BAB 2 Landasan Teori dan Kerangka Pemikiran 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2005) mendefinisikan manajemen sebagai “The process of coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other people.” Dyck dan Neubert (2009) mendefinisikan manajemen sebagai “the process of planning, organizing, leading and controlling human and other organization’s resources in order to achieve organizational goals.” Henri Fayol (seperti yang dikutip oleh Robbins dan Coulter, 2005) mengatakan bahwa para manajer dari organisasi melaksanakan lima fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Kebanyakan buku yang membahas manajemen masih menggunakan kelima fungsi manajemen ini sebagai acuan tetapi kemudian dikondensasi dan dijadikan empat fungsi dasar yang sangat penting, yaitu: 1. Planning adalah fungsi manajemen yang di dalamnya termasuk proses mendefinisikan tujuan, menyusun strategi untuk mencapai tujuan tersebut dan mengembangkan perencanaan untuk diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan perusahaan.
2. Organizing adalah fungsi manajemen yang di dalamnya termasuk proses menentukan tugas-tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan, siapa yang melaksanakannya, bagaimana mengelompokkan tugas-tugas ini, siapa harus melaporkan kepada siapa, dan di mana keputusan akan dibuat. 3. Leading adalah fungsi manajemen yang di dalamnya melibatkan memotivasi bawahan, melibatkan individu atau kelompok untuk bekerja, memilih saluran komunikasi yang terbaik, atau urusan-urusan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan kelakuan para karyawan. 4. Controlling adalah fungsi manajemen yang di dalamnya termasuk kegiatan memonitor kinerja aktual, membandingkannya dengan standar yang ada, dan mengambil tindakan bila diperlukan. Manajemen sendiri memiliki beberapa peranan yang dapat digambarkan dengan melihat peranan para manajer dalam pekerjaannya. Peranan manajemen atau management roles (Robbins dan Coulter, 2005) adalah kategori spesifik dari perilaku manajerial yang di dalamnya terdapat interpersonal roles yaitu peranan manajerial di mana di dalamnya melibatkan orang-orang dan kewajibankewajiban lainnya yang bersifat seremonial dan simbolik; informational roles yang
termasuk
di
dalamnya
kegiatan
menerima,
mengumpulkan
dan
menyampaikan informasi; decisional roles adalah peranan manajerial yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengambilan keputusan. Jadi, manajemen merupakan serangkaian kegiatan untuk menyusun rencana dan mencapai rencana tersebut secara efektif dengan pengelolaan sumber
daya yang dimiliki secara efisien dan dituntun dengan kepemimpinan yang baik serta disertai dengan pengendalian yang dilakukan secara objektif. 2.1.2 Manajemen Pengetahuan/Knowledge Management 2.1.2.1 Knowledge/Pengetahuan Saat ini dunia memasuki perekonomian berbasis pengetahuan/knowledge yakni ketika bisnis mulai bergeser dari manufaktur ke pelayanan atau service economy. Pada era ekonomi berbasis knowledge, peran elemen produksi seperti lahan, tenaga kerja kasar, dan modal konvensional atau alat produksi sudah mulai mengecil. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak lagi berdasarkan kuantitas tetapi berdasarkan kualitas. Peter F. Drucker memiliki keyakinan bahwa “knowledge has become the key economic resource and the dominant and perhaps even the only source of comparative advantage.” Housel dan Bell (2005) mengartikan knowledge sebagai: “an ideational (i.e., conceptual rather than physical) construct generated through the agency of the human mind.” Metaxiotis dan Psarras (2003) berpendapat bahwa “knowledge belongs to the family of steadily increasing invisible corporate assets that include management system, patents, brand identity and corporate reputation.” Cara
yang
lebih
mudah
untuk
memahami
makna
dari
knowledge/pengetahuan adalah melalui pemahaman atas tahapan dari evolusi pembelajaran. Seperti tergambar dalam figure di bawah ini, yang dikenal sebagai DIKW (data, information, knowledge, wisdom) pyramids.
Sumber: gargasz.info (2012) Gambar 2.1 DIKW Pyramids Secara umum, kita mengenal data sebagai fakta-fakta yang masih mentah, dan information sebagai kumpulan dari data-data yang telah terkelola dengan baik. Kemudian pada level berikutnya terdapat knowledge yang dipandang sebagai informasi yang bermakna atau pun pengertian yang diperoleh melalui proses pembelajaran, investigasi, observasi, ataupun pengalaman. (Zeleny seperti yang dikutip Metaxiotis dan Psarras, 2003). Sementara itu wisdom atau kebijaksanaan diperoleh ketika seseorang mendapatkan pengetahuan baru melalui transformasi yang terjadi dari kumpulan pengalaman-pengalaman di masa lalu. Ikuko Tanaka
dalam Harvard
Business
Review
on
Knowledge
Management mengilustrasikan bahwa terdapat dua jenis knowledge yang sangat berbeda, yaitu: •
Explicit knowledge yang besifat formal dan sistematik sehingga sangat mudah untuk dikomunikasikan dan dibagikan, seperti dalam bentuk
spesifikasi produk atau rumus-rumus atau formula-formula yang ilmiah atau program-program computer. •
Tacit knowledge yang bersifat lebih personal yang sangat susah untuk dirumuskan apalagi dibagikan dan berakar pada tindakan dan komitmen individual dalam konteks yang yang spesifik. Tacit knowledge di dalamnya terdapat kemampuan teknikal yang informal yang susah untuk diwariskan yang diistilahkan dengan “know-how”. Pada saat yang bersamaan tacit knowledge memiliki dimensi kognitif yang sangat penting yang di dalamnya termasuk mental models, keyakinan serta pandangan yang susah untuk diartikulasikan. Organisasi-organisasi selalu berupaya untuk memanfaatkan serangkaian
sumber pengetahuan yang dapat diperoleh, yang dimiliki oleh individu-individu yang terlibat di dalam knowledge system yang dikendalikan oleh organisasi tersebut. Organizational knowledge mengumpulkan pengetahuan dari berbagai sumber yang berbeda, termasuk di dalamnya pencatatan pengetahuan yang dilakukan oleh organisasi melalui system atau data house yang bekerja, explicit knowledge yang terdokumentasi dengan baik dan dapat diakses, dan tacit knowledge yang dimiliki oleh para karyawan konsumen, para pemegang saham dan para stakeholders. Dalam beberapa system pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi yang besar, bahkan melibatkan database informasi, situs resmi perusahaan, serta perpustakaan dan bagian arsip organisasi.
2.1.2.2 Konsep Knowledge Management Debowski (2006) mengartikan Knowledge Management atau manajemen pengetahuan sebagai “the process of indentifying, capturing, organizing, and disseminating the intellectual assets that are critical to the organization’s long term performance.” IBM
Consulting
Group
mendefinisikan
knowledge
management
(KM)/manajemen pengetahuan sebagai “a set of practices that allows or enables organization to create, understand, and utilize what they know.” Lin dan Wei (2004) menyatakan bahwa “knowledge management is established on the ‘enterprise knowledge’, which promotes the enterprises to accumulate core competency through extraction and innovation of knowledge, so as to realize the visions and the objectives of the enterprises.” Jadi manajemen pengetahuan atau knowledge management/KM adalah suatu cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya dan meningkatkan daya
saingnya
melalui serangkaian
kegiatan pengelolaan
pengetahuan yang dimiliki organisasi tersebut mulai dari mengumpulkan, mengorganisirnya hingga menyebarkannya ke seluruh anggota organisasi. 2.1.2.2.1 Manfaat Implementasi Knowledge Management Paul L. Tobing (2007) melihat manfaat dari implementasi knowledge management di berbagai bidang sebagai berikut: a) Bidang operasi dan pelayanan
Dalam industri manufaktur, pekerja melakukan aktifitas yang berulang sesuai dengan instruksi kerja untuk menghasilkan produk yang berwujud atau tangible. Sedangkan dalam industri jasa, tindakan-tindakan yang dilakukan pekerja bersifat unik dan membutuhkan proses pengambilan keputusan yang kompleks berdasarkan pengertian dan pengetahuan yang dimiliki oleh para pekerjanya. Pekerjaan ini disebut knowledge work dan pekerjanya disebut knowledge worker. Perusahaan seperti ini akan memiliki customer knowledge yang terkelola dengan baik sesuai dengan prinsipprinsip knowledge management dan dapat diakses oleh para pekerjanya untuk membantu mereka memberikan pelayanan yang terbaik kepada para customer. b) Bidang pengembangan dan kompetensi personil Suatu proses pembelajaran terjadi dalam siklus yang berkelanjutan yang dimulai dari akuisisi pengetahuan dan dilanjutkan dengan pengaplikasian dalam proses bisnis perusahaan. Munculnya knowledge baru dari proses ini lah yang kemudian disebut knowledge creation. Knowledge ini kemudian dipelihara dan di-share kembali sehingga dapat diakuisisi dan dimanfaatkan kembali secara luas. c) Bidang pemeliharaan ketersediaan knowledge Skill dan knowledge yang dimiliki oleh para pekerja dalam sebuah perusahaan perlu dikelola oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya knowledge loss, yakni suatu kondisi di mana perusahaan kehilangan knowledge yang dibutuhkannya, walaupun sebenarnya knowledge tersebut
pernah dimiliki dan dipergunakan oleh perusahaan. Hal ini terjadi karena seorang pekerja yang memiliki knowledge keluar dari perusahaan dan belum mentransfer knowledge yang dimilikinya ke memory perusahaan atau pekerja lainnya. Hal ini akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan. d) Bidang inovasi dan pengembangan produk Salah satu produk dari knowledge management adalah proses pembelajaran yang berimplikasi terhadap peningkatan kemampuan inovasi yaitu dengan terciptanya knowledge baru. Inovasi yang dikombinasikan dengan kebutuhan pelanggan akan menjadi solusi atau produk yang efektif dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh pelanggan. KM dapat mengakselerasi proses pengembangan baru, karena KM sendiri mempromosikan dan menyediakan media untuk kolaborasi dan knowledge sharing. Semua manfaat dari knowledge management yang dikemukakan di atas akan berujung pada peningkatan produktivitas atau kinerja yang pada akhirnya akan meningkatkan value dari suatu organisasi yang merupakan dampak logis dari peningkatan kepuasan pelanggan, penambahan jumlah pelanggan, penurunan biaya operasi, terjaminnya ketersediaan knowledge, dan terciptanya produkproduk atau layanan-layanan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. 2.1.2.2.2 Faktor-faktor Penting Dalam Implementasi Knowledge Management Paul L. Tobing (2007) juga menguraikan factor-faktor penting yang mendukung implementasi dari knowledge management, yaitu sebagai berikut:
a) Manusia Pada dasarnya knowledge yang berada di dalam pikiran manusia berupa tacit knowledge yang merupakan 80% dari komposisi knowledge dan sisanya 20% berupa explicit knowledge. Sebagai sumber dari knowledge, manusia juga berperan sebagai pelaku dari proses-proses yang terjadi di dalam KM. Jika proses seperti knowledge sharing dan creation tidak dapat berjalan makan persoalan utamanya adalah karena tidak adanya kemampuan dan kemauan manusia untuk melakukannya. b) Leadership Peran yang paling penting yang harus dijalankan oleh pemimpin dalam suatu organisasi adalah membangun visi yang kuat yang dapat menggerakkan seluruh anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai visi tersebut. Untuk suksesnya implementasi knowledge management, maka para pemimpin harus mengerahkan kapasitas intelektual dan sumber daya yang di bawah kendalinya
dalam
menginspirasi,
menyusun
dan
terjun
langsung
mengkonduktori implementasi KM untuk mewujudkan visinya. Pemimpin harus mampu membentuk budaya organisasi yang baru dengan mengarahkan partisipasi semua anggotanya organisasi dalam mewujudkan visinya dengan intensi dan determinasi yang kuat. c) Teknologi Perkembangan teknologi informasi menjadikannya sebagai salah satu enabler dalam KM. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi maka semakin banyak proses yang diotomatisasi dan juga semakin banyak
pekerja yang menghabiskan waktunya untuk berkutat dengan komputer baik untuk melakukan pekerjaan analisis maupun mengeksekusi proses bisnis dan berkomunikasi. Selain berfungsi sebagai media untuk mendistribusikan knowledge, penggunaan teknologi informasi dalam knowledge management juga sangat berperan dalam mengeksekusi berbagai proses di KM yaitu: •
Akusisi knowledge
•
Kodifikasi knowledge
•
Validasi, pemeliharaan integritas knowledge.
•
Pengamanan knowledge
•
Memonitor pemanfaatan knowledge.
d) Organisasi Organisasi berkaitan dengan pegangan aspek operasional dari aset-aset knowledge, termasuk fungsi-fungsi, proses-proses, struktur organisasi formal dan informal, ukuran dan indicator pengendalian, proses penyempurnaan, dan rekayasa proses bisnis. Organisasi yang supportif terhadap KM adalah organisasi yang menghargai knowledge yang dimilikinya, serta sangat fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Organisasi yang hendak mengimplementasikan KM harus merancang fungsi-fungsi, proses-proses serta struktur dan menata ulang mekanisme koordinasi, interaksi dan aliran informasi. e) Learning Learning organization adalah suatu keterampilan organisasi dalam lima aktifitas utamanya, yaitu:
•
Penyelesaian masalah secara sistematis.
•
Pengujicobaan pendekatan-pendekatan baru.
•
Belajar dari pengalaman di masa lalu.
•
Belajar dari praktek terbaik.
•
Sharing knowledge secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.
Proses learning menjadi sangat penting dalam KM, karena melalui proses inilah, diharapkan munculnya ide-ide, inovasi dan knowledge baru yang menjadi komoditas utama yang diproses dalam KM. 2.1.2.2.3 Tahap-tahap Dalam Knowledge Development Pengetahuan merupakan suatu elemen yang lain daripada yang lain dalam dunia bisnis, semakin pengetahuan sering digunakan maka akan semakin baik pula kualitas pengetahuan itu. Knowledge berevolusi dan kembali dibentuk melalui proses dalam menghadapi kejadian-kejadian baru, informasi, atau pertemuan dengan orang-orang.
Knowledge yang tinggal di dalam seorang
individu adalah pengetahuan personal yang dapat diakses oleh orang lain atau tersimpan dengan baik dalam suatu system sebagai artefact. Debowski (2006) menjelaskan artefact sebagai “Knowledge sources which may be reused and redeveloped by others. They are valuable mechanism for sharing the outcomes of knowledge creation.” Pengetahuan organisasional sangat bergantung pada kontribusi dari para anggotanya baik secara kolektif maupun individual. Organisasi-organisasi
semakin memahami knowledge creating dan inovasi sebagai inti dari bisnis mereka, karena semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk berinovasi dan berkreasi menghasilkan karya baru. Proses dari terciptanya knowledge sangatlah dinamis dan responsif, berikut adalah jabaran dari fase-fase terbentuknya organisational knowledge menurut Debowski (2006): 1. Knowledge Sourcing Merupakan fase mengidentifikasi celah antara apa yang diketeahui dan apa yang tidak diketahui yang merupakan stimulus dari proses terciptanya pengetahuan. Organisasi kemudian akan merespon celah pengetahuan yang ada dengan meninjau kembali sumber-sumber informasi yang dimiliki oleh individu maupun sumber lain yang dimiliki oleh organisasi. Proses di mana mengumpulkan sumber-sumber knowledge ini lah yang kemudian disebut knowledge sourcing. Sumber-sumber dari knowledge dapat meliputi knowledge milik individu di dalam perusahaan, arahan dari para ahli seperti konsultan, ataupun pencatatan yang telah dilakukan oleh organisasi melalui sistemnya. Pembelajaran dari pengalaman di masa lampau merupakan sumber dari pengetahuan tersendiri, terutama apabila permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan masih berada dalam tahap investigasi dan memiliki implikasi sumber daya yang signifikan pada organisasi. Knowledge sourcing merupakan tahap yang sangat penting dalam proses knowledge creation. Kekayaan dan aksesibilitas dari sumber yang dikenal dan tersedia sangat mempengaruhi hasilnya. 2. Knowledge abstraction
Setelah menganalisa sumber dari pengetahuan, prinsip-prinsip dan konsepkonsep serta teori-teori umum akan dihasilkan untuk membangun konstruksi dari suatu knowledge yang baru. Proses ini disebut knowledge abstraction yang membantu untuk membingkai pengetahuan yang didapat dari sumbersumber pengetahuan tersebut dan membentuknya menjadi knowledge baru dari haluan-haluan dan isu-isu utama yang sedang muncul. 3. Knowledge conversion Dari dasar-dasar yang abstrak, knowledge kemudian akan dikonversikan ke dalam berbagai bentuk aplikasi yang berguna, yang dapat diujicobakan dan dibagikan kepada orang lain. Knowledge conversion adalah suatu fase di mana berbagai ide dan prinsip akan didefinisikan kembali dalam hasil yang lebih spesifik. Terdapat 2 bentuk dari hasil knowledge conversion, yaitu: •
Codified knowledge yang merupakan knowledge yang dapat direkam dan diakses oleh orang lain ketika mereka membutuhkannya. Juga dapat berkembang menjadi artefact seperti model, persamaan dan petunjuk.
•
Embodied knowledge adalah tacit knowledge yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dibagikan kepada orang lain melalui cerita, ungkapan, ataupun nasehat pribadi ketika diperlukan. Knowledge jenis ini lebih susah diakses tanpa melakukan interaksi dengan yang menciptakannya.
4. Knowledge diffusion Knowledge diffusion adalah penyebaran knowledge baik yang codified maupun yang embodied. Dalam suatu organisasi proses difusi pengetahuan ini dapat dilakukan dengan media komunikasi (seperti news letter, intranet,
pertemuan, seminar atau video), meperagakan cara-cara baru dan demonstrasi atau pelatihan prosedur-prosedur khusus. Difusi yang baik terjadi ketika para penerima knowledge dapat mengerti dan mengintegrasikan wawasan yang mereka terima dalam diri mereka. 5. Knowledge development and refinement Knowledge biasanya akan kembali terbentuk dan diuji cobakan melalui berbagai pengalaman baru dan feedback. Proses dari evolusi knowledge ini disebut knowledge development and refinement yang sangat penting dalam KM yaitu memastikan bahwa knowledge yang dihasilkan tetap mengalir dan bermanfaat. 2.1.2.2.4 5P Dalam Knowledge Management Strategis Knowledge management merupakan suatu proses perubahan sosial dan pengembangan sistemik yang sangat kompleks yang sangat bergantung pada 5 kunci utama untuk dapat terintegrasi secara menyeluruh dengan organisasi, yaitu (Debowski, 2006): 1. Planning KM
strategik
membutuhkan
perencanaan
yang
menyeluruh.
Proses
perencanaan harus menjelaskan tujuan dari pengetahuan tersebut dan menetapkan nilai-nilai dan proses-proses yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Baik jangka panjang maupun jangka pendek haruslah didefiniskan dengan jelas. Juga dibutuhkan pemantauan dan penilaian untuk memastikan bahwa strategi yang telah direncanakan diimplementasikan dengan baik. 2. People
Manusia adalah pemiliki knowledge, yang megelola sistem-sistem dan prosesproses yang sedang berlangsung. Komitmen dari mereka yang dari proses pengetahuan secara strategis sangatlah penting secara keseluruhan. Mereka harus diyakinkan bahwa KM adalah bagian dari manajemen strategis yang sangat penting. 3. Processes Prinsip-prinsip dalam KM haruslah dilaksanakan dengan baik dalam lingkungan kerja yang efektif. Penjajaran dari strategi, prinsip, proses dan pelaksanaan haruslah dengan hati-hati dikelola untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip dalam KM tidak hilang ketika diimplementasikan. 4. Products Setiap organisasi menghasilkan output dan produk dari pengetahuan mereka yang akan diberikan kepada para klien. Dengan focus pada core knowledge akan membantu untuk mengindentifikasi rangkaian dari produk knowledge yang dapat diolah, memperkuat definisi yang dimiliki, ditangkap, dikelola dan didistribusikan. Identifikasi dan dorongan untuk berbagi produk dari knowledge haruslah direncanakan dengan seksama, mengingat tujuannya adalah agar semua knowledge yang berharga itu dapat dijaga dan diakses sehingga tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek dari organisasi dapat dipenuhi. 5. Performance Knowledge management perlu untuk ditinjau ulang secara terus-menerus untuk meyakinkan bahwa investasi yang telah dilakukan oleh organisasi baik
secara financial maupun secara social secara positif mempengaruhi modal intelektual dan social dari suatu organisasi. KM membutuhkan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui seberapa baik KM telah terintegrasi dengan konteks bisnis suatu organisasi. Hasil yang diharapkan dan keberhasilan dari kinerja KM yang sukses haruslah dijelaskan secara jelas kepada para anggota organisasi. 2.1.2.2.5 Sistem Manajemen Pengetahuan Sistem manajemen pengetahuan merupakan basis teknologi untuk penerapan manajemen pengetahuan yang efisien di dalam suatu organisasi. Sistem manajemen pengetahuan merupakan komponen yang sangat penting dalam strategi pengetahuan secara keseluruhan, karena dianggap sebagai alat untuk melakukan distribusi dan aplikasi dari pengetahuan di dalam suatu organisasi. Sistem manajemen pengetahuan memberikan potensi bagi organisasi untuk menciptakan suatu platform yang menyatu dan bersifat fungsional di mana banyak kegiatan pengetahuan dapat mengalir dan bertemu. Sistem manajemen pengetahuan memenuhi banyak sekali tujuan dan beroperasi dari beberapa prinsip dasar. Sistem manajemen pengetahuan menyediakan dukungan teknis agar proses penciptaan dan pertukaran pengetahuan dapat terjadi dengan bebas dan terbuka di antara para stakeholder di dalam suatu organisasi. Sistem manajemen pengetahuan
juga
menyediakan
saluran
bagi
para
penggunanya
untuk
mendapatkan, mendokumentasikan, mentransfer, menciptakan dan menerapkan
pengetahuan sehingga dapat memenuhi tujuan dan proritas dari penerapan manajemen pengetahuan di dalam suatu organisasi. Robertson (seperti yang dikutip oleh Debowski, 2006) memaparkan kegunaan lebih lanjut dari suatu sistem manajemen pengetahuan yang meliputi kemampuan untuk menjaga rekaman dan penyimpanan dari semua aset elektronik organisasi, secara otomatis menyusun aset-aset tersebut ke dalam indeks, mengkategorikan
dan
menganotasi
rekaman-rekaman
yang
dimiliki,
memungkinkan pencarian di dalam sistem penyimpanan, dan menyediakan platform yang memungkinkan pendistribusian pengetahuan secara menyeluruh di dalam organisasi. Di dalam sistem manajemen pengetahuan terdapat serangkaian subsistem, termasuk di dalamnya sistem manajemen konten yang mengendalikan kontenkonten intelektual yang terdapat di dalam subsistem tertentu, business process management system yang menggambarkan proses-proses yang dibutuhkan untuk mendukung praktek bisnis di dalam organisasi, web content management capabilities yang fokus untuk membangun suatu website yang dari mana para pengguna dapat mengakses sistem manajemen pengetahuan, dan aplikasi-aplikasi yang dapat membantu para mengguna untuk menciptakan knowledge. Subsistemsubsistem ini ini men-support end user dan menyediakan interface yang mudah digunakan (user friendly). Debowski (2006) mengatakan bahwa proses membangun, meningkatkan, dan mengganti suatu sistem haruslah terkelola dengan baik. Para stakeholder
haruslah terlibat di dalam keseluruhan proses pengembangannya. Proses menentukan tujuan, kebutuhan dan spesifikasi dari sistem manajemen pengetahuan akan membantu untuk mendapatkan hasil yang baik dari penerapan manajemen pengetahuan. Selama implementasi, pengarahan para pengguna dan penerimaan mereka terhadap sistem juga akan berkontribusi terhadap keberhasilan sistem ini. Hal yang paling penting adalah kesadaran bahwa suatu sistem manajemen pengetahuan membutuhkan maintenance yang berlanjut atas semua komponennya sehingga dapat tetap relevan, mutakhir dan bernilai bagi organisasi. 2.1.2.3 Knowledge Management dan Perguruan Tinggi Menurut Budiastuti (draft disertasi, 2012), pada kajian pendidikan tinggi, knowledge selain merupakan unsur pembentuk keunggulan bersaing yang berkesinambungan, knowledge juga merupakan value yang diciptakan oleh perguruan tinggi untuk disampaikan kepada konsumennya. (Rowley, 2000). Sehingga, perspektif knowledge pada perguruan tinggi mengandung pengertian penggalian knowledge secara internal dan eksternal, baik sebagai sumberdaya maupun sebagai output dari proses pengembangan knowledge management yang dijalankan oleh perguruan tinggi itu sendiri.
Davenport (1998) membagi
pelaksanaan knowledge management dalam empat proses utama, yaitu: 1. Menyediakan tempat penyimpan knowledge. 2. Memperbaiki akses pada knowledge. 3. Memajukan lingkungan knowledge. 4. Mengelola knowledge sebagai asset.
Penting bagi perguruan tinggi untuk menyediakan tempat yang dapat menyimpan knowledge yang tercetak maupun yang berbentuk digital. Fasilitas ini tentu saja juga membutuhkan penggunaan teknologi informasi yang unggul dalam mengelolanya. Selanjutnya knowledge haruslah dilihat sebagai asset yang bernilai tinggi bagi organisasi ini. Ikujiro Nonaka (1998) mengatakan “In an economy where the only certainty is uncertainty, the one source of lasting competitive advantage is knowledge. And yet, few managers understand the true nature of the knowledge-creating company-let alone how to manage it.” Hal ini menunjukkan betapa bernilainya knowledge bagi perusahaan apalagi bagi perguruan tinggi yang merupakan organisasi yang bertumpu pada sumber daya manusia. Perguruan tinggi akan melihat produk bahan ajar yang dikembangkan melalui pemanfaatan knowledge management sebagai aset yang berharga. Memanfaatkan manajemen pengetahuan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan akan meningkatkan kualitas keputusan itu sendiri, sehingga perguruan tinggi tidak mengulangi kesalahan yang sama dari masa lalu. Tantangannya
adalah
bagaimana
perguruan
tinggi
mampu
mengembangkan organisasi yang dengan budaya knowledge creation, knowledge sharing, dan knowledge utilization, serta bagaimana membangun suatu sistem kerja yang mampu menggunakan knowledge management untuk menciptakan keunggulan
kompetitif,
terutama
melalui
keunggulan
program-program
pendidikan yang tercermin dalam kurikulum yang menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan kebutuhan industri yang saat ini semakin ketat persaingannya dan menuntut banyak keunggulan.
2.1.3 Manajemen Inovasi Inovasi telah membentuk manusia dalam kehidupan sehari-hari mereka dalam setiap jaman. Kekuatannya adalah apa yang digunakan oleh para sejarahwan dan arkeolog untuk mendefinisikan periode-periode dalam sejarah peradaban manusia. Mulai dari zaman batu, zaman perunggu, zaman besi, zaman industry, zaman energy atom, era digital, dan seterusnya. Makna dari inovasi dapat terlihat dari asal katanya dari bahasa Latin, nova yang berarti baru. Sesuatu yang secara umum dimengerti sebagai pengenalan dari hal atau metode baru. Richard Luecke (2009) mendefinisikan inovasi sebagai “the embodiment, combination, and/or synthesis of knowledge in original, relevant, valued new products, processes, or services.” Menurut Roger (seperti yang dikutip oleh Dasgupta et al., 2009) inovasi adalah “an idea, practice or an object that is perceived as a new way by an individual or other unit of adoption.” Sementara itu Peter Drucker (seperti yang dikutip oleh Alstete et al., 2010) mengakatan bahwa inovasi merupakan “the application of knowledge to produce new knowledge.” Luecke (2009) juga membedakan inovasi kedalam 2 jenis yang berbeda, yaitu: •
Incremental innovation is generally understood to exploit existing forms of technologies. It either improves on something that already exist or reconfigures the existing form or technology to serve some others purposes.
•
Radical innovation is something new to the world and a departure from existing technology or methods. Inovasi merupakan keberhasilan ekonomi berkat adanya pengenalan cara
baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output (teknologi) yang menghasilkan perubahan besar atau drastis dalam perbandingan antara nilai guna yang dipersepsikan oleh konsumen atas manfaat suatu produk (barang dan/atau jasa) dan harga yang ditetapkan oleh produsen. (Fontana, 2011) Inovasi akan dikatakan bermanfaat, ketika dapat menciptakan nilai lebih bagi semua stakeholder terlebih bagi konsumen, masyarakat, dan lingkungan hidup serta tentu saja bagi organisasi itu sendiri. Avanti Fontana (2011) mendefinisikan manajemen inovasi sebagai proses menatakelola inovasi agar menghasilkan kesuksesan secara sosial dan ekonomi secara efisien dan efektif dan dengan memampukan seluruh sumber daya organisasi, yang sudah ada di dalam organisai atau yang diperoleh secara baru dari luar organisasi, dan yang mengacu pada prinsip-prinsip manajemen inovasi dan prinsip-prinsip inovasi. Innovation management atau manajemen inovasi adalah suatu kegiatan pengelolaan
inovasi-inovasi
yang
dihasilkan
supaya
dapat
memberikan
kesuksesan ekonomi dan social yang didapatkan melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh organisasi secara efisien dan efektif.
2.1.3.1 Prinsip-prinsip Manajemen Inovasi Terdapat delapan prinsip manajemen inovasi menurut Avanti Fontana (2011) yang dipaparkan satu per satu pada bagian berikut ini: 1. Kepemimpinan yang inovatif Prinsip pertama adalah kepemimpinan. Inovasi yang berhasil membutuhkan visi yang jelas yang didefinisikan oleh kepemimpinan dalam organisasi dan oleh penciptaan lingkungan yang memungkinkan visi tersebut disebarkan, dibagikan, dan dimiliki oleh semua orang dalam organisasi dan semua kolaborator organisasi. Kepemimpinan
adalah
proses
di
mana
seseorang
atau
sekelompokan orang (tim) memainkan pengaruh atas orang (tim) lain, menginspirasikan, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka untuk mencapai sasaran dan tujuan spesifik. Pedoman kepemimpinan yang visioner,
inspiratif,
menghargai
martabat
manusia
seutuhnya,
mendahulukan kepentingan yang lebih besar, dan berintegritas dapat menjadi acuan para pemimpin organisasi dan masyarakat. 2. Pengelolaan resiko inovasi Tantangan inovasi yang kedua adalah mengetahui bagaimana mengelola resiko. Semua inovasi pasti mengandung resiko. Perusahaan perlu mengembangkan sistem untuk mengatasi resiko. Termasuk di sini adalah memastikan bahwa para karyawan kunci dalam organisasi bertingkahlaku sebagai inovator dan pengusaha (intrapreneur), dan mereka dapat menularkan semangat yang sama kepada para rekan kerja
dan kolaborator organisasi lainnya yang ada di dalam dan di luar organisasi. 3. Kreatifitas dalam organisasi Kreativitas bisnis adalah salah satu pemicu penting dalam inovasi. Kreativitas adalah orisinalitas yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. Kreativitas bisnis adalah gabungan dari: •
Keahlian (expertise). Keahlian adalah kapasitas intelektual seseorang untuk berpikir luas, bereksplorasi dan memecahkan masalah.
•
Kemampuan dan keterampilan berpikir kreatif dan imajinatif (creative-thinking skills). Berpikir kreatif adalah bagaimana cara orang menangani masalah dan mencari solusi serta bagaimana memanfaatkan ide-ide yang ada dengan kombinasi yang baru agar dihasilkan cara baru memecahkan
masalah
dan
solusi
optimal,
kemampuan
memecahkan masalah dengan cara yang segar dan penuh ketekunan. •
Motivasi. Motivasi menentukan apa yang sebenarnya orang akan lakukan dengan segala keahlian dan kemampuan berpikir kreatifnya. Terdapat enam elemen penunjang kreativitas bisnis yang dapat
direalisasikan dalam praktik usaha dan manajemen organisasi, yaitu:
tantangan, kebebasan, sumber daya, fitur pembagian pekerjaan yang sesuai, dukungan manajemen atau manajer/atasan, dan dukungan dari organisasi. 4. Integrasi dalam organisasi. Untuk melaksanakan inovasi dengan berhasil, seluruh organisasi harus merasa memiliki inovasi: jiwa dan spirit inovasi yang mendarah daging dalam organisasi. Tim manajemen puncak dan tim operasional dalam organisasi harus bergerak bersama sejak tahap awal proses inovasi hingga tahap akhir proses inovasi, dalam suatu rantai nilai inovasi. Integritas organisasi adalah konsep kunci dalam inovasi. Esensi dari mengorganisasikan inovasi adalah menata kelola integrasi berkelanjutan dari banyak pelaku dan pengaruh. Praktek-praktek inovasi yang berhasil menunjukkan bahwa kebutuhan integrasi dalam organisasi dapat berbeda intesitasnya pada setiap tahap atau fase proyek atau pada setiap tahapan aktivitas rantai nilai inovasi atau proses inovasi. 5. Manajemen proyek inovasi Tantangan berikutnya
dalam inovasi
adalah implementasi.
Keunggulan dalam manajemen proyek berkaitan dengan sisi implementasi inovasi. Terdapat tujuh tantangan utama dalam menatakelola sebuah proyek. 1) Kemampuan dalam membuat perencanaan, dan menerapkan sistem yang sesuai untuk memonitor penyimpangan dari rencana dan
mengawasi sehingga penyimpangan tidak terjadi atau mengendalikan penyimpangan yang terjadi. 2) Mengatur semua pemangku kepentingan dalam proyek baik yang menentang maupun yang mendukung agar upaya inovasi berhasil. 3) Pengelolaan aliran informasi. 4) Menentukan manajer proyek yang handal yang cukup berpengaruh untuk menggerakkan organisasi menyelesaikan pekerjaannya dan antusias tentang hasil akhir proyek inovasi dan mampu membangun tim proyek yang bermotivasi tinggi dan mampu melaksanakan proyek. 5) Memenuhi sasaran dalam setiap pengembangan produk sebagai sebuah produk inovasi yaitu: kriteria desain dengan kualitas tinggi, menggunakan sumber daya seefisien mungkin, dan luncurkan serta distribusikan produk tepat waktu. 6) Menggunakan waktu dengan efisien. 7) Mengembangkan sistem yang merespon dinamika dan kompleksitas lingkungan yang tidak diharapkan atau terhadap ketidakpastian lingkungan. 6. Manajemen informasi Manajemen informasi dalam proyek ditekankan secara khusus, sebagai salah satu prinsip manajemen inovasi. Jika inovasi dilihat sebagai sebuah proses produksi maka informasi dan ide adalah bahan baku yang akan ditransformasikan menjadi produk (barang atau jasa) yang baik. Karenanya, organisasi penting memperoleh informasi dan ide berkualitas
baik dan perlu memperoleh akses yang lancer terhadap informasi dan ide yang baik tersebut. 7. Perlindungan karya inovasi Mengelola cara organisasi untuk memperoleh penghasilan, imbal jasa, dan penghargaan atas hasil inovasi. Untuk itu perlu dilakukan proteksi atau perlindungan atas produk (barang dan/atau jasa) inovatif organisasi. Jawaban atas tantangan ini adalah penggunaan paten dan hak cipta. Seiring kedua hal ini tidak cukup, yang lainnya adalah trade secrets, merek, monopoli atas sumber daya, ciptakan pasar kaptif (captive markets), lakukan percepatan pengembangan produk (lebih cepat disbanding perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau yang berada pada peta posisi pasar yang lama). Lakukan kombinasi-kombinasi dalam menggunakan alat-alat proteksi hasil inovasi organisasi. 8. Pemahaman akan pasar Kemampuan
tingkat
tinggi
dalam
berkomunikasi
dengan
konsumen, pelanggan, dan konsumen serta pelanggan potensial, serta pihak-pihak lain yang mempengaruhi keputusan membeli merupakan faktor fundamental keberhasilan dalam berinovasi. Inovator yang berhasil memerlukan data pasar yang baik dan mampu memimpin atau mengarahkan konsumen untuk mencoba dan membeli produk (barang dan/atau jasa) inovatif dan memberi umpan balik kepada inovator dan/atau produsen atau penjual.
Inovator perlu memiliki kemampuan mendengarkan pasar dan memberi respon secepat dan sebaik mungkin, termasuk memberi respon cepat terhadap permintaan-permintaan konsumen yang baru muncul atau yang bahkan tidak diprediksi sebelumnya. 2.1.3.2 Prinsip-prinsip Inovasi Dua prisip inovasi berikut ini adalah yang menurut Avanti Fontana (2011)
melatar
belakangi
setiap
proses
penciptaan
nilai
yang
pengelolaannya dibantu oleh delapan prinsip manajemen inovasi. Pelaksaan prinsip manajemen inovasi perlu bertolak dari dua prinsip inovasi ini, yaitu: 1) Proses penciptaan nilai dilakukan secara bekerja sama dengan konsumen. 2) Tidak satu pun perusahaan yang memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sumber daya yang cukup untuk melakukan penciptaan nilai secara bersama dengan konsumen sehingga setiap perusahaan harus belajar untuk mengakses sumber daya dari berbagai sumber. 2.1.3.3 Sumber-sumber Inovasi Richard Luecke (2009) berpendapat bahwa terdapat 6 sumber inovasi, yaitu sebagai berikut: •
New knowledge Kebanyakan dari inovasi radikal merupakan hasil dari pengetahuanpengetahuan akan hal-hal yang baru, walaupun inovasi yang berbasis
pengetahuan baru atau new knowledge dinilai lebih kuat namun secara umum proses transformasi dari inovasi kemudian dikomersialisasi menjadi produk atau jasa memakan waktu yang panjang, namun begitu hasil yang dihasilkan biasanya luar biasa. •
Customer ideas Konsumen adalah sumber dari inovasi yang sangat subur bila para salespeople, tenaga pelayanan, dan karyawan litbang mendengarkan apa yang diinginkan oleh para konsumen dan menguji kebenaran pendapat mereka. Konsumen merupakan sumber informasi terbaik atas kelemahan dari produk-produk yang dimiliki oleh perusahaan. Konsumen juga merupakan sumber terbaik untuk mengidentifikasi permasalahan yang tidak dapat terpecahkan.
•
Learning from lead user Lead user adalah perusahaan atau individu baik yang merupakan pelanggan maupun bukan yang membutuhkan sesuatu yang jauh melebihi yang sedang menjadi tren di pasar. Dengan mempelajari apa yang mereka lakukan dan butuhkan maka akan memunculkan inovasi-inovasi baru yang mungkin saja belum terpikirkan oleh perusahaan lain. Biasanya para lead user tidak ingin mengkomersialisasikan inovasi mereka. Inovasi mereka sendiri muncul karena barang yang tersedia di pasar tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka.
•
Empathetic design
Empathetic design adalah teknik untuk menghasilkan ide-ide baru yang segar dengan cara meneliti bagaimana orang-orang menggunakan produk dan jasa yang ada dan tersedia dalam lingkungan mereka sendiri. •
Invention factories Banyak perusahaan manufacturing besar menghasilkan dan mengembangkan ide-ide inovatif melalui proses penelitian dan pengembangan yang formal yang disebut juga dengan invention factories.
•
Open market innovation Open market innovation bergantung pada perputaran ide yang terjadi secara bebas di antara pihak-pihak yang terlibat di dalamnya melalui lisensi, joint ventures¸ dan kerja sama strategis.
2.1.3.4 Pendukung Inovasi dalam Organisasi Luecke (2009) mengatakan bahwa seseorang yang menjadi sumber dari suatu ide dan memiliki antusiasme, berkomitmen untuk mempromosikan dan mengimplementasikan idenya tersebut, serta bertanggungjawab untuk membawa idenya yang inovatif kepada pasar disebut champion. Seorang champion tidak dapat dibiarkan bekerja sendiri, namun ia harus didukung dan dibantu oleh banyak orang yang berada di dalam organisasinya tersebut, mulai dari atasannya, rekan setingkatnya, mentor dan bawahannya. Para pendukungnya ini kemudian dikategorikan ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut: •
Sponsors adalah seseorang yang berada pada posisi senior dan memiliki posisi penting tertentu di dalam suatu organisasi dan memiliki akses ke sumber daya yang dikuasai oleh organisasi. Orang ini biasanya memberikan
bantuan kepada champion seperti memberikan sumber daya kepadanya dan melindungi ide-idenya serta memberikan masukan tentang mungkin atau tidaknya suatu metode diimplementasikan dalam perusahaan/organisasi. •
Gate keepers biasanya merupakan para expert dalam bidang penelitian dan pengembangan, produksi atau penjualan yang dapat memberikan bantuan berupa informasi dan pengetahuan yang penting bagi champion untuk mengembangkan idenya. Seorang gate keeper memiliki kemampuan untuk menguhubungkan proyek yang sedang dikerjakan dengan para ahli dan memberikan bantuan sumber daya dan informasi yang diperlukan.
•
Opinion leaders dan influencers. Opinion leaders adalah orang-orang yang sangat dihormati karena pengetahuan, penilaian serta wawasan dan keahlian mereka. Mereka adalah orang-orang yang dimintai nasihat pada saat suatu kebijakan akan dibuat. Influencers adalah orang-orang yang berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembuatan keputusan, mereka memberikan masukan dan informasi kepada para stakeholders yang membuat keputusan. Dalam penelitian ini, innovation management ditinjau dari arahan inovasi,
sumber inovasi, proses inovasi, produk inovasi, dan penyampaian dari inovasi itu sendiri. 2.1.4 Kinerja Organisasi Stephen dan Coulter (2005) mendefinisikan kinerja sebagai ”the end result of an activity” dan kinerja organisasi sebagai ”the accumulated end result of all organisation’s works processes and activities.”
Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun tersendiri. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya manusia akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menjalankan kinerja. (Wibowo, 2007) Kinerja organisasi pada dasarnya merupakan sesuatu yang dihasilkan atau hasil kerja yang dicapai dari suatu usaha yang dinilai secara seimbang antara dimensi keuangan, dimensi pelanggan, dimensi proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan (Kaplan dan Norton, 1996). Jadi kinerja organisasi merupakan hasil akhir dari kegiatan perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuannya dengan mengimplementasikan strategistrategi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.1.4.1 Pengukuran Kinerja Organisasi Guna mengetahui tingkat kinerja suatu organisasi perlu dilakukan serangkaian tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi. Stephen dan Coulter (2005) mengatakan bahwa para manajer melakukan pengukuran kinerja dan mengendalikan kinerja organisasi karena hal ini akan membawa organisasi menuju pengelolaan aset organisasi dengan lebih baik, meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan value kepada para konsumen, dan meningkatkan ukuran pengetahuan organisasi yang semuanya berdampak pada reputasi organisasi.
Penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi: (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan “perencanaan-proses-evaluasi” selanjutnya. Proses “perencanaan-proses-evaluasi” harus dilakukan secara terus-menerus (continuous process improvement) agar faktor strategik (keunggulan bersaing) dapat tercapai. Lebih luas, penilaian kinerja organisasi mengukur aspek keuangan dan non keuangan. Pengukuran tersebut didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas dan waktu (Kaplan dan Norton, 1996; Hansen dan Mowen, 2006 ). Menurut Hill dan Jones (2004) terdapat empat kategori dasar yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bisnis/usaha, yaitu: 1. Standar bagaimana mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi sasaran efisiensi. 2. Standar mengukur sumberdaya manusia dalam organisasi. 3. Standar yang relatif tidak mudah untuk diformulasikan namun berhubungan dengan faktor-faktor kreativitas, fleksibilitas, pengambilan keputusan dan komunikasi organisasional.
4. Standar
yang
berkaitan
dengan
kemampuan
organisasi
dalam
memanfaatkan lingkungan dan mendapatkan berbagai sumberdaya yang terbatas. Choi (seperti yang dikutip oleh Chong, 2006) mengatakan bahwa pengetahuan/knowledge dan manajemennya telah dihubungkan dengan kinerja organisasi dan strategi sejak 1982. Namun, hubungan antara KM dan kinerja organisasi menjadi semakin penting pada saat dunia memasuki era ekonomi pengetahuan/knowledge economy (k-economy). Meningkatnya pengakuan atas meningkatnya aset-aset intangible terhadap kinerja organisasi (Chong, 2006). Dalam penelitian ini kinerja peruguruan tinggi yang diukur adalah melalui dimensi yang mencakup kondisi mahasiswa, kondisi penelitian, pengakuan yang diperoleh, serta keberlanjutan (sustainability) yang kesemuanya bersentuhan langsung dengan para mahasiswa sebagai pengguna jasanya. 2.1.5 Studi Pendahuluan Studi-studi yang telah dilakukan terkait dengan topik penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Studi Pendahuluan Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Kostas Metaxiotis & John
“Applying
Psarras (National Technical
Management
University of Athens, Greece)
Education: The Creation of a
pengetahuan,
Tahun: 2003
Learning Organization”
penciptaan,
in
Knowledge
Proses kreasi suatu organisasi
Higher
di mana kegiatan manajemen
penggunaan
seperti transfer
dan
pengetahuan
dijadikan prioritas merupakan suatu
solusi
emas.
learning
Suatu
organization,
berdasarkan
prinsip
manajemen
pengetahuan,
mengfasilitasi
proses
pembelajaran anggotanya
dari
semua
(peneliti
mahasiswa)
dan
dan
secara
bekerlanjutan mentransformasinya. fitur
yang
Karena
terdapat
di
dalamnya. Siong Choy Chong (Faculty
“KM Implementation and Its
Penelitian
ini
of Business and Law,
influence of Performance: An
perusahaan untuk melakukan
Multimedia University,
Empirical Evidence from
evaluasi terhadap penerapan
Melaka, Malaysia)
Malaysian Multimedia Super
manajemen pengetahuan dan
Tahun: 2006
Corridor (MSC) Companies”
memberikan terhadap yang
membantu
rekomendasi langkah-langkah
dapat
diambil
memperkecil
untuk
ketimpangan
yang terjadi. Penelitian ini membantu Malaysia
perushaan untuk
IT
memahami
hal-hal yang diperlukan untuk berhasil
dalam
bisnis masa kini.
persaingan
Meeta Dasgupta, A. Sahay,
“The
dan
Management in Innovation”
R.K.
(Management
Gupta Development
Role
of
Knowledge
Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan organisasi
struktur
yang
hierarkis
Institute, Haryana, India)
dengan sistem pengambilan
Tahun: 2009
keputusan
sentralisasi
menghalangi
pengambilan
keputusan yang cepat aplikasi
pengetahuan
dan untuk
inovasi. Program penghargaan dan
pengakuan
dengan
memberikan insentif pada para karyawan mengemukakan ideide baru dan membagikan pengetahuan dengan orangorang lain. Tacit knowledge yang
melekat
karyawan
pada
para
berdasarkan
kemampuan
mereka
meningkatkan
dapat
produktivitas
mereka dan perbaikan kinerja. Konsep
dari
penggunaan
pengetahuan di masa lampau dan pembelajaran mendorong terjadinya
kegiatan
saling
membagikan pengetahuan di antara
para
karyawan
dan
penting bagi proses lahirnya
inovasi.
Temuan
penelitian
ini
dalam membantu
pengembangan
model
konseptual yang menjelaskan hubungan
antara
faktor
yang
berbagai dapat
mempromosikan akuisisi dan aplikasi
pengetahuan
yang
dapat menghasilkan inovasi. Jeffrey W. Alstete dan John
“Structuring Innovation in the
Dalam
penelitian
ini
P. Meyer (Department of
Knowledge
terungkap
beberapa
kunci
Business and Management
Platform”
Administration, School
of Business,
Hagan Iona
Management
penting
yang
kesuksesen
menghambat implementasi
manajemen pengetahuan dan
College, New Rochelle, New
solusinya.
Melalui
York, USA)
pengembangan
Tahun: 2010
maintenance yang kuat dalam implementasi
dan
manajemen
pengetahuan, para karyawan dapat
termotivasi
kepemimpinan
oleh yang
mendukung dalam segala level sehingga dapat secara efisien dan efektif mendistribusikan pengetahuan dalam organisasi sebagai
bentuk
support
terhadap
inovasi
individual
dan organisasional.
Sumber: Hasil Studi Literatur (2012)
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Hipotesis 2 Ho:
Tidak
ada
pengaruh
implementasi
manajemen
pengetahuan terhadapap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja.
H1: Ada pengaruh implementasi manajemen pengetahuan terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. Hipotesis 3 Ho: Tidak ada pengaruh implementasi manajemen inovasi pada upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. H1: Ada pengaruh implementasi manajemen inovasi terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. Hipotesis 4 Ho:
Tidak
ada
pengaruh
implementasi
manajemen
pengetahuan dan manajemen inovasi terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja. H1: Ada pengaruh implementasi manajemen pengetahuan dan manajemen inovasi terhadap upaya perguruan tinggi swasta untuk mencapai kinerja.