BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS
2.1 Conceptual Framework Kegiatan perumusan strategi perusahaan memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing perusahaan, yang sesuai dengan misi, visi serta nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Untuk itu diperlukan sebuah langkah yang sistematis sebagai acuan untuk menentukan strategi yang tepat untuk perusahaan, sesuai dengan kondisi lingkungan eksternal maupun internal perusahaan saat ini, maupun trend yang dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.
2.1.1 Strategic Management Manajemen stratejik merupakan seperangkat kumpulan keputusan manajemen dan tindakan yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. (Wheelen & Hunger, 2006: 3) Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dengan menggunakan manajemen stratejik adalah dapat memberikan sebuah visi yang jelas dari perusahaan, mempertajam fokus yang sangat penting bagi perusahaan, dan membuat perusahaan lebih fleksibel terhadap perubahan lingkungan. Lima tahapan dalam stratejik manajemen menurut Thompson & Strickland (1998), adalah sebagai berikut : 1. Forming a strategic vision 2. Setting objectives 3. Crafting a strategy to achieve the desired outcome 4. Implementing and executing the chosen strategy efficiently and effectively 5. Evaluating performance
47
Gambar 2.1 Five Task of Strategic Management (Thompson & Strickland, 1998)
Sedangkan menurut Kaplan dan Norton (2008: 8), sistem manajemen untuk sebuah perencanaan strategi yang terintegrasi dan pelaksanaan operasional dapat diformulasikan dalam enam tahapan sebagai berikut :
Gambar 2.2 Tahapan Sistem Manajemen
48
Saung Angklung Udjo sejak didirikan hingga saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah
produk
(angklung,
pertunjukan,
peningkatan sarana, jumlah karyawan,
souvenir
maupun
jumlah pengrajin,
pelatihan), dan sistem
pengelolaan perusahaan. Namun peningkatan-peningkatan tersebut kurang diikuti dengan suatu evaluasi terhadap peningkatan hasil pelaksanaan tugas serta peningkatan mutu sesuai dengan yang diharapkan. Serta masih belum adanya sebuah standarisasi penilaian terhadap peningkatan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Bisnis Saung Angklung Udjo saat ini masih dalam masa transisi dari sebuah bisnis keluarga menjadi sebuah bisnis yang dikelola dengan lebih professional, sehingga Saung Angklung Udjo belum memiliki sebuah perencanaan strategi dalam proses pengembangan perusahaan.
Dari hasil data questioner diketahui bahwa hampir semua karyawan di Saung Angklung Udjo mengetahui dengan pasti visi dan misi perusahaan. Namun masih banyak karyawan yang belum mengetahui seperti apa cara yang tepat untuk mencerminkan visi dan misi perusahaan ke dalam pekerjaan masingmasing.
Saat ini Saung Angklung Udjo dapat dikatakan sebagai market leader dalam industri angklung. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pesanan angklung yang diterima Saung Angklung Udjo setiap tahunnya, dan belum adanya kompetitor yang sejenis (apple to apple). Namun dengan belum adanya sebuah sistem yang terintegrasi pada internal perusahaan, maka perusahaan memiliki kesulitan dalam hal pengembangan sumber daya yang ada, terutama sumber daya manusia. Hal ini dapat dilihat dari ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi target pemesanan. Sehingga banyak konsumen yang pengiriman barangnya harus mundur dari jadwal yang dijanjikan. Oleh sebab itu, untuk 49
dapat terus berkembang serta mampu memenuhi pesanan produk dari pelanggan serta mampu memberikan pelayanan yang berkualitas bagi perusahaan, maka Saung Angklung Udjo harus memiliki sebuah strategi perusahaan yang tepat dalam memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan.
Pemecahan masalah yang penulis lakukan berada pada level korporat dan saling berhubungan dengan level bisnis dan fungsional masing-masing bidang di Saung Angklung Udjo, namun dijabarkan secara umum. Hal ini dikarenakan, tahap perumusan strategi korporat merupakan salah satu tahapan penting karena merupakan dasar untuk perumusan strategi pada level berikutnya.
Tahapan perumusan strategi merupakan tahapan yang paling penting dari sebuah perencanaan stratejik perusahaan, karena pada tahap ini dirumuskan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen stratejik menurut Wheelen & Hunger (2006: 10), terdiri dari 4 tahapan, yaitu :
1. Environmental Scanning, yang di dalamnya terdiri dari analisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan 2. Strategy Formulation, merupakan suatu proses perumusan strategi perusahaan 3. Strategy Implementation, merupakan tahap implementasi strategi 4. Evaluation & Control, tahap penilaian pencapaian kinerja perusahaan berdasarkan rumusan strategi yang telah dibuat
50
Berikut gambar tahapan manajemen stratejik menurut Wheelen (2006: 71)
Gambar.2.3 Model Manajemen Stratejik
2.1.2 Prospek Pengembangan Angklung
A. Alat Musik Pendidikan Saat ini angklung bukan hanya sebagai alat musik tradisional, namun angklung juga telah dikenal sebagai alat musik yang mampu membawakan lagu-lagu kontemporer. Angklung memiliki prinsip kerjasama, gotong royong, disiplin, ketangkasan, serta memiliki nilai lebih dalam memperkenalkan nada pada anak-anak, sehingga angklung memiliki potensi sebagai alat musik pendidikan. Oleh sebab itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memandang perlu untuk menetapkan angklung sebagai alat pendidikan musik di sekolah, dengan Surat Keputusan tertanggal 23 Agustus 1963, No. 082/1968 , antara lain :
a. Menetapkan Angklung sebagai alat pendidikan musik dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 51
b. Menugaskan Direktur Jendral Kebudayaan untuk mengusahakan agar Angklung dapat ditetapkan sebagai alat pendidikan musik tidak hanya dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saat ini alat musik pendidikan di sekolah-sekolah lebih banyak menggunakan alat musik produksi “Yamaha Music”, antara lain : recorder, pianika, drum dan lain-lain. Padahal angklung juga memiliki potensi sebagai alat musik pendidikan. Satu atau dua nada angklung dapat dimainkan oleh satu orang murid, sehingga hal ini dapat melatih kepekaan murid terhadap nada. Selain itu angklung dapat dimainkan secara kolosal, sehingga dapat melibatkan banyak murid sekolah dalam memainkannya. Harga angklung yang relatif murah dibandingkan alat-alat musik modern membuat angklung dapat dijangkau oleh pihak sekolah. Lagu yang cocok untuk angklung adalah lagulagu yang riang, enerjik dengan tempo yang lebih cepat lebih baik. Lagu-lagu ini cocok untuk anak-anak sekolah yang biasanya menyukai lagu-lagu yang riang dan enerjik. (Supardiman, 2004)
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membunyikan angklung, misalnya tengkep; angklung dibunyikan dengan digetarkan secara panjang sesuai nilai nada yang dimainkan, tetapi tidak seperti biasanya tabung kecilnya ditutup oleh salah satu jari tangan kiri sehingga tidak berbunyi (yang berbunyi hanya tabung yang besar saja). Hal ini dimaksudkan supaya dapat dihasilkan nada yang lebih halus sesui keperluan musik yang akan dimainkan (misalkan untuk tanda dinamika piano), nyambung; dilakukan dengan teknik sebagai berikut: bila ada dua nada yang dimainkan secara berturutan, maka agar terdengar nyambung maka nada yang dibunyikan pertama dibunyikan sedikit lebih panjang dari nilai nadanya, sehingga saat nada kedua mulai dimainkan, nada pertama masih berbunyi sedikit, sehingga alunan nadanya terdengar nyambung dan tidak putus, dinamika; sesuai kebutuhan lagu, angklung dapat 52
dimainkan pelan (piano) atas keras (forte). Disarankan untuk kedua jenis dinamika ini sebaiknya frekuensi getaran angklung per detik tetap sama jumlahnya, sedangkan yang berbeda adalah jarak ayunan angklung oleh tangan kanan
yang
selanjutnya
akan
menentukan
amplituda
getaran
dan
menyebabkan keras atau pelannya nada yang dimainkan, centok ; angklung tidak digetarkan, melainkan dipukul ujung tabung dasar/horisontalnya oleh telapak tangan kanan untuk menghasilkan centok (seperti suara pukulan). Hal ini berguna untuk memainkan nada-nada pendek seperti tanda musik pizzicato. Keempat cara memainkan angklung ini dapat merangsang kreatifitas murid dalam bermusik. (Supardiman, 2004)
B. Media Diplomasi Kebudayaan
Selain sebagai alat musik, angklung juga dapat digunakan sebagai media diplomasi kebudayaan dengan bangsa-bangsa lain. Hampir di setiap Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) memiliki alat musik angklung yang dapat dimainkan serta ditunjukkan kepada Negara-negara lain. Dalam perjalanannya, angklung telah beberapa kali dimainkan dalam acara yang dihadiri oleh banyak Negara Asing. Salah satunya adalah acara konfrensi Asia Afrika. Selain itu, dengan semakin dikenalnya alat musik angklung di Luar Negeri, membuat semakin meningkatnya pesanan angklung. Salah satu even terbaru adalah angklung dijadikan sebagai satu-satunya komunitas budaya yang dibahas dalam konfrensi APEC tentang turisme yang berbasis komunitas dalam kegiatan “APEC Conference on Community Based Tourism” pada tanggal 20-23 April di Malaysia. (Pikiran Rakyat Online, 2009)
53
C. Healing Device
Anak-anak
yang
memiliki
kebutuhan
khusus
dapat
diterapi
dengan
menggunakan alat musik angklung. Salah satunya pada anak-anak hiperaktif agar menjadi lebih sabar dan fokus. (Rakasiwi, 2008) Selain itu, terapi angklung juga dapat meningkatkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus ini untuk dapat berinteraksi lebih baik. Grup kesenian angklung yang bernama Hua Khung yang berada di Bogor juga menyakini bahwa frekuensi yang dikeluarkan oleh alat musik angklung dapat dijadikan sebagai sarana terapi. (Andreskw, 2009) Menurut Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI) dalam website mereka (Yayasan Stroke Indonesia, n.d) menyatakan bahwa angklung dapat melatih otak dan gerakan tangan pasien paska stroke. Suara yang dikeluarkan angklung diyakini dapat menenangkan perasaan pasien, sehingga dapat mempercepat proses pemulihan serta, garakan yang dilakukan pada saat membunyikan angklung dapat merangsang indera motorik tangan pasien.
D. Industri Kreatif
Industri keratif merupakan industri yang berangkat dari kreativitas individual dan ketrampilan serta bakat yang memiliki potensi untuk menciptakan pekerjaan dan kekayaan melalui produksi dan eksploitasi intellectual property. (Supangkat et al., n.d) Togar M Simatupang dalam (Supangkat et al., n.d) menyebutkan bahwa ekonomi kreatif meletakkan gagasan sebagai masukan yang diolah menjadi keluaran berupa produk atau jasa yang sarat dengan kandungan kreatif yang bernilai ekonomi. Nilai ekonomi dari produk atau jasa di era kreatif tidak ditentukan oleh bahan bakunya atau sistem produksinya, melainkan pada pemanfaatan kreativitas dan inovasi.
54
Menurut manajemen Saung Angklung Udjo, saat ini produk angklung masih dikelompokkan kedalam kelompok industri kerajinan. Namun dengan banyaknya karya cipta seni yang dapat dihasilkan dari alat musik angklung, maka
tidak
menutup
kemungkinan
ke
depannya
angklung
dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok industri seni pertunjukan. Saung Angklung Udjo juga dapat dikategorikan dalam sebuah organisasi pertunjukan, yang definisinya menurut Permas et al (2003: 7) adalah organisasi tradisional ataupun modern yang mempertunjukkan hasil karya seninya secara komersial maupun non-komersial untuk suatu tontonan atau tujuan lain. Oleh sebab itu, banyak sekali potensi yang dapat digarap oleh Saung Angklung Udjo. Saat ini di Saung Angklung Udjo telah menghasilkan beragam seni pertunjukan dengan dasar pertunjukan angklung. Saat ini seni pertunjukan Saung Angklung Udjo tidak terbatas hanya pertunjukan internal Saung Angklung Udjo, namun juga pertunjukan eksternal, termasuk pertunjukan ke mancanegara.
Dengan
adanya
program
pemerintah
“Indonesia
Kreatif
2008”
juga
memberikan peluang yang baik bagi perkembangan industri kreatif di Indonesia. Hal ini juga menjadi sebuah peluang bagi keberadaan Saung Angklung Udjo untuk ikut berperan dalam mensukseskan industri kreatif di Indonesia. Salah satu peluang dalam industri kreatif bagi Saung Angklung Udjo adalah industri musik yang saat ini sedang booming, yaitu ring back tone (nada sambung pada handphone). Hal ini akan menjadi peluang yang sangat baik bagi Saung Angklung Udjo baik dalam hal memasarkan produknya maupun dalam hal pengenalan (awareness) jenis musik angklung di masyarakat. Dalam hal ini bisa saja Saung Angklung Udjo bekerja sama dengan band-band anak muda yang sedang “in” saat ini, atau mengusung seniman-seniman angklung yang telah ada dengan membuat sebuah konsep musik yang dapat diterima oleh kalangan penikmat musik saat ini.
55
2.2 Metodologi Penelitian
Proses penyusunan rumusan rancangan stratejik Saung Angklung Udjo ini dilakukan dengan tiga tahapan utama, yaitu :
1. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan dan pengklasifikasian data baik data eksternal, maupun data internal perusahaan. Data-data yang dikumpulkan terdiri dari data primer, yaitu data-data berupa dokumen perusahaan, interview dengan manajemen Saung Angklung Udjo, interview dengan karyawan dan pengrajin angklung, serta observasi lapangan yang penulis lakukan dan data sekunder, yaitu datadata yang penulis dapatkan dari literatur, internet, dan koran. 2. Environmental Scanning Tahap ini merupakan tahap dimana data-data lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan kondisi perusahaan saat ini. 3. Tahap Analisis Perumusan Strategi Data-data yang terkumpul dimanfaatkan ke dalam tahap analisis perumusan strategi Saung Angklung Udjo. Perumusan strategi ini meliputi identifikasi kesempatan dan ancaman bagi perusahaan, identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, memantapkan serta mempertajam tujuan jangka panjang yang ingin dicapai perusahaan, pemilihan grand strategy perusahaan, serta pengalokasian sumber daya perusahaan. Perumusan strategi perusahaan akan dibuat dalam bentuk sebuah peta strategi (strategy map). 4. Tahap Penyusunan Rumusan Implementasi Strategi Tahapan ini berisikan kegiatan perumusan program kerja pelaksanaan strategi perusahaan. 56
Gambar 2.4 Metodologi Penelitian
57
2.3 Environmental Scanning
Environmental Scanning merupakan tahap identifikasi faktor-faktor lingkungan perusahaan. Menurut Wheelen & Hunger (2006: 12), variabel lingkungan yang mempengaruhi perusahaan terdiri dari 3 kelompok, yaitu societal environment, task environment dan internal environment.
Gambar 2.5 Environment Variables
Analisis lingkungan perusahaan berfungsi untuk memberikan gambaran pada manajemen perusahaan dalam mengidentifikasi peluang (opportunity) maupun ancaman (threat) sehingga pada akhirnya didapatkan faktor strategis eksternal perusahaan.
58
2.3.1 Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis
lingkungan
eksternal
digunakan
untuk
mengetahui
kondisi
lingkungan eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Analisis lingkungan eksternal dapat memberikan sinyal yang kuat bagi perusahaan terhadap perubahan yang terjadi baik itu perubahan kondisi industri, pasar, maupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Analisis lingkungan eksternal juga dapat mengetahui kondisi manajemen perusahaan untuk jangka waktu yang panjang.
Gambar 2.6 Scanning External Environment Sumber : Wheelen & Hunger, 2006 : 80
Kegiatan identifikasi faktor-faktor eksternal dilakukan dengan mengidentifikasi faktor mana saja yang penting bagi perusahaan dan faktor mana saja yang tidak terlalu penting dan berkaitan langsung dengan perusahaan (external strategic factor). Untuk itu dapat digunakan issues priority matrix untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal.
59
External strategic factor merupakan faktor-faktor yang memiliki probability of occurrence medium to high dan probable impact on corporation medium to high.
Gambar 2.7 Issues Priority Matrix Sumber : Wheelen & Hunger, 2006: 81
2.3.1.1 Faktor Politik
Secara umum faktor politik di Indonesia tahun 2009 dapat dikatakan stabil, walaupun dengan adanya pemilihan Presiden yang akan dilangsungkan pada 11 Juli 2009, namun hal itu tidak terlalu memberi pengaruh yang signifikan.
Kementrian Negara Koperasi saat ini bekerjasama dengan Kementrian Perdagangan untuk meningkatkan dan mengembangkan industri kreatif di Indonesia. (Harian Ekonomi Neraca dalam Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia, 2009) Kerjasama ini nantinya akan bergerak dibidang pemberian fasilitas bantuan lembaga keuangan, fasilitas teknis dan bantuan dalam standarisasi, pameran produk. Menurut Dr. Togar M Simatupang, pembangunan di Jawa Barat masih 60
bernuansa pembangunan pertanian dan manufaktur. Belum banyak yang menyentuh aspek pengetahuan. Jawa Barat sendiri kaya akan potensi keberagaman sumber daya manusia, sehingga sudah sepantasnyalah manusia dijadikan titik sentral pembangunan industri. Pembangunan industri dengan mengandalkan kreativitas manusia dan budaya termasuk sumberdaya Jawa Barat yang dapat mensejahterakan masyarakat disebut industri kreatif. (Simatupang, 2007)
Gambar 2.8 Modal Intelektual Industri Kreatif
Sumber : Simatupang, 2007
Sumber daya manusia ini berpotensi mengembangkan sektor industri kreatif. Ada tiga ciri utama industri kreatif, yaitu memiliki basis pengetahuan yang kuat (knowledge), menguasai jaringan (network), dan memiliki akses pada teknologi informasi. Maka, tak salah jika pemerintah mencanangkan tahun 2008 sebagai ”Tahun Ekonomi Kreatif”.
Industri kreatif sendiri menyumbang sekitar 6% terhadap PDB, serta menyerap 5% dari total angkatan kerja selama lima tahun terakhir. Sementara itu, proporsi ekspor industri kreatif rata-rata 11%. Dengan kata lain, sektor industri kreatif merupakan sektor yang sedang menggeliat. Meskipun begitu, harus disadari, pangsa pasar industri kreatif relatif kecil. Gairah yang besar untuk mengembangkan sektor tersebut akan terkendala oleh areal permintaan yang sempit. Boleh dibilang, pangsa pasar industri kreatif adalah kelas menengah, 61
yang relatif kebal krisis. Meskipun pendapatan menurun, kelompok menengah tetap memiliki daya beli untuk kesenangan dan hobi (leisure). Lima besar kelompok usaha dalam industri kreatif adalah fashion, kerajinan, desain, periklanan, serta penerbitan dan percetakan. Sementara sektor lain, seperti musik, film, seni pertunjukan, dan sebagainya, lebih sempit lagi pangsa pasarnya. (Warta Ekonomi Online, 2009)
2.3.1.2 Faktor Ekonomi Perlambatan aktivitas ekonomi di Negara-negara maju berimbas ke Negaranegara berkembang terutama Negara yang memiliki keterkaitan perdagangan dan finansial yang erat dengan Negara maju. Ditengah terjadinya penurunan tajam (abrupt adjustment) di perekonomian global, perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang baik dan mampu mencatat pertumbuhan sebesar
6,1%
pada
tahun
2008.
Tekanan
inflasi
telah
menunjukkan
kecenderungan menurun sejak triwulan IV-2008, seiring dengan turunnya harga minyak dunia dan pangan dunia. Apabila dilihat dari sisi permintaan, kemajuan performa ekonomi domestik dalam sepuluh tahun terakhir diwarnai dengan meningkatnya peran permintaan domestik, yang dimotori oleh konsumsi rumah tangga. Rentannya kinerja ekspor terhadap dampak krisis global juga tidak terlepas dari karakteristik ekspor Indonesia saat ini. Kurang terdiversifikasinya Negara tujuan ekspor menyebabkan kinerja ekspor Indonesia langsung mendapat pukulan berat. Perlambatan dialami oleh beberapa industri, antara lain industri logam dasar bukan besi, industri bambu, industri kayu dan rotan, industri miyak dan lemak, industri mesin, industri tekstil dan industri pengilangan minyak serta industri barang dari karet. (Biro Riset Ekonomi Bank Indonesia, 2009)
62
Selain itu dengan adanya krisis global yang melanda Negara-negara maju juga memberikan pengaruh terhadap berkurangnya minat wisatawan untuk berlibur. Tabel.2.1 Update Proyeksi Perekonomian Indonesia 2009-2014
Proyeksi PDB Konsumsi Rumah Tangga Investasi Swasta Konsumsi dan Investasi Pemerintah Ekspor Impor Inflasi
2008 6,06 5,34 12,06 10,10 9,49 10,03 11,1
2009 3,5-4,5 3,2-4,2 4,9-5,9 9,3-10,3 (-5,1)-(-4,1) (-5,3)-(-4,3) 5,0-7,0
2010 4,5-5,5 4,0-5,0 7,4-8,4 7,1-8,1 6,7-7,7 8,4-9,4 6,0-7,0
2011 5,0-6,0 4,6-5,6 9,3-10,3 6,0-7,0 9,2-10,2 9,6-10,6 5,1-6,1
2012 2013 2014 5,4-6,4 5,6-6,7 6,0-7,0 4,9-5,9 5,0-6,0 5,1-6,1 9,8-10,8 10,3-11,3 10,6-11,6 5,0-6,0 4,2-5,2 3,8-4,8 9,8-10,8 10,2-11,2 10,5-11,5 10,2-11,2 10,4-11,4 10,5-11,5 4,5-5,5 4,4-5,4 4,0-5,0
Sumber : Biro Riset Ekonomi Bank Indonesia, 2009
2.2.1.3 Faktor Sosial DPRD Jawa Barat (Jabar) akan mengusulkan kesenian angklung sebagai pelajaran muatan lokal di setiap Sekolah Dasar di Jawa Barat. Usulan Dewan akan segera diproses Komisi E DPRD Jabar, yang juga membidangi masalah pendidikan, untuk selanjutnya akan diajukan ke Menteri Pendidikan Nasional, dalam hal ini Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kesenian angklung perlu dilestarikan dan ditumbuh kembangkan, karena sekarang ini sudah menjadi kesenian nasional, dikenal di mancanegara dan diakui masyarakat dunia. (Harian Umum Pelita Online, n.d) Dari segi sosial budaya, seni tradisi dapat berwujud sebagai (1) seni tradisi ritual untuk upacara-upacara keagamaan dan adat, dan (2) seni tradisi yang dikemas khusus untuk dinikmati masyarakat luas maupun wisatawan (arts for mart). Kedua bentuk seni tradisi tersebut, saat ini memang masih ada dan ternyata dapat hidup berdampingan. Masing-masing bentuk memiliki habitat, pendukung, dan aturan main sendiri, yang tidak perlu dipertentangkan dan dicampuradukkan. Kalau masing-masih bentuk seni tradisi dapat berkembang 63
di habitatnya masing-masing dan tidak saling bertentangan, terdapat potensi sinergi yang baik antar keduanya. Komersialisasi seni tradisi karena tuntutan ekonomi telah menjadi suatu realitas di masyarakat. Penanganan komersialisasi seni tradisi dengan baik berpotensi membawa dampak positif bagi seni tradisi yang menjadi komoditas itu sendiri maupun para pihak-pihak yang terkait, seperti halnya berbagai tari klasik, musik klasik, maupun opera yang dikelola dan dibisniskan secara baik di negara-negara maju. (Departemen kebudayaan dan pariwisata Republik Indonesia, 2005)
Secara
sosial,
Kota
Bandung
memiliki
beberapa
kelebihan
dalam
mengembangkan industri kreatif (Simatupang, 2007): 1. Kota Bandung dikenal sebagai Paris Van Java dan pusat kebudayaan Sunda 2. Sudah dikenal sejak dulu kala sebagai pusat tekstil dan mode 3. Sebagai daerah tujuan wisata penduduk dari jakarta dan kota-kota lainnya 4. Menempatkan diri sebagai kota jasa yang menawarkan berbagai produk distro, rumah produksi sinetron, kuliner, dan produk senirupa 5. Dikenal dengan generasi mudanya yang kreatif dan berani bereksperimen dengan gagasan-gagasan yang inovatif 6. Sumberdaya pendukung industri kreatif tersedia dengan baik 7. Pusat pendidikan tinggi teknologi, bisnis, desain, dan komunikasi visual
2.3.1.4 Faktor Teknologi Dalam indutri bambu, teknologi yang sangat diperlukan adalah teknologi pengawetan bambu. Hal ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan tingkat ketahanan bambu dari serangan rayap dan pada alat musik angklung teknik pengawetan bambu juga akan sangat berpengaruh pada kualitas nada angklung.
64
Pada saat ini pengawatan bambu di Saung Angklung Udjo telah dimulai dengan dari proses penebangan bambu itu sendiri. Saat ini Saung Angklung Udjo telah memberikan training dan pengetahuan mengenai pengawetan bambu pada para petani bambu yang memasok bambu ke Saung Angklng Udjo, walaupun masih belum maksimal.
Selain proses pengawetan bambu, hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas suara bambu adalah pada tahap penyeteman nada. Saat ini di Saung Angklung Udjo belum menggunakan ruangan kedap suara untuk proses penyeteman. Selain itu, dibutuhkan seorang ahli sora pada proses awal dalam menentukan kesamaan antara nada takol (nada pukul) dan nada tiup. Saat ini teknologi yang dapat menggantikan fungsi manusia dalam menentukan nada pukul dan nada tiup masih belum tersedia, sehingga sangat bergantung pada keahlian sumber daya ahli sora. Untuk menjadi ahli sora dibutuhkan sekitar 1-2 tahun pelatihan. Hal ini tergantung pada bakat musik seseorang.
Untuk dapat menghasilkan angklung dengan kualitas yang baik, maka Saung Angklung Udjo dapat memanfaatkan teknologi dalam product innovation atau dalam production processes. Untuk mempertahankan competitive advantage Saung Angklung Udjo, sebaiknya inovasi tersebut inovasi yang tidak mudah ditiru oleh pesain-pesaingnya.
Salah satu inovasi produk angklung di Saung Angklung Udjo saat ini adalah produk angklung warna. Dimana setiap nada dalam satu set angklung diberi warna yang berbeda-beda. Inovasi seperti ini akan sangat mudah ditiru oleh pesaing Saung Angklung Udjo.
65
2.3.1.5 Faktor Lingkungan Pada awalnya pengawetan angklung menggunakan campuran bahan-bahan pestida dan minyak tanah. Saat ini dengan telah diterapkannya proses pengawetan alami mulai dari proses penebangan bambu, pengawetan nonalami dengan menggunkan cairan pengawet yang ramah lingkungan. Hal ini dilakukan oleh Saung Angklung Udjo berdasarkan concern Saung Angklung
Udjo
terhadap
pelestarian
lingkungan.
Konsep
pelestarian
lingkungan ini merupakan sebuah value dari founding father Saung Angklung Udjo, yaitu bapak Udjo Ngalagena.
2.3.1.6 Faktor Legal Penyelenggaraan kongres internasional tentang pemahaman dan perlindungan pada kekayaan intelektual (intellectual property) dan basis industri kreatif pada tanggal 2-3 Desember 2008 telah membuka mata Indonesia akan pentingnya melindungi hak atas kekayaan intelektual bangsa Indonesia. (Komunitas Kreatif Bali, 2008) Hal ini diketahui bahwa pada kongres tersebut banyak sekali produk-produk hasil kekayaan budaya Indonesia yang ditiru oleh Negara lain. Contohnya adalah kerajinan batik yang saat ini mulai ada di Negara lain di Asia Tenggara, bahkan angklung juga ada di Negara-negara lain, selain Vietnam dan China. Sebagai sebuah perusahaan, maka faktor legal yang dihadapi oleh Saung Angklung Udjo adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan UU PT yang berlaku dan mengikat Saung Angklung Udjo sebagai sebuah perusahaan yang berbadan hukum. Dalam hal ini juga menyangkut masalah UU Tenaga Kerja, yang berkaitan dengan hubungan Saung Angklung Udjo dengan tenaga kerja perusahaan, baik itu tenaga kerja yang direkrut langsung oleh Saung Angklung Udjo, maupun tenaga kerja yang di-outsource. 66
2.3.2 Task Environment 2.3.2.1 Industry Life Cycle
Tahapan perkembangan industri (industry’s life cycle) dapat mempengaruhi tingkat persaingan antara perusahaan dalam industri tersebut. Pada tahap awal sebuah industri, biasanya jumlah pemain (perusahaan) sangat sedikit, dengan jumlah permintaan (demand) yang sedikit. Dengan berkembangnya industri tersebut, maka kemudian permintaan mulai meningkat dan pemain baru (new entrants) akan mulai banyak yang masuk ke dalam industri tersebut. Pada tahap selanjutnya, perusahaan yang ada di dalam industri tersebut akan menikmati keuntungan dari besarnya pertumbuhan permintaan (demand), dimana permintaan lebih besar daripada pasokan (supply). Pada tahap ini masing-masing perusahaan memiliki strategi yang berbeda-beda dalam menawarkan produk mereka (relying on access to distribution or advertising).
Seiring dengan mulainya tahap mature, dimana konsumen mulai memiliki ekspektasi terhadap kualitas produk, kinerja, kecepatan dan lain-lain, maka mulailah terbentuk sebuah standar dalam industri tersebut. Persaingan akan semakin intens dan pertumbuhan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan strategi yang dapat mengambil konsumen perusahaan lain. Pada tahap
decline,
hanya
perusahaan
yang
paling
effisien
yang
mampu
menghasilkan keuntungan. Pada tahap ini beberapa perusahaan akan mulai tersingkir.
Saung Angklung Udjo sampai saat ini dapat dikategorikan ke dalam industri pariwisata dan budaya, industri kerajinan dan juga industri pertunjukan. Hal ini dikarenakan produk dan jasa yang ditawarkan di Saung Angklung Udjo memiliki rentangan yang cukup luas, mulai dari wisata budaya, produksi angklung dan seni pertunjukan. 67
Pengembangan dan pemasaran produk budaya secara ekonomi saat ini sedang marak dilakukan, salah satunya yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo. Saat ini Saung Angklung Udjo tidak hanya memasok angklung untuk pasar domestic, namun juga pasar luar negeri. Selain produksi produk budaya seperti angklung, Saung Angklung Udjo juga mengembangkan seni pertunjukkan angklung yang dapat menarik minat konsumen terhadap alat musik angklung. Seni pertunjukan angklung ini telah memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar dengan diadakannya pembinaan sentra industri angklung yang melibatkan masyarakat sekitar baik untuk produksi angklung maupun seni pertunjukan.
Apabila dilihat dari sisi pesaing, dapat dikatakan Saung Angklung Udjo belum memiliki pesaing sejati (true competitor) yang dapat dibandingkan secara apple to apple. Hal ini membuat Saung Angklung Udjo memiliki unique competitiveness sehingga
dengan
semakin
banyaknya
permintaan
angklung
maupun
pertunjukan serta semakin banyaknya wisatawan yang datang berkunjung, maka secara tidak langsung Saung Angklung Udjo menjadi market leader dalam industri ini. Saat ini trend dalam industry life cycle ini adalah growth, hal ini terbukti dengan semakin banyaknya permintaan dan bertambahnya pengrajin angklung dari tahun ke tahun. Hanya saja pengrajin angklung ini masih belum banyak yang memiliki manajemen seperti Saung Angklung Udjo. Kebanyakan dari pengrajin ini merupakan pengrajin rumahan yang memproduksi angklung dengan sistem made to order. Hal ini mengakibatkan industry life cycle mengalami proses yang stagnant. Diharapkan dengan semakin berkembangnya Saung Angklung Udjo akan memacu perkembangan pengrajin-pengrajin angklung lainnya, sehingga perkembangan industri ini jadi meningkat seiring dengan meningkatnya awareness konsumen maupun pemerintah.
68
2.3.2.2 Product Life Cycle
Bambu merupakan sumber daya alami di daerah tropis. Oleh karena penyebaran yang luas, ketersediaan, pertumbuhan yang cepat, pengelolaan yang mudah, maka bambu digunakan secara luas dalam kehidupan masyarakat. Bambu dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan saat ini bambu mulai memasuki industri kertas (pulp), parquet (lantai kayu) dan sebagai canned vegetable. (Dransfield & Widjaja, 1995: 19)
Menurut Dransfield & Widjaja (1995: 20-24), bambu dapat digunakan sebagai material bangunan, keranjang, sayuran, kertas, alat musik, kerajinan, perabotan/furniture, living hedge, chemical properties (cellulose, hemicelluloses, lignin, resins, tannins, waxes dan inorganic salt.
Berdasarkan data INBAR (International Bamboo and Rattan), pada tahun 2005 perdagangan bambu International bernilai sekitar US$ 5,5 billion pertahun. Sedangkan pada tahun 2007 telah meningkat menjadi US$ 7 billion per tahun. Pertumbuhan pasar global diprediksi mencapai US$ 15-17 billion per tahun pada tahun 2017. Saat ini pasar produk bambu terbesar meliputi produk handycraft, flooring dan non-tradistional furniture. (Fajriyanto et al., 2008)
Indonesia memiliki 143 species bambu yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan alat musik dan juga kerajinan. Di Jawa Barat sendiri terdapat sekitar 70 pengrajin angklung yang tergabung di dalam Asosiasi Pengrajin Angklung. Jumlah angklung yang diekspor pun meningkat dari 17.000 unit angklung per bulan menjadi 19.000 unit angklung per bulan. Hal ini sesuai dengan semakin meningkatnya permintaan angklung di pasar Internasional. (Bisnis Indonesia Online, 2008)
69
Bambu merupakan tanaman yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat yaitu 80-100 hari sudah siap panen. Indonesia, khususnya Jawa, Sumatera dan Sulawesi merupakan wilayah yang sangat cocok untuk pertumbuhan bambu. (Fajriyanto et al., 2008)
Tahap pengenalan angklung sebenarnya telah dimulai dari penggunaan angklung sebagai alat musik tradisional di beberapa wilayah di Nusantara, terutama daerah Jawa Barat. Tahap introduction angklung diatonis dimulai pada tahun 1938 pada saat Daeng Soetigna membuat angklung dengan nada diatonis (sebelumnya angklung tradisional memiliki nada pentatonis). Namun tahap pengenalan industri angklung itu sendiri dapat dikatakan dimulai dari Bapak Udjo Ngalagena. Pada saat itu angklung diatonis yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna mendapat banyak respon dari masyarakat dan kemudian pesanan terhadap angklung diatonis ini semakin banyak. Sementara itu, dipasaran harga angklung semakin tinggi, dikarenakan ketersediaan angklung yang tidak banyak pada saat itu. Oleh karena itu, Bapak Udjo Ngalagena yang merupakan salah satu murid Daeng Soetigna memiliki ide untuk memproduksi angklung untuk memenuhi permintaan angklung pada saat itu.
Tahap introduction angklung sebagai sebuah industri dapat dikatakan telah dimulai pada saat kegiatan produksi alat musik angklung oleh Udjo Ngalagena. Pada tahun 1960-1970-an, industri angklung menuju tahap introduction to growth, dimana appresiasi masyarakat terhadap alat musik angklung mulai meningkat.
Tahapan growth dimulai pada saat tahun 1995 dimana Saung Angklung Udjo mulai memproduksi dan mempromosikan angklung baik ke dalam maupun ke luar negri. Namun kemudian perkembangan angklung sempat stagnant sampai pada tahun 2007 Saung Angklung Udjo kembali gencar melakukan promosi
70
melalui media, sehingga angklung kembali mendapat tempat di masyarakat. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap alat musik angklung, memberikan dampak munculnya potential competitor bagi Saung Angklung Udjo. Oleh sebab itu, saat ini Saung Angklung Udjo mulai membenahi manajemen perusahaan serta melakukan perbaikan kualitas produk maupun proses produksi mereka.
Gambar 2.9 Angklung Product’s Life Cycle
The growth rate of demand : rapidly expanding
2.3.2.3 Industry’s Attractiveness
Industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang serupa. Analisa struktur industri bisa dilakukan dengan menggunakanan five forces (lima kekuatan) dari Michael E. Porter (1980:4). Porter’s Five Forces menggambarkan menarik tidaknya sebuah industri (industry’s attractiveness). Industri yang atraktif akan memberikan kesempatan 71
bagi perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang, karena industri tersebut masih memberikan keuntungan (profit) pada perusahaan. Keberhasilan sebuah perusahaan tidak hanya berdasarkan pada keberhasilan perusahaan dalam manajemen saja, namun juga terdapat pengaruh yang besar dari tingkat menarik tidaknya industri tersebut (industry’s attractivenes). Lima kekuatan tersebut adalah : 1. Kekuatan Tawar Pembeli (bargaining power of buyer) 2. Kekuatan Tawar Pemasok (bargaining power of supplier) 3. Ancaman Produk Pengganti (threats of substitutions) 4. Ancaman masuknya pendatang baru (threats of new entrants) 5. Intensits persaingan antar perusahaan dalam industri yang sama (rivalry among existing competitor)
2.3.2.3.1 Kekuatan Tawar Pembeli
Beberapa kondisi kekuatan pembeli lebih tinggi adalah sebagai berikut :
a. Jumlah pelanggan sedikit, namun mereka membeli dalam jumlah yang banyak b. Pada
saat
produk/jasa
tersebut
sudah
terstandarisasi,
sehingga
konsumen mampu dengan mudah mencari perusahaan lain yang dapat memberikan produk yang sama dan biaya untuk perpindahan ini sama dengan nol c. Pada saat produk tersebut bukan merupakan produk yang sangat penting bagi konsumen d. Pada saat dimana secara ekonomi sangat menguntungkan bagi konsumen untuk membeli dari beberapa perusahaan dari pada hanya pada satu perusahaan 72
Jumlah pemesanan angklung di Saung Angklung Udjo terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tipe pemesanan angklung saat ini masih retail dan didominasi oleh pemesanan individu maupun sekolah-sekolah. Dengan terus meningkatnya pemesanan angklung, Saung Angklung Udjo terus menambah kejasama dengan mitra pengrajin. Saat ini, pengetahuan konsumen akan tingkat kualitas angklung yang baik masih rendah, walaupun ada beberapa tipe konsumen seperti pemusik yang telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai kualitas angklung yang baik, namun pada umumnya masih banyak yang belum mengetahui hal tersebut. Selain itu, bila dilihat dari tingkat sensitifitas konsumen terhadap produk angklung, pada umumnya dapat dikatakan produk angklung maupun seni pertunjukan adalah inelastic, dimana permintaan angklung tidak sensitif terhadap kenaikan harga. Namun, tipe konsumen seperti sekolah dapat dikatakan sensitif terhadap harga, oleh sebab itu Saung Angklung Udjo memiliki paket khusus untuk pelanggan sekolah. Dimana harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan harga biasa. Selain itu Saung Angklung Udjo saat ini telah melakukan kerjasama dengan Bank penyalur dana BOS (bantuan operasional sekolah) untuk menyediakan kredit pembiayaan pembelian angklung untuk sekolah-sekolah. Di Jawa Barat sendiri, Saung Angklung Udjo menjalin kerjasama dengan Bank Jabar. Produk angklung belum memiliki sebuah standar yang pasti, sehingga ini membuat posisi tawar konsumen rendah. Selain itu, walaupun angklung bukan kebutuhan primer masyarakat, tapi angklung merupakan sebuah produk yang dapat memenuhi kebutuhan appresiasi masyarakat akan kesenian. Oleh sebab itu, konsumen angklung atau seni pertunjukan di Saung Angklung Udjo not price sensitive.
Bargaining Power of Buyer : Low
73
2.3.2.3.2 Kekuatan Tawar Pemasok
Kondisi dimana pemasok memiliki kekuatan yang lebih tinggi adalah : a. Produk/jasa yang ditawarkan oleh pemasok merupakan input yang sangat penting bagi perusahaan b. Pemasok industri tersebut di dominasi oleh sedikit produser besar yang memiliki posisi yang sangat aman di pasar (secure market position) c. Produk/jasa yang ditawarkan pemasok merupakan produk/jasa yang unik, sehingga switching cost bagi perusahaan menjadi tinggi
Bambu merupakan input yang sangat penting bagi Saung Angklung Udjo. Bambu merupakan komponen utama pembuatan angklung. Saat ini jumlah petani bambu masih sangat banyak, hal ini dikarenakan masih cukup banyak hutan bambu, terutama di Pulau Jawa. Saat ini kekuatan tawar dalam hal harga bambu masih ada di Saung Angklung Udjo. Harga pembelian bambu oleh Saung Angklung Udjo kepada petani bambu merupakan harga rata-rata di pasaran. Saat ini masih ada beberapa pengrajin yang menjual bambu diatas harga penawaran Saung Angklung Udjo. Namun tetap saja Saung Angklung Udjo memiliki posisi tawar yang cukup tinggi, karena Saung Angklung Udjo memesan dalam jumlah yang banyak dibandingkan pengrajin angklung lainnya, sehingga para petani bambu lebih suka menjual bambunya kepada Saung Angklung Udjo. Bargaining Power of Supplier : Low
2.3.2.3.3. Ancaman Produk Substitusi
Produk/jasa substitusi adalah produk atau jasa yang memberikan fungsi yang sama (meet the same need) dengan produk/jasa yang ada dalam industri. Apabila produk/jasa substitusi ini memberikan harga atau kinerja (performance) yang 74
cukup atraktif, maka beberapa pembeli cenderung pindah kepada produk substitusi ini.
Untuk lebih mengerti tentang produk substitusi, maka kita harus mampu menganalisis mengenai kebutuhan (needs) konsumen. Tujuan individu dalam membeli angklung sederhananya adalah agar dapat bermain musik tradisional. Apabila hanya sebagai sebuah alat musik tradisional, mengapa orang mau membayar lebih untuk sebuah angklung adalah selain untuk bermain musik tradisional, saat ini angklung juga dapat digunakan sebagai alat musik yang tidak hanya mampu memainkan musik tradisional, tapi juga musik-musik modern. Kebutuhan akan alat musik tradisonal dapat dipenuhi oleh alat musik tradisional lainnya seperti gamelan, talempong dan lain-lain. Namun, kebutuhan akan musik modern ini juga dapat dipenuhi oleh alat musik lainnya seperti alat musik buatan Yamaha Music, antara lain recorder, pianika, organ dan lain-lain. Salah satu kunci kemudahan bagi konsumen untuk pindah pada produk pengganti adalah rendahnya switching cost konsumen untuk pindah ke produk/jasa substitusi. (Bowman, 1990: 29)
Bila dilihat dari kemungkinan perpindahan ke alat musik substistusi seperti alat musik produksi Yamaha Music, maka kemungkinannya cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Yamaha Music sudah menguasai pangsa pasar alat musik di Indonesia. Selain itu banyaknya sekolah musik Yamaha membuat alat musik buatan Yamaha semakin dikenal dan akrab dikalangan pelajar. Untuk mengatasi hal ini, yang paling penting dilakukan oleh Saung Angklung Udjo adalah gencar mempromosikan angklung sebagai alat musik warisan peninggalan budaya dan sebagai alat musik pendidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengadakan training pelatihan angklung bagi guru kesenian se-Indonesia. Sehingga, perkembangan alat musik angklung akan semakin cepat dikalangan dunia pendidikan. 75
Selain itu, trend industri musik saat ini adalah penggunaan teknologi canggih dalam menghasilkan sebuah produk musik. Contohnya: Ring Back Tone (RBT), penggunaan gadget-gadget canggih untuk mendownload musik, dan lain-lain. Threats of Substitutes : High
2.3.2.3.4 Ancaman Masuknya Pendatang Baru Menurut Bowman (1990: 29), kondisi dimana sebuah industri sangat mudah dimasuki, memiliki keuntungan (profit) yang sangat atraktif, maka ancaman terhadap pendatang baru akan sangat tinggi. Untuk itu, agar persaingan tidak semakin ketat, terdapat beberapa hal yang dapat menghambat masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri (barriers to entry), antara lain :
a. Economies of scale. b. Cost benefits yang dimiliki oleh perusahaan karena pengalaman (experiences) perusahaan secara terus menerus memproduksi produk/jasa yang sama dalam jangka waktu yang lama c. Brand preference and customer loyalty. Hal ini membuat pendatang baru kesulitan untuk membuat konsumen pindah pada brand yang baru d. Capital Requirement. Biasanya terjadi pada industri yang membutuhkan modal awal yang besar untuk masuk (High cost of entering), misalnya pada perusahaan minyak e. Access to distribution channels. Apabila pendatang baru tidak mampu meraih konsumen seefektif incumbent firms, maka akan sangat sulit bagi pendatang baru untuk bersaing dengan incumbent firms. f. Peraturan pemerintah. Misalnya berkaitan dengan tarif dan non-tarif, barriers, hak paten, dan lain-lain
76
Bila dilihat dari economies of scale, saat ini Saung Angklung Udjo masih merupakan produsen terbesar angklung. Namun dengan sistem produksi yang masih manual, dapat ditiru oleh pesaing-pesaing Saung Angklung Udjo. Selain itu kebutuhan dana (capital) yang dibutuhkan dalam pengembangan perusahaan pengrajin angklung tidaklah besar, sehingga membuat ancaman masuknya pendatang baru sangat tinggi. Inovasi yang dapat dilakukan oleh pesaing dalam pembuatan angklung, seperti penggunaan mesin dengan hasil yang terstandarisasi, waktu pengerjaan yang singkat dan mampu menghasilkan jumlah yang banyak, maka pesaing dapat mengambil market share Saung Angklung Udjo saat ini. Apabila dilihat dari brand awareness, dapat dikatakan bahwa brand Saung Angklung Udjo masih merupakan brand pilihan konsumen. Saat ini Saung Angklung Udjo sedang gencar mengkampanyekan logo “SAU”, baik dari produk maupun pertunjukan. Saat ini setiap angklung produksi Saung Angklung Udjo diberi cap “SAU” dengan menggunakan teknologi laser. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan brand awareness konsumen terhadap produk angklung buatan Saung Angklung Udjo. Threats of New Entrants : Moderate to High
2.3.2.3.5 Persaingan dengan Kompetitor Saat Sekarang
Menurut Bowman (1990: 40), kompetitor sejati perusahaan adalah perusahaan yang memproduksi produk yang hampir sama (similar product) dan menjual produk mereka pada pasar yg sama (same market). Persaingan dapat terbatas pada satu dimensi saja, misalnya harga (price), atau pada beberapa dimensi, misalnya jasa (service), kualitas produk (product quality), inovasi produk (product innovation), dan lain-lain. Persaingan akan semakin ketat pada beberapa keadaan berikut :
77
a. Jumlah kompetitor yang semakin meningkat dan atau kompetitor tersebut menjadi hampir sama besarnya dan kemampuannya (equal in size and capabilities) b. Pada saat permintaan terhadap produk tersebut menurun c. Pada saat kompetitor menggunakan pemotongan harga (price cuts) dikarenakan keadaan kondisi industri saat itu, ataupun dikarenakan adanya tujuan untuk meningkatkan volume penjualan mereka (to boost unit volume) d. Produk/jasa milik kompetitor sangat mirip sehingga switching cost konsumen menjadi sangat rendah e. Pada saat biaya untuk keluar dari bisnis tersebut lebih mahal daripada bertahan dan tetap bersaing dalam industri tersebut f. Kompetitor menjadi sulit diprediksi dan lebih beragam (diverse)
Saat ini, intensitas persaingan antar perusahaan dalam industri alat musik angklung dapat dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan jumlah pesaing (pengrajin angklung) yang mengalami peningkatan, namun tidak diiringi dengan peningkatan ukuran dan kemampuan pesaing. Saat ini pesaing yang ada masih tergolong pengrajin mikro. Hal ini tidak dapat dibandingkan dengan Saung Angklung Udjo yang memiliki pangsa pasar yang lebih besar dibandingkan pesaing-pesaingnya. Selain itu pesaing Saung Angklung Udjo saat ini masih menggunakan strategi jangka pendek. Dimana para pengrajin angklung tersebut hanya memikirkan pemenuhan permintaan angklung untuk jangka pendek. Berbeda dengan Saung Angklung Udjo yang telah memulai memikirkan strategi jangka panjang untuk mengembangkan bisnisnya.
Untuk tetap menjadi market leader dalam industrinya, Saung Angklung Udjo menggunakan strategi kerjasama dengan beberapa mitra pengrajin angklung. Sehingga para pengrajin angklung tersebut menjadi mitra pemasok untuk 78
memenuhi permintaan pasar Saung Angklung Udjo. Namun yang menjadi kendala dalam proses kerjasama dengan mitra pengrajin ini adalah belum adanya standarisasi produk yang tepat agar produk angklung Saung Angklung Udjo memiliki tingkat kualitas yang sama antar mitra pengrajin.
Rivalry Among Existing Firms : Low
2.3.2.3.6 Porter’s Five Forces Saung Angklung Udjo -Belum ada kompetitor yang sejati (true competitor) -Barrier to entry rendah (inovasi, mass production, capital requirement) -SAU memiliki kelebihan Brand yang telah dikenal
Pemain Baru MODERATE TO HIGH
-Strategi kemitraan SAU dengan pengrajin angklung sehingga SAU dapat “mengakuisisi” potential competitor-nya -permintaan akan angkung meningkat setiap tahunnya
Daya Tawar Pemasok
Persaingan Industri
Daya Tawar Pembeli
LOW
LOW
LOW
-Jumlah petani bambu masih banyak
-Konsumen tidak price sensitive -Produk belum terstandarisasi
-SAU merupakan pembeli bambu dalam jumlah besar
Produk Pengganti
-Retail Konsumen Banyak
HIGH -Trend industri musik lebih ke teknologi (mis: RBT) -Kelengkapan, kemudahan & kualitas alat musik modern - Alat musik tradisional lainnya (gamelan, talempong, dan lain-lain
Gambar 2.10 Porter’s Five Forces Saung Angklung Udjo
79
2.3.3 Buyer Segments Menurut
Bowman
(1990:
38),
segmentasi
pelanggan
sangat
penting
dikarenakan setiap kelompok pelanggan memiliki kebutuhan (needs) yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, pelanggan dapat kita kelompokkan lagi berdasarkan kebutuhan (needs) mereka, antara lain : 1. Functional Need. Merupakan kelompok pembeli yang hanya tertarik dengan fungsi utama dari sebuah produk atau jasa. 2. Interested in the appearance. Kelompok pembeli yang tertarik pada penampilan dari sebuah produk 3. An Expression of Status. Kelompok pembeli yang menganggap sebuah produk dengan label tertentu memiliki arti yang sangat penting dalam status sosial mereka 4. A Specific Operating Requirement. Kelompok pembeli yang menginginkan fungsi yang lebih spesifik pada sebuah produk. Misalnya jam tangan untuk pilot
Saat ini, segmentasi pembeli pada Saung Angklung Udjo masih di dominasi oleh kelompok functional needs (yaitu segmen trainer/guru musik dan player/anak sekolah, kelompok musik, gereja, individu baik wisatawan lokal maupun wisatawan Manca Negara), dimana konsumen membeli produk berdasarkan fungsi dari produk tersebut (baik fungsi dari produk, yaitu: angklung dan souvenir, maupun fungsi dari jasa, yaitu: pertunjukan, pelatihan dan banquet). Untuk dapat bisa menghasilkan profit yang lebih tinggi, maka Saung Angklung Udjo harus berusaha mengakuisisi segmen konsumen lainnya. Saat ini yang sedang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo adalah berusaha mengakuisisi segemen konsumen dari kelompok Specific Operating Requirement. Contoh kelompok ini adalah para musisi profesional, misalnya Dwiki Darmawan, yang membutuhkan alat musik dengan kualitas yang sangat 80
bagus, sesuai dengan kebutuhan profesionalitas dia. Untuk itu Saung Angklung Udjo bekerjasama dengan Bapak Handiman, salah satu murid Daeng Soetigna untuk membuat angklung dengan kualitas maestro. Konsep Angklung maestro ini adalah menciptakan alat musik angklung yang memiliki kualitas sempurna, serta dengan layanan purna jual yang memuaskan.
2.4
Analisis Lingkungan Internal
2.4.1 Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Analisis lingkungan internal berfungsi untuk mengetahui kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) perusahaan. Untuk itu dapat digunakan analisis rantai nilai (the value chain) dari Michael Porter’s. Rantai nilai merupakan suatu cara yang dapat digunakan perusahaan sebagai landasan untuk merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencapai suatu keunggulan bersaing. Agar dapat menjadi sumber keunggalan bersaing, maka sumber daya dan kemampuan yang terdapat di perusahaan haruslah membuat perusahaan dapat melakukan : 1) Aktivitas kegiatan perusahan dengan cara yang lebih baik dibandingkan pesaingnya 2) Melakukan penciptaan nilai yang tidak dapat dilakukan oleh pesaingnya
Aktifitas bisnis perusahaan dapat dikelompokkan menjadi 2 kegiatan, yaitu kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Kegiatan/aktifitas utama terdiri dari lima kategori yaitu logistik masuk, kegiatan operasi, logistic keluar, pemasaran dan penjualan dan pelayanan (service), dan kegiatan/aktifitas pendukung yang terdiri dari empat kategori, yaitu pembelian, pengembangan teknologi, manajemen sumber daya manusia dan infrastruktur. Kedua aktivitas ini harus saling berinteraksi secara seimbang untuk mencapai margin atau tujuan perusahaan. (Wiweka, 2008: 42) 81
Gambar 2.11 Value Chain Sumber : Wheelen and Hunger, 2008: 113
2.4.1.1 Aktivitas Primer Aktifitas primer atau aktifitas utama merupakan aktifitas yang melibatkan pergerakan bahan baku secara fisik, aktifitas penjualan dan pendistribusian produk atau jasa pada konsumen serta aktifitas service setelah penjualan (after sales services). 2.4.1.1.1 Logistik masuk (Inbound Logistic)
Sistem produksi angklung Saung Angklung Udjo yang menggunakan mitra pengrajin dalam kegiatan operasi perusahaan membuat kegiatan logistik masuk di Saung Angklung Udjo terdiri dari dua proses, yaitu :
1) Proses masuknya bambu sebagai bahan baku (raw material) pembuatan angklung yang pada saat masuk ke Saung Angklung Udjo langsung dibagikan kepada para mitra pengrajin angklung. Saung Angklung Udjo memperoleh pasokan bambu dari para petani bambu di daerah Sukabumi, Surade, Tasikmalaya dan Ciamis.
82
2) Proses pengiriman angklung dalam kondisi 80% jadi dari mitra pengrajin. Angklung ini kemudian melalui proses quality control sebelum kemudian dilakukan proses finishing di Saung Angklung Udjo.
Kegiatan logistik masuk untuk produksi souvenir dilakukan dengan cara menerima pasokan souvenir yang sudah jadi dari mitra pengrajin. Sedangkan untuk pertunjukan dan pelatihan maka logistik masuknya dapat dikatakan sebagai materi pertunjukan atau pelatihan serta sumber daya manusia pelaku pertunjukan dan pelatihan angklung tersebut. Materi dan sumber daya ini merupakan aset yang dimiliki sendiri oleh Saung Angklung Udjo. Namun untuk terus melakukan inovasi dalam pertunjukan maupun pelatihan, Saung Angklung Udjo terus terbuka dengan pihak luar seperti perguruan tinggi seni dan seniman lainnya.
Tabel 2.2 Logistik Masuk Saung Angklung Udjo
Aktivitas Penyediaan Bambu Penyediaan Angklung 80% jadi
Proses
Output
Pemesanan Bambu pada
Pengiriman bambu sesuai
petani bambu
dengan pesanan
Pengiriman angklung oleh
Angklung 80% jadi
mitra pengrajin
Penyediaan Materi Pertunjukan
Pemilihan konsep acara
Konsep Pertunjukan
Pemilihan pemain
Setting panggung Penyediaan angklung dan alat musik lain Penyediaan Souvenir
Pemesanan Souvenir pada
Pengiriman Souvenir
pengrajin souvenir Persiapan Trainer
Pemilihan konsep pelatihan
Konsep pelatihan
Penunjukan trainer Banquet
Pemesana bahan makanan & minuman
Bahan Baku
Pengadaan Tempat
Ketersediaan tempat
83
2.4.1.1.2 Operation Process
Kegiatan operasi produksi angklung meliputi tiga aktivitas, yaitu :
1) Quality Control. Setiap produk yang masuk dari setiap mitra pengrajin Saung Angklung Udjo akan melalui proses pengendalian mutu. Baik itu dalam hal kualitas suara angklung, maupun dalam hal tampilan angklung secara umum. Apabila terdapat cacat pada angklung, maka angklung tersebut akan dikembalikan pada pengrajin. Dalam sehari, satu orang pengendali mutu dapat melakukan proses ini untuk dua orang mitra. Saat ini Saung Angklung Udjo memiliki dua orang karyawan di bagian quality control. 2) Proses Finishing. Proses ini terdiri dari proses mengikat jeujeur angklung, proses pengobatan angklung,
proses varnish, dan proses pembuatan
logo Saung Angklung Udjo. Saat ini proses pembuatan logo sudah mulai menerapkan mesin laser untuk menghasilkan logo Saung Angklung Udjo yang seragam dan memiliki ciri khas (unique). 3) Proses pengelompokan angklung. Varian produk angklung di Saung Angklung Udjo sangat banyak, oleh sebab itu dilakukan pengelompokan angklung sesuai dengan jenis angklung agar mempermudahkan penyimpanan angklung.
84
Gambar 2.12 Alur Penerimaan Produk dari Mitra Pengrajin
Kegiatan operasi pertunjukan terdiri dari : 1) Latihan untuk pertunjukan angklung dan kesenian tradisional sunda lainnya, tari-tarian, seperti tari topeng, dan wayang golek, bagi para anggota pertunjukan Saung Angklung Udjo. Dalam hal ini Saung Angklung Udjo melibatkan anak-anak dan remaja dari lingkungan sekitar Udjo untuk tampil di acara pertunjukan Saung Angklung Udjo. Hal ini berdasarkan filosofi Mang Udjo untuk terus mewariskan seni kebudayaan sunda kepada generasi muda.
85
2) Persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam pertunjukan, seperti angklung, arumba, kendang, wayang golek, kostum penari maupun pemain musik, sound system, serta alat-alat penunjang pertunjukan lainnya. 3) Persiapan para pemain dalam pertunjukan Kegiatan pengelolaan toko souvenir terdiri dari : 1) Pencatatan dan pemberian label harga dari setiap jenis souvenir yang diterima dari para pengrajin 2) Penyusunan barang-barang souvenir berdasarkan bentuk dan jenis souvenir di dalam toko souvenir Saung Angklung Udjo Kegiatan produksi pelatihan terdiri dari persiapan alat-alat musik untuk pelatihan (baik untuk pelatihan eksternal maupun pelatihan internal), sedangkan kegiatan produksi banquet adalah proses penyediaan makanan dan minuman persiapan tempat yang akan digunakan/disewa. Tabel 2.3 Aktivitas Kegiatan Operasi Saung Angklung Udjo
Aktivitas
Quality Control Finishing
Pengelompokan Angklung Persiapan Pertunjukan
Pengelolaan toko souvenir Persiapan Alat musik pelatihan Pengolahan bahan makanan dan minuman Persiapan tempat
Proses
Cek fisik dan kualitas suara angklung Pengikatan jeujeur Pengobatan angklung Varnish Pembuatan logo SAU Pengelompokan sesuai jenis angklung Latihan persiapan pertunjukan Persiapan alat penunjang pertunjukan Persiapan pemain Pencatatan dan pelabelan harga Penyusunan barang
Output Angklung lolos tahap QC Angklung 100% jadi
Inventory angklung
Materi Pertunjukan display souvenir di toko
Persiapan alat musik Proses memasak makanan dan minuman
Materi Pelatihan Catering
Menyiapkan tempat sesuai tema acara
Kesiapan tempat
86
2.4.1.1.3 Logistik Keluar (Outbound Logistic) Logistik keluar pada kegiatan produksi angklung adalah sebagai berikut : 1) Proses pencocokan angklung sesuai dengan pesanan konsumen 2) Proses pencatatan barang yang akan dikirim oleh bagian produksi 3) Proses pelaporan pengiriman barang pada bagian marketing (untuk mencocokkan pelunasan yang telah dilakukan oleh konsumen) 4) Proses pengiriman barang
Gambar 2.13 Diagram Alir Proses Penjualan Barang
Logistik keluar pada kegiatan pertunjukan meliputi kegiatan pertunjukan itu sendiri. Baik itu pertunjukan internal Saung Angklung Udjo yang rutin maupun tidak rutin, dan pertunjukan eksternal Saung Angklung Udjo.
Logistik keluar pada kegiatan penjualan souvenir adalah kegiatan pembelian souvenir yang dilakukan konsumen di toko souvenir Saung Angklung Udjo. Sedangkan logistik keluar pada pelatihan adalah proses pelatihan itu sendiri, baik di dalam Saung Angklung Udjo, maupun di luar Saung Angklung Udjo.
87
2.4.1.1.4 Marketing Process & Sales
Aktivitas ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyediaan sarana
bagi
perusahaan
untuk
menarik
pelanggan/pembeli.
Selain
menggunakan brochure yang disebarkan pada setiap travel agent, perusahaan juga menggunakan website untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat. Selain itu, perusahaan juga aktif mengikuti acara-acara, baik itu acara musik, pameran, acara yang diselenggarakan pemerintah, maupun acaraacara yang diselenggarakan di luar negeri. Tujuannya untuk memperkenalkan alat musik angklung seluas-luasnya.
Proses marketing antara lain :
a. Dari data permintaan tahun sebelumnya, bagian marketing kemudian membuat acuan perencanaan penjualan untuk tahun berikutnya (setting target sales), biasanya masih menggunakan sistem kenaikan per tahun sebesar 20% b. Mengkonfirmasikan setiap pesanan pada bagian produksi, sehingga dapat diketahui apakah Saung Angklung Udjo memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi pesanan c. Setelah
mendapat
kemudian
bagian
konsumen
dan
konfirmasi
mengenai
marketing
mengkonfirmasi
melakukan
pencatatan
barang
kapan
pesanan,
maka
pembayaran
oleh
pengiriman
akan
dilakukan.
88
Gambar 2.14 Alur Proses Pengeluaran Produk Sumber : Dokumen Perusahaan (2008)
2.4.1.1.5 Services
Saat ini Saung Angklung Udjo baru akan mulai menerapkan program after sales services. Hal ini didasari dengan dimulainya penggunaan logo Saung Angklung Udjo dengan menggunakan laser pada setiap angklung yang diproduksi. Hal ini
untuk
memudahkan
pengidentifikasian
angklung
produksi
Saung
Angklung Udjo pada saat melakukan program after sales services.
89
2.4.1.2 Aktivitas Penunjang
Untuk mendukung aktivitas utama perusahaan, maka dibutuhkan sebuah proses pendukung, antara lain : a. Pengelolaan Keuangan Merupakan sebuah proses pencatatan (akuntansi) yang menghasilkan sebuah laporan keuangan serta proses penerapan strategi pendanaan perusahaan (finance). Saat ini Saung Angklung Udjo belum memiliki proses manajemen resiko yang terpadu. b. Pengelolaan Umum Proses pengelolaan umum seperti: housekeeping, security, driver dan crew. Proses ini berfungsi untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari Saung Angklung Udjo. 2.4.1.2.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Aktivitas penunjang ini merupakan aktivitas perekrutan, pelatihan, dan pengembangan serta aktivitas kompensasi bagi para karyawan Saung Angklung Udjo. Produktivitas karyawan akan sangat menentukan keberhasilan Saung Angklung Udjo dalam mencapai tujuannya. Dengan adanya sumber daya yang kuat dan berkualitas, Saung Angklung Udjo dapat mencapai tujuan stratejiknya.
Saat ini Saung Angklung Udjo masih kesulitan mengimplementasikan strategi yang ingin dicapai ke dalam pekerjaan karyawan. Hal yang telah dilakukan adalah melakukan pelatihan-pelatihan bagi karyawan, melakukan pertemuan rutin untuk membiasakan karyawan dalam berorganisasi dan mengemukakan pendapat.
90
2.4.1.2.2 Infrastruktur
Sebagai perusahaan dalam industri seni budaya dan pariwisata, Saung Angklung Udjo memiliki beragam infrastruktur pendukung dalam membina aktivitas bisnis dalam industri ini. Infrastruktur pendukung tersebut antara lain: 1. Area lahan sanggar seluas 7903 m2 2. Bangunan berupa: a. Guest house seluas 103,14 m2 b. Kantin seluas 17,5 m2 c. Tempat produksi angklung d. Kamar mandi e. Toilet f. Area Kantor 3. Fasilitas komunikasi berupa: a. Hot spot area b. Jaringan telepon 8 line Sumber : Annual Report SAU (2006)
2.4.1.2.3 Product Development
Budaya perusahaan yang dibawa oleh founding father, antara lain budaya kreativitas, sangat mendukung perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kreatif, sehingga perusahaan dapat mengembangkan produk mereka dengan inovasi-inovasi baru. Pengembangan produk ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu : a. Existing Product Pengembangan produk yang telah ada, sehingga menjadi lebih baik dari segi mutu dan kualitas maupun dari segi tampilan produk itu sendiri. 91
Salah satu contoh pengembangan produk yang telah ada adalah angklung warna. Dimana angklung ini diberi warna yang berbeda sehingga memberikan kesan yang meriah. b. New Product Pengembangan
produk-produk
baru
sesuai
dengan
kebutuhan
konsumen. Contohnya dalam bidang seni pertunjukan, produk baru bisa diartikan sebagai sebuah program atau konsep acara yang baru.
Dari analisis rantai nilai perusahaan, dapat diketahui, bahwa kekuatan dan kelemahan perusahaan, antara lain; dari segi budaya perusahaan yang mendorong tumbuhnya kreativitas internal perusahaan, sedangkan dari sisi kerjasama dengan mitra pengrajin, memberikan sebuah daya saing yang unik dibandingkan kompetitor lainnya. Selain itu, kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan juga dapat terlihat, dimana struktur organisasi yang belum ramping, infrastruktur yang belum memadai, dan sumber daya yang belum terkelola dengan optimal.
92
2.4.2 Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menganalisa dan menjelaskan faktor stratejik perusahaan yang berhubungan dengan kekuatan
(strong),
kelemahan
(weakness),
peluang
atau
kesempatan
(opportunity), dan ancaman (threat) yang dimiliki dan dihadapi oleh perusahaan saat ini.
Dengan menggunakan analisis SWOT, perusahaan dapat menentukan strategi untuk fokus terhadap komponen kekuatan, sehingga menjadi perusahaan yang lebih kuat ataupun fokus pada kelemahan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperbaiki kelemahannya dan mampu bersaing dengan perusahaan lain, serta melihat peluang dan ancaman yang akan dihadapi perusahaan dalam melakukan kegiatan bisnisnya. (Wheelen & Hunger, 2008: 137) 2.4.2.1 Kekuatan (Strengths)
a. Budaya perusahaan. Saung Angklung Udjo merupakan family business yang masih kental dengan nilai-nilai yang dibawa oleh pendirinya. Keberlangsungan berjalannya budaya perusahaan diterapkan kepada seluruh stakeholder-nya. Komponen budaya perusahaan utama Saung Angklung Udjo yaitu trust, integrity, professionalism, customer focus, dan excellence. Dalam rangka internalisasi budaya perusahaan tersebut, Saung Angklung Udjo mengadakan program-program seperti sosialisasi dan komunikasi, majalah perusahaan, dan values recognition programbagi para karyawan Saung Angklung Udjo. Selain itu budaya perusahaan yang berlandaskan kekeluargaan juga dapat memberikan nilai tambah bagi kekuatan Saung Angklung Udjo. Nilai-nilai kekeluargaan ini pada dasarnya
membuat
Saung
Angklung
Udjo
tidak
melupakan
pemberdayaan masyarakat sekitar Saung Angklung Udjo untuk maju 93
bersama baik dalam ekonomi maupun dalam kegiatan menciptakan sebuah kampung sunda yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan masyarakat sunda dalam kegiatan sehari-hari sehingga mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke Saung Angklung Udjo. Nilai kekeluargaan ini memberikan masukan positif baik bagi karyawan maupun masyarakat sekitar. Dengan adanya kebersamaan satu sama lain, setiap stakeholder bersama-sama memajukan Saung Angklung Udjo. Budaya perusahaan yang juga diturunkan dari pendiri Udjo adalah budaya kreatif dan inovatif. Pendiri Udjo, Bapak Udjo Ngalagena dari awal telah menyadari akan pentingnya kreativitas dan inovasi. Oleh sebab itu dari sejak didirikannya, Bapak Udjo Ngalagena selalu melibatkan generasi muda di dalam perkembangan Saung Angklung Udjo sebagai symbol kreatifitas dan inovasi. b. High Brand Awareness. Pengaruh ketokohan founding father Saung Angklung Udjo yaitu Bapak Udjo Ngalagena yang dari awalnya berusaha memajukan alat musik angklung baik sebagai seorang guru, budayawan maupun sebagai seorang pengusaha, tidak dapat dilepaskan dari image Saung Angklung Udjo saat ini. Hal ini memberikan sebuah nilai positif bagi Saung Angklung Udjo. Selain itu dapat dikatakan bahwa Saung Angklung Udjo adalah satu-satunya produsen angklung yang pro-aktif dalam menjaga brand-nya melalui promosi ke dalam maupun luar negeri. Hal ini terbukti dengan banyaknya penghargaan yang diterima oleh Saung Angklung Udjo untuk keberhasilannya mengembangkan dan melestarikan budaya Jawa Barat berupa alat musik angklung berikut pertunjukannya. Selain itu Saung Angklung Udjo sendiri memiliki asset berupa tempat yang dapat dikunjungi sebagai sebuah etalase budaya sunda. Sehingga membantu memperkuat brand image Saung Angklung Udjo. Selain itu, bukan hanya dari segi bisnis, Saung Angklung Udjo juga 94
merupakan wadah pendidikan budaya di Jawa Barat. Saung Angklung Udjo dengan tangan terbuka selalu menerima bahkan mendorong kemajuan pendidikan terutama pendidikan budaya sunda, khususnya angklung. Hal ini juga membuat Saung Angklung Udjo selalu dekat dengan lembaga pendidikan, yang juga merupakan segmen pasar Saung Angklung Udjo itu sendiri. c. Saung Angklung Udjo sebagai salah satu icon kebudayaan di Jawa Barat. Keberadaan Saung Angklung Udjo telah dikenal sebagai salah satu wujud representatif wisata budaya di Jawa Barat. Hubungan kerjasama yang terjalin dengan agen-agen wisata membuat Saung Angklung Udjo banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Jumlah wisatawan yang datang ke Saung Angklung Udjo selalu meningkat tiap tahunnya.
Gambar 2.15 Perbandingan Kedatangan Wisatawan Tahun 2006-2007 Sumber : Annual Report Saung Angklung Udjo (2007)
d. Tidak adanya kompetitor yang signifikan. Jumlah produsen angklung di Jawa Barat tercatat lebih dari 40 pengrajin, namun hanya Saung Angklung Udjo yang melakukan produksi dalam skala besar. Tidak adanya kompetitor dalam skala makro menjadi kekuatan bagi Saung Angklung Udjo untuk mengukuhkan eksistensinya sebagai produsen angklung
95
terbesar di Indonesia. Hal ini membuat Saung Angklung Udjo untuk saat ini dapat dikatakan sebagai market leader dalam industri angklung saat ini.
e. Kerjasama dengan kompetitor mikro (pengrajin angklung). Sesuai dengan misi perusahaan untuk bergotong royong demi kesejahteraan seluruh warga, maka Saung Angklung Udjo melakukan kerja sama dengan para pengrajin angklung lainnya untuk menjadi supplier produk angklung bagi Saung Angklung Udjo. Dalam hal ini, strategi yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo adalah mengakusisi para pesaing potensial mereka, sehingga kedua belah pihak saling diuntungkan. Saung Angklung Udjo diuntungkan dari sisi ketersediaan produk angklung, sedangkan para pengrajin diuntungkan dari sisi jumlah pemesanan angklung yang cukup banyak dari Saung Angklung Udjo. f. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemerintah. Sebagai salah satu icon budaya nasional, Saung Angklung Ujo memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah. Hal ini tercermin dari banyaknya kegiatan atau program
pemerintah,
khususnya
program
kebudayaan
dan
pengembangan ekonomi masyarakat yang melibatkan Saung Angklung Udjo.
g. Kekuatan Tawar Pembeli yang Rendah. Saat ini dengan karakterisrik konsumen Saung Angklung Udjo yang didominasi oleh kelompok functional need, dimana konsumen hanya membeli produk berdasarkan fungsi produk tersebut, maka Saung Angklung Udjo diuntungkan dengan rendahnya pengetahuan konsumen akan kualitas produk angklung. Selain itu, jumlah pemesanan angklung (demand) saat ini lebih tinggi daripada supply yang ada.
96
h. Kekuatan Tawar Pemasok yang Rendah. Saat ini dengan jumlah pemesanan bahan baku bamboo yang sebagian besar masih dikuasai oleh Saung Angklung Udjo, maka kekuatan tawar masih dipegang oleh Saung Angklung Udjo. Sehingga Angklung Udjo dapat memberikan penawaran harga yang cukup stabil, yaitu tidak terlalu murah maupun tidak terlalu mahal. Sehingga masih di rata-rata harga pasar. i. Peningkatan Pendapatan Usaha Setiap Tahunnya. Setiap tahunnya penjualan angklung maupun produk lainnya mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dengan kenaikan pendapatan usaha dari tahun 2006 ke 2007 sebesar 75%.
2.4.2.2 Kelemahan (Weaknesses) a. Pengaruh family business yang masih kental. Pengaruh family business dalam sistem manajemen Saung Angklung Udjo terkadang menjadi hambatan dalam mengembangkan perusahaan. Hal ini diakibatkan komposisi campur tangan keluarga yang terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan masih cukup dominan. Saung Angklung Udjo harus mulai menetapkan aturan yang jelas mengenai batasan pengaruh yang dapat dimiliki oleh masing-masing stakeholder-nya. Selain itu dapat dilihat dari struktur organisasi Saung Angklung Udjo dimana masih terlihat proses pendelegasian power yang masih belum luwes. Saat ini president director langsung membawahi operational director. Sehingga terlihat bahwa pendelegasian power masih kepada satu orang yang dipercaya oleh keluarga. b. Infrastruktur yang belum memadai. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang ke Saung Angklung Udjo, maka infrastruktur yang ada saat ini menjadi tidak memadai untuk menampung wisatawan 97
yang jumlahnya selalu meningkat tiap tahunnya. Hal ini terlihat dari akses jalan menuju Saung Angklung Udjo yang sempit, dan juga dari segi lahan parkir. Alternatif yang dapat ditempuh oleh Saung Angklung Udjo adalah dengan cara membeli lahan milik warga sekitar atau dengan sistem sewa. c. Sumber daya yang belum optimal terkelola. Perubahan dan perbaikan yang beberapa tahun belakangan ini dilakukan oleh SAU mengakibatkan banyaknya sumber daya yang terbengkalai dan belum terkelola secara optimal. Dari sisi sumber daya manusia, Saung Angklung Udjo belum menetapkan secara jelas struktur organisasi berikut pembagian kerja untuk para karyawannya. Dan dari sisi produksi, SAU belum dapat mengimplementasikan standardisasi dan pengawasan kualitas produk yang sesuai untuk produk yang diterima dari mitra binaan atau yang dipasarkan oleh Saung Angklung Udjo kepada konsumen. d. Struktur Organisasi yang belum ramping (un-lean structure). Akibat pendelegasian kekuasaan yang masih kaku, berakibat pada struktur organisasi yang panjang. Oleh sebab itu pengembilan keputusan maupun alur proses pelaporan memiliki rantai yang cukup panjang. e. Modal Kerja yang Rendah. Dari sisi kekuatan tawar terhadap pemasok bambu, Saung Angklung Udjo memiliki kekuatan tawar yang tinggi. Namun dari segi modal kerja, Saung Angklung Udjo masih rendah. Hal ini diperlukan oleh Saung Angklung Udjo untuk memenuhi permintaan pasar angklung yang saat ini belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh Sang Angklung Udjo. Dengan sistem family business yang masih kental, Saung Angklung Udjo kesulitan dalam menambah modal kerja. Hal ini dikarenakan banyak dari anggota keluarga yang masih belum mau menggunakan dana dari luar (pinjaman). Anggota keluarga saat ini masih ingin mengandalkan dana internal perusahaan dalam mengembangkan Saung Angklung Udjo. Hal ini tentu saja sangat menghambat proses
98
kemajuan atau pertumbuhan Saung Angklung Udjo dalam menangkap potensi pasar yang ada. f. Sumber Daya Manusia dalam Pengembangan Kesenian Pertunjukan masih rendah. Untuk mengembangkan kesenian pertunjukan di Saung Angklung
Udjo
masih
mengalami
sedikit
perlambatan.
Hal
ini
dikarenakan belum terorganisirnya kegiatan product development dalam hal pertunjukan. Saat ini inovasi dalam pertunjukan belum memberikan produk pertunjukan yang inovatif dan lebih beragam lagi. Saat ini masih menggunakan pertunjukan yang biasa dilakukan sebelumnya. g. Teknologi Pengawetan Bambu yang Masih Rendah. Saat ini isu mengenai proses pengawetan bambu yang dapat menambah value added bagi produk angklung adalah isu yang sangat krusial. Berbeda dengan kayu, bambu memiliki karakteristik yang sangat mudah berubah. Oleh sebab itu, penerapan teknik pengawetan bambu yang baik serta tidak mengurangi
kualitas
suara
bambu
sangatlah
penting
untuk
pengembangan angklung Saung Angklung Udjo. h. Kebutuhan akan sumber daya manusia di bagian Quality Control Angklung. Dengan adanya sistem kerjasama dengan mitra binaan, maka Saung Angklung Udjo haruslah memiliki bagian quality control yang berkualitas dan juga memiliki jumlah yang memadai, seiring dengan bertambahnya mitra binaan Saung Angklung Udjo. Program pelatihan pembentukan sumber daya “qc” ini sedikit mengalami hambatan dikarenakan dibutuhkan keahlian serta bakat khusus dalam menilai kualitas angklung yang baik. i. Kapasitas sumber daya mitra yang belum terukur. Dengan jumlah mitra sebanyak 12 mitra, Saung Angklung Udjo belum memetakan secara rinci besarnya kapasitas masing-masing mitra dalam kegiatan produksi angklung. Saat ini dengan semakin banyaknya pemesanan angklung yang datang ke Saung Angklung Udjo, mitra binaan kurang memperhatikan 99
kualitas angklung. Sistem yang diterapkan oleh mitra binaan adalah by target, jadi mitra binaan berusaha memenuhi target sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas angklung. Belum terstandarisasinya kualitas angklung pada setiap mitra akhirnya mempengaruhi pemetaan kapasitas
mitra
sebenarnya.
Saung
Angklung
Udjo
telah
mulai
mensosialisasikan sistem kompensasi yang berbeda pada setiap kualitas angklung yang dikirim oleh mitra binaan, walaupun hal tersebut belum diterapkan sepenuhnya.
2.4.2.3 Peluang (Opportunities) a. Luasnya peluang pasar domestik maupun Luar Negeri. Pemasaran angklung oleh Saung Angklung Udjo banyak terkonsentrasi pada daerah Jawa Barat dan beberapa daerah mancanegara. Bila Saung Angklung Udjo dapat memfokuskan promosi dan awareness terhadap angklung di daerah dalam negeri lainnya selain Jawa Barat, maka peluang Saung Angklung Udjo untuk memperluas pasar domestiknya akan sangat terbuka lebar. Saat ini peluang pasar dalam negri lebih banyak untuk pengembangan pasar untuk sekolah-sekolah. Saat ini peluang pengembangan permintaan dari daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI, Banten dan Jambi sudah mulai meningkat. Sedangkam pasar untuk unit bisnis pertunjukan juga masih luas, terbukti dengan jumlah pengunjung wisatawan yang terus meningkat. b. Inovasi produk angklung yang masih rendah. Saat ini angklung masih diproduksi dalam bentuk dasar angklung itu sendiri. Dengan semakin maju dan modernnya jaman, Saung Angklung Udjo dapat menggunakan kesempatan untuk mengembangkan inovasi atas produk angklung dan meluncurkannya ke pasaran. Kesempatan ini dapat meningkatkan brand awareness masyarakat terhadap Saung Angklung Udjo dan menciptakan image sebagai product leader untuk alat musik angklung. Inovasi yang 100
mungkin dapat dilakukan oleh Saung Angklung Udjo adalah memasuki industri musik dalam hal pengembangan RBT (ring back tone/nada sambung handphone) ataupun inovasi lainnya. c. Pengembangan
standarisasi
angklung.
Seperti
telah
dijelaskan
sebelumnya, alat musik angklung pada umumnya belum memiliki standarisasi yang formal mengenai kelayakan baik buruknya suatu produk. Bila Saung Angklung Udjo mulai fokus pada pengembangan standarisasi angklung tersebut selain Saung Angklung Udjo dapat meningkatkan kualitas produknya, Saung Angklung Udjo juga dapat semakin memperkuat brand image-nya sebagai produsen angklung terdepan. Contohnya penggunaan mesin dalam proses pembuatan angklung. Sehingga dapat dilakukan proses standarisasi produk. Saat ini Saung Angklung Udjo sedang meneliti penggunaan laser sebagai alat pembuatan angklung. Sehingga dengan penggunaan teknologi seperti ini, diharapkan dapat tercapainya standarisasi produk angklung di masa depan. d. Minimnya pengetahuan konsumen tentang angklung. Sebagai alat musik tradisional, angklung belum banyak dikenal oleh masyarakat. Kesempatan ini dapat digunakan oleh Saung Angklung Udjo untuk mempromosikan
dan
mengajarkan
kepada
masyarakat
mengenai
angklung. Dengan dilakukannya proses pembelajaran konsumen (edukasi pasar) mengenai kualitas angklung, maka hal ini dapat memperbesar market share Saung Angklung Udjo, dimana Saung Angklung Udjo saat ini tidak hanya mengedukasi pasar mengenai kualitas angklung, tapi juga mulai memperbaiki kualitas angklung produksi Saung Angklung Udjo. Sehingga pada saat permintaan pasar akan angklung yang berkualitas meningkat, Saung Angklung Udjo telah siap untuk mengisi pasar tersebut. e. Angklung Sebagai Alat Musik Pendidikan. Pengembangan angklung sebagai alat musik pendidikan antara lain adalah dengan penggunaan alat 101
musik angklung di sekolah-sekolah baik sekolah negeri maupun swasta. Selain itu pengembangan angklung sebagai alat musik juga dapat dikembangkan dengan adanya pengembangan alat musik angklung di sekolah-sekolah musik. Baik itu bekerja sama dengan sekolah musik yang ada, ataupun mencoba membuka sekolah musik tradisional. Sehingga akan membuka minat dan ketertarikan masyarakat untuk mempelajari alat musik angklung f. Media Diplomasi Kebudayaan. Selain angklung, pertunjukan kesenian Jawa Barat yang sering dilakukan oleh Saung Angklung Udjo juga dapat dijadikan sebagai media diplomasi kebudayaan. Dari sisi angklung, saat ini penggunaan angklung di setiap KBRI membuat angklung lebih kokoh sebagai alat diplomasi kebudayaan. Pertukaran ataupun kerjasama pertunjukan yang sering diadakan di mancanegara juga dapat menjadi peluang bagi Saung Angklung Udjo dalam memperluas pangsa pasarnya. g. Angklung Sebagai Healing Device. Selain alat musik angklung, seni pertunjukan kesenian tradisional, khususnya kesenian tradisonal sunda juga dapat dijadikan sebagai healing device. Hal ini akan terbukanya pasar baru (new market) bagi Saung Angklung Udjo dalam memasarkan produknya. h. Tahun Indonesia Kreatif 2009. Dengan dicanangkannya tahun Indonesia kreatif 2009 membuka sebuah peluang yang cukup baik bagi Saung Angklung Udjo. Hal ini memberikan gambaran akan dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri kreatif di Indonesia. i. Kesadaran Pemerintah akan Intelectual Property Bangsa. Saat ini dengan maraknya Malaysia mengakui kebudayaan bangsa Indonesia sebagai kebudayaan mereka, membuat semakin meningkatnya kesadaran bangsa Indonesia
terutama
pemerintah
untuk
melestarikan
kebudayaan
Indonesia. Hal ini tentu saja akan sangat membantu Saung Angklung Udjo
102
dalam meningkatkan kesadaran penggunaan alat musik angklung di masyarakat. j.
Banyaknya sumber daya bambu maupun sumber daya manusia dalam proses penciptaan produk maupun pertunjukan. Saat ini Saung Angklung Udjo bekerjasama dengan mahasiswa Biologi ITB yang sedang melakukan penelitian mengenai jenis angklung lain yang dapat digunakan dalam proses pembuatan angklung. Sampai saat ini telah ditemukan 10 spesies lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan angklung. Sedangkan untuk penciptaan kreaifitas pertunjukan, Saung Angklung Udjo diuntungkan dengan banyaknya budayawan maupun insan seni yang ada di daerah Jawa Barat.
2.4.2.3 Ancaman (Threats) a. Hak paten angklung direbut oleh negara lain. Isu hak paten angklung dapat menjadi ancaman bagi keberlangsungan Saung Angklung Udjo. Bila angklung sampai dipatenkan oleh negara lain, maka popularitas angklung di Indonesia tentunya akan sangat merosot. Karena itu Saung Angklung Udjo perlu memaksimalkan usahanya untuk mendukung pemerintah memperoleh paten atas keaslian angklung sebagai alat musik tradisional Indonesia. Salah satu yang dilakukan oleh Malaysia yaitu klaim atas angklung mereka yang diberi nama Bamboo Malay. b. Ancaman
Produk
Substitusi.
Ancaman
produk
substitusi
dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, (a) produk substitusi alat musik tradisional lainnya, seperti gamelan, talempong dan lain-lain, (b) produk substitusi alat musik modern, seperti gitar, organ, dan lain-lain. Dengan semakin majunya teknologi di industri musik membuat adanya kecenderungan masyarakat untuk meninggalkan alat musik tradisional. Alat musik modern dianggap lebih praktis dan memberikan kemudahan dalam berkreasi. Hal ini harus dapat segera diantisipasi oleh Saung 103
Angklung Udjo, khususnya dalam hal product development angklung dan pertunjukan. c. Kompetitor dengan inovasi dan mass production. Saat ini Saung Angklung Udjo merupakan satu-satunya produsen angklung dalam skala smakro. Salah satu ancaman yang mungkin terjadi yaitu munculnya kompetitor yang melakukan produksi angklung masal dan dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini dikarenakan capital yang dibutuhkan untuk memasuki bisnis ini tidaklah terlalu besar. d. Kurangnya
tenaga
pengajar
angklung.
Salah
satu
cara
untuk
mensosialisasikan angklung sebagai alat musik pendidikan adalah dengan cara menyediakan tenaga pengajar angklung. Pada instansi pendidikan, tenaga pengajar ini bisa dikategorikan sebagai guru kesenian sekolah. Dengan semakin berkurangnya tenaga pengajar yang menguasai alat musik angklung, maka kesempatan angklung digunakan sebagai alat musik pendidikan akan semakin berkurang.
104