Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 13 Nomor 1, 2014
Pencapaian Program Kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012 Roiatun Zakiah, Ade Yusup Bahtiar Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Abstrak Posyandu merupakan bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Kegiatan utama meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi dan penanggulangan diare. Indikator pencapaian tahun 2011 sebesar 77,7%. Kurang dari target 9,3%. Maka memerlukan penelitian mengenai sikap dan motivasi kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan sikap dan motivasi kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif survey, desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta, Populasi adalah seluruh kader posyandu sebanyak 240 orang. Sampel adalah 48 orang kader, menggunakan cluster sampling 10%. Analisis data univariat dan bivariat menggunaka Chi Square. Hasil penelitian menunjukan sikap kader posyandu (p-Value=0,048), OR (3,71)>1, CI 95% (0,984-12,698) artinya ada hubungan dengan faktor resiko 3,71. Sedangkan motivasi kader posyandu (p-Value=0,408), OR (1,699)>1, CI 95% (0,495-5,609) artinya tidak ada hubungan dengan merupakan faktor resiko 1,7. Disimpulkan bahwa sikap kader posyandu mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hendaknya meningkatkan kegiatan pelatihan dan evaluasi kegiatan kader posyandu. Kata Kunci: Lingkungan kerja, kepemimpinan, kemampuan diri, motivasi kerja dan kinerja kerja
Abstract Posyandu is a form of integration of health in the working area Primary Health Centers. he main activities include maternal and child health, family planning, immunization, nutrition and the prevention of diarrhea. Indicators of the achievement in 2011 of 77.7%. Less than the target of 9.3%. hen requires resecarch on the attitudes and motivation towards achieving posyandu health program. he purpose of this study was to determine the relationship attitude and motivation of cadres towards achieving Agrabinta health centers program Cianjur district in 2012 . he research method used is descriptive survey research by design Cross Sectionl. he experiment was conducted at the Agrabinta health center. Population are all of 240 peoples. he sample was 48 cadres, using cluster sampling of 10%. Univariate and bivariate use Chi Square analysis. he results showed cadres attitude ( p-Value = 0.048), OR (3.71)> 1, 95% CI (0.984 to 12.698) means that there was a correlation with risk factors 3.71. hen motivation (p-Value = 0.408), OR (1.699) > 1, 95% CI (0.495 to 5.609) means that there is no relationship with a risk factor of 1.7. he conclution is attitudes of cadres has relationship with achievement of health program in Agrabinta Primiary health Center Agrabinta Cianjur 2012. Hopeness that must add some examination and evaluation of cadre’s activities. Key words: Attitude, Motivation, Posyandu, Achieving Health Program
19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 Pendahuluan Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 Bidang Kesehatan. Kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan Sumber Daya Manusia, seperti: meningkatnya derajat kesejahteraan dari status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah dengan tetap lebih mengutamakan pada upaya pereventif, promotif serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan Posyandu.1 Bentuk peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan, antara lain Pos Pelayanan Terpadu Keluarga Berencana-Kesehatan (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), Bina Keluarga Balita (BKB), Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), Warung Obat Desa, Dana Sehat dan lain-lain.1 Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.2 Kegiatan di Posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan. Secara kuantitas, perkembangan jumlah Posyandu sangat menggembirakan, karena di setiap desa ditemukan sekitar 3- 4 Posyandu. Pada saat posyandu dicanangkan tahun 1986, jumlah Posyandu tercatat sebanyak 25.000 Posyandu, dan pada tahun 2009, meningkat menjadi 266.827 Posyandu dengan rasio 3,55 Posyandu per desa/kelurahan. Namun bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai.2 Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur memiliki 48 posyandu. Berdasarkan hasil penilaian strata posyandu, terdapat 32 posyandu (66,67%) kategori Posyandu Pratama, 14 Posyandu (29,17%) kategori Posyandu Madya dan 2 posyandu (4,17 %) kategori Posyandu Purnama.3
20
Tabel 1 Pencapaian Program Gizi Puskesmas Agrabinta Tahun 20113 No
Indikator
Target (%)
Capaian (%)
Senjang (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
K/S D/S N/S D/K N/D Vit A Bayi Vit A Balita Vit A Bufas Fe I Fe III
80 65 40 60 80 100 80 100 90 90
69,1 77.8 70.7 93,9 70.7 156.9 67.84 72.01 83.69 58.59
(- 10,9) (7.2) (+ 30,7) (+33,9) (-9.3) (+56.9) (-12.16) (-27.99) (-6.31) (-31.41)
Berdasarkan tabel di atas, indikator keberhasilan yang belum mencapai target meliputi indikator K/S (-10,9%), artinya sarana dan prasarana kesehatan belum memadai sebesar 10,9%, N/D (-9.3%), artinya program kesehatan yang dilaksanakan belum mencapai target sebesar 9,3%, Vitamin A Balita (-12.16%) dan Vitamin A ibu nifas (-27.99%), artinya program Gizi dan KIA belum mencapai target sebesar 12,16%, Fe I (-6.31%) dan Fe III (-31.41%), artinya Fe I dan Fe III menunjukan bahwa keberhasilan salah satu KIA belum mencapai target. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merumuskan masalah apakah ada hubungan antara sikap dan motivasi kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Tujuan umum peneitian ini adalah mengetahui hubungan sikap dan motivasi kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Tujuan khusus peneitian ini adalah diketahui sikap kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012, diketahui motivasi kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012, diketahui pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012, diketahui hubungan sikap kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012, diketahui hubungan motivasi kader posyandu terhadap pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Penelitian dilaksanakan terhadap kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Substansi yang diteliti meliputi sikap dan motivasi kader posyandu dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di Posyandu dan hasil kegiatan yang dicapai.
Pencapaian Program Kesehatan di Puskesmas Agrabinta Konsep Dasar Posyandu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.4 Tujuan umum berdirinya posyandu adalahMenunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Sedangkan tujuan khusus berdirinya posyandu adalah meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yangberkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA, meningkatnya peran lintas sector dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA, meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA. Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: Bayi, Anak balita, Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS).5 Indikator pencapaian program kesehatan di Posyandu yang dilaksanakan oleh kader posyandu akan mempengaruhi perkembangan dari posyandu. Untuk mengetahui perkembangan Posyandu dapat dilakukan dengan melakukan telaah kemandirian posyandu dengan menggunakan beberapa indikator tingkat perkembangan posyandu seperti tercantum dalam tabel di bawah ini: Tabel 2 Tingkat Perkembangan Posyandu4 Indikator
Pratama
Madya
Purnama
Mandiri
Frekuensi Penimbangan
<8
>8
>8
>8
Rerata Tugas Kader
<5
≥5
≥5
≥5
Rerata Cakupan D/S
<50%
<50%
≥50%
≥50%
Cakupan Kumulatif KIA
<50%
<50%
≥50%
≥50%
Cakupan kumulatif KB
<50%
<50%
≥50%
≥50%
Cakupan kumulatif imunisasi
<50%
<50%
≥50%
≥50%
Program Tambahan
-
-
-
-
<50%
<50%
<50%
≥50%
Cakupan Dana Sehat
Konsep Kader Posyandu Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk mengelola posyandu. Kader Posyandu diharapkan berasal dari anggota masyarakat setempat, dapat membaca dan menulis hurup latin, berminat dan bersedia menjadi kader, bersedia bekerja secara sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang.6 Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggungjawab kader posyandu meliputi a) Tahap persiapan pelaksanaan posyandu (H-1), b) Pelaksanaan Posyandu, c) Kegiatan di Luar Hari Buka Posyandu (H+).7 Tugas kader posyandu sebelum hari buka Posyandu (H-1) antara lain : a) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat. b) Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu. c) Mempersiapkan sarana dan Posyandu. d) Melakukan pembagian tugas antar kader. e) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya. f) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan. Tugas kader posyandu pada hari buka Posyandu antara lain : a) Melaksanakan pendataran pengunjung Posyandu. b) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu.c) Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku register Posyandu. d) Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS. e) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT. f) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya. g) Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut. Selanjutnya, Tugas kader posyandu di luar hari buka posyandu adalah : a) Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui serta bayi dan balita. b) Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik.c) Melakukan tindak lanjut terhadap: sasaran yang tidak datang, sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan, memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka, melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan. 8 Konsep Sikap Menurut Likert (1932) , sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.9 Nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat sangat erat berkaitan dengan sikap. Nilai dianggap
21
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 sebagai bagian dari kepribadian individu yang dapat mewarnai kepribadian kelompok atau kepribadian bangsa, sedangkan Opini terbentuk atas dasar sikap yang sudah mapan akan tetapi lebih bersifat situasional dan temporer. 10 Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Ketiga komponen tersebut secara bersamasama membentuk sikap utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.11 a. Pengalaman pribadi Tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih lama membekas. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berailiasi dan keinginan untuk menghindari konlik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh Kebudayaan Pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami. Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah. d. Media Massa Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan Iain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai pengaruh
22
dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. f. Faktor Emosional Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam maupun dari luar dirinya .12 Motivasi adalah kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan keorganisasan yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam diatas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.13 Menurut Maslow (1943) menyatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan; selalu menginginkan lebih banyak, keinginan terus menerus, baru berhenti jika akhir hayat tiba. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi. Keinginan untuk memenuhi
Pencapaian Program Kesehatan di Puskesmas Agrabinta kebutuhan isik merangsang seseorang berperilaku dan bekerja giat. Kebutuhan di hierarki paling bawah pada umumnya untuk para pegawai dapat memenuhi dengan kepuasan 85% meliputi gaji, upah tunjangan, honorarium, bantuan pakaian, sewa perumahan, uang transfort, dan lain-lain, kebutuhan akan keamanan dapat dipenuhi sekitar 75%. Tetapi para pegawai dalam usahanya memenuhi kebutuhan sosial sekitar 50%, untuk kebutuhan penghargaan 40% dan sekitar 10% untuk aktualisasi diri.14
Aktivitas terarah ke tujuan
Dorongan
Perilaku
Aktivitas tujuan
Tujuan
Gambar 2 Situasi yang termotivasi Aktualisasi diri Penghargaan Misalnya: status, titel, simbolsimbol, promosi, penjamuan dsb Sosialisasi atau Ailiasi Misalnya: kelompok formal atau informal, menjadi ketua yayasan, ketua organisasi dsb Keamanan Misalnya: jaminan masa pensiun, santunan kecelakaan, jaminan kesehatan dsb Fisik Misalnya: gaji, upah tunjangan, honorarium, bantuan pakaian, sewa perumahan, uang transport dll
Gambar 1 Hierarki Motivasi Kerja Menurut Paul Hersey dan Kenneth Blanchard (1982), menyatakan bahwa Kekuatan motivasi bertambah. Perilaku akan berubah jika kebutuhankebutuuhan yang menarik bertambah kekuatannya. Kekuatan dari beberapa kebutuhan akan nampak dalam beberapa lingkaran (cyclic patern). Aktivitas-aktivitas seseorang yang dihasilkan dari kebutuhan-kebutuhan yang berkekuatan tinggi dapat dikategorikan atas dua kategori, yaitu : 1) aktivitas ke arah tujuan (goal directed activity) dan 2) aktivitas tujuan (goal activity). Menurut Osborn dan Plastrik (2000) menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor penting yang dapat digunakan dalam memotivasi seseorang (motivator) yaitu prestasi, pengakuan, kepentingan, tanggung jawab, promosi, gaji dan tunjangan.15 Determinan perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. 16
Metode Penelitian yang dilaksanakan merupakan Penelitian Survei Deskriptif dengan jenis rancangan penelitian menggunakan studi Cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Desa Mulyasari, Desa Bunisari dan Desa Neglasari Wilayah kerja Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur mulai dari tanggal 1 November sampai dengan 30 Desember 2012 (selama 8 minggu). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu dari 48 posyandu yang ada di Kecamatan Agrabinta sebanyak 240 orang (responden). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari kader yang ada di posyandu Kecamatan Agrabinta. Besarnya sampel yang diambil mengacu Cluster Sampling, yaitu kader posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pembantu (PUSTU) Bunisari Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta KAbupaten Cianjur. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan Rumus Taro Yamane dengan presisi 10% didapatkan jumlah sampel sebanyak 24 responden.6 Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 48 responden dengan maksud agar hasil penelitian lebih akurat Data primer dikumpulkan melalui angket yang diberikan kepada responden dengan instrumen penelitian berupa kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk ke dalam variabel perilaku kader dan variabel pencapaian program kesehatan. Angket diberikan kepada responden di rumah responden atau tempat masingmasing pelaksanaan posyandi di Kecamatan Agrabinta. Hasil dan Pembahasan Analisis Data Responden Kader posyandu yang menjadi responden sebanyak 48 orang. Tiap posyandu diwakili oleh 4 orang kader posyandu. Sebagai data dasar, responden diklasiikasikan berdasarkan umur, pendidikan terakhir, status perkawinan dan pekerjaan, menunjukan bahwa responden yang diklasiikasikan menurut kelompok umur sebagian besar berasal dari kelompok umur 1935 tahun sebanyak 34 orang (70,83%), 9 orang (18,75%) berasal dari kelompok umur 36-50 tahun dan responden
23
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 yang berumur 51 tahun ke atas sebanyak 5 orang (10,42%). Sedangkan responden yang dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhir, 16 orang (33,33%) tamatan SD, 23 orang (47,92%) tamatan SLTP, 7 orang (14,58%) tamatan SLTA dan 2 orang (4,7%) tamatan DIII/S1. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang menikah sebanyak 45 orang (93,75), belum menikah sebanyak 2 orang (4,17%) dan responden yang status perkawinannya janda/duda sebanyak 1 orang (2,08%). Hasil pengelompokan responden berdasarkan pekerjaannya menunjukan bahwa 37 orang responden (64,58%) adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta 17 orang (35,42%). Analisis Univariat Variabel sikap terdiri dari 12 (dua belas) pertanyaan yang merupakan indikator untuk mengukur sikap kader posyandu dalam melaksanakan kegiatan posyandu. responden yang memiliki sikap baik sebanyak 33 orang (68,8%), sebanyak 15 orang kategori kurang baik (31,2%). Berdasarkan hasil pengukuran masing-masing indikator variabel motivasi, kemudian dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kategori motivasi yaitu Tinggi, Sedang dan Rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kader posyandu di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 28 orang responden (58,3%), motivasi rendah sebanyak 20 orang responden (41,7%). Berdasarkan hasil penelitian kategori pencapaian program kesehatan yang dilaksanakan di posyandu yang ada di Puskesmasa Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur sebesar 66,7% program tercapai, dan program kesehetan yang tidak tercapai sebesar 33,3%. Analisis Bivariat Tabel 3 Hasil Uji Chi Square Variabel Sikap Terhadap Variabel Pencapaian Program Kesehatan Program Kesehatan
Sikap Kader Posyandu
Kurang tercapai
Tercapai
N
N
%
OR 95% CI
p- Value
%
Kurang Baik
8
53,3 7
Baik
8
24,2 25
46,7 3,571 (0,98475,8 12,698)
Jumlah
16
33,3 32
66,7
0,048
Hasil analisis hubungan antara sikap kader posyandu dan pencapaian program kesehatan seperti yang telah diuraikan di atas, sikap kader posyandu cenderung meningkatkan pencapaian program kesehatan di posyandu. Hal ini terbukti dari persentase sikap kader posyandu yang baik hasil pencapaian program kesehatannya sebesar 75,5%, sedangkan sikap kader posyandu yang kurang baik hasil pencapaian program kesehatannya sebesar 46,7%. Kemudian sikap
24
kader posyandu kurang baik memiliki pencapaian program kesehatan 53,3%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa p-value (0,048) ≤ 0,05, artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap kader posyandu mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hasil analisa faktor resiko sikap kader posyandu dengan tercapainya program kesehatan diperoleh bahwa OR (3,571)>1, namun nilai CI 95% (0,984-12,698)<1, hal ini menunjukan bahwa sikap kader posyandu baik merupakan faktor resiko keberhasilan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta karena pencapaian program kesehatan dengan sikap baik 3,57 lebih tinggi dibandingan dengan sikap kader posyandu yang kurang baik. Sikap seseorang tidak berarti kita dapat memprediksi perilakunya dengan akurasi tinggi. Namun demikian sikap tetap mendasari bentukbentuk perilaku yang secara konsisten diperlihatkan seseorang terhadap obyek-obyek social dalam jangka waktu tertentu. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.17 Hasil analisis univariat terhadap variabel sikap menunjukan bahwa kader posyandu yang memiliki sikap baik sebesar 68,8%, kurang baik 31,2%. Hasil analisis hubungan antara sikap kader posyandu dan pencapaian program kesehatan seperti yang telah diuraikan di atas, sikap kader posyandu cenderung meningkatkan pencapaian program kesehatan di posyandu. Hal ini terbukti dari persentase sikap kader posyandu yang baik hasil pencapaian program kesehatannya sebesar 75,5%, sedangkan sikap kader posyandu yang kurang baik hasil pencapaian program kesehatannya sebesar 46,7%. Kemudian sikap kader posyandu kurang baik memiliki pencapaian program kesehatan 53,3%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa p-value (0,048) ≤ 0,05, artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap kader posyandu mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hasil analisa faktor resiko sikap kader posyandu dengan tercapainya program kesehatan diperoleh bahwa OR (3,571)>1, namun nilai CI 95% (0,984-12,698)<1, hal ini menunjukan bahwa sikap kader posyandu baik merupakan faktor resiko keberhasilan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta karena pencapaian program kesehatan dengan sikap baik 3,57 lebih tinggi dibandingan dengan sikap kader posyandu yang kurang baik. Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian sebelumnya yang telah dilaksanakan tentang FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader, Posyandu Balita Dalam Pelaksanaan Posyandu Di
Pencapaian Program Kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2011. Pada hasil analisis hubungan antara sikap dengan kinerja kader Posyandu dalam pelaksanaan Posyandu diperoleh ada hubungan antara sikap dengan kinerja kader Posyandu dalam pelaksanaan Posyandu, dimana nilai signifikansi menunjukkan nilai 0,001 (p-value < 0,05).18 Tabel 4 Hasil Chi Square Variabel Motivasi Terhadap Pencapaian Program Kesehatan
Motivasi Kader Posyandu
Program Kesehatan Jumlah
Kurang tercapai
Tercapai
N
%
N
%
n
%
Rendah
8
40,0
12
60,0
20
100
Tinggi
8
28,6
20
71,4
28
100
Jumlah
16
33,3
32
66,7
48
100
pValue
0,408
Hasil analisa hubungan motivasi kader posyandu dengan pencapaian program kesehatan seperti yang telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa motivasi kader posyandu yang tinggi akan memiliki pencapaian program kesehatan 71,4%., sedangkan bila motivasi kader posyandu rendah memiliki pencapaian program kesehatan sebesar 60,0%. Pencapaian program kesehatan dengan hasil kurang tercapai oleh kader posyandu yang memiliki motivasi rendah sebesar 40%, bila dengan motivasi kader posyandu tinggi sebesar 28,6%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa diperoleh p-value (0,408) > 0,05, artinya Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kader posyandu tidak mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kader posyandu di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur yang memiliki motivasi tinggi sebbesar 58,3%, motivasi rendah sebesar 41,7%. Hasil analisa hubungan motivasi kader posyandu dengan pencapaian program kesehatan seperti yang telah diuraikan bab sebelumnya menjelaskan bahwa motivasi kader posyandu yang tinggi akan memiliki pencapaian program kesehatan 71,4%., sedangkan bila motivasi kader posyandu rendah memiliki pencapaian program kesehatan sebesar 60,0%. Pencapaian program kesehatan dengan hasil kurang tercapai oleh kader posyandu yang memiliki motivasi rendah sebesar 40%, bila dengan motivasi kader posyandu tinggi sebesar 28,6%. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan bahwa diperoleh p-value (0,408) > 0,05, artinya Ho diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kader posyandu tidak mempunyai hubungan dengan
pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian Indratie (2011), didapatkan hubungan antara motivasi dengan partisipasi kader posyandu dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan Desa Glanggang Wilayah Kerja Puskesmas Luwung Kabupaten Pasuruan (r hitung=0,903>r tabel= 0, 521). sebagian besar yaitu 7 orang kader (46,67%) yang memiliki motivasi dan berpartisipasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan kader yang memiliki motivasi yang baik memiliki kecenderungan memiliki motivasi baik.7 Menurut Maslow (1943) menyatakan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang berkeinginan; selalu menginginkan lebih banyak, keinginan terus menerus, baru berhenti jika akhir hayat tiba. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.8 Berdasarkan hasil penelitian Isaura (2011), didapatkan 88,6% umur responden dalam kategori muda dan dewasa, 68,6% tingkat pengetahuan responden tinggi, 75,7% motivasi kerja responden baik, 85,7% sikap responden baik, 85,7% pembinaan terhadap responden kurang, dan 61,4% kinerja responden kurang baik. Berdasarkan analisis bivariat diketahui ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, motivasi, pembinaan dengan kinerja kader posyandu.19 Kader poryandu sebagian besar sudah memiliki motivasi, namun mereka belum memahami dorongan, inspirasi atau gairah kerja yang harus dilaksanakan supaya dapat melaksanakan kegiatan di posyandu sesuai dengan indikator keberhasilan posyandu yang ada. Sikap yang baik dari kader posyandu belum bisa mengarahkan kader posyandu dalam aktivitasnya. Agar motivasi kader posyandu menjadi lebih meningkat dan memberikan pengaruh bagi pencapaian program kesehatan yang dilaksanakan di posyandu, , maka perlu digali motivasi lain dari kader posyandu dalam melaksanakan tugasnya di Posyandu. Hal ini dimaksudkan supaya kader posyandu terus termotivasi dalam melakukan aktivitasnya dengan motiasi yang baru sehingga dapat mempengaruhi pencapaian program kesehatan yang dilaksanakan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Sebagian besar kader posyandu berasal dari kelompok umur 19-35 tahun, 70,83%, 18,75% berasal dari kelompok umur 36-50 tahun dan kader posyandu yang berumur 51 tahun ke atas sebanyak 10,42%. Sedangkan kader posyandu yang dikelompokan berdasarkan pendidikan terakhir, 33,33% tamatan SD, 47,92% tamatan SLTP, 14,58% tamatan SLTA
25
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 dan 4,7% tamatan DIII/S1. Kader posyandu yang menikah 93,75%, belum menikah 4,17% dan yang status perkawinannya janda/duda 2,08%. Kader posyandu 64,58% adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta 35,42%. b. Kader memiliki sikap baik 68,8%, kurang baik 31,2%. p-value (0,048) ≤ 0,05, artinya sikap kader posyandu mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. Hasil analisa faktor resiko sikap kader posyandu dengan tercapainya program kesehatan diperoleh bahwa OR (3,571)>1, namun nilai CI 95% tidak mencakup angka satu ( 0,984-12,698)<1, hal ini menunjukan bahwa sikap kader posyandu baik merupakan faktor resiko keberhasilan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta sebesar 3,57 lebih tinggi dibandingan sikap kader posyandu yang memiliki sikap kurang baik. c. Kader posyandu di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur yang memiliki motivasi tinggi 58,3%, motivasi rendah 41,7%. diperoleh p-value (0,408) > 0,05, artinya motivasi kader posyandu tidak mempunyai hubungan dengan pencapaian program kesehatan di Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur. d. Program kesehatan sebesar 66,7% program tercapai, dan program kesehetan yang tidak tercapai sebesar 33,3%
Datar Pustaka 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11. 12.
13.
14.
15. 16.
26
Kementerian Kesehatan RI .2011 .Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta Kementerian Kesehatan RI.2011. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Jakarta Puskesmas Agrabinta.2011. Proil Puskesmas. Puskesmas Agrabinta Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat: Cianjur Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Revitalisasi Posyandu.Jakarta Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Notoatmodjo, Soekidjo 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta Uno, Hamzah B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya.Bumi Aksara: Jakarta Stepen P. Robins.2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Macanan Jaya Cemerlang Hasibuan, Malayu SP. 2010. Organisasi & Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas. PT Bumi Aksara: jakarta. Green, Lawrence. 2005. Health Promotion Planning. hird Edition. Diakses melalui www. lgreen.net. Tanggal 12 Januari 2013. Budiman. 2011.Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Reika Aditama: Bandung Rosalina, dkk (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Balita Dalam Pelaksanaan Posyandu Di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak Tahun 2011. Universitas Muhammadiah; Semarang. diakses: di jurnal.unimus.ac.id/, tanggal 5 Januari 2013 Indriatie. 2011.Hubungan Motivasi Dengan Partisipasi Kader Posyandu Dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Di Desa Glanggang Beji Pasuruan. Prodi Studi Keperawatan Soetomo Surabaya. VOL. IV. Diakses pada tanggal : 7 Januari 2013. isjd.pdii.lipi.go.id.2011 Isaura, Vinela. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubunngan dengan Kinerja Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto XI. Skripsi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas. Diakses melalui: repository .unand.ac.id. Tanggal 12 Januari 2013 Riduan, 2007. Metode dan Tekhnik Menyusun Tesis. Alfabeta; Bandung hoha, Mitah. 2007. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.PT Raja Graindo: Jakarta.