BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terbentuk sejak berdirinya Provinsi Gorontalo Tahun 2001 yang bertempat di Kota Gorontalo. Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo beberapa kali berpindah tempat dan sejak tahun 2012 mempunyai kantor yang menetap dengan alamat jalan Pangeran Hidayat Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo. Pembangunan dibidang kesehatan sesuai dengan Visi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yaitu “Masyarakat Gorontalo yang mandiri untuk hidup sehat” dan Misi yaitu (1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan kesehatan, (2) menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat serta mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, harus dilaksanakan
dengan
integrasi
Pemerintah
pusat
dan
daerah,
masyarakat, lintas sektor dan swasta. Masih banyak masalah – masalah kesehatan yang harus dihadapi dan membutuhkan upaya – upaya pemecahan masalah maupun penekanan terhadap masalah kesehatan tersebut. Saat ini kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan dan dominan dalam
41
42
pembangunan yang berkesinambungan, masalah kesehatan dalam penanganannya saat ini didasarkan pada sebuah paradigma yang dikenal dengan paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan utama yang dihadapi adalah angka kematian bayi, anak balita, dan ibu, serta tingginya proporsi balita yang menderita gizi kurang, masalah gender, belum memadainya tenaga kesehatan hingga daerah terpencil; dan pembiayaan kesehatan yang belum sesuai menurut undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009. Sasaran
pembangunan
Kesehatan
adalah
terselenggaranya
pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial yang makin bermutu dan usaha yang mampu mewujudkan manusia yang tangguh, sehat, cerdas dan produktif. Untuk itulah Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menetapkan visi, misi dan strategi sebagai berikut : a. VISI : Masyarakat Gorontalo Yang mandiri untuk hidup sehat b. MISI : 1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaksana pembangunan kesehatan 2. Menggerakkan dan memberdayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
43
3. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau c. Tujuan 1. Meningkatnya kualitas SDM pelaksana pembangunan kesehatan 2. Terciptanya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat 3. Tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau terutama bagi masyarakat miskin 4. Terciptanya
kesehatan
individu,
keluarga,
masyarakat
serta
lingkungan d. Kebijakan 1. Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan kemitraan 2. Pemberdayaan masyarakat dan swasta 3. Pengembangan sumber daya kesehatan dan manajemen kesehatan 4. Peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan 5. Peningkatan status gizi masyarakat 6. Pengawasan dan akuntabilitas e. Strategi : 1. Kerjasama Lintas Sektor dan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena kurangnya dukungan lintas sektor. Beberapa
44
program sektoral tidak atau kurang berwawasan kesehatan sehingga memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat. Kemitraan yang setara, terbuka dan saling menguntungkan bagi masing-masing mitra dalam dalam upaya kesehatan merupakan sesuatu yang utama untuk upaya pembudayaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2. Peningkatan Mutu dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga yang tersedia, obat, alat kesehatan/sarana penunjang lainnya, proses pemberian pelayanan dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Peningkatan kualitas fisik serta faktor-faktor tersebut diatas merupakan faktor prakondisi yang harus dipenuhi. Selanjutnya proses pemberian pelayanan ditingkatkan melalui peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan. Sedangkan harapan masyarakat pengguna diselaraskan melalui peningkatan pendidikan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan dan komunikasi yang baik antara pemberi pelayanan dan masyarakat. Penyebaran sarana pelayanan kesehatan puskesmas dan rumah sakit serta sarana kesehatan lainnya termasuk sarana penunjang upaya kesehatan telah dapat dikatakan merata. Namum diakui bahwa
45
penyebaran fisik tersebut masih belum diikuti sepenuhnya dengan peningkatan mutu pelayanan. 3. Peningkatan Gizi Masyarakat Status gizi masyarakat sangat mempengaruhi dalam upaya pencapaian peningkatan sumber daya manusia yang berkulitas. Adanya krisis ekonomi berpengaruh pada penurunan status gizi masyarakat. 4. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan dan Manajemen Kesehatan Mutu sumber daya manusia kesehatan sangat menentukan keberhasilan upaya serta manajemen kesehatan. Adanya kompetisi dalam era pasar bebas sebagai akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan meningkatkan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Dalam
kaitannya
pemerintahan,
dengan
peningkatan
desentralisasi kemampuan
dan
penyelenggaraan profesionalisme
manajemen kesehatan disetiap tingkat administrasi merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. f. Program Dan Kegiatan Pembangunan Kesehatan : Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal maka Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo menjabarkan program - program Pembangunan Kesehatan di tahun 2011 adalah sebagai berikut : 1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
46
a. Pengembangan media promosi dan informasi Sadar Hidup Sehat b. Peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan c. Perkemahan saka bakti husada nasional (PERTINAS) 2.
Program Lingkungan Sehat a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar b. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan c. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan d. Pengembangan wilayah sehat
3. Program Upaya Kesehatan Masyarakat a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya b. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya c. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial d. Peningkatan
pelayanan
kesehatan
dasar
yang
mencakup
sekurang-kurangnya promosi kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkunga, pemberantasan penyakit menular dan pengobatan dasar e. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan 4. Program Upaya Kesehatan Perorangan
47
a. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS b. Pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah tertinggal secara selektif c. Perbaikan sarana dan prasarana RS d. Pengadaan obat dan perbekalan RS e. Peningkatan kesehatan rujukan f.
Pengembangan pelayanan kesehatan keluarga
g. Penyediaan operasional dan pemeliharaan h. Peningkatan peran serta sektor swasta dalam UKP 5. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit a. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko b. Peningkatan imunisasi c. Penemuan dan tatalaksana penderita d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah e. Peningkatan
komunikasi,
informasi
dan
edukasi
(KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit 6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat a. Peningkatan pendidikan gizi b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro c. Penaggulangan gizi lebih
48
d. Peningkatan surveilans gizi e. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi (Kadarzi) 7. Program Sumber Daya Kesehatan a. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan b. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan c. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan d. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan 8. Program Obat, dan Perbekalan Kesehatan Yang termasuk di dalam program ini adalah : a. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan b. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan c. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan d. Peningkatan
keterjangkauan
harga
obat
dan
perbekalan
kesehatan terutama untuk penduduk miskin e. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit
49
4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terdiri dari Kepala Dinas sebagai Kepala Kantor dan yang dibantu oleh Sekretaris dan para Kepala Sub Dinas serta Kepala Seksi. Kepala Dinas sebagai kepala kantor memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk menetapkan kebijakan yang didelegasikan masing-masing kepada Sub Dinas, Sub bagian serta seksi-seksi. Sejak tahun 2002 pemerintah Gorontalo dalam menjalankan roda pemerintahan
dan
pembangunan
telah
menerapkan
manajemen
kewirausahaan atau new public management (NPM). Sistem ini menekankan pencapaian hasil dan akuntabilitas dalam menjamin anggaran publik secara bijaksana, dan merupakan sarana membantu mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Berikut struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar berikut:
50
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Guna mengukur aspek-aspek yang akan diteliti maka diperlukan alat ukur yang reliabel dan valid sehingga kesimpulan dari hasil penelitian tidak menyimpang dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan sebenarnya. Apabila variabel penelitian dimaksud diungkap lewat alat ukur yang reliabilitas dan validitasnya belum teruji, maka kesimpulan penelitian tidak sepenuhnya dapat dipercaya. Suatu instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur serta mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tetap. Sementara hasil penelitian yang valid, apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Ketentuan suatu instrumen dikatakan valid apabila syarat minimum terpenuhi, yaitu kalau koefisien korelasi > 0,3. Jadi korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid (Sugiyono, 2003). Di samping itu validitas instrumen juga perlu diuji secara statistik, yaitu dengan melihat tingkat signifikansi untuk masing-masing instrumen. Dalam hal ini digunakan Pearson’s product moment coefficient of correlation (Santosa dan Ashari, 2005) Sedangkan uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan alpha cronbach, dimana suatu intrumen dikatakan reliabel atau andal apabila
51
memiliki koefisien keandalan atau reliabilitas sebesar 0,60 atau lebih (Sekaran, 2006). Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Untuk uji reliabilitas digunakan teknik Alpha Cronbach, suatu instrumen dapat dikatakan handal (reliable) apabila memiliki koefisien kehandalan atau α sebesar 0,6 atau lebih.. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dan diujikan pada 20 orang responden. Hasil selengkapnya pengujian validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
52
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1.1 Tunjangan Kinerja Daerah (X)
Tabel 4.1 Uji Validitas Variabel Tunjangan Kinerja Daerah
Variabel
Nomor Nilai r Pertanyaan Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16
,365 ,534 ,574 ,593 ,472 ,451 ,631 ,431 ,490 ,432 ,337 ,702 ,611 ,673 ,417 ,697
Item 17 Item 18
,510 ,396
Item 19 Item 20 Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach's
,824 ,620
TKD
0.902
r-kritis
0.3
0.6
Kesimpulan
Valid
Reliabel
53
Hasil pengujian validitas untuk item-item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel bebas (X) menunjukkan semua item atau pertanyaan yang digunakan, semuanya telah mempunyai nilai korelasi yang lebih besar dari nilia r-kritis yang ditentukan yakni 0.3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur kedua variabel tersebut telah menunjukkan tingkat ketepatan yang cukup baik. Sedangkan
untuk
pengujian
reliabilitas
menghasilkan
koefisien
reliabilitas sebesar 0.902 untuk variable Tunjangan Kinerja Daerah (X). Nilai koefisien reliabilitas ini lebih besar dari nilai patokan yakni sebesar 0.5 atau 0.6. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel Tunjangan Kinerja Daerah tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan kata lain instrument yang digunakan tersebut telah menunjukkan kekonsistenan pengukuran pada semua respondennya (semua responden telah menginterpretasikan pertanyaan instrumen dengan benar).
54
4.2.1.2 Kinerja Pegawai ( Y ) Tabel 4.2 Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai
Variabel
Nomor Nilai r Pertanyaan Item 1
Kinerja Pegawai
Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15
Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach's
r-kritis
,582 ,667 ,673 ,534 ,516 ,556 ,568 ,625 ,763 ,583 ,465 ,465 ,466 ,625 ,763
0.3
0.892
0.6
Kesimpulan
Valid
Reliabel
Hasil pengujian validitas untuk item-item pertanyaan yang digunakan dalam mengukur variabel Kinerja Pegawai, menunjukkan dari lima item atau pertanyaan yang digunakan, semuanya telah mempunyai nilai korelasi yang lebih besar dari nilai r-kritis yang ditentukan yakni 0.3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan tersebut
55
telah menunjukkan tingkat ketepatan yang cukup baik dan dapat digunakan untuk mengukur variabel kinerja pegawai Sedangkan
untuk
pengujian
reliabilitas
menghasilkan
koefisien
reliabilitas sebesar 0.892. Nilai koefisien reliabilitas ini lebih besar dari nilai patokan yakni sebesar 0.6. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kinerja pegawai tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan kata lain instrument yang digunakan tersebut telah menunjukkan kekonsistenan pengukuran pada semua respondennya (semua responden telah menginterpretasikan pertanyaan instrumen dengan benar).
4.2.2 Pengujian Asumsi Normalitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam melakukan analisis regresi linear baik sederhana maupun berganda adalah data variable dependen (terikat) harus berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk itu sebelum diolah lebih lanjut, dilakukan pengujian asumsi normalitas tersebut dengan melakukan pengujian terhadap hipotesis sebagai berikut : H0
: Data variable dependen berdistribusi normal
H1
: Data variable dependen tidak berdistribusi normal
: 5%
Kriteria uji : Tolak Ho jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari
, terima dalam hal lainnya.
56
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS dan didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual Persamaan 32 ,639 ,809
Sumber: Data primer diolah, 2013 (terlampir)
Berdasarkan tabel 4.3 dijelaskan bahwa besarnya nilai KolmogorovSmirnov adalah 0,639 dan tidak signifikan secara statistik (0,809) atau lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.
Gambar 4.1 P.Plot Kinerja Pegawai
57
Dari hasil pehitungan diatas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.809. Nilai ini jauh lebih besar dari nilai sebesar 0.05 sehingga Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variable kinerja pegawai berdistribusi normal. Asumsi ini juga diperkuat dengan hasil plot data yang memperlihatkan data menyebar di sekitar garis lurus sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal 4.3 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Setelah dilakukan uji asumsi normalitas dan ternyata dipenuhi, tahap selanjutnya dilakukan pemodelan data dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil analisis dengan SPSS ditampilkan sebagai berikut :
Tabel 4.4: Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Coefficientsa Model
1
Standardize Unstandardized d Coefficients Coefficients B Std. Error Beta
(Constant) Tunjangan Kinerja Daerah
-8,203 ,830
6,212 ,084
,875
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Sumber: Data primer diolah. 2013 Berdasarkan tabel 17 di atas diperoleh persamaan sebagai berikut: Ŷ = - 8,203 + 0.830X
58
Dari model tersebut dapat diinterpretasikan hal-hal sebagai berikut : 1. Jika tidak terdapat pengaruh dari variable-variabel bebas dalam model (pengaruhnya tidak signifikan), maka rata-rata Kinerja Pegawai adalah sebesar 8.203 satuan 2. Terdapat pengaruh yang positif Tunjangan Kinerja Daerah terhadap kinerja pegawai. Setiap kenaikan variable TKD sebesar satu-satuan akan menyebabkan kenaikan variable Kinerja Pegawai sebesar 0.830 satuan.
4.4 Pengujian Hipotesis Hipotesis ini diuji dengan menggunakan uji t. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh antara variabel Tunjangan Kinerja Daerah terhadap kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
4.4.1 Pengujian Secara Overall (F-test) Setelah diperoleh model persamaan regresi taksiran maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi koefisien regresi secara bersama-sama (Testing The Overall Significance of Regression). Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis H0 : 0 1 2 0 H1 : Sekurang-kurangnya ada sebuah i 0
59
2. Taraf signifikansi (α ) = 0,05 3. Statistik Uji F
JK Re gresi / k JK Re sidu / n k 1
4. Kriteria pengujian : Tolak Ho jika Fhitung > F{α;(k-1,n-k-1)} atau p-value α. Terima Ho dalam hal lainya. Dengan menggunakan bantuan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Pengujian Anova Uji F (Kecocokan Model) ANOVAb Model
Sum of Mean Squares df Square 1 Regression 1524,620 1 1524,620 Residual 467,599 30 15,587 Total 1992,219 31 a. Predictors: (Constant), Tunjangan Kinerja Daerah b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
F 97,816
Sig. ,000a
Hasil pengujian Anova di atas terbaca nilai Fhitung sebesar 97,816 dengan tingkat signifikansi 0,000 oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau α = 5%) maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Kinerja Pegawai.
60
4.4.2 Pengujian Secara Parsial (t-test) Untuk keperluan ini dilakukan pengujian koefisien regresi secara individual (Testing Individual Regression Coefficient). Rumusan hipotesisnya dapat dinyatakan sebagai berikut: 1.
H0 : i = 0 dimana i = 0,1,2 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen yang ke-i terhadap variabel dependen) H1 : i 0 dimana i = 0,1,2 (Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen yang ke-i terhadap variabel dependen)
2. Taraf signifikansi α = 0.05 3. Statistik Uji : t1
ˆ1 Seˆ
4. Kriteria Uji : Tolak Ho jika nilai t hitung ttabel atau p-value α/2 (uji 2 pihak) terima dalam hal lainnya.
Tabel 4.6: Pengujian Secara Parsial (t-test)
1
Coefficientsa Model t (Constant) -1,321 Tunjangan Kinerja 9,890 Daerah
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Sig. ,197 ,000
61
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai t-hitung untuk Tunjangan Kinerja Daerah sebesar 9.890 dengan p-value sebesar 0.000. Nilai p-value ini lebih kecil dari nilai signifikansi 1%, maupun 5% sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Tunjangan Kinerja Daerah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dalam meningkatkan Kinerja Pegawai di Dinas Kesehatan Prov. Gorontalo pada tingkat kepercayaan 95%.
4.4.3 Pengujian dan Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel independen dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan diatas diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 sebagai berikut : Tabel 4.7: Pengujian Interpretasi Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model d i m e n s i
1
R ,875a
Adjusted R R Square Square ,765 ,757
o n 0
a. Predictors: (Constant), Tunjangan Kinerja Daerah b. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
Std. Error of the Estimate 3,94799
62
Dari hasil diatas diperoleh nilai R-Square sebesar 0,765. Nilai ini berarti bahwa sebesar 76,5 % variabilitas mengenai kinerja pegawai Dinas Kesehatan Prov Gorontalo dapat diterangkan oleh variable-variabel bebas dalam model (TKD), sedangkan sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada model. 4.5 Pembahasan Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana, terlebih dahulu dilakukan dilakukan uji normalitas data, pengujian ini dilakukan terhadap skor variabel X (Tunjangan Kinerja Daerah) maupun variabel Y (Kinerja), kemudian disimpulkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel X dan variabel Y berdistribusi normal. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi sederhana diperoleh nilai a = 8,203 dan b = 0,52 yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang positif variabel X terhadap variabel Y. setiap kenaikan variabel X sebesar satusatuannya akan menyebabkan kenaikan variabel X sebesar 0,830 satuan. Selanjutnya berdasarkan perhitungan korelasi (r) diperoleh nilai r = 0,875, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara variabel X terhadap variabel Y. Untuk
koofisien determinasi (r 2) adalah 76,5%
variabilitas mengenai kinerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas dalam model (TKD),
63
sedangkan sisanya sebesar 23,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak didesain dalam penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo bahwa pemberian Tunjangan Kinerja Daerah dapat menjelaskan kinerja pegawai. Selain itu juga pemberian Tunjangan Kinerja Daerah merupakan strategi dari Pemerintah Daerah Provinsi Gorontalo khususnya Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo karena memiliki hubungan yang kuat terhadap kualitas kerja, jumlah pekerjaan yang diselesaikan, ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan,
efektivitas
biaya,
dan
pengawasan
sehingga
pemberian
Tunjangan Kinerja Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.