BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Conceptual Framework
Dalam proyek akhir ini, dasar pemikiran awal yang terbentuk mengacu kepada kinerja PDAM Kota Bandung. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PDAM ditentukan sehingga terbentuklah peta pemikiran konseptual seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Peta Pemikiran Konseptual
2.2 Analisis Situasi Bisnis
PDAM sebagai satu-satunya perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan air minum dalam menjalankan bisnisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan makro seperti kondisi dan situasi politik, regulasi pemerintah, ekonomi, sosial, perkembangan teknologi, tuntutan pasar dan tuntutan kepuasan
17
pelanggan. Faktor-faktor tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu segala sisi harus diperhatikan dampak kekuatan dan kelemahannya serta harus dilihat peluang dibalik berbagai datangnya ancaman.
2.2.1 Analisis Kondisi Politik, Hukum, dan Regulasi
Politik dalam negeri yang masih belum jelas dan susah diprediksi berpengaruh terhadap perkembangan dunia usaha, termasuk lingkungan industri untuk sektor pengelolaan air bersih. Secara umum pengaruh situasi dan kondisi keamanan nasional yang kurang kondusif serta adanya monopoli dalam pengelolaan air bersih mengakibatkan kurang tertariknya investor untuk ikut berinvestasi.
Pemberlakuan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah menimbulkan banyak perubahan pada sistem pemerintahan Indonesia. UU mengenai otonomi ini telah memberikan otoritas pada Pemerintah Daerah untuk pengembagan daerah masing-masing. Salah satunya mengenai penyediaan sektor air bersih yang pengelolaannya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Selain itu campur tangan Pemerintah Daerah dan DPRD juga terlalu besar dalam pengambilan keputusan terhadap kebijakan yang akan diambil oleh PDAM. Contohnya dalam pengaturan tarif air minum yang tercantum dalam Surat Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 194 tahun 2002 tentang Tarif Pelayanan Air Minum.
Campur tangan Pemerintah Daerah yang sangat besar dapat membatasi ruang gerak PDAM dalam mengatur keuangan perusahaan. Fungsi PDAM didaerah sebagai pengatur dan penentu kebijakan dalam air minum, campur baur dengan fungsinya sebagai operator pelayanan air minum. Terdapat ambivalensi misi PDAM, apakah sebagai lembaga yang bersifat sosial atau lembaga yang bersifat komersial. Adanya pemberlakuan UU No 8/99 tentang perlindungan konsumen juga mengakibatkan semakin kuatnya posisi tawar pelanggan, dengan adanya
18
kepastian hukum untuk melindungi hak konsumen. Hal ini menyebabkan tuntutan bagi para pelaku usaha untuk memberikan:
Pelayanan/ produk yang handal dan berkualitas
Pelayanan dan memberikan informasi yang benar mengenai kondisi barang atau jasa yang ditwarkan
Kompensasi dan ganti rugi terhadap kerugian penggunaan barang atau jasa.
2.2.2 Analisis Lingkungan Ekonomi Makro
Pada saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, menyebabkan kondisi BUMD seperti PDAM semakin terpuruk. Penerimaan yang rendah oleh karena tarif air yang tidak sepadan menyebabkan tingkat pelayanan yang rendah, konsumsi air yang rendah, dan kehilangan air yang tinggi akibat kurangnya pemeliharaan. Sedangkan pengeluaran PDAM tetap tinggi akibat dari tingginya biaya operasi, cicilan hutang pokok, inefisiensi manajemen, dan beban-beban keuangan lain dari pemerintah daerah. Hal tersebut telah menyebabkan buruknya kinerja PDAM.
Akan tetapi saat ini, perekonomian di Indonesia cenderung menuju ke arah lebih baik. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan GDP, penurunan tingkat inflasi, penurunan suku bunga SBI, penurunan suku bunga pinjaman dan penguatan nilai tukar rupiah. Kondisi ini memungkinkan adanya pasar potensial untuk mengembangkan investasi di Indonesia termasuk investasi dalam pengelolaan air bersih.
Adanya pengaruh globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia melalui beberapa kesepakatan yang akan direalisasikan dikawasan regional Asia-Pasifik seperti WTO, APEC dan AFTA, akan membuat kawasan ini menjadi suatu pasar bebas untuk segala jenis bisnis termasuk bisnis pengelolaan air. Indonesia yang berada di kawasan ini, akan ikut mengalami persaingan usaha yang semakin ketat. Sehingga PDAM harus lebih kompetitif dan memiliki keunggulan bersaing.
19
2.2.3 Analisis Sosial dan Pertumbuhan Penduduk
Populasi jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi mengakibatkan peningkatan akan kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan tersebut merupakan peluang yang optimis untuk bisnis pengelolaan air bersih ini.
Peningkatan laju industri, dan peningkatan perekonomian masyarakat juga berdampak pada peningkatan jumlah konsumsi air. Sehingga hal ini dapat menjadi ancaman bagi PDAM mengingat sumber air baku yang berada di pulau Jawa mengalami persaingan yang sangat ketat antara pemakaian industri, pertanian dan domestik. Selain itu, sumber air yang ada mengalami penurunan kualitas akibat pencemaran industri maupun domestik.
2.2.3 Analisis Perkembangan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk dalam pengelolaan air bersih telah memberikan pengaruh terhadap efisiensi dan kemudahan dalam operasional pengelolaan air bersih. Teknik pengelolaan yang lebih efektif dan efisien dapat memungkinkan PDAM untuk dapat meningkatkan kualitas air yang dihasilkannya. Selain itu, kemajuan teknologi informasi juga menuntut PDAM untuk mengadaptasi teknologi dalam pelayanan, misalnya untuk kemudahan pembayaran dan keakuratan data tagihan. Sehingga dapat memenuhi ekspektasi masyarakat yang menuntut pelayanan publik yang mudah, praktis, dan berkualitas.
2.2.4 Analisis Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan terhadap layanan yang diberikan oleh PDAM Kota Bandung sangat berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Pelanggan PDAM Kota Bandung dibagi berdasarkan kelompok tarif, yaitu tarif Sosial, Rumah Tangga, Instansi, Niaga, Industri. Cakupan pelayanan merupakan salah satu ukuran yang
20
dapat menggambarkan kinerja PDAM dalam memenuhi kepuasan pelanggan. Berdasarkan jenis pelanggan, pada Triwulan IV Tahun 2005 jumlah cakupan layanan PDAM Kota Bandung dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Cakupan Pelayanan PDAM Kota Bandung (Triwulan IV Tahun 2005) Golongan Tarif IA IB IIA1 IIA2 IIA3 IIA4 IIB IIIA IIIB IVA IVB
Kategori Sosial Sosial Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Rumah Tangga Instansi Niaga Kecil Niaga Besar Industri Kecil Industri Besar Jumlah Total Jumlah Penduduk Presentase Cakupan Pelayanan
Jumlah Pelanggan 1.753 143 859 65.817 44.473 10.500 2.277 5.678 8.240 291 242 140.273
Ratio Pemakaian (Orang) 150 40 7 7 7 7 30 10 40 25 70
Jumlah 262.950 5.720 6.013 460.719 311.311 73.500 68.310 56.780 329.600 7.275 16.940 1.599.118 2.501.506 63.93%
Selain cakupan layanan, pemakaian jumlah air juga dapat menunjukkan kinerja PDAM dalam mememenuhi ketersedian air (kuantitas dan kontinuitas). Total air yang terpakai pada tahun 2005 adalah 33.662.388 m3.
2.2.5 Analisis Sumber Daya Perusahaan
Sumber daya perusahaan terdiri dari tangible assets dan intangible assets. Intangible assets PDAM Kota Bandung terdiri dari sumber daya insani, teknologi, dan organisasi. Untuk sumber daya insani, sampai tahun 2005 jumlah pegawai adalah 925 orang dan sistem kepegawaian PDAM terdiri dari PNS, Pegawai Perusahaan, Calon Pegawai, Honorer, Kontrak Kerja dan TNI/POLRI yang dipekerjakan. Jumlah pegawai yang banyak dan struktur birokrasi yang ada pada PDAM Kota Bandung dapat menimbulkan beberapa permasalahan sebagai berikut:
Beratnya beban anggaran aparatur
Pengendalian dan pengawasan kinerja kurang optimal
Birokrasi yang panjang, tidak efisien, dan lamban dalam pelayanan
21
Banyaknya pegawai yang tidak optimal
Kapasitas dan kapabilitas pegawai yang rendah
Sumber daya yang dimiliki PDAM Kota Bandung lainnya adalah sumber daya fisik. Untuk mendukung proses bisnisnya, PDAM Kota Bandung memiliki beberapa instalasi pengolahan air bersih, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Sumber Air dan Lokasi Instalasi Air Bersih PDAM Kota Bandung No
Sumber Air
1 2
S. Cisangkuy S. Cikapundung
3 4
S. Cibeureum S. Cipanjalu
5 6
Air Tanah Mata Air TOTAL (L/dt)
Intake
Cikalong-Banjaran - Bantar Awi - Kolam Pakar - Bbk Siliwangi Cibeureum Cipanjalu Sumur Artesis Bangunan Penangkap Air
Instalasi/ Pengolahan
Badaksinga Dago Pakar Mini Plan Dago Badaksinga Mini Plan Cibeureum Mini Plan Cipanjalu Reservoir IX, X, dan Distribusi ke konsumen Reservoir (Ledeng)
Kapasitas Desain Max Produksi (L/dt) 1800 600 60 250 40 20 180 170 3120
Untuk pengolahan limbah dan air kotor, PDAM memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang Bandung. IPAL yang berjarak 12 km dari kota Bandung ini belum sepenuhnya menangani air limbah rumah tangga dari seluruh Bandung. IPAL Bojongsoang baru bisa menangani air limbah dari wilayah Bandung Timur dan Bandung Tengah bagian Selatan. IPAL Bojongsoang memiliki kapasitas pengolahan 80.000 m3 air limbah per hari dan pemanfaatannya baru sekitar 40.000 m3.
2.2.6 Analisis Lingkungan Hidup
Kebijakan untuk memperhatikan lingkungan hidup bagi perusahaan dapat memberikan keuntungan tersendiri.
Seperti telah diketahui bahwa isu-isu
lingkungan hidup saat ini telah menjadi perhatian khusus bagi setiap perusahaan. Terlebih lagi bagi PDAM Kota Bandung yang mengemban visi dan misi untuk menyediakan air bersih dan mengelola air kotor yang berwawasan lingkungan.
22
Masalah pencemaran lingkungan pada sungai dan daerah aliran sungai yang menjadi sumber air baku PDAM harus dikelola dengan benar karena akan berpengaruh terhadap kualitas sumber air baku yang akan berdampak pada proses pengolahan air bersih. Selain itu pencemaran air sungai juga dapat mengurangi sumber air baku sehingga akan mengurangi jumlah produksi air bersih yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja PDAM Kota Bandung.
2.2.8 Analisis Mitra Kerja / Pemasok
Pemasok merupakan salah satu pihak yang turut menentukan kinerja perusahaan. Pada PDAM Kota Bandung ada dua jenis pemasok yang merupakan mitra strategis untuk mendukung operasional. Pemasok dalam penyediaan sumber air baku dan pemasok yang menyediakan bahan-bahan kimia untuk proses pengolahan dari air baku menjadi air bersih. Pemasok yang menjadi penyedia air baku merupakan mitra kerja PDAM yang terdiri dari PT. PLN, Perum Perhutani, dan Dinas PSDA Provinsi. Sementara untuk pemasok yang mensupply bahanbahan kimia adalah perusahaan-perusahaan pemroduksi zat-zat kimia yang terpilih dalam tender yang diadakan oleh pemerintah daerah. Hubungan dengan mitra kerja yang menjadi penyedia sumber air baku harus dijaga baik karena berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam pemenuhan kuantitas air. Sedangkan pemasok yang menjadi penyedia bahan kimia harus dipertimbangkan dalam pemilihannya karena akan mempengaruhi terhadap hasil kualitas air yang dihasilkan.
2.3 Analisis SWOT perusahaan
Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats), dilakukan pada semua aspek kegiatan dalam perusahaan dan aspek di luar perusahaan. Analisis ini dilakukan dalam rangka mengidentifikasi faktor internal dan eksternal lingkungan perusahaan yang akan menjadi bagian yang sangat penting dari proses perencanaan strategis. Faktor internal lingkungan dalam perusahaan bisa diklasifikasikan
pada strength/kekuatan dan weakness/kelemahan. Sedangkan
23
faktor
eksternal
pada
opportunities/peluang
dan
perusahaan
bisa
threath/ancaman.
diklasifikasikan SWOT
analisis
dengan memberikan
informasi yang akan membantu menyatukan sumber daya perusahaan dengan kapasitas untuk menjadi lingkungan yang kompetitif dalam pengoperasian bisnis.
Dalam kerangka analisis SWOT, pengumpulan data dan analisis yang dilakukan oleh PDAM Kota Bandung menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode WEPA (Water Enterprise Performance Assesment) yang digunakan untuk pengumpulan data dan analisis aspek internal perusahaan. b. Metode
Survey
Kepuasan
Pelanggan
(SKP)
yang
digunakan
untuk
pengumpulan data dan analisa eksternal perusahaan. c. Pengumpulan data sekunder untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi daerah dan masyarakat melalui PDAM sendiri dan BPS. d. Diskusi, yang dilakukan antara Tim Penyusun Corporate Plan dengan semua bagian untuk menemukan berbagai permasalahan yang dihadapi pada setiap bagian dan sekaligus konfirmasi (cross check) atas semua data yang telah dikumpulkan.
2.3.1 Analisis Internal
Analisis aspek internal PDAM Kota Bandung dengan metode WEPA yang menilai tujuh aspek yang meliputi tingkat pelayanan, keuangan, efisiensi, fungsi penting, organisasi, kontinuitas, dan pengembangan. Dengan standar batas nilai < 80% dikategorikan sebagai kelemahan PDAM (pencapaian yang kurang bagus pada aspek tersebut) dan > 80 % dikategorikan sebagai kekuatan PDAM (pencapaian yang bagus pada aspek tersebut), maka PDAM Kota Bandung masuk pada kelompok kelemahan, karena angka yang dicapai adalah 62,40 yang berarti kurang dari 80. Hasil analisis aspek internal untuk PDAM Kota Bandung berdasarkan metode WEPA adalah terdapat 12 indikator kelemahan dan 8 indikator kekuatan. Hasil analisis WEPA dijadikan acuan untuk analisis internal perusahaan yang dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 2.3 berikut.
24
Tabel 2.3 Nilai kinerja berdasarkan metode WEPA (Aspek Internal) No
CSF
Perolehan Nilai Air Bersih
Air Kotor
Standar
%
Keterangan
Nilai Akhir
1
Tingkat Pelayanan
13
13
13
25
52.00
Kelemahan
2
Keuangan
13
13
13
25
52.01
Kelemahan
3
Efisiensi
4
5
4.3
10
43
Kelemahan
4
Fungsi Penting
7
6
6.7
10
67
Kelemahan
5
Organisasi
7
6
6.7
10
67
Kelemahan
6
Kontinuitas
14
13
13.7
15
91.33
Kekuatan
7
Pengembangan
5
5
5
5
100
Kekuatan
63
61
62.4
100
62.4
Kelemahan
Jumlah
Indikator yang lemah dan kuat, diperlihatkan pada uraian Tabel 2.4 berikut. Tabel 2.4 Indikator Kekuatan dan Kelemahan PDAM Kota Bandung No
INDIKATOR
Persentase Air Bersih
1
2
3
4
5
6
7
1.1
Cakupan Pelayanan (%)
1.2
Kuantitas
1.3
Kualitas
1.4
Keandalan Jasa Pelayanan
2.1
Keuntungan
2.2
Air Kotor
Akhir
66.67
66.67
66.67
62.5
37.5
55
50
100
65
0
0
0
46.67
46.67
46.67
Likuiditas
50
60
53
3.1
Efisiensi Perusahaan
50
50
50
3.2
Produksi Air
33.33
33.33
33.33
3.3
Distribusi Air
33.33
66.67
43.332
100
75
92.5
25
50
32.5
100
50
85
4.1
Penyediaan Bahan-bahan
4.2
Pelayanan Langganan
4.3
Penyediaan Laporan
5.1
Struktur Organisasi dan Karyawan
75
75
75
5.2
Koordinasi
50
25
42.5
5.3
Prosedur
100
100
100
6.1
Pemeliharaan
87.5
75
83.75
6.2
Monitoring
100
100
100
6.3
Peralatan Penunjang
100
100.01
100
7.1
Perencanaan
100
100.02
100
7.2
Pengembangan Kelembagaan
100
100.03
100
25
2.3.2 Analisis Eksternal
Analisis eksternal perusahaan melalui survey kepuasan pelanggan. Informasi yang berkenaan dengan kepuasan pelanggan adalah mengenai penilaian terhadap pelanggan rumah tangga dan pelanggan komersil. Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan dengan penyebaran terhadap pelanggan PDAM di tujuh wilayah pelayanan PDAM Kota Bandung dengan jumlah total kuisioner sebanyak 500. Hasil berdasarkan survey tersebut menjadi analisis aspek eksternal perusahaan yaitu peluang (opprtunities) dan ancaman (threats) yang diringkas pada Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 berikut. Tabel 2.5 Peluang (Opportunities) PDAM Kota Bandung Peluang (Opportunities)
No 1
Potensi pasar yang cukup baik
2
Kondisi fisik daerah pelayanan Kota Bandung Sarana dan prasarana kota yang memadai Kondisi sosial budaya masyarakat yang memadai
3 4
5 6
7
Kemampuan masyarakat untuk membayar Pengembangan fungsi kota
8
Kemampuan membayar biaya penyambungan secara angsuran Kemampuan penyambungan baru
9
Investasi swasta
Keterangan Cakupan pelayanan baru 63.93% sehingga masih terdapat 902.388 jiwa yang belum terlayani Kondisi topografi dengan kemungkinan sistem gravitasi dapat diterakan dengan optimal Pembangunan kota yang membutuhkan prasarana dasar yang terus digalakan pemerintah daerah saat ini Misi Bandung "BERMARTABAT" dan beberapa peraturan daerah mengharuskan penduduk/masyarakat berprinsip sehat 80% responden mampu membayar rekening > Rp. 15.000,00 Pengembangan Bandung Metropolitan Area dengan wilayah pelayanan yang besar memungkinkan pengembangan sistem penyediaan air bersih 91% responden mampu membayar biaya penyambungan Rp. 25.000,00 - Rp. 50.000,00 90% responden bersedia menjadi pelanggan baru PDAM karena tidak mempunyai alternatif sumber air untuk kebutuhan sehari-hari Dengan Pendapatan Usaha Rp. 88.563.997.802 dan utang lancar Rp. 201.397.274.676, ekuitas Rp. 52.828.313.284 memungkinkan pihak swasta dapat berinvestasi di Kota Bandung
Terdapat sembilan indikator yang merupakan peluang bagi PDAM Kota Bandung. Sedangkan yang menjadi ancaman bagi perusahaan diketahui terdapat lima indikator yang dijelaskan pada Tabel 2.6 berikut.
26
Tabel 2.6 Ancaman (Threats) PDAM Kota Bandung No
Ancaman
Keterangan
1
Terbatasnya sumber air baku yang berasal dari permukaan dan air tanah
2
Terbatasnya kewenangan dalam mengelola air bersih secara keseluruhan
3
Kondisi perekonomian nasional, stabilitas politik dan keamanan dan penyertaan modal dari pemerintah
4
Adanya pajak air tanah dalam kaitannya dengan berlakunya otonomi daerah
5
Kurangnya dukungan pemerintah daerah
Sungai Cikapundung dan Cisangkuy mengalami penurunan debit dan kualitas air karena pencemaran dan kurangnya konservasi sekitar sungai Kewenangan mengelola air harus memperhitungkan kebutuhan lain seperti pertanian, listrik dan lain-lain, yang semuanya diatur dalam satu peraturan, sehingga membatasi kewenangan pengelola air "tunggal" Kondisi perekonomian sekarang dengan tingkat inflasi cukup tinggi, keterpurukan hutang, membuat penyertaan modal dari pemerintah untuk sistem penyediaan air bersih sangat terbatas Kondisi sumber air untuk sistem penyediaan air bersih berada di luar wilayah administrasi Kota Bandung sehingga dalam jangka panajang memungkinkan "pemilik sumber air" menerapkan kompensasi berupa pajak air Pemerintah Daerah belum menertibkan peraturan-peraturan yang mendukung keberadaan PDAM
2.4 Akar Masalah
Penyediaan air bersih di Indonesia dikelola oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Sudah lama diketahui bahwa pengelolaan sektor air bersih oleh PDAM di Indonesia tidak berjalan dengan baik dan seringkali menghadapi berbagai kendala yang kompleks mulai dari manajemen, operasional, kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran, dan sumber daya. Sehingga masih banyak PDAM yang kinerjanya masih dinyatakan cukup.
PDAM Kota Bandung merupakan salah satu PDAM di Indonesia yang kinerjanya termasuk dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan oleh beberapa permasalahan dalam manajemen, operasional dan keuangan. Masalah di bidang manajemen dan organisasi diantaranya adalah kualifikasi pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan budaya perusahaan yang kurang memotivasi pegawai. Masalah di bidang operasional diantaranya adalah cakupan layanan yang rendah dan belum merata, tingkat kehilangan air yang tinggi, kualitas air yang tidak memenuhi persyaratan air minum, kontinuitas aliran yang kurang dari 24 jam, dan supply air baku yang berkurang. Sedangkan dalam bidang keuangan masalah yang dihadapi diantaranya biaya operasional yang tinggi, tingkat penagihan piutang yang rendah dan utang yang tinggi. 27
Sampai dengan triwulan IV tahun 2005, PDAM Kota Bandung memiliki 140.273 sambungan langganan dan baru mampu melayani sekitar 63,93% dari jumlah penduduk, padahal standar cakupan layanan untuk kota besar adalah 80%. Cakupan layanan ini masih rendah dibandingkan dengan PDAM kota lain yang bisa mencapai 86% seperti kota Kediri. Cakupan layanan beberapa PDAM di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Sumber: www.perpamsi.org
Gambar 2.2 Cakupan Layanan Beberapa PDAM di Indonesia
Sedangkan untuk tingkat kehilangan air PDAM Kota Bandung pada tahun 2005 adalah 46,86%. Tingkat kehilangan air sebesar ini tergolong cukup parah karena standar tingkat kehilangan yang masih dapat ditolerir adalah 25%. Jika dibandingkan dengan beberapa PDAM kota lain, maka tingkat kehilangan air PDAM Kota Bandung masih berada di bawah rata-rata yaitu 32% Tingkat kehilangan air beberapa PDAM di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Sumber: www.perpamsi.org
Gambar 2.3 Tingkat Kehilangan Air pada Beberapa PDAM di Indonesia
28
Kendala lain yang dihadapi adalah berkurangnya supply air baku. Sumber air baku PDAM Kota Bandung berasal dari 4 sumber air permukaan (Sungai Cisangkuy, Cikapundung, Cibeureum dan Cipanjalu), 11 mata air, dan sumber air tanah yang terdiri dari 12 titik sumur bor artesis, dan 25 titik sumur bor lokal. Supply terbesar berasal sumber air permukaan yaitu 85% sedangkan 15% sisanya berasal dari mata air dan air tanah dengan jumlah proporsi persentase yang hampir sama. Saat ini hampir seluruh sumber air permukaan telah mengalami penurunan kualitas dan debit air yang diakibatkan oleh pencemaran limbah rumah tangga dan industri. Hasil uji kualitas air sungai Cikapundung oleh Forum Komunikasi Pemuda Peduli Lingkungan (FKPPL) pada tahun 2004, menyatakan bahwa kadar koli tinja mencapai 50000/100ml atau 250 kali di atas baku mutu. Penelitian terbaru pada bulan Maret 2007 yang dilakukan Kelompok Kerja Komunikasi Air (K3A) dengan beberapa SMU di Bandung menyebutkan bahwa sungai Cikapundung memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi dan mengandung kadar DO yang sangat rendah (2,4mg/lt), sehingga sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditelusuri akar masalah yang menjadi penyebab kinerja PDAM Kota Bandung masih tergolong dalam kategori cukup yang diilustrasikan dengan diagram tulang ikan pada Gambar 2.4 berikut.
29
30