Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 14 No. 1 Tahun 2015
PERILAKU MEROKOK PADA SISWA DI SMK TRIDAYA CIBINONG, BOGOR TAHUN 2014 Afianti1, Sobar Darmadja2 Akbid Annisa2Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju 1 Jl Puspasari No:2 Citeurep Bogor. Tlp. 87904354 Email :
[email protected]
1
Abstrak
Merokok merupakan suatu pemandangan yang biasa kita lihat sehari- hari. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.Beberapa hal yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan, untuk menghilangkan kekecewaan dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besaran Pengaruh iklan rokok, teman sebaya dan sikap terkait rokok, terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor tahun 2014. Penelitianinidiambildari data primer denganmenggunakankuesioner.Sampel yang digunakansebanyak 45 orang denganrancanganpenelitiancross sectional.Penelitiandilaksanakanpadabulan Desembar tahun 2014. Metodeanalisis yang digunakanadalahStructural Equation Modelling(SEM) denganSmartPLS 2.0 dan SPSS 20. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada pengaruh langsung variabel iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa didapat 2.554%. Pengaruh langsung teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa didapat 29.466%. Pengaruh langsung variabel sikap terkait rokok terhadap perilaku merokok pada siswa didapat 13.871%. Pengaruh langsung variable iklan rokok terhadap sikap terkait rokok siswa terdapat 23.490%. Pengaruh langsung teman sebaya terhadap sikap terkait rokok pada siswa terdapat 14.166%. Pengaruh langsung iklan terhadap teman sebaya pada siswa terdapat 9.387%. Faktor lain yang tidak diteliti mempengaruhi variabel perilaku merokok di SMK Tridaya Bogor sebesar 14,4%. Mengingat bahwa perilaku merokok pada siswamasih tinggi, agar dapat meminimalisasikan dengan melalui koordinasi bersama guru-guru, lingkungan sekolah dan dukungan dari teman sebaya di lingkungan sekolah, serta melakukan seminar tentang bahaya melakukan aktifitas merokok.
Kata kunci
Iklan, Teman,Sikap, Perilaku merokok Remaja
Abstract
Smoking is a common sight we see every day. Smoking behavior is considered to provide enjoyment for smokers, but on the other hand may adversely affect the smokers themselves and those around them. Some things that become the background of smoking is to get recognition, to eliminate the disappointment and considers his actions do not violate the norms. The objective of the study is to determine the direct and indirect effect as well as the amount of Effect of cigarette advertisements, peers and tobacco-related behavior, the smoking behavior of students in SMK Tridaya Bogor in 2014. The study was drawn from primary data using questionnaires. The samples are 45 people with cross sectional study design. The research was conducted in December 2014. The analytical method used is Structural Equation Modeling (SEM) with SmartPLS 2.0 and SPSS 20. Based on the results of research that the cigarette advertisements directly influences variable on the smoking behavior of students obtained 2.554%. The direct influence toward peers on the smoking behavior of students obtained 29.466%. The direct effect of variables related to smoking attitudes toward smoking behavior of students obtained 13.871%. The direct influence of cigarette advertisements on cigarette-related attitudes of students are 23.490%. The Direct influence of peers on tobacco-related attitudes in students are 14.166%. The direct effect of advertisement on the students’ peers is 9387%. Another factor which is not studied affects the variable of smoking behavior in vocational Tridaya Bogor is 14.4%. Since the smoking behavior of high school Students is high we need to minimize it by doing coordination with the teachers and the school environment, giving support from peers in the school environment, as well as having seminars about the dangers of smoking behavior.
Key Words
Advertisements, People, Attitudes, Teens’ smoking Behavior
23
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015 PENDAHULUAN Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dijumpai di berbagai tempat umum.Meskipun sudah ada larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok tetap saja tidak menghiraukan larangan tersebut.Sekarang rokok bukan saja dikonsumsi oleh orang dewasa, namun remaja bahkan anakanak sudah mulai mengenal rokok dan mencoba untuk mengkonsumsi rokok. Remaja sebagai generasi penerus sebaiknya telah dipersiapkan sejak dini untuk menghadapi ancaman dan godaan dari hal-hal yang dapat merugikan dan merusak tubuh/fisik seperti merokok. Perilaku remaja untuk merokok tidak lepas dari peran lingkungan sekitarnya dan media massa yang digunakan oleh industri rokok dalam memasarkan dan mengajak audiens agar mengkonsumsi rokok dengan berbagai macam trik periklanan. Disadari atau tidak bahwasanya rokok sebagai produk tembakau mengandung lebih dari 200 racun dan 7000 bahan kimia serta 43 zat yang disinyalir sebagai penyebab utama penyakit namun kenyataannya banyak juga yang mengkonsumsi rokok.1 Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai negara dengan konsumsi tembakau tertinggi dunia setelah Cina dan India. Keadaan ini terjadi akibat peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun yaitu dari 30 milyar batang rokok pertahun di tahun 1970 ke 260 milyar batang rokok di tahun 2010. Pada tahun 2005 jumlah komsumsi rokok di Indonesia mencapai 241 milyar batang dan tahun 2008 menjadi 240 milyar batang. Jumlah perokok laki-laki di Indonesia tertinggi ke 2 di dunia (57%) dibandingkan perempuan (4,9 dan 4,2%).1Usia perokok yang tertinggi pada anak usia 15-19 tahun (34,1% pada tahun 2010 dan 36,3% pada tahun 2013). Sedangkan sebagian besar perokok (68,8%) mulai merokok sebelum umur 19 tahun. Survei Health and Social Care Information Centre (HSCIC) pada orang yang telah merokok, usia pertama kali merokok adalah 12,9 tahun. Trading Standards North West (TSNW) survei menemukan bahwa 58,2% dari anak usia 15-16 tahun yang disurvei telah mencoba merokok dan dimana 3,2% dari jumlah tersebut telah berada dalam kondisi ketagihan atau kecanduan. Keadaan ini menyebabkan Indonesia dijadikan sebagai negara dengan jumlah perokok laki-laki terbanyak di dunia (Aliansi Pengendalian Tembakau Indonesia, 2013).2 Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey 2011 yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbukti jika 24,5% anak laki-laki dan 2,3% anak perempuan berusia 13-15. Lebih dari 700 juta anak yang tinggal bersama dengan perokok terpapar dengan asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan environmental tobacco smoke (ETS). Se-
24
lain itu, hampir semua perokok (85,4%) merokok di dalam rumah. Dan menurut Susenas 2004, sebanyak 30,5% penduduk usia lebih dari 15 tahun merupakan perokok pasif di rumah. Sedangkan sebanyak populasi semua umur (91 juta) terpapar asap rokok di dalam rumah. Pada perempuan (54,5%), pada laki-laki (26%) dan anak-anak 0-14 tahun (58,8%). Hal ini bertentangan dengan pasal 59 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak bahwa pemerintah, lembaga-lembaga negara, masyarakat dan orang tua, mempunyai kewajiban untuk melindungi anak agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, terlindungi serta aktif berpartisipasi. Rokok tidak secara langsung menjadi penyebab kematian seseorang, namun zat-zat yang terkandung dalam rokok terbukti menjadi penyebab utama berbagai penyakit kronis.Walaupun rokok sudah banyak diketahui bahayanya dan menimbulkan banyak penyakit namun masih banyak orang yang tetap merokok. Salah satu alasannya, karena didalam rokok menimbulkan kecanduan bagi para penghisapnya sehingga apabila mereka tidak merokok maka mereka akan merasakan gangguan seperti gelisah, berkeringat dingin, sakit perut, dan lain- lain. Zat-zat yang terkandung dalam rokok antara lain nikotin yaitu zat yang mengandung candu bisa menyebabkan seseorang ketagihan untuk terus menghisap rokok, tar yaitu bahan dasar pembuat aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan dapat menimbulkan kanker, karbonmoniksida yaitu gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini mengikat oksigen dalam tubuh, zat karsinogen yaitu zat yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh, zat iritan yaitu zat yang dapat mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru.3 Umumnya tidak ada satupun organ di dalam tubuh yang tidak terpengaruh oleh asap rokok hampir semua bagian tubuh bisa rusak oleh rokok. Hal ini karena di dalam satu batang rokok mengandung 4.000 senyawa kimia yang 40 diantaranya termasuk racun (toksik) atau karsinogenik (dapat menyebabkan kanker).Penyakit yang disebabkan oleh rokok, yaitu kanker paru. Orang-orang berumur 40 tahun bisa mendapatkan emfisema atau bronkitis, tapi gejala biasanya akan jauh lebih buruk di kemudian hari, menurut American Cancer Society. Rokok juga bisa menyebabkan komplikasi dari diabetes, seperti penyakit mata, penyakit jantung, stroke, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal dan masalah kaki. Dalam setudi yg diterbitkan dalam Archives of Ophthalmology pada tahun 2007 menemukan bahwa orang merokok empat kali lebih mungkin dibanding orang yang bukan perokok untuk mengembangkan degenerasi makula, yang merusak makula, pusat retina, dan menghancurkan penglihatan sentral tajam. the AustralianStudy of Health and Relationships akhir Desember 2006 tentang studi men-
Perilaku Merokok Pada Siswa di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014
genai kebiasaan merokok hingga beresiko impotensi bagi kaum pria atau disebut disfunction erection, menyatakan bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dihisap, maka semakin tinggi resiko seorang laki-laki mengalami impotensi.4 Perilaku merokok juga menimbulkan dampak negatif bagi perokok pasif.Resiko perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan perokok pasif terhadap zat-zat berbahaya sangat rendah dibandingkan dengan perokok aktif. Setiap tahunnya tidak kurang dari 700 juta anak-anak terpapar asap rokok dan menjadi perokok pasif. Menurut Global Youth Tobbaco Survey (GYTS) tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah pelajar yang terpapar asap rokok. Survey tersebut menunjukkan 6 dari 10 siswa (60%) terpapar asap rokok di sekolah dan ada 8 dari 10 (80%) siswa terpapar asap rokok di tempat-tempat umum. GYTS tahun 2011 menyebutkan bahwa 2 dari 3 siswa (68,8%) terpapar asap rokok orang lain di dalam rumah mereka dan lebih dari tiga perempat (78,1%) siswa terpapar asap rokok di tempat-tempat umum. Kebiasaan merokok yang muncul selama ini menyebabkan sekitar 500 juta orang yang masih hidup akan dapat meninggal karena konsumsi rokok dan lebih dari setengah dari mereka adalah anak-anak dan remaja. Di Indonesia perokok pemula adalah mereka yang masih sangat muda.Perilaku merokok terbesar berawal dari masa remaja dan meningkat menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Jumlah perokok dunia mencapai 1,35 miliar orang. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Global Adult Tobbaco Survey (GATS) dilansir Kementrian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa 190.260 orang di Indonesia meninggal dunia akibat konsumsi rokok berarti sekitar 500 orang perhari penduduk Indonesia meninggal akibat konsumsi rokok. Temuan yang diungkap oleh tim peneliti yang ditulis dalam Journal of the American Medical Association. Jumlah perokok di seluruh dunia meningkat menjadi hampir satu miliar orang dan di sejumlah negara termasuk Indonesia dan Rusia lebih dari separuh jumlah penduduk laki-laki merokok setiap hari.Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia.Menurut data WHO pada tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh Negara perokok terbesar di dunia.Jumlah perokok di Indonesia mencapai 65 juta penduduk. Sementara itu China 390 juta perokok dan India 144 juta perokok.5 Pada tahun 1995 prevalensi perokok penduduk ≥ 15 tahun adalah 26,9%. Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5%. Pada tahun 2007 mencapai 34,2%. Kemudian tahun 2010 naik lagi menjadi 34,7%.6 Usia mulai merokok pada usia anak mengalami peningka-
tan, demikian pula umur merokok pada usia remaja dan dewasa muda. Kecenderungan peningkatan usia mulai merokok pada usia yang lebih muda. Adapun usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,2%, pada usia 10-14 tahun sebesar 10,3%, pada usia 15-19 tahun sebesar 33,1%, pada usia 20-24 tahun sebesar 12,1%, pada usia 25-29 tahun sebesar 3,4% pada usia ≥ 30 tahun sebesar 4%, sedangkan menurut data Riskesdas tahun 2010 usia pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7%, pada usia 10-14 tahun sebesar 17,5%, pada usia 15-19 tahun sebesar 43,3%, pada usia 20-24 tahun sebesar 14,6%, pada usia 2529 tahun sebesar 4,3% pada usia ≥ 30 tahun sebesar 3,9%.6 Riset kesehatan dasar Kota Bogor tahun 2013, jumlah perokok di Kota Bogor mencapai 256 dengan rata-rata jumlah batang rokokyang dihisapper hari 8,89%. Kebiasaan merokok dikalangan anak dan remaja di Kota Bogor cenderung mengalami peningkatan sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media. Dalam survei yang dilakukan oleh Universitas Pakuan, Bogor, tepatnya pada tahun 2011, diketahui 34,5% remaja di Bogor sudah menjadi perokok aktif. Di Propinsi Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 jumlah remaja (usia 1019 tahun) sebanyak 8.145.616 jiwa yang terdiri dari 51,8% laki-laki dan 48,2% perempuan. Survei sosial ekonomi daerah Jawa Barat tahun 2002, didapatkan bahwa 7,22% usia penduduk pertama kali merokok kurang dari 10 tahun ada di Kota Bogor.7 Kelompok teman sebaya yang dianggap oleh para remaja sebagai orang-orang yang mampu memberikan dukungan emosional dan perasaan aman pada remaja ketika mencoba peran barunya. Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.8 Merokok merupakan hal yang baru bagi remaja dan biasanya remaja melakukan perilaku merokok agar mendapat pengakuan sebagai anggota dalam suatu kelompok teman sebaya. Kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok akan meningkat, jika memiliki teman-teman yang merokok atau sering berkumpul bersama teman-teman yang merokok.9 Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian pula sebaliknya.Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang merokok, begitu pula dengan remaja non perokok biasanya mempunyai sahabat yang non perokok juga.9
25
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015 Selain kesehatan, rokok juga berdampak kurang baik bagi perkembangan psikologis remaja.Rokok identik dengan pergaulan remaja yang lebih rentan terhadap kenakalan dari pada pergaulan remaja tanpa rokok. Pergaulan remaja dengan rokok cenderung memberi remaja pemikiran bahwa rokok bisa menjadi pelarian akan tiap masalah. Remaja kemudian akan merokok ketika mendapat masalah dalam hidupnya. Di dalam rokok memang mengandung zat yang bisa membuat perokok merasa lebih baik namun tentunya hal ini juga menyebabkan kecanduan. Kecanduan akan rokok terbilang sulit untuk diatasi. Pergaulan remaja dalam lingkungan perokok juga dapat mengantarkan pada kenakalan remaja yang lebih besar lagi yakni penggunaan obat terlarang dan pergaulan bebas.Menghisap rokok yang sebenarnya adalah obat terlarang bisa saja dialami.Dengan demikian, remaja bisa dengan mudah masuk dalam pengaruh obat terlarang dan mengalami kecanduan.Selain itu, rokok juga menyebabkan remaja menjadi lebih boros karena harus mengeluarkan uang secara rutin untuk membeli rokok.Apalagi jika sudah terkena pergaulan remaja yang negatif, bisa-bisa anak berusaha mengambil harta orang tuanya. Kota Bogor adalah sebuah kota di ProvinsiJawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak 59 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Dahulu luasnya 21,56 km², namun kini telah berkembang menjadi 118,50 km² dan jumlah penduduknya 949.066 jiwa (2010). Jumlah penduduk remaja di Provinsi Jawa Barat mencapai 11.358.704 jiwa atau sebesar 26,60% dari total jumlah penduduk di Jawa Barat. Cibinong sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, jumlah penduduk3.489.223 jiwa.SMK Tridaya terletak di wilayah Cibinong Bogor dengan alamat Jalan. Raya Jakarta Bogor Km. 43 Cibinong, Pabuaran, Bogor.Dengan jumlah siswa 523 orang.perempuan 15 orang (2,86%), laki-laki 508 orang (97,13%). Faktor yang mempengaruhi kualitas kesehatan dan kualitas hidup seseorang salah satunya yaitu perilaku merokok, berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan dengan melakukan wawancara kepada 10 siswa laki-laki di SMK Tridaya Cibinong, Bogor, yang berpedoman pada landasan teori yang berbentuk kuesioner mengenai perilaku merokok remaja, pada tanggal 23 Maret didapatkan hasil bahwa perilaku merokok remaja di SMK Tridaya, 4 (40%) menyatakan tidak merokok dan 6 (60%) menyatakan merokok, yaitu 4 (66,7%) biasanya merokok setelah pulang sekolah, dilakukan di tempat umum (warung, kendaraan umum). Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan penjual warung setempat yang mengatakan bahwa ada beberapa siswa SMK Tridaya yang membeli rokok ditempatnya.2 (33%) merokok dilakukan
26
saat sendiri di dalam kamar tidur pribadi.Kebiasaan Merokok dilakukan ada yang dari SMP ada juga mulai masuk SMK.Setiap hari rokok yang di habiskan antara 3-7 batang rokok. Para siswa mempunyai sikap penilaian yang positif tentang rokok dan ketertarikan yang tinggi terhadap rokok. Tujuan penelitian ini pengaruh iklan rokok, teman sebaya dan sikap tentang perokok terhadap perilaku merokok pada siswa Di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014.10 Metode Penelitian ini menggunakan desain obsevasional dengan metode survey dan pendekatan cross sectional (potong lintang). Tempat penelitian di lakukan di wilayah kerja dilakukakan di SMK Tridaya Cibinong, Bogor pada bulan Desember tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswalaki-laki di SMK Tridaya Cibinong Bogor Jawa Barat. Besar sampel dalam penelitian ini terdiri dari acsidental sampling yaitu sebanyak 45 orang, dengan kriteria dapat menjawab sendiri kuesioner dan memenuhi kriteria bahwa responden tersebut mampu berkomunikasi dengan baik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Kriteria Populasi Dan Sampel Kriteria inklusi adalah Semua siswa laki-laki yang sekolah di SMK Tridaya Cibinong Bogor. Siswa yang masuk sekolahpada saat penelitian.Bersedia menjadi responden.Kriteria eksklusi adalah siswa yang berhalangan datang pada saat penelitian, siswa yang berada di lokasi penelitian tapi berhalangan.Tidak bersedia menjadi responden. Struktural Equation Model Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan inner model yang spesifikasinya hubungan antar variabel laten (structural model), diukur dengan menggunakan Q-Square predictive Relevance dengan rumus Q² = 1-(1-Rı²) (1-Rp²).Outer model yang menspesifikasikan hubungan antar variabel laten dengan indikatornya atau variabel manifestasinya (measurement model), diukur dengan melihat convergent validity loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup, untuk jumlah indicator dari variabel laten berkisar 3 sampai 7, sedangkan discriminant validity direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5 dan juga dengan melihat (3) weight relation dimana nilai kasus dari variabel laten tetap diestimasi. Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indicator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variance sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat dihilangkan dalam model.11
Perilaku Merokok Pada Siswa di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014
Hasil Analisis univariat Data penelitian dikumpulkan dengan mengajukan kuesioner kepada 45 orang responden, yaitu siswa di SMK Tridaya Bogor. Berdasarkan tabel 6.1 dari 45 orang responden, sebagian besar responden dalam penelitian ini tinggal bersama orang tua 20 responden (44,4%), sedangkan tinggal bersama nenek 11 responden (24,4%) dan tinggal bersama saudara 14 responden (31,1%). Sebagian besar responden dalam penelitian ini usia 15-16 sebesar 30 responden (66,7%), sedangkan usia 15-16 sebesar 15 responden (33,3%). Berdasarkan data pada tabel di atas, pada variabel perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor, kisaran jawaban responden antara 1554 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata 39 dan standar deviasi 1,60, hal ini mengindikasikan tanggapan responden terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor baik. Pada variabel iklan rokok, kisaran jawaban responden antara 15-79 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 64 dan standar deviasi 1,58, hal ini mengindikasikan iklan rokok terhadap perilaku merokok cukup baik. Pada variabel teman sebaya, kisaran jawaban responden antara 27-61, hampir sama dengan kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 34 dan standar deviasi 1,62, hal ini mengindikasikan teman sebaya yang pernah diperoleh responden cukup baik. Pada variabel sikap terkait rokok, kisaran jawaban responden antara 23-60, hampir sama dengan kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 37 dan standar deviasi 1,23, hal ini mengindikasikan sikap terkait rokok yang pernah diperoleh responden cukup baik. Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel yang diteliti yang menunjukkan nilai minimum, maksimum, rata-rata, median, dan mode. Dari data di atas, terlihat bahwa dari 45 orang responden dalam penelitian ini, diketahui nilai rata-rata untuk perilaku merokok pada siswa sebesar 3,2000, dengan median 3,00, mode 2,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Untuk variabel iklan rokok nilai rata-rata sebesar 2,7333, dengan median 2,00, mode 2,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Sedangkan variabel teman sebaya nilai rata-rata sebesar 3,0444, dengan median 3,00, mode 1,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Pada variabel sikap terkait rokok nilai rata-rata sebesar 3,9333, dengan median 4,00, mode 3,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Dari data yang dapat dilihat bahwa variabel Perilaku, iklan rokok, teman sebaya dan sikaptidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil
uji Chi Square dengan taraf signifikansi 5% semuanya lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan jawaban variabel Perilaku, iklan rokok, teman sebaya dan sikap tidak ada hubungan dengan variasi penggolongan karakteristik responden. Model Struktural PLS Structural equation modeling (SEM) merupakan teknik statistik yang digunakan untuk membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model sebab akibat. SEM sebenarnya merupakan teknik hibrida yang meliputi aspek-aspek penegasan (confirmatory) dari analisis faktor, analisis jalur dan regresi yang dapat dianggap sebagai kasus khusus dalam SEM.Sedikit berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya mengatakan structural equation modeling (SEM) berkembang dan mempunyai fungsi mirip dengan regresi berganda, sekalipun demikian nampaknya SEM menjadi suatu teknik analisis yang lebih kuat karena mempertimbangkan pemodelan interaksi, nonlinearitas, variabel – variabel bebas yang berkorelasi (correlated independents), kesalahan pengukuran, gangguan kesalahan-kesalahan yang berkorelasi (correlated errorterms), beberapa variabel bebas laten (multiple latent independents) dimana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa indikator. Dengan demikian menurut definisi ini SEM dapat digunakan alternatif lain yang lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan regresi berganda, analisis jalur, analisis faktor, analisis time series, dan analisis kovarian. Evaluasi Outer Model Setelah mendapatkan frekuensi dan profil responden, data kemudian diolah dengan program SmartPLS2.0 dari data yang terkumpul. Evaluasi dengan indikator reflektif evaluasi dengan convergent dan discriminat validity dari indikatornya dan composite reability untuk blok indikatornya. Sedangkan evaluasi outer model formatif berdasarkan substantif contentnya, yaitu dengan membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikan dari ukuran weight tersebut.Indikator reflektif. Indikator ini mempunyai ciri-ciri: arah hubungan kausalitas dari variabel laten ke indikator, antar indikator diharapkan saling berkorelasi (instrumen harus memiliki consistency reliability), menghilangkan satu indikator, tidak akan merubah makna dan arti variabel yang diukur, dan kesalahan pengukuran (eror) pada tingkat indikator. Sebagai contoh model indikator reflektif adalah variabel yang berkaitan dengan sikap (attitude) dan niat membeli (purchase intention).Indikator formatif. Ciri-ciri model indikator reflektif yaitu: arah hubungan
27
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015
Gambar1 OutputPLS (loading factors)
kausalitas dari indikator ke variabel laten, antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi (tidak diperlukan uji reliabilitas konsistensi internal), menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari variabel laten, dan kesalahan pengukuran berada pada tingkat variabel laten. Variabel laten dengan indikator formatif dapat berupa variabel komposit. Model awal sebagai berikut: Berdasarkan pada pemodelan diatas tersebut nilai koefisien dari setiap indikator lebih besar dari 0,5. Berdasarkan tabel tersebut, hasil pengukuran nilai T statistik dari setiap indikator ke variabel lebih besar dari 1,96 dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hal itu berarti, semua indikator berpengaruh secara signifikan terhadap variabel yang teliti, koefesien parameter yang bernilai positif, berarti terdapat ada pengaruh yang positif dari setiap indikator terhadap variabel yang diteliti.Setelah dihilangkan variabelnya menjadi model ke tiga, setelah itu kita melakuakan pengukuran atau outer modeldengan indikator reflektif dievaluasi denganconvergentdan discrimant validity dari indikatornya, dan composite reability untuk blok indikator. Berdasarkan pada model pengukuran diatas tersebut, seluruh indikator yaitu analisis pada variabel penelitian dengan loading factor lebih besar dari 0,5 sehingga dapat dikatakan signifikan atau memenuhi
28
syarat Convergent validity. Angka loading tersebut jauh dari 0,5 sehingga indikator tersebut dapat dilakukan pengujian discriminanty validity. Hasil pengukuran dengan membandingkan nilai square root of Average Extraced (AVE) setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model.Evaluasi model pengukuran dengan square root avarage variance extracted adalah membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi antar konstruk. Dari output PLS hasil akar dari semua konstruk lebih besar dari pada korelasi antar konstruk. Nilai AVE untuk semua konstruk lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik. Berdasarkan hasil pengukuran dalam kedua tabel tersebut, akar AVE dari setiap konstruk memiliki nilai lebih besar dari korelasi antar konstruk. Sehingga semua konstruk dalam model yang diestimasikan memenuhi syarat diskriminan validity dan nilai korelasi variabelnya laten telat disajikan pada tabel diatas. Hasil evaluasi reliabilitas outer model diatur dalam tabel dibawah ini dengan mengevaluasi nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability.Setelah diuji validitas dan dinyatakan variabel dan indikator telah valid maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk hasil compos-
Gambar 2 Output PLS (uji T Statistik)
Perilaku Merokok Pada Siswa di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014
ite reliability akan menujukkan nilai yang memuaskan jika diatas 0.70. Hasil evaluasi reliabilitas outer model dapat dilihat dalam tabel dengan mengevaluasi nilai Cronbach’s Alpha dan composite reliability. Berikut adalah nilai composite reliability pada output: Berdasarkan hasil pengukuran dalam kedua tabel tersebut, baik composite reliability maupun Cronbachs Alpha, dari setiap konstruk memiliki nilai lebih besar dari 0,50. Sehingga semua konstruk dalam model yang diestimasi memenuhi syarat construk reliability. Uji Inner Model Setelah dilakukan uji terhadap outer model dan model yang diestimasikan memenuhi criteria outer model maka dilanjutkan uji inner model, yang dapat dilihat sebagai berikut: Terlihat diatas bahwa semua variabel brhubungan signifikan karena > 1.96 atau CI 95%. Nilai R-Square Tabel 1 Hasil Pengukuran R-Square R Square Iklan Perilaku Merokok Sikap Teman Sebaya
0.486289 0.634604 0.232966
Sumber: Hasil olah data penelitian Tahun 2015
Nilai R Square menyatakan bahwa perilaku merokok pada siswa, sikap terkait rokok dan teman sebaya mampu menjelaskan variabel sikap sebesar 48,62%, 63,46 dan sebesar 23,29% variabel sikap terkait rokok dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain teman sebaya dan iklan rokok. variabel iklan rokok, teman sebaya dan sikap terkait rokok, terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor sebesar 51.38%, 36.54% dan sebesar 76.71% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain iklan rokok, teman sebaya dan sikap terkait rokok. Pengukuran nilai T statistik dari setiap indikator ke variabel lebih besar dari 1,96 dengan tingkat kepercayaan 95 % (α=0,05). Hal itu berarti, semua indikator berpengaruh secara signifikan terhadap variabel yang teliti, koefesien parameter yang bernilai positif, berarti terdapat ada pengaruh yang positif dari setiap indikator terhadap variabel yang diteliti. Sesudah itu baru mendapakan nilai pengaruh yang signifikan antara sikap terkait rokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.
berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku merokok pada siswa. Hasil uji koefisien parameter antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa menunjukkan terdapat pengaruh langsung dan parameter antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa melalui sikap sebesar 2.55% terhadap perilaku. Sedangkan perilaku tidak langsung antara iklan rokok terhadap sikap terhadap rokok pada siswa menunjukkan nilai sebesar 23.49%. Pengaruh langsung sikap terhadap perilaku merokok pada siswa didapat 13.87%.Teman sebaya berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku merokok pada siswa. Hasil uji koefisien parameter antara teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa menunjukkan terdapat pengaruh langsung terhadap perilaku merokok pada siswa sebesar 29.466%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung teman sebaya terhadap perilaku melalui sikap didapat sebesar 14.166%. Sehingga nilai dari masing-masing pengaruh langsung variabel laten independent tersebut apabila secara bersama-sama menunjukkan kesesuaian dengan nilai r square. Predictive Relevance (Nilai Q-Square) Nilai Q-square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut: Q2 = 1- (1-R12) (1-R22) = 1- (1- 0.486289) (1- 0.634604) (1- 0.232966) = 1 – (0.513711) (0.365396) (0.767034) = 1 – (0.143978) = 0.856022 atau 85,60% Galat Model = 100% - 85,60% = 14.40% Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 85,60% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 14.40% dijelaskan variabel lain yang tidak ada dalam penelitian ini.
Dari tabel 2 menyatakan bahwa iklan rokok
29
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015 Pengukuran Uji Hipotesis Tabel 2 Presentase Besaran Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung Variabel
LV Correlation
Direct Rho
Indirect Rho
Total
Direct %
Indirect %
Total %
Iklan Rokok
0.436931
0.121
0.026
0.147
2.554
23.490
26.043
Teman Sebaya
0.67216
0.438
0.163
0.601
29.466
14.166
43.632
Sikap Terkait Rokok
0.625181
0.222
0.041
0.263
13.871
0.000
13.871
45.892
37.656
83.547
Sumber : data olahan SmartPLS, 2015
Diskusi Gunarsa mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu,bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur – umur tertentu dan akan menurun. kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut Umur yang dianggap dewasa secara fisik dan psikis adalah > 35 tahun.12Hasil penelitian menemukan bahwa usia 15-16 tahun merupakan jumlah terbesar 30 responden (66,7%). Umur tersebut termasuk dalam umur muda, yang dapat berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kedewasaannya, termasuk perilaku dalam perilaku merokok pada siswa. Perilaku Merokok Pada Siswa Di SMK Tridaya Bogor Berdasarkan data pada tabel di atas, pada variabel perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor, kisaran jawaban responden antara 15-54 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (1575) dengan nilai rata-rata 39 dan standar deviasi 1,60, hal ini mengindikasikan tanggapan responden terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor baik. Dari data di atas, terlihat bahwa dari 45 orang responden dalam penelitian ini, diketahui nilai rata-rata untuk perilaku merokok pada siswa sebesar 3,2000, dengan median 3,00, mode 2,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Bahwa jawaban responden dalam mengukur perilaku merokok pada siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur, tempat tinggal, karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P-value (Asymp.Sig) > 0,05 yang menunjukkan perilaku mengukur perilaku merokok pada siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden atau dengan kata lain karakteristik tidak memiliki variasi terhadap jawaban responden.
30
Perilaku merokok remaja adalah seseorang yang berusia 11 sampai 19 tahun melakukan aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya serta dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok, fungsi merokok dan tempat merokok dalam kehidupan sehari-hari menurut Lavental dan Cleary.13 Nilai R Square menyatakan bahwa perilaku merokok pada siswa, sikap terkait rokok dan teman sebaya mampu menjelaskan variabel sikap sebesar 48,62%, 63,46 dan sebesar 23,29% variabel sikap terkait rokok dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain teman sebaya dan iklan rokok. Variabel iklan rokok, teman sebaya dan sikap terkait rokok, terhadap perilaku merokok pada siswa di SMK Tridaya Bogor sebesar 51.38%, 36.54% dan sebesar 76.71% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain iklan rokok, teman sebaya dan sikap terkait rokok. Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut.13 Menurut peneliti salah satunya adalah faktor umur yang termasuk dalam kategori remaja. Pada fase remaja berkaitan dengan pencarian jati diri dan biasanya remaja menjadikan perilaku merokok sebagai simbol dari kekuatan. Sikap Terkait Rokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Pada variabel sikap terkait rokok, kisaran jawaban responden antara 23-60, hampir sama dengan kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 37 dan standar deviasi 1,23, hal ini mengindikasikan sikap terkait rokok yang pernah
Perilaku Merokok Pada Siswa di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014
diperoleh responden cukup baik. Pada variabel sikap terkait rokok nilai rata-rata sebesar 3,9333, dengan median 4,00, mode 3,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00.Bahwa jawaban responden dalam mengukur sikap dalam perilaku merokok pada siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur, tempat tinggal, tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P value (Asymp.Sig) > 0,05 yang menunjukkan sikap kesehatan tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden atau dengan kata lain karakteristik tidak memiliki variasi terhadap jawaban responden.Variabel sikapterhadapperilaku merokok pada siswa. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara sikap terhadap perilaku merokok pada siswa menunjukkan ada pengaruh positif (0.221877), sedangkan nilai T Statistik sebesar 2.918350 dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Untuk pengaruh langsung sikap terhadap perilaku merokok pada siswa didapat 13.87%. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek.14 Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi” tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.14 Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kejiwaan dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus dari lingkungan.15 Dalam hal ini sikap tidak dapat terlepas dari perilaku, artinya dimana seseorang bersikap menolak suatu objek ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut atau bahkan sebalinya jika seseorang menerima objek tersebut cenderung individu tersebut untuk melakukannya atau mendekati objek tersebut. Misalnya seseorang yang bersikap menolak terhadap merokok, cenderung ia akan menghindar dari aktivitas merokok bahkan mungkin menghir dari orang yang sedang merokok. Hal ini sesuai yang tertulis remaja cenderung percaya bahwa merokok terlihat lebih gaul dan matang, serta merasa dapat diterima temanteman.16 Peneliti dapat berasumsi salah satu perilaku yang muncul adalah perilaku merokok yang dianggap sebagai simbol kematangan, perilaku ini seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama. Seorang remaja akan menganggap bahwa perilaku merokok dapat menjadikan dirinya lebih dewasa. Remaja yang merokok akan merasa dirinya sudah memasuki masa dewasa, seorang remaja menginginkan suatu kebebasan.
Iklan Rokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Pada variabel iklan rokok, kisaran jawaban responden antara 15-79 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 64 dan standar deviasi 1,58, hal ini mengindikasikan iklan rokok terhadap perilaku merokok cukup baik. Untuk variabel iklan rokok nilai rata-rata sebesar 2,7333, dengan median 2,00, mode 2,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Bahwa jawaban responden dalam mengukur iklan rokok dalam perilaku merokok pada siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur, tempat tinggal, karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P value (Asymp.Sig) > 0,05 yang menunjukkan iklan rokok tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden atau dengan kata lain karakteristik tidak memiliki variasi terhadap jawaban responden. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa.Hasil uji terhadap koefisien parameter antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa menunjukkan ada pengaruh negatif 0.121096), sedangkan nilai T Statistik sebesar 2.278373 dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Hasil uji koefisien parameter antara iklan rokok berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku merokok pada siswa. Hasil uji koefisien parameter antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa menunjukkan terdapat pengaruh langsung dan parameter antara iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa melalui sikap sebesar 2.554%terhadap perilaku. Peneliti dapat berasumsi Iklan rokok sebagai media promosi rokok dan berbagai jenis sangat potensial membentuk perilaku merokok remaja.Pengetahuan tentang rokok banyak didapatkan melalui iklan rokok, baik jenis rokok terbaru maupun bahaya dari rokok itu sendiri. Pengaruh Iklan terhadap Sikap Terkait Rokok Kemudian untuk variabel iklan rokok terhadap sikap terkait rokok pada siswa.Hasil uji terhadap koefisien parameter iklan rokok terhadap sikap merokok pada siswa menunjukkan ada pengaruh positif (0.115272), sedangkan nilai T Statistik sebesar 3.058134 dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Berdasarkan dari definisi iklan diatas maka dapat disimpulkan bahwa iklan adalah pesan yang merupakan bentuk dari komunikasi non personal dan bersifat membujuk orang lain. Tayangan iklan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku sesuai dengan apa yang menjadi tujuan para pengguna jasa periklanan. Iklan disebarkan melalui berbagai media massa maupun berupa spon-
31
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015 sor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser musik. Iklan yang seringkali menjadi sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser musik adalah iklan rokok. Dalam promosinya, rokok diasosiasikan dengan keberhasilan dan kebahagian. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja. Terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media massa, remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun. 93,63% menyatakan bahwa mereka telah melihat iklan di pelayanan kesehatan masyarakat tentang pengaruh perilaku merokok dan televisi sebagai media informasi yang paling banyak diakses oleh mereka.17Menemukan 87% remaja terpapar iklan rokok di televisi, 75% terpapar melalui billboards, 42% melalui radio, dan 32% melalui surat kabar.16 Penelitian pada bulan Maret 2007 terhadap 278 siswa pada sebuah SMP Negeri di Makassar menunjukkan 15,2% remaja merokok karena pengaruh media massa dan 92,4% responden sering melihat iklan rokok.16Penelitian lain menunjukkan hampir seluruh responden (93%) terpapar oleh iklan rokok di televise.18 Sedangkan perilaku tidak langsung antara iklan rokok terhadap sikap terhadap rokok pada siswa menunjukkan nilai sebesar 23.490%. Peneliti dapat berasumsi terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan rokok di lingkungan mereka, dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media massa, remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok karena gencarnya iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun. Iklan rokok sebagai media promosi rokok dan berbagai jenis sangat potensial membentuk sikap. Peneliti dapat berasumsi Iklan rokok sebagai media promosi rokok dan berbagai jenis sangat potensial membentuk dan menggunakan media massa untuk membujuk atau mempengaruhi audiens sasaran dalam hal ini adalah remaja yang berumur sepantaran. Pengaruh Iklan Rokok Terhadap Teman Sebaya Iklan pada dasarnya bermaksud mempengaruhi orang lain untuk membeli sebuah produk berupa barang atau jasa. Kemudian untuk variabel iklan rokok terhadap sikap terkait rokok pada siswa.Hasil uji terhadap koefisien parameter iklan rokok terhadap sikap merokok pada siswa menunjukkan ada pengaruh
32
positif (0.482666), sedangkan nilai T Statistik sebesar 9.387552 dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada di atas nilai kritis (1,96). Sedangkan perilaku tidak langsung antara iklan rokok terhadap sikap terhadap rokok pada siswa menunjukkan nilai sebesar 23.490%. Sebagian besar karena yakin dapat mengurangi stres (44,8%), dan hanya 19,8% merokok karena pergaulan. Sebaliknya menurut pelajar SMU 13, munculnya budaya merokok di kalangan remaja diakibatkan oleh pergaulan dan gencarnya iklan rokok, yang mendorong remaja untuk merokok. Iklan disebarkan melalui berbagai media massa maupun berupa sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja dan konser musik. Pengaruh Teman sebaya Terhadap Sikap Terkait Rokok Dalam perkembangan social remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting,.Peran temanteman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku.Besarnya teman sebaya terhadap sikap merokok pada siswa. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara teman sebaya terhadap sikap merokok pada siswa adalah sebesar 0.408 artinya terdapat pengaruh yang positif dari teman sebaya terhadap sikap merokok pada siswa, sedangkan nilai T Statustik sebesar 8.685 dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada jauh di atas nilai kritis (1,96). Untuk pengaruh tidak langsung pengaruh teman sebaya terhadap sikap terkait rokok di dapat 11,95%. Dalam perkembangan social remaja, teman sebaya sangatlah berperan penting.Peran teman- teman sebaya terhadap remaja terutama berkaitan dengan sikap, minat,pembicaraan, penampilan dan perilaku.Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian social. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluara dan sekolah. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya, maka pengaruh teman- teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima menjadi anggota kelompok lebih besar.19 Kelompok social yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah teman dekat.Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat sling mempengaruhi satu sama
Perilaku Merokok Pada Siswa di SMK Tridaya Cibinong, Bogor Tahun 2014
lain.Kelompok kecil. Kelompok ini terdiri dari kelompok teman- teman dekat. Pada mulanya, terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks. Kelompok besar.Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan.Kelompok ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara angota- anggotanya.Terdapat jarak social yang lebih besar di anatar mereka. Kelompok yang terorganisasi.Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan social para remaja yang tidak mempunyai kelompok atau kelompok besar.Kelompok geng.Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari anak- anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui perilaku anti sosial. Hal ini sesuai dengan penelitian teman sebaya memberikan sumbangan yang efektif sebesar 33,48%. Dalam menngambil sikap sehubungan kebutuhan untuk diterima atau untuk diterma kelompok teman sebaya. Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Pada variabel teman sebaya, kisaran jawaban responden antara 27-61, hampir sama dengan kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75), dengan nilai rata-rata 34 dan standar deviasi 1,62, hal ini mengindikasikan teman sebaya yang pernah diperoleh responden cukup baik. variabel teman sebaya nilai rata-rata sebesar 3,0444, dengan median 3,00, mode 1,00, nilai terendah 1,00 dan tertinggi 6,00. Bahwa jawaban responden dalam mengukur teman sebaya dalam perilaku merokok pada siswa tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden, dalam hal ini meliputi umur, tempat tinggal, tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden karena hasil uji Chi Square dengan tingkat signifikansi 5% menunjukkan P value (Asymp.Sig) > 0,05 yang menunjukkan teman sebaya tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden atau dengan kata lain karakteristik tidak memiliki variasi terhadap jawaban responden. Dari hasil penelitian juga menyatakan teman sebaya berpengaruh terhadap perilaku merokok pada siswa. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara teman sebaya terhadap Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa menunjukkan ada pengaruh positif 0.160, sedangkan nilai T Statistik sebesar 3.417, dan signifikan pada alpha 5%. Nilai T Statistik tersebut berada jauh di atas nilai kritis (1,96). Untuk pengaruh langsung teman sebaya terhadap perilaku merokok
pada siswa didapat 10,30% Jadi pengertian teman sebaya yang dimaksud adalah peranan yang diberikan oleh kelompok teman sebaya dengan mengidentifikasikan diri dan mengambil standar berdasarkan usia, tingkat dan pendirian yang relatif sama serta pandangan yang sama pula. Hubungan teman sebaya selama masa remaja menjadi sangat penting. Dalam masa ini muncul satu atau dua teman menjadi akrab, remaja berbicara dari hati ke hati mengenai persoalan yang tidak boleh didengar, diketahui oleh guru atau orang tua remaja. Pengaruh teman sebaya terhadap perilaku merokok remaja sangat besar yang terbukti bahwa 54% siswa pernah ditawari merokok oleh teman (Anggarwati, 2014). Teman sebaya secara positif memengaruhi niat remaja merokok (nilai p = 0,000) dan menjadi faktor yang paling dominan di antara variabel bebas yang lain.20Kelompok sebaya merupakan sumber penting dari rokok pertama remaja.21Dengan merujuk konsep transmisi perilaku, pada dasarnya perilaku dapat ditransmisikan melalui transmisi vertikal dan horisontal. Transmisi horisontal dilakukan oleh teman sebaya dalam hal ini lingkungan teman sebaya. Kebutuhan untuk diterima sering kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima kelompoknya dan terbebas dari sebutan ‘pengecut’ dan ‘banci’.Remaja mengalami tekanan internal untuk merokok jika orang lain di sekitar mereka merokok. Rokok digunakan untuk meningkatkan status sosial anak laki-laki di antara teman-teman mereka. Jika mereka merokok dengan ‘baik’, merek rokok mahal dan populer, mereka merasa lebih percaya diri, lebih dewasa, dan lebih kaya daripada rekan-rekan mereka.21Peneliti dapat berasumsi Situasi dan kondisi yang sering mendorong mereka untuk merokok adalah saat bersama teman yang juga perokok. Kesimpulan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh langsung yang tidak signifikan pada variabel iklan rokok terhadap perilaku merokok pada siswa. Selain itu didapatkan pengaruh langsung yang tidak signifikan pada variabel teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa. Pengaruh langsung yang tidak signifikan juga terdapat pada variabel sikap terkait rokok terhadap perilaku merokok pada siswa. Pengaruh langsung yang tidak signifikan terdapat juga pada variable iklan rokok terhadap sikap terkait rokok siswa. Dan pengaruh langsung tetapi tidak signifikan pada variabel teman sebaya terhadap sikap terkait rokok pada siswa. Serta pengaruh langsung yang tidak signifikan pada variabel iklan terhadap teman sebaya pada siswa.
33
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 14 No. 1 Tahun 2015 Saran Mengingat bahwa perilaku merokok pada siswa masih tinggi, agar dapat meminimalisasikannya, dengan melalui koordinasi bersama guru-guru, lingkungan sekolah dan dukungan dari teman sebaya di lingkungan sekolah, serta melakukan seminar tentang bahaya melakukan aktifitas merokok Daftar Pustaka 1.
Depkes RI. Masalah merokok di Indonesia.Jakarta; Departemen Kesehatan Indonesia.Tersedia online:http:/www. Promkes.depkes.go.id/index.php/topik/94.Pengendalian/ rokok26-Pengendalian-Masalah-rokok-di-Indonesia.Diaksespada {tanggal}.
2.
Aliansi Pengendali Tembakau Indonesia. Peta jalan pengendalian produk tembakauk Indonesia. Surakarta: Muhammadiyah University Pess; 2013.
3.
Wijaya. data dan situasi rokok (cigarette) Indonesia terbaru.Tersedia online http://www.infodokterku.com/index. php?option=com_content&view=article&id=143:data-dan-situasi-rokok-cigarette-indonesiaterbaru&catid=40:data&Ite. Diakses 18 Januari 2012.
4.
Nurlailah. Hubungan antara persepsi tentang dampak merokok terhadap kesehatan dengan tipe perilaku mahasiswa. [Skripsi. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah; 2010.
5.
Anggarwati. Hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2014.
6.
Depkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
7.
Depkes RI. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2012.
8.
Wicaksono. Pengaruh teman sebaya prestasi belajar SD Gugus Jendral Sudirman Kecamatan Sempor. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta; 2014.
9.
Mu’tadin, Zainul. RemajadanRokok. Tersedia online: http:// herbalstoprokok.wordpress.com. Diaksespada 3 Oktober 2012.
10. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta; 2010. 11. Sugiyono. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; 2012 12. Suparyanto. Konsep sikap. Tersedia online: http://dr-suparyanto.com. Diakses 02 November 2012. 13. Komalasari, Dian &Helmi, AvinFadilla. Faktor-faktorpenyebabperilakumerokokpadaRemaja. JurnalPsikologi.Tersedia Online: avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_ avin.pdf.Diaksespada2012. 14. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010 15. Azwar, Saifuddin. Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013 16. Rachmat M. Studi perilaku merokok remaja pada SMP Negeri 8 Makassar tahun 2013 Skripsi. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013. 17. Chotidjah, S. Pengetahuan tentang rokok, pusat kendali kesehatan eksternaldan perilaku merokok. Makara Sosial Hu-
34
maniora; 2012. 18. Widiansyah. Faktor- faktor penyebab perilaku remaja perokok di desa Sidorejo Kabupaten Penajem Paser Utara. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta; 2014. 19. Widiansyah. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok siswa SLTP di Bekasi tahun 2014. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia; 2014. 20. Desmita. Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2010. 21. Hasanah, A. U & Sulastri. Hubungan antara dukungan orang tua,teman sebaya dan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali; 2010