BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1.
Conceptual Framework Isu bisnis yang disoroti dalam tulisan ini adalah bagaimana prospek investasi di dalam industri telekomunikasi pada pasar modal Indonesia di masa mendatang. Peristiwa perang tarif antar operator seluler di Indonesia dan menurunnya saham emiten telekomunikasi di BEI (Bursa Efek Indonesia) menimbulkan pertanyaan apakah perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia menuju ke arah yang mature ataupun malah telah berada dalam periode mature. Jawaban dari pertanyaan tersebut akan mempengaruhi turunnya tingkat keuntungan investasi saham di sektor tersebut karena pada dasarnya sektor tersebut tidak akan memberikan nilai tambah bagi investor bila dalam keadaan mature. Dari dasar pertimbangan tersebut, diperlukan eksplorasi isu bisnis dari sisi investor saham, prospek saham industri telekomunikasi akan bergerak ke arah yang mana dan bagaimana strategi investasi saham telekomunikasi di masa mendatang.
Ditilik lebih dalam pada isu bisnis tersebut diatas, pemilihan investasi pada industri telekomunikasi Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan yang tercermin dalam diagram di bawah ini:
15
Gambar 2.1. Konsep Kerangka Pemikiran
Hal pertama yang mempengaruhi perilaku investasi di pasar modal adalah filosofi dari investasi tersebut. Apakah investor bertujuan investasi dalam jangka panjang ataupun jangka pendek. Dan apakah investor tersebut akan berperilaku sebagai investor activist ataukah investor pasivist dalam mengelola saham yang nantinya dimiliki. Kondisi perekonomian, baik kondisi dunia secara menyeluruh maupun kondisi ekonomi Indonesia sendiri berpengaruh langsung terhadap keberadaan perusahaan tersebut di dalam dunia bisnis. Hubungan antara keduanya dapat saling memperngaruhi satu sama lain. Industri telekomunikasi dapat mendorong ataupun menurunkan ekonomi Indonesia, dan begitu pula sebaliknya bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri ini. Pada kenyataan perekonomian Indonesia selama ini,
16
perkembangan industri telekomunikasi bersifat responsif terhadap perkembangan
ekonomi
Indonesia,
belum
bersifat
proaktif
mempengaruhi ekonomi. Termasuk di dalam bagian kondisi perekonomian ini adalah kondisi industri telekomunikasi di Indonesia itu sendiri. Sudah sampai tahap manakah industri telekomunikasi di Indonesia ini. Selain itu juga perlu untuk dilihat peta persaingan antar perusahaan‐perusahaan telekomunikasi tersebut. Sisi pasar modal tempat perusahaan‐perusahaan tersebut mencari
investor
sahamnya
juga
mempengaruhi
keputusan
menanamkan investasi dalam bentuk saham. Pertimbangan efesiensi suatu pasar juga mempengaruhi investor dalam menanamkan sahamnya. Hal penting lain yang mempengaruhi pilihan investasi di sektor industri telekomunikasi adalah perkembangan teknologi itu sendiri, dan bukan hanya perkembangan teknologi telekomunikasi namun juga perkembangan teknologi yang lainnya, contohnya perkembangan teknologi informasi yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga membentuk teknologi konvergensi. Tidak tertutup kemungkinan pula, bahwa ada teknologi dari sektor lain yang akan mendorong revolusi bisnis telekomunikasi dan meningkatkan nilai intrinsik perusahaan. Investasi di setiap jenis industri tergantung kepada pelaku implementasi di industri tersebut yakni perusahaan‐perusahaan di area industri ini. Hal ini juga berlaku di industri telekomunikasi, untuk melihat prospek investasi pada pasar modal di industri telekomunikasi perlu untuk melihat ke dalam perusahaan‐perusahaan telekomunikasi yang berada pada pasar modal tersebut. Dan seluruh sisi intrinsik
17
perusahaan tersebut dilihat untuk dapat melihat secara objektif dan nyata kondisi perusahaan tersebut sekarang dan di masa depan. 2.2.
Analisis Situasi Bisnis Di awal hingga pertengahan tahun 2008 keadaan industri telekomunikasi di Indonesia memasuki babak baru, yakni masa perang tarif antar penyedia jasa telepon selular, termasuk diantaranya penyedia jasa fixed wireless (berdasar teknologi CDMA – Code Division Multiple Access, mempunyai range wilayah akses yang lebih sempit dibandingkan dengan telepon selular GSM). Perang tarif antar penyedia jasa telepon bergerak di Indonesia tersebut terjadi pada tarif layanan dasar tarif telepon bergerak seperti telepon dan SMS (Short Messaging Service). Setiap penyedia layanan berusaha mengambil lahan pasar
Indonesia
yang
mayoritas
merupakan
pasar
yang
berkarakteristik cost sensitive terhadap teknologi telekomunikasi bergerak. 2.2.1.1.Kondisi Ekonomi Wilayah Regional Asia Dengan naiknya harga komoditas energi di dunia dan juga harga makanan di dunia selama bulan April 2008, nilai inflasi di beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Kenaikan nilai inflasi tersebut juga memaksa tingkat suku bunga di negara tersebut dinaikkan. Keadaan ini mencerminkan bahwa tingkat resiko di negara‐negara tersebut, termasuk Indonesia, meningkat di awal tahun 2008 ini. Perang tarif tersebut diikuti oleh semua perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia yakni PT
18
Telkom (dengan Telkomsel‐nya), kemudian Indosat, Excelcomindo, Bakrie Telecom, dan Mobile‐8 Telecom (dengan merek dagang Fren). Perang tarif yang terjadi di Indonesia tersebut disebabkan karena adanya opportunity advantage yang dibangun oleh perusahaan‐ perusahaan telekomunikasi yang berdiri di awal industri ini berkembang. Perusahaan tersebut seperti Telkomsel dan Indosat mempunyai tarif dasar layanan telepon dan SMS yang relatif lebih mahal daripada perusahaan telekomunikasi dunia. Dan hal itulah yang menjadi opportunity advantage untuk perusahaan telekomunikasi yang lain yang dapat menurunkan tariff yang mereka miliki. Pada peta persaingan industri telepon bergerak di Indonesia saat ini, Telkomsel (anak perusahaan Telkom) mempunyai pangsa pasar terbesar di Indonesia, hampir setengah dari pengguna layanan telekomunikasi selular di Indonesia, sekitar 48% dari pasar telepon bergerak (Asean Affairs,2008:22). Diikuti dengan Indosat 32% dan Excelcomindo dengan 15%. Perkembangan industri telekomunikasi di Indonesia nantinya diharapkan lebih banyak melakukan eksploitasi teknologi 3G (3rd Generation). Menurut Asean Afffairs (Asean Affairs,2008:21) Prakiraan jumlah pengguna 3G di tahun 2005 adalah 0 pengguna, sedangkan untuk tahun 2010, pengguna 3G di Indonesia akan mencapai 2.775 juta pengguna. Teknologi 3G dapat memungkinkan pengguna telepon bergerak mendapatkan layanan internet HSDPA (High Speed Data Packet Access), layanan streaming televisi, layanan percakapan tatap muka, dan layanan telekomunikasi lain yang membutuhkan jalur data (bandwidth) yang lebar.
19
Di bulan April 2008, menurut Asean Affairs (Asean Affairs,2008:21), Asosiasi GSM Indonesia menyatakan bahwa koneksi mobile broadband (HSDPA) di Indonesia sudah melampaui jumlah koneksi fixed broadband. Terlihat disini bahwa perkembangan konvergensi sektor telekomunikasi jalur suara dan jalur data di Indonesia sudah mulai nampak. Indonesia mempunyai empat jaringan HSDPA, yakni yang dimiliki oleh Telkomsel, Indosat, Excelcomindo, dan Hutchison 3. Namun apakah itu menjamin bahwa investasi saham telekomunikasi di Indonesia akan menguntungkan di masa mendatang dan bagaimana trik investasi saham telekomunikasi di Indonesia adalah bahasan di dalam penelitian ini. 2.2.2. Filosofi Investasi Mengapa filosofi investasi menjadi sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan adalah karena tanpa filosofi tersebut setiap investor akan secara mudah berpindah strategi investasi tanpa tujuan yang jelas. Hal itu tercermin dalam kenyataan bahwa satu fiosofi investasi dapat diterjemahkan jadi beberapa strategi investasi (Damodaran, n.d., 3). Masih menurut Aswath Damodaran dalam tulisannya Investment Philosophies Chatper 1 Introduction pada halaman 6, sebuah proses investasi adalah sebagai berikut:
20
Gambar 2.2. Proses Investasi
Untuk setiap investasi, diharuskan selalu memperhitungkan kondisi sahamnya itu sendiri dan kondisi perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Dan di dalam setiap filosofi investasi terdapat berbagai jenis tujuan investasi yang dirangkum oleh Aswath Damodaran dalam tulisannya Investment Philosophies Chatper 1 Introduction pada halaman 10 seperti berikut ini:
21
Gambar 2.3. Jenis Strategi Investasi
Jenis investasi akan berbeda tergantung pada cara pandang investor tersebut terhadap pasar modal itu sendiri: 1. Jenis Short term investment yakni filosofi investasi yang menganggap bahwa investor dapat mengambil keuntungan dengan perubahan harga dalam rentang waktu yang terbatas. Ini merupakan strategi market timing. 2. Sedangkan untuk tipe long term investment meyakini bahwa nilai suatu perusahaan tertentu berada dalam posisi undervalued sehingga pada suatu saat di masa mendatang harga pasar akan menyesuaikan dengan harga perusahaan yang sebenarnya. Dengan filosofi yang seperti ini, investor akan menanam modalnya di jangka waktu yang lebih lama dan akan secara selektif dalam memilih emiten. Di bawah ini adalah langkah‐langkah yang diperlukan untuk membangun sebuah filosofi investasi sebelum menanam saham:
22
1. Investor harus mempunyai pengetahuan dasar tentang resiko dan valuation. Pengetahuan tersebut terdiri dari: cara menghitung resiko dari setiap investasi pada suatu emiten dalam hubungannya dengan return yang akan diterima, bagaimana menilai suatu asset (apakah itu aset obligasi, asset saham, atau asset bisnis), dan mengetahui biaya dari transaksi investasi tersebut (semakin cepat transaksi itu dilakukan maka akan semakin tinggi pula biaya transaksinya) 2. Membangun pandangan mengenai bagaimana pasar itu bekerja, dalam hal ini adalah bagaimana Bursa Efek Indonesia bekerja. 3. Dan kemudian barulah kita menentukan filosofi investasi yang bagaimana yang ingin dipilih berdasarkan seberapa beresiko investasi yang ingin ditanam, seberapa besar portofolio yang digunakan, berapa rentang waktu investasi itu menghasilkan pendapatan bagi investor, dan status pajak yang diemban oleh investor. Dalam penelitian tentang investasi di saham telekomunikasi Indonesia ini folosofi invetasi yang digunakan adalah investasi jangka panjang yang lebih mengutamakan pemilihan asset dibandingkan dengan bergantung pada market timing. 2.2.3. Kondisi Perekonomian Keadaan perekenomian suatu negara tercermin dalam besarnya tingkat GDP (Gross Domestic Product) yang merupakan nilai produksi domestik negara tersebut. Ekonomi Indonesia masih dipengaruhi pula oleh isu ekonomi besar pada salah satu negara besar yang keadaan ekonominya mempengaruhi ekonomi global.
23
Kondisi Ekonomi Global Keadaan negara Amerika Serikat yang dimulai pada awal tahun 2008 ini berada dalam krisis ekonomi, mempengaruhi keadaan ekonomi dunia hingga saat ini. Beberapa negara yang belum memiliki kekuatan fundamental ekonomi yang stabil akan sangat dipengaruhi oleh krisis ekonomi Amerika ini. Salah satu contoh negara tersebut adalah Indonesia. Tingginya tingkat suku bunga kredit di Amerika berperngaruh terhadap meningkatnya tingkat resiko investasi di Indonesia. Tingginya tingkat suku bunga di Indonesia tahun 2008 ini disebabkan oleh banyaknya kredit macet di sektor properti di Amerika yang mempunyai istilah Subprime mortgage. Selain isu kredit macet sector properti di Amerika Serikat terdapat pula isu meningkatnya harga komoditas energi terutama harga minyak bumi di seluruh dunia. Salah satu yang menyebabkan meningkatnya harga minyak dunia ini adalah kondisi politik yang bergejolak di negara‐negara eksportir minyak, di negara‐negara timur Tengah dan negara Asia Tengah. Hal ini juga mempengaruhi tingginya nilai inflasi di Indonesia di awal tengah tahun 2008. 2.2.3.1.Kondisi Ekonomi Wilayah Regional Asia Dengan naiknya harga komoditas energi di dunia dan juga harga makanan di dunia selama bulan April 2008, nilai inflasi di beberapa negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam. Kenaikan nilai inflasi tersebut juga memaksa tingkat suku bunga di negara tersebut dinaikkan. Keadaan ini mencerminkan
24
bahwa tingkat resiko di negara‐negara tersebut, termasuk Indonesia, meningkat di awal tahun 2008 ini. Naiknya harga komoditas negeri di dunia, terutama minyak bumi, membuat sebagian negara di Asia menaikkan harga lokal bahan bakar minyak sebagai akibat dicabutnya tingkat subsidi pemerintahan negara tersebut untuk komoditas itu. Negara tersebut adalah Indonesia, Taiwan, Malaysia, India, Nepal, dan Bhutan. Untuk Indonesia sendiri, total nilai yang harus dikeluarkan anggaran RI untuk subsidi adalah sekitar 5% dari GDP yang dibagi menjadi 4% untuk subsidi komoditas energi (BBM dan listrik – sekitar 26 Milyar Dolar AS) dan 1% untuk subsidi makanan. Namun di lain pihak, selama tahun 2008 ini, seperti yang dilaporkan oleh EFIC (Export Finance and Insurance Corporation), keadaan ekonomi di Asia diuntungkan oleh melambatnya ekonomi Amerika Serikat dan ekonomi negara G7 demikian pula dengan melesunya pasar kredit internasional. Ekonomi regional Asia (dimotori oleh Jepang dan Cina) mempunyai kemungkinan untuk menyalip ekonomi AS dan negara G7 dengan keberadaan inovasi teknologi yang dimilikinya dan pertumbuhan capita income yang telah dicapainya. 2.2.3.2.Kondisi Ekonomi Indonesia Menurut EFIC dalam tulisannya EFIC World Risk Developments – June 2008, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2008 diperkirakan oleh Bank Indonesia sekitar 6.4%, sedangkan IMF memperkirakan sekitar 6.1% dan Bank dunia (World Bank) memperkirakan sekitar 6.0%. Sebagai pecilan, Bank Capital JP Morgan memperkirakan tingkat pertumbuhan Indonesia di tahun 2008 sebesar 5%. Sebagai perbandingannya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 adalah 6.3% yang merupakan pertumbuhan paling pesat selama
25
10 tahun terakhir. Prakiraan tersebut berdasarkan pada tingkat permintaan domestik, tingkat investasi di dalam negeri, diversifikasi komoditas ekspor, dan kebijakan makro ekonomi Indonesia. Per Juni 2008, tingkat inflasi di Indonesia menaik di atas 8% per tahun, berada di atas target prakiraan Bank Indonesia sebesar 4‐6%. Hal tersebut membuat tingkat suku bunga dinaikkan menjadi 8.25%. Tingkat suku bunga obligasi 10 tahun menjadi 11.5%. Nilai Risk Premium di Indonesia pada pasar kredit internasional meningkat. Nilai obligasi global yang dikeluarkan adalah sebesar 2 Milyar Dolar AS pada Jaunari 2008. Pemerintah Indonesia juga menjaga tingkat resiko ekonomi regional dan global dengan menyiapkan dana cadangan internasional, pengukuhan keuangan fundamental BUMN, dan kebijakan makro ekonomi yang bervisi ke depan. Dari sisi kebijakan penanaman investasi asing di Indonesia, Pemerintah Indonesia saat ini menuntut pada salah satu perusahaan Singapura, Temasek dengan masalah anti monopoli, dimana perusahaan tersebut mempunyai saham di dua perusahaan telekomunikasi bergerak. Secara garis besar tingkat Foreign Direct Invetsment di Indonesia selama tahun 2008 ini mempunyai nilai yang positif. Dan nilai positif tersebut tidak hanya dari sektor pertambangan namun dari sektor lain juga, yakni sektor garmen, telekomunikasi, dan pulp and paper. Selama kuarter dua tahun 2008 pertumbuhan investasi di Indonesia didominasi oleh pertumbuhan investasi di transporatasi dan komunikasi sebanyak 14.6% kemudian investasi konstruksi sebesar 7.65% dan listrik, gas dan air sebanyak 7.3% (Tifa Asrianti, 2008). Prakiraan pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah sebagai berikut:
26
Tabel 2.1. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2007
2008
Ekonomi
6.32%
Exceed Exceed 7%
Indonesia Sumber
a
2009
6.4%
6.2%
a
B
2010
a
2011
2012
2013
2014
2015
7%
7.32%
7.4%
7.5%
7.5%
‐
C
‐
‐
‐
a.
http://www.bkpm.go.id/en/node/1650
b.
http://www.antara.co.id/en/arc/2008/8/15/indonesian‐economic‐ growth‐forecast‐at‐62‐per‐cent‐in‐2009/
c.
http://www.thejakartapost.com/news/2008/08/15/jakarta‐sees‐61‐ percent‐growth‐second‐quarter.html
2.2.3.2.1. Keadaan Industri Telekomunikasi Indonesia Setelah masa krisis ekonomi Indonesia di tahun 1997, kebijakan industri telekomunikasi di Indonesia berubah dari monopoli menjadi persaingan bebas. Dengan begitu pada tahun 2001, terdapat banyak peristiwa konsolidasi, merger, dan akuisisi terhadap perusahaan‐ perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Status per 2 Agustus sekarang ini adalah 35% sari saham Telkomsel dimiliki oleh Singapore Telecom Mobile Pte Ltd. Untuk Excelcomindo, 16% sahamnya dimiliki oleh ETISALAT (Emirates Telecommunications Corporation), salah satu perusahaan komunikasi terbesar di Timur Tengah, 67% sahamnya dimiliki oleh Indocel Holding Sdn Bhd yang merupakan anak perusahaan Telekom Malaysia (TM), dan 16.8% sahamnya dimiliki oleh Khazanah Nasional Berhad, salah satu perusahaan Malaysia juga. Sedangkan untuk Indosat, 40.8% sahamnya dimiliki oleh Qatar Telecom. Untuk 2.07% saham dari Mobile‐8 dipegang oleh Korea
27
Telecom Freetel (KT Freetel) Co., Ltd, 0.63% dimiliki oleh Asia Link BV perusahaan
investasi
telekomunikasi
Hongkong,
5.17%
oleh
Qualcomm Incorporated, perusahaan komunikasi Amerika Serikat. Untuk Bakrie Telecom mempunyai 6.79% sahamnya dimiliki oleh Richweb Investments Limited. Berdasarkan Business Monitor International (BMI) dalam situsnya www.bmi.com , disebutkan bahwa per akhir tahun 2007 sektor bisnis telekomunikasi di Indonesia mempunyai bentuk baru dengan banyaknya pendatang baru di bisnis ini dari sektor telekomunikasi selular dan sektor telekomunikasi Fixed Wireless Access (FWA). Persaingan dalam menawarkan layanan Fixed Wireless semakin ramai dengan keberadaan Mobille‐8, Smart Telecom, Bakrie Telecom menemani Telkom dan Indosat sebagai pemain lama di bbisang telekomunikasi. Dan sepanjang tahun 2007, tingkat pertumbuhan sektor telekomunikasi bergerak (mobile telecommunication) yang sebesar 20.4% (pertambahan sebanyak 13.4 juta pelanggan) merupakan pertumbuhan yang didominasi oleh pertumbuhan layanan fixed wireless dengan jaringan CDMA (Code Division Multiple Access)‐nya. Pada periode tersebut, Bakrie Telecom dengan Esia‐nya mempunyai pertumbuhan pelanggan sebanyak 127%, sedangkan Telkom dengan Flexi‐nya sebanyak 57% pertumbuhan, dan Indosat dengan StarOne‐ nya sebesar 132.2%. Untuk sektor telekomunikasi selular hingga akhir tahun 2007, persaingan bisnis yang dilakukan oleh Telkom, Indosat, Excelcomindo, Hutchison Telecom (merek dagang ‘3’), Natrindo Telepon Selular (merek dagang ‘Axis’) masih berkutat pada bisnis telekomunikasi bergerak di Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan tariff termahal di seluruh dunia. Dan di 6 bulan pertama tahun 2008, Excelcomindo dapat melihat peluang tersebut dan menjadi pionir yang
28
menawarkan tarif murah terhadap layanan suara dan data (SMS – Short Message Service) sehingga pada tahun 2008 ini bisnis telekomunikasi Indonesia masuk dalam fase perang tariff layanan utama telepon selular. Perang tariff ini diikuti oleh penyedia layanan GSM maupun layanan CDMA – fixed wireless. Berikut adalah pemetaan kondisi persaingan penyedia layanan telekomunikasi bergerak di Indonesia: Tabel 2.2. Jenis‐jenis Penyedia Layanan Telekomunikasi Bergerak di Indonesia Full Mobility
Spectrum
Technology
License
Cyber Access
1800/2100 MHz
GSM
Nationwide
Excelcomindo Indosat Mobile 8 Mandara Seluler Natrindo Seluler Primasel Telkomsel WIN Cellular
900/1800 MHz 900/1800 MHz 800 MHz 450 MHz 1800/2100 MHz 1900 MHz 900/1800 MHz 1900/2000 MHz
GSM GSM CDMA 2001X CDMA 450 GSM CDMA 2100X GSM GSM
Nationwide Nationwide Nationwide Nationwide Nationwide Nationwide Nationwide Nationwide
Shareholders Hutchison, Charoen pokpand Telekom Malaysia, Khazanah QTEL, Govt of INA Bimantara Polaris Maxis, Lippo Group Inti Telkom, Singtel Sinarmas Group
FWA (Fixed Wireless Access) Bakrie Telecom Indosat Star One Telkom Flexi
800 MHz 800 MHz 800 MHz
CDMA 2001X CDMA 2001X CDMA 2001X
Regional Nationwide Nationwide
Bakrie Brothers Indosat Telkom
Hingga tahun 2008 ini, sektor telekomunikasi di Indonesia meliputi layanan: 1.
Layanan telekomunikasi tetap (fixed‐line) yang merupakan jalur suara dan jalur data.
2.
Layanan telekomunikasi bergerak dengan jalur suara dan jalur data, ditambah juga berbagai Vakue Added Service (VAS) yang ditambahkan di dalamnya
29
Pasar telekomunikasi bergerak di Indonesia per Maret 2008 adalah sebagai berikut:
Pasar Telekomunikasi Bergerak Indonesia
Telkomsel - Telkom Indosat Excelcommindo Others 48%
Gambar 2.4. Pangsa Pasar Telekomunikasi Bergerak Indonesia
Dilihat dari perbandingan pendapatan keempat perusahaan diatas, maka terlihat bahwa TELKOM merupakan perusahaan yang besar dan akan mempunyai nilai pertumbuhan yang kecil dibandingkan
dengan
pertumbuhan
Bakrie
Telecom
dan
Excelcomindo (pertimbangan tersebut dengan asumsi bahwa sector telekomunikasi Indonesia berkutat di layanan telepon dan data (SMS)). Kedua perusahaan tersebut lebih mempunyai ruang untuk bertumbuh dari sisi pendapatan bisnis telekomunikasi bergeraknya dan dari sisi porsi pasarnya juga. Ditambah lagi bahwa penetrasi telekomunikasi
30
bergerak di Indonesia relatif lebih rendah dibanding negara ASEAN lainnya dan hal tersebut merupakan peluang bisnis (dengan pertimbangan bahwa pasar Indonesia sekarang adalah pasar cost sensitive). Dengan asumsi bahwa pelanggan layanan telekomunikasi selular Telkomsel adalah sebesar 50 juta pelanggan per Mei 2008 dan angka itu representasi dari 50% market share maka jumlah pengguna layanan telepon selular di Indonesia 100 juta pelanggan, hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 220 juta. Untuk pelanggan jalur telepon tetap (PSTN), jumlah pelanggan di Indonesia adalah sebanyak 9.1 juta pelanggan. Dan kota Jakarta mempunyai pelanggan sebanyak 4.5 juta. Hal itu mencerminkan bahwa penetrasi pasar jalur telepon tetap (PSTN) di Indonesia belum merata dan masih banyak terdapat peluang untuk hal tersebut. Tabel 2.3. Prakiraan Tingkat Penetrasi Seluler di Asia ASIA Mobile Penetration Rates 2005-2010 Mobile Forecast Forecast Penetration Mobile Average (2005) Penetration Annual (2010) Growth Indonesia Malaysia Thailand Philipines Japan Hong Kong
22.30% 74.10% 46.90% 42.70% 70.30%
41.50% 91.20% 78.50% 75.20% 85.60%
19.50% 5.80% 14.40% 16.90% 4.20%
118.50%
111.90%
-0.30%
Tingkat penetrasi telekomunikasi selular di Indonesia masih menyisakan banyak ruang untuk peluang sehingga bila perusahaan di Indonesia dapat mempunyai strategi bisnis tepat yang dapat
31
meningkatkan tingkat penetrasi tersebut. Tingkat penetrasi sektor telekomunikasi selular di Indonesia merupakan salah satu tingkat yang paling kecil berkembangnya dibandingkan dengan semua negara Asia. Didasarkan pada tingkat penetrasi layanan telekomunikasi di Indonesia, bisnis telekomunikasi di Indonesia telah mencapai tahap berkembang mendekati mature. Dikatakan mendekati pertumbuhan yang mature karena bisnis telekomunikasi di Indonesia telah mengalami penurunan harga layanan dasarnya (layanan suara dan data‐SMS) dan begitu pula dengan tingkat keuntungan dari perusahaan‐perusahaan di dalamnya. Walaupun di sisi lain, tingkat penetrasi yang masih kecil tersebut membuat industri telekomunikasi Indonesia masih berada dalam tahap berkembang.
Gambar 2.5. Fase Bisnis Telekomunikasi di Indonesia
Menurut
www‐rohan.sdsu.edu/.../notes/chapt11/index.htm
suatu
produk (dalam hal ini analoginya adalah sebuah perusahaan) akan
32
mencapai fase maturity jika: tingkat penjualan meningkat namun dengan pertumbuhan yang menurun, memerlukan promosi besar‐ besaran, pasar mencapai titik jenuh, penjualan lebih menekankan pada gaya produknya bukan fungsi, dan harga (beserta keuntungan) menurun. Empat dari lima syarat diatas telah dipenuhi oleh industri telekomunikasi di Indonesia. Salah satunya adalah tingkat penjualan yang meningkat namun diiringi dengan pertumbuhan yang menurun. INDONESIAN TELCO REVENUE GROWTH 140.00% 120.00% 100.00% rev. growth 80.00%
TLKM ISAT
60.00%
EXCL
40.00%
BTEL
20.00%
FREN
0.00% -20.00%
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
time
Gambar 2.6. Pertumbuhan Pendapatan Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia Tabel 2.4. Tabel Pertumbuhan Pendapatan Perusahaan Telekomunikasi di Indonesia REVENUE GROWTH TLKM ISAT EXCL BTEL FREN
2000 29.16% -0.42% 84.15% -
2001 33.58% 71.72% 55.81% -
2002 27.75% 31.70% 19.82% -
2003 30.35% 21.61% 8.42% -
2004 25.20% 26.74% 23.39% -
2005 23.15% 11.12% 29.46% 34.19% -
2006 22.69% 5.60% 50.30% 124.73% 55.65%
Hal tersebut mungkin terjadi karena pada tahun 2007 merupakan tahun pertama kali industri telekomunikasi Indonesia
33
2007 15.88% 34.72% 29.37% 81.27% 48.80%
menerapkan peraturan interkoneksi berbasis biaya (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:20). Hal ini berakibat pada terbentuknya mekanisme hubungan interkoneksi yang lebih transparan sehingga akan mengarah pada pengurangan tarif interkoneksi dan pengurangan tarif eceran semua operator. Jika diasumsikan bahwa industri telekomunikasi di Indonesia adalah sebuah perusahaan yang mempunyai portofolio produk di dalamnya, maka produk di dalam industri telekomunikasi tersebut merupakan perusahaan‐perusahaan telekomunikasi yang ada di Indonesia, di dalam penelitian ini perusahaan tersebut adalah lima perusahaan yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia. Dengan analogi tersebut metode matriks BCG untuk siklus hidup suatu produk dapat diaplikasikan ke dalam situasi industri telekomunikasi saat ini.
Stars
Question Mark
Dogs
Cash Cow Low
HIgh
Relative Market Share
Gambar 2.7.
34
Maktriks BCG dalam Industri Telekomunikasi Indonesia Gambar matriks BCG diatas didapatkan kenyataan bahwa Bakrie Telecom dan Fren memiliki posisi keuangan yang paling buruk karena berada di dalam lingkup Question Mark. Business Growth Rate yang tinggi menyebabkan nilai investasi yang tinggi pula walaupun di sisi lain market share yang tinggi juga mendukung cash flow perusahaan. Namun perusahaan harus sangat berhati‐hati jika suatu saat market share yang dimiliki sekarang akan menurun dan berakibat pada tuntutan perubahan strategi bisnis. Telkomsel mempunyai market share yang paling tinggi namun mempunyai tingkat investasi yang mulai menurun, dilihat dari business growth rate‐nya. Hal itu menuntuyt perusahaan untuk tidak terlalu terlena dengan turunnya tingkat investasi dan tingginya market share karena posisi market share tersebut mungkin akan digeser. Hal yang mungkin dilakukan oleh Telkomsel adalah proses diversifikasi produk atau perluasan produk dengan teknologi konvergensi. Sedangkan untuk Indosat dan Excelcomindo, mereka merupakan star dalam industri telekomunikasi Indonesia saat ini dan mereka sekarang dalam posisi menanjak terlihat dengan tingginya investasi (representasi dari business growth rate) dan dan menanjaknya posisi market share mereka.
2.2.4. Kondisi Persaingan di Pasar Modal Hingga November 2007, terdapat dua pasar modal di Indonesia yakni Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES), namun efektif sejak 1 Desember 2007 kedua pasar modal tersebut bergabung menjadi satu menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia Stock Exchange (IDX). Di akhir tahun 2007, nilai kapitalisasi pasarnya tercatat Rp. 1,988.3 triliun (Telkom Annual Report 2007, 2008, 16). Di dalam IDX
35
tercatat 122 brokerage firms yang melakukan transaksi saham emiten Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu pasar modal yang tidak efisien (inefficient market). Pasar yang efisien (Efficient Market) adalah pasar dimana harga saham akan menyesuaikan dengan informasi yang tersedia pada pasar tersebut secepat‐cepatnya. Jika terdapat saham yang undervalued maka penanam saham akan secepatnya membeli saham tersebut sehingga membuat harga sahamnya menjadi naik. Begitu pula sebaliknya, jika ada saham yang overvalued maka penanam saham akan secepatnya menjual saham tersebut sehingga harga sahamnya akan turun. Sementara keadaan pasar modal di Indonesia, proses penyesuaian harga saham tidak berlangsung dalam waktu yang secepatnya, bahkan ada beberapa kasus dimana nilai saham suatu emiten
dinilai
undervalued
atau
overvalued
namun
proses
penyesuaiannya berlangsung dalam jangka waktu bertahun‐tahun. Tingkat Informasi
Semua Informasi
Public & personal data + past data
Public & personal data
Personal data
Not Efficient
Weak Form
Semi-weak form
Strong form
Tingkat Efisiensinya
No information at all
Perfect Efficient
Gambar 2.8.
Efficient Market Hypothesis
36
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan jenis pasar yang bertipe weak form. Hal tersebut dikarenakan pada BEI harga saham dan volume dari saham tersebut merefleksikan data masa lampau (data historis) dan berita tentang aktifitas perusahaan tersebut. Hal tersebut terbukti pada keadaan dimana terjadi berita tentang suatu aktifitas strategis perusahaan diketahui oleh pasar, hal tersebut berpengaruh terhadap fluktuasi harga sahamnya. Selain itu pula, kelakuan investor juga memperhitungkan unsur value dari tiap‐tiap perusahaan selain dari sisi technical analysis‐nya.
37
2.2.4.1.Persaingan Antar Emiten Industri Sub Sektor Telekomunikasi Emiten yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia dalam sektor industri Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi dan sub sektor industri telekomunikasi adalah: (1)PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, (2)PT Indosat Tbk, (3)PT Excelcomindo Pratama Tbk, (4)PT Bakrie Telecom Tbk, (5)PT Mobile‐8. Tabel 2.5. Harga Saham Emiten Telekomunikasi Indonesia per 18 Juli 2008
Emiten
Ticker
Tanggal IPO
Harga saham per 18 Juli 2008
PT Telekomunikasi
TLKM
Indonesia Tbk
14 November
Rp 6,750.00
1995
PT Indosat Tbk
ISAT
19 Oktober 1994
Rp 6,400.00
PT Excelcomindo
EXCL
29 September
Rp 2,125.00
Pratama Tbk
2005
PT Bakrie Telecom
BTEL
3 Februari 2006
Rp 240.00
PT Mobile‐8 Telecom
FREN
29 November
Rp 99.00
2006 Terlihat dalam tabel adalah harga saham emiten sektor telekomunikasi. Dalam persaingan industri telekomunikasi di Indonesia, harga saham antar emiten mempunyai perbedaan yang signifikan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Seperti contohnya adalah perbedaan harga saham antara TLKM dengan FREN yang berbanding hampir 7000%. Terlihat dalam tabel bahwa yang menentukan tingginya harga saham emiten itu dipengaruhi oleh:
38
1.
Porsi pemerintah Republik Indonesia di dalam pemegang saham perusahaan tersebut
2.
Lamanya umur perusahaan tersebut berdiri
3.
Adaptasi teknologi untuk menyediakan layanan dalam perusahaan tersebut
4.
Ragam layanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Semakin banyak layanan yang diberikan suatu perusahaan maka pendapatan perusahaan tersebut juga akan semakin besar relatif terhadap perusahaan yang lain. Selain itu resiko perusahaan akan semakin rendah karena diversifikasi layanan tersebut.
Perkembangan harga saham (secara snap shot) selama beberapa periode di Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 2.6. Perkembangan Harga Saham Emiten Telekomunikasi Periode 2006 ‐ 2008
29 Nov 2006
2 Jan 2007
2 Jan 2008
18 Jul 2008
TLKM
9584.48
9292.57
9300
6750
ISAT
5550
8650
8750
6400
EXCL
2390.11
2025
2150
2125
BTEL
190
455
420
240
FREN
280
295
260
99
Perkembangan terakhir di bursa saham telekomunikasi di Indonesia adalah berita bahwa pada 18 September 2008 mendatang
39
terdapat satu perusahaan telekomunikasi berbasis jalur IP (Internet Protocol) yang akan melakukan IPO (Initial Public Offering). Perusahaan tersebut adalah Power Telecom yang menyatakan dirinya merupakan perusahaan jasa dan jaringan telekomunikasi. Saham yang dilepas adalah sebesar 2 milyar Rupiah (34.78%) dengan masa penawaran ’pada Agustus 2008 dan 9‐11 September 2008 (eTradingSecurities.com, 2008:5).
Perolehan
dana
tersebut
59%‐nya
untuk
jaringan
telekomunikasi berbasis serat optik, 32%‐nya menjadi tambahan modal kerja dan kebutuhan lain sedangkan sisanya 9% untuk pembelian kembali obligasi konversi yang diterbitkan. Dengan berita ini terlihat bahwa sekarang akan semakin banyak perusahaan yang terbuka untuk menawarkan layanan broadband dan layanan telepon dengan jalur IP, dan hal tersebut semakin menguatkan pernyataan bahwa teknologi konvergensi akan terjadi di dua hingga tiga tahun mendatang di Indonesia. Dengan ketersediaan jalur suara sekarang dan semakin maraknya pasar jalur data, pada akhirnya yang diinginkan oleh pelanggan adalah kemudahan untuk mengakses semua jalur telekomunikasi yang ada. 2.2.5. Teknologi Bisnis telekomunikasi sangat bergantung pada teknologi yang mendasarinya. Nilai saham perusahaan telekomunikasi di Indonesia mempunyai nilai seperti sekarang juga karena disokong oleh teknologi yang digunakan oleh perusahaan tersebut untuk menyediakan layanan. Seperti contohnya jika dibandingkan nilai PT Telkom dengan nilai PT Bakrie Telecom. Nilai saham PT Telkom di BEI mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan nilai PT Bakrie Telecom, hal tersebut salah satunya disebabkan oleh layanan
40
telekomunikasi TLKM yang lebih beragam dengan dasar teknologi yang beragam pula. 2.2.5.1.Teknologi Sekarang Untuk
lingkup
negara
Republik
Indonesia,
teknologi
telekomunikasi yang telah diadaptasi adalah teknologi GSM, CDMA, WAP (Wireless Access Point) yang merupakan teknologi pengaksesan halaman internet yang sekarang sudah ditinggalkan, GPRS (General Packet Radio Access – terintegasi dengan teknologi 2G) yang memungkinkan perangkat telepon mengakses jalur data – internet, WCDMA (Wide – CDMA, 3G) yang memungkinkan jalur data telepon mempunyai pita yang lebih lebar sehingga layanan video dapat cepat diakses, layanan 3.5G (HSDPA – High Speed Downlink Packet Access) yang memungkinkan layanan video call lebih cepat daripada 3G dan juga memungkinkan layanan televisi dalam Untuk lingkup teknologi di dunia, dilakukan benchmarking terhadap perkembangan teknologi di negara Jepang dengan pertimbangan bahwa perkembangan teknologi telekomunikasi di negara tersebut merupakan wilayah yang dinamis dan berdasarkan sejarah selama ini, Jepang menjadi pionir dalam inovasi layanan maupun teknologi telekomunikasi di dunia. Teknologi yang telah digunakan hingga saat ini di Jepang adalah teknologi GPS yang di Jepang disebut sebagai PDC (Personal Digital Communication), NTT Docomo’s 3G service yang merupakan teknologi buatan NTT Docomo sendiri berdasar pada teknologi W‐ CDMA, layanan berteknologi HSDPA (3.5 G) yang berkecepatan sampai 14 Mbps dengan frekuensi 5 MHz.
41
Satu hal yang menarik yang ditawarkan NTT Docomo sebagai perusahaan penyedia layanan telekomunikasi bergerak di Jepang adalah salah satu layanannya yang bernama 2D Barcode. Layanan ini menggabungkan teknologi konvergensi suara‐data (GPRS, W‐CDMA, HSDPA) dengan kamera yang tertanam di perangkat telepon bergerak dan proses image processing. Layanan ini memungkinkan perangkat telepon dapat membuat barcode yang berisikan data pribadi kemudian barcode tersebut dicetak dan disebarkan untuk kepentingan promosi. Nantinya pihak lain yang mendapatkan cetak barcode tersebut dapat langsung scanning menggunakan perangkat telepon bergeraknya dan dapat mengakses informasi yang disediakan. Perbandingan keadaan bisnis telekomunikasi di Indonesia dan di Jepang berdasarkan hubungannya dengan adaptasi teknologi per Augustus 2008 adalah sebagai berikut:s Tabel 2.7. Perbandingan Adaptasi Teknologi antara Indonesia dan Jepang
Jalur
Jalur
Perang
Suara
Data
Tarif
3G/HSDPA HSPA/ LTE
Layanan Komunikasi Terintegrasi – Layanan Komunikasi satu nomor (IP Multimedia System)
Jepang
√
√
√
√
√
Next
Indonesia
√
√
√
√
Next
Next
Dilihat dari paparan diatas, teknologi yang diadaptasi di Indonesia sudah bersaing dengan teknologi telekomunikasi yang digunakan di Jepang saat ini. Perbedaan diantara keduanya adalah bahwa Indonesia benar‐benar mengadaptasi dan menggunakan teknologi yang ada sedangkan Jepang melakukan customization
42
terhadap teknologi tersebut, misalnya dengan teknologi FOMA (Freedom of Mobile Multimedia Access) yang merupakan turunan dari teknologi W‐CDMA.
2.2.5.2.Potensial Pengembangan di Masa Depan Perkembangan teknologi baru di masa depan tergantung juga dengan proses penerimaan teknologi tersebut di Indonesia. Hal ini berdasar pada pengalaman dalam penerimaan pasar Indonesia terhadap teknologi 3G di tahun 2006. Dibandingkan dengan negara Jepang, tingkat penyerapan layanan 3G di Indonesia lebih rendah. Hal itu dikarenakan pasar Indonesia secara perangkat belum siap untuk mengadaptasi teknologi ini. Oleh karena itu teknologi yang baru yang potensial untuk diterapkan di pasar Indonesia juga harus didukung oleh riset pasar yang baik. Perkembangan bisnis telekomunikasi di masa mendatang terinspirasi dengan adanya teknologi 3G yang semakin membuat pengguna dapat dengan mudah mengakses semua jenis informasi. Arah perkembangan telekomunikasi ini menuju ke konvergensi teknologi suara dan data. Dengan teknologi 4G sebagai kelanjutan dari teknologi 3.5G yang mempunyai kecepatan data transmisi yang lebih tinggi dan lebar pita data yang lebih besar nantinya pengguna akan terhubung dengan pengguna yang lainnya melalui gambar 3D, tiga dimensi melalui perangkat telepon selularnya. Perangkat telepon selular tersebut dapat memproyeksikan gambar tiga dimensi tersebut ke sebuah bidang lain, bukan
di
dalam
layar
teleponnya,
sehingga
penggunaan
telekomunikasi akan lebih personalisasi.
43
Dalam perspektif lainnya, diperkirakan pada periode tahun 2010 hingga tahun 2015 terdapat implementasi teknologi IMS (IP Multimedia Service) yang memadukan semua layanan komunikasi yang telah tersedia hanya menjaadi satu layanan yang mudah diakses oleh semua penggunanya. Pengguna yang mempunyai nomor selular, nomor telepon rumah, nomor telepon CDMA akan hanya mempunyai satu nomor telepon saja yang merepresentasikan dirinya. Dengan satu nomor tersebut, pengguna dapat melakukan semua jenis komunikasi yakni melakukan panggilan telepon, SMS, akses internet, video call, mengakses televisi, dan semuanya dilakukan dengan jalur data yang lebar dan kecepatan akses yang tinggi ditambah dengan latency yang minimal. Hal tersebut membuat keberadaan jarak antara satu individu dengan individu yang lain akan semakin tidak nyata. Di sisi lain yang tercermin dalam liputan di Koran Tempo yang terbit Selasa, 26 Agustus 2008 halaman C4 dinyatakan bahwa: “..., Yahoo! Dan Intel telah sepakat bekerja sama. Intel akan mengembangkan prosesor yang bisa mengendalikan layar televisi sehingga bagian bawahnya bisa untuk widget Yahoo!” Bagian bawah yang dimaksud adalah bagian bawah layar televisi, jadi dengan adanya prosesor dari Intel yang ditanamkan (atau plug and play) di dalam televisi, nantinya selagi pemirsa televisi menikmati siaran televisi yang diinginkan, di saat yang sama, bagian bawah layar televisinya dapat memunculkan widget atau website kecil. Kemajuan teknologi tersebut merupakan salah satu tanda konvergensi
teknologi
yang
mulai
dilakukan
di
wilayah
telekomunikasi. Dalam hal ini komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi data melalui internet dan komunikasi satu arah televisi.
44
Teknologi ini dapat mulai dinikmati oleh pelanggan sejak tahun 2008 seperti yang dinyatakan dalam liputan Koran Tempo tersebut sebagai berikut: “Prosesor yang dikembangkan Intel ini adalah prosesor Intel pertama berbasis x86 untuk produk elektronik rumah tangga dan dinamai CE 3100 alias Canmore. Harga prosesor ini belum diterapkan. Dalam dua atau tiga tahun ke depan, harga Canmore yang mulai diproduksi pada beberapa pekan mendatang ini diperkirakan turun.” Jika tahun ini konvergensi teknologi komunikasi televisi dan komunikasi data internet dapat dinikmati oleh pengguna, bukan hal yang tidak mungkin bahwa pada tahun 2010 teknologi konvergensi semua jalur komunikasi dapat dinikmati oleh pelanggan di sekitar tahun 2010. Jika dirunut kembali kemajuan teknologi telekomunikasi yang telah masuk ke Indonesia: push mail (blackberry)‐hubungan telepon selular dengan jalur internet; layanan Yahoo! untuk melakukan hubungan telepon atau SMS dengan telepon seluler‐VoIP (Voice over Internet Protocol); hubungan siaran televisi dengan internet; hubungan siaran televisi dengan telepon selular, maka masa depan konvergensi sebenarnya sudah mulai dirintis sejak sekarang. Nantinya semua pengguna jalur telekomunikasi akan menuntut satu layanan kesatuan yang memudahkan hidupnya. Tabel 2.8. Pemetaan Konvergensi Teknologi
Telepon Tetap Telepon Bergerak – GSM Telepon Bergerak –
Telepon Tetap exist
Telepon Bergerak - GSM exist
Telepon Bergerak - CDMA exist
Internet jalur IP exist
Televisi NEXT
Printer NEXT
exist exist
exist exist
exist exist
exist exist
Exist NEXT
NEXT NEXT
45
CDMA Internet - jalur IP Televisi Printer
exist NEXT NEXT
exist exist NEXT
exist NEXT NEXT
exist NEXT NEXT
NEXT exist NEXT
NEXT NEXT exist
2.2.6. Sisi Intrinsik Perusahaan Menurutwww.prenhall.com/financecenter/html/new_titles/foip pt/14.ppt disebutkan bahwa penilaian sisi intrinsik perusahaan dapat dilakukan dengan menilai: 1.
Apakah perusahaan tersebut perusahan yang telah lama berdiri (lebih dari 50 tahun).
2.
Apakah perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang konservatif atau yang agresif
3.
Analisa kompetitif dari perusahaan tersebut, apa yang menjadi competitive advantage dari perusahaan tersebut
4.
Analisa laporan keuangannya
5.
Analisa Reputasi manajemennya, dan
6.
valuation, perhitungan nilai keuangan perusahaan
Untuk penjelasan poin 4 akan terdapat pada sub bagian Nilai Keuangan Perusahaan di bawah di bagian historikal keuangan perusahaan, sedangkan untuk poin 5 akan dijelaskan pada bagian Budaya Perusahaan. Untuk poin valuation akan secara detail dijelaskan dalam bab III penelitian ini. 2.2.6.1.Strategi Kebijakan Sekarang PT TELKOM Sampai 31 Desember 2007, Telkom mempunyai 63 juta pelanggan yang terdiri dari 8.7 juta pelanggan telepon tetap (PSTN),
46
6.4 juta pelanggan Fixed Wireless Telepone – berlandaskan teknologi CDMA, dan 47.9 juta pelanggan telepon selular. Hingga 31 Desember 2007, Pemerintah Republik Indonesia mempunyai 51.82% (majority shareholder) saham PT Telkom dan memegang saham Seri A (saham Dwiwarna) yang mempunyai hak voting khusus. Dan sebagai pemegang saham mayoritas dan pemegang saham khusus Pemerintah RI mempunyai kewenangan untuk mendorong PT Telkom untuk menguntungkan (bekerja secara komersial) dan menjamin keberlangsungan infrastruktur negara. Dan sisa porsi pemegang saham sebanyak 48.18% dimiliki oleh masyarakat luas dimana Telkom terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia di Jakarta, New York Stock Exchange (NYSE) di New York, London Stock Exchange (LSX) di London, dan di Tokyo Stock Exchange (untuk bursa efek di Tokyo ini Telkom tidak listing) Kebijakan perusahaan mengenai hutang adalah (hingga 31 Desember 2007) 66.2% dari pinjaman modal merupakan pinjaman dalam mata uang asing. Sisanya sebesar 33.8% merupakan pinjaman dalam Rupiah. Hal ini akan sangat berpengaruh di sisi keuangan perusahaan di masa mendatang jika nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain (Dolar As atau Euro) terdepresiasi sehingga proses pembayar hutang akan lebih berat. Selama tahun 2007, tingkat bunga tahunan dari pinjaman di dalam mata uang Rupiah berkisar antara 8.97% hingga 12.14%. Bunga pinjaman dalam Dolar AS adalah 4.0% hingga 7.39%, sedangkan untuk bunga pinjaman dalam Euro adalah 3.1 hingga 3.2%. Visi dari Telkom adalah untuk menjadi perusahaan panutan penyedia layanan infomasi dan komunikasi (Infocom) dalam area regional. Dengan begitu, misi dari Telkom adalah untuk menyediakan
47
layanan satu pintu untuk jasa Infocom dengan kualitas terbaik dan harga yang kompetitif dan menjadi panutan sebagai perusahaan Indonesia dengan manajemen yang terbaik. Tujuan jangka pendek dari Telkom adalah membangun nilai superior dalam layanannya untuk mencapai kapitalisasi pasar sebesar 30 milyar dolar AS pada tahun 2010. Terdapat 10 initiatif strategis dari Telkom dalam laporan tahunan Telkom tahun 2007, yakni: 1. Optimis untuk terus memasarkan telepon jalur kabel (fixed wireline) 2. Mengkoordinasikan manajemen dari layanan selular dan Fixed Wireless Access (FWA, berbasis CDMA – merek dagang: Flexi) dan menyiapkan FWA tersebut sebagai unit bisnis yang terpisah. 3. Melakukan investasi di bisnis broadband 4. Melakukan integrasi semua layanan Telkom untuk memberikan solusi pada perusahaan 5. Melakukan integrasi pada NGN (Next Generation Network) 6. Mengembangkan bisnis Telkom ke arah layanan IT (Information Technology) 7. Mengembangan bisnis pada bisnis portal 8. Merapikan portofolio bisnis dari semua anak perusahaan Telkom 9. Melakukan koordinasi antara struktur bisnis dan manajemen perusahaan 10. Melakukan transformasi budaya perusahaan
48
Selain berlaku sebagai perusahaan komersial, Telkom juga mengemban tugas sebagai penyedia infrastruktur untuk pemerintah Indonesia. Hal tersebut terlihat pada beberapa event di sepanjang tahun 2007, seperti contohnya sebagai penyedia layanan Disaster Recovery Center untuk Bank Indonesia dan juga memfasilitasi infrastruktur untuk membangun sistem clearing nasional, mensponsori e‐Indonesia yang digagas oleh pemerintah, menyediakan layanan jaringan fibre optics untuk Perusahaan Gas Negara (PGN), ikut dalam pameran ICT 2007 mewakili pemerintah, melakukan memorandum dengan Kementrian Pertahanan RI, mendukung sisi IT untuk acara United Nations Framework Convention on Climate Change di Bali. Menurut Presiden Direktur Telkom, Rinaldi Firmansyah, dalam Laporan Tahunan Telkom 2007, dinyatakan bahwa perusahaan ini sedang berada dalam transformasi yang besar. Transformasi tersebut mengubah portofolio bisnis dan budaya pelayanan. PT INDOSAT Visi perusahaan adalah untuk menjadi penyedia layanan informasi dan komunikasi di Indonesia yang dipilih pelanggan yang menawarkan solusi lengkap informasi dan komunikasi yang berkualitas. Visi kedua perusahaan adalah untuk menjadi perusahaan Top of Mind dalam bisnis informasi dan komunikasi yang menyediakan produk, layanan, dan solusi. Visi ketiga perusahaan adalah menyediakan produk dan layanan yang meningkatkan kualitas hidup masyakat Indonesia. Misi perusahaan adalah menyediakan dan membangun produk, layanan, dan solusi yang inovatif dan berkualitas yang memberikan
49
nilai terbaik untuk pelanggan. Misi perusahaan yang kedua adalah untuk terus meningkatkan shareholder value dan misi yang lainnya adalah dengan menyediakan kualitas hidup yang lebih baik bagi stakeholder perusahaan. Strategi kebijakan Indosat hingga akhir tahun 2007, seperti yang tercantum di dalam Annual Report 2007 PT Indosat Tbk (Bursa Efek Indonesia – Annual Report 2007 PT Indosat Tbk) adalah terfokus untuk meningkatkan posisi bisnis perusahaan di sisi layanan telekomunikasi selular. Baru setelah layanan telekomunikasi seluler, perusahaan akan terfokus pada bisnis telekomunikasi jalur tetap yang termasuk di dalamnya adalah jalur data (broadband). Khusus untuk fokus utama perusahaan pada bisnis telekomunikasi seluler, hal prioritas yang dilakukan perusahaan untuk mendukung tujuan perusahaan menguatkan di bidang ini adalah dengan melakukan ekspansi jaringan untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Kemudian hal yang selanjutnya dilakukan adalah menguatkan jaringan distribusi penjualan dan melakukan inovasi berkelanjutan di produk dan layanan perusahaan. Kebijakan di bidang sumber daya manusia perusahaan adalah dengan merekrut pegawai berusia produktif yakni dalam rentang umur 25 hingga 45 tahun. Presentase karyawan dalam rentang usia tersebut adalah sebanyak 81%. Kemudian 52.60% dari pegawai perusahaan berpendidikan sarjana. Dan porsi penempatan dalam fungsi perusahaan adalah 30% lebih di bagian network dan 28% lainnya ditempatkan dibagian commerce. Untuk kebutuhan pengelolaan perusahaan yang sesuai dengan standar yakni ERM (Enterprise Risk Management) dan SOX (Sarbanes‐
50
Oxley Act) perusahaan berinisitif menambahkan komite‐komite yang bertugas membantu melihat perspektif dari manajemen perusahaan dan business affairs. Komite‐komite tersebut adalah Komite Audit, Komite Remunerasi, dan Komite Manajemen Resiko. Kebijakan perusahaan dalam tanggung jawab sosial ditekankan dalam program pendidikan dan kesehatan bagi masyakat Indonesia. PT EXCELCOMINDO Di akhir tahun 2007, menurut pernyataan Presiden Komisaris PT Excelcomindo Pratama Tbk di dalam laporan tahunan 2007, fokus perusahaan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan dan peningkatan penggunaan pelanggan dibandingkan berfokus pada pertumbuhan pelanggan dengan perluasan cakupan jaringan. Selama tahun 2007, model bisnis dan perspektif posisi perusahaan dilakukan perombakan. Salah satu yang dilakukan berhubungan dengan strategi tersebut adalah memperkenalkan harga layanan seluler yang terjangkau oleh seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu implementasi dari strategi dasar perusahaan untuk berfokus pada pertumbuhan pendapatan perusahaan dan peningkatan penggunaan pelanggan (dengan menawarkan harga yang murah) terlihat dari strategi perusahaan di bidang sumber daya manusia. Di tahun 2007, karyawan perusahaan yang sebanyak 2.136 orang, 60%‐ nya merupakan karyawan di bagian commerce and marketing, di bagian layanan, penjualan, dan pemasaran. Terlihat bahwa fokus perusahaan
51
adalah untuk di sepanjang tahun 2007 ini adalah dengan memberikan kampanye harga yang murah bagi pelanggan. Selama tahun 2007, untuk mengimbangi perumbuhan pelanggan dengan ketersediaan layanannya, sistem distribusi diubah dari direct distribution channel menjadi hybrid distribution channel yang merupakan kombinasi dari sistem dealer dengan distributor langsung. Strategi produk dari Excelcomindo adalah tiga produk utama kartu GSM yakni kartu prabayar bebas dan jempol serta kartu pasca bayar Xplor. Perusahaan sangat mengerti potensi sambungan luar negeri dengan menanamkan investasi untuk membangun sistem serat optik bawah laut yang menghubungkan Batam dengan Malaysia. Jaringan ini berlaku sebagai jalur alternatif untuk menghubungkan jaringan Excelcomindo Indonesia dengan jaringan internasional. Excelcomindo juga sadar terhadap pentingnya sistem IT (Information Technology) dengan kebijakan perusahaan membangun Disaster Recovery Center (DRC) guna memperkuat dan mengantisipasi perminataan kapasitas dan sistem ganda penanganan bencana. Hal tersebut juga ditunjukan direksi dengan melakukan investasi sistem Convergence Billing System yang memungkinkan data pelanggan prabayar dan pasca bayar dapat diproses dengan sistem yang sama. PT BAKRIE TELECOM Menurut Bursa Efek Indonesia – Bakrie Telecom Annual Report 2006, visi dari Bakrie Telecom adalah untuk menciptakan hidup yang
52
lebih baik untuk masyarakat Indonesia dengan menyediakan konektivitas informasi. Misi dari bakrie Telecom adalah untuk menyediakan konektifitas informasi yang berkualitas tinggi dan dapat diandalkan. Layanan telekomunikasi bergerak berdasarkan teknologi CDMA 2000‐1X (Fixed Wireless Access – mempunyai cakupan wilayah yang berbatas daerah) yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan ditawarkan dengan harga yang sama dengan tarif yang dikenakan Telkom pada pelanggan PSTN. Strategi pemasaran perusahaan dengan merek dagang Esia adalah segmen pasar menengah ke bawah dengan pengeluaran konsumen per bulan rata‐rata Rp 600,000 hingga Rp 1,750,000 (Samuel Sekuritas Indonesia – Initial_coverage, 2008). Perusahaan menilai bahwa segmen tersebut memiliki kecenderungan untuk melakukan sambungan panggilan telepon tanpa roaming dan hanya menggunakan fitur‐fitur yang sederhana. Hal tersebut terbukti dalam implementasi pemasaran Esia di pasar, perusahaan memberikan paket bundling telepon CDMA+starter pack Esia yang relatif lebih murah dibandingkan yang lainnya dan selalu berusaha menampilkan image murah untuk layanan suara dan datanya (khusus hanya layanan SMS). Hingga akhir tahun 2006, perusahaan hanya berfokus pada oerasi area Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Dan selanjutnya ekspansi hanya dilakukan di daerah Jawa Madura dan Bali. Kebijakan keuangan perusahaan adalah dengan tidak memiliki hutang jangka panjang berdenominasi valuta asing. Kewajiban hutang usaha perusahaan per tahunnya tidak lebih dari 40 miliar rupiah. Hal tersebut dapat menguntungkan dari sisi resiko perusahaan terhadap
53
gejolak ekonomi – perubahan apresiasi dan depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing, namun di sisi lain hal tersebut mencerminkan bahwa perusahaan bersifat risk averse dan tidak melakukan kegiatan ekspansi wilayah dan/atau teknologi untuk layanan telekomunikasinya – hal tersebut dapat berakibat stagnannya pertumbuhan pelanggan di masa mendatang dimana industri telekomunikasi akan menuju ke area konvergensi data dan suara dan konvergensi infrastruktur. PT MOBILE‐8 Berdasarkan Laporan Tahunan Mobile‐8 2007 tentang visi perusahaan, maka visi perusahaan ini adalah menjadi operator pilihan yang memberikan layanan untuk melampaui harapan pelanggan dengan fokus pada efisiensi dan koneksi untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup mayarakat yang dinamis, kreatif, praktis, dan bermobilitas tinggi. Misi perusahaan adalah memaksimalkan nilai‐nilai bagi para stakeholder dengan terus berinovasi dan mengimplementasikan tata kelola perusahaan yang kuat secara konsisten. Dalam menangani masalah telekomunikasi yang sangat ketat diatur melalui pemberlakukan Undang‐Undang dan peraturan pemerintah, perusahaan berusaha mempunyai hubungan yang baik dan dekat kepada pembuat dan pengesah peraturan regulasi tersebut. Termasuk diantaranya adalah Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik , Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, dan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia.
54
Kebijakan keuangan perusahaan di tahun 2007 adalah lebih bergantung pada dana dari obligasi – hutang yang dikeluarkan perusahaan. Di tahun 2007, layanan telekomunikasi Mobile‐8 tersebar di kota Medan, Makasar, Denpasar, Banjarmasin, Palembang, dan keseluruhan Pulau Jawa. Sistem distribusi Mobile‐8 adalah dengan memberikan lisensi wilayah eksklusif untuk setiap area regional. Jadi dengan lisensi tersebut, distributor dapat mendirikan sebanyak mungkin gerai dan kios di wilayah eksklusif mereka. Pembelian melalui ATM juga didukung oleh empat bank besar Indonesia yakni BCA, BII, Mandiri, dan Permata (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:28). Demikian pula dengan fasilitas internet perbankan dengan BCA dan Mandiri juga koneksi kartu kredit dengan bank‐bank anggota VISA. Untuk mendukung sistem distribusi tersebut, terdapat mekanisme pemantauan penjualan dengan Sistem Pemantauan Penjualan (Sales Tracking System ‐ STS). Sistem ini melakukan pencatatan penjualan sehari‐hari dari gerai‐gerai distributor pada area tertentu. Dan terdapat sistem insentif untuk setiap pelaporan penjualan di STS. Kebijakan sumber daya manusia perusahaan adalah dengan mempunyai pegawai yang porsi 81.1% adalah orang yang berusia antara 26‐40 tahun (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:36). 64.1% dari pegawai berpendidikan sarjana dan 2.1% berpendidikan master. Untuk menerapkan tata kelola perusahaan terdapat kebijakan pembentukan Komite Audit dan Audit Internal.
55
Perusahaan
menilai
resiko
yang
terdapat
di
dalam
perusahaannya adalah berikut (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan Mabile‐8 2007, 2008:48‐50) : 1.
Pasar telekomunikasi Indonesia yang kompetitif dengan perlombaan menawarkan harga termurah
2.
Hutang perusahaan yang berdampak negatif pada arus kas perusahaan dan selain itu hutang tersebut membatasi gerak operasional perusahaan
3.
Hutang dan capital expenditure dari perusahaan berdenominasi mata uang asing sehingga sangat renatn terhadap nilai perubahan mata uang asing
4.
Keterlambatan perluasan jaringan telekomunikasi sesuai perjanjian kerja dengan Samsung akan menghambat kinerja dan kegiatan perusahaan
5.
Pemkembangan teknologi GSM yang mengarah pada konvergensi jalur data dan suara mengancam keberadaan produk perusahaan yang berfokus pada layanan suara untuk segmen pasar cost sensitive
6.
Kegagalan operasional jaringan telekomunikasi yang berakibat pada iamage perusahaan di mata pelanggan 70.3% dari total pendapatan perusahaan di tahun 2007
didapatkan dari pendapatan percakapan. 66.81% dari seluruh pemegang saham adalah PT Global Mediacom Tbk, yang sebelumnya bernama PT Bimanatara Citra Tbk.
56
2.2.6.2.Strategi Kebijakan Masa Depan PT TELKOM Dalam laporan tahunan 2007, Presiden Komisioner Tanri Abeng menyatakan bahwa masa depan Telkom pada bisnis Infocomm, broadband, layanan komunikasi terintegrasi yang akan mengubah cara manusia hidup akan menjadi lahan bisnis yang cerah dan prospek Telkom untuk menuju ke revolusi bisnis tersebut akan sangat menjanjikan. PT INDOSAT Tercantum di dalam Bursa Efek Indonesia – Annual Report 2007 PT Indosat Tbk bahwa hal yang akan dilakukan di tahun 2008 adalah tetap berfokus pada bisnis telekomunikasi selular dengan melakukan ekspansi bisnis ke luar Jawa. Kemudian prioritas aktifitas perusahaan setelahnya adalah: 1.
Secara agresif menumbuhkan jalur bisnis Fixed Wireless Access (FWA) yang dimiliki perusahaan (dengan merek dagang StarOne) Æ catatan untuk aktifitas ini di tahun 2008 bahwa kegiatan tersebut tidak telihat sepanjang tujuh bulan pertama di tahun 2008. Hal tersebut dikarenakan persaingan dalam perang tarif sepanjang awal tahun 2008 ini sangat ketat sehingga prioritas utama perusahaan lebih diutamakan
2.
Meningkatkan sektor bisnis wireless broadband 57
3.
Melakukan ekspansi jaringan backbone di Indonesia
4.
Meningkatkan nilai dari menara telekomunikasi yang telah dimiliki oleh perusahaan Perusahaan telah menetapkan bahwa kebijakan di tahun
mendatang adalah melakukan pengembangan sumber daya manusia yang merupakan aset bagi perusahaan. Secara implisit tercermin di dalam laporan tahunan PT Indosat tahun
2007
bahwa
perusahaan
akan
mengimplementasikan
manajemen keuangan yang hati‐hati (prudent financial management) dan melakukan investasi perluasan jaringan network dengan hati‐hati pula (prudent and focused network roll‐outs). Dalam persaingan antar penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia, Indosat bersikap risk averse yang tercermin dalam sikap kehati‐hatiannya. Dan di dalam masa persaingan telekomunikasi yang ketat selama tahun 2008 hingga 2009, Indosat akan terus menetapkan strategi hati‐hati dan akan terfokus dalam usaha manajemen keuangannya. Empat pilar strategi jangka panjang Indosat untuk mendukung visi perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Memperkuat posisi perusahan di bisnis telekomunikasi seluler
2.
Melakukan akselerasi dalam bisnis layanan fixed data dan fixed voices
3.
Mengoptimalkan
infrastruktur
untuk
mendukung
layanan yang ditawarkan perusahaan
58
4.
Mendukung orang‐orang yang terlibat di dalam perusahaan untuk mengadopsi nilai dan budaya terbaik untuk mendukung bisnis perusahaan Di tahun 2008, kebijakan CAPEX perusahaan adalah sekitar IDR
12,000 milyar dimana 2,000 milyar rupiah akan diinvestasikan untuk satelit baru dan sisanya akan dialokasikan untuk bisnis telekomunikasi selular. PT EXCELCOMINDO Setelah menetapkan bahwa strategi perusahaan di tahun 2007 lebih berfokus pada pertumbuhan pendapatan dan peningkatan penggunaan oleh pelanggan, maka focus setelahnya adalah melakukan peningkatan kapasitas jaringan. Hal tersebut tercantum dalam sambutan kata dalam laporan keuangan tahunan 2007 oleh Presiden komisaris dari PT Excelcomindo Pratama TBK. Salah satu bukti bahwa strategi perusahaan selanjutnya adalah melakukan perluasan cakupan jaringan adalah dengan pengembangan jaringan kabel optik sepanjang pulau Jawa, jaringan microwave digital di Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi, serta jaringan kabel optik digital bawah tanah laut yang menghubungkan pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dan Malaysia (Bursa Efek Indonesia ‐ Laporan Tahunan 2007 PT excelcomindo Pratama Tbk, 2008:23). Dari kegiatan perusahaan tersebut tercermin bahwa tujuan ke depan dari perusahaan adalah untuk menyediakan layanan konvergensi jalur data dan jalur suara dalam bisnis telekomunikasi mereka.
59
PT BAKRIE TELECOM Menurut penelitian Business Monitor International (BMI) di dalam www.bmi.com, selain Telkom dan Indosat, Bakrie Telecom akan menjadi penyedia layanan International Direct Dialling (IDD) dengan diberikannya lisensi untuk mengadakan layanan tersebut dari Kementrian Informasi dan Komunikasi. Pada tahun 2010 Bakrie Telecom baru akan menawarkan layanan International Direct Dialling (IDD) tersebut. Berdasarkan analisa Samuel Sekuritas Indonesia, Bakrie Telecom menargetkan 5 juta pelanggan di akhir tahun 2009. Dengan target tersebut, investasi yang akan dilakukan adalah dengan kerja sama penggunaan jaringan milik Indosat di seluruh kota di Indonesia. Untuk kebijakan Bakrie Telecom setelah tahun 2007 adalah melanjutkan strategi tahun‐tahun sebelumnya yakni memberikan layanan telekomunikasi dengan harga yang murah untuk segmen masyarakat Indonesia menengah ke bawah (Bakrie Telecom sebagai budget operator). Ditambah lagi dengan efisiensi dana operasional perusahaan. Hal lain yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat berkompetisi di pasar telekomunikasi di Indonesia adalah mengubah mindset perusahaan dari pemain regional menjadi pemain nasional dengan langkah‐langkah sebagai berikut: 1. Melakukan ekspansi kapasitas jaringan 2. Melebarkan cakupan jaringan 3. Membangun produk baru untuk memberikan kualitas layanan terbaik kepada konsumen
60
Bakrie Telecom mencanangkan dirinya sebagai budget operator yang selalu memberikan layanan terbaik dengan harga yang murah dan dengan control efisien dan operasional perusahaan. PT MOBILE‐8 Tahun 2008 adalah tahun dimana prioritas penyelesaian keterlambatan pengembangan jaringan di seluruh Jawa dan Bali, serta sebagian wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang dilakukan oleh Samsung sebagai vendor utama dan dibantu oleh vendor lain untuk mengurangi ketergantungan terhadap Samsung seperti di tahun 2007. Di tahun 2007, perusahaan memperoleh izin operasi penyelenggaraan layanan Fixed Wireless Access (FWA). Artinya perusahaan ingin memadukan layanan telepon bergerak seluler CDMA yang menjadi unggulan (competitive adventage) dari perusahaan dibandingkan BTEL (Esia), TLKM (Flexi), dan ISAT (StarOne) dengan layanan CDMA FWA. Perusahaan juga ingin masuk dalam persaingan pemberian layanan CDMA FWA dengan merek yang lain. Dan target di tahun 2008 direncanakan peluncuran layanan FWA setelah penyelesaian pengaturan interkoneksi dengan operator lain (Bursa efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:19). Dan hal tersebut diambil menjadi salah satu kebijakan untuk menurunkan biaya operasional perusahaan. Kebijakan jangka panjang perusahaan adalah difokuskan pada penetrasi pasar telekomunikasi seluler yang berfokus pada positioning merek dagang Fren sebagai pilihan untuk pasar cost sensitive.
61
2.2.6.3.Budaya Perusahaan PT TELKOM Telkom termasuk perusahaan yang cukup reponsif dalam isu bisnis yang mengharuskan mengadaptasi Sarbanes Oxley Act (SOA) di dalam perusahaannnya maupun pada semua anak perusahaannya. Hal tersebut terbukti dengan perubahan struktur organisasi untuk mengakomodasi pekerjaan audit berdasar SOA tersebut. Karena Telkom merupakan perusahaan yang berdiri disokong oleh pemerintah Republik Indonesia maka perusahaan ini mempunyai image yang tidak efisien dalam manajemennya, kemungkinan korupsi lebih tinggi, perusahaan besar yang sulit berubah menyesuaikan pasar, dan banyak pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan menghasilkan keuntungan perusahaan. PT INDOSAT Dalam Annual Report 2007 – PT Indosat (Bursa Efek Indonesia – annual Report 2007 PT Indosat Tbk, 2008: 31), budaya perusahaan di dalam persaingan pasar telekomunikasi selular di Indonesia berfokus pada kebutuhan pelanggan yang dicapai melalui inovasi, strategi bisnis yang efektif, dan proses eksekusinya, yang dilakukan dengan meneruskan manajemen keuangan yang bersifat hati‐hati.
62
Kebijakan perusahaan mengenai karyawan dihimpun dalam I‐ Policy untuk memastikan bahwa semua pegawai terinformasi akan kebijakan perusahaan. Perusahaan memiliki kode etik yang harus diaplikasikan oleh semua karyawan dan direktur untuk memastikan bahwa jalannya bisnis perusahaan dilakukan dengan integritas dan sesuai dengan hukum dan regulasi yang berlaku. Terdapat pula kebijakan wistleblower yang diterapkan di dalam perusahaan yang memberikan kebebasan pada pegawainya, termasuk direksi untuk mengajukan keberatan, komplain, dan perhatian kepada perusahaan untuk memperbaiki semua kebijakan dan tingkah laku perusahaan, misalnya tingkat akurasi pada laporan keuangan perusahaan. Hal tersebut menyatakan bahwa perusahan bersifat terbuka terhadap segala masukan yang bersifat membangun. Hal ini juga berhubungan dengan proses pencegahan dan penanggulangan korupsi. Nilai‐nilai perusahaan adalah Integritas, Kerja Sama, Excellence, Partnership, dan focus pada konsumen. Sesuai dengan tujuan dan nilai perusahaan, Indosat juga mengadopsi prinsip PBB (Persatuan Bangsa‐Bangsa) dalam UN Global Compact dalam menghargai hak asasi manusia yang tercermin dari bagaimana perusahaan menghargai karyawannya, penanggulangan korupsi, dan kemungkinan energi alternatif untuk menara BTS (Base Tranciever Station) selular perusahaan. PT EXCELCOMINDO
63
Karena sebagian besar kepemilikan saham dipegang oleh anak perusahaan
Telelkom
Malaysia
(perusahaan
telekomunikasi
pemerintah Malaysia) karena itu dari sepuluh orang anggota komisaris Excelcomindo terdapat tujuh orang Malaysia, dua orang Indonesia, dan satu orang Australia. Oleh karena itu budaya bisnis yang banyak diterapkan adalah budaya Malaysia. Telah terdapat fungsi control dalam internal perusahaan dengan adanya Komite Audit yang membantu Dewan Komisaris untuk melakukan evaluasi efektifitas sistem pengawasan internal. Tiga dari sepuluh komisaris perusahaan adalah komisaris independen yang bertugas untuk mewakili kepentingan publik dalam mengawasi jalannya perusahaan. Salah satu Komisaris Independen perusahaan juga merupakan Ketua Komite Audit. Selain komite yang membantu dewan komisaris, terdapat pula komite yang membantu dewan Direksi dalam pengambilan keputusan, yakni Komite Revenue, Komite Pricing, Komite Communications, Komite Network, Komite Human Resources. Untuk mendukung pelaksanaan Good Corporate Governance, perusahaan membuat suatu Kode Etika Kerja yang merupakan pedoman bagi setiap direksi dan seluruh karyawan dalam menjalankan tugas sesuai dengan nilai‐nilai bisnis yang etis (Bursa Efek Indonesia – Laporan tahunan 2007 PT Excelcomindo Pratama Tbk). Di dalam perusahaan juga telah terdapat tinjauan resiko‐resiko yang dihadapi oleh perusahaan, dibuktikan dengan adanya pelaporan tinjauan pengendallian internal dan prakiraan resiko. Penyusunan rencana internal audit tahunan berlandaskan pada resiko yang
64
teridentifikasi. Di dalam intenal perusahaan juga telah terdapat proses Manajemen Resiko. Pada bidang sumber daya manusia, untuk memastikan kelancaran arus komunikasi dan gagasan‐gagasan baru di perusahaan, manajemen menerapkan beberapa metode komunikasi, seperti Skill‐ level interview, program Bicara Terus Terang, danForum Manajer (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan 2007 PT Excelcomindo Pratama Tbk, 2008:49). Selain itu perusahaan mengalokasikan 5% dari keseluruhan biaya tenaga kerja untuk program pelatihan dan pengembangan. Salah satu budaya di dalam perusahaan pula adalah program tangung jawab sosial perusahaan pada masyarakat Indonesia tempat dimana Excelcomindo melakukan bisnis. Program tersebut adalah program XL Care dan bagian di dalamnya adalah Indonesia Berprestasi yang menjunjung tema pendididkan. PT BAKRIE TELECOM Praktik pengelolaan perusahaan Bakrie Telecom ditunjukkan dengan komitmen perusahaan untuk membentuk Departemen Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko. Selain itu juga perusahaan membentuk Komite Investasi dan Komite Audit, juga Komite Remunerasi dan Nominasi. Di dalam perusahaan terdapat piala pemilihan pegawai (employee awards) seperti Bakrie Telecom Mission Imposibble Award dan Bakrie Telecom Team Award untuk mendukung pegwainya agar terus kreatif dan inovatif dalam menajalankan tugasnya.
65
Perusahaan juga telah mempunyai kode etika pegawai. Kode etik tersebut memandu pegawai dalam aturan mengenai korupsi, kolusi, nepotisme, hadiah, conflict of interest, dan informasi rahasia perusahaan. PT MOBILE‐8 Perusahaan mempunyai jalur komunikasi internal, fasilitas intranet interaktif untuk memperkuat jalur komunikasi diantara karyawan. Selain itu terdapat pula penghargaan untuk karyawan atas prestasi yang mereka capai dengan penghargaan Best Service Excellence, Best Innovation, dan Best Trainer. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan difokuskan pada kegiatan penanggulangan bencana di Indonesia yang menjadi isu nasional, seperti bencana lumpur lapindo. 2.2.6.4.Adopsi Teknologi PT TELKOM Produk yang telah Ready For Service dari PT Telkom adalah Speedy – akses broadband dengan kabel, Flexi – produk fixed wireless , 3G – 3rd Generation untuk teknologi GSM, Flash – Telkomse Flash yang merupakan produk wireless broadband dengan menggunakan teknologi 3G juga, TELKOMVision yang merupakan layanan pra bayar Digital Cable TV – produk jaringan televisi kabel menggunakan teknologi satelit, penggunaan ATM melalui GPRS
66
Dengan layanan yang telah dimiliki oleh PT Telkom tersebut maka teknologi yang telah digunakan oleh PT Telkom adalah: 1. Teknologi GSM – 3G, HSDPA, 2. Teknologi Fixed Wireless Access 3. Satelit Palapa PT INDOSAT Teknologi yang digunakan oleh Indosat sebagai dasar untuk menyediakan layanan telekomunikasi adalah teknologi GSM, 3.5G – HSDPA (High Speed Data Packet Access), teknologi FWA (Fixed Wireless Access), satelit Palapa, jaringan serat optik, dan merupakan perusahaan penyedia jalur internet dengan membuka Indosat National Internet Exhange (INIX). PT EXCELCOMINDO Teknologi yang digunakan oleh Excelcomindo sebagai dasar pemberian layanan terhadap konsumennya adalah teknologi dasar telekomunikasi yang merupakan teknologi umum penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia. Layanan yang diberikan adalah layanan suara dan data untuk jalur data selular yang berbasiskan teknologi GSM 900/DCS 1800 dan ditambah dengan menggunakan teknologi 3G (IMT‐2000). Untuk
memberikan
layanan
korporasi,
Excelcomindo
menawarkan solusi dengan dasar teknologi sebagai berikut:
67
1.
Leased line, MPLS, dan broadband VoIP untuk layanan komunikasi tetap (hubungan domestic dan internasional)
2.
GSM, GPRS, 3G untuk perusahaan‐perusahaan dengan layanan Blackberry, corporate sms broadcast
3.
GSM PBX integration, WiFi over Picocell, GIS untuk mendukung layanan telekomunikasi dalam internal bangunan kantor, vechicle tracking system Dalam Laporan tahunan 2007 PT Excelcomindo Pratama Tbk
yang tersedia pada situs Bursa Efek Indonesia tercantum bahwa perusahaan telah mengaplikasikan teknologi terbaru dengan membangun jaringan multipleks berkapasitas 10Gbps DWDM network, MPLS, dan NGN (Next Generation Network) Network disamping teknologi TDM (Time Division Multiplexing) konvensional yang sudah ada
seperti
PDH,
SDH,
dan
C‐WDM.
Perusahaan
mengimplementasikan teknologi switching terbaru yakni NGN (Next Generation Network) yang merupakan perpaduan antara MGW (Media Gateway) dan MSC‐S (MSC‐serve). Untuk
teknologi
pendukung
perusahaan,
perusahaan
melakukan investasi untuk sistem informasi sumber daya manusia menggunakan SAP Human Resources Modules. PT BAKRIE TELECOM Teknologi yang digunakan oleh Bakrie Telecom sebagai dasar penyedia layanan perusahaan adalah CDMA 2000‐1X dengan frekuensi 800 MHz. Kemudian didukung oleh layanan data dengan
68
kecepatan transfer data mencapai 2.4 Mbps yakni CDMA EVDO (Evolution Data Optimized) yang setara dengan teknologi 3G GSM. PT MOBILE‐8 Teknologi yang digunakan oleh PT Mobile‐8 untuk layanan telekomunikasi dengan merek dagang Fren adalah CDMA 2000‐1X yang beroperasi di frekuensi 800 MHz. Ijin layanan telekomunikasi yang dimiliki adalah layanan bergerak seluler dan fixed wireless access dengan jangkauan nasional (Bursa Efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:3). Dari sisi teknologi layanan data, Mobile‐8 menggunakan layanan internet bergerak berbasiskan CDMA 2000‐1X EV‐DO (Evolution Data Optimized). Di awal tahun 2007, perusahaan memasang Next Generation Network CDMA 2000 1X (NGN CDMA 2000 1X) yakni jaringan nasional berbasis Internet Protocol (IP) (Bursa efek Indonesia – Laporan Tahunan Mobile‐8 2007, 2008:32). 2.2.6.5.Nilai Keuangan Perusahaan Nilai keuangan dari setiap perusahaan telekomunikasi dilihat dari dua sisi, yakni sisi rasio keuangan (historical) yang mencerminkan tingkat kesejahteraan dari perusahaan tersebut dan sisi nilai dasar (real company value dan real equity value)‐nya. Perhitungan nilai dasar perusahaan tersebut diperlukan untuk membandingkan nilai pasar dari perusahaan‐perusahaan tersebut dengan nilai dasarnya, apakah nilainya undervalued atau overvalued. Dua sisi keuangan perusahaan
69
telekomunikasi itu akan diimplementasikan pada semua perusahaan telekomunikasi yang memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Telkom (BEI: TLKM), PT Indosat (BEI: ISAT), PT Excelcomindo (BEI: EXCL), PT Bakrie Telecom (BEI: BTEL), dan PT Mobile‐8 (BEI:FREN).
Sisi Rasio Keuangan Perusahaan (Historical) Rasio keuangan perusahaan yang dibahas disini merupakan rasio keuangan yang dilihat dari sisi penanam saham (investor), sesuai dengan perspektif isu bisnis dalam penelitian ini. Penanam saham akan selalu memperhitungkan nilai resiko dan tingkat pengembalian (risk and return) dari setiap aktivitas keuangannya, termasuk juga dalam melihat prospek bisnis telekomunikasi di Indonesia. Dengan menggunakan laporan keuangan tahunan dari kelima perusahaan tersebut didapatkan dasar rasio keuangan untuk memprakirakan keuntungan, resiko, dan tingkat kemajuan. Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Keuntungan Rasio keuangan yang berhubungan dengan tingkat keuntungan adalah ROE (Return on Equity) dan ROC (Return on Capital) (Aswath Damodaran, n.d.:28). Selain itu, terdapat beberapa rasio lain yang dapat mencerminkan seberapa besar keuntungan (profitability) dari setiap investasi, yakni: 1. Total asset turnover 2. Total asset/equity 3. Devidend Payout Ratio
70
4. EPS (Earning per Share) 5. PER 6. PBV 7. EV/EBITDA (Equity Value/Earning Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization) 8. Net Fixed Asset Turnover 9. BBP (Basic Business Profitability) 10. P/E Ratio 11. Leverage Ratio Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Resiko 1. Rasio Peramalan Kebangkrutan (Almant’s Ratio) – merupakan nilai klasifikasi kebangkrutan seuatu perusahaan yang mempunyai formula 1.2(Net Working Capital/Total Asset) + 1.4(Retained Earning/Total Asset) + 3.3(EBIT/Total Asset) + 0.6(Total Market Value of Stock/Total Asset) + (Sales/Total Asset). Dengan aturan klasifikasinya adalah: Tabel 2.9. Aturan Rasio Peramalan Kebangkrutan (Almant’s Ratio)
Score > 2.99
Tidak ada kecenderungan untuk bangkrut
71
1.81 < score < 2.99
Grey Area (tidak tentu)
Score < 1.81
Indikasi kebangkrutan
2. Current Ratio – Rasio ini merupakan indikasi untuk resiko likuiditas jangka pendek, seberapa likuid aset yang dimiliki untuk dapat membiayai operasional perusahaan di masa sekarang 3. Quick ratio / acid test ratio – Rasio ini juga termasuk indikasi untuk resiko likuiditas jangka pendek 4. Account Receivable Turnover – Untuk melihat resiko likuiditas jangka pendek dan merupakan bagian dari Turnover Ratio untuk mengukur efisiensi dari manajemen working capital 5. Inventory Turnover – Salah satu representasi resiko likuiditas jangka pendek – Turnover Ratio 6. Days Receivable Outstanding dan Days Inventory Held – representasi dari resiko likuiditas perusahaan dari piutang perusahaan dan persediaan barang (inventory) 7. Accounts Payable Turnover dan Days Accounts Payable Outstanding – nilai resiko dari likuiditas keuangan dari pembelian 8. Required Financing Period – nilai resiko dari proses pembiayaan operasional perusahaan, semakin besar nilai satuan ini maka akan semakin besar pula resiko likuiditas pendanaan jangka pendek
72
9. Interest Coverage Ratio – merupakan representasi nilai resiko kapasitas perusahaan untuk dapat membayar pembayaran bunga hutang – merupakan bagian dari Long‐term Solvency and Default Risk menurut (Aswath Damodaran, n.d.:31) 10. Fixed Charges Coverage Ratio – merupakan representasi resiko perusahaan berhubungan dengan pembayaran kewajiban yang pasti, seperti pembayaran sewa 11. Operating Cash Flow to Capital Expenditure – merupakan nilai resiko besaran pendapatan perusahaan untuk penggunakan invetasi jangka panjang 12. Debt to Capital Ratio – merepresentasikan besaran porsi hutang dalam modal perusahaan 13. Debt to Equity Ratio – perbandingan porsi hutang dan ekuitas perusahaan 14. Long‐term Debt to Capital Ratio dan Long‐term Debt to Equity Ratio – nilai resiko perusahaan dalam hutang jangka panjangnya 15. Market Value Debt to Capital Ratio dan Market Value Debt to Equity Ratio – nilai resiko perusahaan dalam nilai hutang yang bisa didapatkan perusahaan dalam pasar obligasi Dari sisi tingkat keuntungan investasi, didapatkan nilai ROE, ROA, EPS, dan BBP. Nilai ROA (Return on Asset) dari suatu perusahaan mencerminkan tingkat efisiensi dari operasional perusahaan untuk membuat keuntungan dari aset perusahaan. Sedangkan nilai ROE (Return on Equity) mencerminkan nilai pendapatan operasional dari jumlah investasi yang ditanam investor.
73
Ukuran ini mengukur tingkat efektifitas perusahaan untuk memaksimalkan modal yang ditanam investor untuk menjadi pendapatan
perusahaan.
Nilai
EPS
(Earning
Per
Share)
merepresentasikan nilai yang langsung berhubungan dengan hasil yang didapatkan investor. Nilai EPS mencerminkan nilai keuntungan yang didapatkan untuk setiap satu lembar saham yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
74
PT TELKOM A. PT Telkom ‐ Rasio Keuangan Historis Berikut ini adalah rasio keuangan dari PT TELKOM selama periode 2003 dan 2007: Tabel 2.10. Rasio Keuangan Historis TELKOM Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Keuntungan 2003 28.96% ROE 12.11% ROA 302 EPS 23.82% BBP
2004 28.68% 11.77% 328 25.97%
2005 27.01% 12.86% 397 27.62%
2006 30.36% 14.65% 547 28.74%
2007 29.86% 15.67% 644 32.26%
2003 1.844141 0.826393 0.456043 9.029637 98.31169 40.42244 3.712682 9.31245 39.19484 83.32997 8.659436
2004 1.918641 0.788208 0.41586 10.22838 95.36946 35.68502 3.827221 9.417391 38.75808 78.27032 11.48661
2005 1.94038 0.762555 0.399371 11.20531 111.9818 32.57385 3.259458 8.72389 41.83913 77.67244 14.58879
2006 2.059623 0.677888 0.409052 13.27141 139.2452 27.50273 2.621275 7.983955 45.71669 75.8407 16.79082
2007 2.287819 0.772831 0.49822 16.92483 155.9461 21.56595 2.340553 7.446491 49.01638 72.92288 18.43524
0.581946 1.392037 0.360189 0.562961 0.008703 0.008779
1.819815 0.58942 1.435576 0.364223 0.572878 0.011741 0.011881
1.55705 0.523926 1.100551 0.27687 0.382877 0.009971 0.010072
1.548553 0.517462 1.072374 0.220385 0.282684 0.004898 0.004922
1.757105 0.475329 0.905955 0.197487 0.246086 0.004923 0.004947
Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Resiko Almant's Ratio Current Ratio Quick Ratio/Acid Test Ratio Account Receivable Turnover Inventory Turnover Days Receivable Outstanding Days Inventory Held Account Payable Turnover Days Accounts Payable Required Financing Period Interest Coverage Ratio Operating Cash Flow to Capital Expenditue Debt to Capital Ratio Debt to Equity Ratio Long-term Debt to Capital Ratio Long-term Debt to Equity Ratio Market Value Debt to Capital Ratio Market Value Debt to Equity Ratio
Tingkat efektifitas perusahaan untuk mengelola dana penanam saham pada PT TELKOM cenderung stagnan dari tahun 2003 hingga 2007. Diperkirakan untuk lima tahun ke depan, pertumbuhan ROE PT
75
TELKOM tidak akan terlalu signifikan menaik. Dengan bantuan perluasan teknologi 3G untuk perusahaan GSM dan peningkatan Value Added Service dari Fixed Wireless CDMA yang dimiliki TELKOM, pertumbuhan ROE perusahaan hanya akan mencapai batas maksimal 35%. Sejak tahun 2003 hingga 2007, tingkat ROA perusahaan cenderung menaik. Dan dengan asumsi yang sama untuk pengembangan teknologi 3G dan VAS dari unit bisnis TELKOM, hingga lima tahun ke depan sampai 2012, tingkat ROA akan nilai maksimal mencapai 20%. Tingkat EPS yang terus menaik dari tahun 2003 hingga 2007 menandakan bahwa nilai saham TELKOM akan terus menaik dengan tingkat kenaikan EPS tersebut. Untuk perkiraan di lima tahun mendatang, nilai EPS tidak akan terlalu drastis menaik dikarenakan terjadinya perang tarif selama awal pertengahan tahun 2008 (untuk semua layanan telepon bergerak, baik GSM maupun CDMA – Fixed wireless). Apalagi dengan tingkat keberhasilan PT Excelcomindo dalam melakukan strategi marketing selama perang tarif terjadi. Sehingga sama halnya seperti pembagian porsi market share di lahan bisnis telepon bergerak, pembagian peningkatan nilai EPS juga akan lebih merata dan hal tersebut akan berpengaruh pada peningkatan EPS TELKOM. Di akhir tahun 2012 diperkirakan nilai EPS TELKOM akan mencapai 750 Rupiah. Hal ini juga harus didukung dengan komitmen perusahaan
untuk
memberikan
competitive
advantage
dalam
menyediakan layanan 3G yang diperkirakan akan banyak digunakan pelanggan di lima tahun mendatang.
76
Nampaknya tahun 2005, 2006, dan 2007 merupakan tahun lompatan keuangan untuk TELKOM, dilihat dari kenaikan yang signifikan dari Almant’s ratio yang merepresentasikan nilai kebangkrutan, bahkan di tahun 2007 nilainya mendekati nilai ambang batas perusahaan yang tidak punya kecenderungan untuk bangkrut. Hal itu juga tercermin dalam nilai account receivable turnover dan inventory turnover yang terus meningkat, menggambarkan bahwa terdapat peningkatan efektifitas penjualan. Berkurangnya nilai required financing period hingga tahun 2007 juga mencerminkan bahwa TELKOM efektif dalam mengelola resiko likuiditas modal jangak pendek. Dan hal tersebut sejalan dengan nilai interest coverage ratio yang terus menaik hingga tahun 2007. Hal tersebut mencerminkan bahwa TELKOM dapat mengelola nilai keuntungan untuk mengelola hutang. B. PT Telkom – Laporan Keuangan Historis Laporan keuangan tahunan PT TELKOM dari tahun 2003 hingga tahun 2007 tersedia di lampiran 1 dan lampiran 2 dari penelitian ini.
PT INDOSAT A. PT Indosat ‐ Rasio Keuangan Historis
77
Gambar 2.9. Rasio Keuangan Historis Indosat
Sumber: Indosat Annual Report 2007
Tabel 2.11. Rasio Keuangan Historis Indosat Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Keuntungan 2003 49.91% ROE 23.34% ROA 1,175 EPS
2004 12.23% 5.86% 314
2005 11.20% 4.95% 309
2006 9.16% 4.12% 261
2007 12.12% 4.51% 376
2004 2.041364 1.46303 0.892592 7.848312 63.61493 46.50682 5.737647 2.972458 1.013253 0.521066 1.087968 0.106318 0.118967 -
2005 1.847401 1.385831 0.868518 9.863106 38.92005 37.0066 9.3782 2.943177 0.728429 0.558027 1.262584 0.082836 0.090318 0.276708 0.382568
2006 1.807718 0.832755 0.412638 9.547114 79.69261 38.23145 4.580098 2.821336 0.819188 0.550017 1.222304 0.089004 0.0977 0.21067 0.266897
2007 1.726386 0.925849 0.690735 15.67543 74.07735 23.28485 4.927282 3.237207 0.850699 0.628252 1.689991 0.201459 0.252284 0.24442 0.323486
Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Resiko Almant's Ratio Current Ratio Quick Ratio/Acid Test Ratio Account Receivable Turnover Inventory Turnover Days Receivable Outstanding Days Inventory Held Interest Coverage Ratio Operating Cash Flow to Capital Expenditue Debt to Capital Ratio Debt to Equity Ratio Long-term Debt to Capital Ratio Long-term Debt to Equity Ratio Market Value Debt to Capital Ratio Market Value Debt to Equity Ratio
2003 1.358407 2.177406 1.31603 2.844626 0.675821 0.532334 1.138278 0.19278 0.23882 -
Terlihat dari rasio historikal dari Indosat selama tahun 2003 hingga tahun 2007 terjadi penurunan atas perilaku parameter ROE,
78
ROA, dan EPS. Walaupun dalam rentang 2006 hingga 2007 terjadi kenaikan, namun hal tersebut tidak akan banyak berarti karena keadaan pasar yang hampir mature. B. PT Indosat – Laporan Keuangan Historis Laporan keuangan tahunan PT Indosat dari tahun 2003 hingga tahun 2007 tersedia di lampiran 3 dan lampiran 4 dari penelitian ini. PT EXCELCOMINDO A. PT Excelcomindo ‐ Rasio Keuangan Historis Tabel 2.12. Rasio Keuangan Historis XL Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Keuntungan 2003 36.81% ROE 7.23% ROA 176,920 EPS
2004 -4.40% -0.70% -8
2005 -6.17% -2.40% -37
2006 15.23% 5.16% 92
2007 5.62% 1.33% 35
2004 0.90 0.48 22.08 33.44 16.53 10.92 0.00 1.58 0.93 0.84 5.28 0.81 4.30
2005 0.60 0.38 20.85 58.22 17.51 6.27 0.00 1.42 0.60 0.61 1.58 0.48 0.94 0.18
2006 0.51 0.26 22.92 103.28 15.93 3.53 0.00 2.47 0.71 0.66 1.95 0.00 0.00 0.25
2007 0.23 0.11 20.95 79.71 17.43 4.58 0.00 2.53 0.58 0.76 3.22 0.33 0.49 0.27
Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Resiko Current Ratio Quick Ratio/Acid Test Ratio Account Receivable Turnover Inventory Turnover Days Receivable Outstanding Days Inventory Held Account Payable Turnover Interest Coverage Ratio Operating Cash Flow to Capital Expenditue Debt to Capital Ratio Debt to Equity Ratio Long-term Debt to Capital Ratio Long-term Debt to Equity Ratio Market Value Debt to Capital Ratio
2003 0.78 0.56 4.33 1.07 0.80 4.09 0.00 0.00 -
-
79
-
Market Value Debt to Equity Ratio
-
0.21
0.33
0.37
B. PT Excelcomindo – Laporan Keuangan Historis Laporan keuangan tahunan PT Excelcomindo dari tahun 2003 hingga tahun 2007 tersedia di lampiran 5 dan lampiran 6 dari penelitian ini. PT BAKRIE TELECOM A. PT Bakrie Telecom ‐ Rasio Keuangan Historis Tabel 2.13. Rasio Keuangan Historis Bakrie Telecom Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Keuntungan 2004 131.57% ROE 28.34% ROA -288 EPS
2005 -17.19% -9.48% 16
2006 4.86% 3.28% 4
2007 7.69% 3.09% 8
2004
2005
2006
2007
0.724172 0.184114 5.965867 58.68972 61.18139 6.219147 3.071719 118.826 186.2265 -1.19629
1.985243 1.274604 6.244732 66.42418 58.44927 5.494987 0.260506 1401.121 1465.065 -1.23474
1.760881 0.79937 8.590619 37.91207 42.48821 9.627542 1.72647
1.802182 0.574809 12.52495 52.7272 29.14184 6.922423 3.410787
0.784626 3.643082 0.746865 2.950455 -
0.448538 0.81336 0.365396 0.575786 -
0.325517 0.482617 0.219884 0.281861 -
0.597954 1.487277 0.453358 0.829352 0.075489 0.081653
Rasio Keuangan untuk Melihat Tingkat Resiko Almant's Ratio Current Ratio Quick Ratio/Acid Test Ratio Account Receivable Turnover Inventory Turnover Days Receivable Outstanding Days Inventory Held Account Payable Turnover Days Accounts Payable Required Financing Period Interest Coverage Ratio Operating Cash Flow to Capital Expenditue Debt to Capital Ratio Debt to Equity Ratio Long-term Debt to Capital Ratio Long-term Debt to Equity Ratio Market Value Debt to Capital Ratio Market Value Debt to Equity Ratio
80
Tahun 2005 merupakan tahun titik balik bagi perusahaan telihat dari rasio ROE, ROA, dan Interest coverage ratio‐nya. Namun akan selanjutnya berkembang menjadi lebih baik dengan peningkatan rasio tersebut hingga 2007 ini. Dilihat dari rasio debt to capital ratio dan rasio debt to equity ratio maka nilai sepanjang tahun 2004 hingga 2007 ini, perusahaan berusaha untuk menyeimbangkan nilai hutang dan ekuitas perusahaan, sehingga porsinya tidak lebih berat. B. PT Bakrie Telecom – Laporan Keuangan Historis Laporan keuangan tahunan PT Excelcomindo dari tahun 2003 hingga tahun 2007 tersedia di lampiran 7 dan lampiran 8 dari penelitian ini. PT MOBILE‐8 TELECOM A. PT Mobile‐8 Telecom ‐ Rasio Keuangan Historis Gambar 2.10. Rasio Keuangan Historis Mobile‐8 2007
2006
2005
2004
81
Pertumbuhan rasio keuntungan perusahaan mengalami kenaikan dari tahu 2004, namun pertumbuhan kenaikan tersebut justru semakin menurundari tahun 2006 ke 2007. Hal tersebut bisa jadi merupakan indikator dari proses mature‐nya industri telekomunikasi Indonesia sekarang ini. B. PT Mobile‐8 Telecom – Laporan Keuangan Historis Laporan keuangan tahunan PT Excelcomindo dari tahun 2003 hingga tahun 2007 tersedia di lampiran 9 dan lampiran 10 dari penelitian ini. Rangkuman perbandingan sisi intrinsik perusahaan adalah sebagai
berikut:
82
Tabel 2.14. Perbandingan Sisi Intrinsik Perusahaan SISI INTRINSIK PERUSAHAAN
Strategi Kebijakan Sekarang
TLKM 1. Visi - Perusahaan panutan penyedia infocom regional 2. Misi - Menyediakan layanan satu pintu infocom yang terbaik dan kompetitif dan panutan manajemen terbaik 3. Mayoritas pemegang saham - pemerintah RI 4. Go international public --> Good Corporate Governance,Internal Audit, more structured process 5. 66.2% pinjaman modal dalam mata uang asing 6. $ 30 M per 2010 7. Integrasi layanan Telkom NGN 8. Pengembangan ke arah layanan IT 9. Transformasi budaya perusahaan 10. CAPEX untuk perluasan jaringan dasar telekomunikasi
ISAT 1. Visi - penyedia layanan infocom yang lengkap dan berkualitas yang dipilih pelanggan Indonesia 2. Misi - Membangun produk, layanan, dan solusi yang memberi nilai terbaik untuk pelanggan 3. Fokus pada bisnis seluler 4. Seluler - ekspansi jaringan, penguatan jaringan distribusi, dan inovsi produk 5. Rekrutmen SDM usia produktif
EXCL 1. Fokus pada peningkatan pertumbuhan pendapatan dan peningkatan penggunaan pelanggan; Tidak fokus pada pertumbuhan pelanggan dengan perluasan cakupan 2. Harga seluler paling terjangkau di Indonesia 3.60% dari pegawai merupakan bagian commerce dan marketing 4. Pengubahan sistem distribusi 5. CAPEX untuk perluasan serat optik 6. Investasi di DRC (Disaster Recovery Center)
BTEL 1. Visi - menciptakan hidup lebih baik untuk mastyarakat Indonesia 2. Misi - Menyediakan konektifitas informasi berkulitas dan dapat dihandalkan 3. Harga tarif = harga telepon bergerak CDMA 4. Daerah fokus: Jakarta, Jawa Barat, Banten 5. Hutang usaha dalam nominasi mata uang asing diusahakan tidak ada
FREN 1. Visi - Menjadi operator pilihan yangmemberikan layanan yang melampaui harapan 2. Misi - memkasimalkan nilainilai stakeholder untuk terus berinvestasi dan melakukan GCG 3. Bergantung pada dana obligasi daripada dana ekuitas 4. Berusaha dekat dengan pembuat UU dan pemerintah 5. Berkolaborasi dengan bank nasional 6. Pemantauan penjualan harian dengan STS-Sales Tracking System 7. Mengimplementasikan manajemen resiko perusahaan 8.
83
Strategi Kebijakan Masa Depan
Budaya Perusahaa n
1. Masa depan Telkom adalah bisnis Infocom, braodband, layanan komunikasi terintegrasi yang mengubah cara hidup manusia 2. "To carry out all of our capital expenditures for new system and technologies that support our business transformation - Next Generation Network 3. Transformasi:portofolioTelkomFlexi, TelkomSpeedy; investasi pada infrastruktur broadband dan IP-based platform; aliran proses bisnis customer care dan network operations; optimalisasi sumber daya manusia
1. Setelah selesai fokus di seluler, masuk ke broadband, termasuk wireless broadband 2. Ekspansi ke luar Jawa 3. Agresif menumbuhkan jalur bisnis Fixed Wireless Access (FWA) 4. Optimalisasi BTS 5. Prudent financial management 6. Prudent and focused network roll-outs 7. Pengembangan sumber daya manusia 8. CAPEX diperuntukkan investasi satelit dan bisnis telekomunikasi seluler
1. Peningkatan kapasitas jaringan - pembangunan kabel optik
1. Melakukan ekpansi ke Pulau Jawa, Bali, dan Madura 2. Pembangunan infrstruktur layanan International Direct Dialing (IDD) 3. Tetap sebagai budget operator dengan dengan harga layanan murah
1. Kelanjutan pengembangan jaringan di wilayah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi 2. Memadukan layanan telepon bergerak seluler CDMA dengan layanan FWA - untuk meurunkan biaya operasional 3. Penetrasi pasar telekomunikasi seluler berfokus pada posisi merek dagang Fren untuk pasar cost sensitive
1. Image perusahaan pemerintah yang tidak sehat 2. Mengadaptasi SOA (Sarbanes Oxley Act)
1. Manajemen Keuangan yang hati-hati 2. Kode etik karyawan 3. Kebijakan wistleblower untuk semua masukan yang bersifat membangun 4. Perusahaan menghargai hakhak asasi manusia dengan mengadopsi prinsip PBB dalam UN Global Compact
1. Budaya Malaysia akan berpengaruh dalam manajemen perusahaan 2. Mempunyai etika kerja 3. Mengimplementasikan manajemen resiko perusahaan 4. 5% dari biaya SDm merupakan dana pelatihan
1. Terdapat penghargaan bagi karyawan berprestasi 2. Terdapat kode etik pegawai
1. Memberikan pengjargaan bagi karyawan berprestasi
84
Adopsi Teknologi
Nilai Keuangan Perusahaa n
1. GSM 2. 3G 3. HSDPA 4. FWA 5. Satelit 6. NGN
1. GSM 2. 3G 3. HSDPA 4. FWA 5. Satelit 6. Jaringan serat optik - Indosat National internet Exchange
1. GSM 2. 3G 3. HSDPA 4. FWA 5. Satelit 6. NGN
1. CDMA 2000-1X - 800 Mhz 2. CDMA EVDO - 2.4 Mbps
1. CDMA 2000-1X - 800 Mhz 2. CDMA EVDO - 2.4 Mbps 3. NGN CDMA 2000 1X
ROE 2007 = 38.1%
ROE 2007 = 12.12%
ROE 2007 = 5.62%
ROE 2007 = 7.69%
ROE 2007 = 2.80%
85
2.3.
Akar Masalah Yang menjadi pertanyaan di dalam penelitian ini adalah apakah investasi pada saham bisnis telekomunikasi Indonesia akan menguntungkan dan apa yang harus dilakukan untuk investasi tersebut. Berdasarkan paparan conceptual framework diatas, pertanyaan di atas muncul dikarenakan: 1.
Keadaan industri telekomunikasi Indonesia di sepanjang enam bulan awal tahun 2008 mengalami perang tarif yang menyebabkan harga saham perusahaan telekomunikasi menjadi tidak menentu. Harga saham TLKM, ISAT, FREN, dan BTEL mengalami penurunan dibandingkan dengan harga di akhir tahun 2007. Hal ini memberikan kemungkinan pembentukan sentiment pasar bahwa industri telekomunikasi Indonesia akan masuk ke tahap
mature.
Hal
tersebut
didukung
oleh
penurunan pertumbuhan pendapatan perusahaan dan penurunan rasio‐rasio perusahaan. Terjadinya hal tersebut juga dimungkinkan karena perubahan teknologi yang sangat cepat dari satu titik ke titik lain dan pasar sudah merasa bosan akan teknologi GSM (dengan fasilitas layanan suara dan SMS) yang telah lama hadir di Indonesia. 2.
Namun
jika
dilihat
dari
sisi
teknologi,
perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia di 10 tahun mendatang masih akan terus berkembang dan bertumbuh (tidak pada tahap mature). Dengan begitu
idealnya
harga
saham
perusahaan
telekomunikasi di Indonesia akan menaik di masa mendatang.
86
Pada saat tersebut garis maturity industri ini akan menaik lagi dan berubah memasui tahap pengenalan kembali.
87