Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 15 No. 1 Tahun 2016
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia Yessy Octa Fristika1, Rahma Yeni2 1) Politeknik Karya Husada, Jakarta 2) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jln. Ciputat Raya No. 36 Pondok Pinang, Jakarta 12310 1
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker bahkan stroke merupakan pembunuh nomor satu di Rumah Sakit pemerintah seluruh Indonesia. Stres kerja menjadi salah satu pemicu penyakit stroke oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan mengenai cara-cara pencegahan stroke. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung stres kerja dan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan 50 orang pra lansia. Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh langsung stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumsel sebesar 18.173%. Ada pengaruh langsung pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim Sumsel sebesar 44.353%. Ada pengaruh langsung Stres Kerja terhadap Pengetahuan sebesar 38.921%. Ada pengaruh tidak langsung stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim Sumsel melalui pengetahuan adalah sebesar 17.262%. Diharapkan pra lansia dapat memanajemen stres dengan mencari solusi dari setiap masalah yang muncul terutama yang terkait dengan penyebab stres dalam pekerjaan serta peningkatan pengetahuan bagi pra lansia dengan melibatkan peran tenaga kesehatan dengan cara penyuluhan atau promosi kesehatan mengenai penyakit stroke dan cara pencegahannya.
Kata kunci
Pengetahuan, Perilaku Pencegahan Stroke, Stres
Abstract
Stroke is the number three deadly disease ater heart disease and cancer and even stroke is the number one killer in the hospitals throughout the Indonesian government. Job stress to be one trigger stroke therefore requires knowledge of the ways of prevention of stroke. he purpose of this study was to determine the direct and indirect efect of job stress and knowledge of the behavior of stroke prevention in elderly pre PT Bukit Asam Coal Mine Tanjung Enim, South Sumatra 2014. he method used in this research is to use cross sectional design with a quantitative approach. he Sample used 50 elderly pre. he analytical method used is Structural Equation Model (SEM). he results showed that there is a direct efect of job stress on the behavior of stroke prevention in elderly pre PT Bukit Asam Coal Mine Tanjung Enim, South Sumatra, at 18.173%. here is a direct inluence of knowledge on the behavior of stroke prevention in elderly pre PT Bukit Asam Coal Mine Tanjung Enim, South Sumatra of 44.353%. here is a direct efect of the Knowledge Job Stress by 38.921%. here is indirect efect of job stress on the behavior of stroke prevention in elderly pre PT Bukit Asam Tanjung enim, South Sumatra through knowledge amounted to 17.262%. Expected elderly pre can manage stress by inding the solution of any problems that arise primarily associated with the causes of stress at work as well as increased knowledge of elderly pre by involving health workers by means of health promotion counseling or about stroke and how to prevent it.
Key Words
Knowledge, Behavior of stroke prevention, stress
42
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia Pendahuluan Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang dapat menyebabkan kematian dan penyebab utama kecacatan. Stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker dan menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan terjadi di negara berkembang1. Stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba – tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh2. Stroke adalah kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplai darah ke otak. Stroke adalah salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat. Penyakit stroke ini sangat menghantui dan ditakuti. Betapa tidak, mereka yang dinyatakan kondisi isiknya sehat oleh dokter, secara mendadak dapat terserang stroke tanpa pandang bulu, baik pria maupun wanita, tua dan muda. Serangan stroke dapat terjadi jika pembuluh darah yang membawa darah ke otak pecah atau tersumbat atau karena terjadinya gangguan sirkulasi pembuluh darah yang menyediakan darah ke otak3. Dalam skala global, diseluruh dunia tahun 2002 diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan stroke menjadi penyebab utama kematian di dunia. Awalnya stroke cenderung menyerang usia di atas 40 tahun, namun kini stroke juga telah menyerang orang dengan usia yang lebih muda4. Prevalensi kasus stroke terjadi peningkatan dari tahun 2007 sebesar 8,3 per 1000 penduduk menjadi 12,1 per 1000 penduduk pada tahun 20135. Jumlah penderita stroke di Indonesia cenderung semakin meningkat tiap tahunnya. Kecendrungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktivitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga6. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari angka itu, sekitar 2,5% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat, dan dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur7. Penelitian berskala cukup besar yang dilakukan oleh survey ASNA (Asean Neurologic Association) pada tahun 1995 di 28 Rumah Sakit di seluruh Indonesia, pada penderita stroke akut yang dirawat di Rumah
Sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita laki – laki lebih banyak dari perempuan dan proil usia dibawah 45 tahun cukup banyak yaitu 11,8%, usia 45 – 64 tahun berjumlah 54,7% dan diatas usia 65 tahun sebanyak 33,5%8. Sedangkan Penderita stroke di RS Islam Jakarta dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sebagian besar berusia di atas 45 tahun, umumnya laki-laki lebih banyak daripada wanita9. Jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10 persen. Selanjutnya jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan pada Riskesdas 2013 mencapai 24 persen10. Pra lansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun11. Menjelang tahun 2050 Kesehatan orang lansia buruk adalah karena penyakit-penyakit tidak menular. Di negara - negara termiskin, orang-orang lansia tidak meninggal akibat penyakit-penyakit menular atau gastroenteritis. Mereka meninggal akibat sakit jantung, kanker, stroke, diabetes, penyakit paru kronis12. Upaya – upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular sudah dilakukan oleh berbagai pihak bukan hanya oleh pemerintah saja baik secara sendiri - sendiri maupun bersama - sama. Fokus pencegahan dan penanggulangan bersifat paripurna dan promotif sampai rehabilitatif dengan fokus utama adalah pencegahan, deteksi dini dan paliatif pada golongan penyakit yang angka kejadiannya tinggi dan feasible untuk dilaksanakan13. Kebijakan pengendalian stroke di Indonesia meliputi pengendalian faktor risiko, deteksi dini dan monitoring faktor risiko stroke, tatalaksana dan pencegahan stroke sekunder, surveilans epidemiologi dan jejaring kerja pengendalian stroke. Dimulai dengan upaya promotif dan preventif dengan perilaku CERDIK yaitu C untuk cek kesehatan secara berkala, E untuk enyahkan asap rokok, R untuk rajin aktivitas isik, D untuk diet seimbang dan sehat dan I untuk istirahat cukup dan K untuk kelola stres5. Berdasarkan data sekunder, jumlah seluruh pasien stroke di RS Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan tahun 2013 sebesar 19 orang, yang terdiri dari 11 orang pasien laki – laki (58%) dan 8 orang pasien perempuan (42%), dari 11 orang pasien laki – laki dimana ada 7 orang pra lansia yang mengalami stroke (64%) dan 4 orang lansia (36%) sedangkan dari 8 orang pasien perempuan dimana 7 orang pra lansia (87,5%) dan 1 orang lansia (12,5%). Berdasarkan data rekam medik tersebut didapatkan bahwa pasien yang mengalami stroke terjadi lebih besar pada pra lansia dibandingkan lansia dan didapatkan bahwa yang mengalami stroke lebih banyak pada laki – laki dibandingkan perempuan. Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan
43
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 di PT. Tambang Batubara Bukit Asam tanggal 23 Februari 2014 dengan melakukan wawancara kepada 19 orang pra lansia laki – laki (usia 45-59 tahun), yang berpedoman pada landasan teori yang berbentuk kuesioner didapatkan hasil bahwa perilaku pencegahan yang dimiliki oleh pra lansia untuk pencegahan stroke sebanyak 12 orang (63,16%) masih kurang baik dan 7 orang (36,84%) sudah bersikap baik, sedangkan berdasarkan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke didapatkan hasil 14 orang (73,7%) berpengetahuan baik dan 5 orang (26,3%) berpengetahuan kurang sedangkan didapatkan bahwa 17 orang (89,5%) sering mengalami stres kerja akibat beban kerja yang berlebihan dan 2 orang (10,5%) tidak merasakan stres dalam pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara stres kerja dan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014. Metode Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data primer yang dilakukan melalui pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengukur apakah teori yang ada memiliki nilai konirmatori pada penelitian. Lokasi dan waktu penelitian dilakukan di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan pada bulan November 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pra lansia laki-laki berusia 45-59 tahun yang bekerja di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan dan Sampel yang digunakan sesuai dengan alat analisis yang digunakan yaitu SEM, maka penentuan sampel representative14 adalah jumlah indikator dikalikan 5 sampai 10. Dalam penelitian ini jumlah indikator yang diukur adalah 5 indikator, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berada pada rentang 25-50 orang sampel. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 50 orang sampel. Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi adalah pra lansia yang bekerja di PT Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Pra lansia laki-laki berusia 45-59 tahun, bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan ada ditempat kerja saat peneliti turun untuk membagikan kuesioner. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak menyelesaikan pengisian kuesioner karena alasan kesehatannya terganggu. Metode pengukuran baik untuk variabel eksogen
44
maupun endogen, yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan sekala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan semantic diferential yang mempunyai skala 5 point. Pada skala ini sifat positif diberi nilai paling besar dan sifat negatif diberi nilai paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsip menggabungkan positif-negatif dan negatifpositif. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Rekam medik di Rumah Sakit PT.Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan mengenai jumlah penderita stroke. Cara pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini melalui alat bantu (instrument) berupa angket / pertanyaan diperoleh melalui penyebaran kuesioner, yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Alat bantu (instrument) berupa angket1/ pertanyaan yang mengandung masingmasing indikator dalam tiga variabel. Adapun variabel yang dimaksud mencakup variabel yang terdiri dari pengaruh stres kerja dan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dilakukan betulbetul mengukur apa yang perlu diukur dan sejauh mana instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Smart Partial Square (PLS), dinyatakan valid jika mempunyai loading factor 0,5-0,6 (masih dapat ditolelir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan) namun loading factor yang direkomendasikan diatas 0,715. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel tekstular. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian sistematik data numerik yang tersusun dari kolom dan baris. Penyajian ini digunakan untuk menyajikan hasil analisis data primer dan data sekunder. Selain itu, disajikan pula dalam bentuk diagram untuk mempermudah pembacaan hasil penelitian yang didapatkan. Sedangkan interpretasi data disajikan dalam bentuk narasi sehingga memudahkan pemahaman terhadap hasil penelitian. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan structural equation modeliing (SEM) dengan Partial Least Square (PLS). Adapun langkahlangkahnya dalam analisis data dengan PLS adalah sebagai berikut : 1). Merancang model structural (inner model) menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive teori. Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian. 2). Merancang model pengukuran (outer model), Outer model atau model pengukuran mendeinisikan bagaimana setiap blok indikator
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia berhubungan dengan variabel latennya. Perancangan model pengukuran menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah relektif atau formatif, berdasarkan deinisi operasional variabel. Model relektif sering disebut juga principal model dimana covarian pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi dari konstruk laten. Pada model relektif konstruktif unidimensional digambarkan dengan bentuk elips dengan beberapa anak panah dari konstruk ke indikator model, ini menghipotesiskan bahwa perubahan pada konstruk laten akan mempengaruhi perubahan pada indikator. Model relektif harus memiliki internal konsisten oleh karena semua ukuran indikator diasumsikan semuanya valid mengukur suatu konstruk sehingga dua ukuran indikator yang sama reliabilitasnya dapat saling dipertukarkan. Walaupun reliabilitasnya (cronbach alpha) suatu konstruk akan rendah jika hanya ada sedikit indikator tetapi validitas konstruk tidak akan berubah jika satu indikator dihilangkan. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dengan Partial Least Square (PLS), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Oleh karena itu, syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justiikasi teori. SEM merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Metode pendugaan parameter (estimasi) didalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square models). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen. Pendugaan dalam parameter meliputi 3 hal, yaitu : 1). Weight estimate yang digunakan untuk menghitung data variabel laten. 2). Path estimate yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya. 3). Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk indikator dan variabel laten. 4). Evaluasi Goodness of it, model diukur menggunakan R2 variabel laten dependen dengan interprestasi yang sama dengan regresi. Q2 prediktif relevance untuk model struktural mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. 5). Pengujian Hipotesis (Resampling Bootstraping), Pengujian hipotesis (β, γ, λ) dilakukan dengan model resampling bootstrap yang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Statistik uji
yang digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan metode resampling memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas tidak memerlukan asumsi yang besar. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada penelitian ini adalah dengan ketentuan sebagai berikut : 1). Jika nilai t statistik< t- tabel dengan taraf signiikan sebesar 0,05 (one – tailed, maka menolak Ho dan menerima Ha. 2) Jika nilai t statistik> t – tabel dengan taraf signiikan sebesar 0,05 (one – tailed), maka menerima Ho dan menolak Ha. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan : (1). inner model yang spesiikasinya hubungan antar variabel laten (structural model), diukur dengan menggunakan Q-Square Predictive Relavance dengan rumus Q² = 1-(1Ri²) (1-Rp²), (2). outer model yang menspesiikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikatornya atau variabel manifestnya (measurement model), diukur dengan melihat convergent validity dan discriminant validity, convergent validity dengan nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar 3 sampai 7, sedangkan descriminant validity direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5 dan juga dengan melihat (3). weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten tetap diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model. Hasil Hasil penelitian disusun berdasarkan sistematika yang dimulai dengan gambaran analisis univariat yang bertujuan untuk mendapat gambaran distribusi responden atau variasi dari variabel yang diteliti. Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dan data disajikan dalam bentuk persentase. Sedangkan analisa bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel eksogen dan variabel endogen terhadap karakteristik responden (seperti usia, pendidikan terakhir dan penghasilan responden). Kemudian diakhir penelitian ini diberikan gambaran análisis SEM (Structural Equaton Modeling) untuk menjelaskan hubungan yang komplek dari beberapa variabel yang diuji dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden. Informasi tentang responden yang didapatkan dalam penelitian ini hanya terbatas pada usia, pendidikan terakhir responden dan penghasilan responden. Dari 50 responden, sebagian besar responden berusia 45 - 52 tahun sebanyak 40 responden
45
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016
Gambar 1 Loading Factors (80%), sedangkan responden dengan usia 53 – 59 tahun sebanyak 10 responden (20%). Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden sebagian besar berpendidikan SMA/Sederajat terdapat 35 responden (70%), SMP terdapat 5 responden (10%) dan perguruan tinggi terdapat 10 responden (20%). Menurut penghasilan pra lansia < 7.000.000 sebanyak 15 responden (30%) dan > 7.000.000 sebanyak 35 responden (70%). Pada variabel Perilaku Pencegahan Stroke kisaran jawaban responden antara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 50.60 dan standar deviasi 10.658 Hal ini mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting Perilaku Pencegahan Stroke. Pada variabel Pengetahuan, penilaian terhadap Pengetahuan antara 2-15 mendekati kisaran teoritisnya (0-15) dengan nilai rata-rata 8.64 dan standar deviasi 3.324. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung mengangap penting Pengetahuan. Pada variabel Stres Kerja, penilaian terhadap Stres Kerja antara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya (1575) dengan nilai rata-rata 50.98 dan standar deviasi 10.680 Hal ini mengindikasikan bahwa pencapaian Stres Kerja sangat dipentingkan dalam penelitian ini. Pada variabel Perilaku Pencegahan Stroke tidak ada hubungan dengan karakteristik responden karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signiikansi α=5% menunjukkan Pvalue (Asymp.Sig) >0,05 yang menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak mempengaruhi variasi jawaban dari variabel Perilaku Pencegahan Stroke. Pada variabel Stres Kerja tidak ada hubungan dengan karakteristik responden karena hasil uji Chi
46
Square dengan tingkat signiikansi α=5% menunjukkan Pvalue (Asymp.Sig) >0,05 yang menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak mempengaruhi variasi jawaban dari variabel Stres Kerja. Pada variabel Pengetahuan tidak ada hubungan dengan karakteristik responden karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signiikansi α=5% menunjukkan Pvalue (Asymp.Sig) >0,05 yang menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak mempengaruhi variasi jawaban dari variabel Pengetahuan. Berdasarkan teori-teori yang disajikan, indikator-indikator yang diukur dalam penelitian ini bersifat relektif sehingga model pengukurannya menggunakan convergent dan discriminant validity, dengan menggunakan aplikasi smartPLS 2.0, dan hasil pengujian tersebut dapat disajikan sebagai berikut: Model Struktural menunjukkan bahwa konstruk variabel Stres Kerja diukur dengan 3 indikator. Demikian juga dengan Pengetahuan diukur dengan 1 indikator dan Perilaku Pencegahan Stroke diukur dengan 1 indikator. Gambar 1 menunjukkan nilai faktor loading telah memenuhi persyaratan yaitu nilai loading factors lebih besar dari 0,5. Suatu indikator relektif dinyatakan valid jika mempunyai loading factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive content-nya dengan melihat signiikansi dari weight (t = 1,96). Hasil evaluasi outer model terdiri dari nilai outer loading, cross loading, faktor loading, convergent validity, AVE, serta nilai composite reliability. Nilai faktor loading dari variabel stres kerja, variabel pengetahuan, variabel perilaku pencegahan stroke memiliki nilai factor loading lebih besar dibandingkan factor loading konstrak lainnya, loading factors tersebut tetap valid karena nilainya berdasarkan
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia
Gambar 2 Output PLS Uji T-Statistic evaluasi discriminant validity lebih besar dari 0,5, sehingga semua indikator dapat dinyatakan valid. Pada evaluasi Convergent Validity hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konirmatori telah memenuhi kriteria goodness of it yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai diatas signiikan yaitu 0,5. Dari hasil pengolahan data juga dilihat bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading factors yang tinggi dimana masing-masing indikator lebih besar dari 0,5. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator pembentuk variabel laten stres kerja, pengetahuan dan perilaku pencegahan stroke tersebut sudah menunjukkan hasil yang baik. Evaluasi model pengukuran dengan Square root of avarage variance extracted adalah membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi antar konstruk. Dari output PLS hasil akar dari semua konstruk lebih besar daripada korelasi antar konstruk. Nilai AVE untuk semua konstruk lebih besar atau mendekati dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki discriminant validity yang baik. Berdasarkan pada nilai Cronbach’s Alpha dan Composite reliability sebagian besar memiliki nilai lebih besar dari 0,7 sehingga dapat dikatakan bahwa kontrak Stres Kerja, pengetahuan dan Perilaku Pencegahan Stroke memiliki reliabilitas yang baik. Berdasarkan output smartPLS nilai LV Correlation Stres Kerja terhadap Perilaku Pencegahan Stroke adalah 0.645739, pengetahuan terhadap Perilaku
Pencegahan Stroke 0.759531 dan Stres Kerja terhadap pengetahuan 0.623865. Hasil signiikan inner model diatur dalam output PLS pada gambar 2 dengan mengevaluasi releksi nilai T-Statistic indikator terhadap variabelnya. Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai T-statistic direleksikan terhadap variabel lebih besar dari 1,96, sehingga menunjukkan blok indikator berpengaruh positif dan signiikan untuk mereleksikan variabelnya. Nilai R-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji. Berikut hasil outputnya dalam bentuk tabel, yaitu : Tabel 1 Evaluasi Nilai R Square Menurut Variabel Penelitian Variabel
R Square
Stres Kerja (ξ1) Pengetahuan (η1)
0,389207
Perilaku Pencegahan Stroke (η2)
0,625263
Berdasarkan tabel 1 perlu juga diketahui besaran variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang dipengaruhinya, caranya dengan menggunakan koeisien determinasi (R square). Evaluasi nilai R-Square menunjukkan nilai dimana Perilaku Pencegahan Stroke adalah 0.62526, artinya bahwa 62,526% dari varians Perilaku Pencegahan Stroke dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel Stres Kerja dan pengetahuan. Sedangkan nilai R square Pengetahuan sebesar 0.38921 yang artinya bahwa 38,921% dari varians pengetahuan
47
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 Tabel 2 Persentase Pengaruh Antar variabel terhadap Variabel Perilaku Pencegahan Stroke pada Model Variabel
LV correlation
Direct Rho
Indirect Rho
Direct %
Indirect %
Total %
Stres Kerja
0,645739
0.281
0.490
0.771
18,173%
17,263%
35,436%
Pengetahuan
0,759531
0.584
0,000
0.584
44,353%
0,000%
44,353%
62,526%
17,263%
79,789%
Total
dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel Stres Kerja. Berdasarkan uji hipotesis T-Statistik ada tiga hubungan variabel yang nilai t statistiknya lebih besar dari 1,96, yaitu variabel Stres Kerja terhadap Perilaku Pencegahan Stroke (2.422465), variabel pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke (5.753518) dan variabel Stres Kerja terhadap pengetahuan (11.353933) sehingga H0 ditolak, dan H1 diterima. Berarti tiga pola hubungan variabel tersebut secara parsial berpengaruh positif dan signiikan, karena nilai T statistik lebih besar dari 1,96 sehingga signiikan pada α=5%. Ketiga nilai T-statistik berada jauh lebih besar dari nilai kritis 1,96. Selanjutnya berdasarkan pola hubungan antar variabel yang digambarkan dalam kerangka konsep, ada hubungan yang bersifat langsung dan tidak langsung. Berikut di bawah ini tabel pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel terhadap variabel perilaku pencegahan stroke. Dari tabel 2 menyatakan bahwa Stres Kerja berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap Perilaku Pencegahan Stroke. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Stres Kerja terhadap Perilaku Pencegahan Stroke menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 18,173%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Stres Kerja terhadap Perilaku Pencegahan Stroke melalui Pengetahuan didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Stress Kerja→Pengetahuan) dengan koeisien jalur (Pengetahuan→Perilaku Pencegahan Stroke ) sebesar 17,263% . Demikian juga untuk variabel Pengetahuan menunjukkan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap Perilaku Pencegahan Stroke. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 44,353% terhadap Perilaku Pencegahan Stroke, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke melalui Stres Kerja tidak terdapat pengaruh atau bernilai 0%. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten independent tersebut apabila secara bersamasama menunjukkan kesesuaian dengan dengan Nilai
48
Total
R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel Stress Kerja dan Pengetahuan mampu menjelaskan variabel Perilaku Pencegahan Stroke sebesar (18.173%+44,353%) = 62,526%. Sehingga dari analisis diatas dapat dibuat persamaan matematik dari variabel Perilaku Pencegahan Stroke adalah sebagai berikut: η1 = γ2 ξ1 + ζ 1 Pengetahuan = 0,624 Stres Kerja + 0,61079 faktor lain η2 = γ1 ξ1 + β η1 + ζ2 Perilaku Pencegahan Stroke = 0,281 Stres Kerja + 0,584 Pengetahuan + 0,37474 faktor lain Dari persamaan model, diperoleh bahwa Pengetahuan dipengaruhi oleh Stres Kerja sebesar 0.624 atau ada kontribusinya sebesar 38,921% dan sisanya 61,079% dipengaruhi faktor lain. Hal yang sama pada variabel Perilaku Pencegahan Stroke dipengaruhi oleh Stres Kerja sebesar 0.281 dan pengetahuan sebesar 0.584 atau ada kontribusinya bersama-sama sebesar 62,526%, dan sisanya 37,474% dipengaruhi oleh faktor lain. Predictive relevance (Nilai Q-Square) Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau Chi Square data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut: Q2 = 1- (1-R12) (1-R22) = 1-(1-0,38921) (1-0,62526) = 1-(0,61079) (0,37474) = 1-0,22889 = 0,77111 atau 77,111% Galat Model = 100% - 77,111% = 22,889% Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 77,111% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 22,889% dijelaskan variabel lain yang tidak di teliti dalam penelitian ini.
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia Pembahasan Pengaruh antara variabel stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia Hasil uji terhadap koeisien parameter antara stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 18,173% terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia melalui pengetahuan sebesar 17,263%. Stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia sebesar 0,281429 dan nilai T-Statistik signiikan sebesar 2,422465 pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Stres Kerja berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pencegahan stroke. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Stres kerja terhadap Perilaku pencegahan stroke menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 18,173%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Stres kerja terhadap Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia melalui Pengetahuan sebesar 17,263%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang positif dari stres kerja terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia. Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki variabel stres kerja, semua indikator mampu menjelaskan variabel stres kerja yaitu beban kerja, hubungan interpersonal dan suasana kerja, hal ini membuktikan teori Patel16 yang menyatakan bahwa serangan jantung dan stroke merupakan penyakit yang sering terjadi pada pekerja di wilayah industri yang maju. Hal ini disebabkan oleh beban kerja, stres dan tekanan pekerjaan yang sudah tertanam dalam budaya masyarakat industri. Hal serupa juga diperkuat oleh hasil temuan Siegrist J, Rodel A17 bahwa Faktor jadwal kerja dan job stressor berkontribusi terhadap obesitas, merokok, penggunaan alkohol, dan kurang olahraga sehingga dapat memicu terjadinya stroke. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Rahardja dkk bahwa Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh job stress terhadap kinerja karyawan menunjukkan nilai CR sebesar 5.050 dengan probabilitas sebesar 0.000. Oleh karena nilai probabilitas < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel job stress berpengaruh terhadap kinerja karyawan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan karyawan18. Pekerjaan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya stroke. Hal ini disebabkan oleh hubungan antara pekerjaan dengan tingkat stres seseorang. Dimana keadaan stres tersebut dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Beban kerja yang besar, gaji yang tidak sesuai harapan, dan tekanan dari
atasan dapat menjadi pemicu stres ditempat kerja, yang pada akhirnya menyebabkan stres dan menjadi faktor risiko bagi terjadinya stroke. Kehilangan prestasi kerja, rendahnya dukungan atasan, kerja shit malam, alokasi penempatan kerja, ataupun masalah gaji yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan juga dapat meningkatkan risiko penyakit stroke terkait stres akibat kerja16. Stres mempengaruhi perilaku seseorang, ketika stres maka perilaku yang akan ditampilkan seperti perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa – apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berikir jernih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatiitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain. Stres merupakan hasil interaksi antara kondisi stimulus lingkungan dan kecendrungan individu untuk memberikan tanggapan melalui perilakunya. Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun isik. Biasanya seorang pekerja atau karyawan yang mengalami stres kerja akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tersebut terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres19. Perubahan pola hidup yang serba otomatis menyebabkan tubuh kurang gerak dan perubahan yang meliputi lingkungan, isik dan sosial mempengaruhi manusia menimbulkan stres dengan berbagai manifestasi diantaranya hipertensi dan dapat menyebabkan stroke. Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampak yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar menanggulanginya secara adaptif dan efektif yaitu dengan cara pemahaman prinsip dasar penanggulangan stres dengan mencari solusi dari setiap masalah yang muncul terutama yang terkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja, berusaha relaksasi dalam menghadapi masalah, melakukan refreshing dan dapat juga dengan mendalami agama dan berusaha menciptakan keluarga yang bahagia. Stres adalah bagian dari kehidupan setiap orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari tingkat sosial, ekonomi, jabatan, atau kedudukan, dan sebagainya mengalami stres, yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan isik maupun kesehatan mental. Perilaku pencegahan stroke adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan terutama pada pra lansia. Ketika seorang pra lansia mengalami stres dalam pekerjaannya maka tingkat pencegahan terhadap penyakit atau pencegahan terhadap stroke yang dilakukan oleh pra lansia harus baik dan perlu
49
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016 ditingkatkan misalnya dengan mengatur pola istirahat saat bekerja, menerapkan pola hidup sehat, antara lain mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengurangi makanan berlemak dan mengurangi kadar garam, rajin berolahraga, menghindari stres dan memeriksakan kesehatan secara berkala. Pengaruh antara variabel pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS diperoleh bahwa pengetahuan berpengaruh positif terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia menunjukkan ada pengaruh positif 0,584 sedangkan nilai T-Statistic sebesar 5,753518 dan signiikan pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Pengetahuan berpengaruh secara langsung terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara Pengetahuan terhadap perilaku pencegahan stroke pada pra lansia menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 44,353%. Hal ini membuktikan teori Notoatmodjo bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang kesehatan maka perilaku kesehatan yang tercipta akan baik.20 Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2012) di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang didapatkan hasil dari 35 responden sebagian besar 14 responden (40%) memiliki perilaku pencegahan stroke baik, 12 responden (34%) perilaku pencegahan stroke cukup baik, sedangkan 9 responden (26%) memiliki perilaku pencegahan stroke kurang baik. Dan dari 35 responden sebagian besar 15 responden (43%) pengetahuan cukup baik, 14 responden (40%) pengetahuan baik, 6 responden (17%) kurang baik21. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Musthofa (2013) di Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo, didapatkan hasil penelitian terhadap 50 responden menunjukkan bahwa sebanyak 29 responden (58%) mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 21 responden (42%) mempunyai pengetahuan buruk. Sedangkan 26 responden (52%) mempunyai perilaku positif dan sebanyak 24 responden (48%) perilaku negatif. Hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa diperlukan pengetahuan dan perilaku yang baik untuk mencegah terjadinya penyakit stroke22. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andarwati (2008) di Desa Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan didapatkan hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi sebesar 78,4% rendah sebesar 12,2% dan sedang 9,5%. Adapun
50
perilaku pencegahan stroke diperoleh bahwa baik 75,7% dan perilaku tidak baik sebesar 24,3%. Hasil uji statistik dengan spearman rank diperoleh nilai p sebesar 0,043 (<0,05), hasil tersebut menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Perilaku seseorang terkait dengan pengetahuannya, pengetahuan perilaku seseorang juga dapat diperoleh dari kebiasaan seseorang sehari – hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat. Dalam kehidupan sehari – hari setiap individu harus memperhatikan perilaku dirinya dan anggota keluarga terhadap pencegahan stroke, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada diri sendiri dan orang lain yaitu dengan melakukan pengobatan secara teratur, minum obat, olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak stres, diet garam/lemak, dan memeriksa keluarga yang sakit dan melakukan perilaku pencegahan stroke. Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam usaha upaya pencegahan stroke di wilayah kerja puskesmas godong I kecamatan godong kabupaten grobogan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang stroke di wilayah kerja puskesmas godong I kecamatan godong kabupaten grobogan tersebut, akan dapat mempengaruhi perilaku pencegahan stroke yang diakibatkan oleh merokok, minum alkohol, makan garam banyak, makanan berlemak dan tidak dapat mengontrol emosi (stres)23. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan22. Menurut WHO, perilaku seseorang adalah penyebab utama menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga merupakan kunci utama pemecahan. Pengetahuan mengenai stroke pada seseorang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan strokenya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Ketika seorang pra lansia memiliki pengetahuan yang tinggi maka perilaku pencegahan strokenya akan baik. Oleh karena itu untuk mendapatkan perilaku pencegahan stroke yang baik diperlukan pengetahuan kesehatan mengenai cara – cara mencegah stroke dan penerapan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Pengaruh antara variabel stres kerja terhadap pengetahuan pra lansia Hasil uji terhadap koeisien parameter antara stres kerja terhadap pengetahuan pra lansia menunjukkan ada pengaruh langsung stres kerja
Kaitan Stres Kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku Pencegahan Stroke pada Pra-Lansia terhadap pengetahuan pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 sebesar 38,921%. Stres kerja berpengaruh positif terhadap Pengetahuan sebesar 0,624 dan nilai T-Statistik signiikan sebesar 11,353933 pada α=5%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96) sehingga H0 ditolak, dan H1 diterima. Dari ketiga indikator ukur yang dimiliki stres kerja, semua indikator mampu menjelaskan variabel stres kerja yaitu beban kerja, hubungan interpersonal dan suasana kerja. Pengetahuan mengenai stroke pada seseorang dapat mempengaruhi perilaku pencegahan strokenya karena Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian ini membuktikan teori Ninggalih (2013) yang mengatakan bahwa stres berhubungan dengan pengetahuan yakni perbedaan individu dalam penyesuaian diri terhadap berbagai macam stres di antaranya dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki (misal inteligensi, kreativitas, kecerdasan emosional), pengaruh lingkungan, pendidikan / pengetahuan, pengembangan diri, dan usia24. Ketika stres, ada beberapa respon yang saling berinteraksi dan tidak dapat dipisah-pisahkan, yaitu respon terhadap stres meliputi gangguan pada emosional, gangguan pada perilaku/ interpersonal, gangguan pada fungsi pikir/ intelektual dan gangguan pada fungsi aktiitas isiologis/ isik dengan demikian kita dapat mengetahui mana yang lebih sehat antara individu yang satu dengan yang lain. Stres dapat menyebabkan masalah sulit berkonsentrasi di tempat kerja dan bahkan lebih sulit untuk mengingat tanggal penting dan janji (menurunkan daya ingat)24. Stres merupakan salah satu gangguan psikologis. Oleh karena itu, antara stres dan kesehatan isik dapat saling mempengaruhi. Stres bisa menyebabkan menurunnya kondisi isik, sebaiknya penurunan kondisi isik pun bisa menyebabkan stres. Setiap manusia tentu ingin hidupnya sehat secara isik dan psikologis. Dengan demikian, dua aspek kesehatan ini perlu diperhatikan secara bersamaan agar pra lansia tidak menjadi pra lansia yang sakit. Penyesuaian terhadap stres dapat dilakukan dengan berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa – gesa atau lebih terarah, ada strategi tertentu, dan lebih efektif dengan memodiikasi diri serta memodiikasi situasi yang menimbulkan stres terkait dengan stres karena pekerjaan. Dapat disimpulkan bahwa kaitan stres kerja terhadap pengetahuan adalah ketika seorang pra lansia mengalami stres dalam pekerjaannya, sedikit banyak stres akan berpengaruh terhadap kesehatannya maka dari itu pra lansia membutuhkan pengetahuan yang tinggi atau pengetahuan yang baik tentang pencegahan suatu penyakit agar terhindar dari penyakit stroke
misalnya ketika stres, pra lansia tidak memperhatikan pola makan dan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh tetapi dengan memiliki pengetahuan, seorang pra lansia tersebut tetap menjaga pola makan yang baik dan pola istirahat yang cukup agar tetap sehat dan terhindar dari stroke. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS didapat temuan adalah sebagai berikut : 1).Ada pengaruh langsung Stres kerja terhadap Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 sebesar 18,173%, 2).Ada pengaruh langsung Pengetahuan terhadap Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 sebesar 44,353%, 3).Ada pengaruh langsung Stres kerja terhadap Pengetahuan pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 sebesar 38,921%, 4).Ada pengaruh tidak langsung Stres kerja terhadap Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 melalui Pengetahuan adalah sebesar 17,263%. Faktor pengaruh langsung Stres kerja dan Pengetahuan terhadap Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia sebesar 62,526%. Faktor lain yang tidak diteliti mempengaruhi variabel perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014 sebesar 37,474%. Dengan demikian, berdasarkan temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Pengetahuan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi Perilaku pencegahan stroke pada pra lansia di PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tanjung Enim, Sumatera Selatan Tahun 2014. Pengetahuan perlu ditingkatkan bagi pra lansia, anggota keluarga pra lansia serta melibatkan peran tenaga kesehatan dalam peningkatan kualitas hidup pra lansianya agar terhindar dari penyakit stroke. Datar Pustaka 1.
2. 3. 4.
5.
Kemenkes RI. RI belum siap menghadapi ledakan lansia [2013; Di akses pada tanggal 27,Februari,2014],. http://sinarharapan.co/news/read/26193/ri-belumsiap-hadapi-ledakan -lansia. Sustrani, Lanny, et.al. Stroke. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2003. Pudiastuti, Ratna Dewi. Penyakit – Penyakit Mematikan.,Yogyakarta,:,Nuha,Medika. 2013. Widyanto, Candra Faisalado dan Triwibowo, Cecep. Trend Disease ‘Trend Penyakit Saat ini’. Jakarta : CV.Trans Info Media. 2013. Purwadianto, Agus. Pelaksana Tugas Direktur Jendral
51
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 15 No. 1 Tahun 2016
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17.
18.
52
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementrian Kesehatan. Stroke Serang Usia Muda, Apa Penyebabnya?.[2014; Di akses tanggal 20 Mei,2014].,http://gayahidup.inilah.com/read/ detail/2102400/stroke-serang-usia-muda-apapenyebabnya#.U3w5DXb9Zqg Agustina, Claudia Sikawin,dkk. Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke di Irina F Neurologi BLU RSUP PROF. DR. R.D. KANDOUMANADO.,[2013;,Di,akses tanggal,27,Februari,2014],,http://ejournal.unsrat.ac.id. Andrian.,Penderita,Stroke,Dapat Disembuhkan. [2011; Di akses tanggal 25 Februari,2014],http:// andriantomesin.blogspot.com/2011/07/penderitastroke-dapat-disembuhkan.html. Usrin, Irwana. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukit Tinggi Tahun 2011. [2011; Di akses tanggal 27.April,2014],http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/37654/5/Chapter%20I.pdf. Andrian, Yohan Dwi Veri. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Komplikasi Hipertensi dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Penderita Hipertensi di Kelurahan Tambakaji Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang. [2011; Di akses tanggal 25 Februari,2014],http://digilib.unimus.ac.id/iles/ disk1/123/jtptunimus-gdl-yohandwive-6132-2babiiv-i.pdf. Prabandari, Yayi Suryo. Jumlah Penderita Stroke di Indonesia Terus Meningkat. [2014; D i , a k s e s , t a n g g a l , 5 , M e i , 2 0 1 4 ] , h t t p : / / w w w. republika.co.id/berita/nasional/jawa-tengah-diynasional/14/02/02/n0cz1r-jumlah-penderita-stroke-diindonesia-terus-meningkat. Maryam dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Papalia,,Olds,dan,Feldman.,Human Depelopment Perkembangan Manusia. Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2009. Kr ist ant i, , Hand r i an i. , Me nc e g a h , & Me ngob at i 11,Penyakit,Kronis.,Yogyakarta,:,Citra Pustaka. 2013. Ferdinand, Augusty. Metode Penelitian Manajemen :Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi,,Tesis,
19.
20. 21.
22.
23.
24.
Pada PT.,Adira Finance Cabang Bangkong Semarang). [2007; Di akses tanggal 13 Februari,2014] http:// ejournal.undip.ac.id/index.php/smo. Farihatunniswah, Ani. Tugas Perilaku Organisasi “Stres Kerja”. [2010; Di akses tanggal,31,Januari,2015]11http:// rihkha.blogspot.com/2010/04/tugas-perilakuorganisasi-stres-kerja.html?m=1. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi kesehatan teori & aplikasi. Edisi revisi, Jakarta : Rineka Cipta. 2010 Rini, Berlinda Okta. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi dengan Perilaku Pencegahan Stroke Pada Penderita Hipertensi di Panti Werdha Pangesti Lawang Malang. [2012; Di akses tanggal 13 Februari 2014],http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/ keperawatan/Berlinda.pdf. Musthofa, Khoirul. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Penderita Hipertensi dalam Pencegahan Stroke di Puskesmas Ponorogo Utara Kabupaten Ponorogo. [2013; Di akses tanggal,27,Februari,2014] http://lib.umpo.ac.id/gdl/iles/disk1/9/jkptumpo-gdlkhoirulmus-433-1-abstrak,-l.pdf. Andarwati,,Tri.,Hubungan,Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Stroke pada Penderita Hipertensi di Desa Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten,Grobogan.,[2008;,Di,akses,tanggal,16 Januari,2015],jtptunimus-gdl-s1-2008-triandarwa266-1-abstrak.pdf. Gangguan,Psikologis,dan,Hubungannya,dengan Kondisi Fisik. [2013; Di akses tanggal 16 Januari,2015],majalah1000guru.net/2013/06/stresgangguan-psikologis-isik.