Jurnal Ilmiah Kesehatan
ARTIKEL PENELITIAN
Vol. 15 Nomor 2, 2016
PERILAKU PEMANFAATAN PUSAT INFORMASI DAN KONSELING REMAJA (PIK-R) DI SMK N 28 JAKARTA SELATAN Luh Gede Abadi1, Astrid Novita2 1. Politeknik Karya Husada Jakarta Selatan 2. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju
[email protected],
[email protected]
Abstrak
Salah satu permasalahan yang menonjol di kalangan remaja adalah masalah kesehatan reproduksi. Program kesehatan reproduksi remaja dan perilaku seksual menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena kurangnya remaja memanfaatkan PIKR. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, motivasi diri, dukungan tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja (PIK-R) di SMK N 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Metode yang digunakandalam penelitianiniadalah pendekatan kuantitatif yang menggunakandesaincrosssectional. Sampel yang digunakansekitar 60siswa sebagai responden.Metode analisis yang digunakan adalah Structural Equation Model (SEM) mengunakan SmartPLS 2.0 dan SPSS 15.Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS menghasilkan temuan penelitian yaitu variabel perilaku pemanfaatan PIKR oleh remaja dipengaruhi pengetahuan (8.38%), motivasi diri (27.78%), ketersediaan fasilitas (44.70%). Ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang dominan yang sangat mempengaruhi perilaku remaja dalam memanfatkan pusat informasi dan konseling remaja di SMKN 28 Jakarta Selatan. Model hasil analisis dapat menjelaskan 90.68% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 9.32% dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Saran penelitian sebaiknya petugas kesehatan dapat mengembangkan program PIK-R dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja melalui kunjungan ke berbagai sekolah. Agar remaja dapat termotivasi dalam memanfaatkan program PIK-R.
Kata Kunci
Perilaku Pemanfatan PKIR, Pengetahuan, Motivasi
Abstract
One of the stands out problems among teenagers is a matter of reproductive health. Adolescent reproductive health programs and sexual behavior of concern in recent years because of the lack of teenagers take advantage of the PIKR. he purpose of this study was to determine the direct and indirect inluence as well as the amount of knowledge, self-motivation, support of health workers and and the availability of facilities on behavior utilization of PIKR in SMK 28. he method used in this research quantitative approach that uses cross-sectional design. he sample used about 60 students as respondents. he analytical method used isStructural Equation Model (SEM) using SmartPLS 2.0 and SPSS 15. Results of hypothesis testingby Structural Equation Model (SEM) method smartPLS produce research indings that behavioral variables PIKR utilization is inluenced knowledge (8:38%), self-motivation (27.78%), the availability of facilities (44.70%). Availability of facilities is the dominant factor that greatly inluences the behavior of young people in information and counseling center tapped the teens at SMK 28 Jakarta Selatan. Model analysis results can explain 90.68% diversity of data and is able to assess the phenomenon used in the study, while the 9:32% described other components that do not exist in this study. his research suggest that health care providers should develop a program PIK-R to provide education on reproductive health for adolescents through visits to various schools. herefore adolescents can be motivated to take advantage of PIK-R program.
Key Words
Utilization Behavior, PIKR, Motivation, Knowedge
13
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 15 No.2 Tahun 2016 Pendahuluan Remaja sehat menjadi aset bangsa yang sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan dimasa mendatang. Dengan demikian status kesehatan remaja merupakan hal yang perlu dipelihara dan ditingkatkan agar dapat menghasilkan generasi penerus bangsa yang sehat, tangguh, dan produktif serta mampu bersaing.1 Laporan Organisasi Badan Dunia Bidang Kependudukan (United Nation Population Fund) 1 dari 6 penduduk dunia adalah remaja yang 85% hidup di negara berkembang yang rata-rata sudah aktif seksual, sebagiannya sudah menikah sehingga menimbulkan tantangan resiko masalah kesehatan reproduksi seperti kehamilan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/ AIDS. Setiap tahun ± 15 juta remaja (15-19 tahun) melahirkan, 4 juta aborsi, hampir 100 juta menderita PMS yang dapat disembuhkan, ± 7000 remaja terinfeksi HIV/ hari, hal ini dipengaruhi oleh tuntutan kawin muda dan hubungan seksual, akses pendidikan dan pekerjaan terbatas, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual, pengaruh media massa dan gaya hidup populer. Proyeksi penduduk remaja di Britanica Raya angka kehamilan usia 15-19 tahun tertinggi di Eropa Barat yaitu empat kali lebih besar daripada Prancis dan tujuh kali lipat angka y ang sama di Belanda.2 Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesiadidapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (wanita 34,7%, pria 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (wanita 48,6%, pria 46,5%). Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual (3x lebih besar) adalah: teman sebaya yang mempunyai pacar, mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pranikah, mempunyai teman yang mempengaruhi/mendorong untuk melakukan seks pranikah.3 Dari penelitian yang dilakukan oleh Palupi tahun 2008 terhadap 41212 pelajar SLTA didapatkan bahwa 38% laki-laki dan 22% wanita mempunyai pengalaman hubungan seks di Semarang.4 Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang tahun 2011 didapatkan 27% remaja laki-laki d an 9% remaja wanita di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks.5 Pada masa usia remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ isik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Terjadinya perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga
14
diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat maka akan timbul perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat tertangani secara tuntas.6 Dukungan terhadap program ini terus dilanjutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Rapenas) 2004 - 2009. Kesehatan reproduksi remaja telah menjadi sala h satu program pokok di BKKBN dan telah dialokasikan dana khusus di seluruh Indonesia. Arah kebijakan pembangunan Keluarga Berencana salah satunya diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas dengan program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia perkawinan melalui upaya meningkatkan KRR, penguatan institusi masyarakat dan pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja serta pemberian konseling tentang permasalahan remaja.7 Pembentukan PIK-R merupakan wadah kegiatan pemberdayaan remaja dalam pengenalan pendidikan kesehatan reproduksi. Di Jakarta Selatan sejak tahun 2009 telah terbentuk PIK-R dengan jumlah 30 PIK-R dan 7 sekolah telah memiliki PIK-R . Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2009 telah terbentuk PIK-R dengan jumlah 54 PIK-R , pembentukan PIK-R tersebut di sekolah menengah umum (SMU) yang tersebar di delapan kabupaten/kota. Pembentukan PIK-R di wilayah NTB sudah dimulai sejak tahun 2009 dan mencapai 222 unit di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan tersebar di berbagai kabupaten/kota di Provinsi NTB Kegiatan KRR ini diperlukan karena beberapa alasan melihat KRR pada saat ini sudah menjadi isu global. (1) Jumlah remaja yanng begitu besar, (2) Menyiapkan SDM yang handal dalam mewujudkan keluarga berkualitas di masa mendatang harus dilakukan mereka masih remaja, (3) Sikap KRR pada remaja saat ini cenderung kurang mendukung terciptanya remaja berkualitas, (4) Pengetahuan remaja mengenai masalah kesehatan reproduksi remaja masih rendah,dilain pihak norma remaja saat ini, baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan lebih toleran dengan hubungan seks sebelum menikah.8 Penelitian ini pernah dilakukan oleh peneliti tentang Efektiitas Program PIK-R terhadap peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMU Al-Wasliyah Kota Medan. Dari hasil penelitian seorang peneliti hanya melihat dan mengukur tingkat efektiitas Program PIK-R terhadap pengetahuan Kesehatan Reproduksi di sekolah masih sangat rendah dan belum memadai seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Pada umumnya remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, remaja putri juga tidak memiliki akses terhadap pelayanan
Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling dan informasi kesehatan reproduksi. Informasi biasanya hanya dan teman dan/atau media, yang biasanya sering tidak akurat. Hal inilah yang menyebabkan remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal, kematian anak dan bayi, aborsi tidak aman, penyakit menular seksual, kekerasan/pelecehan seksual, narkoba serta menderita HIV/AIDS.9 Dari gambaran permasalahan tersebut diatas faktor pemanfatan PIKR oleh remaja dianggap merupakan hal utama yang perlu mendapatkan perhatian. Permasalahan lain yang bisa muncul di wilayah SMK N 28 Jakarta Selatan adalah Kehamilan Tidak di inginkan (KTD). KTD ini dapat membawa dampak meningkatnya angka kejadian aborsi. Data bagian evaluasi belajar di SMK N 28 (di bawah binaan Puskesmas Cilandak Jakarta Selatan) diperoleh jumlah seluruh remaja 350 orang. Untuk menjaring siswa-siswa yang perlu mendapatkan informasi atau bantuan bimbingan dan konseling diberdayakan peran tenaga kesehatan. Kegiatan PIK-R dilaksanakan di luar jam kampus. Penyelenggaraan kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan masing-masing kelas. Hasil absensi atau kehadiran remaja/ mahasiswi yang mengikuti penyuluhan hanya 193 orang (55%) dari 350 remaja di SMK 28 dan 87 orang (25%) siswa jarang mengikuti serta 70 orang (20%) siswa tidak pernah mengikutinya. Alasan peneliti melakukan penelitian di SMK 28 merupakan salah satu sekolah yang dibentuk oleh BKKBN dibawah binaan Puskesmas Cilandak untuk menyelenggarakan kegiatan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) pada Desember 2013 yang saat ini sedang tahap TUMBUH, yaitu tahap dalam peningkatan kemampuan dan kemauan positif remaja tentang KRR dan TRIAD KRR. Lamanya proses pembinaan remaja pada kegiatan PIKR dari tahapan TUMBUH menuju ke tahapan TEGAK seharusnya dibutuhkan waktu 1 tahun. Namun demikian fenomena yang terjadi di SMK N 28 menunjukan bahwa proses pembinaan remaja dari TUMBUH ke tahapan TEGAK membutuhkan waktu lebih lama dari target PIKR binaan Puskesmas Cilandak yaitu sekitar 2 tahun. Hal ini menunjukan kurangnya kesadaran remaja mendalami materi TRIAD KRR seperti penanganan masalah Napza, kesehatan reproduks, usia perkawinan dan ketrampilan hidup remaja. Oleh karena itu lamanya pembinanan remaja dapat berpengaruh terhadap penanganan permasalahan remaja menjadi lambat. Kasus remaja pernah terjadi SMK N 28 Jakarta Selatan yaitu kasus KTD yang dialami oleh 1 orang remaja putri dan kasus Napza yang dialami oleh 1 orang siswa dan dikeluarkan oleh sekolah yang terjadi pada tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan data yang di ungkapkan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlunya diukurpengaruh pengetahuan, motivasi diri, dukungan tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan pusat in-
formasi dan konseling remaja (PIK-R) oleh remaja di SMK N 28 Jakarta Selatan.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, motivasi diri, dukungan tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja (PIK-R) di SMKN 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Metode Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung serta besarannya antara pengetahuan, dukungan tenaga kesehatan dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-R) di SMK N 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Populasi keseluruh subjek penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMK N 28 Jakarta Selatan tahun 2014 sebanyak 185 siswa.Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang dimiliki oleh populasi tersebut.10 Sesuai dengan alat analisis yang digunakan yaitu Structural Equation modeling (SEM),maka penemuan jumlah sampel representative adalah jumlah indikator dikalikan 5 sampai dengan 10 karena jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 maka jumlah sampelnya berada pada rentang 45-90.11 Selain kriteria tersebut, ada kriteria lain yang sering digunakan untuk penetapan ukuran sampel yaitu antara 50-100. Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut maka ukuran sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 60 siswa kelas XI dan XII. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner dengan jenis skala pengukuran yang dipakai dalam bentuk skala Differensial Semantic. Yang mempunyai skala 5 poin.Pada skala ini sifat positif diberi nilai yang paling besar dan sifat negatif diberi nilai yang paling kecil tetap dipertahankan, demikian juga prinsip menggabungkan positif-negatif dan negatif-positif, Alasan pemilihan skala diferensial semantik karena yaitu berisikan Jakartakaian karakteristik bipolar (dua kutub).12Etika penelitian merupakan prosedur penelitian dengan tanggung jawab professional. Legal, sosial bagi subyek penelitian.13 Sebelum dilakukan penelitian diperlukannya surat permohonan izin penelitian yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan kepada SMK N 28 Jakarta Selatan. Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data, agar analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrument yang dilakukan bet-
15
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 15 No.2 Tahun 2016 ul-betul mengukur apa yang perlu diukur dan sejauh mana instrument yang digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Sebelum uji validitas dan reliabilitas pada butir kuisioner dengan mengunakan SSPS. Uji validitas dan reliabilitas indikator dari variable endogen dan eksogen mengunakan Smart PartialSquare (PLS). Uji dinyatakan valid jika mempunyai loading faktor minimal 0,5-0,6 (masih dapat ditolerir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan) namun loading faktor yang direkomendasikan diatas 0,7. PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian.SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS merupakan metode analisis yang powerfull, karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Misalnya, data harus terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat digunakan untuk mengkonirmasi teori, PLS juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan indikator relektif dan formatif. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi.14 Data akan disajikan dalam bentuk: (1) Penyajian komposisi dan frekuensi dari sampel (2) Penyajian analisa SEM (3) Pengujian dari hipotesis penelitian yang berdasarkan dari keluaran hasil pengolahan data. Hasil Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XIIdi SMK N 28. Penyebaran kuesioner disertai dengan penilaian pengetahuan, motivasi diri, dukungan tenaga kesehatan, ketersediaan fasilitas dan perilaku pemanfaatan pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK-R). Proil responden dalam penelitian ini berkaitan dengan usia siswa kelas XI dan XIIdi SMK N 28.Dari 60 responden, sebagian besarresponden berusia 17 tahun sebanyak 38 responden (63%), sedangkan responden dengan usia 18 tahun sebanyak 17 responden (28%) dan 16 tahun sebanyak 5 responden (8%).Data responden dinyatakan dalam be-
16
berapa kategori disertai dengan perhitungan nilai range (kisaran), mean (rata-rata) dan standar deviasi (penyimpangan). Statistik deskriptif variabel penelitian digunakan untuk memberikan gambaran tentang tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian yang menunjukkan angka minimum, maksimum, rata-rata serta standar deviasi. Berdasarkan Distribusi Kisaran Jawaban Responden per Variabel, pada variabel perilaku pemanfaatan PIK-R remaja, penilaian terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R pada remajaantara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 50.95 dan standar deviasi 9.306. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung perilaku pemanfaatan PIK-R oleh remajamasih dianggap baik. Pada variabel ketersediaan fasilitas kisaran jawaban responden antara 27-75 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata50.86 dan standar deviasi 10.376. Hal ini mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting ketersediaan fasilitas. Pada variabel Pengetahuan kisaran jawaban responden antara 26-74 mendekati kisaran teoritisnya pada nilai tertinggi (15-75) dengan nilai rata-rata50.325 dan standar deviasi 10.464. Hal ini mengindikasikan persepsi responden cenderung mengganggap penting variabel pengetahuan. Pada variabel dukungan nakes, penilaian terhadap motivasi diri remajaantara 27-75mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 56.9 dan standar deviasi 6.936. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung mengangap penting motivasi diri remaja. Pada variabel motivasi diri, penilaian terhadap motivasi diriantara 27-75mendekati kisaran teoritisnya (15-75) dengan nilai rata-rata 52.22 dan standar deviasi 6834. Hal ini mengindikasikan bahwa responden cenderung mengangap penting motivasi diri remaja. Berdasarkan Statistik Deskriptif Jawaban Responden memperlihatkan bahwa pada variabel perilaku pemanfaatan PIK-R nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.95 median 51 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 54. Untuk variabel ketersediaan fasilitas nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 50.86 median 51 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 50. Untuk variabel pengetahuan nilai jawaban responden terkecil adalah 26 dan yang terbesar adalah 74 dengan rata-rata 50.325 median 50 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 50. Untuk variabel dukungan nakes nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 56.90 median 56 dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 56. Untuk variabel motivasi diri nilai jawaban responden terkecil adalah 27 dan yang terbesar adalah 75 dengan rata-rata 52.22 median 52
Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling
Gambar 1. Output PLS Loading Factor
dan nilai jawaban yang terbanyak adalah 52. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan salah satu analisis multivariate yang dapat menganalisis hubungan variable secara kompleks. SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model.SEM digunakan bukan untuk merancang suatu teori, tetapi lebih ditujukan untuk memeriksa dan membenarkan suatu model. Syarat utama menggunakan SEM adalah membangun suatu model hipotesis yang terdiri dari model structural dan model pengukuran dalam bentuk diagram jalur yang berdasarkan justiikasi teori. SEM adalah merupakan sekumpulan teknik-teknik statistic yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan secara simultan. Hubungan itu dibangun antara satu atau beberapa variable independen. Beberapa pengujian Conirmatory factor analysis masing-masing variabel laten adalah sebagai berikut: Dari gambar terlihat bahwa nilai faktor loading telah memenuhi persyaratan yaitu nilai loading factors lebih besar dari 0,5.Selain itu, untuk melihat validitas indikator yang digunakan dalam penelitian dapat dilakukan dengan mengevaluasi hasil cross loading (discriminant validity) semua indikator. Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor konirmatori telah memenuhi criteria goodnessofit yang telah ditetapkan. Nilai probability pada analisis ini menunjukkan nilai di atas batas signiikansi yaitu 0,05. Dari hasil pengolahan data di atas, juga terlihat bahwa setiap indicator atau dimensi pembentuk vari-
able laten menunjukkan hasil yang baik, yaitu dengan nilai loading factor yang tinggi dimana masing-masing indicator lebih besar dari 0,5. Dengan hasil ini,maka dapat dikatakan bahwa indicator pembentuk variabel latenkonstrukmotivasi diri, pengetahuan, ketersediaan fasilitas, motivasi diri dan perilaku pemanfaatan PIK-R tersebut sudah menunjukkan hasil yang baik. Cara menguji disTabel 1. Nilai AVE dan akar AVE AVE
Akar AVE
Kriteria Uji > 0,5
Perilaku Pemanfaatan PIK-R
0,700267
0,83681
Valid
Ketersediaan Fasilitas
1,000000
1
Valid
Pengetahuan
1,000000
1
Valid
Dukungan Nakes
0,693934
0,83302
Valid
Motivasi Diri
0,796687
0,89257
Valid
Sumber: Hasil penelitian diolah menggunakan SmartPls
ciminant validity yaitu melalui Square root of avarage variance extracted (AVE),dengan cara membandingkan nilai akar AVE dengan korelasi antar konstruk. Berikut di bawah ini tabel AVE dan hasil akarnya. Dari output PLS hasil akar dari semua konstruk lebih besar dari pada korelasi antar konstruk. Nilai AVE untuk semua konstruk lebih besar dari 0,5 sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi pengukuran model memiliki diskriminan validity yang baik atau valid dalam mengukur konstruk.
17
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 15 No.2 Tahun 2016
Gambar 2. Output PLS Uji T-Statistic
Setelah dilakukan boostrapping untuk mengukur nilai t statistic dari masing-masing konstruk laten terhadap konstruknya, maka nilai tstatistic dibandingkan dengan nilai α = 0,0η (1,96). Ketentuannya, apabila nilai t statistic lebih besar dari nilai α = 0,0η (1,96), maka kontruk laten tersebut signiikan terhadap konstruknya. Tabel 2. Evaluasi nilai R Square Hasil Uji Variabel
R Square
Perilaku Pemanfaatan PIK-R
0,809014
Dukungan Nakes
0,237400
Pengetahuan
0,437973
Motivasi diri
0,803882
Ketersediaan Fasilitas Sumber: Hasil penelitian diolah menggunakan SmartPls
Inner model disebut juga dengan nilai R Square, uji hipotesis T statistic, pengaruh variabel langsung dan prediktif (nilai Q Square). Nilai Q-Square predivtive relevance berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut. Berdasarkan tabel tersebut, pengetahuan, motivasi diri, dukungan nakes dan ketersediaan fasilitas berkontribusi terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R sebesar 0.809.Pengetahuan, ketersediaan fasilitas dan dukungan nakes berkontribusi terhadap motivasi diri sebesar 0.804.
18
Ketersediaan fasilitas berkontribusi terhadap dukungan Nakes sebesar 0.237. Sedangkan Dukungan Nakes berkontribusi terhadap Pengetahuan sebesar 0.438. Nilai r square pada variebel Perilaku Pemanfaatan PIK-R sebesar 80.9% dan sisanya 19.1% dipengaruhi faktor lain. Nilai r square pada variebel Motivasi diri sebesar 80.4% dan sisanya 19.6% dipengaruhi faktor lain. Nilai r square pada variebel Dukungan Nakes sebesar 23.7% dan sisanya 76.3% dipengaruhi faktor lain. Nilai r square pada variebel pengetahuan sebesar 43.9% dan sisanya 56.1% dipengaruhi faktor lain. Selanjutnya berdasarkan pola hubungan antar variabel yang digambarkan dalam kerangka konsep, ada hubungan yang bersifat langsung dan tidak langsung. Berikut di bawah ini tabel hubungan langsung dan tidak langsung. Dari tabel 3 menyatakan bahwa Pengetahuan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji koeisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menujukan terdapat pengaruh langsung sebesar 8,38%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R melalui Motivasi Diri didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Pengetahuan ke Motivasi Diri) x LV (Pengetahuan ke Motivasi Diri) dengan koeisien jalur (Motivasi Diri ke Perilaku Pemanfaatan PIK-R) x LV (Motivasi Diri ke Perilaku Pemanfaatan PIK-R) sehingga nilai sebesar0.429%. Motivasi diri berpengaruh secara langsung dan
Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Tabel 3 Persentase Pengaruh Antar Variabel Sumber
LV
Direct
Indirect
Corelation
Rho
Rho
Pengetahuan
0,659401
0,127
0,127806
Motivasi diri
0,778010
0,357
Ketersediaan Fasilitas
0,816756
0,547
Total
Direct
Indirect
%
%
%
Total
0,254806
8,38%
0,429%
8.813%
0
0,357
27,78%
0%
27,813%
0,232751
0,779751
44,70%
0.723%
45.428%
80.9%
1.152%
82.053%
Total Sumber: Hasil penelitian diolah menggunakan SmartPls
tidak langsung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji koeisien parameter antara motivasi diri terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 27,78%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara motivasi diri terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R sebesar 0,00 %. Hasil uji koeisien parameter antara ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukan terdapat pengaruh lansung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R sebesar 44,7%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R melalui motivasi diri didapat dengan mengalikan koeisien jalur (Ketersediaan Fasilitas ke Motivasi Diri) x LV (Ketersediaan Fasilitas ke Motivasi Diri) dengan koeisien jalur (Motivasi Diri ke Perilaku Pemanfaatan PIK-R ) x LV (motivasi diri ke Perilaku Pemanfaatan PIK-R ) sehingga nilai sebesar 0.723%. Masing-masing pengaruh langsung variabel laten eksogen tersebut apabila secara bersama-sama menunjukan kesesuaian dengan R square atau dengan kata lain hal ini menyatakan bahwa variabel Pengetahuan, Dukungan Nakes, Motivasi Diri dan Ketersediaan Fasilitas terhadap Perilaku Pemanfaatan PIK-R sebesar ( 8,γ8% + β7,78% + ζζ.70%) = 80.9% Secara matematis, bentuk persamaan structural dari model penelitian ini yakni. 1 = ξ1. 1 + 1 Dukungan Nakes = 0.ζ87 Fasilitas + faktor lain β = 1. 1+ β Pengetahuan = 0.6ηβ Dukungan Nakes + faktor lain γ = 1. 1+ β. β + 1 ξ 1 + β Motivasi Diri = 0.γη8 Pengetahuan + 0.η11 Motivasi + 0.173 Ketersediaan Fasilitas + faktor lain ζ = β. 1 + γ. β + ξ1. β + γ Perilaku Pemanfaatan PIK-R = 0.1β7 Pengetahuan + 0.357 Motivasi + 0.547 Ketersediaan Fasilitas + faktor lain
Nilai Q-Square berfungsi untuk menilai besaran keragaman atau variasi data penelitian terhadap fenomena yang sedang dikaji dan hasilnya sebagai berikut: Qβ
= 1- (1-R1β) (1-Rββ) (1-Rγβ) (1-Rγβ) (1-Rζβ) = 1- (1-0,βγ7) (1-0,ζγ8) (1-0,80ζ) (1-0,809) = 0,9068 atau 90.68% Galat Model = 100% - 90.68= 9.γβ% Hal tersebut menunjukkan model hasil analisis dapat menjelaskan 90.68% keragaman data dan mampu mengkaji fenomena yang dipakai dalam penelitian, sedangkan 9.32% dijelaskan komponen lain yang tidak ada dalam penelitian ini. Pembahasan Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di SMK N 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) terdapat pengaruh langsung antara Pengetahuan berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukkan ada pengaruh positif 0,127, sedangkan nilai T-Statistic sebesar γ.η89 dan signiikan pada α=η%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Pengetahuan pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji koeisien parameter antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 8,38%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara pengetahuan terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R melalui Motivasi Diri sebesar 7,716%. Variabel pengetahuan tidak memiliki indikator, karena variabel ini sudah merupakan bagian dari variabel yang diukur. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan, penciuman, perasaan dan perabaan. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan remaja tentang pemanfaatan PIKR. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain.
19
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 15 No.2 Tahun 2016 Kegiatan, aktivitas dan perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan. Sebelum seseorang berperilaku baru atau kegiatan dan aktivitas ia harus tahu terlebih dahulu atau seseorang harus memiliki pengetahuan terlebih dahulu. Penerimaan perilaku baru ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan Perilaku positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.15 Hasil penelitian ini sejalan dengan yang berjudul hubungan pengetahuan dengan sikap siswa terhadap pemanfaatan PIKR di SMAN 1 Margahayu. Jenis penelitian kuantitatif menggunakan metode korelasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa 80,67% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan PIKR sedangkan 55% siswa memiliki sikap positif (unfavorable). Dengan taraf signiikansi α = η% diperoleh t hitung (3,616 ) > dari t tabel (1,968), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signiikan antara pengetahuan dengan sikap siswa terhadap pemanfaatan PIKR dengan keeratan hubungan rendah tapi pasti. Hasil analisis data pada penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Remaja Pada Siswa Kelas XI Di SMA Batik 1 Surakarta Tahun 2011 menunjukkan terdapat hubungan positif dan signiikan antara tingkat pengetahuan, kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja [z hitung (7,91) > z tabel (1,96)] dengan arah korelasi positif (koeisien korelasi+0,ζ19).16 Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Nisayang berjudul Hubungan pengetahuan dengan ketersediaan Fasilitas kesehatanterhadap PIKR pada remajadi SMAN1Margahayu. Hasil penelitian menunjukan variabel pengetahuan memiliki hubungan yang signiikan terhadap pemanfaaatan PIKR oleh remaja. Nilai Probabilitas variabel pengetahuan berada dibawah 5% (alpha < 0.05) atau Pvalue 0,02. Sehingga hasil penelitian terdahulu dapat digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang terkait dengan pemanfaatan PIKR.17 Pentingnya pengetahuan remaja tentang PIK-R dapat ditingkatkan melalui penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Peningkatan pengetahuan setelah kegiatan penyuluhan yang merupakan bagian dari PIKR sesuai dengan pernyataan bahwa pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang tersedia baik dari pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan PKPR berupa penyuluhan dan pembinaan kader sendiri merupakan salah satu kegiatan dalam pemberian informasi dan pendidikan kesehatan bagi remaja yang membutuhkan serta bermanfaat menambah wawasan tentang kesehatan mereka. Pengetahuan tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja mempengaruhi perilaku pemanfaatan pusat informasi dan konseling pada remaja di Indonesia. Jika perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja, tidak disertai pengetahuan yang cukup dan den-
20
gan tingkat emosi yang masih labil dapat mengakibatkan efek yang sangat fatal, misalkan, ancaman terhadap kesehatan pada alat reproduksi remaja, aborsi, penyakit menular seksual dan lainnya.16 Adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal dapat mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu kegiatan.18 Sehingga semakin baik pengetahuan remaja tentang PIK-R maka akan semakin baik pula perilaku pemanfaatan PIK-R. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh peneliti bahwa antara pengetahuan dan perilaku sangat berkaitan erat. Pengetahuan akan segi manfaat dan akibat buruk sesuatu hal akan membentuk sikap, kemudian dari sikap itu akan muncul niat. Niat yang selanjutnya akan menentukan apakah kegiatan akan dilakukan atau tidak. Sehingga semakin baik pengetahuan tentang pemanfaatan PIK-R maka semakin baik perilaku pemanfaatan PIK_R. Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dan diperkuat oleh teori Green bahwa pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang menentukan terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas remaja dalam memanfaatkan pelayanan PIK-R antara lain adalah meningkatkan kualitas pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja(PIK-R), termasuk kualitas dalam memberikan informasi kesehatan remaja dan pelayanan konseling. Untuk itu, kemampuan petugas kesehatan khususnya di puskesmas dan rumah sakit dalam pelaksanaan konseling dan penyampaian informasi yang jelas, benar dan tepat mengenai PIK-R perlu ditingkatkan. Kemampuan seseorang dalam tingkat menyerap pengetahuan akan meningkatkan sesuai dengan pengetahuan seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin luas pula wawasannya, sehingga semakin mudah menerima informasi yang bermamfaat bagi dirinya dan orang lain. Dengan pengetahuan yang baik pada remaja tentang pemanfaatan PIK-R akan dapat meningkatkan perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja. Oleh sebab itu, mengingat pengetahuan berkontribusi terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja, diharapkan tenaga kesehatan memberikan konseling tentang keuntungan memanfaatkan PIK-R, agar pengetahuan remaja terhadap PIK-R bertambah dan remaja dapat memanfaatkan PIK-R dengan baik. Pengaruh Ketersediaan Fasilitas Terhadap Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling
Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di SMK N 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) terdapat pengaruh langsung antara ketersediaan fasilitas berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukkan ada pengaruh positif 0,547, sedangkan nilai T-Statistic sebesar 9.6γγ dan signiikan pada α=η%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukan terdapat pengaruh lansung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R sebesar 44,7%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara ketersediaan fasilitas terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R melalui motivasi diri diperoleh sebesar 8,744%. Hasil penelitian ini sejalan dengan Massolo yang berjudul pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi Tahun 2011. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh ada pengaruh yang signiikan antara ketersediaan fasilitas terhadap perilaku remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi Tahun 2011 dengan Pvalue 0,008.21 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang berjudul pengaruh pemberian pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku seksual remaja di Desa Cepogo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara. Dari hasil penelitian ini, diperoleh t hitung adalah 8.037 yaitu lebih besar dari pada t table 1,668 Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian pendididkan kesehatan reproduksi remaja dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku seksual remaja di Desa Cepogo, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Pengetahuan, ketersediaan fasilitas Dan motiavsi diri terhadap p e m a n f a a t a n PIK-R pada remajadi Sekolah Menengah Umum Pencawan Medan Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan variabel ketersediaan fasilitas memiliki hubungan yang signiikan terhadap pemanfaaatan PIK-R oleh remaja. Nilai Probabilitas variabel ketersediaan fasilitas berada dibawah 5% (alpha < 0.05) atau Pvalue 0,000. Sehingga hasil penelitian terdahulu dapat digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang terkait dengan pemanfaatan PIK-R. Program Kesehatan Remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak awal dekade yang lalu. Selama lebih sepuluh tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa ceramah, tanya jawab dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Karang Taruna, atau organisasi pemuda lainnya dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh Puskesmas. Staf puskesmas berperan sebagai fasilita-
tor dan narasumber. Pemberian pelayanan khusus kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja belum dilaksanakan. Fasilitas yang baik, menjamin privasi dan kerahasiaan. Suasana semarak berselera muda dan bukan muram, dari depan gedung sampai ke lingkungan ruang pelayanan, merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja agar berkunjung. Hal lain adalah adanya kebebasan pribadi (privasi) di ruang pemeriksaan, ruang konsultasi dan ruang tunggu, di pintu masuk dan keluar, serta jaminan kerahasiaan. Pintu dalam keadaan tertutup pada waktu pelayanan dan tidak ada orang lain bebas keluar masuk ruangan. Kerahasiaan dijamin pula melalui penyimpanan kartu status dan catatan konseling di lemari yang terkunci, ruangan yang kedap suara, pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri, petugas tidak berteriak memanggil namanya atau menanyakan identitas dengan suara keras.14 Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas Puskesmas sebagai barisan terdepan pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, seharusnya Puskesmas memberikan pelayanan yang layak kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dilayaninya. Pelayanan kesehatan remaja di sekolah amat strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan eisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan Pelayana ke seluruh sekolah seperti halnya keberadaan remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan. Petugas kesehatan merupakan komponen utama yang turut berperan dan akan memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap berhasilnya upaya promosi dan penggalakan tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja, petugas kesehatan tersebut mempunyai andil yang besar dalam upaya-upaya peningkatan penggunaan tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja selain faktor-faktor yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Komitmen yang kuat dari para petugas kesehatan atau health provider (dokter, bidan, perawat, manajemen rumah sakit dan lain-lain) dalam promosi tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja sangat diperlukan oleh karena merekalah yang selalu kontak langsung dengan remaja dan mempunyai kesempatan yang banyak dan memungkinkan untuk memberikan pejelasan dan penyuluhan tentang tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja. Peran petugas kesehatan dalam tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja sangat penting.15 Ketersediaan fasilitas sangat mendukung bagi remaja putri untuk selalu memanfaatkan pusat informasi dan konseling remaja. Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi seorang anak maupun remaja menghabiskan aktivitasnya sehari-hari. Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi remaja putri untuk belajar dan bersosialisasi dengan sekitarnya, sehingga
21
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 15 No.2 Tahun 2016 tidak mengherankan jika sebagian besar waktu mereka dihabiskan di tempat tersebut. Penyediaan fasilitas dari pihak sekolah dalam bentuk sarana dan prasarana untuk berkonsultasi tentang remaja yang dibutuhkan oleh remaja putri sudah sangat baik. Mudahnya informasi yang didapatkan baik dari media cetak ataupun elektronik saat ini sangat mendukung. Dengan ketersediaan fasilitas yang memadai di ruang pusat informasi dan konseling remaja, seperti ruang yang nyaman, konselor yang berpengalaman dan bersahabat akan dapat meningkatkan perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja, Oleh sebab itu, mengingat ketersediaan fasilitas berkontribusi terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja, diharapkan pihak sekolah memberikan fasilitas yang aman dan nyaman untuk konseling bagi remaja agar remaja dapat memanfaatkan PIK-R dengan baik. Pengaruh Motivasi Diri Terhadap Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di SMK N 28 Jakarta Selatan Tahun 2015. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan PLS (Partial Least Square) terdapat pengaruh langsung antara motivasi diri berpengaruh positif terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji terhadap koeisien parameter antara motivasi terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukkan ada pengaruh positif 0,357, sedangkan nilai T-Statistik sebesar 6.β6γ dan signiikan pada α=η%. Nilai T-Statistic tersebut berada jauh diatas nilai kritis (1,96). Motivasi diri berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R. Hasil uji koeisien parameter antara motivasi diri terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R menunjukan terdapat pengaruh langsung sebesar 27,78%, sedangkan untuk pengaruh tidak langsung antara motivasi diri terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R sebesar 0,00 %. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang berjudul Pengaruh Pengetahuan, ketersediaan fasilitas dan motivasi diri terhadap PIK-R pada remajadi Sekolah Menengah Umum Pencawan Medan Tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan variabel motivasi diri memiliki hubungan yang signiikan terhadap pemanfaaatan PIK-R oleh remaja. Nilai Probabilitas variabel motivasi diri berada dibawah 5% (alpha < 0.05) atau Pvalue 0,000. Sehingga hasil penelitian terdahulu dapat digunakan untuk memperkuat hasil penelitian yang terkait dengan pemanfaatan PIKR. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang berjudul pengaruh pengetahuan, sikap, dan motivasi diri terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa-siswi sma perkotaan di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi diri dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS mempunyai pengaruh yang signiikan (p-value = 0,000 < 0,0η) dengan nilai koeisien sebesar (0,0η7). Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin baik motivasi diri
22
siswa tentang HIV/AIDS maka semakin baik pula perilaku pencegahan HIV/AIDS. Sedangkan penelitian sejalan dengan pengaruh motivasi terhadap perilaku pemanfaatana PIK-R adalah penelitian Indratmoko yang berjudul pengaruh pengetahuan, sikap, dan motivasi diri terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa-siswi SMA perkotaan di Kabupaten Sragen. Hasil penelitian menunjukan Hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi diri dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS mempunyai pengaruh yang signiikan (p-value = 0,000 < 0,0η) dengan nilai koeisien sebesar (0,0η7). Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin baik motivasi diri siswa tentang HIV/AIDS maka semakin baik pula perilaku pencegahan HIV/AIDS. 22 Semakin tinggi peran petugas kesehatan dalam memberikan motivasi maka semakin tinggi pula motivasi remaja dalam pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tentang pemanfaatan pusat informasi dan konseling remaja tersebut diantaranya faktor pendidikan dan pengetahuan. Pemberian informasi tentang kegunaan, motivasi dan manfaat pusat informasi dan konseling remaja ada hubungannya dengan peran petugas kesehatan, sikap dan perhatian oleh para ahli kesehatan yang berkaitan dengan motivasi sangat diperlukan terutama dalam mengahadapi persoalan remaja. Posisi strategis dari peranan instansi kesehatan dan para petugas kesehatan di Indonesia terutama di puskesmas sangat bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan PIK-R.16 Perilaku terjadi karena adanya motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku.. Dorongan diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan, dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku. Seperti yang dikemukakan yang menegaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional faktor, dimana timbulnya perilaku mempunyai fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta interaksi antara keduanya.
Perilaku Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan pelayanan, kemudian memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya serta menyebar luaskan keberadaannya. Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pelayanan. Ide dan tindak nyata mereka akan lebih mengena dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan karena mereka mengerti kebutuhan mereka, mengerti “bahasa” mereka, serta mengerti bagaimana memotivasi sebaya mereka. Sebagai contoh ide tentang interior design dari ruang konseling yang sesuai dengan selera remaja, ide tentang cara penyampaian kegiatan pelayanan luar gedung hingga diminati remaja, atau cara rujukan praktis yang dikehendaki.17 Dengan motivasi diri yang baik pada remaja tentang pemanfaatan PIK-R akan dapat meningkatkan perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja. Oleh sebab itu, mengingat motivasi berkontribusi terhadap perilaku pemanfaatan PIK-R pada remaja, diharapkan tenaga kesehatan memberikan konseling tentang keuntungan memanfaatkan PIK-R, agar motivasi diri pada remaja terhadap pemanfaatan PIK-R bertambah dan remaja dapat memanfaatkan PIK-R dengan baik.
Daftar Pustaka 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7.
8. 9.
10. 11. 12.
Kesimpulan Hasil pengujian hipotesis dengan Structural Equation Model (SEM) dengan metode smartPLS didapat temuan bahwavariabel perilaku pemanfaatan PIKR oleh remaja dipengaruhi pengetahuan (8.38%), motivasi diri (27.78%), ketersediaan fasilitas (44.70%). Dengan demikian, dari temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan fasilitas merupakan faktor yang dominan yang sangat mempengaruhi perilaku remaja dalam memanfatkan pusat informasi dan konseling remaja di SMKN 28 Jakarta Selatan. Saran Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran-saran dalam penelitian selanjutnya sebagai berikut: (1) Bagi Tenaga Kesehatan: (a) Diharapkan petugas kesehatan dapat mengembangkan program PIK-R dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja melalui kunjungan ke berbagai sekolah. Agar remaja dapat termotivasi dalam memanfaatkan program PIK-R. (b) petugas kesehatan diharapkan meningkatkan pemberian pemahaman kepada remaja tentang fungsi dan manfaat program PIK-R bagi remaja dengan berbagai pendekatan. (2) Bagi SMKN 28 Jakarta Selatan: (a) Diharapkan lembaga pendidikan ini dapat lebih mendukung dan memfasilitasi kegiatan positif bagi remaja dilingkungannya sepertimengadakan konseling dan seminar mengenai kesehatan reproduksi remaja. (2) Bagi Peneliti Selanjutnya. Selain menggunakan kuesioner, peneliti dapat menggunakan metode tambahan yaitu dengan wawancara agar diperoleh jawaban mendalam dari responden.
13. 14.
15. 16. 17.
18.
19.
20.
21.
22.
Kementrian Kesehatan RI. Proil Kesehatan Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; Jakarta: 2012. World Health Statistic. WHO Library cataloging in Publication Data; WHO: 2009. Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia. Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Depok: 2003 Palupi, Dewi Kusuma. 2008. “Analisis Implementasi Program PIKR di Wilayah Puskesmas Kota Semarang.” In Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Semarang; Diponegoro: 2008 Situmorang, Makalah Kunci. Seminar Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam Rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas. Medan: 2011. Peduli Remaja Kementrian Kesehatan R.I. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2010. Kemenkes RI; Jakarta: 2010 BKKBN. Kurikulum Diklat Pengelolaan informasi dan konseling remaja dan mahasiswa PIKR/M. Direktorat Bina Ketahanan Remaja; Jakarta: 2014 Widyastuti, Yani dkk. Kesehatan Reproduksi Remaja. Fitramaya; Yogyakarta:2009. BKKBN. Pedoman Pengelolaan informasi dan konseling remaja dan mahasiswa PIKR/M. Direktorat Bina Ketahanan Remaja; Jakarta: 2014. Arikunto, S. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta; Jakarta: 2000. Husein Umar. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta; 2000. Mohammad Nasir. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia; Jakarta: 2003. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta; Jakarta: 2002. Ghozali, I. Structural Equation Modeling Teori Konsep dan Aplikasi dengan Program LISREL 8.80, Edisi 2. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro; Semarang: 2008 Gibson, dkk. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Edisi Kelima, Jilid 1, Alih Bahasa Djarkasih, Erlangga; Jakarta: 2003 Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta; Jakarta: 2012. Nisa. Hubungan pengetahuan dengan ketersediaan Fasilitas kesehatan terhadap PIKR pada remajadiSMAN1Margahayu. Tesis ; 2012. Sears etc. The Princples of Management, dalam Shafritz, Jay M dan J. Steven Ott.. Classics of Organization Theory, Brooks/Cole Publishing Company Paciic Grove, California: β010. Palupi, Dewi Kusuma. Analisis Implementasi Program PIKR di Wilayah Puskesmas Kota Semarang.” In Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro; Semarang: 2008 Heriana, C. Hermansyah, H. Solihati. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kehamilan Pranikah Di Kalangan Pelajar Di Desa Setianegara Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Tahun 2008. STIKES Kuningan; Jawa Barat: 2008. Massolo. Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi dan ketersediaan fasilitas terhadap perilaku remaja tentang seksual pranikah di SMAN 1 Masohi Tahun 2011. Tesis: 2011. Indratmoko. Pengaruh pengetahuan, sikap, dan motivasi diri terhadap perilaku pencegahan HIV/AIDS pada siswa-siswi SMA perkotaan di Kabupaten Sragen. Tesis: 2013.
23