II, Tgl. 15 - 14 Agustus No. 37 TahunNo. III, 21, Tgl. Tahun 15 Nopember - 14Juli Desember 2010 2009
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
www.tabloiddiplomasi.org
Indonesia Channel 2010 Menlu RI :
Mengenang Seratus Tahun Mohammad Roem
Kontribusi Islam Dan Demokrasi Dalam Membangun Indonesia Da’i Bachtiar :
Menyelesaikan Persoalan TKI di Malaysia Dengan Kepala Dingin Kebudayaan, Fondasi Untuk Memperkuat Hubungan RI - Suriname
Nia Zulkarnaen :
“KING”
Memajukan Seni Dan Budaya FilmKekuatan Bertema Bulutangkis Sebagai Aset SoftPertama Power Diplomacy di Dunia Email:
[email protected] Email:
[email protected]
ISSN1978-9173 1978-9173 ISSN Email:
[email protected] www.tabloiddiplomasi.org
9
771978917386 917386 771978 9
Diplomasi Budaya Dalam Perspektif Pasar dan Percaturan Global
Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Daftar Isi
>4
Fokus
> 17
Sorot
>5
Fokus
> 20
Kilas
>6
Fokus
> 21
Sorot
>7
Fokus
>8
Fokus
> 10 > 12 > 14 > 15 > 16
Selalu Ada Nilai Tambah, Setiap Kali Indonesia Menjadi Ketua ASEAN
Indonesia Channel 2010 Menciptakan Konstituen Diplomasi RI Di Kalangan Masyarakat Internasional Alumni BSBI Berpartisipasi Dalam Mempromosikan Seni dan Budaya Indonesia di Luar Negeri
Mengkomunikasikan Budaya Lewat Lukisan
19
Syahrir Menampilkan Kekuatan Budaya Sebagai Penopang Diplomasi
Diplomasi Budaya Dalam Perspektif Pasar Dan Percaturan Global
Potensi Konflik Di Kawasan Laut China Selatan
lensa
Mengefektifkan Diplomasi Budaya
Apa Kata Peserta BSBI
Fokus
Alumni BSBI Efektif Menjadi Corong Indonesia Di Luar Negeri
Fokus Pagelaran Indonesia Channel 2010
Lensa
Pagelaran Indonesia Channel Sangat Luar Biasa
Lensa
Indonesia Berpotensi Memiliki Pengaruh Kuat di Dunia Melalui Kebudayaan
Sorot
Upaya Meningkatkan Citra Surabaya Melalui Diplomasi Budaya
21
sorot Bilateral RI-Norwegia
Menjajaki Kemitraan ekonomi Komprehensif Dengan EFTA
Diplomasi
Pemimpin Umum / Pemimpin Redaksi Khariri Ma’mun
Teras Diplomasi Sejatinya apa yang disebut sebagai diplomasi itu memiliki dua bentuk, yakni diplomasi secara terbuka dan diplomasi secara tertutup. Diplomasi secara terbuka adalah diplomasi sebagaimana yang kita kenal selama ini, sementara diplomasi tertutup merupakan sebuah gerakan penetrasi gagasan yang bertujuan untuk mendominasi. Indonesia melihat bahwa diplomasi dan hubungan persahabatan itu bisa dilakukan melalui kegiatan seni dan budaya. Kekuatan seni dan budaya yang dimiliki oleh Indonesia merupakan salah satu aset soft power Indonesia. Melalui diplomasi terbuka, diantaranya Indonesia menyelenggarakan program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) yang kemudian disertai dengan pelaksanaan Indonesia Channel. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan konstituen diplomasi RI di kalangan masyarakat internasional, dan sekaligus meningkatkan pemahaman dan rasa kecintaan terhadap seni dan budaya Indonesia yang dapat mendukung upaya promosi dan peningkatan citra Indonesia di luar negeri. Keunggulan seni budaya Indonesia adalah kekayaan keaneka-ragamannya namun tetap menyatu sebagai sebuah seni budaya nasional Indonesia. Keanekaragaman seni budaya Indonesia itu ternyata bersumber dari satu tata nilai yang sama yang merupakan karakteristik dasar bangsa Indonesia, yaitu kesantunan, kebersamaan, kekeluargaan, keterbukaan, kerjasama, toleransi, dan moderasi. Karakteristik dasar tersebut telah menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara yang bisa diterima di belahan dunia manapun, apakah itu antara Timur dan Barat, atau antara Utara dan Selatan. Karenanya Indonesia memiliki satu peran yang sulit diambil oleh negara-negara lainnya di dunia, yaitu sebagai bridge builder. Keunggulan tersebut tentunya perlu dikelola untuk meningkatkan peran dan pengaruh Indonesia di pentas global. Untuk mendukung hal tersebut, maka sudah saatnya sekarang bagi bangsa Indonesia, khususnya generasi muda Indonesia, untuk lebih mengenal dan mencintai seni budayanya sendiri dan kemudian berupaya melakukan upaya
pelestarian dan pengembangan. Dalam hal ini para pemuda Indonesia tampaknya memang perlu dibangkitkan, dan dengan diselenggarakannya program BSBI dan pagelaran Indonesia Channel diharapkan dapat membantu upaya untuk membangkitkan kesadaran dan semangat para generasi muda Indonesia untuk lebih mencintai seni budaya Indonesia dan selanjutnya berpartisipasi didalam mengembangkannya. Segenap pihak yang terkait dengan seni budaya Indonesia perlu berkolaborasi dan bersinergi dalam upaya pelestarian dan pengembangan asset bangsa yang tidak ternilai ini. Tugas kedepan jelas tidak ringan bahkan semakin berat mengingat semakin derasnya arus globalisasi, untuk itu program-program pengembangan seni budaya seperti ini sangat perlu untuk terus dikembangkan. Dalam hal ini Indonesia harus memiliki strategi yang tepat di dalam menghadapi persaingan kebudayaan, oleh karena itu segenap pihak tidak bisa lagi hanya pasif, melainkan aktif bekerjasama dalam merumuskan kebijakan politik luar negeri. Diplomasi kebudayaan, baik secara terbuka maupun tertutup merupakan upaya yang paling tepat dan efektif untuk dikembangkan saat ini. Apalagi mengingat bahwa dari beberapa kali penyelenggaraan program BSBI dan Indonesia Channel relatif cukup berhasil, karena para alumni BSBI telah turut mengembangkan seni dan budaya Indonesia di negaranya masing-masing. Program BSBI dan Indonesia Channel sangat positif, tidak hanya dalam pengembangan seni dan budaya Indonesia itu sendiri, melainkan juga dalam pengembangan bidang pariwisata dan people to people contact. Dengan semakin bertambahnya alumni BSBI dan negara yang dilibatkan, maka itu berarti semakin banyak negara dan masyarakat luar negeri yang menjadi Duta Budaya Indonesia. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus memberikan apresiasi yang tinggi kepada seni budaya Indonesia, sehingga dengan demikian bangsa-bangsa dari negaranegara lain di dunia juga akan ikut memberikan apresiasi yang tinggi terhadap seni budaya Indonesia.[]
Diplomasi TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi
Redaktur Pelaksana Cahyono Staf Redaksi Saiful Amin Arif Hidayat Taufik Resamaili Dian harja Irana Tata Letak dan Artistik Tsabit Latief Distribusi Mardhiana S.D. Kontributor M. Dihar Alamat Redaksi Jl. Kalibata Timur I No. 19 Pancoran, Jakarta Selatan 12740 Telp. 021-68663162, Fax : 021-86860256, Surat Menyurat : Direktorat Diplomasi Publik, Lt. 12 Kementerian Luar Negeri RI Jl. Taman Pejambon No.6 Jakarta Pusat Tabloid Diplomasi dapat didownload di http://www.tabloiddiplomasi.org Email :
[email protected] Diterbitkan oleh Direktorat Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri R.I bekerjasama dengan Pilar Indo Meditama
Bagi anda yang ingin mengirim tulisan atau menyampaikan tanggapan, informasi, kritik dan saran, silahkan kirim email:
[email protected] Wartawan Tabloid Diplomasi tidak diperkenankan menerima dana atau meminta imbalan dalam bentuk apapun dari narasumber, wartawan Tabloid Diplomasi dilengkapi kartu pengenal atau surat keterangan tugas. Apabila ada pihak mencurigakan sehubungan dengan aktivitas kewartawanan Tabloid Diplomasi, segera hubungi redaksi.
Diplomasi
4
F O K U S
Dok. infomed
Menlu RI :
Hubungan bilateral Indonesia, baik dengan negara-negara di kawasan ataupun di luar kawasan, ada upayaupaya baru untuk menghidupkan kembali dan memberikan momentum baru bagi dilakukannya berbagai kerjasama.
Di dalam kerangka regional, selama satu tahun ini Indonesia kembali menunjukkan kepemimpinannya di ASEAN, apakah itu dalam rangka pembentukan Masyarakat ASEAN atau keketuaan Indonesia tahun depan. Kita dapat tampil dengan gagasan-gagasan kita untuk kembali menunjukkan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Sementara itu posisi ASEAN di kawasan juga semakin kuat, dimana dapat dilihat secara lebih luas bahwa hubungan Indonesia dengan AS semakin dekat dan bersahabat, demikian juga dengan Rusia, India dan China yang merupakan negara-negara besar di kawasan. Bagi negara-negara besar tersebut, Indonesia merupakan dynamic equilibrium maker. Dengan diplomasi Indonesia, negaranegara besar tersebut membantu menciptakan adanya equilibrium yang dinamis di kawasan. Disamping menjalin hubungan bilateral dengan negara-negara besar tersebut, Indonesia juga berkiprah dalam kerangka multilateral. Tidak ada satu masalah multilateral dimana Indonesia tidak memiliki suara, dan saya kira Indonesia bukan hanya selalu memiliki suara bahkan Indonesia selalu berada di posisi terdepan, seperti dalam masalah lingkungan hidup, perlucutan senjata,
No. 37 Tahun III
Selalu Ada Nilai Tambah, Setiap Kali Indonesia Menjadi Ketua ASEAN ketahanan pangan, energi saving, reformasi PBB, dan lain-lainnya. Jadi kita telah bekerja dan akan terus bekerja dengan sebaik-baiknya. Dalam masalah lainnya, seperti perlindungan warga negara, kita akan terus mengupayakan agar tidak ada satupun warga negara kita yang mendapat permasalahan di luar negeri, termasuk dalam penanganan bencana alam seperti gempa bumi di Haiti, Chili, permasalahan di Pakistan dan sebagainya, kita berupaya untuk dapat menyelesaikannya dengan baik. Kedepan kita akan terus mengkonsolidasikan posisi Indonesia di kawasan dan juga global. Dengan posisi Indonesia sekarang ini, kita memiliki kesempatan yang sangat jarang. Melalui politik luar negeri dan forum-forum seperti G-20 dan PBB, hal itu bisa mengantarkan Indonesia tidak hanya menjadi negara yang memiliki pengaruh dan peranan di kawasan semata, melainkan juga memiliki pengaruh dan peranan secara global. Masyarakat internasional sekarang ini melihat Indonesia sebagai negara yang betul-betul berperan menjembatani berbagai konflik yang terjadi di dunia. Ini adalah suatu peran yang sangat langka, dan sangat perlu bagi kita untuk terus membina dan memeliharanya. East Asia Summit itu juga merupakan salah satu hasil dari upaya Indonesia, dimana kita sudah mulai membahas hal ini sejak 2003. Dalam hal ini ada dua pandangan, yaitu pandangan yang menghendaki agar East Asia Summit hanya dalam kerangka ASEAN Plus Three, sementara Indonesia berpandangan agar East Asia Summit ini lebih eksklusif, dan sepertinya gagasan Indonesialah yang lebih bisa diterima, yaitu dengan mengikutsertakan India, Australia dan Selandia Baru. Selama periode 2009-2010 ini juga ada pendekatan kembali apa yang dinamakan sebagai arcitecture regional building, yaitu bagaimana kita bisa memperbaharui arsitektur kawasan, dan sekali lagi pandangan Indonesia yang diterima, yaitu dengan diterimanya Rusia dan AS secara bersamaan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Rusia memang ingin masuk, namun kalau hanya
Rusia semata yang diterima, maka itu tidak akan menciptakan adanya equilibrium. Indonesia berupaya agar masuknya Rusia ini bersamaan dengan masuknya AS sehingga adanya equilibrium tadi. Jadi dalam hal ini visi kita yang diterima, dan bahkan nanti masuknya kedua negara tersebut secara resmi akan diterima di Indonesia pada 2011 yaitu dalam penyelenggaraan KTT ASEAN. Ada dua hal yang menjadi fokus perhatian kita, yaitu terus mengkonsolidasikan proses integrasi ASEAN, ASEAN community building dan konsolidasi pandangan Indonesia mengenai East Asia Summit, terutama karena Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN pada 2011. Ini adalah kesempatan kita untuk menggulirkan visi Indonesia, sebagaimana sesuai dengan instruksi Presiden SBY, dimana salah satu visi yang akan kita tampilkan nanti adalah mengenai hal ini. Perlu diingat bahwa setiap kali Indonesia menjadi ketua ASEAN, selalu ada nilai tambahnya. Indonesia tidak semata hanya menjadi chair melainkan menjadi pemimpin, karena leadership dan chairmanship itu berbeda. Pada 1996, kita menghasilkan Bali Concord dengan treaty of amity dan cooperation nya. Pada 2003 kita menghasilkan Bali Concord II dengan konsep ASEAN Community beserta tiga pilarnya. Pada 2011 nanti, kita juga menginginkan adanya hasil yang kongkrit, Indonesia ingin menampilkan visi ASEAN setelah 2015 dimana ASEAN akan menjadi satu komunitas. Visi Indonesia adalah bahwa kalau kita menjadi satu komunitas, maka kita tidak bisa lagi hanya melihat diri sendiri dan terpaku hanya kepada masalah-masalah dalam negeri ASEAN, melainkan komunitas ASEAN dalam komunitas global (ASEAN community in the global community of nations). Pendek kata, bagaimana peran ASEAN dalam masalah-masalah lingkungan hidup, perlucutan senjata, ekonomi, pembangunan dan lain-lain. Jadi pada 2011 nanti Indonesia akan mengantarkan ASEAN dari entitas yang sementara ini fokusnya hanya kedalam menjadi entitas yang lebih memiliki visi keluar.
Mengenai hubungan ASEAN-China, tahun depan ASEAN dan China akan memperingati 20 tahun hubungan kemitraannya. Memang merupakan suatu fakta bahwa ada konflik kewilayahan di laut China Selatan yang melibatkan China dengan beberapa negara ASEAN, jadi tidak semua negara ASEAN. Sementara itu Indonesia sendiri tidak memiliki konflik yurisdiksi dengan negara manapun di laut China Selatan. Indonesia bukan salah satu pihak yang memiliki konflik disana, dan dalam 20 tahun terakhir ini Indonesia bahkan telah memprakarsai apa yang dinamakan workshop mengenai laut China Selatan untuk bisa mencegah adanya konflik disana. Jadi selama ini Indonesia melakukan proses tersebut. Disamping itu kita juga bekerja dalam kerangka ASEAN, walaupun memang ada satu visi dimana China sendiri tidak ingin masalah ini menjadi masalah regional dan ingin menyelesaikannya secara bilateral. Indonesia berpandangan bahwa dibawah kepemimpinan Indonesia nanti, permasalahan ini bisa mencapai suatu kemajuan. Yang menjadi pekerjaan rumah kita adalah bagaimana agar pendekatan secara bilateral dan regional itu bisa saling bersinergi. Kita harus mensinergikan pendekatan regional dan bilateral agar tidak saling bertolak belakang. Yang dilakukan Indonesia adalah mengupayakan menciptakan kondisi regional yang kondusif bagi tercapainya penyelesaian secara bilateral. ASEAN memiliki code of conduct dimana kita berkomitmen untuk menyelesaikan segala permasalahan secara damai, hal ini saja sudah sangat membantu dalam menciptakan kondisi yang kondusif. ASEAN memiliki kesepakatan yang berketetapan bahwa tidak akan menyelesaikan konflik melalui jalan kekerasan, dan China sendiri juga sudah menandatangani kesepakatan/treaty of amity and cooperation tersebut. Menyelesaikan permasalahan secara damai itu sudah diakui secara umum, jadi sekarang tinggal bagaimana kita menafsirkan dan mengaplikasikannya dalam permasalahan di laut China Selatan.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi F
O
K
U
S
5
Indonesia Channel 2010 Wamenlu RI
Menciptakan Konstituen Diplomasi RI Di Kalangan Masyarakat Internasional
Program Indonesia Channel merupakan kegiatan tahunan yang telah diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI sejak tahun 2006. Indonesia Channel ini merupakan panggung bagi generasi muda dari manca negara yang mendapatkan Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) dari Kementerian Luar Negeri RI untuk mempelajari seni budaya Indonesia, yaitu berupa seni musik, seni tari dan lain sebagainya dari berbagai daerah di tanah air. Indonesia Channel 2010 terselenggara atas kerjasama Kementerian Luar Negeri dengan Pemerintah Kota Surabaya. Penyelenggaraan acara tersebut sematamata untuk menampilkan suguhan “budaya Indonesia berwajah internasional”, kepada warga kota Surabaya. Kita sebut budaya Indonesia berwajah internasional karena para penerima beasiswa BSBI dari mancanegara tersebut telah “disentuh” oleh ke-Indonesia-an kita. Mereka belajar di tujuh sanggar seni di enam kota, yaitu di Pandang Panjang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Dalam hal ini mereka tidak saja diajarkan bagaimana memainkan alat musik dan tarian tradisional Indonesia, namun juga diperkenalkan dengan ragam identitas dan kepribadian bangsa Indonesia, seperti penghormatan terhadap keberagaman atau kebhinekaan, kekeluargaan, kesantunan, toleransi, sikap moderat, keterbukaan, dan rasa kemanusiaan. Nilai-nilai inilah justru yang secara khusus kita tanamkan kepada mereka masing-masing, karena kita mengharapkan agar mereka kelak akan menjadi sahabat Indonesia di masa mendatang. Sejalan dengan diplomasi yang kita kembangkan yaitu thousand friends zero enemy, seribu teman tanpa musuh, maka peningkatan hubungan antar masyarakat atau yang dikenal sebagai people to people contact ini merupakan salah satu pendekatan yang sangat penting yang dilakukan dalam politik luar negeri Indonesia disamping peningkatkan hubungan dengan bentuk-bentuk lainnya, seperti melalui bidang poltik ekonomi atau perdagangan. Upaya peningkatan hubungan antar bangsa ini juga dapat dilakukan antara lain dengan melalui kegiatan seni dan budaya, yang kita kenal sebagai Soft Power di dalam diplomasi Indonesia. Tema Indonesia Channel pada malam hari ini, Building Friendship Around The World
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Dok. kbriwina
Triyono Wibowo :
Through Arts And Culture, mengandung makna sangat mendalam yaitu merupakan watak bangsa Indonesia yang cinta damai, menjalin persahabatan melalui seni dan budaya yang beraneka ragam asal-usulnya. Jadi mereka diharapkan dapat mencontoh watak menjadi manusia yang saling menghargai, saling memahami, dan dapat bekerjasama untuk dapat hidup berdampingan di dunia dengan aman, damai dan sejahtera. “Program ini diharapkan dapat menciptakan konstituen diplomasi RI di kalangan masyarakat internasional sekaligus meningkatkan pemahaman dan rasa kecintaan terhadap seni dan budaya Indonesia yang dapat mendukung upaya promosi dan peningkatan citra Indonesia di luar negeri,”.[]
Indonesia Channel 2010
Memajukan Kekuatan Seni Dan Budaya Sebagai Aset Soft Power Diplomacy Program BSBI 2010 diikuti oleh 59 peserta dari 31 negara, yaitu Afrika Selatan, Austria, Azerbaijan, Balanda, Fiji, India, Indonesia, Inggris, Jepang, Kamboja, Kepulauan Solomon, Kiribati, Korea Selatan, Laos, Nauru, Papua New Guinea, Perancis (Kaledonia Baru), Rusia, Samoa, Suriname, Thailand, Tiongkok, Timor Leste, Tonga, Tuvalu, Vanuatu dan Vietnam. Sembilan peserta diantaranya adalah para pelukis muda dari Spanyol, Perancis, Italia dan Amerika Serikat. Mereka memperoleh pelatihan seni dan budaya di Saung Angklung Udjo (Bandung), Sanggar Soeryo Soemirat (Solo), Studio Tydif (Surabaya) dan Sanggar Semarandana (Denpasar) sejak akhir Juli 2010 untuk mendalami tentang Seni dan Budaya Indonesia. Sementara itu para pelukis muda luar negeri memperoleh pelatihan di kota Padang Panjang, Yogyakarta, dan Ubud, Denpasar. Indonesia Channel merupakan acara puncak dari
program BSBI yang secara rutin diselenggarakan oleh Kemlu sejak tahun 2006, dimana sebelumnya diselenggarakan di Solo (2009), Yogyakarta (2008), Jakarta (2007), dan Bandung (2006). Pagelaran seni dan budaya Indonesia Channel 2010 dibuka secara resmi oleh Wakil Menlu RI, Triyono Wibowo dan dihadiri oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, para pejabat tingkat pusat dan daerah, para Duta Besar dan anggota korps diplomatik dari negaranegara sahabat, pelaku usaha dan komunitas seni, pimpinan universitas serta mahasiswa dari berbagai universitas di Surabaya, termasuk 150 mahasiswa Untag Surabaya. Tema BSBI 2010 adalah “Building Friendships around the World through Arts and Culture” dimana seluruh peserta yang mewakili 5 (lima) benua tersebut diharapkan dapat saling mengenal dan membangun jaringan persahabatan yang baik diantara mereka, termasuk dengan masyarakat Indonesia.
Selama berada di sanggarsanggar seni dan budaya, para penerima beasiswa BSBI tidak saja diperkenalkan dengan seni budaya Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan di sanggar, tetapi juga melalui interaksi mereka dengan masyarakat setempat. Dengan demikian, mereka juga diharapkan dapat memperkenalkan budaya di negara mereka kepada masyarakat Indonesia. Sehingga akan tercipta rasa saling menghormati, saling memahami dan membina rasa toleransi yang lebih baik diantara masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Program BSBI adalah program rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Kemlu RI sejak 2006 guna memajukan kekuatan seni dan budaya Indonesia untuk menjadi salah satu aset Soft Power Indonesia. Program ini diharapkan dapat menciptakan konstituen diplomasi RI di kalangan masyarakat internasional, sekaligus meningkatkan pemahaman dan rasa kecintaan terhadap seni dan budaya Indonesia yang dapat mendukung upaya promosi dan peningkatan citra Indonesia di luar negeri. Dan hingga saat ini program BSBI telah diikuti oleh 325 peserta dari 41 negara.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
6
F O K U S
Alumni BSBI
Dok. diplomasi
Berpartisipasi Dalam Mempromosikan Seni dan Budaya Indonesia di Luar Negeri
Kusuma Habir Direktur Diplomasi Publik Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) adalah salah satu upaya yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada kalangan generasi muda dari berbagai belahan dunia dan menggugah mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya Indonesia. Melalui program ini, peserta BSBI dilatih di sanggar-sanggar seni di beberapa kota di Indonesia. Kemudian setelah menerima pelajaran dan pelatihan selama kurang lebih tiga bulan di sanggarsanggar seni tersebut, mereka diberikan kesempatan untuk mempertunjukkan kebolehan yang mereka miliki melalui kegiatan Indonesia Channel . Pagelaran Indonesia Channel ini diselenggarakan di panggung terbuka, sehingga dengan demikian para generasi muda Indonesia dapat menyaksikan bagaimana teman-teman kita generasi muda dari berbagai negara itu ternyata mampu mempertunjukkan sebuah pertunjukan seni budaya yang mereka pelajari hanya dalam waktu yang relatif singkat. Jadi di sisi lain, program ini bertujuan untuk mendorong para generasi muda Indonesia untuk lebih tertarik
No. 37 Tahun III
mempelajari budayanya sendiri dengan lebih mendalam. Tahun ini kita mengundang sebanyak 59 peserta dari 31 negara, dan dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu sejak bulan April 2010 dan dibuka secara resmi oleh Menteri Luar Negeri RI. Selanjutnya para peserta BSBI ini ditempatkan di sanggar-sanggar untuk berlatih dan mendapatkan pelajaran tentang seni budaya daerah setempat. Tahun ini merupakan tahun kelima penyelenggaraan Indonesia Channel, dimana pada setiap tahunnya kami selalu berupaya untuk menampilkan sesuatu yang baru. Dan bagaimanapun kita akan merasa haru dan bangga ketika melihat orang asing mempertunjukkan dengan baik seni dan budaya yang kita miliki, walaupun tidak secara profesional namun mereka melakukannya dengan serius dan enjoy. Mereka dapat menikmati seni dan budaya Indonesia sebagai bagian dari diri mereka. Pementasan yang ditujukan bagi masyarakat umum secara terbuka ini juga disaksikan oleh para pejabat dari kantor perwakilan negaranegara asing yang ada di Indonesia serta diliput oleh media massa. Hal ini merupakan suatu bentuk apresiasi kita kepada para peserta BSBI, sehingga dengan demikian mereka sangat senang dan merasa
”
dihargai. Peserta BSBI 2010 yang berjumlah 59 orang ini merupakan wakil dari seluruh kawasan dunia, yaitu dari Asia, Pasifik, Afrika, Amerika dan Eropa. Para peserta BSBI yang sudah memperoleh pelatihan di berbagai sanggar akan mempersembahkan hasil karya mereka, sementara pada bagian akhir mereka akan menampilkan sebuah karya kolaborasi dari seluruh sanggar sehingga mereka bisa menampilkan sebuah pertunjukkan yang menarik dimana seluruh peserta dilibatkan. Oleh karena Indonesia Channel ini merupakan sebuah gala budaya, maka yang ditampilkan adalah pertunjukan seni budaya. Namun demikian, pertunjukan ini memiliki nilai tambah karena disuguhkan oleh sahabat-sahabat kita dari berbagai begara. Jadi mungkin gerakan, ucapan dan lain-lainnya itu tidak sebagaimana yang kita lihat jika dilakukan oleh masyarakat setempat, namun itu merupakan keunikan tersendiri yang cukup menarik. Melalui Indonesia Channel ini diharapkan agar masyarakat khususnya generasi muda dapat melihat bagaimana orang asing memperagakan seni budaya kita, bahwa ada apresiasi dari masyarakat luar negeri terhadap seni budaya Indonesia. Memang
...program ini bertujuan untuk mendorong para generasi muda Indonesia untuk lebih tertarik mempelajari budayanya sendiri dengan lebih mendalam.”
”
benar bahwa sudah ada apresiasi dari generasi muda kita terhadap seni budayanya sendiri, tetapi dengan melihat sendiri bagaimana orang asing mengapresiasi seni dan budaya Indonesia, maka diharapkan akan mendorong masyarakat khususnya generasi muda Indonesia untuk lebih mendalami dan mempromosikan seni budaya kita ke dunia internasional, karena Indonesia itu sangat kaya dengan seni budaya yang bernilai tinggi. Kementerian Luar Negeri berupaya untuk melakukan total diplomasi, dan dalam hal ini diplomasi itu tidak hanya dilakukan oleh unsur-unsur pemerintah saja, tetapi masyarakat Indonesia seluruhnya juga ikut berdiplomasi. Di luar negeri kami juga melakukan sinergi dengan para mahasiswa dan masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri. Semangat mereka sangat tinggi, walaupun dengan sarana yang minim, apa saja yang ada diupayakan agar bisa mereka gunakan untuk ikut mempromosikan Indonesia. Dengan adanya upayaupaya ini, maka masyarakat Internasional menjadi tertarik dengan seni dan kebudayaan Indonesia. Hal ini tentunya juga akan menentukan diplomasi Indonesia di luar negeri, karena ini merupakan bagian dari diplomasi Indonesia. Feedback dari program BSBI ini adalah bahwa setelah mereka kembali ke negaranya masingmasing, mereka bisa berpartisipasi dalam upaya mempromosikan Indonesia. Jadi dalam hal ini ada suatu keunikan dimana ada warga mereka sendiri yang menampilkan seni dan budaya Indonesia, apalagi karena tidak semua warga negara kita yang ada di luar negeri itu dapat menampilkan seni dan budaya yang kita miliki. Jadi keberadaan temanteman para peserta BSBI ini merupakan satu kekayaan yang dapat membantu untuk ikut mempromosikan seni dan budaya Indonesia. Kecintaan terhadap seni dan budaya Indonesia ini memang ingin kita tumbuhkan di luar negeri, karena pendekatan budaya melalui masyarakat atau people to people contact itu merupakan suatu ikatan yang kuat. []
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi F
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
K
U
S
7
Mengkomunikasikan Budaya Dok. diplomasi
Lewat Lukisan
Lukisan Pagaruyung karya Ela Vina Gracia, Spanyol Dok. diplomasi
Sembilan pelukis muda peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2010, yang terdiri dari Julie Anne Sophie Beaufils dan Laure-Agnes Eleonore Jullienn dari Perancis; Fabrizia Lucidi, Elena Orsini dan Giulia Panfili dari Italia; Paloma Aroca Bisquert, Irene Perez Ramos dan Ela Vina Gracia dari Spanyol; serta Joseph Pimentel dari Amerika Serikat, pada 21-23 Oktober 2010 menggelar pameran lukisan karya mereka di Gedung Merah Putih, komplek UPTD Balai Pemuda Timur kota Surabaya. Lukisan yang dipamerkan adalah hasil karya mereka selama dua bulan berada di Indonesia untuk mengikuti pelatihan bidang seni lukis. Pelukis asal Roma, Guila Panfili (23), adalah salah satu diantara peserta pameran. yang juga sarjana antropologi tinggal selama 2 bulan di Yogyakarta untuk belajar dan memahami seni budaya Indonesia khususnya seni rupa, di Pusat Pengembangan dan Penataran, Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK). Guila amat tertarik dengan topeng karena menurutnya setiap topeng memiliki karakteristik yang berbeda-beda. “setiap orang punya identitas, termasuk topengtopeng juga punya karakter. Saya tertarik dengan topeng karena setiap masnusia punya topeng. Topeng itu itu menunjukkan identitas”, katanya. Selama tinggal di Yogyakarta Guila amat terkesan dengan kehidupan masyarakat maupun para senimannya. Selain itu, Elena Orsini (21) rekan Guila Panfili yang sama-sama berasal dari Italia sangat berharap dapat kembali lagi ke Indonesia.” Saya terkesan dengan kekayaan budaya dan masyarakatnya yang ramah”. ujarnya. Elena mengikuti pelatihan melukis selama 1,5 bulan disalah satu sanggar di Ubud, Bali. ”Teknik melukis Bali sangat sulit, terutama saat menggunakan bambu sebagai alat lukis,“ kata Elena yang masih menyelesaikan studi desain arsitektur di Bologna, Italia. Peserta pameran lainnya yaitu Irene Perez, artis asal Spanyol yang berpropesi sebagai desain grafis dan ilustrator berpendapat bahwa setelah mengikuti pelatihan lukis di Indonesia ia merasa dapat lebih mengeksplorasi dengan berbagai sisi untuk mengekspresikan sebuah karya melalui pendekatan nilai-nilai personal. Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni budaya tradisional berbagai varietas seni. Belajar selama dua bulan di Indonesia ini merupakan pengalaman dan kesempatan yang unik baginya. Berbagai karya seni rupa yang mengisi ruang pameran itu setidaknya mengisysaratkan kepada khalayak Indonesia betapa besarnya perhatian mahasiswa asing atas kekayaan budaya negeri ini.[]
O
Lukisan Topeng karya Giulia Panfili, Italia
No. 37 Tahun III
Diplomasi
8
l e n s a
Dok. diplik
Mengagumi Kekayaan Budaya Indonesia
Dok. diplik
Apa Kata Peserta BSBI
No. 37 Tahun III
Sebenarnya saya sudah dua tahun tinggal di Indonesia, karena saya kuliah di Solo dan mengambil bidang studi Bahasa Indonesia. Saya sangat tertarik dengan Indonesia karena memiliki keragaman seni dan budaya yang luar biasa. Sebelum berangkat ke Indonesia, saya terlebih dulu mencari referensi melalui banyak buku. Saya senang sekali karena pada akhirnya bisa berkunjung ke Indonesia sehingga bisa mengetahui lebih banyak tentang Indonesia, yang ternyata jauh lebih indah dan menarik jika kita mempelajarinya dari dekat. Selain mempelajari bahasa Indonesia, saya juga memanfaatkan waktu selama berada di Indonesia untuk mempelajari berbagai macam tarian tradisional Indonesia dan karawitan. Saya kagum dengan keberagaman suku di Indonesia, dimana masing-masing suku memiliki kekayaan adat-istiadatnya masing-masing. Saya menikmati keberagaman tersebut dan membuat saya sangat senang berada di Indonesia, apalagi karena masyarakat Indonesia juga sangat ramah.[]
Joseph Pimentel (Amerika Serikat).
Mencintai Gamelan dan Batik
Terpesona dengan Pencak Silat
Selama dua bulan berada di Indonesia untuk mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI), saya memperoleh pengalaman yang luar biasa sehingga memberikan warna baru bagi lukisan-lukisan saya. Ternyata di Indonesia ini, kesenian itu tidak hanya untuk dinikmati namun juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Saya kira waktu dua bulan itu tidak cukup memadai bagi kami, bahkan untuk sekedar mengenal sebagian kecil dari begitu besarnya kekayaan seni dan budaya di Indonesia. Setelah selesainya program BSBI ini, saya berharap akan datang kembali ke Indonesia untuk mengenal dan mempelajari seni dan budaya Indonesia lebih dalam lagi.[]
Dok. diplik
Dok. diplik
Ulviyya Khalilova (Republik Azerbaijan)
Memperoleh Pengalaman Luar Biasa dari BSBI
Koeunhae Kim (Korea Selatan)
Wanpis Kaupa (Papua New Guinea)
Saya sangat bersyukur bisa memperoleh kesempatan untuk mengikuti program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia ini, sehingga saya dapat belajar memainkan gamelan, menyanyi, dan membatik selama tiga bulan di Solo. Semuanya itu sangat menarik dan menyenangkan bagi saya. Selama belajar di Solo, saya juga bertemu dengan orang-orang yang sangat bersahabat, sehingga membuat saya semakin tertarik dengan Indonesia, apalagi Indonesia memang merupakan negara yang benarbenar kaya, mulai dari kesenian, tradisi, hingga makanannya.[]
Saya sangat senang bisa mempertunjukkan tarian Pencak Silat yang telah saya pelajari selama berada di Indonesia ini dengan sebaik-baiknya. Bagi saya Pencak Silat itu merupakan seni tari tradisional Indonesia yang sangat menarik, saya sangat suka dengan gerakan-gerakannya dan juga irama musiknya. Saya sangat kagum dengan Indonesia yang memiliki begitu banyak keragaman seni dan budaya. Setiap daerah di Indonesia yang saya kunjungi ternyata memiliki tradisinya masing-masing, dan ini berbeda dengan negara saya. Saya kira seluruh keragaman seni, budaya dan tradisi yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia ini harus terus dijaga kelestariannya, jangan sampai punah.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi f
o
ku
s
9
Dra. Diaztiarni Azhar
Dok. diplomasi
Dok. diplomasi
BSBI Bermanfaat Untuk Meningkatkan Pengembangan Seni Dan Budaya Studio Tydif, Surabaya.
Pelaksanaan program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia ini sangat baik, karena selain memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri agar mereka lebih mengenal tentang Indonesia, program ini juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengembangan seni dan budaya itu sendiri di dalam negeri. Melalui program BSBI ini, keberadaan sanggar-sanggar seni dan budaya di Indonesia dapat terus terjaga dan dioptimalkan potensinya. Apalagi karena wisata seni budaya ini merupakan salah satu sektor yang dapat dikembangkan ke depan. Selain akan menambah devisa negara dari pemasukan turis yang tertarik dengan seni budaya etnik, upaya ini juga dapat menelurkan generasi-generasi penggiat seni budaya selanjutnya.
Sekarang ini, kepedulian masyarakat terhadap seni budaya, khususnya seni tari memang masih dalam tataran yang rendah. Di berbagai sanggar tari, minat generasi tari dari waktu ke waktu terus mengalami penurunan. Sebagian besar peminatnya adalah anak-anak, dan ironisnya mereka menganggap ini sebagai kegiatan ekstra kurikuler untuk mengisi waktu luang, sehingga ketika mulai beranjak dewasa, masing-masing peserta didik seni tari ini memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan tarinya. Hal ini dikarenakan apresiasi masyarakat terhadap seni tari semakin menurun, sehingga menimbulkan kesan kesia-siaan dalam diri setiap peserta tari untuk melanjutkan pendidikannya. Implikasinya, dari sejumlah sanggar yang masih tetap menjaga eksistensinya, hanya sebagian kecil yang bisa dikatakan produktif, sementara sebagian besar lainnya hanya mampu berupaya untuk bisa bertahan. Untuk menyelenggarakan satu pagelaran tari memang dibutuhkan biaya
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
yang tidak sedikit, dan ini merupakan kendala yang dihadapi oleh sanggarsanggar dalam upaya meningkatkan geliat seni tari di daerahnya masing-masing. Minimnya penyelenggaraan pagelaran tari inilah yang menyebabkan seni tari menjadi tidak populer di kalangan generas muda. Untuk mendorong agar seni budaya nasional dan tradisional ini tetap populer dan dapat terus dikembangkan sebagai bagian dari diplomasi dan sektor pariwisata Indonesia, maka masyarakat dan Pemerintah Indonesia harus memberikan apresiasi yang cukup kepada para penggiat seni budaya di tanah air disamping seni budaya itu sendiri. Disamping itu Pemerintah juga perlu memasukkan pendidikan seni budaya ini kedalam kurikulum jalur prestasi, jadi tidak hanya sekedar diwajibkan bagi para siswa pendidikan dasar, sehingga dengan demikian pembinaan seni budaya di Indonesia akan jauh lebih baik, dimana para siswa memperoleh fasilitas beasiswa untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi karena prestasinya.
Peserta BSBI asuhan Studio Tydif Surabaya
Durasi waktu pelatihan selama tiga bulan bagi para peserta BSBI ini cukup ideal, karena kalau hanya untuk mengenal dan mempelajari satu atau dua jenis tarian saja misalnya, mungkin ini terlalu lama, sementara untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam, jelas ini sangat tidak cukup, dan juga membutuhkan anggaran yang lebih besar lagi. Kedepannya, agar program BSBI ini dapat dilaksanakan dengan lebih baik sebagaimana yang diharapkan, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI harus lebih selektif dalam menerima para calon peserta, dalam artian bahwa mereka adalah orang-orang yang memang benar-benar tertarik dengan bidang seni budaya dan khususnya berminat untuk mempelajari seni dan budaya Indonesia. Selain itu Kemlu juga perlu memberikan apresiasi kepada sanggar-sanggar seni budaya yang ada, khususnya yang terlibat didalam pelaksanaan program BSBI ini.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
10
l e n s a
Saung Udjo
Dok. diplik
Alumni BSBI Efektif Menjadi Corong Indonesia Di Luar Negeri
Taufik Hidayat Udjo Jumlah peserta Beasiswa Seni Dan Budaya Indonesia (BSBI) yang pernah belajar di Saung Angklung Udjo hingga saat ini sekitar 70 orang, dan pada umumnya, para alumni BSBI ini datang kembali ke Saung Angklung Udjo untuk memperoleh pelajaran yang lebih mendalam. Kalaupun diantaranya ada yang tidak datang kembali, mereka tetap melakukan hubungan korespondensi dengan kami, apalagi sekarang ini sudah era internet jadi komunikasi itu tetap terus dilakukan, apalagi hubungan kami dengan para peserta BSBI itu sangat erat dan sudah seperti keluarga, itulah yang membuat kami bahagia. Sekarang ini perkembangan dan apresiasi terhadap seni budaya Indonesia di luar negeri sudah cukup baik, dimana kami diminta untuk mengirimkan pelatih ke beberapa negara. Sementara itu apresiasi dari para mahasiswa Indonesia sendiri juga tinggi, oleh karena itu kalau seni budaya Indonesia ini bisa kita kemas dengan baik tentunya akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Agar pelaksanaan BSBI dan Indonesia Channel dapat dilakukan dengan lebih baik lagi, kedepan Kementerian Luar Negeri perlu melibatkan instansi lain yang terkait, seperti Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata,
No. 37 Tahun III
Peserta BSBI asuhan Saung Angklung Udjo
Kementerian Pendidikan dan lain-lainnya, karena mereka juga berkepentingan terhadap para peserta BSBI ini. Bagaimanapun ini sangat erat kaitannya dengan promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia di luar negeri. Program BSBI ini merupakan promosi yang luar biasa, jadi saya kira keterlibatan pihak-pihak terkait itu sangat penting. Saung Angklung Udjo menganut prinsip ’keep the older and make the new one’, artinya kita tetap harus senantiasa memelihara yang lama dan disisi lain kita juga harus mampu menciptakan sesuatu yang baru. Di bidang entertainment misalnya, kita harus mampu untuk terus menampilkan hal-hal yang baru agar tidak monoton. Demikian juga halnya dengan bidang seni budaya, kita harus mampu menampilkan sisi ke-modern-an supaya tidak monoton dan orang lebih bisa menikmati seni budaya
tersebut. Artinya kita jangan terlalu terikat dengan suatu pakem, walaupun di sisi lain kita tetap harus menjaga kelestarian, tetapi kita juga perlu melakukan pengembangan dengan berbagai inovasi baru. Keterlibatan pihak-pihak terkait dalam upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya ini sangat penting, karena kita tidak bisa mengharapkan orang lain untuk melakukan hal ini, melainkan kita sendirilah yang harus melakukannya secara terusmenerus untuk membendung pengaruh budaya Barat, terutama yang menyangkut dengan tata nilai, karena merupakan warisan budaya yang sangat berharga. Kita jangan melihat ini hanya dari sisi industri semata, karena memang tidak semua seni budaya yang kita miliki itu dapat kita jual, tetapi kita juga harus melihatnya sebagai peristiwa budaya yang penuh dengan nilainilai.
Manfaat lainnya yang kami peroleh dari penyelenggaraan BSBI ini adalah, bahwa paling tidak kami memiliki banyak teman di luar negeri, mereka efektif menjadi corong Indonesia di negara mereka masing-masing. Saya sangat yakin bahwa seumur hidupnya para peserta BSBI itu tidak akan melupakan pengalamannya selama berada di Indonesia, dan bahkan menjadikan Indonesia sebagai rumah kedua mereka. Saya kira perlu juga dipertimbangkan untuk menambah jumlah dan negara peserta agar acara ini bisa lebih meriah lagi, apalagi angklung ini termasuk jenis kesenian kategori 5 M, yaitu Mudah, Meriah, Mendidik, Menarik dan Masal. Karena bersifat masal itulah, maka disini diperlukan suatu kerjasama, toleransi sosial dan sebagainya yang dapat menciptakan kebersamaan antar bangsa. Mengenai cukup atau tidaknya
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi f
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
ku
s
11
budaya ini wajib kita lestarikan. Sebelum ini perhatian pemerintah sangat kurang dan action nya juga belum cukup untuk menjaga agar seni budaya kita tidak diakui oleh negara lain. Harusnya posisi yang kita miliki di percaturan internasional (anggota G-20, ketua
cukup dengan melakukan persiapan yang seadanya. Panggungnya tidak di setup dengan baik, sound system nya tidak memadai, mic nya kurang, lighting nya tidak bagus dan sebagainya. Jadi disini terjadi gap yang cukup dalam antara seni budaya tradisional dengan seni budaya modern. Sikap seperti itu mengakibatkan terjadinya percepatan pemusnahan seni budaya tradisional, karena dengan kondisi seperti itu orang menjadi tidak tertarik dengan seni budaya tradisional. Sebenarnya kalau pertunjukan seni budaya tradisional itu didukung oleh sarana yang lengkap dan kemajuan teknologi yang canggih, maka sebuah pertunjukan seni budaya tradisional akan menjadi sebuah pertunjukan yang luar biasa. Kalau penampilan mereka dikemas dengan apik dengan
transportasi dan akomodasi yang baik, mereka tentunya dapat lebih maksimal. Sayangnya sekarang ini masih banyak pihak yang memandang sebelah mata terhadap seni budaya tradisional, sehingga semakin membuatnya terpuruk dan pada akhirnya punah. Sanggar Saung Udjo banyak diundang di berbagai tempat bahkan hingga manca negara dengan apresiasi yang pantas, ini perlu untuk menjaga harga diri kita. Dalam setiap pertunjukan kita juga perlu menyiapkan key list, misalnya dari segi teknis panggung, kita tetapkan jumlah mic yang diperlukan dan apa tipenya, karena ini akan mempengaruhi kualitas pertunjukan secara keseluruhan. Jika memungkinkan, kami sarankan kedepannya program BSBI ini di rolling pelaksanaannya. Jadi bukan mereka yang belajar ke
ASEAN dan lain sebagainya) dapat kita manfaatkan untuk mengembangkan seni dan budaya Indonesia ke dunia internasional. Seni budaya adalah sesuatu yang berharga dan juga memerlukan budget yang cukup besar untuk dapat ditampilkan dengan bagus. Inilah yang menyedihkan bagi kita, karena terkadang seni budaya tradisi itu dianggap sesuatu yang murah, sehingga mereka merasa
sentuhan modern dan didukung oleh tata panggung, sound system, dan lighting yang berkualitas dan peralatan canggih lainnya itu akan menjadi luar biasa. Jadi persoalannya adalah bahwa para seniman seni budaya tradisional tidak bisa tampil dengan maksimal karena mereka tidak didukung oleh peralatan yang maksinal. Apalagi kalau kemudian diberikan apresiasi yang diwujudkan dalam bentuk
sini tetapi kita yang melatih disana. Sanggar-sanggar seni di Indonesia juga perlu melihat bagaimana pelaksanaan sebuah pertunjukan di negara lain, kita perlu melakukan studi banding supaya mengetahui bagaimana upaya pengembangan seni budaya tradisional di negaranegara lain. Hal ini supaya kita lebih siap dalam menghadapi tugas-tugas pelestarian dan pengembangan seni budaya Indonesia kedepan.[]
Dok. vibizdaily.com
Dok. vibizdaily.com
durasi pelatihan selama tiga bulan, saya kira ini sangat relatif. Kalau hanya untuk sekedar mengetahui dan bisa memainkannya, durasi selama tiga bulan itu bisa terlalu lama, tetapi kalau untuk penguasaan yang lebih mendalam, bisa jadi tiga bulan itu tidak cukup. Jadi saya kira durasi pelatihan selama tiga bulan itu cukup pas. Sebenarnya cukup banyak dari mereka yang meminta untuk privat, tetapi itu berarti cost yang harus mereka tanggung sendiri. Banyak peserta BSBI yang ingin tinggal lebih lama untuk memperdalam pengetahuannya, tetapi mereka tersandung masalah cost dan budget untuk ongkos pelatih, akomodasi dan sebagainya. Sebenarnya apresiasi pihak luar negeri terhadap seni budaya Indonesia itu tergantung dari bagaimana sikap Pemerintah Indonesia sendiri. Kalau kita memberikan apresiasi yang tinggi kepada seni budaya kita sendiri, maka negara-negara lain juga akan ikut seperti itu. Tetapi tampaknya seolah-olah pemerintah kita itu ’menelantarkan’ seni dan budaya ini, dan ini sangat memprihatinkan. Karena itu ketika terjadi pengakuan negara lain terhadap seni budaya yang kita miliki, bagi saya ini ada hikmahnya. Saya cukup senang karena dengan begitu pada akhirnya pemerintah kita menjadi tahu dan memberikan perhatian bahwa seni
o
No. 37 Tahun III
Diplomasi
12
f o ku s
Pagelaran Dok. vibizdaily.com
Indonesia Channel 2010
Bekerjasama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, pada 21-23 Oktober 2010, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI kembali menggelar kegiatan Indonesia Channel. Berbeda dengan tahuntahun sebelumnya, penyelenggaraan Indonesia Channel 2010 kali ini tidak hanya menampilkan pagelaran seni budaya melainkan juga pameran lukisan hasil karya pelukis dari 4 negara yang mengikuti Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Indonesia Channel merupakan ajang bagi para penerima program Beasiswa Seni dan
No. 37 Tahun III
Budaya Indonesia (BSBI) untuk menampilkan kebolehannya, setelah selama kurang lebih tiga bulan digembleng di beberapa sanggar seni yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, yaitu Padang Panjang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Tidak kurang dari 1.500 tamu undangan dan 1000 penonton memadati Taman Surya Balaikota Surabaya untuk menyaksikan pagelaran Indonesia Channel 2010. Penonton yang sebagian besar adalah para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di kota Surabaya, sangat antusias untuk
menyaksikan bagaimana kepiawaian para mahasiswa dari luar negeri memainkan alat musik dan seni tari tradisional dari beberapa daerah di Indonesia. Di sisi lain, para mahasiswa luar negeri penerima program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) 2010 juga sangat antusias mempertunjukkan kebolehan mereka dalam memainkan alat musik tradisional angklung dan gamelan, menyanyi serta menari. Mereka sangat senang dan bangga dapat menyuguhkan atraksi seni budaya Indonesia secara apik, yang mereka pelajari hanya dalam kurun
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi
Dok. vibizdaily.com
Dok. vibizdaily.com
Dok. vibizdaily.com
f
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
waktu tiga bulan. Rasa penasaran para penonton yang ingin segera melihat penampilan para ‘bule’ menari dan memainkan gamelan semakin membuncah, ketika alunan musik kentongan, kendang dan kenong membahana di Taman Surya Balaikota Surabaya. Alunan musik tradisional khas Surabaya yang dimainkan dengan atraktif itu menandai kehadiran para tamu kehormatan kota Surabaya dalam acara pagelaran Indonesia Channel 2010. Mereka menyambut kehadiran Wakil Menteri Luar Negeri, Triyono Wibowo, yang didampingi oleh Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Andri Hadi dan Direktur Diplomasi Publik, Kusuma Habir. Tamu kehormatan lainnya adalah mantan Menlu, Dr. Hassan Wirajuda, para Duta Besar dan Korps Diplomatik dari beberapa negara sahabat yang mengirimkan mahasiswanya untuk berpartisipasi dalam program BSBI 2010. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, beserta segenap jajarannya, dengan sukacita menyambut para tamu kehormatan tersebut. Seusai sambutan pengantar penyelenggaraan pagelaran oleh Wakil Menlu, Triyono Wibowo, para peserta BSBI langsung menyuguhkan kepiawaian mereka memainkan instrumen musik bambu dan membawakan dua buah lagu, yaitu ‘Tanah Airku’ dan ‘Pretty Women’. Para penonton sempat dibuat terpana dan mengikuti alunan musik bambu tersebut dan baru tersadar ketika dua buah lagu tersebut usai disuguhkan. Tanpa dikomando, para penonton serentak memberikan aplaus, mereka tidak menyangka bahwa para ‘bule’ dari mancanegara itu dapat menyuguhkan permainan musik bambu tradisional yang cukup memukau. Selanjutnya para penonton disuguhkan penampilan para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya yang berkolaborasi dalam sebuah paduan suara. Dengan penampilan yang prima dan olah vokal yang bagus, kelompok paduan suara mahasiswa Surabaya ini memperoleh sambutan hangat dari para penonton
o
ku
s
13
yang sebagian besar memang merupakan warga Surabaya. Masing-masing kelompok yang mewakili empat sanggar seni dimana para peserta BSBI menerima pendidikan dan pelatihan ini kemudian bergantian menampilkan aneka kesenian dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Selain mempertunjukkan kemampuan mereka memainkan gamelan dari empat daerah yang berbeda, para peserta BSBI 2010 juga membawakan tarian tradisional Indonesia dengan sangat baiknya. Tarian yang ditampilkan diantaranya tari Pendet, tari Baris, tari Kiprah Glipang, tari Jaipong, tari Banyuwangen, dan Pencak Silat. Dengan percaya diri dan tanpa keraguan, para peserta BSBSI 2010 menunjukkan seluruh kemampuan yang dimilikinya untuk menyuguhkan penampilan yang terbaik. Tidak heran jika para penonton pagelaran Indonesia Channel 2010 di Surabaya ini dibuat terkagum-kagum dengan penampilan mereka. Dari satu sesi pertunjukan ke sesi pertunjukan berikutnya, kekaguman para penonton semakin bertambah, hal ini tidak lain karena totalitas mereka dalam melakukan pertunjukan disamping juga penataan pertunjukan yang apik. Melihat lenggak-lenggok dan gemulai gerakan tubuh mereka dalam membawakan tarian tradisional kreasi baru ditambah dengan balutan busana tradisional yang juga menampilkan kreasi baru dengan sentuhan modern, tentunya tidak ada yang menyangka bahwa mereka adalah para warga negara asing, hanya wajah-wajah mereka yang menunjukkan bahwa mereka bukan orang Indonesia. Di sesi akhir pertunjukkan yang dikemas secara kolosal ini, seluruh peserta BSBI 2010 melakukan kolaborasi membawakan tarian Barong Randa yang disajikan sedemikian rupa sehingga menyiratkan pesan kecintaan mereka terhadap seni budaya Indonesia. Di akhir acara, seluruh peserta menyanyikan lagu “Indonesiaku” buah karya Vincent Lagea (PNG) peserta BSBI 2008 yang menjadi lagu kebangsaan BSBI, sambil mengibarkan bendera Merah Putih.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
14
l e n s a
Tukul Arwana :
Pagelaran Indonesia Channel Sangat Luar Biasa
”
No. 37 Tahun III
Dok. vibizdaily.com
”
kita jangan hanya menampilkan ketoprak atau wayang orang seperti itu-itu saja, karena anak-anak generasi sekarang akan bilang ‘ ini tontonan apa sih’.
Pagelaran Indonesia Channel ini sangat luar biasa, dan mungkin kita juga melakukan pertunjukan seperti ini di luar negeri, demikian juga dengan para pendukung acara Indonesia Channel dari berbagai negara ini, mungkin di negaranya mereka juga sering mengadakan acara seperti ini. Jadi acaraacara pagelaran seperti ini sebagai upaya untuk mengenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, saya kira ini sangat bagus sekali. Kegiatan seperti ini bisa berdampak positif, yaitu mendatangkan lebih banyak lagi turis-turis mancanegara ke Indonesia.
Sebagai negara yang kaya dengan seni budaya, kita memang harus melakukan upaya-upaya seperti ini agar negara-negara lain mengetahui kekayaan seni budaya yang kita miliki. Ini juga sangat baik sebagai upaya kita membendung kebudayaan asing, dimana kita memang harus berlomba dengan mereka. Kalau kita samasama aktif menggencarkan kegiatan seni dan budaya ini, kemudian tinggal bagaimana para pemuda kita, mereka mau memilih yang mana. Kalau mereka ternyata lebih memilih kegiatan seperti in,i maka manfaatnya akan bagus, karena kegiatan ini bersifat antar negara. Kalau kita mempertunjukkan seni dan budaya kita kepada bangsa kita sendiri yang sudah sangat mengenal seni budayanya, maka kita harus mengemasnya dengan suasana yang baru yang lebih situasional. Kalau kita nonton ketoprak atau wayang yang hanya begitu-begitu saja tanpa ada perubahan, mungkin masyarakat kita sudah enggan, apalagi para pemuda kita. Mungkin karena para penggiat seni dan budaya atau para seniman ketoprak atau wayang orang itu yang tidak menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman atau situasionalnya. Mungkin sebaiknya dibuat seperti ketroprak humor atau wayang orang humor dan sebagainya, sehingga seni ketoprak atau wayang itu menjadi lebih kaya. Jadi kita jangan hanya menampilkan ketoprak atau wayang orang seperti itu-itu saja, karena anak-anak generasi sekarang akan bilang ‘ ini tontonan apa sih’. Seharusnya kita mengemasnya seperti halnya lagulagu yang terus berkembang, orang muda hanya menyukai lagu-lagu baru dan tidak suka dengan tembang-tembang lawas. Tetapi ketika lagu-lagu lawas itu diaransemen ulang mengikuti trend musik yang ada, maka mereka ternyata juga suka, sehingga baik orang tua ataupun muda sama-sama bisa menikmatinya. Jadi kita memang harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, karena dalam hal ini yang menjadi lawan kita itu adalah situasionalnya. Seperti saya misalnya, apa saja yang saya lihat, dengar, dan saksikan mengenai perkembangan yang terjadi, itu harus saya jadikan materi. Kita memang harus membangun hubungan yang lebih baik dengan mereka, jadi kalau ada apa-apa kita bisa saling membantu. Apa saja kelebihan kita yang mereka tidak punya dan sebaliknya apa saja kelebihan mereka yang kita tidak punya itu dapat saling sharing. Sebetulnya banyak sekali seni budaya kita yang sangat disenangi oleh masyarakat luar negeri seperti tari Bali, angklung, tari saman, rampak gendang, dan sebagainya. Dalam hal ini negara kita sangat amazing sekali. Untuk itu sebaiknya kita perlu sering-sering menyelenggarakan acara seperti ini, selain itu kita juga harus bersikap welcome terhadap mereka, sehingga dengan begitu mereka juga welcome sama kita.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi L
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
n
s
a
15
Sanggar Soeryo Soemirat
Indonesia Berpotensi Memiliki Pengaruh Kuat di Dunia Melalui Kebudayaan G.P.H. Herwasto Kusumo Dok. diplik
Diplomasi kebudayaan itu sangat baik sekali, dimana Indonesia mungkin bisa memiliki pengaruh yang kuat di dunia melalui kebudayaan, karena Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman budaya, namun tetap satu sebagai budaya Indonesia. Kita lihat di Jawa Tengah saja, itu memiliki begitu banyak ragam seni dan budaya, belum lagi di Jawa Barat dan Jawa Timur. Kemudian ada Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan lain-lainnya, yang masing-masing memiliki keragaman seni budaya yang begitu tinggi. Hampir setiap daerah di Indonesia itu memiliki seni budayanya sendiri-sendiri yang khas. Kami kira sudah saatnya sekarang bagi para generasi muda Indonesia untuk mengenal dan mencintai seni budayanya sendiri dan kemudian berupaya melakukan pelestarian dan pengembangan. Seperti sekarang ini misalnya dalam hal batik, masyarakat kita memang sudah memiliki kecintaan dan kebanggaan untuk mengenakan pakaian batik, namun untuk kalangan generasi muda, hal ini tampaknya masih terbatas dan perlu dikembangkan lagi. Para pemuda kita memang perlu dibangkitkan dalam hal ini, dan dengan adanya penyelenggaraan BSBI dan pagelaran Indonesia Channel ini diharapkan dapat membangkitkan kesadaran dan semangat para generasi muda kita untuk lebih mencintai seni budaya Indonesia dan berpartisipasi didalam mengembangkannya. Indonesia Channel ini bisa dijadikan sebagai cambuk bagi mereka, karena orang asing saja bisa mencintai dan melakukannya, lalu kenapa kita sendiri tidak. Kendala yang kami hadapi dalam melakukan pelatihan umumnya tidak terlalu besar, karena dalam menghadapi sekian banyak orang dari latar belakang negara dan budaya yang berbeda, biasanya ada saja permasalahan yang disebabkan oleh perbedaan budaya dan pola berfikir. Karena itu di Solo ini mereka juga diajarkan mengenai budaya dan adat istiadat masyarakat setempat serta nilai-nilai luhur yang terkandung
e
Peserta BSBI asuhan Sanggar Soeryo Soemirat Solo
didalamnya, seperti menghormati perbedaan agama dan keyakinan, tradisi, penghormatan terhadap orang, kebersamaan, toleransi dan sebagainya, sehingga mereka bisa memahaminya secara lebih utuh. Dalam hal pementasan, kami kira relatif tidak ada kendala. Yang perlu menjadi perhatian kita kedepan adalah bagaimana agar segenap pihak terkait memiliki kepedulian dan juga memberikan apresiasi terhadap sanggar-sanggar seni budaya yang telah berupaya keras untuk melestarikan dan juga berupaya mengembangkan asset bangsa yang tidak ternilai ini. Tugas sanggar-sanggar seni budaya ini kedepan jelas tidak ringan bahkan semakin berat mengingat semakin
derasnya arus globalisasi. Programprogram seperti ini kami kira sangat perlu untuk terus dikembangkan dan ditingkatkan, disamping juga program-program lainnya, seperti penyelenggaraan pementasan, festival, lomba dan sebagainya yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Indonesia. Para alumni BSBI yang belajar di sanggar Soeryo Soemirat ini pada umumnya mereka kembali lagi kemari, selain untuk lebih mendalami apa yang sudah mereka pelajari ketika mengikuti program BSBI, mereka juga ingin menyambung tali silaturahmi dan melepas rasa kangennya dengan kota Solo ini, karena umumnya
mereka sangat terkesan dengan keramahan dan sikap bersahabat masyarakat Solo. Bahkan beberapa diantaranya ada yang membawa keluarganya untuk mengenalkan mereka kepada kami. Ada juga yang sengaja membawa beberapa teman mereka untuk belajar bahasa Indonesia, tarian dan karawitan disini. Komunikasi kami dengan mereka tetap berjalan dengan baik, apalagi dengan teman-teman yang kemudian juga membentuk atau bergabung dengan kelompok pecinta seni budaya Indonesia, khususnya Jawa Tengah, di negara mereka.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
16
s o r o t
Upaya Meningkatkan Citra Surabaya Melalui Diplomasi Budaya Dra. Wiwiek Widiati MPA
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Surabaya Dok. diplik
Dra. Wiwiek Widiati MPA, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemkot Surabaya (kiri depan) berpose dengan para peserta BSBI di Sanggar Studio Tydif, Surabaya
Pemerintah kota Surabaya telah melakukan sebuah pencitraan bahwa kota Surabaya benar-benar welcome terhadap siapun yang datang ke kota Surabaya, apakah itu sebagai turis lokal maupun asing ataupun sebagai mahasiswa lokal maupun asing. Bagi kami yang penting adalah bagaimana mereka dapat merasakan kenyamanan berada di kota Surabaya. Untuk memberikan kesan yang baik kepada warga negara asing tersebut, ada beberapa upaya yang kami lakukan, salah satunya dengan mengundang mahasiswa asing yang sedang studi di berbagai universitas di Surabaya dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan yang diselenggarakan di Surabaya. Kami selalu mengupayakan adanya interaksi dengan mereka, misalnya di acara-acara khusus seperti perayaan HUT Kota Surabaya dan sebagainya, itu kami lakukan disela-
No. 37 Tahun III
sela kesibukan mereka sebagai mahasiswa. Mereka seluruhnya kami libatkan dalam berbagai event yang diselenggarakan di kota Surabaya, seperti misalnya festival seni budaya dan karnaval HUT Kemerdekaan RI, dimana mereka tampil dengan menggunakan busana nasional negara mereka masing-masing. Selain itu kami juga mengundang mereka sebagai tamu dalam pelaksanaan Upacara Peringatan Kemerdekaan RI, dan juga berbagai kegiatan kepemudaan dan budaya lainnya, sehingga dengan demikian kami berharap agar mereka merasa nyaman dan cukup enjoy berada di Indonesia khususnya di kota Surabaya. Sanggar Tydif, yang dipimpin oleh Dra. Diaztiarni Azhar, sekarang ini juga tengah mengembangkan program pengenalan budaya tradisional dengan melibatkan
warga negara asing yang ada di Surabaya. Beberapa waktu lalu, para warga negara asing yang ada di kota Surabaya ini kami libatkan juga dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh ibu-ibu PKK, yaitu aneka ragam penggunaan sarung. Seluruh peserta dipersilahkan menggunakan sarung sesuai dengan kreatifitas mereka masingmasing, dimana kemudian ada yang menggunakan sarung sebagai selendang, penutup kepala, tas dan sebagainya. Kegiatan ini kemudian mendapatkan penghargaan dari MURI (Museum Rekor Indonesoa) sebagai kegiatan dengan pemakai sarung terbanyak. Jadi cukup banyak kegiatan interaktif yang kami selenggarakan bagi para warga negara asing yang ada di kota Surabaya. Ini adalah upaya kami untuk menunjukkan kepada mereka bahwa masyarakat
kota Surabaya telah siap menjadikan kotanya sebagai tujuan wisata manca negara dan berbagai kegiatan yang bersifat internasional. Sekarang ini ada sekitar 600 mahasiswa dari luar negeri yang belajar di kota Surabaya, mereka tersebar di beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Surabaya. Bidang pendidikan yang paling banyak diminati oleh mereka adalah kedokteran, farmasi, ekonomi dan seni budaya untuk program S1, sementara untuk program S2, selain bidang-bidang tersebut, mereka juga cukup banyak yang mengambil bidang studi MIPA. Sebagian besar mahasiswa dari luar negeri ini adalah penerima program beasiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional dan beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Sementara Pemkot Surabaya sendiri belum memberikan program beasiswa, namun kami sering menyelenggarakan program pertukaran pelajar dan mahasiswa melalui koridor Sister City. Penampilan para peserta BSBI dalam pagelaran Indonesia Channel 2010 ini sungguh luar biasa, dan ini tentunya juga menunjukkan bahwa kota Surabaya layak sebagai tempat pertunjukan dan konvensi seni budaya bertaraf internasional. Setiap tahunnya kami memang menyelenggarakan beberapa festival bertaraf internasional, dimana dalam hal ini kami ingin kota Surabaya dikenal sebagai kota seni dan budaya. Dengan penyelenggaraan Indonesia Channel 2010 ini kami membuktikan bahwa generasi muda Surabaya dapat menyaksikan pertunjukan seni budaya di Taman Surya ini. Melalui pertunjukkan ini kami ingin menghidupkan dan menggairahkan kembali pengembangan seni budaya Indonesia. Bagi kami Indonesia Channel 2010 ini merupakan sebuah pertunjukan yang benar-benar excellent.[]
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi s Edwin M.B. Tambunan
Ketua Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Pelita Harapan
Apabila Bung Hatta ditempatkan sebagai peletak dasar politik luar negeri RI yang bebas dan aktif, tidaklah berlebihan rasanya jika Sutan Syahrir dinobatkan sebagai peletak dasar diplomasi RI. Setidaknya ada tiga alasan yang dikemukakan untuk ini. Pertama, jauh sebelum kemerdekaan diraih, Sutan Syahrir sudah membayangkan bahwa kemerdekaan harus diraih dengan diplomasi. Perjuangan kemerdekaan Indonesia haruslah anti fasis yang merupakan konsekuensi dari perspektif yang dikembangkan Syahrir tentang arah perkembangan peristiwa-peristiwa di dunia pada dasawarsa 1930. Kedua, Syahrir adalah salah satu dari sedikit tokoh pergerakan nasional Indonesia yang menganalisis dan berupaya menempatkan perkembangan nasionalisme Indonesia dalam konteks dinamika global. Menurut pandangannya, tiga kekuatan besar, yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Uni Soviet akan mendominasi dunia pasca PD II, dan salah satu cara untuk memperoleh kedaulatan pasca kemerdekaan adalah dengan internasionalisasi masalah Indonesia. Internasionalisasi ini akan menempatkan Indonesia dalam pusaran perhatian tiga negara besar tersebut. Tiga negara inilah yang diharapkan berperan memberikan tekanan kepada Belanda untuk menyelesaikan masalah Indonesia, dan hal ini hanya dimungkinkan melalui upayaupaya diplomatik. Ketiga, Syahrir adalah pemberi ‘isi’ diplomasi RI yang pertama pasca kemerdekaan. Kondisi politik luar negeri RI pada masa awal kemerdekaan ditandai dengan belum tersusunnya platform yang baik dan ketidakpastian akan jalannya revolusi, karena itu RI sangat tergantung pada gagasangagasan para pemimpinnya yang dapat dijadikan sebagai road maps bagi pelaksanaan diplomasi RI. Dari semua pemimpin pada waktu itu, hanya Syahrir yang paling siap dengan gagasannya tentang arah
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
o
r
o
t
17
Syahrir Menampilkan Kekuatan Budaya Sebagai Penopang Diplomasi pelaksanaan diplomasi. Dengan inisiatif, gagasan dan peran sentral yang dimainkannya, maka Syahrir layak disebut sebagai ‘the man of ideas’ nya diplomasi Indonesia, setidaknya untuk masa itu. Syahrir sadar betul batas-batas kekuatan RI dan juga menyadari bahwa apabila Belanda mendapat dukungan sepenuhnya dari Sekutu, maka sangat boleh jadi Belanda tidak akan menghadapi banyak kesulitan dalam memulihkan kekuasaan formal atas jajahanjajahan mereka, untuk itu kekuatan bersenjata di dalam negeri harus segera ditopang dengan dukungan luar negeri. Konteks pandangan semacam inilah yang mendorong Syahrir, jauh sebelum dunia diplomasi mengenal efektifitas diplomasi multilateral, untuk melakukan perjuangan diplomasi melalui forum multilateral. Strategi diplomasi multilateral ini relatif sukses, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya dukungan dari negara-negara Liga Arab dan
”Syahrir sadar betul batas-batas kekuatan RI dan juga menyadari bahwa apabila Belanda mendapat dukungan sepenuhnya dari Sekutu, maka sangat boleh jadi Belanda tidak akan menghadapi banyak kesulitan dalam memulihkan kekuasaan formal atas jajahan-jajahan mereka, untuk itu kekuatan bersenjata di dalam negeri harus segera ditopang dengan dukungan luar negeri.”
New Dehli Inter-Asian Conference yang di kemudian hari ternyata menjadi corong yang efektif dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia di PBB. Jauh sebelum para penganut Neo-Realism mengemukakan,”If we want to consider how actors will interact, we must look at the system within which they interact”, Syahrir sudah menyadari bahwa struktur sistem internasional bisa dimanfaatkan untuk memperkuat power positioning Indonesia di dalam menghadapi Belanda. Diplomasi beras untuk membantu India (April 1946) yang dipandang aneh oleh elit politik domestik, ternyata disambut dengan baik oleh Inggris. Pembicaraan antara Syahrir dan Lord Killearn mengenai cetak biru perjanjian ekonomi London-Yogyakarta (April 1947) merupakan upaya Syahrir untuk meraih simpati Inggris dan menempatkan Indonesia masuk lebih jauh ke dalam ‘radar’ negaranegara pemenang PD II. Inggris dijadikan target diplomasi karena kekuasaannya semakin merosot pasca PD II, sehingga menyebabkan Inggris berupaya mencari peluang untuk memperluas pengaruhnya. Makna strategisnya adalah bahwa Inggris merupakan perpanjangan tangan Amerika Serikat, dengan mendapatkan dukungan dari Inggris tentunya juga akan mendorong Amerika Serikat yang sedang naik menjadi super power kala itu, untuk lambat laut memberikan dukungan kepada RI, atau setidaknya memberikan tekanan kepada Belanda. Pada 28 Juni 1947, saat terjadinya krisis paling dalam antara Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia, Amerika Serikat mengeluarkan memo yang mendukung dilakukannya kompromi. Inilah saat dimana pada akhirnya Amerika Serikat memasuki gelanggang revolusi Indonesia setelah sekian lama bersikap ambigu dan menyerahkan sebagian besar inisiatif ke tangan Ingris. Salah satu sisi menarik dari diplomasi Syahrir adalah
kesadarannya untuk menampilkan kekuatan budaya dalam bentuk ‘value’ ataupun ‘karya’ sebagai penopang diplomasinya. Sulit dibayangkan, ditengah-tengah berkecamuknya revolusi dan perlakuan kasar pasukan Belanda, Syahrir masih sempat-sempatnya menginisiasi penyelenggaraan pameran kesenian yang kemudian diliput dan dipublikasikan oleh para wartawan luar negeri. Majalah Time edisi Senin, 21 Januari 1946, mencatat dengan baik hal ini dan mengemukakan, “On the soft side, Britain’s Lieut. General Sir Philip Christison attended an Indonesian art show with Premier Sjahrir (the Premier’s eye was blackened from a beating administered by Dutch troops): British and Indonesian teams played a soccer match (scoreless tie)”. Ketika berpidato di Dewan Keamanan PBB, Syahrir juga cukup banyak mengemukakan citra sejarah dan budaya Indonesia yang adiluhung tetapi mengalami kemerosotan karena kolonialisme. Syahrir juga memiliki kesadaran akan pentingnya peran media dalam mendukung diplomasinya, karena itu Syahrir mendorong dan mendukung lahirnya sejumlah media berbahasa Inggris, Belanda, maupun Indonesia, seperti News from Indonesia, Independent, Het Inzicht, Siasat dan Gelanggang. Melalu budaya dan media, Syahrir hendak membentuk citra Indonesia dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia adalah bangsa yang beradab dan demokratis. Syahrir ingin mematahkan propaganda pihak Belanda yang kerap menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia merupakan gerombolan yang brutal, suka membunuh, merampok dan menculik. Syahrir juga mengetahui bahwa ada perasaan antikolonial di kalangan sebagian publik Belanda, dan melalui dua hal ini Syahrir berharap dapat memanipulasi sentimen publik untuk memperkuat posisi RI dalam menghadapi pemerintah Belanda.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
18
l e n s a
Sanggar Smaradhana Denpasar Bali
Mengefektifkan Diplomasi Budaya
I Nyoman Nikanaya
Saya kira diplomasi kebudayaan ini adalah upaya yang paling tepat dan efektif untuk kita kembangkan saat ini, karena kalau dalam diplomasi lainnya, seperti diplomasi politik, tampaknya kita masih harus banyak belajar, apalagi dalam hal diplomasi ekonomi dan diplomasi lainnya. Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dalam pengembangan diplomasi budaya ini sangat tepat, apalagi dari beberapa kali penyelenggaraan program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI), ini saya kira kita sudah berhasil, karena para alumni BSBI ini sebagian besar telah turut mengembangkan seni dan budaya Indonesia di negaranya masingmasing. Di AS saja sekarang ini sudah ada sekitar 200 kelompok penggiat seni dan budaya Indonesia,
belum lagi yang ada di Jepang, Korea, Australia dan negara-negara lainnya. Jadi program ini sangat positif, tidak hanya dalam pengembangan seni dan budaya Indonesia itu sendiri, tetapi juga dalam bidang pariwisata dan people to people contact. Kedepannya saya kira penyelenggaraan BSBI ini perlu dikembangkan lebih luas lagi, baik itu dalam hal jumlah sanggar yang dilibatkan, jumlah peserta dan juga cakupan negara yang dilibatkan, karena semakin banyak peserta dan negara yang dilibatkan maka itu berarti semakin banyak orang luar negeri yang menjadi Duta Budaya Indonesia. Bagi kami sendiri jelas ini sangat bermanfaat, karena dengan adanya program ini maka semakin
banyak orang luar negeri yang datang ke Bali, baik itu sebagai wisatawan maupun karena ingin belajar kesenian dan budaya Bali. Di sisi lain dengan adanya program BSBI ini, maka kesenian dan budaya di Bali juga tetap terjaga kelestariannya dan bahkan terus dikembangkan. Kedepan, kami kira seluruh instansi terkait harus bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri untuk merumuskan strategi yang tepat, karena kami sendiri para seniman dan budayawan memiliki tugas yang tidak ringan untuk terus berkarya melahirkan karya-karya baru yang sejalan dengan kemajuan jaman namun tidak terlepas dari akar seni budaya tradisional yang harus terus dipertahankan dan dilestarikan.[]
Dok. diplik
Peserta BSBI asuhan Sanggar Smaradhana Denpasar Bali
No. 37 Tahun III
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi l e n s a
19
Diplomasi Budaya dalam Perspektif Pasar dan Percaturan Global Joko Kuntono
Direktur Diplomasi Budaya GFI
Istilah diplomasi yang kita tahu itu adalah diplomasi secara terbuka, dan yang perlu kita sadari adalah diplomasi secara tertutup, yaitu bahwa diplomasi merupakan sebuah gerakan penetrasi. Apakah itu AS, Jepang, China, dan negara-negara besar lainnya, mereka semuanya melakukan penetrasi, sementara Indonesia baru pada taraf melihat bahwa diplomasi itu bisa dilakukan melalui kebudayaan dan menjalin hubungan persahabatan melalui kegiatan kebudayaan. Menurut saya hal ini sudah sangat tertinggal. Kalau kita tidak memiliki kesadaran mengenai hal ini, maka Indonesia akan luput dari percaturan global. Yang terjadi sekarang ini adalah perang gagasan untuk mendominasi, apakah itu melalui gagasan mengenai pasar dan lain sebagainya. Dominasi global sekarang ini, secara tegas dapat dibagi menjadi tiga kutub, yaitu AS, China dan Arab. Oleh karena itu gagasan-gagasan dominan kita adalah gagasan Indonesia yang ke AmerikaAmerikaan, ke China-Chinaan atau ke Arab-Araban. Selama kita tidak mampu melokalkan itu semua, yaitu bahwa kita adalah kita, maka kita tidak akan pernah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bagaimanapun, sebuah tindakan itu mengikuti gagasan, apakah itu berupa tindakan pembelian, ataupun tindakan pemilihan. Bagaimana kita memilih kawan, memilih barangbarang konsumsi, memilih profesi dan sebagainya, semuanya ditentukan oleh gagasan kita. Gagasan dominan itu sendiri sebenarnya dibentuk oleh 4 (empat) hal, dimana dalam istilah kami itu disebut sebagai Ibu Rahim, Ibu Pendidikan, Ibu Lingkungan dan Ibu Pustaka. Ibu Rahim adalah proses pembentukan manusia di dalam rahim hingga ia lahir kedunia. Dalam proses ini ada faktor-faktor Ilahiyah yang tidak terjangkau oleh akal fikiran yang mempengaruhi seseorang. Disamping itu ada juga pengaruh-pengaruh yang diakibatkan secara langsung, seperti misalnya kenapa orang mudah menderita penyakit getah bening, ternyata hasil penelitian menunjukkan bahwa hal itu diakibatkan karena
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
ketika mengandung, ibunya terlalu banyak mengkonsumsi micin/ penyedap. Sehingga ketika lahir, anaknya sudah membawa penyakit getah bening itu. Oleh karena itu, pertumbuhan seseorang ketika masih berupa janin di dalam kandungan ibu itu harus terkontrol dan terkelola dengan baik. Ke-dua, Ibu Pendidikan, dimana kita memperoleh pendidikan dari berbagai sumber, yaitu pendidikan lingkungan, pendidikan formal, pendidikan informal dan sebagainya. Tidak perduli apakah kita seorang sarjana atau tidak, apakah berpendidikan madrasah atau bukan, tetapi yang jelas bahwa pendidikan itu akan membentuk kita. Ke-tiga, Ibu Lingkungan, dimana kita memiliki lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan budaya dan sebagainya. Orang yang tinggal di pesisir pasti akan berbeda perilakunya dengan orang yang tinggal di pegunungan, karena alam membentuk kita juga. Orang Jawa tidak mungkin tingkah lakunya seperti orang Ambon, karena lingkungan sosial yang membentuknya berbeda. Kalau lingkungan budaya Jawa, maka pasti mengenal Wayang dan tidak mengenal Tor-tor. Tetapi karena Ibu Lingkungan kita ini sangat besar, yaitu lingkungan Nusantara, maka kita juga harus mengenal budaya-budaya yang lainnya, dan semuanya itu membentuk kita. Ke-empat, adalah Ibu Pustaka, yang terdiri dari 3 (tiga) pustaka, yaitu Aksara, Rupa dan Suara. Aksara adalah apa saja yang kita baca, Rupa adalah apa saja yang kita lihat, dan Suara adalah apa saja yang kita dengar, semuanya itu akan membentuk seseorang. Orang yang sehari-harinya hanya melihat kekumuhan akan berbeda dengan orang yang sehari-harinya hanya melihat keasrian. Sementara lingkungan-lingkungan yang ada di sekitar kita sekarang ini cenderung negatif dan tidak positif. Begitu bangun pagi kita sudah disuguhi tayangan tv mengenai berita kriminal, kekerasan, perkosaan dan sebagainya. Ini akan membekas di memori otak kita. Ketika seorang siswa SMA sedih karena menunggak uang sekolah selama tiga bulan, dia nekat bunuh diri karena terinspirasi tayangan di tv yang memberitakan seorang
siswa bunuh diri karena menunggak uang sekolah selama tiga bulan. Ternyata bahwa apa yang dilihatnya di tv itu menjadi stimulan baginya. Kalau hal-hal seperti itu tidak di antisipasi sejak awal, maka Indonesia bisa kebablasan, dan selamanya hanya akan menjadi pasar dari negaranegara lain. Dan oleh karena yang kuat atau mendominasi di Indonesia sekarang ini adalah masyarakat pedagang, maka industri kita menjadi lemah. Ibarat kata butuh handuk, sendal jepit, atau kaos singlet saja kita impor. Bahkan untuk sembako dan 61 komoditi bahan pokok lainnya kita juga impor. Beras, Jagung, kedelai, gula, semuanya impor bahkan garam saja kita juga impor, belum lagi untuk kebutuhan buah-buahan. Ini sungguh tidak masuk akal. Dalam hal ini ternyata Indonesia tidak mempunyai strategi untuk menghadapi hal tersebut, kita cukup puas hanya sebagai negara pedagang yang mengambil selisih sedikit keuntungan. Impor kita tidak terkejar oleh eskpor, karena Indonesia berbeda dengan China dan India yang masing-masing menetapkan dirinya sebagai negara industri hardware dan software. Thailand justru unik, karena dia hanya mengembangkan satu kredo besar, yaitu ’kalau ingin menguasai dunia, itu harus dimulai dari dapurnya’. Berangkat dari situ, kemudian munculah buah-buahan atau sayuransayuran yang diklaim sebagai ’jambu Bangkok’, ’pepaya Bangkok’, ’selada Bangkok’ dan lain-lainnya. Kemudian Raja Thailand juga meminta agar rumah makan khas Thailand dikloning di seluruh dunia, apakah melalui franchais atau cara-cara lainnya. Pemerintah mendukung sepenuhnya termasuk dalam hal pendanaan. Itu berarti bahwa ada upaya untuk melakukan persaingan kebudayaan, yang biasa kita sebut sebagai soft power. China membangun stadiun olimpiade untuk menandai munculnya peradaban baru di negara tersebut, jadi bukan hanya sekedar membangun stadion, tetapi bagaimana China ingin merebut citra pembaharuan dan perubahan. Saya kira kebijakan politik luar negeri kita itu harus dirumuskan bersama-sama, karena kita tidak bisa
lagi pasif. Oleh karena seluruh dunia mengakui bahwa sistem yang paling tepat adalah sistem pasar, maka pengusaan pasar dalam pengertian bagaimana kita mampu melakukan pengepungan gagasan, rupa, suara dan aksara, itu yang penting. Kita menjadi kebarat-baratan, itu karena mereka mampu mengepung kita dari tiga aspek tersebut. Musik yang kita dengar, film yang kita tonton, seni rupa yang kita nikmati, buku teks yang kita baca, wacana yang kita kembangkan, semuanya adalah milik mereka, sehingga pada akhirnya kita hanya sebagai bangsa pasar, hanya pasif dan menerima apa saja dari mereka dan hampir tidak mampu memproduksi apapun. Sementara itu Balai Pustaka, Lokananta, dan Pusat Perfilman Nasional (PFN) semuanya akan ditutup, padahal merupakan industri strategis yang justru kita perlukan pada saat ini untuk melakukan pengepungan-pengepungan budaya itu. Kalau pola-pola yang sekarang ini tetap dipertahankan dan tidak menganggap temuan-temuan dari para peneliti ini sebagai temuan yang mutahkir dan vital maka bisa dipastikan bahwa 25 tahun mendatang budaya asli Indonesia itu bisa jadi sudah tidak ada. Kita bisa memproduksi sarung, tetapi bahan bakunya harus impor dari India atau China karena mereka bisa menyediakan bahan baku dengan harga murah dan kualitas yang lebih bagus. Demikian juga dengan batik, disatu sisi kita adalah bangsa yang diakui dunia dengan keunikan batiknya, dan sekarang ini kita gemar memakai batik, itu artinya bahwa kebanggaan lokalitas kita naik pesat dibanding beberapa tahun yang lalu. Tetapi secara ekonomi industri ternyata kita kalah, karena kebanyakan batik itu sekarang buatan China. Ini sebuah fenomena yang menyedihkan, karena home industry batik kita banyak yang tutup, mereka tidak mampu bersaing dengan batik buatan China yang lebih murah. Untuk dapat bersaing, China menekan harga semurah-murahnya. Hal ini mampu dilakukan karena China menerapkan industri yang efisien, kebijakan mata uang, dan menjamin kesejahteraan rakyatnya.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
20
bilateral Menlu RI :
UEA Mitra Penting bagi Indonesia di Bidang Perdagangan dan Investasi
Kementerian Luar Dok. Infomed Negeri RI memperoleh kesempatan dan kehormatan menerima kehadiran Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), yang mulia Syeh Abdullah bin Zaid al Ahyan. Ini merupakan kunjungan pertama beliau ke Jakarta (Indonesia) dan kami sangat bersyukur serta merasa berbahagia karena dalam kunjungan pertamanya ke Indonesia ini kami telah menandatangani 2 (dua) dokumen penting yang menyangkut masalah pengecualian visa bagi paspor diplomatik dan paspor dinas disamping juga kesepakatan untuk membentuk joint commission sehingga kami akan mengadakan pertemuan di tingkat Menteri Luar Negeri kedua negara secara rutin setiap 2 (dua) tahun sekali dan bahkan juga Menlu RI, Marty Natalegawa dan Menlu UEA, Syeh Abdullah bin Zaid al Ahyan memberikan keterangan pers di gedung Pancasila melakukan konsultasiusai melakukan pertemuan bilateral. konsultasi lainnya untuk meningkatkan hubungan antara Indonesia dengan UEA. membahas hubungan multilateral yang menjadi perhatian dan kepedulian Banyak hal yang telah kami bahas dalam pertemuan pada hari ini bersama kedua negara. terkait dengan masalah-masalah bilateral, regional dan juga global. Dalam UEA merupakan tuan rumah dari organisasi Irena yang memiliki hubungan bilateral, intinya adalah bahwa tidak ada satupun permasalahan kepedulian terhadap renewable energy, maka sebagaimana tadi telah yang mengganggu hubungan Indonesia-UEA, justru yang kita inginkan adalah disampaikan, bahwa salah satu sektor yang ingin kita tampilkan sebagai peningkatan hubungan yang lebih mendalam lagi di berbagai bidang selain penerima investasi dari UEA adalah bidang renewable energy terutama bidang perdagangan, investasi dan hubungan antar lembaga negara. Dan geothermal energy resource. dalam pertemuan tersebut juga sudah ada beberapa hal yang telah dicapai Mengenai masalah tenaga kerja, ada sekitar 175 ribu tenaga kerja kesepakatan kerjasama antara kedua negara, khususnya dalam bidang Indonesia yang bekerja di UEA, dan dalam hal ini Pemerintah UEA sangat perdagangan, investasi dan hubungan antar lembaga tersebut. apresiatif dan menerima dengan positif kontribusi warga negara kita di UEA. UEA adalah mitra penting bagi Indonesia di bidang perdagangan dan Sebagaimana diketahui, bahwa dari total 8 (delatan) juta penduduk UEA, investasi, dimana pada 2009 nilai perdagangan antara kedua negara 7 (tujuh) juta diantaranya adalah warga negara asing. Jadi UEA merupakan mencapai 1,5 miliar USD. Sementara itu pada periode Januari-April 2010, sebuah negara yang sangat welcome terhadap orang asing. sudah mencapai 579 juta USD. Jadi untuk bidang perdagangan dan investasi, Sebagaimana diketahui, bahwa hubungan kerjasama kedua negara iklimnya sangat positif. sangat baik dalam masalah kekonsuleran. Segala permasalahan yang terjadi Pada intinya, pertemuan ini membahas bagaimana kita bisa terkait kekonsuleran semuanya dapat dikelola dengan baik sesuai dengan meningkatkan hubungan kedua negara. Selain itu kami juga membahas kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua negara. Jadi semuanya sudah masalah-masalah kawasan, dimana Indonesia menjelaskan perkembangan dikelola dengan baik, dan dengan adanya joint commission nanti tentunya di ASEAN dan Asia Timur dan sebaliknya UEA menjelaskan tentang juga akan memberikan kesempatan kepada kita untuk lebih fokus lagi dalam perkembangan di Timur Tengah dan kawasan teluk. Disamping itu kami juga masalah perlindungan warga negara ini.[]
No. 37 Tahun III
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi s
o
r
o
t
21
Potensi Konflik Di Kawasan Laut China Selatan
Dok. wordpress
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Pada saat membuka acara “A Special Commemorative Events of the 20th Anniversary of the Workshop Managing Potential Conflicts in the South China Sea” di Hotel Hyatt Regency, Bandung 1 November 2010, Menteri Luar Negeri RI, DR. Marty M. Natalegawa menyatakan bahwa fakta yang menunjukkan bahwa sejak tahun 1990 tidak terjadi suatu konflik bersenjata di wilayah Laut China Selatan merupakan bukti keberhasilan dari Lokakarya Laut China Selatan yang digagas oleh
Indonesia Peringatan 20 tahun Lokakarya Laut Cina Selatan tersebut mengangkat tema “From Potential Conflicts to Cooperation” yang secara tepat merefleksikan pencapaian lokakarya selama kurun waktu tersebut. Menlu juga menekankan mengenai arti penting pengelolaan Laut China Selatan dari “Potential Conflicts in Cooperation” mengingat wilayah ini merupakan salah satu lintas pelayaran yang paling strategis di dunia dan juga meliputi salah satu jalur maritim utama di dunia, disamping juga merupakan kawasan yang menyimpan berbagai hubungan biodiversity kelautan terkaya di dunia. Sebagai pihak yang tidak memiliki klaim di wilayah tersebut, Indonesia berperan penting dalam memfasilitasi pembahasan dan dialog secara netral dan tidak memihak di antara pihak-pihak yang memiliki klaim di Laut China Selatan. Acara “A Special Commemorative Events of the 20th Anniversary of the Workshop Managing Potential Conflicts in the South China Sea ini
memiliki arti khusus karena dalam kesempatan tersebut, Menteri Luar Negeri, DR. Marty M. Natalegawa menyerahkan sertifikat penghargaan “A Special Achievement Award” kepada Prof. DR. Hasyim Djalal atas jasa-jasanya dan upaya-upayanya di bidang diplomasi preventif multilateral terhadap pengelolaan “ Potential Conflicts” di Laut Cina Selatan, karena selama ini Prof. DR. Hasyim Djalal adalah motor dari “ Workshop on Managing Potential Conflicts” di Laut China Selatan tersebut. Workshop on Managing Potential Conflicts in the South China Sea diselenggarakan setiap tahun oleh Indonesia sejak 1990. Peserta workshop/lokakarya ini terdiri dari 11 (sebelas) perwakilan negaranegara yang berada di kawasan laut China Selatan, yaitu Brunei Darussalam, China, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam dan Chinese Taipei. Tujuan utama penyelenggaraan lokakarya adalah untuk mengelola potensi konflik di kawasan laut China Selatan melalui upaya pengembangan confidence building measures, mendorong diskusi dan dialog di antara negara yang memiliki sengketa wilayah laut, dan menjajaki berbagai kemungkinan dan cara bekerjasama di bidangbidang yang menjadi perhatian bersama. Dalam laporannya mengenai persiapan dan pelaksanaan lokakarya, Act. Ka BPPK/Dirjen IDP, Andri Hadi menyampaikan bahwa selama ini pihak-pihak terkait (participating authorities) selalu memberikan dukungan bagi pelaksanaan Lokakarya Laut China Selatan ini, karena mereka menyadari kontribusi lokakarya ini dalam rangka mengembangkan keamanan dan stabilitas di kawasan tersebut. Para Participating Authorities mengharapkan agar lokakarya ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mendukung diselenggarakannya Special Commemorative Event ini.[]
No. 37 Tahun III
Diplomasi
22
bilateral Bilateral RI - Norwegia
Menjajaki Kemitraan ekonomi Komprehensif Dengan EFTA Dok. Infomed
Menlu RI, Marty Natalegawa dan Menlu Norwegia, Jonas Gahr Støre melakukan penandatangan kerjasama terkait pengurangan emisi gas rumah kaca, perlucutan senjata, pencapaian MDGs 4 dan 5, kesehatan, global inter-media dialogue dan interfaith dialogue, serta kerjasama perlindungan promosi dan perlindungan HAM.
Ada satu perkembangan yang cukup Indonesia bersama Norwegia siap
untuk meningkatkan kerjasama bilateral di berbagai bidang dalam lingkup regional dan global khususnya menghadapi tantangan abad ke21. Komitmen kedua negara tersebut diukir dalam deklarasi bersama kedua negara yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI, R.M Marty M. Natalegawa dan Menteri Luar Negeri Norwegia, Jonas Gahr Støre (8/11) di Gedung Pancasila, Kemlu RI. “Kerjasama kedua negara selama ini berjalan sangat erat, sangat dekat. Namun kini yang kita lihat adalah kedua negara juga bekerjasama secara erat dalam menyikapi masalah global” jelas Menlu RI dalam konferensi pers bersama dengan Menlu Norwegia, sesaat setelah penandatanganan deklarasi tersebut. Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan antara lain, kerjasama bilateral kedua negara dalam memberikan kontribusi dalam masalah global, seperti pengurangan emisi gas rumah kaca, perlucutan senjata, pencapaian MDGs 4 dan 5, kesehatan, global inter-media dialogue dan interfaith dialogue, serta kerjasama perlindungan promosi dan perlindungan HAM. Pertemuan juga secara khusus membahas tindak lanjut Letter of Intent kedua negara dalam kerjasama REDD + (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) yang ditandatangani Menlu RI dan Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia, Erik Solheim di Oslo, 26 Mei 2010 yang disaksikan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Norwegia, Jens Stoltenberg. Kedua pihak juga membahas mengenai rencana pembahasan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan European Free Trade Area (EFTA). Perjanjian tersebut akan mulai dirundingkan di Jakarta, Februari 2011.
No. 37 Tahun III
Dalam kesempatan ini, Menlu Støre juga menyampaikan rasa prihatin Pemerintah dan Masyarakat Norwegia kepada bangsa Indonesia atas bencana alam Merapi dan Mentawai. Sehubungan dengan hal tersebut, Menlu Støre menyampaikan komitmen norwegia untuk membantu Indonesia melalui pemberian capacity building bagi PMI untuk meningkatkan kapasitas dalam menghadapi krisis bencana alam. Sehari sebelumnya (7 November 2010), kedua Menlu telah mengadakan retreat di kawasan perkebunan the di Puncak Pas, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, kedua menteri mengadakan pertemuan informal mengenai berbagai hal yang terkait dengan peningkatan hubungan bilateral dan bagaimana secara bersama-sama Indonesia dan Norwegia dapat membantu masyarakat internasional untuk mengatasi berbagai isu global. Hubungan RI-Norwegia Sebagaimana dilansir dalam press release Kemlu (link), hubungan kedua negara terjalin erat selama ini. Kedua kepala negara melakukan saling kunjung untuk membahas peningkatan kerjasama, PM Norwegia mengadakan kunjungan ke Indonesia pada bulan Maret 2007, dan kunjungan Presiden RI ke Norwegia pada bulan September 2006 dan Mei 2010. Pada kunjungan terakhirnya ke Norwegia (26-28 Mei 2010), disamping diundang sebagai Co-Chairs bersama dengan PM Norwegia pada Konferensi Hutan dan Iklim di Oslo, 27 Mei 2010, juga melakukan pertemuan bilateral dengan PM Norwegia Jens Stoltenberg. (sumber: Dit.Infomed/HO)
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
Diplomasi k Hendrajit
Dok. diplomasi
Direktur Eksekutif Global Future Institute
Ada satu perkembangan yang cukup mencemaskan di Jepang dalam beberapa bulan terakhir ini. ‘Issuikai’ atau Wednesday Society yang dibentuk pada 1970-an oleh para penggemar novelis Yukio Mishima, baru-baru ini menggelar pertemuan akbar antar para pemimpin sayap kanan, baik dari Eropa maupun Asia. Ini merupakan isyarat yang jelas bahwa kebangkitan fasisme dan militerisme sudah di ambang pintu, dan Jepang sepertinya akan tampil kembali sebagai motor penggerak kebangkitan fasisme seperti halnya pada PD II lalu. Menjelang peringatan kapitulasi Jepang pada PD II di Asia Pasifik pada 2 September 1945, pemerintahan dan berbagai elemen strategis di Jepang nampaknya mulai melakukan berbagai manuver yang bertujuan merehabilitasi kembali reputasi buruknya sebagai pemerintahan fasis pada era PD II, khususnya terhadap bangsabangsa di kawasan Asia Pasifik yang mengalami secara langsung kekejaman pemerintahan kolonial Jepang, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Burma, Korea Selatan dan China. Pada 15 Agustus 2010 lalu, PM Jepang secara eksplisit menyatakan penyesalannya terhadap ‘orangorang’ yang menderita akibat sepak-terjang pemerintahan fasis militerisme Jepang pada PD II.
15 NOPEMBER - 14 DESEMBER 2010
i
l
a
s
23
Mewaspadai Kebangkitan Fasisme Dan Militerisme Frase ‘orang-orang’ yang digunakan itu secara jelas mengindikasikan keengganan Jepang untuk mengakui dan meminta maaf secara terangterangan kepada negara-negara Asia Pasifik yang secara langsung mengalami penderitaan penerapan sistem kerja paksa (romusha) dan pemaksaan para wanita menjadi pekerja sex (Jugun ianfu/comfort women). Dalam pertemuan para tokoh sayap kanan tersebut, pemimpin Issui-kai, Mitsuhiro Kimura, secara terang meragukan pembunuhan oleh militer Jepang terhadap warga sipil China maupun pemerkosaan Nanking 1937 (The Rape of Nanking) yang diperkirakan mencapai ratusan ribu korban jiwa, dan juga menyangkal diterapkannya kebijakan perbudakan seksual atas ‘wanita sebagai budak nafsu’ bagi tentara Jepang. Pemimpin front nasional sayap kanan Perancis, Jean-Marie Le Pen, bahkan juga mendukung dan membenarkan sepak-terjang pemerintahan fasisme Jepang pada PD II. Padahal dalam PD II, Perancis justru bersekutu dengan Inggris dan AS melawan persekutuan fasisme Jerman-Italia-Jepang. Dalam pernyataannya Le Pen mengatakan: ”Jika kita berbicara mengenai penjahat perang, bukankah mereka yang membom Hiroshima dan Nagasaki juga penjahat perang?”. Pada 28 Juli 2010 lalu, beberapa media massa juga mewartakan, bahwa panel para ahli di Jepang telah merekomendasikan kepada PM Jepang, Naoto Kan, agar Jepang mengkaji ulang kebijakan Pasifisnya dan mendesak agar Jepang mengerahkan lebih banyak pasukannya ke wilayah pesisir yang kini sering dilalui angkatan laut China. Bahkan panel para ahli pertahanan Jepang itu juga mendesak Pemerintah Jepang agar melonggarkan kebijakan tentang transfer senjata nuklir di wilayah negaranya. Ini tentu saja merupakan rekomendasi yang cukup
serius, karena dengan jelas mengindikasikan bahwa upaya membangkitkan kembali militerisme Jepang sudah pada taraf proses pembuatan dan perumusan kebijakan pertahanan Jepang secara menyeluruh dan mendasar. Rekomendasi tersebut bukan hanya sekedar wacana atau keinginan segelintir politisi atau mantan perwira militer Jepang yang berhaluan ultra kanan, namun merupakan indikasi kembangkitan kembali militer Jepang dan sudah harus dilihat dalam kerangka kebijakan revisi kebijakan pertahanan Jepang secara menyeluruh. Panel para ahli tersebut bahkan sudah sampai pada kata sepakat bahwa panduan pertahanan Jepang di era Perang Dingin sudah kadaluwarsa alias ketinggalan zaman. Menurut pandangan panel para ahli tersebut, untuk menghadapi semakin meningkatnya ancaman dari Semenanjung Korea dan Selat Taiwan, sudah saatnya bagi Jepang untuk bersiap dan bersiaga guna menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Rekomendasi ini bisa diartikan sebagai desakan untuk merubah postur pertahanan Jepang yang selama ini defensif dan cenderung pasif menjadi postur pertahanan yang agresif, dan bila perlu kembali ekspansif seperti pada masa PD II. Adanya pergeseran pandangan yang cukup radikal yang bisa dibaca sebagai tren menuju bangkitnya kembali kekuatan militer Jepang di Asia Pasifik, nampaknya mustahil tanpa adanya dukungan secara diam-diam dari Amerika Serikat (AS), sekutu utama Jepang pasca PD II. Sejak PD II berakhir, Jepang memang praktis telah menjadi sekutu penting AS dan negara pasifis. Oleh karena UndangUndang Dasar Jepang melarang adanya angkatan bersenjata di negaranya, maka Jepang praktis mengandalkan AS untuk pertahanan dan penangkalan nuklir. Tidak mengherankan jika hingga kini
tercatat sekitar 47 ribu tentara AS ditempatkan di Jepang. Dilihat dari ini saja, wajar jika kita bercuriga bahwa adanya tren ke arah penguatan kembali angkatan bersenjata Jepang juga atas dukungan diam-diam dari AS. Dengan kata lain, adanya pola ancaman baru di kawasan Asia Pasifik, khususnya dengan menguatnya kekuatan angkatan bersenjata China di kawasan Asia Pasifik akhir-akhir ini, maka saat ini AS justru menjadi pihak pendorong utama untuk mengaktifkan kembali kekuatan angkatan bersenjata Jepang secara maksimal, termasuk izin kepemilikan persenjataan nuklir yang sepenuhnya berada dalam kendali angkatan bersenjata Jepang. Indikasi lain yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah penyelenggaraan kontes penulisan esay tentang PD II dengan tema ‘True Modern Historical Perspective’pada 2008 lalu, yang disponsori oleh seorang pebisnis sayap kanan Jepang, Toshio Montoya. Motivasi Jepang untuk menghapus dosa-dosa sejarah dan kejahatan perang pada PD II terlihat jelas melalui penyelenggaraan kontes penulisan sejarah ini, karena dari 235 peserta kontes, 94 diantaranya merupakan personil Angkatan Udara Bela Diri Jepang (ASDF). Wajar saja jika hal ini memicu kecurigaan bahwa para personil ASDF tersebut mendapat perintah dan arahan dari para komandannya untuk mengirimkan naskah tulisan yang temanya segaris dengan misi kontes untuk membersihkan dosa-dosa sejarah Jepang pada PD II. Kontes penulisan yang kemudian dimenangi oleh Kepala Staf Angkatan Udara Bela Diri Jepang, Toshio Tamogami ini memperkuat kecurigaan tersebut. Judul esay yang ditulis oleh Toshio Tamogami; ‘Benarkah Jepang Merupakan Bangsa Agresor ?’, sudah jelas menggugat dan membantah peran Jepang sebagai aggressor di Asia Pasifik.[]
No. 37 Tahun III
No. 21, Tahun
Diplomasi No. 37 Tahun III, Tgl. 15 Nopember - 14 Desember 2010
http://www.tabloiddiplomasi.org
TABLOID
Media Komunikasi dan Interaksi www.tabloiddiplomasi.com
Konser Paduan Suara Mahasiswa Indonesia Menlu RI : 'Save Our Heritage’ Sukses Tampil di Praha Dok. kbripraha
Mengenang Tahun banyakSeratus warga Indonesia menitikkanMoham airmata teringat berbagai musibah di tanah air. Beberapa hadirin menyatakan sangat menghargai telah berkesempatan melihat suatu pertunjukan yang berbeda, seperti yang diucapkan Ms. Romana Pulchartova, manager ‘Ambassador Concert Series’ Ceko. Romana mengatakan pertunjukan itu adalah yang terindah sepanjang yang pernah dilihatnya. Teknik menyanyi yang sangat bagus diiringi penampilan yang sangat unik membuat pertunjukan tersebut menjadi sangat luar biasa. PSM ketiga universitas datang ke Praha dalam rangka mengikuti Kompetisi Paduan Suara Internasional Praga Cantat 2010 yang diikuti 16 peserta dari 11 negara termasuk Indonesia. Ketiganya mendapat penghargaan emas, dan memenangkan beberapa kategori seperti folkore, koreografi terbaik, lagu-lagu sakral, kelompok khusus wanita, kelompok pria dan wanita, interpretasi terbaik, komposisi terbaik. PSM Universitas Bina Nusantara menyabet juara umum di Praga Cantat tahun ini. (Sumber KBRI Praha)[]
Kontribusi Isla Dan Demokras Dalam Memban Indonesia Da’i Bachtiar :
Menyelesaikan Pers TKI di Malaysia Den Kepala Dingin Indonesia juga dapat menjadi salah satu sarana perekat bangsa Indonesia dan Ceko. Di awali dengan penampilan PSM Universitas Bina Nusantara yang menyanyikan lagu Soleram dan Sik Sik Si Batu Manikam, hadirin tampak telah dibawa ke suasana di Indonesia. Para penyanyi yang berpakaian tradisional dari berbagai daerah mampu menunjukkan penampilan yang sangat baik. PSM Universitas Padjajaran menampilkan lagu Yamko Rambe Yamko, Bungong Jeumpa, Nyiur Hijau, dan tari Saman yang memukau penonton. Hadirin kemudian tampak amat terkesan ketika dengan fasih
Nia Zulkarna
“KIN
Film Bertema Bulutang Pertama di Du
Tabloid Diplomasi dapat diakses melalui:
http://www.tabloiddiplomasi.org
Bagi Anda yang berminat menyampaikan tulisan, opini, saran dan kritik silahkan kirim ke:
[email protected]
Kebudayaan, Fondasi Memperkuat Hubunga RI - Suriname
mereka menyanyikan lagu Ceko Ma Hvezda. Sedangkan PSM Universitas Airlangga menampilkan lagu Rayuan Pulau Kelapa, Ondel – ondel, Gai Bintang, Ugo – ugo dan Macepet cepetan. Gerak dan tari yang mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan juga membuat hadirin tidak beranjak dari tempat duduk mereka. Saat 120 mahasiswa mengakhiri konser dengan mengalunkan ‘Indonesia Pusaka’ Dok. kbripraha
Konser Paduan Suara Mahasiswa dari Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Padjajaran Bandung dan Universitas Bina Nusantara Jakarta berhasil memukau para penonton yang hadir di Museum Alat Musik di Praha, Ceko, Senin 1 November 2010. Dibuka oleh Duta Besar RI Praha, Emeria Siregar, Konser dengan tema ‘Save Our Heritage’ dimaksud dihadiri kalangan diplomatik, Friends of Indonesia di Ceko dan masyarakat Indonesia yang tinggal di kota Praha. Dubes menyampaikan harapan bahwa Konser yang digelar khusus untuk anak bangsa yang mengalami musibah bencana di tanah air
Direktorat Diplomasi Publik
Jalan Taman Pejambon No. 6 Jakarta 10110 Telepon : 021-3813480 Faksimili : 021-3513094