Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 13 Nomor 1, 2014
Pemilihan Metode Kontrasepsi pada Pasien Jampersal di RSUP Fatmawati Maret 2013 Herjanti*, Nur Faikah* Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Abstrak Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku Akseptor terhadap pemilihan metode kontrasepsi IUD dan Implant pada Pasien Jampersal di RSUP Fatmawati tahun 2013. Metedologi penelitian ini menggunakan kualitatif analitik dengan pendekatan cross sectional, data primer ibu yang menggunakan metode kontrasepsi IUD dan Implant pada pasien jampersal di RSUP Fatmawati. Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu yang menggunakan jampersal dengan IUD dan Implant.Hasil penelitian univariat didapat responden yang berpengetahuan rendah, menggunakan Implant ada sebanyak 55 (88.7%) responden, sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi, menggunakan IUD sebanyak 4 (26.7%) responden. Responden yang memiliki sikap tidak baik dan menggunakan Implant sebanyak 56 (84.8%) responden, sedangkan responden yang memiliki sikap baik, menggunakan IUD sebanyak 14 (41.2%) responden. responden dengan perilaku terindikasi dengan Implant ada sebanyak 26 (86.7%) responden, sedangkan respoden dengan perilaku terindikasi dengan IUD sebanyak 20 (28.6%) responden. Hasil uji statistik bivariat pengetahuan diperoleh nilai p = 0,000 dalam hal ini nilai p < 0,05. Sikap diperoleh nilai p = 0.008 dalam hal ini nilai p < 0,05. Perilaku diperoleh nilai p = 0.168 dalam hal ini nilai p > 0,05.Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara Pengetahuan dengan Metode Kontrasepsi, ada hubungan antara Sikap responden dengan Metode Kontrasepsi, tidak ada hubungan antara perilaku dengan Metode Kontrasepsi. Kesimpulan dari penulisn ini adalah agar pihak di Rumah Sakit Fatmawati dapat meningkatkan program penyuluhan kepada masyarakat, khususnya masalah tentang metode kontrasepsi di wilayah Rumah Sakit Fatmawati. Diharapkan agar pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) menunjang lebih banyak lagi buku-buku sumber, terutama buku-buku untuk menunjang penelitian kesehatan. Kata Kunci: Kontrasepsi, Pengetahuan, Sikap, Perilaku Abstract Contraception is to avoid / prevent pregnancy as a result of meeting a mature egg cell with the cell sperma.Tujuan this study was to determine the relationship of knowledge, attitudes, and behavior towards election Acceptors of IUD and implant contraceptive method in patients Fatmawati Jampersal in 2013. Metedologi this study using qualitative analytic cross sectional approach, maternal primary data using IUDs and contraceptive implants in patients Jampersal in Fatmawati. Population and sample of the study is that mothers use Jampersal with IUDs and implants. Results of univariate study obtained lower knowledgeable respondents, using as many as 55 implants (88.7%) of respondents, while respondents were knowledgeable high, use an IUD 4 (26.7%) respondents. Respondents who have a good attitude and use as many as 56 implants (84.8%) of respondents, while respondents who have a good attitude, using the IUD as many as 14 (41.2%) respondents. with the behavior of the respondents indicated there were 26 implants (86.7%) of respondents, while respondents with IUDs behavior as indicated by 20 (28.6%) respondents. Bivariate statistical test results obtained knowledge p = 0.000 in this case the value of p <0.05. Attitude obtained p value = 0.008 in this case the value of p <0.05. Behavior obtained p = 0168 in this case the value of p> 0.05. Then we can conclude there is a relationship between knowledge of the method of contraception, there is a relationship between the attitudes of respondents to the method of contraception, there is no relationship between the behavior of the method of contraception. The conclusion from this is that the penulisn Hospital Fatmawati can improve outreach programs to the community, particularly the issue of contraceptive methods in the area Fatmawati Hospital. It is hoped that the Indonesian College of Health Sciences Advanced (STIKIM) support more resource books, especially books to support health research. Key words: Drug addiction, medical record, management system
1
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 Pendahuluan Banyak negara diberbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam mengapai target MDGs (Millineum Development Goals), termasuk negara Indonesia sampai batas waktu.1 Disisi lain adanya skeptis pencapaian MDGs sampai 2015 semakin dekat dan tidak mudah, walaupun sedikit demi sedikit sudah mulai tampak peningkatan namun masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Program KB nasional telah memiliki visi dan misi terbaru yang tertuang dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) tahun 2010-2014 yaitu dengan visi penduduk tumbuh seimbang 2015 dan misinya mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.2 Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan yang masih tinggi dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan masalah kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kematian penduduk.3 Sehingga diperlukan suatu usaha untuk menekan laju pertumbuhan penduduk demi mencapai keluarga kecil sejahtera melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kemampuan untuk bersaing dalam era globalisasi, maka perencanaan jumlah susunan anggota keluarga harus dilaksanakan.4 Pemakaian kontrasepsi selain ditujukan untuk merencanakan kapan kehamilan akan berlangsung, ditujukan pula untuk mengatur jarak antara kelahiran pertama dan kelahiran berikutnya. Metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua cara yaitu metode kontrasepsi jangka panjang dan metode kontrasepsi non jangka panjang. Metode jangka panjang merupakan alat kontrasepsi yang memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, dipasang hanya satu kali untuk pemakaian yang lama, tingkat pengembalian kesuburannya relatif cepat. Menurut data PBB tahun 2005 prevalensi kontrasepsi di dunia semua metode 60.5 % , di Asia Timur semua metode 82% contoh di Jepang 56 % dan Mongolia 67 %. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia sejumlah 251.857.94, juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1.49% per tahun5. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian tinggi, maka pada tahun 2060 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 475 atau 500 juta jiwa, dan dapat menggeser Amerika Serikat sebagai negara terpadat ketiga di dunia. Besarnya jumlah penduduk membawa masalah baru seperti kekurangan bahan pangan, kekurangan lapangan kerja, dan kurangnya kualitas sumber daya manusia. Masyarakat banyak yang sudah mengetahui mengenai Keluarga Berencana, namun mereka hanya bisa mengartikan dan mengetahui jenis-jenis keluarga
2
berencana.Mungkin hanya beberapa orang saja yang mampu menjelaskan mengenai pengertian, jenisjenis alat kontrasepsi, efek samping, kontra indikasi, kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi. Hal ini serupa dengan pendapat BKKBN “Tingkat pengetahuan masyarakat akan kontrasepsi sudah tinggi sebesar 97,5%, namun sebatas mampu menyebut jenis, alat dan obat kontrasepsi tetapi belum dapat menyebabkan efek samping, kelebihan dan kekurangan. Padahal informasi ini penting dipahami sebelum memutuskan menggunakan alat kontrasepsi tertentu (BKKBN, 2007).Alasan inilah yang membuat para akseptor dalam memilih alat kontrasepsi belum berbasis pada rasional, efektiitas, eisien.6 Di Indonesia pada tahun 2010, jumlah prevalensi kontrasepsi (CPR) sebesar 57,4 % dengan target mengalami peningkatan menjadi 70% di tahun 2015. Menurut Bappenas, tahun 2007 cakupan keluarga berencana terendah untuk semua cara di Maluku 34.1% dan terendah untuk cara modern di Papua 24.5%. Sedangkan cakupan tertinggi untuk semua metode dan metode modern di Bengkulu sebesar 74.0% dan 70.4%. Metode terbanyak yang dipilih adalah metode suntik 31.8%, dan Pil KB 13.2%.Sedangkan metode modern terendah adalah sterilisasi perempuan 3% dan sterilisasi laki-laki 0.2%.Sejumlah 38.6% belum menggunakan kontrasepsi apapun.7 Pada tahun 2009, Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) Fatma Kencana RSUP Fatmawati diresmikan oleh Menteri kesehatan alm. Dr. Endang Sri Rahayu S. MPH,DR.PH dimana PKBRS (Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit) berfungsi melayani akseptor KB di wilayah Jakarta Selatan dan sekitarnya. Dimana diperoleh data pengguna masing-masing akseptor KB, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) digunakan oleh 46,57 % (1667) perempuan, implant digunakan oleh 8,91 % (319) perempuan , suntik dan MOW digunakan oleh 15,89 % (538) perempuan.8 Pada tahun 2008 suntik dan pil KB masih digunakan oleh sebagian besar perempuan, yaitu masing- masing 58.7% dan 23.9%. Implan digunakan oleh 4.3% perempuan, alat kontrasepsi dalam rahim digunakan oleh 7.1% perempuan, dan 6% sisanya menggunakan berbagai metode kontrasepsi lainnya. Secara umum menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional 2008, 56.62% perempuan berusia 15-49 tahun berstatus menikah sedang menggunakan KB.9 Nilai tersebut masih perlu ditingkatkan lagi. Untuk dapat meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam program keluarga berencana, pendekatan sosiokultural yang baik dapat merupakan salah satu kunci sukses. Sehingga, perlu diketahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap berbagai metode kontrasepsi. Berbagai faktor mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi dalam masyarakat. Dengan lebih mendalami
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju faktor-faktor tersebut, diharapkan pendekatan program Keluarga Berencana akan lebih baik dan cakupan kontrasepsi akan meningkat. Penelitian Imrani 2009 menunjukan bahwa faktorfaktor yang berhubungan dengan penggunaan implan adalah sikap ibu dan peran suami mengenai implan. Sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implan, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implan.10 Kusumaningrum pada tahun 2009 menemukan bahwa sebagian besar responden memilih jangka pendek. Faktor tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan Jamkesmas, tingkat pengetahuan, dukungan pasangan, dan pengaruh agama tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi.Faktor umur istri, jumlah anak, dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji hubungan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku akseptor dengan pemilihan metode kontrasepsi IUD dan Implant.11 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan sikap dan perilaku dengan pemilihan metode kontrasepsi IUD dan Implant di RSUP Fatmawati tahun 2013. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif analitik untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan prilaku Akseptor terhadap pemilihan metode kontrasepsi IUD dan Implant pada pasien jampersal. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dimana variabel bebas dan variable terikat yang terjadi pada objek diukur satu kali saat pengamatan dan dikumpulkan secara simultan dalam waktu yang bersamaan (Hidayat, 2007).12 Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang menggunakan metode kontrasepsi IUD dan Impant pada pasien jampersal di RSUP Fatmawati bulan maret 2013.Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, siapa saja dipandang oleh peneliti (Sugiyono, 2006).Populasi pada penelitian ini pasien jampersal yang menggunakan metode kontrasepsi IUD dan implat yang secara kebetulan/ insidental bertemu/ditemukan peneliti dengan tetap memenuhi syarat ekulsi dan edukasi.13 Data yang digunakan adalah data primer yang mengambil melalui kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya. Selanjutnya tahap pengolahan data antara lainEditing, Pada tahap ini melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden. Coding, melakukan pemberian kode pada data untuk memudahkan
pengelompokan dan klasiikasi. Coding, Setiap item jawaban pada lembar kuesioner diberi kode sesuai dengan karakter masing-masing. Entry Data, Proses memasukkan data ke dalam komputer melalui program SPSS. Sebelum dilakukan analisa dengan komputer pengecekan ulang terhadap data.Tabulating, Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel, kemudian diolah dengan bantuan komputer di mana tabel tersebut sudah terlampir. Cleansing, Merupakan proses pemeriksaan data yang telah dimasukkan apakah sudah benar atau lengkap. Setelah data diolah kemudian dianalisa. Analisa data ada 2 tahap yaitu: Analisis univariat, analisis ini untuk mendapatkan gambaran pada masing – masing variabel. Gambaran yang didapatkan akan dimasukkan ke dalam bentuk tabel frekuensi dan akan di gunakan untuk uji statistik korelasi. Tabel frekuensi pada analisis ini bertujuan untuk menggambarkan responden sesuai karakteristik. Analisis Bivariat, setelah data – data diolah dengan menggunakan analisa bivariat kemudian diolah dengan analisa bivariat.14Penelitian ini variabelnya menggunakan data kategori sehingga dalam menganalisa data penelitian menggunakan uji chi square. Untuk melihat ada tidaknya hubungan dengan menggunakan uji kemaknaan p-value < 0,05, bila nilai frekuensi observasi dengan nilai harapan sama (p-value >0,05) maka dikatakan H0 diterima, sebaiknya bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan berbeda (p-value< 0,05) maka dikatakan H0 ditolak. 15 Hasil Pelaksanaan penelitian dilakukan Maret 2013 di RSUP Fatmawati. Data dikumpulkan sebanyak 100 responden disajikan dalam analisis berikut. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pemilihan IUD dan Implant Pada Pasien Jampersal di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan Maret 2013 No 1 2
Variabel Pasien IUD Implant
Jumlah
%
76 24
76% 24%
66 23 15
66% 23% 15%
66 34
66%
30 70
30% 70%
Pengetahuan 1 2 3
Rendah Cukup Tinggi Sikap Responden
1 2
Tidak Baik Baik
34%
Perilaku Rspndn 1 2
Tidak Baik Baik
3
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 Dari tabel 1 menunjukan bahwa dari 100 responden, pasien yang menggunakan metode IUD ada sebanyak 24 (24 %) responden, sedangkan pasien yang menggunakan Metode Implant ada sebanyak 76 (74%) responden. Berpengetahuan rendah ada sebanyak 62 (62%) responden, dan resepondedn dengan pengetahuan cukup ada sebanyak 23 (23%) responden sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi ada sebanyak 15 (15%) responden Sikap yang tidak baik ada sebanyak 66 (66%) responden, sedangkan Sikap yang baik ada sebanyak 34 (34.1%) responden. Perilaku tidak baik ada sebanyak 30 (30%) responden, sedangkan responden yang mempunyai perilaku tidak baik ada sebanyak 70 (70%) orang. Analisa Bivariat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hubungan pengetahuan, sikap, perilaku dengan pemilihan Kontrasepsi IUD dan Implant di RSUP Fatmawati Maret 2013 No
Variabel
OR
CI
p –Value
1
Pengetahuan
-
4.47233.646
0,000
2
Sikap Responden 3,820
1.50310.225
0,008
3
Sikap Bidan
0.8048.406
0,168
2.754
Hubungan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi, dari hasil di atas didapat responden yang berpengetahuan rendah dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 55 (88.7%) responden, sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi dan menggunakan metode kontrasepsi IUD ada sebanyak 4 (26.7%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 dalam hal ini nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara Pengetahuan dengan Metode Kontrasepsi. Hubungan antara Sikap responden dengan Metode Kontrasepsi, dari hasil di atas didapat responden yang memiliki sikap tidak baik dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 56 (84.8%) responden, sedangkan responden yang memiliki sikap baik dan menggunakan Metode Kontrasepsi IUD ada sebanyak 14 (41.2%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.008 dalam hal ini nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara Sikap responden dengan Metode Kontrasepsi. Hasil uji statistic didapat nilai OR sebesar 3.920 yang artinya, responden dengan sikap yang tidak baik berpeluang 3.920 kali menggunakan metode kontrasepsi Implant dibandingkan dengan responden dengan sikap yang baik. Hubungan antara perilaku responden dengan Metode Kontrasepsi, dari hasil di
4
atas didapat responden dengan perilaku tidak baik dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 26 (86.7%) responden, sedangkan respoden dengan perilaku baik dan Metode Kontrasepsi IUD ada sebanyak 20 (28.6%) orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.168 dalam hal ini nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan Tidak ada hubungan antara perilaku dengan Metode Kontrasepsi. Pembahasan KB bertujuan mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan tingkat kelahiran. Secara umum tujuan keluarga berencana terdiri dari tiga yaitu menunda / mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri kehamilan atau kesuburan.Manfaat KB adalah secara tidak langsung turut menyejahterakan bangsa.16 Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.17 Tujuan keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Manfaat keluarga berencana adalah peningkatan dan perluasan pelayanan keluara berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yag dialami wanita.18 Sasaran gerakan KB, Pasangan usia subur, dengan PUS muda dengan paritas rendah Generasi muda dan purna PUS, Pelaksana dan pengelola KB, Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan adalah Jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Pada praktiknya, sejak resmi diberlakukan pada tanggal 22 februari 2011melaluisurat edaran Menteri Kesehatan No. TU/Menkes/E/391/II/2011 jampersal mempunyai tujuan yang sangat mulia, yakni untuk mempercepat pencapaian Millineum Development Goals (MDG’s) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. 19 Jampersal bertujuan, meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan,meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan, meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinanmeningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir terseleggaranya pengelolaan keuangan yang efesien, efektif , transfaran dan akuntble
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Hubungan Antara Pengetahuan Responden dengan Metode Kontrasepsi Berdasarkan dari hasil bivariat menunjukan hubungan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi, dari hasil di atas didapat responden yang berpengetahuan rendah dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 55 (88.7%) responden, sedangkan responden yang berpengetahuan tinggi dan menggunakan metode kontrasepsi IUD ada sebanyak 4 (26.7%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 dalam hal ini nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara Pengetahuan dengan Metode Kontrasepsi. Penelitian tersebut sejalan dengan betrand dalam buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi yang menyatakan bahwa Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standar hidup lebih tinggi. Indikator pengetahuan status sosioekonomi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan status pekerjaan, jenis rumah, gizi (dinegara berkembang) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya dapat mempangaruhi penggunaan kontrasepsi pada seseorang. Beberapa faktor sosial lain seperti suku dan agama juga dapat mempengaruhi penggunaan kontrasepsi .20 Pengetahuan adalah Hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari penginderaan,yaitu idra penglihatan, pendegaraan, penciuman, rasa, raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.21Pengetahuan atau kognitis adalah merupakan domain yang sangat berguna untuk terbentuknya tindakan seseorang pengetahuan yang mencakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) materi yang telah dipelajari termasuk hal yang spesiik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah pengetahuan yang paling rendah, kata kerja yang digunakan antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendeinisikan, dan menyatakan. Memahami (Comprehension)Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikannya secara luas.Aplikasi (Aplication).Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.Analisis (Analysis)Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut. Sistensis (Synthesis)Suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Evaluasi (Evaluation)Suatu kemampuan untuk meletakkan penelitian, terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini sejalan dengan teori Feldstein
(1983),22 tingkat Pengetahuan dipercaya dapat mempengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pengetahuan yang memadai memungkinkan seseorang untuk Mengetahui dan mengenali gejala awal dari suatu penyakit, sehingga mempunyai keinginan besar untuk segera mendapatkan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Tingkat pengetahuan yang baik juga penting untuk meningkatkan eisiensi pengeluaran keluarga dalam Menggunakan pelayanan Kesehatan. Tingkat pendidikan merupakan ukuran yang mewakili Besarnya kesadaran akan perlunya pelayanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan tujuan dari MDGS yang salah satunya membahan tentang mengurangi angka kematian ibu dan bayi, namun semua proses tersebut di peroleh salah satunya adalah dari jaminan pelayanan kesehatan yang di berikan.23 Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elis (2011), yang mengatakan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dengan keputusan pemanpaatan jaminan kesehatan.24 Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan akan sangat mempengaruhi keputusan ibu dalam menggunakan metode kontrasepsi yang akan dipilihnya, karena dengan pengetahuan yang akan dipilihnya karena sikap dapat di awali dengan persepsi sehingga dapat mempengaruhi konsistensi keputusan menggunakan metode Kontrasepsi. Hubungan Antara Sikap Dengan Metode Kontrasepsi Berdasarkan dari hasil bivariat menunjukan hubungan antara Sikap responden dengan Metode Kontrasepsi, dari hasil di atas didapat responden yang memiliki sikap tidak baik dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 56 (84.8%) responden, sedangkan responden yang memiliki sikap baik dan menggunakan Metode Kontrasepsi IUD ada sebanyak 14 (41.2%) responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.008 dalam hal ini nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara Sikap responden dengan Metode Kontrasepsi. Sikap merupakan perilaku yang masih tertutup, manisfestasi sikap dapat dilihat secara langsung.Newcomb dalam Notoatmojo (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktiitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari tindakan atau perilaku menurut Alport.Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkunganya.25 Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip dalam Notoatmojo (2007) sikap dibedakan menjadi yaitu:Sikap positif yaitu : sifat yang menunjukan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu
5
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 orang itu berada.Sikap negatif yaitu menunjukan penolakan atau tidak menyetujui terhadapnormanorma yang berlaku dimana individu orang itu berada. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan Yaitu:Menerima (Reseiving), Orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Merespon (Respnding,) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan hal yang dimaksud. Menghargai (Valuing), Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.Bertangung jawab (Resposible), bertangung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnyadengan segala resiko.Predisposisi dari tindakan.Sikap melibatkan perasaan, perhatian segala kejiwaan yang lainnya. Keberhasilan yang seimbangan kembali menunjukan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan menjadi perubahan.27 Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukana oleh Newcomb dalam Notoatmojo (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang dikemukana oleh Notoatmodjo (2005)yaitu Sikap melibatkan ikiran perasaan, perhatian gejala kejiwaan yang lainnya . Keberhasilan yang seimbangan kembali menunjukan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan menjadi perubahan perilaku. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa sikap sesorang tersebut dapat mempengaruhi perubahan perilaku.Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.(Benkowitz, 1972). Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktiitas, akan tetapi merupakan predisposisi , dari perilaku. Menurut Ahmadi (1990) yang dikutip dalam Notoatmojo (2007) sikap dibedakan menjadi dua yaitu: Sikap positif yaitu : sifat yang menunjukan atau memperlihatkan menerima atau mengakui, menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu orang itu berada.Sikap negatif yaitu : menunjukan penolakan atau tidak menyetujui terhadap normanorma yang berlaku dimana individu orang itu berada.28 Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Damayanti (2007)yang menyatakan tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku, sesuai dengan teori perilaku klasik yang menyebutkan bahwa sikap yang positif akan menyebabkan perilaku yang positif pula.29 Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukana oleh Newcomb dalam Notoatmojo (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktiitas, akan tetapi merupakan predisposisi dari tindakan. Sikap melibatkan ikiran perasaan, perhatian gejala kejiwaan yang lainnya. Keberhasilan yang
6
seimbangan kembali menunjukan adanya perubahan sikap dan akhirnya akan menjadi perubahan.30 Hal ini juga sejalan dengan Setiawan (2007) yang menyatakan ada hubungan antara sikap dengan keputusan dalam memilih metode, sehingga sikap responden akan sangat menentukan pemilihan metode.31 Penulis berpendapat bahwa Sikap positif respoden memang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menggunakan metode kontrasepsi yang akan dipilihnya, hal ini di karenakan sikap dapat diawali dengan presepsi sehingga dapat mempengaruhi konsistensi keputusan menggunakan metode Hubungan Antara Kontrasepsi
Perilaku
Dengan
Metode
Berdasarkan dari hasil bivariat pada table diatas menunjukan hubungan antara perilaku responden dengan Metode Kontrasepsi, dari hasil di atas didapat responden dengan perilaku terindikasi dan menggunakan metode kontrasepsi Implant ada sebanyak 26 (86.7%) responden, sedangkan respoden dengan perilaku terindikasi dan Metode Kontrasepsi IUD ada sebanyak 20 (28.6%) orang. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.168 dalam hal ini nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan Tidak ada hubungan antara perilaku dengan Metode Kontrasepsi. Sejalan dengan batasnya perilaku menurut Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan (healthy behavior) adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktorfaktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti, lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktiitas atau kegiatan seseorang, baik yang diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.32 Oleh sebab itu, perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokan menjadi dua yaitu :Perilaku orang sehat agar tetap sehat dan meningkat, Perilaku sehat (healthy behavior), yang mencangkup perilakuperilaku (overt dan covert behavior) dalam mencegah atau menghindar dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah atau penyebab masalah kesehatan (perilaku preventif), dan perilaku dalam mengupayakan meningkatnya kesehatan (perilaku promotif).33 Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan,untuk memperoleh penyembuhan atau pencegahan masalah kesehatan. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).Perilaku ini mencangkup tindakantindakan yang diambil seseorang atau anaknya bila sakit atau terkena masalah kesehatan untuk memperoleh
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju kesembuhan atau terlepas dari masalah kesehatan yang dideritanya. Becker, 1979. Dalam Notoatmodjo, 2005. Membuat klasiikasi lain tentang perilaku kesehatan, dan membedakannya menjadi tiga, yaitu : Perilaku sehat (healthy behavior)Merupakan perilaku atau kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatanPerilaku sakit (Illnes behavior) Merupakan perilaku yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya.Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior), Dari segi sosiologis, orang yang sedang sakit mempunyai peran (roles), yang mencangkup hak-haknya (rights) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).34 Perilaku mencangkup tiga domain yaitu : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan atau praktik (practice). Oleh sebab itu, mengukur perilaku dan perubahannya, khususnya perilaku kesehatan juga mengacu kepada tiga domain tersebut.35Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh rahayu (2007) bahwa perilaku dan sumber informasi tidak mempengaruhi sesorang dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakanya. 36 Tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut sangat memungkinkan karena menurut Levinson dalam Hastono (2001) karna yang dianggap optimal dalam mengambil keputusan adalah pengetahuan yang dianggap lebih tetap dan stabil karena semakin baik tingkat pengetahuan, seseorang akan lebih baik dalam berpikir dan pengambilan keputusan. 37 Menurut peneliti Suatu cara pembentukan dan perubahan perilaku yang akan menggunakan metode kontrasepsi dalam memilihnya lebih dominan kepada pengetahuan, pengalaman, intelegensi yang dimilikinya, sehingga memungkinkan bahwa perlaku tidak berhubungan dengan metode kontrasepsi yang digunakannya.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14. 15.
16.
Datar Pustaka 1. Departemen Kesehatan RI. Proil Kesehatan Indonesia[ 2008, Diunduh dari 31oktober2012] http://www.depkes. go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20 Indonesia%202008.pdf\ 2. BKKBN. BKKBN: Jumlah Penduduk Indonesia Bisa Menggeser Amerika. [2012,Diunduh tanggl 24 oktober 2011]http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ nasional/11/02/10/163365-bkkbn-jumlah-pendudukindonesia-bisa-menggeser-amerika 3. Yunus. BKKBN : Laju Pertumbuhan Penduduk Bisa Timbulkan Krisis Pangan. [2009, Diunduh 24 oktober 2011] http://www.reportasenews.com/lifestyle/komunitas/08/2011/bkkbn-laju-pertumbuhan -penduduk-timbulkan-krisis-pangan.html 4. IRNA A, laporan PKBRS Rumah Fatmawati.2011. 5. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/
17.
18. 19. 20. 21.
22.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia.[2012, Diunduh 23 oktober 2011]http://www.scribd.com/ doc/52729162/2-peta-jalan-percepatan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-di-indones ia201011181324110-20101223204622-2814-0 Imrani M, Fajar NA, Dan Febry F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Implan di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2009. Diunduh dari Kusumaningrum R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. 2009 Keluarga Berencana (KB). [2012, Diunduh 31nov2012] http://adulgopar.iles.wordpress.com/2009/12/keluargaberencana-kb.pdf Imbarwati.Beberapa faktor yang berkaitan dengan Penggunaan kb iud pada peserta kb non IUD Di kecamatan pedurungan Kota semarang.2009 Keluarga Berencana (KB).[2012, Diunduh 23 oktober 2012]http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ keluarga-berencana-kb.pdf 3 September 2011. Imbarwati.Beberapa faktor yang berkaitan dengan Penggunaan kb iud pada peserta kb non IUD Di kecamatan pedurungan Kota semarang. 2009 SAIFUDDIN. B, A.B., BAHARUDDIN. M, SOEKIR. S., Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo bekerjasama dengan JNPKKR/ POGI,BKKBN,DEPKES,dan JHPIEGO/STRH PROGRAM 26 JNPK-KR, Buku Pegangan pelatatihan asuhan persalinan normal, Jakarta,JNPK-KR, Tahun 2008 Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo bekerjasama dengan JNPKKR/POGI,BKKBN,DEPKES,dan JHPIEGO/STRH PROGRAM, Tahun 2006 Notoatmojo, S. ( 2012) Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .Rineka Cipta. Jakarta. 132 Udin. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan perilaku Penguna APD Pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Program Sarjana Keperawatan Reguler Universitas Indonesia. 2012 Rizal, Factor-Faktor Terkait Pada Ibu Hamil Trimester II Dan III Di RSUD Dr. R. SOEDARSONO Kota Pasuruan Jawatimur Tahun 2012. Skripsi, Depok : FKM UI.2012 Info kini jumlah peserta kontrasepsi [2012, Diunduh tanggal 12 November 2012] http://www.Bkkbn . com/ infokini. Petunjuk Teknis kontrasepsi, Jakarta : Depkes RI, 2004. Hal. Lampiran c Jampersal untuk kita, [2011, di unduh pada tanggal 11 des 2012] www.antara news.com. Petunjuk Teknis Jampersal, Jakarta : Depkes RI, 2004. Hal. Lampiran b. Jokowi ahok janji turunkan angka kematian ibu-hamil. [2012, di unduh tanggal 12 des 2012] http//www.berisatu. com. Laporan Cetak print out istalasi rawat jalan, [2012, diunduh pada tanggal 10 des 2012] http://www. jamsostekindonesia.
7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 13 No.1 Tahun 2014 23. Bagian Informasi Instalasi Rawat Inap A, 2012 24. Notoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 2012 : 55 25. Notoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , Jakarta: Rineka Cipta. 2012 : 138-139 26. Notoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku , Jakarta : Rineka Cipta. 2012 27. Prawihardjo, Sarwono . Secsio sesaria dalam ilmu bedah kebidanan, Edisi 1, Cetakan ke 7, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, 2007 : 133-140 PUSDIKNAKES, Konsep Asuhan kebidanan. Jakarta : JNPKKR. 2003 : 4 28. Notoatmojo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Jakarta: Rineka Cipta. 2012. 29. Jampersal untuk kita, [2011, di unduh pada tanggal 11 des 2012] www.antara news.com 30. Elis, pengaruh antara pengetahuan dengan keputusan pemanfaatan jaminan kesehatan Skripsi, Depok. FKMUI.2011 :78 31. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia. [2012, Diunduh 23 oktober 2011] http://www.scribd.com/ doc/52729162/2-peta-jalan-percepatan-pencapaiantujuan-pembangunan-milenium-di-indones ia201011181324110-20101223204622-2814-0 32. Imrani M, Fajar NA, Dan Febry F. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Implan di Desa Parit. Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Tahun
8
2009. Kusumaningrum R. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada Pasangan Usia Subur. 2009 33. Keluarga Berencana (KB). [2012, Diunduh31nov2012] http://adulgopar.iles.wordpress.com/2009/12/keluargaberencana-kb.pdfImbarwati. Beberapa faktor yang berkaitan dengan Penggunaan kb iud pada peserta kb non IUD Di kecamatan pedurungan Kota semarang. 2009 34. Keluarga Berencana (KB). [2012, Diunduh23oktober2012] http://adulgopar.iles.wordpress.com/2009/12/keluargaberencana-kb.pdf 3 September 2011.