ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 7
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSA KATA SISWA DALAM PEMBELAJARAN LISTENING DENGAN TEKNIK PEMBELAJARAN STAD DI KELAS IXA SMP NEGERI 2 PRINGGARATA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 oleh : Muhammad Tafsir dan Sahpan MGMP Bahasa Inggris SMPN 2 Pringgarata
Abstrak, Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kosa kata siswa dalam pembelajaran listening di kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringarata semester ganjil 2012/2013 dengan fokus masalah bagaimanakah peningkatan kosa kata siswa dan bagaimanakah bentuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan cooperative learning model Students Team Achievement Division dalam pembelajaran learning Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas IX Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringarata semester ganjil 2012/2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitia tindakan yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringarata semester ganjil 2012/2013 dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 dan sebagai informan meliputi dua orang guru observer dan siswa kelas IX. Proses pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Terdapat peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran mendengarkan, pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IXA Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringgarata semester ganjil Tahun Pembelajaran 2012/2013. Perincian langkah-langkah metode STAD adalah: (a) Kelas terbagi menjadi kelompok terdiri dari 4-5 siswa, (b) Siswa mengerjakan task secara berkelompok, (c) Setelah selesai guru mengumpulkan hasil kerja setiap kelompok, (d) Guru kembali memberikan task yang sama kepada tiap kelompok, dan (e) Siswa kembali mengerjakan task secara individu. Serta dalam penerapannya, pengelolaan kelas dengan metode STAD adalah pengelolaan kelas secara klasikal, secara kelompok, dan secara individu. Kata Kunci: Cooperative Learnig, Students Team Achievement Division PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam undangundang sistem pendidikan Nasional No. 20 pasal 3 tahun 2003, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demoktaris serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003). Salah satu potensi peserta didik yang harus dikembangkan dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan seperti tersebut di atas adalah kemampuan berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan fungsi utama bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Dengan demikian setiap siswa harus terampil berbahasa atau berkomunikasi. Dalam proses belajar mengajar sehari-hari di sekolah,penulis sering mengalami kendala dalam membangun pembelajaran yang efektif, terutama dalam pembelajaran mendengarkan,pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Adapun gambaran kesulitan tersebut siswa mengalami kekurangan waktu untuk bertanya jawab dalam dialog kelompok, karena kebiasaan hanya diberikan kesempatan berdiskusi kelompok seperlunya saja,terutama pada
tahap BKOF yang notabene merupakan tahap eksplorasi dan pengayaan vocabulary yang sangat berguna bagi siswa nanti pada tahap pembelajaran berikutnya. Sehingga disimpulkan bahwa penulis kesulitan mengaktifkan siswa dalam pembelajaran mendengarkan. Terkait dengan situasi tersebut, Slavin(2008) memberi gambaran tentang tiga struktur tujuan pembelajaran sebagai berikut: Kooperati, sebagai usaha berorientasipada tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota lainnya; kompetitif sebagai usaha yang berorientasi pada tujuan dari tiap individu yang menghalangi pencapaian tujuan dari anggota lainnya; individualistic, sebagai usaha yang berorientasi pada tujuan dari tiap individu yang tidak memilki konsekuensi apapun terhadap pencapaian tujuan anggota lainnya. Sugianto (2010) juga menggambarkan bahwa struktur tujuan koperatif menciptakan situasi dimana setiap anggota kelompok dapat meraih tujuan pribadi mereka jika kelompok mereka bias sukses.Oleh karena itu untuk mencapai tujuan personal, anggota kelompok harus membantu teman satu team agar kelompok mereka bias berhasil.
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 1, Januari 2013
8 Media Bina Ilmiah Karena itulah penulis tertarik untuk mempelajari dan mengaplikasikan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif untuk mendapatkan cara penerapan yang sebenarnya supaya kesalahpahaman tentang belajar kelompok/ kooperatif dalam pembelajaran dapat dihindari serta pembelajaran menjadi lebih efektif. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan pengembangan perbendaharaan vocabulary siswa melalui Pembelajaran Kelompok model STAD (Students Team Achievment Division) dalam pembelajaran mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas IX A di SMPN 2 Pringgarata tahun 2012/2013, dan bagaimanakah bentuk pengelolaan kelas dalam pelaksanaan Pembelajaran Kelompok model STAD dalam pembelajaran mendengarkan Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas IXA Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringarata semester ganjil 2012/2013. COOPERATIF LEARNING MODEL STUDENTS TEAM ACHIEVMENT DIVISION (STAD) a.
Cooperative Learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang cooperative artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995:2) mengemukakan, "In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher". Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan Johnson (dalam Hasan, 1994:11) mengemukakan, "Cooperative means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning". Berdasarkan uraian tersebut, cooperative learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif: siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative _______________________________________________ Volume 7, No. 1, Januari 2013
ISSN No. 1978-3787 learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. Slavin (1995:5) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Anita Lie (2000:16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotongroyong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dan 4-6 orang saja. Dari paparan pendapat ahli di atas maka sisimpulkan bahwa ciri dari cooperative learning adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. b.
Student Teams Achievment Divisions
Metode Stad dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan kawan dari Universitas John Hopkins.Dalam metode ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok terdiri dari 4-5 siswa.Tiap tim memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin,maupun kemampuan akademik.Tiap anggota kelompok bekerja sama dan saling memebantu dalam proses belajar mengajar.Tahap berikutnya,semua lembar kerja dari setiap kelompok dikumpulkan dan selanjutnya secara individu masingmasing anggota kelompok menyelesaikan task yang sama seperti yang yang dikerjakan sebelumnya. Terdapat beberapa teori tentang metode pembelajaran kelompok yang memiliki kesamaan dalam prinsip "kooperatif",yang pada prinsipnya bertujuan untuk mengoptimalisasi pemahaman dan penyerapan siswa terhadap materi melalui metode pembelajaran kelompok. http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 9
Elliot Aronson dan kawan kawan dari University of Texas,mengembangkan sebuah metode yang kemudian diadaptasioleh Slavin,bernama Metode Jigsaw.Dalam metode ini siswa secara heterogen dibagi menjadi kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang kemudian masing masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang berbeda dalam analisa sebuah teks. Di pihak lain Herbert Thelen, dari Universitas Tel Aviv juga mengembangkan sebuah metode pembelajaran kooperatif yang ia namakan Group Investigation.Dalam metode ini masing masing kelompok menganalisa topic atau hal yang berbeda dari kelompok lainnya.Akan tetapi metode ini sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan diantara metode metode pembelajaran kooperatif lainnya. Dalam teknik Think Pair Share yang disempurnakan oleh Frank Lyman dalam Isjoni (2009) ,siswa juga diberi kesempatan bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa,namun teknik ini lebih menekankan pada optimalisasi interaksi antara siswa secara berpasangan. Dari paparan pendapat di atas, maka teknik STAD adalah sebuah metode yang paling tepat untuk diterapkan dalam usaha untuk mengoptimalkan pengembangan pemahaman kosakata siswa dalam pembelajaran mendengarkan. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung diantara pembelajaran pembelajaran kooperatif lainnya. c.
Pembelajaran Inggris
Mendengarkan
Bahasa
(Depdiknas, 2004) Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan dan/atau kelompok) serta peserta didik (perorangan, kelompok, dan/atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan lainnya. Isi kegiatan adalah bahan (materi) belajar yang bersumber dan kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan perserta didik dalam pembelajaran. Menurut Dahlan dalam Isjoni (2009) bahwa mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Sedangkan pembelajaran
menurut Gagne dalam Isjoni (2009) “An active process and suggests that teacing involves fasilitating active mental process by students” yaitu dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya pembelajaran. Mendengarkan merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam kehidupan seharihari kita sering menggunakan keterampilan mendengarkan untuk berkomunikasi. Karena sebuah proses komunikasi tidak akan bias terlaksana tanpa mendengarkan. Jadi mendengarkan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Tarigan(2008:31) mengatakan bahwa listening adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambing lambing lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Muliadi :2005:58) mengemukakan bahwa siswa menggunakan 53% dari waktunya untuk listening. Hal ini diperkuat oleh pendapat Brown ( 2001;58 ) yang mengatakan bahwa siswa di dalam kelas selalu melakukan lebih banyak listening daripada speaking. Sehingga dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar dengan melibatkan guru dan siswa dengan menggunaka cooperative learning metode STAD dalam mendengarkan Bahasa Inggris siswa kelas IXA SMPN 2 Pringgarata 2012/2013. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran bahasa Bahasa Inggris dengan menggunakan Cooperative learning teknik STAD (Student Team Achievement Division). Dengan penelitian tindakan kelas ini, diharapkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan desain model Kemmis dan Taggart dalam Arikunto (2002:84). Desain yang dikemukakan oleh Kemmis ini merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif. Penelitian dilakukan dalam beberapa siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Jika tindakan pada siklus I hasilnya belum memenuhi target yang ditentukan, maka akan dilakukan tindakan siklus II. Jika ternyata hasil pada siklus II belum memenuhi target, maka akan dilakukan tindakan siklus III, begitu seterusnya. a.
Siklus I
1.
Perencanaan
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 1, Januari 2013
10 Media Bina Ilmiah
2.
3.
4.
Langkah awal yang dilakukan yaitu menyusun rencana pembelajaran yang merupakan program kerja guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini selain menyusun rencana pembelajaran jugamembuat instrumen nontes yang berupa lembar observasi dan wawancara. Selain itu peneliti mengadakan dengan pengamat dalam rangka menemukan kesepahaman untuk mengisi atau menggunakan pedoman observasi. Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan, guru berperansebagai pengajar dan pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung, maupun melalui telaah dokumen, bahkan juga melalui wawancara dengan siswa setelah pembelajaran selesai. Pengamatan Observasi adalah mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama penelitian berlangsung. Dalam melakukan pengamatan peneliti dibantu oleh guru lainnya. Sasaran yang diamati adalah penampilan siswa pada saat menjawab TTS yang merupakan Task 3 pada tahap Post Activity (Independent Construction) dengan menggunakan Bahasa Inggris yang meliputi, kemampuan siswa dalam menjawab semua pertanyaan, pilihan kata dalam menjawab pertanyaan, penulisan kata dengan ejaan yang benar, dan pemahaman makna kata. Refleksi Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti menanyakan kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap pembelajaran yang baru saja dilakukan. Selanjutnya peneliti juga mengadakan refleksi dengan para observer yang terdiri dari tiga orang guru senior, baik terhadap materi, teknik, maupun cara mengajar guru. Data yang dikumpulkan selama tindakan berlangsung kemudian dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini guru melakukan refleksi, yaitu guru mencoba merenungkan atau mengingat dan menghubung-hubungkan kejadian dalam interaksi kelas, mengapa itu terjadi, dan bagaimana hasilnya. Hasil refleksi akan membuat guru menyadari tingkat keberhasilan dan kegagalan yang dicapainya dalam tindakan perbaikan. Hasil refleksi ini merupakan masukan bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan tindakan perbaikan berikutnya. Refleksi I dapat dilakukan oleh guru bersama siswa bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-
_______________________________________________ Volume 7, No. 1, Januari 2013
ISSN No. 1978-3787 kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatanhambatan yang masih dihadapi. Kemudian, setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak hasil refleksi tersebut digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus II. b.
Siklus II
1.
Perencanaan Peneliti kembali menyusun rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Misalnya, kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangankekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapi. Hasil refleksi ini kemudian digunakan untuk memperbaiki rencana tindakan pada siklus II. Tindakan Tindakan II berupa implementasi serangkaian kegiatan pembelajaran yang telah direvisi untuk mengatasi masalah pada siklus I yang belum tuntas. Pengamatan Selama proses belajar pada siklus kedua ini juga akan dilakukan observasi menyangkut aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil tes dan perubahan perilaku siswa. Refleksi Refleksi II dilakukan oleh guru bersama rekan observer bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan tindakan pada siklus II dengan jalan mengidentifikasi baik kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh maupun kekurangan-kekurangan atau hambatan-hambatan yang masih dihadapibaik terhadap materi, teknik, maupun cara mengajar guru. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dapat disimpulkan berhasil tidaknya keseluruhan tindakan implementasi pembelajaran di dalam kelas terhadap peningkatan hasil belajar siswa..
2.
3.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Siklus I
1.
Hasil observasi aktivitas siswa Dari hasil pengamatan baik oleh pengamat I maupun pengamat kedua bahwa kegiatan siswa dapat digambarkan, yaitu: menjawab petanyaan pada saat apersepsi,mengamati gambar tentang binatang, dan mengisi nama-nama bagian tubuh binatang dengan kata-kata yang telah tersedia, siswa dibagi dalam kelompok terdiri dari 2 orang.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
2.
3.
Dari gambaran tersebut menurut pengamat sudah menunjukkan bahwa apa yang direncanakan dalam rencana pembelajaran sudah terlaksana, hanya saja untuk mendapatkan pembelajaran berbicara yang lebih efektif masih diperlukan penyempurnaan pada bagian-bagian: pembagian kelompok siswa dan teknik dalam menyelesaikan task. Hasil observasi pengelolaan pembelajaran Pengelolaan kelas pada kegiatan awal dilaksanakan secara kelompok berpasangan, begitu pula pada saat mengerjakan task 1. sedangkan pada saat mendengarkan siswa dilaksanakan secara individu, dan pada waktu diskusi dilaksanakan secara berpasangan. Sedangkan pengelolaan siswa secara berkelompok dilakukan pada saat pemberian tugas untuk mengerjakan Task 3, yaitu mengisi TTS. Adapun komentar pengamat Ibu Laela, dalam konteks ini menyebutkan bahwa kerjasama siswa secara kelompok pada tahap Pre activity belum tampak, karena mengelompokkan siswa merupakan bagian dari langkah-langkah metode koopratif tipe STAD sehingga menurut beliau memandang perlu untuk membagi kelas secara kelompok terutama pada tahap BKOF, ,dengan tujuan untuk lebih mengoptimalkan kerjasama kelompok dan untuk lebih memberikan peluang bagi berkembangnya perbendaharaan kata yang berkaitan dengan tema. Selanjutnya Ibu Saftuniati, dan Pak Saeful Anwar, juga mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar terlihat bahwa aktifitas siswa terbatas pada siswa dengan posisi tempat duduk di bagian depan saja,dan sebagian siswa di bagian belakang kurang aktif. Dari penilaian diperoleh jumlah siswa yang berhasil menyelesaikkan Task 3 dengan benar adalah sebanyak 8 orang siswa. Data tersebut menggambarkan bahwa ketuntasan kelas dalam belajar belum tercapai, karena jumlah siswa yang mencapai ketuntasan masih kurang dari 70% siswa dikelas itu. Oleh karena itu diperlukan penekanan pada tahap Pre activity yakni mengerjakan task 1, untuk lebih meningkatkan presentase keaktifan siswa dan untuk lebih mengoptimalkan pengembangan perbendaharaan kata yang berkaitan dengan tema yang sedang diajarkan. lancar. Refleksi siklus I Setelah pembelajaran selesai oleh Faezal Hadi (salah seorang siswa) memberikan tanggapan positif terhadap metode yang diterapkan pada siklus I,hanya saja dia merasa perlu untuk
Media Bina Ilmiah 11 diberikan kesempatan waktu yang lebih dalam mencari kata-kata ketika mengerjakan Task. Ternyata apa yang dikemukakan oleh siswa tersebut di atas memiliki persamaan dengan hasil pengamatan peneliti, bahwa beberapa siswa yang mengalami kesulitan bahkan kebuntuan dalam menyelesaikan TaskI, karena kurangnya teman bekerja sama,dan terbatas pada pasangannya saja. Hal tersebut diatas juga berefek langsung bagi siswa pada saat mereka mengerjakan Task 3 yang merupakan Evaluasi terkhir bagi keberhasilan proses belajar mengajar
tersebut. Lebih jauh mengenai Proses Pembelajaran pada Siklus I, Ibu Laela memberikan masukan : "Why don't we try STAD method, especially at the Pre Activity, When The students doing the Task I,in order to increase the group works and to give more space for the vocabulary expanding during the group discussion" Menanggapi pertanyaan penulis tentang penggunaan gambar dalam pembelajaran tersebut, maka dari kedua pengamat menyatakan masih diperlukan karena dari hail tanya jawab sudah cukup jelas dan tema pembelajaran itu sangat dikenal dan disukai siswa. Sedangkan kegiatan yang lain dalam pembelajaran tersebut sudah sangat bagus, terutama pada saat apersepsi yang dilaksanakan siswa dengan berlomba menulis nama-nam binatang di papan tulis,juga pada saat mengamati gambar dan mengisi nama bagianbagian tubuh binatang tapi masih harus diupayakan agar setiap siswa mendapat kesempatan yang lebih banyak untuk berekplorasi seputar kata-kata yang berkaitan dengan tema,termasuk saling member dan menerima masukan-masukan serta informasi dari peserta belajar lainnya. Mengenai penillaian dengan melakukan penilaian produk, disepakati antara penulis dan pengamat untuk tetap melaksanakan hal tersebut, karena terdapat hasil pekerjaan siswa sebagai produk pembelajaran. Menanggapi hal ini sejalan dengan data hasil penilaiaan bahwa belum mencapai ketuntasan. Dari paparan hasil pengamatan dan wawancara di atas maka tergambar adanya beberapa kekurangan dalam pembelajaran siklus I, yaitu: siswa mengalami kesulitan mengembangkan perbendaharaan kata, keaktifan siswa tidak maksimal dan menyeluruh, penanganan kelas kurang efektif, karena guru sering mengalami
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 1, Januari 2013
12 Media Bina Ilmiah
4.
kesulitan untuk memantau kegiatan siswa di bagian belakang. Rekomendasi siklus I Hasil refleksi siklus I tentang hal-hal yang dirasakan kurang sempurna, yaitu: siswa mengalami kesulitan menyelesaikan Task 1 dan Task 3, siswa tidak mendapat kesempatan berdiskusi , dan sebagian siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan hasil di atas maka untuk siklus II direkomendasikan: - Tetap menggunakan gambar - Ketika mengerjakan Task 1, siswa dibagi dalam kelompok terdiri dari 4-5 orang. - Siswa mengerjakan Task 1 dengan system STAD. - Siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk menganalisa Text script untuk memperkaya perbendaharaan kata. - Pengendalian perencanaan dan pembagian waktu tiap kegiatan dilaksanakan secara bijaksana. - Pemberian penghargaan terhadap kelompok dengan hasil terbaik. b. 1.
ISSN No. 1978-3787
3.
Siklus II Hasil observasi aktivitas siswa
Dari rekomendasi pada siklus I telah disusun
2.
perencanaan pembelajaran yang disempurnakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II, yang diperoleh dari dokumen pengamatan. Adapun gambara kegiatan siswa pada siklus II, yaitu: siswa mengerjakan Task 1 secara berkelompok dengan penerapan metode STAD, semua siswa aktif dalam mengerjakan Task 2 (while listening),siswa secara berkelompok menganalisa dan mendiskusikan Text script,proses pembelajaran dilaksanakan dengan pembagian waktu yang tepat. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa kegiatan siswa pada siklus II sesuai dengan peencanaan dan pembelajaran lebih efektif terutama dalam mengerjakan Task 1, semua siswa terlibat dalam diskusi yang lebih hangat. Hasil observasi pengelolaan pembelajaran Secara umum,tidak ada perubahan isi materi pada siklus II. Perubahan signifikan terdapat pada langkah - langkah kegiatan pembelajaran dan sistem pengelolaan kelas secara klasikal. Jika pada siklus I siswa mengerjakan Task 1 secara berpasangan,maka pada siklus II,siswa
mengerjakan Task 1 secara berkelompok terdiri dari 4-5 orang dan menggunakan metode STAD,yakni mula - mula siswa
4.
dengan berdiskusi dalam kelompok,dan pada akhir diskusi guru mengumpulkan hasil pekerjaan semua kelompok, , pada tahap selanjutnya sekali lagi siswa mengerjakan task yang sama secara individu.Hal inilah yang menstimulus sebuah diskusi kelompok yang lebih hidup dan menjamin keaktifan siswa secara menyeluruh. Berdasarkan hasil evaluasi pada akhir proses siklus II terlihat bahwa 7 orang siswa yang menjawab pertanyaan dengan nilai sempurna. Ketuntasan belajar telah mencapai 100% dengan indikasi tidak ada siswa dengan hasil dibawah KKM. Refleksi siklus II Penulis percaya bahwa proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 2 tersebut sudah lebih efektif dan mengena serta telah mampu mengekplorasi kemampuaan vocabulary siswa secara lebih maksimal. Dalam sesi wawancara, salah seorang siswa, yaitu Rauhul Azmi menuturkan, "Kali ini Task-Task nya terasa lebih gampang lho !" Lagian, temen diskusi kita lebih banyak, nggak kayak dulu." Menanggapi teknik tersebut, Ibu Laela menuturkan, “Kalau saya bandingkan dengan proses pembelajaran siklus 1, banyak sekali perubahan positif yang terlihat.Tidak ada lagi siswa yang tidak terlibat dalam diskusi,dan kelas terasa menjadi lebih hidup." Berdasarkan data dan refleksi di atas terlihat bahwa metode STAD dalam pembelajaran kooperatif telah memberikan andil yang besar terhadap pengembangan pemahaman vocabulary siswa.Metode ini juga mampu mengoptimalkan keaktifan siswa dalam berdiskusi selama proses pembelajaran. Selain itu teknik ini juga memberikan sumbangan yang positif bagi pembelajaran mendengarkan sebab tiap siswa dituntut untuk lebih aktif dalam diskusi kelompok demi memperkaya penguasaan vocabulary yang nantinya akan sangat membantu dalam menyelesaikan task task yang ada. Rekomendasi siklus II Dari serangkain siklus I dan siklus II, maka dapat direkomendasikan tentang pelaksanaan pembelajaran kelompok model STAD sebagi berikut: - Teknik STAD sangat tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran listening.
menjawab semua pertanyaan pada Task 1 _______________________________________________ Volume 7, No. 1, Januari 2013
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 - Penilaian bisa dilaksanakan secara pengamatan dan penilaian produk. - Bentuk pengelolaan kelas dilaksanakan secara klasikal, kelompok, berpasangan, dan individu. - Langkah pembelajaran teknik STAD sangat efektif dalam mengoptimalkan sebuah diskusi kelompok dan membantu meningkatkan kemampuan penguasaan perbendaharaan kata bagi siswa dalam pembelajaran listening. PENUTUP a.
Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Terdapat peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran mendengarkan, pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas IXA Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pringgarata semester ganjil Tahun Pembelajaran 2012/2013. Perincian langkah-langkah metode STAD adalah: a) Kelas terbagi menjadi kelompok terdiri dari 4-5 siswa. b) Siswa mengerjakan task secara berkelompok. c) Setelah selesai guru mengumpulkan hasil kerja setiap kelompok. d) Guru kembali memberikan task yang sama kepada tiap kelompok. e) Siswa kembali mengerjakan task secara individu. 2. Dalam penerapannya, pengelolaan kelas dengan metode STAD adalah pengelolaan kelas secara klasikal, secara kelompok, dan secara individu.
b. Saran-saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah Sebagai acuan membimbing guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif berdasarkan hasil analisis materi pelajaran yang sesuai. 2. Untuk Guru a) Guru hendaknya senantiasa mengingat dan memperhatikan pentingnya sebuah pengenbangan vocabulary dalam pembelajaran listening. b) Khususnya guru bidang studi Bahasa Inggris, untuk dapat menggunakan model
Media Bina Ilmiah 13 STAD terutama dalam kegiatan pembelajaran listening. 3. Untuk Siswa a) Mengutamakan azas Saling asah, asih,asuh dalam setiap proses pembelajaran. b) Selalu berusaha meningkatkan usaha menuju kea rah "English Mastery" 4. Untuk Peneliti Para peneliti di bidang pendidikan dan bahasa dapat melakukan penelitian serupa dengan teknik pembelajaran yang berbeda sehinggadidapatkan berbagai alternatif teknik pembelajaran berbicara Bahasa Inggris. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah dan Azies, 1996.Pengajaran Bahasa Komunikatif. Bandung, Remaja Rosdakarya. Anita
Lie, 2008. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Leraning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta, PT. Grasindo.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta. Bob Samples, 2002. Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar sambil Bermain untuk Membuka Pikiran anak-anak Anda.Bandung, Mizan Media Utama. Depdiknas. 2004. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Depdiknas. Dimyati, Dr dan Mudjiono, Drs, 2006. Belajar dan Pembelajan. Jakarta, Rineka Cipta. Djam'an Satori dkk, 2007. Profesi Keguruan. Jakarta Universitas Terbuka. Evertson dan Emmer (2011) Manajemen Kelas Untuk Guru SD. Jakarta: Kencana. Furqanul Azies dan A. Chaedar AlWasilah, 2002. Pengajaran Bahasa Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung, Rosda Karya. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
_______________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 7, No. 1, Januari 2013
14 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives /HASH1efb/205cbc57.dir/doc.pdf.4 Maret 2009 IGAK Wardhani, dkk, 2007. Peneltian Tindakan Kelas. Jakarta, Universitas Terbuka. Isjoni, Drs., M.Si., 2009. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung, Alfabeta. M. Joko Susilo, 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta, Pinus.
Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Soetomo, Drs, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya, Usaha Nasional. Suharsimi Arikunto, Prof, Dr, 1999. Prosedur Penelitian. Jakarat, PT. Rineka Cipta Syamsudin AR. dan Vismia S. Damaianti, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung, Remaja Rosdakarya. Tarigan,
M. Toha Anggoro, dkk, 2007. Metode Penelitian. Jakarta, Universitas Terbuka. Made Pidarta, Prof., Dr., 2006. Analisis Data Penelitian-Penelitian Kualitatif dan Artikel. Surabaya, Unesa University Press.
Djago, dkk. 1997. Keterampilan Jakarta:Depdikbud.
Pengembangan Berbicara.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara Sebagai Suatu KeterampilanBerbahasa. Bandung: Angkasa. www.uchiman.com : 26 Februari 2008
Riyanto,Y.
2003. Penelitian Surabaya.
Kualitatif.
SIC
Robert E. Slavin, 2009. Cooperative Learning: Teori Riset dan Praktik. Bandung, Nusa Media.
_______________________________________________ Volume 7, No. 1, Januari 2013
http://www.lpsdimataram.com