Diplomasi TABLOID
No. 79 TAHUN VII
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
15 agustus - 14 september 2014
Media Komunikasi dan Interaksi
No. 79 Tahun VII
Tgl. 15 agustus - 14 SEPTEMBER 2014
www.tabloiddiplomasi.org Email:
[email protected]
TIDAKtidak DIPERJUALBELIKAN untuk diperjualbelikan
Perayaan ASEAN Day
2014 ISSN 1978-9173 www.tabloiddiplomasi.org
9
771978 917386
Meningkatkan Daya Saing Sektor Industri Hadapi MEA 2015
UNITED NATIONS OF ALLIANCE CIVILIZATIONS UNITY IN DIVERSITY BALI, 29-30 AGUSTUS 2014
Daftar Isi
No. 79 TAHUN VII
4 Fokus Utama Hadiri Rangkaian Pertemuan ASEAN Menlu RI Tunjukkan Komitmen Pada HAM, Keamanan dan Mitra Wicara ASEAN
6 Fokus Utama Masyarakat Ekonomi ASEAN Akan Efektif Memberikan Kontribusi Pada Visi Jangka Panjang ASEAN
8 Fokus Utama Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA 2015
10 Fokus ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Mengubah Regulasi dan Kebijakan Yang Lebih Berpihak Pada Pelaku Industri
Media Komunikasi dan Interaksi
14 Fokus Meningkatkan Daya Saing Sektor Industri Hadapi MEA 2015
15 Fokus Indonesia Harus Menjadi Pemain Dalam Komunitas Ekonomi ASEAN
16 Sorot
Perayaan ASEAN Day 2014
18 Sorot Indonesia Muncul Sebagai Emerging Power Dengan Memberikan Jalur Penawaran Yang Berbeda
19 Sorot Memperkuat Kinerja Ekspor Indonesia Di pasar Korea
11 Fokus
20 Lensa
12 Fokus
22 Lensa
Hadapi AEC 2015 Indonesia Harus memperkuat Daya Saing, Mengamankan Pasar Domestik Serta Mendorong Ekspor Transportasi Publik Jakarta Hadapi MEA 2015
13 Fokus MEA 2015 Akan Menempatkan ASEAN Sebagai Pasar Terbesar Ketiga Di Dunia
Diplomasi
15 agustus - 14 september 2014 TABLOID
Pertumbuhan UKM Yang dimiliki Perempuan di Indonesia berada di Peringkat Ketiga Tertinggi Di Asia Pasifik Tanzania Ingin Petaninya Belajar dari Indonesia
23 Lensa RI Dorong Kerja Sama Masyarakat Internasional di Bidang Global Health Security
20
lensa
Pertumbuhan UKM
Yang dimiliki Perempuan di Indonesia berada di Peringkat Ketiga Tertinggi Di Asia Pasifik
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Catatan Redaksi Tahun depan, negara-negara ASEAN akan menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015 yang merupakan realisasi akhir dari sebuah integrasi ekonomi yang sejalan dengan visi ASEAN 2020. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada edisi Agustus-September 2014 kali ini, Tabloid Diplomasi menampilkan tema utama mengenai kesiapan negara-negara ASEAN dalam menghadapi AEC 2015 yang didasarkan pada kepentingan bersama negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan juga inisiatif baru dengan kerangka waktu yang jelas. Tujuan utama dari AEC 2015 adalah untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekonomi. Tentunya AEC 2015 ini merupakan sebuah peluang sekaligus tantangan bagi negara-negara ASEAN khususnya Indonesia. Dalam mengahadapi AEC 2015 Indonesia harus memperkuat daya saing, mengamankan pasar domestik serta mendorong ekspor. Berkaitan dengan hal tersebut, pada edisi kali ini juga ditampilkan berbagai pandangan dari para pakar mengenai AEC 2015 dan juga kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC 2015 tersebut. Topik berikutnya adalah seputar penyelenggaraan KTT ASEAN ke-47 di Myanmar yang dirangkaikan dengan Pertemuan Tingkat Menteri dan Pejabat Senior yang telah berakhir dengan sukses dan sangat produktif. Peluang yang didapatkan dari MEA 2015 adalah bahwa perwu-
judan MEA 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia yang di dukung oleh jumlah penduduk ketiga terbesar (8 persen dari total penduduk dunia) setelah China dan India. Pada edisi kali ini juga ditampilkan mengenai keunggulan UMKM dibandingkan usaha besar, dimana salah satu keunggulan yang paling menonjol adalah kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja. UMKM memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data dari BPS 2012 menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia tahun 2011 sebesar 56,6% dan menyerap 97% dari tenaga kerja nasional. UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor. Penyelenggaraan ASEAN Day ke-47, yang dilaksanakan di Myanmar juga ditampilkan pada edisi kali ini. Dalam acara ini para pelajar tingkat SMP, SMA dan mahasiswa Perguruan Tinggi diberikan kesempatan untuk mengikuti lomba menulis esai tentang ASEAN. Acara ini juga menampilkan tarian warna-warni “We Are ASEAN” yang merupakan perpaduan gerak berbagai tarian yang ada di Negara-negara ASEAN dan dibawakan dengan apik oleh para penari muda dari Departemen Kebudayaan Myanmar. Menandai solidaritas ASEAN, Ketua ASEAN, Kedutaan Besar seluruh Negara Anggota ASEAN
PELINDUNG Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik
dan Sekretariat ASEAN juga memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan ASEAN Exhibition yang menjadi bagian dari perayaan ASEAN Day 2014. Selain itu, dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN yang ke-47 pada 8 Agustus, dan HUT RI pada 17 Agustus serta ulang tahun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ke-69 pada 19 Agustus, Kemlu RI menyelenggarakan kegiatan lari bersama ASEAN Fun Run 5K dan ASEAN Village di Taman Monumen Nasional (Monas). Topik lainnya adalah pembentukan Jaringan ASEAN untuk Perlindungan Saksi dan Korban atau ASEAN Network for Witness and Victim Protection. Jaringan ini dibentuk untuk meningkatkan kerjasama antara negara ASEAN serta badan-badan sektoral yang relevan, khususnya untuk perlindungan saksi dan korban kejahatan, termasuk kejahatan transnasional terorganisasi. Keberadaan Jaringan diharapkan bisa menambah informasi bagi negara-negara ASEAN terkait perlindungan saksi dan korban. Jaringan juga berfokus mempromosikan penelitian bersama dan pelatihan bagi personel lembaga perlindungan saksi dan korban dari negara-negara Asia Tenggara. Itulah beberapa topik yang disuguhkan pada edisi kali ini disamping juga beberapa topik menarik lainnya. Harapan kami semoga bermanfaat bagi kita semua, selamat membaca dan salam Diplomasi.[]
PENANGGUNG JAWAB/PEMIMPIN REDAKSI Direktur Diplomasi Publik Direktur Informasi dan Media Sekretaris Direktorat Jenderal IDP REDAKTUR PELAKSANA Firdaus DEWAN REDAKSI Siuaji Raja Eni Hartati I Made Subagja S. Ari Wardhana Azis Nurwahyudi Aji Setiawan Triyogo Jatmiko STAF REDAKSI Ainan Nuran Shirley Malinton Evan Pujonggo A.R. Aji Nasution Khariri Cahyono PENANGGUNG JAWAB DISTRIBUSI Tubagus Riefhan IqbaI Muji Lastari TATA LETAK DAN ARTISTIK Tsabit Latief Anggita Gumilar PENANGGUNG JAWAB WEBSITE Kistono Wahono Yulianto Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I.
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
4
FOKUS UTAMA
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Hadiri Rangkaian Pertemuan ASEAN
Menlu RI Tunjukkan Komitmen Pada HAM, Keamanan dan Mitra Wicara ASEAN channelnewsasia.com
R
angkaian pertemuan yang berlangsung selama lima hari ini menghasilkan beberapa kesepakatan ter-masuk Joint Communique 47thASEAN Foreign Ministers’ Meeting, Chairman Statement on the Post Ministerial Conference (PMC), Joint Statement on ASEAN – Norway Partnership, Plan of Action to Implement the Phnom Penh Declaration on EAS Development Initiative, dan Plan of Action to Implement ASEAN – Australia Comprehensive Partnership 2015 – 2019. ASEAN’ Minister Meeting (AMM) tidak hanya membahas mengenai ASEAN Community Building dan visi komunitas ASEAN paska 2015, namun juga isu-isu khusus seperti perkembangan di Laut Tiongkok Selatan, situasi di Jalur Gaza dan Irak, serta ditembaknya pesawat Malaysia Airlines MH-17 di wilayah Ukraina. Di bawah forum ARF, para menteri bertukar pandangan terkait isu-isu keamanan di kawasan seperti program nuklir Korea Utara, krisis di Ukraina, dan perkembangan situasi di Timur Tengah termasuk situasi di Jalur Gaza, Irak, Suriah dan Libya. Menlu RI menyampaikan bahwa tantangan yang berkembang di kawasan dan di dunia menuntut ARF untuk lebih berperan dan berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dan keamanan, terutama melalui peningkatan dialog yang lebih interaktif dan memperhatikan concerns and interests satu sama lain. Pertemuan ke-4 Menlu East Asia Summit (EAS) tanggal 10 Agustus 2014 membahas mengenai arah ke depan bagi kerja sama EAS dan mempersiapkan pertemuan KTT EAS yang akan diselenggarakan di Nay Pyi Taw, Myanmar pada bulan November 2014. Para Menlu EAS juga menyepakati untuk mensinergikan EAS dengan mekanisme yang ada di kawasan seperti ARF dan ASEAN Defence Minister Meeting – Plus (ADMM – Plus) sebagai bagian dari arsitektur regional. Menteri Luar Negeri ASEAN juga telah mengadakan pertemuan dengan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) Representatives untuk membahas implementasi Five Year Work Plan 2010-2014 dan implementasi ASEAN Human Rights Declaration. Secara khusus Menlu RI menyampaikan agar AICHR fokus kepada pelaksanaan mandat perlindungan yang belum dilaksanakan. Negara mitra sangatlah penting bagi ASEAN. Untuk mendukung majunya kerja sama di bidang pariwisata,
Rangkaian pertemuan tahunan setingkat Menteri dan para Mitra Wicara ASEAN berlangsung di Nay Pyi Taw, Myanmar (0510/08).
para Menlu ASEAN mendukung penandantangan MoU on APT (ASEAN Plus Three: Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan) Tourism Cooperation di bulan Januari 2015 mendatang. Masih dalam rangkaian pertemuan AMM Menlu ASEAN juga telah menyelesaikan rangkaian Pertemuan tingkat Menteri ASEAN dengan negara-negara Mitra
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
FOKUS UTAMA 5 gis ASEAN-India, terutama dukungan India terhadap proses pembentukan ASEAN Community 2015 dan dukungan India dalam upaya memperkuat sentralitas ASEAN. ASEAN Plus Three: Konektivitas dan Penyelesaian COC Pada pertemuan tingkat Menteri ASEAN – Republik Korea kedua pihak sepakat untuk menekankan agar pembahasan mengenai outcome documents Commemorative Summit bulan Desember 2014 segera dilakukan, guna menghasilkan outcome document untuk mendukung kemitraan ASEAN-ROK. Menlu ASEAN mengapresiasi komitmen Jepang untuk mendukung pembentukan Komunitas ASEAN melalui perpanjangan Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) 2.0 yang akan dialokasikan pada empat bidang prioritas yaitu maritime cooperation, disaster management, counter terrorism dan transnational crime, ASEAN Connectivity, serta area kerja sama lain sebagaimana tercantum dalam Vision Statement dan Implementation Plan of the Vision Statement. Menlu ASEAN juga membahas perkembangan ASEANChina Free Trade Area dengan Tiongkok. Terkait isu Laut Tiongkok Selatan, para Menlu ASEAN mengharapkan agar kemajuan pembahasan tata perilaku (COC) yang telah dicapai sejauh ini pada tahun 2011 dalamGuidelines on the DOC dapat dijadikan landasan untuk menyelesaikan Code of Conduct lebih cepat demi tercapainya kawasan yang stabil dan damai. ASEAN dan Mitra Wicara di Asia Pasifik ASEAN dan Australia menekankan pentingnya peningkatan kerja sama ASEAN – Australia dalam bidang transportasi, perdagangan, ekonomi, namun juga dalam hubungan people-to-people connectivity. Dengan Selandia Baru, kedua pihak sepakat untuk memajukan kerjasama pengembangan energi terbarukan serta menyambut peringatan 40 tahun kerja sama kemitraan ASEAN – Selandia Baru pada tahun 2015.
Wicara, yaitu: Selandia Baru, India, Republik Korea, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Australia, Kanada, Uni Eropa, Rusia, Amerika Serikat, dan Jepang. ASEAN-India: Look East Policy ASEAN menyambut baik kebijakan India yang bertajuk ‘Look East Policy’ dalam kerangka Kemitraan Strate-
Eratkan Kerja Sama dengan AS, Rusia, Kanada dan Uni Eropa Para Menlu ASEAN dan Rusia sepakat mempercepat implementasi Comprehensive Programme of Action (CPA) to Promote Cooperation between ASEAN and the Russian Federation (2005-2015) dengan memanfaatkan dana finansial persahabatan ASEAN-Rusia serta memulai penyusunan Comprehensive Programme of Action yang baru dan lebih efektif. Menlu ASEAN dan Kanada menginginkan Plan of Action to Implement Joint Declaration on ASEAN-Canada Enhanced Partnership (2010-2015) segera dilaksanakan serta sepakat meningkatkan kerja sama people-topeople dalam bentuk pertukaran pemuda, pelatihan dan pertukaran awak media, serta kerjasama bidang pendidikan. Pertemuan tingkat Menteri ASEAN – Uni Eropa menyepakati tindak lanjut Rencana Aksi Bandar Seri Begawan yang berfokus padapembentukan Komunitas ASEAN 2015, antara lain melalui pendidikan, pembangunan sumber daya alam, bahasa, pariwisata, kebudayaan,peopleto-people contact dan penanggulangan bencana alam. (sumber: Dit Polkam ASEAN/Ed.VKH/Ed.PY)
6
FOKUS UTAMA
No. 79 TAHUN VII
Masyarakat Ekonomi ASEAN Akan Efektif Memberikan Kontribusi Pada Visi Jangka Panjang ASEAN
M
elihat kebelakang pada 47 tahun terakhir, kita melihat bahwa persatuan dan kerjasama merupakan kekuatan utama kemajuan ASEAN yang signifikan dalam membawa perdamaian (peace), stabilitas (stability) dan kemakmuran (prosperity) di kawasan. Ini merupakan keunikan ASEAN, dimana kesatuan dibangun melalui keberagaman yang luas. Saya percaya bahwa semangat ini sangat penting sebagai atribut dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip bersama ASEAN. Semangat ini telah membimbing ASEAN untuk mengatasi berbagai tantangan dan hambatan selama masa-masa sulit. Kita melihat kawasan Asia-Pasifik sebagai wilayah strategis yang penting, dan persatuan ASEAN telah men-
U Thein Sein Presiden Republik Uni Myanmar
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
jadi lebih menonjol selama beberapa dekade. Bangunan Masyarakat ASEAN didasarkan pada pencapaian kesatuan. Dalam hal ini, maka Myanmar sebagai Ketua ASEAN 2014, telah menetapkan tema “Moving Forward in Unity to a Peaceful and Prosperous Community”. Saat ini, ASEAN berdiri pada kondisi yang sangat penting dari Community Building. ASEAN kini telah mengubah dirinya menjadi sebuah organisasi regional terintegrasi yang komprehensif, berbagi nilai-nilai dan norma-norma yang sama dengan tujuan bersama membangun komunitas, yang terdiri dari Masyarakat Politik dan Keamanan, Masyarakat Ekonomi, dan Masyarakat Sosial-Budaya. Saat ini, kita melihat perubahan di seluruh kawasan. Kita melihat meningkatnya kesadaran masyarakat tentang demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance). Kita melihat negara-negara di kawasan ini menjadi lebih saling tergantung. Dan kita melihat teknologi informasi dan komunikasi menjangkau masyarakat. Perubahan ini membuat dampak positif pada kehidupan sehari-hari. Saya yakin bahwa proses pembangunan Masyarakat ASEAN mampu meningkatkan perbaikan tersebut dan menjadikannya berkelanjutan. Bagi Myanmar, sebagai Ketua ASEAN 2014 saat ini, kami akan mencoba yang terbaik untuk membangun Masyarakat ASEAN dalam batas waktu yang ditargetkan. Myanmar sangat mendukung proses Community Building yang people-oriented untuk mengatasi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi antara negara-negara anggota ASEAN. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional Myanmar yang berfokus pada penghapusan kemiskinan di seluruh negeri, dan juga sejalan dengan Millennium Development Goals PBB. Masyarakat Politik dan Keamanan akan mengarah pada kawasan yang damai, stabil dan makmur. Cetak Biru (blueprint) Politik dan Keamanan merupakan fondasi yang kuat untuk memperkuat kerja sama guna mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan. Hal ini juga telah menyebabkan partisipasi yang lebih luas dari
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
berbagai mitra dialog untuk membentuk comprehensive partnership dalam memerangi masalah keamanan nontradisional dan kejahatan transnasional, termasuk perdagangan manusia, pencucian uang, penyakit menular, obat-obatan, penegakan hukum dan pengelolaan bencana alam serta mempromosikan aturan hukum. Untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, kita bertujuan untuk menciptakan kawasan ini menjadi kawasan berbasis pasar tunggal dan produksi tunggal. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan efektif memberikan kontribusi pada visi jangka panjang ASEAN untuk mempersempit kesenjangan pembangunan dan meningkatkan pembangunan ekonomi yang adil antara negara-negara anggota ASEAN. Saya percaya bahwa upaya-upaya ASEAN yang sedang berlangsung dalam Master Plan Konektivitas ASEAN dan Regional Comprehensive Economic Partnership akan efektif memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan ini. Blueprint Masyarakat Sosial Budaya merumuskan peningkatan kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN dalam meningkatkan kawasan ASEAN melalui langkah-langkah kerja sama; penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan; konservasi lingkungan; melindungi dan mempromosikan hak-hak perempuan, anak-anak dan pekerja migran; mengatasi penyakit menular dan promosi pendidikan. Aspirasi ASEAN mengenai Community Building ini ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2015. ASEAN berupaya untuk mempercepat pencapaian target ini. Saya percaya bahwa ASEAN pasti akan mengatasi berbagai kendala dengan kesatuan meskipun memiliki keberagaman. Rakyat ASEAN menghadapi kesedihan mendalam
FOKUS UTAMA 7 terkait dua insiden tragis yang terjadi baru-baru ini, yaitu hilangnya nyawa tidak berdosa atas jatuhnya pesawat MH-17, serta bencana topan Ramasun dan Haiyan yang menyebabkan tingginya angka kematian dan hilangnya sejumlah rumah di Filipina dan Viet Nam. Terkait hal ini, Pemerintah dan rakyat Myanmar menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam dan simpati yang tulus kepada para keluarga korban. Untuk mencegah insiden tragis tersebut di masa yang akan datang, kita harus bekerja bersama untuk meningkatkan kerjasama dan saling pengertian. Kita telah melalui separuh jalan pada saat kepemimpinan Myanmar di ASEAN 2014. Sejak awal tahun ini, kami telah melakukan tugas dan tanggung jawab yang ditetapkan oleh ASEAN. Kami telah menyelenggarakan Pertemuan Tingkat Menteri dan Pejabat Senior serta KTT ASEAN ke-24 pada bulan Mei yang berakhir dengan sukses. ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke-47 dan pertemuan terkait lainnya akan diselenggarakan di Nay Pyi Taw dalam beberapa hari. AMM akan melibatkan partisipasi luas dari Mitra Dialog ASEAN, dan saya yakin bahwa dengan dukungan dari sesama negara anggota ASEAN, pertemuan ini akan sangat produktif. Saya tegaskan sekali lagi komitmen Myanmar untuk melaksanakan kewajiban ASEAN dan menjunjung tinggi nilai sentralitas ASEAN sebagai tanggung jawab negaranegara anggota ASEAN. Dengan catatan ini, saya ingin menyampaikan aspirasi Myanmar untuk bergerak maju dalam kesatuan dengan sesama anggota untuk mewujudkan tujuan kita mendirikan Masyarakat ASEAN yang damai dan sejahtera. (Disunting dari Pidato Presiden Myanmar, U Thein Sein pada HUT ASEAN Day ke-47 di Nay Pyi Taw)
yugoblog.com
8
FOKUS
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Kesiapan Indone Menghadapi MEA
I
ndonesia adalah Negara dengan populasi terbesar di kawasan ASEAN dengan masyarakat yang heterogen. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku, bahasa dan adat istiadat yang terhampar dari Sabang sampai Merauke. Disamping itu, Indonesia juga memiliki kekuatan ekonomi yang cukup bagus dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi ke-tiga di dunia (4,5%) setelah RRT dan India. Ini semua merupakan modal penting untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Sebagai salah satu dari tiga pilar utama Masyarakat ASEAN 2015, MEA yang dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu bersaing dengan Negara-negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan dengan kondisi Negara ASEAN saat ini. Selain itu, dengan terwujudnya Masyarakat ASEAN dimana di dalamnya terdapat MEA, tentunya dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis di kancah Internasional. Dengan terwujudnya MEA diharapkan dapat membuka mata semua pihak, sehingga terjadi suatu dialog antar sektor yang pada akhirnya dapat saling melengkapi diantara para stakeholder sektor ekonomi di Negara-negara ASEAN, ini sangat penting. Misalnya untuk infrastruktur, dimana Indonesia dinilai masih sangat kurang, baik untuk jalan raya, bandara, pelabuhan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini kita dapat memperoleh manfaat dari saling tukar pengalaman dengan anggota ASEAN lainnya. Jika dilihat dari sisi demografi Sumber Daya Manusia, Indonesia sebenarnya merupakan salah satu Negara yang produktif. Jika dilihat dari faktor usia, sebagian besar penduduk Indonesia atau sekitar 70% nya merupakan usia produktif. Jika kita lihat pada sisi ketenagakerjaan, kita memiliki 110 juta tenaga kerja, namun apakah sekarang ini kita utilize dengan jumlah tenaga kerja sebesar itu. Untuk itu kita harus mampu meningkatkan kepercayaan diri bahwa sebetulnya apabila kita memiliki kekuatan untuk bisa bangkit dan terus menjaga kesinambungan stabilitas ekonomi yang sejak awal pemerintahan Presiden SBY terus meningkat, angka kemiskinan dapat ditekan seminim mungkin, dan progres dalam bidang ekonomi lainnya pun mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Dengan hal tersebut, banyak sekali yang bisa kita wujudkan terutama dalam merealisasikan MEA 2015. Stabilitas ekonomi Indonesia yang kondusif ini merupakan sebuah opportunity dimana Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan tersendiri, apalagi dengan sumber daya alam yang begitu besar, maka akan sangat tidak masuk akal apabila kita tidak bisa berbuat sesuatu dengan hal tersebut. Melihat kondisi ekonomi Indonesia yang stabil dan
P. Julius F. Nagel Dosen Unika Widya Mandala, Surabaya
slidesharecdn.com
mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun belakangan ini, saya menyimpulkan bahwa kesiapan Indonesia dalam menyongsong MEA 2015 bisa dikatakan siap. Ini dapat dilihat dari keseriusan Pemerintah dalam menangani berbagai masalah pada bidang ekonomi, baik itu masalah dalam negeri ataupun luar negeri. Indonesia juga telah berusaha untuk mengurangi kesenjangan ekonomi, kesenjangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, kesenjangan antara pengusaha besar dengan UKM dan peningkatan dalam beberapa sektor yang mungkin masih harus didorong untuk meningkatkan daya saing. Berkaca pada salah satu statement Masyarakat
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
esia MEA 2015
ASEAN yang menyebutkan bahwa Masyarakat ASEAN 2015 adalah Warga ASEAN yang cukup sandang pangan, cukup lapangan pekerjaan, pengangguran kecil, tingkat kemiskinan berkurang melalui upaya penanggulangan kemiskinan yang kongkrit. Sampai dengan saat ini Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang makmur dan berkecukupan sebelum memasuki MEA 2015. ASEAN pada awalnya hanyalah sebuah organisasi regional yang bentuk kerjasamanya bersifat longgar, namun dengan adanya ASEAN Charter maka kemudian dibentuk suatu Masyarakat ASEAN yang mempunyai tiga pilar utama yaitu, ASEAN Economic Community, ASEAN Security Community, dan ASEAN Socio-Cultural
FOKUS 9 Community dengan tujuan terciptanya stabilitas, perdamaian dan kemakmuran bersama di kawasan. Pada awalnya Masyarakat ASEAN ini akan diwujudkan pada 2020, namun di percepat menjadi 2015. MEA sebenarnya merupakan bentuk integrasi ekonomi yang sangat potensial di kawasan maupun dunia. Barang, jasa, modal dan investasi akan bergerak bebas di kawasan ini. Integrasi ekonomi regional memang suatu kecenderungan dan keharusan di era global saat ini. Hal ini menyiratkan aspek persaingan yang menyodorkan peluang sekaligus tantangan bagi semua negara. Skema MEA 2015 tentang ketenagakerjaan, misalnya, memberlakukan liberalisasi tenaga kerja profesional seperti dokter, insinyur, akuntan dan sebagainya. Celakanya adalah bahwa tenaga kerja kasar yang merupakan “kekuatan” Indonesia, tidak termasuk dalam program liberalisasi ini. Justru tenaga kerja informal yang selama ini merupakan sumber devisa non-migas yang cukup potensional bagi Indonesia, cenderung dibatasi pergerakannya di era MEA 2015. Ada tiga indikator untuk meraba posisi Indonesia dalam MEA 2015. Pertama, pangsa ekspor Indonesia ke negara-negara utama ASEAN (Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina) cukup besar yaitu sekitar 13.9% dari total ekspor. Dua indikator lainnya bisa menjadi penghambat, yaitu daya saing ekonomi dan percepatan investasi, karena menurut penilaian beberapa institusi keuangan internasional, daya saing ekonomi Indonesia jauh lebih rendah ketimbang Singapura, Malaysia dan Thailand. Percepatan investasi di Indonesia juga tertinggal bila dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Namun kekayaan sumber alam Indonesia yang tidak ada duanya di kawasan, merupakan local-advantage yang tetap menjadi daya tarik kuat, di samping jumlah penduduk yang besar dan dapat menyediakan tenaga kerja murah. Sisa krisis ekonomi 1998 yang belum juga hilang dari bumi pertiwi, masih berdampak rendahnya pertumbuhan investasi baru (khususnya arus Foreign Direct Investment) atau semakin merosotnya kepercayaan dunia usaha, yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Hal tersebut karena buruknya infrastruktur ekonomi, instabilitas makro-ekonomi, ketidakpastian hukum dan kebijakan, ekonomi biaya tinggi dan lain-lain. Pemerintah tidak bisa menunda lagi untuk segera berbenah diri, jika tidak ingin menjadi sekedar pelengkap di MEA 2015. Keberhasilan tersebut harus didukung oleh komponen-komponen lain di dalam negeri. Masyarakat bisnis Indonesia diharapkan mengikuti gerak dan irama kegiatan diplomasi dan memanfaatkan peluang yang sudah terbentuk ini. Diplomasi Indonesia tidak mungkin harus menunggu kesiapan di dalam negeri. Peluang yang sudah terbuka ini, kalau tidak segera dimanfaatkan, kita akan tertinggal, karena proses ini juga diikuti gerak negara lain dan hal itu terus bergulir. Kita harus segera berbenah diri untuk menyiapkan SDM Indonesia yang kompetitif dan berkulitas global. Tahun 2015 sudah di depan mata, lantas sudah siapkah kita akan tantangan dan peluang bagi kalangan profesional muda/mahasiswa untuk tidak terbengong-bengong menyaksikan lalu-lalang tenaga asing di wilayah kita?. Tantangan Indonesia kedepan adalah mewujudkan perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian masyarakatnya. Semoga seluruh masyarakat Indonesia bisa membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi dan sosial yang layak agar kita bisa segera mewujudkan MEA 2015.[]
10
FOKUS
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
ASEAN Economic Community (AEC) 2015
Mengubah Regulasi dan Kebijakan Yang Lebih Berpihak Pada Pelaku Industri
I
ndonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya akan memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Ada tiga bidang utama yang menjadi fokus pada AEC 2015 yaitu Politik dan Keamanan, Sosial Budaya, serta Ekonomi. Saat ini, Pemerintah Indonesia telah menyatakan kesiapannya terhadap dua bidang utama tujuan dari ASEAN Community yaitu bidang Politik-Keamanan dan bidang Sosial Budaya. Lantas bagaimana dengan bidang lainnya yaitu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau sektor ekonomi yang menjadi salah satu fokus ASEAN Community 2015? Salah satu tujuan MEA ini adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dan membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Menghadapi AEC 2015 tentunya membutuhkan persiapan matang agar ASEAN dan terutama Indonesia dapat memasuki era itu secara baik. AEC 2015 harus dapat dijadikan sebagai penyemangat dalam upaya meningkatkan daya saing produk dalam negeri kepada bangsa asing. Pengamat ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Teddy Lesmana saat dihubungi RRI World Service di Jakarta mengatakan bahwa Indonesia masih mempunyai waktu untuk terus mengedepankan daya saing produk lokal guna diperkenalkan dalam MEA. Bahkan, menurut Teddy Lesmana, salah satu upaya yang perlu dikedepankan pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing yaitu dengan mengubah regulasi dan kebijakan yang lebih berpihak pada pelaku industri. Teddy Lesmana berpandangan bahwa paling tidak yang mungkin bisa dilakukan oleh Indonesia da-
asiabusinessinfo.com
lam menghadapi MEA 2015 yang tinggal di depan mata kita itu adalah bahwa kita bisa melakukan sejumlah reformasi dalam segi regulasi dan kebijakan-kebijakan yang paling tidak bisa membuat kita memiliki daya saing diantara negara-negara di ASEAN. Selain mengubah regulasi dan kebijakan, hal kedua yang harus dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 adalah menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN, sehingga Indonesia tidak menjadi peserta pasif dalam percaturan MEA. Selain itu, Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan pengendalian mutu agar produk dalam negeri memiliki daya saing, sehingga dapat menembus pasar di lingkungan ASEAN. Dalam hal ini Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus lebih membuka diri dan melihat kenyataan bahwa kompetisi antar bangsa semakin ketat, sehingga jika Indonesia tidak mempersiapkan diri, tentunya
Arip Perbawa Manajemen FEB Unpad
akan tertinggal dari negara lain dan bahkan akan hanya menjadi penonton belaka. Sementara itu, pakar ekonomi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sri Adiningsih saat melakukan dialog dengan RRI World Service pada 9 Agustus 2014 di Jakarta menjelaskan bahwa Indonesia pada dasarnya belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Secara umum sebenarnya Indonesia belum siap menghadapi MEA 2015. Paling tidak hal ini bisa kita lihat pada track record kita di dalam pembukaan ekonomi di ASEAN. Yang sudah dibuka sekarang ini adalah pasar barang, kita lihat bagaimana kinerja kita di pasar barang ASEAN ini. Dulu kita surplus dan sekarang defisit dan defisitnya semakin meningkat.
Hal ini disebabkan para pemangku kepentingan di Indonesia dari berbagai kalangan belum mempersiapkan diri secara serius dalam menghadapi MEA 2015, terutama dari kalangan akedimisi di berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia, kecuali Universitas Gadjah MadaYogyakarta. Kita bisa bandingkan dengan Tiongkok yang sangat mempersiapkan diri saat menjadi anggota World Trade Organization, bahkan pemerintah negeri tirai bambu itu rela mengubah regulasinya. Pemerintah Indonesia harus didukung oleh dunia usaha, lembaga pendidikan formal dan informal, serta seluruh lapisan masyarakat untuk menyiapkan diri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
Hadapi AEC 2015 Indonesia Harus memperkuat Daya Saing, Mengamankan Pasar Domestik Serta Mendorong Ekspor
aectourismthai.com
T
ahun depan, negara-negara ASEAN akan menghadapi Asean Economic Community 2015 (AEC 2015) yang merupakan realisasi akhir dari sebuah integrasi ekonomi yang sesuai dengan visi ASEAN 2020. AEC 2015 didasarkan pada kepentingan bersama negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan juga inisiatif baru dengan kerangka waktu yang jelas (Cetak Biru MEA 2013). Tujuan utama dari AEC 2015 adalah untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekonomi kawasan yang tercermin dalam empat hal: (1) ASEAN sebagai aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas tenaga kerja terdidik, dan bebas modal (single market and production base); (2) ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi (a highly competitive economic region); (3) ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan
usaha kecil menengah (a region of equitable economic development); dan (4) ASEAN sebagai kawasan terintegrasi (a region fully integrated in to the global economy). Untuk arus barang, dilakukan dengan menghapuskan bea masuk seluruh barang kecuali barang yang termasuk dalam Sensitive List (SL) dan High Sensitive List (HSL) serta bea masuk produk Priority Integration Sectors (PIS). Arus jasa dilakukan dengan mengurangi seluruh hambatan dalam perdagangan jasa untuk empat sektor bidang jasa, yaitu transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan dan pariwisata; serta mengurangi seluruh hambatan perdagangan jasa pada 2015. Sedangkan untuk liberalisasi arus tenaga kerja dilakukan dengan meberikan fasilitas penerbitan visa dan employment pass bagi tenaga profesi serta tenaga kerja terampil ASEAN yang bekerja di sektorsektor yang berhubungan dengan perdagangan atau investasi antar Negara ASEAN. Tentunya dengan adanya AEC 2015, ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi Negara-negara ASEAN khususnya Indonesia. Peluang, karena produk-produk Indonesia akan mendapat pasar di kawasan ASEAN. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto 2,1 triliun dolar AS. Jumlah itu menunjukkan potensi besar ASEAN untuk digarap oleh investor. Namun juga menjadi tantangan, karena jika kita tidak siap maka justru produk dari negara ASEAN lainnya yang akan menyerbu Indonesia. Saat ini pun, banyak produk impor yang masuk ke Indonesia. Memang ada keraguan apakah Indonesia akan siap atau tidak dalam mengadapi AEC 2015.
FOKUS 11 Menurut Ketua Bidang Organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Edy Suandi Hamid, Indonesia belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, hal ini disebabkan karena daya saing ekonomi nasional dan daerah belum siap. Mengenai persiapan di dalam negeri, Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Imam Pambagyo mengatakan bahwa dalam mengahadapi AEC 2015 Indonesia harus memperkuat daya saing, mengamankan pasar domestik serta mendorong ekspor. Akan tetapi, mau tidak mau Indonesia harus siap mengahadapi AEC 2015 karena dengan adanya AEC 2015 ini, secara tidak langsung masyarakat Indonesia dituntut untuk berkreativitas lagi agar mampu bersaing dengan Negara-negara Anggota ASEAN lainnya. Integrasi ekonomi di ASEAN ini berpeluang menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk memiliki posisi tawar yang kuat dalam konstelasi politik global. Indonesia bahkan diprediksi akan menjadi negara dengan tingkat ekonomi terbesar ke tujuh pada 2030. Kenyataan ini dan prediksi ke depan tersebut memberi angin segar dalam membangun optimisme Indonesia menatap masa depan, khususnya menjelang berlakunya MEA pada 2015. Perdagangan bebas antar negara di kawasan Asia Tenggara akan membawa hal positif dan negatif bagi masing-masing negara yang terlibat didalamnya. Manfaat AEC 2015 ini yaitu penurunan biaya perjalanan transportasi, penurunan biaya telekomunikasi secara cepat, meningkatkan jumlah pengguna internet, informasi akan semakin mudah dan cepat diperoleh, meningkatnya investasi dan lapangan kerja. Sisa waktu yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, hendaknya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah untuk bersiap menghadapi AEC 2015. Tantangan kedepan bagi Indonesia ialah mewujudkan perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian masyarakatnya. Semoga seluruh masyarakat Indonesia bisa membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi dan sosial yang layak agar kita bisa bersaing di Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. (Sumber: Ditjen Kerja Sama ASEAN)
FOKUS
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Konsep MEA Peluang Besar Bagi Indonesia flickr.com
votemenot.com
12
Transportasi Publik Jakarta
Hadapi MEA 2015
T
ahun depan kita sudah menjadi Masyarakat Ekonomi Asia Tenggara, dan Jakarta sudah diputuskan sebagai Ibu Kota dari negara-negara ASEAN. Kalau transportasi kita berantakan seperti sekarang ini maka tidak ada orang yang mau datang, dan perekonomian akan semakin ambruk. Jika transportasi publik di Jakarta mempunyai infrastruktur yang tidak beres atau tidak ditata dengan rapi dan saling terintegrasi satu sama lain, maka dalam 10 tahun ke depan, Jakarta yang menjadi front terdepan dari pertempuran AFTA, akan menghasilkan bencana bonus demografi tahun 2025. Sehingga tahun 2045, jangan bermimpi ada Indonesia emas, yang ada tidak ada lagi nama Indonesia. Untuk mencegah terjadinya bencana demografi tersebut, Pemprov DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat harus menata infrastuktur transportasi publik di Ibu Kota. Beberapa yang harus dibenahi adalah transportasi berbasis rel, seperti Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT) dan Kereta Rel Listrik (KRL). Seluruh transportasi berbasis rel ini harus terintegrasi dengan transportasi publik berbasis Bus Rapid Transit (BRT) yang sudah berjalan, yaitu bus Transjakarta.[]
Basuki Tjahaja Purnama Wakil Gubernur DKI Jakarta
Faisal Basri
K
Ekonom Universitas Indonesia
onsep Masyarakat Ekonomi ASEAN masih sering tidak tepat dipahami oleh banyak pihak, mereka menerjemahkan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sama seperti Uni Eropa yang menganut asas integrasi ekonomi. Padahal tidak demikian. Secara historis, ASEAN dibentuk dengan semangat kooperasi atau kerja sama. Artinya, kerja sama yang dibentuk dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antarnegara. Sehingga, dalam konteks ini, MEA yang akan diterapkan pada 2015 perlu dipahami sebagai strategi meningkatkan fungsi kemitraan antarnegara. Dengan demikian bahwa penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN tentunya tidak akan berkonsekuensi kepada kepemilikan mata uang bersama ASEAN, seperti halnya mata uang euro di zona Eropa. Fungsi kemitraan itu merupakan pintu gerbang untuk meningkatkan arus lalu lintas komoditas, tenaga kerja, permodalan, dan juga pengusaha yang tertarik berinvestasi di negara ASEAN. Cakupan wilayah perekonomian yang lebih luas dan efisien secara teoritis akan mengundang banyak investor dari luar wilayah itu berbondong-bondong menanamkan modalnya. Secara umum, daya tarik investasi ke ASEAN lebih besar dari pasar global ketimbang nilai investasi antarnegara ASEAN sendiri. Nilai investasi dari pasar global ke ASEAN mencapai US$ 67 miliar, jauh lebih tinggi dibanding nilai investasi antarnegara ASEAN yang hanya US$ 26 miliar. Karena itu, diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 bukan merupakan ancaman bagi perekonomian Indonesia. Justru konsep MEA yang diterapkan merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan produk domestik bruto yang tahun lalu sudah mencapai US$ 2,2 triliun, tertinggi di antara negara ASEAN lainnya.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
MEA 2015 Akan Menempatkan ASEAN Sebagai Pasar Terbesar Ketiga Di Dunia
D
engan diberlakukannya MEA 2015, maka akan tercipta suatu pasar besar kawasan ASEAN yang akan berdampak besar terhadap perekonomian negara anggotanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyetaraan ekonomi seluruh anggota ASEAN agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan ekonomi. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era MEA 2015 tentu redenominasi dianggap penting. Redenominasi merupakan sarana yang akan diterapkan pemerintah untuk me-
nyetarakan perekonomian. Redenominasi juga akan membantu perekonomian Indonesia terutama perdagangan. Pecahan uang Indonesia yang besar akan menimbulkan ketidakefisienan dan ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi. Tingkat perkembangan ekonomi Negara – negara ASEAN hingga saat ini masih beragam. Tingkat kesenjangan yang tinggi merupakan salah satu masalah di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan agar tidak menghambat
percepatan kawasan menuju MEA 2015. Peluang Indonesia untuk dapat bersaing dalam MEA 2015 sebenarnya cukup besar, saat ini Indonesia merupakan peringkat 16 dunia dalam besarnya skala ekonomi. Hal ini juga didukung oleh proporsi penduduk usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar. Prospek ekonomi Indonesia yang positif juga didukung oleh perbaikan peringkat investasi Indonesia oleh lembaga pemeringkat dunia serta masuknya Indonesia sebagai peringkat empat prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment report. Masih kuatnya fundamental perekonomian Indonesia dapat dilihat ketika banyak negara yang “tumbang” diterpa pelemahan perekonomian global, perekonomian Indonesia masih dapat terjaga untuk tumbuh positif. Untuk mewujudkan peluang MEA 2015, sudah saatnya Indonesia berbenah dan melakukan tindakan-tindakan efektif dan terarah yang didukung oleh berbagai pihak. Dari 12 sektor prioritas yang akan diiimplementasikan pada MEA 2015, Indonesia harus dapat menginventarisir sektor-sektor potensial yang menjadi unggulan. Peluang yang didapatkan dari MEA 2015 adalah bahwa perwujudan MEA 2015 akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia yang di dukung oleh jumlah penduduk ketiga terbesar ( 8 persen dari total penduduk dunia ) setelah China dan India. Dengan meningkatnya harga komoditas internasional, sebagian besar negara ASEAN mencatat surplus pada neraca transaksi berjalan. Prospek perekonomian yang
FOKUS 13 cukup baik menyebabkan ASEAN menjadi tempat tujuan investasi. Dalam rangka MEA 2015 berbagai kerja sama regional untuk meningkatkan infrastruktur ( pipa gas, teknologi informasi ) maupun dari sisi pembiayaan menjadi agenda. Kesempatan tersebut membuka peluang bagi perbaikan iklim investasi Indonesia. Terutama dalam melancarkan program infrastruktur domestik. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan non tarif yang tidak ada lagi. Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global, termasuk CLMV khususnya Vietnam. Sedangkan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam memasuki integrasi ekonomi ASEAN tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan India. Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan negara lain di kasawan ASEAN. Stabilitas makro masih menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ( sektor pertanian, perikanan, produk karet, produk berbasis kayu, dan elektronik ) merupakan salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN yang hanya berkisar 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspornya sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negaranegara ASEAN.[]
FOKUS
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
pcoc.moc.go.th
14
Meningkatkan Daya Saing Sektor Industri Hadapi MAE 2015
B
eberapa industri domestik memiliki daya saing relatif lebih baik dibandingkan negara-negara ASEAN dalam rangka diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Asean Economic Community (AEC) yang akan dimulai
pada 2015. Beberapa industri yang bisa bersaing dengan negara ASEAN lainnya adalah yang berbasis agro, seperti kelapa sawit, kakao, karet dan produk karet, ikan dan produk olahannya, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, kulit, dan barang kulit. Juga furnitur, makanan dan minuman, pupuk dan petrokimia, mesin dan peralatannya, serta industri logam dasar, besi, dan baja. Sedangkan industri yang didorong meningkatkan daya saing untuk menguatkan dan mengamankan pasar dalam negeri dari serbuan industri sejenis dari negara ASEAN lain, yakni otomotif, elektronik, semen, pakaian
Anshari Bukhari Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
jadi, dan alas kaki. Dalam hal ini kami memiliki beberapa program khusus di sektor industri ini. Di industri otomotif, Kementerian Perindustrian akan memberlakukan insentif penghapusan/pengurangan pajak penjualan barang mewah dalam pengembangan mobil murah ramah lingkungan. Untuk itu, pengembangan industri komponen, penerapan standardisasi industri komponen otomotif, serta optimalisasi produk dalam negeri juga akan digalakkan. Sedangkan di industri elektronika, Kementerian Perindustrian akan meningkatkan penerapan standarisasi industri elektronika dan telematika. Pengembangan pasar melalui pameran dan optimalisasi penggunaan produk dalam negeri juga didorong. Sementara untuk industri semen, pemerintah akan mengkonservasi dan diversifikasi energi agar pertumbuhan industri semen bisa didorong.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
Indonesia Harus Menjadi Pemain Dalam Komunitas Ekonomi ASEAN
K
eunggulan UMKM dibandingkan usaha besar antara lain: 1) Inovasi teknologi mudah dilakukan dalam upaya pengembangan produk. 2) Hubungan kemanusiaan yang akrab terjalin dalam usaha kecil. 3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapan tenaga kerja cukup tinggi. 4) Memilik fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat. 5) Terdapat manajerial yang dinamis dan peran kewirausahaan. Dari keunggulan-keunggulan tersebut, yang paling menonjol adalah adanya kemampuan penyerapan tenaga kerja. UMKM lebih fleksibel daripada USB (Unit Skala Besar). Hal ini terjadi karena pengambilan keputusan dan inovasi pada USB sering terhambat oleh birokrasi yang kaku. UMKM memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data dari BPS 2012 menunjukkan bahwa kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia tahun 2011 sebesar 56,6% dan menyerap 97% dari tenaga kerja nasional. UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 milyar dan menciptakan peranan 4,86% terhadap total ekspor. Kontribusi UMKM terhadap devisa negara tersebut jauh lebih kecil daripada kontribusi usaha besar, sehingga UMKM lebih diberdayakan. UMKM juga berperan dalam pembentukan investasi nasional. Investasi UMKM mengalami peningkatan dari waktu ke waktu selama periode 2000 - 2011. Berdasarkan laporan statistik usaha kecil menengah pada berbagai edisi antara tahun 2000-2011, dapat diketahui bahwa tahun 2000 investasi UMKM sebesar Rp 133,08 triliun dan meningkat menjadi Rp 275,27 triliun pada tahun 2005. Selain itu UMKM juga berkontribusi dalam upaya pemerataan pendapatan masyarakat Indonesia. Eksistensi UMKM dapat meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat yang berkecimpung di sektor UMKM baik sebagai pemilik usaha maupun sebagai karyawan. Jadi kesimpulannya adalah, bahwa lapangan tenaga kerja yang ada di Indonesia hanya akan menaikkan angka pengangguran itu sendiri, karena tidak berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Indonesia, khususnya buruh yang tidak memiliki sertifikasi pendidikan seperti buruh-buruh yang didatangkan dari China, bahkan Vietnam yang tidak lebih baik tingkat kesejahteraan pekerjanya dari Indonesia. Bila Indonesia tidak siap, maka aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan modal, terlihat sebagai ancaman daripada peluang. Tantangan lainnya adalah jurang horizontal antara
” Jika Indonesia mampu mengantisipasi, pengaruh liberalisasi akan mengarah pada efisiensi pasar jasa. Dampaknya adalah pilihan bagi konsumen meningkat, produktivitas meningkat, serta persaingan yang lebih sehat. ”
FOKUS 15 negara dengan kelas ekonomi maju dan yang masih menengah dan maju. Jurang vertikal antara negara yang demokratis liberal dan masih otoriter. Bagaimana kita membangun komunitas kalau nilai-nilai yang menjadi pengikat berbeda dan taraf kehidupan berbeda. ASEAN Economic Community yang dibentuk dengan misi menjadikan perekonomian di ASEAN menjadi lebih baik serta mampu bersaing dengan Negara-negara yang perekonomiannya lebih maju dibandingkan dengan kondisi Negara ASEAN saat ini. Selain itu juga dengan terwujudnya ASEAN Community yang dimana di dalamnya terdapat AEC, dapat menjadikan posisi ASEAN menjadi lebih strategis di kancah Internasional, kita mengharapkan dengan terwujudnya komunitas masyarakat ekonomi ASEAN ini dapat membuka mata semua pihak, sehingga terjadi suatu dialog antar sektor yang dimana nantinya juga saling melengkapi diantara para stakeholder sektor ekonomi di Negara negara ASEAN ini sangat penting. Tantangan Indonesia ke depan adalah mewujudkan perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian masyarakatnya. Semoga seluruh masyarakat Indonesia kita ini bisa membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi dan sosial yang layak agar kita bisa segera mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015. Peluang yang sudah terbuka ini, kalau tidak segera dimanfaatkan, kita akan tertinggal, karena proses ini juga diikuti gerak negara lain dan hal itu terus bergulir. Kita harus segera berbenah diri untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang kompetitif dan berkulitas global. Menuju tahun 2015 tidaklah lama, Sudah siapkah kita akan tantangan dan peluang bagi kalangan profesional muda kita/mahasiswa untuk tidak terbengongbengong menyaksikan lalu-lalang tenaga asing di wilayah kita? Apabila Indonesia tidak mendorong daya saing dan nilai tambah atas barang/produk yang diproduksi, maka Indonesia dapat kehilangan perannya di kawasan dan menjadi objek kemajuan pembangunan di kawasan tanpa memperoleh keuntungan yang maksimal. Jika Indonesia mampu mengantisipasi, pengaruh liberalisasi akan mengarah pada efisiensi pasar jasa. Dampaknya adalah pilihan bagi konsumen meningkat, produktivitas meningkat, serta persaingan yang lebih sehat. Pencapaian MEA dilakukan melalui empat tahapan strategis, meliputi : pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata dan terintegrasi dengan perekonomian global. Menghadapi tantangan itu HIPMI mulai menyiapkan sejumlah langkah menghadapi persaingan ekonomi pada 2020. Indonesia harus menjadi pemain dalam komunitas ekonomi ASEAN, dan untuk menghadapi itu semua HIPMI telah mengambil sejumlah langkah antara lain menyiapkan dan memberikan mentoring pada pengusaha pemula agar mampu menghadapi persaingan baik di dalam negeri, kawasan dan global. Selain itu, HIPMI juga memberikan perhatian pada pengusaha-pengusaha lokal atau di daerah agar dapat mengembangkan usahanya sekaligus memperluas pasar produksi barang-barang mereka. Program kebijakan penguatan daya saing telah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, antara lain penguatan UKM nasional. Hal tersebut penting untuk memfasilitasi UKM nasional yang berdaya saing tinggi, inovatif, dan kreatif, serta mampu melakukan perluasan pasar dari Komunitas Ekonomi ASEAN (Sulung Herlambang Rahmandanu, Tia Sutiasih, dan Hanny Qudsyina, Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah)
SOROT
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
twimg.com
16
Perayaan ASEAN Day
2014 P
enyelenggaraan ASEAN Day ke-47, yang dilaksanakan di Myanmar International Convention Centre II (MICC II), Nay Pyi Taw pada 6 Agustus 2014, diawali dengan menyanyikan lagu ASEAN. Acara ini sebelumnya dijadwalkan pada tanggal 8 Agustus 2014 di ruang terbuka, namun karena pertimbangan cuaca serta jadwal Pertemuan Tingkat Menlu ASEAN (AMM) dan pertemuan terkait lainnya yang sangat ketat, maka acara ini dimajukan dua hari dari jadwal semula dan diselenggarakan di ruangan tertutup. Acara ini adalah salah satu bagian dari serangkaian acara yang diselenggarakan oleh Myanmar sebagai Ketua ASEAN 2014. Ini merupakan pertama kalinya Myanmar menjabat sebagai Ketua ASEAN, sejak bergabung pada 23 Juli 1997. Mencerminkan komitmen ASEAN terhadap rakyatnya, acara ini juga mengakui pentingnya peran generasi muda dalam membangun Komunitas ASEAN. Para pelajar tingkat SMP, SMA dan mahasiswa Per-
guruan Tinggi diberikan kesempatan untuk mengikuti lomba menulis esai tentang apa yang mereka ketahui dan mereka fikirkan tentang ASEAN. Selanjutnya para pemenang lomba menulis esai ini menerima penghargaan dari Menteri Pendidikan dengan penuh kebanggaan, termasuk guru dan orang tua mereka. Pada acara ini juga ditampilkan tarian warna-warni yang disebut “We Are ASEAN”. Tarian yang dibawakan oleh para penari muda dari Departemen Kebudayaan Myanmar ini secara kreatif memadukan gerakan tarian dari berbagai budaya ASEAN. Menteri Luar Negeri Myanmar, Wunna Maung Lwin U mengatakan bahwa kesadaran dan harapan rakyat Myanmar terhadap ASEAN terus berkembang setiap hari. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa dalam banyak hal masyarakat dari sektor publik dan swasta turut memainkan peran masing-masing untuk meningkatkan kesadaran ASEAN. “Perkembangan ini tentunya sangat menggembirakan” kata Menlu Wunna Maung Lwin U. Lebih lanjut Menlu Wunna Maung Lwin U mengatakan bahwa Kepemimpinan Myanmar di ASEAN bertepatan pada saat yang krusial, yaitu pada saat ASEAN sedang menuju ke arah batas waktu pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015. Ini tentunya memerlukan tanggung jawab yang lebih berat. Dengan tujuan yang ambisius, ASEAN bekerja keras untuk memenuhi kepentingan masyarakat di kawasan. Tujuan mulia ASEAN membentuk Masyarakat Politik dan Keamanan, Masyarakat Ekonomi dan Masyarakat Sosial Budaya ditujukan untuk membawa berkelanjutan kesejahteraan masyarakat di kawasan. Menandai solidaritas ASEAN, Ketua ASEAN, Kedutaan Besar seluruh Negara Anggota ASEAN dan Sekretariat ASEAN juga memberikan kontribusi dalam penyelenggaraan ASEAN Exhibition yang menjadi bagian dari perayaan ASEAN Day 2014. Diantaranya adalah berupa foto-foto yang menelusuri sejarah pembentukan ASEAN, seperti penandatanganan Deklarasi Bangkok dan juga sejarah keanggotaan Myanmar di ASEAN.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
SOROT 17
dlsu-usg.com
ASEAN Fun Run 5K dan ASEAN Village 2014
D
alam rangka memperingati hari jadi ASEAN yang ke-47 pada 8 Agustus, dan HUT RI pada 17 Agustus serta ulang tahun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) ke-69 yang jatuh pada 19 Agustus, Kemlu RI menyelenggarakan kegiatan lari bersama ASEAN Fun Run 5K dan ASEAN Village di Taman Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada 10 Agustus 2014. Acara tersebut merupakan salah satu upaya Kemlu RI untuk mensosialisasikan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menyambut era Komunitas ASEAN 2015 dan peran penting Indonesia di dalamnya, serta bagian dari promosi Jakarta sebagai “Ibu Kota Diplomatik kawasan Asia Tenggara”. Komunitas ASEAN 2015 merupakan sebuah langkah awal bagi ke-10 negara anggota ASEAN untuk meningkatkan persahabatan dan meningkatkan stabilitas keamanan di kawasan. Kegiatan lari bersama tersebut dimulai dari Silang Barat Daya Monas menuju ke Bundaran Hotel Indonesia dan kembali ke tempat semula. Selanjutnya para peserta lari bersama tersebut disuguhkan acara ASEAN Village
yang merupakan festival negara-negara anggota ASEAN untuk memperkenalkan kultur, pariwisata, dan kuliner yang menjadi identitas dan kekayaan budaya dalam Komunitas ASEAN. Selain itu, juga diselenggarakan acara Fun Walk dengan rute Monas-Sarinah-Monas, dan diikuti oleh 500 keluarga besar Kemlu RI. Acara yang digagas oleh para siswa Sekdilu angkatan 38 ini berlangsung semarak dan secara keseluruhan diikuti oleh lebih dari 1.400 peserta, yang terdiri dari masyarakat umum, kedutaan besar negara anggota ASEAN, dan karyawan Kemlu. Dalam kegiatan ini masyarakat diajak untuk merasakan sensasi “berkeliling negara-negara ASEAN”. Sepanjang rute perjalanan Monas - Bundaran HI - Monas para peserta melewati 5 checkpoints bernuansa negara-negara ASEAN. Pada pos-pos tersebut, peserta mendapatkan stiker negara-negara ASEAN yang kemudian ditempel pada nomor peserta. Di sekitar bunderan HI juga terdapat refreshment post dimana peserta dapat mengambil air mineral untuk menyegarkan diri. Setelah melewati garis FINISH, peserta harus menunjukkan seluruh stiker negara ASEAN yang didapat sepanjang rute lari kepada panitia untuk mendapatkan medali. Peserta kemudian dapat mengunjungi ASEAN Village untuk merasakan lebih jauh keunikan dan cita rasa makanan khas dari tiap negara ASEAN. ASEAN Village 2014 merupakan pameran dari negara-negara ASEAN untuk memperkenalkan kultur, pariwisata dan aneka kuliner yang menjadi identitas dan kekayaan budaya dalam komunitas ASEAN. Setelah letih berlari, tentu tidak ada yang lebih menyenangkan dari menjelajahi negara-negara ASEAN melalui berbagai macam informasi, hiburan, kesenian dan jajaran makanan khas negara-negara ASEAN. Rangkaian kegiatan ASEAN Fun Run 5K dan ASEAN Village ini dibuka secara resmi oleh Staf Ahli Manajemen Kementerian Luar Negeri, Deputi Gubernur Bidang Budaya dan Pariwisata, Deputy-Secretary General ASEAN Community and Cooperate Affairs dan didampingi oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Luar Negeri RI.[]
18
SOROT
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Indonesia Muncul Sebagai Emerging Power Dengan Memberikan Jalur Penawaran Yang Berbeda Indonesia telah siap untuk menjadi emerging world power berkat mediasi dan pendekatan damai terhadap isu-isu kebijakan luar negeri. Hal ini dikemukakan oleh Prof. Amitav Acharya, seorang penulis dan juga Guru Besar Hubungan Internasional di American University di Washington DC, Amerika Serikat.
transcend-global.org
P
rof. Amitav Acharya mengutip pelaksanaan Pilpres 2014 di Indonesia, yang digambarkannya sebagai contoh yang sangat baik bagi demokrasi dunia dan memuji peran Indonesia sebagai mediator dalam urusan regional, seperti isuisu yang melibatkan keamanan maritim di Laut China Selatan. Lebih lanjut Prof. Amitav Acharya menegaskan bahwa sejarah menunjukkan dimana Indonesia muncul sebagai emerging power dengan memberikan jalur penawaran yang berbeda. Jalur yang ditawarkan Indonesia tidak didasarkan pada besarnya sumber daya militer atau ekonomi, tetapi lebih kepada pengembangan positif, korelasi budi luhur (melalui) demokrasi, stabilitas dan pembangunan sambil mengejar kebijakan luar negeri untuk menahan diri terhadap tetangga dan keterlibatan aktif di dunia secara lebih luas. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Amitav Acharya pada saat acara peluncuran buku terbarunya, Indonesia Matters: Asia’s Emerging Democratic Power di Kantor Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh beberapa Duta Besar negara-negara sahabat, sejumlah mahasiswa Hubungan Internasional dan para pejabat di lingkungan Kementerian Luar Negeri RI. Buku terbaru karya Prof. Amitav Acharya ini dibahas oleh panel yang terdiri dari tiga pembicara, yaitu Dr. Dino Patti Djalal (Wakil Menteri Luar Negeri), Phillips J. Vermonte (Peneliti pada Centre for Strategic and International Studies/ CSIS), dan Meidyatama Suryodiningrat (Pemimpin Redaksi The Jakarta Post). Buku ini diharapkan sudah bisa didistribusikan ke toko-toko buku pada pekan ini. Sebelumnya Prof. Amitav Acharya juga telah banyak menulis buku dan artikel tentang kebijakan luar negeri, terutama pada topik ASEAN dan kebijakan luar negeri Asia Tenggara. Karya-karya lainnya yang sudah diterbitkan diantaranya adalah Constructing a Security Community in Southeast Asia (2009) dan Rethinking Power: Institutions and Ideas in World Politics (2013). Prof. Amitav Acharya mencatat bahwa di tengah konflik utama dunia saat ini seperti perang di Gaza dan pemberontakan di Ukraina, sejarah Indonesia yang luar biasa menampilkan proses demokrasi dan komitmen untuk meningkatkan mediasi terhadap apa yang disebutnya sebagai “waktu yang sangat menyedihkan dalam masalah hubungan internasional”.
Prof. Amitav Acharya Guru Besar Hubungan Internasional, American University, Washington DC
Dalam tanggapannya, Phillips J. Vermonte menyatakan bahwa buku karya Prof. Amitav Acharya tersebut cukup menarik karena mencoba untuk mendefinisikan keberhasilan Indonesia sebagai negara demokrasi melalui konteks kebijakan luar negeri. Namun demikian Phillips J. Vermonte mempertanyakan apakah pujian yang diberikan kepada Indonesia dalam buku tersebut tampak nyata atau memiliki pengaruh terhadap postur politik Indonesia di dunia atau pertumbuhan ekonomi Indonesia. Phillips J. Vermonte mengatakan bahwa sebuah negara biasanya memiliki power melalui akumulasi kekayaan atau kekuatan militer. Namun Indonesia telah membuktikan bahwa secara diplomatis Indonesia telah menjadi semacam kekuatan positif di dunia, dengan berpartisipasi dalam lembaga-lembaga seperti G20, APEC dan ASEAN, tanpa ketergantungan terhadap lembagalembaga tersebut. Jika dilihat dari perspektif politik, menurut Phillips J. Vermonte, Indonesia bisa dipandang berhasil. Tapi dari sudut pandang yang kritis, kita harus mempertanyakan apakah upaya Indonesia dalam demokrasi telah diterjemahkan ke dalam sesuatu yang nyata, seperti misalnya meningkatnya nilai investasi atau pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang tidak didasarkan pada konsumsi domestik. Phillips J. Vermonte mempertanyakan apakah label “emerging power” yang diberikan itu menghasilkan suatu pencapaian yang nyata bagi Indonesia. Sementara itu, Meidyatama Suryodiningrat berpandangan bahwa buku Indonesia Matters: Asia’s Emerging Democratic Power itu “merangsang pemikiran” dan memunculkan pertanyaan tentang bagaimana Indonesia menjadi penting sebagai soft power dan player demokrasi. Meidyatama Suryodiningrat juga mencatat elaborasi tentang mengapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dianggap sangat sukses dalam pendekatan kebijakan luar negerinya. Menurut Meidyatama Suryodiningrat, buku ini adalah bahan bacaan yang dibutuhkan oleh para mahasiswa yang mempelajari tentang kebijakan luar negeri Indonesia serta para diplomat yang bekerja di bidang pelayanan luar negeri maupun bagi para diplomat yang ditempatkan di Indonesia, karena buku ini menjelaskan dan juga memunculkan pertanyaan, apa dan bagaimana posisi Indonesia terhadap isu-isu seperti hak asasi manusia, demokrasi dan keamanan maritim, serta bagaimana isu-isu tersebut dibahas di masa depan.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
asiabusinessinfo.com
Memperkuat Kinerja Ekspor Indonesia Di pasar Korea
I
ndonesia akan memanfaatkan ASEAN-Korea Centre (AKC) yang terdiri dari tiga pilar kegia-t an, yaitu perdagangan dan investasi (trade and investment chapter), budaya dan pariwisata (culture and tourism chapter), hubungan masyarakat dan informasi (public relations and information chapter), agar Indonesia dapat mengambil manfaat dari keterbukaan pasar Korea yang lebih terintegrasi yang pada akhirnya dapat memperkuat kinerja ekspor Indonesia di pasar Korea. Program AKC, terutama pilar perdagangan dan investasi telah memberikan kontribusi dan manfaat bagi perdagangan dan investasi Korea ke Indonesia dan Indonesia ke Korea. Ke depannya diharapkan dapat dilakukan penajaman terhadap kegiatan AKC guna meningkatkan utilisasi ASEAN-Korea FTA sehingga mampu meningkatkan kinerja ekonomi antara negara anggota ASEAN dan Korea. AKC telah melaksanakan 23 program kerja di tahun 2013 dan program kerja ini akan lebih diintensifkan pada tahun 2014, bahkan ditambahkan program khusus guna memperingati lima tahun berdirinya AKC dan peringatan ulang tahun ke-25 terbentuknya ASEAN-Korea Dialogue Partnership. Untuk tahun anggaran 2014, kontribusi Pemerintah Korea untuk program-program AKC ini meningkat 10%, mencapai KRW 6,6 miliar atau senilai USD 6,254 juta. Indonesia akan terus berperan aktif dalam program kegiatan AKC dan memanfaatkannya secara optimal guna meningkatkan daya saing produk-produk unggulan dan potensial Indonesia, seperti furnitur, tekstil, maka-
SOROT 19
48 TAHUN 1996-2014
Nus Nuzulia Ishak Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI
nan dan minuman olahan; serta kulit dan produk kulit sehingga mampu bersaing di pasar Korea dan kawasan ASEAN, serta meningkatkan kapasitas sumber daya baik UKM maupun aparat Kementerian Perdagangan. Guna mencapai tujuan tersebut, AKC diharapkan tidak hanya fokus pada upaya meningkatkan kapasitas produsen atau eksportir melalui pameran, kunjungan perdagangan dan investasi, serta pertukaran budaya, tetapi juga meningkatkan kapasitas UKM dan pemangku kepentingan. Hal ini antara lain dapat dilakukan melalui diseminasi informasi mengenai akses pasar, pelatihan atau workshop bagi UKM dan pemangku kepentingan di Indonesia, serta penyusunan strategi promosi ekspor untuk produk-produk Indonesia. AKC merupakan pusat kerja sama ASEAN-Korea (trade & investment, tourism & culture, public relations & information) yang aktivitasnya dibiayai oleh Republik Korea dengan prioritas kerja untuk penguatan hubungan ekonomi, investasi, budaya dan pariwisata antara negara-negara anggota ASEAN dan Korea; pengembangan UKM; peningkatan kemampuan wirausaha di kawasan; serta kemampuan sumber daya manusia Trade Promotion Organization (TPO) di negara anggota ASEAN. AKC dibentuk pada 2009 sebagai bentuk realisasi komitmen para pemimpin di bidang ekonomi dan sosial budaya yang disampaikan pada ASEAN-ROK Summit ke-12. Hingga saat ini, AKC telah menyelenggaran 107 kegiatan yang meliputi promosi perdagangan dan investasi, pertukaran pariwisata dan budaya, serta hubungan masyarakat dan pengembangan informasi.[]
20
lensa
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Pertumbuhan UKM
Yang dimiliki Perempuan di Indonesia berada di Peringkat Ketiga Tertinggi Di Asia Pasifik Peran perempuan dalam pengembangan UKM di Indonesia ternyata sangat signifikan. Sebagaimana dilaporkan MasterCard baru-baru ini, pertumbuhan UKM yang dimiliki perempuan di Indonesia ternyata berada di peringkat ke tiga tertinggi di Asia Pasifik.
balitbang.kominfo.go.id
N
egara-negara ASEAN tetap berkomitmen untuk merealisasikan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 dengan potensi dan kesiapan masing-masing untuk tumbuh dan menghadapi berbagai tantangan yang melingkupi proses pembentukan MEA tersebut. Integrasi ASEAN menjadi isu penting yang tidak bisa diabaikan begitu saja, khususnya oleh Filipina, karena integrasi ASEAN berimplikasi sangat luas tidak hanya bagi kehidupan rakyat Pilipina tetapi juga sekitar 600 juta rakyat negara-negara di Asia Tenggara. Deputi Sekjen ASEAN, Dr. Lim Hong Hin mengatakan, bahwa usaha menuju sebuah masyarakat ekonomi terpadu sebenarnya sudah dimulai sejak dini di tahun 1992, dan dirinya merasa sangat senang mendengar bahwa berdasarkan catatan yang digunakan untuk memonitor kemajuan yang dicapai berbagai negara, ternyata semuanya komit terhadap integrasi ASEAN, dan melaksanakan segala sesuatunya dengan baik dengan mematuhi segala ketentuan, termasuk oleh Filipina. Namun demikian, ternyata masih cukup banyak masyarakat bisnis yang masih mempertanyakan apa sebenarnya Masyarakat Ekonomi ASEAN itu. Bagaimana dunia bisnis akan terpengaruh bila tahun 2015 tiba? dan apa yang bisa mereka perbuat untuk memaksimalkan peluang yang tersedia? Bagaimana mengatasi semua konsekuensi yang tidak dikehendaki? Dan yang lebih penting lagi, apakah semua negara, terutama Filipina siap bersaing di dalam sebuah masyarakat terpadu? Membiarkan semua pertanyaan itu tidak terjawab, tentunya tidak hanya akan menyebarkan kebingungan dan kesangsian di kalangan masyarakat bisnis dan
pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, tetapi juga bisa menuntun kepada ancaman yang jauh lebih berbahaya - yakni kepuasan diri sendiri. Dalam MEA, yang dikembangkan ASEAN adalah pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Salah satu dasar pertimbangannya adalah bahwa UKM mencakup sekitar 90% dari keseluruhan perusahaan di ASEAN. ASEAN telah mengesahkan ASEAN Policy Blueprint for SMEs Development 2004-2014, yang ber-
tujuan untuk menjamin adanya transformasi UKM ASEAN yang memiliki daya saing, dinamis, dan inovatif. Bagi Indonesia, UKM memiliki peran dan kontribusi yang besar bagi perekonomian nasional. Menurut data BPS, pada 2009 UKM menyumbang sekitar 53.3% dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Kebanyakan UKM tersebut bergerak di sektor pertanian, perdagangan, industri, dan keuangan. Dan yang paling mengesankan adalah terkait dengan peran perempuan dalam pengembangan
UKM di Indonesia yang ternyata sangat signifikan. Sebagaimana dilaporkan MasterCard baru-baru ini, pertumbuhan UKM yang dimiliki perempuan di Indonesia ternyata berada di peringkat ke tiga tertinggi di Asia Pasifik. Hal ini tentunya merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kaum perempuan, terutama di tengah upaya Pemerintah mendorong kewirausahaan sebagai salah satu sektor penggerak aktivitas ekonomi.[]
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
LENSA 21
lpsk ingin memperkuat kerjasama perlindungan saksi dan korban antar negara ASEAN dan praktik perlindungan, bantuan saksi dan korban sebagai bagian dari Pernyataan Bersama pada pertemuan sebelumnya, yaitu pada November 2013. “Sekali lagi, saya ingin menitikberatkan pada dua hal penting dalam pertemuan ini, pertama, untuk mengerucutkan masalah perlindungan saksi menjadi mekanisme regional mapan, seperti ASEAN. Kedua, pengaturan badan konsultatif regional negara yang berkepentingan atau Negara dari masing-masing lembaga perlindungan saksi dan korban, antara lain, melalui penyusunan mandat badan konsultatif regional, memajukan pertukaran informasi, dan meningkatkan kolaborasi dan kerjasama antar lembaga perlindungan saksi dan korban di Asia Tenggara,” terangnya. Sementara itu, Wakil Ketua LPSK, Lies Sulistiyani berharap pertemuan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan menghasilkan kesepakatan yang memperkuat kerjasama perlindungan saksi dan korban antar negara ASEAN. “Saya berharap pertemuan menghasilkan kesepakatan dari para peserta negara-negara ASEAN untuk mengembangkan kerjasama dalam bidang perlindungan saksi dan korban,” kata Lies Sulistiyani . Lebih lanjut Lies Sulistiyani memaparkan bahwa negara-negara ASEAN mempunyai tanggungjawab yang sama terhadap perlindungan saksi dan korban sebab ke-10 negara ASEAN ini telah meratifikasi UNCAC dan UNTOC, yang di dalamnya mengatur mengenai kewajiban negara terhadap perlindungan saksi. Pemerintah Indonesia (dalam hal ini LPSK) mendapat kepercayaan untuk menjadi inisiator dari interregional meeting ini, diharapkan hal ini pun dapat mendorong pe-
negakan hukum untuk lebih baik lagi khususnya dalam menangani kejahatan terorganisir. Pertemuan ini dihadiri oleh delegasi negara-negara ASEAN, Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana, Dirjen ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, George Lantu, dan sejumlah pemangku
kepentingan di bidang perlindungan saksi dan korban di dalam negeri, diantaranya, Kepolisian RI, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, KPK, Kemenkumham, Kemsetneg, KPAI, BNN,Komnas HAM, Komnas Perempuan, PPATK, BNPT, dan Komisi III DPR RI.[]
republika.co.id
L
embaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), untuk kedua kalinya mengadakan pertemuan bertaraf internasional dalam bidang perlindungan saksi dan korban . Kegiatan yang bertema The Second Inter-regional Southeast Asia Nations Meeting, “Strengthening Regional Cooperation on the Protection of Witness of Crime”, itu diadakan di Hotel Kuta Paradiso, Bali 11-14 Agustus 2014 dalam rangka menindaklanjuti kesepakatan bersama atau Joint Statement pada pertemuan sebelumnya. “Acara ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti hasil pertemuan lebih lanjut dengan pembentukan jaringan regional dan inter-regional untuk mengidentifikasi kemungkinan bidang-bidang kerjasama dalam mempromosikan kerjasama internasional pada perlindungan saksi dan korban,” ujar Ketua LPSK, AH Semendawai, selaku Ketua Delegasi RI dalam pertemuan tersebut. Menurut AH. Semendawai pertemuan ini merupakan buah dari inisiatif dari LPSK, agar negara ASEAN memiliki kerjasama yang erat dalam melindungi saksi kejahatan. “LPSK telah mengambil inisiatif lebih lanjut untuk menjadi tuan rumah pertemuan Inter-regional ke-2, untuk mempromosikan usaha kita bersama untuk memperkuat kerjasama regional dalam perlindungan saksi kejahatan,” kata AH. Semendawai Lebih lanjut AH. Semendawai menjelaskan bahwa kegiatan ini dinilai sangat penting untuk membangun kerangka kerjasama regional, memperkuat kerja sama internasional, menciptakan program-program regional, dan mengembangkan model hukum
22
lensa
No. 79 TAHUN VII
15 agustus - 14 september 2014
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Tanzania Ingin Petaninya Belajar dari Indonesia
W
ciat.cgiar.org
akil Menteri Keuangan Tanzania Adam Kighoma Ali Malima memuji perkembangan pertanian di Indonesia. Malima meminta petani di negerinya belajar dari petani Indonesia guna mening-
katkan kualitas panen. “Petani Tanzania harus belajar mengenai irgasi kepada petani Indonesia untuk meningkatkan kualitas panen sehingga hasil panen bisa meningkat dari 40 menjadi 60 karung,” ujar Halima dalam kunjungan yang tidak direncanakan ke Festival Nane Nane di Morogoro, Rabu (6/08).” Gubernur Morogoro Joel Bendera mengatakan kemajuan pertanian Indonesia telah berkontribusi pada masa depan Tanzania. Petani Tanzania mendapatkan banyak manfaat dari Farmers Agriculture Rural Training Centre (FARTC) yang didirikan di Mkindo oleh para petani Indonesia melalui Yayasan Amal Masyarakat Petani Indonesia (YAMPI) pada 1996. Lewat FARTC, para ahli pertanian Indonesia memberikan pelatihan kepada petani Tanzania. Duta Besar Indonesia untuk Tanzania Zakaria Anshar yang diundang sebagai tamu kehormatan Festival Nane Nane atas kontribusi Indonesia dalam pengembangan pertanian di Tanzania memuji upaya pemerintah Tanza-
nia dalam memajukan kualitas pertanian. “Pemerintah Tanzania telah melakukan banyak hal untuk meningkatkan kualitas pertanian. Saya melihatnya dalam acara ini. Sebagai negeri agraris, Indonesia tentu akan mendukung upaya Tanzania mengingat ekonomi Tanzania bergantung pada sektor pertanian yang menyumbangkan lebih dari 25 persen GDP, berkontribusi 85 persen dalam ekspor, dan menyerap tenaga kerja hingga 80 persen,” ujarnya. Nane Nane atau Festival Pertanian merupakan salah satu hari libur nasional Tanzania di bulan Agustus (puncak acara Nane Nane jatuh pada tanggal 8 Agustus). Nane Nane digelar untuk memperkenalkan kontribusi petani dalam perekonomian Tanzania. Selain itu juga, perayaan ini menjadi ajang bagi petani dan pengusaha untuk bertukar informasi dan menjalin kerjasama. Nane Nane digelar di 7 zona: Northern Arusha, Eastern Morogoro, Lake Mwanza, Highland Mbeya, Southern Lindi and Songea, Western Tabora, dan Central Dodoma dari 1–8 Agustus setiap tahunnya. Pertanian memegang peran penting dalam perekonomian Tanzania. Pertanian menyerap 85 persen angka ekspor Tanzania dengan komoditas utama seperti kopi, teh, kapas, kacang mede, sisal, dan bunga matahari. (Sumber: KBRI Dar-Es Salam)
Diplomasi No. 79 TAHUN VII TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
15 agustus - 14 september 2014
LENSA 23
RI Dorong Kerja Sama Masyarakat Internasional di Bidang Global Health Security
T mission-indonesia.org
ingginya tingkat keterhubungan (interconnectedness) di antara seluruh individu pada masa kini telah memunculkan tingkat kerawanan tertentu terkait kemungkinan merebaknya berbagai penyakit menular (infectious diseases). Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Wakil Tetap RI pada PBB di Jenewa, Duta Besar Edi Yusup, pada saat menjadi pembicara pada acara Global Health Security Agenda yang diselenggarakan bersama oleh Perutusan Tetap Amerika Serikat, Finlandia serta Indonesia di Kantor PBB Jenewa (5/08). Namun demikian, lanjutnya, tingginya tingkat keterhubungan juga memunculkan peluang kerjasama internasional yang sangat erat di antara seluruh negara di dunia dalam penanganan penyakit tersebut. “Isu kesehatan publik seyogyanya dibahas secara menyeluruh dengan memperhatikan berbagai aspek lainnya, termasuk aspek keamanan internasional, terutama mengingat kedua isu tersebut memiliki interlinkages yang erat khususnya dalam konteks isu global health security”. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia telah menjadi salah satu dari 29 negara yang saat ini tergabung di dalam inisiatif Global Health Security Agenda (GHSA) yang telah diluncurkan sejak bulan Februari 2014 lalu oleh Amerika Serikat serta World Health Organization/WHO. Indonesia menyadari bahwa kerjasama internasional
di bidang prevent, detect and respond dalam menghadapi ancaman penyakit menular perlu terus ditingkatkan, baik terhadap berbagai kasus yang termasuk kategori naturally occurred, deliberate/human-made ataupun akibat accident. “Kami (Indonesia) menilai bahwa inisiatif GHSA, yang saat ini telah diikuti oleh sekitar 40 negara dan diperkirakan akan terus bertambah dalam jangka waktu dekat, akan memberikan dorongan positif bagi implementasi International Health Regulation (IHR) yang telah disahkan oleh seluruh anggota WHO pada tahun 2005”, Tegas Dubes Edi. Sebagaimana dimaklumi, implementasi IHR oleh seluruh negara anggota PBB akan meningkatkan kemampuan masyarakat internasional dalam menangani berbagai ancaman kesehatan global baik pada tingkat nasional, regional maupun global. Duta Besar Edi juga menyampaikan bahwa salah satu bentuk kerjasama yang perlu terus ditingkatkan adalah sharing of information on outbreaks and responses serta pembentukan early warning mechanism. Selain itu, koordinasi di antara para pemangku kepentingan di tingkat nasional perlu terus ditingkatkan, baik para pelaku di bidang kesehatan, keamanan dan pertahanan, agrikultur, maupun veteriner. “Di Indonesia, kerjasama erat di antara para instansi pemerintah tersebut telah berlangsung secara baik pada saat penanganan kasus SARS, H5N1 dan H1N1”. Terkait hal tersebut, Pemerintah RI melalui Kementerian Kesehatan RI menurut rencana akan menyelenggarakan pertemuan Global Meeting on Managing Zoonotic Infectious Diseases di Jakarta, tanggal 20-21 August 2014. Pertemuan ini diselenggarakan di dalam kerangka kerjasama GHSA yang telah dirintis sejak bulan Februari 2014, serta merupakan tindak lanjut dari pertemuan GHSA di Helsinki, Finlandia, pada bulan Mei 2014 lalu. Diharapkan hasil dari pertemuan di Jakarta tersebut akan menjadi salah satu panduan bagi seluruh negara yang akan menghadiri pertemuan Global Launching of the GHSA yang akan diselenggarakan oleh Presiden AS di Washington DC pada bulan September 2014. Acara GHSA yang berlangsung di Kantor PBB Jenewa ini merupakan salah satu acara yang diselenggarakan disela-sela Sidang Meeting of the Experts of the Biological Weapons Convention (BWC) yang berlangsung tanggal 4-8 Agustus 2014. Selain Deputi Wakil Tetap RI, pembicara lain pada acara tersebut adalah Mr. Christopher Buck, US Delegation to the Conference on Disarmament serta Mr. Jyri Jarviaho, Deputy Permanent Representative Finlandia pada PBB di Jenewa. (Sumber: PTRI Jenewa)
No. 79 TAHUN VII
http://www.tabloiddiplomasi.org 15 agustus - 14 september 2014
TABLOID
Direktorat Diplomasi Publik
No. 79 Tahun ViI, Tgl. 15 agustus - 14 SEPTEMBER 2014
Diplomasi Media Komunikasi dan Interaksi
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035 www.tabloiddiplomasi.org
Wamenlu RI: Perkuat Jaringan, Analisis ke Depan dan Kepemimpinan
“It’s never too late, you can learn at any point in your life.” kata Wamenlu Dino Patti Djalal ketika membuka Diklat Sekolah Staf Dinas Luar Negeri ke-53 dan Sekolah Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri ke-51 di Ruang Nusantara, Kemlu RI (11/08). Tampak di antara para hadirin, Sekretaris Jenderal, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Kapusdiklat) dan jajaran Eselon I dan II di lingkungan Kementerian Luar Negeri. Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya mengalun bangga di Kemlu RI pada acara pembukaan ini, Kapusdiklat Kemlu RI Duta Besar Soehardjono Sastromihardjo
mengawali acara dengan memberikan laporan mengenai persiapan diklat. “Peserta Sesdilu dan Sesparlu telah menjalani beberapa jenis seleksi, termasuk ujian tulis substansi, wawancara dan TOEFL. Beberapa berhasil menembus angka 600. Tahun ini, kualitas peserta Sesdilu dan Sesparlu meningkat sehingga jumlah peserta yang lolos seleksi melebihi kuota. Namun Pusdiklat tetap berkomitmen untuk terus melaksanakan pelatihan dengan penyesuaian kurikulum dan anggaran yang ada.” kata Kapusdiklat. Duta Besar Soehardjono juga membahas mengenai beberapa kurikulum yang akan diajarkan
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
termasuk perlindungan WNI/TKI di luar negeri, penerapan diplomasi ekonomi, manajemen dan kepemimpinan untuk menghasilkan generasi baru pemimpin Kemlu yang lebih mumpuni. Wamenlu Dino mengawali sambutannya dengan mengucapkan selamat kepada para peserta yang lolos seleksi. “Kalian semua telah menjalani seleksi yang ketat, you should be proud of yourself. Namun, jalan ke depan masih panjang sehingga semangat kompetisi harus tetap dijalankan.” “Indonesia is in a good place now. Kemiskinan turun 13%, kita berada di peringkat ke-15 atau bahkan ke-9 dunia negara terkaya di dunia, tergantung pada indeks yang digunakan. Jumlah entrepreneur mencapai 400.000 orang. Terlepas angka ini masih di bawah target 4 juta orang, we are, nevertheless in a good place.” lanjut Wamenlu Dino. Wamenlu juga men yoroti bahwa selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah menikmati stabilnya kondisi politik dunia. Namun, sekarang keadaan mulai berubah.
Berbagai kawasan di dunia sekarang sedang mengalami perubahan di tingkat makro dan seperti yang sebelumnya, Indonesia bisa terkena imbas. Perubahan Geopolitik Dunia dan Mengubah Cara Berpikir Diplomat Indonesia tentang Dunia “Things are changing in ways that neither you, nor I can predict. Tapi sebagai diplomat Indonesia, mungkin kita harus melihat ini sebagai kesempatan untuk mengubah cara kita berpikir mengenai internasionalisme Indonesia. Kita dapat memetik pelajaran dari kebijakan-kebijakan dan pemikiranpemikiran di masa lalu, serta apa efeknya bagi Indonesia.” Wamenlu Dino juga membahas mengenai skill-skill yang patut dimiliki diplomat handal. “Policy capable, yakni kemampuan menuangkan pengetahuan substansi ke dalam kebijakan yang nyata serta forward analysis, yakni membaca tren dan mengantisipasi apa yang akan terjadi.” Salah satu hal yang juga sangat ditekankan adalah kemampuan membangun jejaring yang dapat mendukung diplomasi Indonesia. “Usia muda bukan halangan. Teruslah belajar. Teruslah mengembangkan kepemimpinan dan menjadi lebih baik, untuk Kemlu dan untuk diri Anda sendiri.”pungkas Wamenlu Dino sebelum resmi membuka Diklat Sesdilu dan Sesparlu.[]