BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR SIKLUS PERENCANAAN, PENGANGGARAN, DAN EVALUASI UMUM PADA ORGANISASI BIDANG PENDIDIKAN Oleh : Alim Harun P. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
I. PENDAHULUAN Perencanaan dan evaluasi dalam suatu siklus kegiatan keorganisasian menyerupai dua sisi mata uang1. Perencanaan dipahami sebagai penalaran sistematis tentang alokasi sumberdaya di masa depan, yang kurang lebih memiliki kesamaan dengan pembuatan keputusan2. Sedangkan evaluasi lebih memusatkan perhatian pada situasi kekinian yang mendesak atau aktivitas di masa lampau yang meliputi: (1) asesmen terhadap hasil akhir dari satu atau lebih program; (2) menyusun penilaian tentang keefektifan suatu program; (3) penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan program berikutnya. Perencanaan dan evaluasi adalah dua tahapan utama dalam suatu siklus program yang dihubungkan melalui sebuah tahapan, yang disebut penganggaran. Keduanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam pelayanan kepada klien yang lebih baik. Penganggaran adalah unsur penting yang menghubungkan antara perencanaan dan evaluasi. Anggaran juga dapat dimaknai sebagai gambaran kehendak yang dimiliki organisasi3. Melalui penganggaran, sebuah organisasi dapat mengambil keputusan tentang alokasi dan pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuannya4. Sebagai proses yang berhubungan erat dengan pengalokasian sumberdaya, penganggaran sebaiknya tidak dimaknai sebagai proses yang bersifat teknokratik rasional secara penuh dan sarat pertimbangan. Walaupun perencanaan dan evaluasi akan menjadi tak bermakna, kecuali keduanya mampu mempengaruhi alokasi sumberdaya suatu organisasi. Perlu dicatat bahwa pada beberapa hal penganggaran adalah bagian dari perencanaan.
Guthrie, J.W., Garms, W.I. & Pierce, L.C. 1988. School Finance and Education Policy: Enhancing Educational Efficiency, Equality, and Choise. Second Edition. Needham Heights, Massachusetts, U.S.A.: Allyn and Bacon, Simon & Schuster, Inc. (Hal. 1
215-216).
Walaupun melalui kajian yang lebih mendalam akan ditemui perbedaan mendasar, yaitu: (1) The planner or planners may not in fact be the individual or team of individuals responsible for implementing the plan. In short, planners are not necessarily executives or decision makers; (2) Planning is oriented toward a time horizon beyond the immediate present; dan (3) Planning involves systematic efforts to reduce uncertainty, to convert unknowns to statements of probability. A decision maker concerned with an immediate condition may not have the luxury of being able to assign reasoned estimates to alternative scenarios. Planning can mitigate the risks involved in having to make instant decisions. 2
Ibid, 1988: 216 Idealnya, sumber-sumberdaya dipergunakan konsisten dengan rencana-rencana organisasional secara menyeluruh, dan evaluasievaluasi program dan kegiatan yang secara berturut-turut memberikan informasi siklus perencanaan dan penganggaran yang berikutnya. 3 4
II. PERENCANAAN Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang harus ada pada setiap tingkatan di dalam suatu sistem organisasi pendidikan. Perencanaan bertujuan tidak saja untuk menciptakan suatu perubahan5, melainkan lebih dari itu yaitu untuk mengurangi ketidakpastian dan memanfaatkan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. Perencanaan jangka panjang yang sistematis memungkinkan sebuah organisasi pendidikan untuk mengurangi jumlah waktu yang digunakan dalam memberikan layanan, menghasilkan prestasi murid yang lebih tinggi, meningkatkan kepuasan orangtua murid, mendorong partisipasi masyarakat yang lebih besar, dan sebagainya bagi beberapa tujuan. Program kerja yang telah dilakukan cukup sering, barangkali tidak terlalu membutuhkan perencanaan yang sangat terperinci. Seorang kepala sekolah dengan pengalaman memimpin selama dua puluh tahun misalnya, dalam situasi daerah yang stabil tentu telah berhasil menjalankan organisasi sekolah untuk rentang waktu yang cukup lama. Dalam kondisi tersebut, sesungguhnya yang bersangkutan telah mampu mereduksi berbagai proses rumit menjadi sesuatu yang bersifat rutinitas. Artinya, secara substansial, pengalaman kepemimpinan akan sangat membantu seseorang dalam proses perencanaan program kerja. Pada contoh kasus kepala sekolah di atas, ia hanya memerlukan sedikit tinjauan ulang tentang hal-hal yang pernah dilakukan sebelumnya agar mampu menyegarkan kembali ingatan tentang langkah-langkah penting yang harus ditempuh. Jika antisipasi program kerja telah dapat diatasi dengan pengalaman rutinitas, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan peramalan (forecasting). Sebuah strategi merupakan sebuah rencana untuk memperoleh sebuah tujuan yang berskala besar. Sebuah taktik adalah satu dari beberapa langkah dalam sebuah strategi, dengan demikian dapat dipahami bahwa rencana manajerial adalah termasuk taktik. Perencanaan dapat dipandang sebagai sesuatu yang strategis (strategic planning) atau manajerial (managerial planning). Keduanya, baik strategic planning ataupun managerial planning memiliki perbedaan yang lebih bersifat konseptual, dimana suatu rencana strategis di suatu tingkatan operasi dapat dianggap sebagai sesuatu yang manajerial bagi tingkatan operasi yang lain. Meskipun demikian, baik sebuah perencanaan disebut strategis ataupun manajerial, ataupun dilakukan oleh sebuah instansi seperti dinas pendidikan atau organisasi pendidikan lainnya, proses perencanaan sesungguhnya tidaklah jauh berbeda6. Kesamaan terletak pada terdapatnya suatu persoalan yang harus diidentifikasi terlebih dahulu, semisal: (1) hilangnya kepercayaan masyarakat; (2) rendahya peminat layanan organisasi; atau (3) penurunan prestasi siswa dalam ujian nasional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka sebuah solusi harus ditetapkan.
5 6
Sebab sejatinya perubahan dapat terjadi tanpa atau dengan adanya suatu rencana. Ibid, 1988: 216.
Penetapan solusi memerlukan asesmen terlebih dahulu7. Asesmen yang dilakukan meliputi biaya dan akibat dari solusi yang ditetapkan. Apabila solusi yang ditetapkan amat bergantung pada tindakan di luar kontrol langsung organisasi, maka perlu dipertimbangkan tentang kemungkinan realisasinya. Pada bagian akhir, setelah asesmen dari semua alternatif dilakukan, perencana wajib untuk melakukan perangkingan solusi-solusi tersebut. Setelah adanya kesepakatan tentang solusi, langkah berikutnya adalah menjalankan perencanaan terperinci yang dibutuhkan untuk penerapan solusi tersebut. Perencanaan mengikuti cara pandang yang kurang lebih sama dengan penyelesaian masalah (problem solving) atau pembuatan keputusan (decision making). Teknik-teknik perencanaan dapat membantu merasionalisasikan proses dan mengurangi ketidakpastian. Terdapat beberapa teknik perencanaan yang dapat digunakan, seperti PERT, linear programming, queuing theory, computer simulation, dan cost-benefit analyses dan present-value discounting sebagai komponen penganggaran8. III. PENGANGGARAN Penganggaran diperlukan sebuah organisasi untuk menyelaraskan ketersedian sumberdaya yang dimiliki dengan tujuan yang hendak dicapai. Proses anggaran adalah penghubung yang praktis dan konkrit antara perencanaan, manajemen organisasi (berorientasi masa depan), dan evaluasi (berorientasi masa lalu)9. Tiga asumsi dasar untuk mencapai keefektifan penganggaran, yaitu: Pertama, kesetahunan (annualarity). Asumsinya adalah bahwa sebuah anggaran merupakan suatu rencana alokasi sumberdaya organisasi yang dimaksudkan untuk menaungi sebuah periode pada waktu yang telah ditetapkan, umumnya satu tahun. Periode tersebut tidak harus dimulai dari tanggal 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember10. Terlepas dari periode waktu anggaran tertentu, baik satu atau dua tahun, prinsip yang penting adalah bahwa terdapat sebuah rentang waktu yang telah disepakati sebelumnya guna masa pelaksanaan alokasi sumberdaya dan administrasi keuangan. Selain itu, agar dapat dipergunakan secara
Sebuah contoh yang diungkapkan Guthrie, dkk (1988) menjelaskan bahwa pendidikan di Amerika Serikat yang teramat desentralistik menyebabkan para pejabat federal (negara bagian) harus senantiasa: (1) mencermati beragam wacana mutakhir (tren umum terbaru) tentang persyaratan insentif bagi negara bagian; (2) mencermati berbagai isu seperti proyeksi penerimaan siswa baru, permintaan dan pemenuhan kebutuhan guru, dan modal pengelolaan pendidikan yang dibutuhkan ; (3) secara berkala terlibat dalam perencanaan gedung baru, penyesuaian kurikulum, jalur transportasi murid menuju ke sekolah, penerapan kebijakan penilaian murid, hingga pelantikan dewan penasehat orangtua murid di sekolah. 8 Periksa Aryawan, F.N. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Pendidikan: Suatu Pengantar Teoritis. Malang: Penerbit NAMS. 9 Periksa Razek, Joseph R. & Hosch, G.A. 1990. Introduction to Governmental and Not-For-Profit Accounting. Second Edition. Englewood Cliffs, New Jersey, U.S.A.: Prentice-Hall, Inc. (Hal. 4), menyatakan hal yang kurang lebih sama mengenai hubungan penganggaran, perencanaan dan kontrol, bahwa “Planning is the act of determining the amount of and type of resources to be 7
received and expended by the organization during a given period. Another name for planning is budgeting. Control is the act of determining whether the resources received and expended are done so in accordance with the budget ”. Buku-buku teks tentang keuangan dan administrasi sekolah umumnya menggambarkan penganggaran dalam konteks praktik bisnis. Guthrie, dkk (1988: 223) telah meninggalkan kesepahaman yang demikian itu untuk tiga alas an, yaitu: (1) penganggaran dilihat sebagai bagian dari perencanaan dan evaluasi manajemen; (2) anggaran harus dapat mewakili suatu perencanaan sumberdaya secara menyeluruh yang dimiliki oleh suatu organisasi, seperti waktu, personalia, dan sumberdaya fisik (tidak hanya uang); dan (3) proses anggaran juga harus dipahami sebagai aktifitas politik. 10 Pada kasus di Amerika Serikat, sejumlah wilayah dinas pendidikan memanfaatkan tahun kalender tersebut sebagai tahun anggarannya. Tahun anggaran (budget year) juga dikenal dengan tahun anggaran keuangan (fiscal year). Pada sejumlah dinas pendidikan, tahun anggarannya adalah dimulai pada 1 Juli dan ditutup pada akhir Juni di tahun berikutnya. Namun, terdapat pula sejumlah lain dinas pendidikan yang menetapkan tahun anggarannya sesuai dengan tahun pelajarannya, atau sesuai dengan siklus penyesuaian badan legislatif di negara bagiannya. Tahun anggaran bagi dinas-dinas pendidikan di Amerika Serikat, umumnya ditentukan oleh pemerintah negara bagian.
maksimal, tahun anggaran harus direvisi secara berkala (anggaran perubahan). Pilihlah satu tahun anggaran dan tetaplah pada keputusan anggaran yang telah dibuat. Jika tidak, kepercayaan diri masyarakat, pengarsipan, dan analisis keuangan berada dalam situasi yang beresiko tinggi11. Kedua, kekomprehensifan (comprehensiveness). Asumsinya adalah bahwa sebuah anggaran harus dapat berfungsi sebagai penunjuk arah bagi seluruh aktifitas keuangan organisasi, baik pada pengelolaan sumberdaya maupun pada pengeluarannya (expenditure)12. Seluruh pemasukan yang diterima atau pengeluaran yang dibelanjakan oleh sebuah organisasi, tidak peduli sumber dan tujuannya, haruslah dipandu oleh anggaran dan proses anggaran yang dimiliki. Apabila situasi anggaran tidak komprehensif, bisa jadi sumberdaya organisasi dapat dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk tujuan di luar kendali pimpinan organisasi. Kondisi ini mungkin bersifat legal atau ilegal, namun kondisi semacam ini yang pasti tidak efisien. Ketiga, keseimbangan (balance). Asumsinya adalah bahwa penerimaan yang berasal dari sumberdaya tidak boleh melebihi pengeluaran yang dibelanjakan. Asumsi ini tidak menyatakan bahwa sebuah organisasi harus memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki sebagai satu-satunya sumber, sebab sumberdaya dapat diperoleh organisasi melalui pinjaman yang dapat dibayar kemudian. Seperti halnya, pinjaman dana untuk gedung operasional yang bersifat jangka panjang, adalah sesuatu yang cukup masuk akal untuk dilakukan. Sebuah anggaran diasumsikan sebagai pengakuan eksplisit organisasi tentang sumberdaya yang dimiliki dan kewajiban yang harus dipenuhi, dimana keduanya haruslah serasi. Apabila keduanya tidak serasi (out of balance), maka organsasi tersebut dapat dianggap telah berjalan di luar kendali (out of control)13. IV. SIKLUS ANGGARAN Terkait dengan siklus anggaran (budget cycle)14, dijelaskan bahwa penganggaran terdiri dari empat komponen penting, runut, dan teratur15. Pertama, pengembangan anggaran (budget development), yang berorientasi masa depan. Komponen ini menunjukkan suatu
Ibid, 2014. Suatu anggaran dapat berisi tentang beragam jenis dana dan akun, seperti pengajaran, administrasi, pemeliharaan, dan transportasi. Hal itu agar berbagai pengeluaran dapat tetap terlacak dengan baik melalui lebih dari satu cara, yaitu berdasarkan fungsi, seperti pendidikan jasmani, seperti halnya berdasarkan obyek pengeluaran, seperti gaji para pengajar. 13 Periksa Razek, Joseph R. & Hosch, G.A. 1990. Introduction to Governmental and Not-For-Profit Accounting. Second Edition. Englewood Cliffs, New Jersey, U.S.A.: Prentice-Hall, Inc. (Hal. 4); yang memberikan pembandingan bahwa “The term matching 11 12
concept denotes the fact that revenues are matched or compared with expenses (or expenditures). Business firm match revenues with expenses in order to determine their income for a period of time. Nonbusiness organizations match revenues with expenditures (or expenses) in order to determine the changes that take place in their fund balances over a period of time. In addition, they compare their actual revenues and expenditures (or expenses) with their budgetary authorizations in order to determine compliance with the budget. Governmental accounting generally emphasizes the inflows, outflows, and balances of expendable resources rather than the determination of revenues, expenses, and income.” Ibid, 2014. Istilah siklus anggaran mencerminkan suatu pola berulang pada kegiatan organisasi. Pola tersebut memfasilitasi untuk memandang ke masa depan dan untuk melakukan asesmen terhadap masa lalu. Siklus anggaran sebuah organisasi bermula, berakhir, dan seterusnya, berlangsung sebagaimana ciri alamiah siklus, bermula kembali. Keempat komponen penganggaran--pengembangan, administrasi, pembukuan keuangan, dan analisis, disajikan secara berurutan dalam siklus, akan tetapi keempat hal tersebut sesungguhnya tumpang tindih antara satu sama lain. Keempatnya, pada dasarnya harus demikian, dan dapat muncul secara simultan, meskipun masing-masing dapat berfokus dengan baik sepanjang tahun anggaran ( fiscal year) yang berbeda. 15 Ibid, 1988: 225-231. 14
perhatian tentang sesuatu yang akan terjadi dan tindakan yang seharusnya dilakukan. Komponen ini harus selaras dengan siklus perencanaan organisasi. Kedua, administrasi anggaran (budget administration), yang berorientasi pada masa sekarang. Komponen ini berfokus pada beragam prosedur dan persetujuan keuangan yang semestinya dijalankan. Misal, pekerjaan staf dinas pendidikan pada suatu tahun anggaran berjalan untuk menyiapkan daftar gaji dan menyetujui berbagai permintaan pembelian untuk pasokan keperluan pengajaran semester mendatang. Ketiga, akuntansi (accounting) atau pembukuan keuangan (bookkeeping), berorientasi pada masa yang baru saja berlalu (immediate past). Komponen ini mengarah pada masa lampau dan hingga pada tingkat mana hal yang terjadi konsisten dengan proyeksi yang dibuat. Misal, pekerjaan staf keuangan untuk menutup pembukuan pada akhir tahun pelajaran dengan menjumlahkan pengeluaran dari berbagai kategori dan menata arsip pengeluaran secara rapi guna keperluan audit tahunan. Keempat, analisis biaya (cost analysis), yang berorientasi pada pandangan yang lebih jauh ke masa lampau. Komponen ini melibatkan: (1) asesmen terhadap tindakan masa lampau; dan (2) penilaian (appraisal) terhadap keefektifan tindakan yang berhubungan dengan aspek biaya. Misal, pekerjaan staf bagian evaluasi untuk pengumpulan data terkait penilaian hasil inovasi pengajaran yang berhasil diujicobakan selama satu tahun pelajaran. Data tentang analisis biaya disampaikan kepada kepala dinas untuk penentuan, apakah inovasi tersebut layak untuk diteruskan atau dihentikan. V. AKUNTANSI Terkait dengan akuntansi, perlu dipahami terlebih dahulu tentang siklus akuntansi pendidikan yang meliputi: (1) pengertian siklus akuntansi pendidikan; (2) alur proses siklus; dan (3) tahapan siklus16. Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan merupakan proses pengumpulan dan pengelolaan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan atau ikhtisar lain yang dapat digunakan untuk membantu pemakainya dalam membuat suatu keputusan. Untuk penyusunan suatu laporan keuangan yang memenuhi derajat akuntabilitas dan dapat diterima secara umum haruslah berdasar pada prinsip, prosedur, metode, dan teknik dalam ruang lingkup akuntansi. Inilah yang selanjutnya disebut sebagai siklus akuntansi17. Siklus akuntansi adalah proses penyediaan laporan keuangan organisasi selama satu periode tertentu. Siklus akuntansi dapat dibagi menjadi pekerjaan yang dilakukan selama periode berjalan, yaitu: (1) penyusunan jurnal transaksi dan pemindahbukuan ke dalam buku besar; dan (2) penyiapan laporan keuangan pada akhir
16 17
Bastian, I. 2007. Akuntansi Pendidikan (Saat, S. & Sumiharti, Y., Eds.). Jakarta: Penerbit Erlangga. (Hal. 57-58) Ibid, 2007:57.
periode. Pekerjaan yang dilakukan di akhir periode termasuk juga mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya18. Alur proses siklus akuntansi pendidikan dijelaskan bahwa siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan akuntansi dalam suatu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, serta persiapan untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya. Adapun tahapan siklus akuntansi pendidikan dikelompokkan ke dalam tiga tahap, yaitu: Pertama, tahap pencatatan yang terdiri dari: (a) kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran buku transaksi serta bukti kegiatan; (b) kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal; dan (c) memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau jenisnya ke dalam akun buku besar. Kedua, tahap pengikhtisaran yang terdiri dari: (a) penyusunan neraca saldo sesuai akun pada buku besar; (b) pembuatan ayat jurnal penyesuaian; (c) penyusunan kertas kerja atau neraca lajur; (d) pembuatan ayat jurnal penutup; (e) pembuatan neraca saldo setelah penutupan; dan (f) pembuatan ayat jurnal pembalik. Ketiga, tahap pelaporan yang terdiri dari: (a) laporan surplus defisit; (b) laporan arus kas; (c) neraca; dan (d) catatan atas laporan keuangan19.
VI. EVALUASI PROGRAM Evaluasi program terdiri dari asesmen sistematis terhadap upaya penentuan akibat dari pelaksanaan suatu program. Evaluasi program membutuhkan penilaian tentang keberhasilan atau kegagalan dari upaya dilakukan. Penilaian melibatkan proses pengukuran dengan target atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa model pertanyaan yang disusun oleh para evaluator, seperti: apakah nilai prestasi membaca murid meningkat?, apakah tingkat ketidakhadiran dan kenakalan murid menurun?, apakah kepuasan orangtua murid membaik?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan oleh para evaluator untuk menemukan jawaban, hingga target hasil akhir yang diinginkan muncul. Hasil evaluasi itu selanjutnya digunakan untuk memberi saran tentang pelaksanaan tugas secara lebih efektif, dan untuk mempengaruhi alokasi sumberdaya organisasi. Topik evaluasi program mengandung substansi yang cukup besar dengan berbagai metodenya, sehingga terlalu panjang lebar apabila dipaparkan dalam bahasan ini. Sumber bacaan awal yang dapat disimak salah satunya adalah Isaac & Michael (1984). Evaluasi program digambarkan sebagai berikut.
Ibid, 2014. Banyaknya langkah yang harus ditempuh pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode berjalan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode. 19 Ibid, 2007: 58. 18
“In actuality, program evaluation most often manifests in one of two guises: (1) accountability, analogous to the bank auditor checking the books to determine whether or not there is an acceptable balance across the original expectations, final accomplishments, and associated cost-effectiveness considerations; and (2) feedback, analogous to the athletic coach skillfully shaping and refining the performance of an individual or team toward continuing improvement.”20
Meskipun evaluasi program seringkali tampil sebagai suatu proses yang kompleks dengan banyak komponen dan pertimbangan, pada dasarnya inti dari evaluasi program terdapat hanya dalam tiga langkah yang dilakukan secara berurutan, yaitu: (1) objectives (state clearly and specifically each objective in measurable or observable terms); (2) means (plan the various strategies and activities which will be implemented to attain each objective); dan (3) measures (select or develop the measure(s) by which attainment of each objective will be determined). Salah satu model yang termasyur dalam literatur tersebut adalah sebuah model yang dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk, dan dikenal sebagai CIPP (Context-Input-Process-Product)21.
Isaac, S. & Michael, W.B. 1984. Handbook in Research and Evaluation: A Collection of Principles, Methods, and Strategies Useful in The Planning, Design, and Evaluation of Studies in Education and The Behavioral Sciences . Second Edition. San 20
Diego, California, U.S.A.: EdITS Publishers. (Hal.4). 21 Ibid, 2014.
DAFTAR PUSTAKA Aryawan, F.N. 2014. Pengantar Manajemen Keuangan Pendidikan: Suatu Pengantar Teoritis. Malang: Penerbit NAMS. Bastian, I. 2006. Akuntansi Pendidikan (Saat, S. & Sumiharti, Y., Eds.). Jakarta: Penerbit Erlangga. Isaac, S. & Michael, W.B. 1984. Handbook in Research and Evaluation: A Collection of Principles, Methods, and Strategies Useful in The Planning, Design, and Evaluation of Studies in Education and The Behavioral Sciences. Second Edition. San Diego, California, U.S.A.: EdITS Publishers. Guthrie, J.W., Garms, W.I. & Pierce, L.C. 1988. School Finance and Education Policy: Enhancing Educational Efficiency, Equality, and Choise. Second Edition. Needham Heights, Massachusetts, U.S.A.: Allyn and Bacon, Simon & Schuster, Inc. Razek, Joseph R. & Hosch, G.A. 1990. Introduction to Governmental and Not-For-Profit Accounting, Second Edition. Englewood Cliffs, New Jersey, U.S.A.: Prentice-Hall, Inc.