Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 14 No. 2 Tahun 2015
PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DALAM UPAYA DETEKSI DINI KANKER SERVIKS OLEH WANITA USIA SUBUR (WUS) DI PUSKESMAS BUNGURSARI PURWAKARTA Melinda Nuraprianti Dosen Akbid Bhakti Bangsa,
[email protected]
Abstrak
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di Negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia.Masih tingginya angka penderita kanker serviks di Indonesia disebabkan karena penyakit ini tidak menimbulkan gejala dan rendahnya kesadaran wanita untuk memeriksakan kesehatan dirinya. Jika semakin banyak wanita terbiasa melakukan deteksi dini, apabila penyakit sudah berjangkit padas eseorang maka bias lebih cepat ditangani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung dukungan suami, sumber informasi dan sikap terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks oleh wanita usia subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan desain penelitian crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang melakukan Pap Smear dengan populasi 90 orang, penentuan sempel 60 responden. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah Kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan pendekatan statistik, dengan aplikasi sotwere SPSS 17 dan Smart PLS 2.0. Hasil penelitian diperoleh, dukungan suami berpengaruh positif dan memiliki pengaruh yang signiikan dengan perilaku pemeriksaan Pap Smear sebesar 0,452, sikap WUS berpengaruh positif dan signiikan dengan perilaku pemeriksaan Pap Smear sebesar 0,454 dan sumber informasi memiliki pengaruh positif dan signiikan dengan perilaku pemeriksaan Pap Smear sebesar 0,039. Variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara umum mempunyai pengaruh yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pemeriksaan Pap Smear dipengaruhi diantaranya dukungan suami, sumber informasi dans ikap WUS.
Kata kunci
Dukungan Suami, Sikap, Sumber Informasi, Perilaku Pap Smear
Abstract
Cervical cancer is cancer that attacked the woman. Cancer that afects women in the world and the irst order for women in the developing country.Data from the World Health Organization. he high rates of cervical canker in Indonesia due to this disease does not cause symptoms and lack of awareness of women for her health check. If more and more women are accustomed to early detection, when the disease is contagious to someone then it can be more quickly addressed. his study aims to determine the efect of direct and indirect support of her husband, resources and attitudes toward behavior Pap test in cervical cancer early detection eforts by women of childbearing age in PurwakartaBungursari Health Center. he method used in this study is a quantitative cross-sectional study design. he population in this study were all women of childbearing age who do a Pap smear with a population of 90 people, 60 respondents sempel determination. he instrument used for data collection are questionnaires with closed questions. Processing techniques and data analysis was done with the statistical approach, the application sotwere SPSS 17 and Smart PLS 2.0. Results were obtained, husband’s support and positive inluence have signiicant inluence to the behavior of 0,452 Pap Smear, WUS attitude positively and signiicantly with the behavior of a Pap test at 0.454 and resources have a positive and signiicant inluence to the behavior of a Pap test at 0,039. he variables in this study indicate that in general have a strong inluence. It is demonstrated that the behavior of which is inluenced Pap husband support, resources and attitudes WUS.
Key Words
Husband Support, Attitude, Resources, Behavior Pap Smear
18
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS)
Pendahuluan Kesehatan perempuan mendapat perhatian khusus dalam pembangunan kesehatan, hal ini disebabkan karena perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam keluarga. Sebelum menjadi seorang ibu, maka perempuan akan melewati masa pubertas yang ditandai dengan adanya masa menstruasi dan juga akan melewati masa menopause disamping tugasnya dalam melahirkan. Artinya, perempuan harus benar-benar menjaga organ reproduksinya agar tetap sehat. Kenyataannya organ reproduksi wanita sangat rawan terinfeksi mikroorganisme yang menyebabkan banyak penyakit yang diderita oleh wanita. Hal ini didukung oleh struktur anatomis dari organ reproduksi yang mempermudah infeksi mikroorganisme1. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun2. Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya, dengan angka kematiannya diperkirakan 7.500 kasus pertahun. Selain itu, setiap harinya diperkirakan terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Pada tahun 2001, kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 atau sekitar 25,91% dari seluruh kanker yang ditemukan di Indonesia. Dengan angka kejadian ini, kanker serviks menduduki urutan kedua setelah kanker payudara pada wanita usia subur 15-44 tahun. Hal ini menunjukkan kurangnya kepedulian masyarakat akan pemeriksaan dini karena gejala awal dari penyakit ini tidak terlihat3. Saat ini diperkirakan baru sekitar 5% wanita yang mau melakukan deteksi dini terhadap kanker serviks, mengakibatkan banyak kasus ini ditemukan sudah pada stadium lanjut yang sering kali mengakibatkan kematian. Padahal di Indonesia sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas deteksi dini seperti di rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah terlatih dan mempunyai peralatan pap smear, tetapi angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks ini masih tinggi4. Jika kita memperhatikan, angka kejadian kanker serviks hampir 50% penderita berakhir dengan kematian. Hal ini disebabkan oleh penderita kanker serviks yang datang untuk berobat, sudah dalam keadaan parah. Di Indonesia, hampir 70% kasus kanker serviks ditemukan dalam kondisi stadium lanjut (> stadium
IIB). Hal ini karena masih rendahnya pelaksanaan skrining, yaitu < 5%. Padahal, pelaksanaan skrining idealnya adalah 80%. Apabila dibandingkan dengan populasi indonesia, 5% merupakan angka yang kecil sekali. Oleh karena itu tidak mengejutkan jika jumlah kasus baru kanker serviks mencapai 40-45 per hari dan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks mencapai 20-25 per hari5. Seharusnya kanker serviks bukanlah penyakit yang perlu ditakutkan. Kunci dari upaya penyembuhan jenis penyakit kanker adalah pendeteksian dini. Untuk menemukan penderita kanker leher rahim pada stadium dini, maka diperlukan skrining kanker leher rahim dengan melakukan tes pap atau yang sering disebut dengan Pap Smear. Pencegahan dan penyembuhan kanker leher rahim dapat ditingkatkan apabila masyarakat mempunyai kebiasaan mengikuti program skrining kanker leher rahim dengan pap smear sebagai upaya pencegahan dini, khususnya bagi kelompok umur wanita beresiko tinggi karena upaya pencegahan kanker leher rahim merupakan langkah yang harus dilakukan6. Deteksi dini kanker leher rahim merupakan terobosan inovatif dalam pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan akibat kanker leher rahim7. Perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim akan menurunkan risiko terkena kanker leher rahim karena deteksi dini ini ditujukan untuk menemukan lesi pra-kanker sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat segera diberikan bila lesi ditemukan1. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani pemeriksaan, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker servik terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan Pap Smear. Padahal jika para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit kanker serviks suatu hari bisa saja musnah, seperti halnya polio7. Pemeriksaan Pap Smear merupakan upaya mencegah kanker serviks, yang dilakukan dengan skrining yang dinamakan Pap Smear. Biaya pemeriksaan memang cukup tinggi yaitu mencapai 50.000 untuk sekali pemeriksaan dibandingkan dengan pemeriksaan dengan metode IVA Test yang hanya mencapai 5.000 untuk sekali pemeriksaan, namun kurang efektif hasil yang diperoleh untuk hanya sekali dilakukan pemeriksaan, pemilihan alternatif pemeriksaan dengan metode Pap Semar mengingat pemeriksaan dengan Pap Smear merupakan terobosan yang inovatif, sangat efektif, mudah dikerjakan, cepat dan tidak sakit yang bermanfaat dalam pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kematian.
19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 2 Tahun 2015 Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya pengaruh variabel Dukungan Suami, Sikap dan Sumber Informasi terhadap Perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014. Metode Penelitin ini menggunakan metode penelitian survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif, dengan tipe Explanatory Research yaitu untuk menjelaskan pengaruh variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) yaitu observasi terhadap subyek penelitian hanya dilakukan sekali, dan pengukuran variabel dilakukan secara bersamaan15. Dimana pengukuran Perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Bungursari Purwakarta sebagai variabel terikat (endogen) dilakukan bersamaan dengan pengukuran variabel bebas (eksogen) yang meliputi variabel Dukungan Suami, Sikap dan Sumber Informasi wanita usia subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 dengan kriteria responden sebagai berikut : Kriteria inklusi : (1) WUS yang pernah memeriksa kanker leher rahim dengan metode pap smear, (2) WUS berdomisili di wilayah Bungursari Purwakarta, (3) bersedia menjadi sampel pada penelitian ini. Kriteria ekslusi : (1) WUS ang datang saat akan melakukan pemeriksan pap smear tapi tidak memungkinkan untuk diperiksa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur (WUS) yang tercatat di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 yang melakukan pemeriksaan Pap Smear sebanyak 90 WUS. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan alat analisis Structural Equation Modelling (SEM) dengan Par-
tial Least Square (PLS), berdasarkan pada hal tersebut maka penentuan jumlah sampel yang reseventatif menurut Hair et. Al dalam gozali19 adalah jumlah indikator dikalikan 5 sampai dengan 10, hal ini dikarenakan jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 maka ukuran sampelnya berada pada rentang 40-80. Berdasarkan keterangan tersebut maka ukuran sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 60 responden. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang dirancang sesuai dengan variabel yang akan diteliti berdasarkan tinjauan pustaka. Komponen yang diukur dituangkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang akan dijawab oleh responden. Jawaban yang dibuat mempunyai tingkatan dengan skor tertentu karena merujuk pada skala Likert untuk pertanyaan berkaitan dengan kepemimpinan, kompetensi dan motivasi sedangkan pertanyaan yang berkaitan dengan kinerja pilihan jawaban merujuk pada skala perbedaan semantic. Setelah data mentah (raw data) terkumpul, tahap selanjutnya adalah menyajikan data tersebut dalam berbagai bentuk. Dalam penelitian ini, penyajian data dalam bentuk tulisan (tekstular) dan dalam bentuk tabel umum serta khusus. Gambar pada penelitian ini untuk menunjukan nilai dan pengaruh seberapa besar. Graik atau diagram batang adalah diagram berdasarkan data berbentuk kategori. Diagram ini banyak digunakan untuk membandingkan data maupun menunjukan hubungan suatu data dengan data keseluruhan. Diagram ini penyajian datanya dalam bentuk batang, sebuah batang melukiskan jumlah tertentu dari data. Hasil Dari 60 responden, terdapat 31 responden (53,3%) dengan usia menikah 21-45 tahun, dan yang paling sedikit responden yang menikah di usia > 45
Gambar 1. Nilai Loading Factor
20
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS)
v
Gambar 2. Output PLS (T-Statistik)
tahun yaitu sebanyak 4 responden (6,7%). Selanjutnya dilihat dari jumlah anak sebagian besar responden yang mempunya 2 anak dengan jumlah 24 (40%). Kemudian dari tingkat pendidikan responden terlihat sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu dengan jumlah 34 responden (56,7%), dan yang paling sedikit responden dengan tingkat pendidikan yang TS (tidak sekolah). Selanjutnya dari pekerjaan responden sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 20 (33,3%), dan paling sedikit responden yang bekerja sebagai pegawai (PN) yaitu dengan jumlah 5 orang (8,3%). Evaluasi Outer Model Dari gambar 1. Terlihat bahwa nilai loading factor telah memenuhi persyaratan yaitu loading factor lebih besar dari 0,5. Suatu indikator relektif dinyatakan valid jika mempunyai loading factor diatas 0,5 terhadap konstruk yang dituju berdasarkan pada substantive contentnya dengan signiikasi dari weight (t=1,96). Dari output PLS hasil akar dari semua konstruk lebih besar dari pada korelasi antar konstruk. Nilai AV untuk semua konstruk lebih besar atau mendekati 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik. Hasil evaluasi signiikasi outer model diatur dalam output PLS dibawah ini dengan mengevaluasi nilai releksi nilai T-Statistik indikator terhadap variabelnya. Dari gambar diatas menyatakan bahwa nilai T statistik direleksikan terhadap variabelnya sebagian besar > 1,96, sehingga menunjukan blok indikator berpengaruh positif dan signiikan untuk mereleksikan variabelnya. Inner model dapat dievaluasi dengan melihat R squere, uji hipotesis T statistik, pengaruh variabel langsung dan tidak langsung dan prediktive relevance pada gambar berikut :
Evaluasi Inner Model Nilai R squere beringsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap penomena yang sedang dikaji berikut hasil outputnya : Tabel 1. Evaluasi nilai R squere Variable
R squere
Dukungan suami Perilaku
0.544690
Sikap WUS
0.149102
Sumber Informasi Sumber: SmartPLS 2.0 diolah 2014
Nilai R squere menyatakan bahwa variabel perilaku pap smear 54,5% dan sisanya 45,5% dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel sikap WUS diperoleh 14,9% dan sisanya 85,1% dipengaruhi variabel lain. Tabel 2 Presentase pengaruh antar variabel terhadap variabel Perilaku Pemeriksaan Pap Smear dan Sikap WUS pada Model Variabel
LV Direct Correlation rho
Indirect Total rho
Direct %
Indirect%
Total
Dukungan suami
0.589861
0,267
0,376
0,643
15,7
22,1
37,8
Sikap WUS
0.603066
0,274
0
0,274
16,5
0
16,5
0,004
0,321
0,325
Sumber Informasi 0. 092908 Total
0,03
0,29
0,33
32,23%
22,39%
54,63 %
Sumber: SmartPLS 2.0 diolah 2014
Dari tabel diatas variabel dukungan suami berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara dukungan suami terhadap perilaku perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 15,7% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung dukungan
21
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 2 Tahun 2015 suami terhadap sikap WUS sebesar 22,1%. Kemudian variabel sumber informasi berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara sumber informasi terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 0,03% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung sumber informasi terhadap sikap WUS sebesar 0,29%. Dari tabel diatas menyatakan bahwa sikap WUS berpengaruh secara langsung terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 16,5% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten tersebut dikatakan bahwa variabel dukungan suami, sikap WUS dan sumber informasi dapat menjelaskan besarnya pengaruh langsung terhadap variabel perilaku pemeriksaan Pap Smear sebesar (15,7%+16,5%+0,03%)=32,23%. Sedangkan pengaruh tidak langsung variabel dukungan suami dan sumber informasi terhadap sikap WUS sebesar (22,1%+0,029%) = 22,39% Sehingga dari analisis diatas dapat dibuat persamaan matematis dari variabel perilaku dan sikap WUS adalah sebagai berikut: 0,182 sikap WUS =0,330.dukungan suami + 0,231. sumber informasi + 0,851 variabel lain yang tidak diteliti Artinya variabel perilaku pemeriksaan Pap Smear dipengaruhi secara tidak langsung melalui variabel sikap WUS, dimana secara langsung variabel dukungan suami dan sumber informasi kesehatan, dimana variabel yang dominan mempengaruhi sikap WUS dalambertindak adalah variabel dukungan suami dengan nilai pengaruh sebanyak 0,330. 0,337 perilaku Pap Smear =0,452.dukungan suami + 0,042.sumber informasi + 0,455.sikap WUS + 0,455 variabel lain yang tidak diteliti Artinya variabel perilaku pemeriksaan Pap Smear dipengaruh secara langsung oleh variabel dukungan suami, sikap WUS dan sumber informasi kesehatan, dimana variabel yang dominan mempengaruhi perilaku pemeriksaan Pap Smear adalah variabel dukungan suami dengan nilai pengaruh sebanyak 0,452. Nilai dari Q-Square mempunyai fungsi untuk menilai besaran variasi atau ragam penelitian terhadap penelitian yang sedang dikaji dan hasilnya adalah: Q2 = 1-(1-R12) (1-R22) = 1-(1-0,5447) (1-0,1491) = 1-(0,455) (0,851) = 0,6128 atau 61,28%
22
Galat Model = 100%-61,28% = 38,12% Nilai Predictive Relevance (Nilai Q-Square) adalah 61,28% Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 61,28% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 38,12% dijelaskan variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Artinya hasil analisis ini hanya mampu menjelaskan 61,28% dari hasil fenomena yang terdapat dilapangan, dimana dengan analisis ini diperoleh nilai prediksi dari pengaruh antar model diperoleh nilai tertinggi pada variabel perilaku pemeriksaan Pap Smear. Diskusi Hasil penelitian pengaruh dukungan suami, sikap WUS, sumber informasi dan perilaku pemeriksaan Pap Smear, telah dianalisa yang menunjukan bahwa: Pengaruh langsung dukungan suami terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear Variabel dukungan suami berpengaruh secara langsung terhadap perilaku perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara dukungan suami terhadap perilaku perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 15,7% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Tindakan pap smear pada seorang ibu dipengaruhi berbagai faktor yaitu faktor dari dalam dirinya sendiri (perilaku ibu) dan dukungan dari lingkungan (dukungan keluarga). Kar dalam Notoatmodjo15, mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari: (1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya (behavior intention), (2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), (3) Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of information), (4) Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy), (5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation). Peneliian peneliian ini juga sejalan dengan peneliian yang pernah dilakukan oleh Elinna Yuli dengan judul “Hubungan Dukungan Suami pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Pap Smear di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signiikan antara Dukungan Suami pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Kanker Leher Rahim (KLR) dengan Peman-
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS)
faatan Pelayanan Pap Smear. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,000 (p<0,05). Dari hasil penelitian yang menunjukkan ada pengaruh dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan Pap Smear, karena dengan adanya dukungan dan dorongan dari pasangan (suami) kepada istri mempengaruhi istri dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dalam meningkatkan kesehatan sebagai wanita yang mempunyai resiko terkena penyakit kanker leher rahim, terdapat upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam meningkatkan dukungan suami kepada istri dalam melakukan pemeriksaan Pap Smear, yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait pengenalan penyakit reproduksi wanita dan cara pencegahan dan deteksi dini. Pengaruh langsung sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear Sikap WUS berpengaruh secara langsung terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 16,5% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Menurut Hal ini sesuai dengan penelitian Artiningsih16, yang menyatakan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap perilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktiitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Darmindro, menyatakan bahwa tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pap smear, demikian juga hasil penelitian Nurhasanah20, bahwa tidak ditemukan hunbungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pap smear. Hasil penelitian ditemukan hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan tindakan pap smear. Hal ini sesuai dengan asumsi bahwa ditemukan hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pap smear. Hal ini sesuai dengan penelitian Artiningsih16, yang menyatakan bahwa sikap dapat berpengaruh terhadap perilaku wanita usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker serviks. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek, melalui persuasi serta tekanan dari
kelompok sosialnya.Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi terhadap stimulus sosial.Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktiitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengaruh langsung sumber informasi terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear Variabel sumber informasi berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara sumber informasi terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 00,3% terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear. Notoadmodjo15, mengatakan media promosi kesehatan adalah semua sarana dan upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan. Media massa termasuk media elektronik adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat komunikasi seperti TV, radio, ilm dan lain-lain. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pujiyono21, yang menunjukan bahwa pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga termasuk kategori kurang.Variabel yang berhubungan secara signiikan dengan pemanfaatan Puskesmas dalam Pemeriksaan Pap Smear yaitu peran petugas kesehatan dan peran keluarga.Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan Puskesmas dalam Pemeriksaan Pap Smear adalah peranan petugas kesehatan. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh Rodiyah Ningsih dengan judul “Hubungan Petugas Kesehatan Terhadap Pemeriksaan Pap Smear Untuk Mendeteks Kanker Leher Rahim di Puskesmas Medan Area Selatan Tahun 2009”. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kategori Dukungan Petugas Kesehatan pada responden yang periksa Pap Smear, dengan Dukungan Petugas Kesehatan yang baik ada 23,3%, yang Dukungan Petugas Kesehatan yang sedang 76,7% dan yang Dukungan Petugas Kesehatan yang buruk yaitu 49,1%. Komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan masyarakat merupakan komponen yang sangat penting agar dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan masyarakat, menambah kunjungan ke fasilitas kesehatan, meningkatkan loyalitas masyarakat dan tumbuhnya praktek layanan tenaga kesehatan.
23
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 2 Tahun 2015 Pasien dan penyedia layanan kesehatan sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti22. Komunikasi efektif antara petugas kesehatan dan pasien (masyarakat) tidak terlepas dari faktor-faktor personal dan situasional.Konseling merupakan kegiatan komunikasi langsung secara tatap muka yang bersifat dialogis. Konseling adalah salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu dalam upaya untuk membantu orang lain (pasien atau masyarakat) agar mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Pemberian informasi sangat diperlukan karena komunikasi dapat mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan15. Untuk itu diperlukan komunikasi yang efektif dari petugas kesehatan. Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien atau masyarakat dalam hal ini wanita usia subur. Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada wanita usia subur tersebut secara lengkap sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang pencegahan dini kanker serviks dengan melakukan pameriksaan pap smear. Pengaruh langsung dukungan suami terhadap sikap WUS Variabel dukungan suami berpengaruh tidak langsung terhadap perilaku perilaku pemeriksaan Pap Smear melalui variabel sikap WUS. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara dukungan suami terhadap sikap WUS sebesar 22,1%. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Wortman (dalam Saraino)23, sebagai makhluk sosial manusia tidak lepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dapat menimbulkan hubungan yang positif ataupun yang sifatnya negatif. Positif apabila hubungan tersebut menguntungkan atau cenderung memberikan dukungan, seperti memberikan kasih sayang, rasa aman dan kebahagiaan. Sedangkan yang bersifat negatif adalah hubungan yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, mengancam, bahkan dapat menimbulkan stres. Orang-orang yang memberikan dukungan sosial ini dikatakan sebagai sumber dukungan sosial. Dalam kehidupan sehari-hari dukungan sosial berasal dari berbagai sumber, seperti suami atau pasangan, keluarga, teman-teman, dokter, teman, dan sebagainya. Saraino23, mengatakan bahwa dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang positif dari orang-orang di sekitarnya, dorongan
24
atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu, perbandingan yang positif dengan orang lain, seperti pernyataan bahwa orang lain mungkin tidak dapat bertindak lebih baik. Jenis dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan penghargaan lebih melibatkan adanya penilaian positif dari orang lain terhadap individu dibandingkan dengan dukungan sosial. Bentuk dukungan penghargaan ini muncul dari pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan keterampilan dan prestasi yang dimiki seseorang. Dukungan ini juga muncul dari penerimaan dan penghargaan terhadap keberadaan seseorang secara total, meliputi kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Pengaruh langsung Sumber Informasi terhadap Sikap WUS Variabel sumber informasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear melalui variabel sikap WUS. Hasil uji terhadap koeisiensi parameter antara sumber informasi terhadap terhadap sikap WUS sebesar 0,29%. Komunikasi yang efektif antara petugas kesehatan dan masyarakat merupakan komponen yang sangat penting agar dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan masyarakat, menambah kunjungan ke fasilitas kesehatan, meningkatkan loyalitas masyarakat dan tumbuhnya praktek layanan tenaga kesehatan. Pasien dan penyedia layanan kesehatan sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat.Setiap pihak merasa dimengerti22. Komunikasi efektif antara petugas kesehatan dan pasien (masyarakat) tidak terlepas dari faktor-faktor personal dan Situasional. Konseling merupakan kegiatan komunikasi langsung secara tatap muka yang bersifat dialogis. Konseling adalah salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu dalam upaya untuk membantu orang lain (pasien atau masyarakat) agar mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Pemberian informasi sangat diperlukan karena komunikasi dapat mengkondisikan faktor kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan24. Untuk itu diperlukan komunikasi yang efektif dari petugas kesehatan. Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien atau masyarakat dalam hal ini wanita usia subur. Sebagai komunikator petugas seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada wanita usia subur tersebut secara lengkap sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman-
Perilaku Pemeriksaan Pap Smear dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS)
nya tentang pencegahan dini kanker serviks dengan melakukan pameriksaan pap smear. Kesimpulan Hasil pengujian hipotesisi dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS didapat temuan sebagai berikut : (1) Ada pengaruh langsung dukungan suami terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks oleh wanita usia subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 sebesar 15,7%. (2) Ada pengaruh langsung sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks oleh wanita usia subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 sebesar 16,5%. (3) Ada pengaruh langsung sumber informasi terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya deteksi dini kanker serviks oleh wanita usia subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 sebesar 0,03%. (4) Ada pengaruh tidak langsung dukungan suami melalui variabel sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014 sebesar 22,1%. (5) Ada pengaruh tidak langsung sumber informasi melalui variabel sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan Pap Smear dalam upaya Deteksi Dini Kanker Serviks oleh Wanita Usia Subur (WUS) di Puskesmas Bungursari Purwakarta Tahun 2014, dengan nilai sebesar 0,29%. Berdasarkan kterbatasan dalam Penelitian ini Maka saran dalam penelitian selanjunya sebagai berikut : (1) Disarankan kepada instansi Puskesmas Bungursari Purwakarta untuk meningkatkan pemberian informasi tentang pap smear melalui brosur/lealet kepada ibu-ibu yang berkunjung ke Poliklinik Kebidanan dan meningkatkan pemberian informasi pap smear pada pasangan suami dan istri guna meningkatkan sikap yang baik dalam mengoptimalkan upaya deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan dengan metode pap smear. (2) Diharapkan institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang pap smear sebagai deteksi dini kanker serviks sehingga dapat membentuk sikap yang baik dalam melakukan pemeriksaan kanker serviks dengan metode pap smear, yakni dengan memberikan penyuluhan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala kepada WUS di wilayah Puskesmas Bungursari Purwakarta. (3) Wanita usia subur dibekali pengetahuan yang cukup diharapkan dapat membentuk sikap yang baik tentang pap smear, sehingga WUS dapat melakukan upaya deteksi dini kanker serviks dengan metode pap smear.
Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9. 10. 11. 12.
13. 14.
15. 16.
17.
18.
19.
20.
21.
22. 23. 24.
Depkes RI. Proil Kesehatan Indonesia Tahun. Jakarta. 2009 Emilia Ova. Bebas ancaman kanker serviks. Yogyakarta: Media pressindo. 2010 Wijaya, Delia. Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora. 2010 Diananda, R. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Penerbit Katahati, Yogyakarta. 2009 Samadi, Heru, P. Kanker Serviks. Jakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2010 Zeller, John L. 2007. Carsinoma of The Cervix. JAMA: 298 (19): 2336. Diperoleh pada tanggal 30 agustus 2013 dari http://jama.ama-assn.org/cgi/content/full/298/19/2336 Departemen Kesehatan. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Kanker. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Ditjen PP & PL. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007 Sulistyawati, Ari. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas, Yogyakarta. 2009 Widyastuti Y. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya. 2009 Nugroho Taufan. Kesehatan Wanita Gender dan Permasalahannya, Nuha Medika,Yogyakarta. 2010 Bustan, M, N. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 2008. Ahdani, nurul, dkk. Kajian Faktor Threat dan Coping terhadap Partisipasi Wanita dalam Program Skrining Kanker Leher Rahim di Biro Konsultasi Yayasan Kucala. Jurnal Program Studi Kesehatan Masyarakat Pascasarjana UGM, Yogyakarta. 2010 Ramli Muchlis. Deteksi Dini Kanker. Jakarta. FKUI. Octavia, Chintami. Gambaran Pengetahuan Ibu mengenai Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009. [SKRIPSI]. FK USU, Medan. 2009 Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta. 2010 Artiningsih. 2011. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks. Diperoleh pada tanggal 29 september 2013 dari http:// eprints.uns.ac.id/2066/1/229-429-1-SM.pdf Putriani, Nasria.. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang. [SKRIPSI] Program Studi Ilmu Keperawatan UNDIP, Semarang. 2010 Pujiyono. Pangaruh pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga terhadap pemanfaatan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Blangpidi Medan Tahun 2009. [TESIS]. USU-Medan. 2009 Ghozali, Imam. Structural Equation Modeling Teori, Konsep dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.80. BP UNDIP, Semarang. 2008 Nurhasanah. 2008. Pengaruh karakteristik dan Perilaku Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap Pemeriksaan Pap smear di RSUZA Banda Aceh. Diperoleh pada tanggal 28 september 2013 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/6762/1/08E00456.pdf Pujiyono. Pangaruh pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga terhadap pemanfaatan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Blangpidi Medan Tahun 2009. [TESIS]. USU-Medan. 2009 Syamsul. Pengantar Psikologi. Bandung: Publikasi PPB FIP UPI Saraino. 2004. Dukungan Keluarga. Yogyakarta: Offset. 2009. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan & Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rinneka Cipta. 2007
25