ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 79
PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM SIRKULASI PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI BAGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 3 PRAYA TAHUN 2013/2014 Oleh Kadiam Kepala SMAN 3 Praya Lombok Tengah
Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Media Animasi terhadap Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Praya pada bulan Oktober-Nopember 2013. Pengambilan data dilakukan di SMAN 3 Praya dengan satu kelas eksperimen dan satu kelas pembanding. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata pretest dan posttes kelas eksperimen adalah 37,54 dan 83,83 dan kelas pembanding 34,85 dan 72,42 serta peningkatan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 46,29 dan kelas pembanding 37,57. Dari hasil uji normalitas Gain dadapat tingkat penguasaan konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi (0,74) dibandingkan kelas pembanding (0,58). Tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok penelitian adalah 0,005, ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar. Kata Kunci : Media animasi, penguasaan konsep. PENDAHULUAN Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet, komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan komputer merupakan salah satu bagian dari teknologi informasi yang saat ini digunakan oleh para praktisi pendidikian dalam upaya menyajikan materi pelajaran. Komputer sebagai penyedia informasi dirasakan perlu untuk digunakan karena dapat menyajikan informasi dengan baik (Sihombing, 2013). Media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan belajar berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa diperoleh melalui media (Asra, 2009) Media pengajaran yang sedang berkembang untuk saat ini yaitu multimedia. Penggunaan multimedia merupakan kombinasi dari grafik, teks, suara, video, dan animasi. Objek yang tidak dapat dilihat langsung, dapat digantikan dengan penggunaan multimedia yang berupa penayangan teks, grafik, suara, video, dan animasi. Multimedia mengandung unsur komputer. Multimedia
memberikan kesempatan untuk belajar tidak hanya dari satu sumber belajar seperti guru, tetapi memberikan kesempatan kepada subjek untuk mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti dalam bentuk gambar dan kata-kata (Saguni, 2006). Media pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih konkret. Multimedia sebagai gabungan berbagai jenis media mampu menciptakan suasana belajar yang begitu menarik dan menyenangkan sehingga akan memberikan motivasi belajar yang lebih tinggi dalam diri seswa. Multimedia memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar tidak hanya dari guru, tetapi memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan kognitif dengan lebih baik, kreatif dan inovatif. Hal ini salah satunya karena informasi disajikan dalam dua atau lebih bentuk seperti gambar dan kata-kata (Puspita, 2008). Media animasi yang merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Biologi sangat mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses biologi yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 12, Desember 2016
80 Media Bina Ilmiah kepada siswa, seperti proses fotosintesis, respirasi aerob, dan berbagai proses dalam sistem organ manusia. Pada proses belajar mengajar, siswa sering dihadapkan pada materi yang abstrak dan diluar pengalaman sehari-hari sehingga matri pelajaran sulit diterima dan dipahami oleh siswa. Keistimewaan yang dimiliki oleh animasi intinya untuk memvisualisasikan konsep abstrak yang sulit dipraktekkan dikelas (Sihombing, 2013). SMA Negeri 3 Praya adalah salah satu SMA yang terdapat di Lombok Tengah. SMA ini memiliki ruang multimedia yang didalamnya terdapat komputer dan LCD yang bisa menunjang proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, ruang multimedia ini hanya digunakan oleh guru mata pelajaran komputer, sedangkan guru mata pelajaran lain jarang sekali menggunakan ruang multimedia ini. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian tersebut dibatasi pada penggunaan animasi dengan menggunakan software Microsoft Power Point pada proses penyampaian pembelajaran terhadap penguasaan konsep sistem sirkulasi pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Praya. TINJAUAN PUSTAKA a.
Media Pengajaran
Media pengajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik (Danim, 1994). Dapat pula diartikan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Gagne dalam Sardiman (2002) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar, sementara Brigss berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Menurut Hamidjojo dalam Arsyad (2003) menyatakan bahwa media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan sampai kepada penerima yang dituju. Media pendidikan oleh Arsyad (2003) dapat diartikan sebagai berikut: a). Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware yaitu sebagai suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera. b). Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai sofware (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
ISSN No. 1978-3787 perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. b.
Jenis dan Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Bahri (1995), media tidak hanya terdiri dari dua jenis. Klasifikasi dari macammacam media pengajaran bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dari bahannya dan dari caranya. 1). Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi: a). Media auditif atau Audio, adalah media yang mengandalkan suara saja. Contohnya radio. b). Media Visual, adalah media yang mengandalkan indra penglihatan. Contohnya film bisu, gambar, lukisan, simbol dan slide. c). Media Audiovisual, adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis ini mempunyai kemampuan yang lebih baik dari dua sebelumnya. 2). Dilihat dari daya liputnya, media terbagi menjadi: a). Media dengan daya liput luas dan serentak, penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama seperti radio dan televisi serta internet. b). Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutup dan gelap. 3). Dilihat dari bahan pembuatannya, media terbagi kedalam: a). Media Sederhana, adalah media yang bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya mudah. b). Media Kompleks, adalah media dengan bahan dan alat pembuatan yang sulit diperoleh dan harganya mahal. Penggunaan jenis ini memerlukan keterampilan memadai. Sudjana dalam Bahri,(1995) merumuskan fungsi media pengajaran dalam pendidikan menjadi 6 kategori, yaitu: a). Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. b). Penggunaan media pengajaran adalah bagian yang integral dari totalitas mengajar. Jadi media merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru. c). Media pengajaran dalam pengajaran, penggunaannya integral dengan tujuan dari isi pelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian bahwa penggunaan media pengajaran harus melihat kepada tujuan dan bahan pelajaran. d). Penggunaan media dalam pengajaran bukan alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses proses mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. e). Penggunaan media
_____________________________________________ Volume 10, No.12, Desember 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa menangkap pengertian yang diberikan guru. f). Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Fungsi media menurut Levie & Lentz (dalam Arsyad, 2003) yaitu sebagai berikut: 1). Fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. 2). Fungsi Afektif, dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. 3). Fungsi Kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4). Fungsi Kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. c.
Media Animasi Komputer dalam Biologi
Pada dasarnya bahasa yang dapat dimengerti oleh komputer adalah sinyal-sinyal elektromagnetis yang mendasar pada konsep hidup dan mati. Bahasa komputer secara umum dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu bahasa mesin, bahasa rakitan dan bahasa tingkat tinggi. Bahasa mesin adalah bahasa dasar dari komputer dan bersifat unik. Bahasa rakitan bersifat neumonic yaitu berupa simbol-simbol dan kode-kode tetapi lebih tinggi dari bahasa mesin yang banyak digunakan para pembuat bahasa komputer. Bahasa tingkat tinggi adalah bahasa–bahasa yang digunakan oleh programer aplikasi yang mencoba memecahkan berbagai masalah (Adjie, 2005). Media pembelajaran animasi yang merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan dan dilengkapi dengan audio sehingga berkesan hidup serta menyimpan pesan-pesan pembelajaran. Media animasi pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai perangkat ajar yang siap kapan saja digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran. Kehadiran media animasi dalam pembelajaran Biologi sangat mendukung proses penyampaian berbagai informasi dari guru ke siswa. Proses-proses biologis yang kompleks dapat dengan mudahnya dijelaskan kepada siswa, seperti proses fotosintesis, respirasi aerob dan berbagai proses dalam sistem organ manusia. Pentingnya animasi
Media Bina Ilmiah 81 sebagai media pembelajaran adalah memiliki kemampuan untuk memaparkan sesuatu yang rumit atau komplek serta sulit dijelaskan dengan hanya gambar atau kata-kata saja. Media animasi pembelajaran dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat terlihat oleh mata (India, 2013). Media animasi yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi ternyata dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Marzuki (2009) menjelaskan bahwa penggunaan animasi multimedia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan materi pokok sistem peredaran darah. Penguasaan materi pokok sistem peredaran darah pada siswa dengan penggunaan animasi lebih tinggi dibanding tanpa menggunakan animasi multimedia. Puryaningsih (dalam India, 2013) dalam hasil penelitiannya juga menunjukkan penggunaan media animasi yang ditinjau dari motivasi berprestasi dan kemampuan awal dalam pembelajaran biologi umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, serta menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan media animasi lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan media animasi. Penggunaan media animasi, prestasi belajar mahasiswa lebih baik dari pada menggunakan modul. Penelitian membuktikan bahwa ada interaksi antara motivasi dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar biologi umum (India, 2013). d.
Penguasaan Konsep Sistem Sirkulasi
Penguasaan adalah kemampuan yang mengharapkan pebelajar mampu menguasai arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini pebelajar tidak hanya hafal secara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan (Purwanto, 2006). Penguasaan merupakan aspek yang mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur penguasaan ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai dengan kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Untuk mencapai tujuan dalam tingkatan penguasaan ini dituntut keaktifan belajar murid yang lebih banyak (Ibrahim, 2013). Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman dan dikenal dengan concept formation. Orang dapat belajar konsep melalui
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 12, Desember 2016
82 Media Bina Ilmiah benda-benda, gambar-gambar, dan penjelasan verbal (Winkel, 1996). Siswa telah mengetahui suatu konsep apabila: a). Dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep; b). Dapat menyebutkan ciri-ciri konsep tersebut; c). Dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh maupun yang bukan contoh; d). Mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep tersebut (Hamalik, 2004). Sistem sirkulasi adalah materi ajar untuk SMA kelss XI IPA yang tersusun dalam standar kompetensi (SK) 3 yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Sistem sirkulasi masuk kedalam KD 3.2. yaitu, Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah. Sistem sirkulasi memiliki beberapa materi pokok yaitu, struktur dan fungsi darah, struktur alat peredaran darah dan proses peredaran darah manusia, kelainan/penyakit pada sistem peredaran darah, dan peredaran darah pada hewan. Materi-materi dalam sistem sirkulasi ini terdiri dari beberapa sifat yaitu, faktual, konseptual, prinsipal, dan prosedural. Faktual yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian komponen suatu benda, dan sebagainya. Konsep yaitu segala yang berwujud pengertianpengertian baru yang bisa timbul sebagai gasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khas, hakikat, inti/isi, dan sebagainya. Prinsip yaitu beberapa hal utama, pokok, dan memiliki posisi penting, meliputi detail, rumus, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu sistem. Dalam materi ini banyak konsep yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, peneliti mengambil materi sistem sirkulasi untuk diajarkan dengan bantuan media animasi. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 3 Praya pada bulan Nopember – Desember 2013. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Praya tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah dua kelas dari kelas XI IPA SMA Negeri 3 Praya tahun ajaran 2013/2014 yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi
ISSN No. 1978-3787 sebagai kelas pembanding yang kemudian dilakukan rotasi pada pertemuan selanjutnya. a.
Desain Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Desain penelitian kelas eksperimen dan kelas pembanding KELOMPOK
PRETEST
VARIABEL TERIKAT
POSTEST
Eksperimen
Y1
X
Y2
Pembanding
Y1
-
Y2
Keterangan: Y1 : Tes awal atau pretest X : Pemberian perlakuan Y2 : Tes akhir atau posttest b.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Tes Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok (Riduwan, 2003). Kuesioner (Angket) Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai permintaan pengguna (Riduwan, 2003). Angket digunakan pada penelitian ini untuk mengukur minat siswa terhadap animasi yang telah disampaikan oleh peneliti. Validitas isi angket diuji dengan bertanya kepada ahli (dosen). Pelaksanaan pengambilan data (pengisian angket) dilakukan setelah penggunaan media pembelajaran. Skala pengukuruan angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert.
2.
c.
Teknik Analisa Data
1.
Analisa data tes Sebelum digunakan dalam penelitian, soal yang akan digunakan sebagai alat uji dianalisis terlebih dahulu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui validitas dan realibilitas soal tersebut dengan menggunakan sofware AnatesV4. Uji Validitas Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (instrumen) dalam mengukur suatu data.
2.
_____________________________________________ Volume 10, No.12, Desember 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
3.
4.
5.
6.
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen dilakukan dengan sofware AnatesV4. Keputusan uji: Reliabilitas Reliabelitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang sama. Pengujian reliabelitas soal menggunakan sofware AnatesV. Sedangkan untuk membuktikan perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas pembanding digunakan perhitungan statistik yaitu uji mann-whitney (mann-whitney test). Untuk mengetahui, apakah hipotesis ditolak atau diterima, maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji mann-whitney. Sebelum dilakukan uji mann-whitney, terlebih dahulu dilakukan uji narmalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal dan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya kecenderungan sebaran data untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas Pada penelitian ini, uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS (Statistical Product and Service Solution) melalui uji Normalitas one sample Kolomogorof-Sminov (K-S). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) >0,05 maka dikatakan data terdistribudi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, sehingga generalisasi terhadap populasi dapat dilakukan. Pada penelitian ini, uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji Levene (Levene Test). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka data berasal dari populasi-populasi yang variannya tidak sama, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas >0,05 maka dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang mempunya varian yang sama. Uji Hipotesis Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan program pengolah data SPSS melalui uji
Media Bina Ilmiah 83 mann-whitney (mann-whitney test). Kriteria pengujiannya adalah jika nilai sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas >0,05 maka berarti tidak ada pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep biologi, sedangkan jika nila sig. (signifikasi) atau nilai probabilitas <0,05 maka ada pengaruh media animasi terhadap penguasaan konsep biologi. Kategorisasi terhadap nilai indeks gain yang diperoleh siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa yang telah dilakukan pembelajaran dengan penghitungan sebagai berikut: nG
=
posttest − pretest skor ideal − pretest
Tabel 2. Kategorisasi Indeks Gain Nilai Indeks Gain > 0,7 0,3 – 0,7 < 0,3 7.
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Analisis Data Angket Uji hasil angket dapat dianalisis dengan menggunakan skala likert yaitu menganalisis jawaban pada angket yang telah diisi, menghitung skor jawaban, mencari letak dari jumlah skor yang diperoleh dengan melihat pada rentang, kemudian menarik kesimpulan dengan menjumlahkan persentase pada pernyataan. a) Skor antara 0-50 berarti sangat tidak setuju b) Skor antara 51-100 berarti tidak setuju c) Skor antara 101-150 berarti setuju d) Skor antara 151-200 berarti sangat setuju Persentase dari skor yang diperoleh, dianalisis dengan rumus:
(Riduwan, 2003)
HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Penguasaan Konsep
Data tes adalah hasil analisa data pretest dan posttest pada KD 3.2 (Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang terjadi pada sistem peredaran darah). Pada kelas eksperimen digunakan media animasi dan kelas pembanding digunakan media gambar. Setelah didapat nilai pretest dan posttest
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 12, Desember 2016
84 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
dari kedua kelas penelitian dapat dilakukan uji Normalitas Gain untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa terhadap sistem sirkulasi. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis nilai rata-rata pretes dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
animasi lebih tnggi dibanding penguasaan konsep siswa yang diajar dengan media gambar. Setelah penghitungan rerata nilai posttest, maka rerata tersebut diuji dengan menggunakan MannWhytney U test. Sebelum dilakukan uji MannWhytney U terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas dengan uji Levene, didapatlah hasil pada Tabel 5 dibawah ini: Tabel 5. Hasil Analisa data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding
Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 1 dapat diketahui rata-rata hasil analisis data pretest dan posttest kedua kelas penelitian. Nilai rata-rata pretest kedua kelas penelitian terdistribusi normal dan homogen. Artinya, kemampuan awal dari kedua kelas adalah sama. Pada nilai posttest terdapat perbedaan yang cukup besar yaitu pada kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas pembanding, yaitu 11,4122. Hal ini karena kelas eksperimen dikenai perlakuan, yaitu penggunaan media animasi dalam poses pembelajarannya. Dari nilai pretest dan posttest ini, maka akan dilanjutkan uji Normalitas Gain untuk melihat tingkat penguasaan konsep siswa terhadap materi yang telah diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis data dengan uji Normalitas Gain kelas eksperimen dan kelas pembanding No
Kelas
N Gain
Kategori
1
Eksperimen
0,7411
Tinggi
2
Pembanding
0,5767
Sedang
Setelah dilakukan uji Normalitas Gain, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen yang dilakukan pembelajaran dengan media animasi, tingkat penguasaan konsep siswa >0,7, maka penguasaan konsep siswa kelas eksperiman termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan pada kelas pembanding yang dilakukan pembelajaran dengan media gambar, tingkat penguasaan konsep siswa berada pada rentang 0,3 – 0,7, maka penguasaan konsep siswa kelas pembanding termasuk dalam kategori sedang. Bisa dikatakan bahwa penguasaan konsep siswa yang diajar dengan menggunakan media
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai pretest dan posttest terdistribusi normal. Ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi > α . Nilai signifikasi rata-rata pretest kelas eksperimen dan kelas pembanding >0,05. Nilai signifikasi rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas pembanding >0,05. Jadi, semua data terdistribusi normal dan bisa dilanjutkan dengan uji homogenitas data. Setelah dilakukan uji homogenitas data terhadap dua kelompok penelitian, nilai homogenitas ratarata pretest adalah > 0,05 dan homogenitas ratarata posttest adalah > 0,05. Dengan demikian nilai pretest dan posttest terdistribusi normal dan homogen sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan uji hipotesis. Untuk melihat tingkat signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok penelitian dilakukan Uji statistik non-parametrik dengan Mann-Whytney U. Setelah dilakukan uji MannWhytney diperoleh signifikasi 0,005. Hasil uji Mann-Whytney ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar. Lebih unggulnya penguasaan konsep siswa kelompok eksperimen disebabkan karena dalam proses pembelajaran menggunakan media animasi, proses-proses biologis yang kompleks dapat dengan mudah dijelaskan pada siswa. Animasi memiliki kemampuan untuk menyampaikan sesuatu yang rumit atau kompleks dan sulit dijelaskan dengan gambar atau kata-kata saja. Media animasi dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang secara nyata tidak dapat dilihat oleh
_____________________________________________ Volume 10, No.12, Desember 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 mata sehingga membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan konkret. Hal ini sejalan dengan pendapat Sahin (2006), animasi memberikan kesempatan siswa untuk mengamati dunia nyata dan berinteraksi dengannya, memberikan pengalaman, dan membantu memecahkan masalah. Dengan animasi dapat meniru/replika opjek sebenarnya sehingga siswa tidak hanya dimotivasi oleh animasi, tetapi belajar dengan berinteraksi dengan raplika itu seolah siswa melihat opjek aslinya. Menurut Grabe dan Grabe (1996) dalam Sahin (2006), dengan animasi akan lebih sederhana shingga memungkinkan pelajar fokus pada informasi paenting dan membuat pelajar lebih mudah mengingatnya. Kennepohl (2001) dalam Sahin (2006) mengatakan animasi dapat menjelaskan pada situasi laboratorium dan menjadikan lebih unggul dalam waktu sehingga proporsi laboratorium dapat dikurangi, dan eksperimen yang berbahaya dapat dilakukan dengan animasi sehingga akan lebih efektif. McClean at all (2005) mengatakan bahwa dengan animasi dapat membantu pemahaman konsep yang kompleks karena dapat membantu mengkonversi konsep yang abstrak ke objek visual tertentu yang dapat dimanipulasi. Grafis adalah visualisai untuk menambah informasi yang disajikan dalam teks sehingga menjadikan siswa fokus pada pelajaran. Menurut O’Day (2006), animasi yang paling efektif adalah ketika animasi dipadukan dengan suara (audio) dan diikuti oleh narasi secara serempak untuk membatu proses pembalajaran. Animasi dan grafis dengan narasi lisan atau tulisan lebih efektif daripada tanpa narasi. Animasi menyediakan cara urutan menyampaikan peristiwa biologi yang komplek untuk lebih mudah dipahami. Hal yang membuat animasi lebih efektif adalah katika animasi memiliki atribut-atribut pedagogis yang lengkap misalnya animasi yang bernarasi lebih efektif dibanding animasi yang tidak bernarasi, animasi verbal lebih bermanfaat dibanding animasi bernarasi visual, kata-kata dan gambar dikombinasikan. Animasi merupakan kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan bahwa gambar-gambar yang ditampilkan bergerak. Animasi sesuai untuk menciptakan realita dari sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh realita dalam citra visual. Dengan karakteristik yang demikian, animasi dapat menjadi media pembelajaran yang baik karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik sehingga lebih informatif, lebih jelas menampilkan materi subjek sehingga siswa mampu membuat
Media Bina Ilmiah 85 interpretasi yang benar. Animasi tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan (tanda panah, garis putus-putus, dan lain-lain) seperti yang sering digunakan pada ilustrasi statis. Dengan demikian, siswa yang belajar dengan memanfaatkan animasi tidak perlu melakukan proses dekoding untuk menginterpretasikan simbol agar dapat memahami materi. Selain itu tampilan keduanya yang memikat dapat menarik perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu yang dinamis daripada. Animasi dapat membantu sisa yang memiliki pengetahuan awal yang rendah untuk memahami materi yang disampaikan. Animasi menyediakan sejumlah peranan pengajaran yaitu menarik dan mengarahkan perhatian, menggambarkan domain pengetahuan mengenai perpindahan, dan menjelaskan fenomena pengetahuan komplek (Puspita ,2008) Menurut pendapat Soendari (2013), dengan menggunakan media animasi komputer, siswa terbantu dalam memahami materi. Penyajian gambar yang menarik dan bergerak menjadi daya tarik tersendiri bagi anak untuk memperhatikan materi yang disajikan dalam animasi tersebut. Fasilitas yang dihadirkan oleh tampilan gambar animasi menambah kesan pada anak sehingga dapat mendorong minat dan motivasi anak yang cenderung memiliki hambatan dalam memfokuskan perhatian untuk pembelajaran pembelajaran yang bersifat akademis seperti halnya mata pelajaran sains. Ketertarikan anak terhadap gambar animasi didukung oleh tampilan fasilitas animasi tersebut diataranya warna yang menarik, pemilihan background, dan pemilihan karakter. Selain gambar yang menarik, animasi juga menampilkan penjabaran kata-kata sederhana untuk memahami gambar. Hal ini didukung oleh data hasil angket/kuisioner yang telah diberikan pada siswa setelah proses pembelajaran dengan media animasi. Dari hasil angket dapat diketahui bahwa 57,69% siswa sangat berminat terhadap animasi yang telah diberikan, 42,31% menyatakan berminat, 0% menyatakan kurang berminat, 0% menyatakan tidak berminat terhadap animasi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran. Dari data ini dapat dikatakan bahwa siswa tertarik terhadap animasi yang telah diberikan saat proses pembelajaran. Dengan ketertarikan ini, maka siswa akan termotivasi dan mudah menerima pelajaran yang diberikan serta menguasai konsep-konsep materi yang telah diberikan. Berikut adalah tabel ketuntasan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas pembanding.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 12, Desember 2016
86 Media Bina Ilmiah Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi pada SMAN 3 Praya kelas XI adalah 65. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata ketuntasan belajar siswa setalah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen adalah 92,23 %, jauh lebih tinggi dibanding dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa kelas pembanding yaitu 70,85 %. Hal ini menunjukkan bahwa panggunaan media animasi dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada mata pelajaran biologi pokok bahasan sistem sirkulasi. Dengan menggunakan media animasi, penguasaan konsep siswa menjadi lebih merata. Hal ini didukung oleh data angket yang telah diberikan pada siswa setelah proses pembelajaran yang menunjukkan bahwa siswa tertarik terhadap animasi yang telah diberikan. Sehingga penguasaan konsep siswa tinggi dan persentase ketuntasan belajar siswa tinggi dan merata. Penguasaan konsep siswa diukur dari tes evaluasi hasil belajar. Soal yang ada dianalisis jenjang kognitifnya berdasarkan taksonomi Bloom revisi. Pembuatan soal tidak lepas dari tingkat tujuan pembelajaran yang telah didesain sebelumnya. Setelah dilakukan uji validitas soal, maka didapatkan formulasi perbandingan soal untuk setiap jenjang yaitu soal yang menguji tingkat pengetahuan siswa 31,1% (C1), soal yang menguji tingkat pemahaman siswa 37,8% (C2), soal yang menguji kemampuan dalam penerapan pengetahuan 6,7% (C3), soal yang menguji tingkat kemapuan analisis siswa 15,6% (C4), soal yang menguji tingkat kemapuan evaluasi siswa 4,4% (C5), soal yang menguji tingkat kemapuan sintesis siswa 4,4% (C6). Analisis terhadap setiap indikator jenjang kognitif juga dilakukan untuk melihat sebaran penguasaan konsep siswa pada setiap jenjang kemampuan berpikir. Informasi mengenai hal tersebut disajikan pada Tabel 7.
ISSN No. 1978-3787 Tabel 7. Rata-rata persentase Setiap Jenjang Kognitif Dapat Dijawab Oleh Siswa
Pada Tabel 8 terlihat penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen unggul di semua jenjang kognitif kecuali pada jenjang C1. Pada jenjang C1 kelas pembanding 1,16% lebih unggul dibanding kelas eksperimen. Kealas eksperimen jenjang C2 19,25%, C3 16,07%, C4 20,13%, C5 11,3%, C6 30,35% lebih unggul dari kelas pembanding. Dari setiap jenjang kognitif rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas pembanding. Ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan media animasi dalam proses pembelajaran, siswa akan mudah menguasai konsep-konsep yang ada dalam materi, sehingga soal dengan berbagai jenjang yang diberikan bisa dijawab oleh sebagian besar siswa. PENUTUP a.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, hasil belajar siswa untuk mengukur penguasaan konsep dengan menggunakan media animasi mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan data gain sebesar 0,74 yang dikategorikan tinggi, dengan signifikasi perbedaan penguasaan konsep antar kelompok penelitian adalah 0,005 yang menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media animasi secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep sistem sirkulasi siswa dibanding pembelajaran dengan media gambar. b.
Saran Setelah melakukan penelitian, hal yang disarankan oleh peneliti adalah agar sebelum proses pembelajaran dilakukan, media yang akan digunakan diipersiapkan lebih dulu sehingga waktu yang digunakan bisa maksimal.
_____________________________________________ Volume 10, No.12, Desember 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 87
DAFTAR PUSTAKA
Puspita, G. N. 2008. Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembalajaran Biologi.
Adjie, S. 2005. Macromedia Flash Profesional 8. Lmpung: Dian Rakyat Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asra, Darmawan, Reina. 2009. Komputer dan Media Pendidikan si sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Radita, A. 2013. Kajian Implementasi penggunaan Media Pembelajaran dalam Pembelajaran Biologi di SMA Kelas XI di Kabupaten Lombok Tengah. Skripsi. Indralaya: FKIP Universitas Sriwijaya. Riduwan. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Pemula. Jakarta: Alphabeta.
Bahri, S, Zaid, A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rinika Cipta.
Sahin, Sami (2006). Computer Simulation In Education: Implications for Distance Education. Gazi University: Turkey
Danim, S. 1994. Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara.
Sardiman. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo.
Hamalik, O. 2001. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Soendari.
Ibrahim, R, Syaodih, S, Nana. 2013. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. O’Day, D H. 2006. Animated Cell Biology: A Quick and Easy Method for Making Effective, High-Quality Teaching Animations. Department of Biology, University of Toronto at Mississauga, Mississauga, Ontario, Canada L5L 1C6.
2013. Pengaruh Media Animasi Komputer terhadap Hasil Belajar Sains Anak Tunagrahita Ringan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudjana, N. 1999. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sudjana, N., Rivai, A. 2009. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Purwanto, N. 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 12, Desember 2016