Bedasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan), Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan III 2014 sebesar 139,6 dan mengalami penurunan sejak triwulan I-2014. Penurunan ini sejalan dengan turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena semakin besarnya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III 2014 akibat adanya kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainya, serta faktor musiman adanya perayaan Idul Fitri yang selalu ditandai dengan peningkatan harga kebutuhan pokok. Namun, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III 2014 yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen, masih berada pada level yang optimis dan tercatat sebesar 141,3 (di atas 100), walaupun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 152,9. Masyarakat Kalimantan Selatan masih mengekspektasikan bahwa ke depan masih ada penghasilan yang akan diperoleh untuk memenuhi kebutuhan, walaupun adanya kecenderungan penurunan daya beli akibat meningkatnya tekanan inflasi.
170.00
1600.00
Indeks 152.10
150.00
%
Rp Ribu Upah Riil (Rp ribu, LHS) gUpah Riil (%, qtq, RHS) gUpah Riil (%, yoy, RHS)
1400.00
147.10 139.60
130.00
1200.00
1,206 1,195
0.31
600.00
90.00
0.60
0.35 0.40
1000.00 800.00
110.00
0.80
0.20
‐0.01 0.00
400.00
70.00
200.00
‐0.40
0.00
50.00 I
II
III
2011
IV
I
II
III
2012
IV
I
II
III
2013
IV
I
II 2014
Sumber: Survei Konsumen – KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 5.2. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
60
‐0.20
‐0.19
III
I
II
III 2012
IV
I
II
III 2013
IV
I
II
III
2014
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Grafik 5.3. Upah Riil di Kalimantan Selatan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
2.2. Nilai Tukar Petani Sebagai salah satu indikator pengukur kemampuan petani untuk menukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan dalam konsumsi rumah tangga dan untuk memproduksi produk pertanian, Nilai Tukar Petani (NTP), dapat dijadikan sebagai salah satu alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya yang bekerja di sektor pertanian. Pada triwulan III-2014, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 99,11 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 99,89. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh peningkatan Indeks yang dibayarkan petani (109,98, meningkat 1,2%) tercatat lebih besar dibandingkan dari indeks yang diterima petani (109,07, meningkat 0,4%). Hal tersebut memperlihatkan bahwa secara umum petani di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi dan/atau memproduksi produk pertanian daripada pendapatan atau penerimaan yang diperoleh dari usaha tani. Sehingga masyarakat petani Kalimantan Selatan secara umum mengalami penurunan kesejahteraan pada triwulan III 2014. Dilihat dari sub sektornya, petani sektor tanaman pangan dan sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan NTP. Tercatat NTP sub sektor tanaman pangan pada triwulan III 2014 sebesar 97,89, turun -0,88% dari triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 98,76. Sedangkan untuk NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar -4,34% (qtq), dari NTP pada triwulan sebelumnya sebesar 93,87 menjadi 89,80 pada triwulan III 2014. Sedangkan untuk sub sektor lainnya (hortikultura, peternakan dan perikanan) mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan ranking kembali, dimana saat ini berada pada urutan ke-27 sementara pada triwulan sebelumnya berada pada urutan ke-24. Sementara jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Kalimantan, NTP Kalimantan Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Timur dengan NTP 101,12, kemudian Kalimantan Tengah di urutan ke-2 dengan NTP 100,56 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP 96,06. 110.00
Indeks
NTP
200.00 180.00
100.00
160.00 140.00
90.00
120.00 80.00
100.00 80.00
70.00
60.00 40.00
60.00
20.00 50.00
0.00 I
II
III
IV
2012 NTP (LHS)
I
II
III 2013
Indeks yang dibayar petani (RHS)
IV
I
II
III
2014 Indeks yang diterima petani (RHS)
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Grafik 5.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
61
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Tabel 5.5. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) Sektor, Kelompok dan Subkelompok
II
Tanaman Pangan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Padi b. Palawija Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Hortikultura Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Sayur-sayuran b. Buah-buahan c. Tanaman Obat Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Tanaman Perkebunan Rakyat Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Tanaman Perkebunan Rakyat Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Peternakan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Ternak Besar b. Ternak Kecil c. Unggas d. Hasil Ternak Indeks harga yang dibayar petani (lt) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Perikanan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) a. Penangkapan Ikan b. Budidaya Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM Gabungan Nilai Tukar Petani Indeks harga yang diterima petani (lt) Indeks harga yang dibayar petani (lb) a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga b. Indeks BPPBM
2012 III
2013 IV
I
II
III
IV
I
2014 II
III
Perubahan (%) qtq yoy
107.37 146.39 146.64 145.09 136.33 138.50 127.90
106.66 147.27 147.17 147.78 138.07 140.48 128.70
106.61 147.91 147.82 148.37 139.52 141.84 130.48
105.46 149.95 149.90 150.21 142.20 145.08 130.97
105.49 150.01 149.35 153.31 142.20 145.01 131.24
102.61 149.99 149.35 153.20 146.17 149.73 132.28
96.56 102.30 102.11 103.88 105.94 106.43 104.58
98.97 105.80 106.08 103.35 106.90 107.41 105.48
98.76 107.66 108.13 103.57 109.01 109.83 106.72
97.89 108.00 108.80 101.04 110.32 111.29 107.65
-0.88% 0.32% 0.62% -2.44% 1.20% 1.33% 0.87%
-4.60% -28.00% -27.15% -34.05% -24.53% -25.67% -18.62%
128.53 173.53 200.85 166.71
128.84 176.07 203.09 169.33
126.04 173.76 204.89 166.00
123.64 173.88 211.18 164.58
125.26 176.17 215.73 166.30
123.18 178.12 221.44 167.32
100.79 106.37 117.41 102.82
100.94 107.60 117.61 104.52
136.65 139.02 124.31
137.87 140.34 124.95
140.63 143.53 125.48
140.64 143.48 125.81
144.59 148.05 126.56
104.02 105.54 103.04
106.60 107.20 103.63
101.87 112.34 121.87 109.62 104.29 110.27 111.31 105.15
3.04% 4.18% 2.75% 4.92% 0.72% 1.10% 1.20% 0.59%
-17.30% -36.93% -44.96% -34.48%
135.01 137.05 124.36
98.86 107.83 118.61 104.48 103.54 109.07 109.99 104.53
-23.74% -24.82% -16.92%
93.66 124.59 124.59 133.02 137.61 120.52
94.28 127.12 127.12 134.83 139.83 121.21
95.34 129.41 129.41 135.74 140.89 121.70
95.71 132.20 132.20 138.13 144.08 121.89
93.07 128.53 128.53 138.10 143.95 122.17
90.70 128.95 128.95 142.17 148.81 124.04
98.92 104.71 104.71 105.86 106.47 103.40
97.80 104.43 104.43 106.77 107.51 103.76
93.87 102.22 102.22 108.90 109.85 105.02
89.80 98.97 98.97 110.22 111.47 105.11
-4.34% -3.18% -3.18% 1.21% 1.47% 0.09%
-0.99% -23.25% -23.25% -22.47% -25.09% -15.26%
104.13 132.56 122.18 133.21 138.34 147.17 127.30 138.13 106.93
104.58 134.44 123.07 134.41 140.99 150.36 128.55 140.02 106.98
104.90 135.77 125.76 136.97 141.21 149.93 129.42 141.24 107.19
104.11 136.98 126.84 137.36 142.86 151.06 131.58 144.47 107.31
104.75 137.57 126.69 138.35 146.29 149.99 131.34 144.02 107.47
105.52 142.27 129.03 140.62 150.55 160.35 134.83 149.05 108.07
108.93 113.54 119.53 110.37 113.04 109.76 104.23 106.56 101.62
108.97 114.35 118.50 111.17 113.06 113.05 104.93 107.57 101.98
109.27 116.33 120.67 111.91 115.51 114.39 106.46 109.96 102.54
110.07 118.31 122.05 113.83 118.04 116.13 107.49 111.45 103.05
0.73% 1.70% 1.14% 1.72% 2.19% 1.52% 0.97% 1.36% 0.50%
4.31% -16.84% -5.41% -19.05% -21.59% -27.58% -20.28% -25.23% -4.65%
86.68 110.12 106.28 119.31 127.04 134.81 111.15
86.51 111.27 106.95 121.60 128.63 137.18 111.13
88.17 113.89 109.90 123.44 129.17 138.01 111.08
87.99 115.57 111.62 125.01 131.34 141.00 111.57
88.68 116.15 112.37 125.17 130.98 140.49 111.52
89.39 120.09 116.76 128.05 134.35 145.34 111.83
107.80 115.75 116.72 113.18 107.37 109.52 103.54
108.58 117.56 119.10 113.46 108.27 110.55 104.18
108.09 118.70 119.59 116.35 109.81 112.77 104.54
109.30 122.36 124.29 117.22 111.94 115.58 105.43
1.12% 3.08% 3.93% 0.75% 1.94% 2.49% 0.85%
22.27% 1.89% 6.45% -8.46% -16.68% -20.48% -5.72%
107.78 144.51 134.08 137.78 123.01
107.57 146.02 135.75 139.81 123.50
107.00 146.55 136.96 141.07 124.62
106.23 148.21 139.53 144.27 125.05
106.34 148.32 139.48 144.13 125.28
104.26 149.47 143.36 148.88 126.29
100.44 106.19 105.72 106.65 103.56
101.21 107.92 106.63 107.67 104.18
99.89 108.54 108.66 110.11 105.21
99.17 109.07 109.98 111.70 105.83
-0.72% 0.49% 1.21% 1.44% 0.59%
-4.88% -27.03% -23.28% -24.97% -16.20%
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
62
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab B 5 – Kete enagakerjaaan dan Kese ejahteraan
BOKS UMP DAN D DAYA SAING TEN NAGA KERJA A KALIMAN NTAN SELATTAN Saat ini keterbukaan n ekonomi tidak t hanya dialami dalam lingkup negara mel ainkan juga pada tingkat provinsi. Konsep free flo ow of laborr yang akan n dihadapi Indonesia daan seluruh negara n yang teergabung dalam ASEAN melalui adanya Ma asyarakat Ek konomi ASEEAN tentu akan mempen ngaruhi pasaar tenaga kerja di Indoneesia. Masing-masing pro ovinsi akan m memiliki daya a tarik yang berbeda terhad dap angkata an kerja yang g tersedia. Variabel V yang g paling muddah dipakai dalam d menilai d daya tarik masing-masin m ng provinsi iaalah melalui Upah Minim mum Provinssi (UMP) yang tiap tahun dilakukan revisi. Data terrakhir menunjukkan darri 34 provinssi di Indonessia 27 di an ntaranya telaah menyamp paikan besaran UMP untuk tahun 2015 5. Untuk Kaliimantan sendiri seluruh provinsi tela h menyamp paikan besaran UMP 2015 5. Berikut merupakan m p peta besaran nilai UMP masing-m masing provinsi di Kalimanttan.
Provinsin U 2015 UMMP 2014 g (YooY) UMP Kalimantan a Barat Rp R 1.560.000 Rpp 1.380.000 13,04% Kalimantan a Tengah Rp R 1.896.367 Rpp 1.706.730 11,11% Kalimantan a Selatan Rp R 1.870.000 Rpp 1.620.000 15,43% Kalimantan a Timur Rp R 2.026.176 Rpp 1.886.315 7,41% Nasionaln Rp R 1.745.187 Rpp 1.559.118 11,93% Sumber : Direkktorat Pengupaha an dan Jaminan Sosial Tenag ga Kerja KEMENAKERTRANS
Ga ambar 1. Peta Nilai UM Provinsi di Ka alimantan
Ta abel 1. Nilai dan Petum buhan UMP P
Melalui data di ataas dapat dilihat bahw a Kalimanta an Selatan merupakan provinsi de engan persentaase peningkkatan UMP yang paling g besar di Kalimantan n dan lebihh tinggi darripada pertumb buhan UMP nasional. Meningkatn nya UMP tersebut memberikan dam mpak tidak hanya kepada dunia usahaa melainkan n juga mem pengaruhi pasar p tenag ga kerja. Beeberapa penelitian menunju ukkan bahw wa meningka atnya UMP m memiliki pen ngaruh nega atif terhadapp serapan te enaga kerja. Haal ini perlu menjadi m perhatian pemerrintah daerah h mengingatt dari data yaang disajikan n oleh BPS men nunjukkan adanya penin ngkatan peng gangguran terbuka t pada tahun 20114. Pengangguran terbuka sendiri mencapai 4,03% % atau menin ngkat 0,19% % dibandingkan periode yang sama tahun 2013 seb besar 3,84% %.
Kajian Ekkonomi Keuangan Regional Provinsi Kaalimantan Sellatan Triwulan III 2014
63
Bab 5 – Ke etenagakerjjaan dan Kessejahteraan n
Sumber : BPS Kalimanta an Selatan
Grafik k 1. Tingka at Pengangg guran Terbuk ka Kalimantan Selatan
Grafikl 2. Status Pekerjaan A Angkatan Kerja K Kalim mantan Selaatan
Selain itu rasio statu us pekerjaan n angkatan kkerja pun mulai kembali bergeser kee sektor info ormal, setelah eempat tahun n berturut-turut sektor fo ormal menga alami pening gkatan, padaa 2014 meng galami penurun nan rasio. Hal H ini sejala an dengan beberapa jurnal yang menyatakann bahwa de engan meningkkatnya upah minimum ak kan meningkkatkan angkatan kerja di sektor inforrmal. Usaha mikro akan meemiliki peran n penting da alam menyerrap tenaga kerja yang tidak mampuu diserap di pasar formal m melalui perussahaan-perussahaan besa r. Menurutt survei oleeh Asia Co ompetitiveneess Institute (ACI) Kalimantan Sellatan mend duduki peringkaat ke 13 dalaam hal tingk kat daya sain ng antar pro ovinsi, dimana bila dibaggi per sektor maka lingkup kondisi keuaangan, Bisnis dan Tenag ga Kerja memiliki pering gkat terendaah pada periingkat 27 dari ttotal 33 provvinsi. Kondissi demikian p perlu menjad di perhatian pemerintah agar pening gkatan UMP tid dak akan meningkatkan m n tingkat peengangguran yang ada a. Oleh kareena itu kebijakan peningkaatan nilai UM MP yang tela ah ditetapkaan tersebut harus h diiringi oleh kebijakkan lanjutan n yang mampu merangsang g industri di Kalimantan K SSelatan.
64
Kajian Ek konomi Keuan ngan Regiona al Provinsi Kalimantan Selaatan Triwulan n III 2014
Bab 6 – Prospek Ekonomi
BAB VI PROSPEK EKONOMI
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
81
Bab b 6 – Prospek Ekonomi
6 Pada a
PROOSPEK EKONOMI K I triwulan n
IV
2014 4
mendata ang
pertumbuhan
ekonomi e
K Kalimantan n
Selatan
diperrkirakan mengalami m peningkata an disertaii kecenderungan men ningkatnya a tekanan inflasi. Berdasarkkan beberapa indikator p pendukung, hasil survei dan d liaison, ppertumbuha an ekonomi Kalim mantan Selattan pada triw wulan IV 20 014 diprakira akan berada pada kisaraan 4,7% - 5,1% 5 (yoy). Adap pun untuk keeseluruhan ta ahun 2014, perkiraan pe erekonomian n Kalimantann Selatan be erada pada kisaraan 4,8% - 5,,2% (yoy). Semeentara itu, dari d arah tre end data, isu u di lapanga an, serta ha asil survei keepada masya arakat dan pelakku usaha, serta memperhatikan laju inflasi hingg ga triwulan laporan, tinggkat inflasi Kalimantan K Selataan pada triw wulan IV 2014 cenderung g meningkatt dengan perrkirakan beraada pada kissaran 5,3% - 5,7% (yoy). Peeningkatan tersebut t diseebabkan oleh tekanan inflasi dari kkelompok ad dministered pricess (kenaikan TTL, tarif batas atas an ngkutan uda ara dan potensi kelangkkaan LPG 3 Kg), serta tekan nan dari pen ningkatan ha arga komodittas volatile food f seiring meningkatnnya potensi dampak d ElNino dan mening gkatnya perm mintaan di akkhir tahun
1.
PRAKIR RAAN KO ONDISI M MAKRO EKONOM E MI
30
40
20
30 20
10
10 0 I -10
II
I III
IV
I
2012 2
II
III
2013
IV
I
II
III
IV
2014
-10
-20
-20
-30
-30 Realisasi Ke egiatan Usaha
Sumbeer: Survei Konsum men - KPw BI Wilayah W II (Kaliman ntan)
Gra afik 6.1. Perkiraan Pertu umbuhan Ek konomi Dunia
0
Ekspektasi Keg giatan Usaha (rhs)
Sumber: S SKDU - KPw BI Wilayahh II (Kalimantan)
Grafik 6.2. Ekspektaasi Kegiatan n Usaha
Perek konomian Kalimantan n Selatan d diperkirakan meningk kat pada trriwulan IV 2014 dan berada dalam kisaran k 4,7% % - 5,1% (y yoy). Pereko onomian ke depan d diperkkirakan masih memiliki n Ekonomi Keeuangan Reg gional Provinssi Kalimantan Selatan Triw wulan III 20144 Kajian
67
Bab 6 – Prospek Ekonomi
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan III 2013 terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor Kalimantan Selatan seperti India diperkirakan akan semakin meningkat dan mampu menutupi permintaan Tiongkok yang menurun. Kondisi ini juga tercermin dari peningkatan ekspektasi dunia usaha di Kalimantan Selatan sesuai Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan. Dari sisi permintaan, peningkatan terutama disumbang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan peningkatan penghasilan masyarakat. Ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam periode sebelumnya karena terbantu oleh peningkatan permintaan dari India. Sementara itu kegiatan investasi masih menopang perekonomian Kalimantan Selatan. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit listrik dan smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya di bidang pertambangan. Dari sisi sektoral, peningkatan diperkirakan terjadi karena adanya perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Bergesernya sebagian panen padi ke triwulan IV 2014 diperkirakan akan menambah produksi pada triwulan tersebut, selain itu kondisi cuaca yang mendukung produksi kelapa sawit dan karet diperkirakan akan semakin meningkatkan kinerja sektor pertanian. Seiring dengan bahan baku kelapa sawit yang melimpah, produksi CPO diperkirakan akan meningkat dan mendorong kinerja sektor industri pengolahan. Sementara itu, sektor pertambangan diperkirakan akan mengalami perlambatan seiring dengan masih berlangsungnya konsolidasi berkaitan dengan pergeseran ekspor batubara ke Tiongkok menjadi ekspor ke India. Konsolidasi pasar batubara juga terjadi antara peningkatan penggunaan batubara domestik dan mengurangi ketergantungan ekspor batubara. Selain itu, dikeluarkannya ketentuan Eksportir Terdaftar (ET) untuk komoditas batubara mulai 1 Oktober 2014 diperkirakan akan menahan produksi dan ekspor batubara dari Kalimantan Selatan. Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalimantan Selatan untuk tahun 2014 yang pada awal tahun diperkirakan tumbuh sebesar 5,2% - 5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah berada pada kisaran 4,8% - 5,2%. Dengan demikian, perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 5,18% (yoy).
2.
PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan terakhir di tahun 2014 diperkirakan terus meningkat, bahkan berpotensi melampaui sasaran inflasi yang ditetapkan jika Pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan mempertimbangkan
68 Kaji an Eko nom
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 6 – Prospek Ekonomi
berbagai potensi resiko yang ada dan tanpa menghitung dampak rencana kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir tahun diprakirakan mencapai 5,3% - 5,7%. Secara historis Inflasi pada triwulan IV, khususnya bulan November dan Desember cenderung tinggi dan pada tahun ini juga dihadapkan pada sejumlah faktor yang berpotensi semakin mendorong tingginya inflasi di akhir 2014. Selain rencana kenaikan BBM bersubsidi, berbagai resiko yang turut berpotensi untuk mendorong peningkatan tekanan inflasi Kalimantan Selatan antara lain: 1. Kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk 6 golongan listrik, khususnya listrik rumah tangga, untuk tahap ke-4 yang akan mendorong inflasi baik secara langsung terhadap peningkatan biaya tarif listrik, serta kenaikan harga barang yang disebabkan oleh peningkatan biaya produksi oleh produsen. 2. Rencana kenaikan tarif batas atas angkutan udara dengan kenaikan di kisaran 10% diperkirakan akan memberikan tekanan yang cukup besar pada inflasi kelompok administered price. Selama tahun 2014, tarif angkutan udara sering menjadi penyumbang inflasi terbesar di provinsi Kalimantan Selatan. 3. Terjadinya El Nino meskipun dengan intensitas kecil – moderat diperkirakan berpengarup pada mundurnya musim tanam dan dapat berdampak pada penurunan produksi pangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan inflasi kelompok volatile food. 4. Dengan adanya kenaikan LPG 12KG pada pertengahan September 2014, terdapat kemungkinan meluasnya kelangkaan LPG 3 Kg akibat penyalahgunaan yang berpotensi mendorong lonjakan harga. 5. Tidak adanya penyaluran RASKIN di bulan November-Desember 2014, akibat telah ditarik sebelumnya untuk bulan Februari-Maret dapat berpotensi untuk meningkatkan harga beras yang merupakan komponen utama dalam konsumsi masyarakat di Indonesia pada umumnya. Selain itu, dari sisi permintaan diperkiraan akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ekspektasi inflasi pada triwulan IV 2014 yang didorong oleh wacana peningkatan BBM berubsidi, khususnya pada beberapa komoditas yang secara suplai tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi lokal seperti beberapa produk hortikultura, beras, dan telur ayam ras. Peningkatan ekspektasi tersebut terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang, menunjukkan bahwa di pada tiga bulan mendatang (triwulan IV) mengalami peningkatan, sementara itu untuk jangka panjang (6 bulan mendatang) terdapat ekspektasi adanya penurunan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
69
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Inflasi Aktual yoy (skala kanan)
200.000
8.000
180.000
7.000
160.000 6.000 140.000 5.000
120.000
4.000
100.000 80.000
3.000
60.000 2.000 40.000 1.000
20.000
‐
‐ 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2012
6
7
8
9 10 11 12 1
2
2013
3
4
5
6
7
8
9
2014
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang
Mempertimbangkan besarnya resiko tekanan inflasi mendatang, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia dan Stakeholder terkait perlu segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk meminimalkan dampak inflasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain; 1. Mengendalikan dampak lanjutan dari rencana kenaikan harga BBM bersubsidi melalui: a. Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan (penimbunan dan penyelewengan) BBM bersubsidi terutama menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi b. Membahas dengan pemerintah (pusat dan daerah) terkait pengaturan tarif angkutan, baik di dalam kota maupun antarkota, dengan kenaikan secara wajar yang mempertimbangkan daya beli masyarakat c. Memperkuat program komunikasi kepada masyarakat dalam rangka mengelola ekspektasi inflasi, dengan menyampaikan beberapa hal penting a.l. dampak inflasi dari kenaikan harga BBM bersifat temporer; penyesuaian harga BBM merupakan upaya reformasi bidang energi yang diperlukan untuk kesehatan perekonomian dalam jangka panjang; dan kenaikan harga barang dan jasa sepatutnya tidak berlebihan karena hanya diakibatkan oleh kenaikan biaya distribusi sementara stoknya mencukupi 2. Memperkuat dan memperbaiki sistem distribusi LPG 3 kg untuk meminimalkan penyalahgunaan mengingat subsidi pada komoditas ini masih cukup besar dan disparitas harganya dengan LPG 12 kg sangat lebar. 3. Mempersiapkan stok pangan yang cukup, khususnya beras karena penurunan produksi dan pengaruh El Nino yang menyebabkan bergesernya musim tanam.
70 Kaji an Eko nom
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
Pertumbuhan PDRB, % yoy
2011
2012
6,1
5,7
2013 I
II
III
IV
5,6
5,1
4,8
5,4
2014*
2014
2013 5,2
I
II
III
IV*
5,5
4,8
4,8
4,7-5,1
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Inflasi 2011 IHK, %yoy
3,98
2013
2012 5,96
2013
I
II
III
5,25
4,74
7,09
6,98
2014 I
II
III
2014*
4,89
6,83
4,81
5,3 – 5,7
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III 2014
71
4,8 – 5,2
DAFTAR ISTTILAH Admin nistered price
Salah satu u disagregassi inflasi, yaaitu untuk kkomoditas yyang perkem mbangan harganya d diatur oleh p pemerintah.
Andil inflasi
Sumbangaan perkembangan harg ga suatu ko omoditas/kelo ompok baraang/kota terhadap ttingkat inflassi secara keseeluruhan.
APBD
Anggaran Pendapatan n dan Belaanja Daerah. Rencana keuangan ttahunan pemerintah daerah yyang dibahas dan disettujui bersam ma oleh pem merintah daerah dan n DPRD, dan n ditetapkan dengan peraaturan daerah.
Bobott inflasi
Besaran yaang menunju ukkan pengaaruh suatu ko omoditas terhadap tingkaat inflasi secara kesseluruhan, yyang diperhitungkan dengan melihaat tingkat kkonsumsi masyarakaat terhadap kkomoditas tersebut. Sumber p pendapatan daerah yan ng berasal dari APBN untuk men ndukung pelaksanaaan kewenangan pemeerintah daeerah dalam mencapai tujuan pemberian n otonomi daaerah.
Dana Perimb bangan Dana Pihak Ketigaa (DPK)
Dana masyyarakat (beru upa tabungan, deposito, giro, dll) yan ng disimpan di suatu bank.
Faktorr Fundaamental
ndamental adalah faktorr pendorong inflasi yang g dapat dipeengaruhi Faktor fun oleh kebijakan monetter, yakni interaksi perm mintaan-penaawaran atau u output gap, eksternal, serta ekkspektasi infllasi masyarakkat
Faktorr Non Fundaamental
n fundamental adalah faaktor pendorong inflasi yang beradaa di luar Faktor non kewenang gan otoritas moneter, yakni produksi maupu un distribusii bahan pangan (volatile foo ods), serta harga barang/jasa yan ng ditentukaan oleh pemerintah (administered price)
Imporrted inflatio on
Salah satu disagregaasi inflasi, yaitu y inflasi yang beraasal dari peengaruh perkemban ngan harga di d luar negerri (eksternal)
Indekss Ekspektasi Konsu umen
Salah satu pembentuk IKK. Ind deks yang menunjukkaan level keeyakinan konsumen n terhadap ekspektasi ko ondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–10 00.
Indekss Harga Konsu umen (IHK)
Sebuah ind deks yang merupakan m ukkuran perubaahan rata-ratta harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada p suatu periode p tertentu.
Indekss Kondisi Ekono omi
deks yang menunjukkaan level keeyakinan Salah satu pembentuk IKK. Ind n terhadap ko ondisi ekonomi saat ini, dengan d skalaa 1–100. konsumen
Indekss Keyakinan Konsu umen (IKK)
Indeks yaang menunjjukkan level keyakinan n konsumen n terhadap kondisi ekonomi saat s ini dan n ekspektasi kondisi eko onomi enam m bulan men ndatang, dengan skkala 1–100.
Investasi
Kegiatan meningkatkkan nilai taambah suattu kegiatan n produksi melalui peningkataan modal.
Inflasi inti
Inflasi inti adalah inflassi yang dipen ngaruhi oleh faktor fundaamental
Liaison n
pengumpulan data/statisttik dan inforrmasi yang b bersifat kualittatif dan Kegiatan p kuantitatiff yang dilakukan secara p periodik melaalui wawancaara langsung g kepada pelaku eko onomi meng genai perkem mbangan dan n arah kegiattan ekonomi dengan cara yang sistematis daan didokumeentasikan dallam bentuk laporan
Loan to t Deposit Ratio (LDR)
Ratio yan ng menunju ukkan perbaandingan aantara jumlaah pinjaman yang disalurkan dengan daana pihak kke tiga yang g dihimpun pada suatu u waktu tertentu.
Migass
upakan kelom mpok sektor industri yang g mencakup industri Minyak daan gas. Meru minyak dan gas.
Mtm
Month to o month. PPerbandingan n antara daata satu bu ulan dengan n bulan sebelumnyya.
Non PPerforming Loan (NPL) (
Besarnya jumlah krediit bermasalah pada suattu Bank dibaanding deng gan total keseluruhaan kreditnya
Omzet
Nilai penju ualan bruto yyang diperoleeh dari satu kkali proses prroduksi.
PDRB
Produk D Domestik R Regional Bruto. Pend dapatan suatu daerah h yang mencermin nkan hasil keegiatan ekonomi yang ad da di suatu w wilayah terten ntu.
Pendaapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapataan yang dipeeroleh dari aaktivitas ekonomi suatu daerah sepeerti hasil pajak daeerah, retribu usi daerah, hasil perusahaan milikk daerah daan hasil pengelolaaan kekayaan daerah.
Perceiived risk
Persepsi risiko yang dimiliki oleh h investor terhadap kondisi pereko onomian sebuah neegara
Qtq
Quarter to o quarter. Peerbandingan antara dataa satu triwullan dengan triwulan sebelumnyya.
Saldo Bersih
Selisih an ntara persen ntase jumlah h responden yang meemberikan jawaban j “meningkaat” dengan persentase p ju umlah respon nden yang memberikan m j jawaban “menurun n” dan mengabaikan jawaaban “sama”. Saldo Berssih Tertimban ng. Nilai yan ng diperoleh dari hasil peerkalian saldo bersih sektor/subsektor yang g bersangku utan dengan n bobot sekktor/subsekto or yang utan sebagai penimbangn nya. bersangku Sektor eko onomi yang mempunyaai nilai tamb bah besar seehingga mem mpunyai pengaruh dominan pad da pembentu ukan PDRB ssecara keseluruhan.
SBT
Sektorr ekonomi domin nan Volatiile food
u disagregassi inflasi, yaaitu untuk kkomoditas yyang perkem mbangan Salah satu harganya ssangat bergeejolak karenaa faktor-fakto or tertentu.
West Texas Interm mediate
Jenis minyyak bumi yan ng menjadi acuan untukk transaksi p perdagangan minyak dunia.
Yoy
Year on yeear. Perbandiingan antaraa data satu taahun dengan n tahun sebelumnya.
TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN PENANGGUNG JAWAB Mokhammad Dadi Aryadi Subintoro
KOORDINATOR PENYUSUN Triatmo Doriyanto
TIM PENULIS Agus Hartanto, Andika Surya Akbar, Daniel Agus Prasetyo , One Yusril Fikar, R. Hutama Wardhana, Anita Pratiwi, Freddy Firmansyah, dan Rubiyanto
KONTRIBUTOR Tim Statistik, Survei dan Liaison Tim Akses Keuangan dan UMKM Tim Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin No. Telp. (0511) 4368182 ext. 8236 No. Fax.(0511) 3354678 Email :
[email protected]