BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR REMAJA DAN KEBENARAN Oleh :
Bagindo Masjoni. SP.SH.MH Staf Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat
PENGANTAR Kehadiran manusia yang diawali nabi Adam AS di permukaan bumi ini semankin banyak perubahan dalam berbagai asfek, sejak zaman primitif hanya mengenal senjata yang terbuat dari batu sampai zaman moderen yang serba canggih seperti kita alami sekarang ini. Ilmu pengetahuan semankin memuncak hingga dikenal zaman teknologi nuklir. Cara hiduppun senantiasa mengalami dinamisasi yang membawa kepada kemajuan positif dan tidak sedikit banyak mengalami berakibat negatif. Menurut ahli sejarah tempo dulu sampai sekarang ,keyakinan manusia terhadap suatu kepercayaan diawali dari berbagai peristiwa alam yang sering terjadi. Peristiwa tersebut mengandung serta mengundang rasa ngeri sehingga perlu adanya pengamanan dan atau sesuatu yang dapat mententramkan hati sehingga mulailah manusia mencari suatu keyakinan sejak dari animisme, Dinamisme, sampai kepada agama buatan manusia yang disebut dengan agama budaya hingga agama wahyu yang diturunkan ALLAH SWT kepada manusia melalui para nabi dan rasulnya untuk keselamatan hidup diduania dan diakhirat kelak nanti. Dalam islam kepercayaan terhadap sesuatu keyakinan yang disebut Tauhit sudah ada sejak manusia berada dialam roh yang dinamakan dengan fitrah, salah satu fitrahnya manusia adalah religius yaitu cendrung dan condong kepada kebenaran, ketauhida, terlepas dari sekutu-sekutu lain. Bila ketauidan telah berbaur dengan keyakinan lain sehingga menggoyahkan keyakinan kepada yang mutlak berarti manusia tersebut telah tergelincir ke sesuatu lembah kemustrikan. Kelahiran manusia yang telah membawa kesucian dalam arti membawa noda apalagi dosa waris sebagaimana yang dikenal dalam ajararan nasrani, maka didalam dunia ini akan mengalami berbagai macam perubahan terhadap dirinya. Bila fitrah tampa dibimbing kepada ajaran yang benar hingga dewasa maka baginya peluang untuk jadi manusia sesat dan sebaliknya. Dari sekian manusia dewasa tentu mengalami usia remaja. Ditinjau dari hukum islam seseorang disebut dewasa kemudian dibebankan kewajiban agama ialah pada masa telah baligh, bagi lelaki mengalami mimpi indah yang diduga datangnya ketika tidur lelab dimalam hari, sedangkan bagi wanita sampai waktunya menjalankan masa haid yang dikenal keluaran kotoran yang tidak dikehendaki kehadiranya.
Mereka yang sudah baligh mempunyai beban yang harus dipikul dalam hal beribadah khususnya, dia telah memikul beban dosa dan pahala. Bila tidak melakukan tertimpa kepadanya dosa dengan pembalasan murka ALLA SWT. Sebagaiman halnya remaja tidak bisa lepas dari beberapa faktor yang dapat mempertahankannya dari agama, keyakinannya
dalam beragama masih labil belum menemukan
suatu
kemantapan, mereka hanya terdorong oleh suasana sesaat dan terpengaruh oleh lingkungan keluarga, sekolah, pergaulan ditengah masyarakat. Seorang filusuf besar berkebangsaan spanyol yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Al Malik ibn Tufail, di dunia latin dia dikenal dengan nama Abu besar dalam sebuah bukunya
Hayy Ibnu yaqzan, menceritakan bagaiman Hayy
yang
semenjak bayi hidup tersendiri disuatu pulau terasing yang dibesarkan oleh seekor rusa betina, dapat memperoleh pengetahuan-pengetahuan, pemikiran-pemikiran akal akhirnya dapat membawa Hayy kepada pengetahuan dan pengakuan adanya Tuhan, tampa disangka datanyalah seorang ulama yang bernama “Asal” kepulau sunyi ituuntuk menyendiri dan beribadah kepada ALLAH SWT, setelah mereka berjumpa ternyata bahwa agama yang ditimbulkan pemikiran Hayy dalam garis besarnya sama dengan agama nasrani yang dianut Asal. Berdasarkan cerita Ibnu Tufail diatas nampaknya akal manusia yang dianggap luar biasa masih ingin mencari dibalik kekuasaan yang ada pada manusia, jiwa murni Hayy sehingga mendorong akal sehatnya untuk menyelidikan dan meneliti suatu hakekat yang sangat dibutuhkan dalam hidup yaitu hakekat kebenaran yang mampu memberikan ketentraman dalam jiwa. Disamping akal juga menuntut pembuktiannya. Hal inipun dialami oleh nabi ALLAH SWT yakni nabi Ibrahim AS yang ingin mencari sembahan sementara sembahan yang dilihatnya ditengah masyarakat tidak dapat diterima oleh kebenaran. Akalnya menuntut untuk terus mencari yang kemudian menjadikan bintang, bulan, matahari, sebagai tuhan. Namun, ketiga tuhan tersebut ditolak oleh fikiran serta kesucian jiwa nabi Ibrahim AS.
Kegagalan hampir membawanya putus asa dengan
menyerahkan diri kepada kehadirat pencipta hidup ini. Dalam sebuah pengakuannya seolah-olah mengatakan terserah siapapun tuhan itu, yang terpenting aku menyerahkan diri kepadanya. “aku hadapkan seluruh jiwa dan ragaku kepada yang menguasai langit dan bumi dengan menyerahkan diri dan bukanlah aku termasuk orang yang menserikatkannya.”) Al An’am 6 :79). Surah An’Am tidakkah mereka memperhatikan berupa banyak generasi sebelum mereka yang telah kami binasakan, padahal (generasi itu), telah kami teguhkan kedudukannya dibumi, yaitu keteguhan yang belum pernah kami berikan kepada mu. Kami curahkan hujan yang lebab untuk mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir dibawah mereka kemudian kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri. Dan kami ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka Ayat 6), selanjutnya “Aku hadapkan wajahku kepada (ALLAH) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik ayat 79”
Bila keimanan Tauid telah bercampur baur dengan keyakinan yang lainya maka manusia telah terjerumus kedalam lembah kemusyrikan. Sedangkan fitrah manusia telah mengakui eksistensi ALLAH SwT sejak di alam ruh dalam sebuah ikatan iman, sebagaimana firman ALLAH SWT dalam surat AL A’raf 7;72:, (Yang artinya “Dan pasti akan kami beritakan kepada mereka dengan ilmu (Kami) dan kami tidak jauh (dari mereka) “ayat 7” selanjutnya Maka kami selamatkan dia (HUD) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmad kami dan kami musnakan sampai keakar-akarnya orang – orang mendustakan ayat-aya kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman ayat 72”. Dengan perjanjian diatas berarti sejak manusia masih berada dalam kandungan sampai lahir telah beragam, sebagai fitrah yang dibawa dari alam ruh, akan tetapi fitrah manusia akan mudah berpaling kepada keyakinan lain bila dibiarkan tampa digiring kepda agama yang fitrah pula sebagaimana firman ALLAH SWT dalam Ar Rum 30.30;yang artinya “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam) ;(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu” tidak ada perubahan ciptaan Allah (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Ayat 30). Maka berdirilah tegak menghadapkan muka (hatimu) kepada agama yang suci yaitu fitrah yang dijadikan tuhan bagi manusia, tidak ada perubahan bagi kepastian fitran itu, demikianlah agama yang benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Pada umumnya, orang tua pada masa kini telah mengalami masa remaja akan tetapi suatu kekurangan remaja ialah belum pernah meraskan bagaimana menjadi orang tua sehingga banyak remaja tidak memahami orang tua, meskipun demikian sedikit sekali orang tua yang mampu menyelami remaja. Ada yang mengatakan remaja adalah kelompok biasa. Tidak ada bedanya dengan kelompok manusia lainya. Adapula yang mengartikan kelompok yang sering menyusahkan orang tua. Padahal pihak lain menganggap bahwa remaja sebagai potensi besar manusia yang perlu dimanfaatkan. Remaja sendiri menganggap bahwa dirinya punya dunia yang sukar dijamah oleh orang tua, adapula mengandalkan remaja adalah kelompok yang bertanggungjawab bangsa dan negara dimasa depan. Remaja adalah insan yang sering disebut-sebut, baik positif maupun negatif penyebutan tadi. Dia disebut sebagai tulang punggung negara, generasi penerus yang sangat diharapkan serta disebut sebagai pembuat kerusakan yang dikenal dengan kenakalan remaja. Tampa memikirkan masa depan , penurrut hawa nafsu yang berlebihan dan sebagainya. Dalam satu sisi diapun mampu berbuat untuk kemakmuran masyarakat dengan berbagai kemajuan yang diciptakanya. Tapi diapun disorot sebagai manusia penghacur bangsa dengan ulah negatifnya. Yang jelasa remaja akan baik bila orang tuanya sebagai gardan terdepan pendidik utama, masyarakat dan lingkungan lainnya. Memperhatikan kebutuhan remaja, membinbing serta mengarahkan kepada hal –hal yang positif. Kenakalan remaja tidak bisa lepas demikian saja kepadanya. Dia berkaitan dengan ulah orang tua dan masyarakat atau sistem yang mengelilinginya. Dalam mengisi hidup ini remaja sebagai insanpun memerlukan beberapa kebutuhan
diantaranya kebutuhan pengembangan keterampilan yang menghasilkan keuangan. Kebutuhan untuk berkembang dan memelihara kesehatan serta kesegaran fisik untuk mengerti tentang hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam suatu ditengah masyarakat. Mereka butuh ilmu pengetahuan, kebutuhan akan kasih sayang, pergaulan dengan teman sebaya, untuk bediri sendiri dan berprestasi serta kebutuhan lainya yaitu tentang falsafah hidup yang utuh sebagai petunjuk. Kebutuhan –kebutuhan tersebut diatas tidak berlaku bagi seluruh remaja yang dibatasi oleh berbagai faktor antara lain faktor individual, sosial, kultural dan religius. Remaja sebagai manusia biasa memiliki beberapa keunikan yang mampu membawanya kepada satus yang lebih tinggi dari orang tuanya. Dari segi pendidikan banyak remaja yang telah mengangkat derajat keluarganyasebagai keluarga yang layak untuk dihargai dengan meraih gelar kesarjanaan atau keberhasilan lainnya. Walaupun orang tuanya tidak sempat meuntut ilmu setingkat dirinya. Tidak sedikit pula remaja yang menyandarkan orang tuanya terhadap keyakinan agama setelah sekian lama terbenam dalam kemaksiatan. Menurut sosiolog, remaja pada umumnya pemuda terhadap agama acuh tak acuh, dia sedang berada dalam kebimbangan karena dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan. Bila budaya dan lingkungan menghendaki terhadap agama maka diapun terlibat. Seandainya lingkungan melepaskan diri dariilai-nilai agama maka dia akan tidak mau tahu terhadap urusan yang berbau agama. Sedangkan bila ditinjau dari ilmu jiwa , remaja terhadap agama mengalami beberapa fase yaitu : Pertama, kepercayaan ikut-ikutan karena mengikuti keluarga, teman sebaya dan lingkungan, kalau keluarga , teman sebaya dan lingkungan berbuat demikian maka diapun akan tertarik akan mengikuti pula. Kedua, remaja akan sadar terhadap agama pada usia 16 tahun, karena dia telah dituntut untuk memperhatikan ilmu pengetahuan dan agama. Dia ingin mencari jati diri dan bukti tentang kebesaran agama, akan ditolaknya segala kepercayaan yang tidak masuk akal atau yang menyesatkan. Ketiga, ambivalensi atau ragu terhadap agama, hal ini disebabkan pendidikan diwaktu kecil yang tidak ditanamkan nilai-nilai agama kepadanya. Bisa juga karena kemerosotan moral yang terjadi dimasyarakat yang mengakibatkan keyakinan bahwa agama tidak mampu memperbaiki seseorang. Hal ini perlu diatasi sejak awal dengan pendidikan agama yang matang. Keempat, akibat tidak percaya pada tuhan diawali kondisi waktu kecil yang tidak baik. Dia lari dari agama karena dendam kepada orang tua guru. Fase ini sangat berbahaya yang mengantarkan anak berfikir sekuler. Agama tidak lagi menjadi penasehat baginya. Agama hanya bikin repot saja dan lain sebagainya. Menurut Elizabetth B. Harlock ada beberapa hal yang menyebabkan remaja ragu terhadap agama sebagai berikut;
1. Cara pelajaran agama pada masa kecil secara dokmatis. Anak ditakuti dengan hukuman dosa dan neraka. 2. Kemajuan berfikir remaja meningkat segala sesuatunya selalu dengan pikiran, bila fikiran tidak menerima maka tidaklah benar. 3. Pendidikan yang lebih tinggi yaitu selalu mengaitkan agama dengan ilmu pengetahuan sementara agama tidak mampu atau bertentangan dengan ilmu pengetahuan. 4. Berteman dengan orang lain agama sehingga anak bingung, mana agama yang benar, apakah agama dia atau agama temanya. 5. Adanya ketidaksesuaian antara nilai moral dengan kenyataan yang ada. Sementara orang menjunjung tinggi agama akan tetapi ahli agama melakukan pekerjaan dosa. Dalam surat Ar Rum ayat 31 ALLA berfirman , berimanlah kamu kepada ALLAH, bertaqwalah kepadaNYA, mendirikan sholat dan jangalah jadi orang yang musyrik’. Dari ayat ini dapat di simpulkan bahwa pembinaan terhadap agama fitrah yaitu islam dapat dilakukan cara sebagai berikut; Pertama, Beriman kepada ALLAH; fitrah agama yang telah dimiliki manusia harus diarahkan kembali kepada perjanjian yang pernah terjadi. Perjanjian itu mudah dilupakan karena terjadi di alam ruh, justru itulah ALLAH mengirimkan rasulnya sebagai pemberi peringatan agar tetap dalam fitrah. Bila fitrah telah berbaur dengan musirikan perlu diadakan koreksi diri terhadap kesalahan dengan bertobat. Kedua setelah beriman kembali kepada Tauid maka perlu pemeliharaan serta peningkatan secara konstiyu dengan berhati-hati dalam hidup yaitu dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan ALLAH SWT. Ketiga mendirikan sholat ; diantara perintah ALLAH ialah agar menegakan sholat bukan sekedar sholat saja akan tetapi membekas dalam segala asfek kehidupannya. Hal ini rasulullah menuntun agar pendidikan sholat diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Bila usia sepuluh tahun tidak sholat atas kesadarannya maka pukulah anak tersebut dengan pukulan didikan. Keempat, jangan jadi orang syirik; setelah keimanan tertanam janganlah dinodai dengan segala kesesatan yang mengakibatkan syirik, baik dengan terang-terangan mengambil sembahan selain ALLAH atau secara sembunyi diantara tidak ikhlas dalam beribadah dengan segala tindaknya ingin dipuji oran lain. Remajapun butuh didikan, seperti halnya pembinaan dan pengayoman dalam seluruh kegiatan sehingga lahirlah kader-kader yang berkualitas sebagaimana didikan para rasul dahulu terhadap kaumnya dan rasulullah terhadap sahabatnya seperti Abu bakar, umar usman, Ali, bila ban rabah, khalid bin walid dan sebagainya. Nabi Zakaria AS pun juga menghendaki hal yang sama, bahwa anaknya yang bernama Yahya AS kelak menjadi regenerasi yang mempu mengemban tugas da’wah dikemudian hari.
“Zakaria berdoa” Ya tuhanku , sesungguhnya tulangku sesungguhnya telah lemah dan kepala ku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada engkau ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku kwatir terhadap mewaliiku sepeninggalanku sedangkan istriku adalah seorang yang mandul , mak anugerahkan lah aku dari sisi engkau seorang putra yang akan mewarisi sebagian keluarga Ya’akub, dan janganlah ya tuhanku ia seorang yang diredhoi’ (maryam 19;6).
PENUTUP Perkembangan serta kemajuan yang dialami manusia dalam segala bidang, membuat manusia semankin tinggi posisinya dengan makhluk –makhluk lain yang ada di dunia ini. Posisi yang tinggi tersebut tidak akan turun sampai kepada taraf yang terendah. Dalam istilah Alqur’an telah dijelaskan “Safala safilin” atau sederajat dengan hewan bahkan lebih rendah dari hewan bila keimanan tidak dipertahankan maka segala fitrah yang dimiliki manusia hendaknya harus dikembangkan sedini mungkin terus menerus. Fitrah manusia harus dipupuk sejak masih berada dalam kandungan. Ketika masih kecil dengan ajaran fitrah pula dan ditambah dengan berbagai ilmu pengetahuan lainya ketika dalam jenjang usia remaja sampai hidup ditengah masyarakat dalam tingkat usia dewasa. Kecendrungan terhadap agama yang ada pada remaja tidak akan goyah bahkan sebaliknya bila dari semua pihak membawa pengaruh yang positif sehingga kehadirannya mempiunyai arti terhadap agama yang diperlukannya nantinya sebagai penyuluh, teman dan kebutuhan yang sulit dilepaskan dari kehidupannya. Disamping itu, dia punya semboyan ALLAH sebagai tujuan kami, Rasulullah teladan kami, jihad jalan kami, Syahid cita-cita kami tertinggi. Seluruh jiwa dan raganya telah terang oleh nialainilai qur’ani bahkan tingkah lakunya adalah refleksi dari ayat-ayat Alqur’an.