BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Negeri 4 Gorontalo merupakan sekolah pengalihan dari Sekolah Dasar Nomor 22 Kota Utara Kota Gorontalo. Hal tersebut terlaksana dikarenakan Sekolah Menengah Negeri di Kota Gorontalo sangat dibutuhkan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Oleh sebab itu, Sekolah Dasar Negeri 22 Kota Utara dialihkan fungsinya menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Gorontalo. Secara Geografis SMA Negeri 4 Gorontalo terletak di sebelah Utara Pusat Kota Gorontalo, tepatnya di Kelurahan Wongkaditi Jalan Brigjen Piola Isa Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Lingkungan SMA Negeri 4 Gorontalo yang kondusif dan jauh dari kebisingan kesibukan kota merupakan salah satu prasyarat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, daerah persawahan dan perkantoran pemerintah yang terdapat di lingkungan sekolah menjadi pendukung program-program keunggulan lokal dan peningkatan mutu pendidikan. Tahun 2002 SMA Negeri 4 Gorontalo dioperasikan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Gorontalo. Siswa sebagai peserta didik berasal dari SMA Negeri 3 Gorontalo berjumlah 14 orang yang dititipkan untuk dididik, dibina dan dibelajarkan sehingga menjadi siswa yang berkualitas. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 4 Gorontalo pada tahun 2002 sebanyak 8 orang. Kepala sekolah yang menjabat adalah Hj. 25Hanny Tanua, M.Pd. (2002-2006). Pada masa jabatan beliau tepatnya pada tahun 2004 SMA Negeri 4 Gorontalo
melaksanakan KBK Mandiri yang merupakan satu-satunya sekolah di Kota Gorontalo yang secara mandiri melaksanakan
kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jumlah siswa pada akhir jabatan beliau meningkat tajam mencapai 324 orang dengan 9 rombongan belajar. Tahun 2006 SMA Negeri 4 Gorontalo pada masa kepemimpinan Hi. Abram Badu M.Pd diverifikasi menjadi RSKM dengan syarat utama adalah pelaksanaan KBK. Tahun 2007 ditetapkan menjadi rintisan sekolah kategori mandiri oleh direktorat pembinaan SMA. Selanjutnya pada tahun 2009 SMA Negeri 4 Gorontalo diverifikasi menjadi calon sekolah model SKM-PBKL-PSB. Hj. Hanum Hulukati M.Pd sebagai kepala sekolah melakukan pembenahan pada berbagai kegiatan untuk mendukung program tersebut sehingga pada tahun 2010 SMA Negeri 4 Gorontalo ditetapkan menjadi Sekolah Model SKM-PSB dengan tujuan utama programnya adalah pencapaian 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) Tahun 2011 pucuk pimpinan SMA Negeri 4 Gorontalo diserahkan kepada Bapak Samsudin Hunou, M.Pd untuk melanjutkan program sekolah model. Tahun ini pula SMA 4 Gorontalo menerima bantuan sosial sekolah pelaksana SKM-PSB, BOMM, SBS dan beasiswa lainnya.
Di usia 9 tahun, SMA Negeri 4 Gorontalo telah meraih berbagai prestasi baik tingkat Kota, Provinsi, Nasional dan Internasional. Pada bidang keilmuan SMA Negeri 4 Gorontalo pernah meraih juara PIR, Cerdas Cermat Ekonomi dan Olimpiade sains tingkat Provinsi.
Visi dan misi SMA Negeri 4 Gorontalo sebagai sekolah pusat sumber belajar berbasis keunggulan lokal menuju sekolah berdaya saing internasional yang mampu menyiapkan siswa berwawasan IPTEK, dan memiliki IMTAQ sehat jasmani dan rohani misi sekolah. Misi SMA Negeri 4 Gorontalo adalah melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif baik secara langsung maupun online melalui internet sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya, menumbuhkan semangat keunggulan lokal secara intensif kepada seluruh warga sekolah, mengembangkan sikap mandiri dan sportifitas dalam meraih prestasi dan menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi. 4.2
Sajian Data Inkuiri adalah suatu kegiatan atau cara belajar yang bersifat mencari secara
logis, kritis, dan analisis menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo dikatakan bahwa: “Pada dasarnya metode inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dan mendorong siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya. Dijelaskan pula bahwa inkuiri adalah suatu teknik mengajar atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dengan cara membagi-bagi tugas meneliti suatu masalah, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian kelompok membahas tugasnya dan mendiskusikan serta membuat laporan (Wawancara, Hastina Lasido, 7 Mei 2012)” Dijelaskan pula oleh salah seorang guru sejarah bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah: “Inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri mencari jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan secara jelas dan struktural kelompok. Dijelaskan pula bahwa dalam menggunakan teknik ini sewaktu mengajar agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Inkuiri ini mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya karena siswa dapat merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data dan menarik kesimpulan. Inkuiri sebagai metode mengajar dalam dunia pendidikan yang dapat dilakukan secara kelompok, agar siswa dapat bekerjasama dengan temannya dan saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu masalah. Misalnya dalam mengajarkan ilmu sejarah ini merupakan kegiatan mengajar agar peserta didik belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sejarah yaitu kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih pengajar harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksud agar terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didik. Interaksi akan terjadi jika menggunakan cara yang cocok yang disebut dengan metode mengajar (Wawancara, Toni, 8 Mei 2012)” Dijelaskan pula oleh ibu Hastina Lasido bahwa: “Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya, dimana inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya (wawancara, 7 Mei 2012).
Dari hasil wawancara dengan ibu Hastina Lasido selaku guru sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo tentang bagaimana menerapkan inkuiri dalam proses pembelajaran mata pelajaran sejarah dikatakan bahwa: “Agar guru dapat mengajar secara efektif hendaknya harus memenuhi beberapa syarat yakni membelajarkan siswa secara aktif, mempergunakan banyak metode mengajar (variasi metode), memberi motivasi belajar siswa yang tepat, materi yang diajarkan disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan masyarakat, mempertimbangkan perbedaan individual siswa, selalu membuat perencanaan sebelum mengajar, memberikan pengaruh yang sugestif kepada siswa, memilih keberanian dalam menghadapi siswanya dan masalah-masalah yang timbul sewaktu PBM berlangsung, mampu menciptakan situasi yang demokratis di sekolah, sewaktu menyajikan bahan pengajaran, guru memberikan masalahmasalah yang merangsang siswa untuk berpikir, mengintegrasikan semua pelajaran yang diberikan kepada siswa, menghubungkan mata pelajaran di sekolah dengan kebutuhan nyata di masyarakat, memberikan kebebasan kepada siswa untuk dapat menyelidiki, mengamati sendiri, belajar sendiri dan mencari pemecahan masalah sendiri, menyusun perencanaan pengajaran remedial dan
diberikan kepada siswa yang memerlukan (wawancara, Hastina Lasido, 7 Mei 2012). Sehubungan dengan pertanyaan tentang bagaimana cara menerapkan inkuiri agar lebih efektif dikatakan bahwa: “Guru harus bisa membimbing siswa untuk dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan, bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian, proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu, guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dan kemampuan berpikir, siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru, guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo tentang dampak inkuiri dalam proses pembelajaran dikatakan bahwa: “Inkuiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung pada siswa. Pembelajaran berbasis inkuiri ini akan membawa dampak belajar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pembelajaran ini, siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak. Sehubungan dengan itu dikatakan bahwa penemuan terjadi apabila individu terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya dan bertindak sebagai ilmuan yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri yang digambarkan dengan terapan-terapan yang dilaluinya. Selain itu, melalui pembelajaran ini, siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan yang bersifat ilmiah. Dalam hal ini siswa dapat memperoleh kesempatan untuk mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis yang dilakukan dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis dan dapat merumuskan sendiri penemuannya. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran inkuiri ini, diperlukan guru yang memiliki kompetensi professional mengajar dan kompetensi pedagogik yang baik, karena dengan kedua kompetensi tersebut guru akan mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sains berbasis inkuiri (wawancara, Hastina Lasido, 7 Mei 2012). Sedangkan menurut salah seorang guru di SMA Negeri 4 Gorontalo yang ditanyakan tentang dampak inkuiri terhadap proses pembelajaran dikatakan bahwa: “Seorang guru dalam menerapkan inkuiri dalam pembelajaran seorang guru harus memiliki kompetensi professional mengajar dan pedagogik akan mampu
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara sinergis, kemampuan ini diperlukan supaya pembelajaran yang dilakukan terarah dan tujuan pembelajaran dapat dicapai (wawancara, Toni, 8 Mei 2012).
Dari hasil wawancara dengan guru sejarah tentang apa prinsip yang digunakan guru dalam menerapkan inkuiri saat mengajarkan mata pelajaran sejarah dikatakan bahwa: “Prinsip pertama berorientasi pada pengembangan intelektual, artinya tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Oleh karena itu, keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mana beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu; Prinsip kedua, prinsip interaksi dimana dalam proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi, artinya menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan agar siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka; Prinsip ketiga adalah prinsip bertanya, dimana peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. dengan demikian, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan; Prinsip keempat yakni prinsip belajar untuk berpikir belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir, yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung menggunakan otak kiri dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional, akan membuat anak dalam posisi hampa. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan; Prinsip kelima adalah prinsip keterbukaan yakni belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan nalarnya. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan (Wawancara, Toni, 8 Juni 2012).
Berdasarkan wawancara dengan guru sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo tentang langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri dikatakan bahwa: “Dalam menerapkan inkuiri pada mata pelajaran sejarah, terdapat enam langkah yang biasanya dilakukan yakni: orientasi yang bertujuan untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah orientasi dalam Strategi Pembelajaran Inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa berpikir memecahkan masalah. Keberhasilan orientasi tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar; merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki. Proses pencarian jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir; mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji; mengumpulkan data artinya menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengmbangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan; menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat hendaknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan (wawancara, Hastina Lasido, 7 Juni 2012). Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Sejarah tentang masalah yang dihadapi jika menerapkan teknik inkuiri dalam proses pembelajaran dikatakan bahwa:
“Masalah yang sering dihadapi dalam menerapkan inkuiri pada proses pembelajaran mata pelajaran sejarah yakni strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses berpikir yang bersandarkan kepada dua sayap yang sama pentingnya, yaitu proses belajar dan hasil belajar; sejak lama tertanam dalam budaya belajar siswa bahwa belajar pada dasarnya adalah menerima materi pelajaran dari guru, dengan demikian bagi mereka guru adalah sumber belajar yang utama. Dan yang ketiga berhubungan dengan sistem pendidikan kita yang dianggap tidak konsisten (wawancara, Hastina Lasido, 7 Juni 2012). “ Berdasarkan hasil wawancara dikatakan pula bahwa melalui inkuiri ditemukan beberapa keunggulan yakni: “Pertama melalui strategi pembelajaran inkuiri dapat menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. Kedua, strategi pembelajaran Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. Ketiga, strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang mengaggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman dan keempat strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.” Berdasarkan wawancara dengan Hastina Lasido tentang hasil belajar siswa SMA Negeri 4 Gorontalo setiap guru menggunakan strategi inkuiri dalam proses pembelajaran mata pelajaran sejarah dikatakan bahwa:
“Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah pada siswa SMA Negeri 4 Gorontalo dapat berjalan dengan lancar dengan melalui beberapa tahapan, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesis, mendeskripsikan definisi istilah, pengumpulan data, evaluasi dan analisis data, dan pengujian hipotesis. Selain itu aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan bertambah banyaknya siswa yang aktif dalam pembelajaran pada setiap aspek yang dinilai, yaitu: mengajukan pertanyaan meningkat, kemampuan siswa mengemukakan pendapat lebih baik, siswa lebih aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain maupun memberikan pertanyaan kepada kelompok lain, kerja sama dalam kelompok untuk membahas materi mengalami peningkatan sehingga diskusi kelompok meningkat (Wawancara, 7 Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara dikatakan pula bahwa: “Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan strategi pembelajaran inkuiri yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang menjawab benar sehingga nilai hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan.
Nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan strategi inkuri 65, meningkat menjadi 75,2 pada pertemuan sampai 80,8 pada pertemuan berikutnya (wawancara, Hastina Lasido tanggal 7 Juni 2012).” Sejalan dengan masalah diatas, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas X dikatkaan bahwa: “Jika guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, saya merasa termotivasi sebab saya dapat mengemukakan pendapat secara bebas tentang materi yang sedang dikaji” (Wawancara, Adrianto Umar, 7 Juni 2012). Menurut siswa lainnya dikatakan pula bahwa: “Metode inkuiri yang digunakan guru mata pelajaran sejarah sangat membantu saya untuk memecahkan masalah pada materi pelajaran sejarah” (Wawancara, Ilham Bouty, 7 Juni 2012). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa siswa merasa termotivasi untuk belajar jika guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri sebab siswa dapat mengemukakan pendapat secara bebas untuk memecahkan suatu masalah. Pertanyaan lainnya yang diajukan tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri dikatakan oleh para siswa bahwa: “Langkah-langkah pembelajaran inkuiri sangat membantu saya untuk memahami materi sebab guru memberikan pengantar pokok-pokok pelajaran, merumuskan masalah yang akan dikaji sampai merumuskan kesimpulan” (Wawancara, Aida Mohammad, 7 Juni 2012). Pendapat lain dari siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo bahwa: “Selama ini saya mengalami kesulitan untuk menarik satu kesimpulan materi pelajaran, namun melalui stragtegi pembelajaran inkuiri saya mendapat kemudahan untuk menarik kesimpulan sebab langkah-langkahnya merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan menyimpulkan materi” (Wawancara, Heni Amran).
Berdasarkan hasil wawancara tentang langkah-langkah pembelajaran inkuiri dapat disimpulkan bahwa melalui langkah-langkah pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis dan menyimpulkan materi pelajaran. Selain itu juga ditanyakan tentang masalah yang dihadapi siswa jika guru mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri. Menurut para siswa bahwa: “Masalah yang dihadapi siswa jika guru mengajar menggunakan strategi pembelajaran inkuiri diantaranya adalah siswa harus bisa berpikir dan berperan aktif. Selama ini biasanya guru yang terlalu banyak memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang sedang dibahas namun dalam strategi pembelajaran inkuiri para siswa harus menguasai materi pelajaran” (Wawancara, Fatmah Ibarahim, 7 Juni 2012). Pendapat yang berbeda dikatakan pula oleh siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo bahwa: “Kebiasaan kami sebagai siswa dengan pola belajar yang bersifat menunggu penjelasan dan petunjuk guru membuat siswa harus merubah pola belajar tersebut, kondisi ini membutuhkan waktu untuk proses adaptasi yang membuat siswa seperti kurang aktif dalam pembelajaran”. (Wawancara, Malik Lasimpala, 7 Juni 2012). Sehubungan dengan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masalah yang dihadapi siswa saat guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri yakni pada perubahan pola belajar yang bersifat menunggu informasi dari guru dan waktu untuk bisa beradaptasi dengan langkah-langkah strategi pembelajaran inkuiri. Pertanyaan terakhir yang diajukan kepada siswa yakni tentang hasil belajarnya jika guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran sejarah dikatakan bahwa: “Hasil belajar saya saat guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan nilai sebelumnya, melalui strategi ini saya dapat
memahami dan merumuskan kesimpulan dari materi yang dibahas dengan kata-kata saya sendiri dan bukan dalam bentuk hafalan sehingga saya bisa lebih mudah mengingatnya” (Wawancara, Rendi Usman, 7 Juni 2012). Selain itu dikatakan pula oleh siswa kelas X SMA Negeri 4 Kota Gorontalo bahwa: “Strategi pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran sejarah. Dalam proses belajar, siswa dapat termotivasi untuk selalu aktif karena dari langkah awal merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis serta menyimpulkan materi memang membutuhkan perhatian, pemahaman serta cara berpikir aktif” (Wawancara, Mohammad Mansyur, 7 Juni 2012). Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan saat guru menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada proses pembelajaran mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo. 4.3
Pembahasan Dari hasil wawancara diketahui bahwa guru sejarah mengetahui definisi dari
strategi pembelajaran inkuiri yakni metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dan mendorong siswa untuk bertindak aktif mencari jawaban atas masalah-masalah yang dihadapinya. Artinya inkuiri adalah suatu teknik mengajar atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dengan cara membagi-bagi tugas meneliti suatu masalah, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, kemudian kelompok membahas tugasnya dan mendiskusikan serta membuat laporan. Pendapat di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kunandar (2007:371) bahwa pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki
pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Sejalan dengan hasil penelitian diketahui bahwa dalam menerapkan inkuiri dalam proses pembelajaran mata pelajaran sejarah ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru yakni: mengajar secara efektif, mempergunakan banyak metode mengajar (variasi metode) selain inkuiri, memberi motivasi belajar siswa yang tepat, materi yang diajarkan disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan masyarakat, mempertimbangkan perbedaan individual siswa, membuat perencanaan sebelum mengajar, memberikan pengaruh yang sugestif kepada siswa, memilih keberanian dalam menghadapi siswanya dan masalah-masalah yang timbul sewaktu proses belajar mengajar berlangsung, mampu menciptakan situasi yang demokratis di sekolah, mengintegrasikan semua pelajaran yang diberikan kepada siswa, menghubungkan mata pelajaran di sekolah dengan kebutuhan nyata di masyarakat, memberikan kebebasan kepada siswa untuk dapat menyelidiki, mengamati sendiri, belajar sendiri dan mencari pemecahan masalah sendiri, menyusun perencanaan pengajaran remedial dan diberikan kepada siswa yang memerlukan. Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Sanjaya (2007 : 197) bahwa strategi pembelajaran inkuiri akan efektif apabila dilakukan hal-hal seperti: (a) guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar, (b) Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian, (c) Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa
ingin tahu siswa terhadap sesuatu, (d) Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. (e) Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru, dan (f) Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Dari hasil wawancara diketahui bahwa dalam menerapkan strategi inkuiri dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 4 Kota Gorontalo, guru menggunakan beberapa prinsip yakni: berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar, prinsip keterbukaan. Hasil penelitian ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Sanjaya (2007:199) bahwa prinsip-prinsip strategi pembelajaran inkuiri meliputi beberapa prinsip yakni berorientasi pada pengembangan intelektual, prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, prinsip keterbukaan. Sehubungan dengan hasil penelitian diketahui bahwa langkah-langkah penerapan model pembelajaran inkuiri yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo meliputi enam langkah yakni orientasi yang bertujuan untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif,
proses
pencarian jawaban, mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengmbangan intelektual, menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data, mencapai kesimpulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Kunandar (2007:373) bahwa langkah strategi pembelajarna inkuiri meliputi: ( a) observasi
(observation). Dalam siklus ini siswa melakukan observasi terhadap objek atau bahan yang akan dijadikan sumber belajar. (b) Bertanya (questioning). Setelah melakukan observasi, siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil observasi. (c) Mengajukan hipotesis (hipotesis), kegiatan pembuatan prediksi atau jawaban-jawaban sementara atas pertanyaan-pertanyaan di atas. (d) Pengumpulan data (data gathering), yaitu kegiatan mengumpulkan data atau informasi yang bisa menjawab pertanyaanpertanyaan
dalam
masalah
di
atas
melalui
berbagai
sumber
yang ada.
(e) Pembahasan, yaitu kegiatan menganalisis dan membahas data atau bahan yang telah berhasil dikumpulkan oleh siswa dan (f) Penyimpulan (conclusion) yaitu kegiatan menyimpulkan atas apa yang sudah dibahas dan ditemukan terhadap suatu masalah. Berdasarkan hasil wawancara diketahui pula bahwa melalui penerapan strategi pembelajaran inkuiri terjadi peningkatan hasil belajar siswa SMA Negeri 4 Gorontalo yakni banyaknya siswa yang menjawab benar sehingga nilai hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas sebelum menggunakan strategi inkuri 65, meningkat menjadi 75,2 pada pertemuan sampai 80,8 pada pertemuan berikutnya. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan strategi pembelajaran inkuiri seperti kemampuan untuk bertanya, melakukan diskusi dengan sesama teman kelompok dalam membahas materi pelajaran sejarah, kemampuan untuk merespon jawaban yang diberikan kelompok lain lebih baik lagi jika dibandingkan sebelum menggunakan strategi pembelajaran inkuiri. Pendapat ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Roestiyah (2008:76) berpendapat bahwa keunggulan metode inkuiri diantaranya adalah: (a) dapat membentuk dan mengembangkan “sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru; (c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka; (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik; (f) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang;
(g)
Dapat
mengembangkan
bakat
atau
kecakapan
individu;
(h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri; (g) Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional; (h) Dapat memberikan waktu secukupnya pada siswa sehingga mereka dapat mengasimilas dan mengakomodasi informasi.