BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
4.1 Pengumpulan Dan Pengolahan Data 4.1.1 Beberapa Jenis Produk Lampu Belajar 4.1.1.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan
Gambar 4.1 Produk Lampu Belajar Yang Digunakan
Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik). Lampu belajar hanya menggunakan tenaga listrik. Lampu belajar hanya dapat diletakkan diatas meja. Lampu belajar yang digunakan adalah lampu berwarna putih sebesar 15 – 20 watt. Lampu belajar didesain
93
dengan bentuk simpel (sederhana). Harga lampu belajar berkisar Rp 100,000 – 150,000.
4.1.1.2 Produk Lampu Belajar Yang Ada Di Pasaran
Gambar 4.2 Produk Lampu Belajar Yang Ada Di Pasaran (a)
Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik). Lampu belajar hanya menggunakan tenaga listrik. Lampu belajar hanya dapat diletakkan diatas meja. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Gagang pada lampu belajar fleksibel sehingga tinggi lampu belajar dapat diatur. Lampu tak berkedip saat dinyalakan sehingga melindungi mata dari kelelahan. Lampu belajar yang digunakan adalah lampu HDI dengan colour temperatur 4500K. Lampu belajar yang digunakan adalah lampu berwarna putih sebesar 15 – 40 watt. Lampu belajar
94
didesain dengan bentuk simpel (sederhana). Harga lampu belajar berkisar Rp 200,000 – 400,000.
Gambar 4.3 Produk Lampu Belajar Yang Ada Di Pasaran (b)
Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik). Lampu belajar hanya menggunakan tenaga listrik. Pada lampu belajar terdapat lampu tidur. Lampu belajar hanya dapat diletakkan diatas meja. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Gagang pada lampu belajar fleksibel sehingga tinggi lampu belajar dapat diatur. Lampu tak berkedip saat dinyalakan sehingga melindungi mata dari kelelahan. Lampu belajar yang digunakan adalah
95
lampu HDI dengan colour temperatur 4500K. Lampu belajar yang digunakan adalah lampu berwarna putih sebesar 15 – 20 watt. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik. Harga lampu belajar Rp 200,000 – 300,000.
Gambar 4.4 Produk Lampu Belajar Yang Ada Di Pasaran (c)
Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik). Lampu belajar hanya menggunakan tenaga listrik. Lampu belajar dapat dijepit. Tiang lampu belajar fleksibel sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Lampu belajar didesain dengan bentuk simpel (sederhana). Lampu belajar yang digunakan adalah lampu berwarna putih sebesar 15 – 20 watt. Harga lampu belajar Rp 200,000 – 250,000.
96
4.1.2 Perencanaan Produk Perencanaan produk merupakan proses awal dari pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 15). Output dari proses ini adalah pernyataan misi proyek, yang merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan. Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pertanyaan misi (Ulrich dan Eppinger, 2001: 48).
97
Tabel 4.1 Tabel Pernyataan Misi
Deskripsi Produk
Pernyataan Misi : Lampu Belajar Penerangan disaat belajar
Sasaran Bisnis Kunci
Penjualan produk mencapai 40 % proporsi pasar Produk diluncurkan di awal bulan Juli tahun 2008 Margin error sebesar 7 %
Pasar Utama
Mahasiswa
Pasar Sekunder
Pelajar dan pengguna lampu belajar lainnya Distributor dan agen penjualan eceran
Asumsi-asumsi dan Batasanbatasan
Dibantu dengan sumber tenaga manusia Teknologi baterai yang dapat diisi ulang Mudah dibawa kemana-mana
Pihak yang terkait
Pembeli dan pengguna Pengecer Tenaga penjual Distributor Bagian produksi Operasional Marketing Operasional Manufaktur Departemen Hukum dan legal
Aktivitas manusia yang semakin meningkat dan beragam seringkali membutuhkan intensitas cahaya bersifat konstan dan mudah diatur sesuai kebutuhan, misalnya kegiatan di ruang operasi, aktivitas di panggung pertunjukan, di ruang pamer, window display, dan lain-lain. Misalkan pencahayaan untuk ruang kerja / ruang belajar:
98
-
Pencahayaan umum yang menerangi seluruh ruangan tetap dibutuhkan.
-
Pencahayaan khusus di meja kerja dibutuhkan agar bekerja bisa lebih konsentrasi. Sasaran bisnis kunci produk lampu belajar ini adalah produk diharapkan dapat
memasuki 40% pangsa pasar. Produk akan diluncurkan pada awal bulan Juli tahun 2008, dikarenakan pada bulan tersebut adalah bulan dimana dimulainya tahun ajaran baru. Kesalahan menginterprestasikan kebutuhan pelanggan akan produk lampu belajar ini sebesar 7%. Pasar utama produk lampu belajar ini ditujukan kepada mahasiswa. Dimana mahasiswa membutuhkan lampu belajar pada saat belajar di meja belajar guna untuk menambah konsentrasi. Misalkan, mahasiswa yang tengah sibuk mengerjakan laporan praktek kerja lapangan (PKL) dan menyelesaikan skripsi. Sedangkan pasar sekunder dari lampu belajar adalah pelajar yang menggunakan lampu belajar pada saat belajar di meja belajar guna untuk menambah konsentrasi. Dan juga, pelanggan yang membutuhkan lampu belajar untuk keperluan lain, seperti merancang peralatan elektronika, dan lain-lain. Pasar sekunder dari produk lampu belajar ini juga termasuk distributor dan agen penjualan eceran. Hal ini dikarenakan tanpa mereka, lampu belajar tidak akan sampai kepada pelanggan. Asumsi-asumsi dan batasan-batasan dari produk lampu belajar ini, yaitu lampu belajar yang mudah untuk dipindahtempatkan, lampu belajar yang menggunakan teknologi listrik maupun baterai yang dapat diisi ulang, serta dalam mengoperasikan lampu belajar tersebut dibutuhkan tenaga manusia.
99
Pihak-pihak yang terkait, seperti pembeli dan pengguna, pengecer, tenaga penjual, distributor, bagian produksi, operasional marketing, operasional manufaktur, dan departemen hukum dan legal. Pembeli dan pengguna, yang dimana mereka merupakan peran yang terpenting sebagai stakeholder produk ini, yang dimana pembeli dan pengguna merupakan sasaran utama dan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan produk yang kami rancang, karena sebagian besar produk ditujukan bagi konsumen. Pengecer dan tenaga penjual yang menjual kembali produk yang diluncurkan ke berbagai tempat. Distributor yang merupakan sarana transpotasi untuk memasarkan produk lampu belajar. Bagian produksi yang memproduksi lampu belajar, tanpa mereka maka produk ini tidak akan ada. Operasional marketing yang memasarkan produk lampu belajar ini ke pangsa pasar yang dituju. Operasional manufaktur, dimana produk lampu belajar ini juga tergantung kepada bagaimana strategi dan perencanaan untuk penjualan produk, bila tidak terdapat strategi yang bagus maka produk juga tidak akan berhasil. Dan departemen hukum dan legal yang merupakan salah satu pihak yang terkait.
4.1.3 Pengumpulan Data Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan pelanggan, yaitu memahami kebutuhan pelanggan dan mengkomunikasikannya secara efektif kepada tim pengembang (Ulrich dan Eppinger, 2001: 18). Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar hierarki, dengan bobot kepentingan untuk tiap kebutuhan.
100
Pengumpulan data yang dilakukan pada tahap identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan dengan teknik wawancara yaitu dengan mendatangi langsung para responden yang merupakan mahasiswa dan menggunakan lampu belajar. Dengan asumsi bahwa mereka lebih tahu kelebihan dan kekurangan dari lampu belajar yang telah mereka gunakan selama ini dan mereka terkadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pengumpulan data dengan wawancara bertujuan untuk mendapatkan ekspresi yang jujur tentang kebutuhan, interaksi dengan pelanggan bersifat verbal, pewawancara menanyakan beberapa pertanyaan dan pelanggan memberikan respon. Suatu tuntutan wawancara akan berguna untuk menstrukturkan dialog tersebut. Wawancara dilakukan secara acak terhadap 10 responden. Wawancara hanya dilakukan terhadap 10 responden saja dikarenakan wawancara ini hanya merupakan pre-test dari kuisioner selanjutnya. Dimana tidak ada patokan yang pasti tentang jumlah responden pada pre-test yang diadakan untuk menyempurnakan kuisioner tersebut (Singarimbun dan Effendi, 2006: 184).
101
Tabel 4.2 Tabel Pernyataan Pelanggan (pre-test) Responden: Pewawancara: Like No: Alamat: Tanggal: Telepon: Sekarang menggunakan: Apakah bersedia di follow-up: ya/ tidak Jenis penggunaan: Responden yang terhormat, Saya mahasiswa Universitas Bina Nusantara Teknik Industri yang sedang menyusun skripsi. Mohon bantuannya untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Atas bantuan Anda saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Beri tanda (X) untuk menjawab pilihan berganda ! 1. Apakah Anda sedang atau pernah menggunakan lampu belajar? Ya / Tidak 2. Dalam hal apa sajakah Anda menggunakan lampu belajar ........................................ 3. Bagaimanakah jenis penggunaan dari lampu belajar Anda? A. Hanya diletakan di atas meja B. Dapat di jepit C. Lain-lain .......................... 4. Bagaimana penggunaan tombol on/off pada lampu belajar Anda? A. Tombol Touch / Hanya disentuh B. Tombol on/off biasa C. Lain-lain ..................................... 5. Sumber tenaga yang digunakan pada lampu belajar Anda? A. Listrik B. Baterai biasa C. Baterai charger 6. Apakah cahaya dari lampu belajar Anda dapat diatur? Ya / Tidak 7. Apakah cahaya lampu dari lampu belajar dapat diarahkan? Ya / Tidak 8. Apakah lampu belajar Anda mempunyai fungsi / kegunaan lainnya ? Ya / Tidak (Jika ya, sebutkan :.....................................................................................................) 9. Jawab pertanyaan pada kolom berikut berdasarkan pengalaman Anda selama menggunakan lampu belajar. Pertanyaan Pernyataan Pelanggan Interprestasi Kebutuhan Hal-hal yang disukai terhadap lampu belajar sekarang Hal-hal yang tidak disukai terhadap lampu belajar sekarang Usulan perbaikan maupun tambahan fungsi pada lampu belajar Terima kasih atas bantuannya dalam pengisian kuisioner ini.
102
Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Wawancara Pernyataan Pelanggan (pre-test) 1. Lampu belajar biasanya digunakan pada waktu membaca buku, mengisi TTS, menggambar, tidur, belajar, mengerjakan tugas, menulis. 2. Lampu belajar yang digunakan adalah lampu belajar yang hanya diletakkan di atas meja. Tombol on/ off yang digunakan adalah tombol on / off biasa atau geser. Sumber tenaga yang digunakan adalah listrik. 3. Cahaya dari lampu belajar dapat diatur 3 responden menjawab “ya”, dan sisanya menjawab “tidak”. Cahaya dari lampu belajar dapat diarahkan 9 responden menjawab menjawab “ya”, dan sisanya menjawab “tidak”. Lampu belajar mempunyai fungsi/ kegunaan lain dijawab oleh 2 reponden, yaitu sebagai radio atau sebagai lampu tidur. 4. Hal-hal yang disukai terhadap lampu belajar sekarang: Lebih konsentrasi, lebih fokus, lebih terang seperti: dapat memberi detail pada gambar, bentuk yang unik, tidak berbahaya untuk anak-anak, arah dari lampu dapat disesuaikan, dapat diatur ketinggiannya. 5. Hal-hal yang tidak disukai terhadap lampu belajar sekarang: Tidak nyaman dimata untuk pemakaian yang lama, bentuk yang susah diatur sesuai kebutuhan, terkadang terlalu terang, silau, mata cepat lelah, bentuk memakan tempat, terang dari lampu tidak dapat diatur, mahal. 6. Usulan perbaikan maupun tambahan fungsi pada lampu belajar: Lampu dapat diatur intensitasnya (terang), lampu dapat menerangi lebih luas, lampu hemat energi, lampu multifungsi, desain simpel, modern, unik dan menarik, lampu dapat digunakan walau mati lampu, ukuran tidak memakan ada timer, ada penjepit, ada penyimpanan alat tulis, kualitas cahaya, fleksibel.
4.1.4 Menginterpretasikan Data Mentah Menjadi Kebutuhan Pelanggan Kebutuhan pelanggan dari hasil wawancara (pre-test) diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Proses penterjemahan hasil wawancara (pretest) akan menimbulkan berbagai kebutuhan yang berbeda.
103
Tabel 4.4 Tabel Interpretasi Kebutuhan Pelanggan No. A 1 2 3 4 5 B 6 7 8 9 10 C 11 12 13 14 15 16 D 17 18 19 20 21 22
Pernyataan Kebutuhan Performance : kesesuaian fungsi atau karakteristik dari lampu belajar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat menggambar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat membaca buku (misal: novel, komik) Lampu belajar dapat memberikan konsentrasi dalam belajar Penggunaan lampu belajar dibutuhkan dalam belajar Feature : ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap Lampu belajar dapat digunakan pada saat listrik padam Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu tidur Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu senter Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai tempat penyimpanan alat tulis Adanya timer pada lampu belajar Reliability : kehandalan lampu belajar Lampu belajar mudah dalam penggunaannya Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja Lampu belajar dapat dijepit Cahaya pada lampu belajar dapat diarahkan Cahaya pada lampu belajar dapat diatur Cahaya pada lampu belajar dapat difokuskan Conformance : kesesuasian produk dengan syarat seperti ukuran dan karakteristik dari lampu belajar Lampu belajar mudah untuk dipindah-tempatkan (beban ringan) Ketinggian lampu belajar dapat diatur Tombol pada lampu belajar mudah digunakan (ditekan) Ukuran lampu belajar yang tidak memakan tempat Lampu belajar aman terutama bagi anak-anak Harga lampu belajar terjangkau
104
E 23 24 F 25 26
Durability : lamanya umur lampu belajar Bahan-bahan yang rusak mudah untuk diganti (misal: lampu) Mudah dalam hal perbaikan Aesthetic : keindahan / daya tarik lampu belajar Warna lampu belajar yang beraneka ragam Desain lampu belajar yang menarik
4.1.5 Menetapkan Kepentingan Relatif Setiap Kebutuhan Proses indentifikasi kebutuhan pelanggan adalah menetapkan tingkat kepentingan relatif kebutuhan (Ulrich dan Eppinger, 2001: 56). Menentukan bobot kepentingan setiap kebutuhan dengan berdasarkan nilai kepentingan yang diperoleh dari survei lanjutan terhadap pelanggan, yaitu survei pelanggan. Survei pelanggan dilakukan dengan menyebarkan kuisioner yang berisi ke-26 variabel di atas, dan memberikan kolom bobot kepentingan dengan skala 1 sampai dengan 5 untuk diisi oleh setiap responden dengan cara memberikan check list pada kolom yang disediakan. Survei pelanggan ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: 1. Penentuan jumlah sampel. Dengan asumsi-asumsi di bawah ini, akan dilakukan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan rumus untuk mencari nilai n atau jumlah responden yang besarnya juga sama dengan kuisioner yang akan diedarkan. -
Proporsi pasar (p) = 40 %, jumlah ini dianggap cukup untuk bisa memasuki 40% dari pasar pengguna lampu belajar.
-
Tingkat kepercayaan = 95% karena tingkat kepercayaan pada level ini dianggap tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil.
105
-
Dari tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai Z = 1,96 dari tabel Z.
-
Margin of error (e) = 7 %, nilai error yang diijinkan hanya 7% sehingga data yang didapatkan nantinya tidak menyimpang terlalu jauh dari nilai tengah rataratanya.
Dengan asumsi dan nilai-nilai di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel untuk survei pelanggan dengan rumus: n
2 p 1 p e2
n
1,96 2 0,4 1 0,6 0,07 2
n 188,16 ≈ 190 Didapatkan bahwa jumlah responden untuk menentukan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan adalah dengan 190 responden.
2. Melakukan survei Survei dilakukan dengan menyebar 190 kuisioner kepada 190 responden yang seluruhnya merupakan pengguna lampu belajar dengan hal yang ditanyakan adalah ke-26 variabel kebutuhan tersebut. Contoh kuisioner untuk survei pelanggan ini adalah:
106
Tabel 4.5 Tabel Kuisioner Survei Bobot Kepentingan Kebutuhan Pelanggan Nama Responden: Pewawancara: Like No: Alamat: Tanggal: Telepon: Sekarang menggunakan: Bersedia di follow-up: ya / tidak Jenis penggunaan: Petunjuk: 1. Saya mahasiswa dari Universitas Bina Nusantara memohon bantuan dan kesediaan Anda untuk menjawab pertanyaan yang ada, apabila Anda sebagai pengguna lampu belajar. 2. Berikan tanda (√) pada kolom yang Anda pilih, sesuai dengan pengalaman (kesan) dari harapan Anda atas pemakaian lampu belajar. Keterangan: SS = Sangat Setuju SP = Sangat Penting S = Setuju P = Penting CS = Cukup Setuju CP = Cukup Penting KS = Kurang Setuju KP = Kurang Penting TS = Tidak Setuju TP = Tidak Penting Pengalaman No. A 1
2
3
4 5 B
Pernyataan
SS
S
CS KS TS SP
Harapan P
CP KP TP
Performance : kesesuaian fungsi atau karakteristik dari lampu belajar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat menggambar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat membaca buku (misal: novel, komik) Lampu belajar dapat memberikan/ menambah konsentrasi dalam belajar Penggunaan lampu belajar dibutuhkan dalam belajar Feature : ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap
107
Pengalaman No.
6. 7 8
9 10 C 11 12 13 14
Pernyataan
16
Cahaya pada lampu belajar dapat difokuskan
18 19
CS KS TS SP
P
CP KP TP
Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja Lampu belajar dapat dijepit Cahaya pada lampu belajar dapat diarahkan Cahaya pada lampu belajar dapat diatur
17
S
Lampu belajar dapat digunakan pada saat listrik padam Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu tidur Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu senter Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai tempat penyimpanan alat tulis Adanya timer pada lampu belajar Reliability : kehandalan lampu belajar Lampu belajar mudah dalam penggunaannya
15
D
SS
Harapan
Conformance : kesesuasian produk dengan syarat seperti ukuran dan karakteristik dari lampu belajar Lampu belajar mudah untuk dipindah-tempatkan (beban ringan) Ketinggian lampu belajar dapat diatur Tombol pada lampu belajar mudah digunakan (ditekan)
108
Pengalaman No.
Pernyataan
20
Ukuran lampu belajar yang tidak memakan tempat
21
Lampu belajar aman terutama bagi anak-anak
22
Harga lampu belajar terjangkau
E 23 24
SS
S
CS KS TS SP
Harapan P
CP KP TP
Durability : lamanya umur lampu belajar Bahan-bahan yang rusak mudah untuk diganti (misal: lampu) Mudah dalam hal perbaikan
F
Aesthetic : keindahan / daya tarik lampu belajar Warna lampu belajar yang 25 beraneka ragam Desain lampu belajar yang 26 menarik Saran dan tanggapan Anda 1. Menurut pendapat Anda, dari 26 pertanyaan pada kolom diatas poin yang terpenting adalah nomor : (tuliskan sesuai urutan menurut Anda)
2. Komentar dan saran Anda untuk lampu belajar yang ada pada saat ini.
Terima kasih atas kesediaan Anda mengisi daftar pertanyaan ini.
109
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Kuisioner Survei Bobot Kepentingan Kebutuhan Pelanggan Pada Kotak Saran Dan Tanggapan 1. Menurut pendapat Anda, dari 26 pertanyaan pada kolom diatas poin yang terpenting adalah nomor : (tuliskan sesuai urutan menurut Anda) 1-6-14-11-2-15-17-22-4-20-26-3-18-24-16-23-5-12-21-13-19-10-25-7-9-8 2. Komentar dan saran Anda untuk lampu belajar yang ada pada saat ini. Lampu dapat diatur intensitasnya (terang), lampu dapat menerangi lebih luas, lampu hemat energi, lampu multifungsi, desain simpel, modern, unik dan menarik, lampu dapat digunakan walau mati lampu, ukuran tidak memakan tempat, ada timer, ada penjepit, ada penyimpanan alat tulis, pengatur ketinggian, awet, mudah perawatan, mudah penggunaan, kualitas cahaya, ergonomis, lampu subsitusi, fleksibel, dapat ditempel di dinding, plastik tidak meleleh, konslet (arus putus) dengan pemberian sekering (fuse).
3. Pengolahan dan pengujian data Setelah dilakukan survei maka data dapat diinput ke dalam tabel untuk dihitung jumlah rata-rata bobot yang diberikan untuk setiap variabel. Hasil perhitungan ratarata bobot untuk ke-26 variabel disimpulkan dalam tabel di bawah ini:
110
Tabel 4.7 Tabel Kebutuhan Pelanggan Disertai Bobot Derajat Kepentingan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pernyataan Kebutuhan Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat menggambar Lampu belajar dapat memberikan penerangan saat membaca buku (misal: novel, komik) Lampu belajar dapat memberikan konsentrasi dalam belajar Penggunaan lampu belajar dibutuhkan dalam belajar Lampu belajar dapat digunakan pada saat listrik padam Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu tidur Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu senter Lampu belajar dapat juga digunakan sebagai tempat penyimpanan alat tulis Adanya timer pada lampu belajar Lampu belajar mudah dalam penggunaannya Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja Lampu belajar dapat dijepit Cahaya pada lampu belajar dapat diarahkan Cahaya pada lampu belajar dapat diatur Cahaya pada lampu belajar dapat difokuskan Lampu belajar mudah untuk dipindah-tempatkan (beban ringan) Ketinggian lampu belajar dapat diatur Tombol pada lampu belajar mudah digunakan (ditekan) Ukuran lampu belajar yang tidak memakan tempat Lampu belajar aman terutama bagi anak-anak Harga lampu belajar terjangkau Bahan-bahan yang rusak mudah untuk diganti (misal: lampu) Mudah dalam hal perbaikan Warna lampu belajar yang beraneka ragam Desain lampu belajar yang menarik
Bobot Kepentingan 5 5 4 4 4 4 3 3 2 3 5 5 3 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 3 4
111
Hasil di atas perlu diuji terlebih dahulu validitas datanya dengan menggunakan uji signifikansi antara satu variabel dengan total bobot keseluruhan variabel, yaitu analisis butir (Arikunto, 1996: 165). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji yang dilakukan yaitu uji korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut: rXY
N X
N XY X Y 2
X
N Y Y 2
2
2
Pengujian dilakukan per variabel dengan memasukkan variabel-variabel tersebut ke dalam SPSS. Hasil perhitungan koefisien korelasi (r) untuk tiap variabel:
112
Tabel 4.8 Hasil Analisis Butir Pengalaman No.
Koefisien Korelasi
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0.477 0.372 0.379 0.422 0.332 0.393 0.371 0.364 0.435 0.380 0.534 0.402 0.510 0.556 0.590 0.623 0.512 0.591 0.468 0.456 0.562 0.595 0.541 0.583 0.434 0.471
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
113
Tabel 4.9 Hasil Analisis Butir Harapan No.
Koefisien Korelasi
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0.571 0.479 0.461 0.428 0.355 0.405 0.583 0.432 0.518 0.495 0.571 0.435 0.511 0.540 0.524 0.561 0.475 0.626 0.586 0.559 0.471 0.532 0.498 0.397 0.466 0.535
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Karena nilai r untuk tiap variabel berada pada interval 0.3< r < 1, maka data yang didapatkan dianggap valid untuk semua variabel. Dan dapat dipakai untuk diteruskan ke tahap selanjutnya yaitu spesifikasi produk.
114
Hasil di atas selanjutnya perlu diuji reliabilitas datanya. Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1996: 168). Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal (Arikunto, 1996: 169). Seperti pada validitas, jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen saja, akan menghasilkan reliabilitas internal. a. Reliabilitas eksternal Pada reliabilitas eksternal, peneliti menggunakan teknik paralel, yaitu peneliti mau tak mau harus menyusun dua stel instrumen (Arikunto, 1996: 169). Kedua instrumen tersebut sama-sama diujicobakan kepada sekelompok responden saja (responden mengerjakan dua kali) kemudian hasil dari dua kali tes uji coba tersebut dikorelasikan, dengan teknik korelasi product moment. Tinggi rendahnya indeks korelasi inilah yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas instrumen. Oleh karena dalam menggunakan teknik ini peneliti mempunyai dua instrumen dan melakukan dua kali tes, maka disebut teknik double test double trial.
115
rXY
ri
N X
N XY X Y 2
X
N Y Y 2
2
2
0.619
2(rb ) 1.238 0.765 1 rb 1.619
ri > rXY, maka data tersebut reliabel.
b. Reliabilitas internal Kalau reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik instrumen yang berbeda maupun yang sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan (Arikunto, 1996: 170). Dalam mengukur reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown, peneliti harus melalui langkah yaitu membuat tabel analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dari analisis ini skor-skor dikelompokkan menjadi dua berdasarkan belahan bagian soal. Ada dua cara membelah yaitu belah ganjil-genap dan belah awal-akhir. Oleh karena itu teknik Spearman Brown disebut juga dengan teknik belah dua. rXYpengalaman
ri
N XY X Y
N X
2
X
N Y Y 2
2(rb ) 1.61 0.892 1 rb 1.805
ri > rXY, maka data tersebut reliabel.
2
2
0.805
116
rXYharapan
ri
N XY X Y
N X
2
X
N Y Y 2
2
2
0.806
2(rb ) 1.62 0.893 1 rb 1.806
ri > rXY, maka data tersebut reliabel.
4.2 Analisis Data 4.2.1 Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yaitu menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 77). Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Tahapan spesifikasi produk secara keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment) yang dibagi menjadi 3 tahap, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 2001: 80): 1. Menyiapkan daftar metrik 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing 3. Menetapkan spesifikasi target
4.2.1.1 Menetapkan Spesifikasi Target a. Menyiapkan daftar metrik Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat
117
dilakukan,
dan
upaya
memenuhi
spesifikasi
dengan
sendirinya
akan
menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait (Ulrich dan Eppinger, 2001: 79). Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati setiap kebutuhan satu per satu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada posisi ideal, hanya satu metrik untuk setiap kebutuhan. Tapi dalam praktiknya, hal ini biasanya tidak mungkin (Ulrich dan Eppinger, 2001: 79). Derajat kepentingan metrik diturunkan dari derajat kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya. Untuk kasus dimana metrik dipetakan secara langsung dari satu kebutuhan, derajat kepentingan kebutuhan otomatis menjadi derajat kepentingan metrik. Untuk kasus dimana metrik merefleksikan lebih dari satu kebutuhan, derajat kepentingan metrik ditentukan dengan mempertimbangkan derajat kepentingan kebutuhan yang berkaitan dan sifat dasar hubungannya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 83).
118
Tabel 4.10 Daftar Metrik Kebutuhan No 1 2 3 4
Kebutuhan 22 12,17 20 18,20
5
13
6
23,24
7
8,11
8
19
9 10
14 18
11
21
12
21
13 14
1,2,3,4,5 1,2,3,4,5
15
6
16
6
17
7,8,9,10
18
15,16
19
25,26
Metrik Kepentingan Satuan Harga per unit 5 Rp Massa total 5 kg Ukuran unit keseluruhan 5 mm Ukuran gagang lampu 5 mm Ukuran buka alas lampu 3 mm belajar Waktu pemasangan lampu 5 s Waktu pemasangan gagang 5 s lampu Tinggi tombol on/off lampu 4 mm belajar dengan meja Sudut putaran lampu 5 derajat Sudut tekuk gagang lampu 5 derajat Kualitas cahaya (inverter 5 CRI lamp) Kuat cahaya (indikator 5 Lux sensor kuat cahaya) Energi pada lampu 5 watt Daya tahan lampu 5 jam Energi pada recharger 4 volt baterai Daya tahan recharger 4 jam baterai Lampu belajar yang 3 List fungsional Lampu belajar yang 4 List fleksibel Desain yang menarik 4 Subj.
Pada daftar metrik kebutuhan terlihat bahwa kebutuhan mana saja yang berhubungan dengan kebutuhan yang ada, seperti:
Metrik harga per unit adalah metrik harga per unit lampu belajar yang dipasarkan, sehingga satuan yang digunakan yaitu rupiah. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan nomor 22, dikarenakan semakin rendah harga per unit maka harga
119
lampu belajar yang dijual semakin terjangkau. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik massa total lampu belajar adalah metrik yang menyatakan ukuran massa dari keseluruhan lampu belajar, sehingga satuan yang digunakan yaitu kilogram. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar mudah untuk dipindahtempatkan (beban ringan) dan lampu belajar dapat diletakkan di atas meja, dikarenakan semakin ringan massa total dari lampu belajar tersebut maka semakin ringan pula bebannya. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan belajar mudah untuk dipindahtempatkan (beban ringan), dikarenakan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik ukuran unit keseluruhan merupakan ukuran (besar) keseluruhan dari lampu belajar, sehingga satuan yang digunakan yaitu milimeter. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan ukuran lampu belajar yang tidak memakan tempat, dikarenakan semakin besar ukuran unit keseluruhan lampu belajar tersebut maka ukurannya semakin memakan tempat. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik ukuran gagang lampu merupakan metrik yang menyatakan ukuran keseluruhan dari gagang lampu belajar, sehingga satuan yang digunakan yaitu
120
milimeter. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan ketinggian lampu dapat diatur dan ukuran lampu belajar tidak memakan tempat, dikarenakan ketinggian lampu berdasarkan pada ukuran tinggi maksimum-minimum dari gagang lampu tersebut, dan semakin besar diameter dari gagang lampu tersebut maka semakin besar pula ukurannya. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan kedua-duanya, dikarenakan kedua kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik ukuran buka alas lampu belajar adalah ukuran buka maksimum dimana alas lampu belajar dapat menjepit meja, sehingga satuan yang digunakan yaitu milimeter. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar dapat dijepit pada meja belajar. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik waktu pemasangan lampu adalah metrik yang menyatakan waktu yang diperlukan untuk memasang lampu, sehingga satuan yang digunakan yaitu sekon. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan bahan-bahan yang rusak mudah diganti (misal: lampu), dan kebutuhan mudah dalam perbaikan, dikarenakan semakin sedikit waktu yang diperlukan dalam pemasangan lampu subsitusi makan semakin mudah lampu belajar tersebut dalam hal perbaikan. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan mudah
121
dalam perbaikan, dikarenakan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik waktu pemasangan gagang lampu adalah metrik yang menyatakan waktu pemasangan kembali gagang lampu pada tempatnya, sehingga satuan yang digunakan yaitu sekon. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan nomor 8 dan 11, dikarenakan gagang pada lampu belajar yang dapat dilepas dari tempatnya untuk digunakan sebagai senter dan semakin cepat waktu pemasangan gagang lampu menunjukkan lampu belajar mudah dalam pengunaannya. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan keduaduanya, dikarenakan kedua kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik tinggi tombol on/off lampu belajar dengan meja adalah metrik yang menyatakan ukuran tinggi dari tombol on/off lampu belajar dengan meja, sehingga satuan yang digunakan yaitu milimeter. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan tombol pada lampu belajar mudah digunakan (ditekan). Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik sudut putaran lampu adalah metrik yang menyatakan ukuran derajat putar cahaya lampu dapat diarahkan, sehingga satuan yang digunakan yaitu derajat. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan cahaya lampu belajar dapat diarahkan. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan
122
kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik sudut tekuk gagang lampu adalah metrik yang menyatakan ukuran derajat lengkung pada gagang lampu belajar, sehingga satuan yang digunakan yaitu derajat. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan ketinggian lampu dapat diatur. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik kualitas cahaya dan kuat cahaya adalah metrik yang menyatakan ukuran cahaya yang aman bagi pemakai walaupun dalam pemakaian lama, sehingga satuan yang digunakan yaitu CRI pada kualitas cahaya dan Lux pada kuat cahaya. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar aman terutama bagi anak-anak. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik energi dan daya tahan lampu merupakan metrik yang menyatakan ukuran ketahanan lampu, sehingga satuan yang digunakan yaitu watt pada energi lampu dan jampada daya tahan lampu. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar dapat memberikan penerangan pada saat belajar, menggambar, membaca buku, lampu belajar dapat memberikan konsentrasi dalam belajar, dan penggunaan lampu belajar yang dibutuhkan dalam belajar. Derajat kepentingan
123
dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, dikarenakan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik energi dan daya tahan recharger baterai merupakan metrik yang menyatakan ukuran ketahanan recharger baterai, sehingga satuan yang digunakan yaitu volt pada energi recharger baterai dan jam daya tahan rechager baterai. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar dapat digunakan pada saat listrik padam. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhannya, dikarenakan metrik ini hanya mereflesikan dari satu kebutuhan saja.
Metrik lampu belajar yang fungsional adalah metrik yang menyatakan bahwa lampu belajar dapat digunakan untuk kegunaan lain, sehingga satuan yang digunakan yaitu List. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan lampu belajar dapat digunakan sebagai lampu tidur, senter, tempat penyimpanan alat tulis, atau timer. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan keseluruhan kebutuhan tersebut, dikarenakan keseluruhan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik lampu belajar yang fleksibel adalah metrik yang menyatakan bahwa lampu belajar yang fleksibel, sehingga satuan yang digunakan yaitu List. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan cahaya pada lampu belajar dapat diatur (terang) dan difokuskan. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat
124
kepentingan keseluruhan kebutuhan tersebut, dikarenakan keseluruhan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
Metrik desain yang menarik adalah metrik yang menyatakan desain dari lampu belajar, sehingga satuan yang digunakan yaitu subjektif. Metrik ini berhubungan dengan kebutuhan warna (plastik) dan desain lampu belajar yang menarik. Derajat kepentingan dari metrik ini sama dengan derajat kepentingan kebutuhan desain lampu belajar yang menarik, dikarenakan kebutuhan tersebut besar hubungannya dengan metrik tersebut.
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing di pasaran, target spesifikasi merupakan bahasa yang digunakan tim untuk berdiskusi dan menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing (Ulrich dan Eppinger, 2001: 83).
125
Tabel 4.11 Tabel Analisis Pesaing No
Kebutuhan
1
22
2
12,17
3
20
4
Metrik
mm s
Pesaing ACE Hardware 150,000 – 250,000 <1 200 150 400 300 – 400 †20 <50 <25
100,000 – 200,000 <0.8 150 100 400 300 – 400 †20 <20
5
s
-
-
4
mm
-
-
5 5 5
derajat derajat CRI
180 360 >75
180 360 >75
5
Lux
<200
<200
5 5 4 4 3 4 4
watt jam volt jam List List Subj.
15 - 40 >10,000 3 1 3
15 - 40 >10,000 2 2 4
Kepentingan
Satuan
Harga per unit
5
Rp
Massa total
5
kg
Ukuran unit keseluruhan
5
mm
18,20
Ukuran gagang lampu
5
mm
5 6
13 23,24
3 5
7
8,11
8
19
9 10 11
14 18 21
12
21
13 14 15 16 17 18 19
1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 6 6 7,8,9,10 15,16 25,26
Ukuran buka alas lampu belajar Waktu pemasangan lampu Waktu pemasangan gagang lampu Tinggi tombol on/off lampu belajar dengan meja Sudut putaran lampu Sudut tekuk gagang lampu Kualitas cahaya (inverter lamp) Kuat cahaya (indikator sensor kuat cahaya) Energi pada lampu Daya tahan lampu Energi pada recharger baterai Daya tahan recharger baterai Lampu belajar yang fungsional Lampu belajar yang fleksibel Desain yang menarik
Pesaing Philips
c. Penetapan Spesifikasi Target Dalam langkah ini, tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target, yaitu nilai ideal dan nilai marginal (Ulrich dan Eppinger, 2001: 85). Nilai ideal adalah hasil yang terbaik yang diharapkan tim. Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial.
126
Tabel 4.12 Tabel Spesifikasi Target No
Kebutuhan
1
22
2
12,17
3
20
4
Metrik
mm s
Nilai Marginal 150,000 – 25,.000 <1 200 150 400 300 – 400 †20 <50 <25
Nilai Ideal 100,000 – 200,000 <0.8 150 100 400 250 – 350 †30 <30 <20
5
s
-
<5
4
mm
-
<170
5 5 5
derajat derajat CRI
180 360 >75
180 360 >80
5
Lux
<200
<150
5 5 4 4 3 4 4
watt jam volt jam List List Subj.
15 - 40 >10,000 >3
25 >10,000 <=6 >=4 Semua Semua >4
Kepentingan
Satuan
Harga per unit
5
Rp
Massa total
5
kg
Ukuran unit keseluruhan
5
mm
18,20
Ukuran gagang lampu
5
mm
5 6
13 23,24
3 5
7
8,11
8
19
9 10 11
14 18 21
12
21
13 14 15 16 17 18 19
1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 6 6 7,8,9,10 15,16 25,26
Ukuran buka alas lampu belajar Waktu pemasangan lampu Waktu pemasangan gagang lampu Tinggi tombol on/off lampu belajar dengan meja Sudut putaran lampu Sudut tekuk gagang lampu Kualitas cahaya (inverter lamp) Kuat cahaya (indikator sensor kuat cahaya) Energi pada lampu Daya tahan lampu Energi pada recharger baterai Daya tahan recharger baterei Lampu belajar yang fungsional Lampu belajar yang fleksibel Desain yang menarik
Pada metrik harga per unit, nilai marginal yang digunakan antara Rp 150,000 250,000. Nilai marginal ini didapat dari harga jual produk lampu belajar yang ada di pasaran. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai jual yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu berkisar Rp 100,000 - 200,000. Hal ini dikarenakan harga terjangkau merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen.
127
Pada metrik massa total, nilai marginal yang digunakan di pasaran adalah kurang dari 1 kg. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai massa total yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang dari 0.8 kg. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan lampu belajar mudah dipindahtempatkan (beban ringan) merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen. Pada metrik ukuran unit keseluruhan, nilai marginal didapat dari ukuran unit keseluruhan produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu panjang total sebesar 200 mm, lebar total sebesar 150 mm, dan tinggi total sebesar 400 mm. Sedangkan nilai ideal adalah nilai ukuran unit keseluruhan yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu panjang total sebesar 150 mm, lebar total sebesar 100 mm, dan tinggi total sebesar 400 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk panjang total dan lebar total dilihat dari ukuran lebar fungsional maksimal (ibu jari ke jari lain) pada persentil 95th wanita Asia. Untuk tinggi total dilihat dari ukuran jarak dari siku ke ujung jari pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Pada metrik ukuran gagang lampu, nilai marginal didapat dari ukuran gagang pada lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu ketinggian gagang lampu berkisar 300 – 400 mm, dan diameter gagang lampu berkisar 20 mm. Sedangkan nilai ideal adalah nilai ukuran gagang lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu
128
ketinggian gagang lampu berkisar 250 - 300 mm, dan diameter gagang lampu berkisar 30mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk ketinggian gagang lampu dilihat dari ukuran jarak dari siku ke ujung jari pada persentil 95th wanita Asia. Dan ketinggian tersebut juga diperhatikan dari ketinggian dari alas lampu belajar. Sedangkan untuk diameter gagang lampu dilihat dari diameter genggam maksimum pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Pada metrik ukuran buka alas lampu belajar, nilai marginal didapat dari ukuran buka alas lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu 50 mm. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai ukuran buka alas lampu belajar yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu 30 mm. Pada metrik waktu pemasangan lampu, nilai marginal didapat dari waktu pemasangan lampu yang ada di pasaran, yaitu kurang dari 25 sekon. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai waktu pemasangan lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang dari 20 sekon. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan lampu belajar tersebut yaitu kebutuhan mudah dalam hal perbaikan merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen. Pada metrik waktu pemasangan gagang lampu, nilai marginal tidak ada dikarenakan gagang lampu yang ada di pasaran tidak dapat dilepas dari tempatnya
129
untuk dijadikan senter. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai waktu pemasangan gagang lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang dari 5 sekon. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan lampu belajar tersebut yaitu kebutuhan mudah dalam hal penggunaan merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen. Pada metrik tinggi tombol on/off, nilai marginal tidak ada dikarenakan biasanya tombol on/off produk lampu belajar yang ada di pasaran berada pada alas lampu belajar. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai tinggi tombol on/off yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang 170 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk ketinggian tombol on/off dilihat dari ukuran panjang tangan pada persentil 95th wanita Asia. Dan ketinggian tersebut juga diperhatikan dari ketinggian dari alas lampu belajar. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Pada metrik sudut putaran lampu, nilai marginal didapat dari sudut putaran lampu pada lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu sebesar 180•. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai sudut putaran lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu sebesar 180•. Hal ini dikarenakan sudut putar sebesar 180• dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan.
130
Pada metrik sudut tekuk gagang lampu, nilai marginal didapat dari sudut tekuk gagang lampu pada produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu sebesar 360•. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai sudut tekuk gagang lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu sebesar 360•. Hal ini dikarenakan sudut tekuk sebesar 360• dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan. Pada metrik kualitas cahaya, nilai marginal didapat kualitas cahaya dari produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu sebesar lebih dari 75% CRI. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai kualitas cahaya yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu lebih dari 80% CRI. Hal ini dikarenakan kualitas cahaya semakin mendekati 100% CRI, semakin baik (saft.com, 2006). CRI (Color Rendering Index) adalah suatu nilai yang menunjukkan bagaimana suatu sumber cahaya mempengaruhi warna suatu objek yang dilihat oleh mata (saft.com, 2006). Pada metrik kuat cahaya, nilai marginal didapat dari kuat cahaya produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu kurang dari 200 Lux. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai kuat cahaya yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, kurang dari 150 Lux, dikarenakan dengan nilai tersebut dapat melindungi mata dari kerusakan (igadget.com.au, 2004). Pada metrik energi lampu, nilai marginal didapat dari energi lampu dari produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu sebesar 15 - 40 watt. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai energi lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu sebesar 25 watt, karena nilai tersebut dirasa cukup menerangi di saat belajar.
131
Pada metrik daya tahan lampu, nilai marginal didapat dari daya tahan lampu dari produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu sebesar lebih dari 10,000 jam. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai daya tahan lampu total yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu juga sebesar lebih dari 10,000 jam, dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi kebutuhan pelanggan. Pada metrik energi pada recharger baterai, nilai marginal energi pada recharger baterai tidak ada dikarenakan produk lampu belajar yang ada di pasaran belum menggunakan recharger baterai. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai energi pada recharger baterai yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu < = 6 volt. Hal ini dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi. Pada metrik daya tahan pada recharger baterai, nilai marginal daya tahan pada recharger baterai tidak ada dikarenakan produk lampu belajar yang ada di pasaran belum menggunakan recharger baterai. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai daya tahan pada recharger baterai yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu > = 4 jam. Hal ini dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi. Pada metrik lampu belajar yang fungsional, nilai marginal lampu belajar yang fungsional tidak ada dikarenakan produk lampu belajar yang ada di pasaran berbedabeda akan multifungsionalnya. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai lampu belajar yang fungsional yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu pada fungsi dimana lampu belajar dapat digunakan sebagai lampu tidur, senter, tempat penyimpanan alat tulis, atau timer.
132
Pada metrik lampu belajar yang fleksibel, nilai marginal lampu belajar yang fleksibel tidak ada dikarenakan produk lampu belajar yang ada di pasaran. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai lampu belajar yang fleksibel yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu fleksibel pada cahaya lampu belajar yang dapat diatur intensitasnya dan cahaya pada lampu belajar yang dapat difokuskan. Pada metrik desain yang menarik, nilai marginal didapat dari desain yang menarik dari produk lampu belajar yang ada di pasaran. Sedangkan nilai ideal didapat dari nilai desain yang menarik yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut. Metrik ini bersifat subjektif.
d. QFD (Quality Function Deployment) Jadi, tahapan spesifikasi produk secara keseluruhan terlihat pada QFD (Quality Function Deployment) berikut:
Gambar 4.5 QFD Produk Lampu Belajar
133
Pada penyusunan QFD di atas, dimasukkan metrik kebutuhan dan kebutuhan pelanggan. Pemberian nilai pada competitor berdasarkan produk yang dihasilkan pada masing-masing perusahaan. Pemberian nilai memiliki rentangan 1 sampai dengan 5. Dimana skala 1 merupakan skala yang terendah, dan skala 5 adalah skala yang tertinggi. Nilai pada importance rating (CI) didapat dari bobot kepentingan. Importance rating (CI) pada customer need didapat dari bobot kepentingan pada kebutuhan pelanggan. Importance rating (CI) pada metric didapat dari bobot kepentingan pada metrik. Our company yang diberi nilai 1, dikarenakan tak adanya perusahaan sehingga tidak ada produk lampu belajar sebelumnya. Pada competitor, digunakan dua perusahaan, yaitu ACE Hardware dan Philips. Hal ini dilakukan agar didapat perbandingan lebih akurat. Pada ACE Hardware, produk lampu belajar yang diproduksi mampu memberikan penerangan disaat belajar, menggambar, membaca buku (misal: komik, novel), dan mampu memberikan konsentrasi dalam belajar, maka pada kebutuhan 1 sampai dengan 5 diberi nilai 3. Produk lampu belajar yang diproduksi oleh ACE Hardware pun cukup fungsional, seperti lampu belajar dapat juga digunakan sebagai lampu tidur, dan adanya timer, maka pada kebutuhan 7 dan 10 diberi nilai 3. Sedangkan pada kebutuhan 6, 8, 9, 15 dan 16 diberi nilai 1, dikarenakan pada kebutuhan tersebut tidak ada pada produk lampu belajar yang diproduksi oleh ACE Hardware. Pada kebutuhan 24 diberi nilai 2, dikarenakan pada kebutuhan tersebut produk lampu belajar ACE Hardware dirasa masih kurang. Sisanya diberi nilai 3, dikarenakan produk lampu belajar yang
134
diproduksi oleh ACE Hardware mempunyai karakteristik yang sama dengan di pasaran. Pada Philips, produk lampu belajar yang diproduksi mampu memberikan penerangan disaat belajar, menggambar, membaca buku (misal: komik, novel), dan mampu memberikan konsentrasi dalam belajar, maka pada kebutuhan 1 sampai dengan 5 diberi nilai 3. Produk lampu belajar yang diproduksi oleh Philips kurang fungsional, seperti maka pada kebutuhan 7 sampai dengan 10 diberi nilai antara 1 dan 2. Pada kebutuhan 6, 8, 9, dan 16 diberi nilai 1, dikarenakan pada kebutuhan tersebut tidak ada pada produk lampu belajar yang diproduksi oleh Philips. Pada kebutuhan 13, 15, dan 26 diberi nilai 2, dikarenakan pada kebutuhan tersebut produk lampu belajar Philips dirasa masih kurang. Sisanya diberi nilai 3, dikarenakan produk lampu belajar yang diproduksi oleh Philips mempunyai karakteristik yang sama dengan di pasaran. Improvement ratio (RI) diperoleh dengan rumus: RI
T arg et Value Rating for Our Company Now
Perhitungan: 1. Consumer Need 1
= RI
=
3 1
= 3
2. Consumer Need 2
= RI
=
3 1
= 3
3. Consumer Need 3
= RI
=
3 1
= 3
135
Pada sales point, terdapat 3 nilai yaitu 1.0, 1.2 dan 1.5. Dimana nilai 1.0 berarti tingkat penjualan rendah, 1.2 berarti tingkat penjualan berada pada rata-rata, sedangkan nilai 1.5 berarti tingkat penjualan tinggi. Pada kebutuhan ke-8, mempunyai sales point sebesar 1.0, dikarenakan menurut konsumen kebutuhan tersebut tidaklah penting. Pada kebutuhan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 12, 13, dan 25, mempunyai sales point sebesar 1.2, dikarenakan menurut konsumen kebutuhan tersebut cukup penting. Sisanya mempunyai sales point sebesar 1.5, dikarenakan menurut konsumen kebutuhan tersebut penting. Rumus Customer Score: CI*RI*SP Dimana:
CI = Customer rate of importance. RI = Rate of improvement. SP = Sales point.
1. Consumer Need 1 = CI = 5*3*1.2
= 24.00
2. Consumer Need 2 = CI = 5*3*1.2
= 24.00
3. Consumer Need 3 = CI = 4*3*1.2
= 19.20
Sedangkan rumus customer score percent:
Customer Score x 100% Total Customer Score
1.
Consumer Need 1
=
24.00 x 100% = 4.87% 493.2
2.
Consumer Need 2
=
24.00 x 100% = 4.87% 493.2
136
3.
Consumer Need 3
=
19.20 x 100% = 3.89% 493.2
Pengisian pada hubungan antara kebutuhan dengan metrik didasarkan pada tabel 4.10. Nilai hubungan antara kebutuhan dan metrik adalah 1, 3, dan 9. Dimana nilai 1 menyatakan hubungan yang lemah, nilai 2 menyatakan hubungan yang cukup, dan nilai 9 menyatakan hubungan yang kuat. Dimana jika kebutuhan hanya mempunyai satu metrik, maka hubungan antara kebutuhan dan metrik tersebut kuat. Sehingga maka metrik 1, 3, 5, 8, 9,10, 11, 12, 15, dan 16 mempunyai hubungan yang kuat dengan masing-masing kebutuhannya. Pada metrik ke-2 mempunyai hubungan yang kuat dengan kebutuhan ke-17 tapi metrik ini mempunyai hubungan yang lemah pada kebutuhan ke-12.
Pada metrik ke-4 mempunyai hubungan yang kuat dengan
kebutuhan ke-20 tapi metrik ini mempunyai hubungan yang cukup kuat pada kebutuhan ke-20. Pada metrik 5 dan 6 mempunyai hubungan yang kuat dengan kebutuhan 12 dan 13. Pada metrik 7 mempunyai hubungan yang kuat dengan kebutuhan 23 dan 24. Pada metrik 13 dan 14 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kebutuhan 1 sampai dengan 5. Pada metrik 17 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kebutuhan 7 sampai dengan 10. Pada metrik ke-18 mempunyai hubungan yang kuat dengan kebutuhan 15 dan 16. Pada metrik ke-19 mempunyai hubungan yang kuat dengan kebutuhan ke-26 tapi metrik ini mempunyai hubungan yang cukup kuat pada kebutuhan ke-25. Sedangkan, hubungan antar metrik mempunyai 2 nilai. Untuk simbol ○ mempunyai hubungan cukup kuat, dan simbol ● mempunyai hubungan yang kuat.
137
Antara metrik 1 mempunyai hubungan yang kuat dengan metrik 2, 3, 4, dan 5, dikarenakan harga lampu belajar dipengaruhi oleh massa maupun ukuran-ukuran lampu belajar. Antara metrik 1 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan metrik 9 sampai dengan 19 dikarenakan harga lampu belajar dipengaruhi oleh kualitas dari lampu belajar tersebut. Antara metrik 11 mempunyai hubungan yang kuat dengan metrik 12, 13, dan 14, dikarenakan kualitas cahaya lampu belajar dipengaruhi oleh kuat cahaya, energi dan daya tahan pada lampu tersebut. Antara metrik 11 mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan metrik 15, dan 16, dikarenakan kualitas cahaya lampu belajar dipengaruhi oleh, energi dan daya tahan baterai recharger. Antara metrik 12 mempunyai hubungan yang kuat dengan metrik 13, dan 14, dikarenakan kualitas cahaya lampu belajar dipengaruhi oleh energi dan daya tahan pada lampu tersebut. Rumus Absolute Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah:
(Re lationship
ij
* Customerscore j )
Dimana: I = Engineering Characteristic J = Customer Requirement 1. Metric 1
= 9*4.56 = 41.06
2. Metric 2
= (9*4.56) + (1*3.65) = 44.71
3. Metric 3
= 9*4.56 = 41.06
Rumus Relative Importance untuk masing-masing engineering characteristic adalah:
Absolute Im por tan ce x 100% Total Absolute Im por tan ce
138
1. Metric 1
=
41.06 x 100% 1287
= 3.21%
2. Metric 2
=
44.71 x 100% 1287
= 3.50%
3. Metric 3
=
41.06 x 100% 1287
= 3.21%
Pengisian unit of measure berdasarkan pada keterangan di tabel 4.10. Dan pada baris selanjutnya diisi berdasarkan data-data keterangan yang terdapat pada perusahaan
masing-masing.
Berdasarkan
hasil
relative
importance,
maka
characteristic yang perlu diperhatikan dimulai dari yang memiliki nilai yang terbesar. Dan dalam hal ini dimulai dari metric lampu belajar yang fleksibel. Perhatian ini diperlukan untuk perlunya adanya lampu belajar yang dapat diatur intensitas cahayanya dan difokuskan pencahayaannya. Hasil akhir yang diperoleh adalah target value pada masing-masing engineering characteristic. Dan target value ini dipakai untuk membuat spesifikasi akhir.
4.2.1.2 Menetapkan Spesifikasi Akhir Ketika tim telah memilih salah satu konsep dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi kembali diperiksa. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pernyataan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dan dibuat lebih tepat.
139
Tabel 4.13 Tabel Spesifikasi Akhir No
Kebutuhan
1
22
2
12,17
3
20
4
Metrik
Kepentingan
Satuan
Harga per unit
5
Rp
Massa total
5
kg
Ukuran unit keseluruhan
5
mm
18,20
Ukuran gagang lampu
5
mm
5 6
13 23,24
4 5
mm N
7
8,11
5
s
<5
8
19
5
mm
<170
9 10 11
14 18 21
5 5 5
derajat derajat CRI
180 180 >80
12
21
5
Lux
<150
13 14 15 16 17 18 19
1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 6 6 7,8,9,10 15,16 25,26
Ukuran buka alas lampu belajar Waktu pemasangan lampu Waktu pemasangan gagang lampu Tinggi tombol on/off lampu belajar dengan meja Sudut putaran lampu Sudut tekuk gagang lampu Kualitas cahaya (inverter lamp) Kuat cahaya (indikator sensor kuat cahaya) Energi pada lampu Daya tahan lampu Energi pada recharger baterai Daya tahan recharger baterei Lampu belajar yang fungsional Lampu belajar yang fleksibel Desain yang menarik
Nilai 150,000 – 500,000 <1 200 150 400 250 – 350 †30 <30 <20
5 5 4 4 3 4 4
watt jam volt jam List List Subj.
25 >10,000 <=6 >=4 Semua Semua >4
Pada metrik harga per unit, nilai yang digunakan adalah harga jual produk lampu belajar yang ada di pasaran, yaitu Rp 150,000 - 250,000. Hal ini dikarenakan adanya recharger baterai pada produk lampu belajar. Pada metrik massa total, nilai yang digunakan adalah nilai yang ada di pasaran, yaitu kurang dari 1 kg. Hal ini dikarenakan adanya recharger baterai pada produk lampu belajar. Pada metrik ukuran unit keseluruhan, nilai yang digunakan adalah nilai yang ada di pasaran, yaitu panjang total sebesar 200 mm, lebar total sebesar 150 mm, dan tinggi
140
total sebesar 400 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk panjang total dan lebar total dilihat dari ukuran lebar fungsional maksimal (ibu jari ke jari lain) pada persentil 95th wanita Asia. Untuk tinggi total dilihat dari ukuran jarak dari siku ke ujung jari pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Pada metrik ukuran gagang lampu, nilai yang digunakan adalah nilai ukuran gagang lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu ketinggian gagang lampu berkisar 250 - 300 mm, dan diameter gagang lampu berkisar 30 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk ketinggian gagang lampu dilihat dari ukuran jarak dari siku ke ujung jari pada persentil 95th wanita Asia. Dan ketinggian tersebut juga diperhatikan dari ketinggian dari alas lampu belajar. Sedangkan untuk diameter gagang lampu dilihat dari diameter genggam maksimum pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia).
141
Pada metrik ukuran buka alas lampu belajar, nilai yang digunakan, yaitu dari nilai ideal didapat dari nilai ukuran buka alas lampu belajar yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu 30 mm. Pada metrik waktu pemasangan lampu, nilai yang digunakan, yaitu dari nilai waktu pemasangan lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang dari 20 sekon. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan lampu belajar tersebut yaitu kebutuhan mudah dalam hal perbaikan merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen. Pada metrik waktu pemasangan gagang lampu, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai waktu pemasangan gagang lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang dari 5 sekon. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan lampu belajar tersebut yaitu kebutuhan mudah dalam hal penggunaan merupakan salah satu kebutuhan yang diinginkan konsumen. Pada metrik tinggi tombol on/off, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai tinggi tombol on/off yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu kurang 170 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk ketinggian tombol on/off dilihat dari ukuran panjang tangan pada persentil 95th wanita Asia. Dan ketinggian tersebut juga diperhatikan dari ketinggian dari alas lampu belajar. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia).
142
Pada metrik sudut putaran lampu, nilai yang digunakan, yaitu sudut putaran lampu sebesar 180•. Hal ini dikarenakan sudut putar sebesar 180• dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan. Pada metrik sudut tekuk gagang lampu, nilai yang digunakan, yaitu sudut tekuk gagang lampu sebesar 360•. Hal ini dikarenakan sudut tekuk sebesar 360• dirasa sudah cukup memenuhi kebutuhan pelanggan. Pada metrik kualitas cahaya, nilai marginal yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai kualitas cahaya yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu lebih dari 80% CRI. Hal ini dikarenakan bahwa kualitas cahaya semakin mendekati 100% CRI, semakin baik (saft.com, 2006). CRI (Color Rendering Index) adalah suatu nilai yang menunjukkan bagaimana suatu sumber cahaya mempengaruhi warna suatu objek yang dilihat oleh mata (saft.com, 2006) . Pada metrik kuat cahaya, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai kuat cahaya yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, kurang dari 150 Lux, dikarenakan dengan nilai tersebut dapat melindungi mata dari kerusakan (igadget.com.au, 2004). Pada metrik energi lampu, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai energi lampu yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu sebesar 25 watt, karena nilai tersebut dirasa cukup menerangi di saat belajar. Pada metrik daya tahan lampu, nilai yang digunakan, yaitu sebesar lebih dari 10,000 jam, dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi.
143
Pada metrik energi pada recharger baterai, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai energi pada recharger baterai yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu < = 6 volt. Hal ini dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi. Pada metrik daya tahan pada recharger baterai, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai daya tahan pada recharger baterai yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu > = 4 jam. Hal ini dikarenakan daya tahan tersebut sudah mencukupi. Pada metrik lampu belajar yang fungsional, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai lampu belajar yang fungsional yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu pada fungsi dimana lampu belajar dapat digunakan sebagai lampu tidur, senter, tempat penyimpanan alat tulis, atau timer. Pada metrik lampu belajar yang fleksibel, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai lampu belajar yang fleksibel yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut, yaitu fleksibel pada cahaya lampu belajar yang dapat diatur intensitasnya dan cahaya pada lampu belajar yang dapat difokuskan. Pada metrik desain yang menarik, nilai yang digunakan, yaitu nilai ideal didapat dari nilai desain yang menarik yang diharapkan tim untuk produk lampu belajar tersebut. Metrik ini bersifat subjektif.
144
4.2.2 Hasil Perancangan Konsep 4.2.2.1 Penyusunan Konsep Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan bentuk produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 102). Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara garis besar dan seringkali disertai oleh sebuah uraian gambar. Tabel kombinasi konsep menyediakan sebuah cara untuk mempertimbangkan kombinasi solusi secara sistematis (Ulrich dan Eppinger, 2001: 119). Solusi untuk keseluruhan masalah diperoleh dengan mengkombinasikan satu penggalan dari tiap kolom. Memilih sebuah kombinasi dari penggalan tidak lantas secara spontan membawa kita pada penyelesaian keseluruhan masalah. Kombinasi dari penggalan biasanya harus dikembangkan dan disaring sebelum timbul suatu penyelesaian yang terintegrasi. Pada penyusunan konsep lampu belajar ini ditemukan 4 konsep dari kombinasi 3 kategori, yaitu gagang lampu, alas lampu dan statis-non statis recharger baterai. Dimana, pada kategori gagang lampu terdapat dua tipe, yaitu tipe 1 dan tipe 2. Dan, pada kategori alas lampu terdapat dua tipe pula, yaitu tipe 1 dan tipe 2.
145
Konsep 1 Tabel 4.14 Tabel Kombinasi Konsep 1 Tipe Gagang Lampu Tipe 1 Tipe 2
Tipe Alas Lampu Tipe 1 Tipe 2 Statis recharger baterai
Gambar 4.6 Tipe 1 Gagang Lampu Pada Konsep 1
Gambar 4.7 Tipe 1 Alas Lampu Pada Konsep 1
146
Konsep 1 ini merupakan kombinasi antara tipe 1 gagang lampu (terlihat pada gambar 4.2) dengan tipe 1 alas lampu (terlihat pada gambar 4.3) dengan statis recharger baterai sehingga lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik) walaupun di saat listrik padam. Pada lampu belajar juga terdapat lampu tidur. Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja atau dijepit. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• seperti pada gambar sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Cahaya pada lampu belajar dapat diatur intensitasnya dan pula dapat difokuskan. Gagang pada lampu belajar dapat ditekuk dengan sudut tekuk 360•. Kuat cahaya pada lampu belajar > 150 Lux berarti lampu dapat melindungi mata dari kerusakkan. Kualitas cahaya pada lampu < 85% CRI artinya semakin baik warna yang dilihat mata dari objek yang disinari suatu lampu. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi dalam belajar. Harga pada lampu belajar berkisar Rp 150,000 – 250,000. Target segmen pasar yaitu mahasiswa.
Konsep 2 Tabel 4.15 Tabel Kombinasi Konsep 2 Tipe Gagang Lampu Tipe 1 Tipe 2
Tipe Alas Lampu Tipe 1 Tipe 2 Statis recharger baterai
147
Gambar 4.8 Tipe 1 Gagang Lampu Pada Konsep 2
Gambar 4.9 Tipe 2 Alas Lampu Pada konsep 2
Konsep 2 ini merupakan kombinasi antara tipe 1 gagang lampu (terlihat pada gambar 4.4) dengan tipe 2 alas lampu (terlihat pada gambar 4.5) dengan statis recharger baterai sehingga lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik) walaupun di saat listrik padam. Pada lampu belajar juga terdapat lampu tidur. Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja atau dijepit. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• seperti pada gambar sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Cahaya pada lampu belajar
148
dapat diatur intensitasnya dan pula dapat difokuskan. Gagang pada lampu belajar dapat ditekuk dengan sudut tekuk 360•. Kuat cahaya pada lampu belajar > 150 Lux berarti lampu dapat melindungi mata dari kerusakkan. Kualitas cahaya pada lampu < 85% CRI artinya semakin baik warna yang dilihat mata dari objek yang disinari suatu lampu. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi belajar. Harga pada lampu belajar berkisar Rp 150,000 – 250,000. Target segmen pasar yaitu mahasiswa.
Konsep 3 Tabel 4.16 Tabel Kombinasi Konsep 3 Tipe Gagang Lampu Tipe 1 Tipe 2
Tipe Alas Lampu Tipe 1 Tipe 2 Non statis recharger baterai
149
Gambar 4.10 Tipe 2 Gagang Lampu Pada Konsep 3
Gambar 4.11 Tipe 1 Alas Lampu Pada Konsep 3
Konsep 3 ini merupakan kombinasi antara tipe 2 gagang lampu (terlihat pada gambar 4.6) dengan tipe 1 alas lampu (terlihat pada gambar 4.7) dengan non-statis recharger baterai sehingga lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik) walaupun di saat listrik padam. Pada lampu belajar juga terdapat lampu tidur. Gagang pada lampu belajar
150
dapat dilepas pasang sehingga lampu belajar dapat pula digunakan sebagai senter. Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja atau dijepit. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• seperti pada gambar sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Cahaya pada lampu belajar dapat diatur intensitasnya dan pula dapat difokuskan. Gagang pada lampu belajar dapat diputar dengan sudut putar 90• pada tangannya. Kuat cahaya pada lampu belajar > 150 Lux berarti lampu dapat melindungi mata dari kerusakkan. Kualitas cahaya pada lampu < 85% CRI artinya semakin baik warna yang dilihat mata dari objek yang disinari suatu lampu. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi dalam belajar. Harga pada lampu belajar berkisar Rp 150,000 – 250,000. Target segmen pasar yaitu mahasiswa.
Konsep 4 Tabel 4.17 Tabel Kombinasi Konsep 4 Tipe Gagang Lampu Tipe 1 Tipe 2
Tipe Alas Lampu Tipe 1 Tipe 2 Non statis recharger baterai
151
Gambar 4.12 Tipe 2 Gagang Lampu Pada Konsep 4
Gambar 4.13 Tipe 2 Alas Lampu Pada Konsep 4
Konsep 4 ini merupakan kombinasi antara tipe 2 gagang lampu (terlihat pada gambar 4.8) dengan tipe 2 alas lampu (terlihat pada gambar 4.9) dengan non-statis recharger baterai sehingga lampu belajar dapat memberikan penerangan saat belajar, menggambar, dan membaca buku (misal: novel, komik) walaupun di saat listrik padam. Pada lampu belajar juga terdapat lampu tidur. Gagang pada lampu belajar dapat dilepas pasang sehingga lampu belajar dapat pula digunakan sebagai senter.
152
Lampu belajar dapat diletakkan di atas meja atau dijepit. Pangkal atas gagang lampu belajar dapat diputar 180• seperti pada gambar sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Cahaya pada lampu belajar dapat diatur intensitasnya dan pula dapat difokuskan. Gagang pada lampu belajar dapat diputar dengan sudut putar 90• pada tangannya. Kuat cahaya pada lampu belajar >150 Lux berarti lampu dapat melindungi mata dari kerusakkan. Kualitas cahaya pada lampu <85% CRI artinya semakin baik warna yang dilihat mata dari objek yang disinari suatu lampu. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi dalam belajar. Harga pada lampu belajar berkisar Rp 150,000 – 250,000. Target segmen pasar yaitu mahasiswa.
4.2.2.2 Seleksi Konsep Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain, membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya (Ulrich dan Eppinger, 2001: 130). Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan metrik keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi. Pada proses ini dilakukan survei yang lebih sederhana dibandingkan yang sebelumnya, yaitu dengan cara face-to-face interview. Wawancara hanya dilakukan dengan 5 responden saja. Wawancara dilakukan dengan membawa tiga buah sketsa
153
gambar yang sudah digambar ditambah dengan sedikit penjelasan untuk masingmasing konsep, lalu responden akan menilai kelebihan dan kekurangan masingmasing
konsep
berdasarkan
kriteria:
kemudahan
penggunaan,
kemudahan
penanganan, ukuran, daya tahan, desain, kemudahan untuk diproduksi, multifungsi, dan fleksibel.
4.2.2.2.1 Penyaringan Konsep Penyaringan adalah proses yang evaluasinya masih berupa perkiraan yang ditujukan untuk mempersempit alternatif (Ulrich dan Eppinger, 2001: 135). Selama penyaringan konsep, beberapa konsep awal dievaluasi dengan membandingkan dengan sebuah konsep referensi yang menggunakan matriks penyaringan. Pada tahap awal ini perbandingan kuantitatif secara rinci sulit untuk dihasilkan dan mungkin menyesatkan, sehingga digunakan sebuah sistem penilaian komparatif yang masih kasar. Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk masing-masing konsep diberi ranking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat ranking yang lebih tinggi.
154
Hasil survei untuk penyaringan konsep yang disimpulkan dengan statistic descriptive biasa, artinya hanya dengan melihat hal yang sederhana yaitu hasil penjumlahan dari ketiga bobot di atas, yang kesimpulannya disajikan dalam bentuk metrik seleksi penyaringan konsep seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.18 Metrik Seleksi Penyaringan Konsep Konsep Kriteria Seleksi Kemudahan penggunaan Kemudahan penanganan Ukuran Daya tahan Desain Kemudahan untuk diproduksi Multifungsi Fleksibel Jumlah + Jumlah 0 Jumlah Nilai Akhir Peringkat Lanjutkan ?
1
2
3
4
0 0 0 + + + + 4 2 1 3 1 Ya
0 0 + + + 3 2 3 0 3 Tidak
0 0 0 + + + 3 1 2 1 2 Ya
0 0 + + 2 1 4 -2 4 Tidak
Philips (referensi) 0 0 0 0 0 0 0 0
Dalam seleksi konsep, Philips dijadikan referensi, dikarenakan pengguna lampu belajar rata-rata menggunakan lampu belajar Philips. Maka nilai yang terdapat pada Philips ini yaitu nilai 0. Pada kriteria seleksi kemudahan penggunaan, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai 0, yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai kemudahan penggunaan yang
155
sama dengan datum. Seperti, datum dan konsep-konsep yang ada mempunyai switch on/off yang juga merupakan pengatur intensitas cahaya. Pada kriteria kemudahan penanganan, konsep 1 dan konsep 3 mempunyai nilai 0 dibandingkan datum. Sedangkan konsep 2 dan konsep 4 mempunyai nilai (–) dibandingkan datum. Hal ini dikarenakan pada konsep 1 dan konsep 3 memiliki nilai kemudahan penanganan yang sama dengan datum, seperti subsitusi lampu. Sedangkan, pada konsep 2 dan konsep 4 memiliki nilai kemudahan penanganan kurang dibanding datum dikarenakan pada konsep tersebut memiliki bentuk yang lebih kompleks. Pada kriteria seleksi ukuran, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai 0, yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai ukuran yang kurang lebih sama dengan datum, yaitu panjang sekitar 200 mm, lebar sekitar 150 mm, dan tinggi sekitar 400 mm. Pada kriteria seleksi daya tahan, konsep 1 dan konsep 3 mempunyai nilai (+) dibandingkan datum. Sedangkan konsep 2 dan konsep 4 mempunyai nilai (–) dibandingkan datum. Hal ini dikarenakan pada konsep 1 dan konsep 3 memiliki nilai daya tahan yang lebih dibanding datum, seperti adanya recharger baterai. Sedangkan, pada konsep 2 dan konsep 4 memiliki nilai daya tahan kurang dibanding datum dikarenakan pada konsep tersebut memiliki bentuk yang lebih kompleks. Pada kriteria seleksi desain, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai (+), yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai desain yang lebih dibanding datum. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut didesain dengan berbagai bentuk yang lucu
156
dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi dalam belajar. Pada kriteria seleksi kemudahan diproduksi, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai (-), yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai kemudahan diproduksi kurang dibanding datum. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut dapat diletakkan di atas meja maupun dijepit sehingga memiliki bentuk yang lebih kompleks. Pada kriteria seleksi multifungsi, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai (+), yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai multifungsi yang lebih dibanding datum. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut didesain dengan agar lampu belajar tersebut dapat juga digunakan sebagai lampu tidur. Pada kriteria seleksi fleksibel, konsep 1 dan konsep 2 mempunyai nilai (+) dibandingkan datum. Sedangkan konsep 3 dan konsep 4 mempunyai nilai (–) dibandingkan datum. Hal ini dikarenakan pada konsep 1 dan konsep 2 memiliki nilai fleksibel yang lebih dibanding datum, seperti cahaya lampu dapat difokuskan. Sedangkan, pada konsep 3 dan konsep 4 memiliki nilai fleksibel kurang dibanding datum dikarenakan pada gagang lampu konsep tersebut kurang fleksibel. Dari hasil penyaringan konsep didapatkan bahwa konsep ke-1 mendapat peringkat pertama, disusul dengan konsep yang ke-3 dan terakhir konsep yang ke-4. Pada konsep yang ke-2 dan konsep yang ke-4 nilai bobot yang diberikan lebih banyak bernilai negatif, maka diputuskan untuk tidak meneruskan pengembangan dan pengujian konsep tersebut ke tahap selanjutnya. Berarti yang diteruskan ke seleksi penilaian konsep hanya konsep yang ke-1 dan konsep yang ke-3.
157
4.2.2.2.2 Penilaian Konsep Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan metrik penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke dalam metrik (Ulrich dan Eppinger, 2001: 139). Pada penilaian konsep diadakan analisis yang lebih terperinci, serta mengevalusi kuantitatif yang lebih terhadap konsep yang tersisa dengan menggunakan metrik penilaian sebagai pedoman. Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%. Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah konsep yang memiliki ranking tertinggi. Hasil penilaian akan disajikan dalam metrik seleksi penilaian konsep di bawah ini.
158
Tabel 4.19 Metrik Seleksi Penilaian Konsep Konsep 1 Kriteria Seleksi Kemudahan penggunaan Kemudahan penanganan Ukuran Daya tahan Desain Kemudahan untuk diproduksi Multifungsi Fleksibel
3
Philips (referensi) Nilai Rating Beban
Beban
Rating
Nilai Beban
Rating
Nilai Beban
25%
3
0.75
3
0.75
3
0.75
10%
3
0.3
3
0.3
3
0.3
5% 15% 5%
3 5 3
0.15 0.75 0.15
3 5 3
0.15 0.75 0.15
3 3 3
0.15 0.45 0.15
10%
2
0.2
2
0.2
3
0.3
15% 15% Total Nilai
4 5
0.6 0.75
4 2
0.6 0.3
3 3
0.45 0.45
3.65
3.2
3
Peringkat
1
2
3
Lanjutkan
Ya
Tidak
Pada kriteria kemudahan penggunaan diberi nilai 25% karena kriteria ini merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh konsumen. Pada kriteria kemudahan penanganan dan kriteria kemudahan diproduksi diberi nilai 10% serta kriteria daya tahan, kriteria multifungsi dan kriteria fleksibel pada gagang lampu diberi nilai 15% dikarenakan kriteria dibutuhkan oleh konsumen. Kriteria ukuran dan kriteria desain hanya diberi nilai sebesar 5% dikarenakan desain dan ukuran tidak terlalu bermasalah bagi konsumen. Kriteria tersebut berdasarkan pada survei bobot kepentingan kebutuhan pelanggan.
159
Pada penilaian konsep, Philips pun dijadikan referensi, dikarenakan pengguna lampu belajar rata-rata menggunakan lampu belajar Philips. Maka nilai yang terdapat pada Philips ini yaitu nilai 3. Pada kriteria seleksi kemudahan penggunaan, konsep 1, dan 3 mempunyai nilai 3, yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai kemudahan penggunaan yang sama dengan datum. Seperti, datum dan konsep-konsep yang ada mempunyai switch on/off yang juga merupakan pengatur intensitas cahaya. Pada kriteria kemudahan penanganan, konsep 1 dan konsep 3 mempunyai nilai 3 dibandingkan datum. Hal ini dikarenakan pada konsep 1 dan konsep 3 memiliki nilai kemudahan penanganan yang sama dengan datum, seperti subsitusi lampu. Pada kriteria seleksi ukuran, konsep 1, dan 3 mempunyai nilai 3, yaitu konsepkonsep tersebut memiliki nilai ukuran yang kurang lebih sama dengan datum, yaitu panjang sekitar 200 mm, lebar sekitar 150 mm, dan tinggi sekitar 400 mm. Pada kriteria seleksi daya tahan, konsep 1 dan konsep 3 mempunyai nilai (+) dibandingkan datum, yaitu sebesar 5. Hal ini dikarenakan pada konsep 1 dan konsep 3 memiliki nilai daya tahan yang lebih dibanding datum, seperti adanya recharger baterai. Pada kriteria seleksi desain, konsep 1, 2, 3, dan 4 mempunyai nilai (+), yaitu sebesar 3. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut memiliki nilai desain yang lebih dibanding datum. Dimana, konsep-konsep tersebut didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik sehingga dapat memotivasi dalam belajar.
160
Pada kriteria seleksi kemudahan diproduksi, konsep 1, dan 3 mempunyai nilai 2, yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai kemudahan diproduksi kurang dibanding datum. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut dapat diletakkan di atas meja maupun dijepit sehingga memiliki bentuk yang lebih kompleks. Pada kriteria seleksi multifungsi, konsep konsep 1, dan 3 mempunyai nilai 4, yaitu konsep-konsep tersebut memiliki nilai multifungsi yang lebih dibanding datum. Hal ini dikarenakan konsep-konsep tersebut didesain dengan agar lampu belajar tersebut dapat juga digunakan sebagai lampu tidur. Pada kriteria seleksi fleksibel, konsep 1 mempunyai nilai 5 dibandingkan datum, yaitu pada konsep 1 memiliki nilai fleksibel yang lebih dibanding datum, seperti cahaya lampu dapat difokuskan. Sedangkan, pada konsep 3 memiliki nilai fleksibel kurang dibanding datum dikarenakan pada gagang lampu konsep tersebut kurang fleksibel. Hasil dari penilaian konsep bahwa konsep yang ke-1 mempunyai total nilai yang lebih besar dibandingkan dengan konsep yang ke-3 sehingga konsep yang ke-1 diteruskan ke tahap yang selanjutnya yaitu pengujian konsep.
4.2.2.3 Pengujian Konsep Pengujian konsep dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua konsep untuk diuji. Pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini menitikberatkan
161
pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang (Ulrich dan Eppinger, 2001: 152). Survei dilakukan kembali dengan metode menyebarkan kuisioner sejumlah 50, jumlah ini dianggap sudah cukup mengingat sudah banyaknya survei yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Dan menurut teorema batas sentral (central limit theorem), untuk ukuran sampel yang cukup besar, (n > = 30), rata-rata sampel akan terdistribusi di sekitar rata-rata populasi yang mendekati distribusi normal (Cooper dan Emory, 1996: 227). Konsep yang diuji memang sudah mewakili kebutuhan yang sudah teridentifikasi, tetapi perlu diuji untuk mengetahui minat pelanggan untuk membeli.
162
Tabel 4.20 Tabel Survei Pengujian Konsep SURVEI PENGUJIAN KONSEP – Lampu Belajar Responden yang terhormat, Saya mahasiswa Universitas Bina Nusantara Teknik Industri yang sedang menyusun skripsi tentang pengembangan produk pada lampu belajar. Mohon bantuannya untuk mengisi pertanyaan di bawah ini. Atas bantuan Anda saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Apakah Anda sedang atau pernah menggunakan lampu belajar? Ya / Tidak (Jika jawabnya adalah “tidak” kami mengucapkan terimakasih dan survey berakhir sampai di sini.) Apakah Anda sering merasa kesulitan menggunakan lampu belajar? (Jika jawabnya adalah “tidak” kami mengucapkan terimakasih dan survey berakhir sampai di sini.) Dalam hal apa sajakah Anda menggunakan lampu belajar ............................................ Bagaimanakah lampu belajar yang Anda inginkan?....................................................... Berikut ini adalah penjelasan produk Lampu belajar selain menggunakan tenaga listrik juga menggunakan baterai recharger sehingga dapat digunakan pada saat listrik padam. Pada lampu belajar terdapat lampu tidur. Gagang pada lampu belajar dapat dicopot sehingga lampu belajar dapat juga digunakan sebagai senter. Bagian dasar pada lampu belajar dapat dijepit pada meja. Pangkal atas pada gagang lampu belajar dapat diputar 180• sehingga cahaya lampu dapat diarahkan. Cahaya pada lampu belajar dapat diatur intensitasnya dan pula dapat difokuskan. Gagang pada lampu belajar dapat diatur ketinggiannya. Lampu belajar didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik. Jika harga pada lampu belajar berkisar Rp 150000 – 250000, bagaimana peluang anda untuk membeli barang ini dalam satu tahun mendatang? Saya pasti tidak akan membeli lampu belajar
Saya mungkin tidak Saya mungkin akan membeli atau tidak membeli lampu belajar lampu belajar
Saya mungkin membeli lampu belajar
Saya pasti akan membeli lampu belajar
163
Tabel 4.21 Hasil Survei Pengujian Konsep Pilihan Pasti tidak akan membeli Mungkin tidak akan membeli Mungkin atau tidak akan membeli Mungkin akan membeli Pasti akan membeli
Jumlah responden 12 8 15 12 13
Presentase (%) 24 16 30 24 26
Q NxAxP Nilai N pada produk lampu belajar ini ditetapkan sebagai jumlah keseluruhan mahasiswa di DKI Jakarta diperkirakan 1,250,000 orang. Nilai ini didapat dari jumlah mahasiswa di DKI Jakarta pada tahun ajaran 1994/1995 sebanyak 778,004 orang dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5% (depdiknas.go.id, 2001). Dari hasil survei pengujian konsep diperoleh proporsi sampel ”pasti akan membeli lampu belajar” sebesar 0.26, dan proporsi ”mungkin akan membeli lampu belajar” sebesar 0.24 (jumlah ini merepresentasikan proporsi responden yang menunjukkan keinginan untuk membeli dalam satu tahun mendatang). Dan pengembang mengharapkan 40 persen dari mahasiswa yang menjadi target pasar akan menyadari keberadaan produk dan dengan senang hati menghubungi dealer terdekat. P Cdefinitely xFdefinitely xC probably xFprobably P 0.4 x0.26 x0.2 x 0.24 P 4.992 x103 Q 1,250,000 x 0.4 x 4.992 x103 2,496 unit untuk tahun pertama
164
4.2.3 Arsitektur Produk Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik (Ulrich dan Eppinger, 2001: 173-174). Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 173-174). Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk. Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.
4.2.3.1 Skema Produk Membuat skema produk merupakan langkah pertama dari menetapkan arsitektur produk. Skema harus mencerminkan pemahaman tim yang terbaik mengenai kondisi produk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 180). Namun bukan berarti skema harus mengandung setiap detail yang dipikirkan. Aturan yang baik adalah menempatkan kurang dari 30 elemen ke dalam skema untuk pembuatan arsitektur produk. Jika produk merupakan suatu sistem yang kompleks, yang melibatkan ratusan elemen
165
fungsional, akan berguna untuk menghilangkan beberapa elemen lainnya menjadi fungsi tingkatan yang lebih tinggi untuk dikomposisikan.
Listrik/Baterai
Switch on / off
Transformasi arus AC ke DC
Bola lampu
Cover body
Alas Penjepit
Aliran energi atau tenaga Aliran sinyal atau data
Gambar 4.14 Skema Produk Lampu Belajar
Produk lampu belajar ini mempunyai enam elemen fisik, yaitu cover body, alas, listrik/baterai, transformasi arus AC ke DC, switch on/off, dan bola lampu. Dimana masing-masing elemen tersebut diimplementasikan terhadap fungsi dasar produk. Cover body adalah bagian paling luar dari produk lampu belajar ini. Cover body ini berfungsi sebagai pelindung pengguna dari panas yang dihasilkan, sebagai pelindung dari arus listrik, dan juga sebagai penunjang struktural bagi lampu belajar itu sendiri. Oleh karena itu cover body dibuat dari plastik ABS yang tahan panas hingga 105•.
166
Alas merupakan bagian dasar dari produk lampu belajar ini. Dimana alas berfungsi sebagai chasis tambahan dari lampu belajar yang mempermudah lampu belajar tersebut untuk digeser-geser di atas meja. Listrik/ baterai merupakan sumber tenaga bagi produk lampu belajar ini. Tanpa adanya tenaga listrik/ baterai maka lampu belajar ini tidak dapat digunakan. Transformasi arus AC ke DC merupakan fungsi dasar dari produk lampu belajar ini. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar yang dapat digunakan walaupun listrik padam menggunakan recharger baterai. Transformasi arus AC ke DC digunakan untuk menyalurkan energi dari sumber tenaga ke sumber cahaya, yaitu lampu. Swicth on/off adalah tombol penghubung dengan pengguna. Yang merupakan sinyal utama berfungsi-nya keseluruhan mekanisme pada lampu belajar ini. Terakhir, bola lampu merupakan sumber cahaya pada produk lampu belajar ini. Bola lampu dapat memberikan penerangan di saat belajar, membaca maupun menggambar.
4.2.3.2 Kelompok Elemen Langkah kedua dalam menetapkan arsitektur produk adalah mengelompokkan elemen-elemen pada skema. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema yaitu menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 182). Alternatif pada satu sisi mungkin sesuatu yang ekstrim. Pada sisi ekstrim lainnya, tim dapat saja memutuskan bahwa produk hanya mempunyai satu chunk utama dan kemudian berusaha untuk mengintegrasikan semua elemen
167
produk secara fisik. Kenyataannya, mempertimbangkan semua kemungkinan pengelompokkan elemen akan menghasilkan banyak alternatif. Salah satu prosedur untuk mengatur kompleksitas alternatif adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap elemen pada skema akan ditugaskan terhadap satu chunk tersendiri. Kemudian secara bertahap dilakukan pengelompokkan jika memungkinkan.
Sumber tenaga
User interface
Listrik/Baterai
Switch on / off
Transformasi arus AC ke DC
Bola lampu
Kabel bantalan tenaga
Sumbar cahaya
Pelindung Cover body
Alas Penjepit Chasis Tambahan
Aliran energi atau tenaga Aliran sinyal atau data
Gambar 4.15 Kelompok Elemen Lampu Belajar
Cover body merupakan chunk pelindung pada produk lampu belajar ini. Sedangkan alas merupakan chunk chasis tambahan pada produk lampu belajar ini. Antara chunk pelindung dan chunk chasis tambahan ini terdapat aliran tenaga. Hal ini dikarenakan
168
antara chunk tersebut dibutuhkan tenaga dari pengguna untuk menyatukan cover body dan alas bila diperlukan. Listrik atau baterai merupakan chunk sumber tenaga pada produk lampu belajar ini. Transformasi arus AC ke DC merupakan chunk kabel bantalan tenaga pada produk lampu belajar ini. Dan Bola lampu merupakan chunk sumber cahaya bagi produk lampu belajar ini. Dimana antara chunk sumber tenaga, chunk kabel bantalan tenaga dan chunk sumber cahaya terdapat aliran energi. Hal ini dikarenakan listrik/ baterai mensupplai energi untuk lampu belajar tersebut. Dimana energi yang disupplai ditransformasikan arus AC ke DC menuju bola lampu. Hal inilah yang menyebabkan lampu menyala. Sedangkan, switch on/off merupakan chunk user interface pada produk lampu belajar tersebut. Pada chunk ini terdapat aliran sinyal atau data. Hal ini dikarenakan, jika pengguna menekan tombol swicth on/off maka terdapat aliran sinyal atau data yang menyebabkan keseluruhan mekanisme berfungsi.
4.2.3.3 Susunan Geometris Langkah ketiga dalam menetapkan arsitektur produk adalah membuat susunan geometris yang masih kasar. Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik (dari triplek atau busa, sebagai contoh) yang terdiri dari dua atau tiga dimensi (Ulrich dan Eppinger, 2001: 184). Pembuatan susunan geometris akan mendorong tim untuk mempertimbangkan apakah antarmuka antar chunk cukup layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk.
169
Pada tahap ini, tim akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif susunan geometris dan kemudian memilih yang terbaik.
Gambar 4.16 Susunan Geometris Lampu Belajar
4.2.3.4 Interaksi Fundamental dan Insidental Dan mengidentifikasikan interaksi fundamental dan insidental merupakan langkah terakhir (keempat) dari menetapkan arsitektur produk. Interaksi fundamental adalah interaksi yang sesuai dengan garis skema yang menghubungkan satu chunk dengan chunk lainnya atau proses yang sangat mendasar dari suatu sistem operasi) (Ulrich dan Eppinger, 2001: 185). Sedangkan interaksi insidental yaitu interaksi yang
170
muncul akibat implikasi elemen fungsional menjadi bentuk fisik tertentu atau karena pengaturan geometris dari chunk (Ulrich dan Eppinger, 2001: 185).
Cover body
Pemasangan
Alas Penjepit
Switch on / off
Listrik/Baterai
Distorsi panas
Transformasi arus AC ke DC
Distorsi panas
Bola lampu
Gambar 4.17 Diagram Insidental Lampu Belajar
Pada cover body dan alas dapat disatukan guna mempermudah produk lampu belajar ini untuk digeser-geser di atas meja. Dimana penyatuan antara cover body dan alas diperlukan tenaga dari pengguna sehingga memungkinkan terjadinya interaksi insidental pada waktu pemasangan. Pada listrik/baterai dengan transformasi arus AC ke DC terdapat pemindahan aliran energi yang dapat menimbulkan panas. Begitu pula antara transfomasi arus AC ke DC dengan sumber cahaya. Dimana terdapat pemindahan aliran energi yang dapat menimbulkan panas.
171
4.2.4 Desain Industri 4.2.4.1 Kebutuhan-Kebutuhan Ergonomik Tabel 4.22 Tabel Kebutuhan Ergonomik Kebutuhan
Level Kepentingan
Penjelasan Peringkat
Ergonomik Kemudahan
Rendah
Sedang
Tinggi
pemakaian
Lampu belajar sangat dibutuhkan di saat belajar. Maka fungsi produk harus
mampu
memberitahukan
melalui desainnya. Kemudahan
Rendah
Sedang
Tinggi
perawatan
Jika produk lampu belajar ini berdebu, hanya dibersihkan dengan lap kering.
Kuantitas
Rendah
Sedang
Tinggi
Terdapat beberapa interaksi pada
interaksi
produk lampu belajar ini, seperti
pemakai
pengatur intensitas cahaya lampu, peng-fokus
lampu,
pengatur
ketinggian lampu. Pembaruan
Rendah
Sedang
Tinggi
Pembaharuan
interaksi
pemakai
interaksi
pada pengatur intensitas cahaya
pemakai
lampu,
peng-fokus
lampu
dan
recharger baterai sehingga masih diperlukan studi yang teliti. Keamanan
Rendah
Sedang
Tinggi
Produk
lampu
memperhatikan
belajar kualitas
ini
cahaya
sehingga melindungi mata dari kerusakkan pemakaian lama.
apalagi
pada
172
Pada faktor kemudahan pemakaian, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan lampu belajar sangat dibutuhkan di saat belajar, maka diperlukan pengoperasian yang cukup mudah. Misalkan, untuk mengatur ketinggian pada lampu belajar hanya dengan membengkokkan gagang lampu belajar yang fleksibel hingga didapat ketinggian yang diinginkan pengguna. Pada faktor kemudahan perawatan, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini cukup mudah dalam hal perawatan. Jikalau lampu ini berdebu, cukup dibersihkan hanya dengan menggunakan lap kering. Pada faktor kuantitas interaksi pemakai, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan yang sedang. Hal ini dikarenakan interksi dengan pemakai hanya terdapat pada pengatur ketinggian, pengatur intensitas cahaya, pengatur fokus cahaya. Pada faktor pembaruan interaksi pemakai, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pada produk lampu belajar ini terdapat beberapa fungsi baru sesuai dengan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan teknologi yang telah ada, seperti pengatur intensitas cahaya, pengatur fokus cahaya, dan lampu belajar yang dapat digunakan walaupun listrik padam. Pada faktor keamanan, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan yang tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini memperhatikan kualitas cahaya sehingga melindungi mata dari kerusakan apalagi pada pemakaian lama.
173
4.2.4.2 Kebutuhan-Kebutuhan Estetis Tabel 4.23 Tabel Kebutuhan Estetis Kebutuhan Estetis Diferensiasi
Level Kepentingan Rendah
Sedang
Produk
Penjelasan Peringkat
Tinggi Produk
lampu
belajar
ini
merupakan produk yang dapat memberikan
penerangan
dalam
belajar walaupun listrik padam. Gengsi
Rendah
Sedang
Tinggi Produk lampu ini didesain dengan
Kepemilikan,
berbagai
Mode,
dilengkapi dengan warna-warna
atau
Kesan
yang
bentuk
menarik
yang
untuk
lucu
dapat
memotivasi dalam belajar. Motivasi Tim
Rendah
Sedang
Tinggi Produk lampu belajar ini didesain sesuai
dengan
kebutuhan
pelanggan, tim terus melakukan inovasi yang menarik. Sehingga tim merasa bangga untuk terus melaksanakan proses perencanaan dan produksi produk.
Pada faktor differensiasi produk, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini merupakan produk yang dapat memberikan penerangan dalam belajar walaupun listrik padam. Maka dari itu differensiasi produk akan sangat dibutuhkan untuk menciptakan daya tarik estetis dari produk.
174
Pada faktor gengsi kepemilikan, mode, atau kesan, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Produk lampu ini didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik untuk dapat memotivasi dalam belajar. Sehingga produk ini mampu menanamkan kebanggaan bagi pemakai. Pada faktor motivasi tim, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan inovasi-inovasi yang dilakukan pada lampu belajar ini membuat tim merasa bangga untuk terus melakukan proses perencanaan dan produksi produk.
4.2.4.3 Konseptualisasi Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri membantu tim untuk membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik dengan sendirinya menfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini, desainer industri berkonsentrasi menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Desainer industri membuat sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep sketsa itu dikenal dengan thumbnail sketch. Sketsa-sketsa ini adalah yang cepat dan tak mahal untuk mengeksperesikan ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan. Konsep-konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan penyelesaian teknis selama masa penggalian. Konsep-konsep ini dikelompokkan dan
175
dievaluasi oleh tim berdasarkan kebutuhan pelanggan, kemungkinan teknis, biaya dan pertimbangan manufaktur.
Gambar 4.18 Sketsa Kasar Lampu Belajar
4.2.4.4 Perbaikan Awal Pada fase perbaikan awal, desainer industri membuat model dari konsep yang paling menjanjikan. Model lunak (soft model) biasanya dibuat dalam skala penuh dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah metode kedua yang tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa, digunakan untuk mengevaluasi konsep. Meskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna karena
176
model
ini
membantu
tim
pengembangan
untuk
mengekspresikan
dan
mengvisualisasikan konsep produk kedalam bentuk tiga dimensi.
Gambar 4.19 Gambar Model Produk
4.2.4.5 Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model lunak dan sketsa menjadi model kasar dan gambaran informasi-intensif yang dikenal dengan rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan penggunaan produk. Yang digambarkan dalam bentuk dua atau tiga dimensi,
177
rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai produk. Rendering sering digunakan untuk studi warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan fungsi produk yang diajukan.
Gambar 4.20 Dimensi Akhir Lampu Belajar Tampak Samping
178
Gambar 4.21 Dimensi Akhir Lampu Belajar Tampak Depan
179
Gambar 4.22 Dimensi Akhir Lampu Belajar Tampak Atas
Pada produk lampu belajar mempunyai panjang total sebesar 200 mm, lebar total sebesar 150 mm, dan tinggi total sebesar 400 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk panjang total dan lebar total dilihat dari ukuran lebar fungsional maksimal (ibu jari ke jari lain) pada persentil 95th wanita Asia. Untuk tinggi total dilihat dari ukuran jarak dari siku ke ujung jari pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia).
180
Pada diameter gagang lampu berkisar 30mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Nilai ini didapat berdasarkan dari diameter genggam maksimum pada persentil 95th wanita Asia. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Dan pada panjang gagang lampu belajar sebesar 200 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari tinggi total lampu belajar sebesar 400 mm, ketebalan alas penjepit, dan tinggi badan lampu belajar. Pada lebar badan lampu belajar sebesar 150 mm, nilai ini didapat berdasarkan dari lebar dari baterai recharger, dan dua buah trafo yang ada di dalamnya. Begitu pula pada tinggi badan lampu belajar sebesar 150 mm, nilai ini didapat berdasarkan dari tinggi dari baterai recharger, dan dua buah trafo yang ada didalamnya. Sedangkan pada lebar kepala lampu belajar sebesar 100 mm, nilai ini didapat berdasarkan dari proposional antara lebar kepala dan lebar badan lampu belajar. Dan pada tinggi kepala lampu belajar sebesar 100 mm, nilai ini didapat berdasarkan dari proposional antara tinggi kepala dan tinggi badan lampu belajar. Pada tinggi tombol on/off, nilai yang digunakan berdasarkan dari ukuran persentil 95th untuk wanita Asia. Untuk ketinggian tombol on/off dilihat dari ukuran panjang tangan pada persentil 95th wanita Asia. Dan ketinggian tersebut juga diperhatikan dari ketinggian dari alas lampu belajar. Persentil 95th digunakan karena persentil 95th mengakomodasikan 95% populasi (Nyoman, 2003: 52). Wanita Asia dikarenakan
181
wanita ukuran minimum yang digunakan, sedangkan Asia karena pemasaran produk lampu belajar ini adalah di Indonesia (kesamaan etnis Asia). Pada tinggi alas penjepit lampu belajar sebesar 60 mm. Nilai ini didapat berdasarkan dari ukuran buka alas penjepit lampu belajar sebesar 30 mm, dan ketebalan bagian atas dan bagian bawah alas penjepit. Pada cover lampu mempunyai diameter kecil sebesar 30 mm dan diameter besar sebesar 150 mm. Nilai pada diameter kecil pada cover lampu didapatkan dari ukuran diameter rumah lampu. Sedangkan nilai pada diameter besar cover lampu didapatkan dari luas daerah penyebaran cahaya lampu yang diinginkan.
4.2.4.6 Penilaian Dalam Desain Industri Tabel 4.24 Tabel Penilaian Dalam Desain Industri Kategori Penilaian
Level Kepentingan
Kualitas dari Rendah
Sedang
Tinggi
Penjelasan Peringkat Produk lampu belajar ini mudah
antarmuka
digunakan dan nyaman. Seperti:
pengguna
pengatur
intensitas
cahaya,
tombol hanya tinggal diputar sesuai keinginan. Daya
tarik Rendah
emosional
Sedang
Tinggi
Produk lampu ini didesain dengan berbagai
bentuk
yang
lucu
dilengkapi dengan warna-warna yang
menarik
untuk
memotivasi dalam belajar.
dapat
182
Kemampuan
Rendah
Sedang
Tinggi
Produk lampu belajar ini mudah
untuk
untuk mengganti lampu yang
memelihara
rusak dengan lampu subsitusi.
dan memperbaiki produk Penggunaan yang
Rendah
Sedang
Tinggi
tepat
Produk lampu belajar ini terbuat dari plasti ABS yang tahan panas
dari sumber
sehingga plastik tidak mudah meleleh akibat dari panas yang dihasilkan.
Diferensiasi produk
Rendah
Sedang
Tinggi
Produk
lampu
belajar
ini
merupakan produk yang dapat memberikan penerangan dalam belajar walaupun listrik padam.
Pada kategori kualitas antar muka pengguna, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini mudah digunakan dan nyaman. Seperti: pengatur intensitas cahaya, tombol hanya tinggal diputar sesuai keinginan. Produk ini pun dirancang berdasarkan prinsip ergonomi guna menghindari ketidaknyamanan pada saat digunakan oleh konsumen. Pada kategori daya tarik emosional, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu ini didesain dengan berbagai bentuk yang lucu dilengkapi dengan warna-warna yang menarik untuk dapat
183
memotivasi dalam belajar. Sehingga produk ini mampu menanamkan kebanggaan bagi pemakai maupun tim pengembang. Pada kategori kemampuan untuk memelihara dan memperbaiki produk, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini mudah untuk mengganti lampu yang rusak dengan lampu subsitusi. Dan, jikalau lampu ini berdebu, cukup dibersihkan hanya dengan menggunakan lap kering. Pada kategori penggunaan yang tepat dari sumber, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini terbuat dari plastik ABS yang tahan panas sehingga plastik tidak mudah meleleh akibat dari panas yang dihasilkan. Pada kategori differensiasi produk, produk lampu belajar ini diberi level kepentingan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan produk lampu belajar ini merupakan produk yang dapat memberikan penerangan dalam belajar walaupun listrik padam.
184
4.2.5 DFM
Gambar 4.23 OPC Lampu Belajar
185
Gambar 4.24 Struktur Produk Lampu Belajar
186
Tabel 4.25 Tabel BOM No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8
Level 1 .2 ..3 ..3 .2 ..3 ..3 1
Description Assembly 2 Assembly 1 Cover Body Cover Head Sub Assembly 2 Cover Lampu Gagang Lampu Alas Penjepit
Kode A2 A3 CB CH SA2 CL GL AP
Quantity 1 1 1 1 1 1 1 1
BOM UOM Each Each Each Each Each Each Each Each
Dari BOM dan OPC maka dapat dilakukan penghitungan biaya komponen dan biaya produksi/unit pada awal tahap DFM. Untuk memperkirakan biaya produksi digunakan asumsi-asumsi dan data-data di bawah ini:
Harga komponen-komponen yang digunakan pada produk lampu belajar. Dimana harga-harga tersebut didapat dari informasi penjualan eceran.
Tabel 4.26 Tabel Biaya Komponen Standar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Plastik ABS (Acrylinitrile Butadiene Styrene) Kabel kecil Timah Baut Trafo Kawat Kabel colokan Switch on/off Rumah lampu
Harga Rp 9,000/kg Rp 500/m Rp 500/m Rp 2,000/pak Rp 500/buah Rp 5,000/m Rp 3,500/m Rp 1,500/buah Rp 1,000/buah
187
Tabel 4.27 Tabel Biaya Komponen Lainnya No 1 2
Komponen Sealed Lead-Acid recharger baterai Lampu
Harga per unit Rp 30,000/buah Rp 20,000/buah
Upah Minimum Propinsi DKI Jakarta adalah Rp 1,000,000/bulan. Biaya tenaga kerja / detik = =
UMR / bulan hari ker ja / bulan * Jam ker ja / hari * 3600 dtk
=
1,000,000 25 * 8 * 3600
=
1.39
≈ Rp 2.00/detik
Hari kerja adalah 25 hari per bulan dengan jam kerja adalah 8 jam per hari.
Harga mesin moulding injection + Rp 300,000,000.
Berdasarkan OPC waktu siklus 1 unit adalah 444 detik.
Biaya overhead diambil 10% dari biaya komponen (baik komponen standar maupun komponen lainnya) dan 80% dari biaya perakitan.
Dari data-data dan asumsi-asumsi diatas maka dapat diperkirakan biaya produksi dari 1 unit lampu belajar bila dijalankan sesuai proses yang tertera pada OPC.
188
Tabel 4.28 Tabel Biaya Perkiraan Komponen Standar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Plastik ABS Kabel kecil Timah Baut Trafo Kawat Kabel colokan Switch on/off Rumah lampu Total
Harga per unit Rp 9,000 Rp 250 Rp 25 Rp 400 Rp 1,000 Rp 2,500 Rp 3,500 Rp 1,500 Rp 1,000 Rp 19,175
Material-material tersebut termasuk dalam komponen standar, dikarenakan material-material tersebut yang akan dipakai pada pembuatan produk. Pada komponen plastik ABS untuk satu unit produk lampu belajar Rp 9,000, dikarenakan untuk satu unit produk tersebut dibutuhkan sekitar satu kilogram biji plastik ABS. Pada komponen kabel kecil untuk satu unit produk lampu belajar Rp 250, dikarenakan kabel yang dibutuhkan untuk produk tersebut sekitar 50 cm. Komponen timah pada produk lampu belajar ini digunakan untuk menyambungkan kabel-kabel yang digunakan pada produk lampu belajar tersebut sehingga timah yang dibutuhkan sekitar Rp 25. Komponen baut pada produk lampu belajar ini digunakan untuk menggabungkan baterai recharger pada salah satu bagian dari produk lampu belajar tersebut sehingga mur yang dibutuhkan sekitar Rp 400. Komponen trafo pada produk lampu belajar ini dibutuhkan sebanyak dua buah guna mengurangi tegangan yang ada sehingga trafo yang dibutuhkan sekitar Rp 1,000. Komponen kabel colokan
189
digunakan untuk menyalurkan listrik pada lampu belajar sehingga dibutuhkan sekitar Rp 3,500. Komponen switch on/off pada produk lampu belajar dibutuhkan satu buah sehingga switch on/off yang dibutuhkan sekitar Rp 1,500. Begitu pula pada rumah lampu pada produk lampu belajar dibutuhkan satu buah sehingga rumah lampu yang dibutuhkan sekitar Rp 1,000.
Tabel 4.29 Tabel Biaya Perkiraan Komponen Lainnya No 1 2
Komponen Sealed Lead-Acid recharger baterai Lampu Total
Harga per unit Rp 30,000 Rp 25,000 Rp 55,000
Material-material tersebut termasuk dalam komponen lainnya, dikarenakan materialmaterial tersebut dibuat dari pabrik atau pemasok. Komponen baterai pada produk lampu belajar ini digunakan untuk menyalakan lampu pada saat listrik padam sehingga baterai yang dibutuhkan satu buah baterai, yaitu sekitar Rp 30,000. Komponen lampu pada produk lampu belajar ini dibutuhkan sebagai penerangan di saat belajar sehingga lampu yang dibutuhkan satu buah lampu sekitar Rp 25,000.
190
Tabel 4.30 Tabel Perkiraan Biaya Perakitan
No 1 2 3 4 5
Komponen Cover Body Cover Head Cover Lampu Gagang Lampu Alas Penjepit
Waktu Waktu Waktu Penanganan Perakitan Total 119 25 144 46 25 71 84 25 109 46 25 71 46 25 71
Harga Per Detik Rp 2 Rp 2 Rp 2 Rp 2 Rp 2
Total Harga Rp 288 Rp 142 Rp 218 Rp 142 Rp 142 Rp 932
Biaya perakitan ini berdasarkan jumlah operator pada masing-masing proses pembuatan. Biaya ini kami ambil dari UMR di DKI Jakarta yaitu Rp 1,000,000 per orang. Adapun kami konversikan menjadi biaya berdasarkan jumlah waktu kerja masing-masing operator per hari selama hari kerja. Waktu pengerjaan produk kami ambil berdasarkan proses operasi dan proses perakitan masing-masing part produk.
Tabel 4.31 Tabel Perkiraan Biaya Overhead Biaya Overhead dari biaya komponen Biaya Overhead dari biaya perakitan
= Rp 7,418 = Rp 746 Total Biaya = Rp 8,164
Biaya overhead ini didapat dari
Biaya overhead diambil 10% dari harga material dan,
80% dari biaya perakitan.
191
Tabel 4.32 Tabel Perkiraan Biaya Manufaktur Biaya Manufaktur - Biaya Komponen - Biaya Perakitan - Biaya Overhead
= = = Total Biaya =
Rp 74,175 Rp 932 Rp 8,164 Rp 83,271
Dari tiap jenis biaya kemudian dijumlahkan sehingga mendapatkan biaya manufaktur Rp 83,271. Biaya tersebut masih dapat ditekan dengan meminimasi biaya atau waktu produksi.
Tabel 4.33 Tabel Pengurangan Biaya Komponen Standar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Plastik ABS Kabel kecil Timah Baut Trafo Kawat Kabel colokan Switch on/off Rumah lampu Total
Harga per unit Rp 9,000 Rp 250 Rp 25 Rp 400 Rp 1,000 Rp 2,500 Rp 3,500 Rp 1,500 Rp 1,000 Rp 19,175
Pada biaya komponen standar pengurangan tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan komponen-komponen standar tersebut berkualitas denga harga yang relatif murah.
192
Tabel 4.34 Tabel Pengurangan Biaya Komponen Lainnya No 1 2
Komponen Sealed Lead-Acid recharger baterai Lampu Total
Harga per unit Rp 30,000 Rp 20,000 Rp 50,000
Penurunan biaya terletak pada lampu. Hal ini dikarenakan karena prediksi awal penggunaan lampu tersebut adalah dengan kualitas yang bagus. Akan tetapi, ternyata terdapat unit dengan harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
Tabel 4.35 Tabel Pengurangan Biaya Perakitan
No 1 2 3 4 5
Komponen Cover Body Cover Head Cover Lampu Gagang Lampu Alas Penjepit
Waktu Waktu Waktu Penanganan Perakitan Total 119 25 144 46 25 71 84 25 109 46 25 71 46 25 71
Harga Per Detik Rp 2 Rp 2 Rp 2 Rp 2 Rp 2
Total Harga Rp 288 Rp 142 Rp 218 Rp 142 Rp 142 Rp 932
Pada biaya perakitan pengurangan tidak dapat dilakukan lagi. Hal ini dikarenakan perencanaan tersebut sudah dianggarkan.
Tabel 4.36 Tabel Pengurangan Biaya Overhead Biaya Overhead dari biaya komponen Biaya Overhead dari biaya perakitan
= Rp 6,918 = Rp 746 Total Biaya = Rp 7,664
193
Biaya perakitan ini didapat dari biaya overhead diambil 10% dari harga material dan, 80% dari biaya perakitan. Dikarenakan terjadi pengurangan pada biaya material, maka terjadi pengurangan pula pada biaya overhead.
Tabel 4.37 Tabel Pengurangan Biaya Manufaktur Biaya Manufaktur - Biaya Komponen - Biaya Perakitan - Biaya Overhead
= = = Total Biaya =
Rp 69,175 Rp 932 Rp 7,664 Rp 77,771
Dari pengurangan biaya tersebut, tentu saja akan menyebabkan biaya manufaktur yang lebih murah. Sehingga terjadi pengurangan biaya manufaktur dari Rp 83,271 menjadi Rp 77,771.
4.2.6 Prototype Prototype sebagai sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian (Ulrich dan Eppinger, 2001: 259). Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek produk yang menarik bagi tim pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Definisi ini menyimpang dari penggunaan umumnya, dimana mencakup bermacam bentuk prototype seperti penggambaran konsep, model matematika, dan bentuk fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk.
194
Gambar 4.25 Produk Lampu Belajar Atas (a)
Gambar 4.26 Produk Lampu Belajar Atas (b)
195
Gambar 4.27 Produk Lampu Belajar Atas (c)
Gambar 4.28 Produk Lampu Belajar Atas (d)
196
Gambar 4.29 Produk Lampu Belajar Depan
Gambar 4.30 Produk Lampu Belajar Tampak Samping (a)
197
Gambar 4.31 Produk Lampu Belajar Tampak Samping (b)