ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 7
PENGARUH PEMBERIAN KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP ALAT KONTRASEPSI IUD POST PLASENTA DI RSUP NTB TAHUN 2013 Oleh : 1. AASP. Chandradewi 2. Ni Putu Karunia Ekayani 3. Rita Sopiatun 1. Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Gizi 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan 3. Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan Abstract : Prevalence of IUD participants in Indonesian has decreased over the last 20 years, from 13% in 1991 to 5% in 2007. Difficulty in determining contraceptive method to be used by women after saline due to lack of information and counseling on contraceptive methods appropriate to the needs and health conditions.The amount of IUD Post Placenta services in NTB General Hospital recorded in 2012 was 1690. That consists of 617 per abdominal labor and 1073 vaginal delivery. There were 569 people (34 %) that used IUD post placenta, remaining people choose hormonal KB, and there are other that haven’t planned using KB. This study amied to determine the effect of family planning counseling to the selection of IUD contraception Post placenta in NTB General Hospital. The type of research used in this study is Experimental Research with quasi-experimental design. The population is all the women who will be giving birth at NTB General Hospital period August 2013. The minimum sample is 30 samples that fullfill inclusion and exclusion criteria. Difference between average value of the pregnant women knowledge about IUD Post Placenta before given family planning counseling and after the counseling is 5.267 with a standard deviation of 3.118. Statistical paired t test results p = 0.001 (p <0.05) that means there are significant differences in the average value of pregnant women knowledge about IUD Post Placenta before given family planning counseling and after the counseling. This result can be concluded that there are significant effect of family planning counseling to the selection of IUD contraception Post placenta. The society especially pregnant women to take a more active role in the family planning program and search many information to expand their knowledge so they can determine the appropriate contraceptive needs. Keywords: Family Planning Counseling, IUD Post Placenta. PENDAHULUAN Prevalensi peserta IUD di Indonesia menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13% pada tahun 1991 menjadi 5% pada tahun 2007. Berdasarkan laporan pencapaian pada Rakernas Pembangunan KKB tahun 2012, pencapaian terhadap KKP tercatat peserta KB baru (PB) 9.581.469 (110,7 %), dengan mix kontrasepsi Suntikan (48,2%), Pil (27,9%), Implant (8,0%), Kondom (7,8%), IUD (6,6%), MOW (1,2%), MOP (0,3%). Berbagai Usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok pembangunan keluarga sejahtera telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat sendiri. Salah satunya dengan mensosialisasikan metode kontrasepsi terkini IUD Post Plasenta oleh BKKBN. Berdasarkan rekomendasi dari the National Meeting on Family Planning Programs pada tahun 2008, KB pasca persalinan dan pasca keguguran (KB PP & PK), merupakan salah satu program utama yang harus tersedia di seluruh propinsi. Berdasarkan data dari laporan umpan balik pelayanan kontrasepsi tahun 2012 di Provinsi NTB tercatat jumlah total hasil pelayanan peserta KB baru Pasca persalinan/keguguran menurut metode kontrasepsi adalah 187.991 akseptor terdiri dari suntik 10.678 (56,83%), Implant 3020 (16,075), IUD 2.235 (11,89%), MOW 347 (1,85%), kondom 501 (2,67%), PIL 1.949 (10,37%). Pelayanan KB IUD Post Plasenta di RSUP NTB tahun 2012 tercatat dari 1690 jumlah persalinan terdiri dari 617 persalinan perabdominal dan 1073 persalinan pervaginam, yang menggunakan IUD Post Plasenta adalah sejumlah 569 orang (34%). Pada bulan Juni 2013 tercatat dari 219 .jumlah persalinan yang menggunakan IUD Post Plasenta sebanyak 58 orang (26,4%). Sedangkan pada bulan Juli 2013 tercatat dari 276 persalinan yang menggunakan IUD Post Plasenta hanya 62 orang (22,4%). Kesulitan dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh wanita pascasalin disebabkan karena kurang mendapat informasi dan konseling tentang metode kontrasepsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatannya. Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 5 Oktober 2013
8 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling KB terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD Post Plasenta di RSUP NTB tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di RSUP NTB pada bulan Agustus 2013. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen (Experimental Research) dengan Desain penelitian menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi experimental design) Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pretest Kelompok eksperimen
01
Perlakuan
x
Posttest
02
Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian Quasi Experimental Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di RSU Provinsi NTB mulai pada tanggal 5 Agustus sampai 15 Agustus tahun 2013 yaitu sejumlah 70 orang. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minimal sejumlah 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non probability sampling dengan metode pengambilan sampel secara accidental. Setiap ibu bersalin yang datang melahirkan mulai pada tanggal 5 Agustus 2013 bila memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditentukan dalam penelitian ini maka dapat diambil menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel berhenti sampai telah memenuhi 30 sampel minimal yaitu sampai tanggal 15 Agustus 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN a. 1.
Karakteristik Responden Umur ibu Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faal, komposisi biokimiawi termasuk system hormonal seorang wanita. Distribusi umur ibu bersalin yang diberikan konseling KB dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur ibu Umur < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Jumlah
.n 7 20 3 30
% 23,3 66,7 10 100
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar umur ibu bersalin yang diberikan konseling KB yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 20 orang (66,7%). Rentang umur 20-35 tahun adalah rentang usia reproduktif pada wanita. Usia reproduktif adalah usia aman bagi wanita untuk hamil sehingga pada usia ini seseorang hanya merencanakan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk mengatur kehamilan. Terkadang seseorang hanya memiliki satu anak sehingga masih berencana untuk hamil lagi. Sehingga jenis alat kontrasepsi yang dipilih cenderung bukan kontrasepsi jangka panjang. Menurut Wang dan Altman dalam hasil penelitiannya di Cina menyebutkan bahwa penggunaan IUD meningkat pada umur 25-30 tahun, tetapi merosot pada wanita usia lebih tua. Pada usia 25-30 tahun, ratarata wanita sudah memiliki satu atau dua anak, sedangkan pada usia lebih dari 30 tahun wanita sudah memiliki 3 anak bahkan lebih sehingga terjadi peralihan penggunakan alat kontrasepsi IUD ke metode sterilisasi. 2.
Pendidikan Ibu
_______________________________________________ Volume 7, No. 5, Oktober 2013
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 9
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan seseorang dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu pendidikan dasar (SD,SMP), pendidikan menengah (SMA), pendidikan tinggi (Akademik, Perguruan Tinggi). Distribusi pendidikan ibu bersalin yang diberikan konseling KB dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu Tingkat pendidikan
.n
%
Dasar (SD,SMP) Menengah (SMA) Tinggi (Akademik, PT) Jumlah
16 11 3 30
53,3 36,7 10 100
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari ibu bersalin yang diberikan konseling KB memiliki pendidikan dasar (SD,SMP) yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi minat dan perilaku seseorang. Faktor predisposisi ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Pendidikan pasangan suami istri yang rendah dalam hasil penelitian ini akan meyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD juga terbatas. Hal ini akan berpengaruh terhadap keputusannya dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan dan sejauh mana perubahan sikap dan tata lakunya terhadap keputusan yang diambil setelah diberikan pemahaman melalui konseling KB. b.
Alat Kontrasepsi yang dipilih Ibu Bersalin Sebelum diberikan Konseling KB.
Kontrasepsi IUD Post Plasenta adalah merupakan salah satu alat kontrasepsi secara modern jangka panjang. Dalam proses pelayanannya harus melewati tahap pemberian konseling sesuai dengan prosedur. Distribusi rencana alat kontrasepsi yang dipilih oleh ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Distribusi rencana alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta Non IUD Post Plasenta Jumlah
.n 7 23 30
% 23.3 76.7 100
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebelum diberikan konseling KB sebagian besar ibu bersalin memilih alat kontrasepsi non IUD Post Plasenta yaitu sejumlah 23 orang (76,3%). Sebelum mendapatkan konseling KB, ibu bersalin hanya membuat keputusan berdasarkan apa yang menjadi persepsi dalam dirinya dan sepengetahuan yang dia miliki tanpa ada perlakuan yang menjadi faktor pendorong terhadap keputusannya sehingga setelah melahirkan ibu tidak memilih KB IUD. Menurut Teori Lawrence Green, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor pendorong (Reinforcing Factors) yang mana faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku tersebut misalnya pemberian konseling KB. Erfandi (2008) mengemukakan konseling KB juga sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi yang diinginkanya. Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Bessinger (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD, dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan alkon tersebut yang disebabkan informasi yang yang kurang lengkap c.
Alat Kontrasepsi yang dipilih Ibu Bersalin setelah diberikan konseling KB.
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 5 Oktober 2013
10 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin setelah diberikan konseling KB adalah alat kontrasepsi yang sudah mantap dipilih ibu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dirinya berdasarkan penerimaan informasi yang diperoleh dari konselor KB. Distribusi alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin di RSUP NTB tahun 2013 setelah diberikan konseling KB dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Distribusi alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin setelah diberikan konseling KB .n 15 15 30
Alat Kontrasepsi IUD Non IUD Jumlah
% 50 50 100
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa setelah diberikan konseling KB, jumlah ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta dan non IUD Post Plasenta sama banyak yaitu sejumlah 15 orang (50%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan jumlah ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB dan ada juga ibu bersalin yang masih bertahan dengan alat kontrasepsi yang dipilihnya sehingga tetap tidak memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta. Memberikan perlakuan terhadap calon akseptor KB yaitu ibu bersalin melalui konseling KB berarti memberikan tambahan informasi dan pemahaman dalam diri ibu sehingga meningkatkan pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan mempengaruhi proses pengambilan keputusan terhadap alat kontrasepsi yang tepat yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sehingga pada hasil penelitian ini ditemukan peningkatan jumlah ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB menjadi 50 %. Penelitian Tumini (2010) didapatkan ada perbedaan kemantapan dalam pemilihan alat kontrasepsi pada calon akseptor KB antara kelompok diberi konseling dengan tidak diberi konseling dengan p<0,001 dan disimpulkan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan kemantapan dalam pemilihan kontrasepsi pada calon akseptor. Hasil penelitian ini juga menemukan 50% ibu bersalin juga masih memilih alat kontrasepsi non IUD Post Plasenta. Meskipun setelah diberikan konseling KB ibu tetap bertahan untuk tidak memilih alat kontrasepsi IUD Post Plasenta. Dapat dianalisis secara mendalam bahwa dari 50% ibu bersalin yang memilih alat kontrasepsi non IUD Post Plasenta berada pada rentang umur 20-35 tahun sehingga masih berada pada rentang usia produktivitas aman untuk melahirkan dan banyak yang masih memilih hamil lagi karena rata-rata baru pertama kali melahirkan sehingga mereka tidak merasa perlu menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang. d.
Pengaruh Pemberian Konseling KB terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta
Konseling KB merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap. Pengaruh pemberian konseling KB terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta di RSUP NTB Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Perbedaan nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum dan sesudah diberikan konseling KB
Variabel
Mean
SD
Paired Difference Mean
Sebelum
12,53
3,589
Sesudah
17,80
2,552
SD
-5,267 3,118
p value 0,001
‘n
30
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum diberikan konseling KB adalah 12,53 dengan standar deviasi 3,589. Sedangkan ratarata nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB adalah 17,80 dengan standar deviasi 2,552. Perbedaan nilai rata-rata pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum diberikan konseling KB dan sesudah diberikan konseling KB adalah -5,267 dengan standar deviasi 3,118. Hasil uji statistik paired t test didapatkan nilai p = 0,001 (p< 0,05) berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata _______________________________________________ Volume 7, No. 5, Oktober 2013
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 11
nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum diberikan konseling KB dan sesudah diberikan konseling KB sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian konseling KB terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD Post Plasenta. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Kelurga Berencana. Konseling yang berkualitas antara klien dan provider (tenaga medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB). Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna mengetahui apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang di pilih, sehingga informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipakai Menurut penelitian Hanani (2010) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara persepsi konseling KB dengan metode kontrasepsi Jangka Panjang yaitu persepsi konseling KB akan meningkatkan 22 kali terhadap metode kontrasepsi Jangka Panjang. PENUTUP a.
Simpulan Karakteristik umur ibu bersalin yang akan diberikan konseling KB ada pada kelompok umur 20-35 tahun dan berpendidikan dasar (SD,SMP) yaitu 53,3%. Sedangkan distribusi rencana alat kontrasepsi yang akan dipilih ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB sebagian besar memilih alat kontrasepsi non IUD. Setelah diberikan konseling KB, ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta dan non IUD Post Plasenta sama banyak 50% dalam hal ini ada peningkatan keputusan memilih alat kontrasepsi IUD Post Plasenta. Dan secara statistic ada pengaruh pemberian konseling KB terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD Post Plasenta dengan menggunakan uji statistik paired t test didapatkan nilai p = 0,001 (p< 0,05).
b.
Saran Masyarakat khususnya ibu bersalin diharapkan lebih berperan aktif dalam mengikuti program keluarga berencana dan banyak mencari sumber informasi guna memperluas pengetahuannya sehingga dapat menentukan alat kontrasepsi yang tepat sesuai kebutuhannya. DAFTAR PUSTAKA Widyastuti L , Saikia US, Postpartum Contraceptive Use in Indonesia :Recent Patterns and Determinants. BKKBN. 2011 BKKBN. IUD Post Plasenta sebagai Solusi berKB. 2010 http://www.bkkbn.go.id , diakses tanggal 6 April 2013 jam 23.00 WIB. BKKBN Pusat. Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi . 2011 BKKBN. Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi Tahun 2012 Provinsi NTB. 2012 TIM PKBRS RSUP NTB. Laporan Pelayanan KB RSUP NTB. Mataram. 2012 Tumini. Pengaruh Pemberian Konseling KB terhadap Pengetahuan tentang KB dan Kemantapan dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi pada calon Akseptor KB.Surakarta. 2010. http://pasca.uns.ac.id diakses tanggal 06 April 2013 Imbarwati. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. 2009. http://eprints.undip.ac.id/ 17781/1/IMBARWATI.pdf diakses tanggal 06 April 2013
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 5 Oktober 2013
12 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Hanani, Yusrina Dzati. Hubungan Faktor Konseling KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Studi Kasus Di Wilayah Puskesmas Halmahera Dan Puskesmas Mijen Kota Semarang Tahun 2010). 2010. http://www.fkm.undip.ac.id diakses tanggal 06 April 2013 Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 2011 Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi . CV. Mulia Sari. Jakarta. 2003 Saifuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006.
USAID-Engender Health /The ACQUIRE Project., The PostpartumIntrautrine Device, A Training Course for Service Providers, Participant Handbook. 2008 World Health Organization , Department of Reproductive Health and Research, Combined Hormonal Contraceptive use during the postpartum period, Geneva. 2010 Erfandi. Metode AKDR/IUD. diakses 6 April 2013. From http://puskesmas-oke.Blogspot.com. 2008 (
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Keshatan dan Perilaku. Rineka Cipta Ratu. Jakarta . 2007
Erfandi. Permasalahan Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) diakses 6 April 2010. From http://puskesmas-oke.Blogspot.com. 2008 Yulkardi. Pemberdayaan Polindes. UGM dan Fond Foundation. Yogyakarta.2002 Maryatun. Analisi Faktor-faktor pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD di Kabupaten Sukoharjo. Diakses tanggal 2 Agustus 2013 from http://ugm.ac.id.2009. 2009 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2010 Putra, I Gusti Lanang. Manajemen Data dengan SPSS. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Denpasar. 2011 Vinci, Muhammad Ghazali, dkk, dalam Sastroasmoro Sudigdo dan Sofyan Ismail. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi ke 4 cetakan kedua. CV Sagung Seto. Jakarta. 2012. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Mitra Cendekia. Yogyakarta. 2009
_______________________________________________ Volume 7, No. 5, Oktober 2013
http://www.lpsdimataram.com