Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 14 No. 3 Tahun 2015
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA
Devinta Syafryanti 1, Yovsyah 2 1
Jl. Kapt Patimura No.10, Padang Bar., Kota Padang, Sumatera Barat (0751) 25381, 2Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424 Email:
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Pengetahuan merupakan komponan yang sangat penting dalam pembetukkan sikap seseorang, dengan adanya pengetahuan yang tidak memadai akan membuat remaja cenderung mengambil sikap yang salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap dan perilaku seksual remaja di SMA Al-Ishlah Cilegon Banten tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian cross sectional, sampel yang digunakan 60 siswa, data primer yang digunakan dalam penelitian ini melalui (instrument) berupa kuesioner. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan pendekatan statistik menggunakan aplikasi SPSS 18.0 dan Smart PLS 2.0 hasil pengukuran disajikan dalam tabel dan tekstular. Hasil analisis sebagai berikut: perilaku seksual pada remaja ditentukan oleh variabel pengetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap secara langsung sebesar 91,72%, sedangkan sikap ditentukan secara langsung oleh pengetahuan sebesar 67,87% pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seksual sebesar 9,40% namun motivasi siswa tidak bisa langsung mempengaruhi dan tidak signiikan terhadap perilaku seksual, tetapi harus melalui sikap terlebih dahulu sebesar 28,08%. Selain itu, model analis dapat menjelaskan 98,88% keragaman data dan mampu dipakai dalam penelitian, sedangkan 1,12% adalah komponen lain yang tidak ada dalam penelitian. Disarankan bagi sekolah khusunya bagi guru BK untuk memfasilitasi siswa agar mau berperan dalam upaya pencegahan perilaku seksual dan hal-hal yang tidak di inginkan seperti kehamilan yang tidak di inginkan sampai melakukan aborsi.
Kata kunci
Pengetahuan, Motivasi, Sumber Informasi, Sikap, Perilaku
Abstract
Knowledge is very important components of one’s attitude in ICCV, with inadequate knowledge will make teenagers tend to take the wrong attitude. his study aims to determine the efect, student motivation and resources to adolescent sexual attitudes and behavior in Exp Al-Ishlah Cilegon Banten in 2014. he method used in this study is a cross-sectional study design, sample used 60 students, the primary data used in this study through the (instrument) in the form of a questionnaire. Processing techniques and data analysis conducted by statistical approach using Smart PLS 2.0 applications SPSS.18.0dan measurement results are presented in tables and textular. he results of the analysis as follows; sexual behavior in adolescents is determined by the variabels of knowledge, student motivation and resources directly to the attitudes of 91.72 % while the attitude is directly determined by the knowledge of 67.87% of knowledge can afect sexual behavior by 9.40%, but the motivation of students can not directly afect the and no signiicant efect on sexual behavior, but must go through it irst attitude by 28.08% than that, the model can explain 98.88% analysts. diversity of data and is able to use in the study, while the 1.12% is another component that is not in research. It is recommended especially for school teachers to facilitate students’ BK to want to play a role in the prevention of sexual behavior and things that are not in want of such unwanted pregnancy to have an abortion.
Key Words
Knowledge, Motivation, Resources, Attitudes, Behavior
25
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015 Pendahuluan Remaja bisa disebut juga suatu fase tumbuh kembang yang diamis dalam kehidupan, merupakan priode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang di tandai percepatan perkembangan isik, mental, emosional dan sosial. Pertumbuhan sosial dan pola kehudupan masyarakat akan sangat mempengaruhi pola tingkah laku golongan usia remaja seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual dan penyalahgunaan alkohol yang semuanya akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah bagi keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang dan Remaja dapat melakukan seks di luar nikah karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Pengetahuan yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba- coba, tetapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Namun faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pada remaja berkembangnya organ seksual.1 Pada saat ini perilaku seksual remaja Indonesia tampaknya sudah sangat menghawatirkan karena munculnya perilaku seks bebas dikalangan remaja yang marak belakangan ini tidak lapas karena pengaruh era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk moderarisasi, bagi sebagian remaja 63% Remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah melakukan hubungan seks.2 Usaha-usaha untuk memasyarakatkan kesehatan reproduksi melalui keluarga telah dilakukan oleh pemerintah melalui beberapa program antara lain (BKKBN) telah membentuk kelompok-kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) yang sasarannya keluarga yang memiliki remaja. Namun demikian dari program pemerintah yang telah dilaksanakan, masih banyak kendala yang ditemui di lapangan diantaranya komunikasi antara orang tua masih sangat lemah, kondisi tersebut didukung dengan beberapa pertemuan dari beberapa study. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilakukan pada tahun 2005 menemukan bahwa remaja wanita yang melakukan diskusi tentang keseatan reproduksi dengan orang tuanya 49% sedangkan remaja pria hanya 13%. Informasi kesehatan reproduksi yang seharusya dapat diberikan oleh orang tua antara lain tentang mimpi basah, pada remaja laki-laki lebih senang membahas masalah seksualitas dengan teman 24%, dari pada dengan ayahnya 15% atau ibunya 20,6% sedangkan remaja perempuan membahas masalah seksualitas dengan pasangannya 46% dari pada denga ayah 22% atau ibunya 38,2% remaja usia 10 24 tahun yang pernah membicarakan masalah kesehatan reproduksi remaja dengan ibunya sekitar 46% sedangkan
26
berbicara dengan ayahnya 17% di kalangan remaja, teman sebayahnya menduduki peran penting dalam membicarakan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja (KKR). Hampir 83% wanita dan pria umur 10-24 tahun pernah membicarakan masalah KKR dengan teman sebayanya.3 Kurangnya informasi dan pendidikan kesehatan seksual pada remaja menyebabkan remaja mencari berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh misalnya membahas dengan teman, membaca bukubuku tentang seks atau langsung melakukan aktiitas seksual baik masturbasi atau melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis. Pendidikan dan informasi yang tidak terarah baik formal maupun informal dapat dipastikan bahwa remaja akan tetap menganggap perilaku seksual sebagai suatu misteri. Remaja akan mengeksplorasi seksualitas tanpa bimbingan dan menerima informasi bias dan tidak akurat yang disajikan media massa. Pembekalan informasi kesehatan reproduksi dan seksual, merupakan dasar bagi remaja, sudah tidak mungkin lagi dijadikan informasi yang langka.4 Provinsi Banten tepatnya di Kota Cilegon 28,5% para remaja telah melakukan hubungan seksual dan 10% diantaranya mereka akhiri dengan menikah dan memiliki anak.5 Sedangkan di Kota Cilegon pada tahun 2010, cakupan remaja pada usia 15-21 tahun yang telah melakukan hubungan seksual sebanyak 52,7%, sedangkan pada Kecamatan Jombang untuk tingkat SLTA berjumlah 51,2% yang telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sedangkan Kota Cilegon pada tahun 2011, cakupan remaja pada usia 15-21 tahun yang pernah berciuman sebanyak 53,6%.6 Seperti yang sudah dilakukan wawancara dari 10 siswa di SMA Al-Ishlah, 4 siswa diantaranya menjawab sama yaitu bahwa pengetahuan mereka mengenai sikap siswa di SMA Al-Ishlah yang sudah melakukan seksual akan bersikap lebih diam dan tertutup kenapa demikian karena mereka adanya penyesalan dari dalam diri mereka, sedangkan pegetahuan mengenai perilaku seksual pada siswa SMA Al-Ishlah adanya rasa kengintahuan dan rasa penasaran yang tinggi mengenai hubungan seksual. Motivasi siswa SMA Al-Ishlah untuk melakukan perilaku seksual karena adanya dorongan atau pengaruh dari teman mereka juga sering melihat hubungan seksual dari hand phone (video), sedangkan pengaruh sumber informasi itu sendiri terhadap sikap siswa di SMA Al-Ishlah itu sendiri mereka lebih tertutup dengan temantemannya, dan sumber informasi terhadap perilaku seksual pada siswa SMA Al-Ishlah itu sendiri lebih banyak bersumber dari ilm dewasa dan teman sebaya mereka. Adapun 6 siswa lainnya yang menjawab pengetahuan seksual mengenai sikap remaja ada rasa penyesalan dari dalam diri mereka yang mereka sudah
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA melakuknnya, dan pengetahuan terhadap perilaku seksual itu sendiri pada siswa SMA Al-Ishlah rasa penasaran yang tedapat pada diri mereka cukup kuat, dan motivasi siswa di SMA Al-Ishlah terhadap sikap yang sudah melakukannya akan lebih cenderung biasa-biasa saja karena mereka belum memikirkan hal terburuk apabila mereka melakukan itu, sedangkan motivasi siswa mengenai perilaku seksual adanya rasa ingin berbuat lagi dengan lawan jenisnya. Dan hasil wawancara mengena sumber informasi mengenai sikap siswa itu sendiri ada yang biasa saja dan juga ada yang tidak malu pada saat melakukannya. Pengaruh sumber informasi terhadap perilaku seksual itu sendiri pada siswa SMA Al-Ishlah dari bacaan, gambar, teman sebaya. Ada pun terjadi beberapa khasus kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja di SMA Al-Ishlah Cilegon Banten Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja zaman sekarang dalam berpacaran mereka sudah melakukan hubungan seksual selain itu perempuan dan laki-laki pada masa remaja masih labil dalam memiliki pengetahuan dalam kesehatan reproduksi. Walaupun di sekolah mereka telah mempelajari pelajaran biologi, padahal materi tersebut dikatakan hampir sama dengan materi kesehatan reproduksi, juga mereka mendapatkan pelajaran agama yang setiap harinya diberikan oleh gurunya, akan tetapi tidak menjamin seorang siswa SMA atau remaja terhidar dari perilaku intercause dalam melakukan pacaran. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Al-Ishlah Cilegon, belum diketahuinya tingkat pengetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap dan perilaku seksual remaja.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarnya antara pegetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap dan perilaku seksual remaja di SMA Al-Ishlah Cilegon Banten tahun 2014. Metode Jenis penelitian ini adalah dilakukan dengan menggunakan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA Al-Ishlah Cilegon Jl. Jombang Cilegon Provinsi Banten adapun alasan lokasi karena SMA Al-Ishlah Cilegon merupakan salah satu sekolah yang berada di tempat yang sangat strategis yang siswanya heterogen. Proses penelitian ini yang akan penulis laksanakan pada bulan Juni 2013. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.7 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Al-Ishlah Cilegon Provinsi Banten yang berjumlah 800 siswa. Sampel bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.7 Sesuai alat analisis yang digunakan yaitu: Structur Equation Modeling (SEM), maka penentuan sampel yang reprensetatif adalah jumlah indikator dikalikan 5-10, adapun jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 maka ukuran sampelnya berada pada rentang 60-120 siswa. Jadi sampel dalam penelian ini dibulatkan menjadi 60 siswa. Kriteria inkulsi pada penelitian ini adalah: (a) Siswa aktif, (b) Berusia 11-20 tahun, (c) Pernah/sedang pacaran, (d) Bersedia menjadi subjek penelitian atau menjadi responden. Sedangkan kriteria inkulsi pada penelitian ini adalah: (a) Siswa yang sakit, (b) Siswa yang tidak dapat hadir karena ada halangan yang mendadak. Metode pengukuran baik variabel eksogen maupun endogen, yang dipakai pada penelitian ini menggunakan skala interval. Metode pengukuran yang dipakai pada penelitian ini menggunakan skala interval, sedangkan teknik pengukuran menggunakan Semantik difrensial, yang mempunyai 5 poin. Pada skala ini sifat positif memiliki nilai yang sangat besar dan sifat negatif diberi nilai paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsisp menggabungkan positif dan negatif dan negatif dan positif, alasan pemilihan skala deferensial semantic yaitu berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub).8 Data yanag dikumpulkan meliputi data primer. Data primer diperoleh denga menggunakan pengisian kuesioner oleh responden dengan tingkat pengukuran menggunakan tipe skala deferensial semantic. maksud dari skala pengukuran untuk mengklariikasikan variabel yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menetapkan analis data dan data penelitian selanjutnya.8 Cara pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini melalui alat bantu (instrumen) berupa angket/pertanyaan diperoleh melalui penyebaran kuesioner, yang dilakukan oleh peneliti kepada responden yang telah sesuai dengan kriteria yang di tetapkan, alat bantu (instrumen) berupa angket atau pertanyaan yang masing-masing ada yang 2 dan ada yang 3 variabel. Adapun variabel yang dimaksud mencakup variabel yang terdiri dari tentang pengetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Etika penelitian merupakan prosedur penelitian dengan tanggung jawab profesional, legal, sosial bagi subjek penelitian. Sebelum melakukan penelitian perlu dibutkan surat persetujuan penelitian. Surat persetujuan penelitian disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA Al-Ishlah Cilegon Banten setelah mendapatkan ijin, peneliti terjun langsung ke siswa yang termasuk ke dalam kriteria inklusi penelitian. Sebelum penelitian dilakukan, responden yang
27
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015
Variabel Penelitian Pengetahuan Sikap Siswa Motivasi Siswa
Tabel 1 Statistik Deskriptif Jawaban Responden Mean Median Mode Std. Dev Variance
Min
Max
27.00
27(a)
5.843
34.145
3
30
60.00
(a)
7.998
63.969
44
71
(a)
5.320
28.298
28
48
(a)
7.041
49.582
48
75
6.578
43.264
46
73
24.58 59.12 39.20
39.00
Sumber Informasi
60.33
60.00
Perilaku Seksual Remaja
60.70
60.00
menjadi subjek penelitian diberikan informasi bahwa semua keterangan yang diberikan kepada subjek peenlitian dan hasil pengisian kuesioner sifatnya dirahasiakan setiap reponden diberikan hak penuh untuk menyetujui apakah bersedia menjadi responden atau menolak menjadi subjek penelitian. Dan mereka yang telah setuju akan diberikan lembar persetujuan yang telh disiapkan oleh responden. Uji validitas dan reabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang dilakukan betulbetul mengukur apa yang perlu diukur dan sejauh mana instrumen yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Smart Partial Squqre (PLS). Dinyatakan valid jika mempunyai loading factor 0,50,6 (masih apat ditolelir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan) namun loading factor yang di rekomendasikan di atas 0,7. Dalam penelitan ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Lest Square (PLS) dengan menggunakan sotware Smart PLS. PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance). PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SM berbasis covariance manjadi berbasis varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kualitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predective model.9 Model releksif mengasumsikan bahwa kontruks atau variabel laten yang mempengaruhi indiator (arah hubungan kualitas dari konstruk ke indikator atau manifest) dalam penelitian ini pada variabel pengetahuan, motivasi siswa dan sumber informasi terhadap sikap dan perilaku seksual remaja. Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan: (1) inner model yang spesiikasinya hubungan antar veriabel laten (structural model) di ukur dengan menggunakan Q-Squqre Predictive Relevance dengan rumus Q2 = 1-(1R12) (12 Rp ), (2) other model yang mengspesiikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikatornya atau variabel manifesnya (measurment model) diukur dengan melihat convergent validity dan discriminant, cnvergent validity dengan nilai loding 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar 3 samapai 7, sedangkan discriminant
28
66
37
54
58
validity direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5 dengan juga dengan melihat (3) weight relation dimana nilai kasus ini variabel laten tetap diestimasi. Tanpa kehilangan generelisasi dapat diasmsikan bahwa variabel laten dan indikator atau menifest variabel diskala zero mens dan unit variance sehingga parameter lokasi (paramenter konsta). Hasil Dalam penelitian ini mencakup 60 seluruh siswa SMA Al-Ishlah Cilegon Provinsi Banten. Konstruk variabel pengetahuan diukur dengan 1 indikator, motivasi diukur dengan 2 indikator dan sumber informasi diukur dengan 3 indikator sedangkan sikap dan perilaku seksual remaja juga diukur dengan 3 indikator. Berikut ini disajikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yang ditunjukkan pada tabel 1. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu analisis multivariate yang dapat menganalisis hubungan variabel secara kompleks. Analisis ini pada umumnya digunakan untuk penelitian-penelitian yang menggunakan banyak variabel. Teknik analisis data menggunakan Structural Equation Modeling (SEM), dilakukan untuk menjelaskan secara menyeluruh hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model struktural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justiikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variabel independen. Beberapa pengujian conirmatory factor analysis masing-masing variabel laten tergambar sesuai pada gambar 1. Hasil evaluasi outer model tediri dari nilai faktor loading (convergent validity), discriminant validity dari cross loading dan akar AVE, serta nilai composite reliability. Dari gambar 1 terlihat bahwa Hasil analisis
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA
Gambar 1 Output PLS (Loading Factors)
Gambar 2 Output PLS (T-Statistics) pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk membentu sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konirmasi telah memenuhi kreteria goodness of it yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisa ini menunjukkan nilai diatas batas signiikan yaitu 0,05. Dari hasil pengolahan data di atas, juga terlihat bahwa setiap indikator atau dimensi pembentuk variabel laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading factor yang tinggi dimana masing-masing indikator lebih besar dari 0,5. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator pembentuk variabel laten konstruk pengetahuan, motivasi sumber informasi, serta sikap dan perilaku seksual remaja sudah menunjukkan hasil yang baik. Selain itu, semua konstruk memiliki nilai loading
lebih besar dari 0,50 sehingga kriteria uji terhadap indikator ukur dinyatakan valid. Suatu indikator dinyatakan valid jika mempunyai loading factor tertingi kepada konstruk yang dituju dibandingkan loading factor kepada konstruk lain. Hasil analisis pengolahan data didapatkan semua variabel dinyatakan valid karena memberikan nilai AVE di atas 0,50. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki discriminant validity yang baik. Metode lain menunjukkan nilai akar kuadrat AVE lebih besar dari nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap konstruk, sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki discriminant validity yang baik. Berdasarkan hasil analisis pengolahan data, baik composite reliability maupun cronbachs alpha,
29
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015 Tabel 2 Hasil Pengukuran Path Coeicients dan T-Statistics pada Hubungan Antar Variabel dalam Structural Model
Original Sampel (Rho)
Nilai T (> 1,96)
Ho
Temuan
Motivasi → Perilaku Seksual
0.312760
3.817427
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Motivasi →Sikap
0.306551
2.673280
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Pengetahuan →Perilaku Seksual
0.138448
2.194801
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Pengetahuan → Sikap
0.282540
4.642032
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Sikap → Perilaku Seksual
0.225835
2.184975
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Sumber Informasi → Perilaku Seksual
0.376877
5.054985
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Sumber Informasi →Sikap
0.467173
5.480938
Ditolak
Berpengaruh positif dan signiikan
Hubungan Antar Variabel
dari setiap konstruk memiliki nilai lebih besar dari 0,70. Sehingga semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi syarat construct reliability. Evaluasi signiikansi outer model dilakukan untuk menilai signiikansi konstruk laten dengan konstruknya, yaitu dengan membandingkan nilai t statistik masing-masing konstruk laten dengan nilai α = 0,05 (1,96). Untuk mengukur nilai t statistik dilakukan bootstrapping pada model dengan hasil pada gambar 2. Setelah dilakukan bootstrapping untuk mengukur nilai t statistik dari masing-masing konstruk laten terhadap konstruknya, maka nilai t statistik dibandingkan dengan nilai α = 0,05 (1,96). Ketentuannya, apabila nilai t statistik lebih besar dari nilai α = 0,05 (1,96), maka konstruk laten tersebut signiikan terhadap konstruknya.9 Setelah evaluasi terhadap outer model atau model pengukuran, evaluasi pengujian inner model atau model structural dapat dilihat pada tabel 2. Setelah dilakukan uji terhadap outer model dan model yang diestimasikan memenuhi criteria outer model maka dilanjutkan uji inner model, yang dapat digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Motivasi berpengaruh positif terhadap Perilaku Seksual. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Motivasi terhadap Perilaku Seksual menunjukkan ada pengaruh positif 0,312760, sedangkan nilai T statistik sebesar 3,817427 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Kemudian pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Motivasi berpengaruh positif terhadap Sikap. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Motivasi
30
terhadap Sikap menunjukkan ada pengaruh positif 0,306551, sedangkan nilai T statistik sebesar 2,673280 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Begitu juga dengan variabel Pengetahuan berpengaruh positif terhadap Perilaku Seksual. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Pengetahuan terhadap Perilaku Seksual menunjukkan ada pengaruh positif 0,138448, sedangkan nilai T statistik sebesar 2,194801 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Kemudian pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Pengetahuan berpengaruh positif terhadap Sikap. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Pengetahuan terhadap Sikap menunjukkan ada pengaruh positif 0,282540, sedangkan nilai T statistik sebesar 4,642032 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Lalu pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Sikap berpengaruh positif terhadap Perilaku Seksual. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Sikap terhadap Perilaku Seksual menunjukkan ada pengaruh positif 0,225853, sedangkan nilai T statistik sebesar 2,184975 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Kemudian pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Sumber Informasi berpengaruh positif terhadap Perilaku Seksual. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual menunjukkan ada pengaruh positif 0,376887, sedangkan nilai T statistik sebesar 5,054895 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Dan pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa Sumber
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA Tabel 3 Persentase Pengaruh Antar Variabel terhadap Variabel Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Model LV Direct Inderect Direct Indirect Total Sumber Total Correlation Rho Rho % % % Pengetahuan
0.678681
0.138448
0.064
0.202
9.40
4.11
9.40
Motivasi
0.897712
0.312760
0.061
0.193
27.98
5.41
27.98
Sikap
0.915303
0.225835
-
0.225
20.67
-
20.67
Sumber Informasi
0.893550
0.376877
0.106
0.376
33.67
8.24
33.67
91.72
17.76
Total
Informasi berpengaruh positif terhadap Sikap. Hasil ujinya terhadap koeisien parameter antara Sumber Informasi terhadap Sikap menunjukkan ada pengaruh positif 0,467173, sedangkan nilai T statistik sebesar 5,480938 dan signiikan pada α = 5%. Nilai tersebut berada lebih dari (1,96). Dari tabel 3 menyatakan bahwa menyatakan bahwa Pengetahuan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap Perilaku Seksual. Hasil uji koeisien parameter antara Pengetahuan terhadap Perilaku Seksual menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 9,40% terhadap Perilaku Seksual. sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Pengetahuan terhadap Perilaku Seksual melalui Sikap didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Pengetahuan → Sikap) dengan koeisien jalur (Sikap → Perilaku Seksual) dan dijumlahkan dengan koeisien jalur (Pengetahuan → Perilaku Seksual) sehingga mendapatkan nilai 0,678681 atau sebesar 67,87%. Motivasi berpengaruh sescara langsung dan tidak langsung terhadap Perilaku Seksual. Hasil uji koeisien parameter antara Motivasi terhadap Perilaku Seksual menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 28,08% terhadap Perilaku Seksual. sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Motivasi terhadap Perilaku Seksual melalui Sikap didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Motivasi → Sikap) dengan koeisien jalur (Sikap → Perilaku Seksual) dan dijumlahkan dengan koeisien jalur (Motivasi → Perilaku Seksual) sehingga mendapatkan nilai 0,89771 atau sebesar 89,77%. Sumber Informasi berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap Perilaku Seksual. Hasil uji koeisien parameter antara Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual menunjukkan terdapat pengaruh langsung sebesar 33,68% terhadap Perilaku Seksual. sedangkan untuk pengaruh tidak langsung Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual melalui Sikap didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Sumber Informasi → Sikap) dengan koeisien jalur (Sikap → Perilaku Seksual) dan dijumlahkan dengan koeisien jalur (Sumber Informasi → Perilaku Seksual)
sehingga mendapatkan nilai 0,89355 atau sebesar 89,35%. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten independent tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan nilai R Square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel Pengethauan, Motivasi, Sumber Informasi dan Sikap mampu menjelaskan variabel Perilaku Seksual sebesar (9,40% + 27,98% + 33,67% + 20,67%) = 91,72%. Sehingga dari analisis di atas dapat dibuat persamaan matematik sebagai berikut: η1 = γ2 ξ1 + γ3 ξ2 + γ5 ξ3 + ζ1 Sikap = 0.283 Pengetahuan + 0.307 Motivasi + 0.467 Sumber Informasi + ζ1 η2 = γ1 ξ1 + γ4 ξ2 + γ6 ξ3 + β η1 + ξ2 Perilaku Seksual Remaja = 0.188 Pengetahuan + 0.313 Motivasi + 0.377 Sumber Informasi + 0.226 Sikap + ξ2 Nilai Q-sqaure berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut: Q2 = 1-(1-R12) (1-R22) (1-R32) = 1-(1-0,91822) (1-0,86312) = 0,9890 atau 98,88% Galat Model = 100%-98,88% = 1,12% Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 98,88% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 1,12% dijelaskan variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Diskusi Pengaruh Langsung Antara Pengetahuan terhadap Perilaku Seksual melalui Sikap Hasil uji menunjukkan koeisien paramenter antara Pengetahuan terhadap Perilaku Seksual
31
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015 menunjukkan terdapat pengaruh yang baik sebesar 0.138448 terhadap Perilaku Seksual, sedangkan nilai T statistik sebesar 2.194801 dan signiikan pada α = 5% nilai tersebut berada jauh lebih dari (1,96). Serta pengetahuan berpengaruh positif terhadap perilaku seksual sebesar 9,40%, hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan sangat berpengaruh langsung yang signiikan terhadap perilaku seksual sehingga intervensi yang dapat dilakukkan adalah meningkatkan pengetahuan, maka dengan adanya peningkatan mengenai pegetahuan akan mengahasilkan perilaku yang baik dan pengetahuan seksualitas yang baik dapat menjadikan memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Pengetahuan seksualitas yang baik dapat menjadikan memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan bertanggung jawab.10 Lebih lanjut juga dikatakan bahwa pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai insensitas atau tingkat yang berbeda-beda, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama jadi pentingnya pengetahuan di sini adalah dapat menjadi dasar dalam perubahan perilaku sehingga perilaku itu langgeng.11 Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotipe yang dimiliki oleh seseorang, komponen afeksi merupakan komponen individu yang menyakut emosi, komponen konasi berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu degan cara-cara tertentu misalnya Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Komponen afektif (afective) Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Perasaan merupakan manifestasi sari sikap terhadap suatu objek, misalkan sikap negatif terhadap seks, Komponen konatif (conative) Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Dari ketiga komponen tersebut dapat menghasilkan suatu sikap terhadap objek yang dilihat oleh individu. Dimana sikap tersebut dapat bersifat positif atau pun negatif terhadap perilaku seksual, sesuai dengan tindakan yang sesuai dengan dirinya atau di luar dirinya.12 Perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku merupakan tindakan atau perbuatan yang dapat di amati dan dapat dipelajari, jadi perilaku manusia dapat diamati atau dipelajari bisa juga bisa berpengaruh dengan lingkungannya yang terwujud
32
dalam bentuk pengetahuan. Pengetahuan tentang perilaku seksual adalah cara seseorang bersikap atau bertingkah laku yang sehat, bertanggung jawab serta tahu apa yang dilakukannya dan apa akibat bagi dirinya, pasangannya dan masyarakat sehingga dapat membahagiakan dirinya juga dapat memenuhi kehidupan seksualnya.13 Bila perilaku reproduksi remaja diterapkan pada lingkungan maka yang perlu diperhatikan adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konlik dan perpecahan. Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya.14 Dapat ditarik benang merahnya bahwa, maka dengan adanya peningkatan pengetahuan, akan menghasilkan perilaku yang baik. Dan pengetahuan seksualitas yang baik dapat menjadikan serta memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan bertanggung jawab. Dengan kata lain bila remaja banyak yang tidak sadar dari pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan, salah satu problema dari kaum remaja apabila kurangnya pengetahuan seksual dan akan terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman dan juga penyakit kelamin. Selain itu pengetahuan seksual sangatlah penting yang diberikan pada remaja baik pengetahuan yang berada didalam maupun di luar pada umumnya remaja mengetahui pengetahuan seksual dari teman sebayanya, media bacaan, internet oleh sebab itu sebaiknya remaja harus mempunyai pengetahuan seksual sejak dini dan pengetahuan tersebut tidak hanya setengah-setengah. Pengaruh Langsung antara Motivasi Siswa terhadap Perilaku Seksual malalui Sikap Melalui pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa Motivasi siswa berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual maka diperoleh nilai koeisien jalur 0,313 dan t- statistik sebesar 3,817 dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa motivasi siswa berpengaruh langsung dan signiikan terhadap perilaku seksual artinya semakin tinggi motivasi siswa (keadaan yang mendorong tingkah laku, (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut) dan Motivasi sama, namun belum tentu mempunyai perilaku yang sama. Motivasi perilaku seksual yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seksual responden yaitu motivasi perilaku seksual eksternal, diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku,
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA selain itu motivasi merupakan upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, karena Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi artinya motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.15 Motivasi mempunyai arti yang mendasar sebagai inisiatif penggerak perilaku seseorang secara optimal, hal ini disebabkan karena motivasi merupakan kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti aneka keinginan, harapan kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku guna mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan atas perbuatannya. Motivasi juga merupakan konsep yang dipakai untuk menguraikan keadaan ekstrinsik yang ditampilkan dalam perilaku. Respon instrinsik disebut juga sebagai motif (pendorong) yang mengarahkan perilaku ke rumusan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Stimulus ekstrinsik dapat berupa hadiah atau insentif, mendorong individu melakukan atau mencapai sesuatu. Jadi motivasi adalah interaksi instrinsik dan ekstrinsik yang dapat dilihat berupa perilaku atau penampilan.16 Motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang member kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.17 Dari tiga teori yang di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi berkaitan erat dengan perilaku, kenapa demikain karena memberi arah, dan membuat persisten (berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri. Pengaruh Langsung antara Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual melalui Sikap Pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa sumber informasi berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual maka diperoleh nilai koeisien jalur 0,376 dan t-statistik sebesar 5,054 sedangkan persentase pengaruh langsung antara sumber informasi terhadap perilaku seksual sebesar 33,68% dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa sumber informasi berpengaruh lagsung terhadap dan signiikan terhadap perilaku seksual, artinya semakin tinggi sumber informasi
seseorang (mendorong seseorang untuk mencari, kemampuan untuk memperoleh, mengevaluasi dan menggunakannya untuk tujuan-tujuan tertentu yang lebih luas). maka makin tinggi pula perilaku seksual remaja, betapa tidak, menurut Minimnya informasi yang diterima remaja tentang kesehatan reproduksi dan seksual remaja dalam melakukan hubungan seksual, Informasi yang semakin mudah diakses dari media massa cetak dan elektronik serta kondisi yang semakin permisif untuk melakukan seksual seiring dengan norma yang semakin lemah pada masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh anggapan masyarakat, khususnya orang tua yang masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksualitas, mereka atau para remaja menerima informasi tentang seks justru dari sumber yang salah, bahkan menyesatkan, misalnya dari cerita teman, video porno, tayangan televisi dan ilm.18 Sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi dan juga dalam menentukkan perilaku, karena beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai kesehatan reproduksi dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua. Teman-teman yang tidak baik berpengaruh terhadap munculnya perilaku seks menyimpang Sehingga informasi yang baik dan akurat diperlukan oleh remaja untuk menghindari pengaruh buruk yang dapat menimbulkan perilaku seksual yang menyimpang.19 Tujuan sumber informasi kemajuan teknologi informasi telah memberikan banyak manfaat kepada masyarakat luas dalam mendapatkan informasi diantaranya Penyebaran informasi seksual melalui media televisi dapat menyajikan pesan atau objek yang sebenarnyatermasuk hasil dramatisir termasuk audio visual dan unsur gerak (live) dalam waktu bersamaan pesan yag dihasilkan televisi dapat menyerupai benda/ objek yang sebenarnya atau yang menimbulkan kesan lain. Pengaruh Langsung Antara Sikap terhadap Perilaku Seksual Pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa sikap berpengaruh langsung terhadap perilaku seksual maka diperoleh nilai koeisien jalur 0,225 dan t-statistik sebesar 2,184 sedangkan persentase pengaruh langsung antara sikap terhadap perilaku seksual remaja sebesar 20,67%, dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa sikap berpengaruh langsung dan signiikan terhadap perilaku seksual pada remaja artinya bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015 kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sehingga semakin tinggi sikap remaja maka maki tinggi pula perilaku seksual pada remaja. Betapa tidak, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam perilaku karena dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mendukung yaitu latar belakang, pengalaman individu, motivasi, status kepribadian dan sebagainya ada juga yang mengatakan sikap dapat diuraikan sebagai penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap adalah perasaan, predisposisi, atau seperangkat keyakinan yang relatif tetap terhadap suatu objek, seseorang atau suatu situasi.15 Tidak semua sikap adalah sama dengan kemampuannya memprediksi perilaku. Cara bagaimana sikap itu pada awalnya terbentuk melalui hubungan sikap dengan perilaku. Sikap yang pada dasarnya terbentuk dari pengalaman interaksi secara langsung dengan objek sikap akan cenderung lebih konsisten dengan perilaku, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap Pengalaman pribadi, Kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa merupakan sarana untuk komunikasi, institusi/lembaga pendidikan, Faktor emosi dalam diri individu.20 Berdasarkan teori berprilaku terencana terdapat komponen-komponen sikap yang dapat mempengaruhi niat untuk berprilaku yaitu: keyakinan mengenai perilaku, evaluasi terhadap hasil, keyakinan pada apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang dianggap penting terkait perilaku, motivasi untuk mengikuti pemikiran orang-orang yang dianggap penting. Kontrol yang berasal dari dalam diri, kontrol yang berasal dari luar diri sikap seksual remaja adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual.21
dengan bentuk seks yang mulai dari perasaan tertarik dengan lawan jenis sampai berlanjut pada tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksual berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Munculnya sikap dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang atau remaja yang kurang pengetahuannya tentang seksual pranikah cenderung mempunyai sikap positif/ sikap menerima. 22 Pengaruh Langsung antara Motivasi Siswa terhadap Sikap
Pengaruh Langsung antara Pengetahuan terhadap Sikap
Pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa motivasi tidak berpengaruh langsung terhadap sikap dengan koeisien jalur 0,897 dan nilai t-statistik 2,673. Sedangkan nilai persentase pengaruh tidak lagsung antara pengetahuan terhadap sikap sebesar 89,77%. Dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa motivasi siswa berpengaruh tidak langsung dan signiikan terhadap sikap, melalui sikap remaja artinya bahwa semakin tinggi motivasi siswa terhadap sikap, maka bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu (sikap) betapa tidak menurut motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states). Karena logikayang umum mengatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan memotivasi siswa untuk berperilaku positif.15 Motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula. Pengaruh Langsung antara Sumber Informasi terhadap Sikap
Pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh langsung terhadap sikap dengan koeisien jalur 0,678 dan nilai t-statistik 4,642. Sedangkan nilai persentase pengaruh tidak langsung antara pengetahuan terhadap sikap sebesar 20,67%. Dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa pengetahuan berpengaruh tidak langsung dan signiikan terhadap sikap artinya bahwa semakin tinggi pengetahuan maka makin tinggi pulasikap seseorang. Betapa tidak, pengetahuan seksual pada remaja dapat mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual. Pengetahuan remaja juga berkaitan
Pengujian hipotesis untuk membuktikan bahwa sumber informasi tidak berpengaruh langsung terhadap sikap dengan koeisien jalur 0,467 dan nilai t-statistik 5,480 dan 0,893 Sedangkan nilai persentase pengaruh tidak lagsung antara motivasi siswa terhadap sikap sebesar 33,67%. Dari temuan ini dapat ditafsirkan bahwa sumber informasi berpengaruh tidak langsung dan signiikan terhadap sikap, artinya kebutuhan informasi didorong oleh a problematic situation dimana seseorang merasa harus memperoleh masukan dari sumber-sumber di luar dirinya. Sedangkan anomalous state of knowledge adalah seseorang yang
34
Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di SMA merasa bahwa tingkat pengetahuannya tidak cukup untuk menghadapi situasi tertentu pada saat itu. Hal ini juga sangat mungkin terjadi pada kebutuhan informasi remaja yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini disebabkan secara psikologis, usia remaja berada dalam fase pertengahan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Pencarian jati diri dan tingginya kebutuhan diri untuk diakui menjadi kompleksitas tersendiri. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut, dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk-beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Memasuki milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan. Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dan lain-lain, adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.23 Kesimpulan Perilaku seksual pada remaja ditentukan oleh variabel pengetahuan, motivasi siswa, sumber
informasi, serta sikap sebesar 91,72% sedangkan sikap di tentukan secara langsung oleh pengetahuan dan motivasi siswa sebesar 67,87% dan pengetahuan langsung dapat mempengaruhi perilaku seksual sebesar 9,40% kemudian motivasi siswa tidak secara langsung mempengaruhi dan tidak signiikan karena harus melalui variabel sikap terlebih dahulu dengan korelasi 89,77% kenapa demikian, karena motivasi siswa itu sendiri tidak hanya berfungsi dalam peningkatan dorongan yang selama ini di alami oleh remaja untuk melakukan tindakan (perilaku) seksual remaja, selain itu, model analisis dapat dijelaskan sebesar 98,88%. Sedangkan 1,12% adalah komponen lain yang tidak ada dalam penelitian. Saran dari penelitian ini adalah diharapkan siswa untuk lebih berperan aktif dalam mencari sumber informasi mengenai perilaku seksual remaja, seperti menghadiri seminar-seminar tentang seksual remaja, mencari sumber informasi baik dari media sosial maupun media massa. Datar Pustaka 1. Budie. Sikap Tentang Seks Pranikah Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja. 2009 [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Dipenogoro. Semarang 2. Ibrahim. Seksual Remaja. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2002 3. BKKBN. Data survei Kesehatan Reproduksi Indonesia. Jakarta. 2002 4. Wahyuni B. Pentingnya Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Sekolah-Sekolah. 2006 [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Dipenogoro. Semarang 5. Low L. Memahami Perilaku Seks Bebas. Jakarta: Gaya Favorit Press; 2005 6. Syarif. Bicara Soal Cinta, Pacaran, dan Seks kepada Remaja Panduan Guru dan Orang Tua. Jakarta: Erlangga; 2008 7. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta; 2009 8. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta; 2012 9. Ghozali I. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit UNDIP; 2011 10. Santrock, J.W. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga; 2003 11. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 12. Azwar, S. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ofset; 2010 13. Notoatmodjo,. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2010 14. Kinnard. Orang Tua dan Kesehatan Remaja.
35
Jurnal Ilmiah Kesehatan,, Vol 14 No. 3 Tahun 2015 Jakarta: Erlangga; 2003 15. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka: Cipta; 2003 16. Erikson. Komunikasi Orang Tua dan Anak. Bandung: Angkasa; 2001 17. Soemanto. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara; 1997 18. Moeliono L. Seksual dan Kesehatan Produksi Remaja. Jakarta: Erlangga; 2004 19. Soetjiningsih. Buku Ajar: Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto; 2007 20. Rono Sulistyo. Pendidikan Seks. Bandung: Elstar Ofse; 2007 21. Anjen. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan dan Keluarga. Jakarta: Erlangga; 2005
36
22. Adikusuma, I.W.R., Mariyah, E., Pangkahila, A., dan Sirtha, I.N. Sikap Remaja Terhadap Seks Bebas di Kota Negara. 2005. [Internet] Perspektif Kajian Budaya. Jakarta [cited 25 Oktober 2013] Available from:http://ojs.unud.ac.id/index.php/ecs/article/ view/3567/2598.. 23. Chintya. Pendidikan Seksual. Jakarta: Erlangga; 2003