BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1 Pendahuluan Pada pembahasan bab ini akan menguraikan mengenai pelaksanaan dari penelitian ini, yaitu dimulai pengumpulan data, baik dari pakar maupun koresponden, kemudian melakukan analisa data. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner dengan item-item pertanyaan diperoleh dari variabel-variabel penelitian yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan studi literatur, yang berkaitan dengan pengendalian change order terhadap kinerja waktu konstruksi proyek, khususnya proyek bangunan bertingkat tinggi. Pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner terdiri dari tahap I dari pakar dan tahap II dari koresponden. Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas, setelah itu dilakukan analisa data dengan analisa statistik. 4.2
Pengumpulan Data
4.2.1 Pengumpulan Data Tahap I Pada pengumpulan data tahap I ini dilakukan dengan penyebaran dan/atau wawancara terhadap 5 orang pakar untuk melakukan verifikasi, klarifikasi dan validasi dari variabel-variabel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan studi literatur. Variabel-variabel penelitian yang berjumlah 55 variabel ini telah diuraikan sebelumnya pada pembahasan Bab 3 Tabel 3.2. Sedangkan kriteria-kriteria untuk pakar, terdiri dari:
Jumlah minimal pakar lima orang.
Bila berasal dari kalangan akademisi yang terkait, dengan pendidikan minimal S2 dalam bidang manajemen proyek/konstruksi atau berasal dari kalangan praktisi konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi, dengan pengalaman minimal 10 tahun.
83
Universitas Indonesia
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
84
Bila berasal dari pihak kontraktor, dengan pengalaman minimal 10 tahun, yang merupakan direktur utama, direktur operasional atau manajer proyek pada konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi.
Berdasarkan
kriteria-kriteria
tersebut
diatas,
diperoleh
pakar
yang
berpengalaman dalam konstruksi proyek bangunan bangunan bertingkat tinggi, terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Profil Koresponden Pakar Pakar Pakar 1
Latar Belakang Pendidikan S3
Latar Belakang Konstruksi Proyek Akademis & Praktisi
Pengalaman Konstruksi Proyek 22 tahun
Pakar 2
S2
Akademis & Praktisi
26 tahun
Pakar 3
S2
Akademis & Praktisi
20 tahun
Pakar 4
S1
Praktisi
32 tahun
Pakar 5
S1
Praktisi
12 tahun
Data yang diperoleh merupakan pernyataan setuju atau tidak terhadap variabel-variabel pengendalian change order terhadap kinerja waktu proyek pada konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi, berikut komentar dan masukan terhadap variabel tersebut. Bentuk format dari kuesioner yang disebarkan ke para pakar ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil yang diperoleh dari proses pengumpulan data tahap I ini akan digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan kuesioner tahap II. Data yang diperoleh diuraikan dalam tabulasi data pada Tabel 4.3 dibawah ini. Variabel penelitan yang akan digunakan dalam tahap selanjutnya diperoleh 51 variabel dari 55 variabel yang diajukan, dimana terdapat 6 variabel tidak disetujui oleh pakar dan penambahan 2 variabel sebagai masukan dari pakar.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
85
Tabel 4.2 Hasil Pengumpulan Data Tahap I oleh Pakar X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
P1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
P4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1
P5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
2 5 2 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 3 5 5 5 5 2 1 2 2 4 4
Hasil Tidak Ya Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya
X 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
P1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P2 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
P4 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0
P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 3 3 4 4 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 3
Hasil Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Keterangan : 1 = setuju , 0 = tidak setuju
Penambahan 2 variabel sebagai masukan pakar, yakni : X +1 : Adanya konsistensi tim proyek dalam menanggapi perubahan. X+2 : Adanya batas waktu pengajuan proposal change order untuk tim proyek sebelum pemutusan ada atau tidaknya change order. 4.2.2 Pengumpulan Data Tahap II Variabel-variabel penelitian yang telah diverifikasi, klarifikasi dan validasi oleh pakar tersebut diatas diperoleh 51 variabel, dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
86
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
87
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
88
Variabel-variabel penelitian diatas diajukan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan kuesioner untuk koresponden sebagai sampel, yang dipilih dengan simple random sampling, dimana suatu metode pengambilan sampel secara acak dan telah memenuhi kriteria penelitian, sehingga mempunyai kesempatan sama menjadi sampel. Kriteria-kriteria untuk koresponden ini adalah sebagai berikut:
Praktisi di perusahaan kontraktor yang berpengalaman minimal 5 tahun di konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi.
Dapat merupakan pihak di luar kontraktor yang terkait dengan proses pelaksanaan konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi tersebut, misalnya pemilik proyek, manajer konstruksi atau konsultan perencana dan pengawas. Sedangkan untuk format dari kuesioner penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 2. Kuesioner untuk koresponden ini disebarkan sebanyak 70 kuesioner ke pihak-pihak yang terlibat dalam konstruksi proyek bangunan bertingkat tinggi, yakni kontraktor (project manager, site engineer, cost control, dll), pemilik proyek (project manager), konsultan pengawas (construction manager), dan konsultan perencana (engineer). Pengembalian kuesioner penelitian ini berjumlah 43 kuesioner, dimana terdapat 2 kuesioner yang tidak dapat digunakan sebagai sampel, yakni karena :
Ketidak lengkapan dalam menjawab pertanyaan kuesioner pada data kinerja waktu konstruksi proyek.
Data proyek konstruksi tidak memenuhi persyaratan proyek konstruksi bangunan bertingkat tinggi. Dimana data proyek merupakan jenis proyek bangunan pusat perbelanjaan dengan jumlah 5 lantai, tetapi memiliki kriteria bangunan bertingkat tinggi dengan adanya sistem transportasi dalam bangunan, sistem keselamatan dan evakuasi dari kebakaran dan sistem keamanan bangunan.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
89
Jadi data hasil kuesioner koresponden yang akan dijadikan sampel dalam analisa data berjumlah 41 kuesioner, dengan tingkat pengembalian kuesioner yang digunakan terhadap kuesioner yang disebarkan sebesar 58 %. Data koresponden dan data proyek dari hasil pengumpulan kuesioner yang berjumlah 41 sampel berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir, pengalaman bekerja, status perusahaan dalam proyek, jenis proyek bangunan dan jenis kontrak dari konstruksi proyek tersebut, dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini. Berikut data dari koresponden :
Pendidikan Terakhir D3 S1, 68.3%
S1 S2 S2, 29.3% D3, 2.4%
Gambar 4.1. Grafik Latar Belakang Pendidikan Terakhir Koresponden
Pengalaman Bekerja 5-10 tahun
5-10 tahun, 80.5%
11-15 tahun 16-20 tahun > 20 tahun 11-15 tahun, 4.9% 16-20 tahun, 2.4% > 20 tahun, 12.2%
Gambar 4.2. Grafik Pengalaman Bekerja Koresponden
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
90
Status Perusahaan
Subkontraktor, 0.0% Kontraktor Utama, 53.7%
Konsultan Pengawas, 31.7%
Owner Kontraktor Utama
Konsultan Perencana, 9.8%
Owner, 4.9%
Subkontraktor Konsultan Pengawas
Konsultan Perencana
Gambar 4.3. Grafik Status Perusahaan Koresponden dalam Konstruksi Proyek
Berikut data dari proyek konstruksi koresponden : Data
proyek
berdasarkan
jenis
konstruksi
proyek
bangunan,
dikelompokkan menjadi residential/apartemen, perkantoran, retail/perdagangan/pusat perbelanjaan, hotel, mix-used dan fasilitas umum (rumah sakit, perpustakaan dan gedung kampus).
Jenis Bangunan Bertingkat Tinggi Residential/Apartemen, 22.0%
Perkantoran, 39.0%
Residential/Apartemen
Perkantoran
Pusat Perbelanjaan/Perdaganan
Hotel
Fasilitas Umum, 12.2% M ix-Used, 9.8%
Hotel, 9.8%
Pusat Perbelanjaan/Perdaganan, 7.3%
Mix-Used
Fasilitas Umum
Gambar 4.4. Grafik Jenis Bangunan Bertingkat Tinggi
Sedangkan data proyek berdasarkan jenis kontrak konstruksi proyek dikelompokkan menjadi kontrak fixed lump-sum dan kontrak unit price.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
91
Jenis Kontrak Proyek Fixed Lump Sum Price, 87.8% Fixed Lump Sum Price Unit Price Unit Price, 12.2%
Gambar 4.5. Grafik Jenis Kontrak Konstruksi Proyek
Untuk data kinerja waktu konstruksi proyek yang mengalami keterlambatan penyelesaian konstruksi salah satunya sebagai akibat adanya change order/perubahan pekerjaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Hasil data berupa presentase kinerja waktu konstruksi dimulainya terjadi keterlambatan waktu dari keseluruhan waktu penyelesain keseluruhan konstruksi proyek, dikelompokkan berdasarkan jenis proyek bangunan bertingkat tinggi. Tabel 4.4 Presentase Dimulainya Terjadi Keterlambatan Waktu Karena Change Order terhadap Waktu Keseluruhan Konstruksi Proyek Jenis Bangunan Residential/Apartemen Perkantoran Pusat Perbelanjaan/Perdaganan Hotel Mix-Used Fasilitas Umum
Presentase Dimulainya Terjadi Keterlambatan <10%
10%-25%
25%-50%
> 50%
4.9% -
22.0% 4.9% -
31.7% 7.3% 9.8% 12.2%
2.4% 4.9% -
Untuk hasil data kuesioner dari pengumpulan data tahap II dilakukan tabulasi data, dari frekuensi pengendalian dan pengelolaan change order dan pengaruh pengendalian dan pengelolaan change order tersebut terhadap kinerja waktu konstruksi proyek, kemudian nilai kinerja waktu konstruksi
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
92
proyek keseluruhan sebagai variabel terikat (Y). Hasil tabulasi data dapat dilihat pada Lampiran 3. 4.3
Uji Reliabilitas dan Validitas Sebelum melakukan analisa data, perlu terlebih dahulu melakukan uji reliabilitas dan validitas pada alat pengukur data yang digunakan, yakni untuk variabel-variabel bebas pada kuesioner koresponden. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui variabel yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner dikatakan reliabel apabila jawaban terhadap pertanyaan tersebut bersifat konsisten. Uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan menghitung koefisien alpha dengan pengukuran penyebaran sekali saja (one shot). Hasil skor diukur korelasinya antar skor jawaban pada itemitem pertanyaan yang sama dengan bantuan program SPSS, dengan fasilitas Cronbach Alpha. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu variabel penelitian dalam kuesioner koresponden. Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan membandingkan nilai r hitung (dilihat dari nilai Corrected item-Total Correlation) dari masingmasing variabel dengan nilai r tabel. Data sampel yang digunakan adalah 41 (N=41) dan taraf signifikansi yang digunakan sebesar 5%, maka dengan melihat tabel Nilai r Product Moment diperoleh nilai r = 0,308. Hasil uji reliabilitas dan validitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Uji Validitas Case Processing Summary N Cases
a
Valid Excluded(a) Total
% 41 0 41
100 0 100
Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
93
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Tahap I Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items 0,949 51
Output yang diperoleh dari tabel ini adalah data koresponden yang berjumlah 41 sampel (N=41) dapat digunakan sebagai data untuk analisa data dan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,949. Berdasarkan nilai Cronbach’s Alpha dibandingkan nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted dan nilai Corrected Item-Total Correlation untuk masing-masing variabel, dengan kriteria sebagai berikut :
Nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≤ nilai Cronbach’s Alpha, maka data reliabel.
Nilai Corrected Item-Total Correlation ≥ r tabel, maka data valid. Hasil tabel uji reliabilitas dan validitas tahap I untuk jumlah 41 sampel
dan 51 variabel dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada data tabel diperoleh variabel X11 memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≥ nilai Cronbach’s Alpha, maka data tidak reliabel dan variabel X11 dikeluarkan dan kemudian dilakukan uji reliabilitas dan validitas tahap II. Output yang diperoleh dari uji reliabilitas dan validitas tahap II dengan 41 sampel dan 50 variabel, memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,950 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan hasil tabel uji reliabilitas dan validitas tahap II dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Tahap II Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,950
N of Items 50
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
94
Berdasarkan hasil tabel, semua variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≤ nilai Cronbach’s Alpha dan terdapat variabel yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation ≤ r tabel (0,308) , yakni variabel X3, X4 dan X49, maka data tidak valid dan variabel X3, X4, X29 dikeluarkan dan kemudian dilakukan uji reliabilitas dan validitas tahap III. Output yang diperoleh dari uji reliabilitas dan validitas tahap III dengan 41 sampel dan 47 variabel, memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,951 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan hasil tabel uji reliabilitas dan validitas tahap III dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Tahap III Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,951
N of Items 47
Berdasarkan hasil tabel, terdapat variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted ≥ nilai Cronbach’s Alpha, yakni X21, X50, X51, maka data tidak reliabel dan variabel X21, X50, X51 dikeluarkan, yang kemudian akan dilakukan uji reliabilitas dan validitas tahap IV. Untuk uji validitas, semua variabel memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation ≥ r tabel, maka data valid. Output yang diperoleh dari uji reliabilitas dan validitas tahap IV dengan 41 sampel dan 44 variabel, memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,953 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan hasil tabel uji reliabilitas dan validitas tahap IV dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Tahap IV Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,953
N of Items 44
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
95
Berdasarkan hasil tabel, semua variabel memiliki nilai Cronbach’s Alpha if Item Deleted
≤ nilai Cronbach’s Alpha, maka data reliabel dan nilai
Corrected Item-Total Correlation ≥ r tabel (0,308), maka data valid. Berikut tabel data keseluruhan variabel yang dikeluarkan, karena tidak reliabel dan atau tidak valid :
Tabel 4.10 Hasil Variabel yang Dikeluarkan dalam Uji Reliabilitas dan Validitas Data
4.4
No
Var
Keterangan Variabel
1
X3
2
X4
3
X11
Tim proyek memahami konsekuensi dari perubahan. Pihak kontraktor mengetahui format/prosedur dari pemohonan proposal change order. Menghindari terjadinya penumpukan proposal change order.
4
X21
Mendokumentasi pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan tersebut.
5
X49
6
X50
Membuat laporan atas permintaan dari owner/engineer/konsultan. Membuat laporan mengenai alasan-alasan adanya change order.
7
X51
Membuat laporan atas permintaan dari kontraktor.
Analisa Data Setelah data kuesioner koresponden yang dikumpulkan dan diuji reliabilitas dan validitas telah reliabel dan valid, maka dapat dilakukan analisa data. Analisa data yang akan digunakan dengan analisa data statistik parametrik dengan bantuan program SPSS. Untuk jumlah data terdiri 41 sampel (N) koresponden dan variabel penelitian 44 variabel bebas (X) dan 1 variabel terikat (Y).
4.4.1 Uji Normalitas Data Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel tersebut mempunyai distribusi data yang normal atau tidak. Pengujian dilakukan terhadap 44 variabel penelitian dengan jumlah 41 sampel, dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov. Suatu
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
96
data memiliki distribusi normal jika nilai sig. (α) lebih besar dari taraf signifikansi yang telah ditentukan. Pada uji normalitas data ini menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Output yang diperoleh dari uji normalitas data dapat dilihat pada Lampiran 5, dimana sebagian besar data variabel memiliki α > 0,05, maka Ho diterima dan data berasal dari populasi berdistribusi normal. Sedangkan variabel yang memiliki α < 0,05 tidak berdistribusi normal, antara lain X8, X17, X26, X27, X28, X31 dan X43. Berikut tabel variabel yang tidak berdistribusi normal : Tabel 4.11 Hasil Variabel yang Tidak Berdistribusi Normal dalam Uji Normalitas Data No
Var
Keterangan Variabel
1
X8
2
X17
3
X26
Persiapan pembuatan RFP atau RKS yang baik oleh owner atau konsultan/engineer. Kontraktor menghindari perintah pelaksanaan perubahan yang tidak jelas pada permohonan dokumen kontrak. Kontraktor mempersiapkan pihak-pihak inisiator untuk perubahan tersebut.
4
X27
Kontraktor mempersiapkan permohonan/proposal perubahan.
5
X28
6
X31
7
X43
Isi permohonan perubahan meliputi judul perubahan. Isi permohonan perubahan meliputi daftar dokumen & departemen yg terkait perubahan. Engineer/konsultan menpersiapkan change order form & change order justification.
4.4.2 Analisa Korelasi Analisa korelasi bertujuan untuk mencari kekuatan, signifikansi dan arah hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Analisa statistik parametrik dengan data berdistribusi normal, menggunakan analisa korelasi dengan Product Moment Pearson. Output analisa korelasi berupa nilai koefisien korelasi (r) yang signifikan antara kedua variabel. Nilai signifikan diperoleh dengan mencari hubungan variabel yang paling signifikan (*) terhadap variabel Y, dengan nilai sig (*) yang paling kecil. Kemudian menetapkan taraf signifikansi (α)
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
97
5%, dimana α < 0,05 menunjukkan adanya korelasi atau hubungan linier yang signifikan antara variabel-variabel. Tabel hasil analisa korelasi pearson dengan 41 sampel 37 variabel X dan 1 variabel Y, dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil yang diperoleh untuk nilai koefisien korelasi yang signifikan adalah nilai 0,311. Berdasarkan nilai tersebut, maka variabel yang termasuk memiliki nilai dan hubungan signifikan dengan variabel terikat (Y), adalah variabel bebas X6, X13, X14, X16, X18, X29, X32, X33, X40, X42 dan X47. Berikut nilai koefisien korelasi (r) dari variabel-variabel tersebut. Tabel 4.12 Hasil Nilai Koefisien Korelasi dengan Analisa Korelasi Product Moment Pearson Keterangan Variabel
No
Var
1
X6
2
X13
3
X14
4
X16
5
X18
6
X29
7
X32
8
X33
9
X40
10
X42
Informasi change order didistribusikan/ dikomunikasi-kan ke pihak yang terkait pada perubahan. Pengeluaran persetujuan permohonan perubahan oleh owner/konsultan tepat waktu. Owner menginstruksi pelaksanaan change order dengan jelas, dilengkapi dgn dokumen gambar & spesifikasi. Tidak adanya pelaksanan perubahan tanpa persetujuan change order terlebih dahulu, baik dari owner maupun konsultan. Pembayaran perubahan dilaksanakan dengan tepat waktu. Isi permohonan perubahan meliputi identifikasi perubahan terjadi beserta alasannya. Isi permohonan perubahan meliputi persetujuan perubahan dari Project Manager. Isi permohonan perubahan meliputi rencana instruksi waktu pelaksanaan perubahan. Administrator kontrak mendiskusikan dan menegosiasikan proposal change order dari kontraktor. Owner mempersiapkan change order.
11
X47
Pengawasan pelaksanaan perubahan.
Koefisien Korelasi (r)
Signikansi (2 tailed)
0.313*
0.046
0.323*
0.039
0.313*
0.046
0.321*
0.041
0.467**
0.012
0.354*
0.023
0.314*
0.046
0.364*
0.019
0.311*
0.048
0.319*
0.042
0.406**
0.018
4.4.3 Analisa Regresi Linier Berganda Analisa regresi bertujuan untuk menjelaskan akibat-akibat dan besarnya akibat yang ditimbulkan oleh satu atau lebih variabel bebas
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
98
(prediktor) terhadap satu variabel terikat (kriterium). Karena variabel bebas yang digunakan lebih dari satu, maka regresi yang dilakukan adalah regresi linier berganda (Sudarmanto, 2005). Analisa regresi linier berganda ini diproses dengan bantuan program SPSS, untuk mengetahui nilai variabel terikat (Y) dari nilai variabel-variabel bebas (X), dengan jumlah 41 sampel. Berikut hasil analisa regresi linier tahap awal.
Tabel 4.13 Hasil Analisa Regresi Tahap Awal Variables Entered/Removed(a)
Model 1
Variables Entered X18
Variables Removed .
Method Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
a Dependent Variable: Y1
Model Summary(b)
Model 1
R .467a
R Square .218
Adjusted R Square .198
Std. Error of the Estimate 1.16954
a. Predictors: (Constant), X18 b. Dependent Variable: Y1
Coefficients (a)
Model 1
(Constant) X18
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.498 .645 .568 .173
Standardized Coefficients Beta .467
a. Dependent Variable: Y1
Dalam analisa regresi ini menggunakan metode analisa stepwise, yakni analisa akan dilakukan dengan cara menambah dan mengeluarkan variabelvariabel secara tunggal sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
99
Hasil yang diperoleh dari output tabel diatas, antara lain :
Nilai koefisien korelasi (R) 0,467
Nilai koefisien determinasi (koefisien R Square) 0,218, sedangkan nilai Adjusted R Square 0,198.
Persamaan garis regresi awal dan nilai koefisien regresi dari variabel 18 dapat diperlihatkan pada tabel Coefficients kolom Unstandardized Coefficients-B. Hasil analisa regresi linier berganda adalah mencari nilai koefisien R
Square (R2) yang paling tinggi (maksimum) dengan nilai condition index ≤ 16 pada hasil collinearity diagnostics dan tidak adanya sample yang bersifat outlier. Untuk itu dilakukan kembali analisa regresi linier berganda secara bertahap, sehingga diperoleh hasil analisa regresi akhir yang dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini. Tabel 4.14 Hasil Analisa Regresi Tahap Akhir
Model Summary(b)
Model 1 2 3
R .731a .840b .888c
R Square .534 .706 .788
Adjusted R Square .519 .686 .767
Std. Error of the Estimate .88575 .71522 .61692
a. Predictors: (Constant), X18 b. Predictors: (Constant), X18, X47 c. Predictors: (Constant), X18, X47, X24 d. Dependent Variable: Y1
Coefficients (a)
Model 1 2
3
(Constant) X18 (Constant) X18 X47 (Constant) X18 X47 X24
Unstandardized Coefficients B Std. Error .291 .567 .873 .147 -.899 .539 .692 .126 .508 .121 -1.886 .550 .703 .109 .441 .107 .342 .102
Standardized Coefficients Beta
.731 .579 .441 .589 .383 .293
a. Dependent Variable: Y1
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
100
Hasil yang diperoleh dari output tabel diatas, antara lain :
Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,888.
Nilai koefisien determinasi (koefisien R Square) 0,788, sedangkan nilai Adjusted R Square 0,767. Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan nilai koefisien R2 hitung sebesar 0,788, yang menunjukkan pada efektivitas garis regresi yang diperoleh dalam menjelaskan variasi/keragaman pada variabel terikat. Untuk regresi dengan variabel lebih dari dua digunakan nilai Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi. Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,767. Untuk itu dapat disimpulkan, bahwa kemampuan dari variabel bebas X18, X24 dan X47 untuk menjelaskan variasi pada variabel terikat adalah sebesar 76,7%, selebihnya 23,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh.
Persamaan garis regresi akhir : Y = -1.886 + 0.703X18 + 0.342X24 + 0.441X47
(4.1)
dimana : Y
= Kinerja waktu konstruksi proyek.
X18 = Pembayaran perubahan dilaksanakan tepat waktu. X24 = Melaporkan timbulnya perubahan kepada Project Manager. X47 = Pengawasan pelaksanaan perubahan.
Nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel X18, X24 dan X47, yang diperlihatkan pada tabel Coefficients kolom Unstandardized Coefficients-B.
Nilai Condition Index dilihat dari output tabel collinearity diagnostics pada Lampiran adalah sebesar 11,715 ≤ 16 dan tidak ditemukan kembali sampel yang outlier pada output Charts dalam Lampiran 7.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
101
Berdasarkan persamaan garis regresi dan nilai koefisien regresi yang telah diperoleh, maka model regresi dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Harga koefisien konstanta = -1,886. Hal ini berarti, apabila nilai dari X18, X24 dan X47 di objek penelitian sama dengan nol, maka tingkat atau besarnya variabel Y akan sebesar 188,6 persen. 2. Harga koefisien β1 = 0,703, berarti apabila nilai X18 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 70,3 persen. 3. Harga koefisien β2 = 0,342, berarti apabila nilai X24 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 34,2 persen. 4. Harga koefisien β5 = 0,441, berarti apabila nilai X47 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 44,1 persen. 4.4.3 Uji Model Analisa Regresi Linier Berganda Adapun model regresi yang telah didapatkan tersebut dapat diuji dengan instrumen pengujian, antara lain : a. Uji Model Coefficient of Determination (R2-test) Hasil yang diperoleh dari uji determinasi dapat dilihat pada output tabel Model Summary dibawah ini. 2
Tabel 4.15 Hasil Uji Model R Model Summary(b)
Model 1 2 3
R .731a .840b .888c
R Square .534 .706 .788
Adjusted R Square .519 .686 .767
Std. Error of the Estimate .88575 .71522 .61692
a. Predictors: (Constant), X18 b. Predictors: (Constant), X18, X47 c. Predictors: (Constant), X18, X47, X24 d. Dependent Variable: Y1
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
102
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain : 1.
Nilai koefisien R2 hitung sebesar 0,888, yang menunjukkan pada efektivitas garis regresi yang diperoleh dalam menjelaskan variasi/keragaman pada variabel terikat.
2. Nilai Adjusted R Square 0,767, adalah nilai R Square yang telah disesuaikan. Dimana nilai Adjusted R Square (0,767) selalu lebih kecil dari R2 hitung (0,788). Untuk regresi dengan variabel lebih dari dua digunakan nilai Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi. Untuk itu dapat disimpulkan, bahwa kemampuan dari variabel bebas X18, X24 dan X47 untuk menjelaskan variasi pada variabel terikat adalah sebesar 76,7%, selebihnya 23,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh. b. Uji Serentak/Bersama (F-test) Hasil yang diperoleh dari uji F dapat dilihat pada output tabel ANOVA dibawah ini.
Tabel 4.16 Hasil Uji Model F ANOVAd Model 1
2
3
Regression Residual Total Regression Residual Total Regression Residual Total
Sum of Squares 27.861 24.321 52.182 36.835 15.346 52.182 41.145 11.037 52.182
df 1 31 32 2 30 32 3 29 32
Mean Square 27.861 .785
F 35.512
Sig. .000a
18.418 .512
36.004
.000b
13.715 .381
36.036
.000c
a. Predictors: (Constant), X18 b. Predictors: (Constant), X18, X47 c. Predictors: (Constant), X18, X47, X24 d. Dependent Variable: Y1
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain :
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
103
1. Nilai koefisien F, Nilai koefisien F (F hitung) adalah sebesar 36,036, yang akan dibandingkan dengan nilai F tabel. F tabel untuk tingkat alpha yang telah ditetapkan, yaitu taraf keyakinan sebesar 5% dan degree freedom untuk df1 = jumlah variabel-1 = 2 dan df2 = n-k-1 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel bebas) = 29, maka nilai F tabel sebesar 3,328. Nilai F hitung (36,036) > F tabel (3,328), maka Ho ditolak dan H1 diterima. 2. Nilai signifikansi F, Nilai signifikasi F adalah sebesar 6,51 x 10-10. Nilai signifikansi F dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah ditetapkan, yaitu taraf keyakinan sebesar 5% (0,05). Nilai signifikansi F < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa secara signifikan dan positif terdapat pengaruh X18, X24 dan X47 terhadap Y. c. Uji Parsial (t-test) Hasil yang diperoleh dari uji t dapat dilihat pada output tabel Coefficients dibawah ini. Tabel 4.17 Hasil Uji Model t
Coefficients(a) Model
a
t
Sig.
1
(Constant) X18
0.513 5.959
0.612 0
2
(Constant) X18 X47
-1.668 5.496 4.189
0.106 0 0
3
(Constant) X18 X47 X24
-3.43 6.473 4.136 3.365
0.002 0 0 0.002
Dependent Variable: Y1
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
104
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain : 1. Pengujian koefisiensi regresi untuk variabel X18, yakni :
Nilai koefisiensi regresi (t hitung) = 6,473, dibandingkan dengan nilai t tabel. Dimana t tabel didapat dengan menggunakan taraf keyakinan 5% dan degree freedom untuk df2 (n-k-1) = 29, adalah sebesar 1,699. Nilai t hitung (6,473) > t tabel (1,699), maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Nilai signifikasi t adalah sebesar 4,393 x 10-7. Nilai signifikansi t dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah ditetapkan, yaitu taraf keyakinan sebesar 5% (0,05). Nilai signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh variabel X18 terhadap variabel Y.
2. Pengujian koefisiensi regresi untuk variabel X24, yakni :
Nilai koefisiensi regresi (t hitung) = 3,365, dibandingkan dengan nilai t tabel. Dimana t tabel didapat dengan menggunakan taraf keyakinan 5% dan degree freedom untuk df2 (n-k-1) = 29, adalah sebesar 1,699. Nilai t hitung (3,365) > t tabel (1,699), maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Nilai signifikasi t adalah sebesar 2,169 x 10-3. Nilai signifikansi t dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah ditetapkan, yaitu taraf keyakinan sebesar 5% (0,05). Nilai signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh variabel X24 terhadap variabel Y.
3. Pengujian koefisiensi regresi untuk variabel X47, yakni :
Nilai koefisiensi regresi (t hitung) = 4,136, dibandingkan dengan nilai t tabel. Dimana t tabel didapat dengan menggunakan taraf keyakinan 5% dan degree freedom untuk df2 (n-k-1) = 29, adalah
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
105
sebesar 1,690. Nilai t hitung (4,136) > t tabel (1,699), maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Nilai signifikasi t adalah sebesar 2,759 x 10-4. Nilai signifikansi t dibandingkan dengan tingkat alpha yang telah ditetapkan, yaitu taraf keyakinan sebesar 5% (0,05). Nilai signifikansi t < 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat pengaruh variabel X47 terhadap variabel Y
d. Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Hasil yang diperoleh dari uji autokorelasi dapat dilihat pada output tabel Model Summary dibawah ini. Tabel 4.18 Hasil Uji Model Autokorelasi Model Summary(d) Model R 1 2 3 a b c d
R Square
Adjusted R Square 0.519 0.686 0.767
.731(a) 0.534 .840(b) 0.706 .888(c) 0.788 Predictors: (Constant), X18 Predictors: (Constant), X18, X47 Predictors: (Constant), X18, X47, X24 Dependent Variable: Y1
Std. Error of the Estimate 0.88575 0.71522 0.61692
DurbinWatson
2.224
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain : 1. Nilai Dubin-Watson (d) adalah sebesar 2,224, dimana nilai tersebut dapat dinyatakan mendekati angka 2 (dua). Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, dilakukan uji Dubin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut :
Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesa nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
106
Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesa nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi.
Jika terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Dalam uji Dubin-Watson digunakan jumlah data (n) sebanyak 33 dan jumlah variabel bebas (k) sebanyak 3, kemudian telah ditentukan taraf signifikansi 0,05, sehingga diperoleh nilai dU sebesar 1,258 dan dL sebesar 1,651 pada tabel Dubin-Watson. Nilai Dubin-Watson (d) adalah sebesar 2,224, terletak diantara dU (1,258) dan 4-dU (41,258 = 2,742), maka Ho diterima dan H1 ditolak. Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya autokorelasi diantara data variabel-variabel. e. Uji Multikolinearitas Hasil yang diperoleh dari uji multikolinearitas dapat dilihat pada output dibawah ini. Tabel 4.19 Hasil Uji Model Multikolinearitas
Model 1 2
3
Unstandardized Coefficients B Std. Error .291 .567 .873 .147 -.899 .539 .692 .126 .508 .121 -1.886 .550 .703 .109 .441 .107 .342 .102
(Constant) X18 (Constant) X18 X47 (Constant) X18 X47 X24
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics Tolerance VIF
.731
1.000
1.000
.579 .441
.882 .882
1.133 1.133
.589 .383 .293
.882 .851 .963
1.134 1.175 1.038
a. Dependent Variable: Y1
Model 1 2
3
Dimension 1 2 1 2 3 1 2 3 4
Eigenvalue 1.962 .038 2.913 .051 .035 3.840 .081 .051 .028
Condition Index 1.000 7.222 1.000 7.529 9.066 1.000 6.877 8.673 11.715
a. Dependent Variable: Y1
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
107
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain : 1 Nilai VIF untuk variabel X18, X24 dan X47 adalah 1,134, 1,038 dan 1,175, dimana masing-masing variabel memiliki nilai kurang dari 10. 2 Nilai condition index adalah sebesar 11,715, kurang dari 16. Jadi dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas diantara data variabel-variabel, sehingga tidak terdapat hubungan antar variabel bebas tersebut, maka Ho diterima dan H1 ditolak. 4.4.4 Analisa Faktor Analisa faktor adalah mengekstraksi sejumlah faktor bersama (common factor) dari gugusan variabel asal X, sehingga banyaknya faktor lebih sedikit dari variabel asal X dan sebagian besar informasi variabel X, tersimpan dalam faktor. Tujuan dari analisa faktor, antara lain mereduksi variabel observable menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit, mempermudah interpretasi hasil analisis, sehingga didapat informasi yang realistik dan sangat berguna dan pemetaan/pengelompokkan objek berdasarkan karateristik faktor tertentu. Hasil yang diperoleh dari analisa faktor dapat dilihat pada output dibawah ini. Tabel 4.20 Hasil Analisa faktor Correlation Matrix X6 Correlati X6 1.000 X13 .501 X14 .531 X16 .355 X18 .555 X29 .425 X32 .293 X33 .426 X40 .476 X42 .325 X47 .542
X13 .501 1.000 .773 .594 .651 .432 .277 .334 .434 .175 .337
X14 .531 .773 1.000 .430 .581 .447 .289 .375 .563 .231 .379
X16 .355 .594 .430 1.000 .470 .390 .365 .488 .400 .182 .397
X18 .555 .651 .581 .470 1.000 .556 .569 .561 .544 .464 .379
X29 .425 .432 .447 .390 .556 1.000 .711 .752 .765 .497 .320
X32 .293 .277 .289 .365 .569 .711 1.000 .766 .581 .367 .295
X33 .426 .334 .375 .488 .561 .752 .766 1.000 .749 .546 .460
X40 .476 .434 .563 .400 .544 .765 .581 .749 1.000 .348 .417
X42 .325 .175 .231 .182 .464 .497 .367 .546 .348 1.000 .340
X47 .542 .337 .379 .397 .379 .320 .295 .460 .417 .340 1.000
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
108
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.805 266.368 55 .000
Total Variance Explained
Component 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 5.699 51.806 51.806 5.699 51.806 51.806 1.440 13.087 64.893 1.440 13.087 64.893 .907 8.249 73.142 .727 6.612 79.754 .643 5.850 85.604 .469 4.267 89.871 .378 3.432 93.303 .255 2.315 95.618 .229 2.085 97.703 .152 1.384 99.087 .100 .913 100.000
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % 3.609 32.806 32.806 3.530 32.087 64.893
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Hasil analisa dari output tabel diatas, antara lain : 1. Analisa faktor adalah bentuk penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar, yakni dari variabel hasil analisa korelasi (X6, X13, X14, X16, X18, X29, X32, X33, X40, X42 dan X47), menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil, berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya. 2. Berdasarkan tabel Kaiser (1974), merekomendasikan bila nilai lebih besar dari 0,500 maka data dapat diterima, bila kurang dari 0,500, maka perlu mengumpulkan data baru yang perlu dipertimbangkan memasukkan variabel lain. Berikut kriteria analisa faktor : Syarat : 0,500 – 0,700
sedang
0,700 – 0,800
baik
0,800 – 0,900
bagus
Nilai Kaiser Adequacy sebesar 0,805 maka data dapat diterima dan bagus.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
109
3. Nilai signifikan sebesar 1,710 x 10-29 dan bernilai kurang dari 0,001 maka analisa faktor sudah tepat. 4. Dari output tabel total variance explained, yang merupakan presentase varian konstrak ukur yang dapat dijelaskan oleh pembagian faktor. Dari kolom initial eigenvalues pada sub kolom cumulative terlihat bahwa pemecahan atau preduksian 11 variabel menjadi 1 faktor dapat menjelaskan 51,806 % varian, sedangkan pembagian 2 faktor menjelaskan 64,893 % varian. Ini berarti ada 2 (dua) faktor yang memiliki nilai eigenvalue lebih besar dari satu, yang teridentifikasi menentukan besarnya kinerja waktu. Kedua faktor tersebut menentukan 64,893 % varian/perbedaan pada kinerja waktu. 4.5
Kesimpulan Pengumpulan data untuk penelitian dilakukan secara bertahap, dimana pengumpulan data tahap I dilakukan verifikasi, klarifikasi dan validasi oleh 5 orang pakar terhadap variabel-variabel penelitian yang telah disusun sebelumnya berdasarkan studi literatur, kemudian pengumpulan data tahap II dikumpulkan dari penyebaran kuesioner ke koresponden sebanyak 41 sampel. Seteleh pengumpulan data, dilakukan uji reliabilitas dan validitas terhadap 41 sampel dan 51 variabel bebas 1 variabel terikat, kemudian dapat dilakukan tahap analisa data. Analisa data untuk penelitian ini menggunakan analisa data statistik parametrik, dengan persyaratan melakukan uji normalitas data dengan 44 variabel bebas, 1 variabel terikat dan 41 sampel. Analisa data statistik menggunakan bantuan program SPSS untuk menganalisa data dengan korelasi product moment pearson dan regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh dari analisa data korelasi adalah terdapat 11 variabel bebas, yakni X6, X13, X14, X16, X18, X29, X32, X33, X40, X42 dan X47, sebagai variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi yang signifikan terhadap
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
110
variabel terikat (Y). Selanjutnya dilakukan analisa statistik data dengan regresi linier berganda, dengan hasil analisa data diperoleh nilai koefisien variabel X18, X24 dan X47 yang menunjukkan pada efektivitas model garis regresi menjelaskan variasi/keragaman pada variabel terikat (Y) sebesar 76,7 %. Model garis regresi yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji model, antara lain uji model R2, uji F, uji t, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Hasil uji model regresi dapat disimpulkan dalam Tabel 4.21 dibawah ini.
Tabel 4.21 Kesimpulan Uji Model Regresi Kriteria Uji Uji R
2
Hasil Nilai 2
Adjusted R = 0,767
Keterangan Tingkat ketetapan model garis regresi sesuai
Uji F
F hit (36,036) > F tab (3,328) -10
Sig F (6,51 x10 ) < 0,05
Terdapat pengaruh secara signifikan dan positif antara variabel X18, X24 dan X47 terhadap variabel Y.
Uji t
X18 : t hit (6,473) > t tab (1,699) -7
Sig t (4,393x10 ) < 0,05 X24 : t hit (3,365) > t tab (1,699)
Terdapat pengaruh antara variabel X18, X42 dan X47 secara signifikan terhadap variabel Y.
-3
Sig t (2,169x10 ) < 0,05 X47 : t hit (4,136) > t tab (1,699) Sig t (2,759x10-4) < 0,05 Uji
dU (1,258) < d (2,224) < 4-dU
Tidak
terjadi
adanya
autokorelasi
Autokorelasi
(2,742)
diantara data variabel-variabel.
Uji Multikoli-
X18 : VIP (1,134) < 10
Tidak ada multikolinearitas antar
neariats
X24 : VIP (1,038) < 10
variabel, berarti tidak terdapat
X47 : VIP (1,175) < 10
hubungan antar variabel bebas.
Condition index (11,715) ≤ 16
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
BAB 5 TEMUAN DAN BAHASAN
5.1 Pendahuluan Pengumpulan dan analisa data telah diuraikan, selanjutnya akan dibahas temuan-temuan yang diperoleh dari tahap pengumpulan dan analisa data pada bab ini. Berdasarkan temuan dan pembahasan akan dilakukan pengujian terhadap hipotesa penelitian yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan studi literatur, sehingga tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya dalam Bab 1 tercapai. 5.2 Temuan dan Bahasan Data yang diperoleh untuk penelitian dilakukan dengan pengumpulan data secara bertahap, yang kemudian dilakukan analisa terhadap data menggunakan analisa statisitik parametrik dengan bantuan program SPSS. Berikut uraian temuan dan pembahasan dari hasil yang diperoleh pada bab sebelumnya. 5.2.1 Pengumpulan Data Pada pengumpulan data tahap I dengan melakukan verifikasi, klarifikasi dan validasi dengan penyebaran dan/atau wawancara terhadap 5 orang pakar diperoleh 51 variabel bebas (X) dengan 1 variabel terikat (Y). Variabel-variabel penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3, yang kemudian akan diajukan dalam bentuk pertanyaan kuesioner terhadap koresponden. Pada pengumpulah data tahap II dilakukan dengan penyebaran kuesioner terhadap koresponden yang telah memenuhi kriteria koresponden. Dari penyebaran kuesioner koresponden diperoleh 41 sampel.
111
Universitas Indonesia
Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
112
5.2.2 Uji Reliabilitas dan Validitas Uji reliabilitas dan validitas data diperlukan sebelum data yang diperoleh dari 41 sampel dilakukan analisa data. Data variabel-variabel yang tidak memenuhi persyaratan uji reliabilitas dan validitas tidak akan digunakan dalam analisa data selanjutnya. Hasil uji reliabilitas dan validitas dapat dilihat pada Lampiran 4, dan diperoleh 7 (tujuh) variabel yang tidak reliabel dan valid, yang dapat dilihat pada Tabel 5.1. Dimana variabelvariabel tersebut tidak reliabel karena tidak adanya konsisten pada jawaban dari pertanyaan dalam kuesioner. Tabel 5.1 Hasil Variabel yang Dikeluarkan dalam Uji Reliabilitas dan Validitas Data No
Var
Keterangan Variabel
1
X3
2
X4
3
X11
Tim proyek memahami konsekuensi dari perubahan. Pihak kontraktor mengetahui format/prosedur dari pemohonan proposal change order. Menghindari terjadinya penumpukan proposal change order.
4
X21
Mendokumentasi pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan tersebut.
5
X49
6
X50
Membuat laporan atas permintaan dari owner/engineer/konsultan. Membuat laporan mengenai alasan-alasan adanya change order.
7
X51
Membuat laporan atas permintaan dari kontraktor.
Berdasarkan output pada tabel diatas dapat diuraikan sebagia berikut :
Tim proyek memahami konsekuensi dari perubahan (X13) dan pihak kontraktor mengetahui format/prosedur dari permohonan change order (X4) untuk memperingatkan semua pihak yang terkait dalam proyek untuk lebih sensitif akan kemungkinan timbulnya perubahan lingkup pekerjaan (Levy, 2006), sehingga dapat memberikan perhatian yang serius dalam me-manage perubahan (Douglas III, 2003), lalu dapat ditentukan langkah-langkah permohonan proposal change order. Dalam permohonan proposal perubahan dibutuhkan prosedur yang tepat, untuk itu pihak kontraktor perlu mengetahui format/prosedur
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
113
proposal change order (Douglas III, 2003). Permohonan penggantian atau pengurangan pekerjaan oleh kontraktor pada pihak pemilik proyek/engineer, meliputi proposal biaya (Construction Change, 2006). Jadi tim proyek perlu memahami konsekuensi dari perubahan untuk membantu dalam menentukan langkah dalam mengelola perubahan sedini mungkin.
Menghindari terjadinya penumpukan proposal change order (X11), perlu dilaksanakan untuk mencapai efektivitas dalam pengawasan dan pengendalian proses change order (Levy, 2006). Jika proposal dibiarkan menumpuk akan menunda proses pengeluaran persetujuan change order dan pelaksanaan perubahan.
Mendokumentasikan pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan (X21) adalah bagian dari bentuk dokumentasi change order (PEER Committee, 2002), tetapi tidak mempengaruhi penundaan pelaksanaan perubahaan.
Membuat laporan atas permintaan dari owner/engineer/konsultan (X49), laporan mengenai alasan-alasan adanya change order (X50) dan laporan atas permintaan dari kontraktor (X51) sebagai bagian tahapan dokumentasi change order (Kentucky Transportasi Cabinet, 2006) yang dilakukan setelah pelaksanaan change order, sehingga tidak mempengaruhi penundaan pelaksanaan perubahan.
5.2.3 Uji Normalitas Data Tujuan dari uji normalitas data adalah mengetahui apakah variabel penelitian tersebut memiliki distribusi data yang normal, sebagai salah satu persyaratan untuk dilakukan analisa statistik data paramterik. Uji normalitas data dilakukan dengan jumlah data, terdiri dari 44 variabel bebas (X) 1 variabel terikat (Y) dan 41 sampel koresponden. Hasil yang diperoleh dari uji ini normalitas data, bahwa sebagian besar data variabel memenuhi persyaratan data berdistribusi normal dengan taraf signifikan 5%. Variabel yang tidak berdistribusi normal diperoleh 7 (tujuh) variabel yang tidak dapat
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
114
dilakukan analisa data statistik parametrik. Hasil variabel penelitian yang tidak berdistribusi normal dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Hasil Variabel yang Tidak Berdistribusi Normal dalam Uji Normalitas Data No
Var
Keterangan Variabel
1
X8
2
X17
3
X26
Persiapan pembuatan RFP atau RKS yang baik oleh owner atau konsultan/engineer. Kontraktor menghindari perintah pelaksanaan perubahan yang tidak jelas pada permohonan dokumen kontrak. Kontraktor mempersiapkan pihak-pihak inisiator untuk perubahan tersebut.
4
X27
Kontraktor mempersiapkan permohonan/proposal perubahan.
5
X28
6
X31
7
X43
Isi permohonan perubahan meliputi judul perubahan. Isi permohonan perubahan meliputi daftar dokumen & departemen yg terkait perubahan. Engineer/konsultan menpersiapkan change order form & change order justification.
Berdasarkan output pada tabel diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Persiapan pembuatan RFP atau RKS yang baik oleh owner atau konsultan/engineer (X8), sehingga dibutuhkan gambar detail dan spesifikasi baik sebelum dan sesudah perubahan (Ullman, 2009). Hal ini tidak mempengaruhi penjadwalan waktu pelaksanaan perubahan.
Kontraktor menghindari perintah pelaksanaan perubahan yang tidak jelas pada permohonan dokumen kontrak (X17), jika terjadi perubahan baru maka dapat dilaksanakan jika change order sudah disetujui pihak pemilik proyek dan pelaksana proyek (O’Leary, 2009). Selain itu tidak adanya perubahan pekerjaan yang diselesaikan tanpa melalui persetujuan change order terlebih dahulu (Construction Change, 2006), sehingga akan berdampak pada penundaan pelaksanaan perubahan.
Kontraktor mempersiapkan pihak-pihak inisiator untuk perubahan (X26) dan mempersiapkan permohonan/proposal perubahan (X27), karena proses manajemen suatu proyek harus dilaksanakan oleh kontraktor, termasuk permohonan change order yang menjelasakan
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
115
dampak perubahan terhadap waktu dan biaya (Harmon & Stephan, 2001). Jadi ketika perubahan terjadi, maka kontraktor harus segera mempersiapkan format proposal change order (Douglas III, 2003). Selain itu pihak engineer/konsultan mempersiapkan change order form dan change order justification (X43), setelah proposal change order dari kontraktor telah diterima oleh pemilik proyek (Construction Change, 2006). Dimana variabel-variabel tersebut diatas merupakan prosedur dalam permohonan change order yang tidak berdampak signifikan terhadap kinerja waktu konstruksi proyek.
Isi permohonan perubahan meliputi judul perubahan (X28), daftar dokumen dan departemen yang terkait perubahan (X31) sebagai prosedur dalam proposal change order yang diajukan oleh pihak pelaksanan kepada pemilik proyek (Goldhaber, Jha & Macebo, 1977), sehingga tidak mempengaruhi penjadwalan waktu pelaksanaan perubahan, melainkan hanya sebagai tambahan informasi untuk mendukung proses pelaksanaan perubahan.
5.2.4 Analisa Data dengan Korelasi dan Regresi Linier Berganda Analisa data statistik dengan korelasi product moment pearson dan regresi linier berganda bertujuan untuk memperoleh korelasi diantara variabel dan seberapa kuat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Data yang digunakan untuk analisa data statistik terdiri dari 37 variabel bebas (X) 1 variabel terikat (Y) dan 41 sampel. Dalam analisa statisitk data dengan korelasi diperoleh 11 (sebelas) variabel bebas yang memiliki nilai koefisien korelasi yang signifikan. Hasil korelasi dapat dilihat pada Tabel 4.12, yang dapat diuraikan sebagai berikut. Pengendalian dan pengelolaan change order dengan :
Informasi change order didistribusikan/dikomunikasikan ke pihak yang terkait pada perubahan.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
116
Pengeluaran persetujuan permohonan perubahan oleh owner/konsultan tepat waktu.
Owner menginstruksi pelaksanaan change order dengan jelas, dilengkapi dengan dokumen gambar dan spesifikasi.
Tidak adanya pelaksanan perubahan tanpa persetujuan change order terlebih dahulu, baik dari owner maupun konsultan.
Pembayaran perubahan dilaksanakan dengan tepat waktu.
Isi permohonan perubahan meliputi identifikasi perubahan terjadi beserta alasannya.
Isi permohonan perubahan meliputi persetujuan perubahan dari Project Manager.
Isi
permohonan
perubahan
meliputi
rencana
instruksi
waktu
pelaksanaan perubahan.
Administrator kontrak mendiskusikan dan menegosiasikan proposal change order dari kontraktor.
Owner mempersiapkan change order.
Pengawasan pelaksanaan perubahan.
Memiliki hubungan kolerasi yang signifikan dan positif dengan kinerja waktu konstruksi proyek. Berdasarkan pembahasan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Informasi change order didistribusikan/dikomunikasikan ke pihak yang terkait pada perubahan (X6) (Chao-hui, Hsieh & Cheng, 2005), karena kurangnya komunikasi menjadi permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan perubahan, karena pihak kontraktor perlu memahami keinginan pemilik proyek (Davies, 2008) dan tidak meninggalkan konsep yang keliru diantara kedua pihak (O’Leary, 2009). Jadi dengan mendistribusikan segala informasi change order ke semua pihak yang terkait akan mempermudah komunikasi selama pelaksanaan perubahan dan pelaksanaan dapat dilakukan tepat waktu dan sesuai prosedur dalam kontrak change order.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
117
Menurut O’Leary (2009) dan Dhabi & Kristiawan (2006), pelaksanaan perubahan dapat dilakukan jika permohonan change order telah disetujui/disepakati, baik dari pemilik proyek maupun pelaksana konstruksi
proyek
(X13).
Dengan
mempercepat
persetujuan
permohonan perubahan dapat meminimalkan dampak change order (Al-Muhammadi & Al-Harthi, n.d.), termasuk dampak perubahan terhadap kinerja waktu proyek.
Owner menginstruksi pelaksanaan change order dengan jelas, dilengkapi dengan dokumen gambar dan spesifikasi (X14), karena setiap perubahan yang rumit seharusnya diidentifikasi dengan jelas sehingga change order dapat ditentukan biaya dampak, disiapkan dan disetujui pihak owner (O’Leary, 2009). Dengan instruksi jelas dan dokumen yang lengkap akan mempermudah pelaksanaan perubahan, sehingga dapat dilakukan dengan tepat pada waktunya.
Dalam Construction Change Order Procedure Guideline (2006) tidak ada pelaksanaan change order tanpa persetujuan jelas change order., baik dari owner maupun konsultan (X16), karena pihak kontraktor sering tidak merasa puas atas perubahan pekerjaan dengan penambahan waktu dan biaya yang ditentukan sesudahnya oleh pihak owner/engineer (O’Leary, 2009). Jika persetujuan tidak dilakukan tepat waktu maka akan mempengaruhi kinerja waktu pelaksanaan perubahan.
Pembayaran perubahan dilaksanakan dengan tepat waktu (X18) menjadi hal penting dalam melakukan efektivitas change order management (McCally, 1997). Tanpa pembayaran akan mempersulit pihak pelaksana dalam melaksanakan perubahan tepat pada waktunya.
Isi permohonan perubahan meliputi identifikasi perubahan terjadi beserta alasannya (X29), persetujuan perubahan dari Project Manager (X32) dan rencana instruksi waktu pelaksanaan perubahan (X33) harus dilampirkan/dimasukkan
dalam
permohonan
perubahan
untuk
mendukung pelaksanaan perubahan (Goldhaber, Jha & Macebo, 1977). Jadi kelengkapan dalam permohonan perubahan menjadi hal yang
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
118
penting untuk melakukan proses change order dan pengeluaran persetujuan untuk pelaksanaan perubahan sedini mungkin.
Administrator kontrak mendiskusikan dan menegosiasikan proposal change order dari kontraktor (X40), perlu dilakukan sebelum persetujuan
perubahan
disepakati
dan
dikeluarkan,
termasuk
pembahasan draft dari change order (Fisk & Reynold, 2006). Mengabaikan proses peninjauan ulang terutama biaya kontrak menjadi permasalahan yang sering terjadi dalam proses change order management (PEER Committe, 2002). Jika tidak adanya kesepakatan dalam memandang perubahan diantara pihak yang terkait perubahan akan menghambat proses pelaksanaan change order.
Owner mempersiapkan change order (X42), yang kemudian dilaksanakan persetujuan proposal change order dengan ditanda tangan, sehingga dapat memerintah untuk pelaksanaan perubahan pekerjaan (Fisk & Reynold, 2006). Jika persetujuan telah dikeluarkan, maka pelaksanaan perubahan dapat dilakukan sedini mungkin.
Pengawasan pelaksanaan perubahan (X47), yakni memastikan apakah pelaksanaan perubahan konstruksi harus sesuai dengan kontrak kedua belah pihak yang telah sepakat mengenai lingkup pekerjaan, biaya dan waktu proyek (Harmon & Stephan, 2001). Dengan melakukan pengawasan, pelaksanaan perubahan dapat dilakukan dengan tepat waktu dan sesuai dengan prosedur dalam kontrak addendum. Untuk analisa statistik data dengan regresi linier berganda, diperoleh
model regresi sebagai berikut. Y = -1.886 + 0.703X18 + 0.342X24 + 0.441X47
(5.1)
dimana : Y
= Kinerja waktu konstruksi proyek.
X18 = Pembayaran perubahan dilaksanakan tepat waktu. X24 = Melaporkan timbulnya perubahan kepada Project Manager. X47 = Pengawasan pelaksanaan perubahan.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
119
Persamaan regresi yang didapat adalah untuk menentukan peramalan akan faktor pengendalian dan pengelolaan yang paling signifikan (efektif dan tepat sasaran) terhadap kinerja waktu konstruksi proyek, bukan untuk peramalan nilai matematis. Berdasarkan persamaan garis regresi dan nilai koefisien regresi yang telah diperoleh, antara pengendalian dan pengelolaan change order dengan kinerja waktu konstruksi proyek memiliki nilai positif atau hubungan yang searah, dimana : 5. Harga koefisien konstanta = -1,886. Hal ini berarti, apabila nilai dari X18, X24 dan X47 di objek penelitian sama dengan nol, maka tingkat atau besarnya variabel Y akan sebesar 188,6 persen. Jadi tidak ada pengaruh dari pengendalian change order diatas maka kinerja waktu proyek akan stabil, baik tidak terjadi keterlambatan maupun percepatan waktu pelaksanaan konstruksi proyek. 6. Harga koefisien β1 = 0,703, berarti apabila nilai X18 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 70,3 persen. Jadi variabel X18 akan memiliki hubungan yang searah, yakni jika variabel X18 mengalami kenaikan maka variabel Y akan meningkat. 7. Harga koefisien β2 = 0,342, berarti apabila nilai X24 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 34,2 persen. Jadi variabel X24 akan memiliki hubungan yang searah, yakni jika variabel X24 mengalami kenaikan maka variabel Y akan meningkat. 8. Harga koefisien β5 = 0,441, berarti apabila nilai X47 mengalami kenaikan sebesar satu poin, sementara variabel X lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat sebesar 44,1 persen. Jadi variabel X47 akan memiliki hubungan yang searah, yakni jika variabel X47 mengalami kenaikan maka variabel Y akan meningkat. Dalam persamaan model regresi ini terdapat satu variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X). Untuk regresi dengan variabel lebih dari dua digunakan nilai Adjusted R Square sebagai koefisien determinasi. Nilai
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
120
Adjusted R Square adalah sebesar 0,767. Untuk itu dapat disimpulkan, bahwa kemampuan dari variabel bebas X18, X24 dan X47 untuk menjelaskan variasi pada variabel terikat adalah sebesar 76,7%, selebihnya 23,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat dijelaskan dalam model regresi yang diperoleh. Adapun model regresi diatas dapat diuji dengan instrumen pengujian, antara lain uji R2, uji F, uji t, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Hasil yang diperoleh dari uji model regresi dapat dilihat pada Tabel 4.18. Dalam persamaan model regresi ini variabel bebas (X) memiliki nilai koefisien regresi positif terhadap variabel terikat (Y), yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai variabel bebas (X) maka akan menaikkan nilai variabel terikat (Y), berarti pengendalian dan pengelolaan change order dengan :
Pembayaran perubahan dilaksanaan tepat waktu pada pelaksanaan perubahan.
Melaporkan timbulnya perubahan pada Project Manager pada tahapan permulaan dan identifikasi perubaha.
Pengawasan pelaksanaan perubahan pada tahap implementasi change order.
Akan meningkatkan kinerja waktu konstruksi proyek. Berikut
pembahasan
dari
masing-masing
pengendalian
dan
pengelolaan change order yang paling berpengaruh signifikan terhadap kinerja waktu konstruksi proyek. a. Pembayaran perubahan dilaksanakan tepat waktu pada tahap pelaksanaan perubahan (X18). Pembayaran perubahan pekerjaan dengan tepat waktu menjadi hal penting dalam melakukan efektifitas change order management. Pihak pemilik proyek seharusnya merencanakan untuk perubahan-
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
121
perubahan sebelum pelaksanaan pekerjaan dilakukan dan menyediakan fasilitas untuk pendanaan perubahan (McCally, 1997). Sebelum memutuskan kesepakatan akhir atas perubahan pada kontrak dan menghindari perselisihan antara pemilik dan pelaksana proyek, harus disertakan untuk periode/jadwal waktu pembayaran pelaksanaan perubahan (Callahan, 2005). Menurut Fisk dan Reynold (2006) pelaksanaan change order berkaitan dengan kelambatan atau penundaan pekerjaan kontraktor, untuk itu perlu adanya biaya tambahan untuk kontraktor seperti biaya untuk menutupi pelaksanaan perubahan oleh kontraktor. Change order berdampak pada lingkup pekerjaan dan pihak kontraktor seharusnya dibayar untuk setiap perubahan pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang konsisten pada siklus pembayaran untuk semua pekerjaan lainnya (McCally, 1997). Proses pembayaran, meliputi biaya tenaga kerja, jasa, peralatan dan material, yang harus ditentukan untuk jadwal tahapan pembayaran kepada kontraktor (Callahan, 2005). Cara pembayaran menurut Soeharto (1995) meliputi kurun waktu tertentu secara periodik, perkiraan jumlah pengeluaran bulan yang akan datang, dan besar kinerja yang telah dicapai, baik dengan metode milestone maupun presentase penyelesaian pekerjaan. Untuk menjaga keseimbangan antara biaya pengawasan dan pembayaran perubahan dengan tepat waktu adalah permasalahan yang sulit, tetapi tidak harus dilaksanakan jika menyebabkan kesukaran bagi pihak kontraktor (McCally, 1997). Jadi pelaksanaan perubahan dapat dilakukan pihak kontraktor dengan tepat waktu, perlu didukung dengan pembayaran perubahan yang dilakukan sesuai termin waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga terhindar dari penundaan pada kinerja waktu konstruksi secara keseluruhan. b. Melaporkan timbulnya perubahan kepada project manager (X24).
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
122
Peran project manager dalam pengendalian perubahan lingkup kerja
menurut
Pangihutan
(1998)
sangat
penting,
karena
mengendalikan semua aspek biaya, jadwal dan aspek kontraktual proyek. Dimana project manager menempatkan ketergantungan yang besar pada field superintendent, yang bertanggung jawab untuk semua kegiatan di lapangan, sehingga kinerja kedua pihak tersebut penting terhadap kesuksesan proyek. Dalam pengendalian perubahan konstruksi, peran project manager bertanggung jawab dalam memimpin, mengawasi dan mengelola proyek (The Office of the City Auditor, 2006), termasuk mempersiapkan change order dan inspeksi pelaksanaan perubahan di lapangan (PEER Committee, 2002). Project manager bertanggung jawab dalam mengevaluasi dampak dari perubahan pekerjaan, termasuk dampak terhadap biaya tambahan dan kinerja waktu pelaksanaan perubahan (Clough, A. Scars & K. Scars, 2000). Pihak-pihak yang terlibat dalam perubahan pekerjaan selain peka terhadap kemungkinan terjadi perubahan lingkup pekerjaan, harus melaporkan sesegera mungkin kepada project manager, sehingga project manager dapat menentukan perlu tidaknya melanjutkan proses pelaksanaan change order (Levy, 2006). Jadi dengan melaporkan timbulnya perubahan kepada project manager sedini mungkin, akan membantu dalam proses negosiasi dan persetujuan change order serta pelaksanaan perubahan tepat pada waktunya. c. Pengawasan pelaksanaan perubahan pada tahap implementasi change order (X47). Pekerjaan change order berpengaruh pada waktu penyelesaian konstruksi proyek pada kontrak atau berdampak pada penjadwalan pekerjaan subkontraktor (Levy, 2006). Untuk itu pada tahap
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
123
pelaksanaan perubahan dilakukan salah satunya dengan langkah mengadakan kegiatan tindak lanjut berupa pengawasan dan laporan khusus untuk menyakinkan bahwa pelaksanaan perubahan dijalankan sebaik-baiknya (Soeharto, 1995). Kemampuan suatu proyek dalam memonitor perkembangan perubahan dengan baik adalah dengan mengembangkan program change order control (Douglas III, 2003). Permasalahan yang sering terjadi pada tahap pelaksanaan perubahan dalam konstruksi proyek menurut Davies (2008), antara lain adalah kegagalan untuk mengikuti tahapan pelaksanaan perubahan konstruksi yang telah disepakati sebelumnya dalam dokumen kontrak change order. Pelaksanaan perubahan di lapangan harus disesuaikan dengan kontrak change order (Hassanein & Nemr, 2008). Pengawasan pelaksaan dapat dilakukan dengan membuat catatan atau laporan dampak pelaksanaan perubahan terhadap penjadwalan, apakah waktu penyelesaian konstruksi proyek mengalami penambahan, pengurangan atau tetap sama sesuai kontrak (Levy, 2006). Untuk menghindari permasalahan dan perselisihan/kesalah pahaman dalam pelaksanaan change order, perlu adanya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan perubahan oleh kontraktor dan pengawasan yang dilakukan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pemilik proyek (O’Brien & Zilly, 1991). Dalam dokumen kontrak change order antara lain melingkupi batas waktu (deadline) untuk pelaksanaan perubahan, sehingga pihak pengawas dapat meninjau ulang proses pelaksanaan sesuai dengan dokumen kontrak perubahan (Sanders, 2004). Menjadwalkan pertemuan setelah pelaksanaan konstruksi dan meninjau ulang kemungkinan adanya kekurangan dalam pelaksanaan change order menjadi bagian dari pengawasan pelaksanaan change order (Levy, 2006). Sedangkan pihak kontraktor juga melakukan pengawasan terhadap rekaman yang berdasarkan dokumen yang berisi perbandingan antara sebelum dan sesudah dampak change order terjadi (Douglas III, 2003).
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
124
Menurut Pangihutan (1998), besar kecilnya pengaruh perubahan terhadap kinerja pelaksanaan perubahan oleh kontraktor tergantung pada kualitas pengendalian kontraktor terhadap perubahan kontrak, termasuk pengendalian terhadap perubahan waktu. Jadi pengawasan pelaksanaan menjadi hal penting, terutama dalam proyek yang berskala besar dan organisasi yang luas (Al-Muhammadi & Al-Harthi, n.d.). Pengawasan terhadap proses pelaksanaan perubahan merupakan salah satu bentuk efektivitas dalam pengendalian change order (McCally, 1997). Jadi dengan pengawasan terhadap pelaksanaan perubahan dapat berjalan sesuai prosedur kontrak dan tepat pada waktunya, sehingga dapat meminimalkan terjadinya penundaan konstruksi proyek. Sedangkan berdasarkan penjelasan dan masukan dari para pakar terhadap pengendalian dan pengelolaan change order yang paling berpangaruh signifikan terhadap kinerja waktu konstruksi proyek, dapat diuraikan sebagai berikut : a. Pembayaran perubahan dilaksanakan tepat waktu pada tahap pelaksanaan perubahan (X18). Keterlambatan pembayaran perubahan menjadi penyebab dari keterlambatan pelaksanaan perubahan, karena pihak kontraktor menghindari pelaksanaan perubahan sebelum persetujuan atau perintah perubahan, jika tetap dilakukan maka pihak kontraktor harus siap menalangi biaya dan ditagihkan kemudian. Jika tidak maka perlu adanya negosiasi kembali atau melakukan klaim biaya yang tentunya akan memerlukan penambahan waktu. Untuk itu perlu kejelasan tanggung jawab kontraktor terhadap pemilik proyek. Perlu adanya perincian yang akurat dan keselurahan terhadap biaya perubahan. Pembayaran perubahan dengan fleksibel
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
125
atau sesuai dengan presentase penyelesaian juga dapat membantu dalam meminimalkan penundaan pelaksanaan perubahan. b. Melaporkan timbulnya perubahan kepada project manager (X24). Pihak project manager sebagai wakil dari pemilik proyek bertanggung jawab menyampaikan informasi adanya perubahan pekerjaan konstruksi yang diajukan oleh pihak kontraktor, baik sedini mungkin disampaikan pemilik proyek atau pihak konsultan/engineer. Informasi tersebut dapat meliputi identifikasi perubahan beserta alasannya. peran project manager juga termasuk memperingatkan pihak yang terkait perubahan untuk lebih sensitif akan kemungkinan terjadinya perubahan, sehingga memahami kontrak perubahan dan konsekuensi perlu dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Untuk perubahan yang cukup besar perlu adanya persetujuan dari owner. Pihak kontraktor juga perlu sedini mungkin untuk memberikan notifikasi kepada owner jika teridentifikasi adanya perubahan. Keputusan untuk persetujuan perubahan dapat dikeluarkan sedini mungkin,
untuk
meminimalkan
penundaan
pada
pelaksanaan
perubahan nantinya. c. Pengawasan pelaksanaan perubahan pada tahap implementasi change order (X47). Pelaksanaan dan pengawasan perubahan harus dilakukan tepat waktu untuk menghindari adanya re-work atau pekerjaan ulang. Untuk itu perlu adanya kesiapan dari pihak kontraktor dalam menghadapi perubahan. Pihak kontraktor melaksanakan perubahan disesuaikan dengan kontrak kedua belah pihak, termasuk biaya tambahan dan waktu pelaksanaan. Pengawasan terhadap keselurahan proses prosedur change order dan pelaksanaan perubahan berpegangan pada dokumen yang berisi perbandingan sebelum dan sesudah change order terjadi, dilengkapi dengan detail gambar dan spesifikasi yang jelas. Instruksi
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
126
pelaksanaan perubahan perlu melakukan konfirmasi ulang terlebih dahulu kepada pihak kontraktor, meninjau ulang, mengoreksi dan menyetujui permohonan perubahan kontrak sebagai bentuk change order. Selanjutnya hasil pelaksanaan pengawasan perubahan perlu disampaikan kepada pihak owner dalam bentuk laporan periodik perubahan yang selalu di-update. 5.3 Pengujian Hipotesa Hasil
analisa
data
statistik
diperoleh
model
regresi
yang
memperlihatkan hubungan kuantitatif antara pengendalian dan pengelolaan change order yang paling berpengaruh terhadap kinerja waktu konstruksi proyek. Untuk menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah, maka pengendalian dan pengelolaan change order yang paling efektif dan tepat sasaran untuk meminimalkan perubahan pekerjaan yang berdampak pada kinerja waktu proyek bangunan bertingkat tinggi, antara lain :
Pembayaran perubahan dilaksanakan tepat pada waktunya pada pelaksanaan perubahan. Berikut uraian dari penyebab dan dampak pengendalian dan pengelolaan change order. Penyebab :
Kurangnya komunikasi antara pemilik proyek dan pelaksana perubahan.
Tanggapan proposal perubahan oleh pemilik proyek atau konsultan perencana sering berlarut-larut.
Kelemahan dalam proses peninjauan ulang biaya kontrak.
Adanya peningkatan waktu dan biaya oleh pemilik proyek.
Dampak :
Siklus/penjadwalan pembayaran pelaksanaan konstruksi.
Kegagalan
kinerja
kontraktor
atau
subkontraktor
dalam
pelaksanaan konstruksi.
Dispute antara pemilik dan pelaksana proyek.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
127
Biaya tambahan, yang meliputi biaya tenaga kerja, jasa, peralatan dan material.
Melaporkan timbulnya perubahan kepada project manager pada tahapan permulaan dan identifikasi perubahan. Berikut uraian dari penyebab dan dampak pengendalian dan pengelolaan change order. Penyebab :
Perubahan pekerjaan disampaikan secara lisan oleh pemilik proyek.
Dampak :
Kegagalan untuk mengikuti proses perubahan konstruksi.
Peningkatan perubahan selama konstruksi proyek berlangsung.
Pengawasan pelaksanaan perubahan pada tahap implementasi change order. Berikut uraian dari penyebab dan dampak pengendalian dan pengelolaan change order . Penyebab :
Ketidak pastian keputusan pelaksanaan perubahan oleh pemilik proyek.
Interpretasi dari engineer yang berbeda.
Terjadi
pelaksanaan
perubahan
oleh
kontraktor
sebelum
persetujuan change order oleh pemilik proyek.
Tidak adanya dokumen perencanaan sebelum dan sesudah change order.
Dokumen addendum kontrak tidak dilengkapi dengan dokumen perencanaan, desain dan spesifikasi untuk pelaksanaan perubahan yang tidak mendetail.
Dampak :
Revisi penjadwalan pelaksanaan perubahan atau keseluruhan pekerjaan konstruksi.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.
128
Pelaksanaan perubahan tidak sesuai dengan dokumen addendum kontrak.
Pada penelitian ini telah dijelaskan sebelumnya bahwa hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut. Dengan menentukan pengendalian dan pengelolaan change order pada konstruksi, dapat meminimalkan keterlambatan waktu penyelesaian proyek bangunan bertingkat tinggi. Berdasarkan persamaan model regresi yang telah diperoleh dan pembahasan masing-masing variabel penelitian, terdapat satu variabel terikat (Y) dan tiga variabel bebas (X) dengan nilai koefisien regresi positif, berarti berhubungan searah. Hal ini menyatakan bahwa semakin tinggi nilai variabel bebas (X), maka akan menaikkan nilai variabel terikat (Y), berarti pengendalian dan pengelolaan change order dengan :
Pembayaran perubahan pada pelaksanaan perubahan dilaksanakan tepat pada waktunya dapat meningkatkan kinerja waktu konstruksi proyek.
Melaporkan timbulnya perubahan kepada project manager pada tahap permulaan dan identifikasi perubahan dapat meningkatkan kinerja waktu konstruksi proyek.
Pengawasan pelaksanaan perubahan pada tahap implementasi change order dapat meningkatkan kinerja waktu konstruksi proyek. Dari pernyataan tersebut diatas, dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara pengendalian dan pengelolaan change order dengan kinerja waktu konstruksi proyek “terbukti”, yaitu Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan meningkatkan kinerja waktu konstruksi proyek atau mereduksi dampak dari change order terhadap termin waktu, sehingga dapat meminimalkan keterlambatan waktu penyelesaian konstruksi proyek, khususnya bangunan bertingkat tinggi.
Universitas Indonesia Pengendalian change..., Wahyuni Nurhadiyati, FT UI, 2010.