BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia pada umumnya untuk memperoleh tingkat perkembangan karyawan yang setinggi-tingginya, hubungan kerja yang serasi diantara para karyawan dan penyatu paduan sumber daya manusia secara efektif atau tujuan efisiensi dan kerjasama sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja. Manajemen sumber daya manusia memiliki beberapa fungsi dimana fungsifungsi tersebut terkait satu dengan yang lainnya, dan aktivitas yang dijalankan oleh manajemen sumber daya manusia sesuai dengan fungsi yang dimilikinya dengan
tujuan
peningkatan
produktivitas,kualitas
kehidupan
kerjadan
pelayanan. Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia : a) Fungsi Manajerial 1.
Perencanaan adalah fungsi perencanaan meliputi penentuan program sumber daya manusia yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan yang telah di tetapkan.
2.
Pengorganisasian adalah fungsi pengorganisasian adalah membentuk organisasi dengan merancang susunan dari berbagai hubungan antar jabatan, personalia, dan faktor-faktor fisik.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
3. Pengarahan adalah fungsi pengarahan adalah mengusahakan agar karyawan mau bekerja secara efektif melalui perintah motivasi. 4. Pengendalian adalah fungsi pengendalian adalah mengadakan pengamatan atas pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana dan mengoreksinya jika terjadi penyimpangan atau jika peril menyesuaikan kembali rencana yang telah dibuat.
b) Fungsi Oprasional 1. Pengadaan adalah fungsi pengadaan meliputi perencanaan sumber daya manusia, perekrutan, seleksi, penempatan, dan orientasi karyawan, perencanaan mutu dan jumlah kryawan 2. Pengembangan
adalah
fungsi
pengembangan
bertujuan
untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap karyawan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik 3.
Kompensasi adalah fungsi Kompensasi dapat diartikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak kepada karyawan sebagai balas jasa kerja mereka.
4. Integrasi adalah fungsi ingrasi karyawan ini meliputi usaha-usaha untuk meyelaraskan
kepentingan
individu
karyawan,
organisasi,
dan
masyarakat. 5. Pemeliharaan adalah fungsi Pemeliharaan tidak hanya mengenai usaha untuk mencegah kehilangan karyawan-karyawan tetapi di maksud untuk memelihara sikap kerja sama dan kemampuan bekerja karyawan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
6.
Pemutusan Hubungan Kerja adalah fungsi pemutusan hubunngan kerja yang adalah memutuskan hubungan kerja dan mengembalikannya kepada masyarakat. Proses pemutusan hubungan kerja yang utama adalah pension,pemberhentian, dan pemecatan.
B. Kinerja Karyawan 1. Pengertian Kinerja Karyawan Suatu organisasi perusahaan didirikan karena mempunyai tujuan tertentu yang ingin dan harus dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi di pengaruhi prilaku organisasi. Salah satu kegiatan yang paling sering di lakukan dalam organisasi adalah kinerja karyawan, yaitu bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu pekerjaan atau peranan dalam organisasi. Pengertian Kinerja atau Performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan visi dan misi organisasi yang di tuangkan melalui perencanaan strategi suatu organisasi. Menurut Rivai (2010), Kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Menurut Mangkunegara (2010), Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Menurut Hakim (2010) mendefinisikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
kinerja sebagai hasil kerja yangdicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas. individu tersebut dalam suatu perusahaan pada periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Sedangkan menurut Masrukhin dan Waridin (2014) Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang teah ditentukan. Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat di atas, kinerja merupakan kinerja hasil kerja karyawan baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam periode tertentu sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Wirawan (2009) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor antara lain: 1)
Faktor internal pegawai, yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yangdiperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja dan motivasi kerja.
2)
Faktor-faktor lingkungan organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
3)
Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut Mahmudi (2010) kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional
yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1)
Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
2)
Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
3)
Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesame anggota tim, dan kekompakan.
4)
Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi. Faktor kontekstual (situasional), meliputi; tekanan dan perubahan lingkungan
eksternal dan internal .Seorang karyawan dalam suatu organisasi/ perusahaan yang mempunyai kinerja tinggi dapat menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan sesuai tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepadanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
2. Indikator Kinerja Karyawan Unsur-unsur penilaian kinerja menurut Hasibuan (2011), kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat dinilai dari beberapa hal, yaitu : 1) Kesetiaan Kinerja dapat diukur dari kesetiaan karyawan terhadap tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi 2) Prestasi Kerja Hasil prestasi kerja karyawan, baik kualitas maupun kuantitas dapat menjadi tolak ukur kinerja 3) Kedisiplinan Kedisplinan pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yangada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya dapat menjadi tolak ukur kinerja 4) Kreativitas Kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitas dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna. 5) Kerja sama Diukur dari kesediaan karyawan dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan karyawan lain sehingga hasil pekerjaanya akan semakin baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
6 ) Kecakapan Kecakapan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya juga menjadi tolak ukur dalam meningkatkan kinerja 7) Tanggung Jawab Kinerja karyawan juga dapat diukur dari kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan pekerjaan dari hasil kerjanya. Penelitian ini menggunakan indikator kinerja menurut Hasibuan kemudian kuesioner yang digunakan adalah hasil modifikasi indicator yang disesuaikan Bernandin & Russell yang dikutip oleh Gomes (2003) mengemukakan ukuran-ukuran dari kinerja karyawan, sebagai berikut: 1) Quantity of work yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan. 2) Quality of work yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. 3) Job Knowledge yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan 4) Creativeness yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 5) Cooperation yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain atau sesama anggota organisasi 6) Dependability yaitu kesadaran untuk dapat dipercaya dalam hal ehadiran dan penyelesaian kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
7) Initiative yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya 8) Personal qualities yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah tamahan, dan integritas pribadi
C. Kepemimpinan Transaksional 1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Ada beberapa pengertian tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli di bidang sumber daya manusia dan pada dasarnya mempunyai arti atau makna yang tidak jauh berbeda. Menurut Rivai (2010) kepemimpinan adalah proses untuk mempengaruhi orang lain, baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu. Handoko (2004) mendefinisikan kepemimpinan sebagai bagian penting dari manajemen yang merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Yukl (2010) mengemukakan kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam sebuah kelompok/organisasi karena mempunyai pengaruh yang kuat bagi kelangsungan hidup organisasi tersebut, sedangkan Artana (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan sifat, karakter atau cara seseorang dalam upaya membina dan menggerakkan seseorang atau kelompok agar mereka bersedia,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
berkomitmen, dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah bahwa menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah, banyak keahlian yang harus dimiliki dan menjadi
tanggung
jawab
seorang
pemimpin
tersebut.
Jadi
pengertian
kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan/mempengaruhi orang lain dengan cara menggerakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien dalam proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan 2. Kepemimpinan Transaksional Kepemimpian transaksional adalah suatu pemimpin yang menekankan proses hubungan pertukaran yang bernilai ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan perjanjian antara atasan dan bawahan. Gagasan mengenai kepemimpinan transaksional pertama kali disempurnakan dan diperkenalkan ke dalam konteks organisasional oleh Bass. Bass (2003) mengemukakan
kepemimpinan
transaksional
yang
didefinisikan
sebagai
kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran yang menyebabkan bawahan mendapat imbalan serta membantu bawahannya mengidentifikasikan apa yang harus dilakukan untuk memenuhi hasil yang diharapkan seperti kualitas pengeluaran yang baik, penjualan atau pelayanan yang lebih dari karyawan, serta mengurangi biaya produksi. Membantu bawahannya dalam mengidentifikasi yang harus dilakukan pemimpin membawa bawahannya kepada kesadaran tentang konsep diri serta harga diri dari bawahannya tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Seorang pemimpin yang menggunakan kepemimpinan transaksional membantu karyawannya dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai hasil yang diinginkan dengan dua cara, pertama yaitu seorang pemimpin mengenali apa yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai hasil yang sudah direncanakan setelah itu pemimpin mengklarifikasi peran bawahannya kemudian bawahan akan merasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan perannya. Yang kedua adalah pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan kebutuhan dari bawahan akan tertukar dengan penetapan peran utnuk mencapai hasil yang sudah disepakati. Kepemimpinan transaksional juga dijelaskan oleh Yukl (2010) yaitu kepemimpinan transaksional dapat melibatkan nilai-nilai, tetapi nilai-nilai tersebut relevan dengan proses pertukaran seperti kejujuran, tanggung jawab, dan timbal balik. Pemimpin transaksional membantu para pengikut mengidentifikasi apa yang harus dilakukan, dalam identifikasi tersebut pemimpin harus mempertimbangkan apa yang harus dilakukan, dalam identifikasi tersebut pemimpin harus mempertimbangkan konsep diri, dan self esteem dari bawahan (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson, 2006). Berbeda dengan Thomas (2003) ia menjelaskan bahwa
kepemimpinan
transaksional
sebagai
suatu
kepemimpinan
yang
mendapatkan motivasi para bawahannya dengan menyerukan ketertarikan mereka sendiri. Perilaku kepemimpinan terfokus pada hasil dari tugas dan hubungan dari pekerja yang baik dalam pertukaran untuk penghargaan yang diinginkan. Robbin (2008) menyatakan pemimpin transaksional (transactional leaders) adalah pemimpin yang membimbing dan memotivasi para pengikut mereka pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
arah tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Kepemimpinan transaksional mendorong pemimpin untuk menyesuaikan perilaku mereka untuk memahami harapan pengikut. Kepemimpinan transaksional merupakan suatu model kepemimpinan dimana seorang pemimpin cenderung memberi arahan kepada bawahannya, memberi imbalan dan hukuman atas kinerja mereka, dan menitik beratkan pada perilaku untuk memandu pengikut mereka ke tujuan yang ditetapkan dengan memperjelas peran dan tuntutan tugas (Maulizar et al., 2012). Sedangkan menurut Burns (dalam Yukl, 2010), suatu kepemimpinan memiliki faktor-faktor yang menunjukkan seorang pemimpin dalam memotivasi bawahannya. Upaya memotivasi bawahan agar menjadi efektif dilakukan dengan mempengaruhi bawahan agar bertindak sesuai dengan waktu dan saling kooperatif untuk mencapai tujuan. Kesimpulan dari beberapa definisi tersebut adalah kepemimpinan transaksional merupakan kepemimpinan dimana pemimpin diharapkan mampu menyesuaikan dirinya sesuai dengan harapan dari karyawan agar karyawan merasa dibutuhkan karena adanya hubungan yang kooperatif antara keduanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
3. Indikator kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan transaksional menurut Bass et al. (2003) dibentuk oleh faktor-faktor yang berupa imbalan kontingen (contingent reward), manajemen eksepsi aktif (active management by exception), dan manajemen eksepsi pasif (passive management by exception). Faktor-faktor tersebut data diuraikan sebagai berikut: 1.
Imbalan Kontingen (Contingent Reward). Faktor ini dimaksudkan bahwa bawahan memperoleh pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan target-target yang harus dicapai. Bawahan akan menerima imbalan dari pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan.
2.
Manajemen berdasarkan eksepsi a. Manajemen Eksepsi Aktif (Active Management by Exception). Faktor ini menjelaskan tingkah laku pemimpin yangselalu melakukan pengawasan secara direktif terhadapbawahannya. Pengawasan direktif yang dimaksud
adalahmengawasi
proses
pelaksanaan
tugas
bawahan
secaralangsung. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi danmeminimalkan tingkat kesalahan yang timbul selama proseskerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional tidaksegan mengoreksi dan mengevaluasi langsung kinerja
bawahanmeskipun
proses
kerja
belum
selesai.
Tindakan
tersebutdimaksud agar bawahan mampun bekerja sesuai denganstandar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
b. Manajemen Eksepsi Pasif (Passive Management byException). Seorang pemimpin transaksional akan memberikanperingatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadikesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yangbersangkutan. Namun apabila proses kerja yang dilakukan masih berjalan sesuai standar dan prosedur, maka pemimpin transaksional tidak memberikan evaluasi apapun kepada bawahan. Faktor-faktor pembentuk kepemimpinan transaksional tersebut digunakan pemimpin untuk memotivasi dan mengarahkan bawahan agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Bawahan yang berhasil dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan baik akan memperoleh imbalan yang sesuai. Sebaliknya bawahan yang gagal dalam melaksanakan tugasnya dengan baik akan memperoleh sanksi agar dapat bekerja lebih baik dan meningkatkan mutu.
D. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin kerja Menurut Simamora (2006) dsiplin adalah prosedur yangatau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2010). Hasibuan (2004) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah kesadaran dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan ada sanksi atas pelanggarannya. 2. Penilaian Displin Kerja Menurut Budi Setiyawan (2010), ada 5 faktor dalam penilaian disiplin kerja terhadap pemberian layanan pada masyarakat, yaitu: a. Kualitas kedisiplinan kerja, meliputi datang dan pulang yang tepat waktu, pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas dan kemampuan mengembangkan potensi diri berdasarkan motivasi yang positif. b. Kuantitas pekerjaan meliputi volume keluaran dan kontribusi. c.
Kompensasi yang diperlukan meliputi : saran, arahanatau perbaikan.
d.
Lokasi tempat kerja atau tempat tinggal.
e.
Konservasi meliputi penghormatan terhadapaturan dengan
keberanian untuk selalu melakukan pencegahan terjadinya tindakan yang bertentangan dengan aturan. Terdapat empat perspektif daftar yang menyangkut disiplin kerja menurut Rivai (2010): a. Disiplin retributive (retributive discipline) yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah. Disiplin korektif (corrective discipline) yaitu berusaha membantu karyawan mengkoreksi perilakunya yang tidak tepat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
b. Perspektif hak-hak individu (individual right perspective) yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakantindakan disipliner. c. Perspektif utilitarian (utilitarian perspective) yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya. Rivai (2010) juga menyebutkan ada tiga konsep dalam pelaksanaan tindakan disipliner, yaitu: a. Aturan tungku panas yaitu pendekatan untuk melaksanakan tindakan disipliner. b. Tindakan disiplin progresif yaitu untuk memastikan bahwa terdapat hukum minimal yang tepat terhadap setiap pelanggaran. c. Tindakan disiplin positif yaitu dalam banyak situasi, hukuman tindakan memotivasi karyawan mengubah suatu perilaku.
3. Indikator Disiplin Kerja Menurut Dharmawan (2011) mengemukakan Dimensi disiplin kerja karyawan yaitu : a.Absensi atau kehadiran , dengan indikator sebagai berikut : 1. Saya Datang harus tepat Waktu 2. Saya tidak memakai waktu kerja untuk kegiatan pribadi 3. Saya selalu menggunakan seragam kerja yang telah ditentukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
b.Ketaatan pada kewajiban dan peraturan, dengan indikator sebagai berikut: 1. Saya Selalu mentaati peraturan 2. Peraturan yang ada terlalu memberatkan karyawan 3. Saya Bersedia menerima sanksi sesuai peraturan c.Bekerja sesuai dengan prosedur, dengan indikator sebagai berikut : 1. Saya menyelesaikan tugas tepat waktu 2. Saya harus melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab 3. Saya secara rutin mendapatkan arahan dari pimpinan Disiplin kerja dapat dipengaruhi oleh semangat kerja karyawan, tingkat kompensasi yang diberikan, serta kepuasan kerja karyawan. Dimana karyawan dengan semangat kerja yang tinggi cenderung akan bekerja dengan lebih baik, tepat waktu, dan tidak pernah membolos. Karyawan akan semangat untuk berangkat kerja sehingga disiplin kerja nya menjadi tinggi. Demikian pula kompensasi yang perusahaan berikan terhadap karyawan, dengan perusahaan memberikan kompensasi yang sesuai terhadap karyawannya seperti gaji yang memuaskan, perhatian yang cukup, dan mendapat ekstra gaji ketika karyawsan bekerja lebih dari jatah yang seharusnya dikerjakan maka karyawan tidak akan lesu dan tetap menjunjung tinggi aturan perusahaan. Displin kerja akan berpengaruh besar pada kinerja perusahaan. Ketika tingkat disiplin kerja suatu perusahaan itu tinggi maka diharapkan karyawan akan bekerja lebih baik, sehingga produktivitas perusahaan meningkat. Selain itu disiplin kerja yang baik akan meningkatkan efisiensi kerja semaksimal mungkin, tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
menghabiskan waktu yang banyak bagi perusahaan untuk sekedar melakukan pembenahan diaspek kedisplinan tersebut dan waktu dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan beberapa faktor penilaian disiplin yang telah dikemukakan atas, penelitian ini menggunakan faktor penilaian disiplin kerja yang dikemukakan oleh Dharmawan (2011). Hal ini dipilih karena telah sesuai dengan kondisi kerja yang dilaksanakanoleh pegawai di PT. jaya Abadi Xpres
E. Penelitian Terdahulu Dibawah ini terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang bias menjadi referensi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan berikut :
Table 2.1 Penelitian Terdahulu No
1
Penulis, Tahun,Judul Jurnal,
Metode
Hubungan
Nama Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Hartanto, irvan 2014, Pengaruh 1.Populasi :136 1. H1:Gaya
Hasil
1.H1:
gaya kepemimpinan
Karyawan
kepemimpinan berpengaruh
transaksional terhadap kinerja
2.Sampel
transaksional
signifikan
karyawan dengan kepuasan
:Seluruh
Terhadap
atau positif
kerja sebagai variable
karyawan
kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Lanjutan penelitian terdahulu No
1
Penulis, Tahun,Judul Jurnal,
Metode
Hubungan
Nama Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Hasil
Intervening pada CV Timur
Di CV Jaya
Karyawan
2.H2 :
Jaya , Jurnal AGORA Volume
3.Metode
2.H2 : Gaya
Berpengaruh
2 No.1 Di unduh dari :
analisis SEM
Kepemimpinan signifikan
http://studentjournal.petra.ac.id/
(Structural
transaksional
atau positif
index.php/manajemen-
Equation
terhadap
3.H3:
bisnis/article/view/2331/
Modelling)
kepuasan kerja
Berpengaruh
3.H3:Kepuasan signifikan kerja terhadap
atau positif
kinerja
4.H4:
karyawan
Berpengaruh
4.H4 : Gaya
signifikan
kepemimpinan
atau positif
transaksional terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Lanjutan Penelitian terdahulu No
2
Penulis, Tahun,Judul Jurnal,
Metode
Hubungan atar
Nama Jurnal Vol, No
Penelitian
Variabel
Hasil
Italiani fanni adhistya.
1.Populasi
1. H1: Gaya
1. H1 :
2013.Pengaruh
:47 karyawan
Kepeimpinan
Berpengaruh
Gaya kepemimpinan
2.Sampel :
transformasional signifikan
transformasional dan transaksional
Selurh
terhadap kinerja
atau positif
terhadap kinerja pegawai
karyawan di
karyawan
2. H2 :
departemen SDM PT. Semen Gresik (
jadikan
2. H2:Gaya
Berpengaruh
PERSERO) Tbk, Jurnal Ilmu
responden
kepemimpinan
signifikan
manajemen Volume 1 no. 2 di unduh
3.Metode
transaksional
atau positif
dari http://ejournal.unesa.ac.id//index. analisis
terhadap kinerja
3. H3 :
Php/jim/article/view/2972.
:survey
karyawan
Berpengaruh
Eksplanasi
3. Gaya
signifikan
kepemimpinan
atau positif
transformasional dan transaksional terhadap kinerja karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Lanjutan penelitian terdahulu No
3
Penulis, Tahun,Judul Jurnal,
Metode
Hubungan atar
Nama Jurnal Vol, No
Penelitian
Variabel
Hasil
Advani, Avinash and Zhair Abbas.
1.Population:
1.H1: The
1.H1 :
2015. Impact Of transactional and
1.000
transformational
Significant
transactional Leadership style on
2. Sample :
Leadership on
2. H2 :
employees Performance of bangking 172
employees
Significant
sector in Pakistan. Global Journal of 3.Analysis
Performance
Management and research : A
Methode :
2.H2: The
administration and management
Regression
transactional
Volume 15
Analysis
Leadership on employees Performance
4
K,Sundi. 2013. Effect of
1.Population:
1.H1:
transformasional leadership and
185
Transformational Significant
transactional leadershipon employee
2. Sample :
leadership on
Positive
performance of konawe education
126
Performance
Impact
department at southest sulewesi
3.Analysis
2.H2:Work
2.H2:
province. International journal of
Methode :
Motivation on
Significant
business and management Invention
Descriptive
Performance
Positive
Volume 2
Stasistical Analysis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. H1 :
Impact
30
Lanjutan penelitian terdahulu No
5
Penulis, Tahun,Judul Jurnal,
Metode
Hubungan atar
Nama Jurnal Vol, No
Penelitian
Variabel
Hasil
Budhiwibowo,Satrijo.2014.
1.Metode
1.H1: Gaya
1.H1:
Pengaruh gaya kepemimpinan
Penelitian :
kepemimpinan
Berpengaruh
transaksional ,transformasional dan
Regresi
Transaksional
signifikan
disiplin kerja terhadap kinerja guru
Berganda
terhadap kinerja
atau positif
(karyawan )di kota Madiun. Jurnal
karyawan
2.H2 :
Premier Educandum Volume 4 No.
2.H2: Gaya
Berpengaruh
2. Di unduh dari :
kepemimpinan
signifikan
e-journal.ikippgrimadiun.ac.id
Transformasional atau positif terhadap kinerja
3.H3:
karyawan
Berpengaruh
3.H3: Disiplin
signifikan
kerja terhadap
atau positif
kinerja karyawan
4.H4 :
4. Gaya
Berpengaruh
kepemimpinan
signifikan
transaksional
atau positif
terhadap disiplin kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Lanjutan penelitian terdahulu No
6
Penulis, Tahun,Judul Jurnal, Nama
Metode
Hubungan
Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Hasil
Nimpuno,Galih Aryo.2015. Pengaruh
1.Populasi :
1.H1 :
1. H1:
disiplin kerja dan gaya kepemimpinan
104
Disiplin kerja
Berpengaruh
terhadap kinerja kayawan UD.
2.Sampel :
berpengaruh
positif
Pustaka pelajar Yogyakarta. Jurnal
Seluruh
terhadap
2.H2:
Manajemen Bisnis Indonesia Volume
karyawan
kinerja
Berpengaruh
4 Edisi II di unduh dari:
3.Metode
karyawan
positif
http://journal.student.uny.ac.id
Analisis :
2.H2: Gaya
3.H3 :
/jurnal/artikel/11980/50/1229
Regresi
kepemimpinan Berpengaruh
Berganda
berpengaruh
positif dan
terhadap
signifikan
kinerja karyawan 3. H3: Disiplin kerja dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Lanjutan penelitian terdahulu No
7
Penulis, Tahun,Judul Jurnal, Nama
Metode
Hubungan
Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Hasil
Sanjaya, M Taufiek Rio. 2015.
1.Populasi:
1. H1 :
1. H1:
Pengaruh Disiplin kerja dan Motivasi
115
Disiplin kerja
Berpengaruh
kerja terhadap Kinerja Karyawan
2. Sampel :
terhadap
positif
pada Hotel Ros In Yogyakarya. Jurnal
seluruh
kinerja
Manajemen Bisnis Indonesia Volume
karyawan
karyawan
4 edisi VI di unduh dari :
3. Metode
2.H2:
2.H2: Berpengaruh positif 3.H3 :
http://journal.student.uny.ac.id
Analisis :
Motivasi kerja Berpengaruh
/jurnal/artikel/15435/50/1580
regresi
terhadap
berganda
kinerja karyawan 3. H3: Disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
positif dan simultan
33
Lanjutan penelitian terdahulu No
8
Penulis, Tahun,Judul Jurnal, Nama
Metode
Hubungan
Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Hasil
1. H1: Tidak
Fahrizal. 2016. Pengaruh
1.Populasi: 48
1. H1 :
Kepemimpinan Transaksional dan
2. Sampel :
Kepemimpinan Berpengaruh
kebutuhan untuk berprestasi terhadap
seluruh
Transaksional
kinerja karyawan
karyawan
terhadap
3. Metode
kebutuhan
Analisis : pls
unntuk
Signifikan 2.H2: Tidak Berpengaruh Signifikan
berprestasi 3.H3 :
2.H2: Kepeimpinan transaksional terhadap kinerja Karyawan 3. H3: Kebutuhan untuk berprestasi terhadap kinerja karyawan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berpengaruh positif dan signifikan
34
No
9
Penulis, Tahun,Judul Jurnal, Nama
Metode
Hubungan
Hasil
Jurnal Vol, No
Penelitian
atar Variabel
Fudin Zainal Abidin. 2013. Pengaruh
1.Populasi: 22
1. H1 :
1. H1:
Disiplin Kerja terhadap Kinerja
2. Sampel :
Disiplin Kerja
Berpengaruh
Karyawan pada PT. Rekatama Putra
seluruh
terhadap
Signifikan
Gegana Bandung
karyawan
Kinerja
3. Metode
Karyawan
Analisis : spss 10
Astadi Pangraso.2016. Pengaruh
1.Populasi: 64
1. H1: Disiplin
1. H1 :
Disiplin Kerja terhadap Kinerja
2. Sampel : 44
Kerja
Berpengaruh
Pegawai di Biri Pelayanan Sosial
karyawan
Terhadap
Signifikan
Dasar Seketariat Daerah Provinsi
3. Metode
Kinerja
Jawa Barat. Jurnal Management
Analisis : spss
Pegawai
Bisnis Indonesia. Di unduh dari : http://ejournal.unair.ac.id/index.php /JMTT/article/viewFile/3019/2248
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Positif
35
F. Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Kepemimpinan transaksional terhadap kinerja karyawan Kepemimpinan membawa pengaruh terhadap kinerja karyawan. Sikap pemimpin yang kurang tegas dalam memberika sanksi kepada karyawan. .Hal ini yang dapat menurunkan kinerja karyawan dan memperlambat pencapaian target perusahaan.Sebaliknya, jika pemimpin dapat mempertegas pemberian sanksi kepada karyawan yang melanggar aturan, kemudian lebih bisa memberikan kepercayaan kepada karyawan,dan memberi kenyamanan kepada karyawan saat bekerja , hal ini yang membuat karyawan senang dan nyaman dalam bekerja.sehingga akan timbul motivasi dan semangat dari karyawan untuk bekerja dan kinerja karyawan akan dapat di tingkatkan. Pemberian Imbalan yang sesuai dengan hasil pencapain yang telah dilakukan oleh karyawan juga akan menambah motivasi dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Hal ini menunjukan adanya keterkaitan antara kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Penerapan kepemimpinan yang sesuai dengan perusahaan dapat berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. H1 : KepemimpinanTransaksional berpengaruh tehadap kinerja karyawan PT. Abadi Jaya Xpress
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2 .Pengaruh Disiplin kerja terhadap kinerja karyawan Disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis, dan bila melanggar akan di kenakan sanksi yang sudah di tetapkan sebelumya. Menurunnya kedisiplinan dari karyawan PT. Abadi Jaya Xpress akan membuat target yang telah di tetapkan oleh perusahaan tidak dapat selesai tepat pada waktunya. Keterlambatan masuk kerja karyawan opraional akan berdampak juga pada target pengiriman barang yang sudah di tetapkan oleh perusahaan, target perusahaan untuk pengiriman barang satu hari setiap karyawan mengerjakan nya dengan cepat sehingga tidak aka nada keterlambatan dalam pengiriman barang kepelanggan, tetapi karena karyawan terlambat masuk kerja itu berdampak terhadap jadwal pengiriman barang. Hal ini mengindikasikan belum optimalnya kinerja karyawan yang di pengaruhi oleh faktor disiplin kerja. Sebaliknya, ketika tingkat kedisiplinan karyawan tinggi, target dari perusahaan akan dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak akan terjadi keterlambatan pengiriman barang ke pelanggan, dan selain itu tidak akan ada complain dari pelanggan. Hal ini menunjukan bahwa kinerja karyawan dapat di tingkatkan dengan disiplin kerja yang tinggi. H2 : Disiplin Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Abadi Jaya Xpress
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
3 .Pengaruh Kepemimpinan Transaksional terhadap Disiplin kerja karyawan Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain (Suranta, 2002).oleh sebab itu gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi tingkat disiplin karyawan.Jika pemimpin dapat menerapkan kepada karyawan untuk disiplin waktu,dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,maka pemimpin tersebut berhasil mempengaruhi karyawan untuk penerapan apa yang telah pemimpin contohkan. Sehingga Gaya kepemimpinan Transaksional berpengaruh terhadap Disiplin kerja. H3 : Kepemimpinan Transaksional berpengaruh terhadap Disiplin kerja PT. Abadi Jaya Xpress
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
G. Konseptual
Kepemimpinan Transaksional (X1)
H1
Kinerja Karyawan
H3
(Y)
H2 Disiplin Kerja (X2)
Gambar 2.1 Rerangka Konseptual Penelitian
http://digilib.mercubuana.ac.id/