Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 15 No. 1 Tahun 2016
Pengaruh Penerapan Perspektif Balanced Scorecard terhadap Kinerja Karyawan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup Syarifah Nur Ruliani1, Sobar Darmadja2 1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia 2) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, Jakarta email:
[email protected]
Abstrak
Dalam menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard tidak hanya digunakan di perusahaan-perusahaan bisnis yang menghasilkan barang/produk saja, namun dapat diterapkan pada klinik rawat inap yang bergerak di bidang jasa. Sehingga dapat diketahui kemampuan klinik rawat inap dalam memobilisasi dan mengeksploitasi aktiva. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh langsung dan tidak langsung penerapan perspektif balanced scorecard terhadap kinerja karyawan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel yang diambil sebanyak 75 responden yang telah menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini diuji menggunakan metode diagram path di dalam Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung perspektif proses bisnis internal terhadap kinerja karyawan sebesar 43.8%, pengaruh langsung perspektif keuangan terhadap kinerja karyawan sebesar 7.5%, pengaruh langsung perspektif pelayanan pelanggan terhadap kinerja karyawan sebesar 36.8%. Pengaruh tidak langsung perspektif proses bisnis internal terhadap kinerja karyawan melalui perspektif keuangan sebesar 1.2%, pengaruh tidak langsung perspektif pelayanan pelanggan terhadap kinerja karyawan melalui perspektif keuangan sebesar 2%. Q-Square model analisis dapat menjelaskan 94.2% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian.
Kata kunci
balanced scorecard, kinerja karyawan
Abstract
In the face of competition competitive business, performance is an important factor that must be considered by an organization. Performance measurement using the balanced scorecard is not only used in business enterprises that produce goods / products, but can be applied to inpatient clinics engaged in services. So that it can be seen in the inpatient clinic ability to mobilize and exploit assets. his study aimed to examine the efect of direct and indirect application of the balanced scorecard perspectives on employee performance Inpatient Clinical Human Coventry using crosssectional design. Samples taken as many as 75 respondents who have agreed to be the respondents in this study. he statistical analysis used in this study were tested using path diagrams in the Partial Least Square (PLS). Results showed that the direct inluence of the internal business process perspective on the performance of employees is 43.8%, the direct efect of the inancial perspective on employee performance by 7.5%, a direct inluence on the performance of the customer service perspective employees at 36.8%. Indirect inluence internal business process perspective on employee performance through a inancial perspective of 1.2%, the indirect efect of customer service perspective on employee performance through a inancial perspective by 2%. Q-Square analysis model can explain 94.2% is able to assess the diversity of phenomena used in the research.
Key Words
balanced scorecard, employee performance
1
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 Pendahuluan Menilai kinerja hanya dari sisi keuangan saja akan menyesatkan perusahaan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang perusahaan.1 Pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard tidak hanya digunakan di perusahaan-perusahaan bisnis yang menghasilkan barang/produk saja, namun dapat diterapkan pada Klinik Rawat Inap yang bergerak dalam usaha jasa. Sehingga dapat diketahui kemampuan Klinik Rawat Inap dalam memobilisasi dan mengeksploitasi aktiva. Sebagai contoh Mayo Clinic, sebuah institusi kesehatan di United States juga mengembangkan sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard untuk unit bisnis rawat jalan.2 Balanced Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuan-tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif..3 Perkembangan pelayanan kesehatan saat ini mengalami transformasi besar. Dimana pada masa sekarang pelayanan kesehatan seperti klinik rawat inap sedang dalam suasana global dan kompetitif, termasuk bersaing dengan pelayanan kesehatan alternatif. Ketatnya persaingan bisnis dan adanya pasar bebas memaksa pelaku bisnis untuk membuat terobosan. Hal tersebut harus dilakukan agar mampu bersaing secara sehat. Peningkatan jumlah pasien merupakan salah satu acuan keberhasilan dari layanan di klinik rawat inap. Tetapi dalam usaha menuju kualitas layanan yang terbaik, banyak kendala yang dihadapi. Konsep Service Performance menyatakan bahwa ukuran kualitas pelayanan merupakan kinerja dari layanan yang diterima oleh konsumen itu sendiri dan mereka hanya akan dapat menilai kualitas dari pelayanan yang benar-benar mereka rasakan.4 Prinsip kunci persaingan adalah kualitas total yang mencakup penekanan pada produk, biaya, harga, pelayanan, penyerahan tepat waktu, estetika dan bentuk kualitas lain yang terus berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan. Sehingga meningkatnya persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih memperhatikan sedikitnya dua hal penting yaitu “keunggulan” dan “nilai”. Kenyataan tersebut harus disikapi dengan pengelolaan konsep manajemen yang tepat sesuai dengan tujuan organisasi.5 Dari hasil identiikasi suara pelanggan didapatkan beberapa atribut yang mempengaruhi kinerja layanan poliklinik, seperti: keramahan karyawan, waktu beroperasi laboratorium, kenyamanan ruang tunggu, proses layanan yang jelas, serta perhatian karyawan kepada pasiennya.6 Pengelolaan konsep manajemen di Klinik perlu mengembangkan pendekatan strategis dalam menggerakkan pasar dan keahlian teknis
2
membuat keputusan untuk mendapatkan solusi dan problem kompleks yang dihadapi.7 Organisasi yang baik adalah organisasi yang memiliki tujuan (goals) jelas berdasarkan visi dan misi yang disepakati oleh para pendirinya.8 Siapa yang tidak siap menghadapi perubahan akan dilindas oleh perubahan itu. Mengelola organisasi yang profesional ditentukan oleh alat ukur yang digunakan, Balanced Scorecard merupakan alat ukur yang paling populer dan yang paling banyak digunakan saat ini. Penggunaan alat ukur ini secara sinergis akan menghasilkan kecepatan dan kemudahan dalam memantau dan mengendalikan jalannya sebuah organisasi. Alat ukur dari sebuah metode strategi bisnis yang terbukti dapat meningkatkan kinerja organisasi secara signiikan.9 Balanced Scorecard mengukur kinerja melalui empat perspektif, yaitu : inansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dari segi pembelajaran dan pertumbuhan, ukuranukuran yang digunakan adalah kapabilitas pekerja (kepuasan kerja pegawai, turnover, produktivitas pegawai), kapabilitas sistem informasi, dan motivasi, pemberdayaan dan keselarasan (empowering). Selanjutnya perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini akan berpengaruh terhadap proses bisnis internal, ukuran-ukuran yang digunakan dalam perspektif ini adalah inovasi proses dan layanan purna jual. Kinerja proses bisnis internal akan berpengaruh terhadap perspektif pelanggan, yang diukur dari pangsa pasar, kepuasan pelanggan, retensi dan akuisisipelanggan. Pada akhirnya kinerja ketiga perspektif yang dijelaskan diatas akan bermuara kepada perspektif inansial, yang dapat diukur dari likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan performance.10 Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai misi dan pencapaian (mission, value, efectiveness).11 Perbandingan sistem pengukuran kinerja tradisional yang didasarkan pada indikator keuangan dengan Balanced Scorecard dan pengaruh dari kedua sistem pada kinerja perusahaan, menyimpulkan bahwa ada dampak positif antara Balanced Scorecard terhadap kinerja yang terkait dengan strategi dan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.12 Berdasarkan fenomena dan data yang dipaparkan diatas, mengingat penerapan perspektif Balanced Scorecard sangat penting dalam pengukuran kinerja organisasi kesehatan, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Pengaruh Penerapan Perspektif Balanced Scorecard Terhadap Kinerja Karyawan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup Tahun 2015. Metode Penelitian ini menggunakan metode survey dan studi kasus dengan pendekatan kuantitatif, artinya
Perspektif Balanced Scorecard terhadap Kinerja Karyawan dalam penelitian ini menekankan pada analisa secara statistik deskriptif dengan tipe explanataory research yaitu untuk menjelaskan pengaruh perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif pelayanan terhadap pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap Kinerja Karyawan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup. Desain penelitian menggunakan cross sectional (belah lintang) dimana pengukuran penelitian dijelaskan pada variabel bebas adalah perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif pelayanan terhadap pelanggan, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Pemilihan lokasi ini secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk dapat mempermudah dalam pengumpulan data, lokasi tersebut dekat dengan lokasi peneliti, mengingat faktor peneliti seperti keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti. Dalam penelitian ini, karyawan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik non probability sampling yaitu dengan Judgemental Sampling. Akan ada pertimbangan populasi yang dipilih sendiri berdasarkan pertimbangan dan keputusan peneliti. Dalam penentuan jumlah sampel mengacu pada rule of thumb, jumlah ideal adalah 5-10 responden untuk setiap indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten.18 Metode pengukuran baik untuk variabel eksogen maupun endogen, yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan skala interval, sedangkan tekhnik pengukurannya menggunakan semantic diferential yang mempunyai skala 5 point. Pada skala ini sifat positif diberi nilai paling besar dan sifat negatif diberi nilai paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsif menggabungkan positif-negatif dan negatifpositif. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Klinik Rawat Inap Insani Citeureup tentang banyaknya jumlah karyawan, jumlah kunjungan pasien rawat inap, proil klinik serta sarana dan prasarana yang disediakan di klinik yang merupakan data skunder. Cara pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini melalui alat bantu (instrument) berupa angket/ pertanyaan diperoleh melalui penyebaran kuesioner, yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Alat bantu (instrument) berupa angket/pertanyaan yang mengandung masing-masing indikator dalam lima variabel. Adapun variabel yang dimaksud mencakup variabel yang terdiri dari perspektif keuangan, perspektif bisnis internal, perspektif pelayanan terhadap pelanggan, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terhadap kinerja karyawan. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dilakukan betul-
betul mengukur apa yang perlu diukur dan sejauh mana instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Smart Partial Square (PLS), dinyatakan valid jika mempunyai loading factor 0,5. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel tekstular. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian sistematik data numerik yang tersusun dari kolom dan baris. Penyajian ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis data primer dan data skunder. Selain itu, disajikan pula dalam bentuk diagram untuk mempermudah pembacaan hasil penelitian yang didapatkan. Sedangkan interpretasi data disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan pemahaman terhadap hasil penelitian. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan structural equation modeliing (SEM) dengan Partial Least Square (PLS). Adapun langkahlangkahnya dalam analisis data dengan PLS adalah sebagai berikut: 1) Merancang model structural (inner model) menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive teori. Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. 2) Merancang model pengukuran (outer model), Outer model atau model pengukuran mendeinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya. Perancangan model pengukuran menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah relektif atau formatif, berdasarkan deinisi operasional variabel. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian.SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justiikasi teori.SEM merupakan sekumpulan tekhnik-tekhnik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada penelitian ini adalah dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika nilai t statistik< t- tabel dengan taraf signiikan sebesar 0,05 (one – tailed, maka menolak Ho dan menerima Ha. 2) Jika nilai t statistik> t – tabel dengan taraf signiikan sebesar 0,05 (one – tailed), maka menerima Ho dan menolak Ha. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan: (1) inner model yang spesiikasinya hubungan antar variabel laten (structural model), diukur dengan menggunakan Q-Square Predictive Relavance dengan rumus Q² = 1-(1-Ri²)
3
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 (1-Rp²), (2) outer model yang menspesiikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikatornya atau variabel manifestnya (measurement model), diukur dengan melihat convergent validity dan discriminant validity, convergent validity dengan nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar 3 sampai 7, sedangkan descriminant validity direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5 dan juga dengan melihat (3) weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten tetap diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model. Hasil Data yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dan PLS. pada analisis univariat peneliti mencari data responden berdasarkan karakteristiknya, yaitu: unit kerja, pendidikan dan masa kerja. Setelah didapat karekteristik responden tersebut dikategorikan. Peneliti akan menguji signiikansi melalui pengujian uji chi square. Pada variabel Kinerja Karyawan rentang jawaban responden berada diantara 41-72 mendekati atau tidak jauh dari kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (1575) dengan nilai rata-rata 60.04 dan standar deviasi 7.045. Hal ini menunjukkan bahwa Kinerja Karyawan berada pada kategori baik. Pada variabel Perspektif Keuangan, rentang jawaban resonden berada diantara 29-49 mendekati atau tidak jauh dari kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (10-50) dengan nilai rata-rata 40.77 dengan standar deviasi 4.095. Hal ini mengindikasikan bahwa responden menganggap Perspektif Keuangan ini penting dalam hal Kinerja Karyawan. Pada variabel Perspektif Bisnis Internal, rentang jawaban resonden berada diantara 26-48 mendekati atau tidak jauh dari kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (10-50) dengan nilai rata-rata 41.05 dengan standar deviasi 5.457. Hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap Perspektif Bisnis Internal penting dalam hal Kinerja Karyawan. Pada variabel Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, rentang jawaban resonden berada diantara 71-121 mendekati atau tidak jauh dari kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (25125) dengan nilai rata-rata 104.64 dengan standar deviasi 10.88. Hal ini menunjukkan bahwa responden menganggap Perspektif Pelayanan pada Pelanggan penting dalam hal Kinerja Karyawan. Pada variabel Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, rentang jawaban resonden berada diantara 42-74 mendekati atau tidak jauh dari kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 61.65 dengan standar deviasi 6.519. Hal ini mengindikasikan bahwa responden menganggap Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ini penting
4
dalam hal Kinerja Karyawan. Hasil evaluasi validitas outer model terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konirmatori telah memenuhi kriteria goodness of it yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai diatas signiikan yaitu 0,5 dan untuk indikator assurance, tangible, dan responsiveness menunjukkan nilai dibawah nilai signiikan 0,5, akan tetapi indikator tersebut tidak perlu dihilangkan karena indikator tersebut merupakan indikator formatif yang mempengaruhi variabel laten. Dari hasil pengolahan data diatas juga dilihat bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik kecuali nilai pada assurance, tangible, dan responsiveness, dikarenakan indikator tersebut merupakan indikator formatif yaitu mempengaruhi variabel laten, sehingga indikator tersebut dapat dipertahankan dalam penelitian ini. Evaluasi model pengukuran dengan square root of average variance extracted adalah membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi antar struk. Dari output PLS akar dari semua konstruk lebih besar daripada korelasi antar konstruk. Nilai AVE untuk semua konstruk lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik. Hasil evaluasi reliabilitas outer model menunjukkan nilai cronbach´s alpha semua variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,5 berarti variabel Kinerja karyawan, Perspektif Keuangan, Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada pelanggan, Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan reliabel, serta dilihat dari nilai composite reliability semua variabel memiliki nilai lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dikatakan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hasil signiikansi inner model diatur dalam output PLS di bawah ini dengan mengevaluasi releksi nilai T-Statistic indikator terhadap variabelnya. Berdasarkan teori-teori yang disajikan, indikatorindikator yang diukur dalam penelitian ini bersifat relektif dan formatif sehingga model pengukurannya menggunakan convergent dan discriminant validity, dengan menggunakan aplikasi smartPLS 2.0, dan hasil pengujian tersebut dapat disajikan pada gambar 1 dan gambar 2. Berdasarkan tabel evaluasi nilai R Square, Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan berkonstribusi terhadap Perspektif Keuangan sebesar 0.727706. Nilai R Square menyatakan bahwa Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan mampu menjelaskan variabel Perspektif Keuangan sebesar 72,8% dan sebesar 27,2% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Sedangkan variabillitas konstrak Kinerja Karyawan
Perspektif Balanced Scorecard terhadap Kinerja Karyawan
Gambar 1 Loading Factors
Gambar 2 Output PLS Uji T-Statistik
Tabel 1 Evaluasi Nilai R Square Hasil Uji Variabel
R Square
Perspektif Keuangan
0.727706
Perspektif Bisnis Internal Perspektif Pelayanan pada Pelanggan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Kinerja Karyawan
0.786296
mampu dijelaskan oleh variabilitas Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Keuangan sebesar 0.786296. Nilai R Square menyatakan bahwa Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan serta Perspektif Keuangan mampu menjelaskan variabel Kinerja Karyawan sebesar 78.6% dan sebesar 21.4% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Dari tabel nilai T-Statistik diketahui Perspektif Bisnis Internal berpengaruh positif terhadap Perspektif Keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter
5
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 antara Perspektif Bisnis Internal terhadap Perspektif Keuangan menunjukkan ada pengaruh positif 0.197, dan nilai T-Statistic sebesar 4.955 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Untuk Perspektif Bisnis Internal berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Bisnis Internal terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.537, dan nilai T-Statistic sebesar 10.829 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Pada Perspektif Keuangan berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Keuangan terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan ada pengaruh positif 0.100, sedangkan nilai T-Statistic sebesar 3.317 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Kemudian pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap Perspektif Keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Perspektif Keuangan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.392, dan nilai T-Statistic sebesar 6.957 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap Perspektif Keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Perspektif Keuangan menunjukkan ada pengaruh Negatif -0,125, akan tetapi nilai T-Statistic sebesar 2.599 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96), Sehingga variabel tersebut dapat dipertahankan. Selanjutnya pada Perspekif Pelayanan pada Pelanggan berpengaruh positif terhadap Perspektif Keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Pelayanan pada Pelanggan terhadap Perspektif Keuangan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.332, dan nilai T-Statistic sebesar 7.291 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Untuk Perspektif Pelayanan pada Pelanggan berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Pelayanan pada Pelanggan terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.470, dan nilai T-Statistic sebesar 9.771dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Dari tabel 2 menyatakan bahwa variabel Perspektif Keuangan menunjukkan berpengaruh langsung terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Keuangan terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 7.5%, Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Perspektif Keuangan
6
terhadap Kinerja Karyawan tidak terdapat nilai faktor yang mempengaruhinya. Pada Perspektif Bisnis Internal berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Bisnis Internal terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 43.8% sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Perspektif Bisnis Internal terhadap Kinerja Karyawan melalui Perspektif Keuangan didapat dengan mengalihkan koeisien jalur (Perspektif Bisnis Internal ke Perspektif Keuangan) dengan koeisien jalur (Perspektif Keuangan ke Kinerja Karyawan) sehingga mendapatkan nilai sebesar 1.2%. Pada Perspektif Pelayanan pada Pelanggan berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap Kinerja Karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Perspektif Pelayanan pada Pelanggan terhadap Kinerja Karyawan menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 36.8% sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Perspektif Pelayanan pada Pelanggan terhadap Kinerja Karyawan melalui Perspektif Keuangan didapat dengan mengalihkan koeisien jalur (Perspektif Pelayanan pada Pelanggan ke Perspektif Keuangan) dengan koeisien jalur (Perspektif Keuangan ke Kinerja Karyawan) sehingga mendapatkan nilai sebesar 2%. Untuk Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan pengaruh langsung terhadap Kinerja Karyawan sebesar -9.5%. Sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Kinerja Karyawan melalui Perspektif Keuangan didapat dengan mengalihkan koeisien jalur (Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ke Perspektif Keuangan) dengan koeisien jalur (Perspektif Keuangan ke Kinerja Karyawan) sehingga mendapatkan nilai sebesar -0.7%. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten independen tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan nilai R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Keuangan, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan mampu menjelaskan variabel Kinerja karyawan sebesar 81.11%. Sehingga dari analisis diatas dapat dibuat persamaan matematik dari variabel kinerja karyawan sebagai berikut: η1 = γ2ξ1+ γ3ξ2+ γ5ξ3+ ζ1 Perspektif Keuangan = 0.328 Perspektif Pelayanan pada Pelanggan + 0.196 Perspektif Bisnis Internal + 0.398 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan + faktor lain
Perspektif Balanced Scorecard terhadap Kinerja Karyawan Tabel 2 Persentase Pengaruh antar Variabel terhadap Variabel Kinerja Karyawan pada Model Sumber
LV correlation
Direct rho
Indirect rho
Total
Direct Indirect Total % % %
Perspektif Keuangan
0.748`
0.100
0.000
0.100
7.5
0.0
7.5
Perspektif Bisnis Internal
0.816
0.537
0.020
0.557
43.8
1.2
45.1
Perspektif Pelayanan pada Pelanggan
0.784
0.470
0.033
0.503
36.8
2
38.8
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
0.763
-0,125
0.039
-0.086
-9.5
-0.7
-10.3
78.63
2.48
81.11
Total
Persamaan struktural variabel endogen 1 (Perspektif Keuangan) η2 = γ1ξ1 + βη1 + γ3ξ6 + ζ2 Kinerja karyawan = 0.402 Perspektif Pelayanan pada Pelanggan + 0.510 Perspektif Bisnis Internal + 0.07 Perpektif Keuangan + faktor lain Persamaan struktural variabel endogen 2 (Kinerja karyawan) Predictive relevance (Nilai Q-Square) Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap penomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut : Q2 = 1-(1-R12) (1-R22) = 1-{(1-0.728) (1-0.786)} =1-(0.272x0.214) =1-0.0582 =0.942 atau 94.2%
nilai T-Statistic sebesar 3.317 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Ukuran kinerja inansial memberikan petunjuk apakah strategi organisasi, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba organisasi. Perspektif keuangan sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil.19 Klinik Rawat Inap Insani Citeureup memungkinkan untuk menerapkan balanced scorecard, karena dengan balanced scorecard semua aspek dapat diukur. Penerapan Balanced Scorecard dimungkinkan karena klinik rawat inap telah memformulasikan visi, misi dan strateginya dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja karyawan dikatakan cukup baik (bernilai positif) dengan menggunakan perspektif balanced scorecard. Klinik yang tidak menginvestasikan sumber dayanya di bidang pemasaran berarti membatasi kemampuannya dalam bersaing.17
Nilai predictive relevance (Q-Square) adalah 0.942
Pengaruh Perspektif Bisnis Internal Terhadap Kinerja Karyawan
Galat model
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif bisnis internal berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif bisnis internal terhadap kinerja karyawan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.537, dan nilai T-Statistic sebesar 10.829 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Perspektif bisnis internal terdiri atas tujuan dan ukuran proses penciptaan produk dan jasa yang baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang terus tumbuh.20 Oleh karena itu, kemampuan mengelola dengan sukses proses jangka panjang pengembangan produk atau pengembangan kapabilitas untuk menjangkau kategori pelanggan yang baru lebih penting daripada kemampuan mengelola operasi saat ini secara eisien, konsisten dan responsif.
= 1-Q2 =1-0.942 = 0.0582 atau 5.8%
Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 94.2% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 5.8% dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Diskusi Pengaruh Perspektif Keuangan Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif keuangan terhadap kinerja karyawan menunjukkan ada pengaruh positif 0.100, sedangkan
7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 Pengaruh Perspektif Pelayanan Pada Pelanggan Terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif pelayanan pada Pelanggan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif pelayanan pada pelanggan terhadap kinerja karyawan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.470, dan nilai T-Statistic sebesar 9.771dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1.96). indikator assurance, tangible, dan responsiveness pada variabel perspektif pelayanan pada pelanggan menunjukkan nilai dibawah nilai signiikan 0.5, akan tetapi indikator tersebut tidak perlu dihilangkan karena indikator tersebut merupakan indikator formatif yang mempengaruhi variabel laten. Dalam perspektif pelanggan, manajemen harus dapat mengidentiikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Kepuasan pelanggan merupakan ukuran utama dalam perspektif pelanggan.21 Diharapkan para karyawan klinik rawat inap mampu menciptakan kenyamanan pada para calon pasien beserta keluarganya dengan keramahan dalam melayani mereka. Kepuasan pelanggan Klinik Rawat Inap Insani Citeureup merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan dalam persaingan. Seberapa banyak pelanggan yang menikmati proses pemberian jasa di Klinik Rawat Inap Insani Citeureup. Motivasi karyawan klinik dalam memberikan kepuasan klien pada setiap layanan kesehatan yang tersedia sangat dibutuhkan. Pengaruh Perspektif Pembelajaran Pertumbuhan Terhadap Kinerja Karyawan
dan
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan terhadap Perspektif Keuangan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.392, dan nilai T-Statistic sebesar 6.957 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Pengembangan rencana operasional di klinik rawat inap ditetapkan berdasarkan pengkajian di ruang rawat dengan mengacu pada visi, misi, ilosoi, sasaran dan tujuan ruang rawat.16 Dalam penelitian sebelumnya diketahui kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada model Balanced Scorecard, human capital sebesar 78% dan organization capital 86%.15 Kaplan dan Norton (1993) mengatakan produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan.22 Tujuan produktivitas kerja adalah untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output
8
tersebut. Pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan.Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan perusahaan merupakan loss pada intellectual capital dari perusahaan.Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover di perusahaan. Pengaruh Perspektif Bisnis Internal Terhadap Perspektif Keuangan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif bisnis internal berpengaruh positif terhadap perspektif keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif bisnis internal terhadap perspektif keuangan menunjukkan ada pengaruh positif 0.197, dan nilai T-Statistic sebesar 4.955 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Penggunaan model Balanced Scorecard dapat digunakan untuk merencanakan dan merumuskan strategi pengembangan usaha dengan tidak melupakan kapasitas dari perusahaan itu sendiri.14 Dalam perspektif bisnis internal, manajer harus bisa mengidentiikasi proses internal yang penting, dimana sebuah organisasi diharuskan melakukan dengan baik karena proses bisnis internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan konsumen dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh para pemegang saham. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membagi perspektif bisnis internal dalam 3 prinsip dasar, yaitu : proses inovasi, proses operasi dan pelayanan purna jual. Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui lnancial returns.23 Setiap unit Klinik Rawat Inap Insani Citeureup diharapkan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Pengaruh Perspektif Pelayanan Pada Pelanggan Terhadap Perspektif Keuangan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif pelayanan pada pelanggan berpengaruh positif terhadap perspektif keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif pelayanan pada pelanggan terhadap perspektif keuangan menunjukkan ada pengaruh Positif 0.332, dan nilai T-Statistic sebesar 7.291 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96). Apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan
Perspektif Balanced Scorecard terhadap Kinerja Karyawan mereka. Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Sebuah organisasi terbatas untuk memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.3 Di masa datang akan ada perubahan dari pihak pengguna klinik rawat inap. Konsep orientasi ke kepuasan konsumen (pelanggan adalah raja) yang dipakai pebisnis umumnya harus menjadi acuan utama para pengelola klinik rawat inap. Tanpa memperhatikan kebutuhan klien, maka klinik rawat inap akan ditinggalkan oleh kliennya.13 Pengaruh Perspektif Pembelajaran Dan Pertumbuhan Terhadap Perspektif Keuangan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) diketahui pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berpengaruh positif terhadap perspektif keuangan. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap perspektif keuangan menunjukkan ada pengaruh Negatif -0,125, akan tetapi nilai T-Statistic sebesar 2.599 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada diatas nilai kritis (1,96), Sehingga variabel tersebut dapat dipertahankan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentiikasi infrastruktur yang harus dibangun dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Sumber utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi adalah manusia, sistem dan prosedur. Untuk mencapai tujuan perspektif inansial, pelanggan dan proses bisnis internal, organisasi harus melakukan investasi dengan memberikan pelatihan kepada pengurusnya, meningkatkan teknologi dan sistem informasi, serta menyelaraskan berbagai prosedur dan kegiatan operasional yang merupakan sumber utama perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.24 Pihak klinik rawat inap masih kurang dalam memberikan pelatihan/seminar-seminar yang bermanfaat bagi para karyawannya, padahal kegiatan pelatihan tersebut akan berguna dalam mengembangkan kemampuan serta keahlian para karyawannya. Semakin tingginya keahlian yang dimiliki para karyawan maka akan meningkatkan kualitas jasa yang diberikan dan banyaknya inovasi yang terjadi pada Klinik Rawat Inap Insani Citeureup sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di klinik rawat inap tersebut, terlebih-lebih jika dapat menarik calon pasien baru. Semakin meningkatnya jumlah pasien dan calon pasien akan meningkatkan pendapatan
klinik rawat inap. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan model smartPLS didapat temuan adalah sebagai berikut : 1) Ada enam hubungan variabel berpengaruh signiikan secara positif dan satu variabel berpengaruh negatif namun signiikan dengan taraf α=5% (0,05=conidence 95%) pada sampel 75, dengan model akhir yang dimodoikasi. 2) Terbentuk empat variabel (Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Keuangan, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan) yang memiliki pengaruh langsung dengan goodness of it yang signiikan terhadap variabel Kinerja karyawan. Variabel Perspektif Bisnis Internal merupakan variabel yang paling berpengaruh positif melalui, dengan Thitung sebesar 10.829 diatas nilai Ttabel (1,96). 3) Persentase pengaruh semua variabel terhadap Kinerja karyawan dalam model ini sebesar 81.11%, yang terdiri dari pengaruh langsung sebesar 78.63% dan pengaruh tidak langsung sebesar 2.48%. 4) Nilai Q-Square (predictive relevance) sebesar 94.2%, artinya model secara representatif mampu menjelaskan keragaman serta mampu mengkaji fenomena yang ada di dalam penelitian ini. Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Kinerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya variabel Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Keuangan, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan secara simultan sebesar 94.2%, artinya Perspektif Bisnis Internal, Perspektif Pelayanan pada Pelanggan, dan Perspektif Keuangan, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan yang baik dapat meningkatkan Kinerja karyawan. Sedangkan 5.8% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Datar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bambang, Swasto. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang : UB Press; 2011. Griith, John R & King, John G. Championship Management for Healthcare Organization. Journal of Healthcare Management. Vol 45 Jan/Feb (17); 2000. Kaplan, R.S. & David, P.N. Balanced Scorecard Menerapakan Strategi Menjadi Aksi. Jakarta: Erlangga; 1996. Cronin, J. Joseph, Jr., Steven A. Taylor. Measuring Service Quality a Reexamination And Extention. Journal Of Marketing Vol. 56; 1992. Fatmanelly. Analisis Kinerja RSUD dr. Adnan WD tahun 2010 dengan Metode Balanced Scorecard. Padang: Jurnal Unand; 2010. Mende, J. Pratikto. Analisis Kualitas Layanan Kesehatan Serta Upaya Peningkatannya (Studi Kasus di Poliklinik X). BISTEK Jurnal Bisnis dan Teknologi; 2012. Javalgi. Choosing a Hospital : Analysis Of Consumer Tradeofs. JHCMI; 1991.
9
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 8. 9.
10. 11. 12. 13. 14.
15.
16.
10
Michael, A. & Jude, K. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba : Pedoman Praktis dan Buku Kerja. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2013. Rangkuti, F. SWOT Balanced Scorecard ; Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2014. Nasution, Siti Khadijah. Pengukuran kinerja Rumah Sakit dengan Balanced Scorecard. Jurnal Akuntansi dan Manajemen; 2008. Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (Deny Arnos Kwary, Penerjemah). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat; 2009. Sim, K. L. & Koh, H. C. Balanced Scorecard: A Rising Trend In Strategic Performance, Measurement. In: Measuring Business Excellence, Vol. 5; 2001. Davidson, J.D. & Lord, R.M. he Great Reckoning. New York : Simon & Schuster Inc; 1993. Aulia, D. Ikhwana, A. Perencanaan Strategi Pengembangan Usaha Kain Tenun Sutra Dengan Pendekatan Metode Balanced Scorecard. Garut: Jurnal STT; 2012. Sulistyaningrum, I.H. Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan dalam Mengukur Kinerja Instalasi Farmasi RSUD X dengan Pendekatan Balanced Scorecard. Majalah Farmasi dan Farmakologi; 2013. Loekito, P.H. & Kuncoro. Analisis Perencanaan Strategis Pemasaran Berdasarkan Pendapat Konsumen di “Klinik 24 Jam Aiat”. Semarang: Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan; 2000.
17. Dharmmesta, B.S. & Suprihanto, J. Manajemen Pemasaran untuk Rumah Sakit. Yogyakarta: MMR FK UGM; 1995. 18. Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariative dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2009. 19. Niven PR. Balanced Scorecard Step-by-Step for Government and Non Proit Agencies. New Jersey: John Wiley and Sons; 2003. 20. Olve NG. Performance Drivers: A Practical Guide to Using the Balanced Scorecard. New Jersey: John Wiley and Sons; 2000. 21. Kaplan, R.S. & David, P.N. Putting the Balanced Scorecard to Work. Hardvard Business Review; 1991. 22. Kaplan, R.S. & David, P.N. Putting the Balanced Scorecard, Measures hat Drive Performance. Boston: Harvard Bussines School Press; 1993. 23. Simon. Balanced Scorecard, Deinisi, Konsep dan Perspektif; 1999. 24. Rangkuti, F. SWOT Balanced Scorecard ; Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2014.