Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
TAHUN VI
TGL. 15 MARET - 14 APRIL 2013
www.tabloiddiplomasi.org
TIDAK UNTUK DIPERJUALBELIKAN
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
NO. 62
Membangun Komunitas Global
DIASPORA INDONESIA ISSN 1978-9173 www.tabloiddiplomasi.org
ISSN 1978-9173 www.tabloiddiplomasi.org
9
9
771978 917386
771978 917386
APEC INDONESIA 2013
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Daftar Isi >4
Fokus utama
>5
Fokus UTAMA
>6 >7 >8 >9 > 10
Pluralisme Sebagai fakta Kehidupan Nasional Indonesia indonesia tuan rumah Forum pertemuan global aliansi peradaban pbb 2014
Membangun Komunitas Global Diaspora Indonesia
Fokus utama Diaspora Dalam Kancah Politik Internasional
Fokus utama Potensi Diaspora Indonesia Cukup Besar
Fokus Diaspora Indonesia Mendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Fokus Kongres Diapora Indonesia II Bahas Persoalan Krusial
FOKUS Diaspora Indonesia Mengupayakan Database Kelompok Profesional
18
LENSA
AGENDA PEMBANGUNAN PASCA 2015
FOKUS
Diaspora Indonesia Di Singapura Aktif Berkontribusi Untuk Indonesia
sorot
Diaspora Indonesia Berperan Pada Industri Minyak Dan Gas Di Qatar
sorot
Task Force Pekerja Migran Diaspora Indonesia Usulkan Pembentukan Indonesian Worker Union
sorot
PERTUKARAN IDE ANTARA Indonesia dan Diaspora Indonesia
sosok
Duta Besar M. Wahid Supriyadi gerilya People to people diplomacy
lensa
THE 5TH BALI PROCESS
11
INDONESIA DORONG 12 POLA KEMITRAAN GLOBAL 13 16 20 21
PELINDUNG Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik
Catatan Redaksi Pada edisi Maret 2013 kali ini, Tabloid Diplomasi meng-angkat masalah Diaspora (perantau) Indonesia sebagai topik utama. Isu diaspora ini cukup menarik untuk dikupas, terlebih apabila kita membicarakan siapa saja yang di- kategorikan sebagai diaspora Indonesia?, apa pentingnya diaspora bagi Indonesia?, dan bagaimana seharusnya Peme rintah bersikap dalam upaya memberdayakan diaspora mendukung pembangunan ekonomi Indonesia di masa datang. Ketua “Desk Diaspora Indonesia” Dubes Wahid Supriyadi menuturkan banyak diaspora Indonesia yang sudah berhasil di negeri orang, baik sebagai pengusaha kelas kakap, tenaga ahli, akademisi, dan tenaga kerja yang handal. Dubes Dino Patti Djalal bahkan memperkirakan jumlah diaspora Indonesia lebih dari 10 juta orang, meskipun data resmi hanya sekitar 4-5 juta orang. Potensi diaspora ini di masa datang patut diperhitungkan. Banyak negara yang sudah sukses memanfaatkan potensi diaspora mereka. Kebangkitan ekonomi China sebagai contoh, tidak terlepas dari kontribusi China perantauan (Chinese overseas) yang keberadaannya dihargai dan diberi tempat untuk membangun negeri leluhur mereka. “Success story” juga terjadi dengan India, Korea Se-latan,
Mexico, dan masih banyak negara lain yang dapat dijadikan sebagai contoh. Waktunya sudah tiba bagi Indonesia untuk menggerakkan kekuatan baru yang selama ini belum pernah diperhitungkan. Tahun 2013 akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi semua negara, IMF menyatakan ekonomi dunia akan menghadapi external headwinds yang deras tahun ini. Namun dengan keberadaan Diaspora Indonesia yang sudah mulai bergerak secara aktif, momentum ekonomi Indonesia yang ���������������� positif dimata investor �������������������� diharapkan ��������� dapat���� terus terjaga. Menjelang penyelenggaraan Kongres Diaspora Indonesia ke-2 di Jakarta pada bulan Agustus 2013 yang mengusung tema “Diaspora Indonesia Pulang Kampung”, berbagai aktivitas telah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri bersama para Diaspora Indonesia untuk menggelorakan semangat diaspora keseluruh pelosok dunia����������� , diantaranya����������������������������� Lokakarya Nasional yang mempertemukan para diaspora dengan berbagai Kementerian terkait di tanah air. Konferensi jarak jauh (teleconference) dengan para pakar di 40 negara; dan pertemuan bisnis bekerjasama dengan IDBC (Indonesian Diaspora Business Council) di Jakarta. Berbagai pandangan dan rasa optimisme yang disampaikan, baik oleh instansi Pemerintah maupun Diaspora Indonesia, kami himpun
PENANGGUNG JAWAB/PEMIMPIN REDAKSI Direktur Diplomasi Publik Direktur Informasi dan Media Sekretaris Direktorat Jenderal IDP
di dalam Tabloid Diplomasi edisi Maret 2013 ini. Demikian juga bagaimana persiapan Panitia Pelaksana Kongres Diaspora Indonesia (KDI) II serta isu-isu yang akan diangkat dalam Kongres mendatang. Diaspora Indonesia memiliki kekuatan sosial d������������� an����������� rasa kepedulian yang tinggi. Adalah tugas kita semua untuk terus menjaga dan menyalakan semangat diaspora membangun kemitraan yang positif bagi negeri yang kita cintai INDONESIA. Pada edisi kali ini, Tabloid Diplomasi juga menampilkan update Perwakilan sebagai suplemen khusus, dimana KBRI Wellington merupakan perwakilan pertama yang kami angkat. Kami berharap update perwakilan ini dapat menjadi jendela informasi mengenai capaian Diplomasi Indonesia di laur negeri. Selamat membaca. Firdaus
REDAKTUR PELAKSANA Firdaus DEWAN REDAKSI Siuaji Raja Eni Hartati S. Ari Wardhana Azis Nurwahyudi Aji Setiawan Triyogo Jatmiko STAF REDAKSI Ainan Nuran Sherly Malinton Evan Pujonggo A.R. Aji Nasution Khariri Cahyono PENANGGUNG JAWAB DISTRIBUSI Tubagus Riefhan IqbaI Muji Lastari TATA LETAK DAN ARTISTIK Tsabit Latief Anggita Gumilar PENANGGUNG JAWAB WEBSITE Kistono Wahono Yulianto Alamat Redaksi Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Telp. 021- 68663162, 3863708, Fax : 021- 29095331, 385 8035 Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I. Gambar Cover strategi-militer.blogspot.com
Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected]
Diplomasi TABLOID
FOKUS utama
Media Komunikasi dan Interaksi
Pluralisme Sebagai fakta Kehidupan Nasional Indonesia
indonesia tuan rumah Forum pertemuan global aliansi peradaban pbb 2014 “Indonesia dipandang penting untuk menjadi tuan rumah dengan memperhatikan berbagai raihan Indonesia yang dinilai tepat untuk menggambarkan kehidupan antar umat beragama dalam kerangka mencari solusi berbagai tantangan global.” Dok. BAM Kemlu
Menlu RI, Dr. R.M. Marty M. Natalegawa menjadi pembicara pada plenary session pada Pertemuan Forum Global ke-5 Aliansi Peradaban PBB di Wina, Austria, 27 /02/ 2013
“Untuk sebuah negara yang beraneka ragam seperti Indonesia, penerimaan atas pluralisme, seperti yang terdapat pada semboyan nasional “Bhinneka Tunggal Ika”, adalah fakta kehidupan nasional. Meskipun jelas bukan tanpa berbagai tantangan, rakyat Indonesia telah senantiasa mengedepankan demokrasi dalam pengaturan multikultural, multi-agama.” Hal tersebut disampaikan Menlu RI, Dr. R.M. Marty M. Natalegawa yang menjadi salah satu pembicara pada plenary session dalam rangkaian Pertemuan Forum Global ke-5 Aliansi Peradaban PBB (Meeting of the 5th Global Forum of UN Alliance of Civilizations) di Wina, Austria, 27 Februari 2013 yang lalu. Pembicara lain pada sesi ini adalah Gjorge Ivanov (Presiden Macedonia), Traian Basescu (Presiden Rumania), Princess Rym Ali (Jordan Media Institute), Antonio de Aguiar Patriota (Menlu Brazil), dan Irina Bokova (Dirjen UNESCO). Plenary session ini dimoderatori oleh presenter TV BBC, Zaenab Badawi. Pertemuan Forum Global Aliansi Peradaban PBB di Wina merupakan pertemuan ke-5, setelah sebelumnya di Madrid, Spanyol (pertama, 2008), Istanbul, Tur-
04
ki (kedua, 2009,) Rio De Janeiro, Brazil (Ketiga, 2010) dan di Doha, Qatar (keempat, 2011). Pada kesempatan lain dalam rangkaian Pertemuan Forum Global ke-5 Aliansi Peradaban PBB di Wina, dihadapan peserta pertemuan Group of Friend Meetings of the Alliance of Civilization, Menlu Marty lebih lanjut menekankan dan menjabarkan sejumlah norma-norma dasar yang sangat penting dalam upaya mempromosikan sikap toleransi dan saling menghargai. Pertama, semua pihak harus bisa menerima adanya perbedaan – menerima keberagaman. Kedua, meskipun demokrasi mencerminkan kepentingan mayoritas, namun suara, harapan dan aspirasi kelompok minoritas tidak bisa dan tidak boleh diabaikan. Ketiga, adanya budaya damai, yaitu penyelesaian masalah melalui cara-cara damai. Keempat, kebebasan berekspresi tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran untuk menyebar kebencian berdasarkan kebangsaan, ras atau agama. Ditekankan oleh Menlu Marty bahwa Aliansi Peradaban haruslah menciptakan kondisi yang kondusif bagi norma-norma tersebut untuk berkembang semakin pesat
dan meluas. Dengan semangat itu, Indonesia menawarkan kesediaan untuk menjadi tuan rumah Pertemuan Forum Global Aliansi Peradaban PBB ke-6. Forum Global ke-5 Aliansi Peradaban PBB mengusung tema “Responsible Leadership in Diversity and Dialogue”, dan dihadiri lebih dari 1000 peserta yang terdiri dari kalangan pemerintahan, organisasi internasional dan regional, kelompok masyarakat madani, generasi muda, seniman, kelompok keagamaan, pusat penelitian, think tank, lembaga donor, yayasan, media/jurnalis, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Pembahasan atas tema tersebut dilakukan secara intensif dalam format Plenary Session, Breakout Sessions, Workshop Session dan Regional Session. Dalam rangkaian forum juga diselenggarakan kegiatan The Youth Event 2013 dan pertemuan UNAOC National Focal Point, pertemuan Group of Friends of the Alliance of Civilization, serta Partners Assembly. Indonesia menjadi Tuan Rumah Pertemuan Global Tahunan Berikutnya Melalui Deklarasi Wina yang disahkan pada akhir pertemuan Forum Global ke-5 Aliansi Peradaban PBB, Indonesia dikukuhkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan Forum Global Aliansi Peradaban PBB ke-6 di tahun 2014 mendatang. Para pemimpin dan ketua delegasi negara peserta, organisasi internasional dan regional, kelompok masyarakat madani, kelompok keagamaan dan para pemuda peserta the Youth Event 2013 menyambut antusias terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah, dan menyampaikan berbagai masukan termasuk format dan lokasi pertemuan. Indonesia dipandang penting untuk menjadi tuan rumah dengan memperhatikan berbagai raihan
Indonesia yang dinilai tepat untuk menggambarkan kehidupan antar umat beragama dalam kerangka mencari solusi berbagai tantangan global. Selain itu, latar belakang Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar menjadi daya tarik tersendiri dalam konteks pembahasan menjembatani berbagai perbedaan, seperti dunia Barat dan dunia Islam. Juga terdapat harapan khusus kepada Indonesia untuk dapat menggerakkan dukungan luas terhadap Aliansi Peradaban PBB dari berbagai pemangku kepentingan di kawasan Asia Pasifik. Dalam pernyataannya pada sesi penutupan Forum yang dimoderatori oleh presenter TV Al Jazerra English, Ghida Fakhry Khane, Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu RI, A.M. Fachir menanggapi positif berbagai dukungan dan endorsement kepada Indonesia sebagai tuan rumah, dan menyebutkan bahwa Indonesia siap menyambut kehadiran para peserta Forum Global Aliansi Peradaban PBB di Indonesia pada tahun 2014 mendatang. Semua masukan yang diterima menjadi bahan pertimbangan dalam mempersiapkan diri sebagai tuan rumah, tambah Dirjen A.M. Fachir. Aliansi Peradaban diprakarsai oleh Sekjen PBB Kofi Annan dan disponsori bersama oleh PM Spanyol dan Turki pada tahun 2005. Indonesia telah secara aktif ikut membangun fondasi bagi Aliansi Peradaban ini melalui keanggotaan Mantan Menlu Ali Alatas dalam High Level Group yang merekomendasikan pembentukan Aliansi Peradaban kepada Sekjen PBB. Salah satu tujuan utama aliansi tersebut adalah mendorong terciptanya hubungan harmonis antar peradaban. Aliansi juga berupaya untuk menjembatani jurang antara Islam dan Barat, serta membangun kemauan politik bersama dan memobilisasi aksi bersama untuk menghadapi prasangka negatif, mispersepsi dan menolak ekstrimisme dalam masyarakat. Aliansi Peradaban memiliki empat pilar kegiatan, yaitu: pendidikan, kepemudaan, media, dan migrasi. []
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS utama
Media Komunikasi dan Interaksi
Membangun Komunitas Global
Diaspora Indonesia Dok. wapada.co.id
Diaspora Indonesia yang tersebar di lima benua, dan terdiri dari warga negara Indonesia serta warga bangsa-bangsa dunia keturunan Indonesia, merupakan sebuah komunitas yang besar dan beragam serta terikat oleh tali hubungan dan rasa kecintaan terhadap Indonesia. Diaspora Indonesia terdiri dari para profesional, buruh, perawat, awak kapal, insinyur, arsitek, guru, mahasiswa, politikus, aktivis, artis, wiraswasta, inovator, atlit, pemuka agama, pemuda, ibu rumah tangga dan lain sebagainya. Saat ini mereka tengah membangun sebuah komunitas global Diaspora Indonesia melalui pembentukan Indonesian Diaspora Network (IDN) dan bertekad untuk bersinergi dengan Indonesia. Ini merupakan jawaban Diaspora Indonesia atas imbauan Presiden SBY yang disampaikan pada pelaksanaan Congres of Indonesian Diaspora (CID) I di AS. Diaspora Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan kemitraan dan kerjasama yang dinamis untuk kesejahteraan Indonesia. Diaspora Indonesia sangat berbesar hati dengan capaian yang telah diraih Indonesia dalam hal kemajuan demokrasi, ekonomi dan peran Indonesia di dunia internasional, disamping juga semakin mendunianya budaya Indonesia. Diaspora Indonesia percaya dan berkeyakinan bahwa Indonesia akan mampu mengatasi berbagai tantangan yang masih ada, diantaranya seperti memajukan kesejahteraan umum, meningkatkan good governance, dan penegakan hukum. Diaspora Indonesia juga menaruh harapan yang tinggi pada masa depan Indonesia yang cerah dan penuh potensi,
15 MARET - 14 APRIL 2013
No. 62 Tahun VI
serta tetap percaya pada nilai-nilai terbaik Indonesia, yaitu: toleransi dan harmoni, Bhinneka Tunggal Ika, pluralisme, dan tradisi yang menghormati lingkungan. Diaspora Indonesia berpandangan bahwa warisan nilai-nilai yang penuh kearifan ini perlu selalu dilestarikan, karena tanpa itu Indonesia akan kehilangan makna. Sehubungan dengan itu Diaspora Indonesia akan berupaya keras untuk bersama-sama melestarikan nilai-nilai tersebut. Diaspora Indonesia meyakini bahwa abad ke-21 akan menjadi abad terbaik bagi Indonesia, dan untuk memenuhi harapan ini, Indonesia harus percaya diri, adaptif, terbuka pada ide-ide baru, meritokratis, dan secara cerdas mengelola kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia dan warisan budayanya. Selain mempromosikan budaya Indonesia, Diaspora Indonesia juga akan menjadi penghubung (hub) untuk gagasan, solusi, sumber-daya dan jaringan guna membangun kesejahteraan bersama, serta menjadi suatu kekuatan untuk perdamaian dan kemajuan. Visi ini akan disebarluaskan oleh Diaspora Indonesia melalui kerjasama dengan komunitas Diaspora Indonesia lainnya. Diaspora Indonesia juga akan berupaya untuk terus tumbuh bersama dan membantu satu sama lain. Ini merupakan babak baru bagi Indonesia dan Diaspora Indonesia, karena itu Diaspora Indonesia mengundang dan mengajak semua Diaspora Indonesia untuk maju bersama. []
05
Diplomasi TABLOID
FOKUS UTAMA
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora Dalam Kancah Politik Internasional
06
Antara tahun 2005-2009, migran Filipina yang ada di Singapura meningkat mencapai hampir dua kali lipat, migran dari Bangladesh meningkat dari 9.000 menjadi 39.000, sedangkan dari Indonesia, dalam dua tahun terakhir ini menurun dari 37.500 menjadi 33.100. Kita juga bisa melihat, bagaimana di tahun yang sama persentase migran internasional mencapai angka tertinggi, misalnya Singapura yang menerima sejumlah besar pekerja
migran dari Filipina, Indonesia, Bangladesh dan China. Di Asia Timur, negara-negara seperti Hong Kong, Jepang dan Korea adalah tujuan penting bagi para migran dari China, Thailand, Vietnam, Filipina dan Indonesia. Hong Kong adalah tujuan utama ketiga bagi para pekerja Filipina, dimana lebih dari 100.000 tenaga kerja dikerahkan pada tahun 2009. Sedangkan pekerja rumah tangga di Hong Kong yang berasal dari Indonesia jumlahnya mencapai hampir 30.000 pekerja pada tahun 2007. Rata-rata hampir 6.000 pekerja dibawa ke Jepang dari Vietnam, Filipina dan Thailand pada tahun 2009. Korea Selatan menerima 4% arus perpindahan tenaga kerja dari China atau sekitar 38.000 dari semua jenis tenaga kerja China pada akhir tahun 2010. Beberapa migran datang melalui Sistem Izin Kerja (EPS), yang membawa 100.668 buruh migran di tahun 2009. Ini termasuk 13.497 dari Vietnam, 9.957 dari Thailand, 9.282 dari Filipina, 4.981 dari Indonesia, dan 4.281 dari China. Bidang-bidang pekerjaan yang diminati tidak jauh berbeda antara satu negara dengan negara lainnya dan lebih cenderung pada perbedaan gender. Migran laki-laki biasanya bekerja di bidang konstruksi,
Dubes Dino:
Harus Bersejarah, Konggres Diaspora Indonesia II
Dok. Diplomasi
Konggres Diaspora Indonesia II yang akan digelar di Jakarta, 18-20 Agustus 2013 tidak boleh menjadi ajang seminar biasa. Namun, harus menjadi pertemuan yang bersejarah. Pertemuan yang berorientasi pada penguatan jejaring, program-program dan langkah-langkah konkrit. Pernyataan ini ditegaskan Duta Besar RI untuk AS Dino Patti Djalal dalam paparannya di Lokakarya Nasional Diaspora Indonesia di Gedung Nusantara, Kemlu, hari ini (27/2/2013). Untuk mencapai sasaran itu, Dino mengatakan perlunya Konggres tersebut mencanangkan targettarget yang dapat direaliasikan. Tidak perlu besar, tapi program-program yang memberikan dampak langsung bagi pembangunan nasional. Dino mengatakan berbagai ide muncul dari sejumlah pertemuan antar Diaspora Indonesia, termasuk pembentukan task force. Namun ia mengingatkan ide-ide tersebut harus terukur berdasarkan kriteria harus ada pelaksana yang berkomitmen, harus ada mitranya di tanah air dan gagasan itu harus dapat dilaksanakan.
Melba Pria
Duta Besar Meksiko untuk RI Dok. Diplomasi
Selama 25 tahun terakhir, diaspora telah semakin menjadi penting di arena politik internasional, dimana sebenarnya pergerakan orang melintasi batas internasional memiliki implikasi yang sangat besar bagi pertumbuhan dan kesejahteraan di negara asal dan negara tujuan. Pada tahun 1970-an, India dan Pakistan adalah negara pertama di Asia yang mengirim pekerja ke Timur Tengah, selanjutnya diikuti oleh Filipina, dan kemudian oleh negara-negara lain di Asia Selatan dan Tenggara. Menurut PBB, lebih dari 215 juta orang tinggal di luar negeri, dan lebih dari 700 juta orang bermigrasi di dalam negara mereka. Dalam dekade mendatang, perubahan demografi, globalisasi dan perubahan iklim akan meningkatkan tekanan migrasi, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Beberapa negara merupakan penerima migran internasional terbesar, misalnya Amerika Serikat dengan jumlah penduduk lebih dari 317 juta dan sebanyak 13,5% dari jumlah tersebut adalah migran. Sementara itu jumlah migran di Jerman mencapai 13,1%; di Arab Saudi 27,8%; Kanada 21,3%; Spanyol 14,1%; India 0,4%; Australia 29%; Malaysia 8,4%; Jepang 1,7%; Singapura 40,7%; Meksiko 0,7%; dan Indonesia 0,1%.
Dino melihat lokakarya kali ini harus dapat mematangkan persiapan Konggres Diaspora Indonesia II. “Kepanitiaan dengan pemenuhan tugas sesuai
dengan porsi masing-masing menjadi penting,” tegasnya. Konggres Diaspora Indonesia II yang bertema “Pulang Kampung” tersebut
manufaktur dan pertanian. Sebagian besar migran Pakistan, yang hampir semuanya adalah laki-laki, bekerja di bidang konstruksi (78% pada tahun 2008). Untuk migran perempuan persentasenya lebih kecil. Salah satu alasan yang memungkinkan kecenderungan ini adalah bahwa negara-negara asal telah menerapkan persyaratan yang lebih ketat untuk melindungi para pekerja perempuan mereka. Filipina, misalnya, pada tahun 2006 menerapkan usia minimum bagi pekerja rumah tangga adalah 23 tahun dengan gaji bulanan minimum USD 400. Peraturan baru ini menyebabkan PRT asal Filipina keluar dari pasar Timur Tengah, mungkin ini sengaja untuk meningkatkan jumlah perempuan yang bermigrasi melalui saluran tidak resmi. Demikian pula dengan Sri Lanka, yang meningkatkan usia minimum untuk migrasi ke luar negeri, dari 18 tahun menjadi 21 tahun. India menerapkan pembatasan usia 30 tahun pada migran perempuan yang ingin bekerja ke luar negeri dan dibatasi hanya ke 17 negara. Namun, tidak diperoleh kejelasan apakah pembatasan ini telah mengurangi jumlah pekerja perempuan dari India. Negara-negara kaya adalah sumber utama dari remittance.
diharapkan dihadiri oleh sekitar 20004000 Diaspora dari seluruh dunia. Diakui Dino, target ini tidak ringan, mengingat 80-90% Diaspora Indonesia terdiri dari para middle class. “Mayoritas terikat kerja di kantor, sehingga memerlukan izin dari kantornya untuk datang ke Indonesia.” Untuk itu, mulai sekarang pihaknya akan menggalang kampanye maupun iklan agar rencana Konggres tersebut lebih bergaung. Perwakilan-perwakilan RI juga diimbau untuk segera mengkomunikasikan penyelenggaraan Konggres tersebut, termasuk jika diperlukan melakukan kontak dengan perusahaan atau kantor tempat kerja wakilwakil Diaspora Indonesia yang akan datang. “Perwakilan AS berkomitmen untuk menggalang kedatangan mininal 200 orang Diaspora Indonesia. Kalau masing-masing Perwakilan dapat berkomitmen minimal 100 orang, saya optimis target tingkat kehadiran terpenuhi,” jelas Dino. (sumber: Dit. Infomed/Yo2k)
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS UTAMA
Amerika Serikat adalah yang terbesar, dengan USD 48,3 miliar pada tahun 2009, angka ini tidak termasuk remittance yang tidak tercatat. Arab Saudi menempati peringkat terbesar kedua, diikuti oleh Swiss dan Rusia. pada 2010 diperkirakan sebesar $ 440 milyar remittance yang dikirim oleh para migran, dan diperkirakan sebesar $ 325 milyar remittance yang dikirim oleh para migran ke negaranegara berkembang. Pada tahun 2010, tercatat bahwa negara-negara utama penerima remitansi adalah India, China, Meksiko, Philippina, dan Perancis. Sementara itu para pekerja migran di AS diperkirakan menyumbang hampir sepertiga dari pertumbuhan PDB di AS pada periode 2000-2007. Untuk meningkatkan pelayanan kepada buruh migran, perlu dilakukan upaya-upaya seperti: menyebarkan informasi penting kepada para migran; mengelola proses perekrutan; memberikan dukungan kesejahteraan baik di negara tujuan maupun negara asal; memaksimalkan migrasi tenaga kerja saat di luar negeri. Dan setelah kembali, mereka harus ditingkatkan menjadi migran dengan tingkat keahlian yang tinggi, yaitu melalui upaya-upaya: mendorong pengembangan profesional; Joint Venture; Peluang Investasi ; dan representasi bisnis. Dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah migran tampaknya sudah stabil. Namun demikian migrasi merupakan fenomena yang konstan dan dinamis serta semakin membutuhkan intervensi kebijakan diversifikasi untuk memaksimalkan potensi dan meminimalkan biaya, baik bagi negara asal, negara tujuan dan migran itu sendiri. Sementara itu peningkatan pengetahuan dan kapasitas yang lebih baik dalam berbagai bidang kebijakan yang berbeda sangat penting untuk menjamin perlindungan migran, fasilitasi migrasi legal, integrasi migran ke negara tujuan, dan dukungan untuk pemulangan sukarela berkelanjutan serta interlinking yang besar antara migrasi dan pembangunan. Migrasi internasional kemungkinan akan mengalami perubahan dalam skala, jangkauan dan kompleksitas, karena perbedaan perkembangan demografi, dampak dari perubahan lingkungan, dinamika politik dan ekonomi global, revolusi teknologi dan jaringan sosial. Transformasi ini akan terkait dengan peluang peningkatan, atau justru memperburuk permasalahan yang ada dan menghasilkan tantangan baru.[]
15 MARET - 14 APRIL 2013
Potensi Diaspora Indonesia
Cukup Besar
Edward Wanandi Presiden IDBC
Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) sebetulnya tidak dikhususkan bagi perusahaan besar, menengah atau kecil. Tapi biasanya perusahaan-perusahaan besar itu sudah memiliki apparatus sendiri, sehingga ketika mereka pergi ke luar negeri untuk memasarkan produknya, mereka sudah memiliki perwakilan sendiri karena mereka memang memiliki kemampuan untuk itu. Sedangkan untuk perusahaan kecil dan menengah, biasanya mereka masih dalam tahap pencarian dan tidak memiliki budget sendiri baik untuk investasi maupun penyediaan fasilitas di luar negeri, termasuk perwakilan. IDBC tidak melakukan aktifitas penjualan, tugas IDBC hanya sebatas memberikan fasilitas conection, kita hanya memberikan counterpartnya mereka di luar negeri. Kalau mereka bisa mengatur sendiri hal ini, silahkan mereka mengatur sendiri. Tapi kalau ingin melalui kita, maka tidak bisa melalui IDBC, tapi mungkin melalui perusahaan milik diaspora Indonesia yang ada di luar negeri ataupun yang lainnya. Mana yang lebih baik dan bisa cepat dilakukan. Saat ini, IDBC masih dalam tahap mendata, jadi masih agak sulit bagi kita untuk menafsirkan sejauh mana kontribusi perusahaan diaspora Indonesia dalam peningkatan ekonomi Indonesia. Namun tentu secara exceptional ada beberapa perusahaan diaspora Indonesia yang memang sudah besar dan mapan di luar negeri. Jadi potensinya memang besar sekali, hanya saja data yang kita miliki sekarang ini masih sangat minim. Salah satu tugas IDBC adalah mengumpulkan data, yaitu dimana saja perusahaan diaspora Indonesia berada, siapa pemiliknya, apa produknya dan bagaimana kapabilitasnya, itulah yang mesti kita lakukan. IDBC memang baru saja berdiri dan belum genap 6 bulan, tetapi harapan kita setelah CID II ini kita sudah memiliki data tersebut. Target kita adalah bahwa pada 2014 semua data yang kita butuhkan terkait dengan bisnis yang dimiliki oleh diaspora Indonesia sudah kita miliki. Kontribusi utama dari diaspora adalah brain bank, yaitu para profesional Indonesia yang ada di luar negeri dan sudah bekerja selama bertahun-tahun serta mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan kaliber dunia, inilah yang paling utama. Para profesional inilah yang akan memberikan kontribusi cukup besar. Meskipun tidak bekerja di perusahaan milik sendiri, mereka tetap memiliki kapasitas, dan bisa membawa perusahaan tempatnya bekerja untuk investasi di Indonesia. Inilah yang perlu kita lakukan, yaitu agar lebih banyak perusahaan-perusahaan besar dunia yang melakukan investasi di Indonesia. Kalau kita melihat peta kekuatan diaspora Indonesia saat ini, saya kira yang paling canggih adalah di Eropa dan AS, selanjutnya di Jepang dan China, karena diaspora yang datang kesana itu pada umumnya memiliki skill ataupun capital. Sementara di Middle East, pada umumnya adalah diaspora yang unskill. Dari segi kapasitas, diaspora kita memang lebih banyak berada di negara-negara maju, dimana kalau mereka
No. 62 Tahun VI
Dok. Diplomasi
Media Komunikasi dan Interaksi
berhasil, itu juga akan membawa kebaikan bagi kita. Sehingga kalau kita welcome dengan mereka, sebagaimana yang kita usahakan sekarang ini, pasti hasilnya juga akan jauh lebih baik. Ini juga akan jauh lebih menarik, karena mereka memiliki ikatan batin yang kuat dengan Indonesia. Masalah yang kita hadapi dalam pengembangan diaspora di negara-negara pasar non-tradisional kita adalah sedikitnya diaspora kita yang ada disana, kecuali di Afrika Selatan. Karena pada umumnya mereka berada di negara-negara pasar tradisional kita. Jadi sekarang ini kita belum tahu seberapa besar kapasitas mereka. Sejalan dengan tugas IDBC untuk melakukan pendataan, kita akan bicara dengan HIPMI mengenai line business apa saja yang mereka punya, dan apa saja yang dapat kita bantu kalau mereka ingin ekspor produk mereka. Apa saja yang belum mereka miliki, apakah data, koneksi dan lain sebagainya, sehingga dengan begitu kita bisa menentukan secara riel bagaimana kerjasama yang akan kita lakukan. Jadi target kita sekarang ini adalah perusahaan kecil dan menengah yang memiliki kapasitas dan kapabilitas. Baru setelah itu, kalau mungkin diperlukan, kita bisa bantu perusahaan yang besar. Kalau ada perusahaan-perusahaan besar di luar negeri yang ingin masuk ke Indonesia, IDBC bisa meng-introduce mereka kepada Kadin dan Apindo. Sampai sekarang ini fasilitas yang diberikan kepada IDBC dari instansi pemerintah bisa dikatakan belum ada, namun kita sudah memulai pembicaraan mengenai bagaimana kita bisa melakukan partnership, misalnya dengan BKPM jika ada investasi yang ingin masuk ke Indonesia. Dengan Kementerian Perdagangan kita bisa melakukan partnership untuk membuat suatu active promotion. Kita cari produknya, kemudian ada support dari perusahaan-perusahaan di Indonesia, pemerintah membiayai promosinya, dan IDBC mencarikan macth-nya di luar negeri. IDBC juga bisa mencarikan kalau ada produkproduk di luar negeri yang ingin di buat di Indonesia dan kemudian di ekspor. Jadi inilah yang akan lebih banyak kita lakukan. Bantuan yang kita harapkan dari Pemerintah sebetulnya adalah masalah visa bagi diaspora Indonesia. Saya berharap bahwa apa yang sudah di bicarakan dengan Presiden SBY pada saat CID I di Los Angeles, bisa terlaksana dengan baik. Jadi tinggal bagaimana pemerintah melihat kita, apakah kita akan dilihat sebagai sesuatu yang penting untuk di optimalkan dampaknya, atau hanya sebagai sebuah upaya sekilas yang akan hilang begitu saja. Kita tentunya tidak menginginkan hal itu, tapi saya melihat bahwa dari kalangan pemerintahan di dalam negeri belum ada yang betul-betul melihat bahwa diaspora ini ada gunanya. Karena itulah maka kita mengupayakan seminar, sosialisasi, promosi dan sebagainya untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu di luar sana yang dapat digunakan.[]
07
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora Indonesia
Dalam aktifitasnya, IDBC (Indonesian Diaspora Business Council) memiliki tiga misi, yaitu: pertama, membantu penetapan dan pengembangan karir, bisnis serta entrepreneurship para Diaspora Indonesia dan juga mengkoneksikan para Diaspora Indonesia yang ada di seluruh dunia. Kedua, sebagai jembatan dan penghubung antara para pebisnis di Indonesia dengan para Diaspora Indonesia yang berprofesi sebagai pebisnis. Ketiga, mempromosikan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan membuka peluang bisnis dan profesi bagi para Diaspora Indonesia. Berbagai program yang dilakukan oleh IDBC terkait dengan misi tersebut, diantaranya adalah berupa seminar, workshop, pemberian advice, pembuatan database perusahaan dan informasi mengenai berbagai peluang bisnis, pengiriman misi perdagangan serta menyelenggarakan pertemuan bisnis secara rutin. Saat ini minat para Diaspora Indonesia untuk terjun ke dunia bisnis memang sangat tinggi, dimana banyak para profesional kita yang saat ini tengah berproses untuk menjadi pebisnis. Mereka tentunya membutuhkan advice dan juga semacam program mentoring dari IDBC. Di sisi lain, IDBC juga akan membantu para pebisnis di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam melakukan ekspor, dimana dalam hal ini para Diaspora Indonesia bisa menjadi agen-agen perdagangan kita di luar negeri. Melalui database yang dibuat oleh IDBC, para pebisnis Indonesia maupun diaspora Indonesia dapat saling melihat profil perusahaan mereka masing-masing, dan mengetahui berbagai peluang bisnis yang ada dan bisa digarap oleh mereka. Terkait hal ini, IDBC telah menandatangani MoU dengan HIP-
08
MI, APINDO dan KADIN sehingga dengan demikian database yang kita buat bisa lebih comprehensive dan akurat. Kerjasama yang kita lakukan dengan HIPMI, APINDO dan KADIN ini tentunya tidak hanya terkait dengan pembuatan database saja, melainkan juga berbagai bentuk kerjasama yang berkaitan dengan aktivitas bisnis dan pengembangan bisnis di Indonesia. Selain itu IDBC juga melakukan kerjasama dengan BKPM untuk meningkatkan investasi di Indonesia. Sekarang ini sudah ada minat dari Kadin AS untuk mengirimkan misi dagang mereka ke Indonesia untuk melakukan penjajagan kerjasama perdagangan dan investasi. IDBC menyarankan agar mereka mengirimkan misi dagangnya pada bulan Oktober, bertepatan dengan penyelenggaraan KTT APEC dan TEI 2013 sehingga menjadi lebih efektif. Produk-produk Indonesia yang masih memiliki peluang cukup bagus untuk dikembangkan diantaranya adalah sepatu, tekstil, office furniture dan IT. Produk-produk Indonesia pada umumnya diakui memiliki kualitas yang bagus, hanya saja dalam hal harga, kita kalah bersaing dengan produk-produk dari China dan India, karena mereka bisa menjual dengan harga lebih murah. Mudah-mudahan dengan keberadaan IDBC dan Diaspora Indonesia, harga dari produk-produk kita bisa diupayakan untuk lebih kompetitif. Dengan kondisi perekonomian Indonesia sekarang ini, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% dan GDP sebesar Rp 1 Trilyun, kami meyakini bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-7 dunia pada 2030. IDBC dan diaspora Indonesia akan berupaya mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui berbagai upaya. Sebagaimana kita ketahui ber-
Fify Manan Wakil Presiden IDBC (Indonesian Diaspora Business Council)
Dok. Diplomasi
Mendorong Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Saat ini minat para Diaspora Indonesia untuk terjun ke dunia bisnis memang sangat tinggi, dimana banyak para profesional kita yang saat ini tengah berproses untuk menjadi pebisnis. Mereka tentunya membutuhkan advice dan juga semacam program mentoring dari IDBC. Di sisi lain, IDBC juga akan membantu para pebisnis di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam melakukan ekspor, dimana dalam hal ini para Diaspora Indonesia bisa menjadi agen-agen perdagangan kita di luar negeri. sama, bahwa saat ini diaspora Indonesia memiliki semangat dan komitmen yang tinggi untuk dapat berkontribusi pada pembangunan Indonesia. Hal ini di dorong oleh rasa kecintaan yang tinggi para diaspora Indonesia terhadap Indonesia. Rasa nasionalisme mereka memang tidak perlu diragukan, karena setiap saat mereka selalu meman-
tau perkembangan yang terjadi Indonesia. Kecintaan diaspora Indonesia kepada RI ini semakin meningkat ketika Indonesia bergabung dalam G-20, dan memiliki peran penting dalam lingkup global, khususnya pada penyelesaian persoalan internasional.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Kongres Diapora Indonesia II Bahas Persoalan Krusial Congres of Indonesian Diaspora (CID) II diagendakan akan dilaksanakan pada tanggal 18-20 Agustus 2013 di Jakarta Convention Centre (JCC). Diperkirakan sekitar 1.000 peserta yang terdiri dari diaspora Indonesia dari berbagai negara akan menghadiri kongres yang bertema; “Diaspora Indonesia Pulang Kampung” tersebut. Berbagai permasalahan yang akan dibahas dalam CID II ini merupakan perkembangan dari hasil pembahasan di CID I yang dise-lenggarakan di Los Angeles, AS pada tahun 2012 lalu. Persoalan yang dianggap paling krusial bagi diaspora Indonesia saat ini adalah persoalan Dwi Kewarganegaraan, kemudahan Visa, dan pemilihan umum. Sehubungan dengan hal tersebut, Diaspora Indonesia sudah melakukan pembicaraan dengan Ditjen Imigrasi, Kumham sebagai tindak lanjut pembahasan UU.No.6/2011, yang menetapkan bahwa WNA eksWNI dapat memperoleh KITAP se-
lama 5 (lima) tahun (extendable). Terkait dengan aspirasi suara Diaspora Indonesia di DPR (Dapil LN), diaspora Indonesia sudah memperoleh persetujuan uji materi dari Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum. Adapun program kegiatan yang akan dilaksanakan pada pelaksanaan CID II, adalah : Program untuk sekolah terpencil; Keluarga Asuh; Indonesian Diaspora Brain Bank; “A Qurter a Day” untuk rakyat miskin; Kerjasama dengan media untuk sosialisasi diaspora; dan Paper Indonesia 2050. Kebijakan lainnya (17 tema) yang akan dilaksanakan adalah; Promosi kuliner; Promosi budaya; Pengembangan ICT di universitas; Promosi inovasi melalui pendidikan; Memperkuat kontak Bisnis, Perdagangan, dan Investasi antara diaspora dengan Indonesia; Mempermudah proses pengiriman migrant worker ke luar negeri; Memperkuat keterlibatan pemuda dalam
mempromosikan Indonesia abad 21; Promosi kewiraswastaan (entrepreneurship) diaspora yang sudah sukses; Mendorong diaspora untuk melakukan bisnis di Indonesia; Memperkaya pengetahuan dan ekonomi kreatif diantara diaspora; Memfasilitasi “Sharing” ide/gagasan bagi wanita diaspora melalui akun facebook; Mendorong diaspora menjadi “Exemplary residents” Governance untuk memperkuat demokrasi dan kerukunan hidup. Berbagai hal yang sudah dilakukan Diaspora Indonesia sebagai persiapan CID II adalah; Membentuk Desk Diaspora Indonesia (DDI) di Kemlu RI; Membentuk Panitia CID II; Sosialisasi (launching) ke Media; Melakukan pertemuan teknis (inter Kementerian/Lembaga) secara berkala; Melakukan koordinasi dengan Perwakilan RI dan Diaspora via komunikasi resmi maupun via “Indonesian Diaspora Network” (IDN). Sedangkan berbagai kegiatan yang akan dilakukan sebagai per-
siapan pelaksanaan CID II adalah: Pertemuan “Indonesian Business Council” (IDBC); Lokakarya Nasional Diaspora; Teleconference dengan Perwakilan RI dan IDN. Persoalan dwi kewarganegaraan, visa, pemilu, global diaspora network, dan good governance akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan Pokja Politik. Sedangkan Pokja Perdagangan, Ekonomi dan Investasi membahas mengenai permasalahan di sektor bisnis dan perdagangan (entrepreneurship, microfinance, green economy, livable cities, listrik pedesaan), dan investasi (investment opportunities). Pokja Budaya, Pariwisata dan Kesehatan membahas persoalan budaya dan kesehatan (pengajaran bahasa Indonesia, sister city, public healthcare), dan pariwisata. Pokja Pendidikan, Pemuda & Olah Raga, Tenaga Kerja, dan lain-Lain membahas persoalan di sektor Pendidikan, Sains, dan IPR (Education, Center for Bio Chemical and Bio Technology), Pemuda, Olah Raga, dan Kepemimpinan (Pencak silat/ olahraga tradisional), serta persoalan Tenaga Kerja dan Perlindungan WNI (Migrant worker).[]
Wamenlu: Pemerintah Indonesia beri dukungan penuh terhadap Diaspora Indonesia. Pemerintah juga siap menjadi mitra bagi pelaksanaan program-program Diaspora Indonesia. Demikian disampaikan Wamenlu Wardana saat membuka Lokakarya Nasional Diaspora Indonesia di Gedung Nusantara, Kemlu, (27/2/2013). Pemerintah, tegas Wamenlu, akan mendukung ide-ide Diaspora Indonesia guna percepatan pembangunan nasional. Wamenlu mencontohkan, salah satu bentuk dukungan yang diberikan Kemlu adalah dengan membentuk Desk Diaspora Indonesia yang diketuai Staf Ahli Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya Kemlu, Duta Besar M. Wahid Supriyadi. “Desk ini bertujuan menjembatani kepentingan Diaspora dengan
15 MARET - 14 APRIL 2013
Dok. Diplomasi
Pemerintah Dukung Diaspora Indonesia Guna Percepatan Pembangunan Nasional
Pemerintah dan para pemangku kepentingan di tanah air,” jelasnya. Wamenlu melanjutkan, Desk tersebut akan memfasilitasi Diaspora dengan Kementerian atau Lembaga terkait dalam melaksanakan program-programnya. Sejak Konggres Diaspora Indonesia pertama di Los Angeles-AS tahun lalu, banyak Kementerian
No. 62 Tahun VI
atau Lembaga Pemerintahan yang mulai melaksanakan program-program yang direkomendasikan dalam Konggres dimaksud. “Hal ini menunjukkan keseriusan Pemerintah,” tegasnya. Wamenlu menekankan, Pemerintah juga memerlukan dukungan yang berkelanjutan dari Diaspora Indonesia agar program-
program yang direkomendasikan dapat berjalan dengan efektif. Keseriusan dukungan Pemerintah juga disampaikan wakil Komisi I DPR Muhammad Najib, yang hadir dalam lokakarya itu. Dikatakannya, DPR melihat Diaspora Indonesia sebagai aset besar nasional. Ia bersama dengan para anggota DPR lainnya siap memberikan dukungan. Sementara itu, Kepala Desk Diaspora Indonesia Duta Besar M. Wahid Supriyadi mengatakan lokakarya ini dihadiri sejumlah Kementerian dan Lembaga Pemerintah dan para Diaspora yang mewakili 9 (sembilan) negara. Tercatat 64 Perwakilan RI di luar negeri juga berpartisipasi melalui video conference. Diharapkan Lokakarya Nasional kali ini dapat memenuhi sasarannya dalam membahas strategi kebijakan Diaspora Indonesia dan persiapan Konggres Diaspora Indonesia kedua di Jakarta, 18-20 Agustus mendatang. (sumber: Dit. Infomed/ Yo2k)
09
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora Indonesia Mengupayakan Database Kelompok Profesional Muhamad Arif
Melalui IDBC ini, Diaspora Indonesia akan memberikan peluang usaha yang dilakukan melalui pendekatan budaya. Selanjutnya Diaspora Indonesia juga akan melakukan kegiatan sosial karena banyak diantara kita yang ingin melakukan kegiatan sosial ke beberapa institusi sosial yang ada di Indonesia. Berikutnya yang kita lakukan adalah professional bank, yaitu yang kita sebut dengan brain banks. Kita akan mengupayakan bagaimana ada sebuah database mengenai kelompok profesional Indonesia yang berada di luar negeri, sehingga ketika dibutuhkan mereka dapat dicari, inilah beberapa komponen yang coba kita lakukan. Dalam CID II ini nantinya akan lebih banyak lagi permasalahan yang dibahas, dimana diantara penyelenggaraan CID I dan CID II ini kita lebih memfokuskan pada bagaimana struktur organisasi dan platform komunikasi kita, website dan lain-lain. IDBC juga sedang membangun infrastrukturnya dimana pada saat ini mereka baru berumur 4 (empat) bulan. Selanjutnya kita juga melakukan penandatanganan beberapa MoU, dimana pada pelaksanaan CID II nanti, hasil-hasil dari business interlooking ini sudah dapat kita lihat, bukan hanya pada pengusahapengusaha kita yang ada di luar negeri tetapi juga para profesional kita dan lain-lainnya yang difasilitasi oleh IDBC. Memang yang selama ini cukup aktif bergerak adalah para pengusaha ini, dimana mereka memiliki network yang luar biasa.
10
Dok. Diplomasi
Presiden Indonesian Diaspora Network (IDN) AS
Selama ini komunitas Indonesia cukup kompak dan memiliki hubungan yang baik, misalnya saya yang tinggal di Washington DC, ada sekitar 20 ribu orang Indonesia disana. Kita saling mengetahui antara satu dan yang lain dan selalu mengkomunikasikan berbagai peluang yang ada kepada sesama orang Indonesia, namun demikian hal itu kita lakukan masih dalam lingkup yang terbatas. Sedangkan yang kita lakukan dalam Indonesian Diaspora Networking adalah semacam menyambungkan simpul-simpul dari konsentrasi diaspora Indonesia di tiap kota dan negara agar mereka saling terjalin secara global. Jadi 20 orang Indonesia di Washington DC dan 30 ribu di New York, 40 ribu di Los Angeles dan lain-lainnya, semuanya terjalin bersama. Selanjutnya chapter kita di masing-masing kota akan saling mengembangkan potensinya, se-
hingga kemungkinan terjadinya interlink yang semakin terbuka dan bisa semakin bertambah banyak, misalnya seorang lawyer di LA bisa mendapatkan klien dari Washington DC dan lain-lainnya. Dengan demikian berbagai kesempatan dan pengembangan potensi akan bisa diwujudkan dengan melakukan simpul-simpul itu, disamping kita juga akan bisa lebih menggali dan meningkatkannya. Kita sebenarnya melakukan ini dengan hal-hal yang simple, dimana kita sekarang sudah mengembangkan chapter-chapter di 8 (delapan) kota di AS, dan nantinya akan kita kembangkan di seluruh dunia. Jadi bisa dibayangkan bahwa di setiap kota di seluruh dunia akan ada simpul-simpul diaspora Indonesia, yang selanjutnya juga akan ada kepengurusan tingkat nasional di suatu negara, misalnya di AS, Qatar, Belanda, Australia dan lain-lainnya. Pada waktu 6 (enam) bulan sebelumnya saya tidak mengenal mereka semua, dan sekarang kami sudah saling connected, dan dengan koneksi yang baru terbangun itu berbagai kesempatan akan muncul, semangat akan meningkat dan kita juga bisa saling mengetahui bahwa apa yang bisa kita lakukan dan kontribusikan kepada RI. Teman-teman kita di Belanda, dimana mereka lebih banyak akademisinya dibandingkan pengusahanya, adalah para pakar di bidang tata air, tata kota dan juga manajemen penanganan banjir. Kita ketahui bersama bahwa Belanda berada di bawah permukaan laut. Kemarin,
teman-teman kita di Belanda ini memfasilitasi pelaksanaan studi banding para pejabat di lingkup Pemprov DKI tanpa mereka harus pergi ke Belanda. Wakil Gubernur DKI Jakarta beserta segenap jajarannya dan para pakar yang ada disini, kemarin melakukan video conference dengan para pakar tata air, tata kota dan manajemen banjir kita yang tinggal di Belanda. Mereka membahas bagaimana cara mengatasi permasalahan banjir dan tata kota di Indonesia, khususnya Jakarta. Ini adalah salah satu contoh bagaimana diaspora Indonesia dapat berkontribusi tidak hanya dalam bidang usaha, perdagangan atau ekonomi tetapi juga dalam bidang transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Hebatnya lagi, video conference tersebut tidak hanya diikuti oleh para pejabat dan pakar yang ada di Jakarta dan di Belanda saja, melainkan juga para pakar dari 40 negara lainnya. Mereka semua berdiskusi selama kurang lebih dua jam untuk mencari solusi terbaik. Hal tersebut tentunya tidak akan mungkin bisa kita lakukan jika kita tidak memiliki jaringan. Jadi ini bisa kita lakukan dan hampir tanpa cost dan tidak harus melakukan studi banding dengan jalan-jalan ke luar negeri. Inilah antara lain yang coba kita kembangkan melalui konektivitas yang kita kembangkan untuk dapat membantu pembangunan di Indonesia.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
FOKUS
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora Indonesia Di Singapura Aktif Berkontribusi Untuk Indonesia Johnny Harjantho
Dok. Diplomasi
Group Managing Director, Smart Group, Singapura.
Jumlah diaspora Indonesia yang ada di Singapura berkisar antara 180 hingga 200 ribu orang, dan sebagian besar berprofesi sebagai domestic expert, yaitu sekitar 100.000 orang, yang lainnya adalah mahasiswa, pekerja terlatih, pengusaha dan professional. Untuk saat ini, diaspora Indonesia memang diaspora terbesar di Singapura. Jumlah perusahaan di Singapura yang dimiliki oleh orang Indonesia juga cukup banyak, baik perusahaan skala kecil, menengah maupun besar. Tapi pada umumnya, perusahaan-perusahaan besar Indonesia di Singapura adalah cabang dari perusahaan induk yang ada di Indonesia, seperti misalnya Salim Group dan sebagainya. Cukup banyak pengusaha Indonesia di Singapura yang memulai usahanya dari nol, mereka adalah yang saya sebut sebagai generation zero, dimana pada umumnya mereka memulai usahanya dengan visa kunjungan dan selanjutnya menetap dengan membuka usaha. Kemudian mereka rintis usaha tersebut hingga menjadi besar. Rasa kebangsaan para pengusaha generation zero ini cukup tinggi. Hal ini mungkin karena mereka merasa bahwa melakukan usaha di Singapura itu tidak mudah, tingkat kompetisinya cukup tinggi dan harus selalu berupaya untuk lebih cepat dari 15 MARET - 14 APRIL 2013
No. 62 Tahun VI
orang lain. Karena itulah maka mereka memiliki ikatan yang kuat dengan sesama generation zero dan juga diaspora Indonesia lainnya. Masyarakat Indonesia yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar Singapura cukup banyak jumlahnya, dimana perusahaan-perusahaan tersebut sebagian besar juga melakukan investasi di Indonesia. Dalam hal ini mereka kemudian mempercayakan diaspora Indonesia untuk me-manage perusahaan mereka yang ada di Indonesia, karena pada umumnya diaspora Indonesia yang mereka percayakan itu sudah lama bekerja di perusahaan mereka. Termasuk diantaranya adalah salah satu bank terbesar Singapura yang ada di Indonesia, itu juga dikelola oleh diaspora Indonesia. Saya sendiri sudah 32 tahun tinggal dan membuka usaha di Singapura, sehingga culture masyarakat Singapura sudah cukup mendalam bagi saya. Namun demikian kami tetap menjaga culture sebagai masyarakat Indonesia, dan upaya yang kami lakukan untuk tetap mempertahankan budaya Indonesia diantaranya adalah dengan menyelenggarakan pameran kebudayaan Indonesia secara rutin. Ini merupakan salah satu cara agar generasi muda kita yang sudah mengglobal akibat internet tetap mengenal budaya Indonesia. Sedangkan untuk dapat membantu pengembangan dan pembangunan Indonesia, sebenarnya itu adalah hal yang mudah bagi diaspora Indonesia, cukup hanya dengan ucapan saja, itu sudah bisa dilakukan. Karena menurut saya, musuh terbesar kita adalah bangsa kita sendiri yang suka menjelek-jelekan negara dan bangsanya sendiri. Apalagi belakangan ini terjadi peningkatan suhu politik mengingat semakin dekatnya pemilu 2014. Menurut saya ini sangat negatif bagi image Indonesia di luar negeri. Jika ada suatu pertentangan dalam sebuah keluarga, menurut saya pertentangan itu cukup hanya di ketahui oleh lingkup keluarga saja, sementara di luar kita tetap mengatakan bahwa keluarga kita baik-baik saja. Kita tidak perlu berkomentar yang pada akhirnya malah semakin memperburuk keadaan. Karena tidak jarang bahwa investasi yang akan masuk ke Indonesia akhirnya batal karena adanya berita semacam itu. Sebagai sebuah negara demokrasi yang tengah dalam proses pertumbuhan, maka segala per-
Masyarakat Indonesia yang bekerja di perusahaanperusahaan besar Singapura cukup banyak jumlahnya, dimana perusahaanperusahaan tersebut sebagian besar juga melakukan investasi di Indonesia. Dalam hal ini mereka kemudian mempercayakan diaspora Indonesia untuk me-manage perusahaan mereka yang ada di Indonesia, karena pada umumnya diaspora Indonesia yang mereka percayakan itu sudah lama bekerja di perusahaan mereka. Termasuk diantaranya adalah salah satu bank terbesar Singapura yang ada di Indonesia, itu juga dikelola oleh diaspora Indonesia.
bedaan yang ada harus kita sikapi dengan biasa saja, agar kita bisa menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia adalah tempat yang aman dan bagus untuk investasi dan tujuan wisata. Kalau ini bisa kita lakukan dengan baik, ini saja sudah akan banyak membantu Indonesia untuk menarik investasi dan para wisatawan mancanegara yang berujung pada terciptanya lapangan kerja di Indonesia. Karena itu dalam setiap kesempatan saya selalu menjual Indonesia, bahwa Indonesia adalah tempat yang bagus untuk investasi dan kunjungan wisata. Diaspora Indonesia di Singapura sudah cukup lama aktif memberikan kontribusi bagi Indonesia, misalnya dengan memberikan bantuan di bidang pendidikan, diantaranya berupa komputer dan mobil pintar. Dengan adanya diaspora Indonesia ini, tentunya akan semakin mendorong masyarakat Indonesia di Singapura untuk lebih meningkatkan partisipasi mereka dalam peningkatan pembangunan di Indonesia.[]
11
Diplomasi TABLOID
SOROT
Media Komunikasi dan Interaksi
Ali Musthofa,
Dok. Diplomasi
Diaspora Indonesia di Qatar
dok. lipi
Diaspora Indonesia Berperan Pada Industri Minyak Dan Gas Di Qatar
Human resources lokal di Qatar jumlahnya sangat sedikit, mungkin hanya sekitar 400 ribu, dengan jumlah penduduk 1,8 juta, artinya bahwa lebih banyak pendatang dibandingkan penduduk lokal. Pada 2022, Qatar akan menjadi tuan rumah Word Cup, dan untuk melakukan persiapan, maka sejak beberapa tahun terakhir ini Qatar melakukan pembangunan infrastruktur yang luar biasa agresif. Oleh karena itu Qatar sangat membutuhkan bantuan tenaga kerja asing termasuk dari Indonesia, sehingga peluang bagi diaspora Indonesia di Qatar sangat terbuka lebar, baik untuk membangun infrastruktur maupun untuk mengisi industriindustri yang sekarang sudah mulai berjalan di Qatar. Industri yang sangat kuat saat ini adalah industri perminyakan dan juga industri turunannya seperti pupuk, vinyl dan lain sebagainya. Indonesia banyak memiliki ahli di bidang perminyakan dan gas serta sudah memiliki pengalaman selama puluhan tahun sehingga peluang bagi diaspora Indonesia untuk berperan di industri minyak dan gas di Qatar sangat besar. Hal ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 1995, tetapi kedepan saya melihat bahwa kesempatan itu masih terbuka lebar, termasuk di industri dan bisnis pendukungnya, seperti resto dan perhotelan.
12
Sekarang ini memang sudah cukup banyak orang Indonesia yang ada di Qatar, yaitu sekitar 37 ribu orang, tetapi dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya, seperti Belanda, Filipina dan negaranegara lainnya, diaspora Indonesia masih tergolong sedikit jumlahnya. Saya kira dengan begitu banyaknya peluang yang ada di Qatar saat ini, mudah-mudahan informasi mengenai peluang kerjasama ekonomi dan lapangan kerja yang ada disana bisa dibantu oleh diaspora Indonesia di Qatar. Demikian juga kalau temanteman di Indonesia ingin membuka usaha, dimana peluang yang cukup bagus adalah resto, pemasok makanan, dan produk furnitur. Masyarakat Qatar sangat tertarik dengan produk-produk yang memiliki nilai seni tinggi, tapi sayangnya bahwa disana belum ada semacam show room bagi produk-produk dari Indonesia. Padahal setiap tahunnya Qatar menyelenggarakan pameran dagang dengan mengundang para pedagang dan pebisnis dari manca negara. Dari kawasan Asia, paling banyak adalah pedagang dari China, dan belum ada pedagang yang datang dari Indonesia, padahal sebetulnya pameran tersebut merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mempromosikan produk-produk kita. Furniture dan rotan dari Cirebon, peminatnya cukup banyak di Qatar. Karena itu diaspora Indonesia di Qatar akan membantu memberikan berbagai informasi semacam itu, termasuk bantuan lainnya ketika berada di Qatar. Pihak KBRI tentunya juga akan membantu, dan secara tataran teknis temanteman kita disana juga sudah ada yang membuka usaha sehingga bisa menginformasikan bagaimana seluk-beluk membuka usaha di Qatar. Di bidang kesehatan, Qatar memiliki banyak rumah sakit dan klinik yang besar, tapi untuk tenaga dokter, perawat dan lainnya mereka membutuhkan pekerja asing. Di Qatar cukup banyak dokter spesialis maupun umum seta tenaga
Para profesional kita mulai masuk ke Qatar pada 1995, dan sekarang sudah cukup banyak anak-anak Indonesia yang lahir di Qatar. Mereka kemudian kesulitan dalam berbahasa Indonesia dan kurang mengenal budaya Indonesia, sehingga kemudian para orang tua memperkenalkan budaya Indonesia kepada anak-anak mereka. Upaya ini kemudian berkembang dengan terbentuknya sanggarsanggar hingga munculnya Yayasan Rumah Kita yang kemudian mengembangkan berbagai kesenian dan budaya Indonesia. perawat dari Indonesia, disamping juga ada beberapa dokter ocupasion asal Indonesia di beberapa perusahaan besar di Qatar. Sayangnya jumlah dokter dan perawat kita masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Filipina atau negara lainnya. Kita perlu membantu agar jumlah tenaga kerja Indonesia yang memiliki keahlian bisa bertambah jumlahnya di Qatar. Mungkin ini bisa kita lakukan melalui pendekatan G to G, agar kita bisa memenuhi kebutuhan tenaga dokter, perawat, ahli perminyakan dan lain sebagainya di Qatar sesuai dengan spesifikasi yang mereka inginkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan informasi yang disampaikan oleh diaspora Indonesia, karena proses recruiting yang terjadi hanya bersifat perorangan. Tapi kalau ini didorong dengan pendekatan G to G, maka kita bisa rekrut dalam jumlah yang lebih besar. Karena itu saya membayangkan bahwa kita memiliki banyak training center untuk berbagai sektor guna memaksimalkan pengiriman tenaga kerja terampil dan tenaga ahli Indonesia ke luar negeri. Para profesional kita mulai masuk ke Qatar pada 1995, dan sekarang sudah cukup banyak anakanak Indonesia yang lahir di Qatar. Mereka kemudian kesulitan dalam berbahasa Indonesia dan kurang mengenal budaya Indonesia, sehingga kemudian para orang tua memperkenalkan budaya Indonesia
kepada anak-anak mereka. Upaya ini kemudian berkembang dengan terbentuknya sanggar-sanggar hingga munculnya Yayasan Rumah Kita yang kemudian mengembangkan berbagai kesenian dan budaya Indonesia. Jadi selain di KBRI, ada juga tempat-tempat pengembangan seni dan budaya Indonesia lainnya. Pemerintah Qatar melihat bahwa kehadiran SDM dari Indonesia sangat penting, dan teman-teman juga merasa penting untuk mempertahankan budaya Indonesia, sehingga pada akhirnya Pemerintah Qatar menyediakan fasilitasi berupa penyelenggaraan pameran dan berbagai perlombaan seni dan budaya Indonesia yang coba di maintenance oleh teman-teman para pekerja profesional kita di Qatar. Terkait dengan pengajaran Bahasa Indonesia, salah satu sekolah internasional di Qatar juga telah memfasilitasi dengan memasukkan pelajaran bahasa dan seni dan budaya Indonesia kedalam kurikulum mereka. Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pilihan, sedangkan seni dan budaya Indonesia menjadi pelajaran ekstra kurikuler. Pemerintah Qatar melihat bahwa Bahasa dan Seni Budaya Indonesia penting untuk dilestarikan, sehingga kemudian mereka memberikan peluang untuk dilakukannya upaya pelestarian, baik melalui sekolah maupun wadah lainnya yang didukung dengan infrastruktur yang baik.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
SOROT
Media Komunikasi dan Interaksi
Task Force Pekerja Migran
Diaspora Indonesia Usulkan Pembentukan Indonesian Worker Union
Munculnya pekerja migran di Indonesia adalah akibat banyaknya pengangguran, dan kurang tersedianya lapangan kerja yang layak di tanah air, ratarata tingkat pendidikan yang relatif masih rendah, persoalan kemiskinan, perbedaan tingkat upah di dalam dan di luar negeri, serta hak untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Berbagai permasalahan yang muncul terkait dengan pekerja migran, diantaranya adalah; bahwa para pekerja migran tidak menguasai budaya/bahasa setempat, jam kerja yang tidak jelas (7x24 jam), hubungan kerja yang tidak seimbang (majikan-budak), tidak bisa dijangkau oleh UU Perburuhan karena dilakukan hanya atas dasar MoU bilateral, berbagai kendala dalam melakukan advokasi terkait TKI/PLRT, masih diskriminatifnya UU No 39 tahun 2004 , dan masih terdapatnya pasal-pasal yang bersifat kontroversial. Upaya-upaya perlindungan yang selama ini diberikan kepada para pekerja migran adalah sebagaimana yang tertuang dalam UU No.39 tahun 2004 dan dengan mengoptimalkan peran BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI). Selanjutnya adalah menempatkan Atase Tenaga Kerja di Perwakilan RI di luar negeri, disamping juga melakukan moratorium pengiriman TKI/TKW/PLRT. Untuk perbaikan kedepan dalam penanganan permasalahan TKI/TKW/PLRT, Task Force Pekerja Migran Diaspora Indonesia men-
15 MARET - 14 APRIL 2013
gusulkan agar dilakukan advokasi revisi/penggantian UU No. 39 tahun 2004. Selanjutnya meminimalisir peran PJTKI yang nakal (predator), melakukan diseminasi Konvensi PBB tentang Perlindungan Buruh Migran (sudah diratifikasi), serta mendorong penghentian pengiriman TKI (TKW/PLRT) secara permanen ke negara-negara tertentu yang tidak menunjukkan itikad baik dalam perlindungan. Task Force Pekerja Migran Diaspora Indonesia juga akan mendorong pemerintah untuk memiliki Indonesia Overseas Labour Office (IOLO) di negara-negara dimana terdapat PLRT. Di sisi lain, diaspora Indonesia juga akan mendorong dan membantu penyediaan lapangan kerja di tanah air dan membuka sentra-sentra industri rumah tangga. Terkait dengan hal tersebut, diaspora Indonesia juga akan menghadirkan para eksekutif/ legislatif/ NGOs terkait disamping juga Kepala BNP2TKI, Migrant Care, Menaker, dan Ketua Komisi IX pada salah satu sessi sidang CID II. Lebih lanjut, diaspora Indonesia juga akan membentuk MW TF – CID dan meres-
No. 62 Tahun VI
mikan kerja sama dengan Migrant Care. Beberapa permasalahan dasar yang dialami oleh para TKI di Hong Kong antara lain adalah berupa biaya penempatan 21.000 HKD yang dinilai terlalu tinggi. Biaya penempatan ini akan dibayar melalui pemotongan gaji selama 7 (tujuh) bulan. Permasalahan lain adalah berupa pelarangan berpindah agensi sebelum masa kontrak 2 (dua) tahun habis. BMI HK menerapkan peraturan yang tidak memperbolehkan TKI untuk berpindah agen, sebelum TKI bersangkutan menyelesaikan kontrak pertamanya. Selanjutnya adalah pelarangan kontrak mandiri (karena adanya peraturan dari KJRI), disamping juga sebagian TKI Hong Kong menolak KTKLN, karena mereka menganggap KTKLN ini tidak diperlukan, karena memang tidak dipakai di luar negeri. Penahanan dokumen, seperti paspor dan kontrak kerja, juga masih banyak terjadi dan dilakukan oleh majikan dan agensi. Belum lagi persoalan gaji yang underpayment, dimana masih ada BMI yang digaji dibawah standar dari gaji pokok 3.940 HKD. Jika Pemerintah masih ingin terus berupaya melakukan perbaikan sistem, maka Pemerintah sebaiknya lebih konsentrasi pada penciptaan sistem perlindungan yang applicable bagi TKI non-skilled, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai domestic maid (PRT). Untuk sementara ini sebaiknya pemerintah tidak mencampur-adukan antara proses pendataan dan perlindungan terhadap non-skill dan profesional. Pendataan TKI mandiri dan profesional tersebut, untuk saat ini sebaiknya di koordinasikan dengan KBRI. Selanjutnya BNP2TKI perlu diberikan target selama 5 (lima) ta-
hun untuk mewujudkan sistem perlindungan yang applicable tersebut sebagai Pilot Project yang comprehensive. Jika dalam jangka waktu tersebut tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam sistem perlindungan TKW non-skilled, maka penghentian pengiriman domestic maid sudah justified untuk dihentikan secara permanen. Diaspora Indonesia juga perlu membentuk Indonesian Worker Union yang mencakup seluruh TKI diseluruh dunia, dimana nantinya bisa memudahkan pendataan TKI bermasalah, TKI yang undocumented, TKI sukses dan lain-lain. Namun salah satu kendalanya adalah bahwa TKI kita tidak terbiasa berorganisasi. Diaspora Indonesia juga perlu mendorong pendekatan kepada TKI yang masih bekerja di luar negeri dengan melakukan sharing pengalaman kisah sukses TKI yang telah berhasil dinegara lain. Misalnya teman-teman di UK bisa bertukar pengalaman melalui skype dengan teman-teman yang ada di KSA, Hong Kong atau Taiwan. Lebih lanjut, diaspora Indonesia perlu memberikan tambahan ilmu pengembangan pribadi, baik dalam bentuk conference call maupun live seminar, misalnya dengan mengajak mereka untuk mengembangkan daya imajinasi dalam bentuk board games akan cita-cita mereka secara pribadi, keluarga dan negara Indonesia. Untuk mendukung usulanusulan tersebut, Task Force Pekerja Diaspora Indonesia berencana untuk membuat semacam buku panduan kecil self help yang nantinya bisa diberikan secara gratis kepada calon TKI yang akan berangkat ke luar negeri. Buku kecil ini berisikan poin-poin penting yang bisa dijadikan pegangan selama berada di luar negeri.[]
13
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Produk Makanan Dan Obat-Obatan Indonesia Digemari Warga Madagaskar
14
Kolonel Richard,
Diaspora Indonesia di Madagaskar Dok. Diplomasi
Indonesia dan Madagaskar memang memiliki kedekatan sejarah dan budaya, karena pada jaman dulu, para pedagang dari Indonesia melakukan perdagangan hingga ke Madagaskar. Sekarang ini bahkan sebagian besar orang Madagaskar adalah keturunan Indonesia. Dalam segi budaya dan bahasa, kita juga bisa melihat bahwa bahasa dan budaya di Madagaskar juga banyak yang berasal dari Indonesia, sehingga kalau kita melihat budaya Nusantara secara komparatif, maka kita juga bisa menemukan budaya tersebut ada di Madagaskar. Dari penelitian yang dilakukan, ternyata DNA orang Indonesia juga banyak ditemukan di Madagaskar, dan oleh karena itulah maka Madagaskar memiliki keinginan yang kuat untuk masuk kedalam Diaspora Indonesia. Sekarang ini jumlah orang Indonesia yang berada di Madagaskar memang hanya sedikit, tapi Seni budaya Madagaskar memiliki banyak kemiripan dengan seni budaya Indonesia, ini mungkin diakibatkan oleh terjalinnya hubungan perdagangan yang sangat baik antara Indonesia dan Madagaskar pada jaman nenek moyang kita dulu, sehingga juga terjadi pertukaran seni budaya antara Indonesia dan Madagaskar. Madagaskar terkenal dengan sumber daya alam berupa mineral, sehingga banyak mengundang investor untuk datang ke Madagaskar. Namun karena faktor kedekatan dengan Indonesia, maka Madagaskar lebih senang memilih investor dari Indonesia dibandingkan dengan investor dari negara lain. Dalam hal ini kami sangat berharap, agar investor dari Indonesia bisa bersamasama mengembangkan sektor pertambangan dan juga sektorsektor lainnya di Madagaskar. Sebagai negara berkembang, Madagaskar tentunya membutuhkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Dan sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa diaspora Indonesia terus menghasilkan sesuatu yang bersifat teknis, sehing-
” Dari penelitian yang dilakukan, ternyata DNA orang Indonesia juga banyak ditemukan di Madagaskar, dan oleh karena itulah maka Madagaskar memiliki keinginan yang kuat untuk masuk kedalam Diaspora Indonesia.”
ga memerlukan kerjasama kedua negara. Kerjasama di bidang ekonomi cukup bagus, namun kita perlu menetapkan bahwa target kita adalah untuk membantu masyarakat dan agar kesejahteraan mereka semakin meningkat. Indonesia dan Madagaskar memang perlu melakukan suatu kerjasama yang bersifat win-win cooperation, khususnya di bidang pertanian, energi, kesehatan dan ekonomi. Iklim di Madagaskar tidak jauh berbeda dengan iklim di Indonesia, dan makanan pokoknya juga sama, yaitu nasi. Oleh karena itu kerjasama di bidang pertanian ini memang memiliki peluang yang sangat besar. Di sektor perkebunan, Madagaskar adalah produsen cengkeh yang cukup besar. Sementara Indonesia memerlukan impor cengkeh untuk bahan baku rokok. Madagaskar juga merupakan produsen kedelai yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Sebaliknya, Madagaskar memerlukan obat generik yang diproduksi oleh Indonesia. Produk mie instan asal Indonesia juga sangat digemari di Madagaskar, tapi sayangnya Indonesia tidak memiliki semacam show room untuk memperkenalkan produk-produk Indonesia lainnya. Kerjasama ekonomi Indonesia-Madagaskar bisa kita
mulai dari komoditas yang ada di kedua negara, dan selanjutnya bisa dikembangkan dengan perdagangan produk hasil industri. Pengembangan ini tentunya harus dilakukan oleh orang Indonesia sendiri, dimana dalam hal ini adalah diaspora Indonesia yang link dengan pengusaha-pengusaha di Indonesia. Sebagian besar orang Madagaskar memang menganggap dirinya sebagai keturunan orang Indonesia, terutama setelah Indonesia memperkenalkan seni dan budaya Indonesia di Madagaskar, sehingga orang Madagaskar memahami bahwa seni budaya mereka memang berasal dari Indonesia. Keunikan orang Madagskar dalam menanam padi dan membuat rumah ternyata memang persis sama dengan orang Indonesia. Begitu banyaknya kesamaan yang dimiliki oleh kedua negara, sehingga dapat dikatakan bahwa Madagaskar merupakan Nusantara Kecil, karena berbagai kebudayaan dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan lain-lainnya, semuanya ada di Madagaskar. Kebetulan saat ini memang orang Madagaskar sangat tertarik untuk berkunjung ke Indonesia yang mereka anggap sebagai negeri leluhur mereka. Apalagi Indonesia merupakan anggota G20,
yang menunjukkan bahwa Indonesia bukanlah sebuah negara yang biasa-biasa saja, melainkan negara yang memiliki peran dan pengaruh cukup kuat di lingkup dunia. Untuk meningkatkan pembangunan di Madagaskar, tentunya kami juga harus melakukan kerjasama dengan negara-negara lain yang sudah maju. Indonesia adalah pilihan yang tepat, karena tidak mungkin bagi kami untuk bisa langsung melakukan kerjasama dengan AS misalnya, karena teknologi yang mereka miliki mungkin belum tentu cocok untuk kami. Demikian juga dalam hal kerjasama di bidang politik, dimana Indonesia merupakan motor dari kerjasama Selatan-Selatan, dan kita harus memulai kerjasama ini dari situ. Kendala yang kita hadapi adalah, bahwa saat ini Indonesia dan Madagaskar belum memiliki perwakilan setingkat Duta Besar, sehingga peningkatan hubungan antara kedua negara belum begitu signifikan. Oleh karena itu, sebagai diaspora Indonesia, kami perlu mendorong agar hubungan kedua negara dapat lebih ditingkatkan, sehingga hubungan dan kerjasama politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, dan seni budaya yang dilakukan kedua negara bisa lebih Dok. reality.com memberikan hasil nyata.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Diaspora Gugus Tugas Kota Layak Huni
Meningkatkan Livability Kota-Kota Indonesia Daliana Suryawinata
Dok. Diplomasi
Taskforce Kota Layak Huni
Task Force Kota Layak Huni adalah salah satu gugus tugas dari Jaringan Global Diaspora Indonesia dalam bidang tata ruang, perencanaan urbanisme dan arsitektur untuk Indonesia Baru 2030. Task Force Kota Layak Huni juga merupakan bagian dari Jaringan Diaspora Indonesia di Belanda.
15 MARET - 14 APRIL 2013
No. 62 Tahun VI
Kondisi kota-kota Indonesia saat ini adalah; terjadinya fragmentasi, tidak berkelanjutan, lebih kepada pengembangan komersial, kurangnya ruang terbuka hijau, kurangnya transportasi umum, kemiskinan perkotaan, tidak adaya langkah-langkah pencegahan bencana alam, kerusakan alam, dan penghancuran arsitektur sejarah. Kondisi yang ideal bagi kota-kota di Indonesia adalah; pengembangan Smart Ecological High density, pelestarian alam, kaya akan arsitektur tradisional, transportasi umum yang baik, ruang publik hijau, perkotaan dengan karakter desa, siap-tanggap banjir. Task Force Kota Layak Huni adalah salah satu gugus tugas dari Jaringan Global Diaspora Indonesia dalam bidang tata ruang, perencanaan urbanisme dan arsitektur untuk Indonesia Baru 2030. Task Force Kota Layak Huni juga merupakan bagian dari Jaringan Diaspora Indonesia di Belanda. Penggerak dari task force ini adalah; Hasti Tarekat (Dewan Heritage Trust Indonesia/BPPI), konsultan untuk proyek percontohan heritage education bagi Netherlands Institute for Heritage, dosen tamu di Akademi Reinwardt, Amsterdam, dan penerima Asia Pasifik Heritage Awards of Merit 2003 dari UNESCO; Wiwi Tjiook, arsitek landscape dan desainer perkotaan di kota Rotterdam, praktisi independen dengan pengalaman global selama 25 tahun, spesialisasi di bidang strategi landscape, rencana transformasi perkotaan, perencanaan ruang publik, strategi air perkotaan terpadu dan perencanaan air yang inovatif dengan penekanan pada keberlanjutan dan kanal penyimpanan air bawah tanah. Daliana Suryawinata, Direktur Shau Arsitektur & Urbanisme Rotterdam, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia-Uni Eropa (IAI-EU), Penasehat program desain arsitektur dan perkotaan di Erasmus Huis Jakarta periode 2012-2016, dan Kurator Kota
Jakarta Terbuka. Task force Kota Layak Huni terdiri dari 18 anggota dan 39 anggota tambahan. Misi dari task force Kota Layak Huni Indonesian Diaspora Network (IDN) adalah sebagai platform, sebuah hub untuk ide-ide, sumber daya, dan jaringan - untuk mempercepat implementasi proyek-proyek yang dipilih. IDN TF kota Layak Huni bertujuan untuk mengimbangi pembangunan yang tidak berkelanjutan, tidak manusiawi atau over-commercialized di kota-kota dengan mempromosikan praktek-praktek yang baik melalui proyek-proyek yang dipilih. Visi IDN TF adalah berusaha untuk mentransfer pengetahuan, modal dan keahlian kami untuk mencapai situasi kota di Indonesia yang win-win dan lebih berkelanjutan, lebih berorientasi pada manusia, dan lebih menarik untuk hidup, bekerja dan bermain. Strategi yang IDN TF lakukan adalah memperkuat proyek yang ada dengan inisiatif menggunakan Indonesian Diaspora Network (IDN), menghubungkan stakeholder yang tepat, di tempat yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula. Melakukan pendekatan yang efektif untuk semua lembaga terkait, di dalam dan di luar negeri melaui penyelenggaraan pameran, pertemuan jaringan, perkuliahan, presentasi dalam acara strategis yang terkait untuk meningkatkan livability di kota-kota Indonesia. Fokus IDN TF untuk periode 2013-2014 ini adalah; Heritage dan Konservasi, Perencanaan dan Landscape Air, serta perubahan sosial perumahan dan perkotaan. Sedangkan fokus kami pada pasca 2014 adalah perubahan pembangunan pedesaan, transportasi umum, pariwisata berkelanjutan, bangunan dengan efisiensi energi, arsitektur tropis, limbah dan infrastruktur +, heritage dan konservasi, perencanaan dan landscape air, serta perumahan sosial dan perkotaan.
15
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
PERTUKARAN IDE ANTARA
Indonesia dan Diaspora Indonesia FELICE GUNAWAN
Dok. Diplomasi
Task Force Green Economy CID II
Pada dekade terakhir ini telah muncul ‘Gerakan Hijau’. Hal ini dikarenakan adanya ancaman pemanasan global, sehingga orang di seluruh dunia mulai berpikir untuk lebih ‘hijau’. Misalnya, pergeseran dari penggunaan energi tradisional yang ‘kotor’ kepada Energi Hijau yang ‘Smart’ seperti smart grid, energi surya, energi angin, dan bentukbentuk energi alternatif lainnya. Kita melihat hal ini dalam fokus jenis-jenis transportasi alternatif yang mulai berpindah dari mobil tradisional bertenaga bensin kepada kendaraan listrik dan hibrida. Kami juga melihat ini dalam arsitektur, dengan fokus pada bangunan yang lebih ramah lingkungan, penyesuaian bangunan untuk menjadi lebih hemat energi, dan penciptaan suatu sistem universal untuk menilai keramahan lingkungan bangunan dengan LEED. Berikutnya adalah semakin meningkatnya minat konsumen terhadap produk-produk hijau, mulai dari make-up hingga produk pembersih dan kompos kemasan. Dan di mana-mana, kita juga melihat upaya penekanan pen-
16
gurangan emisi karbon, dimana Presiden SBY secara tegas menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon sebesar 26% pada tahun 2020. Gerakan Hijau adalah gerakan yang telah tumbuh secara mantap, dan sekarang saatnya bagi Indonesia untuk meningkatkan upaya agar sektor swasta dapat bergabung dalam gerakan ini. Saat ini Indonesia adalah negara terbesar ke-empat di dunia dengan populasi sekitar 240 juta orang. Dengan tingkat pertumbuhan 1,04%, maka populasi kita merupakan populasi yang berkembang dan memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, pada saat yang sama sumber daya alam kita juga terbatas dan kita telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Karena itu kita terus berupaya menyediakan kualitas hidup yang baik kepada penduduk yang terus berkembang namun dengan sumber daya alam yang terbatas secara berkelanjutan, yaitu melalui ‘Ekonomi Hijau’. Menurut Global Citizen Center, Ekonomi Hijau menyediakan tiga hal pokok, yaitu kelestarian lingkungan, keadilan sosial, dan akar lokal. Menjaga kelestarian lingkungan
adalah menghormati integritas ekosistem sumber daya alam dan menjamin keberlanjutan sistem pendukung kehidupan kita. Keadilan sosial adalah sistem ekonomi yang dinamis yang memastikan semua orang memiliki akses ke standar hidup yang layak dan kesempatan untuk pengembangan pribadi dan profesional. Sedangkan akar lokal adalah ekonomi hijau yang secara lokal berakar, dimana kebutuhan masyarakat dipenuhi melalui respondible produksi lokal serta pertukaran barang dan jasa. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa keberlanjutan dan keadilan berakar dalam hubungan otentik suatu tempat. Menurut laporan terbaru UNEP, ekonomi hijau dapat menyediakan 60 juta pekerjaan di seluruh dunia. Jadi ada peluang yang luas dan tersebar di berbagai industri. Misalnya peluang di bangunan-bangunan hijau arsitektur green retroffiting untuk pengelolaan air. Indonesia adalah negara dengan sumber daya alam hutan hujan tropis yang indah dan melimpah, serta kehidupan laut yang beraneka ragam. Kita dapat melestarikan sumber daya alam sambil meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui eco-tourism. Kita bisa fokus pada efisiensi energi dengan berfokus pada energi hijau dan smart energy. Termasuk peluang dalam pengembangan barang-barang konsumsi hijau hingga pakaian hijau sebagai produk ramah lingkungan. Transportasi dan manajemen sumber daya yang bersih merupakan kunci yang dapat memberikan peluang bagi inovasi industri lainnya, kewirausahaan, lapangan kerja, dan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia. Memasuki abad ke-21, masyarakat dan penyedia energi di seluruh dunia berada di bawah tekanan dalam menghadapi tantangan energi yang menakutkan, yaitu terbatasnya pasokan, meningkatnya permintaan, rusaknya infrastruktur dan efek gas rumah kaca. Dalam beberapa dekade men-
datang, kita perlu memodernisasi jaringan listrik untuk memenuhi perkembangan tantangan energi pada abad ke-21, dimana smart grid dapat membantu kita mengatasi tantangan tersebut. Smart grid adalah jaringan rantai energi secara keseluruhan, mulai dari pembangkit ke transmisi untuk didistribusikan ke rumahrumah dan gedung-gedung. Meteran di rumah dan gedung akan menjadi seperti sumber energi yang didistribusikan ke panel surya, kendaraan listrik, dan berbagai peralatan pintar. Transformasi energi ini mirip dengan transformasi internet sekarang ini. Sebelum ada internet, perangkat jaringan komputer sangat sedikit. Tapi setelah ada internet, maka lebih dari 2 miliar perangkat jaringan komputer kita memiliki saat ini, dan memungkinkan semua jenis aplikasi internet seperti Google, Facebook, dan Twitter. Dalam pengertian yang sama, smart grid akan menjadi jaringan miliaran perangkat energi di masa depan, yaitu terciptanya Internet Energi yang memungkinkan segala macam aplikasi cool energy yang bahkan belum terfikirkan dalam internet Energi saat ini. Jaringan internet energi ini diperkirakan mencapai lebih dari 4 miliar perangkat energi dengan nilai pasar diperkirakan mencapai lebih dari $ 200 milyar dalam beberapa tahun ke depan, dan ini sangat besar. Dalam CID II, kami berharap bahwa Satuan Tugas Ekonomi Hijau akan mengarah pada pertukaran ide antara Indonesia dan Diaspora Indonesia. Indonesia bisa belajar dari Diaspora Indonesia mengenai apa saja yang sudah dilakukan negara lain, sebaliknya Diaspora Indonesia juga dapat melihat apa saja yang sudah dilakukan di Indonesia. Dengan cara ini, kemungkinan kita bisa memperoleh ide-ide baru dan mengidentifikasi pasar baru bagi diaspora Indonesia dan Indonesia.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
sorot
Media Komunikasi dan Interaksi
Gugus Tugas Bakti SOSIAL
Jaringan Diaspora Indonesia Selama pelaksanaan CID II mendatang, task force Bakti Sosial akan membagi kegiatan para diaspora menjadi lima bagian, yaitu; Pendidikan (Kelas Inspirasi, Workshop Guru); Green Action (Reboisasi, Kebun Rumah, Biopori, Recycle, Kebersihan); Ekonomi (Koperasi, Sentra Industri Kecil); Bakti Sosial (Dosen, Klinik, Taman Bacaan); dan Sosialisasi (Makan bersama, Nonton bersama). Dalam kegiatan pendidikan, task force Bakti Sosial diaspora Indonesia akan bekerja sama dengan Indonesia Mengajar dalam hal Kelas Inspirasi. Sedangkan dalam kegiatan Workshop Guru, task force Bakti Sosial diaspora Indonesia bekerja sama dengan TF pendidikan untuk membantu soft-skills guru terutama dalam hal komunikasi, presentasi, dan metode mengajar. Pada kegiatan Green Action, aktivitas yang dilakukan adalah berupa
reboisasi (penanaman pohon di taman kota); pengenalan kebun sayuran rumah (Home garden) kepada masyarakat; Biopori, yaitu pembuatan lubang serapan biopori bersama masyarakat; Recycling, yaitu pengenalan budaya Reduce-Reuse-Recycle, dan; Aksi bersih pantai, yaitu kegiatan membersihkan pantai Ancol yang kemudian dilanjutkan dengan wisata ke Dunia Fantasi. Di bidang kegiatan Ekonomi, aktivitas yang akan dilakukan adalah mencakup koperasi dan kunjungan ke sentra industri kecil PIK. Diaspora Indonesia akan membantu dan/atau bertukar pikiran dengan masyarakat mengenai koperasi, guna peningkatan peran koperasi ataupun manajemen koperasi. Volunteerism atau bakti sosial adalah sebuah kegiatan yang dirancang untuk memberikan contoh dan ajakan dalam hal membudayakan bakti sosial/volunterism dengan
mengajak Diaspora Indonesia untuk menyumbangkan ilmu dan keahlian mereka kepada masyarakat, diantaranya adalah berupa: Docent for a day: Diaspora menjadi volunteer di museum untuk menjadi guide; Klinik pengobatan gratis dan penyuluhan kesehatan, dan ; Taman bacaan, dimana diaspora Indonesia menjadi volunteer untuk membacakan buku kepada anak-anak. Banyak sekali kelompok yang datang membagikan nasi bungkus gratis kepada masyarakat miskin dan lainnya, tetapi mungkin tidak ada dari kelompok tersebut yang pernah ikut makan nasi bungkus itu bersama-sama dengan masyarakat miskin tersebut. Untuk itu diaspora Indonesia akan menggunakan konsep ‘Soup Kitchen’ di AS dalam melaksanakan aksi sosialnya. Kegiatan ini mungkin bisa juga dilakukan dengan menambah sesi hiburan berupa nonton bersama film produksi Indonesia
(Denias, Habibie, Soegija, dan lainlain) atau menyelenggarakan sebuah page-laran budaya yang terdiri dari tarian, musik dan wayang. Terakhir adalah berupa kegiatan kunjungan ke desa untuk memberikan bantuan pelatihan dan/atau material berupa buku bacaan, dana awal koperasi dan sebagainya. Acara kemudian akan ditutup dengan wisata dan/atau olahraga bersama. Kegiatan tersebut akan diupayakan untuk melibatkan remaja dan anak-anak, dengan tujuan untuk membangun kebiasaan yang baik seputar; alokasi waktu, dimana diperlukan sekitar 4 jam sebelum dilanjutkan dengan makan siang dan rekreasi keluarga; Kebutuhan logistik seperti cangkul, meja, kursi, plastik sampah, dan lain sebagainya; Kebutuhan ruangan untuk ruang tunggu masyarakat yang akan dibantu, dan juga tranportasi menuju lokasi kegiatan sosial.[]
Diaspora Bidang Kesehatan Dok. Diplomasi
Meningkatkan Kesehatan Medis Indonesia
IDN (Indonesian Diaspora Network) memiliki visi untuk meningkatkan kesehatan medis di Indonesia, meningkatkan kualitas MHC, membawa pulang para ahli Indonesia yang berada di luar negeri, menghentikan iwisata medis ke negara-negara tetangga, serta membuka peluang bagi diaspora Indonesia. Sedangkan misi gugus kerja bidang kesehatan IDN adalah melakukan kolaborasi dan transfer penge-
15 MARET - 14 APRIL 2013
tahuan MHC; mengumpulkan dan melakukan kolaborasi dengan para ahli di tingkat nasional dan internasional; pro-aktif mencari kelompokkelompok IDN; menempatkan MHC Indonesia sesuai dengan standar internasional, memberikan dukungan kepada MHC Pusat dan Daerah, serta melakukan win-win cooperation. Kesehatan di Indonesia termasuk terbelakang dibandingkan dengan negara-negara tetangga, persentase belanja kesehatan di Indonesia hanya 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan. Anggaran kesehatan Malaysia saja sebesar 8% dari PDB. Kondisi ini relatif lebih buruk jika kita bandingkan dengan negara-negara Barat seperti Belanda, yang saat ini anggaran kesehatannya sebesar 10,4% - 13,5% dari PDB atau sekitar 90 milyar Euro per tahun. Permasalahan ini menempatkan rating kesehatan di Indonesia berada di bawah rata-rata ASEAN, dimana 20-25% dari seluruh populasi diasuransikan untuk perawatan kesehatan umum sehingga perawatan yang te-
No. 62 Tahun VI
pat menjadi tidak realistis. Lebih dari 69% wisatawan medis di Malaysia dan Singapura berasal dari Indonesia, ini menyebabkan kesenjangan yang nyata antara si kaya dan si miskin. Untuk itu Pemerintah Indonesia berharap bisa memiliki Universal Health Coverage (UHC) pada 2014, dan mandat UHC adalah meningkatkan ketersediaan dan kualitas layanan kesehatan. Gugus tugas kesehatan IDN telah memutuskan untuk mendukung tiga proyek prioritas, yaitu perawatan lansia, Cancer Care, dan Training center untuk pertukaran pengetahuan perawatan kesehatan medis. Jumlah penduduk lansia di Indonesia telah meningkat secara signifikan, dimana pada 2010 mencapai 19 juta orang dengan rata-rata harapan hidup 72 tahun, bahkan ada yang mencapai 80 tahun dan lebih tua dari itu. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan bahwa pada 2020 lansia akan mencapai 28,8 juta atau 11,34% dari total penduduk. Tren ini tidak dapat dihindari mengingat adanya peningkatan harapan hidup bagi kelompok orang tua.
Dalam hal masalah kanker, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menempatkan kanker sebagai salah satu dari tiga penyebab utama kematian di Indonesia. Kebanyakan pasien kanker datang ke rumah sakit dengan penyakit lanjut, hal ini dikombinasikan dengan kurangnya peralatan yang tepat, sehingga membuat pengobatan pasien menjadi sulit. Karena perkembangan yang cepat dari dunia ilmu kedokteran dan perawatan medis, maka diperlukan perbaikan dalam deteksi dini serta pengobatan penyakit. Perawatan medis dan juga ilmu kedokteran di Indonesia harus difasilitasi untuk pengembangan lebih lanjut melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga internasional. Jaringan Diaspora IndonesiaBelanda pada Kelompok Kesehatan Medis (IDN-NL-MHC) adalah tim multi-disiplin spesialis medis dan para profesional yang tinggal di Belanda. Tim ini memiliki aspirasi untuk berbagi keahlian, pengalaman, dan jaringan medis dengan rekan-rekan di Indonesia.[]
17
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
AGENDA PEMBANGUNAN PASCA 2015
INDONESIA DORONG POLA KEMITRAAN GLOBAL Dok. BAM Kemlu
“Presiden berpesan bahwa negara dan pemerintah perlu melakukan transformasi ekonomi dan sosial agar masyarakat dapat keluar dari garis kemiskinan.” Apa itu High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda (HLP)? HLP adalah suatu panel tingkat tinggi yang diprakarsai Sekjen PBB dan diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Perdana Menteri Inggris dan Presiden Liberia. HLP dibentuk pada tanggal 31 Juli 2012 untuk membahas agenda pembangunan global pasca 2015. Anggota panel terdiri atas 24 tokoh pemerintahan, masyarakat madani, akademisi, dan sektor swasta, antara lain Menteri Lingkungan Hidup Brazil, Menteri Luar Negeri Kolombia, Mantan Presiden Jerman, Mantan Perdana Menteri Jepang, Ratu Yordania, Komisioner Eropa untuk Pembangunan, Penasehat Ekonomi Presiden Rusia, Menteri Keuangan Timor Leste, Pemenang Nobel asal Yaman, CEO Unilever, dan lainnya. Keanggotaan HLP bersivat individual dalam arti tidak mewakili kapasitas negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka pertemuan HighLevel Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda (HLP) di Bali Nusa Dua Convention Center, 27 /03/2013.
“Pembahasan agenda pembangunan pasca-2015 perlu ditekankan pada prinsip-prinsip pertumbuhan inklusif, kesetaraan, perlindungan lingkungan, perdamaian, keamanan, keadilan, dan kebebasan.”, demikian disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika membuka pertemuan High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda (HLP) di Bali Nusa Dua Convention Center, 27 Maret 2013. Hal ini sejalan dengan tema yang diusung dalam pertemuan di Bali, yakni “Global Partnership and Means of Implementation”. Selain itu, Presiden berpesan bahwa negara dan pemerintah perlu melakukan transformasi ekonomi dan sosial agar masyarakat dapat keluar dari garis kemiskinan. Senada dengan pernyataan PresidenYudhoyono, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf yang hadir langsung di Bali menambahkan bahwa dunia internasional memiliki tanggung jawab dan juga kemampuan untuk membawa perubahan
18
bagi kesejahteraan. Pertemuan HLP di Bali tersebut merupakan rangkaian pertemuan yang ke-4, setelah sebelumnya diadakan secara marathon pada bulan September 2012 di New York, November 2012 di London, dan Februari 2013 di Monrovia. Pertemuan berikutnya akan dilaksanakan di New York pada bulan Mei 2013. Panel tingkat tinggi ini dibentuk oleh Sekjen Perserikatan BangsaBangsa (PBB) dan diketuai bersama oleh Presiden RI, Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf dan Perdana Menteri Inggris James Cameron. Meski tidak hadir langsung di Bali, PM Inggris melalui video message menyampaikan harapannya agar Pertemuan HLP Bali dapat memastikan tercapainya pertumbuhan berkelanjutan melalui peningkatan peran investasi sektor swasta dalam pertumbuhan berkelanjutan; perdagangan yang lebih bebas dan adil, transparansi dan kontribusi pajak yang sesuai; serta sumbang saran berbagai pemangku kepentingan dalam penyusunan target
baru pembangunan dunia di masa depan. Sebelumnya, Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Duta Besar Hasan Kleib dalam jumpa pers di Jakarta tanggal 22 Maret 2013 mengatakan bahwa dengan akan berakhirnya Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 mendatang, masyarakat internasional perlu merumuskan agenda pembangunan yang bersifat global. Sarana untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Dubes Kleib, adalah melakukan kemitraan antar negara. Dubes Kleib menjelaskan bahwa dalam pertemuan di Bali tersebut, Indonesia akan memberikan paparan mengenai visi pembangunan global pasca 2015, dengan fokus kepada pola kemitraan antar negara dan implementasinya sehingga tujuan dan capaian pembangunan global dapat lebih terarah. Kembali ke pertemuan di Bali, Menlu Marty M. Natalegawa mengatakan, “Para anggota Panel berupaya menyusun rekomendasi
yang ambisius namun juga praktis, dengan menggabungkan visi dan pragmatisme.” Karena itu, lanjut Menlu Marty, pertemuan di Bali ini adalah pertemuan yang krusial dalam mengejar pencapaian masing-masing tujuan dalam agenda pembangunan pasca 2015 nantinya, dengan menekankan pentingnya pemajuan kemitraan antar berbagai pemangku kepentingan dan tersedianya sarana implementasi. Pertemuan di Bali ini juga dihadiri beberapa pembicara tamu, antara lain Putri Máxima dari Belanda, Presiden Majelis Umum PBB Vuk Jeremić, George Soros dan Jeffrey Sachs. Di akhir pertemuan di Bali, para panelis yang terdiri dari sejumlah tokoh pemerintahan dan non-pe-merintahan dunia berhasil menyepakati sebuah Bali Communique sebagai landasan rekomendasi hasil pembahasan Panel yang akan disampaikan dalam pertemuan selanjutnya di New York bulan Mei 2013. []
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Pemilih Luar Negeri Punya Peluang Membentuk Dapil Sendiri Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 menyebutkan bahwa pemungutan suara bagi Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri hanyalah untuk calon anggota DPR. Hasil perolehan suara dari Pemilih di luar negeri tersebut dimasukkan sebagai perolehan suara untuk daerah pemilihan Provinsi DKI Jakarta II. Lampiran Undang-Undang menyatakan bahwa Daerah Pemilihan Provinsi DKI Jakarta II meliputi Kota Jakarta Pusat + Luar Negeri dan Kota Jakarta Selatan dengan alokasi 7 (tujuh) kursi. Dibanding pemilu tahun 2009, terdapat peningkatan data jumlah pemilih yang signifikan untuk pemilih luar negeri tahun 2014 2009
2014**
1.475.847
2.213.605
* untuk Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD **data dalam bentuk DP4
DAFTAR PENDUDUK POTENSIAL PEMILIH (DP4) 2014 UNTUK DAPIL JAKARTA II JAKARTA PUSAT
LUAR NEGERI
JAKARTA SELATAN
JUMLAH
774.536
2.213.605
1.482.000
4.470.141
Asumsi Penghitungan Kursi Bagi Dapil Jakarta 2*: Jumlah Pemilih dalam Dapil = Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) Jumlah Kursi 4.470.141 Pemilih = 638.592 7 Kursi
ASUMSI PEROLEHAN KURSI DENGAN JUMLAH DP4 JAKARTA PUSAT
KURSI
LUAR NEGERI
KURSI
JAKARTA SELATAN
KURSI
774.536 638.592
1 Kursi
2.213.605 638.592
3 Kursi Sisa 297.829 (1 Kursi)
1.482.000 638.592
2 Kursi
Dengan asumsi tersebut, luar negeri punya peluang untuk membentuk dapil sendiri. Hanya saja tantangannya adalah bahwa pada Pemilu tahun 2009, partisipasi pemilih di luar negeri belum menunjukkan hasil yang memuaskan, yaitu hanya 329.161 (22,3%). Upaya KPU untuk meningkatkan partisipasi pemilih luar negeri adalah dengan melaksanakan pemilu di luar negeri lebih awal dari jadwal pemilu di dalam negeri, yaitu pada tanggal 30 Maret sampai 6 April 2014. KPU juga memberikan kemudahan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya, dimana pemilih dapat menggunakan paspor selama surat
15 MARET - 14 APRIL 2013
suara masih tersedia. Pemilih juga tidak harus datang ke TPSLN karena dapat memberikan suara melalui pos yang disampaikan ke PPLN di Perwakilan RI setempat. Terkait dengan itu, KPU melakukan kerjasama yang intensif dengan Kemenlu, Kemenakertrans, Kemendikbud, Kemenag, Kemenkumham (Ditjen Imigrasi) dan BNP2TKI untuk melakukan pendataan warga negara Indonesia di luar negeri yang telah memiliki hak pilih. Sedangkan pelaksanaan pemutakhiran data serta pembentukan PPLN akan dilakukan sesuai dengan tahapan pemilu. Permasalahannya adalah, jika di luar negeri dibentuk dapil sendiri,
No. 62 Tahun VI
maka sebaran pemilih yang luas akan membuat para calon legislatif harus mengeluarkan belanja politik yang besar dan waktu yang panjang untuk berkampanye. Dengan dapil sendiri yang WNI nya tersebar di 167 negara, tentunya membutuhkan dana yang besar bagi anggota DPR terpilih untuk melakukan reses dapil, sementara dalam satu tahun hanya ada 4 (empat) kali masa reses. Tidak ada jaminan bahwa respons anggota DPR terpilih akan lebih baik terhadap persoalan WNI jika dibentuk dapil khusus luar negeri. Dengan adanya dapil khusus luar negeri, peran WNI dalam proses politik pada pemilihan umum
akan sama saja, karena mereka tetap akan memilih kandidat yang diajukan oleh partai politik. Di sisi lain KPU hanya berwenang menata dan menetapkan dapil DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sesuai UU Nomor 8 Tahun 2012. Dalam hal ini KPU akan berupaya meningkatkan partisipasi pemilih luar negeri sehingga perannya dalam menentukan proses politik dan perjalanan demokrasi di Indonesia makin besar. Upaya WNI di luar negeri untuk memperjuangkan dapil khusus merupakan hak yang dapat disalurkan melalui lembaga yang tersedia. (Sumber KPU)
19
Dok. Diplomasi
Peroleh Kursi Berdasarkan Jumlah DP4: Jakarta Pusat : 1 Kursi Luar Negeri : 4 Kursi Jakarta Selatan : 2 Kursi + Total : 7 Kursi
Diplomasi TABLOID
sosok
Media Komunikasi dan Interaksi
Duta Besar M. Wahid Supriyadi
Duta Besar M. Wahid Supriyadi adalah sosok seorang diplomat karir yang sederhana dan ramah namun sangat antusias menjalin hubungan dengan siapa saja, apakah itu pejabat ataupun rakyat biasa. Sewaktu menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab (2008-2012), diplomat yang suka membaca dan bersepeda ini dikenal gesit mengurus masalah TKI dan banyak melakukan berbagai terobosan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan mencairkan hubungan komunikasi dengan semua pihak. Tak urung, ketika transit di, Dubai, Presiden SBY sampai menyempatkan diri untuk menyampaikan apresiasi atas kinerjanya tersebut. Saat ini, atau tepatnya sejak tanggal 13 April 2012, lulusan Sastra Inggris Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Swinburne University of Technology, Melbourne ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Luar Negeri bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, disamping juga ditugaskan sebagai Alternate SOM Chair APEC. Diplomat yang pernah bercitacita menjadi dalang sewaktu kecil ini, juga dinilai sukses ketika menjabat sebagai Jenderal RI di Melbourne (2004-2007). Pak Wahid, demikian beliau biasa disapa oleh staffnya, mampu meng-counter berbagai pemberitaan media Australia yang dikenal sangat garang dalam memberitakan isu-isu negatif tentang Indonesia, khususnya terkait dengan Islamfobia, HAM, OPM, GAM dan lain sebagainya. Tidak jarang Pak Wahid harus melakukan gerilya people to people diplomacy didalam memberikan penjelasan kepada LSM, jurnalis, dan kelompok masyarakat di Australia, yang tentunya dengan dukungan data-data otentik di lapangan. Pak Wahid juga sukses merin-
20
Dok. Diplomasi
gerilya People to people diplomacy
tis dan memperkenalkan gamelan kepada masyarakat Australia, disamping menghimpun WNI di Melbourne untuk menyelenggarakan Festival Indonesia dengan biaya swadaya masyarakat. Festival budaya ini sekarang menjadi ajang tahunan yg meriah dan di dalamnya terdapat forum bisnis dan investasi yang diakui oleh City of Melbourne serta Pemerintah Negara Bagian Victoria sebagai salah satu event multikultural paling sukses di Victoria. Sebagai bentuk apresiasi, pemerintah Kota Melbourne dan Negara Bagian Victoria memberikan bantuan finansial setiap tahunnya. Sebelum bergabung dengan Kemlu RI pada 1985, diplomat yang sempat menjabat sebagai Direktur Informasi dan Media (2002-2004) ini berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di SMA Muhammadiyah II (1981-1983), Yogyakarta dan menjadi dosen di Universitas Pancasila,
Jakarta. Ayah dari tiga orang anak dan memiliki business mind yang tinggi ini juga aktif menulis berbagai artikel mengenai isu-isu international di berbagai media, diantaranya di The Sun Herald, The Age, Tempo, Kompas, Suara Pembaruan dan lain-lain. Duta Besar yang berpenampilan low profile dan merakyat, tapi sangat tegas dan kritis ini, memiliki philosofi hidup yang sederhana, yaitu hidup seperti air mengalir. Ikuti saja hidup ini seperti air mengalir, easy going, dan tidak perlu membuat target tertentu, tapi yang penting kita concern denga apa yang kita kerjakan”, kata diplomat yang masih gesit mengejar shutlecock dan melakukan smash ketika bermain badminton ini. Diplomat kelahiran desa Winong, Kecamatan Mirit, Kebumen, Jawa Tengah pada tangga 18 Agustus 1959 ini, sekarang ini juga di-
percaya untuk menjabat sebagai Kepala Desk Diaspora Indonesia, dimana selama ini Indonesia dianggap belum dapat memanfaatkan kelompok diaspora yang dimilikinya dengan maksimal, sebagaimana halnya China, India, Meksiko dan lain-lainnya. “Saat ini Indonesia masih perlu meningkatkan kinerjanya di berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, teknologi dan budaya. Sementara Diaspora Indonesia memiliki aset dan akses yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan tersebut dan dapat menjadi ujung tombak kita di luar negeri”, jelas Pak Wahid.[]
No. 62 Tahun VI
15 MARET - 14 APRIL 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
THE 5Th BALI PROCESS Pertemuan Tingkat Menteri ke-5 Bali Regional Ministerial Conference on People Smuggling, Trafficking in Persons, and Related Transnational Crime (Bali Process) yang berlangsung di Bali, 1-2 April 2013 telah diselenggarakan dengan sukses dan dihadiri oleh sekitar 200 delegasi dari 40 anggota dan delapan peninjau (observer) Bali Process. Dua belas Menteri dari sebelas negara dan sejumlah Wakil Menteri hadir pada pertemuan kali ini. Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, sebagai Ketua Bersama telah memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ke-5 Bali Process tersebut. Kedua Menlu menyambut baik bergabungnya tiga anggota baru Bali Process, yaitu Amerika Serikat, Persatuan Emirat Arab dan Badan PBB Untuk Urusan Obat-obat Terlarang dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs and Crime / UNODC). Sebelumnya status ketiga anggota ini adalah peninjau. Menlu Natalegawa menjelaskan keberadaan Bali Process sebagai forum satu-satunya di dunia yang bisa mempertemukan negara-negara kawasan dan organisasi internasional terkait untuk membicarakan isu-isu penyelundupan manusia dan perdagangan orang dan kejahatan lintas negara. Selain itu yang penting dari adanya forum Bali Process, Menlu menekankan, adalah adanya pertemuan kepentingan dari negara asal, negara transit dan negara tujuan Meskipun telah dilakukan sejumlah upaya keras, para anggota Bali Process masih dihadapkan pada berbagai tantangan pelik masalah penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Mengatasi akar permasalahan migrasi irregular di kawasan merupakan kunci utama. Kerjasama mutlak diperlukan untuk mengatasi akar permasalahan yang bersifat rumit, multi-dimensi dan memiliki banyak lapisan.
15 MARET - 14 APRIL 2013
Salah satu elemen kerjasama penting yang perlu terus ditingkatkan adalah penegakan hukum, diantaranya dengan menghubungkan Bali Process dengan lembaga peningkatan sumber daya manusia penegak hukum. Selain itu juga dinilai perlu untuk mengembangkan suatu panduan (guidelines) untuk membantu negara-negara terkait dalam menghadapi tantangan yang dimunculkan oleh migrasi iregular. Penanganan masalah migrasi iregular dilakukan menggunakan tiga pendekatan, yakni pencegahan, deteksi dini, dan perlindungan. Negara-negara anggota Bali Process sepakat untuk meningkatkan upaya pencegahan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamasama. Negara-negara asal, transit dan tujuan memiliki tangung jawab yang sama untuk mencegah kejahatan penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Metode paling sederhana bagi pencegahan adalah melalui kampanye peningkatan kesadaran masyarakat. Negara asal harus melakukan kampanye peningkatan kesadaran untuk meningkatkan ketahanan masyarakatnya terhadap bahaya yang dimunculkan oleh penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Di samping itu, negara asal juga harus memastikan bahwa faktor pendorong terjadinya migrasi iregular tersebut dapat ditekan melalui peningkatan kesejahteraan dan keamanan masyarakat mereka. Negara transit memiliki peran untuk mencegah adanya perantara yang memungkinkan terjadinya migrasi iregular ini. Masyarakat harus disadarkan bahwa keterlibatan dalam penyelundupan manusia dan perdagangan orang adalah tindakan kriminal dan melanggar hukum. Sementara negara tujuan memiliki tanggung jawab untuk menghilangkan faktor penarik bagi
No. 62 Tahun VI
Dok. BAM Kemlu
Pentingnya Pendekatan Pencegahan, Deteksi Dini, dan Perlindungan, Dalam Menangani Masalah Penyelundupan Manusia dan Perdagangan Orang di Kawasan Asia Pasifik
Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, sebagai Ketua Bersama memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ke-5 Bali Process (01/04/2013).
para imigran gelap ini. Mereka juga dapat memberikan bantuan kepada negara asal untuk mengembangkan kekuatan sosial ekonomi masyarakat negara asal. Deteksi dini akan memungkinkan negara-negara asal, transit dan tujuan untuk mengambil langkahlangkah sesuai yang lebih baik. Mekanisme deteksi dini yang mumpuni akan memberikan kemampuan bagi negara asal untuk mengetahui sejak dini bibit-bibit masalah yang mendorong terjadinya migrasi iregular. Hal ini akan memberikan mereka kesempatan untuk melakukan pencegahan. Pendekatan perlindungan korban perdagangan orang juga perlu dikedepankan. Untuk itu, peningkatan kapasitas aparat penegak hukum mutlak diperlukan, utamanya untuk membantu mereka melakukan identifikasi dan mengambil langkah hukum yang sesuai untuk mengatasi masalah perdagangan manusia. Peran kalangan masyarakat madani dalam setiap upaya pemberantasan penyelundupan manusia dan perdagangan orang, khususnya dalam fase pencegahan dan deteksi dini serta dalam membantu reintegrasi para korban kembali ke masyarakat, sangatlah penting. Penguatan kerangka hukum nasional negara anggota Bali Process
untuk mengkriminalisasi penyelundupan manusia dan perdagangan orang juga merupakan elemen lain yang juga sangat penting. Respon hukum yang kuat terhadap kejahatan ini diyakini akan menjadi penggentar bagi para pelaku kejahatan. Untuk itu, mandat telah diberikan kepada Bali Process Regional Support Office (RSO) untuk mengembangkan panduan yang dapat membantu pengambil kebijakan dan praktisi untuk mengkriminalisasi penyelundupan manusia dan perdagangan orang. Bali Process RSO yang didirikan di Bangkok pada bulan September tahun 2012 juga ditugaskan untuk mengembangkan program dan modul pelatihan bekerjasama dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang. Bali Process telah menjadi suatu proses konsultasi kawasan yang penting dalam mempererat kerjasama antar anggotanya dalam mengatasi masalah migrasi iregular. Sebagai Ketua Bersama dengan Australia, Indonesia selalu berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama tersebut dan untuk mewujudkan tujuan utama Bali Process, yaitu untuk menghapuskan kejahatan terkait migrasi iregular (Sumber Dit KIPS dan BAM).
21
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Pembukaan Sekdilu 37 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Dok. Infomed
Kemlu Lantik Diplomat dari Aceh hingga Papua
Wamenlu Dubes Wardana menyematkan lencana kepada salah satu Perwakilan Peserta Sekdilu 37 - (Foto: Infomed)
Gedung Pancasila yang bernilai sejarah tinggi bagi bangsa Indonesia kembali menjadi saksi untuk kesekian kalinya atas kemunculan para diplomat muda Indonesia. Berlokasi di kompleks Kementerian Luar Negeri, pada tanggal 15 Maret 2013 pukul 09.00 WIB dimulailah prosesi pembukaan Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) angkatan 37 yang berjumlah tidak kurang dari 59 orang yang telah lolos seleksi pada akhir tahun 2012 lalu. “Jumlah peserta yang tepilih ini telah melalui proses penyaringan yang ketat dan transparan dari sekitar dua puluh tiga ribu pelamar,” menurut Dubes Hazairin Pohan selaku Kepala Pusdiklat Kemlu saat menyampaikan pidatonya. Bersamaan dengan Sekdilu angkatan 37, prosesi pembukaan juga turut melibatkan Penata Keuangan dan Kerumahtanggan Perwakilan (PKKRT) angkatan 7 dan Petugas Komunikasi (PK) angkatan 4. Pembukaan ini sendiri langsung diresmikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Dubes Wardana. “Di dalam pendidikan yang akan berlangsung sampai Oktober nanti, para peserta akan dipersiapkan secara sungguhsungguh untuk menjawab tantangan diplomasi dunia yang dinamis,”
22
kata Dubes Wardana dalam pidato pembukaannya. Selain itu, ia juga mengingatkan para peserta untuk selalu memiliki loyalitas dalam tiga hal. Pertama adalah loyalitas kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian disusul dengan loyalitas terhadap institusi Kementerian Luar Negeri serta profesi yang diemban sebagai diplomat yang merupakan duta bangsa Indonesia di seluruh dunia. “Diplomat dituntut untuk bertanggung jawab penuh terhadap tugas negara dimanapun ditempatkan, tetapi urusan keluarga dan kualitas pendidikan anak-anak nantinya juga tidak bisa dinomorduakan,” menurut Wamenlu. Diantara peserta Sekdilu 37 tersebut, ada lima peserta yang merupakan hasil seleksi melalui jalur langsung di sejumlah kota di Indonesia, seperti Banda Aceh, Palangkaraya, Palu, Kendari dan Manokwari. Falentino A. Mara yang berasal dari Papua mengatakan bahwa ini merupakan kesempatan luar biasa dari Kementerian Luar Negeri bagi putra daerah untuk memperoleh hak yang sama sebagai diplomat muda. “Saya merasa sangat senang dan bersyukur ketika diumumkan terpilih setelah melewati seleksi langsung di kam-
pus saya, Universitas Negeri Papua. Sekarang tinggal bagaimana saya memanfaatkan kesempatan emas ini bagi Indonesia dan keluarga di Papua,” kata Falentino. Sedangkan, Rahmat Kurniawan dari Universitas Syiah Kuala mengatakan bahwa ini merupakan suatu lompatan besar baginya untuk meraih cita-citanya yaitu sebagai seorang diplomat. Prosesi pembukaan ini juga dihadiri oleh para duta besar dan para pejabat eselon 1 dan 2 di Kementerian Luar Negeri, Republik Indonesia. Di tengah acara pembukaan, para peserta juga menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Bagimu Negeri dengan harmonis untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air pada Indonesia. Setelah acara, para peserta melakukan foto bersama dengan Wamenlu, Kepala Pusdiklat dan Direktur Sekdilu di depan Gedung Pancasila yang kemudian dllanjutkan dengan ramah tamah dengan tamu terhormat yang hadir.
Peserta Sekdilu Angkatan 37 bersama Wamenlu di depan Gedung Pancasila (Foto : Infomed)
No. 60 Tahun VI
15 januari - 14 pebruari 2013
Diplomasi TABLOID
lensa
Media Komunikasi dan Interaksi
Konjen Bambang Tarsanto Terima Penghargaan
“For Peace and Friendship Among Nations” Konjen RI Bambang Tarsanto menerima Award Campaign Medal “For Peace and Friendship Among Nations” dari Vietnam Union of Friendship Organization (VUFO). Penyematan penghargaan dilakukan oleh President Ho Chi Minh City Union of Friendship Organization (HUFO), Lê Hu’ng di kantor HUFO pada tanggal 25 Maret 2012. Bambang menjadi Konjen RI pertama yang menerima penghargaan tersebut. Bambang dinilai sukses dalam meningkatkan dan mempererat hubungan kerjasama dan persahabatan Indonesia-Vietnam, khususnya dengan HCMC selama ia bertugas sebagai Konjen RI.
Ketua HUFO, Lê Hưng Quốc, dalam acara penganugerahan tersebut menyampaikan berbagai kegiatan kreatif seperti kegiatan budaya, olahraga dan bakti sosial-kemanusiaan di HCMC. Kegiatan-kegiatan hasil kolaborasi KJRI dengan HUFO dan masyarakat Indonesia itu, menurut Lê Hu’ng, telah menambah pemahaman yang lebih luas masyarakat HCMC tentang ekonomi, sosial-budaya masyarakat Indonesia. “Dan lebih menguatkan hubungan Indonesia-Vietnam,” tambahnya dengan tegas. Berbagai capaian Konjen Bambang Tarsanto yang sangat berarti juga menjadi acuan penganu-
gerahan award medal tersebut. Capaian-capaian tersebut yaitu persiapan pembentukan sister city (Da Nang - Semarang, Ba Ria Vung Tau - Padang, Soc Trang - Lampung), peningkatan SDM beberapa universitas melalui penyaluran beasiswa dan bantuan fasilitas pendidikan, penyelenggaraan bakti kemanusiaan donor darah, dan charity bazaar. Bambang juga memprakarsai peningkatan hubungan antar negara ASEAN-Vietnam melalui turnamen tenis meja tahunan dan mempromosikan pertukaran budaya serta pertujukan budaya melalui kegiatan tahunan Indonesia Day serta pagelaran kesenian di berbagai provinsi. Konjen Bambang Tarsanto dan
istri, bersama pejabat dan staf KJRI HCMC hadir pada penganugerahan penghargaan tersebut. Tampak pula, Wakil Ketua HCMC Fatherland Front, Deputi Bidang Sosial Budaya Dewan Rakyat HCMC, Perwakilan Komando Daerah Militer HCMC, Ketua Asosiasi Persahabatan Indonesia-Vietnam, Perwakilan Departemen Luar Negeri HCMC, Perwakilan dari University of Social Science and Humanity, pejabat Vietnam dan masyarakat Indonesia. (Sumber: KJRI Ho Chi Minh City/ ed.Yo2k)
Dok. KBRI Canberra
Dubes Nadjib Serahkan Surat Kepercayaan kepada Presiden Vanuatu
Duta Besar RI untuk Australia dan Vanuatu, Nadjib Riphat Kesoema, menyerahkan Surat-surat Kepercayaan (Credential Letters) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Presiden Vanuatu, Iolu Johnson Abil di kediaman Presiden Vanuatu pada tanggal 26/2/2013. Dalam acara penyerahan Suratsurat kepercayaan tersebut Dubes RI didampingi oleh para pejabat KBRI
15 januari - 14 pebruari 2013
No. 60 Tahun VI
Canberra. Setelah penyerahan Surat-surat Kepercayaan, dalam kesempatan pembicaraan dengan Presiden Vanuatu yang berlangsung dalam suasana yang bersahabat, Dubes RI menyampaikan salam hormat dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rakyat Indonesia kepada Presiden Iolu J Abil dan rakyat Vanuatu. Pada kesempatan tersebut, Dubes RI menyampaikan bahwa hubungan antara Indonesia dan Vanuatu telah bergerak menuju tingkat yang lebih tinggi, ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Pembangunan antara kedua negara pada bulan Desember 2011. Ditandatanganinya perjanjian tersebut akan memperluas persahabatan kedua negara dan memperkuat landasan dalam mengembangkan dan melestarikan kerjasama pembangunan bilateral.
Dubes RI mengharapkan bahwa hubungan bilateral dapat ditingkatkan lebih jauh dan diperluas dengan mendorong rakyat kedua negara untuk mencari peluang kerjasama ekonomi dan pentingnya peningkatan people to people contact antara kedua negara serta meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak untuk kepentingan daerah Pasifik Selatan. Dalam pertemuan tersebut Dubes RI juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk membantu Vanuatu dalam peningkatan kapasitas dan kerja sama lainnya. Presiden Vanuatu menyampaikan salam hangatnya kepada Presiden RI dan seluruh rakyat Indonesia. Rangkaian upacara penyerahan Surat-surat kepercayaan berlangsung berdasarkan aturan protokoler dan tradisi Pemerintah Vanuatu. (sumber: KBRI Canberra)
23
No. 21, Tahun
Diplomasi No. 62 Tahun VI, Tgl. 15 Maret - 14 April 2013
http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Media Komunikasi danInteraksi Interaksi Media Komunikasi dan www.tabloiddiplomasi.com Dok. KBRI Lebanon
Dansatgas Indobatt Resmikan Pengolahan Limbah Sampah untuk Warga Qabrikha
Menlu RI :
Mengenang Seratus Tahun Moham
Dok. KBRI Lebanon
Kontribusi Isla Dan Demokras Dalam Memban Indonesia Selanjutnya mewakili warga Qabrikha, Mr. Hassan Ijazi mengucapkan terima kasih kepada UNIFIL khususnya prajurit Indobatt yang telah membantu mewujudkan keinginan warganya untuk memiliki tempat pengolahan limbah sampah, ia berharap dengan adanya tempat pengolahan limbah sampah ini selain menjadikan warga Qabrikha peduli akan kebersihan dan kesehatan lingkungan, tempat pengolahan sampah tersebut juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar, serta warga
Qabrikha tidak kesulitan lagi untuk membuang sampah dan pemanfaatan limbah sampah juga menjadi wawasan serta pengetahuan baru bagi warga Qabrikha. Kepada Dansatgas Indobatt beserta jajarannya, Kepala Desa Qabrikha mengucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungannya, dan berjanji apa yang sudah diupayakan oleh Indobatt seperti saat sekarang ini akan dikelola dengan baik dan dimanfaatkan demi kemajuan masyarakat Desa Qabrikha.[]
Da’i Bachtiar :
Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Indonesian Batallion (Indobatt) Kontingen Garuda XXIII-G/ UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) Mayor Inf Lucky Avianto meresmikan tempat pengolahan limbah sampah untuk warga Qabrikha, Lebanon Selatan, pada tanggal 10/3/2013. Peresmian ditandai dengan pembukaan selubung oleh Dansatgas Indobatt didampingi Mayor (Kepala Desa) Qabrikha Mr. Hassan Ijazi, perwakilan pejabat dari Sektor Timur dan Tokoh Masyarakat Qabrikha. Tempat pengolahan limbah sampah ini merupakan bantuan dari UNIFIL melalui Indobatt, atas permintaan warga Qabrikha yang
disampaikan kepada staf CIMIC (Civilian Military Cordination) Indobatt, untuk selanjutnya diteruskan kepada CIMIC Sektor Timur (Seceast) UNIFIL untuk mendapatkan realisasi. Desa Qabrikha ini adalah merupakan salah satu desa binaan Indobatt. Dalam sambutannya Dansatgas Indobatt antara lain mengatakan, realisasi proyek ini merupakan bentuk kedekatan prajurit Indobatt dengan masyarakat di daerah operasi, ia berharap dengan bantuan ini hubungan yang sudah terjalin antara masyarakat Qabrikha khususnya dan masyarakat Lebanon Selatan pada umumnya dengan prajurit Indobatt dan prajurit UNIFIL lainnya tetap terjalin dengan baik.
Dok. KBRI Lebanon
Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin
Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI - Suriname
Nia Zulkarna
“KIN
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
Direktorat Diplomasi Publik
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3858035
http://www.tabloiddiplomasi.org
[email protected]
Film Bertema Bulutang Pertama di Du